BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo pada Unit Layanan Operasional Kas dan Pengelolaan Uang. Unit Layanan Operasional Kas dan Pengelolaan Uang Kantor Bank Indonesia Solo memiliki beberapa tugas pokok, diantaranya yaitu membuka pelayanan penukaran uang kepada masyarakat. Kantor Bank Indonesia Solo melayani penukaran uang rusak dan memberikan penggantian atas uang rusak tersebut dengan uang yang layak edar. Bank Indonesia akan melakukan pengelolaan uang rusak hasil penukaran dari masyarakat dengan melakukan penyortiran dan pemusnahan. Dalam melaksanakan penggantian uang rusak terdapat prosedur dan ketetentuan-ketentuan dari Bank Indonesia yang digunakan sebagai landasan kegiatan penggantian uang rusak. Dimana akan dibagi dua golongan bahasan, yaitu penukaran uang rusak dan pengelolaan uang rusak 1. Penukaran Uang Rusak a. Peraturan dan Tata tertib Penukaran uang 1) Tertib dan teratur sesuai dengan nomor urut 2) Tidak memakai sandal dan celana pendek 3) Melepas jaket, kacamata hitam dan topi 4) Dilarang merokok di dalam gedung 5) Tidak diperkenankan membawa senjata api/tajam dan barang-barang terlarang. 29

2 30 b. Jadwal penukaran Uang Layanan penukaran uang dilakukan setiap hari selasa dan kamis pada jam WIB c. Prosedur Penukaran Uang Rusak Bank Indonesia tidak membatasi berapa jumlah uang yang akan ditukarkan ke Kantor Bank Indonesia Solo. Masyarakat boleh datang untuk menukarkan uang rusak walaupun hanya satu lembar saja. Berikut beberapa tahapan dalam penukaran uang rusak: 1) Menerima Uang Rusak Tahap penerimaan uang rusak ini dilakukan di loket khusus penukaran uang yang akan disediakan oleh Kantor Bank Indonesia Solo dan akan dilayani oleh Kasir Penerima. Setiap masyarakat yang akan melakukan penukaran uang rusak diwajibkan mengantri secara tertib seperti peraturan tata tertib yang penulis kemukakan diatas. Di Kantor Bank Indonesia Solo telah disediakan 4 (empat) loket sebagai sarana yang bisa digunakan untuk melakukan transaksi penukaran uang. Pada pelaksanaan layanan penukaran tidak semua loket digunakan, hanya 2 (dua) atau 3 (tiga) loket saja yang dimanfaatkan karena pada hari-hari biasa jumlah masyarakat yang menukarkan uangnya tidak terlalu banyak, hanya sekitar orang, sehingga 2 (dua) loket saja sudah cukup untuk melayani masyarakat yang datang untuk melakukan penukaran uang tersebut. Penukaran uang di Kantor Bank Indonesia Solo hanya mau melayani penukaran uang sesuai dengan jadwal Layanan Penukaran yang telah ditentukan oleh Kantor Bank Indonesia Solo. Jika ada masyarakat yang datang tidak sesuai jadwal yang telah ditentukan oleh Kantor Bank Indonesia Solo maka tidak akan dilayani dan apabila masyarakat datang pada hari jadwal penukaran tetapi sudah melewati jam yang telah ditentukan maka juga tidak akan dilayani.

3 31 Bagi masyarakat yang akan menukarkan uang ke Kantor Bank Indonesia Solo, harus memperhatikan tata cara penukaran sebagai berikut: a. Tata cara penukaran uang kertas: 1) Uang kertas yang akan ditukarkan harus di hitung terlebih dahulu oleh penukar dan dipilih menurut jenis pecahan dan tahun emisi, serta disusun searah, dan dipisahkan antara uang layak edar dan uang tidak layak edar. 2) Uang kertas dalam jumlah 100 (seratus) lembar dengan jenis pecahan dan tahun emisi yang sama diikat menjadi satu pak. 3) Uang kertas dalam jumlah 10 (sepuluh) pak dengan jenis pecahan dan tahun emisi yang sama diikat menjadi satu brood. 4) Uang kertas dalam jumlah 10 (sepuluh) brood dengan jenis pecahan dan tahun emisi yang sama dikemas dalam plastic transparan. Keterangan: 1 brood = 1000 lembar 1 brood = 10 pak 1 pak = 100 lembar 1 plastik = 10 brood b. Tata cara penukaran uang logam: 2) Uang logam yang akan ditukarkan harus dipilih menurut jenis pecahan dan tahun emisi, serta dipisahkan antara uang layak edar dan uang tidak layak edar. 3) Uang logam dalam jumlah 500 (lima ratus) keping dengan jenis pecahan dan tahun emisi yang sama serta dimasukkan dalam kantong.

4 32 Pada kegiatan penukaran ini masih ada beberapa penukar yang belum memenuhi tata cara penukaran, yang paling sering dilakukan penukar adalah uang yang akan ditukarkan belum disusun sesuai dengan jenis pecahan sehingga pada saat kasir penerima tentang jumlah dan rincian uang penukar tidak mengetahui rincian uang yang akan ditukarkan. Dengan begitu maka kasir akan menyuruh penukar untuk menghitung jumlah rincian uang yang akan ditukarkan terlebih dahulu dan penukar baru boleh mengikuti kegiatan penukaran dengan mengantri lagi. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dan memperlancar kegiatan penukaran uang Sumber data: (Wawancara dengan staff Pengelolaan Uang pada tanggal 18 April 2016 pukul 15.15) 2) Menghitung Jumlah Rincian dan Memeriksa Keaslian Uang Rusak Kasir penerima wajib menghitung kembali jumlah dan rincian uang rusak yang sudah diterima untuk memastikan bahwa tidak ada kekeliruan perhitungan sebelumnya yang telah di hitung oleh penukar. Proses penghitungan dilakukan oleh kasir adalah secara manual walaupun terkadang jumlah uang rusak tersebut sangat banyak karena apabila perhitungan dilakukan oleh mesin penghitung uang maka akan mengakibatkan kerusakan pada mesin penghitung uang tersebut. Walaupun penghitungan yang dilakukan oleh kasir secara manual namun penghitungan tersebut dapat dilakukan secara cepat dan tepat karena kasir sudah berpengalaman dan terlatih dalam melakukan penghitungan manual tersebut. Setelah menghitung ulang jumlah dan rincian uang. Kasir penerima uang akan melakukan pemeriksaan terhadap keaslian uang rusak yang akan ditukarkan tesebut. Pemeriksaan uang tersebut menghindari adanya uang palsu yang ikut ditukarkan ke Kantor Bank Indonesia Solo. Pemeriksaan keaslian uang ini dilakukan dengan metode 3D yaitu Dilihat, Diraba, Diterawang. Apabila dengan metode tersebut kasir masih meragukan keaslian uang maka uang rusak akan

5 33 diperiksa kembali dengan menggunakan sinar ultra violet. Jika uang rusak tersebut terbukti keasliannya maka akan dilakukan untuk tahap selanjutnya yaitu tahap penilaian, tetapi apabila ditemukan adanya uang palsu maka aka nada tindak lanjutnya. Jika kasir menemukan uang palsu maka Kantor Bank Indonesia Solo wajib menahan uang palsu tersebut pada hari itu juga. Pada hari itu juga akan dilakukan klarifikasi kepada pemilik uang palsu tersebut. Sumber data: (Wawancara dengan staff Pengelolaan Uang pada tanggal 18 April 2016 pukul 15.15) 3) Menetapkan nilai penggantian Kasir penerima akan melakukan proses penilaian terhadap uang rusak untuk menentukan jumlah nilai penggantian yang akan di berikan kepada penukar. Dalam melakukan pemeriksaan uang rusak, kasir penerima uang rusak dituntut untuk melakukan penilaian secara tepat, cepat, dan teliti serta harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Bank Indonesia, karena hal tersebut akan menentukan apakah uang rusak yang ditukarkan akan diberi penggantian atau tidak. Walaupun kasir penerima bisa melakukan proses penilaian dengan lancar namun kasir penerima di Kantor Bank Indonesia Solo juga sering terhambat dalam melakukan penilaian terhadap uang rusak: Kasir Penerima sering terhambat dalam melakukan penilaian uang rusak karena mesin Falsiscope yang ada di Kantor Bank Indonesia Solo hanya ada satu. Jika kasir penerima satu sedang menggunakannya maka kasir yang lain harus menunggu bergantian untuk dapat bisa memakainya. Hal tersebut tidak menjadi masalah apabila uang rusak yang ditukarkan sedikit namun apabila uang rusak yang ditukarkan banyak maka akan membutuhkan waktu yang lebih lama. Dalam menetapkan nilai penggantian kasir harus berpedoman pada pasal 19 14/7/PBI/2012 tentang Penggantian Uang Rusak. Sumber data: (Wawancara dengan staff Pengelolaan Uang pada tanggal 18 April 2016 pukul 15.15)

6 34 Berdasarkan wawancara diatas, penetapan besarnya penggantian uang rusak sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia pasal 19 14/7/PBI/2012 tentang Penggantian Uang Rusak, yaitu: 1) Bank Indonesia memberi penggantian atas Uang Rupiah Rusak dengan ketentuan sebagai berikut: a. Uang Rupiah Kertas Dalam hal fisik Uang Rupiah Kertas lebih besar dari 2/3 (dua pertiga) ukuran aslinya dan Ciri Uang Rupiah dapat dikenali keasliannya diberikan penggantian sebesar nilai nominal dengan persyaratan: Uang Rupiah Kertas rusak masih merupakan satu kesatuan dengan atau tanpa nomor seri yang lengkap dan > 2/3 (lebih besar dari dua pertiga) ukuran aslinya serta ciri uang dapat dikenali keasliannya. Uang Rupiah Kertas rusak tidak merupakan satu kesatuan, dan kedua nomor seri pada Uang Rupiah Kertas rusak tersebut lengkap dan sama. b. Uang Rupiah Logam Dalam hal fisik Uang Rupiah Logam lebih besar dari ½ (satu perdua) ukuran aslinya dan Ciri Uang Rupiah dapat dikenali keasliannya, diberikan penggantian sebesar nilai nominal; Dalam hal fisik uang Rupiah logam sama dengan atau kurang dari ½ (satu perdua) ukuran aslinya, tidak diberikan penggantian.

7 35 c. Uang Rupiah Kertas yang terbuat dari bahan plastik (polimer) Dalam hal fisik Uang Rupiah Kertas mengerut dan masih utuh serta Ciri Uang Rupiah dapat dikenali keasliannya, diberikan penggantian sebesar nilai nominal; Dalam hal fisik Uang Rupiah Kertas mengerut dan tidak utuh, diberikan penggantian sebesar nilai nominal sepanjang Ciri Uang Rupiah masih dapat dikenali keasliannya dan fisik Uang Rupiah lebih besar dari 2/3 (dua pertiga) ukuran aslinya. d. Uang Rupiah Lusuh atau Uang Rupiah Cacat dalam kondisi rusak sepanjang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan penggantian dengan nilai yang sama nominalnya; e. Uang Rupiah Rusak sebagian karena terbakar diberikan penggantian dengan nilai yang sama nominalnya, sepanjang memenuhi persyaratan untuk dapat diberikan penggantian. f. Bank Indonesia tidak memberikan penggantian atas Uang Rupiah Rusak sebagaimana maksud pada ayat (1) apabila menurut Bank Indonesia kerusakan uang rupiah tersebut diduga dilakukan secara sengaja atau dilakukan secara sengaja. Kerusakan Rupiah diduga dilakukan secara sengaja apabila tandatanda kerusakan fisik uang Rupiah meyakinkan Bank Indonesia adanya dugaan unsur kesengajaan, misalnya terdapat bekas potongan dengan alat tajam atau alat lainnya, bagian pengaman hilang seluruhnya atau sebagain karena dirusak, dan atau jumlah uang Rupiah yang ditukarkan relatif banyak dengan pola kerusakan yang sama. Kerusakan Uang Rupiah dilakukan secara sengaja apabila berdasarkan pembuktian melalui laboratorium atau putusan pengadilan disimpulkan atau diputuskan bahwa Uang Rupiah rusak secara sengaja.

8 36 Pemeriksaan uang dilakukan menggunakan Falsiscope. Dengan falsiscope inilah bisa diketahui apakah ukuran fisik uang kertas lebih besar dari 2/3 ukuran aslinya. Tetapi falsiscope hanya digunakan untuk menilai uang kertas yang rusak. Untuk uang logam tidak menggunakan alat khusus karena bentuk fisik uang logam yang sederhana. Cara penggunaan falsiscope ini yaitu dengan menempelkan falsiscope pada uang rusak dan menghitung jumlah kotak yang menunjukkan keutuhan uang. Misalnya untuk uang Rp 5.000,00, jika untuk satu lembar uan kertas Rp 5.000,00, utuh diukur dengan falsiscope memiliki 79 yaitu 50 kotak. Jika jumlah kotak yang utuh kurang dari atau sama dengan 50, uang rusak tidak akan diberikan penggantian dan akan langsung diberikan kepada penukar. Perhitungan ini berlaku untuk semua jenis uang kertas. Setiap jenis pecahan uang kertas memiliki jumlah kotak yang berbera hal ini dikarenakan ukuran luas dari setiap jenis pecahan tidak sama. Kantor Bank Indonesia Solo juga melayani penukaran uang yang terbakar. Penggantian uang ini akan melalui penelitian laboratories. Apabila diperlukan proses penelitian secara laboratories terhadap uang rusak maka Kantor Bank Indonesia Solo akan menahan uang rusak akibat terbakar tersebut guna menilai besarnya keutuhan uang tersebut dan untuk melakukan penetapan penggantian uang yang terbakar. Jika setelah melakukan penelitian laboratories uang terbakar dinyatakan tidak bisa diberikan maka uang yang terbakar tersebut tidak akan dikembalikan kepada penukar. Uang yang terbakar boleh ditukarkan ke Kantor Bank Indonesia Solo asalkan uang tersebut masih utuh dan tidak dalam keadaan hancur. Untuk uang terbakar bagian yang tidak terbakar lebih besar dari 2/3 ukuran asli dan dapat dikenali keasliannya maka Bank Indonesia akan memberikan penggantian tanpa harus melakukan proses penelitian di laboratories. Namun apabila uang yang ditukarkan sudah dalam keadaan hitam makan akan dilakukan penelitian lebih lanjut di laboratories dan akan dilakukan kurang lebih selama 1 bulan. Apabila sesudah dilakukan penelitian uang dinyatakan bisa iberikan penggantian maka Kantor Bank Indonesia Solo akan menghubungi pemilik uang terbakar tersebut. pemilik harus menyerahkan tanda terima dan

9 37 menunjukkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) untuk bida menerima ung penggantian Sumber data: (Wawancara dengan staff Pengelolaan Uang pada tanggal 18 April 2016 pukul 15.15) 4) Penyeselesaian Hasil Penukaran Setelah seluruh kegiatan penukaran selesai, kasir pemegang kas akan memasukkan data rincian total uang masuk dan uang keluar dari kegiatan penukaran uang yang sudah dilakukan di hari tersebut ke dalam sistem. Kasir penerima memasukkan rincian total uang masuk dan keluar dengan berpedoman pada warkat rincian penerimaan kemudian mencocokan dengan hasil fisik uang hasil penukaran dan sisa modal kerja penukaran. Jika rincian total uang masuk dan keluar telah selesai diinput kedalam sistem maka rekapitulasi penukaran akan tercetak. Setelah hasil penukaran sudah jelas tercetak maka uang hasil penukaran tersebut akan dilakukan pengolahan. Setelah jumlah uang hasil penukaran selesai dihitung selanjutnya dilakukan sortasi. Sortasi yaitu kegiatan pemilihan uang layak edar dan uang yang tidak layak edar. Sortasi dilakukan dengan menggunakan mesin racik uang kertas. Hasil penukaran uang tidak layak edar akan dimasukkan ke dalam mesin. Di dalam mesin tersebut uang akan di nilai layak edar dan tidak layak edar. Mesin tersebut mempunyai rentang nilai kelayakan edar antara Apabila uang mendapatkan nilai antara 1-6 maka uang tersebut dinyatakan tidak layak edar. Jika uang mendapatkan nilai 7-18 maka uang dinyatakan layak edar. Dari mesin tersebut akan keluat output yaitu uang layak edar dan uang tidak layak edar. Uang yang dinyatakan tidak layak edar akan langsung di racik. Sementara uang yang layak edar akan keluar dari mesin dan dikemas untuk digunakan sebagai penggantian penukaran kembali.

10 38 Kegiatan sortasi uang akan memberikan hasil yaitu uang layak edar dan uang tidak layak edar. Uang yang layak edar akan dimasukkan kedalam rekening kas harian sedangkan uang yang tidak layak edar akan dimusnahkan dengan mesin racik uang kertas sedangkan pemusnahan untuk uang logam pemusnahan akan dilakukan melalui peleburan. 2. Pengelolaan Uang Rusak Dengan Cara Pemusnahan Dalam pengelolaan uang rusak penulis hanya akan membahas mengenai pengelolaan melalui pemusnahan. Setelah dilakukan sortasi uang maka dihasilkan sejumlah uang yang akan dimusnahkan. Jumlah uang yang dimusnahkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4.1 Data Pemusnahan Tahun Kantor Bank Indonesia Solo (Dalam Juta Rupiah) Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah (Sumber: Bank Indonesia Solo)

11 39 Dari data jumlah uang yang dimusnahkan diatas dapat dilihat adanya kenaikan dalam pemusnahannya. Kenaikan tersebut disebabkan oleh tingkat kesadaran masyarakat akan cinta uang rupiah yang rendah. Pemusnahan uang dilakukan terhadap uang rupiah yang sudah tidak layak edar yang masuk kembali ke dalam Bank Indonesia dari peredaran masyarakat. Pemusnahan juga dilakukan terhadap uang rupiah yang sudah dicabut dan ditarik dari peredaran, dan hasil cetak tidak sempurna yang diserahkan oleh perusahaan percetakan uang kepada Bank Indonesia. Pelaksanaan pemusnahan uang pada dasarnya dilakukan melalui tahapan pemberian tanda tidak berharga (PTTB) dan pemusnahan. Namun demikian, kedua kegiatan tersebut dapat dilakukan dalam waktu yang bersamaan. Pemusnahan uang kertas dilakukan sendiri oleh Bank Indonesia. Dalam pelaksanaannya, pemusnahan dilakukan oleh suatu Tim yang susunan dan prosedur kerjanya diatur sedemikian rupa sehingga berlangsung suatu proses pengawasan yang efektif. Selain pengawasan melalui orang, kegiatan pemusnahan ini juga dipantau melalui camera video dan perekaman, sejak persiapan hingga uang menjadi limbah racikan. Mengingat limbah racikan uang kertas sudah bukan merupakan barang berharga lagi, maka pemusnahan atau pembuangan selanjutnya dapat dilakukan dengan cara dibakar atau dibuang ke tempat pembuangan sampah akhir (TPA) yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Namun demikian, dalam upaya untuk melestarikan lingkungan hidup, maka saat ini Bank Indonesia telah melakukan kerja sama dengan pihak ketiga dalam hal pengolahan kembali limbah racikan uang kertas tersebut. Pelaksanaan pemusnahan dilakukan oleh suatu Tim Pemusnahan Uang Logam dari Bank Indonesia sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pemusnahan tersebut dapat dilakukan sendiri oleh kantor Bank Indonesia

12 40 yang telah memiliki alat peleburan uang logam atau oleh perusahaan jasa peleburan logam milik pihak ketiga dengan suatu pengawasan yang ketat. Perusahaan jasa peleburan logam tersebut sekaligus sebagai calon pembeli limbah uang logam (mengingat limbah uang logam masih mempunyai nilai) dengan persyaratan sebagai berikut : a. Memiliki tempat peleburan sendiri, tungku yang cukup, lokasi yang tertutup dan aman. b. Memiliki ruangan tersendiri yang aman untuk membuka peti uang logam dan menyimpan uang logam yang akan dimusnahkan. c. Memiliki halaman parkir kendaraan yang cukup luas. d. Menerbitkan bank garansi atau surat jaminan. 2) Pembahasan Dalam pembahasan pengamatan ini maka penulis akan membahas prosedur pengelolaan uang rusak pada Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo. 1. Penukaran Uang rusak Dalam prosesnya penukaran uang rusak sendiri memiliki beberapa proses yakni sebagai berikut: 1) Menerima uang rusak. Kasir menerima uang rusak dari penukar. 2) Menghitung jumlah rincian & memeriksa keaslian uang. Kasir menghitung kembali jumlah rincian uang rusak dan memeriksa keaslian uang guna mendapatkan penggantian sesuai dengan nominal. 3) Menetapkan nilai penggantian. Setelah keaslian uang dapat dikenali maka kasir akan menetapkan nilai penggantian yang akan diserahkan kepada penukar. 4) Penyelesaian hasil penukaran.

13 41 Dilakukannya penjumlahan setelah proses penukaran selesai guna mengetahui hasil uang masuk yang dihasilkan. 2. Pengelolaan uang rusak Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, pengelolaan uang rusak dilakukan setelah penyelesaian hasil penukaran dilakukan. Pengelolaan dilakukan setelah mengetahui berapa jumlah uang yang masuk kemudian dilakukan sortasi uang. Dalam sortasi akan menghasilkan uang yang layak edar dan uang tidak layak edar. Sotasi dilakukan melalui 2 cara yakni: a. Melalui proses manual Proses manual digunakan apabila uang benar benar sudah rusak dan jika menggunakan mesin akan menambah kerusakan pada uang itu sendiri. b. Menggunakan mesin Penggunaan mesin dilakukan apabila uang masih utuh, dan masih memungkinkan apabila di masukkan kedalam mesin sortasi uang kertas. Pemusnahan Uang Rupiah merupakan hasil dari sortasi terhadap transaksi uang kartal per pecahan yang disetorkan oleh perbankan dan hasil penukaran masyarakat yang sudah tidak layak edar. Setalah didapatkan jumlah uang rupiah tidak layak edar maka dilakukan pengelolaan uang rusak berikut merupakan proses pengelolaan uang rusak dengan cara pemusnahan: a. Proses peleburan Proses peleburan dilakukan untuk uang logam yang sudah tidak layak edar atau dalam keadaan sudah rusak. Uang Logam dimusnahkan dengan cara dilebur atau cara lainnya sehingga tidak menyerupai Uang Logam. Pemusnahan yang dilakukan oleh tim khusus oleh bank indonesia dengan pengawasan yang sangat ketat, setelah uang yang dihancurkan telah menjadi limbah racikan uang kertas, lalu limbah tersebut dibuang kepembuangan terakhir. Jika uang logam yang

14 42 dileburkan biasanya dilakukan oleh perusahaan tertentu mengingat limbah logam ini masih bisa digunakan dan mempunyai nilai jual dengan persyaratan sebagai berikut: 1) Memiliki tempat peleburan sendiri, tungku yang cukup, lokasi yang tertutup dan aman 2) Memiliki ruang tersendiri yang aman untuk membuka peti uang logam dan penyimpanan uang logam yang akan dimusnahkan 3) Memiliki halaman parkir yang cukup luas. 4) Menerbitkan Bank garansi atau surat jaminan. b. Proses peracikan Proses peracikan dilakukan untuk uang kertas yang sudah tiak layak edar atau dalam keadaan sudah rusak. Uang kertas dimusnahkan dengan cara diracik atau cara lainnya sehingga tidak menyerupai uang: 1). Menggunakan Mesin Racik Uang Kertas (MRUK) 2). Menggunakan Mesin Sortasi Uang Kertas (MSUK) Pelaksanaan pemusnahan dilakukan secara govern, transparan dan akuntabel melalui: a. Akurasi perhitungan dan identifikasi keaslian uang, pelaksanaan sortasi dilakukan menggunakan mesin. b. Pelaksanaan sortasi dan pemusnahan uang dilakukan oleh kelompok yang ditugaskan oleh Pejabat yang berwenang disertai dengan pemantauan dan perekaman dengan kamera CCTV. c. Untuk menjamin keaslian uang maka dalam sortasi dan pemusnahan dilengkapi dengan teknologi pendeteksi unsur-unsur pengaman uang yang ditetapkan pada saat perencanaan spesifikasi uang dan bahan uang.

15 43 d. Kegiatan sortasi dan pemusnahan uang dilakukan dengan pengawasan berlapis mulai dari penyerahan uang yang akan disortasi/dimusnahkan sampai dengan selesainya pekerjaan disertai dengan Berita Acara e. Pelaksanaan sortasi dan pemusnahan dilakukan dalam ruangan tertutup dan terkunci yang membatasi akses orang yang tidak berkepentingan.

16 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian diatas, maka penulis dapat menarik kesimpulan diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Prosedur pengelolaan uang rusak di Kantor Bank Indonesia Solo sudah memenuhi standar operasional prosedur sebagaimana yang ditetapkan pada Peraturan Bank Indonesia Pasal 8 No 14/7/PBI/ Dalam penggantian uang rusak kasir menerima uang dari masyarakat, menghitung dan memeriksa keaslian uang rusak. Seluruh proses tersebut dilakukan sekitar 15 menit sehingga proses tersebut proses terlama karena dilakukan secara manual. Proses tersebut dilakukan secara manual namun dilakukan dengan cepat, tepat, dan teliti. 3. Dalam pengelolaan uang rusak dilakukan sortasi uang dan menghasilkan uang layak edar dan uang yang tidak layak edar. Uang tidak layak edar atau uang rusak akan dimusnahkan melalui mesin racik uang kertas dan dilakukan dengan pengawasan yang ketat serta dilengkapi dengan teknologi pendeteksian unsur-unsur pengaman uang yang modern. Sedangkan pemusnahan uang logam dilakukan dengan cara peleburan, peleburan tersebut dapat dilakukan sendiri oleh kantor Bank Indonesia yang telah memiliki alat peleburan uang logam atau oleh perusahaan jasa peleburan logam milik pihak ketiga dengan suatu pengawasan yang ketat. Perusahaan jasa peleburan logam tersebut sekaligus sebagai calon pembeli 44

17 45 limbah uang logam (mengingat limbah uang logam masih mempunyai nilai) dengan persyaratan sebagai berikut : 1) Memiliki tempat peleburan sendiri, tungku yang cukup, lokasi yang tetutup dan aman. 2) Memiliki ruangan tersendiri yang aman untuk membuka peti uang logam dan menyimpan uang logam yang akan dimusnahkan. 3) Memiliki halaman parker kendaraanyan cukup luas. 4) Menerbitkan bank garasi atau surat jaminan. B. Saran Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis selama melaksanakan magang di Kantor Bank Indonesia Solo, maka penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Pada saat melakukan penukaran uang banyak masyarakat yang masih belum mengerti tentang aturan penukaran uang, maka Kantor Bank Indonesia Solo sebaiknya lebih mensosialisasikan kembali mengenai aturan penukaran uang dengan cara memberitahukan langsung kepada masyarakat melalui Car Free Day atau acara-acara yang banyak dihadiri oleh masyarakat agar masyarakat bisa lebih mengetahui bagaimana aturan penukaran uang tersebut. 2. Proses penilaian uang rusak menggunakan Falsiscope di Kantor Bank Indonesia hanya ada satu sehingga apabila ingin menggunakannya harus bergantian hal tersebut mengakibatkan menambah waktu yang lebih lama untuk melakukan penilaian, maka sebaiknya Falsiscope ditambah guna mempercepat penilaian uang rusak.

No.10/8/DPU Jakarta, 28 Februari 2008 SURAT EDARAN

No.10/8/DPU Jakarta, 28 Februari 2008 SURAT EDARAN No.10/8/DPU Jakarta, 28 Februari 2008 SURAT EDARAN Perihal : Penukaran Uang Rupiah Menunjuk Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/14/PBI/2004 tentang Pengeluaran, Pengedaran, Pencabutan dan Penarikan serta

Lebih terperinci

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/13/PADG/2017 TENTANG PENUKARAN UANG RUPIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/13/PADG/2017 TENTANG PENUKARAN UANG RUPIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/13/PADG/2017 TENTANG PENUKARAN UANG RUPIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 9/10/PBI/2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 6/14/PBI/2004 TENTANG PENGELUARAN, PENGEDARAN, PENCABUTAN DAN PENARIKAN, SERTA PEMUSNAHAN UANG RUPIAH

Lebih terperinci

No.6/ 25 /DPU Jakarta, 30 Juni 2004 SURAT EDARAN. Perihal : Penukaran Uang Rupiah

No.6/ 25 /DPU Jakarta, 30 Juni 2004 SURAT EDARAN. Perihal : Penukaran Uang Rupiah No.6/ 25 /DPU Jakarta, 30 Juni 2004 SURAT EDARAN Perihal : Penukaran Uang Rupiah Sehubungan dengan ditetapkannya Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/14/PBI/2004 tanggal 22 Juni 2004 tentang Pengeluaran, Pengedaran,

Lebih terperinci

No.13/ 9 /DPU Jakarta, 5 April 2011 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

No.13/ 9 /DPU Jakarta, 5 April 2011 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA No.13/ 9 /DPU Jakarta, 5 April 2011 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Penyetoran dan Penarikan Uang Rupiah oleh Bank Umum di Bank Indonesia Sehubungan dengan berlakunya Peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Kasmir (2014:17), fungsi uang tidak hanya sebagai alat pembayaran, uang juga dapat sebagai alat yang multi fungsi uang juga bisa digunakan sebagai alat

Lebih terperinci

No.9/ 37 /DPU Jakarta, 27 Desember 2007 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

No.9/ 37 /DPU Jakarta, 27 Desember 2007 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA No.9/ 37 /DPU Jakarta, 27 Desember 2007 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Penyetoran dan Penarikan Uang Rupiah oleh Bank Umum di Bank Indonesia Menunjuk Peraturan Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 7 /PBI/2012 TENTANG PENGELOLAAN UANG RUPIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 7 /PBI/2012 TENTANG PENGELOLAAN UANG RUPIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 7 /PBI/2012 TENTANG PENGELOLAAN UANG RUPIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu tugas Bank Indonesia adalah mengatur

Lebih terperinci

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/19/PADG/2017 TENTANG PENYETORAN DAN PENARIKAN UANG RUPIAH OLEH BANK DI BANK INDONESIA

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/19/PADG/2017 TENTANG PENYETORAN DAN PENARIKAN UANG RUPIAH OLEH BANK DI BANK INDONESIA PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/19/PADG/2017 TENTANG PENYETORAN DAN PENARIKAN UANG RUPIAH OLEH BANK DI BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/14/PBI/2004 TENTANG PENGELUARAN, PENGEDARAN, PENCABUTAN DAN PENARIKAN, SERTA PEMUSNAHAN UANG RUPIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/14/PBI/2004 TENTANG PENGELUARAN, PENGEDARAN, PENCABUTAN DAN PENARIKAN, SERTA PEMUSNAHAN UANG RUPIAH PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/14/PBI/2004 TENTANG PENGELUARAN, PENGEDARAN, PENCABUTAN DAN PENARIKAN, SERTA PEMUSNAHAN UANG RUPIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu tugas Bank

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENGAMATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENGAMATAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENGAMATAN A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Prosedur Menurut Moekijat (1997:53) Prosedur yaitu urutan langkah-langkah (atau pelaksanaan-pelaksanaan pekerjaan) melakukan

Lebih terperinci

No Pengedaran, serta Pencabutan dan Penarikan, sampai dengan Pemusnahan Uang Rupiah. Dalam pelaksanaan kewenangan dan tugas Pengelolaan Uang R

No Pengedaran, serta Pencabutan dan Penarikan, sampai dengan Pemusnahan Uang Rupiah. Dalam pelaksanaan kewenangan dan tugas Pengelolaan Uang R TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5323 (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 138) PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 7 /PBI/2012 TENTANG PENGELOLAAN UANG RUPIAH

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Uang Rupiah. Dimusnahkan. Jumlah. Nilai Nominal. PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/1/PBI/2015 TENTANG JUMLAH DAN NILAI NOMINAL UANG RUPIAH

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/10/PBI/2013 TENTANG JUMLAH DAN NILAI NOMINAL UANG RUPIAH YANG DIMUSNAHKAN TAHUN 2011 DAN TAHUN 2012

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/10/PBI/2013 TENTANG JUMLAH DAN NILAI NOMINAL UANG RUPIAH YANG DIMUSNAHKAN TAHUN 2011 DAN TAHUN 2012 PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/10/PBI/2013 TENTANG JUMLAH DAN NILAI NOMINAL UANG RUPIAH YANG DIMUSNAHKAN TAHUN 2011 DAN TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 17 / PBI/2000 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN SERTA PENCABUTAN DAN PENARIKAN UANG RUPIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 17 / PBI/2000 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN SERTA PENCABUTAN DAN PENARIKAN UANG RUPIAH PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 17 / PBI/2000 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN SERTA PENCABUTAN DAN PENARIKAN UANG RUPIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Bank Indonesia merupakan satu-satunya

Lebih terperinci

Sistem Pembayaran Tunai

Sistem Pembayaran Tunai Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Sistem Pembayaran Tunai Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Sistem Pembayaran Tunai Tim Penyusun Ramlan Ginting Dudy Iskandar Gantiah Wuryandani Zulkarnain Sitompul

Lebih terperinci

PANDUAN PENUKARAN RUPIAH TIDAK LAYAK EDAR

PANDUAN PENUKARAN RUPIAH TIDAK LAYAK EDAR PANDUAN PENUKARAN RUPIAH TIDAK LAYAK EDAR UNDANG UNDANG No. 7 Tahun 2011 tentang MATA UANG PENUKARAN RUPIAH Pasal 22 (1) Untuk memenuhi kebutuhan Rupiah di masyarakat dalam jumlah nominal yang cukup, jenis

Lebih terperinci

Sistem Pembayaran Tunai

Sistem Pembayaran Tunai Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Sistem Pembayaran Tunai DISCLAIMER Isi kodifikasi ini adalah himpunan peraturan Bank Indonesia yang disusun secara sistematis berdasarkan kelompok dan topik tertentu

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia menjadi Undang-U

2017, No Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia menjadi Undang-U No.21, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Uang Rupiah. 2016. Dimusnahkan. PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/1/PBI/2017 TENTANG JUMLAH DAN NILAI NOMINAL UANG RUPIAH YANG DIMUSNAHKAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara kesatuan negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 10/ 33 /PBI/2008 TENTANG PENCABUTAN DAN PENARIKAN DARI PEREDARAN UANG KERTAS PECAHAN 10.000 (SEPULUH RIBU) RUPIAH TAHUN EMISI 1998, 20.000 (DUA PULUH RIBU) RUPIAH TAHUN

Lebih terperinci

No. 18/28/DPU Jakarta, 24 November 2016 Oktober Perihal : Tata Cara Klarifikasi atas Uang Rupiah yang Diragukan Keasliannya

No. 18/28/DPU Jakarta, 24 November 2016 Oktober Perihal : Tata Cara Klarifikasi atas Uang Rupiah yang Diragukan Keasliannya No. 18/28/DPU Jakarta, 24 November 2016 Oktober 2016 S U R A T E D A R A N Perihal : Tata Cara Klarifikasi atas Uang Rupiah yang Diragukan Keasliannya Sehubungan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/7/PBI/2012

Lebih terperinci

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/16/PADG/2017 TENTANG KLARIFIKASI ATAS UANG RUPIAH YANG DIRAGUKAN KEASLIANNYA

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/16/PADG/2017 TENTANG KLARIFIKASI ATAS UANG RUPIAH YANG DIRAGUKAN KEASLIANNYA PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/16/PADG/2017 TENTANG KLARIFIKASI ATAS UANG RUPIAH YANG DIRAGUKAN KEASLIANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai suatu

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai suatu

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. independen berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. independen berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1999 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank Indonesia merupakan Bank Sentral atau Lembaga Negara yang independen berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank Indonesia merupakan bank sentral di Indonesia sekaligus satusatunya lembaga yang berwenang mengeluarkan Uang Rupiah sebagai alat pembayaran yang sah di Negara

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 1/8/PBI/1999 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN UANG RUPIAH PECAHAN (SERATUS RIBU) TAHUN EMISI 1999

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 1/8/PBI/1999 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN UANG RUPIAH PECAHAN (SERATUS RIBU) TAHUN EMISI 1999 PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 1/8/PBI/1999 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN UANG RUPIAH PECAHAN 100.000 (SERATUS RIBU) TAHUN EMISI 1999 GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peningkatan kegiatan

Lebih terperinci

GUBERNUR BANK INDONESIA,

GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/ 41 /PBI/2005 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN UANG KHUSUS PECAHAN 10.000 (SEPULUH RIBU) TAHUN EMISI 2005 DALAM BENTUK UANG KERTAS BELUM DIPOTONG GUBERNUR BANK INDONESIA,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Uang Kertas. Pecahan. Dua Ribu. Pengedaran.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Uang Kertas. Pecahan. Dua Ribu. Pengedaran. No.98, 2009 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Uang Kertas. Pecahan. Dua Ribu. Pengedaran. PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 11/ 21 /PBI/2009 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN UANG KERTAS

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/15/PBI/2016 TENTANG PENYELENGGARA JASA PENGOLAHAN UANG RUPIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/15/PBI/2016 TENTANG PENYELENGGARA JASA PENGOLAHAN UANG RUPIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/15/PBI/2016 TENTANG PENYELENGGARA JASA PENGOLAHAN UANG RUPIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendorong terpeliharanya

Lebih terperinci

GUBERNUR BANK INDONESIA,

GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/ 42 /PBI/2005 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN UANG KERTAS RUPIAH PECAHAN 50.000 (LIMA PULUH RIBU) TAHUN EMISI 2005 GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peningkatan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6/ 28 /PBI/2004 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN UANG KERTAS RUPIAH PECAHAN (SERATUS RIBU) TAHUN EMISI 2004

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6/ 28 /PBI/2004 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN UANG KERTAS RUPIAH PECAHAN (SERATUS RIBU) TAHUN EMISI 2004 PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6/ 28 /PBI/2004 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN UANG KERTAS RUPIAH PECAHAN 100.000 (SERATUS RIBU) TAHUN EMISI 2004 GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peningkatan

Lebih terperinci

GUBERNUR BANK INDONESIA,

GUBERNUR BANK INDONESIA, - 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6 /31/PBI/2004 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN UANG RUPIAH KHUSUS PECAHAN 100.000 (SERATUS RIBU) TAHUN EMISI 2004 DALAM BENTUK UANG KERTAS BELUM DIPOTONG GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/ 40 /PBI/2005 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN UANG KERTAS RUPIAH PECAHAN (SEPULUH RIBU) TAHUN EMISI 2005

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/ 40 /PBI/2005 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN UANG KERTAS RUPIAH PECAHAN (SEPULUH RIBU) TAHUN EMISI 2005 PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/ 40 /PBI/2005 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN UANG KERTAS RUPIAH PECAHAN 10.000 (SEPULUH RIBU) TAHUN EMISI 2005 GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha yang terdiri atas uang kertas dan uang logam, yang merupakan alat pembayaran

BAB I PENDAHULUAN. usaha yang terdiri atas uang kertas dan uang logam, yang merupakan alat pembayaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ditinjau secara umum, kas merupakan uang kartal yang tersedia bagi suatu usaha yang terdiri atas uang kertas dan uang logam, yang merupakan alat pembayaran

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.159, 2010 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. Bank Indonesia. Uang Rupiah. Penggantian. PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/ 26 /PBI/2010 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

RISALAH AANWIJZING NOMOR : 03/BKD/PBJ/XI/2010

RISALAH AANWIJZING NOMOR : 03/BKD/PBJ/XI/2010 PANITIA PENGADAAN BARANG/JASA BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN ANGGARAN 2010 RISALAH AANWIJZING NOMOR : 03/BKD/PBJ/XI/2010 Kegiatan Pekerjaan Lokasi Hari /Tanggal

Lebih terperinci

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA No. 2/ 9 /DASP Jakarta, 8 Juni 2000 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Biaya Kliring Sebagaimana diatur dalam Pasal 14 ayat (1) Peraturan Bank Indonesia Nomor 1/3/PBI/1999 tanggal

Lebih terperinci

GUBERNUR BANK INDONESIA,

GUBERNUR BANK INDONESIA, - 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6 /32/PBI/2004 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN UANG RUPIAH KHUSUS PECAHAN 20.000 (DUA PULUH RIBU) TAHUN EMISI 2004 DALAM BENTUK UANG KERTAS BELUM DIPOTONG GUBERNUR

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.158, 2010 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Uang Kertas. Pecahan. Dua Ribu. Pengedaran. Perubahan. PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 12/ 25 /PBI/2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai suatu

Lebih terperinci

No. 4/ 7 /DASP Jakarta, 7 Mei 2002 S U R A T E D A R A N. Kepada S E M U A B A N K DI INDONESIA. Penyelenggaraan Kliring Lokal Secara Otomasi

No. 4/ 7 /DASP Jakarta, 7 Mei 2002 S U R A T E D A R A N. Kepada S E M U A B A N K DI INDONESIA. Penyelenggaraan Kliring Lokal Secara Otomasi No. 4/ 7 /DASP Jakarta, 7 Mei 2002 S U R A T E D A R A N Kepada S E M U A B A N K DI INDONESIA Perihal : Penyelenggaraan Kliring Lokal Secara Otomasi Sehubungan dengan telah diberlakukannya Peraturan Bank

Lebih terperinci

GUBERNUR BANK INDONESIA,

GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6/ 29 /PBI/2004 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN UANG KERTAS RUPIAH PECAHAN 20.000 (DUA PULUH RIBU) TAHUN EMISI 2004 GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peningkatan

Lebih terperinci

No. 3/ 4 /DASP Jakarta, 23 Januari 2001 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA

No. 3/ 4 /DASP Jakarta, 23 Januari 2001 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA No. 3/ 4 /DASP Jakarta, 23 Januari 2001 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA Perihal : Jenis dan Batasan Nominal Warkat serta Jadwal Penyelenggaraan Kliring Lokal di Jakarta Berdasarkan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Bank Umum. Uang Kertas. Pengedaran. Perubahan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Bank Umum. Uang Kertas. Pengedaran. Perubahan No.43, 2009 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Bank Umum. Uang Kertas. Pengedaran. Perubahan PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 11/6/PBI/2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 12/ 26 /PBI/2010 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 7/40/PBI/2005 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN UANG KERTAS RUPIAH PECAHAN 10.000 (SEPULUH

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 11/ 9 /PBI/2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 6/28/PBI/2004 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN UANG KERTAS RUPIAH PECAHAN 100.000 (SERATUS RIBU)

Lebih terperinci

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA No. 4/13/DASP Jakarta, 24 September 2002 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Biaya Kliring Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 1/3/PBI/1999 tanggal 13 Agustus 1999

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. BANK UMUM. Uang Rupiah. Pengeluaran. Pengedaran. Perubahan.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. BANK UMUM. Uang Rupiah. Pengeluaran. Pengedaran. Perubahan. No.45, 2009 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. BANK UMUM. Uang Rupiah. Pengeluaran. Pengedaran. Perubahan. PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 11/8/PBI/2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

No. 6/ 22 /DLN Jakarta, 10 Mei 2004 S U R A T E D A R A N

No. 6/ 22 /DLN Jakarta, 10 Mei 2004 S U R A T E D A R A N No. 6/ 22 /DLN Jakarta, 10 Mei 2004 S U R A T E D A R A N Perihal : Persyaratan Dan Tata Cara Membawa Uang Rupiah Ke luar Atau Masuk Wilayah Pabean Republik Indonesia Sehubungan dengan ditetapkannya Peraturan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2010 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BANK INDONESIA. Bank Umum. Pengedaran. Uang Kertas 10.000 PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 12/ 8 /PBI/2010 TENTANG PERUBAHAN KEDUA

Lebih terperinci

SEJARAH BANK INDONESIA : SISTEM PEMBAYARAN Periode

SEJARAH BANK INDONESIA : SISTEM PEMBAYARAN Periode SEJARAH BANK INDONESIA : SISTEM PEMBAYARAN Periode 1999-2005 Cakupan : Halaman 1. Sekilas Sejarah Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 2 Periode 1999-2005 2. Arah Kebijakan 1999-2005 3 3. Langkah-Langkah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 12/ 25 /PBI/2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/21/PBI/2009 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN UANG KERTAS RUPIAH PECAHAN 2.000 (DUA RIBU) TAHUN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 13/ 18 /PBI/2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 6/28/PBI/2004 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN UANG KERTAS RUPIAH PECAHAN 100.000 (SERATUS

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.44, 2009 PERBANKAN. BANK. BI. Uang Kertas. Pengeluaran. Peredaran. Perubahan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.44, 2009 PERBANKAN. BANK. BI. Uang Kertas. Pengeluaran. Peredaran. Perubahan LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.44, 2009 PERBANKAN. BANK. BI. Uang Kertas. Pengeluaran. Peredaran. Perubahan PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 11/ 7 /PBI/2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK

Lebih terperinci

PRESIDEN REPU8L1K INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPU8L1K INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PRESIDEN REPU8L1K INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menirnbang Mengingat a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 11/ 5 /PBI/2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 3/19/PBI/2001 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN UANG RUPIAH PECAHAN 5.000 (LIMA RIBU) TAHUN EMISI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 11/ 16 /PBI/2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 2/25/PBI/2000 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN UANG RUPIAH PECAHAN 1.000 (SERIBU) TAHUN EMISI 2000

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 13/ 17 /PBI/2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 7/42/PBI/2005 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN UANG KERTAS RUPIAH PECAHAN 50.000 (LIMA PULUH

Lebih terperinci

SEJARAH BANK INDONESIA : SISTEM PEMBAYARAN Periode

SEJARAH BANK INDONESIA : SISTEM PEMBAYARAN Periode SEJARAH BANK INDONESIA : SISTEM PEMBAYARAN Periode 1983-1997 Cakupan : Halaman 1. Sekilas Sejarah Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 2 Periode 1983-1997 2. Arah Kebijakan 1983-1997 4 3. Langkah-Langkah

Lebih terperinci

SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA No. 7/29/DASP Jakarta, 22 Juli 2005 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Pemberian Persetujuan Terhadap Penyelenggaraan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia oleh Penyelenggara Kliring

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN PESERTA UJI KOMPETENSI MANAJEMEN RISIKO

BUKU PANDUAN PESERTA UJI KOMPETENSI MANAJEMEN RISIKO BUKU PANDUAN PESERTA UJI KOMPETENSI MANAJEMEN RISIKO Edisi Januari 2009 1 PANDUAN PESERTA UJI KOMPETENSI MANAJEMEN RISIKO Pendaftaran Uji Kompetensi Manajemen Risiko dapat dilakukan secara kolektif dari

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 12/ 8 /PBI/2010 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 7/40/PBI/2005 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN UANG KERTAS RUPIAH PECAHAN 10.000 (SEPULUH

Lebih terperinci

No.18/32/DPSP Jakarta, 29 November 2016 S U R A T E D A R A N

No.18/32/DPSP Jakarta, 29 November 2016 S U R A T E D A R A N No.18/32/DPSP Jakarta, 29 November 2016 S U R A T E D A R A N Perihal : Bilyet Giro Sehubungan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/41/PBI/2016 tentang Bilyet Giro (Lembaran Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA No. 6/39/DASP Jakarta, 16 September 2004 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Biaya Kliring Sebagai salah satu pelaksanaan dari Peraturan Bank Indonesia Nomor 1/3/PBI/1999

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 1/ 3 /PBI/1999 TENTANG

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 1/ 3 /PBI/1999 TENTANG PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 1/ 3 /PBI/1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KLIRING LOKAL DAN PENYELESAIAN AKHIR TRANSAKSI PEMBAYARAN ANTAR BANK ATAS HASIL KLIRING LOKAL GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/ 19 /PBI/2001 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN UANG RUPIAH PECAHAN (LIMA RIBU) TAHUN EMISI 2001

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/ 19 /PBI/2001 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN UANG RUPIAH PECAHAN (LIMA RIBU) TAHUN EMISI 2001 PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/ 19 /PBI/2001 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN UANG RUPIAH PECAHAN 5.000 (LIMA RIBU) TAHUN EMISI 2001 GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/3/PBI/2014 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 6/28/PBI/2004 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN UANG KERTAS RUPIAH PECAHAN 100.000 (SERATUS RIBU)

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/6/PBI/2014 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/21/PBI/2009 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN UANG KERTAS RUPIAH PECAHAN 2.000 (DUA RIBU) TAHUN

Lebih terperinci

No. 17/ 14 /DPSP Jakarta, 5 Juni S U R A T E D A R A N Kepada PESERTA SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA DI INDONESIA

No. 17/ 14 /DPSP Jakarta, 5 Juni S U R A T E D A R A N Kepada PESERTA SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA DI INDONESIA 1 No. 17/ 14 /DPSP Jakarta, 5 Juni 2015 S U R A T E D A R A N Kepada PESERTA SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA DI INDONESIA Perihal : Perlindungan Nasabah dalam Pelaksanaan Transfer Dana dan Kliring

Lebih terperinci

CIRI-CIRI KEASLIAN RUPIAH

CIRI-CIRI KEASLIAN RUPIAH CIRI-CIRI KEASLIAN RUPIAH Dalam Pasal 1 ayat 5 UU No.7 tahun 2011 tentang Mata Uang disebutkan bahwa Ciri Rupiah adalah tanda tertentu pada setiap Rupiah yang ditetapkan dengan tujuan untuk menunjukkan

Lebih terperinci

SURAT EDARAN. Permintaan Klarifikasi oleh Masyarakat dan Bank atas Uang yang Diragukan Keasliannya dan Laporan Penemuan Uang Palsu oleh Bank

SURAT EDARAN. Permintaan Klarifikasi oleh Masyarakat dan Bank atas Uang yang Diragukan Keasliannya dan Laporan Penemuan Uang Palsu oleh Bank No.6/49/DPU Jakarta, 14 Desember 2004 SURAT EDARAN Perihal : Permintaan Klarifikasi oleh Masyarakat dan Bank atas Uang yang Diragukan Keasliannya dan Laporan Penemuan Uang Palsu oleh Bank Sehubungan dengan

Lebih terperinci

INFORMASI PENTING! QUESTIONS & ANSWERS (Q & A) KETENTUAN BILYET GIRO DAN KETENTUAN TERKAIT LAINNYA

INFORMASI PENTING! QUESTIONS & ANSWERS (Q & A) KETENTUAN BILYET GIRO DAN KETENTUAN TERKAIT LAINNYA INFORMASI PENTING! PERUBAHAN KETENTUAN BILYET GIRO SESUAI KEBIJAKAN BANK INDONESIA EFEKTIF 1 APRIL 2017 Untuk Informasi Lebih Lengkap Dapat Diakses Melalui www.danamon.co.id Atau Hello Danamon. QUESTIONS

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB II SYARAT FORMAL

DAFTAR ISI BAB II SYARAT FORMAL DAFTAR ISI DASAR HUKUM -------------------------------------------------------------------- 3 GLOSSARY -------------------------------------------------------------------------- 4 BAB I PRINSIP UMUM ------------------------------------------------------

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 13/ 16 /PBI/2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 6/29/PBI/2004 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN UANG KERTAS RUPIAH PECAHAN 20.000 (DUA PULUH

Lebih terperinci

TATA TERTIB PESERTA DIDIK SEKOLAH UNGGUL SMA NEGERI 1 LUBUK ALUNG

TATA TERTIB PESERTA DIDIK SEKOLAH UNGGUL SMA NEGERI 1 LUBUK ALUNG TATA TERTIB PESERTA DIDIK SEKOLAH UNGGUL SMA NEGERI 1 LUBUK ALUNG Nama Siswa :... Sekolah Asal :... A. Kegiatan Pembelajaran 1. Peserta didik sudah harus hadir di sekolah pukul 07.15. 2. Tanda masuk berbunyi,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/5/PBI/2014 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 6/29/PBI/2004 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN UANG KERTAS RUPIAH PECAHAN 20.000 (DUA PULUH RIBU)

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/38/PBI/2016 TENTANG PENGELUARAN UANG RUPIAH KERTAS BERSAMBUNG PECAHAN (SERIBU) TAHUN EMISI 2016

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/38/PBI/2016 TENTANG PENGELUARAN UANG RUPIAH KERTAS BERSAMBUNG PECAHAN (SERIBU) TAHUN EMISI 2016 PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/38/PBI/2016 TENTANG PENGELUARAN UANG RUPIAH KERTAS BERSAMBUNG PECAHAN 1.000 (SERIBU) TAHUN EMISI 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN UANG RUPIAH PECAHAN (SERIBU) TAHUN EMISI 2000 GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN UANG RUPIAH PECAHAN (SERIBU) TAHUN EMISI 2000 GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 25 /PBI/2000 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN UANG RUPIAH PECAHAN 1.000 (SERIBU) TAHUN EMISI 2000 GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

No. 2/ 7 /DASP Jakarta, 24 Februari 2000 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA. Perihal : Penyelenggaraan Kliring Lokal Secara Manual.

No. 2/ 7 /DASP Jakarta, 24 Februari 2000 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA. Perihal : Penyelenggaraan Kliring Lokal Secara Manual. No. 2/ 7 /DASP Jakarta, 24 Februari 2000 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA Perihal : Penyelenggaraan Kliring Lokal Secara Manual. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 1/3/PBI/1999

Lebih terperinci

No. 1/ 4 /DASP Jakarta, 29 November 1999 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

No. 1/ 4 /DASP Jakarta, 29 November 1999 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA No. 1/ 4 /DASP Jakarta, 29 November 1999 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Pemberian Persetujuan Terhadap Pihak Lain Untuk Menyelenggarakan Kliring di Daerah yang Tidak Terdapat

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG BIAYA PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG BIAYA PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG BIAYA PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka tertib administrasi

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1951 TENTANG PENGHENTIAN BERLAKUNYA "INDISCHE MUNTWET 1912" DAN PENETAPAN PERATURAN BARU TENTANG MATA UANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

No. 3/16/DPBPR Jakarta, 18 Juli 2001 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA

No. 3/16/DPBPR Jakarta, 18 Juli 2001 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA No. 3/16/DPBPR Jakarta, 18 Juli 2001 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA Perihal : Persyaratan dan Tata Cara Pelaksanaan Jaminan Pemerintah Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank

Lebih terperinci

TATA TERTIB PESERTA DIDIK SMA NEGERI 1 LUBUK ALUNG SEKOLAH UNGGUL Tahun Pelajaran 2017/2018

TATA TERTIB PESERTA DIDIK SMA NEGERI 1 LUBUK ALUNG SEKOLAH UNGGUL Tahun Pelajaran 2017/2018 TATA TERTIB PESERTA DIDIK SMA NEGERI 1 LUBUK ALUNG SEKOLAH UNGGUL Tahun Pelajaran 2017/2018 A. Kegiatan Pembelajaran 1. Peserta didik sudah harus hadir di sekolah pukul 07.10 Wib. 2. Tanda masuk berbunyi,

Lebih terperinci

BAGIAN VI KAS DAN KASIR

BAGIAN VI KAS DAN KASIR BAGIAN VI KAS DAN KASIR DEFINISI Teller adalah petugas yang ditunjuk oleh BMT yang bertugas untuk melayani anggota dan masyarakat umum dalam pembayaran dan penerimaan uang tunai dan tidak tunai (giro /cek).

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 12/ 4 /PBI/2010 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN UANG LOGAM RUPIAH PECAHAN (SERIBU) TAHUN EMISI 2010

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 12/ 4 /PBI/2010 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN UANG LOGAM RUPIAH PECAHAN (SERIBU) TAHUN EMISI 2010 PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 12/ 4 /PBI/2010 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN UANG LOGAM RUPIAH PECAHAN 1.000 (SERIBU) TAHUN EMISI 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/4/PBI/2014 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 7/42/PBI/2005 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN UANG KERTAS RUPIAH PECAHAN 50.000 (LIMA PULUH

Lebih terperinci

PROSEDUR REGISTRASI CALON MAHASISWA BARU TAHUN AKADEMIK 2012/2013

PROSEDUR REGISTRASI CALON MAHASISWA BARU TAHUN AKADEMIK 2012/2013 Halaman 1 dari 3 halaman PROSEDUR REGISTRASI CALON MAHASISWA BARU TAHUN AKADEMIK 2012/2013 A Calon mahasiswa baru yang dinyatakan DITERIMA, diwajibkan untuk melakukan registrasi dengan ketentuan sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 21 /PBI/2000 TENTANG LAPORAN BULANAN BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 21 /PBI/2000 TENTANG LAPORAN BULANAN BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 21 /PBI/2000 TENTANG LAPORAN BULANAN BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyusunan laporan dan informasi dalam penetapan kebijakan

Lebih terperinci

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA No. 9/38/DPBPR Jakarta, 28 Desember 2007 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Perizinan dan Pelaporan Bagi Bank Perkreditan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 13 /PBI/2012 TENTANG PENITIPAN SEMENTARA SURAT YANG BERHARGA DAN BARANG BERHARGA PADA BANK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 13 /PBI/2012 TENTANG PENITIPAN SEMENTARA SURAT YANG BERHARGA DAN BARANG BERHARGA PADA BANK INDONESIA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 13 /PBI/2012 TENTANG PENITIPAN SEMENTARA SURAT YANG BERHARGA DAN BARANG BERHARGA PADA BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.177, 2016 PERBANKAN. BI. Rupiah. Pengolahan. Penyelenggara. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5923). PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

No. 17/34/DPSP Jakarta, 13 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA PESERTA SISTEM BANK INDONESIA-REAL TIME GROSS SETTLEMENT

No. 17/34/DPSP Jakarta, 13 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA PESERTA SISTEM BANK INDONESIA-REAL TIME GROSS SETTLEMENT 1 No. 17/34/DPSP Jakarta, 13 November 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA PESERTA SISTEM BANK INDONESIA-REAL TIME GROSS SETTLEMENT Perihal : Perlindungan Nasabah dalam Pelaksanaan Transfer Dana melalui

Lebih terperinci

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa salah satu upaya

Lebih terperinci

No.14/ 29 /DPU Jakarta, 16 Oktober 2012 SURAT EDARAN

No.14/ 29 /DPU Jakarta, 16 Oktober 2012 SURAT EDARAN No.14/ 29 /DPU Jakarta, 16 Oktober 2012 SURAT EDARAN Perihal : Tata Cara Penitipan Sementara Surat yang Berharga dan Barang Berharga pada Bank Indonesia Sehubungan dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia

Lebih terperinci

Tuition Provider Sertifikasi Akuntansi Internasional CAT & CA

Tuition Provider Sertifikasi Akuntansi Internasional CAT & CA BERKAS DOKUMEN REGISTRASI CALON MAHASISWA BARU AA YKPN YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012 A. PROSEDUR REGISTRASI B. BIODATA C. PENGUMUMAN NO. 01/KEU/I/2011 D. SURAT PERNYATAAN (ARSIP AA YKPN) E. SURAT

Lebih terperinci