JURUSAN ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI. Lembar Pengesahan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JURUSAN ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI. Lembar Pengesahan"

Transkripsi

1 JURUSAN ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI Lembar Pengesahan Nama : Muhammad Nurdin Nim : Jurusan : Teknik Elektro Peminatan : Elektronika Judul Skripsi : SISTEM PENGATURAN INTENSITAS CAHAYA DAN WAKTU PENYIRAMAN PADA RUMAH TANAMAN (GREEN HOUSE) SECARA OTOMATIS Jakarta, Agustus 2007 Disetujui dan disahkan oleh : Pembimbing (Jaja Kustija, MSc) Mengetahui, Koordinator Tugas Akhir Ketua jurusan Teknik Elektro (Ir. Yudhi Gunardi, MT) (Ir. Budiyanto Husodo, MSc)

2 TUGAS AKHIR SISTEM PENGATURAN INTENSITAS CAHAYA DAN WAKTU PENYIRAMAN PADA RUMAH TANAMAN (GREEN HOUSE) SECARA OTOMATIS Diajukan sebagai syarat meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S1) Disusun Oleh : NAMA : MUHAMMAD NURDIN NIM : JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI JAKARTA 2007

3 LEMBAR PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Muhammad Nurdin Nim : Jurusan : Teknik Elektro Fakultas : Teknologi Industri Telah menyelesaikan tugas Akhir dengan judul : SISTEM PENGATURAN INTENSITAS CAHAYA DAN WAKTU PENYIRAMAN PADA RUMAH TANAMAN (GREEN HOUSE) SECARA OTOMATIS. Merupakan hasil orisinil buatan sendiri yang belum dibuat di lingkungan Universitas Mercu Buana ataupun di Universitas lainnya. Dan alat ini belum pernah dipublikasikan oleh siapapun. Jakarta, Agustus 2007 Muhammad Nurdin (Penulis Tugas Akhir)

4 ABSTRAK Pada Tugas Akhir ini dibahas tentang perancangan Sistem Pengaturan Intensitas Cahaya dan Waktu Penyiraman Pada Rumah Tanaman (Green House) secara otomatis. Perangkat keras pada alat ini terdiri dari rangkaian sensor cahaya yang perancangannya menggunakan LDR (Light Dependence Resistor). Intensitas cahaya yang sampai pada LDR akan memicu kuat lemahnya output LDR, serta pararel port printer sebagai penghubung alat elektronika dengan komputer. Output dari LDR merupakan input bagi rangkaian antar muka pararel port printer setelah melalui rangkaian Transceiver 74LS245 dan rangkaian Multiplexer 74LS157. Sinyal yang diterima oleh sensor cahaya untuk selanjutnya dikendalikan dan diproses melalui perangkat lunak Delphi 5.0. setiap input yang diterima mencerminkan suatu gerakan tertentu pada atap untuk membuka dan menutup bila pencahayaan dari matahari dalam ruangan telah memenuhi standar pencahayaan. Pada sistem penyiraman perancangannya mengunakan sistem pewaktu, jika waktu penyiraman telah disetting melalui pemograman maka secara otomatis penyiraman akan bekerja jika memenuhi settingan pewaktu. i

5 DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL i ii iii iv v vi vii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penulisan Batasan Masalah Sistematika Penulisan 3 BAB II TEORI DASAR 2.1 Komunikasi Data Pengiriman Data Pararel Mikroprosesor Motor stepper Tipe Motor Stepper Berdasarkan Magnet

6 Yang Digunakan Tipe Motor Stepper Berdasarkan Perancangan Rangkaian Pengedali Light Dependent Resistor (LDR) Transistor Rile (Relay) Perinsip kerja Rele Jenis Jenis Rele Dioda Rangkaian Penyearah Tranceiver (74LS245) 39 BAB III PERANCANGAN ALAT DAN CARA KERJA RANGKAIAN 3.1 Mekanisme Karja Alat Rangkaian Antar Muka Diagram Pin Pararel Port Sinyal Pararel Port Rangkaian Catu Daya Motor Stepper Rangkaian Pengendali Motor Stepper Rangkaian Relay Rangkaian Bus Transceiver Rangkaian Multiplexer 56

7 3.9 Sensor Cahaya Perancangan Perangkat Lunak 59 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM 4.1 Pengujian dan analisa system Pengukuran dan pengujian tegangan power supply Pengukuran tegangan power supplay regulator LM Pengukuran tegangan power supplay regulator LM Pengujian driver Motor Stepper Pengujian Putaran Motor Stepper Pengujian putaran Motor stepper Tanpa beban dengan kecepatan tertentu Pengujian Putaran Motor stepper Menggunakan Beban Dengan Kecepatan sama Pengujian Sensor Cahaya Pengujian Bus Tranceiver Pengujian Sistem Secara Keseluruhan 77

8 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Pemberian Pulsa (Data) Motor Stepper 16 Tabel 2.2 Urutan Data Motor Stepper Tipe Unipolar (Torsi Normal) 20 Tabel 2.3 Urutan Data Motor Stepper Tipe Unipolar (Torsi Besar) 20 Tabel 2.4 Urutan Data Motor Stepper tipe Bipolar 22 Tabel 2.5 Kebenaran Bus Transceiver 23 Tabel 3.1 Fungsi Pin konektor DB-25 dan Centronics 42 Tabel 3.2 Gambar Sinyal Pararel Port 44 Tabel 3.3 Metode Operasi IC 74LS Tabel 4.1 Pengukuran Regulator 5 Volt 61 Tabel 4.2 Pengukuran Regulator 18 Volt 63 Tabel 4.3 Data Pengujian Bit 0 driver motor stepper 68 Tabel 4.4 Data Pengujian Bit 1 driver motor stepper 68 Tabel 4.5 Data Pengujian Bit 2 driver motor stepper 68 Tabel 4.6 Data Pengujian Bit 3 driver motor stepper 69 Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Putaran Motor Stepper Tanpa Beban 70 Tabel 4.8 Hasil Pengujian Sudut Rotasi Stepper Motor Dengan Beban 73 Tabel 4.9 Data Pengujian 75 Tabel 4.10 Pengujian Rangkaian Keseluruhan 77

9

10 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Ilustrasi Putaran Rotor terhadap Stator 14 Gambar 2.2 Variabel Reluktance Motor 16 Gambar 2.3 Motor Stepper tipe Magnet Permanen 17 Gambar 2.4 Unipolar Stepper Motor 19 Gambar 2.5 Bipolar Motor StepperI 21 Gambar 2.6 Diagram Pin IC 74LS Gambar 2.7 Penampang dalam sebuah LDR 23 Gambar 2.8 Simbol Light Dependent Resistor 24 Gambar 2.9 Simbol dan Lapisan Semikonduktor Transistor 29 Gambar 2.10 a. Transistor dengan dioda yang saling berhadapan b. Transistor dengan dioda yang saling bertolak belakang 26 Gambar 2.11 Garfik Karakteristik Transistor 27 Gambar 2.12 Transistor Dengan Rangkaian Luar 28 Gambar 2.13 Perpaduan Grafik Karakteristik Dan Garis Beban 29 Gambar 2.14 Transistor sebagai switch tertutup 31 Gambar 2.15 Transistor sebagai switch terbuka 31 Gambar 2.16 Mekanik Relay 33

11 Gambar 2.17 Rangkaian Relay 34 Gambar 2.18 Simbol simbol Dioda 35 Gambar 2.19 Penyearah setengah gelombang 36 Gambar 2.20 Penyearah gelombang penuh dengan transformator center tap 37 Gambar 3.1 Diagram Blok 39 Gambar 3.2 Rangkaian Keseluruhan 40 Gambar 3.3 Diagram Pin DB Gambar 3.4 Rangkaian Catu daya 5 Volt dan 18 Volt dengan IC regulator LM7805 dan LM Gambar 3.5 Cara Kerja Diode Proteksi (Pengaman) 50 Gambar 3.6 Rangkaian Pengendali Motor Stepper 51 Gambar 3.7 Rangkaian Relay 52 Gambar 3.8 Rangkaian Tranceiver 53 Gambar 3.9 Multiplexer dan data antara DB-25 dengan IC Gambar 3.10 Sensor Cahaya 55 Gambar 3.11 Tampilan Form Program 57 Gambar 3.12 Flowchart Program 58 Gambar 4.1 Rangkaian Bus Tranceiver dengan mengunakan 8 buah LED 76

12

13

14 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan Rumah Tanaman (Green House) banyak digunakan untuk pembuatan iklim buatan atau pengaturan intensitas cahaya pada bidang pertanian atau tanaman di daerah-daerah tertentu. Maka dari itu balai penelitian dan Produksi Tanaman di daerah-daerah menggunakan Rumah Tanaman (Green House) untuk mengamati pertumbuhan suatu tanaman. Namun sementara ini pengendali iklim atau intensitas cahaya pada rumah tanaman masih menggunakan sistem manual, dengan melibatkan beberapa orang untuk mengamati atau mengatur iklim intensitas cahaya dalam rumah tanaman tersebut. Terkadang hal ini dapat menimbulkan beberapa masalah pada tanaman yang sedang di proses, dan dapat mengakibatkan kurang bagusnya pertumbuhan pada tanaman akibat kurangnya intensitas cahaya pada rumah tanaman. 1

15 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan pemikiran tersebut pada kesempatan ini penulis mencoba merancang suatu sistem alat yaitu sistem pengaturan intensitas cahaya dan waktu penyiraman pada Rumah Tanaman (Green House) secara otomatis. Sehingga dapat mempermudah proses pertanian pada rumah tanaman di daerah-daerah. 1.2 Tujuan Penulisan Maksud dan tujuan dari pembahasan ini adalah untuk merancang suatu alat untuk mengatur intensitas cahaya dan waktu penyiraman pada rumah tanaman (Green House) secara otomatis. Sebagai masukan digunakan sensor cahaya atau LDR (Light Dipending Resistor), hasil keluaran dari sensor LDR ini akan diteruskan ke antar muka Pararel Port Printer sebagai sarana penghubung (Interface), pengiriman dan penerimaan data antara PC dengan rangkaian pengendali. Berdasarkan hasil masukan dari LDR maka Pararel port printer akan menggerakan motor stepper untuk membuka atau menutup atap rumah tanaman (Green House) yang menentukan besarnya intensitas cahaya, adapun untuk sistem waktu penyiraman dilakukan secara otomatis berdasarkan waktu yang diatur oleh perangkat lunak. 2

16 BAB I PENDAHULUAN 1.3 Batasan Masalah Untuk memfokuskan permasalahan dan menghindari salah pengertian tentang perancangan alat, maka dalam hal ini penulis membatasi perancangan alat ini sebagai berikut : Tidak membahas masalah kalibrasi tentang cahaya. Pembahasan perancangan mekanis Rumah Tanaman (Green House) mengambil asumsi data sheet. 1.4 Sistimatika Penulisan Untuk memudahkan pemahaman dari penulisan tugas akhir ini, penulis membagi penulisan dalam lima bab yaitu; Bab I Pendahuluan Pada bab ini berisikan latar belakang, tujuan, batasan masalah dan sistimatika penulisan. Bab II Teori Dasar Pada Bab ini dibahas teori dasar tentang sistem pengaturan intensitas cahaya pada rumah tanaman dan penyiraman secara otomatis, dan teori yang berhubungan dengan alat yang dirancang diantaranya tentang Pararel Port Printer, pengalamatan pada PC, 3

17 BAB I PENDAHULUAN motor stepper, sensor cahaya atau LDR (Light Dependent Resistor), dan rangkaian relay. Bab III Perancangan Alat dan Prinsip Kerja Rangkaian Pada Bab ini perancangan merupakan inti dari penulisan tugas akhir ini. Dimana pada bab ini memaparkan tahap-tahap perancangan alat mulai dari tujuan, perancangan sampai ketahap perakitan alat. Bab IV Pengujian dan Analisa Sistem Pada bab ini, alat hasil perancangan akan diukur dan diuji secara keseluruhan untuk mengetahui karakteristik dan kemampuan alat. Bab V Kesimpulan Bab ini berisikan kesimpulan akhir dari perancangan alat dan saran lebih lanjut untuk penyempurnaan alat. 4

18 BAB II TEORI DASAR BAB II TEORI DASAR Rancangan simulator sistem pengaturan intensitas cahaya dan waktu penyiraman pada Rumah Tanaman (Green House) secara otomatis. Pada sistem ini dikendalikan oleh suatu Personal Computer (PC). Dimana computer dapat mengontrol input atau output dari rancangan simulator alat pada rumah tanaman tersebut 2.1 Komunikasi Data Komunikasi data memegang peranan penting dewasa ini terutama yang berhubungan dengan teknik rekayasa. Di dalam komunikasi yang hendak disampaikan ialah sebuah informasi. Informasi ini dapat berupa suara, tulisan atau gambar. Walaupun semua bentuk informasi saat ini dapat dipandang sebagai data akan tetapi pada umumnya yang dianggap sebagai data adalah informasi atau sinyal yang dapat diolah lebih lanjut oleh perangkat pengolah data yang umumnya adalah komputer. Komunikasi data merupakan bentuk khusus dari komunikasi secara umum. Komunikasi data berkaitan dengan komunikasi antara media ke 5

19 BAB II TEORI DASAR mesin, dan dalam pokok pembahasan makalah di sini yang dimaksudkan adalah komunikasi antara komputer ke peralatan pengendali melalui Pararel port printer melalui slot perluasan komputer pribadi. Secara umum komunikasi data dapat dikatakan sebagai proses pengiriman data yang telah dirubah dalam suatu kode tertentu yang telah disepakati melalui media listrik atau optik (seperti; ASCH,BCD,EBCDIC dari suatu tempat lainnya. Komunikasi data memerlukan 3 komponen dasar untuk melakukan prosesnya, yaitu ; Sumber (source), penerima (Receiver) dan media penghubung (media transmisi). Sumber (source) adalah pihak yang mengirimkan informasi data, dalam hal ini komputer yang melakukan pengaturan dalam pengiriman data. Media Transmisi, yaitu tempat informasi tersebut disalurkan ke tempat tujuan, dalam pembahasan ini media transmisi yang digunakan adalah kabel yang dihungkan dari slot perluasan pada PC ke rangkaian pengendali. Penerima (Receiver), ialah alat yang menerima informasi yang dikirimkan, dalam pembahasan di sini alat yang dimaksudkan sebagai penerima ialah rangkaian saklar sebagai rangkaian pengendali. 6

20 BAB II TEORI DASAR 2.2 Pengiriman Data Pararel Transfer data secara pararel merupakan transfer data yang relatif lebih mudah dan lebih cepat dibandingkan transfer data secara serial. Walaupun demikian, transfer data ini masih dapat dibagi menjadi empat tata cara komunikasi yaitu: A. Single I/O Contoh transfer data kelompok ini adalah Jika akan mengeluarkan data ke peraga Led (0 = mati, 1 = hidup), atau untuk memasukkan data dari thermostat sederhana, yang senantiasa ada dan siap digunakan. B. Simple Strobe I/O Pada kelompok ini sinyal hanya akan ada pada saat saat tertentu dan harus dibaca pada saat itu juga. Contohnya adalah data hanya akan ada jika keyboard ditekan. C. Single Handshake I/O Contoh data jenis ini adalah printer pararel. Mikroprosesor mengeluarkan sinyal strobe printer ke printer, seolah olah mengeluarkan ada data untukmu, terimalah. Jika siap, printer mengeluarkan sinyal pengakuan (acknowledge) telah menerima data dari mikroprosesor, dan seolah olah mengatakan data sudah saya 7

21 BAB II TEORI DASAR terima, silahkan kirim yang lainnya. Percakapan antara mikroprosesor dan printer membentuk suatu protokol jabat tangan (Handshake). D. Double handshake Data transfer Kelompok transfer data ini hampir sama dengan single handshake, tetapi lebih ditingkatkan dengan percakapan antara mikroprosesor dengan peripheral dan dapat diibaratkan sebagai percakapan antara pengirim dengan penerima. Pertama, pengirim mengatakan anda siap? (ditandai STB low). Penerima menjawab saya siap (sinyal ACK high), selanjutnya pengirim mengatakan inilah data untuk anda (yang ditandai sinyal STB high). Akhirnya penerima menutup pembicaraan dengan sinyal ACK low seraya mengatakan data andatelah saya terima, Terima kasih, saya siap menerima data yang lainnya. Setiap komputer menyajikan karakter karakter dalam bentuk data. Data yang akan dibawa pada umumnya melalui suatu kanal telekomunikasi. Semua sistem komunikasi data dianggap membawa data yang terdiri dari sederetan angka biner, atau bit (binary digital), dan setiap bit bernilai 1 dan 0. Komputer menyimpan informasi dalam bentuk byte yang masing masing terdiri dari 8 bit, cara yang mudah mengirimkan suatu byte informasi adalah dalam bentuk pararel. Pada pengiriman data pararel, bit bit data 8

22 BAB II TEORI DASAR dikirimkan sekaligus atau secara bersamaan, misalnya 8 bit data dikirimkan serempak melalui 8 jalur komunikasi. Jalur komunikasi ini juga disebut antar muka pararel atau biasa juga disebut adapter pararel. Setiap rangkaian antar muka pararel selalu memiliki sebuah buffer dengan keluaran tiga keadaan. Antara muka pararel memiliki penahan (Latch), dan penggerak transmisi (bus Driver) yang dilengkapi dengan sebuah buffer masukan serta buffer keluaran. Fungsi penahan (Latch), buffer masukan dan baffer keluaran ialah menahan sinyal sinyal data dari CPU selama beberapa saat, sampai diterima data baru yang dikirimkan oleh CPU. Antar muka pararel akan memindahkan data secara cepat dan relatif lebih mudah untuk dioperasikan. Pada siste pengiriman data secara pararel diperlukan sejumlah penghantar untuk mengirimkan data, oleh karena itu sistem pengiriman data secara pararel hanya ekonomis untuk jarak pendek. 9

23 BAB II TEORI DASAR 2.3 Pemrograman Delphi Delphi adalah sebuah bahasa pemrograman visual di dalam lingkungan Windows (under Windows) yang mengunakan bahasa pascal sebagai compiler. Keberadaan bahasa pemrograman Delphi tak dapat dipisahkan dari bahasa turbo pascal karena delpi merupakan generasi penerus dari turbo pascal yang diluncurkan pada tahun 1983 oleh Borland International Incorporation. Turbo pascal memang dirancang untuk di jalankan pada system operasi DOS yang merupakan system operasi yang banyak digunakan pada saat itu. Seiring dengan perkembangan jaman, dimana system operasi mulai bergeser ke system operasi windows, maka Borland internasional Incorporation merilis turbo pascal for windows yang dijalankan dibawah system operasi windows 3.x Pada tahun 1992 muncul bahasa pemrograman baru bernama Borland pascal versi 7 yang merupakan penggabungan dari turbo pascal dari turbo pascal for windows. Namun bahasa pemrograman baru tersebut ternyata masih sulit digunakan. Trend penggunaan bahasa pemrograman visual untuk membangun sebuah aplikasi telah mendorong Borland membuat bahasa pemrograman baru. 10

24 BAB II TEORI DASAR Pada tahun 1995 diperkenalkan ke pengguna computer sebuah pemrograman visual yang berbasis bahasa pascal. Bahasa pemrograman baru tersebut di beri nama Borland Delphi. Borlan Delphi berusaha menyempurnakan bahasa Delphi ini untuk semakin mempermudah penggunanya. Pemrograman Delphi dapat mempersingkat waktu pemrograman karena tidak perlu lagi menuliskan kode program yang rumit dan panjang untuk menggambar, meletakan dan mengatur komponen. Selain itu delphi juga dapat menyusun aplikasi yang lebih interaktif. Delphi menyediakan cukup banyak komponen interface aplikasi Konfigurasi sistem Agar Delphi versi 7.0 atau lebih, dapat di operaikan dengan baik anda membutuhkan perangkat lunak dengan spesifikasi tertentu : Hardware Delphi memerlukan perangkat keras (hardware) dengan ruang harddisk dan memori yang relative besar untuk menyimpan program dan run-time, spesifikasi minimal yang dibutuhkan antara lain: Processor 80586, tapi sangat disarankan mengunakan processor Pentium. Memori 16 Megabyte atau lebih untuk komputer tunggal. 11

25 BAB II TEORI DASAR Ruang harddisk untuk instalasi minimum sekitar 130 Megabyte. Software Sedangkan untuk menjalankan bahasa pemrograman borland delphi 7.0 atau lebih, anda membutuhkan sistem operasi Windows 95 atau sistem operasi terbaru. 2.4 Motor stepper Motor stepper merupakan motor listrik yang tidak mempunyai komutator, dimana semua lilitannya merupakan bagian dari stator, dan pada rotornya hanya merupakan magnet permanen. Semua komputasi setiap lilitan harus dikontrol secara eksternal sehingga motor stepper ini dapat dikontrol. Prinsip kerja motor stepper sama seperti motor a.c, yaitu membangkitkan medan magnet berputar oleh arus yang melewati stator yang menyebabkan rotor bergerak. Perbedaan antara motor a.c dengan motor stepper (motor d.c) adalah motor a.c memerlukan arus sinus untuk menghasilkan gerakan yang kontinyu, sedangkan motor stepper memerlukan gelombang berbentuk pulsa. Setiap pulsa akan menggerakan rotor kesuatu sudut tertentu, sehingga dapat berhenti pada posisi yang diinginkan atau bahkan berputar ke arah yang berlawanan. Motor stepper adalah perangkat elektromekanis yang bekerja dengan mengubah pulsa elektromekanis yang bekerja dengan mengubah pulsa 12

26 BAB II TEORI DASAR elektronis menjadi gerakan mekanis diskrit. Motor stepper bergerak berdasarkan urutan pulsa yang diberikan kepada motor. Karena itu, untuk mengerakan motor stepper diperlukan pengendali motor stepper yang membangkitkan pulsa-pulsa periodik. Penggunaan motor stepper memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan pengunaan motor dc biasanya keunggulan antara lain adalah : Sudut rotasi motor proporsional dengan pulsa masukan sehingga lebih mudah diatur. Motor dapat langsung memberikan torsi pada saat mulai bergerak Posisi dan pergerakan repetisinya dapat ditentukan secara presisi. Memiliki respon yang sangat baik terhadap mulai, stop dan berbalik (purputaran) Sangat realibel karena tidak adanya sikat yang bersentuhan dengan rotor seperti pada motor dc Dapat menghasilkan perputaran yang lambat sehingga beban dapat dikopel langsung ke porosnya Frekwensi perputaran dapat ditentukan secara bebas dan mudah pada range yang luas 13

27 BAB II TEORI DASAR Seperti telah dijelaskan diatas bentuk dasar motor stepper yang paling sederhana terdiri atas sebuah rotor, yang merupakan magnet permanen dan sebuah stator yang dililiti kumparan sehingga dapat membentuk magnet listrik. Jika kutub magnet stator dan rotor sama, kedua motor akan saling tolak menolak sehingga mengakibatkan rotor berputar. Arah putaran ini dua arah, tergantung dari faktor mekanik motor stepper itu sendiri. Besarnya perputaran adalah Bentuk dasar seperti diperlihatkan pada Gambar 2.1 dari motor stepper terdiri atas: 1. Rotor yaitu bagian yang berputar dan terdiri dari magnet permanen dengan 2 kutub. 2. Stator yaitu bagian yang dililitkan kumparan sehingga membentuk medan magnet jika dialiri arus listrik. Gambar 2.1 Ilustrasi Putaran Rotor terhadap Stator 14

28 BAB II TEORI DASAR Tipe Motor Stepper Berdasarkan Magnet Yang Digunakan Berdasarkan magnet yang digunakan, motor stepper dibedakan menjadi tiga macam yaitu tipe permanen magnet, variabel reluktansi dan motor stepper tipe hybrid (HB). Pada umumnya motor stepper saat ini yang digunakan adalah motor stepper yang mempunyai variabel relukatansi. Cara yang paling mudah untuk membedakan antara tipe motor stepper di atas adalah dengan cara memutar rotor dengan tangan ketika tidak dihubungkan ke sumber tegangan searah (power supplay). Pada motor stepper yang mempunyai permanen magnet maka ketika diputar dengan tangan akan terasa lebih tersendat karena adanya gaya yang ditimbulkan oleh permanen magnet. Tetapi ketika menggunakan motor dengan variabel reluktansi maka ketika diputar akan lebih halus karena sisa reluktansinya cukup kecil. Berikut adalah penjelasan tipe motor stepper : 1. Motor Stepper Tipe Variabel Reluctance (VR) Pada motor stepper yang mempunyai variabel reluktansi seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.2 terdapat 3 buah lilitan yang pada ujungnya dijadikan satu pada sebuah pin common. Untuk dapat menggerakkan motor ini maka aktivasi tiap-tiap lilitan harus sesuai urutannya. 15

29 BAB II TEORI DASAR Gambar 2.2 merupakan gambar struktur dari motor stepper dengan variabel reluktansi dimana tiap step-nya adalah 30. Mempunyai 4 buah kutub pada rotor dan 6 buah kutub pada statornya yang terletak saling berseberangan. Gambar 2.2 Variabel Reluktance Motor Jika lilitan 1 dilewati oleh arus, lilitan 2 mati dan lilitan 3 juga mati maka kumparan 1 akan menghasilkan gaya tolakkan kepada rotor, dan rotor akan berputar sejauh 30 searah jarum jam sehingga kutub rotor dengan label Y sejajar dengan kutub dengan label 2. Jika kondisi seperti ini berulang terus menerus secara berurutan, lilitan 2 dilewati arus kemudian lilitan 3 maka motor akan berputar secara terus menerus. Maka agar dapat berputar sebanyak 21 step, motor stepper perlu diberikan data dengan urutan seperti pada Tabel 2.2. Tabel 2.1 Pemberian Pulsa (Data) Motor Stepper 16

30 BAB II TEORI DASAR Lilitan 1: Lilitan 2: Lilitan 3: pada Tabel 2.1 diartikan bahwa lilitan yang bersangkutan dilewati arus sehingga menghasilkan gaya tolak untuk rotor. Sedangkan 0 diartikan lilitan dalam kondisi off, tidak mendapatkan arus. 2. Motor Stepper tipe Magnet Permanen Motor stepper jenis ini memiliki rotor yang terdiri dari lapisan magnet permanen yang diselang-seling dengan kutub yang berlawanan (seperti terlihat pada Gambar 2.3) dengan adanya magnet permanen, maka intensitas fluks magnet dalam motor ini akan meningkat, sehingga dapat menghasilkan torsi yang lebih besar. Motor ini biasanya memiliki resolusi langkah (step) yang rendah, yaitu antara 7,5 O hingga 15 O per langkah. Berikut adalah gambar sederhana dari motor stepper tipe magnet permanen. Gambar 2.3 Motor Stepper tipe Magnet Permanen 17

31 BAB II TEORI DASAR 3. Motor Stepper tipe Hybrid Motor Stepper tipe hybrid memiliki struktur yang merupakan kombinasi dari kedua tipe motor stepper sebelumnya. Stepper motor tipe hybrid memiliki gigi-gigi seperti pada motor tipe Vr dan juga memiliki magnet permanent yang tersusun secara aksial pada batang porosnya seperti motor tipe PM. Motor tipe ini paling banyak digunakan dalam berbagai aplikasi karena kinerjanya lebih baik. Motor stepper tipe hybrid dapat menghasilkan resolusi langkah yang tinggi yaitu antara 3,6 O hingga 0,9 O per langkah atau langkah setiap putarnya Tipe Motor Stepper Berdasarkan Perancangan Rangkaian Pengedali 1. Unipolar Motor Stepper Motor stepper dengan tipe unipolar adalah motor stepper yang mempunyai 2 buah lilitan yang masing-masing lilitan ditengah-tengahnya diberikan sebuah tap seperti tampak pada Gambar

32 BAB II TEORI DASAR Gambar 2.4 Unipolar Stepper Motor Motor stepper ini mempunyai step tiap 30 O dan mempunyai dua buah lilitan yang didistribusikan berseberangan 180 O diantara kutub pada stator. Sedangkan pada rotonya menggunakan magnet permanen yang berbentuk silinder dengan mempunyai 6 buah kutub, 3 kutub selatan dan 3 buah kutub utara. Sehingga dengan konstruksi seperti ini maka jika dibutuhkan kepresisian dari motor stepper yang lebih tinggi dibutuhkan pula kutub-kutub pada stator dan rotor yang semakin banyak pula. Pada Gambar 2.4 motor tersebut akan bergerak setiap step sebesar 30 O dengan 4 bit urutan data (terdapat dua buah lilitan dengan tap, total lilitan menjadi 4 lilitan). Ketelitian dari magnet permanen di rotor dapat sampai 1.8 O untuk tiap step-nya. Ketika arus mengalir melalui tap tengah pada lilitan pertama akan menyebabkan kutub pada stator bagian atas menjadi kutub utara sedangkan kutub stator pada bagian bawah menjadi kutub selatan. Kondisi akan menyebabkan rotor mendapat gaya tarik menuju kutub-kutub ini, dan ketika 19

33 BAB II TEORI DASAR arus yang melalui lilitan 1 dihentikan dan lilitan 2 diberi arus maka rotor akan bergerak lagi menuju kutub-kutub ini. Sampai disini rotor sudah berputar sampai 30 O atau 1 step. Tabel 2.3 menunjukan urutan data untuk motor stepper dengan tipe unipolar (torsi normal). Tabel 2.2 Urutan Data Motor Stepper Tipe Unipolar (Torsi Normal) Lilitan 1a: Lilitan 1b: Lilitan 2a: Lilitan 2b: Tabel 2.3 Urutan Data Motor Stepper Tipe Unipolar (Torsi Besar) Lilitan 1a: Lilitan 1b: Lilitan 2a: Lilitan 2b: Untuk meningkatkan torsi yang besar maka dapat digunakan urutan pemberian data seperti pada Tabel 2.3. Dimana terdapat dua buah lilitan yang di beri arus pada satu waktu. Dengan pemberian urutan data seperti ini akan menghasilkan torsi yang lebih besar. Dengan urutan data baik pada Tabel 2.2 atau Tabel 2.3 akan menyebabkan motor berputar sebanyak 24 step atau 4 putaran. 20

34 BAB II TEORI DASAR 2. Bipolar Motor Stepper Motor dengan tipe bipolar ini mempunyai konstruksi yang hampir sama dengan motor stepper tipe unipolar namun tidak terdapat tap pada lilitannya, seperti tampak pada Gambar 2.5 Gambar 2.5 Bipolar Motor Stepper Penggunaan motor dengan tipe bipolar ini membutuhkan rangkaian yang sedikit lebih rumit untuk mengatur agar motor ini dapat berputar dalam dua arah. Biasanya untuk menggerakkan motor stepper jenis ini membutuhkan sebuah driver motor yang sering dikenal sebagai H Bridge. Rangkaian ini akan mengontrol tiap-tiap lilitan secara independen termasuk dengan polaritasnya untuk tiap-tiap lilitan. Untuk mengontrol agar motor ini dapat berputar satu step maka perlu diberikan arus untuk tiap-tiap lilitan dengan polaritas tertentu pula. Urutan datanya dapat dilihat pada Tabel

35 BAB II TEORI DASAR Tabel 2.4 Urutan Data Motor Stepper tipe Bipolar 2.5 Tranceiver (74LS245) 74LS245 adalah oktal bus transmitter atau receiver yang didesain untuk 8 jalur secara asynchronous, data komunikasi dua arah diantara data bus. Direction input (DR) mengontrol pengiriman data dari bus A ke bus B atau sebaliknya tergantung pada logic levelnya. Enable input (E) dapat digunakan untuk mengisolasi bus. Gambar 2.6 Diagram Pin IC 74LS245 22

36 BAB II TEORI DASAR Tabel 2.5 kebenaran Bus Transceiver INPUT OUTPUT E DIR TRANSFER DATA A L L DARI BUS B KE BUS A L H DARI BUS A KE BUS B 2.6 Light Dependent Resistor (LDR) LDR adalah resistor yang besar resistensinya tergantung pada cahaya (light dependent resistor). Komponen ini memiliki resistensi yang rendah bila terkena cahaya, dan meningkat menjadi besar sekali bila keadaan menjadi gelap. (light dependent resistor) atau disingkat LDR merupakan suatu komponen elektronika yang dibuat dari cadmium sulfide yaitu bahan semikonduktor yang resistensinya berubah-ubah menurut banyaknya cahaya penampang dalam sebuah LDR. Gambar 2.7 Penampang dalam sebuah LDR Cara kerja LDR yang demikian dapat dimanfaatkan sebagai alat sensor cahaya dengan mengasumsikan bahwa obyek yang dicari mempunyai intensitas cahaya yang kuat untuk mempengaruhi nilai resistensi dari 23

37 BAB II TEORI DASAR komponen ini. Komponen ini akan mengeluarkan tegangan yang berubahubah sejalan dengan perubahan intensitas cahaya yang diterima, dimana sinyal ini dijadikan sebagai sinyal masukan. Gambar 2.8 simbol Light Dependent Resistor 2.7 Transistor Transistor adalah komponen elektronik, yang paling umum adalah transistor yang terdiri dari tiga lapisan semikonduktor. Ada dua jenis yaitu NPN dan PNP seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.9. Pada setiap transistor dan tiga terminal yang dihubungkan ke rangkaian, yaitu: Collector (C), Emiter (E), dan Base (B). C B N P N B C E E a. Transistor Tipe NPN 24

38 BAB II TEORI DASAR C P C B N B E P E b. Transistor Tipe PNP Gambar 2.9 Simbol dan Lapisan Semikonduktor Transistor Tegangan yang diberikan pada transistor dapat berupa dc atau ac. Namun yang dibahas pada bab ini hanyalah tegangan dc yang disebut juga tegangan bias. Transistor dapat dipandang sebagai dua buah dioda yang berhadapan atau bertolak belakang seperti yang diperlihatkan pada Gambar C C N C B P B B E N E E a. Transistor Tipe NPN 25

39 BAB II TEORI DASAR C C P C B N B B E P E E b. Transistor Tipe PNP Gambar 2.10 a. Transistor dengan dioda yang saling berhadapan b. Transistor dengan dioda yang saling bertolak belakang Dengan pandangan ini, didefinisikan 3 daerah kerja transistor berdasarkan tegangan bias yang diberikan pada terminalnya. 1. Daerah Aktif Ini adalah daerah yang dipakai jika transistor berfungsi sebagai penguat (amplifier). Sering juga disebut daerah operasi normal. Disini dioda collector reverse bias sedangkan dioda Emiter forward bias. 2. Daerah Cutoff Pada daerah ini transistor dapat dianalogikan sebagai switch terbuka atau off. Karena arus yang mengalir kecil. Dioda collector maupun Emiter reverse bias. 26

40 BAB II TEORI DASAR 3. Daerah Saturasi / Jenuh Pada daerah ini transistor dapat dianalogi kan sebagai switch tertutup atau on. Karena arus collector mengalir maksimum. Dioda collector maupun Emiter forward bias. Setelah mengetahui secara garis besar tentang daerah kerja transistor, berikut adalah grafik karakteristrik transistor dan letak daerahdaerah tersebut yang diperlihatkan pada Gambar Gambar 2.11 Garfik Karakteristik Transistor Grafik I C terhadap V CE adalah grafik karakteristik transistor yang paling sering digunakan. Grafik ini menyatakan karakteristik transistor menurut pabriknya (data sheet). 27

41 BAB II TEORI DASAR Untuk menganalisa kerja trasistor, selain garfik karakteristik yang diperlihatkan pada Gambar 2.11 diatas juga dipakai grafik garis beban transistor, yang diperoleh dari rangkaian luar yang tersambung ke transistor. Setiap rangkaian mempunyai garis bebannya sendiri yang dapat dicari seperti pada analisa dibawah ini. 680 Ohm 5Volt 470 Ohm B C E LOOP 1 18Volt Gambar 2.12 Transistor Dengan Rangkaian Luar Dari Gambar 2.12 diatas perhatikan loop I : 18 V + I C.680Ω + V = 0 CE V = 18V I C. 680Ω...1 CE 18 CE V V I C = Ω Persamaan 1 dapat dianggap sebagai persamaan suatu garis dengan variabel V CE dan I C, dan persamaan 2 dapat dianalogikan dengan y = ax + b yaitu persamaan garis biasa. 28

42 BAB II TEORI DASAR Untuk menggambarkan garis beban tersebut terlebih dahulu menghitung kedua titik dari persamaan garis diatas. 1. Perpotongan garis dengan sumbu V CE atau titik cut off : I C = 0 Sehingg mendapatkan V CE = 18 V. 2. Perpotongan garis dengan sumbu I C atau titik saturasi: V CE = 0V. Sehingga mendapatkan I C = 26.4 ma. Grafik diperoleh seperti Gambar 2.13 Garis beban ini menyatakan segala kemungkinan harga I C dan V CE untuk rangkaian yang bersangkutan. Grafik garis beban adalah grafik I C vs V CE seperti juga grafik daerah kerja transistor. Karena itu, kedua grafik dapat dijadikan satu seperti yang diperlihatkan pada Gambar Gambar 2.13 Perpaduan Grafik Karakteristik Dan Garis Beban. 29

43 BAB II TEORI DASAR Pada rangkaian pengendali peralatan listrik ini transistor difungsikan sebagai switch atau saklar. Transistor sebagai saklar bekerja secara bergantian di daerah saturasi dan cut off. Dalam hal ini, yang merupakan switch adalah terminal collector- emiter (konfigurasi common emiter) dengan arus I C ( I E ) yang melaluinya. Sedangkan arus I B merupakan pengontrol switch yang menentukan apakah switch tersebut tertutup atau terbuka. Keadaan switch tertutup adalah saat transistor bekerja didaerah saturasi dan keadaan switch terbuka adalah saat transistor bekerja didaerah cutoff. Dalam rangkaian transistor sebagai switch diatur agar transistor memasuki daerah cutoff dan saturasi sesuai dengan keadaan switch yang dikehendaki, daerah aktif tidak dipakai (dilewati saja pada saat perpindahan antara switch terbuka dan tertutup yaitu antara cutoff dan saturasi). Sifat-sifat daerah kerja transistor sebagai switch: 1) Sifat-sifat daerah saturasi (switch) V CE 0 atau short sehingga seperti switch tertutup (lihat Gambar 2.12). I C = I C(max), yaitu arus yang melalui switch CE. I B I B(sat), yaitu arus pengontrol switch yang menentukan bahwa transistor memasuki daerah saturasi. 30

44 BAB II TEORI DASAR C C I C = Max B B I Bsat V CE 0 I E I C E E Gambar 2.14 Transistor sebagai switch tertutup 2) Sifat-sifat daerah cutoff V CE = max atau open (terbuka) sehingga seperti terbuka. (lihat Gambar 2.15) I C = I E 0, yaitu arus yang melewati switch tidak ada. I B 0, yaitu arus pengontrol switch yang menentukan bahwa transistor memasuki daerah cutoff. C C I C = 0 B B I B = 0 I E = 0 E E Gambar 2.15 Transistor sebagai switch terbuka 31

45 BAB II TEORI DASAR 2.8 Rile (Relay) Rile adalah sebuah saklar elektronik yang prinsip kerjanya berdasarkan induksi elektromagnetik. Rile akan bekerja jika ada masukan tegangan listik yang mensuplainya. Pada rile terdapat dua bagian utama yaitu: 1. Koil Bagian ini terdiri dari ; a. kumparan ; merupakan lilitan kawat tembaga, dimana kumparan tersebut akan dialiri arus listrik agar dapat menghasilkan medan magnet pada inti besi. b. inti besi ; inti besi ini akan dililiti oleh kumparan untuk menghasilkan medan magnet, sehingga inti besi tersebut mempunyai sipat magnetis. c. jangkar ; terdiri dari besi lunak yang digunakan untuk mengaktifkan kontak rele setelah jangkar tertarik pada inti besi. 2. Sedangkan pada kontak yang merupakan saklar/ swicth terdiri dari 2 macam kondisi yaitu : a. normally Open (ON) ; yaitu kontak yang terbuka akan menutup pada saat koil disuplai tegangan. 32

46 BAB II TEORI DASAR b. Normally close (NC) ; yaitu kontak yang tertutup akan membuka pada saat koil disuplai tegangan. Gambar 2.16 Mekanik Relay Perinsip kerja Rele Jika pada koil rele diberikan tegangan, maka arus akan mengalir pada kumparan sehingga inti besi yang dililiti oleh kumparan akan menghasilkan medan magnet, dan medan magnet ini akan mengaktifkan kontak rele jika medan magnet tadi dapat mengalahkan gaya pegas pada jangkar yang melawannya. Adapun gaya magnet ini bergantung pada banyaknya lilitan kumparan dan kuat arus yang mengalir pada kumparan Jenis Jenis Rele Rele menurut cara kerjanya dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: 1. Rele yang bekerja dengan arus bolak balik (AC) saja, baik pada koil maupun kontak. 33

47 BAB II TEORI DASAR 2. Rele yang bekerja dengan arus searah (DC) saja, baik pada koil maupun kontak. 3. Rele yang bekerja dengan arus kedua-duanya (AC/DC), baik pada koil maupun kontak. Rele yang digunakan pada sistem pengaturan intensitas cahaya dan waktu penyiraman pada rumah tanaman (Green House) sebagai mengontrol sensor LDR dengan tampilan berupa indikator led. VCC Vac 220 V 1N4001 RELAY-SPST 1 KOhm LED Lamp 220 Ohm BC547B Gambar 2.17 Rangkaian Relay. Dioda Dioda memiliki dua buah elektroda, yaitu Anoda dan Katoda. Anoda adalah elektroda yang positip, sedang Katoda elektroda yang negatip. Jika Anoda dihubungkan dengan positip batere, sedangkan Katoda dihubungkan dengan negatip batere, arus listrik akan mengalir dengan mudah dari Anoda ke Katoda. Dalam seperti ini dikatakan juga dioda mendapatkan tegangan panjar maju (Forward bias). Sebaliknya Katoda dihubungkan dengan positip 34

48 BAB II TEORI DASAR batrai, sedangkan Anoda dihubungkan dengan negati batrai., arus listrik tidak dapat mengalir (sedikit sekali mengalir) dari Katoda ke Anoda. Dalam keadaan ini dioda mendapat panjar mundur (Reverse bias). Dari kejadiaan itu dapat diambil kesimpulan bahwa arus listrik pada dioda hanya dapat mengalir dari Anoda ke Katoda, tidak dapat mrngalir ke arah sebaliknya. Anoda Katoda (a) Simbol Dioda b) Simbol Dioda Cahaya (LED) Gambar 2.18 Simbol simbol Dioda Dioda ini dibuat dari bahan semi konduktor yang saling dipertemukan, bahan semikonduktor tersebut yang sering digunakan untuk pembuatan dioda diantaranya germanium, silikon dan selenium. Jenis- jenis dioda dan kegunaannya : Diode germanium, digunakan untuk penditeksi sinyal dan sering digunakan pada pesawat radio penerima. Dioda silikon dan silenium, digunakan sebagai penyearah. Diode Zener, digunakan untuk pensetabil tegangan. 35

49 BAB II TEORI DASAR Dioda cahaya, digunakan untuk peraga Rangkaian Penyearah Rangkaian penyearah merupakan rangkaian yang mengkonversikan sinyal AC menjadi sinyal DC. Komponen terpenting dari rangkaian penyearah adalah dioda. Dioda berfungsi sebagai penyearah daya masukan AC menjadi daya keluaran DC. Penyearahan dengan menggunakan dioda mempunyai banyak keuntungan yaitu murah dan sederhana. Penyearah setengah gelombang Gambar 2.19 Penyearah setengah gelombang Rangkaian penyearah setengah gelombang hanya menggunakan satu buah dioda saja. Rangkaian ini hanya menghasilkan satu bentuk fasa positif atau fasa negatif saja. Gambar 2.19 memperlihatkan contoh rangkaian penyearah setengah gelombang dengan penyearahan positif. Penyearah Gelombang Penuh Penyearahan gelombang penuh dapat diperoleh dengan dua cara. Cara yang pertama memerlukan transformator jenis center tap (CT) dan dua 36

50 BAB II TEORI DASAR buah dioda sebagai penyearah. Gambar 2.20 memperlihatkan penyearah gelombang penuh dengan cara ini. Gambar 2.20 Penyearah gelombang penuh dengan transformator center tap 37

51 BAB III PERANCANGAN ALAT DAN CARA KERJA RANGKAIAN BAB III PERANCANGAN ALAT DAN CARA KERJA RANGKAIAN 3.1 Mekanisme Karja Alat Pembuatan suatu perangkat memerlukan suatu perancangan terlebih dahulu agar dapat memenuhi karakteristik kerja yang dikehendaki. Perangkat yang dibuat harus menggunakan komponen seminimal mungkin dengan tidak mengurangi fungsi dari alat tersebut. Perangkat yang dibuat terdiri dari dua bagian yaitu perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat keras pada sistem ini terdiri dari antarmuka pararel port printer sebagai penghubung perangkat luar dengan komputer serta rangkaian pendeteksi sensor cahaya menggunakan LDR sebagai masukan besar kecilnya cahaya yang masuk, sedangkan Tranceiver (74LS245) yang berfungsi sebagai komunikasi data dua arah transmitter atau receiver. Gambar 3.1 memperlihatkan secara lengkap perangkat keras dan hubungannya secara keseluruhan. 38

52 BAB III PERANCANGAN ALAT DAN CARA KERJA RANGKAIAN Gambar 3.1 Diagram Blok Data dari tranceiver akan dikirim ke multiplexer 74LS157 secara bergantian tergantung dari tranceiver mana yang datanya akan dilewatkan dengan pedoman Enable Tranceiver berlogic 1. Data dari bus input selanjutnya akan dibaca oleh aplikasi (software) menggunakan 4 bit status dari pararel port printer secara bergantian, sehingga dapat mengaktifkan semua driver pada alat Sistem pengaturan intensitas cahaya dan waktu penyiraman pada rumah tanaman (Green House) secara otomatis. Secara prinsip kinerja dari perancangan alat adalah data dari pararel port digunakan untuk mengaktifkan sensor, data dari sensor kemudian diteruskan melalui DB-25 Pararel port printer untuk selanjutnya diproses oleh program DELPHI 5.0 untuk mengendalikan rangkaian driver motor stepper. 39

53 BAB III PERANCANGAN ALAT DAN CARA KERJA RANGKAIAN Untuk preses penyiraman dilakukan dengan menyeting waktu penyiraman pada program dilayar monitor untuk mengendalikan rangkaian relay. 3.2 Perancangan Perangkat Keras Rancangan sistem secara keseluruhan adalah merupakan penggabungan dari komponen perkomponen bagian bagian yang berhubungan dengan yang lainnya. Gambar 3.2 Rangkaian Keseluruhan 40

54 BAB III PERANCANGAN ALAT DAN CARA KERJA RANGKAIAN Dimana dalam bab ini akan dibahas bagian per bagian dari sistem yang dirancang. Alat pengantar ini penulis rancang dengan mengunakan komponen yang mudah di dapatkan dipasaran dan harganya terjangkau. Komponen utama pada Rancang Bangun Sistem Pengaturan Intensitas Cahaya dan Waktu Penyiraman pada Rumah Tanaman (Green House) secara otomatis adalah : Rangkaian Antar Muka Rangkaian antar muka yang dipakai adalah Pararel Port. Pararel Port disini berfungsi sebagai konektivitas antar komputer dengan keseluruhan rangkaian pada sistem. Diagram Pin Pararel Port Ada dua macam konektor pararel port yaitu 36 pin dan 25 pin. Konektor 36 pin dikenal dengan nama centronics dan konektor 25 pin dikenal dengan nama DB-25. Pada tugas akhir ini sebagai sarana konektivitas antara perangkat hardware dengan komputer memakai jenis konektor DB-25. dari 25 pin yang terdapat pada DB-25 hanya 17 pin yang digunakan untuk saluran pembawa data, sedangkan 8 pin yang lainnya berfungsi sebagai ground. Ketujuh belas saluran data tersebut terdiri dari tiga bagian yakni data 8 bit, status 5 bit, dan control 4 bit. Bit control dan bit status berfungsi dalam jabat tangan proses penulisan data ke pararel port. 41

55 BAB III PERANCANGAN ALAT DAN CARA KERJA RANGKAIAN Tabel 3.1 Fungsi Pin konektor DB-25 dan Centronics DB-25 Centronics In/Out Nama Sinyal Register Bit 1 1 Out nstrobe C0 2 2 Out Data 0 D0 3 3 Out Data 1 D1 4 4 Out Data 2 D2 5 5 Out Data 3 D3 6 6 Out Data 4 D4 7 7 Out Data 5 D5 8 8 Out Data 6 D6 9 9 Out Data 7 D In nack S In Busy S In PaperEnd S In Select S Out nautofeed C In nerror S Out ninit C Out nsclectin C Ground 42

56 BAB III PERANCANGAN ALAT DAN CARA KERJA RANGKAIAN Gambar 3.3 Diagram Pin DB 25 Sinyal Pararel Port Gambar dari sinyal sinyal pada pararel port (Standard) adalah sebagai berikut : 43

57 BAB III PERANCANGAN ALAT DAN CARA KERJA RANGKAIAN Tabel 3.2 Gambar Sinyal Pararel Port Nama Sinyal nstrobe Data 0 Data 1 Data 2 Data 3 Data 4 Data 5 Data 6 Data 7 nack Busy PaperEnd Select nautofeed nerror ninit nsclectin Ground Gambar Sinyal SPP Set pulsa rendah 0.5μ detik untuk menyatakan data di D7:D0 adalah Valid Least SignificantBit (LBS) Data Bit 1 Data Bit 2 Data Bit 3 Data Bit 4 Data Bit 5 Data Bit 6 Most Significant bit (MSB) Pulsa rendah sampai dengan 5μ detik menunjukkan data sudah diterima; IRQ Bernilai tinggi jika printer sibuk/offline Bernilai tinggi jika printer kehabisan kertas Bernilai tinggi jika printer On-line Jika diset rendah printer akan pindah baris setiap menemui karakter carriage return Bernilai rendah jika printer error Pulsa rendah sampai dengan 50μ detik untuk inisialisasi atau mereset printer Bernilai tinggi jika printer dipilih (oleh computer) Ground 44

58 BAB III PERANCANGAN ALAT DAN CARA KERJA RANGKAIAN Rangkaian Catu Daya Gambar 3.4 rangkaian Catu daya 5 Volt dan 18 Volt dengan IC regulator LM7805 dan LM 7818 Catu daya yang digunakan pada alat ini adalah sumber tegangan arus searah (DC) yang telah dikonversikan dari sumber tegangan arus bolak-balik (AC). Suatu catu daya yang ideal adalah rangkaian yang memberikan tegangan output yang tidak terpengaruh oleh arus beban, variasi pada temperatur, maupun variasi-variasi yang terdapat pada tegangan jala-jala. 45

59 BAB III PERANCANGAN ALAT DAN CARA KERJA RANGKAIAN Ada tiga alasan untuk catu daya tak teregulasi tidak cukup baik untuk berbagai aplikasi (beban). 1. Tegangan output pada beban tidak konstan bila beban berubah. 2. Tegangan output berubah bila tegangan intput AC (jala-jala) berubah (berfluktuasi). 3. Tegangan output berubah bila tegangan temperatur berubah. Rangkaian catu daya yang digunakan terdiri dari trafo yang terhubung ke tegangan jala-jala 220 V AC yang berfungsi untuk mengubah besar tegangan. Kemudian penyearah dan kapasitor sebelum masuk ke IC regulator tegangan. Regulator yang digunakan pada perancangan alat ini adalah regulator yang mampu menghasilkan tegangan keluaran 5 volt dan 18 volt DC. Untuk keperluan tersebut dapat digunakan regulator 7805 yang akan menghasilkan keluaran 5 volt dan 7818 untuk keluaran 18 volt. Masukan dari rangkaian ini berasal dari trafo 3 A, dua buah dioda IN 5400 digunakan sebagai penyearah, dua buah kapasitor 3300μF/25 Volt dan dua buah kapasitor 2200μF/16 Volt digunakan sebagai penyaring (filter) serta penghalus ripple tegangan keluaran dari dioda. Resistor 470 Ω digunakan sebagai pembatas arus agar arus yang mengalir pada indikator LED tidak terlalu besar. 46

60 BAB III PERANCANGAN ALAT DAN CARA KERJA RANGKAIAN Motor Stepper Sebelum melakukan pemasangan kebel data motor stepper, terlebih dahulu menentukan urutan kabel yang digunakan sebagai common dan kabel untuk mengatur putaran motor. Untuk menentukan phasa 1 sampai phasa 4, penulis melakukan metode sebagai berikut: 1. Menentukan kabel common supply dengan menggunakan multitester digital. Kabel common supply ini satu-satunya kabel yang mempunyai resistansi setengahnya dari kabel lainnya. 2. Setelah mengetahui kabel common supply, langkah selanjutnya adalah menentukan urutan kabel menurut phasa-nya. Untuk melakukan hal tersebut penulis melakukan metode sebagai berikut: a. Pilih salah satu kabel dan ditanahkan. Asumsikan bahwa kabel tersebut tersambung pada koil ke 4; b. Tanahkan kembali satu buah kabel dan apabila motor sedikit bergerak searah dengan jarum jam, maka kabel tersebut dapat dipastikan tersambung pada koil ke 3; 47

61 BAB III PERANCANGAN ALAT DAN CARA KERJA RANGKAIAN c. Apabila ketika melakukan langkah b motor sedikit bergerak berlawanan dengan arah jarum jam maka dapat dipastikan bahwa kabel tersebut tersambung pada koil ke 1; d. Apabila ketika melakukan langkah b motor tidak bergerak, maka dapat dipastikan bahwa kabel tersebut tersambung pada koil ke 2; 48

62 BAB III PERANCANGAN ALAT DAN CARA KERJA RANGKAIAN Rangkaian Pengendali Motor Stepper Sinyal keluaran dari Pararel Por tidak dapat langsung menggerakkan motor stepper dengan beban yang cukup besar, karena arusnya sangat kecil. Untuk itu diperlukan rangkaian pengendali motor stepper. Untuk menggerakkan motor stepper, dalam rangkaian ini digunakan komponen seperti resistor, dioda 1N4001, dan transistor tipe BC 547. Namun dalam rangkaian ini yang berperan penting adalah transistor karena fungsinya sebagai switch (saklar), dan dioda berfungsi sebagai sekring (pengaman). Pada saat logika 1 (sinyal keluaran dari Pararel Port) diumpankan ke transistor, transistor T 1 akan men-switch dan arus akan mengalir melewati kumparan pada motor stepper. Dioda D 1 yang diperlihatkan pada Gambar 3.4 adalah dioda pengaman yang disisipkan untuk mencegah timbulnya tegangan lebih pada transistor yang mungkin muncul pada kolektor (titik B). Hal ini disebabkan oleh gaya gerak listrik balik yang dibangkitkan oleh kumparan motor stepper pada saat transistor dalam keadaan mati (off). Tegangan lebih ini seringkali melebihi tegangan maksimum rata-rata kolektor, sehingga dapat merusak transistor. 49

63 BAB III PERANCANGAN ALAT DAN CARA KERJA RANGKAIAN +V CC = 18V D 1 A B Motor Stepper T 1 Gambar 3.5 Cara Kerja Diode Proteksi (Pengaman) Dioda yang mempunyai kemampuan balik akan menghantar tegangan (on) jika tegangan pada kolektor melebihi tegangan catu V CC 18V. Bila hal ini terjadi maka arus diode akan menghilangkan gaya gerak listrik. Gambar 3.5 merupakan rangkaian pengendali motor stepper yang memiliki prinsip yang sama dengan Gambar 3.4, dioda 1N4001 berfungsi sebagai pelindung transistor BC 547 dan tegangan induksi yang mungkin timbul dari lilitan motor stepper. Keluaran dari Pararel port dihubungkan kemasukkan transistor BC 547 tersebut melalui resistor 470 Ω. Jika masukan bernilai sinyal rendah, maka transistor akan berada pada keadaan cut-off sehingga arus dalam lilitan motor stepper tidak mengalir. Jika masukan bernilai tinggi, maka 50

64 BAB III PERANCANGAN ALAT DAN CARA KERJA RANGKAIAN transistor akan on sehingga tegangan antara kolektor dengan emitor (V CE ) turun dan arus dapat mengalir ketanah (ground). 1N hm RES1 BC547 NPN DIODE 1N Ohm RES2 BC547 NPN DIODE 1N Ohm RES3 BC547 NPN Motor DIODE Stepper 1N Ohm RES4 BC547 NPN DIODE VCC 18 V 680 Ohm RES5 Gambar 3.6 Rangkaian Pengendali Motor Stepper Jika lilitan 1 dilewati oleh arus, lilitan 2 mati, lilitan 3 mati dan lilitan 4 juga mati, maka kumparan 1 akan menghasilkan gaya tarik kepada rotor, dan rotor akan berputar searah jarum jam. Jika kondisi seperti ini berulang terus menerus secara berurutan, lilitan 2 dilewati arus kemudian lilitan 3 dan lilitan 4 maka motor akan berputar secara terus menerus. 51

65 BAB III PERANCANGAN ALAT DAN CARA KERJA RANGKAIAN Rangkaian Relay Pada rancangan ini digunakan sebuah rangkaian relay yang digunakan untuk mengontrol proses penyiraman tanaman. Rangkaian relay bekerja apabila port-port tersebut diatas diberi logika high (1). Hal ini mengakibatkan basis dari transistor mendapatkan bias tegangan sehingga transistor berada dalam keadaan saturasi. Dalam keadaan ini arus akan mengalir pada relay sehingga relay aktif. Dengan aktifnya relay maka proses penyiraman akan bekerja. Gambar 3.7 Rangkaian Relay Rangkaian Bus Transceiver Agar data dari LPT (Port Printer) dapat melanjutkan dari relay, stepper motor, sensor. Maka disini digunakan IC dengan tipe IC74LS245 52

DASAR MOTOR STEPPER. I. Pendahuluan.

DASAR MOTOR STEPPER. I. Pendahuluan. DASAR MOTOR STEPPER I. Pendahuluan Motor stepper adalah perangkat elektromekanis yang bekerja dengan mengubah pulsa elektronis menjadi gerakan mekanis diskrit. Motor stepper bergerak berdasarkan urutan

Lebih terperinci

Pendahuluan. Prinsip Kerja Motor Stepper

Pendahuluan. Prinsip Kerja Motor Stepper Pendahuluan Motor stepper adalah perangkat elektromekanis yang bekerja dengan mengubah pulsa elektronis menjadi gerakan mekanis diskrit. Motor stepper bergerak berdasarkan urutan pulsa yang diberikan kepada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan,

TINJAUAN PUSTAKA. Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan, 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem kontrol (control system) Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan, memerintah dan mengatur keadaan dari suatu sistem. [1] Sistem kontrol terbagi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai BAB II DASAR TEORI 2.1 Arduino Uno R3 Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai

Lebih terperinci

MAKALAH MOTOR STEPPER DI BIDANG INDUSTRI

MAKALAH MOTOR STEPPER DI BIDANG INDUSTRI MAKALAH MOTOR STEPPER DI BIDANG INDUSTRI Oleh : Winji Dwi Margunani 4211413023 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016 1.Motor Stepper Motor stepper

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perangkat Keras ( Hardware) Dalam pembuatan tugas akhir ini diperlukan penguasaan materi yang digunakan untuk merancang kendali peralatan listrik rumah. Materi tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik robot. Sedangkan untuk pembuatan perangkat

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori 6 Bab 2 Landasan Teori 2.1 Sistem Kontrol Kata kontrol atau pengendalian mempunyai arti mengatur, mengarahkan dan memerintah. Dengan kata lain bahwa sistem pengendalian adalah susunan komponen - komponen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Proses alur penelitian Dalam penelitian ini ada beberapa tahap atau langkah-langkah yang peneliti lakukan mulai dari proses perancangan model hingga hasil akhir dalam

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 39 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik Eskalator. Sedangkan untuk pembuatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pergerakan meja kerja digerakan oleh sebuah motor sebagai penggerak dan poros

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pergerakan meja kerja digerakan oleh sebuah motor sebagai penggerak dan poros 46 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penggerak Poros Ulir Pergerakan meja kerja digerakan oleh sebuah motor sebagai penggerak dan poros ulir sebagai pengubah gaya puntir motor menjadi gaya dorong pada meja kerja

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN 3.1 Diagram Blok Rangkaian Secara Detail Pada rangkaian yang penulis buat berdasarkan cara kerja rangkaian secara keseluruhan penulis membagi rangkaian menjadi

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Pengendalian Perangkat Listrik Melalui Port Paralel Menggunakan Bahasa Program Borland Delphi 7.0

TUGAS AKHIR. Pengendalian Perangkat Listrik Melalui Port Paralel Menggunakan Bahasa Program Borland Delphi 7.0 TUGAS AKHIR Pengendalian Perangkat Listrik Melalui Port Paralel Menggunakan Bahasa Program Borland Delphi 7.0 Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Catu Daya / power supply Power supply adalah rangkaian elektronika yang berfungsi untuk memberikan tegangan listrik yang dibutuhkan oleh suatu rangkaian elektronika. Dalam

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 21 BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Rangkaian Keseluruhan Sistem kendali yang dibuat ini terdiri dari beberapa blok bagian yaitu blok bagian plant (objek yang dikendalikan), blok bagian sensor, blok interface

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini akan membahas tentang perancangan sistem deteksi keberhasilan software QuickMark untuk mendeteksi QRCode pada objek yang bergerak di conveyor. Garis besar pengukuran

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Permasalahan Dalam Perancangan dan Implementasi Pemotong Rumput Lapangan Sepakbola Otomatis dengan Sensor Garis dan Dinding ini, terdapat beberapa masalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab ini membahas tentang teori atau hukum rangkaian elektronika dan teori komponen komponen yang digunakan sebagai alat bantu atau penunjang pada proses analisa Photodioda. Pembahasan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI MASALAH

BAB III DESKRIPSI MASALAH BAB III DESKRIPSI MASALAH 3.1 Perancangan Hardware Perancangan hardware ini meliputi keseluruhan perancangan, artinya dari masukan sampai keluaran dengan menghasilkan energi panas. Dibawah ini adalah diagram

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Didalam merancang sistem yang akan dibuat ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelumnya, pertama-tama mengetahui prinsip kerja secara umum dari sistem yang akan dibuat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT 3.1 DIAGRAM BLOK sensor optocoupler lantai 1 POWER SUPPLY sensor optocoupler lantai 2 sensor optocoupler lantai 3 Tombol lantai 1 Tbl 1 Tbl 2 Tbl 3 DRIVER ATMEGA 8535

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI KERUSAKAN KABEL

BAB III PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI KERUSAKAN KABEL BAB III PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI KERUSAKAN KABEL. Diagram Blok Diagram blok merupakan gambaran dasar membahas tentang perancangan dan pembuatan alat pendeteksi kerusakan kabel, dari rangkaian sistem

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MERCU BUANA

UNIVERSITAS MERCU BUANA TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN SISTEM PENSORTIRAN BARANG BERDASARKAN TINGGI RENDAH BENDA BERBASIS PC ( Personal Computer ) Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka 59 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat Mulai Tinjauan pustaka Simulasi dan perancangan alat untuk pengendali kecepatan motor DC dengan kontroler PID analog

Lebih terperinci

Pengenalan Komponen dan Teori Semikonduktor

Pengenalan Komponen dan Teori Semikonduktor - 1 Pengenalan Komponen dan Teori Semikonduktor Missa Lamsani Hal 1 SAP Pengelompokan bahan-bahan elektrik dari sifat-sifat listriknya. Pengertian resistivitas dan nilai resistivitas bahan listrik : konduktor,

Lebih terperinci

APLIKASI PLC PADA PENGENDALIAN MESIN BOR OTOMATIS DENGAN SISTEM MONITORING BERBASIS VISUAL BASIC 6.0

APLIKASI PLC PADA PENGENDALIAN MESIN BOR OTOMATIS DENGAN SISTEM MONITORING BERBASIS VISUAL BASIC 6.0 APLIKASI PLC PADA PENGENDALIAN MESIN BOR OTOMATIS DENGAN SISTEM MONITORING BERBASIS VISUAL BASIC 6.0 JUNIMAR TIKA AFFITRI 5223050346 ANGGI NURSANTI 5223053214 Tugas Akhir ini diajukan untuk memenuhi salah

Lebih terperinci

Rancang Bangun Alat Pengukur Tingkat Keolengan Benda Secara Digital

Rancang Bangun Alat Pengukur Tingkat Keolengan Benda Secara Digital Herny Februariyanti Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Stikubank Semarang email : herny@unisbank.ac.id Abstrak : Pemanfaatkan komputer sebagai pendukung alat ukur, akan memberikan kemudahan dalam

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. eletronis dan software kontroler. Konstruksi fisik line follower robot didesain

BAB III PERANCANGAN ALAT. eletronis dan software kontroler. Konstruksi fisik line follower robot didesain BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Konstruksi Fisik Line Follower Robot Konstruksi fisik suatu robot menjadi dasar tumpuan dari rangkaian eletronis dan software kontroler. Konstruksi fisik line follower robot

Lebih terperinci

ROBOT LINE FOLLOWER ANALOG

ROBOT LINE FOLLOWER ANALOG ROBOT LINE FOLLOWER ANALOG ABSTRAK Dalam makalah ini akan dibahas mengenai robot Line Follower. Robot ini merupakan salah satu bentuk robot beroda yang memiliki komponen utama diantaranya, seperti resistor,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1. 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Blok Diagram Modul Baby Incubator Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1. PLN THERMOSTAT POWER SUPPLY FAN HEATER DRIVER HEATER DISPLAY

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 1.1 Blok Diagram Sensor Kunci kontak Transmiter GSM Modem Recivier Handphone Switch Aktif Sistem pengamanan Mikrokontroler Relay Pemutus CDI LED indikator aktif Alarm Buzzer Gambar

Lebih terperinci

Dioda-dioda jenis lain

Dioda-dioda jenis lain Dioda-dioda jenis lain Dioda Zener : dioda yang dirancang untuk bekerja dalam daerah tegangan zener (tegangan rusak). Digunakan untuk menghasilkan tegangan keluaran yang stabil. Simbol : Karakteristik

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM 3.1. Spesifikasi Sistem Sebelum merancang blok diagram dan rangkaian terlebih dahulu membuat spesifikasi awal rangkaian untuk mempermudah proses pembacaan, spesifikasi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KENDALI. Kontrol Putaran Motor DC. Dosen Pembimbing Ahmad Fahmi

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KENDALI. Kontrol Putaran Motor DC. Dosen Pembimbing Ahmad Fahmi LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KENDALI Kontrol Putaran Motor DC Dosen Pembimbing Ahmad Fahmi Oleh: Andrik Kurniawan 130534608425 PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN PERANCANGAN ALAT

BAB III PEMBAHASAN PERANCANGAN ALAT BAB III PEMBAHASAN PERANCANGAN ALAT 3.1 Diagram-Blok Alat yang akan dibuat secara garis besar dapat digambarkan sebagai sebuah diagram blok seperti di bawah ini: IBM-PC UNIT SENSOR CAHAYA WEBCAM Gambar

Lebih terperinci

PERANCANGAN MINIATUR TRAFFIC LIGHT DENGAN MEMPERGUNAKAN PENGENDALI PORT PARALEL

PERANCANGAN MINIATUR TRAFFIC LIGHT DENGAN MEMPERGUNAKAN PENGENDALI PORT PARALEL PERANCANGAN MINIATUR TRAFFIC LIGHT DENGAN MEMPERGUNAKAN PENGENDALI PORT PARALEL Eka Wahyudi 1, Desi Permanasari 2 1,2 Program Studi Diploma III Teknik Telekomunikasi, Purwokerto 1 ekawahyudi@akatelsp.ac.id

Lebih terperinci

SIMULASI PENYIRAMAN TANAMAN PADA RUMAH KACA MENGGUNAKAN SENSOR SUHU LM35 MELALUI PARALEL PORT DENGAN APLIKASI BAHASA PEMROGRAMAN DELPHI 7.

SIMULASI PENYIRAMAN TANAMAN PADA RUMAH KACA MENGGUNAKAN SENSOR SUHU LM35 MELALUI PARALEL PORT DENGAN APLIKASI BAHASA PEMROGRAMAN DELPHI 7. SIMULASI PENYIRAMAN TANAMAN PADA RUMAH KACA MENGGUNAKAN SENSOR SUHU LM35 MELALUI PARALEL PORT DENGAN APLIKASI BAHASA PEMROGRAMAN DELPHI 7.0 Budi Santoso, B.Eng Desy Aquarius Sustya Windy ABSTRAKSI Simulasi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini dibahas tentang pembuatan dan pengujian komponenkomponen sensor pada konveyor berbasis Mikrokontroler Arduino Uno. Pembahasan meliputi pembuatan sistem mekanik, pembuatan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global.

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global. BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras 3.1.1 Blok Diagram Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global. Gambar

Lebih terperinci

Mekatronika Modul 9 Motor Stepper

Mekatronika Modul 9 Motor Stepper Mekatronika Modul 9 Motor Stepper Hasil Pembelajaran : Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan karakteristik dari Motor Stepper Tujuan Bagian ini memberikan informasi mengenai karakteristik dan penerapan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN LAMPU SINYAL DAN PEMINDAH JALUR OTOMATIS PADA PERJALANAN KERETA API SATU SEPUR MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89S51

RANCANG BANGUN LAMPU SINYAL DAN PEMINDAH JALUR OTOMATIS PADA PERJALANAN KERETA API SATU SEPUR MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89S51 RANCANG BANGUN LAMPU SINYAL DAN PEMINDAH JALUR OTOMATIS PADA PERJALANAN KERETA API SATU SEPUR MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89S51 ABDUL RIZAL NUGRAHA HARTONO SISWONO SETIYONO Jurusan Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Perancangan merupakan proses yang kita lakukan terhadap alat, mulai dari rancangan kerja rangkaian hingga hasil jadi yang akan difungsikan. Perancangan dan pembuatan alat merupakan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan dari hasil uji coba yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain :

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan dari hasil uji coba yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain : BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan dari hasil uji coba yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain : Komputer juga dapat digunakan untuk mengontrol lampu listrik rumah dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dan perancangan tugas akhir dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011 sampai dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. telur,temperature yang diperlukan berkisar antara C. Untuk hasil yang optimal dalam

BAB II LANDASAN TEORI. telur,temperature yang diperlukan berkisar antara C. Untuk hasil yang optimal dalam BAB II LANDASAN TEORI Temperatur merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan mesin penetas telur,temperature yang diperlukan berkisar antara 38-39 0 C. Untuk hasil yang optimal dalam Pembuatan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN Bahan dan Peralatan

BAB III PERANCANGAN Bahan dan Peralatan BAB III PERANCANGAN 3.1 Pendahuluan Perancangan merupakan tahapan terpenting dari pelaksanaan penelitian ini. Pada tahap perancangan harus memahami sifat-sifat, karakteristik, spesifikasi dari komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 PERANCANGAN PERANGKAT KERAS Setelah mempelajari teori yang menunjang dalam pembuatan alat, maka langkah berikutnya adalah membuat suatu rancangan dengan tujuan untuk mempermudah

Lebih terperinci

USER MANUAL PALANGAN KERETA API OTOMATIS MATA DIKLAT : SISTEM PENGENDALI ELEKTRONIKA

USER MANUAL PALANGAN KERETA API OTOMATIS MATA DIKLAT : SISTEM PENGENDALI ELEKTRONIKA USER MANUAL PALANGAN KERETA API OTOMATIS MATA DIKLAT : SISTEM PENGENDALI ELEKTRONIKA SISWA KELAS XII TAHUNAJARAN 2010/2011 JURUSAN TEKNIK ELEKTRONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 3 BOYOLANGU TULUNGAGUNG CREW 2

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sudah menjadi trend saat ini bahwa pengendali suatu alat sudah banyak yang diaplikasikan secara otomatis, hal ini merupakan salah satu penerapan dari perkembangan teknologi dalam

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Gambaran Umum Merupakan alat elektronika yang memiliki peranan penting dalam memudahkan pengendalian peralatan elektronik di rumah, kantor dan tempat lainnya.

Lebih terperinci

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED 3.1. Rancang Bangun Perangkat Keras Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar 3.1. Sistem ini terdiri dari komputer, antarmuka

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi dari modifikasi kelistrikan pada kendaraan bermotor, perangkat keras maupun perangkat lunak dari setiap modul yang

Lebih terperinci

APLIKASI PLC OMRON CPM 1 A 30 I/O UNTUK PROSES PELABELAN BOTOL SECARA OTOMATIS DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PNEUMATIK ABSTRAK

APLIKASI PLC OMRON CPM 1 A 30 I/O UNTUK PROSES PELABELAN BOTOL SECARA OTOMATIS DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PNEUMATIK ABSTRAK APLIKASI PLC OMRON CPM 1 A 30 I/O UNTUK PROSES PELABELAN BOTOL SECARA OTOMATIS DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PNEUMATIK ABSTRAK Programmable Logic Control atau lebih dikenal PLC dengan adalah suatu peralatan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PENGENDALI MOTOR STEPPER UNTUK DETEKSI JUMLAH OBYEK PUTAR DENGAN MENGGUNAKAN KOMPUTER

RANCANG BANGUN PENGENDALI MOTOR STEPPER UNTUK DETEKSI JUMLAH OBYEK PUTAR DENGAN MENGGUNAKAN KOMPUTER Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol. 14, No. 1, Januari 2011, hal 17-22 RANCANG BANGUN PENGENDALI MOTOR STEPPER UNTUK DETEKSI JUMLAH OBYEK PUTAR DENGAN MENGGUNAKAN KOMPUTER Agus Sudarmanto 1, Sumariyah

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Secara garis besar rangkaian pengendali peralatan elektronik dengan. blok rangkaian tampak seperti gambar berikut :

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Secara garis besar rangkaian pengendali peralatan elektronik dengan. blok rangkaian tampak seperti gambar berikut : BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1. Diagram Blok Secara garis besar rangkaian pengendali peralatan elektronik dengan menggunakan PC, memiliki 6 blok utama, yaitu personal komputer (PC), Mikrokontroler AT89S51,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai teori teori yang mendasari perancangan dan perealisasian inductive wireless charger untuk telepon seluler. Teori-teori yang digunakan dalam skripsi

Lebih terperinci

Bidang Information Technology and Communication 336 PERANCANGAN DAN REALISASI AUTOMATIC TIME SWITCH BERBASIS REAL TIME CLOCK DS1307 UNTUK SAKLAR LAMPU

Bidang Information Technology and Communication 336 PERANCANGAN DAN REALISASI AUTOMATIC TIME SWITCH BERBASIS REAL TIME CLOCK DS1307 UNTUK SAKLAR LAMPU Bidang Information Technology and Communication 336 PERANCANGAN DAN REALISASI AUTOMATIC TIME SWITCH BERBASIS REAL TIME CLOCK DS1307 UNTUK SAKLAR LAMPU Adhe Ninu Indriawan, Hendi Handian Rachmat Subjurusan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI 3.1 Perancangan Blok Diaram Metode untuk pelaksanaan Program dimulai dengan mempelajari sistem pendeteksi kebocoran gas pada rumah yang akan digunakan. Dari sini dikembangkan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan III-1 BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Perancangan Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan menghasilkan suatu sistem yang dapat mengontrol cahaya pada lampu pijar untuk pencahayaanya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Kendali Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Lampung yang dilaksanakan mulai dari bulan

Lebih terperinci

Bab VI. Motor Stepper

Bab VI. Motor Stepper Bab VI Motor Stepper 64 6.1. Pendahuluan Motor stepper adalah motor DC yang khusus berputar dalam suatu derajat yang tetap yang disebut step (langkah). Satu step antara 0,9 sampai 90. Motor stepper terdiri

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Perancangan Sistem Perancangan Simulasi pengendali pintu gerbang Melalui media Bluetooth pada Ponsel bertujuan untuk membuat sebuah prototype yang membuka, menutup

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. perancangan mekanik alat dan modul elektronik sedangkan perancangan perangkat

BAB III PERANCANGAN SISTEM. perancangan mekanik alat dan modul elektronik sedangkan perancangan perangkat BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak ( Software). Pembahasan perangkat keras meliputi perancangan mekanik

Lebih terperinci

BAB III SISTEM KERJA RANGKAIAN

BAB III SISTEM KERJA RANGKAIAN BAB III SISTEM KERJA RANGKAIAN 3.1 Diagram Blok Secara garis besar, perancangan pengisian tangki air otomatis menggunakan sensor ultrasonik ini terdiri dari Bar Display, Mikrokontroler ATMega8535, Relay,

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN SISTEM. dirancanag. Setiap diagram blok mempunyai fungsi masing-masing. Adapun diagram

BAB III RANCANGAN SISTEM. dirancanag. Setiap diagram blok mempunyai fungsi masing-masing. Adapun diagram BAB III RANCANGAN SISTEM 3.1. Diagram Blok Rangkaian Diagram blok merupakan gambaran dasar dari rangkaian sistem yang akan dirancanag. Setiap diagram blok mempunyai fungsi masing-masing. Adapun diagram

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT III.1. Diagram Blok Secara garis besar, diagram blok rangkaian pendeteksi kebakaran dapat ditunjukkan pada Gambar III.1 di bawah ini : Alarm Sensor Asap Mikrokontroler ATmega8535

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menghasilkan prototip alat konsentrator surya (Gambar 14)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menghasilkan prototip alat konsentrator surya (Gambar 14) 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Rancang Bangun Penelitian ini menghasilkan prototip alat konsentrator surya (Gambar 14) yang berfungsi untuk memantulkan sinar matahari ke satu titik fokus sehingga dihasilkan

Lebih terperinci

Disusun NIM JURUSAN

Disusun NIM JURUSAN RANCANG BANGUNN MODEL SISTEM TRANSPORTASI MASSAL MONORAIL OTOMATIS LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Syarat untuk Menyelesaikan Pendidikan Program Diploma 3 oleh : EDY IRWAN SIDABUTAR NIM. 1005032062

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Universitas Lampung yang dilaksanakan mulai dari bulan Maret 2014.

III. METODE PENELITIAN. Universitas Lampung yang dilaksanakan mulai dari bulan Maret 2014. III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Lampung yang dilaksanakan mulai dari bulan Maret 2014. 3.2 Alat

Lebih terperinci

SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535

SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535 3 PENERAPAN FILM Ba 0,55 Sr 0,45 TiO 3 (BST) SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535 23 Pendahuluan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

3.2. Tempat Penelitian Penelitian dan pengujian alat dilakukan di lokasi permainan game PT. EMI (Elektronik Megaindo) Plaza Medan Fair.

3.2. Tempat Penelitian Penelitian dan pengujian alat dilakukan di lokasi permainan game PT. EMI (Elektronik Megaindo) Plaza Medan Fair. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Dalam penulisan tugas akhir ini metode yang digunakan dalam penelitian adalah : 1. Metode Perancangan Metode yang digunakan untuk membuat rancangan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 12 ALAT UKUR MULTIMETER

PERTEMUAN 12 ALAT UKUR MULTIMETER PERTEMUAN 12 ALAT UKUR MULTIMETER PENGERTIAN Multimeter adalah suatu alat yang dipakai untuk menguji atau mengukur komponen disebut juga Avometer, dapat dipakai untuk mengukur ampere, volt dan ohm meter.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini menjelaskan tentang perancangan sistem alarm kebakaran menggunakan Arduino Uno dengan mikrokontroller ATmega 328. yang meliputi perancangan perangkat keras (hardware)

Lebih terperinci

DETEKTOR JUMLAH BARANG DI MINIMARKET MENGGUNAKAN SENSOR INFRARED DAN PPI 8255 SEBAGAI INTERFACE

DETEKTOR JUMLAH BARANG DI MINIMARKET MENGGUNAKAN SENSOR INFRARED DAN PPI 8255 SEBAGAI INTERFACE DETEKTOR JUMLAH BARANG DI MINIMARKET MENGGUNAKAN SENSOR INFRARED DAN PPI 8255 SEBAGAI INTERFACE Oleh : Ovi Nova Astria (04105001) Pembimbing : Didik Tristanto, S.Kom., M.Kom. PROGRAM STUDI SISTEM KOMPUTER

Lebih terperinci

CATU DAYA MENGGUNAKAN SEVEN SEGMENT

CATU DAYA MENGGUNAKAN SEVEN SEGMENT CATU DAYA MENGGUNAKAN SEVEN SEGMENT Hendrickson 13410221 Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma 2010 Dosen Pembimbing : Diah Nur Ainingsih, ST., MT. Latar Belakang Untuk

Lebih terperinci

Motor Stepper. Nuryono S.W.,S.T.,M.Eng. Sistem Berbasis Mikroprosesor 1

Motor Stepper. Nuryono S.W.,S.T.,M.Eng. Sistem Berbasis Mikroprosesor 1 Motor Stepper Nuryono S.W.,S.T.,M.Eng. Sistem Berbasis Mikroprosesor 1 Motor Stepper Motor stepper adalah perangkat elektromekanis yang bekerja dengan mengubah pulsa elektronis menjadi gerakan mekanis

Lebih terperinci

Protech Vol. 6 No. 1 April Tahun

Protech Vol. 6 No. 1 April Tahun Protech Vol. 6 No. 1 April Tahun 2007 1 Protech Vol. 6 No. 1 April Tahun 2007 2 Protech Vol. 6 No. 1 April Tahun 2007 3 PENGATURAN ARUS STARTING DAN KECEPATAN MOTOR DC PENGUAT MEDAN SERI MENGGUNAKAN PLC

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik dan pembuatan mekanik turbin. Sedangkan untuk pembuatan media putar untuk

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM 42 BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini dijelaskan pembuatan alat yang dibuat dalam proyek tugas akhir dengan judul rancang bangun sistem kontrol suhu dan kelembaban berbasis mirkrokontroler

Lebih terperinci

Aplikasi Kontrol Switch Menggunakan Silicon Controlled Rectifier (SCR) Melalui Parallel Port

Aplikasi Kontrol Switch Menggunakan Silicon Controlled Rectifier (SCR) Melalui Parallel Port Aplikasi Kontrol Switch Menggunakan Silicon Controlled Rectifier (SCR) Melalui Parallel Port Dikdik Krisnandi Pusat Penelitian Informatika Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Jl. Cisitu (Komplek LIPI) No.21/154

Lebih terperinci

DASAR PENGUKURAN LISTRIK

DASAR PENGUKURAN LISTRIK DASAR PENGUKURAN LISTRIK OUTLINE 1. Objektif 2. Teori 3. Contoh 4. Simpulan Objektif Teori Tujuan Pembelajaran Mahasiswa mampu: Menjelaskan dengan benar mengenai prinsip dasar pengukuran. Mengukur arus,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Teknologi teleoperasi atau teleotomatisasi merupakan teknologi yang

BAB II LANDASAN TEORI. Teknologi teleoperasi atau teleotomatisasi merupakan teknologi yang 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. TELEOPERASI 2.1.1. Definisi Dan Konsep Sistem Teleoperasi Teknologi teleoperasi atau teleotomatisasi merupakan teknologi yang berhubungan dengan interaksi antara manusia dengan

Lebih terperinci

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan diuraikan tentang proses pengujian sistem yang meliputi pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun secara keseluruhan, dan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. DESKRIPSI KERJA SISTEM Gambar 3.1. Blok diagram sistem Satelit-satelit GPS akan mengirimkan sinyal-sinyal secara kontinyu setiap detiknya. GPS receiver akan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Diagram Blok Sistem Pada bab perancangan ini penulis menggunakan arsitektur jaringan client/server yang saling terhubung dengan jaringan LAN melalui ethernet. Pengiriman

Lebih terperinci

Aktuator digunakan untuk mengerakkan mekanik pada robot. Slides from Braunl and Jussi Suomela

Aktuator digunakan untuk mengerakkan mekanik pada robot. Slides from Braunl and Jussi Suomela Aktuator digunakan untuk mengerakkan mekanik pada robot Slides from Braunl and Jussi Suomela 1 Aktuator adalah elemen yang mengkonversikan besaran listrik analog menjadi besaran lainnya misalnya kecepatan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 18 BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada pembahasan perancangan sistem ini akan menjelaskan cara kerja dari keseluruhan sistem kendali on/off dan intensitas lampu menggunakan frekuensi radio. Pengiriman data

Lebih terperinci

BAB III KARAKTERISTIK SENSOR LDR

BAB III KARAKTERISTIK SENSOR LDR BAB III KARAKTERISTIK SENSOR LDR 3.1 Prinsip Kerja Sensor LDR LDR (Light Dependent Resistor) adalah suatu komponen elektronik yang resistansinya berubah ubah tergantung pada intensitas cahaya. Jika intensitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei 2012. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di Laboratorium Elektronika Dasar

Lebih terperinci

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Brilliant Adhi Prabowo Pusat Penelitian Informatika, LIPI brilliant@informatika.lipi.go.id Abstrak Motor dc lebih sering digunakan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT Dengan memahami konsep dasar alat pada bab sebelumnya yang mencakup gambaran sistem prinsip kerja dan komponen-komponen pembentuk sistem, maka pada bab ini akan dibahas

Lebih terperinci

SISTEM PENGENDALIAN MOTOR SINKRON SATU FASA BERBASIS MIKROKONTROLER

SISTEM PENGENDALIAN MOTOR SINKRON SATU FASA BERBASIS MIKROKONTROLER SISTEM PENGENDALIAN MOTOR SINKRON SATU FASA BERBASIS MIKROKONTROLER Deni Almanda 1, Anodin Nur Alamsyah 2 1) 2) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta Jl. Cempaka Putih

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam merealisasikan suatu alat diperlukan dasar teori untuk menunjang hasil yang optimal. Pada bab ini akan dibahas secara singkat mengenai teori dasar yang digunakan untuk merealisasikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Pengujian sistem elektronik terdiri dari dua bagian yaitu: - Pengujian tegangan catu daya - Pengujian kartu AVR USB8535

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Pengujian sistem elektronik terdiri dari dua bagian yaitu: - Pengujian tegangan catu daya - Pengujian kartu AVR USB8535 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Alat Adapun urutan pengujian alat meliputi : - Pengujian sistem elektronik - Pengujian program dan mekanik 4.1.1 Pengujian Sistem Elektronik Pengujian sistem

Lebih terperinci

SISTEM KONTROL LISTRIK MENGGUNAKAN MEDIA HANDPHONE BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51

SISTEM KONTROL LISTRIK MENGGUNAKAN MEDIA HANDPHONE BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 SISTEM KONTROL LISTRIK MENGGUNAKAN MEDIA HANDPHONE BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 Sun Purwandi 1) Haryanto 1) 1) Program Studi Sistem Komputer, Fakultas Ilmu Komputer Universitas Narotama Surabaya Email:

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN

BAB III PROSES PERANCANGAN BAB III PROSES PERANCANGAN 3.1 Tinjauan Umum Perancangan prototipe sistem pengontrolan level air ini mengacu pada sistem pengambilan dan penampungan air pada umumnya yang terdapat di perumahan. Tujuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. PLC adalah sebuah alat yang digunakan untuk menggantikan rangkaian sederetan

II. TINJAUAN PUSTAKA. PLC adalah sebuah alat yang digunakan untuk menggantikan rangkaian sederetan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Programmable Logic Controller (PLC) PLC adalah sebuah alat yang digunakan untuk menggantikan rangkaian sederetan rele yang dijumpai pada sistem kendali proses konvensional [1].

Lebih terperinci

Multimeter. NAMA : Mulki Anaz Aliza NIM : Kelas : C2=2014. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. Lompat ke: navigasi, cari

Multimeter. NAMA : Mulki Anaz Aliza NIM : Kelas : C2=2014. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. Lompat ke: navigasi, cari NAMA : Mulki Anaz Aliza NIM : 1400454 Kelas : C2=2014 Multimeter Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Lompat ke: navigasi, cari Multimeter digital Multimeter atau multitester adalah alat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Kendali Sistem kendali adalah suatu sistem yang bertujuan untuk mengendalikan suatu proses agar output yang dihasilkan dapat dikontrol. Secara umum, sistem kendali dapat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Uraian Umum Dalam perancangan alat akses pintu keluar masuk menggunakan pin berbasis mikrokontroler AT89S52 ini, penulis mempunyai pemikiran untuk membantu mengatasi

Lebih terperinci