STUDI PERCEPATAN DURASI PENGERJAAN PROYEK PEMBANGUNAN KAPAL NIAGA DI PT. PAL INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI PERCEPATAN DURASI PENGERJAAN PROYEK PEMBANGUNAN KAPAL NIAGA DI PT. PAL INDONESIA"

Transkripsi

1 Tugas Akhir MO STUDI PERCEPATAN DURASI PENGERJAAN PROYEK PEMBANGUNAN KAPAL NIAGA DI PT. PAL INDONESIA Reza Hervindra Amirulloh NRP Dosen Pembimbing: Prof. Daniel M. Rosyid, Ph.D., M.RINA. Silvianita, S.T., M.Sc., Ph.D. Teknik Kelautan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya i

2 Tahun 2016 Final Project MO STUDIES OF SHIPBUILDING WORK DURATION ACCELERATION PROJECT AT PT. PAL INDONESIA Reza Hervindra Amirulloh NRP Supervisors: Prof. Daniel M. Rosyid, Ph.D., M.RINA. Silvianita, S.T., M.Sc., Ph.D. Ocean Engineering Faculty of Marine Technology Sepuluh Nopember Intitute of Technology Surabaya i

3

4 STUDI PERCEPATAN DURASI PENGERJAAN PROYEK PEMBANGUNAN KAPAL NIAGA DI PT. PAL INDONESIA Nama Mahasiswa : Reza Hervindra Amirulloh NRP : Jurusan : Teknik Kelautan FTK ITS Dosen Pembimbing : Prof. Daniel M. Rosyid, Ph.D., M.RINA. Silvianita, S.T., M.Sc., Ph.D. ABSTRAK Percepatan total durasi dalam suatu proyek kontruksi dilakukan dengan mempercepat kegiatan-kegiatan kritis dalam proyek tersebut. Untuk mengetahui mana saja kegiatan kritis dari suatu proyek, maka digunakan teknik Critical Path Method; yaitu dengan menggambar Network Diagram dari proyek tersebut, selanjutnya menghitung Earliest Event Time (EET), Latest Event Time (LET), lalu Total Float tiap kegiatan sehingga dapat diketahui mana saja kegiatan kritis dari proyek tersebut. Saat ini PT. PAL Indonesia menginginkan percepatan total durasi pada salah satu proyek pembangunan kapalnya. Sedangkan analisa percepatan yang dikerjakan secara manual berpotensi terjadinya kesalahan perhitungan karena adanya ketidaktelitian, maupun karena kompleksnya perhitungan yang disebabkan banyaknya skenario percepatan yang harus diperhitungkan pada saat menentukan kegiatan kritis mana saja yang harus dipercepat dan kegiatan kritis mana saja yang tidak perlu dipercepat; sehingga biaya percepatan yang harus dikeluarkan tidaklah optimum. Maka dari itu, analisa dikerjakan dengan bantuan tool berbasis Linear Programming bernama Solver yang terdapat pada Microsoft Excel, karena optimasi percepatan proyek tersebut dapat diselesaikan dengan persamaan linear. Analisa dimulai dengan menentukan persamaan linear, kendala linear, perhitungan batas percepatan serta perhitungan biaya percepatan yang dibutuhkan agar Solver dapat menyelesaikan kasus percepatan tersebut secara linear dengan hasil biaya percepatan yang paling minimum. Hasil dari running Solver menunjukkan bahwa PT. PAL dapat mempercepat proyek yang semula berdurasi 635 hari menjadi 470 hari dengan total biaya percepatan sebanyak Rp ,88 bila mempercepat kegiatan A (Fabrication Block Cargo Hold) sebanyak 31 hari, kegiatan B (SUB. Assembly Block Cargo Hold) sebanyak 30 hari, kegiatan C (Assembly Block Cargo Hold) sebanyak 27 hari, kegiatan E (Grand Assembly Block Cargo Hold) sebanyak 27 hari, kegiatan F (Erection Block Shifting Module Cargo Hold) sebanyak 12 hari, kegiatan K (Grand Assembly Block Engine Room) sebanyak 7 hari, kegiatan M (Fabrication Block After Part) sebanyak 7 hari, kegiatan N (SUB. Assembly Block After Part) sebanyak 19 hari, kegiatan O (Assembly Block After Part) sebanyak 10 hari, kegiatan Q (Grand Assembly Block After Part) sebanyak 13 hari, kegiatan W (Grand Assembly Block Fore Part) sebanyak 10 hari, kegiatan X (Erection Block Shifting Module Fore Part) sebanyak 6 hari, kegiatan AA (Assembly Block iv

5 Accomodation) sebanyak 9 hari, dan kegiatan AD (Erection Block Launching Module Accomodation) sebanyak 9 hari. Kata Kunci: linear programming; optimasi; percepatan durasi; proyek; solver. v

6 STUDI PERCEPATAN DURASI PENGERJAAN PROYEK PEMBANGUNAN KAPAL NIAGA DI PT. PAL INDONESIA Name : Reza Hervindra Amirulloh NRP : Department : Teknik Kelautan FTK ITS Supervisors : Prof. Daniel M. Rosyid, Ph.D., M.RINA. Silvianita, S.T., M.Sc., Ph.D. ABSTRACT The acceleration of construction project can be done by speeding up critical activities in the project. Critical Path Method is then used to find out which activities are critical or not; first is by drawing network diagram of that project, then is counting Earliest Event Time (EET), Latest Event Time (LET), and Total Float of each activity in order to determine which are critical activities in the project and which are not. Currently, PT. Pal Indonesia really need to accelerate one of it s projects. While doing the acceleration analysis with Crash Program are potentially lead to the non-optimum results due to the complex of the analysis hierarchy nor the human-error inaccuracy, because there is so many acceleration scenario to determine. Therefore, the analysis is done with Solver in Microsoft Excel which is based of Linear Programming, because the crash cost optimization can be completed with linear equations. The analysis begins with determining the linear equations, linear constraints, the limit of crash durations, and the crash cost of each activity; in order for Solver to solve the crash program linearly so the most minimum total crash cost can be achieved. The Solver results shows that PT. PAL can accelerate the project for a total crash cost of Rp. 6,357,843, accelaration in 31 days of actvity A (Fabrication Block Cargo Hold), 30 days of activity B (SUB. Assembly Block Cargo Hold), 27 days of activity C (Assembly Block Cargo Hold), 27 days of activity E (Grand Assembly Block Cargo Hold), 12 days of activity F (Erection Block Shifting Module Cargo Hold), 7 days of activity K (Grand Assembly Block Engine Room), 7 days of activity M (Fabrication Block After Part), 19 days of activity N (SUB. Assembly Block After Part), 10 days of activity O (Assembly Block After Part), 13 days of activity Q (Grand Assembly Block After Part), 10 days of activity W (Grand Assembly Block Fore Part), 6 days of activity X (Erection Block Shifting Module Fore Part), 9 days of activity AA (Assembly Block Accomodation), and 9 days of activity AD (Erection Block Launching Module Accomodation). Keywords: crash program; linear programming; optimation; project; solver. vi

7 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik dan lancar. Tak lupa sholawat serta salam juga penulis haturkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para sahabat. Tugas Akhir ini berjudul Optimasi Percepatan Durasi Pengerjaan Proyek Pembangunan Kapal Di PT. PAL Indonesia yang disusun guna memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Studi kesarjanaan (S1) di Jurusan Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan (FTK), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Penulis menyadari bahwa pengerjaan dan penulisan dalam laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi materi maupun penyusunannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pihak lain untuk perbaikan dalam pengembangan karya tulis ini dimasa mendatang. Wassalamualaikum Wr. Wb. Surabaya, 29 Nopember 2016 Reza Hervindra Amirulloh vii

8 UCAPAN TERIMAKASIH Penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pengerjaan Tugas Akhir ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada Ibu Ambika dan Bapak Ariyanto dari Divisi Bisnis dan Pemasaran di PT. PAL Indonesia, yang telah banyak membantu dan memandu penulis dalam menentukan dan mengerjakan Tugas Akhir dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Daniel M. Rosyid, Ph.D., M.RINA., dan Ibu Silvianita, S.T., M.Sc., Ph.D. selaku dosen pembimbing penulis. Terima kasih atas kesabaran, waktu, dan ilmu-ilmunya dalam membantu dan memandu penulis dalam mengerjakan tugas akhir ini. Semoga bimbingan yang ibu dan bapak berikan dicatat sebagai amal ibadah oleh Allah SWT. Tugas akhir ini juga tidak akan selesai tanpa dukungan dari keluarga besar Mahasiswa Teknik Kelautan Angkatan 2009, terutama Yusak Kurniawan, Redemtus Rajagukguk, Radiynal, Irvianto Yudho, Fajar, yang sudah membantu dan menemani penulis selama mengerjakan Tugas Akhir ini. Juga kepada teman-teman serta penghuni Laboratorium Operasional Riset dan Perancangan FTK ITS, terima kasih banyak, semoga kalian mendapat balasan pahala dari Allah SWT. Surabaya, 29 Nopember 2016 Reza Hervindra Amirulloh viii

9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... iii ABSTRAK... iv ABSTRACT...vi KATA PENGANTAR...vii UCAPAN TERIMAKASIH...viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Batasan Masalah... 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI Tinjauan Pustaka Dasar Teori Pengertian Kapal Niaga Proses Pembangunan Kapal Tahap Pembangunan Kapal Arrival Meeting Proyek Time Schedule Proyek Penjadwalan Proyek Network Planning Manfaat dan Kegunaan Network Planning Kelebihan dan Kekurangan Network Planning Bentuk Network Planning ix

10 Earliest Event Time (EET) dan Latest Event Time (LET) Earliest Event Time (EET) Latest Event Time (LET) Lintasan Kritis dan Float Crash Program Mempercepat Umur Proyek Analisa Biaya Pelaksanaan Biaya Langsung (Direct Cost) Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost) Biaya Kegunaan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Diagram Alir Metodologi Penelitian Studi Literatur Pengumpulan Data Data Primer Data Sekunder Prosedur Penelitian BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Penjadwalan Proyek Perhitungan Earliest Event Time (EET) Perhitungan Latest Event Time (LET) Mencari Lintasan Kritis (Perhitungan Total Float) Perhitungan Biaya Percepatan (Crash Cost) Optimasi Crash Program dengan Linear Programming Menentukan Kendala, Persamaan Linear, dan Fungsi Tujuan Memasukkan Semua Variabel Kedalam Solver Hasil Analisis Penelitian...67 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA x

11 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1. Kapal General Cargo... 6 Gambar 1.2. Kapal Ferri... 7 Gambar 1.3. Kapal Ro-Ro... 7 Gambar 1.4. Kapal Ore Carrier... 8 Gambar 1.5. Kapal Tanker... 8 Gambar 1.6. Kapal Ternak... 9 Gambar 1.7. Kapal Liquefied Natural Gas... 9 Gambar 2.1. Hubungan Triple Constrain Gambar 2.2. Kegiatan EET Gambar 2.3. Kegiatan LET Gambar 2.4. Kegiatan EET dan LET Gambar 3.1. Diagram Alir Pengerjaan Tugas Akhir (Bagian 1) Gambar 3.2. Diagram Alir Pengerjaan Tugas Akhir (Bagian 2) Gambar 4.1. Memasukkan Semua Variabel pada Microsoft Excel Gambar 4.2. Menentukan Kendala Persamaan dan Fungsi Tujuan pada Solver.. 63 Gambar 4.3. Tampilan Solver Results Bila Sukses Gambar 4.4. Hasil Running xi

12 DAFTAR TABEL Tabel 4.1. Ketergantungan dan Durasi Tiap Kegiatan (Bagian 1) Tabel 4.2. Ketergantungan dan Durasi Tiap Kegiatan (Bagian 2) Tabel 4.3. Node Awal dan Node Akhir Tiap Kegiatan (Bagian 1) Tabel 4.4. Node Awal dan Node Akhir Tiap Kegiatan (Bagian 2) Tabel 4.5. Total Float Seluruh Kegiatan (Bagian 1) Tabel 4.6. Total Float Seluruh Kegiatan (Bagian 2) Tabel 4.7. Total Float Seluruh Kegiatan (Bagian 3) Tabel 4.8. Total Float Seluruh Kegiatan Setelah Dipercepat (Bagian 1) Tabel 4.9. Total Float Seluruh Kegiatan Setelah Dipercepat (Bagian 2) )...67 xii

13 DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN A Network Diagram Proyek Sebelum Total Durasi Dipercepat LAMPIRAN B Tabel Perhitungan Biaya Percepatan Setiap Kegiatan LAMPIRAN C Network Diagram Proyek Setelah Total Durasi Dipercepat xiii

14 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara maritim terbesar di dunia, yang 2/3 wilayahnya merupakan wilayah lautan. Karena Indonesia merupakan negara kepulauan maka untuk menghubungkannya diperlukan moda transportasi laut. Dan pemerintah saat ini berusaha membuat kebijakan yang sesuai dengan karakteristik negara Indonesia yang berupa negara maritim yaitu dengan membuat tol laut. Tol laut sendiri merupakan kebijakan untuk membuat kapal-kapal besar yang berguna untuk distribusi barang dan jasa di indonesia agar lebih merata dari sabang sampai meraoke dan juga membuat kebijakan untuk membuat baru atau memperbesar pelabuhan yang telah ada guna menunjang distribusi barang atau jasa melalui laut. Pertumbuhan ekonomi di indonesia tengah berdenyut kencang hal tersebut mempengaruhi pertumbuhan jumlah armada kapal. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah pertumbuhan kapal niaga nasional yang melonjak 120% dalam 9 tahun terakhir. Tetapi hal tersebut menjadi ironi karena berbanding terbalik dengan volume produksi dok kapal nasional. Sejak diterapkannya asas cabotage pada 2005, pertumbuhan kapal niaga nasional melesat hingga 120%. Data Dirjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan menyebutkan kapal niaga nasional kini bertambah unit menjadi unit dari unit pada Namun sangat disayangkan sekali kapasitas produksi setiap galangan yang berada di Indonesia tidak mampu memenuhi kapasitas permintaan untuk memproduksi kapal niaga sesuai dengan permintaan owner. Pada kasus ini PT. PAL setiap tahunnya hanya mampu memproduksi kapal sebesar DWT per tahun. Sedangkan PT. PAL sering mendapatkan pesanan kapal dari dalam negeri maupun luar negeri seperti Jerman, Turki dan Itala. Oleh sebab itu harus dilakukan evaluasi pekerjaan pembuatan kapal. Agar nantinya PT. PAL dapat menyelesaikan seluruh permintaan untuk memproduksi kapal baik dari dalam maupun luar negeri. 1

15 1.2. Rumusan Masalah Beberapa rumusan masalah yang menjadi bahan kajian dalam tugas akhir ini, antara lain: a. Bagaimana bentuk lintasan kritis proyek sebelum total durasi proyek dipercepat? b. Berapa biaya minimum yang dibutuhkan untuk mempercepat total durasi proyek menjadi 470 hari? c. Bagaimana bentuk lintasan kritis proyek setelah total durasi proyek dipercepat? 1.3. Tujuan Penelitian Beberapa poin yang menjadi tujuan penulis dari penelitian dalam tugas akhir ini, antara lain: a. Untuk mengetahui bentuk lintasan kritis proyek sebelum total durasi dipercepat. b. Untuk mengetahui berapa besar biaya yang dibutuhkan untuk mempercepat total durasi proyek menjadi 470 hari. c. Untuk mengetahui bentuk lintasan kritis proyek setelah total durasi proyek dipercepat Manfaat Penelitian Dari hasil tugas akhir ini, diharapkan akan memberikan informasi kepada pelaku proyek khususnya kontraktor sehingga mempermudah menganalisa kinerja proyek baik dari segi biaya dan waktu. Memberi manfaat teoritis, yaitu menambah wawasan kajian khususnya dalam metode pengendalian suatu proyek. Keberadaan tugas akhir ini juga diharapkan dapat menjadi panduan para pelaksana (Galangan) dalam memanajemen proyek mereka, serta menjadi referensi bagi pengembangan penelitian selanjutnya. 2

16 1.5. Batasan Masalah Adapun batasan masalah yang dilakukan untuk menghindari pembahasan yang melebar, sehingga dilakukan asumsi sebagai berikut: a. Objek penelitian pada proses fabrikasi menggunakan perencanaan pembangunan kapal niaga yang dikerjakan oleh PT. PAL Surabaya. b. Penelitian yang dilakukan hanya pada proses fabrikasi. c. Objek proyek yang ditinjau adalah pembangunan kapal Niaga di PT. PAL Surabaya. d. Tarif/jam kerja sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh PT. PAL Surabaya. e. Waktu/durasi pekerjaan pada proyek dihitung dalam satuan hari. f. Data kapal yang akan dibuat didapat langsung dari PT. PAL Surabaya. g. Hanya memperhitungkan biaya tenaga kerja langsung dalam proses pembangunan kapal, biaya yang timbul akibat penggunaan mesin dan listrik tidak diperhitungkan. h. Perhitungan analisa pemampatan atau percepatan durasi menggunakan Solver berbasis Linear Programming. i. Metode percepatan hanya memanfaatkan jam lembur dengan tidak menambahkan jumlah pekerja. j. Batas maksimal jam lembur adalah 3 jam perhari. 3

17 (Halaman ini sengaja dikosongkan) 4

18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Sebelum pembangunan proyek berjalan, terlebih dahulu dilakukan perjanjian antara pihak fabrikasi dengan owner, mengenai penyelesaian waktu dan biaya untuk pembangunan pada fabrikasi (Rahmadani, 2009). Perjanjian tersebut bertujuan untuk tidak saling merugikan pada kedua belah pihak antara owner dan fabrikasi pada pembangunan proyek. Banyaknya kasus pembengkakan biaya dan keterlambatan proyek mungkin dikarenakan tidak adanya sistem pengendalian pada proyek yang sedang berjalan. Pengendalian dapat dilakukan dengan baik jika evaluasi atau penilaian terhadap proyek dilakukan secara periodik. Evaluasi dan penilaian ini yang nantinya akan memberi informasi sedini mungkin disela-sela berlangsungnya sebuah proyek. Dalam perencanaan suatu kapal, penentuan tipe atau jenis kapal merupakan hal yang paling utama, karena kapal yang akan dibangun dapat didesain sesuai dengan kriteria tertentu baik dari segi konstruksi, stabilitas, jenis muatan, maupun dari segi ekonomisnya. Tipe atau jenis kapal dapat ditinjau dari fungsi dan tujuannya, jenis muatannya, daerah pelayarannya, jenis tenaga penggeraknnya dan tipe bangunan atasnya. Salah satunya adalah kapal niaga Dasar Teori Pengertian Kapal Niaga Kapal niaga (comercil ship) adalah kapal yang dibangun dengan tujuan di bidang perdagangan barang dan penyediaan jasa (angkutan penumpang). Berikut ini adalah contoh dari kapal niaga: 5

19 a. Kapal kargo Kapal kargo adalah jenis kapal yang membawa barang-barang dan muatan dari suatu pelabuhan ke pelabuhan lainnya. Kapal kargo pada umumnya didesain khusus untuk tugasnya, dilengkapi dengan CraneI dan mekanisme lainya untuk bongkar muat, serta dibuat dalam beberapa ukuran. Contohnya kapal general cargo, kapal peti kemas (container). Gambar 1.1. Kapal General Cargo b. Kapal penumpang Kapal penumpang adalah kapal yang digunakan untuk angkutan penumpang. Untuk meningkatkan effisiensi atau melayani keperluan yang lebih luas. Kapal penumpang dapat berupa kapal Ro-Ro, ataupun untuk perjalanan pendek terjadwal dalam bentuk kapal feri. 6

20 Gambar 1.2. Kapal Ferri Gambar 1.3. Kapal Ro-Ro c. Bulk carrier Kapal muatan curah adalah kapal yang dibangun khusus untuk mengangkut muatan curah (tidak menggunakan wadah/pembungkus) yang dikapalkan sekaligus dalam jumlah besar dan cara memuatnya dengan jalan mencurahkan muatan ke dalam kapal. Seperti kapal ore carrier dan kapal tangker. 7

21 Gambar 1.4. Kapal Ore Carrier Gambar 1.5. Kapal Tanker d. Kapal khusus Kapal khusus adalah kapal yang secara khusus memuat muatan tertentu saja, dimana bentuk konstruksinya disesuaikan dengan arang muatannya. Seperti kapal ternak, kapal LNG. 8

22 Gambar 1.6. Kapal Ternak Gambar 1.7. Kapal Liquefied natural gas 9

23 Proses Pembangunan Kapal Proses pembuatan kapal terdiri dari dua cara yaitu cara pertama berdasarkan sistem, cara kedua berdasarkan tempat. Proses pembuatan kapal berdasarkan sistem terbagi menjadi tiga macam yaitu sistem seksi, sistem blok seksi, sistem blok: Sistem seksi adalah sistem pembuatan kapal dimana bagian-bagian konstruksi dari tubuh kapal dibuat seksi perseksi. Sistem blok seksi adalah sistem pembuatan kapal dimana bagian-bagian konstruksi dari kapal dalam fabrikasi dibuat gabungan seksi-seksi sehingga membentuk blok seksi, contoh bagian dari seksi-seksi geladak, seksi lambung dan bulkhead dibuat menjadi satu blok seksi. Sistem blok adalah sistem pembuatan kapal dimana badan kapal terbagi beberapa blok, dimana tiap-tiap blok sudah siap pakai (lengkap dengan sistem perpipaannya) Tahap Pembangunan Kapal Menurut Richard C. Moore (1995), garis besar pembagunan kapal dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap desain dan tahap pembangunan fisik: a. Tahap desain Pada tahap ini keinginan serta gagasan dari pemilik kapal (owner) dipelajari secara seksama berdasarkan data yang telah ada, kemudian dituangkan kedalam garis besar data sementara dari data kapal yang akan dibangun. Data ini biasanya berupa ukuran utama kapal seperti panjang, lebar, tinggi, sarat dan kapasitas kapal serta rute pelayaran. b. Tahap pembangunan fisik Tahap ini merupakan tahap yang pengerjaannya membutuhkan waktu yang paling lama, karena apa yang telah dihitung dan digambarkan dalam desain kemudian diwujudkan dalam bentuk nyata. Pada tahapan ini terdapat beberapa bagian yang dilakukan antara lain : 10

24 Pembuatan lambung dan bangunan atas Pemasangan instalasi mesin dan mesin utama (Main Engine) Pemasangan mesin-mesin bantu (Auxilary Engine) Pemasangan instalasi listrik (Electrical) Pemasangan instalasi pompa Pemasangan peralatan dan perlengkapan Peluncuran (Launching) Arrival Meeting Selanjutnya, diadakanlah AM (Arrival Meeting), yaitu sebuah pertemuan yang dihadiri oleh kedua pihak yaitu dari owner dan dari galangan. Dalam AM terjadi diskusi yang membahas estimasi biaya awal dan rencana jadwal awal pembuatan kapal berdasarkan owner riquirement. Dalam pertemuan tersebut, galangan membutuhkan konfirmasi dari pihak owner perihal bagian-bagian kapal yang disepakati untuk dibuat. Tidak menutup pula kemungkinan terjadinya negosiasi harga bila diperlukan. Bila terjadi kesepakatan antara owner dengan galangan pada pertemuan tersebut, selanjutnya galangan membuat SOP pembuatan kapal yang berisi jadwal pembuatan yang dibutuhkan, berdasarkan hasil yang disepakati pada pertemuan tersebut Proyek Proyek adalah kegiatan sekali lewat dengan waktu dan sumber daya terbatas untuk mencapai hasil akhir yang telah ditentukan. Menurut Iman Soeharto, (1996): Proyek mempunyai ciri pokok sebagai berikut: Bertujuan menghasilkan lingkup (deliverable) tertentu berupa produk akhir atau hasil kerja akhir. Dalam proses mewujudkan lingkup di atas, ditentukan jumlah biaya, jadwal serta criteria mutu. Bersifat sementara, dalam arti umurnya dibatasi oleh selesainya tugas. Titik awal dan titik akhir ditentukan dengan jelas. 11

25 Non rutin, tidak berulang- ulang. Macam dan intensitas kegiatan berubah sepanjang proyek berlangsung. Proyek mempunyai tiga karakteristik yang dapat dipandang secara tiga dimensi. Tiga karakteristik tersebut adalah : Bersifat unik. Keunikan dari proyek konstruksi adalah : tidak pernah terjadi rangkaian kegiatan yang sama persis (tidak ada proyek yang identik, yang ada adalah proyek yang sejenis), proyek bersifat sementara, dan selalu terlibat grup pekerja yang berbeda-beda. Dibutuhkan sumber daya (resource). Setiap proyek membutuhkan sumber daya, yaitu pekerja, uang, mesin, metode, dan material. Dalam kenyataannya, mengorganisaikan pekerja lebih sulit dibandingkan dengan sumber daya lainnya. Organisasi Setiap organisasi mempunyai keragaman tujuan dimana didalamnya terlibat sejumlah individu dengan keahlian yang bervariasi, perbedaan ketertarikan, kepribadian yang bervariasi, dan ketidakpastian. Langkah awal yang harus dilakukan adalah menyusun visi menjadi satu tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi (Wulfram I. Ervianto, 2004). Dalam proses mencapai tujuan ada batasan yang harus dipenuhi yaitu besar biaya (anggaran) yang dialokasikan, jadwal, serta mutu yang harus dipenuhi. Ketiga hal tersebut merupakan parameter penting bagi penyelenggara proyek yang sering diasosiasikan sebagai sasaran proyek. Ketiga batasan diatas disebut juga dengan tiga kendala (triple constrain ) yaitu: a. Anggaran Proyek harus diselesaikan dengan biaya yang tidak boleh melebihi anggaran. Untuk proyek-proyek yang melibatkan dana dalam jumlah besar dan jadwal pengerjaan bertahun-tahun, anggarannya tidak hanya ditentukan dalam total proyek, tetapi dipecah atas komponen-komponennya atau perperiode tertentu yang jumlahnya disesuaikan dengan keperluan. Dengan demikian, penyelesaian bagian-bagian proyek harus memenuhi sasaran anggaran per periode. 12

26 b. Jadwal Proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu dan tanggal akhir yang telah ditentukan. Bila hasil akhir adalah produk baru, maka penyerahannya tidak boleh melewati batas waktu yang telah ditentukan. c. Mutu Produk atau hasil kegiatan harus memenuhi spesifikasi dan kriteria yang dipersyaratkan. Jadi, memnuhi persyaratan mutu berarti mampu memenuhi tugas yang dimaksudkan atau sering disebut sebagai fit for the intended use. Gambar 2.1. Hubungan Triple Constrain (Sumber: Iman Soeharto, 1995) Ketiga batasan tersebut, bersifat tarik-menarik. Artinya, jika ingin meningkatkan kinerja produk yang telah disepakati dalam kontrak, maka umumnya harus diikuti dengan meningkatkan mutu. Hal ini selanjutnya berakibat pada naiknya biaya sehingga melebihi anggaran. Sebaliknya, bila ingin menekan biaya, maka biasanya harus berkompromi dengan mutu dan jadwal. Dari segi teknis, ukuran keberhasilan proyek dikaitkan dengan sejauh mana ketiga sasaran tersebut dapat dipenuhi. Pada perkembangan selnjutnya ditambahkan parameter lingkup sehingga parameter diatas menjadi lingkup, biaya, jadwal, dan mutu. 13

27 Time Schedule Proyek Time schedule adalah rencana alokasi waktu untuk menyelesaikan masingmasing item pekerjaan proyek yang secara keseluruhan adalah rentang waktu yang ditetapkan untuk melaksanakan sebuah proyek. Time schedule pada proyek dapat dibuat dalam bentuk: Kurva S Bar chart Network planning Schedule harian, schedule mingguan, bulanan, tahunan atau waktu tertentu Pembuatan time schedule dengan bantuan software seperti ms project. lain: Tujuan atau manfaat pembuatan time schedule pada sebuah proyek antara Pedoman waktu untuk pengadaan sumber daya manusia yang dibutuhkan. Pedoman waktu untuk pendatangan material yang sesuai dengan item pekerjaan yang akan dilaksanakan. Pedoman waktu untuk pengadaan alat alat kerja. Time schedule juga berfungsi sebagai alat untuk mengendalikan waktu pelaksanaan proyek. Sebagai tolok ukur pencapaian target waktu pelaksanaan pekerjaan. Time schedule sebagai acuan untuk memulai dan mengakhiri sebuah kontrak kerja proyek konstruksi. Sebagai pedoman pencapaian progress pekerjaan setiap waktu tertentu. Sebagai pedoman untuk penentuan batas waktu denda atas keterlambatan proyek atau bonus atas percepatan proyek. Sebagai pedoman untuk mengukur nilai suatu investasi Untuk dapat menyusun time schedule atau jadwal pelaksanaan proyek yang baik dibutuhkan: Gambar kerja proyek Rencana anggaran biaya pelaksanaan proyek Bill of Quantity ( BQ ) atau daftar volume pekerjaan Data lokasi proyek berada 14

28 Data sumberdaya meliputi material, peralatan, sub kontraktor yang tersedia disekitar lokasi pekerjaan proyek berlangsung. Data sumber daya material, peralatan, sub kontraktor yang harus didatangkan ke lokasi proyek. Data kebutuhan tenaga kerja dan ketersediaan tenaga kerja yang di butuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan. Data cuaca atau musim di lokasi pekerjaan proyek. Data jenis transportasi yang dapat digunakan disekitar lokasi proyek. Metode kerja yang digunakan untuk melaksanakan masing-masing item pekerjaan. Data kapasitas prosduksi meliputi peralatan, tenaga kerja, sub kontraktor, material. Data keuangan proyek meliputi arus kas, cara pembayaran pekerjaan, tenggang waktu pembayaran progress dll Penjadwalan Proyek Penjadwalan merupakan fase penerjemahan suatu perencanaan kedalam suatu diagram yang sesuai dengan skala waktu. Penjadwalan berfungsi menentukan kapan kegiatan-aktifias tersebut dimulai, ditunda dan diselesaikan, sehingga pembiayaan dan pemakaiaan sumber-sumber daya akan disesuaikan waktunya menurut kebutuhan yang ditentukan. Menururt Wibowo (2012) Untuk merencanakan dan menggambarkan aktivitas pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dikenal beberapa metode antara lain: Diagram balok (Gantt Bar Chart) Diagram garis (Time Production Graph) Diagram panah (Arrow Diagram) Diagram precedence (Precedence Diagram) 15

29 Pada tiap metode di atas memiliki ciri-ciri sendiri dan digunakan secara kombinasi pada kebanyakan proyek konstruksi. metode-metode tersebut harus berorientasi pada maksud penggunaannya untuk apa sesuai dengan dasar pemikiran. Berdasarkan dalam buku Santoso (2009) pada dasarnya suatu pekerjaan konstruksi dipecah-pecah menjadi bagian-bagian pekerjaan kecil sehingga dapat dianggap sebagai satu unit pekerjaan yang dapat berdiri sendiri dan memiliki suatu perkiraan jadwal yang tertentu pula. Analisa-analisa dalam menyusun penjadwalan akan sangat membantu kelangsungan pekerjaan pembangunan proyek seperti : (Wibowo, 2012) Time scheduling urutan pekerjaan yang efisien. Pembagian merata Waktu, Tenagadan Biaya. Rescheduling bila ada kelambatan-kelambatan penyelesaian. Menentukan Trade-Off/Pertukaran Waktu dengan Biaya yang efisien. Membuka kemungkinankemungkinan yang lain dalam menyelesaikan proyek. Merencanakan proyek yang komplek Network Planning Network planning merupakan suatu cara baru dalam bidang perencanaan dan pengawasan suatu proyek. Yaitu suatu gambaran dari rencana proyek dan urutanurutan dari pada kegiatan yang harus dilaksanakan (Soeharto, 1999). Penggunaan network planning pada penyelenggaraan proyek yaitu: Untuk memasukkan informasi tetap Kemampuan yang tinggi untuk mengambil keputusan Sumber daya dalam keadaan siap pakai Kemampuan untuk melaksanakan proses pengelolahan sumber daya 16

30 Manfaat dan Kegunaan Network Planing Adapun manfaat dan kegunaan dari network planning bagi suatu proyek antara lain :(Soeharto, 1999) Perencanaan suatu proyek yang kompleks Scheduling pekerjaan-pekerjaan sedemikian rupa dalam urutan-urutan yang praktis dan efisien Mengadakan pembagian kerja dari tenaga kerja dan dana yang tersedia Schedulling ulang untuk mengatasi hambatan-hambatan dan keterlambatan suatu proyek Menentukan trade-off (kemungkinan pertukaran) antara waktu dan biaya Menentukan probabilitas suatu proyek Menentukan kegiatan-kegiatan mana yang bersifat kritis dan hubungannya dengan penyelesaian proyek Kelebihan dan kekurangan Network Planing Adapun kelebihan dan kekurangan pada Network planning (Soeharto, 1999). Kelebihan Network planning antara lain: Menunjukkan susunan yang logis antar kegiatan Menunjukkan hubungan timbal balik antara pembiayaan dan waktu penyelesaian proyek Membantu kegiatan-kegiatan yang peling mendesak/kritis dan pengaruh keterlambatan dari suatu kegiatan terhadap waktu penyelesaian proyek Sedangkan kekurangan dari Network Planing antara lain : Tidak menunjukkan skala waktu seperti pada Gantt Chart Kemajuan tidak dapat ditunjukkan Posisi perjalanan tidak dapat dilihat dalam diagram 17

31 Bentuk Network Planing Untuk membentuk gambar dari rencana network tersebut perlu digunakan simbol-simbol, antar lain: (Rahmadhani, 2009) Arrow / anak panah yang menyatakan aktivitas / kegiatan yaitu suatu kegiatan atau pekerjaan dimana penyelesaiannya membutuhkan durasi (jangka waktu tertentu) dan resources (tenaga, alat, material dan biaya). Kepala anak panah menjadi pedoman arah tiap kegiatan, dimana panjang dan kemiringan tidak berpengaruh. Node / event, yang merupakan lingkaran bulat yang artinya saat peristiwa atau kejadian yaitu pertemuan dari permulaan dan akhir kegiatan. Dummy /anak panah terputus-putus yang menyatakan kegiatan semu yaitu aktivitas yang tidak membutuhkan durasi dan resources. Event node dari kiri kekanan menyatakan mulainya kegiatan A, mulainya kegiatan B atau selesainya kegiatan A dan yang paling kanan menyatakan selesainya kegiatan B. Keterangan gambar diatas adalah: Kegiatan G dan H harus diselesaikan dahulu sebelum kegiatan J dan H dapat dimulai. 18

32 Keterangan gambar diatas adalah: Kegiatan C, D, E harus selesai terlebih dahulu sebelum kegiatan F dapat dimulai Earliest Event Time (EET) dan Latest Event Time (LET) Earliest Event Time ( EET) Dalam mengidentifikasikan jalur kritis dipakai suatu cara yang disebut hitungan maju. Perhitungan maju digunakan untuk menghitung EET (Earliest Event Time). EET adalah peristiwa paling awal atau waktu yang cepat dari event. (Soeharto, 1995) Gambar 2.2. Kegiatan EET (Soeharto, 1995) Ket : EETj = EETi + L.(2.1) X = Kegiatan J = Peristiwa akhir kegiatan X i = Peristiwa awal kegiatan X L = Lama kegiatan X yang diperkirakan EETi = Earliest even time peristiwa awal EETj = Earliest even time peristiwa akhir 19

33 Prosedur menghitung EET : Tentukan nomor dari peristiwa dari kiri ke kanan, mulai dari peristiwa nomor 1 berturut-turut sampai nomor maksimal. Tentukan nilai EET i untuk peristiwa nomor 1 (paling kiri) sama dengan nol. Dapat dihitung nilai EET j peristiwa berikutnya dengan rumus di atas. Apabila terdapat beberapa kegiatan (termasuk dummy) menuju atau dibatasi oleh peristiwa yang sama, maka diambil nilai EET j yang maksimum Latest Event Time (LET) Perhitungan mundur dimaksudkan untuk mengetahui waktu atau tanggal paling akhir dapat memulai dan mengakhiri masing-masing kegiatan, tanpa menunda kurun waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan, yang telah dihasilkan dari hitungan maju. Hitungan mundur dimulai dari ujung kanan (hari terakhir penyelesaian proyek) suatu jaringan kerja. Perhitungan mundur ini digunakan untuk menghitung LET (Latest Event Time). LET adalah peristiwa paling akhir atau waktu paling lambat dari event. (Soeharto, 1995) Gambar 2.3 Kegiatan LET (Soeharto, 1995) Ket : LETi = LETj L.(2.2) X = Kegiatan j = Peristiwa akhir kegiatan X i = Peristiwa awal kegiatan X L = Lama kegiatan X yang diperkirakan LETi = Saat paling lambat peristiwa awal LETj = Saat paling lambat peristiwa akhir 20

34 Sedangkan Prosedur Menghitung Saat Paling Lambat: Hitung atau tentukan LET peristiwa mulai dai nomor maksimal kemudian mundur berturut-turut sampai dengan peristiwa nomor 1. LET nomor maksimal sam dengan EET peristiwa nomor maksimal. Selanjutnya dapat dihitung LET peristiwa nomor-nomor maksimal,.,4,3,2,1, dengan menggunakan salah satu dari dua rumus diatas sesuasi dengan banyak kegiatan dan dummy yang keluar dari peristiwa yang bersangkutan Lintasan Kritis dan Float Lintasan kritis adalah Lintasan (Jalur) yang memiliki lintasan pelaksanaan paling panjang yang menentukan lamanya penyelesaian jaringan kerja. Jalur kritis penting bagi pelaksanaan proyek karena pada jalur ini terletak kegiatan yang bila pelaksanaan terlambat akan menyebabkan keterlambatan proyek secara keseluruhan. Lintasan kritis merupakan lintasan yang melalui kegiatan-kegiatan yang tidak mempunyai float (waktu jeda). (Santoso B., 2009) Untuk menentukan lintasan kritis dari jaringan kerja dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : Lintasan kritis adalah lintasan yang melalui kegiatan-kegiatan yang mempunyai jumlah durasi terbesar. Dengan menghitung kegiatan-kegiatan yang mempunyai nilai Total Float sama dengan 0 Float merupakan sejumlah waku yang tersedia dalam suatu kegiatan, sehingga memungkinkan penundaan atau perlambatan kegiatan secara sengaja/tidak sengaja, tetapi penundaan tersebut tidak menyebabkan proyek menjadi terlambat dalam penyelesainnya. Float dibagi menjadi 3, yaitu : a. Total Float Sejumlah waktu yang tersedia untuk keterlambatan/perlambatan kegiatan tanpa mempengaruhi proyek secara keseluruhan. 21

35 b. Free Float Sejumlah waktu yang tersedia untuk keterlambatan/perlambatan kegiatan tanpa mempengaruhi dimulainya kegiatan yang langsung mengikutinya. c. Independent Float Jangka waktu antara EET peristiwa akhir (EETi / EETj) kegiatan yang bersangkutan dengan selesainya kegiatan yang bersangkutan j bila kegiatan tersebut dimulai pada LET peristiwa awal (LETi). Rumus : Total float = LET j durasi EETi.(2.3) Free float = EETj durasi EETi..(2.4) Independent float = EETj durasi LETi..(2.5) Gambar 2.4 Kegiatan EET dan LET (Soeharto, 1995) Crash Program Crash program merupakan proses pemampatan kurun waktu penyelesaian proyek agar dapat berjalan lebih cepat. Proses pemampatan ini dilakukan berturut turut sampai pada kondisi dimana durasi kegiatan tidak dapat dimampatkan lagi. Didalam menganalisis program tersebut digunakan asumsi berikut ini: (Ali, 1995) Jumlah sumber daya yang tersedia tidak merupakan kendala. Ini berarti dalam menganalisis program memersingkat waktu, alternative yang dipilih tidak terhalangi oleh tersedianya sumber daya. Bila diinginkan waktu penyelesaian kegiatan lebih cepat dengan lingkup yang sama, maka keperluan (Ali, 1995) sumberdaya akan bertambah. Sumber daya ini dapat berupa tenaga kerja, material, atau peralatan yang dapat dinyatakan dalam sejumlah dana. 22

36 Jadi tujuan utama dari crash program adalah untuk memperpendek jadwal penyelesaian kegiatan atau proyek dengan kenaikan biaya seminimal mungkin. Untuk menganalisis lebih lanjut hubungan waktu dengan biaya, maka dipakai define berikut : Kurun waktu normal, merupakan waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan sampai selesai dengan cara yang efisien namun diluar pertimbangan adanya kerja lembur dan usaha usaha khusus lainnya untuk mempercepat berjalannya proyek. Biaya normal, merupakan biaya langsung yang diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan dengan kurun waktu normal. Kurun waktu dipersingkat (crash time), merupakan waktu tersingkat untuk menyelesaikan suatu kegiatan yang secara teknias masih mungkin. Disinii dinanggap sumber daya bukan merupakan hambatan. Biaya untuk waktu yang dipersingkat (crash cost), merupakan jumlah biaya langsung untuk menyelesaikan pekerjaan dengan kurun waktu tersingkat Mempercepat Umur proyek Dalam penjelasan Ali (1995) bahwa di dalam penyelenggaraan proyek sering kali dihadapkan pada perbedaan antara umur perkiraan (UPER) berdasarkan network diagram yang dibuat dengan umur rencana (UREN) proyek yang ditentukan berdasarkan kebutuhan manajemen dan atau sebab lainnya. Oleh karena itu perlu kiranya umur perkiraan (UPER) dan umur rencana (UREN) harus disamakan. Umur rencana (UREN) biasanya selalu lebih kecil dari umur perkiraan (UPER). a. Syarat yang harus dipenuhi untuk mempercepat umur proyek agar sama antara umur perkiraan dan umur rencana antara lain : Telah ada network diagram yang tepat. Lama kegiatan perkiraan masing-masing kegiatan telah ditentukan. Telah dihitung saat paling awal (EET) dan saat paling lambat (LET) semua peristiwa. Ditentukan umur rencana (UREN). 23

37 b. Prosedur mempercepat usia proyek : 1. Buat network diagram dengan nomor-nomor peristiwa sama seperti semula dengan lama kegiatan perkiraan baru untuk langkah ulangan, dan sama dengan semula untuk langkah siklus pertama. 2. Dengan dasar saat paling awal peristiwa awal, EET 1 = 0, dihitung saat peristiwa lainnya. Umur perkiraan proyek (UPER) = saat paling awal peristiwa akhir ( EET m, dimana m adalah nomor peristiwa akhir network diagram atau nomor maksimal peristiwa). 3. Dengan dasar saat paling lambat peristiwa akhir network diagram (LET m) = umur proyek yang direncanakan (UREN), dihitung saat paling lambat semua peristiwa. 4. Hitung total float (TF) semua kegiatan yang ada. Bila tidak ada total float (TF) yang berharga negatif, proses perhitungan selesai. Bila masih ada total float (TF) berharga negatif, lanjutkan ke langkah berikut : 5. Cari lintasan atau lintasan-lintasan yang terdiri dari kegiatan-kegiatan yang total floatnya (TF) masing-masing sebesar : Total float (TF) = UREN -UPER = LET m - EET m berharga negatif = LET 1 - EET 1.(2.6) 6. Lama kegiatan dari kegiatan tersebut di atas adalah Ln, n adalah nomor urut kegiatan tersebut dalam satu lintasan, n = 1, 2, 3,...z. 7. Hitung lama kegiatan baru dari kegiatan tersebut di atas (langkah ke 5 dan ke 6 ) dengan menggunakan rumus : L n (baru) = Ln (lama) + L n (lama) x (UREN - UPER )...(2.7) L i 24

38 Keterangan : Ln (baru) = Lama kegiatan baru Ln (lama) = Lama kegiatan lama Li = Jumlah lama kegiatan-kegiatan pada satu lintasan yang harus dipercepat. UREN = Umur rencana proyek UPER = Umur perkiraan proyek 8. Kembali ke langkah Analisa Biaya Pelaksanaan Menurut Soeharto (1999) biaya proyek dikelompokan menjadi tiga komponen yaitu biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost), serta biaya kegunaan Biaya langsung (Direct Cost) Biaya langsung adalah biaya yang diperlukan langsung untuk mendapatkan sumber daya yang akan dipergunakan untuk penyelesaian proyek. Unsur-unsur yang termasuk dalam biaya langsung adalah: a. Biaya Material Biaya material adalah biaya pembelian material untuk mewujud-kan proyek itu termasuk biaya transportasi, biaya penyimpanan serta kerugian akibat kehilangan atau kerusakan material. Harga material didapat dari survey di pasaran atau berpedoman dari indeks biaya yang dikeluarkan secara berkala oleh Departemen Pekerjaan Umum sebagai pedoman sederhana. b. Biaya upah Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi, biaya upah dibedakan atas: Upah harian. Besar upah yang dibayarkan persatuan waktu, misalnya harian tergantung pada jenis keahlian pekerja, lokasi peker-jaan, jenis pekerjaan dan sebagainya. Upah borongan. Besar upah ini tergantung atas kesepakatan bersama antara kontraktor dengan pekerja atas suatu jenis item pekerjaan. 25

39 Upah berdasarkan produktivitas. Besar jenis upah ini tergantung atas banyak pekerjaan yang dapat diselesaikan oleh pekerja dalam satu satuan waktu tertentu. c. Biaya peralatan Unsur-unsur biaya yang terdapat pada biaya peralatan adalah modal, biaya sewa, biaya operasi, biaya pemeliharaan, biaya operator, biaya mobilisasi, biaya demobilisasi dan lainnya yang menyangkut biaya peralatan. d. Biaya sub-kontraktor Biaya ini diperlukan bila ada bagian pekerjaan diserahkan/dikerjakan oleh sub-kontraktor. Sub-kontraktor ini bertanggung jawab dan dibayar oleh kontraktor utama Biaya tidak langsung (Indirect Cost) Biaya tidak langsung adalah biaya yang berhubungan dengan pengawasan, pengarahan kerja dan pengeluaran umum diluar biaya konstruksi, biaya ini disebut juga biaya overhead. Biaya ini tidak tergantung pada volume pekerjaan tetapi tergantung pada jangka waktu pelaksanaan pekerjaan. Biaya tidak langsung akan naik apabila waktu pelaksanaan semakin lama karena biaya untuk gaji pegawai, biaya umum perkantoran tetap dan biaya-biaya lainnya juga tetap dibayar. Unsurunsur biaya tidak langsung antara lain : a. Gaji pegawai Termasuk dalam unsur biaya ini adalah gaji maupun honor pegawai / karyawan tetap dan tidak tetap yang terlibat maupun tidak terlibat dalam proyek yang dibebankan dalam pembiayaan proyek tersebut. b. Biaya umum perkantoran Termasuk dalam unsur biaya ini adalah sewa gedung, biaya transport, rekening listrik, air, pajak, asuransi dan lain-lain. 26

40 c. Biaya pengadaan sarana umum. Perincian jelas pengeluaran biaya-nya adalah untuk pembangunan bangunan sementara, instalasi umum (listrik, air, telepon), peralatan umum yang digunakan selama masa proyek seperti pompa air, generator dan lainlain Biaya Kegunaan Adalah biaya-biaya yang berhubungan dengan waktu penyelesaian proyek yang berupa laba atau keuntungan potesial yang bisa diperoleh seandainya proyek bisa diselesaikan lebih cepat dan kerugian potensial seandainya terjadi penundaan. Biaya langsung, biaya tidak langsung, dan biaya kegunaan merupakan biaya total proyek yang menentukan waktu penyelesaian proyek optimal. Ketiganya berubah sesuai dengan waktu dan kemajuan proyek. Walaupun tidak dapat diperhitungkan dengan rumus tertentu, tetapi pada umumnya semakin lama proyek berjalan maka semakin tinggi kumulatif biaya yang diperlukan. 27

41 (Halaman ini sengaja dikosongkan) 28

42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi adalah sekumpulan peraturan, kegiatan, dan prosedur yang digunakan untuk menganalis teoritis mengenai suatu cara atau metode. Penelitian merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan. Pada bab ini akan diuraikan langkah-langkah pendekatan yang dilakukan untuk mendapatkan hasil penelitian yang telah dirumuskan dalam tujuan penelitian Diagram Alir Metodologi Penelitian Berikut ini adalah diagram alir metodologi yang digunakan pada penelitian tugas akhir ini : MULAI Studi literatur dan observasi Pengumpulan data proyek: - Time Schedule - Bobot Tiap Pekerjaan - Manpower - Data Gaji Membuat network diagram Menghitung EET, LET, dan Total Float A Gambar 3.1. Diagram Alir Pengerjaan Tugas Akhir (Bagian 1) 29

43 A Menentukan lintasan kritis Menentukan total durasi proyek yang ingin dipercepat Menentukan berbagai persamaan linear dan kendala dari Network Diagram Memasukkan berabgai persamaan linear dan kendala kedalam Microsoft Excell Solver dan running Mendapatkan daftar kegiatan mana saja yang dipercepat, dan total biaya percepatannya Membuat network diagram baru setelah total durasi proyek dipercepat Selesai Gambar 3.2. Diagram Alir Pengerjaan Tugas Akhir (Bagian 2) 3.2. Studi Literatur Studi literatur diperlukan untuk mengetahui teori-teori yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini, baik untuk menentukan network planning, lintasan kritis, analisa percepatan dengan menggunakan metode linear programming guna melakukan pemampatan durasi proyek agar dapat diselesaikan dalam menepati target waktu proyek yang telah ditentukan. 30

44 3.3. Pengumpulan Data Data Primer Pengumpulan data primer adalah data yang berupa pengamatan dilapangan dan wawancara dengan beberapa pihak yang terkait dalam pelaksanaan proyek seperti alternatif percepatan yang mungkin dapat dilakukan, dan mencari tahu penyebab keterlambatan pelaksanaan Data Sekunder Pengumpulan data sekunder adalah data yang diperoleh dari suatu institusi yang berkompeten dalam bidang tersebut. Data yang didapat dari pihak engineer dan construction pada PT. PAL Surabaya untuk penyusunan tugas akhir ini antara lain: Schedule pelaksanaan proyek pembangunan kapal diperlukan untuk mengetahui waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan proyek dan mengetahui jadwal masing-masing aktivitas pekerjaan dilapangan. Maka jadwal proyek sangat membantu untuk menentukan durasi tiap-tiap aktivitas dan waktu penyelesaian proyek dalam jadwal dapat digunakan sebagai acuan target waktu proyek. Bobot Tiap Pekerjaan adalah banyaknya bobot pekerjaan yang dikerjakan per kegiatan. Ini diperlukan untuk menghitung banyaknya bobot yang dikerjakan oleh setiap pekerja dalam setiap kegiatan Manpower adalah banyaknya pekerja yang dibutuhkan untuk mengerjakan setiap kegiatan. Ini diperlukan untuk menghitung banyaknya bobot yang dikerjakan oleh setiap pekerja dalam setiap kegiatan. Data Gaji adalah upah tenaga kerja yang dialokasikan untuk setiap kegaiatn. Ini diperlukan untuk mengetahui berapa upah setap pekerja untuk tiap kegiatan. Upah yang dicari adalah upah total perhari untuk tiap pekerja bila suatu pekerjaan dikerjakan dengan jam normal (8 jam), serta upah total perhari untuk tiap pekerja bila suatu pekerjaan dikerjakan jam normal + jam lembur (11 jam). 31

45 3.4. Prosedur Penelitian Adapun prosedur dan langkah-langkah penelitian dalam tugas akhir ini dijelaskan sebagai berikut (dapat dilihat pada gambar 3.1): a. Studi literatur dan observasi sebagai bahan-bahan acuan dan sumber teoriteori yang diperlukan dalam tugas akhir ini. b. Pengumpulan data dalam penelitian tugas akhir ini yang meliputi jadwal proyek pembangunan kapal pada PT. PAL Surabaya, jumlah Manpower dan data gaji tiap pekerja dalam proyek tersebut. c. Membuat network diagram proyek sesuai dengan urutan logis setiap kegiatan. d. Menentukan lintasan kritis dengan menghitung EET, LET, dan Total Float dari tiap kegiatan e. Menentukan waktu pemampatan yang telah ditentukan f. Melakuan analisa percepatan dengan linear programming. Percepatan dilakukan dengan melakukan penambahan jam kerja sebanyak 3 jam perhari (dari jam kerja 8 perhari jam menjadi 11 jam perhari). Berikut adalah langkahnya: Menentukan berbagai persamaan linear dan kendala-kendala yang ditentukan yang didapatkan dari network diagram dan hasil perhitungan Memasukkan seluruh persamaan linear dan kendala-kendala yang ada kedalam Microsoft Excel, kemudian Solver dirunning untuk mencari kegiatan mana saja yang harus dipercepat agar total durasi proyek dapat dipercepat sebanyak yang diinginkan, sehingga biaya percepatan yang dihasilkan adalah biaya yang paling minimum g. Membuat network diagram baru setelah total durasi proyek dipercepat 32

46 BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN Untuk melakukan percepatan jadwal suatu proyek, maka diperlukan jaringan kerja (network planning) dari proyek tersebut. Sehingga pada pembangunan kapal di PT PAL ini, syarat yang harus dipenuhi untuk dapat membuat suatu jaringan kerja (network planning) adalah mengetahui macam-macam aktivitas, dependency (hubungan ketergantungan) antara aktivitas satu dan aktivitas lainnya. Hubungan ketergantungan antara tiap kegiatan dapat diketahui dengan memperhatikan urutan dari flow produksi pembangunan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya Penjadwalan Proyek Berikut adalah Tabel 4.1. yang memuat tentang bermacam kegiatan pada proyek tersebut, serta ketergantungan (dependency) dan durasi masing-masing kegiatan yang digunakan sebagai dasar dalam pembuatan network planning pembangunan Kapal di PT. PAL. Tabel 4.1. Ketergantungan dan Durasi Tiap Kegiatan (Bagian 1) Nama Kegiatan Notasi Ketergantungan Durasi FABRICATION BLOCK CARGO HOLD A hari SUB. ASSEMBLY BLOCK CARGO HOLD B A 110 hari ASSEMBLY BLOCK CARGO HOLD C B 100 hari FABRICATION FOBS CARGO HOLD D hari GRAND ASSEMBLY BLOCK CARGO HOLD E C, D 100 hari ERECTION BLOCK SHIFTING MODULE CARGO HOLD F E 60 hari FABRICATION BLOCK ENGINE ROOM G A 30 hari SUB. ASSEMBLY BLOCK ENGINE ROOM H G, B 25 hari ASSEMBLY BLOCK ENGINE ROOM I C, H 50 hari FABRICATION BLOCK OUTFITTING ENGINE ROOM J D 115 hari 33

47 Tabel 4.2. Ketergantungan dan Durasi Tiap Kegiatan (Bagian 2) Nama Kegiatan Notasi Ketergantungan Durasi GRAND ASSEMBLY BLOCK ENGINE ROOM K E, I, J 55 hari ERECTION BLOCK SHIFTING MODULE ENGINE ROOM L F, K 35 hari FABRICATION BLOCK AFTER PART M B, G 80 hari SUB. ASSEMBLY BLOCK AFTER PART N H, M 70 hari ASSEMBLY BLOCK AFTER PART O I, N 80 hari FABRICATION BLOCK OUTFITTING AFTER PART P J 40 hari GRAND ASSEMBLY BLOCK AFTER PART Q F, K, O, P 50 hari ERECTION BLOCK SHIFTING MODULE AFTER PART R L, Q 20 hari FABRICATION BLOCK FORE PART S H, M 35 hari SUB. ASSEMBLY BLOCK FORE PART T N, S 35 hari ASSEMBLY BLOCK FORE PART U O, T 30 hari FABRICATION BLOCK OUTFITTING FORE PART V P 45 hari GRAND ASSEMBLY BLOCK FORE PART W L, Q, U, V 40 hari ERECTION BLOCK SHIFTING MODULE FORE PART X R, W 25 hari FABRICATION BLOCK ACCOMODATION Y N, S 45 hari SUB. ASSEMBLY BLOCK ACCOMODATION Z T, Y 35 hari ASSEMBLY BLOCK ACCOMODATION AA U, Z 45 hari FABRICATION BLOCK OUTFITTING ACCOMODATION AB V 40 hari GRAND ASSEMBLY BLOCK ACCOMODATION AC R, W, AA, AB 15 hari ERECTION BLOCK LAUNCHING MODULE ACCOMODATION AD X, AC 35 hari Dengan Tabel 4.1. dan Tabel 4.2., kita dapat membuat network diagram awal pembangunan kapal tersebut, seperti yang terlampir di Lampiran A pada laporan ini. Melalui network diagram tersebut, kita dapat mengetahui node awal dan node akhir dari tiap kegiatan, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.3. dan Tabel 4.4. Dalam pembuatan network diagram, tercipta beberapa kegiatan semu atau kegiatan dummy. Mereka adalah kegiatan AE, AF, AG, AH, AI, AJ, AK, AL, AM, AN, AO, AP, AQ, AR, AS, AT, AU, AV, AW, dan AX. Sesuai yang ditampilkan oleh Tabel 4.3. dan Tabel 4.4., bahwa kegiatan-kegiatan tersebut tidak memiliki durasi karena mereka hanyalah kegiatan dummy. 34

48 Tabel 4.3. Node Awal dan Node Akhir Tiap Kegiatan (Bagian 1) Kegiatan Node Awal Node Akhir Durasi (hari) A X01 X B X02 X C X03 X D X01 X E X05 X F X06 X07 60 G X02 X08 30 H X08 X09 25 I X09 X10 50 J X30 X K X12 X07 55 L X07 X13 35 M X08 X14 80 N X14 X15 70 O X15 X16 80 P X11 X17 40 Q X18 X13 50 R X13 X19 20 S X14 X20 35 T X20 X21 35 U X21 X22 30 V X17 X23 45 W X24 X19 40 X X19 X25 25 Y X20 X26 45 Z X26 X27 35 AA X27 X28 45 AB X23 X28 40 AC X28 X25 15 AD X25 X29 35 AE X04 X05 0 AF X30 X05 0 AG X03 X08 0 AH X04 X09 0 AI X10 X12 0 AJ X06 X

49 Tabel 4.4. Node Awal dan Node Akhir Tiap Kegiatan (Bagian 2) Kegiatan Node Awal Node Akhir Durasi (hari) AJ X06 X12 0 AK X11 X12 0 AL X09 X14 0 AM X10 X15 0 AN X16 X18 0 AO X07 X18 0 AP X17 X18 0 AQ X15 X20 0 AR X16 X21 0 AS X22 X24 0 AT X13 X24 0 AU X23 X24 0 AV X21 X26 0 AW X22 X27 0 AX X19 X28 0 Setelah membuat network diagram, langkah selanjutnya adalah menghitung Earliest Event Time (EET) dan Latest Event Time (LET) tiap node pada seluruh kegiatan dalam network diagram tersebut. Tujuannya untuk menghitung total durasi proyek, serta menghitung Total Float setiap kegiatan untuk menentukan lintasan kritis Perhitungan Earliest Event Time (EET) Dalam network diagram pada Lampiran A, terdapat beberapa kegiatan yang memiliki EET(j) yang sama. Contohnya adalah kegiatan AE dan AF yang samasama memiliki EET X05, namun masing-masing EET memiliki nilai yang berbeda, seperti perhitungan berikut ini: EET X05 = EET X04 + Durasi AE = = 325 EET X05 = EET X30 + Durasi AF = = 110 Sedangkan hanya satu EET yang dibutuhkan untuk analisa selanjutnya, sehingga kita harus menentukan satu EET dari sekian EET yang ada. Maka dalam hal ini, EET X05 yang digunakan adalah EET X05 dari kegiatan AE yang memiliki nilai paling besar = 325. Metode ini juga dapat diterapkan untuk semua kasus yang 36

50 serupa, pada saat menghitung EET pada node lainnya. Berikut ini adalah seluruh perhitungan EET pada setiap node dalam seluruh kegiatan: EET X01 = 0 (node paling awal) EET X02 = EET X01 + Durasi A = = 115 EET X03 = EET X02 + Durasi B = = 225 EET X04 = EET X03 + Durasi C = = 325 EET X05 = EET X04 + Durasi AE = = 325 EET X05 = EET X30 + Durasi AF = = 110 Maka yang digunakan adalah EET X05 = 325 EET X06 = EET X05 + Durasi E = = 425 EET X07 = EET X06 + Durasi F = = 485 EET X07 = EET X12 + Durasi K = = 480 Maka yang digunakan adalah EET X07 = 485 EET X08 = EET X02 + Durasi G = = 145 EET X08 = EET X03 + Durasi AG = = 225 Maka yang digunakan adalah EET X08 = 225 EET X09 = EET X08 + Durasi H = = 250 EET X09 = EET X04 + Durasi AH = = 325 Maka yang digunakan adalah EET X09 = 325 EET X10 = EET X09 + Durasi I = = 375 EET X11 = EET X30 + Durasi J = = 225 EET X12 = EET X10 + Durasi AI = = 375 EET X12 = EET X06 + Durasi AJ = = 425 EET X12 = EET X11 + Durasi AK = = 225 Maka yang digunakan adalah EET X12 = 425 EET X13 = EET X07 + Durasi L = = 520 EET X13 = EET X18 + Durasi Q = = 535 Maka yang digunakan adalah EET X13 = 535 EET X14 = EET X08 + Durasi M = = 305 EET X14 = EET X09 + Durasi AL = = 325 Maka yang digunakan adalah EET X14 = 325 EET X15 = EET X14 + Durasi N = =

51 EET X15 = EET X10 + Durasi AM = = 375 Maka yang digunakan adalah EET X15 = 395 EET X16 = EET X15 + Durasi O = = 475 EET X17 = EET X11 + Durasi P = = 265 EET X18 = EET X16 + Durasi AN = = 475 EET X18 = EET X07 + Durasi AO = = 485 EET X18 = EET X17 + Durasi AP = = 265 Maka yang digunakan adalah EET X18 = 475 EET X19 = EET X13 + Durasi R = = 555 EET X19 = EET X24 + Durasi W = = 575 Maka yang digunakan adalah EET X19 = 575 EET X20 = EET X14 + Durasi S = = 360 EET X20 = EET X15 + Durasi AQ = = 395 Maka yang digunakan adalah EET X20 = 395 EET X21 = EET X20 + Durasi T = = 430 EET X21 = EET X16 + Durasi AR = = 475 Maka yang digunakan adalah EET X21 = 475 EET X22 = EET X21 + Durasi U = = 505 EET X23 = EET X17 + Durasi V = = 310 EET X24 = EET X22 + Durasi AS = = 505 EET X24 = EET X13 + Durasi AT = = 535 EET X24 = EET X23 + Durasi AU = = 310 Maka yang digunakan adalah EET X24 = 535 EET X25 = EET X19 + Durasi X = = 600 EET X25 = EET X28 + Durasi AC = = 590 Maka yang digunakan adalah EET X25 = 600 EET X26 = EET X20 + Durasi Y = = 440 EET X26 = EET X21 + Durasi AV = = 475 Maka yang digunakan adalah EET X26 = 475 EET X27 = EET X26 + Durasi Z = = 510 EET X27 = EET X22 + Durasi AW = = 505 Maka yang digunakan adalah EET X27 =

52 EET X28 = EET X27 + Durasi AA = = 555 EET X28 = EET X23 + Durasi AB = = 350 EET X28 = EET X19 + Durasi AX = = 575 Maka yang digunakan adalah EET X28 = 575 EET X29 = EET X25 + Durasi AD = = 635 EET X30 = EET X01 + Durasi D = = 110 Bila dilihat dari perhitungan diatas, EET X29 (node paling akhir) memiliki nilai paling besar diantara EET lainnya. Maka dapat disimpulkan bahwa total durasi proyek tersebut adalah 635 hari Perhitungan Latest Event Time (LET) Dalam network diagram pada Lampiran A, terdapat beberapa kegiatan yang memiliki LET(i) yang sama. Contohnya adalah kegiatan A dan D yang sama-sama memiliki LET X01, namun masing-masing LET memiliki nilai yang berbeda, seperti perhitungan berikut ini: LET X01 = LET X02 - Durasi A = = 0 LET X01 = LET X30 - Durasi D = = 205 Sedangkan hanya satu LET yang dibutuhkan untuk analisa selanjutnya, sehingga kita harus menentukan satu LET dari sekian LET yang ada. Maka dalam hal ini, LET X01 yang digunakan adalah EET X01 dari kegiatan A yang memiliki nilai paling kecil = 0. Metode ini juga dapat diterapkan untuk semua kasus yang serupa, pada saat menghitung LET pada node lainnya. Berikut ini adalah seluruh perhitungan LET pada setiap node dalam seluruh kegiatan: LET X01 = LET X02 - Durasi A = = 0 LET X01 = LET X30 - Durasi D = = 205 Maka yang digunakan adalah LET X01 = 0 LET X02 = LET X03 - Durasi B = = 115 LET X02 = LET X08 - Durasi G = = 225 Maka yang digunakan adalah LET X02 = 115 LET X03 = LET X04 - Durasi C = = 225 LET X03 = LET X08 - Durasi AG = =

53 Maka yang digunakan adalah LET X03 = 225 LET X04 = LET X05 - Durasi AE = = 325 LET X04 = LET X09 - Durasi AH = = 335 Maka yang digunakan adalah LET X04 = 325 LET X05 = LET X06 - Durasi E = = 325 LET X06 = LET X07 - Durasi F = = 425 LET X06 = LET X12 - Durasi AJ = = 430 Maka yang digunakan adalah LET X06 = 425 LET X07 = LET X13 - Durasi L = = 500 LET X07 = LET X18 - Durasi AO = = 485 Maka yang digunakan adalah LET X07 = 485 LET X08 = LET X09 - Durasi H = = 310 LET X08 = LET X14 - Durasi M = = 255 Maka yang digunakan adalah LET X08 = 255 LET X09 = LET X10 - Durasi I = = 355 LET X09 = LET X14 - Durasi AL = = 335 Maka yang digunakan adalah LET X09 = 335 LET X10 = LET X12 - Durasi AI = = 430 LET X10 = LET X15 - Durasi AM = = 405 Maka yang digunakan adalah LET X10 = 405 LET X11 = LET X17 - Durasi P = = 445 LET X11 = LET X12 - Durasi AK = = 430 Maka yang digunakan adalah LET X11 = 430 LET X12 = LET X07 - Durasi K = = 430 LET X13 = LET X19 - Durasi R = = 555 LET X13 = LET X24 - Durasi AT = = 535 Maka yang digunakan adalah LET X13 = 535 LET X14 = LET X15 - Durasi N = = 335 LET X14 = LET X20 - Durasi S = = 425 Maka yang digunakan adalah LET X14 = 335 LET X15 = LET X16 - Durasi O = = 405 LET X15 = LET X20 - Durasi AQ = =

54 Maka yang digunakan adalah LET X15 = 405 LET X16 = LET X18 - Durasi AN = = 485 LET X16 = LET X21 - Durasi AR = = 505 Maka yang digunakan adalah LET X16 = 485 LET X17 = LET X23 - Durasi V = = 490 LET X17 = LET X18 - Durasi AP = = 485 Maka yang digunakan adalah LET X17 = 485 LET X18 = LET X13 - Durasi Q = = 485 LET X19 = LET X25 - Durasi X = = 575 LET X19 = LET X28 - Durasi AX = = 585 Maka yang digunakan adalah LET X19 = 575 LET X20 = LET X21 - Durasi T = = 470 LET X20 = LET X26 - Durasi Y = = 460 Maka yang digunakan adalah LET X20 = 460 LET X21 = LET X22 - Durasi U = = 505 LET X21 = LET X26 - Durasi AV = = 505 Maka yang digunakan adalah LET X21 = 505 LET X22 = LET X24 - Durasi AS = = 535 LET X22 = LET X27 - Durasi AW = = 540 Maka yang digunakan adalah LET X22 = 535 LET X23 = LET X28 - Durasi AB = = 545 LET X23 = LET X24 - Durasi AU = = 535 Maka yang digunakan adalah LET X23 = 535 LET X24 = LET X19 - Durasi W = = 535 LET X25 = LET X29 - Durasi AD = = 600 LET X26 = LET X27 - Durasi Z = = 505 LET X27 = LET X28 - Durasi AA = = 540 LET X28 = LET X25 - Durasi AC = = 585 LET X29 = 635 (node paling akhir) LET X30 = LET X11 - Durasi J = = 545 LET X30 = LET X05 - Durasi AF = = 325 Maka yang digunakan adalah LET X30 =

55 4.4. Mencari Lintasan Kritis (Perhitungan Total Float) Berdasarkan perhitungan EET dan LET sebelumnya, maka dapat diketahui lintasan kritis proyek tersebut dengan menghitung Total Float setiap kegiatan yang ada dengan rumus: Total Float = LET(j) Durasi Kegiatan EET(i)...(2.3) Bila Total Float pada suatu kegiatan bernilai 0, maka kegiatan tersebut termasuk kegiatan kritis. Kumpulan kegiatan-kegiatan yang memiliki nilai Total Float = 0 pada network diagram akan terlihat polanya yaitu membentuk sebuah lintasan kritis. Berikut ini adalah contoh perhitungan Total Float pada Kegiatan A: Total Float Kegiatan A = LET X02 Durasi Kegiatan A EET X01 = = 0 Karena Total Float pada Kegiatan A bernilai 0, maka Kegiatan A termasuk kegiatan kritis. Sedangkan Tabel 4.4., Tabel 4.5., dan Tabel 4.6. adalah hasil dari perhitungan Total Float seluruh kegiatan dengan menggunakan cara yang sama (rumus 2.3.). Tabel 4.5. Total Float Seluruh Kegiatan (Bagian 1) Kegiatan Durasi Node(i) EET(i) LET(i) Node(j) EET(j) LET(j) Total Float A 115 X X B 110 X X C 100 X X D 110 X X E 100 X X

56 Tabel 4.6. Total Float Seluruh Kegiatan (Bagian 2) Kegiatan Durasi Node(i) EET(i) LET(i) Node(j) EET(j) LET(j) Total Float F 60 X X G 30 X X H 25 X X I 50 X X J 115 X X K 55 X X L 35 X X M 80 X X N 70 X X O 80 X X P 40 X X Q 50 X X R 20 X X S 35 X X T 35 X X U 30 X X V 45 X X W 40 X X X 25 X X Y 45 X X Z 35 X X AA 45 X X AB 40 X X AC 15 X X AD 35 X X AE 0 X X AF 0 X X AG 0 X X AH 0 X X AI 0 X X AJ 0 X X AK 0 X X AL 0 X X AM 0 X X AN 0 X X AO 0 X X

57 Tabel 4.7. Total Float Seluruh Kegiatan (Bagian 3) Kegiatan Durasi Node(i) EET(i) LET(i) Node(j) EET(j) LET(j) Total Float AP 0 X X AQ 0 X X AR 0 X X AS 0 X X AT 0 X X AU 0 X X AV 0 X X AW 0 X X AX 0 X X Dari perhitungan Total Float seluruh kegiatan diatas, dapat ditemukan beberapa kegiatan dengan Total Float yang bernilai 0 dan membentuk suatu pola atau sebuah lintasan kritis. Mereka adalah Kegiatan A, B, C, E, F, Q, W, X, AE, AD, AO dan AT. Bila durasi proyek hendak dipercepat, maka kegiatan-kegiatan pada lintasan kritis tersebut termasuk kegiatan-kegiatan yang mendapatkan prioritas untuk dipercepat, hingga terbentuknya lintasan kritis yang lain Perhitungan Biaya Percepatan (Crash Cost) Diketahui waktu kerja di PT. PAL adalah sebagai berikut: hari senin jumat dari pukul , dengan waktu istirahat dari pukul Sehingga total jam kerja normal pada satu hari adalah 8 jam kerja. Dalam batasan masalah Tugas Akhir ini, sudah ditentukan bahwa percepatan proyek hanya memanfaatkan tambahan jam kerja lembur perharinya. Sedangkan peraturan jam lembur dalam PT. PAL adalah maksimal 3 jam lembur per hari. Bila suatu kegiatan yang semula dikerjakan dengan jam kerja normal (8 jam perhari) kemudian dirubah menjadi jam kerja normal + lembur (11 jam perhari), maka biaya percepatan perhari dapat dihitung melalui: Biaya Percepatan perhari = UNL UN DN DNL 44

58 Dimana: UN = Total upah kerja, bila kegiatan dikerjakan dengan jam kerja normal (8 jam perhari) UNL = Total upah kerja, bila kegiatan dikerjakan dengan jam kerja normal + lembur (11 jam perhari) DN = Durasi kegiatan (hari) bila dikerjakan dengan jam kerja normal (8 jam perhari) DNL = Durasi kegiatan (hari) bila dikerjakan dengan jam kerja normal + lembur (11 jam perhari) Sehingga yang pertama dilakukan adalah mencari nilai dari masing-masing variabel tersebut. Berikut ini adalah contoh perhitungan variabel-variabel yang dibutuhkan untuk menghitung Biaya Percepatan Kegiatan A: a. Menghitung durasi kegiatan bila dikerjakan dengan jam kerja normal + lembur (11 jam perhari). Diketahui, Durasi Kegiatan A = 115 hari = 920 jam (8 jam kerja normal perhari) Bobot pekerjaan Kegiatan A = kg Man Power untuk Kegiatan A = 86 orang Maka, Kemampuan orang perjam = kg / 920 jam / 86 orang = 12,64 kg/jam Kemampuan orang perhari (11 jam) = 12,64 kg/jam * 11 jam = 139,03 kg/hari Kemampuan tim (86 orang) perhari (11 jam) = 139,03 kg/hari * 86 orang = ,22 kg/hari Durasi Kegiatan A bila dikerjakan dengan jam kerja normal + lembur (11 jam perhari) = kg / ,22 kg/hari = 84 hari b. Menghitung total upah kerja, bila kegiatan dikerjakan dengan jam kerja normal (8 jam perhari). 45

59 Diketahui, Upah kerja perorang untuk kegiatan A = Rp /jam Maka, Upah kerja perorang untuk kegiatan A = Rp /jam * 8 jam = Rp /hari Upah kerja pertim (86 orang) untuk kegiatan A = Rp /hari * 86 = Rp /hari Total Upah kerja (86 orang) untuk kegiatan A (115 hari) = Rp /hari * 115 hari = Rp c. Menghitung total upah kerja, bila kegiatan dikerjakan dengan jam kerja normal + lembur (11 jam perhari). Diketahui, Upah kerja perorang untuk kegiatan A = Rp /jam Rate upah lembur untuk 1 jam pertama = 1,5 * upah normal perjam Rate upah lembur untuk 2 jam selanjutnya = 2 * upah normal perjam Maka, Upah kerja lembur untuk 1 jam pertama = Rp * 1,5 = Rp Upah kerja lembur untuk 1 jam selanjutnya = Rp * 2 = Rp Upah kerja lembur untuk 1 jam selanjutnya = Rp * 2 = Rp Total Upah kerja lembur (3 jam) = Rp Rp Rp = Rp Upah kerja perorang dengan lembur (11 jam) untuk kegiatan A = ( Rp /jam * 8 jam ) + Rp = Rp Rp = Rp /hari Upah kerja pertim (86 orang) dengan jam kerja normal + lembur (11 jam) untuk kegiatan A = Rp /hari * 86 orang = Rp /hari 46

60 Total Upah kerja (86 orang) dengan jam kerja normal + lembur (11 jam) untuk kegiatan A (84 hari) = Rp /hari *84 hari = Rp Setelah mendapatkan seluruh variabel yang dibutuhkan, maka dapat dihitung Biaya Percepatannya. Berikut ini adalah contoh perhitungan untuk menghitung Biaya Percepatan Kegiatan A: Biaya Percepatan Kegiatan A perhari = = = UNL Kegiatan A UN Kegiatan A DN Kegiatan A DNL Kegiatan A Rp Rp hari 84 hari Rp hari = Rp /hari Tabel pada Lampiran B berisi beberapa variabel serta hasil dari perhitungan Biaya Percepatan perhari pada seluruh kegiatan dengan menggunakan cara yang sama Optimasi Crash Program dengan Linear Programming Linear programming adalah suatu prosedur aljabar untuk mencari nilai optimal dari fungsi tujuan dalam masalah-masalah optimasi yang terkendala. Ada banyak metode yang bisa digunakan dari linear programming, salah satunya adalah metode grafik. Hal terpenting dalam menggunakan linear programming adalah, kita harus mengetahui variabel, fungsi dan kendala dari masalah yang ingin kita pecahkan. Metode grafik adalah metode yang paling mudah digunakan, yaitu dengan menggambar grafik dari beberapa fungsi yang sudah diketahui, lalu mencari nilai optimum dari beberapa titik temu antar garis fungsi pada grafik tersebut. Metode ini cukup mudah untuk digunakan, namun hanya bisa dimanfaatkan untuk menyelesaikan masalah dengan dua variabel. Metode ini tidak bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah yang memiliki banyak sekali variabel yang harus dihitung. Sedangkan terdapat banyak sekali variabel dan kondisi khusus yang harus diperhitungkan, bila optimasi percepatan durasi proyek ini dikerjakan secara 47

61 manual. Maka penulis menyelesaikan masalah tersebut dengan bantuan software yang berbasis Linear Programming, yaitu sebuah tool bernama Solver yang terdapat pada Microsoft Excel. Apapun metode yang digunakan, hal terpenting dalam menggunakan linear programming adalah kita harus mengetahui variabel, fungsi dan kendala dari masalah yang ingin kita pecahkan. Ini adalah langkah pertama untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan menggunakan Linear Programming Menentukan Kendala, Persamaan Linear, dan Fungsi Tujuan Sebelumnya sudah diketahui dalam perhitungan sebelumnya bahwa total durasi proyek sebesar 635 hari. Sedangkan PT. PAL menginginkan bahwa proyek tersebut harus dipercepat menjadi 470 hari. Maka dapat disimpulkan, bahwa EET X29 yang semula bernilai 635, harus menjadi 470, dan ditulis sebagai: EET X29 = 470 atau dapat disingkat menjadi X29 = 470 Sedangkan dari tiap EET pada Diagram Network yang sudah ada, didapatkan beberapa batasan (yang kemudian dinotasikan dalam bentuk Xi, Xj) yaitu Xj Xi Dn seperti berikut ini: Berdasarkan Kegiatan A, maka: X02 - X Berdasarkan Kegiatan B, maka: X03 - X Berdasarkan Kegiatan C, maka: X04 - X Berdasarkan Kegiatan D, maka: X30 - X Berdasarkan Kegiatan E, maka: X06 - X Berdasarkan Kegiatan F, maka: X07 - X06 60 Berdasarkan Kegiatan G, maka: X08 - X02 30 Berdasarkan Kegiatan H, maka: X09 - X08 25 Berdasarkan Kegiatan I, maka: X10 - X09 50 Berdasarkan Kegiatan J, maka: X11 - X Berdasarkan Kegiatan K, maka: X07 - X12 55 Berdasarkan Kegiatan L, maka: X13 - X07 35 Berdasarkan Kegiatan M, maka: X14 - X08 80 Berdasarkan Kegiatan N, maka: X15 - X

62 Berdasarkan Kegiatan O, maka: X16 - X15 80 Berdasarkan Kegiatan P, maka: X17 - X11 40 Berdasarkan Kegiatan Q, maka: X13 - X18 50 Berdasarkan Kegiatan R, maka: X19 - X13 20 Berdasarkan Kegiatan S, maka: X20 - X14 35 Berdasarkan Kegiatan T, maka: X21 - X20 35 Berdasarkan Kegiatan U, maka: X22 - X21 30 Berdasarkan Kegiatan V, maka: X23 - X17 45 Berdasarkan Kegiatan W, maka: X19 - X24 40 Berdasarkan Kegiatan X, maka: X25 - X19 25 Berdasarkan Kegiatan Y, maka: X26 - X20 45 Berdasarkan Kegiatan Z, maka: X27 - X26 35 Berdasarkan Kegiatan AA, maka: X28 - X27 45 Berdasarkan Kegiatan AB, maka: X28 - X23 40 Berdasarkan Kegiatan AC, maka: X25 - X28 15 Berdasarkan Kegiatan AD, maka: X29 - X25 35 Berdasarkan Kegiatan AE, maka: X05 - X04 0 (DUMMY) Berdasarkan Kegiatan AF, maka: X05 - X30 0 (DUMMY) Berdasarkan Kegiatan AG, maka: X08 - X03 0 (DUMMY) Berdasarkan Kegiatan AH, maka: X09 - X04 0 (DUMMY) Berdasarkan Kegiatan AI, maka: X12 - X10 0 (DUMMY) Berdasarkan Kegiatan AJ, maka: X12 - X06 0 (DUMMY) Berdasarkan Kegiatan AK, maka: X12 - X11 0 (DUMMY) Berdasarkan Kegiatan AL, maka: X14 - X09 0 (DUMMY) Berdasarkan Kegiatan AM, maka: X15 - X10 0 (DUMMY) Berdasarkan Kegiatan AN, maka: X18 - X16 0 (DUMMY) Berdasarkan Kegiatan AO, maka: X18 - X07 0 (DUMMY) Berdasarkan Kegiatan AP, maka: X18 - X17 0 (DUMMY) Berdasarkan Kegiatan AQ, maka: X20 - X15 0 (DUMMY) Berdasarkan Kegiatan AR, maka: X21 - X16 0 (DUMMY) Berdasarkan Kegiatan AS, maka: X24 - X22 0 (DUMMY) Berdasarkan Kegiatan AT, maka: X24 - X13 0 (DUMMY) 49

63 Berdasarkan Kegiatan AU, maka: X24 - X23 0 (DUMMY) Berdasarkan Kegiatan AV, maka: X26 - X21 0 (DUMMY) Berdasarkan Kegiatan AW, maka: X27 - X22 0 (DUMMY) Berdasarkan Kegiatan AX, maka: X28 - X19 0 (DUMMY) Dimana Xi, Xj 0 Jika Yn adalah banyaknya percepatan Kegiatan n dalam satuan hari (yang nanti disarankan oleh solver), maka dengan memasukkan Yn kepada persamaan Xi, Xj, maka kita mendapatkan persamaan Xj - Xi Dn - Yn, atau Xj - Xi + Yn Dn seperti berikut ini: Kegiatan A: X02 - X YA, atau: X02 - X01 + YA 115 Kegiatan B: X03 - X YB, atau: X03 - X02 + YB 225 Kegiatan C: X04 - X YC, atau: X04 - X03 + YC 325 Kegiatan D: X30 - X YD, atau: X30 - X01 + YD 150 Kegiatan E: X06 - X YE, atau: X06 - X05 + YE 425 Kegiatan F: X07 - X YF, atau: X07 - X06 + YF 500 Kegiatan G: X08 - X YG, atau: X08 - X02 + YG 300 Kegiatan H: X09 - X YH, atau: X09 - X08 + YH 345 Kegiatan I: X10 - X YI, atau: X10 - X09 + YI 395 Kegiatan J: X11 - X YJ, atau: X11 - X30 + YJ 270 Kegiatan K: X07 - X YK, atau: X07 - X12 + YK 500 Kegiatan L: X13 - X YL, atau: X13 - X07 + YL 555 Kegiatan M: X14 - X YM, atau: X14 - X08 + YM 325 Kegiatan N: X15 - X YN, atau: X15 - X14 + YN 395 Kegiatan O: X16 - X YO, atau: X16 - X15 + YO 475 Kegiatan P: X17 - X YP, atau: X17 - X11 + YP 490 Kegiatan Q: X13 - X YQ, atau: X13 - X18 + YQ 555 Kegiatan R: X19 - X YR, atau: X19 - X13 + YR 600 Kegiatan S: X20 - X YS, atau: X20 - X14 + YS 440 Kegiatan T: X21 - X YT, atau: X21 - X20 + YT 480 Kegiatan U: X22 - X YU, atau: X22 - X21 + YU 575 Kegiatan V: X23 - X YV, atau: X23 - X17 + YV 560 Kegiatan W: X19 - X YW, atau: X19 - X24 + YW

64 Kegiatan X: X25 - X YX, atau: X25 - X19 + YX 600 Kegiatan Y: X26 - X YY, atau: X26 - X20 + YY 540 Kegiatan Z: X27 - X YZ, atau: X27 - X26 + YZ 555 Kegiatan AA: X28 - X YAA, atau: X28 - X27 + YAA 620 Kegiatan AB: X28 - X YAB, atau: X28 - X23 + YAB 620 Kegiatan AC: X25 - X YAC, atau: X25 - X28 + YAC 600 Kegiatan AD: X29 - X YAD, atau: X29 - X25 + YAD 635 Kegiatan AE: X05 - X YAE, atau: X05 - X04 + YAE 325 Kegiatan AF: X05 - X YAF, atau: X05 - X30 + YAF 325 Kegiatan AG: X08 - X YAG, atau: X08 - X03 + YAG 300 Kegiatan AH: X09 - X YAH, atau: X09 - X04 + YAH 345 Kegiatan AI: X12 - X YAI, atau: X12 - X10 + YAI 430 Kegiatan AJ: X12 - X YAJ, atau: X12 - X06 + YAJ 430 Kegiatan AK: X12 - X YAK, atau: X12 - X11 + YAK 430 Kegiatan AL: X14 - X YAL, atau: X14 - X09 + YAL 325 Kegiatan AM: X15 - X YAM, atau: X15 - X10 + YAM 395 Kegiatan AN: X18 - X YAN, atau: X18 - X16 + YAN 485 Kegiatan AO: X18 - X YAO, atau: X18 - X07 + YAO 485 Kegiatan AP: X18 - X YAP, atau: X18 - X17 + YAP 485 Kegiatan AQ: X20 - X YAQ, atau: X20 - X15 + YAQ 440 Kegiatan AR: X21 - X YAR, atau: X21 - X16 + YAR 480 Kegiatan AS: X24 - X YAS, atau: X24 - X22 + YAS 535 Kegiatan AT: X24 - X YAT, atau: X24 - X13 + YAT 535 Kegiatan AU: X24 - X YAU, atau: X24 - X23 + YAU 535 Kegiatan AV: X26 - X YAV, atau: X26 - X21 + YAV 540 Kegiatan AW: X27 - X YAW, atau: X27 - X22 + YAW 555 Kegiatan AX: X28 - X YAX, atau: X28 - X19 + YAX 620 Dimana Xi, Xj 0 51

65 Berdasarkan perhitungan sebelumnya, telah didapatkan selisih dari durasi tiap kegiatan dengan jam kerja normal, dengan durasi tiap kegiatan dengan jam kerja normal + lembur (Tabel pada Lampiran B). Maka dapat ditentukan batas maksimal jumlah durasi tiap kegiatan yang bisa dipercepat, yaitu Yn batas nilai Yn (maksimal jumlah percepatan yang bisa dilakukan pada Kegiatan n) seperti berikut ini: Kegiatan A maksimal dapat dipercepat sebanyak 31 hari, atau: YA 31 Kegiatan B maksimal dapat dipercepat sebanyak 30 hari, atau: YB 30 Kegiatan C maksimal dapat dipercepat sebanyak 27 hari, atau: YC 27 Kegiatan D maksimal dapat dipercepat sebanyak 30 hari, atau: YD 30 Kegiatan E maksimal dapat dipercepat sebanyak 27 hari, atau: YE 27 Kegiatan F maksimal dapat dipercepat sebanyak 16 hari, atau: YF 16 Kegiatan G maksimal dapat dipercepat sebanyak 8 hari, atau: YG 8 Kegiatan H maksimal dapat dipercepat sebanyak 6 hari, atau: YH 6 Kegiatan I maksimal dapat dipercepat sebanyak 13 hari, atau: YI 13 Kegiatan J maksimal dapat dipercepat sebanyak 31 hari, atau: YJ 31 Kegiatan K maksimal dapat dipercepat sebanyak 15 hari, atau: YK 15 Kegiatan L maksimal dapat dipercepat sebanyak 9 hari, atau: YL 9 Kegiatan M maksimal dapat dipercepat sebanyak 21 hari, atau: YM 21 Kegiatan N maksimal dapat dipercepat sebanyak 19 hari, atau: YN 19 Kegiatan O maksimal dapat dipercepat sebanyak 21 hari, atau: YO 21 Kegiatan P maksimal dapat dipercepat sebanyak 10 hari, atau: YP 10 Kegiatan Q maksimal dapat dipercepat sebanyak 13 hari, atau: YQ 13 Kegiatan R maksimal dapat dipercepat sebanyak 5 hari, atau: YR 5 Kegiatan S maksimal dapat dipercepat sebanyak 9 hari, atau: YS 9 Kegiatan T maksimal dapat dipercepat sebanyak 9 hari, atau: YT 9 Kegiatan U maksimal dapat dipercepat sebanyak 8 hari, atau: YU 8 Kegiatan V maksimal dapat dipercepat sebanyak 12 hari, atau: YV 12 Kegiatan W maksimal dapat dipercepat sebanyak 10 hari, atau: YW 10 Kegiatan X maksimal dapat dipercepat sebanyak 6 hari, atau: YX 6 Kegiatan Y maksimal dapat dipercepat sebanyak 12 hari, atau: YY 12 Kegiatan Z maksimal dapat dipercepat sebanyak 9 hari, atau: YZ 9 52

66 Kegiatan AA maksimal dapat dipercepat sebanyak 12 hari, atau: YAA 12 Kegiatan AB maksimal dapat dipercepat sebanyak 10 hari, atau: YAB 10 Kegiatan AC maksimal dapat dipercepat sebanyak 4 hari, atau: YAC 4 Kegiatan AD maksimal dapat dipercepat sebanyak 9 hari, atau: YAD 9 Kegiatan AE maksimal dapat dipercepat sebanyak 0 hari, atau: YAE 0 (DUMMY) Kegiatan AF maksimal dapat dipercepat sebanyak 0 hari, atau: YAF 0 (DUMMY) Kegiatan AG maksimal dapat dipercepat sebanyak 0 hari, atau: YAG 0 (DUMMY) Kegiatan AH maksimal dapat dipercepat sebanyak 0 hari, atau: YAH 0 (DUMMY) Kegiatan AI maksimal dapat dipercepat sebanyak 0 hari, atau: YAI 0 (DUMMY) Kegiatan AJ maksimal dapat dipercepat sebanyak 0 hari, atau: YAJ 0 (DUMMY) Kegiatan AK maksimal dapat dipercepat sebanyak 0 hari, atau: YAK 0 (DUMMY) Kegiatan AL maksimal dapat dipercepat sebanyak 0 hari, atau: YAL 0 (DUMMY) Kegiatan AM maksimal dapat dipercepat sebanyak 0 hari, atau: YAM 0 (DUMMY) Kegiatan AN maksimal dapat dipercepat sebanyak 0 hari, atau: YAN 0 (DUMMY) Kegiatan AO maksimal dapat dipercepat sebanyak 0 hari, atau: YAO 0 (DUMMY) Kegiatan AP maksimal dapat dipercepat sebanyak 0 hari, atau: YAP 0 (DUMMY) Kegiatan AQ maksimal dapat dipercepat sebanyak 0 hari, atau: YAQ 0 (DUMMY) Kegiatan AR maksimal dapat dipercepat sebanyak 0 hari, atau: YAR 0 (DUMMY) Kegiatan AS maksimal dapat dipercepat sebanyak 0 hari, atau: YAS 0 (DUMMY) Kegiatan AT maksimal dapat dipercepat sebanyak 0 hari, atau: YAT 0 (DUMMY) Kegiatan AU maksimal dapat dipercepat sebanyak 0 hari, atau: YAU 0 (DUMMY) Kegiatan AV maksimal dapat dipercepat sebanyak 0 hari, atau: YAV 0 (DUMMY) Kegiatan AW maksimal dapat dipercepat sebanyak 0 hari, atau: YAW 0 (DUMMY) Kegiatan AX maksimal dapat dipercepat sebanyak 0 hari, atau: YAX 0 (DUMMY) Dimana Yn 0 Selanjutnya mendefinisikan bagaimana menghitung total biaya percepatan pada solver, yaitu Yn (nilai banyaknya percepatan Kegiatan n dalam satuan hari yang nanti disarankan oleh solver) dikalikan dengan biaya percepatan Kegiatan n perhari: Biaya Percepatan Kegiatan A adalah: Rp /hari maka, YA Biaya Percepatan Kegiatan B adalah Rp /hari maka, YB Biaya Percepatan Kegiatan C adalah Rp /hari maka, YC 53

67 Biaya Percepatan Kegiatan D adalah Rp /hari maka, YD Biaya Percepatan Kegiatan E adalah Rp /hari maka, YE Biaya Percepatan Kegiatan F adalah Rp /hari maka, YF Biaya Percepatan Kegiatan G adalah Rp /hari maka, YG Biaya Percepatan Kegiatan H adalah Rp /hari maka, YH Biaya Percepatan Kegiatan I adalah Rp /hari maka, YI Biaya Percepatan Kegiatan J adalah Rp /hari maka, YJ Biaya Percepatan Kegiatan K adalah Rp /hari maka, YK Biaya Percepatan Kegiatan L adalah Rp /hari maka, YL Biaya Percepatan Kegiatan M adalah Rp /hari maka, YM Biaya Percepatan Kegiatan N adalah Rp /hari maka, YN Biaya Percepatan Kegiatan O adalah Rp /hari maka, YO Biaya Percepatan Kegiatan P adalah Rp /hari maka, YP Biaya Percepatan Kegiatan Q adalah Rp /hari maka, YQ Biaya Percepatan Kegiatan R adalah Rp /hari maka, YR Biaya Percepatan Kegiatan S adalah Rp /hari maka, YS Biaya Percepatan Kegiatan T adalah Rp /hari maka, YT Biaya Percepatan Kegiatan U adalah Rp /hari maka, YU Biaya Percepatan Kegiatan V adalah Rp /hari maka, YV Biaya Percepatan Kegiatan W adalah Rp /hari maka, YW Biaya Percepatan Kegiatan X adalah Rp /hari maka, YX Biaya Percepatan Kegiatan Y adalah Rp /hari maka, YY Biaya Percepatan Kegiatan Z adalah Rp /hari maka, YZ Biaya Percepatan Kegiatan AA adalah Rp /hari maka, YAA Biaya Percepatan Kegiatan AB adalah Rp /hari maka, YAB Biaya Percepatan Kegiatan AC adalah Rp /hari maka, YAC Biaya Percepatan Kegiatan AD adalah Rp /hari maka, YAD Biaya Percepatan Kegiatan AE adalah Rp 0 /hari maka, 0YAE Biaya Percepatan Kegiatan AF adalah Rp 0 /hari maka, 0YAF Biaya Percepatan Kegiatan AG adalah Rp 0 /hari maka, 0YAG Biaya Percepatan Kegiatan AH adalah Rp 0 /hari maka, 0YAH Biaya Percepatan Kegiatan AI adalah Rp 0 /hari maka, 0YAI 54

68 Biaya Percepatan Kegiatan AJ adalah Rp 0 /hari maka, 0YAJ Biaya Percepatan Kegiatan AK adalah Rp 0 /hari maka, 0YAK Biaya Percepatan Kegiatan AL adalah Rp 0 /hari maka, 0YAL Biaya Percepatan Kegiatan AM adalah Rp 0 /hari maka, 0YAM Biaya Percepatan Kegiatan AN adalah Rp 0 /hari maka, 0YAN Biaya Percepatan Kegiatan AO adalah Rp 0 /hari maka, 0YAO Biaya Percepatan Kegiatan AP adalah Rp 0 /hari maka, 0YAP Biaya Percepatan Kegiatan AQ adalah Rp 0 /hari maka, 0YAQ Biaya Percepatan Kegiatan AR adalah Rp 0 /hari maka, 0YAR Biaya Percepatan Kegiatan AS adalah Rp 0 /hari maka, 0YAS Biaya Percepatan Kegiatan AT adalah Rp 0 /hari maka, 0YAT Biaya Percepatan Kegiatan AU adalah Rp 0 /hari maka, 0YAU Biaya Percepatan Kegiatan AV adalah Rp 0 /hari maka, 0YAV Biaya Percepatan Kegiatan AW adalah Rp 0 /hari maka, 0YAW Biaya Percepatan Kegiatan AX adalah Rp 0 /hari maka, 0YAX Sehingga didapatkan Fungsi Tujuan (Minimum) untuk menghitung total biaya percepatan adalah sebagai berikut: Z = YA YB YC YD YE YF YG YH YI YJ YK YL YM YN YO YP YQ YR YS YT YU YV YW YX YY YZ YAA YAB YAC YAD + 0YAE + 0YAF + 0YAG + 0YAH + 0YAI + 0YAJ + 0YAK + 0YAL + 0YAM + 0YAN + 0YAO + 0YAP + 0YAQ + 0YAR + 0YAS + 0YAT + 0YAU + 0YAV + 0YAW + 0YAX 55

69 Memasukkan Semua Variabel Kedalam Solver Setelah mendapatkan semua kendala, persamaan linear, dan fungsi tujuan yang dinginkan; selanjutnya adalah menerjemahkan seluruh variabel tersebut kedalam bahasa yang Solver pahami. Selanjutnya adalah merunning Solver, hingga Solver menemukan beberapa kegiatan yang perlu dipercepat untuk memenuhi nilai Z yang paling minimum sekaligus memenuhi semua kendala yang sudah ditentukan. Berikut ini adalah langkah-langkahnya: a. Pada cell B10 sampai B39 ditulis: nama tiap Node (Xn = X01, X02,, X30) b. Pada cell C10 sampai C39 ditulis: nilai EET untuk tiap Node Contoh: Diketahui EET X01 = 0, maka cell C10 ditulis: 0 Diketahui EET X02 = 115, maka cell C11 ditulis: 115 Diketahui EET X03 = 225, maka cell C12 ditulis: 225 c. Pada cell C3 ditulis: total durasi proyek yang diinginkan jika dipercepat, yaitu: 470 hari d. Pada kolom D, E, dan F fungsinya sebagai pengingat, bahwa: Cell D10 sampai D59 ditulis: nama tiap Kegiatan n (n = A, B,, AX) Cell E10 sampai E59 ditulis: Node awal (Xi) untuk Kegiatan n Cell F10 sampai F59 ditulis: Node akhir (Xj) untuk Kegiatan n Contoh: Ditentukan baris 10 kolom D, E, dan F adalah untuk Kegiatan A, lalu diketahui bahwa Xi Kegiatan A = X01, dan Xj Kegiatan A = X02, maka: Cell D10 (nama Kegiatan A) ditulis: A Cell E10 (Xi Kegiatan A = X01) ditulis: X01 Cell F10 (Xj Kegiatan A = X02) ditulis: X02 Ditentukan baris 11 kolom D, E, dan F adalah untuk Kegiatan B, lalu diketahui bahwa Xi Kegiatan B = X02, dan Xj Kegiatan B = X03, maka: Cell D11 (nama Kegiatan B) ditulis: B Cell E11 (Xi Kegiatan B = X02) ditulis: X02 Cell F11 (Xj Kegiatan B = X03) ditulis: X03 56

70 e. Pada kolom G, H, dan I digunakan untuk menjelaskan persamaan (Xj Xi + Yn Dn) pada Solver, dimana: Cell G10 sampai G59 ditulis persamaan: Xj Xi + Yn Cell H10 sampai H59 hanya sebagai pengingat bahwa constraint yang digunakan dalam persamaan ini adalah: Cell I10 sampai I59 ditulis: nilai dari tiap Dn (durasi Kegiatan n) Contoh: Ditentukan baris 10 kolom G, H, dan I adalah untuk Kegiatan A, lalu diketahui bahwa Xi Kegiatan A = X01, Xj Kegiatan A = X02, dan durasi Kegiatan A = 115, maka: Cell G10 (X02 X01 + YA) ditulis: =C11 C10+K10 Penjelasan: Cell C11 adalah letak nilai EET X02 pada Excel Cell C10 adalah letak nilai EET X01 pada Excel Cell K10 adalah letak nilai YA pada Excel Cell H10 ditulis: Cell I10 (durasi Kegiatan A = 115 hari) ditulis: 115 Ditentukan baris 11 kolom G, H, dan I adalah untuk Kegiatan B, lalu diketahui bahwa Xi Kegiatan B = X02, Xj Kegiatan B = X03, dan durasi Kegiatan A = 110, maka: Cell G11 (X03 X02 + YB) ditulis: =C12 C11+K11 Penjelasan: Cell C12 adalah letak nilai EET X03 pada Excel Cell C11 adalah letak nilai EET X02 pada Excel Cell K11 adalah letak nilai YB pada Excel Cell H11 ditulis: Cell I11 (durasi Kegiatan B = 110 hari) ditulis: 110 f. Pada kolom J fungsinya sebagai pengingat, bahwa: Cell J10 sampai J59 ditulis: nama tiap Kegiatan n 57

71 g. Pada kolom K, L, dan M digunakan untuk menjelaskan persamaan (Yn batas percepatan Kegiatan n) pada Solver, dimana: Cell K10 sampai K59 ditulis: nilai tiap Yn (jumlah durasi percepatan yang nanti akan disarankan atau dicari nilai optimumnya oleh Solver) yaitu: 0 Cell L10 sampai L59 hanya sebagai pengingat bahwa constraint yang digunakan dalam persamaan ini adalah: Cell M10 sampai M59 ditulis: batas percepatan Kegiatan n (maksimal jumlah percepatan yang bisa dilakukan pada Kegiatan n) Contoh: Ditentukan baris 10 kolom K, L, dan M adalah untuk Kegiatan A, lalu diketahui bahwa Kegiatan A maksimal dapat dipercepat sebanyak 31 hari, maka: Cell K10 (YA) ditulis: 0 Penjelasan: Yn diisi dengan nilai 0 karena pada saat itu belum ada percepatan yang dilakukan. Analisa percepatan baru dilakukan ketika Solver sudah dirunning. Ketika Solver dirunning, secara otomatis Solver akan mencari nilai paling minimum dari fungsi Z dengan merubah-rubah nilai Yn dari setiap kegiatan yang ada. Cell L10 ditulis: Cell M10 (batas percepatan Kegiatan A = 31 hari) ditulis: 31 Penjelasan: Dengan menentukan nilai maksimal dari YA = 31, maka Solver yang sudah dirunning akan mencari nilai minimum dari fungsi Z dengan merubah-rubah nilai Yn pada setiap kegiatan yang ada (termasuk nilai YA), dengan catatan bahwa nilai YA yang dirubah-rubah oleh Solver tidak boleh melebihi 31 hari. Ditentukan baris 11 kolom K, L, dan M adalah untuk Kegiatan B, lalu diketahui bahwa Kegiatan B maksimal dapat dipercepat sebanyak 30 hari, maka: Cell K11 (YB) ditulis: 0 Cell L11 ditulis: Cell M11 (batas percepatan Kegiatan B = 30 hari) ditulis: 30 58

72 h. Pada kolom N fungsinya sebagai pengingat, bahwa: Cell N10 sampai N59 ditulis: nama tiap Kegiatan n i. Pada cell O10 sampai O59 ditulis: biaya percepatan tiap Kegiatan n per hari Contoh: Ditentukan baris 10 kolom O adalah untuk Kegiatan A, dan diketahui bahwa biaya percepatan Kegiatan A = Rp ,35 /hari, maka: Cell O10 (biaya percepatan Kegiatan A perhari) ditulis: ,35 Ditentukan baris 11 kolom O adalah untuk Kegiatan B, dan diketahui bahwa biaya percepatan Kegiatan B = Rp ,18 /hari, maka: Cell O11 (biaya percepatan Kegiatan B perhari) ditulis: ,18 j. Pada cell P10 sampai H59 ditulis: real biaya percepatan Kegiatan n (ketika Solver sudah selesai dirunning, dan nilai Yn sudah ditemukan oleh Solver), dimana rumusnya adalah: Yn * Biaya percepatan Kegiatan n perhari Contoh: Ditentukan baris 10 kolom K, O, dan P adalah untuk Kegiatan A, maka: Cell P10 (YA * Biaya percepatan Kegiatan A perhari) ditulis: =K10*O10 Penjelasan: Cell K10 adalah letak nilai YA pada Excel Cell O10 adalah letak nilai Biaya percepatan Kegiatan A perhari pada Excel Ditentukan baris 11 kolom K, O, dan P adalah untuk Kegiatan B, maka: Cell P11 (YB * Biaya percepatan Kegiatan B perhari) ditulis: =K11*O11 Penjelasan: Cell K11 adalah letak nilai YB pada Excel Cell O11 adalah letak nilai Biaya percepatan Kegiatan B perhari pada Excel 59

73 k. Pada cell C4 = Tujuan Fungsi Z (minimum) yaitu total real biaya percepatan seluruh kegiatan (ketika Solver sudah dirunning), maka cell C4 ditulis: =SUM(P10:P59) Penjelasan: =SUM adalah perintah untuk menjumlahkan seluruh nilai dalam range yang sudah ditentukan (yaitu cell P10:P59 atau cell P10 sampai P59) Cell P10 sampai P59 adalah letak nilai real biaya percepatan seluruh kegiatan pada Excel Sampai tahap ini, sheet pada Excel akan terlihat seperti pada Gambar 4.1. l. Selanjutnya adalah: klik Data lalu pada Analysis Group, klik Solver maka akan keluar tampilan Solver Parameters kemudian masukkan berbagai kendala dan fungsi tujuan berikut ini: Pada cell Set Objective (cell tujuan Fungsi Z) masukkan: $C$4 Penjelasan: sebelumnya sudah ditentukan letak cell yang menghitung total real biaya percepatan, yaitu pada cell C4 Pada option To pilih: Min Penjelasan: karena salah satu tujuan Tugas Akhir ini adalah untuk mencari total biaya percepatan yang paling minimum ketika total durasi proyek dipercepat sesuai yang diinginkan, maka tujuan fungsi Z (total real biaya percepatan yang terletak pada cell $C$4) adalah minimum Pada cell By Changing Variable Cells masukkan: $C$10:$C$39;$K$10:$K$59 Penjelasan: saat dirunning, Solver perlu merubah-rubah nilai EET dari tiap Node (yang nilainya terletak cell $C$10:$C$39 atau cell C10 sampai C39), serta merubah-rubah nilai Yn dari tiap kegiatan (yang nilainya terletak cell $K$10:$K$59 atau cell K10 sampai K59) hingga Solver mampu menemukan titik paling minimum dari fungsi Z 60

74 Gambar 4.1. Memasukkan Semua Variabel pada Microsoft Excel 61

75 Pada Subject to the Constraints masukkan: $C$10:$C$39 > = 0 Penjelasan: untuk mendefinisikan kondisi EET Xn 0, yaitu nilai EET yang dirubah-rubah oleh Solver pada saat dirunning, hasilnya tidak boleh kurang dari 0 $C$38 = $C$3 Penjelasan: untuk mendefinisikan bahwa nilai yang ada pada cell C38 (EET yang paling akhir, atau EET X29), setelah Solver dirunning, nilainya harus menjadi sama persis seperti yang ada pada cell C3 (total durasi proyek yang diinginkan jika dipercepat) $G$10:$G$59 > = $I$10:$I$59 Penjelasan: untuk mendefinisikan persamaan Xj Xi + Yn Dn, yaitu nilai yang ada pada cell $G$10:$G$59 atau cell G10 sampai G59 (Xj Xi + Yn), setelah Solver dirunning, hasilnya tidak boleh kurang dari nilai yang ada pada cell $I$10:$I$59 atau cell I10 sampai I59 (Dn atau durasi Kegiatan n) $K$10:$K$59 < = $M$10:$M$59 Penjelasan: untuk mendefinisikan kondisi Yn batas percepatan Kegiatan n, yaitu nilai yang ada pada cell $K$10:$K$59 atau cell K10 sampai K59 (Yn atau real percepatan tiap kegiatan), setelah Solver dirunning, hasilnya tidak boleh melebihi dari nilai yang ada pada cell $M$10:$M$59 atau cell M10 sampai M59 (batas percepatan tiap kegiatan) $K$10:$K$59 > = 0 Penjelasan: untuk mendefinisikan kondisi Yn 0, yaitu nilai Yn (real percepatan tiap kegiatan) yang dirubah-rubah oleh Solver pada saat dirunning, hasilnya tidak boleh kurang dari 0 62

76 Pada dropdown Select a Solving Method pilih: Simplex LP. Sampai tahap ini, tampilan Solver Parameters akan terlihat seperti pada Gambar 4.2. Gambar 4.2. Menentukan Kendala, Persamaan dan Fungsi Tujuan pada Solver 63

77 Terakhir, klik tombol Solve. Bila tidak ada masalah, akan muncul tampilan Solver Results dengan hasil: Solver found a solution. All constraints and optimality conditions are satisfied. seperti yang ditampilkan pada Gambar 4.3. Gambar 4.3. Tampilan Solver Results bila Sukses m. Pada option Solver Results, pastikan untuk memilih Keep Solver Solution lalu klik OK maka tampilan akan kembali ke sheet Excel semula dengan perubahan beberapa nilai dari cell-cell yang sebelumnya sudah ditentukan dalam Solver Parameters Changing Variable Cells (nilai EET masing-masing Node, dan nilai Yn setiap kegiatan) seperti pada Gambar

78 Gambar 4.4. Hasil Running 65

79 Setelah total durasi proyek dipercepat, maka durasi setiap kegiatan beserta nilai dari EET, LET, hingga Total Float telah berubah seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.9. dan Tabel 4.8. Karena Total Float telah berubah, maka lintasan kritis juga telah berubah. Maka dibuat Network Diagram yang baru seperti yang terlampir pada Lampiran C. Tabel 4.8. Total Float Seluruh Kegiatan Setelah Dipercepat (Bagian 1) Kegiatan Durasi Node(i) EET(i) LET(i) Node(j) EET(j) LET(j) Total Float A 84 X X B 80 X X C 73 X X D 110 X X E 73 X X F 48 X X G 30 X X H 25 X X I 50 X X J 115 X X K 48 X X L 35 X X M 73 X X N 51 X X O 70 X X P 40 X X Q 37 X X R 20 X X S 35 X X T 35 X X U 30 X X V 45 X X W 30 X X X 19 X X Y 45 X X Z 35 X X AA 36 X X AB 40 X X AC 15 X X AD 26 X X AE 0 X X

80 Tabel 4.9. Total Float Seluruh Kegiatan Setelah Dipercepat (Bagian 2) Kegiatan Durasi Node(i) EET(i) LET(i) Node(j) EET(j) LET(j) Total Float AF 0 X X AG 0 X X AH 0 X X AI 0 X X AJ 0 X X AK 0 X X AL 0 X X AM 0 X X AN 0 X X AO 0 X X AP 0 X X AQ 0 X X AR 0 X X AS 0 X X AT 0 X X AU 0 X X AV 0 X X AW 0 X X AX 0 X X Hasil Analisis Penelitian Dari hasil running tersebut, didapatkan Yn (jumlah real durasi yang dipercepat dari tiap kegiatan) dan total real biaya percepatannya, adalah sebagai berikut: Cell K10 (untuk kegiatan A) yang semula bernilai 0, kini berubah nilainya menjadi = 31 Cell K11 (untuk kegiatan B) yang semula bernilai 0, kini berubah nilainya menjadi = 30 Cell K12 (untuk kegiatan C) yang semula bernilai 0, kini berubah nilainya menjadi = 27 Cell K14 (untuk kegiatan E) yang semula bernilai 0, kini berubah nilainya menjadi = 27 Cell K15 (untuk kegiatan F) yang semula bernilai 0, kini berubah nilainya menjadi = 12 67

81 Cell K20 (untuk kegiatan K) yang semula bernilai 0, kini berubah nilainya menjadi = 7 Cell K22 (untuk kegiatan M) yang semula bernilai 0, kini berubah nilainya menjadi = 7 Cell K23 (untuk kegiatan N) yang semula bernilai 0, kini berubah nilainya menjadi = 19 Cell K24 (untuk kegiatan O) yang semula bernilai 0, kini berubah nilainya menjadi = 10 Cell K26 (untuk kegiatan Q) yang semula bernilai 0, kini berubah nilainya menjadi = 13 Cell K32 (untuk kegiatan W) yang semula bernilai 0, kini berubah nilainya menjadi = 10 Cell K33 (untuk kegiatan X) yang semula bernilai 0, kini berubah nilainya menjadi = 6 Cell K36 (untuk kegiatan AA) yang semula bernilai 0, kini berubah nilainya menjadi = 9 Cell K39 (untuk kegiatan AD) yang semula bernilai 0, kini berubah nilainya menjadi = 9 Cell C4 (total real biaya percepatan) yang semula bernilai Rp. 0, kini berubah nilainya menjadi = Rp ,88 Jika durasi seluruh kegiatan yang semula (Dn), kemudian dikurangi dengan nilai tiap Yn yang didapatkan dari hasil running Solver, maka Network Diagram proyek tersebut juga berubah, seperti yang terlampir dalam Lampiran C pada laporan Tugas Akhir ini. 68

82 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Sesuai dengan tujuan penelitian dan batasan masalah tang ada studi ini berfokus pada tiga tujuan utama yaitu, menjelaskan bentuk lintasan kritis sebelum total durasi dipercepat, menentukan besar biaya yang dibutuhkan untuk mempercepat total durasi proyek menjadi 470 hari, dan yang terakhir adalah menjelaskan bentuk lintasan kritis setelah total durasi dipercepat, diperoleh beberapa kesimpulan: a. Dari perhitungan total float seluruh kegiatan, dapat ditemukan beberapa kegiatan yang membentuk suatu pola atau sebuah lintasan kritis. Mereka adalah kegiatan A (Fabrication Block Cargo Hold), B (SUB. Assembly Block Cargo Hold), C (Assembly Block Cargo Hold), E (Grand Assembly Block Cargo Hold), F (Erection Block Shifting Module Cargo Hold), K (Grand Assembly Block Engine Room), M (Fabrication Block After Part), N (SUB. Assembly Block After Part), O (Assembly Block After Part), Q (Grand Assembly Block After Part), W (Grand Assembly Block Fore Part), X (Erection Block Shifting Module Fore Part), AE (Kegiatan Semu), AD (Erection Block Launching Module Accomodation), AO (Kegiatan Semu), dan AT (Kegiatan Semu). Bila proyek hendak dipercepat maka kegiatan-kegiatan ini yang dapat dipercepat hingga membentuk lintasan kritis yang lain. Bentuk network diagram ada di Lampiran A. b. Jika total durasi proyek pembangunan kapal hendak dipercepat dari 635 hari menjadi 470 hari, maka biaya minimum yang didapat dari perhitungan diatas yaitu Rp ,88. Hasil perhitungan biaya percepatan ada di Lampiran B. 69

83 c. Dari perhitungan total float setelah dipercepat, terdapat tambahan lintasan kritis yang baru. Mereka adalah kegiatan A (Fabrication Block Cargo Hold), B (SUB. Assembly Block Cargo Hold), C (Assembly Block Cargo Hold), E (Grand Assembly Block Cargo Hold), F (Erection Block Shifting Module Cargo Hold), K (Grand Assembly Block Engine Room), M (Fabrication Block After Part), N (SUB. Assembly Block After Part), O (Assembly Block After Part), Q (Grand Assembly Block After Part), W (Grand Assembly Block Fore Part), X (Erection Block Shifting Module Fore Part), AC (Grand Assembly Block Accomodation), AD (Erection Block Launching Module Accomodation), AE (Kegiatan Semu), AG (Kegiatan Semu), AH (Kegiatan Semu), AJ (Kegiatan Semu), AL (Kegiatan Semu), AN (Kegiatan Semu), AO (Kegiatan Semu), AR (Kegiatan Semu), AT (Kegiatan Semu), dan AV (Kegiatan Semu). Bentuk network diagram ada di Lampiran C. 70

84 5.2. Saran Untuk mahasiswa yang ingin mengambil Tugas Akhir dengan topik yang sama, sebaiknya pengerjaan dilakukan dengan menggunkan hitungan manual, lalu hasilnya divalidasi dengan metode pengerjaan yang dilakukan dalam Tugas Akhir ini. 71

85 DAFTAR PUSTAKA Ali, T. H. (1995). Prinsip-Prinsip Network Planning. Jakarta: PT Gramedia. Dannyanti, E. (2010). Skripsi-Optimalisasi Pelaksanaan Proyek dengan Metode CPM dan PERT. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Heizer, J., & Render, B. (2005). Operations Management : Manajemen Operasi. Jakarta: Salemba Empat. Mandagi, R., Tarore, H., & Malingkas, G. Y. (2013). Optimasi Biaya dan Durasi Proyek Menggunakan Program Lindo (Studi Kasus : Pembangunan Dermaga Penyebrangan Salakan Tahap II). Sipil Statik Vol.1 No.4, Manfaat, Djauhar Optimasi Rerencanaan Jam Orang dan Jam mesin Dalam Pembangunan Fixed Offshore Platform di PT. Guna Nusa Utama Fabricators Jakarta. Penelitian. ITS. Ni'mah, L. H. (2012). ANALISA PENERAPAN METODE CRASH PROGRAM UNTUK PERCEPATAN PEMBANGUNAN HULL CONSTRUCTION LCU 300 DWT DAN PENGARUHNYA TERHADAP SUMBER DAYA GALANGAN. Surabaya: ITS-FTK. P, R., Unas, S. E., & Anwar, M. R. (2012). Tugas Akhir-OPTIMASI PERCEPATAN WAKTU PELAKSANAAN PROYEK MENGGUNAKAN METODE LINEAR PROGRAMMING (Studi Kasus Pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor BPK-RI Perwakilan Surabaya, Sidoarjo). Malang: Teknik Sipil- Universitas Brawijaya. Rahmadhani, F. (2009). Tugas Akhir-Analisis Waktu dan Pembiayaan Perencanaan Pembangunan Jacket Stucture (Studi Kasus di PT. PAL Indonesia Project Kodeco-32). Surabaya: Teknik Kelautan-FTK ITS. Santoso, B. (2009). Manajemen Proyek Konsep & Implementasi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Santoso, B. H. (2011). Tugas Akhir-Analisa Pertukaran Waktu dan Biaya (TCTO) pada Pembangunan Gedung Kuliah Universitas Negeri Malang. Surabaya: Teknik Sipil-FTSP ITS. Soegiono. (2004). Teknologi Produksi dan Perawatan Bangunan Laut. Surabaya: Airlangga University Press. 72

86 Soeharto, I. (1995). Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional). Jakarta: Penerbit Erlangga. Soeharto, I. (1999). Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional). Jakarta: Elangga. Sulistyoningrum, V. (2013). Tugas Akhir-Analisis Pengaruh Percepatan Instalasi Hull Outfittings Dalam Pembangunan Marine Disaster Prevention Ship dengan Penerapan Critical Path Method. Surabaya: Teknik Kelautan-FTK ITS. Wibowo, A. R. (2012). Tugas Akhir-Analisa Perbandingan Waktu dan Biaya Percepatan pada Proyek Hotel Inna Kuta Beach. Surabaya: Teknik Sipil- FTSP ITS. Wijayanto, T. N. (2012). Tugas Akhir-Analisa Pertukaran Waktu dan Biaya pada Proyek Pembangunan Hotel Midtown Surabaya. Surabaya: Teknik Sipil- FTSP ITS. 73

87 LAMPIRAN A

88 Network Diagram Sebelum Dipercepat 115 G 225 M 325 X2 X8 X14 S X Y X B AG 0 25 H AL 0 70 N AQ 0 35 T AV 0 35 Z 225 X X X X C AH 0 50 I AM 0 50 O AR 0 U X Lintasan Kritis AW 0 A X X X X AA 0 AE 0 AI 0 AN 0 AS 575 X X X X X E AJ 0 55 K AO 0 50 Q AT 0 40 W AX 0 15 AC X6 F X7 485 L R 575 X13 20 X X X AD X X1 AF 0 AK 0 AP 0 AU 0 AB X J X11 P 265 X V X23 535

89 LAMPIRAN B

90 Kegiatan Durasi Bila Jam Kerja Normal (8 jam) Durasi Bila Jam Kerja Normal + Lembur (11 jam) Selisih Durasi Upah Bila Jam Kerja Normal (8 jam) Upah Bila Jam Kerja Normal + Lembur (11 jam) Selisih Upah Biaya Percepatan perhari A 115 hari 84 hari 31 hari Rp ,00 Rp ,91 Rp ,91 Rp ,35 B 110 hari 80 hari 30 hari Rp ,00 Rp ,45 Rp ,45 Rp ,18 C 100 hari 73 hari 27 hari Rp ,00 Rp ,50 Rp ,50 Rp ,17 D 110 hari 80 hari 30 hari Rp ,00 Rp ,18 Rp ,18 Rp ,94 E 100 hari 73 hari 27 hari Rp ,00 Rp ,50 Rp ,50 Rp ,17 F 60 hari 44 hari 16 hari Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,50 G 30 hari 22 hari 8 hari Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,50 H 25 hari 19 hari 6 hari Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 I 50 hari 37 hari 13 hari Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,38 J 115 hari 84 hari 31 hari Rp ,00 Rp ,91 Rp ,91 Rp ,35 K 55 hari 40 hari 15 hari Rp ,00 Rp ,36 Rp ,36 Rp ,09 L 35 hari 26 hari 9 hari Rp ,00 Rp ,43 Rp ,43 Rp ,16 M 80 hari 59 hari 21 hari Rp ,00 Rp ,50 Rp ,50 Rp ,17 N 70 hari 51 hari 19 hari Rp ,00 Rp ,29 Rp ,29 Rp ,33 O 80 hari 59 hari 21 hari Rp ,00 Rp ,25 Rp ,25 Rp ,25

91 Kegiatan Durasi Bila Jam Kerja Normal (8 jam) Durasi Bila Jam Kerja Normal + Lembur (11 jam) Selisih Durasi Upah Bila Jam Kerja Normal (8 jam) Upah Bila Jam Kerja Normal + Lembur (11 jam) Selisih Upah Biaya Percepatan perhari P 40 hari 30 hari 10 hari Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,50 Q 50 hari 37 hari 13 hari Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,38 R 20 hari 15 hari 5 hari Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 S 35 hari 26 hari 9 hari Rp ,00 Rp ,43 Rp ,43 Rp ,16 T 35 hari 26 hari 9 hari Rp ,00 Rp ,29 Rp ,29 Rp ,81 U 30 hari 22 hari 8 hari Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,75 V 45 hari 33 hari 12 hari Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,67 W 40 hari 30 hari 10 hari Rp ,00 Rp ,50 Rp ,50 Rp ,25 X 25 hari 19 hari 6 hari Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,33 Y 45 hari 33 hari 12 hari Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,67 Z 35 hari 26 hari 9 hari Rp ,00 Rp ,29 Rp ,29 Rp ,81 AA 45 hari 33 hari 12 hari Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 AB 40 hari 30 hari 10 hari Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,50 AC 15 hari 11 hari 4 hari Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 AD 35 hari 26 hari 9 hari Rp ,00 Rp ,43 Rp ,43 Rp ,16

92 LAMPIRAN C

93 Network Diagram Setelah Dipercepat X2 G X8 M X S X Y X B X3 C 73 AG 0 AH 0 25 H 237X9 50 I AL 0 AM 0 37 N X14 70 O AQ 0 AR 0 35 T 358 X U 30 AV 0 35 Z 393 X Lintasan Kritis Yang Terbentuk Sebelum Dipercepat Lintasan Kritis Tambahan Yang Terbentuk Setalah Dipercepat AW 0 A X X X X AA 0 AE 0 AI 0 AN 0 AS 429 X X X X X E AJ 0 48 K AO 0 37 Q AT 0 30 W AX 0 15 AC X6 F X7 L X R X X X AD X X1 AF 0 AK 0 AP 0 AU 0 AB X J X11 P 304X17 V X23 389

94 BIODATA PENULIS Penulis dilahirkan di kota Surabaya, 5 Januari 1991, yang merupakan anak pewrtama dari dua bersaudara. Penulis telah menempuh pendidikan formal yaitu TK Tunas Mekar Waru, SDN Tropodo 1 Waru, SMPN 1 Waru dan SMAN 17 Surabaya. Kemudian setelah lulus dari SMA tahun 2009, penulis melanjutkan pendidikannya di Fakultas Teknologi Kelautan ITS Jurusan Teknik Kelautan dan mengambil bidang keahlian Manajemen Kelautan. Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Kelautan Tim Dana dan Usaha pada tahun , dan Departement KWU (Kewirausahaan) pada tahun Kerja praktek di PT PAL Indonesia, Surabaya selama dua bulan pada tahun Pada Tahun 2016, penulis akhirnya dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul Studi Percepatan Durasi Pengerjaan Proyek Pembangunan Kapal Niaga Di PT. PAL Indonesia. Penulis menyelesaikan Tugas Akhir ini dalam satu setengah semester. Contact Person: rezahervindra09@gmail.com

Analisa Penerapan Metode Crash Program Untuk Percepatan Pembangunan Hull Constraction LCU 300 DWT dan Pengaruhnya Terhadap Sumberdaya Galangan

Analisa Penerapan Metode Crash Program Untuk Percepatan Pembangunan Hull Constraction LCU 300 DWT dan Pengaruhnya Terhadap Sumberdaya Galangan JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Analisa Penerapan Metode Crash Program Untuk Percepatan Pembangunan Hull Constraction LCU 300 DWT dan Pengaruhnya Terhadap Sumberdaya Galangan Lilik H Ni

Lebih terperinci

Kata kunci: optimum, percepatan, lembur, least cost analysis.

Kata kunci: optimum, percepatan, lembur, least cost analysis. ABSTRAK Dalam pelaksanaan proyek konstruksi berbagai hal dapat terjadi, salah satunya ketidaksesuaian antara jadwal pelaksanaan (time schedule) dengan realisasi di lapangan. Proyek pembangunan Six Senses

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 8 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Manajemen Proyek Manajemen proyek konstruksi adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumberdaya untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Proyek Manajemen konstruksi (construction management), adalah bagaimana agar sumber daya yang terlibat dalam proyek konstruksi dapat diaplikasikan oleh Manajer proyek

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek BAB III LANDASAN TEORI A. Manajemen Proyek Manajemen proyek konstruksi merupakan rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Dalam rangkaian kegiatan tersebut,

Lebih terperinci

Kata kunci: PERT, penambahan jam kerja (lembur), lintasan kritis, Time Cost Trade Off.

Kata kunci: PERT, penambahan jam kerja (lembur), lintasan kritis, Time Cost Trade Off. ABSTRAK Pelaksanaan proyek dengan penggunaan bahan-bahan, tenaga kerja, dan teknologi yang semakin canggih sehingga perkembangan dunia konstruksi bangunan semakin hari semakin pesat. Proyek dikatakan berhasil

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek BAB III LANDASAN TEORI A. Manajemen Proyek Manajemen proyek konstruksi adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan

Lebih terperinci

I T S INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA. Biodata Penulis TRI WAHYU NUR WIJAYANTO

I T S INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA. Biodata Penulis TRI WAHYU NUR WIJAYANTO Biodata Penulis TRI WAHYU NUR WIJAYANTO 3109.105.008 ANALISA PERHITUNGAN PERTUKARAN WAKTU DAN BIAYA PADA PROYEK PEMBANGUNAN HOTEL MIDTOWN SURABAYA TRI WAHYU NUR WIJAYANTO 3109.105.008 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI digilib.uns.ac.id BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Gede Dedy Aryawan (2011) melakukan penelitian dengan judul Perbandingan Penambahan Waktu Kerja (Jam Lembur) dan Penambahan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek BAB III LANDASAN TEORI A. Manajemen Proyek Manajemen proyek adalah semua perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan) hingga berakhirnya proyek untuk menjamin

Lebih terperinci

KAJIAN PERCEPATAN PENJADWALAN PEMBANGUNAN LANDING CRAFT UTILITY (LCU) DENGAN METODE SIMULASI MONTE CARLO

KAJIAN PERCEPATAN PENJADWALAN PEMBANGUNAN LANDING CRAFT UTILITY (LCU) DENGAN METODE SIMULASI MONTE CARLO KAJIAN PERCEPATAN PENJADWALAN PEMBANGUNAN LANDING CRAFT UTILITY (LCU) DENGAN METODE SIMULASI MONTE CARLO Maulidya Octaviani Bustamin 1) dan Nadjadji Anwar 2) 1) Program Studi Magister Manajemen Teknologi,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Optimalisasi Biaya dan Waktu Dalam pelaksanaan pembangunan proyek kontruksi sering mengalami keterlambatan akibat berbagai hal yang menyebabkan terjadinya kerugian materi dan

Lebih terperinci

PERTUKARAN WAKTU DAN BIAYA PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG SENI DAN BUDAYA (EX. GEDUNG MITRA) KOTA SURABAYA

PERTUKARAN WAKTU DAN BIAYA PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG SENI DAN BUDAYA (EX. GEDUNG MITRA) KOTA SURABAYA PERTUKARAN WAKTU DAN BIAYA PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG SENI DAN BUDAYA (EX. GEDUNG MITRA) KOTA SURABAYA Disusun oleh: Tomy Andrianto NRP : 3106 100 626 Dosen Pembimbing : Supani. ST. MT Farida Rachmawati

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Optimalisasi Optimalisasi berasal dari kata optimal yang berarti terbaik (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Jadi maksud dari optimalisasi pada penelitian ini adalah proses pencapaian

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 ANALISIS PENGARUH PERCEPATAN INSTALASI HULL OUTFITTINGS DALAM PEMBANGUNAN MARINE DISASTER PREVENTION SHIP DENGAN PENERAPAN

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. MANAJEMEN PROYEK Manajemen proyek adalah ilmu dan seni yang berkaitan dengan memimpin dan mengkoordinir sumber daya yang terdiri dari manusia dan material dengan menggunakan tehnik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada Proyek Pemasangan 3 (tiga) unit Lift Barang di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada Proyek Pemasangan 3 (tiga) unit Lift Barang di BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada Proyek Pemasangan 3 (tiga) unit Lift Barang di Gedung X yang berlokasi di Jakarta Utara. Penelitian dilakukan pada 01

Lebih terperinci

ANALISA PEMAMPATAN WAKTU TERHADAP BIAYA PADA PEMBANGUNAN JEMBATAN KALI SURABAYA STA s/d STA DI MOJOKERTO

ANALISA PEMAMPATAN WAKTU TERHADAP BIAYA PADA PEMBANGUNAN JEMBATAN KALI SURABAYA STA s/d STA DI MOJOKERTO ANALISA PEMAMPATAN WAKTU TERHADAP BIAYA PADA PEMBANGUNAN JEMBATAN KALI SURABAYA STA 601+318.55 s/d STA 601+181.45 DI MOJOKERTO Hendi Yudhatama, Yusronia Eka Putri,ST. MT. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS PERCEPATAN DURASI PEMBANGUNAN DERMAGA: STUDI KASUS PT. MULTI BAJA INDUSTRI

ANALISIS PERCEPATAN DURASI PEMBANGUNAN DERMAGA: STUDI KASUS PT. MULTI BAJA INDUSTRI TUGAS AKHIR MO 141326 ANALISIS PERCEPATAN DURASI PEMBANGUNAN DERMAGA: STUDI KASUS PT. MULTI BAJA INDUSTRI FAJAR SYUHADA NRP. 4310 100 037 Dosen Pembimbing: Silvianita, ST., M.Sc., Ph.D Ir. Arief Suroso,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proyek 2.1.1. Pengertian Proyek Proyek merupakan Suatu kegiatan bersifat sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Dalam suatu proyek konstruksi, waktu merupakan salah satu faktor yang sangat penting. Oleh karena itu, sebisa mungkin pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. perusahaan selain manajemen sumber daya manusia, manajemen pemasaran dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. perusahaan selain manajemen sumber daya manusia, manajemen pemasaran dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Definisi Manajemen Operasi Manajemen operasi adalah salah satu fungsi bisnis yang penting di dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia, manajemen

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Manajemen Proyek Manajemen proyek konstruksi adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan proyek konstruksi merupakan rangkaian dari kegiatan yang saling bergantung antara satu pekerjaan dengan pekerjaan yang lainya. Perkembangan proyek konstruksi

Lebih terperinci

Kata kunci: perbandingan biaya, penambahan tenaga kerja, jam kerja (kerja lembur), time cost trade off

Kata kunci: perbandingan biaya, penambahan tenaga kerja, jam kerja (kerja lembur), time cost trade off ABSTRAK Pelaksanaan proyek konstruksi sering kali ditemukan masalah-masalah seperti penyelesaian proyek yang tidak sesuai dengan kontrak atau terlambat dari yang telah direncanakan di dalam kontrak. Faktor-

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan proyek konstruksi saat ini menjadikan suatu proyek semakin kompleks dan rumit, karena dalam proyek yang besar dan kompleks membutuhkan sumber daya yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Proyek Proyek adalah suatu tugas yang perlu didefinisikan dan terarah ke suatu sasaran yang dituturkan secara konkrit serta harus diselesaikan dalam kurun waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengelola proyek selalu ingin mencari metode yang dapat meningkatkan

BAB II LANDASAN TEORI. Pengelola proyek selalu ingin mencari metode yang dapat meningkatkan BAB II LANDASAN TEORI Pengelola proyek selalu ingin mencari metode yang dapat meningkatkan kualitas perencanaan waktu dan jadwal untuk menghadapi jumlah kegiatan dan kompleksitas proyek yang cenderung

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN WAKTU

PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN WAKTU PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN WAKTU I. DIAGRAM JARING / CRITICAL PATH METHODE (CPM) A. PENDAHULUAN Diagram jaring atau Network Planning atau Critical Path Methode (CPM) adalah salah satu metode yang digunakann

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM Pengelola proyek selalu ingin mencari metode yang dapat meningkatkan kualitas perencanaan dan pengendalian untuk menghadapi jumlah kegiatan dan kompleksitas proyek

Lebih terperinci

ANALISIS KONSEP CADANGAN WAKTU PADA PENJADWALAN PROYEK DENGAN CRITICAL PATH METHOD (CPM) (Studi Kasus : Proyek Pembangunan Rumah Sakit Prima)

ANALISIS KONSEP CADANGAN WAKTU PADA PENJADWALAN PROYEK DENGAN CRITICAL PATH METHOD (CPM) (Studi Kasus : Proyek Pembangunan Rumah Sakit Prima) ANALISIS KONSEP CADANGAN WAKTU PADA PENJADWALAN PROYEK DENGAN CRITICAL PATH METHOD (CPM) (Studi Kasus : Proyek Pembangunan Rumah Sakit Prima) Gea Geby Aurora Syafridon 1 dan Syahrizal 2 1 Departemen Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN JARINGAN KERJA (NETWORK PLANNING)

ANALISIS PERENCANAAN JARINGAN KERJA (NETWORK PLANNING) ANALISIS PERENCANAAN JARINGAN KERJA (NETWORK PLANNING) Metode Kuantitatif. 102 POKOK BAHASAN VIII ANALISIS PERENCANAAN JARINGAN KERJA (NETWORK PLANNING) Sub Pokok Bahasan : Perencanaan dan Pengendalian

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 1 (SeNaTS 1) Tahun 2015 Sanur - Bali, 25 April 2015 ANALISIS KEUNTUNGAN KONTRAKTOR AKIBAT VARIASI SISTEM PEMBAYARAN DAN JADWAL PELAKSANAAN PADA PROYEK KONSTRUKSI

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA PENJADWALAN WAKTU PROYEK C0NTRUCTION CIVIL FOUNDATION ALFA MART DENGAN METODE CRITICAL PATH METHOD (CPM)

TUGAS AKHIR ANALISA PENJADWALAN WAKTU PROYEK C0NTRUCTION CIVIL FOUNDATION ALFA MART DENGAN METODE CRITICAL PATH METHOD (CPM) TUGAS AKHIR ANALISA PENJADWALAN WAKTU PROYEK C0NTRUCTION CIVIL FOUNDATION ALFA MART DENGAN METODE CRITICAL PATH METHOD (CPM) ( Studi kasus CV.Putri Tunggal General Contractor ) Diajukan guna melengkapi

Lebih terperinci

PERCEPATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PROYEK JALAN SERUA RAYA DEPOK DENGAN METODE TIME COST TRADE OFF

PERCEPATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PROYEK JALAN SERUA RAYA DEPOK DENGAN METODE TIME COST TRADE OFF PERCEPATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PROYEK JALAN SERUA RAYA DEPOK DENGAN METODE TIME COST TRADE OFF Imay Zulkasa 1), Budiono 2),dan Budi Arief 3) ABSTRAK Berbagai hal dapat terjadi dalam pelaksanaan proyek

Lebih terperinci

Penjadwalan Proyek dengan Menggunakan Metode Jalur kritis Project Scheduling Using Critical Path Method (CPM)

Penjadwalan Proyek dengan Menggunakan Metode Jalur kritis Project Scheduling Using Critical Path Method (CPM) Abstrak Penjadwalan Proyek dengan Menggunakan Metode Jalur kritis Project Scheduling Using Critical Path Method (CPM) Madchan Anis ( J2A008043 ) Jurusan Matematika FMIPA, Universitas Diponegoro Jl. Prof.

Lebih terperinci

3.11. Program Microsoft Project BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Tahap dan Prosedur Penelitian

3.11. Program Microsoft Project BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Tahap dan Prosedur Penelitian DAFTAR ISI Halaman Judul... i Lembar Pengesahan... ii Halaman Motto dan Persembahan... iii Intisari... v Kata Pengantar... vi Daftar Isi... viii Daftar Gambar... x Daftar Tabel... xi Daftar Lampiran...

Lebih terperinci

MANAJEMEN WAKTU PROYEK MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK. Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

MANAJEMEN WAKTU PROYEK MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK. Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia MANAJEMEN WAKTU PROYEK MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Pendahuluan Manajemen waktu proyek dilakukan oleh pengelola

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya untuk

BAB III LANDASAN TEORI. mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya untuk 9 BAB III LANDASAN TEORI A. Manajemen Proyek Manajemen proyek konstruksi adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Manajemen Proyek Manajemen proyek konstruksi adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Manajemen Proyek 2.1.1 Pengertian Manajemen Proyek BAB II Tinjauan Pustaka Manajemen proyek secara harfiah terdiri dari dua kata, yaitu manajemen dan proyek. Sehubungan dengan itu maka sebaiknya kita

Lebih terperinci

BAB 5 PERENCANAAN WAKTU

BAB 5 PERENCANAAN WAKTU BAB 5 PERENCANAAN WAKTU 5.1 Pendahuluan 1. Tujuan Instruksional 1) Bagian 1 a) Memahami pentingnya perencanaan waktu pada proyek b) Memahami data yang diperlukan untuk perencanaan waqktu c) Mampu membuat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ABSTRAK Permasalahan konstruksi yang sering terjadi adalah keterlambatan pelaksanaan proyek. Sebagai objek dari penelitian ini adalah Pembangunan Gedung Puskesmas I Abiansemal yang dalam pelaksanaan dilapangan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Proyek

BAB III LANDASAN TEORI. A. Proyek BAB III LANDASAN TEORI A. Proyek 1. Definisi Proyek Menurut Soeharto (1999) kegiatan proyek dapat diartikan sebagai satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penjadwalan Proyek Suatu proyek yang akan dilaksanakan harus terjadwal terlebih dahulu, sehingga kita dapat mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

Universitas Mercu Buana Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri #6 & 7 MANAJEMEN PROYEK

Universitas Mercu Buana Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri #6 & 7 MANAJEMEN PROYEK Universitas Mercu Buana Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri #6 & 7 MANAJEMEN PROYEK Manfaat Penjadwalan Memberikan pedoman terhadap unit pekerjaan/kegiatan mengenai batas-batas waktu dari masing-masing

Lebih terperinci

BAB 14 PENJADWALAN. Bab ini merinci langkah 4, 5 dan 6, jaringan kerja dan jadwal.

BAB 14 PENJADWALAN. Bab ini merinci langkah 4, 5 dan 6, jaringan kerja dan jadwal. BAB 14 PENJADWALAN 14.1. PENDAHULUAN Perkiraan yang sudah diperhitungkan di dalam Bab 13 adalah banyaknya orang per-hari dari usaha yang akan diperlukan untuk membuat proyek. Hal ini disebut waktu sebenarnya

Lebih terperinci

BAB 14 PENJADWALAN. Bab ini merinci langkah 4, 5 dan 6, jaringan kerja dan jadwal.

BAB 14 PENJADWALAN. Bab ini merinci langkah 4, 5 dan 6, jaringan kerja dan jadwal. BAB 14 PENJADWALAN 14.1. PENDAHULUAN Perkiraan yang sudah diperhitungkan di dalam Bab 13 adalah banyaknya orang per-hari dari usaha yang akan diperlukan untuk membuat proyek. Hal ini disebut waktu sebenarnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang saling berkaitan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang saling berkaitan dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang saling berkaitan dan melibatkan berbagai disiplin ilmu, sumber daya serta metode pelaksanaan. Ciri suatu

Lebih terperinci

Cara membuat network planning manual

Cara membuat network planning manual Cara membuat network planning manual Melanjutkan artikel sebelumnya tentang pengertian network planning selanjutnya kita akan mencoba membuat secara sederhana dan untuk memudahkanya maka dirangkum dalam

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek BAB III LANDASAN TEORI A. Manajemen Proyek Manajemen proyek konstruksi adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI WAKTU PELAKSANAAN PROYEK MENGGUNAKAN METODE LEAST COST ANALYSIS (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Extentionn Mall Denpasar Junction)

OPTIMALISASI WAKTU PELAKSANAAN PROYEK MENGGUNAKAN METODE LEAST COST ANALYSIS (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Extentionn Mall Denpasar Junction) OPTIMALISASI WAKTU PELAKSANAAN PROYEK MENGGUNAKAN METODE LEAST COST ANALYSIS (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Extentionn Mall Denpasar Junction) TUGAS AKHIR Oleh : Made Angga Sadhyani Surya 1204105098

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proyek dapat diartikan sebagai kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu yang terbatas dengan mengalokasikan sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

OPTIMASI BIAYA DAN DURASI PROYEK MENGGUNAKAN PROGRAM LINDO (STUDI KASUS: PEMBANGUNAN DERMAGA PENYEBERANGAN SALAKAN TAHAP II)

OPTIMASI BIAYA DAN DURASI PROYEK MENGGUNAKAN PROGRAM LINDO (STUDI KASUS: PEMBANGUNAN DERMAGA PENYEBERANGAN SALAKAN TAHAP II) OPTIMASI BIAYA DAN DURASI PROYEK MENGGUNAKAN PROGRAM LINDO (STUDI KASUS: PEMBANGUNAN DERMAGA PENYEBERANGAN SALAKAN TAHAP II) Kristi Elsina Leatemia R. J. M. Mandagi, H. Tarore, G. Y. Malingkas Fakultas

Lebih terperinci

PROJECT TIME MANAGEMENT (MANAJEMEN WAKTU PROYEK BAG.1) (MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK)

PROJECT TIME MANAGEMENT (MANAJEMEN WAKTU PROYEK BAG.1) (MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK) PROJECT TIME MANAGEMENT (MANAJEMEN WAKTU PROYEK BAG.1) (MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK) Sufa atin Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia SUF MPPL 2014 Definisi Manajemen

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tidak dapat dimanfaatkan sesuai dengan rencana, sehingga menyebabkan beberapa

BAB II LANDASAN TEORI. tidak dapat dimanfaatkan sesuai dengan rencana, sehingga menyebabkan beberapa BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Keterlambatan Pengertian penundaan (delay) adalah sebagian waktu pelaksanaan yang tidak dapat dimanfaatkan sesuai dengan rencana, sehingga menyebabkan beberapa kegiatan yang

Lebih terperinci

SKRIPSI JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user

SKRIPSI JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user OPTIMASI BIAYA DAN WAKTU DENGAN METODE TIME COST TRADE OFF (TCTO) (STUDI KASUS PROYEK BANGUNAN RAWAT INAP KELAS III DAN PARKIR RSUD. Dr. MOEWARDI SURAKARTA) OPTIMIZATION COSTS AND TIME METHOD OF TIME COST

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek BAB III LANDASAN TEORI A. Manajemen Proyek Menurut Widiasanti (2013) manajemen diartikan sebagai kemampuan untuk memperoleh hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan sekelompok orang. Pengertian

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA OPTIMASI BIAYA DAN WAKTU PADA PROYEK LANJUTAN TAHAP III PEMBANGUNAN GEDUNG FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI(FTIF) ITS

TUGAS AKHIR ANALISA OPTIMASI BIAYA DAN WAKTU PADA PROYEK LANJUTAN TAHAP III PEMBANGUNAN GEDUNG FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI(FTIF) ITS TUGAS AKHIR ANALISA OPTIMASI BIAYA DAN WAKTU PADA PROYEK LANJUTAN TAHAP III PEMBANGUNAN GEDUNG FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI(FTIF) ITS Disusun Oleh: I MADE JULI ADI ARTA NRP. 3106 100 701 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan proyek konstruksi saat ini menjadikan suatu proyek semakin kompleks dan rumit, karena dalam proyek yang besar dan kompleks membutuhkan sumber daya yang digunakan

Lebih terperinci

APLIKASI PENENTUAN WAKTU DAN BIAYA DALAM MANAJEMEN PROYEK MENGGUNAKAN METODE CPM

APLIKASI PENENTUAN WAKTU DAN BIAYA DALAM MANAJEMEN PROYEK MENGGUNAKAN METODE CPM TUGAS AKHIR CI1599 APLIKASI PENENTUAN WAKTU DAN BIAYA DALAM MANAJEMEN PROYEK MENGGUNAKAN METODE CPM SAID AHMAD SAUD NRP 5102 100 081 Dosen Pembimbing I Bilqis Amaliah, S.Kom, M.Kom Dosen Pembimbing II

Lebih terperinci

Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009

Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009 Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009 PENGARUH JAM KERJA LEMBUR TERHADAP BIAYA PERCEPATAN PROYEK DENGAN TIME COST TRADE OFF ANALYSIS (Studi Kasus: Proyek Rehabilitasi Ruang

Lebih terperinci

Pradareozy Rauufan Rahima ( ) Halaman 1

Pradareozy Rauufan Rahima ( ) Halaman 1 Naskah Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ANALISIS BIAYA DAN WAKTU PROYEK KONSTRUKSI DENGAN PENAMBAHAN JAM KERJA (LEMBUR) DIBANDINGKAN DENGAN PENAMBAHAN

Lebih terperinci

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.2, Februari 2015 ( ) ISSN:

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.2, Februari 2015 ( ) ISSN: ANALISA PENGARUH PERCEPATAN DURASI PADA BIAYA PROYEK MENGGUNAKAN PROGRAM MICROSOFT PROJECT 2013 (Studi Kasus : PEMBANGUNAN GEREJA GMIM SYALOOM KAROMBASAN) Fransisko Yeremia Wohon Robert J.M. Mandagi, Pingkan

Lebih terperinci

ANALISIS CASH FLOW OPTIMAL PADA KONTRAKTOR PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN

ANALISIS CASH FLOW OPTIMAL PADA KONTRAKTOR PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN ANALISIS CASH FLOW OPTIMAL PADA KONTRAKTOR PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN Martho F. Tolangi J.P. Rantung, J.E.Ch. Langi, M. Sibi Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi email: martho_toex@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Manajemen Proyek Menurut Kerzner dalam Soeharto (1999), manajemen proyek didefinisikan sebagai : Project management is the planning, organizing, directing, and controlling of

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengorganisasian suatu kegiatan untuk mencapai sasaran yang efektif dan efisien. Dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengorganisasian suatu kegiatan untuk mencapai sasaran yang efektif dan efisien. Dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Manajemen Proyek Konstruksi Manajemen adalah suatu ilmu tentang tata cara pengelolaan, perencanaan, pengorganisasian suatu kegiatan untuk mencapai sasaran yang efektif dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Biaya Konstruksi Biaya konstruksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan suatu proyek. Kebijakan pembiayaan biasanya dipengaruhi oleh kondisi keuangan perusahaan

Lebih terperinci

PERCEPATAN WAKTU PADA SUATU PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN METODE JALUR KRITIS

PERCEPATAN WAKTU PADA SUATU PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN METODE JALUR KRITIS PERCEPATAN WAKTU PADA SUATU PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN METODE JALUR KRITIS Chandra Karnadi NRP : 9421016 NIRM : 41077011940269 Pembimbing : Maksum Tanubrata, Ir., M.T. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

ANALISA PERHITUNGAN PERTUKARAN WAKTU DAN BIAYA (TCTO) PADA PEMBANGUNAN GEDUNG KULIAH UNIVERSITAS NEGERI MALANG

ANALISA PERHITUNGAN PERTUKARAN WAKTU DAN BIAYA (TCTO) PADA PEMBANGUNAN GEDUNG KULIAH UNIVERSITAS NEGERI MALANG ANALISA PERHITUNGAN PERTUKARAN WAKTU DAN BIAYA (TCTO) PADA PEMBANGUNAN GEDUNG KULIAH UNIVERSITAS NEGERI MALANG HARDIAN BUDI SANTOSO NRP. 3108.040.611 Dosen Pembimbing Ir. IMAM PRAYOGO PROGRAM STUDI DIPLOMA

Lebih terperinci

Analisa Waktu dan Biaya Pekerjaan Instalasi Machinery dan Electrical Outfitting pada Pembangunan Landing Craft Utility (LCU) 300 DWT

Analisa Waktu dan Biaya Pekerjaan Instalasi Machinery dan Electrical Outfitting pada Pembangunan Landing Craft Utility (LCU) 300 DWT JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Analisa Waktu dan Biaya an Instalasi Machinery dan Electrical Outfitting pada Pembangunan Landing Craft Utility (LCU) 300 DWT Ulfah Rahmadan, Imam Rochani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah 1.3 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah 1.3 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama ini akses yang menghubungkan selatan dan timur Surabaya banyak menumpuk melalui Jalan Ahmad Yani Surabaya. Selain itu, Jalan Ahmad Yani menjadi jalan akses utama

Lebih terperinci

Analisa Time Cost-Trade Off Pada Pembangunan Perluasan Rumah Sakit Petrokimia Gresik

Analisa Time Cost-Trade Off Pada Pembangunan Perluasan Rumah Sakit Petrokimia Gresik 1 Analisa Time Cost-Trade Off Pada Pembangunan Perluasan Rumah Sakit Petrokimia Gresik Hendrawan Martha Pradikta, Yusroniya Eka Putri Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Proyek konstruksi merupakan kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu yang terbatas, dengan sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek 2.1.1 Pengertian Manajemen Proyek Manajemen proyek secara harfiah terbangun dari dua kata, yaitu manajemen dan proyek. Sehubungan dengan itu, maka sebelum mengemukakan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek BAB III LANDASAN TEORI A. Manajemen Proyek Manajemen proyek konstruksi adalah penerapan ilmu pengetahuan, keahlian, dan keterampilan, cara teknis yang terbaik dan dengan sumber daya yang terbatas, untuk

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK (Perencanaan Waktu-3 : CPM)

PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK (Perencanaan Waktu-3 : CPM) PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK (Perencanaan Waktu-3 : CPM) Pertemuan ke-7 Dosen: Ir. Bambang Herumanta, M.T. / Suwardo, S.T., M.T., Ph.D. UNIVERSITAS GADJAH MADA SEKOLAH VOKASI PROGRAM DIPLOMA TEKNIK

Lebih terperinci

PERENCANAAN WAKTU PENYELESAIAN PROYEK TOKO MODISLAND MANADO DENGAN METODE CPM

PERENCANAAN WAKTU PENYELESAIAN PROYEK TOKO MODISLAND MANADO DENGAN METODE CPM PERENCANAAN WAKTU PENYELESAIAN PROYEK TOKO MODISLAND MANADO DENGAN METODE CPM Tommy Aro Telaumbanua Jantje B. Mangare, Mochtar Sibi Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi Email:

Lebih terperinci

MANAJEMEN WAKTU PROYEK

MANAJEMEN WAKTU PROYEK MANAJEMEN WAKTU PROYEK Gentisya Tri Mardiani, M.Kom MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK Pendahuluan Manajemen waktu proyek dibutuhkan untuk mengatur agar penyelasaian proyek sesuai waktu yang ditetapkan Kegiatan

Lebih terperinci

OPTIMASI WAKTU PROYEK DENGAN PENAMBAHAN JAM KERJA DENGAN PRECEDENCE DIAGRAM METHOD (Studi Kasus Proyek Rumah Susun Sederhana Sewa Pekanbaru)

OPTIMASI WAKTU PROYEK DENGAN PENAMBAHAN JAM KERJA DENGAN PRECEDENCE DIAGRAM METHOD (Studi Kasus Proyek Rumah Susun Sederhana Sewa Pekanbaru) Yasri, D. / Optimasi Waktu Proyek dengan Penambahan Jam Kerja / pp. 119 130 OPTIMASI WAKTU PROYEK DENGAN PENAMBAHAN JAM KERJA DENGAN PRECEDENCE DIAGRAM METHOD (Studi Kasus Proyek Rumah Susun Sederhana

Lebih terperinci

Penjadwalan Berdasarkan Analisis Faktor- Faktor Penyebab Keterlambatan Proyek Reparasi Kapal: Studi Kasus MV. Blossom

Penjadwalan Berdasarkan Analisis Faktor- Faktor Penyebab Keterlambatan Proyek Reparasi Kapal: Studi Kasus MV. Blossom JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018), 2337-3520 (2301-928X Print) G 1 Penjadwalan Berdasarkan Analisis Faktor- Faktor Penyebab Keterlambatan Proyek Reparasi Kapal: Studi Kasus MV. Blossom Laura Karennina

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. (Studi Kasus : Pembangunan Gedung Pelayanan Terpadu RS Orthopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta)

TUGAS AKHIR. (Studi Kasus : Pembangunan Gedung Pelayanan Terpadu RS Orthopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta) TUGAS AKHIR ANALISIS BIAYA DAN WAKTU PROYEK KONSTRUKSI DENGAN PENAMBAHAN JAM KERJA (LEMBUR) DIBANDINGKAN DENGAN PENAMBAHAN TENAGA KERJA MENGGUNAKAN METODE TIME COST TRADE OFF (Studi Kasus : Pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Menurut Ervianto (2002) proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Dalam rangkaian

Lebih terperinci

Tugas Akhir HENDRAWAN MARTHA PRADIKTA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

Tugas Akhir HENDRAWAN MARTHA PRADIKTA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014 Tugas Akhir HENDRAWAN MARTHA PRADIKTA 3110100032 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014 Gambar Eksisting Gambar Rencana Jadi A. LATAR

Lebih terperinci

PENGARUH PERCEPATAN DURASI TERHADAP BIAYA PADA PROYEK KONSTRUKSI (STUDI KASUS: TOKO MODISLAND MANADO)

PENGARUH PERCEPATAN DURASI TERHADAP BIAYA PADA PROYEK KONSTRUKSI (STUDI KASUS: TOKO MODISLAND MANADO) PENGARUH PERCEPATAN DURASI TERHADAP BIAYA PADA PROYEK KONSTRUKSI (STUDI KASUS: TOKO MODISLAND MANADO) Gaswelly Simangunsong Deane R. O. Walangitan, Pingkan A. K. Pratasis Fakultas Teknik Jurusan Sipil

Lebih terperinci

ANALISIS PERCEPATAN WAKTU DAN OPTIMALISASI BIAYA MENGGUNAKAN CRITICAL PATH METHOD

ANALISIS PERCEPATAN WAKTU DAN OPTIMALISASI BIAYA MENGGUNAKAN CRITICAL PATH METHOD ANALISIS PERCEPATAN WAKTU DAN OPTIMALISASI BIAYA MENGGUNAKAN CRITICAL PATH METHOD (CPM) DENGAN PENAMBAHAN JAM KERJA (Studi Kasus Pembangunan RKB (Bertingkat Lantai II) SMA Negeri 4 Wira Bangsa Meulaboh)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1 Proyek Proyek adalah suatu usaha atau aktivitas yang kompleks, tidak rutin, dibatasi oleh waktu, anggaran, resources dan spesifikasi performansi yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

JALUR KRITIS (Critical Path)

JALUR KRITIS (Critical Path) Manajemen Proyek TKS 4208 JALUR KRITIS (Critical Path) Prepared by Dr. AZ PENDAHULUAN Untuk aktivitas brainstorming, diagram AOA sangat berguna saat perencanaan team di awal proyek karena diagram ini jauh

Lebih terperinci

ANALISIS PERCEPATAN WAKTU PROYEK DENGAN TAMBAHAN BIAYA YANG OPTIMUM

ANALISIS PERCEPATAN WAKTU PROYEK DENGAN TAMBAHAN BIAYA YANG OPTIMUM ANALISIS PERCEPATAN WAKTU PROYEK DENGAN TAMBAHAN BIAYA YANG OPTIMUM (Studi Kasus : Proyek Pekerjaan Pembangunan Gedung Mako Polsek Jetis Type 305 & Fasum Gedung Mako Polsek Jetis - Yogyakarta Danny Setiawan

Lebih terperinci

Naskah Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Naskah Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Naskah Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta STUDI OPTIMASI WAKTU DAN BIAYA DENGAN METODE TCTO (TIME COST TRADE OFF)PADA PROYEK KONSTRUKSI 1 (Studi

Lebih terperinci

ABSTRAK ABSTRACT. Fatoni Azis Teknik Industri, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

ABSTRAK ABSTRACT. Fatoni Azis Teknik Industri, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya PERBANDINGAN PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN LIFT BARANG DUA LANTAI DENGAN METODE CRITICAL PATH METHOD (CPM) (Studi Kasus : CV. Prisma Tehnik Gemilang Gresik) Fatoni Azis Teknik Industri, Universitas 17

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Pustaka 1. Proyek 1.1 Pengertian Proyek Proyek dalam analisis jaringan kerja adalah serangkaian kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN BIAYA DAN WAKTU PROYEK DENGANN METODE KONSEP NILAI HASIL (Studi Kasus: Proyek Pembangunan The Royal Bukit)

PENGENDALIAN BIAYA DAN WAKTU PROYEK DENGANN METODE KONSEP NILAI HASIL (Studi Kasus: Proyek Pembangunan The Royal Bukit) PENGENDALIAN BIAYA DAN WAKTU PROYEK DENGANN METODE KONSEP NILAI HASIL (Studi Kasus: Proyek Pembangunan The Royal Bukit) TUGAS AKHIR Oleh : A.A.Wira Adi Kusuma NIM: 1104105096 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN PERSEMBAHAN MOTTO ABSTRAK KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN PERSEMBAHAN MOTTO ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN ii HALAMAN PERSETUJUAN iii PERSEMBAHAN iv MOTTO v ABSTRAK vi ABSTRACT vii KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II TINJUN PUSTK 2.1 Manajemen Proyek 2.1.1 Pengertian Manajemen Proyek Menurut Yamit (1996: 296), proyek adalah setiap pekerjaan yang memiliki kegiatan awal dan memiliki kegiatan akhir, dengan kata lain

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN PERCEPATAN DURASI PROYEK DENGAN METODE LEAST COST ANALYSIS

STUDI PERENCANAAN PERCEPATAN DURASI PROYEK DENGAN METODE LEAST COST ANALYSIS STUDI PERENCANAAN PERCEPATAN DURASI PROYEK DENGAN METODE LEAST COST ANALYSIS Kartika Andayani NRP : 0121077 Pembimbing : Ir. V. Hartanto, M.Sc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Lebih terperinci

MEMPERCEPAT WAKTU PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI DENGAN PENAMBAHAN JAM KERJA (LEMBUR)

MEMPERCEPAT WAKTU PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI DENGAN PENAMBAHAN JAM KERJA (LEMBUR) MEMPERCEPAT WAKTU PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI DENGAN PENAMBAHAN JAM KERJA (LEMBUR) ( STUDI KASUS : PROYEK PEMBANGUNAN ISHANA VILLA & SPA ) TUGAS AKHIR Oleh: I KETUT OKA TRISNA 1219151039 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

(Studi Kasus : Proyek Pembangunan Gedung Rektorat Tahap II Universitas Negeri Malang, Jl Semarang 5, Malang)

(Studi Kasus : Proyek Pembangunan Gedung Rektorat Tahap II Universitas Negeri Malang, Jl Semarang 5, Malang) Naskah Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta STUDI OPTIMASI WAKTU DAN BIAYA DENGAN METODE TIME COST TRADE OFF PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG 1 (Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada perencanaan suatu proyek terdapat proses pengambilan keputusan dan proses penetapan tujuan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada perencanaan suatu proyek terdapat proses pengambilan keputusan dan proses penetapan tujuan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada perencanaan suatu proyek terdapat proses pengambilan keputusan dan proses penetapan tujuan. Untuk dapat melaksanakan proses ini perlu adanya informasi yang tepat

Lebih terperinci