HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Kredit UMKM Bank X merupakan kredit dengan jumlah nasabah terbanyak dibandingkan dengan jenis kredit lainnya. Jasa layanan kredit usaha pada Bank ini diantaranya meliputi sektor usaha dibidang jasa, konstruksi, pengangkutan, perdagangan, perikanan, perindustrian, perkebunan, pertanian, peternakan, dan sarana. Gambaran umum tentang nasabah kredit UMKM Bank X dilihat dari skala usaha maupun sektor usahanya disajikan dalam Tabel berikut : Tabel Gambaran umum tentang data nasabah UMKM Bank X Skala usaha Mikro Kecil Menengah Sektor usaha Lancar Gagal Lancar Gagal Lancar Gagal Total Jasa Kostruksi Pengangkutan Perdagangan Perikanan Perindustrian Perkebunan Pertanian Pertenakan Sarana Total Dari nasabah kredit UMKM Bank X, sebanyak nasabahnya mengalami gagal. Ini artinya sebesar 7,69% dari total nasabah yang pada awalnya memenuhi kualifikasi resiko kredit rendah ataupun yang dapat ditoleransi pada akhirnya mengalami gagal. Sebanyak 5,8% diantaranya berasal dari nasabah dengan skala usaha mikro,,97% dan,54% berasal dari skala usaha kecil dan menengah. Sebaran datanya disajikan dalam Gambar berikut : 7

2 mikro kecil menengah gagal lancar Sarana Pertenakan Pertanian Perkebunan Perindustrian Perikanan Perdagangan Pengangkutan Kostruksi. 5.. gagal lancar (a) Skala Usaha (b) Sektor Usaha Gambar 3 Persentase nasabah yang mengalami gagal dan lancar Jasa Dari Gambar (a) dapat dilihat bahwa skala usaha menengah merupakan skala usaha dengan potensi kredit bermasalah terbesar. Sebanyak 24.59% dari total nasabah pada skala menengah mengalami gagal. Hal ini mengindikasikan bahwasanya kredit untuk skala usaha menengah perlu mendapatkan perhatian dan penanganan khusus dalam proses kelayakan kreditnya. Jika ditinjau dari jenis usahanya, hampir semua sektor usaha berpotensi tinggi untuk mengalami kredit macet. Untuk mengetahui sebaran data nasabah yang mengalami gagal berdasarkan karakteristiknya, dapat dilihat pada tabulasi silang berikut : Tabel 2 Tabulasi silang antara status kredit dengan jenis kelamin Jenis kelamin laki-laki perempuan Jumlah Lancar Jumlah (%) Gagal Jumlah (%) Jumlah

3 Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa persentase gagal nasabah berjenis kelamin perempuan lebih besar dibandingkan dengan persentase nasabah berjenis kelamin kali-laki. Hal ini mengindikasikan bahwa untuk resiko kegagalan lebih rentan dialami oleh nasabah yang berjenis kelamin perempuan. Tabel 3 Tabulasi silang antara status kredit dengan sifat suku bunga Sifat suku bunga efektif flat Jumlah Lancar Jumlah (%) Gagal Jumlah (%) Jumlah Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa sifat suku bunga yang diberikan oleh pihak Bank X kepada nasabah akan mempengaruhi resiko kegagalan yang akan dialami oleh nasabah. Hal ini terlihat dari persentase nasabah yang gagal lebih banyak berasal dari nasabah yang dikenakan sifat suku bunga efektif dibandingkan dengan sifat suku bunga yang flat. Hal ini mengindikasikan bahwa penerapan sifat suku bunga flat pada setiap nasabah memungkinkan untuk meminimalisir resiko terjadinya gagal. Tabel 4 Tabulasi silang antara status kredit dengan finansial debitur Rasio keuangan Total Lancar Gagal Jumlah (%) Current Ratio Jumlah (%) Jumlah (%) Quick Ratio Jumlah (%) Jumlah (%) EBITDA Jumlah (%) Jumlah (%) % Equity Ratio Jumlah (%)

4 Tabel 4 Tabulasi silang antara status kredit dengan finansial debitur (lanjutan) Rasio keuangan Total Lancar Gagal Jumlah (%) ROA Jumlah (%) Jumlah (%) 9, Profit Margin Jumlah (%) Jumlah (%) Sales Growth Jumlah (%) Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa untuk kategori finansial, nasabah yang mengalami gagal kebanyakan berasal dari nasabah dengan kondisi finansial yang rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa kondisi keuangan nasabah memang ikut mempengaruhi dan menentukan apakah untuk ke depannya nasabah akan mampu melunasi hutangnya. Lancar Gagal Tabel 5 Tabulasi silang antara status kredit dengan karakter nasabah Tingkat kepercayaan Pengelolaan rekening Jumlah (%) Jumlah (%) jumlah Tabel 5 Tabulasi silang antara status kredit dengan karakter nasabah (lanjutan) Reputasi bisnis Prilaku debitur Lancar Gagal Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah Pada Tabel 5 terlihat bahwa nasabah yang memenuhi kualifikasi resiko kredit dapat diterima oleh pihak Bank X tidak ada yang berasal dari nasabah dengan karakteristik tingkat kepercayaan dengan kategori 3, yaitu seluruh 2

5 informasi yang diberikan tidak sesuai atau dengan kata lain nasabah dengan kategori sangat tidak dapat dipercaya. Nasabah dengan karakteristik reputasi bisnis dengan kategori 3, yaitu reputasi bisnis buruk juga tidak ada yang lolos kualifikasi kelayakan kredit. Semakin baik karakter seorang nasabah, maka semakin rendah resiko nasabah tersebut untuk gagal. Lancar Gagal Tabel 6 Tabulasi silang antara status kredit dengan kondisi bisnis nasabah Kualitas produk/jasa Strategi pemasaran Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah Tabel 6 Tabulasi silang antara status kredit dengan kondisi bisnis (lanjutan) Lokasi usaha Perkembangan pasar Lancar Gagal Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa untuk karakteristik nasabah dengan kategori kondisi bisnis, tidak ada nasabah dengan kualifikasi kualitas produk/jasa yang buruk yang mendapat pinjaman kredit. Nasabah yang mengalami gagal umumnya memang berasal dari nasabah dengan kategori kondisi bisnis yang buruk. Namun persentase nasabah gagal yang berasal dari karakteristik kondisi bisnis dengan kategori yang baik juga cukup tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak menutup kemungkinan resiko gagal juga akan dialami oleh nasabah dengan kualitas kondisi bisnis yang baik. Hal ini mungkin saja dapat disebabkan oleh faktor lain, seperti karakteristik nasabahnya, kekeliruan penilaian oleh pihak Bank X ataupun kondisi lainnya yang dialami oleh nasabah diluar pantauan pihak Bank X. 2

6 Lancar Gagal Tabel 7 Tabulasi silang antara status kredit dengan manajemen usaha Kualifikasi komersial Kualifikasi teknis Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa sistem manajemen yang baik dapat menghindarkan seseorang dari resiko gagal. Hal ini terlihat dari tingginya persentase nasabah yang mengalami lancar untuk kualifikasi komersial yang baik. Tabel 7 untuk kategori kualifikasi teknis juga memperlihatkan bahwa nasabah yang memiliki pengalaman dan keahlian yang lebih dari 2 tahun tidak dapat menjadi jaminan bahwa seseorang tersebut akan terhindar dari kredit macet. Hal ini dapat dilihat dari persentase kredit macetnya yang lebih besar dibandingkan dengan persentase kredit macet nasabah dengan pengalaman dan keahlian kurang dari 2 tahun. Analisis Karakteristik Nasabah yang Mempengaruhi Kredit Bermasalah Pengaruh dari beberapa karakteristik terhadap peubah respon dapat diketahui melalui model regresi Cox proportional hazard yang terbentuk. Tabel 8 memperlihatkan bahwa kredit macet untuk skala mikro, kecil dan menengah sama-sama dipengaruhi oleh faktor karakteristik jenis kelamin, tingkat suku bunga, sifat suku bunga, ROA dan reputasi bisnis. Kemudian ditambah dengan faktor CR, ER, tingkat kepercayaan, kualitas produk, perkembangan pasar, dan kualifikasi komersial untuk skala usaha mikro. Faktor CR, tingkat kepercayaan, kualitas produk, dan perkembangan pasar untuk skala usaha kecil. Faktor ER, SG, dan pengelolaan rekening untuk skala usaha menengah. 22

7 Peubah Penjelas Tabel 8 Nilai dugaan koefisien regresi Mikro Kecil Menengah p_value p_value p_value.482 < < < <..66 < < < < < < < < < < < < Model dugaan regresi Cox proportional hazard untuk masing-masing skala usaha dapat ditulis sebagai berikut : Interpretasi terhadap model regresi Cox proportional hazard didefinisikan sebagai tingkat kegagalan nasabah dengan karakteristik X pada waktu t. 23

8 Jika ditinjau dari segi sektor usahanya, faktor-faktor resiko yang signifikan mempengaruhi terjadinya kredit macet adalah sebagai berikut : Tabel 9 Faktor-faktor resiko yang signifikan mempengaruhi kredit macet Sektor usaha Jasa X X X - X X - - X X Konstruksi - - X X Pengangkutan - X X X X Perdagangan X X X X - - X X X X X X X - X X - Perikanan X X Perindustrian X X X X X Perkebunan X X X Pertanian X X X Peternakan X X X X Sarana X X X X - - Dari Tabel 9 terlihat bahwa setiap sektor usaha memiliki spesifikasi faktor resiko yang berbeda-beda. Ini artinya tingkat resiko pada setiap sektor usaha dicirikan dan ditentukan oleh karakteristik yang berbeda-beda. Namun dalam penelitian ini hal tersebut tidak dibahas lebih jauh lagi. Uji Kesesuaian Model Untuk mengetahui apakah model regresi Cox proporsional hazard yang dibentuk sudah dapat digunakan, terlebih dahulu perlu dilakukan uji terhadap kesesuaian model atau Goodness-of-fit test, yang dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel Uji Kesesuaian Model Score test (model extende-cox) Score test (model proportional hazard) Mikro 2852, ,62 28,676 Kecil 53, , ,267 Menengah 2589, ,2367 3,4279 Dari Tabel dapat dilihat bahwa nilai untuk masing-masing model adalah lebih kecil dari, artinya untuk kasus penelitian ini model regresi Cox proportional hazard memang sesuai dan cocok digunakan dalam menggambarkan hubungan peubah penjelas dengan waktu survialnya. 24

9 Analisis Perbandingan Resiko Untuk mengetahui tingkat resiko dari nasabah satu dengan yang lainnya dengan karakteristik yang berbeda, dapat diketahui dari nilai hazard rationya yang disajikan pada Tabel berikut : Tabel Perbandingan tingkat resiko untuk setiap perbedaan karakteristik Peubah Penjelas Mikro Kecil Menengah Pada Tabel dapat dilihat, untuk skala usaha mikro, nasabah dengan jenis kelamin perempuan memiliki resiko gagal 4,88 kali dari nasabah berjenis kelamin laki-laki. Tidak berbeda jauh dengan skala usaha mikro, untuk skala usaha kecil, nasabah dengan jenis kelamin perempuan memiliki resiko gagal 4,73 kali lebih besar dari nasabah berjenis kelamin laki-laki. Sedangkan untuk skala usaha menengah, nasabah dengan jenis kelamin perempuan memiliki resiko gagal 2,326 kali lebih besar dari nasabah berjenis kelamin laki-laki Jika ditinjau dari segi sosial dan psikologi, hal ini mungkin saja disebabkan oleh perubahan watak, prilaku dan pola pikir perempuan seiring dengan perkembangan zaman. Menurut Ribhan (27) dalam penelitiannya mengatakan bahwa dalam hal berwirausaha, laki-laki lebih mandiri dalam menghadapi tantangan persaingan dalam usahanya, serta kemampuan dalam mengembangkan usahanya ke masa depan juga lebih baik dibandingkan dengan wirausaha perempuan. Sedangkan menurut Caliper (2) dalam studinya menyatakan bahwa secara psikologis perempuan lebih berani mengambil resiko dan melanggar peraturan dibandingkan laki-laki. Dari pendapat kedua peneliti 25

10 tersebut, hal ini memungkinkan bila tingkat resiko kegagalan yang dialami perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki, baik dikarenakan oleh usaha yang dijalankan maupun dari watak nasabahnya. Ditinjau dari tingkat suku bunga nya, untuk setiap kenaikan suku bunga sebesar %, akan meningkatkan resiko gagal seorang nasabah sebesar,56 kali untuk nasabah dari skala usaha mikro,,7 kali untuk skala usaha kecil dan,32 kali untuk skala usaha menengah. Untuk karakteristik nasabah dengan sifat suku bunga yang berbeda, nasabah dengan sifat suku bunga flat memiliki resiko gagal,33 kali nasabah dengan sifat suku bunga efektif untuk nasabah dari skala usaha mikro,,525 kali untuk nasabah skala usaha kecil dan,394 kali untuk nasabah skala usaha menengah. Hal ini berarti nasabah dengan suku bunga flat memiliki resiko gagal yang lebih rendah dibandingkan nasabah dengan suku bunga efektif. Jika dilihat dari kondisi keuangan nasabah, nasabah dari skala usaha mikro dengan CR < 4% memiliki resiko gagal,83 kali nasabah dengan CR > 4%, sedangkan untuk nasabah dari skala usaha kecil dengan CR < 4% memiliki resiko gagal 2,44 kali nasabah dengan CR > 4%. Nasabah dari skala usaha mikro dengan ER < 35% memiliki resiko gagal,567 kali nasabah dengan CR > 35%, sedangkan untuk nasabah dari skala usaha menengah dengan ER < 35% memiliki resiko gagal,77 kali nasabah dengan CR > 35%, Untuk nasabah dari skala usaha mikro, kecil dan menengah dengan ROA tahun ini < tahun lalu, masing-masing memiliki resiko gagal sebesar,362 kali, 2,7 kali dan,226 kali nasabah dengan ROA tahun ini > tahun lalu. Nasabah dari skala usaha menengah dengan karakteristik PM tahun ini < tahun lalu memiliki resiko gagal,444 kali nasabah dengan PM tahun ini > tahun lalu. Dilihat dari karakteristik nasabah berdasarkan tingkat kepercayaannya, untuk nasabah skala usaha mikro dan kecil dengan karakteristik jujur dalam memberikan informasi namun hanya diberikan bila diminta, masingmasing memiliki resiko gagal sebesar,236 kali dan,859 kali nasabah dengan karakteristik jujur dan aktif memberikan informasi, sedangkan nasabah dengan karakteristik kurang jujur karena ada sebagian informasi tidak sesuai 26

11 dengan kenyataannya, akan memiliki resiko gagal sebesar,236 kali dan,859 kali nasabah dengan karakteristik memberikan informasi yang jujur tetapi diberikan bila hanya diminta. Untuk skala usaha menengah, nasabah dengan karakteristik pengelolaan rekening kurang baik memiliki resiko gagal sebesar,9 kali nasabah dengan pengelolaan rekening yang baik. Dilihat dari reputasi bisnisnya, untuk skala usaha mikro, kecil dan menengah, nasabah dengan karakteristik reputasi bisnis baik < 2 tahun akan memiliki resiko gagal masing-masing sebesar,3 kali,,384 kali dan,568 kali nasabah dengan karakteristik reputasi bisnis 2 tahun. Jika dilihat dari kondisi bisnis nasabah untuk skala usaha mikro dan kecil berdasarkan kualitas produknya, nasabah dengan kategori kualitas produk/jasa, memiliki resiko gagal masing-masing sebesar,48 kali dan,322 kali nasabah dengan kategori kualitas produk/jasa. Dilihat dari kategori perkembangan pasar untuk skala usaha mikro dan kecil, nasabah dengan kategori perkembangan pasar, memiliki resiko gagal masing-masing sebesar,83 kali dan,67 kali nasabah dengan kategori perkembangan pasar, sedangkan nasabah dengan kategori perkembangan pasar 2 memiliki resiko gagal masing-masing sebesar,83 kali dan,67 kali nasabah dengan kategori perkembangan pasar. Begitu pula dengan nasabah dengan kategori perkembangan pasar 3, akan memiliki resiko gagal masing-masing sebesar,83 kali dan,67 kali nasabah dengan kategori perkembangan pasar 2. Jika dilihat dari struktur manajemennya, nasabah dari skala usaha mikro dengan kategori kualifikasi komersial, memiliki resiko gagal sebesar,79 kali nasabah dengan kategori kualifikasi komersial, sedangkan nasabah dengan kategori kualifikasi komersial 2 memiliki resiko gagal sebesar,79 kali nasabah dengan kategori kualifikasi komersial. Begitu pula dengan nasabah dengan kategori kualifikasi komersial 3, akan memiliki resiko gagal sebesar,79 kali nasabah dengan kategori kualifikasi komersial 2. 27

12 Aplikasi Penerapan Untuk mengetahui jangka waktu kredit yang efektif agar resiko kredit yang akan dialami nasabah seminimal mungkin, dapat ditentukan berdasarkan nilai dugaan peluang survivalnya. Untuk setiap kombinasi karakteristik-karekteristik nasabah yang berbeda, akan didapatkan efektifitas jangka waktu yang berbeda pula. Ilustrasi : Ada 3 orang nasabah yang akan mengajukan kredit modal kerja (kredit usaha) ke Bank X. Nasabah pertama berjenis kelamin laki-laki, sedangkan nasabah kedua dan ketiga berjenis kelamin perempuan. Setelah memenuhi syaratsyarat kelengkapan data, pihak Bank X selanjutnya melakukan survey terkait dengan informasi usaha yang dijalankan calon debitur serta karakteristiknya. Data yang diperoleh adalah sebagai berikut : - Nasabah pertama ingin meminjam uang sebesar 3 juta rupiah dengan jangka waktu pengembalian yang dijanjikan selama 3 tahun (36 bulan), dan memiliki karakteristik : CR =, QR=, EBITDA=, ER=, ROA=, PM=, SG=, tingkat kepercayaan=, pengelolaan rekening=, reputasi bisnis=, prilaku debitur=2, kualitas produk/jasa=, strategi pemasaran=, lokasi usaha=, perkembangan pasar=, kualifikasi komersial=, dan kualifikasi teknis=2. Pihak Bank berencana akan memberikan bunga 4% pertahunnya. Karena nasabah pertama berencana ingin mengembalikan bunga dan pokoknya secara bersamaan perbulannya, maka pihak Bank X menerapkan sifat suku bunga efektif kepada nasabah ini. - Nasabah kedua dan ketiga masing-masing ingin meminjam uang sebesar 3 juta rupiah dan 6 juta rupiah dengan jangka waktu pengembalian yang dijanjikan selama 2 tahun (24 bulan). Setelah dilakukan penilaian, ternyata kedua nasabah ini memiliki karakteristik yang sama yaitu dengan CR =, QR=, EBITDA=, ER=, ROA=, PM=, SG=, tingkat kepercayaan=, pengelolaan rekening=, reputasi bisnis=, prilaku debitur=, kualitas produk/jasa=, strategi pemasaran=, lokasi usaha=, perkembangan pasar=, kualifikasi komersial=, dan kualifikasi teknis=. Pihak Bank berencana akan memberikan bunga 6% pertahunnya. Karena nasabah ini ingin mem 28

13 angsuran perbulannya berupa bunganya saja, maka dalam hal ini pihak Bank X akan menggunakan sifat suku bunga flat. Dalam kasus ini, nasabah pertama, kedua dan ketiga memiliki karakteristik yang berbeda. Nasabah kedua dan ketiga memiliki karakteristik yang sama tetapi dengan jumlah pinjaman yang berbeda. Karena itu, pastilah peluang ketiga nasabah tersebut untuk sanggup bertahan (untuk tetap lancar ) hingga akhir periode jangka waktu pengembalian yang ditetapkan juga tidak sama. Nasabah pertama merupakan nasabah dengan kategori skala usaha mikro, nasabah kedua merupakan nasabah dari skala usaha kecil, sedangkan nasabah ketiga merupakan nasabah dengan skala usaha menengah. Peluang survival nasabah pertama, kedua dan ketiga dapat dihitung dengan formulasi pada persamaan (6), dengan Dengan memasukkan nilai dari karakteristik-karektistik nasabah yang telah diketahui di atas, dan dengan bantuan software SAS 9.2 diperoleh hasil bahwa peluang nasabah pertama akan mampu bertahan atau lancar hingga akhir periode jangka waktu pengembalian yang disepakati adalah sebesar,98858, peluang nasabah kedua sebesar,9892 dan untuk nasabah ketiga sebesar,893. Dilihat dari nilai peluang survivalnya, pihak Bank X dapat memutuskan untuk memberikan kredit kepada nasabah pertama dan kedua, tetapi untuk nasabah ketiga pihak Bank dapat mempertimbangkan kembali apakah akan tetap memberikan kredit tetapi dengan jumlah pinjaman, jangka waktu, ataupun tingkat suku bunga yang berbeda. 29

ANALISIS RESIKO KREDIT UMKM DENGAN ANALISIS DAYA TAHAN HILDA YOHANA

ANALISIS RESIKO KREDIT UMKM DENGAN ANALISIS DAYA TAHAN HILDA YOHANA ANALISIS RESIKO KREDIT UMKM DENGAN ANALISIS DAYA TAHAN HILDA YOHANA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kredit

TINJAUAN PUSTAKA Kredit TINJAUAN PUSTAKA Kredit Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pemberian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan pada suatu jangka waktu yang disepakati.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. (a) (b) (c)

HASIL DAN PEMBAHASAN. (a) (b) (c) 5 b. Analisis data daya tahan dengan metode semiparametrik, yaitu menggunakan regresi hazard proporsional. Analisis ini digunakan untuk melihat pengaruh peubah penjelas terhadap peubah respon secara simultan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya dan untuk meningkatkan taraf kehidupannya. Salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya dan untuk meningkatkan taraf kehidupannya. Salah satu lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan pinjam-meminjam uang telah dilakukan sejak lama dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat telah menjadikan pinjam-meminjam uang sebagai sesuatu yang sangat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembalian pembiayaan sudah banyak dilakukan sebelumnya, yaitu pada pembiayaan yang disalurkan oleh lembaga keuangan bank.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pertumbuhan suatu usaha dipengaruhi dari beberapa aspek diantaranya ketersediaan modal. Sumber dana yang berasal dari pelaku usaha agribisnis sendiri

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT TERHADAP CALON DEBITUR

ANALISIS KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT TERHADAP CALON DEBITUR ANALISIS KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT TERHADAP CALON DEBITUR ( Studi Kasus Calon Debitur Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Hayam Wuruk Jakarta) Agriando 22209826 LATAR BELAKANG Kepercayaan

Lebih terperinci

VI. MEKANISME PENYALURAN KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU) PADA UKC CABANG KARAWANG

VI. MEKANISME PENYALURAN KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU) PADA UKC CABANG KARAWANG VI. MEKANISME PENYALURAN KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU) PADA UKC CABANG KARAWANG Latar belakang diluncurkannya fasilitas kredit BNI Tunas Usaha (BTU) adalah Inpres Presiden No. 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Suatu penalaran dari penulis yang didasarkan atas pengetahuan,teori dan dalil dalam upaya menjawab penelitian dituangkan dalam kerangka pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya dalam pendirian perusahaan, pemilik selalu merumuskan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya dalam pendirian perusahaan, pemilik selalu merumuskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya dalam pendirian perusahaan, pemilik selalu merumuskan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapainya, secara umum tujuan dari didirikannya perusahaan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang ekonomi merupakan salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pada pertengahan bulan Juli 1997 Indonesia mengalami

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. likuiditas (CR) dan financial leverage (DR) terhadap profitabilitas pada perusahaan

BAB V PENUTUP. likuiditas (CR) dan financial leverage (DR) terhadap profitabilitas pada perusahaan BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Penelitian ini untuk menjawab tujuan penelitian, yaitu untuk menganalisis pengaruh kredit bermasalah (NPF), faktor ekonomi makro (INF, INT, Nilai Tukar), likuiditas (CR) dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kredit 2.1.1.1 Pengertian Kredit Kegiatan bank yang kedua setelah menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan giro,

Lebih terperinci

Kuisioner Penelitian untuk Debitur ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PRODUK KREDIT MASYARAKAT DESA KOMERSIL DI BANK X BOGOR

Kuisioner Penelitian untuk Debitur ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PRODUK KREDIT MASYARAKAT DESA KOMERSIL DI BANK X BOGOR LAMPIRAN 65 66 Lampiran 1. Kuisioner penelitian Kuisioner Penelitian untuk Debitur ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PRODUK KREDIT MASYARAKAT DESA KOMERSIL DI BANK X BOGOR Gambaran Ringkas Penelitian Sektor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Keuangan a. Pengertian Rasio Keuangan Menurut Kasmir (2008:104), rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah antara lain, bertambah atau berkurangnya penduduk, dan penemuanpenemuan

BAB I PENDAHULUAN. adalah antara lain, bertambah atau berkurangnya penduduk, dan penemuanpenemuan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu contoh negara yang berada dalam tahap membangun dan berkembang. Seiring dengan berjalannya pembangunan nasional, maka kehidupan masyarakatpun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Bank merupakan jantung perekonomian di suatu Negara.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Bank merupakan jantung perekonomian di suatu Negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bank merupakan jantung perekonomian di suatu Negara. Kemajuan suatu bank di suatu negara dapat pula dijadikan ukuran kemajuan negara yang bersangkutan. Semakin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito) dan menyalurkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito) dan menyalurkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Kredit Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam latar belakang, kegiatan bank ialah menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002:75).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002:75). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Peranan lembaga keuangan ditengah-tengah masyarakat dalam memajukan perekonomian sangat penting. Tidak dapat dipungkiri peranannya sebagai lembaga perantara

Lebih terperinci

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN SEBAGAI SALAH SATU UPAYA MEMENUHI PERSYARATAN PENGAJUAN KREDIT PT PVC PADA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO).

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN SEBAGAI SALAH SATU UPAYA MEMENUHI PERSYARATAN PENGAJUAN KREDIT PT PVC PADA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). ANALISIS LAPORAN KEUANGAN SEBAGAI SALAH SATU UPAYA MEMENUHI PERSYARATAN PENGAJUAN KREDIT PT PVC PADA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Nurul Parlina Universitas Gunadarma nurulparlina@yahoo.com Sudaryono,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bank adalah suatu badan usaha yang memiliki fungsi utama menghimpun dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian Indonesia secara

Lebih terperinci

VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 6.1. Mekanisme Penyaluran KUR di BRI Unit Tongkol Dalam menyalurkan KUR kepada debitur, ada beberapa tahap atau prosedur yang harus dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan perekonomian masyarakat maka pemerintah telah

BAB I PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan perekonomian masyarakat maka pemerintah telah 16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Untuk meningkatkan perekonomian masyarakat maka pemerintah telah menetapkan beberapa prioritas, antara lain adalah dengan memberikan akses yang luas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membiayai usaha yang dijalankan. Peran bank bagi perkembangan dunia usaha. permodalan dan pengembangan usaha masyarakat.

I. PENDAHULUAN. membiayai usaha yang dijalankan. Peran bank bagi perkembangan dunia usaha. permodalan dan pengembangan usaha masyarakat. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berkontribusi cukup tinggi dalam perekonomian nasional, khususnya dalam membantu masyarakat membiayai usaha yang dijalankan.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. bagi mereka yang membuatnya. Perjanjian Kredit. Danamon Indonesia Unit Pasar Delitua dengan Toko Emas M.

BAB I. PENDAHULUAN. bagi mereka yang membuatnya. Perjanjian Kredit. Danamon Indonesia Unit Pasar Delitua dengan Toko Emas M. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjanjian Kredit merupakan suatu perjanjian yang tidak diatur dalam KUHPerdata sehingga disebut perjanjian tidak bernama. Pasal 1338 KUHPerdata berbunyi semua perjanjian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini banyak perusahaan membutuhkan dana yang cukup besar untuk memulai investasi atau memperbesar usahanya. Untuk memperoleh dana tersebut perusahaan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengembalian Kredit. Karakteristik responden baik yang lancar maupun yang menunggak dalam

PEMBAHASAN. 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengembalian Kredit. Karakteristik responden baik yang lancar maupun yang menunggak dalam 55 II. PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengembalian Kredit Karakteristik responden baik yang lancar maupun yang menunggak dalam pengembalian Kredit Mikro Utama diidentifikasi

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN PINJAMAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR KEPADA PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA TIMUR Tbk DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK UNIT PALSIGUNUNG, DEPOK.

PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK UNIT PALSIGUNUNG, DEPOK. PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK UNIT PALSIGUNUNG, DEPOK. Nama : Riani Npm : 34209889 Program Studi : D3 Manajemen Keuangan Pembimbing : Dr. Ir.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredit 2.1.1 Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti kepercayaan, atau credo yang berarti saya percaya (Firdaus dan Ariyanti, 2009).

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di Indonesia merupakan salah satu sarana untuk

PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di Indonesia merupakan salah satu sarana untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan ekonomi di Indonesia merupakan salah satu sarana untuk menciptakan keadaan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan Analisis Laporan Keuangan Sebagai Bahan Pertimbangan Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Peranan Analisis Laporan Keuangan Sebagai Bahan Pertimbangan Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Judul Peranan Analisis Laporan Keuangan Sebagai Bahan Pertimbangan Dalam Efektivitas Pengambilan Keputusan Pemberian Kredit Modal Kerja Pada PT. Bank SUMUT B. Latar Belakang Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredit Usaha Mikro Pasal 1 angka (1) Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menyebutkan: Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM UKC CABANG KARAWANG

V. GAMBARAN UMUM UKC CABANG KARAWANG V. GAMBARAN UMUM UKC CABANG KARAWANG Berdiri sejak 1946, BNI yang dikenal sebagai Bank Negara Indonesia merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki oleh pemerintah. Bank Negara Indonesia selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terbukti memiliki peran dan

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terbukti memiliki peran dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terbukti memiliki peran dan memberikan kontribusi bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2009 tercatat kontribusi UMKM

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai tingkat suku

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai tingkat suku BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai tingkat suku bunga kredit dan kredit bermasalah (NPL) dampaknya terhadap jumlah penyaluran kredit pada PT

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pembiayaan Syariah Al-Anshari di Kota Bukittinggi. Penelitian dilakukan dengan

BAB V PENUTUP. Pembiayaan Syariah Al-Anshari di Kota Bukittinggi. Penelitian dilakukan dengan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini melihat faktor-faktor yang mempengaruhi kredit macet dengan menggunakan empat variabel yaitu margin, jangka waktu pinjaman, stabilitas penjualan, dan komitmen

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu penalaran dari seorang penulis yang didasarkan atas pengetahuan, teori, dan dalil dalam upaya menjawab

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Kredit, Teori Permintaan dan Penawaran Kredit Berdasarkan asal mulanya, Kasmir (2003) menyatakan kredit berasal dari kata credere yang artinya

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT MIKRO

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT MIKRO VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT MIKRO Faktor-faktor yang diduga akan mempengaruhi pengembalian KUR Mikro adalah usia, jumlah tanggungan keluarga, jarak tempat tinggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan diperhadapkan dengan sumber pendapatan yang tidak mencukupi

BAB I PENDAHULUAN. dan diperhadapkan dengan sumber pendapatan yang tidak mencukupi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berkembangnya zaman kebutuhan masyarakat terus meningkat dan diperhadapkan dengan sumber pendapatan yang tidak mencukupi sehingga kredit menjadi salah satu alternatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian suatu negara bisa dilihat dari minimalnya dua sisi, yaitu ciri perekonomian negara tersebut, seperti pertanian atau industri dengan sektor perbankan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan bank dalam sebuah negara akan memberikan dukungan. ekonomi dan hingga kondisi perbankan pada saat sekarang ini..

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan bank dalam sebuah negara akan memberikan dukungan. ekonomi dan hingga kondisi perbankan pada saat sekarang ini.. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keefektifan dan kemantapan sistem keuangan yang didukung oleh lembaga keuangan bank dalam sebuah negara akan memberikan dukungan terhadap upaya percepatan pembangunan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Perhitungan Model scoring ini adalah model perhitungan yang cepat dan mudah untuk mengidentifikasikan keputusan yang mempunyai beragam criteria. Perhitungan dalam

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data, analisis serta pembahasan pada bab sebelumnya, maka diperoleh suatu kesimpulan untuk menjawab identifikasi masalah pada penelitian

Lebih terperinci

KREDIT. Menyalurkan dana masyarakat (deposito, tabungan, giro) dalam bentuk kredit kepada dunia usaha.

KREDIT. Menyalurkan dana masyarakat (deposito, tabungan, giro) dalam bentuk kredit kepada dunia usaha. KREDIT PENGERTIAN Pengertian kredit menurut undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah : penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan kesepakatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kredit 2.1.1 Pengertian Kredit Pengertian kredit secara umum, kredit adalah sesuatu yang mempunyai nilai ekonomis pada saat sekarang ini atas dasar kepercayaan sebagai pengganti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia selalu berhadapan dengan masalah pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia selalu berhadapan dengan masalah pengambilan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap manusia selalu berhadapan dengan masalah pengambilan keputusan. Berbagai masalah yang dihadapi mengharuskan setiap individu untuk dapat mengambil sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kredit wirausaha merupakan pecahan dari kredit usaha mikro kecil dan

BAB I PENDAHULUAN. Kredit wirausaha merupakan pecahan dari kredit usaha mikro kecil dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kredit wirausaha merupakan pecahan dari kredit usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), karena sektor ekonomi yang tercantum dalam kredit wirausaha juga merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan pemohon kredit (Firdaus 2009:184). Pengambilan keputusan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan pemohon kredit (Firdaus 2009:184). Pengambilan keputusan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengambilan Keputusan Kredit 2.1.1 Teori Pengambilan keputusan kredit adalah semacam studi kelayakan atas perusahaan pemohon kredit (Firdaus 2009:184). Pengambilan keputusan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. a. Dari keduabelas variabel yang meliputi Current Ratio (CR), Quick Ratio (QR),

BAB V PENUTUP. a. Dari keduabelas variabel yang meliputi Current Ratio (CR), Quick Ratio (QR), BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: a. Dari keduabelas variabel yang meliputi Current Ratio (CR), Quick Ratio

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ke dalam bisnis utama dan bisnis penunjang. Bisnis utama suatu bank adalah

BAB I PENDAHULUAN. ke dalam bisnis utama dan bisnis penunjang. Bisnis utama suatu bank adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Industri jasa perbankan memiliki kegiatan usaha yang dapat dikelompokkan ke dalam bisnis utama dan bisnis penunjang. Bisnis utama suatu bank adalah menghimpun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan, alat penggerak

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan, alat penggerak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan, alat penggerak pertumbuhan dan penggerak ekonomi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan dari pembangunan. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini akan menjelaskan tinjauan teori baik itu definisi, konsep atau hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini akan menjelaskan tinjauan teori baik itu definisi, konsep atau hasil BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Bab ini akan menjelaskan tinjauan teori baik itu definisi, konsep atau hasil penelitian ilmiah yang berkaitan dengan informasi akuntansi, informasi non akuntansi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana. Pada dasarnya bank syariah sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konstan sejak tahun 2007 dan selalu diiringi dengan pertumbuhan pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. konstan sejak tahun 2007 dan selalu diiringi dengan pertumbuhan pembiayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia cukup konstan sejak tahun 2007 dan selalu diiringi dengan pertumbuhan pembiayaan atau pendanaan. Keterlibatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN. Laporan keuangan peruahaan merupakan sumber informasi bagi pihakpihak

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN. Laporan keuangan peruahaan merupakan sumber informasi bagi pihakpihak BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN 4.1 Analisis Laporan Keuangan Perusahaan Laporan keuangan peruahaan merupakan sumber informasi bagi pihakpihak yang berkepentingan untuk menilai kerja dan posisi keuangan

Lebih terperinci

Jurnal Gradien Vol 8 No 2 Juli 2012: Yuli Andriani, Uxti Mezulianti, dan Herlina Hanum

Jurnal Gradien Vol 8 No 2 Juli 2012: Yuli Andriani, Uxti Mezulianti, dan Herlina Hanum Jurnal Gradien Vol 8 No 2 Juli 2012:809-814 Model Tingkat Kelancaran Pembayaran Kredit Bank Menggunakan Model Regresi Logistik Ordinal (Studi Kasus: Bank Rakyat Indonesia Tbk Unit Pasar Bintuhan) Yuli

Lebih terperinci

By : Angga Hapsila, SE.MM

By : Angga Hapsila, SE.MM By : Angga Hapsila, SE.MM BAB VI MANAJEMEN KREDIT 1. PRINSIP-PRINSIP PEMBERIAN KREDIT 2. PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT 3. KUALITAS KREDIT 4. TEKNIK PENYELESAIAN KREDIT MACET PRINSIP-PRINSIP PEMBERIAN KREDIT

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Cijeruk Cabang Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini didasarkan pada pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI NON PERFORMING FINANCING (NPF) PEMBIAYAAN QARDHUL HASAN DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN TAHUN 2008/2010

BAB IV EVALUASI NON PERFORMING FINANCING (NPF) PEMBIAYAAN QARDHUL HASAN DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN TAHUN 2008/2010 75 BAB IV EVALUASI NON PERFORMING FINANCING (NPF) PEMBIAYAAN QARDHUL HASAN DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN TAHUN 2008/2010 A. Evaluasi Pembiayaan Qardhul Hasan di BNI Syariah Cabang Pekalongan Tahun 2008/2010

Lebih terperinci

Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota di DIY (Jiwa)

Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota di DIY (Jiwa) BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan ekonomi saat ini sedang dibangun oleh pemerintah, karena pembangunan ekonomi merupakan bagian dari pembangunan nasional. Pembangunan ekonomi merupakan upaya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 3 Januari 2012 hingga 20 Februari 2012 pada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Cibungbulang. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

PENGALOKASIAN DANA BANK

PENGALOKASIAN DANA BANK PENGALOKASIAN DANA BANK Alokasi Dana : menjual kembali dana yang diperoleh dari penghimpunan dana dalam bentuk simpanan. Wujud dari pengalokasian dana adalah kredit atau aset yang dianggap menguntungkan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN PINJAMAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR KEPADA PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA TIMUR Tbk DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

5.1 Kesimpulan. Universitas Kristen Maranatha

5.1 Kesimpulan. Universitas Kristen Maranatha BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh selama melakukan penelitian mengenai analisis kinerja kredit dan pengaruhnya terhadap perolehan laba PT Bank Central

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan dalam Bab IV dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pengelolaan piutang yang dijalankan oleh PT. INTI kurang

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN PT ANEKA TAMBANG DITINJAU DARI ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS PERKEMBANGAN PT ANEKA TAMBANG DITINJAU DARI ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN ANALISIS PERKEMBANGAN PT ANEKA TAMBANG DITINJAU DARI ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Analisa laporan keuangan adalah suatu proses yang dapat digunakan untuk memeriksa data

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank Penyaluran kredit merupakan salah satu jasa perbankan yang utama dalam mendukung perputaran ekonomi. Melalui kredit, sektor usaha akan mendapatkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberdayaan Usaha Mikro (UM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN III.

KERANGKA PEMIKIRAN III. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengendalian Kredit Bank Pada penyaluran kredit bank, perlu diperhatikan beberapa aspek yang terkait dengan nasabah penerima kredit untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian dan Fungsi Kredit Menurut Dahlan Siamat (2005 : 349), kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pengetahuan mengenai saham dan transaksi bursa saham melalui dialogdialog

BAB I PENDAHULUAN. dan pengetahuan mengenai saham dan transaksi bursa saham melalui dialogdialog BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya kesadaran individu untuk berinvestasi dan pengetahuan mengenai saham dan transaksi bursa saham melalui dialogdialog pembelajaran baik di

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN 6.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Kelancaran Di dalam penelitian ini terdapat 36 orang responden, dengan proporsi 31 orang berjenis kelamin pria dan lima orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang dengan cepat, sumber-sumber dana diperlukan untuk membiayai usaha tersebut. Salah

Lebih terperinci

2 Telepon tetap 0 (1) X 3 Kepemilikan. 1 Memiliki telepon 1 telepon Tidak memiliki 2 telepon (1) (2) (3) (4) X 4 Uang muka (%) 1 <

2 Telepon tetap 0 (1) X 3 Kepemilikan. 1 Memiliki telepon 1 telepon Tidak memiliki 2 telepon (1) (2) (3) (4) X 4 Uang muka (%) 1 < L A M P I R A N Lampiran Peubah-peubah penjelas yang digunakan beserta peubah boneka yang dibentuk Peubah Kategori Keterangan Peubah Boneka () () () X Tipe motor Bebek kelas bawah Bebek kelas atas Motor

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 21 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Analisis Kinerja Keuangan Suatu pengukuran tingkat kesehatan Usaha Simpan Pinjam (USP) dalam kemampuan kerja dan produktifitasnya adalah dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi hasrat dan keinginan maupun cita-citanya, bantuan dana ini dikenal

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi hasrat dan keinginan maupun cita-citanya, bantuan dana ini dikenal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia beraneka ragam sesuai dengan hakekatnya selalu meningkat, sedangkan kemampuan untuk mencapai sesuatu yang diinginkannya itu terbatas. Hal ini menyebabkan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PENDORONG PENGUSAHA UMKM DALAM MENGAMBIL ATAU MENGGUNAKAN KREDIT USAHA RAKYAT (BRI) DI KABUPATEN SRAGEN

FAKTOR-FAKTOR PENDORONG PENGUSAHA UMKM DALAM MENGAMBIL ATAU MENGGUNAKAN KREDIT USAHA RAKYAT (BRI) DI KABUPATEN SRAGEN FAKTOR-FAKTOR PENDORONG PENGUSAHA UMKM DALAM MENGAMBIL ATAU MENGGUNAKAN KREDIT USAHA RAKYAT (BRI) DI KABUPATEN SRAGEN Liana Vivin Wihartanti Prodi Pendidikan Akuntansi Universitas PGRI Madiun lianavivin1987@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur. modal yang kuat untuk meningkatkan laba agar tetap mampu

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur. modal yang kuat untuk meningkatkan laba agar tetap mampu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan-perusahaan yang sedang mengalami masa perkembangan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur modal yang kuat untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis Berbagai teori yang berhubungan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam penjelasan di bawah ini. 1. Pengertian Kredit Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendukung dan penggerak laju pertumbuhan ekonomi. Kebijakan-kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. pendukung dan penggerak laju pertumbuhan ekonomi. Kebijakan-kebijakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Dalam rangka pembangunan perekonomian nasional, sektor keuangan khususnya industri perbankan merupakan salah satu komponen terpenting sebagai pendukung dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga keuangan syariah di Indonesia telah berkembang dengan pesat. Seperti yang telah diketahui bukan hanya lembaga perbankan syariah saja, bahkan lembaga keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kredit Menurut Hasibuan (87: 2008) kredit adalah semua jenis pinjaman yang harus dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/16/PBI/2001 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 3/1/PBI/2001 TENTANG PROYEK KREDIT MIKRO

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/16/PBI/2001 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 3/1/PBI/2001 TENTANG PROYEK KREDIT MIKRO PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/16/PBI/2001 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 3/1/PBI/2001 TENTANG PROYEK KREDIT MIKRO GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. Bahwa batas waktu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya. Untuk melakukan kegiatan bisnis tersebut para pelaku usaha

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya. Untuk melakukan kegiatan bisnis tersebut para pelaku usaha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan semakin memburuknya keadaan perekonomian di Indonesia yang di tandai dengan penurunan nilai tukar rupiah, maka masyarakat mulai banyak mencari penghasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya kebutuhan hidup masyarakat. Salah satu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya kebutuhan hidup masyarakat. Salah satu kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat dewasa ini mendorong semakin meningkatnya kebutuhan hidup masyarakat. Salah satu kebutuhan tersebut adalah kebutuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN ATAS PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT MIKRO UTAMA PADA BANK BJB KANTOR CABANG CIANJUR

TINJAUAN ATAS PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT MIKRO UTAMA PADA BANK BJB KANTOR CABANG CIANJUR TINJAUAN ATAS PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT MIKRO UTAMA PADA BANK BJB KANTOR CABANG CIANJUR Nama : Lucky S.A.M Npm : 34209877 Program studi : Manajemen keuangan Latar Belakang Masalah 1. Setiap perorangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Suatu penelitian kaitan antara landasan teori dan fakta empirik sangat penting. Menghindari kesalahan pengertian dalam pemahaman dan untuk memperoleh kesatuan pandangan terhadap beberapa

Lebih terperinci

BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA

BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA A. Pengertian Pengalokasian Dana Kegiatan bank yang kedua setelah menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk tabungan, simpanan giro dan deposito adalah menyalurkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Menurut Undang-undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan,yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA Untuk mendapatkan hasil variabel mana yang paling signifikan dan mendapatkan penghitungan pengaruh hazard dan survival pada masing-masing variabel, maka dilakukan regresi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Fungsi pokok bank sebagai lembaga intermediasi sangat membantu dalam siklus aliran dana dalam perekonomian suatu negara. Sektor perbankan berperan sebagai penghimpun dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan produk perbankan seperti kartu kredit, kartu debit dan ATM membuat

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan produk perbankan seperti kartu kredit, kartu debit dan ATM membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman modern saat sekarang ini, menyimpan uang kas dalam jumlah banyak sudah tidak aman lagi. Dengan perkembangan teknologi dan semakin sempitnya lapangan pekerjaan,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 5.1. Analisis Perkembangan Penyaluran Kredit Dalam pelaksanaan aktivitas operasional bank, salah satu upaya yang dilakukan oleh setiap perbankan adalah peningkatan kinerja

Lebih terperinci

HASIL SURVEI KREDIT KONSUMSI A. Karakteristik Bank

HASIL SURVEI KREDIT KONSUMSI A. Karakteristik Bank BOKS 2 HASIL SURVEI KREDIT KONSUMSI DAN PERTANIAN DI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2007 Pada tahun 2007, Kantor Bank Indonesia Bengkulu melakukan dua survei yaitu Survei Kredit Konsumsi dan Survei Survei Kredit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan pembangunan ekonomi tujuan utamanya adalah untuk mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera dengan cara mencapai pertumbuhan ekonomi yang

Lebih terperinci

sesuai jadwal batas waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu). pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya jumlah kewajiban

sesuai jadwal batas waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu). pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya jumlah kewajiban kemampuan untuk membayar kewajiban yang sudah waktunya dibayar sesuai jadwal batas waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu). 2. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka

Lebih terperinci

VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENGEMBALIAN KUPEDES PADA BRI UNIT CIJERUK

VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENGEMBALIAN KUPEDES PADA BRI UNIT CIJERUK VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENGEMBALIAN KUPEDES PADA BRI UNIT CIJERUK 6.1. Hubungan Karakteristik Individu dan Karakteristik Usaha dengan Peluang Pengembalian Kupedes Pada BRI

Lebih terperinci