UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA"

Transkripsi

1 LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KAJIAN TERHADAP POLA PERMUKIMAN DUSUN NGIBIKAN, KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA DIKAITKAN DENGAN PERILAKU MASYARAKATNYA BIDANG KEGIATAN: PKM-P Oleh: Alreiga Referendiza Wiraprama Ahmad Mubarak Djuha Yandi Gustiawan Zakaria (2009) (2009) (2009) (2009) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA JAKARTA 2013

2 1. Judul Kegiatan :KAJIAN TERHADAP POLA PERMUKIMAN DI DUSUN NGIBIKAN, BANTUL YOGYAKARTA DIKAITKAN DENGAN PERILAKU MASYARAKATNYA 2. Bidang Kegiatan : PKM-P 3. Ketua Pelaksana Kegiatan a. Nama Lengkap : ALREIGA REFERENDIZA WIRAPRAMA b. NIM : c. Jurusan : ARSITEKTUR d. Universitas/Institut/Politeknik : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA e. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jl. Cempaka Putih Utara No.22 Rt.12 Rw.2, Kemayoran Jakarta Pusat f. Alamat alreiga@yahoo.com 4. Anggota Pelaksana Kegiatan : 3 (Tiga) orang 5. Dosen Pendamping a. Nama Lengkap dan Gelar : Ir. Ari Widyati Purwantiasning, MATRP, IAI b. NIDN : c. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jl. Benda No.72 Kampung Setu Rt.7 Rw.1 Ciganjur Jagakarsa Jakarta (021) / BiayaKegiatan Total a. Dikti : Rp ,00 b. Sumber Lain : Rp. 0,00 7. Jangka Waktu Pelaksanaan : 5 (Lima) bulan Menyetujui Wakil Dekan Jakarta, 20 Agustus 2013 Ketua Pelaksana Kegiatan Irfan Purnawan, ST, M.Chem.Eng Alreiga Referendiza W. NIP NIM Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Dosen Pendamping Ir. Ari Widyati Purwantiasning, MATRP, IAI NIDN

3 ABSTRAK Pola permukiman masyarakat desa biasanya dipengaruhi oleh lokasi desa, iklim, serta adat budaya desa tersebut. Di antara adat budaya yang ada, beberapa di antaranya telah melekat kedalam diri masyarakat desa sehinggga membuat sebuah kebiasaan dan perilaku yang tercermin dari bagaimana cara mereka bersosialisasi terhadap sesama. Di sebuah dusun yang terletak di desa Canden, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul, kehidupan bermasyarakat dan gotong royong yang turun temurun menjadi sebuah budaya dan kebiasaan dari masyarakat telah membawa dusun ini bangkit dari keterpurukan atas terjadinya bencana gempa bumi yang melanda Yogyakarta dan sekitarnya pada tahun Tak hanya itu, berkat gotong royong dan kerja keras masyarakat membangun desanya kembali, desa ini berhasil masuk dalam nominasi Aga Khan Award pada tahun 2010 di Doha, Qatar. Tentunya atas prakarsa arsitek senior, Eko Prawoto, yang telah menggerakkan hati masyarakat dan membuatkan sebuah desain yang unik untuk merekonstruksi kembali desa itu. Desa ini bernama dusun Ngibikan. Desa yang memiliki warisan leluhur yang tetap dijaga baik, warisan yang membuat desa ini mendapatkan predikat sebagai desa yang memiliki konsep Arsitektur Komunitas di dalamnya, yaitu konsep dimana pembangunan desa berbasis pada kebutuhan dan keinginan komunitas/ masyarakatnya, hal tersebut dikenal dengan warisan hidup bergotong royong. Perilaku masyarakat yang membentuk suatu pola permukiman pedesaan yang indah dan nyaman untuk dihuni. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan segala nikmatnya kepada kami. Shalawat serta salam juga kita ucapkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing, Ir. Ari Widyati Purwantiasning., MATRP. IAI yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan serta wawasan yang begitu banyak, khususnya dalam bidang penyusunan sebuah laporan mengenai penelitian yang dilakukan. Laporan Penelitian ini kami susun untuk memenuhi persyaratan Program Kreatifitas Mahasiswa bidang Penelitian. Laporan ini juga bertujuan memahami pola permukiman pada Dusun Ngibikan di Bantul, Yogyakarta setelah terjadi gempa pada tahun 2006 silam, yang dikaitkan dengan perilaku atau kebiasaan dan adat istiadat penduduk sekitar. Semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumya dan mahasiswa Jurusan Arsitektur khususnya, sehingga dapat memberikan inspirasi serta sebagai bahan referensi mengenai pola permukiman yang dikaitan dengan perilaku masyarakatnya. Tentunya laporan ini belum memenuhi kata sempurna dan kami selaku penyusun menerima kritik dan saran serta ide yang membangun yang dapat menyempurnakan laporan serta penelitian kami. Akhir kata, kami selaku penyusun mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang tak dapat kami sebutkan satu persatu. Jakarta, 20 Agustus 2013 Penyusun

4 I. PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Dusun Ngibikan yang terletak di desa Canden, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul merupakan desa yang masih asri dan rimbun akan aneka jenis tanaman. Masyarakatnya yang mayoritas bermata pencaharian sebagai tukang bangunan dan petani melaksanakan kegiatan sehari-harinya seperti biasa. Tidak ada rona kesedihan dan trauma yang terlihat di wajah masyarakat desa ini akibat bencana yang menimpa desa ini tahun 2006 silam. Kegiatan sosial masih terus berlangsung. Desa yang masuk dalam nominasi Aga Khan Award pada tahun 2010 di Doha ini bangkit dari keterpurukan atas kerja keras masyarakat sekitar membangun desa mereka kembali, dengan dibantu oleh seorang arsitek senior, Eko Prawoto, yang di donaturi oleh berbagai kalangan. Gotong royong, itulah kunci dari semua prestasi yang di capai oleh Dusun Ngibikan ini. Gotong royong merupakan salah satu perilaku masyarakat yang entah disadari atau tidak, telah menjadi suatu budaya khususnya pada masyarakat Indonesia. Gotong royong hanyalah satu di antara banyak perilaku yang terjadi di masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan. Perilaku ini dapat dibentuk oleh sebuah karya arsitektur. Sebuah karya arsitektur yang baik dan dapat memenuhi semua kebutuhan masyarakatnya, akan menciptakan sebuah perilaku positif pada masyarakat pengguna karya arsitektur tersebut. Begitu juga sebaliknya, perilaku masyarakat dapat berubah menjadi negatif ketika arsitektur yang menaungi mereka tak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Drucker (1969) mengatakan, bahwa kebiasaan mental dan sikap perilaku seseorang dipengaruhi oleh lingkungan fisiknya. Hal ini mengindikasikan bahwa perilaku manusia dapat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Tetapi dapat juga terjadi sebaliknya. Sebagai manusia yang mempunyai cipta rasa, perilaku mereka pun dapat mempengaruhi lingkungannya. Sehingga tercipta suatu lingkungan seperti apa yang mereka harapkan. PERUMUSAN MASALAH Permasalahan yang di angkat dalam penelitian ini adalah Pola Permukiman Di Dusun Ngibikan, Bantul - Yogyakarta Yang Dikaitkan Dengan Perilaku Masyarakatnya. Perilaku ini berkaitan dengan teori-teori yang ada dan dibandingkan dengan perilaku masyarakat dusun Ngibikan yang mempengaruhi pola permukiman di desa tersebut. Pola permukiman yang ada juga akan dibandingkan dengan teori pola permukiman yang ada. Sehingga nantinya akan ditemukan keterkaitan antara pola permukiman di dusun Ngibikan dengan perilaku masyarakatnya. Dari permasalahan yang ada, dapat dirumuskan pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh perilaku masyarakat dusun ngibikan terhadap pola permukiman di dusun tersebut. 2. Bagaimana keterkaitan pola permukiman dusun Ngibikan jika dibandingkan dengan Teori Pola Permukiman di Desa. 3. Bagaimana keterkaitan pola permukiman dusun Ngibikan jika dibandingkan dengan Teori Perilaku. TUJUAN Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Menjabarkan keterkaitan antara pola permukiman dusun ngibikan dengan perilaku masyarakatnya. 2. Membuktikan bahwa hasil karya arsitektur berkaitan erat dengan perilaku manusia. 3. Memaparkan dan membandingkan antara teori yang ada dengan bukti-bukti nyata di lapangan.

5 4. Menjelaskan benang merah antara perilaku manusia dengan kebutuhan ruang huniannya yang selanjutnya berpengaruh pada pola hunian dan permukimannya. LUARAN YANG DIHARAPKAN Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Dapat menemukan hubungan sebab akibat antara perilaku masyarakat desa dengan pola permukiman masyarakatnya. 2. Dapat menjadi referensi di kemudian hari untuk penelitian mengenai pola permukiman desa atau perilaku masyarakat. KEGUNAAN Pada saat pelaksaanannya maupun setelah selesai kegiatan PKM ini akan membawa manfaat bagi masyarakat sekitar yang menjadi obyek penelitian dan khalayak, di antaranya: Memberi pengetahuan kepada masyarakat dusun Ngibikan mengenai bagaimana pola permukiman desanya dan bagaimana pola tersebut bisa terbentuk. Memberi pengetahuan kepada masyarakat dusun Ngibikan tentang bagaimana pola permukiman yang baik dari segi arsitektur maupun untuk menunjang kegiatan sosial. Menambah pengetahuan mengenai teori permukiman dan teori perilaku manusia II. TINJAUAN PUSTAKA Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan atau genetika. (Sumber: Wikipedia, Oktober 2012) Dalam beberapa dekade belakangan ini, hubungan antara perilaku manusia dan lingkungan fisik telah menarik perhatian para peneliti dari ilmu sosial ataupun para profesional di bidang perancangan arsitektur, perancangan kota, regional, dan lansekap. Kata perilaku menunjukkan manusia dalam aksinya, berkaitan dengan semua ativitas manusia secara fisik; berupa interaksi manusia dengan sesamanya ataupun dengan lingkungan fisiknya. Di sisi lain, desain arsitektur dapat menjadi salah satu fasilitator terjadinya perilaku, namun juga bisa menjadi penghalang terjadinya perilaku. (Sumber: Joyce Marcella Laurens, Arsitektur dan Perilaku Manusia, Jakarta:2005) Jumlah penduduk desa di Indonesia 80 % tinggal di desa. 1. Daerah : a. penggunaan tanah : hunian, pertanian/perkebunan b. lokasi jauh dari pusat perdagangan (bervariasi) ada yang terisolir ada yang accessible 2. Penduduk : a. Jumlah : ± orang b. Pertumbuhan : ± 1,7 % (th 70-80) lebih rendah disbanding kota yang 3,6 3,9 % akibat urbanisasi. Kepadatan relative rendah. c. Persebaran : ada yang tersebar dalam daerah luas, ada yang berkelompok d. Mata Pencaharian :relative homogeny (pertanian-nelayan pengerajin) e. Dari segi Mata Pencaharian ada 3 acam desa :desa pertanian/perkebunan, desa nelayan, desa pegerajin 3. Tata Kehidupan : a. Merupakan masyarakat gemeinschaft dasar kehidupan adalah ikatan kekeluargaan dengan pola gotong royong. Memegang teguh tradisi b. kehidupan bersama lebih menonjol dibanding pribadi c. outdoor personality & kondisi ekonomi sebagian besar rendah Pola permukiman dibagi dalam 2 bagian, yaitu:

6 1. Pola tersebar: Umumnya desa petani dimana penduduknya tinggal di sawah msingmasing. untuk mendekati tempat kerja 2. Pola kelompok, memiliki beberapa pola : a. pola grid, contohnya desa-desa yang berdekatan dengan kota pola linear, memiliki beberapa orientasi : sungai/gunung, jalan, & arah suci b. pola cluster, contoh Madura dan Jatim pantai utara timur. contoh daerah Sumba c. pola amorph (Sumber: Ir. Happy Indira Dewi, MT, Buku ajar Pengantar Perumahan dan Permukiman, 2011) III. METODE PELAKSANAAN Dalam penelitian ini digunakan tiga tahapan metode, yaitu: a. Metode Pendataan Dalam metode ini dilakukan tiga kegiatan, yaitu: Browsing via internet mengenai data apa saja yang dibutuhkan. Studi Literatur yang ada berkaitan dengan standarisasi dan laporan peneliti lain yang pernah ada yang berkaitan dengan pembahasan yang ada. Observasi atau survey lapangan, Terjun langsung ke lapangan untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat. Dilapangan dilakukan pemotretan, wawancara, serta sketsa hal-hal yang diperlukan. b. Metode Analisis Pada penelitian ini dilakukan metode analisis dengan cara membandingkan secara langsung antara fakta di lapangan dengan teori yang berkaitan sehingga di dapat keterkaitan antara keduanya. c. Metode Menarik Kesimpulan.

7 IV. PELAKSANAAN PROGRAM WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN Waktu dan tempat pelaksanaan dibagi menjadi 2, yaitu pelaksanaan survey lokasi dan pelaksanaan penulisan penelitian. Pelaksanaan survey lokasi penelitian di adakan pada tanggal April 2013 yang berlokasi di Dusun Ngibikan Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Sedangkan pelaksanaan penulisan penelitian di adakan di perpustakaan Universitas Muhammadiyah Jakarta para rentang waktu Januari Mei JADWAL PELAKSANAAN Tabel 1. Jadwal Kegiatan PKM No. PELAKSANAAN 1 Pengumpulan literatur Pengolahan data awal 2 dari literatur Menyusun Teori yang berhubungan dengan 3 masalah 4 Survey ke lokasi Mengkaji dan meneliti temuan-temuan di 5 lokasi Pengolahan data berdasarkan temuan di 6 lapangan Menganalisa temuan di lokasi dengan teori 7 yang ada Menyusun laporan 8 akhir & publikasi JADWAL WAKTU PELAKSANAAN Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan INSTRUMEN PELAKSANAAN Pelaksanaan dilaksanakan dengan di awali pencarian literatur dan data-data mengenai Dusung Ngibikan dan teori-teori yang terkait dengan penelitian, lalu di adakan survey untuk mencari tahu apa saja yang belum diketahui dan perlu di dalami. Setelah survey, dilakukan kembali pencarian literatur yang kurang untuk mematangkan lagi penelitian yang ada. Baru setelah itu dimulai penyusunan laporan. REKAPITULASI BIAYA Tabel 2. Rekapitulasi Biaya PKM No. 1. SURVEY ITEM REKAPITULASI BIAYA HARGA SAT JMLH SATUAN JMLH HARGA Tiket bus berangkat orang Tiket kereta pulang orang Konsumsi orang Penginapan Kamar Sewa Kendaraan Motor Sewa Helm Buah 4000 Transportasi umum Orang ALAT DAN BAHAN

8 Pulsa Telpon Orang Langganan Paket Modem Internet Bulan Kertas A Rim Sewa Komputer Paket Sewa Printer+Tinta Paket Sewa Kamera Digital Buah Sewa Jasa Fotocopy (tanpa kertas) Paket Alat Tulis dan Buku Catatan Orang Lain-lain Souvenir untuk narasumber Buah Sumbangan untuk narasumber Orang Total Pengeluaran Sementara V. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 3. Perbandingan teori dengan data lapangan pola permukiman No. Perbandingan Teori dengan data Lapangan Kesimpulan Teori Pola Permukiman Faktor-faktor yang mempengaruhi pola permukiman penduduk: 1 Relief Bumi: Pola Permukiman berdasarkan bentuk bumi 2 Kesuburan Tanah: Permukiman mendekatkan diri dengan wilayah subur 3 Keadaan Iklim: Curah hujan, suhu, dan intensitas radiasi matahari mempengaruhi pola permukiman penduduk 4 Kegiatan Ekonomi: pusat perbelanjaan, perindustrian, pertanian, perikanan berpengaruh terhadap pola permukiman 5 Kultur Penduduk: Budaya penduduk yang dipegang teguh akan tegak lurus dengan pola permukimannya. Bentuk Pola Permukiman: 1 Pola Tersebar: rumah mendekatkan diri dengan tempat kerjanya Data Lapangan Dusun Ngibikan Merupakan wilayah yang cenderung datar Dusun dikelilingi oleh sawah dan lahan perkebunan. Merupakan tanah yang subur. Wilayah dusun Ngibikan merupakan wilayah yang cenderung panas dengan intensitas cahaya matahari yang besar. Dusun Ngibikan jauh dari pusat kota Yogyakarta. Tetapi sekeliling wilayah ini merupakan lahan sawah dan aliran sungai. Adat dusun Ngibikan merupakan adat jawa, tetapi sudah berkembang dan mengutamakan fungsi hunian dibanding adat istiadatnya. Penduduk dusun Ngibikan merupakan salah satu masyarakat yang hidup dalam sebuah kelompok. Karena bentuk permukaan tanahnya datar, maka permukiman Dusun Ngibikan pun tidak begitu terpengaruh permukaan tanah Wilayah dusun yang dikelilingi sawah mengindikasikan bahwa permukiman penduduk dusun mendekatkan diri dengan daerah yang subur. Iklim dengan intensitas cahaya yang tinggi dengan suhu yang panas membuat pola permukiman dusun Ngibikan tidak terlalu rapat tetapi tetap berdekatan. Jauh dari pusat kota tetapi dekat dengan area sawah membuat dusun ini jauh untuk dijangkau tetapi bagi masyarakat sekitar mereka dekat dengan tempat kerjanya. dilihat dari arsitektur rumah dan pola permukimannya, adat istiadat yogyakarta dan sekitarnya sudah tidak berpengaruh besar terhadap wilayah ini. Dapat dilihat dari perbandingan bentuk pola permukiman antara aktual di lapangan dengan teori yang ada, di ambil kesimpulan bahwa pola

9 2 a. Pola Grid b. Pola Linear c. Pola Cluster Pola Permukiman di Dusun Ngibikan terlihat berantakan dan tidak beraturan terutama di bagian yang tidak bersinggungan d. Pola Amorph langsung dengan jalan. Bagi rumah yang bersinggungan langsung dengan jalan, maka rumah tersebut akan menghadap ke arah jalan. permukiman yang ada di Dusun Ngibikan merupakan pola permukiman Amorph, yaitu pola permukiman yang tidak beraturan. Dari tabel 3 di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pola permukiman penduduk dusun Ngibikan berbentuk Amorph. Permukimannya hidup berkelompok dengan rumah yang menyebar tetapi tetap berdekatan. Wilayahnya yang dikelilingi oleh sawah dan sungai dikarenakan mendekatkan diri dengan tempat masyarakat bekerja yaitu sawah dan kebun. Permukiman ini terbentuk karena kesuburan tanahnya. Tabel 4 Perbandingan teori dengan data lapangan mengenai perilaku masyarakat No. Perbandingan teori dengan data lapangan Kesimpulan Teori Perilaku Data lapangan dusun Ngibikan Metode pembentukan perilaku 1 Kebiasaan: membiasakan diri untuk merubah perilaku manusia 2 Pengertian: dengan diberikan pengertian, maka manusia dapat membiasakan diri 3 Contoh: seorang anak kecil mencontoh apa yang dilakukan oleh orangtuanya Perubahan perilaku a. Faktor internal 1 Jenis keturunan: setiap ras atau keturunan memiliki tingkah laku yang khas 2 Jenis kelamin 3 Sifat fisik 4 Kepribadian 5 Intelegensia: keseluruhan kemampuan untuk berfikir dan bertindak secara terarah dan efektif 6 Bakat: kondisi seseorang yang memungkinkan mencapai suatu kecapakan dan keterampilan khusus b. Faktor eksternal 1 Pendidikan: hasil proses belajar mengajar adalah perubahan perilaku 2 Agama: bertingkah laku dengan norma dan nilai yang diajarkan Masyarakat dusun Ngibikan memiliki kebiasaan berkumpul dan mengadakan acara untuk bersosialisasi. Kaum lelaki mencari nafkah di sawah dan proyek, kaum perempuan dirumah memasak dan menjaga anak. Pasca gempa tahun 2006, masyarakat dusun ngibikan diberi pengertian oleh beberapa pihak mengenai tanggap darurat gempa. Dengan demikian, mereka dapat mengetahui apa saja yang harus dilakukan ketika terjadi gempa. Kebiasaan gotong royong dan semacamnya merupakan kebiasaan yang di ajarkan oleh nenek moyang kita. Sebagai manusia yang dilahirkan dari keturunan jawa, tingkah laku dan kebiasaan masyarakat Ngibikan pun masih mencerminkan masyarakat jawa yang santun, ramah, halus, serta menghormati tamu. Masyarakat dusun Ngibikan memiliki keterampilan khusus dalam bidang bangunan, seni / keterampilan, dan juga bertani. Ketika mereka mau membangun rumah mereka kembali, mereka mengadakan slametan terlebih dahulu baru mulai membangun. Kebiasaan masyarakat dusun Ngibikan merupakan hal yang mencerminkan dan menjadi ciri khas dusun ini. Dengan diberikan beberapa pengertian, warga dusun Ngibikan mengerti dan membiasakan diri untuk melaksanakan suatu kebiasaan atau perilaku yang baik. Berbekal ajaran orang tua dan nenek moyang, masyarakat dusun Ngibikan masih tetap menjaga agar kebiasaan tersebut tetap terjaga dengan baik. Suku, ras atau keturunan memang berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang. Hal ini dirasakan juga ketika kita berkunjung ke dusun Ngibikan. Bakat atau keterampilan dapat menjadi hal yang berpotensi untuk menghasilkan penghasilan khusus. Hal ini juga di alami warga dusun Ngibikan. Dusun ini terkenal dengan pengrajin kulitnya. Agama, kebudayaan, lingkungan, serta ekonomi berperan penting terhadap perubahan perilaku masyarakat dusun Ngibikan. Perilaku yang tadinya di dasari oleh kebudayaan dan

10 3 Kebudayaan: tingkah laku seseorang berbeda ketika dia memiliki kebudayaan yang berbeda 4 Lingkungan: lingkungan berpengaruh untuk mengubah sifat dan perilaku individu 5 Sosial Ekonomi: status ekonomi menentukan tersedianya fasilitas untuk beraktifitas Arsitektur dan perilaku manusia: Perilaku manusia dapat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Tetapi dapat juga terjadi sebaliknya, perilaku manusia dapat mempengaruhi lingkungan sekitarnya Kebudayaan yang di anggap baik masih tetap dijaga, sehingga membawa dusun ini masuk kedalam nominasi Aga Khan Award karena budaya gotong royongnya. Lingkungan dusun yang beriklim panas membuat masyarakat senang berinteraksi satu sama lain ketika hari menjelang sore. Kaum lelaki mencari nafkah. Sedangkan kaum perempuan mengurus rumah dan mengadakan kegiatan sosial. Kawasan ini merupakan kawasan subur dengan banyak lahan pertanian disekitarnya. Masyarakat datang kemari untuk mendekatkan diri dengan lahan tempat mereka bertani atau bekerja. Dahulu ketika masyarakat masih sedikit, warga membangun rumah semau mereka akan menghadap mana. Mereka berpendapat bahwa lahan di depan rumah mereka sangat luas dan cocok jika rumah mereka menghadap ke arah tersebut. Tetapi hal tersebut berdampak lain saat ini. Rumah yang tadinya menghadap ke tanah luas justru tidak menghadap kemana-mana ketika telah berdiri rumah tinggal di tanah luas tersebut. Arah hadap rumah menjadi berantakan. lingkungan, mulai berubah dengan adanya nilai-nilai agama. Begitu juga ketika keadaan ekonomi masyarakat dusun mulai membaik. Sifat modernisme muncul. Masyarakat juga dapat membangun fasilitas-fasilitas umum yang dapat di laksanakan bersama-sama sebagai sarana bersosialisasi. Keadaan lingkungan yang subur dan asri mengundang masyarakat untuk bermukim dan bercocok tanam di daerah ini. Lingkungan yang dan teduh di tengah panasnya iklim yang ada, membuat masyarakat senang bersosialisasi. Tetapi semakin bertambahnya penduduk yang ada, semakin berkembang juga perumahan di dusun ini. Hal ini berpengaruh besar terhadap lingkungan hunian yang tak lagi seluas dahulu. Perumahan menjadi lebih padat dan berantakan. Meskipun terdapat tempat-tempat untuk bersosialisasi, tetapi tidak mudah terlihat dan terjangkau oleh khalayak banyak dusun tersebut. Dari tabel 4 di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku masyarakat dusun Ngibikan dapat berubah. Tetapi beberapa perilaku dan kebiasaan tetap dipertahankan demi menjaga ajaran nenek moyang mereka, seperti contohnya sikap gotong royong. Suku, ras atau keturunan benar berpengaruh terhadap tingkah laku dan cara bersikap seseorang. Hal ini tercermin dari sikap masyarakat dusun Ngibikan yang notabene merupakan suku jawa terhadap kami yang sedang berkunjung kesana. Agama, ekonomi, budaya, dan lingkungan ternyata mempengaruhi bagaimana mereka hidup dan membuat lingkungan huniannya. Tabel 5 Perbandingan kondisi fisik dan non-fisik dusun Ngibikan No. Perbandingan kondisi fisik dan non-fisik dusun Ngibikan Pola permukiman (Kondisi fisik) Perilaku masyarakatnya (Kondisi non-fisik) Wilayah dusun yang dikelilingi Bakat atau keterampilan dapat 1 sawah mengindikasikan bahwa menjadi hal yang berpotensi untuk menghasilkan penghasilan khusus. permukiman penduduk dusun mendekatkan diri dengan daerah yang subur. Jauh dari pusat kota tetapi dekat Kawasan ini merupakan kawasan dengan area sawah membuat dusun subur dengan banyak lahan ini jauh untuk dijangkau tetapi bagi pertanian disekitarnya. Masyarakat masyarakat sekitar mereka dekat datang kemari untuk mendekatkan dengan tempat kerjanya. diri dengan lahan tempat mereka bertani atau bekerja. Dahulu ketika Dapat dilihat dari perbandingan Kesimpulan Wilayah dusun Ngibikan merupaka wilayah yang subur dan banyak lahan pertanian disekitarnya. Kondisi fisik ini mempengaruhi perilaku manusia yang datang dan bermukim di dusun ini. Mereka lalu membentuk suatu permukiman yang dekat dengan tempat kerja mereka, yaitu dusun Ngibikan. Penduduk dusun memiliki berbagai bakat dan keterampilan di berbagai bidang yang membuat

11 bentuk pola permukiman antara aktual di lapangan dengan teori yang ada, di ambil kesimpulan bahwa pola permukiman yang ada di Dusun Ngibikan merupakan pola permukiman Amorph, yaitu pola permukiman yang tidak beraturan. 2 Iklim dengan intensitas cahaya yang tinggi dengan suhu yang panas membuat pola permukiman dusun Ngibikan tidak terlalu rapat tetapi tetap berdekatan. 3 Dilihat dari arsitektur rumah dan pola permukimannya, adat istiadat yogyakarta dan sekitarnya sudah tidak berpengaruh besar terhadap wilayah ini. Sebagai informasi bahwa keraton Yogyakarta menghadap lurus ke Utara dan Selatan sebagai simbol penguasa wilayah Utara (Gunung Merapi) dan Selatan (Pantai Selatan). masyarakat masih sedikit, warga membangun rumah semau mereka akan menghadap mana. Tetapi hal tersebut berdampak lain saat ini. Rumah yang tadinya menghadap ke tanah luas justru tidak menghadap kemana-mana ketika telah berdiri rumah tinggal di tanah luas tersebut. Arah hadap rumah menjadi berantakan. Masyarakat dusun Ngibikan memiliki kebiasaan berkumpul dan mengadakan acara untuk bersosialisasi. Kebiasaan gotong royong dan semacamnya merupakan kebiasaan yang di ajarkan oleh nenek moyang kita. Kebiasaan ini hingga kini di pelihara baik-baik oleh anak cucu masyarakat dusun. Lingkungan dusun yang beriklim panas membuat masyarakat senang berinteraksi satu sama lain ketika hari menjelang sore dan memilih mencari tempat teduh atau berdiam diri dirumah ketika siang hari. Sebagai manusia yang dilahirkan dari keturunan jawa, tingkah laku dan kebiasaan masyarakat Ngibikan pun masih mencerminkan masyarakat jawa yang santun, ramah, halus, serta menghormati tamu. Agama, kebudayaan, lingkungan, serta ekonomi berperan penting terhadap perubahan perilaku masyarakat dusun Ngibikan. Perilaku yang tadinya di dasari oleh kebudayaan dan lingkungan, mulai berubah dengan adanya nilai-nilai agama. Begitu juga ketika keadaan ekonomi masyarakat dusun mulai membaik. Sifat modernisme muncul. Masyarakat juga dapat membangun fasilitas-fasilitas umum yang dapat di laksanakan bersama-sama sebagai sarana bersosialisasi. perekonomian dusun ini berkembang. Mulanya penduduk yang bermukim membuat rumah dengan arah hadap dan posisi sesuka hati mereka, yang terpenting adalah dekat dengan tempat mereka bekerja dan dekat dengan kerabat dekat. Setelah perkembangan penduduk, masyarakat mulai membangun rumah-rumah tambahan. Hal ini menyebabkan pola permukiman dusun Ngibikan tidak tertata dan terkesan berantakan. Iklim yang panas dan intensitas cahaya yang tinggi tidak menyurutkan niat masyarakat dusun untuk bersosialisasi. Masyarakat dusun Ngibikan masih giat mengadakan kegiatan sosial meski cuaca sedang panas. Seperti waktu kami datang berkunjung kesana, cuaca sedang panas tetapi warga tetap mengadakan posyandu. Hal ini dikarenakan daerah dusun Ngibikan merupakan dusun yang masih asri. masih banyak pohon yang dapat meneduhkan rumah dan sekitarnya. Pola permukiman dusun tidak menghadap ke satu arah, arah hadapnya pun tidak menghadap utara selatan seperti pada adat istiadat sekitar yaitu adat istiadat keraton yogyakarta. Bentuk rumahnya pun tidak mengadopsi rumah joglo layaknya rumah adat jawa pada umumnya. Yang terpenting dari rumah mereka adalah cukup untuk menampung kegiatan mereka di dalam rumah, serta terlihat indah dan berbeda dari rumah yang lainnya. Semua ini terjadi karena masyarakat sudah tidak lagi menganut atau mempercayai adat istiadat sekitar secara menyeluruh. Keadaan agama dan ekonomi telah merubah kebudayaan masyarakat sekitar sehingga tidak lagi berpatokan dengan kepercayaan adat istiadat dalam membangun rumah, tetapi berdasarkan kekuatan ekonomi mereka. Dari tabel 5 di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku masyarakat dusun Ngibikan dapat berubah. Tetapi beberapa perilaku dan kebiasaan tetap dipertahankan demi menjaga ajaran nenek moyang mereka, seperti contohnya sikap gotong royong. Suku, ras atau keturunan benar berpengaruh terhadap tingkah laku dan cara bersikap seseorang. Hal ini tercermin dari sikap masyarakat dusun Ngibikan yang notabene merupakan suku jawa

12 terhadap kami yang sedang berkunjung kesana. Agama, ekonomi, budaya, dan lingkungan ternyata mempengaruhi bagaimana mereka hidup dan membuat lingkungan huniannya. VI. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Ditinjau dari analisis dan pembahasan yang di ulas sebelumnya, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa letak dan keadaan tanah sekitar dusun Ngibikanlah yang membuat wilayah ini dipenuhi oleh penduduk. Karena penduduk sekitar mendekatkan diri dengan tempat mereka bekerja. Tanah yang subur sangat cocok dijadikan lahan pertanian dan perkebunan, dan itulah salah satu mata pencaharian utama masyarakat dusun Ngibikan setelah menjadi tukang bangunan. Budaya, adat istiadat, dan kepercayaan sekitar tidak mempengaruhi bagaimana masyarakat dusun ngibikan membentuk pola hunian mereka. Pola hunian ini justru terbentuk seiring berjalannya waktu dan pemikiran mereka bahwa lahan luas di depan mereka akan tetap terjaga seperti itu dan bisa dimanfaatkan untuk kegiatan sosial. Perilaku masyarakat dusun Ngibikan yang senang dengan bersosialisasi membuahkan berbagai sarana untuk mengadakan kegiatan sosial. Di antaranya terdapat koperasi, posyandu, balai pengobatan, saran peribadatan, pos kamling, dan lain sebagainya. Bahkan masyarakat sebagian menyisihkan sebagian tanahnya untuk dibuat teras yang lumayan besar untuk berkumpul atau sekedar bale-bale untuk duduk-duduk dibawah pohon rindang. SARAN Melihat kondisi pola permukiman yang tidak teratur serta ditambah pertumbuhan penduduk yang semakin pesat, dikhawatirkan kedepannya pola permukiman dusun Ngibikan dan sekitarnya akan semakin tidak teratur dan tidak lagi memenuhi kebutuhan masyarakat dalam melaksanakan kegiatan sosial yang rutin di adakan. Maka perlu di adakan perbaikan guna menata ulang kembali pola permukiman dusun agar lebih teratur dan memenuhi kebutuhan masyarakat. VII. DAFTAR PUSTAKA [1] Dewi, Happy Indira Buku ajar Pengantar Perumahan dan Permukiman. Jakarta. [2] Laurens, Joyce Marcella Arsitektur dan Perilaku Manusia. Jakarta: PT. Grasindo [3] Prawoto, Eko Ngibikan Bangkit! Membangun Bersama Komunitas.Yogyakarta. [4] Wikipedia. 29 Oktober Perilaku Manusia.

KAJIAN POLA PERMUKIMAN DUSUN NGIBIKAN YOGYAKARTA DIKAITKAN DENGAN PERILAKU MASYARAKATNYA 1

KAJIAN POLA PERMUKIMAN DUSUN NGIBIKAN YOGYAKARTA DIKAITKAN DENGAN PERILAKU MASYARAKATNYA 1 Kajian Pola Permukiman Dusun Ngibikan Yogyakarta (Alreiga Referendiza Wiraprama, Zakaria dan Ari Widyati Purwantiasning) KAJIAN POLA PERMUKIMAN DUSUN NGIBIKAN YOGYAKARTA DIKAITKAN DENGAN PERILAKU MASYARAKATNYA

Lebih terperinci

tips dan trik penyusunan proposal pkm-gt dan pkm-ai

tips dan trik penyusunan proposal pkm-gt dan pkm-ai tips dan trik penyusunan proposal pkm-gt dan pkm-ai Ir. Ari Widyati Purwantiasning, MATRP, IAI PELATIHAN DOSEN PEMBIMBING PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

Lebih terperinci

USULAN PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA

USULAN PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA USULAN PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM BENANG MERAH ANTARA DESAIN DAN POLA TATA RUANG RUMAH TAHAN GEMPA NGIBIKAN YOGYAKARTA TERHADAP PERILAKU PENGHUNINYA BIDANG KEGIATAN : PKM-P Diusulkan oleh

Lebih terperinci

Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk

Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk Pola Pemukiman Terpusat Pola Pemukiman Linier Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk Adanya pemukiman penduduk di dataran rendah dan dataran tinggi sangat berkaitan dengan perbedaan potensi fisik dan

Lebih terperinci

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM PENGARUH MODERNISASI TERHADAP POLA RUANG HUNIAN PADA DESA ADAT TENGANAN PEGRINGSINGAN BALI

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM PENGARUH MODERNISASI TERHADAP POLA RUANG HUNIAN PADA DESA ADAT TENGANAN PEGRINGSINGAN BALI USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM PENGARUH MODERNISASI TERHADAP POLA RUANG HUNIAN PADA DESA ADAT TENGANAN PEGRINGSINGAN BALI BIDANG KEGIATAN PKM - P DIUSULKAN OLEH : Achmad Andriansyah

Lebih terperinci

4. KARAKTERISTIK DESA. Pertemuan 5

4. KARAKTERISTIK DESA. Pertemuan 5 4. KARAKTERISTIK DESA Pertemuan 5 TUJUAN PERKULIAHAN 1. Mahasiswa memahami berbagai karakteristik desa 2. Mahasiswa mampu menganalisa berbagai karakteristik desa KARAKTERISTIK DESA Secara umum dapat dilihat

Lebih terperinci

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM PEMBERDAYAAN BURUH TANI MISKIN MELALUI USAHA HOME INDUSTRY KERAJINAN ENCENG GONDOK UNTUK MENANGGULANGI KEMISKINAN DI DESA TANGGUL KECAMATAN MIJEN KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang mempunyai prioritas penting saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang mempunyai prioritas penting saat ini. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proyek 1.1.1. Gagasan Awal Pendidikan merupakan suatu hal yang mempunyai prioritas penting saat ini. Pendidikan yang berkualitas sangat bermanfaat untuk menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

Lebih terperinci

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB IV ANALISA TAPAK BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Deskripsi Proyek 1. Nama proyek : Garuda Bandung Arena 2. Lokasi proyek : Jln Cikutra - Bandung 3. Luas lahan : 2,5 Ha 4. Peraturan daerah : KDB (50%), KLB (2) 5. Batas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kota Jakarta yang merupakan pusat pemerintahan, perdagangan, jasa, pariwisata dan kebudayaan juga merupakan pintu gerbang keluar masuknya nilai-nilai budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sudah dilanda dengan modernitas. Hal ini menyebabkan kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sudah dilanda dengan modernitas. Hal ini menyebabkan kebudayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kajian mengenai partisipasi masyarakat dalam perayaan tradisi masih menjadi topik yang menarik untuk dikaji, mengingat saat ini kehidupan masyarakat sudah dilanda

Lebih terperinci

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Permukiman tradisional nelayan suku Makasar dengan permukiman resettlement Untia memiliki banyak perbedaan dibanding persamaan ditinjau dari aspek budaya dan gaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Istilah kampung berasal dari bahasa Melayu, digunakan sebagai terminologi yang dipakai untuk menjelaskan sistem permukiman pedesaan. Istilah kampung sering dipakai

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK ) IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK ) Bagus Ahmad Zulfikar 1) ; Lilis Sri Mulyawati 2), Umar Mansyur 2). ABSTRAK Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri,

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari

Lebih terperinci

DESA - KOTA : 1. Wilayah meliputi tanah, letak, luas, batas, bentuk, dan topografi.

DESA - KOTA : 1. Wilayah meliputi tanah, letak, luas, batas, bentuk, dan topografi. GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 16 Sesi NGAN DESA - KOTA : 1 A. PENGERTIAN DESA a. Paul H. Landis Desa adalah suatu wilayah yang penduduknya kurang dari 2.500 jiwa dengan ciri-ciri sebagai

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha.

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha. BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK A. Letak Geografis dan Demografis 1. Geografis Desa Teluk Batil merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan Sungai Apit

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN Kerangka kajian yang digunakan dalam proses perancangan Hotel Resort Batu ini secara umum, diuraikan dalam beberapa tahap antara lain: 3.1 Pencarian Ide/Gagasan Tahapan kajian

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DATA. analisis induktif. Analisis induktif yaitu mendeskripsikan fakta-fakta yang

BAB V ANALISIS DATA. analisis induktif. Analisis induktif yaitu mendeskripsikan fakta-fakta yang BAB V ANALISIS DATA Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara, dokumentasi, dan observasi yang dipaparkan pada bab IV, maka langkah berikutnya adalah menganalisis data berdasarkan teori. Teknik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Lokasi Solo baru adalah daerah bagian selatan dan sebelah utara kota Surakarta jawa tengah untuk daerah ini bertepatan dengan kabupaten Sukoharjo daerah ini dulunya

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan 24 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Desa Merak Belantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Kasus Proyek Perkembangan globalisasi telah memberikan dampak kesegala bidang, tidak terkecuali pengembangan potensi pariwisata suatu kawasan maupun kota. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PROYEK

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PROYEK BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PROYEK 3.1 Lokasi Proyek 3.1.1 Umum Berdasarkan observasi, KAK dan studi literatur dari internet buku naskah akademis detail tata ruang kota Jakarta Barat. - Proyek : Student

Lebih terperinci

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA i USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PEMBERIAN BIMBINGAN BELAJAR BAHASA INGGRIS BAGI ANAK-ANAK USIA SD DI KAMPUNG TARUPOLO SEMARANG DENGAN METODE FUN BOOK GUNA MENINGKATKAN KETRAMPILAN BERBAHASA INGGRIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan 1

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan 1 BAB I PENDAHULUAN Pada Bab I ini akan menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan serta metode penelitian, yang diperlukan dalam penulisan landasan konseptual Laporan Seminar Tugas Akhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam upaya ini pemerintah berupaya mencerdaskan anak bangsa melalui proses pendidikan di jalur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan untuk memperkenalkan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Perkembangan Kehidupan masyarakat di perkotaan khususnya di kota-kota besar sangatlah padat akan aktifitas dan rutinitas sehari-hari.

Lebih terperinci

KAJIAN TERHADAP POLA PERMUKIMAN KAMPUNG KETE KESU, KABUPATEN TORAJA UTARA SULAWESI SELATAN DIKAITKAN DENGAN PERILAKU MASYARAKATNYA

KAJIAN TERHADAP POLA PERMUKIMAN KAMPUNG KETE KESU, KABUPATEN TORAJA UTARA SULAWESI SELATAN DIKAITKAN DENGAN PERILAKU MASYARAKATNYA USULAN PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA KAJIAN TERHADAP POLA PERMUKIMAN KAMPUNG KETE KESU, KABUPATEN TORAJA UTARA SULAWESI SELATAN DIKAITKAN DENGAN PERILAKU MASYARAKATNYA BIDANG KEGIATAN : PKM-P Diusulkan

Lebih terperinci

KAWASAN WISATA BUNGA KOTA BANDUNG

KAWASAN WISATA BUNGA KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1. JUDUL Judul Studio Tugas Akhir yang di ambil adalah Kawasan Wisata Bunga Kota Bandung 1.2. LATAR BELAKANG Tanaman dapat memberikan keindahan, kenyamanan, dan berbagai fungsi lainnya

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Awal terbentuknya Desa Margo Mulyo Pada tahun 1960 terjadi bencana alam

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Awal terbentuknya Desa Margo Mulyo Pada tahun 1960 terjadi bencana alam IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN A. Kondisi Desa 1. Sejarah Desa Awal terbentuknya Desa Margo Mulyo Pada tahun 1960 terjadi bencana alam gunung berapi di Magelang Kecamatan Serumbung Jawa tengah. Pada

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA CIA (CIHIDEUNG ILIR IN ACTION): GERAKAN CINTA LINGKUNGAN DAN KEBERSIHAN SITU CIHIDEUNG ILIR

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA CIA (CIHIDEUNG ILIR IN ACTION): GERAKAN CINTA LINGKUNGAN DAN KEBERSIHAN SITU CIHIDEUNG ILIR LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA CIA (CIHIDEUNG ILIR IN ACTION): GERAKAN CINTA LINGKUNGAN DAN KEBERSIHAN SITU CIHIDEUNG ILIR BIDANG KEGIATAN : PKM-M Disusun oleh: Syahrul Mustopa Hermanto Ayu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bumi sudah ada sejak jaman dahulu. Bumi merupakan sebuah tempat hunian yang di dalamnya terdapat makhluk hidup seperti manusia, hewan dan tumbuhan. Bentuk bumi tidaklah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap kebudayaan yang hidup dalam suatu masyarakat yang dapat berwujud sebagai komunitas desa, sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan seni dan budayanya. Hal itu telihat dari keberagaman suku yang dimiliki Bangsa Indonesia, mulai dari cara hidup

Lebih terperinci

2015 KREASI TARI RONGGENG LENCO DI DESA CURUG RENDENG KECAMATAN JALAN CAGAK KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT

2015 KREASI TARI RONGGENG LENCO DI DESA CURUG RENDENG KECAMATAN JALAN CAGAK KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Subang merupakan salah satu daerah yang kaya akan ragam kesenian tradisional. Subang dikenal dengan kesenian Sisingaan yang menjadi ikon kota Subang. Kesenian

Lebih terperinci

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema Tema yang diusung dalam pengerjaan proyek Resort Dengan Fasilitas Meditasi ini adalah Arsitektur Tropis yang ramah lingkungan. Beberapa alasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Jakarta adalah kota yang setiap harinya sarat akan penduduk, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Jakarta adalah kota yang setiap harinya sarat akan penduduk, baik yang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Jakarta adalah kota yang setiap harinya sarat akan penduduk, baik yang bertempat tinggal dan bekerja di dalam kota maupun yang berasal dari daerah pinggiran seperti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sudah selayaknya kawasan-kawasan yang berbatasan dengan laut lebih menekankan

BAB I PENDAHULUAN. sudah selayaknya kawasan-kawasan yang berbatasan dengan laut lebih menekankan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan di galakkannya kembali pemberdayaan potensi kelautan maka sudah selayaknya kawasan-kawasan yang berbatasan dengan laut lebih menekankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dalam artian bahwa sesungguhnya manusia hidup dalam interaksi

Lebih terperinci

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM RUMAH LAHAN BERSAMA BIDANG KEGIATAN: PKM-GAGASAN TERTULIS

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM RUMAH LAHAN BERSAMA BIDANG KEGIATAN: PKM-GAGASAN TERTULIS USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM RUMAH LAHAN BERSAMA BIDANG KEGIATAN: PKM-GAGASAN TERTULIS Diusulkan Oleh : Dyah Septia NIM: 2011460016 Angkatan: 2011 Asyrofunnahar NIM: 2010460011 Angkatan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, berinteraksi, bermasyarakat dan menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi

Lebih terperinci

BUPATI MALANG SAMBUTAN BUPATI MALANG PADA ACARA PENERIMAAN KUNJUNGAN KERJA DPR RI KOMISI X TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2016

BUPATI MALANG SAMBUTAN BUPATI MALANG PADA ACARA PENERIMAAN KUNJUNGAN KERJA DPR RI KOMISI X TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2016 BUPATI MALANG SAMBUTAN BUPATI MALANG PADA ACARA PENERIMAAN KUNJUNGAN KERJA DPR RI KOMISI X TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2016 Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Salam sejahtera bagi kita semua. YTH

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG DESA OLAK KECAMATAN SUNGAI MANDAU KABUPATEN SIAK

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG DESA OLAK KECAMATAN SUNGAI MANDAU KABUPATEN SIAK 12 BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG DESA OLAK KECAMATAN SUNGAI MANDAU KABUPATEN SIAK A. Kondisi Geografis Desa Olak merupakan salah satu daerah integral yang terletak di Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. (1968) disebut sebagai tragedi barang milik bersama. Menurutnya, barang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. (1968) disebut sebagai tragedi barang milik bersama. Menurutnya, barang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan komponen yang sangat penting dalam kehidupan makhluk hidup di alam ini. Selain itu, air juga merupakan barang milik umum, sehingga air dapat mengalami

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Metode Umum Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau tahapan-tahapan dalam merancang, yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN. (Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc.) ( Umu Rosidah )

LEMBAR PENGESAHAN. (Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc.) ( Umu Rosidah ) LEMBAR PENGESAHAN 1. Judul Kegiatan : PERAN SERTA ORANGTUA DAN MASYARAKAT UNTUK MENGURANGI TINGKAT STRES ORANGTUA YANG MEMILIKI ANAK PENDERITA DOWN SYNDROME 2. Bidang Kegiatan : ( ) PKM-AI (V) PKM-GT 3.

Lebih terperinci

KABUPATEN HALMAHERA SELATAN

KABUPATEN HALMAHERA SELATAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN ii Kecamatan Kayoa Selatan Dalam Angka 2013 Katalog BPS : 1102001.8204062 Ukuran Buku : 15 cm 21 cm Jumlah Halaman : xii + 51 Halaman Naskah : BPS Kabupaten Halmahera Selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. untuk mencapai tujuan penelitian dilaksanakan untuk menemukan,

BAB III METODE PERANCANGAN. untuk mencapai tujuan penelitian dilaksanakan untuk menemukan, BAB III METODE PERANCANGAN Metode pada dasarnya diartikan suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan. Penelitian adalah suatu penyelidikan dengan prosedur ilmiah untuk mengetahui dan mendalami suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, salah satunya adalah kawasan perbatasan Sidoarjo - Surabaya (dalam hal ini Desa Wonocolo, Kecamatan Taman).

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, salah satunya adalah kawasan perbatasan Sidoarjo - Surabaya (dalam hal ini Desa Wonocolo, Kecamatan Taman). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan pertumbuhan fisik Kabupaten Sidoarjo sangat pesat, salah satunya adalah kawasan perbatasan Sidoarjo - Surabaya (dalam hal ini Desa Wonocolo, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM UPAYA PEMBERDAYAAN PENGEMIS MELALUI PELATIHAN USAHA BUDIDAYA BEBEK DAN PEMBUATAN TELUR ASIN DI KAMPUNG PENGEMIS SRI RAHAYU DESA KARANGKLESEM KECAMATAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. permasalahan terkait dengan objek rancangan. Setelah itu akan dirangkum dalam

BAB III METODE PERANCANGAN. permasalahan terkait dengan objek rancangan. Setelah itu akan dirangkum dalam BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode Perancangan Bagian terpenting dalam merumuskan tahap-tahap metode yang terdiri dari rangkaian studi arsitektur, yang dilakukan secara runtut dan sistematis dimulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang semakin arif dan bijaksana. Kegiatan pariwisata tersebut

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang semakin arif dan bijaksana. Kegiatan pariwisata tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata di Indonesia saat ini telah memberikan sumbangan dalam meningkatkan devisa maupun lapangan kerja. Sektor pariwisata juga membawa dampak sosial,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka percepatan pembangunan daerah, salah satu sektor yang menjadi andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. Pariwisata

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan data-data hasil penelitian dan pembahasan, sebagaimana telah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan data-data hasil penelitian dan pembahasan, sebagaimana telah BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan data-data hasil penelitian dan pembahasan, sebagaimana telah diuraikan pada bagian terdahulu, maka pada bagian ini peneliti akan menarik beberapa kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya yang berada di daerah-daerah di dalamnya. Kebudayaan itu sendiri mencakup pengertian yang sangat luas. Kebudayaan merupakan

Lebih terperinci

KRITERIA PENGEMBANGAN DESA SLOPENG SEBAGAI DESA WISATA DI KABUPATEN SUMENEP MIRA HAWANIAR

KRITERIA PENGEMBANGAN DESA SLOPENG SEBAGAI DESA WISATA DI KABUPATEN SUMENEP MIRA HAWANIAR KRITERIA PENGEMBANGAN DESA SLOPENG SEBAGAI DESA WISATA DI KABUPATEN SUMENEP MIRA HAWANIAR 3609100043 Latar Belakang Memiliki potensi pariwisata yang cukup banyak dan beragam Selama ini pengembangan pariwisata

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkotaan dengan kompleksitas permasalahan yang ada di tambah laju urbanisasi yang mencapai 4,4% per tahun membuat kebutuhan perumahan di perkotaan semakin meningkat,

Lebih terperinci

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler BAB I Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler Kampung Hamdan merupakan salah satu daerah di Kota Medan yang termasuk sebagai daerah kumuh. Hal ini dilihat dari ketidak beraturannya permukiman warga

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Kawasan Gunung Jati sebagai suatu tempat terjadinya interaksi dalam masyarakat suku Muna, memiliki karakteristik yang khas dari masing-masing masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tinggi terletak pada LU dan BT. Kota Tebing Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Tinggi terletak pada LU dan BT. Kota Tebing Tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Tebing Tinggi adalah adalah satu dari tujuh kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara, yang berjarak sekitar 78 kilometer dari Kota Medan. Kota Tebing Tinggi terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejumlah bencana alam yang terjadi di Indonesia memberikan dampak yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejumlah bencana alam yang terjadi di Indonesia memberikan dampak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejumlah bencana alam yang terjadi di Indonesia memberikan dampak yang buruk bagi korban maupun lingkungan yang terkena bencana alam tersebut. Kesedihan karena hilangnya

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 1.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil observasi dilapangan serta analisis yang dilaksanakan pada bab terdahulu, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk merumuskan konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan berkembang sebagai suatu hal yang diterima oleh setiap anggota masyarakat bersangkutan, yang dipegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan desa diarahkan untuk mendorong tumbuhnya prakarsa dan swadaya dari masyarakat perdesaaan agar mampu lebih berperan secara aktif dalam pembangunan desa.

Lebih terperinci

PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM POJOK TANI LEMBAGA KEMASYARAKATAN PENINGKAT KUALITAS PERTANIAN BIDANG KEGIATAN: PKM-GT Diusulkan Oleh:

PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM POJOK TANI LEMBAGA KEMASYARAKATAN PENINGKAT KUALITAS PERTANIAN BIDANG KEGIATAN: PKM-GT Diusulkan Oleh: PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM POJOK TANI LEMBAGA KEMASYARAKATAN PENINGKAT KUALITAS PERTANIAN BIDANG KEGIATAN: PKM-GT Diusulkan Oleh: Prawito Hudoro H54100010 Ekonomi Syariah 2010 Aditya Sudyana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah wisata. Pariwisata itu sendiri adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. daerah wisata. Pariwisata itu sendiri adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Objek Banyak negara yang bergantung pada industri pariwisata sebagai sumber pajak dan meningkatkan sistem ekonomi pada daerah tersebut. Oleh karena

Lebih terperinci

MATA KULIAH : ILMU SOSIAL DASAR MASALAH SOSIAL SEBAGAI EFEK PERUBAHAN ( KASUS LINGKUNGAN HIDUP ) DAN UPAYA PEMECAHANNYA

MATA KULIAH : ILMU SOSIAL DASAR MASALAH SOSIAL SEBAGAI EFEK PERUBAHAN ( KASUS LINGKUNGAN HIDUP ) DAN UPAYA PEMECAHANNYA MATA KULIAH : ILMU SOSIAL DASAR MASALAH SOSIAL SEBAGAI EFEK PERUBAHAN ( KASUS LINGKUNGAN HIDUP ) DAN UPAYA PEMECAHANNYA Nama : Heru Hermawan NPM : 13110283 Kelas : 1KA34 PROGRAM PASCA SARJANA : SISTEM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu menghasilkan devisa negara dengan mendatangkan wisatawan domestik

BAB I PENDAHULUAN. mampu menghasilkan devisa negara dengan mendatangkan wisatawan domestik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata adalah salah satu industri yang berkembang sangat pesat dan mampu menghasilkan devisa negara dengan mendatangkan wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara.

Lebih terperinci

1. Bab I Pendahuluan Latar belakang

1. Bab I Pendahuluan Latar belakang 1. Bab I Pendahuluan 1.1. Latar belakang Wisata alam merupakan salah satu alternatif wisata untuk membuat pikiran kembali rileks dan mengurangi tingkat stress masyarakat setelah lama berkutat dengan rutinitas

Lebih terperinci

BAB III MENELUSURI WILAYAH DAN MASYARAKAT DESA RENDENG. berbatasan dengan Desa Tileng, Sebelah Timur Desa Malo dan sebelah barat

BAB III MENELUSURI WILAYAH DAN MASYARAKAT DESA RENDENG. berbatasan dengan Desa Tileng, Sebelah Timur Desa Malo dan sebelah barat BAB III MENELUSURI WILAYAH DAN MASYARAKAT DESA RENDENG A. Kondisi Geografis Desa Rendeng Secara Administrasi Desa Rendeng terletak sekitar 1 Km dari Kecamatan Malo, kurang lebih 18 Km dari Kabupaten Bojonegoro,

Lebih terperinci

3.1. Kondisi Umum Kelurahan Kertamaya Kondisi Fisik. A. Letak Geografis

3.1. Kondisi Umum Kelurahan Kertamaya Kondisi Fisik. A. Letak Geografis perdaganagn.sementara kawasan non terbangun adalah kawasan berupa bentang alam yang digunakan untuk kegiatan pertanian serta perkebunan. Penggunaan lahan kawasan terbangun yang paling dominan adalah penggunaan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain

1. PENDAHULUAN. bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia pada jaman modern seperti pada saat ini seringkali merasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia pada jaman modern seperti pada saat ini seringkali merasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada jaman modern seperti pada saat ini seringkali merasa jenuh, baik jenuh yang disebabkan karena pekerjaan maupun karena rasa bosan yang tiba-tiba

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN ASET WISATA DAN PEMUKIMAN TRADISIONAL MANTUIL 2.1. TINJAUAN KONDISI DAN POTENSI WISATA KALIMANTAN

BAB II TINJAUAN ASET WISATA DAN PEMUKIMAN TRADISIONAL MANTUIL 2.1. TINJAUAN KONDISI DAN POTENSI WISATA KALIMANTAN BAB II TINJAUAN ASET WISATA DAN PEMUKIMAN TRADISIONAL MANTUIL 2.1. TINJAUAN KONDISI DAN POTENSI WISATA KALIMANTAN SELATAN 2.1.1. Kondisi Wisata di Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan merupakan salah

Lebih terperinci

P R O F I L DESA DANUREJO

P R O F I L DESA DANUREJO P R O F I L DESA DANUREJO PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG KECAMATAN MERTOYUDAN DESA DANUREJO ALAMAT :DANUREJO MERTOYUDAN MAGELANG TELP (0293) 325590 Website : danurejomty.wordpress.com Email : desadanurejo@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agria Tri Noviandisti, 2012 Perencanaan dan Perancangan Segreen Apartment Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Agria Tri Noviandisti, 2012 Perencanaan dan Perancangan Segreen Apartment Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tempat tinggal merupakan kebutuhan utama bagi setiap manusia. Jumlah populasi manusia yang terus bertambah membuat tingkat kebutuhan manusia terhadap tempat tinggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Barat memiliki keragaman adat dan budaya, Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang mempunyai wadah berkumpulnya tokoh-tokoh seniman dan budayawan. Garut adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakikatnya akan hidup sebagai kelompok, hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakikatnya akan hidup sebagai kelompok, hal tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada hakikatnya akan hidup sebagai kelompok, hal tersebut dikarenakan manusia adalah makhluk sosial. Kelompok-kelompok tersebut akan tergabung pada suatu lingkungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, dan penuh dengan keberagaman, salah satu istilah tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA ASAM JAWA KECAMATAN KOTA PINANG, KABUPATEN LABUHAN BATU

BAB II GAMBARAN UMUM DESA ASAM JAWA KECAMATAN KOTA PINANG, KABUPATEN LABUHAN BATU BAB II GAMBARAN UMUM DESA ASAM JAWA KECAMATAN KOTA PINANG, KABUPATEN LABUHAN BATU 2.1 Letak Geografis Desa Asam Jawa Desa Asam Jawa berada di Kecamatan Torgamba, Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Provinsi

Lebih terperinci

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA. JUDUL PROGRAM Desain Meja Dinding Lipat BIDANG KEGIATAN PKM KARSA CIPTA

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA. JUDUL PROGRAM Desain Meja Dinding Lipat BIDANG KEGIATAN PKM KARSA CIPTA USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM Desain Meja Dinding Lipat BIDANG KEGIATAN PKM KARSA CIPTA DIUSULKAN OLEH : Rizal Kasbuloh 2011450048 / 2014 Eko Sulistio 2011450024/ 2014 Dede Pahad 2012457020

Lebih terperinci

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten BAB II KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, yang terdapat komunitas Islam Aboge merupakan ajaran Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik semua kebudayaan. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik semua kebudayaan. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat merupakan organisme hidup karena masyarakat selalu mengalami pertumbuhan, saling mempengaruhi satu sama lain dan setiap sistem mempunyai fungsi

Lebih terperinci

AgroinovasI. Badan Litbang Pertanian. Edisi Desember 2011 No.3436 Tahun XLII

AgroinovasI. Badan Litbang Pertanian. Edisi Desember 2011 No.3436 Tahun XLII Dusun Subak Berbasis Social-Industry of Agriculture Meningkatkan Potensi Pertanian Bali dan Kesejahteraan Para Abdi Bumi Melalui Dusun Subak Berbasis Social-Industry of Agriculture Indonesia adalah salah

Lebih terperinci

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi 23 PROFIL DESA Pada bab ini akan diuraikan mengenai profil lokasi penelitian, yang pertama mengenai profil Kelurahan Loji dan yang kedua mengenai profil Kelurahan Situ Gede. Penjelasan profil masingmasing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi merupakan salah satu produk teknologi atau komunikasi yang telah mengalami perkembangan yang sedemikian pesat. Sekarang ini tidak hanya ada televisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kaum Petani dengan kultur agraris khas pedesaan Indonesia bermukim di perumahan dengan bentuk bangunan yang mempunyai tata ruang dan tata letak sederhana. Hampir seluruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Secara umum, kebudayaan memiliki tiga wujud, yakni kebudayaan secara ideal

I. PENDAHULUAN. Secara umum, kebudayaan memiliki tiga wujud, yakni kebudayaan secara ideal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan dalam masyarakat tidak begitu saja ada dengan sendirinya. Kebudayaan itu sendiri merupakan sebuah hasil dari cipta, rasa dan karsa manusia yang diperoleh melalui

Lebih terperinci

Katalog BPS : Nomor Publikasi : Jumlah Halaman : xi + 35 halaman. Naskah : BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN PESAWARAN

Katalog BPS : Nomor Publikasi : Jumlah Halaman : xi + 35 halaman. Naskah : BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN PESAWARAN Katalog BPS : 1102001.1809060 Nomor Publikasi : 18095.1109 Ukuran Buku : 15 cm x 21 cm Jumlah Halaman : xi + 35 halaman Naskah : BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN PESAWARAN Penyunting : BADAN PUSAT STATISTIK

Lebih terperinci