BAB II KAJIAN TEORETIS. membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORETIS. membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil,"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Definisi Kebudayaan Manusia sebagai makhluk yang berbudaya tidak lain adalah makhluk yang senantiasa mendayagunakan akal budi untuk menciptakan kebahagiaan, karena yang membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil, maka hanya manusia yang selalu berusaha menciptakan kebaikan dan kebenaran serta keadilan sajalah yang berhak menyandang gelar manusia berbudaya. Abu Ahmadi (1986:92) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kebudayaan yaitu sebagai berikut: 1. Lingkungan Alam Keadaan alam (lingkungan geografi) pada umumnya mempunyai pengaruh yang besar terhadap suatu kebudayaan. Yang dimaksud lingkungan geografi misanya: iklim, letak bumi, dan alam fisik (seperti kayu, batu dan lain-lain). Pengaruh alam ini tidak saja tampak pada kebudayaan kebendaan, tetapi juga pada kebudayaan kerohanian. 2. Faktor Ras Ras adalah segolongan manusia yang mempunyai sifat-sifat tertentu dan turun temurun atau dengan kata lain segolongan penduduk suatu daerah yang sifatsifatnya dari keturunan adalah lain dari penduduk daerah yang wujudnya berbeda.

2 3. Faktor hubungan antara bangsa-bangsa Perbedaan kebudayaan suatu bangsa dari masa kemasa disebabkan karena kebudayaan itu hidup dan bertumbuh, karena ia selalu berubah. Gerak perubahan itu tampak pada bangsa-bangsa sederhana dan cepat pada bangsa-bangsa modern. Perubahan-perubahan itu selain disebabkan oleh keadaan alam dan perbedaan ras, disamping itu pula adanya hubungan-hubungan yang baru. Menurut Abu Ahmadi (1986:94) pembagian kebudayaan dari segi kegunaannya, maka kebudayaan dapat dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut: 1. Kebudayaan lahir atau kebudayaan material, kebudayaan yang bersifat kebendaan, Yaitu suatu hasil budaya yang diciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhan lahiriah, misalnya pakaian, gedung-gedung, alat-alat senjata, mesin-mesin dan lain-lain. 2. Kebudayaan batin atau kebudayaan immaterial, kebudayaan yang bersifat kerohanian yaitu suatu hasil budaya yang diciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhan rohaniah, misalnya bahasa, ilmu pengetahuan, adat istiadat, kesusilaan, tari-tarian, nyanyian dan lain-lain. Sidi Gazalba (Joko Tri Prasetya, 2004:30) mengemukakan bahwa kebudayaan adalah berfikir dan merasa yang menyatakan diri dari seluruh segi kehidupan dari segolongan manusia, yang membentuk kesatuan sosial dalam suatu ruangan dan suatu waktu. Dalam hal ini kebudayaan didefenisikan secara universal dari segala tingkah laku manusia baik yang bersifat tindakan nyata maupun yang

3 bersifat abstrak seperti cara berpikir dan sebagainya. Selain itu kebudayaan menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia secara menyeluruh dalam upaya menciptakan suatu tatanan sistem sosial serta aspek-aspek didalamnya. Koentjaraningrat (2002: ) membagi unsur-unsur kebudayaan kedalam tujuh unsur yaitu sebagai berikut: 1). Bahasa, yaitu baik bahasa lisan maupun tertulis 2). Sistem pengetahuan, 3). Organisasi sosial, yang terdiri dari sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum, sistem perkawinan. 4). Sistem peralatan hidup dan teknologi seperti pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alat produksi, transport, dan lain-lain. 5). Sistem mata pencaharian hidup, berupa sistem-sistem ekonomi (pertanian, peternakan, sistem produksi, sistem distribusi dan sebagainya) 6). Sistem religi dan upacara keagamaan, yang merupakan sistem kepercayaan masyarakat sebagai pondasi dalam menjalani kehidupan bermasyarakat. 7). Kesenian yaitu meliputi seni rupa, seni suara, seni gerak, dan sebagainya Ketujuh unsur tersebut masing-masing dapat dipecah lagi kedalam sub unsurunsurnya. Ketujuh unsur kebudayaan universal ini mencakup seluruh kebudayaan makhluk manusia yang ada di dunia ini, dan menunjukkan ruang lingkup dari kebudayaan serta isi dari konsepnya.

4 Selo Soemarjan dan Soelaeman Soemardi (Soerjono, 2007:151) merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan serta kebudayaan jasmania yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat. Berangkat dari pendapat para ahli diatas kelihatan berbeda-beda, namun sebenarnya prinsipnya sama yaitu sama-sama mengakui adanya ciptaan manusia. Dengan demikian dapat di kesimpulan bahwa kebudayaan adalah hasil buah budi atau pikiran manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup yang meliputi kelakuan dan hasil kelakuan manusia, yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatkan dengan belajar dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. 2.2 Definisi Akulturasi Perubahan kebudayaan didalam masyarakat terjadi karena adanya sesuatu yang kurang memuaskan bagi masyarakat. Oleh karena itu masyarakat dengan sengaja mengadakan perubahan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan zaman. Perubahan kebudayaan dapat terjadi karena adanya faktor baru yang lebih memuaskan bagi masyarakat. Faktor utama yang mendorong terjadinya perubahan kebudayaan tersebut adalah Akulturasi.

5 Shorter (Sumandiyo Hadi, 2006:35) merumuskan akulturasi sebagai perubahan budaya ditandai dengan adanya hubungan antara dua kebudayaan, keduanya saling memberi dan menerima atau pertemuan antara dua kebudayaan. Akuturasi adalah perpaduan antara kebudayaan yang berbeda dan berlangsung dengan damai dan serasi. Sebagai contoh, masyarakat transmigrasi berkomunikasi dengan masyarakat setempat dalam acara syukuran, secara tidak langsung masyarakat transmigrasi berkomunikasi berdasarkan kebudayaan tertentu milik mereka untuk menjalin kerja sama atau mempengaruhi kebudayaan setempat tanpa menghilangkan kebudayaan setempat serta tidak adanya pertentangan dari masyarakat lokal disebabkan komunitas kebudayaan asing ini melakukan pendekatan dan juga dilakukan dengan adaptasi kebudayaan yang tidak memaksa. Selain itu, kebudayaan yang mereka bawa berdaya-guna bagi masyarakat lokal. Perubahan kebudayaan yang diterima oleh suatu masyarakat dari masyarakat lainnya disebabkan ada kegunaan bagi masyaraakat masyarakat lokal untuk memperoleh peradaban yang lebih baik dari sebelumnya. Koentjaraningrat (2002: ) mengemukakan akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima

6 dan diolah kedalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. Berdasarkan dari pendapat para ahli diatas maka dapat di kesimpulan bahwa akulturasi merupakan percampuran dua kebudayaan atau lebih yg saling berte mu dan saling mempengaruhi 2.3 Pengertian Transmigrasi Tinjauan Tentang Transmigrasi Transmigrasi pada hakekatnya merupakan gerak keruangan penduduk dari suatu tempat ketempat yang lain untuk menetap dan mendapatkan peluang untuk meningkatkan kesejahteraan diri dan keluarga. Sementara itu gerak keruangan penduduk dari suatu daerah ke daerah lain akan terjadi manakala kekurangan di tempat asal dapat dipenuhi di tempat tujuan. Jadi dapat di katakana bahwa transmigrasi adalah pemindahan penduduk secara sukarela untuk meningkatkan kesejahteraan dan menetap di wilayah pengembangan transmigrasi atau lokasi pemukiman transmigrasi. (Undang-Undang No 15 Tahun 1997) Siswono Yudohusodo (1998:71-74) menegaskan bahwa transmigrasi adalah metamorfose dari kolonialisasi yang dirancang dan dikembangkan pemerintah Hindia Belanda saat menjajah Indonesia, namun tentunya falsafah yang melatar belakangi, landasan dan tujuannya berbeda. Jika kolonialisasi merupakan upaya pemerintah Hindia Belanda mencari buruh murah untuk kepentingan perusahaan perkebunan miliknya. Sedangkan transmigrasi didasarkan atas suatu kesadaran untuk

7 memanfaatkan potensi bangsa karunia tuhan kepada Indonesia bagi kesejahteraan rakyatnya. Lee (Hartono, 2004:22-23) mengemukakan ada empat faktor yang mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan untuk melakukan transmigrasi yaitu : 1. Faktor yang terdapat di daerah asal Faktor yang terdapat di derah asal dapat bersifat positif artinya mempunyai daya dorong, seperti kerusakan sumber daya alam (erosi tanah, banjir, kekeringan, guncangan-guncangan iklim, pertentangan sosial, politik, agama). 2. Faktor yang terdapat di daerah tujuan Adapun faktor yang terdapat di daerah tujuan memungkinkan karena mempunyai daya tarik yaitu penemuan sumber daya, misalnya pertambangan, pendirian industri-industri, keadaan iklim dan lingkungan yang menyenangkan (kota peristirahatan di daerah pegunungan). 3. Faktor rintangan faktor rintangan kemungkinan disebabkan oleh keadaan lingkungan di daerah asal yang tidak mendukung, misalnya orang sakit-sakitan di daerah dingin sering kambuh penyakit asmanya, ia pergi ke daerah pantai yang hawanya panas demi kesehatan jasmani.

8 4. Faktor pribadi Faktor pribadi timbul dari kehendaknya sendiri dengan motif tertentu, misalnya ingin mengembangkan bakat dan kemampuannya. Masyarakat transmigrasi yang dimukimkan terdiri dari berbagai daerah asal, yaitu: Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, DKI, dan Bali. Mata pencaharian pokok adalah bertani, karena telah disiapkan lahan usaha tani. Namun dalam perkembangannya ada masyarakat transmigran yang berusaha sampingan sesuai keterampilan yang dimiliki dari daerah asal seperti : tukang kayu, tukang batu, bengkel, industri batu bata dan genteng, pembuatan tahu, dan tempe bahkah ada yang sukses menjadi pengusaha. Pelaksanaan program transmigrasi yang digalakkan sesungguhnya telah mampu menciptakan suatu tatanan masyarakat baru yang memiliki pola hidup tersendiri. Hal ini diakibatkan karena interaksi yang terjadi antara para transmigrasi yang datang dengan membawa budaya tertentu dari daerah asalnya dengan penduduk asli yang juga memiliki aturan hidup sendiri. Apabila hal ini berlangsung lama, maka potensi untuk dilahirkannya tatanan budaya baru dari hasil perpaduan antara kedua budaya tersebut Peran Pemerintah Dalam Transmigrasi Di Indonesia program transmigrasi diimplementasikan sebagai salah satu usaha nyata mendorong laju proses integrasi nasional untuk mencapai identitas nasional yang berlaku bagi setiap manusia Indonesia. Menurut GBHN 1993 (Siswono

9 Yudohusodo 1998:79-80) bahwa pembangunan transmigrasi diarahkan kepada peningkatan pembangunan daerah, penataan penyebaran penduduk yang serasi dan seimbang, serta meningkatkan mutu kehidupan penduduk yang berpindah dan menetap di lokasi transmigrasi. meliputi : Sejalan dengan itu, sasaran penyelenggaraan transmigrasi yang ingin dicapai 1. Pada tingkat pemukiman, sasaran penyelenggaraan transmigrasi ialah meningkatkan pendapatan transmigrasi, peningkatan kualitas penyelenggaraan pendidikan, kesehatan, pelayanan administrasi pemerintahan dan peningkatan kelayakan pemukimannya, membangun rasa aman, mengembangkan dinamika interaksi masyarakat, partisipasi dan kemandirian masyarakat. 2. Pada tingkat daerah, sasarannya ialah upaya peningkatan produksi, perbaikan distribusi dan kepastian hukum atas pemilikan lahan, perluasan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, pemantapan dan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan, peningkatan pendapatan asli daerah, peningkatan investasi serta tercapainya keseimbangan dan kelestarian lingkungan. 3. Pada tingkat nasional, sasarannya ialah tercapainya persebaran penduduk dan tenaga kerja secara seimbang dan serasi, penyebaran pembangunan kawasan yang seimbang, yang dikaitkan dengan kegiatan usaha yang sesuai dengan potensi daerah, terutama untuk mengurangi kesenjangan pendapatan antar

10 golongan masyarakat, meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa serta mendorong tercapainya ketahanan nasioanal yang semakin dinamis. Beberapa peran pemerintah untuk mensejahterakan rakyat Indonesia melalui transmigrasi adalah sebagai berikut : 1. Mengatasi pengangguran yang ada di Indonesia, misalnya dengan cara menyiapkan tenaga kerja terdidik dan terlatih, bekerja keras dan ulet, tekun serta produktif. 2. Menyediakan lahan, status lahan, fasilitas rumah dan pekarangan serta kebutuhan lain yang menjadi hak-hak dari warga transmigrasi. 3. Melakukan pemerataan pembangunan disetiap wilayah, seperti fasilitas umum, contohnya : jalan, rumah sakit, pasar, dan lain-lain. 4. Melakukan penyebaran/penempatan penduduk secara merata di Indonesia. Pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah lain di wilayah Republik Indonesia untuk tinggal menetap dalam rangka pembentukan masyarakat baru serta untuk pembangunan daerah, baik untuk yang ditinggalkan maupun yang didatangi dalam rangka pembangunan Nasional. Memahami kekurangan dan kelebihan program transmigrasi di atas, tampaknya transmigrasi saat ini dan kedepan merupakan program andalan yang akan mampu menjawab tantangan Bangsa Indonesia. Dua potensi bangsa ini yaitu potensi sumber daya alam di satu pihak dan potensi sumber

11 daya manusia dilain pihak, akan menjadi kekuatan dahsyat untuk memperbaiki mutu pembangunan daerah Masyarakat Lokal Dan Masyarakat Transmigrasi Tinjauan Tentang Masyarakat Konsep masyarakat yang dikaji dalam penelitian ini dimaksud untuk mendapat pengertian dan pemahaman mendalam tentang pola tingkah laku kehidupan masyarakat dalam suatu komunitas, kesatuan kolektif, dalam hal ini perilaku masyarakat transmigrasi. Menurut R. Linton (Abu Ahmadi, 1986:56), mengemukakan bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berpikir tentang dirinya sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu. Masyarakat itu timbul dari setiap kumpulan individu yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama dalam waktu yang cukup lama. Kelompok-kelompok manusia yang dimaksud diatas yang belum terorganisasikan mengalami proses yang fundamental yaitu: (1) Adaptasi dan organisasi dari tingkah laku para anggotanya. (2) Timbul perasaan kelompok secara lambat laun. Manusia sejak lahir sampai mati selalu hidup dalam masyarakat, tidak mungkin manusia itu hidup diluar masyarakat. Aristoteles (Hartono, 2004:91) mengatakan bahwa makhluk hidup yang tidak hidup dalam masyarakat adalah ia

12 sebagai malaikat atau seekor hewan. Masyarakat merupakan wadah untuk membentuk kepribadian dari setiap warga kelompok manusia atau suku yang berbeda satu dengan lainnya. Masyarakat merupakan pergaulan hidup manusia, sehimpunan orang yang hidup bersama dalam suatu tempat dengan ikatan-ikatan antara aturan tertentu. Menurut Hartono, (2004:90) unsur-unsur masyarakat sebagai berikut: 1. Harus ada kelompok (perkumpulan) manusia, dan harus banyak jumlahnya, dan bukan pengumpulan binatang. 2. Telah berjalan dalam waktu yang lama dan bertempat tinggal dalam suatu daerah tertentu. 3. Adanya aturan-aturan (undang-undang) yang mengatur mereka bersama, untuk menuju kepada satu cita-cita yang sama. Hartono, (2004:90) melihat masyarakat melalui dua tipe yaitu sebagai berikut: 1. Satu masyarakat kecil yang belum begitu kompleks yang belum mengenal pembagian kerja, belum mengenal tulisan, dan teknologi relatif sederhana yaitu satu masyarakat yang struktur dan aspek-aspeknya masih dapat dipelajari sebagai satu kesatuan. 2. Masyarakat yang sudah kompleks, yang sudah jauh menjalankan spesialisasi dalam segala bidang, karena ilmu pengetahuan modern sudah maju, teknologi maju, sudah mengenal tulisan yaitu suatu masyarakat yang sukar dilihat sekaligus

13 segi-segi kegiatan, dan yang hanya diselidiki dengan baik dan didekati sebagian saja. Koentjaranigrat, (2002: ) mengatakan bahwa Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul atau dengan istilah ilmiah berinteraksi yaitu dengan pola tingkah laku yang khas mengenai semua faktor kehidupannya dalam batas kesatuan itu, dimana pola itu harus bersifat mantaf dan kontinyu dengan perkataan lain pola khas itu harus sudah menjadi adat istiadat yang khas. Berdasarkan defenisi diatas dapat kita lihat bahwa masyarakat mempunyai arti yang lebih luas dan dalam arti yang sempit. Dalam arti luas masyarakat dimaksud keseluruhan hubungan-hubungan dalam hidup bersama tidak dibatasi oleh lingkungan, bangsa dan sebagainya. Dalam arti sempit masyarakat yang dimaksud sekelompok manusia yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu, misalnya teritorial, bangsa, golongan dan sebagainya Masyarakat Lokal Masyarakat adalah pergaulan hidup manusia, sehimpunan orang yang hidup bersama dalam suatu tempat dengan ikatan-ikatan antara aturan yang tertentu. Masyarakat timbul dari setiap kumpulan individu individu yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama. dalam waktu yang cukup lama, kelompok manusia seperti yang di maksud diatas, yang belum terorganisasikan mengalami proses yang fundamental, yaitu :

14 1. Adaptasi dan organisasi dari tingkah laku dari anggota-anggota 2. Timbulnya secara lambat laun, perasaan kelompok atau lesprit. Secara harfiah, pada dasarnya istilah masyarakat lokal (local communities), penduduk asli (indigenous people), masyarakat setempat, mengacu pada satu pengertian yang sama, yaitu masyarakat yang tergantung terhadap kawasan hutan, dan/atau merupakan kelompok-kelompok masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar kawasan hutan serta mengandalkan hasil hutan demi kelangsungan hidupnya ( wikipedia.com/.html) Dalam skema sertifikasi hutan yang berkembang di Indonesia, baik yang dikembangkan oleh ITTO, FSC, LEI, PEFC dan Departemen Kehutanan, istilah mengenai masyarakat lokal yang demikian beragam bukanlah suatu persoalan, karena berbicara mengenai kelompok masyarakat yang sama. Hal itu mengindikasikan tingginya kesadaran berbagai pihak mengenai pentingnya perhatian terhadap masyarakat lokal dalam mewujudkan pengelolaan hutan lestari. Yang menjadi lebih penting kemudian adalah agar masyarakat lokal tidak hanya sekedar dicantumkan dalam peraturan perundang-undangan, tetapi benar-benar dilibatkan dan mendapatkan manfaat sebesar-besarnya dalam kegiatan pengelolaan hutan sesuai dengan salah satu tujuan pembangunan kehutanan untuk melestarikan hutan dan mensejahterakan masyarakat.

15 Berdasarkan definisi diatas penulis menarik kesimpulan bahwa masyarakat lokal merupakan kelompok-kelompok masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu dengan mengandalkan hasil hutan atau bergantung pada apa yang disediakan oleh alam di sekitar lingkungan tempat tinggalnya demi kelangsungan hidupnya sebelum di datangkan masyarakat transmigrasi yang bertujuan meningkatkan pembangunan daerah Masyarakat Transmigrasi Masyarakat Transmigrasi yang dikaji dalam penelitian ini dimaksud untuk mendapat pengertian dan pemahaman mendalam tentang pengertian yang sebenarnya mengenai masyarakat transmigrasi guna memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian. Menurut UU No. 15 tahun 1997 tentang transmigrasi bahwa yang dimaksud dengan masyarakat transmigrasi adalah masyarakat yang mengadakan perpindahan secara sukarela untuk meningkatkan kesejahteraan dan menetap di wilayah pengembangan transmigrasi atau lokasi pemukiman yang biasanya mendapat bantuan dari pemerintah berupa lahan dan tunjangan di pemukiman baru. Penambahan penduduk di daerah-daerah yang masih jarang penduduknya akan banyak membantu meningkatkan efisiensi dan efektifitas kegiatan pembangunan. Penambahan penduduk bukan hanya membantu meningkatkan nilai produksi daerah, tetapi juga meningkatkan konsumen-konsumen baru yang

16 diperlukan dalam menciptakan pangsa pasar, sehingga turut meningkatkan pendapatan daerah tersebut. Daerah yang dulunya terisolir, setelah didatangi penduduk transmigran akan menjadi daerah terbuka dan mempunyai peluang untuk berkembang. Penulis menarik kesimpulan bahwa Masyarakat transmigrasi merupakan masyarakat yang melakukan perpindahan dari suatu wilayah yang padat penduduknya ke area wilayah pulau lain yang penduduknya masih sedikit atau belum ada penduduknya sama sekali dan biasanya diatur dan didanai oleh pemerintah pusat kepada warga yang umumnya golongan menengah ke bawah. Sesampainya di tempat transmigrasi, para transmigran akan diberikan sebidang tanah, rumah sederhana dan perangkat lain untuk penunjang hidup di lokasi tempat tinggal yang baru, dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidup dengan mendapatkan kesempatan merubah nasib. 2.5 Proses Akulturasi Masyarakat Transmigrasi Dan Masyarakat Lokal Sejak dulu kala dalam sejarah kebudayaan manusia ada gerak migrasi, gerak perpindahan dari suku-suku bangsa di muka bumi. Migrasi tentu menyebabkan pertemuan-pertemuan antara kelompok-kelompok manusia dengan kebudayaaan yang berbeda-beda, dan akibatnya ialah bahwa individu-individu dalam kelompokkelompok itu dihadapkan dengan unsur-unsur kebudayaan asing.

17 Linton (Koentjaraningrat, 1990:97) mengemukakan konsep yang sekarang sudah dianggap biasa, namun masih merupakan sesuatu yang baru pada waktu itu, yaitu perbedaan antara bagian inti dari suatu kebudayaan dan bagian perwujudan lahirnya. Bagian intinya adalah misalnya: (1) sistem nilai-nilai budaya, (2) keyakinan-keyakinan keagamaan yang dianggap keramat, (3) beberapa adat yang sudah dipelajari sangat dini dalam proses sosialisasi individu warga masyarakat, dan (4) beberapa adat yang mempunyai fungsi yang terjaring luas dalam masyarakat. Sebaliknya, bagian lahir dari suatu kebudayaan adalah misalnya kebudayaan fisik, seperti alat-alat dan benda-benda yang berguna, tetapi juga ilmu pengetahuan, tata cara, gaya hidup, dan reaksi yang berguna dan memberi kenyamanan. Koentjaraningrat (1990:97-98) Perbedaan antara bagian kebudayaan yang sukar berubah dan terpengaruh oleh unsur-unsur kebudayaan asing, dengan bagian kebudayaan yang mudah berubah dan terpengaruh oleh unsur-unsur kebudayaan asing, dalam hal menganalisis jalannya suatu proses akulturasi juga ada masalah mengenai beragam sosial-budaya yang selalu hadir dalam suatu masyarakat. Karena itu dalam suatu masyarakat yang agak luas biasanya ada perbedaan vertikal dan horisontal. Vertikal menyangkut perbedaan kelas sosial dan kasta sedangkan horisontal menyangkut perbedaan suku bangsa, golongan agama, dan golongan ras. Kalau kenyataan tersebut dihubungkan dengan masalah proses akulturasi, maka kita dapat memahami bahwa gejala aneka warna sosial-budaya juga akan menyebabkan perbedaan dalam jalannya suatu proses akulturasi.

18 Menurut G.M. Foster (Koentjaraningrat, 1990:101) meringkas proses akulturasi yang terjadi bila suatu kebudayaan terkena pengaruh kebudayaan asing, bahwa : 1. Hampir semua proses akulturasi mulai dalam golongan atasan yang biasanya tinggal di Kota, lalu menyebar ke golongan yang lebih rendah di dalam pedesaan. Proses itu biasanya mulai dengan perubahan sosial dan ekonomi. 2. Perubahan dalam sektor ekonomi hampir selalu menyebabkan perubahan yang penting dalam asas-asas kehidupan kekerabatan. 3. Penanaman tanaman untuk ekspor dan perkembangan ekonomi uang merusak pola-pola gotong royong tradisional dan karena itu berkembanglah sistem pengerahan tenaga kerja yang baru. 4. Perkembangan sistem ekonomi uang juga menyebabkan perubahan dalam kebiasaan-kebiasaan makan, dengan segala akibat dalam aspek gizi, ekonomi, maupun sosialnya. 5. Proses akulturasi yang berkembang cepat menyebabkan berbagai pergeseran sosial yang tidak seragam dalam semua unsur dan sektor masyarakat, sehingga terjadi keretakan masyarakat. 6. Gerakan-gerakan nasionalisme juga dapat dianggap salah satu tahap dalam proses akulturasi. Dalam proses akulturasi, individu yang membawa berbagai unsur kebudayaan asing atau pelaksana akulturasi harus memahami prinsif kesamaan. Semua kompleks

19 unsur asing itu dapat diterima hanya apabila berbagai unsur itu dapat disesuaikan dengan bentuk tingkah laku yang lama dan sesuai dengan bermacam-macam sikap emosional yang sudah ada. Suatu unsur kebudayaan asli tidak mudah dapat diganti begitu saja, tampa diintegrasikan kedalam prinsip budaya yang ada. Demikian pula halnya dengan proses akulturasi masyarakat transmigrasi dan masyarakat lokal khususnya di Kecamatan Randangan yang juga menyangkut ciri-ciri kepribadian para individu yang dihadapkan dengan unsur-unsur kebudayaan asing yang baru, maka dari kedua kelompok masyarakat ini (masyarakat transmigrasi dan masyarakat lokal) berusaha semaksimal mungkin untuk menerima dan mengolaborasikan unsur-unsur kebudayaan asing tersebut tampa menghilangkan sifat kebudayaan yang asli.

Merp proses yang berlangsung sepanjang hidup indv, dlm hal mengolah perasaan, hasrat, napsu, emosi shg terbentuk kepribadian

Merp proses yang berlangsung sepanjang hidup indv, dlm hal mengolah perasaan, hasrat, napsu, emosi shg terbentuk kepribadian Dinamika Kebudayaan Dinamika kebudayaan Kebudayaan akan mengalami perubahan agar dapat menyesuai kan diri dengan keadaan yang berubah. Kebudayaan berubah karena perubahan ling kungan yang menuntut perubahan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI TEORETIS DAN FOKUS PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI TEORETIS DAN FOKUS PENELITIAN BAB II DESKRIPSI TEORETIS DAN FOKUS PENELITIAN A. Deskripsi Teoretis 1. Hakikat Tradisi dan Kebudayaan Tradisi adalah adat kebiasaan turun temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat.

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM SOSIAL 4.1 Pengantar 4.2 Sistem Sosial

BAB IV SISTEM SOSIAL 4.1 Pengantar  4.2 Sistem Sosial BAB IV SISTEM SOSIAL 4.1 Pengantar Kebudayaan merupakan proses dan hasil dari kehidupan masyarakat. Tidak ada mayarakat yang tidak menghasilkan kebudayaan, hanya saja kebudayaan yang dimiliki masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan luas daratan sebesar km 2, memiliki potensi sumberdaya alam

BAB I PENDAHULUAN. dan luas daratan sebesar km 2, memiliki potensi sumberdaya alam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia, merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau ± 17.869 dan luas daratan sebesar 1.919.443 km 2, memiliki potensi sumberdaya alam yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, dan dari kebiasaan itu yang nantinya akan menjadi kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, dan dari kebiasaan itu yang nantinya akan menjadi kebudayaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang masalah Manusia merupakan makhluk individu dan juga makhluk sosial yang hidup saling membutuhkan. Sebagai makhluk sosial manusia saling berinteraksi satu dengan lainnya,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengangguran, diperkirakan dapat membahayakan keamanan, di samping itu

I. PENDAHULUAN. pengangguran, diperkirakan dapat membahayakan keamanan, di samping itu 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada permulaan abad kedua puluh kemiskinan sedang meningkat di Pulau Jawa dikarenakan kepadatan penduduk yang semakin meningkat dari masa ke masa. Hal ini menarik perhatian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kebudayaan dan Kesenian. 1. Kebudayaan sebagai proses pembangunan Koentjaraningrat dalam Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan mendeskripsikan bahwa

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN Kapita Selekta Ilmu Sosial Masyarakat & Budaya

MODUL PERKULIAHAN Kapita Selekta Ilmu Sosial Masyarakat & Budaya MODUL PERKULIAHAN Masyarakat & Budaya FAKULTAS Bidang Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh ILMU KOMUNIKASI Public relations/ MK 42005 Yuni Tresnawati,S.Sos., M.Ikom. Humas 5 Abstract Dalam pokok bahasan

Lebih terperinci

14Ilmu. Komunikasi Antar Budaya. Asimilasi dan Akulturasi Budaya. Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si. Komunikasi. Modul ke: Fakultas

14Ilmu. Komunikasi Antar Budaya. Asimilasi dan Akulturasi Budaya. Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si. Komunikasi. Modul ke: Fakultas Modul ke: Komunikasi Antar Budaya Asimilasi dan Akulturasi Budaya Fakultas 14Ilmu Komunikasi Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si Program Studi Periklanan Jenis-jenis Kebudayaan: Hidup-kebatinan manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kota Jakarta yang merupakan pusat pemerintahan, perdagangan, jasa, pariwisata dan kebudayaan juga merupakan pintu gerbang keluar masuknya nilai-nilai budaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa

I. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa anak-anak, remaja, nikah, masa tua, dan mati (Koenthjaraningrat, 1977: 89). Masa pernikahan

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa transmigrasi merupakan bagian integral

Lebih terperinci

Indonesia memiliki banyak suku bangsa, di mana setiap suku bangsa yang. melahirkan satu sudut pandang dan pola pikir tersendiri pada masyarakatnya,

Indonesia memiliki banyak suku bangsa, di mana setiap suku bangsa yang. melahirkan satu sudut pandang dan pola pikir tersendiri pada masyarakatnya, BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku bangsa, di mana setiap suku bangsa yang satu berbeda dengan suku bangsa yang lain. Perbedaan suku bangsa yang

Lebih terperinci

Dinamika Kebudayaan. surono

Dinamika Kebudayaan. surono Dinamika Kebudayaan surono Mainstream General Psychology Stimulus (Independen variabel) Respon (Dependen variabel) Etnografi Budaya Religi (belief), dll Sifat Kebudayaan Apakah Statis atau Dinamis? Mengapa

Lebih terperinci

KEBUDAYAAN & MASYARAKAT

KEBUDAYAAN & MASYARAKAT KEBUDAYAAN & MASYARAKAT Pengantar Sosiologi FITRI DWI LESTARI MASYARAKAT Masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Tak ada masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan dan sebaliknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya tidak lepas dari lingkungan hidup sekitarnya. Lingkungan hidup manusia tersebut menyediakan berbagai

Lebih terperinci

KONSEP-KONSEP POKOK DALAM ANTROPOLIGI: KEBUDAYAAN

KONSEP-KONSEP POKOK DALAM ANTROPOLIGI: KEBUDAYAAN KONSEP-KONSEP POKOK DALAM ANTROPOLIGI: KEBUDAYAAN Oleh: Suyatno, Ir., MKes. KEBUDAYAAN??? KE BUDAYA AN BUDAYA Sosioantro 2 adaptasi tantangan manusia Alam : (REAKSI) KEBUDAYAAN Geografis, Geologis, Iklim,

Lebih terperinci

UU 15/1997, KETRANSMIGRASIAN. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 15 TAHUN 1997 (15/1997) Tanggal: 9 MEI 1997 (JAKARTA)

UU 15/1997, KETRANSMIGRASIAN. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 15 TAHUN 1997 (15/1997) Tanggal: 9 MEI 1997 (JAKARTA) UU 15/1997, KETRANSMIGRASIAN Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 15 TAHUN 1997 (15/1997) Tanggal: 9 MEI 1997 (JAKARTA) Tentang: KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang PRESIDEN

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR Mata Kuliah : SOSIOLOGI DAN KEBUDAYAAN PERTANIAN Semester : I/II Pertemuan Ke : 3 Pokok Bahasan : KEBUDAYAAN DAN MASYARAKAT Dosen

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan 116 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis semiotika dengan unsur tanda, objek, dan interpretasi terhadap video iklan pariwisata Wonderful Indonesia episode East Java, serta analisis pada tiga

Lebih terperinci

BAB II. umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruf. dan bermakna, suatu pengertian tentang suatu objek, produk subjektif yang

BAB II. umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruf. dan bermakna, suatu pengertian tentang suatu objek, produk subjektif yang BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI dan TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Secara umum konsep adalah suatu abstraksi yang menggambarkan ciri ciri umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruf mendefinisikan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dihadapkan kepada masalah sosial

I. PENDAHULUAN. Kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dihadapkan kepada masalah sosial I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dihadapkan kepada masalah sosial yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan. Masalah sosial ini timbul sebagai akibat

Lebih terperinci

Bahan ajar handout Komunikasi Politik (pertemuan 3 dan 4 ) KOMUNIKASI POLITIK 1 Oleh: Kamaruddin Hasan 2

Bahan ajar handout Komunikasi Politik (pertemuan 3 dan 4 ) KOMUNIKASI POLITIK 1 Oleh: Kamaruddin Hasan 2 Bahan ajar handout Komunikasi Politik (pertemuan 3 dan 4 ) KOMUNIKASI POLITIK 1 Oleh: Kamaruddin Hasan 2 KOMUNIKASI SEBAGAI PROSES; SOSIAL dan BUDAYA Komunikasi Sebagai Proses Sosial Dalam hubungannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal dasar pembangunan yang perlu digali dan dimanfaatkan secara tepat dengan memperhatikan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: UU 3-1972 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 37, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3682) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. berikut : Investasi industri pariwisata dengan didukung keputusan politik ekonomi

BAB VI KESIMPULAN. berikut : Investasi industri pariwisata dengan didukung keputusan politik ekonomi BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Hasil penelitian secara kritis yang sudah dianalisis di kawasan Borobudur, menggambarkan perkembangan representasi serta refleksi transformasi sebagai berikut : Investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Interaksi itu terjadi kalau satu individu dalam masyarakat berbuat sedemikian rupa,

BAB I PENDAHULUAN. Interaksi itu terjadi kalau satu individu dalam masyarakat berbuat sedemikian rupa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat merupakan suatu kesatuan individu yang dipandang dalam keseluruhannya satu dengan yang lain, berada dalam interaksi yang berulang tetap. Interaksi itu terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik semua kebudayaan. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik semua kebudayaan. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat merupakan organisme hidup karena masyarakat selalu mengalami pertumbuhan, saling mempengaruhi satu sama lain dan setiap sistem mempunyai fungsi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Senakin kabupaten Landak Kalimantan Barat. Teori-teori tersebut dalah sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Senakin kabupaten Landak Kalimantan Barat. Teori-teori tersebut dalah sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam Bab II ini penulis akan menjelaskan kajian teori yang akan digunakan dalam menganalisis data hasil penelitian yang berjudul pergeseran makna Tangkin bagi masyarakat Dayak Kanayatn

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa transmigrasi merupakan bagian integral dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam terdiri dari puncak-puncak kebudayaan daerah dan setiap kebudayaan daerah mempunyai ciri-ciri khas masing-masing. Walaupun

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial dalam suatu masyarakat pada dasarnya

I. PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial dalam suatu masyarakat pada dasarnya 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial dalam suatu masyarakat pada dasarnya untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mempertahankan hidupnya membutuhkan manusia lain di sekelilingnya,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Kawasan Gunung Jati sebagai suatu tempat terjadinya interaksi dalam masyarakat suku Muna, memiliki karakteristik yang khas dari masing-masing masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Permukiman tradisional nelayan suku Makasar dengan permukiman resettlement Untia memiliki banyak perbedaan dibanding persamaan ditinjau dari aspek budaya dan gaya

Lebih terperinci

Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia

Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia Mukadimah Menimbang bahwa pengakuan atas martabat alamiah dan hak-hak yang sama dan mutlak dari semua anggota keluarga manusia adalah dasar kemerdekaan, keadilan

Lebih terperinci

PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA

PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA MUKADIMAH Menimbang bahwa pengakuan atas martabat alamiah dan hak-hak yang sama dan mutlak dari semua anggota keluarga manusia adalah dasar kemerdekaan, keadilan

Lebih terperinci

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri,

Lebih terperinci

MASYARAKAT DAN KESADARAN BUDAYA. Oleh: Resti Nur Laila, Atika Widayanti, Krissanto Kurniawan

MASYARAKAT DAN KESADARAN BUDAYA. Oleh: Resti Nur Laila, Atika Widayanti, Krissanto Kurniawan MASYARAKAT DAN KESADARAN BUDAYA Oleh: Resti Nur Laila, Atika Widayanti, Krissanto Kurniawan Budaya merupakan suatu hal yang dihasilkan masyarakat dari kebiasaan-kebiasaan yang akhirnya mengkristal atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Transmigrasi merupakan salah satu bentuk upaya pemerintah dalam mengambil

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Transmigrasi merupakan salah satu bentuk upaya pemerintah dalam mengambil BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Transmigrasi Transmigrasi merupakan salah satu bentuk upaya pemerintah dalam mengambil keputusan, guna tercapainya keseimbangan penyebaran penduduk, memperluas kesempatan kerja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa kebudayaan merupakan ukuran dalam hidup dan tingkah laku manusia. Kebudayaan tercakup hal-hal bagaimana tanggapan

Lebih terperinci

KONSEP DASAR SOSIOLOGI PERDESAAN. Pertemuan 2

KONSEP DASAR SOSIOLOGI PERDESAAN. Pertemuan 2 KONSEP DASAR SOSIOLOGI PERDESAAN Pertemuan 2 BERBAGAI KESATUAN HIDUP 1. Individu 2. Keluarga 3. Golongan/ kelompok 4. Masyarakat INDIVIDU Sesuatu yang tidak dapat dibagi-bagi lagi, satuan terkecil dan

Lebih terperinci

Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional Tahun 1995 Anthropologi

Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional Tahun 1995 Anthropologi Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional Tahun 1995 Anthropologi EBTANAS-SMA-95-01 Bila salah satu kebutuhan primer manusia tidak terpenuhi, maka akan mengakibatkan... A. ketidakseimbangan dalam tubuh B.

Lebih terperinci

D. Dinamika Kependudukan Indonesia

D. Dinamika Kependudukan Indonesia D. Dinamika Kependudukan Indonesia Indonesia adalah negara kepulauan dengan potensi sumber daya manusia yang sangat besar. Jumlah penduduk yang tinggal di Indonesia mencapai 256 juta jiwa (Worl Population

Lebih terperinci

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi yang terletak di bagian selatan pulau Sumatera, dengan ibukotanya adalah Palembang. Provinsi Sumatera Selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan masyarakat, masyarakat dengan individu, dan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan masyarakat, masyarakat dengan individu, dan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak terlepas dari hubungan dengan sesama manusia lainnya, yang dalam hidupnya antara satu dengan yang lain selalu berinteraksi

Lebih terperinci

PENGERTIAN DASAR SEJARAH KEBUDAYAAN

PENGERTIAN DASAR SEJARAH KEBUDAYAAN PENGERTIAN DASAR SEJARAH KEBUDAYAAN Pengertian dasar sejarah kebudayaan yang dimaksudkan di sini adalah pembahasan umum mencakup pembahasan mengenai istilah dan definisi kebudayan, perbedaan kebudayaan

Lebih terperinci

February 6, 2012 MK. ASKEB KOMUNITAS II : KONSEP DASAR MASYARAKAT : IG. DODIET ADITYA S, SKM

February 6, 2012 MK. ASKEB KOMUNITAS II : KONSEP DASAR MASYARAKAT : IG. DODIET ADITYA S, SKM 1 KONSEP DASAR MASYARAKAT asyarakat sebagai suatu M bentuk system sosial, dalam hubungannya dengan lingkungan sekitar akan selalu berusaha mencapai tingkat pemenuhan kebutuhan dasar yang seoptimal mungkin.

Lebih terperinci

KONSEP PENDIDIKAN. Imam Gunawan

KONSEP PENDIDIKAN. Imam Gunawan KONSEP PENDIDIKAN Imam Gunawan PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM Pendidikan merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pendidikan menduduki posisi penting dalam pembangunan suatu bangsa.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT, MANUSIA, DAN PENDIDIKAN

HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT, MANUSIA, DAN PENDIDIKAN MAKALAH HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT, MANUSIA, DAN PENDIDIKAN Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan SD Disusun Oleh: -----CONTOH----- PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS

Lebih terperinci

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN TRANSMIGRASI

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN TRANSMIGRASI - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN TRANSMIGRASI I. UMUM Wilayah Provinsi Jawa Timur yang mencakup luasan 47.157,72 Km 2 memiliki potensi daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi manusia antara lain imitasi, sugesti, simpati, identifikasi, dan empati.

BAB I PENDAHULUAN. interaksi manusia antara lain imitasi, sugesti, simpati, identifikasi, dan empati. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu yang tidak bisa hidup sendiri dan juga merupakan makhluk sosial yang selalu ingin hidup berkelompok dan bermasyarakat. Dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan pedesaan yang kehidupan

I. PENDAHULUAN. Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan pedesaan yang kehidupan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan pedesaan yang kehidupan masyarakatnya masih bergantung pada kepemilikan lahan. Warga pedesaan kebanyakan masyarakatnya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kesatuan yang memiliki beranekaragam kebudayaan. Budaya Indonesia yang beraneka ragam merupakan kekayaan yang perlu dilestarikan dan dikembangkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang dapat memperlambat lajunya pembangunan, walaupun

I. PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang dapat memperlambat lajunya pembangunan, walaupun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara yang sedang melaksanakan pembangunan selalu dihadapkan pada masalah penduduk dan peningkatan pendapatan penduduk. Kedua permasalahan di atas merupakan suatu hal

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN, PENGEMBANGAN DAN PERLINDUNGAN ADAT ISTIADAT SERTA LEMBAGA ADAT

Lebih terperinci

Pertemuan6 Peradaban; Wujud kebudayaan danunsur-unsur kebudayaan MATA KULIAH ANTROPOLOGI BUDAYA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA

Pertemuan6 Peradaban; Wujud kebudayaan danunsur-unsur kebudayaan MATA KULIAH ANTROPOLOGI BUDAYA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA Pertemuan6 Peradaban; Wujud kebudayaan danunsur-unsur kebudayaan MATA KULIAH ANTROPOLOGI BUDAYA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA Kebudayaandan Peradaban Peradaban adalah suatu bentuk masayarakat

Lebih terperinci

MATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL

MATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL MATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL 1. Bentuk dan Fungsi Lembaga Sosial Pada dasarnya, fungsi lembaga sosial dalam masyarakat beraneka macam berdasarkan jenis-jenis lembaganya. Oleh karena itu, kita

Lebih terperinci

*9740 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 15 TAHUN 1997 (15/1997) TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*9740 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 15 TAHUN 1997 (15/1997) TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 15/1997, KETRANSMIGRASIAN *9740 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 15 TAHUN 1997 (15/1997) TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

5. STRUKTUR SOSIAL PERDESAAN

5. STRUKTUR SOSIAL PERDESAAN 5. STRUKTUR SOSIAL PERDESAAN TUJUAN PERKULIAHAN 1. Mahasiswa memahami struktur sosial di perdesaan 2. Mahasiswa mampu menganalisa struktur sosial perdesaan KONSEP DASAR STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT DAPAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan untuk memperkenalkan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149).

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena di dalam kehidupannya tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh manusia lain. Pada diri manusia juga terdapat

Lebih terperinci

Nilai dan Norma Sosial

Nilai dan Norma Sosial Nilai dan Norma Sosial Manusia tercipta sebagai mahluk pribadi sekaligus sebagai mahluk sosial. Sebagai mahluk pribadi, manusia berjuang untuk memenuhi kebutuhannya agar dapat bertahan hidup. Dalam memenuhi

Lebih terperinci

KEBUDAYAAN. Sosped Fapet UHN

KEBUDAYAAN. Sosped Fapet UHN KEBUDAYAAN Sosped Fapet UHN 2013 1 1. Pengertian Kebudayaan Pd umumnya, istilah kebudayaan sering diartikan sama dengan kesenian yaitu seni suara, seni tari dan seni-seni lainnya. Namun bila diartikan

Lebih terperinci

Dampak Perubahan Sosial Budaya

Dampak Perubahan Sosial Budaya Dampak Perubahan Sosial Budaya Terhadap Kesehatan dr.taufik Suryadi,SpF (abiforensa@yahoo.com) Ahli Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Lulusan FK USU Lulusan Program Bioetika, Hukum Kedokteran dan HAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai Negara yang terdiri atas berbagai suku bangsa. Masing-masing suku bangsa memiliki warisan budaya yang tak ternilai harganya.kata budaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. seperti halnya suku-suku lain. Di dalam pergaulan-pergaulan hidup maupun

I. PENDAHULUAN. seperti halnya suku-suku lain. Di dalam pergaulan-pergaulan hidup maupun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Jawa adalah salah satu suku di Indonesia yang banyak memiliki keunikan seperti halnya suku-suku lain. Di dalam pergaulan-pergaulan hidup maupun perhubungan-perhubungan

Lebih terperinci

TEKS DESKRIPSI BUDAYA INDONESIA

TEKS DESKRIPSI BUDAYA INDONESIA Budaya Indonesia adalah seluruh kebudayaan nasional, kebudayaan lokal, maupun kebudayaan asal asing yang telah ada di Indonesia sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945. Kebudayaan nasional dalam pandangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. Kebudayaan lokal sering disebut kebudayaan etnis atau folklor (budaya tradisi). Kebudayaan lokal

Lebih terperinci

Antropologi Psikologi

Antropologi Psikologi Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI Antropologi Psikologi Manusia sebagai makhluk individu Manusia sebagai makhluk sosial Manusia sebagai makhluk budaya Kehidupan kolektif manusia dan defenisi masyarakat Wenny

Lebih terperinci

DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA

DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA Diterima dan diumumkan oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948 melalui resolusi 217 A (III) Mukadimah Menimbang, bahwa pengakuan atas martabat alamiah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa transmigrasi merupakan bagian integral dari

Lebih terperinci

BAB V STRATIFIKASI SOSIAL

BAB V STRATIFIKASI SOSIAL BAB V STRATIFIKASI SOSIAL 6.1 Pengantar Stratifikasi merupakan karakteristik universal masyarakat manusia. Dalam kehidupan sosial masyarakat terdapat diferensiasi sosial dalam arti, bahwa dalam masyarakat

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5497 KEPENDUDUKAN. Transmigrasi. Wilayah. Kawasan. Lokasi. Pemukiman. Pelaksanaan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 9) PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.9, 2014 KEPENDUDUKAN. Transmigrasi. Wilayah. Kawasan. Lokasi. Pemukiman. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5497) PERATURAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Transmigrasi

Lebih terperinci

TABEL PERSANDINGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 1992 TENTANG PENATAAN RUANG DAN PERUBAHANNYA

TABEL PERSANDINGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 1992 TENTANG PENATAAN RUANG DAN PERUBAHANNYA TABEL PERSANDINGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 1992 TENTANG PENATAAN RUANG DAN PERUBAHANNYA NASKAH UU No.24/1992 PENATAAN RUANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1992 TENTANG PENATAAN RUANG

Lebih terperinci

BAB IV DISKUSI TEORITIK

BAB IV DISKUSI TEORITIK BAB IV DISKUSI TEORITIK Teori yang digunakan dalam analisa ini bermaksud untuk memahami apakah yang menjadi alasan para buruh petani garam luar Kecamatan Pakalmelakukan migrasi ke Kecamatan Pakal, Kota

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN EKONOMI BAB I KEBUTUHAN MANUSIA, KELANGKAAN, DAN SISTEM EKONOMI

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN EKONOMI BAB I KEBUTUHAN MANUSIA, KELANGKAAN, DAN SISTEM EKONOMI SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN EKONOMI BAB I KEBUTUHAN MANUSIA, KELANGKAAN, DAN SISTEM EKONOMI Dr. KARDOYO, M.Pd. AHMAD NURKHIN, S.Pd. M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat terjadi dalam berbagai bidang kehidupan. Yang disebut dengan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat terjadi dalam berbagai bidang kehidupan. Yang disebut dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan, setiap masyarakat pasti mengalami perubahanperubahan. Tidak ada sekelompok masyarakat pun yang tidak berubah. Perubahan tersebut dapat terjadi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa penduduk merupakan potensi sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu

BAB II URAIAN TEORITIS. dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Tari Seni tari merupakan seni menggerakkan tubuh secara berirama, biasanya sejalan dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis, letak Indonesia yang terbentang dari sabang sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. Indonesia yang terkenal dengan banyak pulau

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN SALINAN BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TRANSMIGRASI UMUM TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN

Lebih terperinci

POLA KERUANGAN DESA A. Potensi Desa dan Perkembangan Desa-Kota Bintarto

POLA KERUANGAN DESA A. Potensi Desa dan Perkembangan Desa-Kota Bintarto POLA KERUANGAN DESA A. Potensi Desa dan Perkembangan Desa-Kota Pengertian desa dalam kehidupan sehari-hari atau secara umum sering diistilahkan dengan kampung, yaitu suatu daerah yang letaknya jauh dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mobilitas penduduk merupakan program yang dicanangkan oleh pemerintah

I. PENDAHULUAN. Mobilitas penduduk merupakan program yang dicanangkan oleh pemerintah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mobilitas penduduk merupakan program yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia ketika Indonesia merdeka untuk meratakan penduduk sehingga penduduk tidak akan

Lebih terperinci

INTERAKSI antar etnis di DESA ARGAKENCANA. Skripsi

INTERAKSI antar etnis di DESA ARGAKENCANA. Skripsi INTERAKSI antar etnis di DESA ARGAKENCANA (Suatu penelitian di Desa Argakencana Kecamatan Toili Kabupaten Banggai) Skripsi Diajukan sebagai Persyaratan Ujian Sarjana Jurusan Sejarah Prodi Pendidikan S1

Lebih terperinci

WAWASAN SOSIAL BUDAYA. Kehidupan Pedesaan Dan Perkotaan

WAWASAN SOSIAL BUDAYA. Kehidupan Pedesaan Dan Perkotaan WAWASAN SOSIAL BUDAYA Kehidupan Pedesaan Dan Perkotaan Disusun Oleh : Nur Fazheera Al Gadri (D0217023) Hendra Lesmana (D0217515) Asmirah (D0217024) Abdillah Resky Amiruddin (D0217514) FAKULTAS TEKNIK PRODI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. hutan yang dialih-gunakan menjadi lahan usaha lain. Agroforestry adalah salah

PENDAHULUAN. hutan yang dialih-gunakan menjadi lahan usaha lain. Agroforestry adalah salah PENDAHULUAN Latar Belakang Alih-guna lahan hutan menjadi lahan pertanian disadari menimbulkan banyak masalah seperti penurunan kesuburan tanah, erosi, kepunahan flora dan fauna, banjir, kekeringan dan

Lebih terperinci

UAS-Basic Culture Social Sciences

UAS-Basic Culture Social Sciences UAS-Basic Culture Social Sciences MANUSIA SEBAGAI MAHLUK BUDAYA Fungsi akal dan budi bagi manusia 1. Dua kekayaan manusia yang paling utama adalah akal dan budi 2. Muncul tuntutan hidup yang lebih daripada

Lebih terperinci

STUDI MASYARAKAT INDONESIA

STUDI MASYARAKAT INDONESIA STUDI MASYARAKAT INDONESIA 1. Prinsip Dasar Masyarakat Sistem Sistem kemasyarakatan terbentuk karena adanya saling hubungan di antara komponenkomponen yang terdapat di dalam masyarakat yang bersangkutan,

Lebih terperinci

STRATIFIKASI SOSIAL fitri dwi lestari

STRATIFIKASI SOSIAL fitri dwi lestari STRATIFIKASI SOSIAL fitri dwi lestari Stratifikasi sosial muncul karena adanya sesuatu yang dianggap berharga dalam masyarakat. Pitirim Sorokin Sistem stratifikasi adalah pembedaan penduduk atau masyarakat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2009

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki makna sesuatu yang beragam, sesuatu yang memilik banyak perbedaan begitupun dengan masyarakat

Lebih terperinci