ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO SURABAYA JAWA TIMUR. Oleh : Endang Pudji Astuti A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO SURABAYA JAWA TIMUR. Oleh : Endang Pudji Astuti A"

Transkripsi

1 ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO SURABAYA JAWA TIMUR Oleh : Endang Pudji Astuti A PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 28

2 RINGKASAN ENDANG PUDJI ASTUTI. Analisis Preferensi dan Kepuasan Konsumen Terhadap Beras Di Kecamatan Mulyorejo Surabaya Jawa Timur (Di bawah bimbingan RITA NURMALINA). Bustaman (23) menyatakan bahwa beras sangat penting terkait jumlah produsen dan konsumennya di Indonesia. Dari sisi produsen, usahatani padi di Indonesia melibatkan 25,4 juta rumah tangga. Sedangkan dari sisi konsumen, lebih dari 9 persen penduduk Indonesia mengkonsumsi beras, bahkan 3 persen dari total pengeluaran rumah tangga miskin dipergunakan untuk membeli beras. Ini menunjukkan posisi beras yang sangat strategis sebagai penopang ketahanan pangan di Indonesia, stabilitas ekonomi, dan lapangan kerja. Konsumsi beras perkapita yang tinggi, disertai jumlah penduduk Indonesia yang sebagian besar mengkonsumsi beras menyebabkan total konsumsi beras nasional yang tinggi setiap tahunnya. Bagi negara dengan kebutuhan beras yang besar seperti Indonesia, bergantung pada pasar impor jelas berisiko. Perilaku konsumen dalam pembelian bahan pangan terus berkembang. Peningkatan pendapatan masyarakat mengakibatkan terjadinya tuntutan terhadap kualitas. Perubahan struktur demografi seperti tingkat pendidikan, pengetahuan, gaya hidup, teknologi, transportasi, dan komunikasi mempengaruhi preferensi dan kepuasan konsumen. Sejalan dengan upaya peningkatan produktivitas bagi pemenuhan kebutuhan, beras yang dihasilkan seharusnya dapat memenuhi keinginan konsumen yang terus berkembang seiring berjalannya waktu. Konsumen beras terdiri dari beragam kelas sosial, baik ditinjau dari pekerjaan, pendapatan, kekayaan, dan variabel kelas sosial lainnya. Menurut Selamet (23), kelas sosial sangat berpengaruh terhadap perbedaan sikap serta tindakan yang diambil konsumen dalam proses keputusan pembelian beras dan atribut-atribut yang dianggap penting. Hal ini mengakibatkan adanya kebutuhan strategi pemasaran yang berbeda bagi setiap kelas sosial. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengkaji karakteristik konsumen beras, (2) menganalisis proses pengambilan keputusan yang dilakukan konsumen dalam pembelian beras, (3) menganalisis preferensi konsumen terhadap atribut-atribut beras, dan (4) menganalisis kepuasan konsumen terhadap atribut-atribut beras, dan (5) menyusun rekomendasi bauran pemasaran yang sesuai berdasarkan studi perilaku konsumen. Pemilihan tempat dilakukan dengan sengaja dengan mempertimbangkan Kecamatan Mulyorejo memiliki responden dengan latar belakang status sosial ekonomi yang beragam. Penelitian dilakukan bulan Februari-Maret 28. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Convinience Sampling. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk meringkas dan mempermudah pemahaman mengenai karakteristik dan proses pengambilan keputusan dalam pembelian beras oleh responden. Selain itu, digunakan juga Important&Performance Analisis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI) untuk melihat preferensi dan kepuasan konsumen terhadap atribut-atribut beras. Hasil dari analisis karakteristik responden adalah sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan, telah menikah, pekerjaan ibu rumah tangga, bersuku

3 Jawa, dan berada dalam usia matang sebagai pengambil keputusan terkait dengan konsumsi beras. Beberapa perbedaan karakteristik responden berdasarkan kelas sosial terkait tingkat pendidikan dan pendapatan keluarga per bulan. Semakin tinggi kelas sosial, tingkat pendidikan dan rata-rata pendapatan per bulan keluarganya akan semakin tinggi. Hal ini mempengaruhi perilaku konsumen dalam mengkonsumsi beras. Motivasi utama mengkonsumsi beras adalah kebiasaan, Responden mendapatkan informasi sebagian besar dari penjual, namun informasi yang paling dipercaya adalah informasi dari diri sendiri (ingatan). Pertimbangan awal yang utama bagi kelas bawah dalam membeli beras adalah harga beras, sedangkan bagi kelas menengah dan kelas atas adalah penampakan fisik. Beras yang dikonsumsi adalan beras domestik dan pembelian direncanakan. Kelas bawah melakukan pembelian hampir setiap hari dan tempat pembelian terbanyak adalah warung. Kelas menengah melakukan pembelian sebulan sekali dan tempat pembelian terbanyak adalah pasar tradisional. Kelas atas melakukan pembelian sebulan sekali dan tempat pembelian terbanyak adalah supermarket/mall. Sebagian besar responden berniat melakukan pembelian berulang. Semakin tinggi kelas sosial, rata-rata harga beras yang dikonsumsi semakin tinggi. Berdasarkan perhitungan CSI dan IPA pada seluruh responden, diketahui bahwa kepuasan total konsumen yang telah terpenuhi oleh atribut-atribut beras yang berada dalam penelitian ini sebesar 7,3 persen. Sisanya belum terpuaskan karena atribut-atribut yang dianggap penting oleh konsumen seperti keseragaman butir, daya tahan beras, dan harga beras kinerjanya belum memuaskan. Setelah dilakukan analisis pada masing-masing kelas, nilai CSI menunjukkan bahwa kepuasan total pada ketiga kelas sosial seluruhnya berada pada range puas. Semakin tinggi kelas sosial kepuasan konsumen terhadap beras yang dikonsumsi semakin tinggi. Nilai CSI kelas atas sebesar 77,5 persen. Sisanya belum terpuaskan oleh atribut-atribut beras yang selama ini dikonsumsi. Berdasarkan hasil dari proses keputusan pembelian dan IPA, diketahui bahwa sebagian besar gap tersebut dipengaruhi oleh kinerja dua atribut beras yang dianggap penting namun kinerjanya belum memuaskan, yaitu kemudahan mendapatkan beras dan pelayanan di tempat pembelian beras. Nilai CSI kelas menengah 67,87 persen. Sisanya belum terpuaskan oleh atribut-atribut beras yang selama ini dikonsumsi, yaitu broken, keseragaman butir beras, dan daya tahan beras untuk disimpan. Nilai CSI kelas bawah 67,86 persen. Sisanya belum terpuaskan oleh atribut-atribut beras yang selama ini dikonsumsi, yaitu aroma nasi saat dimasak, kebersihan beras, broken, dan harga beras. Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian ini, diperoleh rekomendasi bauran pemasaran yang terdiri dari strategi produk, harga, distribusi, dan promosi. Kualitas produk sebaiknya terus ditingkatkan. Kontinyuitas dan pelayanan di tempat penjualan beras penting bagi kelas atas. Bagi kelas bawah, sangat penting untuk menyediakan beras yang terjangkau. Promosi sebaiknya dilakukan melalui penjual beras, spanduk, dan katalog harga supermarket.

4 ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO SURABAYA JAWA TIMUR Oleh : Endang Pudji Astuti A Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 28

5 Judul Skripsi Nama NRP : Analisis Preferensi dan Kepuasan Konsumen terhadap Beras Di Kecamatan Mulyorejo Surabaya Jawa Timur : Endang Pudji Astuti : A Mengetahui, Dosen Pembimbing Skripsi Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP Tanggal lulus :

6 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO SURABAYA JAWA TIMUR BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA APAPUN. Bogor, Mei 28 Endang Pudji Astuti A141465

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sorong, tanggal 25 Januari Penulis merupakan anak tunggal dari pasangan Edy Mukair dan Kasriati. Penulis menempuh pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Yayasan Islam Fak-Fak Irian Jaya sejak tahun 199 selama dua tahun. Pada tahun 1992, penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar di SDN Yapis Fak-Fak sampai tahun Setelah itu, penulis melanjutkan Sekolah Dasar di SDN Tambakromo II Malo Bojonegoro Jawa Timur sampai tahun Penulis menempuh pendidikan menengah di SLTP I Bojonegoro Jawa Timur sampai tahun 21, dilanjutkan di SMUN I Bojonegoro jawa Timur sampai tahun 24. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Peranian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di beberapa kepanitiaan kampus dan organisasi kemahasiswaan, yaitu Paguyuban Angkling Darmo (PAD) tahun 24-28, Rohis Program Studi Manajemen Agribisnis tahun 24-28, Gentra Kaheman tahun 25-28, dan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian periode

8 KATA PENGANTAR Bismillahhirrahmanirrahiim Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat-nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Semoga setiap langkah selalu dihaturkan untuk senantiasa beribadah kepada-nya. Penulisan skripsi yang berjudul Analisis Preferensi dan Kepuasan Konsumen terhadap Beras di Kecamatan Mulyorejo Surabaya Jawa Timur bertujuan untuk menganalisis proses pengambilan keputusan, preferensi dan kepuasan konsumen terhadap atribut-atribut beras, serta menyusun rekomendasi bauran pemasaran yang tepat berdasarkan hasil analisis perilaku konsumen. Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna mengingat keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi dan dimiliki penulis selama berlangsungnya penelitian. Semoga hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat dimanfaatkan dengan baik oleh pihak-pihak yang membutuhkannya. Bogor, Mei 28 Penulis

9 UCAPAN TERIMA KASIH Atas terselesaikannya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada : 1. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah dengan sabar membimbing, memberikan motivasi, kritik, saran, dan solusi atas terselesaikannya skripsi ini. 2. Ir. Joko Purwono, MS, selaku dosen penguji utama dan pembimbing akademik, yang telah berkenan memberikan bimbingan kepada penulis selama menjadi mahasiswa. 3. Arif Karyadi, SP, selaku dosen penguji wakil departemen, yang telah berkenan memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini. 4. Seluruh staf pengajar yang telah memberikan cucuran ilmu kepada penulis dan Sekretariat Agribisnis atas segala bantuannya. 5. Biblio Butaflika, selaku pembahas seminar yang telah memberi masukanmasukan yang berarti dalam penyempurnaan skripsi ini. 6. Bapak dan Ibu yang paling hebat, yang tiada henti mengalirkan do a, semangat, dukungan, dan cinta yang tanpa syarat. Terima kasih, ananda tak akan bisa membalas semua kebaikan bapak dan ibu. 7. Maulvi Nazir dan keluarga, yang telah membantu pengerjaan skripsi. 8. Temen-temen AGB 41 yang telah menemani penulis selama 4 tahun masa kuliah. 9. Sahabat dan rekan di Surabaya (Mbak Di2, Hendik, Gion, Tya, Kantor Kelurahan & Kecamatan Mulyorejo) yang telah membantu pengumpulan data di Surabaya. 1. Teman-teman Cendana yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini. 11. Semua pihak yang telah membantu namun tak dapat disebutkan satu persatu. Bogor, Mei 28 Penulis

10 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... Halaman vii DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ix xii xiii I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian. 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asal Usul dan Klasifikasi Padi Teknologi Pascapanen Padi Karakteristik Beras Standardisasi Beras di Indonesia Penelitian Terdahulu III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Konsumen dan Perilaku Konsumen Karakteristik Proses Pengambilan Keputusan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Pengambilan Keputusan Atribut Produk Preferensi Konsumen Kepuasan Konsumen Garis Anggaran dan Kurva Indiferen Skala Likert Analisis Deskriptif Customer Satisfaction Index (CSI) Important and Performance Analisys (IPA) Bauran Pemasaran Kerangka Pemikiran Operasional.. 47 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Tempat Penelitian Jenis dan Sumber Data

11 4.3 Metode Pengambilan Sampel Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis Deskriptif Customer Satisfaction Index (CSI) Important and Performance Analisys (IPA) Definisi Operasional. 6 V. KARAKTERISTIK UMUM DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK UMUM SAMPEL 5.1 Karakteristik Umum Daerah Penelitian Karakteristik Umum Responden VI. PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN BERAS 6.1 Pengenalan Kebutuhan Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Proses Pembelian Pasca Pembelian VII. TINGKAT KEPENTINGAN DAN KINERJA ATRIBUT BERAS 7.1 Customer Satisfaction Index Tingkat Kepentingan Atribut Beras Tingkat Kepentingan Atribut Beras Kelas Atas Tingkat Kepentingan Atribut Beras Kelas Menengah Tingkat Kepentingan Atribut Beras Kelas Bawah Tingkat Kinerja Atribut Beras Tingkat Kinerja Atribut Beras Kelas Atas Tingkat Kinerja Atribut Beras Kelas Menengah Tingkat Kinerja Atribut Beras Kelas Bawah Important and Performance Matrix Rekomendasi Bauran Pemasaran Strategi Produk Strategi Harga Strategi Distribusi Strategi Promosi VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 145

12 DAFTAR TABEL Halaman 1. Rata-Rata Konsumsi Pangan Berdasarkan Jenis Pangan di Indonesia Tahun Data Konsumsi Beras di Indonesia Tahun Komposisi Zat Gizi Beras Per 1 gram Persyaratan Kualitas Beras Pengadaan Dalam Negeri Tahun Penggunaan Lahan di Kelurahan Mulyorejo Komposisi Penduduk Berdasarkan Status Kesejahteraan Keluarga di Kelurahan Mulyorejo Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Penduduk di Kelurahan Mulyorejo Karakteristik Responden Beras Berdasarkan Kelas Sosial Alasan Utama Responden Mengkonsumsi Beras dalam Pemenuhan Karbohidrat Frekuensi Responden Mengkonsumsi Nasi Dalam Sehari Sumber Informasi Tentang Beras Yang Akan Dibeli Sumber Informasi Yang Paling Mempengaruhi Responden Varietas Beras Yang Diingat Responden Total Nilai Terhadap Variabel-variabel Awal Yang Dipertimbangkan Responden Sebelum Membeli Beras Urutan Variabel-variabel Awal Yang Dipertimbangkan Responden 81 Sebelum Membeli Beras Jenis Beras Yang Dikonsumsi Responden Alasan Utama Konsumen Lebih Memilih Mengkonsumsi Beras Domestik atau Beras Impor Cara Responden Memutuskan Pembelian Beras Varietas Beras Yang Sering Dikonsumsi Responden Jangka Waktu Pembelian Beras Dalam Satu Bulan Ukuran Pembelian Beras Dan Harga Rata-Rata Yang Sering Dibeli Tempat Pembelian Beras Yang Biasa Dikunjungi Responden Pertimbangan Utama Responden Membeli Beras di Tempat Tertentu Pengambil Keputusan Pembelian Beras Keluhan Responden Terhadap Beras Yang Dibelinya Keluhan Dalam Pembelian Beras Yang Sering Dialami Responden Cara Responden Menanggapi Keluhan Perilaku Konsumen Beras Apabila Harga Beras Naik Perlakuan Responden Apabila Beras Yang Diinginkan Tidak Tersedia Perilaku Konsumen Beras Pada Niat Pembelian Berulang Perhitungan CSI Total Perhitungan IPA Total Perhitungan Customer Satisfaction Index Atribut Beras Kelas Atas. 1

13 34. Perhitungan Customer Satisfaction Index Atribut Beras Kelas Menengah Perhitungan Customer Satisfaction Index Atribut Beras Kelas Bawah Tingkat Kepentingan Atribut Beras Responden Kelas Atas Tingkat Kepentingan Atribut Beras Responden Kelas Menengah Tingkat Kepentingan Atribut Beras Responden Kelas Bawah Tingkat Kinerja Atribut Beras Responden Kelas Atas Tingkat Kinerja Atribut Beras Responden Kelas Menengah Tingkat Kinerja Atribut Beras Responden Kelas Bawah Hasil Important and Performance Matrix Responden Kelas Atas Hasil Important and Performance Matrix Responden Kelas Menengah Hasil Important and Performance Matrix Responden Kelas Bawah Hasil Important and Performance Matrix Seluruh Kelas Sosial... 12

14 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Tahap-Tahap Proses Pengambilan Keputusan Tingkat Kepuasan Konsumen Garis Anggaran Kurva Indiferen Garis Pendapatan-Konsumsi Bagan Alir Kerangka Pemikiran Operasional Diagram Kartesius (Important and Performance Analisys) Important and Performance Matrix Important and Performance Matrix Responden Kelas Atas Important and Performance Matrix Responden Kelas Menengah Important and Performance Matrix Responden Kelas Bawah

15 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Negara-neraga Importir Beras Dunia Periode Kinerja Produksi Padi Tahun Volume Impor Beras Menurut Negara Asal Utama Tahun Negara-neraga Produsen Beras Dunia Periode Perkembangan Pengeluaran Pangan menurut kelompok pangan Bagan Alir Sistem Penggilingan Padi Diskontunyu Bagan Alir Sistem Penggilingan Padi Modifikasi Kontinyu Bagan Alir Proses Pembuatan Beras Kristal Kadar Amilosa, Kepulenan, dan Bentuk Padi Daftar Istilah SNI Indikator Tahapan Keluarga Berencana Perhitungan IPA Kelas Atas Perhitungan IPA Kelas Menengah Perhitungan IPA Kelas Bawah Kuesioner Penelitian Gambar Beras

16 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras adalah komoditas pangan pokok yang dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Menurut Sawit (2) dalam Ariani (24), beras harus dipandang sebagai barang kuasi publik, yang tidak saja berfungsi sebagai barang privat tetapi juga barang publik. Banyak kepentingan publik dihasilkan oleh beras, dan beras berperan penting dalam ketahanan pangan, stabilitas ekonomi, dan lapangan kerja. Bahkan menurut penelitian Timmer (1996) dalam Amang dan Sawit (1999), membuktikan secara empiris bagaimana eratnya kaitan antara pertumbuhan ekonomi dan ketahanan pangan, didapat kesimpulan bahwa tidak ada negara yang dapat mempertahankan pertumbuhan ekonomi tanpa terlebih dahulu memecahkan masalah ketahanan pangan. Ketahanan pangan di Indonesia sangat erat kaitannya dengan beras. Salah satu cara mengupayakan ketahanan pangan adalah dengan diselenggaraannya Pekan Padi Nasional 28 dengan tema Inovasi Teknologi Padi Mengantisipasi Perubahan Iklim Global Dalam Rangka Mendukung Ketahanan Pangan. Salah satu tujuan dari kegiatan tersebut adalah memperagakan berbagai varietas unggul dan komponen teknologi pra-pasca panen yang prospektif untuk meningkatkan produksi guna mencapai ketahanan pangan dan perbaikan efisiensi usaha tani guna peningkatan pendapatan petani. 1 1 Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 28. Seminar Nasional Padi. &limitstart=2 (8 April 28)

17 Bustaman (23) menyatakan bahwa beras juga sangat penting terkait jumlah produsen dan konsumennya di Indonesia. Dari sisi produsen, usahatani padi di Indonesia melibatkan 25,4 juta rumah tangga. Sedangkan dari sisi konsumen, sekitar 3 persen dari total pengeluaran rumah tangga miskin dipergunakan untuk membeli beras. Saat ini lebih dari 9 persen penduduk Indonesia mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok. Dari sisi gizi dan nutrisi, beras relatif unggul dari pangan lain. Seluruh bagian beras dapat dimakan, dengan kandungan energi 36 kalori dan protein 6,8 gr per 1 gr. Pangsa beras pada konsumsi energi per kapita mencapai 54,3 persen. Artinya, lebih dari setengah dari energi yang kita gunakan bersumber dari beras. Selain itu, sekitar 4 persen sumber protein juga dipenuhi dari beras. Ini menunjukkan posisi beras yang sangat strategis sebagai penopang ketahanan pangan di Indonesia. Beras memiliki sejarah panjang dalam kehidupan bangsa Indonesia. Sebagian besar beras dikonsumsi setelah diolah menjadi nasi. Memakan nasi terkait erat dengan budaya makan dan citra status sosial di masyarakat. Mengkonsumsi beras dianggap meningkatkan prestise dibanding sumber karbohidrat lainnya. Saat ini masyarakat luas berpendapat bahwa makanan pokok selain beras seperti jagung, umbi-umbian, dan sagu dianggap sebagai orang tidak mampu. Upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap beras telah dilakukan melalui program-program diversifikasi pangan. Pada tahun 195-an dilakukan upaya melalui Panitia Perbaikan Pangan Rakyat dan beberapa upaya lainnya sampai tahun 1974 dengan dikeluarkannya Inpres 14/1974 tentang Perbaikan

18 Mutu Makanan Rakyat (PPMR). 2 Kebijakan tersebut kemudian disempurnakan dengan Impres 2/179. Namun secara operasional, diversifikasi pangan belum dapat terlaksana dengan efektif. Surono (1998) dalam Selamet (23) menyatakan bahwa pola konsumsi beras masyarakat Indonesia tidak dapat diubah secara drastis karena berkaitan dengan budaya masyarakat yang sudah demikian melekat. Hal tersebut merupakan cerminan sosial budaya dari interaksi potensi produksi dan preferensi dalam proses waktu, sehingga menghasilkan suatu pola konsumsi bahan pangan pada setiap etnis (Saragih, 1998 dalam Selamet, 23). Berikut data konsumsi energi dan protein penduduk Indonesia berdasarkan jenis pangan pada tahun 26. Tabel 1 Rata-Rata Konsumsi Energi dan Protein Berdasarkan Jenis Pangan di Indonesia Tahun 26 No Jenis Pangan Konsumsi Energi/kapita/hari Konsumsi Protein/kapita/hari (kal) (gr) 1 Padi-padian 992,93 23,33 2 Umbi-umbian 51,8,41 3 Ikan 44,56 7,49 4 Daging 31,27 1,95 5 Telur dan susu 43,35 2,51 6 Sayur-sayuran 4,2 2,66 7 Kacang-kacangan 64,42 5,88 8 Buah-buahan 36,95,39 9 Minyak dan lemak 234,5,45 Sumber : BPS, 28 (diolah) 3 Tabel 1 menunjukkan bahwa pada tahun 26 tingkat konsumsi jenis pangan padi-padian perkapita penduduk Indonesia masih sangat tinggi baik sebagai konsumsi energi maupun konsumsi protein dibandingkan jenis pangan lainnya. Konsumsi beras perkapita yang tinggi, disertai jumlah penduduk Indonesia yang sebagian besar mengkonsumsi beras menyebabkan konsumsi 2 3 Krisnamurti, Bayu. 26. Difersifikasi Pangan. (1 Februari 26) Badan Pusat Statistik. 26. Average Daily per Capita Consumption of Energy by Commodity Group (6 April 28)

19 beras nasional yang tinggi setiap tahunnya. Berikut merupakan data total konsumsi beras Indonesia tahun Tabel 2 Data Konsumsi Beras di Indonesia Tahun 2-25 Tahun Jumlah Penduduk Konsumsi/kapita Total Konsumsi ( jiwa) (kg) ( ton) , , , , , , Sumber : BPS, 28 (diolah) Tabel 2 dapat memperlihatkan bahwa dari tahun 2-25, konsumsi total beras nasional Indonesia relatif stabil dan hanya sedikit berfluktuasi. Tabel yang sama juga menunjukkan bahwa konsumsi beras perkapita penduduk Indonesia cenderung menurun dari tahun ke tahun terkait dengan penganekaragaman pangan sebagai efek perubahan pendidikan, pendapatan, dan gaya hidup. Namun penurunan tersebut tidak tercermin dalam konsumsi total beras nasional. Hal ini diduga akibat peningkatan jumlah penduduk. Pertumbuhan penduduk setiap tahunnya mengakibatkan kebutuhan konsumsi total beras tetap tinggi. Kebutuhan beras yang tinggi tersebut dapat disediakan dengan memproduksi sendiri dan mengimpor dari negara lain. Indonesia adalah salah satu negara pengimpor beras besar di dunia (Lampiran 1). Menurut Suryana et al. (21), selama ini produksi beras Indonesia sangat berfluktuasi. Sekitar tahun 1984 pertanian Indonesia menjadi sorotan dunia dikarenakan Indonesia mampu berswasembada beras. Namun demikian, tahun-tahun berikutnya hasil pertumbuhan produksi beras Indonesia terus mengalami penurunan. Dillon et al. (1999) mengemukakan bahwa penyebab penurunan produksi dikarenakan : (1)

20 stagnasi dan degradasi teknologi; (2) kesuburan tanah yang makin menurun; (3) kejenuhan intensitas tanam; (4) rendemen penggilingan yang semakin menurun; (5) serangan hama dan penyakit; dan (6) iklim yang tidak normal. Ini menyebabkan menurunnya hasil dan total produksi padi dalam bentuk beras sehingga berdampak negatif baik dalam profitabilitas usahatani maupun produksi beras nasional. Kinerja produksi padi di Indonesia dapat dilihat pada Lampiran 2. Saat ini Indonesia juga mengimpor beras untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Beberapa negara yang menjadi lumbung beras impor bagi Indonesia diantaranya adalah Thailand dan Vietnam (Lampiran 3). Amang dan Sawit (1999) menyatakan bahwa beras di pasar dunia amat tipis, yaitu 4-7 persen dari total produksi dunia. Pasarnya jauh dari sempurna karena sekitar 8 persen ekspor beras dikuasai oleh beberapa negara. Negara-negara produsen beras dapat dilihat pada Lampiran 4. Beras yang dijual di pasar dunia merupakan sisa konsumsi domestik (residual goods). Pasar yang tipis dan oligopolistik ini yang membuat harga beras lebih tidak stabil ketimbang komoditas lain seperti gandum, jagung, dan kedelai. Bagi negara besar seperti Indonesia, bergantung pada pasar impor jelas berisiko. Mengingat pentingnya beras bagi masyarakat Indonesia, sejalan dengan adanya upaya peningkatan produktivitas, beras yang dihasilkan seharusnya dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen yang terus berkembang seiring berjalannya waktu. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, seharusnya diperhatikan segala aspek yang mencakup kuantitas, kualitas dan kontinuitas bagi para konsumen beras.

21 1.2 Perumusan Masalah Beras dikonsumsi oleh masyarakat baik individu, rumah tangga, maupun usaha jasa. Konsumen beras pun terdiri dari beragam kelas sosial, baik ditinjau dari pekerjaan, pendapatan, kekayaan, dan variabel kelas sosial lainnya. Garis pendapatan-konsumsi menunjukkan bahwa perbedaan pendapatan yang diperoleh menyebabkan perbedaan pola konsumsi pada setiap konsumen. Perbedaan pendapatan merupakan salah satu indikator perbedaan kelas sosial. Hal ini menyebabkan perbedaan perilaku konsumen dalam mengkonsumsi beras pada kelas sosial yang berbeda. Menurut Sutrisno (1998) dalam Selamet (23), pada kelas menengah ke atas, semakin meningkat pendapatan kelas tersebut, semakin menurun konsumsi berasnya, beralih ke susu dan telur, dan jajanan lainnya yang cenderung protein. Ini memperlihatkan bahwa bagi kelas menengah ke atas, beras termasuk jenis barang inferior. Namun untuk kelompok menengah ke bawah, peningkatan pendapatan cenderung membuat konsumsi pangan pokok beralih ke beras. Ini memperlihatkan bahwa bagi kelompok menengah ke bawah, beras termasuk jenis barang normal, di mana jika pendapatan meningkat, konsumsi barang tersebut juga meningkat. Kemajuan di berbagai bidang telah mempengaruhi pola permintaan pangan, termasuk permintaan beras sebagai salah satu makanan pokok. Tantangan dalam permintaan pangan di masa yang akan datang diantaranya adalah : (1) pertumbuhan jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan masyarakat, (2) perubahan struktur demografi, dan (3) globalisasi preferensi konsumen (Suryana dan Purwanto, 1998).

22 Perilaku konsumen dalam pembelian bahan pangan termasuk beras berkembang seiring kemajuan tersebut. Peningkatan pendapatan masyarakat mengakibatkan peningkatan tuntutan terhadap mutu. Di sisi lain, perubahan demografi seperti tingkat pendidikan, tingkat urbanisasi, dan tingkat partisipasi angkatan kerja wanita disertai kemajuan transportasi dan komunikasi saat ini, mempengaruhi preferensi konsumen. Konsumen lebih menekankan pada keseimbangan mutu, gizi, dan estetika. Sedangkan meningkatnya partisipasi angkatan kerja wanita, khususnya daerah perkotaan mendorong konsumen memilih bahan pangan yang dikemas sedemikian rupa sehingga mereka merasa nyaman dalam berbelanja, mudah dimasak, dan mudah menyiapkannya. Data tentang Perkembangan Pengeluaran Pangan Menurut kelompok Pangan (Lampiran 5) menunjukkan bahwa proporsi pengeluaran terhadap kebutuhan pangan dari tahun ke tahun ( ) cenderung menurun (kecuali antara tahun ). Ariani (24) menyatakan bahwa kenaikan proporsi pengeluaran untuk pangan meningkat pada tahun karena tingkat kesejahteraan masyarakat menurun sejak krisis ekonomi melanda Indonesia pada pertengahan tahun Pada periode pemulihan ( ), tingkat kesejahteraan meningkat kembali, terlihat dari menurunnya pangsa pengeluaran pengan meskipun kondisinya masih lebih buruk dibandingkan sebelum krisis. Tahun 22, proporsi pengeluaran untuk padi-padian menurun sedangkan untuk pangan hewani menjadi meningkat. Ini menunjukkan kualitas konsumsi pangan masyarakat Indonesia yang semakin membaik. Persaingan pemasaran beras saat ini sangat ketat dengan banyaknya pelaku pemasaran beras, baik produsen dan pedagang beras lokal, serta distributor

23 beras impor. Dalam usaha meningkatkan produksi beras, sejumlah varietas padi unggul telah disebarluaskan. Keanekaragaman varietas tersebut juga memberi keragaman sifat dan mutu beras yang dihasilkan. Peningkatan produksi untuk memenuhi pasaran menyebabkan konsumen lebih leluasa memilih mutu beras yang dikehendaki (Damardjati, 1982 dalam Ambarinanti, 27). Banyaknya pilihan produk beras baik berupa jenis beras, kemasan, harga, rasa, dan hal lainnya serta perbedaan dan pengaruh lingkungan budaya, kelas sosial, daya beli, motivasi, dan gaya hidup membentuk perilaku konsumen yang berbeda-beda. Hal ini menuntut para produsen untuk menyediakan produk beras yang sesuai dengan keinginan konsumen, khususnya segmen pasar yang dituju. Selama ini pemerintah berusaha keras pada peningkatan kuantitas dan produktivitas beras untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri. Namun selain peningkatan kuantitas, preferensi dan kepuasan yang terus berkembang menuntut adanya peningkatan pada kualitas beras yang selama ini dikonsumsi. Untuk menghasilkan beras yang sesuai dengan harapan konsumen, langkah awal yang harus diperhatikan produsen adalah pengetahuan mengenai perilaku konsumen. Pengetahuan mengenai preferensi perlu dilakukan agar setiap keputusan yang diambil tidak bertentangan dengan harapan konsumen, mengingat semua keputusan konsumsi ada ditangan konsumen. Sedangkan pengetahuan mengenai kepuasan konsumen perlu diketahui agar dapat ditingkatkan kinerja produk yang dinilai konsumen masih kurang memuaskan. Pulau Jawa memiliki peran besar dalam produksi padi nasional. Akibat lahan yang lebih subur, jaringan irigasi yang tersedia, dan teknologi usahatani yang lebih maju dibandingkan di luar Jawa, produksi padi di Jawa cukup tinggi.

24 Selama 3 tahun terakhir, Jawa rata-rata menyumbang 59,8 persen terhadap produksi padi nasional (Amang dan Sawit, 1999). Jawa Timur adalah salah satu propinsi yang merupakan sentra produksi padi di Indonesia. Data menunjukkan bahwa Jawa Timur mempunyai rata-rata produksi per hektar padi tertinggi dibandingkan propinsi lainnya di Indonesia pada tahun (BPS, 25). Jawa Timur juga mempunyai populasi penduduk yang cukup tinggi, menempati urutan kedua setelah Jawa Barat. Hal ini menyebabkan konsumsi total beras di propinsi ini juga tinggi sebanding dengan jumlah penduduk yang berada dalam propinsi tersebut. Surabaya sebagai ibukota propinsi Jawa Timur, adalah kota yang sedang berkembang dan merupakan kota tujuan pemasaran beras dari beberapa daerah sentra produksi beras di Jawa Timur. Kota ini juga memiliki struktur masyarakat yang beraneka ragam. Keragaman tersebut meliputi budaya, gaya hidup, pendidikan dan pekerjaan, serta tingkat perekonomian yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Keragaman yang tercipta tentu mempengaruhi masyarakat di kota tersebut dalam pengambilan keputusan konsumsi suatu produk, termasuk konsumsi beras. Kecamatan Mulyorejo adalah kecamatan dengan pemukiman penduduk paling merata diantara diantara kecamatan lainnya di Surabaya. Kecamatan ini mempunyai penduduk dengan latar belakang status sosial yang beragam dari kelas bawah, menengah, dan atas, serta dan memperoleh beras dengan membeli (bukan memproduksi sendiri). Hal ini sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.

25 Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan dikaji pada penelitian ini adalah : 1. Bagaimana karakteristik konsumen beras berdasarkan kelas sosial? 2. Bagaimana proses pengambilan keputusan yang dilakukan konsumen dalam pembelian beras? 3. Bagaimanakah preferensi konsumen terhadap beras dikaitkan dengan atributatribut beras? 4. Bagaimana tingkat kepuasan konsumen terhadap beras dikaitkan dengan atribut-atribut beras? 5. Bagaimana rekomendasi bauran pemasaran yang sesuai berdasarkan studi perilaku konsumen? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan : 1. Mengkaji karakteristik konsumen beras. 2. Menganalisis proses pengambilan keputusan yang dilakukan konsumen dalam pembelian beras. 3. Menganalisis preferensi konsumen terhadap beras dikaitkan dengan atributatribut beras. 4. Menganalisis tingkat kepuasan konsumen terhadap beras dikaitkan dengan atribut-atribut beras. 5. Menyusun rekomendasi bauran pemasaran yang sesuai berdasarkan studi perilaku konsumen.

26 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang terkait, diantaranya : 1. Bagi produsen dan pengusaha beras, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam menjalankan usaha setelah mengetahui preferensi dan kepuasan konsumen terhadap atribut beras. 2. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan subsektor pangan. 3. Bagi peneliti lain, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang komoditi beras. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini terfokus pada preferensi dan kepuasan konsumen terhadap atribut-atribut beras. Penelitian akan dilakukan di Kelurahan Mulyorejo Kecamatan Mulyorejo Surabaya Jawa Timur. Responden adalah konsumen beras yang telah mengerti prosedur tanya jawab dalam kuesioner dan telah memiliki aksesibilitas pribadi dalam mengambil keputusan, serta bersedia mengisi kuesioner yang telah disediakan.

27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asal Usul dan Klasifikasi Padi Setyono dalam Suryana (23) menyatakan bahwa Padi (Oryza Sativa) merupakan tanaman pertanian kuno yang asal usulnya masih diperdebatkan. Bukti sejarah di Propinsi Zheijiang, Cina Selatan, menunjukkan bahwa penanaman padi di Asia telah dimulai 7 tahun yang lalu. Beberapa Negara yang diduga menjadi daerah asal padi adalah India Utara bagian Timur, Bangladesh Utara, dan daerah yang membatasi Negara Burma, Thailand, Laos, Vietnam, Cina bagian Selatan. Tinjauan tersebut bertentangan dengan hikayat-hikayat kuno Jawa yang menyatakan bahwa tanaman padi adalah tanaman asli Indonesia dan merupakan keturunan dari Dewi Sri dan Retna Dumila. Padi yang merupakan keturunan Dewi Sri pada akhirnya menjadi padi sawah, sedangkan padi yang merupakan keturunan Retna Dumila menjelma menjadi padi gogo (Siregar, 1981). Hitchcock dalam Manurung dan Ismunaji (1988) mengklasifikasikan padi (Oriza Sativa) sebagai famili Gramineae. Berdasarkan klasifikasi ini, tanaman padi dimasukkan dalam sub-famili Festucoidae. Genus Oryza mempunyai 2 spesies, tetapi yang dibudidayakan adalah Oryza Sativa L. di Asia dan Oryza Glaberrima Steund di Afrika. Berdasarkan penelitian Lu dan Chang dalam Manurung dan Ismunaji (1988), proses evolusi dari Oryza Sativa berkembang mnejadi tiga ras ecogeographic, yakni Sinica (Japonoca), Indica, dan Javanica. Namun yang sekarang ini berkembang di Indonesia adalah Oriza Sativa Japonica.

28 2.2 Teknologi Pascapanen Padi Beras adalah bahan pangan yang berasal dari padi yang sudah tidak memiliki kulit ari dan sekam. Ada dua cara pengolahan untuk mengubah gabah menjadi beras, yaitu secara tradisional dengan ditumbuk, dan secara modern dengan alat-alat atau mesin. Walaupun saat ini masih ada pengolahan dengan cara ditumbuk, namun sebagian besar pengolahannya telah beralih pada pengolahan modern. Untuk mengubah beras menjadi gabah, ada dua fase pengolahan. Fase pertama adalah melapaskan kulit atau sekam dari caryopsis yang menghasilkan beras pecah kulit. Beras ini memiliki kandungan vitamin B yang tinggi, tepatnya pada bagian pericarp. Namun berasnya kurang enak dimakan dan tidak dapat disimpan lama karena baunya mudah apek. Pada fase kedua, lapisan caryopsis dan pericarp dikikis, yaitu dengan cara disosoh. Derajad kejernihan dari beras yang keluar dari mesin penyosoh tersebut tergantung setelan mesin penyosoh yang disesuaikan dengan mutu beras yang diinginkan. Semakin jernih beras yang diinginkan, semakin banyak bagian beras bernilai gizi yang disosoh sehingga menjadi dedak. Walaupun nilai gizinya berkurang, namun penampakannya menjadi lebih menarik di mata konsumen (Siregar dalam Selamet, 23). Nilai gizi yang berkurang diantaranya adalah karbohidrat dan protein menurun sekitar satu persen dan lemak menurun sekitar setengah persen. Menurut Suismono dan Damardjati dalam Suryana (23), berdasarkan teknik penggilingan, penggilingan padi dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu : (1) sistem penggilingan padi diskontinyu; (2) sistem penggolongan padi

29 modifikasi kontinyu; dan (3) sistem penggilingan kontinyu. Sistem penggilingan kontinyu dan modifikasi kontinyu dapat meningkatkan efisiensi kerja, kapasitas produksi, dan mutu beras (grader). Sistem penggilingan padi diskontinyu adalah sistem penggilingan yang menggunakan mesin pemecah kulit dan penyosohan yang manual (Lampiran 6). Sistem penggolongan padi modifikasi kontinyu adalah sistem penggilingan yang proses pemecahan kulit berasnya secara kontinyu, tetapi proses penyosohannya secara manual (Lampiran 7). Sedangkan sistem penggilingan kontinyu adalah sistem penggilingan padi yang terdiri dari satu unit mesin penggiling secara kontinyu (langsung atau ban berjalan), kapasitas 1 kg per jam, yang dilengkapi mesin-mesin pembersih gabah, pemecah kulit, pengayak beras pecah kulit (paddy separator), penyosoh (polisher), dan ayakan beras (grader). Untuk meningkatkan mutu penampakan beras, dapat dilakukan juga dengan cara pemolesan beras giling. Proses pemolesan adalah proses penyosohan beras disertai pengkabut uap agar penampakan beras lebih mengkilap (Lampiran 8). Dalam sistem pengkabut uap, terjadi reaksi antara lemak yang terkandung dalam bekatul dan air yang akan menghasilkan beras lebih mengkilap, bersih, dan cemerlang. Beras yang diolah sampai pada proses ini disebut beras kristal (Suismono dan Damardjati dalam Suryana, 23). Untuk menambah daya tarik konsumen, biasanya beras kristal ini diberi bahan pewangi yang disemprot bersamaan dengan pengkabutan air. Aroma wangi tambahan tersebut akan bertahan sekitar satu bulan. Sedangkan daya tahan mutu beras kristal dapat sampai empat bulan. Namun kandungan butir utuh (beras

30 kepala) menjadi berkurang setelah pemolesan, karena sebagian butir utuh menjadi patah akibat gesekan selama proses pemolesan (Thahir et al., 1999). 2.3 Karakteristik Beras Beras secara biologi adalah bagian biji yang terdiri dari : (1) aleuron, lapisan terluar yang sering kali ikut terbuang dalam proses pemisahan kulit; (2) endospermia, tempat sebagian besar pati dan protein beras; dan (3) embrio yang marupakan calon tanaman baru. 4 Komposisi zat gizi beras dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Komposisi Zat Gizi Beras Per 1 gram Komponen Gizi Kadar Komponen Gizi Kadar Energi (kkal) 358, Natrium (mg) 1, Protein (gr) 6,5 Seng (mg) 1,1 Total Lemak (gr),52 Tembaga (mg),21 Karbohidrat (gr) 79,15 Mangan (mg) 1,4 Total Fiber (gr) 2,8 Selenium (mg) 15,1 Total Gula (gr) - Thiamin (mg),56 Kalsium (mg) 3, Riboflavin (mg),5 Magnesium (mg) 4,23 Niasin (mg) 4,11 Fosfor (mg) 23, Vitamin B6 (mg),17 Kalium (mg) 95, Sumber : Nutrition Analyser (28) Penduduk di berbagai negara memiliki selera yang berbeda terhadap kandungan amilosa yang terdapat di dalam beras. Penduduk Filipina, Malaysia, Thailand, dan Indonesia menyukai rasa nasi dari beras dengan kandungan amilosa medium (2-25 persen), sedangkan Jepang dan Korea menyukai beras dengan kadar amilosa rendah (13-25 persen). Kandungan amilosa ini mempengaruhi kandungan rasa nasi secara keseluruhan sebesar 65 persen. Amilosa adalah rangkaian dari unit-unit gula (glukosa) yang menyusun molekul-molekul besar dari pati beras. Kandungan 4 Wikipedia Indonesia. 28. Kandungan Beras. (6 April 8)

31 amilosa mempengaruhi kepulenan nasi, sifat pemekaran volume beras, dan cepatnya nasi mengeras setelah dimasak. Semakin kecil kadar amilosa beras, maka nasi akan semakin pulen, semakin tidak mekar, dan semakin lama menjadi keras satelah dingin. Aroma pada beras ternyata dipengaruhi juga oleh suhu dan udara. Apabila beras disimpan pada suhu diatas 15 C, setelah 3-4 bulan, beras akan mengalami perubahan aroma dan rasa. Semakin tinggi suhu udara dan semakin lama beras disimpan, akan semakin menurun rasa dan aroma nasinya. Ukuran beras secara umum digolongkan atas butir sangat panjang (> 7 mm), panjang (6-6,9 mm), sedang (5-5,9 mm) dan pendek (< 5 mm). sedangkan bentuknya digolongkan menjadi tiga tipe, yaitu lonjong (ramping), sedang, dan bulat (Lampiran 9). Di pasaran internasional, beras ukuran panjang mempunyai preferensi yang tinggi serta memberikan perbedaan harga yang jelas. Berbeda dengan di Indonesia, ukuran biji beras tidak memberikan perbedaan terhadap harga beras (Damardjati dan Oka dalam Damardjati, 1995). 2.4 Standardisasi Beras di Indonesia Menurut Damardjati (199), di Indonesia belum ada klasifikasi dan standardisasi beras secara resmi yang digunakan sebagai patokan dalam perdagangan maupun yang dianut oleh konsumen secara luas. Standar mutu beras giling sangat diperlukan oleh konsumen dan produsen sebagai kepastian terhadap mutu yang diinginkan dan untuk pembinaan perbaikan mutu beras di tingkat petani dan di tingkat penggilingan. Namun hingga saat ini belum ada standardisasi beras sebagai kriteria mutu beras yang diterima dalam sistem perdagangan secara

32 nasional. Kriteria mutu yang ditetapkan Deptan dan BULOG seperti yang ada pada Tabel 4 bertujuan untuk penyimpanan pangan yang didasarkan atas fisik beras dan kurang memperhatikan preferensi konsumen sehingga kurang dapat digunakan di pasaran bebas. Keterangan tabel 4 dapat dilihat pada Lampiran 1. Tabel 4 Persyaratan Kualitas Beras Pengadaan Dalam Negeri Tahun 23 No I. Persyaratan Umum Bebas hama dan penyakit yang hidup Bebas bau apek, asam atau bau-bau asing lainnya Bersih dari campuran dedak dan katul Bebas dari tanda-tanda adanya bahan kimia yang membahayakan baik secara visual maupun secara organoleptik II. Persyaratan Khusus No Komponen Mutu Satuan Mutu Mutu Mutu Mutu Mutu Pengukuran 1 Derajat Sosoh Min (%) 2 Kadar Air Max (%) 3 Beras Kepala Min (%) 4 Butir Utuh Min (%) 5 Butir patah Max (%) 6 Butir Menir Max (%) 7 Butir Merah Max (%) 8 Butir Kuning/Rusak Max (%) 9 Butir Mengapur Max (%) 1 Butir Asing Max (%) 11 Butir Gabah Max Butir/1 gr 12 Campuran Varetas Lain Max (%) Sumber : Deptan dan BULOG (23) I II min III min ,2 1 5 IV 95 min min ,5 2 1 V 85 min 15 6 min ,2 3 Preferensi yang dimaksud adalah rasa, kepulenan, dan aroma. Atributatribut tersebut merupakan ungkapan perasaan selera pribadi, sehingga sulit diukur. Karena itu dalam perdagangan, atribut-atribut ini tidak dimasukkan dalam grade beras. Beberapa atribut mutu yang yang diuraikan di atas, baik yang tercantum pada standar beras nasional maupun atribut lain seperti rasa, aroma, dan warna merupakan atribut mutu intrinsik. Selain atribut tersebut, dalam pemasaran beras ada beberapa atribut mutu ekstrinsik yang telah berkembang seperti merek, kemasan, label (informasi), serta sertifikasi keaslian varietas beras dan sistem budidaya padi. 1

33 Untuk mencapai standar mutu beras nasional dilakukan melalui penyusunan suatu konsep standar mutu beras yang dapat diterima secara luas. Saat ini konsep semacam itu telah ada dengan dikeluarkannya beras berlabel Standar Nasional Indonesia (SNI). Badan Standardisasi Nasional (BSN) menyusun konsep standar mutu beras giling dengan memperhatikan standar mutu beras Filipina dan Amerika Serikat, standar mutu beras BULOG, hasil analisis contoh beras dari beberapa propinsi, dan hasil penelitian Badan Litbang Pertanian (Deptan, 1999). 2.5 Penelitian Terdahulu Jufri (26) melakukan penelitian tentang analisis perilaku konsumen dan strategi pemasaran beras Super Ciherang LDM Sri Jaya Karawang. Penelitian dilakukan secara sengaja di Kecamatan Tempuran, Karawang, Jawa Barat. Sampel yang diambil sebanyak 92 orang yang sudah pernah mengkonsumsi Super Ciherang LDM Sri Jaya Karawang. Data yang diperoleh dianalisis dengan tabulasi sederhana, analisis komponen utama, dan analisis konjoin. Dalam penelitian ini, dikemukakan bahwa manfaat yang dicari adalah untuk memenuhi kebutuhan pokok karena makan nasi (beras) sudah menjadi kebiasaan. Namun dalam mengkonsumsi beras, terdapat indikator kualitas yang sangat diperhatikan pada atribut beras. Hal itu adalah keragaman butir beras, warna beras, kepulenan nasi, kemekaran beras, dan ukuran kemasan beras. Strategi pemasaran yang perlu dibenahi meliputi strategi produk, harga, distribusi, dan promosi. Untuk strategi produk, diharapkan LDM Sri Jaya Karawang dapat menyediakan beras dengan tingkat keseragaman yang tinggi, berwarna putih, nasinya pulen, beraroma, mekar dan memperbanyak beras dengan

34 kemasan 2 kg. Pada strategi harga, harus diupayakan harga yang beragam terutama untuk beras eceran/kiloan dan pemberian potongan harga untuk pembelian partisi besar. Pemasaran beras kepada konsumen kelas atas dan kelas menengah sebaiknya dilakukan melalui pasar swalayan karena konsumen menginginkan tempat berbelanja yang mudah dicapai, kualitas produk yang baik, pelayanan yang memuaskan, dan suasana yang nyaman. Strategi distribusi untuk kelas bawah yaitu dengan menyediakan beragam beras, baik harga maupun jenisnya, serta kedekatan pedagang dengan lokasi perumahan. Promosi dapat dilakukan dengan komunikasi lisan antara pedagang dengan pembeli. Untuk konsumen kelas menengah atas, penyampaian informasi dapat dilakukan dengan menggunakan katalog harga yang biasa dikeluarkan supermarket dan penyampaian informasi pada kemasan beras. Penelitian yang dilakukan oleh Selamet (23), mengenai analisis proses keputusan konsumen dalam pembelian beras dan strategi pemasaran beras. penelitian ini berlokasi di Kelurahan Tegalleja, Kecamatan Bogor Tengah dengan responden sebanyak 6 orang. Dari seluruh responden tersebut, 3 responden digolongkan sebagai kelas atas dan 3 responden lainnya digolongkan sebagai kelas bawah. Dalam penelitiannya, kelas sosial sangat berpengaruh terhadap perbedaan sikap serta tindakan yang diambil konsumen kelas atas dan kelas bawah dalam proses keputusan pembelian beras. Selain itu, proses keputusan pembelian beras juga dipengaruhi variabel-variabel lain terutama motivasi dan keterlibatan, budaya, situasi pembelian dan komunikasi, pengetahuan tentang beras, sumber daya waktu dan kognitif, serta gaya hidup responden.

35 Pada tahap pengenalan kebutuhan, keterlibatan terhadap beras tinggi, terutama pada kelas bawah. Secara umum, pengetahuan kelas atas terhadap beras lebih banyak dibandingkan dengan kelas bawah, namun sumber-sumber informasi yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian beras kelas atas dan kelas bawah relatif tidak ada perbedaan. Dalam evaluasi alternatif, kelas atas lebih teliti dalam memutuskan beras mana yang akan dibeli. Namun, baik kelas atas maupun kelas bawah telah memperhatikan sejumlah atribut yang ada dalam pembelian beras. Keputusan pembelian beras kelas atas berdasarkan nama jenis/varietas beras, kenyamanan dan kepraktisan dalam pembelian, namun mereka relatif kurang setia pada satu tempat pembelian. Keputusan pembelian kelas bawah lebih didasarkan pada harga, kedekatan dan pelayanan tempat pembelian. Kelas bawah sebagian besar belum mendapat kepuasan dalam pembelian beras dibandingkan dengan kelas atas. Namun dalam menyikapi keluhan, baik kelas bawah maupun kelas atas mengedepankan sikap percaya pada tempat pembelian. Strategi pemasaran yang penting bagi kelas bawah adalah harga beras yang beragam dan terjangkau. Sedangkan strategi untuk kelas atas adalah pengutamaan mutu beras sebagai produk beserta jasa yang menyertainya. Suryana (23) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian beras domestik dan impor. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Babakan Kecamatan Bogor Tengah dengan melibatkan 1 responden. Dalam penelitian itu disebutkan bahwa perilaku konsumen dalam pembelian bahan pangan berkembang seiring dengan berkembangnya kemajuan di berbagai bidang. Peningkatan pendapatan masyarakat mengakibatkan terjadinya

36 tuntutan terhadap kualitas. Konsumen lebih menekankan pada keseimbangan mutu, gizi, serta estetika. Perubahan struktur demografi seperti tingkat pendidikan, pengetahuan, gaya hidup, kemajuan teknologi, transportasi, dan komunikasi pada saat ini mempengaruhi selera atau preferensi konsumen. Pengolahan data dengan Analisis Faktor menghasilkan tiga komponen utama yang dipertimbangkan konsumen pada setiap kelas sosial. Variabel utama yang paling dominan mempengaruhi responden kelas bawah adalah keragaman jenis beras di toko, perolehan informasi dari penjual, dapat membeli dengan cara berhutang, lokasi penjual, dan daya tahan beras, sedangkan variabel dominan pada kelas menengah adalah rasa beras, kepulenan beras, daya tahan beras, dan kenyamanan lokasi pembelian. Variabel yang mempengaruhi konsumen kelas atas adalah beragam jenis beras yang dijual, pengetahuan tentang beras, kemasan beras, iklan beras, dan keutuhan butir beras. Strategi pemasaran yang sebaiknya dilakukan mencakup strategi produk, strategi harga, strategi promosi, dan strategi distribusi. Dalam strategi produk, pemasar hendaknya melakukan grading pada beras sejenis, menjaga kebersihan, menyalurkan beras yang pulen, dan lebih memperhatikan kemasan yang menarik. Strategi harga yang harus dilakukan adalah menyesuaikan harga jual dengan pasar sasaran yang dituju serta menerapkan harga sesuai dengan kualitas grading beras. Strategi promosi yang dilakukan adalah dengan melakukan personel selling dari penjual kepada konsumen serta menggunakan iklan pada media elektronik, cetak, atau spanduk dengan target konsumen wanita. Strategi distribusi dilakukan dengan cara menyesuaikan lokasi penjualan, penataan tempat penjualan, dan

ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO SURABAYA JAWA TIMUR. Oleh : Endang Pudji Astuti A

ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO SURABAYA JAWA TIMUR. Oleh : Endang Pudji Astuti A ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO SURABAYA JAWA TIMUR Oleh : Endang Pudji Astuti A14104065 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN PETANI PADI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS UNGGUL DI KABUPATEN KEDIRI, JAWA TIMUR. Oleh : David Fahmi A

ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN PETANI PADI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS UNGGUL DI KABUPATEN KEDIRI, JAWA TIMUR. Oleh : David Fahmi A ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN PETANI PADI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS UNGGUL DI KABUPATEN KEDIRI, JAWA TIMUR Oleh : David Fahmi A14104023 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PREFERENSI DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS LOKAL PANDAN WANGI DI KABUPATEN CIANJUR. Oleh : AMATU AS SAHEDA A

PREFERENSI DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS LOKAL PANDAN WANGI DI KABUPATEN CIANJUR. Oleh : AMATU AS SAHEDA A PREFERENSI DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS LOKAL PANDAN WANGI DI KABUPATEN CIANJUR Oleh : AMATU AS SAHEDA A14105511 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

Tabel 1. Data produksi dan konsumsi beras tahun (dalam ton Tahun Kebutuhan Produksi Tersedia Defisit (impor)

Tabel 1. Data produksi dan konsumsi beras tahun (dalam ton Tahun Kebutuhan Produksi Tersedia Defisit (impor) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM Mata Kuliah Pasca Panen Tanaman PENGGILINGAN PADI. Disusun oleh: Kelompok 3

LAPORAN PRAKTIKUM Mata Kuliah Pasca Panen Tanaman PENGGILINGAN PADI. Disusun oleh: Kelompok 3 LAPORAN PRAKTIKUM Mata Kuliah Pasca Panen Tanaman PENGGILINGAN PADI Disusun oleh: Kelompok 3 Arya Widura Ritonga Najmi Ridho Syabani Dwi Ari Novianti Siti Fatimah Deddy Effendi (A24051682) (A24051758)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar bagi perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi berarti peluang pasar internasional bagi produk dalam negeri dan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi berarti peluang pasar internasional bagi produk dalam negeri dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi membuat keterkaitan ekonomi nasional dengan perekonomian internasional menjadi makin erat. Dalam skala nasional, globalisasi berarti peluang pasar internasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan ketersediaan lahan sawah yang mencapai 8,1 juta ha, lahan tegal/kebun

BAB I PENDAHULUAN. dengan ketersediaan lahan sawah yang mencapai 8,1 juta ha, lahan tegal/kebun BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang dikenal sebagai negara agraris. Baik dari sisi ekonomi maupun penyerapan tenaga kerja, sektor pertanian memiliki peranan yang relatif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang subur dan memiliki kekayaan alam yang melimpah. Hal ini dikarenakan Indonesia berada di wilayah tropis. Sehingga berbagai jenis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis dan agroindustri pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A14104024 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia sangat tinggi. Menurut Amang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia sangat tinggi. Menurut Amang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang jumlah penduduknya 255 juta pada tahun 2015, dengan demikian Indonesia sebagai salah satu pengkonsumsi beras yang cukup banyak dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah) 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Sektor pertanian adalah salah satu

Lebih terperinci

Analisis Proses Keputusan Pembelian Dan Kepuasan Konsumen Terhadap Beras (Studi Kasus Di Kecamatan Mulyorejo Surabaya Jawa Timur)

Analisis Proses Keputusan Pembelian Dan Kepuasan Konsumen Terhadap Beras (Studi Kasus Di Kecamatan Mulyorejo Surabaya Jawa Timur) Analisis Proses Keputusan Pembelian Dan Kepuasan Konsumen Terhadap Beras (Studi Kasus Di Kecamatan Mulyorejo Surabaya Jawa Timur) Oleh : Rita Nurmalina dan Endang Pudji Astuti Departemen Agribisnis,Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN SUSU UHT MEREK REAL GOOD DI KOTA BOGOR. Oleh : YUSTIKA MUHARASTRI A

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN SUSU UHT MEREK REAL GOOD DI KOTA BOGOR. Oleh : YUSTIKA MUHARASTRI A ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN SUSU UHT MEREK REAL GOOD DI KOTA BOGOR Oleh : YUSTIKA MUHARASTRI A14104120 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ANALISIS KEPUASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam usaha pemenuhan kebutuhan hidupnya selalu berusaha mencari yang terbaik. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan sumber daya alam dalam bidang pertanian merupakan keunggulan yang dimiliki Indonesia dan perlu dioptimalkan untuk kesejahteraan rakyat. Pertanian merupakan aset

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi lebih dari 95 persen penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi lebih dari 95 persen penduduk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Beras merupakan bahan pangan pokok bagi lebih dari 95 persen penduduk Indonesia. petani padi menyediakan lapangan pekerjaan dan sebagai sumber pendapatan bagi jutaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara maritim terbesar di dunia. Sektor Perikanan dan Kelautan adalah salah satu sektor andalan yang dijadikan pemerintah sebagai salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup dan kehidupannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup dan kehidupannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang perlu dipenuhi dalam mempertahankan hidup dan kehidupannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan menyebutkan

Lebih terperinci

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Perumusan Masalah Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi manusia. Pangan yang bermutu, bergizi, dan berimbang merupakan suatu

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PROSES PENGOLAHAN BERAS PRATANAK Gabah yang diperoleh dari petani masih bercampur dengan jerami kering, gabah hampa dan kotoran lainnya sehingga perlu dilakukan pembersihan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia dan merupakan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia dan merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia dan merupakan komoditas pangan unggulan Provinsi Lampung. Produksi padi yang dihasilkan di Provinsi Lampung secara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu

II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi dan Jenis Beras Secara garis besar jenis beras yang ada dapat digolongkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu beras pera dan beras pulen. Beras pulen umumnya dihasilkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok

I. PENDAHULUAN. cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan akan pangan yang cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok masyarakat Indonesia adalah beras. Beras

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Oleh karena itu, kebijakan

Lebih terperinci

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

PRODUKSI PANGAN INDONESIA 65 PRODUKSI PANGAN INDONESIA Perkembangan Produksi Pangan Saat ini di dunia timbul kekawatiran mengenai keberlanjutan produksi pangan sejalan dengan semakin beralihnya lahan pertanian ke non pertanian

Lebih terperinci

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin

Lebih terperinci

TANAMAN PENGHASIL PATI

TANAMAN PENGHASIL PATI TANAMAN PENGHASIL PATI Beras Jagung Sagu Ubi Kayu Ubi Jalar 1. BERAS Beras (oryza sativa) terdiri dari dua jenis, yaitu Japonica yang ditanam di tanah yang mempunyai musim dingin, dan Indica atau Javanica

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP MINUMAN TEH SIAP MINUM (READY TO DRINK) MEREK TEH BOTOL SOSRO DI JAKARTA TIMUR

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP MINUMAN TEH SIAP MINUM (READY TO DRINK) MEREK TEH BOTOL SOSRO DI JAKARTA TIMUR ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP MINUMAN TEH SIAP MINUM (READY TO DRINK) MEREK TEH BOTOL SOSRO DI JAKARTA TIMUR Oleh : NOVA RESKI SEPTINA K A14104117 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM MEMBELI BERAS ORGANIK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM MEMBELI BERAS ORGANIK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM MEMBELI BERAS ORGANIK (Studi Kasus : JaPPSA, Brastagi Supermarket dan Carrefour Plaza Medan Fair) Nurul Ildrakasih 1), Diana Chalil 2), dan Sri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar paling utama bagi manusia adalah kebutuhan pangan. Pangan diartikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Terminologi Pasca Panen Padi. A. Kualitas Fisik Gabah

II. TINJAUAN PUSTAKA Terminologi Pasca Panen Padi. A. Kualitas Fisik Gabah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terminologi Pasca Panen Padi Kegiatan pascapanen padi perontokan, pengangkutan, pengeringan, penggilingan, penyimpanan dan pengemasan (Patiwiri, 2006). Padi biasanya dipanen pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan yang cukup penting dan strategis dalam pembangunan nasional. Salah satu peranan sektor pertanian adalah sebagai penyedia pangan. Pangan

Lebih terperinci

UNJUK KERJA MESIN PENGGILING PADI TIPE SINGLE PASS 1

UNJUK KERJA MESIN PENGGILING PADI TIPE SINGLE PASS 1 UNJUK KERJA MESIN PENGGILING PADI TIPE SINGLE PASS 1 Hanim Zuhrotul A 2, Nursigit Bintoro 2 dan Devi Yuni Susanti 2 ABSTRAK Salah satu faktor yang mengakibatkan kehilangan hasil pada produk pertanian tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Menurut Saliem dkk dalam Ariani dan Tribastuti (2002), pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi

PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi 53 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia yang berfungsi sebagai pemeliharaan, pertumbuhan, kerja dan penggantian jaringan

Lebih terperinci

ANALISIS PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MAKANAN SIAP SAJI DI KENTUCKY FRIED CHICKEN

ANALISIS PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MAKANAN SIAP SAJI DI KENTUCKY FRIED CHICKEN ANALISIS PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MAKANAN SIAP SAJI DI KENTUCKY FRIED CHICKEN CABANG PAJAJARAN, BOGOR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BAURAN PEMASARAN Oleh YUGI RAMDHANI A.14101057 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI

ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI (System of Rice Intensification) (Kasus: Desa Ponggang Kecamatan Sagalaherang Kabupaten Subang, Jawa-Barat) Oleh : MUHAMMAD UBAYDILLAH

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara Agraris dimana sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani. Hal ini di dukung dengan kenyataan bahwa di Indonesia tersedia

Lebih terperinci

BISNIS BEKATUL KAYA MANFAAT

BISNIS BEKATUL KAYA MANFAAT KARYA ILMIAH BISNIS BEKATUL KAYA MANFAAT MATA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS Nama : Asmorojati Kridatmaja NIM : 10.11.3641 Kelas : SI-TI 2B SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang memiliki lahan pertanian cukup luas dengan hasil pertanian yang melimpah. Pisang merupakan salah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura adalah segala hal yang berkaitan dengan buah, sayuran, bahan obat nabati, dan florikultura termasuk di dalamnya jamur, lumut, dan tanaman

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mengingat perannya sebagai komoditas pangan utama masyarakat Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biologi tanah untuk mengoptimalkan produksi tanaman (Budiasa, 2014). Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. biologi tanah untuk mengoptimalkan produksi tanaman (Budiasa, 2014). Pertanian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian organik merupakan jawaban atas revolusi hijau yang digalakkan pada tahun 1960-an yang menyebabkan berkurangnya kesuburan tanah dan kerusakan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia yang memberikan energi dan zat gizi yang tinggi. Beras sebagai komoditas pangan pokok dikonsumsi

Lebih terperinci

ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN KONSUMEN RESTORAN DEATH BY CHOCOLATE AND SPAGHETTI BOGOR

ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN KONSUMEN RESTORAN DEATH BY CHOCOLATE AND SPAGHETTI BOGOR ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN KONSUMEN RESTORAN DEATH BY CHOCOLATE AND SPAGHETTI BOGOR SKRIPSI EGRETTA MELISTANTRI DEWI A 14105667 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sulit diperoleh. Di Indonesia kondisi ini masih diperburuk dengan adanya kendala

BAB I PENDAHULUAN. sulit diperoleh. Di Indonesia kondisi ini masih diperburuk dengan adanya kendala 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di sebagian besar Negara Asia, beras mempunyai nilai politik strategis, yang mempunyai implikasi, pemerintahan akan labil jika beras harganya tidak stabil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia, karena itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia, karena itu pemenuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia, karena itu pemenuhan pangan merupakan bagian dari hak asasi individu serta sebagai komponen dasar untuk mewujudkan sumber daya

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENETAPAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH (HPP) GABAH TERHADAP PENDAPATAN PETANI

EFEKTIVITAS PENETAPAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH (HPP) GABAH TERHADAP PENDAPATAN PETANI EFEKTIVITAS PENETAPAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH (HPP) GABAH TERHADAP PENDAPATAN PETANI (Kasus Kecamatan Binong, dan Kecamatan Pusakanagara, Kabupaten Subang, Jawa-Barat) Oleh: MILA YULISA A 14105572 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang wajib

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang wajib BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang wajib dipenuhi. Apabila pemenuhan pangan tersebut mengalami hambatan maka kegiatan sehari-hari akan

Lebih terperinci

PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A

PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A 14103696 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebar dari Sabang dari Merauke dengan bermacam-macam jenis pangan

BAB I PENDAHULUAN. tersebar dari Sabang dari Merauke dengan bermacam-macam jenis pangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara agraris sangat kaya tanaman pangan yang tersebar dari Sabang dari Merauke dengan bermacam-macam jenis pangan khas bagi daerah masing-masing.

Lebih terperinci

PROSPEK TANAMAN PANGAN

PROSPEK TANAMAN PANGAN PROSPEK TANAMAN PANGAN Krisis Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilakan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Secara sempit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia

I. PENDAHULUAN. (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok dari 98 persen penduduk Indonesia (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia beras mempunyai bobot yang paling

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Peningkatan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia sebesar 4,2 persen

PENDAHULUAN. Peningkatan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia sebesar 4,2 persen I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia sebesar 4,2 persen ditriwulan ke III tahun 2009 (BPS 2009), mengindikasikan terjadi peningkatan taraf hidup masyarakat

Lebih terperinci

KARAKTERISASI MUTU GABAH, MUTU FISIK, DAN MUTU GILING BERAS GALUR HARAPAN PADI SAWAH

KARAKTERISASI MUTU GABAH, MUTU FISIK, DAN MUTU GILING BERAS GALUR HARAPAN PADI SAWAH KARAKTERISASI MUTU GABAH, MUTU FISIK, DAN MUTU GILING BERAS GALUR HARAPAN PADI SAWAH Zahara Mardiah dan Siti Dewi Indrasari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi ABSTRAK Permintaan beras berkualitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. berat kering beras adalah pati. Pati beras terbentuk oleh dua komponen yang

TINJAUAN PUSTAKA. berat kering beras adalah pati. Pati beras terbentuk oleh dua komponen yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Beras diperoleh dari butir padi yang telah dibuang kulit luarnya (sekam), merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Sebagian besar butir beras

Lebih terperinci

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor)

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor) ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor) SKRIPSI AULIA RAHMAN HASIBUAN A.14104522 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

ANALISIS PENILAIAN MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PELAYANAN PUBLIK PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR. Oleh : Cecep Cahliana A

ANALISIS PENILAIAN MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PELAYANAN PUBLIK PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR. Oleh : Cecep Cahliana A ANALISIS PENILAIAN MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PELAYANAN PUBLIK PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR (Studi Kasus Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Jasinga) Oleh : Cecep Cahliana A14304043 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN

Lebih terperinci

PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT RESTORAN ORIENTAL FOOD (Kasus Restoran Makisu dan Shanghai Garden di Gedung Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI

PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT RESTORAN ORIENTAL FOOD (Kasus Restoran Makisu dan Shanghai Garden di Gedung Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT RESTORAN ORIENTAL FOOD (Kasus Restoran Makisu dan Shanghai Garden di Gedung Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI DWIANA SILVI LEUNAWATI A14103669 PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS EKUITAS MEREK KECAP SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI BAURAN PEMASARAN DI KOTA TANGERANG (Studi Kasus: Kecap Merek ABC dan Bango)

ANALISIS EKUITAS MEREK KECAP SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI BAURAN PEMASARAN DI KOTA TANGERANG (Studi Kasus: Kecap Merek ABC dan Bango) ANALISIS EKUITAS MEREK KECAP SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI BAURAN PEMASARAN DI KOTA TANGERANG (Studi Kasus: Kecap Merek ABC dan Bango) DISUSUN OLEH: EFENDY A14104121 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: padi, konfigurasi penggilingan, susut penggilingan, rendemen giling PENDAHULUAN

ABSTRAK. Kata kunci: padi, konfigurasi penggilingan, susut penggilingan, rendemen giling PENDAHULUAN Konfigurasi Mesin Penggilingan Padi Untuk Menekan Susut dan Meningkatkan Rendemen Giling (Rice Milling Machine Configuration to Reduce Losses and Increase Milling Yield) Rokhani Hasbullah, Anggitha Ratri

Lebih terperinci

Teknologi Penanganan Beras Berkualitas Melalui Penerapan GMP dan GWP

Teknologi Penanganan Beras Berkualitas Melalui Penerapan GMP dan GWP Teknologi Penanganan Beras Berkualitas Melalui Penerapan GMP dan GWP Ir. Linda Yanti M.Si BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAMBI 2 0 1 7 1 Teknologi Penanganan Beras Berkualitas Melalui Penerapan GMP

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Kontribusi Tanaman Pangan Terhadap PDB Sektor Pertanian pada Tahun (Miliar Rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Kontribusi Tanaman Pangan Terhadap PDB Sektor Pertanian pada Tahun (Miliar Rupiah) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak bagi sistem perekonomian nasional. Sektor pertanian mengalami pertumbuhan positif dan memberikan kontribusi nyata terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan salah satu komoditi pangan yang sangat dibutuhkan di

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan salah satu komoditi pangan yang sangat dibutuhkan di 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan salah satu komoditi pangan yang sangat dibutuhkan di Indonesia. Oleh karena itu, semua elemen bangsa harus menjadikan kondisi tersebut sebagai titik

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tren produksi buah-buahan semakin meningkat setiap tahunnya, hal ini disebabkan terjadinya kenaikan jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Perkembangan tersebut tampak pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Beras merupakan bahan pangan pokok yang sampai saat ini masih dikonsumsi oleh sekitar 90% penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan tubuh yang memiliki dua bentuk yaitu padat dan cair. Pangan merupakan istilah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 241 juta dengan ditandai oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang meningkat dan stabilitas ekonomi yang

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A14104684 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas pangan masyarakat Indonesia yang dominan adalah beras yang

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas pangan masyarakat Indonesia yang dominan adalah beras yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas pangan masyarakat Indonesia yang dominan adalah beras yang berfungsi sebagai makanan pokok sumber karbohidrat. Beras merupakan komoditi pangan yang memiliki

Lebih terperinci

UJI UNJUK KERJA MESIN PENYOSOH JUWAWUT TIPE ROL TUNGGAL DAN TIPE ROL GANDA

UJI UNJUK KERJA MESIN PENYOSOH JUWAWUT TIPE ROL TUNGGAL DAN TIPE ROL GANDA UJI UNJUK KERJA MESIN PENYOSOH JUWAWUT TIPE ROL TUNGGAL DAN TIPE ROL GANDA Oleh : SALIX FINI MARIS F14104091 2008 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR UJI UNJUK

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan merupakan negara yang komoditas utama nya adalah beras. Beras merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Keller, 2008). Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial di mana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Keller, 2008). Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial di mana 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemasaran Pemasaran adalah fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan memberikan nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola hubungan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN

I PENDAHULUAN I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai petani. Hal ini perlu mendapat perhatian berbagai pihak, karena sektor pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN PRODUK YOU C 1000 (Studi Kasus Mahasiswa Strata Satu Institut Pertanian Bogor) Oleh : Prawira Atma Negara A

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN PRODUK YOU C 1000 (Studi Kasus Mahasiswa Strata Satu Institut Pertanian Bogor) Oleh : Prawira Atma Negara A ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN PRODUK YOU C 1000 (Studi Kasus Mahasiswa Strata Satu Institut Pertanian Bogor) Oleh : Prawira Atma Negara A 14105587 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN KAPSUL HERBAL DR LIZA (Studi Kasus Hotel Salak The Heritage Bogor, Jawa Barat)

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN KAPSUL HERBAL DR LIZA (Studi Kasus Hotel Salak The Heritage Bogor, Jawa Barat) ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN KAPSUL HERBAL DR LIZA (Studi Kasus Hotel Salak The Heritage Bogor, Jawa Barat) Oleh : Zahakir Haris A14104638 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah konsumen sering diartikan sebagai dua jenis konsumen, yaitu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah konsumen sering diartikan sebagai dua jenis konsumen, yaitu II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Perilaku Konsumen Istilah konsumen sering diartikan sebagai dua jenis konsumen, yaitu konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu membeli barang dan jasa digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil komoditas pertanian berupa padi. Komoditas padi dikonsumsi dalam bentuk beras menjadi nasi.

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Padi Organik Dan Bekatul Organik. ditanam dan diolah menurut standar yang telah ditetapkan (IRRI, 2007).

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Padi Organik Dan Bekatul Organik. ditanam dan diolah menurut standar yang telah ditetapkan (IRRI, 2007). BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Padi Organik Dan Bekatul Organik. Padi merupakan tanaman yang termasuk genus Oryza L yang meliputi kurang lebih 25 spesies tersebar di daerah tropis dan daerah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. barang dan jasa akan terdistribusi dengan jumlah, waktu, serta lokasi yang

TINJAUAN PUSTAKA. barang dan jasa akan terdistribusi dengan jumlah, waktu, serta lokasi yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Rantai Pasok Rantai pasok adalah sekumpulan aktivitas dan keputusan yang saling terkait untuk mengintegrasi pemasok, manufaktur, gudang, jasa transportasi, pengecer,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Beras Nasional, Tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Beras Nasional, Tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terpadat keempat setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Setiap tahunnya jumlah penduduk di Indonesia terus meningkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, sehingga sering disebut sebagai negara agraris yang memiliki potensi untuk mengembangkan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK (Kasus : Rumah Makan di Kota Bogor) EKO SUPRIYANA A.14101630 PROGRAM STUDI EKSTENSI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri daging olahan merupakan salah satu industri yang bergerak dalam bidang

I. PENDAHULUAN. Industri daging olahan merupakan salah satu industri yang bergerak dalam bidang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri daging olahan merupakan salah satu industri yang bergerak dalam bidang peternakan. Pada tahun 2009, industri pengolahan daging di dalam negeri mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan komoditas penting dan strategis bagi bangsa Indonesia mengingat pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi oleh pemerintah dan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia Tenggara, jumlah penduduknya kurang lebih 220 juta jiwa, dengan laju pertumbuhan rata-rata 1,5% per

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negara agraris di dunia, peranan tanaman pangan juga telah terbukti secara

I. PENDAHULUAN. negara agraris di dunia, peranan tanaman pangan juga telah terbukti secara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pangan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memiliki peranan sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan pangan, pembangunan wilayah,

Lebih terperinci

PENINGKATAN NILAI TAMBAH JAGUNG SEBAGAI PANGAN LOKAL Oleh : Endah Puspitojati

PENINGKATAN NILAI TAMBAH JAGUNG SEBAGAI PANGAN LOKAL Oleh : Endah Puspitojati PENINGKATAN NILAI TAMBAH JAGUNG SEBAGAI PANGAN LOKAL Oleh : Endah Puspitojati Kebutuhan pangan selalu mengikuti trend jumlah penduduk dan dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan per kapita serta perubahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pangan adalah komoditas strategi karena merupakan kebutuhan dasar manusia. Pangan tidak saja berarti strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara agraris maka sebagian besar penduduknya. konsumsi untuk seluruh penduduk di Indonesia (Adiratma, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara agraris maka sebagian besar penduduknya. konsumsi untuk seluruh penduduk di Indonesia (Adiratma, 2004). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai Negara agraris maka sebagian besar penduduknya hidup dari pertanian. Bahan makanan seperti padi atau beras dan jagung hanya diproduksi oleh pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan jajanan sudah menjadi kebiasaan yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai golongan apapun

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM KARAKTERISTIK DAN ARAH PERUBAHAN KONSUMSI DAN PENGELUARAN RUMAH TANGGA Oleh : Harianto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibat eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan. Eksploitasi ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. akibat eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan. Eksploitasi ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan muncul akibat kerusakan lingkungan yang semakin parah akibat eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan. Eksploitasi ditandai dengan pengaruh kandungan

Lebih terperinci