BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penyandang tunagrahita ringan merupakan bagian dari klasifikasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penyandang tunagrahita ringan merupakan bagian dari klasifikasi"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian tentang Anak Tunagrahita Ringan 1. Pengertian Anak Tunagrahita Ringan Penyandang tunagrahita ringan merupakan bagian dari klasifikasi tunagrahita menurut IQ dari sudut pandang kemampuan pendidikan. Dalam penelitian ini, penulis hanya membahas tunagrahita ringan karena penulis menggunakan subyek tunagrahita ringan. Menyebut tunagrahita ringan ada beberapa istilah, antara lain: debil, moron dan tunagrahita mampu didik. Untuk memperjelas pengertian istilah tersebut di bawah ini akan dikemukakan batasan pengertian penyandang tunagrahita ringan dari beberapa ahli. Samuel A. Kirk (Moh. Amin, 1995: 22) memberikan batasan pengertian penyandang tunagrahita ringan sebagai berikut : The educable mentally retarded child has been defined as one who has potentialities for development in (1) minimum educability in the academicts of the school, (2) social adjustment to such a point that he can get along independently in the community, and (3) minimum occupational adequacy to such a degree that he can later support himself partially or totally at the adult level. Berdasarkan batasan pengertian tersebut, jika diartikan kurang lebih sebagai berikut: anak tunagrahita ringan menunjuk pada seseorang yang memiliki potensi yang berkembang dalam (a) kemampuan akademik yang minimum dalam mata pelajaran di sekolah, (b) penyesuaian sosial untuk hidup mandiri dalam masyarakat, dan (c) kemampuan pekerjaan yang minimum sampai pada tingkat tertentu, sehingga dapat menopang dirinya 10

2 11 sendiri baik sebagian maupun keseluruhannya pada tingkat orang dewasa. Sutjihati Soemantri (2007: 107) memberikan batasan mengenai anak tunagrahita ringan sebagai berikut : Anak terbelakang mental ringan dapat dididik menjadi tenaga kerja semi skilled, seperti pekerjaan laundri, pertanian, peternakan, pekerjaan rumah tangga, bahkan jika dilatih dan dimbing dengan baik anak tunagrahita ringan dapat bekerja di pabrik-pabrik dengan sedikit pengawasan. Namun demikian anak terbelakang mental ringan tidak mampu melakukan pesnyesuaina sosial secara independent. Menurut Sunaryo Kartadinata (1996: 86) pada umunya anak tunagrahita ringan tidak mengalami gangguan fisik. Anak tunagrahita ringan secara fisik tampak seperti anak normal pada umumnya. Oleh karena itu agak sukar membedakan secara fisik antara ank tunagrahita ringan dengan anak normal. Namun dalam memberikan pendidikan, anak tunagrahita ringan dilakukan pada sekolah pendidikan luar biasa. Sedangkan menurut Mulyono Abdurracman dan Sudjadi S (1994: 26-27) memberikan batasan mengenai anak tunagrahita ringan sebagai berikut : Anak tunagrahita ringan karena perkembangan mentalnya yang tergolong sub normalia akan mengalami kesulitan dalam mengikuti program regular di sekolah dasar. Meskipun demikian, anak tunagrahita ringan dipandang masih memiliki potensi untuk menguasai pelajaran akademik di sekolah dasar, mampu dididik untuk melakukan penyesuaian sosial yang dalam jangka panjang dapat berdiri sendiri dalam masyarakat dan mampu bekerja untuk menopang sebagian atau keseluruhan kehidupan orang dewasa. Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita ringan ialah seseorang yang memiliki IQ antara masih mempunyai potensi untuk berkembang dalam kemampuan akademik di sekolah, dapat dididik keterampilan hidup sehari-hari, serta

3 12 memerlukan program khusus serta bimbingan khusus agar dapat berkembang potensinya seoptimal mungkin untuk hidup kemandiriannya di masyarakat. 2. Karakteristik Anak Tunagrahita Ringan Menurut Astati (1996: 26) anak tunagrahita ringan (mampu didik) mempunyai karakteristik sebagai berikut: a. Karakteristik Fisik Penyandang tunagrahita ringan dewasa memiliki keadaan tubuh yang baik, namun jika tidak mendapat latihan yang baik kemungkinan akan mengakibatkan postur fisiknya kurang dinamis dan kurang berwibawa. Oleh karena itu anak tunagrahita ringan membutuhkan latihan keseimbangan, bagaimana membiasakan diri untuk menunjukkan sikap tubuh yang baik yang memiliki gambaran tubuh dan lain-lain. b. Karakteristik Bicara/Berkomunikasi Kecerdasan paling tinggi sama dengan anak normal yang berusia 12 tahun walaupun ia telah mencapai usia dewasa. Anak tunagrahita ringan dapat membaca hal-hal yang sering dilihat ataupun didengar. c. Karakteristik Pekerjaan Dalam hal pekerjaan mereka dapat mengerjakan hal-hal yang sifatnya semi skilled. Pekerjaan-pekerjaan tertentu dapat dijadikan bekal hidupnya. Mereka dapat berproduksi lebih baik daripada kelompok tunagrahita lainnya. Mereka dapat mempunyai penghasilan. Salah satu karakteristik anak tunagrahita ringan adalah anak dapat mengerjakan pekerjaan yang tidak banyak melibatkan pikiran yang tinggi, sehingga anak lebih cocok mendapatkan latihan keterampilan sesuai dengan bakat dan minat anak serta kemampuan yang dimilikinya. Kurangnya kecerdasan, terlambatnya perkembangan mental, menyebabkan anak tunagrahita ringan mengalami kelainan dalam berpikir, bertingkah laku, maupun dalam sosial kemasyarakatan. Untuk mengembangkan kemampuan sampai optimal, diperlukan program layanan pendidikan yang

4 13 khusus atau Pendidikan Luar Biasa. Layanan pendidikan yang dibutuhkan oleh anak penyandang kelainan, tentu harus diperhatikan dengan seksama dan disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki serta berdasarkan karakteristiknya. Choirul Anam (1995: 88-89) menyebutkan bahwa ciri-ciri anak tunagrahita ringan sebagai berikut: a. Penampilan fisik tidak banyak berbeda dengan anak normal lainnya. b. Daya pikir cukup mampu menyertai tingkah lakunya. c. Mampu memecahkan berbagai masalah sehari-hari dengan kemampuan berpikirnya. d. Daya fantasi, kemampuan abstraksi yang masih mampu mendukung diperolehnya kecakapan tertentu. Moh. Amin (1995: 37) mengemukakan bahwa karakteristik anak tunagrahita ringan, sebagai berikut: a. Lancar dalam berbicara, tetapi kurang perbendaharaan kata-katanya. b. Sulit berpikir abstrak. c. Pada usia 16 tahun, anak mencapai kecerdasan setara dengan anak normal usia 12 tahun. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik anak tunagrahita ringan yaitu anak yang mengalami perkembangan di bawah normal baik fisik, mental, bahasa dan kecerdasan, mengalami keterbatasan dalam aspek kehidupannya, tetapi masih dapat dilatih mengenai keterampilan-keterampilan untuk dijadikan bekal hidupnya,

5 14 dapat dilatih pekerjaan yang bersifat keterampilan yang rutinitas, serta mereka lebih baik dari kelompok tunagrahita lainnya. Mempertimbangkan berbagai karakteristik penyandang tunagrahita ringan tersebut, maka latihan keterampilan yang diberikan disesuaikan dengan kondisi dan kemampuannya yang nantinya dapat menjadikan bekal untuk hidup mandiri. B. Kajian tentang Pembelajaran Keterampilan Menyulam Taplak Meja 1. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran merupakan proses belajar yang dilakukan individu setelah mencapai sesuatu atau suatu usaha untuk mengupayakan individu melakukan proses perubahan, pengembangan, dan peningkatan. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (Mumpuniarti, 2007: 35) program pembelajaran berisi urutan perilaku yang dikehendaki, penguatan, waktu mempelajari perilaku, dan evaluasi. Kegiatan mengajar adalah suatu aktivitas yang disengaja diciptakan oleh guru. Guru yang mengajar dan anak didik yang belajar, perpaduan dari kedua unsur manusiawi ini melahirkan interaksi edukatif dengan memanfaatkan bahan sebagai media pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran, semua komponen pengajaran diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelum pengajaran dilakukan. Dari pendapat tersebut diketahui bahwa proses pembelajaran adalah, suatu kegiatan yang sengaja diciptakan dan

6 15 merupakan hubungan interaksi timbal balik antara guru dan siswa yang menggunakan media tertentu dan melibatkan seluruh komponen pengajaran untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah direncanakan. Punaji Setyosari (2000: 38-39) mengemukakan bahwa teori pembelajaran berusaha meningkatkan peristiwa khusus yang membentuk pembelajaran ke dalam proses-proses belajar dan hasil-hasil belajar dari ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh penelitian dan teori belajar. Teoriteori pembelajaran bersifat pereskriptif dalam arti bahwa pembelajaran yang akan mengoptimalkan belajar, refensi, dan transfer belajar. Lebih lanjut Punaji Setyosari (2000: 39-40) mengajukan tiga komponen utama tentang suatu teori pembelajaran, yaitu: a. Metode Metode pembelajaran adalah cara yang berbeda-beda untuk mencapai tujuan dalam kondisi yang berbeda pula. b. Kondisi Kondisi pembelajaran adalah faktor-faktor yang mempengaruhi efek atau dampak metode dan oleh sebab itu kondisi pembelajaran ini sangat penting untuk menentukan metode yang digunakan. Kondisikondisi ini merupakan faktor atau variabel baik, yang berinterakasi dengan metode untuk mempengaruhi efektifitas relatif maupun faktorfaktor yang tidak dapat dimanipulasi dalam situasi tertentu (di luar pengendalian guru).

7 16 c. Hasil Hasil pembelajaran adalah berbagai dampak yang memberikan suatu ukuran kegunaan metode dalam berbagai kondisi. 2. Pengertian Keterampilan Keterampilan adalah mata pelajaran yang berisi kemampuan perceptual, apresiatif dan kreatif produktif dalam menghasilkan benda produk kerajinan dan atau produk teknologi (Depdiknas, 2004: 2). Struktur pengetahuan dalam mata pelajaran keterampilan terdiri dari antara lain jenis, bentuk dan fungsi benda kerajinan dan atau teknologi, alat, bahan, proses dan teknik, struktur visual, aspek tema/subject matter, dan konteks budaya misalnya aspek kesejahteraan, daerah asal, segmentasi pengguna. Mata pelajaran ini terbuka kesempatan untuk berintegrasi dengan pengetahuan dengan mata pelajaran lain. Seluruh aktivitas pembelajaran akan memberikan bekal kepada siswa luar biasa agar inovatif, adaptif dan kreatif melalui pengalaman belajar yang menekankan pada aktivitas fisik dan aktivitas psikologis agar bekal dan pengalaman siswa luar biasa menjadi karya dan beragam. Pembelajaran keterampilan atau skill harus diberikan kepada setiap individu agar mereka mempunyai kecakapan yang baik serta dapat bekerja secara cepat dan terampil. Dilihat dari sudut perkataan (WJS. Poerwadarminto, 2007: 108) keterampilan berasal dari kata trampil dalam bahasa Jawa, yang berarti cakap dalam mengerjakan sesuatu.

8 17 Pendapat St. Vembriarto (1981: 52) juga mengemukakan bahwa keterampilan dalam arti sempit yaitu kemudahan, kecepatan, dan ketepatan dalam tingkah laku motorik yang juga disebut normal skill. Sedangkan dalam arti luas, keterampilan meliputi aspek normal skill, intelectual skill, dan social skill. Keterampilan yang diberikan untuk anak tunagrahita dalam penelitian ini adalah keterampilan menyulam. Dalam pembelajaran keterampilan menyulam ini diharapkan anak tunagrahita dapat memperoleh keterampilan khusus supaya anak dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka di tengah-tengah masyarakat. Berdasarkan pendapat tersebut, bahwasanya keterampilan mempunyai arti sebagai suatu kecekatan, terampil artinya kemampuan melakukan pekerjaan dengan cepat dan tepat. Pendidikan keterampilan adalah pendidikan yang diberikan kepada siswa dengan tujuan agar siswa memiliki kecekatan, kecakapan atau kemampuan untuk melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan dengan cepat dan tepat. 3. Pengertian Pembelajaran Keterampilan Menyulam Menurut AJ. Boesro (2005: 6) menyulam adalah suatu media untuk menghasilkan sebuah gambar layaknya seorang pelukis menggunakan kuas dan cat, seorang penyulam menggunakan jarum dan benang. Sedangkan menurut Wasia Roesbani P. (2009: 25) menyulam merupakan seni sulam yang menjadikan suatu permukaan kain menjadi lebih indah dengan menggunakan benang secara dekoratif

9 18 Menyulam adalah suatu seni keterampilan jahit-menjahit dengan tangan untuk menjadikan suatu penampilan permukaan berbahan kain menjadi lebih indah, yang dalam pekerjaannya membutuhkan suatu jiwa seni yang tinggi dan memerlukan ketekunan dan kesabaran untuk mendapatkan suatu sulaman yang indah. Dalam menyulam dengan tangan seseorang dapat menuangkan segala inspirasi dalam bentuk karya menyulam, dimana inspirasi tersebut kadang-kadang diperoleh dari bakat jiwa seni dan bisa juga timbul dari alam sekitar, misalnya dengan melihat pemandangan tumbuh-tumbuhan, bunga-bungaan, binatang, dan lain-lain. Dari seni dapat tercipta motif-motif gambar sulaman yang dituangkan diatas kain dengan memadukan bermacam-macam tusuk hias dan bermacam-macam warna benang. Harso Pranoto (1987: 16) mengemukakan bahwa pendidikan keterampilan adalah bimbingan yang diberikan kepada seorang siswa yang sedang mempersiapkan diri untuk bekerja atau membuka suatu usaha. Kerangka pemikiran yang mendasari pemberian pendidikan keterampilan bagi siswa adalah: a. Untuk pengetahuan dan kecakapan yang belum pernah ada pada seseorang. b. Untuk meningkatkan taraf pengetahuan dan kecakapan c. Untuk memberi pengetahuan dan kecakapan baru. Bagi anak berkebutuhan khusus, khususnya tungrahita ringan, pendidikan keterampilan sangat dibutuhkan seperti halnya anak normal

10 19 karena dengan keterampilan diharapkan anak tunagrahita ringan memiliki bekal untuk mencari nafkah sehari-hari juga mampu meningkatkan harkat dan martabat hidupnya di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat. 4. Tujuan Pembelajaran Keterampilan Menyulam pada Anak Tunagrahita Ringan Sesuai dengan tujuan kurikuler pendidikan keterampilan, serta mengingat kondisi anak tunagrahita ringan, maka tujuan diberikan keterampilan ini sebagai berikut: a. Agar anak tunagrahita ringan memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar menyulam dengan tangan. b. Agar anak tunagrahita ringan dapat memelihara dan mengetahui peralatan untuk menyulam. c. Agar anak tunagrahita ringan mengetahui macam-macam tusuk hias untuk menyulam. d. Agar anak tunagrahita ringan bisa menambahkan keindahan dari suatu benda bahan kain, dan dapat mempertinggi nilai mutu benda tersebut. e. Percaya pada diri sendiri dan sikap makaryo. f. Agar dapat hidup wajar dan mampu menyesuaikan diri ditengahtengah kehidupan masyarakat. g. Memiliki sekurang-kurangnya satu jenis keterampilan khusus yang sesuai dengan minat dan kebutuhan didalam lingkungannya sebagai bekal mencari nafkah. Jakarta Depdikbud (1997: 365) tentang

11 20 Pedoman Pelaksanaan Kurikulum SLB untuk Anak Terbelakang Mental. 5. Jenis-Jenis Materi Pembelajaran Keterampilan Jenis-jenis materi pembelajaran keterampilan yang ada di SLB PGRI Minggir sebagai persiapan vokasional, antara lain: a. Keterampilan membordir. b. Keterampilan menjahit/menyulam. c. Keterampilan merajut. d. Keterampilan memasak/boga. e. Keterampilan pertukangan. f. Keterampilan keramik. Seorang siswa dapat memilih salah satu keterampilan yang sesuai dengan bakat dan minat yang dikuasai, sehingga siswa nantinya dapat menguasai benar keterampilan tersebut dan dapat digunakan untuk bekal dikemudian hari. 6. Macam-Macam Tusuk Hias untuk Menyulam dengan Tangan Tusuk hias adalah suatu seni jahit tangan yang menghasilkan nilai dan keindahan. Maka sebelum mulai mempraktekkan perlu mengetahui macam-macam tusuk hias dan teknik untuk menghias atau menyulam, serta caranya. Selain hal tersebut perlu diketahui bagaimana cara memulai

12 21 dan mematikan benang agar di dalam prakteknya memperoleh hasil yang rapi dan kuat (Depdikbud, 1994: 55-58), di antaranya: a. Cara Memulai Tusukkan jarum dimulai dari bagian buruk kain dengan mengambil sedikit kain satu atau dua kali lalu masukkan jarum ke bagian baik dan dapat memulai menyulam. b. Cara Mematikan Tusukkan kembali jarum dari bagian yang baik ke bagian buruk kain, lalu mengambil sedikit kain satu atau dua kali seperti memulai tadi lalu ujung benang digunting agar rapi. Adapun macam-macam tusuk hias dan teknik untuk menghias antara lain: a. Tusuk Jelujur Tusuk ini berguna untuk jahitan sementara sebelum dijahit dengan mesin jahit, juga berguna untuk memberikan tanda pada kain yang tipis (pengganti dari merader), juga dipakai untuk perhiasan pinggiran sapu tangan, baju bayi atau kebaya. Caranya: tusukkan jarum dan benang dari kanan ke kiri sekali tusuk sekali tarik atau beberapa kali tusuk kemudian tarik. b. Tusuk Tikam Jejak Tusuk ini biasanya digunakan untuk menjahit sarung atau menyulam tangkai bunga juga dapat dipakai untuk menjahit pakaian, kain-kain rumah tangga, bila tidak punya mesin. Caranya: arah dari kanan kekiri

13 22 dengan jahitan maju mundur, hasil jahitan atas hampir menyerupai jahitan mesin dan hasilnya cukup kuat. c. Tusuk Rantai Tusuk ini untuk menghias kain dan menjahit kantong-kantong (kantong terigu, kantong beras). Caranya: dengan melingkarkan benang pada tusukkan berikutnya, arah dari kanan kekiri. d. Tusuk Tangkai Tusuk ini dipergunakan untuk menghias kain pada motif tangkai atau tepi motif. Caranya: dimulai dari kiri kekanan berjalan mundur pada satu garis hasilnya pada bagian buruk kain menyerupai tusuk tikam jejak. e. Tusuk Flanel Tusuk ini dipergunakan untuk menghias kain dan melipat bagian bawah celana/rok. Caranya: dimulai dari kiri kekanan berjalan mundur dari atas kebawah, tusukkan lalu tarik keatas dari bagian atas tampak seperti silang. f. Tusuk Feston Tusuk ini selain untuk menghias kain dapat juga dipakai untuk menjelaskan dan merapikan tepi kain/kampuh. Caranya: dapat dimulai dari kiri kekanan atau sebaliknya, benang harus dibawah jarum lalu ditarik.

14 23 g. Tusuk Silang Tusuk ini untuk menghias kain dan membuat hiasan dinding (kristik). Caranya: dapat dikerjakan sekaligus atau searah dahulu baru arah yang lainnya. Tusuk ini lebih mudah dikerjakan diatas strimin atau kain kotak-kotak. h. Tusuk Pipih Tusuk ini dipergunakan untuk menghias kain pada motif-motif daun, bunga, tangkai yang agak besar. Caranya: jarum ditusukkan rapat-rapat sejajar mengikuti motif. i. Tusuk Mawar Tusuk ini untuk membuat bunga mawar atau hiasan kecil-kecil. Caranya: melilitkan benang beberapa kali pada jarum ditusukkan (dimatikan pada kain, lilitan tadi bisa berbentuk seperti mawar). Adapun macam-macam teknik untuk menghias, yaitu: a. Teknik Melekatkan Benang Untuk menghias kain yang dipakai benang besar (kasar). Caranya: benang hias yang diletakkan dililit dengan benang yang lain, dengan mempergunakan tusuk pipih atau tusuk silang. Motif usahakan merupakan rangkaian garis yang tidak terputus pada awal dan akhir pekerjaan ujung benang yang diletakkan dimasukkan kebelakang kebawah kain dasar.

15 24 b. Teknik Melekatkan Pita Hias Dapat digunakan pita jadi atau membuat sendiri dari kain polos, bergaris atau kain kotak-kotak. Caranya: dengan menggunakan bermacam-macam tusuk hias seperti tusuk silang, tusuk rantai, tusuk festoon dan lain-lainnya yang berfungsi untuk melekatkan sekaligus untuk menghias hiasan pita tersebut, biasanya dikerjakan pada bendabenda yang lurus (taplak meja, loper, bantalan kursi dan lain-lain), dengan bentuk yang menarik dan teratur. c. Teknik Merubah Corak Merubah corak dikerjakan pada kain yang bercorak seperti bergaris, dan berbintik. Tusuk hias yang digunakan ialah tusuk jelujur, tusuk silang, tusuk rantai terbuka dan dan sebagainya. Di antara bermacam-macam tusuk hias dan bermacam teknik hias diatas, yang penulis gunakan untuk menyulam taplak meja dengan tangan adalah tusuk tangkai, tusuk rantai, tusuk pipih dan tusuk mawar. Penulis memilih empat macam tusuk hias tersebut, karena bila penulis memberikan semua macam tusuk hias tersebut anak tunagrahita ringan tidak mampu karena anak tunagrahita ringan terbatas kemampuannya, penulis memberikannya secara bertahap.

16 25 7. Pendekatan Keterampilan Menyulam pada Anak Tunagrahita Ringan Melatih keterampilan menyulam dengan tangan bagi penyandang tunagrahita ringan tidaklah mudah, karena mereka mempunyai IQ yang rendah tetapi jika dilatih secara terus menerus serta menggunakan metode pendekatan yang tepat maka kemungkinan besar mereka akan memiliki kecakapan keterampilan menyulam. Depdikbud memberikan beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan (Depdikbud, 1997: 367), antara lain: a. Individual Approach (Pendekatan Secara Individu) Karena kecerdasan anak tunagrahita ringan terbatas maka dalam memberikan bimbingan dan latihan keterampilan tiap-tiap murid perlu dilayani secara perorangan (individu), sehingga mereka memperoleh perhatian sepenuhnya. Tiap kesalahan segera dapat diketahui dan dibetulkan. b. Practical Approach (Pendekatan Secara Praktis) Salah satu ciri anak tunagrahita adalah kemampuan yang sangat terbatas, oleh karena itu materi latihan harus sederhana dan praktis. c. Group Work Approach (Pendekatan Kerja Secara Kelompok) Dengan bekerja kelompok murid akan bekerja sama dan saling tolong menolong. Murid yang sudah terampil akan memberi tahu kepada teman-temannya yang belum terampil.

17 26 d. Continuity Training Approach (Pendekatan dengan cara Latihan Terus Menerus) Untuk mencapai sasaran dan tujuan kurikuler bidang pengajaran keterampilan siswa perlu latihan yang terus menerus sehingga akan memperoleh keterampilan. 8. Langkah-Langkah Keterampilan Menyulam Taplak Meja dengan Tangan Untuk mencapai hasil menyulam dengan tangan yang maksimal memerlukan langkah-langkah yang tepat antara lain yang dipersiapkan lebih dahulu adalah: a. Mempersiapkan bahan dan alat yang akan digunakan, antara lain kain atau bahan yang sesuai dengan ukuran, motif yang akan dijiplak, jarum tangan, jarum pentul, karbon, pensil, meteran atau penggaris, benang sulam, gunting dan pemidangan. b. Langkah-langkah menyulam taplak meja, meliputi: 1) Kain yang sudah dibentangkan diatas meja diukur sesuai dengan ukuran yang ditentukan, kemudian dipotong atau digunting. 2) Motif dipasang tiap sudut, dari tepi kain masing-masing 20cm dan diletakkan diatas kain dengan dilapisi karbon dibawah motif. 3) Setelah motif diletakkan diatas kain dan dirasa sudah tepat, maka tiap sudut motif disemat dengan jarum pentul agar tidak tergeser

18 27 letak motifnya, kemudian motif ditindas dengan pensil atau dijiplak. 4) Setelah selesai menjiplak semuanya, dilanjutkan dengan memasang pemidangan pada kain yang sudah bermotif. 5) Perhatikan cara memasang pemidangan harus kuat dan kain harus rata tidak boleh bergelembung. 6) Kalau semuanya sudah siap barulah kita mengambil jarum tangan yang sudah dipasang benang sulam. Dalam menyulam dengan tangan tidak boleh asal menjahit saja, harus diperhatikan motif yang mana yang harus menggunakan tusuk tangkai, tusuk rantai, tusuk pipih atau tusuk mawar. Menyulam dengan tangan yang baik adalah sulaman benangnya tidak melewati garis motif, sulaman benangnya tidak menumpuk harus sejajar, rapat dan mengikuti motif atau menurut macam tusuknya. Dibagian buruk kain harus kelihatan rapi dan bersih. Bila hasil sulaman tangan sudah seperti uraian tersebut diatas, maka sulaman sudah bisa dikatakan baik atau sudah berhasil. 9. Metode Keterampilan Menyulam Taplak Meja pada Anak Tunagrahita Ringan Metode adalah suatu cara yang didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dirto Hadi Susanto (1994: 147) menyatakan bahwa metode pengajaran adalah cara yang dipergunakan orang dalam

19 28 menyajikan berbagai ilmu pengetahuan, tehnologi dan keterampilan sebagaimana dilakukan disekolah-sekolah dan diberbagai lembaga pendidikan yang lain pada waktu tertentu. Dalam latihan menyulam instruktur dapat menerapkan beberapa metode antara lain metode demonstrasi, bimbingan dan latihan, serta metode kerja nyata sesuai dengan metode yang diterapkan maka murid berbuat sesuai dengan metode tersebut, yaitu: a. Murid mengikuti secara perorangan maupun kelompok dan mencoba mempraktekkan apa yang telah didemonstrasikan guru instruktur. b. Murid dengan bimbingan mengadakan latihan secara tekun sehingga dapat menghasilkan prestasi hasil kerja yang nyata, sesuai dengan harapan yang diharapkan semula. Mengingat pembelajaran menyulam dengan tangan merupakan kegiatan latihan yang berbentuk praktek, maka taraf kemajuan murid diukur dengan kemajuan tingkat kemampuan penyelesaiannya dan dapat dikatakan baik jika: a. Kombinasi warna benang dan bahan serasi. b. Tusukan jarum yang dimasuki benang sulam harus rapat dan sejajar, benang tidak bertumpuk. c. Bentuk sulaman tidak melebihi garis batas motif. d. Hasil sulaman pada kain/ bahan tidak berkerut atau tidak bergelembung, harus kelihatan rata dan rapi.

20 29 Pengertian di atas menunjukkan bahwa metode pembelajaran keterampilan menyulam dengan tangan didalam kegiatan pembelajaran, untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan yaitu siswa memiliki sikap dan keterampilan menyulam dengan tangan. Pelaksanaan keterampilan menyulam di Sekolah Luar Biasa PGRI Minggir Sleman Yogyakarta ini seharusnya berdasarkan GBPP, untuk pembelajaran untuk tingkat SMPLB tunagrahita ringan belum ada, maka dalam memberikan materi bahan dan metode harus disesuaikan dengan keadaan anak, berhubung anak tunagrahita memiliki banyak kekurangan dibidang intelektualnya. C. Kerangka Berpikir Anak tunagrahita ringan merupakan bagian dari anak berkebutuhan khusus yang mempunyai hambatan dalam perkembangan pertumbuhannya. Anak tunagrahita ringan merupakan kelompok ringan retardasi metal rendah sehingga masih memungkinkan untuk mengikuti pelajaran setingkat sekolah dasar. Perkembangan sosialnya cukup baik sehingga mampu melakukan pekerjaan setingkat semi terampil. Pendidikan bagi anak tunagrahita ringan diarahkan pada peningkatan kemampuan keterampilan, yang bertujuan untuk memberi bekal keterampilan agar anak mampu hidup secara mandiri di masyarakat. Pendidikan keterampilan menyulam diberikan pada anak tunagrahita ringan bertujuan untuk memberikan bekal keterampilan agar anak memiliki

21 30 satu jenis keterampilan yang dapat dikuasai dan dapat dipergunakan untuk bekal mandiri di kemudian hari. Dalam pembelajaran keterampilan menyulam diperlukan kemampuan seperti: motorik bagus, emosinya stabil, memiliki minat dan bakat serta memiliki motivasi belajar yang tinggi. Kondisi anak tunagrahita ringan terkait dengan karakteristiknya, menyebabkan sangat rentan terhadap munculnya berbagai hambatan, termasuk dalam pembelajaran keterampilan menjahit, maka guru perlu mengatasi hambatan tersebut dengan cara memberikan bimbingan kepada anak secara pelan, sabar dan penuh kasih sayang, menyampaikan materi secara bertahap dari yang mudah menuju yang sulit, dengan menggunakan metode yang bervariasi dan strategi pembelajaran yang dimodifikasikan dengan perilaku anak, agar anak mudah untuk menerima materi pelajaran. Proses pembelajaran keterampilan menyulam dirasa sangat perlu dikembangkan karena mengingat sulaman saat ini banyak digemari, kebetulan di SLB PGRI Minggir ada dua anak yang mempunyai bakat menyulam. Maka dari itu di SLB PGRI Minggir dikembangkan keterampilan menyulam sebagai bekal keterampilan hidup d imasa mendatang. Dengan tersedianya sarana dan prasarana untuk keterampilan menyulam dengan tangan diharapkan siswa akan lebih tertarik sehingga bakat dan minat siswa akan lebih berkembang. Keberhasilan program pembelajaran keterampilan menyulam dipengaruhi oleh motivasi siswa, dengan harapan setelah selesai mengikuti program pembelajaran keterampilan menyulam akan mempunyai keterampilan khusus yang nantinya anak dapat hidup mandiri dalam kehidupan dimasyarakat luas.

22 31 D. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran keterampilan menyulam taplak meja pada anak tunagrahita ringan kelas VIII SMPLB di SLB PGRI Minggir, Sleman? 2. Kesulitan apa saja yang dialami oleh anak tunagrahita ringan kelas VIII SMPLB di SLB PGRI Minggir, Sleman dalam pembelajaran keterampilan menyulam taplak meja? 3. Usaha apa saja yang dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan dalam pembelajaran keterampilan menyulam taplak meja pada anak tunagrahita ringan kelas VIII SMPLB di SLB PGRI Minggir, Sleman?

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari klasifikasi tunagrahita dari sudut pandang berat ringannya ketunaan. Dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari klasifikasi tunagrahita dari sudut pandang berat ringannya ketunaan. Dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Anak Tunagrahita Ringan 1. Pengertian Anak Tunagrahita Ringan Menurut klasifikasi, penyandang tunagrahita ringan merupakan bagian dari klasifikasi tunagrahita

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, maka

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, maka BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Pelaksanaan pembelajaran keterampilan menyulam pada siswa tunagrahita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita merupakan salah satu jenis anak berkesulitan yang

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita merupakan salah satu jenis anak berkesulitan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak tunagrahita merupakan salah satu jenis anak berkesulitan yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan atau mengalami penyimpangan dari normal.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah yang umum dipakai dalam pendidikan luar biasa antara lain anak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah yang umum dipakai dalam pendidikan luar biasa antara lain anak BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Anak Tunagrahita Ringan 1. Pengertian Anak Tunagrahita Ringan Anak tunagrahita ringan memiliki berbagai istilah tergantung dari sudut pandang para ahli memberikan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) : 4 pertemuan (4 35 menit)

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) : 4 pertemuan (4 35 menit) LAMPIRAN 68 Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Mata Pelajaran Pokok Bahasan Waktu : Pendidikan keterampilan : Menyulam taplak meja : 4 pertemuan (4 35 menit) A. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hiasan pada suatu benda akan menambah nilai keindahan benda tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hiasan pada suatu benda akan menambah nilai keindahan benda tersebut. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hiasan pada suatu benda akan menambah nilai keindahan benda tersebut. Dalam busana menghias berarti memperindah segala sesuatu yang dipakai oleh manusia baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan atau mengalami

BAB I PENDAHULUAN. mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan atau mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak tunagrahita merupakan salah satu jenis anak berkesulitan yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan atau mengalami penyimpangan dari normal.

Lebih terperinci

TEKNIK BORDIR SASAK. Oleh: Emy Budiastuti PT. Busana FT UNY

TEKNIK BORDIR SASAK. Oleh: Emy Budiastuti PT. Busana FT UNY TEKNIK BORDIR SASAK Oleh: Emy Budiastuti PT. Busana FT UNY Pendahuluan Membordir merupakan salah satu teknik menghias kain yang dikerjakan menggunakan mesin jahit atau mesin bordir. Namun seiring dengan

Lebih terperinci

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PROGRAM PERINTISAN INKUBATOR BISNIS SMU N I PENGASIH KULON PROGO MELALUI KETERAMPILAN SULAM MENYULAM

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PROGRAM PERINTISAN INKUBATOR BISNIS SMU N I PENGASIH KULON PROGO MELALUI KETERAMPILAN SULAM MENYULAM LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PROGRAM PERINTISAN INKUBATOR BISNIS SMU N I PENGASIH KULON PROGO MELALUI KETERAMPILAN SULAM MENYULAM OLEH: WIDJININGSIH, M.PD EMY BUDIASTUTI, M.PD. WIDIHASTUTI, S.PD.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita merupakan anak yang mengalami gangguan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita merupakan anak yang mengalami gangguan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak tunagrahita merupakan anak yang mengalami gangguan dalam perkembangan mental,fisik, tingkat kecerdasannya rendah, kurang perhatian, dan kurang inisiatif.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BAGI GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BAGI GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KARYA ILMIAH ULASAN ILMIAH HASIL GAGASAN SENDIRI PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BAGI GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Oleh: Dra. Aisyah Jafar M.M Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan LEMBAGA PENJAMINAN

Lebih terperinci

BAGIAN VII TEKNIK MENGHIAS KAIN

BAGIAN VII TEKNIK MENGHIAS KAIN BAGIAN VII TEKNIK MENGHIAS KAIN Dalam seni menghias kain kita mengenal berbagai teknik menghias kain yang masing masing teknik mempunyai ciri-ciri tersendiri. Dengan ciri-ciri tersebut kita dapat membedakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seni reka bentuk kreatif menggunakan tangan atau mesin. Menurut Nugraha

BAB I PENDAHULUAN. seni reka bentuk kreatif menggunakan tangan atau mesin. Menurut Nugraha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Embroidery adalah memberi hiasan pada kain yang telah ditenun dengan cara menusuk menggunakan jarum. Emboridery atau sulaman, merupakan suatu seni reka bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja dan mengembangkan sikap professional dalam bidang keahlianyang. maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. kerja dan mengembangkan sikap professional dalam bidang keahlianyang. maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah bosan, sulit memecahkan suatu masalah dan mengikuti pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. mudah bosan, sulit memecahkan suatu masalah dan mengikuti pelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus salah satu tujuannya adalah agar anak dapat mengurus diri sendiri dan tidak tergantung pada orang lain. Agar dapat mengurus

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATA BUSANA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VII SMPLB DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATA BUSANA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VII SMPLB DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan secara umum memiliki tujuan untuk membentuk kedewasaan individu dalam berbagai aspek, baik pengetahuannya, sikapnya, maupun keterampilannya. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dwi Agies Yuliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dwi Agies Yuliani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hak yang harus diperoleh oleh setiap individu, termasuk bagi siswa tunagrahita. Walaupun kecerdasan siswa tunagrahita berada di bawah rata-rata

Lebih terperinci

BAGIAN X SEMOK A. Semok Inggris B. Semok Belanda

BAGIAN X SEMOK  A. Semok Inggris B. Semok Belanda 1 BAGIAN X SEMOK Semok adalah suatu teknik hiasan untuk melkatkan kerut-kerut dengan menggunakan berbagai tusuk dan benang hias sehingga menghasilkan suatu bentuk hiasan yang baik. Semok dapat dikerjakan

Lebih terperinci

BAGIAN IX TEKNIK HIAS SULAMAN BERWARNA

BAGIAN IX TEKNIK HIAS SULAMAN BERWARNA BAGIAN IX TEKNIK HIAS SULAMAN BERWARNA Sulaman berwarna adalah teknik menghias hias dengan menggunakan kain dasar dan beberapa jenis benang yang bervariasi. Sulaman berwarna dikelompokkan berdasarkan jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak normal pada umumnya. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam dunia anak luar biasa istilah tunagrahita kategori ringan memiliki

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam dunia anak luar biasa istilah tunagrahita kategori ringan memiliki 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Anak Tunagrahita Kategori Ringan 1. Pengertian tentang anak tunagrahita kategori ringan Dalam dunia anak luar biasa istilah tunagrahita kategori ringan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan suatu instansi atau lembaga pendidikan yang memiliki sarana untuk melaksanakan pelayanan belajar dan proses pendidikan. Kegiatan inti dari sekolah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Anak Tunagrahita Ringan 1. Pengertian Anak Tunagrahita Ringan Tunagrahita disebut juga intellectual disability atau retardasi mental, yang dapat diartikan lemah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Anak Tunagrahita Sedang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Anak Tunagrahita Sedang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Anak Tunagrahita Sedang 1. Pengertian Anak Tunagrahita Sedang Anak tunagrahita sedang biasa disebut dengan anak mampu latih, artinya anak masih mampu dilatih keterampilan

Lebih terperinci

Membuat Hiasan PadaBusana Dengan Teknik Sulaman Oleh : Dra.Enny Zuhni Khayati,M.Kes. Edit ulang oleh : Yandriana F.M

Membuat Hiasan PadaBusana Dengan Teknik Sulaman Oleh : Dra.Enny Zuhni Khayati,M.Kes. Edit ulang oleh : Yandriana F.M Membuat Hiasan PadaBusana Dengan Teknik Sulaman Oleh : Dra.Enny Zuhni Khayati,M.Kes. Edit ulang oleh : Yandriana F.M Pengertian Tusuk Hias Sebelum membuat hiasan busana dengan teknik sulaman terlebih dahulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. taraf kelainannya. American Association On Mental Deliciency (AAMD) dalam

BAB I PENDAHULUAN. taraf kelainannya. American Association On Mental Deliciency (AAMD) dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak tunagrahita adalah anak yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata yang terjadi pada saat masa perkembangan dan memiliki hambatan dalam penilaian adaptif. Secara

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : SMA Negeri 3 Purworejo Kelas / Semester : X / Gasal Mata Pelajaran : Prakarya dan Kewirausahaan (PKWU) Materi Pokok : Teknik Dasar Tusuk Jahit Sub Materi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Luar Biasa bertujuan untuk membantu peserta didik yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Luar Biasa bertujuan untuk membantu peserta didik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Luar Biasa bertujuan untuk membantu peserta didik yang memiliki keterbatasan dalam mengikuti proses pembelajaran karena ia menyandang kelainan fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerjaan menyatakan Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa

BAB I PENDAHULUAN. kerjaan menyatakan Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam UUD 1945 pasal 27 ayat 2 menyatakan bahwa Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pasal tersebut menjelaskan

Lebih terperinci

Penyusun: ANTI ASTA VIANI. Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Penyusun: ANTI ASTA VIANI. Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG Penyusun: ANTI ASTA VIANI Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian anak tunagrahita banyak ahli yang mengemukakannya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian anak tunagrahita banyak ahli yang mengemukakannya. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian tentang Anak Tunagrahita Ringan 1. Pengertian Anak Tunagrahita Ringan Pengertian anak tunagrahita banyak ahli yang mengemukakannya. Bandi Delpie (2006: 17) memberikan definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Vera Puji Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Vera Puji Lestari, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sampai saat ini sering menjadi permasalahan bagaimana tunagrahita dewasa dapat memperoleh pekerjaan atau dapat hidup dengan tidak terlalu menggantungkan diri

Lebih terperinci

11DESAIN KRIYA TEKSTIL DENGAN

11DESAIN KRIYA TEKSTIL DENGAN 11DESAIN KRIYA TEKSTIL DENGAN TEKNIK LEKAPAN Kompetensi yang akan diperoleh setelah mempelajari bab ini adalah pemahaman tentang pengertian teknik lekapan,desain dan prinsip teknik lekapan, jenis bahan

Lebih terperinci

Peta Materi KERAJINAN TEKSTIL. Jenis dan Karakteristik. Kerajinan Tekstil. 1. Tapestri 2. Batik 3. Sulam 4. Jahit Aplikas

Peta Materi KERAJINAN TEKSTIL. Jenis dan Karakteristik. Kerajinan Tekstil. 1. Tapestri 2. Batik 3. Sulam 4. Jahit Aplikas Peta Materi II KERAJINAN TEKSTIL Fungsi dan Prinsip Kerajinan Teksti Jenis dan Karakteristik Kerajinan Tekstil Proses Produksi Kerajinan Tekstil 1. Tapestri 2. Batik 3. Sulam 4. Jahit Aplikas Bahan Kerajinan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Kesimpulan, implikasi dan rekomendasi akan diuraikan pada bab ini, yang

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Kesimpulan, implikasi dan rekomendasi akan diuraikan pada bab ini, yang BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Kesimpulan, implikasi dan rekomendasi akan diuraikan pada bab ini, yang disusun bedasarkan seluruh kegiatan penelitian tentang Manfaat Hasil Pelatihan Sulaman

Lebih terperinci

MENGGAMBAR DESAIN HIASAN LENAN RUMAH TANGGA

MENGGAMBAR DESAIN HIASAN LENAN RUMAH TANGGA MENGGAMBAR DESAIN HIASAN LENAN RUMAH TANGGA OLEH: TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PROYEK PENGEMBANGAN SISTEM DAN STANDAR PENGELOLAAN SMK DIREKTORAT PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Nako terdiri dari 7 orang pengrajin kemudian kelompok ketiga diketuai oleh Ibu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Nako terdiri dari 7 orang pengrajin kemudian kelompok ketiga diketuai oleh Ibu 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jenis Kain Karawo Di Desa Tabongo Barat Kecamatan Tabongo Kabupaten Gorontalo terdapat empat kelompok pengrajin, kelompok pertama diketuai oleh Ibu Sarta Talib terdiri

Lebih terperinci

: UTARI RAHADIAN SETIYOWATI K

: UTARI RAHADIAN SETIYOWATI K Pengaruh Penggunaan Media Kartu Limbah Rumah Tangga Bungkus Plastik Bermerk Terhadap Kemampuan Membaca Kata Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas DII SLB C YSSD Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010

Lebih terperinci

Pengembangan Keterampilan Motorik Halus melalui Menjahit Untuk Anak Usia Dini *

Pengembangan Keterampilan Motorik Halus melalui Menjahit Untuk Anak Usia Dini * Pengembangan Keterampilan Motorik Halus melalui Menjahit Untuk Anak Usia Dini * Oleh Martha Christianti, S. Pd Anak usia dini bertumbuh dan berkembang menyeluruh secara alami. Jika pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

PELATIHAN MEMBUAT TAS MAKRAME BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH DI UPTD BINA HARAPAN REMAJA PADANGPANJANG UNTUK MENUMBUHKAN MINAT BERWIRAUSAHA

PELATIHAN MEMBUAT TAS MAKRAME BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH DI UPTD BINA HARAPAN REMAJA PADANGPANJANG UNTUK MENUMBUHKAN MINAT BERWIRAUSAHA PELATIHAN MEMBUAT TAS MAKRAME BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH DI UPTD BINA HARAPAN REMAJA PADANGPANJANG UNTUK MENUMBUHKAN MINAT BERWIRAUSAHA Desi Trisnawati, Ranelis, Wendra, Lucy Prasilia Prodi Desain Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita sedang adalah anak yang tingkat kecerdasan (IQ) berkisar

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita sedang adalah anak yang tingkat kecerdasan (IQ) berkisar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak tunagrahita sedang adalah anak yang tingkat kecerdasan (IQ) berkisar antara 30-50, mampu melakukan keterampilan mengurus diri sendiri (self-help), mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI nomor 22 dan 23 tahun 2006.

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI nomor 22 dan 23 tahun 2006. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan adanya Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional RI dan Peraturan Pemerintah RI No 19 tahun 2005, dapat ditetapkan dengan Permendiknas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

BAB I PENDAHULUAN. nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan masyarakat dan pembangunan nasional dalam menciptakan sumber daya manusia. Pendidikan pada

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 01

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 01 RPP menjahit RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 01 PELAJARAN : MULOK MENJAHIT KELAS /SEMESTER : VII / I MATERI : PENGERTIAN MENJAHIT SUB MATERI : DASAR DASAR MENJAHIT ALOKASI WAKTU : 2 x PERTEMUAN I. KOMPETENSI

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. rekomendasi yang disusun berdasarkan seluruh kegiatan penelitian mengenai

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. rekomendasi yang disusun berdasarkan seluruh kegiatan penelitian mengenai BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bab ini penulis mengemukakan kesimpulan, implikasi, dan rekomendasi yang disusun berdasarkan seluruh kegiatan penelitian mengenai Pendapat Peserta Didik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di ruang keterampilan SLB Rama Sejahtera. Peneliti melakukan penelitian pada saat jam pelajaran keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk mengembangkan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk mengembangkan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Lebih terperinci

BAB V MENJAHIT UNTUK ANAK USIA DINI. bahan menjadi satu. Banyak teknik menjahit yang digunakan untuk

BAB V MENJAHIT UNTUK ANAK USIA DINI. bahan menjadi satu. Banyak teknik menjahit yang digunakan untuk BAB V MENJAHIT UNTUK ANAK USIA DINI Menjahit secara umum digunakan untuk menyatukan dua atau lebih bahan menjadi satu. Banyak teknik menjahit yang digunakan untuk menggabungkan dua atau lebih bahan tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses pengalaman yang memberikan pengertian, pandangan (insight) dan penyesuaian bagi seseorang yang menyebabkan ia berkembang Crow

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pendidikan terutama wajib belajar sembilan tahun yang telah lama

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pendidikan terutama wajib belajar sembilan tahun yang telah lama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan pembangunan yang dicapai bangsa Indonesia khususnya pembangunan di bidang pendidikan akan mendorong tercapainya tujuan pembangunan nasional, maka

Lebih terperinci

M A K R A M E (KERAJINAN DENGAN TEKNIK SIMPUL)

M A K R A M E (KERAJINAN DENGAN TEKNIK SIMPUL) M A K R A M E (KERAJINAN DENGAN TEKNIK SIMPUL) Disampaikan dalam Kegiatan Magang Program D2 dan S1 Dosen UNSRI Palembang tanggal 1 Agustus - 30 September 2006 di Kampus Bumi Siliwangi Oleh: BANDI SOBANDI

Lebih terperinci

HASIL OBSERVASI IDENTIFIKASI PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN PADA MATA DIKLAT MEMBUAT HIASAN BUSANA DI SMK N 2 GODEAN

HASIL OBSERVASI IDENTIFIKASI PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN PADA MATA DIKLAT MEMBUAT HIASAN BUSANA DI SMK N 2 GODEAN HASIL OBSERVASI IDENTIFIKASI PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN PADA MATA DIKLAT MEMBUAT HIASAN BUSANA DI SMK N 2 GODEAN Mata Diklat : Membuat Hiasan Busana Hari/Tanggal : Selasa/ 5 Februari 2008 Tempat : Lab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Industri kreatif merupakan kelompok industri kecil yang mengeksploitasi ide atau kekayaan intelektual dibidang handicraft, sehingga memiliki nilai ekonomi

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR MEMOTONG BAHAN DAN MANFAATNYA SEBAGAI KESIAPAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

BAB II HASIL BELAJAR MEMOTONG BAHAN DAN MANFAATNYA SEBAGAI KESIAPAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI 15 BAB II HASIL BELAJAR MEMOTONG BAHAN DAN MANFAATNYA SEBAGAI KESIAPAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI A. Gambaran Umum Memotong Bahan (Cutting) Kompetensi memotong bahan merupakan mata pelajaran standar kompetensi

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN Ambor Baju Pesta Balita Perempuan merupakan baju pesta untuk usia 1-5 tahun. Faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

: Metode-metode Pembelajaran Bahasa Lisan pada Anak Tunagrahita Ringan di Sekolah Luar Biasa

: Metode-metode Pembelajaran Bahasa Lisan pada Anak Tunagrahita Ringan di Sekolah Luar Biasa Judul : Metode-metode Pembelajaran Bahasa Lisan pada Anak Tunagrahita Ringan di Sekolah Luar Biasa Nama Penulis : Widad Nabilah Yusuf (209000274) Pendahuluan Soemantri (2006) mengatakan tunagrahita memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan upaya sadar untuk mengembangkan kemampuan peserta didik baik di dalam maupun di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup. Melalui pernyataan tersebut

Lebih terperinci

Kata Kunci: Kontribusi, Dasar Desain, Pembuatan Sulaman Fantasi, Sarung Bantal Kursi, Mata Pelajaran Pembuatan Hiasan.

Kata Kunci: Kontribusi, Dasar Desain, Pembuatan Sulaman Fantasi, Sarung Bantal Kursi, Mata Pelajaran Pembuatan Hiasan. KONTRIBUSI PENGETAHUAN DASAR DESAIN TERHADAP HASIL PEMBUATAN SULAMAN FANTASI PADA SARUNG BANTAL KURSI SISWA KELAS XII TATA BUSANA SMK NEGERI 8 MEDAN Ravika Sitio 1, Rasita Purba 2 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pemaparan Data B. Pembahasan Data... 77

DAFTAR ISI. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pemaparan Data B. Pembahasan Data... 77 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii ABSTRAK... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. abad kedua puluh satu ini. Dimana didalamnya sarat dengan kompetisi. yang pemenangnya sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. abad kedua puluh satu ini. Dimana didalamnya sarat dengan kompetisi. yang pemenangnya sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi tentu akan dilalui oleh setiap manusia yang hidup di abad kedua puluh satu ini. Dimana didalamnya sarat dengan kompetisi yang pemenangnya sangat

Lebih terperinci

Semua upaya yang telah dilakukan guna mewujudkan Kurikulum Keterampilan pada Madrasah Aliyah, dilandasi oleh rasa tanggung

Semua upaya yang telah dilakukan guna mewujudkan Kurikulum Keterampilan pada Madrasah Aliyah, dilandasi oleh rasa tanggung Kurikulum Madrasah Aliyah Program Keterampilan ini, diharapkan memberi peluang tumbuhnya potensi untuk mandiri dan bertanggung jawab dalam mengembangkan program pembelajaran yang lebih sesuai dengan kondisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang mempunyai tantangan besar dibidang pembangunan mengingat

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang mempunyai tantangan besar dibidang pembangunan mengingat 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era industrialisasi, bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mempunyai tantangan besar dibidang pembangunan mengingat semakin ketatnya persaingan

Lebih terperinci

KODE MODUL: BUS-210C PENYUSUN: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG

KODE MODUL: BUS-210C PENYUSUN: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG KODE MODUL: -210C PENYUSUN: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan pada umumnya adalah upaya membantu peserta. didik dalam merealisasikan berbagai potensi atau kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan pada umumnya adalah upaya membantu peserta. didik dalam merealisasikan berbagai potensi atau kemampuan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan pada umumnya adalah upaya membantu peserta didik dalam merealisasikan berbagai potensi atau kemampuan yang dimilikinya secara optimal. Salah

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. A. Latar Belakang Masalah BAB I A. Latar Belakang Masalah Pendidikan harus mendapatkan dukungan untuk menjalankan fungsi penyelenggaraannya bagi masyarakat dengan sebaik-baiknya. Fungsi pendidikan baik bersifat formal maupun non

Lebih terperinci

Kata kunci: Desa Sekaran, lenan rumah tangga, teknik patchwork quilting.

Kata kunci: Desa Sekaran, lenan rumah tangga, teknik patchwork quilting. PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN PEMBUATAN LENAN RUMAH TANGGA DENGAN TEKNIK PATCHWORK QUILTING PADA IBU-IBU PKK DI DESA SEKARAN KELURAHAN SEKARAN KECAMATAN GUNUNGPATI SEMARANG Marwiyah Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah untuk meningkatkan kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah untuk meningkatkan kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan berperan penting dalam pembangunan nasional Indonesia terutama sebagai Negara yang sedang berkembang, Tujuan dari pendidikan adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan berhitung merupakan aspek yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan berhitung merupakan aspek yang sangat penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berhitung merupakan aspek yang sangat penting dalam pembelajaran matematika bahkan sebelum disebut matematika, pembelajaran ini dinamakan pelajaran

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENYULAM DENGAN MODEL TEMATIK PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SLB C DHARMA BHAKTI PIYUNGAN YOGYAKARTA SKRIPSI

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENYULAM DENGAN MODEL TEMATIK PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SLB C DHARMA BHAKTI PIYUNGAN YOGYAKARTA SKRIPSI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENYULAM DENGAN MODEL TEMATIK PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SLB C DHARMA BHAKTI PIYUNGAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dituangkan melalui instrumen atau suara dengan unsur dasar melodi,

BAB I PENDAHULUAN. yang dituangkan melalui instrumen atau suara dengan unsur dasar melodi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan salah satu karya seni yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, musik salah satu cabang kesenian yang merupakan sarana dalam menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap Warga Negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan. Hak dalam pendidikan diatur sesuai dengan UUD 1945 pasal 31 yang menyatakan bahwa Setiap warga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Nurhayati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Nurhayati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada umumnya bertujuan untuk mengembangkan kemampuan individu secara optimal sehingga dapat hidup mandiri. Pendidikan di Indonesia telah memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu alat merubah suatu pola pikir ataupun tingkah laku manusia dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak memiliki pengetahuan atau keterampilan

Lebih terperinci

BAB III SURVEY LAPANGAN

BAB III SURVEY LAPANGAN BAB III SURVEY LAPANGAN 3.6 Perolehan Material Renda di Indonesia Renda yang banyak ditemukan di pasaran adalah jenis renda yang digunakan sebagai bahan dekorasi atau benda aplikasi. Biasanya renda digunakan

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR. 1. Sepatu Mesin Jarum Mesin Sekoci Spul Kapur Jahit Pita Ukur...

DAFTAR GAMBAR. 1. Sepatu Mesin Jarum Mesin Sekoci Spul Kapur Jahit Pita Ukur... DAFTAR GAMBAR 1. Sepatu Mesin... 10 2. Jarum Mesin... 11 3. Sekoci... 11 4. Spul... 11 5. Kapur Jahit... 12 6. Pita Ukur... 12 7. Gunting Kain... 13 8. Pendedel... 13 9. Benang Jahit... 14 10. Jarum Tangan...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bayu Dwi Sulistiyo, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bayu Dwi Sulistiyo, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia mengalami suatu kemajuan sehingga berpengaruh pula kepada bidang pendidikan. Pendidikan ini diharapkan mampu

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Hal i iii iv vi vii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Batasan dan Fokus Permasalahan... 5 C. Tujuan

Lebih terperinci

Pengembangan Jenis Tenun Polos dan Tenun Kepar ABSTRAK

Pengembangan Jenis Tenun Polos dan Tenun Kepar ABSTRAK Pengembangan Jenis Tenun Polos dan Tenun Kepar ABSTRAK Terbentuknya kain tenun, pada mulanya manusia purba menemukan cara membuat tambang, kemudian tali dan juga benang dari tumbuhantumbuhan merambat dan

Lebih terperinci

Bahan Belajar. Kreasi Kain Perca. (c) PP-PAUD DAN DIKMAS JABAR

Bahan Belajar. Kreasi Kain Perca. (c) PP-PAUD DAN DIKMAS JABAR Bahan Belajar Kreasi Kain Perca Project Based Learning (PjBL) Dalam Pembelajaran Mandiri Pada Pendidikan Kesetaraan Paket C Pengarah Dr. Muhammad Hasbi, S.Sos., M.Pd. (Kepala PP-PAUD dan Dikmas Jawa Barat)

Lebih terperinci

PELATIHAN MENGHIAS KAIN DENGAN TEKNIK SULAM PITA DI PANTI SOSIAL ANAK ASUHAN UDYANA WIGUNA SINGARAJA

PELATIHAN MENGHIAS KAIN DENGAN TEKNIK SULAM PITA DI PANTI SOSIAL ANAK ASUHAN UDYANA WIGUNA SINGARAJA PELATIHAN MENGHIAS KAIN DENGAN TEKNIK SULAM PITA DI PANTI SOSIAL ANAK ASUHAN UDYANA WIGUNA SINGARAJA Made Diah Angendari Universitas Pendidikan Ganesha dekdiahku@yahoo.com ABSTRAK Kegiatan Pengabdian pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dewasa ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dewasa ini menuntut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dewasa ini menuntut manusia terus mengembangkan wawasan dan kemampuan diberbagai bidang khususnya bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses pembelajaran yang dilaksanakan secara sadar untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Pendidikan menjadi sesuatu hal yang sangat

Lebih terperinci

KRIYA TEKSTIL SMK. Budiyono dkk

KRIYA TEKSTIL SMK. Budiyono dkk Budiyono dkk KRIYA TEKSTIL SMK JILID 2 Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Hak Cipta pada Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

NIM. K BAB 1 PENDAHULUAN

NIM. K BAB 1 PENDAHULUAN Hubungan kemampuan menyimak dan kemampuan membaca dengan kemampuan berkomunikasi lisan pada pengajaran bahasa Indonesia anak tunagrahita kelas D-5B di SLB-C Setya Darma Surakarta tahun ajaran 2006/2007

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor penting bagi kelangsungan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor penting bagi kelangsungan kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor penting bagi kelangsungan kehidupan bangsa dan faktor pendukung yang memegang peranan penting di seluruh sektor kehidupan, sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rata-rata dengan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan

BAB I PENDAHULUAN. rata-rata dengan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tunagrahita adalah kondisi anak yang kecerdasannya jauh di bawah rata-rata dengan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam berinteraksi

Lebih terperinci

WADAH HANTARAN. Abstrak

WADAH HANTARAN. Abstrak WADAH HANTARAN Oleh : Dra. Widarwati, M.Sn. WIDYAISWARA ============================================================ Abstrak Wadah Hantaran merupakan suatu tempat untuk meletakkan hasil jadi dari seni

Lebih terperinci

JOB SHEET. : Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Program Studi : Pendidikan Tata Busana Mata Kuliah :Piranti Menjahit

JOB SHEET. : Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Program Studi : Pendidikan Tata Busana Mata Kuliah :Piranti Menjahit JOB SHEET Jurusan : Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Program Studi : Pendidikan Tata Busana Mata Kuliah :Piranti Menjahit Semester :Ganjil Pokok Bahasan : Pemasangan Kancing Waktu : 3 x 60 menit (1 kali

Lebih terperinci

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume Nomor September 2014 E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 205-220 MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGHIAS SANDAL JEPIT MELALUI MEDIA AUDIO

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BAGI GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BAGI GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KARYA ILMIAH ULASAN ILMIAH HASIL GAGASAN SENDIRI PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BAGI GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Oleh: Dra. Aisyah Jafar M.M Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan LEMBAGA PENJAMIN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pendidikan pada hakekatnya adalah upaya membantu peserta didik dalam merealisasikan berbagai potensi atau kemampuan yang dimilikinya secara optimal. Hal ini

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) olume 1 Nomor 3 MENINGKATKAN PENGENALAN BANGUN DATAR SEDERHANA MELALUI MEDIA PUZZLE BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN Oleh : Elfawati Abstract Latar belakang penelitian ini berawal dari anak tunagrahita ringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Luar Biasa PKK Propinsi Lampung sebagai salah satu sekolah centara

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Luar Biasa PKK Propinsi Lampung sebagai salah satu sekolah centara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah Luar Biasa PKK Propinsi Lampung sebagai salah satu sekolah centara yang telah ditunjuk untuk menyelenggarakan Sekolah Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS NAMA : SALMAN FARIS NIM : KELAS : S1SI-01

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS NAMA : SALMAN FARIS NIM : KELAS : S1SI-01 KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS NAMA : SALMAN FARIS NIM : 11.12.5393 KELAS : S1SI-01 Pembuatan Kreasi dari Kain Flanel Berkreasi tidak hanya dapat dilakukan dengan barang yang rumit dan sulit didapat. Tetapi

Lebih terperinci

6 DESAIN KRIYA TEKSTIL DENGAN

6 DESAIN KRIYA TEKSTIL DENGAN 6 DESAIN KRIYA TEKSTIL DENGAN TEKNIK MENGANYAM Kompetensi yang akan diperoleh setelah mempelajari bab ini adalah pemahaman tentang pengertian teknik menganyam, desain dan prinsip teknik menganyam, jenis

Lebih terperinci

2015 UPAYA GURU D ALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN VOKASIONAL BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

2015 UPAYA GURU D ALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN VOKASIONAL BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecakapan hidup adalah berbagai jenis keterampilan yang memupuk dan melatih remaja putra dan putri menjadi anggota masyarakat yang kreatif, inovatif, produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Emay Mastiani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Emay Mastiani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran keterampilan di sekolah merupakan alat untuk mengembangkan potensi siswa sebagai bekal hidup agar pada saat mereka terjun di masyarakat dapat digunakan

Lebih terperinci

7 DESAIN KRIYA TEKSTIL DENGAN

7 DESAIN KRIYA TEKSTIL DENGAN 7 DESAIN KRIYA TEKSTIL DENGAN TEKNIK MENJALIN Kompetensi yang akan diperoleh setelah mempelajari bab ini adalah pemahaman tentang pengertian teknik menjalin desain dan prinsip teknik menjalin, jenis bahan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MEMBUAT PERMEN ASEM PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SEKOLAH LUAR BIASA YAPENAS DEPOK SLEMAN

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MEMBUAT PERMEN ASEM PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SEKOLAH LUAR BIASA YAPENAS DEPOK SLEMAN Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan... (Rizta Santani) 777 PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MEMBUAT PERMEN ASEM PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SEKOLAH LUAR BIASA YAPENAS DEPOK SLEMAN THE IMPLEMENTATION

Lebih terperinci