FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI SISWA: TINJAUAN BERDASARKAN DATA TIMSS 2007

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI SISWA: TINJAUAN BERDASARKAN DATA TIMSS 2007"

Transkripsi

1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI SISWA: TINJAUAN BERDASARKAN DATA TIMSS 2007 PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL JAKARTA 2010

2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI SISWA: TINJAUAN BERDASARKAN DATA TIMSS 2007 Tim Penyusun : Kepala Pusat Penilaian Pendidikan Agus Santoso Editor : Ainun Salim PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL JAKARTA 2010

3 KATA PENGANTAR Hasil survei Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2007, menempatkan Indonesia pada posisi 36 pada bidang Matematika, dan posisi 35 pada bagian Sains dari 49 negara peserta. Jika dibandingkan dengan prestasi siswa dari negara-negara Asia Tenggara lainnya, prestasi siswa Indonesia masih di bawah Singapura, Malaysia, bahkan masih di bawah Filipina. Untuk dapat menemukan jawaban terhadap permasalahan mengapa prestasi siswa Indonesia tergolong kelompok paling rendah, perlu dilakukan identifikasi untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi siswa baik faktor internal maupun faktor eksternal siswa berdasarkan informasi dari survei TIMSS 2007 ini. Laporan ini diharapkan dapat bermanfaat untuk membantu memahami faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi siswa, sehingga dapat dilakukan berbagai pembaharuan dan perbaikan untuk meningkatkan mutu pendidikan, khususnya dalam bidang Matematika dan Sains, pada pendidikan dasar dan menengah. Jakarta, Maret 2009 Dr. Nugaan Y W S, M. Psi. Kepala Pusat Penilaian Pendidikan i

4 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR LAMPIRAN... v BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 2 C. Tujuan Penelitian... 3 D. Manfaat Penelitian... 3 BAB II KAJIAN PUSTAKA... 4 A. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar... 4 B. Prestasi Belajar... 6 C. Data TIMSS... 6 D. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian B. Sampel Penelitian C. Data D. Unit Analisis E. Pemodelan Struktural BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Model Struktural Bidang Matematika B. Model Struktural Prestasi Siswa Bidang Fisika C. Model Struktural Prestasi Siswa Bidang Biologi BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN B. REKOMENDASI DAFTAR PUSTAKA ii

5 DAFTAR TABEL Tabel 1. Operasionalisasi Variabel Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Siswa di Bidang Matematika Tabel 2. Operasionalisasi Variabel Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Siswa di Bidang Fisika Tabel 3. Operasionalisasi Variabel Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Siswa di Bidang Biologi Tabel 4. Persamaan Pengukuran dan Struktural Tabel 5. Rancangan Pengujian Model Tabel 6. Ringkasan Estimasi Parameter Model Prestasi Siswa Bidang Matematika (Standardized) Tabel 7. Pemecahan Pengaruh Antar Variabel Model Prestasi Siswa Bidang Matematika Tabel 8. Ringkasan Estimasi Parameter Model Prestasi Siswa Bidang Fisika (Standardized) Tabel 9. Pemecahan Pengaruh Antar Variabel Model Prestasi Siswa Bidang Fisika Tabel 10. Ringkasan Estimasi Parameter Model Prestasi Siswa Bidang Biologi (Standardized) Tabel 11. Pemecahan Pengaruh Antar Variabel Model Prestasi Siswa Bidang Biologi iii

6 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kerangka Pemikiran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Siswa Gambar 2. Model Rancangan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Siswa Bidang Matematika Gambar 3. Model Rancangan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Siswa Bidang Fisika Gambar 4. Model Rancangan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Siswa Bidang Biologi Gambar 5a. Estimasi Parameter Model Prestasi Siswa Bidang Matematika (Standardized) Gambar 5b. Statistik t-hitung Parameter Model Prestasi Bidang Matematika Gambar 6a. Diagram Jalur Model Prestasi Bidang Matematika (Standardized) Gambar 6b. Statistik t-hitung Model Prestasi Bidang Matematika Gambar 7a. Estimasi Parameter Model Prestasi Bidang Fisika (Standardized) Gambar 7b. Statistik t-hitung Parameter Model Prestasi Bidang Fisika Gambar 8a. Diagram Jalur Model Prestasi Bidang Fisika (Standardized) Gambar 8b. Statistik t-hitung Model Prestasi Bidang Fisika Gambar 9a. Estimasi Parameter Model Prestasi Bidang Biologi (Standardized) Gambar 9b. Statistik t-hitung Parameter Model Prestasi Bidang Biologi Gambar 10a. Diagram Jalur Model Prestasi Bidang Biologi (Standardized) Gambar 10b. Statistik t-hitung Model Prestasi Bidang Biologi iv

7 DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Deskripsi Kepemilikan Barang LAMPIRAN 2. Deskripsi Pendidikan Orang Tua LAMPIRAN 3. Estimasi Model Pengukuran Variabel Sosial Ekonomi Siswa LAMPIRAN 4. Estimasi Model Pengukuran Variabel Sikap LAMPIRAN 5. Estimasi Model Pengukuran Variabel Persepsi Siswa Terhadap Sekolah LAMPIRAN 6. Estimasi Model Pengukuran Variabel Keamanan di Sekolah LAMPIRAN 7 Estimasi Model Pengukuran Variabel Minat Siswa LAMPIRAN 8. Deskripsi Latar Belakang Guru Usia LAMPIRAN 9. PENGALAMAN MENGAJAR LAMPIRAN 10. PENDIDIKAN TERTINGGI GURU LAMPIRAN 11. Estimasi Model Pengukuran Variabel Latar Belakang Guru LAMPIRAN 12. Estimasi Model Pengukuran Variabel Latar Pengembangan Profesi Guru LAMPIRAN 13. Estimasi model pengukuran Kesiapan bidang Matematika LAMPIRAN 14. Estimasi model pengukuran Kesiapan bidang FISIKA LAMPIRAN 15. Estimasi model pengukuran Kesiapan bidang BIOLOGI LAMPIRAN 16. Model Prestasi Siswa Berdasarkan Faktor-faktor Persepsi Guru LAMPIRAN 17. Model Prestasi Siswa Berdasarkan Faktor-faktor Sekolah LAMPIRAN 18. ANALISIS JALUR : MATEMATIKA LAMPIRAN 19. ANALISIS JALUR : FISIKA LAMPIRAN 20. ANALISIS JALUR : BIOLOGI LAMPIRAN 21. Contoh : Deskripsi Indikator Sikap Siswa Terhadap Pelajaran Matematika v

8 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang The Trend in International Mathematics and Science Study (TIMSS) merupakan proyek dari International Association for the Evaluation of Educational Achievement (IEA). IEA adalah lembaga riset internasional yang independen dan bekerjasama dengan agen-agen pemerintah di banyak negara, dan telah melakukan riset prestasi siswa lintas bangsa sejak tahun Tahun 1990, IEA menentukan untuk melakukan asesmen pada bidang Sains dan Matematika secara berkala dengan selang waktu empat tahunan. Keputusan tersebut merupakan tanda dimulainya studi internasional dengan skala besar untuk mengukur performance siswa. Survei internasional pertama diawali dengan nama TIMSS (the Trend in International Mathematics and Science Study) yang dilaksanakan pada tahun TIMSS-Repeat tahun 1999, dan TIMSS 2003 (the Trend in International Mathematics and Science Study) yang dikenal dengan TIMSS Trends. Indonesia telah mengikuti survei internasional tersebut sejak awal sampai dengan tahun 2007, dan berencana tetap mengikuti survey ini untuk tahun Hasil survei tahun 2007, nilai rata-rata prestasi pada bidang matematika sebesar 397,1 dan sains sebesar 427,0. Nilai rata-rata sebesar ini menempatkan Indonesia pada posisi 35 dari 49 negara peserta. Rangking ini tidak jauh berbeda dengan hasil survei tahun 2003 maupun tahun Jika dibandingkan dengan prestasi siswa dari negara-negara Asia Tenggara lainnya, prestasi siswa Indonesia masih di bawah Singapura, Malaysia bahkan masih dibawah Philipina. Oleh karena itu perlu ada upaya perbaikan dalam pembelajaran sehingga prestasi siswa Indonesia dapat ditingkatkan. Di samping memberikan informasi tentang kemampuan matematika dan sains, data TIMSS juga memberikan informasi mengenai siswa, guru, dan sekolah. Informasi mengenai siswa, guru, dan sekolah digali melalui sebuah angket. Interpretasi data kemampuan siswa ditambah dengan informasi dari 1

9 buku angket siswa, guru, dan sekolah diharapkan dapat membantu memahami faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi siswa. Faktor sikap, motivasi, dan persepsi terhadap pelajaran matematika dan sains diduga merupakan faktor-faktor internal siswa yang mempengaruhi prestasi mereka. Dari pandangan guru, faktor keterbatasan siswa, masalah yang ada di sekolah, iklim sekolah, dan keamanan sekolah diduga juga mempengaruhi prestasi siswa. Dari pandangan kepala sekolah, faktor tingkat kehadiran siswa dan guru, sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah, serta iklim sekolah diduga juga mempengaruhi prestasi siswa. Namun demikian tidak semua variabel berpengaruh terhadap prestasi siswa. Keeves (1972) menemukan bahwa di dalam hal-hal tertentu jenis kelamin berkorelasi positif, tetapi di dalam hal lain berkorelasi negatif terhadap prestasi belajar. Dengan demikian variabel jenis kelamin menimbulkan perbedaan pendapat dan kiranya tidak akan ada manfaat langsung terhadap kesimpulan yang diambil mengenai pengaruh jenis kelamin. Hasil penelitian yang dilakukan oleh BP3K (Sudarsono, 1985) juga menyatakan bahwa variabel bahasa yang dipergunakan siswa di rumah tidak berkorelasi secara signifikan terhadap prestasi sekolah, sehingga variabel bahasapun wajar untuk tidak dilibatkan sebagai suatu variabel yang mempengaruhi prestasi siswa. Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan studi untuk mengidentifikasi dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi siswa berdasarkan informasi dari survei TIMSS. Hasil studi ini diharapkan dapat bermanfaat untuk membantu memahami faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi siswa sehingga dapat melakukan berbagai pembaharuan dan perbaikan dalam pendidikan khususnya bidang Matematika dan Sains. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang maka masalah pada studi ini adalah: 1. Bagaimanakah pengaruh siswa terhadap prestasi? 2. Bagaimanakah pengaruh guru terhadap prestasi siswa? 3. Bagaimanakah pengaruh sekolah terhadap prestasi siswa? 2

10 C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menemukan faktor-faktor internal siswa yang mempengaruhi prestasi 2. Menemukan faktor-faktor yang berasal dari guru yang mempengaruhi prestasi siswa. 3. Menemukan faktor-faktor yang berasal dari sekolah yang mempengaruhi prestasi siswa. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk membantu memahami faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi siswa baik faktor internal maupun faktor eksternal siswa yang berasal dari guru maupun yang berasal dari sekolah. Bagi penyelenggara pendidikan hasil penelitian ini diharapkan dapat melakukan berbagai perbaikan dalam pembelajaran, khususnya bidang Matematika dan Sains. 3

11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai sudut pandang; dari subjek yang belajar, proses belajar, dan dapat pula dari situasi belajar. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu faktor internal dan eksternal. a) Faktor internal adalah faktor-faktor yang terdapat dalam diri subjek, adapun yang ada didalamnya adalah 1) Faktor fisiologis, yaitu keadaan jasmani baik yang bersifat bawaan maupun yang bukan bersifat bawaan. 2) Faktor psikologis, yaitu keadaan rohani atau psikis yang meliputi faktor-faktor intelektualitas seperti intelegen dan bakat, serta faktorfaktor non intelektualitas seperti, minat, motivasi, dan sikap. 3) Faktor kematangan, yaitu kematangan jasmani maupun rohani. b) Faktor eksternal, yaitu semua faktor yang ada diluar subjek, yang termasuk didalamnya adalah 1) Faktor sosial, meliputi lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah. 2) Faktor ekonomi, meliputi penghasilan atau pendapatan yang diterima untuk menunjang kebutuhan sehari-hari. 3) Faktor budaya, meliputi adat istiadat, kesenian, dan sebagainya. 4) Faktor lingkungan fisik. 5) Faktor spiritual. Klausmeir (1971) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu a) Faktor karakteristik siswa, yang mencakup 1) Karakteristik psikis, meliputi kemampuan intelektual seperti intelegen dan non intelektual seperti sikap dan kebiasaan, minat, serta persepsi. 4

12 2) Faktor fisik. b) Faktor pengajar/guru, yang meliputi 1) Pengetahuan tentang materi dan ketrampilan mengajar 2) Karakteristik afektif, seperti minat, motivasi, sikap, perhatian 3) Kesehatan dan kondisi fisik pada umumnya 4) Persepsi tentang situasi c) Faktor bahan dan materi yang akan dipelajari seperti jenis materi, jenis tingkat kesukaran, dan kompleksitasnya. d) Faktor Media dan pengajaran seperti jenis media yang digunakan, kualitas media yang dipakai. e) Faktor Karakteristik fisik sekolah, yang meliputi 1) Gedung sekolah 2) Fasilitas belajar f) Faktor lingkungan dan situasi, yang meliputi 1) Lingkungan alam, seperti suhu, kelembaban, musim, dan iklim 2) Lingkungan sosial. Schiefelbein dan Simmons (1981) membagi faktor-faktor penentu keberhasilan belajar ke dalam tiga kategori: sumber belajar dan proses belajar di sekolah; kemampuan dan kecakapan guru serta kemampuan siswa. Madaus beserta timnya mengindentifikasi 82 variabel yang mempengaruhi keberhasilan belajar yang dikelompokkan ke dalam lima kelompok, yaitu a) kelompok individual siswa yang meliputi variabel seperti jenis kelamin, umur, sikap terhadap sekolah, b) kelompok lingkungan sekolah, mencakup variabel variabel lokasi sekolah, tekanan sosial kelompok, jumlah waktu untuk mengerjakan pekerjaan rumah dan lain sebagainya, c) kelompok latar belakang siswa, mencakup variabel yang berkaitan dengan status sosial ekonomi, besarnya jumlah anggota keluarga, jumlah saudara kandung, urutan kelahiran, dan lain sebagainya, d) komposit variabel kelas dan individu siswa, dan e) skor tes intelegensi. Sedangkan Coleman (1966) di dalam laporannya yang berjudul Equality of Educational Opportunity (EEO) menggolongkan 5

13 variabel prediktor ke dalam lima kelompok yang agak berbeda dengan kategori yang dibuat oleh Madaus, yaitu a) individual karakteristik siswa, b) karakteristik latar belakang keluarga, c) karakteristik kelompok sebaya, d) karakteristik guru, dan e) karakteristik sekolah. Peneliti lain, Paige tahun 1978 menyusun 6 kelompok variabel bebas yang diduga sebagai variabel penentu hasil belajar: a) karakteristik latar belakang siswa, b) lingkungan belajar di rumah, c) organisasi sekolah dan kelas serta lingungan fisik sekolah, d) karakteristik tertentu pada siswa, e) lingkungan belajar di kelas, dan f) lokasi sekolah. Penelitian yang dilakukan antara tahun 1972 tahun 1975 di Indonesia, Malaysia, Philipina, dan Thailand. Penelitian di Indonesia menggunakan empat variabel pokok: a) karakteristik siswa, b) lingkungan keluarga, c) faktor sekolah, dan d) karakteristik guru. Penelitian di Malaysia mempergunakan lima kelompok variabel: a) karakteristik siswa, b) faktor lingkungan keluarga, c) faktor sekolah, d) karakteristik guru, dan e) faktor iklim kelas. Penelitian di Philipina mempergunakan variabel bebas: a) karakteristik siswa, b) faktor latar belakang keluarga, c) faktor sekolah, dan d) karakteristik guru. Peneliti di Thailand mempergunakan kelompok variabel bebas: a) karakteristik siswa, b) latar belakang sosial ekonomi, c) faktor sekolah, dan d) karakteristik guru. B. Prestasi Belajar Prestasi adalah kecakapan nyata yang dapat diukur secara langsung dengan menggunakan tes. Definisi yang lain menyebutkan bahwa prestasi belajar siswa merupakan tingkat penguasaan atau keberhasilan yang dicapai siswa dalam menuntut suatu pelajaran pada periode tertentu. Prestasi belajar siswa biasanya dinyatakan dalam bentuk angka atau skor yang berfungsi sebagai indikator keberhasilan dari suatu proses belajar mengajar. C. Data TIMSS Data TIMSS menyediakan informasi tentang kemampuan atau prestasi siswa di bidang Matematika dan Sains, di samping itu, data TIMSS juga memberikan informasi mengenai siswa, guru, dan sekolah. Informasi 6

14 mengenai siswa, guru, dan sekolah digali masing-masing melalui sebuah angket. Kuesioner angket siswa terdiri dari 33 bagian, Kuesioner tersebut terdiri atas pertanyaan tentang latar belakang siswa, pertanyaan tentang pendidikan orang tua, pertanyaan tentang kepemilikan barang-barang penunjang belajar, persepsi siswa terhadap pelajaran matematika, persepsi siswa tentang guru dan sekolah mereka, serta kegiatan-kegiatan siswa pada waktu jam pelajaran dan kegiatan siswa di rumah. Kuesioner angket guru Matematika terdiri atas 33 bagian, sedangkan kuesioner angket guru Sains terdiri atas 31 bagian. Namun demikian, umumnya, kuesioner angket guru Matematika dan Sains berisi pertanyaanpertanyaan: latar belakang, persiapan mengajar, pengembangan profesi, persepsi tentang sekolah, persepsi tentang kelas TIMSS, kegiatan selama pelajaran di kelas TIMSS, dan penilaian. Pada kuesioner angket guru Matematika, guru diminta pendapatnya mengenai penggunaan kalkulator dan komputer di kelas TIMSS, sedangkan pada angket guru Sains, pertanyaan mengenai penggunaan kalkulator dan komputer di kelas tidak ditanyakan. Kuesioner angket sekolah terdiri dari 22 bagian, kuesioner tersebut terdiri dari pertanyaan-pertanyaan terkait dengan karakteristik sekolah, pertanyaan peran kepala sekolah, keterlibatan orang tua, iklim sekolah untuk belajar, pengajaran matematika dan IPA, persepsi mengenai guru kelas, persepsi mengenai perilaku siswa, dan sumber daya dan teknologi yang dimiliki. Umumnya instrumen angket berskala likert, dengan 4 pilihan. Angket siswa diisi oleh siswa yang mengikuti asesmen survei TIMSS. Dari informasi angket siswa, beberapa variabel yang diduga mempengaruhi prestasi siswa dapat digali, seperti: a) variabel status sosial ekonomi siswa, b) sikap siswa, c) persepsi siswa terhadap sekolah, d) keamanan sekolah. Angket guru diisi oleh guru yang mengajar pada kelas TIMSS Dari informasi angket guru dapat digali beberapa variabel yang diduga mempengaruhi prestasi siswa, diantaranya adalah: a) latar belakang guru, b) 7

15 persepsi guru terhadap keamanan sekolah, c) persepsi guru terhadap kondisi dan iklim sekolah, dan d) keterbatasan karena faktor siswa dan sumber daya. Angket sekolah diisi oleh kepala sekolah atau yang mewakilinya. Dari informasi angket sekolah dapat digali beberapa variabel yang diduga mempengaruhi prestasi siswa, antara lain adalah: a) faktor kehadiran siswa di sekolah, b) iklim sekolah, dan c) sumber daya dan teknologi yang dimiliki sekolah. Operasionalisasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Siswa Berdasarkan Data TIMSS 1. Faktor yang berasal dari Siswa a) Status sosial ekonomi Status sosial ekonomi keluarga, yang didalamnya termasuk penghasilan atau pendapatan orang tua, kepemilikan fasilitas belajar, dan pendidikan orang tua diduga merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Umumnya siswa yang memiliki orang tua berpenghasilan tinggi akan berprestasi lebih baik dibandingkan dengan siswa yang orang tuanya berpenghasilan rendah. Hal ini karena orang tua yang berpenghasilan tinggi akan memberikan perhatian yang lebih baik bagi pendidikan putra-putrinya dibandingkan dengan siswa yang memiliki orang tua yang berpenghasilan rendah. Perhatian orang tua bagi anakanaknya dapat berupa menyediakan buku-buku, menyediakan meja belajar, menyediakan peralatan belajar, menyediakan ruang belajar yang nyaman, dan lain-lain. Indikator status sosial ekonomi yang dapat diperoleh dari angket siswa antara lain adalah kepemilikan fasilitas penunjang belajar dan pendidikan orang tua. 1) Kepemilikan fasilitas penunjang belajar Siswa yang memiliki fasilitas penunjang belajar akan berprestasi lebih baik dibandingkan dengan siswa yang tidak memiliki fasilitas penunjang belajar. Fasilitas belajar yang disediakan oleh orang tua di rumah akan membantu anak di dalam belajar. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa rumah tanpa buku menimbulkan rendahnya 8

16 prestasi anak. Anak-anak yang berasal dari keluarga yang secara lengkap memberikan fasilitas belajar menunjukkan prestasi yang tinggi. Ketersediaan buku di rumah berkorelasi positif yang signifikan terhadap prestasi belajar. Hal ini dapat juga ditunjukkan dari hasil analisis awal berdasarkan informasi dari angket siswa bahwa siswa yang memiliki buku cukup banyak dirumahnya secara signifikan lebih tinggi prestasi di bidang matematika dibandingkan siswa yang memiliki sedikit buku di rumahnya. Hasil analisis deskriptif yang dilakukan pada penelitian awal terhadap kepemilikan buku, kepemilikan kalkulator, kepemilikan komputer, kepemilikan meja belajar, kepemilikan kamus, dan kepemilikan koneksi internet disajikan pada Lampiran 1. 2) Pendidikan orang tua Orang tua yang berpendidikan formal lebih tinggi akan lebih banyak berbeda dalam cara berpikir, beraspirasi, dan pandangannya dengan orang yang tidak berpendidikan formal. Orang tua yang berbeda tingkat pendidikannya juga akan berbeda sikapnya terhadap cara mengasuh anaknya. Cara mengasuh ini akan memberikan rangsangan terhadap prestasi intelektual, sehingga orang tua yang berpendidikan tinggi dapat memberikan cara pengasuhan yang menuju atau tertuju pada prestasi belajar anak-anaknya. Orang tua yang berpendidikan tinggi akan memberikan pengetahuan ketrampilan yang lebih luas di samping akan dapat memberikan dorongan, bimbingan, dan contoh bagi anak-anaknya. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa anakanak yang berasal dari orang tua yang berpendidikan cukup tinggi sebagian besar mampu meraih keberhasilan dan kesuksesan dalam studinya, hal ini karena orang tua mereka mengerti tentang arti dan pentingnya pendidikan serta menyadari bahwa kesuksesan anak-anak mereka dalam belajar semata-mata tidak hanya tergantung pada sekolahnya. Orang tua yang berpendidikan tinggi banyak memberikan kondisi dan dorongan secara psikologis untuk lebih giat dalam belajar dan tidak sedikit bukti yang dapat dilihat anak-anak dari orang tua 9

17 yang berpendidikan tinggi nyatanya menjadi orang yang cerdik dan pandai. Hal ini ditunjukkan pula dari hasil analisis awal terhadap pendidikan orang tua baik pendidikan Ibu maupun Ayah yang menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan orang tua semakin tinggi skor Matematika, dengan kata lain pendidikan orang tua secara signifikan berpengaruh positif terhadap prestasi siswa di bidang matematika. Hasil analisis deskriptif variabel pendidikan orang tua disajikan pada Lampiran 2. Indikator-indikator status sosial ekonomi siswa yang yang dipilih dari angket siswa adalah informasi dari respons siswa terhadap pertanyaan nomor 4, yaitu Kira-kira berapa banyak buku terdapat di rumahmu?, pertanyaan nomor 5 butir b, yaitu apakah anda punya komputer?, selanjutnya pertanyaan nomor 6 butir a dan butir b, yaitu apakah jenjang pendidikan tertinggi yang dicapai oleh Ibumu? dan apakah jenjang pendidikan tertinggi yang dicapai oleh Ayahmu? Indikitor-indikator tersebut dipilih berdasarkan hasil analisis awal menggunakan analisis faktor konfirmatori. Dari hasil analisis awal diketahui bahwa indikator-indikator tersebut cukup valid dan reliabel dalam mengukur konstruk sosial ekonomi siswa, sedangkan indikator-indikator lainnya seperti kepemilikan kalkulator, meja belajar, kamus, dan koneksi internet kurang valid. Hasil estimasi model pengukuran faktor sosial ekonomi siswa yang diukur oleh indikator-indikator kepemilikan barang dan pendidikan orang tua disajikan pada Lampiran 3 Gambar 11. Dari Lampiran 3 Gambar 11 terlihat bahwa hanya indikator kepemilikan buku, kepemilikan komputer, pendidikan Ibu dan pendidikan Ayah yang memiliki koefisien bobot indikator lebih besar dari nilai minimal yang direkomendasikan sebesar 0,4 (Kusnendi, 2008), dengan demikian indikator kepemilikan buku, kepemilikan komputer, pendidikan Ibu, dan pendidikan Ayah valid untuk mengukur konstruk status sosial ekonomi siswa. 10

18 b) Sikap siswa Sikap menurut Fishbein & Ajzen (1975) merupakan suatu keadaan mudah terpengaruh (predisposisi), yang dipelajari untuk merespons secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep, atau orang. Objek sekolah adalah sikap siswa terhadap sekolah, sikap siswa terhadap mata pelajaran. Menurut Katz (1960) sikap merupakan fungsi dari manfaat, pertahanan diri, dan penggambaran nilai-nilai. Martin & Preuschof (2007) membagi faktor sikap melalui konstruks kepercayaan diri (self confidence) siswa, pengaruh positif (positive affect) pada siswa, dan nilai-nilai (valuing). Kontruks kepercayaan diri merupakan sikap terkait konsep diri, yang merupakan evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimilikinya. Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karier siswa, yaitu dengan mengentahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, maka dapat dipilih alternatif karier yang tepat bagi diri siswa, selain penting bagi guru maupun sekolah untuk memotivasi belajar siswa dengan tepat. Indikator-indikator sikap siswa pada bidang Matematika yang dipilih dari angket siswa adalah informasi dari respons siswa terhadap pertanyaan nomor 8 butir a, yaitu Saya belajar dengan baik matematika yang diukur dengan empat skala Likert: 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = agak setuju, 4 = sangat setuju. Pertanyaan nomor 8 butir c: Matematika lebih sulit bagi saya, nomor 8 butir d: Saya menikmati belajar matematika, nomor 8 butir e, f, g, dan h. Juga pertanyaan nomor 9 butir a, b, c, dan d. Pada bidang Fisika dipilih dari pertanyaan nomor 24 butir a, c, d, e, f, g, dan h dan nomor 25 butir a, b, c, dan d, sedangkan pada bidang Biologi dipilih dari pertanyaan nomor 12 butir a, c, d, e, f, g dan nomor 13 butir a, b, c, dan d. Untuk pertanyaan-pertanyaan yang bersifat unfavorable (misalnya: matematika membosankan, matematika lebih sulit), skala pengukuran dibalik (reversed), yaitu 4 = sangat tidak setuju, 3 = tidak setuju, 2 = agak setuju, dan 1 = sangat setuju. 11

19 Dari hasil analisis awal diperoleh bahwa indikator-indikator tersebut sangat valid dan reliabel dalam mengukur konstruk sikap siswa. Estimasi model pengukuran faktor sikap siswa di bidang Matematika yang diukur oleh indikator-indikator tersebut disajikan pada Lampiran 4 Gambar 12. Dari Gambar 12 Lampiran 4 terlihat bahwa model fit dengan data, hal ini ditunjukkan oleh nilai RMSEA (Root Mean Square Error of Approximation) = 0,069 yang kurang dari 0,08, nilai CFI (Comparative of Fit Index) = 0,96 dan GFI (Goodness of Fit Index)= 0,92 yang keduanya lebih besar dari 0,90, berarti model fit. Dari Gambar 12 terlihat pula bahwa semua koefisien bobot indikator faktor sikap lebih besar dari nilai minimal yang direkomendasikan sebesar 0,4 (Kusnendi, 2008), kecuali untuk indikator SULIT dan KURANG. Hal ini menunjukkan bahwa semua indikator sikap yang dipilih valid dalam mengukur konstruk sikap kecuali indikator SULIT(Matematika lebih sulit bagi saya) dan KURANG (Matematika bukan kelebihan saya atau matematika merupakan kekurangan saya) kurang valid dan kurang reliabel, sehingga kedua indikator ini tidak dipilih atau tidak dilibatkan pada analisis selanjutnya. c) Persepsi siswa terhadap sekolah, termasuk didalamnya apakah siswa merasa senang berada di sekolah, apakah siswa merasa bahwa temanteman di sekolah selalu belajar dengan giat, dan apakah guru mereka di sekolah selalu mendorong agar siswanya berprestasi. Indikator-indikator persepsi siswa terhadap sekolah yang dipilih dari angket siswa adalah informasi dari jawaban siswa terhadap pertanyaan nomor 28 butir a, b, dan c yaitu Saya senang berada di sekolah, Menurut saya siswa-siswa di sekolah giat belajar, Menurut saya guru-guru di sekolah menginginkan belajar dengan giat. Estimasi model pengukuran faktor persepsi yang diukur oleh indikator-indikator tersebut disajikan pada Lampiran 5. Gambar 13. Dari Gambar 13 Lampiran 5 terlihat bahwa semua koefisien bobot indikator yang mengukur konstruk persepsi siswa terhadap sekolah lebih besar dari nilai minimal yang direkomendasikan sebesar 0,4 dan model fit 12

20 dengan data, dengan demikian indikator-indikator tersebut valid dan reliabel untuk mengukur faktor persepsi siswa terhadap sekolah. Dengan demikian faktor persepsi siswa yang diukur dari tiga indikator tersebut dilibatkan dalam analisis selanjutnya. d) Keamanan di sekolah; siswa dapat mengalami trauma ketika mereka pernah mengalamai hal-hal yang tidak dikehendaki di sekolahnya misalnya siswa pernah mengalami kecurian atau kehilangan barang, disakiti, diejek, diolok-olok, dan lain-lain, karena trauma itulah sehingga prestasi belajar mereka bisa menurun. Indikator-indikator keamanan sekolah menurut siswa yang dipilih dari angket siswa adalah informasi dari respons siswa terhadap pertanyaan nomor 29 butir a, b, c, dan d yaitu Saya kecurian, Saya dilukai, Saya dipaksa untuk melakukan hal yang tidak saya kehendaki, dan Saya diolok-olok. Estimasi model pengukuran konstruk keamanan sekolah menurut pendapat siswa disajikan pada Lampiran 6 Gambar 14. Dari Gambar 14 terlihat bahwa hanya dua indikator (dilukai dan dipaksa) yang valid mengukur konstruk keamanan di sekolah sedangkan dua indikator lainnya (kecurian dan diolok-olok) kurang valid. Ditambah pula bahwa model pengukuran yang dibentuk dari indikator-indikator tersebut secara keseluruhan tidak fit dengan data, sehingga faktor keamanan di sekolah selanjutnya tidak dilibatkan dalam analisis selanjutnya. e) Minat siswa; minat berdasarkan definisi konseptual adalah watak yang tersusun melalui pengalaman yang mendorong individu mencari objek aktivitas, pengertian, ketrampilan untuk tujuan penguasaan atau pencapaian (Djemari Mardapi, 2008), sedangkan menurut definisi operasional, minat adalah keingintahuan seseorang tentang keadaan suatu objek. Kegiatan-kegiatan siswa seperti; membaca, menyelesaikan soalsoal, mendiskusikan, dan mendengarkan penjelasan guru merupakan salah satu cara untuk mengetahui seorang siswa berminat ataukah tidak pada suatu pelajaran tertentu. Begitupun kegiatan mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan guru merupakan sarana melatih diri memperdalam 13

21 pengetahuan juga untuk melatih ketrampilan dalam menghadapi persoalan. Selain berpengaruh terhadap prestasinya, minat siswa diduga dapat mempengaruhi sikap siswa. Seorang siswa yang berminat terhadap pelajaran tertentu akan mempengaruhi sikapnya terhadap pelajaran itu serta akan mempengaruhi prestasinya. Indikator-indikator minat siswa pada bidang Matematika dipilih dari angket siswa pada pertanyaan nomor 10, pada bidang Fisika pada pertanyaan nomor 26, sedangkan pada bidang Biologi pada pertanyaan nomor 14. Pertanyaan-pertanyaan itu antara lain terkait dengan: Kami memperhatikan guru menjelaskan pelajaran, Kami mendengarkan guru menjelaskan pelajaran, Kami membaca buku pelajaran, Kami mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR), Kami membahas PR, Kami melakukan eksperimen. Hasil estimasi model pengukuran konstruk minat di bidang Matematika disajikan pada Lampiran 7 Gambar 15a. Bidang Fisika disajikan pada Gambar 15b, sedangkan di bidang Biologi disajikan pada Gambar 15c. Dari Gambar 15a, 15b, maupun 15c pada Lampiran 7 terlihat bahwa umumnya indikator-indikator yang dipilih untuk mengukur konstruk minat siswa cukup valid, kecuali indikator mengerjakan Pekerjaan Rumah (KERJA-PR) kurang valid. Model pengukuran konstruk minat cukup fit dengan data, dengan demikian faktor minat siswa selanjutnya dilibatkan dalam pembentukkan model prestasi siswa. 1. Faktor Guru Tidak dapat dipungkiri, guru merupakan penentu keberhasilan siswa. Hasil studi yang telah dilakukan House (2005) menyimpulkan bahwa kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada guru mempunyai pengaruh positif terhadap kemampuan sains siswa pada sekolah menengah pertama. Bebarapa faktor guru yang mempengaruhi prestasi siswa yaitu latar belakang, persiapan mengajar, pengembangan profesi, persepsi guru terhadap keamanan di sekolah, kondisi sekolah, iklim sekolah, dan hambatan-hambatan yang ada, 14

22 baik hambatan pada siswa maupun hambatan karena kekurangan sarana dan prasarana di sekolah. a) Latar belakang guru Variabel-variabel latar belakang guru yang diduga mempengaruhi prestasi belajar siswa diantaranya adalah: usia, pengalaman mengajar, pendidikan terakhir. 1) Usia Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa variabel usia guru kurang menunjukkan pengaruh yang konsisten terhadap prestasi siswa. Pengaruh usia guru dapat berpengaruh positif, tetapi juga dapat berpengaruh negatif sehingga dapat menimbulkan penafsiran yang berbeda (Soedarsono, 1985). Hasil analisis deskriptif yang dilakukan pada analisis awal menunjukkan bahwa variabel usia secara nyata tidak berpengaruh terhadap prestasi siswa. Hasil analisis deskriptif variabel usia yang disajikan pada Lampiran 8. Dari Lampiran 8 tabel ANOVA terlihat bahwa variabel usia tidak berbeda atau tidak berpengaruh secara signifikan terhadap skor atau prestasi siswa di bidang Matematika. Hal ini ditunjukkan oleh nilai-p (Sig = 0,418) yang lebih besar dari 5%, berarti belum cukup bukti untuk mengatakan bahwa usia berpengaruh terhadap prestasi siswa. Dengan demikian, variabel usia guru tidak dimasukkan dalam pembentukan model prestasi siswa. 2) Pengalaman mengajar Guru yang berpengalaman umumnya lebih menguasai materi pelajaran dibandingkan guru yang belum berpengalaman. Informasi dari angket guru, pengalaman mengajar guru ditunjukkan oleh lamanya dia mengajar. Dengan menguasai materi seorang guru akan lebih baik dalam mengajar yang berakibat pada meningkatnya prestasi siswa. Hal senada ditunjukkan oleh hasil analisis deskriptif bahwa pengalaman mengajar yang diukur dari lama mengajar berpengaruh pada prestasi belajar siswa di bidang 15

23 Matematika. Hasil analisis deskriptif terhadap variabel pengalaman mengajar disajikan pada Lampiran 9. Dari tabel ANOVA Lampiran 9 terlihat bahwa pengalaman mengajar berpengaruh positif terhadap prestasi siswa. Hal ini ditunjukkan oleh nilai-p = 0,013 yang kurang dari 5% berarti ada perbedaan rata-rata skor matematika siswa yang diajar oleh guru yang berpengalaman dengan guru yang tidak berpengalaman, semakin berpengalaman guru semakin baik skor siswa. Dengan demikian pengalaman mengajar merupakan variabel yang perlu dilibatkan dalam pembentukan model prestasi siswa. 3) Pendidikan tertinggi yang dicapai guru Kiranya tingkat pendidikan yang dimiliki guru dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Seorang guru yang memiliki tingkat pendidikan sarjana mestinya mempunyai pengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa dibandingkan guru yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah. Hal ini ditunjukkan juga oleh hasil analisis deskriptif bahwa variabel lama mengajar berpengaruh signifikan terhadap prestasi siswa di bidang Matematika (Lihat Tabel ANOVA Lampiran 10). Berdasarkan hasil analisis faktor menunjukkan bahwa indikator lama mengajar dan pendidikan tertinggi guru valid dalam mengukur konstruk latar belakang guru, sedangkan indikator jenis kelamin kurang valid dalam mengukur konstruk latar belakang. Dengan demikian hanya indikator lama mengajar dan pendidikan tertinggi guru yang dilibatkan dalam pembentukkan model prestasi siswa. Estimasi model pengukuran konstruk latar belakang guru disajikan pada Lampiran 11 Gambar 16. b) Pengembangan profesi Guru yang pernah bahkan sering mengikuti pelatihan pengembangan profesi memiliki wawasan yang lebih luas dibandingkan guru yang belum pernah mengikuti pengembangan profesi. Pengembangan dalam hal metode pengajaran, materi pengajaran, kurikulum, teknologi dan 16

24 informasi, serta cara penilaian, diyakini dapat meningkatkan kemajuan dalam pembelajaran yang berakibat pada peningkatan prestasi siswa mereka. Namun demikian hasil analisis awal menunjukkan bahwa indikator-indikator yang mengukur konstruks pengembangan profesi mempunyai model yang tidak fit dengan data, hal ini ditunjukkan oleh nilai RMSEA = 0,395 yang lebih besar dari kriteria yang direkomendasikan yaitu model fit jika nilai RMSEA kurang dari 0,08. Dengan demikian, faktor pengembangan profesi tidak dilibatkan dalam pembentukkan model prestasi siswa. Estimasi model pengukuran konstruk pengembangan profesi disajikan pada Lampiran 12 Gambar 17. c) Persiapan adalah konstruk yang berkaitan dengan persiapan guru dalam mempersiapkan materi yang akan diajarkannya. Seorang guru yang mempunyai rencana pengajaran dan rasa tanggung jawab yang baik akan memberikan materi pelajarannya dengan optimal. Dengan demikian persiapan materi dengan baik yang dilakukan guru diharapkan berpengaruh positif terhadap prestasi siswa. Namun demikian untuk bidang Matematika indikator-indikator yang mengukur konstruk kesiapan guru umumnya kurang valid, hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien bobot indikator yang kurang dari 0,4. Dan model pengukuran konstruk kesiapan tidak fit dengan data. sedangkan untuk bidang Fisika dan Biologi, indikator-indikator yang meliputi kesiapan guru umumnya valid dalam mengukur konstruk kesiapan dan modelnya cukup fit dengan data. Dengan demikian faktor kesiapan guru pada bidang Fisika dan Biologi perlu dilibatkan pada pembentukan model prestasi siswa, sedangkan untuk bidang matematika faktor kesiapan tidak dilibatkan pada pembentukkan model prestasi siswa. Estimasi model pengukuran faktor kesiapan bidang Matematika disajikan pada Gambar 18 Lampiran 13, sedangkan bidang Fisika dan Biologi masing-masing disajikan pada Gambar 19 Lampiran 14 dan Gambar 20 Lampiran 15. d) Keamanan merupakan konstruk persepsi guru terhadap keamanan di sekolah. indikator-indikator konstruk keamanan diperoleh dari respons 17

25 guru terhadap pertanyaan-pertanyaan : apakah sekolah berada di lingkungan yang aman?, apakah guru merasa aman berada di sekolah?, dan apakah ada kebijakan keamanan dan telah diterapkan di sekolah mereka?. e) Kondisi adalah keadaan kelas dan sekolah tempat pembelajaran. Konstruk kondisi ini digali dari pendapat guru mengenai kondisi kelas dan sekolah mereka, termasuk di dalamnya adalah apakah kondisi gedung sekolah menurut pendapat guru cukup baik untuk kegiatan belajar mengajar ataukah tidak, apakah kapasitas kelas memadai ataukah tidak, apakah guru merasa nyaman karena memiliki ruang kerja sendiri yang layak untuk mengembangkan diri ataukah tidak. Indikator-indikator konstruk kondisi digali dari respons guru terhadap pertanyaan-pertanyaan: apakah gedung sekolah membutuhkan perbaikan?, apakah kapasitas kelas terlalu penuh?, dan apakah guru-guru tidak memiliki ruang kerja yang layak di luar ruang kelas. f) Iklim yaitu suasana akademik di sekolah secara umum. Konstruk iklim digali dari pendapat guru mengenai kepuasan kerja guru, tingkat pemahaman guru terhadap kurikulum, tingkat keberhasilan guru terhadap pencapaian kurikulum, harapan guru terhadap prestasi siswa, dukungan orang tua terhadap prestasi siswa, keterlibatan orang tua dalam aktifitas sekolah, rasa memiliki siswa terhadap sarana dan prasarana sekolah, dan harapan siswa untuk berprestasi sebaik mungkin di sekolah. g) Hambatan yaitu suatu keadaan yang berakibat pada terganggunya proses pembelajaran. Konstruk hambatan dapat diperoleh melalui pertanyaan-pertanyaan: seberapa besar tingkat kebermasalahan menurut guru yang diakibatkan oleh siswa, maupun sumber daya lainnya. Seberapa besar masalah yang diakibatkan adanya siswa dengan kemampuan berbeda, adanya siswa yang berasal dari keluarga berpenghasilan berbeda, adanya siswa yang memiliki kekurangan tertentu, adanya siswa 18

26 yang kurang tertarik pada pelajaran, kekurangan buku-buku pelajaran, kekurangan alat pendukung dalam pembelajaran, dan lain sebagainya. Seperti telah diuraikan di atas bahwa persepsi guru terhadap keamanan di sekolah, kondisi sekolah, iklim sekolah, dan hambatan-hambatan yang ada diduga berpengaruh terhadap prestasi siswa. Namun demikian hasil analisis awal menggunakan analisis faktor konfirmatori menunjukkan bahwa keempat faktor tersebut kurang berpengaruh terhadap prestasi siswa baik di bidang Matematika maupun di bidang Sains. Hasil analisis pembentukkan model struktural prestasi siswa yang dibentuk oleh keempat faktor tersebut disajikan pada Lampiran 16. Gambar 21a, 21b, dan 21c. Dari Gambar 21a dan 21b terlihat bahwa seluruh indikator-indikator yang mengukur konstruk keamanan, kondisi sekolah, iklim sekolah, dan hambatanhambatan yang ada di sekolah adalah valid, hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien bobot yang lebih dari 0,4. Model struktural yang terbentuk juga adalah fit, hal ini ditunjukkan oleh nilai-p = 0,85494 yang lebih besar dari 5% dan nilai RMSEA = yang kurang dari 0,08. Namun demikian keempat faktor tersebut tidak berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi siswa di bidang Matematika maupun Sains. Hal ini ditunjukkan oleh nilai statistik-t yang kurang dari 1,96 (lihat Gambar 21c). Oleh karena itu, berdasarkan hasil analisis awal tersebut maka hanya faktor hambatan di sekolah yang dipilih dan dilibatkan dalam pembentukkan model prestasi siswa, sedangkan indikatorindikator yang dipilih untuk mengukur konstruk hambatan dipilih berdasarkan empat nilai koefisien bobot terbesar. Keempat inidikator tersebut adalah hambatan karena kekurangan perangkat keras komputer, kekurangan buku pelajaran untuk siswa, kekurangan perlengkapan pengajaran, dan kekurangan alat peraga. 2. Faktor Sekolah Sekolah merupakan lingkungan pendidikan formal dimana segala sesuatunya telah diatur dan direncanakan. Untuk mencapai tujuan pendidikan dan mutu seperti yang diharapkan oleh penyelenggara pendidikan, maka 19

27 fasilitas fisik seperti gedung atau ruangan kelas diperbaiki, fasilitas alat pengajaran termasuk buku-buku dilengkapi. Oleh karena itu, disamping faktor guru, faktor sekolah juga mesti dipandang sebagai salah satu penentu keberhasilan siswa yang tidak boleh diabaikan. Beberapa faktor sekolah yang diduga mempengaruhi prestasi siswa adalah iklim di sekolah, perilaku siswa, severity atau tingkat kebermasalahan, dan sumber daya dan teknologi yang dimiliki sekolah. a) Iklim sekolah merupakan suasana sekolah, konstruks iklim di sekolah ditunjukkan oleh variabel kepuasan guru, pemahaman guru terhadap tujuan kurikulum termasuk tingkat keberhasilan pencapaian kurikulum, bagaimana harapan guru terhadap prestasi siswa, bagaimana pula dukungan orang tua dan lain sebagainya. Indikator-indikator iklim sekolah diperoleh dari angket kepala sekolah terkait pertanyaan-pertanyaan mengenai: penilaian kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru, penilaian terhadap pemahaman guru terhadap tujuan kurikulum, penilaian terhadap tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan kurikulum sekolah, penilaian terhadap harapan guru pada prestasi siswa, penilaian terhadap dukungan orang tua siswa pada prestasi siswa, penilaian terhadap keterlibatan orang tua siswa dalam aktivitas sekolah, penilaian terhadap kepedulian siswa atas barang-barang milik sekolah, dan penilaian terhadap keinginan siswa untuk berhasil di sekolah. b) Perilaku merupakan konstruk yang diukur dari tingkat kehadiran siswa di sekolah yang ditunjukkan oleh perilaku siswa, seberapa sering siswa tidak masuk sekolah, bolos sekolah, maupun bolos kelas tanpa ijin, seberapa sering siswa bersikap tidak terpuji di sekolah (misalnya mengganggu siswa lain pada jam pelajaran, menyontek pada saat ujian). Indikator-indikator konstruk perilaku siswa diperoleh dari angket kepala sekolah terkait dengan pertanyaan-pertanyaan: Berapa sering siswa datang terlambat, berapa sering siswa bolos sekolah, berapa sering siswa membolos kelas pada jam pelajaran, berapa sering siswa melanggar aturan berpakaian, berapa sering siswa membuat kegaduhan di kelas, berapa sering siswa 20

28 menyontek, berapa sering siswa berkata kotor, berapa sering siswa melakukan pengrusakan, berapa sering siswa melakukan pencurian, berapa sering siswa melakukan intimidasi atau pelecehan dengan katakata terhadap siswa lain, berapa sering siswa menciderai siswa lain secara fisik, berapa sering siswa melakukan intimidasi atau pelecehan dengan kata-kata terhadap guru atau pegawai sekolah, dan berapa sering siswa menciderai guru atau pegawai sekolah. c) Severity atau tingkat kebermasalahan, bagaimana sekolah menyikapi suatu masalah akibat dari perilaku yang tidak baik dari siswa. Apakah jika banyak siswa yang bolos merupakan masalah serius ataukah tidak, apakah jika banyak siswa yang menyontek pada saat ujian merupakan masalah serius ataukah tidak, dan lain sebagainya. Indikator-indikator konstruk severity diperoleh dari angket kepala sekolah terkait dengan pertanyaanpertanyaan: sejauh mana masalah bagi sekolah terhadap siswa yang datang terlambat di sekolah, sejauh mana masalah bagi sekolah terhadap siswa yang membolos di sekolah, sejauh mana masalah bagi sekolah terhadap siswa yang membolos kelas pada jam pelajaran, sejauh mana masalah bagi sekolah terhadap siswa yang melanggar aturan berpakaian, sejauh mana masalah bagi sekolah terhadap siswa yang membuat kegaduhan di kelas, sejauh mana masalah bagi sekolah terhadap siswa yang menyontek, sejauh mana masalah bagi sekolah terhadap siswa yang berkata kotor, sejauh mana masalah bagi sekolah terhadap siswa yang melakukan pengrusakan, sejauh mana masalah bagi sekolah terhadap siswa yang mencuri, sejauh mana masalah bagi sekolah terhadap siswa yang melakukan intimidasi atau pelecehan dengan kata-kata pada siswa lain, sejauh mana masalah bagi sekolah terhadap siswa yang menciderai siswa lain secara fisik, sejauh mana masalah bagi sekolah terhadap siswa yang mengintimidasi guru atau pegawai sekolah, dan sejauh mana masalah bagi sekolah terhadap siswa yang menciderai guru atau pegawai sekolah. 21

29 d) Sumber daya dan Teknologi, meliputi sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah antara lain: apakah sekolah memiliki gedung yang memadai, memiliki penerangan yang cukup, memiliki perpustakaan, laboratorium, ruang komputer, software pendukung pembelajaran, alat pembelajaran yang dapat dipergunakan siswa, dan peralatan peraga. Indikator-indikator konstruk sumber daya dan teknologi diperoleh dari angket kepala sekolah terkait dengan pertanyaan-pertanyaan: sejauh mana penyelenggaraan pengajaran dipengaruhi oleh kekurangan materi pelajaran, sejauh mana penyelenggaraan pengajaran dipengaruhi oleh kekurangan anggaran untuk peralatan (misalnya: kertas, pensil), sejauh mana penyelenggaraan pengajaran dipengaruhi oleh kekurangan gedung sekolah dan lapangan, sejauh mana penyelenggaraan pengajaran dipengaruhi oleh kekurangan sistem pendingin udara dan pencahayaan, sejauh mana penyelenggaraan pengajaran dipengaruhi oleh kekurangan ruang pembelajaran (misalnya ruang kelas), sejauh mana penyelenggaraan pengajaran dipengaruhi oleh kekurangan peralatan khusus untuk siswa cacat, sejauh mana penyelenggaraan pengajaran dipengaruhi oleh kekurangan perangkat lunak komputer untuk pengajaran matematika, sejauh mana penyelenggaraan pengajaran dipengaruhi oleh kekurangan kalkulator untuk pengajaran matematika, sejauh mana penyelenggaraan pengajaran dipengaruhi oleh kekurangan sarana perpustakaan yang relevan dengan pengajaran matematika, sejauh mana penyelenggaraan pengajaran dipengaruhi oleh kekurangan peralatan audio-visual untuk pengajaran matematika, sejauh mana penyelenggaraan pengajaran dipengaruhi oleh kekurangan perlengkapan dan bahan-bahan laboratorium IPA, sejauh mana penyelenggaraan pengajaran dipengaruhi oleh kekurangan komputer untuk pembelajaran IPA, sejauh mana penyelenggaraan pengajaran dipengaruhi oleh kekurangan perangkat lunak komputer untuk pengajaran IPA, sejauh mana penyelenggaraan pengajaran dipengaruhi oleh kekurangan kalkulator untuk pengajaran IPA, sejauh mana penyelenggaraan pengajaran IPA dipengaruhi oleh 22

30 kekurangan sarana perpustakaan yang relevan dengan pengajaran IPA, sejauh mana penyelenggaraan pengajaran IPA dipengaruhi oleh kekurangan peralatan audio-visual, sejauh mana penyelenggaraan pengajaran IPA dipengaruhi oleh kekurangan guru, dan sejauh mana penyelenggaraan pengajaran IPA dipengaruhi oleh kekurangan fasilitas komputer untuk pegawai. Berdasarkan hasil analisis awal menggunakan analisis faktor konfirmatori terlihat bahwa hampir semua indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur konstruk iklim, perilaku, severity, serta konstruk sumber daya dan teknologi adalah valid, namun demikian model prestasi siswa yang dibangun oleh keempat faktor tersebut tidak fit, hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien bobot untuk semua indikator umumnya lebih besar dari 0,4 artinya valid; namun demikian nilai-p = 0,00000 kurang dari 5% dan RMSEA = 0,115 lebih besar dari 0,08 yang berarti modelnya tidak fit. Hasil analisis awal disajikan pada Gambar 22a, 22b, dan 22c Lampiran 17. Dari Gambar 22c Lampiran 17 terlihat bahwa hanya faktor Sumber Daya dan Teknologi yang berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi siswa, hal ini ditunjukkan oleh nilai t-hitung = -2,55 yang kurang dari -1,96 yang berarti bahwa pengaruh dari faktor Sumber Daya dan Teknologi adalah nyata. Namun demikian karena pengaruhnya negatif maka faktor sumber daya dan teknologi tidak dilibatkan dalam pembentukan model prestasi siswa. Berdasarkan hasil analisis awal maka pada penelitian ini hanya dua faktor yang berasal dari sekolah dipilih untuk dimasukkan dalam pembentukan model prestasi siswa di bidang Matematika maupun bidang Fisika dan Biologi. Kedua faktor yang dimaksud adalah faktor Iklim sekolah dan Perilaku siswa di sekolah maupun di kelas. 23

31 D. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Berdasarkan kajian pustaka dan hasil analisis awal terhadap data yang terdapat dalam angket siswa, angket guru, dan angket sekolah dapat dirumuskan suatu kerangka pemikiran sebagai berikut. Prestasi siswa dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Umumnya faktorfaktor yang mempengaruhi prestasi siswa dikelompokkan menjadi dua kelompok faktor, yaitu faktor internal maupun eksternal siswa. Faktor internal siswa berupa persepsi siswa, status sosial ekonomi siswa, sikap, minat, dan, aspirasi akademik siswa, sedangkan faktor eksternal dapat berasal dari guru maupun sekolah. Faktor yang berasal dari guru yang mempengaruhi prestasi siswa dapat berupa latar belakang guru, kesiapan belajar guru, dan persepsi guru terhadap iklim sekolah dan hambatan yang ada di sekolah, sedangkan faktor yang berasal dari sekolah dapat berupa Iklim sekolah dan perilaku siswa di sekolah. Persepsi siswa terhadap sekolah yang baik, status sosial siswa yang baik, minat siswa yang baik, sikap siswa yang baik, aspirasi atau keinginan akademik siswa yang tinggi diharapkan tinggi pula prestasi siswa. Latar belakang guru yang baik, kesiapan mengajar guru yang baik, dan penilaian guru terhadap sekolah yang baik serta rendahnya hambatan yang dihadapi guru diharapkan tinggi juga prestasi siswa. Begitupun Iklim sekolah yang baik dan perilaku siswa yang baik akan berakibat pada tingginya prestasi siswa. Faktor persepsi siswa, faktor status sosial siswa maupun faktor minat siswa dapat mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung terhadap prestasi siswa. Pengaruh tidak langsung dari ketiga faktor tersebut dapat melalui sikap siswa, begitu pula faktor sosial ekonomi siswa dan minat siswa dapat mempengaruhi secara langsung terhadap prestasi siswa maupun tidak langsung melalui aspirasi siswa. Siswa yang memiliki persepsi baik terhadap sekolah diduga bersikap baik terhadap pelajaran di sekolah, siswa yang memiliki minat yang baik terhadap pelajaran di sekolah tentunya memiliki sikap yang baik pula, begitu pula siswa 24

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan mata pelajaran eksak yang esensial, yang dapat menjadi penunjang untuk mata pelajaran yang lain. Melalui pelajaran matematika siswa diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perolehan Skor Rata-Rata Siswa Indonesia Untuk Sains

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perolehan Skor Rata-Rata Siswa Indonesia Untuk Sains BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan adanya upaya peningkatan mutu pendidikan maka evaluasi terhadap segala aspek yang berhubungan dengan kualitas pendidikan terus dilakukan. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu studi internasional untuk mengevaluasi pendidikan khusus hasil belajar peserta didik berusia 14 tahun pada jenjang sekolah menengah pertama (SMP) yang diikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Trends In International Mathematics and Sciencel Study (TIMSS) adalah studi internasional tentang prestasi sains dan matematika siswa. Studi ini dikoordinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dan tidak bisa terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan merupakan suatu hal yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi aspek yang paling berpengaruh dalam upaya membentuk generasi bangsa yang siap menghadapi masalah-masalah di era globalisasi. Namun, kualitas

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting

I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting karena pendidikan merupakan pondasi pembangunan suatu bangsa. Jika pendidikan tidak berjalan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pendidikan dalam suatu negara harus diawasi dan dievaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan sistem pendidikan yang digunakan. Berhasil tidaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman berpengaruh terhadap pendidikan sehingga mengakibatkan iklim pendidikan berubah. Kompleksitas masalah pendidikan menjadi semakin terasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus berkembang. Persaingan semakin ketat dan masyarakat dituntut untuk dapat bersaing dalam menghadapi tantangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi diriya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai sumber dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Sumber Daya Manusia yang memiliki standar mutu profesional tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat telah membawa konsekuensi bagi dunia pendidikan agar segera

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat telah membawa konsekuensi bagi dunia pendidikan agar segera BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan kehidupan masyarakat telah membawa konsekuensi bagi dunia pendidikan agar segera melakukan berbagai upaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sains siswa adalah Trends in International Mathematics Science Study

I. PENDAHULUAN. sains siswa adalah Trends in International Mathematics Science Study I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu studi internasional yang mengukur tingkat pencapaian kemampuan sains siswa adalah Trends in International Mathematics Science Study (TIMSS) yang dikoordinasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia, pembentukan pribadi manusia yang berkualitas menjadi keharusan bagi suatu bangsa jika ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat beberapa komponen

BAB I PENDAHULUAN. dari proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat beberapa komponen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar dalam pendidikan merupakan segi yang penting dalam meningkatkan kualitas dan kemajuan pendidikan, oleh karena itu pengadaan pembaharuan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. estimasi loading factor, bobot loading factor (factor score wight), dan error variance

BAB V PEMBAHASAN. estimasi loading factor, bobot loading factor (factor score wight), dan error variance BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis Konfirmatori Analisis faktor konfirmatori dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan estimasi loading factor, bobot loading factor (factor score wight), dan error variance

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berfungsi untuk menciptakan pribadi manusia yang berkualitas dan memiliki karakter sehingga dapat mencapai cita-cita yang diharapkan. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan dan pemerataan kualitas pendidikan memang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan dan pemerataan kualitas pendidikan memang merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya peningkatan dan pemerataan kualitas pendidikan memang merupakan usaha yang memerlukan waktu yang tidak singkat serta memerlukan dukungan dari semua aspek yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sampel Penentuan jumlah sampel PKB dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin (Sevilla et al., 1993: 161) sebagai berikut:

METODE PENELITIAN. Sampel Penentuan jumlah sampel PKB dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin (Sevilla et al., 1993: 161) sebagai berikut: 76 METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi Penelitian ini dilaksanakan di tiga kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat yakni Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur dan Kota Depok yang perilaku ber- KBnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara efektif dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kualitas sumber daya manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kualitas sumber daya manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas sumber daya manusia sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilan pembangunan bangsa Indonesia. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erie Syaadah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erie Syaadah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemampuan berpikir siswa pada usia SMP cenderung masih berada pada tahapan kongkrit. Hal ini diungkapkan berdasarkan hasil pengamatan dalam pembelajaran IPA yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang signifikan. Beberapa penerapan pola peningkatan kualitas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang signifikan. Beberapa penerapan pola peningkatan kualitas pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah agen untuk menciptakan generasi yang berkarakter, intelektual, dan berdedikasi tinggi. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif adalah metode yang berlandaskan pada filsafat positivism,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif adalah metode yang berlandaskan pada filsafat positivism, 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah metode yang berlandaskan pada filsafat positivism,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Minat Siswa Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Minat Siswa Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Minat Siswa Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi a. Pengertian Minat Menurut Sardiman (2011: 76), minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Kerangka penelitian ini adalah langkah demi langkah dalam penyusunan Tugas Akhir mulai dari tahap persiapan penelitian hingga pembuatan dokumentasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini semakin pesat.

I. PENDAHULUAN. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini semakin pesat. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini semakin pesat. Manusia dituntut memiliki kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis, kreatif, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jawab. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka

BAB I PENDAHULUAN. jawab. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Belajar. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Belajar. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pengertian Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek Penelitian 1. Obyek Obyek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan suatu data dan obyek pada penelitian ini adalah Waroeng Spesial Sambal di Yogyakarta.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Prestasi (Nilai) Matematika Nilai matematika dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang telah diberi nilai atau bobot. Penilaian hasil belajar merupakan kegiatan atau

Lebih terperinci

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Manusia sebagai pemegang dan penggerak utama dalam menentukan kemajuan suatu bangsa. Melalui

Lebih terperinci

Wiwit Maharesti. Program Studi Sosiologi dan Antropologi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Wiwit Maharesti. Program Studi Sosiologi dan Antropologi Universitas Sebelas Maret Surakarta HUBUNGAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN OLEH GURU DAN MINAT BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI DI SMA NEGERI 1 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Wiwit Maharesti Program Studi Sosiologi dan

Lebih terperinci

tingkatan yakni C1, C2, C3 yang termasuk dalam Lower Order Thinking dan C4, C5, C6 termasuk dalam Higher Order Thinking Skills.

tingkatan yakni C1, C2, C3 yang termasuk dalam Lower Order Thinking dan C4, C5, C6 termasuk dalam Higher Order Thinking Skills. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan proses yang harus dilalui manusia untuk mengembangkan potensinya menjadi individu yang berkualitas. Pengembangan potensi tersebut harus dilalui

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai, yaitu perubahan yang menjadi semakin baik setelah melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan sangat berperan penting dalam kemajuan teknologi dan informasi di era globalisasi ini. Setiap negara berlomba-lomba dalam kemajuan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN, seperti AFTA (Asean Free Trade Area) dan AFLA (Asean Free Labour

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN, seperti AFTA (Asean Free Trade Area) dan AFLA (Asean Free Labour BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Era globalisasi merupakan era perubahan dalam berbagai bidang kehidupan, khususnya pada globalisasi pasar bebas di lingkungan negara-negara ASEAN, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara efektif dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini bertujuan untuk memberikan suatu dasar yang valid dan reliabel untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini bertujuan untuk memberikan suatu dasar yang valid dan reliabel untuk BAB III METODE PENELITIAN Bab ini bertujuan untuk memberikan suatu dasar yang valid dan reliabel untuk menghasilkan data yang dapat diyakini kebenarannya, sehingga informasi yang diperoleh dari penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan. sebagai tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan. sebagai tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika yang disusun dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan sebagai tolok ukur dalam upaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kuantitatif-dekriptif. Desain penelitian ini dipilih dengan

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kuantitatif-dekriptif. Desain penelitian ini dipilih dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Evaluasi Penelitian ini menggunakan desain penelitian evaluatif dengan pendekatan kuantitatif-dekriptif. Desain penelitian ini dipilih dengan pertimbangan untuk mengevaluasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan pembangunan negara saat ini tidak terlepas dari mutu SDM-nya. Salah satu hal yang sangat berpengaruh dalam meningkatkan mutu SDM adalah pendidikan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar Banyak ahli pendidikan yang mengungkapkan pengertian belajar menurut sudut pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli pendidikan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut kemudian diatur

BAB I PENDAHULUAN adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut kemudian diatur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan negara Republik Indonesia dalam Pembukaan UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut kemudian diatur dalam batang tubuh UUD 1945

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sejak awal hingga akhir penelitian. Pendekatan kuantitatif yaitu penlitian tentang

BAB III METODE PENELITIAN. sejak awal hingga akhir penelitian. Pendekatan kuantitatif yaitu penlitian tentang BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan dalam penelitian ini menggunkan metode pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuatitatif yaitu penelitian yang sistematis, jelas, terencana sejak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Motivasi Belajar Siswa Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian anak dan mampu mengaktualisasikan potensi-potensi dirinya secara

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian anak dan mampu mengaktualisasikan potensi-potensi dirinya secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lembaga sosial yang paling kecil, yang terdiri atas ayah, ibu dan anak. Dari beberapa fungsi keluarga salah satunya adalah memberikan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I. Pendahuluan. A. Latar Belakang Penelitian BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Penelitian TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) merupakan sebuah studi internasional yang dikoordinasikan oleh negara-negara IEA (The International

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dunia saat ini, potensi negara indonesia sebenaranya tergolong sangat baik,

I. PENDAHULUAN. dunia saat ini, potensi negara indonesia sebenaranya tergolong sangat baik, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara yang tergolong sebagai negara berkembang di dunia saat ini, potensi negara indonesia sebenaranya tergolong sangat baik, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia, sedangkan kualitas sumber daya manusia tergantung pada kualitas pendidikannya. Peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika Khaerunnisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika Khaerunnisa, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran matematika, idealnya siswa dibiasakan memperoleh pemahaman melalui pengalaman dan pengetahuan yang dikembangkan oleh siswa sesuai perkembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian. I. PENDAHULUAN Pada bab 1 ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan sepanjang hayat (Rustaman, 2006: 1). Sistem

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan sepanjang hayat (Rustaman, 2006: 1). Sistem 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan suatu negara dalam mengikuti berbagai pentas dunia antara lain ditentukan oleh kemampuan negara tersebut dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari pembentukan Negara RI adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tentunya menuntut adanya penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan selalu berlangsung dalam suatu lingkungan, yaitu lingkungan pendidikan. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya, politis, keagamaan, intelektual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan suatu bangsa. Dengan landasan pemikiran tersebut, pendidikan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang sesuai dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS HASIL STUDI. responden yang berada di Sumatera Utara. Karakteristik responden merupakan

BAB 5 ANALISIS HASIL STUDI. responden yang berada di Sumatera Utara. Karakteristik responden merupakan BAB 5 ANALISIS HASIL STUDI 5.1 Deskripsi Umum Sampel Penelitian Setelah dilakukan penyebaran kuesioner kepada responden maka hasil kuesioner yang layak dan secara penuh mengisi kuesioner berjumlah 134

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sumber daya insani yang sepatutnya mendapat perhatian terus menerus dalam upaya peningkatan mutunya. Upaya peningkatan mutu pendidikan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang paling tepat untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. yang paling tepat untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Bangsa dan Negara, karena pendidikan merupakan sarana yang paling tepat untuk

Lebih terperinci

DAMPAK MODEL INKUIRI TERBIMBING DISERTAI MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS AUDIOVISUAL

DAMPAK MODEL INKUIRI TERBIMBING DISERTAI MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS AUDIOVISUAL DAMPAK MODEL INKUIRI TERBIMBING DISERTAI MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS AUDIOVISUAL TERHADAP SIKAP ILMIAH DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VIII DI SMPN 1 MAESAN ARTIKEL Oleh Sri Yuliastutik NIM 090210102010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap orang membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Undang- Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

Lebih terperinci

PROSEDUR PENYUSUNAN INSTRUMEN NON-TEST MENGGUNAKAN SKALA LIKERT

PROSEDUR PENYUSUNAN INSTRUMEN NON-TEST MENGGUNAKAN SKALA LIKERT PROSEDUR PENYUSUNAN INSTRUMEN NON-TEST MENGGUNAKAN SKALA LIKERT 1 Menurut Popham (1995:187) menyatakan beberapa langkah yang harus diikuti dalam menyusun instrumen non-tes menggunakan skala Likert 1. Pilih

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Salah satu tahap dalam penelitian adalah proses pengumpulan dan pengolahan data. Pada tahap ini berisikan penjelasan mengenai jenis data yang diperlukan, teknik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BAB II pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. BAB II pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki banyak tujuan dalam kehidupan, salah satunya adalah untuk menciptakan manusia yang mandiri. Seperti yang tertera dalam Undang undang Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi dari berbagai media massa, baik media cetak atau elektronika sering dikemukakan bahwa mutu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi dari berbagai media massa, baik media cetak atau elektronika sering dikemukakan bahwa mutu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi dari berbagai media massa, baik media cetak atau elektronika sering dikemukakan bahwa mutu pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas. sumber daya manusia. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas. sumber daya manusia. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional: Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia agar dapat mengembangkan potensi dirinya, antara lain melalui proses

BAB I PENDAHULUAN. manusia agar dapat mengembangkan potensi dirinya, antara lain melalui proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia bagi kehidupan di masa yang akan datang. Pendidikan merupakan usaha manusia agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, baik jasmani maupun rohani. Pendidikan harus ditata atau diperbaiki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan prestasi belajar. Prestasi itu sendiri dapat dibagi menjadi dua yaitu prestasi yang ditinjau dari bidang akademik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pendidikan. Kegiatan pendidikan berfungsi membantu

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pendidikan. Kegiatan pendidikan berfungsi membantu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kegiatan pendidikan terdiri dari interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber-sumber pendidikan lain, dan berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan.

Lebih terperinci

Oleh : Drs. Udiyono, M.Pd.

Oleh : Drs. Udiyono, M.Pd. PENGARUH MOTIVASI ORANG TUA, KONDISI LINGKUNGAN DAN DISIPLIN BELAJAR TERHADAP PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS WIDYA DHARMA KLATEN SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2010/2011 Oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan ruang lingkup penelitian. Pembahasan hal-hal. tersebut secara rinci dikemukakan berikut ini.

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan ruang lingkup penelitian. Pembahasan hal-hal. tersebut secara rinci dikemukakan berikut ini. 1 I. PENDAHULUAN Pada bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar 5 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar 2.1.1 Pengertian Belajar Dalam proses pembelajaran, berhasil tidaknya pencapaian tujuan banyak dipengaruhi oleh bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa. Oleh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan Agustus 2016. Tempat pelaksanaan kegiatan penelitian berada di Kecamatan Getasan, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Untuk mencapai tujuan yang telah disebutkan di bagian pendahuluan, maka metodologi penelitian yang digunakan dapat digambarkan sebagai berikut. MULAI PERUMUSAN

Lebih terperinci

OLIMPIADE MATEMATIKA DAN IPA SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH

OLIMPIADE MATEMATIKA DAN IPA SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH OLIMPIADE MATEMATIKA DAN IPA SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH Disajikan pada Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SD Jenjang Lanjut di PPPG Matematika, 6 s.d. 19 Agustus 2004 Oleh Wiworo, S.Si., M.M.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945. Pendidikan adalah salah satu upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menunjukkan bahwa ilmu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menunjukkan bahwa ilmu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menunjukkan bahwa ilmu Pengetahuan Alam (IPA) bukan hanya sebagai kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENUNTUN TUGAS KINERJA PRAKTIKUM MAHASISWA DI LABORATORIUM BIOLOGI

PENGEMBANGAN PENUNTUN TUGAS KINERJA PRAKTIKUM MAHASISWA DI LABORATORIUM BIOLOGI Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN 2443-1109 PENGEMBANGAN PENUNTUN TUGAS KINERJA PRAKTIKUM MAHASISWA DI LABORATORIUM BIOLOGI Fitriyah Karmila 1, Khaerati 2 Universitas Cokroaminoto Palopo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Globalisasi dan perkembangan informasi mengalami perubahan pesat ke arah yang lebih maju, termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai Negara berkembang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan semakin lama semakin berkembang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan semakin lama semakin berkembang sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan semakin lama semakin berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Pendidikan merupakan suatu usaha manusia untuk membina kepribadiannya agar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di Pusat Traing Perbankan (PTP) Yogyakarta dengan alamat Perum Candi Gebang Permai Blok T. No. 1,3,4,5 Wedomartani Sleman Yogyakarta.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta membentuk watak peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hak setiap warga Negara yang telah tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat 1 adalah Tiap- Tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Belajar merupakan masalah bagi setiap orang, dan tidak mengenal usia dan waktu lebih-lebih bagi pelajar, karena masalah belajar tidak dapat lepas dari dirinya.

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian causal method yaitu

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian causal method yaitu 3.1 Jenis Penelitian BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis penelitian causal method yaitu merupakaan jenis penelitian untuk mendapatkan penjelasan hubungan antar variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu cara untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yaitu melalui pendidikan. Pendidikan dapat meningkatkan kualitas serta mengembangkan potensi sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kalau kita cermati saat ini pendidikan di Indonesia masih jauh dari harapan yang diinginkan, apalagi harapan yang dituangkan dalam Undangundang Nomor 20 Tahun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. peniliti untuk mencapai tujuan dan menentukan jawaban atas masalah yang

BAB III METODE PENELITIAN. peniliti untuk mencapai tujuan dan menentukan jawaban atas masalah yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian yang Digunakan Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara utama yang digunakan peniliti untuk mencapai tujuan dan menentukan jawaban atas masalah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan mempunyai tujuan yang harus dicapai. Pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan mempunyai tujuan yang harus dicapai. Pencapaian tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan mempunyai tujuan yang harus dicapai. Pencapaian tujuan perusahaan dapat diraih dengan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki secara maksimal. Salah

Lebih terperinci

PROSIDING ISBN :

PROSIDING ISBN : P 26 PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI, INTELIGENSI QUOTIENT, DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI OLIMPIADE SAINS DI SMA NEGERI 1 BANTUL TAHUN AJARAN 2011/2012 ARY WIDAYANTO SMA N 1 BANTUL ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENILAIAN GURU TERHADAP KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU SAINS (PA) SMP NEGERI DI KABUPATEN SUKOHARJO RINGKASAN TESIS

HUBUNGAN ANTARA PENILAIAN GURU TERHADAP KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU SAINS (PA) SMP NEGERI DI KABUPATEN SUKOHARJO RINGKASAN TESIS HUBUNGAN ANTARA PENILAIAN GURU TERHADAP KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU SAINS (PA) SMP NEGERI DI KABUPATEN SUKOHARJO RINGKASAN TESIS Oleh: BAMBANG SUGIRI Q 100 040 112 PROGRAM STUDI MAGISTER

Lebih terperinci