: Undangan Sarasehan Membangun Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia yang Maju dan Mandiri 12 September 2014
|
|
- Utami Budiono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BADAN PENGAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI (BPPT) Jl. M.H.THAMRIN NO. 8. JAKARTA INDONESIA TEL TELEX: BPPT IA FAX: Jakarta, 5 September 2014 Nomor Lampiran Perihal : S. 62/BPPT/TPSA/UND/09/2014 : 1 (Satu) Berkas : Undangan Sarasehan Membangun Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia yang Maju dan Mandiri 12 September 2014 Yth. Praktisi dan Profesional Bidang Kelautan dan Maritim Dalam Undangan Terlampir Bersama ini disampaikan bahwa Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bekerjasama dengan Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Kementerian Kelautan dan Perikanan serta didukung oleh sejumlah Organisasi Profesi Kelautan Indonesia, akan mengadakan acara Sarasehan dengan tema: Membangun Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia yang Maju dan Mandiri. Sehubungan dengan kegiatan tersebut, kami mengundang Bapak/Ibu/Saudara untuk hadir pada acara tersebut yang akan dilaksanakan pada: Hari/Tanggal : Jum at, 12 September 2014 Waktu : 08:00 12:00 WIB Tempat : Auditorium, Gedung II BPPT Lt. 3 Jl. M.H. Thamrin No. 8, Jakarta Pusat Besar harapan kami Bapak/Ibu/Saudara dapat menghadiri Sarasehan ini dan dapat memberi masukan serta sumbangan pemikiran untuk Indonesia yang lebih baik dengan mendorong pembangunan ekonomi kelautan secara berkelanjutan. Sebagai konfirmasi kehadiran Bapak/Ibu/Saudara, mohon kesediaannya melakukan registrasi ke panitia melalui maritim.iptek2014@yahoo.com atau telepon u.p. Sdri Tara Pradipta/Indah Lutfiyanti. Demikian kami sampaikan atas perhatian dan perkenannya, kami ucapkan terima kasih. Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam Ridwan Djamaluddin
2 Jadual Acara Sarasehan Membangun Indonesia sebagai Negara Maritim yang Maju dan Mandiri 12 September :00 Registrasi dan Ramah Tamah :30 Pembukaan Sambutan Kepala BPPT :30 Pembicara Panel: 12 September 2014 Sambutan Menteri Riset dan Teknologi Pidato Kunci: Pembangunan Benua Maritim Indonesia, oleh Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie, Presiden ke-3 Republik Indonesia Pidato Kunci: Indonesia: Poros Maritim Dunia, oleh Ir. Joko Widodo, Presiden Terpilih Republik Indonesia Moderator : Ir. Sarwono Kusumaatmadja, Menteri Kelautan dan Perikanan RI pertama 1. Pengelolaan Kelautan Indonesia untuk menunjang eksistensi Negara Kepulauan, oleh Dr. Sjarief Widjaja, Sekjen Kementerian Kelautan dan Perikanan 2. Kelautan Dunia dan Posisi Indonesia, oleh: Prof. Dr. Ir. Indroyono Soesilo, Direktur Sumberdaya Perikanan dan Akuakultur FAO-Roma. 3. Kedaulatan Maritim Indonesia, oleh: Laks. Purn Agus Suhartono, Mantan Panglima TNI Pembahas: 1. Rini Widyantini, SH., MPM, Deputi Bidang Kelembagaan, Kementerian PAN dan Reformasi Birokrasi 2. Dr. Ridwan Djamaluddin, Deputi Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam, BPPT Diskusi Konferensi Pers Makan Siang Perumusan Hasil Sarasehan oleh Tim Perumus: Dr. Safri Burhanuddin
3 Kerangka Acuan Sarasehan Membangun Indonesia sebagai Negara Maritim yang Maju dan Mandiri Jumat, 12 September 2014 Auditorium BPPT, Gedung II BPPT Lantai 3 Jl. M.H. Thamrin No. 8 Jakarta Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 25A, setelah amandemen ke-4, Indonesia adalah negara kepulauan yang berciri Nusantara. Ini sejalan dengan Deklarasi Djoeanda yang dideklarasikan pada tanggal 13 Desember 1957 oleh Perdana Menteri Ir. H. Djoeanda. Pada prinsipnya deklarasi ini berisikan klaim bahwa Indonesia adalah negara kepulauan (archipelagic state). Secara alamiah wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari lebih 70% perairan. Karena luasnya wilayah NKRI dengan sifat kontinental maupun maritim yang khas, maka sebagian orang menyebut Indonesia sebagai Benua Maritim Indonesia (BMI). Oleh karena itu sudah seharusnya Indonesia lebih memperkuat implementasi pembangunan kelautan nasional dengan memanfaatkan segala potensi sumberdaya alam dan wilayah secara terpadu dan berkelanjutan. Deklarasi Djuanda itu merupakan momentum bersejarah dan memperlihatkan kepemimpinan Indonesia untuk dunia di bidang kemaritiman. Dalam deklarasi ini pemerintah Indonesia mengklaim bahwa seluruh perairan antar pulau di Indonesia sebagai wilayah nasional. Dengan adanya klaim ini maka seluruh pulau-pulau dan perairan diantaranya adalah satu kesatuan. Inilah yang kemudian dikenal dengan konsep negara kepulauan dan cara pandang ini dikenal dengan Wawasan Nusantara. Selain itu pemerintah juga melakukan klaim bahwa laut teritorial kita adalah 12 mil, bukan 3 mil seperti sebelumnya. Konsep negara kepulauan terus diperjuangkan di forum-forum internasional oleh diplomat-diplomat kita. Akhirnya, perjuangan itu membuahkan hasil dengan disyahkannya United Nations Convention On Law of The Seas 1982 (UNCLOS 82) oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Seperti diketahui bahwa UNCLOS 82 mengakomodasikan konsep negara kepulauan yang selama ini diperjuangkan oleh Bangsa Indonesia. Sebagai negara kepulauan yang besar dan memiliki posisi strategis di dunia, dengan berbagai potensi sumberdaya serta fenomena alam yang dimilikinya, Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk membangun visi maritim berbasiskan kepentingan Nasional. Pola pikir Tanah Air Indonesia pada Kongres Pemuda tahun 1928 sudah mulai terbangun, sebagaimana diperdengarkan dalam syair lagu Indonesia Raya karya WR Soepratman. Upaya memperjuangkan pembangunan bahari terus berlanjut dan menghasilkan capaian dalam kurun waktu tiga dekade terakhir, antara lain: Pembentukan Program Studi Marine Science di 6 Perguruan Tinggi Negeri (akhir 1980-an) Pengadaan Armada Kapal Riset Moderen Kelas Baruna Jaya (awal 1990-an) Sektor Kelautan masuk dalam GBHN untuk pertama kali pada 1993 Deklarasi Benua Maritim Indonesia oleh Menristek/Kepala BPPT/Kepala BPIS selaku Ketua Dewan Riset Nasional dan Menkopolkam Ketua Harian Dewan Kelautan Nasional (1996) Deklarasi Bunaken & Ocean Charter (1998) Dibentuknya Departemen Eksplorasi Laut (1999) Deklarasi Seruan Sunda Kelapa oleh Presiden Megawati Soekarnoputri (2001) World Ocean Conference dan Manado Ocean Declaration (2009)
4 Coral Triangle Innitiative [CTI] Summit dan penetapan Sekretariat CTI di Indoneaia (2009/2013) Indonesia menerima penghargaan UNEP Award for Leadership in Ocean and Marine Management (2010) Pada Konvensi Nasional Pembangunan Benua Maritim Indonesia di Kota Makassar tanggal 18 Desember 1996, Indonesia telah menandatangani Deklarasi Kesepakatan Dan Tekad Dalam Pembangunan Benua Maritim Indonesia oleh Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie dan Jenderal (Purn) Soesilo Soedarman selaku Ketua Harian Dewan Nasional Kelautan. Deklarasi ini pada prinsipnya berisikan kesepakatan untuk (1) menyebut wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia beserta Perairan Nusantara, Laut Wilayah, Zona Tambahan, ZEE dan Landas Kontinennhya sebagai Benua Maritim Indonesia, (2) bertekad untuk memandangnya, membangunnya dan mempertahankan/mengamankannya secara menyeluruh dan terpadu dengan meningkatkan peranan maritim dalam rangka mengaktualisasikan Wawasan Nusantara, Laut Wilayah, Zona Tambahan, Zona Ekonomi Eksklusif dan Landas Kontinennya. Sebagai Negara Maritim, Indonesia dalam melaksanakan Program Pembangunan lebih mendayagunakan segala potensi maritim dan/atau kelautan bagi kesejahteraan dan keamanan bangsa Indonesia secara berkesinambungan. Komponen utama pembangunan dimaksud meliputi: ekonomi berbasis sumberdaya maritim; industri dan jasa maritim; pengelolaan lingkungan dan kebencanaan maritim; sumberdaya manusia, Iptek dan kelembagaan kelautan; serta Politik, Hukum dan Budaya Bahari. Presiden Megawati Soekarnoputri pada tanggal 27 Desember 2001 mengeluarkan Seruan Sunda Kelapa yang intinya merupakan seruan dan ajakan kepada seluruh bangsa Indonesia untuk (1) membangun kembali wawasan bahari, (2) Menegakkan kedaulatan secara nyata di laut, (3) Mengembangkan industri dan jasa maritim secara optimal dan lestari bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, (4) Mengelola kawasan-kawasan pesisir, laut dan pulau-pulau kecil untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi secara serasi dan berkelanjutan, dan (5) Mengembangkan hukum nasional di bidang maritime. Nilai-nilai Seruan Sunda Kelapa harus dimaknai dan diimplementasikan dalam pembangunan maritim di Indonesia. Antara pembangunan maritim dan pembangunan kelautan, keduanya memiliki kesamaan karena sama-sama terkait dengan laut. Namun demikian terdapat perbedaan makna yang mendasar seperti uraian berikut. Kata maritim pada prinsipnya terkait dengan upaya pemanfaatan yang berhubungan dengan laut khususnya yang menyangkut pelayaran, pembuatan dan pemeliharaan kapal, pembangunan dan operasional pelabuhan serta industri dan jasa terkait. Sementara itu kata kelautan lebih sering digunakan untuk hal-hal yang terkait dengan sumberdaya alam dan lingkungan laut. Meskipun terdapat berbedaan makna antara keduanya, namun dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan keduanya saling terkait dan berpengaruh. Pengelolaan kelautan yang baik merupakan prasyarat keberhasilan pembangunan maritim. Oleh karenanya kedua kata tersebut, maritim dan kelautan, secara bersama-sama dapat pula diwakili oleh kata bahari. Upaya yang telah dilakukan dan capaian yang dihasilkan tersebut perlu didukung dengan penguatan kebijakan implementasi pembangunan bahari bagi kesejahteraan masyarakat dan kejayaan bangsa secara konsisten agar dapat terwujud Indonesia sebagai negara maritim yang maju dan mandiri. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada masa kepemimpinannya telah meletakkan dasardasar Pembangunan Ekonomi Kelautan, namun masih perlu peningkatan dalam tataran implementasinya. Momentum suksesi kepemimpinan nasional, dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada Presiden Terpilih Joko Widodo, merupakan saat yang tepat untuk merumuskan kembali kebijakan implementasi Pembangunan Benua Maritim Indonesia secara menyeluruh dan terpadu.
5 Tujuan Sarasehan ini bertujuan untuk menyusun rekomendasi langkah-langkah strategis dan implementatif untuk pembangunan Indonesia yang berorientasi kelautan dan berbasis Iptek dalam rangka mewujudkan Indonesia sebagai negara maritim yang maju dan mandiri. Peserta Peserta yang diharapkan hadir hadir dalam sarasehan ini berjumlah 300 orang yang berasal dari berbagai pemangku kepentingan maritim nasional, antara lain: Kementerian dan Lembaga Pemerintah Pakar dan Akademisi kelautan Praktisi dan Pelaku industri kelautan nasional Topik dan Pembahasan Kegiatan ini akan dilaksanakan dalam dua sesi yaitu: 1. Sesi Pembukaan Sesi ini diawali dengan sambutan oleh Kepala BPPT dan Sambutan oleh Menteri Riset dan Teknologi. Kemudian, acara dilanjutkan dengan Prof. Dr. B.J. Habibie sebagai pembicara kunci untuk menyampaikan pidato bertemakan Pembangunan Benua Maritim Indonesia yang telah dicanangkan dalam Deklarasi Benua Maritim Indonesia pada tahun 1996 dan perkembangannya. Sesi ini akan ditutup oleh Presiden RI terpilih , Ir. Joko Widodo, yang diharapkan untuk menyampaikan pidato kunci mengenai Gagasan Pembangunan Poros Maritim Indonesia. 2. Sesi Diskusi Panel: Pada sesi ini akan dibahas Visi Maritim Indonesia dan Tantangannya, dengan moderator Ir. Sarwono Kusumaatmadja, Menteri Eksplorasi Laut RI Pertama. Pembicara pertama adalah Sekjen Kementerian Kelautan dan Perikanan Dr. Ir. Sjarief Widjaja, dengan paparan mengenai Pengelolaan Kelautan Indonesia untuk menunjang eksistensi Negara Kepulauan. Paparan ke dua bertemakan Kelautan Dunia dan Posisi Indonesia yang akan disampaikan oleh Prof. Dr. Indroyono Soesilo, Direktur Sumberdaya Perikanan dan Akuakultur FAO. Paparan ke tiga oleh Laksamana Agus Suhartono, mantan Panglima TNI dan mantan KASAL, yang akan membahas Kedaulatan Maritim Indonesia: Capaian dan Tantangannya. Sebagai pembahas adalah Deputi Bidang Kelembagaan Kementerian PAN RB dan Deputi Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam BPPT. 3. Sesi Perumusan Sesi perumusan akan diselenggarakan pada pukul 13:30 s/d 15:30 dan dilanjutkan pada tanggal 15 September 2014, pukul 09:00 s.d di BPPT. Dalam sesi ini akan dibahas rekomendasi Pembangunan Kelautan dan Maritim Indonesia. Sesi perumusan akan diikuti oleh tim perumus yang telah ditetapkan.
6 Target Keluaran Sarasehan ini diharapkan menghasilkan keluaran berupa: 1. Rekomendasi Pembangunan Kelautan Indonesia berbasis Iptek dalam rangka mewujudkan Indonesia sebagai Negara Kepulauan yang maju dan mandiri serta memanfaatkan sumberdaya kemaritiman dan/atau kelautan yang berkelanjutan bagi sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat; 2. Rekomendasi optimalisasi pemanfaatan sumberdaya kemaritiman dan/atau kelautan melalui peningkatan kapasitas dan peran Sumberdaya Manusia, sarana dan prasarana serta kelembagaan Iptek kelautan berlandaskan kebijakan politik, hukum dan pelestarian budaya bahari dalam rangka mempercepat implementasi pembangunan Indonesia yang berorientasi kelautan serta menegakkan kedaulatan maritim NKRI. Waktu dan Tempat Penyelenggaraan Sarasehan Sarasehan ini akan dilaksanakan pada tanggal 12 September 2014, Jam , bertempat di Auditorium, Gedung II BPPT, Lantai 3, Jl. M.H. Thamrin No. 8 Jakarta Pusat. Perumusan rekomendasi Sarasehan akan dilaksanakan pada pukul 13:30 15:30 dan jika perlu, dilanjutkan pada tanggal 15 September 2014, pukul 09:00 s.d. 12:00 di BPPT. Penyelenggara Sarasehan ini diselenggarakan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan Kementerian Koordintor Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kemenko Kesra), serta didukung oleh Ikatan Sarjana Kelautan Indonesia [ISKINDO] dan Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia [ISOI].
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARAAN KONFERENSI KELAUTAN DUNIA (WORLD OCEAN CONFERENCE) TAHUN 2009 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG DEWAN KELAUTAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
1 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG DEWAN KELAUTAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Konvensi
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SOSIALIS VIETNAM TENTANG PENETAPAN BATAS LANDAS KONTINEN,
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka menjaga
Lebih terperinciLAPORAN SINGKAT KOMISI I DPR RI
LAPORAN SINGKAT KOMISI I DPR RI KEMENTERIAN PERTAHANAN, KEMENTERIAN LUAR NEGERI, KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA, TENTARA NASIONAL INDONESIA, BADAN INTELIJEN NEGARA, DEWAN KETAHANAN NASIONAL, LEMBAGA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SOSIALIS VIETNAM TENTANG PENETAPAN BATAS LANDAS KONTINEN,
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PANITIA NASIONAL PENGANGKATAN DAN PEMANFAATAN BENDA BERHARGA ASAL MUATAN KAPAL YANG TENGGELAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciKonsep Manajemen Pengelolaan Pesisir & Pulau- Pulau Kecil. Perencanaan Kawasan Pesisir
Konsep Manajemen Pengelolaan Pesisir & Pulau- Pulau Kecil Perencanaan Kawasan Pesisir Pendahuluan Indonesia merupakan negara kepulauan tropis terbesar di dunia 17.508 pulau, dan luas laut yang mencapai
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL MOROTAI TAHUN 2012
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 2011 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL MOROTAI TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.
Lebih terperinciHukum Laut Indonesia
Hukum Laut Indonesia Pengertian Hukum Laut Hukum Laut berdasarkan pendapat ahli ahli : Hukum laut menurut dr. Wirjono Prodjodikoro SH adalah meliputi segala peraturan hukum yang ada hubungan dengan laut.
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARAAN SAIL BUNAKEN TAHUN 2009
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARAAN SAIL BUNAKEN TAHUN 2009 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinciREPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONALI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONALI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL No. : 5:U, /D.V/08/2015 Jakarta, Ie> Agustus 2015 Lamp : 1 (satu) berkas Perihal : PERMOHONAN NARASUMBER
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG PENGESAHAN CONVENTION ON THE CONSERVATION AND MANAGEMENT OF HIGHLY MIGRATORY FISH STOCKS IN THE WESTERN AND CENTRAL PENGELOLAAN SEDIAAN
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KELAUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KELAUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diakui
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PANITIA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARAAN SAIL BUNAKEN TAHUN 2009 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menyemarakkan Hari Ulang
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2014 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL TOMINI TAHUN 2015
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2014 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL TOMINI TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa
Lebih terperincimaka dunia internasional berhak untuk memakai kembali wilayah laut Indonesia dengan bebas seperti sebelumnya 298.
115 maka dunia internasional berhak untuk memakai kembali wilayah laut Indonesia dengan bebas seperti sebelumnya 298. Konvensi Hukum Laut Internasional 1982 tidak hanya memberi keuntungan-keuntungan ekonomi
Lebih terperinciMakassar, 26 Januari 2018
Makassar, 26 Januari 2018 Nomor : 001/PAN-FRI/UNHAS/I/2018 Lampiran : 1 Berkas Hal : Undangan Konferensi Forum Rektor Indonesia 2018; Konvensi Kampus XIV dan Temu Tahunan XX FRI Konvensi Kampus XIV Temu
Lebih terperinciANGGARAN DASAR Lembaga Indonesia ASA
ANGGARAN DASAR Lembaga Indonesia ASA PEMBUKAAN Setelah 68 tahun Indonesia merdeka, berbagai kemajuan dan prestasi telah dicapai oleh bangsa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 10 TAHUN 2005 TENTANG UNIT ORGANISASI DAN TUGAS ESELON I KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL RAJA AMPAT TAHUN 2014
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL RAJA AMPAT TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan Indonesia terkait dengan prinsip Wawasan Nusantara telah membuahkan hasil dengan diakuinya konsep negara kepulauan atau archipelagic state secara
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ekosistem
Lebih terperinciJakarta, 26 Februari 2015
Kerangka Acuan (TOR) Lokakarya Akuntabilitas 1 Pendanaan Kemanusiaan Jakarta, 26 Februari 2015 A. LATAR BELAKANG Bencana beragam penyebab di Indonesia dalam 10 tahun terakhir tercatat 11.274 kejadian,
Lebih terperinciANALISIS UNDANG-UNDANG KELAUTAN DI WILAYAH ZONA EKONOMI EKSKLUSIF
Ardigautama Agusta. Analisis Undang-undang Kelautan di Wilayah Zona Ekonomi Eksklusif 147 ANALISIS UNDANG-UNDANG KELAUTAN DI WILAYAH ZONA EKONOMI EKSKLUSIF Ardigautama Agusta Teknik Geodesi dan Geomatika,
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL MOROTAI TAHUN 2012
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 2011 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL MOROTAI TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.10, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA AGREEMENT. Pengesahan. RI - Republik Singapura. Timur Selat Singapura. Wilayah. Laut. Garis Batas. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam melaksanakan pengelolaan wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG
KEPUTUSAN NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PANITIA NASIONAL PENGANGKATAN DAN PEMANFAATAN BENDA BERHARGA ASAL MUATAN KAPAL YANG TENGGELAM DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK SINGAPURA TENTANG PENETAPAN GARIS BATAS LAUT WILAYAH KEDUA NEGARA DI BAGIAN
Lebih terperinciMedan, Desember 2015 Pejabat Rektor. Prof. Subhilhar, Ph.D
KATA PENGANTAR Dengan mengucap puji syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa dan atas HidayahNya, Naskah Akademik dengan judul Menegakkan Negara Maritim Bermartabat, dapat diselesaikan dengan baik. Naskah Akademik
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL KOMODO TAHUN 2013
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 2011 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL KOMODO TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG KELAUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG KELAUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI JANGKA PANJANG TAHUN 2012-2025 DAN JANGKA MENENGAH TAHUN 2012-2014 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI KEMARITIMAN
PENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI KEMARITIMAN Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si khodijah5778@gmail.com HP. (+62)82323667888 ; (+62)819805778 ; (+62)8163600018 www. khodijahismail.com POKOK BAHASAN Kontrak Perkuliahan,
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL KOMODO TAHUN 2013
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL KOMODO TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARAAN DAN DELEGASI DALAM KONFERENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA UNTUK PERUBAHAN IKLIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN,
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARAAN SAIL BANDA TAHUN 2010
P R E S I D E N REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARAAN SAIL BANDA TAHUN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK
Lebih terperinciCALL FOR PAPER SEMINAR NASIONAL STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN YANG BERDAYA SAING KOMITE EKONOMI NASIONAL
CALL FOR PAPER SEMINAR NASIONAL STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN YANG BERDAYA SAING KOMITE EKONOMI NASIONAL 1. PENDAHULUAN Paradigma pembangunan daerah memerlukan strategi yang tepat untuk
Lebih terperinciDICARI!!! Capres & Cawapres yang Lebih Peduli Kesehatan Bangsa STADIUM GENERAL : POLITIK KESEHATAN. Diselenggarakan Oleh:
DICARI!!! Capres & Cawapres yang Lebih Peduli Kesehatan Bangsa STADIUM GENERAL : POLITIK KESEHATAN Diselenggarakan Oleh: IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA (IAKMI) bekerjasama dengan IFPPD KAUKUS
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARAAN DAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA DALAM KONFERENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA UNTUK PERUBAHAN IKLIM DENGAN
Lebih terperinciANGGARAN DASAR. Lembaga Indonesia ASA PEMBUKAAN
ANGGARAN DASAR Lembaga Indonesia ASA PEMBUKAAN Setelah 68 tahun Indonesia merdeka, berbagai kemajuan dan prestasi telah dicapai oleh bangsa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
Lebih terperinciSELAMAT SIANG DAN SALAM SEJAHTERA BAGI KITA SEKALIAN. SYALLOM, OM SWASTIASTU,
KEY NOTE SPEECH PANGLIMA TNI SEMINAR NASIONAL MARITIM 2015 STRATEGI GEOPOLITIK DAN PEMBANGUNAN KEPULAUAN DALAM RANGKA PEMBANGUNAN POROS MARITIM NASIONAL JAKARTA, 15 JUNI 2015 ASSALAMUALAIKUM WR. WB, SELAMAT
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT FOR THE IMPLEMENTATION OF THE PROVISIONS OF THE UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF THE SEA OF 10 DECEMBER 1982 RELATING
Lebih terperinciMAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TERM OF REFERENCE (TOR) SEMINAR NASIONAL SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA
1 MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA --------- TERM OF REFERENCE (TOR) SEMINAR NASIONAL SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA FORMAT IDEAL SISTEM PERWAKILAN INDONESIA PUSAT PENGKAJIAN SEKRETARIAT
Lebih terperinciKOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
Nomor : Und 21 /K.1/KSAP/VI/2010 4 Juni 2010 Lampiran : 1 (satu) set Hal : Undangan Limited Hearing Bultek Akuntansi Belanja Bantuan Sosial Yth. Para Undangan i(terlampir) Dalam rangka penyusunan sebagai
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai
Lebih terperinci2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
No.117, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-KP. Perubahan Peruntukan dan Fungsi Zona Inti Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG KELAUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG KELAUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI WILAYAH. Kelautan. Pengelolaan. Pengembangan. Kawasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 294)
Lebih terperinciKontrak Kuliah, Terminologi dan Ruang Lingkup Ilmu dan Kemaritiman. Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si Chapter 01
Kontrak Kuliah, Terminologi dan Ruang Lingkup Ilmu dan Kemaritiman Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si Chapter 01 PENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI kemaritiman Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si khodijah5778@gmail.com
Lebih terperinciPERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NASIONAL TERKAIT DENGAN PENETAPAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN. Oleh : Ida Kurnia*
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NASIONAL TERKAIT DENGAN PENETAPAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN Oleh : Ida Kurnia* Abstrak KHL 1982 tentang Hukum Laut yang telah diratifikasi oleh Indonesia dengan Undang-Undang
Lebih terperinciNomor : B-794/BIG/DBIGT/DL/6/ Juni 2013 Sifat : Segera Lampiran : 1 (satu) berkas Perihal : Undangan Rakor GeoInt 2013
BADAN INFORMASI GEOSPASIAL ( B I G ) Jl. Raya Jakarta Bogor KM 46 Cibinong, Jawa Barat, Indonesia 16911 Telp. (021) 8752062-63, Fax (021) 875 2064 PO. BOX 46-CBI, www.big.go.id Nomor : B-794/BIG/DBIGT/DL/6/2013
Lebih terperinciMANUAL ACARA KONGRES NASIONAL MARITIM KONASMI KOMITMEN PEMERINTAH MENUJU INDONESIA POROS INDIAN OCEAN RIM ASSOCIATION (IORA)
MANUAL ACARA KONGRES NASIONAL MARITIM KONASMI KOMITMEN PEMERINTAH MENUJU INDONESIA POROS INDIAN EAN RIM ASSIATION (IORA) Deklarasi dan Pelantikan Pengurus Asosiasi Pemerintah Daerah Kepulauan dan Pesisir
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ekosistem
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Undang Undang No. 6 Tahun 1994 Tentang : Pengesahan United Nations Framework Convention On Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa Bangsa Mengenai Perubahan Iklim) Oleh : PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 42 TAHUN 2014 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL TOMINI TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK SINGAPURA TENTANG PENETAPAN GARIS BATAS LAUT WILAYAH KEDUA NEGARA DI BAGIAN BARAT
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2011 TENTANG TIM KOORDINASI MISI PEMELIHARAAN PERDAMAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2011 TENTANG TIM KOORDINASI MISI PEMELIHARAAN PERDAMAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk ikut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laut adalah kumpulan air asin dan menyatu dengan samudera. Dari waktu ke waktu, terjadi perkembangan yang signifikan terhadap fungsi atau peranan laut. Adapun fungsi
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 42 TAHUN 2014 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL TOMINI TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciKebijakan Pengembangan SDM, Iptek dan Budaya Maritim dalam Mendukung Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia
RAPAT KOORDINASI NASIONAL BIDANG KEMARITIMAN TAHUN 2017 Jakarta, 4 Mei 2017 Kebijakan Pengembangan SDM, Iptek dan Budaya Maritim dalam Mendukung Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia Safri Burhanuddin
Lebih terperinciDialog Nasional Program Investasi Kehutanan di Indonesia
Kerangka Acuan Dialog Nasional Program Investasi Kehutanan di Indonesia Dewan Kehutanan Nasional dan Kementerian Kehutanan RI Hotel Pangrango 2 - Bogor, 28 Juni 2013 1. Latar Belakang Indonesia sedang
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT FOR THE IMPLEMENTATION OF THE PROVISIONS OF THE UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF THE SEA OF 10 DECEMBER
Lebih terperinciPERENCANAAN KAWASAN PESISIR
PERENCANAAN KAWASAN PESISIR Hukum Laut Internasional & Indonesia Aditianata Page 1 PENGERTIAN HUKUM LAUT : Bagian dari hukum internasional yang berisi normanorma tentang : (1) pembatasan wilayah laut;
Lebih terperinciPELATIHAN PEMUDA PENGGERAK WIRAUSAHA DESA
PELATIHAN PEMUDA PENGGERAK WIRAUSAHA DESA A. LATAR BELAKANG Situasi ekonomi nasional bergerak dinamis seiring dengan tantangan global dengan segala peluang dan ancamannya. Pemuda sebagai pemilik usia produktif
Lebih terperinciSTRATEGI GEOPOLITIK DAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM RANGKA MEWUJUDKAN INDONESIA SEBAGAI POROS MARITIM DUNIA
STRATEGI GEOPOLITIK DAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM RANGKA MEWUJUDKAN INDONESIA SEBAGAI POROS MARITIM DUNIA Disampaikan pada Seminar Nasional Maritim 2015, Tantangan dan Peluang Provinsi Kepulauan Dalam
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.294, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA WILAYAH. Kelautan. Pengelolaan. Pengembangan. Kawasan. Pencabutan.(Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5603) UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciSEMILOKA NASIONAL. Paradigma Baru Perpustakaan Umum di Era Otonomi Daerah. Jakarta, 27 s.d. 29 April 2011
SEMILOKA NASIONAL Paradigma Baru Perpustakaan Umum di Era Otonomi Daerah Jakarta, 27 s.d. 29 April 2011 LATAR BELAKANG Undang-undang No.43 tahun 2007 tentang Perpustakaan telah menetapkan bahwa penyelenggaraan
Lebih terperincimemajukan kescjahteraan umum sebagaimana Yang Maha Esa bagi seluruh bangsa dan negara Indonesia yang harus dikelola secara berkelanjutan untuk
Fl EP I-IBL IK IND ONES IA UNDANG.UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG KELAUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK FILIPINA MENGENAI PENETAPAN BATAS ZONA EKONOMI EKSKLUSIF,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK FILIPINA MENGENAI PENETAPAN BATAS ZONA EKONOMI EKSKLUSIF,
Lebih terperinciKerangka Acuan Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana Nasional
Kegiatan Kerangka Acuan Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana Nasional SFDRR (Kerangka Sendai untuk Pengurangan Risiko Bencana) dan Pengarusutamaan PRB dalam Pembangunan di Indonesia Tanggal 17 Oktober
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGESAHAN ROTTERDAM CONVENTION ON THE PRIOR INFORMED CONSENT PROCEDURE FOR CERTAIN HAZARDOUS CHEMICALS AND PESTICIDES IN INTERNATIONAL TRADE
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2015 TENTANG KOMITE NASIONAL PRAKARSA SEGITIGA KARANG UNTUK TERUMBU KARANG, PERIKANAN, DAN KETAHANAN PANGAN (CORAL TRIANGLE INITIATIVE ON CORAL REEFS,
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ekosistem
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KOMITE PENGARAH REFORMASI BIROKRASI NASIONAL DAN TIM REFORMASI BIROKRASI NASIONAL PERIODE TAHUN 2015-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Setelah Mahkamah Hukum Internasional menjatuhkan putusan kepemilikan pulau Sipadan dan Ligitan kepada Malaysia pada tanggal 17 Desember 2002, Indonesia memasuki suatu
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2000 TENTANG PANITIA NASIONAL PENGANGKATAN DAN PEMANFAATAN BENDA
- 1 - KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 107 TAHUN 2000 TENTANG PANITIA NASIONAL PENGANGKATAN DAN PEMANFAATAN BENDA BERHARGA ASAL MUATAN KAPAL YANG TENGGELAM PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk pengangkatan dan pemanfaatan
Lebih terperinciKERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN
LAPORAN PENELITIAN KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN Oleh: Drs. Simela Victor Muhamad, MSi.
Lebih terperinciBAB II PERENCANAAN KINERJA
BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Sekretariat Negara Tahun 2015-2019 ditetapkan melalui Peraturan Menteri Sekretaris Negara Nomor 6 Tahun 2015 tentang
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 1996 TENTANG DEWAN KELAUTAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 1996 TENTANG DEWAN KELAUTAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dengan berlakunya Konvensi PBB tentang Hukum Laut 1982 sejak tanggal
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2006 TENTANG KOMISI PENANGGULANGAN AIDS NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2006 TENTANG KOMISI PENANGGULANGAN AIDS NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan
Lebih terperinciPANDUAN 20 KARYA UNGGULAN ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI ANAK BANGSA. Dalam Rangka Peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional Ke-20 Tahun 2015
PANDUAN 20 KARYA UNGGULAN ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI ANAK BANGSA Dalam Rangka Peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional Ke-20 Tahun 2015 KEMENTERIAN RISET,TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI 2015 KATA
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT TUMPAHAN MINYAK DI LAUT
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT TUMPAHAN MINYAK DI LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG DEWAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG DEWAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa teknologi
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2015 TENTANG KOMITE NASIONAL PRAKARSA SEGITIGA KARANG UNTUK TERUMBU KARANG, PERIKANAN, DAN KETAHANAN PANGAN (CORAL TRIANGLE INITIATIVE ON CORAL REEFS,
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara kepulauan (Archipelagic State) memiliki lebih kurang 17.500 pulau, dengan total panjang garis pantai mencapai 95.181 km
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.294, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA WILAYAH. Kelautan. Pengelolaan. Pengembangan. Kawasan. Pencabutan.(Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5603) UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciBAB IV UPAYA UPAYA INDONESIA UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN ILLEGAL FISHING DI NATUNA PADA MASA PRESIDEN JOKO WIDODO
BAB IV UPAYA UPAYA INDONESIA UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN ILLEGAL FISHING DI NATUNA PADA MASA PRESIDEN JOKO WIDODO Pada Bab IV ini, penulis akan menjelaskan tentang upaya-upaya pemerintah Indonesia
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1995 TENTANG PENGEMBANGAN PROYEK NATUNA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1995 TENTANG PENGEMBANGAN PROYEK NATUNA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa usaha pengembangan gas di daerah lepas pantai laut Natuna merupakan
Lebih terperinciTERM OF REFERENCE ARTRIWARA 2017
TERM OF REFERENCE ARTRIWARA 2017 A. Latar Belakang Negara kepulauan merupakan sebuah julukan yang disematkan kepada Indonesia. Seperti paparan yang ada di maritim.go.id, negara kepulauan merupakan serapan
Lebih terperinciTUGAS HUKUM LAUT INTERNASIONAL KELAS L PERMASALAHAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN
TUGAS HUKUM LAUT INTERNASIONAL KELAS L PERMASALAHAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN Disusun oleh: Adrianus Terry Febriken 11010111140685 Styo Kurniadi 11010111150006 Riyanto 11010111150007 Wahyu Ardiansyah
Lebih terperinci