PERHITUNGAN KEMAUAN UNTUK MEMBAYAR PADA PENETAPAN NILAI KESELAMATAN TRANSPORTASI JALAN UNTUK KELOMPOK PENGGUNA JALAN TERTENTU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERHITUNGAN KEMAUAN UNTUK MEMBAYAR PADA PENETAPAN NILAI KESELAMATAN TRANSPORTASI JALAN UNTUK KELOMPOK PENGGUNA JALAN TERTENTU"

Transkripsi

1 PERHITUNGAN KEMAUAN UNTUK MEMBAYAR PADA PENETAPAN NILAI KESELAMATAN TRANSPORTASI JALAN UNTUK KELOMPOK PENGGUNA JALAN TERTENTU Tri Tjahjono Fakultas Teknik, Departemen Teknik Sipil Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat Tlp Pungkas Hendratmoko Fakultas Teknik, Departemen Teknik Sipil Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat Tlp. (021) Abstract Some research about the value of road safety has been widely practiced in many countries. One approach that is commonly used for the determination of the value of the safety of road transport is by asking directly to the public about the preferences or willingness to pay in order to improve the safety aspects. Human preferences in this model are built on the behavioral theory with economics perspective, which explains that human behavior is formed by preference. The basic premise of this theory states that every human being has a preference for a number of goods. The problem is that safety is included in the category of non-market goods that are not traded and often rrespondents refuse to answer questions directly related to willingness to pay. Therefore, in order to obtain objective answers from the respondents, the form of questions for the willingness to pay should be linked with other proxies. The purpose of this study was to calculate the willingness to pay on valuation of road safety for specific communities by designing the willingness to pay questions which is associated with the proxies of vehicle maintenance and health maintenance. Keywords: value of road safety, willingness to pay, vehicle maintenance, health maintenance Abstrak Beberapa penelitian tentang nilai keselamatan jalan telah banyak dilakukan di berbagai negara. Salah satu pendekatan yang umumnya dipakai untuk menetapkan nilai keselamatan transportasi jalan adalah dengan cara menanyakan langsung kepada masyarakat tentang preferensi atau kemauannya untuk membayar dalam rangka peningkatan aspek keselamatan. Preferensi manusia pada model ini dibangun atas dasar teori perilaku berdasarkan perspektif ilmu ekonomi, yang menejelaskan bahwa perilaku manusia dibentuk berdasarkan preferensinya. Premis dasar teori ini menjelaskan bahwa setiap manusia memiliki preferensi atas sejumlah barang. Permasalahannya adalah bahwa keselamatan termasuk dalam kategori barang nonpasar yang sifatnya tidak diperdagangkan dan sering kali responden menolak untuk menjawab bentuk pertanyaan langsung tentang kemauannya untuk membayar. Oleh karena itu, untuk memperoleh jawaban yang obyektif dari responden, bentuk pertanyaan kemauan untuk membayar perlu dikaitkan dengan proxy lainnya. Pada studi ini dihitung kemauan untuk membayar nilai keselamatan transportasi jalan untuk kelompok masyarakat tertentu dengan mendesain pertanyaan kemauan untuk membayar yang dikaitkan dengan proxy pemeliharaan kendaraan dan pemeliharaan kesehatan. Kata-kata kunci: nilai keselamatan jalan, kemauan untuk membayar, pemeliharaan kendaraan, pemeliharaan kesehatan PENDAHULUAN Penelitian tentang nilai keselamatan jalan (Value of Road Safety, VRS) telah banyak dilakukan di banyak negara. Menurut Lee (1990) setidaknya terdapat dua metode Jurnal Transportasi Vol. 14 No. 3 Desember 2014:

2 yang sering digunakan untuk menghitung Model VRS, pertama adalah metode Human Capital (HC) dan kedua adalah metode Kemauan untuk Membayar (Willingnes to Pay, WTP). Metode yang digunakan pada HC dilakukan dengan cara menghitung total potensi produktivitas manusia yang hilang akibat kecelakaan fatal lalulintas di jalan, sedangkan metode yang digunakan pada WTP dilakukan dengan cara menanyakan preferensi atau kemauan masyarakat untuk membayar terhadap peningkatan aspek keselamatan berlalulintas di jalan. Metode HC banyak mendapatkan keberatan dari para peneliti karena metode ini diyakini tidak dapat mempresentasikan preferensi masyarakat sesungguhnya terhadap nilai keselamatan. Sebaliknya metode WTP diyakini lebih dapat mempresentasikan preferensi masyarakat sesungguhnya terhadap nilai keselamatan dan banyak digunakan oleh banyak peneliti. Pearce et al. (2002) menyatakan bahwa penetapan VRS dengan metode WTP didasari oleh konsep penilaian barang atau jasa nonpasar. Metode yang digunakan untuk menghitung WTP tersebut dapat dilakukan dengan survei Revealed Preferences (RP) dan survei Stated Preferences (SP). Survei RP dilakukan dengan cara menanyakan preferensi atau kemauan masyarakat membayar untuk peningkatan aspek keselamatan pada kondisi sebenarnya atau kondisi pasar sedangkan survei Stated Preferences (SP) dilakukan dengan cara menanyakan preferensi atau kemauan masyarakat membayar untuk peningkatan aspek keselamatan pada kondisi hipotesis. Masing-masing metode memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri-sendiri. Penetapan VRS metode WTP dengan survei RP mampu mengidentifikasi preferensi individu secara aktual karena berdasarkan kondisi sebenarnya atau kondisi pasar namun metode ini tidak mudah dilakukan untuk menilai barang nonpasar, seperti keselamatan. Karena itu penilaian keselamatan dengan metode ini dilakukan dengan cara menghubungkan keselamatan dengan barang pasar lainnya. Sebagai contoh adalah kendaraan yang memiliki kelengkapan keselamatan yang lengkap akan memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan kendaraan sejenis yang tidak memiliki kelengkapan keselamatan. Kemauan individu untuk membeli kendaraan tersebut merefleksikan kemauannya untuk membayar keselamatan (Atkinson dan Halvorsen,1990; Anderson, 2005). Sedangkan penetapan VRS metode WTP dengan survei SP adalah alternatif lain untuk mengetahui nilai keselamatan jalan. Menurut Andersson (2013) pada umumnya survei SP dilakukan dengan cara menanyakan langsung kepada masyarakat tentang kesediaanya untuk membayar dalam upaya menurunkan jumlah fatalitas kecelakaan lalulintas di jalan pada kondisi hipotetis, dalam bentuk kuisioner penilaian terbatas (Contingent Valuation Questionaire). Permasalahannya adalah bahwa untuk menanyakan langsung kepada masyarakat tentang preferensinya atau kemauannya untuk membayar dalam rangka peningkatan aspek keselamatan tidak mudah dan sering kali terjadi penolakan jawaban oleh responden. Oleh karena itu, untuk memperoleh jawaban yang obyektif dari responden, bentuk pertanyaan WTP perlu dikaitkan dengan proxy lainnya. 176 Jurnal Transportasi Vol. 14 No. 3 Desember 2014:

3 Tujuan studi ini adalah untuk menghitung WTP pada model VRS untuk kelompok masyarakat tertentu, dengan mendesain pertanyaan WTP dikaitkan dengan proxy pemeliharaan kendaraan dan pemeliharaan kesehatan. Nilai Keselamatan Transportasi Jalan Jumlah korban meninggal dunia akibat kecelakaan lalulintas cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data akhir Kepolisian tahun 2010, jumlah korban meninggal dunia di jalan sekitar jiwa (Korlantas, 2011). Perkiraan ahli luar negeri bahkan di atas jiwa untuk Indonesia (INDII-AusAID, 2010). Dampak kecelakaan transportasi jalan sangat terasa pada perekonomian nasional. Sebagai contoh, kecelakaan pada moda jalan menyebabkan kerugian ekonomi sekitar 2,9 % Pendapatan Bruto Nasional (Pustral-UGM, 2007) dan nilai ini jauh lebih besar dibandingkan yang diperkirakan oleh Badan Kesehatan Dunia, yaitu sebesar 2 % (WHO, 2004). Metode Perhitungan Nilai Keselamatan Jalan Menurut Lee (1990) metode yang sering digunakan untuk menghitung VRS adalah metode Human Capital Approach (HC) dan metode Willingness to Pay Approach (WTP). Pada umumnya metode HC digunakan untuk mengestimasi nilai produktivitas manusia yang hilang karena kecelakaan fatal lalulintas, sedangkan metode WTP digunakan untuk mengestimasi kualitas nilai kehidupan yang hilang. Selain itu terdapat satu metode lain untuk menghitung VRS, yaitu Cost of Restitution atau perhitungan biaya langsung yang terjadi akibat kecelakaan transportasi di jalan, seperti biaya medis, barang atau kendaraan milik pribadi yang rusak, dan biaya administrasi lainnya. Metode-metode yang dapat digunakan untuk menghitung VRS ditunjukkan pada Gambar 1. Gambar 1 Metode-Metode Perhitungan VRS Penilaian Ekonomi Barang Nonpasar Nilai keselamatan tidak dapat diketahui secara langsung di pasaran karena keselamatan masuk dalam katagori barang nonpasar. Penilaian ekonomi (economic valuation) terhadap barang nonpasar adalah suatu proses penilaian ekonomi dalam bentuk uang terhadap suatu barang yang tidak ada di pasaran (Pearce et al, 2002). Contoh barang yang tidak ada di pasaran (nonpasar) adalah polusi udara, kebisingan, dan keselamatan. Perhitungan Kemauan untuk Membayar (Tri Tjahjono dan Pungkas Hendratmoko) 177

4 Penilaian ekonomi terhadap barang nonpasar biasanya dilakukan dengan cara mengukur preferensi atau ketersedian orang untuk membayar (WTP) barang nonpasar tersebut. Premis dasar teori ekonomi adalah bahwa setiap orang memiliki preferensi atas sejumlah barang, baik barang pasar maupun barang nonpasar. Terlepas dari biayanya, setiap orang diasumsikan dapat mengurutkan barang berdasarkan preferensinya. Hasilnya adalah pengurutan preferensi secara komplit (complete preference ordering) dan ini adalah dasar keputusan memilih. Unsur teori ekonomi yang paling fundamental adalah pengurutan preferensi (preference ordering) dan tidak dipedulikan motivasi orang untuk memilih suatu barang, seperti altruisme, loyalitas, kebencian, ataupun masokisme. PEMBAHASAN Identifikasi Variabel Penelitian Identifikasi variabel penelitian WTP dilakukan berdasarkan literatur yang ada dan yang berhubungan dengan topik penelitian serta dengan melakukan diskusi kelompok (focus group discussion) dengan para responden. Variabel yang digunakan pada kuesioner dipilih sedemikian rupa agar mencakup seluruh faktor yang berpengaruh besar terhadap WTP. Instrumen Penelitian Instrumen pada penelitian ini adalah kuisioner. Metode yang digunakan untuk mendesain kuisioner adalah dengan mengikuti prosedur yang ada pada literatur dan melakukan diskusi kelompok (Focus Group Discussion) yang dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh bentuk dan isi kuisioner yang sempurna dan mudah dipahami oleh responden (tidak bersifat tendensius). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan pertanyaan kuesioner adalah menghindari pertanyaan yang panjang dan menggunakan istilah-istilah yang tidak umum digunakan sehari-hari. Apabila hal tersebut tidak dapat dihindarkan, harus dilengkapi dengan contoh atau penjelasan lainnya. Struktur kuisioner WTP pada studi adalah sebagai berikut (Pearce et al., 2002): 1. Tujuan penelitian; dimaksudkan agar responden paham dan mau menjawab kuisioner WTP yang ditanyakan. Sebelumnya pada formulir survey perlu dijelaskan tujuan penelitian. 2. Pertanyaan tentang sikap obyek yang diteliti; untuk mengetahui sikap responden terhadap obyek yang diteliti pada formulir survei perlu ditambah pertanyaan yang terkait dengan sikap yang dimaksud. 3. Manfaat penelitian; diuraikan dengan maksud agar responden termotivasi untuk menjawab kuisioner WTP karena mengetahui manfaat penelitian untuk responden. 178 Jurnal Transportasi Vol. 14 No. 3 Desember 2014:

5 4. Skenario penilaian WTP; untuk menayakan kesediaan responden untuk membayar (WTP) perlu dirancang skenario penilaiannya. Pada penelitian ini digunakan skenario Value Elicitation Question dengan metode Bidding Game Elicitation. 5. Data sosial ekonomi; untuk memperoleh gambaran karakteristik responden, seperti nama, usia, jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan terakhir, pekerjaaan, dan penghasilan. Berdasarkan diskusi kelompok tersebut kesimpulan bahwa keselamatan di jalan tol merupakan hal yang sangat penting dan tidak ada satu pun responden yang mau mati lebih awal karena kecelakaan fatal di jalan tol. Tetapi ketika para responden ditanyakan langsung kesediaannya untuk membayar terkait dengan upaya peningkatan aspek keselamatan di jalan tol, hampir seluruhnya menjawab tidak bersedia membayar dengan berbagai macam alasan, yang rangkumannya adalah sebagai berikut: 1. Dengan tarif yang berlaku sekarang saja responden menilai penyelenggara jalan tol belum mampu memberikan pelayanan yang baik dan belum mampu meningkatkan keselamatan. 2. Apabila biaya peningkatan keselamatan di jalan tol dibebankan lagi kepada masyarakat dalam bentuk kenaikan tarif tol atau pengenaan pajak atau restribusi ke pemerintah responden berpendapat lebih tidak masuk akal lagi karena responden merasa sudah membayar tarif tol dan semestinya biaya tersebut menjadi tanggung jawab penuh penyelenggara jalan tol. 3. Sebagian besar responden berpendapat bahwa keselamatan memang penting tetapi mereka tidak mau memprioritaskan uangnya untuk dialokasikan ke sektor keselamatan karena masih banyak kebutuhan lain yang lebih perlu untuk mendapat prioritas. Yang menjadi hal penting dalam permasalahan ini adalah bagaimana mendesain kuisioner tentang WTP agar responden dapat menjawab secara jujur dan obyektif tentang nilai keselamatan karena seluruh responden sepakat bahwa keselamatan itu penting atau memiliki nilai. Berdasarkan hasil diskusi diperoleh kesimpulan bahwa untuk memperoleh jawaban responden tentang nilai keselamatan perlu dilakukan strategi lain dalam mendesain pertanyaan dengan menggunakan proxy lain. Berbagai alternatif pertanyaan yang telah dicoba adalah sebagai berikut: 1. Dengan pertanyaan langsung, bentuk pertanyaannya adalah: Apabila jumlah korban jiwa kecelakaan fatal di Ruas Tol Jagorawi dapat diturunkan hingga 50 % dari rata-rata 20 orang meninggal dunia tiap tahunnya oleh penyelenggara jalan tol dengan upaya meningkatkan pelayanan dan menambah prasarana perlengkapan keselamatan jalan, bersediakah saudara kalau tarif tol dinaikan 10 %? 2. Dengan menggunakan proxy pemeliharaan kendaraan, bentuk pertanyaannya adalah: Apabila jumlah korban jiwa kecelakaan fatal di Ruas Tol Jagorawi dapat diturunkan hingga 50 % dari rata-rata 20 orang meninggal dunia tiap tahunnya dengan upaya menjaga kelaikan kendaraan, bersediakan saudara mengalokasikan dana Rp per tahun untuk perawatan kendaraan saudara agar selalu dalam keadaan laik jalan? Perhitungan Kemauan untuk Membayar (Tri Tjahjono dan Pungkas Hendratmoko) 179

6 3. Dengan menggunakan proxy kesehatan, bentuk pertanyaannya adalah: Apabila jumlah korban jiwa kecelakaan fatal di Ruas Tol Jagorawi dapat diturunkan hingga 50 % dari rata-rata 20 orang meninggal dunia tiap tahunnya dengan upaya mengemudi dalam kondisi sehat, bersediakan saudara mengalokasikan dana Rp per tahun untuk menjaga kesehatan saudara agar selalu dalam keadaan fit dalam berkendara? Ketiga alternatif pertanyaan tersebut telah diujicobakan kepada 30 orang responden dengan hasil seperti yang ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1 Tanggapan Responden terhadap Alternatif Pertanyaan WTP Jumlah Tanggapan Responden Alternatif Proxy Bersedia (orang) Tidak Bersedia (orang) Keterangan 1 Langsung 2 28 Tidak Layak 2 Kendaraan 25 5 Layak 3 Kesehatan 25 5 Layak Gambaran Obyek Penelitian Populasi penelitian adalah seluruh pengemudi kendaraan di Jalan Tol Jagorawi. Sebagai studi pendahuluan dipilih 30 responden untuk disurvei yang belum mewakili sampel populasi penelitian. Dianggap jumlah rata-rata korban meninggal akibat kecelakaan fatal lalulintas di Ruas Jalan Tol Jagorawi per tahun mencapai 20 orang per pengguna jalan tol. Pengolahan Data Penelitian 1. Hasil pengukuran WTP dengan proxy pemeliharaan kendaraan Nilai WTP total dari 25 orang responden adalah Rp ,00. Dengan demikian nilai rata-rata WTP Responden adalah Rp ,00 per orang tahun. Nilai WTP terbesar dari responden adalah Rp ,00 dan nilai WTP terkecilnya adalah Rp ,00 sehingga nilai tengah WTP responden adalah Rp ,00. Dari 25 orang responden, hanya 3 orang (12 %) yang memiliki WTP di atas nilai tengah dan sisanya, 22 orang (88 %), memiliki WTP di bawah nilai tengah. Kondisi ini untuk sementara bisa mengambarkan bahwa kemauan mayarakat untuk mengalokasikan dananya untuk peningkatan keselamatan lalulintas di jalan tol masih rendah. Selanjutnya bila diasumsikan pengguna jalan tol Jagorawi mencapai orang per tahun yang masing-masing bersedia membayar Rp ,00 per tahun untuk pemeliharaan kendaraannya agar selalu laik jalan sehingga tingkat kecelakaan fatal di Tol Jagorawi bisa menurun 50 % dari 20 korban jiwa menjadi 10 korban jiwa, nilai VRS adalah sebagai berikut: Rata-Rata WTP = Nilai Rata-Rata WTP x Populasi = Rp ,00 x = Rp , Jurnal Transportasi Vol. 14 No. 3 Desember 2014:

7 VoSl = Rata-Rata WTP : Jumlah korban terselamatkan = Rp ,00 : 10 = Rp ,00 per orang VRS = VoSl x Jumlah korban terselamatkan = Rp ,00 x 10 = Rp ,00 2. Hasil pengukuran WTP dengan proxy pemeliharaan kesehatan Nilai WTP total dari 25 orang responden adalah Rp ,00. Dengan demikian nilai rata-rata WTP Responden adalah Rp ,00 per orang tahun. Nilai WTP terbesar dari responden adalah Rp ,00 dan nilai WTP terkecilnya adalah Rp ,00 sehingga nilai tengah WTP responden adalah Rp ,00. Dari 25 orang responden hanya 5 orang (25 %) yang memiliki WTP di atas nilai tengah sedangkan yang lain, 20 orang (75 %), memiliki WTP kurang dari nilai tengah. Kondisi ini menggambarkan bahwa kemauan mayarakat untuk mengalokasikan dananya untuk peningkatan keselamatan lalulintas di jalan tol masih rendah. Selanjutnya apabila diasumsikan bahwa pengguna jalan tol Jagorawi mencapai orang per tahun, yang masing-masing bersedia membayar Rp ,00 per tahun untuk pemeliharaan kesehatannya agar selalu dalam keadaan sehat ketika mengemudi, sehingga tingkat kecelakaan fatal di Jalan Tol Jagorawi bisa menurun 50 %, dari 20 korban jiwa menjadi 10 korban jiwa, nilai VRS dapat dihitung sebagai berikut: Rata-Rata WTP = Nilai Rata-Rata WTP x Populasi = Rp ,00 x = Rp ,00 VoSl VRS = Rata-Rata WTP: Jumlah korban terselamatkan = Rp ,00 : 10 = Rp ,00 per orang = VoSl x Jumlah korban terselamatkan = Rp ,00 x 10 = Rp ,00 KESIMPULAN Dari studi ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Keselamatan transportasi jalan merupakan barang nonpasar yang sifatnya tidak dapat diperjualbelikan. Untuk menanyakan langsung kepada masyarakat tentang preferensi atau kemauannya untuk membayar (WTP) dalam rangka peningkatan aspek Perhitungan Kemauan untuk Membayar (Tri Tjahjono dan Pungkas Hendratmoko) 181

8 keselamatan tidak mudah. Karena itu untuk memperoleh jawaban yang obyektif dari responden, bentuk pertanyaan WTP perlu dikaitkan dengan proxy lainnya, yang pada studi ini dipilih pemeliharaan kendaraan dan pemeliharaan kesehatan. 2. Dengan menggunakan sampel yang terbatas dan menggunakan metode WTP, Nilai Keselamatan Jalan (VRS) pengguna jalan tol menggunakan pendekatan pemeliharaan kendaraan lebih besar dibandingkan nilai yang didapat dengan menggunakan pendekatan pemeliharaan kesehatan. DAFTAR PUSTAKA Andersson, H The Value of Safety as Revealed in The Swedish Car Market: An Application of The Hedonic Pricing Approach. Journal of Risk and Uncertainty, 30 (3): Andersson, H Consistency in Preference for Road Safety: An Analysis of Precautionary and Stated Behavior. Research in Transportation Economics, 43 (1): Atkinson, S.E. dan Halvorsen, R The Valuation of Risks to Life: Evidence from The Market for Automobiles. Review of Economics and Statistics, 72 (1): Indonesia Infrastructure Initiative Mewujudkan Jalan Berkeselamatan di Indonesia. Ausaid-Kementerian Pekerjaan Umum. Direktorat Jenderal Bina Marga. Jakarta. Joness-Lee, M.W The Value of Transport Safety. The Oxford Review of Economic Policy Limited. Oxford: Oxford University Press. Pearce, D. dan Ozdemiroglu, E Economic Valuation with Stated Preference Techniques. London: Departement for Transport, Local Government and Region. 182 Jurnal Transportasi Vol. 14 No. 3 Desember 2014:

PERHITUNGAN KEMAUAN UNTUK MEMBAYAR PADA PENETAPAN NILAI KESELAMATAN TRANSPORTASI JALAN UNTUK KELOMPOK PENGGUNA JALAN TERTENTU

PERHITUNGAN KEMAUAN UNTUK MEMBAYAR PADA PENETAPAN NILAI KESELAMATAN TRANSPORTASI JALAN UNTUK KELOMPOK PENGGUNA JALAN TERTENTU PERHITUNGAN KEMAUAN UNTUK MEMBAYAR PADA PENETAPAN NILAI KESELAMATAN TRANSPORTASI JALAN UNTUK KELOMPOK PENGGUNA JALAN TERTENTU Dr. Ir Tri Tjahjono, Msc Fakultas Teknik Departemen Teknik Sipil Universitas

Lebih terperinci

PERBANDINGAN NILAI KESEDIAAN MEMBAYAR MENGGUNAKAN PENDEKATAN STATED PREFERENCE CONTINGENT VALUATION DAN STATED PREFERENCE STATED CHOICE

PERBANDINGAN NILAI KESEDIAAN MEMBAYAR MENGGUNAKAN PENDEKATAN STATED PREFERENCE CONTINGENT VALUATION DAN STATED PREFERENCE STATED CHOICE PERBANDINGAN NILAI KESEDIAAN MEMBAYAR MENGGUNAKAN PENDEKATAN STATED PREFERENCE CONTINGENT VALUATION DAN STATED PREFERENCE STATED CHOICE Dwi Prasetyanto Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN NILAI KESEDIAAN MEMBAYAR MENGGUNAKAN PENDEKATAN STATED PREFERENCE CONTINGENT VALUATION DAN STATED PREFERENCE STATED CHOICE

PERBANDINGAN NILAI KESEDIAAN MEMBAYAR MENGGUNAKAN PENDEKATAN STATED PREFERENCE CONTINGENT VALUATION DAN STATED PREFERENCE STATED CHOICE PERBANDINGAN NILAI KESEDIAAN MEMBAYAR MENGGUNAKAN PENDEKATAN STATED PREFERENCE CONTINGENT VALUATION DAN STATED PREFERENCE STATED CHOICE Dwi Prasetyanto Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Lebih terperinci

BIAYA KECELAKAAN LALULINTAS JALAN DI INDONESIA DAN VIETNAM

BIAYA KECELAKAAN LALULINTAS JALAN DI INDONESIA DAN VIETNAM BIAYA KECELAKAAN LALULINTAS JALAN DI INDONESIA DAN VIETNAM Gito Sugiyanto Program Studi Teknik Sipil Fakultas Sains dan Teknik Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto Jl. Mayjend Sungkono Km. 5, Blater,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Konsep Nilai Wisata dan Willingness To Pay Bermacam-macam teknik penilaian dapat digunakan untuk mengkuantifikasikan konsep dari nilai. Konsep dasar

Lebih terperinci

Contingent Valuation Method (CVM)

Contingent Valuation Method (CVM) Contingent Valuation Method (CVM) Kuliah Valuasi ESDAL Pertemuan Ke-8 2015/2016 Urgensi CVM (1) Contingent Valuation Methods (CVM) merupakan metode yang dianggap dapat digunakan untuk menghitung jasa-jasa

Lebih terperinci

BIAYA KECELAKAAN PENGGUNA KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH PURBALINGGA DENGAN MENGGUNAKAN METODE GROSS OUTPUT

BIAYA KECELAKAAN PENGGUNA KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH PURBALINGGA DENGAN MENGGUNAKAN METODE GROSS OUTPUT BIAYA KECELAKAAN PENGGUNA KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH PURBALINGGA DENGAN MENGGUNAKAN METODE GROSS OUTPUT Safety Husna Pangestika Program Studi Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

MODEL HUBUNGAN ANTARA VOLUME LALULINTAS DENGAN TARIF JALAN TOL

MODEL HUBUNGAN ANTARA VOLUME LALULINTAS DENGAN TARIF JALAN TOL MODEL HUBUNGAN ANTARA VOLUME LALULINTAS DENGAN TARIF JALAN TOL Dwi Prasetyanto Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Nasional Jl. PHH. Mustapha No. 23, Bandung, 40124 Tlp. (022) 7272215 dwi_prasetyanto@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Alur penelitian dalam penulisan skripsi ini menjelaskan mengenai tahapan atau prosedur penelitian untuk menganalisa besarnya willingness to pay (WTP)

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi konsep ekonomi pencemaran, Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode valuasi

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG TENTANG KESELAMATAN LALU LINTAS TAHUN 2014

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG TENTANG KESELAMATAN LALU LINTAS TAHUN 2014 PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG TENTANG KESELAMATAN LALU LINTAS TAHUN 2014 KNOWLEDGE, ATTITUDE, AND PRACTICE OF FACULTY MEDICINE STUDENT

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Wilayah Studi Daerah rawan kecelakaan adalah daerah yang mempunyai angka kecelakaan tinggi, resiko kecelakaan tinggi dan potensi kecelakaan tinggi pada suatu ruas jalan. Daerah

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis terdiri dari beberapa teori yang digunakan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis terdiri dari beberapa teori yang digunakan III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis terdiri dari beberapa teori yang digunakan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan teori-teori yang sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Salah satu rencana untuk mengurangi kemacetan di kota Yogyakarta adalah penerapan Electronic Road Pricing (ERP). (Pratama, 2012) kemacetan akan memberi dampak negatif, baik dari

Lebih terperinci

ESTIMASI TINGKAT KECELAKAAN LALU LINTAS NASIONAL DAN 6 PROPINSI DI PULAU JAWA INDONESIA

ESTIMASI TINGKAT KECELAKAAN LALU LINTAS NASIONAL DAN 6 PROPINSI DI PULAU JAWA INDONESIA ESTIMASI TINGKAT KECELAKAAN LALU LINTAS NASIONAL DAN 6 PROPINSI DI PULAU JAWA INDONESIA Najid Staf Pengajar Jurusan Teknik.Sipil Untar Email : najid2009@yahoo.com Telp. 0818156673 Abstrak Tingkat keselamatan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur. Untuk menunjang pembangunan tersebut, salah satu

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur. Untuk menunjang pembangunan tersebut, salah satu BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia dewasa ini membawa dampak positif bagi masyarakat Indonesia yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi di Jalan Raya Kasomalang Kabupaten

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi di Jalan Raya Kasomalang Kabupaten IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Jalan Raya Kabupaten Subang. Jalan Raya merupakan jalur alternatif untuk menuju Kabupaten Sumedang, Kuningan, Cirebon,

Lebih terperinci

WILLINGNESS TO PAY PENGGUNA ANGKUTAN UMUM UNTUK PELAYANAN BUS RAPID TRANSIT (BRT) KORIDOR I DI KOTA SURAKARTA: APLIKASI METODE CONTINGENT VALUATION

WILLINGNESS TO PAY PENGGUNA ANGKUTAN UMUM UNTUK PELAYANAN BUS RAPID TRANSIT (BRT) KORIDOR I DI KOTA SURAKARTA: APLIKASI METODE CONTINGENT VALUATION WILLINGNESS TO PAY PENGGUNA ANGKUTAN UMUM UNTUK PELAYANAN BUS RAPID TRANSIT (BRT) KORIDOR I DI KOTA SURAKARTA: APLIKASI METODE CONTINGENT VALUATION Skripsi Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi

Lebih terperinci

EVALUASI TARIF ANGKUTAN UMUM BERDASARKAN ABILITY TO PAY (ATP) DAN WILLINGNESS TO PAY (WTP) DI KOTA PANGKALPINANG

EVALUASI TARIF ANGKUTAN UMUM BERDASARKAN ABILITY TO PAY (ATP) DAN WILLINGNESS TO PAY (WTP) DI KOTA PANGKALPINANG EVALUASI TARIF ANGKUTAN UMUM BERDASARKAN ABILITY TO PAY (ATP) DAN WILLINGNESS TO PAY (WTP) DI KOTA PANGKALPINANG Revy Safitri Email: revy.safitri@gmail.com Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS ABILITY TO PAY DAN WILLINGNESS TO PAY TARIF ANGKUTAN KOTA (STUDI KASUS : KOTAMADYA MEDAN) TESIS MAGISTER

ANALISIS ABILITY TO PAY DAN WILLINGNESS TO PAY TARIF ANGKUTAN KOTA (STUDI KASUS : KOTAMADYA MEDAN) TESIS MAGISTER ANALISIS ABILITY TO PAY DAN WILLINGNESS TO PAY TARIF ANGKUTAN KOTA (STUDI KASUS : KOTAMADYA MEDAN) TESIS MAGISTER Oleh : Hotmaida Dina Uli. B NIM : 25096502 BIDANG KHUSUS REKAYASA TRANSPORTASI PROGRAM

Lebih terperinci

KAJIAN TARIF ANGKUTAN ANTAR JEMPUT SEKOLAH DI YOGYAKARTA: STUDI KASUS TK/SD BUDI MULIA II, TK/SD SYUHADA, SD UNGARAN, DAN SD SERAYU

KAJIAN TARIF ANGKUTAN ANTAR JEMPUT SEKOLAH DI YOGYAKARTA: STUDI KASUS TK/SD BUDI MULIA II, TK/SD SYUHADA, SD UNGARAN, DAN SD SERAYU KAJIAN TARIF ANGKUTAN ANTAR JEMPUT SEKOLAH DI YOGYAKARTA: STUDI KASUS TK/SD BUDI MULIA II, TK/SD SYUHADA, SD UNGARAN, DAN SD SERAYU Aris Sulistiyo Mahasiswa Program Pascasarjana Magister Sistem dan Teknik

Lebih terperinci

STUDI POLA PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN KOTA NANGA PINOH DI KABUPATEN MELAWI. Abstrak

STUDI POLA PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN KOTA NANGA PINOH DI KABUPATEN MELAWI. Abstrak STUDI POLA PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN KOTA NANGA PINOH DI KABUPATEN MELAWI Didit Rukmana 1) Komala Erwan 2) dan Said Basalim 2) Abstrak The road is a vital tool that needs to be maintained and enhanced

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu komponen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia untuk menunjang kehidupan perekonomian di masyarakat. Meningkatnya kebutuhan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sectional. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. sectional. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis Penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat

Lebih terperinci

Analisis Finansial Proyek Jalan Tol Balikpapan-Samarinda

Analisis Finansial Proyek Jalan Tol Balikpapan-Samarinda Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Itenas No.x Vol.xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Agustus 2014 Analisis Finansial Proyek Jalan Tol Balikpapan-Samarinda INDRA SATYA RUSWANDI 1, DWI PRASETYANTO

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai ERP Dilihat dari Willingness To Pay (WTP) Pengguna Jalan

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai ERP Dilihat dari Willingness To Pay (WTP) Pengguna Jalan VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai ERP Dilihat dari Willingness To Pay (WTP) Pengguna Jalan Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP responden

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang menunjang pergerakan baik orang

BAB 1 PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang menunjang pergerakan baik orang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan sarana yang menunjang pergerakan baik orang maupun barang dari suatu tempat asal ke tempat tujuan. Secara umum, kebutuhan akan jasa transportasi

Lebih terperinci

STUDI BIAYA KECELAKAAN LALU LINTAS PADA JALAN TOL PADALARANG-CILEUNYI BANDUNG TAHUN 2004

STUDI BIAYA KECELAKAAN LALU LINTAS PADA JALAN TOL PADALARANG-CILEUNYI BANDUNG TAHUN 2004 STUDI BIAYA KECELAKAAN LALU LINTAS PADA JALAN TOL PADALARANG-CILEUNYI BANDUNG TAHUN 2004 David NRP:0121082 Pembimbing: V.Hartanto,Ir.,M.Sc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Susantoso (2010) mengatakan peningkatan kapasitas jalan tanpa dibarengi disinsentif terhadap pengguna kendaraan pribadi justru memungkinkan untuk meningkatkan laju pertumbuhan lalu

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KESELAMATAN PADA JALAN NASIONAL INDONESIA

UPAYA PENINGKATAN KESELAMATAN PADA JALAN NASIONAL INDONESIA UPAYA PENINGKATAN KESELAMATAN PADA JALAN NASIONAL INDONESIA Tri Tjahjono Fakultas Teknik Universitas Indonesia Depok 16424 tjahjono@eng.ui.ac.id Abstract Indonesia faced serious challenges in improving

Lebih terperinci

KAJIAN PERPINDAHAN MODA (MODE SHIFTING) DARI PENGGUNA KENDARAAN PRIBADI KE KENDARAAN UMUM (STUDI KASUS: KOTA BANDUNG)

KAJIAN PERPINDAHAN MODA (MODE SHIFTING) DARI PENGGUNA KENDARAAN PRIBADI KE KENDARAAN UMUM (STUDI KASUS: KOTA BANDUNG) KAJIAN PERPINDAHAN MODA (MODE SHIFTING) DARI PENGGUNA KENDARAAN PRIBADI KE KENDARAAN UMUM (STUDI KASUS: KOTA BANDUNG) Tilaka Wasanta Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Katolik Parahyangan

Lebih terperinci

PENENTUAN LOKASI TERMINAL BIS ANTAR KOTA DI DAERAH ISTIMEWA JOGJAKARTA (TINJAUAN TERHADAP STAKEHOLDER MAHASISWA PENGGUNA BIS ANTAR KOTA)

PENENTUAN LOKASI TERMINAL BIS ANTAR KOTA DI DAERAH ISTIMEWA JOGJAKARTA (TINJAUAN TERHADAP STAKEHOLDER MAHASISWA PENGGUNA BIS ANTAR KOTA) PENENTUAN LOKASI TERMINAL BIS ANTAR KOTA DI DAERAH ISTIMEWA JOGJAKARTA (TINJAUAN TERHADAP STAKEHOLDER MAHASISWA PENGGUNA BIS ANTAR KOTA) TESIS MEGISTER Oleh : BIDANG KHUSUS REKAYASA TRANSPORTASI JURUSAN

Lebih terperinci

PROBABILITAS PERPINDAHAN MODA DARI BUS KE KERETA API DALAM RENCANA RE-AKTIVASI JALUR KERETA API JEMBER-PANARUKAN

PROBABILITAS PERPINDAHAN MODA DARI BUS KE KERETA API DALAM RENCANA RE-AKTIVASI JALUR KERETA API JEMBER-PANARUKAN PROBABILITAS PERPINDAHAN MODA DARI BUS KE KERETA API DALAM RENCANA RE-AKTIVASI JALUR KERETA API JEMBER-PANARUKAN Willy Kriswardhana 1 dan Hera Widyastuti 2 1 Mahasiswa Program Pascasarjana Teknik Sipil

Lebih terperinci

STUDI POTENSI PENUMPANG PADA RENCANA PEMBANGUNAN BANDAR UDARA DI TULUNGAGUNG NASKAH PUBLIKASI TEKNIK SIPIL

STUDI POTENSI PENUMPANG PADA RENCANA PEMBANGUNAN BANDAR UDARA DI TULUNGAGUNG NASKAH PUBLIKASI TEKNIK SIPIL STUDI POTENSI PENUMPANG PADA RENCANA PEMBANGUNAN BANDAR UDARA DI TULUNGAGUNG NASKAH PUBLIKASI TEKNIK SIPIL Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik RAHMASARI KHAIRUNNISA NIM.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. udara bersih dan pemandangan alam yang indah. Memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan seperti hutan lindung sebagai

BAB I PENDAHULUAN. udara bersih dan pemandangan alam yang indah. Memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan seperti hutan lindung sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan sumber daya alam dengan beragam manfaat, berupa manfaat yang bersifat langsung maupun manfaat tidak langsung. Produk hutan yang dapat dinikmati secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu, secara umum data yang telah diperoleh dari penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang meninggal dunia setiap tahun nya dan lebih dari 50 jt jiwa mengalami luka luka

BAB I PENDAHULUAN. orang meninggal dunia setiap tahun nya dan lebih dari 50 jt jiwa mengalami luka luka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keselamatan jalan merupakan isu yang cenderung mengemuka dari tahun ke tahun dan saat ini sudah menjadi permasalahan global. Hal ini sangat tepat terutama

Lebih terperinci

KAJIAN TARIF TAKSI DI KOTA MAKASSAR TESIS MAGISTER. Oleh : Viasmudji I.S. Bitticaca

KAJIAN TARIF TAKSI DI KOTA MAKASSAR TESIS MAGISTER. Oleh : Viasmudji I.S. Bitticaca KAJIAN TARIF TAKSI DI KOTA MAKASSAR TESIS MAGISTER Oleh : Viasmudji I.S. Bitticaca 250 00 089 PROGRAM MAGISTER TEKNIK SIPIL BIDANG KHUSUS REKAYASA TRANSPORTASI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2003 ABSTRAK

Lebih terperinci

EFFECT OF A CLIMBING LANE ON SPEED, FLOW AND VEHICLE OPERATING COST

EFFECT OF A CLIMBING LANE ON SPEED, FLOW AND VEHICLE OPERATING COST EFFECT OF A CLIMBING LANE ON SPEED, FLOW AND VEHICLE OPERATING COST SUMMARY EFFECT OF A CLIMBING LANE ON SPEED FLOW AND VEHICLE OPERATING COST, ARDHAHNI, 1996, Program Magister Sistem dan Teknik Jalan

Lebih terperinci

BAB IV INTEPRETASI DATA

BAB IV INTEPRETASI DATA 41 BAB IV INTEPRETASI DATA 4.1 Pengumpulan Data Data responden pada penyusunan skripsi ini terdiri atas dua bagian yaitu data profil responden dan data stated preference. Untuk data profil responden terdiri

Lebih terperinci

DAMPAK EKONOMI DAN LINGKUNGAN PERENCANAAN TATA RUANG DAN SISTEM TRANSPORTASI KOTA TESIS MAGISTER. Oleh: MUHAMAD ISNAENI N I M :

DAMPAK EKONOMI DAN LINGKUNGAN PERENCANAAN TATA RUANG DAN SISTEM TRANSPORTASI KOTA TESIS MAGISTER. Oleh: MUHAMAD ISNAENI N I M : DAMPAK EKONOMI DAN LINGKUNGAN PERENCANAAN TATA RUANG DAN SISTEM TRANSPORTASI KOTA TESIS MAGISTER Oleh: MUHAMAD ISNAENI N I M : 250 98 068 BIDANG KHUSUS REKAYASA TRANSPORTAS I PROGRAM STUDI TEKIK SIPIL

Lebih terperinci

Mata Rantai Keselamatan Lalulintas di Jalan Soekarno-Hatta Kota Bandung

Mata Rantai Keselamatan Lalulintas di Jalan Soekarno-Hatta Kota Bandung Rekaracana Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Jurusan Teknik Sipil Itenas No.x Vol. Xx Januari 2016 Mata Rantai Keselamatan Lalulintas di Jalan Soekarno-Hatta Kota Bandung INTAN 1, DWI PRASETYANTO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perkembangan sarana dan prasarana transportasi itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perkembangan sarana dan prasarana transportasi itu sendiri. BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Semakin berkembang suatu wilayah maka kebutuhan transportasi akan semakin meningkat dan permasalahan di dalamnya pun akan bertambah. Masyarakat dituntut untuk memiliki mobilitas

Lebih terperinci

EVALUASI KECEPATAN TRANSAKSI DI GERBANG TOL PASTEUR BANDUNG

EVALUASI KECEPATAN TRANSAKSI DI GERBANG TOL PASTEUR BANDUNG EVALUASI KECEPATAN TRANSAKSI DI GERBANG TOL PASTEUR BANDUNG Lisa Ramayanti Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Katolik Parahyangan Jl. Ciumbuleuit 94 Bandung, Indonesia, 40141 Telp.

Lebih terperinci

Prakata. Pd. T B

Prakata. Pd. T B Prakata Pedoman perhitungan besaran biaya kecelakaan lalu lintas dipersiapkan oleh Panitia Teknik Standarisasi Bidang Konstruksi dan Bangunan melalui Gugus kerja Bidang Ekonomi Transportasi pada Sub Panitia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kota Medan, disamping sebagai ibukota Propinsi Sumatera Utara, telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kota Medan, disamping sebagai ibukota Propinsi Sumatera Utara, telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Medan, disamping sebagai ibukota Propinsi Sumatera Utara, telah berkembang menjadi Kota Metropolitan, seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk, perkembangan

Lebih terperinci

EVALUASI PEMENUHAN INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL JALAN TOL DI INDONESIA

EVALUASI PEMENUHAN INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL JALAN TOL DI INDONESIA EVALUASI PEMENUHAN INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL JALAN TOL DI INDONESIA Amelia Makmur Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Kristen Krida Wacana Jln. Tanjung Duren Raya 4, Jakarta Barat 11470

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, saat ini aktivitas kehidupan manusia telah mencapai taraf kemajuan semakin kompleks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu bandara perlu didukung oleh sarana angkutan umum yang handal dan

BAB I PENDAHULUAN. suatu bandara perlu didukung oleh sarana angkutan umum yang handal dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandar udara merupakan salah satu simpul transportasi yang memiliki peranan penting dalam penyelenggaraan transportasi antarmoda, khususnya antara moda udara, moda

Lebih terperinci

ABSTRACT. vi Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. vi Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT This study aims to analyze the factors that affect the willingness to pay taxes on individual taxpayers who do business in Bandung Selatan. These factors are awareness of paying taxes, knowledge

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi yang merupakan salah satu sektor industri yang bersentuhan langsung dengan lalu lintas dinyatakan sebagai salah satu industri dengan tingkat cedera dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Muhammad Fauzi, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Muhammad Fauzi, FE UI, 2010. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasal 33 Ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar

Lebih terperinci

Perhitungan besaran biaya kecelakaan lalu lintas dengan menggunakan metoda the gross output (human capital)

Perhitungan besaran biaya kecelakaan lalu lintas dengan menggunakan metoda the gross output (human capital) Perhitungan besaran biaya kecelakaan lalu lintas dengan menggunakan metoda the gross output (human capital) 1 Ruang lingkup Pedoman ini menetapkan prosedur untuk melakukan perhitungan besaran biaya kecelakaan

Lebih terperinci

BAB I BAB I PENDAHULUAN

BAB I BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan transportasi merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh suatu negara kepada rakyatnya. Transportasi adalah kegiatan pemindahan manusia/barang dari

Lebih terperinci

EVALUASI KECELAKAAN LALULINTAS SELAMA MUDIK LEBARAN MELALUI JALUR DARAT DI INDONESIA TAHUN 2015 DAN 2016

EVALUASI KECELAKAAN LALULINTAS SELAMA MUDIK LEBARAN MELALUI JALUR DARAT DI INDONESIA TAHUN 2015 DAN 2016 EVALUASI KECELAKAAN LALULINTAS SELAMA MUDIK LEBARAN MELALUI JALUR DARAT DI INDONESIA TAHUN 2015 DAN 2016 Mentary Adisthi Fakultas Teknik Universitas Indonesia Depok, 16425 adisthimentary@gmail.com Vinensia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cidera kecelakaan lalu lintas (Road Traffic Injury) merupakan hal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Cidera kecelakaan lalu lintas (Road Traffic Injury) merupakan hal yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cidera kecelakaan lalu lintas (Road Traffic Injury) merupakan hal yang sangat mungkin dialami oleh setiap pengguna jalan. Hal ini terjadi karena pengemudi kendaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Maraknya berbagai kejadian kecelakaan belakangan ini yang melibatkan moda transportasi darat, laut dan udara telah sampai pada titik yang mengkhawatirkan. Fakta menunjukkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lalu lintas menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan didefinisikan sebagai gerak kendaraan dan orang di

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL KEBUTUHAN TRANSPORTASI PADA PENYUSUNAN PROGRAM PENANGANAN JALAN BERBASIS IRMS (STUDI KASUS PROVINSI JAWA BARAT)

PENERAPAN MODEL KEBUTUHAN TRANSPORTASI PADA PENYUSUNAN PROGRAM PENANGANAN JALAN BERBASIS IRMS (STUDI KASUS PROVINSI JAWA BARAT) PENERAPAN MODEL KEBUTUHAN TRANSPORTASI PADA PENYUSUNAN PROGRAM PENANGANAN JALAN BERBASIS IRMS (STUDI KASUS PROVINSI JAWA BARAT) ABSTRAK PENERAPAN MODEL KEBUTUHAN TRANSPORTASI PADA PENYUSUNAN PROGRAM PENANGANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas yang sangat tinggi. Sektor transportasi merupakan hal mutlak untuk mempermudah mobilisasi penduduk

Lebih terperinci

PEDOMAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM. Perhitungan besaran biaya kecelakaan lalu lintas dengan menggunakan metoda the gross output (human capital)

PEDOMAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM. Perhitungan besaran biaya kecelakaan lalu lintas dengan menggunakan metoda the gross output (human capital) PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Pd T-02-2005-B Perhitungan besaran biaya kecelakaan lalu lintas dengan menggunakan metoda the gross output (human capital) DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Daftar Isi Daftar isi...

Lebih terperinci

ABSTRAK. Tresa Telfia

ABSTRAK. Tresa Telfia ABSTRAK Pertanggungjawaban Pemerintah Kota Bandung Dalam Penyediaan Sarana dan Prasarana Lalu Lintas Jalan Berkaitan dengan Kecelakaan Lalu Lintas Jalan Dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009

Lebih terperinci

TESIS ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PEMBANGUNAN JALAN TOL BENOA-BANDARA-NUSA DUA A.A. ASTRI DEWI

TESIS ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PEMBANGUNAN JALAN TOL BENOA-BANDARA-NUSA DUA A.A. ASTRI DEWI TESIS A.A. ASTRI DEWI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2012 TESIS A.A ASTRI DEWI NIM 1091561021 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Nilai Sumberdaya Hutan Nilai merupakan persepsi manusia tentang makna suatu objek (sumberdaya hutan) bagi individu tertentu pada tempat dan waktu tertentu. Oleh karena

Lebih terperinci

Tujuan Penelitian. Menghitung berapa kemauan membayar masyarakat. (Ability to pay) terhadap tarif jasa angkutan umum pada

Tujuan Penelitian. Menghitung berapa kemauan membayar masyarakat. (Ability to pay) terhadap tarif jasa angkutan umum pada Latar Belakang Transportasi memegang peranan yang cukup penting dalam seluruh aspek kehidupan manusia Angkutan umum yang ada pada kota Sorong Teminabuan adalah Ford dan L 200. Salah satu persoalan mendasar

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGETAHUAN RAMBU LALU LINTAS DAN SIKAP AMAN BERKENDARA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

PERBEDAAN PENGETAHUAN RAMBU LALU LINTAS DAN SIKAP AMAN BERKENDARA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET PERBEDAAN PENGETAHUAN RAMBU LALU LINTAS DAN SIKAP AMAN BERKENDARA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM MENGGUNAKAN JASA TRANSPORTASI ONLINE UBER DAN GRAB DI INDONESIA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM MENGGUNAKAN JASA TRANSPORTASI ONLINE UBER DAN GRAB DI INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM MENGGUNAKAN JASA TRANSPORTASI ONLINE UBER DAN GRAB DI INDONESIA Oleh : Pt Bgs Raditya Permana Putra I Gede Putra Ariana Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KECELAKAAN DAN SOLUSI PENANGANAN UNTUK MENGURANGI ANGKA KECELAKAAN DI KOTA BENGKULU

KARAKTERISTIK KECELAKAAN DAN SOLUSI PENANGANAN UNTUK MENGURANGI ANGKA KECELAKAAN DI KOTA BENGKULU Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur &Teknik Sipil) Vol., Oktober UniversitasGunadarma - Depok - - Oktober ISSN: 88-9 KARAKTERISTIK KECELAKAAN DAN SOLUSI PENANGANAN UNTUK MENGURANGI

Lebih terperinci

PERMODELAN BIAYA KEMACETAN PENGGUNA MOBIL PRIBADI DENGAN VARIASI NILAI KECEPATAN AKTUAL KENDARAAN

PERMODELAN BIAYA KEMACETAN PENGGUNA MOBIL PRIBADI DENGAN VARIASI NILAI KECEPATAN AKTUAL KENDARAAN PERMODELAN BIAYA KEMACETAN PENGGUNA MOBIL PRIBADI DENGAN VARIASI NILAI KECEPATAN AKTUAL KENDARAAN Gito Sugiyanto Jurusan Teknik Fakultas Sains dan Teknik Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto Jl. Mayjend

Lebih terperinci

KAJIAN NILAI EKONOMI KEBERADAAN POHON- POHON DI TAMAN AHMAD YANI, KOTA MEDAN, PROVINSI SUMATERA UTARA

KAJIAN NILAI EKONOMI KEBERADAAN POHON- POHON DI TAMAN AHMAD YANI, KOTA MEDAN, PROVINSI SUMATERA UTARA KAJIAN NILAI EKONOMI KEBERADAAN POHON- POHON DI TAMAN AHMAD YANI, KOTA MEDAN, PROVINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI Oleh : SALMIAH PANE 021201022/MANAJEMEN HUTAN DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan 11 BAB II A. Landasan Teori TINJAUAN PUSTAKA 1. Definisi pariwisata Definisi pariwisata secara luas adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsekuensi logis yaitu timbulnya lalu lintas pergerakan antar pulau untuk

BAB I PENDAHULUAN. konsekuensi logis yaitu timbulnya lalu lintas pergerakan antar pulau untuk BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan membawa konsekuensi logis yaitu timbulnya lalu lintas pergerakan antar pulau untuk pemenuhan kebutuhan barang dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Pratiwi Andiningsari, FKM UI,

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Pratiwi Andiningsari, FKM UI, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan jalan bebas hambatan (jalan Tol) Cipularang (Cikampek- Purwakarta-Padalarang) pada tahun 2005 merupakan salah satu bentuk perkembangan pembangunan nasional

Lebih terperinci

PENGENALAN KONSEP ANALISIS BIAYA-MANFAAT DAN LINGKUNGAN PERTEMUAN 5 VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM DAN LINGUNGAN 2011/2012

PENGENALAN KONSEP ANALISIS BIAYA-MANFAAT DAN LINGKUNGAN PERTEMUAN 5 VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM DAN LINGUNGAN 2011/2012 PENGENALAN KONSEP ANALISIS BIAYA-MANFAAT DAN LINGKUNGAN PERTEMUAN 5 VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM DAN LINGUNGAN 2011/2012 Cost Benefit Analysis (CBA) THE BASIC IDEA (1) Analisis biaya-manfaat lingkungan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KONSUMEN TERHADAP BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) NON SUBSIDI (PERTAMAX) TAHUN 2013 (Studi Kasus: Kota Surakarta)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KONSUMEN TERHADAP BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) NON SUBSIDI (PERTAMAX) TAHUN 2013 (Studi Kasus: Kota Surakarta) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KONSUMEN TERHADAP BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) NON SUBSIDI (PERTAMAX) TAHUN 2013 (Studi Kasus: Kota Surakarta) Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Syarat-Syarat untuk

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Pembelajaran sepeda motor berbasis multimedia PENDAHULUAN

ABSTRAK. Kata kunci : Pembelajaran sepeda motor berbasis multimedia PENDAHULUAN ABSTRAK Kepadatan penduduk yang terus bertambah, kebutuhan orang yang semakin banyak, serta kemajuan teknologi yang semakin canggih membawa implikasi semakin ramainya transportasi di jalanan. Kepadatan

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI OLEH : NOVINDRA

VALUASI EKONOMI OLEH : NOVINDRA VALUASI EKONOMI OLEH : NOVINDRA PENDAHULUAN Penilaian terhadap barang lingkungan yg Non-Market mempunyai implikasi kebijakan yang penting. Dulu, barang tersebut dianggap bernilai nol atau bernilai rendah

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA WILLINGNESS DAN ABILITY TO PAY STUDI KAWASAN PARIWISATA PANTAI SLOPENG, KABUPATEN SUMENEP, MADURA Moh. Harun 1, Anita Intan Nura Diana 2 1 Dosen Program Studi Teknik Sipil, Universitas Wiraraja email :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan umum sebagaimana diamanatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan laporan tahunan World Health Organization (2015) pada Global Status Report on Road Safety 2015, kecelakaan lalu lintas menjadi peringkat pertama dari sepuluh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pertumbuhan yang sangat pesat di berbagai sektor khususnya dari sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. pertumbuhan yang sangat pesat di berbagai sektor khususnya dari sektor BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tangerang sebagai salah satu wilayah satelit dari ibukota Jakarta mengalami pertumbuhan yang sangat pesat di berbagai sektor khususnya dari sektor pertumbuhan penduduk,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KELEBIHAN BERAT BADAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA PEREMPUAN PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEKSTILE SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KELEBIHAN BERAT BADAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA PEREMPUAN PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEKSTILE SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KELEBIHAN BERAT BADAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA PEREMPUAN PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEKSTILE SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN P 1 0 Q 1. Kurva Opportunity Cost, Consumers Surplus dan Producers Surplus Sumber : Kahn (1998)

KERANGKA PEMIKIRAN P 1 0 Q 1. Kurva Opportunity Cost, Consumers Surplus dan Producers Surplus Sumber : Kahn (1998) III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini mengambil kerangka pemikiran teoritis dari berbagai penelusuran teori-teori yang relevan dengan permasalahan penelitian. Adapun kerangka

Lebih terperinci

PELAYANAN DAN TARIF KERETA API PERKOTAAN DI YOGYAKARTA

PELAYANAN DAN TARIF KERETA API PERKOTAAN DI YOGYAKARTA PELAYANAN DAN TARIF KERETA API PERKOTAAN DI YOGYAKARTA Risky Hariwahyudi Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada rafifky@gmail.com Dewi Fatmawati Suprapto Departemen

Lebih terperinci

KAJIAN TARIF ANGKUTAN KOTA (Studi Kasus Kota Bandung)

KAJIAN TARIF ANGKUTAN KOTA (Studi Kasus Kota Bandung) KAJIAN TARIF ANGKUTAN KOTA (Studi Kasus Kota Bandung) ABSTRAK KAJIAN TARIF ANGKUTAN KOTA (Studi Kasus Kota Bandung) Oleh Desmon Manurung Departemen Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung Sebagian besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Peningkatan kinerja..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI.,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Peningkatan kinerja..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., BAB I PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan penelitian. 1.1.1. Latar belakang. Jalan merupakan sarana transportasi darat yang mempunyai peranan besar dalam arus lalu lintas barang dan orang, sebagai penghubung

Lebih terperinci

INSPEKSI KESELAMATAN JALAN DI JALAN LINGKAR SELATAN YOGYAKARTA

INSPEKSI KESELAMATAN JALAN DI JALAN LINGKAR SELATAN YOGYAKARTA INSPEKSI KESELAMATAN JALAN DI JALAN LINGKAR SELATAN YOGYAKARTA Supradian Sujanto Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Jl. Grafika No. 2 Yogyakarta 55281 (0274) 513665

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang perkembangannya memicu sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain menghasilkan produk-produk yang

Lebih terperinci

PENGARUH INVESTASI INFRASTRUKTUR JALAN TERHADAP SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

PENGARUH INVESTASI INFRASTRUKTUR JALAN TERHADAP SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN PENGARUH INVESTASI INFRASTRUKTUR JALAN TERHADAP SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN Ridwan Anas Departemen Teknik Sipil Program Studi Transportasi Institut Teknologi Bandung Jln. Ganesha 10, Bandung Tlp. (022)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa sumberdaya adalah komponen dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa sumberdaya adalah komponen dari II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sumberdaya didefinisikan sebagai sesuatu yang dipandang memiliki nilai ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa sumberdaya adalah komponen dari ekosistem

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Motivasi Kerja dan Produktivitas Kerja. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata Kunci : Motivasi Kerja dan Produktivitas Kerja. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Persaingan yang semakin ketat membuat banyak organisasi menyadari pentingnya memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, berintegritas dan memiliki komitmen yang tinggi untuk mampu mendorong

Lebih terperinci

ESTIMASI NILAI WILLINGNESS TO PAY BERDASARKAN CONTINGENT VALUATION METHOD TERHADAP RENCANA PENINGKATAN KUALITAS

ESTIMASI NILAI WILLINGNESS TO PAY BERDASARKAN CONTINGENT VALUATION METHOD TERHADAP RENCANA PENINGKATAN KUALITAS ESTIMASI NILAI WILLINGNESS TO PAY BERDASARKAN CONTINGENT VALUATION METHOD TERHADAP RENCANA PENINGKATAN KUALITAS dan KUANTITAS PELAYANAN GUNA MENINGKATKAN JUMLAH PENUMPANG KA KOMUTER SURABAYA SIDOARJO Julistyana

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesediaan Membayar ( Willingness to Pay )

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesediaan Membayar ( Willingness to Pay ) II. TINJAUAN PUSTAKA Kajian mengenai kesediaan membayar beras analog belum pernah dilakukan sebelumnya. Namun ada beberapa kajian yang terkait dengan topik Willingness to Pay khususnya dalam menilai manfaat

Lebih terperinci

PENENTUAN FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN LALULINTAS DI WILAYAH BANDUNG METROPOLITAN AREA

PENENTUAN FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN LALULINTAS DI WILAYAH BANDUNG METROPOLITAN AREA Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 PENENTUAN FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN LALULINTAS DI WILAYAH BANDUNG METROPOLITAN AREA Dwi Prasetyanto 1, Indra Noer Hamdhan

Lebih terperinci

TESIS MAGISTER Oleh: Yasak Octavius Susilo NIM : Pembimbing :

TESIS MAGISTER Oleh: Yasak Octavius Susilo NIM : Pembimbing : PERBANDINGAN HASIL PENGUKURAN KEKASARAN PERMUKAAN JALAN DENGAN MENGGUNAKAN ALAT NAASRA, ROMDAS, dan MERLIN TESIS MAGISTER Oleh: Yasak Octavius Susilo NIM : 25098112 Pembimbing : Ir. Bambang Ismato S.,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN TRANSPORTASI BERKELANJUTAN

KEBIJAKAN TRANSPORTASI BERKELANJUTAN KEBIJAKAN TRANSPORTASI BERKELANJUTAN : Suatu Penerapan Metodologi yang Komprehensif Oleh: R. Aria Indra P Kasubdit Lintas Sektor dan Lintas Wilayah, Dit. Wilayah Tarunas, Ditjen Taru, Kemen PU Sustainability

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tidak ada keputusan ekonomi yang dibuat tanpa mempengaruhi. berdampak pada perekonomian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tidak ada keputusan ekonomi yang dibuat tanpa mempengaruhi. berdampak pada perekonomian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ekonomi Lingkungan 1. Ekonomi dan Lingkungan Bahasan mengenai ekonomi lingkungan berangkat dari logika sederhana bahwa lingkungan adalah bagian tak terpisahkan dari ekonomi.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR EXECUTIVE SUMMARY

KATA PENGANTAR EXECUTIVE SUMMARY KATA PENGANTAR Ringkasan Laporan Akhir (Executive Summary) ini merupakan hasil dari tahapan-tahapan diskusi dan pembahasan sebelumnya bersama Tim Pendamping dan Tim Pengarah Badan Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

STUDI KECEPATAN KENDARAAN PADA RUAS JALAN PERKOTAAN DI KOTA PADANG

STUDI KECEPATAN KENDARAAN PADA RUAS JALAN PERKOTAAN DI KOTA PADANG STUDI KECEPATAN KENDARAAN PADA RUAS JALAN PERKOTAAN DI KOTA PADANG Purnawan Titi Kurniati Deddy Noveyusa Staf Pengajar Staf Pengajar Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN DAN KEMAUAN MEMBAYAR PETUGAS PARKIR TERHADAP PELAYANAN PUSKESMAS DI KABUPATEN BANYUMAS

ANALISIS KEMAMPUAN DAN KEMAUAN MEMBAYAR PETUGAS PARKIR TERHADAP PELAYANAN PUSKESMAS DI KABUPATEN BANYUMAS ANALISIS KEMAMPUAN DAN KEMAUAN MEMBAYAR PETUGAS PARKIR TERHADAP PELAYANAN PUSKESMAS DI KABUPATEN BANYUMAS ANALYSIS OF PARKING ATTENDANT ABILITY TO PAY AND WILLINGNESS TO PAY FOR PRIMARY HEALTH SEVICES

Lebih terperinci