BAB 2 DATA & ANALISA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 DATA & ANALISA"

Transkripsi

1 BAB 2 DATA & ANALISA 2. 1 Sumber Data Data dan literatur Tugas Akhir ini, didapat penulis dari berbagai sumber seperti Tinjauan Pustaka (media internet maupun cetak), kunjungan ke Bank Indonesia, wawancara narasumber. Data yang diperoleh oleh penulis ini nantinya akan dituangkan kedalam karya Animasi Edukasi 2D yang berisikan tentang perlakuan terhadap uang Literatur Buku Penulis mengacu kepada buku-buku yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, guna untuk mengetahui secara rinci tentang uang yang seharusnya beredar di masyarakat. Selain buku-buku yang di terbitkan dari Bank Indonesia, penulis juga menggunakan literatur buku lain sebagai data-data umum. Direktorat Pengedaran Uang. (2011). Buku Panduan Uang Rupiah. Jakarta: Bank Indonesia Direktorat Pengedaran Uang. (2011). Buku Materi Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah. Jakarta: Bank Indonesia Direktorat Pengedaran Uang. (2010). Buku Panduan Ciri-ciri Keaslian dan Standar Kualitas Uang Rupiah. Jakarta: Bank Indonesia Wawancara Narasumber Agar mendapatkan informasi yang lebih akurat, penulis melakukan beberapa wawancara dengan narasumber dari Bank Indonesia, Bapak Eko Yulianto selaku Kepala Grup Kebijakan Pengelolaan Uang untuk mengetahui berapa lama usia edar uang yang seharusnya beredar di 3

2 4 lingkup masyarakat dan alasan-alasan mengapa perlunya melakukan uang dengan baik. Bapak Ery Setiawan selaku Kepala Divisi Penelitian dan Pengembangan Pengedaran Uang untuk mengetahui hukum yang berlaku jika melakukan perusakan terhadap uang dan bahan-bahan yang digunakan. Ibu Wijayanti Yuwono selaku Deputi Direktur Divisi Pengelolaan Data dan Penanggulangan Pemalsuan Uang untuk mengetahui penyebab dari uang lusuh dan akibat jika tidak memperlakukan uang dengan baik Data Umum Pengertian Uang Beberapa definisi/pengertian uang oleh ahli ekonomi : Albert Gailort Hart, uang adalah kekayaan yang oleh pemiliknya dapat digunakan untuk membayar sejumlah utang dengan segera dan tanpa menunda. Rollin G. Thomas, uang adalah sesuatu yang siap dan umum diterima oleh publik dalam pembayaran bagi pembelian barangbarang, jasa-jasa, dan kekayaan bernilai lainnya serta untuk pembayaran utang George N. Halm, uang adalah alat untuk mempermudah pertukaran dan segera dapat mengatasi kesukarankesukaran dari barter. Robertson, uang adalah sesuatu yang umum (luas) diterima untuk pembayaran barang-barang. Dari definisi di atas dapat disimpulkan mengenai pengertian uang, yaitu alat yang digunakan agar mempermudah transaksi ekonomi (money was made to facility business transaction), yang secara umum dapat diterima di dalam bentuk pembelian barang-barang atau jasajasa serta untuk pembayaran utang.

3 5 sumber : Pengertian Uang diakses pada tanggal 23 Juli Sejarah Uang Pada tahun SM, sebelum manusia mengenal uang sebagai alat jual-beli, manusia menerapkan sistem Barter. Barter ialah dimana menukarkan barang yang kita miliki dengan barang yang orang lain miliki. Biasanya, hewan ternak dijadikan tolak ukur sebagai nilai penukaran, pada masa itu. Namun, setelah berganti menjadi Masa Bercocok Tanam, hasil kebun dan tanaman yang menjadi tolak ukur nilai penukaran. Pada tahun 1200 SM, di Cina mulai menggunakan Kerang sebagai alat jual-beli. Kerang merupakan alat pertama yang digunakan sebagai uang, bahkan digunakan sampai abad pertengahan. Lalu ditahun 1000 SM, di Zaman Batu, mulai dibuat kerang tiruan, yang diperkirakan sebagai awal mula perkembangan uang logam, dengan ditambahkan alat-alat yang terbuat dari bahan baku metal seperti pedang dan pisau sebagai uang. Dari teknik inilah, lalu berkembang menjadi koin yang kita gunakan sekarang ini. Koin kuno Cina ini biasanya dibuat dengan lubang ditengahnya sehingga, mudah untuk diikat dan disatukan dengan koin yang lain. Sekitar tahun 500 SM, menggunakan lempengan perak sebagai koin atau uang logam yang pertama. Seberjalannya waktu, manusia pada masa itu mulai menggunakan gambar Dewa-dewa atau para raja untuk menunjukkan besar nilai uang. Koin ini pertama di temukan di Lydia (atau sekarang Turki), namun teknik ini digunakan terusmenerus dan berkembang pada masa Kekaisaran Yunani, Persia, Masedonia, dan Romawi. Tidak seperti koin Cina yang hanya menggunakan logam dasar, koin-koin baru ini mulai dimodifikasi menggunakan campuran logam seperti perunggu, emas, perak yang mana meningkatkan nilai tukar.

4 6 Di tahun 118 SM, di Cina mulai menggunakan kulit Kijang putih sebagai uang kertas untuk ditukarkan dengan bahan baku. Pada masa ini merupakan awal mula dari uang kertas. Dari abad ke 9 sampai abad ke 15, di Cina mulai menggunakan bahan baku kertas sebagai uang, dan ini merupakan pertama kalinya uang kertas diciptakan. Sayangnya, di tahun 1455 karena uang kertas ini menyebabkan inflasi, Cina memberhentikan penggunaan uang kertas. Di Eropa belom menggunakan uang kertas dalam jangka waktu yang sangat lama. Di tahun 1500, masyarakat Indian di Amerika Utara menggunakan Potlach, istilah yang digunakan untuk pertukaran hadiah pada perjamuan, tarian, dan berbagai ritual. Pada tahun 1535, masyarakat Indian ini mulai menggunakan seikat manik-manik yang terbuat dari kerang, yang disebut Wampum, sebagai uang. Inggris menggunakan emas sebagai tolak ukur sebuah harga, di tahun 1816, yang berarti nilai uang di patok dengan sejumlah ons emas. Sedangkan di Amerika Serikat, menggunakan emas sebagai standard di tahun Pada tahun 1930, Amerika Serikat mengalami Depresi hebat, sehingga tidak lagi menggunakan emas sebagai standard harga, dan sampai sekarang pemerintahan dan institusi keuangan lainnya masih mangupayakan agar tidak terjadi inflasi. Sampai sekarang kita menggunakan uang logam dan uang kertas. Kita sudah bisa memprediksi, uang yang dipakai di masa depan, dimana sekarang sudah mulai banyak menggunakan Electronic money (E-Money) sebagai alat transaksi. Sumber : The History of Money diakses pada tanggal 23 Juli

5 Sejarah Uang Kertas di Indonesia Kata Rupiah berasal dari kata Rupee, mata uang India. Indonesia menggunakan mata uang Gulden Belanda dari tahun 1610 hingga 1817, setelah tahun 1817 dikenalkan mata uang Gulden Hindia Belanda. Mata uang Rupiah resmi diperkenalkan pertama kali pada zaman pendudukan Jepang sewaktu masa Perang Dunia II dengan nama Rupiah Hindia Belanda. Setelah PD II berakhir, Bank Java (Javaans Bank, yang sekarang menjadi Bank Indonesia) memperkenalkan mata uang Rupiah Jawa sebagai pengganti. Mata uang gulden NICA yang dibuat oleh Sekutu dan beberapa mata uang juga berlaku pada masa itu. Keadaan ekonomi Indonesia pada awal kemerdekaan mengalami hiperinflasi karena peredaran beberapa mata uang yang tidak terkendali, sementara Pemerintah RI belum memiliki mata uang. Tiga mata uang yang dinyatakan berlaku pada tanggal 1 Oktober 1945 oleh pemerintah RI, yaitu mata uang Jepang, mata uang Hindia Belanda, dan mata uang De Javasche Bank. Diantara ketiga mata uang ini, yang nilai tukar mengalami penurunan tajam ialah mata uang Jepang, sehingga menjadi sumber hiperinflasi. Kekacauan ekonomi ini diperparah oleh kebijakan Panglima AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies), Letjen Sir Montagu Stopford, yang pada 6 Maret 1946 mengumumkan pemberlakuan mata uang NICA di seluruh wilayah Indonesia yang telah diduduki AFNEI. Pemerintah RI menentang keras dikarenakan perintah tersebut akan mengacaukan perekonomian Indonesia, sehingga dapat menyebabkan krisis kepercayaan rakyat terhadap kemampuan pemerintah RI, namun protesnya tidak ditanggapi oleh AFNEI. Karena tidak di tanggapi, maka pemerintah RI mengeluarkan kebijakan yang melarang rakyat menggunakan seluruh mata uang NICA sebagai alat tukar. Langkah ini sangat penting, karena NICA, peredaran mata uangnya diluar kendali pemerintah RI.

6 8 AFNEI tetap tidak mencabut pemberlakuan mata uang NICA, maka pada tanggal 26 Oktober 1946, pemerintah RI memberlakukan mata uang baru, ORI (Oeang Republik Indonesia) sebagai alat tukar yang sah di seluruh wilayah Republik Indonesia. Sejak saat itu mata uang Jepang, mata uang Hindia Belanda dan mata uang De Javasche Bank, sudah tidak berlaku lagi. Dengan demikian hanya ada dua mata uang, yaitu NICA dan ORI, dan masing-masing mata uang hanya diakui oleh yang mengeluarkannya. Rakyat ternyata lebih banyak memberikan dukungan kepada ORI. Konferensi Meja Bundar (KMB) 1949 mengakhiri konflik Indonesia dan Belanda, ditetapkan kemudian DJB (De Javasche Bank) sebagai bank sentral bagi Republik Indonesia Serikat (RIS). Status ini terus bertahan hingga masa kembalinya Republik Indonesia dalam negara kesatuan. Berikutnya sebagai bangsa dan negara yang berdaulat, Republik Indonesia menasionalisasi bank sentralnya. Maka sejak 1 Juli 1953 berubahlah DJB menjadi Bank Indonesia, bank sentral bagi Republik Indonesia. Krisis ekonomi Asia tahun 1998 menyebabkan nilai tukar mata uang rupiah jatuh hingga 35% dan dengan melemahnya mata uang rupiah keadaan perekonomian di Indonesia menjadi menurun pada saat itu dan beberapa tahun kedepan. sumber : Sejarah/Biografi Mata Uang Rupiah diakses pada tanggal 23 Juli Data Uang Syarat-syarat Uang Alat pertukaran yang dapat disebut sebagai uang, harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut. 1. Digemari atau diterima oleh umum (acceptability). 2. Mudah disimpan dan dipindahtangankan (portability). 3. Tahan lama dan tidak lekas rusak (durability). 4. Dapat dibagi-bagi dan tidak mengurangi nilainya (divisibility).

7 9 5. Mempunyai nilai yang stabil atau tetap (stability of value). 6. Jumlahnya memenuhi kebutuhan (scarcity) 7. Mempunyai kesamaan kualitas (uniformity) sumber : Pengertian Uang paragraf ke 3, diakses pada tanggal 23 Juli Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 tahun 2011 tentang Mata Uang Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai suatu negara yang merdeka dang berdaulat memiliki mata uang sebagai salah satu simbol kedaulatan negara yang harus dihormati dan dibanggakan oleh seluruh warga Negara Indonesia Bab IV PENGELOLAAN RUPIAH Bagian Kesatu Umum Pasal 11 (1) Pengelolaan Rupiah meliputi tahapan: a. Perencanaan; b. Pencetakan; c. Pengeluaran; d. Pengedaran e. Pencabutan dan Penarikan; dan f. Pemusnahan. (2) Perencanaan, Pencetakan, dan Pemusnahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Bank Indonesia yang berkoordinasi dengan Pemerintah.

8 10 (3) Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang melakukan Pengeluaran, Pengedaran, dan/atau Pencabutan dan Penarikan Rupiah. (4) Dalam melaksanakan Pengedaran Rupiah sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Bank Indonesia menentukan nomor seri uang kertas. Bab VII LARANGAN Pasal 25 (1) Setiap orang dilarang merusak, memotong, menghancurkan, dan/atau mengubah Rupiah dengan maksud merendahkan kehormatan Rupiah sebagai symbol negara Pasal 35 (1) Setiap Orang yang dengan sengaja merusak, memotong, menghancurkan, dan/ atau mengubah Rupiah dengan maksud merendahkan kehormatan Rupiah sebagai symbol negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling banyak Rp (satu milyar rupiah). Dengan adanya pernyataan yang tercantum dalam undang-undang tersebut, sudah seharusnya masyarakat di Indonesia memiliki kesadaran untuk memperlakukan uang dengan sebagaimana semestinya. Namun kesadaran ini tidak dapat tumbuh begitu saja jika masyarakat sendiri belum mengerti kegunaannya, dan keuntungannya bagi masyarakat itu sendiri.

9 Analisa Data Uang Bank Indonesia (BI) Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang Pasal 11 yang memberikan mandat bagi Bank Indonesia menjadi satu-satunya lembaga yang berwenang melakukan Pengeluaran, Pengedaran, dan/atau Pencabutan dan Penarikan Rupiah. Amanat dari Undang-Undang tersebut dijabarkan dalam misi BI yaitu memenuhi kebutuhan uang di masyarakat dalam jumlah nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi yang layak. Untuk menunjang misi tersebut, BI melakukan beberapa proses dalam pengelolaan Rupiah yang terdiri dari perencanaan, pencetakan, pengeluaran, pencabutan dan penarikan, serta pemusnahan Rupiah. Sejalan dengan itu, BI juga berupaya untuk menjaga kualitas uang yang beredar dalam kondisi layak sehingga akan mempermudah masyarakat mengenali ciri-ciri keaslian dan terhindar dari ancaman peredaran uang palsu. Kebijakan BI ini disebut Clean Money Policy. Namun dalam meningkatkan mutu dan kualitas Rupiah, selain kualitas dari bahan uang dan teknologi percetakannya, faktor yang juga mempengaruhi kelayakan edar uang ialah perilaku masyarakat dalam menggunakan uang. Dengan ini BI menghimbau masyarakat agar lebih peduli dalam memperlakukan uang yaitu dengan tidak melipat, mencoret-coret, merobek, membasahi dan perilaku lainnya yang bersifat merusak atau dapat mengurangi usia edar uang. Disamping itu proses pembuatan uang tidaklah sederhana. Diperlukan biaya yang cukup banyak kurang lebih sekita 2.5 trilliun Rupiah pertahunnya. Biaya ini merupakan pengeluaran kedua terbesar setelah biaya pengelolaan moneter. Jika masyarakat tidak mengubah perilakunya dalam memperlakukan uang, maka uang menjadi tidak awet dan usia edar nya pun semakin pendek. Biaya yang dikeluarkan pun bertambah. Padahal biaya yang digunakan bisa saja untuk keperluan negara lainnya seperti pendidikan, kesehatan, perbaikan jalan, atau fasilitas umum lainnya.

10 Clean Money Policy Merupakan sebuah kebijakan yang dikeluarkan BI, yaitu mengedarkan uang dalam masyarakat dalam jumlah yang cukup, pecahan yang sesuai dan kondisi yang layak edar. Dengan adanya kebijakan ini, BI menyarankan agar masyarakat menukarkan uang tidak layak edar, ke BI atau bank-bank setempat, yang nantinya akan diganti dengan uang yang layak edar. Semua ini bertujuan, agar uang yang beredar di masyarakat dapat memenuhi standar kualitas uang, dengan begitu masyarakat mudah mengenali keaslian Rupiah dan dapat lebih waspada dengan adanya peredaran uang palsu. Disamping itu, uang yang bersih atau uang yang layak edar cenderung lebih nyaman untuk digunakan masyarakat dibandingkan uang lusuh, dalam menyangkut faktor kebersihan Standar Kualitas Uang Penentuan kualitas uang diseleksi dengan menggunakan Mesin Sortasi Uang Kertas (MSUK). Uang yang masuk atau diterima BI akan disaring dan dimasukan ke dalam MSUK, dan diukur tingkat kelusuhannya (soil level). Acuan tingkat pengukuran MSUK mempunyai nilai yang berbeda-beda, tergantung pada merek nya, namun pada umumnya, tiap MSUK terdapat 15 tingkatan. Tingkat 7 sampai 15 dinyatakam uamg uang tidak layak edar, dan tingkat 1-6 batasan uang yang layak edar. (Buku Panduan Ciri-ciri Keaslian dan standar Kualitas Rupiah 2010:34) MSUK bekerja dengan mengitung kadar tanah yang terkandung dalam uang, kadar tanah ini bisa berupa keringat atau kotoran yang terdapat pada setiap tangan, pada dasarnya MSUK menghitung seberapa lama uang tersebut sudah berpindah tangan Uang Layak Edar Uang Layak Edar (ULE) merupakan uang asli yang memenuhi persyaratan untuk diedarkan berdasarkan standar kualitas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Berikut ini merupakan Standar

11 13 Kualitas Uang, sebagai tolak ukur agar, masyarakat dapat menentukan apakah uangnya masih layak edar atau tidak Uang Kertas Uang kertas yang dapat diedarkan kembali adalah uang yang memenuhi kriteria layak edar sebagaimana yang dijelaskan dalam dibawah ini: Uang Rupiah asli bukan Uang Rupiah palsu atau yang diduga palsu Emisi Uang yang masih berlaku sebagai alat pembayaran yang sah dan belum dinyatakan dicabut dan ditarik dari peredaran Uang tersebut tidak mengalami kerusakan (lubang, robek, selotip, terbakar, dan hilang sebagian) yang besarnya tidak melebihi batas toleransi yang telah ditetapkan BI Table 1 Kriteria Kualitas Uang Layak Edar pada Uang Kertas Kriteria Kualitas Uang Layak Edar No. Kriteria Standar Kualitas 1 Lubang Max. 10 mm2 2 Sobek Max. 8 mm 3 Sebagian hilang Max. 50 mm2 4 Selotip Max. 225 mm2 5 Perubahan ukuran uang Max. 8 % Unsur pengaman Tidak ada unsur pengaman yang 6 hilang hilang 7 Noda dan Coretan Tidak ada noda, coretan dan stempel 8 Lusuh Gambar di bawah 9 Uang disambung Tidak terdapat bagian-bagian uang yang disambung menjadi satu dengan menggunakan perekat atau lem. Sumber : Buku Panduan Ciri-ciri Keaslian dan Standar Kualitas Uang Rupiah Jika uang tidak dapat memenuhi salah satu kriteria dan standar tersebut, maka dikategorikan Uang Tidak Layak Edar.

12 Uang Logam Adapun uang logam yang dapat diedarkan kembali adalah uang logam yang memenuhi kriteria : Uang logam asli Tidak berubah warna yang disebabkan zat kimia, terbakar, kotor dan korosi Tidak terdapat lubang, bagian yang hilang, terpotong dan bengkok/lekuk Memiliki bentuk standar Table 2 Kriteria Uang Layak Edar pada Uang Logam Krtiteria Uang Layak Edar Pada Logam No. Kriteria 1 Tidak berubah warna 2 Tidak berlubang 3 Tidak hilang sebagian 4 Tidak terpotong 5 Tidak bengkok/lekuk Sumber : Buku Panduan Ciri-ciri Keaslian dan Standar Kualitas Uang Rupiah Jika uang tidak dapat memenuhi salah satu kriteria dan standar tersebut, maka dikategorikan Uang Tidak Layak Edar Uang Tidak Layak Edar Uang Tidak Layak Edar (UTLE) merupakan uang asli yang tidak memenuhi persyaratan untuk diedarkan berdasarkan standar kualitas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, yaitu uang lusuh, uang cacat, uang rusak dan uang yang telah dicabut atau ditarik dari peredaran. Uang Tidak Layak Edar terdiri dari : a) Uang Lusuh : Uang yang ukuran fisiknya tidak berubah dari ukuran aslinya tetapi kondisi Uang telah berubah yang disebabkan antara

13 15 b) lain karena jamur, minyak, bahan kimia, coret-coretan c) Uang Cacat : Uang hasil cetak yang spesifikasi teknisnya tidak sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia d) Uang yang dicabut dan ditarik dari peredaran e) Uang Rusak : Uang yang ukuran atau fisiknya telah berubah dari ukuran aslinya, antara lain karena terbakar, berlubang, hilang sebagian, atau uang yang ukuran fisiknya tidak berubah dari ukuran aslinya antara lain karena robek, atau Uang yang mengerut. Masyarakat dapat menukarkan Uang Tidak Layak Edar ke kantor Bank Indonesia di wilayah setempat, bank yang beroperasi di Indonesia, atau pihak lain yang ditunjuk oleh Bank Indonesia. Table 3 Ketentuan Penukaran Uang Tidak Layak Edar Ketentuan Penukaran Uang Tidak Layak Edar No. Jenis Uang Tidak Keterangan Layak Edar 1 Uang Lusuh Selama keasliannya masih dapat dikenali, BI memberikan penggantian sebesar nilai nominal uang uang ditukarkan kepada masyarakat yang menukarkan 2 Uang Cacat Kondisi sama seperti diatas 3 Uang yang dicabut dan dtarik dari peredaran Kondisi sama seperti diatas, namun uang yang dicabut atau ditarik masih dalam jangka 10 tahun sejak tanggal pencabutan 4 Uang Rusak Kondisi sama seperti diatas, dengan ketentuan seperti di gambar Sumber : Buku Panduan Ciri-ciri Keaslian dan Standar Kualitas Uang Rupiah

14 Ilustrasi Uang Layak Edar dan Tidak Layak Edar Gambar 1 Kategori Rupiah Logam Tidak Layak Edar Sumber : Buku Panduan Uang Rupiah - BI Gambar 2 Ilustrasi Rupiah Layak Edar dan Tidak Layak Edar Rp Sumber : Buku Panduan Uang Rupiah - BI

15 17 Gambar 3 Ilustrasi Rupiah Layak Edar dan Tidak Layak Edar Rp Sumber : Buku Panduan Uang Rupiah - BI Gambar 4 Ilustrasi Rupiah Layak Edar dan Tidak Layak Edar Rp Sumber : Buku Panduan Uang Rupiah - BI Gambar yang tertera diatas merupakan Uang Tidak Layak Edar menurut hasil penyeleksian melalui Mesin Sortasi Uang Kertas, yang merupakan termasuk dalam tingkat 7.

16 18 Gambar 5 Ilustrasi Rupiah Layak Edar dan Tidak Layak Edar Rp Sumber : Buku Panduan Uang Rupiah - BI Gambar 6 Ilustrasi Rupiah Layak Edar dan Tidak Layak Edar Rp Sumber : Buku Panduan Uang Rupiah - BI

17 19 Gambar 7 Ilustrasi Rupiah Layak Edar dan Tidak Layak Edar Rp 1000 Sumber : Buku Panduan Uang Rupiah - BI Gambar 8 Ilustrasi Rupiah Layak Edar dan Tidak Layak Edar Rp 2000 Sumber : Buku Panduan Uang Rupiah - BI Gambar yang tertera diatas merupakan Uang Tidak Layak Edar menurut hasil penyeleksian melalui Mesin Sortasi Uang Kertas, yang merupakan termasuk dalam tingkat 7.

18 Uang Tidak Layak yang Beredar Kantor BI Purwokerto, selama semester I di tahun 2012, menerima uang tidak layak edar sebesar Rp 811,11 milliar. Uang tidak layak edar yang ditemukan dengan kriteria lusuh, dicoret-coret, dan ukuran yang sudah tidak sesuai bila dicek dengan mesin standar uang. Selain itu, juga masih banyak masyarakat yang mensteples uang, padahal hal itu menyebabkan uang menjadi rusak dan tidak layak edar. Selain uang tidak layak edar, juga ditemukan uang palsu sebanyak 1584 lembar dengan nominal Rp 132,82 juta. Pecahan paling banyak sejumlah lembar. (Sumber : ; 22 November 2012) Jakata : Selama 10 bulan terakhir ditahun 2012 telah memusnahkan uang kartal senilai Rp 42,4 trilliun karena dinilai sudah tidak layak edar. Uang kartal tidak layak edar yang dimusnahkan itu berasal dari berbagai pecahan yang mencapai 3,1 milliar bilyet uang. Sementara itu, terkait temuan uang palsu selama Januari-September 2013 telah mencapai sebanyak lembar, dengan nominal yang dimiripkan mencapai sebesar Rp11,8 milliar. (Sumber : ; 20 November 2012) Kepala Departemen Pengedaran Uang Bank Indonesia, Lambok Antonius Siahaan menyampaikan bahwa sepanjang tahun 2012, Bank Indonesia memusnahkan uang tidak layak edar senilai Rp 2,4 triliun, dengan jumlah uangnya 345,4 juta lembar. Uang tak layak edar setiap tahunnya terus meningkat, namun masyarakat diminta untuk sadar menggunakan uang dengan sebaik-baiknya, agar tingkat kerusakan uang bisa diminimalisir. Bapak Lambok mengatakan, masyarakat dihimbau untuk memperlakukan uang dengan baik karena biaya pencetakan uang tergolong mahal. (Sumber : ; 6 Februari 2013)

19 Uang yang Beredar di Jepang Lain halnya dengan keadaan uang di Jepang. Jepang merupakan salah satu negara maju di Asia, namun masyarakat di Jepang masih menyukai menggunakan uang kas, dari pada uang kredit/e-money. Dibandingkan negara maju lainnya seperti, Amerika, Eropa atau Inggris, angka peredaran uang kas di Jepang masih paling tinggi. Sulit sekali untuk menemukan uang tidak layak edar di Jepang. Bahkan uang yang di dapat dari pasar ikan sekalipun, uangnya masih bersih dan lurus. Menjaga kualitas dan kelayakan uang memang menjadi tugas dari bank sentral. Namun, dalam pelaksanaannya, budaya dan perilaku keseharian masyarakat turut mendukung dan memiliki peran yang penting. Di Jepang, masyarakatnya sangat mencintai keindahan dan kebersihan. Mereka jarang sekali melipat-lipat uang kertas, karena takut merusak keindahannya. Budaya menghargai keindahan itu tercermin pula di setiap aspek kehidupan masyarakat Jepang serba rapih dan teratur. Kultur tersebut ternyata berdampak positif terhadap keadaan Yen di Jepang. (Sumber : junantoherdiawan.com) Tidak ada salahnya jika masyarakat Indonesia dapat meniru perilaku yang baik tersebut dari negara Jepang. Menghargai keindahan dan kebersihan dari hal-hal yang sepele namun memiliki dampak yang besar, seperti halnya menjaga keindahan dan kebersihan uang. Tidak dapat dipungkiri bahwa keadaan fisik sebuah uang di suatu negara mencerminkan kualitas masyarakatnya. Oleh karena itu, salah satu tujuan dari presentasi ini adalah melakukan edukasi agar mulai dari diri kita sendiri, mulai dari sekarang dan mulai dari hal kecil seperti memperlakukan uang Rupiah dengan baik sehingga secara kolektif masyarakat Indonesia mempunyai perilaku yang baik, menghargai keindahan dan kebersihan uang.

20 Analisa SWOT Strenght (Kekuatan) : Kurangnya media yang menginformasikan atau mengedukasi tentang uang Animasi yang mengulas tentang pentingnya merawat dan menghargai uang belum ada di Indonesia Weakness (Kelemahan): Kepedulian yang timbul cenderung sementara, jika hanya ada kasus saja atau jika isu nya masih baru atau hangat. Opportunities (Peluang) : Animasi edukasi yang dibungkus secara menarik dan fun sehingga dapat membuka wawasan masyarakat terhadap uang. Animasi edukasi ini nantinya bisa menjadi bagian dari penyuluhan kepada masyarakat. Threat (Ancaman): Kesadaran yang masih rendah tentang lingkungan Masyarakat yang kurang peduli Pemerintah yang tidak menganggap kepedulian terhadap rupiah sebagai suatu hal yang penting 2.8 Target Audience Target audience untuk animasi edukasi ini ditujukan kepada semua kalangan masyarakat, namun lebih dikhususkan kepada usia 8-13 Tahun

PANDUAN PENUKARAN RUPIAH TIDAK LAYAK EDAR

PANDUAN PENUKARAN RUPIAH TIDAK LAYAK EDAR PANDUAN PENUKARAN RUPIAH TIDAK LAYAK EDAR UNDANG UNDANG No. 7 Tahun 2011 tentang MATA UANG PENUKARAN RUPIAH Pasal 22 (1) Untuk memenuhi kebutuhan Rupiah di masyarakat dalam jumlah nominal yang cukup, jenis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENGAMATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENGAMATAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENGAMATAN A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Prosedur Menurut Moekijat (1997:53) Prosedur yaitu urutan langkah-langkah (atau pelaksanaan-pelaksanaan pekerjaan) melakukan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara kesatuan negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

No.10/8/DPU Jakarta, 28 Februari 2008 SURAT EDARAN

No.10/8/DPU Jakarta, 28 Februari 2008 SURAT EDARAN No.10/8/DPU Jakarta, 28 Februari 2008 SURAT EDARAN Perihal : Penukaran Uang Rupiah Menunjuk Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/14/PBI/2004 tentang Pengeluaran, Pengedaran, Pencabutan dan Penarikan serta

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 17 / PBI/2000 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN SERTA PENCABUTAN DAN PENARIKAN UANG RUPIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 17 / PBI/2000 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN SERTA PENCABUTAN DAN PENARIKAN UANG RUPIAH PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 17 / PBI/2000 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN SERTA PENCABUTAN DAN PENARIKAN UANG RUPIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Bank Indonesia merupakan satu-satunya

Lebih terperinci

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/13/PADG/2017 TENTANG PENUKARAN UANG RUPIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/13/PADG/2017 TENTANG PENUKARAN UANG RUPIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/13/PADG/2017 TENTANG PENUKARAN UANG RUPIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 7 /PBI/2012 TENTANG PENGELOLAAN UANG RUPIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 7 /PBI/2012 TENTANG PENGELOLAAN UANG RUPIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 7 /PBI/2012 TENTANG PENGELOLAAN UANG RUPIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu tugas Bank Indonesia adalah mengatur

Lebih terperinci

ekonomi Kelas X UANG KTSP A. Definisi dan Syarat Uang Tujuan Pembelajaran

ekonomi Kelas X UANG KTSP A. Definisi dan Syarat Uang Tujuan Pembelajaran KTSP Kelas X ekonomi UANG Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami konsep dasar uang. 2. Memahami fungsi uang bagi masyarakat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 9/10/PBI/2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 6/14/PBI/2004 TENTANG PENGELUARAN, PENGEDARAN, PENCABUTAN DAN PENARIKAN, SERTA PEMUSNAHAN UANG RUPIAH

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/14/PBI/2004 TENTANG PENGELUARAN, PENGEDARAN, PENCABUTAN DAN PENARIKAN, SERTA PEMUSNAHAN UANG RUPIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/14/PBI/2004 TENTANG PENGELUARAN, PENGEDARAN, PENCABUTAN DAN PENARIKAN, SERTA PEMUSNAHAN UANG RUPIAH PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/14/PBI/2004 TENTANG PENGELUARAN, PENGEDARAN, PENCABUTAN DAN PENARIKAN, SERTA PEMUSNAHAN UANG RUPIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu tugas Bank

Lebih terperinci

Uang Dalam Perekonomian

Uang Dalam Perekonomian Uang Dalam Perekonomian Pengertian Uang Uang adalah sesuatu yang dapat dipergunakan untuk melakukan transaksi Uang memiliki dua nilai, yaitu nilai nominal dan nilai riil. Nilai nominal adalah nilai yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. independen berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. independen berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1999 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank Indonesia merupakan Bank Sentral atau Lembaga Negara yang independen berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai suatu

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Kasmir (2014:17), fungsi uang tidak hanya sebagai alat pembayaran, uang juga dapat sebagai alat yang multi fungsi uang juga bisa digunakan sebagai alat

Lebih terperinci

No.6/ 25 /DPU Jakarta, 30 Juni 2004 SURAT EDARAN. Perihal : Penukaran Uang Rupiah

No.6/ 25 /DPU Jakarta, 30 Juni 2004 SURAT EDARAN. Perihal : Penukaran Uang Rupiah No.6/ 25 /DPU Jakarta, 30 Juni 2004 SURAT EDARAN Perihal : Penukaran Uang Rupiah Sehubungan dengan ditetapkannya Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/14/PBI/2004 tanggal 22 Juni 2004 tentang Pengeluaran, Pengedaran,

Lebih terperinci

No Pengedaran, serta Pencabutan dan Penarikan, sampai dengan Pemusnahan Uang Rupiah. Dalam pelaksanaan kewenangan dan tugas Pengelolaan Uang R

No Pengedaran, serta Pencabutan dan Penarikan, sampai dengan Pemusnahan Uang Rupiah. Dalam pelaksanaan kewenangan dan tugas Pengelolaan Uang R TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5323 (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 138) PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 7 /PBI/2012 TENTANG PENGELOLAAN UANG RUPIAH

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERBANKAN. By : Angga Hapsila, SE. MM

MANAJEMEN PERBANKAN. By : Angga Hapsila, SE. MM MANAJEMEN PERBANKAN By : Angga Hapsila, SE. MM BAB II UANG DAN BANK SENTRAL DI INDONESIA 1. DEFINISI UANG 2. SYARAT UANG 3. PERAN/ FUNGSI UANG 4. NILAI WAKTU DARI UANG 5. BANK SENTRAL DI INDONESIA 1. DEFINISI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jauh sebelum dikenalnya uang sebagai alat pembayaran, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jauh sebelum dikenalnya uang sebagai alat pembayaran, masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jauh sebelum dikenalnya uang sebagai alat pembayaran, masyarakat melakukan perdagangan dengan sistem barter, yaitu suatu sistem perdagangan dengan pertukaran antara

Lebih terperinci

No.9/ 37 /DPU Jakarta, 27 Desember 2007 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

No.9/ 37 /DPU Jakarta, 27 Desember 2007 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA No.9/ 37 /DPU Jakarta, 27 Desember 2007 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Penyetoran dan Penarikan Uang Rupiah oleh Bank Umum di Bank Indonesia Menunjuk Peraturan Bank Indonesia

Lebih terperinci

No.13/ 9 /DPU Jakarta, 5 April 2011 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

No.13/ 9 /DPU Jakarta, 5 April 2011 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA No.13/ 9 /DPU Jakarta, 5 April 2011 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Penyetoran dan Penarikan Uang Rupiah oleh Bank Umum di Bank Indonesia Sehubungan dengan berlakunya Peraturan

Lebih terperinci

EKONOMI UANG DAN BANK

EKONOMI UANG DAN BANK EKONOMI UANG DAN BANK Pertemuan ke-1 --- UANG Ratih Kurniasih DEFINISI UANG Uang adalah sesuatu yang secara umum diterima di dalam pembayaran barang-barang dan jasa-jasa serta untuk pembayaran utang-utang.

Lebih terperinci

Uang EKO 2 A. PENDAHULUAN C. NILAI DAN JENIS-JENIS UANG B. FUNGSI UANG. value).

Uang EKO 2 A. PENDAHULUAN C. NILAI DAN JENIS-JENIS UANG B. FUNGSI UANG. value). A. PENDAHULUAN Uang adalah suatu benda atau alat tukar yang diterima oleh masyarakat umum untuk melakukan kegiatan pertukaran barang dengan barang atau lainnya. Ciri-ciri uang agar penggunaannya efisien:

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai suatu

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/10/PBI/2013 TENTANG JUMLAH DAN NILAI NOMINAL UANG RUPIAH YANG DIMUSNAHKAN TAHUN 2011 DAN TAHUN 2012

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/10/PBI/2013 TENTANG JUMLAH DAN NILAI NOMINAL UANG RUPIAH YANG DIMUSNAHKAN TAHUN 2011 DAN TAHUN 2012 PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/10/PBI/2013 TENTANG JUMLAH DAN NILAI NOMINAL UANG RUPIAH YANG DIMUSNAHKAN TAHUN 2011 DAN TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

1.Pengertian, Perkembangan & Fungsi UANG

1.Pengertian, Perkembangan & Fungsi UANG 1.Pengertian, Perkembangan & Fungsi UANG Dr. Lana Sularto Sejarah Uang 1. Barter 2. Ternak, tembakau, kulit, bulu,minyak, alkohol, besi tembaga, emas, perak, intan berlian, mutiara, kerang 3. Logam dibentuk

Lebih terperinci

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/19/PADG/2017 TENTANG PENYETORAN DAN PENARIKAN UANG RUPIAH OLEH BANK DI BANK INDONESIA

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/19/PADG/2017 TENTANG PENYETORAN DAN PENARIKAN UANG RUPIAH OLEH BANK DI BANK INDONESIA PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/19/PADG/2017 TENTANG PENYETORAN DAN PENARIKAN UANG RUPIAH OLEH BANK DI BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA,

Lebih terperinci

SAMBUTAN PENUTUPAN DEPUTI GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT TEKNIS KE-17 KONFERENSI MINTS DI ASEAN (TEMAN) Yogyakarta, 12 Juni 2015

SAMBUTAN PENUTUPAN DEPUTI GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT TEKNIS KE-17 KONFERENSI MINTS DI ASEAN (TEMAN) Yogyakarta, 12 Juni 2015 SAMBUTAN PENUTUPAN DEPUTI GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT TEKNIS KE-17 KONFERENSI MINTS DI ASEAN (TEMAN) Yogyakarta, 12 Juni 2015 Yang saya hormati, Para pembicara, Para hadirin sekalian, Bapak dan

Lebih terperinci

MEKANISME DISTRIBUSI UANG RUPIAH TAHUN EMISI 2016 PADA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI BALI

MEKANISME DISTRIBUSI UANG RUPIAH TAHUN EMISI 2016 PADA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI BALI MEKANISME DISTRIBUSI UANG RUPIAH TAHUN EMISI 2016 PADA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI BALI OLEH : MOKH.SYAIFUDIN NIM : 1406013049 Tugas Akhir Studi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo pada Unit Layanan Operasional Kas dan Pengelolaan Uang. Unit

Lebih terperinci

Kelangkaan Uang Logam Disebabkan Penggunaan. Uang Elektronik Dan Uang Giral

Kelangkaan Uang Logam Disebabkan Penggunaan. Uang Elektronik Dan Uang Giral Kelangkaan Uang Logam Disebabkan Penggunaan Uang Elektronik Dan Uang Giral 1. Latar Belakang Masalah Uang merupakan alat pembayaran yang berlaku untuk semua transaksi jual-beli baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Uang Rupiah. Dimusnahkan. Jumlah. Nilai Nominal. PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/1/PBI/2015 TENTANG JUMLAH DAN NILAI NOMINAL UANG RUPIAH

Lebih terperinci

ekonomi Kelas X SISTEM PEMBAYARAN DAN ALAT PEMBAYARAN K-13 A. Pengertian Sistem Pembayaran Tujuan Pembelajaran

ekonomi Kelas X SISTEM PEMBAYARAN DAN ALAT PEMBAYARAN K-13 A. Pengertian Sistem Pembayaran Tujuan Pembelajaran K-13 Kelas X ekonomi SISTEM PEMBAYARAN DAN ALAT PEMBAYARAN Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan sistem pembayaran

Lebih terperinci

sesuatu yang dapat diterima secara umum sebagai alat pembayaran dalam suatu

sesuatu yang dapat diterima secara umum sebagai alat pembayaran dalam suatu sesuatu yang dapat diterima secara umum sebagai alat pembayaran dalam suatu wilayah tertentu atau sebagai alat pembayaran hutang atau sebagai alat untuk melakukan pembelian barang dan jasa. Mempermudah

Lebih terperinci

BAB II PERATURAN-PERATURAN HUKUM YANG BERKAITAN DENGAN TINDAK PIDANA PEMALSUAN UANG DI INDONESIA

BAB II PERATURAN-PERATURAN HUKUM YANG BERKAITAN DENGAN TINDAK PIDANA PEMALSUAN UANG DI INDONESIA BAB II PERATURAN-PERATURAN HUKUM YANG BERKAITAN DENGAN TINDAK PIDANA PEMALSUAN UANG DI INDONESIA Salah satu usaha penanggulangan kejahatan ialah menggunakan hukum pidana dengan sanksinya yang berupa pidana.

Lebih terperinci

MATA UANG. INDISCE MUNTWET PENGHENTIAN. PENETAPAN SEBAGAI UNDANG-UNDANG.

MATA UANG. INDISCE MUNTWET PENGHENTIAN. PENETAPAN SEBAGAI UNDANG-UNDANG. Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 27 TAHUN 1953 (27/1953) Tanggal: 18 DESEMBER 1953 (JAKARTA) Sumber: LN 1953/77; TLN NO. 482 Tentang: Indeks: PENETAPAN "UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

EKONOMI MONETER (EM) OK--OK

EKONOMI MONETER (EM) OK--OK EKONOMI MONETER (EM) OK--OK Catatan : Dengan pertimbangan kemudahan pemahaman, materi dalam bahan kuliah ini diambil dari kombinasi berbagai literatur tentang Ekonomi Moneter, khususnya buku Ekonomi Moneter

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1951 TENTANG PENGHENTIAN BERLAKUNYA "INDISCHE MUNTWET 1912" DAN PENETAPAN PERATURAN BARU TENTANG MATA UANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

SMAM 3 LHOKSEUMAWE ALAT PEMBAYARAN TUNAI & NON JUDUL MATERI LAT. SELESAI TUNAI. Indikator: Alat pembyrn tunai & non tunai

SMAM 3 LHOKSEUMAWE ALAT PEMBAYARAN TUNAI & NON JUDUL MATERI LAT. SELESAI TUNAI. Indikator: Alat pembyrn tunai & non tunai ALAT PEMBAYARAN TUNAI & NON & non TUNAI Pengertian Uang Menurut Para Ahli & non a. TRI KUNAWANGSIH & ANTO PRACOYO Uang merupakan alat tukar yang diterima pleh masyarakat sebagai alat pembayaran yang sah

Lebih terperinci

UANG DAN LEMBAGA KEUANGAN

UANG DAN LEMBAGA KEUANGAN UANG DAN LEMBAGA KEUANGAN Sejarah Perkembangan Uang I BARANG BARANG II BARANG UANG ---- BARANG Sejarah Perkembangan Uang I BARANG BARANG II BARANG UANG BARANG BARANG III BARANG UANG BARANG CONTOH BARTER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank Indonesia merupakan bank sentral di Indonesia sekaligus satusatunya lembaga yang berwenang mengeluarkan Uang Rupiah sebagai alat pembayaran yang sah di Negara

Lebih terperinci

PRESIDEN REPU8L1K INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPU8L1K INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PRESIDEN REPU8L1K INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menirnbang Mengingat a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

UANG dalam perekonom ian

UANG dalam perekonom ian UANG dalam perekonom ian RUANG LINGKUP Ekonomi moneter merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari tentang sifat, fungsi, serta pengaruh uang terhadap kegiatan ekonomi Tujuan Mempelajari Ekonomi

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 1953 TENTANG PENETAPAN "UNDANG-UNDANG DARURAT TENTANG PENGHENTIAN BERLAKUNYA "INDISCHE MUNTWET 1912" DAN PENETAPAN PERATURAN BARU TENTANG MATA UANG" (UNDANG-UNDANG DARURAT

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia menjadi Undang-U

2017, No Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia menjadi Undang-U No.21, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Uang Rupiah. 2016. Dimusnahkan. PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/1/PBI/2017 TENTANG JUMLAH DAN NILAI NOMINAL UANG RUPIAH YANG DIMUSNAHKAN

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/28/PBI/2016 TENTANG PENGELUARAN UANG RUPIAH LOGAM PECAHAN 200 (DUA RATUS) TAHUN EMISI 2016

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/28/PBI/2016 TENTANG PENGELUARAN UANG RUPIAH LOGAM PECAHAN 200 (DUA RATUS) TAHUN EMISI 2016 PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/28/PBI/2016 TENTANG PENGELUARAN UANG RUPIAH LOGAM PECAHAN 200 (DUA RATUS) TAHUN EMISI 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Presiden Republik Indonesia, Mengingat: Pasal 97 ayat 1 jo. Pasal 89 dan Pasal 109 Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia;

Presiden Republik Indonesia, Mengingat: Pasal 97 ayat 1 jo. Pasal 89 dan Pasal 109 Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia; UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1953 TENTANG PENETAPAN "UNDANG-UNDANG DARURAT TENTANG PENGHENTIAN BERLAKUNYA "INDISCHE MUNTWET 1912" DAN PENETAPAN PERATURAN BARU TENTANG MATA UANG" (UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

Bank Indonesia : Apa, Siapa dan Bagaimana

Bank Indonesia : Apa, Siapa dan Bagaimana Bank Indonesia : Apa, Siapa dan Bagaimana 1. Banyak yang mengira tugas Bank Indonesia sama dengan tugas bank komersial. Apa benar begitu, dan apa perbedaan Bank Indonesia dengan bank lain? 2. Banyak juga

Lebih terperinci

Sejarah Uang dan Pengertian Uang

Sejarah Uang dan Pengertian Uang Sejarah Uang dan Pengertian Uang UANG 1. Sejarah Munculnya Uang a. Masa sebelum barter Pada zaman purba, atau pada masyarakat yang masih sangat sederhana, orang belum bisa menggunakan uang. Perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembayaran merupakan hal penting bagi manusia dalam menunjang

BAB I PENDAHULUAN. Pembayaran merupakan hal penting bagi manusia dalam menunjang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembayaran merupakan hal penting bagi manusia dalam menunjang kehidupanya, oleh karena itu jenis pembayaran berubah dari waktu ke waktu agar lebih lancar, efisien,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha yang terdiri atas uang kertas dan uang logam, yang merupakan alat pembayaran

BAB I PENDAHULUAN. usaha yang terdiri atas uang kertas dan uang logam, yang merupakan alat pembayaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ditinjau secara umum, kas merupakan uang kartal yang tersedia bagi suatu usaha yang terdiri atas uang kertas dan uang logam, yang merupakan alat pembayaran

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. transaksi menggunakan Rupiah logam sebagai berikut : Rp 1000,00 (seribu Rupiah) dan/atau Rp 1500,00 (seribu lima ratus Rupiah), dan

BAB IV PENUTUP. transaksi menggunakan Rupiah logam sebagai berikut : Rp 1000,00 (seribu Rupiah) dan/atau Rp 1500,00 (seribu lima ratus Rupiah), dan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan berikut : Dari uraian dalam Bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa hal 1. Faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat di Kabupaten Sijunjung menolak transaksi menggunakan

Lebih terperinci

BAB II KEDUDUKAN BANK INDONESIA DALAM SISTEM KEUANGAN NEGARA. Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998

BAB II KEDUDUKAN BANK INDONESIA DALAM SISTEM KEUANGAN NEGARA. Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 BAB II KEDUDUKAN BANK INDONESIA DALAM SISTEM KEUANGAN NEGARA A. Pengertian Bank Indonesia Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998, bank adalah badan usaha yang

Lebih terperinci

Pendapatan Rumah Tangga; Upah/gaji, Bunga, Sewa, Keuntungan. Faktor produksi rumah tangga: Tenaga kerja, Modal, Tanah, Kewirausahaan

Pendapatan Rumah Tangga; Upah/gaji, Bunga, Sewa, Keuntungan. Faktor produksi rumah tangga: Tenaga kerja, Modal, Tanah, Kewirausahaan Bab 1 Ekonomi Uang dan Bank I Priyo Purwanto Uang Dalam Perekonomian -. Proses Pertukaran dan Sejarah perkembangan Uang, Perkembangan Pertukaran Perdagangan dengan media Barter Uang Barang dan Uang Modern

Lebih terperinci

Sistem Pembayaran Tunai

Sistem Pembayaran Tunai Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Sistem Pembayaran Tunai Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Sistem Pembayaran Tunai Tim Penyusun Ramlan Ginting Dudy Iskandar Gantiah Wuryandani Zulkarnain Sitompul

Lebih terperinci

melindamelindo.wordpress.com Page 1

melindamelindo.wordpress.com Page 1 BAB 10. Uang - Uang adalah alat pembayaran yang sah yang digunakan untuk melakukan transaksi pembayaran A. Fungsi Uang a. Fungsi Asli Uang 1. Alat Tukar Sebagai alat tukar, uang mempermudah manusia dalam

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA KOMISI III DPR-RI DENGAN KEPALA BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL (BPHN) DALAM RANGKA PEMBAHASAN DIM RUU TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA ---------------------------------------------------

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awalnya manusia memenuhi kebutuhannya secara mandiri. Mereka

BAB I PENDAHULUAN. Pada awalnya manusia memenuhi kebutuhannya secara mandiri. Mereka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awalnya manusia memenuhi kebutuhannya secara mandiri. Mereka memenuhi kebutuhannya dengan cara memanfaatkan apa yang mereka peroleh dari alam karena pada

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK. diambil dari mata uang India Rupee. Sebelumnya di daerah yang sekarang disebut

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK. diambil dari mata uang India Rupee. Sebelumnya di daerah yang sekarang disebut BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK 2.1 Rupiah Rupiah (Rp) adalah mata uang Indonesia (kodenya adalah IDR). Nama ini diambil dari mata uang India Rupee. Sebelumnya di daerah yang sekarang disebut Indonesia menggunakan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/26 /PBI/2016 TENTANG PENGELUARAN UANG RUPIAH LOGAM PECAHAN (SERIBU) TAHUN EMISI 2016

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/26 /PBI/2016 TENTANG PENGELUARAN UANG RUPIAH LOGAM PECAHAN (SERIBU) TAHUN EMISI 2016 PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/26 /PBI/2016 TENTANG PENGELUARAN UANG RUPIAH LOGAM PECAHAN 1.000 (SERIBU) TAHUN EMISI 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan

Lebih terperinci

Ringkasan Materi UAS 2 Ekonomi Kelas X

Ringkasan Materi UAS 2 Ekonomi Kelas X Ringkasan Materi UAS 2 Ekonomi Kelas X =======================================Bank=================================== A. Pengertian Bank Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Bank Indonesia selaku bank sentral berdasarkan pasal 4 Ayat 1 Undangundang RI No. 23 Tahun 1999 merupakan lembaga negara yang independen. Hal ini berarti

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/3/PBI/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/3/PBI/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/3/PBI/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

ekonomi K-13 PERMINTAAN DAN PENAWARAN UANG K e l a s A. KONSEP DASAR a. Sejarah Uang Tujuan Pembelajaran

ekonomi K-13 PERMINTAAN DAN PENAWARAN UANG K e l a s A. KONSEP DASAR a. Sejarah Uang Tujuan Pembelajaran K-13 ekonomi K e l a s XI PERMINTAAN DAN PENAWARAN UANG Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Menguasai konsep dan teori uang. 2. Menentukan

Lebih terperinci

STRATEGI KOMUNIKASI BANK INDONESIA DALAM MENSOSIALISASIKAN CIRI-CIRI KEASLIAN UANG RUPIAH KARYA ILMIAH. Oleh: RHAZAQ ABRAHAM SATTAR

STRATEGI KOMUNIKASI BANK INDONESIA DALAM MENSOSIALISASIKAN CIRI-CIRI KEASLIAN UANG RUPIAH KARYA ILMIAH. Oleh: RHAZAQ ABRAHAM SATTAR STRATEGI KOMUNIKASI BANK INDONESIA DALAM MENSOSIALISASIKAN CIRI-CIRI KEASLIAN UANG RUPIAH KARYA ILMIAH Oleh: RHAZAQ ABRAHAM SATTAR 206000213 PROGRAM ILMU STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS FALSAFAH DAN PERADABAN

Lebih terperinci

Teori tentang uang, bank dan Kebijakan Moneter. Pengantar Ilmu Ekonomi

Teori tentang uang, bank dan Kebijakan Moneter. Pengantar Ilmu Ekonomi Teori tentang uang, bank dan Kebijakan Moneter Pengantar Ilmu Ekonomi Saturday, June 25, 2016 Pokok bahasan pertemuan ke-12 Pengertian dan fungsi uang. Jenis-jenis uang. Teori permintaan uang. Fungsi bank

Lebih terperinci

Menurut Talcote Parsons, uang tidak hanya sebagai instrument ekonomi tetapi juga bahasa simbolik yang terbagi, ini bukan komoditi melainkan penanda.

Menurut Talcote Parsons, uang tidak hanya sebagai instrument ekonomi tetapi juga bahasa simbolik yang terbagi, ini bukan komoditi melainkan penanda. Definisi uang Dalam Ekonomi Tradisional Uang didefinisikan Sebagai setiap alat tukar yang dapat diterima secara umum. Alat tukar itu berupa benda apa saja yang dapat diterima oleh setiap orang di masyarakat

Lebih terperinci

TUGAS-TUGAS BANK INDONESIA. Mulyati, SE., M.T.I.

TUGAS-TUGAS BANK INDONESIA. Mulyati, SE., M.T.I. TUGAS-TUGAS BANK INDONESIA Mulyati, SE., M.T.I. Pendahuluan Fungsi utama Bank Sentral adalah mengatur masalah-masalah yang berhubungan dengan keuangan di suatu negara secara luas, baik dalam maupun luar

Lebih terperinci

Ilmu Ekonomi Bank Sentral dan Kebijakan moneter

Ilmu Ekonomi Bank Sentral dan Kebijakan moneter Ilmu Ekonomi Bank Sentral dan Kebijakan moneter 1 Bank Sentral (BI di Indonesia) Bank Indonesia (BI) - Sebagai Bank Sentral berdasarkan pasal 4 ayat 1 Undangundang RI No. 23 tahun 1999 Lembaga Negara yang

Lebih terperinci

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/16/PADG/2017 TENTANG KLARIFIKASI ATAS UANG RUPIAH YANG DIRAGUKAN KEASLIANNYA

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/16/PADG/2017 TENTANG KLARIFIKASI ATAS UANG RUPIAH YANG DIRAGUKAN KEASLIANNYA PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/16/PADG/2017 TENTANG KLARIFIKASI ATAS UANG RUPIAH YANG DIRAGUKAN KEASLIANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERLUNYA UNDANG-UNDANG MATA UANG 1

PERLUNYA UNDANG-UNDANG MATA UANG 1 PERLUNYA UNDANG-UNDANG MATA UANG 1 Oleh: Tim Peneliti Fakultas Hukum Universitas Airlangga A. Latar Belakang Masalah Amandemen keempat Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mereka memperoleh makanan dari berburu atau makan berbagai buah-buahan.

BAB I PENDAHULUAN. Mereka memperoleh makanan dari berburu atau makan berbagai buah-buahan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia pada peradaban awal memenuhi kebutuhannya secara sendiri. Mereka memperoleh makanan dari berburu atau makan berbagai buah-buahan. Dalam periode prabarter

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 13 /PBI/2012 TENTANG PENITIPAN SEMENTARA SURAT YANG BERHARGA DAN BARANG BERHARGA PADA BANK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 13 /PBI/2012 TENTANG PENITIPAN SEMENTARA SURAT YANG BERHARGA DAN BARANG BERHARGA PADA BANK INDONESIA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 13 /PBI/2012 TENTANG PENITIPAN SEMENTARA SURAT YANG BERHARGA DAN BARANG BERHARGA PADA BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Uang mempermudah manusia untuk saling memenuhi kebutuhan hidup dengan cara melakukan

Lebih terperinci

Sistem Pembayaran Tunai

Sistem Pembayaran Tunai Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Sistem Pembayaran Tunai DISCLAIMER Isi kodifikasi ini adalah himpunan peraturan Bank Indonesia yang disusun secara sistematis berdasarkan kelompok dan topik tertentu

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 26 TAHUN 1953 TENTANG PENETAPAN "UNDANG-UNDANG DARURAT TENTANG LARANGAN UNTUK MEMPERGUNAKAN DAN MEMASUKKAN DALAM PEREDARAN UANG PERAK LAMA, YANG DIKELUARKAN BERDASARKAN " INDISCHE MUNTWET

Lebih terperinci

SEJARAH BANK INDONESIA : SISTEM PEMBAYARAN Periode

SEJARAH BANK INDONESIA : SISTEM PEMBAYARAN Periode SEJARAH BANK INDONESIA : SISTEM PEMBAYARAN Periode 1983-1997 Cakupan : Halaman 1. Sekilas Sejarah Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 2 Periode 1983-1997 2. Arah Kebijakan 1983-1997 4 3. Langkah-Langkah

Lebih terperinci

RENCANA PERSIAPAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PERSIAPAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PERSIAPAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah : SMK Taruna Terpadu 2 Mata Pelajaran : Ekonomi Kelas / Semester : X / 2 Pertemuan : 1 Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit A. STANDAR KOMPETENSI 7. Memahami Uang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. menimbulkan munculnya gagasan pendirian bank sirkulasi untuk Hindia Belanda.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. menimbulkan munculnya gagasan pendirian bank sirkulasi untuk Hindia Belanda. BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Bank Indonesia (BI) Adanya kesulitan keuangan di Hindia Belanda memerlukan penertiban dan pengaturan sistem pembayaran di Hindia Belanda. Hal itu di

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN HARGA RUPIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN HARGA RUPIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN HARGA RUPIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa perkembangan perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hampir semua transaksi perdagangan internasional pada saat ini menggunakan

I. PENDAHULUAN. Hampir semua transaksi perdagangan internasional pada saat ini menggunakan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hampir semua transaksi perdagangan internasional pada saat ini menggunakan Fiat Money. 1 Mata uang ini telah sangat luas digunakan oleh masyarakat dunia sebagai alat

Lebih terperinci

PERIODE TAHUN ABSTRACT

PERIODE TAHUN ABSTRACT PERIODE TAHUN 1951-2009 ABSTRACT Wimba, 1. PENDAHULUAN Mata uang pertama Indonesia adalah peredarannya bisa dibilang sangat singkat lebih lama akibat seringnya berpindah logam dari pecahan terkecil yaitu

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1999 TENTANG BANK INDONESIA [LN 1999/66, TLN 3843]

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1999 TENTANG BANK INDONESIA [LN 1999/66, TLN 3843] UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1999 TENTANG BANK INDONESIA [LN 1999/66, TLN 3843] BAB XI KETENTUAN PIDANA DAN SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 65 Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 10/ 33 /PBI/2008 TENTANG PENCABUTAN DAN PENARIKAN DARI PEREDARAN UANG KERTAS PECAHAN 10.000 (SEPULUH RIBU) RUPIAH TAHUN EMISI 1998, 20.000 (DUA PULUH RIBU) RUPIAH TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses pertukaran barang dan jasa serta untuk pembayaran utang. Pada umumnya setiap

BAB I PENDAHULUAN. proses pertukaran barang dan jasa serta untuk pembayaran utang. Pada umumnya setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Uang memegang peranan yang sangat penting di sepanjang kehidupan manusia. Uang digunakan sebagai alat tukar yang dapat diterima secara umum, yang dimana alat tukarnya

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM DALAM TINDAK PIDANA PEMALSUAN MATA UANG DOLLAR. Suwarjo, SH., M.Hum.

PENEGAKAN HUKUM DALAM TINDAK PIDANA PEMALSUAN MATA UANG DOLLAR. Suwarjo, SH., M.Hum. PENEGAKAN HUKUM DALAM TINDAK PIDANA PEMALSUAN MATA UANG DOLLAR Suwarjo, SH., M.Hum. Abstrak Pemberantasan dollar AS palsu di Indonesia terbilang cukup sulit karena tidak terjangkau oleh hukum di Indonesia.

Lebih terperinci

Periode Pengakuan Kedaulatan RI s.d. Nasionalisasi DJB

Periode Pengakuan Kedaulatan RI s.d. Nasionalisasi DJB Periode Pengakuan Kedaulatan RI s.d. Nasionalisasi DJB Setelah Jepang menyerah kepada sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945, Indonesia segera memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945.

Lebih terperinci

Bab 6. Uang. Peta Konsep. Kata Kunci. Uang. Sejarah uang Uang kartal Uang giral. Barter. Manfaat uang. Barter. Meliputi. Sejarah Uang. Uang.

Bab 6. Uang. Peta Konsep. Kata Kunci. Uang. Sejarah uang Uang kartal Uang giral. Barter. Manfaat uang. Barter. Meliputi. Sejarah Uang. Uang. Bab 6 Uang Peta Konsep Uang Sejarah Uang Meliputi Barter Jual Beli Membahas tentang Jenis Uang yang Beredar di Masyarakat Terdiri atas Uang Kartal Uang Kertas Uang Logam Cek Uang Giral Giro Premi Mengelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Profil Bank Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Profil Bank Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Profil Bank Indonesia Bank Indonesia sebagai bank sentral Republik Indonesia, lahir pada 1 Juli 1953. Kelahiran Bank Indonesia ini didasarkan pada UU Pokok Bank Indonesia atau UU

Lebih terperinci

Dalam Bahasa dan Mata Uang Apa Laporan Keuangan Disajikan?

Dalam Bahasa dan Mata Uang Apa Laporan Keuangan Disajikan? Dalam Bahasa dan Mata Uang Apa Laporan Keuangan Disajikan? Oleh: Tarkosunaryo Paper ini bermaksud untuk menyajikan analisis penggunaan mata uang yang seharusnya digunakan oleh perusahaan dalam menyusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Singkat Bank Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Singkat Bank Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Objek penelitian yang diambil oleh penulis disini yaitu tingkat inflasi dan tingkat suku bunga SBI yang tercatat di dalam Bank Indonesia, serta Indeks

Lebih terperinci

Kilas Balik dan Album Emas Uang Republik Indonesia

Kilas Balik dan Album Emas Uang Republik Indonesia Kilas Balik dan Album Emas Uang Republik Indonesia - Konten pada halaman I : Jauh sebelum uang ada, manusia dalam memenuhi kebutuhannya melakukan pembayaran dengan cara tukar menukar atau lazim disebut

Lebih terperinci

Bab XXV : Perbuatan Curang

Bab XXV : Perbuatan Curang Bab XXV : Perbuatan Curang Pasal 378 Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1951 TENTANG NASIONALISASI DE JAVASCHE BANK N.V. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1951 TENTANG NASIONALISASI DE JAVASCHE BANK N.V. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1951 TENTANG NASIONALISASI DE JAVASCHE BANK N.V. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Republik Indonesia sebagai Negara yang merdeka dan berdaulat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan stabilitas di bidang ekonomi yang sehat dan dinamis, pemeliharaan di bidang ekonomi akan tercipta melalui pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan stabilitas di bidang ekonomi yang sehat dan dinamis, pemeliharaan di bidang ekonomi akan tercipta melalui pencapaian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indikator indikator ekonomi makro sangat berperan dalam menstabilkan perekonomian. Menurut Lufti dan Hidayat ( 2007 ), salah satu indikator ekonomi makro yang

Lebih terperinci

UANG DAN INFLASI. Sumber: 1. Mankiw 2. Ari Sudarman. By. Henny Oktavianti

UANG DAN INFLASI. Sumber: 1. Mankiw 2. Ari Sudarman. By. Henny Oktavianti UANG DAN INFLASI Sumber: 1. Mankiw 2. Ari Sudarman By. Henny Oktavianti Apakah Uang itu? Persediaan aset yang dapat segera digunakan untuk melakukan transaksi Uang yang dipegang (yang ada di tangan) mayarakat

Lebih terperinci

PARADIGMA BARU DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN MATA UANG (POLA PIKIR, PENGATURAN, DAN PENEGAKAN HUKUM)

PARADIGMA BARU DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN MATA UANG (POLA PIKIR, PENGATURAN, DAN PENEGAKAN HUKUM) PARADIGMA BARU DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN MATA UANG (POLA PIKIR, PENGATURAN, DAN PENEGAKAN HUKUM) Oleh: Tim Perundang-undangan dan Pengkajian Hukum Direktorat Hukum Bank Indonesia I. Pendahuluan Fungsi

Lebih terperinci