BAB II LANDASAN TEORI. berdasarkan sistem terbagi menjadi tiga macam yaitu sistem seksi, sistem blok

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. berdasarkan sistem terbagi menjadi tiga macam yaitu sistem seksi, sistem blok"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Proses pembangunan kapal Proses pembuatan kapal terdiri dari dua cara yaitu cara pertama berdasarkan sistem, cara kedua berdasarkan tempat. Proses pembuatan kapal berdasarkan sistem terbagi menjadi tiga macam yaitu sistem seksi, sistem blok seksi, sistem blok. 1. Sistem seksi adalah sistem pembuatan kapal dimana bagian-bagian konstruksi dari tubuh kapal dibuat seksi perseksi. 2. Sistem blok seksi adalah sistem pembuatan kapal dimana bagianbagian konstruksi dari kapal dalam fabrikasi dibuat gabungan seksiseksi sehingga membentuk blok seksi, contoh bagian dari seksi-seksi geladak, seksi lambung dan bulkhead dibuat menjadi satu blok seksi. 3. Sistem blok adalah sistem pembuatan kapal dimana badan kapal terbagi beberapa blok, dimana tiap-tiap blok sudah siap pakai (lengkap dengan sistem perpipaannya). 6

2 Desain Fabrikasi Assembly Block Joint or Erection Out Fitting Peluncuran dengan Ship Flip Gambar 2.1 Proses kerja pembangunan kapal. (Departemen Pendidikan Nasional Urutan dan Metode Pembuatan Kapal) 2.2 Tahap Pembangunan Kapal Menurut Richard C. Moore (1995), garis besar pembagunan kapal dapat dibagi menjadi dua tahap yaitu : Tahap desain Tahap pembangunan fisik a. Tahap desain Pada tahap ini keinginan serta gagasan dari pemilik kapal (owner) dipelajari secara seksama berdasarkan data yang telah ada, kemudian dituangkan kedalam garis besar data sementara dari data kapal yang akan dibangun. Data ini biasanya berupa ukuran utama kapal seperti panjang, lebar, tinggi, sarat dan kapasitas kapal serta rute pelayaran. b. Tahap pembangunan fisik Tahap ini merupakan tahap yang pengerjaannya membutuhkan waktu yang paling lama, karena apa yang telah dihitung dan digambarkan dalam desain kemudian diwujudkan dalam bentuk nyata. Pada tahapan ini terdapat beberapa bagian yang dilakukan antara lain : o Pembuatan lambung dan bangunan atas 7

3 o Pemasangan instalasi mesin dan mesin utama (Main Engine) o Pemasangan mesin-mesin bantu (Auxilary Engine) o Pemasangan instalasi listrik (Electrical) o Pemasangan instalasi pompa o Pemasangan peralatan dan perlengkapan o Peluncuran (Launching) 2.3 Pengenalan Konsep PWBS Konsep PWBS membagi proses produksi kapal menjadi tiga jenis pekerjaan yaitu: Klasifikasi pertama adalah : Hull Construction, Outfitting dan Painting. Dari ketiga jenis pekerjaan tersebut masing-masing mempunyai masalah dan sifat yang berbeda dari yang lain. Selanjutnya, masing-masing pekerjaan tersebut dibagi lagi ke dalam pekerjaan fabrikasi dan assembly. Subdivisi assembly inilah yang terkait dengan zona dan yang merupakan dominasi dasar bagi zona di siklus manajemen pembangunan kapal. Zona yang berorientasi produk, yaitu Hull Blok Construction Method (HBCM) dan sudah diterapkan untuk konstruksi lambung oleh sebagian besar galangan kapal. Klasifikasi kedua adalah mengklasifikasikan produk berdasarkan produk antara (interim product) sesuai dengan sumber daya yang dibututhkan, misalnya produk antara di bengkel fabrication, assembly dan bengkel erection. Sumber daya tersebut meliputi : 8

4 Bahan (Material), yang digunakan untuk proses produksi, baik langsung maupun tidak langsung, misalnya pelat baja, mesin, kabel, minyak, dan lain lain. Tenaga Kerja (Manpower), yang dikenakan untuk biaya produksi, baik langsung atau tidak langsung, misalnya tenaga pengelasan, outfitting dan lain lain. Fasilitas (Facilities), yang digunakan untuk proses produksi, baik langsung maupun tidak langsung, misalnya, gedung, dermaga, mesin, perlengkapan, peralatan dan lain - lain Beban (Exspenses), yang dikenakan untuk biaya produksi, baik langsung maupun tidak langsung, misalnya, desain, transportasi, percobaan laut (sea trial), upacara, dll Klasifikasi ketiga adalah klasifikasi berdasarkan empat aspek produksi, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pengendalian proses produksi. Aspek pertama dan kedua adalah system dan zone, merupakan sarana untuk membagi desain kapal ke masing masing bidang perencanaan untuk di produksi. Dua aspek produksi lainnya yaitu area dan stage merupakan sarana untuk membagi proses kerja mulai dari pengadaan material untuk pembangunan kapal sampai pada saat kapal diserahkan kepada owner. Definisi dari keempat aspek produksi tersebut adalah sebagai berikut: System adalah sebuah fungsi struktural atau fungsi operasional produksi, misalnya sekat longitudinal, sekat transversal, sistem tambat, 9

5 bahan bakar minyak, sistem pelayanan, sistem pencahayaan, dan lain lain. Zona adalah suatu tujuan proses produksi dalam pembagian lokasi suatu produk, misalnya, ruang muat, superstructure, kamar mesin, dan lain lain. Area adalah pembagian proses produksi menurut kesamaan proses produksi ataupun masalah pekerjaan yang berdasarkan pada: - Bentuk (misalnya melengkung dengan blok datar, baja dengan struktur aluminium, diameter kecil dengan diameter besar pipa, dan lain - lain) - Kuantitas (misalnya pekerjaan dengan jalur aliran, volume on-blok perlengkapan untuk ruang mesin dengan volume on-blok perlengkapan selain untuk ruang mesin, dan lain - lain). - Kualitas (misalnya kelas pekerja yang dibutuhkan, dengan kelas fasilitas yang dibutuhkan, dan lain - lain). - Jenis pekerjaan (misalnya, penandaan (marking), pemotongan (cutting), pembengkokan (bending), pengelasan (welding), pengecetan (painting), pengujian (testing), dan lain lain. Dan - Hal lain yang berkaitan dalam pekerjaan. Stage adalah pembagian proses produksi sesuai dengan urutan pekerjaan, misalnya sub-pembuatan (sub-steps of fabrication), subperakitan (sub-assembly), perakitan (assembly), pemasangan (erection), perlengkapan on-unit (outfitting on-unit), perlengkapan on- 10

6 block (outfitting on-block), dan perlengkapan on-board (outfitting onboard). Pada dasarnya berbagai rincian yang diperlukan untuk jenis pekerjaan berorientasi produk dalam pekerjaan konstruksi kapal, harus ditentukan dahulu metode berorientasi - zona (zone Oriented) pekerjaan tersebut yaitu: Hull Block Construction Methode (HBCM) Zone Outfitting Method (ZOFM), dan Zone Painting Method (ZPTM) Adapaun komponen atau ruang lingkup pekerjaan dari sistem PWBS dapat diperlihatkan pada gambar 2.2 PRODUCT WORK BREAKDOWN STRUCTURE (PWBS) PIPE PIECE FAMILY MANUFACTURING (PPFM) HULL BLOCK CONSTRUCTION METHOD (HBCM) ZONE OUTFITTING METHOD (ZOFM) ZONE PAINTING METHOD (ZPTM) Gambar 2.2 Komponen Product Work Breakdown Structure (Stroch, R.L Ship Production, second edition) Tingkat manufaktur atau tahapan untuk Hull Blok Construction Method didefinisikan sebagai kombinasi dari operasi kerja yang mengubah berbagai masukan ke dalam produk antara (interim products) yang berbeda, seperti bahan 11

7 baku (material) menjadi part fabrication, part fabrication menjadi sub block assembly dan lain lain. Tingkat manufaktur atau tahapan untuk pembuatan kapal berdasarkan metode Hull Block Construction Method (HBCM) dapat diperlihatkan pada gambar 2.3 Gambar 2.3 Tingkat manufaktur atau tahapan Hull Block Construction Method (HBCM) (Stroch, R.L Ship Production, second edition) Dari gambar 2.4 dapat dilihat bahwa material atau pelat setelah mengalami pekerjaan fabrikasi (part fabrication) yang selanjutnya di proses menjadi produk 12

8 assembly (part assembly). Terdapat juga produk fabrikasi yang digabung menjadi produk sub block assembly yang selanjutnya digabung menjadi blok (block assembly). Antara block assembly digabung membentuk blok besar (grand block) dan selanjutnya membentuk badan kapal (hull construction). Pengelompokan aspek produksi dimulai dengan kapal sebagai zona. Tahap pertama adalah membagi tahapan pembangunan kapal menjadi tujuh tingkat, empat alur kerja utama dan tiga dari aliran yang diperlukan seperti yang dijelaskan di atas. Masing-masing produk antara (interim product) kemudian diklasifikasikan berdasarkan bidang masalah dan tahap yang diperlukan untuk proses manufaktur. Pada tahap pertama, perencanaan paket pekerjaan kapal dibagi ke dalam lambung kapal bagian depan (fore hull), ruang muat (cargo hold), ruang mesin (engine room), lambung belakang (after hull) dan bangunan atas (superstructure) karena mereka memiliki manufaktur dan masalah yang berbeda. Untuk tingkat berikutnya, tingkat sebelumnya lebih lanjut dibagi menjadi blok panel datar dan melengkung diklasifikasikan sesuai dengan bidang masalah. Produk dari semi blok, sub-blok, bagian perakitan dan bagian fabrikasi, sampai pekerjaan tidak dapat dibagi lagi (hull erection) merupakan tahapan akhir dari pembangunan konstruksi lambung kapal. Dengan memperhatikan tujuan-tujuan dalam merencanakan konstruksi lambung dengan tujuh tingkat seperti ditunjukkan pada gambar 2.4 yang dimulai dengan tingkat blok, pekerjaan dibagi ke bagian tingkat fabrikasi untuk tujuan mengoptimalkan alur kerja. Sebaliknya, pekerjaan yang ditugaskan ke tingkat grand block berfungsi untuk mengurangi durasi yang diperlukan untuk erection 13

9 dalam membangun kapal di landasan pembangunan (Building Berth). Klasifikasi dari aspek produksi Hull Block Construction Method (HBCM) dapat dilihat pada gambar 2.4 Gambar 2.4 Klasifikasi dari aspek produksi Hull Block Construction Method (HBCM). (Stroch, R.L Ship Production, second edition) 14

10 Pengelompokan umum oleh aspek produksi yang disajikan dalam Gambar 2.5 adalah kombinasi horisontal yang mencirikan berbagai jenis aspek pekerjaan yang diperlukan dan dilakukan untuk setiap tingkat, sedangkan kombinasi vertikal dari berbagai jenis aspek pekerjaan menunjukkan jalur proses untuk pekerjaan konstruksi lambung yang berkaitan dengan urutan dari bawah ke atas menunjukkan tingkat pekerjaan, sedangkan dalam proses perencanaan dilakukan dengan urutan dari atas ke bawah berdasarkan aspek-aspek produksi. Dari gambar-gambar tersebut yang paling diperhatikan adalah aspek produksi berdasarkan problem area, dimana badan kapal dibagi menjadi beberapa bagian : After hull (bagian belakang) Cargo hold (bagian ruang muat) Engine Room (bagian kamar mesin) Fore Hull (bagian depan) Superstructure (bagian bangunan atas) Pekerjaan badan kapal berdasarkan Hull Block Construction Method (HBCM) dapat dibagi menjadi beberapa bagian seperti yang dijelaskan sebagai berikut : 1. Bagian fabrikasi (Part Fabrication) Part Fabrication adalah tingkat pengerjaan (fabrication) yang pertama. Pada tahapan ini memproduksi komponen atau zona untuk konstruksi lambung yang tidak dapat dibagi lagi. Jenis paket pekerjaan yang dikelompokkan oleh zona dan: 15

11 area, yaitu untuk menghubungkan bagian bahan baku (material) yang selesai, proses fabrikasi dan fasilitas produksi yang sesuai secara terpisah untuk: Parallel parts from plate (bentuk paralel dari pelat) Non parallel part from plate (bentuk non-paralel dari pelat) Internal part from plate (internal dari pelat) Part from rolled shape (bentuk dari material roll) Other parts (bentuk yang lain) misalnya pipa, dan lain lain. Stage, setelah dilakukan pengelompokan oleh zona, area, dan similarities (kesamaan) di bagian jenis dan ukuran, sebagai berikut : Penggabungan pelat atau nil (tidak ada aliran produksi, sehingga dibiarkan kosong dan dilewati dalam aliran proses). Penandaan dan pemotongan. Pembengkokan atau nil Bagian fabrikasi (Part Fabrication) yang memproduksi komponen atau zona untuk konstruksi lambung yang tidak dapat dibagi lagi dapat dilihat pada gambar

12 Gambar 2.5 Part fabrication yang tidak dapat dibagi lagi (Stroch, R.L Ship Production, second edition) 2. Bagian Perakitan (Part Assembly) Part Assembly adalah tingkat pekerjaan kedua yang bearda di luar aliran kerja utama (main work flow) dan dikelompokkan oleh area seperti: Built-up parts (bentuk komponen asli) Sub-blok parts. Bagian Perakitan (Part Assembly) dapat dilihat pada gambar

13 Gambar 2.6 Part Assembly yang berada di luar aliran kerja utama. (Stroch, R.L Ship Production, second edition) 3. Sub-blok perakitan (Sub-block Assembly) Sub-block Assembly adalah tingkat pengerjaan ketiga. Pembentukan daerah (zone) pada umumnya terdiri dari sejumlah fabrikasi atau hasil bentuk assembly. Paket pekerjaan dikelompokkan berdasarkan tingkat kesulitan untuk: Similar size in large quality (Ukuran yang sama dalam jumlah besar), misalnya besar melintang frame, balok-balok, floor, dan lain-lain. Similar size in small quality (ukuran yang sama dalam jumlah kecil) Sub-blok perakitan (Sub-block Assembly) dapat dilihat pada gambar

14 Gambar 2.7 Sub-block Assembly berdasarkan tingkat kesulitan. (Stroch, R.L Ship Production, second edition) 4. Semi-block and Block Assembly dan Grand-Block Joining Semi-block and Block Assembly dan Grand-Block Joining terdiri dari tiga tingkat perakitan, yaitu: Semi-block assembly Block assembly dan Grand-block joining. Ketiganya merupakan tingkat pengerjaan selanjutnya dengan urutan sesuai dengan urutan di atas. Dari ketiganya, hanya block-assembly yang termasuk dalam aliran utama pekerjaan, sedangkan yang lainnya menyediakan alternatif yang berguna untuk tingkat perencanaan. Semua direncanakan sesuai dengan konsep pengelompokan paket pekerjaan berdasarkan area dan stage. 19

15 Tingkat semi-block asssembly pembagiannya berdasarkan tingkat kesulitan yang sama seperti tingkat sub-block. Kebanyakan semi-block ukurannya dan dimensinya agak kecil sehingga mereka dapat diproduksi di fasilitas perakitan sub-block. Di perencanaan kerja, ini harus menjadi titik perbedaan untuk memisahkan perakitan semiblock dari perakitan blok. Tingkat block assembly yang termasuk dalam aliran utama pekerjaan, pembagiannya berdasarkan tingkat kesulitan yaitu: Flat (pelat datar) Special flat (pelat datar khusus) Curve (bentuk lengkung) Superstructure (bangunan atas) Tingkat Grand-blok joining yang berada di luar arus utama diperlukan bila zona divisi dari sebuah kapal besar yang diterapkan pada sebuah kapal kecil untuk mencapai keseimbangan kerja yang seragam. Ukuran blok yang lebih kecil bergabung menjadi Grand-blok dalam rangka meminimalkan waktu kerja yang diperlukan dalam pembangunan kapal di landasan pembangunan (Building berth) untuk di gabung (erection). Pembagiannya berdasarkan tingkat kesulitan di bagi menjadi : Flat panel (panel datar) Curved panel (panel kurva) Superstructure (panel bangunan atas) 20

16 Semi-block and Block Assembly dan Grand-Block Joining dapat dilihat pada gambar 2.8 dan 2.9 Gambar 2.8 Semi-block dan Block Assembly (Stroch, R.L Ship Production, second edition) 21

17 Gambar 2.9 Block Assembly dan Grand-Block Joining (Stroch, R.L Ship Production, second edition) 5. Hull Erection Erection adalah tingkat paling akhir dari konstruksi lambung kapal, dimana tingkat kesulitan pada tingkat ini adalah : Fore hull (bagian depan lambung kapal) Cargo hold (ruang muat) Engine room (bagian kamar mesin) After hull (bagian belakang lambung kapal) Superstructure (bagian bangunan atas) Pada tahap ini hanya dibagi menjadi dua jenis pekerjaan yaitu: Erection (penyambungan) Test (pengujian). 22

18 Pengujian pada tingkat ini seperti tes tangki, sangat penting ketika sebuah produk antara (interim Product) selesai. Ini diperlukan untuk pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan sesuai dengan spesifikasi paket. Hasilnya dicatat dan analisis untuk dilakukan perbaikan lebih lanjut. Pekerjaan erection bagian ruang muat (cargo hold) dan bangunan atas (superstructure) dapat dilihat pada gambar 2.10 dan 2.11 Gambar 2.11 Erection bagian ruang muat (Farkhondeh, S.A. April PWBS, Hull Block Construction Method Part II) 23

19 Gambar 2.11 Erection bagian bangunan atas (superstructure) (Farkhondeh, S.A. April PWBS, Hull Block Construction Method Part II) Richard L Storch (1995) menyebutkan process lane badan kapal dibagi menjadi beberapa bagian / kategori berdasarkan pada tingkat kesulitan pengerjaannya. Pembentukan kategori blok ini menentukan aliran dari process lane yang akan dibuat. Jenis kategori tersebut adalah : Flat panel, blok blok dalam jumlah yang banyak dengan prosess assembly paling mudah. Konstruksinya terdiri dari beberapa bagian pelat datar dengan sedikit pekerjaan fabrikasi yang diassembly hanya membetuk geladak, sekat, dasar ganda, dan lambung sisi kapal. Curved shell block, blok ini sudah terdapat bagian yang melengkung cukup besar sehingga memerlukan pekerjaan ending yang cukup lama dan 24

20 peralatan bending yang memadai khususnya pelat lambung kapal bagian depan, bagian belakang dan daerah bilga. Superstructure block, blok ini terdiri dari pelat pelat datar yang digabung. Pekerjaannya tidat terlalu sulit dan tidak memerlukan peralatan yang khusus. Engine room dan Inner bottom, blok ini berbentuk datar, tetapi dalam pengerjaannya perlu ketelitian yang tinggi sehingga memerlukan tenaga kerja yang terampil. Special block, merupakan bentuk blok yang khusus. Yang termasuk kategori blok ini adalah konstruksi kemudi, hatch coaming dan lain lain. 2.4 Manajemen Proyek Dewasa ini manajemen proyek sangat dibutuhkan untuk menyelesaikan persoalan konstruksi, baik dalam skala besar maupun skala kecil. Manajemen proyek sendiri adalah penerapan fungsi-fungsi manajemen secara sistematis pada suatu proyek, dengan menggunakan resource/sumber daya (manusia, barang dan peralatan) secara efektif dan efisien agar tujuan proyek tercapai secara optimal. Manajemen proyek adalah pengelolaan suatu proyek yang mencakup proses pelingkupan, perencanaan, penyediaan staf, pengorganisasian, dan pengontrolan suatu proyek. Manajemen proyek yang efektif adalah bagaimana merencanakan, mengelola dan menghantarkan proyek tepat waktu dan dalam rentang anggaran. Jika dalam mengerjakan tugas dan menggunakan alat dan bahan, manusia tidak dibatasi oleh waktu dan biaya tentu saja manajemen proyek tidak diperlukan. 25

21 Kunci sukses manajemen proyek adalah pengetahuan seorang manajer proyek tentang pemanfaatan tiga hal yang saling berkaitan dan mempengaruhi, ketiga hal tersebut adalah uang, waktu dan cakupan pekerjaan. Mengatur suatu proyek, hal yang paling penting adalah merencanakan proyek itu dengan sangat hati-hati dan teliti untuk menciptakan hasil yang optimal. Dalam penelitian ini, akan dibahas proses menentukan lintasan kritis dari proyek pembangunan Rusunawa. Penentuan lintasan kritis ini dicari dengan menggunakan metode CPM. Metode Lintasan Kritis (Critical Path Method - CPM) merupakan metode yang digunakan untuk menjadwalkan pekerjaan-pekerjaan dalam suatu proyek. Dalam metode ini, pekerjaan-pekerjaan dan ketergantungannya dimodelkan dalam suatu jaringan yang kemudian dianalisis untuk mendapatkan waktu tercepat dalam menyelesaikan masing-masing pekerjaan. Pada saat ini, penjadwalan dengan hanya memperhitungkan durasi dan ketergantungan pekerjaan saja tidak cukup. Hal ini disebabkan oleh bertambahnya faktor-faktor yang harus diperhitungkan dalam menjadwalkan suatu proyek. Salah satu faktor yang paling menentukan adalah waktu penjadwalan suatu proyek. Oleh karena itu, banyak sekali metode yang dikembangkan untuk mengatasi masalah ini, salah satu metode tersebut adalah metode lintasan kritis. Manfaat yang diperoleh jika mengetahui lintasan kritis adalah sebagai berikut. 26

22 1) Penundaan pekerjaan pada lintasan kritis menyebabkan seluruh proyek tertunda penyelesaiannya. 2) Proyek dapat dipercepat penyelesaiannya bila pekerjaan-pekerjaan yang ada di lintasan kritis dapat dipercepat. 3) Pengawasan atau kontrol hanya diperketat pada lintasan kritis saja, sehingga pekerjaan-pekerjaan di lintasan kritis perlu pengawasan ketat agar tidak tertunda dan kemungkinan di trade off (pertukaran waktu dengan biaya yang efisien) dan crash program (diselesaikan dengan waktu yang optimum dipercepat dengan biaya yang bertambah pula) atau dipersingkat waktunya dengan tambahan biaya atau lembur Gambaran Umum Jaringan Kerja (Network Planing ) Network planing adalah suatu sistem yang khusus, yang dikembangkan dengan tujuan untuk dapat melakukan koordinasi dan pengendalian atas beberapa bagian perindustrian modern yang bersifat kompleks. Seperti diketahui bahwa suatu proyek atau pekerjaan terdiri dari bagian-bagian pekerjaan atau istilah lain kegiatan-kegiatan dan bila diperhitungkan kegiatan ini berhubungan / mempunyai sifat saling ketergantungan satu sama lain. Network planing adalah suatu perencanaan, yang menjawab pertanyaan bagaimana mengelola suatu proyek dan merupakan dasar yang kokoh untuk menentukan kebijakan-kebijakan dalam mengendalikan suatu proyek. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, network planing adalah salah satu model yang digunakan dalam penyelenggaraan proyek yang berdasarkan 27

23 informasi mengenai kegiatan-kegiatan yang ada dalam network diagram proyek yang bersangkutan Persyaratan Pembentukan Network Planing Persyaratan yang harus dipenuhi agar aplikasi Network Planing pada proses perakitan struktur jacket dapat memberikan informasi/ manfaat antara lain : 1. Model harus lengkap Seperti yang kita ketahui Network Planing merupakan model informasi kegiatan yang ada dalam network diagram. Disamping informasi kegiatan,masih diperlukan sumber daya, yang bertujuan memberi informasi yang tepat agar sumber daya yang dibutuhkandalam keadaan siap pakai. 2. Model harus cocok Network planing untuk pembangunan kapal tentu saja berbeda dengan Network Planing untuk pembangunan struktur yang ada didarat dan berbeda pula dengan network untuk penelitian dan pengembangan. 3. Asumsi yang digunakan tepat Network planing sebagai metode perencanaan mau tidak mau harus menggunakan asumsi karena keberhasilan Network Planing sangat bergantung pada asumsi yang digunakan Bentuk Network Diagram Network diagram adalah visualisasi proyek berdasarkan network planing. Network diagram berupa jaringan kerja yang berisi lintasan-lintasan kegiatan dan 28

24 urutan-urutan peristiwa yang ada selama penyelenggaraan proyek. Dengan network diagram dapat dilihat kaitan suatu kegiatan dengan kegiatan-kegiatan lainnya, serta dengan network diagram ini kita dapat mengetahui kegiatankegiatan mana saja yang kritis, sehingga dengan mengetahui tingkat kritisnya dapat ditetakkan skala prioritas dalam menagani masalah-masalah yang timbul selama pelaksanaan kegiatan proyek. Berikut ini adalah beberapa pegangan dalam menggambar jaringan kerja : a. Lukiskan anaka panah dengan garis penuh dari kiri kekanan, dengan garis putus untuk dummy. b. Dalam menggambar anak panah usahakan adanya bagian yang mendatar untuk tempat keterangan kegiaatan dan ukuran waktu. c. Keterangan kegiatan ditulis diatas anak panah, sedangkan kurun waktu dibawahnya. d. Kecuali untuk hal khusus, panjang anak panah tidak ada kaitannya dengan lamanya kurun waktu. e. Peristiwa/kejadian dilukiskan sebagai lingkaran, dengan nomor yang bersangkutan jika mungkin berada didalamnya. f. Nomor peristiwa sebelah kanan lebih besar dari sebelah kiri. Simbol-simbol yang digunakan untuk menggambarkan suatu network diagram dalam CPM-type system adalah sebagai berikut: Anak panah = arrow, menyatakan sebuah kegiatan atau aktifitas. Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang memerlukan duration 29

25 (jangka waktu tertentu) dalam pemakaian sejumlah resource (sumber tenaga, peralatan, material, biaya. Panjang ataupun kemiringan anak panah tidak mempunyai arti apapun. Sehingga tidak perlu menggunakan skala. Kepala anak panah menjadi arah bahwa kegiatan dimulai dari permulaan dan menuju akhir. Lingkaran kecil = node, menentukan sebuah kejadian atau event. Kejadian di sini didefinisikan sebagai ujung atau pertemuan dari satu atau beberapa kegiatan. Anak panah terputus-putus, menyatakan kegiatan semu atau dummy. Dummy disini digunakan untuk membatasi mulainya kegiatan. Seperti halnya arrow panjang, ketebalan dan kemiringan dummy tidak perlu berskala. Perbedaan dummy. dengan kegiatan biasa adalah dummy tidak mempunyai durasi (jangka waktu tertentu) karena tidak memakai atau menghabiskan sejumlah resource. Anak panah tebal menyatakan kegiatan pada lintasan/kegiatan kritis Asumsi dan cara perhitungan. Dalam melakukan perhitungan penentuan waktu digunakan tiga buah asumsi dasar, yaitu. 30

26 1) Proyek hanya memiliki satu initial event (titik awal) dan satu terminal event (titik akhir). 2) Saat tercepat terjadinya initial event adalah hari ke-nol. 3) Saat paling lambat terjadinya terminal event adalah SPL = 0 untuk event ini. Adapun perhitungan yang harus dilakukan terdiri atas dua cara, yaitu cara perhitungan maju (forward computation) dan perhitungan mundur (backward computation). Untuk melakukan perhitungan maju dan perhitungan mundur, digunakan lingkaran kejadian (event), lingkaran kejadian ini dibagi atas tiga bagian dan digambarkan seperti gambar a b c Gambar Lingkaran kejadian. Keterangan : a b = ruang untuk nomor event. = ruang untuk menunjukkan saat paling awal terjadinya event (SPA), yang merupakan hasil perhitungan maju. c = ruang untuk menunjukkan saat paling lambat terjadinya event (SPL), yang merupakan hasil perhitungan mundur. 31

27 Setelah network dari suatu proyek digambarkan, dan setiap node dibagi menjadi tiga bagian, maka langkah selanjutnya adalah memberi nomor pada masing-masing node. Kemudian mencantumkan pada setiap anak panah (kegiatan) perkiraan waktu pelaksanaan masing-masing kegiatan. Letak angka yang menunjukkan waktu kegiatan, terletak di bawah anak panah. Satuan waktu yang digunakan pada seluruh proyek harus sama, sebagai contoh pemakaian minggu, hari dan lain-lain. Yang paling penting adalah, apabila perhitungan dilakukan dengan tidak menggunakan komputer, maka sebaiknya duration ini menggunakan angka-angka yang bulat. 32

BAB I PENDAHULUAN. galangan kapal yang ada di Provinsi Kalimantan Timur. Perusahaan galangan ini

BAB I PENDAHULUAN. galangan kapal yang ada di Provinsi Kalimantan Timur. Perusahaan galangan ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Galangan Benua Raya Kariangau adalah salah satu perusahaan galangan kapal yang ada di Provinsi Kalimantan Timur. Perusahaan galangan ini bergerak di bidang pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Struktur dan Konstruksi Jurusan Teknik Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makassar. Waktu

Lebih terperinci

MANAJEMEN WAKTU PROYEK MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK. Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

MANAJEMEN WAKTU PROYEK MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK. Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia MANAJEMEN WAKTU PROYEK MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Pendahuluan Manajemen waktu proyek dilakukan oleh pengelola

Lebih terperinci

BAB 5 PERENCANAAN WAKTU

BAB 5 PERENCANAAN WAKTU BAB 5 PERENCANAAN WAKTU 5.1 Pendahuluan 1. Tujuan Instruksional 1) Bagian 1 a) Memahami pentingnya perencanaan waktu pada proyek b) Memahami data yang diperlukan untuk perencanaan waqktu c) Mampu membuat

Lebih terperinci

PERTEMUAN 9 JARINGAN KERJA (NETWORK)

PERTEMUAN 9 JARINGAN KERJA (NETWORK) PERTEMUAN 9 JARINGAN KERJA (NETWORK) PENGERTIAN suatu alat yang digunakan untuk merencanakan, menjadwalkan, dan mengawasi kemajuan dari suatu proyek. Jaringan dikembangkan dari informasi yang diperoleh

Lebih terperinci

PROJECT TIME MANAGEMENT (MANAJEMEN WAKTU PROYEK BAG.1) (MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK)

PROJECT TIME MANAGEMENT (MANAJEMEN WAKTU PROYEK BAG.1) (MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK) PROJECT TIME MANAGEMENT (MANAJEMEN WAKTU PROYEK BAG.1) (MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK) Sufa atin Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia SUF MPPL 2014 Definisi Manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada perencanaan suatu proyek terdapat proses pengambilan keputusan dan proses penetapan tujuan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada perencanaan suatu proyek terdapat proses pengambilan keputusan dan proses penetapan tujuan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada perencanaan suatu proyek terdapat proses pengambilan keputusan dan proses penetapan tujuan. Untuk dapat melaksanakan proses ini perlu adanya informasi yang tepat

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN KAPAL

PROSES PEMBUATAN KAPAL PROSES PEMBUATAN KAPAL Pada umumnya metode atau cara dalam proses pembuatan kapal terdiri dari dua cara yaitu cara pertama berdasarkan sistem, cara kedua berdasarkan tempat. Proses pembuatan kapal berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Yang Digunakan Peneliti menggunakan metode penelitian yang bersifat deskriptif dan komparatif, hal ini dipilih karena dalam penelitian ini peneliti mencoba

Lebih terperinci

Analisa Penerapan Metode Crash Program Untuk Percepatan Pembangunan Hull Constraction LCU 300 DWT dan Pengaruhnya Terhadap Sumberdaya Galangan

Analisa Penerapan Metode Crash Program Untuk Percepatan Pembangunan Hull Constraction LCU 300 DWT dan Pengaruhnya Terhadap Sumberdaya Galangan JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Analisa Penerapan Metode Crash Program Untuk Percepatan Pembangunan Hull Constraction LCU 300 DWT dan Pengaruhnya Terhadap Sumberdaya Galangan Lilik H Ni

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN JARINGAN KERJA (NETWORK PLANNING)

ANALISIS PERENCANAAN JARINGAN KERJA (NETWORK PLANNING) ANALISIS PERENCANAAN JARINGAN KERJA (NETWORK PLANNING) Metode Kuantitatif. 102 POKOK BAHASAN VIII ANALISIS PERENCANAAN JARINGAN KERJA (NETWORK PLANNING) Sub Pokok Bahasan : Perencanaan dan Pengendalian

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Manajemen Proyek 2.1.1 Pengertian Manajemen Proyek BAB II Tinjauan Pustaka Manajemen proyek secara harfiah terdiri dari dua kata, yaitu manajemen dan proyek. Sehubungan dengan itu maka sebaiknya kita

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada Proyek Pemasangan 3 (tiga) unit Lift Barang di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada Proyek Pemasangan 3 (tiga) unit Lift Barang di BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada Proyek Pemasangan 3 (tiga) unit Lift Barang di Gedung X yang berlokasi di Jakarta Utara. Penelitian dilakukan pada 01

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pembangunan kapal dengan metode seksi assembly berdasarkan konsep Product

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pembangunan kapal dengan metode seksi assembly berdasarkan konsep Product BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dilakukan analisa dan pembahasan proses pembangunan kapal dengan metode seksi assembly berdasarkan konsep Product Oriented Break Down Struktur (PWBS) pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Proses Pembuatan Kapal Baru Pada umumnya metode atau cara dalam proses pembuatan kapal terdiri dari dua cara yaitu cara pertama berdasarkan sistem, cara kedua berdasarkan tempat.

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK (Perencanaan Waktu-3 : CPM)

PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK (Perencanaan Waktu-3 : CPM) PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK (Perencanaan Waktu-3 : CPM) Pertemuan ke-7 Dosen: Ir. Bambang Herumanta, M.T. / Suwardo, S.T., M.T., Ph.D. UNIVERSITAS GADJAH MADA SEKOLAH VOKASI PROGRAM DIPLOMA TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tidak dapat dimanfaatkan sesuai dengan rencana, sehingga menyebabkan beberapa

BAB II LANDASAN TEORI. tidak dapat dimanfaatkan sesuai dengan rencana, sehingga menyebabkan beberapa BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Keterlambatan Pengertian penundaan (delay) adalah sebagian waktu pelaksanaan yang tidak dapat dimanfaatkan sesuai dengan rencana, sehingga menyebabkan beberapa kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Optimalisasi Biaya dan Waktu Dalam pelaksanaan pembangunan proyek kontruksi sering mengalami keterlambatan akibat berbagai hal yang menyebabkan terjadinya kerugian materi dan

Lebih terperinci

MANAJEMEN WAKTU PROYEK

MANAJEMEN WAKTU PROYEK MANAJEMEN WAKTU PROYEK Gentisya Tri Mardiani, M.Kom MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK Pendahuluan Manajemen waktu proyek dibutuhkan untuk mengatur agar penyelasaian proyek sesuai waktu yang ditetapkan Kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Pustaka 1. Proyek 1.1 Pengertian Proyek Proyek dalam analisis jaringan kerja adalah serangkaian kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

NETWORK PLANNING. Pendahuluan

NETWORK PLANNING. Pendahuluan DASAR PERANCANGAN DAN REKAYASA TEKNIK Materi 13 : TKT 100 2 SKS Oleh : Ken Martina Kasikoen Pendahuluan NETWORK PLANNING Network planning merupakan alat untuk merencanakan dan mengawasi setiap proyek.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek 2.1.1 Pengertian Manajemen Proyek Manajemen proyek secara harfiah terbangun dari dua kata, yaitu manajemen dan proyek. Sehubungan dengan itu, maka sebelum mengemukakan

Lebih terperinci

Analisa Re-Schedule Pembangunan Kapal Baru Sistem Hull Block Construction Method (HBCM) dengan Critical Path Method (CPM) Pada Kapal Tug Boat

Analisa Re-Schedule Pembangunan Kapal Baru Sistem Hull Block Construction Method (HBCM) dengan Critical Path Method (CPM) Pada Kapal Tug Boat Analisa Re-Schedule Pembangunan Kapal Baru Sistem Hull Block Construction Method (HBCM) dengan Critical Path Method (CPM) Pada Kapal Tug Boat 2 x 1600 Hp Hull 062 di PT. Janata Marina Indah Unit II 1)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. perusahaan selain manajemen sumber daya manusia, manajemen pemasaran dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. perusahaan selain manajemen sumber daya manusia, manajemen pemasaran dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Definisi Manajemen Operasi Manajemen operasi adalah salah satu fungsi bisnis yang penting di dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia, manajemen

Lebih terperinci

Analisis Simulasi Konsep Pembangunan Kapal Multi Galangan pada PT DKB Untuk Pembangunan Kapal Tanker 6300 DWT

Analisis Simulasi Konsep Pembangunan Kapal Multi Galangan pada PT DKB Untuk Pembangunan Kapal Tanker 6300 DWT UNIVERSITAS INDONESIA Analisis Simulasi Konsep Pembangunan Kapal Multi Galangan pada PT DKB Untuk Pembangunan Kapal Tanker 6300 DWT SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

ANALISA TEKNIS DAN EKONOMIS PENAMBAHAN FASILITAS GRAND BLOCK ASSEMBLY UNTUK PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI GALANGAN PT PAL SURABAYA

ANALISA TEKNIS DAN EKONOMIS PENAMBAHAN FASILITAS GRAND BLOCK ASSEMBLY UNTUK PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI GALANGAN PT PAL SURABAYA ANALISA TEKNIS DAN EKONOMIS PENAMBAHAN FASILITAS GRAND BLOCK ASSEMBLY UNTUK PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI GALANGAN PT PAL SURABAYA ABSTRAK Studi ini berisi tentang pengembangan galangan PT PAL Surabaya

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Manajemen Proyek Manajemen Proyek dapat didefinisikan sebagai suatu proses dari perencanaan, pengaturan, kepemimpinan, dan pengendalian dari suatu proyek oleh para anggotanya

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Manajemen Proyek Satu hal yang mendasar bahwa kegiatan proyek mempunyai karakter yang berbeda dengan kegiatan operasional (seperti pekerjaan administrasi kantor,

Lebih terperinci

Operations Management

Operations Management Operations Management OPERATIONS RESEARCH William J. Stevenson 8 th edition Sejarah Analisa Network Konsep network mula-mula disusun oleh perusahaan jasa konsultan manajemen Booz Allen Hamilton yang disusun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Proyek Manajemen konstruksi (construction management), adalah bagaimana agar sumber daya yang terlibat dalam proyek konstruksi dapat diaplikasikan oleh Manajer proyek

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proyek Menurut Soeharto (2002) : Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu

Lebih terperinci

Critical Path Method (CPM) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan. Adapun tujuan dari pembahasan makalah ini ialah :

Critical Path Method (CPM) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan. Adapun tujuan dari pembahasan makalah ini ialah : Critical Path Method (CPM) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam penyelenggaraan suatu proyek, kegiatan yang akan dihadapi sangat kompleks. Hal ini tentu memerlukan suatu manajemen yang baik sehingga

Lebih terperinci

ANALISIS JARINGAN KERJA (NETWORK ANALYSIS)

ANALISIS JARINGAN KERJA (NETWORK ANALYSIS) ANALISIS JARINGAN KERJA (NETWORK ANALYSIS) 1 Adalah penelaahan/analisis hubungan ketergantungan antara bagian-bagian langkah gerak yang dimulai dari awal sampai akhir pekerjaan yang merupakan langkah secara

Lebih terperinci

... Sebelum perencanaan suatu proyek dapat dimulai, harus diterbitkan dahulu ikhtisar-ikhtisar peraturan yang berlaku sejelas-jelasnya. Tujuan-tujuan

... Sebelum perencanaan suatu proyek dapat dimulai, harus diterbitkan dahulu ikhtisar-ikhtisar peraturan yang berlaku sejelas-jelasnya. Tujuan-tujuan REKAYASA SISTEM 3. Cara Perencanaan Sebuah Proyek Sebuah proyek secara umum dapat didefenisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan-kegiatan (activitas) yang mempunyai saat permulaan dan yang harus dilaksanakan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMBANGUNAN PROYEK TUJUAN

MANAJEMEN PEMBANGUNAN PROYEK TUJUAN MANAJEMEN PEMBANGUNAN PROYEK TUJUAN Bab ini membicarakan tentang tahap rencana pembangunan proyek. Bagaimana kita bisa menyusun rencana penyelesaian proyek tepat pada waktunya. Dengan kata lain, kita harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan

Lebih terperinci

Buku 2 : RKPM (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan) Modul Pembelajaran Pertemuan ke 6

Buku 2 : RKPM (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan) Modul Pembelajaran Pertemuan ke 6 UNIVERSITAS GADJAH MADA SEKOLAH VOKASI PROGRAM DIPLOMA TEKNIK SIPIL Alamat : Jl. Yacaranda 1, Sekip Unit IV, Yogyakarta 55281, Telp. (0274) 7112126, 545193, 6491300 Faks. (0274) 545193, E mail : dts_ugm@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 8 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Manajemen Proyek Manajemen proyek konstruksi adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumberdaya untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan

Lebih terperinci

Analisa Kebutuhan Tenaga Kerja Untuk Pembangunan Blok Pada Kapal Tanker LTDW Di PT. Daya Radar Utama Unit Lamongan

Analisa Kebutuhan Tenaga Kerja Untuk Pembangunan Blok Pada Kapal Tanker LTDW Di PT. Daya Radar Utama Unit Lamongan Analisa Kebutuhan Tenaga Kerja Untuk Pembangunan Blok Pada Kapal Tanker 17500 LTDW Di PT. Daya Radar Utama Unit Lamongan Frizka Safitri 1, Aang Wahidin 2, Ruddianto 3 Program Studi Teknik Desain Dan Manufaktur,Jurusan

Lebih terperinci

ANALISIS KONSEP CADANGAN WAKTU PADA PENJADWALAN PROYEK DENGAN CRITICAL PATH METHOD (CPM) (Studi Kasus : Proyek Pembangunan Rumah Sakit Prima)

ANALISIS KONSEP CADANGAN WAKTU PADA PENJADWALAN PROYEK DENGAN CRITICAL PATH METHOD (CPM) (Studi Kasus : Proyek Pembangunan Rumah Sakit Prima) ANALISIS KONSEP CADANGAN WAKTU PADA PENJADWALAN PROYEK DENGAN CRITICAL PATH METHOD (CPM) (Studi Kasus : Proyek Pembangunan Rumah Sakit Prima) Gea Geby Aurora Syafridon 1 dan Syahrizal 2 1 Departemen Teknik

Lebih terperinci

JTM. Volume 01 Nomor 02 Tahun 2013, 42-51

JTM. Volume 01 Nomor 02 Tahun 2013, 42-51 JTM. Volume 01 Nomor 02 Tahun 2013, 42-51 PERENCANAAN JARINGAN KERJA PADA ERECTION BLOCK KAPAL UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI WAKTU PEMBUATAN (Studi Kasus di PT. Dok dan Perkapalan Surabaya) ARIEF ADHI DHARMA

Lebih terperinci

STUDI PERCEPATAN DURASI PENGERJAAN PROYEK PEMBANGUNAN KAPAL NIAGA DI PT. PAL INDONESIA

STUDI PERCEPATAN DURASI PENGERJAAN PROYEK PEMBANGUNAN KAPAL NIAGA DI PT. PAL INDONESIA Tugas Akhir MO141326 STUDI PERCEPATAN DURASI PENGERJAAN PROYEK PEMBANGUNAN KAPAL NIAGA DI PT. PAL INDONESIA Reza Hervindra Amirulloh NRP. 4309 100 081 Dosen Pembimbing: Prof. Daniel M. Rosyid, Ph.D., M.RINA.

Lebih terperinci

Seminar Nasional Inovasi Dan AplikasiTeknologi Di Industri 2017 ISSN ITN Malang, 4 Pebruari 2017

Seminar Nasional Inovasi Dan AplikasiTeknologi Di Industri 2017 ISSN ITN Malang, 4 Pebruari 2017 TEKNIK PENJADWLAN PRODUKSI GRAPPLE FOR EXCAVATOR D313 PART ATTACMENT FOR TRAKINDO DENGAN METODE CPM (CRITICAL PATH METHOD) PADA PT. ARKHA JAYANTI PERSADA Selma Intan Praditya Sari Himawan 1), Niken Parwati

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PELAKSANAAN PROYEK DENGAN METODE CPM DAN PERT (Studi Kasus Fly Over SKA Pekanbaru, Riau)

OPTIMALISASI PELAKSANAAN PROYEK DENGAN METODE CPM DAN PERT (Studi Kasus Fly Over SKA Pekanbaru, Riau) OPTIMALISASI PELAKSANAAN PROYEK DENGAN METODE CPM DAN PERT (Studi Kasus Fly Over SKA Pekanbaru, Riau) Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar sarjana sains bidang studi Matematika Oleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1 Proyek Proyek adalah suatu usaha atau aktivitas yang kompleks, tidak rutin, dibatasi oleh waktu, anggaran, resources dan spesifikasi performansi yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Obyek Penelitian Proyek modifikasi silo powder plant di PT.Sayap Mas Utama Jakarta merupakan salah satu proyek internal yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penjadwalan Proyek Suatu proyek yang akan dilaksanakan harus terjadwal terlebih dahulu, sehingga kita dapat mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

Manajemen Proyek CPM (Critical( PERT (Program( Evaluation and Review Technique

Manajemen Proyek CPM (Critical( PERT (Program( Evaluation and Review Technique Manajemen Proyek CPM (Critical( Critical-Path Method) ) dan PRT (Program( valuation and Review Technique April 009. Pendahuluan Proyek : suatu sistem yang kompleks melibatkan koordinasi dari sejumlah bagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Dalam suatu proyek konstruksi, waktu merupakan salah satu faktor yang sangat penting. Oleh karena itu, sebisa mungkin pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Dalam pengerjaan pembangunan rumah selama ini, CV. XYZ belum menggunakan metode-metode khusus dalam merencanakan waktu yang dibutuhkan. Selama

Lebih terperinci

SIMULASI RANCANGAN DAN PELETAKAN BLOK KAPAL FERRY RO-RO 200 GT MENGGUNAKAN MODEL CAD 3D DI GALANGAN

SIMULASI RANCANGAN DAN PELETAKAN BLOK KAPAL FERRY RO-RO 200 GT MENGGUNAKAN MODEL CAD 3D DI GALANGAN Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK) Volume 11, Nomor 1, Januari - Juni 2013 SIMULASI RANCANGAN DAN PELETAKAN BLOK KAPAL FERRY RO-RO 200 GT MENGGUNAKAN MODEL CAD 3D DI GALANGAN Wahyuddin & Sunarto

Lebih terperinci

2.2. Work Breakdown Structure

2.2. Work Breakdown Structure 2.2. Work reakdown Structure Pada prinsipnya Work reakdown Structure (WS) adalah pemecahan atau pembagian pekerjaan ke dalam bagian yang lebih kecil (sub-kegiatan), alasan perlunya WS adalah : 1. Pengembangan

Lebih terperinci

NETWORK (Analisa Jaringan)

NETWORK (Analisa Jaringan) OR Teknik Industri UAD NETWORK (Analisa Jaringan) Network: sekumpulan titik yang disebut node, yang dihubungkan oleh busur atau cabang. Di dalam analisa network kita mengenal events (kejadiankejadian)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang saling berkaitan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang saling berkaitan dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang saling berkaitan dan melibatkan berbagai disiplin ilmu, sumber daya serta metode pelaksanaan. Ciri suatu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI digilib.uns.ac.id BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Gede Dedy Aryawan (2011) melakukan penelitian dengan judul Perbandingan Penambahan Waktu Kerja (Jam Lembur) dan Penambahan

Lebih terperinci

NETWORK PLANNING. Oleh : Ir. Hartono, MT Aldin Ardian, ST, MT

NETWORK PLANNING. Oleh : Ir. Hartono, MT Aldin Ardian, ST, MT NETWORK PLANNING Oleh : Ir. Hartono, MT Aldin Ardian, ST, MT Kuliah Manajemen Tambang Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Mineral Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta 2015

Lebih terperinci

Riset Operasional. ELEMEN ANALISIS JARINGAN menggunakan beberapa istilah dan simbol berikut ini:

Riset Operasional. ELEMEN ANALISIS JARINGAN menggunakan beberapa istilah dan simbol berikut ini: Pada pembahasan sebelumnya tentang PROGRM DINMIS - MSLH STGECOCH, dasar pemikirannya adalah untuk menemukan rute terpendek dari aneka jaringan rute yang tersedia, yang pada akhirnya terkait upaya optimasi.

Lebih terperinci

Cara membuat network planning manual

Cara membuat network planning manual Cara membuat network planning manual Melanjutkan artikel sebelumnya tentang pengertian network planning selanjutnya kita akan mencoba membuat secara sederhana dan untuk memudahkanya maka dirangkum dalam

Lebih terperinci

DIAGRAM JARINGAN KERJA (Network Diagram)

DIAGRAM JARINGAN KERJA (Network Diagram) Manajemen Proyek TKS 4208 DIAGRAM JARINGAN KERJA (Network Diagram) Prepared by Dr. AZ PENDAHULUAN Dalam perangkat manajemen proyek, kita mengenal sebuah diagram yang disebut network diagram (diagram jaringan

Lebih terperinci

Penjadwalan Berdasarkan Analisis Faktor- Faktor Penyebab Keterlambatan Proyek Reparasi Kapal: Studi Kasus MV. Blossom

Penjadwalan Berdasarkan Analisis Faktor- Faktor Penyebab Keterlambatan Proyek Reparasi Kapal: Studi Kasus MV. Blossom JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018), 2337-3520 (2301-928X Print) G 1 Penjadwalan Berdasarkan Analisis Faktor- Faktor Penyebab Keterlambatan Proyek Reparasi Kapal: Studi Kasus MV. Blossom Laura Karennina

Lebih terperinci

BAB 14 PENJADWALAN. Bab ini merinci langkah 4, 5 dan 6, jaringan kerja dan jadwal.

BAB 14 PENJADWALAN. Bab ini merinci langkah 4, 5 dan 6, jaringan kerja dan jadwal. BAB 14 PENJADWALAN 14.1. PENDAHULUAN Perkiraan yang sudah diperhitungkan di dalam Bab 13 adalah banyaknya orang per-hari dari usaha yang akan diperlukan untuk membuat proyek. Hal ini disebut waktu sebenarnya

Lebih terperinci

BAB 14 PENJADWALAN. Bab ini merinci langkah 4, 5 dan 6, jaringan kerja dan jadwal.

BAB 14 PENJADWALAN. Bab ini merinci langkah 4, 5 dan 6, jaringan kerja dan jadwal. BAB 14 PENJADWALAN 14.1. PENDAHULUAN Perkiraan yang sudah diperhitungkan di dalam Bab 13 adalah banyaknya orang per-hari dari usaha yang akan diperlukan untuk membuat proyek. Hal ini disebut waktu sebenarnya

Lebih terperinci

TEKNIK ANALISA JARINGAN (CPM)

TEKNIK ANALISA JARINGAN (CPM) TEKNIK ANALISA JARINGAN (CPM) Bahan Kuliah Fakultas : Ilmu Komputer Program Studi : Teknik Informatika Tahun Akademik : Ganjil 2012/2013 Kode - Nama Mata Kuliah : CCR314 Riset Operasional Pertemuan : 10

Lebih terperinci

Pertemuan 5 Penjadwalan

Pertemuan 5 Penjadwalan Pertemuan 5 Penjadwalan Tujuan : Memahami konsep penjadwalan. Memahami langkah-langkah pembuatan PERT dan GNT Chart. Memahami alat bantu PERT dan GNT Chart. Penjadwalan Proyek Salah satu faktor utama menuju

Lebih terperinci

Operations Management

Operations Management Operations Management TEKNIK RISET OERASI William J. Stevenson 8 th edition ANALISA NETWORK 1. PERT (Program Evaluation and Review Technique). CPM (Critical Path Method) PERT didefinisikan sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Proyek dan Manajemen Proyek Aktivitas perusahaan sangatlah bermacam-macam, namun ada aktivitas yang kegiatannya hanya berlangsung sekali dimana dalam aktivitas tersebut

Lebih terperinci

ANALISIS NON VALUE ADDED ACTIVITY PADA PROSES PRODUKSI KAPAL DENGAN PENDEKATAN VALUE STREAM MAPPING

ANALISIS NON VALUE ADDED ACTIVITY PADA PROSES PRODUKSI KAPAL DENGAN PENDEKATAN VALUE STREAM MAPPING Analisis Non Value Added Activity pada Proses Produksi Kapal dengan Pendekatan Value Stream Mapping (An Apriyani Tebiary, I Ketut Suastika, Buana Ma ruf) ANALISIS NON VALUE ADDED ACTIVITY PADA PROSES PRODUKSI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Manajemen Manajemen adalah Suatu Proses dalam rangka mencapai tujuan dengan bekerja bersama melalui idividu-individu dan sumber daya organisasi lainnya. Sebuah proses

Lebih terperinci

Analisa Perhitungan Waktu dan Biaya Pada Pembangungan Hull Outfitting LCU 300 DWT

Analisa Perhitungan Waktu dan Biaya Pada Pembangungan Hull Outfitting LCU 300 DWT JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Analisa Perhitungan Waktu dan Biaya Pada Pembangungan Hull Outfitting LCU 300 DWT Rizka W Kusuma, Imam Rochani, Mas Murtedjo Jurusan Teknik Kelautan, Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Menurut Ervianto (2002) proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Dalam rangkaian

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek BAB III LANDASAN TEORI A. Manajemen Proyek Manajemen proyek konstruksi adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan

Lebih terperinci

STUDI RANCANG RESCHEDULE PEMBANGUNAN KAPAL BARU MENGGUNAKAN FULL OUTFITTING BLOCK SYSTEM ( FOBS ) DENGAN PROJECT CPM PADA KAPAL LCT 200 GT

STUDI RANCANG RESCHEDULE PEMBANGUNAN KAPAL BARU MENGGUNAKAN FULL OUTFITTING BLOCK SYSTEM ( FOBS ) DENGAN PROJECT CPM PADA KAPAL LCT 200 GT STUDI RANCANG RESCHEDULE PEMBANGUNAN KAPAL BARU MENGGUNAKAN FULL OUTFITTING BLOCK SYSTEM ( FOBS ) DENGAN PROJECT CPM PADA KAPAL LCT 200 GT Cindy Rizka Griyantia 1, Imam Pujo Mulyatno 2, Kiryanto Program

Lebih terperinci

PERTUKARAN WAKTU DAN BIAYA PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG SENI DAN BUDAYA (EX. GEDUNG MITRA) KOTA SURABAYA

PERTUKARAN WAKTU DAN BIAYA PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG SENI DAN BUDAYA (EX. GEDUNG MITRA) KOTA SURABAYA PERTUKARAN WAKTU DAN BIAYA PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG SENI DAN BUDAYA (EX. GEDUNG MITRA) KOTA SURABAYA Disusun oleh: Tomy Andrianto NRP : 3106 100 626 Dosen Pembimbing : Supani. ST. MT Farida Rachmawati

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Analisis Teknis dan Ekonomis Pemakaian Material Baja Karbon dengan Coating dan Material Duplex Tanpa Coating untuk Pembangunan

Lebih terperinci

EMA302 - Manajemen Operasional Materi #9 Ganjil 2014/2015. EMA302 - Manajemen Operasional

EMA302 - Manajemen Operasional Materi #9 Ganjil 2014/2015. EMA302 - Manajemen Operasional Materi #9 EMA02 Manajemen Operasional Definisi 2 Proyek Serangkaian pekerjaan yang saling terkait dan biasanya diarahkan beberapa output utama dan membutuhkan jangka waktu yang signifikan untuk melakukannya.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Metodologi penelitian merupakan langkah-langkah atau cara-cara yang berurutan yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian dan dipergunakan untuk membuktikan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 6 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Manajemen Dalam menjalankan operasionalnya perusahaan membutuhkan suatu sistem yang memiliki kemampuan untuk mendukung dan mempersatukan berbagai tujuan ke dalam suatu

Lebih terperinci

oleh: Rama agung Dwi Putra NRP

oleh: Rama agung Dwi Putra NRP oleh: Rama agung Dwi Putra NRP 4103 109 013 menjelaskan permasalahan teknis yang bisa terjadi dan yang menyebabkan permasalahan teknis itu terjadi, dimana dalam pembangunan sebuah kapal masih banyak permasalahan

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. PAL INDONESIA (PERSERO)

LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. PAL INDONESIA (PERSERO) LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. PAL INDONESIA (PERSERO) Disusun oleh : Yosef Adiyasa Putra 5303013015 Mainita Chandra Saputri 5303013035 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA

Lebih terperinci

Proyek : Kombinasi dan kegiatan-kegiatan g (activities) yang saling berkaitan dan harus dilaksanakan dengan mengikuti suatu urutan tertentu sebelum se

Proyek : Kombinasi dan kegiatan-kegiatan g (activities) yang saling berkaitan dan harus dilaksanakan dengan mengikuti suatu urutan tertentu sebelum se PM (ritical Path Method) dan PERT (Program Evaluation and Review Technique) Proyek : Kombinasi dan kegiatan-kegiatan g (activities) yang saling berkaitan dan harus dilaksanakan dengan mengikuti suatu urutan

Lebih terperinci

Manajemen Proyek. Teknik Industri Universitas Brawijaya

Manajemen Proyek. Teknik Industri Universitas Brawijaya Manajemen Proyek Teknik Industri Universitas Brawijaya Lecture 16 Outline: Manajemen Proyek References: Azlia, Wifqi. PPT: Organisasi dan Manajemen Industri. PSTI- UB. 2011. Pendahuluan Proyek : kombinasi

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan Terdapat beberapa definisi mengenai kapal perikanan, menurut Undang- Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II TINJUN PUSTK 2.1 Manajemen Proyek 2.1.1 Pengertian Manajemen Proyek Menurut Yamit (1996: 296), proyek adalah setiap pekerjaan yang memiliki kegiatan awal dan memiliki kegiatan akhir, dengan kata lain

Lebih terperinci

Analisis Kekuatan Konstruksi Sekat Melintang Kapal Tanker dengan Metode Elemen Hingga

Analisis Kekuatan Konstruksi Sekat Melintang Kapal Tanker dengan Metode Elemen Hingga JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-183 Analisis Kekuatan Konstruksi Sekat Melintang Kapal Tanker dengan Metode Elemen Hingga Ardianus, Septia Hardy Sujiatanti,

Lebih terperinci

ANALISA NETWORK PENDAHULUAN PEMBUATAN NETWORK

ANALISA NETWORK PENDAHULUAN PEMBUATAN NETWORK ANALISA NETWORK PENDAHULUAN Konsep network ini mula-mula disusun oleh perusahan jasa konsultan manajemen Boaz, allen dan Hamilton, yang disusun untuk perusahaan pesawat terbang Lockheed. Konsep Analisa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB III METODOLOGI LAPORAN TUGAS AKHIR BAB III METODOLOGI III.1 Persiapan Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai pengumpulan dan pengolahan data. Dalam tahap awal ini disusun hal-hal penting yang harus segera dilakukan

Lebih terperinci

Pengertian Manajemen Proyek

Pengertian Manajemen Proyek MANAJEMEN PROYEK Pengertian Manajemen Proyek Suatu manajemen yang menangani proyek secara menyeluruh, dimulai dari pengembangan ide atau gagasan awal, perencanaan pembiayaan proyek, serta perencanaan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah 1.3 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah 1.3 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama ini akses yang menghubungkan selatan dan timur Surabaya banyak menumpuk melalui Jalan Ahmad Yani Surabaya. Selain itu, Jalan Ahmad Yani menjadi jalan akses utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya proyek merupakan suatu aktivitas yang bersifat sementara, kompleks, unik yang memiliki satu tujuan dan harus diselesaikan dalam waktu yang spesifik,

Lebih terperinci

Kata kunci: optimum, percepatan, lembur, least cost analysis.

Kata kunci: optimum, percepatan, lembur, least cost analysis. ABSTRAK Dalam pelaksanaan proyek konstruksi berbagai hal dapat terjadi, salah satunya ketidaksesuaian antara jadwal pelaksanaan (time schedule) dengan realisasi di lapangan. Proyek pembangunan Six Senses

Lebih terperinci

ANALISIS WAKTU DAN BIAYA PENYELESAIAN PRODUKSI KAPAL AKIBAT KETIDAKSESUAIAN GAP DAN MISALIGNMENT BLOK PADA TAHAP EREKTION

ANALISIS WAKTU DAN BIAYA PENYELESAIAN PRODUKSI KAPAL AKIBAT KETIDAKSESUAIAN GAP DAN MISALIGNMENT BLOK PADA TAHAP EREKTION ANALISIS WAKTU DAN BIAYA PENYELESAIAN PRODUKSI KAPAL AKIBAT KETIDAKSESUAIAN GAP DAN MISALIGNMENT BLOK PADA TAHAP EREKTION Oleh : Jansumarno 4103.100.047 Dosen Pembimbing : Ir. Heri Supomo, M.Sc LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

OPTIMASI PROYEK PEMBANGUNAN KAPAL FIBER UKURAN 8 m DENGAN METODA PENGENDALIAN BIAYA DAN JADWAL TERPADU DI POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI

OPTIMASI PROYEK PEMBANGUNAN KAPAL FIBER UKURAN 8 m DENGAN METODA PENGENDALIAN BIAYA DAN JADWAL TERPADU DI POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI TESIS PM 092315 OPTIMASI PROYEK PEMBANGUNAN KAPAL FIBER UKURAN 8 m DENGAN METODA PENGENDALIAN BIAYA DAN JADWAL TERPADU DI POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ARIE INDARTONO NRP. 9107 201 302 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan proyek konstruksi merupakan rangkaian dari kegiatan yang saling bergantung antara satu pekerjaan dengan pekerjaan yang lainya. Perkembangan proyek konstruksi

Lebih terperinci

PROJECT PLANNING AND CONTROL. Program Studi Teknik Industri Universitas Brawijaya

PROJECT PLANNING AND CONTROL. Program Studi Teknik Industri Universitas Brawijaya PROJECT PLANNING AND CONTROL Program Studi Teknik Industri Universitas Brawijaya PENDAHULUAN Benyamin Franklin time is money, time is money. modern finance, mengukur nilai sebuah proyek dengan menentukan

Lebih terperinci

Analisa Waktu dan Biaya Pekerjaan Instalasi Machinery dan Electrical Outfitting pada Pembangunan Landing Craft Utility (LCU) 300 DWT

Analisa Waktu dan Biaya Pekerjaan Instalasi Machinery dan Electrical Outfitting pada Pembangunan Landing Craft Utility (LCU) 300 DWT JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Analisa Waktu dan Biaya an Instalasi Machinery dan Electrical Outfitting pada Pembangunan Landing Craft Utility (LCU) 300 DWT Ulfah Rahmadan, Imam Rochani,

Lebih terperinci

BAB III PENGENDALIAN PROYEK

BAB III PENGENDALIAN PROYEK BAB III PENGENDALIAN PROYEK 3.1 METODE PENGENDALIAN PROYEK Dalam pengendalian proyek ada beberapa metode pengamatan antara lain adalah sebagai berikut : Diagram balok (bar/gan charts). Diagram keseimbangan

Lebih terperinci

KAJIAN EFISIENSI PROSES PRODUKSI KAPAL BARU DENGAN MENGGUNAKAN METODE MANUFACTURING CYCLE EFFECTIVENESS (MCE) (STUDI KASUS : PT.

KAJIAN EFISIENSI PROSES PRODUKSI KAPAL BARU DENGAN MENGGUNAKAN METODE MANUFACTURING CYCLE EFFECTIVENESS (MCE) (STUDI KASUS : PT. TESIS MN142532 KAJIAN EFISIENSI PROSES PRODUKSI KAPAL BARU DENGAN MENGGUNAKAN METODE MANUFACTURING CYCLE EFFECTIVENESS (MCE) (STUDI KASUS : PT. PAL INDONESIA) MUHAMMAD RIYADI 4115 203 341 DOSEN PEMBIMBING

Lebih terperinci

PERCEPATAN WAKTU PADA SUATU PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN METODE JALUR KRITIS

PERCEPATAN WAKTU PADA SUATU PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN METODE JALUR KRITIS PERCEPATAN WAKTU PADA SUATU PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN METODE JALUR KRITIS Chandra Karnadi NRP : 9421016 NIRM : 41077011940269 Pembimbing : Maksum Tanubrata, Ir., M.T. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. MANAJEMEN PROYEK Manajemen proyek adalah ilmu dan seni yang berkaitan dengan memimpin dan mengkoordinir sumber daya yang terdiri dari manusia dan material dengan menggunakan tehnik

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan Menurut Nomura dan Yamazaki (1977) kapal perikanan sebagai kapal yang digunakan dalam kegiatan perikanan yang meliputi aktivitas penangkapan atau pengumpulan

Lebih terperinci