BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Transparansi pemerintah daerah dalam menjalankan pemerintahannya
|
|
- Glenna Jayadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transparansi Transparansi pemerintah daerah dalam menjalankan pemerintahannya merupakan suatu nilai dalam sistem pemerintahan yang baik atau sekarang ini yang lebih dikenal dengan good governance. Transparansi tersebut berupa penjaminan akses dan kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi penyelenggaraan pemerintahan termasuk pengelolaan keuangan publik Folscher (2000) dalam Medina (2012) menyebutkan beberapa keuntungan dari adanya transparansi: 1. Transparansi dapat mengurangi ketidakpastian yang memberikan kontribusi dalam satabilitas fiskal dan makroekonomi sehingga bia ada penyesuaian dikemudian hari dapat diminimalisir. 2. Meningkatkan akuntabilitas pemerintah. Legislatif, media dan masyarakat dapat melaksanakan fungsi kontrol yang akan lebih baik jika pihak-pihak tersebut memiliki informasi mengenai kebijakan, pelaksanaan kebijakan dan penerimaan/pengeluaran pemerintah. Para pejabat publik akan lebih berlaku bertanggung jawab apabila keputusan yang akan diambil dilakukan secara terbuka/transparan untuk publik sehingga dapat mencegah terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme. 3. Transparansi dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah sehingga dapat membangun hubungan sosial yang lebih erat, 17
2 misalnya masyarakat dapat memahami kebijakan pemerintah dan bahkan menddukung kebijakan tersebut. 4. Meningkatkan iklim investasi. Pemahaman yang jelas terhadap kebijakan dan tindakan pemerintah akan mengundang investor baik dari dalam maupun luar negeri untuk berinvestasi lebih banyak Manfaat Transparansi Keuangan pada Situs Resmi Styles dan Tennyson (2007) mengatakan bahwa suatau cara yang paling baik dan cost effectivebagi pihak pemerintahan untuk menyebarkan informasinya pada masa kini adalah melalui meddia internet yaitu dengan mempublikasikan informasi keuangannya melalui website resmi. Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh pemerintah daerah dalam mengungkapkan informasi keuangannya pada website resmi adalah: 1. Media internet menawarkan biaya yang rendah bagi pengguna dan penyedia informasi. 2. Internet dapat diakses dimana saja dan kapan saja sehingga cenderung tidak memiliki batasan bagi pengguna dan penyeddia informasi. 3. Informasi yang diungkapkan dapat disajikan dalam berbagai bentuk sehingga dapat memudahkan pengguna. 2.2 E-Government E-government merupakan aplikasi dari teknologi informasi, tterutama teknologi internet yang saat ini sangat berkembang pesat. Melalui penerapan e- government dapat memperkaya akses, meningkatkan penyampaian informasi dan pelayanan pemerintah kepada masyarakat, unit bisnis, pegawai, stakeholder dan
3 lainnya. Moon (2002) menyatakan bahwa secara umum e-government memiliki lima aspek utama: (1) interaksi antara lembaga pemerintah, (2) pelayanan berbasis web/internet, (3) e-commerce, (4) demokrasi secara digital untuk pertanggungjawaban pemerintah yang lebih transparan, (5) e-finance. Gupta et al (2008) dalam Rora (2010) menyatakan keuntungan yang diperoleh pemerintah dari implementasi dari e-government adalah: 1. Meningkatkan efisiensi, meningkatkan akses terhadap pelayanan publik, meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan citizen empowerment. 2. Menurunkan biaya dan waktu untuk melakukan pelayanan. 3. Memberikan keuntungan stratejik seperti meningkatkan pross pengambilan keputusan melalui arus informasi, meningkatkan interaksi penduduk dengan institusi pemerintahan, bisnis dan industri, meningkatkan kekuatan masyarakat untuk memaksa pemerintah untuk memiliki hubungan yang lebih baik dengan sektor swasta dan meningkatkan keemmampuan untuk memberikan efek terhadap organizational change management. 2.3 Pemerintahan Daerah di Indonesia Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, disebutkan bahwa pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) menurut asas ekonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia 19
4 sebagagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerahdaerah provinsi. Daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Daerah provinsi terbagi lagi atas daerah kota dan daerah kabupaten. Setiap daerah provinsi, daerah kota dan daerah kabupaten mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang. Pemerintahan daerah merupakan kepala daerah beserta perangkat daerah lainnya. Setiap pemerintahan daerah dipimpin oleh seorang kepala daerah. Sebutan kepala daerah untuk provinsi, kota dan kabupaten masing-masing adalah gubernur, walikota dan bupati. Dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 14, disebutkan bahwa kepala daerah berperan sebagai badan eksekutif, artinya kepala daerah menyusun dan menyampaikan anggaran untuk mendapatkan persetujuan, kemudian melaksanakannya sesuai ketentuan perundang-undangan stelah mendapatkan persetujuan. Ditegaskan pula dalam Undang-undang Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, bahwa pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah yang karena jabatannya mempunyai kewenangan menyyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan daerah. Kepala daerah dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilihan langsung kepala daerah (pilkada). Prosedur dan mekanisme pemilihan kepala
5 daerah sesuai Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 lebih menggambarkan pelaksanaan demokrasi. Pilkada dilaksanakan secara langsung, terbuka kemungkinan bagi calon independen/nonparpol untuk maju melalui partai politik (parpol)/gabungan parpol, dan proses dalam penyaringan bakal calon dilaksanakan secara terbuka dengan mewajibkan setiap parpol/gabungan parpol mengumumkan proses dan hasi penyaringan kepada masyarakat. Sekarang ini Indonesia menjalankan prinsip-prinsip desentralisasi dan otonomi daerah. Pemerintah daerah menjalankan otonomi dengan sebebasbebasnya, kecuali urusan pemerintahan yang dalam undang-undang telah ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat. Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah provinsi, kota dan kabupaten atau antara provinsi dengan kabupaten dan kota diatur melalui undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah. Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dilaksanakan adil dan selaras melalui undang-undang yang berlaku. 2.4 Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah Pelaporan keuangan merupakan suatu bentuk pengungkapan informasi keuangan. Pengungkapan memiliki arti memberikan data yang bermanfaat kepada pihak yang berkepentingan. Penelitian yang dilakukan Yentifa, dkk (2010) mencantumkan bahwa informasi keuangan yang dibutuhkan berdasarkan riset terdahulu adalah informasi mengenai kondisi keuangan, kinerja, perencanaan dan penganggaran. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui Laporan Keuangan 21
6 Pemerintah Daerah (LKPD), Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Peraturan mengenai APBD ditentukan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2005 dan Permendagri Nomor 59 Tahun Penyampaian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) oleh pemerintah daerah ditetapkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 Pasal 31. Penyajian LKPD juga diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan No. 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan. Peraturan-peraturan sebagaimana yang telah dinyatakan diatas tidak ada mengatur mengenai media yang digunakan untuk penyebaran informasi keuangan pemerintah daerah. Pada bagian pengantar Standar Akuntansi Pemerintahan, terdapat sedikit bahasan mengenai pelaporan keuangan pemerintah namun tidak dibahas mengenai media yang digunakan untuk pelaporan keuangan pemerintah. Meskipun begitu, pemerintah daerah dapat menyediakan informasi keuangan yang memang ingin disampaikan pemerintah daerah sendiri yang menganggap bahwa informasi tersebut bbermanfaat bagi pihak luar dan berkehendak untuk mengungkapkannya secara sukarela (voluntary), bukan karena untuk memenuhi tuntutan undang-undang, peraturan pemerintah ataupun ketentuan lainnya. 2.5 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Sesuai Pernyataan Nomor 1 Standar Akuntansi Pemerintahan tentang penyajian laporan keuangan, laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh
7 suatu entitas pelaporan. Tujuan umum penyajian laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisassi anggaran, arus kas dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mngevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya. Pengguna yang dimaksud dalam hal ini adalah masyarakat, termasuk lembaga legislatif, pemeriksa/pengawas, pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi dan pinjaman, serta pemerintah. Secara spesifik tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya, dengan: a. Menyediakan informasi mengenai sumber daya ekonomi, kewajiban dan ekuitas dana pemerintah; b. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi, kewajiban dan ekuitas dana pemerintah; c. Manyediakan informasi mengenai sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya ekonomi; d. Menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya; e. Menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya; f. Menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintahan; 23
8 g. Menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan entitas pelaporan dalam mendanai aktivitasnya. Laporan keuangan untuk tujuan umum juga mempunyai peranan prediktif dan prospektif, menyediakan informasi yang berguna untuk memprediksi besarnya sumber daya yag dibutuhkan untuk operasi yang berkelanjutan, serta risiko dan ketidakpastian yang terkait. Pelaporan keuangan juga menyediakan informasi bagi pengguna mengenai: a. Indikasi apakah sumber daya yang telah diperoleh dan digunakan sesuai anggaran. b. Indikasi apakah sumber daya diperoleh dan digunakan sesuai dengan ketentuan, termasuk batas anggaran yang ditentukan oleh DPR/DPRD. Komponen-komponen yang terdapat dalam suatu set laporan keuangan pokok adalah: a. Laporan Realisasi Anggaran Menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah daerah, yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam suatu periode pelaporan. b. Neraca Neraca menggambarkan posisi keuangan pemerintah daerah mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. c. Laporan Arus Kas
9 Laporan arus kas mnyediakan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama satu periode akuntansi, dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. d. Catatan Atas Laporan Keuangan Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam laporan realisasi anggaran, neraca, dan laporan arus kas. 2.6 Teori Keagenan Jensen dan Meckling (1976)menyatakan bahwa hubungan keagenan muncul ketika satu pihak (principal) memberikan wewenang dan tanggung jawab kepada pihak lain (agent) untuk meakukan pengambilan keputusan. Teori keagenan sendiri muncul berdasarkan bahwa pemilik perusahaan (principal) dan manajer perusahaan (agent) memiliki kepentingan yang berbeda. Dalam penelitian ini agen adalah pemerintah yang memiliki otoritas atas suatu daerah (provinsi/kabupaten/kota) sedangkan prinsipal adalah masyarakat. Agen-agen (pemerintah daerah) yang ditunjuk sebagai delegasi dari pemilik (prinsipal/masyarakat) ini adalah agen yang dipercaya untuk mengambil keputusan sesuai dengan kepentingan masyarakat. Akan tetapi, masyarakat tentunya tidak dapat mengawasi seluruh tindakan yang dilakukan ataupun keputusan yang diambil oleh pemerintah daerah selaku agen, sehingga dapat menimbulkan kesempatan bagi agen untuk mengambil keputusan yang menguntungkan kesejahteraan agen saja tanpa menghiraukan kesejahteraan masyarakat. 25
10 Masalah keagenan menimbulkan informasi asimetri antara kedua belah pihak yaitu pemerintah selaku agen dan masyarakat selaku principal. Mohammad dkk (2004) dalam Mulyana (2006) menyatakan bahwa akuntabilitas muncul sebagai jawaban dari informasi asimetri. Teori asimetri informasi beranggapan bahwa banyak terjadi kesenjangan informasi antara pihak manajemen yang mempunyai akses langsung atas informasi yang dimilikinya dengan pihak masyarakat yang merupakan bagian di luar manajemennya. Scott (1997) dalam Medina (2012) berpendapat bahwa kemampuan bertahan suatu organisasi salah satunya ditentukan oleh bagaimana menciptakan informasi yang terbuka, seimbang dan merata bagi semua pihak yang berkepentingan. Informasi asimetri muncul akibat adanya penguasaan informasi yang tidak seimbang antara masyarakat dengan pemerintah. Pemerintah lebih menguasai informasi karena memiliki akses langsung terhadap hasil kinerjanya sendiri. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah melalui pengungkapan informasi keuangan melalui website resmi setiap pemerintah daerah. Thompson (1999) menyatakan bahwa secara tradisional hubungan antara pemerintah dengan warga telah dianggap dibawah teori prinsipal-agen (keagenan) yang telah digunakan secara luas dalam administrasi publik untuk memeriksa masalah-masalah yang terkait dengan manajemen dan administrasi di negara yang berlandaskan prinsip desentralisasi. Alvarez dan Hall (2006) menyatakan bahwa permasalahan yang timbul dalam hubungan principal-agentsecara inheren terkait dengan ketersediaan informasi yang disediakan oleh agent.gang (1988) mengatakan bahwa dibawah principal-agentupaya teori telah dibuat untuk
11 mengidentifikasi insentif-insentif yang timbul pada beberapa pengungkapan di sektor publik. 2.7 Penelitian Terdahulu Styless dan tennyson (2007) menyatakan bahwa sudah banyak penelitian mengenai transparansi informasi keuangan pada media internet (situs resmi) yang telah dilakukan, namun pada umumnya di sektor swasta dan hanya sedikit pada sektor pemerintahan. Penelitian yang dilakukan pada sektor pemerintahan mengenai transparansi informasi keuangan pada media internet (situs resmi) disajikan pada tabel dibawah ini: Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. Peneliti/Judul Variabel Hasil Penelitian 1. Fawsi laswad, Richard Fisher, Peter Oyelere (2005) Variabel Dependen: Pelaporan keuangan di internet secara sukarela oleh pemerintah daerah Variabel Independen: Kompetisi politik, ukuran pemerintahan, leverage, kekayaan pemerintahan daerah, visibilitas pers, tipe pemerintahan. 1. Adannya hubungan yang positif signifikan IFR dengan: visibiilitas pers, kekayaan pemerintahan dan leverage. 2. Adanya hubungan yang negatif signifikan IFR dengan: tipe pemerintahan 3. Ukuran dan kompetisi politik tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan IFR 2. Styles dan Tennyson (2007) Variabel Dependen: Availability accessibility CAFR dan 1. Adanya hubungan yang positif signifikan ketersediaan CAFR 27
12 3. Garcia (2010) 4. Rora (2010) Variabel Independen : Ukuran daerah, struktur pemda, kualitas accounting disclosure, pendapatan perkapita, tingkat hutang, kondisi finansial. Variabel Dependen: Reporting index Variabel Independen: Size, leverage, capital Investment, political competition, dan press visibility Variabel Dependen: Vountary disclosure: 1. Pengungkapan konten 2. Presentasi pengungkapan 3. Total pengungkapan Variabel Independen: Rasio kinerja, rasio ketergantungan daerah, ukuran kompleksitas pemerintahan, dan belanja daerah. dengan: ukuran daerah, kualitas acccounting disclosure, pendapatan perkapita dan tingkat hutang. 2. Adanya hubungan yang positif signifikan aksesibilitas CAFR dengan: ukuran daerah, pendapatan perkapita, dan tingkat hutang 1. Political competition berpengaruh secara positif 2. Press visibility berepngaruh secara negatif 1. Adanya hubungan yang positif signifikan pengungkapan konten dengan: rasio ketergantungan daerah (DAU) 2. Adanya hubungan positif yang signifikan presentasi pengungkapan dengan: tingkat ketergantungan darah dan kompleksitas pemerintahan 3. Adanya hubungan yang positif
13 5. Jorge et al. (2011) Variabel Dependen: Transparansi Keuangan Variabel Independen: Kompetisi Politik, orientasi politik, political engagement, rata-rata umur masyarakat, tingkat pendidikan, pendapatan masyarakat populasi, jumlah populasi, dan tingkat kemandirian. signifikan total pengungkapan dengan: tingkat ketergantungan daerah. Adanya hubungan yang positif signifikan transparansi keuangan dengan jumlah populasi. 6. Yurisca (2011) Variabel Dependen: Pelaporan keuangan Variabel Independen: Kompetisi politik, ukuran pemerintahan, leverage, kekayaan pemda, 1. Adanya pengaruh signifikan IFR dengan: ukuran pemerintahan dan kekayaan pemerintahan 2. Adanya hubungan negatif yang signifikan antara IFR dengan: kompetisi politik, tipe pemerintahan dan leverage. 2.8 Kerangka Konseptual dan Perumusan Hipotesis Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui motivasi atau faktor-faktor yang mempengaruhi pemerintah daerah untuk melakukan transparansi informasi keuangannya pada situs resmi yang dimilikinya.bertot (2010) mengatakan bahwa 29
14 penggunaan internet dapat menciptakan budaya transparansi dan juga akan mewujudkan akuntabilitas Pengaruh Ukuran Pemerintah Daerah terhadap Transparansi Informasi Keuangan pada Situs Resmi Pemerintah Daerah. Piotrowski dan Bertelli (2010) berpendapat bahwa semakin banyak sumber daya pemerintah daerah, semakin besar kemungkinan pemerintah daerah untuk berinvestasi ke sistem infrastruktur yang kan memberikan transparansi. Contohcontoh dari proyek tersebut termasuk web server, sistem manajemen dokumen, dan peralatan untuk video conferencing. Sumber daya yang besar dapat juga dilihat dari total aset yang dimiliki pemerintah daerah. Berdasarkan analisis di atas, maka hipotesisnya adalah sebagai berikut: H1 : Ukuran pemerintah Daerah berpengaruh terhadap transparansi informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah Pengaruh Leverage terhadap Transparansi Informasi Keuangan pada Situs Resmi Pemerintah Daerah Styless dan Tennyson (2007) berpendapat bahwa dengan melakukan pembiayaan terhadap pengeluaran-pengeluaran pemerintah saat ini akan memberikan dampak pada kemampuan pemerintah dalam memberikan pelayanandan program-program terpadu bagi masyarakat dimasa yang akan datang. Namun besaran dari hutang tidak boleh melebihi jumlah dari modal yang dimiliki. Hubungan keagenan antara otoritas daerah dan pemerintah pusat (kreditur) memberikan dampak pada besarnya tingkat transparansi pengungkapan.
15 Kreditur cenderung memonitor para debiturnya dalam pengelolaan keuangan. Berdasarkan analisis di atas, maka hipotesisnya adalah sebagai berikut: H2 : Leverage berpengaruh terhadap transparansi informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah Pengaruh Kompetisi Politik terhadap Transparansi Informasi Keuangan pada Situs Resmi Pemerintah Daerah Kompetisi politik menunjukkan gambaran seberapa besar persaingan antara kepa daerah yang menjabat saat ini dengan saingan-saingan politiknya. Semakin besar kompetisi politik suatu pemerintah daerah maka akan semakin besar kecendrungan kepala daerah untuk menyediakan informasi (Baber, 1983 dalam Laswad, 2005) karena akan menanggung biaya pengawasan yang lebih besar dari saingan politiknya. Salah satu cara yang dilakukan adalah melalui transparansi dengan menggunakan situs resmi. Berdasarkan analisis di atas, maka hipotesisnya adalah sebagai berikut: H3 : Kompetisi politik berpengaruh terhadap transparansi informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah Pengaruh Tipe Pemerintah Daerah terhadap Transparansi Informasi Keuangan pada Situs Resmi Pemerintah Daerah Penduduk di pemerintahan kabupaten pada umumnya melakukanurbanisasi. Menurut Ingram (1984) dalam Laswad, dkk (2005), urbanisasimembantu pembentukan koalisi, yaitu gabungan pemilih individu, 31
16 sehingga kepaladaerah memiliki dorongan lebih besar untuk memberikan informasi guna pemantauan secara proporsional dengan wilayah metropolitan yang memilikipopulasi penduduk yang besar dibanding dengan wilayah pedesaan yang memiliki jumlah penduduk relatif besar. Ditambah lagi, pemakaian dan akses internet didaerah tujuan urbanisasi lebih tinggi. Hal tersebut memungkinkan bahwapelaporan keuangan di internet secara sukarela akan lebih banyak dipraktikkan di pemerintahan provinsi dan pemerintahan kota dibanding pemerintahan kabupaten.dengan demikian, tipe pemerintahan mempunyai pengaruh terhadap transparansi informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah. Berdasarkan analisis di atas, maka hipotesisnya adalah sebagai berikut: H4 : Tipe pemerintah daerah berpengaruh terhadap transparansi informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah Pengaruh Rasio kemandirian terhadap Transparansi Informasi Keuangan pada Situs Resmi Pemerintah Daerah Tingkat kemandirian menunjukkan kemampuan daerah dari sumber-sumber pendapatan asli daerah untuk membiayai pengeluaran operasional daerah dalam mewujudkan pembangunan daerah dan pelayanan kepadda masyarakat. Hasil penelitian Laswad (2005) menunjukkan kekayaan asli pemerintah daerah berhubungan secara positif signifikan terhadap pengungkapan yang lebih atas transparansi informasi keuangan pada situs resmi pemerintah
17 daerah. Berdasarkan penelitian Laswad (2005) besarnya kemampuan daerah dalam membiayai sendiri kegiatannya menunjukkan kinerja pemerintah yang baik. Kinerja pemerintah yang baik akan menunjukkan kualitan manajemen yang baik. Pemerintah daerah yang memiliki kualitas manajemen yang baik cenderung untuk mengungkapkan informasi yng lebih banyak dan menggunakan sistem yang dapat meningkatkan kualitas pemerintah seperti penggunn situs resmi dalam transparansi informasi keuangannya.. Berdasarkan analisis di atas, maka hipotesisnya adalah sebagai berikut: H5 : Rasio kemandirian daerah berpengaruh terhadap transparansi informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah. Dari uraian diatas, kerangka pemikiran mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi transparansi informasi keuangan pada website resmi pemerintah daerah di Indonesia dapat digambarkan pada suatu model sebagai berikut: Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Ukuran Pemerintah Daerah (X 1 ) Leverage(X 2 ) Kompetisi Politik (X 3 ) Tipe Pemerintah Daerah (X 4 ) Transparansi Informasi Keuangan pada Website Resmi Pemerintah Daerah di Indonesia (Y) Rasio Kemandirian (X 5 ) 33
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Keuangan Pemerintah Daerah Indonesia mengalami perubahan yang signifikan dalam hubungan antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Transparansi merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transparansi Informasi Keuangan Transparansi merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban an atas penggunaan keuangan daerah kepada masyarakat. Oleh karena itu, transparansi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemerintahan merupakan salah satu hal yang kini menjadi perhatian bagi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transparansi Informasi Keuangan Kemudahan dalam mengakses informasi yang dimiliki oleh pemerintahan merupakan salah satu hal yang kini menjadi perhatian bagi masyarakat. Hal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis. keinginan prinsipal (Raharjo, 2007). Teori Stewardship mempunyai akar
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis 1. Stewardship Teory Teori Stewardship didefinisikan sebagai situasi dimana manajer tidak mempunyai kepentingan pribadi tapi lebih mementingkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satunya prinsip transparansi dan akuntabilitas. Berdasarkan Undang-Undang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah membawa perubahan dalam pelaksanaan pemerintahan daerah khususnya dalam proses penganggaran dan manajeman keuangan daerah salah satunya prinsip
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih (principal) mengikutsertakan orang lain (agent) untuk memberikan jasa atas
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Agensi Hubungan keagenan merupakan sebuah kontrak di mana satu orang atau lebih (principal) mengikutsertakan orang lain (agent) untuk memberikan jasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain-lain yang sah dan tidak bertentangan dengan perundangan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi sektor publik merupakan organisasi yang sumber pembiayaannya berasal dari dana masyarakat yang berwujud pajak dan retribusi, laba perusahaan negara,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Adanya masalah ekonomi dan hilangnya kepercayaan publik terhadap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adanya masalah ekonomi dan hilangnya kepercayaan publik terhadap pemerintah menuntut pemerintah untuk meningkatkan akuntabilitas dan transparansi (Soepriyanto & Aristiani,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perhatian terhadap peningkatan transparansi di Indonesia mulai berkembang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perhatian terhadap peningkatan transparansi di Indonesia mulai berkembang dengan dikeluarkannya Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam memasuki era otonomi daerah dan desentralisasi fiskal setelah dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang otonomi daerah yang didefinisikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperhatikan asas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundangundangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat. Hal ini berkaitan dengan tanggung jawab pemerintah terhadap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sesuai dengan UU No. 32 tahun 2004 tentang otonomi daerah dan diberikannya wewenang yang lebih luas kepada pemerintah kabupaten dan kota di Indonesia, maka
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. aksesibilitas laporan keuangan SKPD, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Bab ini akan menguraikan pengertian penyajian laporan keuangan SKPD, aksesibilitas laporan keuangan SKPD, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN INFORMASI AKUNTANSI DI INTERNET OLEH PEMERINTAH DAERAH
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN INFORMASI AKUNTANSI DI INTERNET OLEH PEMERINTAH DAERAH SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah merupakan penyelenggara seluruh urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut azas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik (Good Governance) menuntut negara-negara di dunia untuk terus
i BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keinginan setiap masyarakat agar terciptanya tata pemerintahan yang baik (Good Governance) menuntut negara-negara di dunia untuk terus berusaha memperbaiki
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Pemerintahan Daerah di Indonesia. daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) menurut asas
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pemerintahan Daerah di Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dituliskan bahwa pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) adalah laporan pertanggung-jawaban
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi selama satu periode pelaporan. Berkaitan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fungsi dan perannya sebagai pengelola sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transparansi keuangan Pemerintah Daerah merupakan wujud dari pemerintahan yang sistematis dan memiliki kredibilitas tinggi dalam menjalankan fungsi dan perannya sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berlebih sehingga untuk mengembangkan dan merencanankan daerah yang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Awal mula dibuatnya Undang-Undang tentang pemerintah daerah karena pada saat diberlakukannya sistem pemerintah terpusat dimana sentralisasi pemerintah berada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manfaat Judul pada penelitian menekankan pada manfaat, maksudnya adalah bagaimana variabel independen yaitu Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) dapat memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di Indonesia semakin pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah otonomi daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Undang-Undang no 22 tahun 1999 dan Undang-Undang no 25
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berlakunya Undang-Undang no 22 tahun 1999 dan Undang-Undang no 25 tahun 1999 merupakan titik awal berjalannya otonomi daerah (reformasi pemerintahan daerah dan reformasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik (Good Governance Government) telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah daerah
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN
PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance) baik dari level atas
BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENDAHULUAN Pemerintah Indonesia kini dituntut terus-menerus untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance) baik dari level atas (Pemerintah Pusat) sampai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dimana satu orang atau lebih (principal) terlibat dengan orang lain (agent) untuk
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Teori Agensi Jensen et al (1976) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai kontrak dimana satu orang atau lebih (principal) terlibat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN/KAJIAN PUSTAKA. mencapai tujuan penyelenggaraan negara. dilakukan oleh badan eksekutif dan jajaranya dalam rangka mencapai tujuan
BAB II TINJAUAN/KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pemerintahan Daerah Dalam arti luas : Pemerintahan adalah perbuatan pemerintah yang dilakukan oleh badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reformasi telah membawa perubahan yang signifikan terhadap pola kehidupan sosial, politik dan ekonomi di Indonesia. Desentralisasi keuangan dan otonomi daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Perkembangan ekonomi global memberikan sinyal akan pentingnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perkembangan ekonomi global memberikan sinyal akan pentingnya peningkatan kemandirian dan daya saing sebuah negara di dunia internasional. Hal ini dimaksudkan agar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. transparansi publik. Kedua aspek tersebut menjadi hal yang sangat penting dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era reformasi ini tuntutan demokratisasi menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia yang menyebabkan adanya aspek akuntabilitas dan transparansi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena memiliki sumber daya ekonomi yang tidak kecil, bahkan bisa dikatakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi sektor publik merupakan sebuah entitas ekonomi yang berbeda dengan sektor swasta. Organisasi sektor publik disebut sebagai entitas ekonomi karena
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Peraturan dan Perundang-undangan yang Berkaitan dengan Keuangan Daerah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Peraturan dan Perundang-undangan yang Berkaitan dengan Keuangan Daerah Sejak otonomi daerah mulai diberlakukan di Indonesia maka sejak saat itu hingga kini
Lebih terperinciBUPATI PAMEKASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAMEKASAN,
BUPATI PAMEKASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 56 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 104 Undang- Undang Nomor
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Isu di Indonesia saat ini yang semakin mendapat perhatian publik dalam beberapa tahun terakhir ini adalah akuntabilitas keuangan publik. Hal tersebut disebabkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemerintah Daerah Sebagai Entitas Pelaporan Dan Entitas Akuntansi bahwa: Dalam pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah (2005:19) menyatakan entitas pelaporan keuangan adalah
Lebih terperinci- 1 - PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
- 1 - LAMPIRAN II PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN A. PENDAHULUAN 1. Tujuan Tujuan kebijakan ini adalah
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman I. DAFTAR ISI... i II. DAFTAR TABEL... iii III. DAFTAR LAMPIRAN... iv
DAFTAR ISI Halaman I. DAFTAR ISI... i II. DAFTAR TABEL... iii III. DAFTAR LAMPIRAN... iv Bab I Pendahuluan Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2015... 1 1.1. Maksud dan Tujuan Penyusunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desentralisasi adalah salah satu sistem administrasi pemerintahan, dalam banyak hal tidak dapat dilepaskan dari proses pertumbuhan suatu negara. Sejarah mencatat desentralisasi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Penyajian Laporan Keuangan Daerah Berdasarkan PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah menyatakan bahwa laporan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang handal, dapat dipertanggungjawabkan dan dapat digunakan sebagai dasar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam akuntansi keuangan daerah, salah satu tujuan akuntansi keuangan daerah adalah menyediakan informasi keuangan yang lengkap, cermat dan akurat sehingga dapat menyajikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fenomena yang terjadi saat ini yang kemudian menjadi latar belakang penelitian adalah dipaparkannya opini auditor eksternal dalam sebuah situs internet yang
Lebih terperinciBUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG
BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciGUBERNUR BALI. PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 52 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 52 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI. Menimbang : bahwa sesuai ketentuan Pasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. monopoli dalam kegiatan ekonomi, serta kualitas pelayanan kepada masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terjadinya krisis ekonomi di Indonesia antara lain disebabkan oleh tatacara penyelenggaraan pemerintahan yang tidak dikelola dan diatur dengan baik. Akibatnya timbul
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR : 03 TAHUN 2013
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAHAT, Menimbang
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. theory yaitu stewardship theory (Donaldson dan Davis, 1991), yang
BAB II DASAR TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Teori Stewardship Grand theory yang mendasari penelitian ini adalah bagian dari agency theory yaitu stewardship theory (Donaldson dan Davis, 1991), yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Keagenan (Agency Theory) dalam Pemerintahan. disebut agent. Agency problem muncul ketika principal mendelegasikan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Penelitian tentang pengaruh jumlah penduduk, kekayaan daerah dan belanja daerah terhadap pe pemerintah daerah pada pemerintah kabupaten/kota di jawa tengah membutuhkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pemerintahan Daerah Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 1 ayat (2) Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah
Lebih terperinciBUPATI MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAROS,
SALINAN BUPATI MAROS PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir ini merupakan bagian dari adanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah yang sedang bergulir ini merupakan bagian dari adanya reformasi atas kehidupan bangsa oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Melalui otonomi
Lebih terperinciPROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN ANGGARAN
Lebih terperinci> *\ PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN ^UL^pT)
> *\ PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN ^UL^pT) y ^2 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN ^ *- ^S^^ Untuk Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MALANG
PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era reformasi dan pelaksanaan otonomi daerah yang lebih luas, mengakibatkan semakin kuatnya tuntutan masyarakat terhadap
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era reformasi dan pelaksanaan otonomi daerah yang lebih luas, mengakibatkan semakin kuatnya tuntutan masyarakat terhadap pelaksanaan pemerintah yang baik
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 6 TAHUN 2011 SERI A ==================================================== PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 6oTAHUN 2011 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT
1 PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini menimbulkan peningkatan tanggung jawab penyelenggara pemerintah di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Otonomi daerah yang terjadi di Indonesia membuat pemerintah daerah untuk semakin meningkatkan pelaporan dan pengungkapannya terhadap masyarakat dikarenakan
Lebih terperinciBUPATI BANGKA BARAT PERATURAN BUPATI BANGKA BARAT NOMOR TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT
BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN BUPATI BANGKA BARAT NOMOR TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT Menimbang :
Lebih terperinciWALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 97 Peraturan
Lebih terperinciBUPATI BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG
BUPATI BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori entitas yang dikemukakan oleh Paton menyatakan bahwa organisasi
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Entitas Teori entitas yang dikemukakan oleh Paton menyatakan bahwa organisasi dianggap sebagai suatu kesatuan atau badan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. prinsipal (Jensen dan Meckling, 1976). Scott (2000) dalam Bangun (2009)
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Keagenan Teori keagenan menyatakan bahwa hubungan keagenan merupakan sebuah persetujuan (kontrak) di antara dua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diberlakukannya otonomi daerah, mengakibatkan daerah memiliki. hak, wewenang dan kewajibannya dalam mengatur dan mengurus secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diberlakukannya otonomi daerah, mengakibatkan daerah memiliki hak, wewenang dan kewajibannya dalam mengatur dan mengurus secara mandiri urusan pemerintahannya sesuai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pemerintahan di Indonesia semakin pesat dengan adanya era
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pemerintahan di Indonesia semakin pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Hal ini terjadi
Lebih terperinciBUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG
BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN ANGGARAN
Lebih terperinci1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN Maksud penyusunan Laporan Keuangan Dinas Dikpora Provinsi NTB adalah untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berupa laporan keuangan. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka melakukan upaya konkrit mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, serta meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian yang mendasari dalam penyusunan laporan keuangan serta tujuan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesat. Khususnya reformasi pada pemerintahan yang mengarahkan pemerintah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era reformasi saat ini, perkembangan akuntansi sektor publik semakin pesat. Khususnya reformasi pada pemerintahan yang mengarahkan pemerintah untuk bertanggungjawab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan untuk lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan untuk lebih demokratis menjadi suatu fenomena global termasuk Indonesia. Tuntutan ini mengharuskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. desentralisasi yang mensyaratkan perlunya pemberian otonomi seluas-luasnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pemerintahan Indonesia menerapkan sistem pemerintahan desentralisasi yang mensyaratkan perlunya pemberian otonomi seluas-luasnya kepada pemerintah daerah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan dan lain-lain. Sebagaimana bentuk-bentuk organisasi lainnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Instansi pemerintah merupakan salah satu bentuk organisasi non profit yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat umum, seperti peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Akuntansi dapat didefinisikan sebagai sebuah seni, ilmu (science) maupun
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Akuntansi dapat didefinisikan sebagai sebuah seni, ilmu (science) maupun perekayasaan (technology), namun juga dapat diartikan sebagai sebuah proses. Sesuai ragam
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.2. MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. UMUM Catatan Atas Laporan Keuangan merupakan komponen laporan keuangan yang berkedudukan menggantikan Nota Perhitungan Anggaran, sebagaimana yang dimaksud dan diatur dalam Peraturan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan dalam dunia bisnis dapat dideskripsikan sebagai hubungan antara pemegang saham
Lebih terperinciKERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN
KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN Karakteristik Perusahaan Karakteristik perusahaan adalah ciri khas atau sifat yang melekat pada suatu entitas usaha yang dapat dilihat dari beberapa segi di antaranya
Lebih terperinciBUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 6 TAHUN 2014
BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENJABARAN PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 BUPATI TOLITOLI Menimbang : a.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Mekanisme Corporate Governance Mekanisme corporate governance memiliki kemampuan dalam kaitannya menghasilkan suatu laporan keuangan yang memiliki kandungan informasi laba (Boediono,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 6 TAHUN 2013
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 6 TAHUN 2013 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dibangku perkuliahan. Magang termasuk salah satu persyaratan kuliah yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Magang merupakan kegiatan mahasiswa dalam dunia kerja dimana mahasiswa tersebut dapat menerapkan ilmu yang telah dipelajari selama duduk dibangku perkuliahan. Magang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Standar Akuntansi Pemerintahan Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 13 TAHUN 2012 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG
BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 13 TAHUN 2012 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR : 7 TAHUN 2010
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2009 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORETIS Pengertian Standar Akuntansi Pemerintahan
24 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Standar Akuntansi Pemerintahan 2.1.1.1 Pengertian Standar Akuntansi Pemerintahan Menurut PP Nomor 71 Tahun 2010 pasal 1 ayat (3) tentang standar akuntansi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Reformasi telah membuka wacana baru disetiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Tuntutan masyarakat semakin berani dan secara terbuka menuntut adanya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. banyak mendapatkan perhatian khusus dibandingkan masa-masa sebelumnya
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pelaksanaan akuntansi publik dilembaga-lembaga pemerintahan banyak mendapatkan perhatian khusus dibandingkan masa-masa sebelumnya dikarenakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan transparasi laporan keuangan pemerintahan kepada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik yang menyebutkan bahwa setiap informasi publik harus bersifat terbuka, serta dapat diakses
Lebih terperinciPEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistem tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang ditandai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi di Indonesia yang masih berlangsung hingga sekarang telah menghasilkan berbagai perubahan khususnya dalam hal tata kelola pemerintahan. Salah satu
Lebih terperinciBUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN
BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN Menimbang: a. bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan kontrak dimana satu atau lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada era keterbukaan sekarang ini maka reformasi sektor publik yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era keterbukaan sekarang ini maka reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan transparansi dan akuntabilitas sudah menjadi kewajiban yang harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang keuangan negara. Hal ini diindikasikan dengan telah diterbitkannya Undang-Undang Nomor
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA. Menurut Goldberg (1965) dikutip oleh Wise (2010) teori kepemimpinan
15 BAB II LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Kepemimpinan (Commander Theory) Menurut Goldberg (1965) dikutip oleh Wise (2010) teori kepemimpinan bertumpu pada asumsi bahwa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Teori Agency Jensen dan Meckling (1976) dala Puspita dan Martani (2012) menjelaskan bahwa terdapat perbedaan kepentingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. informasi yang memadai diberikan oleh perusahaan karena mempunyai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan jasa, perusahaan manufaktur maupun perusahaan perbankan yang telah go public memanfaatkan pasar modal sebagai sarana untuk mendapatkan sumber dana
Lebih terperinci