EMISI KARBON DIOKSIDA (CO 2 ) DARI BEBERAPA TIPE PENGGUNAAN LAHAN GAMBUT DI KALIMANTAN
|
|
- Sudomo Setiawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 9 No. 2 (2009) p: EMISI KARBON DIOKSIDA (CO 2 ) DARI BEBERAPA TIPE PENGGUNAAN LAHAN GAMBUT DI KALIMANTAN Nyahu Rumbang 1), Bostang Radjagukguk 2) dan Djoko Prajitno 2) 1) Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya 2) Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta nyahurumbang@yahoo.com Abstract The study was conducted in the peatland in Central Kalimantan and West Kalimantan taken as representing tropical peatland with several different types of land use as treatmeant. The measurement of CO 2 emission and peat sampling were conducted in three periods of time: 2005, 2006 and The study sites in Central Kalimantan numbered four types of land use: Chinesse cabbage (1-5 years of cultivate), Chinesse cabbage (6-10 years of cultivate), Corn (1-5 years of cultivate), and Corn (6-10 years cultivate). Whereas the study sites in West Kalimantan numbered four types land use: Corn, Aloe vera, Oil palm and Rubber. Carbon dioxide emission were measured with a portable infrared gas analyser (PP System, EGM-4). The research result shows the average of CO 2 emissions released of peatland in West Kalimantan ranged from 0.35 to 1.19 g CO 2.m -2.h -1, higher than the emissions released in the peatland in Central Kalimantan, whereas ranged 0.35 to 0.67 g CO 2.m -2.h -1. CO 2 emission released by land of annual plant higher than the seasonal crops. The amount of CO 2 released is influenced by water level from the peat surface, ph of peatland and duration of peatland clearing period. The lower the water level from the surface of peat land soil, the higher the CO 2 emission from the soil. The increasi ph of peatland is followed by an increasing amount of CO 2 emissions released. The longer the peatland is cleared, more CO 2 emissions occurs. In order to reduce the amount of CO 2 emissions released by the peat soil, the ground water level of the peatland utilized for cropping must be managed accordingly. Keywords: emission, carbon dioxide, land use type Pendahuluan Lahan gambut tropika di dunia mencapai luas 37,8 juta ha, dan seluas 25,3 juta ha (67,1 %) diantaranya berada di kawasan Asia Tenggara. Luas gambut Indonesia mencapai 20,69 juta ha (81,7%), tersebar di Sumatera, Kalimantan, Irian Jaya, Sulawesi, Halmahera dan Seram. Sebagian besar gambut di Kalimantan tersebar di Kalimantan Barat (4,5 juta ha) dan Kalimantan Tengah (2,25 juta ha) (Rieley et al., 1996; Page et al., 2008, Radjagukguk, 1997). Salah satu fungsi ekologi lahan gambut adalah sebagai gudang karbon. Total karbon pada lahan gambut di Indonesia diperkirakan sekitar 44,5 Gt (Rieley et al., 2008). Konversi hutan rawa gambut merupakan sumber emisi CO 2 (Hooijer et al., 2006 dalam Verwer et al., 2008). Pengertian gas rumah kaca dalam kaitannya dengan pemanasan global meliputi karbon dioksida (CO 2 ), dinitrogen oksida (N 2 O), metan (NH 4 ) dan hidrokarbon seperti (CFC). Temperatur permukaan bumi meningkat disebabkan karena konsentrasi gas rumah kaca dalam atmosfir khususnya karbondioksida, metan, dan nitro oksida mengalami peningkatan (Jauhiainen et al., 2004). Menurut laporan IPPC (2001) bahwa selama abad 20, terjadi peningkatan rata-rata suhu permukaan bumi sebesar 0,6±0,2 o C. Kontribusi emisi karbon dioksida terhadap efek rumah kaca sebesar 48%, yang diikuti oleh sumber emisi lain seperti freon (26%), ozon (10%), metan (8%) dinitrogen oksida (6%), dan gas lain (2%) (Pirkko, 1990). IPCC (2001) juga melaporkan bahwa kontribusi karbon dioksida terhadap pemanasan global sebesar 60%, metan (20%) dan nitro oksida (6%). Sejak tahun 1980, konsentrasi CO 2 di atmosfir meningkat sekitar 0,4 % setiap tahun, sekarang konsentrasi CO 2 di atmosfir diperkirakan sebesar 367 ppm.
2 96 Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 9 No. 2 (2009) p: Hasil penelitian Jauhiainen et al. (2008) di Kalimantan Tengah menunjukkan bahwa emisi CO 2 pada hutan gambut tebang pilih yang tidak didrainase pada berbagai kondisi hidrologi berkisar 953± ±83 g C/m 2 /tahun. Pada hutan gambut sekunder di Kalimantan Selatan, emisi CO 2 pada kisaran 1200±430 g C/m 2 /tahun (Inubushi et al,. 2003). Terjadi perbedaan yang sangat besar dibandingkan dengan hasil penelitian Melling (2005) di Sarawak (Malaysia), dimana ekosistem hutan gambut mengeluarkan emisi sebesar 2130 g C/m 2 /tahun, lebih besar dibandingkan dengan emisi dari lahan perkebunan kelapa sawit (1540g C/m 2 /tahun) dan emisi dari lahan sagu (1110 g C/m 2 /tahun). Tujuan penelitian ini untuk (i) mengukur besarnya emisi CO 2 yang dilepas oleh lahan gambut dengan beberapa tipe penggunaan lahan, (ii) membandingkan besarnya emisi CO 2 dari lahan tanaman tahunan dengan emisi CO 2 dari lahan tanaman semusim, (iii) mengetahui hubungan antara tinggi permukaan air tanah dan ph gambut terhadap pelepasan emisi CO 2. Bahan dan Metode Penelitian ini dilakukan di lahan gambut di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat, selama 3 tahun (2005, 2006 dan 2007). Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok, dengan 4 perlakuan, masingmasing dengan 3 ulangan. Lahan petani yang dijadikan sebagai ulangan berukuran 20 x 30 m. Lahan gambut yang digunakan diusahakan mempunyai beberapa sifat yang relatif sama yaitu merupakan gambut pedalaman, dengan ketebalan sedang (1-2 m) dengan tingkat kematangan hemik. Penelitian di Kalimantan Tengah Pada penelitian di Kalimantan Tengah, tipe penggunaan lahan yang dijadikan perlakuan berasal dari kombinasi faktor lamanya (durasi) lahan dibuka dan jenis tanaman. Lamanya (durasi) lahan dibuka dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu (i) kelompok lahan yang dibuka 1-5 tahun dan (ii) kelompok lahan yang dibuka 6-10 tahun. Pada masing-masing kelompok lahan tersebut ditentukan dua jenis tanaman yaitu (i) sawi dan (ii) jagung. Kombinasi dari durasi lahan dibuka dan jenis tanaman maka diperoleh 4 tipe penggunaan lahan yang dijadikan perlakuan (Tabel 1). Lokasi penelitian merupakan lokasi transmigrasi yang berada pada hamparan gambut pedalaman dengan ketebalan sedang (1-2 m). Berat volume gambut berkisar antara 0,133-0,167 g/cm 2, dan berdasarkan tingkat kematangannya, dikelompokkan kedalam gambut dengan tingkat kematangan hemik. Lahan gambut merupakan lahan yang tidak subur dan disertai dengan tingkat kemasaman yang tinggi maka pada prakteknya petani selalu menambahkan abu hasil pembakaran dari sisa tanaman, rumputrumputan dan seresah gambut. Sedangkan untuk mencukupi kebutuhan tanaman akan unsur hara dilakukan penambahan pupuk organik dan anorganik baik merupa pupuk tunggal maupun pupuk majemuk. Namun dalam penelitian ini tidak ada perlakuan tambahan terhadap lahan petani selain yang umum dilakukan oleh petani. Penelitian di Kalimantan Barat Tipe penggunaan lahan gambut sebagai perlakuan dalam penelitian di Kalimantan Barat yaitu lahan jagung, lahan lidah buaya, lahan kelapa sawit, lahan karet, masing-masing dengan tiga ulangan. Lahan petani yang dijadikan sebagai ulangan berukuran 20 x 30 m. Khusus untuk perlakuan lahan kelapa sawit, maka blok kebun dijadikan sebagai ulangan. Lahan gambut yang dijadikan lokasi penelitian di Kalbar merupakan lahan gambut pedalaman dengan kedalaman sedang (1-2 m) dengan berat volume antara 0,130-0,163 g/cm 2 dan berdasarkan tingkat kematangannya dikelompokan kedalam gambut dengan tingkat kematangan hemik. Lahan jagung, lidah buaya dan kelapa sawit merupakan lahan gambut yang relatif lebih subur dibandingkan dengan lahan karet, karena lahan tersebut sudah menjadi lahan pertanian dalam waktu sekitar 15 tahun dan selama itu pemberian kapur dan pupuk secara intensif dilakukan. Sementara lahan karet hanya dengan pembuatan saluran drainase tanpa diikuti dengan pengapuran dan pemupukan. Ringkasan dari lokasi penelitian, perlakuan dan periode pengukuran yang dilakukan baik di Kalimantan Tengah maupun di Kalimantan Barat disajikan pada Tabel 1.
3 Rumbang. Emisi karbon dioksida 97 Tabel 1. Ringkasan lokasi penelitian, perlakuan dan periode pengukuran Lokasi Tipe Penggunaan Lahan Kalteng: Perlakuan: 29 Jan-10 Feb 29 Mar-19 April Kalampangan 1.Sawi (1-5 thn) Kalampangan 2.Sawi (6-10 thn) Kalampangan 3.Jagung (1-5 thn) Kalampangan 4.Jagung (6-10 thn Kalbar: Perlakuan: Juni Rasau Jaya 1.Jagung - Siantan Hulu 2.Lidah buaya - S.Ambawang 3.Kelapa sawit - S.Ambawang 4.Karet - Keterangan: Dilakukan pengukuran emisi CO 2, tinggi permukaan air tanah dan analisis ph tanah. Tidak dilakukan pengukuran CO 2, tinggi permukaan air tanah dan analisis ph tanah Feb-7 Mar Maret Pengukuran emisi CO 2 dengan menggunakan analisis gas infrared (PP system, model EGM-4). Sebuah chamber silinder terbuat dari aluminium (diameter 30 cm, tinggi 10 cm) dihubungkan dengan CO 2 analyser dengan selang kecil yang terbuat dari karet sintetik sehingga bersifat elastis. Agar terjadi sirkulasi udara dalam chamber maka dalam chamber dipasang kipas angin kecil (diameter 3 cm). Emisi CO 2 yang dilepas oleh gambut masuk kedalam chamber, kemudian direkam oleh analyser. Data emisi CO 2 yang terekam dalam gas EGM-4 kemudian ditransfer ke komputer, kemudian data diolah dan tingkat keakuratan data dilihat dari besarnya nilai r 2 untuk setiap emisi CO 2 yang terekam pada setiap titik pengukuran. Batas toleransi dalam penelitian ini dengan nilai r 2 terendah sebesar 0,98. Pada setiap kali pengukuran emisi CO 2, dilakukan juga pengukuran tinggi permukaan air tanah dengan menggunakan stik water table, yang dilengkapi sensor pada bagian ujung stik. Jika ujung stik terkena air maka sensor akan berbunyi. Terlebih dahulu disiapkan sebuah paralon diameter 2,5 cm dan panjang 2 meter dan diberi lubang dengan jarak 15 cm agar air dapat masuk. Paralon tersebut ditancapkan kedalam tanah sedalam 1,5 meter. Stik water table dimasukan kedalam pipa secara pelan-pelan hingga sensor mengeluarkan bunyi. Tinggi permukaan air dihitung dengan cara mengukur batas panjang stik saat berbunyi dikurangi dengan tinggi paralon dari atas permukaan tanah. Pengambilan contoh gambut yang terusik pada kedalaman 0-15, dan cm dengan menggunakan bor Edjelkamp, contoh yang terambil merupakan contoh komposit. Contoh gambut dikering anginkan, kemudian diukur ph (H 2 O) menggunakan ph meter dengan perbandingan 1:2,5. Walaupun ph gambut dianalisis atas dasar kedalamannya, namun ph gambut yang disajikan merupakan nilai rata-rata dari 3 kedalaman. Untuk mengetahui tingkat kematangan gambut maka dilakukan analisis berat volume gambut. Pengambilan contoh gambut untuk analisis berat volume menggunakan cincin (ring) logam (tinggi cincin 5,0 cm dengan diameter 5,0 cm), contoh gambut diambil pada kedalaman 40 cm. Hasil dan Pembahasan Hasil pengukuran terhadap rata-rata emisi CO 2, tinggi permukaan air tanah dan ph gambut dari 4 tipe penggunaan lahan gambut di Kalimantan Tengah pada periode pengukuran 2005, 2006 dan 2007 disajikan pada Tabel 2. Sedangkan hasil pengukuran terhadap emisi CO 2, tinggi permukaan air tanah dan ph gambut dari 4 tipe penggunaan lahan gambut di Kalimantan Barat pada periode pengukuran 2006 dan 2007 disajikan pada Tabel 3.
4 98 Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 9 No. 2 (2009) p: Tabel 2. Rata-rata emisi CO 2 (g CO 2 /m 2 /jam), tinggi permukaan air (m) dan ph gambut (ph H 2 O) pada 4 tipe penggunaan lahan gambut di Kalimantan Tengah periode pengukuran tahun 2005, 2006 dan Tipe Penggunaan Lahan Sawi, 1-5 thn Sawi, 6-10 thn Jagung, 1-5 thn Jagung, 6-10 thn Emisi CO 2 (g Tinggi Permukaan Air CO 2 /m 2 /jam) (m) ph (ph H 2 O) ,29 0,74 ab 0,72 a 0,21 0,51 0,27 3,24 3,27 ab 3,32 a 0,42 0,82 a 0,52 ab 0,34 0,55 0,31 3,31 3,36 a 3,04 c 0,24 0,53 b 0,29 b 0,18 0,30 0,18 3,21 3,18 b 3,21 b 0,43 0,81 a 0,77 a 0,31 0,51 0,41 3,27 3,30 a 3,36 a Keterangan: Rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama dalam kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji LSD 0.05 Rata-rata yang dicetak miring menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji F α=0.05 Tinggi permukaan air tidak dianalisis secara statistik. Tabel 3. Rata-rata emisi CO 2 (g CO 2 /m 2 /jam), tinggi permukaan air (m) dan ph gambut (ph H 2 O) pada 4 tipe penggunaan lahan gambut di Kalimantan Barat periode pengukuran tahun 2006 dan Tipe Penggunaan Lahan Jagung Lidah buaya Kelapa sawit Karet 0,31 c 0,66 b 0,82 b 1,20 a Emisi CO 2 (g CO 2 /m 2 /jam Tinggi Permukaan Air (m) ph (ph H 2 O) ,39 b 0,24 0,19 3,20 b 0,72 b 0,54 0,54 3,42 a 1,15 a 0,52 0,76 3,52 a 1,18 b 0,87 0,69 3,54 a 3,10 3,38 3,44 3,10 Keterangan: Rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama dalam kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji LSD 0.05 Rata-rata yang dicetak miring menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji F α=0.05 Tinggi permukaan air tidak dianalisis secara statistik. Ada hubungan yang linier antara tinggi permukaan air tanah dengan besarnya emisi CO 2 yang dilepas oleh 4 tipe penggunaan lahan gambut di Kalimantan Tengah pada periode pengukuran 2005, 2006 dan 2007, seperti disajikan pada Gambar 1. Demikian juga hasil pengukuran dari lahan gambut Kalbar tahun 2006 dan 2007 memperlihatkan adanya pola yang sama, dimana terdapat hubungan yang linier antara tinggi permukaan air tanah dengan besarnya emisi CO 2 yang dilepas oleh 4 tipe penggunaan lahan gambut (Gambar 2). Gambar 1. Korelasi antara emisi CO 2 dengan tinggi permukaan air tanah pada lahan gambut Kalteng, periode pengukuran tahun 2005, 2006 dan Gambar 2. Korelasi antara emisi CO 2 dengan tinggi permukaan air tanah pada lahan gambut Kalbar, periode pengukuran tahun 2006 dan 2007.
5 Rumbang. Emisi karbon dioksida 99 Gambar 3 menunjukkan bahwa ada hubungan yang linier antara rata-rata ph gambut dengan emisi CO 2 yang dilepas dari berbagai tipe penggunaan lahan gambut di Kalteng, baik pada periode pengukuran tahun 2005, 2006 dan Gambar 5. Pola pelepasan emisi CO 2 dari 4 tipe lahan gambut Kalteng, periode pengukuran tahun 2005, 2006 dan Gambar 3. Korelasi antara emisi CO 2 dengan ph gambut (ph H 2 O) pada lahan gambut Kalteng, periode pengukuran tahun 2005, 2006 dan Sedangkan Gambar 6 menunjukkan besarnya emisi CO 2 yang dilepas oleh 4 tipe penggunaan lahan gambut di Kalimantan Barat pada saat pengukuran yakni periode pengukuran 2006 dan Hubungan yang linier juga terjadi antara rata-rata ph gambut dengan emisi CO 2 yang dilepas dari berbagai tipe penggunaan lahan di Kalbar pada periode pengukuran 2006 dan 2007, seperti disajikan pada Gambar 4. Gambar 6. Pola pelepasan emisi CO 2 dari 4 tipe lahan gambut di Kalbar, periode pengukuran tahun 2006 dan 2007 Gambar 4. Korelasi antara emisi CO 2 dengan ph gambut (ph H 2 O) pada lahan gambut Kalbar, periode pengukuran tahun 2006 dan Pola besarnya emisi CO 2 yang dilepas oleh 4 tipe penggunaan lahan gambut di Kalimantan Tengah pada saat pengukuran yakni periode pengukuran 2005, 2006 dan 2007 disajikan pada Gambar 5. Rata-rata emisi CO 2 yang dilepas oleh lahan gambut di Kalbar berkisar antara 0,35-1,19 CO 2 /m 2 /jam, lebih tinggi dibandingkan dengan emisi CO 2 dari lahan gambut Kalimantan Tengah yang hanya berkisar antara 0,35-0,67 g CO 2 /m 2 /jam. Pada tipe penggunaan lahan yang sama (lahan ditanam dengan tanaman semusim), rata-rata emisi CO 2 yang dilepas oleh 4 tipe lahan gambut Kalteng berkisar 0,35 0,67 g CO2/m2/jam, tidak jauh berbeda dengan rata-rata emisi CO 2 yang dilepas oleh lahan gambut di Kalbar yang 0,35 0, 69 g CO 2 /m 2 /jam. Pada lahan gambut di Kalbar, emisi CO 2 yang dilepas oleh lahan karet dan kelapa sawit (kelompok tanaman tahunan) lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata emisi CO 2 yang dilepas oleh lahan jagung dan lidah buaya.
6 100 Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 9 No. 2 (2009) p: Tingginya emisi CO 2 yang dilepas oleh lahan karet dan lahan kelapa sawit disebabkan karena perbedaan tinggi permukaan air tanah, dimana permukaan air tanah tanaman karet dan tanaman kelapa sawit jauh lebih rendah dibandingkan tanaman jagung dan lidah buaya. Gambar 1 dan Gambar 2 menunjukkan bahwa ada hubungan linier antara emisi CO 2 yang dilepas dengan tinggi permukaan air tanah dari berbagai tipe penggunaan lahan gambut di Kalteng dan Kalbar pada semua periode pengukuran kecuali pada periode pengukuran 2007 di Kalteng. Semakin jauh air tanah turun permukaan tanah maka emisi CO 2 yang dilepas oleh lahan gambut semakin besar. Perubahan kondisi anaerob menjadi aerob akibat menurunnya permukaan air tanah memicu meningkatnya emisi CO 2 yang dilepas oleh lahan gambut. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Jauhiainen et al. (2001), dimana laju emisi CO 2 pada hutan yang tidak tergenang berkisar 0,486-0,610 g CO 2 /m 2 /jam, sementara pada kondisi hutan yang tergenang laju emisi CO 2 berkisar 0, g CO 2 /m 2 /jam. Menurut Vasander et al bahwa salah satu faktor yang mengontrol emisi CO 2 adalah tinggi permukaan air. Rata-rata tinggi permukaan air untuk tanaman kelapa sawit 0,64 m, karet 0,78 m, lidah buaya 0,54 m dan jagung 0,22 m. Ratarata tinggi permukaan air tersebut berada pada kisaran tinggi permukaan air optimum seperti yang dilaporkan oleh Ritzema dan Jaya (2007) bahwa tanaman mempunyai kisaran optimum tinggi permukaan air yang berbeda, dimana tinggi permukan air untuk kelapa sawit berkisar 0,60-0,75 m, karet 0,75-1,0 m, dan tanaman hortikultura 0,3-0,6 m. Ada hubungan yang linier antara ph gambut dengan emisi CO 2 yang dilepas oleh lahan gambut. Hal ini terjadi baik pada lahan gambut Kalteng maupun lahan gambut Kalbar pada semua periode pengukuran (Gambar 3 dan 4). Semakin meningkat ph gambut maka emisi CO 2 yang dilepas oleh lahan gambut juga semakin meningkat. Peningkatan ph gambut berkaitan dengan lamanya lahan dikelola untuk lahan pertanian, pemberian amelioran dan pemupukan serta tingginya permukaan air tanah. Semakin lama lahan dikelola untuk lahan pertanian maka semakin banyak amelioran dan pupuk yang sudah diberikan ke dalam tanah sehingga ph gambut semakin meningkat, karena tanpa adanya amelioran dan pemberian pupuk maka tanaman yang ditanam pada lahan gambut tidak mampu tumbuh dan menghasilkan. Pada lahan karet di Kalbar, dimana ph gambut cukup tinggi walaupun tanpa adanya pemberian amelioran dan pemupukan, namun drainase sangat bagus, sehingga tinggi permukaan air tanah lebih turun dibandingkan lahan kelapa sawit, lidah buaya dan jagung. Adanya perbedaan ph gambut dari berbagai tipe penggunaan lahan baik yang di Kalteng maupun yang di Kalbar disebabkan karena perbedaan perlakuan yang dilakukan oleh petani atas dasar perbedaan jenis tanaman yang diusahakan. Menurut Vasander et al, 2007 bahwa selain tinggi permukaan air dan temperatur maka emisi CO 2 yang dilepas oleh lahan gambut dikontrol oleh ph gambut. Jika dilihat dari pola pelepasan emisi CO 2 pada 4 tipe lahan gambut di Kalteng relatif sama baik pada periode pengukuran tahun 2005, 2006 maupun Terlihat pada Gambar 5 bahwa emisi CO 2 dari semua tipe penggunaan lahan pada periode pengukuran 2006 meningkat dibandingkan periode pengukuran 2005, namun terjadi penurunan lagi pada periode pengukuran Gambar 6 menunjukkan pelepasan emisi CO 2 dari lahan jagung, lidah buaya dan lahan karet pada periode pengukuran tahun 2007 hampir sama dengan pelepasan emisi CO 2 periode pengukuran tahun 2006, kecuali pada lahan kelapa sawit, dimana terjadi peningkatan emisi yang cukup tinggi pada periode pengukuran tahun Kesimpulan 1. Rata-rata emisi CO 2 yang dilepas oleh lahan gambut Kalimantan Barat berkisar antara 0,35-1,19 CO 2 /m 2 /jam, lebih tinggi dibandingkan dengan emisi CO 2 dari lahan gambut Kalimantan Tengah, yang hanya berkisar antara 0,35-0,67 g CO 2 /m 2 /jam. 2. Emisi CO 2 yang dilepas dari lahan gambut yang dimanfaatkan untuk tanaman tahunan lebih tinggi dibandingkan dengan emisi CO 2 yang dilepas oleh lahan gambut yang dimanfaatkan untuk tanaman semusim. 3. Besarnya emisi CO 2 yang dilepas oleh lahan gambut dipengaruhi tinggi permukaan air tanah, ph gambut dan lamanya lahan gambut dikelola. 4. Untuk mengurangi besarnya emisi CO 2 yang dilepas oleh lahan gambut maka
7 Rumbang. Emisi karbon dioksida 101 pengelolaan tinggi permukaan air tanah mutlak dilakukan. Ucapan Terima Kasih Kepada European Union (Prof. Dr. Jack Rieley), Strapeat Research Project (Prof. Dr. Bostang Radjagukguk, dan Keytrop Project (Prof. Dr. Harry Vasander dan Dr. Jyrki Jauhiainen, University of Helsinki, Finland). Kepada Dr. Jyrki Jauhianinen, terima kasih atas peminjaman EGM-4 dan konsultasi data. Daftar Pustaka IPPC-Intergovernmental Panel on Climate Change (2001) Climate Change The Scientific basis. Contribution of Working Group 1 to the Third Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change. Houghton, J.T., Ding, Y., Griggs, D.J., Noguer, M., van der linden, P.J., Xiaosu, D. Cambridge University Press Cambridge. Inubushi, K., Y. Furakawa, A. Hadi, E. Purnomo, and H. Tsuruta (2003) Seasonal change of CO 2, CH 4 and N 2 O fluxes in relation to land-use change in tropical peatlands located in coastal area of South Kalimantan, Chemosphere. 52: Jauhiainen, J., J. Heikkinen, P.J. Martikainen and H. Vasander (2001) CO 2 and CH 4 fluxes in pristine peat swamp forest and peatland converted to agriculture in Central Kalimantan. International Peat Journal International Peat Society. Jauhiainen, J., H. Vasander, A. Jaya, T. Inoue, J. Heikkinen, and P. Martikainen (2004) Carbon balance in managed tropical peat in Central Kalimantan, Indonesia. Dalam: Päivänen, J. (ed.). Wise Use of Peatlands. Proceeding of the 12 th International Peat Congress. Tampere, Finland. Publisher International Peat Society, Vapaudenkatu, Jyväskylä, Finland Jauhiainen, J., S. Limin, H. Silvennoinen, and H. Vasander (2008) Carbon dioxide and methane fluxes in drained tropical peat before and after hydrological restoration: Ecology, 89(12): Melling, L. (2005) Greenhouse gas fluxes from tropical peatland of Sarawak, Malaysia. Ph.D Thesis. Soil Science Laboratory. Division of Environmental Resources. Graduate School of Agriculture. Hokkaido University. Japan Page, S.E., C.J. Banks, J.O. Rieley, and R. Wűst (2008) Extent, significance and vulnerability of the tropical peatland carbon pool: past, present and future prospects. Dalam: C. Farrel., and J. Feehan (eds.). After Wise Use-The Future of Peatlands. Proceeding of the 13 th International Peat Congress. Tullamore, Ireland. 1: Pirkko, S., and T. Nyronen (1990) The carbon dioxide emissions and peat production. International Conference on Peat Production and Use. Jiväskylä. Finland. 1: Radjagukguk, B. (1997) Peat soil of Indonesia: location, classification and problems for sustainability. In: J.O. Rieley and S.E. Page, Biodiversity and Sustainability of Tropical Peatlands. Proceeding of the International Symposium and Biodiversity, Environmental Importance and Sustainability of Tropical Peat and Peatlands. Palangkaraya, Indonesia, 4-8 September Samara Publishing Limited, Cardigan, UK, Rieley, J.O., S.E. Page, and B. Setiadi. (1996) Distribution of peatlands in Indonesia. Dalam: E. Lappalainen (ed.). Global Peat Resources. Publisher International Peat Society, Jyskä, Finland Rieley, J.O., R.A.J. Wüst, J. Jauhiainen, S.E. Page, H. Wösten, A.Hoijer, F. Siegert, S. Limin, H. Vasander, and M. Stahlhut (2008) Tropical peatlands: carbon store, carbon gas emissions and contribution to climate change processes. Dalam: M. Strack (ed.), Peatlands and Climate Change. Publisher International Peat Society, Vapaudenkatu, Jyväskilä, Finland Ritzema, H. and Adi Jaya (2007) Water management for sustainable wise use of tropical peatlands. In:J.O. Rieley, Limin, S.H. and Jaya, A. Restoration and Wise use of Tropical Peatland: Problem of Biodiversity, Fire, Poverty and Water Management. Proceeding of International Symposium and Workshop on Tropical peatland. Palangkaraya, September EU RESTORPEAT Partnership, University of Palangka Raya, Indonesia and Wageningen University and Research Institute, The Netherlands Vasander, H., S. Limin and J. Jauhiainen (2007) Carbon storage in tropical peatland
8 102 Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 9 No. 2 (2009) p: and losses resulting from fire and land use change. In:J.O. Rieley, Limin, S.H. and Jaya, A. Restoration and Wise use of Tropical Peatland: Problem of Biodiversity, Fire, Poverty and Water Management. Proceeding of International Symposium and Workshop on Tropical Peatland. Palangka Raya, September EU RESTORPEAT Partnership, University of Palangka Raya, Indonesia and Wageningen University and Research Institute, The Netherlands Verwer, C., P. van der Meer, G-J. Nabuurs (2008) Review of carbon flux estimates and other greenhouse gas emissions from oil palm cultivation on tropical peatlands- Identifying the gaps in knowledge. Alterrarapport Alterra, Wageningen. 44.
Jurnal AGRIPEAT, Vol. 14 No. 2, September 2013 : ISSN :
EMISI KARBON DIOKSIDA DAN SEKUESTRASI KARBON DARI BEBERAPA TIPE PENGGUNAAN LAHAN GAMBUT DI KALIMANTAN (Carbon Dioxide Emission and Carbon Sequestration of Several Land Use Types of Peatland in Kalimantan)
Lebih terperinciHeri Wibowo 1, Tuti Sugiyarti 2, Setiari Marwanto 1, Fahmuddin Agus 1
20 EMISI GAS CO 2 PADA LAHAN GAMBUT YANG DIBUKA UNTUK LAHAN BUDIDAYA: STUDI KASUS DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT CO 2 EMISSION FROM AGRICULTURAL PEATLAND: A CASE STUDY IN WEST KALIMANTAN Heri Wibowo 1, Tuti
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. LatarBelakang. Lahan gambut di dunia mencapai luas 400 juta ha. Sekitar350 juta ha dari
1 I. PENDAHULUAN A. LatarBelakang Lahan gambut di dunia mencapai luas 400 juta ha. Sekitar350 juta ha dari luas tersebut merupakan gambut subtropika dan sisanya merupakan gambut tropika (Page et al., 2008;
Lebih terperinciPLOT ROOT CUT PLOT CONTROL
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fluks CO dari Tanah Gambar dan menunjukkan fluks CO pada plot Root Cut dan plot Control. Pada Tabel menampilkan ratarata fluks CO tiap plot pada plot Root Cut dan plot Control.
Lebih terperinciJurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : Vol.4, No.1. April (8) : ABSTRACT
EMISI CO2 PADA BEBERAPA PRAKTEK KULTUR TEKNIS KELAPA SAWIT DI LAHAN GAMBUT Muhammad Arif Yusuf, Suroso Rahutomo *, Winarna Pusat Penelitian Kelapa Sawit,Jl. Brigjen Katamso No. 51 Medan *Coresponding author
Lebih terperinciTopik C4 Lahan gambut sebagai cadangan karbon
Topik C4 Lahan gambut sebagai cadangan karbon 1 Presentasi ini terbagi menjadi lima bagian. Bagian pertama, memberikan pengantar tentang besarnya karbon yang tersimpan di lahan gambut. Bagian kedua membahas
Lebih terperinciCADANGAN, EMISI, DAN KONSERVASI KARBON PADA LAHAN GAMBUT
CADANGAN, EMISI, DAN KONSERVASI KARBON PADA LAHAN GAMBUT Fahmuddin Agus Balai Penelitian Tanah, Jln. Ir H Juanda No. 98, Bogor PENDAHULUAN Dalam perdebatan mengenai perubahan iklim, peran lahan gambut
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Karakteristik Lokasi Penelitian Lokasi penelitian terletak di agroekosistem kelapa sawit yang berada pada 2 (dua) lokasi yang berbeda yaitu Kebun Meranti Paham
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia
4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia Sampai tahun 2004, Indonesia berada pada urutan ke 15 negara penghasil gas rumah kaca tertinggi di dunia dengan emisi tahunan 378 juta ton
Lebih terperinciESTIMASI EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DARI KEBAKARAN LAHAN GAMBUT
34 ESTIMASI EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DARI KEBAKARAN LAHAN GAMBUT Maswar Peneliti Badan Litbang Pertanian di Balai Penelitian Tanah, Jl. Tentara Pelajar 12 Bogor 16114 (maswar_bhr@yahoo.com) Abstrak.
Lebih terperinciEMISI GAS RUMAH KACA DAN SIFAT MIKROBIOLOGI TANAH RAWA LEBAK ABSTRAK
EMISI GAS RUMAH KACA DAN SIFAT MIKROBIOLOGI TANAH RAWA LEBAK Abdul Hadi Fakultas Pertanian Unlam, Banjarbaru ABSTRAK Isu mengenai emisi gas rumah kaca menarik perhatian berbagai kalangan karena pengaruhnya
Lebih terperinciPertanian Berkelanjutan di Lahan Gambut? (Studi Kasus Lahan Gambut di Kalimantan)
Pertanian Berkelanjutan di Lahan Gambut? (Studi Kasus Lahan Gambut di Kalimantan) Sustainable Agriculture in Peatland? (A case study of peatland in Kalimantan) Nyahu Rumbang 1*), Zafrullah Damanik 1),
Lebih terperinciPengelolaan lahan gambut
Pengelolaan lahan gambut Kurniatun Hairiah Sifat dan potensi lahan gambut untuk pertanian Sumber: I.G.M. Subiksa, Fahmuddin Agus dan Wahyunto BBSLDP, Bogor Bacaan Sanchez P A, 1976. Properties and Management
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pemanasan global saat ini menjadi topik yang paling hangat dibicarakan dan mendapatkan perhatian sangat serius dari berbagai pihak. Pada dasarnya pemanasan global merupakan
Lebih terperinciSarmah 1, Nurhayati 2, Hery Widyanto 2, Ai Dariah 1
22 EMISI CO 2 DARI LAHAN GAMBUT BUDIDAYA KELAPA SAWIT (ELAEIS GUINEENSIS) DAN LAHAN SEMAK BELUKAR DI PELALAWAN, RIAU PEAT CO 2 EMISSIONS UNDER PALM OIL (ELAEIS GUINEENSIS) PLANTATION AND SHRUBLAND IN PELALAWAN,
Lebih terperinciD4 Penggunaan 2013 Wetlands Supplement to the 2006 IPCC Guidelines untuk Inventarisasi Gas Rumah Kaca di Indonesia.
D4 Penggunaan 2013 Wetlands Supplement to the 2006 IPCC Guidelines untuk Inventarisasi Gas Rumah Kaca di Indonesia. 1 Pokok bahasan meliputi latar belakang penyusunan IPCC Supplement, apa saja yang menjadi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Tanah Gambut
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambut 2.1.1 Pengertian Tanah Gambut Gambut mempunyai banyak istilah padanan dalam bahasa asing, antara lain peat, bog, moor, mire, atau fen. Gambut diartikan sebagai material
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan gambut yang terdapat di daerah tropika diperkirakan mencapai juta hektar atau sekitar 10-12% dari luas
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan gambut yang terdapat di daerah tropika diperkirakan mencapai 30-45 juta hektar atau sekitar 10-12% dari luas lahan gambut di dunia (Rieley et al., 2008). Sebagian
Lebih terperinciRehabilitasi dan Pengelolaan Lahan Gambut Bekelanjutan
Rehabilitasi dan Pengelolaan Lahan Gambut Bekelanjutan Dr. Muhammad Syakir, MS Kepala Kongres Nasional VII Perkumpulan Masyarakat Gambut Indonesia (HGI) dan Seminar Pengelolaan Lahan Sub-optimal Secara
Lebih terperinciTantangan dan strategi pembangunan berkelanjutan melalui pengelolaan sumberdaya alam dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi
Tantangan dan strategi pembangunan berkelanjutan melalui pengelolaan sumberdaya alam dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi Elham Sumarga Rapat Konsultasi Analisis Ekonomi Regional PDRB se-kalimantan
Lebih terperinciPEMBERIAN AMELIORAN PUPUK KANDANG AYAM PADA PENGGUNAAN LAHAN GAMBUT YANG BERBEDA TERHADAP EMISI CO 2
PEMBERIAN AMELIORAN PUPUK KANDANG AYAM PADA PENGGUNAAN LAHAN GAMBUT YANG BERBEDA TERHADAP EMISI CHICKEN MANURE AMELIORANT APPLICATION IN DIFFERENT LAND USE OF PEAT ON EMISSIONS Terry Ayu Adriany, Ali Pramono
Lebih terperinciPendugaan Emisi CO 2 sebagai Gas Rumah Kaca akibat Kebakaran Hutan dan Lahan pada Berbagai Tipe Penutupan Lahan di Kalimantan Tengah, Tahun
JURNAL Vol. 03 Desember SILVIKULTUR 2012 TROPIKA Pendugaan Emisi Gas CO 2 143 Vol. 03 No. 03 Desember 2012, Hal. 143 148 ISSN: 2086-8227 Pendugaan Emisi CO 2 sebagai Gas Rumah Kaca akibat Kebakaran Hutan
Lebih terperinciThe Effect of Lands Use Change From Peat Bog Forest to Industrial Forest Acacia Crassicarpa on Physical and Chemical Properties of Peat Soil
Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan Hutan Rawa Gambut Menjadi Hutan Tanaman Industri (HTI) Acacia Crassicarpa Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Tanah Gambut The Effect of Lands Use Change From Peat Bog Forest
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Gambut berperanan penting dalam biosfer karena gambut terlibat dalam siklus biogeokimia, merupakan habitat tanaman dan hewan, sebagai lingkungan hasil dari evolusi, dan referen
Lebih terperinciPENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK DARI SEKTOR TRANSPORTASI UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DI KABUPATEN SUMENEP-JAWA TIMUR
PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK DARI SEKTOR TRANSPORTASI UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DI KABUPATEN SUMENEP-JAWA TIMUR Qorry Nugrahayu 1), Rachmat Boedisantoso 2) dan Joni Hermana 3) 1,2,3)
Lebih terperinciProgram Studi Rekayasa Kehutanan, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung
NERACA KARBON : METODE PENDUGAAN EMISI CO 2 DI LAHAN GAMBUT Cahya Anggun Sasmita Sari 1), Lidya Astu Widyanti 1), Muhammad Adi Rini 1), Wahyu Isma Saputra 1) 1) Program Studi Rekayasa Kehutanan, Sekolah
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil 5.1.1 Penutupan Lahan Penutupan lahan yang terdapat di Kalimantan Tengah terdiri atas 18 jenis penutupan lahan. Tabel 1 menyajikan penutupan lahan di Kalimantan Tengah.
Lebih terperinciSTUDI MUKA AIR TANAH GAMBUT DAN IMPLIKASINYA TERHADAP DEGRADASI LAHAN PADA BEBERAPA KUBAH GAMBUT DI KABUPATEN SIAK
STUDI MUKA AIR TANAH GAMBUT DAN IMPLIKASINYA TERHADAP DEGRADASI LAHAN PADA BEBERAPA KUBAH GAMBUT DI KABUPATEN SIAK Oleh : Hasmana Soewandita Pusat Teknologi Sumberdaya Lahan Wilayah dan Mitigasi Bencana
Lebih terperinciDAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN TERHADAP SIFAT FISIK TANAH DAN EMISI KARBON GAMBUT TRANSISI DI DESA KANAMIT BARAT KALIMANTAN TENGAH
DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN TERHADAP SIFAT FISIK TANAH DAN EMISI KARBON GAMBUT TRANSISI DI DESA KANAMIT BARAT KALIMANTAN TENGAH Fengky F. Adji 1), Zafrullah Damanik 1), Nina Yulianti 1), Cakra Birawa 2),
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut
4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut Pembukaan lahan gambut untuk pengembangan pertanian atau pemanfaatan lainnya secara langsung mengubah ekosistem kawasan gambut yang telah mantap membentuk suatu
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Rataan suhu di permukaan bumi adalah sekitar K (15 0 C ), suhu
PENDAHULUAN Latar Belakang Rataan suhu di permukaan bumi adalah sekitar 288 0 K (15 0 C ), suhu tersebut dapat dipertahankan karena keberadaan sejumlah gas yang berkonsentrasi di atmosfer bumi. Sejumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kalimantan 32% Papua 30% dan sebagian kecil ada di Sulawesi, Halmahera
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lahan gambut terluas di antara negara tropis, yaitu sekitar 21 juta ha atau 10.8% dari luas daratan Indonesia. Lahan rawa gambut sebagian besar terdapat
Lebih terperinciPENDUGAAN CADANGAN KARBON GAMBUT PADA AGROEKOSISTEM KELAPA SAWIT. The Prediction of Peatland Carbon Stocks in Oil Palm Agroecosystems ABSTRAK ABSTRACT
PENDUGAAN CADANGAN KARBON GAMBUT PADA AGROEKOSISTEM KELAPA SAWIT The Prediction of Peatland Carbon Stocks in Oil Palm Agroecosystems M. B. Prayitno 1), Sabaruddin 2), D. Setyawan 2), dan Yakup 2) 1) Mahasiswa
Lebih terperinciANALISIS DUGAAN SUBSIDEN (subsidence) DI PULAU PADANG KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI, PROVINSI RIAU
ANALISIS DUGAAN SUBSIDEN (subsidence) DI PULAU PADANG KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI, PROVINSI RIAU 1. PENDAHULUAN Tanah gambut umumnya terdiri dari 90% air dan 10% padatan vegetatif. Lahan gambut bukanlah
Lebih terperinciVARIASI TEMPORAL EMISI CO 2 DI BAWAH PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PADA LAHAN GAMBUT DI RIAU
21 VARIASI TEMPORAL EMISI CO 2 DI BAWAH PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PADA LAHAN GAMBUT DI RIAU TEMPORAL VARIATION OF CO 2 EMISSION UNDER OIL PALM PLANTATION ON PEATLAND IN RIAU Hery Widyanto 1, Nurhayati 1,
Lebih terperinciPENGEMBANGAN DAN KONSERVASI LAHAN GAMBUT
PENGEMBANGAN DAN KONSERVASI LAHAN GAMBUT Pendahuluan Dewasa ini lahan gambut merupakan lahan alternatif yang digunakan sebagai media untuk melakukan aktivitas di bidang pertanian. Mengingat lahan pertanian
Lebih terperinciPEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN GAMBUT DI INDONESIA
PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN GAMBUT DI INDONESIA Pendekatan MCA-Indonesia Indonesia memiliki lahan gambut tropis terluas di dunia, dan lahan gambut menghasilkan sekitar sepertiga dari emisi karbon negara
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan konsentrasi karbon di atmosfer menjadi salah satu masalah lingkungan yang serius dapat mempengaruhi sistem kehidupan di bumi. Peningkatan gas rumah kaca (GRK)
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Biomassa dan Karbon Biomassa Atas Permukaan di Kebun Panai Jaya, PTPN IV Tahun 2009
14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Stok Karbon 4.1.1 Panai Jaya Data stok karbon yang digunakan pada kebun Panai Jaya berasal dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yulianti (2009) dan Situmorang
Lebih terperinciPEMBAHASAN UMUM. Gambar 52. Hubungan antara nisbah C/N dengan fluks CO 2. Fluks CO2. (mg CO2 kg tanah -1 harī 1 )
PEMBAHASAN UMUM Dari kajian pengaruh pupuk N terhadap fluks CO 2 hasil respirasi bahan gambut menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara dosis urea dengan tingkat kematangan gambut. Penambahan dosis urea
Lebih terperinciFAKTOR PENDUGA SIMPANAN KARBON PADA TANAH GAMBUT
16 FAKTOR PENDUGA SIMPANAN KARBON PADA TANAH GAMBUT 1Ai Dariah, 3 Erni Susanti, 2 Anny Mulyani, dan 1 Fahmuddin Agus 1 Peneliti Badan Litbang Pertanian di Balai Penelitian Tanah, Jl. Tentara Pelajar No.
Lebih terperinciHesti Lestari Tata Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi, KLHK
Hesti Lestari Tata Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi, KLHK Seminar Hasil Penelitian Penguatan Aksi Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim Jakarta, 17 Januari
Lebih terperinciPENDUGAAN CADANGAN KARBON GAMBUT PADA AGROEKOSISTEM KELAPA SAWIT M. B. Prayitno 1, Sabaruddin 2, D. Setyawan 2 dan Yakup 2 1)
PENDUGAAN CADANGAN KARBON GAMBUT PADA AGROEKOSISTEM KELAPA SAWIT M. B. Prayitno 1, Sabaruddin 2, D. Setyawan 2 dan Yakup 2 1) Mahasiswa Pascasarjana, Ilmu-Ilmu Pertanian, Universitas Sriwijaya e-mail:
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap sumberdaya alam memiliki fungsi penting terhadap lingkungan. Sumberdaya alam berupa vegetasi pada suatu ekosistem hutan mangrove dapat berfungsi dalam menstabilkan
Lebih terperinciFLUKS CO2 DARI TANAH ANDOSOL PADA PENGGUNAAN LAHAN KEBUN SAYUR DAN HUTAN DI KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR
Buletin Tanah dan Lahan, 1 (1) Januari 2017: 115-120 FLUKS CO2 DARI TANAH ANDOSOL PADA PENGGUNAAN LAHAN KEBUN SAYUR DAN HUTAN DI KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR CO2 Flux from Andosol on Landuse Vegetable
Lebih terperinciPENDUGAAN EMISI GAS RUMAH KACA AKIBAT KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN PADA BERBAGAI TIPE TUTUPAN LAHAN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN
Jurnal Silvikultur Tropika Vol. 06 No. 2, Agustus 2015, Hal 132-138 ISSN: 2086-8227 PENDUGAAN EMISI GAS RUMAH KACA AKIBAT KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN PADA BERBAGAI TIPE TUTUPAN LAHAN DI PROVINSI SUMATERA
Lebih terperinciFahmuddin Agus dan Achmad Rachman Peneliti Balitbangtan di Balai Penelitian Tanah
Konservasi Tanah Menghadapi Perubahan Iklim 263 11. KESIMPULAN UMUM Fahmuddin Agus dan Achmad Rachman Peneliti Balitbangtan di Balai Penelitian Tanah Gejala perubahan iklim semakin nyata yang ditandai
Lebih terperinci9/21/2012 PENDAHULUAN STATE OF THE ART GAMBUT DI INDONESIA EKOSISTEM HUTAN GAMBUT KEANEKARAGAMAN HAYATI TINGGI SUMBER PLASMA NUTFAH TINGGI
9/1/1 PEMULIHAN ALAMI HUTAN GAMBUT PASKA KEBAKARAN: OPTIMISME DALAM KONSERVASI CADANGAN KARBON PENDAHULUAN EKOSISTEM HUTAN GAMBUT OLEH: I WAYAN SUSI DHARMAWAN Disampaikan pada acara Diskusi Ilmiah lingkup
Lebih terperinciPanduan Pengguna Untuk Reboisasi Lahan Kritis. Indonesia 2050 Pathway Calculator
Panduan Pengguna Untuk Reboisasi Lahan Kritis Indonesia 2050 Pathway Calculator Daftar Isi 1. Ikhtisar Lahan Kritis Indonesia... 3 2. Asumsi... 6 3. Metodologi... 7 4. Hasil Pemodelan... 8 5. Referensi...
Lebih terperinciPanduan Pengguna Untuk Reboisasi Lahan Kritis. Indonesia 2050 Pathway Calculator
Panduan Pengguna Untuk Reboisasi Lahan Kritis Indonesia 2050 Pathway Calculator Daftar Isi 1. Ikhtisar Lahan Kritis Indonesia... 3 2. Asumsi... 6 3. Metodologi... 7 4. Hasil Pemodelan... 8 5. Referensi...
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemampuan hutan dan ekosistem didalamnya sebagai penyimpan karbon dalam bentuk biomassa di atas tanah dan di bawah tanah mempunyai peranan penting untuk menjaga keseimbangan
Lebih terperinciBAB VII PERKIRAAN EMISI. Pemerintah Kabupaten Donggala A. GAS RUMAH KACA B. KEGIATAN MANUSIA DAN JENIS GRK. Badan Lingkungan Hidup Daerah
BAB VII PERKIRAAN EMISI A. GAS RUMAH KACA Gas rumah Kaca (GRK) merupakan gas di atmosfer yang berfungsi menyerap radiasi infra merah dan ikut menentukan suhu atmosfer. Adanya berbagai aktivitas manusia,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. sektor pertanian (MAF, 2006). Gas rumah kaca yang dominan di atmosfer adalah
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pertanian dan Pemanasan Global Pemanasan global yang kini terjadi adalah akibat dari makin meningkatnya gas rumah kaca (GRK) di atmosfer, baik secara alami maupun secara buatan
Lebih terperinciEmisi Karbon Lahan Gambut pada Agroekosistem Kelapa Sawit
Jurnal Lahan Suboptimal ISSN: 2252-6188 (Print), ISSN: 2302-3015 (Online, www.jlsuboptimal.unsri.ac.id) Vol. 3, No.1: 83-89, April 2014 Emisi Karbon Lahan Gambut pada Agroekosistem Kelapa Sawit Peatland
Lebih terperinciSeminar Gelar Teknologi Kehutanan, 19 Nov. 2009
Studi Kasus Pendugaan Emisi Karbon di Lahan Gambut Kasus untuk Kabupaten Kubu Raya dan Kab. Pontianak, Kalimantan Barat BBSDLP, Badan Litbangtan Fahmuddin Agus, Wahyunto, Herman, Eleonora Runtunuwu,, Ai
Lebih terperinciPenetapan Cadangan Karbon Bahan Gambut Saprik, Hemik, dan Fibrik
Penetapan Cadangan Karbon Bahan Gambut Saprik, Hemik, dan Fibrik (Studi Kasus di Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat Lubuk Gaung, Kecamatan Sungai Sembilan, Dumai) Inda Safitri A14050600 Mayor Manajemen Sumberdaya
Lebih terperinciNILAI EKONOMI KARBON HUTAN RAWA GAMBUT MERANG KEPAYANG, PROPINSI SUMATERA SELATAN
J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN, Vol. 22, No.1, Maret 2015: 52-58 NILAI EKONOMI KARBON HUTAN RAWA GAMBUT MERANG KEPAYANG, PROPINSI SUMATERA SELATAN (Economic Value of Carbon of Merang Kepayang Peat Swamp Forest,
Lebih terperinciSetitik Harapan dari Ajamu
Setitik Harapan dari Ajamu Setitik Harapan dari Ajamu: Pelajaran tentang Sukses Pemanfaataan Gambut Dalam untuk Sawit Oleh: Suwardi, Gunawan Djajakirana, Darmawan dan Basuki Sumawinata Departemen Ilmu
Lebih terperinciKONTRIBUSI SEKTOR TRANSPORTASI DARAT TERHADAP TINGKAT EMISI CO2 DI EKOREGION KALIMANTAN. Disusun Oleh :
KONTRIBUSI SEKTOR TRANSPORTASI DARAT TERHADAP TINGKAT EMISI CO2 DI EKOREGION KALIMANTAN Disusun Oleh : Arianty Prasetiaty, S.Kom, M.S.E (Kasubid Transportasi, Manufaktur, Industri dan Jasa Bidang Inventarisasi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap.
4 TINJAUAN PUSTAKA Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang di tunjuk dan atau di tetapkan oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap. Kawasan hutan perlu di tetapkan untuk
Lebih terperinciProgram Studi Rekayasa Kehutanan, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung
NERACA KARBON : METODE PENDUGAAN EMISI CO2 DI LAHAN GAMBUT Cahya Anggun Sasmita Sari 1), Lidya Astu Widyanti 1), Muhammad Adi Rini 1), Wahyu Isma Saputra 1) 1) Program Studi Rekayasa Kehutanan, Sekolah
Lebih terperinciKEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT
KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT Dr. David Pokja Pangan, Agroindustri, dan Kehutanan Komite Ekonomi dan Industri
Lebih terperinciPEMANASAN GLOBAL PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL
PEMANASAN GLOBAL APA ITU PEMANASAN GLOBAL Perubahan Iklim Global atau dalam bahasa inggrisnya GLOBAL CLIMATE CHANGE menjadi pembicaraan hangat di dunia dan hari ini Konferensi Internasional yang membahas
Lebih terperinciKLASIFIKASI DAN DISTRIBUSI TANAH GAMBUT INDONESIA SERTA PEMANFAATANNYA UNTUK PERTANIAN
7 KLASIFIKASI DAN DISTRIBUSI TANAH GAMBUT INDONESIA SERTA PEMANFAATANNYA UNTUK PERTANIAN D. Subardja dan Erna Suryani Peneliti Badan Litbang Pertanian di Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan, Jl. Tentara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi prioritas dunia saat ini. Berbagai skema dirancang dan dilakukan
Lebih terperinciPerubahan Iklim dan SFM. Dewan Nasional Perubahan Iklim Jakarta, 3 Desember 2009
Perubahan Iklim dan SFM Dewan Nasional Perubahan Iklim Jakarta, 3 Desember 2009 Dengan menghitung emisi secara netto untuk tahun 2000, perbedaan perkiraan emisi DNPI dan SNC sekitar 8 persen Sekotr lain
Lebih terperinciDEGRADASI DAN REHABILITASI HUTAN TROPIKA BASAH (KAJIAN FALSAFAH SAINS) PAPER INDIVIDU MATA AJARAN PENGANTAR FALSAFAH SAINS OLEH PRIJANTO PAMOENGKAS
DEGRADASI DAN REHABILITASI HUTAN TROPIKA BASAH (KAJIAN FALSAFAH SAINS) PAPER INDIVIDU MATA AJARAN PENGANTAR FALSAFAH SAINS OLEH PRIJANTO PAMOENGKAS IPK 14600003 PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciDAMPAK KEBAKARAN HUTAN GAMBUT TERHADAP SUBSIDENSI DI HUTAN TANAMAN INDUSTRI
DAMPAK KEBAKARAN HUTAN GAMBUT TERHADAP SUBSIDENSI DI HUTAN TANAMAN INDUSTRI Ambar Tri Ratnaningsih, Sri Rahayu Prastyaningsih Staff Pengajar Fakutas Kehutanan Universitas Lancang Kuning Jln. Yos Sudarso
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Lahan gambut merupakan salah satu tipe ekosistem yang memiliki kemampuan menyimpan lebih dari 30 persen karbon terestrial, memainkan peran penting dalam siklus hidrologi serta
Lebih terperinciBAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
22 BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1 Luas dan Lokasi Wilayah Merang Peat Dome Forest (MPDF) memiliki luas sekitar 150.000 ha yang terletak dalam kawasan Hutan Produksi (HP) Lalan di Kecamatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan kebutuhan hidup manusia, tidak dapat dipungkiri bahwa tekanan terhadap perubahan lingkungan juga akan meningkat
Lebih terperinciEMISI CO 2 TANAH GAMBUT PADA PENGGUNAAN LAHAN YANG BERBEDA DI KECAMATAN MENDAHARA, KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR
ISSN 1410-1939 EMISI TANAH GAMBUT PADA PENGGUNAAN LAHAN YANG BERBEDA DI KECAMATAN MENDAHARA, KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR [ EMISSIONS FROM PEAT SOIL AT DIFFERENT TYPES OF LAND USE IN MENDAHARA, TANJUNG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di antara dua sungai besar. Ekosistem tersebut mempunyai peran yang besar dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ekosistem gambut merupakan salah satu tipe ekosistem lahan basah yang terbentuk dari akumulasi bahan organik dan pada umumnya menempati cekungan di antara dua sungai
Lebih terperincidampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau
dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau ABSTRAK Sejalan dengan peningkatan kebutuhan penduduk, maka kebutuhan akan perluasan lahan pertanian dan perkebunan juga meningkat. Lahan yang dulunya
Lebih terperinciRumus Emisi CO 2. E = (Ea + Ebb + Ebo Sa) / Δt. Ea = Emisi karena terbakarnya jaringan dipermukaan tanah, misalnya pada waktu pembukaan lahan.
Mencuatnya fenomena global warming memicu banyak penelitian tentang emisi gas rumah kaca. Keinginan negara berkembang terhadap imbalan keberhasilan mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi (REDD)
Lebih terperincilingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan mendatang.
Penebangan hutan yang liar mengurangi fungsi hutan sebagai penahan air. Akibatnya, daya dukung hutan menjadi berkurang. Selain itu, penggundulan hutan dapat menyebabkan terjadi banjir dan erosi. Akibat
Lebih terperinciEMISI KARBON DIOKSIDA DARI TANAMAN KELAPA SAWIT PADA LAHAN GAMBUT DI SUMATERA FITHRA KAMELA
EMISI KARBON DIOKSIDA DARI TANAMAN KELAPA SAWIT PADA LAHAN GAMBUT DI SUMATERA FITHRA KAMELA DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
Lebih terperinciDISTRIBUSI KETEBALAN GAMBUT DAN SIFAT-SIFAT TANAH DI HUTAN RAWA GAMBUT KALAMPANGAN, KALIMANTAN TENGAH
DISTRIBUSI KETEBALAN GAMBUT DAN SIFAT-SIFAT TANAH DI HUTAN RAWA GAMBUT KALAMPANGAN, KALIMANTAN TENGAH The Thickness Distribution of Peat Land and the Properties of Peat Land at Peat Swamp Forest Kalampangan,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman
PENDAHULUAN Latar Belakang Terdegradasinya keadaan hutan menyebabkan usaha kehutanan secara ekonomis kurang menguntungkan dibandingkan usaha komoditi agribisnis lainnya, sehingga memicu kebijakan pemerintah
Lebih terperinciPEMANASAN GLOBAL. Efek Rumah Kaca (Green House Effect)
PEMANASAN GLOBAL Efek Rumah Kaca (Green House Effect) EFEK RUMAH KACA Efek rumah kaca dapat digunakan untuk menunjuk dua hal berbeda: efek rumah kaca alami yang terjadi secara alami di bumi, dan efek rumah
Lebih terperinciMedan (*Penulis korespondensi, b Staf Pengajar Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara
Pemetaan Potensi Karbon di Lahan Gambut Topogen Pada Berbagai Kecamatan di Kabupaten Humbang Hasundutan, Provinsi Sumatera Utara (Mapping Potential Carbon In Peat Topogen at Humbang Hasundutan District)
Lebih terperinciPENGARUH KEDALAMAN MUKA AIR TANAH DAN MULSA ORGANIK TERHADAP EMISI CO 2 PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.
PENGARUH KEDALAMAN MUKA AIR TANAH DAN MULSA ORGANIK TERHADAP EMISI CO 2 PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI LAHAN GAMBUT THE EFFECT OF WATER LEVEL AND ORGANIC MULCH ON CO 2 EMISSIONS
Lebih terperinciPERUBAHAN PENGUNAAN LAHAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERUBAHAN IKLIM KOTA MALANG
PERUBAHAN PENGUNAAN LAHAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERUBAHAN IKLIM KOTA MALANG 1) Akhmad Faruq Hamdani; 2) Nelya Eka Susanti 1) 2) Universitas Kanjuruhan Malang Email: 1) a.faruqhamdani@unikama.ac.id;
Lebih terperinciPanduan Pengguna Untuk Sektor Kelapa Sawit. Indonesia 2050 Pathway Calculator
Panduan Pengguna Untuk Sektor Kelapa Sawit Indonesia 2050 Pathway Calculator Daftar Isi 1. Ikhtisar Sektor Kelapa Sawit Indonesia... 3 2. Asumsi... 7 3. Metodologi... 9 4. Hasil Pemodelan... 11 5. Referensi...
Lebih terperinciPanduan Pengguna Untuk Sektor Kelapa Sawit. Indonesia 2050 Pathway Calculator
Panduan Pengguna Untuk Sektor Kelapa Sawit Indonesia 2050 Pathway Calculator Daftar Isi 1. Ikhtisar Sektor Kelapa Sawit Indonesia... 3 2. Asumsi... 7 3. Metodologi... 9 4. Hasil Pemodelan... 11 5. Referensi...
Lebih terperinciPENGARUH DOSIS PUPUK N PADA BAHAN GAMBUT DENGAN TINGKAT KEMATANGAN YANG BERBEDA TERHADAP FLUKS CO 2. Rasional
PENGARUH DOSIS PUPUK N PADA BAHAN GAMBUT DENGAN TINGKAT KEMATANGAN YANG BERBEDA TERHADAP FLUKS CO 2 Rasional Penambahan pupuk N pada lahan gambut dapat mempengaruhi emisi GRK. Urea merupakan pupuk N inorganik
Lebih terperinciPOTENSI SIMPANAN KARBON TANAH (SOIL CARBON STOCK) PADA AREAL REHABILITASI TOSO COMPANY Ltd. DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT NAELI FAIZAH
POTENSI SIMPANAN KARBON TANAH (SOIL CARBON STOCK) PADA AREAL REHABILITASI TOSO COMPANY Ltd. DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT NAELI FAIZAH DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciDEGRADASI LAHAN AKIBAT BERBAGAI JENIS PENGGUNAAN LAHAN DI KABUPATEN DHARMASRAYA
J. Solum Vol. I No.2 Juli 2004: 69-73 ISSN: 1829-7994 DEGRADASI LAHAN AKIBAT BERBAGAI JENIS PENGGUNAAN LAHAN DI KABUPATEN DHARMASRAYA Syafrimen Yasin Laboratorium Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian Universitas
Lebih terperinciKELAPA SAWIT KOMODITAS UNGGULAN SUMATERA SELATAN YANG RAMAH LINGKUNGAN a
KELAPA SAWIT KOMODITAS UNGGULAN SUMATERA SELATAN YANG RAMAH LINGKUNGAN a Oleh: NAJIB ASMANI b a Makalah pada Seminar Pelantikan Pengurus Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Sumatera Selatan,
Lebih terperinciPEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya
PEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya Oleh : Prof. Dr., Ir. Moch. Sodiq Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanasan global merupakan salah satu isu di dunia saat ini. Masalah pemanasan global ini bahkan telah menjadi agenda utama Perserikatan Bangsabangsa (PBB). Kontributor
Lebih terperinciEmisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Kalimantan Tengah
Emisi bersih GRK Dugaan emisi bersih tahunan GRK dari penggunaan lahan lahan dan perubahan penggunaan lahan di hutan dan lahan gambut akibat ulah manusia selama 2001-2012. Hasil yang ada menunjukkan jumlah
Lebih terperinciANALISIS POTENSI DAN KARAKTERISTIK GAMBUT SEBAGAI BAHAN PERTIMBANGAN UNTUK ARAHAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN KAWASAN DI KABUPATEN SIAK
ANALISIS POTENSI DAN KARAKTERISTIK GAMBUT SEBAGAI BAHAN PERTIMBANGAN UNTUK ARAHAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN KAWASAN DI KABUPATEN SIAK Hasmana Soewandita dan Nana Sudiana Pusat Teknologi Sumberdaya Lahan
Lebih terperinciPENGELOLAAN LAHAN GAMBUT SECARA BERKELANJUTAN
PENGELOLAAN LAHAN GAMBUT SECARA BERKELANJUTAN IG. M. Subiksa, Wiwik Hartatik, dan Fahmuddin Agus Lahan gambut tropis memiliki keragaman sifat fisik dan kimia yang besar, baik secara spasial maupun vertikal.
Lebih terperinciKANDUNGAN EMISI GAS RUMAH KACA PADA KEBAKARAN HUTAN RAWA GAMBUT DI PELALAWAN RIAU
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, Agustus 2010, hlm. 78-82 ISSN 0853 4217 Vol. 15 No.2 KANDUNGAN EMISI GAS RUMAH KACA PADA KEBAKARAN HUTAN RAWA GAMBUT DI PELALAWAN RIAU (GREENHOUSE GASES EMISSION FROM PEAT
Lebih terperinciPENGELOLAAN LAHAN PERTANIAN DAN EMISI GAS RUMAH KACA
PENGELOLAAN LAHAN PERTANIAN DAN EMISI GAS RUMAH KACA s. minardi Jurusan Ilmu Tanah/Agroteknologi Fakultas Pertanian UNS ABSTRAK Peningkatan emisi gas rumah kaca (GRK), pengaruhnya terhadap pemanasan global
Lebih terperinciInformasi hasil aplikasi perhitungan emisi grk
Informasi hasil aplikasi perhitungan emisi grk Aplikasi perhitungan grk di wilayah sumatera Aplikasi Perhitungan GRK di Wilayah Sumatera Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul
Lebih terperinciPerhitungan karbon untuk perbaikan faktor emisi dan serapan grk
Perhitungan karbon untuk perbaikan faktor emisi dan serapan grk Program : Pengelolaan Hutan Tanaman Judul RPI : Penelitian Pengembangan Perhitungan Emisi Gas Rumah Kaca Koordinator RPI : Ir. Ari Wibowo,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pemanasan global adalah kejadian terperangkapnya radiasi gelombang panjang matahari (inframerah atau gelombang panas) yang dipancarkan oleh bumi sehingga tidak dapat
Lebih terperinciIlmuwan mendesak penyelamatan lahan gambut dunia yang kaya karbon
Untuk informasi lebih lanjut, silakan menghubungi: Nita Murjani n.murjani@cgiar.org Regional Communications for Asia Telp: +62 251 8622 070 ext 500, HP. 0815 5325 1001 Untuk segera dipublikasikan Ilmuwan
Lebih terperinci