BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori Penelitian ini menggunakan teori agensi sebagai landasan teori yang utama, di mana teori agensi dalam sektor publik mengacu pada hubungan pemerintah dan masyarakat. Masyarakat bertindak sebagai prinsipal selaku pemangku kepentingan dan memberikan wewenangnya kepada pemerintah selaku agen. Teori agensi mempunyai hubungan yang erat dengan adanya Corporate Governance dalam menciptakan transparansi dan akuntabilitas. Seiring dengan adanya perkembangan teknologi, salah satunya adalah teknologi yang berbasis internet, transparansi dari kegiatan pemerintah daerah dapat dengan mudah disampaikan kepada masyarakat selaku prinsipal. Salah satu sarana yang dapat digunakan oleh pemerintah daerah adalah dengan website. Hal tersebut sejalan dengan dengan adanya Undang-Undang No 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Menurut Undang-undang no. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik menjelaskan bahwa hak untuk mendapatkan informasi publik adalah hak asasi warga negara yang wajib dilindungi Undang-undang dan badan publik wajib menerapkan sistem informasi yang baik agar dapat menyampaikan informasi publik secara akurat baik melalui media elektronik dan non-elektronik. 9

2 Teori Agensi (Agency Theory) Teori yang terjadi antara dua pihak yaitu pihak principal dan pihak agent disebut dengan agency theory (Halim dan Abdullah, 2006; Mir, Chatterjee dan Taplin, 2015). Teori keagenan memberikan wawasan mengenai hubungan akuntabilitas dari sudut pandang ekonomi serta alasan di balik pelaporan sukarela informasi keuangan maupun non-keuangan pemerintah daerah (Mir, 2015). Menurut Jensen dan Meckling (1976), hubungan keagenan merupakan sebuah kontrak di mana satu atau orang lebih (principal) mengikutsertakan orang lain (agent) untuk memberikan jasa atas nama mereka yang melibatkan penyerahan beberapa otoritas pembuatan keputusan kepada agen. Menurut Lane (2003) teori agensi dapat diterapkan dalam organisasi publik, di mana negara demokrasi modern didasarkan pada serangkaian hubungan yaitu sebagai prinsipal-agen. Zimmerman (1977) menyatakan bahwa dalam konteks pemerintahan terdapat juga agency problem di dalamnya. Pada perusahaan, agency problem terjadi antara pemegang saham sebagai principal dan manajemen sebagai agent. Pada sektor pemerintahan, agency problem terjadi antara pejabat pemerintah yang terpilih dan diangkat sebagai agent dan para pemilih yaitu masyarakat sebagai principal. Yang menjadi masalah dalam lingkup pemerintah daerah adalah adanya asimetri informasi, di mana pejabat pemerintah daerah sebagai agent memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan masyarakat sebagai principal sehingga dalam pengambilan keputusan lebih banyak membuat keputusan atau kepentingan pemerintah maupun penguasa saja

3 11 tanpa memperhatikan kesejahteraan masyarakat (Setyaningrum dan Syafitri, 2012). Dalam kaitannya dengan asimetri informasi tersebut, prinsipal harus mengeluarkan biaya (cost) untuk memonitor kinerja dari agen, menentukan struktur insentif dan untuk melaksanakan monitoring yang efisien (Petrie, 2002). Salah satu bentuk alat monitoring yang dapat digunkan untuk mengurangi agency cost adalah dengan adanya laporan keuangan dan pengungkapan informasi kepada publik. Dalam konsepsi pemberian informasi melalui internet kepada publik dapat dijadikan alat untuk mengurangi konflik keagenan (Martani dan Puspita, 2009). Teori keagenan mempunyai hubungan yang erat dengan adanya corporate governance. Transparansi dan pengungkapan merupakan aspek penting dalam penerapan good governance yang baik, di mana teori keagenan menyediakan framework yang berhubungan dengan pengungkapan good governance (Kaihatu, 2006) Good Corporate Governance (GCG) Good Corporate Governance merupakan salah satu cara yang efektif untuk menggambarkan hak dan tanggung jawab stakeholder perusahaan di mana transparansi merupakan indikator utama standar corporate governance dalam segala industri perusahaan (Suhardjanto dan Dewi, 2011). Good Corporate Governance merupakan salah satu kunci sukses perusahaan untuk tumbuh dan menguntungkan dalam jangka panjang, sekaligus memenangkan persaingan bisnis global. Selain itu, krisis ekonomi di kawasan Asia dan Amerika Latin yang diyakini muncul karena kegagalan penerapan GCG (Daniri, 2005).

4 12 Adapun prinsip-prinsip GCG menurut Komite Nasional Kebijakan Governance yaitu : 1. Transparency (keterbukaan informasi) merupakan adanya keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. 2. Accountability (akuntabilitas) merupakan kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggungjawaban perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. 3. Responsibility (pertanggungjawaban) merupakan kesesuaian (kepatuhan) di dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku. 4. Independency (kemandirian) merupakan suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manajemen yang tidak sesuai dengan peraturan dan perundangundangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. 5. Fairness (kesetaraan dan kewajaran) merupakan perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku E-Government Sharma (2015) mendefinisikan e-government sebagai penerapan teknologi yang berbasis internet yang bertujuan untuk memberikan informasi dan layanan keopada penggunanya agar pemerintahan berjalan lebih efektif dan efisien. Sedangkan Martani dan Puspita (2009) menjelaskan bahwa e-government

5 13 merupakan bentuk aplikasi dari teknologi informasi, terutama teknologi internet untuk memperkaya akses, penyampaian informasi dan pelayanan Pemerintah untuk masyarakat, unit bisnis, pegawai, dan stakeholder lainnya. Implementasi e- government terus mengalami peningkatan, terdapat 19% dari seluruh organisasi Pemerintah di seluruh dunia telah mengadopsi e-government (West, 2005). Dalam penelitian yang dilakukan Sharma (2015) di Oman menyebutkan juga bahwa e- government yang dijalankan di sektor publik mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk mewujudkan adanya transparansi dan efisiensi baik untuk diterapkan di negara maju maupun negara berkembang. Pemerintah telah mengandalkan sistem e-government dalam rangka mencapai hubungan manajemen yang baik dengan stakeholder kunci termasuk warga, perusahaan, organisasi non-profit, dan instansi pemerintah lainnya. Tujuan utamanya adalah tidak hanya mengotomatisasi fungsi yang ada dan meningkatkan efisiensi pengelolaan, tetapi untuk meningkatkan penggunaan teknologi dalam rangka meningkatkan efektivitas pemerintahan dan mencapai tingkat yang lebih tinggi dari partisipasi, kesadaran, maupun kepercayaan (Sharma, Al-Shihi dan Govindaluri, 2013). Di Indonesia, penerapan e-government diatur dalam sebuah Instruksi Presiden No. 3 tahun 2003 tentang kebijakan dan strategi nasional pengembangan e-government, di mana e-government didefinisikan sebagai penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pemerintahan dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, transparansi, dan akuntabilitas pemerintahan.

6 14 Dalam peraturan ini juga dijelaskan bahwa e-government diperlukan dalam mewujudkan Good Public Governance Pengungkapan Informasi pada Website Pemda Pengungkapan (disclosure) berkaitan dengan cara pembeberan atau penjelasan hal-hal informatif yang dianggap penting dan bermanfaat bagi pemakai selain apa yang dapat dinyatakan melalui statemen keuangan utama (Suwardjono, 2005). Pengungkapan informasi kepada publik merupakan salah satu bentuk dari akuntabilitas publik yang secara esensial berarti kewajiban untuk menjelaskan dan menjustifikasi tugas (Bovens, 2007). Dalam rangka menjalankan akuntabilitas publik ini lah kemudian dibutuhkan adanya transparansi yakni tingkat dimana warga negara, media dan pasar modal dapat mendapatkan informasi mengenai strategi, aktivitas dan hasil dari aktivitas tersebut (Alt, et.al., 2006). Di Indonesia, Sulistiyo, et.al (2008) meneliti informasi apa saja yang telah disajikan Pemda dan menemukan banyak informasi yang diperlukan oleh stakeholder belum disajikan dalam website Pemda. Sedangkan Garcia-Sanchez et.al. (2013) meneliti tentang pengungkapan informasi terkait kegiatan sosial dan pengelolaan lingkungan daerah di Spanyol. Penelitian ini menemukan hubungan positif antara jumlah penduduk dan tingkat pengungkapan informasi sosial dan lingkungan, sedangkan persaingan politik memiliki hubungan sebaliknya. Pengungkapan dalam laporan keuangan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) (Suhardjanto dan Yulianingtyas, 2011).

7 15 Mandatory disclosure merupakan pengungkapan informasi yang wajib dikemukakan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh badan otoriter. Sedangkan voluntary disclosure merupakan pengungkapan yang disajikan diluar item-item yang wajib diungkapkan sebagai tambahan informasi bagi pengguna laporan keuangan. Sedangkan informasi yang wajib diungkapkan pada website pemerintah daerah menurut Kemkominfo yakni, Selayang Pandang, Pemerintahan Daerah, Geografi, Peta Wilayah dan Sumberdaya, Peraturan/Kebijakan Daerah Buku Tamu (Sulistiyo, Negara dan Firdaus, 2008). Selain isi minimal seperti tersebut di atas, Kemkominfo menyatakan bahwa isi lainnya yang akan disajikan pada suatu situs web Pemerintah Daerah diserahkan sepenuhnya kepada masing-masing Penanggungjawab Situs dan Manajer Situs web Pemerintah Daerah, tergantung pada kondisi setempat dan kesediaan data serta informasi yang dimiliki oleh daerah bersangkutan Informasi Keungan dan Non Keuangan Sinaga dan Prabowo (2010) menyatakan bahwa pelaporan keuangan merupakan suatu struktur dan proses akuntansi yang menggambarkan bagaimana informasi keuangan disediakan dan dilaporkan untuk mencapai tujuan ekonomi dan sosial negara. Informasi keuangan dan non keuangan merupakan informasi yang penting digunakan oleh investor dalam pengambilan keputusan. Setiap perusahaan publik diwajibkan membuat laporan tahunan sebagai sarana pertanggungjawaban terutama kepada pemegang saham. Laporan tahunan (annual report) merupakan laporan yang diterbitkan oleh pihak manajemen perusahaan

8 16 setahun sekali yang berisi informasi keuangan dan non keuangan perusahaan yang berguna bagi pihak stakeholders untuk menganalisis kondisi perusahaan pada periode tersebut. Menurut Sudarmadji dan Sularto (2007) laporan keuangan yang diungkapkan dalam laporan tahunan meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan ini wajib diaudit oleh auditor independen sebagai wujud dari transparansi keuangan perusahaan. Sedangkan laporan non keuangan yang diungkapkan dalam laporan tahunan meliputi laporan manajemen yang berisi informasi penting mengenai perusahaan seperti laporan dewan komisaris, laporan direksi, kinerja perusahaan selama satu periode, profil perusahaan, strategi perusahaan, prospek perusahaan, dan informasi penting lainnya yang berhubungan dengan perusahaan. Selain pada prusahaan ataupun entitas bisnis, pengungkapan informasi keuangan maupun non keuangan juga dilakukan oleh pemerintah. Pemerintah daerah melakukan pengungkapan informasi keuangan dan non keuangan secara sukarela di internet untuk memenuhi kebutuhan dari masyarakat. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hermana dkk., (2012) yaitu Financial Transparency on the Web menggunakan fitur-fitur yang diteliti yaitu : 1. Fitur non keuangan, terdiri dari 18 fitur yaitu News, Kontak Pemda, buku tamu, kegiatan Pemda, Visi dan Misi, Profil, sejarah, Struktur, promosi, FAQ, E-procurement, Fasilitas Pencarian, Tautan Link, Peta Daerah, Site Map, Forum dan Pooling.

9 17 2. Fitur keuangan, terdiri dari 15 fitur yaitu Informasi Penyelewengan Keuangan, Informasi Pajak dan Retribusi, Informasi Tugas Pembantu, Informasi dana Konsentrasi, Dokumen Peraturan daerah, Dokumen peraturan Pemerintah, Inventarisasi Aset, Opening Balance, Laporan Keuangan BUMD, Informasi Keuangan, Arus Kas, Realisasi Anggaran, APBD dan Neraca Pemda UU no 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik Menurut Undang-undang no.14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik menjelaskan bahwa hak untuk mendapatkan informasi publik adalah hak asasi warga negara yang wajib dilindungi Undang-undang dan badan publik wajib menerapkan sistem informasi yang baik agar dapat menyampaikan informasi publik secara akurat baik melalui media elektronik dan non-elektronik. UU no 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik ini berkaitan dengan adanya trasparansi yang ada pada pemerintahan. Undang-undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) menyatakan salah satu informasi yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala oleh Pemda sebagai badan publik adalah informasi mengenai laporan keuangan (Martani, Fitriasari dan Annisa, 2013). UU KIP menyatakan bahwa informasi publik hendaknya disampaikan dengan cara yang mudah untuk dijangkau oleh masyarakat. Menurut UU KIP informasi merupakan keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda yang mengandung nilai, makan, dan pesan, baik data fakta maupun penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dan dibaca yang disajikan

10 18 dalam berbagai kemasan dan format sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik ataupun nonelektronik. Sedangkan Informasi Publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh suatu badan publik yang berkaitan dengan penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan/atau penyelenggara dan penyelenggaraan badan publik lainnya yang sesuai dengan Undang-Undang ini serta informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan publik Akuntabilitas dan Transparansi Pemerintah Daerah dituntut mewujudkan transparansi dan akuntabilitas terhadap pengelolaan keuangannya agar tercipta pemerintahan yang bersih. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menyajikan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) (Setyaningrum dan Syafitri, 2012). Sedangkan jika mengacu pada agency theory, akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut (Mardiasmo, 2009). Oleh karena itu akuntabilitas dijadkan landasan utama dalam proses penyelenggaraan pemerintah yang baik. Stanburry (2003) menyatakan akuntabilitas merupakan bentuk kewajiban mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan dari misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah direncanakan

11 19 sebelumnya, melalui suatu media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik. Akuntabilitas publik terdiri dari dua jenis, yaitu : akuntabilitas vertikal (vertical accountability) dan akuntabilitas horisontal (horizontal accountability) (Mardiasmo, 2009). Pertanggungjawaban vertikal ialah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi. Sedangkan pertanggungjawaban horisontal ialah pertanggungjawaban kepada masyarakat yang luas. Mardiasmo (2009) mengungkapkan bahwa transparansi merupakan keterbukaan pemerintah dalam mengungkapkan informasi yang terkait dengan aktivitas pengelolaan sumber daya publik kepada pihak yang membutuhkan informasi tersebut. Sedangkan Piotrowski dan Bertelli (2010) dalam kaitannya transparansi dan partisipasi menyatakan bahwa transparansi bukan hanya tentang kuantitas informasi pemerintah tetapi juga tentang apakah informasi tersebut akurat, dapat diakses, lengkap, dimengerti, tepat waktu, dan biaya yang rendah. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, dinyatakan bahwa keuangan daerah harus dikelola dengan tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, dan tanggung jawab dengan memperhatikan asa keadilan, kepatuhan, dan adnya manfaat yang akan diperoleh oleh masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, pemerintah mempunyai kewajiban yaitu memberikan informasi keuangan maupun non keuangan yang digunakan untuk pengambilan keputusan oleh pihak yang berkepentingan.

12 Tingkat Kemandirian Daerah Sumber utama dari pendapatan asli daerah sendiri didapat dari pajak dan retribusi. Dengan demikian, semakin besar PAD maka semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah, sehingga Pemda akan terdorong untuk melakukan pengungkapan secara lengkap pada laporan keuangannya agar transparan dan akuntabel. Pemda yang memiliki PAD tinggi akan menunjukkan kepada para stakeholders-nya bahwa Pemda telah menghasilkan kinerja yang tinggi. Kinerja yang tinggi merupakan sinyal dari manajemen publik yang baik (Christiaens, 1999). Sumber PAD yang utama adalah pajak dan retribusi daerah yang berasal dari masyarakat masing-masing daerah. Dengan demikian, semakin besar PAD maka semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah, sehingga Pemda akan terdorong untuk melakukan pengungkapan secara lengkap pada laporan keuangannya agar transparan dan akuntabel (Setyaningrum dan Syafitri, 2012). Keberhasilan suatu daerah dapat dilihat dari PAD dan kemakmuran rakyatnya, sehingga kemandirian suatu daerah dapat dilihat dari seberapa besar kontribusi PAD terhadap APBD daerah tersebut (Karo Karo, 2014) Tingkat Pendidikan Menurut Notoatmodjo (2003) pendidikan memberikan suatu nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama dalam membuka pikirannya serta menerima halhal baru. Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor kunci dalam reformasi ekonomi, yakni bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas dan

13 21 memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global yang selama ini tidak menjadi prioritas (Tampubolon, 2014). Dalam penelitiannya juga disebutkan bahwa setidaknya ada dua hal penting menyangkut kondisi SDM Indonesia, yaitu pertama adanya ketimpangan antara jumlah kesempatan kerja dan angkatan kerja. Setelah krisis ekonomi, kini berjumlah sekitar 8 juta dan tingkat pendidikan angkatan kerja yang ada masih relatif rendah. Struktur pendidikan angkatan kerja Indonesia masih didominasi pendidikan dasar. Kedua masalah tersebut menunjukkan bahwa ada kelangkaan kesempatan kerja dan rendahnya kualitas angkatan kerja secara nasional di berbagai sektor ekonomi. Spesialisasi pekerjaan biasanya diukur menurut tingkat pendidikan formal anggota, berbagai spesialisasi pekerjaan, atau klasifikasi pekerjaan (Kimberly & Evanisko 1981). Penelitian yang dilakukan Suhardjanto et al. (2010) menyatakan bahwa latar belakang pendidikan bupati merupakan prediktor yang signifikan terhadap kepatuhan pengungkapan SAP yang wajib. Gandia dan Archidona (2007) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan yang ada di suatu daerah, maka besar kemungkinan bahwa mereka akan lebih memanfaatkan adanya website pemerintah Jumlah Penduduk Pengertian penduduk menurut UU RI No. 10 tahun 1992 yaitu orang dalam matranya sebagai pribadi, anggota keluarga, anggota masyarakat, warga negara dan himpunan kuantitas yang bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah Negara pada waktu tertentu. Jumlah penduduk yang lebih besar cenderung menuntut pelayanan yang lebih dan dengan demikian administrasi

14 22 publik dipaksa untuk berurusan dengan berbagai pemangku kepentingan yang lebih luas (Garcia-Sanchez, 2013). Penduduk merupakan bagian penting dalam pertanggung jawaban dari informasi yang ada pada pemerintah daerah. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan pada pemerintah daerah New Jersey, telah diungkapkan bahwa adanya hubungan positif antara jumlah penduduk dengan pengungkapan informasi keuangan (Piotrowski dan Bertelli, 2010). Estimasi jumlah penduduk di berbagai tingkat usia pada periode tertentu sangat penting untuk membuat anggaran yang berkualitas di berbagai negara berkembang (Kabir dan Rahman, 2012). Setidak-tidaknya ada tiga faktor lain yang sering di masukan sebagai unsur integral dari sistem kependudukan yakni : (1) Struktur penduduk, yaitu : distribusi umur dan jenis kelamin (2) Komposisi penduduk, yaitu ciri-ciri sosio demografi penduduk yang luas lingkupnya, antara lain status perkawinan, pendapatan, ras, pendidikan, pekerjaan atau agama; (3) Distribusi penduduk, yaitu persebaran dan lokasi penduduk dalam suatu wilayah tertentu (Goldscheider, 1969) Kemampuan Keuangan Pemerintah Daerah Kemampuan keuangan daerah dapat diukur dari pendapatan per kapita yang ada pada masing-masing daerah (Laswad et al, 2005). Menurut Styles and Tennyson (2007) pendapatan per kapita yang tinggi disuatu daerah akan menyebabkan tingginya tingkat pengungkapan informasi keuangan dalam website pemerintah daerah. Pemda yang memiliki tingkat kekayaan yang lebih tinggi memiliki tingkat internet financial reporting yang lebih tinggi (Martani dan

15 23 Puspita, 2009). Kekayaan Pemda menggambarkan tingkat kemakmuran daerah tersebut (Sinaga, 2011). Liestiani (2008) menggunakan Pendapatan Asli Daerah (PAD) per kapita sebagai proksi untuk menjelaskan kekayaan daerah. Suhardjanto et al. (2010) menyatakan bahwa PAD merupakan satu-satunya sumber keuangan yang berasal dari pemerintah itu sendiri yang mencerminkan kemampuan keuangan daerah. Sedangkan Rahman dan Sutaryo (2013) mendefinisikan kemampuan keuangan pemerintah daerah dengan rasio pengelolaan belanja yang diukur dengan total Pendapatan Asli Daerah (PAD) dibandingkan dengan total belanja. Begitu juga dengan Christiaens (1999) dan Laswad et al. (2005) yang menyebutkan bahwa kemampuan keuangan daerah diukur dari Pendapatan Asli Daerah dibagi dengan per kapita. 2.2 Penelitian Terdahulu Berikut adalah data-data penelitian terdahulu yang berhubungan dengan pengungkapan layanan publik pada website pemerintah daerah : Nama Peneliti Variabel Grand Theory Kesimpulan Isabel-María Y : Agency Theory Pada tingkat kota García-Sánchez Pengungkapan dan menunjukkan (2013) informasi Stakeholder derajat lebih tinggi X : Theory dari transparansi Tingkat dalam hal ekonomi,

16 24 perkembangan ekonomi, Tingkat kualitas hidup, Ukuran entitas publik, kemampuan keuangan daerah, Ideologi politik, Stabilitas dan kekuatan politik, Persaingan politik keuangan dan anggaran namun cenderung tidak berfokus pada isuisu sosial. Sebaliknya, ada trade-off yang signifikan dalam jumlah informasi yang diungkapkan tentang topik sosial dan lingkungan. Martani, Nastiti, Y : Stakeholder Hasil pengujian dan Wicaksono Pengungkapan Theory dan regresi ditemukan (2014) informasi pada Agency Theory bahwa tingkat publik pendidikan, jumlah X : penduduk, dan kekayaan Tingkat pemerintah daerah pendidikan, memiliki pengaruh Jumlah penduduk, yang signifikan dan Kemampuan positif terhadap keuangan

17 25 pemerintah daerah, Kemandirian pemerintah daerah tingkat pengungkapan pelayanan publik di Indonesia, sedangkan tingkat kemandirian memiliki berpengaruh positif tetapi tidak signifikan. Gandia and Archidona (2007) Y : Pengungkapan sukarela di website pemerintahan Spanyol X : Kompetisi politik, Kemampuan keuangan daerah, Leverage, Visibilitas media publik, Tingkat Agency Theory Bukti empiris yang diperoleh mengungkapkan tingkat pengungkapan yang rendah di antara situs web kota Spanyol. Hasilnya menunjukkan bahwa tingkat pengungkapan tergantung pada persaingan politik,

18 26 pendidikan dan akses internet, visibilitas media publik dan akses ke teknologi dan tingkat pendidikan warga. Puspita dan Y : Teori agensi Pemda Martani Tingkat dan Teori mengungkapkan (2009) pengungkapan Signalling informasi pada dalam website websitenya pada tingkat 44.84% (total X : pengungkapan), Pendapatan Asli 47% (pengungkapan Daerah (PAD), konten), dan Tingkat 42.61%. (presentasi Ketergantungan, pengungkapan). Ukuran Pemda, Pengungkapan Kompleksitas dalam website Pemerintahan, Pemda di Indonesia dan Belanja masih tergolong Daerah rendah, karena masih berada di bawah level 50%.

19 27 Informasi yang paling banyak disajikan adalah profil daerah, namun informasi tentang kegiatan pembangunan dan keuangan masih sedikit diungkapkan. Laswad, Fisher, and Oyelere (2005) Y : Pengungkapan sukarela laporan keuangan X : Kompetisi politik, Ukuran daerah, Leverage, Tingkat kemampuan keuangan daerah, Frekuensi pelaporan Agency Theory Otoritas lokal di Selandia Baru menggunakan Internet Financial Report (IFR) dapat diprediksi berdasarkan tingkat leverage keuangan, kemampuan keuangan kota, tekan visibilitas dan jenis dewan.

20 28 aktivitas pemerintah, Tipe pemerintah Cinca and Y : Agency Theory Ukuran kota yang Tarragona Pengungkapan dan Diffusion lebih besar, yang (2009) informasi of Innovation memperoleh keuangan melalui (DOI) Theory pembiayaan di pasar internet keuangan, lebih X : cenderung mengungkapkan Ukuran kota, informasi keuangan Fitur keuangan, melalui internet. Kebijakan kota, Kota yang berupaya E-government, lebih besar untuk Akses internet, menerapkan e- Kemampuan government lebih keuangan mungkin untuk masyarakat, tingkat budaya masyarakat. mengungkapkan informasi keuangan melalui Internet Sharma Y : Penggunaan Diffusion of Innovation Hasil penelitian menunjukkan bahwa

21 29 (2014) pelayanan e- government X : Kehandalan, keamanan, efisiensi, responsif, dan demografi seperti usia, jenis kelamin serta tingkat pendidikan. (DOI) Theory dimensi kualitas pelayanan, yaitu, kehandalan, keamanan, efisiensi dan responsif, adalah penentu utama yang mempengaruhi kesediaan untuk menggunakan layanan e- government. Selain dimensi kualitas pelayanan, dua variabel demografis, yaitu, usia dan tingkat pendidikan responden, menunjukkan hubungan yang signifikan secara statistik dengan kesediaan untuk

22 30 menggunakan layanan e- government. Martani, Fitriasari Y : Teori Agensi Tingkat transparansi dan Annisa Tingkat dan Teori informasi keuangan (2013) transparansi Signalling dan kinerja dalam keuangan dan website resmi kinerja Pemda hanya pemerintah sebesar 15%. Hal X : ini menunjukkan bahwa selama 10 Ukuran tahun implementasi pemerintah, pengembangan e- Tingkat government di ketergantungan Indonesia, terutama dengan untuk transparansi pemerintah pusat, informasi keuangan Bentuk dan pemerintahan daerah, Tingkat Kinerja. kesejahteraan sosial, Tingkat

23 31 pengangguran. 2.3 Kerangka Pemikiran Tingkat Pendidikan (X1) Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Tingkat Kemandirian Daerah (X2) Kemampuan Keuangan Pemerintah Daerah (X3) Pengungkapan Informasi Nonkeuangan pada Website Pemda (Y) Jumlah Penduduk (X4)

24 Pengembangan Hipotesis Berdasarkan landasan teori yang sudah dijabarkan di atas dan berdasarkan penelitian terdahulu, dapat ditarik hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Tingkat Pendidikan Pada penelitian yang dilakukan Gandia dan Archidona (2007) menunjukkan bahwa tingkat pendidikan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan informasi pada website pemerintah. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Martani (2014) juga menunjukkan hasil yang sama yaitu tingkat pendidikan mempunyai pengaruh positif terhadap pengungkapan informasi non-keuangan pada website resmi pemerintah daerah. Semakin tinggi tingkat pendidikan suatu masyarakat maka akan semakin kritis juga masyarakat tersebut dalam meminta informasi kepada pemerintah daerah terkait pelaksaan kegiatan pada pemerintahannya. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis pertama sebagai berikut : H1: Tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkpan informasi non-keuangan pada website pemerintah daerah. 2. Tingkat Kemandirian Daerah Menurut Lesmana (2010) menemukan bahwa rasio kemandirian keuangan daerah berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan wajib LKPD. Tingkat kemandirian daerah diukur dari total pendapatan asli daerah dibagi dengan total

25 33 pendapatan. PAD sebagai salah satu penerimaan daerah yang bersumber dari wilayahnya sendiri yang mencerminkan tingkat kemandirian daerah (Santosa dan Rahayu 2005). Berdasarkan latar belakang tersebut dapat ditarik hipotesis yang kedua, yaitu: H2: Tingkat kemandirian suatu daerah berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan informasi non-keuangan pada website pemerintah daerah. 3. Kemampuan Keuangan Daerah Kemampuan keuangan daerah dapat diukur berdasarkan belanja per kapita, dimana nilai belanja adalah total belanja dikurangi dengan belanja pegawai. Menurut Laswad et al. (2005) juga menemukan bahwa kekayaan kota berhubungan positif dan signifikan dengan tingkat pengungkapan sukarela laporan keuangan di internet. Begitu juga menurut Setyaningrum (2012), kekayaan daerah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan. Dengan demikian hipotesis ketiga sebagai berikut: H3: Kemampuan keuangan suatu daerah berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan informasi non-keuangan pada website pemerintah daerah. 4. Jumlah Penduduk Semakin besar jumlah penduduk yang ada di suatu daerah, semakin besar pula tuntutan dari masyarakat kepada pemerintah dalam mengungkapkan informasi mengenai kegiatan pemerintahannya. Menurut Garcia-Sanches (2013)

26 34 jumlah penduduk memiliki hubungan yang positif tehadap pengungkapan informasi keuangan terkait dengan hubungaannya dengan adanya transparansi dalam bidang informasi sosial dan lingkungan di website pemerintah daerah di Spanyol. Jumlah penduduk yang lebih besar cenderung menuntut pelayanan yang lebih dan dengan demikian administrasi publik dipaksa untuk berurusan dengan berbagai pemangku kepentingan yang lebih luas (Garcia-Sanchez, 2013). Dari pernyataan diatas dapat ditarik sebuah hipotesis keempat sebagai berikut: H4: Jumlah penduduk suatu daerah berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan informasi non-keuangan pada website pemerintah daerah.

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya prinsip transparansi dan akuntabilitas. Berdasarkan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya prinsip transparansi dan akuntabilitas. Berdasarkan Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah membawa perubahan dalam pelaksanaan pemerintahan daerah khususnya dalam proses penganggaran dan manajeman keuangan daerah salah satunya prinsip

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam memasuki era otonomi daerah dan desentralisasi fiskal setelah dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang otonomi daerah yang didefinisikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini merupakan era globalisasi dimana zaman menjadi modern yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini merupakan era globalisasi dimana zaman menjadi modern yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini merupakan era globalisasi dimana zaman menjadi modern yang ditandai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat. Implementasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Keuangan Pemerintah Daerah Indonesia mengalami perubahan yang signifikan dalam hubungan antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Adanya masalah ekonomi dan hilangnya kepercayaan publik terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Adanya masalah ekonomi dan hilangnya kepercayaan publik terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adanya masalah ekonomi dan hilangnya kepercayaan publik terhadap pemerintah menuntut pemerintah untuk meningkatkan akuntabilitas dan transparansi (Soepriyanto & Aristiani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) adalah laporan pertanggung-jawaban

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) adalah laporan pertanggung-jawaban BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi selama satu periode pelaporan. Berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penawaran umum kepada publik atau go public diwajibkan untuk menyampaikan

BAB 1 PENDAHULUAN. penawaran umum kepada publik atau go public diwajibkan untuk menyampaikan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pada era persaingan yang semakin ketat serta kondisi ekonomi yang tidak menentu, suatu perusahaan dihadapkan pada kondisi yang mendorong mereka untuk lebih

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan kontrak dimana satu atau lebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Penelitian ini menggunakan teori keagenan, dimana teori ini sering kali digunakan sebagai landasan dalam penelitian mengenai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih (principal) mengikutsertakan orang lain (agent) untuk memberikan jasa atas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih (principal) mengikutsertakan orang lain (agent) untuk memberikan jasa atas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Agensi Hubungan keagenan merupakan sebuah kontrak di mana satu orang atau lebih (principal) mengikutsertakan orang lain (agent) untuk memberikan jasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Adapun Teori yang dapat mendukung berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti: 1. Teori Keagenan(Agency Theory) Teori Keagenan (Agency Theory) merupakan teori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Transparansi merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Transparansi merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transparansi Informasi Keuangan Transparansi merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban an atas penggunaan keuangan daerah kepada masyarakat. Oleh karena itu, transparansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain yang sah dan tidak bertentangan dengan perundangan yang

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain yang sah dan tidak bertentangan dengan perundangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi sektor publik merupakan organisasi yang sumber pembiayaannya berasal dari dana masyarakat yang berwujud pajak dan retribusi, laba perusahaan negara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance) baik dari level atas

BAB I PENDAHULUAN. tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance) baik dari level atas BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENDAHULUAN Pemerintah Indonesia kini dituntut terus-menerus untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance) baik dari level atas (Pemerintah Pusat) sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendelegasikan sebagian wewenang untuk pengelolaan keuangan kepada daerah

BAB I PENDAHULUAN. mendelegasikan sebagian wewenang untuk pengelolaan keuangan kepada daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan akuntansi sektor publik tidak bisa dilepaskan dari peran pemerintah, mengingat pemerintah merupakan entitas sektor publik yang paling besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya mendapatkan profit tetapi untuk untuk memaksimalkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. hanya mendapatkan profit tetapi untuk untuk memaksimalkan nilai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya perusahaan mencari profit atau laba, akan tetapi tidak hanya mendapatkan profit tetapi untuk untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Dengan demikian apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan meningkatkan nilai perusahaan tersebut secara maksimal. Nilai perusahaan dicerminkan dari harga saham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar. GCG berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan yang melaksanakannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Isu di Indonesia saat ini yang semakin mendapat perhatian publik dalam beberapa tahun terakhir ini adalah akuntabilitas keuangan publik. Hal tersebut disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat. Hal ini berkaitan dengan tanggung jawab pemerintah terhadap

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat. Hal ini berkaitan dengan tanggung jawab pemerintah terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sesuai dengan UU No. 32 tahun 2004 tentang otonomi daerah dan diberikannya wewenang yang lebih luas kepada pemerintah kabupaten dan kota di Indonesia, maka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi saat ini, tuntutan untuk mengelola suatu entitas adalah dengan akuntabilitas dan transparansi sangat diperlukan. Akuntabilitas dan transparansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan dan untuk meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian terhadap peningkatan transparansi di Indonesia mulai berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian terhadap peningkatan transparansi di Indonesia mulai berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perhatian terhadap peningkatan transparansi di Indonesia mulai berkembang dengan dikeluarkannya Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan bisnis dalam industri manufaktur semakin ketat seiring dengan perkembangan perekonomian yang mengakibatkan adanya tuntutan bagi perusahaan untuk

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5 /SEOJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5 /SEOJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT Yth. Direksi Bank Perkreditan Rakyat di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5 /SEOJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT Sehubungan dengan Peraturan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan sekumpulan angka yang berisi informasi, dimana laba juga merupakan bagian penting dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan sekumpulan angka yang berisi informasi, dimana laba juga merupakan bagian penting dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan sekumpulan angka yang berisi informasi, dimana laba juga merupakan bagian penting dari isi laporan keuangan perusahaan. Laba merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap good corporate governance yang selama ini kurang diperhatikan semakin

BAB I PENDAHULUAN. terhadap good corporate governance yang selama ini kurang diperhatikan semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Ketika Indonesia tengah mengalami krisis ekonomi, wacana dan tuntutan terhadap good corporate governance yang selama ini kurang diperhatikan semakin meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena memiliki sumber daya ekonomi yang tidak kecil, bahkan bisa dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. karena memiliki sumber daya ekonomi yang tidak kecil, bahkan bisa dikatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi sektor publik merupakan sebuah entitas ekonomi yang berbeda dengan sektor swasta. Organisasi sektor publik disebut sebagai entitas ekonomi karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Mangkunegara di dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai berikut Kinerja adalah hasil kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penerapan corporate governance didasarkan pada teori agensi. Teori agensi dapat dijelaskan dengan hubungan antara manajemen dengan pemilik. Manajemen sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan tahunan mengkomunikasikan informasi keuangan dan informasi lainnya kepada pemegang saham, kreditor dan stakeholders. Laporan tersebut juga merupakan

Lebih terperinci

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Modul ke: Fakultas 09Pasca Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan Cecep Winata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fenomena yang terjadi saat ini yang kemudian menjadi latar belakang penelitian adalah dipaparkannya opini auditor eksternal dalam sebuah situs internet yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang memadai diberikan oleh perusahaan karena mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang memadai diberikan oleh perusahaan karena mempunyai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan jasa, perusahaan manufaktur maupun perusahaan perbankan yang telah go public memanfaatkan pasar modal sebagai sarana untuk mendapatkan sumber dana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Lemahnya good corporate governance (GCG) yang ada di negara-negara di

BAB 1 PENDAHULUAN. Lemahnya good corporate governance (GCG) yang ada di negara-negara di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lemahnya good corporate governance (GCG) yang ada di negara-negara di kawasan Asia Tenggara dan negara lain seperti lemahnya hukum, standar akuntansi dan pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori entitas yang dikemukakan oleh Paton menyatakan bahwa organisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori entitas yang dikemukakan oleh Paton menyatakan bahwa organisasi 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Entitas Teori entitas yang dikemukakan oleh Paton menyatakan bahwa organisasi dianggap sebagai suatu kesatuan atau badan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena perusahaan lebih terstruktur dan adanya pengawasan serta monitoring

BAB 1 PENDAHULUAN. karena perusahaan lebih terstruktur dan adanya pengawasan serta monitoring BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada Era Globalisasi saat ini, negara-negara berkembang dituntut untuk menerapkan sistem yang baru dan lebih baik dalam pengelolaan bisnis yang berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis. keinginan prinsipal (Raharjo, 2007). Teori Stewardship mempunyai akar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis. keinginan prinsipal (Raharjo, 2007). Teori Stewardship mempunyai akar BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis 1. Stewardship Teory Teori Stewardship didefinisikan sebagai situasi dimana manajer tidak mempunyai kepentingan pribadi tapi lebih mementingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rendahnya penerapan corporate governance merupakan salah satu hal yang memperparah terjadinya krisis di Indonesia pada pertangahan tahun 1997. Hal ini ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di era sekarang ini, keadaan ekonomi selalu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di era sekarang ini, keadaan ekonomi selalu mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia di era sekarang ini, keadaan ekonomi selalu mengalami perubahan menciptakan arus persaingan yang semakin ketat dan kondisi keuangan yang tidak menentu.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak sepadan (mismatched), tidak hati-hati (prudent), tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak sepadan (mismatched), tidak hati-hati (prudent), tidak 1 A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Penerapan corporate governance pada industri perbankan memerlukan perhatian tersendiri, karena karakter dan kompleksitas industri perbankan berbeda dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Transparansi pemerintah daerah dalam menjalankan pemerintahannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Transparansi pemerintah daerah dalam menjalankan pemerintahannya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transparansi Transparansi pemerintah daerah dalam menjalankan pemerintahannya merupakan suatu nilai dalam sistem pemerintahan yang baik atau sekarang ini yang lebih dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki oleh masyarakat. Proses penjualan saham ke masyarakat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu pencerminan dari suatu kondisi perusahaan, karena di dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. suatu pencerminan dari suatu kondisi perusahaan, karena di dalam laporan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan pada suatu periode akan melaporkan semua kegiatan keuangannya dalam bentuk laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan suatu pencerminan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlebih sehingga untuk mengembangkan dan merencanankan daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. berlebih sehingga untuk mengembangkan dan merencanankan daerah yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Awal mula dibuatnya Undang-Undang tentang pemerintah daerah karena pada saat diberlakukannya sistem pemerintah terpusat dimana sentralisasi pemerintah berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate governance terhadap manajemen laba di industri perbankan Indonesia. Konsep good corporate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar dan kimia, sektor aneka industri, dan sektor industri barang dan

BAB I PENDAHULUAN. dasar dan kimia, sektor aneka industri, dan sektor industri barang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan manufaktur terdiri dari tiga sektor yaitu sektor industri dasar dan kimia, sektor aneka industri, dan sektor industri barang dan konsumsi. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah mendorong pemerintah untuk menerapkan akuntabilitas publik.

BAB I PENDAHULUAN. telah mendorong pemerintah untuk menerapkan akuntabilitas publik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaporan keuangan dalam perkembangan sektor publik di Indonesia ditandai dengan meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap akuntabilitas atas lembaga-lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik (Good Governance) menuntut negara-negara di dunia untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. baik (Good Governance) menuntut negara-negara di dunia untuk terus i BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keinginan setiap masyarakat agar terciptanya tata pemerintahan yang baik (Good Governance) menuntut negara-negara di dunia untuk terus berusaha memperbaiki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. website perusahaan biasanya adalah produk atau jasa yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. website perusahaan biasanya adalah produk atau jasa yang diberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan cepatnya kemajuan zaman, dimana seluruh perusahaan- perusahaan yang ada dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman dengan menggunakan media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu instrumen hutang yang ditawarkan penerbit (issuer) atau yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu instrumen hutang yang ditawarkan penerbit (issuer) atau yang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Investasi digolongkan menjadi dua jenis yaitu investasi kepemilikan (saham) dan surat hutang (obligasi). Investor dalam membuat keputusan investasi membutuhkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Agensi (Agency Theory) Teori agensi adalah sebuah teori yang menjelaskan hubungan antara dua belah pihak yang berbeda kepentingan. Pihak pertama berperan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor publik merupakan organisasi yang kompleks. Kompleksitas sektor publik tersebut menyebabkan kebutuhan informasi untuk perencanaan dan pengendalian manajemen

Lebih terperinci

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI Yth. Direksi Manajer Investasi di tempat SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI Dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal... Peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholder

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholder BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Corporate governance merupakan konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau monitoring kinerja manajemen dan menjamin akuntanbilitas

Lebih terperinci

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN P T Darma Henwa Tbk PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN PT Darma Henwa Tbk DAFTAR ISI Kata Pengantar 3 BAB I PENGANTAR. 4 1. Mengenal Good Corporate Governance (GCG) 4 2.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak adanya gerakan reformasi tahun 1998, muncul banyak tekanan dari publik yang menghendaki agar Pemerintah maupun swasta dapat menghapuskan praktek-praktek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan transparasi laporan keuangan pemerintahan kepada

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan transparasi laporan keuangan pemerintahan kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik yang menyebutkan bahwa setiap informasi publik harus bersifat terbuka, serta dapat diakses

Lebih terperinci

- 2 - PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 sampai dengan angka 13 Cukup jelas.

- 2 - PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 sampai dengan angka 13 Cukup jelas. PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/ 33 /PBI/2009 TENTANG PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH UMUM Seiring dengan perkembangan industri perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digariskan. Audit internal modern menyediakan jasa- jasa yang mencakup

BAB I PENDAHULUAN. digariskan. Audit internal modern menyediakan jasa- jasa yang mencakup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pelaksanaan pengendalian internal di suatu perusahaan dapat dilakukan secara langsung oleh anggota perusahaan dan dapat pula dilakukan oleh suatu departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu Corporate Governance (CG) telah muncul sejak tahun 1840-an namun

BAB I PENDAHULUAN. Isu Corporate Governance (CG) telah muncul sejak tahun 1840-an namun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu Corporate Governance (CG) telah muncul sejak tahun 1840-an namun masih berupa saran (exhortation) dan anekdot. Istilah ini menjadi popular seiring terkuaknya berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejahtera, pemerintah Indonesia berusaha untuk mewujudkan tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. sejahtera, pemerintah Indonesia berusaha untuk mewujudkan tata kelola 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memajukan pembangunan masyarakat yang makmur dan sejahtera, pemerintah Indonesia berusaha untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai 1 BAB I PENDAHULUAN.1 Latar Belakang Masalah Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan dengan meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang sahamnya. Untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. dengan perkembangan perusahaan. Pendirian perusahaan-perusahaan ini tentunya

BAB I. Pendahuluan. dengan perkembangan perusahaan. Pendirian perusahaan-perusahaan ini tentunya BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan dunia bisnis di Indonesia berjalan beriringan dengan perkembangan perusahaan. Pendirian perusahaan-perusahaan ini tentunya memiliki tujuan utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai wakil dari pemilik juga memiliki kepentingan pribadi sehingga perilaku

BAB I PENDAHULUAN. sebagai wakil dari pemilik juga memiliki kepentingan pribadi sehingga perilaku BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Good Corporate Governance merupakan sistem tata kelola yang diterapkan pada suatu perusahaan sebagai langkah antisipatif untuk mengatasi permasalahan keagenan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2004, manajemen keuangan daerah Pemerintah Kabupaten Badung mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 2004, manajemen keuangan daerah Pemerintah Kabupaten Badung mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak diberlakukannya otonomi daerah berdasarkan UU No 32 Tahun 2004, manajemen keuangan daerah Pemerintah Kabupaten Badung mengalami perubahan yaitu reformasi penganggaran.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Keuangan Negara Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan keadaan saat ini, khususnya dalam dunia ekonomi, pengelolaan perusahaan (corporate governance) telah dianggap penting sebagaimana pemerintahan negara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsi dan perannya sebagai pengelola sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. fungsi dan perannya sebagai pengelola sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transparansi keuangan Pemerintah Daerah merupakan wujud dari pemerintahan yang sistematis dan memiliki kredibilitas tinggi dalam menjalankan fungsi dan perannya sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegagalan penerapan Good Corporate Governance (Daniri, 2005). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. kegagalan penerapan Good Corporate Governance (Daniri, 2005). Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep Corporate Govenance muncul sebagai reaksi terhadap berbagai kegagalan korporasi akibat dari buruknya tata kelola perusahaan. Krisis ekonomi di kawasan Asia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa laporan keuangan. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. berupa laporan keuangan. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka melakukan upaya konkrit mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, serta meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan (Agency Theory) menjadi dasar bagi perusahaan dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan (Agency Theory) menjadi dasar bagi perusahaan dalam 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Agensi Teori keagenan (Agency Theory) menjadi dasar bagi perusahaan dalam memahami corporate governance (Aditya, 2012). Hubungan keagenan diartikan sebagai hubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aksesibilitas laporan keuangan SKPD, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aksesibilitas laporan keuangan SKPD, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Bab ini akan menguraikan pengertian penyajian laporan keuangan SKPD, aksesibilitas laporan keuangan SKPD, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan

Lebih terperinci

GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DALAM PERSPEKTIF AGENCY THEORY

GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DALAM PERSPEKTIF AGENCY THEORY GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DALAM PERSPEKTIF AGENCY THEORY Mailani Hamdani Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka Pondok Cabe mailani@ecampus.ut.ac.id Abstrak Dalam mempertahankan bisnis perusahaan yang

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi ini, tuntutan terhadap paradigma good governance dalam seluruh kegiatan tidak dapat dielakkan lagi. Istilah good

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kurniawan Cahyo Utomo dan Y Anni Aryani (2016)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kurniawan Cahyo Utomo dan Y Anni Aryani (2016) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Internet Financial Reporting pernah menjadi topik penelitian dari beberapa peneliti terdahulu. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan hasil yang berbeda.

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGENDALIAN INFORMASI PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

PEDOMAN PENGENDALIAN INFORMASI PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS PEDOMAN PENGENDALIAN INFORMASI PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 2 A. Latar Belakang... 2 B. Maksud Dan Tujuan... 2 C. Acuan Pedoman... 3 D. Ruang Lingkup... 3

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memberikan pelayanan publik yang layak bagi masyarakat. Dengan teori. suatu biaya, yang biasa disebut dengan agency cost.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memberikan pelayanan publik yang layak bagi masyarakat. Dengan teori. suatu biaya, yang biasa disebut dengan agency cost. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Penelitian ini menggunakan grand theory teori keagenan. Teori keagenan dijadikan teori utama karena teori ini menjelaskan hubungan antara pemerintah sebagai agen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan sarana utama melalui mana informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan sarana utama melalui mana informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan sarana utama melalui mana informasi keuangan dikomunikasikan kepada pihak di luar perusahaan. Laporan keuangan mempunyai peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akuntanbilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk

BAB I PENDAHULUAN. Akuntanbilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam perkembangan sektor publik di Indonesia sekarang ini adalah semakin menguatnya tuntunan masyarakat kepada para penyelenggara pemerintahan. Salah satu yang menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Teori Keagenan Dalam rangka memahami good corporate governance maka digunakanlah dasar perspektif hubungan keagenan. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini menimbulkan peningkatan tanggung jawab penyelenggara pemerintah di

BAB I PENDAHULUAN. ini menimbulkan peningkatan tanggung jawab penyelenggara pemerintah di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Otonomi daerah yang terjadi di Indonesia membuat pemerintah daerah untuk semakin meningkatkan pelaporan dan pengungkapannya terhadap masyarakat dikarenakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau pemisahan pengelolaan perusahaan. Pemilik ( principle)

Lebih terperinci

Manajemen Risiko Bagi Perusahaan Perasuransian. disampaikan dalam acara WORKSHOP Manajemen Risiko Perusahaan Perasuransian

Manajemen Risiko Bagi Perusahaan Perasuransian. disampaikan dalam acara WORKSHOP Manajemen Risiko Perusahaan Perasuransian Manajemen Risiko Bagi Perusahaan Perasuransian disampaikan dalam acara WORKSHOP Manajemen Risiko Perusahaan Perasuransian Proses Bisnis Asuransi Konsultan Aktuaria Tertanggung Polis PREMI KLAIM Perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Mekanisme Corporate Governance Mekanisme corporate governance memiliki kemampuan dalam kaitannya menghasilkan suatu laporan keuangan yang memiliki kandungan informasi laba (Boediono,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan nilai perusahaan kepada

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM I. UMUM Perkembangan industri perbankan yang sangat pesat umumnya disertai dengan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep pendirian korporasi modern sebagai suatu entitas legal dapat dilihat dari adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan. Menurut Lukviarman (2016, p.23)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya pemerintahan yang baik (good governance) baik tuntutan demokrasi dan transparansi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan kali ini mengacu pada penelitian-penelitian terdahulu. beserta persamaan dan perbedaan, antara lain :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan kali ini mengacu pada penelitian-penelitian terdahulu. beserta persamaan dan perbedaan, antara lain : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan kali ini mengacu pada penelitian-penelitian terdahulu. Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan pada penelitian ini beserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Perkembangan ekonomi global memberikan sinyal akan pentingnya

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Perkembangan ekonomi global memberikan sinyal akan pentingnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perkembangan ekonomi global memberikan sinyal akan pentingnya peningkatan kemandirian dan daya saing sebuah negara di dunia internasional. Hal ini dimaksudkan agar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan yang disajikan oleh pihak manajemen perusahaan menggambarkan informasi mengenai kinerja dan posisi keuangan perusahaan. Laporan keuangan juga berguna

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Informasi merupakan hal penting dalam persaingan di dunia bisnis pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Informasi merupakan hal penting dalam persaingan di dunia bisnis pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi merupakan hal penting dalam persaingan di dunia bisnis pada masa seperti sekarang ini. Untuk itu para pengambil keputusan membutuhkan informasi-informasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan selalu memiliki nilai jual yang berbeda, yang biasa disebut dengan nilai perusahaan. Nilai perusahaan akan tercermin dalam harga pasar saham

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk memastikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk memastikan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk memastikan bahwa manajemen berjalan dengan baik. Secara logika, perusahaan yang baik harus mempunyai sistem pengendalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan keagenan merupakan kontrak antara pemilik perusahaan (principal)

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan keagenan merupakan kontrak antara pemilik perusahaan (principal) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan keagenan merupakan kontrak antara pemilik perusahaan (principal) dengan manajemen (agent). Masalah keagenan terjadi ketika manajemen melakukan tindakan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah tertentu yang berhak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaporan keuangan membantu memenuhi kewajiban pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaporan keuangan membantu memenuhi kewajiban pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaporan keuangan membantu memenuhi kewajiban pemerintah untuk menjadi akuntabel secara publik. Untuk pelaporan keuangan kepada masyarakat, hanya dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemerintahan merupakan salah satu hal yang kini menjadi perhatian bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemerintahan merupakan salah satu hal yang kini menjadi perhatian bagi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transparansi Informasi Keuangan Kemudahan dalam mengakses informasi yang dimiliki oleh pemerintahan merupakan salah satu hal yang kini menjadi perhatian bagi masyarakat. Hal

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian-penelitian

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian-penelitian BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan

Lebih terperinci