BAB II NERACA PERUSAHAAN DAN NERACA LABA RUGI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II NERACA PERUSAHAAN DAN NERACA LABA RUGI"

Transkripsi

1 BAB II NERACA PERUSAHAAN DAN NERACA LABA RUGI Salah satu bentuk laporan finansial perusahaan adalah neraca perusahaan (balance sheet) dan neraca laba rugi (profit and loss statement). Dari laporan ini dapat dilakukan analisis yang mencakup kesehatan perusahaan. Kesehatan perusahaan perlu diketahui oleh beberapa pihak antara lain: a. Pihak manajemen perusahaan Kepentingan manajemen perusahaan adalah untuk mengetahui dan menilai sampai seberapa jauh kinerja perusahaan dalam bentuk ukuran (standar) finansial. Kinerja perusahaan merupakan hasil kerja dan seluruh. bagian dalam organisasi perusahaan: perencanaan, produksi, logistik, teknik, pemasaran, personalia dan lain sebagainya. b. Pihak Pemerintah Pihak pemerintah mempunyai kepentingan dalam hubungannya dengan pendapatan pemerintah dan sektor pajak yang harus dibayar oleh perusahaan, antara lain pajak dan laba perusahaan. Apabila kinerja perusahaan baik sehingga mendapatkan laba cukup besar, maka pajak yang masuk ke pemerintah menjadi lebih besar. c. Kreditur (Bank) Apabila perusahaan sehat berarti mempunyai kemampuan dalam mengembalikan atau membayar kewajiban hutang dan bunganya kepada para kreditur (bank). Secara sikius, bank juga mempunyai kewajiban memberikan bunga kepada para nasabah (bunga deposito bank). d. Pemegang Saham Perusahaan yang sehat mampu memberikan laba yang cukup, dan selanjutnya setelah dipotong pajak maka laba yang ada akan memberikan peluang untuk dibagi kepada para pemegang saham dalam bentuk deviden. Pemegang saham mempunyai kepentingan mendapatkan deviden dalam jumlah yang besar. Dari segi karyawan perusahaan semestinya perusahaan yang sehat akan memberi peluang kepada karyawan untuk mendapatkan jasa produksi, bonus, premi dan sebagainya mencakup kesejahteraan karyawan, bahkan apabila memungkinkan kepada karyawan diberi hak untuk mendapatkan saham. Apabila karyawan merasa ikut memiliki perusahaan diharapkan loyalitas dan kinerja karyawan akan semakin produktif.

2 2.1 Pengertian Modal; Modal Abstrak-Kongkret; Modal Aktif-Pasif Dengan perkembangan teknologi dan makin jauhnya spesialisasi dalam perusahaan serta juga makin banyaknya perusahaan-perusahaan yang menjadi besar, maka faktor produksi modal mempunyai arti yang menonjol lagi. Sebenannya masalah modal dalam perusahaan merupakan persoalan yang tak akan berakhir, mengingat bahwa masalah modal itu mengandung begitu banyak dan berbagai rupa aspek. Dalam hubungan ini pun perlu disayangkan karena diantara para ahli ekonomi belum ada communis opinio tentang apa yang disebut modal, sehingga karena begitu banyaknya pendapat-pendapat mengenai pengertian modal yang kadang-kadang bertentangan satu dengan lainnya, hal ini akan dapat membingungkan kita. Arti dan faktor produksi modal dalam sejarahnya adalah berkembang sesuai dengan perkembangan artian modal itu sendiri secara alamiah. Pada permulaaannya, orientasi pengertian modal adalah physical oriented. Dalam hubungan ini dapat dikemukakan misalnya pengertian modal yang klasik di mana anti modal adalah sebagai hasil produksi yang digunakan untuk memproduksi lebih lanjut. Dalam perkembangannya kemudian ternyata pengertian modal mulai bersifat non-physical oriented dimana antara lain pengertian modal ditekankan pada nilai, daya beli atau kekuasaan memakai atau menggunakan yang terkandung dalam barang-.barang modal, meskipun dalam hal ini sebenarnya juga belum ada penyesuaian pendapat diantara para ahli ekonomi diri. Dalam hubungan ini baiklah dikemukakan beberapa pengentian modal menurut beberapa penulis. Lutge mengartikan modal hanyalah dalam arti uang (Geldkapital). Schwiedland memberikan pengertian modal dalam arti yang lebih luas, di mana modal itu meliputi modal dalam bentuk uang (Geldkapital) maupun dalam bentuk barang (Sachkapital), misalnya mesin, barang-barang dagangan, dan lain sebagainya. Kemudian ada beberapa penulis yang menekankan pada kekuasaan menggunakannya, yaitu antara lain J.B. Clark. A.Amonn, J. von Komorynsky, yang memandang modal sebagai kekuasaan menggunakan yang diharapkan atas barang-barang modal yang belum digunakan. Dalam hubungan ini perlu dikemukakan adanya pengertian modal abstrak dan penganjur utama dan pengertian tersebut dapatlah disebut J.B. Clark, di mana dia mengatakan: Capital is this permanent fund of productive goods, the identity of whose component elements is forever changing. Capital goods are the shining component part of this permanent aggregate. Untuk pengertian modal abstrak digunakan istilah Capital dan untuk modal konkrit digunakan istilah Capital goods. Modal abstrak

3 digambarkan sebagai air terjun (waterfall) di mana air terjunnya adalah tetap sedangkan tetesan airnya selalu berganti-ganti. Oleh Fisher diberikan istilah lain untuk modal konkrit adalah capital goods dan untuk modal abstrak adalah capital value. Capital value dari suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu adalah relatif permanen, sedangkan sementara itu capital goods nya mengalami perubahanperubahan atau pergantian-pergantian. Prof. Meij mengartikan modal sebagai kolektivitas dan barang-barang modal yang terdapat dalam neraca sebelah debet, sedang yang dimaksudkan dengan barang-barang modal adalah semua barang yang ada dalam rumah tangga perusahaan dalam ftrngsi produktifnya untuk membentuk pendapatan. Yang dimaksud dengan kekayaan adalah daya beli yang terdapat dalam barang-barang modal. Dengan demikian maka kekayaan terdapat dalam neraca sebelah kredit. Prof. Polak mengartikan modal sebagai kekuasaan untuk menggunakan barang-barang modal. Dengan demikian modal ialah terdapat di neraca sebelah kredit. Adapun yang dimaksud dengan barang-barang modal ialah barang-barang yang ada dalam perusahaan yang belum digunakan, jadi yang terdapat di neraca sebelah debet. Prof. Bakker mengartikan modal ialah baik yang berupa barang-barang konkrit yang masih ada dalam rumah tangga perusahaan yang terdapat di neraca sebelah debet, maupun berupa daya beli dan atau nilai tukar dan barang-barang itu yang tercatat di sebelah kredit. Jadi yang tercatat di sebelah debet dan neraca disebut modal konkrit dan yang tercatat di sebelah kredit disebut modal abstrak. Apabila kita melihat neraca suatu perusahaan maka selain menggambarkan adanya modal konkrit dan modal abstrak, daripadanya akan nampak 2 gambaran modal, yaitu bahwa neraca di satu pihak menunjukkan modal menurut bentuknya (sebelah debet) dan di lain pihak menurut sumbemya atau asalnya (sebelah kredit). Modal yang menunjukkan bentuknya ialah apa yang disebut modal aktif, sedangkan modal yang menunjukkan sumbernya atau asalnya ialah apa yang disebut modal pasif. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa modal aktif ialah modal yang tertera di sebelah debet dan neraca, yang menggarnbarkan bentuk-bentuk bagaimana seluruh funds yang diperoleh perusahaan ditanamkan, sedangkan pengertian modal pasif ialah modal yang tertera di sebelah kredit dan neraca yang menggambarkan sumber-sumber darimana dana diperoleh. Apabila pengertian modal aktif dan pasif di satu pihak dihubungkan dengan pengertian modal abstrak dan konkrit di lain pihak, maka dapatlah dikatakan bahwa

4 modal aktif itu termasuk dalam pengertian modal konkrit, sedangkan modal pasif termasuk dalam pengertian modal abstrak. Elemen-elemen modal aktif akan selalu berubah-ubah, akan selalu berganti-ganti baik dalam waktu yang pendek (kas, efek, piutang, barang), maupun dalam jangka waktu yang panjang (aktiva tetap). Sedangkan nilai dan modal pasif dalam jangka waktu tertentu adalah relatif permanen. 2.2 Pembagian Modal Aktif Dalam perusahaan kehutanan dan dalam akuntansi kehutanan yang dimaksud dengan modal aktif atau aktiva adalah sebagai berikut: Definisi Aktiva adalah sumber dana yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dan peristiwa masa laiu dan dan mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan. Perusahaan biasanya menggunakan aktiva untuk memproduksi barang atau jasa yang dapat memuaskan kebutuhan dan keperluan pelanggan, berhubung barang atau jasa ini dapat memuaskan kebutuhan dan keperluan mi, pelanggan bersedia membayar sehingga memberikan sumbangan kepada arus kas perusahaan. Kas sendiri memberikan jasa kepada perusahaan karena kekuasaannya terhadap sumber daya yang lain. Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aktiva dapat mengalir dalam perusahaan dengan beberapa cara. Misalnya aktiva dapat: a. Digunakan baik sendiri maupun bersama aktiva lain dalam produksi barang dan jasa yang dijual oleh perusahaan. b. Dipertukarkan dengan aktiva lain. c. Digunakan untuk menyelesaikan kewajiban. d. Dibagikan kepada para pemilik perusahaan. Banyak aktiva, misalnya, aktiva tetap memiliki bentuk fisik. Namun demikian, bentuk fisik tersebut tidak esensial untuk menentukan eksistensi aktiva, karena paten atau hak cipta misalnya merupakan aktiva kalau manfaat ekonomi yang oleh perusahaan di masa depan dan kalau masing-masing aktiva tersebut perusahaan. Pengakuan Aktiva diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa manfaat minyak di masa depan diperoleh perusahaan dan aktiva tersebut mempunyai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Aktiva tidak diakui dalam kalau pengeluaran telah terjadi

5 dan manfat ekonominya dipandang tidak mungkin mengalir kedalam perusahaan setelah periode akuntansi berjalan. Sebagai alternatif transaksi semacam itu menimbulkan pengakuan beban dalam laporan laba mgi. Dengan perlakuan ini tidak berarti pengeluaran yang dilakukan manajemen mempunyai maksud yang lain daripada menghasilkan manfaat ekonomi perusahaan di masa depan atau bahwa manajemen salah arah. Implikasi satu-satunya adalah bahwa tingkat kepastian dan manfaat ekonomi yang diterima perusahaan setelah periode akuntansi berjalan tidak mencukupi untuk membenarkan pengakuan aktiva. Hutan merupakan suatu lapangan bertumbuhan pohon-pohon yang secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam lingkungannya dan yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai hutan. Dengan hutan tidak dapat dikategorikan sebagai aktiva, yang dapat dikategorikan sebagai aktiva adalah hak untuk mengusahakan hutan tersebut. Penilaian Aktiva yang dibeli dicatat berdasarkan harga perolehan (cost) yang Liputi seluruh pengorbanan ekonomis yang diukur dalam satuan uang untuk rnperoien aktiva tersebut. Aktiva yang tidak memberikan manfaat untuk ode akuntansi selanjutnya dapat langsung dicatat sebagai beban pada saat lehan. Aktiva moneter seperti kas, tagihan yang timbul dan transaksi atau sebagai imbalan atas penyerahan barang atau jasa oleh, umumnya dicatat berdasarkan nilai nominal yang bersangkutan. Dalam transaksi pertukaran aktiva dimana uang tidak dipergunakan sebagai alat pertukaran secara langsung, seperti dalam hal perolehan aktiva tetap penyerahan surat-surat berharga, aktiva yang diperoleh dicatat an harga pertukarannya yaitu nilai wajar dan aktiva yang diperoleh atau diserahkan, yang mana yang lebih banyak. Penyajian Penyajian aktiva dalam neraca dikelompokkan menurut urutan lancar dan tidak lancar dan dikiasifikasikan menurut ukuran likuiditas. Pelaksanaan pencatatan aktiva pengusahaan hutan didasarkan pada konsep-konsep dasar, pengertian dasar, pengertian dan dasar pencatatan aktiva. UNSUR-UNSUR DALAM AKTIVA PERUSAHAAN PENGUSAHAAN HUTAN Yang dimaksud dengan kas ialah alat pembayaran yang siap dan bebas dipergunakan untuk membiayai kegiatan umum perusahaan. Sedangkan yang

6 dimaksud dengan bank adalah sisa rekening giro perusahaan yang dapat dipergunakan secara bebas untuk membiayai kegiatan umum perusaháan. Pos-pos berikut ini tidak dapat digolongkan sebagai bagian dan kas dan bank pada a. Dana yang disisihkan untuk tujuan tertentu b. Persediaan perangko c. Cek mundur d. Cek kosong dari pihak ketiga e. Rekening giro pada bank luar negeri dan tidak dapat segera dipakai Kas dan bank merupakan pos neraca yang paling likuid, dengan demikian Iazimnya disajikan pada urutan pertama dan aktiva. Saldo kredit pada perkiraan bank disajikan pada kelompok kewajiban sebagai kewajiban lancar. Saldo kredit dan debit rekening giro pada bank yang sama dapat digabung dan disajikan pada sebagai satu kesatuan. SURAT BERHARGA Definisi Surat berharga yang mudah dijual merupakan bentuk penyertaan antara dalam rangka pemanfaatan dana yang tidak digunakan. Bentuk sementara ini harus mempunyai sifat sebagai berikut: a. Mempunyai pasaran dan dapat diperjualbelikan dengan segera. b. Dimaksudkan untuk dijual dalam jangka waktu dekat bila terdapat kebutuhan dana untuk kegiatan umum.perusahaan. c. Tidak dimaksudkan untuk mengusai perusahaan lain. Penilaian Biaya perolehan suatu investasi mencakup biaya perolehan lain disamping harga beli seperti komisi broker, jasa bank dan pungutan oleh bursa effek. Penyajian Investasi yang dikiasifikasikan sebagai aktiva lancar harus dicatat dalam neraca pada nilai terendah antara biaya dan nilai pasar. Biaya (cost) dapat ditentukan berdasarkan FIFO, rata-rata tertimbang atau LIFO. Nilai pasar dapat ditentukan berdasarkan portofolio agregat, dalam total atau kategori investasi, atau pada dasar investasi individual, yang ditetapkan secara konsisten.

7 PIUTANG Definisi Menurut sumber terjadinya, piutang digolongkan dalam dua kategori yaitu piutang usaha dan piutang lain-lain. Piutang usaha meliputi piutang yang timbul karena penjualan produk atau penyerahan jasa dalam rangka kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang yang timbul dan transaksi di luar kegiatan usaha termaksud digolongkan sebagai piutang lain-lain. Piutang usaha dan piutang lain- lain yang diharapkan dapat tertagih dalam satu tahun atau sikius usaha normal, dikiasifikasikan sebagai aktiva lancar. Kadang-kadang seluruh piutang usaha dikiasifikasikan sebagai aktiva lancar tanpa memandang jangka waktu iagihnya. Dalam kasus demikian, jumlah piutang usaha yang jangka waktu penagihannya lebih dan sath tahun atau sikius usaha normal, harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Piutang yang diperkuat dengan promes Dut dengan wesel tagih. Penyajian Piutang usaha, wesel tagih, piutang lain-lain harus disajikan secara terpisah dengan identifikasi yang jelas. Piutang dinyatakan sebesar jumlah kotor tagihan dikurangi dengan taksiran taksiran jumlah yang tidak dapat diterima. Jumlah kotor piutang harus tetap disajikan pada neraca diikuti dengan penyisihan untuk piutang yang diragukan atau taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih. Saldo kredit piutang individual jika jumlahnya material harus disajikan dalam kelompok kewajiban. Pengungkapan Jumlah piutang yang dijaminkan harus diungka.pkan dalam catàtan atas laporan keuangan. Kewajiban bersyarat dalam hubungannya dengan penjualan piutang yang disertai perjanjian untuk dibeli kembali (sale of account receiveable / notes receiveable discounted with resource) kepada suatu lembaga keuangan harus dijelaskan secukupnya. PERSEDIAAN Definisi Persediaan adalah aktiva: a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan, atau c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa

8 Nilai realisasi bersih adalah taksiran harga penjualan dalam kegiatan normal dikurangi taksiran biaya penyelesaian dan taksiran biaya yang riukan untuk melaksanakan penjualan. Persediaan meliputi barang yang.ji dan disimpan untuk dijual kembali, misalnya barang dagang dibeli oleh cer untuk dijual kembali, atau pengadaan tanah atau properti lainnya untuk dijual kembali. Persediaan juga mencakup barang yang telah diproduksi sahaan, dan termasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi. Bagi perusahaan jasa, persediaan meliputi biaya jasa, dimana pendapatan yang bersangkutan belum diakui perusahaan. Persediaan meliputi tetapi tidak terbatas pada hasil tebangan, kayu olahan, barang dalam proses, suku cadang (spare parts), bahan pembantu dan perlengkapan. Pengakuan Hasil tebangan atau kayu bndar (log) biasanya ditemukan di tiga lokasi, yaitu lokasi tebangan (TPN) setelah hasil tebangan tersebut dinilai (grading), lokasi pengumpulan atau penimbunan hasil hutan (log pond/log pond antara/log yard), log pond industri (IPKH) dan tempat penimbunan kayu (TPK) di darat. Hasil tebangan yang telah berada di TPN dan lokasi pengumpulan/penimbunan hasil hutan harus dibukukan sebagai persediaan. Hasil tebangan yang telah berada di log pond industri dicatat sebagai persediaan industri (bukan logging lagi). Jika hasil tebangan dijual, maka nilai tercatat persediaan tersebut harus diakui sebagai beban pada periode diakuinya pendapatan atas penjualan tersebut. Setiap penurunan nilai hasil tebangan di bawah biaya menjadi nilai realisasi bersih dan seluruh kerugian persediaan hasil tebangan harus diakui sebagai beban pada periode terjadinya penurunan atau kerugian tersebut. Setiap pemulihan kembali penurunan nilai persediaan hasil tebangan karena peningkatan kembali nilai realisasi bersih, harus diakui sebagai pengurangan terhadap jumlah beban persediaan pada periode terjadinya pemulihan tersebut. Berdasarkan cara dan lamanya perputaran, modal aktif atau kekayaan suatu perusahaan dapat dibedakan antara aktiva lancar dan aktiva tetap. Perbandingan atau perimbangan antara kedua aktiva tersebut akan menentukan struktur kekayaan. Aktiva lancar ialah aktiva yang habis dalam satu kali berputar dalam proses produksi, dan proses perputarannya adalah dalam jangka waktu yang pendek (umumnya kurang dan satu tahun). Dalam perputarannya yang satu kali itu, elemenelemen dan aktiva lancar tidak sama cepatnya ataupun tingkat perputarannya,

9 misalnya piutang menjadi kas adalah lebih cepat daripada inventory (apabila penjulan dilakukan secara kredit), karena piutang menjadi kas hanya membutuhkan satu langkah saja, sedangkan inventory melalui piutang dahulu barn menjadi kas. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa aktiva lancar ialah aktiva yang dapat diuangkan dalam waktu yang pendek. Aktiva tetap ialah aktiva yang yang tahan lama yang tidak atau yang secara berangsur-angsur habis turut serta dalam proses produksi. Aktiva tetap yang tidak habis dalam proses produksi misalnya tanah di mana diatasnya didirikan bangunanbangunan pabrik, hutan dan untuk aktiva tersebut tidak diadakan penyusutan. Adapun aktiva tetap yang berangsur-angsur habis dalam proses produksi misalnya bangunanbangunan pabrik, kendaraan-kendaraan, perlengkapan-perlengkapan dan lain-lain, dan untuk.golongan aktiva ini diadakan penyusutan, sebagai prestasi yang digunakan dalam proses produksi selama periode tertentu. Dengan demikian maka aktiva ini akan kembali dalam bentuk semula dengan cara tidak sekaligus dalam satu kali perputaran, melainkan secara berangsur-angsur kembalinya melalui penyusutan. Ditinjau dan lamanya perputaran, aktiva tetap ialah aktiva yang mengalami proses perputaran dalam jangka waktu yang panjang (lebih dan satu tahun). Berdasarkan fungsi bekerjanya aktiva dalam perusahaan, dapatlah modal aktif modal aktif dibedakan dalam modal kerja (working capital assets) dan modal tetap (fixed cost aseets). Pengertian modal kerja dimaksudkan sebagai jumlah keseluruhan aktiva lancar. Adapun arti lain dan modal kerja ialah kelebihan aktiva lancar diatas hutang lancar. Dalam hal ini banyak penulis buku pembelanjaan, antara lain W.B. Taylor membedakan kedua pengertian tersebut dengan menggunakan istilah gross working capital untuk yang disebutkan lebih dahulu, dan istilah net working capital untuk yang disebutkan untuk yang disebutkan lebih kemudian. Perbedaan fungsional antara modal kerja dengan modal tetap ialah dalam arti bahwa: 1. Jumlah modal kerja adalah Iebih fleksibel. Jumlah modal kerja dapat lebih mudah diperbesar atau diperkecil, disesuaikan dengan kebutuhannya. Sedangkan modal tetap, sekali dibeli tidak mudah dikurangi atau diperkecil. Dalam keadaan gelombang ekonomi yang menurun, modal kerja dapat dengan segera dikurangi, tetapi modal tetap tidak dapat dengan segera dikurangi sehingga selalu ketinggalan waktunya. Demikian pula sebaliknya dalam keadaan ekonomi naik, modal tetap tidak dapat segera diperbesar atau disesuaikan.

10 2. Susunan modal kerja relatif variable. Elemen-elemen modal kerja akan berubahubah sesuai dengan kebutuhan, sedangkan susunan modal tetap adalah relatif permanen dalam jangka waktu tertentu, karena elemen-elemen 3. Modal kerja mengalami proses perputaran dalam jangka waktu yang pendek, sedangkan modal tetap mengalami proses perputaran dalam jangka waktu yang panjang. Banyak penulis yang menggunakan istilah lain untuk modal kerja yaitu circulating capital, short term capital, current capital, current assets, trading capital, trading assets. Untuk menentukan apakah suatu aktiva itu termasuk dalam working capital assets atau termasuk dalam fixed capital assets haruslah dilihat dan fungsi aktiva tersebut dalam perusahaan yang bersangkutan. Misalnya truk bagi perusahaan transportasi adalah termasuk dalam pengertian modal tetap tetapi bagi dealer truk tersebut termasuk dalam modal kerja. 2.3 Pembagian Modal Pasif Apabila kita melihat kepada asalnya, modal pasif itu dapat dibedakan antara modal sendiri dan modal asing atau modal usaha dan modal kreditur/utang. Modal sendiri atau sering disebut modal badan usaha adalah modal yang berasal dan perusahaan itu sendiri (cadangan, laba) atau berasal dan pengambil bagian, peserta atau pemilik (modal saham, modal peserta, dan lain- lain). Modal inilah yang menjadi tanggungan terhadap keseluruhan resiko perusahaan dan secara yuridis modal inilah yang menjadi jaminan bagi para kreditur. Sedangkan modal asing atau sering disebut modal kreditur adalah modal yang berasal dan kreditur yang merupakan hutang.bagi perusahaan yang bersangkutan. Perimbangan atau perbandingan antara kedua golongan modal tersebut dalam suatu perusahaan akan menentukan struktur finansial perusahaan tersebut. Hutang perusahaan ini merupakan kewajiban bagi perusahaan yang dalam akuntansi kehutanan dinyatakan sebagai berikut: Definisi Kewajiban dapat diartikan sebagai pengorbanan ekonomis yang wajib dilakukan oleh perusahaan dimasa yang akan datang dalam bentuk penyerahan aktiva atau pembelian jasa yang disebabkan oleh tindakan atau transaksi pada masa sebelumnya. Kewajiban dapat dibedakan menjadi kewajiban lancar, kewajiban jangka panjang dan kewajiban lain-lain. Pembedaan ini dilakukan menurut urutan jatuh tempo atau lamanya penyelesaian yang dilakukan oleh perusahaan.

11 KEWAJIBAN LANCAR Kewajiban lancar mencakup hutan yang diharapkan akan dilunasi daam waktu satu tahun dengan menggunakan sumber-sumber yang merupakan aktiva lancar atau dengan menimbulkan hutan lancar lainnya. Penggunaan kriteria satu tahun termaksud tidak berlaku jika siklus operasi normal perusahaan lebih dan 12 (dua belas) bulan. Apabila lebih dan 12 bulan, maka yang digunakan adalah sikius operasi normal perusahaan yang bersangkutan. Cakupan kewajiban lancar antara lain: a. Pinjaman bank, adalah hutang perusahaan atas pinjaman atau kredit jangka pendek dan bank untuk kelancaran kegiatan perusahaan. b. Hutang usaha, merupakan hutang yang timbul karena perolehan persediaan/ penerimaan jasa/ pekerjaan yang diikat dengan Surat Perjanjian Kerja (SPK), dalam rangka kegiatan usaha normal perusahaan. c. Bagian kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun sejak tanggal neraca merupakan bagian hutang jangka panjang yang akanjatuh tempo dalam periode normal perusahaan berikutnya. d. Hutang Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH), merupakan hutang yang timbul karena pungutan yang dikenakan sebagai pengganti nilai intrinsik hasil hutan yang dipungutfdiproduksi dan hutan negara. Termasuk dalam kewajiban ini adalah denda yang timbul akibat keterlambatan pembayaran hutang PSDH sampai dengan tanggal pelaporan (neraca). e. Hutang Dana Reboisasi (DR) merupakan hutang yang timbul dan pungutan yang dilakukan pada pemegang FfPH dalam rangka reboisasi, pembangunan hutan tanaman industri dan rehabilitasi lahan hutan. Termasuk dalam kewajiban ini adalah denda yang timbul akibat keterlambatan pembayaran kewajiban Hutang DR sampai dengan tanggal pelaporan (neraca). f. Biaya yang masih harus dibayar adalah biaya-biaya perusahaan yang karena menganut dasar aktual harus dibukukan pada saat biaya itu terjadi walaupun biaya tersebut belum dibayar. g. Uang muka penjualan merupakan pembayaran di muka yang dilakukan oleh langganan untuk transaksi penjualan atas penyerahan hasil produksi hutan yang dikakukan oleh perusahaan pengusahaan hutan. h. Hutang pembelian aktiva tetap dan rupa-rupa hutang lainnya yang harus diselesaikan dalam waktu satu tahun adalah kewajiban perusahaan pengusahaan hutan yang dibebankan oleh pembelian aktiva tetap atau harta perusahaan lainnya, yang harus dibayar dalam waktu satu tahun.

12 i. Penyisihan kewajiban pajak, merupakan hutang pajak-.pajak perusahaan yang belum dilunasi sampai dengan tanggal neraca yang diperoleh dan jumlah pajak yang ditetapkan berdasarkan ketentuan perpajakan yang berlaku, setelah diperhitungkan dengan pajak dibayar dimuka (angsuran pajak). j. Hutang deviden merupakan kewajiban yang timbul karena pembagian laba bersih kepada para pemegang saham. Kewajiban jangka pan jang Kewajiban jangka panjang merupakan hutang yang tidak akan jatuh tempo dalam watu satu tahun atau yang penyelesaiannya tidak memerlukan penggunaan sumber-sumber yang merupakan aktiva lancar. Kewajibanjangka panjang seperti obligasi, hipotik, pinjaman gadai, biasanya didukung oleh perjanjian formal dengan pemberi dana, persetujuan dan pemegang saham/pemilik atau dewan komisaris dan disertai dengan ikatan-ikatan tertentu. Perjanjian kewajiban jangka panjang tersebut lazimnya memuat hal-hal seperti: a. Jumlah pinjaman yang disetujui b. Tingkat/suku bunga c. Jumlah angsuran berkala dan tanggal jatuh temponya d. Barang jaminan e. Sifat dan luasnya ikatan yang ada seperti akumulasi dana untuk pembayaran kembali pinjaman (sinking fund), pembatasan modal kerja dan pembagaian deviden serta ikatan lainnya. KEWAIIBAN LAIN-LAIN Kewajiban lain-lain merupakan kewajiban yang tidak dapat secara layak digolongkan dalam kewajiban lancar atau kewajiban jangka panjang. Perkiraankiraan yang masuk ke dalam kewajiban lain-lain adalah: a. Pendapatan yang ditangguhkan/pendapatan diterima di muka, yang meliputi jumlah uang atau aktiva lain yang diperoleh tetapi belum diakui sebagai pendapatan untuk periode yang bersangkutan, seperti pendapatan sewajangka paniang yang diterima di muka, uang muka kontrak pemberian jasa jangka rijang dan sebagainya. b. Uang jaminan jangka panjang yang diterima dan langganan, adalah bayaran di muka yang dilakukan oleh langganan atas transaksi penjualan terjadi dalam waktujangka panjang.

13 c. Hutang path direksi atau perusahaan afihiasi, merupakan kewajiban kepada manajemen perusahaan atau anak perusahaan yang harus diselesaikan dalam jatuh waktu tempo. d. Selisih hutang pajak penghasilan yang dihitung berdasarkan laba kena pajak dengan perhitungan pajak penghasilan berdasarkn laba akuntansi yang disebabkan pos tidak lancar (beda waktu). e. Kewajiban pengusahaan hutan merupakan kumpulan kewajiban yang timbul dalam rangka melaksanakan kegiatan pengusahaan hutan. Kewajiban ini dapat terjadi karena sisa kewajiban yang ada pada akhir priode pelaporan dan kegiatan penanaman, pemeliharaan dan pembinaan hutan, serta pengendalian kebakaran dan pengamanan hutan. f. Pinjaman Dana Reboisasi merupakan pinjaman yang dilakukan dalam rangka pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Contoh: Dalam Surat Keputusan Mentari Kehutanan No. 26/Kpts-II/95 disebutkan bahwa Pinjaman DR dilakukan oleh Perusahaan Patungan dalam rangka pembiayaan pembangunan 1 unit HTI, yang diatur sebagai berikut: 1. Untuk tanaman dengan daur kurang dan 10 (sepuluh) tahun, pinjaman DR diberikan sesuai dengan daur tanaman, dan penanaman yang dimaksud sudah harus selesai dalam daur tersebut. 2. Untuk tanaman dengan daur diatas 10 (sepuluh) tahun, pinjaman DR diberikan paling lama untuk waktu 10 (sepuluh) tahun. Pinjaman dan Dana Reboisasi diberikan dalam dua bentuk yaitu pinjaman DR dengan bunga> 0% dan Pinjaman DR dengan bunga komersial. Ditinjau dan lamanya penggunaan, modal pasif dapat dibedakan antara modal jangka panjang dan modal jangka pendek. Pembagian modal pasif dapat juga didasarkan pada syarat likuiditas, syarat solvabilitas dan syarat rentabilitas. Berdasarkan syarat likuiditas, yaitu menurut jangka waktu penggunaannya, modal pasif dapat dibedakan menjadi modal jangka panjang (baik yang tertentu waktunya maupun yang tidak tertentu waktunya), dan modal jangka pendek (baik yang tertentu waktunya maupun yang tidak tertentu waktunya). Modal jangka panjang tak tertentu waktunya, misalnya modal saham, modal dan perusahaan induk, modal ini akan tetap tertanam dalam perusahaan selama hidupnya. Modal jangka panjang tertentu waktunya

14 misalnya modal obligasi, hipotek di mana modal ini akan tertanam dalam perusahaan dalam jangka waktu yang lama, tetapi terbatas sampai han jatuhnya, yaitu saat di mana obligasi atau hipotek tersebut harus dibayar kembali. Modal jangka pendek tidak tertentu waktunya, misalnya kredit rekening koran, sedangkan kredit jangka pendek tertentu waktunya misalnya kredit prolongasi, kredit belening, kredit wesel, kredit dan penjual (levelanciers credit), kredit dan pembeli (afnemers-crediet) dan lain sebagainya. Berdasarkan syarat solvabilitas, yang dalam hubungannya dengan fungsinya sebagai jaminan, modal pasif dapat dibedakan antara modal sendiri dengan modal asing. Berdasarkan syarat rentabilitas, yaitu dalam hubungannya dengan penghasilan atau pendapatan, modal pasif dapat dibedakan antara modal dengan pendapatan tetap (modal obligasi), dan modal dengan pendapatan tidak tetap (modal saham). Apabila ketiga pembagian modal pasif tersebut kita hubungkan satu dengan lainnya, maka kita dapat mengatakan bahwa: 1. Modal jangka panjang yang ditarik untuk jangka waku tidak tertentu/tidak terbatas waktunya (dan susut likuiditas), adalah modal sendiri (dan sudut solvabilitas), dan merupakan modal dengan pendapatan tidak tetap (dan sudut rentabilitas). 2. Modal yang ditarik untuk jangka waktu tertentulterbatas waktunya (dan sudut likuiditas), adalah modal asing (dan sudut solvabilitas), dan merupakan modal dengan pendapatan tetap (dan sudut rentabilitas). 2.4 Struktur Kekayaan dan Struktur Finansial/Struktur Modal Struktur kekayaan ialah perimbangan atau perbandingan baik dalam arti absolut maupun relatif antara aktiva lancar dengan aktiva tetap. Misalnya aktiva lancar Rp , aktiva tetap Rp ; absolut = 8: 12; relatif 40%:60%. Struktur finansial mencerminkan bagaimana cara aktiva-aktiva perusahaan dibelanjai, dengan dernikian struktur finansial tercermin pada keseluruhan pasiva dalam neraca. Struktur finansial mencerminkan juga perimbangan baik absolut maupun relatif antara keseluruhan modal asing (baik jangka pendek maupun jangka panjang) dengan jumlah modal sendiri. Struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri, dimana kedua golongan tersebut merupakan dana permanen atau dana jangka penjang. Dengan demikian maka struktur modal hanya merupakan sebagian saja dan struktur finansial. Dalam hubungannya dengan struktur finansial dan struktur kekayaan, kita mengenal adanya pedoman atau aturan struktur finansial yang konservatif, baik yang

15 vertikal maupun yang horisontal. Aturan struktur finansial konservatif yang vertikal memberikan batas imbangan yang harus dipertahankan oleh suatu perusahaan mengenai besamya modal asing dengan modal sendiri. Berdasarkan anggapan bahwa pembelanjaan yang sehat itu pertama-tama harus dibangun atas dasar modal sendiri yaitu modal yang tahan resiko, maka aturan finansial tersebut menetapkan bahwa besamya modal asing dalam keadaan bagaimanapun juga tidak boleh melebihi besarnya modal sendiri. Koefisien hutang, yaitu angka perbandingan antara jumlah modal asing dengan modal sendiri tidak boleh melebihi 1:1. Setiap perluasan basis modal sendiri akan memperbesar kemampuan perusahaan dalam menanggung resiko usaha perusahaan yang akan dibelanjainya. Pandangan ini adalah terutama didasarkan pada prinsip keamanan, di mana hal ini akan memberikan pengaruh yang baik terhadap kreditur maupun terhadap perusahaan sendiri. Adapun aturan struktur finansial konservatif yang horisontal memberikan batasan imbangan antara besarnya modal sendiri di satu pihak dengan besarnya aktiva tetap plus persediaan besi dipihak lain. Aturan tersebut menyatakan bahwa sarnya modal sendiri tidak boleh kurang atau lebih kecil daripada jumlah aktiva tetap plus persediaan besi dilain pihak. Aturan tersebut menyatakan bahwa keseluruhan aktiva tetap dan persediaan besi harus sepenuhnya ditutup atau dibelanjai dengan modal sendiri, yaitu modal yang tetap tertanam dalam perusahaan. Dengan kata lain dapatlah dikatakan bahwa besarnya modal sendiri tidak boleh kurang atau lebih kecil daripada jumlah aktiva tetap plus persediaan besi. Dengan demikian maka keadaan yang dianggap normal oleh aturan tersebut ialah keadaan dimana besarnya modal sendiri sama besamya dengan jumlah aktiva plus persediaan besi. Apabila jumlah modal sendiri lebih kecil atau kurang daripada besarnya aktiva tetap plus persediaan besi, berarti bahwa aktiva tetap tersebut kurang tertutup oleh modal sendiri, sehingga besamya modal sendiri tidak cukup imtuk menjamin atau menutup aktiva tetap tersebut. Aktiva tetap dan persediãan besi adalah merupakan assets yang akan tetap terikat di dalam perusahaan untuk jangka waktu yang lama sehingga untuk membelanjai assets tersebut juga diperlukan modal yang akan tetap tertanam dalam perusahaan, yaitu dalam bentuknya modal sendiri. Apabila besarnya modal sendiri lebih kecil daripada aktiva tetap plus persediaan besi, berarti bahwa sebagian dan aktiva tersebut dibelanjai dengan modal asing. Apabila jangka waktu modal asing tersebut lebih enaek daripada jangka waktu terikatnya dana dalam aktiva tetap tersebut, hal ini akan menggangu likuiditas perusahaan yang bersangkutan. Suatu keadaan dimana besarnya modal sendiri lebih kecil daripada besarnya aktiva

16 tetap plus Lian besi, dalam literatur Jerman ialah apa yang disebut Fixkapital- Unterdeckung. Sebaliknya apabila jumlah modal sendiri lebih besar daripada jumlah va tetap plus persediaan besi, berarti bahwa modal sendiri adalah lebih dari untuk menutup aktiva tetap tersebut, sehingga kelebihannya itu dapat an untuk menutup sebagian dan aktiva lancar. Suatu keadaan di mana besarnya modal sendini lebih dan cukup untuk menutup aktiva tetap, dalam Jerman ialah apa yang disebut Fixkapital-Uberdeckung. 2.5 Pendapatan dan Beban Prinsip pengakuan pendapatan dan beban Prinsip pengakuan pendapatan dan beban adalah sebagai berikut: Pelaksanaan standar akuntansi atas pengakuan pendapatan bagi pérusahaan pengusahan hutan adalah sama dengan prinsip pengakuan pendapatan sebagaimana diatw dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan. Pengakuan dihubungkan dengan pendapatan. Untuk perusahaan kehutanan yang terintegrasi dengan perusahaan industrinya maka transaksi yang terjadi antara keduanya menggunakan harga transfer yang ditetapkan secara konsisten dan diungkapkan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan. Pengakuan Pendapatan dan Harga Pokok Produksi Sehubungan dengan pelaporan pendapatan dan harga pokok produksi untuk HPH berdasarkan per HPH maka perlu diatur mengenai metode alokasi biaya bersama (common cost). Metode alokasi beban bersama berdasarkan pendapatan yang diperoleh tahun berjalan (revenue based) atau dasar lainnya yang dapat mencerminkan manfaat yang dapat diterima serta diterapkan secara konsisten dan diungkapkan dalan Catatan Atas Laporan Keuangan. PENDAPATAN OPERASIONAL Definisi Pendapatan merupakan arus masuk bruto dan manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dan kontribusi penanam modal. Pendapatan hanya terdiri dan arus masuk brutto dan manfaat ekonomi yang diterima dan dapat diterima oleh perusahaan untuk dirinya sindiri.

17 Dalam konteks perusahan pengusahaan hutan, maka pendapatan perusahaan kehutanan adalah ants masuk brutto dan penjualan kayu tebangan, kayu olahan dan hasil hutan lainnya selama suatu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dan kontribusi penanam modal. Nature Pendapatan operasional meliputi pendapatan dan penjualan hasil hutan, baik berupa kayu olahan, hasil tebangan maupun hasil hutan lainnya. Dalam konteks perusahaan pengusahaan kehutanan, maka perlu dibedakan antara pendapatan yang diperoleh pemegang HPH, HTI, dan Industri Pengolahan Kayu Hutan (IPKH): a. HPH: Pendapatan Operasional yang diterima dan pengusahan HPH adalah hasil penjualan kayu tebangan maupun hasil hutan lainnya. b. HTI: Pendapatan Operasional yang diterima dan pengusahan HTI adalah penjualan hasil tebangan dan kayu yang ditanam dan hasil hutan lainnya. c. IPKH: Pendapatan operasional yang diterima adalah hasil penjualan kayu olahan dan hasil hutan lainnya. Pengakuan Pendapatan dan penjualan barang harus diakui bila seluruh kondisi berikut dipenuhi: a. Perusahaan telah memindahkan resiko secara signifikan dan telah memindahkan rnanfaat kepemilikan barang kepada pembeli, b. Perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual, c. Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal d. Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan mengalir kepada perusahaan tersebut, dan e. Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan dapat diukur dengan andal. Pendapatan operasional harus diakui dengan penggunakan dasar akrual. Dalam konteks HPH dan HTI, maka hasil tebangan berupa kayu bulat dapat diternukan dari tiga tempat: lokasi tebangan (TPN) setelah hasil tebangan dinilai, lokasi pengumpulan atau penimbunan hasil hutan (log pond/log pond antara/log yard), log pond industri (IPKH) dan tempat penimbunan kayu (TPK) di darat. Sehingga secara fisik hasil tebangan yang telah berada di log pond industri telah dapat dicatat sebagai

18 penjualan karena hasil tebangan tersebut telah dicatat sebagai persediaan IPKH dan hasil tebangan yang masih berada di lokasi tebangan (TPN) dan lokasi penimbunan dicatat sebagai persediaan perusahaan HPH dan atauhti. Dengan demikian pendapatan dapat diakui secara akrual dan apada saat berpindahnya hak kepemilikan hasil penebangan yang tergantung syarat peniualannya seperti: fob gudang penjual, fob gudang pembeli. Sedangkan dalam konteks IPKH maka mengikuti apa yang lazim dilakukan perusabaan manufaktur lainnya. Pengukuran Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima. Jumlah pendapatan yang timbul dan suatu transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan dengan pembeli. Dalam konteks perusahaan pengusahaan kehutanan, dengan memperhatikan karakteristik yang dimiliki HPH, HTI, dan IPKH, maka pengukuran pendapatan untuk: a. HPH Pengukuran pendapatan operasional untuk pemegang HPH haruslah berdasarkan setiap HPH yang diidentifikasi berdasarkan areal RKT yang disetujui. Untuk setiap HPH oleh perusahaan yang memiliki lebih dan satu HPH dibuatkan buku besar pendukung (sub ledger). b. HTI Pengukuran pendapatan operasional pemilik HPHTI harus berdasarkan HPHTI yang diidentifikasikan berdasarkan areal RKT yang disetujui. c. IPKH Pengukuran pendapatan operasional perusahaan pengolahan kayu hutan berdasarkan kelaziman perusahaan manufaktur yaitu satuan fisik produk yang terjual. Untuk perusahaan pengusahan hutan yang terintegrasi dengan perusahaan industrinya maka transaksi yang terjadi antara keduanya menggunakan harga tranfer. Penyajian Pendapatan disajikan secara terinci sesuai dengn materialitas dan masingmasing komponen pendapatan operasional. Besarnya pendapatan yang disajikan laporan laba-rugi adalah dalam jumlah seluruhnya tetapi dalam catatan atas laporan keuangan diungkapkan perinciannya yang terdiri dan pendapatan penjualan dan DR/PSDH.

19 Pengungkapan Perusahaan harus mengungkapkan: a. Kebijakan akuntansi yang dianut untuk pengakuan pendapatan termasuk metode yang dianut untuk menentukan tingkat transaksi penjualan jasa. b. Jumlah setiap kategori signifikan dan pendapatan yang diakui selama periode tersebut termasuk pendapatan dan penjualan barang, penjualan jasa, bunga, royalti, deviden. HARGA POKOK PRODUKSI Definisi Harga pokok produksi kayu tebangan dan hasil hutan lainnya meliputi beban yang terjadi dalam hubungannya dengan kegiatan seperti perencanaan, penanaman, pemeliharaan dan pembinaan hutan, pengendalian kebakaran dan pengamanan hutan, penuingutan hasil hutan, pernenuhan kewajiban terhadap negara, pemenuhan kewajiban lingkungan dan sosial, serta pembangunan sarana dan prasarana. a. Perencanaan Biaya perencanaan adalah biaya-biaya yang berhubungan dengan perolehan hak pengusahaan hutan (HPH) termasuk Juran Hak Pengusahaan Hutan ( IHPH), biaya penyusunan Rencana Kerja Karya Pengusahaan Hutan (RKPH), dan Rencana Karya Lima Tahunan (RKL). b. Penanaman Biaya penanaman merupakan biaya yang berhubungan dengan kegiatan penanaman pada hutan alam. Biaya yang timbul antara lain biaya penanaman kembali untuk jalur tebang yang telah diproduksi, biaya penanaman tanah kosong, biaya penanaman kin kanan jalan, landscaping, biaya untuk konservasi lainnya. c. Pemeliharaan dan Pembinaan hutan Biaya pemeliharaan adalah biaya yang dikeluarkan untuk menjaga fungsi hutan sedemikian rupa sehingga mampu menciptakan lingkungan yang mendukung kehidupan dan menjamin kelestarian hutan. d. Pengendalian kebakaran dan Pengamanan Hutan Pembangunan dan pengadaan sarana pengendalian kebakaran dan pengamanan hutan meliputi tetapi tidak terbatas pada pembangunan menara api, pos jaga, pembuatan ilaran api dan pengadaan mobil pemadam kebakaran. Biaya-biaya yang berhubungan dengan usaha pengendalian kebakaran dan pengamanan hutan meliputi pengerahan tenaga, penggunaan bahan dan perlengkapan serta premi asuransi kebakaran.

20 e. Pemungutan hasil hutan Termasuk dalam biaya ini adalah biaya penebangan, biaya penyaradan dan lokasi ke pasar, biaya sewa dok pemerintah daerah. f. Pemenuhan Kewajiban perusahaan pengusahaan hutan terhadap negara antara lain meliputi kewajiban teknis dan kewajiban finansial. Kewajiban teknis meliputi tetapi tidak terbatas pada Analisa mengenai dampak lingkungan (AMDAL), penyediaan evaluasi Lingkungan (PEL), Rencana kelola lingkungan dan rencana pemantauan lingkungan (RPL). Kewajiban finansial meliputi tetapi tidak terbatas pada Provisi sumberdaya hutan (PSDH), Dana reboisasi (DR), dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) areal. g. Pemenuhan kewajiban dan sosial Kewajiban terhadap lingkungan dan sosial antara lain mencakup bina desa hutan atau pembinaan masayarakat desa hutan (PMDH). Biaya yang timbul dapat dikelompokkan menjadi dua: 1. Biaya yang berhubungan dengan studi diagnostik bina desa huta (PMDH) 2. Biaya yang berhubungan dengan pelaksanaan bina desa hutan (PMDH) h. Pembangunan sarana dan prasarana Biaya pembangunan sarana dan prasaran mencakup jalan induk, jalan cabang dan jalan ranting. Beban penghentian produksi yang disebabkan kejadian normal dan rutin seperti yang disebabkar karena keadaan cuaca atau musim, dibukukan sebagai biaya produksi. Beban penghentian produksi lainnya, seperti yang disebabkan oleh bencana alam/kebakaran, disajikan sebagai pos luar biasa. Sifat Proses produksi hasil hutan untuk mendapatkan kayu bulat memerlukan waktu yang panjang, dimulai dan penanaman, pemeliharaan dan pemungutan, bergantung dan nap tegakan hutan yang akan ditentukan oleh rotasi atau daur tanaman. Untuk hutan tanaman dengan Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) diperlukan rotasi tebang 35 tahun. Sedangkan untuk hutan tanaman, daur yang ditetapkan sesuai dengan kelas perusahaan atau jenis tanaman yang diusahakan untuk fast growing species, daur ekonomis paling cepat 8 tahun. Sesuai dengan sifat di atas yang berbeda maka penghitungan Harga Pokok Produksi dibedakan antara:

21 a. Harga Pokok Produksi untuk HPH b. Harga Pokok Produksi untuk HTI c. Harga Pokok Produksi Kayu Olahan (IPKH) d. Harga Pokok Produksi hasil hutan lainnya. Pengakuan HPH Harga Pokok Prduksi HPH dihitung dan disajikan untuk setiap HPH, maka: a. Biaya perencanaan yang berhubungan dengan perolehan Hak Pengusahaan Hutan (FIPH) seperti luran Hak Pengusahaan Hutan, Rencana Karya Pengusahaan Hutan, Biaya Pelaksanaan Tata Batas Areal HPH dan Rencana Karya Lima Tahun rekapitulasi dan kemudian diamortisasi selama masa konsesi dan manfaat sebagai biaya produksi. Biaya-biaya yang berhubungan dengan penyusunan RKT dimasukkan sebagai biaya produksi dalam periode berjalan. Biaya perencanaan diakui pada saat beban telah timbul. b. Biaya Penanaman sesuai dengan klasifikasinya ada yang dibebankan ke biaya produksi dan kebeban lain-lain. Biaya yang berhubungan dengan kegiatan penanaman pada hutan alam dibebankan sebagai biaya produksi hasil hutan. Sedangkan biaya yang berhubungan dengan usaha penanaman bukan untuk produksi seperti penanaman untuk hutan lindung dibebankan sebagai beban lainlain. Biaya yang timbul sebagai akibat kegiatan pengusahaan hutan seperti: 1. Biaya penanaman kembali untuk jalur tebang yang telah diproduksi 2. Biaya penanaman tanah kosong 3. Biaya penanaman kiri-kananjalan 4. Landscaping 5. Biaya untuk upaya konservasi lainnya Kewajiban yang timbul karena belum dilaksanakannya kegiatan pengusahaan hutan diatas dan jumlahnya masih diestimasi harus dievaluasi setiap akhir periode. Selisih dan evaluasi tersebut dibebankan sebagai biaya produksi atau pendapatan lain-lain. Dibebankan sebagai biaya produksi apabila hasil perhitungan estimasi lebih rendah dan biaya aktualnya. Dicatat sebagai pendapatan lain-lain bila hasil perhitungan estimasi lebih tinggi dan biaya aktualnya. Dasar estimasi untuk biayabiaya di atas adalah selisish fisik antara jumlah yang tercantum dalam RKT dengan yang dilaksanakan secara aktual dikalikan dengan biaya per satuan.

22 c. Biaya pemeliharaan dan pembinaan hutan dibebankan ke biaya produksi. Biaya ini seperti biaya persemaian, biaya persiapan. lapangan, biaya seleksi dibebankan ke biaya produksi. Biaya yang timbul sebagai akibat kegiatan pemeliharaan dan pembinaan hutan harus diestimasi dan dibebankan sebagai biaya produksi walaupun kegiatannya belum dilaksanakan. Kewajiban yang timbul karena belum dilaksanakannya kegiatan pengusahaan hutan di atas dan jumlahnya masih diestimasi harus dievaluasi setiap akhir periode. Selisih dan evaluasi tersebut dibebankan sebagai biaya produksi atau pendapatan lainlain. Dibebankan sebagai biaya produksi bila hasil perhitungan estimasi lebih rendah dan biaya aktualnya. Dicatat sebagai pendapatan lain-lain bila hasil perhitungan estimasi lebth tinggi dan biaya aktualnya. Dasar estimasi untuk biaya-biaya di atas adalah selisih fisik antara jumlah yang tercantum dalam RKT dengan yang dilaksanakan secara aktual dikalikan dengan biaya per satuan. d. Biaya pengendalian kebakaran dan pengamanan hutan sesuai dengan klasifikasinya ada yang dikapitalisasi dan kemudian diamortisasi selama masa konsesi sebagai biaya produksi atau langsung dibebankan ke biaya produksi. Biaya yang timbul sehubungan dengan kegiatan pembangunan dan pengadaan sarana pada pembangunan menara api, pos jaga, pembuatan ilaran api, dan pengadaan mobil pemadam kebakaran karena memiliki masa manfaat lebih dan sath periode akuntansi maka perlakuan akuntansinya adalah dikapitalisasi sebagai biaya yang ditangguhkan dan diamontisasi selama masa manfaatnya, dengan masa man faat inaksimuin sampai akhir masa konsesi. Biaya-biaya yang berhubungan dengan usaha pengendalian dan pengamanan hutan meliputi pengerahan tenaga, penggunaan bahan dan perlengkapan serta premi asuransi kebakaran dibankan ke biaya produksi. Biaya ini diakui pada saat beban telah timbul. Dasar estimasi untuk biaya-biaya di atas adalab selisish fisik antara jumlah yang tercantum dalam RKT dengan yang dilaksanakan secara aktual dikalikan dengan biaya per satuan. e. Biaya pemungutan hasil hutan dibebankan ke biaya produksi. Termasuk dalam biaya pemungutan hasil hutan adalah biaya penebangan, biaya pengangkutan dan lokasi ke pasar, biaya sewa dok pemerintah daerah. Biaya ini diakui pada saat beban telah timbul. f. Pemenuhan kewajiban terhadap negara sesuai dengan klasifikasinya ada yang dikapitalisasi dan kemudian diamortisasi selama masa konsesi sebagai biaya produksi atau langsung dibebankan ke biaya produksi. Kewajiban perusahaan

23 pengusahaan hutan terhadap negara antara lain meliputi kewajiban teknis dan kewajiban finansial. Kewajiban teknis meliputi tetapi tidak terbatas pada Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), Penyajian Evaluasi Lingkungan (PEL), Rencana Kelola Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL). Kewajiban Finansial meliputi tetapi tidak terbatas pada Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH), Biaya Pengukuran dan Pengujian Hasil Hutan (BPPHH), Dana Reboisasi (DR) dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) areal. Biaya yang berhubungan dengan kewajiban teknis dikapitalisasi sebagai beban yang ditangguhkan dan diamortisasi selama masa manfaatnya sebagai biaya produksi. Biaya yang berhubungan dengan kewajiban finansial yang ditetapkan pemerintah dibebankan sebagai biaya produksi. Biaya ini diakui pada saat bebannya telah timbul. DR dan PSDH diakui sebagai biaya pada saat dibuat Laporan Hasil Produksi. Karena perusahaan HPH merupakan wajib bayar maka ia memiliki hutang DR dan PSDH bila belum dibayar. Pada saat kayu tebangan dijual ke IPKH, hutang DR dan PSDH akan dikompensasi terhadap pendapatan yang diterima setelah perusahaan pengusahaan hutan menerbitkan Surat Pengalihan Kewajiban Penyetoran. g. Biaya pemenuhan kewajiban lingkungan dan sosial sesuai dengan klasifikasinya ada yang dikapitalisasi dan kemudian diamortisasi selama masa konsesi sebagai biaya produksi atau langsung dibebankan ke biaya produksi. Biaya yang timbul dapat dikelompokkan menjadi dua: 1. Biaya yang berhubungan dengan studi diagnostik bina desa hutan 2. Biaya yang berhubungan dengan pelaksanaan bina desa hutan. Biaya yang berhubungan dengan studi diagnostik dibukukan sebagai beban ditangguhkan dan diamortisasi selama masa manfaatnya sebagai biaya produksi. Biaya yang berhubungan dengan pelaksanaannya dibebankan sebagai biaya produksi. Biaya ini diakui pada saat beban telah timbul. h. Biaya pembangunan sarana dan prasarana sesuai dengan klasifikasinya ada yang dikapitalisasi dan kemudian diamortisasi selama masa konsesi sebagai biaya produksi atau langsung dibebankan ke biaya produksi. Biaya pembangunan jalan induk dan jalan cabang dikapitalisasi dan disusutkan selama masa manfaatnya dan dibukukan sebagai biaya produksi. Biaya pembangunan jalan ranting dibehankan sebagai biaya produksi. Biaya ini diakui pada saat beban telah timbul. Terhadap biaya penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan serta asuransi tenaga kerja yang dinikmati unit kegiatan perusahaan yang berhubungan langsung sengan kehutanan maka dicatat sebagai biaya produksi.

PSAK NO. 32 AKUNTANSI KEHUTANAN

PSAK NO. 32 AKUNTANSI KEHUTANAN PSAK NO. 32 AKUNTANSI KEHUTANAN PENDAHULUAN Karakteristik Perusahaan Pengusahaan Hutan 01 Proses produksi hasil hutan untuk mendapatkan kayu bulat memerlukan waktu yang panjang, dimulai dari penanaman,

Lebih terperinci

Pengertian Modal (Riyanto;2008) :

Pengertian Modal (Riyanto;2008) : Pengertian Modal Pengertian modal (Riyanto;2008) : Physical Oriented : Modal adalah hasil produksi yg digunakan untuk memproduksi lebih lanjut Non-physical Oriented : Modal adalah nilai, daya beli atau

Lebih terperinci

MODAL DALAM PERUSAHAAN

MODAL DALAM PERUSAHAAN MODAL DALAM PERUSAHAAN Handout Manajemen Keuangan PENGERTIAN MODAL Liitge Uang Schwiedland Modal meliputi uang, mesin, barang dagangan A. J Von Komorzynsky Kekuasaan menggunakan yang diharapkan atas barang-barang

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 9 PENYAJIAN AKTIVA LANCAR DAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 9 PENYAJIAN AKTIVA LANCAR DAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK Pernyataan ini sudah direvisi dengan PSAK 1 (revisi 1998) - Penyajian Laporan Keuangan PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 9 PENYAJIAN AKTIVA LANCAR DAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK PENDAHULUAN 01 Pernyataan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan BAB II LANDASAN TEORI II.1. Penjualan II.1.1. Definisi Penjualan Penjualan secara umum memiliki pengertian kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAPORAN KEUANGAN PEMANFAATAN HUTAN PRODUKSI DAN PENGELOLAAN HUTAN (DOLAPKEU PHP2H)

PEDOMAN PELAPORAN KEUANGAN PEMANFAATAN HUTAN PRODUKSI DAN PENGELOLAAN HUTAN (DOLAPKEU PHP2H) PEDOMAN PELAPORAN KEUANGAN PEMANFAATAN HUTAN PRODUKSI DAN PENGELOLAAN HUTAN (DOLAPKEU PHP2H) Pelatihan APHI 18 MEI 2011 Dwi Martani & Taufik Hidayat Staf Pengajar Departemen Akuntansi FEUI Tim Penyusun

Lebih terperinci

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 9 PENYAJIAN AKTIVA LANCAR DAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 9 PENYAJIAN AKTIVA LANCAR DAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 9 PENYAJIAN AKTIVA LANCAR DAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 9 tentang Penyajian Aktiva Lancar dan Kewajiban Jangka

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan Munawir (2010; 96) menjelaskan bahwa salah satu ciri dari kegiatan perusahaan yaitu adanya transaksi-transaksi. Transaksi- transaksi tersebut dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN (Materi 2)

LAPORAN KEUANGAN (Materi 2) LAPORAN KEUANGAN (Materi 2) Laporan keuangan terdiri dari dua laporan utama dan beberapa laporan yang sifatnya sebagai pelengkap. Laporan utama tersebut adalah : 1. Laporan Perhitungan Rugi-Laba 2. Neraca

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri.

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri. BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Manfaat Implementasi SAK ETAP Dengan mengimplementasikan SAK ETAP di dalam laporan keuangannya, maka CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi keuangan suatu perusahaan mengenai posisi keuangan apakah keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kaitannya dengan operasional perusahaan sehari-hari. Modal kerja yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kaitannya dengan operasional perusahaan sehari-hari. Modal kerja yang 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Modal Kerja Setiap perusahaan dagang, jasa, maupun industri mempunyai dana dan membutuhkan modal kerja, karena itulah masalah modal kerja sangat erat kaitannya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Umumnya Laporan Keuangan terdiri dari 4 laporan penting, yaitu: neraca,

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Umumnya Laporan Keuangan terdiri dari 4 laporan penting, yaitu: neraca, BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Laporan Keuangan Pada Umumnya Laporan Keuangan terdiri dari 4 laporan penting, yaitu: neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Modal Kerja. dan biaya-biaya lainnya, setiap perusahaan perlu menyediakan modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Modal Kerja. dan biaya-biaya lainnya, setiap perusahaan perlu menyediakan modal BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Modal Kerja 2.1.1.1 Pengertian Modal Kerja Modal kerja sangat penting dalam operasi perusahaan dari hari ke hari seperti misalnya untuk member uang muka

Lebih terperinci

Akuntansi Keuangan Koperasi

Akuntansi Keuangan Koperasi Akuntansi Keuangan Koperasi Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor : 04/Per/M.KUKM/VII/2012 MENIMBANG : (d). Bahwa Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang

Lebih terperinci

Contoh Laporan Keuangan Perusahaan Jasa

Contoh Laporan Keuangan Perusahaan Jasa Contoh Laporan Keuangan Perusahaan Jasa Perusahaan Jasa Perusahaan Jasa (Service Company) merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang penjualan jasa keahlian. Contoh perusahaan jasa seperti kantor

Lebih terperinci

BAB II PERSAMAAN AKUNTANSI

BAB II PERSAMAAN AKUNTANSI BAB II PERSAMAAN AKUNTANSI A. Penggolongan Akun / Perkiraan Pengertian Akun / rekening (account) adalah tempat untuk mencatat perubahan setiap laporan yang setiap saat dapat menunjukkan saldo pos tersebut.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Laporan Keuangan Salah satu aspek yang paling penting untuk diamati perkembangannya di dalam suatu perusahaan adalah bidang keuangannya. Pihak-pihak yang berkepentingan dapat

Lebih terperinci

JUMLAH AKTIVA

JUMLAH AKTIVA NERACA 31 DESEMBER 2007 AKTIVA AKTIVA LANCAR Kas dan bank 3 866.121.482 3.038.748.917 Piutang usaha - bersih Hubungan istimewa 2b, 2c, 4, 5, 8 2.635.991.416 328.548.410 Pihak ketiga - setelah dikurangi

Lebih terperinci

Catatan 31 Maret Maret 2010

Catatan 31 Maret Maret 2010 NERACA KONSOLIDASI ASET Catatan 31 Maret 2011 31 Maret 2010 ASET LANCAR Kas dan setara kas 2f, 3 220.361.019.579 10.981.803.022 Piutang usaha - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu Pihak yang

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN. Pengertian Laporan Keuangan

LAPORAN KEUANGAN. Pengertian Laporan Keuangan BAB 3 LAPORAN KEUANGAN Tujuan Pengajaran: Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu : 1. Menjelaskan pengertian laporan keuangan 2. Membedakan dan menggolongkan jenis aktiva dan pasiva 3.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 2.1.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Sesuai dengan Undang-Undang No.20 tahun 2008 pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

Lebih terperinci

ASSETS = LIABILITIES + EQUITY

ASSETS = LIABILITIES + EQUITY PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI (ACCOUNTING EQUATION ) Bentuk Persamaan Dasar Akuntansi Setiap perusahaan pasti memiliki harta (aktiva/asset), yang terdiri dari harta bergerak dan tidak bergerak, harta berwujud

Lebih terperinci

Bab 11 Analisa Dana dan Aliran Kas

Bab 11 Analisa Dana dan Aliran Kas M a n a j e m e n K e u a n g a n 153 Bab 11 Analisa Dana dan Aliran Kas Mahasiswa diharapkan dapat memahami, menghitung dan menjelaskan mengenai teknik penyusunan laporan sumber dan penggunaan dana beserta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk semua hak atau klaim atas uang, barang dan jasa. Bila kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk semua hak atau klaim atas uang, barang dan jasa. Bila kegiatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PIUTANG USAHA 1. Pengertian Piutang Transaksi paling umum yang menciptakan piutang adalah penjualan barang dagang atau jasa secara kredit. Dalam arti luas piutang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB II LAPORAN ARUS KAS

BAB II LAPORAN ARUS KAS 12 BAB II LAPORAN ARUS KAS 2.1. Laporan Arus Kas 2.1.1. Pengertian Laporan Arus Kas Ikatan Akuntansi Indonesia (2009:PSAK No.2) menyatakan bahwa: Laporan arus kas adalah laporan yang memberi informasi

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS 10 BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Lubis (2004) melakukan penelitian dengan judul Analisis Modal Kerja Sebagai Dasar Penilaian Posisi Keuangan Perusahaan pada PT. Indofarma Global Medika

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN KAS

BAB III ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN KAS BAB III ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN KAS 1. Sifat Laporan Sumber Dan Penggunan Kas Sifat laporan perubahan modal kerja adalah memberikan ringkasan transaksi keuangan selama satu periode dengan menunjukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Modal Kerja II.1.1 Pengertian Modal Kerja Dalam aktivitas sebuah perusahaan tidak dipungkiri bahwa dibutuhkan dana untuk menjalankan operasinya, mulai dari membeli bahan baku

Lebih terperinci

BAB 7 LAPORAN ARUS KAS

BAB 7 LAPORAN ARUS KAS 21 BAB 7 LAPORAN ARUS KAS A. TUJUAN 1. Laporan arus kas bertujuan menyajikan informasi perubahan historis atas kas dan setara kas PDAM, yang menunjukkan secara terpisah perubahan yang terjadi selama satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses kegiatan pencatatan akuntansi yang memberikan informasi mengenai perkembangan suatu

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas

BAB II BAHAN RUJUKAN. dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas 6 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari suatu tempat ke tempat lain, dari suatu rekening ke rekening perbankan,

BAB I PENDAHULUAN. dari suatu tempat ke tempat lain, dari suatu rekening ke rekening perbankan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan dalam perekonomian modern merupakan industri jasa yang dominan dan menunjang hampir seluruh program pembangunan ekonomi, karena kegiatan perekonomian itu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membelanjai operasi sehari-harinya, misalnya untuk membayar gaji pegawai, di mana uang atau dana yang telah

Lebih terperinci

NET PROFIT: Penjualan : 40 Biaya : 26-14

NET PROFIT: Penjualan : 40 Biaya : 26-14 6. RENCANA KEUANGAN (Finansial Plan) 6.1. PRoyeksi Laporan Laba Rugi Laporan rugi laba (income statement atau profit and loss statement/ P&L) adalah "gambaran bergerak" yang menggambarkan kemampuan perusahaan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II KERANGKA TEORITIS BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. Teori tentang Laporan Keuangan a. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan tujuan (hasil akhir) dari suatu proses dan prosedur akuntansi, sebagai ringkasan informasi

Lebih terperinci

MEMBACA LAPORAN KEUANGAN

MEMBACA LAPORAN KEUANGAN MEMBACA LAPORAN KEUANGAN Denny S. Halim Jakarta, 31 Juli 2008 1 Outline Pengertian Akuntansi Proses Akuntansi Laporan Keuangan Neraca Laporan Rugi Laba Laporan Arus Kas Pentingnya Laporan Keuangan Keterbatasan

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan LAPORAN KEUANGAN. Bentuk Bentuk Laporan Keuangan. Idik Sodikin,SE,MBA,MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS

Manajemen Keuangan LAPORAN KEUANGAN. Bentuk Bentuk Laporan Keuangan. Idik Sodikin,SE,MBA,MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Modul ke: 02 Manajemen Keuangan LAPORAN KEUANGAN Bentuk Bentuk Laporan Keuangan Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Program Studi Akuntansi Idik Sodikin,SE,MBA,MM Pendahuluan Apa yang yang dimaksud Laporan Keuangan

Lebih terperinci

L2

L2 L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9 L10 L11 L12 L13 L14 L15 L16 L17 L18 L19 Tabel 4.1 PT KALBE FARMA, Tbk LAPORAN PERUBAHAN MODAL KERJA TAHUN 2006-2007 Dalam Rupiah (Rp) 31 Desember Perubahan Modal Kerja 2006 2007

Lebih terperinci

PEMAKAI DAN KEBUTUHAN INFORMASI

PEMAKAI DAN KEBUTUHAN INFORMASI LAPORAN KEUANGAN Analisa laporan keuangan merupakan suatu proses analisis terhadap laporan keuangan dengan tujuan untuk memberikan tambahan informasi kepada para pemakai laporan keuangan untuk pengambilan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) SAK ETAP yaitu standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia yang bertujuan untuk memudahkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Laporan Keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang hasil akhirnya sangat dibutuhkan baik bagi manajemen untuk menyusun rencana yang

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 6 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Salah satu fungsi akuntansi adalah mencatat transaksi-transaksi yang terjadi serta pengaruhnya terhadap aktiva, utang modal,

Lebih terperinci

Kompetensi Dasar 5.2 Menafsirkan persamaan akuntansi

Kompetensi Dasar 5.2 Menafsirkan persamaan akuntansi Kompetensi Dasar 5.2 Menafsirkan persamaan akuntansi 1. Pengertian dan klasifikasi akun (rekening). Akun merupakan suatu formulir yang digunakan untuk mencatat pengaruh perubahan nilai (penambahan atau

Lebih terperinci

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 13 AKUNTANSI UNTUK INVESTASI

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 13 AKUNTANSI UNTUK INVESTASI Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 13 AKUNTANSI UNTUK INVESTASI Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 13 tentang Akuntansi Untuk Investasi disetujui dalam Rapat Komite Prinsip

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Modal Kerja Modal kerja sangat diperlukan dalam menjalankan kegiatan usaha. Setiap perusahaan tentunya membutuhkan modal kerja dalam melakukan kegiatan operasional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Keuangan Manajemen keuangan merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat penting dalam menjalankan kelangsungan hidup perusahaan, berikut beberapa pendapat mengenai

Lebih terperinci

Modul Tujuh: ASPEK KEUANGAN

Modul Tujuh: ASPEK KEUANGAN Modul Tujuh: ASPEK KEUANGAN SASARAN-SASARAN BELAJAR Merancang jumlah kebutuhan dan sumber permodalan untuk menjalankan usaha; Menyusun proyeksi kinerja keuangan perusahaan; Menganalisis kelayakan perusahaan

Lebih terperinci

P.T. SURYA SEMESTA INTERNUSA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 30 JUNI 2008 DAN 2007

P.T. SURYA SEMESTA INTERNUSA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 30 JUNI 2008 DAN 2007 P.T. SURYA SEMESTA INTERNUSA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 30 JUNI 2008 DAN 2007 P.T. SURYA SEMESTA INTERNUSA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN DAFTAR ISI Halaman

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Aktiva Tetap 1. Pengertian Aktiva Tetap Aktiva tetap merupakan bagian dari harta kekayaan perusahaan yang memiliki manfaat ekonomi lebih dari satu periode akuntansi. Manfaat menunjukkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Laporan Arus Kas 1. Pengertian Arus Kas Perusahaan yang menggunakan teknik manajemen kas yang modern akan menginvestasikan kelebihan kas yang bersifat sementara pada aktiva yang

Lebih terperinci

BAB II JENIS-JENIS MODAL PERUSAHAAN

BAB II JENIS-JENIS MODAL PERUSAHAAN BAB II JENIS-JENIS MODAL PERUSAHAAN A. Tujuan Kompetensi Khusus Setelah mengikuti perkuliahan, diharapkan mahasiswa mampu: Memahami pengertian modal asing Mengetahui penggolongan modal asing Memahami pengertian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi bahwa, Undang Undang No.17 tahun 2012 tentang Perkoperasian menyatakan Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan

Lebih terperinci

BAB IV. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT GUDANG GARAM Tbk. modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Hal ini berarti bahwa

BAB IV. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT GUDANG GARAM Tbk. modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Hal ini berarti bahwa BAB IV ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT GUDANG GARAM Tbk IV.1 Analisis Laporan Arus Kas Kas merupakan aktiva yang paling likuid atau merupakan salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan merupakan laporan pertanggungjawaban suatu perusahaan pada satu periode tertentu mengenai kegiatan perusahaan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-06/PM/2000 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN NOMOR VIII.G.7 TENTANG PEDOMAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-06/PM/2000 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN NOMOR VIII.G.7 TENTANG PEDOMAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-06/PM/2000 Peraturan Nomor VIII.G.7 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN NOMOR VIII.G.7 TENTANG PEDOMAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Keuangan Prinsip manajemen perusahaan mengharuskan agar dalam proses memperoleh maupun menggunakan dana harus didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektivitas.

Lebih terperinci

KEUANGAN BISNIS. Fungsi Manager Keuangan, Aliran Kas antara Perusahaan dan Pasar Modal, Beragam Istilah Pembelanjaan, Pengertian Modal

KEUANGAN BISNIS. Fungsi Manager Keuangan, Aliran Kas antara Perusahaan dan Pasar Modal, Beragam Istilah Pembelanjaan, Pengertian Modal KEUANGAN BISNIS Fungsi Manager Keuangan, Aliran Kas antara Perusahaan dan Pasar Modal, Beragam Istilah Pembelanjaan, Pengertian Modal Fungsi manajer keuangan Bertugas mengelola aliran dana sesuai dengan

Lebih terperinci

PT SARASA NUGRAHA Tbk NERACA Per 31 Desember 2004 dan 2003 (Dalam Ribuan Rupiah, Kecuali Data Saham)

PT SARASA NUGRAHA Tbk NERACA Per 31 Desember 2004 dan 2003 (Dalam Ribuan Rupiah, Kecuali Data Saham) NERACA Per 31 Desember 2004 dan 2003 (Dalam Ribuan Rupiah, Kecuali Data Saham) AKTIVA AKTIVA LANCAR Kas dan Bank 2.b, 4 7.079.491 4.389.630 Investasi Jangka Pendek 2.d, 5 6.150 6.150 Piutang Usaha 2.b,

Lebih terperinci

1,111,984, ,724,096 Persediaan 12 8,546,596, f, ,137, ,402,286 2h, 9 3,134,250,000 24,564,101,900

1,111,984, ,724,096 Persediaan 12 8,546,596, f, ,137, ,402,286 2h, 9 3,134,250,000 24,564,101,900 NERACA KONSOLIDASI` PER 30 SEPTEMBER 2009 DAN 2008 3 CATATAN ASET ASET LANCAR Kas dan setara kas 2c, 2l, 4, 24 Rp 3,111,393,145 Rp 1,677,351,069 Investasi jangka pendek 2d, 5 5,348,940,000 6,606,593,125

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Jenis-jenis Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Secara Umum dapat dikatakan bahwa laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi perusahaan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Laporan keuangan merupakan laporan yang dibuat untuk mengetahui

BAB II BAHAN RUJUKAN. Laporan keuangan merupakan laporan yang dibuat untuk mengetahui BAB II BAHAN RUJUKAN Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan laporan yang dibuat untuk mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan tersebut pada

Lebih terperinci

KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN (FINANCIAL STATEMENT)

KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN (FINANCIAL STATEMENT) KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN (FINANCIAL STATEMENT) Pada Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dijelaskan bahwa informasi yang disajikan dalam laporan keuangan suatu perusahaan bersifat umum. Hal ini berarti bahwa

Lebih terperinci

Laporan Arus Kas. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 8. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI

Laporan Arus Kas. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 8. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI Laporan Arus Kas Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 8 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI 1 Agenda 1 2 Laporan Arus Kas Latihan dan Pembahasan 3

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Jenis-jenis Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Secara umum dapat dikatakan bahwa laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi perusahaan

Lebih terperinci

AKUNTANSI UNTUK INVESTASI

AKUNTANSI UNTUK INVESTASI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PSAK No. 13 IKATAN AKUNTAN INDONESIA AKUNTANSI UNTUK INVESTASI Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 13 tentang Akuntansi untuk Investasi disetujui dalam

Lebih terperinci

PT JEMBO CABLE COMPANY Tbk NERACA 31 Desember 2003 dan 2002 (dalam Ribuan Rupiah, kecuali di nyatakan lain)

PT JEMBO CABLE COMPANY Tbk NERACA 31 Desember 2003 dan 2002 (dalam Ribuan Rupiah, kecuali di nyatakan lain) NERACA 31 Desember 2003 dan 2002 AKTIVA LANCAR K E T E R A N G A N 2003 2002 Kas dan setara kas 5,048,154 5,040,625 Piutang usaha Pihak yang mempunyai hubungan istimewa 19,943,324 21,928,185 Pihak ketiga-setelah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Hutang 1. Pengertian Hutang Hutang sering disebut juga sebagai kewajiban, dalam pengertian sederhana dapat diartikan sebagai kewajiban keuangan yang harus dibayar oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN IV.1 Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan Perlakuan Akuntansi SAK ETAP Setelah mendapatkan gambaran detail mengenai objek penelitian, yaitu PT Aman Investama.

Lebih terperinci

Pernyataan ini dimaksudkan untuk meningkatkan mutu laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan melalui:

Pernyataan ini dimaksudkan untuk meningkatkan mutu laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan melalui: 0 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. (REVISI ) PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN Paragraf-paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring (bold italic) adalah paragraf standar, yang harus dibaca

Lebih terperinci

ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASI

ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASI P.T. PEMBANGUNAN JAYA ANCOL Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2004 DAN 2003 AKTIVA 2004 2003 (Disajikan Rental' - Catatan 38) AKTIVA LANCAR Kas dan setara kas 161.020.965.269 41.211.323.789

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang didasarkan pada teori yang mendukung dengan perbandingan PSAK 1 dan IAS 1 tentang penyajian laporan keuangan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh Santi Kumalasari (2008) yang berjudul Analisi Modal Kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh Santi Kumalasari (2008) yang berjudul Analisi Modal Kerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Peneliti yang mengkaji tentang modal kerja sebelumnya pernah dilakukan oleh Santi Kumalasari (2008) yang berjudul Analisi Modal Kerja Pada Perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Tujuan Laporan Keuangan Definisi laporan keuangan menurut IAI dalam SAK ETAP Bab 3 (2013:17) paragraf 3.12 yaitu bagian dari proses pelaporan keuangan dan laporan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Kondisi keuangan suatu perusahaan dapat diketahui dari laporan keuangan yang terdiri atas neraca,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009), laporan keuangan adalah suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009), laporan keuangan adalah suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruk, Konsep, dan Variabel Penelitian 2.1.1 Laporan Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009), laporan keuangan adalah suatu penyajian

Lebih terperinci

DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL TAHUN PAJAK 2 0 NPWP : NAMA WAJIB PAJAK : BULAN / TAHUN PEROLEHAN HARGA PEROLEHAN (US$)

DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL TAHUN PAJAK 2 0 NPWP : NAMA WAJIB PAJAK : BULAN / TAHUN PEROLEHAN HARGA PEROLEHAN (US$) 2 0 DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL 1B KELOMPOK / JENIS HARTA BULAN / TAHUN PEROLEHAN HARGA PEROLEHAN (US$) NILAI SISA BUKU FISKAL AWAL TAHUN PENYUSUTAN / AMORTISASI KOMERSIAL METODE HARTA BERWUJUD

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan Manfaat Manajemen Keuangan Dalam Perusahaan. Manajemen Keuangan merupakan salah satu fungsi yang penting (strategik) bagi keberhasilan perusahaan. Hampir semua

Lebih terperinci

BAB 8 JENIS JENIS MODAL

BAB 8 JENIS JENIS MODAL BAB 8 JENIS JENIS MODAL Sejalan dengan perkembangan teknologi dan makin jauhnya spesialisasi dalam perusahaan serta makin banyaknya perusahaanperusahaan yang menjadi besar, maka masalah modal dalam perusahaan

Lebih terperinci

AKUTANSI INVESTASI EFEK TERTENTU PSAK No.50 AKUTANSI INVESTASI EFEK TERTENTU PSAK No.50

AKUTANSI INVESTASI EFEK TERTENTU PSAK No.50 AKUTANSI INVESTASI EFEK TERTENTU PSAK No.50 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN IKATAN AKUNTAN INDONESIA Akuntansi Investasi Efek Tertentu PSAK No. 50 PSAK No.50 tentang AKUNTANSI INVESTASI EFEK TERTENTU telah disetujui oleh Komite Standar Akuntansi

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN BULANAN PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT

PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN BULANAN PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN BULANAN PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT OTORITAS JASA KEUANGAN 2013 -1- PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN BULANAN PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT PROFIL PERUSAHAAN A. Data Perusahaan 1. Nama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. studi kasus pada Koperasi Unit Desa Sumber Makmur Ngantang. Adapun hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. studi kasus pada Koperasi Unit Desa Sumber Makmur Ngantang. Adapun hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu dilakukan oleh Wicaksono (2013) yaitu studi kasus pada Koperasi Unit Desa Sumber Makmur Ngantang. Adapun hasil penelitian yang

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 50 AKUNTANSI INVESTASI EFEK TERTENTU

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 50 AKUNTANSI INVESTASI EFEK TERTENTU 0 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 0 AKUNTANSI INVESTASI EFEK TERTENTU Paragraf-paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf standar yang harus dibaca dalam konteks dengan

Lebih terperinci

AKUNTANSI & LINGKUNGANNYA. Dasar Akuntansi 1

AKUNTANSI & LINGKUNGANNYA. Dasar Akuntansi 1 AKUNTANSI & LINGKUNGANNYA Dasar Akuntansi 1 1 Definisi Akuntansi; Dari sudut Pemakai: Suatu disiplin yang menyediakan informasi yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efisien dan mengevaluasi

Lebih terperinci

BAB IX. AKUNTANSI PENGERTIAN

BAB IX. AKUNTANSI PENGERTIAN BAB IX. AKUNTANSI PENGERTIAN Akuntansi adalah pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi bisnis, serta penginterprestasian informasi yang telah disusun. Banyak perusahaan menggunakan catatan-catatan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan Salah satu ciri dari kegiatan perusahaan yaitu adanya transaksi-transaksi. Transaksi-transaksi tersebut dapat mengakibatkan perubahan terhadap aktiva, hutang,

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

PEDOMAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN PEDOMAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN Lampiran II I. PEDOMAN UMUM A TANGGUNG JAWAB ATAS LAPORAN KEUANGAN 1 Pengurus Dana Pensiun bertanggung jawab atas laporan keuangan Dana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal kerja Dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya, modal kerja sangat berpengaruh dalam perusahaan. Adanya modal kerja yang cukup sangat penting bagi suatu perusahaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Kinerja Keuangan

II. TINJAUAN PUSTAKA Kinerja Keuangan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan Menurut Sawir (2005), kinerja adalah kemampuan perusahaan untuk mendapatkan penghasilan atau meraih keuntungan (laba) dan kemampuan dalam mengelola perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis Optimalisasi Modal Kerja pada CV. Dharma Utama Batu. Metode

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis Optimalisasi Modal Kerja pada CV. Dharma Utama Batu. Metode BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2012) dengan judul Analisis Optimalisasi Modal Kerja pada CV. Dharma Utama Batu. Metode yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja 2.1.1 Pengertian Modal Kerja Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membelanjai operasinya sehari-hari. Uang atau dana yang telah dikeluarkan untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA MASALAH DAN PEMBAHASAN. PT. PLN P3B sesuai Keputusan Direksi memiliki peran dan tugas untuk

BAB IV ANALISA MASALAH DAN PEMBAHASAN. PT. PLN P3B sesuai Keputusan Direksi memiliki peran dan tugas untuk 30 BAB IV ANALISA MASALAH DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyajian Laporan Keuangan PT. PLN P3B sesuai Keputusan Direksi memiliki peran dan tugas untuk mengelola operasi sistem tenaga listrik Jawa Bali, mengelola

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 28 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 28 SAK merupakan pedoman pokok dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi perusahaan, dana pensiun dan unit ekonomi lainnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Sumber Daya Perusahaan. 1) Sumber daya modal atau uang berhubungan dengan sejumlah uang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Sumber Daya Perusahaan. 1) Sumber daya modal atau uang berhubungan dengan sejumlah uang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoretis 1. Sumber Daya Perusahaan a. Pengertian Sumber Daya Perusahaan Sumber daya perusahaan merupakan alat yang digunakan perusahaan dalam mencapai tujuannya (Amirullah,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Neraca Konsolidasi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk

Lampiran 1. Neraca Konsolidasi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Lampiran 1. Neraca Konsolidasi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk L1 ASET PT GARUDA INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2008, 2009, DAN 2010 Periode Analisis Horizontal

Lebih terperinci

Bab 10 Pasar Keuangan

Bab 10 Pasar Keuangan D a s a r M a n a j e m e n K e u a n g a n 133 Bab 10 Pasar Keuangan Mahasiswa diharapkan dapat memahami mengenai pasar keuangan, tujuan pasar keuangan, lembaga keuangan. D alam dunia bisnis terdapat

Lebih terperinci

BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI

BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI 4. Kebijakan Akuntansi Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Grobogan terkait dengan perlakuan akuntansi dalam sistem pencatatan administrasi pengelolaan keuangan daerah yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UU 25/1992, yang dimaksud dengan koperasi adalah badan usaha yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UU 25/1992, yang dimaksud dengan koperasi adalah badan usaha yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Landasan Teori Dalam undang-undang perkoperasian No. 25 tahun 1992 pada Bab I ayat 1 UU 25/1992, yang dimaksud dengan koperasi

Lebih terperinci

PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk dan ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI. Pada tanggal 30 Maret 2012 dan 2011 (Tidak Diaudit)

PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk dan ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI. Pada tanggal 30 Maret 2012 dan 2011 (Tidak Diaudit) PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk dan ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI Pada tanggal 30 Maret 2012 dan 2011 (Tidak Diaudit) DAFTAR ISI Halaman Surat Pernyataan Direksi Laporan Auditor Independen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Likuiditas 2.1.1 Pengertian Likuiditas Likuiditas merupakan salah satu aspek keuangan yang penting untuk dianalisis. Hal tersebut dikarenakan likuiditas merupakan salah satu

Lebih terperinci