BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lansia Dengan adanya keberhasilan pembangunan, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa perbaikan dalam berbagai aspek kehidupan, akibatnya kualitas hidup manusia semakin baik. Adanya kesejahteraan sosial masyarakat semakin meningkat, menurunnya mortalitas bayi dan anak, metode persalinan yang baik, turunnya angka kematian, kemajuan diagnostik dan terapi, perbaikan gizi dan sanitasi serta meningkatnya pengawasan penyakit infeksi maka jumlah lanjut usia semakin bertambah dari tahun ke tahun Pengertian Lansia Menurut Undang-Undang No 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia, lansia adalah orang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. 3,25 Bertambahnya usia maka secara perlahan beberapa fungsi biologis juga akan mengalami kemunduran. Hal ini disebabkan karena adanya proses penuaan yang disebut dengan aging process. Aging merupakan suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki/ mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita. 25,26 Beberapa penelitan terhadap lansia mengungkapkan bahwa rangsangan dapat membantu mencegah kemunduran fisik dan mental. Lansia secara fisik dan mental tetap aktif dimasa tua tidak terlalu menunjukkan kemunduran fisik dan mental dibanding dengan lansia yang menjadi tidak aktif yang disebabkan kemampuan fisik dan mental mereka sedikit sekali memperoleh rangsangan. 26

2 Klasifikasi Lansia Menurut Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia dalam Mariam, dkk (2008) lansia dibagi menjadi lima klasifikasi yaitu: 3 a. Pralansia (prasenilis), seseorang yang berusia antara tahun. b. Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun keatas, c. Lansia resiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/ seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan. d. Lansia potensial, seseorang yang masih mampu melakukan pekerjaan dan mampu melakukan kegiatan untuk menghasilkan barang atau jasa. e. Lansia tidak potensial, seseorang yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada orang lain. World Health Organization mengklasifikasikan lansia menjadi empat kelompok yaitu: middle age (45 49 tahun), elderly (60-74 tahun), old (75-79 tahun), very old ( diatas 90 tahun). Sementara di Indonesia batas dari umur lansia adalah 60 tahun keatas Perubahan Jaringan Rongga Mulut Pada Pasien Lansia Perubahan pada struktur orofasial akibat pertambahan usia mempunyai peranan yang penting dalam perawatan pasien lansia. Beberapa perubahan ini membuat prosedur klinis tertentu menjadi lebih sulit dan akan mempengaruhi prognosisnya, terutama berlaku pada perawatan prostodonsia. Beberapa perubahan jaringan rongga mulut yang diakibatkan oleh penuaan diantaranya: 27,28 a. Perubahan tulang rahang dan tulang alveolar Pada lansia terutama wanita makin banyak proporsi tulang kortikal yang dipenuhi oleh pusat resorpsi, terutama dekat permukaan endosteum. Faktor tambahan pada kerusakan tulang karena usia, hal ini disebabkan ketidakseimbangan antara resorpsi dan penggantian tulang pada sistem Haversian. Penuaan juga mempengaruhi struktur internal tulang yaitu terjadi penurunan ketebalan kortikal yang lebih besar pada wanita daripada pria. Selain itu tulang biasanya lebih rapuh dengan

3 10 meningkatnya jumlah fraktur mikro dari trabekula yang tipis yang sembuh dengan lambat karena remodeling yang melemah. Juga ada peningkatan porositas tulang yang terutama diakibatkan oleh meningkatnya ruangan vascular. 28 Tulang alveolar juga mengalami perubahan berupa hilangnya mineral tulang secara umum oleh karena usia melalui resorpsi matriks tulang. Proses ini dapat dipercepat oleh tanggalnya gigi, penyakit periodontal, protesa yang tidak adekuat, dan karena menderita penyakit sistemik. Penurunan yang hebat dari tinggi alveolar seringkali merupakan akibat pemakaian gigitiruan lengkap dalam jangka waktu yang panjang. Di duga bahwa resorpsi alveolar merupakan akibat yang tidak bisa dihindari dari pemakaian gigitiruan. Pemakaian gigitiruan mempunyai potensi untuk membebani dan merusak tulang alveolar di bawahnya. 28 Resorbsi yang berlebihan dari tulang alveolar mandibula menyebabkan foramen mentale mendekati puncak linggir alveolar. Puncak tulang alveolar yang mengalami resorbsi berbentuk konkaf atau datar dengan akhir seperti ujung pisau. Resorbsi berlebihan pada puncak tulang alveolar mengakibatkan bentuk linggir yang datar akibat hilangnya lapisan kortikalis tulang. 29 Secara umum bentuk tulang alveolar ada tiga macam, yaitu bentuk U bila permukaan labial atau bukal sejajar dengan permukaan lingual atau palatal, bentuk V bila puncak tulang sempit dan tajam seperti pisau dan bentuk bulbous bila melebar pada puncak dan berleher sehingga dapat menimbulkan gerong. 30,31 Gambar 1. Bentuk tulang alveolar U (kiri), bentuk tulang alveolar V (tengah) dan bentuk tulang alveolar bulbous (kanan). 30,31 Resorbsi linggir alveolar sudah banyak dikemukakan dalam teori-teori dan hasil penelitian. Penelitian Kalk dan Baat (dalam Felton, 2011) juga menyatakan ada

4 11 hubungan langsung antara lamanya kehilangan gigi dengan resorbsi tulang. 18 Menurut Atwood (dalam Linda, 2009) kecepatan resorbsi tulang alveolar bervariasi antar individu. Resorbsi paling besar terjadi pada enam bulan pertama sesudah pencabutan gigi anterior atas dan bawah. Pada rahang atas, sesudah 3 tahun, resorbsi sangat kecil dibandingkan rahang bawah. 29 b. Perubahan pada sendi temporomandibula (TMJ) Penelitian tentang otot-otot penutupan mulut menunjukan perpanjangan fase kontraksi sejalan dengan usia, menunjukan perubahan umum dari otot atau hilangnya serabut otot untuk pergerakan mandibula berkaitan dengan pertambahan usia. Hal ini dapat menyebabkan munculnya gangguan TMJ yang biasanya ditandai dengan adanya suara kliking saat membuka rahang, rasa nyeri pada saat membuka mulut, adanya rasa tidak nyaman ketika mengunyah, kepala terasa sakit dan adanya pergeseran deviasi pembukaan mulut. 32 Disamping itu adanya reduksi lebih lanjut pada ketebalan otot rahang yang lebih banyak ditemukan pada orang yang tidak bergigi dibandingkan dengan yang masih bergigi, juga membuktikan bahwa tingkat tekanan kunyah berkurang pada pasien yang gigi geligi aslinya sudah diganti dengan gigitiruan. 28 c. Perubahan kelenjar saliva dan aliran saliva Kelenjar saliva berfungsi memproduksi saliva untuk mempertahankan kesehatan mulut. Pertambahan usia menyebabkan perubahan dan kemunduran fungsi kelenjar saliva. 29,31 Fungsi kelenjar saliva yang mengalami penurunan tersebut merupakan suatu keadaaan normal pada proses penuaan manusia. Lansia mengeluarkan jumlah saliva yang lebih sedikit pada keadaan istirahat, saat berbicara, maupun saat makan. Keluhan berupa xerostomia atau mulut kering sering ditemukan pada orang tua daripada orang muda yang disebabkan oleh perubahan karena usia pada kelenjar itu sendiri. Berdasarkan penelitian terjadinya degenerasi epitel saliva, atrofi, hilangnya asini dan fibrosis terjadi dengan frekuensi dan keparahan yang meningkat dengan meningkatnya usia. Secara umum dapat dikatakan bahwa saliva nonstimulasi (istirahat) secara keseluruhan berkurang volumenya pada usia tua.

5 12 Xerostomia juga dapat disebabkan oleh pemakaian obat-obatan oleh pasien, biasanya untuk mengatasi keluhan pencernaan, depresi, atau insomnia. 27,28 Pengurangan aliran saliva ini juga akan mengganggu retensi jika dibuatkan gigitiruan, karena mengurangi ikatan adhesi saliva diantara dasar gigitiruan dan jaringan lunak dan menyebabkan iritasi mukosa. Keadaan ini menyebabkan kemampuan pemakaian gigitiruan berkurang sehingga kemampuan mengunyah berkurang, kecekatan gigitiruan berkurang, kepekaan pasien terhadap gesekangesekan dari gigitiruan bertambah. 29,31 d. Perubahan mukosa mulut Pertambahan usia menyebabkan sel epitel pada mukosa mulut mengalami penipisan, berkurangnya keratinisasi, berkurangnya kapiler dan suplai darah, penebalan serabut kolagen pada lamina propia. 28,29 Berkurangnya ketebalan mukosa bervariasi, hal ini juga akan menyebabkan berkurangnya kemampuan mukosa dalam menerima tekanan. Secara umum mukosa memiliki kompresibilitas normal sebesar 2 mm. 31 Akibat dari klinis mukosa mulut tersebut terlihat kondisi yang lebih pucat, tipis kering, dengan proses penyembuhan yang melambat. 30 Hal ini menyebabkan mukosa mulut lebih mudah mengalami iritasi mekanis, kemis dan bakteri. Atropi umum dapat dikaitkan dengan menurunnya output estrogen karena menopause. 28 Mukosa yang sehat memiliki warna merah muda, namun adanya warna kemerahan yang mencolok pada mukosa menandakan terjadinya suatu inflamasi. Hal ini bisa saja disebabkan oleh merokok, adanya infeksi atau penyakit sistemik dan bisa juga disebabkan oleh karena rasa sakit dari pemakaian gigitiruan pada lansia. Radang mukosa dapat dikaitkan dengan kekurangan vit. B12, riboflavin dan zat besi pada diet pasien lanjut usia. Kekurangan vit. C dapat menyebabkan lambatnya penyembuhan luka, kerapuhan kapiler dan perdarahan serta pembengkakan pada gingiva. 29 Perubahan mukosa akibat proses penuaan pada penggunaan gigitiruan digambarkan sebagai batas patologis tetapi tanpa peradangan klinis yang nyata, penurunan ketebalan mukosa biasa terjadi pada mukosa pendukung gigitiruan. 32 Wanita pemakai gigitiruan mempunyai mukosa yang lebih tipis daripada pria

6 13 pemakai gigitiruan dan menunjukkan predisposisi yang lebih besar terhadap kerusakan mukosa. 27,28 e. Perubahan lidah pengecapan Adanya atrofi lidah pada lansia menyebabkan lidah menjadi halus karena kehilangan papila, mengkilat atau merah dan meradang. Bermacam-macam gejala dapat terjadi pada mukosa lidah dengan keluhan-keluhan nyeri, panas atau sensasi rasa yang berkurang. Sensasi ini biasanya pada orang usia lanjut dan pada wanita pasca menopause. Besarnya lidah mungkin tidak kaitannya dengan usia, tetapi hilangnya gigi dapat menyebabkan lidah melebar karena perkembangan yang berlebihan dari bagian otot intrinsik lidah. Munculnya kebiasaan mendorong lidah yang berkaitan dengan ketegangan saraf dan dengan upaya pengendalian gigitiruan juga menyebabkan nyeri pada lidah. 27, Kehilangan Gigi Keseluruhan Kehilangan seluruh gigi (edentulus) merupakan masalah yang paling umum dialami oleh lansia. Edentulus berdampak pada struktur orofasial, seperti jaringan tulang, sistim persyarafan, reseptor dan otot-otot. Edentulus juga memberi dampak negatif pada mastikasi, estetik dan oral health related quality of life (OHRQoL). Jumlah kehilangan gigi yang banyak akan menyebabkan penurunan kemampuan pengunyahan dan pemilihan jenis makanan tertentu. Keadaan edentulus mempengaruhi penurunan berat badan karena masalah pengunyahan, lebih lanjut menyebabkan gangguan psikologis dan sosial karena gangguan estetik dan bicara. 18, Gigitiruan Penuh Gigitiruan Penuh (GTP) merupakan gigitiruan yang menggantikan kehilangan seluruh gigi pada rahang atas dan rahan bawah (edentulus) serta jaringan pendukung atau mukosa serta memperbaiki sistem stomatogonasi. 31 Pada keadaan lansia yang edentulous, GTP menjadi suatu kebutuhan untuk mengatasi masalah yang berhubungan dengan fungsi mastikasi, estetik, sosial dan psikologis. 8

7 Indikasi Pemakaian Gigitiruan Penuh Beberapa indikasi pemakaian GTP di antaranya: 33,34 a. Pasien dengan kehilangan seluruh gigi b. Pasien yang masih memiliki beberapa gigi yang harus dicabut karena kerusakan gigi yang tidak mungkin diperbaiki dan apabila dibuatkan gigitiruan sebagian lepasan, gigi yang masih ada akan mengganggu keberhasilannya. c. Keadaan umum dan kondisi rongga mulut pasien sehat. d. Ada persetujuan mengenai waktu, biaya dan prognosis yang akan diperoleh Fungsi Gigitiruan Penuh Beberapa fungsi dari GTP adalah : 27,33,34 a. Memperbaiki fungsi pengunyahan Gigitiruan penuh harus memiliki keseimbangan oklusi yang tepat untuk memperoleh stabilitas GTP yang optimum pada saat menerima beban pengunyahan. b. Memperbaiki fungsi estetis Anasir pada GTP dapat memperbaiki vertikal dimensi, memberi dukungan pada bibir dan pipi, serta mengembalikan kontur wajah yang hilang. c. Memperbaiki fungsi bicara Gigitiruan penuh dapat mengembalikan pengucapan huruf-huruf yang dihasilkan melalui bantuan gigi, bibir dan lidah seperti: bilabial (b, p, m) didukung oleh bibir atas dan bawah, labiodental (f, v) didukung oleh gigi insisivus atas dan bibir bawah, linguoalveolar (t, d, s, z, v, j, l) didukung oleh lidah dan bagian anterior palatum dan linguodental (th, ch,sh) didukung oleh lidah diantara gigi anterior atas dan bawah.

8 Masalah Dalam Membuat Gigitiruan Penuh dan Dihubungkan Dengan Kualitas Hidup Ada beberapa masalah dalam membuat gigitiruan penuh yang terkait dengan kualitas hidup, diantaranya: 11,34 a. Masalah dalam menstabilkan gigitiruan di dalam rongga mulut, keadaan rongga mulut yang edentulous harus mampu menerima beban yang diberikan oleh gigitiruan. b. Masalah dalam memberikan dukungan bagi gigitiruan, satu-satunya jaringan yang tersedia untuk mendukung GTP adalah mukosa alveolar, bersama dengan sisa tulang alveolar, dan tulang basal yang mendasarinya. Untuk rahang atas, dukungan tambahan bisa diperoleh dari palatum. c. Masalah dalam stabilisasi hubungan rahang, dalam mulut edentulus ditemukan hubungan rahang maksila dan mandibula tidak tepat atau vertikal dimensi yang sudah berkurang, hubungan yang tidak cocok dapat menyebabkan masalah yang terkait dengan sendi temporomandibular dan otot pengunyahan, atau merata menekankan gigitiruan tersebut yang menyebabkan rasa sakit dan ketidakstabilan. d. Masalah artikulasi, hal ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan pada sendi temporomandibular dan rasa sakit akibat besarnya kekuatan yang yang diterapkan oleh gigitiruan. e. Masalah pasien, kesulitan lain mungkin timbul yang tidak terkait langsung dengan masalah anatomi tetapi dengan kepribadian pasien, kontrol neuro-otot, atau kemampuan untuk beradaptasi dengan situasi baru. Pemakaian GTP umumnya digunakan untuk memperbaiki kualitas hidup. Penelitian Zainab dkk (2008) mengatakan pemakaian GTP dapat mengurangi gangguan pada dimensi keterbatasan fungsi, rasa sakit fisik dan ketidakmampuan fisik. 46 Penelitian Hussain (2010) mengenai kualitas hidup menyimpulkan bahwa pemakaian GTP sangat penting untuk memperoleh kualitas hidup yang baik pada dimensi rasa sakit fisik dan ketidakmampuan fisik serta secara langsung memiliki dampak positif pada aktivitas sosial, mental dan psikologis. 22

9 Kualitas Hidup Istilah "kualitas hidup" digunakan secara luas dalam berbagai konteks yang berhubungan dengan dampak penyakit dan kesehatan serta pengalaman pribadi. Kualitas hidup lansia secara optimum dapat dicapai tidak hanya dengan memperhatikan kesehatan umum, tetapi juga mempertimbangkan kesehatan mulut. Menurut kebijakan dari program WHO kesehatan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan umum dan termasuk kedalam salah satu faktor penentu kualitas hidup. Demikian pula dokter gigi telah menggunakan istilah "kualitas hidup terkait kesehatan" untuk menggambarkan dampak kesehatan mulut pada pengalaman pribadi pasien Pengertian Kualitas Hidup Menurut Campbell (1976) kualitas hidup merupakan perasaan subjektif seseorang mengenai kesejahteraan dirinya, berdasarkan pengalaman hidupnya saat ini secara keseluruhan. 36 Felce dan Perry (1995) juga menyebutkan tiga komponen dalam pengukuran kualitas hidup yakni komponen objektif, komponen subjektif, dan komponen kepentingan. Komponen objektif berkaitan dengan data atau observasi objektif pada berbagai aspek kehidupan, komponen subjektif merupakan kepuasan individu terhadap berbagai aspek kehidupannya dan komponen kepentingan merupakan bobot kepentingan dari berbagai aspek kehidupan terhadap masingmasing individu. Dari komponen subjektif dan komponen kepentingan kualitas hidup saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Sedangkan perubahan komponen objektif yang berupa perubahan kondisi objektif dari berbagai aspek kehidupan dapat mempengaruhi perubahan pada komponen subjektf maupun komponen kepentingan dari kualitas hidup. 37,38 Beberapa peneliti menyimpulkan bahwa kualitas hidup adalah kepuasan subjektif individu mengenai kondisi kehidupannya saat ini pada beberapa aspek kehidupan yang penting baginya Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup

10 17 Berbagai penelitian mengenai kualitas hidup menemukan beberapa faktorfaktor yang mempengaruhi kualitas hidup. Faktor-faktor yang didapatkan oleh para peneliti ini tidak selalu sama antara satu dengan yang lain. Berikut merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas hidup, diantaranya: 39 a. Jenis kelamin (gender) Singh dkk (2012) melaporkan laki-laki yang memakai GTP memiliki kualitas kepuasan lebih baik dari perempuan dalam hal pengunyahan, penampilan, pidato dan kesehatan sehingga merasa kualitas hidupnya juga lebih meningkat. 40 Chavers dkk (2002) dalam Adam (2006) juga melaporkan bahwa perempuan yang memakai GTP memiliki kualitas hidup yang rendah, hal ini dapat dilihat dari skor OHIP yang tinggi pada keterbatasan fungsi jika dibandingkan dengan laki-laki. 6 b. Usia Adam (2006) melaporkan bahwa pasien GTP dibawah 60 tahun memiliki kualitas hidup yang lebih baik dibandingkan dengan pasien yang berumur diatas 60 tahun yang memiliki gangguan pada fungsional dan psikologis. 6 Penelitian Hussain juga mengatakan ada hubungan signifikan antara usia dengan kualitas hidup dalam domain ketidaknyamanan psikososial, ketidaknyamanan fisik dan keterbatasan fungsi. 22 Hasil penelitian Amjad dkk (2009) juga didapat lansia dengan usia 60 tahun memiliki gangguan kualitas hidup, karena adanya rasa sakit dan gangguan ketika makan atau bicara ketika memakai GTP. 41 c. Pendidikan Chavers dkk (2002) juga mengatakan orang yang tidak lulus sekolah tinggi kualitas hidupnya lebih rendah karena sering merasa sakit saat memakai gigitiruan dibandingkan dengan yang lulus sekolah tinggi. 6 Singh dalam penelitiannya mengatakan bahwa pasien dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi memiliki kualitas hidup dan tingkat kepuasan yang lebih baik terhadap gigitiruannya dibandingkan pasien dengan tingkat pendidikan rendah karena pasien dengan tingkat pendidikan tinggi lebih mengerti instruksi perawatan dan batas pemakaian GTP sehari-hari. 40 d. Pekerjaan

11 18 Penelitian yang dilakukan Adam (2006) juga didapati kualitas hidup pensiunan meningkat dari semua domain OHRQoL kecuali pada keterbatasan sosial dan handicap. Sedangkan kualitas hidup rendah terjadi pada pengangguran terutama pada domain keterbatasan fungsional dan rasa sakit fisik. 6 e. Status perkawinan Singh dkk (2012) melaporkan pemakai GTP pada kelompok yang menikah memiliki kualitas hidup yang lebih baik dan merasa puas terhadap gigitiruan mereka, sedangkan kelompok janda/ duda memiliki kualitas hidup yang rendah, hal ini disebabkan karena psikologis yang murung sehingga mereka juga merasa tidak puas terhadap perawatan gigitiruan yang dilakukan. 40 Penelitian Emami dkk (2009) didapatkan pasien yang menikah memiliki kualitas hidup yang lebih baik dibandingkann janda/ duda. 42 f. Penghasilan Adam (2006) melaporkan pada pemakai GTP yang memiliki penghasilan tinggi memiliki kualitas hidup yang lebih baik, sedangkan kualitas hidup terendah didapati keterbatasan sosial dan handicap pada pemakai GTP yang tidak mempunyai penghasilan sama sekali. 6 Singh juga mengatakan bahwa pasien dengan penghasilan tinggi memiliki tingkat kepuasan yang lebih baik dibandingkan pasien yang memiliki penghasilan rendah terkait dengan motivasi perawatan, hal ini juga akan mempengaruhi kualitas hidup pasien tersebut. 40 g. Hubungan dengan orang lain Beberapa peneliti mengatakan bahwa pada saat kebutuhan akan hubungan dekat dengan orang lain terpenuhi, baik melalui hubungan pertemanan yang saling mendukung maupun melalui pernikahan, manusia akan memiliki kualitas hidup yang lebih baik secara fisik maupun emosional Pengukuran Kualitas Hidup Banyak cara yang dapat digunakan untuk mengukur kualitas hidup yang terkait dengan kesehatan, beberapa diantaranya adalah: 6,43 a. Sosial Impact of Dental Disease (SIDD)

12 19 Instrumen SIDD dikenalkan oleh Cushing, dkk pada tahun Instrumen ini berfokus pada lima kategori dampak sosial dari penyakit mulut. Kategori ini meliputi fungsi makan, fungsi interaksi sosial, kenyamanan, kesejahteraan dan estetika. Setiap kategori terdiri dari 2-6 item dan sebuah nilai positif dari satu item maka akan dicetak sebagai positif bagi seluruh kategori. 6,43 b. Geriatric Oral Health Assessment Index (GOHAI) Instrumen ini pertama kali dikenalkan oleh Atchison dan Dolan pada tahun Instrumen ini terdiri dari 12 item untuk mengevaluasi status fungsi, rasa sakit, ketidaknyamanan, rasa khawatir, ketidakmampuan mengunyah dan menelan serta fungsi sosial. GOHAI memiliki validitas dan reabilitas dan sangat berkorelasi dengan status kesehatan gigi dan jumlah gigi. Korelasi juga sangat lemah terhadap mobilitas gigi, karies akar, karies koronal dan sejumlah kondisi patologis lainnya. 6,43 c. Dental Impact Profile (DIP) Instrument ini dikenalkan oleh Strauss dan Hunt pada tahun DIP terdiri dari 25 item dengan 4 subskala untuk menilai efek dari gigi atau rongga mulut saat makan, kesehatan dan kesejahteraan serta hubungan sosial. Instrument ini sangat sederhana dan mudah digunakan untuk mengetahui bagaimana gigi alami dan gigi tiruan memiliki korelasi positif atau negatif terhadap sosial, psikologis dan fungsi biologis dari kualitas hidup. 6,43 d. Oral Impact on Daily Performance (OIDP) Instrumen ini dikenalkan oleh Adulyanon dan Sheiham pada tahun Instrument ini terdiri dari 8 item yang meliputi fisik, psikologi dan sosial (makan dan menikmati makanan, berbicara dan mengucapkan kata-kata, tertawa, senyum, peranan sosial, dan sosialisasi dengan orang lain. Penilaian skor OIDP dilakukan dengan menjumlahkan total skor yang didapatkan. Instrument OIDP sangat mudah diterapkan pada suatu populasi yang besar dalam waktu yang singkat. 6,43 e. Oral Health Impact Profile (OHIP) Instrumen Oral Health Impact Profile (OHIP) merupakan socio dental indicators yang menggunakan indeks yang telah diberi bobot untuk mengukur dampak sosial dari kelainan rongga gigi dan mulut. Indeks ini memuat 7 skala

13 20 penting, yaitu : keterbatasan fungsi, nyeri fisik, ketidaknyamanan psikososial, ketidakmampuan fisik, ketidakmampuan psikis, ketidakmampuan sosial dan handicap (ketidakmampuan bekerja). 6,21 Tujuan dari OHIP adalah untuk memberikan ukuran dampak gangguan kesehatan mulut terhadap kehidupan sosial dan menggambarkan kaitan gangguan kesehatan mulut terhadap kehidupan sosial secara teoritis. Masalah kesehatan mulut yang dapat menyebabkan rasa sakit akan berdampak pada kesejahteraan individu, sehingga secara signifikan mengurangi kualitas hidup dan meningkatkan beban masyarakat. 21 Gambar 2. Bagan mekanisme suatu gangguan mulut yang dapat menyebabkan Keterbatasan (Impairment), Ketidakmampuan (Disability) dan Handicap. (Lokers, 1988). 21 OHIP yang dikembangkan oleh Slade GD dan Spencer AJ pada tahun 1994, terdiri dari 49 butir pertanyaan yang berhubungan dengan tujuh dimensi, dimana tujuh dimensi tersebut merupakan dampak akibat kelainan gigi dan mulut yang nantinya akan mempengaruhi kualitas hidup. Tahun 1997, Slade GD menyederhanakan OHIP yang terdiri dari 49 butir pertanyaan (OHIP-49) menjadi OHIP dengan 14 butir pertanyaan (OHIP-14). OHIP-14 terdiri 14-item kuesioner

14 21 yang dirancang untuk mengukur fungsional keterbatasan, ketidaknyamanan dan cacat dikaitkan dengan kondisi mulut, hal ini berasal dari versi asli dari 49-item didasarkan pada model teoritis yang dikembangkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan disesuaikan untuk kesehatan mulut dengan Locker Dalam model ini konsekuensi penyakit mulut secara hirarki terhubung dari tingkat biologis (penurunan) ke level perilaku (batasan fungsional, ketidaknyamanan dan cacat) dan terakhir ke tingkat sosial (cacat). Penelitian ini dilakukan di Australia Selatan dan menggunakan 1217 sampel. 6,21 OHIP-14 ini juga berhubungan dengan tujuh dimensi (keterbatasan fungsi, rasa sakit fisik, ketidaknyamanan psikis, ketidakmampuan fisik, ketidakmampuan psikis, ketidakmampuan sosial, dan handicap) dimana setiap dimensi terdiri dari dua pertanyaan, dan munggunakan lima skala likert yaitu : 0 = tidak pernah, 1 = sangat jarang, 2 = kadang-kadang, 3 = sering dan 4 = sangat sering. Total skor yang tinggi menunjukkan kualitas hidup yang rendah begitu pula sebaliknya. 7,21 Tiap dimensi juga terdiri dari dua pertanyaan. Versi yang dipersingkat memiliki tingkat kepercayaan (reliabilitas) dan validitas yang sama dengan versi aslinya dan merupakan alat yang tepat untuk analisis statistika yang berhubungan dengan efek kesehatan mulut terhadap kualitas hidup seseorang. Keuntungan dari OHIP ini adalah pertanyaan yang menyeluruh; ketujuh dimensi yang berbeda dapat mencakup dan menunjukkan dengan tepat keseluruhan lingkup yang mempengaruhi kualitas hidup seseorang. 7 Instrumen ini mendeteksi dampak fungsional dan sosial atau emosional pada kualitas hidup pasien dengan atau tanpa GTP. 7,21 Kualitas kesehatan oral yang berhubungan dengan indikator hidup semakin digunakan untuk mengukur dampak dari kondisi lisan pada kualitas hidup untuk melengkapi data klinis dalam studi crosssectional dan longitudinal. Ariani dkk dalam Kusdhany (2011) juga menganjurkan OHIP-14 digunakan pada populasi lansia di Indonesia. 35

15 22

16 Landasan Teori Lansia Pralansia ( tahun) lansia ( >60 tahun) Lansia resiko tinggi ( > 70 tahun/ tahun dengan masalah kesehatan) Lansia potensial Lansia tidak potensial Perubahan jaringan mulut Kehilangan gigi keseluruhan Psikologis Mastikasi Bicara Estetik sosial Tulang alveolar Mukosa Saliva TMJ Lidah GTP Indikasi Fungsi Kualitas hidup Masalah yang mungkin timbul Faktor yang mempengaruhi Pengukuran SIDD GOHAI D IP OIDP OHIP Usia Jenis kelamin Pendidikan Status perkawinan Pekerjaan Penghasilan Hubungan dengan orang lain Apakah ada hubungan kualitas hidup lansia pemakai GTP di Klinik Prostodonsia RSGMP FKG USU tahun 2013 dengan kondisi klinis rongga mulut dan faktor sosiodemografi? 22

17 Kerangka Konsep Lansia Pemakai GTP Kualitas hidup Sosiodemografi Kondisi klinis rongga mulut Jenis kelamin Tingkat pendidikan Status perkawinan Tulang alveolar Saliva Mukosa 23

18 25

19 Hipotesis Penelitian 1. Ada hubungan antara kualitas hidup dengan lansia pemakai GTP di Klinik Prostodonsia RSGMP FKG USU tahun 2013 dengan faktor sosiodemografi. 2. Ada hubungan antara kualitas hidup dengan lansia pemakai GTP di Klinik Prostodonsia RSGMP FKG USU tahun 2013 dengan kondisi klinis rongga mulut.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lansia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Seiring dengan bertambahnya usia seseorang, proses penuaan tidak dapat dihindari. Menurut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 17 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. 1 Hasil positif yang telah terwujud seiring dengan keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Edentulus penuh merupakan suatu keadaan tak bergigi atau tanpa gigi di dalam mulut. 1 Edentulus penuh memberikan pengaruh pada kesehatan fisik dan mental yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanjut Usia Penuaan merupakan suatu proses alami yang dihadapi oleh seluruh manusia dan tak dapat dihindarkan. Proses menua akan terjadi terus menerus secara alamiah dimulai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) di dunia diprediksi akan meningkat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) di dunia diprediksi akan meningkat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) di dunia diprediksi akan meningkat cepat di masa yang akan datang. Pada tahun 2002 terdapat sekitar 600 juta orang berusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan secara mekanis yang terjadi di rongga mulut dengan tujuan akhir proses ini

BAB I PENDAHULUAN. makanan secara mekanis yang terjadi di rongga mulut dengan tujuan akhir proses ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pengunyahan atau sistem mastikasi merupakan suatu proses penghancuran makanan secara mekanis yang terjadi di rongga mulut dengan tujuan akhir proses ini adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 6 Evaluasi pasca perawatan penting untuk mendeteksi penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 6 Evaluasi pasca perawatan penting untuk mendeteksi penyebab BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehilangan seluruh gigi merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami kehilangan seluruh gigi aslinya. Kehilangan seluruh gigi adalah parameter umum yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor Penyebab Kehilangan Gigi Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan penyakit periodontal. Faktor bukan penyakit seperti gaya hidup dan faktor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehilangan gigi merupakan masalah gigi dan mulut yang sering ditemukan. Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh dua faktor secara umum yaitu, faktor penyakit seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai masalah karies dan gingivitis dengan skor DMF-T sebesar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai masalah karies dan gingivitis dengan skor DMF-T sebesar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan gigi dan mulut masih banyak dialami oleh penduduk Indonesia. Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, 25,9% penduduk Indonesia mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi geligi dan struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi geligi dan struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gigi tiruan lengkap adalah protesa gigi lepasan yang menggantikan seluruh gigi geligi dan struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia termasuk Indonesia mengalami peningkatan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia termasuk Indonesia mengalami peningkatan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur penduduk dunia termasuk Indonesia mengalami peningkatan dalam hal jumlah dan proporsi penduduk usia lanjut (Komnas lansia, 2010). Pada tahun 2000 jumlah penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehilangan gigi menyebabkan pengaruh psikologis, resorpsi tulang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehilangan gigi menyebabkan pengaruh psikologis, resorpsi tulang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gigi merupakan salah satu organ tubuh yang memiliki fungsi yang penting bagi tubuh. Gigi yang rusak, tidak teratur susunannya, ataupun yang hilang bisa berdampak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gigi berperan penting dalam pada proses pengunyahan, berbicara dan estetis. Berbagai penyakit maupun kelainan gigi dan mulut dapat mempengaruhi berbagai fungsi rongga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti

BAB I PENDAHULUAN. cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia (lansia) adalah proses alamiah yang pasti akan dialami oleh setiap manusia. Pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) diprediksi akan meningkat cepat di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti karies dan penyakit periodontal, trauma, penyakit yang menyerang pulpa, periradikular, dan berbagai penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gigitiruan sebagian lepasan (GTSL) adalah gigitiruan yang menggantikan satu gigi atau lebih dan didukung oleh gigi dan atau jaringan di bawahnya, serta dapat dibuka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi tubuh. Fungsi gigi berupa fungsi fonetik, mastikasi dan. ataupun yang hilang bisa berdampak pada kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. bagi tubuh. Fungsi gigi berupa fungsi fonetik, mastikasi dan. ataupun yang hilang bisa berdampak pada kesehatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gigi merupakan salah satu organ tubuh yang memiliki fungsi yang penting bagi tubuh. Fungsi gigi berupa fungsi fonetik, mastikasi dan estetik (Fernatubun dkk., 2015).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Estetika merupakan salah satu tujuan dalam perawatan ortodontik dimana seseorang dapat memperbaiki estetika wajah yang berharga dalam kehidupan sosialnya (Monica,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rumit pada tubuh manusia. Sendi ini dapat melakukan 2 gerakan, yaitu gerakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rumit pada tubuh manusia. Sendi ini dapat melakukan 2 gerakan, yaitu gerakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sendi temporomandibula merupakan salah satu persendian yang paling rumit pada tubuh manusia. Sendi ini dapat melakukan 2 gerakan, yaitu gerakan memutar (rotasi)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Edentulus Penuh Edentulus penuh merupakan kondisi kesehatan gigi yang biasa terjadi pada usia lanjut, walaupun banyak survey yang menyatakan bahwa prevalensi kejadian ini mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan mulut dan senyum dapat berperan penting dalam. penilaian daya tarik wajah dan memberikan kepercayaan diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan mulut dan senyum dapat berperan penting dalam. penilaian daya tarik wajah dan memberikan kepercayaan diri terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penampilan mulut dan senyum dapat berperan penting dalam penilaian daya tarik wajah dan memberikan kepercayaan diri terhadap individu. Individu yang mengalami masalah

Lebih terperinci

KUALITAS HIDUP LANSIA PEMAKAI GIGITIRUAN PENUH YANG DIBUAT OLEH MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK PROSTODONSIA RSGMP FKG USU TAHUN 2013

KUALITAS HIDUP LANSIA PEMAKAI GIGITIRUAN PENUH YANG DIBUAT OLEH MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK PROSTODONSIA RSGMP FKG USU TAHUN 2013 1 KUALITAS HIDUP LANSIA PEMAKAI GIGITIRUAN PENUH YANG DIBUAT OLEH MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK PROSTODONSIA RSGMP FKG USU TAHUN 2013 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi syarat guna memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Antidepresan adalah terapi obat-obatan yang diberikan pada penderita gangguan depresif. Gangguan depresif adalah salah satu gangguan kesehatan jiwa yang paling sering

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. retak), infeksi pada gigi, kecelakaan, penyakit periodontal dan masih banyak

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. retak), infeksi pada gigi, kecelakaan, penyakit periodontal dan masih banyak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hilangnya gigi bisa terjadi pada siapa saja dengan penyebab yang beragam antara lain karena pencabutan gigi akibat kerusakan gigi (gigi berlubang, patah, retak), infeksi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang kemudian, secara normal, terjadi setiap bulan selama usia reproduktif.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang kemudian, secara normal, terjadi setiap bulan selama usia reproduktif. 17 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Walaupun perempuan, umumnya, memiliki umur harapan hidup (UHH) lebih tinggi daripada pria, mereka menghadapi masalah kesehatan yang lebih rumit. Secara kodrati, perempuan mengalami

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lain dan diperkirakan pada dua dekade abad 21 mengalami aged population boom,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lain dan diperkirakan pada dua dekade abad 21 mengalami aged population boom, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia harapan hidup penduduk Indonesia makin meningkat dibanding negara lain dan diperkirakan pada dua dekade abad 21 mengalami aged population boom, yang ditandai

Lebih terperinci

KONTROL PLAK. Kontrol plak adalah prosedur yang dilakukan oleh pasien di rumah dengan tujuan untuk:

KONTROL PLAK. Kontrol plak adalah prosedur yang dilakukan oleh pasien di rumah dengan tujuan untuk: Kontrol plak 80 BAB 7 KONTROL PLAK Kontrol plak adalah prosedur yang dilakukan oleh pasien di rumah dengan tujuan untuk: 1. Menyingkirkan dan mencegah penumpukan plak dan deposit lunak (materi alba dan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN Pada penelitian perubahan lengkung oklusal akibat kehilangan gigi posterior ini, didapat sebanyak 103 jumlah sampel kemudian dipilih secara purposive sampling dan didapat sebanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pencegahan dan manajemen yang efektif untuk penyakit sistemik. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pencegahan dan manajemen yang efektif untuk penyakit sistemik. Pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah World Oral Health (WHO) pada tahun 2003 menyatakan Global Goals for Oral Health 2020 yaitu meminimalkan dampak dari penyakit mulut dan kraniofasial dengan menekankan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Gigi merupakan salah satu bagian dari rongga mulut yang digunakan untuk pengunyahan. Jumlah gigi geligi sangat menentukan efektifitas pengunyahan dan penelanan yang merupakan langkah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gigi merupakan salah satu komponen penting dalam rongga mulut. Gigi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gigi merupakan salah satu komponen penting dalam rongga mulut. Gigi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gigi merupakan salah satu komponen penting dalam rongga mulut. Gigi berfungsi sebagai organ mastikasi saat menjalankan fungsinya harus berintegrasi dengan organ lainnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi tiruan cekat, gigi tiruan lepasan dibagi menjadi dua yaitu gigi tiruan sebagian

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi tiruan cekat, gigi tiruan lepasan dibagi menjadi dua yaitu gigi tiruan sebagian I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehilangan gigi dapat diatasi dengan pembuatan gigi tiruan lepasan maupun gigi tiruan cekat, gigi tiruan lepasan dibagi menjadi dua yaitu gigi tiruan sebagian dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah observational analitik dengan desain

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah observational analitik dengan desain BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah observational analitik dengan desain cross sectional. B. Populasi dan Subjek Penelitian 1. Populasi Populasi

Lebih terperinci

Definisi Bell s palsy

Definisi Bell s palsy Definisi Bell s palsy Bell s palsy adalah penyakit yang menyerang syaraf otak yg ketujuh (nervus fasialis) sehingga penderita tidak dapat mengontrol otot-otot wajah di sisi yg terkena. Penderita yang terkena

Lebih terperinci

BAB 2 IMPLAN. Dental implan telah mengubah struktur prostetik di abad ke-21 dan telah

BAB 2 IMPLAN. Dental implan telah mengubah struktur prostetik di abad ke-21 dan telah 12 mengalami defisiensi, terutama pada bagian posterior maksila. Sinus Lifting juga merupakan prosedur pembedahan yang relatif aman dan memiliki prevalensi komplikasi yang cukup rendah serta relatif mudah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kelompok usia lain dan diperkirakan pada tahun 2015 populasi lanjut usia di

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kelompok usia lain dan diperkirakan pada tahun 2015 populasi lanjut usia di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan populasi lanjut usia saat ini mulai melampaui pertumbuhan kelompok usia lain dan diperkirakan pada tahun 2015 populasi lanjut usia di Indonesia akan bertambah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia harapan hidup perempuan Indonesia semakin meningkat dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. Usia harapan hidup perempuan Indonesia semakin meningkat dari waktu ke BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia harapan hidup perempuan Indonesia semakin meningkat dari waktu ke waktu. Menurut sensus penduduk tahun 2000 oleh Badan Pusat Statistik, usia harapan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cepat dibandingkan kelompok umur lainya. 1 Badan Pusat Statistik (BPS)

BAB I PENDAHULUAN. cepat dibandingkan kelompok umur lainya. 1 Badan Pusat Statistik (BPS) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara berkembang, proporsi jumlah penduduk lanjut usia (lansia) terus berkembang. Kelompok penduduk lansia berkembang lebih cepat dibandingkan kelompok umur lainya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya, karena di dalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya, karena di dalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap mahluk hidup membutuhkan makanan untuk mempertahankan kehidupannya, karena di dalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk melakukan kegiatan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kehilangan Seluruh Gigi Kehilangan seluruh gigi merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami kehilangan seluruh gigi aslinya. Kehilangan seluruh gigi adalah parameter umum

Lebih terperinci

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia BAB 5 HASIL PENELITIAN

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia BAB 5 HASIL PENELITIAN 28 BAB 5 HASIL PENELITIAN Penelitian ini berlangsung pada bulan Oktober 2008. Pengambilan data dilakukan di Perumahan Bekasi Jaya Indah wilayah Bekasi dengan subjek penelitian adalah perempuan paskamenopause.

Lebih terperinci

BAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR. 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior

BAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR. 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior BAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior Protrusi anterior maksila adalah posisi, dimana gigi-gigi anterior rahang atas lebih ke depan daripada gigi-gigi anterior

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ekstraoral. Perubahan pada intraoral antara lain resorbsi prosesus alveolaris

BAB 1 PENDAHULUAN. ekstraoral. Perubahan pada intraoral antara lain resorbsi prosesus alveolaris BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasien edentulus mengalami perubahan morfologi baik intraoral maupun ekstraoral. Perubahan pada intraoral antara lain resorbsi prosesus alveolaris sedangkan dilihat

Lebih terperinci

PEMILIHAN DAN PENYUSUNAN ANASIR GIGITIRUAN PADA GIGITIRUAN SEBAGIAN LEPASAN (GTSL)

PEMILIHAN DAN PENYUSUNAN ANASIR GIGITIRUAN PADA GIGITIRUAN SEBAGIAN LEPASAN (GTSL) 1 PEMILIHAN DAN PENYUSUNAN ANASIR GIGITIRUAN PADA GIGITIRUAN SEBAGIAN LEPASAN (GTSL) PENDAHULUAN Anasir gigitiruan merupakan bagian dari GTSL yang berfungsi mengantikan gigi asli yang hilang. Pemilihan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA PENDERITA TUNANETRA USIA TAHUN ( KUESIONER )

DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA PENDERITA TUNANETRA USIA TAHUN ( KUESIONER ) Lampiran 1 Nomor Kartu DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ KESEHATAN GIGI MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA PENDERITA TUNANETRA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Gigi merupakan organ manusia yang terpenting, tanpa gigi geligi manusia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Gigi merupakan organ manusia yang terpenting, tanpa gigi geligi manusia BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Gigi merupakan organ manusia yang terpenting, tanpa gigi geligi manusia tidak dapat mengunyah makanan. Gigi berfungsi untuk mengunyah beraneka ragam makanan dengan tekstur dan nilai

Lebih terperinci

BAB 2 IMPLAN GIGI. perlindungan gigi tetangga serta pengembangan rasa percaya diri (9).

BAB 2 IMPLAN GIGI. perlindungan gigi tetangga serta pengembangan rasa percaya diri (9). BAB 2 IMPLAN GIGI 2.1 Definisi Implan Gigi Implan gigi merupakan salah satu cara untuk mengganti gigi yang hilang sehingga diperoleh fungsi pengunyahan, estetik dan kenyamanan yang ideal. Implan gigi adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Kualitas hidup terkait dengan kesehatan mulut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Kualitas hidup terkait dengan kesehatan mulut BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Kualitas Hidup a. Kualitas hidup terkait dengan kesehatan mulut Hidup sehat merupakan bagian dari kualitas hidup (Tulangow, dkk., 2013). Kualitas hidup adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan insulin, baik total ataupun sebagian. DM menunjuk pada. kumpulan gejala yang muncul pada seseorang yang dikarenakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan insulin, baik total ataupun sebagian. DM menunjuk pada. kumpulan gejala yang muncul pada seseorang yang dikarenakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa ini Diabetes Melitus (DM) sudah menjadi penyakit yang diderita segala lapisan masyarakat. DM merupakan suatu kondisi abnormal pada proses metabolisme karbohidrat

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENILAIAN KLINIS TERHADAP TINGKAT KEPUASAN PASIEN PEMAKAI GIGI TIRUAN PENUH DI RSGMP FKG USU

HUBUNGAN PENILAIAN KLINIS TERHADAP TINGKAT KEPUASAN PASIEN PEMAKAI GIGI TIRUAN PENUH DI RSGMP FKG USU HUBUNGAN PENILAIAN KLINIS TERHADAP TINGKAT KEPUASAN PASIEN PEMAKAI GIGI TIRUAN PENUH DI RSGMP FKG USU SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi, jaringan pendukung gigi, rahang, sendi temporomandibuler, otot mastikasi,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi, jaringan pendukung gigi, rahang, sendi temporomandibuler, otot mastikasi, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem stomatognasi merupakan suatu unit fungsional yang terdiri atas gigi, jaringan pendukung gigi, rahang, sendi temporomandibuler, otot mastikasi, sistem saraf

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menopause Seiring dengan bertambahnya usia, banyak hal yang terjadi dengan proses perkembangan dan pertumbuhan pada manusia. Namun, pada suatu saat perkembangan dan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan. satu atau lebih gigi asli, tetapi tidak seluruh gigi asli dan atau struktur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan. satu atau lebih gigi asli, tetapi tidak seluruh gigi asli dan atau struktur 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Gigi Tiruan Sebagian Lepasan a. Definisi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Gigi tiruan sebagian lepasan adalah gigi tiruan yang menggantikan satu atau lebih

Lebih terperinci

HAL-HAL YANG BERPENGARUH PADA KOMPOSISI SEKRESI SALIVA. Departemen Biologi Oral FKG USU

HAL-HAL YANG BERPENGARUH PADA KOMPOSISI SEKRESI SALIVA. Departemen Biologi Oral FKG USU HAL-HAL YANG BERPENGARUH PADA KOMPOSISI SEKRESI SALIVA. Departemen Biologi Oral FKG USU HAL-HAL YANG BERPENGARUH PADA KOMPOSISI DAN SEKRESI SALIVA. Sekresi saliva - fungsi normal - kesehatan rongga mulut.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gigitiruan Sebagian Lepasan 2.1.1 Definisi Gigitiruan sebagian lepasan (GTSL) adalah gigitiruan yang menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang pada rahang atas atau rahang

Lebih terperinci

II. KEADAAN ANATOMIS SEBAGAI FAKTOR PREDISPOSISI PENYAKIT PERIODONTAL

II. KEADAAN ANATOMIS SEBAGAI FAKTOR PREDISPOSISI PENYAKIT PERIODONTAL II. KEADAAN ANATOMIS SEBAGAI FAKTOR PREDISPOSISI PENYAKIT PERIODONTAL A. Pendahuluan 1. Deskripsi Dalam bab ini diuraikan mengenai keadaan anatomis gigi geligi, posisi gigi pada lengkung rahang, letak

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN GIGI DAN MULUT MASYARAKAT PEDESAAN DAN PERKOTAAN BERDASARKAN STANDAR PENILAIAN DARI WORLD HEALTH ORGANIZATION

PROFIL KESEHATAN GIGI DAN MULUT MASYARAKAT PEDESAAN DAN PERKOTAAN BERDASARKAN STANDAR PENILAIAN DARI WORLD HEALTH ORGANIZATION PROFIL KESEHATAN GIGI DAN MULUT MASYARAKAT PEDESAAN DAN PERKOTAAN BERDASARKAN STANDAR PENILAIAN DARI WORLD HEALTH ORGANIZATION Dr. SUDIBYO, drg., M.Kes * *Kepala Laboratorium Ilmu Kesehatan Gigi dan Mulut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsi pengunyahan, bicara, dan penelanan. Sistem stomatognatik terdiri dari tiga

BAB I PENDAHULUAN. fungsi pengunyahan, bicara, dan penelanan. Sistem stomatognatik terdiri dari tiga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem stomatognatik merupakan sistem yang bertanggung jawab terhadap fungsi pengunyahan, bicara, dan penelanan. Sistem stomatognatik terdiri dari tiga organ utama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Gigi Tiruan Indikator yang paling penting dalam kesehatan gigi dan mulut adalah kemampuan seseorang untuk mempertahankan gigi geligi. Beberapa penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kenyamanan, fungsi, dan keselarasan estetika pada pasien secara bersamaan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kenyamanan, fungsi, dan keselarasan estetika pada pasien secara bersamaan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembuatan gigi tiruan lengkap (GTL) rahang bawah yang memberi kenyamanan, fungsi, dan keselarasan estetika pada pasien secara bersamaan dengan mendapatkan retensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis. Kehamilan merupakan keadaan fisiologis wanita yang diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. jenis. Kehamilan merupakan keadaan fisiologis wanita yang diikuti dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehamilan merupakan sebuah peristiwa alamiah yang dialami setiap wanita yang telah berumah tangga atau telah melakukan hubungan seksual dengan lawan jenis. Kehamilan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rongga mulut merupakan gambaran dari kesehatan seluruh tubuh, karena

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rongga mulut merupakan gambaran dari kesehatan seluruh tubuh, karena I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rongga mulut merupakan gambaran dari kesehatan seluruh tubuh, karena beberapa penyakit sistemik dapat bermanifestasi ke rongga mulut (Mays dkk., 2012). Stomatitis aftosa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penting dalam perawatan prostodontik khususnya bagi pasien yang telah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penting dalam perawatan prostodontik khususnya bagi pasien yang telah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penentuan dimensi vertikal maxillomandibular merupakan satu tahapan penting dalam perawatan prostodontik khususnya bagi pasien yang telah kehilangan gigi-geligi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem mastikasi merupakan unit fungsional dalam pengunyahan yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem mastikasi merupakan unit fungsional dalam pengunyahan yang mempunyai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem mastikasi merupakan unit fungsional dalam pengunyahan yang mempunyai komponen terdiri dari gigi-geligi, sendi temporomandibula, otot kunyah, dan sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini semakin meningkat. Ortodonsi adalah cabang ilmu kedokteran gigi

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini semakin meningkat. Ortodonsi adalah cabang ilmu kedokteran gigi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring kemajuan zaman, kebutuhan dan minat akan perawatan ortodonsi pada saat ini semakin meningkat. Ortodonsi adalah cabang ilmu kedokteran gigi yang mempelajari pertumbuhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan mulut yang buruk memiliki dampak negatif terhadap tampilan wajah,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan mulut yang buruk memiliki dampak negatif terhadap tampilan wajah, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rongga mulut yang sehat berarti memiliki gigi yang baik dan merupakan bagian integral dari kesehatan umum yang penting untuk kesejahteraan. Kesehatan mulut yang buruk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebiasaan Buruk Kebiasaan adalah suatu tindakan berulang yang dilakukan secara otomatis atau spontan. Perilaku ini umumnya terjadi pada masa kanak-kanak dan sebagian besar selesai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sebanyak 91% dari orang dewasa pernah mengalami karies, dengan

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sebanyak 91% dari orang dewasa pernah mengalami karies, dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (World Health Organization, 2012) menyatakan bahwa karies gigi dan penyakit periodontal merupakan penyebab terbesar dari kehilangan gigi. Diperkirakan sebanyak 91%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan migrasi epitel jungsional ke arah apikal, kehilangan perlekatan tulang

BAB I PENDAHULUAN. dengan migrasi epitel jungsional ke arah apikal, kehilangan perlekatan tulang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Periodontitis merupakan inflamasi jaringan periodontal yang ditandai dengan migrasi epitel jungsional ke arah apikal, kehilangan perlekatan tulang dan resorpsi tulang

Lebih terperinci

BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK. endodontik. Pengetahuan tentang anatomi gigi sangat diperlukan untuk mencapai

BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK. endodontik. Pengetahuan tentang anatomi gigi sangat diperlukan untuk mencapai BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK Dokter gigi saat merawat endodontik membutuhkan pengetahuan tentang anatomi dari gigi yang akan dirawat dan kondisi jaringan gigi setelah perawatan

Lebih terperinci

tumpul, aching, dan menyebar, yang dapat berubah menjadi nyeri akut pada saat rahang berfungsi serta menyebabkan disfungsi mandibular berupa

tumpul, aching, dan menyebar, yang dapat berubah menjadi nyeri akut pada saat rahang berfungsi serta menyebabkan disfungsi mandibular berupa tumpul, aching, dan menyebar, yang dapat berubah menjadi nyeri akut pada saat rahang berfungsi serta menyebabkan disfungsi mandibular berupa pembukaan mulut (pada umumnya). 8 Pasien dengan sindroma nyeri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang ikut

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang ikut I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang ikut berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang. Menjaga kesehatan gigi berarti turut berpartisipasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Definisi lansia menurut UU nomor 13 tahun 1998 pasal 1 ayat (2) adalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Definisi lansia menurut UU nomor 13 tahun 1998 pasal 1 ayat (2) adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Definisi lansia menurut UU nomor 13 tahun 1998 pasal 1 ayat (2) adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. Lanjut usia (lansia) merupakan kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel yang tak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan lainnya, baik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Foramen Mentale Foramen mentale adalah suatu saluran terbuka pada korpus mandibula. Foramen ini dilalui saraf mental, arteri dan vena. Nervus mentalis adalah cabang terkecil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, maka populasi penduduk lansia juga akan meningkat. 2 Menurut Badan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, maka populasi penduduk lansia juga akan meningkat. 2 Menurut Badan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Proporsi penduduk lanjut usia (lansia) bertambah lebih cepat dibandingkan kelompok usia lain. 1 Seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup penduduk Indonesia, maka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berlalunya waktu dan dapat meningkatkan resiko terserang penyakit degeneratif

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berlalunya waktu dan dapat meningkatkan resiko terserang penyakit degeneratif I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses menua (aging process) adalah akumulasi secara progresif dari berbagai perubahan patofisiologi organ tubuh yang berlangsung seiring dengan berlalunya waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa komponen penting, yaitu sendi temporomandibula, otot

BAB I PENDAHULUAN. beberapa komponen penting, yaitu sendi temporomandibula, otot BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem mastikasi merupakan suatu unit fungsional yang terdiri atas beberapa komponen penting, yaitu sendi temporomandibula, otot pengunyahan, dan gigi geligi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umum dari tujuan nasional, yang diselenggarakan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. umum dari tujuan nasional, yang diselenggarakan berdasarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia merupakan pembangunan upaya kesehatan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi penduduk, dalam mewujudkan kesehatan yang optimal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. atau rasa. Istilah aesthetic berasal dari bahasa Yunani yaitu aisthetike dan

BAB 1 PENDAHULUAN. atau rasa. Istilah aesthetic berasal dari bahasa Yunani yaitu aisthetike dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aesthetic dentistry merupakan bidang ilmu dalam kedokteran gigi yang bertujuan untuk memperbaiki estetis rongga mulut pasien, di samping perawatan dan pencegahan

Lebih terperinci

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan Sariawan Neng...! Kata-kata itu sering kita dengar pada aneka iklan suplemen obat panas yang berseliweran di televisi. Sariawan, gangguan penyakit pada rongga mulut, ini kadang ditanggapi sepele oleh penderitanya.

Lebih terperinci

BAB 2 EKSTRAKSI GIGI. Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang

BAB 2 EKSTRAKSI GIGI. Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang BAB 2 EKSTRAKSI GIGI 2.1 Defenisi Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang alveolar. Ekstraksi gigi dapat dilakukan dengan dua teknik yaitu teknik sederhana dan teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sudah dimulai sejak 1000 tahun sebelum masehi yaitu dengan perawatan

BAB I PENDAHULUAN. sudah dimulai sejak 1000 tahun sebelum masehi yaitu dengan perawatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gigi yang tidak beraturan, irregular, dan protrusi merupakan masalah bagi beberapa individu sejak zaman dahulu dan usaha untuk memperbaiki kelainan ini sudah dimulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia contohnya adalah obesitas, diabetes, kolesterol, hipertensi, kanker usus,

BAB I PENDAHULUAN. manusia contohnya adalah obesitas, diabetes, kolesterol, hipertensi, kanker usus, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin majunya Ilmu Kedokteran menyebabkan penyakit infeksi sudah mulai berkurang sehingga lebih banyak orang yang mengalami penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wajah yang menarik dan telah menjadi salah satu hal penting di dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. wajah yang menarik dan telah menjadi salah satu hal penting di dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Estetika wajah adalah suatu konsep yang berhubungan dengan kecantikan atau wajah yang menarik dan telah menjadi salah satu hal penting di dalam kehidupan modern. Faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Foramen Mentale Foramen mentale adalah suatu saluran terbuka pada korpus mandibula. Melalui foramen mentale dapat keluar pembuluh darah dan saraf, yaitu arteri, vena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Oklusi secara sederhana didefinisikan sebagai hubungan gigi-geligi maksila

BAB I PENDAHULUAN. Oklusi secara sederhana didefinisikan sebagai hubungan gigi-geligi maksila BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Oklusi secara sederhana didefinisikan sebagai hubungan gigi-geligi maksila dan mandibula. Pada kenyataannya, oklusi gigi merupakan hubungan yang kompleks karena melibatkan

Lebih terperinci

KUALITAS HIDUP REMAJA SMA NEGERI 6 MANADO YANG MENGALAMI MALOKLUSI

KUALITAS HIDUP REMAJA SMA NEGERI 6 MANADO YANG MENGALAMI MALOKLUSI PENEL ITIAN KUALITAS HIDUP REMAJA SMA NEGERI 6 MANADO YANG MENGALAMI MALOKLUSI Dwi Ika L Wagiran *, Wulan P.J Kaunang, Vonny N.S Wowor Abstract: Quality of life is an individual the opportunity to be able

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prevalensi dan Etiologi Trauma gigi sulung anterior merupakan suatu kerusakan pada struktur gigi anak yang dapat mempengaruhi emosional anak dan orang tuanya. Jika anak mengalami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan bagian dari siklus kehidupan alami yang akan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan bagian dari siklus kehidupan alami yang akan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menopause merupakan bagian dari siklus kehidupan alami yang akan dilalui oleh seorang wanita. Menopause merupakan fase terakhir pendarahan haid seorang wanita. Fase ini

Lebih terperinci

BIOLOGI ORAL. Pengertian :

BIOLOGI ORAL. Pengertian : BIOLOGI ORAL Pengertian : Biologi Oral adalah ilmu yg mempelajari struktur,pertumbuhan, perkembangan dan fungsi jaringan mulut dan sekitarnya yang tercakup dlm sistem stomatognatik meliputi : gigi, jaringan

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN PASIEN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN DI RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER

TINGKAT KEPUASAN PASIEN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN DI RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER TINGKAT KEPUASAN PASIEN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN DI RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER Dewi Kristiana, Amiyatun Naini, Achmad Gunadi Bagian Prostodonsia FKG Universitas

Lebih terperinci

ل ق د خ ل ق ن ا ال إ ن س ان ف ي أ ح س ن ت ق و يم

ل ق د خ ل ق ن ا ال إ ن س ان ف ي أ ح س ن ت ق و يم BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa bayi dan balita adalah masa terjadinya tumbuh kembang semua alat tubuh serta akan menentukan sampai sejauh mana kualitas generasi dimasa yang akan datang (Sariningsih,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi geligi pada posisi ideal dan seimbang dengan tulang basalnya. Perawatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi geligi pada posisi ideal dan seimbang dengan tulang basalnya. Perawatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perawatan ortodontik bertujuan mengoreksi maloklusi dan menempatkan gigi geligi pada posisi ideal dan seimbang dengan tulang basalnya. Perawatan ortodontik harus dapat

Lebih terperinci

PERANAN REHABILITASI MEDIK PASCA FRAKTUR RAHANG

PERANAN REHABILITASI MEDIK PASCA FRAKTUR RAHANG PERANAN REHABILITASI MEDIK PASCA FRAKTUR RAHANG Marina A. Moeliono, dr.,sprm Dibawakan pada acara Kongres Nasional Persatuan Ahli Bedah Mulut Bandung, 15 17 Januari 2004 Abstrak The mandible is involved

Lebih terperinci

Gambar 1. Anatomi Palatum 12

Gambar 1. Anatomi Palatum 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Palatum 2.1.1 Anatomi Palatum Palatum adalah sebuah dinding atau pembatas yang membatasi antara rongga mulut dengan rongga hidung sehingga membentuk atap bagi rongga mulut. Palatum

Lebih terperinci