BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. Belajar Matematika Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan, artinya tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek pribadi (Djamarah dan Zain, 2002). Belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan, misalnya membaca, mendengar, mengamati, meniru dan sebagainya, dan belajar itu akan lebih baik jika subyek belajar itu mengalami atau melakukannya sendiri (Sardiman dalam Nurlaili, 2007). Ciri-ciri tertentu dari suatu perubahan dalam arti belajar menurut Slameto (2003) adalah: Perubahan terjadi secara sadar dan bersifat positif, aktif, kontinu dan fungsional. Belajar bukan bersifat sementara namun mencakup seluruh aspek tingkah laku. Gordon (2003) mengemukakan tiga tujuan belajar: pertama, mempelajari keterampilan dan pengetahuan tentang materi-materi pelajaran spesifik dan siswa dapat melakukannya dengan lebih cepat, lebih, dan lebih mudah. Kedua, mengembangkan kemampuan konseptual umum, mampu belajar menerapkan konsep yang sama atau yang berkaitan dengan bidang-bidang lain. Ketiga, mengembangkan kemampuan dan sikap pribadi yang secara mudah dapat digunakan dalam segala tindakan siswa. Belajar merupakan suatu keharusan bagi setiap insan manusia, baik itu dikelas secara secara formal maupun non formal. Inti dari sebuah belajar adalah pengalaman dan dengan bekal pengalaman ini manusia akan dapat berubah dari dimensi tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi paham, sehingga implikasinya akan tampak pada tiga tataran domain kognitif, afektif, psikomotorik. Secara psikologis belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Susilo, 2006). Abdurahman (2003) mengemukakan bahwa matematika adalah salah satu cara untuk menemukan jawaban terhadap suatu masalah, suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan. Senada dengan pendapat Nasution dalam Wawan (2012) menyatakan bahwa matematika dapat dipandang sebagai suatu ide yang dihasilkan oleh ahli-ahli matematika dan objek penalarannya dapat berupa benda-benda atau mahluk, atau dapat dibayangkan dalam pikiran kita. Pengertian lain dikemukakan oleh Sutrisman dan Tambuan dalam Wawan (2012) bahwa matematika adalah pengetahuan tentang kuantitas ruang, salah satu dari sekian banyak cabang ilmu yang sistematis, terstruktur dan eksak. 4

2 Matematika merupakan suatu cabang ilmu yang menelaah tentang bentukbentuk geometri dan struktur-struktur abstrak serta hubungan-hubungan di antara mereka, untuk dapat memahami srtuktur-struktur serta hubunganhubungan tentu saja diperlukan pemahaman konsep-konsep yang terdapat di dalam matematika ini. Dengan demikian, belajar matematika berarti belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur yang terdapat dalam bahasan yang dipelajari, serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur tersebut. Supaya belajar matematika terjadi, bahasan matematika seyogyanya tidak disajikan dalam bentuk yang sudah tersusun secara final melainkan siswa dapat terlibat aktif di dalam menemukan konsepkonsep, struktur-struktur sampai kepada teorema atau rumus (Hudojo, 2001). Belajar matematika terdiri dari objek langsung dan objek tidak langsung menurut Gagne dalam Abyfarhan (2011). Objek-objek langsung pembelajaran matematika terdiri atas fakta-fakta matematika, keterampilan-keterampilan matematika, konsep-konsep matematika, prinsip-prinsip matematika. Objekobjek tidak langsung pembelajaran matematika adalah kemampuan berpikir logis, kemampuan memecahkan masalah, sikap positif terhadap matematika, ketekunan, dan ketelitian. Berdasarkan pendapat diatas maka Kolb dalam Wardani (2003) mendefinisikan belajar matematika sebagai proses memperoleh pengetahuan yang diciptakan atau dilakukan oleh siswa itu sendiri melalui transformasi pengalaman individu siswa. Pendapat Kolb ini intinya menekankan bahwa dalam belajar siswa harus diberi kesempatan seluas-luasnya mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang dipelajari dan siswa harus didorong untuk aktif berinteraksi dengan lingkungan belajarnya sehingga dapat memperoleh pemahaman yang lebih tinggi dari sebelumnya. Berbeda dengan pendapat Dienes dalam Widyanto (2013) menyatakan bahwa belajar matematika melibatkan suatu struktur hierarki dari konsepkonsep tingkat lebih tinggi yang dibentuk atas dasar apa yang telah terbentuk sebelumnya. Sedangkan Russeffendi dalam Wawan (2012) mengemukakan bahwa belajar matematika bagi seorang siswa merupakan proses yang kontinu sehingga diperlukan pengetahuan dan pengertian dasar matematika yang baik, proses belajar matematika haruslah diawali dengan mempelajari konsepkonsep yang lebih mendalam dengan menggunakan konsep-konsep sebelumnya atau dengan kata lain bahwa proses belajar matematika adalah suatu rangkaian kegiatan belajar mengajar dalam interaksi hubungan timbal balik antara siswa dengan guru yang berlangsung dalam lingkungan yang ada di sekitarnya untuk mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar matematika adalah proses dalam diri siswa yang hasilnya berupa perubahan pengetahuan, sikap, keterampilan dan untuk menerapkan konsep-konsep, struktur dan pola dalam matematika sehingga menjadikan siswa berpikir logis, kreatif, sistematis dalam kehidupan sehari-hari. Belajar matematika akan lebih 5

3 6 berhasil bila mengarah pada pengembangan berpikir, pengembangan konsep atau ide-ide terdahulu yang dipersiapkan untuk mempelajari dan menguasai konsep baru. B. Siswa Laki-laki dan Perempuan Dalam Belajar matematika Perbedaan perempuan dan laki-laki hampir terjadi dalam berbagai bidang, yaitu bidang pendidikan, pekerjaan, politik dan sebagainya. Siswa laki-laki dan perempuan memiliki karakteristik tertentu, baik secara fisiologis maupun psikologis. Faktor fisiologis berkenaan dengan kondisi fisiknya, panca indera, dan sebagainya. Sedangkan faktor psikologi menyangkut minat, tingkat kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan kognitifnya. Hal tersebut dapat mempengaruhi bagaimana proses dan hasil belajarnya (DePorter dalam Utami 2013). Menurut Keitel dalam Trisnawati (2013) menunjukkan bahwa gender mempengaruhi cara memperoleh pengetahuan matematika, dimana siswa perempuan secara umum lebih unggul dalam bahasa dan menulis, sedangkan siswa laki-laki lebih unggul dalam matematika karena kemampuan-kemampuan ruangnya yang lebih baik. Hasil penelitian oleh Trisnawati (2013) menunjukkan bahwa siswa perempuan secara konsisten memperoleh prestasi yang lebih baik daripada siswa laki-laki di kelas. Berdasarkan hasil penelitian Krutetskii dalam Soenarjadi (1994), menjelaskan bahwa terdapat perbedaan karakter antara siswa laki-laki dan perempuan. Secara garis besar siswa laki-laki lebih baik dalam penalaran sedangkan siswa perempuan lebih dalam hal ketepatan, ketelitian, kecermatan dan keseksamaan berpikir. Siswa laki-laki memiliki kemampuan matematika dan mekanik yang lebih baik daripada siswa perempuan. Maccoby dan Jacklin dalam Soenarjadi (1994) juga menjelaskan bahwa siswa perempuan mempunyai kemampuan verbal lebih tinggi daripada siswa laki-laki, sedangkan siswa laki-laki lebih baik dalam kemampuan visual spasial (penglihatan keruangan) dan matematika daripada siswa perempuan. Siswa laki-laki dan perempuan adalah berbeda, dan sebagai akibatnya muncul perbedaan tentang cara belajar mereka. Orhun dalam Trisnawati (2013) menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara gaya belajar yang lebih disukai oleh siswa laki-laki dan perempuan. Siswa perempuan lebih menyukai gaya belajar konvergen yang menggunakan konseptualisasi abstrak dan melakukan eksperimentasi secara aktif. Sedangkan siswa laki-laki lebih suka gaya belajar asimilator dengan kemampuan belajar menggunakan konseptualisasi abstrak dan observasi refleksi, dan belajar dengan melihat dan berpikir. C. Gaya Belajar Belajar merupakan suatu kebutuhan dan keharusan manusia yang harus dilakukan, karena tanpa belajar manusia tidak akan memiliki pengetahuan,

4 bahkan mulai siswa dilahirkan sudah membutuhkan belajar, terutama belajar mengenal orangtua. Semua manusia sama-sama belajar, tetapi yang membedakan adalah bagaimana cara mereka belajar. Masing-masing orang memiliki gaya belajar sendiri-sendiri, karena kemampuan masing-masing individu tidak sama dengan individu yang lain. Seperti yang diungkapkan oleh Nasution (2010) yang menyatakan bahwa tidak semua orang mengikuti cara yang sama, masing-masing menunjukkan perbedaan dan gaya belajar erat pribadi seseorang yang tentu dipengaruhi oleh pendidikan. Nasution (dalam Nurlaili, 2007) menemukan adanya berbagai gaya belajar pada siswa yang dapat digolongkan menurut kategori-kategori tertentu, yaitu sebagai berikut: 1. Tiap siswa belajar dengan caranya sendiri yang kita sebut dengan gaya belajar, guru juga mempunyai gaya mengajar masing-masing. 2. Kita dapat menemukan gaya belajar itu dengan instrumen tertentu. 3. Kesesuaian gaya mengajar dengan gaya belajar mempertinggi efektivitas belajar. Tiap individu memiliki kekhasan sejak lahir dan diperkaya melalui pengalaman hidup. Semua orang belajar melalui alat indrawi, baik penglihatan, pendengaran, dan kinestetik. Setiap orang memiliki kekuatan belajar atau gaya belajar, semakin kita mengenal baik gaya belajar maka semakin mudah dan lebih percaya diri dalam menguasai suatu ketrampilan dan konsep-konsep dalam hidup. Jika seseorang telah akrab dengan gaya belajarnya sendiri, maka dia dapat membantu dirinya sendiri dalam belajar lebih cepat dan lebih mudah (Qomariyah, 2010). Kolb dalam Naneyan (2011), menyatakan bahwa gaya belajar melibatkan pengalaman baru, mengembangkan observasi atau merefleksi, menciptakan konsep, dan menggunakan teori untuk memecahkan masalah. Sejalan dengan Winkel (2005) yang menyatakan gaya belajar merupakan cara belajar yang khas bagi siswa. Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah pasti berbeda tingkatnya, ada yang cepat, sedang, dan ada pula yang sangat lambat. Oleh karena itu, mereka seringkali harus menempuh cara berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi atau pelajaran yang sama. Menurut Nasution (2010) gaya belajar atau learning style siswa yaitu cara siswa bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang yang diterimanya dalam proses belajar. Berbeda dengan DePorter dan Hernacki (2004) yang berpendapat bahwa gaya belajar merupakan suatu kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi. Gaya belajar bukan hanya berupa aspek ketika menghadapi informasi, melihat, mendengar, menulis dan berkata tetapi juga aspek pemrosesan informasi sekunsial, analitik, global atau otak kiri-otak kanan, aspek lain adalah ketika merespon sesuatu atas lingkungan belajar (diserap secara abstrak dan konkret). DePorter dan Hernacki (2004) berpendapat bahwa, jika seseorang tidak dapat melihat atau mendengar, atau jika seseorang tidak dapat merasakan tekstur, bentuk, temperatur, atau berat, atau penolakan di lingkungan, berarti 7

5 seseorang tersebut sama sekali tidak mempunyai gaya belajar. Kebanyakan kita belajar dengan banyak gaya, namun kita biasanya lebih menyukai satu cara dari pada yang lainnya. Banyak orang yang tidak menyadari bahwa mereka lebih suka pada satu gaya karena tidak ada sesuatu yang eksternal yang mengatakan kepada mereka bahwa mereka berbeda dari orang lain. Gaya belajar juga sering didefinisikan sebagai cara-cara yang digunakan untuk mempermudah proses belajar. Seorang siswa atau peserta didik akan menggunakan cara-cara tertentu untuk membantunya menangkap dan mengerti suatu materi pelajaran. Siswa harus bisa memperhatikan bagaimana gaya belajar tersebut supaya siswa bisa lebih mudah mengerti materi pelajaran dan siswa bisa mengembangkan potensi belajar dengan lebih optimal, yang menjadi landasan untuk mengetahui pentingnya gaya belajar adalah supaya siswa dapat memahami dengan cepat dan optimal dalam materi pelajaran (Susilo, 2006). Natalia (2011), menjelaskan bahwa dalam kaitannya dengan pembahasan gaya belajar diketahui bahwa tidak ada dua individu yang memiliki inteligensi sama. Setiap individu memiliki gaya belajar yang berbeda dalam menerima informasi baru yang diterimanya. Meskipun setiap individu tersebut mendapat perlakuan yang sama saat belajar namun setiap peserta didik memiliki pemahaman, pemikiran dan pandangan yang berbeda saat informasi baru yang diterimanya. Ada siswa yang biasa memahami materi dengan mengamati apa yang dilakukan oleh gurunya, ada pula siswa yang lebih senang memikirkan segala sesuatu yang ia pelajari, atau ada pula siswa yang senang belajar sesuatu yang melibatkan dirinya dan melakukan tindakan dalam pembelajaran tersebut. Bahkan ada pula siswa yang senang belajar dengan melibatkan perasaannya dalam suatu pembelajaran. Setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Oleh karena itu, tidak ada suatu gaya belajar yang lebih baik atau lebih buruk daripada gaya belajar yang lain. Setiap siswa antara yang satu dengan yang lain memiliki cara yang berbeda dalam mengolah informasi yang berkaitan dengan proses belajarnya. Pengolahan informasi yang berkaitan dengan proses belajar ini disebut gaya belajar. Rita dan Ken Dunn dalam Gunawan (2003), mengatakan bahwa walaupun ada banyak pendekatan dalam gaya belajar, hal yang paling penting adalah bagaimana pengetahuan mengenai gaya belajar yang dapat digunakan untuk membantu siswa memaksimalkan proses pembelajaran, karena dengan mengerti gaya belajar siswa, sehingga pembelajaran tidak terpaku pada satu gaya saja, serta menyadari bahwa gaya belajar patut untuk diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bawa gaya belajar adalah cara belajar efektif yang dimiliki seseorang dalam memperoleh suatu pemahaman, pegetahuan, pengalaman serta sikap dalam belajar. Jika siswa akrab dengan gaya belajarnya, maka dapat mengambil langkah-langkah 8

6 9 penting untuk membantu diri siswa belajar lebih cepat dan lebih mudah (Nurlaili, 2007). D. Macam-macam Gaya Belajar DePorter dalam Sudarmi (2006) berpendapat bahwa terdapat tiga macam gaya belajar yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditori dan gaya belajar kinestetik. Pelajar auditori lebih suka mendengarkan materinya dan kadangkadang kehilangan urutannya jika mereka mencoba mencatat materinya selama presentasi berlangsung. Pelajar visual lebih suka membaca makalah dan memperhatikan ilustrasi yang ditempelkan pembicara di papan tulis, mereka juga membuat catatan-catatan yang sangat baik. Pelajar kinestetik lebih baik dalam aktivitas bergerak dan interaksi kelompok. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Fleming dalam Purwandari (2007) bahwa terdapat 4 modalitas belajar, yaitu Visual, Aural, Read/Write, dan Kinesthetic (VARK). Terdapat 4 macam gaya belajar seseorang yaitu visual lebih menyukai mendapatkan informasi dari yang dilihat oleh mata, aural lebih menyukai mendapatkan informasi melalui apa yang didengar, read/write lebih menyukai mendapatkan informasi melalui apa yang dilihat tetapi sambil menuliskan katakata/bahasa pada teks yang mereka baca kemudian teks tersebut mereka tuliskan dengan pemahaman sendiri, dan kinestethic lebih menyukai mendapatkan informasi melalui indra pada tubuh oleh sentuhan, mempraktekan, menggerakan, dan sebagainya tetapi tentu melalui apa yang dilihat dan didengar. Gordon (2003) mengemukakan tiga gaya utama belajar yang meliputi, Pelajar haptik, dari kata Yunani yang berarti bergerak bersama. Siswa belajar paling baik ketika mereka terlibat, bergerak, mengalami, dan mencoba-coba. Sering disebut juga pelajar kinestetik. Pelajar visual, yang belajar paling baik ketika mereka melihat gambar-gambar yang mereka pelajari. Sebagian kecil berorientasi pada teks tercetak dan dapat belajar melalui mambaca. Pelajar auditori, yang belajar paling baik melalui suara, musik, dan berbicara. Dalam bukunya DePorter & Hernacki (2004), secara umum kita menggunakan tiga preferensi sensori yaitu berdasarkan pada visual (penglihatan), auditori (pendengaran), dan kinestetik (sentuhan dan gerakan), ini yang kita kenal dengan nama modalitas V-A-K. Selanjutnya saya akan menggunakan istilah gaya belajar V-A-K. Gaya belajar dapat digolongkan menjadi tiga macam gaya yaitu visual, auditori dan kinestetik, dari ketiga gaya belajar ini ada individu yang cenderung memiliki salah satu gaya dan ada juga yang memiliki semua gaya. Ketiga gaya belajar tersebut adalah sebagai berikut: 1. Gaya Belajar Visual Gaya belajar visual cenderung lebih dominan dalam penglihatan dan cenderung lebih khusus belajar melihat fokus telaahannya. Gunawan (2003) mengatakan bahwa orang visual akan sangat mudah melihat atau

7 membayangkan apa yang dibicarakan, mereka sering melihat gambar yang berhubungan dengan kata atau perasaan dan mereka akan mengerti informasi bila mereka melihat kejadian, informasi tersebut dalam bentuk tulisan atau gambar. Berikut ini beberapa Ciri-ciri gaya belajar visual oleh DePorter dalam Nurlaili (2007) diantaranya: rapi dan teratur, berbicara dengan cepat, perencana dan pengatur jangka panjang yang baik, teliti dan mendetail, mementingkan penampilan dan tulisan, mengingat apa yang dilihat, daripada yang didengar, mengingat dengan asosiatif visual, pembaca cepat dan tekun, lebih suka seni lukis, drama, tarian, dan sejenisnya daripada musik. Strategi yang digunakan untuk mempermudah proses belajar siswa dengan gaya belajar visual adalah belajar dengan menggunakan materi visual seperti gambar-gambar, diagram, dan peta. Siswa akan lebih senang belajar jika tempat belajarnya tertata dengan rapi. Guru juga dapat mengajak siswa untuk mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar. Mata/penglihatan merupakan peranan penting bagi siswa yang memiliki gaya belajar visual, dalam hal ini penggunakan metode pengajaran guru lebih dititikberatkan pada peragaan atau media. Gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya supaya mengerti materi pelajaran. Siswa cenderung berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilantampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, video dan lebih suka mancatat sampai detil dalam mendapatkan informasi. Umumnya orang yang memiliki gaya belajar visual adalah arsitek, pelukis, pemahat, pemain catur, naturalis, ahli fisika, ahli strategi perang (Gordon, dalam Nurlaili 2007). 2. Gaya Belajar Auditori Gaya belajar auditori lebih cenderung melalui suara dalam proses pembelajaran. Gunawan (2003) berpendapat bahwa orang auditori mengekspresikan diri mereka melalui suara, baik melalui komunikasi internal maupun eksternal dengan orang lain. Individu ini cenderung mengakses segala bunyi dan kata yang dapat diingat, lebih suka musik dan belajar sambil mendengarkan musik. Siswa yang memiliki gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan, serta lebih senang pembelajaran dengan menggunakan media audio, namun sangat sensitif terhadap suara atau bunyi-bunyian, sehingga konsentrasi mudah terganggu dengan suarasuara tersebut ketika belajar. Strategi yang digunakan untuk mempermudah proses belajar siswa denga gaya belajar auditori adalah mengajak siswa untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam keluarga. Gunakan musik untuk mengajarkan siswa. Gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan penjelasan 10

8 11 guru. Gaya belajar auditori dapat mencerna makna penyampaian melalui suara, pitch (tinggi rendahnya kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya). Siswa auditori dapat menghafal lebih cepat dengan membaca dengan bersuara serta melalui media seperti kaset, radio, dll. Umumnya orang yang memiliki gaya belajar auditori ini adalah seorang pemain sandiwara, pengubah lagu, penikmat musik, pembuat instrumen musik, penyelaras piano (Gardon, dalam Nurlaili 2007). 3. Gaya Belajar Kinestetik Gaya belajar kinestetik memiliki gaya belajar dengan melakukan segala sesuatu secara langsung melalui gerak dan sentuhan. Ciri-ciri gaya belajar kinestetik diantaranya: berbicara dengan perlahan, belajar melalui praktik, menghafal dengan cara berjalan dan melihat, tidak dapat duduk diam untuk waktu yang lama, berorientasi pada fisik dan senang bergerak, menyukai belajar dengan praktek langsung daripada hal yang sifatnya teoritis (DePorter dalam Nurlaili, 2007). Strategi yang digunakan untuk mempermudah proses belajar siswa dengan gaya belajar kinestetik adalah jangan paksakan siswa untuk belajar sampai berjam-jam, ajak siswa untuk belajar sambil mengekplorasi lingkungannya, biarkan siswa menyentuh sesuatu yang berhubungan dengan pelajarannya, beri kesempatan untuk mempraktekkan apa yang dipelajarinya, memberi kesempatan untuk berpindah tempat, karena siswa dengan gaya ini cenderung tidak bisa diam Siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui gerakan, menyentuh, dan melakukan. Siswa seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan bereksplorasi sangatlah kuat. Sehingga gaya belajar seperti ini, proses belajarnya melalui gerak dan sentuhan. Pemilik dari gaya belajar kinestetik ini pada umumnya adalah seorang penari, aktor, atlit, ahli bedah, pembalap, bakat mekanis (DePorter, dalam Nurlaili 2007). Silberman (2004) menyatakan bahwa sebagian siswa belajar dengan sangat baik hanya dengan melihat orang lain melakukannya dan biasanya mereka ini menyukai penyajian informasi yang runtut. Mereka lebih suka menuliskan apa yang dikatakan guru, selama pelajaran mereka biasanya diam dan jarang terganggu oleh kebisingan. Peserta didik visual ini berbeda dengan peserta didik auditori yang biasanya tidak sungkan-sungkan untuk memperhatikan apa yang dikerjakan oleh guru. Mereka mengandalkan kemampuan untuk mendengar dan mengingat. Selama pelajaran, mereka mungkin banyak bicara dan mudah teralihkan perhatiannya oleh suara atau kebisingan. Peserta didik kinestetik belajar terutama dengan terlibat langsung dalam kegiatan. Mereka cenderung impulsive, semau-gue, dan kurang sabaran. Selama pelajaran,

9 12 mereka mungkin saja gelisah bila tidak bisa leluasa bergerak dan mengerjakan sesuatu. Cara mereka belajar boleh jadi tampak sembarangan dan tidak karuan. E. Cara Menemukan Gaya Belajar Secara umum gaya belajar merupakan kombinasi dari beberapa faktor (Gordon 2001, dalam Nurlaili, 2007), kombinasi tersebut adalah: a. Bagaimana menyerap informasi dengan mudah Mengenali gaya belajar yang dimiliki sendiri itu lebih penting daripada langsung praktek, sedangkan dirinya belum tahu gaya belajar mana yang sesuai dengan tipenya. Jadi kemampuan memahami dan merasa sangat penting dalam menentukan gaya belajar. b. Bagaimana mengatur dan memproses informasi Otak kiri pada seseorang mampu menyerap informasi secara logis, mereka dapat menyerapnya dengan mudah jika informasi itu disajikan dalam urutan yang logis. Sedangkan otak kanan dominan biasanya senang menemukan gambaran besarnya terlebih dahulu. Mereka sangat sangat menyukai presentasi yang melibatkan visualisasi, imajinasi, musik, dan intuisi. Jika anda menghubungkan keduanya itu dan membuka jalan ke pusat-pusat kecerdasan berganda, maka kita dapat menyerap dan memproses informasi secara lebih efektif. c. Kondisi yang mempermudah menyerap dan menyimpan informasi Emosi seseorang berperan penting dalam proses belajar, dalam banyak hal emosi adalah kunci bagi sistem memori otak. Muatan emosi dari presentasi dapat berpengaruh besar dalam memudahkan pelajaran untuk menyerap informasi dan ide. Sebagian siswa tidak suka belajar dengan temannya, dan sebagian lebih suka belajar dengan kelompok dan ada pula yang menginginkan kehadiran orang dewasa. Dunn menyatakan bahwa kebanyakan siswa yang tidak berprestasi, sangat kurang mendapat mototivasi dari rekan sebaya. F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gaya Belajar Menurut Susilo (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi gaya belajar yaitu: a. Kecenderungan untuk mengamati dan berpikir secara analisis. b. Ketahanan terhadap kecenderungan untuk meninggalkan arah atau cara yang telah dipih dalam mempelajari sesuatu. c. Luas sempitnya pembentukan pengertian (konseptualisasi) apakah seseorang cenderung untuk membentuk konsep-konsep yang luas dan lebih terbatas. d. Kecenderungan untuk sangat memperhatikan perbedaan antara objekobjek atau kurang memperhatikan.

10 13 e. Kecenderungan yang dipengaruhi oleh gaya kognitif yang mendasari yaitu bereaksi sangat cepat namun kurang tepat (impulsive) atau bereaksi dengan lebih lamban tetai tepat (reflektif). f. Tipe belajar menunjuk kepada kecenderungan seseorang untuk mempelajari suatu cara dengan lebih visual atau auditif. g. Teknik-teknik studi atau cara belajar secara efisian dan efektif. Slameto (2003) mengatakan bahwa proses belajar yang berlaku pada siswa satu dengan siswa lain berbeda, siswa yang terbiasa mengikuti gaya belajar yang tepat akan meningkatkan kemampuan belajarnya. G. Manfaat Gaya Belajar Pada Siswa Menurut Prasetyawati (2004), dengan siswa mengetahui gaya belajarnya maka dapat diperoleh rasa kenyamanan belajar dan dapat menggali potensi yang ada pada diri siswa dan menciptakan kebutuhan akan belajar sehingga siswa tidak semata-mata belajar dengan perintah orang lain, namun siswa dapat merasakan pentingnya belajar seperti layaknya kebutuhan makan, minum dan istirahat. Sedangkan menurut Yusrizal (2009) dengan mengetahui gaya belajar siswa maka orang tua dan guru dapat membantu mereka dalam proses belajar. H. Kerangka Berpikir Belajar Matematika Hasil Belajar Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Internal Eksternal Gaya Belajar Visual Auditori Kinestetik Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

11 14 Siswa dalam belajar matematika akan mendapatkan/ memperoleh hasil belajar, hasil belajar tersebut dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi gaya belajar yang dibagi menjadi tiga, yaitu gaya belajar visual, auditori dan kinestetik. Gaya belajar yang akan diteliti berhubungan dengan belajar matematika. I. Hipotesis penelitian Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto dalam Nurlaili, 2007). Berdasarkan kajian teori di atas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara gaya belajar siswa laki-laki dan perempuan dalam belajar matematika pada siswa kelas VIII SMP Kristen Satya Wacana Salatiga. Gaya belajar mana yang cenderung dimiliki oleh siswa laki-laki dan gaya belajar mana yang cenderung dimiliki oleh siswa perempuan dalam belajar matematika.

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Belajar Secara psikologis belajar adalah suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. siswa. Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. siswa. Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Gaya Belajar 2.1.1 Pengertian Gaya Belajar Gaya belajar menurut Winkel (2005) adalah cara belajar yang khas bagi siswa. Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Slameto (2010:2), bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

BAB II LANDASAN TEORI. Slameto (2010:2), bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Belajar 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar tidak hanya dapat dilakukan di sekolah saja, namun dapat dilakukan di mana-mana, seperti di rumah ataupun di lingkungan masyarakat. Menurut

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF 291 PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF Ibnu R. Khoeron 1, Nana Sumarna 2, Tatang Permana 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Representasi Matematis. a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Representasi Matematis. a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Representasi Matematis a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis Menurut NCTM (2000) representasi adalah konfigurasi atau sejenisnya yang berkorespondensi

Lebih terperinci

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 disebutkan bahwa

Lebih terperinci

BY: METTY VERASARI MENGENAL TIPE BELAJAR ANAK (AUDITORY, VISUAL, & KINESTETIK)

BY: METTY VERASARI MENGENAL TIPE BELAJAR ANAK (AUDITORY, VISUAL, & KINESTETIK) BY: METTY VERASARI MENGENAL TIPE BELAJAR ANAK (AUDITORY, VISUAL, & KINESTETIK) MENGAPA PERLU IDENTIFIKASI BELAJAR ANAK??? Dengan mengenali gaya belajar anak maka : 1. Menciptakan cara belajar yang menyenangkan

Lebih terperinci

Available online at Jurnal KOPASTA. Jurnal KOPASTA, 2 (2), (2015) 13-17

Available online at  Jurnal KOPASTA. Jurnal KOPASTA, 2 (2), (2015) 13-17 82 Available online at www.journal.unrika.ac.id Jurnal KOPASTA Jurnal KOPASTA, 2 (2), (2015) 13-17 Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Junierissa Marpaung* Division of Counseling and

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era informasi instan dewasa ini, setiap masyarakat membutuhkan informasi,

BAB I PENDAHULUAN. Di era informasi instan dewasa ini, setiap masyarakat membutuhkan informasi, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era informasi instan dewasa ini, setiap masyarakat membutuhkan informasi, baik informasi yang berupa ilmu pengetahuan umum, teknologi, maupun yang lainnya.

Lebih terperinci

MOTIVASI BELAJAR. Tiga aspek motivasi menurut Walgito, yaitu :

MOTIVASI BELAJAR. Tiga aspek motivasi menurut Walgito, yaitu : MOTIVASI BELAJAR Motivasi berasal dari bahasa Latin, movere yang berarti bergerak atau bahasa Inggrisnya to move. Motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Gaya Belajar adalah cara atau pendekatan yang berbeda yang dilakukan oleh seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia pendidikan, istilah gaya

Lebih terperinci

PROFIL PEMECAHAN MASALAH GEOMETRI SISWA MTs DITINJAU DARI PERBEDAAN GAYA BELAJAR DAN PERBEDAAN GENDER

PROFIL PEMECAHAN MASALAH GEOMETRI SISWA MTs DITINJAU DARI PERBEDAAN GAYA BELAJAR DAN PERBEDAAN GENDER 162 PROFIL PEMECAHAN MASALAH GEOMETRI SISWA MTs DITINJAU DARI PERBEDAAN GAYA BELAJAR DAN PERBEDAAN GENDER Oleh : Gatot Soenarjadi IKIP Widya Darma Surabaya Abstrak: Penelitian ini bersifat kualitatif karena

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI GAYA BELAJAR (VISUAL, AUDITORIAL, KINESTETIK) MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS BUNG HATTA

IDENTIFIKASI GAYA BELAJAR (VISUAL, AUDITORIAL, KINESTETIK) MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS BUNG HATTA JPPM Vol. 10 No. 2 (2017) IDENTIFIKASI GAYA BELAJAR (VISUAL, AUDITORIAL, KINESTETIK) MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS BUNG HATTA Yusri Wahyuni Pendidikan Matematika FKIP Universitas Bung Hatta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Deshinta Nugraheni, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Deshinta Nugraheni, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) bukan hanya kumpulan fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK 8 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemodelan Matematika Model sebagai kata benda dalam kamus besar bahasa indonesia merupakan pola dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style siswa yaitu cara ia bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang yang diterimanya dalam

Lebih terperinci

Strategi Dan Ciri Pengajaran Dalam Menghadapi Perbedaan Modalitas Belajar Dan Peran Utama Guru Dalam Inovasi Pembelajaran

Strategi Dan Ciri Pengajaran Dalam Menghadapi Perbedaan Modalitas Belajar Dan Peran Utama Guru Dalam Inovasi Pembelajaran 1 Strategi Dan Ciri Pengajaran Dalam Menghadapi Perbedaan Modalitas Belajar Dan Peran Utama Guru Dalam Inovasi Pembelajaran Nama : Dinatus Solichah NIM : 152071200011 Prodi/SMT : PGMI A1/V Email : dinadelisha16@gmail.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh sebab itu, hampir

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya, hasil belajar dibagi menjadi tiga

Lebih terperinci

MODALITAS BELAJAR. Nama : Faridatul Fitria NIM : Prodi/SMT : PGMI A1/ V. : Ringkasan :

MODALITAS BELAJAR. Nama : Faridatul Fitria NIM : Prodi/SMT : PGMI A1/ V. : Ringkasan : 1 MODALITAS BELAJAR Nama : Faridatul Fitria NIM : 152071200008 Prodi/SMT : PGMI A1/ V Email Ringkasan : : faridatulfitria05@gmail.com Artikel ini membahas tentang modalitas belajar. Definisi model belajar

Lebih terperinci

Cara setiap siswa untuk berkonsentrasi, memproses dan menyimpan informasi yang baru dan sulit

Cara setiap siswa untuk berkonsentrasi, memproses dan menyimpan informasi yang baru dan sulit PENDAHULUAN 1 Cara setiap siswa untuk berkonsentrasi, memproses dan menyimpan informasi yang baru dan sulit 2 Setiap siswa memproses informasi secara berbeda Jika guru hanya menggunakan satu gaya belajar

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan hasil belajar ditunjukkan dalam bentuk berubah pengetahuannya,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita 8 BAB II KAJIAN TEORITIK 1. Deskripsi Konseptual a. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Analisis kesalahan dalam menyelesaikan masalah matematika perlu dilakukan, agar kesalahan-kesalahan

Lebih terperinci

PERBEDAAN KEMAMPUAN MENGINGAT DITINJAU DARI GAYA BELAJAR

PERBEDAAN KEMAMPUAN MENGINGAT DITINJAU DARI GAYA BELAJAR PERBEDAAN KEMAMPUAN MENGINGAT DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Disusun oleh : TRI WULANDARI F 100 030 247 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu usaha manusia untuk menuju ke arah hidup yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang diajarkan dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Perguruan Tinggi (PT), bahkan di tingkat Taman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam membangun bangsa dan negara. Dengan demikian dalam program pembangunan masalah pendidikan mendapatkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid

TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar (Learning Styles) Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berfikir dan

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 2 BANJARMASIN TAHUN AJARAN 2015/2016

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 2 BANJARMASIN TAHUN AJARAN 2015/2016 ISSN 2442-3041 Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 2, No. 3, September - Desember 2016 STKIP PGRI Banjarmasin PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Pelajaran matematika bertujuan untuk mempersiapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu : keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu : keterampilan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu : keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan tersebut satu sama lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan suatu bangsa dan negara. Dengan adanya pendidikan maka akan tercipta suatu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. adalah teori belajar behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme.

II. TINJAUAN PUSTAKA. adalah teori belajar behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Teori Belajar Terdapat tiga kategori utama yang berkaitan dengan teori belajar, diantaranya adalah teori belajar behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efisien. 1 Untuk mempermudah siswa dalam menerima materi

BAB I PENDAHULUAN. efisien. 1 Untuk mempermudah siswa dalam menerima materi efisien. 1 Untuk mempermudah siswa dalam menerima materi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembelajaran adalah seperangkat kegiatan belajar yang dilakukan siswa dibawah bimbingan guru. Siswa sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengajaran yang banyak menggunakan verbalisme atau ceramah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengajaran yang banyak menggunakan verbalisme atau ceramah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengajaran yang banyak menggunakan verbalisme atau ceramah saja tentu akan membosankan, sebaliknya pengajaran akan lebih menarik bila siswa gembira dalam belajar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dasar tidak dilatih untuk berekspresi secara bebas dan terlalu lama dibiasakan

BAB 1 PENDAHULUAN. dasar tidak dilatih untuk berekspresi secara bebas dan terlalu lama dibiasakan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting dalam hidup manusia. Tanpa pendidikan seorang anak tidak akan menjadi pribadi berkembang. Dari pendidikan formal, pendidikan dasar

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match 2.1.1 Teori Vygotski Karya Vygotski didasarkan pada tiga ide utama : (1) bahwa intelektual berkembang pada saat individu menghadapi

Lebih terperinci

KONSEP dan MAKNA BELAJAR Belajar dan Pembelajaran Tahun 2013

KONSEP dan MAKNA BELAJAR Belajar dan Pembelajaran Tahun 2013 KONSEP dan MAKNA BELAJAR Belajar dan Pembelajaran Tahun 2013 Anak Belajar dari Kehidupannya Children Learn What They Live (by Dorothy Law Nolte) Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki. Jika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini berlangsung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini berlangsung demikian pesat, sehingga menimbulkan suatu perubahan dalam kehidupan masyarakat. Demikian juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar yang belum sesuai dengan yang diharapkan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. belajar yang belum sesuai dengan yang diharapkan. Melalui pendidikan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diberbagai tingkat pendidikan, masih banyak ditemukan hasil belajar yang belum sesuai dengan yang diharapkan. Melalui pendidikan, seseorang diharapkan membangun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diberikan. Setiap anak merupakan individu yang unik, dimana masing-masing dari. menceritakan hal tersebut dengan cara yang sama.

BAB 1 PENDAHULUAN. diberikan. Setiap anak merupakan individu yang unik, dimana masing-masing dari. menceritakan hal tersebut dengan cara yang sama. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia membutuhkan pendidikan dan sekaligus pembelajaran. Pendidikan dan pembelajaran dapat diberikan sejak anak masih kecil sampai anak menjadi dewasa.

Lebih terperinci

PEDOMAN OBSERVASI GAYA BELAJAR. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling

PEDOMAN OBSERVASI GAYA BELAJAR. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling PEDOMAN OBSERVASI GAYA BELAJAR Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling Dosen Pengampu: Prof. Dr. Edi Purwanta, M.Pd Dr. Ali Muhtadi, M.Pd Oleh: DESY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran tradisional kerap kali memosisikan guru sebagai pelaku

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran tradisional kerap kali memosisikan guru sebagai pelaku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran tradisional kerap kali memosisikan guru sebagai pelaku utama dan siswa sebagai peserta didik yang pasif. Melalui metode yang umum seperti metode ceramah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan konstruksi, generalitas

BAB I PENDAHULUAN. yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan konstruksi, generalitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah sebagai suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktis, yang unsur-unsurnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai makna yang dihubungkan dengan gagasan-gagasan yang diarahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai makna yang dihubungkan dengan gagasan-gagasan yang diarahkan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berpikir merupakan suatu hal alamiah manusia. Disadari atau tidak, berpikir melekat dalam kehidupan setiap manusia setiap harinya. Secara psikologis, pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, kita memasuki dunia yang berkembang serba cepat sehingga memaksa setiap individu untuk dapat mengikuti perkembangan tersebut. Indonesia

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. seseorang sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. seseorang sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1 Belajar dan Tipe Belajar 1.1 Defenisi Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada subyek didik setelah mengalami proses pendidikan. Perubahan-perubahan itu

BAB I PENDAHULUAN. pada subyek didik setelah mengalami proses pendidikan. Perubahan-perubahan itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih

Lebih terperinci

Ghufron dan Risnawita (2010: 38-39) menjelaskan bahwa:

Ghufron dan Risnawita (2010: 38-39) menjelaskan bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap individu itu memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Apabila kekurangan itu dapat diterima sebagaimana adanya, sementara kelebihannya diperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman globalisasi seperti saat sekarang ini berdampak pada semakin berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu manusia modern saat ini

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. pelajaran di sekolah. Namun demikian akhir-akhir ini ada beberapa mata

BAB. I PENDAHULUAN. pelajaran di sekolah. Namun demikian akhir-akhir ini ada beberapa mata BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran yang bervariasi dan inovatif mempunyai tujuan untuk menimbulkan minat dan motivasi belajar peserta didik terhadap semua mata pelajaran di sekolah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Hal ini berarti keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Hal ini berarti keberhasilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Hal ini berarti keberhasilan pencapaian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Matematika Menurut Slameto (dalam Bahri, 2008:13), Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

Lebih terperinci

NAMA : INDANA MARDIANI NIM : KELAS : C PERANAN GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP

NAMA : INDANA MARDIANI NIM : KELAS : C PERANAN GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NAMA : INDANA MARDIANI NIM : 08-002-0114 KELAS : C PERANAN GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP I. Pendahuluan Guru merupakan factor penting dalam pendidikan formal, karena itu harus memiliki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Kajian tentang Belajar a. Pengertian Belajar Belajar merupakan hal terpenting yang harus dilakukan manusia untuk menghadapi perubahan lingkungan yang senantiasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kajian Pembelajaran Langsung a. Pengertian Pembelajaran Langsung Menurut Arends (1997) model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Konsep Belajar Pada dasarnya belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

Lebih terperinci

Menurut Hamalik (1994) belajar merupakan suatu pertumbuhan atau perubahan dalam

Menurut Hamalik (1994) belajar merupakan suatu pertumbuhan atau perubahan dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Pengertian Belajar Matematika Menurut Hamalik (1994) belajar merupakan suatu pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam bertingkah laku yang baru berkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Dengan PISA (Program for International Student Assessment) dan

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Dengan PISA (Program for International Student Assessment) dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak yang memiliki peranan penting dalam kehidupan, baik dalam bidang pendidikan formal maupun non formal. Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dirasakan oleh setiap warga negara. Dengan adanya pendidikan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. dapat dirasakan oleh setiap warga negara. Dengan adanya pendidikan terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Sistematis oleh karena proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Belajar Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami seseorang menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar merupakan proses perubahan tingkah

Lebih terperinci

sampai dengan penggunaan metode pembelajaran yang tepat.

sampai dengan penggunaan metode pembelajaran yang tepat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Mutu pendidikan atau kualitas pendidikan yang diwakili oleh hasil belajar siswa tidak dapat dilepaskan dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagaimana seseorang mengetahui fenomena-fenomena yang terjadi di dunia bergantung pada bahasa yang dimilikinya untuk merepresentasikan fenomena-fenomena tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional mempunyai tujuan untuk membangun peradaban bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional mempunyai tujuan untuk membangun peradaban bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional mempunyai tujuan untuk membangun peradaban bangsa yang berakar pada karakter dan kemampuan dari individu-individu warga negara sebagai salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu faktor penting dalam perkembangan suatu negara. Dengan pendidikan yang lebih baik akan mengarah pada perkembangan suatu negara yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Matematika Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Proses berpikir kreatif berhubungan erat dengan kreativitas. Munandar (2009), kreativitas merupakan kemampuan umum

Lebih terperinci

EKSPERIMENTASI ALAT PERAGA SIMETRI LIPAT DAN SIMETRI PUTAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI RESPON SISWA

EKSPERIMENTASI ALAT PERAGA SIMETRI LIPAT DAN SIMETRI PUTAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI RESPON SISWA 0 EKSPERIMENTASI ALAT PERAGA SIMETRI LIPAT DAN SIMETRI PUTAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI RESPON SISWA (Kelas VII SMP N I Ngrampal) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bidang pembangunan yang dapat perhatian serius dari pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bidang pembangunan yang dapat perhatian serius dari pemerintah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu tujuan pembangunan nasional Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Saat ini bidang pendidikan merupakan salah satu bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak manusia yang dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak manusia yang dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap anak manusia yang dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk menjadi berbeda dengan orang lain. Tak ada dua individu yang identik di muka bumi ini. Setiap orang

Lebih terperinci

Kata kunci : Gaya Belajar, Siswa Kinestetik, Hasil Belajar

Kata kunci : Gaya Belajar, Siswa Kinestetik, Hasil Belajar ANALISIS GAYA BELAJAR MATEMATIKA SISWA KINESTETIK KELAS VIII.3 SMP PERTIWI 2 PADANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Oleh Irawati*, Zulfaneti**, Ratulani Juwita*** *) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingka laku, baik yang menyangkut pengetahuan,

BAB II LANDASAN TEORITIS. tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingka laku, baik yang menyangkut pengetahuan, BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Belajar Matematika Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan, artinya tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingka laku, baik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikemas secara formal maupun non-formal. Inti dari sebuah belajar adalah

BAB I PENDAHULUAN. dikemas secara formal maupun non-formal. Inti dari sebuah belajar adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu keharusan bagi setiap insan manusia, baik itu dikemas secara formal maupun non-formal. Inti dari sebuah belajar adalah pengalaman dan

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Mathias dan Habein (Mathias & Habein, 2000:15), mempelajari huruf kanji

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Mathias dan Habein (Mathias & Habein, 2000:15), mempelajari huruf kanji Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Pembelajaran Kanji Menurut Mathias dan Habein (Mathias & Habein, 2000:15), mempelajari huruf kanji berarti mempelajari bentuk, arti dan cara baca dari sebuah kanji. Kanji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Eka Atika Sari

BAB I PENDAHULUAN. Eka Atika Sari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan yang utama. Peranan guru adalah menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring majunya perkembangan jaman, pendidikan sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring majunya perkembangan jaman, pendidikan sangat penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring majunya perkembangan jaman, pendidikan sangat penting dalam mengembangkan kehidupan manusia, meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kritis Tujuan pendidikan nasional salah satunya adalah untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Menurut Deporter dan Hernacki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat, baik fisik maupun mental. Tepatlah bila dikatakan bahwa usia dini adalah

Lebih terperinci

JUDUL : Pembelajaran Dengan Multimedia

JUDUL : Pembelajaran Dengan Multimedia JUDUL : Pembelajaran Dengan Multimedia Kegiatan belajar mengajar merupakan sebuah nafas kehidupan dari sebuah lembaga pendidikan. Dapatkan saudara membayangkan sebuah universitas tanpa adanya kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat penting bagi siswa. Seperti

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat penting bagi siswa. Seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Sebagai ilmu yang mempelajari fenomena alam,

Lebih terperinci

individu dengan lingkungannya (Sugihartono, 2007: 74).

individu dengan lingkungannya (Sugihartono, 2007: 74). BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi teori 1. Prestasi belajar listrik otomotif a. Pengertian prestasi belajar Belajar merupakan hal terpenting yang harus dilakukan manusia untuk menghadapi perubahan lingkungan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar dalam dunia kampus berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar dalam dunia kampus berbeda dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar mengajar dalam dunia kampus berbeda dengan pendidikan lanjutan, hal ini menyebabkan beberapa mahasiswa baru mengalami kegagalan dalam belajar.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam BAB II ini akan dibahas teori-teori yang berhubungan dengan penelitian tindakan kelas ini. Teori yang dikemukakan antara lain teori tentang belajar, hasil belajar, sikap, teori

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP YAPIS MANOKWARI

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP YAPIS MANOKWARI Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN 2443-1109 PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP YAPIS MANOKWARI Nurhasanah 1 Universitas Papua 1 Hasanahnur705@gmail.com

Lebih terperinci

tingkah laku yang dapat dicapai melalui serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, dan meniru.

tingkah laku yang dapat dicapai melalui serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, dan meniru. BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Teori 1. Belajar Sardiman A.M (1996: 22) mengatakan belajar merupakan perubahan tingkah laku yang dapat dicapai

Lebih terperinci

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN SAVI DAN RME PADA POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK DITINJAU DARI KREATIVITAS BELAJAR SISWA

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN SAVI DAN RME PADA POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK DITINJAU DARI KREATIVITAS BELAJAR SISWA EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN SAVI DAN RME PADA POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK DITINJAU DARI KREATIVITAS BELAJAR SISWA (Pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 8 Surakarta Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh orang dewasa (pendidik) kepada orang yang belum dewasa (peserta didik) untuk memperoleh kedewasaan, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai pengaruh yang dinamis dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai pengaruh yang dinamis dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai pengaruh yang dinamis dalam kehidupan manusia di masa depan, dengan mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki seseorang secara optimal,

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. yang dikutip oleh Winataputra (2003: 2.3) bahwa belajar adalah suatu proses

I. TINJAUAN PUSTAKA. yang dikutip oleh Winataputra (2003: 2.3) bahwa belajar adalah suatu proses I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan perubahan perilaku individu dalam merespon suatu kondisi dan peristiwa yang terjadi di lingkungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Gagne yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar Matematika a. Pengertian Prestasi Pengertian prestasi yang disampaikan oleh para ahli sangatlah bermacammacam dan bervariasi. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting guna meningkatkan kualitas dan potensi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting guna meningkatkan kualitas dan potensi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memiliki peranan penting guna meningkatkan kualitas dan potensi sumber daya manusia. Melalui pendidikan akan terjadi proses pendewasaan diri sehingga di dalam

Lebih terperinci

PROFIL GAYA BELAJAR SISWA SMP AL MA MUR JAKARTA PUSAT

PROFIL GAYA BELAJAR SISWA SMP AL MA MUR JAKARTA PUSAT 20 Profil Gaya Belajar Siswa SMP Al Ma mur Jakarta Pusat PROFIL GAYA BELAJAR SISWA SMP AL MA MUR JAKARTA PUSAT Oleh: Arini Handayani 1) Prof. Dr. Dr. dr Theodorus Immanuel Setiawan 2) Karsih, M.Pd 3) Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Pendidikan sebagai pengubahan sikap dan tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Pendidikan sebagai pengubahan sikap dan tingkah laku 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan menjadi pilar utama dalam mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan sebagai pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan dan teknologi, diperlukan adanya sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan dan teknologi, diperlukan adanya sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus menerus berkembang pesat akan membawa dampak kemajuan pada bidang kehidupan dan teknologi,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Analisis Berpikir Visual Siswa Laki-laki Dalam

BAB V PEMBAHASAN. Analisis Berpikir Visual Siswa Laki-laki Dalam BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Analisis Berpikir Visual Siswa Dalam Memecahkan Masalah Geometri Berdasarkan Perbedaan Gender Di Kelas IX SMP Negeri 1 Sidoarjo Telah dijelaskan sebelumnya bahwa tujuan dari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses penting bagi perubahan perilaku manusia yang mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu krisis terhadap masalah, sehingga peserta didik (mahasiswa) mampu merasakan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu krisis terhadap masalah, sehingga peserta didik (mahasiswa) mampu merasakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Lingkungan sebagai salah satu sains merupakan sebuah proses dan produk. Proses yang dimaksud disini adalah proses melalui kerja ilmiah,

Lebih terperinci