BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Boud (Zulharman, 2007) peer assessment merupakan proses

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Boud (Zulharman, 2007) peer assessment merupakan proses"

Transkripsi

1 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peer Assessment Menurut Boud (Zulharman, 2007) peer assessment merupakan proses seorang siswa menilai hasil belajar teman atau siswa lainnya yang setingkat. Maksud dari setingkat adalah jika dua orang siswa atau lebih berada dalam kelas yang sama atau subjek pelajaran yang sama. Hal senada juga disampaikan oleh Bostock (2000) bahwa peer assessment merupakan penilaian siswa oleh siswa lain. Peer assessment merupakan suatu penilaian yang dilakukan seorang siswa terhadap siswa lain yang tingkatannya sama. Penerapan peer assessment dapat melatih siswa untuk bertanggung jawab dan bersikap objektif. Bostock (2000) mengungkapkan bahwa peer assessment merupakan penilaian siswa terhadap siswa lainnya baik tes formatif untuk mendapatkan umpan balik ataupun tes sumatif yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas belajar dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat melakukan penilaian. Namun menurut Zulharman (2007) peer assessment lebih dianjurkan untuk digunakan dalam penilaian formatif daripada sumatif. Menurut Race (2001), peer assessment bisa diterapkan dalam kegiatan penilaian untuk menilai aspek kinerja siswa, tes tertulis, atau laporan. Kegiatan peer assessment bisa dilaksanakan dengan satu atau lebih penilai. Siswa yang melaksanakan peer assessment bisa disembunyikan identitasnya dan pemilihannya

2 9 ditentukan secara acak, sehingga faktor subjektivitas seperti hubungan pertemanan yang dapat mempengaruhi hasil penilaian dapat diminimalkan. Peer assessment akan lebih efektif dilaksanakan jika menggunakan lebih banyak penilai, sehingga tingkat keobjektifan siswa dalam menilai dapat teramati dengan baik. B. Kelebihan dan Kelemahan Peer assessment Arnold et al. (Kurniadi, 2011) menjelaskan terdapat beberapa kelebihan peer assessment, yaitu: 1. Membantu siswa untuk lebih mandiri, bertanggung jawab, dan terlibat dalam proses pembelajaran. 2. Mendorong siswa untuk mampu menganalisis secara kritis pekerjaan temannya. 3. Membantu menjelaskan kriteria penilaian. 4. Meringankan tugas penilaian guru. Race et al. (Bostock, 2000) mengemukakan beberapa kelebihan dari peer assessment bagi siswa, yaitu: 1. Meningkatkan motivasi dan menumbuhkan jiwa mandiri pada diri siswa ketika proses penilaian. 2. Mendorong siswa dalam mengambil tanggung jawab ketika kegiatan pembelajaran.

3 10 3. Menjadikan proses penilaian sebagai bagian dari pembelajaran, sehingga kesalahan dipandang sebagai sebuah peluang untuk memperbaiki diri daripada dipandang sebagai suatu kegagalan. 4. Pelatihan mentransferkan kemampuan yang diperlukan untuk pembelajaran sepanjang hayat, khususnya kemampuan dalam menilai. 5. Penggunaan penilaian eksternal yang mana memberikan sebuah gambaran untuk penilaian terhadap diri sendiri. 6. Mendorong siswa untuk belajar lebih mendalam. Selain memiliki kelebihan, peer assessment juga memiliki kelemahan seperti yang diungkapkan oleh Bostock (2000), yaitu: 1. Siswa kurang mampu menilai rekannya. 2. Hubungan persahabatan, perasaan tidak suka, dan lain-lain mungkin akan mempengaruhi penilaian. 3. Siswa mungkin tidak suka dinilai oleh rekannya, karena kemungkinan ada diskriminasi, kesalahpahaman, dan lain-lain. 4. Tanpa ada keterangan dari guru, kemungkinan siswa akan memberikan keterangan yang salah tentang rekannya. C. Self Assessment Menurut Boud (Zulharman, 2007) self assessment adalah keterlibatan siswa dalam mengidentifikasi kriteria atau standar untuk diterapkan dalam pembelajaran dan membuat keputusan mengenai pencapaian kriteria dari standar tersebut. Dengan

4 11 kata lain, self assessment adalah sebuah proses dimana siswa menilai hasil belajarnya sendiri. Burgess (Wulandari, 2011) mengungkapkan bahwa self assessment merupakan penilaian yang melibatkan siswa untuk mengobservasi dan menilai tentang belajarnya. Penerapan self assessment memberikan kesempatan bagi siswa untuk terlibat di dalam penilaian. Menurut Race (2001) proses keterlibatan siswa dalam penilaian merupakan hal yang penting dikarenakan secara alami siswa sudah dapat melakukan self assessment. Penilaian guru tidak cukup valid, reliabel, dan transparan untuk memperdalam pengalaman dalam belajar siswa, membiasakan siswa menilai, melatih siswa menjadi pembelajar mandiri, melatih siswa menjadi lifelong learner, dan membantu siswa memperoleh feedback dari hasil pembelajaran yang lebih banyak. Menurut Zulharman (2007), penerapan self assessment sebagai penilaian formatif lebih banyak digunakan daripada sebagai penilaian sumatif, karena self assessment sebagai penilaian sumatif masih banyak menimbulkan perdebatan mengenai validitas dan reliabilitasnya. Self assessment juga dapat digunakan untuk membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan menilai dan mengkritisi proses belajarnya dan membantu siswa dalam menentukan kriteria untuk menilai hasil belajarnya. Menurut Johnson dan Johnson (Gieonedhana, 2011) tujuan dari assessment yaitu bisa digunakan untuk mendiagnosa tingkat kemampuan dan keterampilan siswa, memonitor proses pencapaian tujuan pembelajaran dan untuk mengetahui level kemampuan siswa. Selain itu, Wilson dan Jan (Gieonedhana, 2011) self assessment bisa digunakan untuk menilai 4 area utama, yaitu pengetahuan,

5 12 keterampilan, nilai dan sikap. Namun, biasanya self assessment jarang dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk memutuskan nilai akhir dari hasil belajar siswa melainkan lebih sebagai analisa progress. Self assessment kurang cocok digunakan untuk seleksi, penempatan, perbaikan kurikulum dan program pendidikan serta pengembangan ilmu. Namun, self assessment sangat mungkin digunakan untuk mendiagnosis dan remedial, umpan balik serta memotivasi dan membimbing belajar siswa. Secara keseluruhan, self assessment lebih menekankan pada aspek reflektif, mengajak murid untuk lebih terlibat dalam proses belajar mereka dengan mengevaluasi cara belajar mereka, kelebihan dan kekurangan mereka, dimana progress mereka dalam mencapai tujuan belajar, apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara melakukannya. D. Kelebihan dan Kelemahan Self Assessment Beberapa kelebihan self assessment yang diungkapkan oleh Spiller (2009) diantaranya : 1. Membantu siswa lebih mandiri dan bertanggung jawab terhadap peningkatan belajarnya. 2. Membantu siswa secara alami untuk memeriksa kemajuan belajar oleh dirinya sendiri. 3. Jika siswa dapat mengetahui kemajuan belajarnya, maka hal tersebut dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih lanjut.

6 13 4. Membantu siswa fokus terhadap proses belajarnya ke arah yang lebih baik. 5. Dapat mengakomodasi kebutuhan belajar siswa yang heterogen. Selain memiliki kelebihan, self assessment juga memiliki kelemahan seperti yang diungkapkan oleh Ellington (Wulandari, 2011), yaitu: 1. Kurangnya kemampuan siswa dalam mengevalusi atau menilai diri sendiri. 2. Siswa mungkin miskonsepsi apabila tanpa adanya intervensi dari guru. 3. Siswa cenderung akan memberi hasil penilaian yang lebih terhadap dirinya sendiri. 4. Siswa belum berpengalaman dalam menilai dirinya sendiri. 5. Siswa akan merasa khawatir jika hasil self assessment diketahui oleh siswa lain. 6. Kejujuran merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan self assessment. 7. Karena ada peluang terjadinya subjektifitas yang tinggi dalam self assessment, maka hasil self assessment sulit untuk diproses menjadi nilai akhir. Oleh karena itu, penggunaan self assessment lebih banyak digunakan untuk penilaian formatif bukan sumatif.

7 14 E. Peer dan Self Assessment dalam Pembelajaran Peer assessment maupun self assessment dapat digunakan secara terpisah karena memiliki kelebihan pada masing-masing bagiannya. Namun, penerapan peer dan self assessment akan menjadi lebih baik bila digunakan secara bersama-sama dalam suatu proses pembelajaran. Penerapan peer dan self assessment secara bersama-sama dapat memaksimalkan kelebihan yang ada pada peer assessment maupun self assessment. Zulharman (2007) mengungkapkan bahwa ada beberapa langkah yang harus ditempuh dalam penerapan peer dan self assessment, sehingga pada penerapannya dapat berjalan dengan efektif yaitu : 1. Menyampaikan maksud dan tujuan peer dan self assessment secara jelas kepada siswa dan observer. 2. Menerapkan peer dan self assessment secara bertahap. 3. Dalam format penilaian, siswa tidak mencantumkan nama penilai. 4. Memberikan gambaran kriteria penilaian secara jelas kepada siswa. 5. Melakukan pelatihan peer dan self assessment. 6. Memonitor proses dan hasil peer dan self assessment. F. Perbandingan Peer dan Self Assessment Terhadap Assessment yang Lain Orsmond (2004) mengungkapkan perbandingan antara peer dan self assessment dengan assessment yang lain seperti tertera pada tabel berikut: Tabel 2.1. Perbandingan Peer dan Self Assessment dengan Assessment yang Lain No. Peer dan self assessment Assessment yang Lain 1. Berpusat pada siswa. Biasanya tidak berpusat pada siswa.

8 15 No. Peer dan self assessment Assessment yang Lain 2. Kriterianya jelas atau transparan terhadap siswa. Penentuan kriteria atau aspek yang dinilai tidak pernah didiskusikan dengan siswa. Guru yang langsung menentukan kriteria 3. Memberikan keleluasaan terhadap siswa. Siswa akan merasa penilaian merupakan kebutuhan personal. Penilaian bagian dari pembelajaran. 4. Mengevaluasi pembelajaran secara mendalam. 5. Memperkenankan siswa untuk membangun pembelajaran mereka secara aktif. 6. Mendorong adanya diskusi antara penilaian. Siswa terisolasi dari assessment sehingga terisolasi dari proses pembelajaran. Mengevaluasi pembelajaran hanya permukaan saja. Tidak menyediakan dorongan untuk membangun belajar mandiri. Sedikit diskusi bahkan kadang-kadang tidak ada. siswa dan guru. 7. Adanya formatif feedback. Adanya feedback yang keliru karena ada selang waktu atau kehilangan komunikasi yang terus-menerus antara siswa dan guru. 8. Hasil penilaian dapat digunakan untuk memperbaiki performa selanjutnya. 9. Lebih banyak tantangan dan lebih sedikit kesalahan dalam pembelajaran siswa. 10. Mempersiapkan siswa untuk perjalanan lifelong learning yang terus-menerus. 11. Memberikan kesempatan yang baik untuk formatif assessment. 12. Dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa. 13. Meningkatkan kinerja atau kualitas belajar dari hasil belajar. 14. Merupakan tugas pembelajaran yang otentik. Hasil penilaian merupakan hasil akhir. Sedikit tantangan dan lebih banyak kesalahan dalam pembelajaran. Biasanya tujuan akhirnya hanya belajar. Sedikit formatif assessment. Memiliki efek negatif terhadap kepercayaan diri. - Sebagian merupakan tugas pembelajaran yang otentik.

9 16 G. Kegiatan Praktikum Mempelajari IPA kurang dapat berhasil bila tidak ditunjang dengan kegiatan praktikum atau eksperimen yang dilakukan di laboratorium. Fungsi dari metode eksperimen merupakan penunjang kegiatan proses belajar untuk menemukan prinsip tertentu atau menjelaskan prinsip-prinsip yang dikembangkan. Fungsi dari laboratorium tidak diartikan sebagai tempat untuk kegiatan belajar mengajar yang sekedar untuk mengecek atau mencocokkan kebenaran teori yang telah dijelaskan di kelas, tetapi juga harus dapat menyebabkan proses inkuiri berkembang (Arifin, 1995). Kegiatan praktikum merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji atau melaksanakan secara nyata apa yang diperoleh sebelumnya dari suatu teori. Selain itu, kegiatan praktikum juga merupakan bentuk pembelajaran yang melibatkan peserta didik bekerja dengan benda-benda, bahan-bahan dan peralatan laboratorium, baik secara perorangan maupun kelompok. Keuntungan penggunaan kegiatan praktikum menurut Arifin (1995) diantaranya: 1. Dapat memberikan gambaran yang konkrit tentang suatu peristiwa. 2. Siswa dapat mengamati proses. 3. Siswa dapat mengembangkan keterampilan inkuiri. 4. Siswa dapat mengembangkan sikap ilmiah. 5. Membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran lebih efektif dan efisien.

10 17 Kegiatan praktikum seringkali tidak dapat dilaksanakan oleh guru karena berbagai alasan. Namun, sebenarnya kegiatan praktikum ini biasanya tidak berdiri sendiri, tetapi dapat dikombinasikan dengan kegiatan ceramah maupun diskusi sehingga pembelajaran yang berlangsung tidak menjadi kegiatan yang membosankan bagi siswa. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh guru menurut Arifin (1995) antara lain: 1. Menentukan tujuan praktikum. 2. Menyiapkan prosedur praktikum. 3. Menyiapkan lembar pengamatan. 4. Menyiapkan alat dan zat. 5. Menyiapkan lembar observasi kegiatan praktikum. Telah dikemukaan di atas dalam bahwa pada kegiatan praktikum, guru perlu membuat lembar observasi kegiatan praktikum. Hasil observasi ini memiliki peran yang baik sebagai umpan balik bagi siswa dan bagi guru. Persiapan dan kegiatan yang perlu dan harus dilakukan siswa menurut Arifin (1995) diantara lain: 1. Mempelajari tujuan dan prosedur percobaan. 2. Menggunakan alat/bahan dalam percobaan. 3. Mencari persamaan reaksi dari percobaan yang dilakukan. 4. Mengamati percobaan. 5. Mengambil, menyajikan dan menganalisis data. 6. Menyimpulkan hasil percobaan. 7. Mengkomunikasikan hasil percobaan.

11 18 H. Penilaian Kinerja Menurut Zainul (Mahmudah, 2012) pengertian dasar penilaian kinerja adalah penilaian yang mengharuskan peserta didik untuk mempertunjukkan kinerja, bukan menjawab atau memilih jawaban dari sederetan kemungkinan jawaban yang sudah tersedia. Oleh karena itu, penilaian kinerja menghendaki siswa dapat mendemonstrasikan kinerjanya pada tugas tertentu secara nyata. Menurut Rustaman et al. (2003) langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusun penilaian kinerja adalah sebagai berikut: 1. Menetukan jenis keterampilan siswa yang akan dinilai. 2. Mengidentifikasi indikator-indikator yang menunjukkan bahwa seorang siswa telah menguasai keterampilan yang akan dinilai. 3. Menentukan jenis kegiatan laboratorium yang memungkinkan siswa memperlihatkan keterampilannya. 4. Membuat alat ukur, berupa daftar cek (checklist) atau skala penilaian (rating scale) yang diperlukan pada waktu penilaian. 5. Melaksanakan penilaian. 6. Menentukan skor keterampilan siswa. Penggunaan penilaian kinerja menghendaki guru agar mempersiapkan dan merancang kegiatan pembelajaran siswa secara aktif termasuk kriteria kinerjanya. Selain itu, harus didukung juga dengan instrumen yang jelas dan sesuai. Apabila instrumen yang digunakan jelas dan sesuai kriteria kinerja, maka akan memudahkan melakukan penilaian kinerja sehingga dapat dilakukan dengan efektif dan efisien.

12 19 I. Keterampilan Proses Sains Keterampilan proses sains (KPS) merupakan pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada proses IPA. Jenis-jenis keterampilan proses dalam pendekatan KPS dapat dikembangkan secara terpisah-pisah tergantung metode yang digunakan. Menurut Rustaman et al. (2003) jenis-jenis ketrampilan proses sains terdiri dari melakukan pengamatan (observasi), menafsirkan data hasil pengamatan (interpretasi), mengelompokkan (klasifikasi), meramalkan (prediksi), berkomunikasi, berhipotesis, merencanakan percobaan atau penyelidikan, menerapkan konsep atau prinsip, dan mengajukan pertanyaan. Menurut Indrawati (Rostina, 2012) keterampilan proses sains merupakan kesuluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep prinsip atau teori untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan. Berikut ini beberapa jenis keterampilan proses dan sub keterampilan proses : Tabel 2.2 Jenis Keterampilan Proses dan Sub Keterampilan Proses No Keterampilan Proses Sub Keterampilan Proses 1. Mengamati (observasi) Menggunakan indera penglihat, pembau, pendengar, pengecap, dan peraba. Mengumpulkan fakta yang relevan dan memadai. 2. Menafsirkan hasil pengamatan (interpretasi) Mencatat setiap hasil pengamatan secara terpisah. Menghubung-hubungkan hasil pengamatan.

13 20 No Keterampilan Proses Sub Keterampilan Proses Menemukan pola atau keteraturan dari satu seri pengamatan. 3. Mengelompokkan (klasifikasi) Mencari perbedaan Mengontraskan ciri-ciri. Mencari kesamaan. Membandingkan. Mencari dasar penggolongan. 4. Meramalkan (prediksi) Mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu kecenderungan atau pola yang sudah ada. 5. Berkomunikasi Membaca grafik, tabel atau diagram. Menggambarkan data empiris dengan grafik, tabel, atau diagram. Menjelaskan hasil percobaan. Menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis dan jelas. 6. Berhipotesis Menyatakan hubungan antara dua variabel atau mengajukan perkiraan penyebab sesuatu terjadi. 7. Merencanakan percobaan atau penyelidikan 8. Menerapkan konsep atau prinsip Menentukan alat dan bahan. Menentukan variabel atau peubah yang terlibat dalam suatu percobaan. Menentukan variabel kontrol dan variabel bebas. Menentukan apa yang diamati, diukur atau ditulis. Menentukan cara dan langkah kerja. Menentukan cara mengolah data. Menjelaskan peristiwa baru dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki. Menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru. 9. Mengajukan pertanyaan Meminta penjelasan, tentang apa, mengapa, bagaimana atau menanyakan latar belakang hipotesis. Wahyu (Kurniadi, 2011)

14 21 Aspek-aspek keterampilan proses sains digunakan peneliti sebagai acuan dalam membuat pertanyaan pada LKS. Adapun aspek-aspek keterampilan proses sains yang digunakan pada penelitian ini meliputi observasi, interpretasi, klasifikasi, berkomunikasi, prediksi, berhipotesis dan menerapkan konsep. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada Lampiran A.3 bagian standar penilaian LKS Halaman 85. J. Tinjauan Materi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Larutan merupakan campuran homogen dari dua zat atau lebih. Suatu larutan terdiri dari zat terlarut dan pelarut. Suatu larutan sudah pasti memiliki satu fasa/fasa tunggal. Larutan dapat berwujud gas, padat atau cair. Berdasarkan daya hantarnya, larutan digolongkan ke dalam larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit. Semua zat terlarut yang larut dalam air termasuk ke dalam salah satu dari dua golongan berikut : elektrolit dan nonelektrolit. Suatu zat, yang ketika dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan yang dapat menghantarkan arus listrik disebut elektrolit, sedangkan nonelektrolit tidak menghantarkan arus listrik ketika dilarutkan dalam air. Hantaran listrik melalui larutan dapat ditunjukkan dengan alat uji hantaran listrik seperti pada gambar dibawah ini. Gambar. 2.1 Alat Uji Hantaran Listrik

15 22 Keterangan : 1. Sumber arus (baterai) 2. Kabel penghubung arus 3. Bola lampu pijar 4. Elektroda karbon 5. Elektroda karbon 6. Larutan yang diuji 7. Gelas kimia Adanya aliran listrik dalam suatu larutan ditandai dengan menyalanya lampu pijar pada rangkaian tersebut. Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik dengan memberikan gejala lampu menyala pada suatu alat uji hantaran listrik. Larutan elektrolit dapat terbentuk dari senyawa ionik berupa lelehan dan larutan karena pada lelehan dan larutan senyawa ionik terjadi disosiasi membentuk ion positif dan ion negatif yang bergerak bebas, sedangkan padatan senyawa ionic tidak dapat menghantarkan arus listrik karena ion positf dan ion negatifnya tidak dapat bergerak bebas. Selain itu larutan elektrolit dapat dibentuk oleh larutan senyawa kovalen polar karena pada larutan senyawa kovalen polar terjadi ionisasi membentuk ion positif dan ion negatif yang bergerak bebas, sedangkan padatan dan lelehan senyawa kovalen polar tidak dapat menghantarkan arus listrik karena padatan dan lelehan senyawa kovalen polar tidak mengandung ion positif dan ion negatif, melainkan dalam bentuk molekul. Pada tahun 1887 Svante August Arrhenius menyatakan bahwa larutan elektrolit dapat menghantarkan listrik karena

16 23 adanya ion positif dan ion negatif yang dapat bergerak bebas. Ion-ion itulah yang menghantarkan arus listrik melalui larutan. Contoh larutan elektrolit yaitu larutan NaCl, larutan CH 3 COOH, larutan NaOH, larutan H 2 SO 4, dan lain-lain. Larutan nonelektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik dengan memberikan gejala tidak menyalanya lampu pada alat uji hantaran listrik. Contoh larutan nonelektrolit yaitu larutan CO(NH 2 ) 2, larutan C 12 H 22 O 11. Menurut Svante August Arrhenius pada tahun 1887, zat seperti NaCl, HCl jika dilarutkan dalam air akan terurai menjadi ion positif (kation) dan ion negatif (anion) yang dapat bergerak bebas. Contoh: NaCl (aq) Na + (aq) + Cl - (aq) HCl (aq) H + (aq) + Cl - (aq) Ion-ion tersebut dapat bergerak bebas sehingga memiliki kemampuan untuk menghantarkan arus listrik yang menyebabkan lampu pada alat uji hantaran listrik dapat menyala. Semakin banyak jumlah ion, semakin kuat daya hantar listriknya, sehingga nyala lampu yang dihasilkan pada alat uji hantaran listrik semakin terang. Dengan demikian, adanya ion positif (kation) dan ion negatif (anion) pada larutan elektrolit inilah yang berperan untuk menghantarkan arus listrik, sedangkan untuk larutan nonelektrolit memberikan gejala tidak menyalanya lampu karena senyawa yang terdapat dalam larutan nonelektrolit tidak menghasilkan ion-ion baik ion positif (kation) dan ion negatif (anion) dalam larutannya mengakibatkan larutan nonelektrolit

17 24 tidak dapat menghantarkan arus listrik, sehingga lampu pada alat uji hantaran listrik juga tidak menyala. Tabel 2.3 Perbedaan Sifat antara Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit No Larutan Elektrolit Larutan Nonelektrolit 1 Terdapat ion positif dan ion negatif Tidak terdapat ion positif dan ion yang dapat bergerak bebas. negatif. 2 Dapat menghantarkan arus listrik Tidak dapat menghantarkan arus listrik 3 Lampu dapat menyala Lampu tidak dapat menyala

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dan hasil belajar. Hubungan timbal balik antara tiga unsur tersebut. Tujuan Pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dan hasil belajar. Hubungan timbal balik antara tiga unsur tersebut. Tujuan Pembelajaran II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Prinsip dan Tujuan Penilaian Proses belajar mengajar mengandung tiga unsur, yaitu tujuan pembelajaran, proses pembelajaran dan hasil belajar. Hubungan timbal balik antara

Lebih terperinci

Laporan Hasil Pengamatan Praktikum Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit

Laporan Hasil Pengamatan Praktikum Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit Laporan Hasil Pengamatan Praktikum Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit Standard BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul Laporan Hasil Uji daya hantar listrik pada larutan elektrolit dan non elektrolit 1.2 Latar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang diakibatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang diakibatkan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar dan Hasil Belajar Belajar didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang diakibatkan oleh pengalaman. Definisi lain mengenai belajar adalah proses aktif siswa untuk

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN LARUTAN ELEKTROLIT Nama Sekolah : SMA Mata Pelajaran : KIMIA Kelas/ Semester : X/2 Alokasi Waktu : 3x40 menit

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN LARUTAN ELEKTROLIT Nama Sekolah : SMA Mata Pelajaran : KIMIA Kelas/ Semester : X/2 Alokasi Waktu : 3x40 menit RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN LARUTAN ELEKTROLIT Nama Sekolah : SMA Mata Pelajaran : KIMIA Kelas/ Semester : X/2 Alokasi Waktu : 3x40 menit I. STANDAR KOMPETENSI : 3. Memahami sifat-sifat larutan non

Lebih terperinci

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT BAB 6 LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT Standar Kompetensi Memahami sifat-sifat larutan non elektrolit dan elektrolit, serta reaksi oksidasi-reduksi Kompetensi Dasar Mengidentifikasi sifat larutan

Lebih terperinci

Gambar Rangkaian Alat pengujian larutan

Gambar Rangkaian Alat pengujian larutan LARUTAN ELEKTROLIT DAN BUKAN ELEKTROLIT Selain dari ikatannya, terdapat cara lain untuk mengelompokan senyawa yakni didasarkan pada daya hantar listrik. Jika suatu senyawa dilarutkan dalam air dapat menghantarkan

Lebih terperinci

BAB VI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

BAB VI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT BAB VI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT STANDAR KOMPETENSI 3 : Mendeskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran dan terapannya. KOMPETENSI DASAR 3.1 : Menyelidiki daya hantar listrik berbagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pelaksanaan peer dan self assessment, peer dan self assessment dalam mengungkap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pelaksanaan peer dan self assessment, peer dan self assessment dalam mengungkap 41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian akan dijelaskan dalam beberapa bagian yaitu mengenai pelaksanaan peer dan self assessment, peer dan self assessment dalam mengungkap kemampuan

Lebih terperinci

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON- ELEKTROLIT

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON- ELEKTROLIT 5 LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON- ELEKTROLIT A. LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT B. ELEKTROLIT DAPAT BERUPA SENYAWA ION ATAU SENYAWA KOVALEN Ketika Anda terluka, luka tersebut dapat dibersihkan disterilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mempelajari sains, termasuk Ilmu Kimia kurang berhasil jika tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mempelajari sains, termasuk Ilmu Kimia kurang berhasil jika tidak 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Praktikum Mempelajari sains, termasuk Ilmu Kimia kurang berhasil jika tidak ditunjang dengan praktikum yang dilaksanakan dilaboratorium. Laboratorium disini dapat berarti

Lebih terperinci

UNIT KEGIATAN BELAJAR (UKB KIM ) 3.8 Menganalisis sifat larutan berdasarkan daya hantar listriknya

UNIT KEGIATAN BELAJAR (UKB KIM ) 3.8 Menganalisis sifat larutan berdasarkan daya hantar listriknya UNIT KEGIATAN BELAJAR (UKB KIM 22.2.3.8) 1. Identitas a. Nama Mata Pelajaran : Kimia b. Semester : Genap c. Kompetensi Dasar : 3.8 Menganalisis sifat larutan berdasarkan daya hantar listriknya 4.8 Membedakan

Lebih terperinci

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT (Diskusi Informasi) INFORMASI Larutan adalah campuran yang homogen antara zat terlarut dan zat pelarut.

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT (Diskusi Informasi) INFORMASI Larutan adalah campuran yang homogen antara zat terlarut dan zat pelarut. LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT (Diskusi Informasi) INFORMASI Larutan adalah campuran yang homogen antara zat terlarut dan zat pelarut. Berdasarkan daya hantar listriknya, larutan dapat digolongkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENGEMBANGAN. 4.1 Deskripsi Pengembangan LKS berbasis Inkuiri Terbimbing

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENGEMBANGAN. 4.1 Deskripsi Pengembangan LKS berbasis Inkuiri Terbimbing BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENGEMBANGAN 4.1 Deskripsi Pengembangan LKS berbasis Inkuiri Terbimbing Hasil dari penelitian ini berupa (1) sebuah lembar kegiatan siswa (LKS) berbasis inkuiri terbimbing,

Lebih terperinci

MODUL KIMIA SMA IPA Kelas 10

MODUL KIMIA SMA IPA Kelas 10 SMA IPA Kelas 10 Perbedaan Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Larutan adalah campuran homogen dari dua zat atau lebih, larutan tersusun dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Berdasarkan keelektrolitannya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penilaian menggunakan penilaian diri (self assessment) dan penilaian teman sejawat (peer assessment) telah banyak diterapkan oleh sekolah yang menerapkan

Lebih terperinci

kimia Kelas X LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT K-13 A. Pengertian Larutan dan Daya Hantar Listrik

kimia Kelas X LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT K-13 A. Pengertian Larutan dan Daya Hantar Listrik K-13 Kelas X kimia LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami perbedaan antara larutan elektrolit dan

Lebih terperinci

Bab VI Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit

Bab VI Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Bab VI Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Sumber: Dokumentasi Penerbit Air laut merupakan elektrolit karena di dalamnya terdapat ion-ion seperti Na, K, Ca 2, Cl, 2, dan CO 3 2. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cabang ilmu tersebut adalah ilmu kimia. Pada hakikatnya ilmu kimia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cabang ilmu tersebut adalah ilmu kimia. Pada hakikatnya ilmu kimia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rumpun Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) mempunyai beberapa cabang ilmu. Salah satu cabang ilmu tersebut adalah ilmu kimia. Pada hakikatnya ilmu kimia mencakup

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu deskriptif. Menurut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu deskriptif. Menurut 25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu deskriptif. Menurut Ruseffendi (1988) penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN KIMIA

SILABUS MATA PELAJARAN KIMIA LAMPIRAN Lampiran 1 SILABUS MATA PELAJARAN KIMIA Satuan Pendidikan Kelas/ Semester : SMA Negeri 4 Metro : X / 2 (dua) Kompetensi Inti : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan ilmu yang sangat dekat dengan manusia.

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan ilmu yang sangat dekat dengan manusia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan ilmu yang sangat dekat dengan manusia. Ilmu ini mempelajari alam sekitar beserta isinya, mulai dari benda-benda yang berada di alam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konstruktivisme dalam Pembelajaran Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dahar (1986) mengungkapkan bahwa hakekat IPA mencakup dua hal, yaitu IPA

I. PENDAHULUAN. Dahar (1986) mengungkapkan bahwa hakekat IPA mencakup dua hal, yaitu IPA I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dahar (1986) mengungkapkan bahwa hakekat IPA mencakup dua hal, yaitu IPA sebagai produk yang meliputi fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip IPA, serta IPA sebagai

Lebih terperinci

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Pencapaian Penilaian

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Pencapaian Penilaian Silabus, RPP, LKS SMA Kelas X ( PK dan Putri) SILABUS Nama Sekolah : SMA SEDC Mata Pelajaran : KIMIA Kelas/Semester : X/2 Standar Kompetensi : 3. Memahami sifat-sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran- lembaran yang berisi tugas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran- lembaran yang berisi tugas II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kerja Siswa 1. Pengertian Lembar Kerja Siswa Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran- lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan peserta didik. LKS biasanya berupa

Lebih terperinci

I. Judul : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit.

I. Judul : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit. I. Judul : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit. II. Tujuan : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit pada konsentrasi larutan yang

Lebih terperinci

PEMETAAN / ANALISIS SK-KD

PEMETAAN / ANALISIS SK-KD Lampiran 1 1 PEMETAAN / ANALISIS SK-KD Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Semester : SMA Negeri Bandar Lampung : Kimia : XI/Genap Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Tingkat Ranah KD Indikator Pencapaian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum, melalui pendekatan inkuiri pada subkonsep faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis dilakukan dalam

Lebih terperinci

SOAL DAN KUNCI JAWABAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

SOAL DAN KUNCI JAWABAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT SOAL DAN KUNCI JAWABAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT SOAL DAN KUNCI JAWABAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT 1. Pernyataan yang benar tentang elektrolit adalah. A. Elektrolit adalah zat yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) pengertian pengembangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) pengertian pengembangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengembangan Tes Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) pengertian pengembangan adalah suatu proses untuk menjadikan suatu (pikiran, pengetahuan, dan sebagainya) agar menjadi

Lebih terperinci

Nama : Kelompok : Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : X 5 /2 Alokasi Waktu : 2 x 45 menit.

Nama : Kelompok : Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : X 5 /2 Alokasi Waktu : 2 x 45 menit. Nama : Kelompok : 78 Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : X 5 /2 Alokasi Waktu : 2 x 45 menit. Materi Pokok : Sifat dan jenis larutan elektrolit dan non elektrolit. Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat

Lebih terperinci

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Proses pembelajaran merupakan salah satu tahap yang sangat menentukan terhadap keberhasilan belajar siswa. Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai pretest dan

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai pretest dan IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Analisis Data Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai pretest dan posstest keterampilan memprediksi dan penguasaan

Lebih terperinci

Rangkuman Materi Larutan Elektrolit dan Non elektrolit

Rangkuman Materi Larutan Elektrolit dan Non elektrolit Rangkuman Materi Larutan Elektrolit dan Non elektrolit LARUTAN ELEKTROLIT DAN LARUTAN NON ELEKTROLIT LARUTAN ELEKTROLIT 1. Pengertian Larutan Elektrolit Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Belajar merupakan suatu kegiatan yang memberikan kesempatan kepada siswa

I. PENDAHULUAN. Belajar merupakan suatu kegiatan yang memberikan kesempatan kepada siswa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses adanya perubahan yang bersifat permanen pada diri seorang siswa yang meliputi aspek kompetensi, keterampilan dan perilaku yang diakibatkan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT Satuan Pendidikan: SMAN. Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XMIA/GENAP Alokasi Waktu : 6 JPx 45 menit (2 minggu) A. KOMPETENSI

Lebih terperinci

mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan 3. Aktivitas-aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada pengkajian.

mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan 3. Aktivitas-aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada pengkajian. 9 Ada beberapa ciri pembelajaran efektif yang dirumuskan oleh Eggen & Kauchak (Warsita, 2008) adalah: 1. Peserta didik menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi, membandingkan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda maka beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Keterampilan

Lebih terperinci

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT 1 BAB 5 LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT A. Kompetensi Inti KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran kimia di sekolah, umumnya masih berorientasi kepada materi yang tercantum pada kurikulum. Bagi para siswa, belajar kimia hanya untuk keperluan menghadapi ulangan

Lebih terperinci

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT Mata Pelajaran : Kimia Kelas : X (Sepuluh) Nomor Modul : Kim.X.07 Penulis : Drs. Asep Jamal Nur Arifin Penyunting Materi : Drs. Ucu Cahyana, M.Si Penyunting Media

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan variabel, gejala, atau keadaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, membawa hasil dan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Mata pelajaran kimia termasuk ke dalam Pelajaran IPA yang merupakan mata pelajaran yang sulit dipahami oleh siswa karena banyaknya konsep kimia yang abstrak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, proses, dan produk. Sains (fisika) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Penelitian deskriptif ini merupakan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Penelitian deskriptif ini merupakan III. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Penelitian deskriptif ini merupakan metode penelitian yang mengangkat fakta, keadaan, variabel, dan fenomenafenomena yang berlangsung

Lebih terperinci

SMA N 1 PALIMANAN Jl. KH. Agus Salim no. 128 PALIMANAN KABUPATEN CIREBON

SMA N 1 PALIMANAN Jl. KH. Agus Salim no. 128 PALIMANAN KABUPATEN CIREBON 1 PENGAMATAN MENGENAI LARUTAN ELEKTROLIT DAN LARUTAN NON-ELEKTROLIT AHSIN FAUZI ARIEF NURRAHMAN IBNU FAISHAL M. WILDAN K. KELAS X5 ANGGOTA : SMA N 1 PALIMANAN Jl. KH. Agus Salim no. 128 PALIMANAN KABUPATEN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri.

Lebih terperinci

ANALISIS SKL-KI-KD. SKL KI KD Indikator Indikator keterampilan 1. Menghayati Mensyukuri keteraturan struktur dan

ANALISIS SKL-KI-KD. SKL KI KD Indikator Indikator keterampilan 1. Menghayati Mensyukuri keteraturan struktur dan LAMPIRAN 1 ANALISIS SKL-KI-KD SKL KI KD Indikator Indikator keterampilan 1. Menghayati 1.1.1. Mensyukuri keteraturan struktur dan partikel materi sebagai wujud kebesaran mengamalkan Tuhan YME sehingga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. keterampilan-keterampilan tertentu yang disebut keterampilan proses. Keterampilan Proses menurut Rustaman dalam Nisa (2011: 13)

II. TINJAUAN PUSTAKA. keterampilan-keterampilan tertentu yang disebut keterampilan proses. Keterampilan Proses menurut Rustaman dalam Nisa (2011: 13) 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Keterampilan Berkomunikasi Sains Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai proses dan sekaligus sebagai produk. Seseorang mampu mempelajari IPA jika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi. Ilmu kimia

I. PENDAHULUAN. dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi. Ilmu kimia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan cabang dari IPA yang mempelajari struktur, susunan, sifat, dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi. Ilmu kimia dibangun

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Efektifitas pembelajaran dengan menerapkan pendekatan inkuiri

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Efektifitas pembelajaran dengan menerapkan pendekatan inkuiri BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari analisis data dan pembahasan secara deskriptif dan statistik, hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Efektifitas pembelajaran dengan menerapkan

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Kimia Dasar II. Daya Hantar Listrik Larutan Elektrolit

Laporan Praktikum Kimia Dasar II. Daya Hantar Listrik Larutan Elektrolit Laporan Praktikum Kimia Dasar II Daya Hantar Listrik Larutan Elektrolit Oleh: Kelompok : I (satu) Nama Nim Prodi : Ardinal : F1D113002 : Teknik Pertambangan FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Teori konstruktivistik dikembangkan oleh Piaget pada pertengahan abad 20.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Teori konstruktivistik dikembangkan oleh Piaget pada pertengahan abad 20. 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Teori konstruktivistik dikembangkan oleh Piaget pada pertengahan abad 20. Piaget berpendapat bahwa pada dasarnya setiap individu sejak kecil sudah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving adalah model pembelajaran yang menyajikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving adalah model pembelajaran yang menyajikan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Solving Model pembelajaran problem solving adalah model pembelajaran yang menyajikan materi dengan menghadapkan siswa kepada persoalan yang harus dipecahkan.

Lebih terperinci

ANALISIS SKL-KI-KD. SKL KI KD Indikator Indikator keterampilan 1. Menghayati Mensyukuri keteraturan struktur

ANALISIS SKL-KI-KD. SKL KI KD Indikator Indikator keterampilan 1. Menghayati Mensyukuri keteraturan struktur SKL KI KD Indikator Indikator keterampilan 1. Menghayati 1.1.1. Mensyukuri keteraturan struktur dan partikel materi sebagai wujud kebesaran mengamalkan Tuhan YME sehingga manusia dengan ajaran agama pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu bangsa. Pemerintah terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia pada hakikatnya mencakup dua hal yaitu kimia sebagai produk dan kimia sebagai proses. Kimia sebagai produk meliputi pengetahuan yang terdiri atas fakta,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, membawa hasil dan merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, membawa hasil dan merupakan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Efektivitas menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Bahwa dalam penelitian ini diperoleh data sebagai berikut: 1. Lembar Observasi Keterampilan Generik Sains Berdasarkan penelitian diperoleh data obsevasi

Lebih terperinci

Pendekatan Keterampilan Proses Sains

Pendekatan Keterampilan Proses Sains Pendekatan Keterampilan Proses Sains Seperti SAPA (Science A Process Approach) pendekatan keterampilan proses sains (KPS) merupakan pendekatgn pembelajaran yang berorientasi kepada proses IPA. Namun dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pembelajaran kimia diarahkan pada pendekatan saintifik dimana ketrampilan proses sains dilakukan melalui percobaan untuk membuktikan sebuah kebenaran sehingga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Sukmadinata (2009) penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan peer assessment pada

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan peer assessment pada BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan peer assessment pada kegiatan praktikum titrasi argentometri untuk menilai kinerja siswa SMK KIMIA kelas XI. Hasil

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan model pembelajaran yang menghadapkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan model pembelajaran yang menghadapkan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Solving Model pembelajaran problem solving merupakan model pembelajaran yang menghadapkan siswa kepada permasalahan yang harus dipecahkan. Pembelajaran

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN I. Standar Kompetensi 1. Memahami sifat-sifat larutan asam basa, metode pengukuran, dan terapannya

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN I. Standar Kompetensi 1. Memahami sifat-sifat larutan asam basa, metode pengukuran, dan terapannya Lampiran 2 63 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN I Mata Pelajaran Kelas/Semester Sub Materi Pokok Alokasi Waktu Pertemuan ke : Kimia : XI IPA 4/ 2 (dua) : Teori Asam Basa Arrhenius : 2 x 45 menit : I Standar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Slavin (Nur, 2002) bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Slavin (Nur, 2002) bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata Praktikum Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman merupakan mata praktikum wajib bagi mahasiswa jurusan pendidikan biologi FKIP UMS, berbobot 1 sks.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing. arah (ceramah reflektif) dan sistem dua arah (penemuan terbimbing).

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing. arah (ceramah reflektif) dan sistem dua arah (penemuan terbimbing). II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing Menurut Hamalik (2002:187) dilihat dari besarnya kelas, pendekatan penemuan terbimbing dapat dilaksanakan dengan dua sistem komunikasi yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Penelitian deskriptif ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Penelitian deskriptif ini BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. MetodePenelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Penelitian deskriptif ini memaparkan suatu fenomena dalam pembelajaran dengan ukuran-ukuran statistik, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laku (kemampuan) pada diri siswa, seperti yang sebelumnya tidak tahu. menjadi tahu, yang sebelumnya tidak paham menjadi paham, yang

BAB I PENDAHULUAN. laku (kemampuan) pada diri siswa, seperti yang sebelumnya tidak tahu. menjadi tahu, yang sebelumnya tidak paham menjadi paham, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kegiatan pembelajaran dilaksanakan supaya terjadi perubahan tingkah laku (kemampuan) pada diri siswa, seperti yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu, yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

Lebih terperinci

ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR ORISINIL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT-NONELEKTROLIT MENGGUNAKAN INKUIRI TERBIMBING.

ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR ORISINIL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT-NONELEKTROLIT MENGGUNAKAN INKUIRI TERBIMBING. ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR ORISINIL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT-NONELEKTROLIT MENGGUNAKAN INKUIRI TERBIMBING Ali Rifa i, Ila Rosilawati, Tasviri Efkar Pendidikan Kimia, Universitas Lampung ali_rifai@ymail.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan siswa

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan siswa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan siswa yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar siswa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan kompleksnya tingkat berpikir siswa,

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan kompleksnya tingkat berpikir siswa, 1 I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan kompleksnya tingkat berpikir siswa, menuntut guru atau pendidik untuk menciptakan pembelajaran yang inovatif. Hal ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maya Asih Rohaeni, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maya Asih Rohaeni, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan berkomunikasi perlu dimiliki oleh setiap siswa. Sebagai seorang ilmuan, siswa diharapkan memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik sehingga diharapkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari IPA yang mempelajari struktur, susunan,

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari IPA yang mempelajari struktur, susunan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan bagian dari IPA yang mempelajari struktur, susunan, sifat, dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi. Ilmu kimia itu dibangun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penguasaan konsep siswa terhadap materi fluida statis diukur dengan tes

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penguasaan konsep siswa terhadap materi fluida statis diukur dengan tes BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Data Penguasaan Konsep Fluida statis Penguasaan konsep siswa terhadap materi fluida statis diukur dengan tes pilihan ganda sebanyak 15 soal.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang berupa fakta- fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi

I. PENDAHULUAN. yang berupa fakta- fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran kimia di sekolah, umumnya masih berorientasi kepada materi yang

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran kimia di sekolah, umumnya masih berorientasi kepada materi yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran kimia di sekolah, umumnya masih berorientasi kepada materi yang tercantum pada kurikulum. Bagi para siswa, belajar kimia hanya untuk keperluan menghadapi ulangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arini, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arini, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Biologi merupakan salah satu bidang IPA yang menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains (BSNP, 2006:451). Proses pembelajaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa untuk menemukan pengetahuan memerlukan suatu keterampilan. mengamati, melakukan eksperimen, menafsirkan data

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa untuk menemukan pengetahuan memerlukan suatu keterampilan. mengamati, melakukan eksperimen, menafsirkan data 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keterampilan Proses Sains Keterampilan proses sains (KPS) adalah pendekatan yang mengarahkan bahwa untuk menemukan pengetahuan memerlukan suatu keterampilan mengamati, melakukan

Lebih terperinci

Oleh: Kartimi, Ria Yulia Gloria dan Ayani. Abstrak

Oleh: Kartimi, Ria Yulia Gloria dan Ayani. Abstrak PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DALAM PENGAJARAN BIOLOGI UNTUK MENGETAHUI HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN EKOSISTEM KELAS VII DI SMPN 1 TALUN Oleh: Kartimi, Ria Yulia Gloria dan Ayani Abstrak

Lebih terperinci

PENILAIAN KETERAMPILAN PROSES.

PENILAIAN KETERAMPILAN PROSES. PENILAIAN KETERAMPILAN PROSES readonee@yahoo.com IPA terbentuk & berkembang melalui suatu proses ilmiah, yang juga harus dikembangkan pada peserta didik sebagai pengalaman bermakna yang dapat digunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat, meliputi

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat, meliputi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat, meliputi struktur, komposisi, dan sifat; dinamika, kinetika, dan energetika yang melibatkan keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum yang berlaku di Indonesia saat ini menekankan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum yang berlaku di Indonesia saat ini menekankan pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum yang berlaku di Indonesia saat ini menekankan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center). Hal ini menuntut guru untuk selalu melibatkan siswa pada

Lebih terperinci

2015 PENGEMBANGAN ASSESMEN KINERJA UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA PADA KONSEP EKOSISTEM

2015 PENGEMBANGAN ASSESMEN KINERJA UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA PADA KONSEP EKOSISTEM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Biologi merupakan salah satu cabang dari ilmu sains. Sains banyak dipandang orang sebagai kumpulan pengetahuan. Sains mengandung proses dan produk. Sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Berpikir Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Dengan berpikir seseorang dapat mengolah berbagai informasi yang diterimanya dan mengembangkannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang

I. PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mampu bersaing di era

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahanperubahan

I. PENDAHULUAN. proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahanperubahan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Penelitian Pelaksanaan penelitian berlokasi di salah satu SMA swasta di kota Bandung, yaitu SMA Pasundan 2 Bandung. Pertimbangan pemilihan SMA swasta

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Tujuan Percobaan 1.1 Menguji daya hantar listrik berbagai macam larutan. 1.2 Mengetahui dan mengidentifikasi larutan elektrolit kuat,

PENDAHULUAN 1. Tujuan Percobaan 1.1 Menguji daya hantar listrik berbagai macam larutan. 1.2 Mengetahui dan mengidentifikasi larutan elektrolit kuat, PENDAHULUAN 1. Tujuan Percobaan 1.1 Menguji daya hantar listrik berbagai macam larutan. 1.2 Mengetahui dan mengidentifikasi larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah, dan non elektrolit. 2. Dasar teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disebutkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disebutkan bahwa tujuan mata pelajaran kimia dapat dicapai oleh siswa melalui berbagai pendekatan, salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Umumnya proses pembelajaran di SMP cenderung masih berpusat pada guru

I. PENDAHULUAN. Umumnya proses pembelajaran di SMP cenderung masih berpusat pada guru I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Umumnya proses pembelajaran di SMP cenderung masih berpusat pada guru dan kurang terkait dengan kehidupan sehari-hari (Mahmudah, 2011: 1). Dalam pembelajaran, aktivitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kerja Siswa (LKS) Media pembelajaran merupakan alat bantu yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran kehadiran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kita sendiri (Matthews dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu: 2001).

II. TINJAUAN PUSTAKA. kita sendiri (Matthews dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu: 2001). 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan penafsiran terhadap istilah-istilah yang terkandung dalam judul penelitian

Lebih terperinci