Analisis Gejala Gangguan Mental Emosional Penduduk Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisis Gejala Gangguan Mental Emosional Penduduk Indonesia"

Transkripsi

1 Artikel Penelitian Analisis Gejala Gangguan Mental Emosional Penduduk Indonesia Sri Idaiani, Suhardi, Antonius Yudi Kristanto Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan Abstrak: Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, prevalensi gangguan mental emosional penduduk Indonesia yang berusia >15 tahun sebesar 11,6%. Gangguan mental emosional merupakan suatu keadaan yang mengindikasikan individu mengalami suatu perubahan emosional yang dapat berkembang menjadi keadaan patologis apabila terus berlanjut, sehingga perlu dilakukan antisipasi agar kesehatan jiwa masyarakat tetap terjaga. Untuk itu, diperlukan gambaran mengenai gejala mental emosional yang dialami masyarakat melalui karakteristik sosiodemografi yang mempengaruhinya serta berdasarkan ranah kelompoknya. Tujuan umum penelitian ini adalah diketahuinya besaran gejala gangguan mental emosional pada penduduk Indonesia. Penelitian ini merupakan survei kesehatan jiwa pada Riskesdas 2007 yang dilaksanakan di 33 provinsi di Indonesia yang terdiri dari 438 kabupaten/ kota. Kriteria inklusi anggota rumah tangga yang dinilai kesehatan jiwanya adalah minimal berusia 15 tahun dan bersedia mengikuti penelitian. Penilaian kesehatan jiwa dilakukan melalui wawancara oleh petugas pewawancara dengan menggunakan kuesioner self reporting questionnaire (SRQ) yang terdiri dari 20 butir pertanyaann. Apabila menjawab minimal 6 jawaban ya, maka responden diidentifikasi mengalami gangguan mental emosional. Program statistik yang digunakan adalah SPSS versi 15.0 dengan metode complex samples. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa gejala terbanyak yang dialami masyarakat adalah gejala somatik, meskipun yang berperan terhadap gangguan mental emosional adalah gejala depresi, antara lain tidak mampu melakukan hal-hal yang bermanfaat dalam hidup, mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidup, merasa tidak berharga, pekerjaan sehari-hari terganggu dan merasa sulit menikmati kegiatan sehari-hari. Karakteristik yang paling kuat pengaruhnya terhadap gangguan mental emosional adalah usia lanjut. Kata kunci: gangguan mental emosional, Riskesdas, SRQ 473

2 Analysis of Mental Emotional Disorder Symptoms in Indonesian People Sri Idaiani, Suhardi, Antonius Yudi Kristanto National Institute of Health Research and Development Indonesia Ministry of Health Abstract: Based on 2007 Basic Health Research (Riskesdas), the prevalence of mental emotional disorder among Indonesian people aged >15 years was 11.6%. Mental emotional disorder is a condition which indicated an emotional changed of a person and could grow into a pathologic condition if it continues. Prevention actions should be taken to maintain the mental healthiness of a community. A description of mental emotional symptoms experienced by a community is needed through sociodemographic characteristics influenced and symptoms analysis based on the community. The main aim of this study was to undertake the magnitude of mental emotional symptoms of Indonesian population. A mental health survey was conducted within the Riskesdas 2007 frame, in 33 provinces in Indonesia, which consisted of 438 districts or cities. The inclusion criterion were age 15 years or older and were willing to participate in the research. Mental health assessment was done through interviews using self reporting questionnaire (SRQ), consisted of 20 questionnaire items. If there were at least 6 yes answers, a respondent was considered to have a mental emotional disorder. SPSS 15.0 version was used and analysis was done with complex samples method. It was concluded that the most symptoms experienced by most people were somatic symptoms, although depression symptom was the main symptom of mental emotional disorder (e.g. could not perform useful things in life, having thoughts to end life or feel useless, have work disturbance, and difficult to enjoy daily activities). The elderly had the strongest association with mental emotional disorder. Keywords: mental emotional disorder, Riskesdas, SRQ Pendahuluan Pada tahun 1993, World Bank dan World Health Organization (WHO) menemukan metode pengukuran baru yang disebut global burden of disease. Metode ini tidak terlalu memberikan fokus pada kematian, tetapi juga pada kesakitan, dengan demikian kesehatan mental menjadi salah satu masalah yang berperan dalam global burden of disease tersebut. Tahun 2000 diperoleh data gangguan mental sebesar 12%, tahun 2001 meningkat menjadi 13% dan diprediksi pada tahun 2020 menjadi 15%. 1 World Health Report (WHO) 2001 menyebutkan bahwa gangguan meuropsikiatri merupakan penyumbang sepertiga disabilitas yang dinilai dengan disability adjusted life years (DALYs). 2 Meskipun gangguan jiwa mempunyai kontribusi yang berarti, belum semua penderita yang mengalaminya memperoleh pengobatan oleh karena masih terdapat stigma, tidak mampu berobat dan belum semua negara memiliki kebijakan di bidang kesehatan jiwa. 1,2 Untuk menyusun program kesehatan jiwa, selayaknya didukung oleh data penelitian. Data prevalensi pada masyarakat sangat penting bagi penyusunan program serta perencanaan kesehatan yang di dalamnya meliputi pembiayaan kesehatan jiwa. Salah satu cara mendapatkan data yang cukup baik dengan cara yang relatif murah, mudah dan efektif adalah dengan menggunakan alat ukur self-reporting questionnaire (SRQ). Dikatakan murah karena dapat dilakukan dalam waktu yang cukup singkat serta tidak memerlukan sumber daya manusia khusus untuk menilainya. SRQ efektif karena memiliki validitas yang cukup baik dalam hal sensistivitas dan spesifisitasnya. 1 SRQ adalah kuesioner yang dikembangkan oleh WHO untuk skrining gangguan psikiatri dan keperluan penelitian yang telah dilakukan di berbagai negara. SRQ banyak digunakan di negara-negara yang sedang berkembang dan tingkat pendidikan penduduknya masih rendah. Selain itu SRQ juga sangat cocok digunakan di negara yang penduduknya masih banyak yang berasal dari tingkat sosial ekonomi rendah. 1,3 Berdasarkan laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, yang menggunakan SRQ untuk menilai kesehatan jiwa penduduk, prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk Indonesia yang berusia >15 tahun sebesar 11,6%. 4 Gangguan mental emosional merupakan suatu keadaan yang mengindikasikan individu mengalami suatu perubahan emosional yang dapat berkembang menjadi 474

3 keadaan patologis apabila terus berlanjut sehingga perlu dilakukan antisipasi agar kesehatan jiwa masyarakat tetap terjaga. Istilah lain gangguan mental emosional adalah distres psikologik dan distres emosional. Untuk itu diperlukan gambaran mengenai gejala mental emosional yang dialami masyarakat melalui karakteristik latar belakang yang mempengaruhinya. Atas dasar hal tersebut di atas, tujuan umum penelitian ini adalah diketahuinya besaran gejala gangguan mental emosional pada penduduk Indonesia menggunakan kuesioner SRQ. Tujuan khususnya adalah dinilainya faktor risiko sosiodemografi individu dengan gangguan mental emosional, diketahuinya gejala yang banyak dialami penduduk usia >15 tahun dan pada kelompok yang mengalami gangguan mental emosional, serta diidentifikasinya kelompok yang mengalami gejala gangguan kognitif, cemas, depresi, somatik dan penurunan energi. Metode Penelitian ini merupakan analisis lanjut data Riskesdas Riskesdas tersebut dilaksanakan di 33 provinsi di Indonesia yang terdiri dari 438 kabupaten/kota. Riskesdas 2007 adalah sebuah survei yang dilakukan secara potong lintang (cross sectional). Desain tersebut terutama dimaksudkan untuk menggambarkan masalah kesehatan penduduk di seluruh pelosok Indonesia secara menyeluruh, akurat dan berorientasi pada kepentingan para pengambil keputusan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Populasi Riskesdas 2007 adalah seluruh anggota rumah tangga atau individu di seluruh pelosok Indonesia. Populasi sumbernya adalah anggota rumah tangga yang berasal dari rumah tangga terpilih pada blok sensus. Sampel rumah tangga dan anggota rumah tangga dalam Riskesdas 2007 identik dengan daftar sampel rumah tangga dan anggota rumah tangga Susenas Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa metodologi penghitungan dan cara penarikan sampel untuk Riskesdas 2007 identik pula dengan two stage sampling yang digunakan dalam Susenas Dari setiap kabupaten/kota yang masuk dalam kerangka sampel kabupaten/kota diambil sejumlah blok sensus yang proporsional terhadap jumlah rumah tangga di kabupaten/ kota tersebut. Kemungkinan sebuah blok sensus masuk ke dalam sampel blok sensus pada sebuah kabupaten/kota bersifat proporsional terhadap jumlah rumah tangga pada sebuah kabupaten/kota (probability proportional to size). Bila dalam sebuah blok sensus terdapat lebih dari 150 (seratus lima puluh) rumah tangga, maka dalam penarikan sampel di tingkat ini akan dibentuk sub-blok sensus. Secara keseluruhan, berdasarkan sampel blok sensus dalam Susenas 2007 terdapat (tujuh belas ribu tiga ratus lima puluh tujuh) sampel blok sensus. Riskesdas dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2007 untuk 28 provinsi. Lima provinsi lainnya, yaitu Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Irian Jaya Barat baru dapat dilaksanakan pada bulan September sampai November Perbedaan waktu pelaksanaan tersebut oleh karena letak geografis yang sulit serta anggaran yang terbatas. Riskesdas terintegrasi dengan Survei Sosial Ekonomi Nasional 2007 (Susenas 2007). Kriteria inklusi adalah anggota rumah tangga pada rumah tangga terpilih di blok sensus terpilih pada Susenas Responden yang dinilai kesehatan jiwanya minimal berusia 15 tahun dan bersedia mengikuti penelitian. Penilaian kesehatan jiwa dilakukan melalui wawancara oleh petugas pewawancara dengan menggunakan kuesioner SRQ yang terdiri dari 20 butir pertanyaan. Meskipun pada dasarnya kuesioner ini sebaiknya dikerjakan langsung oleh responden atau self-administered, pada keadaan saat banyak penduduk yang tidak dapat membaca, diperbolehkan untuk digunakan melalui wawancara atau interviewer administered. 1,3 Responden dinyatakan mengalami suatu gangguan psikiatri apabila total jawaban ya di atas nilai batas pisah yang ditetapkan. Nilai batas pisah SRQ berkisar antara 3 dan 10. 1,3,5 Di dalam Riskesdas ditetapkan 5/6 sebagai nilai batas pisah, artinya responden yang menjawab ya lebih besar atau minimal 6 butir pertanyaan akan dianggap mengalami gangguan mental emosional atau distres yang memiliki potensi adanya suatu gangguan jiwa apabila diperiksa lebih lanjut oleh psikiater. 3 Nilai batas pisah 5/6 ini didapatkan sesuai penelitian uji validitas yang telah dilakukan oleh Hartono 6, peneliti pada Badan Litbang Depkes tahun Pada penelitian tersebut sensitivitas SRQ 88% dan spesifisitas 81%, nilai ramal positif 60% serta nilai ramal negatif 92%. Prosedur uji validitas ini wajib dilakukan untuk mendapatkan nilai batas pisah serta menghasilkan kuesioner yang baik pada berbagai setting. 7,8 Nilai batas pisah kuesioner ini bervariasi antara penelitian satu dengan lainnya, tergantung metode pengambilan sampel, bahasa yang dipakai, serta tujuan penelitian. 3 Pada survei ini, SRQ yang digunakan adalah murni 20 butir pertanyaan. SRQ-20 terdiri dari pertanyaan pertanyaan mengenai gejala yang lebih mengarah kepada neurosis. Gejala depresi terdapat pada butir nomor 6, 9, 10, 14, 15, 16, 17; gejala cemas pada butir nomor 3,4,5; gejala somatik pada butir nomor 1, 2, 7, 19; gejala kognitif pada butir nomor 8, 12, 13; gejala penurunan energi pada butir 8, 11, 12, 13, 18, Dalam analisis ini dilakukan telaah terhadap butir-butir pertanyaan SRQ-20 menurut konstruk atau ranah pembentuknya. Tidak pernah sekolah, tamat SD dan tamat SMP dikelompokkan sebagai pendidikan rendah; tamat SMA sebagai pendidikan sedang, dan tamat akademi atau perguruan tinggi sebagai pendidikan tinggi. Status perkawinan dibagi menjadi belum kawin, kawin, dan bercerai (cerai mati dan cerai hidup). Tingkat sosial ekonomi penduduk dinilai berdasarkan kuintil pengeluaran, yaitu pengeluaran perkapita rumah tangga yang dibagi menjadi kuintil (5 bagian). Kuintil, berbeda-beda pada masing-masing provinsi. Kuintil 475

4 tertinggi adalah 5, yaitu tingkat pengeluaran perkapita rumah tangga tertinggi, sedangkan tingkat pengeluaran perkapita terendah pada kuintil 1. Kuintil 1-3 digolongkan sebagai kelompok sosial ekonomi rendah, sedangkan kuintil 4 dan 5 digolongkan sosial ekonomi tinggi. Seluruh data dianalisis secara cross sectional. Karakteristik sosiodemografi responden dan gejala yang banyak dialami penduduk dianalisis secara deskriptif dengan menyajikannya berdasarkan sebaran distribusi dan frekuensi. Untuk melihat hubungan antara faktor risiko yang terkait karakteristik sosiodemografi dilakukan analisis bivariat. Setelah dijabarkan, dilakukan analisis multivariat regresi logistik untuk semua variabel dengan nilai p<0,25 pada analisis bivariat. Sebagai variabel tergantung adalah gangguan mental emosional dan karakteristik sosiodemografi sebagai variabel bebas. Seluruh data diproses dengan menggunakan komputer. Program statistik yang digunakan adalah SPSS versi 15.0 dengan metode complex samples. Terdapat limitasi analisis multivariat pada penelitian ini oleh karena variabel yang ada pada dasarnya dirancang untu analisis deskriptif. Hasil Riskesdas berhasil mengunjungi blok sensus dari 438 jumlah kabupaten/kota. Sebagian kecil blok sensus tidak berhasil dijangkau oleh Riskesdas oleh karena beberapa kendala geografis serta keamanan. Dari blok sensus Susenas terdapat rumah tangga. Jumlah rumah tangga Riskesdas adalah (respons rate 98%). Jumlah anggota rumah tangga yang dianalisis adalah orang. Akan tetapi, data karakteristik sosiodemografi dan butir pertanyaan Tabel 1. Sebaran Responden Berdasarkan Karakteristik Sosiodemografi, Riskesdas 2007 Karakteristik responden f % Kelompok umur (tahun) Umur muda (15-34) ,2 Umur sedang (35-64) ,9 Umur tua (65+) ,8 Jenis kelamin Laki-laki ,0 Perempuan ,0 Pendidikan Pendidikan tinggi ,4 Pendidikan sedang ,7 Pendidikan rendah ,6 Pekerjaan Pegawai/sekolah ,0 Non Pegawai ,1 Ibu RT ,5 Tidak bekerja ,4 Status perkawinan Belum kawin ,4 Kawin ,4 Cerai ,2 Tempat tinggal Kota ,7 Desa ,3 Sosial ekonomi Tinggi ,1 Rendah ,9 Tabel 2. Hubungan Bivariat antara Gangguan Mental dan Karakteristik Responden Riskesdas 2007 Gangguan mental Gangguan mental OR kasar 95%CI Nilai p -N= (%) +N= (%) Kelompok umur (tahun) Umur muda (15-34) 47,6 35,2 Referens 0,001 Umur sedang (35-64) 45,9 46,8 1,38 1,35-1,40 Umur tua (65+) 6,5 18,0 3,72 3,61-3,84 Jenis kelamin Laki-laki 49,4 37,1 Referens - 0,001 Perempuan 50,6 62,9 1,65 1,62-1,68 Pendidikan Pendidikan tinggi 5,8 3,1 Referens 0,001 Pendidikan sedang 22,7 14,0 1,13 1,07-1,20 Pendidikan rendah 71,5 82,8 2,13 2,01-2,25 Pekerjaan Pegawai/sekolah 18,9 11,0 Referens 0,001 Non Pegawai 50,8 46,1 1,56 1,50-1,61 Ibu RT 20,0 23,7 2,03 1,96-2,10 Tidak bekerja 10,3 19,2 3,19 3,07-3,32 Status perkawinan Belum kawin 24,1 17,1 Referens 0,001 Kawin 68,8 66,3 1,36 1,32-1,39 Cerai 7,1 16,5 3,29 3,18-3,40 Tempat tinggal Kota 39,2 34,8 Referens 0,001 Desa 60,8 65,2 1,21 1,16-1,25 Sosial ekonomi Tinggi 37,6 33,6 Referens 0,001 Rendah 62,4 66,4 1,18 1,16-1,22 476

5 yang tidak lengkap dianggap sebagai nilai missing dan tidak dianalisis. Karakteristik sosiodemografi responden yang mengikuti survei ini diperlihatkan pada tabel 1. Terdapat (11,6 %) responden yang mengalami gangguan mental emosional. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa rasio odds (OR) variabel sosiodemografi yang berhubungan dengan gangguan mental emosional berkisar 1,1-3,7. Semua variabel memiliki nilai kemaknaan <0,25 sehingga seluruhnya dimasukkan ke dalam analisis multivariat (tabel 3). Untuk melihat hubungan antara variabel karakteristik responden dengan gangguan mental emosional, dilakukan analisis multivariat. Sebagai rujukan adalah kelompok umur <35 tahun, laki-laki, pendidikan tinggi, pekerjaan sebagai pegawai tetap, belum kawin dan sosial ekonomi tinggi. Berdasarkan analisis, OR seluruh variabel sosiodemografi terhadap gangguan mental emosional berkisar 1,0-2,5. Usia memiliki hubungan yang sangat kuat terhadap gangguan mental emosional dibandingkan variabel lainnya, khususnya usia tua lebih dari 65 tahun. Dalam tabel 4 ditampilkan gejala gangguan mental emosional berdasarkan butir-butir pertanyaan SRQ-20. Pada bagian kiri tabel, ditunjukkan jumlah dan persentase penduduk yang mengalami gejala gangguan mental emosional selama 30 hari terakhir. Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa gejala yang paling banyak dialami adalah gejala somatik, misalnya sakit kepala, mudah lelah, sulit tidur, tidak nafsu makan dan rasa tidak enak di perut. Pada bagian kanan tabel, ditunjukkan gejala yang dialami penduduk yang mengalami gangguan mental emosional (nilai total SRQ e 6). Berdasarkan data di atas, dapat diketahui beberapa gejala Tabel 3. Hubungan Multivariat antara Gangguan Mental dan Karakteristik Responden OR suaian 95%CI Nilai p Kelompok umur (tahun) Umur muda (15-34) Referens 0,001 Umur sedang (35-64) 1,31 1,27-1,34 Umur tua (65+) 2,54 2,44-2,64 Jenis kelamin Laki-laki Referens 0,001 Perempuan 1,46 1,43-1,50 Pendidikan Pendidikan tinggi Referens 0,001 Pendidikan sedang 1,10 1,04-1,17 Pendidikan rendah 1,61 1,52-1,71 Pekerjaan Pegawai/sekolah Referens 0,001 Non Pegawai 1,11 1,07-1,15 Ibu RT 1,24 1,19-1,29 Tidak bekerja 1,80 1,73-1,87 Status perkawinan Belum kawin Referens 0,001 Kawin 1,05 1,02-1,09 Cerai 1,39 1,33-1,44 Tempat tinggal Kota Referens 0,005 Desa 1,05 1,02-1,10 Sosial ekonomi Tinggi Referens 0,001 Rendah 1,10 1,07-1,13 Tabel 4. Distribusi Penduduk Secara Umum dan Kelompok yang Mengalami Gangguan Mental Emosional Berdasarkan Gejala yang Banyak Dialami Ggn Mental Emosional (+) Butir pertanyaan n % % 95% CI p 1 Sering menderita sakit kepala ,8 23,5 23,1-23,9 0,001 2 Tidak nafsu makan ,2 46,0 45,4-46,6 0,001 3 Sulit tidur ,0 41,0 40,5-41,6 0,001 4 Mudah takut ,1 68,8 68,1-69,4 0,001 5 Mersa tegang. cemas atau kuatir ,9 63,0 62,4-63,6 0,001 6 Tangan gemetar ,8 65,3 64,6-65,9 0,001 7 Pencernaan terganggu/buruk ,3 57,4 57,4-58,1 0,001 8 Sulit untuk berpikir jernih ,1 74,6 73,9-75,2 0,001 9 Mearasa tidak bahagia ,2 78,7 78,0-79,4 0,001 0 Menangis lebih sering ,4 80,3 79,6-81,0 0,001 1 Merasa sulit untuk menikmati kegiatan sehari-hari ,4 84,1 83,5-84,6 0,001 2 Sulit untuk mengambil keputusan ,7 74,6 73,9-75,3 0,001 3 Pekerjaan sehari-hari terganggu ,7 85,8 85,3-86,4 0,001 4 Tidak mampu melakukan hal-hal yang bermanfaat dalam hidup ,2 90,9 90,3-91,4 0,001 5 Kehilangan minat pada berbagai hal ,7 86,4 85,6-87,1 0,001 6 Merasa tidak berharga ,1 89,3 88,7-89,9 0,001 7 Mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidup ,7 89,6 88,7-90,3 0,001 8 Merasa lelah sepanjang waktu ,9 60,2 59,5-61,0 0,001 9 Mengalami rasa tidak enak di perut ,5 46,8 46,1-47,4 0,001 0 Mudah lelah ,3 37,4 36,9-37,9 0,

6 yang erat hubungannya atau memberikan kontribusi yang besar untuk gangguan mental emosional, antara lain tidak mampu melakukan hal-hal yang bermanfaat dalam hidup, mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidup, merasa tidak berharga, kehilangan minat pada berbagai hal, pekerjaan sehari-hari terganggu. Gejala somatik (sakit kepala, mudah lelah, tidak nafsu makan, pencernaan terganggu) tidak terlalu banyak berperan pada gangguan mental emosional, meskipun banyak dialami penduduk. Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa semakin banyak gejala yang dialami, maka semakin besar kecenderungan mengalami gangguan mental emosional. Kuantitas gejala mempengaruhi terjadinya suatu gangguan mental emosional atau distres emosional. Hal ini berlaku pada seluruh ranah baik kognitif, cemas, depresi, somatik dan penurunan energi. Diskusi Berdasarkan hasil penelitian ini, yang dilakukan di 33 provinsi di Indonesia dengan menggunakan Self Reporting Questionnaire-20 pada penduduk atau anggota rumah tangga yang berusia minimal 15 tahun dapat diketahui bahwa karakteristik sosiodemografi, faktor risiko yang berhubungan paling erat dengan gangguan mental emosional adalah usia lanjut. Semakin rendah pendidikan, semakin tinggi risiko mengalami gangguan mental emosional. Kondisi ini sesuai dengan yang terjadi pada umumnya. Selain pendidikan, kondisi lain yang berkaitan dengan masalah kesehatan jiwa antara lain kemiskinan, pengangguran, gender serta situasi yang penuh tekanan lainnya. Kelompok masyarakat yang memerlukan perhatian adalah anak dan dewasa muda, wanita dan lanjut usia. 11 Pada penelitian ini, kesehatan jiwa anak dan remaja masih belum dapat ditelusuri oleh karena keterbatasan kuesioner, yaitu SRQ lebih diperuntukkan untuk kelompok masyarakat dewasa. Gejala gangguan mental emosional yang banyak di alami penduduk antara lain sakit kepala (46,3%), mudah lelah (28%), sulit tidur (21,6%), rasa tidak enak di perut (17,5%) dan tidak nafsu makan (16,6%). Gejala-gejala tersebut tidak banyak berbeda dengan gejala terbanyak yang dialami responden di Nanggroe Aceh Darussalam secara umum berdasarkan Survei Kesehatan Daerah (Surkesda) 2006 yaitu sakit kepala (51,2%), mudah lelah (37%), sulit tidur (26%), merasa tidak enak di perut (25,6%) dan tidak nafsu makan (22,1%). 10 Pada penduduk yang menjadi korban pada peristiwa bencana alam tsunami akhir tahun 2004, gejala yang banyak dialami penduduk antara lain sakit kepala (50,4%), mudah lelah (36,1%), sulit tidur (26,5%), merasa tidak enak di perut (24,6%) dan merasa cemas atau khawatir (21,7%). 10 Penelitian yang Tabel 5. Distribusi Gejala Gangguan Kognitif, Cemas, Depresi, Somatik dan Penurunan Energi Berdasarkan Ada Tidaknya Gangguan Mental Emosional Gangguan Mental Gangguan Mental Emosional (-) N= Emosional (+) N= % 95% CI % 95% CI Gejala kognitif Tidak ada gejala kognitif 95, ,3 4,8 4,7-5,0 1 gejala kognitif 49,2 48,4-50,0 50,8 50,0-51,6 2 gejala kognitif 16,2 15,5-17,1 83,8 82,9-84,5 3 gejala kognitif 1,1 0,9-1,3 98,9 98,7-99,1 Gejala cemas Tidak ada gejala cemas 98,3 98,2-98,3 1,7 1,7-1,8 1 gejala cemas 79,0 78,6-79,5 21,0 20,5-21,4 2 gejala cemas 38,3 38,5-40,1 60,7 59,9-61,5 3 gejala cemas 9,5 9,0-10, ,0-91,0 Gejala depresi Tidak ada gejala depresi 96,8 96,7-96,9 3,2 3,1-3,3 1 gejala depresi 57,1 56,5-57,8 42,9 42,2-43,5 2 gejala depresi 21,2 20,3-22,2 78,8 77,8-79,7 3 gejala depresi 5,9 5,3-6,6 94,1 93,4-94,7 4-7 gejala depresi 0,4 0,3-0,6 99,6 99,4-99,7 Gejala somatic Tidak ada gejala somatik 99,1 99,0-99,1 0,9 0,9-1,0 1 gejala somatik 94,2 94,0-94,4 5,8 5,6-6,0 2 gejala somatik 76,7 76,2-77,2 23,3 22,8-23,8 3 gejala somatik 42,0 41,1-42,8 58,0 57,2-58,9 4 gejala somatik 9,0 8,5-9,6 91,0 90,4-91,5 Gejala penurunan energi Tidak ada gejala penurunan energi 99,3 99,3-99,4 0,7 0,6-0,7 1 gejala penurunan energi 88,3 87,9-88,6 11,7 11,4-12,1 2 gejala penurunan energi 59, ,8 40,2 39,4-41,0 3 gejala penurunan energi 21,7 20,9-22,5 78,3 77,5-79,1 4-6 gejala penurunan energi 2,3 2,1-2,6 97,7 97,4-97,9 478

7 dilakukan pada beberapa negara lain, khususnya pada kelompok penduduk yang berasal dari kalangan sosial ekonomi rendah ditemukan bahwa gejala terbanyak yang dialami penduduk adalah perasaan cemas, tegang, khawatir (55,0%). Gejala berikutnya adalah sakit kepala (54,0%) serta merasa tidak bahagia (44,5%). Pada penelitian tersebut disebutkan bahwa gejala yang sedikit dilaporkan adalah pikiran untuk mengakhiri hidup (14,0%) dan gemetar saat berjabatan tangan (16,0%). 1 Gejala yang banyak memberikan kontribusi terhadap gangguan mental emosional antara lain tidak mampu melakukan hal-hal yang bermanfaat dalam hidup, mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidup, merasa tidak berharga, pekerjaan sehari-hari terganggu dan merasa sulit menikmati kegiatan sehari-hari. Meskipun gejala terbayak yang dialami masyarakat adalah gejala somatik, tetapi gejala tersebut tidak memberikan kontribusi yang besar terhadap gangguan mental emosional. Terlihat bahwa semakin banyak gejala yang dialami, baik gejala depresi, cemas, kognitif, somatik maupun penurunan energi, semakin tinggi kecenderungan mengalami gangguan mental emosional. Hal ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa stres adalah kumulasi berbagai gejala. 7 Kesimpulan dan Saran Gejala terbanyak yang dialami masyarakat adalah gejala somatik, meskipun yang berperan terhadap gangguan mental emosional adalah gejala depresi, antara lain tidak mampu melakukan hal yang bermanfaat dalam hidup, mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidup, merasa tidak berharga, pekerjaan sehari-hari terganggu dan merasa sulit menikmati kegiatan sehari-hari. Kelompok yang cenderung lebih banyak mengalami gangguan mental emosional antara lain usia tua, perempuan, pendidikan rendah, tidak bekerja dan mempunyai tingkat pendapatan perkapita rumah tangga rendah. Disarankan dilakukan identifikasi gejala depresi sedini mungkin untuk mencegah terjadinya gangguan jiwa yang lebih berat. Oleh karena faktor usia berhubungan paling kuat dibandingkan faktor karakteristik lainnya, maka diperlukan perhatian yang lebih besar terhadap kelompok masyarakat yang berusia lanjut agar gangguan emosional tidak berkembang menjadi gangguan yang lebih berat. Daftar Pustaka 1. Harpham T, Reichenheim M, Oser R, Thomas E,Hamid N, Jaswal S, et al. Measuring health in cost effective manner. Health Policy and Planning. 2003;18(3): WHO. WHO report. Mental health: new understanding, new hope. Geneva: WHO; WHO. A user s guide to the self reporting questionnaire.geneva: WHO; Departemen Kesehatan RI. Laporan hasil riset kesehatan dasar Jakarta: Depkes RI; Al-Subaie AS, Mohammed K, Al-Malik T. The Arabic self reporting questionnaire as a psychiatric screening instrument in medical patients. Ann Saudi Med. 1998;18(4): Hartono IG. Psychiatric morbidity among patients attending the Bangetayu community health centre in Indonesia [Tesis]. Perth: University of Western Australia; Bowling A. Measuring disease, 2nd edition. Philadelphia: Open University Press; Mc Dowell I. Measuring health: A guide to rating scales and questionnaire, 3rd edition. New York: Oxford University Press; Chereian VI, Peltzer K, Cherian L. The factor-structure of the self reporting questionnaire (SRQ-20) in South Africa. East Afr Med J. 1998;75(11): Identifikasi faktor risiko stres dan variabel sosiodemografi berdasarkan Survei Kesehatan Daerah Nanggroe Aceh Darussalam Media Litbangkes. 2008; Vol XVIII Sup Desjarlais R, Eisenberg L, Good B, Kleinman A. World mental health. New York: Oxford University Press; HQ 479

Gangguan Mental Emosional pada Masyarakat di Rancabuaya Shelly Iskandar 1, Arifah Nur Istiqomah 1. Abstrak

Gangguan Mental Emosional pada Masyarakat di Rancabuaya Shelly Iskandar 1, Arifah Nur Istiqomah 1. Abstrak Gangguan Mental Emosional pada Masyarakat di Rancabuaya Shelly Iskandar 1, Arifah Nur Istiqomah 1 1 Bagian Psikiatri, Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran/ Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, Indonesia

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam tesis ini merupakan data sekunder gabungan yang berasal dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2007 (Susenas 2007) dan

Lebih terperinci

No Variabel Kategori 1 Karakteristik Demografi dan Ekonomi Umur

No Variabel Kategori 1 Karakteristik Demografi dan Ekonomi Umur METODE Desain, Waktu dan Tempat Desain penelitian adalah cross-sectional study berskala nasional bersifat deskriptif. Data yang digunakan adalah data sekunder Riskesdas 2007 yang dilakukan oleh Badan Penelitian

Lebih terperinci

Hubungan Pergaulan Teman Sebaya Terhadap Tindakan Merokok Siswa Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung

Hubungan Pergaulan Teman Sebaya Terhadap Tindakan Merokok Siswa Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung The Relation Of Socially With Friends Againts Act Of Smoking Elementary School Students In District Panjang Bandar Lampung Firdaus, E.D., Larasati, TA., Zuraida, R., Sukohar, A. Medical Faculty of Lampung

Lebih terperinci

Bab III. Metode Penelitian. menggunakan desain survey deskriptif. Penelitian survey deskriptif adalah

Bab III. Metode Penelitian. menggunakan desain survey deskriptif. Penelitian survey deskriptif adalah Bab III Metode Penelitian A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah non-eksperimen dengan metode kuantitatif menggunakan desain survey deskriptif. Penelitian survey deskriptif adalah penelitian

Lebih terperinci

ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013

ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013 ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 03 I Dewa Ayu Aninda Vikhanti, I Gusti Ayu Indah Ardani Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional. Tempat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional. Tempat 51 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional. Tempat penelitian ini berlokasi di Propinsi Lampung dan dilaksanakan pada

Lebih terperinci

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo. 102 KERANGKA PEMIKIRAN Orang dewasa 15 tahun seiring dengan bertambahnya umur rentan menjadi gemuk. Kerja hormon menurun seiring dengan bertambahnya umur, yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan metabolisme

Lebih terperinci

Gambaran Kohor Gangguan Mental Emosional Berdasarkan SRQ-20 pada Penduduk Kelurahan Kebon Kalapa Bogor

Gambaran Kohor Gangguan Mental Emosional Berdasarkan SRQ-20 pada Penduduk Kelurahan Kebon Kalapa Bogor Gambaran Kohor 2011-2013 Gangguan Mental Emosional... ( Sri Idaiani, Aprildah Nur Sapardin, Eva Sulistiowati) Gambaran Kohor 2011-2013 Gangguan Mental Emosional Berdasarkan SRQ-20 pada Penduduk Kelurahan

Lebih terperinci

The Association between Social Functions and Quality of Life among Elderly in Denpasar

The Association between Social Functions and Quality of Life among Elderly in Denpasar Laporan hasil penelitian Hubungan antara Fungsi Sosial dengan Kualitas Hidup Lanjut Usia di Kota Denpasar Nandini Parahita Supraba 1,2, N.P Widarini 2,3, L. Seri Ani 2,4 1 Akademi Kebidanan Bina Husada

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Karakteristik Umum Responden, Perilaku Mencuci Tangan, Diare, Balita

ABSTRAK. Kata Kunci: Karakteristik Umum Responden, Perilaku Mencuci Tangan, Diare, Balita ABSTRAK GAMBARAN PERILAKU MENCUCI TANGAN PADAPENDERITA DIARE DI DESA KINTAMANI KABUPATEN BANGLI BALI TAHUN 2015 Steven Awyono Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Diare masih merupakan penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial,

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa adalah penyakit dengan manifestasi psikologik atau perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial, psikologik, genetika,

Lebih terperinci

ARTIKEL IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR RISIKO STRES DAN VARIABEL SOSIODEMOGRAFI BERDASARKAN SURKESDA NANGGROE ACEH DARUSSALAM 2006

ARTIKEL IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR RISIKO STRES DAN VARIABEL SOSIODEMOGRAFI BERDASARKAN SURKESDA NANGGROE ACEH DARUSSALAM 2006 ARTIKEL IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR RISIKO STRES DAN VARIABEL SOSIODEMOGRAFI BERDASARKAN SURKESDA NANGGROE ACEH DARUSSALAM 2006 Sri Idaiani,* Agustina Lubis,** Julianty Pradono,** Oster Suriani** Abstract

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016. 47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Lokasi Penelitian Penelitian tentang Hubungan Antara Faktor Demografi dengan Pada Penderita Hipertensi di Kabupaten Gunungkidul DIY telah dilakukan di Puskesmas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini berarti seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius. Tingginya prevalensi obesitas di dunia, menyebabkan terganggunya kondisi fisik, psikososial dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Data yang Digunakan

METODE PENELITIAN Data yang Digunakan METODE PENELITIAN Data yang Digunakan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. Riskesdas 2007 diselenggarakan oleh Badan Penelitian dan

Lebih terperinci

Besaran disabilitas merupakan salah satu

Besaran disabilitas merupakan salah satu I ARTIKEL BESAR MASALAH DAN HUBUNGAN DISABILITAS DENGAN PENYAKIT KRONIS DAN GANGGUAN MENTAL EMOSIONAL BERDASARKAN SURVEI KESEHATAN NASIONAL RISKESDAS 2007-2008 I Siti Isfandari * Abstract Information about

Lebih terperinci

Menuju Jawa Barat Bebas Pasung: Komitmen Bersama 5 Kabupaten Kota

Menuju Jawa Barat Bebas Pasung: Komitmen Bersama 5 Kabupaten Kota Menuju Jawa Barat Bebas Pasung: Komitmen Bersama 5 Kabupaten Kota Shelly Iskandar 1, Dien Mardiningsih 2, Deni Kurniadi Sunjaya 3, Arifah Nur Istiqomah 1,Teddy Hidayat 1 1 Bagian Psikiatri, Fakultas Kedokteran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tesis ini mengkaji tentang perilaku keluarga dalam penanganan penderita

BAB I PENDAHULUAN. Tesis ini mengkaji tentang perilaku keluarga dalam penanganan penderita BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tesis ini mengkaji tentang perilaku keluarga dalam penanganan penderita gangguan jiwa (skizofrenia). Sampai saat ini penanganan penderita gangguan jiwa masih sangat

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI GANGGUAN CEMAS PADA REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 1 DENPASAR

ABSTRAK PREVALENSI GANGGUAN CEMAS PADA REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 1 DENPASAR ABSTRAK PREVALENSI GANGGUAN CEMAS PADA REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 1 DENPASAR Cemas adalah perasaan tidak pasti atau tidak menentu terhadap ancaman atau ketakutan yang akan terjadi yang muncul tanpa alasan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN 2015 Meike N. R. Toding*, Budi T. Ratag*, Odi R. Pinontoan* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Lebih terperinci

Hubungan Gangguan Mental Emosional dengan Hipertensi pada Penduduk Indonesia

Hubungan Gangguan Mental Emosional dengan Hipertensi pada Penduduk Indonesia Hubungan Gangguan Mental Emosional... (Sri Idaiani dan Herlina Sri Wahyuni) Hubungan Gangguan Mental Emosional dengan Hipertensi pada Penduduk Indonesia Association Between Mental Emotional Disorders and

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan. setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan. setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO) BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan yang baik adalah suatu keadaan sehat yang utuh secara

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK, RIWAYAT KELUARGA DAN UMUR DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI DESA TARABITAN KECAMATAN LIKUPANG BARAT KABUPATEN MINAHASA UTARA Gloria J. Tular*, Budi T. Ratag*, Grace D. Kandou**

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa adalah gangguan secara psikologis atau perilaku yang terjadi pada seseorang, umumnya terkait dengan gangguan afektif, perilaku, kognitif dan perseptual.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi depresi di dunia diperkirakan 5-10% per tahun dan life time prevalence

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi depresi di dunia diperkirakan 5-10% per tahun dan life time prevalence BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah depresi kini sudah tidak asing lagi bagi masyarakat karena dapat menyerang seluruh usia dan lapisan masyarakat. Depresi merupakan gangguan suasana perasaan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN Disain Penelitian Disain penelitian yang digunakan adalah metode survei yaitu dengan rancangan cross-sectional.

BAB 3 METODE PENELITIAN Disain Penelitian Disain penelitian yang digunakan adalah metode survei yaitu dengan rancangan cross-sectional. BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Disain Penelitian Disain penelitian yang digunakan adalah metode survei yaitu dengan rancangan cross-sectional. 3.2. Waktu Penelitian Kegiatan pembuatan proposal dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. faktor risiko lain yang berperan terhadap kejadian kehamilan tidak diinginkan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. faktor risiko lain yang berperan terhadap kejadian kehamilan tidak diinginkan 59 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian ini bersifat kuantitatif dan dilakukan dengan menganalisis data sekunder Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003.

Lebih terperinci

METODE. Tabel 5 Pengkategorian variabel penelitian Variabel

METODE. Tabel 5 Pengkategorian variabel penelitian Variabel 104 METODE Sumber Data, Disain, Cara Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari hasil Riskesdas 2007. Riskesdas 2007 menggunakan disain penelitian

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 1-3 TAHUN

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 1-3 TAHUN GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 1-3 TAHUN Arifah Istiqomah, Titin Maisaroh Akademi Kebidanan Ummi Khasanah, Jl. Pemuda Gandekan, Bantul e-mail : ariffah@yahoo.com

Lebih terperinci

ABSTRACT PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN USIA KAWIN PERTAMA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP JUMLAH ANAK

ABSTRACT PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN USIA KAWIN PERTAMA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP JUMLAH ANAK 1 ABSTRACT PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN USIA KAWIN PERTAMA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP JUMLAH ANAK Nanik Oktavia ¹, Trisnaningsih ², Zulkarnain ³ This study aimed to determine the effect of education

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran body image dari anggota Hansamo Modern Dance di Komunitas BKC Kota Bandung. Teori yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah Teori

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA PELAJAR SEKOLAH DASAR NEGERI SAPA KECAMATAN TENGA KABUPATEN MINAHASA SELATAN CORRELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ATTITUDE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan tahap krusial bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia. Banyak tugas yang harus dicapai seorang remaja pada fase ini yang seringkali menjadi masalah

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG TENTANG KESELAMATAN LALU LINTAS TAHUN 2014

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG TENTANG KESELAMATAN LALU LINTAS TAHUN 2014 PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG TENTANG KESELAMATAN LALU LINTAS TAHUN 2014 KNOWLEDGE, ATTITUDE, AND PRACTICE OF FACULTY MEDICINE STUDENT

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN BAB 4 HASIL PENELITIAN 4. 1 Pelaksanaan Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 21-31 Mei 2008 untuk wawancara dengan kuesioner dan tanggal 26 Mei 3 Juni 2008 untuk pemeriksaan fisik dan laboratorium.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di daerah tropis seluruh dunia. Filariasis atau penyakit kaki gajah adalah suatu infeksi

Lebih terperinci

PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA PASIEN ANAK DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN DARI JANUARI HINGGA DESEMBER 2009 KARYA TULIS ILMIAH.

PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA PASIEN ANAK DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN DARI JANUARI HINGGA DESEMBER 2009 KARYA TULIS ILMIAH. PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA PASIEN ANAK DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN DARI JANUARI HINGGA DESEMBER 2009 KARYA TULIS ILMIAH Oleh : FATHIRAH AINA BT. ZUBIR NIM : 070100405 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta KES MAS ISSN : 1978-0575 HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN, STATUS EKONOMI DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA ORANG DEWASA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUAN-TUAN KABUPATEN KETAPANG

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, keduanya saling berkaitan, individu

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, keduanya saling berkaitan, individu BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Kesehatan mental adalah sama pentingnya dengan kesehatan fisik dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, keduanya saling berkaitan, individu dengan masalah kesehatan fisik sering mengalami

Lebih terperinci

Perbedaan Tingkat Stres Kerja Operator SPBU ditinjau dari Shift Kerja ((Studi Di SPBU Kabupaten Ciamis Tahun 2014)

Perbedaan Tingkat Stres Kerja Operator SPBU ditinjau dari Shift Kerja ((Studi Di SPBU Kabupaten Ciamis Tahun 2014) Perbedaan Tingkat Stres Kerja Operator SPBU ditinjau dari Shift Kerja ((Studi Di SPBU Kabupaten Ciamis Tahun 2014) Andri Gunawan e-mail : mixtape.inside.andri@gmail.com Program Studi Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 20 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : DINI ARIANI NIM : 20000445 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KATARAK PADA PASIEN YANG BEROBAT DI BALAI KESEHATAN MATA MASYARAKAT, KOTA MATARAM, NUSA TENGGARA BARAT

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KATARAK PADA PASIEN YANG BEROBAT DI BALAI KESEHATAN MATA MASYARAKAT, KOTA MATARAM, NUSA TENGGARA BARAT ISSN : 2477 0604 Vol. 2 No. 2 Oktober-Desember 2016 65-71 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KATARAK PADA PASIEN YANG BEROBAT DI BALAI KESEHATAN MATA MASYARAKAT, KOTA MATARAM, NUSA TENGGARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (tetapi tidak dengan anak laki-laki) yang masih muda. Usia muda menurut

BAB I PENDAHULUAN. (tetapi tidak dengan anak laki-laki) yang masih muda. Usia muda menurut 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembangunan kualitas SDM sangat berkaitan erat dengan peningkatan kualitas hidup perempuan karena perempuanlah yang hamil, melahirkan dan menyusui anak sejak bayi sampai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit jantung dan pembuluh darah. Berdasarkan laporan WHO tahun 2005, dari 58 juta kematian di dunia,

Lebih terperinci

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun adalah suatu periode masa

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK ANAK PUTUS SEKOLAH DI JAWA BARAT DENGAN REGRESI LOGISTIK

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK ANAK PUTUS SEKOLAH DI JAWA BARAT DENGAN REGRESI LOGISTIK IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK ANAK PUTUS SEKOLAH DI JAWA BARAT DENGAN REGRESI LOGISTIK Tina Aris Perhati 1, Indahwati 2, Budi Susetyo 3 1 Dept. of Statistics, Bogor Agricultural University (IPB), Indonesia,

Lebih terperinci

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK PENCEGAHAN PENULARAN KUSTA PADA KONTAK SERUMAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMSARI SEMARANG TAHUN 2013 Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Penelitian mengenai studi karakteristik pertumbuhan anak usia sekolah di Provinsi Jawa Barat dilaksanakan dari bulan Mei-Juli 2011 dengan menggunakan

Lebih terperinci

Hubungan di antara merokok dengan tingkat kecemasan di kalangan mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada 2014

Hubungan di antara merokok dengan tingkat kecemasan di kalangan mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada 2014 Hubungan di antara merokok dengan tingkat kecemasan di kalangan mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada 2014 Muhammad Alif Hilmi*, Carla Raymondalexas Marchira**, Budi Pratiti**. *Mahasiswa Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Depresi merupakan salah satu masalah psikologis yang sering terjadi pada masa remaja dan onsetnya meningkat seiring dengan meningkatnya usia (Al- Qaisy, 2011). Depresi

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN DEMOGRAFI DAN PENGETAHUAN MENGENAI PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA TENAGA EDUKATIF TETAP DI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

ABSTRAK GAMBARAN DEMOGRAFI DAN PENGETAHUAN MENGENAI PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA TENAGA EDUKATIF TETAP DI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ABSTRAK GAMBARAN DEMOGRAFI DAN PENGETAHUAN MENGENAI PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA TENAGA EDUKATIF TETAP DI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Sienny Anggraini Setiawan, 2014. Pembimbing I : Dr. dr. Felix Kasim,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masyarakat, termasuk di Indonesia. Bangsa Indonesia yang sedang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masyarakat, termasuk di Indonesia. Bangsa Indonesia yang sedang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pentingnya pengetahuan tentang penyakit tidak menular (PTM) dilatarbelakangi dengan kecenderungan semakin meningkatnya prevalensi PTM dalam masyarakat, termasuk di

Lebih terperinci

Kata Kunci: Sekolah Engagement, metode deskriptif, Convenience sampling.

Kata Kunci: Sekolah Engagement, metode deskriptif, Convenience sampling. Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk menentukan Sekolah Keterlibatan siswa reguler SMP Inklusi "X" di kota Bandung. Judul penelitian ini adalah "Studi Deskriptif Tentang Sekolah Keterlibatan siswa reguler

Lebih terperinci

ABSTRAK. viii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. viii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana derajat Self- Regulation fase Volitional Control dalam kegiatan membaca buku teks berbahasa Indonesia pada mahasiswa tingkat II. Penelitian ini

Lebih terperinci

ABSTRAK PASIEN USIA LANJUT DI RUANG RAWAT INTENSIF RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 AGUSTUS JANUARI 2010

ABSTRAK PASIEN USIA LANJUT DI RUANG RAWAT INTENSIF RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 AGUSTUS JANUARI 2010 ABSTRAK PASIEN USIA LANJUT DI RUANG RAWAT INTENSIF RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 AGUSTUS 2009-31 JANUARI 2010 Yuvens, 2010. Pembimbing I : Vera, dr.,sp.pd. Pembimbing II : dra. Endang Evacuasiany,

Lebih terperinci

UNIVERSI MEDAN. Universitas Sumatera Utara

UNIVERSI MEDAN. Universitas Sumatera Utara PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA MEDAN BERDASARKAN DATA DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN TAHUN 2011 Oleh : Anita Fitriani 090100286 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSI ITAS SUMATERA UTARA U MEDAN 20122 PREVALENSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiliki beberapa aspek yang saling berkaitan, yaitu jasmani,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiliki beberapa aspek yang saling berkaitan, yaitu jasmani, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memiliki beberapa aspek yang saling berkaitan, yaitu jasmani, ruh, dan jiwa. Manusia yang tidak memiliki jasmani maupun ruh tidak akan bisa hidup, lain halnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah peserta didik pada jenjang pendidikan tinggi. 1 Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah peserta didik pada jenjang pendidikan tinggi. 1 Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahasiswa adalah peserta didik pada jenjang pendidikan tinggi. 1 Menurut Ismed Yusuf pada tahun 2012, seorang mahasiswa dikategorikan dalam tahap perkembangan yang

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DAN DEPRESI PADA MAHASISWA SISTEM PERKULIAHAN TRADISIONAL DENGAN SISTEM PERKULIAHAN TERINTEGRASI

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DAN DEPRESI PADA MAHASISWA SISTEM PERKULIAHAN TRADISIONAL DENGAN SISTEM PERKULIAHAN TERINTEGRASI PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DAN DEPRESI PADA MAHASISWA SISTEM PERKULIAHAN TRADISIONAL DENGAN SISTEM PERKULIAHAN TERINTEGRASI Sarah Damayanti R.P. Marbun 1, Titis Hadiati 2, Widodo Sarjana 2 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HEPATITIS B PADA DOKTER GIGI DI DENPASAR UTARA

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HEPATITIS B PADA DOKTER GIGI DI DENPASAR UTARA ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HEPATITIS B PADA DOKTER GIGI DI DENPASAR UTARA Latar Belakang: Virus Hepatitis B atau (HBV) adalah virus DNA ganda hepadnaviridae. Virus Hepatitis B dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penuaan merupakan sebuah proses yang terjadi secara alami dan tidak dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari tantangan kehidupan

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014 (Factors Related to Hygiene of Scabies Patients in Panti Primary Health Care 2014) Ika Sriwinarti, Wiwien Sugih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku psikologik seseorang, yang secara klinik cukup bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stroke adalah penyakit multifaktorial dengan berbagai penyebab disertai manifestasi klinis mayor, dan penyebab utama kecacatan dan kematian di negara-negara berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan yang terjadi setiap daerah, banyak menyebabkan perubahan dalam segi kehidupan manusia baik fisik, mental,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional. Dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional. Dalam penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional. Dalam penelitian cross sectional digunakan pendekatan transversal, dimana observasi terhadap variabel

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU IBU BERSALIN TERHADAP METODE PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI RUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAN ANAK KOTA BANDUNG

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU IBU BERSALIN TERHADAP METODE PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI RUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAN ANAK KOTA BANDUNG ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU IBU BERSALIN TERHADAP METODE PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI RUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAN ANAK KOTA BANDUNG 2011 Jimmy Andre, 2011 Pembimbing I : Dani, dr., M.Kes.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi noneksperimental

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi noneksperimental BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi noneksperimental dengan rancangan penelitian cross sectional study. Dalam arti kata luas,

Lebih terperinci

ABSTRAK STUDI DESKRIPTIF MENGENAI DERAJAT KECEMASAN PADA SISWA KELAS XI SMA SANTA MARIA I KOTA BANDUNG

ABSTRAK STUDI DESKRIPTIF MENGENAI DERAJAT KECEMASAN PADA SISWA KELAS XI SMA SANTA MARIA I KOTA BANDUNG ABSTRAK STUDI DESKRIPTIF MENGENAI DERAJAT KECEMASAN PADA SISWA KELAS XI SMA SANTA MARIA I KOTA BANDUNG Eldwin P. W, 2009; Pembimbing I : dr. Jan Pieter T Sihombing, Sp.KJ., M.Kes. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. muda dan mulai muncul pada usia anak-anak. Satu dari sepuluh anak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. muda dan mulai muncul pada usia anak-anak. Satu dari sepuluh anak memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di masa kini, permasalahan kesehatan mental sudah umum terjadi pada usia muda dan mulai muncul pada usia anak-anak. Satu dari sepuluh anak memiliki masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diperkirakan bahwa 2-3% dari jumlah penduduk Indonesia menderita gangguan jiwa berat dan memerlukan perawatan di rumah sakit. Gangguan psikiatri pada masa muda dapat

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai Adult Attachment Styles pada mahasiswa yang menjalani hubungan pacaran di Universitas X di Kota Bandung. Ukuran sampel sebesar 100 mahasiswa

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT AWAM TERHADAP PENDERITA HIV/AIDS DI KELURAHAN PETISAH TENGAH TAHUN 2009 KARYA TULIS ILMIAH.

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT AWAM TERHADAP PENDERITA HIV/AIDS DI KELURAHAN PETISAH TENGAH TAHUN 2009 KARYA TULIS ILMIAH. GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT AWAM TERHADAP PENDERITA HIV/AIDS DI KELURAHAN PETISAH TENGAH TAHUN 2009 KARYA TULIS ILMIAH Oleh: ERNY TANDANU 060100018 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA SISWA KELAS VIII SMP NAWA KARTIKA ISLAMIC BOARDING SCHOOL DENGAN SMP NEGERI 1 WONOGIRI SKRIPSI

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA SISWA KELAS VIII SMP NAWA KARTIKA ISLAMIC BOARDING SCHOOL DENGAN SMP NEGERI 1 WONOGIRI SKRIPSI PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA SISWA KELAS VIII SMP NAWA KARTIKA ISLAMIC BOARDING SCHOOL DENGAN SMP NEGERI 1 WONOGIRI SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KELEBIHAN BERAT BADAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA PEREMPUAN PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEKSTILE SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KELEBIHAN BERAT BADAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA PEREMPUAN PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEKSTILE SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KELEBIHAN BERAT BADAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA PEREMPUAN PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEKSTILE SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Lebih terperinci

Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur

Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur The 7 th University Research Colloqium 08 Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur Nur Hidayah, Suci Tri Cahyani Prodi DIII Kebidanan STIKES PKU MUHAMMADIYAH Surakarta

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi HUBUNGAN ANTARA SIKAP DAN PERILAKU KEPALA KELUARGA DENGAN SANITASI LINGKUNGAN DI DESA PINTADIA KECAMATAN BOLAANG UKI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN Suharto S. Bunsal*, A. J. M. Rattu*, Chreisye K.F.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada saat yang sama usia onset depresi menjadi semakin muda. WHO

BAB 1 PENDAHULUAN. pada saat yang sama usia onset depresi menjadi semakin muda. WHO 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Depresi merupakan masalah kejiwaan yang utama. Prevalensinya meningkat secara stabil selama abad pertengahan hingga akhir abad ke-20 dan pada saat yang sama usia onset

Lebih terperinci

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015 ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015 Firina Adelya Sinaga, 2015. Pembimbing I : July Ivone, dr.,mkk.,mpd.ked Pembimbing II : Cherry

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menurut Global Nutrition Report 2014, Indonesia termasuk dalam 17 negara

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menurut Global Nutrition Report 2014, Indonesia termasuk dalam 17 negara BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Faktor gizi memegang peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih cepat kelompok usia lainnya. Antara tahun 1970 dan 2025 pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) di dunia

Lebih terperinci

DIABETES MELITUS (TIPE 2) PADA USIA PRODUKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DI RSUD Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI)

DIABETES MELITUS (TIPE 2) PADA USIA PRODUKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DI RSUD Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI) DIABETES MELITUS (TIPE 2) PADA USIA PRODUKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DI RSUD Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI) Dyah Surya Kusumawati (Prodi S1 Keperawatan) Stikes Bhakti

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN PENCABUTAN GIGI SISWA SMA NEGERI 1 SANG TOMBOLANG KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

GAMBARAN PENGETAHUAN PENCABUTAN GIGI SISWA SMA NEGERI 1 SANG TOMBOLANG KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW GAMBARAN PENGETAHUAN PENCABUTAN GIGI SISWA SMA NEGERI 1 SANG TOMBOLANG KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW 1 Joandri P. Dandel, 2 Ni Wayan Mariati 2 Jimmy Maryono 1 Kandidat Skripsi Program Studi Pendidikan Dokter

Lebih terperinci

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN GASTRITIS TERHADAP PENGGUNAAN TERAPI KOMBINASI RANITIDIN DAN ANTASIDA DI PUSKESMAS S. PARMAN BANJARMASIN

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN GASTRITIS TERHADAP PENGGUNAAN TERAPI KOMBINASI RANITIDIN DAN ANTASIDA DI PUSKESMAS S. PARMAN BANJARMASIN ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN GASTRITIS TERHADAP PENGGUNAAN TERAPI KOMBINASI RANITIDIN DAN ANTASIDA DI PUSKESMAS S. PARMAN BANJARMASIN Deisy Octaviani 1 ;Ratih Pratiwi Sari 2 ;Soraya 3 Gastritis merupakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS EKONOMI TERHADAP RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI PADA PENGUNJUNG DI APOTEK X KOTA PANGKALPINANG

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS EKONOMI TERHADAP RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI PADA PENGUNJUNG DI APOTEK X KOTA PANGKALPINANG ABSTRAK HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS EKONOMI TERHADAP RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI PADA PENGUNJUNG DI APOTEK X KOTA PANGKALPINANG Aditya Yanuardi, 1210224 Pembimbing I: Cindra Paskaria,

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran 21 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Kekurangan gizi pada usia dini mempunyai dampak buruk pada masa dewasa yang dimanifestasikan dalam bentuk fisik yang lebih kecil dengan tingkat produktifitas yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa dapat dilakukan perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa dapat dilakukan perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional, psikologi, dan sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif,

Lebih terperinci

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI PUSKESMAS WOLAANG KECAMATAN LANGOWAN TIMUR MINAHASA Trifena Manaroinsong*, Woodford B. S Joseph*,Dina V Rombot** *Fakultas Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan seseorang dapat dapat diindikasikan oleh meningkatkatnya usia harapan hidup (UHH), akibatnya jumlah penduduk lanjut usia (lansia) semakin bertambah banyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang menjadi masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang menjadi masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan di dunia karena Mycobacterieum tuberculosa telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia. Pada

Lebih terperinci

GAMBARAN DEPRESI PADA LANJUT USIA. Oleh: EVA CHRISTINE SARAGIH

GAMBARAN DEPRESI PADA LANJUT USIA. Oleh: EVA CHRISTINE SARAGIH GAMBARAN DEPRESI PADA LANJUT USIA Oleh: EVA CHRISTINE SARAGIH 070100080 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 GAMBARAN DEPRESI PADA LANJUT USIA KARYA TULIS ILMIAH Karya Tulis Ilmiah

Lebih terperinci

Kata Kunci: Pengetahuan, Sumber Informasi, Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

Kata Kunci: Pengetahuan, Sumber Informasi, Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Gambaran Pengetahuan dan Sumber Informasi tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) pada Siswi Sekolah Menengah Kesehatan (SMK) Aisyiyah Palembang Tahun 2016 Risa Devita Program Studi DIII Kebidanan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Nugroho, 2008). Lanjut usia bukanlah suatu penyakit. Lanjut usia adalah

I. PENDAHULUAN. (Nugroho, 2008). Lanjut usia bukanlah suatu penyakit. Lanjut usia adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia (lansia) merupakan suatu keadaan atau proses alamiah yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Memasuki usia tua terjadi banyak perubahan baik itu perubahan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN

ANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN ANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN, Ana Ulfah Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin Email: perdana_182@yahoo.co.id ABSTRAK Menurut WHO (World Health Organization)

Lebih terperinci

TINGKAT STRES PADA CAREGIVER PASIEN GANGGUAN JIWA PSIKOTIK LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

TINGKAT STRES PADA CAREGIVER PASIEN GANGGUAN JIWA PSIKOTIK LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH TINGKAT STRES PADA CAREGIVER PASIEN GANGGUAN JIWA PSIKOTIK LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian hasil Karya Tulis Ilmiah mahasiswa program strata-1

Lebih terperinci

Catur Setiya Sulistiyana, Yogi Irawan Fakultas Kedokteran, Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon

Catur Setiya Sulistiyana, Yogi Irawan Fakultas Kedokteran, Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon Hubungan Pengetahuan Masyarakat tentang Obat Anti Nyeri Terhadap Pengobatan Sendiri pada Nyeri Akut (Studi Di Kelurahan Wadowetan Kecamatan Bantarujeg Majalengka) Catur Setiya Sulistiyana, Yogi Irawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Visi Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah masyarakat yang sehat mandiri dan berkeadilan. Visi tersebut menggambarkan bahwa pelayanan kesehatan merupakan

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA KELAS XII SMA NEGERI 7 MANADO TENTANG KATARAK.

GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA KELAS XII SMA NEGERI 7 MANADO TENTANG KATARAK. GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA KELAS XII SMA NEGERI 7 MANADO TENTANG KATARAK 1 Valeria Legoh 2 J.S.M Saerang 2 Laya Rares 1 Kandidat Skripsi Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado 2 Bagian Ilmu Kesehatan

Lebih terperinci