METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan"

Transkripsi

1 20 METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian adalah di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan. Penetapan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive), suatu cara pemilihan daerah penelitian berdasarkan tujuan yang ingin dicapai atau ditunjuk langsung dengan kriteria tertentu (Wirartha, 2005). Adapun dasar pertimbangan penentuan daerah penelitian adalah sebagai berikut: 1. Kota Medan merupakan penghasil perikanan tangkap yang terbesar di Provinsi Sumatera Utara (Lampiran 1). 2. Jumlah rumah tangga miskin paling banyak terdapat di Kecamatan Medan Belawan (Tabel 1). 3. Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan kelurahan dengan jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai nelayan paling banyak di Kota Medan (Lampiran 2). Metode Pengambilan Sampel Metode yang digunakan dalam penentuan sampel adalah metode Simple Random Sampling yaitu pemilihan sampel secara acak sederhana. Sebagai kriteria penentuan populasi dalam penelitian ini adalah nelayan buruh penangkap ikan di laut dengan menggunakan kapal < 5 GT dan berdomisili di Kelurahan Bagan Deli. Nelayan buruh kapal motor < 5 GT diambil sebagai sampel dengan alasan bahwa pendapatan nelayan buruh ini lebih sedikit dibandingkan dengan pendapatan 20

2 21 nelayan buruh yang lebih besar ukuran kapal motornya. Dari seluruh populasi yang jumlahnya sekitar orang penduduk yang bermata pencaharian sebagai nelayan, diambil sampel sebanyak 30 Rumah tangga nelayan. Hal ini menurut Sugiarto (2001) berdasarkan pertimbangan waktu, biaya, dan tenaga, 30 sampel merupakan sampel kecil yang dapat dianggap mewakili untuk sebuah penelitian. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan nelayan melalui survei maupun daftar kuesioner yang telah disiapkan. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui Kantor Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Sumatera Utara, Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Medan, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara dan instansi lain yang terkait. Tabel spesifikasi pengumpulan data disajikan sebagai berikut: Tabel 3. Spesifikasi Pengumpulan Data No Jenis data yang Sumber data Metode Alat. dikumpulkan 1. Data populasi dan sampel Dinas pertanian Wawancara - dan perikanan 2. Identitas nelayan Nelayan Wawancara Kuesioner 3. Pendapatan usaha penangkapan Nelayan Wawancara Kuesioner 4. Pendapatan dari usaha lain Nelayan Wawancara Kuesioner

3 22 Metode Analisis Data Untuk menganalisis masalah 1 mengenai persentase kemiskinan nelayan maka digunakan Head Count Index yang diformulasikan sebagai berikut: Pi HCi = Pt Keterangan: HCi Pi : Tingkat kemiskinan penduduk : Jumlah penduduk miskin Pt : Jumlah penduduk (Sirojuzilam, 2008) Untuk menentukan miskin tidaknya nelayan sampel maka digunakan beberapa kriteria yaitu: 1. Menurut Sajogyo, ekuivalen dengan 360 kg beras per tahun per kapita. 2. Standard Upah Minimum Provinsi sebesar Rp ,- per bulan. 3. Standard Bank Dunia (world bank), yaitu sebesar $2 per hari per kapita (setara dengan Rp ,- per hari per kapita). Rumusan hipotesis yang diuji dengan uji pihak kiri adalah: Ho : µ > 50% H 1 : µ 50% Dengan kriteria uji: Jika Ho benar dan H 1 salah maka hipotesis diterima. Jika Ho salah dan H 1 benar maka hipotesis ditolak. Untuk menganalisis masalah 2 mengenai ketimpangan pendapatan nelayan maka digunakan Gini Rasio (GR) yang formulanya adalah sebagai berikut:

4 23 n GR = 1- fi [ Yi + Yi 1] i= 1 Keterangan: GR fi Y i = Gini rasio = Frekuensi penduduk kelas ke-i = Frekuensi kumulatif dari total pendapatan kelas ke-i Y i-1 = Frekuensi kumulatif dari total pendapatan kelas ke-( i-1 ) Dengan kriteria sebagai berikut: 1. Bila GR = 1 maka timpang sempurna 2. Bila GR 0,80 maka ketimpangan pendapatan sangat tinggi 3. Bila GR 0,60-0,80 maka ketimpangan pendapatan tinggi 4. Bila GR 0,40 - < 0,80 maka ketimpangan pendapatan sedang 5. Bila GR 0,20 - < 0,40 maka ketimpangan pendapatan rendah 6. Bila GR 0 - < 0,20 maka ketimpangan pendapatan sangat rendah 7. Bila GR = 0 maka merata sempurna (Tarigan, 2002). Rumusan hipotesis yang diuji dengan uji dua pihak yaitu: Ho : µ = tinggi (koefisien GR 0,6-0,8) H 1 : µ tinggi (koefisien GR selain 0,6-0,8) Dengan kriteria uji: Jika Ho benar dan H 1 salah maka hipotesis diterima. Jika Ho salah dan H 1 benar maka hipotesis ditolak. (Sugiyono, 2009) Untuk menganalisis hipotesis 3 mengenai faktor yang berhubungan dengan kemiskinan maka digunakan analisis asosiasi dengan alat uji χ 2 dua

5 24 sampel, yaitu antara kemiskinan dengan jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendidikan, dan usaha sampingan. Untuk memperoleh nilai χ 2 maka digunakan tabel kontingensi yang digambarkan sebagai berikut: Tabel 4. Tabel kontingensi secara umum Variabel I Variabel II Kriteria I Kriteria II Jumlah Kriteria I Kriteria II a c b d a+b c+d Jumlah a+c b+d n Kemudian nilai χ 2 diperoleh dengan rumus sebagai berikut 2 χ 2 n( ad bc n / 2) = ( a + b)( a + c)( b = d)( c = d) Dengan kriteria pengujian: Bila χ 2 -hitung < χ 2 -tabel (α= 0,05 dan dk=1) : H O diterima (H 1 ditolak) Bila χ 2 -hitung χ 2 -tabel (α= 0,05 dan dk=1) : H O ditolak (H 1 diterima) (Sugiyono, 2009) Untuk menganalisis hipotesis 4 mengenai faktor yang berhubungan dengan ketimpangan pendapatan digunakan analisis korelasi sederhana, yaitu antara variasi pendapatan dengan rata-rata pengalaman melaut, lama melaut, dan jumlah tenaga kerja dalam kapal. Untuk memperoleh koefisien korelasi maka digunakan rumus sebagai berikut:

6 25 r = n xy ( x)( y) { n x ( x) }{ n y ( y) } Keterangan: r n x y : Koefisien korelasi :Jumlah sampel : Variabel bebas : Variabel terikat pengujian dilakukan dengan menggunakan uji-t yang dirumuskan: t hitung r n 2 = 2 1 r Dengan kriteria pengujian: Jika t- hitung t- tabel pada α = 0,05 berari Ho diterima dan H 1 ditolak Jika t- hitung > t- tabel pada α = 0,05 berari Ho ditolak dan H 1 diterima (Sugiyono, 2009)

7 26 Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi Untuk menghindari kesalahapahaman dalam penelitian dan membatasi penelitian maka dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut: 1. Nelayan buruh kapal motor <5 GT adalah individu yang bermata pencaharian menangkap ikan dan atau binatang laut lainnya dengan menggunakan kapal/perahu bermotor milik orang lain (nelayan toke). 2. Usaha penangkapan adalah kegiatan penangkapan ikan dan binatang laut lainnya dengan menggunakan kapal serta menggunakan alat Bantu penangkapan seperti jaring, rawai, dan lain-lain. 3. Pendapatan dari usaha penangkapan adalah penerimaan bersih dari usaha penangkapan setelah dikurangi dengan biaya melaut dan dengan sistem bagi hasil tertentu dalam satuan Rupiah. 4. Usaha sampingan adalah mata pencaharian lain di luar sektor perikanan maupun di sektor perikanan seperti buruh bangunan, pedagang, mengupas kulit kerang, memperbaiki jaring, dan lain-lain. 5. Pendapatan keluarga adalah banyaknya uang yang diperoleh dari hasil menangkap ikan dengan atau tanpa ditambah usaha di sektor lain oleh nelayan dan keluarganya dalam satuan Rupiah. 6. Ketimpangan adalah perbedaan pendapatan satu orang dengan orang lain. 7. Faktor yang berhubungan dengan ketimpangan pendapatan nelayan adalah pengalaman melaut, lama melaut, dan jumlah tenaga kerja dalam kapal.

8 27 8. Pengalaman melaut adalah lamanya nelayan melakukan usaha penangkapan dalam satuan tahun 9. Lama melaut adalah lama nelayan melakukan penangkapan dalam setiap trip melaut dengan satuan hari. 10. Jumlah tenaga kerja dalam kapal adalah banyaknya awak (buruh nelayan) yang ikut melaut dalam satu kapal dengan satuan orang. 11. Kemiskinan adalah suatau keadaan yang menggambarkan serba kekurangan dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya. 12. Faktor yang berhubungan dengan kemiskinan adalah jumlah tanggungan keluarga, usaha sampingan, dan pendidikan. Batasan Operasional Untuk menjelaskan dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian, maka dibuat batasan operasional sebagai berikut: 1. Sampel adalah nelayan buruh kapal motor yang merupakan kepala keluarga dan berdomisili di Kelurahan Bagan Deli. 2. Kapal/perahu motor yang digunakan nelayan buruh adalah ukuran <5 GT. 3. Batas kemiskinan yang digunakan adalah berdasarkan kriteria Sajogyo (ekivalen dengan 360 kg beras per orang per tahun), satandard Upah Minimum Provinsi (UMP), dan kriteria bank dunia. 4. Tempat penelitian adalah di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. 5. Waktu penelitian adalah bulan November tahun 2009.

9 28 DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL 1. Deskripsi Daerah Penelitian Gambaran Umum Kelurahan Kelurahan Bagan Deli adalah salah satu kelurahan dari 6 kelurahan di Kecamatan Medan Belawan yang memiliki jumlah penduduk nelayan yang terbanyak di banding kelurahan lain. Kelurahan ini terletak di 3 48 LU dan BT dengan ketinggian 1 meter di atas permukaan laut dengan topografi pantai dan suhu C serta curah hujan 2000 mm/tahun. Adapun batas wilayahnya adalah sebagai berikut: Utara Selatan Barat Timur : Selat Malaka : Belawan II/Belawan Bahari : Belawan I : Selat Malaka/Muara Deli/Kecamatan Percut Sei Tuan Jarak Kelurahan Bagan Deli ke pusat administratif, kecamatan kurang lebih 3 km dan ke pusat kota (Medan) kurang lebih 26 km. Luas Kelurahan ini berkisar 230 Ha dengan spesifikasi sebagai berikut: Tabel 5. Spesifikasi Penggunaan Lahan di Kelurahan Bagan Deli Peruntukan Luas Persentase Pemukiman Bangunan Umum Empang Lain-lain Jalur Hijau Pekuburan Lainnya 40 Ha 140 Ha 20 Ha 10 Ha 4,4 Ha 0,6 Ha 20 Ha 17.39% 60.87% 8.70% 4.35% 1.91% 0.26% 6.52% Sumber : Kelurahan Bagan Deli (2008) 28

10 29 Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa penggunaan lahan yang terbesar adalah untuk bangunan umum yaitu seluas 140 Ha atau sekitar 60,87%. Kelurahan Bagan Deli terdiri dari 15 lingkungan (Lingkungan I sampai XV) dan lingkungan yang berbatasan langsung dengan laut berjumlah 4 lingkungan yaitu lingkungan III, IV, V, XV. Kependudukan Jumlah penduduk di kelurahan ini yang terdata di kantor kelurahan mencapai jiwa (3.595 KK) dengan spesifikasi sebagai berikut: Tabel 6. Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kelurahan Bagan Deli Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase Laki-laki Perempuan Sumber : Kelurahan Bagan Deli (2008) % 49% Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa penduduk paling banyak berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah orang (50,97%) dan perempuan berjumlah orang (49%). Di tahun 2009 jumlah penduduk yang tergolong usia produktif berkisar orang dan anak usia sekolah orang (termasuk di dalamnya 225 anak putus sekolah), sedangkan sisanya termasuk dalam kategori lanjut usia dan anak usia pra sekolah. berikut: Penduduk menurut lulusan tingkat pendidikan umum disajikan dalam tabel

11 30 Tabel 7. Penduduk Menurut Lulusan Tingkat Pendidikan di Kelurahan Bagan Deli Jenis Jumlah (orang) Persentase SD SMP SMA Akademi Sarjana Sumber : Kelurahan Bagan Deli (2008) % 11.97% 7.95% 0.23% 0.06% Dari Tabel 7 tersebut terlihat bahwa jumlah penduduk tamatan SD adalah yang terbanyak dari lulusan pendidikan lainnya dengan jumlah orang atau sekitar 79,78% dari total penduduk yang terdata di Kelurahan. Perekonomian Mata pencaharian penduduk di Kelurahan Bagan Deli cukup beragam. Komposisi mata pencaharian penduduk sebagai berikut: Tabel 8. Komposisi Mata Pencaharian Penduduk di Kelurahan Bagan Deli: Mata pencaharian utama Jumlah (orang) Persentase PNS Peg. Swasta TNI/POLRI Petani Nelayan Pedagang Pensiunan Lainnya % 19.52% 0.35% 0.00% 32.47% 37.41% 4.12% 3.95% Sumber : Kelurahan Bagan Deli (2008) Dari Tabel 8 tersebut dapat diketahui bahwa mata pencaharian penduduk terutama adalah sebagai pedagang dengan jumlah orang atau sekitar 37,41% dan pada

12 31 urutan kedua adalah nelayan dengan jumlah orang atau sekitar 32,47% dari total penduduk. Usaha lain yang terdapat dalam komposisi mata pencaharian penduduk di antaranya adalah penjahit, pengemudi becak, dan supir angkutan umum. Kelurahan ini juga memiliki industri kecil dan menengah dengan produk antara lain: daging kepiting, udang kupas, cumi kupas, kerang kupas, dan pengolahan ikan asin. Dari industri tersebut masyarakat dapat memperoleh tambahan pendapatan yang akan membantu ekonomi rumah tangga. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang terdapat di kelurahan ini antara lain adalah: Tabel 9. Sarana dan Prasarana Penunjang Kehidupan Masyarakat di Kelurahan Bagan Deli Bidang Jenis Jumlah (Unit) Pendidikan Keagamaan Perkonomian Kesehatan SD SMP SMA Mesjid Musola Gereja Kelenteng Koperasi Bank Puskesmas Klinik Posyasandu Sumber : Kelurahan Bagan Deli (2008) Dari Tabel 9 di atas dapat diketahui bahwa gedung pendidikan di Kelurahan Bagan Deli sudah cukup tersedia. Sarana peribadatan dan kesehatan umum juga tersedia. Untuk sarana kesehatan berjumlah 12 unit dan sarana perekonomian sebanyak 2 unit

13 32 2. Karakteristik Nelayan Sampel Nelayan di Kelurahan Bagan Deli umumnya menggunakan sarana penangkap ikan yang terbatas. Hal ini dapat dilihat dari jenis kapal motor yang dimiliki oleh penduduk serta alat tangkap yang digunakan di kelurahan ini. Dari 4 lingkungan yang berbatasan langsung dengan laut seperti yang disebutkan sebelumnya (di penjelasan lokasi kelurahan), sekitar separuh dari rumah tangga penduduk memiliki kapal motor penangkap ikan. Kapal motor tersebut tergolong sederhana dengan ukuran <5 GT. Adapun jumlah penduduk yang bermukim di 4 lingkungan tersebut sekitar 815 orang sehingga bisa disimpulkan nelayan yang memiliki kapal motor ukuran <5 GT berkisar 400an Rumah Tangga. Daerah penangkapan (fishing ground) tergantung pada besarnya kapal yang digunakan, alat tangkap dan jenis ikan yang akan ditangkap. Untuk kapal yang menangkap di wilayah pinggir laut, umumnya tangkapan yang diperoleh adalah kerang, kepiting pinggir, ikan belanak, dan ikan kecil serta udang-udangan. Sedangkan untuk wilayah tengah hasil tangkapan berupa ikan selayang, ikan kembung, ikan tenggiri, kepiting tengah, dan beberapa jenis ikan tengah lainnya. Untuk alat tangkap yang digunakan juga bermacam tergantung pada jenis tangkapannya, untuk tangkapan berupa udang pinggir, kepiting pinggir, dan ikan pinggir lainnya alat tangkap yang digunakan adalah jaring kepiting, jaring udang apolo, bahkan ada yang tidak menggunakan alat tangkap sama sekali (dengan menyelam atau mengutip dengan tangan). Jenis kapal untuk hasil tangkapan pinggir adalah dengan kapal yang berukuran kecil (perahu papan ukuran kaki), sedangkan untuk daerah

14 33 tangkapan tengah kapal yang digunakan adalah kapal motor sedang dengan ukuran kaki. Secara umum karakteristik nelayan sampel di lokasi penelitian dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 10. Sumber : Analisis data primer Sumber : Analisis data primer Ditribusi Nelayan Sampel Menurut Usia di Kelurahan Bagan Deli Tahun 2009 Tingkat umur (tahun) dst Jumlah nelayan (orang) Persentase 23% 30% 37% 10% 0% Tabel 10 tersebut menunjukkan bahwa nelayan sampel di daerah penelitian umumnya berusia tahun dengan jumlah 11 orang dan tidak ada nelayan sampel yang berusia di atas 60 tahun. Tabel 11. Ditribusi Nelayan Sampel Menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan Bagan Deli Tahun 2009 Tingkat Jumlah nelayan Persentase Pendidikan (orang) SD SMP SMA % 23.33% 0% Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa nelayan responden di Kelurahan Bagan Deli hampir seluruhnya memperoleh pendidikan hanya sampai tingkatan Sekolah Dasar yaitu 23 orang (76,67%) sedangkan yang 7 orang lainnya pada tingkatan Sekolah Menegah Pertama. Dan dari hasil wawancara dengan nelayan

15 34 sampel diketahui bahwa tidak ada nelayan responden yang pernah menempuh pendidikan hingga Sekolah Menengah Atas. Secara umum karakteristik nelayan sampel di lokasi penelitian dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 12. Ditribusi Nelayan Sampel Menurut Pengalaman Melaut di Kelurahan Bagan Deli Tahun 2009 Pengalaman melaut (tahun) Jumlah nelayan (orang) Persentase Sumber : Analisis data primer Sumber : Analisis data primer % 46.67% 16.67% 3.33% Tabel tersebut menunjukkan bahwa pengalaman melaut nelayan sampel di daerah penelitian umumnya adalah 14 tahun (sebanyak 14 orang) dan yang paling sedikit adalah memiliki pengalaman melaut selama 40 tahun yaitu sebanyak 1 orang. Tabel 13. Ditribusi Nelayan Sampel Menurut Jumlah Tanggungan Keluarga di Kelurahan Bagan Deli Tahun 2009 Jumlah tanggungan keluarga (orang) Jumlah nelayan (orang) Persentase % 86.67% 10.00% 0.00% Tabel tersebut menunjukkan bahwa jumlah tanggungan nelayan sampel di daerah penelitian umumnya adalah 3-5 orang (86,67%) dan tidak ada nelayan sampel yang memiliki jumlah tanggungan 9-10 orang.

16 35 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Tingkat Kemiskinan Pendapatan nelayan yang dihitung adalah pendapatan keluarganya. Pendapatan keluarga ini diperoleh dari total pendapatan utama dari hasil penangkapan ditambah dengan usaha sampingan di bidang penangkapan ataupun di luar usaha penangkapan yang dilakukan oleh kepala keluarga maupun oleh anggota keluarga. Pendapatan utama dari hasil penangkapan adalah sebagai nelayan buruh, yaitu dengan menjalankan usaha penangkapan dengan menggunakan sarana penangkapan milik nelayan toke (dengan ukuran kapal <5 GT). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pendapatan yang diterima oleh nelayan buruh adalah penerimaan bersih berdasarkan sistem bagi hasil yang ditetapkan olah nelayan toke. Sistem bagi hasil yang berlaku di daerah penelitian adalah 50 : 50, artinya 50% dari hasil bersih untuk nelayan toke dan 50% lagi untuk seluruh awak (nelayan juragan dan nelayan buruh) dalam kapal. Bagi hasil yang diberlakukan tersebut adalah berdasarkan hasil bersih, yaitu hasil penjualan tangkapan yang diperoleh dari kegiatan penangkapan setelah dikurangi dengan biaya operasi penangkapan. Biaya operasi penangkapan meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang tetap harus dikeluarkan untuk penyusutan kapal, mesin, dan alat tangkap serta biaya pemeliharaan kapal dan mesin walaupun tidak dilakukan kegiatan penangkapan selama umur ekonomis dari peralatan tersebut dan pembayarannya dapat ditangguhkan. Sementara biaya variabel adalah biaya yang mutlak dikeluarkan 35

17 36 setiap kali melakukan kegiatan penangkapan. Umumnya biaya variabel meliputi biaya pembelian bahan bakar (solar), oli, dan bahan pengawet (es dan garam). ini. Adapun pendapatan utama dari usaha penangkapan dapat dilihat berikut Tabel 14. Pendapatan Nelayan dari Usaha Penangkapan No. Penerimaan Usaha per Tip Biaya melaut per Tip Pendapatan melaut per Tip Pendapatan yang diterima awak (ribu rupiah) Jumlah Awak Per kapal Pendapatan masingmasing awak per Tip (ribu rupiah) (ribu rupiah) (ribu rupiah) (ribu rupiah) (orang) ,8 457,2 187,8 5 37, , , , , , , , , , , , , ,8 2 12, , , , ,6 13,4 451, , ,5 450,9 101,6 450, , , , , , , , , , , ,5 18,6 35,9 18,6 1 18, , ,5 38,8 20,7 38,8 1 38, ,6 22,4 39,6 1 39, ,3 191, , ,1 190,8 53,2 1 53, ,3 8,7 16,3 1 16, ,5 28,5 25,9 28,6 2 14, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,9 9/,454, , , ,1 2/370, , ,4 162,6 26,4 1 26, ,4 41,5 25,5 1 25, ,5 21,7 37,8 21,7 2 10, , , ,5 Rataan 4.494,9 907, ,4 Sumber :Data primer diolah Dari Tabel 14 tersebut dapat diketahui bahwa dari kegiatan penangkapan setiap tripnya rata-rata penerimaan dari kegiatan penangkapan adalah Rp ;

18 37 rata-rata biaya yang dikeluarkan Rp ; dan rata-rata pendapatan kapal 3, Pendapatan yang diterima awak dalam tabel tersebut adalah 50% dari total pendapatan yang diperoleh dari kegiatan penangkapan. Rata-rata pendapatan yang diterima awak adalah sebesar Rp ,- dan masing-masing awak akan memperoleh bagian yang sama yaitu sebanyak pembagian dari total pendapatan untuk seluruh awak dengan jumlah awak dalam kapal. Jadi, semakin banyak awak dalam kapal maka pendapatan yang diterima oleh masing-masing awak kapal akan semakin sedikit. Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa pendapatan sampingan tersebut berasal dari usaha penangkapan yang dilakukan kepala keluarga seperti memancing (dengan peralatan milik sendiri) maupun oleh anggota keluarga seperti menjadi buruh pengupas kerang, buruh cuci, dan berdagang. Nelayan yang melakukan usaha sampingan dengan memancing adalah jenis nelayan yang beroperasi ke tengah laut. Hasil tangkapan tersebut kemudian dijual dan akan menjadi tambahan nelayan disamping pekerjaan utamanya menjadi nelayan buruh. Selain itu usaha sampingan kepala keluarga yang diketahui dari penelitian adalah dengan berdagang. Mereka yang berdagang adalah nelayan yang daerah tangkapannya di pinggir laut yang hanya melaut 1 hari saja. Pendapatan sampingan ini diperoleh dari besar pendapatan rata-rata setelah dikurangi dengan modal. Untuk modal dalam kegiatan memancing itu sendiri tidak ada, karena hanya menggunakan alat pancing yang sudah dimiliki sebelumnya oleh nelayan. Sedangkan modal dalam kegiatan berdagang adalah modal untuk memperoleh barang yang akan didagangkan saja. Biaya tempat dan lain-lain dianggap tidak

19 38 ada dengan alasan tempat yang digunakan berpindah-pindah walaupun masih di kelurahan tersebut dan tidak dikenakan biaya. Pendapatan sampingan keluarga dapat pula berasal dari usaha yang dilakukan oleh istri nelayan. Beberapa usaha yang dilakukan oleh istri nelayan adalah dengan menjadi pengupas kulit kerang, menjadi buruh cuci, dan berdagang. Dalam kegiatan mengupas kulit kerang menjadi kerang kupas yang siap dijual, istri nelayan yang melakukan pekerjaan ini memperolehnya dari pengumpul (toke) yang kemudian pengumpul tersebut merebusnya hingga setengah masak terlebih dahulu. Tujuan dari perebusan ini adalah agar kerang tidak cepat busuk. Untuk upah dari kegiatan mengupas kerang ini sendiri adalah Rp 1.000,- per kilogramnya. Rata-rata pengupasan kerang per harinya mencapai 5-10 kilogram. Sehingga rata-rata pendapatan yang bisa diperoleh adalah sebesar Rp hingga Rp10.000,-/hari. Dari usaha menjadi buruh cuci, istri nelayan menawarkan jasanya pada keluarga di sekitar daerah itu. Pendapatan rata-rata yang diperoleh adalah Rp /bulan. Untuk usaha lain yang juga dilakukan adalah dengan berdagang. Umumnya dagangan yang dijual adalah gorengan dan jajanan anak-anak. Dan rata-rata penerimaan bersih yang dapat diperoleh adalah sebesar Rp /hari. Berikut tabel pendapatan keluarga yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan:

20 39 Tabel 15. Pendapatan Keluarga Nelayan per Bulan di Kelurahan Bagan Deli Tahun 2009 No. Pekerjaan Utama Usaha Sampingan Total Pendapatan Keluarga Sampel (ribu rupiah) (ribu rupiah) (ribu rupiah) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,5 Sumber :Data primer diolah Tabel 15 tersebut menjelaskan bahwa pendapatan keluarga yang diperoleh oleh nelayan sampel berbeda-beda. Ada keluarga nelayan yang memiliki pendapatan cukup besar dan ada juga yang sebaliknya sangat kecil. Untuk melihat tingkat kemiskinan nelayan dari pendapatan keluarga yang diperoleh, digunakan alat analisis head count index. Sebagai batas (garis kemiskinan) yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan kriteria Sajogyo yaitu dengan ukuran 360 kg beras/orang/tahun atau setara dengan Rp 6.000,-/orang/hari, satandard Upah Minimum Provinsi yaitu

21 40 Rp ,-/orang/bulan atau setara dengan Rp ,-/orang/hari, dan standard bank dunia yaitu $2/hari/kapita atau setara dengan Rp ,- /orang/hari Tabel 16. Pendapatan Keluarga Nelayan di Kelurahan Bagan Deli Tahun 2009 No. Sampel Pendapatan Keluarga Kategori Kemiskinan (Rp/orang/har i) Kriteria Sajogyo Standard UMP Kriteria Bank Dunia (Ekuivalen Rp 6.000,-/ka/hari (Rp ,-/bulan = Rp /hari) ($2/hari = 19,000/ka/hari) tidak miskin miskin miskin tidak miskin miskin miskin tidak miskin miskin miskin tidak miskin miskin tidak miskin miskin miskin miskin tidak miskin miskin miskin tidak miskin miskin miskin tidak miskin miskin miskin tidak miskin miskin miskin tidak miskin miskin miskin tidak miskin tidak miskin tidak miskin miskin miskin miskin miskin miskin miskin tidak miskin miskin miskin tidak miskin miskin miskin tidak miskin miskin miskin tidak miskin miskin miskin tidak miskin miskin miskin tidak miskin miskin miskin tidak miskin miskin tidak miskin tidak miskin miskin tidak miskin tidak miskin miskin tidak miskin tidak miskin tidak miskin tidak miskin tidak miskin miskin tidak miskin tidak miskin tidak miskin tidak miskin tidak miskin miskin tidak miskin miskin miskin miskin tidak miskin miskin miskin miskin miskin miskin miskin miskin miskin Rata-rata tidak miskin miskin miskin Sumber :Data primer diolah

22 41 Dari Tabel 16 dapat diketahui bahwa nelayan sampel di daerah penelitian menurut kriteria UMP dan kriteria Bank Dunia hidup di bawah garis kemiskinan sedangkan menurut kriteria Sajogyo nelayan sampel sedikit yang hidup di bawah garis kemiskinan. Perbedaan tersebut dikarenakan adanya perbedaan yang cukup jauh dari masing-masing kriteria. Penduduk miskin berdasarkan kriteria Sajogyo berjumlah 6 kepala keluarga. Dan yang termasuk dalam kategori tidak miskin berjumlah 24 kepala keluarga. Dari hasil pengolahan data primer dengan menggunakan head count index diperoleh tingkat kemiskinan sebesar 20%. Dengan demikian Ho salah dan H 1 benar sehingga hipotesis menyatakan persentase kemiskinan nelayan di atas 50% ditolak. Penduduk miskin berdasarkan kriteria Upah Minimum Provinsi (UMP) berjumlah 27 kepala keluarga. Dan yang termasuk dalam kategori tidak miskin berjumlah 3 kepala keluarga. Dari hasil pengolahan data primer dengan menggunakan head count index diperoleh tingkat kemiskinan sebesar 90%. Dengan demikian Ho benar dan H 1 salah sehingga hipotesis menyatakan persentase kemiskinan nelayan di atas 50% diterima. Penduduk miskin berdasarkan kriteria Bank Dunia berjumlah 21 kepala keluarga. Dan yang termasuk dalam kategori tidak miskin berjumlah 9 kepala keluarga. Dari hasil pengolahan data primer dengan menggunakan head count index diperoleh tingkat kemiskinan sebesar 70%. Dengan demikian Ho benar dan H 1 salah sehingga hipotesis menyatakan persentase kemiskinan nelayan di atas 50% diterima.

23 42 2. Analisis Ketimpangan Pendapatan Pendapatan yang diterima oleh nelayan berbeda-beda. Terdapat ketimpangan pendapatan yang mereka peroleh. Untuk melihat tingkat ketimpangan nelayan digunakan formulasi Gini Rasio. Berikut disajikan perolehan nilai Gini Rasio dari hasil pengolahan data primer di lapangan: Tabel 17. Perhitungan Gini Rasio Xi Yi pendapatan (Rp/bulan) % Xi Kumulatif % Xi % Yi/ Y Kumulatif % Y Kumulatif % Yi+Yi-1 Kumulatif (% Yi+Yi-1). (% X) , % 3.33% 0.98% 0.98% 0.98% 0.033% , % 6.67% 1.17% 2.15% 3.13% 0.104% , % 10.00% 1.18% 3.34% 5.49% 0.183% , % 13.33% 1.27% 4.60% 7.94% 0.265% , % 16.67% 1.28% 5.89% 10.49% 0.350% , % 20.00% 1.40% 7.29% 13.18% 0.439% , % 23.33% 1.46% 8.75% 16.04% 0.535% 5 867, % 26.67% 1.59% 10.34% 19.10% 0.637% 27 1,003, % 30.00% 1.84% 12.18% 22.53% 0.751% 14 1,163, % 33.33% 2.13% 14.32% 26.50% 0.883% 15 1,189, % 36.67% 2.18% 16.50% 30.82% 1.027% 1 1,427, % 40.00% 2.62% 19.12% 35.62% 1.187% 16 1,510, % 43.33% 2.77% 21.89% 41.00% 1.367% 2 1,555, % 46.67% 2.85% 24.74% 46.63% 1.554% 17 1,595, % 50.00% 2.93% 27.67% 52.40% 1.747% 8 1,690, % 53.33% 3.10% 30.77% 58.43% 1.948% 7 1,693, % 56.67% 3.11% 33.87% 64.64% 2.155% 6 1,694, % 60.00% 3.11% 36.98% 70.85% 2.362% 3 1,903, % 63.33% 3.49% 40.47% 77.45% 2.582% 21 1,967, % 66.67% 3.61% 44.08% 84.55% 2.818% 10 2,186, % 70.00% 4.01% 48.09% 92.17% 3.072% 9 2,294, % 73.33% 4.21% 52.30% % 3.346% 4 2,364, % 76.67% 4.34% 56.64% % 3.631% 11 2,391, % 80.00% 4.39% 61.02% % 3.922% ,059,953 3,106, % 3.33% 83.33% 86.67% 5.61% 5.70% 66.64% 72.33% % % 4.255% 4.632% 20 3,467, % 90.00% 6.36% 78.69% % 5.034% 23 3,477, % 93.33% 6.38% 85.07% % 5.459% 22 3,622, % 96.67% 6.64% 91.72% % 5.893% 25 4,516, % % 8.28% % % 6.391% 54,522, % % % GR = = 0.31 Sumber :Data primer diolah

24 43 Untuk memperoleh nilai Gini Rasio maka terlebih dahulu data diurut berdasarkan pendapatannya. Urutannya adalah dari pendapatan yang terendah hingga yang tertinggi. Kemudian dihitung persentase pendapatan (%Yi) dan kumulatif persen pendapatan (kumulatif %Yi), serta persentase penduduk (%Xi) dan kumulatif persen penduduknya (kumulatif %Xi). Dari hasil perhitungan Gini rasio pada Tabel 17 tersebut diketahui bahwa secara keseluruhan (over-all sampling) nilai GR sebesar 0,31 sehingga termasuk dalam kriteria tingkat pendapatan nelayan rendah (di bawah garis kemiskinan). Dengan demikian Ho benar dan H 1 salah sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa ketimpangan pendapatan yang diterima oleh nelayan adalah ketimpangan rendah diterima. Adapun bentuk Kurva Lorenz yang terbentuk dari analisis data menggunakan Gini Rasio dapat digambarkan sebagai berikut: Kumulatif % X Kumulatif % X Gambar 2. Kurva Lorenz Hasil Penelitian Dari Gambar 2 tersebut dapat dilihat bahwa Kurva Lorenz tidak begitu cembung. Hal ini dikarenakan koefisien Gini Rasio tidak begitu besar. Apabila nilai Gini Rasio mendekati nol maka kurva akan memiliki kecembungan yang

25 44 semakin kecil yaitu mendekati garis lurus seperti yang terlihat dalam gambar tersebut. Semakin kecil nilai Gini Rasio maka kurva yang terbentuk akan semakin berimpit dengan garis diagonal tersebut. Ketimpangan pendapatan ini sangat mungkin terjadi. Dari hasil penelitian di lapangan ketimpangan tersebut sangat erat hubungannya dengan usaha sampingan yang dilakukan oleh keluarga. Untuk melihat bagaimana keeratan hubungan antara usaha sampingan dengan kemiskinan dapat dilihat di pembahasan selanjutnya. 3. Analisis Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kemiskinan Beberapa faktor yang diduga berhubungan dengan kemiskinan diantaranya adalah jumlah tanggungan keluarga, pendidikan serta usaha sampingan. Untuk menguji hubungan masing-masing variabel tersebut dengan kemiskinan digunakan analisis asosiasi dengan menggunakan uji χ 2. a. Hubungan jumlah tanggungan keluarga dengan kemiskinan Secara teori disebutkan bahwa jumlah tanggungan keluarga akan memperparah kemiskinan masyarakat. Jumlah tanggungan yang besar akan menunjukkan banyaknya orang yang bergantung langsung dari pendapatan keluarga yang diperoleh oleh nelayan dan anggota keluarga lainnya dalam memenuhi kebutuhan baik makanan maupun non-makanan. Untuk mengetahui jumlah pendapatan keluarga dan jumlah tanggungan keluarga dapat dilihat pada tabel berikut:

26 45 Tabel 18. Total pendapatan keluarga dan jumlah tanggungan keluarga No. Sampel Total Pendapatan Keluarga Jumlah Tanggungan Keluarga (Rp/bulan) (Jiwa) ,391, , , ,163, ,189, ,510, Rata-rata Sumber : Data primer diolah Dari Tabel 18 tersebut diketahui bahwa rata-rata jumalah pendapatan keluarga nelayan sampel adalah Rp ,- dan jumlah tanggungan rata-rata adalah 4 orang. Untuk melihat adanya hubungan antara jumlah tanggungan keluarga dengan kemiskinan maka terlebih dahulu dibuat tabel kontingensi yang digambarkan sebagai berikut:

27 46 Tabel 19. Tabel kontingensi antara jumlah tanggungan dan kemiskinan dengan kriteria Sajogyo Kemiskinan Jumlah tanggungan Tanggungan besar (di atas jumlah rata-rata) Tanggungan kecil (di bawah jumlah rata-rata) Jumlah Miskin Tidak miskin Jumlah Sumber : Data primer diolah Dari tabel kontingensi tersebut kemudian dihitung nilai χ 2. Dari hasil analisis data diperoleh nilai χ 2 sebesar Dengan membandingkan χ 2 tabel pada dk = 1 dan α = 0,05 yaitu sebesar 3,841 maka dapat diketahui bahwa χ 2 hitung lebih kecil dari χ 2 tabel sehingga Ho diterima dan H 1 ditolak. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan perbedaan jumlah tanggungan keluarga berhubungan dengan kemiskinan nelayan ditolak. Tabel 20. Tabel kontingensi antara jumlah tanggungan dan kemiskinan dengan kriteria UMP Kemiskinan Jumlah tanggungan Tanggungan besar (di atas jumlah rata-rata) Tanggungan kecil (di bawah jumlah rata-rata) Jumlah Miskin Tidak miskin Jumlah Sumber : Data primer diolah Dari tabel kontingensi tersebut kemudian dihitung nilai χ 2. Dari hasil analisis data diperoleh nilai χ 2 sebesar 0,28. Dengan membandingkan χ 2 tabel pada dk = 1 dan α = 0,05 yaitu sebesar 3,841 maka dapat diketahui bahwa χ 2 hitung lebih kecil dari χ 2 tabel sehingga Ho diterima dan H 1 ditolak. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan perbedaan jumlah tanggungan keluarga berhubungan dengan kemiskinan nelayan ditolak.

28 47 Tabel 21. Tabel kontingensi antara jumlah tanggungan dan kemiskinan dengan kriteria Bank Dunia Kemiskinan Jumlah tanggungan Tanggungan besar (di atas jumlah rata-rata) Tanggungan kecil (di bawah jumlah rata-rata) Jumlah Miskin Tidak miskin Jumlah Sumber : Data primer diolah Dari tabel kontingensi tersebut kemudian dihitung nilai χ 2. Dari hasil analisis data diperoleh nilai χ 2 sebesar 1,59. Dengan membandingkan χ 2 tabel pada dk = 1 dan α = 0,05 yaitu sebesar 3,841 maka dapat diketahui bahwa χ 2 hitung lebih kecil dari χ 2 tabel sehingga Ho diterima dan H 1 ditolak. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan perbedaan jumlah tanggungan keluarga berhubungan dengan kemiskinan nelayan ditolak. Dengan demikian secara keseluruhan hipotesis yang jumlah tanggungan keluarga berhubungan dengan kemiskinan ditolak. Hal ini dikarenakan walaupun jumlah tanggungan keluarga besar belum tentu menghubungkan kepada kemiskinan. Dengan jumlah tanggungan keluarga banyak namun jika pendapatan keluarga besar dan rata-rata pendapatan per orang dalam keluarga di atas standard garis kemiskinan, maka keluarga tersebut tidak dapat dikategorikan miskin. b. Hubungan tingkat pendidikan dengan kemiskinan Untuk mengetahui jumlah pendapatan keluarga dan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut:

29 48 Tabel 22. Total pendapatan keluarga dan tingkat pendidikan No. Sampel Total Pendapatan Keluarga Tingkat pendidikan (Rp/bulan) (tahun) ,391, , , ,163, ,189, ,510, Rata-rata Sumber : Data primer diolah Dari Tabel 22 tersebut diketahui bahwa rata-rata jumlah pendapatan keluarga nelayan sampel adalah Rp ,- dan tingkat pendidikan rata-rata adalah 6 tahun. Untuk melihat adanya hubungan antara tingkat pendidikan dengan kemiskinan maka terlebih dahulu dibuat tabel kontingensi yang digambarkan sebagai berikut:

30 49 Tabel 23. Kemiskinan Tabel kontingensi antara tingkat pendidikan dan kemiskinan dengan kriteria Sajogyo Tingkat pendidikan Di atas jumlah rata-rata Di bawah jumlah rata-rata Jumlah Miskin Tidak miskin Jumlah Sumber : Data primer diolah Dari tabel kontingensi tersebut kemudian dihitung nilai χ 2. Dari hasil analisis data diperoleh nilai χ 2 sebesar 4,74. Dengan membandingkan χ 2 tabel pada dk = 1 dan α = 0,05 yaitu sebesar 3,841 maka dapat diketahui bahwa χ 2 hitung lebih besar dari χ 2 tabel sehingga Ho ditolak dan H 1 diterima. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan perbedaan tingkat pendidikan berhubungan dengan kemiskinan nelayan diterima. Tabel 24. Kemiskinan Tabel kontingensi antara tingkat pendidikan dan kemiskinan dengan kriteria UMP Tingkat pendidikan Di atas jumlah rata-rata Di bawah jumlah rata-rata Jumlah Miskin Tidak miskin Jumlah Sumber : Data primer diolah Dari tabel kontingensi tersebut kemudian dihitung nilai χ 2. Dari hasil analisis data diperoleh nilai χ 2 sebesar 0,16. Dengan membandingkan χ 2 tabel pada dk = 1 dan α = 0,05 yaitu sebesar 3,841 maka dapat diketahui bahwa χ 2 hitung lebih kecil dari χ 2 tabel sehingga Ho diterima dan H 1 ditolak. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan perbedaan tingkat pendidikan berhubungan dengan kemiskinan nelayan ditolak.

31 50 Tabel 25. Kemiskinan Tabel kontingensi antara tingkat pendidikan dan kemiskinan dengan kriteria Bank Dunia Tingkat pendidikan Di atas jumlah rata-rata Di bawah jumlah rata-rata Jumlah Miskin Tidak miskin Jumlah Sumber : Data primer diolah Dari tabel kontingensi tersebut kemudian dihitung nilai χ 2. Dari hasil analisis data diperoleh nilai χ 2 sebesar 0,016. Dengan membandingkan χ 2 tabel pada dk = 1 dan α = 0,05 yaitu sebesar 3,841 maka dapat diketahui bahwa χ 2 hitung lebih kecil dari χ 2 tabel sehingga Ho diterima dan H 1 ditolak. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan perbedaan tingkat pendidikan berhubungan dengan kemiskinan nelayan ditolak. Secara keseluruhan tingkat pendidikan tidak berhubungan dengan kemiskinan nelayan sampel, kecuali untuk kemiskinan yang diukur dengan kriteria Sajogyo. Hal ini dimungkinkan karena tingkat pendidikan yang tinggi belum tentu menjamin nelayan tersebut terlepas dari kategori miskin. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan tidak berhubungan pendapatan yang diperoleh karena tidak akan menyebabkan naiknya pendapatan yang diterima keluarga. Dari survei di lapangan nelayan sampel mengaku tidak perlu pendidikan yang tinggi untuk menjadi seorang nelayan. c. Hubungan usaha sampingan dengan kemiskinan Untuk mengetahui jumlah pendapatan keluarga dan usaha sampingan dapat dilihat pada tabel berikut:

32 51 Tabel 26. Total pendapatan keluarga dan usaha sampingan No. Sampel Total Pendapatan Keluarga Usaha sampingan (Rp/bulan) (Rp/bulan) , Rata-rata Sumber : Data primer diolah Dari Tabel 26 tersebut diketahui bahwa rata-rata jumlah pendapatan per bulan keluarga nelayan sampel adalah Rp ,- dan usaha sampingan ratarata adalah Rp ,- per bulan. Untuk melihat adanya hubungan antara usaha sampingan dengan kemiskinan maka terlebih dahulu dibuat tabel kontingensi yang digambarkan sebagai berikut:

33 52 Tabel 27. Kemiskinan Tabel kontingensi antara usaha sampingan dan kemiskinan dengan kriteria Sajogyo Usaha sampingan Di atas jumlah rata-rata Di bawah jumlah rata-rata Jumlah Miskin Tidak miskin Jumlah Sumber : Data primer diolah Dari tabel kontingensi tersebut kemudian dihitung nilai χ 2. Dari hasil analisis data diperoleh nilai χ 2 sebesar 2,42. Dengan membandingkan χ 2 tabel pada dk = 1 dan α = 0,05 yaitu sebesar 3,841 maka dapat diketahui bahwa χ 2 hitung lebih kecil dari χ 2 tabel sehingga Ho ditolak dan H 1 diterima. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan perbedaan usaha sampingan berhubungan dengan kemiskinan nelayan ditolak. Tabel 28. Kemiskinan Tabel kontingensi antara usaha sampingan dan kemiskinan dengan kriteria UMP Usaha sampingan Di atas jumlah rata-rata Di bawah jumlah rata-rata Jumlah Miskin Tidak miskin Jumlah Sumber : Data primer diolah Dari tabel kontingensi tersebut kemudian dihitung nilai χ 2. Dari hasil analisis data diperoleh nilai χ 2 sebesar 0,015. Dengan membandingkan χ 2 tabel pada dk = 1 dan α = 0,05 yaitu sebesar 3,841 maka dapat diketahui bahwa χ 2 hitung lebih kecil dari χ 2 tabel sehingga Ho diterima dan H 1 ditolak. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan perbedaan usaha sampingan berhubungan dengan kemiskinan nelayan ditolak.

34 53 Tabel 29. Kemiskinan Tabel kontingensi antara usaha sampingan dan kemiskinan dengan kriteria Bank Dunia Usaha sampingan Di atas jumlah rata-rata Di bawah jumlah rata-rata Jumlah Miskin Tidak miskin Jumlah Sumber : Data primer diolah Dari tabel kontingensi tersebut kemudian dihitung nilai χ 2. Dari hasil analisis data diperoleh nilai χ 2 sebesar 0,057. Dengan membandingkan χ 2 tabel pada dk = 1 dan α = 0,05 yaitu sebesar 3,841 maka dapat diketahui bahwa χ 2 hitung lebih kecil dari χ 2 tabel sehingga Ho diterima dan H 1 ditolak. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan perbedaan usaha sampingan berhubungan dengan kemiskinan nelayan ditolak. Dengan demikian secara keseluruhan hipotesis yang menyatakan usaha sampingan berhubungan dengan kemiskinan ditolak. Hal ini dimungkinkan karena usaha sampingan yang dilakukan tidak cukup besar untuk menambah pendapatan keluarga hingga di atas garis kemiskinan. Begitu juga sebaliknya, usaha sampingan pada keluarga nelayan yang telah memiliki pendapatan per orang di atas garis kemiskinan tentu tidak akan menghubungkannya dengan kemiskinan. 4. Analisis Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Ketimpangan Pendapatan Beberapa faktor yang diduga berhubungan dengan ketimpangan pendapatan diantaranya adalah pengalaman melaut, lama melaut serta jumlah tenaga kerja dalam kapal. Untuk menguji masing-masing variabel tersebut digunakan analisis korelasi sederhana.

35 54 a. Hubungan pengalaman melaut dengan ketimpangan pendapatan Untuk mengetahui hubungan pengalaman melaut dengan ketimpangan pendapatan maka digunakan analisis korelasi sederhana antara variasi pendapatan dengan rata-rata pengalaman melaut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 30. Variasi pendapatan dan pengalaman melaut Kelompok Variasi pendapatan (dalam juta rupiah) Rata-rata pengalaman melaut (tahun) x.y x 2 y 2 I 4.306, E E+19 II , E E+20 III E E+20 IV E E+20 V E E+22 VI , E E+22 n=6 Rata-rata : ,9 Rata-rata : 15,67 xy = 7.749E+12 2 x = y = 9.282E+22 Dari hasil analisis diperoleh korelasi antara pengalaman melaut dengan ketimpangan pendapatan adalah 0,233 dengan nilai t-hitung sebesar 1,24. Koefisien korelasi sebesar 0,233 berarti pengalaman melaut dengan ketimpangan pendapatan lemah. Koefisien korelasi bertanda positif menunjukkan bahwa pengalaman melaut dengan ketimpangan pendapatan memiliki hubungan yang searah. Nilai t-hitung yang diperoleh lebih kecil dari t- tabel (1,24 < 3,54) dengan demikian Ho diterima, yang artinya tidak ada hubungan antara pengalaman melaut dengan ketimpangan pendapatan. Hal ini terjadi karena untuk menjadi seorang nelayan tidak dibutuhkan pengalaman. Jika ada satu orang saja yang berpengalaman dalam kapal, tentu saja nelayan yang memiliki pengalaman lebih sedikit tidak akan memperoleh pendapatan yang lebih kecil dibandingkan dengan nelayan yang memiliki pengalaman lebih banyak.

36 55 b. Hubungan lama melaut dengan ketimpangan pendapatan Untuk mengetahui hubungan lama melaut dengan ketimpangan pendapatan maka digunakan analisis korelasi sederhana antara variasi pendapatan dengan rata-rata lama melaut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 31. Variasi pendapatan dan lama melaut Kelompok Variasi Rata-rata x.y x 2 y 2 pendapatan lama melaut (dalam juta (hari/trip) rupiah) I 4.306, E E+19 II , E E+20 III E E+20 IV E E+20 V E E+22 VI , E E+22 n=6 Rata-rata : ,9 Rata-rata : 2,3 xy = 2 1.7E+12 x = 44 2 y = E+22 Dari hasil analisis diperoleh korelasi antara lama melaut dengan ketimpangan pendapatan adalah 0,75 dengan nilai t-hitung sebesar 6,003. Koefisien korelasi sebesar 0,75 berarti lama melaut dengan ketimpangan pendapatan kuat. Koefisien korelasi bertanda positif menunjukkan bahwa lama melaut dengan ketimpangan pendapatan memiliki hubungan yang searah. Nilai t-hitung yang diperoleh lebih besar dari t-tabel (6,003 > 3,54) dengan demikian Ho ditolak, yang artinya ada hubungan antara lama melaut dengan ketimpangan pendapatan. Hal ini dikarenakan lama melaut nelayan akan mempengaruhi jumlah tangkapan. Jumlah tangkapan tersebut tentu saja berhubungan dengan pendapatan. Jumlah tangkapan yang banyak akan menyebabkan pendapatan meningkat dan menghubungkannya dengan ketimpangan pendapatan antar nelayan.

37 56 c. Hubungan jumlah tenaga kerja dalam kapal dengan ketimpangan pendapatan Untuk mengetahui hubungan jumlah tenaga kerja dalam kapal dengan ketimpangan pendapatan maka digunakan analisis korelasi sederhana antara variasi pendapatan dengan rata-rata jumlah tenaga kerja dalam kapal dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 32. Variasi pendapatan dan jumlah tenaga kerja dalam kapal Kelompok Variasi pendapatan (dalam juta rupiah) Rata-rata jumlah tenaga kerja dalam kapal (orang) x.y x 2 y 2 I 4.306, E E+19 II , E E+20 III E E+20 IV E E+20 V E E+22 VI , E E+22 n=6 Rata-rata : ,9 Rata-rata : 3,67 xy = 1.7E+12 2 = x 44 2 y = E+22 Dari hasil analisis diperoleh korelasi antara jumlah tenaga kerja dalam kapal dengan ketimpangan pendapatan adalah 0,83 dengan nilai t-hitung sebesar 9,803. Koefisien korelasi sebesar 0,83 berarti jumlah tenaga kerja dalam kapal dengan ketimpangan pendapatan kuat. Koefisien korelasi bertanda positif menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja dalam kapal dengan ketimpangan pendapatan memiliki hubungan yang searah. Nilai t-hitung yang diperoleh lebih besar dari t-tabel (9,803 > 3,54) dengan demikian Ho ditolak, yang artinya ada hubungan antara jumlah tenaga kerja dalam kapal dengan ketimpangan pendapatan. Hal ini dimungkinkan terjadi karena dengan jumlah tenaga kerja yang semakin banyak maka akan menyebabkan pendapatan yang diterima nelayan

38 57 menjadi bervariaasi. Nelayan yang beroperasi dengan kapal yang memiliki awak sedikit akan memperoleh pendapatan yang besar dan sebaliknya dengan jumlah awak yang besar dalam satu kapal akan menyebabkan pendapatan yang diterima lebih besar.

39 58 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Tingkat kemiskinan nelayan sampel di daerah penelitian dengan perhitungan count index menggunakan kriteria Upah Minimum Provinsi dan kriteria Bank Dunia di atas 50% (masing-masing 90% dan 70%), sedangkan dengan kriteria Sajogyo tingkat kemiskinan nelayan di daerah penelitian sebesar 20%. 2. Ketimpangan pendapatan keluarga nelayan yang diperoleh dengan menggunakan analisis Gini Rasio adalah ketimpangan pendapatan yang rendah dengan nilai 0,31 dengan tingkat pendapatan rendah (di bawah garis kemiskinan). 3. Dari hasil analisis asosiasi menggunakan uji χ2 diketahui bahwa jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendidikan, dan usaha sampingan masingmasing tidak berhubungan dengan tingkat kemiskinan nelayan. 4. Dari hasil analisis korelasi sederhana diketahui bahwa pengalaman melaut tidak berhubungan dengan ketimpangan pendapatan namun lama melaut dan jumlah tenaga kerja dalam kapal masing-masing berhubungan dengan ketimpangan pendapatan nelayan. Saran a. Kepada nelayan 1. Mengoptimalkan penangkapan dengan menambah frekuensi melaut dalam setiap tripnya. 2. Melakukan usaha sampingan yang dapat menambah pendapatan keluarga baik di sektor perikanan maupun di luar sektor perikanan. 58

40 59 b. Kepada pemerintah 1. Memberikan bantuan modal kepada nelayan karena dari hasil survei di lapangan dapat diketahui bahwa sarana penangkapan nelayan untuk kapal <5 GT masih belum memadai. 2. Memberikan pelatihan yang berguna bagi masyarakat nelayan guna peningkatan hasil tangkapannya. c. Kepada peneliti selanjutnya 1. Meneliti ketimpangan pendapatan nelayan mulai dari kelompok nelayan tradisional hingga kelompok nelayan modern. 2. Menganalisis semua faktor penyebab (internal dan eksternal) terjadinya kemiskinan dan ketimpangan pendapatan nelayan.

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 5 TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Dalam buku Statistik Perikanan Tangkap yang dikeluarkan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian secara purposive di kecamatan Medan Labuhan dengan pertimbangan bahwa berdasarkan data sekunder daerah tersebut merupakan salah satu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sumber Agung Kecamatan Kemiling. Bandar Lampung pada bulan Januari sampai Februari 2015.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sumber Agung Kecamatan Kemiling. Bandar Lampung pada bulan Januari sampai Februari 2015. 19 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sumber Agung Kecamatan Kemiling Bandar Lampung pada bulan Januari sampai Februari 2015. B. Objek dan Alat

Lebih terperinci

ANALISIS MASALAH KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN NELAYAN DI KELURAHAN BAGAN DELI DAN KELURAHAN BELAWAN BAHARI KECAMATAN MEDAN BELAWAN

ANALISIS MASALAH KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN NELAYAN DI KELURAHAN BAGAN DELI DAN KELURAHAN BELAWAN BAHARI KECAMATAN MEDAN BELAWAN ANALISIS MASALAH KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN NELAYAN DI KELURAHAN BAGAN DELI DAN KELURAHAN BELAWAN BAHARI KECAMATAN MEDAN BELAWAN OLEH : SASKIA NRP. 923103007 / PWD Tesis ini disusun sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Usaha Penangkapan Ikan Dalam buku Statistik Perikanan Tangkap yang dikeluarkan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Indramayu Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52'-108 36' BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan topografinya sebagian besar merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Palabuhnratu merupakan daerah pesisir di selatan Kabupaten Sukabumi yang sekaligus menjadi ibukota Kabupaten Sukabumi. Palabuhanratu terkenal

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja), karena Desa

III. METODE PENELITIAN. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja), karena Desa III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penetuan Daerah Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di desa Paluh Sibaji, Kecamatan Pantai Labu. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja), karena

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN aa 16 a aa a 4.1 Keadaan Geografis dan Topografis Secara geografis Kabupaten Indramayu terletak pada posisi 107 52' 108 36' BT dan 6 15' 6 40' LS. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti pangan, sandang,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti pangan, sandang, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemiskinan Saat ini banyak terdapat cara pengukuran kemiskinan dengan standar yang berbedabeda. Ada dua kategori tingkat kemiskinan yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah laut yang lebih luas daripada luas daratannya. Luas seluruh wilayah Indonesia dengan jalur laut 12 mil adalah lima

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian Kecamatan Mojotengah merupakan salah satu dari 15 kecamatan di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%.

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%. BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor perikanan memberikan kontribusi terhadap PDRB sektor pertanian di Provinsi Sumatera Utara tahun 2010 s/d 2014 mengalami peningkatan yang signifikan, dimana

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN yaitu terdiri dari 16 kelurahan dengan luas wilayah 3.174,00 Ha. Saat ini

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN yaitu terdiri dari 16 kelurahan dengan luas wilayah 3.174,00 Ha. Saat ini V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kecamatan Bogor Barat Wilayah administrasi Kecamatan Bogor Barat hingga akhir Desember 2008 yaitu terdiri dari 16 kelurahan dengan luas wilayah 3.174,00

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan 25,14 % penduduk miskin Indonesia adalah nelayan (Ono, 2015:27).

BAB I PENDAHULUAN. dan 25,14 % penduduk miskin Indonesia adalah nelayan (Ono, 2015:27). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nelayan merupakan suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budi daya. Mereka

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan 18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU Wilayah Kabupaten Indramayu terletak pada posisi geografis 107 o 52 sampai 108 o 36 Bujur Timur (BT) dan 6 o 15 sampai

Lebih terperinci

(Eucheuma cottonii) TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PESISIR (Studi Kasus di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur)

(Eucheuma cottonii) TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PESISIR (Studi Kasus di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur) TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PESISIR (Studi Kasus di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur) DONA WAHYUNING LAILY Dosen Agrobisnis Perikanan ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah penghasilan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Kota Serang 4.1.1 Letak geografis Kota Serang berada di wilayah Provinsi Banten yang secara geografis terletak antara 5º99-6º22 LS dan 106º07-106º25

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian ini dilakukan di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penentuan daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Desa Lebih terletak di Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali dengan luas wilayah 205 Ha. Desa Lebih termasuk daerah dataran rendah dengan ketinggian

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota Pekanbaru yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Lebih terperinci

ANALISIS KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN NELAYAN DI DESA BUHIAS KECAMATAN SIAU TIMUR SELATAN KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO

ANALISIS KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN NELAYAN DI DESA BUHIAS KECAMATAN SIAU TIMUR SELATAN KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO ANALISIS KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN NELAYAN DI DESA BUHIAS KECAMATAN SIAU TIMUR SELATAN KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO Ronald N. Pakasi Charles R. Ngangi Rine Kaunang ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kelurahan Penjaringan memiliki lahan seluas 395.43 ha yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data satu periode, yaitu data Program

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data satu periode, yaitu data Program III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data satu periode, yaitu data Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP)

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai 31 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, di mana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah administrasi yang merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM 3.2 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM 3.2 METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM Metodologi penelitian ini menguraikan tahapan penelitian yang dilakukan dalam studi ini. Penggunaan metode yang tepat, terutama dalam tahapan pengumpulan dan pengolahan data,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, wilayah Kabupaten Karawang terletak antara 107

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kelurahan Fatubesi merupakan salah satu dari 10 kelurahan yang

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Kelurahan Pluit merupakan salah satu wilayah kelurahan yang secara administratif masuk ke dalam wilayah Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara.

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL 2014

JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL 2014 KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PENGOLAH IKAN TERI ASIN DI PULAU PASARAN KECAMATAN TELUK BETUNG BARAT KOTA BANDAR LAMPUNG (The Household Welfare of Salted Anchovy Fish producers in Pasaran Island, Sub-District

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemampuan penduduk dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemampuan penduduk dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak penduduk dengan berbagai macam ragam mata pencaharian. Dimana mata pencaharian merupakan aktivitas manusia untuk dapat memperoleh taraf hidup

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Sari Mandala I, Kecamatan Medan Denai, kota Medan sebagai daerah studi.

BAB III METODOLOGI. Sari Mandala I, Kecamatan Medan Denai, kota Medan sebagai daerah studi. BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi studi merupakan salah satu pemukiman padat penduduk yang dekat dengan pusat kota dan tingkat pendapatan masyarakat menengah ke bawah. Berdasarkan kriteria

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN 5.1. Usia Usia responden dikategorikan menjadi tiga kategori yang ditentukan berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980) yaitu dewasa awal (18-40), dewasa madya (41-60)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, untuk

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, untuk memenuhi kebutuhan hidup orang harus melakukan suatu kegiatan yang dapat menghasilkan. Kegiatan

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH. 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang

V. KEADAAN UMUM WILAYAH. 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang V. KEADAAN UMUM WILAYAH 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang Wilayah Kelurahan Pulau Panggang terdiri dari 12 pulau dan memiliki kondisi perairan yang sesuai untuk usaha budidaya. Kondisi wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh 39 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial,

Lebih terperinci

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas 26 4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas Menurut DKP Kabupaten Banyuwangi (2010) luas wilayah Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian Desa Sumber Makmur yang terletak di Kecamatan Banjar Margo, Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung memiliki luas daerah 889 ha. Iklim

Lebih terperinci

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH Bab 5 KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH 5.1 Hasil Kajian Daerah Pesisir Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki wilayah

Lebih terperinci

ANALISIS LUAS LAHAN MININMUM UNTUK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI SAWAH

ANALISIS LUAS LAHAN MININMUM UNTUK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI SAWAH ANALISIS LUAS LAHAN MININMUM UNTUK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI SAWAH Studi kasus : Desa Cinta Damai.Kecamatan Percut Sei Tuan.Kabupaten Deli Serdang SKRIPSI Oleh : LUNGGUK LUMBAN GAOL 060304030

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 25 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Kondisi Fisik Desa Desa Pusakajaya merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat, dengan

Lebih terperinci

ANALISIS KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAHTANGGA (Studi Kasus: Kecamatan Percut Sei Tuan)

ANALISIS KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAHTANGGA (Studi Kasus: Kecamatan Percut Sei Tuan) ANALISIS KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAHTANGGA (Studi Kasus: Kecamatan Percut Sei Tuan) Artha Novelia Sipayung, Aprilia Marbun Devi Elvinna Simanjuntak Evi Syuriani Harahap Fresenia Siahaan Lani

Lebih terperinci

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG KERANGKA PEMIKIRAN Program konversi minyak tanah ke LPG dilakukan melalui pembagian paket LPG kg beserta tabung, kompor, regulator dan selang secara gratis kepada keluarga miskin yang jumlahnya mencapai.

Lebih terperinci

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi 54 IV. DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN IV.1. Deskripsi Umum Wilayah yang dijadikan objek penelitian adalah kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat. Kecamatan Muara Gembong berjarak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saskia (1996), yang menganalisis

II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saskia (1996), yang menganalisis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saskia (1996), yang menganalisis masalah Kemiskinan dan Ketimpangan pendapatan nelayan di Kelurahan Bagan Deli dan

Lebih terperinci

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi 23 PROFIL DESA Pada bab ini akan diuraikan mengenai profil lokasi penelitian, yang pertama mengenai profil Kelurahan Loji dan yang kedua mengenai profil Kelurahan Situ Gede. Penjelasan profil masingmasing

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Telaga merupakan salah satu dari 17 Kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo. Kecamatan Telaga berjarak 10

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian, ini dilaksanakan di Desa Ponelo, Kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara, dengan waktu penelitian selama 2 (dua) bulan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Cilacap Selatan merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Cilacap,

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Cilacap Selatan merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Cilacap, IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Cilacap Selatan merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Cilacap Selatan berada dipusat kota Cilacap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ekonomi yang rendah, dan hal ini sangat bertolak belakang dengan peran

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ekonomi yang rendah, dan hal ini sangat bertolak belakang dengan peran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki pulau terbanyak di dunia. Dengan banyaknya pulau di Indonesia, maka banyak pula masyarakat yang memiliki mata pencaharian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisiografis a. Letak, Luas dan Batas Wilayah Desa Punduh Sari merupakan bagian dari wilayah administratif di Kecamatan Manyaran

Lebih terperinci

Gambar 2 Metode Penarikan Contoh

Gambar 2 Metode Penarikan Contoh 17 METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan disain Cross Sectional Study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran karakteristik contoh

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 34 BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1. Desa Karimunjawa 4.1.1. Kondisi Geografis Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) secara geografis terletak pada koordinat 5 0 40 39-5 0 55 00 LS dan 110 0 05 57-110

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Bogor memiliki kuas wilayah 299.428,15 hektar yang terbagi dari 40 kecamatan. 40 kecamatan dibagi menjadi tiga wilayah yaitu wilayah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Daerah penelitian ditentukan secara secara sengaja (purposive sampling), yaitu

III. METODOLOGI PENELITIAN. Daerah penelitian ditentukan secara secara sengaja (purposive sampling), yaitu III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian ditentukan secara secara sengaja (purposive sampling), yaitu Desa Parbuluan I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi, dengan pertimbangan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Cisaat berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4.

V. GAMBARAN UMUM. Cisaat berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4. V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Desa Cisaat terletak di Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi dengan luas wilayah 125.625 Ha. Desa Cisaat berbatasan dengan Jalan Raya Cisaat di sebelah

Lebih terperinci

Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara

Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara Sumber: Chapman, D. J (2004) Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1 Kondisi Geografis dan Administratif Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Kabupaten Subang merupakan kabupaten yang terletak di kawasan utara Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Subang yaitu 2.051.76 hektar atau 6,34% dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kepulauan (Archipelagic state) terbesar di dunia. Jumlah Pulaunya mencapai 17.506 dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Kurang lebih 60%

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Daerah Penelitian 5.1.1. Letak Geografis Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah perikanan potensial di perairan selatan Jawa

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN digilib.uns.ac.id 40 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis Desa Bedono merupakan salah satu Desa di Kecamatan Sayung Kabupaten Demak yang terletak pada posisi 6 0 54 38,6-6 0 55 54,4

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PEKERJA ANAK DI KOTA TANJUNGBALAI

BAB II GAMBARAN UMUM PEKERJA ANAK DI KOTA TANJUNGBALAI BAB II GAMBARAN UMUM PEKERJA ANAK DI KOTA TANJUNGBALAI Kota Tanjungbalai merupakan salah satu daerah yang berada di Pantai Timur Sumatera Utara, secara geografis Kota Tanjung Balai berada pada 2 58 00

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO 4. 1. Kondisi Geografis 4.1.1. Batas Administrasi Desa Polobogo termasuk dalam wilayah administrasi kecamatan Getasan, kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor perikanan air laut di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Contoh dan Metode Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Contoh dan Metode Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional Study yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu dan menggunakan metode survei. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan situasi serba kekurangan yang terjadi bukan dikehendaki oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat pendidikan,

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang 1. Keadaan Fisik a. Letak 62 Kelurahan Proyonangan Utara merupakan kelurahan salah satu desa pesisir di Kabupaten Batang Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16. Tabel 4. Luas Wilayah Desa Sedari Menurut Penggunaannya Tahun 2009

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16. Tabel 4. Luas Wilayah Desa Sedari Menurut Penggunaannya Tahun 2009 33 BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16 4.1 Keadaan Wilayah Desa Sedari merupakan salah satu desa di Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang. Luas wilayah Desa Sedari adalah 3.899,5 hektar (Ha). Batas

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN TRADISI MIYANG DI DESA WERU KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN. Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Adapun jarak Desa Weru

BAB III PELAKSANAAN TRADISI MIYANG DI DESA WERU KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN. Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Adapun jarak Desa Weru BAB III PELAKSANAAN TRADISI MIYANG DI DESA WERU KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN A. Gambaran umum Desa Weru 1. Letak Geografis Desa Weru merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Paciran Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR 4.1 Gambaran Umum Desa 4.1.1 Kondisi Fisik, Sarana dan Prasarana Desa Cihideung Ilir merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Kelurahan Karangrejo Karangrejo adalah salah satu Kelurahan di Kecamatan Metro Utara Kota Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) di Desa Sukanalu, Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo dikarenakan desa

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Berdasarkan Data Potensi Desa/ Kelurahan (2007), Desa Tlekung secara administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Desa

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Arikunto (2005:247) Penelitian

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Arikunto (2005:247) Penelitian BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Arikunto (2005:247) Penelitian

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Geografis dan Administratif Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru terbentuk di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Pada tanggal 7 Mei 999 kawasan Cagar Alam Pancoran Mas Depok diubah fungsinya menjadi kawasan Tahura Pancoran Mas Depok dan dikelola oleh pemerintah

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Kebonagung merupakan salah satu dari 8 (delapan) desa yang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Kebonagung merupakan salah satu dari 8 (delapan) desa yang IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Keadaan topografi dan letak wilayah Desa Kebonagung merupakan salah satu dari 8 (delapan) desa yang terdapat di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Semua data yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti selama melakukan penelitian akan disajikan pada bab ini. Data tersebut merupakan data tentang partisipasi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Keadaan Umum Hutan Mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Keadaan Umum Hutan Mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan V. GAMBARAN UMUM 5.1 Keadaan Umum Hutan Mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan Tlanakan merupakan salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Pamekasan yang memiliki luas wilayah 48,10 Km 2 dan terletak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Nelayan Sebagai negara maritim, Indonesia memiliki pantai terpanjang di dunia, dengan garis pantai lebih dari 81.000 km. Dari 67.439 desa di Indonesia,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menyebar kuisioner terhadap RTS-PM. Jenis data yang diperlukan dari. a. Data tentang ketepatan sasaran penerima beras RASKIN.

III. METODE PENELITIAN. menyebar kuisioner terhadap RTS-PM. Jenis data yang diperlukan dari. a. Data tentang ketepatan sasaran penerima beras RASKIN. III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer Data diperoleh dari penelitian lapangan melalui wawancara langsung terhadap petugas Kelurahan Sukabumi Indah mengenai Pendistribusian RASKIN

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. daerah transit kegiatan perekonomian antara Pulau Sumatera dan Jawa, B. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Barat

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. daerah transit kegiatan perekonomian antara Pulau Sumatera dan Jawa, B. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Barat IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung 1. Keadaan umum Kota Bandar Lampung merupakan ibu kota Provinsi Lampung. Kota Bandar Lampung terletak di wilayah yang strategis karena

Lebih terperinci

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Kota Serang Kota Serang adalah ibukota Provinsi Banten yang berjarak kurang lebih 70 km dari Jakarta. Suhu udara rata-rata di Kota Serang pada tahun 2009

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELIITIAN. berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat. Letaknya antara Lintang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELIITIAN. berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat. Letaknya antara Lintang II. KEADAAN UMUM DAERAH PENELIITIAN Kabupaten Brebes terletak di sepanjang pantai utara Laut Jawa, merupakan salah satu daerah otonom di Provinsi Jawa Tengah, memanjang keselatan berbatasan dengan wilayah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis 30 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Aceh Singkil beriklim tropis dengan curah hujan rata rata 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim timur maksimum 15 knot, sedangkan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi dan Keadaan Umum Kabupaten Tojo Una-una

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi dan Keadaan Umum Kabupaten Tojo Una-una 46 V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN.. Lokasi dan Keadaan Umum Kabupaten Tojo Unauna... Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Tojo Unauna merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah,

Lebih terperinci

BAB II KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA TANJUNG LEIDONG SEBELUM 1970

BAB II KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA TANJUNG LEIDONG SEBELUM 1970 BAB II KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA TANJUNG LEIDONG SEBELUM 1970 2.1 Letak Geografis Tanjung Leidong Tanjung Leidong terletak di Kecamatan Kualuh Leidong Kabupaten Labuhan Batu yang luasnya sekitar 34,032km2

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. merupakan metode yang digunakan dalam penelitian dengan cara pengamatan

III. METODE PENELITIAN. merupakan metode yang digunakan dalam penelitian dengan cara pengamatan 64 III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode survei. Metode survei merupakan metode yang digunakan dalam penelitian dengan cara pengamatan langsung terhadap gejala

Lebih terperinci

5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON

5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON 28 5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON Perikanan tangkap di Kabupaten Cirebon memiliki prasarana perikanan seperti pangkalan pendaratan ikan (PPI). Pangkalan pendaratan ikan yang

Lebih terperinci