BAB III TAHAP EKSPERIMEN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III TAHAP EKSPERIMEN"

Transkripsi

1 BAB III TAHAP EKSPERIMEN III.1. Tahap Pembuatan Mainan Egrang Pembuatan egrang menggunakan jenis bambu tali yang bentuknya lurus, berumur tua dan sudah kering, dengan ukuran panjangnya 2,5 3 meter sebanyak 2 (dua) batang. Kedua bambu di ukur sama panjang dan diusahakan setiap ruas ruasnya tepat satu dengan yang lainnya bila ditegakkan. Kemudian bagi bambu yang pendek dan agak besar diameternya, ditujukan untuk tempat tapak kaki yang panjangnya disesuaikan dengan tapak kaki si pemakai. Pada kedua bambu yang berukuran pendek dan salah satu ujungnya masih memiliki ruas (buku), dilubangi sebesar bambu yang panjang tadi. Pada saat melubangi bambu tidak boleh terlalu besar, agar dapat tersangkut pada ruas (buku) bambu panjang dengan ukuran kurang lebih ½-¼ meter atau lebih, dari bagian pangkalnya. Bambu yang panjang ini berfungsi sebagai kaki egrang, sedangkan bambu pendek sebagai dudukan tapak kaki. Setelah kedua bambu pendek dilubangi, kemudian pangkal bambu panjang dimasukan ke lubang bambu pendek secara perlahan lahan, hal ini dilakukan dalam posisi tegak, sampai terasa sesak pada bagian ruas (buku), sesuai kehendak pemakai yang ditentukan sejak awal. Tahapan proses pembuatan egrang : Gambar 3.1. Tahapan proses pembuatan egrang. (Sumber : Dokumen Pribadi) 18

2 Tahap proses pembuatan egrang sebagai berikut : 1) Bambu diukur antara 2,5 3 meter sesuai keinginan.2) Bambu dipotong sehingga didapatkan 2 buah bambu yang sama panjang.3) Kemudian bambu yang panjang dijejerkan dan diusahakan ruas ruasnya tepat satu dengan yang lainnya bila ditegakkan.4) Sediakan pula bambu yang agak besar lebih kurang sama panjang dengan tapak kaki pemakai sekitar cm, kemudian dipotong antara bukunya.5) Bambu pendek tadi diukur untuk posisi lubang. 6) Bambu pendek diberi lubang dengan menggunakan pahat atau bor. 7) Pembuatan lubang disesuaikan dengan diameter bambu panjang. 8) Agar bambu pendek yang sudah dilubangi dapat tersangkut pada ruas(buku) bambu panjang, secara perlahan lahan dan dimasukan pada posisi tegak. 9) Setelah kedua bambu pendek dipasang, maka bambu pendek diberi lubang untuk memasang pasak agar dudukan kaki lebih kuat. 10) Egrang sudah selesai. III.2. Tahap Penerapan Eksperimen III.2.1. Aspek Pengguna Dalam aspek ini ditentukan target dan kriteria pemain untuk menentukan pengguna pada produk egrang ini nantinya. (Lihat tabel 3.1). Tabel 3.1. Kriteria dan Nilai pada Pengguna No Kriteria Nilai 1 SARA Bebas 2 Kelompok Masyarakat Bebas 3 Jenis Kelamin Bebas 4 Umur 10 tahun keatas 5 Profesi Bebas 6 Kebiasaan/perilaku/habit Bebas 7 Kondisi ekonomi social budaya Bebas 8 Kondisi Fisik Bebas 9 Religi dan Kepercayaan Bebas 19

3 III.2.2. Eksperimen Penggunaan Egrang Gambar 3.2. Eksperimen Penggunaan Egrang. (Sumber : Dokumen pribadi) III.3. Sampel Eksperimen penggunaan egrang sebagai berikut : 1) Kaki harus diletakan diatas bambu pendek sedangkan ibu jari kaki dan jari yang lain menjepit bambu panjang.2) Tangan berpegangan pada bambu panjang.3) Apabila sudah seimbang maka jari menjepit dan tangan ikut menentukan kekuatan untuk memegang.4) Setelah menguasai keseimbangannya maka angkat kaki dan melangkah layaknya orang berjalan. Dalam eksperimen ini akan menggunakan 1 contoh sampel egrang untuk diterapkan pada pengembangan desain sebagai mainan yang disesuaikan dengan tradisi masyarakat Sunda. Jenis sampel Gambar 3.3. Jenis Sampel Egrang. (Sumber : Dokumen Pribadi) 20

4 Tabel 3.2. Jumlah Sampel. no Nama egrang Jenis Jumlah 1. Egrang 1 Kaki-2 1 Jumlah 1 III.4. Alternatif Sampel Desain Egrang Berikut ini macam macam modul desain Egrang : Alternatif-1 Alternatif-2 Alternatif-3 Alternatif-4 Alternatif-5 Alternatif-6 Alternatif-7 Gambar 3.4. Alternatif Desain Egrang (Sumber : Dokumen Pribadi) III.5. Spesifikasi Sampel Desain Egrang Di bawah ini merupakan 7 spesifikasi dari sampel desain Egrang (lihat tabel 3.3). Di halaman 22. III.5.1. Hasil Eksperimen pada Sampel Desain Egrang Dari hasil pengujian 7 buah egrang yang sudah dimainkan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut (lihat tabel 3.4). Di halaman

5 III.5.2. Kriteria Pengujian dari Sampel Desain Egrang Pada pengujian desain egrang ini akan dilakukan studi mulai dari kestabilan, kekuatan jointing, kekuatan pasak step, kekuatan pasak stick, kemudahan produksi, kemudahan operasional, kebiasaan berdiri dan kebiasaan melangkah pada saat menggunakan egrang. Tabel 3.5. Kriteria Pengujian Aspek dari Sampel Egrang. No Parameter E-1 E-2 E-3 E-4 E-5 E-6 E-7 Ket 1. Kestabilan Kekuatan Jointing 3. Kekuatan Pasak Kaki 4. Kekuatan Pasak Stick 5 Kemudahan Produksi 6. Kemudahan Operasional 7. Kebiasaan Berdiri 8. Kebiasaan melangkah 9. Jumlah Total Nilai Rata - rata Kriteria pengujian aspek dari sampel egrang sebagai berikut: 1. Sistem nilai pada tabel 3.5, angka 1 adalah buruk, angka 2 adalah cukup, angka 3 adalah baik. 2. Dasar penilaian pada tabel 3.5 sebagai berikut : a.kestabilan, bahwa egrang dapat menunjang kestabilan langkah pada saat dimainkan. b.kekuatan Jointing, bahwa egrang menggunakan jointing yang tidak terlalu banyak agar menunjang aspek kestabilan. c.kekuatan pasak step, bahwa bagian pasak harus dapat menahan beban seberat 75 kg. 24

6 d.kekuatan pasak stick, bahwa egrang harus sekuat pilar yang tinggi agar menunjang aspek kekutan jointing. e.kemudahan Produksi, bahwa egrang dapat diproduksi semudah mungkin dan tidak rumit pada proses pengerjaannya. f.kebiasaan berdiri, bahwa pada saat egrang dimainkan si pemain dapat beriri dengan mudah. g.kebiasaan melangkah, bahwa egrang harus mudah dikuasai keseimbangan dan melangkah layaknya orang berjalan dengan kaki telanjang dan menunjang kestabilan melangkah. 3. Yang termasuk dalam kriteria layaknya nilai rata rata adalah angka Pada kolom nilai yang berwarna menunujukan aspek utama yang masuk kriteria kelayakan untuk pengembangan desain egrang lebih lanjut. III.6. Data Antropometri Untuk pengumpulan data antropometri di lingkungan masyarakat Sunda maka dilakukan studi mulai dari ukuran tinggi badan, ukuran jangkauan handle, tinggi mata, tinggi pundak, tinggi siku, tinggi kaki, berat badan dan panjang telapak kaki pada saat memainkan egrang. (Lihat Tabel 3.6). Tabel 3.6. Ukuran Tubuh Manusia pada Posisi Berdiri yang Sesuai dengan Data Antropometri. Pendek Rata Tinggi Berdiri (cm) 1 Tinggi Jangkauan Handle Tinggi Mata Tinggi Pundak Tinggi Siku Tinggi Kaki (step) Berat Badan Panjang Telapak Kaki Dari eksperimen Egrang yang dilakukan, maka dapat disimpulkan : 1) Berdasarkan permainan Egrang yang di uji,maka Egrang dengan eksperimen E-5 dan E-7 dapat dikatakan layak untuk dilanjutkan pada tahap pengembangan desain. 2) Ukuran tinggi ideal pada egrang sekitar cm. 3) Berat badan si pengguna (user) dibatasi antara kg. 4) Step 25

7 bisa di setting (diatur) sesuai dengan ukuran yang diinginkan. 5) Pasak dan sambungan yang terlalu banyak pada egrang akan mengakibatkan goyang dan patah pada saat dimainkan, sehingga kestabilan akan sangat terganggu. 6) Pada ketinggian step (kaki-kaki) dengan ukuran cm bambu tidak mengalami keretakan pada lubang pasak kaki. III.7. Penggabungan Alat Bunyi dan Gerakan dalam Permainan Egrang Pada tahap eksperimen selanjutnya akan di uji gabungan antara bunyi nada dan permainan Egrang. Sampel yang akan digunakan yang diambil dari permainan kokoprak yang bisa dimainkan dengan teknik digoyang-goyang (lihat gambar 3.5). Hal ini bertujuan untuk mencari nada yang berirama pada penggabungan teknik permainan egrang. III.7.1. Jenis sampel A B Gambar 3.5. Jenis Sampel Kokoprak (Sumber : Mohamad Zaini Alif,2003) Tabel 3.7. Jumlah Sampel. No Nama egrang Jenis Jumlah 1. Kokoprak A 10 stick 1 2. Kokoprak B 1 stik 1 Jumlah 2 26

8 Pada pelaksanaan eksperimen tahap lanjut untuk mencari nada, penulis membutuhkan orang yang bergerak dibidang bunyi-bunyian dari bambu seperti, para pengrajin Angklung. Hal ini untuk menghasilkan nada yang akan diperoleh pada eksperimen penggabungan permainan menjadi sebuah kesenian. III.7.2. Teknik Mencari Nada pada Bambu Bambu memiliki ukuran yang berbeda beda, sehingga mengeluarkan bunyi yang berbeda-beda pula. Bambu bisa mengeluarkan bunyi mulai dari rendah, sedang dan tinggi, dibawah ini akan di jelaskan tahapan eksperimen mencari nada pada bambu. Tahap tahap dalam teknik mencari nada dengan bambu, antara lain: Gambar 3.6. Tahap tahap dalam teknik mencari nada dengan bambu. (Sumber : Dokumentasi pribadi) 27

9 Tahap tahap pencarian nada sebagai berikut :1) Pada saat pencarian nada, pegang ¼ bagian atas dari bambu kemudian pukul ¼ bambu bagian bawah untuk mendapatkan nada yang seimbang. 2) Pada bambu terdapat 2 buah suara, pertama suara bambu dan suara udara. Sehingga untuk menggabungkan nada maka suara bambu dan suara udara harus menjadi satu, agar bisa menghasilkan nada yang seimbang. 3) Cocokan bunyi bambu dengan gambang atau piano untuk mendapatkan yang diinginkan seperti, Do-Re-Mi-Fa-So-La-Si-Do.4) Setelah itu toreh bambu untuk mengurangi bagian ujung atas pada bambu dengan cara dipotong. Setiap melakukan mencari nada pada bambu, bambu harus selalu dipukul-pukul ¼ bagiannya untuk mencari bunyi nada yang sesuai dengan suara pada gambang atau piano. 5) Raut bambu sampai mendapatkan bunyi yang sesuai dengan tangga nada yang ada digambang atau piano.6) Bambu yang sudah memiliki nada. III.7.3. Jenis jenis Modul Bunyi yang Jadikan Sumber Bunyi Eksperimen ini akan menggunakan 3 jenis modul bunyi yang akan dicoba sebagai sumber bunyi. Bunyi-bunyi tersebut akan digabungkan pada mainan egrang. (Lihat Gambar 3.7) Gambar 3.7. Jenis jenis modul yang jadikan sumber bunyi (Sumber : Dokumen pribadi) 28

10 Tabel dibawah ini adalah jenis sampel yang disesuaikan dengan bentuk dan suara yang dihasilkannya. (Lihat tabel 3.8). Tabel 3.8. Jenis modul yang sesuai bentuk dan suara yang dihasilkan. No. Jenis Modul Suara yang dihasilkan 1 Tok.tok.tok 2 Kling..Klong 3 Tuk Tak tuk Tak 4. Tek.Tek.Tek. 5 Tek tok tek..tok 29

11 III.7.4 Eksperimen Gabungan Desain Egrang dan Bunyi Nada Gambar 3.8. Eksperimen Gabungan Desain Egrang dan Bunyi Nada (Sumber : Dokumen pribadi) Hasil eksperimen gabungan desain egrang dan bunyi nada pada Gambar 3.8, adalah sebagai berikut: 1. Pada saat pengujian antara egrang dan bunyi nada di setting sesuai tangga nada yang diinginkan. 2. Step disetting sesuai kemampuan si pemain (user). 3. Pastikan bunyi bunyian tidak lepas dari gantungan bambu. 4. Bunyi nada akan muncul serentak dengan langkah egrang. 5. Tabung nada mengeluarkan bunyi dari hasil benturan dengan bambu kecil. 6. Gabungan egrang dan tabung nada mengeluarkan bunyi bunyian yang tidak beraturan. III.8. Studi Ergonomi Dilakukan pengukuran tinggi tubuh pada 2 (dua) kelompok orang dengan posisi berdiri saat menggunakan egrang, sebagai berikut: kelompok rendah dan kelompok tinggi. Berikut ini adalah studi mengenai tinggi badan si pemain (user) dan ukuran tinggi-rendahnya setiap step (kaki-kaki) pada egrang. (lihat gambar 3.9 dan 3.10). 30

12 1. Kelompok Rendah Gambar 3.9. Kelompok rendah dengan ukuran badan 150 cm (ukuran step 30, 70, 100 cm) (Sumber : Dokumen pribadi) 2. Kelompok Tinggi Gambar Kelompok Tinggi dengan ukuran badan 175 cm (ukuran step 30, 50, 100 cm) (Sumber : Dokumen pribadi) Studi ergonomi kelompok rendah dan kelompok tinggi sebagai berikut : 1. Ukuran Tinggi badan cm nyaman menggunakan 1 buah stick dengan ketinggian kakikaki (step) dengan ukuran cm. 2. Ukuran Tinggi badan cm harus menggunakan stick tambahan untuk menggunakan ketinggian kaki-kaki (step) 70, 80, 90,100 cm. 31

13 III.8.1. Ukuran Kaki kaki (step) pada Egrang. Studi ukuran tinggi step pada saat menggunakan egrang sebagai berikut : a b c d Gambar Ukuran kaki kaki (step) pada egrang. (Sumber : Dokumen pribadi) Ukuran kaki kaki (step pada egrang, antara lain : a) Tinggi step = 30 cm, b) Tinggi step = 50 cm, c) Tinggi step = 70 cm, d) Tinggi step = 100 cm. Uji pengukuran step membutuhkan orang yang mahir dalam memainkan egrang, hal tersebut membantu pencarian tinggi step yang akan diterapkan pada desain egrang nantinya. 32

14 III.8.2. Alternatif Desain Alas Kaki kaki (step) Berikut ini adalah macam macam desain alas kaki kaki (step) egrang : Gambar Alternatif desain alas kaki pada egrang. (Sumber : Dokumen pribadi) III.8.3. Jenis Sambungan yang Digunakan pada Egrang Bambu sebagai batang bahan bangunan berbentuk pipa menuntut konstruksi sambungan yang sangat berbeda jika dibandingkan dengan kayu. Melubangi bambu dengan menggunakan paku dapat membelah dan merusak bambu, kecuali jika dibor terlebih dahulu dengan garis tengah (diameter) 0,2 mm. Sistem sambungan yang cocok untuk bambu adalah diikat dengan menggunakan tali. Dibawah ini adalah berbagai macam sambungan yang digunakan untuk desain egrang. (Lihat gambar 3.13) 33

15 a b c Gambar Sambungan yang digunakan pada egrang. Keterangan: (a) Sambungan sisipan, (b) Sambungan dengan bambu di dalam, (c) Sambungan purus berganda. (Sumber : Buku Ilmu Konsturuksi Bambu oleh Heinz Frick) III.9. Jenis dan Bentuk Tutup Pasak yang digunakan pada Egrang Dalam pembuatan egrang penulis menggunakan beberapa jenis bentuk pasak berupa reng kayu bulat ukuran diameter 25 mm, 18 mm, 12 mm. Dibawah ini adalah jenis dan tutup pasak yang digunakan untuk eksperimen egrang. (Lihat Gambar 3.14) 34

16 Gambar Jenis dan Bentuk Tutup Pasak yang Digunakan pada Egrang (jenis pasak No.1 dan 2, bentuk tutup pasak pada no. 3,4 dan 5). (Sumber : Dokumen pribadi) 35

17 III.10. Hasil Eksperimen Gabungan Desain Egrang dan Bunyi Nada Dari hasil eksperimen antara gabungan egrang dan bunyi nada, diperoleh: 1. Setiap langkah egrang mengeluarkan bunyi bunyian nada yang tidak beraturan. 2. Ketinggian egrang cm. 3.Karena keterbatasan si pemain (user) hasil eksperimen antara gabungan egrang masih belum maksimal. 4. Gabungan antara langkah dan bunyi masih belum maksimal. 5. Minimnya pemain (user) yang mahir memainkan egrang. 6. Banyaknya pasak mengakibatkan goyang pada egrang saat dimainkan. 7. Di bawah tumpuan kaki tidak boleh ada sambungan. 8. Sebaiknya sambungan dibuat di atas posisi genggaman tangan untuk menghindari keretakan pada sambungan stick egrang, hal tersebut disebabkan tumpuan tangan dan kaki sangat mempengaruhi saat memainkannya. 9. Angin mempengaruhi keseimbangan saat memainkan egrang. 10. Jointing bambu disesuaikan dengan data literatur yang sudah ada. 11. Ukuran pada kaki-kaki (step) disesuaikan dengan standar antropometri. 12. Sambungan-sambungan pada bambu secara tradisional dapat menggunakan lubang poros dan pasak kayu. 13. Pasak menggunakan reng persegi ukuran 1,5 x 2 cm dan menggunakan reng bulat dengan ukuran diameter 2,5 cm, 2 cm, 1,8 cm dan 1,5 cm. III.11. Aplikasi Hasil Eksperimen pada Desain Egrang Pada dasarnya pertimbangan dalam aplikasi hasil eksperimen egrang memiliki tujuan dan fungsi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat zaman dulu. Namun pada zaman sekarang, masyarakat pada umumnya melihat orang sebagai bentuk tradisi yang memiliki nilai nilai budaya dan historis. Berikut ini merupakan pertimbangan desain egrang yang dapat diaplikasikan dalam bentuk produk. (Lihat Gambar.3.15.) 36

18 Sifat Dan Jenis Bambu Ramai ramaian Sifat Dan Jenis Bahan Fungsi Helaran Bentuk (Image) Egrang EGRANG Mainan Ketangkasan Visual Egrang User Kompetisi Sound (bunyi) Egrang Unisex (10 +) Gambar Skema Pertimbangan Aplikasi pada Desain Egrang. Berdasarkan hasil eksperimen, dapat diperoleh beberapa spesifikasi produk bagi ukuran, image dan bunyi yang dihasilkan, antara lain : 1. Egrang harus menggunakan bambu tali, bambu ini dapat menahan beban seberat 75 kg. 2. Egrang menghasilkan bunyi yang tidak beraturan setiap langkahnya. 3. Egrang diperuntukan bagi anak usia 10 tahun keatas. 4. Beberapa modul egrang yang terpilih menjadi mainan adalah egrang E-5 dan E-7. Pertimbangan aplikasi egrang dari hasil eksperimen yang dilakukan, antara lain: 1. Produk Hiburan, sebagai pendukung acara arak arakan (helaran) dalam pesta rakyat. 2. Produk kompetisi, sebagai produk yang bisa dijadikan ajang lomba lari m. 3.Produk Mainan Ketangkasan, sebagai mainan yang dapat melatih keberanian dan keseimbangan badan. III.12. Studi Antropometri Dalam studi antropometri ini dibedakan berdasarkan tinggi badan pemain yang berukuran 150 cm dan 170 cm pada saat memainkan egrang. (Lihat gambar 3.16) 37

19 (A) (B) Gambar Studi Antropometri dengan tinggi badan 150 cm (Gambar A) dan tinggi badan 170 cm (Gambar B). (Sumber : Dokumen pribadi) III.13. Analisis Eksperimen Dari beberapa alternatif produk egrang, dilakukan pemilihan produk yang akan dibuat dengan menggunakan tabel pemilihan berdasarkan penilaian terhadap peluang aplikasi fungsi yang dapat berinteraksi dengan masyarakat Sunda. Sesuai kebutuhan (needs) dan keinginan (wants). Dari 7 (tujuh) egrang yang dieksperimenkan, terdapat 2 (dua) egrang yang layak dilanjutkan pada tahap pengembangan desain. Dapat dilihat pada (tabel 3.9) 38

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Di Sunda atau Tanah Pasundan yang penuh dengan budaya dan tradisi, mulai dari sistem pernikahan, musik tradisional, wayang kulit, wayang golek, permainan tradisional

Lebih terperinci

BAB IV. KONSEP RANCANGAN

BAB IV. KONSEP RANCANGAN BAB IV. KONSEP RANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN / KOMUNITAS Dalam tataran lingkungan, produk rancangan yang dibuat dengan memanfaatkan limbah kayu palet secara maksimal. Palet kayu biasa digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Alat dan Bahan A. Alat 1. Las listrik 2. Mesin bubut 3. Gerinda potong 4. Gerinda tangan 5. Pemotong plat 6. Bor tangan 7. Bor duduk 8. Alat ukur (Jangka sorong, mistar)

Lebih terperinci

Gambar 5.1. Proses perancangan

Gambar 5.1. Proses perancangan 5. PERANCANGAN SAMBUNGAN BAMBU 5.1. Pendahuluan Hasil penelitian tentang sifat fisik dan mekanik bambu yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa bambu, khususnya bambu tali, cukup baik untuk digunakan sebagai

Lebih terperinci

Bab 5 Kesimpulan dan Saran

Bab 5 Kesimpulan dan Saran Bab 5 Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan Desain konstruksi yang telah dilakukan dalam tugas akhir ini membuktikan bahwa anggaran yang besar tidak diperlukan untuk mendesain suatu bangunan tahan gempa.

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM

BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan perilaku struktur bambu akibat beban rencana. Pengujian menjadi penting karena bambu merupakan material yang tergolong

Lebih terperinci

1 Asimetri Kemampuan usia 4 bulan. selalu meletakkan pipi ke alas secara. kedua lengan dan kepala tegak, dan dapat

1 Asimetri Kemampuan usia 4 bulan. selalu meletakkan pipi ke alas secara. kedua lengan dan kepala tegak, dan dapat Perkembangan gerakan kasar Bulan Pencapaian Titik Pencapaian 1 Asimetri Kemampuan usia 4 bulan 2 Setengah miring jika dalam posisi tengkurap, selalu meletakkan pipi ke alas secara bergantian disebut titik

Lebih terperinci

Alat Musik Bambu Asli Indonesia Yang Hampir Punah

Alat Musik Bambu Asli Indonesia Yang Hampir Punah Alat Musik Bambu Asli Indonesia Yang Hampir Punah Bambu merupakan tanaman yang ditemui di Indonesia, dimana terdapat sekitar 60 spesies bambu dari sekitar 1000 spesies bambu di dunia. Indonesia sendiri

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Perencanaan rancangan produk perlu mengetahui karakteristik

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Perencanaan rancangan produk perlu mengetahui karakteristik 15 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Perancangan Alat Perencanaan rancangan produk perlu mengetahui karakteristik perancangan dan perancangnya. Beberapa karakteristik perancangan, yaitu: 1. Berorientasi

Lebih terperinci

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot Kebugaran jasmani harus dipenuhi oleh setiap orang. Kebugaran jasmani merupakan pendukung keberhasilan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Latihan kebugaran jasmani meliputi daya tahan, kekuatan, kelenturan,

Lebih terperinci

POMPA BAMBU 1. PENDAHULUAN 2. URAIAN SINGKAT 3. BAHAN

POMPA BAMBU 1. PENDAHULUAN 2. URAIAN SINGKAT 3. BAHAN POMPA BAMBU 1. PENDAHULUAN Di daerah pedesaan sebagian besar cara pengambilan air terdiri dari sumur masih menggunakan timba. Hal ini kurang menguntungkan bila dihitung dari segi waktu dan tenaga yang

Lebih terperinci

Lompat Jauh. A. Pengertian Lompat Jauh

Lompat Jauh. A. Pengertian Lompat Jauh Lompat Jauh A. Pengertian Lompat Jauh Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompat dari cabang olahraga atletik yang paling populer dan paling sering dilombakan dalam kompetisi kelas dunia, termasuk Olimpiade.

Lebih terperinci

POMPA HISAP SISTIM BALOK PENJEPIT

POMPA HISAP SISTIM BALOK PENJEPIT POMPA HISAP SISTIM BALOK PENJEPIT 1. PENDAHULUAN Di daerah pedesaan sebagian besar cara pengambilan air terdiri dari sumur masih menggunakan timba. Hal ini kurang menguntungkan bila dihitung dari segi

Lebih terperinci

POMPA TALI 1. PENDAHULUAN 2. URAIAN SINGKAT 3. BAHAN 4. PERALATAN

POMPA TALI 1. PENDAHULUAN 2. URAIAN SINGKAT 3. BAHAN 4. PERALATAN POMPA TALI 1. PENDAHULUAN Di daerah pedesaan sebagian besar cara pengambilan air terdiri dari sumur masih menggunakan timba. Hal ini kurang menguntungkan bila dihitung dari segi waktu dan tenaga yang dipakai

Lebih terperinci

WORKING PLAN SIMPLE WALL SHELF S001

WORKING PLAN SIMPLE WALL SHELF S001 A DESKRIPSI PRODUK Simple Wall Shelf berukuran jadi 1.200 x 200 x 50 mm. Ukuran panjang dan lebar bisa ditambah/dikurangi sesuai dengan rencana penempatan anda. Varian ukuran panjang adalah 1.000 1.400mm,

Lebih terperinci

APROKSIMASI KESALAHAN

APROKSIMASI KESALAHAN APROKSIMASI KESALAHAN 1. Sebuah rumah berbentuk persegi panjang, panjangnya 12,0 meter dan lebarnya 7,5 meter. Luas maksimumnya adalah... a. 80,50 m 2 b. 89,40 m 2 c. 90,00 m 2 d. 90,39 m 2 e. 90,98 m

Lebih terperinci

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perusahaan PT.VIP (Visi Indah Prima) yang bergerak di bidang sarana kebugaran dan pembuatan alat olahraga. Perusahaan tersebut adalah perusahaan yang berkecimpung dalam bidang pembuatan alat olahraga

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN digilib.uns.ac.id 38 BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses PembuatanTabung Peniris Luar dan tutup Tabung luar peniris dan tutup peniris (Gambar 4.1) terbuat dari plat stainless steel berlubang dengan

Lebih terperinci

Perancangan Batang Desak Tampang Ganda Yang Ideal Pada Struktur Kayu

Perancangan Batang Desak Tampang Ganda Yang Ideal Pada Struktur Kayu Perancangan Batang Desak Tampang Ganda Yang Ideal Pada Struktur Kayu Arusmalem Ginting Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Janabadra Yogyakarta Jurnal Janateknika Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

8. PEMBAHASAN UMUM DAN REKOMENDASI Pembahasan Umum

8. PEMBAHASAN UMUM DAN REKOMENDASI Pembahasan Umum 8. PEMBAHASAN UMUM DAN REKOMENDASI 8.1. Pembahasan Umum Penggunaan bambu sebagai bahan bangunan bukan merupakan hal yang baru, tetapi pemanfaatannya pada umumnya hanya dilakukan berdasarkan pengalaman

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di 22 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan 20 22 Maret 2013 di Laboratorium dan Perbengkelan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bambu merupakan tanaman dari famili rerumputan (Graminae) yang banyak dijumpai dalam kehidupan manusia, termasuk di Indonesia. Secara tradisional bambu dimanfaatkan untuk

Lebih terperinci

DINDING DINDING BATU BUATAN

DINDING DINDING BATU BUATAN DINDING Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi memisahkan/ membentuk ruang. Ditinjau dari segi struktur dan konstruksi, dinding ada yang berupa dinding partisi/ pengisi (tidak menahan

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN Perancangan atau desain mesin pencacah serasah tebu ini dimaksudkan untuk mencacah serasah yang ada di lahan tebu yang dapat ditarik oleh traktor dengan daya 110-200

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bambu telah banyak digunakan untuk berbagai macam konstruksi oleh masyarakat Indonesia, khususnya di daerah pedesaan. Hal ini dikarenakan bambu memiliki sifat-sifat

Lebih terperinci

Tugas Akhir SUBMERSIBLE PUMP TEKNOLOGI TEPAT GUNA DENGAN MENGGUNAKAN KINCIR ANGIN

Tugas Akhir SUBMERSIBLE PUMP TEKNOLOGI TEPAT GUNA DENGAN MENGGUNAKAN KINCIR ANGIN Tugas Akhir SUBMERSIBLE PUMP TEKNOLOGI TEPAT GUNA DENGAN MENGGUNAKAN KINCIR ANGIN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemanfaatan tenaga angin di Indonesia belum begitu optimal, walaupun di beberapa daerah sudah

Lebih terperinci

Gambar 15. Gambar teknik perontok padi hasil rancangan (O-Belt Thresher) 34

Gambar 15. Gambar teknik perontok padi hasil rancangan (O-Belt Thresher) 34 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Prototipe Perontok Padi Tipe Pedal Hasil Rancangan (O-Belt Thresher) Prototipe perontok padi ini merupakan modifikasi dari alat perontok padi (threadle thresher) yang sudah ada.

Lebih terperinci

KEGIATAN BELAJAR I MEMBUAT KONSTRUKSI KUDA-KUDA KAYU

KEGIATAN BELAJAR I MEMBUAT KONSTRUKSI KUDA-KUDA KAYU KEGIATAN BELAJAR I MEMBUAT KONSTRUKSI KUDA-KUDA KAYU A. LEMBAR INFORMASI Bahan untuk kuda-kuda kayu ini harus dipilih dari kayu yang baik dan ukurannya mencukupi dengan ukuran yang dibutuhkan. Untuk kudakuda

Lebih terperinci

V. ULASAN KARYA PERANCANGAN A. Konsep Perancangan Dalam proses perancangan desain furniture dengan tujuan untuk pemberian nilai baru dengan menggunakan desain mainan tradisional yang sekarang sudah jarang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal yang paling menonjol dari perkembangan IT saat ini adalah aplikasi pada platform

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal yang paling menonjol dari perkembangan IT saat ini adalah aplikasi pada platform BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Derasnya arus perkembangan dunia IT dewasa ini tidak hanya dimanfaatkan dalam dunia bisnis, industri dan perfilman namun telah menyeluruh ke semua bidang. Hal yang

Lebih terperinci

GABRIEL FAKRIMAR

GABRIEL FAKRIMAR STUDI PERILAKU KEKUATAN SAMBUNGAN PADA PORTAL BAMBU AKIBAT BEBAN HORIZONTAL JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA GABRIEL FAKRIMAR 3105

Lebih terperinci

RANCANGAN VISUALISASI TEKNIK MEMAINKAN ANGKLUNG

RANCANGAN VISUALISASI TEKNIK MEMAINKAN ANGKLUNG RANCANGAN VISUALISASI TEKNIK MEMAINKAN ANGKLUNG Indry Mardiana 1) Shanti Herliani 2) 1,2) Teknik Informatika Universitas Pasundan Bandung Jl Setiabudhi 193 Bandung 40153 Email : mardiana.indry@mail.unpas.ac.id

Lebih terperinci

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas Kekuatan otot adalah tenaga, gaya, atau tegangan yang dapat dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot pada suatu kontraksi dengan beban maksimal. Otot-otot tubuh

Lebih terperinci

DALAM KEGIATAN BRIDGING COURSE

DALAM KEGIATAN BRIDGING COURSE PERMAINAN CHARACTER BUILDING DALAM KEGIATAN BRIDGING COURSE SMP NEGERI 1 BOGOR TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SIMULASI : 1 : - : 2 orang berpasangan : 5 menit : 1. Mengembangkan rasa percaya diri 2. Mengembangkan

Lebih terperinci

V.HASIL DAN PEMBAHASAN

V.HASIL DAN PEMBAHASAN V.HASIL DAN PEMBAHASAN A.KONDISI SERASAH TEBU DI LAHAN Sampel lahan pada perkebunan tebu PT Rajawali II Unit PG Subang yang digunakan dalam pengukuran profil guludan disajikan dalam Gambar 38. Profil guludan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN :

PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN : PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN : Kompetensi Keahlian : Hari / Tanggal : Teknik Gambar Bangunan Kelas / Jurusan : III / Teknik Gambar Bangunan Waktu

Lebih terperinci

Pengertian Lari Estafet

Pengertian Lari Estafet Pengertian Lari Estafet Lari sambung atau lari estafet adalah salah satu lomba lari pada perlombaan atletik yang dilaksanakan secara bergantian atau beranting. Lari ini dilakukan bersambung dan bergantian

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN digilib.uns.ac.id BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Skema Alur Kerja Pembuatan - Skema proses pembuatan alat pneumatik transfer station adalah alur kerja proses pembuatan alat pneumatik transfer station

Lebih terperinci

6. EVALUASI KEKUATAN KOMPONEN

6. EVALUASI KEKUATAN KOMPONEN 6. EVALUASI KEKUATAN KOMPONEN 6.1. Pendahuluan Pada dasarnya kekuatan komponen merupakan bagian terpenting dalam perencanaan konstruksi rangka batang ruang, karena jika komponen tidak dapat menahan beban

Lebih terperinci

POMPA HISAP SISTIM PENGELASAN

POMPA HISAP SISTIM PENGELASAN POMPA HISAP SISTIM PENGELASAN 1. PENDAHULUAN Di daerah pedesaan sebagian besar cara pengambilan air terdiri dari sumur masih menggunakan timba. Hal ini kurang menguntungkan bila dihitung dari segi waktu

Lebih terperinci

AGRICULTURAL & HORTICULTURAL MATERIALS

AGRICULTURAL & HORTICULTURAL MATERIALS AGRICULTURAL & HORTICULTURAL MATERIALS Tunnel Pipe (Sungkup) Dengan produk berkualitas tinggi, Tunnel Pipe sudah dipakai oleh konsumen di Jepang lebih dari 40 tahun. Bayam Organik Strawberry Selada Organik

Lebih terperinci

KONSTRUKSI DINDING BAMBU PLASTER Oleh Andry Widyowijatnoko Mustakim Departemen Arsitektur Institut Teknologi Bandung

KONSTRUKSI DINDING BAMBU PLASTER Oleh Andry Widyowijatnoko Mustakim Departemen Arsitektur Institut Teknologi Bandung MODUL PELATIHAN KONSTRUKSI DINDING BAMBU PLASTER Oleh Andry Widyowijatnoko Mustakim Departemen Arsitektur Institut Teknologi Bandung Pendahuluan Konsep rumah bambu plester merupakan konsep rumah murah

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN Pada bab ini akan dibahas mengenai pembuatan dan pengujian alat yang selanjutnya akan di analisa, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dan untuk

Lebih terperinci

MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR

MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR Telah disebutkan bahwa pada jalan rel perpindahan jalur dilakukan melalui peralatan khusus yang dikenal sebagai wesel. Apabila dua jalan rel yang terletak pada satu bidang saling

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN

PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN NO. 0081T/Bt/1995 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA PRAKATA Sejalan dengan mekanisme perencanaan Proyek

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai April 2015

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai April 2015 17 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai April 2015 bertempat di Laboratorium Daya dan Alat Masin Pertanian (DAMP) dan Laboratorium

Lebih terperinci

1. PENGENALAN ALAT KERJA BANGKU

1. PENGENALAN ALAT KERJA BANGKU 1. PENGENALAN ALAT KERJA BANGKU A. Tujuan 1. Menyebutkan macam-macam jenis alat tangan dan fungsinya. 2. Menyebutkan bagian-bagian dari alat-alat tangan pada kerja bangku. 3. Mengetahui bagaimana cara

Lebih terperinci

Pembuatan dan Penggunaan ALAT PERAGA SEDERHANA FISIKA SMP LISTRIK MAGNET

Pembuatan dan Penggunaan ALAT PERAGA SEDERHANA FISIKA SMP LISTRIK MAGNET Pembuatan dan Penggunaan ALAT PERAGA SEDERHANA FISIKA SMP LISTRIK MAGNET Oleh : Drs. Sutrisno, M.Pd. JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Proses Pembuatan Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih dahulu harus mengetahui masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN 4.1 Proses Produksi Produksi adalah suatu proses memperbanyak jumlah produk melalui tahapantahapan dari bahan baku untuk diubah dengan cara diproses melalui prosedur kerja

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. teknik-teknik dasar dan teknik-teknik lanjutan untuk bermain bola voli secara

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. teknik-teknik dasar dan teknik-teknik lanjutan untuk bermain bola voli secara BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakikat Bola Voli Permainan bola voli merupakan suatu permainan yang kompleks yang tidak mudah untuk dilakukan oleh setiap orang. Diperlukan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR DAN KEPADATAN PADA CAMPURAN TANAH SEMEN

METODE PENGUJIAN HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR DAN KEPADATAN PADA CAMPURAN TANAH SEMEN METODE PENGUJIAN HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR DAN KEPADATAN PADA CAMPURAN TANAH SEMEN 1. Ruang Lingkup a. Metode ini meliputi pengujian untuk mendapatkan hubungan antara kadar air dan kepadatan pada campuran

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk

Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk LAMPIRAN Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk 85 KERANGKA MATERI VIDEO PEMBELAJARAN MUSIK TRADISIONAL NUSANTARA Materi Pengertian Musik Tradisional Nusantara Lagu Tradisional Nusantara Penggolongan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Fenomena Dasar Mesin (FDM) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 3.2.Alat penelitian

Lebih terperinci

BULU TANGKIS Guru Pendamping : Bapak Hendra

BULU TANGKIS Guru Pendamping : Bapak Hendra KLIPING BULU TANGKIS Guru Pendamping : Bapak Hendra Disusun Oleh : Nama : Zurpa Kelas : X MIPA 5 SMA N 2 BATANG HARI BULU TANGKIS Bulu tangkis atau badminton adalah suatu olahraga raket yang dimainkan

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN Pekerjaan Bekisting Raka Pratama

METODE PELAKSANAAN Pekerjaan Bekisting Raka Pratama METODE PELAKSANAAN Pekerjaan Bekisting Raka Pratama 1. Pekerjaan Bekisting Kolom 1.1. Bahan: Kayu Suri 6/12 Plywood FF 4 x 8 x 15 mm Balok ganjal Minyak Bekisting Paku 5, 7, 10 cm 1.2. Alat-alat: Gergaji/

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN SISTEM PERPIPAAN UNTUK PENYIRAMAN TANAMAN BUNGA KEBUN VERTIKAL

BAB IV PEMBUATAN SISTEM PERPIPAAN UNTUK PENYIRAMAN TANAMAN BUNGA KEBUN VERTIKAL BAB IV PEMBUATAN SISTEM PERPIPAAN UNTUK PENYIRAMAN TANAMAN BUNGA KEBUN VERTIKAL Bab ini berisikan tentang proses pembuatan sistem perpipaan untuk penyiraman bunga kebun vertikal berdasarkan hasil perancangan

Lebih terperinci

STUDI ORGANOLOGI INSTRUMEN ANGKLUNG DIATONIS BUATAN HANDIMAN DIRATMASASMITA

STUDI ORGANOLOGI INSTRUMEN ANGKLUNG DIATONIS BUATAN HANDIMAN DIRATMASASMITA STUDI ORGANOLOGI INSTRUMEN ANGKLUNG DIATONIS BUATAN HANDIMAN DIRATMASASMITA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Seni Musik Agustika

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini akan dibahas analisis dan interpretasi hasil yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan pengolahan data. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan

Lebih terperinci

MODUL 8 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MEMAHAT) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs.

MODUL 8 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MEMAHAT) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. MODUL 8 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N () TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO LEMBAR KERJA SISWA 8 Bentuk-bentuk pahat Dibuat dari baja karbon

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. untuk alat transportasi, yaitu delman. Delman merupakan alat transportasi yang

PENDAHULUAN. untuk alat transportasi, yaitu delman. Delman merupakan alat transportasi yang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia kuda umumnya dimanfaatkan tenaganya sebagai penghela untuk alat transportasi, yaitu delman. Delman merupakan alat transportasi yang masih banyak ditemui di

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flow Chart Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Mulai Studi Literatur Perencanaan dan Desain Perhitungan Penentuan dan Pembelian Komponen Proses Pengerjaan Proses Perakitan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan bulan Januari 2012 di bengkel Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

Membangun kincir air tipe Pusair untuk irigasi desa

Membangun kincir air tipe Pusair untuk irigasi desa Konstruksi dan Bangunan Membangun kincir air tipe Pusair untuk irigasi desa Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor : 360/KPTS/M/2004 Tanggal : 1 Oktober 2004 DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMBUATAN

BAB III METODE PEMBUATAN BAB III METODE PEMBUATAN 3.1. Metode Pembuatan Metodologi yang digunakan dalam pembuatan paratrike ini, yaitu : a. Studi Literatur Sebagai landasan dalam pembuatan paratrike diperlukan teori yang mendukung

Lebih terperinci

Contoh Alat Musik Ritmis dan Melodis

Contoh Alat Musik Ritmis dan Melodis Contoh Alat Musik Ritmis dan Melodis 1. ALAT MUSIK RITMIS CONTOH ALAT MUSIK RITMIS Ada beberapa contoh alat musik ritmis tang sering digunakan untuk mengiringi sebuah lagu. 1. GENDANG Gendang atau kendang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahan-bahanyang

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS Pada pembahasan Orisinalitas, penulis ingin mengulas beberapa referensi-referensi artistik event atau Festival. Seperti pada Komunitas konser kampung adalah komunitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin BAB III METODE PROYEK AKHIR A. Waktu dan Tempat Tempat pembuatan dan perakitan mesin pemotong kerupuk ini di lakukan di Bengkel Kurnia Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahan-bahanyang

Lebih terperinci

memudahkan dan menajamin ketelitian pekerjaan di lapangan. Tahapan pekerjaan

memudahkan dan menajamin ketelitian pekerjaan di lapangan. Tahapan pekerjaan BAB III METODE PEMASANGAN BALOK SUSULAN 3.1 Umum Pemasangan balok susulan diharapkan dapat mengkondisikan balok susulan tersebut bekerja seperti balok yang seharusnya ada, sesuai dengan perencanaan semula.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan gambaran proses yang saling berkaitan mulai dari identifikasi masalah sampai kesimpulan yang diambil dari sebuah penelitian. Metodologi penelitian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER

Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER LAMPIRAN 60 Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER Tanggal: Lokasi: Nama: Usia: (L/P) tahun 1. Lama penyemprotan (per proses): 3 jam 2.

Lebih terperinci

OPTIMALISASI DESAIN JEMBATAN LENGKUNG (ARCH BRIDGE) TERHADAP BERAT DAN LENDUTAN

OPTIMALISASI DESAIN JEMBATAN LENGKUNG (ARCH BRIDGE) TERHADAP BERAT DAN LENDUTAN OPTIMALISASI DESAIN JEMBATAN LENGKUNG (ARCH BRIDGE) TERHADAP BERAT DAN LENDUTAN Sugeng P. Budio 1, Retno Anggraini 1, Christin Remayanti 1, I Made Bayu Arditya Widia 2 1 Dosen / Jurusan Teknik Sipil /

Lebih terperinci

MEMASANG RANGKA DAN PENUTUP PLAFON

MEMASANG RANGKA DAN PENUTUP PLAFON KODE MODUL KYU.BGN.214 (2) A Milik Negara Tidak Diperdagangkan SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK BANGUNAN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK INDUSTRI KAYU MEMASANG RANGKA DAN PENUTUP PLAFON DIREKTORAT

Lebih terperinci

Sejarah Lempar Lembing

Sejarah Lempar Lembing Sejarah Lempar Lembing Lempar lembing merupakan suatu aktivitas yang menuntut kecekatan dan kekuatan dalam melempar. Medianya berupa lembing, yaitu sejenis tombak, tapi lebih ringan dan kecil. Awal mulanya,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Untuk mempermudah perancangan Tugas Akhir, maka dibuat suatu alur

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Untuk mempermudah perancangan Tugas Akhir, maka dibuat suatu alur BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1 Bagan Alir Perancangan Untuk mempermudah perancangan Tugas Akhir, maka dibuat suatu alur sistematika perancangan struktur Kubah, yaitu dengan cara sebagai berikut: START

Lebih terperinci

BESARAN DAN SATUAN. 1. Pengertian Mengukur

BESARAN DAN SATUAN. 1. Pengertian Mengukur BESARAN DAN SATUAN 1. Pengertian Mengukur Pada zaman dahulu, orang-orang menggunakan anggota tubuhnya untuk mengukur besaran panjang. Misalnya, bangsa Mesir Kuno mendefinisikan standar besaran panjang

Lebih terperinci

PETA KEDUDUKAN MODUL

PETA KEDUDUKAN MODUL KATA PENGANTAR Modul dengan judul Membuat Konstruksi Bangunan Kayu merupakan bahan ajar yang digunakan sebagai panduan praktikum peserta diklat (siswa) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk membentuk salah

Lebih terperinci

III. KEGIATAN BELAJAR 3 PEMBUATAN POLA DAN INTI. Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu menjelaskan pembuatan pola dan inti pada proses pengecoran.

III. KEGIATAN BELAJAR 3 PEMBUATAN POLA DAN INTI. Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu menjelaskan pembuatan pola dan inti pada proses pengecoran. III. KEGIATAN BELAJAR 3 PEMBUATAN POLA DAN INTI A. Sub Kompetensi Pembuatan pola dan inti dapat dijelaskan dengan benar B. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu menjelaskan

Lebih terperinci

Tata cara pemasangan dan pembacaan alat ukur regangan tanah

Tata cara pemasangan dan pembacaan alat ukur regangan tanah Tata cara pemasangan dan pembacaan alat ukur regangan tanah 1 Ruang lingkup Pedoman ini menetapkan tata cara pemasangan dan pembacaan alat ukur regangan tanah untuk digunakan sebagai acuan dan pegangan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat dan Bahan A. Alat dan bahan 1. Mesin las listrik 2. Mesin bubut 3. Gerinda potong 4. Gerinda tangan 5. Pemotong plat 6. Bor tangan 7. Alat ukur (jangka sorong, mistar)

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESAIN PENGGETAR MOLE PLOW Prototip mole plow mempunyai empat bagian utama, yaitu rangka three hitch point, beam, blade, dan mole. Rangka three hitch point merupakan struktur

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Lempar Lembing Lempar lembing merupakan salah satu nomor pada cabang olahraga atletik yang diperlombakan dalam perlombaan nasional maupun internasional, baik untuk putra

Lebih terperinci

luas lantai bangunan dikalikan satuan harga per m2 nya. Satuan harga bangunan

luas lantai bangunan dikalikan satuan harga per m2 nya. Satuan harga bangunan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Rencana Anggaran Biaya (RAB) Perhitungan rencana anggaran biaya diperlukan untuk setiap pekerjaan dalam suatu proyek konstruksi, sehingga diperoleh biaya total yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB XI KUDA-KUDA DAN ATAP

BAB XI KUDA-KUDA DAN ATAP A. Kuda-Kuda BAB XI KUDA-KUDA DAN ATAP 1. Pendahuluan Konstruksi kuda-kuda ialah suatu susunan rangka batang yang berfungsi untuk mendukung beban atap termasuk juga beratnya sendiri dan sekaligus dapat

Lebih terperinci

Disusun Oleh : Oka Dwi Nugroho ( ) Modul Siswa

Disusun Oleh : Oka Dwi Nugroho ( ) Modul Siswa Disusun Oleh : Oka Dwi Nugroho (111134005) Modul Siswa Standar Kompetensi 5. Menerapkan konsep energi gerak Kompetensi Dasar 5.1 Membuat kincir angin untuk menunjukkan bentuk Indikator Membuat salah satu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1. Tempat Pelaksanaan Tempat yang akan di gunakan untuk perakitan dan pembuatan sistem penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi Universitas

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KONSUMSI ENERGI PADA PROSES PEMINDAHAN BAHAN SECARA MANUAL

PERBANDINGAN KONSUMSI ENERGI PADA PROSES PEMINDAHAN BAHAN SECARA MANUAL PERBANDINGAN KONSUMSI ENERGI PADA PROSES PEMINDAHAN BAHAN SECARA MANUAL Otong Andi Juhandi (30402785) Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma Kontak Person : Otong Andi

Lebih terperinci

3. Bagian-Bagian Atap Bagian-bagian atap terdiri atas; kuda-kuda, ikatan angin, jurai, gording, sagrod, bubungan, usuk, reng, penutup atap, dan

3. Bagian-Bagian Atap Bagian-bagian atap terdiri atas; kuda-kuda, ikatan angin, jurai, gording, sagrod, bubungan, usuk, reng, penutup atap, dan 3. Bagian-Bagian Atap Bagian-bagian atap terdiri atas; kuda-kuda, ikatan angin, jurai, gording, sagrod, bubungan, usuk, reng, penutup atap, dan talang. a. Gording Gording membagi bentangan atap dalam jarak-jarak

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT TANAM BENIH JAGUNG ERGONOMIS DENGAN TUAS PENGUNGKIT

RANCANG BANGUN ALAT TANAM BENIH JAGUNG ERGONOMIS DENGAN TUAS PENGUNGKIT RANCANG BANGUN ALAT TANAM BENIH JAGUNG ERGONOMIS DENGAN TUAS PENGUNGKIT Rindra Yusianto Fakultas Teknik, Universitas Dian Nuswantoro, Semarang 50131 E-mail : rindrayusianto@yahoo.com ABSTRAK Salah satu

Lebih terperinci

4. PERILAKU TEKUK BAMBU TALI Pendahuluan

4. PERILAKU TEKUK BAMBU TALI Pendahuluan 4. PERILAKU TEKUK BAMBU TALI 4.1. Pendahuluan Dalam bidang konstruksi secara garis besar ada dua jenis konstruksi rangka, yaitu konstruksi portal (frame) dan konstruksi rangka batang (truss). Pada konstruksi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun KATA PENGANTAR Modul dengan judul Memasang Cerobong Udara merupakan bahan ajar yang digunakan sebagai panduan praktikum peserta diklat (siswa) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk membentuk salah satu

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH Proses pembuatan rangka pada mesin pemipih dan pemotong adonan mie harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut meliputi gambar kerja, bahan,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Antropometri Petani Wanita Kecamatan Dramaga Pengambilan data dilakukan secara acak dengan mengunjungi subjek yang ada di tiap-tiap desa, baik dengan langsung bertemu dengan

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA Untuk mendapatkan koefisien gesek dari saluran pipa berpenampang persegi, nilai penurunan tekanan (pressure loss), kekasaran pipa dan beberapa variabel

Lebih terperinci