SERTIFIKASI BENIH JAGUNG KOMPOSIT (Zea mays L) DI BALAI PENGAWASAN DAN SERTIFIKASI BENIH JAWA TENGAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SERTIFIKASI BENIH JAGUNG KOMPOSIT (Zea mays L) DI BALAI PENGAWASAN DAN SERTIFIKASI BENIH JAWA TENGAH"

Transkripsi

1 SERTIFIKASI BENIH JAGUNG KOMPOSIT (Zea mays L) DI BALAI PENGAWASAN DAN SERTIFIKASI BENIH JAWA TENGAH TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Ahli Madya Pertanian Di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jurusan / Program Studi Agribisnis Hortikultura Dan Arsitektur Pertamanan Disusun Oleh : MOH NURCAHYONO SAMADYO H PROGRAM DIPLOMA III FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

2 PENGESAHAN Yang bertanda tangan di bawah ini telah membaca Laporan Tugas Akhir dengan Judul : SERTIFIKASI BENIH JAGUNG KOMPOSIT (Zea mays L) DI BALAI PENGAWASAN DAN SERTIFIKASI BENIH JAWA TENGAH Yang dipersiapkan dan disusun oleh : MOH NURCAHYONO SAMADYO H Telah dipertahankan di depan dosen penguji pada tanggal :... Dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima. Ketua Penguji Anggota Ir. Eddy Triharyanto, MP NIP Drs. Sugiono, MP.. NIP Surakarta, Mei 2011 Universitas Sebelas Maret Surakarta Fakultas Pertanian Dekan, Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS. NIP ii

3 KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas taufik dan hidayatnya penulis mampu menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini. Dalam menyelesaikan penulisan laporan Tugas Akhir ini tentunya tidaklah lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bapak Ir. Heru Irianto, MM selaku Ketua Program Studi DIII Agribisnis Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Bapak Ir. Panut Sahari, MP selaku Ketua Minat Program Studi DIII Agribisnis Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Bapak Ir. Eddy Triharyanto, MP selaku Dosen Pembimbing. 5. Bapak Jarwo selaku penanggung jawab di Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Jawa Tengah. 6. Ayah, Ibu serta semua keluarga yang ada di rumah, terima kasih atas semua kasih sayang dan dorongan semangat yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang menuju sempurnanya laporan ini senantiasa kami harapkan. Akhir kata, penulis mohon maaf bila dalam laporan ini terdapat katakata yang kurang berkenan. Harapan penulis, semoga laporan ini dapat bemanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca semua pada umumnya. Surakarta, Mei 2011 Penulis iii

4 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan Tujuan Umum Tujuan Khusus... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA... 4 III. TATALAKSANA PELAKSANAAN A. Tempat Dan Waktu Pelaksanaan B. Cara Pelaksanaan Magang Penentuan Lokasi Kegiatan Praktek Magang Pelaksanaan Kegiatan Magang C. Teknik Pengumpulan data Observasi Wawancara Pelaksanaan Kegiatan Magang Studi Pustaka D. Jenis dan Sumber Data IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Perusahaan Sejarah Umum Perusahaan Letak geografis Struktur Organisasi BPSB Fungsi Perusahaan iv

5 5. Kegiatan umum Perusahaan B. Prosedur Sertifikasi Benih Permohonan sertifikasi Benih Pemeriksaan permohonan sertifikasi Persyaratan pengujian lapang Pemeriksaan pengujian Lapang Pemberian Sertifikasi dan pengujian laboratorium Pemasangan Lebel dan Segel V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN v

6 DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Tahapan berdirinya BPSB Jawa Tengah Tabel 4.2 Standar pengujian Laboratorium benih jagung vi

7 DAFTAR GAMBAR Gambar 4.1 Struktur Organisasi BPSB Jawa Tengah vii

8 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian sangat berperan dalam perekonomian nasional, baik ditinjau dari peranannya dalam pendapatan nasional, penyerapan tenaga kerja, maupun prospek pasar, sekarang ini kegiatan budidaya tanaman hortikultura meliputi sayuran dan buah-buahan semakin banyak diusahakan oleh petani. Kegiatan budidaya tanaman pangan dan tanaman hortikultura semakin ditingkatkan oleh petani karena komoditas ini mampu memberikan keuntungan lebih tinggi dibandingkan dengan usaha-usaha yang lainnya. Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan petani, pemerintah telah menetapkan kebijakan dalam memilih urutan jenis tanaman pertanian hortikultura. Untuk menentukan jenis tanaman itu pemerintah menyusun beberapa pedoman, sebagai berikut mengutamakan jenis tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, dalam rangka meningkatkan pendapatan petani, baik untuk konsumsi dalam negeri maupun luar negeri, memberi kesempatan tenaga kerja lebih banyak maupun prospek pasar dan pemasaran yang baik dapat mempertinggi nilai gizi masyarakat diantaranya komoditi tanaman jagung. Pemerintah telah mengupayakan dalam hal ini untuk meningkatkan mutu benih dengan adanya Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) memiliki kegiatan pelayanan masyarakat meliputi penilaian kultivar, sertifikasi benih, pengujian laboratorium, pengawasan peredaran benih. Pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan perundang-undangan. Pemerintah merupakan lembaga pelayanan publik terkait dengan tugas dan fungsinya, aparatur pemerintah dituntut untuk dapat memberikan pelayanan prima kepada masyarakat dalam melakukan sertifikasi benih. Sertifikasi merupakan salah satu pelayanan publik yang dilakukan oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) untuk memperoleh standar mutu benih demi kelancaran proses produksi pertanian. Kebutuhan benih bersertifikat semakin meningkat dengan adanya kualitas serta kuantitas yang tercapai pada proses produksi pertanian. Sertifikasi benih dilakukan untuk menjamin kualitas benih tanaman dan meningkatkan penggunaan benih yang berkualitas. Sertifikasi terhadap benih yang akan diedarkan atau digunakan meliputi: sertifikasi sumber

9 benih, sertifikasi mutu benih dan sertifikasi kesehatan benih. Sertifikasi kesehatan benih hanya dilakukan untuk benih yang berasal dari luar negeri. Kegiatan sertifikasi benih yang dilakukan oleh pihak BPSB Jawa Tengah ini meliputi kegiatan sertifikasi tanaman pangan, tanaman hortikultura (tanaman sayuran, buah-buahan, hias, obat, terna) dan tanaman tahunan. Jagung (Zea mays L) termasuk tanaman serealia yang bebas diperdagangkan dan dapat dikonsumsi dalam berbagai bentuk olahan sederhana hingga olahan bergengsi tinggi. Ragam jenis makanan selingan seperti jagung manis dan jagung pop corn tersebar di pedesaan dan perkotaan. Tepung jagung produksi industri bahan setengah jadi banyak dipergunakan oleh berbagai jenis industri antara lain jenis makanan ringan kerupuk, pabrik biskuit, barbeque, mie, roti, spagheti, es krim, bumbu masak, kecap, saus, tauco, soun, pemanis, minuman penyegar, sirup dan minyak sawit. Industri runsun pakan ternak, unggas dan ikan berkembang pesat pada tahun 1985, memenuhi perubahan pola konsumsi masyarakat yang meningkat terhadap konsumsi daging, telur dan susu sebagai akibat meningkatnya inovasi teknologi biologi, kimia dan pendapatan masyarakat. Sejalan dengan itu permintaan jagung meningkat di dalam negeri maupun permintaan exspor ke luar negeri. Jagung merupakan salah satu komuditas tanaman pangan yang mempunyai peranan strategis dalam pembangunan dan perekonomian Indonesia. Komuditas ini mempunyai fungsi multiguna, baik untuk pangan maupun pakan. Penggunaan jagung untuk pakan mencapai 50% dari total kebutuhan. Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas jagung adalah mengembangkan varietas unggul yang berdaya hasil tinggi dan adaptif pada kondisi lingkungan tertentu. Untuk itu diperlukan benih bermutu prima. Kemudahan memperoleh benih unggul bermutu merupakan insentif yang diperlukan petani untuk meningkatkan produksi jagungnya. B. Tujuan 1. Tujuan Umum a. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai hubungan antara teori dengan penerapannya di dunia kerja (lapangan) serta faktor-faktor yang mempengaruhinya sehingga dapat merupakan bekal bagi mahasiswa setelah terjun di masyarakat. b. Meningkatkan ketrampilan dan pengalaman kerja di bidang agribisnis. c. Meningkatkan wawasan mahasiswa tentang berbagai kegiatan agribisnis.

10 d. Meningkatkan hubungan antara perguruan tinggi dengan Instansi pemerintah, perusahaan swasta dan masyarakat, dalam rangka meningkatkan kualitas Tri Darma Perguruan Tinggi. 2.Tujuan Khusus a. Memperoleh ketrampilan dan pengalaman kerja dalam bidang pertanian khususnya pada pada sertifikasi benih jagung di tempat Balai Sertifikasi dan Pengawasan Benih (BPSB) alamat Jl. Solo-Yogya KM.15 Sraten-Gatak-Sukoharjo-Jawa Tengah. b. Melihat dan memahami secara langsung pelaksanaan sertifikasi benih dan pengawasan benih jagung (Zea Mays L) di Balai Sertifikasi dan Pengawasan Benih (BPSB).

11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Benih adalah biji tanaman yang tumbuh menjadi tanaman muda (bibit) kemudian dewasa dan menghasilkan bunga. Melalui penyerbukan, bunga berkembang menjadi buah atau polong lalu menghasilkan biji kembali. Benih dapat dikatakan pula sebagai ovule masak yang terdiri dari embrio tanaman, jaringan cadangan makanan dan selubung penutup yang berbentuk vegetatif. Benih berasal dari biji yang dikecambahkan dan diusahakan menjadi tanaman yang dewasa. Sementara menurut Undang-undang Sistem Budidaya benih dan bibit mempunyai pengertian yang sama yaitu tanaman atau bagian tanaman yang digunakan untuk tujuan pertanaman (Supena, 2005) Taksonomi adalah salah satu bagian dari ilmu tumbuh-tumbuhan yang mempelajari lebih mendalam tentang silsilah keluarga tanaman jagung secara pasti dan teliti. Klasifikasi tanaman jagung (Paimin, 1998), adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil) Sub Kelas : Commelinidae Ordo : Poales Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan) Genus : Zea Spesies : Zea mays L. Jagung termasuk tanaman yang familiar bagi sebagian masyarakat. Seiring dengan perkembangan teknologi, saat ini banyak beredar jenis jagung. Untuk lebih mengenal jagung sebagai tanaman pangan. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Jagung termasuk tanaman berakar serabut yang terdiri dari tiga tipe akar, yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar udara. Akar seminal tumbuh dari radikula dan embrio. Akar adventif disebut juga akar tunjang. Akar ini tumbuh dari buku yang paling bawah, yaitu sekitar 4 cm dibawah

12 permukaan tanah. Sementara akar udara adalah akar yang keluar dari dua atau lebih buku terbawah dekat permukaan tanah. Perkembangan akar jagung tergantung dari varietas, kesuburan tanah, dan keadaan air tanah. Batang jagung tidak bercabang, berbentuk silinder, dan terdiri dari beberapa ruas dan buku ruas. Pada buku ruas akan muncul tunas yang berkembang menjadi tongkol. Tinggi batang jagung tergantung varietas dan tempat penanaman, umumnya berkisar cm. Daun jagung memanjang dan keluar dari buku-buku batang. Jumlah daun terdiri dari 8-48 helain. Tergantung varietasnya. Daun terdiri dari tiga bagian, yaitu kelompok daun, lidah daun, dan helaian daun. Kelompok daun umumnya membungkus batang. Antara kelompok dan helaian terdapat lidah daun yang disebut liguna. Liguna ini berbulu dan berlemak. Fungsi liguna adalah mencegah air masuk kedalam kelompok daun dan batang. Bunga jagung tidak memiliki petal dan sepal sehingga disebut bunga tidak lengkap. Bunga jagung juga termasuk bunga tidak sempurna karena bunga jantan dan betina berada pada bunga yang berbeda. Bungan jantan terdapat di ujung batang. Adapun bungan betina terdapat di ketiak daun ke 6 atau ke 8 dari bunga jantan. Biji jagung tersusun rapi pada tongkol. Dalam satu tongkol terdapat biji. Biji jagung terdiri dari tiga bagian. Bagian paling luar disebut paricarrp. Bagian atau lapisan kedua yaitu endosperm yang merupakan cadangan makanan biji. Sementara bagian paling dalam yaitu embrio atau lembaga. (Goldsworthy dan Fisher, 1999). Salah satu tugas pokok Badan Benih Nasional yaitu membentuk lembaga yang tugasnya memperbanyak dan memproduksi benih dari varietas-varietas yang berkualitas tinggi. Varietasvarietas ini berasal dari program Seleksi Balai Penelitian. Sertifikasi benih merupakan suatu kegiatan yang termasuk dalam suatu program produksi benih unggul atau berkualitas tinggi dari varietas-varietas yang genetik unggul yang selalu harus dipelihara dan dipertanggungjawabkan. Karena sertifikasi benih telah menunjukkan suatu perlindungan bagi keberadaan suatu benih dapat pula dikatakan sebagai satu-satunya metode pemeliharaan identitas varietas benih yang menjadi sangat penting bagi tanaman lapangan yang sebagaian besar varietasnya dilepaskan secara umum dan benihnya diperjualbelikan di pasaran bebas (Kartasaputra, 2005). Bibit dibeli di tempat-tempat terpercaya, baik penangkar maupun kios-kios benih. Salah satu ciri bibit bermutu yang diperdagangkan di Indonesia adalah adanya label resmi yang dikeluarkan oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB). BPSB merupakan lembaga pemerintah dibawah Departemen Pertanian RI yang bertugas melakukan pengawasan terhadap

13 produksi dan peredaran benih. Lebel tersebut merupakan jaminan kepastian jenis tanaman. Varietas tanaman dan alamat penangkarnya. Adanya nama dan alamat penangkarnya dapat sebagai jaminan kalau kemudian hari ada hal-hal yang merugikan pengguna benih sehingga dapat menuntut penangkarnya. Di Indonesia banyak tempat terpercaya yang menjual bibit yang berkualitas. Di tempat penjualan benih berkualitas pun sebenarnya penjelasan tentang bibit belum sepenuhnya benar. Perlu diingat bahwa produksi benih di penangkar biasanya mahal dan benihnya beragam sehingga tidak jarang terjadi pertukaran label saat pemasangannya. Bahwa ada penangkar yang memasang label ke BPSB dengan jumlah yang tidak sesuai dengan bibit yang diproduksi, bila akhirnya labelnya yang kurang maka penangkar memenuhi kekuranganya dengan membuatnya sendiri tanpa pengawasan Instansi berwenang (Paimin, 1998). Dalam mendukung peningkatan produksi jagung di Indonesia kebijakan perbenihan jagung komersil tingkat nasional sebaiknya diproduksi di Indonesia. Namun hingga saat ini, sumber daya dan kelembagaan perbenihan jagung dalam negeri belum merupakan produsen pertanian yang mumpuni dan berdaya saing handal. Oleh sebab itu, aspek pemahaman ilmu pemuliaan tanaman praktis dalam kehidupan pertanian khususnya ilmu menghasilkan benih jagung oleh petani harus diperluas dan ditingkatkan (Anonim, 2008) Pengembangan industri benih nasional perlu dikembangkan kebijaksanaan operasional, terutama dengan optimalisasi fungsi dan pembinaan, pelayanan dan pengawasan dari pemerintah, serta meningkatkan peran swasta dalam industri benih. Upaya-upaya tersebut ditempuh antara lain melalui: peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang perbenihan, pembenahan kelembagaan perbenihan, peningkatan peran Indonesia dalam organisasi benih internasional serta penciptaan iklim yang kondusif untuk mengembangkan agribisnis dan industri benih (Rasah, 2003 ). Tujuan Sertifikasi adalah untuk menjaga kemurnian genetik dari varietas yang dihasilkan oleh pemulia atau untuk menjaga kemurnian dan kebenaran dari varietas. Mendapatkan benih bermutu dari varietas unggul yang sesuai standar mutu yang berlaku yang dicantumkan dalam label. Didapatkanya benih bermutu dengan standar mutu yang berlaku baik mutu di lapangan maupun di laboratorium. Tersedianya benih unggul bermutu secara berkesinambungan pada produsen, penangkar maupun pedagang benih yang dibutuhkan oleh konsumen (Sucipto, 2009).

14 Kelas-kelas benih dalam rangka sertifikasi ialah Benih Penjenis (BS), Benih Dasar (BD), Benih Pokok (BP) dan Benih Sebar (BR). 1. Benih Penjenis (BS), adalah benih yang diproduksi oleh dan dibawah pengawasan pemulia tanaman yang bersangkutan atau instansinya dan harus merupakan sumber untuk perbanyakan benih dasar. Label BS berwarna kuning. 2. Benih Dasar (BD), adalah keturunan pertama dari benih penjenis yang diproduksi dibawah bimbingan yang intensif dan pengawasan yang ketat hingga kemurnian varietas yang tinggi dapat dipelihara. Benih dasar diproduksi oleh instansi/ badan yang ditetapkan oleh sub Direktorat Pembinaan Mutu Benih. Label BD berwarna putih. 3. Benih Pokok (BP), adalah keturunan dari benih penjenis atau juga benih dasar yang diproduksi dan dipelihara sedemikian rupa sehingga identitas maupun tingkat kemurnian varietas memenuhi standar mutu yang ditetapkan serta telah disertifikasi sebagai benih pokok oleh sub Direktorat Pembinaan Mutu Benih. Label BP berwarna ungu. 4. Benih Sebar (BR), adalah keturunan dari benih penjenis, benih dasar ataupun benih pokok yang diproduksi dan dipelihara sedemikian rupa sehingga identitas dan kemurnian varietas dapat dipelihara, dan memenuhi standar mutu benih yang ditetapkan dan telah disertifikasi sebagai benih sebar oleh sub Direktorat Pembinaan Mutu Benih. Label BR berwarna biru. (Anonim, 1992). Benih varietas unggul yang bermutu merupakan penentu batas atas produktivitas usaha tani. Ketersediaan benih bermutu tepat waktu dan lokasi akan mendorong percepatan pengembagan inovasi teknologi baru guna meningkatkan pendapatan dan produksi jagung nasional. Saat ini, para industri benih jagung nasional dan swasta belum bersinergis, sehingga pengembangan inovasi baru masih lambat antara lain terlihat dari pengembangan varietas jagung hibrida yang belum memenuhi produksi benih dalam negeri, selebihnya didominasi oleh jagung lokal dan komposit. Sebagian petani Indonesia masih menggunakan benih asalan, berupa turunan hibrida dan komposit keturunan. Selama masih banyaknya jumlah petani yang menanam varietas lokal, maka rata-rata produktivitas jagung di Indonesia tetap rendah (BAPPENAS, 2008). Varietas komposit atau bersari bebas terbentuk dari campuran gen yang sangat kompleks dari hibrida-hibrida dan masing-masing tanaman bersifat heterozigot. Dalam proses pembentukannya, varietas bersari bebas pada umumnya dibentuk melalui seleksi famili dengan berbagai metode seleksi perbaikan populasi, seperti seleksi saudara kandung, saudara tiri, seleksi

15 massa, dan berbagai modifikasinya. Dengan demikian, varietas jagung bersari bebas tidak memiliki keseragaman penampilan di lapangan seperti halnya hibrida. Ketidakseragaman tersebut dapat diminimalisasi jika suatu varietas bersari bebas mengalami penyeleksian atau penyesuaian diri pada kondisi lingkungan tertentu sehingga mampu memperlihatkan keseragaman fenotipe. Varietas bersari bebas telah mencapai keseimbangan genetik apabila dari generasi ke generasi berikutnya menghasilkan gamet dan genotype yang sama. Varietas bersari bebas yang sudah dilepas praktis telah mencapai keseimbangan genetik dan tidak mengalami perubahan selama dalam populasi yang banyak dalam suatu blok perkawinan secara acak, tidak terjadi seleksi, tidak ada migrasi atau pencampuran/perkawinan dengan varietas lain, dan tidak ada perbedaan mutasi ke dua arah (Bernardo, 2002). Jumlah tanaman minimum yang bisa diterima supaya tidak memberikan pengaruh silang dalam (inbreeding) adalah 250 tanaman, namun jumlah tanaman dianggap lebih baik. Persyaratan tersebut harus dipenuhi dalam sertifikasi benih dasar (BD), benih pokok (BP), dan benih sebar (BR). Benih penjenis adalah benih pemulia yang diproduksi di bawah pengawasan pemulia tanaman, dan merupakan benih sumber untuk perbanyakan benih dasar dengan warna label kuning. Benih dasar merupakan keturunan pertama dari benih penjenis yang diproduksi di bawah bimbingan yang intensif dan pengawasan yang ketat dari pemulia atau pengawas benih, sehingga kemurnian varietas dapat terpelihara dengan warna label putih. Benih pokok merupakan keturunan dari benih dasar yang diproduksi dan dipelihara sedemikian rupa, sehingga identitas maupun tingkat kemurnian varietas memenuhi standar mutu yang ditetapkan dan disertifikasi sebagai benih pokok dengan warna label ungu. Benih sebar merupakan keturunan dari benih pokok yang diproduksi dan dipelihara sedemikian rupa sehingga identitas dan tingkat kemurniannya dapat dipelihara dan memenuhi standar mutu yang ditetapkan dan disertifikasi sebagai benih sebar dengan warna label biru. Mempertahankan kemurnian benih jagung varietas bersari bebas juga berarti mempertahankan keseimbangan genetik dari varietas tersebut. Jadi memperbanyak benih varietas bersari bebas adalah memproduksi benih dengan mempertahankan kemurnian dari varietas bersari bebas itu sendiri (Sucipto, D. 2011). Mutu fisiologis benih merupakan interaksi antara faktor genetik dengan lingkungan tumbuh di mana benih dihasilkan. Untuk memperoleh benih dengan mutu awal yang tinggi, lingkungan pertanaman termasuk kesuburan tanah diusahakan pada kondisi optimal, agar tanaman dapat menghasilkan benih dengan vigor yang tinggi. Benih jagung yang diproduksi dari

16 struktur tanaman induk yang bervigor tinggi akan lebih tahan disimpan disbanding dengan benih yang diperoleh dari struktur tanaman yang kurang vigor. Tanaman yang mengalami defisiensi satu atau lebih unsur hara akan menghambat tercapainya mutu fisiologis yang optimal, disamping itu akan mempengaruhi komposisi kimia benih yang dapat menurunkan mutu benih yang dihasilkan. Tanaman yang defisien P dan K akan menghasilkan benih yang tidak dapat berkecambah dengan baik dan tidak tahan simpan. Vigor benih jagung juga dipengaruhi oleh pemberian pupuk N, dan vigor benih meningkat sejalan dengan meningkatnya takaran pemupukan N. Pemupukan N meningkatkan bobot benih, sehingga daya berkecambah dan kekuatan tumbuh benih meningkat. Unsur P dapat meningkatkan kandungan protein dan bobot biji yang selanjutnya meningkatkan vigor dan ketahanan simpan benih (Sutopo, L. 2004). Sekitar 60%-65% pertanaman jagung diusahakan pada lahan kering pada musim hujan dan pada saat panen masih banyak hujan, sehingga penggunaan alat pengeringan menjadi penting. Luas pertanaman jagung di lahan sawah 35%-40% dari total areal pertanaman jagung dan 10%-15% diantaranya pada lahan sawah irigasi yang ditanam pada awal musim kemarau (Kasryno, 2002). Dalam pengeringan benih, tingkat suhu perlu disesuaikan dengan kadar air benih yang sedang dikeringkan. Apabila kadar air benih di atas 18%, maka suhu maksimum adalah 32ºC. Setelah kadar air turun menjadi 10%-18%, suhu dapat dinaikkan hingga 38ºC. Apabila kadar air sudah di bawah 10%, maka suhu pengeringan dapat dinaikkan hingga 43ºC. Dengan demikian, pengatur suhu alat pengering harus berfungsi dengan baik. Apabila benih berkadar air yang masih tinggi langsung dikeringkan dengan suhu sekitar 40ºC, enzim akan menggumpal sehingga menurunkan viabilitas benih. Pengeringan benih yang disertai dengan aerasi lebih baik daripada tanpa aerasi. Benih jagung lebih tahan disimpan dari pada benih kacang-kacangan karena kandungan protein dan lemaknya relatif lebih rendah. Tetapi ketahanan simpan benih jagung lebih rendah dari pada benih padi, karena selain memiliki kulit biji yang lebih keras (lemma dan palea), benih padi hanya mengandung 5% protein albumin. Protein benih jagung terdiri atas 25% albumin, 39% protein glutelin, 24% prolamin, dan tidak mengandung globulin. Sebagian besar dari enzim yang berperan pada proses metabolism disintesis dari protein albumin (Raharja, K, 2011).

17 Ukuran dan bobot benih yang terletak di bagian bawah dan ujung tongkol lebih rendah dibanding yang terletak di bagian tengah. Biji-biji yang terletak pada 1/5 bagian atas dan 1/5 bagian bawah sebaiknya dikeluarkan jika alat sortasi yang digunakan tidak dilengkapi dengan komponen sortasi berdasarkan ukuran biji. Setelah empat bulan penyimpanan daya berkecambah benih yang berasal dari pangkal dan ujung tongkol telah menurun disbanding dengan benih yang berasal dari 3/5 bagian tengah tongkol. Benih dengan ukuran biji besar (S1), sedang (S2), dan kecil (S3) yang disimpan pada kadar air 9-13% selama enam bulan, daya berkecambahnya pada perlakuan kadar air 13,5% turun menjadi 83,3-86,7%. Makin tinggi kadar air biji, makin cepat respirasi dan makin banyak C0 2, air, dan panas yang dihasilkan selama penyimpanan. Panas, kadar air, dan kelembaban yang tinggi dapat mempercepat kerusakan benih. Kadar air merupakan faktor penentu utama kemunduran benih, kemudian suhu akan memacu laju kemunduran apabila kadar air benih memungkinkan bagi proses biokimia berlangsung. Makin rendah kelembaban ruang simpan, proses terjadinya keseimbangan kadar air benih makin lama. Benih jagung yang sudah kering hendaknya disimpan pada ruang simpan tertutup rapat (kedap udara) atau pada ruang simpan dengan kelembaban udara tidak lebih dari 75%. Pada kondisi tersebut, kadar air benih jagung sudah mencapai 12% (maksimum kadar air benih) di daerah tropis dengan suhu udara ruang simpan 28-32ºC. Pada musim hujan, kelembaban udara dapat mencapai 96%, sehingga benih yang disimpan pada kondisi terbuka (tidak kedap) akan cepat rusak karena kadar air benih dapat mencapai 21%, sehingga diperlukan penyedot udara (dehumidifier) agar keseimbangan kadar air benih menurun. Namun demikian, di pedesaan dengan fasilitas penyimpanan yang serba terbatas, petani yang menyimpan benih untuk kebutuhan usahataninya disarankan menggunakan kemasan kedap udara, antara lain jerigen plastik. Dengan menggunakan kemasan tersebut, kadar air benih relatif stabil (+ 11%) sampai periode simpan delapan bulan (BPSB, 2011).

18 BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Pelaksanaan magang dimulai dari tanggal 31 Januari sampai dengan 28 Pebruari 2011, dengan lokasi magang di balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) Jawa Tengah di Sukoharjo. B. Cara Pelaksanaan Magang di Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) 1. Penentuan lokasi kegiatan praktek magang Pelaksanaan magang dilakukan dengan mengambil lokasi di BPSB Jawa Tengah di Sukoharjo. Alasan pertimbangan pemilihan lokasi PBSB Jawa Tengah di Sukoharjo adalah karena lokasi yang strategis dan bisa mengetahui cara-cara sertifikasi benih atau bibit serta mencari pengalaman kerja. 2. Pelaksanaan kegiatann magang Melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan maksud dilaksanakan praktek magang dan melakukan kegiatan-kegiatan lain yang berkaitan dengan uji sertifikasi dan mutu benih jagung. C. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Mahasiswa melakukan pengamatan secara langsung di lapangan mengenai kegiatan sertifikasi dan mutu benih jagung. 2. Wawancara Mahasiswa menanyakan secara langsung kepada staf dan karyawan (Pertugas) yang berada di lapangan selama kegiatan berlangsung dan kepada pihak-pihak terkait dalam hal ini adalah BPSB Jawa Tengah. 3. Pelaksanaan kegiatan magang

19 Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa secara langsung selama pelaksanaan praktek lapangan sehingga mahasiswa dapat mengetahui secara langsung kegiatan yang dilaksanakan dlam BPSB. 4. Studi pustaka Mahasiswa mencari referensi untuk melengkapi data-data yang diperlukan agar diperoleh hubungan antara teori dan aplikasinya di lapangan tempat mahasiswa magang. D. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam pembuatan tugas akhir ini adalah: 1. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden dengan menggunakan observasi dan analisis data. 2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari buku arsip, jurnal yang terkait dengan Tugas Akhir (TA) ini dengan mencatatkan secara langsung.

20 BAB IV HASIL PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Perusahaan 1. Sejarah Umum Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) Jawa Tengah merupakan lembaga instansi pemerintah yang bertugas sebagai pengawas dan mengurusi masalah pembenihan diseluruh daerah Jawa Tengah. BPSB ini berdiri resmi pada tahun 2001 dan disyahkan oleh Dinas Pertanian Propinsi Jawa Tengah. Untuk mendirikan lembaga atau instansi seperti BPSB Jawa Tengah ini membutuhkan waktu dan biaya yang besar oleh karena itu disetiap Propinsi hanya terdapat satu instansi saja. Berikut tahapan-tahapan berdirinya BPSB Jawa Tengah. Tabel 4.1 Tahapan berdirinya BPSB Jawa Tengah. No Tahap kegiatan tahunan Keterangan Produksi benih bermutu Mulai membentuk seksi pengawasan mutu dan menyatu dengan BBI Resmi berdiri sebagai BPSB untuk 13 Propinsi Perubahan struktur menjadi Balai Pengawasan Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH) Otonomi daerah menjadi BPSB Jawa Tengah Sumber : BPSB Setelah terjadi otonomi daerah BPSB Jawa Tengah resmi berdiri sebagai satu-satunya lembaga instansi pemerintah yang mengawasi dan menangani masalah perbenihan diseluruh daerah Jawa Tengah. Seiring perkembangan teknologi BPSB Jawa Tengah bisa menjalankan tugas dengan baik maka pada tahun 2005 mendapat penghargaan dari pemerintah yaitu: Piagam Abdi Bakti Tani dan Piala Abdi Bakti Tani. Kantor BPSB Jawa Tengah juga dilengkapi dengan laboratorium yang sudah diakreditasikan dan dipercaya pemerintah sebagai salah satu instansi

21 pemerintah yang menguji, mengawasi, dan menangani, kegiatan perbenihan diseluruh daerah Jawa Tengah. Lokasi kantor BPSB Jawa Tengah sangat strategis yaitu berada tepat dipinggir jalan raya yang beralamatkan di Jl.Raya Solo-Jogja Km 15 Sraten gatak Sukoharjo. Sehingga mudah dijangkau oleh kendaraan jalur darat. Dalam menjalankan tugasnya BPSB Jawa Tengah dibagi menjadi beberapa bagian yaitu bagian penerimaan benih, bagian sertifikasi, bagian kultivar, bagian laboratorium, bagian pemasaran, dan bagian wilayah Surakarta. 2. Letak Geografis Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Jawa Tengah (BPSB) merupakan lembaga instansi pemerintah yang bergerak dalam pengawasan dan sertifikasi benih tanaman pangan dan tanaman holtikultura yang berada diseluruh daerah Jawa Tengah. Kantor BPSB terletak Jl.Raya Solo-Jogja Km 15 Sraten gatak Sukoharjo, daerah ini terletak diantara ketinggian 300 m dpl sehingga sangat strategis dijangkau oleh kendaraan darat. 3. Struktur Organisasi BPSB Struktur organisasi yang ada di Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Propinsi Jawa Tengah menggunakan sistem garis lurus dengan pembagian tugas dan pertanggung jawaban yang jelas. Struktur organisasi di Balai Pengawan dan Sertifikasi Benih Propinsi Jawa Tengan adalah sebagai berikut:

22 Kepala BPSB Propinsi Jawa Tengah Kelompok fungsional Subag TU Seksi Pelayanan Teknis Seksi Bangdal Gambar : 4.1 struktur organisasi Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Propinsi Jawa Tengah Keterangan : 1. Kepala BPSB Mengkoordinasikan seluruh kegiatan di BPSB 2. Sub Bag. TU (Tata Usaha) Mengurus seluruh kegiatan tata usaha di BPSB. 3. Kelompok Fungsional Melaksanakan pengawasan mutu dan teknis benih. 4. Seksi Pelayanan Teknis Melaksanakan kegiatan administrasi dan informasi teknis serta perencanaan dan pengelolaan secara teknis. 5. Seksi Pengembangan dan Pengendalian Mutu Melaksanakan pengembangan, pengendalian, pengawasan mutu benih dan sertifikasi serta membuat aturan yang diusulkan ke pusat. 4. Fungsi Perusahaan Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) Jawa Tengah mempunyai beberapa fungsi antara lain: a) Sebagai pengawas seluruh kegiatan perbenihan diseluruh daerah Jawa Tengah. b) Sebagai pembimbing petani benih binaan sejawa Tengah.

23 c) Mengadakan uji laboratorium untuk sampel atau contoh benih tanaman pangan dan tanaman holtikultura seluruh daerah jawa tengah. d) Kemitraan dengan pelaku agribisnis dengan pemerintah. e) BPSB sebagai satu-satunya lembaga instansi pemerintah yang bertugas sebagai kegiatan perbenihan tanaman pangan dan tanaman holtikultura diseluruh daerah Jawa Tengah. 5. Kegiatan Umum Perusahaan Kegiatan umum dalam magang yang telah dilaksanakan di Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) Jawa Tengah meliputi: Pemeriksaan pendahuluan, Pemeriksaan pertanaman, Pelaporan, pemberian sertifikasi dan pelabelan serta pengawasan peredaran bibit dipasaran. Untuk mempermudah dan memperlancar pelaksanaan tugas para pegawai di Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) Jawa Tengah membagi beberapa bagian yang bertugas dibidang masing-masing diantaranya bagian sertifikasi, bagian laboratorium, bagian tata usaha, bagian penerimaan benih, bagian kultivar, bagian pemasaran, dan bagian wilayah Surakarta. dengan adanya pembagian tugas-tugas tersebut sehingga dapat mempermudah berlangsungnya proses pengujian mutu benih. Selain hal tersebut, untuk mengawasi dan menangani bidang perbenihan yang khususnya yang berada di daerah Jawa Tengah. Petugas-petugas pengawas bibit atau benih tersebut bertugas memantau dan mengawasi proses perbenihan disetiap kabupaten yang sudah dimana petugas tersebut ditugaskan. Setiap petugas yang menjadi pengawas bibit atau benih diwajibkan membuat pelaporan sebagai bukti dokumen dan sebagai bukti bahwa petugas tersebut telah menjalankan tugasnya dengan baik. BPSB Jawa Tengah menetapkan beberapa peraturan dan prosedur untuk sertifikasi bibit atau benih yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh setiap produsen benih atau penangkar bibit. Dengan adanya peraturan-peraturan yang sudah ditetapkan BPSB diharapkan bisa membawa kejujuran dan kedisiplinan bagi setiap produsen benih. BPSB Jawa Tengah memiliki tenaga kerja yang sangat terampil dan ahli. Dalam hal ini tenaga terampil merupakan pelaksanaan lanjutan dan penyelia sedangkan tenaga ahli terdiri dari tenaga ahli pertama, ahli muda, ahli madya. Pembagian tugas disesuaikan

24 dengan jabatan masing-masing pegawai. Sehingga hal ini sesuai dengan tingkat pengetahuan dan keterampilan masing-masing karyawan atau pegawai. Dengan adanya pembagian tugas yang sudah disesuaikan dengan jabatan masing-masing pegawai ini akan menunjukkan profesionalisme BPSB Jawa Tengah dalam melaksanakan tugasnya. Sebelum bekerja atau menjalankan tugasnya setiap pegawai BPSB Jawa tengah wajib mengikuti apel pagi. Jam kerja di BPSB Jawa Tengah dimulai pada hari Senin-Kamis pukul WIB dan hari Jum at pada pukul WIB dan diawali dengan apel pagi. Dengan adanya apel pagi maka akan menunjukkan kedisiplinan para pegawai. B. Komentar Dari Kondisi Umum BPSB 1. Komentar Tentang Ketenagakerjaan a) Jumlah pengawas benih belum ideal dibandingkan dengan volume kegiatan, dikarenakan pegawai semakin berkurang adanya purna tugas. Sampai dengan pertengahan tahun 2010 ini BPSB Jawa Tengah ini memiliki 94 orang tenaga fungsional khusus (Pengawas Benih Tanaman) dan 6 orang tenaga fungsional umum yang bekerja sebagai Pengawas Benih Tanaman (belum fungsional). b) Kurangya penguasaan teknologi informasi menjadi kendala dalam memenuhi tuntutan perkembangan, kecepatan dan ketepatan pelayanan. c) Upaya pemberdayaan staf teknis untuk diangkat sebagai tenaga fungsuonal Pengawas Benih Tanaman yang digunakan sebagai dasar untuk menjadi seorang petugas fungsional pengawas benih tanaman. 2. Komentar Tentang Sarana dan Prasarana a) Upaya penyempurnaan sarana dokumentasi kegiatan sesuai prinsip-prinsip penyimpanan dokumen terkendala sarana penyimpanan dokumen yang representatif. Sarana tersebut antara lain almari arsip, gudang penyimpanan arsip contoh benih. b) Keterbatasan sarana pelaporan, sehingga belum mampu mendukung tuntutan kecepatan pelayanan. Sarana tersebut adalah komputer, note book dan mesin ketik manual. Sarana yang ada sekarang ini terbatas dan sudah ada banyak yang rusak, c) Keterbatasan gudang penyimpanan arsip contoh benih akibatnya arsip contoh benih tidak dapat tersimpan dengan baik. 3. Komentar Tentang Manajemen

25 a) Peningkatan tentang pengembangan sistem administrasi kegiatan terkendala oleh sarana (software) dan keterbatasan Sumber Daya Manusia. b) Pengawas benih tanaman yang sesuai petunjuk teknis fungsional terkendala jumlah dan sebaran jabatan pengawas benih. c) Tenaga fungsional jumlahnya sangat terbatas, sehingga satu orang melaksanakan pekerjaan beberapa uraian tugas pekerjaan, akibatnya pekerjaan tidak dapat selesai tepat waktu dan kurang optimal. 4. Komentar Tentang Pelayanan 1) Produksi benih yang tidak merata tiap bulan menyebabkan terjadinya tingginya volume pelayanan pada bulan-bulan tertentu, namun pada bulan yang lain kegiatan tersebut sangat sedikit. Kondisi ini ditambah dengan kurangnya kemampuan perencanaan produsen dalam penyesuaian dengan saat-saat kebutuhan benih. 2) Belum optimalnya pemanfaatan teknologi serta keterbatasan Sumber Daya Manusia menyebabkan optimalisasi kecepatan pelayanan belum sesuai yang diharapkan. 3) Jumlah pegawai benih yang tidak seimbang dengan volume kegiatan, menyebabkan pelayanan kurang opotimal. C. Prosedur Sertifikasi Benih 1. Permohonan sertifikasi benih Permohonan sertifikasi benih ini dilaksanakan bagi produsen yang belum memperoleh Sertifikasi Sistem Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura. Dengan ketentuan persyaratan dan tata cara sertifikasi benih tanaman ini merupakan pedoman sertifikasi secara umum, dan sekaligus merupakan tindak lanjut penerapan di lapangan terhadap ketentuen-ketentuen mengenai sertifikasi benih yang ada. Pemohon sertifikasi benih adalah orang atau badan hukum atau Instansi Pemerintah yang ingin memproduksi benih yang bermutu, yang terdaftar atau mempunyai ijin memproduksi benih dari Bupati atau Walikota.Pemohon adalah orang atau badan hukum, maka benih tersebut disertifikasi atas nama orang atau badan hukum yang menandatangani permohonan sertifikasi. Apabila pemohon sertifikasi berjumlah dua orang atau lebih yang bekerja sama, maka permohonan dapat ditanda tangani oleh satu orang atas nama seluruhnya atau oleh setiap

26 pemohon sesuai perjanjian kerja samanya. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan yang bersangkutan apabila masing-masing akan meminta sertifikasi atas bagiannya. 2. Pemeriksaan Permohonan sertifikasi a. Permohonan sertifikasi diajukan oleh pemohon kepada instansi penyelenggara sertifikasi. b. Permohonan hanya dapat diajukan oleh produsen benih yang memenuhi syarat. 1) Menguasai lahan yang akan digunakan untuk mamproduksi benih. 2) Memiliki atau menguasai benih sumber. 3) Mampu memelihara dan mengatur lahan dan pertanamannya. 4) Mematuhi petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh penyelenggara sertifikasi benih sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 5) Mempunyai fasilitas sesuai dengan jenis tanaman yang diusahakan. 6) Bersedia membayar biaya pemeriksaan lapangan dan pengujian benih sesuai dengan ketentuan yang berlaku. c. Permohonan diajukan kepada penyelenggara sertifikasi benih paling lambat 10 hari sebelum tanam dan mengisi formulir permohonan sertifikasi yang telah ditentukan. d. Satu formulir permohonan sertifikasi hanya berlaku untuk satu unit sertifikasi, yaitu terdiri satu varietas dan satu kelas benih dalam satu kesatuan lahan. e. Pada permohonan dilampiri label benih sumber yang akan ditanamdan sket peta lapangan. f. Pemeriksaan kebenaran dokumen dilakukan sebelum benih ditanam untuk mendapatkan kepastian bahwa data yang diberikan dalam permohonan sertifikasi benar-benar sesuai dengan keadaan yang berada dilapangan. 3. Persyaratan pengujian lapang benih jagung komposit a) Areal sertifikasi benih 1) Areal sertifikasi benih adalah areal tanah yang harus dinyatakan dengan jelas batas-batasnya baik berupa parit, pematang, jalan maupun tanda-tanda yang jelas lainnya. 2) Suatu areal sertifikasi benih dapat terdiri satu hamparan yang terdiri dari beberapa petak yang terpisah-pisah tetapi jarak antara yang satu dengan yang lain dan tidak dipisahkan oleh tanaman lain.

27 3) Dalam satu areal sertifikasi benih hanya dapat ditanam satu varietas dan satu kelas benih. 4) Batas waktu tanam dalam satu areal sertifikasi benih maximal 5 hari. b) Keadaan lahan sertifikasi benih 1) Tanah yang akan digunakan untuk memproduksi benih jagung bersari bebas dari bersertifikat diusahakan bekas tanaman lain atau tanah bera. Apabila areal yang digunakan bekas tanaman jagung, maka areal tersebut harus bekas varietas yang sama atau bekas varietas lain yang sifat fisiknya mudah dibedakan dengan varietas yang ditanam dengan ketentuan pihak produsen mau dan mampu mengerjakan pengolahan tanah secara intensif dan saat penanaman menggunakan system tanam secara tandur jajar. 2) Suatu lahan sertifikasi dapat terdiri dari satu hamparan yang terdiri dari beberapa petak yang terpisah-pisah tetapi jarak antara satu dengan yang lain dan tidak dipisahkan oleh varietas lain dengan ketentuan : a) Pertanaman jagung yang disertifikasi harus jelas terpisah dari pertanaman varietas lainnya dengan jarak minimal 200 meter. b) Isolasi jarak tersebut dapat dipendekkan jika penangkaran benih bertambah luas, dengan cara membuang tanaman pinggir areal penangkaran. c) Luas penangkaran, jarak isolasi serta jumlah baris tanaman pinggir yang dibuang dapat dilihat pada petunjuk pemeriksaan lapangan. c) Keadaan alat panen, alat pengolahan, tempat penyimpanan dan tempat pengolahan benih harus diperiksa sebagaimana yang ditetepkan untuk menjamin bahwa benih yang dipanen, dan diolah tersebut tidak tercampur dengan varietas lain. 4. Pemeriksaan Pengujian lapang benih jagung komposit Permohonan pemeriksaan lapangan harus disampaikan kepada institusi yang menangani masalah pengawasan mutu dan sertifikasi benih selambat-lambatnya satu minggu sebelum pemeriksaan lapangan. Pemeriksaan lapangan bertujuan untuk menilai kemurnian varietas, menilai sumber-sumber kontaminasi yang terdiri atas varietas lain dan tipe simpang, menilai kesehatan benih dari hama dan penyakit yang dapat ditularkan melalui benih, memberikan rekomendasi untuk mencapai persyaratan produksi benih bersertifikat.

28 a. Pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan Pendahuluan. Pemeriksaan pertanaman dilakukan pada phase-phase pertumbuhan tertentu dari tanaman yang bersangkutan sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh kepastian bahwa pertanaman tersebut bebas dari tanaman voluntir, campuran varietas lain, tipe simpang, tanaman yang terserang hama penyakit, rerumputan dan terhindar dari penyerbukan yang tidak diinginkan. Pemeriksaan lapangan dilakukan oleh Pengawas Benih Tanaman. Hal ini, dapat dijadikan dasar untuk menentukan tingkat kemurnian genetik dari benih yang akan dihasilkan. Pemberitahuan pemeriksaan lapangan harus sampai di Kantor BPSB selambat-lambatnya satu minggu sebelum waktu pemeriksaan lapangan. Pemeriksaan lapangan yang terdiri dari 4 tahap pemeriksaan, yaitu pemeriksaan pendahuluan, pemeriksaan lapangan pertama, pemeriksaan lapangan kedua, dan pemeriksaan menjelang panen dengan penjelasan sebagai berikut : 1) Pelaksanaan pemeriksaan lapangan pendahuluan Pemeriksaan pendahuluan untuk mengecek ulang dokumen yang telah diserahkan produsen ke pegawai lapang dilakukan sebelum tanah untuk pertanaman diolah supaya lebih itensif, pemeriksaan tersebut dapat dilanjutkan sampai sebelum tanam. Persiapan persyaratan pendahuluan dengan ketentuan: a) Kebenaran nama dan alamat pemohon. b) Letak dan situasi areal dengan keadaan pengairan, hama dan penyakit, keadaan tanah, yang akan dipergunakan sebagai areal sertifikasi benih. c) Kebenaran batas-batas areal yang digunakan untuk areal sertifikasi benih. Data tersebut dicocokan dengan peta lapangan yang telah dilampirkan pada permohonan. Pada pemeriksaan ini sekaligus dapat diketahui keadaan isolasi areal tersebut. d) Kebenaran varietas, sumber dan kelas benih yang akan ditanam dan kelas benih yang akan dihasilkan. 2) Pemeriksaan lapangan pertama Dalam pemeriksaan ini dilakukan pada phase vegetatif yakni pada waktu pertanaman berumur ±25 hari setelah tanam. Faktor-faktor yang diperiksa pada phase vegetatif adalah bentuk dan lebar daun, warna helai daun dan warna batang. Pemeriksaan ulangan hanya dilakukan bila dianggap perlu dengan ketentuan : a. Phase vegetatif belum berakhir.

29 b. Waktu vegetative tanaman ditentukan bersama oleh Pengawas Benih Tanaman dan Penangkar Benih. c. Hanya dapat diberi kesempatan mengulang sekali. 3) Pemeriksaan lapangan kedua Dalam pemeriksaan ini dilakukan pada phase generatif atau berbunga. Pemeriksaan ini dilakukan pertanaman berbunga lebih dari 5% atau pada saat malai tersembul lebih dari 80% (±30 hari sebelum panen) untuk tanaman jagung. Dilakukan pada phase berbunga yakni dengan taanda-tanda bunga jantan sudah mulai tersembul sebelum tepung sari keluar. Faktor-faktor yang diperiksa pada phase berbunga adalah bentuk dan lebar daun, warna helai daun, warna batang, bentuk dan warna bunga jantan serta bentuk tongkol. Pemeriksaan ulangan hanya dilakukan bila dianggap perlu dengan ketentuan : a. Dilakukan secepatnya sebelum bunga jantan terbuka. b. Wakyunya ditentukan oleh bersama oleh Pengawas Benih Tanaman dan Penangkar Benih. c. Hanya dapat diberi kesempatan mengulang sekali. 4) Pemeriksaan lapangan menjelang panen Pemeriksaan ini dilakukan pada fase masak yakni pada waktu tanaman sudah mulai bertongkol dengan berbiji penuh, paling lambat satu minggu sebelum panen, dan daun sudah menguning. b. Pemeriksaan peralatan, tempat penyimpanan dan pengolahan benih Pemeriksaan yang dilakukan harus sebagaimana yang ditetapkan untuk mendapatkan kepastian bahwa benih yang akan dipanen, diolah, disimpan terhindar dari kemungkinan pencampuran sehingga kemurnian varietasnya dapat dijamin, sesuai dengan kebutuhan jagung yang bersih. Pemeriksaan ini yang harus diperhatikan adalah semua peralatan pendukung sampai tempat penyimpanan pasca panen diantaranya : 1) Pemeriksaan peralatan perlengkapan

30 Para petani biasanya menggunakan alat penanam benih, gerobak, alat panen, silo, karung perlengkapan yang akan digunakan dalam produksi benih harus bersih dan bebas dari kemungkinan campuran dengan varietas lain. 2) Pemeriksaan alat panen dan pengolahan. Benih jagung yang akan disertifikasi harus dipanen dan diolah dengan peralatan yang telah diperiksa dan disyahkan megenai kebersihannya oleh institusi yang menangani masalah pengawasan mutu dan sertifiksai benih. 3) Pengawasan panen dan pengolahan benih. Benih yang dipanen daan diolah diawasi oleh Institusi yang menangani Pengawasan Mutu dan Sertifikasi Benih. Pada proses pasca panen benih harus jelas identitas kelompok benih seperti varietas, nomor kelompok, asal lapangan, harus ada dan terpelihara setiap saat. Produsen benih harus mencantumkan tanggal panen agar mempermudah kerja di laboratorium saat pengujian benih. 4) Pemeriksaan gedung dan tempat penyimpanan benih. Pemeriksaan gedung atau tempat penyimpanan benih dilakukan sebelum benih disimpan selanjutnya produsen benih harus meminta pemeriksaan gedung paling lambat satu minggu sebelum penyimpanan benih kepada institusi terkait. Pemeriksaan tempat penyimpanan benih meliputi : a. Cukup tersedia tempat dan ruangan penyimpanan benih. b. Kebersihan gedung penyimpanan sebelum melakukan menyimpanan benih. c. Sarana untuk melindungi benih dari hama dan penyakit. d. Ruang penyimpanan benih tidak lembab atau bocor. e. Tersedia sarana untuk pengeringan ulangan dari benih yang bersangkutan. f. Benih harus disimpan pada tempat dengan kondisi yang sesuai serta sirkulasi udara terjamin dan terkontrol. Dalam penyimpanan benih hal yang perlu diperhatikan tempat atau wadah diatur sedemikian rupa sehingga jumlahnya dapat dihitung dengan tepat dan setiap wadah benih mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil contoh benihnya serta dapat diambil dengan

31 mudah, susuai paraturan yang berlaku. Fasilitas penyimpanan serta peralatan yang akan dipakai untuk tanam, panen, pengolahan, pengeringan, dan atau peralatan lainnya harus dibersihkan. Pemeriksaan akan dilakukan oleh pengawas benih sebelum digunakan. Ditempat Pengolahan dan penyimpanan tidak boleh terdapat benih lainnya selain benih yang akan disertifikasi yang akan diolah, kecuali bila benih tersebut jelas identitasnya serta disimpan terpisah dengan batas-batas yang jelas. (a) Pelaporan contoh benih untuk dilakukan pengujian sertifikasi. Pengambilan contoh benih untuk pengujian laboratorium hanya dapat diambil dari kelompok benih yang sejarah pembentukan kelompoknya jelas, diberi identitas jelas dan seragam mutunya. Contoh benih dari suatu kelompok benih akan diambil oleh petugas pengambil contoh benih atau pengawas benih apabila sudah disusun dan siap diambil contohnya dengan permohonan dari produsen benih. 1) Contoh benih untuk pengujian (a) Contoh benih yang mewakili untuk diuji di laboratorium benih akan diambil dari setiap kelompok benih yang selesei diolah guna sertifikasi benih. (b) Contoh benih yang diambil dari bulk benih sebelum pengolahan hanya diijinkan untuk pengujian daya tumbuh atau daya berkecambah. (c) Pengawas Benih Tanaman akan mengambil contoh benih resmi atas permintaan produsen benih. (d) Contoh benih yang dikirim ke laboratorium harus disegel. 2) Pengambilan contoh benih (a) kelompok benih Tiap kelompok benih tidak boleh lebih dari 40 ton dan wadah dari suatu kelompok benih harus disusun dalam suatu susunan sedemikian rupa sehingga jumlahnya dapat dihitung dengan tepat dan memudahkan pengambilan contoh benihnya. (b) Pengambilan contoh benih Pengambilan contoh benih dilakukan sesuai dengan pedoman pengambilan contoh yang terdapat pada Pedoman Analisa Mutu Benih yang berlaku dan dari tiap-tiap kelompok benih harus diambil paling sedikit 1000 gram. 5. Pemberian Sertifikasi dan Pengujian Laboratorium

32 Setelah lulus semua tahapan dan pegawas benih selesai membuat laporan mengenai pemeriksaan pendahuluan, pemeriksaan pertanaman, pemeriksaan alat panen dan pengawasan panen, pemeriksaan alat pengolahan benih, pengawasan pengolahan benih selanjutnya benih dikirim dan dilakukan sertifikasi di BPSB dengan prosedur yang tepat. Sertifikasi diberikan kepada produsen untuk tiap lot benih yang lulus semua tahap pemeriksaan. Pengambilan benih dilakukan oleh pengawas benih dengan contoh benih yang sudah dikasih keterangan yang jelas. Benih yang masuk di BPSB selanjutnya diproses melalui tahap-tahap sebagai berikut : a) Tahapan pada bagian sertifikasi benih Pada bagian sertifikasi di BPSB benih yang masuk akan didata ulang oleh petugas mengenai nama pemilik, alamat, jenis varietas, Tanggal panen, kelas benih dan nomor kelompok benih. Sebelum pendataan ulang petugas juga melakukan penomeran benih dengan kode S yang artinya benih sudah terdaftar diserfifikasi. Dengan penomeran benih akan jelas selanjutnya penempelan blangko contoh kirim untuk pengujian di laboratorium. Blangko sertifikasi harus diisi keterangannya oleh petugas yang terpenting jelas benih ini yang akan diuji laboratorium dengan pengujian yang diperlukan diantaranya kadar air, kemurnian, jumlah benih varietas lain, daya kecambah dan daya tumbuh benih. Setelah tahaptahap diatas sudah selesai benih siap untuk dikirim ke laboratorium dan diproses selanjutnya. b) Pengujian benih di laboratorium Pengujian benih bertujuan untuk mengkaji dan menetapkan nilai setiap contoh benih yang perlu diuji selaras dengan faktor kualitas benih. Adapun kegiatan pengujian yang dilakukan secara rutin oleh BPSB Jawa Tengah yaitu pengambilan contoh benih, pengujian kadar air, analisa kemurnian benih, uji daya kecambah dan analisa campuran varietas lain (cvl). Pengujian mutu benih di laboratorium merupakan salah satu bagian yang sangat penting dari suatu peoses produksi benih. Disamping pengujian di lapangan seperti pemeriksaan lapangan, penanganan hasil produksi dan pasca panen, mutu suatu calon benih bersertifikat akan diketahui lulus gugurnya setelah dilakukan pengujian benih di laboratorium. Laboratorium berperan besar dalam menyajikan data hasil pengujian yang tepat dan akurat. Peralatan dan bahan untuk pengujian di laboratorium antara lain : 1) Conical Divider Alat ini berfungsi sebagai pembagi contoh kirim menjadi dua atau lebih bagian yang sama. Bagian-bagian devider terdiri dari hopper, kerucut, dan kaffele dimana benih langsung masuk

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi 1. Sejarah BPSB Jawa Tengah Awal BPSB II Tegalgondo Jawa Tengah didirikan oleh Hamengkubuwono X pada tahun 1920, yang mulanya merupakan

Lebih terperinci

Tahapan di Pertanaman. Tahapan Pasca Panen. Permohonan oleh Penangkar Benih 10 hari sebelum tanam. Pengawasan Pengolahan Benih.

Tahapan di Pertanaman. Tahapan Pasca Panen. Permohonan oleh Penangkar Benih 10 hari sebelum tanam. Pengawasan Pengolahan Benih. Tahapan di Pertanaman Permohonan oleh Penangkar Benih 10 hari sebelum tanam Tahapan Pasca Panen Pengawasan Pengolahan Benih 5-7 hari Pemeriksaan Dokumen 1 hari Pembuatan Kelompok Benih Pengawas Benih dan

Lebih terperinci

BAB VI PRODUKSI BENIH (SEED) TANAMAN

BAB VI PRODUKSI BENIH (SEED) TANAMAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN BAB VI PRODUKSI BENIH (SEED) TANAMAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.54, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTAN. Benih Bina. Peredaran. Produksi. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56/Permentan/PK.110/11/2015 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA TANAMAN PANGAN DAN TANAMAN HIJAUAN PAKAN TERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

SERTIFIKASI BENIH DI SUSUN O L E H NAMA : ELRADHIE NOUR AMBIYA NPM : A

SERTIFIKASI BENIH DI SUSUN O L E H NAMA : ELRADHIE NOUR AMBIYA NPM : A SERTIFIKASI BENIH DI SUSUN O L E H NAMA : ELRADHIE NOUR AMBIYA NPM : A. 082003 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN YAYASAN PENDIDIKAN POLITEKNIK AGROINDUSTRI SUKAMANDI-SUBANG 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur

Lebih terperinci

PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI

PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI Jln. Pramuka No. 83, Arga Makmur, Bengkulu Utara 38111 Phone 0737-521330 Menjadi Perusahaan Agrobisnis Nasional Terdepan dan Terpercaya Menghasilkan sarana produksi dan

Lebih terperinci

Daun pertama gandum, berongga dan berbentuk silinder, diselaputi plumula yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun. Daun tanaman gandum

Daun pertama gandum, berongga dan berbentuk silinder, diselaputi plumula yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun. Daun tanaman gandum BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Botani Tanaman gandum Menurut Laraswati (2012) Tanaman gandum memiliki klasifikasi sebagai berikut: Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Super

Lebih terperinci

Peluang Investasi Agribisnis Jagung

Peluang Investasi Agribisnis Jagung Halaman1 Peluang Investasi Agribisnis Jagung Jagung termasuk tanaman yang Familiar bagi sebagian masyarakat. Seiring dengan perkembangan teknologi, saat ini banyak beredar jenis jagung. Untuk lebih mengenal

Lebih terperinci

SISTEM PERBENIHAN SERTIFIKASI BENIH. Disampaikan Pada :

SISTEM PERBENIHAN SERTIFIKASI BENIH. Disampaikan Pada : SISTEM PERBENIHAN SERTIFIKASI BENIH Disampaikan Pada : PELATIHAN AGRIBISNIS KEDELAI BERBASIS KAWASAN Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Ketindan, 25-31 Maret 2008 PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR DINAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH TANAMAN PERKEBUNAN DI KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

KAJIAN PERBENIHAN TANAMAN PADI SAWAH. Ir. Yunizar, MS HP Balai Pengkajian Teknologi Riau

KAJIAN PERBENIHAN TANAMAN PADI SAWAH. Ir. Yunizar, MS HP Balai Pengkajian Teknologi Riau KAJIAN PERBENIHAN TANAMAN PADI SAWAH Ir. Yunizar, MS HP. 08527882006 Balai Pengkajian Teknologi Riau I. PENDAHULUAN Benih merupakan sarana penting dalam produksi pertanian, juga menjadi pembawa perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jagung merupakan tanaman berumah satu, bunga jantan terbentuk pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jagung merupakan tanaman berumah satu, bunga jantan terbentuk pada 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Jagung Jagung merupakan tanaman berumah satu, bunga jantan terbentuk pada malai dan bunga betina terletak pada tongkol di pertengahan batang secara terpisah tapi

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU BENIH. Faktor Genetik/ Faktor Lingkungan/ Eksternal

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU BENIH. Faktor Genetik/ Faktor Lingkungan/ Eksternal FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU BENIH Faktor Genetik/ Internal Faktor Lingkungan/ Eksternal FAKTOR GENETIK Genetik merupakan faktor bawaan yang berkaitan dengan komposisi genetika benih. Mutu benih berbeda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Jagung Menurut Purwono dan Hartono (2005), jagung termasuk dalam keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan spesies Zea mays L. Jagung merupakan tanaman semusim, sama seperti jenis rumput-rumputan yang lain, akar tanaman

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENYIAPAN BENIH KEDELAI

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENYIAPAN BENIH KEDELAI PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENYIAPAN BENIH KEDELAI BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 10 PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENYIAPAN BENIH KEDELAI A. DEFINISI Benih

Lebih terperinci

UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA. Oleh. Fetrie Bestiarini Effendi A

UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA. Oleh. Fetrie Bestiarini Effendi A UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA Oleh Fetrie Bestiarini Effendi A01499044 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Sorgum Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae (Poaceae). Tanaman ini telah lama dibudidayakan namun masih dalam areal yang terbatas. Menurut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Jagung

TINJAUAN PUSTAKA Botani Jagung 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Jagung Taksonomi jagung yang dikutip dari Rubatzky dan Yamaguchi (1998) adalah sebagai berikut: Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Sub famili Genus : Plantae : Spermatophyta : Monocotyledone

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daryanto ( 2013 ) mengemukakan bahwa Sistematika tanaman (taksonomi)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daryanto ( 2013 ) mengemukakan bahwa Sistematika tanaman (taksonomi) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taksonomi Tanaman Jagung Daryanto ( 2013 ) mengemukakan bahwa Sistematika tanaman (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar penduduk Indonesia mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok. Tidak hanya di Indonesia,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) 4 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Setelah perkecambahan, akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L. 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) Tanaman jagung merupakan tanaman asli benua Amerika yang termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEMANDIRIAN BENIH PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEMANDIRIAN BENIH PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEMANDIRIAN BENIH PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 355/HK.130/C/05/2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS SERTIFIKASI BENIH BINA TANAMAN PANGAN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 355/HK.130/C/05/2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS SERTIFIKASI BENIH BINA TANAMAN PANGAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 355/HK.130/C/05/2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS SERTIFIKASI BENIH BINA TANAMAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1316/HK.150/C/12/2016

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1316/HK.150/C/12/2016 KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1316/HK.150/C/12/2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 355/HK.130/C/05/2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS SERTIFIKASI BENIH BINA TANAMAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.363, 2015 KEMENTAN. Benih Bina. Produksi. Sertifikasi. Peredaran. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/Permentan/SR.120/3/2015 TENTANG

Lebih terperinci

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004 Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004 KENTANG (Disarikan dari PPPVH 2004) Direktorat Perbenihan Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura I. UJI ADAPTASI 1. Ruang Lingkup

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Padi termasuk golongan tanaman semusim atau tanaman muda yaitu tanaman yang biasanya berumur pendek, kurang dari satu tahun dan hanya

Lebih terperinci

adalah praktek budidaya tanaman untuk benih

adalah praktek budidaya tanaman untuk benih Produksi benih non hibrida meliputi : inbrida untuk tanaman menyerbuk sendiri bersari bebas/open bebas/open pollinated (OP) untuk tanaman menyerbuk silang Proses produksi lebih sederhana, karena hampir

Lebih terperinci

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013 PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH 1 BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH Budidaya untuk produksi benih sedikit berbeda dengan budidaya untuk produksi non benih, yakni pada prinsip genetisnya, dimana

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Botani Kacang Tanah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis Leguminosa yang memiliki kandungan gizi sangat tinggi. Kacang tanah merupakan

Lebih terperinci

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica)

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica) Standar Nasional Indonesia Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Tanaman Gandum Tanaman gandum (Triticum aestivum L) merupakan jenis dari tanaman serealia yang mempunyai tektur biji yang keras dan bijinya terdiri dari

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/Permentan/SR.120/3/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/Permentan/SR.120/3/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/Permentan/SR.120/3/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Sorgum. Sorgum (Sorgum bicolor [L].Moench) merupakan tanaman yang termasuk di

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Sorgum. Sorgum (Sorgum bicolor [L].Moench) merupakan tanaman yang termasuk di II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Sorgum Sorgum (Sorgum bicolor [L].Moench) merupakan tanaman yang termasuk di dalam famili Graminae bersama dengan padi, jagung, tebu, gandum,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman setelah perkecambahan. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi Menurut Rukmana (1997) jagung merupakan tanaman berumah satu (monocieus), letak bunga jantan terpisah dengan bunga betina pada satu tanaman. Dalam sistematika

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pemerintah, yang kemudian di produksi dan diedarkan dengan pengawasan.

TINJAUAN PUSTAKA. pemerintah, yang kemudian di produksi dan diedarkan dengan pengawasan. 8 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Benih Benih bina adalah benih dari varietas unggul yang telah dilepas oleh pemerintah, yang kemudian di produksi dan diedarkan dengan pengawasan. Selanjutnya benih bina ini akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika dan Botani Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays saccharata Sturt. Dalam Rukmana (2010), secara

Lebih terperinci

I. PENGUJIAN BENIH UNTUK SERTIFIKASI BENIH

I. PENGUJIAN BENIH UNTUK SERTIFIKASI BENIH I. PENGUJIAN BENIH UNTUK SERTIFIKASI BENIH Satriyas Ilyas 1.1. Program Sertifikasi Produksi benih memerrlukan jaminan dari pihak ketiga sehingga lahirlah program sertifikasi benih. Sertifikasi benih adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Kedelai Berdasarkan klasifikasi tanaman kedelai kedudukan tanaman kedelai dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut (Cahyono, 2007):

Lebih terperinci

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana)

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana) SNI 01-7158-2006 Standar Nasional Indonesia Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Tanaman tebu dalam dunia tumbuh-tumbuhan memiliki sistematika sebagai berikut : Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Glumaceae Famili : Graminae

Lebih terperinci

LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Tata Letak Penelitian. Blok II TS 3 TS 1 TS 3 TS 2 TS 1

LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Tata Letak Penelitian. Blok II TS 3 TS 1 TS 3 TS 2 TS 1 LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Tata Letak Penelitian Blok I Blok II Blok III TS 1 K TS 2 J TS 3 K TS 2 TS 1 J K J TS 3 TS 3 TS 2 TS 1 Keterangan : J : Jagung monokultur K : Kacang tanah monokultur TS 1 :

Lebih terperinci

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara Bahtiar 1), J. W. Rembang 1), dan Andi Tenrirawe 2) Peneliti pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara 1) Balai Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang sangat peting, selain padi dan gandum. Jagung juga berfungsi sebagai sumber makanan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pertanian ditujukan untuk meningkatkan ketahanan pangan, mengembangkan agribisnis dan meningkatkan kesejahteraan petani, mengisyaratkan bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Jagung Jagung (Zea mays L) termasuk dalam keluarga rumput rumputan. tanaman jagung (Zea mays L) dalam sistematika ( Taksonomi ) tumbuhan, kedudukan tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung Jagung merupakan tanaman semusim yang menyelesaikan satu siklus hidupnya selama 80-150 hari. Bagian pertama dari siklus tersebut merupakan tahap pertumbuhan vegetatif

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai tetap dipandang penting oleh Pemerintah dan telah dimasukkan dalam program pangan nasional, karena komoditas ini mengandung protein nabati yang tinggi 38%, lemak

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA AgroinovasI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA Dalam menghasilkan benih bermutu tinggi, perbaikan mutu fisik, fisiologis maupun mutu genetik juga dilakukan selama penanganan pascapanen. Menjaga mutu fisik

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN PENYIAPAN BENIH KEDELAI Oleh : MOH. YUSUF YUNAIDI

PETUNJUK LAPANGAN PENYIAPAN BENIH KEDELAI Oleh : MOH. YUSUF YUNAIDI PETUNJUK LAPANGAN PENYIAPAN BENIH KEDELAI Oleh : MOH. YUSUF YUNAIDI A. Latar Belakang Dalam bercocok tanam pemilihan benih yang ditanam merupakan langkah pertama yang sangat penting, salah memilih benih

Lebih terperinci

Jurusan / Program Studi Agribisnis Hortikultura Dan Arsitektur Pertamanan. Disusun Oleh : LISA RAHAYU H

Jurusan / Program Studi Agribisnis Hortikultura Dan Arsitektur Pertamanan. Disusun Oleh : LISA RAHAYU H Budidaya Tanaman Melon ( Cucumis melo L.) di Pusat Pelatihan Pertanian Terpadu OISCA Karanganyar TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Ahli Madya Pertanian Di Fakultas

Lebih terperinci

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang PRODUKSI BENIH PADI Persyaratan Lahan Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang ditanam sama, jika lahan bekas varietas

Lebih terperinci

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara Bahtiar 1), Andi Tenrirawe 2), A.Takdir 2) 1)Balai Pengkajian Teknologi pertanian Sulawesi Utara dan 2)Balai Penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin

Lebih terperinci

PENGUATAN KELEMBAGAAN PENANGKAR BENIH UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN BENIH PADI DAN KEDELAI

PENGUATAN KELEMBAGAAN PENANGKAR BENIH UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN BENIH PADI DAN KEDELAI Policy Brief PENGUATAN KELEMBAGAAN PENANGKAR BENIH UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN BENIH PADI DAN KEDELAI Pendahuluan 1. Produksi benih tanaman pangan saat ini, termasuk benih padi dan benih kedelai, merupakan

Lebih terperinci

Adopsi dan Dampak Penggunaan Benih Berlabel di Tingkat Petani.

Adopsi dan Dampak Penggunaan Benih Berlabel di Tingkat Petani. 28 Adopsi dan Dampak Penggunaan Benih Berlabel di Tingkat Petani. Pendahuluan Kebutuhan benih bermutu untuk produksi tanaman pangan dan perkebunan relatif tinggi seiring dengan tujuan produksi yang lebih

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Dalam taksonomi tumbuhan, tebu tergolong dalam Kerajaan Plantae, Divisi Magnoliophyta, Kelas Monocotyledoneae, Ordo Glumaceae, Famili Graminae, Genus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merill) merupakan salah satu komoditas pangan utama

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merill) merupakan salah satu komoditas pangan utama 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merill) merupakan salah satu komoditas pangan utama setelah padi yang dikenal sebagai sumber utama protein nabati yang dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PETERNAKAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2013, No

2013, No 2013, No.1176 4 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SERTIFIKASI BENIH DAN PENGAWASAN MUTU BENIH TANAMAN KELAPA

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUMBAWA.

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUMBAWA. PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUMBAWA. BUPATI SUMBAWA Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Jagung Manis Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea mays saccarata L. Menurut Rukmana ( 2009), secara sistematika para ahli botani mengklasifikasikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) merupakan jagung yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) merupakan jagung yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) merupakan jagung yang terbentuk akibat jagung biasa yang mengalami mutasi secara alami. Terdapat gen utama

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

RESPON VARIETAS TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN PADA FASE PERTUMBUHAN VEGETATIF

RESPON VARIETAS TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN PADA FASE PERTUMBUHAN VEGETATIF RESPON VARIETAS TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN PADA FASE PERTUMBUHAN VEGETATIF SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Prasyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Program

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim 15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Buncis Buncis berasal dari Amerika Tengah, kemudian dibudidayakan di seluruh dunia di wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan

Lebih terperinci

PENANAMAN TANAMAN JAGUNG/ System JARWO

PENANAMAN TANAMAN JAGUNG/ System JARWO PENANAMAN TANAMAN JAGUNG/ System JARWO Oleh : Sugeng Prayogo BP3K Srengat Penanaman merupakan proses pemindahan benih kedalam tanah dengan tujuan agar tanaman tumbuh dan berkembang dengan baik. Untuk memperoleh

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS SISTEM PERBENIHAN KOMODITAS PANGAN DAN PERKEBUNAN UTAMA

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS SISTEM PERBENIHAN KOMODITAS PANGAN DAN PERKEBUNAN UTAMA LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS SISTEM PERBENIHAN KOMODITAS PANGAN DAN PERKEBUNAN UTAMA Oleh : Bambang Sayaka I Ketut Kariyasa Waluyo Yuni Marisa Tjetjep Nurasa PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. atas. Umumnya para petani lebih menyukai tipe tegak karena berumur pendek

TINJAUAN PUSTAKA. atas. Umumnya para petani lebih menyukai tipe tegak karena berumur pendek II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kacang Tanah Secara garis besar kacang tanah dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe tegak dan menjalar. Kacang tanah tipe tegak percabangannya lurus atau sedikit miring ke atas.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Arecaceae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara morfologi tanaman jagung manis merupakan tanaman berumah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara morfologi tanaman jagung manis merupakan tanaman berumah satu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Klasifikasi Jagung Manis Secara morfologi tanaman jagung manis merupakan tanaman berumah satu (monoecious) dengan letak bunga jantan terpisah dari bunga betina pada

Lebih terperinci

Benih panili (Vanilla planifolia Andrews)

Benih panili (Vanilla planifolia Andrews) Standar Nasional Indonesia Benih panili (Vanilla planifolia Andrews) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3

Lebih terperinci

Benih panili (Vanilla planifolia Andrews)

Benih panili (Vanilla planifolia Andrews) Standar Nasional Indonesia Benih panili (Vanilla planifolia Andrews) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3

Lebih terperinci

Disusun Oleh : H PROGRAM FAKULTA. commit to user

Disusun Oleh : H PROGRAM FAKULTA. commit to user SERTIFIKASI BENIH PADI HIBRIDA DI BALAI PENGAWASAN DAN SERTIFIKASI BENIH JAWAA TENGAH TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Sebagian Persyarata n Guna Memperoleh Derajat Ahli Madya Pertanian Di Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan yang artinya masyarakat banyak yang bermata pencaharian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kentang

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kentang 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kentang Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) dikenal sebagai The King of Vegetable dan produksinya menempati urutan keempat dunia setelah beras, gandum dan jagung (The International

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 354/HK.130/C/05/2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PRODUKSI BENIH BINA TANAMAN PANGAN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 354/HK.130/C/05/2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PRODUKSI BENIH BINA TANAMAN PANGAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 354/HK.130/C/05/2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PRODUKSI BENIH BINA TANAMAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia

PEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia 57 PEMBAHASAN Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia Hasil pertemuan yang dilakukan pengusaha sumber benih kelapa sawit yang dipimpin oleh Direktur Jenderal Perkebunan pada tanggal 12 Februari 2010,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PENDAHULLUAN. Pengertian Teknologi Pertanian

PENDAHULLUAN. Pengertian Teknologi Pertanian PENDAHULLUAN Pengertian Teknologi Pertanian Encyclopedia Britanica : Agriculture Technology is application of techniques to control the growth and harvesting of Agriculture Production (Aplikasi Teknik

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, Menimbang : a. bahwa Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Subang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Tanaman salak yang digunakan pada penelitian ini adalah salak pondoh yang ditanam di Desa Tapansari Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Siahaan dan Sitompul (1978), Klasifikasi dari tanaman kedelai adalah sebagai berikut : Kingdom Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur hara guna mendorong pertumbuhan

Lebih terperinci

Sertifikasi Benih. Paper Halaqoh Disusun pada tanggal 04 Nopember 2015 Pengasuh Prof. Dr. Kyai H. Ahmad Mudlor, SH

Sertifikasi Benih. Paper Halaqoh Disusun pada tanggal 04 Nopember 2015 Pengasuh Prof. Dr. Kyai H. Ahmad Mudlor, SH Sertifikasi Benih Paper Halaqoh Disusun pada tanggal 04 Nopember 2015 Pengasuh Prof. Dr. Kyai H. Ahmad Mudlor, SH Oleh M. Kholil Mahasiswa Semester 7 Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1995 Tentang : Pembenihan Tanaman

Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1995 Tentang : Pembenihan Tanaman Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1995 Tentang : Pembenihan Tanaman Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 44 TAHUN 1995 (44/1995) Tanggal : 30 DESEMBER 1995 (JAKARTA) Sumber : LN 1995/85; TLN NO.

Lebih terperinci