PENGGUNAAN METODE AKSELERASI PADA PENENTUAN UMUR SIMPAN PISANG SALE DENGAN PENGEMAS YANG BERBEDA-BEDA. Ummi Habibah, Fachraniah, Zahra Fona, Elwina *)
|
|
- Harjanti Budiman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGGUNAAN METODE AKSELERASI PADA PENENTUAN UMUR SIMPAN PISANG SALE DENGAN PENGEMAS YANG BERBEDA-BEDA Ummi Habibah, Fachraniah, Zahra Fona, Elwina *) ABSTRAK Pisang sale merupakan suatu produk makanan setengah basah (Intermediaete Moisture Foods) yang dibuat dari buah pisang matang dan banyak diproduksi oleh industri kecil di Nanggroe Aceh Darussalam. Suatu produk pangan selalu mengalami reaksi deteriorasi yang terjadi akibat faktor instrinsik atau faktor ekstrinsik tertentu. Reaksi deteriorasi atau penurunan mutu pisang sale terjadi akibat faktor fisik yaitu peningkatan kadar air dari lingkungan ke dalam bahan dan hal ini dapat dikurangi dengan menggunakan pengemas yang sesuai. Umur simpan pisang sale dapat ditentukan dengan suatu penelitian di laboratorium dengan memperhatikan perbedaan sifat-sifat produk dari awalnya dengan cara menentukan kriteria penurunan mutu kerusakan, menggunakan metode studi yang sesuai, mengukur peningkatan kadar air, dan pengujian organoleptik pada jangka waktu tertentu hingga diperoleh umur simpannya sebagai waktu kadaluarsa. Penentuan umur simpan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan metode mempercepat reaksi deteriorasi atau metode konvensional. Terdapat beberapa model persamaan yang dapat digunakan untuk menentukan umur simpan produk pangan akibat peningkatan kadar air yaitu persamaan Heiss-Eichener, Rudolph, Labuza, dan Syarief. Kata Kunci: Pisang sale, umur simpan, reaksi deteriorasi, permeabilitas uap air, pengujian organoleptik PENDAHULUAN Pisang sale merupakan produk makanan tradisional khas daerah Aceh yang dapat menggantikan kue dan saat ini perlu dikembangkan dan disesuaikan dengan kebutuhan pasar. Produk pisang sale khas Aceh yang ada di pasaran sekarang masih memiliki banyak kekurangan seperti belum adanya standarisasi produk, jaminan keawetan produk, tidak menggunakan pengemas yang sesuai dan tidak adanya penganggalan batas kadaluarsa. Pisang sale dibuat dari buah pisang matang dan diawetkan dengan cara pengasapan atau pengeringan. Pisang sale memiliki rasa yang khas dan umur simpan yang cukup lama bila dilakukan dengan cara yang tepat. Mutu pisang sale sangat dipengaruhi oleh warna, pengemasan, daya simpan, dan rasanya. Umur simpan pisang sale dapat dipengaruhi oleh lingkungan tempat penyimpanan produk tersebut. Umur simpan ini dapat diperpanjang dengan menggunakan pengemas yang tepat, karena dengan pengemasan akan mengurangi kontak langsung antara bahan pangan dengan lingkungan, sehingga penurunan mutu dari bahan pangan dapat dihambat. Reaksi deteriorasi sebagai kriteria kerusakan suatu bahan pangan berbeda-beda, tergantung dari jenis bahan pangan tersebut. Oleh karena itu yang menjadi kriteria kerusakan pisang sale golongan makanan setengah basah adalah peningkatan kadar air (Arpah, 2003). Sehingga untuk mencegah terjadinya peningkatan kadar air pisang sale dari lingkungan sangatlah diperlukan pengemasan yang barier terhadap uap air misalnya dari jenis plastik fleksibel seperti Polyethylene meliputi LDPE (Low Density Polyethylene), MDPE (Medium Density Polyethylene), HDPE (Hight Density Polyethylene), atupun jenis Polypropylene (PP). Setelah pisang sale dilaminasi atau dikemas dengan masing-masing jenis plastik, kemudian dilakukan penentuan reaksi deteriorasi sebagai kriteria kerusakan dengan menggunakan metode ASS atau metode ESS selanjutnya dilakukan penentuan umur simpan sebagai batas kadaluarsanya dengan menggunakan model yang sesuai dengan kriteria kerusakan tersebut. Metode ASS (Accelerated Storage Studies) dengan kondisi lingkungan yang dapat mempercepat reaksi deteriorasi produk pangan tersebut dan *) Staf Pengajar Politeknik Negeri Lhokseumawe
2 metode ESS (Extended Storage Studies) yang dikenal dengan metode konvensional secara alamiah (Arpah, 2003). Beberapa model persamaan yang dapat digunakan untuk menentukan umur simpan produk pangan akibat kriteria kerusakan karena pengaruh peningkatan kadar air yaitu persamaan Heiss-Eichener, Rudolph, Labuza, dan Syarief. Pisang Sale Pisang termasuk famili Musaceae yang dibagi menjadi tiga golongan besar yaitu pisang buah (Musa Paradisiaca), Pisang yang hanya diambil pelepah batangnya sebagai serat (Musa Textilis Noe), dan pisang hias (Heliconia Indica Lamk). Kandungan gizi dari beberapa jenis pisang di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kandungan gizi beberapa jenis pisang di Indonesia Varietas Pisang Kalori Karbohidrat (%) Vitamin A (SI) Air (%) Ambon 99 25, Angleng 68 17, ,30 Lampung 99 25,60 61,80 72,10 Mas , ,20 Raja , ,80 Raja Sere , ,00 Raja Uli , ,10 (Sumber: Suryanti Satuhu, 2002) Buah pisang banyak digunakan sebagai makanan seperti tepung, anggur, sale, sari buah, pisang gorengan, dan dimakan tanpa diolah. Tidak semua jenis pisang enak diolah menjadi pisang sale. Warna pisang sale yang baik adalah coklat kekuningan atau coklat utuh dan baunya normal. Bila pengolahan baik, daya simpan dapat mencapai lebih kurang dua bulan (Suyanti Satuhu, 2002). Di samping jenis pisang, tingkat ketuaan dan kematangan buah sangat mempengaruhi mutu pisang sale. Pisang sale dari buah yang kurang matang akan menyebabkan warna tanpak keputihan, dan rasa salenya kurang enak. Adapun komposisi kimia beberapa jenis pisang sale tiap 100 gram dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Komposisi kimia beberapa jenis pisang sale tiap 100 gram Komposisi Jenis Pisang Lilin Ambon Raja Wak (Susu) Emas Kadar air (%) 18,5 20,30 17,5 19,1 16,8 Karbohidrat 66,8 68,8 70,2 65,9 74,5 Lemak 0,6 0,8 1,2 1,3 0,7 Protein 1,8 5,2 4,3 3,8 2,9 Kalsium Fosfor (mg) Besi (mg) 1,8 1,4 1,6 2,2 1,5 Vit. A (SI) Vit. B (mg) 0,3 0,32 0,21 0,28 0,14 Vit. C (mg) 40,15 13,1 16,1 25,2 30,1 Warna Coklat tua Coklat tua Coklat muda Coklat muda Coklat tua Rasa Manis Manis Manis Manis Manis (Sumber: Suyanti Satuhu, 2002)
3 Pembuatan pisang sale dapat dilakukan secara tradisional maupun moderen. Pembuatan pisang sale secara tradisional dilakukan dengan menggunakan pengeringan pisang sale di atas rak bambu atau diasapkan selama 3-4 hari dengan kayu bakar, selanjutnya dikemas. Sedangkan pembuatan pisang sale secara moderen, menggunakan pengeringan khusus memakai bahan kimia sodium meta bisulfit dan belerang. Adapun syarat mutu pisang sale yang sesuai dengan standar SNI dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Standar mutu pisang sale Nomor Jenis Satuan Persyaratan 01 Keadaan - Bau - Rasa - Warna Normal Manis khas Normal khas 02 Air % b/b Maks Abu % b/b Maks 2,0 04 Gula sebagai sakarosa % b/b Min Zat pengawet (SO 2 ) Maks 500 (menkes) 06 Cemaran logam - Timal (Pb) - Tembaga (Cu) - Seng (Zn) - Air raksa (Hg) - Timah (Sn) - Arsen (As) 07 Cemaran mikroba - E. Coli - Anka lempeng total - Kapang (Sumber: Departemen Perindustrian, 1996) per gr per gr per gr Maks 2,0 Maks 5,0 Maks 40 Maks 0,03 Maks 40 Maks 1,0 Negatif 1,0 x ,0 x 10 4 Pengemasan Bahan pengemas sangat beragam, tetapi dalam memilih jenis pengemas yang akan digunakan haruslah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (1) Harus dapat mempertahankan produk dalam keadaan bersih dan memberikan perlindungan dari kotoran dan pencemaran lainnya; (2) Memberikan perlindungan terhadap produk dari kerusakan fisik karena penembusan uap air, oksigen, dan sinar; (3) Dapat berfungsi secara efisien dan ekonomis dalam proses pengepakan produk pangan; (4) Mudah dibentuk dan sesuai rancangan; (5) Dapat memberikan pengenalan, keterangan, dan daya tarik penjualan (Buckel, 1987). Plastik tipis fleksibel mempunyai sifat yang tahan terhadap daya tembus gas, nitrogen, oksigen, dan uap air. Jenis ini sangat sesuai sebagai bahan pengemas untuk pisang sale, karena kerusakan pisang sale disebabkan oleh peningkatan kadar air akibat penembusan uap air dari lingkungan ke dalam produk. Sifat-sifat daya tembus plastik dipengaruhi oleh suhu, ketebalan plastik, kelembaban (RH), dan faktor lainnya. Penggunaan laminasi plastik sangat besar pengaruhnya terhadap daya simpan makanan. Suatu contoh (Winarno, 1993) menyebutkan bahwa kertas alumunium yang mempunyai satu lubang jarum (pin hole) dengan garis tengah 0,0025 cm akan mampu menyalurkan uap air sebesar 5 x cm 3 /det. Bila dilaminasi dengan plastik jenis LDPE laju pemindahan uap air kedalam kemasan akan turun sampai 5 x cm 3 /det pada RH kamar, ini berarti meningkatkan masa simpan bahan yang dikemas seratus ribu kali. Dari beragam jenis plastik fleksibel maka dipilih beberapa diantaranya seperti Polyethylene meliputi LDPE (Low Density Polyethylene), MDPE (Medium Density Polyethylene), HDPE (Hight Density Polyethylene) ), atupun jenis Polypropylene (PP).
4 Tabel 4. Ketahanan plastik tipis terhadap bahan-bahan kimia Bahan plastik Lemak dan Pelarut Air Asam Basa tipis minyak organik Polyethylene 1. LDPE 2. MDPE 3. HDPE Kurang baik Baik Baik Baik Polypropylene (PP) (Sumber: Buckel, 1987) Reaksi Deteriorasi dan Perubahan Mutu National Food Processor Association (1978) mendefinisikan bahwa umur simpan suatu produk pangan dikatakan berada pada kisaran umur simpannya bila kualitas produk secara umum dapat diterima untuk tujuan seperti yang diinginkan oleh konsumen dan selama bahan pengemas masih memiliki integritas serta memproteksi isi kemasan. (Arpah, 2003). Reaksi deteriorasi atau penyimpangan suatu produk dari mutu awalnya dapat terjadi segera setelah produk diproduksi. Reaksi tersebut dimulai dengan persentuhan produk dengan udara, oksigen, uap air, cahaya, atau akibat perubahan suhu. Reaksi ini dapat pula diawali oleh hentakan mekanis seperti vibrasi, kompresi, dan abrasi. Tingkat deteriorasi produk dipengaruhi oleh lamanya penyimpanan, sedangkan laju deteriorasi dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tempat penyimpanan produk tersebut. Reaksi deteriorasi pada produk pangan dapat disebabkan oleh faktor instrinsik karena pengaruh komposisi bahan dan faktor ekstrinsik karena pengaruh lingkungan yang selanjutnya akan memicu reaksi di dalam produk berupa reaksi kimia, reaksi enzimatis, atau reaksi lainnya seperti proses fisik dalam bentuk penyerapan uap air atau gas dari lingkungan sekeliling. Reaksi ini akan menyebabkan perubahan-perubahan terhadap produk yang meliputi perubahan tekstur, flavor, warna, penampakan fisik, nilai gizi, mikrobiologis maupun makrobiologis. Reaksi deteriorasi yang disebabkan oleh faktor ekstrinsik atau lingkungan dapat diperlambat dalam jangka waktu yang diinginkan dengan menggunakan pengemas yang tepat. Pengemasan merupakan suatu cara dalam memberikan kondisi sekeliling yang tepat bagi produk pangan sehingga membatasi antara bahan pangan dan keadaan normal sekelilingnya (Buckel, 1987). Model umur simpan Terdapat dua konsep studi yang dapat digunakan untuk penentuan reaksi deteriorasi sebagai kriteria kerusakan produk pangan yaitu Ekstended Storage Studies (ESS) dan Accelerated Storage Studies (ASS). ESS sering juga disebut metode konvensional yaitu penentuan umur simpan produk pangan dengan jalan penyimpanan suatu jenis produk pada kondisi normal seharihari sambil dilakukan pengamatan terhadap penurunan mutunya (usable quality) hingga dicapai tingkat mutu kadaluarsanya. Metoda ini akurat dan tepat, namun pada awal-awalnya metode ini dianggap memerlukan waktu yang panjang dan analisa parameter mutu yang relatif banyak. Dewasa ini metode ini sering digunakan pada produk yang mempunyai umur simpan kurang dari tiga bulan. Sedangkan metode ASS menggunakan suatu kondisi lingkungan yang dapat mempercepat (Accelerated) reaksi deteriorasi atau penurunan mutu produk pangan. Keuntungan dari metoda ini membutuhkan waktu pengujian yang relatif singkat namun tetap memiliki ketepatan dan akurasi yang tepat. Selanjutnya menggunakan model yang sesuai dengan reaksi penurunan mutu produk pangan yang ada dalam penentuan umur simpan sebagai waktu kadaluarsa produk pangan tersebut. Terdapat beberapa model persamaan penentuan umur simpan yaitu model Heiss dan Eichner (1971); Rudolp (1986); Labuza (1982); Syarief (1986). Model-model tersebut disusun secara terpisah berdasarkan perubahan fisik untuk menentukan waktu kadaluarsa produk pangan yang sensitif terhadap perubahan kadar air. Peningkatan dan penurunan kadar air produk didasarkan hukum ficks undireksional. Hasil penetapan umur simpan produk pangan harus memiliki prosedur dan standar tertentu guna menghasilkan tanggal, bulan, dan tahun kadaluarsa. Diperlukan lima kelompok data dan informasi dalam penetapan tersebut yaitu (OTA-Report, 1979):
5 - Ukuran faktor mutu yang dapat digunakan untuk menduga penurunan penerimaan konsumen disebut juga kriteria kadaluarsa. - Metode pengukuran faktor mutu yang handal berdasarkan kaidah statistik. - Jumlah (batas) penurunan faktor mutu yang dianggap batas kadaluarsa atau tidak layak digunakan maupun diperdagangkan. - Sistem dan kondisi distribusi - Rata-rata waktu penyimpanan sebelum dikonsumsi. Floros (1993) menyatakan bahwa umur simpan adalah waktu yang diperlukan oleh produk pangan dalam suatu kondisi penyimpanan untuk sampai pada suatu level atau tingkat degradasi mutu tertentu. Dalam bentuk persamaan umum penurunan mutu produk pangan sebagai berikut: dc dt f ( I, E) dc adalah perubahan degradasi mutu, I adalah dt pengaruh faktor intrinsik (komposisi), E adalah pengaruh faktor ekstrinsik (lingkungan) PEMBAHASAN Pisang sale yang telah dikemas atau dilaminasi dengan masing-masing jenis plastik, dilakukan penentuan reaksi deteriorasi sebagai kriteria kerusakan dengan menggunakan metode ASS (Accelerated Storage Studies) yaitu menggunakan suatu kondisi lingkungan yang dapat mempercepat reaksi deteriorasi produk pangan. Hal ini didasarkan pada umur simpan pisang sale relatif lama. Dengan menggunakan metode ini pengujian dapat dilakukan dalam waktu yang relatif singkat namun tetap memiliki ketepatan dan akurasi yang tepat. Selanjutnya dari keempat model pendugaan umur simpan maka dipilih persamaan Labuza (1982) pada penetapan umur simpan produk pisang sale, hal ini didasarkan karena persamaan Labuza menggunakan bantuan kurva sorbsi isotermis dalam perhitungan umur simpan lain halnya dengan persamaan-persamaan yang lain, hal ini memberikan kesan over simplifikasi dan nantinya memberikan hasil perhitungan waktu kadaluarsa yang lebih rendah (Arpah, 2001). Juga persamaan ini memperhitungkan faktor tekanan uap air jenuh pada suhu penyimpanan produk makanan, yang berpengaruh terhadap nilai permeabilitas dari kemasan atau terhadap laju transfer uap air dari lingkungan ke dalam kemasan. Penggunaan persamaan Labuza dalam menentukan umur simpan produk pisang sale diperlukan beberapa faktor diantaranya: - Penentuan kadar air awal, dihitung segera pada saat pisang sale baru dikemas dengan menggunakan metode AOAC (Assosiacion Of Official Analytical Chemistry). - Pembuatan kurva sorbsi isotermis. Kurva sorbsi isotermis digunakan untuk menunjukkan hubungan kadar air bahan dengan kelembaban relatif kesetimbangan tempat penyimpanan bahan (%RH) atau aktivitas air (aw) pada suhu tertentu. - Penentuan kadar air kritis (Mc), dilakukan dengan cara mengukur kadar air pisang sale setiap hari dan pada saat bersamaan dilakukan pengujian organoleptik dengan parameter pengujian pembedaan (difference test). - Penentuan kadar air kesetimbangan (Me), dilakukan dengan meletakkan pisang sale dalam desikator pada RH 100% sampai equibrium atau setimbang dengan RH lingkungan. - Penentuan permeabilitas uap air (k/x) dari pengemas adalah jumlah air yang dapat melewati satu unit permukaan luas dari suatu bahan selama satu satuan waktu pada suhu dan RH yang relatif konstan. Tabel 5. Harga permeabilitas uap air kemasan (k/x) dari beberapa jenis pengemas Jenis pengemas Harga k/x Polyethylene - LDPE 0,5 gr/(m 2 hari mm Hg) - MDPE 0,3 gr/(m 2 hari mm Hg) - HDPE 0,1 gr/(m 2 hari mm Hg) Polypropylene(PP) 0,185 gr/(m 2 hari mm Hg) (Sumber: Perry, 1997) Setelah semua data yang dibutuhkan diperoleh dimasukkan ke dalam persamaan Labuza, maka akan diperoleh umur simpan pisang sale sebagai waktu kadaluarsanya yang berbeda-beda tergantung dari harga permeabilitas bahan penegemasnya. KESIMPULAN Dari pembahasan di atas dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu: - Kriteria kerusakan pisang sale terjadi akibat perubahan fisik yaitu kenaikan kadar air.
6 - Metode studi penentuan umur simpan pisang sale menggunakan metode ASS (Accelerated Storage Studies). - Model persamaan untuk menentukan umur simpan pisang sale menggunakan persamaan Labuza. - Penentuan waktu kadaluarsa menggunakan persamaan Labuza harus ditentukan terlebih dahulu kadar air awal, kadar air kesetimbangan, kadar air kritis, pembuatan kurva sorbsi isotermis, penentuan permeabilitas uap air kemasan, dan menguji ketepatan model sorbsi isotermis yang digunakan. DAFTAR PUSTAKA Arpah, 2001, Buku dan Monograf Penentuan Kadaluarsa Pangan, Diktat Kuliah Program Pasca Sarjana, IPB. Arpah, 2003, Penentuan Kadaluarsa Pangan (bahan pelatihan/magang, buku I: Pengantar Teori), Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, FATETA-IPB, Bogor. Arpah, 2003, Penentuan Kadaluarsa Pangan (bahan pelatihan/magang, buku II: Penuntun Praktikum), Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, FATETA-IPB, Bogor. Arpah, 2003, Penentuan Waktu Kadaluarsa pada Produk Pangan, Makalah disampaikan pada pelatihan teknis penentuan waktu kadaluarsa makanan, Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia Bahan Pengembangan Ekspor Nasional, Jakarta. Buckle, 1987, Ilmu Pangan, UI Press, Jakarta. Perry, 1985, Chemicals ngineers Hand Book, Mc Graw_Hill Book-Co, Singapura. Satuhu, Suyanti, 2002, Pisang: Budidaya, Pengolahan, dan Prospek Pasar, Penebar Swadaya, Jakarta. Suwarno, 1997, Organoleptik, Diktat kuliah program studi ilmu pangan, IPB, Bogor. Syarief, 1986, Teknologi Pengemasan Pangan (Penuntun Praktikum), Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, FATETA- IPB, Bogor. Syarief, 1992, Teknologi Pengemasan Pangan, Monograf, PAU Pangan dan Gizi, Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, FATETA-IPB, Bogor. Winarno, 1993, Pangan, Gizi, Teknologi, dan Konsumen, PT.Gramedia, Jakarta.
PENENTUAN KADALUWARSA PRODUK PANGAN
PENENTUAN KADALUWARSA PRODUK PANGAN HANDOUT MATA KULIAH : REGULASI PANGAN (KI 531) OLEH : SUSIWI S JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA F P M I P A UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 Handout PENENTUAN KADALUWARSA
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7)
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Jenis makanan basah ataupun kering memiliki perbedaan dalam hal umur simpan
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Parameter sensori sangat penting pada tahap penelitian dan pengembangan produk pangan baru. Produk baru yang dihasilkan harus memiliki penanganan yang tepat agar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.
BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang memiliki lahan pertanian cukup luas dengan hasil pertanian yang melimpah. Pisang merupakan salah
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: Latar belakang, Identifikasi masalah,
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: Latar belakang, Identifikasi masalah, Maksud dan tujuan penelitian, Manfaat penelitian, Kerangka Berpikir, Hipotesa penelitian dan Waktu dan tempat penelitian.
Lebih terperinciIII. TINJAUAN PUSTAKA
III. TINJAUAN PUSTAKA A. SUSU BUBUK Menurut Chandan (1997), susu segar secara alamiah mengandung 87.4% air dan sisanya berupa padatan susu sebanyak (12.6%). Padatan susu terdiri dari lemak susu (3.6%)
Lebih terperinciPENDUGAAN UMUR SIMPAN PRODUK PANGAN
PENDUGAAN UMUR SIMPAN PRODUK PANGAN Paper Pendugaan Umur Simpan Produk Kopi Instan Formula Merk-Z Dengan Metode Arrhenius, kami ambil dari hasil karya tulis Christamam Herry Wijaya yang merupakan tugas
Lebih terperinciUMUR SIMPAN. 31 October
UMUR SIMPAN 31 October 2014 1 Outline 1. Pendahuluan 2. Umur Simpan 3. Penentuan Umur Simpan 4. Penutup 31 October 2014 2 Pendahuluan Makanan dan minuman disimpan, holding time mutu menurun. Produk minuman
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Permen Jelly Pepaya Karakteristik permen jelly pepaya diketahui dengan melakukan analisis proksimat dan uji mikrobiologis terhadap produk permen jelly pepaya.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP MUTU KERIPIK DURIAN Pada tahap ini, digunakan 4 (empat) tingkat suhu dan 4 (empat) tingkat waktu dalam proses penggorengan
Lebih terperinciABSTRAK. Keripik pisang merupakan makanan ringan yang mudah mengalami ketengikan. Salah
1 KAJIAN LAMA SIMPAN KERIPIK PISANG KEPOK PUTIH (Musa acuminate sp.) BERDASARKAN TINGKAT AROMA, RASA DAN KERENYAHAN ORGANOLEPTIK DALAM BERBAGAI JENIS KEMASAN DENGAN MODEL PENDEKATAN ARRHENIUS Citra Ratri
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Karakteristik teh hijau No Parameter SNI Menurut Nasution dan Tjiptadi (1975) 1 Keadaan - Rasa
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISASI PRODUK Karakteristik produk diketahui dengan melakukan analisis proksimat terhadap produk teh hijau. Analisis proksimat yang dilakukan adalah kadar air, kadar
Lebih terperinciPENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh
PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING (Laporan Penelitian) Oleh PUTRI CYNTIA DEWI JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PETANIAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.
I. PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. yang optimum untuk gum arabika dan tapioka yang kemudian umur simpannya akan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakterisasi Enkapsulasi Minyak Cengkeh Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan perbandingan konsentrasi yang optimum untuk gum arabika dan tapioka yang kemudian
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
18 HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Mutu Organoleptik Biskuit Selama Penyimpanan Uji kesukaan dan mutu hedonik merupakan salah satu cara untuk uji sensori suatu produk. Uji kesukaan dan mutu hedonik dilakukan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Indonesia banyak sekali ditumbuhi oleh tanaman rimpang karena Indonesia merupakan negara tropis. Rimpang-rimpang tersebut dapat digunakan sebagai pemberi cita
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA A. KOPI INSTAN
II. TINJAUAN PUSTAKA A. KOPI INSTAN Kopi instan dibuat dari kopi bubuk yang diekstrak dengan menggunakan air (Clarke, 1988). Di dalam Encyclopedia Britanica (1983), disebutkan bahwa pada pembuatan kopi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. bawang putih, dan asam jawa. Masing-masing produsen bumbu rujak ada yang
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bumbu rujak Rujak manis adalah semacam salad. Rujak manis terdiri dari campuran beberapa potongan buah segar dengan dibumbui saus manis pedas. Pada umumnya bumbu rujak manis terbuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. upaya untuk menyelamatkan harga jual buah jambu getas merah terutama
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah jambu getas merah merupakan buah-buahan tropis yang mudah sekali mengalami kerusakan dan secara nyata kerusakannya terjadi pada saat penanganan, transportasi,
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu. dan termasuk ke dalam famili Solanacea. Buahnya merupakan sumber vitamin
I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7)
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka
I PENDAHULUAN Bab I akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi
I. PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: Penaeus sp, stick, limbah kulit udang PENDAHULUAN
PEMANFAATAN LIMBAH KULIT UDANG (Penaeus sp) UNTUK PENGANEKARAGAMAN MAKANAN RINGAN BERBENTUK STICK Tri Rosandari dan Indah Novita Rachman Program Studi Teknoogi Industri Pertanian Institut Teknologi Indonesia
Lebih terperinciBul. Teknol. dan Induatri Pangan, Vol. XI, No. I, Th. BOO0 EVALUASI MODELMODEL PENDUGAAN UMUR SIMPAN PANGAN DARI DIFUSI HUKUM FICK UNIDIREKSIONAL
Hasil Penelitian Bul. Teknol. dan Induatri Pangan, Vol. XI, No. I, Th. BOO0 EVALUASI MODELMODEL PENDUGAAN UMUR SIMPAN PANGAN DARI DIFUSI HUKUM FICK UNIDIREKSIONAL EVALUATION OF SHELF-LIFE EQUATION MODELS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua proses yang berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat mempengaruhi seseorang di saat mereka dewasa.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. populer di kalangan masyarakat. Berdasarkan (SNI ), saus sambal
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saus Sambal Saus Sambal merupakan salah satu jenis pangan pelengkap yang sangat populer di kalangan masyarakat. Berdasarkan (SNI 0129762006), saus sambal didefinisikan sebagai
Lebih terperinciPENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi
PENDAHULUAN Latar Belakang Daging merupakan salah satu komoditi pertanian yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan protein, karena daging mengandung protein yang bermutu tinggi, yang mampu menyumbangkan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi
I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah jenis tanaman sayur umbi
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kendal terkenal dengan sentra pertanian, salah satunya adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Kendal terkenal dengan sentra pertanian, salah satunya adalah budidaya jambu biji. Jambu biji jenis getas merah (Psidium guajava Linn) merupakan jenis jambu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. panen, produksi buah-buahan berlimpah sehingga harga jualnya rendah. Petani tidak dapat menyimpan buah-buahan lebih lama karena umur
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Produksi buah-buahan di Indonesia seperti nanas, salak, pisang, dan pepaya cukup tinggi. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2009), produksi buah-buahan Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Snack telah menjadi salah satu makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat. Hampir seluruh masyarakat di dunia mengonsumsi snack karena kepraktisan dan kebutuhan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,
I PENDAHULUAN Pada bab ini diuraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Sumping merupakan makanan tradisional yang berasal dari Bali, pada di
4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumping Sumping merupakan makanan tradisional yang berasal dari Bali, pada di Indonesia sumping dikenal dengan kue nagasari. Sumping umumnya dibuat dari tepung beras, santan,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nugget Ayam Bahan pangan sumber protein hewani berupa daging ayam mudah diolah, dicerna dan mempunyai citarasa yang enak sehingga disukai banyak orang. Daging ayam juga merupakan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang
I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. permen soba alga laut Kappaphycus alvarezii disajikan pada Tabel 6.
4.1 Angka Lempeng Total (ALT) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Angka lempeng total mikroba yang diperoleh dari hasil pengujian terhadap permen soba alga laut Kappaphycus alvarezii disajikan pada Tabel 6. Tabel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan merupakan pangan yang memiliki kandungan zat gizi yang tinggi. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral, karbohidrat, serta kadar
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,
1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan dan Maksud Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan meliputi pembuatan tepung jerami nangka, analisis sifat fisik dan kimia tepung jerami nangka, serta pembuatan dan formulasi cookies dari
Lebih terperinciIII. METODELOGI. Penelitian dilaksanakan di laboratorium PT KH Roberts Indonesia dan
29 III. METODELOGI Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di laboratorium PT KH Roberts Indonesia dan laboratorium program studi ilmu pangan di Bogor. Pelaksanan penelitian dilakukan selama 6 bulan dari
Lebih terperinciLampiran 1. Uji Post Hoc One Way Anova Rendemen Kelolosan Tepung Bengkuang "Lokal 1" dan "Lokal 2 dengan Berbagai Perlakuan Pretreatment
7. LAMPIRAN Lampiran 1. Uji Post Hoc One Way Anova Rendemen Kelolosan Tepung Bengkuang "Lokal 1" dan "Lokal 2 dengan Berbagai Perlakuan Pretreatment Rendemen_Kelolosan N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 6 91.03550
Lebih terperinciSNI Standar Nasional Indonesia. Saus cabe
Standar Nasional Indonesia Saus cabe ICS 67.080.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Syarat
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kriteria yaitu warna, kenampakan, tekstur, rasa, dan aroma. Adapun hasil
Nilai Organoleptik BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Organoleptik Ikan Tongkol Asap Uji organoleptik/mutu hedonik ikan tongkol asap dinilai berdasarkan pada kriteria yaitu warna, kenampakan, tekstur,
Lebih terperinciTEKNOLOGI PEMBUATAN SAUS TOMAT Oleh: Masnun Balai Pelatihan Pertanian Jambi I. PENDAHULUAN
Page1 TEKNOLOGI PEMBUATAN SAUS TOMAT Oleh: Masnun Balai Pelatihan Pertanian Jambi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) merupakan salah satu komoditi sayuran buah yang sangat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. buahnya. Dilihat dari bentuk daun dan buah dikenal ada 4 jenis nanas, yaitu Cayene
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nanas (Ananas comosus L. Merr) Nanas merupakan tanaman buah yang banyak dibudidayakan di daerah tropis dan subtropis. Tanaman ini mempunyai banyak manfaat terutama pada buahnya.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengolahan Cookies Tepung Beras 4.1.1 Penyangraian Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan pada wajan dan disangrai menggunakan kompor,
Lebih terperinciPENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN
PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN EFEK PENGERINGAN TERHADAP PANGAN HASIL TERNAK PERLAKUAN SEBELUM
Lebih terperinciPRODUKSI GULA CAIR DARI PATI SAGU SULAWESI TENGGARA
PRODUKSI GULA CAIR DARI PATI SAGU SULAWESI TENGGARA Agus Budiyanto, Abdullah bin Arif dan Nur Richana Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian n Disampaikan Pada Seminar Ilmiah dan Lokakarya Nasional 2016
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGERINGAN BEKATUL Proses pengeringan bekatul dilakukan dengan pengering rak karena cocok untuk bahan padat, suhu udara dapat dikontrol, dan terdapat sirkulator udara. Kipas
Lebih terperinciYoghurt Sinbiotik - Minuman Fungsional Kaya Serat Berbasis Tepung Pisang
AgroinovasI Yoghurt Sinbiotik - Minuman Fungsional Kaya Serat Berbasis Tepung Pisang Pisang kaya akan karbohidrat dan mempunyai kandungan gizi yang baik yaitu vitamin (provitamin A, B dan C) dan mineral
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Ikan tongkol (Euthynnus affinis) segar diperoleh dari TPI (Tempat Pelelangan Ikan) kota Gorontalo. Bahan bakar yang digunakan dalam pengasapan ikan adalah batok sabut kelapa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan berklorofil. Dilihat dari ukurannya, rumput laut terdiri dari jenis
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumput Laut Rumput laut atau sea weeds secara ilmiah dikenal dengan istilah alga atau ganggang. Rumput laut termasuk salah satu anggota alga yang merupakan tumbuhan berklorofil.
Lebih terperinciSNI Standar Nasional Indonesia. Sari buah tomat. Badan Standardisasi Nasional ICS
Standar Nasional Indonesia Sari buah tomat ICS 67.160.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang Iigkup...1 2 Acuan... 1 3 Definisi... 1 4 Syarat mutu...2 5 Pengambilan
Lebih terperinciAnalisis Kandungan Mikroba Pada Permen Soba Alga Laut Kappaphycus Alvarezii Selama Penyimpanan
Analisis Kandungan Mikroba Pada Permen Soba Alga Laut Kappaphycus Alvarezii Selama Penyimpanan 1,2 Srinildawaty Badu, 2 Yuniarti Koniyo, 3 Rully Tuiyo 1 badu_srinilda@yahoo.com 2 Jurusan Teknologi Perikanan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Kerupuk bertekstur garing dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerupuk merupakan suatu jenis makanan kecil yang sudah lama dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Kerupuk bertekstur garing dan dikonsumsi sebagai
Lebih terperinciKAJIAN PENERAPAN ALAT PENEPUNG PISANG UNTUK PENINGKATAN NILAI TAMBAH DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
KAJIAN PENERAPAN ALAT PENEPUNG PISANG UNTUK PENINGKATAN NILAI TAMBAH DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Susy Lesmayati 1 dan Retno Endrasari 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan 2 Balai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari kedelai yang melalui proses fermentasi. Berdasarkan data dari BPS, produksi
Produksi kedelai (ton) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tempe merupakan salah satu makanan tradisional di Indonesia yang terbuat dari kedelai yang melalui proses fermentasi. Berdasarkan data dari BPS,
Lebih terperinciUJI PRIKSIMAT ABON IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) DI KECAMATAN RIMBO ULU KABUPATEN TEBO PROVINSI JAMBI
UJI PRIKSIMAT ABON IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) DI KECAMATAN RIMBO ULU KABUPATEN TEBO PROVINSI JAMBI Oleh : Nurkayati, Djunaidi, S.Pi., M.Si, Syafrialdi, S.Pi., M.Si nurimout16@yahoo.ci.id Program
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Bahan dan Alat Keripik wortel sebagai bahan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil produksi sendiri yang dilakukan di laboratorium proses Balai Besar Industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras kencur dikenal sebagai minuman tradisional khas Indonesia yang terbuat dari bahan-bahan herbal segar. Komposisi utamanya ialah beras dan rimpang kencur yang memiliki
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam masalah budidaya kopi di berbagai Negara hanya beberapa
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kopi Kopi diperoleh dari buah (Coffe. Sp) yang termasuk dalam familia Rubiceae. Banyak varietas yang dapat memberi buah kopi, namun yang terutama penting dalam masalah budidaya
Lebih terperinciStandart Mutu Mie Kering Menurut SNI
7. LAMPIRA Lampiran 1. SI Mie Kering Standart Mutu Mie Kering Menurut SI 01-2774-1992 o Uraian Satuan 1. Keadaan 1.1 Bau 1.2 Rasa 1.3 Warna Persyaratan Mutu 1 Mutu 2 ormal ormal ormal ormal ormal ormal
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. pembuatan tahu adalah kacang kedelai (Glycine max Merr) dengan kandungan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ampas Tahu Ampas tahu merupakan limbah dari pembuatan tahu. Bahan utama pembuatan tahu adalah kacang kedelai (Glycine max Merr) dengan kandungan protein sekitar 33-42% dan kadar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya
2.1 Komposisi Kimia Udang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Udang merupakan salah satu produk perikanan yang istimewa, memiliki aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya lebih
Lebih terperinciGambar 1. Beberapa varietas talas Bogor
II. TINJAUAN PUSTAKA A. TALAS Talas Bogor (Colocasia esculenta (L.) Schott) termasuk famili dari Araceae yang dapat tumbuh di daerah beriklim tropis, subtropis, dan sedang. Beberapa kultivarnya dapat beradaptasi
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
17 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP) Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fateta-IPB.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di
4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buah Naga Buah naga atau dragon fruit merupakan buah yang termasuk kedalam kelompok tanaman kaktus. Buah naga berasal dari Negara Mexico, Amerika Tengah dan Amerika Selatan.
Lebih terperinciKERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI
KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI 1 Sebagian besar dikonsumsi dalam bentuk olahan Pengolahan : Menambah ragam pangan Perpanjang masa simpan bahan pangan Bahan Pangan 2 Komponen Utama Penyusun Bahan Pangan
Lebih terperinciPROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005
PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN Malang, 13 Desember 2005 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gedang di daerah Jawa, galuh di daerah Sumatra, harias di daerah Kalimantan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pisang merupakan tanaman serbaguna, sebab semua bagian tanamannya mulai dari bunga, buah, daun, batang hingga akarnya dapat dimanfaatkan. Buah pisang merupakan salah
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Mangga merupakan buah tropis yang populer di berbagai belahan dunia,
I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinciGambar 1. Wortel segar
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Wortel Wortel (Daucus carota) adalah tumbuhan sayur yang ditanam sepanjang tahun, terutama di daerah pegunungan yang memiliki suhu udara dingin dan lembab, kurang lebih
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Karakteristik awal cabai merah (Capsicum annuum L.) diketahui dengan melakukan analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar vitamin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mie adalah makanan alternatif pengganti beras yang banyak. dikonsumsi masyarakat. Mie menjadi populer dikalangan masyarakat karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mie adalah makanan alternatif pengganti beras yang banyak dikonsumsi masyarakat. Mie menjadi populer dikalangan masyarakat karena harganya murah dan cara pengolahan
Lebih terperinciADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN
ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN Pelelangan Sederhana Pascakualifikasi Pengadaan Bahan Makanan Dinsosnakertrans Kab. Nganjuk Semula : BAB IV. LEMBAR DATA PEMILIHAN LEMBAR DATA PEMILIHAN A. LINGKUP PEKERJAAN
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pembuatan yang dibuat pada riset ini dibuat dari kitosan dengan penambahan ekstrak bawang putih sebagai bahan aktif. Kitosan dilarutkan dengan menggunakan asam asetat 1% sedangkan
Lebih terperinciMODUL 7 STICK IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu stick ikan yang dihasilkan berwarna kekuningan dan memiliki tekstur yang renyah.
MODUL 7 STICK IKAN Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu membuat stick ikan yang gurih, renyah dan enak. Indikator Keberhasilan: Mutu stick ikan yang dihasilkan berwarna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan bahan yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan fungsinya tidak pernah digantikan oleh senyawa lain. Sebuah molekul air terdiri dari sebuah atom
Lebih terperinciIV. METODOLOGI PENELITIAN
IV. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan untuk menduga umur simpan dari sampel. Kondisi akselerasi dilakukan dengan mengondisikan sampel pada RH yang tinggi sehingga kadar air kritis lebih cepat
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Wortel Wortel (Daucus carota L.) merupakan tumbuhan yang biasanya ditanam setiap satu tahun sekali atau setiap dua kali setahun, terutama di daerah pegunungan yang memiliki suhu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki areal perkebunan jambu mete (Anacardium occidentale L.) seluas 560.813 ha, tersebar di propinsi Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,
Lebih terperinciTELUR ASIN 1. PENDAHULUAN
TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya murah. Telur dapat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai sifat mudah rusak. Oleh karena itu memerlukan penanganan pascapanen yang serius
Lebih terperinciPENDUGAAN MASA KADALUWARSA DENDENG LUMAT IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) PADA KEMASAN ALUMINIUM FOIL. Oleh
PENDUGAAN MASA KADALUWARSA DENDENG LUMAT IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) PADA KEMASAN ALUMINIUM FOIL Oleh Elita Suryani Gultom 1), Dahlia 2), Suparmi 2) Abstract The research was to estimate the shelf
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan diawali dengan melakukan uji terhadap buah salak segar Padangsidimpuan. Buah disortir untuk memperoleh buah dengan kualitas paling
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis
Lebih terperinciJURNAL ISSN TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 4 No. 1; Juni 2017
JURNAL ISSN 2407-4624 TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 4 No. 1; Juni 2017 PENENTUAN UMUR SIMPAN GETUK PISANG RAINBOW YANG DIKEMAS MENGGUNAKAN KEMASAN PLASTIK POLIETILEN FATIMAH 1*, DWI SANDRI 1, NANA YULIANA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adhita Dwi Septiani, 2014
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu pulau yang tersebar dari ujung Barat sampai ujung Timur. Selain itu Indonesia mempunyai beragam suku dan budaya
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan
20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Politeknik
Lebih terperinci7. LAMPIRAN. Lampiran 1. Kandungan Gizi Labu Kuning. Tabel 5. Kandungan Gizi dalam 100 g Labu Kuning. Kandungan Gizi. 0,08 mg.
7. LAMPIRAN Lampiran 1. Kandungan Gizi Labu Kuning Tabel 5. Kandungan Gizi dalam 100 g Labu Kuning Kandungan Gizi Kalori Protein Lemak Hidrat arang Kalsium Fosfor Zat besi Vitamin A Vitamin B 1 Vitamin
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan
Lebih terperinciPenentuan Bilangan Asam dan Bilangan Penyabunan Sampel Minyak atau Lemak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara kimiawi, lemak dan minyak adalah campuran ester dari asam lemak dan gliserol. Lemak dan minyak dapat diperoleh dari berbagai macam sumber, baik dari tumbuh-tumbuhan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beras bahan makanan yang dihasilkan oleh padi. Meskipun sebagai bahan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komposisi Gizi Beras Beras bahan makanan yang dihasilkan oleh padi. Meskipun sebagai bahan makanan pokok, beras dapat digantikan/disubsitusi oleh bahan makanan lainnya, namun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahan dalam pembuatan selai adalah buah yang belum cukup matang dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi pangan semakin maju seiring dengan perkembangan zaman. Berbagai inovasi pangan dilakukan oleh beberapa industry pengolahan pangan dalam menciptakan
Lebih terperinciPEMBUATAN TEPUNG JAGUNG
PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG Qanytah Tepung jagung merupakan butiran-butiran halus yang berasal dari jagung kering yang dihancurkan. Pengolahan jagung menjadi bentuk tepung lebih dianjurkan dibanding produk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. produk mie yang dikeringkan hingga mencapai kadar air sekitar 8-10% (Mulyadi
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mie kering Mie adalah produk olahan makanan yang berbahan dasar tepung terigu dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan makanan yang diizinkan (Faridah
Lebih terperinci