PENDIDIKAN PADA MASA REVOLUSI HINGGA LAHIRNYA SEKOLAH PERTANIAN MENENGAH ATAS (SPMA)
|
|
- Yenny Widjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1
2 PENDAHULUAN Lembaga pendidikan merupakan salah satu sistem yang memungkinkan berlangsungnya pendidikan secara berkesinambungan dalam rangka tercapainya tujuan pendidikan. Jadi yang dimaksud dengan lembaga pendidikan adalah suatu bentuk organisasi yang tersusun relatif tetap atas pola-pola tingkah laku, peran-peran dan relasi-relasi terarah dalam mengikat individu yang mempunyai otoritas formal dan sanksi hukum guna tercapainya kebutuhan-kebutuhan sosial dasar peserta didik. Kemunculan lembaga pendidikan di berbagai daerah termasuk daerah Minangkabau telah memberikan warna baru dalam dunia pendidikan. Pada tahun 1947 di Bukittinggi muncul sebuah lembaga pendidikan yaitu SPMA (Sekolah Pertanian Menengah Atas). Sejak tercapai kemerdekaan Republik Indonesia dan tersusunnya pemerintahan propinsi Sumatera sangat dirasakan kekurangan tenaga teknik pertanian di Sumatera. Tenaga yang ada tidak mencukupi kebutuhan untuk melaksanakan pembangunan secara efektif, sementara diantara tenaga yang ada masih sangat sedikit tenaga muda. Sedangkan untuk berhubungan dengan Jawa masih sulit sekali karena infrastruktur dan kendaraan pada waktu itu belum memadai. Berhubung dengan hal di atas, gubernur Sumatera dengan surat ketetapan tanggal 1 Oktober 1947 No. 62/ P.P. menyetujui pendirian sebuah sekolah pertanian tingkatan menengah tinggi di Bukittinggi. Sektor pertanian menjadi sektor utama bangkitnya Indonesia pada waktu itu, apalagi dengan didirikannya SPMA merupakan jalan yang tepat yang terpikirkan oleh para anggota residen Sumatera Tengah demi menghasilkan tenaga ahli di sektor pertanian, meskipun dari tenaga pendidik pada waktu itu belum maksimal seperti yang diharapkan. Berdasarkan dengan hal di atas, penulisan Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) sebagai sebuah lembaga pendidikan pertanian di Sumatera Barat sangat menarik untuk diteliti karena SPMA yang berdiri pada tahun 1947 merupakan Sekolah Pertanian pertama di Sumatera. Selain itu, SPMA ini telah melahirkan tenaga-tenaga ahli pertanian yang berpengalaman dan hingga tahun 2013 sekolah ini masih tetap bertahan walaupun telah mengalami pasang surut dalam dunia pendidikan. Penelitian ini membahas masalah yang berkaitan dengan Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) sebagai sebuah lembaga pendidikan pertanian di Sumatera Barat. Batasan penelitian ini adalah batasan Spasial dari penelitian ini adalah Sumatera Barat, karena keberadaan SPMA tersebut terletak di Bukittinggi pada awalnya, sehingga dengan berbagai pertimbangan sekolah tersebut dipindahkan ke Padang yang termasuk ke dalam 2 Kabupaten/Kota yang ada di ruang lingkup Sumatera Barat. Batasan Temporal pada tahun Tahun 1947 adalah awal berdirinya SPMA. Sedangkan tahun 2013 yaitu terjadi pergantian Kepala Sekolah di SPMA. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana latar belakang lahirnya SPMA pada tahun 1947? 2. Bagaimana perkembanganperkembangan status kelembagaan SPMA sejak tahun 1947 hingga 2013? Tujuan Penelitian ini adalah: 1. Untuk mendeskripsikan latar belakang lahirnya SPMA pada tahun Untuk menelusuri dan mendeskripsikan perkembangan-perkembangan status kelembagaan SPMA sejak tahun 1947 hingga Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka penelitian ini berguna untuk : 1. hasil penelitian ini dapat memperkaya pengetahuan para mahasiswa khususnya program studi pendidikan sejarah dan khasanah historiografi lokal serta dapat dijadikan sebagai referensi bagi para mahasiswa dan dalam pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Penelitian dan penulisan ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi sekaligus sebagai bahan masukan dinas atau instansi terkait serta masyarakat tentang keberadaan SPMA di Sumatera Barat. Tulisan yang relevan diantaranya adalah Mega Trisep Mayenti Skripsi, yang
3 menulis tentang Perkembangan Perguruan Sabbihisma Tahun Yuliade Febri Yanti Skripsi, yang menulis tentang Lembaga Pendidikan Muhammadiyah Panjang Studi tentang Kemunduran ( ). Yeni Marini Skripsi, yang menulis tentang Perkembangan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat ( ). Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah. Langkah pertama Heuristik yaitu mengumpulkan dan menemukan sumbersumber data sejarah baik primer maupun sekunder. Sumber primer berupa wawancara dan arsip seperti arsip SPMA serta Dinas Pertanian dan yang terkait dengan penelitian, wawancara dilakukan dengan Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, guru, mantan Kepala Sekolah, mantan guru, siswa, alumni SPMA serta pegawai SPMA. Selain itu, arsip yang didapat yaitu berupa buku 10 Tahun SPMA Bukittinggi-Padang September 47-September 57 dan arsiparsip yang berkaitan dengan SPMA, seperti data jumlah siswa SPMA, Profil SPMA, penetapan nomeklatur SPP menjadi SMK- PP Negeri Padang tahun 2011, akta kerjasama SPMA dengan PT. Yuko Tesa Mirai tentang Program Pelatihan Magang ke Jepang, Sertifikat Akreditasi, Koran Serambi Minang, dan Koran Padang Ekspres serta Arsip Pribadi Bapak Yusnan tentang Sejarah Ringkas Pendirian dan Perjalanan SPMA Bukittinggi-Padang. Sedangkan sumber sekunder yang digunakan adalah berupa data dari hasil penelitian perpustakaan, dengan cara memahami buku-buku yang relevan serta berkaitan dengan masalah penelitian. Sumber tersebut diperoleh dari perpustakaan STKIP PGRI SUMBAR, perpustakaan Universitas Negeri Padang, Perpustakaan Daerah dan perpustakaan Fakultas Sastra UNAND. Selain itu juga dari tulisan-tulisan yang relevan dengan penulisan ini. Tahap kedua adalah kritik sumber yaitu data yang sudah dikumpulkan, kemudian diseleksi sehingga diketahui apakah data tersebut dapat digunakan atau tidak. Kritik sumber ini meliputi dua bagian yaitu kritik eksternal dan kritik internal. Kritik eksternal adalah pengujian otensitas (keaslian) secara klinis dan labor kritik, ini dapat dijalankan karena keterbatasan alat-alat pengetahuan penulis. Sedangkan kritik internal dilakukan untuk menguji keaslian (reabilitas) isi informasi sejarah yang terkandung didalamnya dengan cek silang dalam wawancara kedua tingkat pengolahan ini bertujuan untuk menyeleksi dan menyingkirkan bagian data yang tidak relevan dan kemudian menyimpulkan kesaksian yang bisa dipercaya dari bagian yang telah diseleksi dari data autentik. Tahap ketiga adalah Interpretasi yaitu data yang diperoleh dari lapangan hasil wawancara dan data sekunder serta studi kepustakaan kemudian dianalisis dan diinterpretasi dengan cara menghubungkan dan membandingkan fakta-fakta yang diteliti sehingga terdapat fakta yang siap disajikan. Tahap keempat adalah historiografi merupakan penyajian hasil penelitian dalam bentuk karya ilmiah (Skripsi). Dengan demikian diharapkan dapat menghasilkan suatu karya sejarah yang bisa dipertanggungjawabkan. PENDIDIKAN PADA MASA REVOLUSI HINGGA LAHIRNYA SEKOLAH PERTANIAN MENENGAH ATAS (SPMA) A. Pendidikan Pada Masa Revolusi Setelah kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, perubahanperubahan tidak hanya terjadi dalam bidang pemerintahan saja, tetapi juga dalam bidang pendidikan. Dalam UUD 1945 dasar dan falsafah negara Indonesia adalah Pancasila. Maka dasar dan falsafah inilah yang kemudian dijadikan landasan idiil pendidikan di Indonesia. Pada masa Revolusi ini tujuan pendidikan dirumuskan untuk mendidik warga negara yang sejati, sedia menyumbangkan tenaga dan pikiran untuk negara dan masyarakat. Dengan kata lain, tujuan pendidikan pada masa tersebut penekanannya pada penanaman semangat patriotisme.pada masa ini pengajaran teknik dan ekonomi terutama pengajaran pertanian, industri, pelayaran dan perikanan mendapat perhatian istimewa.
4 B. Berdirinya SPMA Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) merupakan sekolah pertanian yang berdiri pada tahun 1947 di Bukittinggi. Gubernur Sumatera dengan surat ketetapan tanggal 1 Oktober 1947 No. 62 / P.P. menyetujui pendirian Sekolah Pertanian tingkatan Menengah Tinggi di Bukittinggi. Pejabat-pejabat yang terlibat langsung dalam kegiatan ini antara lain: Moh. Said, Moh. Yusuf, dan Idham. Beberapa pemimpin yang menerima baik dan menyokong pendapat tersebut diantaranya yaitu Mr. St. M. Rasyid, Marzuki Jatim, M. Syafei, dan Eni Karim. Beberapa alasan SPMA ini didirikan di Bukittinggi yaitu: (1) gedung yang dapat dijadikan gedung sekolah dan asrama sudah ada serta kebun praktek pertanian pun sudah ada, (2) Bukittinggi letaknya di tengahtengah Pulau Sumatera, (3) Di Bukittinggi banyak berkumpul ahli-ahli praktek pertanian yang sudah berpengalaman dan dapat diminta untuk mengajar, (4) Milieu kota dipandang baik untuk pelajar dan untuk kelancaran pembelajaran Tujuan didirikannya sekolah ini adalah untuk mendapatkan pegawai teknik yang berpendidikan dalam lingkungan Dinas Pertanian Sumatera, serta untuk menampung pelajar-pelajar yang tamat dari SMP yang ada minat untuk melanjutkan pelajaran ke jurusan pertanian. SPMA ini didirikan pada sebuah gedung bekas gudang tentara Jepang dengan ukuran 35 x 20 m untuk dijadikan ruang belajar dan asrama. Bangunan ini terletak di kebun percobaan Gurun Panjang milik pejabat pertanian Sumatera Barat seluas 3,5 hektar lahan sawah dan 25 hektar lahan kering. Lahan ini digunakan sebagai lahan praktek siswa. PERKEMBANGAN SPMA ( ) A. SPMA Di Bukittinggi Pada periode ini SPMA didirikan di Bukittinggi sebagai sekolah pertanian. Syarat untuk melamar ke SPMA adalah memiliki ijazah SMP Negeri bagian B. Pada tanggal 15 September 1947 dimulailah proses belajar mengajar pertama di SPMT/SPMA. Direktur SMPT/SPMA pertama ditunjuk Moh. Said yang pada waktu itu menjabat sebagai Kepala Pejabat Pertanian Sumatera Barat. Pada tahun-tahun pertama sekolah ini banyak mendapat kendala pembelajaran, terutama materi atau bahan ajar yang masih belum memadai karena buku-buku rujukan masih dalam bahasa asing. Kesulitan lain yang dialami SPMA pada waktu itu adalah tidak adanya ruang kelas untuk belajar. Untuk mengatasi hal tersebut dipakailah salah satu ruang asrama sebagai ruang belajar. Alat tulis dan kantor juga sangat terbatas. Pada awal-awal berdirinya SPMA banyak sekali menemui kesulitan, baik dari segi sarana dan prasarana maupun dari segi kurangnya tenaga pengajar pada waktu itu. Tenaga guru di SPMA belum memadai. Guru mata pelajaran yang bersifat umum diperbantukan dari guru-guru SMU lain di Bukittinggi. Guru-guru ini diperbantukan sebagai guru istimewa. Pada awal berdirinya kurikulum yang dipakai di SPMA disusun oleh Mohd. Jusuf dengan mempedomani peraturan dan rencana Middelbare Lanbouwschool di Bogor dengan beberapa perubahan sesuai kebutuhan. Pada tahun 1950 barulah SPMA memakai kurikulum dari Kementerian Pertanian. Pada tahun 1948 terjadi Agresi Belanda di Indonesia yang menyebabkan sekolah ini ditutup. Siswa-siswa dan guru SPMA mengungsi meninggalkan Kota Bukittinggi. Bahkan ada dari siswa SPMA yang pindah ke MLS Bogor dan ada juga yang pindah ke cultuurschool sukabumi dan sekolah-sekolah lainnya. Barulah pada tahun 1950 SPMA dapat dibuka kembali. Pada tahun 1950 SPMA diurus langsung oleh Kementerian Pertanian. Pada tahun 1954 SPMA dipindahkan ke Padang karena beberapa faktor yaitu: 1. Tanah untuk kebun praktek, kebun koleksi dan kebun percobaan tidak mencukupi di Bukittinggi. Untuk sekolah ini dibutuhkan paling sedikit 25 hektar lahan, namun disekitar Bukittinggi pada waktu itu tidak ada. 2. Iklim Bukittinggi terlalu dingin untuk berbagai tanaman perusahaan penting. Setelah pindah ke Padang SPMA masih mengalami berbagai kesulitan yaitu kesulitan sarana dan prasarana serta kesulitan tenaga guru. Tenaga guru masih belum memadai. Pada tahun 1957 terjadi pergolakan PRRI di Sumatera Barat yang
5 menyebabkan SPMA untuk kedua kalinya ditutup. Barulah pada tahun 1960 SPMA ini dibuka kembali. B. SPMA Setelah Masa PRRI Pada periode ini SPMA dibuka kembali setelah ditutup karena adanya pergolakan PRRI di Sumatera Barat. SPMA dibuka kembali pada tahun SPMA tetap berada di bawah naungan Kementerian Pertanian Indonesia. Setelah tahun 1960 terjadi peningkatan minat siswa untuk bersekolah di SPMA karena setelah tamat dari SPMA mereka bisa langsung diterima bekerja di Dinas-dinas dan Balai-balai Pertanian sebagai penyuluh pertanian, sehingga SPMA sangat diminati. Penerimaan untuk SPMA hanya dibatasi untuk dua kelas saja. Banyak siswa yang berminat untuk masuk ke SPMA karena setelah tamat dari SPMA ini bisa langsung mendapatkan pekerjaan, pada saat itu memang banyak dibutuhkan penyuluhpenyuluh pertanian. Minat siswa yang ingin bersekolah di SPMA terus meningkat hingga tahun Untuk tenaga guru SPMA banyak diambil dari ahli-ahli pertanian dan orangorang Dinas Pertanian yang diperbantukan sebagai guru SPMA. Kurikulum yang dipakai adalah kurikulum dari Kementerian Pertanian yang bersifat Polivalen. C. SPMA Diserahkan Kepada Provinsi Pada tahun 2001 SPMA diserahkan oleh pusat (Kementerian Pertanian) kepada Pemerintah Daerah (Gubernur) di bawah Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Sumatera Barat. Hal ini disebabkan karena adanya otonomi daerah. Kurikulum yang dipakai oleh SPMA masih tetap kurikulum yang berasal dari Kementerian Pertanian, namun pengelolaan SPMA diambil alih oleh Pemerintah Daerah. Setelah SPMA ini diserahkan kepada Pemerintah Daerah terjadi penurunan minat siswa untuk bersekolah di SPMA karena setelah tamat dari SPMA mereka sudah tidak bisa lagi langsung bekerja sebagai PNS. Pada tahun 2010 SPMA dipindahkan ke Lubuk Minturun karena adanya pembangunan Masjid Raya di lokasi berdirinya SPMA. Setelah pindah ke Lubuk Minturun, SPMA yang berada di bawah Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Sumatera Barat bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan, sehingga kurikulum yang dipakai adalah Kurikulum dari Kementerian Pendidikan. Setelah pindah ke Lubuk Minturun sarana dan prasarana SPMA sudah memadai, namun lahan praktek belum mencukupi karena SPMA harus berbagi lahan dengan BBI. KESIMPULAN Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) merupakan sekolah pertanian pertama yang berdiri pada tahun 1947 di Sumatera. Sekolah ini didirikan di Bukittinggi. Tujuan didirikannya sekolaah ini yaitu untuk mendapatkan pegawai teknik yang berpendidikan dalam lingkungan Dinas Pertanian Sumatera, untuk menampung pelajar-pelajar yang tamat dari SMP yang ada minat untuk melanjutkan pelajaran ke jurusan pertanian. Pada tahun Indonesia mengalami masa sulit yaitu dengan adanya Agresi Belanda I dan Agresi Belanda II. Pada masa ini SPMA sama sekali tidak berjalan atau terhenti. Barulah pada tahun 1950 sekolah ini berjalan kembali. Pada tahun 1954 SPMA dipndahkan ke Padang. Setelah SPMA dipindahkan ke Padang, SPMA mulai berkembang. Banyak siswa yang berminat unuk bersekolah di SPMA. Pada tahun kegiatan belajar mengajar di SPMA Padang untuk kedua kalinya terhenti akibat pergolakan PRRI di Sumatera Barat. Barulah pada tahun 1960 SPMA dibuka kembali. Setelah SPMA dibuka kembali pada tahun 1960 terjadi peningkatan jumlah siswa yang ingin masuk ke SPMA, tetapi penerimaan hanya dibatasi untuk dua kelas saja. Pada tahun 2001 SPMA diserahkan oleh Kementerian Pertanian kepada Pemerintah Daerah Sumatera Barat. Setelah diserahkan kepada Pemerintah Daerah terjadi penurunan minat siswa untuk masuk ke SPMA.Pada tahun 2010 SPMA dipindahkan ke Lubuk Minturun dan mulai bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan memakai kurikulum dari Kementerian Pertanian.
6 DAFTAR PUSTAKA A. Arsip Arsip pribadi Bapak Yusnan, mantan guru SPMA. Arsip SPMA/ SMK-PP Negeri Padang. Buku Laporan 10 Tahun SPMA Bukittinggi Padang September 47- September 57 Keputusan kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga provinsi Sumatera Barat Nomor: 421.2/130/KPTS-2011 tentang penetapan nomenklatur Sekolah Pertanian Pembangunan (SPP) Padang menjadi Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian Pembangunan (SMK-PP) Padang tahun B. Buku Abu Ahmadi dan nur Uhbiyati Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Amir Daien Indrakusumo Pengantar Ilmu Mendidik Sebuah Tinjauan Teoritis Filosofis. Surabaya: Usaha Nasional. Audrey Kahin Dari Pemberontakan ke Integrasi Sumatera Barat dan Politik Indonesia Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Daliman Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Ombak. Freek Colombijn Paco-Paco (Kota) Padang: Sejarah Sebuah Kota di Indonesia ke-20 dan Penggunaan Ruang Kota. Yogyakarta: Ombak. Louis Gottschalk Mengerti Sejarah. Jakarta: UI. Mestika Zed Metodologi Sejarah, Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial: Universitas Negeri Padang. Muhaimin Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasional. Bandung: Trigenda karya. Onisimus Amtu Manajemen Pendidikan di Era Otonomi Daerah. Bandung: Alfabeta. Redja Mudyahardjo Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada Sekilas Perkembangan Pendidikan di Sumatera Barat Dan Fungsi Museum Adhityawarman Padang: Proyek Pegembangan Permuseuman Sumatera Barat. S. Sumarsono Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Sumarsono Mestoko Pendidikan di Indonesia dari Jaman ke Jaman. Jakarta: Balai Pustaka. C. Koran Dinas Pertanian Digugat Rp. 10 M (Kasus SPMA Berbuntut Ke Pengadilan). Padang Ekspres, 3 November SPMA, Nasibmu di Simpang Jalan (1). Serambi Minang, 17 Mei D. Skripsi Mega Trisep Mayenti Perkembangan Perguruan Sabbihisma Tahun Yuliade Febri Yanti Lembaga Pendidikan Muhammadiyah Panjang Studi tentang Kemunduran ( ). Yeni Marini Perkembangan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat ( ). E. Internet Abdul Rozaq Studi Kasus Kesiapan Pelksanaan Uji Kompetensi Mata Pelaajaran PLC Pada Kompetensi Keahlian Teknik Otomasi Industri. Jurnal Skripsi. ( diakses 12 Januari 2015).
Historiografi. (Jakarta: PT Gramedia.1985) Hal Wawancara dengan Adi Waluyo, 40. tahun peteni etnis Jawa desa Rami Mulya, 29 Desember
2 PENDAHULUAN Negara Republik Indonesia pernah mengalami goncangan yang berat di bidang perekonomian dan juga politik yang terjadi pada tahun 1950-an yang disebabkan karena tidak puas terhadap keputusan
Lebih terperinciSejarah Pembudidayaan Perikanan Darat: Studi Kasus Balai Benih Ikan Beringin Rao, Pasaman ( ) 1. Oleh: Devra Lismanto 2
Sejarah Pembudidayaan Perikanan Darat: Studi Kasus Balai Benih Ikan Beringin Rao, Pasaman (1984-2004) 1 Oleh: Devra Lismanto 2 Abstrak Tulisan ini berjudul Sejarah Pembudidayaan Perikanan Darat: Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi kota adalah perdagangan. Sektor ini memiliki peran penting dalam mendukung
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH
P PEMERINTAH KOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. 1. Arti pendidikan itu sendiri adalah pendidikan sebagai gejala universal,
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pada dasarnya pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
Lebih terperinciPERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan sebuah negara maritim karena memiliki wilayah laut yang lebih luas dibandingkan dengan wilayah daratan. Hal ini menjadikan bangsa
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. pemilihan lokasi penelitian adalah: (usaha perintis) oleh pemerintah. tersebut dipilih atas pertimbangan:
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di kota Salatiga. Pertimbangan pemilihan lokasi penelitian adalah: 1. Sekolah Guru B di Salatiga menjadi salah satu pilot
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran. Tujuannya agar peserta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran. Tujuannya agar peserta didik secara aktif
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan
BAB I Pendahuluan I. 1. Latar belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang penting di dalam perkembangan sebuah masyarakat. Melalui pendidikan kemajuan individu bahkan komunitas masyarakat tertentu dapat
Lebih terperinciSEKOLAH POLISI NEGARA(SPN) PADANG BESI
SEKOLAH POLISI NEGARA(SPN) PADANG BESI 1961-2002 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Salah Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya OLEH VITRY WIDYANINGSIH 07181035
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 menjadi hari bersejarah dalam kehidupan bangsa Indonesia. Peristiwa yang terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tujuan sosial (mengusahakan bantuan seperti, sekolah, rumah sakit dan sebagainya). 1 Keberadaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yayasan adalah badan hukum yang dikelolah oleh sebuah pengurus dan didirikan untuk tujuan sosial (mengusahakan bantuan seperti, sekolah, rumah sakit dan sebagainya).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Wilayah pedesaan umumnya adalah wilayah yang penduduknya
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Wilayah pedesaan umumnya adalah wilayah yang penduduknya mempunyai kegiatan utama yang bergerak dibidang pertanian, termasuk dalam pengelolaan sumber daya alam di wilayah
Lebih terperinci2 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
No. 1231, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUT. Sistem Informasi. Pendidikan dan Pelatihan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.59/Menhut-II/2014 TENTANG TATA CARA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Pendidikan juga dipandang sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Pendidikan sangat penting peranannya dalam kehidupan manusia, karena pendidikan merupakan sarana ataupun alat untuk mengubah kehidupan seseorang menjadi lebih baik di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi, hambatan dan keterbatasan komunikasi dapat mulai diatasi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran media komunikasi sangat berjasa dalam menumbuhkan kesadaran kebangsaan, perasaan senasib sepenanggungan, dan pada akhirnya rasa nasionalisme yang mengantar bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deklarasi terhadap pembentukan sebuah negara yang merdeka tidak terlepas dari pembicaraan mengenai pembentukan struktur atau perangkatperangkat pemerintahan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
29 BAB III METODE PENELITIAN Skripsi ini berjudul Peranan Pesantren Syamsul Ulum Dalam Revolusi Kemerdekaan di Sukabumi (1945-1946). Untuk membahas berbagai aspek mengenai judul tersebut, maka diperlukan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/11/2007. TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Dl SEKOLAH PERTANIAN PEMBANGUNAN
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/11/2007 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Dl SEKOLAH PERTANIAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 06 TAHUN 2005 T E N T A N G
PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 06 TAHUN 2005 T E N T A N G PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU Menimbang : DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban yang. diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada Daerah untuk mengurus,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban yang diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada Daerah untuk mengurus, mengatur, mengembangkan, dan menyelesaikan urusan
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian masih memegang peranan penting di dalam perekonomian Indonesia, karena alasan-alasan tertentu yaitu: sektor pertanian mampu meyediakan lapangan kerja
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di kota Ambarawa-Bawen dengan pertimbangan pemilihan lokasi penelitian tersebut adalah: 1. Sekolah Pendidikan Guru Mendut
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Sosiologi Masyarakat Pesisir. (Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia), hal. 1 2 Ibid, hal Arif Satria
PENDAHULUAN Bangsa Indonesia merupakan negara kepulauan, yang lautnya mencapai 70 persen dari total wilayah. Kondisi laut yang demikian luas dan sumber daya alam yang begitu besar pada kenyataannya belum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki perairan yang sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki perairan yang sangat luas dan di dalamnya terdapat beragam sumber daya alam yang melimpah, seperti berbagai jenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan masyarakat yang dilakukan di seluruh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Pembangunan Nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan masyarakat yang dilakukan di seluruh wilayah baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia selalu mengalami yang namanya perubahan. Perubahan tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui peristiwa
Lebih terperinciYAYASAN PEMBINA LEMBAGA PENDIDIKAN (YPLP) PENDIDIKAN TINGGI (DIKTI) PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (PGRI) PROVINSI SUMATERA BARAT
YAYASAN PEMBINA LEMBAGA PENDIDIKAN (YPLP) PENDIDIKAN TINGGI (DIKTI) PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (PGRI) PROVINSI SUMATERA BARAT 1978 2009 SKRIPSI Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sutisna, 2015 TENGKULAK DAN PETANI Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jawa Barat dikenal sebagai daerah yang mempunyai iklim sejuk dan wilayahnya yang mempunyai banyak pegunungan sangat cocok untuk dijadikan sebagai lahan pertanian
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. dari penelitian ini secara deskriptif naratif. Tujuan penelitian ini yaitu
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu dari permasalahan yang telah dirumuskan maka bentuk dari penelitian ini secara deskriptif naratif. Tujuan penelitian ini yaitu untuk
Lebih terperinci2014 PERKEMBANGAN PT.POS DI KOTA BANDUNG TAHUN
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pada 20 Agustus tahun 1746 oleh Gubernur Jenderal G.W.Baron Van Imhoff mendirikan Kantor Pos dengan tujuan untuk lebih menjamin keamanan surat
Lebih terperinciKota Padang Sejarah Sebuah Kota di Indonesia Abad ke-20 dan Pengunaan Ruang Kota Yogyakarta: Ombak. Hal Ibid, Hal, 83
1 PENDAHULUAN Pasukan Belanda mengambil alih kekuasaan dari tentara Inggris pada tanggal 29 November 1946. Pada bulan yang sama juga ditandatangani Perjanjian Linggarjati, yang memberikan pengakuan secara
Lebih terperincimenyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran uang 1 di suatu daerah merupakan hal yang menarik untuk dikaji, terutama di suatu negara yang baru memerdekakan diri dari belenggu penjajahan. Uang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kriminalitas merupakan tingkah laku yang dapat dikategorikan sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kriminalitas merupakan tingkah laku yang dapat dikategorikan sebagai penyimpangan sosial dan tidak diinginkan oleh siapapun. Kriminalitas bisa terjadi setiap saat dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhan dalam pemerintahnya. yang memiliki jiwa-jiwa besar dalam mewujudkan kemerdekaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu persoalan penting di kehidupan manusia dalam hal mengangkat kedudukan seseorang. Dunia pendidikan Indonesia dikelola secara modern
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sektor lainnya. Tidak hanya mementingkan salah satu sektor saja. Indonesia sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu negara tidak terlepas dari pembangunan yang terjadi pada sektor lainnya. Tidak hanya mementingkan salah satu sektor saja. Indonesia sebagai salah
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2004/2005
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2004/2005 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a.
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. BAPPEDA Kota Padang, tentang Penyusunan Masterplan Pasar raya dan Pasar Tradisonal Kota Padang, 2012.
79 DAFTAR PUSTAKA A. Arsip dan Dokumen BAPPEDA Kota Padang, tentang Penyusunan Masterplan Pasar raya dan Pasar Tradisonal Kota Padang, 2012. Data UPTD Pasar Bandar Buat. Padang : UPTD, 2014. Dinas Pasar
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.59/Menhut-II/2014
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.59/Menhut-II/2014 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN SISTEM INFORMASI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perindustrian. Perkembangan industrialisasi di Indonesia ditandai dengan munculnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang besar, yang memiliki keberagaman kehidupan dengan berbagai macam peristiwa sejarah. Salah satunya adalah sejarah perusahaan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA JAMBI
LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2008 SERI D NOMOR 02 PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2008 T E N T A N G PEMBENTUKAN ORGANISASI DINAS DINAS DAERAH KOTA JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2005 TENTANG UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2005/2006
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2005 TENTANG UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2005/2006 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah adalah kejadian yang terjadi pada masa lampau, disusun berdasarkan peninggalan-peninggalan yang terdapat dimasa kini. Perspektif sejarah selalu menjelaskan ruang,
Lebih terperinciWALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT
Menimbang WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI KANTOR ARSIP, PERPUSTAKAAN, DAN DOKUMENTASI DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Batasan Dan Perumusan Masalah
0 1 PENDAHULUAN Perkebunan tidak hanya dikenal di Indonesia saja tetapi juga dibanyak Negara lainnya. Pembangunan perkebunan merupakan salah satu bagian dari pembengunan pertanian yang dapat diandalkan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG NOMOR 49 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa berhubung dengan perkembangan dan kemajuan Propinsi Sumatera
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode perjuangan tahun 1945-1949 sering disebut dengan masa perjuangan revolusi fisik atau periode perang mempertahankan kemerdekaan. Periode tersebut merupakan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PENDIRIAN, PERUBAHAN,
Lebih terperinciPerda Kab. Belitung No. 15 Tahun
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya Peraturan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sejarah Pendidikan di Kota Medan. dari keluarg, masyarakat sekelilingnya. Perkembangan pendidikan saat ini ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Pendidikan di Kota Medan Pendidikan sudah dimulai sejak adanya manusia. Pendidikan itu diperoleh dari keluarg, masyarakat sekelilingnya. Perkembangan pendidikan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Penelitian tentang Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Salatiga Masa
BAB III METODOLOGI A. Lokasi Penelitian Penelitian tentang Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Salatiga Masa Pendudukan Jepang Tahun 1942-1945 mengambil lokasi di Salatiga. B. Bentuk dan Strategi Penelitian
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100 TAHUN 2016 TENTANG PENDIRIAN, PERUBAHAN,
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 215 MOR SP DIPA-18.1-/215 DS8665-5462-5865-5297 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus
1 I. PENDAHULUAN A.Latar BelakangMasalah Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 banyak sekali permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia.Sebagai negara yang baru merdeka
Lebih terperinci2017, No tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indone
No.1627, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAG. Kepala Madrasah. Pencabutan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2017 TENTANG KEPALA MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Malaka membuat jalur perdagangan beralih ke pesisir barat Sumatra.
BAB V KESIMPULAN Sumatra Barat punya peran penting dalam terbukanya jalur dagang dan pelayaran di pesisir barat Sumatra. Berakhirnya kejayaan perdagangan di Selat Malaka membuat jalur perdagangan beralih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain dalam satu negara. Transmigrasi merupakan perpindahan penduduk secara permanen dari pulau
Lebih terperinciBAB II PROFIL INSTANSI. A. Sejarah Berdirinya Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara
BAB II PROFIL INSTANSI A. Sejarah Berdirinya Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara Dinas Pendidikan telah menjadi sejarah yang tak terlupakan bagi Indonesia. Keberadaan Dinas Pendidikan sudah ada sejak
Lebih terperinciBAB I KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETANI BUNGA DI DESA TONGKOH KABUPATEN KARO ( )
BAB I KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETANI BUNGA DI DESA TONGKOH KABUPATEN KARO (1970-1990) 1.1 Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya untuk mencapai taraf kesempurnaannya manusia hidup dari dan dalam masyarakatnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia tahun 1945 yang menyatakan bahwa: Bumi, air, dan kekayaan. dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang menyatakan bahwa: Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia dalam era globalisasi ini sedang giatnya melakukan pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana diberbagai sektor
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi
16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan Dalam setiap penelitian, metode merupakan faktor yang penting untuk memecahkan suatu masalah yang turut menentukan keberhasilan penelitian. Sumadi Suryabrata,
Lebih terperinciPERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG
1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Perkebunan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perekonomian regional secara keseluruhan. Sistem perkebunan masuk ke Indonesia pada akhir Abad
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan pedesaan merupakan dua sisi mata uang yang saling
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pertanian dan pedesaan merupakan dua sisi mata uang yang saling berhubungan, karena pertanian merupakan mata pencaharian utama masyarakat desa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan sektor pariwisata telah berkembang pesat seiring perubahan pola pikir, bentuk dan sifat kegiatan yang ditawarkan. Perkembangan ini menuntut agar industri
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 177, 1999 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3898)
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 177, 1999 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3898) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandung yang terjadi setelah selesainya pembangunan jalur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kota Bandung merupakan hal yang menarik untuk dikaji. Khususnya perubahan kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kota Bandung
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN TENTANG
1 GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN 20172016 TENTANG PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS, SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN, SEKOLAH MENENGAH ATAS
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun ,
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Dan Strategi Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun 1974-2007,
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. A.A Navis, Alam Terkembang Jadi guru :Adat dan Kebudayaan Minangkabau, ( Jakarta PT. Pustaka Grafitipers, 1986).
DAFTAR PUSTAKA A.A Navis, Alam Terkembang Jadi guru :Adat dan Kebudayaan Minangkabau, ( Jakarta PT. Pustaka Grafitipers, 1986). Alwir Darwis, Kedudukan dan Peranan Pemimpin Informal dalam Menggalang ketahanan
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. Berdasarkan hasil pembahasan dari penelitian yang penulis lakukan maka
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dari penelitian yang penulis lakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pelaksanaan pengawasan terhadap Bahan Berbahaya yang disalahgunakan
Lebih terperinciBUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS PENYELENGGARA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perserikatan tahun 1985, dimana liga ini masih belum tergolong profesional. Hal ini
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir prestasi sepakbola di Sumatera Utara semakin menurun. Terakhir kali klub sepakbola Sumatera Utara menjuarai Liga Perserikatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Diawali dari kegiatan yang semula
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan yang akan datang akan dicatat dalam peristiwa sejarah. Dengan ketiga cakupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Segala aktivitas manusia didunia ini yang terjadi di masa lampau, sekarang dan yang akan datang akan dicatat dalam peristiwa sejarah. Dengan ketiga cakupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setelah Indonesia merdeka secara de facto dan de jure, maka Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setelah Indonesia merdeka secara de facto dan de jure, maka Indonesia menjadi negara yang independen, negara yang seharusnya berdiri sendiri tanpa pengaruh
Lebih terperinciPEDOMAN PELAKSANAAN UPACARA BENDERA HARI GURU NASIONAL TAHUN 2013 DAN HUT KE-68 PGRI
PEDOMAN PELAKSANAAN UPACARA BENDERA HARI GURU NASIONAL TAHUN 2013 DAN HUT KE-68 PGRI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN AGAMA PENGURUS BESAR PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
Lebih terperinciW A L I K O T A Y O G Y A K A R T A
W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 65 TAHUN 2008 TENTANG FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA KANTOR KESATUAN BANGSA KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usaha industri yang memiliki daya serap tinggi terhadap tenaga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya memberdayakan ekonomi di Sumatera Barat adalah mengembangkan usaha industri yang memiliki daya serap tinggi terhadap tenaga kerja. Usaha itu
Lebih terperinci2015 KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki potensi alam di sektor perikanan yang melimpah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakatnya. Salah satu sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lulusannya kelak dapat memasuki dunia kerja dan menjadi tenaga kerja yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga pendidikan khususnya Sekolah Menengah Kejuruan memiliki tujuan yaitu menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dan keterampilan dalam
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 61 TAHUN 2009
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS GELORA BUNG TOMO PADA DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat Kegiatan sub sector pertanian tanaman pangan di Jawa Barat sejak jaman penjajahan sampai saat ini telah mengalami
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 12 TAHUN 2004 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 12 TAHUN 2004 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI AGAM, Menimbang : a. bahwa untuk menyelenggarakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan nasional disegala bidang, salah satunya dalam sektor ketenagakerjaan. Pelaksanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian New Zealand merupakan negara persemakmuran dari negara Inggris yang selama Perang Dunia I (PD I) maupun Perang Dunia II (PD II) selalu berada di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kota tidak terlepas dari mobilitas barang dan orang.
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkembangan kota tidak terlepas dari mobilitas barang dan orang. Pergerakan ini bertujuan untuk memenuhi segala kebutuhan manusia. Untuk menunjang segala aktifitas
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG
PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR : 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMPANG, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan hidup negara tersebut.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan bernegara, aspek pertahanan merupakan faktor yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan hidup negara tersebut. Tanpa mampu mempertahankan diri terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan sebuah kota, merupakan topik yang selalu menarik untuk dikaji, karena memiliki berbagai permasalahan kompleks yang menjadi ciri khas dan membedakan antara
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 6 TAHUN 2008
LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KOTA PEKALONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 129a/U/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN
KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129a/U/2004 TENTANG BIDANG PENDIDIKAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya ketidakadilan dan sikap sewenang-wenang terhadap rakyat. Dengan kata lain, gerakan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2006 TENTANG UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2006 TENTANG UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Budi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang dipelopori oleh Wahidin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sejarah perjuangan kemerdekaan di Indonesia, peran pemuda tidak dapat diabaikan begitu saja. Hal ini dapat kita ketahui dari sejak masa lahirnya Budi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku bangsa yang tersebar di seluruh nusantara. Setiap daerah memiliki suku asli dengan adatnya
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Badan Pusat Statistik, Kecamatan Luak Dalam Angka tahun Badan Pusat Statistik Kabupaten Lima Puluh Kota 2015.
DAFTAR PUSTAKA A. Arsip Badan Pusat Statistik, Kecamatan Luak Dalam Angka tahun 2015. Badan Pusat Statistik Kabupaten Lima Puluh Kota 2015. Badan Pusat Statistik, Kabupaten Lima Puluh Kota Dalam Angka
Lebih terperinciKEPALA BIDANG PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN DAN PENYULUH PERTANIAN DINAS PERTANIAN DAN PANGAN KABUPATEN BANGKA BARAT
KEPALA BIDANG PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN DAN PENYULUH PERTANIAN DINAS PERTANIAN DAN PANGAN KABUPATEN BANGKA BARAT Nama : DEDE GANDA NIP. : 19651030 198709 1 001 Unit Kerja : Dinas Pertanian dan Pangan
Lebih terperinci