KONSEP SOP PENANGANAN PASCAPANEN Bawang Merah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KONSEP SOP PENANGANAN PASCAPANEN Bawang Merah"

Transkripsi

1 KONSEP SOP PENANGANAN PASCAPANEN Bawang Merah DIREKTORAT BUDIDAYA DAN PASCAPANEN TANAMAN SAYURAN DAN OBAT DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA 2011

2 KATA PENGANTAR Dalam rangka pengembangan Bawang Merah yang berdaya saing dan bermutu baik, serta berorientasi pasar, maka penanganan pascapanen perlu menjadi prioritas. Salah satu upaya yang dilakukan untuk memfasilitasi hal tersebut adalah dengan menyusun Buku SOP (Standard Operasional ) Pascapanen Bawang Merah. Buku SOP pascapanen Bawang Merah ini dapat sebagai acuan bagi pelaku usaha/petani/petugas untuk melaksanakan pascapanen sehingga dapat meningkatkan mutu hasil bawang merah dan mengurangi kehilangan hasil/kerusakan dan mempertahankan umur simpan. Buku ini disusun bersama-sama dengan para pakar dari Perguruan Tinggi (UNPAD), Balai Penelitian Sayuran dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat, Instansi terkait dan para petani bawang merah dan pelaku usaha yang menangani kegiatan pascapanen. Kami mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan buku SOP Pascapanen Bawang merah. Kami menyadari Buku ini masih jauh dari sempurna, karena itu memerlukan saran dan masukkan dari berbagai pihak dan para pembaca yang budiman semoga buku pedoman ini akan banyak manfaatnya. Jakarta, Agustus 2011 Direktur Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat Dr. Ir. Yul. H.Bahar 1

3 TIM PENYUSUN Penanggung Jawab : Dr. Ir. Yul Harry Bahar Direktur Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat Tim Penyusun : 1. Ir. Tantawi Djauhari 2. Ir. Sussi Dwi Gustini 3. Lilis Suhaeti, SP 4. DR. Tino Mutiarawati 5. DR. Ali Asgar 6. Ir. Dian Hisparina, MS 7. Udi jaya 8. Wawan 9. Gungun 10. Iwan N 11. Fajar Anggraeni, SP 12. Mat Amin 13. Ruhiyat 14. Rasim Editor : Dr. Ir. Yul Harry Bahar Ir. Tantawi Djauhari 2

4 PENDAHULUAN Tanaman Bawang merah (Allium Sp) merupakan sayuran rempah dan dipanen bagian umbinya yang merupakan umbi lapis dan digunakan untuk konsumsi sebagai bumbu penyedap masakan. Kebutuhannya relatif stabil sepanjang tahun dan memililki potensi komersial yang cenderung semakin meningkat. Bawang merah juga berfungsi sebagai obat yaitu mendorong nafas panjang, mengobati luka, obat maag, masuk angin dan menurunkan kadar gula dan kolesterol. Bawang merah selain digunakan untuk bumbu penyedap masakan juga digunakan di bidang industri makanan. Pengembangan agribisnis bawang merah akhir akhir ini meningkat cukup pesat sehingga membutuhkan varietas benih yang bermutu dengan ketersediaan yang cukup. Begitu pula pengembangan diversifikasi pascapanen bawang merah perlu dilaksanakan secara optimal. Produk sayuran setelah panen masih melakukan aktivitas metabolisme, sehingga bila tidak ditangani dengan segera akan mengalami kerusakan fisik dan kimiawi. Sifat sayuran yang mudah rusak (perishable) mengakibatkan tingginya susut pascapanen serta terbatasnya masa simpan setelah pemanenan dan timbulnya serangan organisme pengganggu yang dapat menurunkan mutu. Perubahan setelah panen dan pascapanen tidak dapat dihentikan, namun dapat diperlambat sampai batas tertentu. Penanganan teknologi pascapanen bawang merah oleh petani sayuran masih dilaksanakan secara tradisional sehingga kehilangan hasil cukup tinggi, karena itu perlu upaya perbaikan dan penyempurnaan penerapan teknologi penanganan pascapanen bawang merah bertujuan agar hasil bawang merah tersebut dalam kondisi baik dan sesuai/tepat untuk dapat segera dikonsumsi atau untuk bahan baku pengolahan. Berdasarkan hal tersebut di atas maka disusun SOP Pasca panen Bawang merah. Target standar Bawang merah yang akan dicapai dalam kerangka penerapan Standar Operasional ini adalah: ukuran bawang sesuai permintaan pasar, bentuk sesuai deskripsi varietas, bawang merah tidak cacat, tidak terkontaminasi benda lain maupun residu pestisida, menghasilkan bawang merah yang bermutu, menekan tingkat kehilangan hasil < 10 %, meningkatkan efisiensi usaha agribisnis 3

5 bawang merah. REFEREENSI 1. DR. Tino Mutiarawati (Dosen Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran) 2. DR. Ali Asgar (BALITSA) 3. Ir. Dian Hisparina, MS (BPTP JABAR) 4. Pengalaman petani bawang merah di Desa Desa Pabedilan Kaler, Kec. Pabedilan, Kab. Cirebon Provinsi Jawa Barat. 4

6 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PASCA PANEN BAWANG MERAH Standar Operasional Penentuan Waktu Panen Dan Penanganan Panen Nomor: SOP BM. I Revisi.. Tanggal.. I. PENENTUAN WAKTU PANEN DAN PENANGANAN PANEN A. Pengertian Penentuan waktu panen pada bawang merah dapat dilakukan secara: Visual : melihat kondisi daun mulai menguning, daunnya rebah, umbinya tampak menonjol dari permukaan tanah, warna umbi terlihat kemerahan. Fisik : dengan perabaan leher umbi lunak Komputasi : penentuan umur tanaman sejak tanam (tergantung varietas/kultivar, cuaca/musim, pemeliharaan tanaman). Penanganan Panen : dilakukan dengan memungut hasil dengan cara mencabut seluruh bagian tanaman secara manual dengan tangan. B. Tujuan Dapat melakukan pemanenan yang benar dan mendapatkan hasil panen bawang merah dengan kualitas dan kuantitas yang baik. C. Standar Penentuan Waktu Panen dan penanganan panen 1. Secara visual dengan melihat perkembangan fisik tanaman: Untuk tujuan konsumsi: daun mulai menguning, daunnya rebah, umbinya tampak menonjol dari permukaan tanah, warna umbi terlihat kemerahan. Untuk tujuan bibit: daun tanaman total rebah (lebih 30% menguning) 2. Secara komputasi: Untuk tujuan konsumsi: penentuan umur tanaman sejak tanam, tergantung varietas/kultivar, cuaca/musim, pemeliharaan tanaman. (untuk varietas Bima Brebes dipanen pada umur HST pada musim kemarau, sedangkan pada musim penghujan umumnya dipanen lebih awal) 3. Untuk tujuan benih : umur panen lebih lama sekitar 3-4 hari Panen dilakukan pada pagi hari setelah tidak ada embun dan tidak pada saat turun atau menjelang hujan. Untuk tujuan bibit panen dilakukan pada siang hari, sehari sebelum panen jangan dilakukan penyiraman. 5

7 Standar Operasional Penentuan Waktu Panen Dan Penanganan Panen Nomor: SOP BM. I Revisi.. Tanggal.. 1. Penanganan panen dengan mencabut seluruh bagian tanaman, umbi terbawa berikut akar dan diusahakan daun jangan patah. Umbi yang tidak tercabut dilakukan pencungkilan dengan menggunakan alat (cotek). 2. Panen dilakukan serentak seluruh petak untuk umur tanaman yang sama D. Alat dan Bahan 1. Data atau Informasi untuk mengetahui mengenai waktu panen/tingkat kematangan bawang merah dan umur panen optimal bawang merah dan keunggulannya yang mempunyai ketahanan daya simpan tinggi. 2. Cungkil (cotek) untuk mencungkil umbi bawang merah yang tidak bisa tercabut 3. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan E. Kerja Penentuan Waktu Panen dan penanganan panen 1. Tentukan waktu panen yang tepat sesuai standar 2. Amati kondisi cuaca saat panen (bila hujan pelaksanaan panen di tunda) 3. Siapkan alat panen dan tenaga kerja yang trampil dan mengatur pembagian areal panen 4. Lakukan pemanenan bawang merah dengan cara mencabut secara hati-hati. 5. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan pada buku kerja (Tabel 1, lampiran) F. Sasaran Hasil panen yang berkualitas dengan menentukan waktu panen yang tepat. 6

8 Standar Operasional Perlakuan Segera Setelah Panen Nomor: SOP BM. II Revisi. Tanggal.. II. PERLAKUAN SEGERA SETELAH PANEN A. Pengertian Perlakuan segera setelah panen adalah tindakan tindakan yang harus dilakukan pada komoditas segera setelah panen. Pada bawang merah tindakan ini berupa pengikatan, pengumpulan, penjemuran awal (curing/pemulihan) sampai leher umbi menyempit. B. Tujuan Perlakuan segera setelah panen untuk mengurangi kerusakan yang dapat terjadi setelah panen dan menghasilkan bawang merah yang berkualitas baik dan daya simpan panjang. C. Standar Perlakuan segera setelah panen 1. Pengikatan: semua umbi yang dipanen segera diikat, sebaiknya menggunakan tali terbuat dari bambu (tutus) agar ikatan tidak mudah terlepas dan mudah dikencangkan saat penjemuran. 2. Bagian yang diikat adalah bagian pucuk (3-5 cm dari ujung daun) besarnya ikatan segenggam tangan (sekitar 1 kg) 3. Bagian umbi yang tertinggal (tidak tercabut/protolan) di kumpulkan untuk dilakukan curing terpisah. 4. Tempat untuk penjemuran di lahan bekas penanaman/yang baru dipanen, dialasi seperti dengan daun jati/daun tebu/anyaman bambu, umbi yang sudah diikat ditata di alas tersebut secara teratur, tidak bertumpuk, dengan daun menghadap keatas supaya daun cepat layu dan mengering dibiarkan selama 2 hari. 5. Pembalikan ikatan dilakukan supaya bagian dalam ikatan daun terkena sinar matahari dan posisi umbi tetap tertutup daun. 6. Penataan ulang dilakukan untuk merapikan posisi umbi dalam penjemuran (diusik) selama 2 hari sekali sampai kondisi daun mengering 7. Pengikatan ulang dilakukan dengan menggabungkan 2 ikatan menjadi satu ikatan (roji) 7

9 Standar Operasional Perlakuan Segera Setelah Panen Nomor: SOP BM. II Revisi. Tanggal.. 8. Selama penjemuran dan curing (Pemulihan untuk umbi bawang merah dilakukan dengan cara dijemur selama 1 2 jam sampai tanah yang menempel pada umbi kering dan mudah dilepaskan, umbi dibersihkan, setelah itu juga segera disimpan di tempat yang dingin/sejuk dan kering ) Curing juga berperan menutup luka yang terjadi pada saat panen. Pembentukan kulit umbi dalam tanah belum sempurna, setelah dijemur kulit umbi bawang merah menjadi tebal. 9. Pada waktu malam/hari hujan ditutup dengan plastik transparan yang dibuat tunel/lorong dengan penyangga terbuat dari lengkungan bambu dengan ketinggian 40 cm dan panjang sesuai lahan penjemuran. Dan pada saat siang hari bila ada cahaya matahari plastik transparan dibuka kesamping lahan. 10. Selama penjemuran bila terlihat bawang yang cacat/rusak/lepas dari ikatan lakukan penanganan yang terpisah digabung dengan umbi protolan. 11. Penggedengan dilakukan 4 ikatan roji dijadikan 1, kemudian dilakukan penjemuran dengan membalik bagian umbi ke atas sekitar 3 jam. Penjemuran dengan posisi umbi diatas ini dilakukan jangan terlalu lama untuk menghindari umbi matang. 8

10 Standar Operasional Perlakuan Segera Setelah Panen Nomor: SOP BM. II Revisi. Tanggal.. D. Alat dan Bahan 1. Tali bambu digunakan untuk mengikat bawang merah 2. Bambu digunakan untuk tiang penyangga plastik penjemuran 3. daun tebu/daun jati digunakan sebagai alas pada saat penjemuran 4. Plastik transparan digunakan untuk menutup bawang merah pada waktu hujan/malam hari. 5. Pikulan untuk memikul/membawa hasil panen 6. Tali tambang (salang) untuk tali pikulan 7. Alat pencatatan digunakan untuk mencatat kegiatan E. Kerja 1. Ikatlah umbi yang sudah dipanen. 2. Kumpulkan bagian umbi yang tertinggal (tidak tercabut/protolan) untuk dilakukan curing terpisah. 3. Lakukan penjemuran di lahan bekas penanaman/yang baru dipanen, dialasi daun jati/daun tebu/anyaman bambu. Umbi yang sudah diikat ditata di alas tersebut secara teratur, tidak bertumpuk, dengan daun menghadap keatas supaya daun cepat layu dan mengering dibiarkan selama 2 hari 4. Lakukan pembalikan ikatan supaya bagian dalam ikatan daun terkena sinar matahari dan posisi umbi tetap tertutup daun. 5. Lakukan penataan ulang untuk merapikan posisi umbi dalam penjemuran (diusik) selama 2 hari sekali sampai kondisi daun mengering dan menggabungkan 2 ikatan menjadi satu ikatan (roji) 6. Selama penjemuran dan curing, pada waktu malam/hari hujan tutuplah dengan plastik transparan yang dibuat tunel/lorong dengan penyangga terbuat dari lengkungan bambu dengan ketinggian 40 cm dan panjang sesuai lahan penjemuran. Dan pada saat siang hari bila ada cahaya matahari plastik transparan dibuka kesamping lahan. 9

11 Standar Operasional Perlakuan Segera Setelah Panen Nom or: SOP BM. II.. Revisi. Tanggal Lakukan penggedengan (4 ikatan roji dijadikan 1), kemudian lakukan penjemuran dengan membalik bagian umbi ke atas sekitar 3 jam. Penjemuran dengan posisi umbi diatas ini dilakukan jangan terlalu lama untuk menghindari umbi matang. 8. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan pada buku kerja (Tabel 2, Lampiran). 10

12 Standar Operasional Perlakuan Segera Setelah Panen Nom or: SOP BM. II.. Revisi. Tanggal.... F. Sasaran Hasil panen bawang merah yang baik, kering dan memiliki daya simpan lama. 11

13 Standar Operasional Pengeringan dan Pengikatan Nomor: SOP BM. III Revisi. Tanggal.. III. PENGERINGAN A. Pengertian Pengeringan dan pengikatan dalah penjemuran lanjutan bawang merah untuk menurunkan kadar air umbi sehingga umur simpannya panjang. B. Tujuan Untuk menurunkan kadar air bawang merah yang sudah diikat agar sesuai untuk konsumsi dan bibit. C. Standar Pengeringan 1. Penjemuran dilakukan langsung setelah curing, untuk konsumsi selama sekitar 7 8 hari, penjemuran untuk bibit Hari, pada malam hari ditutup memakai plastik. 2. Penggedengan 4 ikatan roji dijadikan 1, kemudian dilakukan penjemuran dengan membalik bagian umbi ke atas sekitar 3 jam. Penjemuran dengan posisi umbi diatas ini dilakukan jangan terlalu lama untuk menghindari umbi matang. 3. Penjemuran untuk konsumsi dianggap cukup bila kulit paling luar umbi sudah mengelupas dan bunyinya mengeresek (susut sekitar %) dan untuk bibit warna umbi merah cerah dan melekat pada umbinya (penyusutan 17 22% ). 4. Dilakukan pembalikan setiap hari bila hari panas agar keringnya merata. D. Alat dan Bahan 1. Tali bambu digunakan untuk mengikat bawang merah 2. Bambu digunakan untuk tiang penyangga plastik penjemuran 3. daun tebu/daun jati digunakan sebagai alas pada saat penjemuran 4. Plastik transparan digunakan untuk menutup bawang merah pada waktu hujan/malam hari. 12

14 Standar Operasional Pengeringan dan Pengikatan Nom or: SOP BM. III.. Revisi. Tanggal Pikulan untuk memikul/membawa hasil panen 6. Tali tambang (salang) untuk tali pikulan 7. Alat pencatatan digunakan untuk mencatat kegiatan E. Kerja 1. Lakukan penataan bawang merah yang sudah diikat tali bambu di tempat pengeringan 2. Tutup plastik ketika malam/hujan dan dibuka penutup pada saat siang hari 3. Lakukan pembalikan 1-2 kali sehari agar umbi kering merata 4. Hentikan pengeringan sampai kulit paling luar umbi sudah mengelupas dan bunyinya mengeresek (susut sekitar %) dan untuk bibit warna umbi merah cerah dan melekat pada umbinya (penyusutan 17 22%). 5. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan pada buku kerja (Tabel 3, Lampiran). G. Sasaran Dihasilkan bawang merah yang kering sesuai dengan tujuan pasar maupun untuk bibit dalam bentuk ikatan. 13

15 Standar Operasional Pembersihan Nomor: SOP BM. IV Revisi. Tanggal IV. PEMBERSIHAN A. Pengertian Pembersihan adalah proses menghilangkan kotoran yang menempel pada umbi bawang merah B. Tujuan Menghilangkan kotoran yang masih menempel pada umbi bawang merah supaya umbi terlihat menarik. C. Standar Pembersihan 1. Memotong daun kering diatas leher umbi 2. Memotong akar 3. Membersihkan umbi bawang merah dari kulit kering dan kotoran yang menempel. D. Alat dan Bahan 1. Gunting/ani ani untuk memotong bagian akar bawang merah 2. Timbangan untuk menimbang bawang merah 3. keranjang plastik untuk tempat sampah 4. Terpal/ tikar bambu/daun tebu kering sebagai tempat untuk mengering anginkan bawang merah. 5. Bakul/tampi untuk bawang merah protolan E. Pelaksanaan 1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan sebagai sarana pembersih umbi 2. Potonglah (trimming) bagian akar dengan menggunakan ani-ani/gunting/ pisau 3. Potonglah (trimming) daun kering diatas leher umbi 4. Timbanglah umbi yang telah dibersihkan 5. Letakkan umbi bawang merah yang sudah dibersihkan pada terpal/ keranjang yang telah dipersiapkan untuk dikering anginkan 6. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan pada buku kerja (Tabel 4, Lampiran). F. Sasaran Bawang merah yang bersih dan tampak menarik 14

16 Standar Operasional Sortasi dan Grading Nomor: SOP BM. V Revisi Tanggal.. V. SORTASI DAN GRADING A. Pengertian Kegiatan sortasi merupakan tindakan yang dilakukan untuk mendapatkan mutu yang baik dengan cara memilah-milah antara produk yang baik dengan yang rusak. Produk yang baik adalah produk yang bebas dari cacat atau kerusakan fisik akibat kegiatan panen maupun serangan hama penyakit. Produk yang rusak adalah produk rusak fisik akibat panen maupun kena serangan hama penyakit. Setelah dilakukan pemisahan kedua kelompok produk tersebut dilakukan proses pengkelasan (grading) sesuai dengan standar mutu, Standar Nasional Indonesia (SNI), atau kesepakatan lainnya. Grading adalah pengkelasan/penggolongan kubis berdasarkan kualitas seperti keseragaman bentuk, kebersihan, kepadatan, bebas penyakit dan kerusakan serta ukuran berat, panjang, diameter. B. Tujuan Untuk mendapatkan mutu yang baik dengan cara memilah-milah antara produk yang baik dengan yang rusak dan sekaligus melakukan proses pengkelasan (grading) berdasarkan kualitas siung yang baik dengan yang tidak baik, siung yang seragam dalam ukuran sesuai dengan mutu Standar Nasional Indonesia (SNI) kubis atau kesepakatan lainnya. C. Standar Sortasi dan Grading 1. Sortasi dan grading berdasar ukuran siung. Kelas mutu I, siung diameter 3 4 cm Kelas mutu II, diameter 2-3 cm. Kelas mutu III, siung dengan diameter 2 cm. Siung memiliki tekstur keras, tidak, berwarna normal, permukaan cukup rata, tidak cacat dan tidak terinfeksi hama penyakit. 2. Siung yang rusak dan terluka dipisahkan karena mudah terkena infeks mikrobia pembusuk 3. Sortasi dan grading dilakukan oleh tenaga kerja yang berpengalaman D. Alat dan Bahan: 1. Pengki untuk memindahkan siung bawang merah yang sudah disortasi dan digrading 2. Wadah (keranjang, tomplok) untuk meletakkan siung yang sudah disortasi dan digrading. 3. Terpal digunakan sebagai alas sortasi dan grading 4. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan 15

17 Standar Operasional Sortasi dan Grading Nom or: SOP BM. V.. Revisi Tanggal.... E. Pelaksanaan: 1. Siapkan sejumlah keranjang/wadah terpisah untuk masing-masing kelas siung bawang merah 2. Pilih siung yang sudah bersih, pisahkan siung berdasarkan: ada tidaknya cacat pada siung bawang merah normal tidaknya bentuk dan ukuran siung bawang merah. ada tidaknya serangan hama atau penyakit pada siungi bawang merah. 3. Lakukan pengkelasan I, II siung berdasarkan pengkelasan 4. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan pada buku kerja (Tabel 5, lampiran ) G. Sasaran Untuk memisahkan bawang merah yang akan dijadikan benih atau yang akan dipasarkan dalam bentuk konsumsi. 16

18 Standar Operasional Pengeringan Lanjutan dan Peyimpanan Nomor: SOP BM. VI Revisi Tanggal.. VI. PENGERINGAN LANJUTAN DAN PENYIMPANAN A. Pengertian 1. Pengeringan adalah proses penjemuran bawang merah dibawah sinar matahari langsung 2. Penyimpanan adalah proses menyimpan hasil panen sebelum dipasarkan. B. Tujuan 1. Untuk mengurangi resiko busuk, selanjutnya pengeringan dilakukan di atas para-para. 2. Untuk menunggu saat pemasaran yang tepat C. Standar Pengeringan dan Penyimpanan 1. Pengeringan di bawah sinar matahari langsung di tempat terbuka, dan pengeringan selanjutnya dilakukan di atas para-para. 2. Penyimpanan di dalam gudang/ruang yang teduh atap sebaiknya dari seng agar ada penerangan dapat digunakan atap dari fiber glass dan tertutup,ventilasi ruangan cukup baik, suhu o C dan kelembaban %. 3. Gudang penyimpanan dan rak-rak/ para-para yang akan digunakan harus bersih. Penyimpanan bawang merah untuk konsumsi maksimal 2 bulan, sedangkan untuk benih 2-3 bulan. D. Alat dan Bahan 1. Gudang/ruang penyimpanan digunakan sebagai tempat penyimpanan bawang merah yang telah selesai dibersihkan, disortasi dan degrading. 2. Krat/keranjang/rak/para-para terbuat dari kayu atau bamboo (dapat 6 tingkat atau lebih) digunakan sebagai wadah umbi bawang merah yang akan disimpan dalam gudang. 3. Tungku pemanas digunakan pada malam hari dilakukan pengasapan menggunakan tungku pemanas ± 4 jam 17

19 Standar Operasional Pengeringan Lanjutan dan Peyimpanan Nomor: SOP BM. VI Revisi Tanggal.. 4. Sapu untuk meletakan umbi bawang merah di para-para 5. Sikat, digunakan untuk membersihkan tempat penyimpanan/para-para/rak 6. Ember, air bersih, sabun/ detergen digunakan untuk mencuci para-para memegang bawang merah 7. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan E. Pelaksanaan 1. Bersihkan rak /para-para dan sikat lantai gudang dengan air dan sabun agar bersih. 2. Letakkan umbi bawang merah di para-para dengan menggunakan sapu 3. Bersihkan gudang putih pada rak-rak/ para-para yang disusun di dalam gudang penyimpanan berventilasi. Untuk penjemuran di gudang perlu penjemuran tambahan sinar matahari 1 3 jam. 4. Lakukan pencatatan sesuai format pada buku kerja (Tabel 6, lampiran) F. Sasaran Mendapatkan hasil bawang merah yang kering untuk disimpan di para-para dengan tujuan menunggu waktu pemasaran. 18

20 Standar Operasional Pengemasan Nomor: SOP BM. VII Revisi Tanggal.. VII. PENGEMASAN A. Pengertian Pengemasan adalah proses perlindungan komoditas Bawang merah dengan cara mengepak dari gangguan faktor luar yang dapat mempengaruhi masa simpannya dengan memakai media (wadah/tempat dengan bahan tertentu) untuk dikirim sebelum dipasarkan. Hanya komoditas yang baik yang dikemas. B. Tujuan : Untuk melindungi komoditas Bawang merah dari kerusakan mekanis, menciptakan daya tarik bagi konsumen dan memberikan nilai tambah produk Bawang merah tersebut dan memperpanjang umur simpan. C. Standar Pengemasan 1. Jenis kemasan yang digunakan untuk umbi Bawang merah harus dapat melindungi dan mempertahankan mutu Bawang merah dari pengaruh luar dan kerusakan fisik. 2. Bahan kemasan terbuat dari bahan yang aman dan tidak merusak buah Bawang merah. Kemasan yang umum digunakan keranjang plastik, keranjang bambu, kantung plastik, kantung jaring/net. D. Alat dan Bahan : 1. Karung plastik, Keranjang plastik, keranjang bambu, kardus, kantong plastik, kantung Jaring/net, tray plastik, plastik wrapping. 2. Alat wrapping. 3. Alat tulis/blangko isian untuk mencatat kegiatan E. Pelaksanaan : 1. Lakukan pengemasan Bawang merah untuk pasar lokal biasanya menggunakan karung plastik yang berlubang lubang atau keranjang plastik/keranjang bambu dengan kapasitas kg. 2. Lakukan pengemasan Bawang merah untuk pemasaran luar daerah biasanya menggunakan kardus yang sudah dilubangi untuk ventilasi udara. 19

21 Standar Operasional Pengem asan Nom or: SOP BM. VII.. Revisi Tanggal Lakukan untuk pemasaran pasar swalayan dikemas dengan tray dan ditutup plastik wrapping atau kemasan dengan plastik transparant yang dilubangi dengan berat 0,25 0,50 kg. Untuk pasokan restauran/rumah makan Bawang merah dikemas dengan kantong plastik yang dilubangi ukuran 5 kg. Lubang kantong plastik berfungsi mencegah terjadinya pengembunan udara dalam plastik yang dapat membusukkan Bawang merah. 4. Lakukan pengemasan Bawang merah untuk ekspor dikemas dengan kardus khusus dari eksportir lengkap dengan nama dagang dan tanggal panen. Kardus diberi lubang kecil dengan ukuran kardus untuk kapasitas kg. 5. Lakukan pencatatan sesuai format pada buku kerja (Tabel 7, lampiran) F. Sasaran Untuk melindungi bawang merah dari kerusakan mekanis 20

22 Standar Operasional Distribusi (Pengangkutan / Penyimpanan Berjalan) Nomor: SOP BM. VIII Revisi Tanggal. VII. DISTRIBUSI A. Pengertian Distribusi adalah proses memindahkan umbi bawang merah dari produsen ke pasar. B. Tujuan Untuk mendistribusikan umbi bawang merah sampai ke pasar dengan aman. C. Standar Pendistribusian Dalam pendistribusian harus diketahui tujuan tempat, jumlah dan tanggal pengiriman. Alat transportasi yang digunakan dalam pendistribusian harus layak dan aman D. Alat dan Bahan 1. Alat transportasi yang memadai untuk mengangkut umbi bawang merah ke pasar 2. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan E. Pelaksanaan 1. Lakukan pengecekan tanggal, lokasi dan jumlah yang hendak dikirim. 2. Siapkan alat transportasi yang memadai. 3. Pindahkan umbi bawang merah yang telah dikemas ke alat transportasi secara hati-hati 4. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan pada buku kerja ( Tabel 8, lampiran ) F. Sasaran Mengangkut dan memasarkan bawang merah disesuaikan dengan alat transportasi sehingga sampai di produsen dengan kondisi baik. 21

23 BUKU KERJA Tabel. 1 Form Catatan Kegiatan Penentuan Waktu dan penanganan panen bawang merah Nama Petani : Alamat Lahan : Tanggal Luas (Ha) Cara Panen Jumlah Hasil Panen Petugas Tabel 2. Form. Perlakuan Segera Setelah Panen Identitas petani : Tanggal panen : Luas lahan : Luas panen: Hasil panen ( Ikat) : Waktu Jumlah yang diikat Jumlah Protolan Jenis/ Jml (%) Kerusakan Perlakuan Petugas 22

24 Identitas petani : Tanggal panen : Luas lahan : Luas panen: Hasil panen ( Ikat) : Hari Stlh Panen Kondisi cuaca Tabel 3. Form. Pengeringan bawang merah Perlakuan 1 Mulai menjemur 2 Penjemuran Jenis/ Jml (%) Kerusakan Solusi (a/b) Petugas 3 Pembalikan penjemuran a. Ditutup plastik tunel b. Pembalikan ditunda Perlakuan Berat awal Berat akhir Lamanya penjemuran % susut bobot Petugas Ditutup plastik tunel Pembalikan ditunda 23

25 Tabel. 4 Form Catatan Kegiatan Pembersihan bawang merah Nama Petani :... Alamat Lahan :... Tgl Pembersihan Petugas Tabel 5. Form Catatan Kegiatan Sortasi dan Grading bawang merah Nama Petani Alamat Kebun : : Tanggal Jumlah (kg) Lokasi Jumlah Dalam Kelas Mutu (kg) I II III % Rusak Petugas 24

26 Tgl Grading Pasar Lokal Grading Pasar Swalayan Grading Pasar Ekspor Petugas Tabel. 6 Form Catatan Pengeringan dan Penyimpanan bawang merah Nama Petani Alamat Kebun : : Tanggal Volume Tujuan Pemasaran Tujuan Bibit Petugas 25

27 Tabel. 7 Form Catatan Pengemasan bawang merah Nama Petani Alamat Kebun : : Tanggal Jenis Pengemasan Tujuan Pemasaran Volume (Ton) Petugas Tabel. 8 Form Catatan Kegiatan Distribusi bawang merah Nama Petani Alamat Kebun : : Tanggal Jumlah Kemasan Daerah Tujuan Jenis Alat Transportasi Lama Perjalanan (hari) Petugas 26

SOP PENANGANAN PASCAPANEN MENTIMUN

SOP PENANGANAN PASCAPANEN MENTIMUN SOP PENANGANAN PASCAPANEN MENTIMUN DIREKTORAT BUDIDAYA DAN PASCAPANEN TANAMAN SAYURAN DAN OBAT DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA 2012 KATA PENGANTAR Dalam rangka pengembangan komoditas mentimun yang berdaya

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PASCAPANEN BUNCIS

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PASCAPANEN BUNCIS STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PASCAPANEN BUNCIS DIREKTORAT BUDIDAYA DAN PASCAPANEN SAYURAN DAN TANAMAN OBAT DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA 2012 1 KATA PENGANTAR Dalam rangka pengembangan komoditas buncis

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PASCAPANEN BUNCIS

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PASCAPANEN BUNCIS STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PASCAPANEN BUNCIS STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PASCAPANEN BUNCIS DIREKTORAT BUDIDAYA DAN PASCAPANEN SAYURAN DAN TANAMAN OBAT DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA 2012 1 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Deskripsi Singkat B. Hasil Belajar 1. Kompetensi Dasar 2. Indikator Keberhasilan

PENDAHULUAN A. Deskripsi Singkat B. Hasil Belajar 1. Kompetensi Dasar 2. Indikator Keberhasilan PENDAHULUAN A. Deskripsi Singkat Bahan ajar ini berisikan materi Panen dan Pasca Panen Bawang Merah. Materi Panen membahas tentang penentuan waktu panen dan penanganan panen. Materi Pasca Panen membahas

Lebih terperinci

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi bawang merah, peran benih sebagai input produksi merupakan tumpuan utama

Lebih terperinci

Sumber Pustaka Hilman. Y. A. Hidayat, dan Suwandi Budidaya Bawang Putih Di Dataran Tinggi. Puslitbang Hortikultura. Jakarta.

Sumber Pustaka Hilman. Y. A. Hidayat, dan Suwandi Budidaya Bawang Putih Di Dataran Tinggi. Puslitbang Hortikultura. Jakarta. PANEN BAWANG PUTIH Tujuan : Setelah berlatih peserta terampil dalam menentukan umur panen untuk benih bawang putih serta ciri-ciri tanaman bawang putih siap untuk dipanen 1. Siapkan tanaman bawang putih

Lebih terperinci

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Penanganan pascapanen sangat berperan dalam mempertahankan kualitas dan daya simpan buah-buahan. Penanganan pascapanen yang kurang hati-hati dan

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Potensinya terbuka, baik pasar bebas maupun industri. Kebutuhan cabai perkapita (2013) adalah 5 Kg/ tahun. Dengan jumlah penduduk 230 juta jiwa, maka

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti

TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang memiliki arti penting bagi masyarakat, baik dilihat dari penggunaannya

Lebih terperinci

DRAFT STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PASCAPANEN TOMAT

DRAFT STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PASCAPANEN TOMAT DRAFT STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PASCAPANEN TOMAT DIREKTORAT BUDIDAYA DAN PASCAPANEN SAYURAN DAN TANAMAN OBAT DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA 2012 KATA PENGANTAR Dalam rangka pengembangan komoditas

Lebih terperinci

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi Bawang merah merupakan komoditas hortikultura yang memiliki permintaan yang cukup tinggi dalam bentuk segar. Meskipun demikian, bawang merah

Lebih terperinci

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG Oleh : Sugeng Prayogo BP3KK Srengat Penen dan Pasca Panen merupakan kegiatan yang menentukan terhadap kualitas dan kuantitas produksi, kesalahan dalam penanganan panen dan pasca

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG Balai Besar Pelatihan Pertanian Ketindan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementerian Pertanian (2017) TUJUAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

SOP PENANGANAN PASCAPANEN JAMUR TIRAM

SOP PENANGANAN PASCAPANEN JAMUR TIRAM SOP PENANGANAN PASCAPANEN JAMUR TIRAM KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA DIREKTORAT BUDIDAYA DAN PASCAPANEN SAYURAN DAN TANAMAN OBAT 2011 PENGARAH : Dr. Ir. Yul Harry Bahar Direktur

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG 1. DEFINISI Panen merupakan pemetikan atau pemungutan hasil setelah tanam dan penanganan pascapanen merupakan Tahapan penanganan hasil pertanian setelah

Lebih terperinci

PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU

PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU Mangga merupakan salah satu komoditas yang banyak dibudidayakan dan diusahakan Varietas mangga yang banyak dibudidayaka adalah Mangga Arum Manis, Dermayu dan G Komoditas

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA AgroinovasI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA Dalam menghasilkan benih bermutu tinggi, perbaikan mutu fisik, fisiologis maupun mutu genetik juga dilakukan selama penanganan pascapanen. Menjaga mutu fisik

Lebih terperinci

PASCA PANEN CABE MERAH Oleh : Isnawan BP3K Nglegok. 1.. Pengangkutan

PASCA PANEN CABE MERAH Oleh : Isnawan BP3K Nglegok. 1.. Pengangkutan PASCA PANEN CABE MERAH Oleh : Isnawan BP3K Nglegok 1.. Pengangkutan I. Latar Belakang Pengangkutan merupakan mata rantaipenting dalam penanganan pascapanen dan Pada tahap ini transportasi memiliki peranan

Lebih terperinci

PASCA PANEN BAWANG MERAH

PASCA PANEN BAWANG MERAH PASCA PANEN BAWANG MERAH Oleh : Juwariyah BP3K Garum Indikator Keberhasilan : Setelah selesai mempelajari modul ini peserta diharapkan mampu : a. Menjelaskan kembali pelayuan dan pengeringan bawang merah

Lebih terperinci

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI Oleh : Ir. Nur Asni, MS Peneliti Madya Kelompok Peneliti dan Pengkaji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH

TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH Budidaya bawang merah umumnya menggunakan umbi sebagai bahan tanam (benih). Pemanfaatan umbi sebagai benih memiliki beberapa kelemahan

Lebih terperinci

PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN

PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN Perbaikan mutu benih (fisik, fisiologis, dan mutu genetik) untuk menghasilkan benih bermutu tinggi tetap dilakukan selama penanganan pasca panen. Menjaga mutu fisik dan

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN CABAI Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si.

PENANGANAN PASCA PANEN CABAI Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si. PENANGANAN PASCA PANEN CABAI Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cabai segar mempunyai daya simpan yang sangat singkat. Oleh karena itu, diperlukan penanganan pasca panen mulai

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1: 29 4 KEADAAN UMUM UKM 4.1 Lokasi dan Keadaan Umum Pengolah Unit Pengolahan ikan teri nasi setengah kering berlokasi di Pulau Pasaran, Lingkungan 2, Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Barat,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Sistem dan Pola Saluran Pemasaran Bawang Merah Pola saluran pemasaran bawang merah di Kelurahan Brebes terbentuk dari beberapa komponen lembaga pemasaran, yaitu pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

Penanganan Hasil Pertanian

Penanganan Hasil Pertanian Penanganan Hasil Pertanian Teknologi Penanganan dan Pengolahan Hasil Pertanian Mas ud Effendi FTP UB Penanganan Hasil Pertanian (1) Penanganan saat panen Penanganan segera setelah panen Penanganan pasca

Lebih terperinci

Gambar di bawah ini memperlihatkan bentuk rumput laut segar yang baru dipanen (a. Gracillaria, b. Kappaphycus, c. Sargassum) Rumput laut segar

Gambar di bawah ini memperlihatkan bentuk rumput laut segar yang baru dipanen (a. Gracillaria, b. Kappaphycus, c. Sargassum) Rumput laut segar Gambar di bawah ini memperlihatkan bentuk rumput laut segar yang baru dipanen (a. Gracillaria, b. Kappaphycus, c. Sargassum) a. www.aquaportail.com b. Dok. Pribadi c. Mandegani et.al (2016) Rumput laut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Komoditas Bawang Merah

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Komoditas Bawang Merah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Komoditas Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang merupakan anggota Allium yang paling banyak diusahakan dan memiliki nilai ekonomis

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017 7 PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS Nafi Ananda Utama Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017 Pengantar Manggis merupakan salah satu komoditas buah tropika eksotik yang mempunyai

Lebih terperinci

SOAL PELATIHAN PENANGANAN PASCA PANEN CABE MERAH Oleh : Juwariyah BP3 K Garum. Berilah Tanda Silang (X) Pada Jawaban Yang Saudara Anggap Paling Benar!

SOAL PELATIHAN PENANGANAN PASCA PANEN CABE MERAH Oleh : Juwariyah BP3 K Garum. Berilah Tanda Silang (X) Pada Jawaban Yang Saudara Anggap Paling Benar! SOAL PELATIHAN PENANGANAN PASCA PANEN CABE MERAH Oleh : Juwariyah BP3 K Garum Berilah Tanda Silang (X) Pada Jawaban Yang Saudara Anggap Paling Benar! 1. Apa yang anda ketahui tentang GHP... a. Good Agriculture

Lebih terperinci

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI 1. PENGERINGAN Pengeringan adalah suatu proses pengawetan pangan yang sudah lama dilakukan oleh manusia. Metode pengeringan ada dua,

Lebih terperinci

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah

Lebih terperinci

BAB III SARANA PRASARANA

BAB III SARANA PRASARANA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 217 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB III SARANA PRASARANA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani

Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani Oleh: Ir. Nur Asni, MS PENDAHULUAN Tanaman kopi (Coffea.sp) merupakan salah satu komoditas perkebunan andalan sebagai

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Desa Sidoharjo Rt 5 Rw 10 Kelurahan Banaran Kecamatan Boyolali Kabupaten Boyolali Jawa Tengah.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung 25 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung dengan dua kali percobaan yaitu Percobaan I dan Percobaan II. Percobaan

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN

PENANGANAN PASCA PANEN PENANGANAN PASCA PANEN KENAPA PERLU PENANGANAN PASCA PANEN??? Buah-buahan, setelah dipanen masih tetap merupakan jaringan hidup, untuk itu butuh penanganan pasca panen yang tepat supaya susut kuantitas

Lebih terperinci

BUDIDAYA BAWANG MERAH DI LAHAN KERING

BUDIDAYA BAWANG MERAH DI LAHAN KERING BUDIDAYA BAWANG MERAH DI LAHAN KERING Oleh:Heri Suyitno THL-TBPP BP3K Wonotirto 1. Pendahuluan Bawang Merah (Allium Ascalonicum) merupakan komoditas hortikultura yang memiliki banyak manfaat dan bernilai

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN KEDELAI

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN KEDELAI PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN KEDELAI BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PANEN DAN PASKA PANEN KEDELAI A.

Lebih terperinci

PANEN DAN PASCA PANEN DURIAN

PANEN DAN PASCA PANEN DURIAN PANEN DAN PASCA PANEN DURIAN Oleh : drh. Linda Hadju Widyaiswara Madya BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI 2012 PANEN DAN PASCA PANEN DURIAN Oleh : drh. Linda Hadju Widyaiswara Madya BALAI PELATIHAN PERTANIAN

Lebih terperinci

Pendahuluan. Setelah diketahui bahwa buah sudah cukup tua untuk dipanen, panen dapat segera dilakukan dan buah harus

Pendahuluan. Setelah diketahui bahwa buah sudah cukup tua untuk dipanen, panen dapat segera dilakukan dan buah harus CARA PANEN BUAH Pendahuluan Setelah diketahui bahwa buah sudah cukup tua untuk dipanen, panen dapat segera dilakukan dan buah harus dikumpulkan di lahan secepat mungkin. Panen harus dilakukan secepat mungkin,

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN

PENANGANAN PASCA PANEN PENANGANAN PASCA PANEN Pasca Panen Sayuran yang telah dipanen memerlukan penanganan pasca panen yang tepat agar tetap baik mutunya atau tetap segar seperti saat panen. Selain itu kegiatan pasca panen dapat

Lebih terperinci

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao PENDAHULUAN Pengolahan hasil kakao rakyat, sebagai salah satu sub-sistem agribisnis, perlu diarahkan secara kolektif. Keuntungan penerapan pengolahan secara kolektif adalah kuantum biji kakao mutu tinggi

Lebih terperinci

dengan optimal. Selama ini mereka hanya menjalankan proses pembudidayaan bawang merah pada musim kemarau saja. Jika musim tidak menentu maka hasil

dengan optimal. Selama ini mereka hanya menjalankan proses pembudidayaan bawang merah pada musim kemarau saja. Jika musim tidak menentu maka hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi perekonomian nasional, termasuk didalamnya agribisnis. Kesepakatankesepakatan GATT, WTO,

Lebih terperinci

SOP PASCAPANEN TANAMAN OBAT (RIMPANG)

SOP PASCAPANEN TANAMAN OBAT (RIMPANG) SOP PASCAPANEN TANAMAN OBAT (RIMPANG) KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA DIREKTORAT BUDIDAYA DAN PASCAPANEN SAYURAN DAN TANAMAN OBAT 2011 PENGARAH : Direktur Budidaya dan Pascapanen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk

Lebih terperinci

TEKNIK PENGERINGAN UNTUK MENINGKATKAN MUTU BAWANG MERAH (Allium cepa L) DI PROVINSI ACEH. Eka Fitria

TEKNIK PENGERINGAN UNTUK MENINGKATKAN MUTU BAWANG MERAH (Allium cepa L) DI PROVINSI ACEH. Eka Fitria TEKNIK PENGERINGAN UNTUK MENINGKATKAN MUTU BAWANG MERAH (Allium cepa L) DI PROVINSI ACEH Latar Belakang Eka Fitria Bawang merah mempunyai sifat perishable artinya mudah rusak dan tidak tahan lama sehingga

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN UNTUK MENINGKATKAN MUTU JAGUNG DITINGKAT PETANI. Oleh: Ir. Nur Asni, MS

TEKNOLOGI PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN UNTUK MENINGKATKAN MUTU JAGUNG DITINGKAT PETANI. Oleh: Ir. Nur Asni, MS TEKNOLOGI PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN UNTUK MENINGKATKAN MUTU JAGUNG DITINGKAT PETANI Oleh: Ir. Nur Asni, MS Jagung adalah komoditi penting bagi perekonomian masyarakat Indonesia, termasuk Provinsi

Lebih terperinci

PANEN DAN PENGELOLAAN PASCAPANEN PADI

PANEN DAN PENGELOLAAN PASCAPANEN PADI PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA PADI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PANEN DAN PENGELOLAAN PASCAPANEN PADI BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 Sesi 11: PANEN DAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl, III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jl. Kolam No.1 Medan Estate Kecamatan Medan Percut

Lebih terperinci

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di III. TATA LAKSANA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di laboratorium fakultas pertanian UMY. Pengamatan pertumbuhan tanaman bawang merah dan

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCAPANEN

PENANGANAN PASCAPANEN 43 PENANGANAN PASCAPANEN Pascapanen Penanganan pascapanen bertujuan untuk mempertahankan kualitas buah yang didapat. Oleh karena itu pelaksanaannya harus dilakukan dengan mempertimbangkan kualitas buah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kentang Panen

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kentang Panen 4 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kentang Kentang (Solanum tuberosum L.) berasal dari wilayah pegunungan Andes di Peru dan Bolivia. Tanaman kentang liar dan yang dibudidayakan mampu bertahan di habitat tumbuhnya

Lebih terperinci

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang PRODUKSI BENIH PADI Persyaratan Lahan Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang ditanam sama, jika lahan bekas varietas

Lebih terperinci

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 2 Tahun

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 2 Tahun PENGARUH UMUR SIMPAN BIBIT BAWANG MERAH VARIETAS SUPER PHILIP DAN RUBARU TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN DI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN Yuti Giamerti dan Tian Mulyaqin Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA PENANGANAN PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU

INSTRUKSI KERJA PENANGANAN PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU PENANGANAN PENDAHULUAN Instruksi kerja merupakan dokumen pengendali yang menyediakan perintah-perintah untuk pekerjaan atau tugas tertentu dalam penanganan pascapanen mangga Gedong Gincu. 1. Struktur kerja

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH Pusat Kajian Hortikultura Tropika INSTITUT PERTANIAN BOGOR PROLOG SOP PEPAYA PEMBIBITAN TIPE BUAH PENYIAPAN LAHAN PENANAMAN PEMELIHARAAN PENGENDALIAN

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pengukuran Variabel. Tabel 1. Pengukuran variabel profil anggota kelompok tani Sri Makmur

Lampiran 1. Pengukuran Variabel. Tabel 1. Pengukuran variabel profil anggota kelompok tani Sri Makmur LAMPIRAN 89 90 Lampiran. Pengukuran Variabel Tabel. Pengukuran variabel profil anggota kelompok tani Sri Makmur Indikator Kriteria. Umur 5-40 tahun 4-55 tahun >55. Pendidikan formal > 8 tahun -7 tahun

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember 2016, tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di lahan pertanian Universitas Muhamadiyah

Lebih terperinci

PASCA PANEN BUNGA POTONG (KRISAN)

PASCA PANEN BUNGA POTONG (KRISAN) PASCA PANEN BUNGA POTONG (KRISAN) Post 04 Desember 2014, By Ir. Elvina Herdiani, MP. bbpplbungapotperkembangan bisnis bunga potong meningkat dengan cukup pesat dari waktu ke waktu, hal ini menunjukkan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan di Green House Laboratorium Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan di Green House Laboratorium Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian dilaksanakan di Green House Laboratorium Pertanian Terpadu Universitas Muhammadiyah Malang yang terletak pada ketinggian 550

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Bawang Merah Ramah Lingkungan Input Rendah Berbasis Teknologi Mikrobia PGPR

Teknik Budidaya Bawang Merah Ramah Lingkungan Input Rendah Berbasis Teknologi Mikrobia PGPR Teknik Budidaya Bawang Merah Ramah Lingkungan Input Rendah Berbasis Teknologi Mikrobia PGPR LATAR BELAKANG Tanaman Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang banyak

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 20 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Kegiatan teknis yang dilakukan pada saat magang meliputi kegiatan budidaya sayuran aeroponik dan DFT serta kegiatan pemasaran. Kegiatan budidaya tanaman sayuran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PASCA PANEN MKB 604/3 SKS (2-1)

TEKNOLOGI PASCA PANEN MKB 604/3 SKS (2-1) TEKNOLOGI PASCA PANEN MKB 604/3 SKS (2-1) OLEH : PIENYANI ROSAWANTI PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA 2016 KONTRAK PERKULIAHAN KEHADIRAN

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman jagung Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika Tengah (Meksiko Bagian Selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini, lalu teknologi

Lebih terperinci

Ir. Khalid. ToT Budidaya Kopi Arabika Gayo Secara Berkelanjutan, Pondok Gajah, 06 s/d 08 Maret Page 1 PENDAHULUAN

Ir. Khalid. ToT Budidaya Kopi Arabika Gayo Secara Berkelanjutan, Pondok Gajah, 06 s/d 08 Maret Page 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN Bagi Indonesia kopi (Coffea sp) merupakan salah satu komoditas yang sangat diharapkan peranannya sebagai sumber penghasil devisa di luar sektor minyak dan gas bumi. Disamping sebagai sumber

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DALAM POT/POLYBAG

TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DALAM POT/POLYBAG TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DALAM POT/POLYBAG Tanaman Bawang Merah (Allium Cepa Var Ascalonicum (L)) merupakan salah satu tanaman bumbu dapur yang sangat mudah dijumpai di berbaga tempat. Bumbu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris yang beriklim tropis dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat cerah. Hortikultura

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di. Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di. Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang perekonomian nasional dan menjadi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perubahan Parameter Fisik dan Organoleptik Pada Perlakuan Blansir 1. Susut Bobot Hasil pengukuran menunjukkan bahwa selama penyimpanan 8 hari, bobot rajangan selada mengalami

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERUSAHAAN Sari Sehat Multifarm didirikan pada bulan April tahun 2006 oleh Bapak Hanggoro. Perusahaan ini beralamat di Jalan Tegalwaru No. 33 di

Lebih terperinci

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. )

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. ) BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. ) PENDAHULUAN Blimbing manis dikenal dalam bahasa latin dengan nama Averhoa carambola L. berasal dari keluarga Oralidaceae, marga Averhoa. Blimbing manis

Lebih terperinci

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENGEMASAN DAN PASCA PANEN BUNGA

TEKNOLOGI PENGEMASAN DAN PASCA PANEN BUNGA TEKNOLOGI PENGEMASAN DAN PASCA PANEN BUNGA Ir Sitawati, MS Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang Disampaikan dalam Kegiatan Pelatihan Pengembangan Model Pemasaran Tanaman Hias/Bunga di Kota Batu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kembaran Kabupaten Banyumas mulai Februari sampai Maret 2017.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kembaran Kabupaten Banyumas mulai Februari sampai Maret 2017. 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas mulai Februari sampai Maret 2017. 3.2 Bahan dan Peralatan

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspornya adalah produk hortikultura.

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspornya adalah produk hortikultura. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu produk pertanian yang memiliki potensi cukup tinggi untuk ditingkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspornya adalah produk hortikultura. Komoditas hortikultura

Lebih terperinci

IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA

IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA NO. 2, TAHUN 9, OKTOBER 2011 140 IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA Muh. Anshar 1) Abstrak: Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas jagung yang dihasilkan agar sesuai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar Lampung dengan kondisi iklim tropis, memiliki curah hujan 2000 mm/th dan

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

PENGOLAHAN BUAH LADA

PENGOLAHAN BUAH LADA PENGOLAHAN BUAH LADA Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama I. PENDAHULUAN Lada memiliki nama latin Piper nigrum dan merupakan family Piperaceae. Lada disebut juga sebagai raja dalam kelompok rempah

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI

OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI Secangkir kopi dihasilkan melalui proses yang sangat panjang. Mulai dari teknik budidaya, pengolahan pasca panen hingga ke penyajian akhir. Hanya

Lebih terperinci

PENGERINGAN PADI Oleh : M Mundir BP3K Nglegok

PENGERINGAN PADI Oleh : M Mundir BP3K Nglegok PENGERINGAN PADI Oleh : M Mundir BP3K Nglegok I. LATAR BELAKANG Kegiatan pengeringan merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam usaha mempertahankan mutu gabah. Kadar air gabah yang baru dipanen

Lebih terperinci

Budidaya Bawang Putih di Dataran Rendah

Budidaya Bawang Putih di Dataran Rendah Budidaya Bawang Putih di Dataran Rendah Bawang putih (allium sativum) termasuk genus afflum dan termasuk klasifikasi tumbuhan terna berumbi lapis atau siung yang bersusun. Bawang putih tumbuh secara berumpun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki nilai ekonomi tinggi serta mempunyai potensi besar untuk dikembangkan sebagai usaha di bidang

Lebih terperinci

TEKNIK PENYEMAIAN CABAI DALAM KOKER DAUN PISANG Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi

TEKNIK PENYEMAIAN CABAI DALAM KOKER DAUN PISANG Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi TEKNIK PENYEMAIAN CABAI DALAM KOKER DAUN PISANG Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi Benih cabai hibrida sebenarnya dapat saja disemaikan dengan

Lebih terperinci

MENGKAJI HASIL DAUN BAWANG MERAH PADA JARAK TANAM BERBEDA.

MENGKAJI HASIL DAUN BAWANG MERAH PADA JARAK TANAM BERBEDA. MENGKAJI HASIL DAUN BAWANG MERAH PADA JARAK TANAM BERBEDA. OLEH: I PUTU DHARMA PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR. 2016 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS BISNIS TANAMAN ORGANIK. Disusun oleh : Petrus Wisnu Kurniawan NIM : S1TI2C

TUGAS AKHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS BISNIS TANAMAN ORGANIK. Disusun oleh : Petrus Wisnu Kurniawan NIM : S1TI2C TUGAS AKHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS BISNIS TANAMAN ORGANIK Disusun oleh : Petrus Wisnu Kurniawan NIM : 10.11.3688 S1TI2C STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Peluang Usaha: Berkebun Organik Kultur hidup sehat saat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENGEMBANGAN BAWANG MERAH DI KAWASAN DANAU TOBA

TEKNOLOGI PENGEMBANGAN BAWANG MERAH DI KAWASAN DANAU TOBA TEKNOLOGI PENGEMBANGAN BAWANG MERAH DI KAWASAN DANAU TOBA Kawasan Danau Toba di Provinsi Sumatera Utara terkenal tidak hanya karena panorama alamnya yang indah dan sejuk tetapi juga terkenal sebagai daerah

Lebih terperinci

PENYIMPANAN BUAH MANGGA MELALUI PELILINAN Oleh: Masnun, BPP JAmbi BAB. I. PENDAHULUAN

PENYIMPANAN BUAH MANGGA MELALUI PELILINAN Oleh: Masnun, BPP JAmbi BAB. I. PENDAHULUAN PENYIMPANAN BUAH MANGGA MELALUI PELILINAN Oleh: Masnun, BPP JAmbi BAB. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mangga ( Mangifera indica L. ) adalah salah satu komoditas hortikultura yang mudah rusak dan tidak

Lebih terperinci

SALURAN DISTRIBUSI JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S CIJULANG ASRI DALAM MENINGKATKAN KEUNTUNGAN. Annisa Mulyani 1 Sri Nofianti 2 RINGKASAN

SALURAN DISTRIBUSI JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S CIJULANG ASRI DALAM MENINGKATKAN KEUNTUNGAN. Annisa Mulyani 1 Sri Nofianti 2 RINGKASAN SALURAN DISTRIBUSI JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S CIJULANG ASRI DALAM MENINGKATKAN KEUNTUNGAN Annisa Mulyani 1 Sri Nofianti 2 RINGKASAN Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam memasarkan sebuah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan dengan titik

Lebih terperinci