KENDALA-KENDALA DALAM PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN SOSIOLOGI
|
|
- Liana Irawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KENDALA-KENDALA DALAM PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN SOSIOLOGI Oleh: Sugiran Abstrak: Kendala-kendala Dalam Pembelajaran Mata Pelajaran Sosiologi,Pembuatan perangkat pembelajaran sebagai arahan ketika guru mengajar mutlak diperlukan sebagai arahan dalam pembelajaran, Sebagian guru dengan disiplin non Sosiologi juga mengandalkan MGMP dalam perumusan indikator. Guru menyesuaikan lagi dengan kondisi sekolah masing-masing. Alasan yang dikemukakan bahwa Sosiologi bukanlah disiplin ilmunya jadi kurang memahami secara mendalam. Pergantian kurikulum dengan waktu yang singkat juga menjadi kendala yang dirasakan guru dalam penyusunan indikator keberhasilan belajar. Di mana guru harus memahami dan menyesuaikan dengan kurikulum yang baru terkait dengan kejelasan rumusan, kesesuaian dengan kompetensi dasar, pengakomodasian kompetensi atau keahlian yang harus dimiliki siswa, dan lain-laintujuan pembelajaran yang tertuang dalam indikator sesuai dengan kurikulum. idealnya tujuan pembelajaran dibuat oleh guru yang kemudian dibahas bersama dalam MGMP Sosiologi untuk menyamakan materi-materinya dan kemudian dikembangkan oleh masing-masing guru dengan menyesuaikan kondisi sekolah. Kata Kunci : Kendala, Pembelajaran, Sosiologi A. Pendahuluan Sosiologi sebagai mata pelajaran telah diajarkan di SMA sejak tahun Guru yang berlatar belakang pendidikan Sosiologi masih sangat terbatas. Hal ini menyebabkan mata pelajaran Sosiologi diampu oleh disiplin Geografi, Sejarah, Kewarganegaraan, Biologi, Ekonomi, Pertanian, dan Bahasa Indonesia. Ketidak sesuaian latar belakang pendidikan ini tentunya akan berimbas pada kemampuan dan kendala bagi guru dalam pembelajaran. Dengan perangkat pembelajaran dan metode pembelajaran. Guru berlatar belakang pendidikan non sosiologi sebagian besar mengalami kendala dalam sumber belajar, media, dan sarana prasarana. Di samping itu guru yang bukan dari disiplin Sosiologi merasa bahwa Sosiologi adalah pelajaran yang mudah bahkan jika dibandingkan dengan mengampu mata pelajaran yang merupakan bidang keilmuannya. Guru justru lebih cenderung fokus pada pelajaran yang diampunya dan merupakan bidang keilmuannya. Hal ini disebabkan sebagian guru tersebut hanya mengandalkan buku paket Sosiologi SMA, sehingga tidak sampai membawa siswa memiliki kompetensi sesuai yang idharapkan. B. Kemampuan Guru 1. Merencanakan Pembelajaran Pembuatan perangkat pembelajaran sebagai arahan ketika guru mengajar mutlak diperlukan sebagai arahan dalam pembelajaran. Akan tetapi pembuatannya yang rumit dan kelengkapannya yang harus dipenuhi. Hal ini menyebabkan banyak guru mengeluh terkait dengan keterbatasan waktu guru memiliki banyak tugas yang harus dikerjakan, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Adapun yang dikerjakan guru meliputi perencanaan, kegiatan pembelajaran, evaluasi. Jadi waktu yang dimiliki terbatas.
2 2. Perumusan Indikator Keberhasilan Pembelajaran. a) Guru Berlatar Belakang Pendidikan Sosiologi Dalam pembuatan indikator kejelasan rumusan umum dibuat bersama dalam MGMP. Dengan kelengkapan cakupan rumusannya dan tentunya sudah disesuaikan kompetensi dasar yang di dalamnya, juga mencakup kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik. Tujuan pembelajaran yang tertuang dalam indikator sesuai dengan kurikulum. idealnya tujuan pembelajaran dibuat oleh guru yang kemudian dibahas bersama dalam MGMP Sosiologi untuk menyamakan materi-materinya dan kemudian dikembangkan oleh masing-masing guru dengan menyesuaikan kondisi sekolah. Dalam prakteknya guru Sosiologi hanya mengikuti dari apa yang sudah ada di kurikulum dan yang telah dirumuskan di MGMP, karena bukan dari kependidikan sehingga untuk pembuatan indikator kurang dikuasai. b) Guru Berlatar Belakang Pendidikan Non Sosiolog Sebagian guru dengan disiplin non Sosiologi juga mengandalkan MGMP dalam perumusan indikator. Guru menyesuaikan lagi dengan kondisi sekolah masing-masing. Alasan yang dikemukakan bahwa Sosiologi bukanlah disiplin ilmunya jadi kurang memahami secara mendalam. Adapun untuk mata pelajaran yang merupakan disiplin ilmunya guru mampu membuatnya sendiri. Dalam pembuatan indikator kejelasan rumusan yang umum dibuat bersama. Dengan kelengkapan cakupan rumusannya dan kompetensi dasar yang di dalamnya juga sudah mencakup kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik, serupa dengan guru berlatar belakang pendidikan Sosiologi. 3. Kendala Guru Dalam Pembelajaran Sosiologi a) Kendala Guru Dalam Merencanakan Pembelajaran Guru dengan disiplin Sosiologi dalam perumusan indikator keberhasilan pembelajaran guru menghadapi Kendala. Hal ini karena wawasan kependidikan guru yang masih terbatas, sehingga masih kesulitan untuk merumuskan indikator dan harus banyak belajar. Di samping itu perubahan kurikulum yang berubah-ubah dari kurikulum 1999 ke 2004 sudah membuat guru gagap karena perubahannya yang drastis. Jadi guru membutuhkan waktu untuk memahaminya dan melakukan penyesuaian. Belum genap 5 tahun KBK berjalan dan saat guru mulai bisa mengikutinya, ternyata kurikulumnya sudah berganti lagi dengan kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Pada akhirnya guru membutuhkan waktu lagi untuk bisa beradaptasi. Hal ini merupakan salah satu kendala yang dirasakan oleh guru karena harus melakukan penyesuaian-penyesuaian terkait dengan tujuan, materi, dan lain-lain yang cukup membuat guru bingung. Pergantian kurikulum dengan waktu yang singkat juga menjadi kendala yang dirasakan guru dalam penyusunan indikator keberhasilan belajar. Di mana guru harus memahami dan menyesuaikan dengan kurikulum yang baru terkait dengan kejelasan rumusan, kesesuaian dengan kompetensi dasar, pengakomodasian kompetensi atau keahlian yang harus dimiliki siswa, dan lain-lain. b) Kendala Guru Dalam Pra dan Membuka Pelajaran Guru tidak mengalami kendala yang berarti dalam pra pembelajaran. Hal ini dikarenakan media pembelajaran yang digunakan tergolong sederhana, jadi tidak memerlukan
3 persiapan yang rinci. Guru juga jarang memeriksa kesiapan ruang kelas sebelum pembelajaran di mulai, Guru dengan disiplin Sosiologi melakukan apersepsi dalam membuka pembelajaran. Akan tetapi banyak siswa yang tidak ingat dengan pelajaran sebelumnya sehingga harus melihat catatan atau LKS yang dimiliki. Kendalanya bahwa sering tidak menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan rencana kegiatannya. Kendala dalam membuka pembelajaran yaitu siswa tidak tahu kompetensi yang akan dicapai dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. Guru tidak memberitahukan terlebih dahulu. Jadi siswa hanya mengikuti apa yang diinstruksikan guru. Apersepsi yang dilakukan di kelas serupa dengan guru dengan disiplin Sosiologi. Siswa harus membuka catatannya terlebih dahulu, karena tidak mengingat pelajaran pada pertemuan sebelumnya. c) Kendala Guru Dalam Melaksanakan Kegiatan Pembelajaran Penguasaan materi bagi guru dengan disiplin Sosiologi tidak terdapat kendala. Hal ini dikarenakan pengetahuan Sosiologi diperoleh selama di bangku kuliah. Jadi guru hanya mengembangkan materi dengan yang ada di kurikulum dan buku paket Sosiologi SMA, serta dalam kehidupan di masyarakat. Adapun kendala yang dihadapi guru terkait dengan materi pelajaran di mana penelitian Sosial dianggap terlalu sulit bagi siswa SMA dan dirasa belum saatnya siswa mendapat materi tersebut. Materi penelitian sosial biasanya diajarkan di bangku perkuliahan semester pertengahan dan mempraktekkannya ketika di semester akhir, terlalu berat metode pebelitian yang biasanya diberikan pada mahasiswa semester akhir. Sudah materinya berat inputnya juga kurang, bahkan di Erlangga olah datanya sampai product moment, korelasi, akhirnya materinya tidak semua disampaikan. Kendala lain adalah guru tidak terlalu memperhatikan hirarki belajar dalam menyampaikan materi. Hal ini dikarenakan kembali lagi kepada ketidak tahuan guru mengenai kependidikan secara mendalam. Disamping itu usaha untuk mengembangkan kompetensi guru dengan banyak membaca buku-buku umum Sosiologi ternyata juga tidak mudah Kendala lainnya adalah secara psikologis, karena bukan disiplin ilmunya guru khawatir jika ada salah persepsi dan kemudian itu disampaikan kepada anak, berarti guru telah menyampaikan konsep Sosiologi yang salah. Hal ini juga menjadi kendala bagi guru. d) Kendala Dalam Strategi Pembelajaran Sosiologi yang labotatoriumnya adalah masyarakat, tentunya akan lebih ideal jika siswa diajak terjun ke masyarakat. Hal ini dilakukan supaya siswa dapat mengalami langsung sehingga belajar akan lebih bermakna. Siswa pun akan lebih senang karena tidak selalu berada di dalam kelas. Sayangnya guru tidak dapat menerapkannya dalam pembelajaran Sosiologi, karena terbentur kendala waktu yang minim, pengaturan siswa, serta medannya. Guru belum dapat menerapkan variasi metode dalam pembelajaran. Hal ini merupakan salah satu kendala bagi guru, karena guru belum banyak megetahui mengenai metode-metode pembelajaran yang lebih bervariatif untuk digunakan di kelas. Jadi guru harus banyak belajar guna
4 meningkatkan kemampuannya dalam mengatur pembelajaran yang kondusif untuk siswa. Guru merasakan kendala yang dihadapi dalam strategi pembelajaran adalah guru berusaha melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif pada siswa. Akan tetapi pada kenyataannya tidak semua siswa dapat mengamalkan apa yang sudah diperoleh di pembelajaran ke dalam dunia riil di sekitarnaya. Alokasi waktu yang terbatas juga merupakan kendala yang kerap dialami guru, karena tidak sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran. Di samping itu sebagian siswa yang kerap kali tidak dapat mengikuti jalannya pelajaran. Hal ini membuat guru harus mengulangi lagi materi yang sudah diberikan yang tentunya akan semakin memakan waktu. Pada akhirnya menyebabkan kemunduran waktu yang telah dialokasikan, yang nantinya juga akan membuat mundur alokasi waktu yang telah dirancang untuk tahapan selanjutnya. Minimnya buku seperti yang telah disebutkan di atas menjadi kendala dalam metode karena pada akhirnya guru akan kembali menggunakan metode konvensional ceramah Guru yang berusaha menumbuhkan kebiasaan positif pada siswa. Akan tetapi mengalami kendala di mana siswa menunjukkan hasil yang baik saat di dalam kelas. Ketika di luar ruangan sering kali siswa tidak dapat menerapkan kebiasaan positif yang didapatnya dalam pembelajaran. Serupa dengan guru berlatar belakang pendidikan Sosiologi bahwa pembelajaran terkadang tidak sesuai dengan alokasi waktu. Hal ini dikarenakan siswa yang belum paham, dan waktu yang terbatas dengan materi yang cukup banyak. Ini menjadi kendala yang kerap dialami guru. 4. Kendala Dalam Pemanfaatan Media Pembelajaran Kendala utama yang dihadapi guru dalam pembelajaran adalah terkait dengan media pembelajaran. Di mana guru masih mencari media apa yang cocok untuk mata pelajaran Sosiologi. Media tersebut diharapkan dapat menyampaikan pesan pembelajaran dengan kompetensi yang akan dicapai. Pencarian informasi dengan pemanfaatan internet belum bisa dilakukan oleh siswa karena belum tersedia di sekolah dan untuk internet di luar siswa belum bisa menjangkaunya.disamping karena minimnya media pembelajaran yang tersedia di sekolah guru juga belum terlalu terampil dalam penggunaan media seperti computer, maupun LCD. Akan tetapi untuk media konvensional seperti artikel guru sering menggunakannya, sehingga sudah terampil untuk digunakan di kelas. Minimnya media yang tersedia di sekolah yang dirasakan oleh guru sebagai kendala, ternyata tidak demikian menurut pihak sekolah. Kepala sekolah merasa bahwa media untuk mata pelajaran Sosiologi dapat memanfaatkan apa yang ada di sekitar seperti artikel dari Koran atau majalah, dan sebagainya, Jadi bagaimana guru yang kreatif dan inovatif dalam penggunaan media untuk pembelajaran Sosiologi, Keterampilan sebagian besar guru dalam penggunaan media serupa dengan guru disiplin Sosiologi, meskipun demikian harapan pada penyediaan media pembelajaran elektronik di sekolah tetap ada. Dengan penggunaan LCD, notebook, dan CD pembelajaran diharapkan dapat mengemas pesan yang menarik untuk siswa.
5 5. Kendala Dalam Menciptakan Pembelajaran Yang Memicu Dan Memelihara Keterlibatan Siswa. Karakteristik siswa dengan kemampuan rata-rata menengah ke bawah menjadi kendala bagi guru. Hal ini nantinya akan berpengaruh dalam menciptakan situasi belajar yang mengaktifkan siswa. Dimana siswa sulit mengikuti pelajaran sesuai dengan target waktu yang ada misalnya, motivasi untuk belajar yang kurang, ketidak mampuan membeli buku pegangan,dan lain-lain. Hal tersebut menjadi faktor yang kurang menunjang dalam pembelajaran Sosiologi di kelas. Pada akhirnya guru harus berpikir ekstra dalam strategi pembelajaran yang dipersiapkan. Di samping itu mata pelajaran IPS ternyata masih menjadi second class hampir di semua sekolah. Disaat siswa kelas XI penjurusan, maka siswa yang memiliki prestasi di bidang akademik akan lebih memilih bidang IPA. Jadi kemampuan siswa IPA lebih baik jika dibandingkan dengan siswa IPS. Bidang IPS memiliki image sebagai buangan bagi anak-anak yang kurang pintar dan anak-anak nakal. Kurikulum menuntut keaktifan siswa di kelas. Dimana siswa belajar dengan menemukan dan mengalami sendiri sehingga pembelajaran akan lebih bermakna. Kendala yang dihadapi guru juga berawal dari kemampuan siswa yang masuk ke sekolah, sehingga untuk dapat menumbuhkan partisipasi aktif dan antusiasme belajar siswa terasa sulit untuk diwujudkan, Tidak hanya itu, ternyata siswa IPS sendiri ada kecenderungan lebih fokus terhadap mata pelajaran yang di UANkan yaitu Ekonomi, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Alasannya sudah jelas, karena kekhawatiran jika tiga mata pelajaran itu tidak memenuhi nilai standar nasional tidak dapat lulus. Bukan hanya siswanya pihak sekolah pun lebih memperhatikan mata pelajaran yang di UANkan dibandingkan dengan yang tidak di UANkan, karena gengsi sekolah jika dapat meluluskan banyak siswanya. Hal ini menjadi kendala bagi Sosiologi yang kurang mendapat perhatian serius baik oleh siswa maupun pihak sekolah. Motivasi dan minat baca siswa yang rendah juga salah satu kendala dalam mengaktifkan siswa dalam pembelajaran. Guru mencoba mensiasati dengan memberikan banyak tugas yang akhirnya membuat peserta didik mau tidak mau harus harus membaca dan berpikir. Selain itu Guru juga harus lebih sabar dan telaten dalam menghadapi siswa terutama dengan input yang kurang. a) Kendala Dalam Penilain Proses Dan Hasil Belajar Guru berlatar belakang pendidikan Sosiologi dalam pembelajaran kurang memperhatikan penilaian yang harus dilakukan pada awal pembelajaran. Pengetahuan yang dimiliki guru bahwa penilaian yang wajib dilakukan adalah pada saat proses dan akhir kegiatan pembelajaran saja. Input siswa yang kurang menurut penilaian guu mempengaruhi hasil belajar kognitif siswa yang juga kurang. Ini terlihat dari banyaknya siswa yang belum tuntas dibandingkan yang sudah tuntas, sehingga banyak siswa yang harus mengikuti remidi. Kendala tersebut dirasakan guru kaitannya dengan penilaian proses dan hasil belajar. Guru berharap supaya tujuan pembelajaran yang dirumuskan dapat tercapai. Jika belum tercapai maka guru akan berusaha mengulangi kembali materi yang mungkin dirasa sulit bagi siswa, setidaknya sampai siswa ada
6 gambaran mengenai materi tersebut sehingga tujuan dapat tercapai. Banyaknya siswa yang remidi tentunya akan menambah pekerjaan yang membuat guru menjadi semakin repot dalam penilaian. Soal-soal remidi yang dibuat harus disesuaikan dengan kompetensi dasar yang belum tuntas dari masing-masing siswa. Kendalanya lainnya adalah menilai siswa dalam mempraktekkan konsep-konsep Sosiologi yang telah diperolehnya di dalam kehidupan bermasyarakat. Guru menilai hanya sebatas pada penguasaan konsepnya saja, sehingga penilaiannya menjadi tidak menyeluruh. Penilaian di awal juga merupakan kendala dalam pembelajaran. Akan tetapi guru berlatar belakang pendidikan non Sosiologi telah mengetahui adanya penilaian yang harus dilakukan di awal, namun prakteknya sebagian besar guru melakukan penilaian ketika proses dan akhir kegiatan pembelajaran. Jadi penilaian diawal belum menjadi prioritas yang harus dilakukan guru dalam evaluasi. Idealnya tujuan pembelajaran sering kali tidak sesuai dengan riilnya keadaan yang terjadi di kelas. Hal tersebut diantaranya disebabkan oleh input siswa terutama yang berada di SMA, Disamping itu idealnya tujuan yang ada hanya dipahami siswa secara teori saja tetapi untuk prakteknya dalam masyarakat sulit diterapkan. Demikian juga dengan penilaiannya yang hanya bisa diukur teori tetapi prakteknya sulit, Soal yang dibuat untuk remidi harus disesuaikan dengan Kompetensi Dasar (KD) yang belum dikuasai siswa atau belum tuntas. Hal ini merupakan salah satu kendala yang dialami oleh guru terkait dengan Evaluasi karena guru harus lebih telaten dalam mengidentifikasi KD dari masing-masing siswa yang belum tuntas. Ini dapat mengganggu pembelajaran siswa yang sudah tuntas. Guru tidak mengalami kendala berarti dalam pembelajaran. Akan tetapi ada salah seorang guru memiliki kebiasaan berbicara cepat. Dalam menyampaikan materi siswa kurang bisa mengikuti karena terlau cepat. Pada akhirnya guru mengulang kembali materinya, meskipun demikian untuk menghilangkan kebiasaan tidaklah mudah. Jadi hal tersebut bisa terulang pada beberapa kali pertemuan. C. Pengembangan Kompetensi Guru Sosiologi Keberadaan mata pelajaran Sosiologi sejak tahun 1994 ternyata tidak diimbangi dengan ketersedian guru yang berkompeten dibidangnya yang berlatar belakang dari kependidikan Sosiologi. Posisi guru Sosiologi akhirnya diisi oleh guru seadanya yang berasal dari berbagai disiplin ilmu. Majid (2005:6) menjelaskan kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. Diyakini Robotham (1996:27), kompetensi yang diperlukan oleh seseorang tersebut dapat diperoleh baik melalui pendidikan formal maupun pengalaman. Syah (2000:229) mengemukakan pengertian dasar kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan. Usman (1994:1) mengemukakan kompentensi berarti suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun yang kuantitatif. McAhsan (1981:45), sebagaimana dikutip oleh Mulyasa (2003:38) mengemukakan bahwa kompetensi: is a knowledge, skills, and abilities or capabilities that a person achieves, which become part of his or her being to the extent he or
7 she can satisfactorily perform particular cognitive, affective, and psychomotor behaviors. Dalam hal ini, kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Sejalan dengan itu Finch & Crunkilton (1979:222 Pengetahuan guru yang berlatar belakang pendidikan non Sosiologi mengenai Sosiologi diperoleh dari buku paket pelajaran yang tersedia di sekolah. Buku yang digunakan guru seperti Erlangga, Yudistira, LKS, buku umum mengenai Sosiologi (Sosiologi Pengantar karangan Soerjono Soekanto), dan berita-berita aktual yang terjadi di masyarakat seperti artikel Koran atau majalah, serta televisi. Ditambah lagi dengan mata kuliah dasar Sosiologi yang diterima ketika kuliah minimal 2 SKS. Akan tetapi guru merasa kesulitan untuk memperoleh buku-buku Sosiologi umum yang akan digunakan sebagai bahan belajar guru tentang Sosiologi. Guru yang berlatar belakang Sosiologi tentunya lebih mendalami yang telah mempelajari selama kuliahnya. Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen bagian penjelasan dikemukakan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Hal ini menandakan dalam peranannya sebagai seorang pendidik, guru harus memiliki pengetahuan dan kecakapan dalam suatu tindakan pengelolaan kelas yang maksimal sehingga diharapkan terjadinya proses belajar mengajar yang efektif. Pengelolaan disini dapat dimulai dari perencanaan, proses dan ditutup dengan evaluasi pembelajaran. Perencanaan dapat berupa sebuah rangkaian acara yang telah di set sedemikian rupa demi terlaksananya tujuan. Contohnya : seorang guru memiliki tujuan yang dibuatnya dalam suatu standar kompetensi. Otomatis apabila ia ingin mencapai tujuannya tersebut maka ia harus membuat suatu rencana yang tertuang dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Pengetahuan mengenai keguruan menjadi satu kendala yang dialami guru berlatar belakang Sosiologi, karena bukan berasal dari kependidikan. Akta empat yang diambil untuk mendapatkan izin mengajar rupanya belum merupakan bekal yang cukup guna memasuk dunia kependidikan di sekolah. Disamping waktu pendidikan yang ditempuh sangat singkat 1-2 semester, perkuliahanpun dirasa kurang menekankan kualitas dan hanya sebagai syarat saja guna mendapatkan izin mengajar. Sebagian besar guru belum pernah melakukan pelatihan, seminar, maupun wokshop mengenai pembelajaran Sosiologi. Guru hanya sebatas mengadakan pertemuan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) Sosiologi MGMP sebagai wadah guru-guru Sosiologi untuk berdiskusi dan bertukar pikiran guna meningkatkan kualitas pembelajaran Sosiologi di sekolah. Jika ada guru yang mengikuti seminar ataupun workshop pembelajaran Sosiologi maka akan ditularkan kepada guru-guru lainnya melalui MGMP. Disamping itu MGMP juga untuk menyamakan materi Sosiologi terkait dengan kurikulum, buku pegangan yang digunakan, sampai pembuatan soal. Jadi, MGMP Sosiologi ini dirasakan kebermanfaatannya guna memperoleh hasil pembelajaran Sosiologi yang optimal.hal ini dikarenakan prosesnya yang memang agak lama harus melewati beberapa siklus, sehingga harus betul-betul meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk dapat melakukannya. Adapun waktu yang dimiliki telah banyak tersita untuk melakukan tanggung jawabnya sebagai seorang guru baik di sekolah maupun di luar sekolah. Terlebih lagi administrasi pembelajaran dalam kurikulum 2004 dan 2006 yang lebih rumit dan membutuhkan ketelatenan ekstra untuk dapat memenuhinya.
8 D. Kemampuan Guru Pemahaman tentang peserta didik meliputi pemahaman tentang psikologi perkembangan anak sedangkan Pembelajaran yang mendidik meliputi kemampuan merancang pembelajaran, mengimplementasikan pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran, dan melakukan perbaikan secara berkelanjutan. Sedangkan menurut PP tentang Guru, bahwasanya kompetensi pedagogik Guru merupakan kemampuan Guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi: a. pemahaman wawasan atau landasan kependidikan. Guru memiliki latar belakang pendidikan keilmuan sehingga memiliki keahlian secara akademik dan intelektual. Merujuk pada sistem pengelolaan pembelajaran yang berbasis subjek (mata pelajaran), guru seharusnya memiliki kesesuaian antara latar belakang keilmuan dengan subjek yang dibina. Selain itu, guru memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam penyelenggaraan pembelajaran di kelas. Secara otentik kedua hal tersebut dapat dibuktikan dengan ijazah akademik dan ijazah keahlian mengajar (akta mengajar) dari lembaga pendidikan yang diakreditasi pemerintah. b. pemahaman terhadap peserta didik. Guru memiliki pemahaman akan psikologi perkembangan anak, sehingga mengetahui dengan benar pendekatan yang tepat yang dilakukan pada anak didiknya. Guru dapat membimbing anak melewati masa-masa sulit dalam usia yang dialami anak. Selain itu, Guru memiliki pengetahuan dan pemahaman terhadap latar belakang pribadi anak, sehingga dapat mengidentifikasi problemproblem yang dihadapi anak serta menentukan solusi dan pendekatan yang tepat. c. pengembangan kurikulum/silabus. Guru memiliki kemampuan mengembangkan kurikulum pendidikan nasional yang disesuaikan dengan kondisi spesifik lingkungan sekolah. d. perancangan pembelajaran. Guru memiliki kemampuan merencanakan sistem pembelajaran yang memanfaatkan sumber daya yang ada. Perencanaan tersebut meliputi memahmi landasan pendidikan, menerapkan teori belajar dan pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar, serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih. Semua aktivitas pembelajaran dari awal sampai akhir telah dapat direncanakan secara strategis, termasuk antisipasi masalah yang kemungkinan dapat timbul dari skenario yang direncanakan. e. pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Guru menciptakan situasi belajar yang meliputi menata latar ( setting) pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif ( kreatif, aktif dan menyenangkan). Memberikan ruang yang luas bagi anak untuk dapat mengeksplor potensi dan kemampuannya sehingga dapat dilatih dan dikembangkan. f. pemanfaatan teknologi pembelajaran.
9 Dalam menyelenggarakan pembelajaran, guru menggunakan teknologi sebagai media. Menyediakan bahan belajar dan mengadministrasikan dengan menggunakan teknologi informasi. Membiasakan anak berinteraksi dengan menggunakan teknologi. g. evaluasi hasil belajar. Guru memiliki kemampuan untuk mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan meliputi perencanaan, respon anak, hasil belajar anak, metode dan pendekatan. Untuk dapat mengevaluasi, guru harus dapat merencanakan penilaian yang tepat, melakukan pengukuran dengan benar, dan membuat kesimpulan dan solusi secara akurat. h. pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Guru memiliki kemampuan untuk membimbing anak, menciptakan wadah bagi anak untuk mengenali potensinya dan melatih untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan ini adalah dengan melaksanakan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas, berbasis pada perencanaan dan solusi atas masalah yang dihadapi anak dalam belajar. Sehingga hasil belajar anak dapat meningkat dan target perencanaan guru dapat tercapai. Pada prinsipnya, Kesemua aspek kompetensi paedagogik di atas senantiasa dapat ditingkatkan melalui pengembangan kajian masalah dan alternatife solusi. E. Kesimpulan Simpulan adalah dalam pembelajaran Sosiologi guru mengalami banyak kendala baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Saran bagi guru untuk meningkatkan kemampuan mengajarnya dengan terus belajar. Baik dari buku, seminar atau pelatihan, maupun dengan guru lain yang lebih berpengalaman. Pihak sekolah mulai membenahi formasi guru Sosiologi, dengan tidak menempatkan guru pengampu Sosiologi yang semata-mata kekurangan jam mengajar. Sekolah secepatnya melengkapi media dan sarana prasarana yang dibutuhkan guna menunjang keberhasilan pembelajaran. Bagi Dinas Pendidikan untuk memfasilitasi keterbatasan guru dari latar belakang pendidikan Sosiologi. Oleh sebab itu diperlukan kerja sama dari berbagai pihak yang berhubungan dengan pembelajaran Sosiologi, yaitu guru Sosiologi, kepala sekolah dan dinas pendidikan. Hal ini dilakukan supaya dapat diciptakan lingkungan pembelajaran Sosiologi yang kondusif dan dapat diperoleh hasil belajar yang optimal. Daftar pustaka
BAB I PENDAHULUAN. manusia akan memiliki akhlak, moral, ataupun etika yang baik sehingga. manusia akan mampu merekonstruksi pola pikirnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan icon fundamental dalam rangka membenahi kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara. Dengan pendidikan, manusia akan memiliki akhlak, moral, ataupun
Lebih terperinciV. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. simpulan, implikasi dan saran dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Pemahaman wawasan dan landasan kependidikan
196 V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan paparan data dan pembahasan sebelumnya, maka dapat dikemukakan simpulan, implikasi dan saran dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Pemahaman
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI PAEDAGOGIK GURU DALAM MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MELALUI KEGIATAN PENDAMPINGAN ( MENTORING)
UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI PAEDAGOGIK GURU DALAM MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MELALUI KEGIATAN PENDAMPINGAN ( MENTORING) ELVI MAILANI Dosen Jurusan PPSD Prodi PGSD FIP Unimed Email: malyanisari_sitepu@yahoo.com
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. pembelajaran PKn yang dilaksanakan di kelas XI IPA 1 SMA Negeri 4 Cimahi
127 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis, refleksi, diskusi balikan, serta rencana tindakan yang telah dilakukan pada setiap siklus, mulai dari siklus I sampai siklus III
Lebih terperinciEmpat Kompetensi Dasar Guru 1. PENGERTIAN Pasal 28 ayat 3 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan secara tegas
Empat Kompetensi Dasar Guru 1. PENGERTIAN Pasal 28 ayat 3 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan secara tegas dinyatakan bahwa ada empat kompetensi yang harus dimiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesionalisme berkembang sesuai dengan kemajuan masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh peserta didik (in put), pendidik, sarana dan prasarana,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan suatu sistem atau model pendidikan sangat dipengaruhi oleh komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yang antara lain dipengaruhi oleh peserta didik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dianut pemangku kebijakan. Kurikulum memiliki. kedudukan yang sangat sentral dalam keseluruhan proses pendidikan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum menjadi komponen acuan oleh setiap satuan pendidikan. Kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktek pendidikan, selain itu juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai tanggung jawab besar dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ghita Fasya Azuar, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN Pada penyajian BAB I akan memaparkan mengenai pendahuluan yang merupakan bagian awal dari penelitian yang akan dilaksanakan. Bagian pendahuluan ini memaparkan mengenai latar belakang
Lebih terperinciPENGARUH IMPLEMENTASI INOVASI PENDIDIKAN DAN KOMPETENSI GURU TERHADAP PRODUKTIVITAS SEKOLAH (Studi pada SMP di Kabupaten Ciamis)
PENGARUH IMPLEMENTASI INOVASI PENDIDIKAN DAN KOMPETENSI GURU TERHADAP PRODUKTIVITAS SEKOLAH (Studi pada SMP di Kabupaten Ciamis) LILIS CITRA KOMARA 82321112012 Abstrak Latar belakang penelitian ini adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan primer dalam kehidupan manusia. Tanpa pendidikan dunia ini tidak ada apa-apanya, karena semua berasal dari pendidikan. Pendidikan
Lebih terperinciSKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.
PENGARUH PENGALAMAN MENGAJAR DAN PROFESIONALISME GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA BIDANG STUDI IPS EKONOMI KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 JATIROTO TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai tanggung jawab besar dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai tanggung jawab besar dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas tersebut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dibuktikan dengan sertifikat pendidik yang kemudian disebut dengan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengakuan dan penghargaan kedudukan guru sebagai tenaga pendidik profesional dibuktikan dengan sertifikat pendidik yang kemudian disebut dengan guru sertifikasi. Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan suatu negara. Tanpa pendidikan suatu negara akan tertinggal jauh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembukuan Undang-Undang Dasar 1945, secara fundamental merupakan pernyataan dan tekad untuk membangun bangsa. Salah satu wujud nyata yang harus ditempuh dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat terlepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melaksanakan aktivitas sendiri,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran ekonomi selama ini berdasarkan hasil observasi di sekolahsekolah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran ekonomi selama ini berdasarkan hasil observasi di sekolahsekolah menengah atas cenderung bersifat monoton dan tidak menghasilkan banyak kemajuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata dari rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah rendahnya perolehan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kajian yang tidak pernah berhenti, dan upaya ke arah pendidikan yang lebih baik
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan utama manusia, karena dengan pendidikan manusia akan berdaya dan berkarya sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk lebih maksimal saat mengajar di sekolah. adalah matematika. Pembelajaran matematika di sekolah dasar dirancang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pengubahan tingkah laku dan kemampuan seseorang menuju kearah kemajuan dan peningkatan. Selain itu pendidikan dapat mengubah
Lebih terperinciSIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarakan hasil penelitian dan pembahasan terhadap pembelajaran bahasa Indonesia kelas X di SMA Negeri 1 Surakarta dan SMA Negeri 3 Surakarta pada Kurikulum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah sangat strategis. Walaupun perkembangan teknologi cukup pesat, sampai saat ini peranan guru sebagai pendidik,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. setiap jenis dan jenjang pendidikan. Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar yang bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka dalam pelaksanaannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam arti luas mencakup seluruh proses hidup dan segenap bentuk interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal, non formal maupun informal,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Guru merupakan faktor penentu pertama yang menentukan keberhasilan pembelajaran di dalam kurikulum 2013 yaitu kesesuaian kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan di Indonesia khususnya di bidang Geografi dapat dilaksanakan melalui perbaikan dan perubahan kurikulum, guru, metode pembelajaran,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil. biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan adalah
digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Hasil dari penelitian dan pengembangan adalah modul pembelajaran biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum memainkan peran yang sangat penting dalam Sistem Pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum memainkan peran yang sangat penting dalam Sistem Pendidikan Indonesia. Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kompetensi Guru Kompetensi merupakan kapasitas untuk melakukan sesuatu, yang dihasilkan dari proses belajar. Selama proses belajar stimulus akan bergabung dengan isi memori dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. agar peserta didik dapat mengembangkan kecakapan hidup ( life skills ) yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha mengembangkan manusia berkualitas yang siap menghadapi berbagai tantangan hidup dimulai sedini mungkin melalui pendidikan. Kegiatan pendidikan diberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan hidup. Dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pelaksanaan Kurikulum 2013 menjadikan guru berperan penting dalam pelaksanaannya di sekolah. Berdasarkan pernyataan Awaliyah (2014), pada tahun kedua pelaksanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan formal. Seorang guru berkualitas di dalam tiaptiap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru merupakan komponen utama yang berpengaruh dalam peningkatan mutu pendidikan dan faktor penentu bagi keberhasilan pendidikan di sekolah, karena guru merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat membawa perubahan ke arah lebih baik. Pendidikan di Indonesia harus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkualitas harus berlandaskan tujuan yang jelas, sehingga dapat membawa perubahan ke arah lebih baik. Pendidikan di Indonesia harus sesuai dengan
Lebih terperinciIMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING
IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN BIOLOGI KELAS VII-A SMP NEGERI 1 GESI TAHUN AJARAN 2007/2008 SKRIPSI OLEH : NANIK SISWIDYAWATI X4304016 FAKULTAS
Lebih terperinciPENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI
PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI 164519 KOTA TEBING TINGGI Syarigfah Guru SD Negeri 164519 Kota Tebing Tinggi Surel : syarigfah16@gmail.com
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian, dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.
I. PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 SISDIKNAS adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dalam bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi penelitian yang dirumuskan dari deskripsi temuan penelitian dan pembahasan hasil-hasil penelitian dalam bab
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pendidikan Guru Agama (PGA) Muhammadiyah Sambi. PGA Muhamadiyah
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian SMP Muhammadiyah 4 Sambi merupakan perubahan dari Pendidikan Guru Agama (PGA) Muhammadiyah Sambi. PGA Muhamadiyah Sambi yang berdiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan selalu berlangsung dalam suatu lingkungan, yaitu lingkungan pendidikan. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya, politis, keagamaan, intelektual,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan
Lebih terperinciSIMULASI IPAL MELALUI PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA SMA NEGERI II SUKOHARJO.
SIMULASI IPAL MELALUI PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA SMA NEGERI II SUKOHARJO Skripsi Oleh: HANDAYANI K. 4303031 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daya manusia untuk pembangunan. Sumber daya manusia indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai tanggung jawab besar dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Sumber daya manusia indonesia yang berkualitas tersebut dihasilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas. Penekanan dari upaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan terpenting dalam kehidupan manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan mengembangkan sumber
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Upaya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, pada. prinsipnya yang memiliki tanggung jawab besar adalah penyelenggara
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upaya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, pada prinsipnya yang memiliki tanggung jawab besar adalah penyelenggara pendidikan. Guru sebagai bagian
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. pikir, dan hipotesis. Sebelum analisis kritis dan komparatif terhadap teori-teori
13 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS Bab II ini terdiri atas tinjauan pustaka, hasil penelitian yang relevan kerangka pikir, dan hipotesis. Sebelum analisis kritis dan komparatif terhadap
Lebih terperinciAnalisis Kinerja Mahasiswa Peserta PPL FKIP Universitas Kanjuruhan Malang
Analisis Kinerja Mahasiswa Peserta PPL FKIP Universitas Kanjuruhan Malang Choirul Huda & Udik Yudiono Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja mahasiswa ketika melaksanakan PPL mahasiswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah berdasarkan kurikulum yang disusun oleh lembaga pendidikan. Menurut undang-undang sistem pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sasaran semua cabang sains, terutama fisika, pada umumnya adalah mencoba menemukan keteraturan di dalam observasi kita terhadap dunia di sekeliling kita. Banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan hal penting dalam sistem pendidikan Indonesia. Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan perkembangan
Lebih terperinciSOSIALISASI DAN PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 / 34
HALAMAN 1 / 34 1 2 3 4 5 Pengertian Landasan Prinsip Pengembangan Unit Waktu Pengembangan g Silabus 6 7 8 9 Komponen Silabus Mekanisme Pengembangan Silabus Langkah Pengembangan Silabus Contoh Model HALAMAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN NURUL FITRI ISTIQOMAH,2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena dengan adanya pendidikan dapat membantu peserta didik untuk menumbuh kembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana secara etis, sistematis, intensional dan kreatif dimana peserta didik mengembangkan potensi diri, kecerdasan, pengendalian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Guru merupakan komponen yang paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, pertama dan utama. Figur
Lebih terperinci1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP
I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan 7 muatan KTSP Melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berperan penting dalam proses pengajaran yang bertujuan untuk meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan potensi dan sumber daya manusia melalui kegiatan pengajaran. Dalam hal ini, guru sangat berperan penting dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kualitas pelaksanaan pendidikan di sekolah ditentukan oleh berbagai unsur,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualitas pelaksanaan pendidikan di sekolah ditentukan oleh berbagai unsur, seperti guru, sarana pembelajaran, aktivitas siswa, kurikulum dan faktor lain seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maksimal, hendaknya guru mempunyai kompetensi yang memadai.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar dapat ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Moch Ikhsan Pahlawan,2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perbuatan dan pengalaman yang dialami oleh manusia merupakan pembelajaran bagi diri manusia itu sendiri. Proses belajar dalam kehidupan manusia sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial, emosional peserta didik juga merupakan penunjang keberhasilan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, emosional peserta didik juga merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang
Lebih terperinciUpaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Dengan Metode Demonstrasi di Kelas IV SDN 14 Ampana
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN 2354-614X Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Dengan Metode Demonstrasi di Kelas IV SDN 14 Ampana Hadijah S. Pago, I Nengah Kundera,
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
176 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Bab ini adalah bagian penutup dari tulisan ini dan berdasarkan temuan hasil analisis data yang diperoleh dari kegiatan studi pendahuluan, uji coba terbatas,
Lebih terperinciABSTRAK. Oleh: Wahyuning Triyadi, Aminuddin P. Putra, Sri Amintarti
ABSTRAK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 6 RSBI BANJARMASIN PADA KONSEP SISTEM GERAK MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN WORKSHEET BERBASIS WEB Oleh: Wahyuning Triyadi, Aminuddin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab untuk membantu perkembangan kepribadian serta kemampuan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang telah ditetapkan, yaitu untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia. Hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai suatu usaha sadar yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yaitu untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia. Hal
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sarana media massa sudah semakin berkembang, semua ini tidak terlepas dari
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Masalah Pada kehidupan sehari-hari, setiap manusia membutuhkan media informasi dan komunikasi, yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang mereka butuhkan, baik dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kualitas hasil belajar anak didik yang diperoleh melalui jalur pendidikan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar sering mengalami berbagai kendala, baik dari segi kemampuan dan persiapan guru, media/sarana penunjang pendidikan, dan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. proses terjadinya perubahan prilaku sebagai dari pengalaman. kreatif, sehingga mampu memacu semangat belajar para siswa.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran yang terencana diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar yang aktif dan kondusif dan proses belajar mengajar yang dapat berlangsung sesuai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia yang cerdas, kreatif, dan kritis menjadi faktor dominan yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi era persaingan global. Sementara itu proses pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang harus ditempuh oleh anak, anak juga dituntut untuk mengalami
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini terutama di zaman yang begitu pesat perkembangan teknologi dan informasinya yang selalu menuntut adanya perkembangan dan perubahan dalam semua
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Membuka Dan Menutup Pelajaran Guru sangat memerlukan keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Keterampilan membuka adalah perbuatan guru untuk menciptakan sikap mental
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi
KEMAMPUAN GURU IPA KELAS VII DALAM PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RPP BERDASARKAN KURIKULUM 2013 DI SMP NEGERI SE-KABUPATEN BOYOLALI SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2014/2015 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mella Tania K, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran seni khususnya seni tari pada saat ini sudah banyak dipelajari diberbagai lembaga pendidikan formal maupun non formal, seperti sekolah negri atau
Lebih terperinciMENGEMBANGKAN KOMPETENSI GURU BIDANG KEAHLIAN ADMINISTRASI PERKANTORAN MELALUI IMPLEMENTASI PROGRAM LATIHAN PROFESI (PLP) DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
MENGEMBANGKAN KOMPETENSI GURU BIDANG KEAHLIAN ADMINISTRASI PERKANTORAN MELALUI IMPLEMENTASI PROGRAM LATIHAN PROFESI (PLP) DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN Oleh: Rasto ABSTRAK Tujuan umum penelitian ini adalah
Lebih terperinci[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] ISSN
PELATIHAN PENINGKATAN CAPACITY BUILDING KOMPETENSI TUTOR PROGRAM KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DI PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT KABUPATEN KARAWANG DAYAT HIDAYAT dayathidayat194@yahoo.com PENDIDIKAN LUAR
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS KETERCAPAIAN STANDAR ISI MATA PELAJARAN AL-QUR AN HADITS DI MI
BAB IV ANALISIS KETERCAPAIAN STANDAR ISI MATA PELAJARAN AL-QUR AN HADITS DI MI A. Analisis Ketercapaian Standar Isi Mata Pelajaran Al-qur an Hadits Semester II kelas V MI 1. Analisis Ketercapaian Standar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi setiap manusia.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi setiap manusia. Tidak seorang pun manusia yang dapat hidup secara sempurna tanpa melalui proses pendidikan.
Lebih terperinciJurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor
PENGARUH SOSIAL EKONOMI ORANG TUA TERHADAP MINAT ANAK MELANJUTKAN PENDIDIKAN KE PERGURUAN TINGGI (STUDI KASUS KELAS XI SEMESTER GENAP DI SMA SINAR HUSNI MEDAN HELVETIA KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN PELAJARAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kewarganegaraan sebagai mata pelajaran yang bertujuan untuk membentuk karakter individu yang bertanggung jawab, demokratis, serta berakhlak mulia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diharapkan kompetensi setiap individu akan berkembang sesuai dengan jenjang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai masalah dalam kehidupan setiap individu adalah melalui proses pendidikan. Melalui proses pendidikan diharapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Biologi tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk dalam rumpun mata pelajaran IPA dan kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang diharapkan, hal ini dikarenakan oleh banyak komponen yang mempengaruhi mutu tersebut. Komponen-komponen
Lebih terperinciJurnal Teknologi Pendidikan Vol 1, No 2, 2013 (hal )
PENGARUH PENGETAHUAN KTSP DAN PENDIDIKAN TERHADAP KEMAMPUAN MENYUSUN RPP GURU SDN JATIYOSO TAHUN2011/2012 Wiyana 1 Sri Anitah 2 Samsi Haryanto 3 1 Mahasiswa Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana
Lebih terperinciPENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS di MAN 2 PROBOLINGGO
PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS di MAN 2 PROBOLINGGO Ira Daniati Universitas Negeri Malang Abstrak Observasi awal diketahui bahwa metode pembelajaran Geografi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah mengadakan perubahan besar pada kebijakan pada sektor pendidikan dalam berbagai aspek,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Guru sebagai agen pembelajaran merasa terpanggil untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut adalah mengoptimalkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kompetensi kognitif,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor peserta didik melalui proses pembelajaran sehingga diharapkan
Lebih terperinciBAB l PENDAHULUAN. kinerja guru. Dengan adanya setifikasi guru, kinerja guru menjadi lebih baik
BAB l PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sertifikasi guru banyak dibicarakan oleh masyarakat Indonesia saat ini, banyak yang menulis tentang bagaimana pengaruh sertifikasi guru terhadap kinerja guru.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa : Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembelajaran berakar pada pihak pendidik. Anshari (1979:15) mengemukakan bahwa :
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pengajaran. Ada dua buah konsep kependidikan yang berkaitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebutuhan yang mendasar bagi kemajuan suatu bangsa adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu kebutuhan yang mendasar bagi kemajuan suatu bangsa adalah pendidikan. Untuk mencapai kemajuan yang diharapkan, maka setiap bangsa harus senantiasa berusaha
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tujuan penelitian, asumsi penelitian, manfaat penelitian dan ruang lingkup
1 I. PENDAHULUAN Pada bagian pertama akan membahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, asumsi penelitian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran penting dalam usaha meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang akan datang. Pendidikan juga merupakan sebagai usaha manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang telah diajarkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang telah diajarkan sejak SMP. Artinya selama enam tahun bahasa Inggris sudah diajarkan di sekolah. Bahkan, saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pustakawan, komite sekolah dan lain-lain yang satu sama lain harus saling. meningkatkan prestasi belajar siswa secara optimal pula.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Posisi guru yang sangat strategis dalam upaya peningkatan mutu pendidikan sangat dipengaruhi oleh berbagai variabel yang menyertainya seperti tingkat kompetensi yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan
Lebih terperinci