KEJADIAN TEMPERTANTRUM DILIHAT DARI POLA ASUH DAN URUTAN ANAK DALAM KELUARGA. Ihda Mauliyah Dosen D3 Kebidanan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEJADIAN TEMPERTANTRUM DILIHAT DARI POLA ASUH DAN URUTAN ANAK DALAM KELUARGA. Ihda Mauliyah Dosen D3 Kebidanan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK"

Transkripsi

1 KEJADIAN TEMPERTANTRUM DILIHAT DARI POLA ASUH DAN URUTAN ANAK DALAM KELUARGA Ihda Mauliyah Dosen D Kebidanan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK merupakan bagian pertumbuhan yang secara kejiwaan tunduk pada emosinya untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan atau mencari perhatian orangtua dengan perilaku negatif. Urutan anak dalam keluarga merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan tempertantrum. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan urutan anak dalam keluarga dengan kejadian tempertantrum pada anak usia prasekolah (-5 tahun). Desain penelitian ini adalah Analitik Corelasional dengan pendekatan Cross Sectional. Metode sampling yang digunakan adalah Simple Random Sampling. Sampel yang diambil sebanyak 6 responden di RA Kabupaten Lamongan. Pengumpulan data menggunakan kuesioner tertutup. Setelah ditabulasi, data dianalisis menggunakan uji Koefisien Kontingensi dengan tingkat signifikasi 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar anak merupakan anak sulung yaitu (5,%), sebagian besar pola asuh orang tua negatif 5 (5,%). sebagian besar anak mengalami tempertantrum yaitu 6 ( 56,5%). Sedangkan dari hasil pengujian statistik diperoleh hasil ada hubungan urutan anak dalam keluarga dengan kejadian tempertantrum pada anak usia prasekolah dengan nilai signifikasi 0,00 (p < 0,05), dan ada hubungan pola asuh orang tua dengan kejadian tempertantrum pada anak usia prasekolah dengan nilai signifikasi 0,06 (p < 0,05) Melihat hasil penelitian ini maka perlu adanya pengarahan kepada orangtua bagaimana memberikan bimbingan kepada anak tanpa membedakan urutan anak dan memberikan pola asuh yang benar sehingga anak tidak iri dengan saudara lainnya dan berperilaku tempertantrum. Kata Kunci : Urutan Anak, Pola Asuh, Kejadian \ PENDAHULUAN Emosi merupakan suatu keadaan atau perasaan yang bergejolak pada diri individu yang disadari dan diungkapkan melalui wajah serta tindakan yang berfungsi sebagai penyesuaian dari dalam diri seseorang terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan individu. Kemampuan untuk bereaksi secara emosional sudah ada sejak bayi dilahirkan (Ernawulan, 0). Menurut Hurlock (987) dalam Ernawulan (0), pada umumnya anak kecil lebih emosional daripada orang dewasa karena usia anak relatif muda dan belum dapat mengendalikan emosinya. Dengan meningkatnya usia anak, reaksi emosional anak mulai kurang menyebar dan dapat lebih dibedakan. Misalnya, anak menunjukkan reaksi ketidaksenangan hanya dengan menjerit dan menangis, kemudian reaksi mereka berkembang menjadi perlawanan, melempar benda, mengejangkan tubuh, lari menghindar dan bersembunyi. Pada usia 5 tahun, karakteristik emosional anak muncul pada ledakan marahnya atau tempertantrum. Sikap ini ditunjukkan untuk menampilkan tidak senangnya, anak melakukan tindakan yang berlebihan misalnya menangis, menjerit, melemparkan benda, berguling, memukul ibunya atau aktivitas besar lainnya. Pada usia ini anak tidak memperdulikan akibat dari perbuatannya, apakah merugikan orang lain atau tidak. Selain itu, pada usia ini anak lebih bersifat egosentris (Ernawulan, 0). Banyak ahli perkembangan anak menilai bahwa tantrum adalah suatu perilaku yang masih tergolong normal yang merupakan bagian dari proses perkembangan, suatu periode dalam perkembangan fisik, kognitif dan emosi anak. Beberapa hal positif yang bisa dilihat dari perilaku tantrum adalah bahwa dengan tantrum anak ingin mengekspresikan individualitasnya, mengemukakan pendapatnya, mengeluarkan SURYA 79 Vol. 07, No. 0, Desember 05

2 rasa marah dan frustasi serta membuat orang dewasa mengerti jika mereka bingung, lelah atau sakit (Tasmin, 00). Pada penelitian Martin T.Stein yang dikutip oleh Rudolph (006: ), tempertantrum yang dilaporkan oleh orang tua terjadi sebanyak 80% pada anak usia tahun. Tantrum terjadi paling sedikit sekali sehari sekitar 0% pada anak yang berusia tahun. Tantrum yang sedang sampai berat dilaporkan 5% terjadi pada anak yang berusia tahun. Di bagian lain dunia, berdasarkan survey epidemiologi telah dilaporkan prevalensinya terhadap semua pasien anak telah menunjukkan (5%) diantara an ak mengalami gangguan emosi dan perilaku seperti tempertantrum (David Hull, 008). Fenomena seperti ini umum terjadi di banyak negara seperti Kanada, Queensland, dan Selandia Baru menunjukkan sekitar 5 7 % anak mengalami tempertantrum (Fajar, 007). Di Indonesia sendiri, walau belum ada angka yang pasti, namun dari jumlah anak yang terlibat kejahatan hukum dan kenakalan dapat diprediksikan sebanyak.000 tersangka berusia di bawah 6 tahun diajukan ke pengadilan dan yang kasusnya tidak sampai diajukan ke pengadilan lebih banyak lagi. Pada tahun 000, BAPAS (Balai Permasyarakatan) mencatat bahwa di Lampung setiap bulan terjadi 5 kasus anak yang memiliki konflik dengan hukum, yang berarti tiap tahun berjumlah 0 kasus. Kejahatan yang mereka lakukan mulai dari pencurian, pemerasan dan pengeroyokan sampai penggunaan narkotika, pemerkosaan, dan pembunuhan. Dan kebanyakan perilaku antisosial ini merupakan lanjutan dari kejadian tempertantrum pada masa balita. (Lembaga Advokasi Anak Damar Lampung, 00). Berdasarkan survey awal pada bulan Juli 05, dari wawancara 0 ibu pada anak usia pra sekolah ( 5 tahun) yang dilakukan di RA Kecamatan Karangbinangun kabupaten Lamongan, didapatkan bahwa 6 ibu (60 %) mengaku anaknya suka memaksakan kehendak. Apabila anak menginginkan sesuatu dan tidak dituruti, dia akan marah sambil menangis, kadang sambil merusak barang yang ada di sekitarnya. Beberapa diantaranya mengatakan anaknya juga sangat ringan tangan, dia akan memukul atau mendorong teman atau saudaranya jika mainannya dipinjam. Sedangkan ibu (0%) mengaku anaknya tidak suka memaksakan kehendak, tidak pernah marah, menagis dan merusak barang apabila keinginannya tidak dituruti, tidak pernah mendorong dan memukul teman mainnya. Jadi, masalah dalam penelitian ini adalah masih banyaknya anak yang berperilaku tempertantrum di RA Bahrul Ulum desa Blawi kecamatan Karangbinangun kabupaten Lamongan. Beberapa faktor penyebab tempertantrum yaitu faktor keluarga, faktor kondisional, faktor biologis individu dan faktor lingkungan. Faktor kondisional yang dapat menyebabkan tempertantrum meliputi terhalangnya keinginan anak mendapatkan sesuatu, ketidakmampuan anak mengungkapkan diri, tidak terpenuhinya kebutuhan, anak lelah dan lapar. Ketika anak menginginkan sesuatu tapi tidak berhasil dan tetap menginginkannya, anak mungkin memakai cara tantrum untuk menekan orangtua agar mendapatkan yang dia inginkan. Faktor kondisional lain yang dapat menyebabkan tantrum adalah anak tidak dapat mengungkapkan apa yang mereka inginkan sehingga dapat memicu anak menjadi frustasi dan dapat terungkap dalam bentuk tantrum. Anak yang terlalu lelah dalam beraktivitas juga akan lebih mudah mengalami tempertantrum karena secara fisik anak belum bisa beraktivitas berlebihan, dan dalam keadaan lelah dan emosi anak sangat labil sehingga lebih mudah mengalami tempertantrum (Tasmin, 00). Faktor keluarga yang dapat menyebabkan tempertantrum meliputi pola asuh orang tua dan urutan anak dalam keluarga. Cara orang tua mengasuh anak juga berperan menyebabkan tantrum. Anak yang terlalu dimanjakan dan selalu mendapatkan apa yang diinginkan bisa tantrum ketika suatu kali permintaannya ditolak. Bagi anak yang terlalu dilindungi dan didominasi oleh orangtuanya, kadang anak bisa jadi bereaksi menentang dominasi orangtua dengan perilaku tantrum (Tasmin, 00). Hadirnya seorang anggota keluarga baru juga akan berpengaruh terhadap anak yang lebih tua, perbedaan usia antara sampai tahun bisa dikatakan merupakan suatu ancaman bagi anak yang lebih tua. Pada saat usia anak paling tua masih kecil, konsep diri masih belum matang sehingga muncul perasaan SURYA 80 Vol. 07, No. 0, Desember 05

3 terancam sehingga mereka mengungkapkannya dengan tempertantrum (Donna L. Wong, 008). Menurut Rudolph (006), faktor biologis individu yang dapat menyebabkan tempertantrum pada anak adalah pola temperamen tiap anak. Temperamen menunjukkan sifat biologik psikologik stabil yang berpusat pada gaya reaktif individu dan dibawah beberapa derajat kontrol genetik. Bahkan, pada keadaan tidak adanya stressor sosial, ekonomi, atau stressor lingkungan lain, temperamen anak dapat merupakan kontributor yang signifikan sehingga dapat menimbulkan perilaku tempertantrum pada anak. Faktor lingkungan di luar keluarga yang terutama dapat menyebabkan anak berperilaku tempertantrum adalah teman sebaya, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Anak yang ditolak dan memiliki kualitas hubungan yang rendah dengan teman sebaya cenderung menjadikan agresivitas dan tempertantrum sebagai strategi berinteraksi (Fajar, 007). Anak yang tempertantrum biasanya akan dijauhi teman sekitarnya, dinilai sebagai anak yang cengeng, pemarah, atau julukan lainnya. Penilaian yang diperoleh anak dari lingkungannya tersebut dapat membentuk konsep diri negatif, pada akhirnya anak tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya (Ernawulan, 0). Mereka cenderung menganggap tempertantrum merupakan cara yang paling tepat untuk mengatasi permasalahan sosial dan mendapatkan apa yang mereka inginkan (Fajar, 007). Menurut Martin T. Stein dalam Rudolph (006), apabila tantrum terlalu sering terjadi bukan hanya akan berdampak negatif terhadap perkembangan emosi dan perilaku anak yang mengalaminya, tetapi juga bagi masyarakat. Meskipun anak dengan tempertantrum tidak selalu menjadi dewasa yang antisosial, namun sebagian besar diantara mereka setelah dewasa cenderung terlibat tindakan kriminal dan mengembangkan perilaku antisosial yang serius seperti pencurian, penipuan, pembakaran, pembolosan, perusakan hak milik, kekejaman pada binatang, pemerkosaan, penggunaan senjata ketika berkelahi, perampokan bersenjata, kekejaman fisik pada orang lain, dan percobaan berulang untuk kabur dari rumah. Upaya yang bisa dilakukan untuk menanggulangi anak tempertantrum yaitu petugas kesehatan lebih berupaya memberikan penyuluhan kepada orangtua agar mengenali secara dini perilaku tempertantrum pada anak sehingga pada saat anak tantrum, orang tua tidak bertindak keliru dan menjadi kehilangan satu kesempatan baik untuk mengajarkan anak tentang bagaimana caranya bereaksi terhadap emosi yang normal seperti marah, frustrasi, takut, jengkel secara wajar dan bagaimana bertindak dengan cara yang tepat sehingga tidak menyakiti diri sendiri dan orang lain ketika sedang merasakan emosi tersebut. orang tua hendaknya memberikan bimbingan kepada anak tanpa membedakan urutan anak sehingga anak tidak iri dengan saudara lainnya dan berperilaku tempertantrum. Orangtua juga perlu mendapatkan pengarahan tentang bagaimana menerapkan pola asuh yang positif sehingga kejadian tempertantrum bisa diminimalisir dengan baik. METODE PENELITIAN Penelitian yang digunakan adalah Analitik Korelasional dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional. Pada penelitian ini populasinya adalah sebanyak 5 responden dan sampelnya sebanyak 6 responden. Metode sampling yang digunakan adalah Simple Random Sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner tertutup. Setelah ditabulasi, data dianalisis menggunakan uji Koefisien Kontingensi dengan tingkat signifikasi 0,05. HASIL PENELITIAN. Data Umum ) Karakteristik Ibu Karakteristik Ibu dalam penelitian ini meliputi: usia, pendidikan, pekerjaan dan jumlah anak. ()Distribusi Usia Ibu Tabel Distribusi Usia Ibu di RA Bahrul Ulum Desa Blawi Kecamatan Karangbinangun Kabupaten Lamongan Tahun 05. SURYA 8 Vol. 07, No. 0, Desember 05

4 No. Usia F % <0 Tahun -5 Tahun >5 Tahun, 69,6 6, Jumlah 6 00 Berdasarkan Tabel dapat diketahui bahwa sebagian besar (69,6%) berusia 5 tahun dan sebagian kecil (,%) berusia <0 tahun. ()Distribusi Pendidikan Ibu Tabel Distribusi Pendidikan Ibu di RA Kabupaten Lamongan Tahun 05 No. Pendidikan F % SD SMP/ Sederajat SMA/ Sederajat Akademik/ Sarjana ,7 5, 6,,0 Jumlah 6 00 Berdasarkan Tabel dapat diketahui bahwa sebagian besar (6,%) berpendidikan SMA dan sebagian kecil (8,7%) berpendidikan SD. ()Distribusi Pekerjaan Ibu Tabel Distribusi Pekerjaan Ibu di RA Kabupaten Lamongan Tahun 05. No. Pekerjaan F % Petani Wiraswasta PNS Tidak bekerja/ IRT ,5,, 7,0 Jumlah 6 00 Berdasarkan Tabel dapat diketahui bahwa hampir sebagian (,%) adalah wiraswasta dan sebagian kecil (,%) adalah PNS. ()Distribusi Jumlah Anak Tabel Distribusi Jumlah Anak Ibu di RA Kabupaten Lamongan Tahun 05. No. Jumlah Anak F % > 5 0 8,6,5 7, 6,5 Jumlah 6 00 Berdasarkan Tabel dapat diketahui bahwa hampir sebagian (,5%) mempunyai jumlah anak dan sebagian kecil (6,5%) mempunyai jumlah anak >. ) Karakteristik Anak Karakteristik anak dalam penelitian ini meliputi: jenis kelamin dan usia anak. () Distribusi Jenis Kelamin Anak Tabel 5 Distribusi Jenis Kelamin Anak Usia -5 Tahun di RA Bahrul Ulum Desa Blawi Kecamatan Karangbinangun Kabupaten Lamongan Tahun 05. No. Jenis Kelamin F % Laki laki Perempuan 9 7 6,0 7,0 Jumlah 6 00 Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa sebagian besar (6,0%) berjenis kelamin laki-laki. () Distribusi Umur Anak Tabel 6 Distribusi Umur Anak Usia -5 Tahun di RA Bahrul Ulum Desa Blawi Kabupaten Lamongan Tahun 05. No. Umur Anak F % tahun tahun 5 tahun ,0 7,0,0 Jumlah 6 00 Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa sebagian (50%) berumur tahun dan sebagian kecil (,0%) berumur 5 tahun.. Data Khusus ) Distribusi Urutan Anak dalam Keluarga Tabel 7 Distribusi Urutan Anak Usia -5 Tahun di RA Bahrul Ulum Desa Blawi Kabupaten Lamongan No. Urutan anak F % Sulung Tengah Bungsu 6 6 5,,0,8 Jumlah 6 00 Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa sebagian besar (5,%) adalah anak sulung dan sebagian kecil (,0%) adalah anak tengah. SURYA 8 Vol. 07, No. 0, Desember 05

5 ) Distribusi Pola Asuh Orang Tua Tabel 8 Distribusi Pola Asuh Orang Tua pada anak Usia -5 Tahun di RA Kabupaten Lamongan Tahun 05 No. Pola Asuh F %.. Positif Negatif 5 5,6 5, Jumlah 6 00 Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa sebagian besar (5,%) menerapkan pola asuh negatif. ) Distribusi Kejadian Tabel 9 Distribusi Kejadian pada Anak Usia -5 tahun di RA Kabupaten Lamongan Tahun 05 No. Kejadian F % Tidak ,5,5 Jumlah 6 00 Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa sebagian besar (56,5%) anak mengalami tempertantrum. ) Kejadian ditinjau dari Urutan Anak dalam Keluarga Tabel 0 Tabel silang Kejadian ditinjau dari Urutan Anak dalam Keluarga Kejadian setelah kelahiran anak kedua, orang tua akan Tidak Jumlah sibuk dengan anak keduanya sehingga cenderung mengabaikan anak pertama, F % F % F % kebutuhan anak yang baru akan lebih diutamakan daripada anak pertama. Sulung 8 75,0 6 5,0 00 Perlakuan tersebut dapat memicu reaksi Tengah, 66, cemburu terhadap kehadiran saudara barunya Bungsu 6 7,5 0 6, sehingga menggunakan perilaku negatif atau Jumlah 6 56,5 0,5 6 00tempertantrum sebagai salah satu cara untuk Berdasarkan tabel 0 diperoleh data mencari perhatian dari orangtuannya. Hal ini bahwa sebagian besar anak sulung sesuai menurut Roslina Verauli (009) yang mengalami tempertantrum yaitu sebesar mengatakan bahwa anak sulung cenderung 75,0% atau 8 anak. Sedangkan berdasarkan tertekan dan senang menjadi pusat perhatian. hasil uji analisis menggunakan uji Koefisien Perkembangan kepribadiannya lebih optimal Kontingensi didapatkan nilai C = 0,6 dan ketika dia memperoleh perhatian dan segala nilai p = 0,00, dimana nilai p < 0,05 keinginannya terpenuhi. sehingga H diterima artinya ada hubungan Hal ini juga didukung oleh Wong antara urutan anak dalam keluarga dengan (008) yang mengatakan bahwa kejadian tempertantrum pada anak usia pra kecemburuan dan ketidaksukaan anak sekolah (-5 tahun) di RA Bahrul Ulum Desa terhadap saudara barunya cenderung paling menonjol pada anak sulung karena No Urutan anak No... Blawi Kabupaten Lamongan. 5) Kejadian dilihat dari Pola Asuh Orang Tua Tabel Tabel silang Kejadian dilihat dari Pola Asuh Orang Tua Pola Asuh Positif Negatif Kejadian Tidak Jumlah F % F % F % SURYA 8 Vol. 07, No. 0, Desember ,0 8,0 7 8,0 6, Jumlah 6 56,5 0, PEMBAHASAN. Kejadian ditinjau dari Urutan Anak dalam keluarga Pada Anak Usia Pra Sekolah (-5 Tahun) di RA Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar anak sulung mengalami tempertantrum. Anak sulung merupakan anak tunggal yang beralih posisi karena munculnya anak kedua. Sebelum kelahiran adiknya, dia menjadi anak tunggal yang mendapat perhatian penuh dari orangtua, segala kebutuhan dipenuhi dan terkadang disertai pemanjaan yang berlebihan karena belum ada saudara yang lain. Akan tetapi

6 mengalami kehilangan perhatian tunggal dari orangtua (dethronement). Kedatangan bayi baru merupakan krisis bagi anak usia pra sekolah ( -5 tahun), bahkan bagi beberapa anak yang telah dipersiapkan sangat baik. Sebenarnya bukan bayi yang dibenci atau tidak disukai oleh anak tetapi perubahan yang ditimbulkan oleh tambahan sibling ini, terutama perpisahan dengan ibu selama kelahiran. Orangtua sekarang membagi cinta dan perhatiannya dengan orang lain, rutinitas yang biasa menjadi terganggu dan anak dapat kehilangan tempat tidur atau kamarnya untuk adik barunya. Semua terjadi saat anak mengira bahwa mereka telah mengontrol duniannya. Beberapa anak akan secara terang-terangan memperlihatkan kecemburuan yang sangat kompleks seperti memukul bayi, mendorong bayi dari pangkuan ibunya, kembali bersifat yang lebih kekanakan, berperilaku tempertantrum, bersifat agresif terhadap dirinya sendiri ataupun orang lain untuk mendapat perhatian. Pada penelitian ini, sebagian besar anak tengah tidak mengalami tempertantrum. Anak tengah berada diantara anak tertua dan anak termuda. Orang tua biasanya sudah lebih percaya diri dalam merawat anak sehingga anak punya kesempatan untuk belajar berkomunikasi dan lebih mampu beradaptasi diantara anak terbesar dan anak terkecil. Hal tersebut sering kali membuat anak lebih mandiri, perilakunya lebih terkontrol dan tidak timbul rasa cemburu kepada saudara yang lainnya sehingga tidak berperilaku negatif atau tempertantrum. Seperti pendapat Wong (008), karakteristik anak tengah yaitu lebih dituntut untuk membantu pekerjaan rumah, belajar untuk berkompromi dan beradaptasi, lebih sulit memiliki ciri tersendiri karena keberagaman kedudukan dalam keluarga tetapi lebih mandiri, ramah dan lebih mudah bergaul serta memiliki rasa setia kawan yang tinggi. Mereka cenderung memiliki kemampuan dalam bersosialisasi dan tidak menggunakan perilaku yang negatif untuk menyelesaikan masalahnya. Sedangkan berdasarkan penelitian ini juga diperoleh data bahwa sebagian besar anak bungsu yaitu 0 (6,5%) tidak mengalami tempertantrum. Anak bungsu merupakan anak terakhir yang tidak mempunyai adik lagi dan biasanya mendapat perhatian penuh dari semua anggota keluarga baik itu orangtua atau kakaknya sehingga membuat anak mempunyai kepribadian yang hangat, ramah, penuh perhatian dan cenderung tidak menggunakan perilaku negatif untuk mendapatkan perhatian dari orang tua. Akan tetapi perhatian dari saudara dan orang tuanya yang terus menerus dan berlebihan juga dapat mengakibatkan sifat anak bungsu seperti terlihat kekanakan, cepat putus asa dan mudah emosi jika keinginannya tidak dipenuhi. Hal ini sesuai dengan teori Tasmin (00) bahwa beberapa kepribadian yang dimiliki anak dapat menjadikan anak sebagai sosok tertentu dalam tahap perkembanganya di dalam keluarga. Hal ini juga diperkuat dengan teori Yusuf (007) yang menyatakan bahwa urutan kelahiran anak mempengaruhi kesuksesan seseorang, terutama pada anak yang berasal dari keluarga besar atau dari keluarga dengan ekonomi rendah tetapi kurang berpengaruh pada keluarga mampu.. Kejadian ditinjau dari Pola Asuh Orang Tua Pada Anak Usia Pra Sekolah (-5 Tahun) di RA Bahrul Ulum Desa Blawi Kecamatan Karangbinangun Orang tua dapat membantu perkembangan anak melalui berbagai cara, yang paling penting adalah kehidupan keluarga yang bahagia dan stabil tanpa ketegangan serta cara merawat anak yang penuh kesabaran dala menghadapi segala macam konflik (Suherman, 00) Pada dasarnya sikap orang tua akan tampak pada saat berinteraksi dalam keluarga, karena dalam interaksi tersebut, sikap, perilaku, dan kebiasaan orang tua sehari-hari akan dilihat, dinilai, dan ditiru oleh anaknya yang kemudian menjadi kebiasaan bagi anaknya. Hal tersebut dikarenakan anak mengidentifikasikan diri pada orang tuanya, sebelum mengadakan identifikasi dengan orang lain (lingkungan), walaupun tidak dapat disangkal bahwa faktor lingkungan juga besar pengaruhnya terhadap perkembangan tingkah laku individu (anak), khususnya pada masa kanak-kanak sampai remaja, sebab pada masa ini anak mulai berfikir kritis. Sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak, berpengaruh pada sikap dan perilaku anak. Dalam hal ini, orang tua yang menerapkan salah satu sikap tertentu dalam SURYA 8 Vol. 07, No. 0, Desember 05

7 keluarga yang bertujuan untuk mendisiplinkan anak, akan berpengaruh pada tingkat perkembangan individu yaitu perkembangan kemandiriannya. Oleh karena itu, untuk mendisiplinkan anak agar mencapai kemandirian yang diharapkan, terkadang sikap orang tua cenderung mengarah pada dua tipe pendekatan, yaitu pendekatan posotif dan pendekatan negatif. Hal inilah yang melatar belakangi munculnya sikap tempertantrum pada anak. PENUTUP. Kesimpulan Setelah menganalisis data dan melihat hasil pembahasan maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut: ) Sebagian besar anak usia pra sekolah (-5 tahun) di RA Kecamatan Karangbinanagun Kabupaten Lamongan Tahun 0 adalah anak sulung. ) Sebagian besar anak usia pra sekolah (-5 tahun) di RA Kecamatan Karangbinanagun Kabupaten Lamongan Tahun 0 mengalami tempertantrum. ) Terdapat hubungan antara urutan anak dalam keluarga dengan kejadian tempertantrum pada anak usia pra sekolah (-5 tahun) di RA Bahrul Ulum Desa Blawi Kabupaten Lamongan Tahun 0.. Saran ) Bagi Akademis Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi mahasiswa serta dapat dijadikan sebagai bahan pengelolaan untuk memperkaya informasi tentang tempertantrum pada anak usia prasekolah khususnya untuk Mata Kuliah Keperawatan Anak. ) Bagi Praktisi () Bagi Pemerintah Hasil penelitian ini digunakan sebagai masukan untuk pemerintah dalam mengurangi kejadian kriminalitas oleh anak-anak yang sebagian besar disebabkan karena perilaku tempertantrum pada masa balita. () Bagi Institusi Tempat Penelitian Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai masukan untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai kejadian tempertantrum pada anak usia prasekolah. () Bagi Peneliti Yang Akan Datang Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan acuan untuk penelitian berikutnya dengan faktor lain yang berkaitan tentang materi tempertantrum pada anak usia pra sekolah. DAFTAR PUSTAKA Ernawulan. 0. Perkembangan Anak Taman Kanak Kanak. 0/05/09/perkembangan-anaktaman-kanak. Diakses tanggal 05 Januari 0 Fajar Keterampilan Sosial Pada Anak Menengah Akhir com. Diakses Tanggal 05 Januari 05 0 pukul 09. WIB Rudolph Buku Ajar Pediatri Rudolph Volume Edisi 0. Jakarta: EGC Suherman, U. 00. Psikologi Pendididkan (Membangun Interaksi Pembelajaran Optimal). Bandung: PT Relaja Rosda Karya Tasmin, Martina Rini. S. 00. Mengatasi tempertantrum pada anak. m/00/0/mengatasi-tantrum-padaanak.html. Diakses tanggal 6 Oktober 0 pukul.00 WIB Yusuf, Syamsu Mengajari Anak/ Murid Agar Mudah Dan Sportif Menerima Kekalahan. /08/ mengajari -anak-murid-agarmudah-dan.html Diakses pada tanggal 7 Oktober 0 pukul 0.6 WIB Wong, Donna L Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC SURYA 85 Vol. 07, No. 0, Desember 05

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Anak usia 0-3 tahun merupakan masa untuk berkenalan dan belajar menghadapi rasa kecewa saat apa yang dikehendaki tidak dapat terpenuhi. Rasa kecewa, marah, sedih dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu BAB II LANDASAN TEORI A. Sibling Rivalry 1. Pengertian Sibling Rivalry Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu keluarga yang sama, teristimewa untuk memperoleh afeksi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah Remaja dipandang sebagai periode perubahan, baik dalam hal fisik, minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku

Lebih terperinci

POLA ASUH DAN JENIS APE DENGAN AGRESIFITAS PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 4-6 TAHUN

POLA ASUH DAN JENIS APE DENGAN AGRESIFITAS PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 4-6 TAHUN POLA ASUH DAN JENIS APE DENGAN AGRESIFITAS PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 4-6 TAHUN Ihda Mauliyah Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan.......ABSTRAK....... Pola asuh orang tua merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kelahiran anak merupakan saat yang ditunggu-tunggu dan sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Kelahiran anak merupakan saat yang ditunggu-tunggu dan sangat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu peristiwa kunci dalam kehidupan adalah kelahiran adik baru. Kehamilan itu sendiri merupakan waktu yang ideal untuk memahami dari mana bayi berasal

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI BANGSAL MELATI RSUD TUGUREJO SEMARANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI BANGSAL MELATI RSUD TUGUREJO SEMARANG FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI BANGSAL MELATI RSUD TUGUREJO SEMARANG M. Fatkhul Mubin, Dessy Maria Hanum Staf Pengajar Prodi S1 Keperawatan FIKKES UNIMUS Abstraks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak selalu membawa kebaikan bagi kehidupan manusia, kehidupan yang semakin kompleks dengan tingkat stressor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Erikson pada tahap anak usia 3-5 tahun (preschool age), anak

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Erikson pada tahap anak usia 3-5 tahun (preschool age), anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Menurut Erikson pada tahap anak usia 3-5 tahun (preschool age), anak mulai berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Tahapan kemampuan anak dalam berperilaku sesuai dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA KELAS XI DI SMK MUHAMMADIYAH 4 KECAMATAN LAMONGAN KABUPATEN LAMONGAN. Ida Safitri * Sulistiyowati **

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA KELAS XI DI SMK MUHAMMADIYAH 4 KECAMATAN LAMONGAN KABUPATEN LAMONGAN. Ida Safitri * Sulistiyowati ** HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA KELAS XI DI SMK MUHAMMADIYAH 4 KECAMATAN LAMONGAN KABUPATEN LAMONGAN Ida Safitri * Sulistiyowati **.......ABSTRAK....... Konsep diri merupakan salah satu penyebab

Lebih terperinci

Lilis Maghfuroh Dosen S1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

Lilis Maghfuroh Dosen S1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN PEMILIHAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI DUSUN KAKAT DESA KAKAT PENJALIN KECAMATAN NGIMBANG KABUPATEN LAMONGAN Lilis Maghfuroh Dosen S1 Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siswa SMA berada pada usia remaja yaitu masa peralihan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis. Dengan adanya

Lebih terperinci

Pengembangan Agresi o Sejak usia prasekolah beberapa anak menunjukkan tingkat abnormalitas yang tinggi terhadap permusuhan atau perlawanan. o Anak mel

Pengembangan Agresi o Sejak usia prasekolah beberapa anak menunjukkan tingkat abnormalitas yang tinggi terhadap permusuhan atau perlawanan. o Anak mel PERKEMBANGAN AGRESI Pengembangan Agresi o Sejak usia prasekolah beberapa anak menunjukkan tingkat abnormalitas yang tinggi terhadap permusuhan atau perlawanan. o Anak melakukan agresi baik secara verbal

Lebih terperinci

BAB I. self atau diri sendiri. Penyandang Autisme pada dasarnya seseorang yang. melakukan auto-imagination, auto-activity, auto-interested, dan lain

BAB I. self atau diri sendiri. Penyandang Autisme pada dasarnya seseorang yang. melakukan auto-imagination, auto-activity, auto-interested, dan lain BAB I PENDAHULUAN ` A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan secara bertahap. Orang tua senantiasa menginginkan anaknya berkembang sempurna. Karena seorang

Lebih terperinci

BAB III KONDISI PSIKIS DAN BEHAVIORAL REMAJA SULUNG DENGAN STATUS SEBAGAI ANAK SULUNG DALAM KELUARGA

BAB III KONDISI PSIKIS DAN BEHAVIORAL REMAJA SULUNG DENGAN STATUS SEBAGAI ANAK SULUNG DALAM KELUARGA BAB III KONDISI PSIKIS DAN BEHAVIORAL REMAJA SULUNG DENGAN STATUS SEBAGAI ANAK SULUNG DALAM KELUARGA A. Gambaran Subjek Penelitian 1. Responden DW DW merupakan anak perempuan sulung yang lahir di Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi.

BAB I PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kecemasan merupakan reaksi normal terhadap situasi yang sangat menekan kehidupan seseorang. Kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampir setiap orang pada waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tawuran terjadi dikalangan pelajar sudah menjadi suatu hal yang biasa, sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi di tangerang,

Lebih terperinci

Lilis Maghfuroh Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

Lilis Maghfuroh Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN PEMILIHAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI DUSUN KAKAT DESA KAKAT PENJALIN KECAMATAN NGIMBANG KABUPATEN LAMONGAN Lilis Maghfuroh Program Studi Ilmu Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan Indonesia saat ini kembali tercoreng dengan adanya tindak kekerasan yang dilakukan oleh para siswanya, khususnya siswa Sekolah Menengah

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA KARENA KENAKALAN REMAJA DI RT RW VI KELURAHAN DARMO SURABAYA

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA KARENA KENAKALAN REMAJA DI RT RW VI KELURAHAN DARMO SURABAYA GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA KARENA KENAKALAN REMAJA DI RT 07-08 RW VI KELURAHAN DARMO SURABAYA Aristina Halawa Akademi Keperawatan William Booth Surabaya. ABSTRAK Kenakalan remaja yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perkembangan fase selanjutnya (Dwienda et al, 2014). Peran pengasuhan tersebut

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perkembangan fase selanjutnya (Dwienda et al, 2014). Peran pengasuhan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan kualitas kesejahteraan anak menduduki posisi sangat strategis dan sangat penting dalam pembangunan masyarakat Indonesia, sehingga anak prasekolah merupakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN KONDISI FISIK DENGAN TINGKAT STRES PADA LANSIA DI DUSUN JIMUS DESA PULE KECAMATAN MODO KABUPATEN LAMONGAN ABSTRACT

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN KONDISI FISIK DENGAN TINGKAT STRES PADA LANSIA DI DUSUN JIMUS DESA PULE KECAMATAN MODO KABUPATEN LAMONGAN ABSTRACT HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN KONDISI FISIK DENGAN TINGKAT STRES PADA LANSIA DI DUSUN JIMUS DESA PULE KECAMATAN MODO KABUPATEN LAMONGAN Abdul Rokhman*, Edi Tulus Tiono** Dosen Prodi S1 Keperawatan STIKES

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan saat seseorang mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang sangat pesat dalam kehidupannya. Perkembangan dan pertumbuhan pada anak usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang

Lebih terperinci

manusia dimulai dari keluarga. Menurut Helmawati (2014:1) bahwa Keluarga adalah tempat pertama dan utama bagi pembentukan dan pendidikan anak.

manusia dimulai dari keluarga. Menurut Helmawati (2014:1) bahwa Keluarga adalah tempat pertama dan utama bagi pembentukan dan pendidikan anak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kebutuhan manusia. Manusia membutuhkan pendidikan sejak dini. Pada zaman sekarang ini, pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antara saudara kandung (sibling rivalry) biasanya muncul ketika

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antara saudara kandung (sibling rivalry) biasanya muncul ketika BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Persaingan antara dua orang kakak beradik bukan sesuatu yang baru. Persaingan antara saudara kandung (sibling rivalry) biasanya muncul ketika selisih usia saudara kandung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. proses kedewasaan, hingga kepada upaya pembentukan norma-norma yang. diharapkan oleh masyarakat pada umumnya (Casmini, 2007).

BAB II TINJAUAN TEORI. proses kedewasaan, hingga kepada upaya pembentukan norma-norma yang. diharapkan oleh masyarakat pada umumnya (Casmini, 2007). digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar Pola Asuh 1. Pengertian Pola Asuh Pola asuh adalah cara orang tua memperlakukan anak, mendidik, membimbing, mendisiplinkan serta melindungi anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran anggota keluarga baru dalam keluarga akan memberikan pengaruh dalam perkembangan sosial dan emosional anak terutama anak prasekolah. Emosi yang rentan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alami oleh seorang anak terhadap kehadiran atau kelahiran saudara

BAB I PENDAHULUAN. alami oleh seorang anak terhadap kehadiran atau kelahiran saudara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap anak adalah individu yang unik, karena faktor lingkungan dan bawaan yang berbeda. Perkembangan psiko-sosial sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi antara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Emosi adalah respon yang dirasakan setiap individu dikarenakan rangsangan baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang sering

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang, BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang, yaitu suatu periode yang berada dalam dua situasi antara kegoncangan, penderitaan, asmara dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu kelompok di dalam masyarakat. Kehidupan remaja sangat menarik untuk diperbincangkan. Remaja merupakan generasi penerus serta calon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi perbaikan perilaku emosional. Kematangan emosi merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi perbaikan perilaku emosional. Kematangan emosi merupakan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Hurlock (1980) masa remaja dianggap sebagai periode badai dan tekanan, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan upaya pembinaaan dan pengasuhan yang ditujukan kepada anak sejak lahir hingga anak usia 6 tahun, meskipun sesungguhnya

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Oleh: LINA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami lompatan perkembangan, kecepatan perkembangan yang luar. usia emas (golden age) yang tidak akan terulang lagi.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami lompatan perkembangan, kecepatan perkembangan yang luar. usia emas (golden age) yang tidak akan terulang lagi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia dini atau disebut juga dengan awal masa kanak-kanak adalah masa yang paling penting dalam sepanjang hidupnya. Sebab masa itu adalah masa pembentukan pondasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti melewati tahap-tahap perkembangan yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, dan masa dewasa. Namun ada suatu masa dimana individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbedaan kecepatan tumbuh dan gaya penampilannya (Sujiono, 2007). Perbedaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. perbedaan kecepatan tumbuh dan gaya penampilannya (Sujiono, 2007). Perbedaan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan individu yang berbeda satu dengan yang lainnya, baik diantara laki-laki maupun perempuan. Masing-masing dari mereka mempunyai tubuh yang berlainan, perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia,1998), seringkali menjadi tema dari banyak artikel, seminar, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia,1998), seringkali menjadi tema dari banyak artikel, seminar, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Kesuksesan (keberhasilan, keberuntungan) yang berasal dari dasar kata sukses yang berarti berhasil, beruntung (Kamus Bahasa Indonesia,1998), seringkali menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung maupun tidak langsung seperti pada media massa dan media cetak. Seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung maupun tidak langsung seperti pada media massa dan media cetak. Seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agresivitas bukan merupakan hal yang sulit ditemukan di dalam kehidupan masyarakat. Setiap hari masyarakat disuguhkan tontonan kekerasan, baik secara langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cemburu merupakan emosi yang biasa ditemukan dan alami terjadi pada anak-anak. Cemburu pertama kali terlihat ketika sang kakak punya adik baru. Hal itu dikenal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sibling Rivalry 1. Definisi Sibling Rivalry Sibling adalah perasaan tidak nyaman yang ada pada anak berkaitan dengan kehadiran orang asing yang semula tidak ada (dalam hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan kelompok yang sangat berpotensi untuk bertindak agresif. Remaja yang sedang berada dalam masa transisi yang banyak menimbulkan konflik, frustasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN KETEPATAN STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK 0-3 TAHUN DI DESA SOKO KEC. GLAGAH KAB. LAMONGAN.

HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN KETEPATAN STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK 0-3 TAHUN DI DESA SOKO KEC. GLAGAH KAB. LAMONGAN. HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN KETEPATAN STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK 0-3 TAHUN DI DESA SOKO KEC. GLAGAH KAB. LAMONGAN Lilis Maghfuroh.......ABSTRAK....... Stimulasi merupakan kegiatan merangsang secara

Lebih terperinci

Suka bolos, berkelahi dengan anak sini dan luar, suka minum-minum, suka merokok, pernah bantah guru

Suka bolos, berkelahi dengan anak sini dan luar, suka minum-minum, suka merokok, pernah bantah guru BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, juvenile delinquency kian mengerikan di tengah masyarakat, padahal seorang remaja merupakan bibit pemegang kunci keberhasilan suatu negara di masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dalam keadaan yang lemah, untuk memenuhi kebutuhannya tentu saja manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya, artinya ia akan tergantung

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012 46 HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012 Oleh : Siti Dewi Rahmayanti dan Septiarini Pujiastuti STIKES Jenderal Achmad Yani Cimahi ABSTRAK Pola asuh orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tergantung pada orangtua dan orang-orang disekitarnya hingga waktu tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tergantung pada orangtua dan orang-orang disekitarnya hingga waktu tertentu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan tergantung pada orangtua dan orang-orang disekitarnya hingga waktu tertentu. Seiring dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN PERKEMBANGAN EMOSI ANAK USIA PRA SEKOLAH DI TK ROHMATUL MAGFIROH DESA PAKISAJI KECAMATAN PAKISAJI KABUPATEN MALANG

HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN PERKEMBANGAN EMOSI ANAK USIA PRA SEKOLAH DI TK ROHMATUL MAGFIROH DESA PAKISAJI KECAMATAN PAKISAJI KABUPATEN MALANG HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN PERKEMBANGAN EMOSI ANAK USIA PRA SEKOLAH DI TK ROHMATUL MAGFIROH DESA PAKISAJI KECAMATAN PAKISAJI KABUPATEN MALANG Heni Dwi Windarwati*, Asti Melani A*, Rika Yustita*

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertamatama masih sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Orang tua mendambakan anaknya dapat mengendalikan emosinya dengan baik. Tetapi pada kenyataaanya ada anak yang tidak dapat mengendalikan emosinya dengan baik.

Lebih terperinci

Perkembangan Anak Usia Dini Ernawulan Syaodih

Perkembangan Anak Usia Dini Ernawulan Syaodih Perkembangan Anak Usia Dini Ernawulan Syaodih Karakteristik Anak Batasan tentang masa anak cukup bervariasi, istilah anak usia dini adalah anak yang berkisar antara usia 0-8 tahun. Namun bila dilihat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. pergolakan dalam dalam jiwanya untuk mencari jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. pergolakan dalam dalam jiwanya untuk mencari jati diri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa yang ditandai oleh perubahan fisik umum serta perkembangan kognitif dan sosial. Masa remaja

Lebih terperinci

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG 6 Eni Mulyatiningsih ABSTRAK Hospitalisasi pada anak merupakan suatu keadaan krisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak,

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun. Pada usia ini anak mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak, dan mengabungkan diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia mencapai 243,8 juta jiwa dan sekitar 33,9 persen diantaranya adalah anakanak usia 0-17 tahun (Badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN HARGA DIRI REMAJA DI BANJAR PENGENDERAN KEDONGANAN-KUTA Itayanti *, Pandeirot **

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN HARGA DIRI REMAJA DI BANJAR PENGENDERAN KEDONGANAN-KUTA Itayanti *, Pandeirot ** HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN HARGA DIRI REMAJA DI BANJAR PENGENDERAN KEDONGANAN-KUTA Itayanti *, Pandeirot ** Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan William Booth Surabaya Jln. Cimanuk No. 20 Surabaya ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 54321 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Enuresis adalah inkontinensia urin pada usia dimana seharusnya seorang anak sudah mampu berkemih secara normal namun anak tidak dapat melakukannya sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Sosialisasi Anak Prasekolah 1. Pengertian Sosialisasi Sosialisasi menurut Child (dalam Sylva dan Lunt, 1998) adalah keseluruhan proses yang menuntun seseorang, yang

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA SIBLING RIVALRY PADA BALITA DI KEMUKIMAN KANDANG KECAMATAN KLUET SELATAN ACEH SELATAN TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA SIBLING RIVALRY PADA BALITA DI KEMUKIMAN KANDANG KECAMATAN KLUET SELATAN ACEH SELATAN TAHUN 2014 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA SIBLING RIVALRY PADA BALITA DI KEMUKIMAN KANDANG KECAMATAN KLUET SELATAN ACEH SELATAN TAHUN 2014 ERVINA IRAWATI Mahasiswa D-IV Kebidanan Universitas Ubudiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orangtua. Anak bukan hanya sekedar hadiah dari Allah SWT, anak adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orangtua. Anak bukan hanya sekedar hadiah dari Allah SWT, anak adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu keluarga kehadiran anak adalah kebahagiaan tersendiri bagi orangtua. Anak bukan hanya sekedar hadiah dari Allah SWT, anak adalah amanah, titipan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan berkembang pertama kalinya. Menurut Reiss (dalam Lestari, 2012;4), keluarga adalah suatu kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digolongkan pada individu yang sedang tumbuh dan berkembang (Yusuf,

BAB I PENDAHULUAN. digolongkan pada individu yang sedang tumbuh dan berkembang (Yusuf, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah individu yang benar-benar berada dalam kondisi perubahan yang menyeluruh menuju ke arah kesempurnaan, sehingga remaja digolongkan pada individu

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan

HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK Masalah penyakit akibat perilaku dan perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemandirian Anak TK 2.1.1 Pengertian Menurut Padiyana (2007) kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas dorongan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang tua menginginkan dan mengharapkan anak yang dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan pintar. Anak-anak yang patuh, mudah diarahkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya selain sebagai makhluk individu, manusia juga merupakan makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu lainnya.

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN AKTUALISASI DIRI ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK ABA 31 NGALIYAN SEMARANG

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN AKTUALISASI DIRI ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK ABA 31 NGALIYAN SEMARANG HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN AKTUALISASI DIRI ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK ABA 31 NGALIYAN SEMARANG 5 ABSTRAK Anak merupakan generasi unggul penerus suatu bangsa yang pada dasarnya tidak akan tumbuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial BAB II TINJAUAN TEORI A. Kenakalan Remaja 1. Pengertian Kenakalan Remaja Kenakalan remaja (juvenile delinquency) mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) merupakan suatu gangguan perkembangan yang mengakibatkan ketidakmampuan mengatur perilaku, khususnya untuk mengantisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY Pendahuluan Setiap anak memiliki karakteristik perkembangan yang berbeda-beda. Proses utama perkembangan anak merupakan hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada anak-anak sedini mungkin agar tidak menghambat tugas-tugas perkembangan anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada anak-anak sedini mungkin agar tidak menghambat tugas-tugas perkembangan anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemandirian merupakan salah satu aspek kepribadian manusia yang tidak dapat berdiri sendiri, artinya terkait dengan aspek kepribadian yang lain dan harus dilatihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek fisik, sedangkan perkembangan merupakan segala perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. aspek fisik, sedangkan perkembangan merupakan segala perubahan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak sebagai generasi unggul pada dasarnya tidak akan tumbuh dan berkembang dengan sendirinya. Suatu perjalanan yang harus dilalui seorang anak adalah tumbuh kembang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak terlupakan karena penuh dengan kegembiraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang giatgiatnya membangun. Agar pembangunan ini berhasil dan berjalan dengan baik, maka diperlukan partisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut

BAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju dewasa, dimana terjadi kematangan fungsi fisik, kognitif, sosial, dan emosional yang cepat pada laki-laki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti melahirkan anak, merawat anak, menyelesaikan suatu permasalahan, dan saling peduli antar anggotanya.

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DI DI DESA PLOSOWAHYU KAB LAMONGAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DI DI DESA PLOSOWAHYU KAB LAMONGAN HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DI DI DESA PLOSOWAHYU KAB LAMONGAN Arifal Aris Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan.......ABSTRAK....

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekerasan yang terjadi saat ini sangat memprihatinkan, salah satunya adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari Komnas Perlindungan anak,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA URUTAN KELAHIRAN DALAM KELUARGA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL PADA REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH I KLATEN

HUBUNGAN ANTARA URUTAN KELAHIRAN DALAM KELUARGA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL PADA REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH I KLATEN HUBUNGAN ANTARA URUTAN KELAHIRAN DALAM KELUARGA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL PADA REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH I KLATEN Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam masyarakat, seorang remaja merupakan calon penerus bangsa, yang memiliki potensi besar dengan tingkat produktivitas yang tinggi dalam bidang yang mereka geluti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik secara ukuran (pertumbuhan) maupun secara perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. baik secara ukuran (pertumbuhan) maupun secara perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu hidup akan melalui tahapan pertumbuhan dan perkembangan, yaitu sejak masa embrio sampai akhir hayatnya mengalami perubahan ke arah peningkatan baik secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk optimalisasi tumbuh kembang. Salah satu tahap tumbuh kembang adalah usia prasekolah yang mempunyai

Lebih terperinci

Mila Harlisa*, Amirul Amalia**, Dadang K***

Mila Harlisa*, Amirul Amalia**, Dadang K*** HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE) DENGAN PEMBERIAN APE PADA ANAK USIA 4-6 TAHUN DI TK SRIRANDE 02 KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN Mila Harlisa*, Amirul Amalia**, Dadang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Pola Asuh orang tua 1. Pengertian Pola asuh orang tua Menurut Ahmad Tafsir (Djamarah 2014:51) Menyatakan bahwa pola asuh berarti pendidikan. Dengan demikian, pola asuh orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ibu memiliki lebih banyak peranan dan kesempatan dalam. mengembangkan anak-anaknya, karena lebih banyak waktu yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Ibu memiliki lebih banyak peranan dan kesempatan dalam. mengembangkan anak-anaknya, karena lebih banyak waktu yang digunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ibu memiliki lebih banyak peranan dan kesempatan dalam mengembangkan anak-anaknya, karena lebih banyak waktu yang digunakan bersama anak-anaknya dari pada ayah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus penggunaan narkoba pada remaja sudah sering dijumpai di berbagai media. Maraknya remaja yang terlibat dalam masalah ini menunjukkan bahwa pada fase ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang berbeda-beda, diantaranya faktor genetik, biologis, psikis dan sosial. Pada setiap pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan kehadiran orang lain untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan koloni terkecil di dalam masyarakat dan dari keluargalah akan tercipta pribadi-pribadi tertentu yang akan membaur dalam satu masyarakat. Lingkungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah periode perkembangan disaat individu mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah periode perkembangan disaat individu mengalami BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah periode perkembangan disaat individu mengalami perubahan dari masa kanak kanak menuju masa dewasa perubahan ini terjadi diantara usia 13 dan 20 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya yang semuanya menyebabkan tersingkirnya rasa

BAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya yang semuanya menyebabkan tersingkirnya rasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena akhir-akhir ini sangatlah memprihatinkan, karena kecenderungan merosotnya moral bangsa hampir diseluruh dunia. Krisis moral ini dilanjutkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi dalam hidupnya. Guna memenuhi kebutuhan tersebut, manusia harus dapat melakukan penyesuaian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak pra sekolah yaitu anak dengan usia 4-6 tahun yang mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak pra sekolah yaitu anak dengan usia 4-6 tahun yang mengalami BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak pra sekolah yaitu anak dengan usia 4-6 tahun yang mengalami perubahan dari fase kehidupan sebelumnya. Masa anak prasekolah sering disebut dengan golden age atau

Lebih terperinci