BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengukuran Parameter Ekologi Pada Lingkungan Lahan Gambut

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengukuran Parameter Ekologi Pada Lingkungan Lahan Gambut"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengukuran Parameter Ekologi Pada Lingkungan Lahan Gambut Pengukuran parameter ekologi pada lahan gambut perlu dilakukan mengingat kondisi lingkungan sangat penting dalam menentukan keberadaan suatu bakteri di suatu lingkungan. Dalam penelitian ini diambil tiga sampel pada tanggal 17 Maret 2011 dari lokasi yang berbeda. Sampel 1 diambil dari tanah persawahan, sampel 2 diambil dari tanah pekarangan dan sampel 3 diambil dari lahan gambut. Parameter ekologi yang diukur adalah temperatur dan ph tanah. Data parameter ekologi yang telah diukur dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Data temperatur dan ph sampel tanah gambut Nomor Sampel Lokasi Sampel Temperatur ph 1 Persawahan 25 o C 6 2 Pekarangan 24,8 o C 5,5 3 Lahan Gambut 25,6 o C Temperatur Data temperatur pada tanah gambut didapatkan dari pengukuran dengan menggunakan thermometer raksa. Dari pengukuran diperoleh data suhu pada sampel 1 sebesar 25 o C, pada sampel 2 sebesar 24,8 o C, pada sampel 3 sebesar 25,6 o C dan pada sampel komposit sebesar 24,4 o C. Untuk data suhu lingkungan sekitar lokasi pengambilan sampel digunakan data dari Badan Meteorologi

2 Klimatologi dan Geofisika (BMKG) kota Samarinda tahun Data BMKG menunjukkan temperatur lokasi pengambilan sampel pada bulan Maret 2011 berkisar antara o C ph tanah ph tanah yang diukur adalah ph lokasi sampel 1, lokasi sampel 2 dan lokasi sampel 3.Pengukuran ph dilakukan dengan menggunakan soil tester. Dari pengukuran didapatkan ph pada lokasi sampel 1 sebesar 6, pada lokasi sampel 2 sebesar 5,5, pada lokasi sampel 3 sebesar 5. Data ph ini sesuai dengan apa yang dipaparkan oleh Agus dan Subiksa (2005) bahwa lahan gambut umumnya mempunyai tingkat kemasaman yang relatif tinggi dengan kisaran ph Isolasi Bakteri Penambat Nitrogen Dalam isolasi bakteri dari ketiga lokasi sampling menggunakan media NFB semi-solid diperoleh bakteri penambat nitrogen. Dari tahap isolasi tersebut diperoleh bakteri penambat nitrogen yang ditunjukkan dengan adanya perubahan warna pada media NFB semi-solid, dari warna krem menjadi warna biru. Proses perubahan terlihat setelah satu minggu dari masa awal isolasi, ditandai dengan terbentuknya pelikel berupa selaput atau cincin putih pada media NFB semi-solid kemudian setelah itu terjadi perubahan warna pada media dari yang semula berwarna krem menjadi warna biru. Perubahan warna media dapat dilihat pada gambar 1.

3 Gambar 1 Visualisasi perubahan warna media NFB semi-solid hasil isolasi bakteri penambat nitrogen dari tanah gambut 4.3 Identifikasi Bakteri Penambat Nitrogen Dari isolasi sampel tanah gambut pada media NFB semi-solid yang menunjukkan hasil positif kemudian dilakukan inokulasi ke media NFB agar. Koloni bakteri yang memiliki karakter dengan tingkat kesamaan yang tinggi dikelompokkan menjadi satu kelompok. istik koloni bakteri yang tumbuh pada media NFB agar, diperoleh karakteristik makroskopis dan mikroskopisnya yang secara detail dapat dilihat pada tabel 6.

4 Tabel 4.2 mikroskopis dan makroskopis isolat bakteri penambat nitrogen yang diisolasi dari tanah gambut Mikroskopis Makroskopis Kode isolat Bentuk Hasil pewarnaan Gram Warna koloni Bentuk Elevasi Permukaa n Tepi Ukura n istik optik N1.1 Basil - Putih Bulat Cembung Halus mengkilap Berupa titik Buram N2.1 N3.1 Basil Basil - - Putih Putih kekuninga n Bulat Bulat Cembung Halus mengkilap Halus mengkilap Berupa titik Kecil Buram Buram Keterangan: Nx.y N menyatakan isolat bakteri pelarut fosfat x menyatakan lokasi sampel y menyatakan nomor koloni

5 Isolat N1.1 merupakan koloni yang diperoleh dari lokasi sampel satu memiliki karakter makroskopis berupa warna koloni putih, bentuk bulat, elevasi cembung, permukaan halus mengkilap, tepi rata, ukuran berupa titik dan karakteristik optik buram. mikroskopis yang dimiliki oleh isolat ini berupa bentuk sel batang sedangkan hasil pewarnaan Gram menunjukkan Gram negatif. Isolat N2.1 merupakan koloni yang diperoleh dari lokasi sampel dua memiliki karakter makroskopis berupa warna koloni putih, bentuk bulat, elevasi cembung, permukaan halus mengkilap, tepi rata, ukuran berupa titik dan karakteristik optik buram. mikroskopis yang dimiliki oleh isolat ini berupa bentuk sel batang sedangkan hasil pewarnaan Gram menunjukkan Gram negatif. Isolat N3.1 merupakan koloni yang diperoleh dari lokasi sampel tiga memiliki karakter makroskopis berupa warna koloni putih kekuningan, bentuk bulat, elevasi datar, permukaan halus mengkilap, tepi rata, ukuran kecil dan karakteristik optik buram. mikrokopis yang dimiliki oleh isolat ini berupa bentuk sel batang dan sedangkan hasil pewarnaan Gram menunjukkan Gram negatif. 4.4 Uji Fisiologi Bakteri Penambat Nitrogen Isolat bakteri penambat nitrogen yang telah dimurnikan kemudian diuji kemampuan fisiologi biokimianya dengan menggunakan kit MICROBACT GNB 12A/E dan 12 B. Dalam penelitian ini isolat yang diuji adalah isolat N1.1, hal ini didasarkan pada adanya kesamaan karakter makroskopis dan mikroskopis isolat bakteri penambat nitrogen yang telah diisolasi sehingga diperoleh hasil yang dapat dilihat pada tabel 4.3.

6 Tabel 4.3 Hasil uji fisiologis isolat N1.1 menggunakan kit MICROBACT GNB 12A/E dan 12 B Kit MICROBACT Kit MICROBACT Hasil Uji GNB 12A/E GNB 12B Hasil Uji Lysine + Gelatin - Ornithine + Malonate + H 2 S - Inositol + Glucose + Sorbitol + Manitol + Rhamnose + Xylose + Sucrose + ONPG - Lactose + Indole + Arabinose + Urease + Adonitol + V-P + Raffinose + Citrate + Salicin + TDA + Arganine + Pada uji fisiologi biokimia menggunakan kit MICROBACT GNB 12A/E dan 12 B, isolat N1.1 dapat memecah gugus asam amino Lysine, Ornithine, dan Arginine; dapat memfermentasi Glukosa, Manitol, Xylose, Malonate, Inositol, Sorbitol, Rhamnose, Sucrose, Arabinose, Adonitol, Rafinose, Salicin dan Lactose; dapat menghidrolisis Urease namun tidak menghidrolisis ONPG dan Gelatin; tidak menghidrolisis asam amino sistein pada uji H 2 S; terbentuk Indole; terbentuk acetoin pada uji Voges-Proskauer; menghasilkan enzim citrase pada uji Citrate; mendeaminasi Tryptophan pada uji TDA. 4.5 Isolasi Bakteri Pelarut Fosfat Dalam isolasi bakteri dari ketiga lokasi sampling menggunakan media pikovskaya diperoleh bakteri pelarut fosfat. Pada media pikovskaya terlihat koloni bakteri pelarut fosfat yang ditandai dengan terbentuknya zona halo, hal ini menunjukkan bahwa koloni bakteri yang tumbuh pada media pikovskaya dapat

7 melarutkan fosfat berupa trikalium fosfat yang terdapat dalam media tersebut. Zona halo mulai terlihat jelas pada inkubasi hari ketiga dari masa awal isolasi. Kenampakan zona halo pada media pikovskaya dapat dilihat pada gambar 2. Zona halo Gambar 2 Visualisasi zona halo pada media pikovskaya 4.6 Identifikasi Bakteri Pelarut Fosfat Dari hasil isolasi bakteri pelarut fosfat dengan media pikovskaya yang menunjukkan hasil positif, dilakukan karakterisasi makroskopis pada media pikovskaya serta mikroskopis berupa bentuk sel dan pewarnaan Gram menggunakan mikroskop cahaya. Koloni bakteri yang memiliki karakter dengan tingkat kesamaan yang tinggi dikelompokkan menjadi satu kelompok. istik koloni bakteri yang tumbuh pada media pikovskaya kemudian diuraikan secara detail pada tabel 4.4.

8 Tabel 4.4 mikroskopis dan makroskopis isolat bakteri pelarut fosfat yang diisolasi dari tanah gambut Mikroskopis Makroskopis Kode isolat F1.5, F1.6, F1.16, F1.25 F1.4, F1.10, F1.13, F1.14, F1.18, F1.19, F1.20, F1.22, F1.1, F1.2, F1.3, F1.7, F1.8, F1.9, F1.11, F1.12, F1.15, F1.17, Bentuk Basil tipe 1 Basil tipe 2 Basil tipe 3 Hasil pewarnaan Gram Warna koloni Putih susu Putih Transpara n Bentuk Bulat Bulat Bulat Elevasi Meningka t Cembung Cembung Permukaa n Halus mengkilap Halus mengkilap Halus mengkilap Tepi Ukura n Sedang Kecil Kecil Keterangan: Fx.y F menyatakan isolat bakteri pelarut fosfat x menyatakan lokasi sampel y menyatakan nomor koloni istik optik Buram Buram Transparan

9 Hasil identifikasi menunjukkan adanya persamaan karakter makroskopis dan mikroskopis pada isolat bakteri pelarut fosfat sehingga dalam penelitian ini dikelompokkan tiga kelompok isolat yang memiliki kesamaan karakter. Isolat F1.1, F1.2, F1.3, F1.7, F1.8, F1.9, F1.11, F1.12, F1.15, F1.17, F1.21, F1.23, F2.1, F2.3 memiliki karakter makroskopis berupa warna koloni transparan, bentuk bulat, elevasi cembung, permukaan halus mengkilap, tepi rata, ukuran kecil dan karakteristik optik transparan. mikrokopis yang dimiliki oleh isolat ini berupa bentuk sel batang sedangkan hasil pewarnaan Gram menunjukkan Gram negatif. Isolat F1.4, F1.10, F1.13, F1.14, F1.18, F1.19, F1.20, F1.22, F1.24, F1.26, F2.2, F2.4, F2.5 memiliki karakter makroskopis berupa warna koloni putih susu, bentuk bulat, elevasi meningkat, permukaan halus mengkilap, tepi rata, ukuran sedang dan karakteristik optik buram. mikrokopis yang dimiliki oleh isolat ini berupa bentuk sel batang sedangkan hasil pewarnaan Gram menunjukkan Gram positif. Isolat F1.5, F1.6, F1.16, F1.25 memiliki karakter makroskopis berupa putih susu, bentuk bulat, elevasi meningkat, permukaan kasar, tepi rata, ukuran sedang dan karakteristik optik buram. mikroskopis yang dimiliki oleh kelompok isolat ini berupa bentuk sel batang sedangkan hasil pewarnaan Gram menunjukkan Gram positif.

10 4.7 Uji Fisiologi Bakteri Pelarut Fosfat Isolat bakteri pelarut fosfat yang telah dimurnikan kemudian diuji kemampuan fisiologi biokimianya dengan menggunakan kit MICROBACT GNB 12A/E dan 12 B. Dalam penelitian ini isolat yang diuji adalah isolat F1.1 dan F4.1, hal ini didasarkan pada adanya kesamaan karakter makroskopis dan mikroskopis isolat bakteri pelarut fosfat yang telah diisolasi sehingga diperoleh hasil yang dapat dilihat pada tabel 4.5 dan 4.6. Tabel 4.5 Hasil uji fisiologis isolat F1.1 menggunakan kit MICROBACT GNB 12A/E dan 12 B Kit MICROBACT GNB 12A/E Hasil Uji Kit MICROBACT GNB 12B Hasil Uji Lysine + Gelatin - Ornithine + Malonate + H 2 S - Inositol + Glucose + Sorbitol + Manitol + Rhamnose + Xylose + Sucrose + ONPG - Lactose - Indole + Arabinose + Urease - Adonitol + V-P - Raffinose + Citrate + Salicin + TDA - Arginine +

11 Pada uji fisiologi biokimia isolat F1.1 dapat memecah gugus asam amino Lysine, Ornithine, dan Arginine; dapat memfermentasi Glucose, Manitol, Xylose, Malonate, Inositol, Sorbitol, Rhamnose, Sucrose, Arabinose, Adonitol, Rafinose dan Salicin namun tidak memfermentasi Lactose; tidak menghidrolisis ONPG, Gelatin dan Urease; tidak menghidrolisis asam amino sistein pada uji H 2 S; terbentuk Indole; terbentuk acetoin pada uji Voges-Proskauer; menghasilkan enzim citrase pada uji Citrate; tidak mendeaminasi Tryptophan pada uji TDA. Tabel 4.6 Hasil uji fisiologis isolat F1.4 menggunakan kit MICROBACT GNB 12A/E dan 12 B Kit MICROBACT GNB 12A/E Hasil Uji Kit MICROBACT GNB 12B Hasil Uji Lysine + Gelatin + Ornithine + Malonate - H 2 S - Inositol - Glucose - Sorbitol - Manitol - Rhamnose - Xylose - Sucrose - ONPG - Lactose + Indole - Arabinose - Urease + Adonitol - V-P - Raffinose - Citrate - Salicin - TDA + Arginine +

12 Pada uji fisiologi biokimia isolat F1.4 dapat memecah gugus asam amino Lysine, Ornithine, dan Arginine; tidak dapat memfermentasi Glukosa, Manitol, Xylose, Malonate, Inositol, Sorbitol, Rhamnose, Sucrose, Arabinose, Adonitol, Rafinose, Salicin dan Lactose; dapat menghidrolisis Gelatin dan Urease namun tidak menghidrolisis ONPG; tidak menghidrolisis asam amino sistein pada uji H 2 S; tidak terbentuk Indole; tidak terbentuk acetoin pada uji Voges-Proskauer; tidak menghasilkan enzim citrase pada uji Citrate; mendeaminasi Tryptophan pada uji TDA. 4.8 Hasil Identifikasi Bakteri Penambat Nitrogen Identifikasi yang dilakukan menunjukkan bahwa isolat N1.1 memiliki karakter makroskopis berupa warna koloni putih, bentuk bulat, elevasi cembung, permukaan halus mengkilap, tepi rata, ukuran berupa titik dan karakteristik optik buram. mikroskopis yang dimiliki oleh isolat N1.1 berupa bentuk sel batang sedangkan hasil pewarnaan Gram menunjukkan Gram negatif. Dalam uji fisiologi, isolat N1.1 dapat memecah gugus asam amino Lysine, Ornithine, dan Arginine; dapat memfermentasi Glukosa, Manitol, Xylose, Malonate, Inositol, Sorbitol, Rhamnose, Sucrose, Arabinose, Adonitol, Rafinose, Salicin dan Lactose; dapat menghidrolisis Urease namun tidak menghidrolisis ONPG dan Gelatin; tidak menghidrolisis asam amino sistein; terbentuk Indole; terbentuk acetoin pada uji Voges-Proskauer; menghasilkan enzim citrase pada uji Citrate; mendeaminasi Tryptophan pada uji TDA. Dari hasil identifikasi makroskopis dan mikroskopis serta biokimia, karakter yang dimiliki oleh isolat N1.1 kemudian dibandingkan dengan karakter genus bakteri

13 penambat nitrogen non simbiotik yang terbukti terdapat pada tanah gambut yaitu Azotobacter, Azospirillum dan Azomonas (Widawati, dkk., 2010). Perbandingan dilakukan untuk mengetahui genus dari isolat N1.1 dengan cara mendata banyaknya persamaan karakter antara isolat N1.1 dengan karakter genus bakteri penambat nitrogen yang terdapat pada tanah gambut. Perbandingan karakter antara genus Azotobacter, Azospirillum dan Azomonas dengan isolat N1.1 dapat dilihat pada tabel 4.7. Tabel 4.7 Perbandingan karakter genus Azotobacter, Azospirillum dan Azomonas dengan isolat N1.1 Jenis genus Azotobacter genus Azospirillum genus Azomonas isolat N1.1 Hasil pewarnaan Gram Bentuk sel Batang-kokoid Spiral Batang-kokoid Batang Warna koloni Putih-cokelat Merah muda Merah muda Putih Tepi koloni Elevasi Cembung Datar Cembung Cembung Menambat nitrogen (NFB semi solid) Uji Voges-Proskauer D - D + Membentuk Indole D - D + Hidrolisis Urease + D + + ph pertumbuhan 4,8-8,5 (kisaran) Habitat asal Tanah dan air Tanah 7 4,5-9,0 (kisaran) Daerah perairan 6 Tanah gambut

14 istik optik Buram Buram Buram Buram Mikroaerofilik Fermentasi Lactose + D + + Hidrolisis Gelatin - D - - Sumber: Breed, et al. (1957); Holt, et al. (2000); Wedhastri (2002); Isminami, dkk. (2007); Becking (2006); Joseph, et al. (2007); Sandeep, et al. (2011) Keterangan: - : 90% dari strain yang ada bersifat negatif + : 90% dari strain yang ada bersifat positif D : terdapat reaksi berbeda pada spesies Perbandingan karakter yang ada pada isolat N1.1 dengan karakter yang dimiliki oleh genus Azotobacter, Azospirillum dan Azomonas pada tabel tersebut menunjukkan bahwa dari 15 karakter, isolat N1.1 memiliki kesamaan sebanyak 13 karakter terhadap karakter genus Azotobacter, 6 karakter terhadap karakter genus Azospirillum dan 11 karakter terhadap karakter genus Azomonas. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa semakin besar kesamaan karakter antara isolat N1.1 dengan karakter suatu genus maka semakin tinggi tingkat kemiripannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa isolat N1.1 diduga merupakan genus Azotobacter karena memiliki kemiripan yang tinggi dengan karakter genus Azotobacter. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wedhastari (2002) dan Isminarni, dkk. (2007), genus Azotobacter memiliki karakteristik koloni dengan bentuk bulat, cembung, permukaan halus, karakteristik agak buram, dengan kondisi koloni basah, warna putih, bening sampai keruh dan coklat. Holt, et al. (2000) menambahkan, genus Azotobacter memiliki sel berbentuk batang sampai kokoid, kemunculan sel terpisah satu dengan yang lain, berpasangan, atau berumpun tak beraturan dan

15 terkadang membentuk rantai. Menurut Alexander (1977), Azotobacter merupakan bakteri yang menggunakan beberapa komponen nitrogenus seperti nitrogen, ammonium, nitrat, nitrit, urea dan terkadang bahan organik nitrogen yang berisi molekul. Becking (2006) menjelaskan bahwa Azotobacter merupakan bakteri yang umum ditemukan pada tanah termasuk di lingkungan sekitar perakaran (rizosfer). Dalam kondisi tanah dengan keadaan masam dengan rentang ph 4,8-8,5 genus Azotobacter pun dapat tumbuh dan melakukan fiksasi nitrogen seperti yang dijelaskan oleh Holt, et al. (2000) dan hal ini menjelaskan keberadaan genus Azotobacter pada tanah gambut yang memiliki nilai ph rendah. Azotobacter dikenal sebagai spesies rizobakteri yang berperan sebagai agen biologis pemfiksasi dinitrogen, diazotrof, yang mengubah dinitrogen menjadi amonium melalui reduksi elektron dan protonasi gas dinitrogen (Hindersah dan Simarmata, 2004 dalam Isminarni, dkk., 2007). Molekul nitrogen udara diubah menjadi nitrogen sel secara bebas. Nitrogen yang terikat pada struktur tubuhnya dilepas dalam bentuk organik sebagai sekresi atau setelah mikroorganisme itu mati (Andayaningsih, 2000 dalam Isminarni, 2007). Menurut Subba Rao (1982) dalam Wedhastri (2002), jumlah nitrogen yang mampu ditambat bervariasi ± 2-15 mg nitrogen/gram sumber karbon yang digunakan, meskipun hasil yang lebih tinggi seringkali dilaporkan.

16 4.9 Hasil Identifikasi Bakteri Pelarut Fosfat Identifikasi yang dilakukan menunjukkan bahwa isolat F1.1 memiliki karakter makroskopis berupa warna koloni transparan, bentuk bulat, elevasi cembung, permukaan halus mengkilap, tepi rata, ukuran kecil dan karakteristik optik transparan. mikrokopis yang dimiliki oleh isolat F1.1 berupa bentuk sel batang sedangkan hasil pewarnaan Gram menunjukkan Gram negatif. Dalam uji fisiologi, isolat F1.1 dapat memecah gugus asam amino Lysine, Ornithine, dan Arginine; dapat memfermentasi Glucose, Manitol, Xylose, Malonate, Inositol, Sorbitol, Rhamnose, Sucrose, Arabinose, Adonitol, Rafinose dan Salicin; membentuk Indole; membentuk acetoin pada uji Voges-Proskauer; menghasilkan enzim citrase pada uji Citrate. Dari hasil identifikasi makroskopis dan mikroskopis serta biokimia, karakter yang dimiliki oleh isolat F1.1 kemudian dibandingkan dengan karakter genus bakteri bakteri pelarut fosfat yang terbukti terdapat pada tanah gambut yaitu Bacillus, Pseudomonas dan Micrococcus (Widawati, dkk., 2010; Sitepu, dkk., 2009). Perbandingan dilakukan untuk mengetahui genus dari isolat F1.1 dengan cara mendata banyaknya persamaan karakter antara isolat F1.1 dengan karakter genus bakteri pelarut fosfat yang terdapat pada tanah gambut. Perbandingan karakter antara genus Pseudomonas, Bacillus dan Micrococcus dengan isolat F1.1 dapat dilihat pada tabel 4.8. Tabel 4.8 Perbandingan karakter antara genus Pseudomonas, Bacillus dan Micrococcus dengan isolat F1.1 Jenis genus genus genus isolat F1.1

17 Pseudomonas Bacillus Micrococcus Hasil pewarnaan Gram Bentuk sel Warna koloni Transparan Putih Tepi koloni Elevasi Melarutkan fosfat (media pikovskaya) Cembung Batang Bundar Batang cokelat berombak Meningkatcembung Batangkokoid Kuning- Cembung Transparan Cembung Uji Voges-Proskauer - D D - Membentuk Indole D Hidrolisis Urease ph pertumbuhan 4-8 (kisaran) 5-10 (kisaran) Habitat asal Tanah dan air Tanah 7 6 Kulit makhluk hidup, tanah Tanah gambut istik optik Transparan Buram Translucent Transparan Mikroaerofilik Fermentasi Lactose Hidrolisis Gelatin Sumber: Breed, et al. (1957); Holt, et al. (2000); Moore, et al. (2006); Joseph, et al. (2007) Keterangan: - : 90% dari strain yang ada bersifat negatif + : 90% dari strain yang ada bersifat positif D : terdapat reaksi berbeda pada spesies

18 Perbandingan karakter yang ada pada isolat F1.1 dengan karakter yang dimiliki oleh genus Pseudomonas, Bacillus dan Micrococcus pada tabel tersebut menunjukkan bahwa dari 15 karakter, isolat F1.1 memiliki kesamaan sebanyak 14 karakter terhadap karakter genus Pseudomonas, 7 karakter terhadap karakter genus Bacillus dan 4 karakter terhadap karakter genus Micrococcus. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa semakin besar kesamaan karakter antara isolat F1.1 dengan karakter suatu genus maka semakin tinggi tingkat kemiripannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa isolat F1.1 diduga merupakan genus Pseudomonas karena memiliki kemiripan yang tinggi dengan karakter genus Pseudomonas. Menurut Holt, et al. (2000) Pseudomonas memiliki karakter bentuk sel batang lonjong, dimensi 0,5-1,0 µm x 1,5-3 µm, motil karena memiliki satu atau lebih flagel polar, Gram negatif, memiliki ciri metabolik khusus yaitu beberapa spesies dapat menambat nitrogen dari udara. Sherris, et al. (1959) dalam Moore (2006) menambahkan, Pseudomonas memecah asam amino Arginine melalui proses dehidrolase untuk kemudian dirubah menjadi Ornithine dan ATP yang nantinya akan digunakan sebagai akselerator gerak dalam kondisi anaerob. Genus Pseudomonas merupakan organisme yang dapat ditemukan dimana-mana dikarenakan keperluan nutrisi yang sederhana, pemanfaatan berbagai senyawa karbon yang dipakai serta kemampuan metabolik dan genetik yang dimiliki. Habitat dari Pseudomonas sangatlah beragam, mulai dari lingkungan tanah dan perairan sampai jaringan tanaman dan hewan. Pada dasarnya, habitat dengan kisaran temperatur 4-4,2 o C, ph antara 4 dan 8, dan terdapat senyawa organik yang sederhana maupun kompleks merupakan habitat potensial untuk Pseudomonas (Moore, et al., 2006).

19 Dijelaskan oleh Atlas dan Bartha (1981) bahwa populasi Pseudomonas, Flavobacterium dan Alcaligenes seringkali berlimpah di dalam rizosfer dibandingkan tempat lain di tanah. Identifikasi yang dilakukan pada isolat F1.4 menunjukkan isolat F1.4 memiliki karakter makroskopis berupa berupa warna koloni putih susu, bentuk bulat, elevasi meningkat, permukaan halus mengkilap, tepi rata, ukuran sedang dan karakteristik optik buram. mikrokopis yang dimiliki oleh isolat F1.4 berupa bentuk sel batang sedangkan hasil pewarnaan Gram menunjukkan Gram positif. Dalam uji fisiologi, isolat F1.4 dapat memecah gugus asam amino Lysine, Ornithine, dan Arginine; tidak dapat memfermentasi Glukosa, Manitol, Xylose, Malonate, Inositol, Sorbitol, Rhamnose, Sucrose, Arabinose, Adonitol, Rafinose, Salicin dan Lactose; dapat menghidrolisis Gelatin dan Urease namun tidak menghidrolisis ONPG; tidak menghidrolisis asam amino sistein pada uji H 2 S; tidak terbentuk Indole; tidak terbentuk acetoin pada uji Voges-Proskauer; tidak menghasilkan enzim citrase pada uji Citrate; mendeaminasi Tryptophan pada uji TDA. Dari hasil identifikasi makroskopis dan mikroskopis serta biokimia, karakter yang dimiliki oleh isolat F1.4 kemudian dibandingkan dengan karakter genus bakteri bakteri pelarut fosfat yang terbukti terdapat pada tanah gambut yaitu Bacillus, Pseudomonas dan Micrococcus (Widawati, dkk., 2010; Sitepu, dkk., 2009). Perbandingan dilakukan untuk mengetahui genus dari isolat F1.4 dengan cara mendata banyaknya persamaan karakter antara isolat F1.4 dengan karakter genus bakteri pelarut fosfat yang terdapat pada tanah gambut. Perbandingan karakter antara genus Pseudomonas, Bacillus dan Micrococcus dengan isolat F1.4 dapat dilihat pada tabel 4.9.

20 Tabel 4.9 Perbandingan karakter antara genus Pseudomonas, Bacillus dan Micrococcus dengan isolat F1.4 Jenis genus Pseudomonas genus Bacillus genus Micrococcus isolat F1.4 Hasil pewarnaan Gram Bentuk sel Batang-kokoid Batang Bundar Batang Warna koloni Transparan Putih Tepi koloni Elevasi Melarutkan fosfat (media pikovskaya) Cembung cokelat berombak Meningkatcembung Kuning- Cembung Putih susu Cembung Uji Voges-Proskauer - D D - Membentuk Indole D Hidrolisis Urease ph pertumbuhan 4-8 (kisaran) 5-10 (kisaran) Habitat asal Tanah dan air Tanah 7 6 Kulit makhluk hidup, tanah Tanah gambut istik optik Transparan Buram Translucent Buram Aerob/Anaerob fakultatif Fermentasi Lactose Hidrolisis Gelatin Sumber: Breed, et al. (1957); Holt, et al. (2000); Slepecky dan Hemphill (2006); Joseph, et al. (2007); Bergey dan Boone (2009)

21 Keterangan: - : 90% dari strain yang ada bersifat negatif + : 90% dari strain yang ada bersifat positif D : terdapat reaksi berbeda pada spesies Perbandingan karakter yang ada pada isolat F1.4 dengan karakter yang dimiliki oleh genus Pseudomonas, Bacillus dan Micrococcus pada tabel diatas menunjukkan bahwa dari 15 karakter, isolat F1.4 memiliki kesamaan sebanyak 8 karakter terhadap karakter genus Pseudomonas, 13 karakter terhadap karakter genus Bacillus dan 8 karakter terhadap karakter genus Micrococcus. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa semakin besar kesamaan karakter antara isolat F1.4 dengan karakter suatu genus maka semakin tinggi tingkat kemiripannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa isolat F1.4 diduga merupakan genus Bacillus karena memiliki kemiripan yang tinggi dengan karakter genus Bacillus. Menurut Bergey dan Boone (2009), genus Bacillus memiliki karakteristik koloni yang beragam yakni dapat berukuran sedang sampai besar dan bervariasi dalam bentuk koloni dari bulat sampai tidak teratur, dengan tepi rata sampai berombak, warna koloni umumnya berkisar antara krem abu-abu sampai putih, tapi sesekali beberapa strain dapat menghasilkan pigmen, elevasi berkisar antara meningkat sampai cembung. Bacillus merupakan bakteri yang memiliki ketahanan yang tinggi terhadap kondisi merugikan. Genus ini memiliki diversitas yang luas terutama dalam hal kemampuan adaptasi fisiologi, sehingga genus ini dapat ditemukan pada kondisi psychrophilic sampai thermopilic dan acidophilic sampai alkaliphilic, bahkan

22 beberapa spesies ada tahan terhadap kondisi salinitas tinggi dan toleran terhadap kondisi halophilic (Bergey dan Boone, 2009; Holt, et al., 2000). Menurut Slepecky dan Hemphill (2006) genus Bacillus sebagian besar terdapat pada tanah. Beberapa spesies bahkan ditemukan mendominasi daerah rizosfer (Pandey dan Palani, 1994 dalam Bergey dan Boone, 2009). Mikroorganisme pelarut fosfat yang meliputi bakteri, fungi dan aktinomisetes membantu merubah senyawa fosfat inorganik yang tak terlarut menjadi bentuk senyawa fosfat yang lebih sederhana dan dapat larut (Tilak, et al., 2010). Mikroorganisme ini hidup terutama di sekitar perakaran tanaman, yaitu di daerah permukaan tanah sampai kedalaman 25 cm dari permukaan tanah. Keberadaan mikroorganisme ini berkaitan dengan banyaknya jumlah bahan organik yang secara langsung mempengaruhi jumlah dan aktivitas hidupnya.akar tanaman mempengaruhi kehidupan mikroorganisme dan secara fisiologis mikroorganisme yang berada dekat dengan daerah perakaran akan lebih aktif daripada yang hidup jauh dari daerah perakaran (Suriadikarta dan Simanungkalit, 2006). Sen dan Paul (1957) dalam Suriadikarta dan Simanungkalit, (2006) menyimpulkan bahwa bakteri pelarut fosfat yang diisolasi dari rizosfer tanah hidup pada kisaran ph 4-10,6 dan golongan mikroorganisme aerob pembentuk spora merupakan golongan bakteri pelarut fosfat yang dominan pada rizosfer (Taha, et al., 1969). Kelompok Pseudomonas, Micrococcus, Bacillus, Flavobacterium, Penicillium, Fusarium, Sclerotium dan Aspergillus adalah beberapa mikroorganisme pelarut fosfat (Tilak, et al., 2010).

23 Aktivitas mikroorganisme pelarut fosfat sangat tergantung pada ph tanah (Soepardi, 1983 dalam Ginting, 2008). Kecepatan mineralisasi juga meningkat dengan nilai ph yang sesuai bagi metabolisme mikroorganisme dan pelepasan fosfat akan meningkat dengan meningkatnya nilai ph dari asam ke netral. Selain itu kecepatan mineralisasi ternyata berkolerasi langsung dengan jumlah substrat. Tanahtanah yang kaya fosfat organik merupakan tanah yang paling aktif bagi berlangsungnya proses mineralisasi (Alexander, 1977). Bakteri pelarut fosfat diketahui mereduksi ph substrat dengan mensekresi sejumlah asam organik seperti asam-asam format, asetat, propionat, laktonat, glikolat, fumarat dan suksinat. Beberapa dari asam-asam ini (asam hidroksi) mungkin membentuk khelat dengan kation-kation seperti Ca dan Fe, dan khelasi semacam ini berakibat pelarutan fosfat yang efektif (Rao, 1994) sehingga fosfat yang terlarut dapat diserap oleh organisme pada tanah termasuk tanaman.

Lampiran 1. Ringkasan RINGKASAN

Lampiran 1. Ringkasan RINGKASAN Lampiran 1. Ringkasan RINGKASAN ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keberadaan bakteri penambat nitrogen dan bakteri pelarut fosfat pada sampel tanah gambut di provinsi Kalimantan Timur.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Isolasi bakteri pelarut fosfat Dalam penelitian ini, isolasi bakteri pelarut fosfat menggunakan media Pikovskaya. Media Pikovskaya adalah media selektif untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi Bakteri Selulolitik dari Tanah Mangrove

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi Bakteri Selulolitik dari Tanah Mangrove BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi Bakteri Selulolitik dari Tanah Mangrove Bakteri selulolitik diisolasi dari tanah rhizosfer yang merupakan lapisan tanah tempat perakaran tanaman yang sangat kaya

Lebih terperinci

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Isolasi dan identifikasi bakteri penambat nitrogen nonsimbiotik

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Isolasi dan identifikasi bakteri penambat nitrogen nonsimbiotik Tahap I BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Isolasi dan identifikasi bakteri penambat nitrogen nonsimbiotik Hasil pengukuran sampel tanah yang digunakan pada percobaan 1 meliputi ph tanah, kadar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan pengambilan sampel tanah dilakukan di kecamatan Samarinda

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan pengambilan sampel tanah dilakukan di kecamatan Samarinda BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pelaksanaan pengambilan sampel tanah dilakukan di kecamatan Samarinda Utara provinsi Kalimantan Timur. Sampling dilaksanakan pada bulan Maret 2011,

Lebih terperinci

A. Tabel nilai diameter zona halo isolat bakteri dengan logam Pb, Zn, dan Hg

A. Tabel nilai diameter zona halo isolat bakteri dengan logam Pb, Zn, dan Hg Lampiran 1 Tabel-tabel hasil uji kemampuan isolat bakteri A. Tabel nilai diameter zona halo isolat bakteri dengan logam Pb, Zn, dan Hg Logam Pb Kode isolat Pb (1ppm) Sd Rerata 1 0A2E1 0 0 0 0 0 2 0A1E

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian eksplorasi keberadaan mikroba pelarut fosfat dilaksanakan di ekowisata Mangrove kelurahan Wonorejo, kecamatan Rungkut, kota Surabaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2010 Juli 2011. Untuk pengambilan sampel tanah dilakukan di kawasan mangrove Wonorejo Surabaya.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Populasi Bakteri Penambat N 2 Populasi Azotobacter pada perakaran tebu transgenik IPB 1 menunjukkan jumlah populasi tertinggi pada perakaran IPB1-51 sebesar 87,8 x 10 4 CFU/gram

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga Lampiran 1 RINGKASAN EKSPLORASI BAKTERI SELULOLITIK DARI TANAH MANGROVE WONOREJO SURABAYA Pramita Putri Reanida, Drs. Agus Supriyanto, M. Kes dan Drs. Salamun, M. Kes. Prodi S-1 Biologi, Departemen Biologi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya sebagai tempat pengambilan sampel limbah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kondisi Umum Lahan Hutan Tanaman Industri (HTI) faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan dapat

TINJAUAN PUSTAKA. Kondisi Umum Lahan Hutan Tanaman Industri (HTI) faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan dapat TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Lahan Hutan Tanaman Industri (HTI) Pembangunan hutan tanaman industri memerlukan tanah yang subur agar hasil tanaman dapat optimum. Produktivitas suatu ekosistem dapat dipertahankan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk buatan adalah bahan tertentu buatan manusia baik dari bahan alami

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk buatan adalah bahan tertentu buatan manusia baik dari bahan alami II. TINJAUAN PUSTAKA Pupuk buatan adalah bahan tertentu buatan manusia baik dari bahan alami (organik) maupun kimia (anorganik) yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman. Menurut

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. yang dimiliki sangat melimpah. Sumber daya alam tersebut meliputi

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. yang dimiliki sangat melimpah. Sumber daya alam tersebut meliputi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Indonesia merupakan negara megabiodiversitas, karena sumber daya alam yang dimiliki sangat melimpah. Sumber daya alam tersebut meliputi keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi Bakteri Endofit dari Akar Tanaman Kentang (Solanum tuberosum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi Bakteri Endofit dari Akar Tanaman Kentang (Solanum tuberosum 42 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi Bakteri Endofit dari Akar Tanaman Kentang (Solanum tuberosum Linn. Cv. Granola). Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan pada bulan Juli sampai September

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian dan Analisis Data Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian deskriptif. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fosfat merupakan salah satu unsur makro esensial bagi kehidupan tumbuhan dan biota tanah (Raharjo dkk., 2007). Kesuburan tanah, ketersediaan unsur hara esensial seperti

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan-perubahan yaitu pada sifat fisik, kimia, ataupun biologinya.

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan-perubahan yaitu pada sifat fisik, kimia, ataupun biologinya. TINJAUAN PUSTAKA Tanah Bekas Kebakaran Hutan Kebakaran hutan dan lahan dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan pada sifat tanah. Sebagai suatu sistem dinamis tanah akan selalu mengalami perubahan-perubahan

Lebih terperinci

No Media Komposisi 1 deman Rogosa Sharpe (MRS) Broth MERCK GaA, Germany

No Media Komposisi 1 deman Rogosa Sharpe (MRS) Broth MERCK GaA, Germany 75 Lampiran 1. Komposisi Media No Media Komposisi 1 deman Rogosa Sharpe (MRS) Broth MERCK GaA, Germany 52,2 g/l Peptone from casein 10,0 Meat extract 8,0 Yeast extract 4,0 D(+) Glucose 20,0 Di-pottasium

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Perubahan kondisi fisik dan kimia tanah akibat kebakaran akan berakibat

TINJAUAN PUSTAKA. Perubahan kondisi fisik dan kimia tanah akibat kebakaran akan berakibat TINJAUAN PUSTAKA Tanah Bekas Kebakaran Perubahan kondisi fisik dan kimia tanah akibat kebakaran akan berakibat terhadap organisme tanah, termasuk mikroba yang perperan sebagi dekomposisi dalam tanah. Mikroba

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi Bakteri Asam Laktat (BAL) dari Usus Halus Itik Mojosari (Anas plathyrinchos)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi Bakteri Asam Laktat (BAL) dari Usus Halus Itik Mojosari (Anas plathyrinchos) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi Bakteri Asam Laktat (BAL) dari Usus Halus Itik Mojosari (Anas plathyrinchos) Isolasi bakteri asam laktat (BAL) pada usus halus itik Mojosari dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

HASIL. Karakteristik, Morfologi dan Fisiologi Bakteri Nitrat Amonifikasi Disimilatif

HASIL. Karakteristik, Morfologi dan Fisiologi Bakteri Nitrat Amonifikasi Disimilatif HASIL Karakteristik, Morfologi dan Fisiologi Bakteri Nitrat Amonifikasi Disimilatif Hasil konfirmasi kemurnian dari keempat isolat dengan metoda cawan gores, morfologi koloninya berbentuk bulat, elevasi

Lebih terperinci

KAJIAN PARTIAL BAKTERI PENAMBAT NITROGEN NON SIMBIOTIK ASAL RHIZOSFER TANAMAN GAMAL SEBAGAI PLANT GROWTH PROMOTING

KAJIAN PARTIAL BAKTERI PENAMBAT NITROGEN NON SIMBIOTIK ASAL RHIZOSFER TANAMAN GAMAL SEBAGAI PLANT GROWTH PROMOTING KAJIAN PARTIAL BAKTERI PENAMBAT NITROGEN NON SIMBIOTIK ASAL RHIZOSFER TANAMAN GAMAL SEBAGAI PLANT GROWTH PROMOTING PADA LAHAN SISTEM TIGA STRATA PECATU N.G.K. Roni dan S.A. Lindawati Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

Identifikasi Rhizobakteri pada Semanggi (Marsilea crenata Presl.) yang Terpapar Logam Berat Timbal (Pb)

Identifikasi Rhizobakteri pada Semanggi (Marsilea crenata Presl.) yang Terpapar Logam Berat Timbal (Pb) ISSN: 2252-3979 http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/lenterabio Identifikasi Rhizobakteri pada Semanggi (Marsilea crenata Presl.) yang Terpapar Logam Berat Timbal (Pb) Syafruddin Arrizal, Fida Rachmadiarti,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi Bakteri Endofit Asal Bogor, Cipanas, dan Lembang Bakteri endofit yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari tiga tempat yang berbeda dalam satu propinsi Jawa Barat. Bogor,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Selain dilakukan uji bakteriologis dilakukan juga beberapa uji fisika dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Selain dilakukan uji bakteriologis dilakukan juga beberapa uji fisika dan ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Parameter Fisika dan Kimia Air Sumur Selain dilakukan uji bakteriologis dilakukan juga beberapa uji fisika

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pemotongan hewan Pacar Keling, Surabaya. dengan waktu pengamatan setiap 4 jam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pemotongan hewan Pacar Keling, Surabaya. dengan waktu pengamatan setiap 4 jam BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian tentang skrining dan uji aktivitas enzim protease bakteri hasil isolasi dari limbah Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Pacar Keling Surabaya menghasilkan data-data sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah mengandung fosfat (P) sebagai salah satu unsur hara makro yang

BAB I PENDAHULUAN. Tanah mengandung fosfat (P) sebagai salah satu unsur hara makro yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah mengandung fosfat (P) sebagai salah satu unsur hara makro yang dibutuhkan dalam jumlah besar oleh tanaman yang berperan penting dalam proses pertumbuhan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang terjadi hampir sepanjang tahun. Keadaan hidro-topografi berupa genangan

TINJAUAN PUSTAKA. yang terjadi hampir sepanjang tahun. Keadaan hidro-topografi berupa genangan TINJAUAN PUSTAKA Tanah Gambut Gambut dibentuk oleh lingkungan yang khas dengan suasana tergenang yang terjadi hampir sepanjang tahun. Keadaan hidro-topografi berupa genangan menciptakan kondisi anaerob

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai keriting (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting

I. PENDAHULUAN. Cabai keriting (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Cabai keriting (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting di Indonesia. Selain memiliki nilai gizi yang cukup tinggi, cabai juga memiliki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Umum Tanaman Cabai Tanaman cabai mempunyai daya adaptasi yang cukup luas. Tanaman ini dapat diusahakan di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai ketinggian 1400

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tiram (Pleurotus ostreatus) berupa jumlah tubuh buah dalam satu rumpun dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tiram (Pleurotus ostreatus) berupa jumlah tubuh buah dalam satu rumpun dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pada penelitian ini diperoleh data pertumbuhan dan produktivitas jamur tiram (Pleurotus ostreatus) berupa jumlah tubuh buah dalam satu rumpun dan berat basah jamur

Lebih terperinci

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK 1. Siklus Nitrogen Nitrogen merupakan limiting factor yang harus diperhatikan dalam suatu ekosistem perairan. Nitrgen di perairan terdapat

Lebih terperinci

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. yang besar bagi kepentingan manusia (Purnobasuki, 2005).

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. yang besar bagi kepentingan manusia (Purnobasuki, 2005). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara megabiodiversitas memiliki diversitas mikroorganisme dengan potensi yang tinggi namun belum semua potensi tersebut terungkap. Baru

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tanah sebagai media nutrisi dan media pertumbuhan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tanah sebagai media nutrisi dan media pertumbuhan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah sebagai media nutrisi dan media pertumbuhan Tanah merupakan medium dari tanaman secara normal memperoleh nutriennya. Nutrien tersebut adalah karbon (C), nitrogen (N), posfor

Lebih terperinci

Fiksasi Nitrogen tanah : proses pertukaran nitrogen udara menjadi nitrogen dalam tanah oleh mikroba tanah yang simbiotik maupun nonsimbiotik.

Fiksasi Nitrogen tanah : proses pertukaran nitrogen udara menjadi nitrogen dalam tanah oleh mikroba tanah yang simbiotik maupun nonsimbiotik. PERTEMUAN III BAKTERI FIKSASI NITROGEN Kandungan Nitrogen di udara sekitar 76,5% s.d 78%, adapun supply nitrogen ke dalam tanah sekitar 0,1 0,2%. Masuknya nitrogen dari udara ke dalam tanah melalui curah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi aplikasi enzim menyebabkan penggunaan enzim dalam industri semakin

BAB I PENDAHULUAN. teknologi aplikasi enzim menyebabkan penggunaan enzim dalam industri semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan dalam bidang teknologi fermentasi, rekayasa genetika, dan teknologi aplikasi enzim menyebabkan penggunaan enzim dalam industri semakin meningkat. Enzim

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi untuk tanaman dan

I. PENDAHULUAN. berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi untuk tanaman dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran tanaman. Secara kimiawi tanah berfungsi sebagai

Lebih terperinci

Uji Kosser Sitrat Hidrolisis Lemak Uji Oksidase dan Katalase Hidrolisis Gelatin Motilitas Hidrolisis Kasein Uji H2S Uji Indol Reduksi Nitrat

Uji Kosser Sitrat Hidrolisis Lemak Uji Oksidase dan Katalase Hidrolisis Gelatin Motilitas Hidrolisis Kasein Uji H2S Uji Indol Reduksi Nitrat 3 aseptik lalu diinkubasi selama 36 jam pada suhu 27 C. Setelah terlihat pertumbuhan bakteri, ditetesi lugol di sekitar biakan dan dibiarkan ±5 menit. Pengamatan dilakukan pada bagian berwarna biru dan

Lebih terperinci

NFR4, berarti isolat ini paling mampu beradaptasi dengan faktor lingkungan yang ada walaupun kurang responsif terhadap perubahan konsentrasi udara

NFR4, berarti isolat ini paling mampu beradaptasi dengan faktor lingkungan yang ada walaupun kurang responsif terhadap perubahan konsentrasi udara PEMBAHASAN Pangamatan morfologi sel menunjukkan bentuk sel batang, dan ada yang bulat. Sementara koloni bervariasi dari bentuk, tepian, elevasi dan warna. Hasil pewarnaan gram menunjukan bahwa ada isolat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kebutuhan unsur hara tanaman. Dibanding pupuk organik, pupuk kimia pada

I. PENDAHULUAN. kebutuhan unsur hara tanaman. Dibanding pupuk organik, pupuk kimia pada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pupuk kimia merupakan bahan kimia yang sengaja diberikan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman. Dibanding pupuk organik, pupuk kimia pada umumnya mengandung

Lebih terperinci

Komposisi (g lt -1 ) larutan Nutrient Agar (Rao, 1982) Agar Nutrient 28. Potato Dextrosa Agar (Anas, 1989) Kentang 200 Dekstrose 20 Agar 20

Komposisi (g lt -1 ) larutan Nutrient Agar (Rao, 1982) Agar Nutrient 28. Potato Dextrosa Agar (Anas, 1989) Kentang 200 Dekstrose 20 Agar 20 LAMPIRAN 44 45 Tabel Lampiran 1 Bahan dan komposisi media tumbuh mikrob yang dipergunakan pada penelitian Nama media Bahan Komposisi (g lt -1 ) larutan Nutrient Agar (Rao, 1982) Agar Nutrient 28 Potato

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selulase merupakan salah satu enzim yang dapat dihasilkan oleh beberapa kelompok hewan yang mengandung bakteri selulolitik, tumbuhan dan beberapa jenis fungi.

Lebih terperinci

Pseudomonas fluorescence Bacillus cereus Klebsiella cloacae (Enterobacter cloacae) MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian

Pseudomonas fluorescence Bacillus cereus Klebsiella cloacae (Enterobacter cloacae) MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian 6 mudah pada medium nutrien sederhana (Pelczar dan Chan 1988). Escherichia coli bersifat motil atau non-motil dengan kisaran suhu pertumbuhannya adalah 10-40 o C, dengan suhu pertumbuhan optimum adalah

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Danau Kakaban menyimpan berbagai organisme yang langka dan unik. Danau ini terbentuk dari air laut yang terperangkap oleh terumbu karang di sekelilingnya akibat adanya aktivitas

Lebih terperinci

II. METODELOGI PENELITIAN

II. METODELOGI PENELITIAN II. METODELOGI PENELITIAN 2.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian diadakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Pengambilan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam tanah. Bentuk bakteri beragam antara lain bulat (cocci), batang (bacilli),

TINJAUAN PUSTAKA. dalam tanah. Bentuk bakteri beragam antara lain bulat (cocci), batang (bacilli), TINJAUAN PUSTAKA Bakteri Tanah Bakteri merupakan organisme tanah yang paling banyak populasinya di dalam tanah. Bentuk bakteri beragam antara lain bulat (cocci), batang (bacilli), dan spiral. Bakteri juga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fosfor Fosfor merupakan unsur hara kedua yang penting bagi tanaman setelah nitrogen. Fosfor umumnya diserap tanaman sebagai ortofosfat primer (H 2 PO - 4 ) atau bentuk sekunder

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penambatan nitrogen secara hayati yang non simbiotik dilakukan oleh jasad mikro

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penambatan nitrogen secara hayati yang non simbiotik dilakukan oleh jasad mikro II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mikroba Penambat Nitrogen Penambatan nitrogen secara hayati yang non simbiotik dilakukan oleh jasad mikro yang hidup bebas. Enterobacteriaceae, Bacillus, Azotobacter, Azospirillum,

Lebih terperinci

OLEH : ARDIAN PRASETYA ( ) Dosen Pembimbing Nengah Dwianita Kuswytasari, S.Si., M.Si Kristanti Indah Purwani, S.Si., M.

OLEH : ARDIAN PRASETYA ( ) Dosen Pembimbing Nengah Dwianita Kuswytasari, S.Si., M.Si Kristanti Indah Purwani, S.Si., M. SIDANG TUGAS AKHIR TUGAS AKHIR - SB 1510 Dosen Pembimbing Nengah Dwianita Kuswytasari, S.Si., M.Si Kristanti Indah Purwani, S.Si., M.Si OLEH : ARDIAN PRASETYA (1505 100 047) LATAR BELAKANG Gracillaria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Enzim merupakan protein yang berfungsi sebagai katalisator reaksi-reaksi kimia dalam sistem biologis. Enzim memiliki daya katalitik yang tinggi dan mampu meningkatkan

Lebih terperinci

3. HASIL PENELITIAN Acar Kubis Putih (Brassica oleracea)

3. HASIL PENELITIAN Acar Kubis Putih (Brassica oleracea) 3. HASIL PENELITIAN 3.1. Acar Kubis Putih (Brassica oleracea) Bahan utama yang digunakan sebagai substrat untuk proses fermentasi acar ini adalah kubis putih yang berasal dari daerah Getasan, Kopeng (Gambar

Lebih terperinci

VIII. AKTIVITAS BAKTERI NITROGEN

VIII. AKTIVITAS BAKTERI NITROGEN VIII. AKTIVITAS BAKTERI NITROGEN TUJUAN 1. Mendemonstrasikan peran mikroba dalam proses pengubahan senyawa nitrogen organik menjadi ammonia (amonifikasi). 2. Mendemonstrasikan peran mikroba dalam biokonversi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 16 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Populasi Mikroba Indigenus dalam Bahan Pembawa Kompos dan Gambut. 4.1.1. Jumlah Populasi Mikroba pada Bahan Pembawa Sebelum proses sterilisasi, dilakukan penetapan jumlah

Lebih terperinci

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Rata-rata penyusutan kompos dari berbagai kombinasi bahan baku kompos selama 8 minggu

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Rata-rata penyusutan kompos dari berbagai kombinasi bahan baku kompos selama 8 minggu BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Penentuan Bahan Baku Pupuk Organik 5.1.1. Penyusutan Kompos Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perbedaan kombinasi sampah kota organik dan limbah pertanian berbeda nyata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecap Kedelai 1. Definisi Kecap Kedelai Kecap merupakan ekstrak dari hasil fermentasi kedelai yang dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Unsur fosfor (P) adalah unsur esensial kedua setelah nitrogen (N) yang ber peran penting dalam fotosintesis dan perkembangan akar. Pada tanah masam fosfat akan berikatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Lactobacillus plantarum 1A5 (a), 1B1 (b), 2B2 (c), dan 2C12 (d) Sumber : Firmansyah (2009)

TINJAUAN PUSTAKA. (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Lactobacillus plantarum 1A5 (a), 1B1 (b), 2B2 (c), dan 2C12 (d) Sumber : Firmansyah (2009) TINJAUAN PUSTAKA Lactobacillus plantarum Bakteri L. plantarum termasuk bakteri dalam filum Firmicutes, Ordo Lactobacillales, famili Lactobacillaceae, dan genus Lactobacillus. Lactobacillus dicirikan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pupuk Hayati (Biofertilizer) Bahan organik adalah fraksi organik yang berasal dari biomassa tanah dan biomassa dari luar tanah. Biomassa tanah adalah massa total flora dan

Lebih terperinci

Analisis Nitrit Analisis Chemical Oxygen Demand (COD) HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Identifikasi Bakteri

Analisis Nitrit Analisis Chemical Oxygen Demand (COD)  HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Identifikasi Bakteri 11 didinginkan. absorbansi diukur pada panjang gelombang 410 nm. Setelah kalibrasi sampel disaring dengan milipore dan ditambahkan 1 ml natrium arsenit. Selanjutnya 5 ml sampel dipipet ke dalam tabung

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi Sedimen Laut Teluk Jakarta Sedimen laut Teluk Jakarta berupa tanah lumpur bewarna hijau yang terdiri atas pasir 20%, debu 49%, dan liat 31% (Lampiran 4). Sedimen

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Aktivitas mikrob tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain penggunaan lahan, teknik menajemen tanah, penggunaan pupuk, pestisida dan aktivitas antropogenik lainnya. Pembakaran

Lebih terperinci

3. HASIL PENELITIAN Fermentasi Asinan Rebung

3. HASIL PENELITIAN Fermentasi Asinan Rebung 3. HASIL PENELITIAN 3.1. Fermentasi Asinan Rebung Rebung yang digunakan untuk asinan rebung ialah rebung jenis rebung kuning bambu betung (Dendrocalamus asper) dengan kualitas yang baik (Gambar 5a). Fermentasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4 Isolat-isolat yang diisolasi dari lumpur aktif.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4 Isolat-isolat yang diisolasi dari lumpur aktif. 7 diidentifikasi dilakukan pemurnian terhadap isolat potensial dan dilakukan pengamatan morfologi sel di bawah mikroskop, pewarnaan Gram dan identifikasi genus. Hasil identifikasi genus dilanjutkan dengan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENYEBAB PENYAKIT LAYU BAKTERI PADA TANAMAN TEMBAKAU DI PROBOLINGGO

KARAKTERISTIK PENYEBAB PENYAKIT LAYU BAKTERI PADA TANAMAN TEMBAKAU DI PROBOLINGGO KARAKTERISTIK PENYEBAB PENYAKIT LAYU BAKTERI PADA TANAMAN TEMBAKAU DI PROBOLINGGO Pendahuluan Tembakau merupakan salah satu komoditas perkebunan yang strategis dan memiliki nilai ekonomi cukup tinggi.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. uji, yaitu uji resistensi logam berat, uji TPC (Total Plate Count), dan uji AAS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. uji, yaitu uji resistensi logam berat, uji TPC (Total Plate Count), dan uji AAS BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini, biodegradasi logam berat dilakukan dengan beberapa uji, yaitu uji resistensi logam berat, uji TPC (Total Plate Count), dan uji AAS (Atomic Absorption Spectrofotometer).

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Reaksi Hipersensitif Bakteri Penghasil Siderofor Asal Cipanas dan Lembang Daerah perakaran tanaman tomat sehat diduga lebih banyak dikolonisasi oleh bakteri yang bermanfaat

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE III.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga Maret 2012 di kawasan konservasi lumba-lumba Pantai Cahaya, Weleri, Kendal, Jawa Tengah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemanasan Global dan Pertanian Sawah

TINJAUAN PUSTAKA Pemanasan Global dan Pertanian Sawah TINJAUAN PUSTAKA Pemanasan Global dan Pertanian Sawah Pemanasan global berkaitan dengan peningkatan gas rumah kaca (GRK) di atmosfer dan perubahan iklim. Metan (CH 4 ) dan dinitrogen oksida (N 2 O) merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. zat kimia lain seperti etanol, aseton, dan asam-asam organik sehingga. memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi (Gunam et al., 2004).

I. PENDAHULUAN. zat kimia lain seperti etanol, aseton, dan asam-asam organik sehingga. memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi (Gunam et al., 2004). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Enzim merupakan senyawa protein yang disintesis di dalam sel secara biokimiawi. Salah satu jenis enzim yang memiliki peranan penting adalah enzim selulase. Enzim selulase

Lebih terperinci

Lampiran 1 Identifikasi bakteri dari spora Gigaspora sp. Sel berbentuk. batang, Gram Positif, menghasilkan endospora

Lampiran 1 Identifikasi bakteri dari spora Gigaspora sp. Sel berbentuk. batang, Gram Positif, menghasilkan endospora Lampiran 1 Identifikasi bakteri dari spora Gigaspora sp. Karakter Isolat Makroskopis koloni Mikroskopis sel subtilis entire, umbonate, krem, opaque. Sel berbentuk batang, menghasil kan licheniformis undulate,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bakteri asam laktat (BAL) adalah kelompok bakteri yang bersifat Gram

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bakteri asam laktat (BAL) adalah kelompok bakteri yang bersifat Gram 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bakteri Asam Laktat (BAL) Bakteri asam laktat (BAL) adalah kelompok bakteri yang bersifat Gram positif, tidak berspora, berbentuk bulat atau batang serta memiliki kemampuan mengubah

Lebih terperinci

BAB VIII PROSES FOTOSINTESIS, RESPIRASI DAN FIKSASI NITROGEN OLEH TANAMAN

BAB VIII PROSES FOTOSINTESIS, RESPIRASI DAN FIKSASI NITROGEN OLEH TANAMAN BAB VIII PROSES FOTOSINTESIS, RESPIRASI DAN FIKSASI NITROGEN OLEH TANAMAN 8.1. Fotosintesis Fotosintesis atau fotosintesa merupakan proses pembuatan makanan yang terjadi pada tumbuhan hijau dengan bantuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. AKTIVITAS KUALITATIF ENZIM KITINOLITIK (INDEKS KITINOLITIK)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. AKTIVITAS KUALITATIF ENZIM KITINOLITIK (INDEKS KITINOLITIK) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. AKTIVITAS KUALITATIF ENZIM KITINOLITIK (INDEKS KITINOLITIK) Peremajaan dan purifikasi terhadap kedelapan kultur koleksi isolat bakteri dilakukan terlebih dahulu sebelum pengujian

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Bahan untuk media uji

LAMPIRAN 1 Bahan untuk media uji 58 LAMPIRAN 1 Bahan untuk media uji 1a. Media padat amilolitik (untuk 100 ml) MgSO 4 0,01 gr KH 2 PO 4 0,01 gr NaCl 0,2 gr Amilum 1,2 gr Agar powder 1,8 gr Untuk melihat zona halo setelah inkubasi diuapi

Lebih terperinci

DETEKSI KOLONI ENTEROBACTERICEAE PADA SUSU SAPI SEGAR TANPA MELALUI MEDIA SELEKTIF ENTEROBACTERIACEAE ENRICHMENT BROTH

DETEKSI KOLONI ENTEROBACTERICEAE PADA SUSU SAPI SEGAR TANPA MELALUI MEDIA SELEKTIF ENTEROBACTERIACEAE ENRICHMENT BROTH Sidang Tugas Akhir SB 091358 1 DETEKSI KOLONI ENTEROBACTERICEAE PADA SUSU SAPI SEGAR TANPA MELALUI MEDIA SELEKTIF ENTEROBACTERIACEAE ENRICHMENT BROTH Oleh : Ista Ayuh Paramita Dosen Pembimbing : ND Kuswytasari,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Probiotik Lily dan Stillwell memperkenalkan istilah probiotik pada tahun 1965 untuk nama bahan yang dihasilkan oleh mikroba yang mendorong pertumbuhan mikroba lain (FAO/WHO,

Lebih terperinci

1 Asimilasi nitrogen dan sulfur

1 Asimilasi nitrogen dan sulfur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan tingkat tinggi merupakan organisme autotrof dapat mensintesa komponen molekular organik yang dibutuhkannya, selain juga membutuhkan hara dalam bentuk anorganik

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. berflagel. Selnya berbentuk bola berukuran kecil dengan diameter 4-6 µm.

2. TINJAUAN PUSTAKA. berflagel. Selnya berbentuk bola berukuran kecil dengan diameter 4-6 µm. 3 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Nannochloropsis sp Mikroalga adalah tumbuhan tingkat rendah yang memiliki klorofil, yang dapat digunakan untuk melakukan proses fotosintesis. Mikroalga tidak memiliki

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Inokulasi Penyebab Busuk Lunak Karakterisasi Bakteri Penyebab Busuk Lunak Uji Gram

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Inokulasi Penyebab Busuk Lunak Karakterisasi Bakteri Penyebab Busuk Lunak Uji Gram HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Inokulasi Penyebab Busuk Lunak Isolasi daun anggrek yang bergejala busuk lunak dihasilkan 9 isolat bakteri. Hasil uji Gram menunjukkan 4 isolat termasuk bakteri Gram positif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa populasi mikroorganisme yang terdapat di dalam tanah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa populasi mikroorganisme yang terdapat di dalam tanah memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan bagian bumi yang mengandung banyak sekali komponen, salah satunya adalah berbagai macam populasi mikroorganisme. Beberapa populasi mikroorganisme yang

Lebih terperinci

Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN 12 Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengamatan Nira Aren Secara Langsung Hasil pengamatan langsung dari nira Aren disajikan pada Gambar 4.1 (pada bagian yang dilingkari dengan warna merah). Bentuk sel dari

Lebih terperinci

dilakukan lisis sel untuk memperoleh enzimnya. Kerja enzim ekstraseluler yaitu memecah atau mengurai molekul-molekul kompleks menjadi molekul yang

dilakukan lisis sel untuk memperoleh enzimnya. Kerja enzim ekstraseluler yaitu memecah atau mengurai molekul-molekul kompleks menjadi molekul yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang mempunyai hasil pertanian dan perkebunan yang cukup tinggi. Indonesia merupakan salah satu sumber penghasil selulosa utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan. daripada melaksanakan pertanian organik (Sutanto, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan. daripada melaksanakan pertanian organik (Sutanto, 2006). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat dunia mulai memperhatikan persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan melaksanakan usaha-usaha yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Survei Buah Sakit Survei dilakukan di kebun percobaan Leuwikopo, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, di lahan ini terdapat 69 tanaman pepaya. Kondisi lahan tidak terawat

Lebih terperinci

Lampiran 1. Diagram Alir. Sterilisasi Permukaan

Lampiran 1. Diagram Alir. Sterilisasi Permukaan 80 Lampiran 1. Diagram Alir Sterilisasi Permukaan Dicuci air mengalir (3 menit) Ditimbang rimpang sebanyak 1 gram Direndam Etanol 75% 10 ml (3 menit) Direndam NaOCl 5,3% 10 ml (3 menit) Direndam Etanol

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh pemberian konsorsium mikroba dalam biofertilizer terhadap pertumbuhan kacang tanah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh pemberian konsorsium mikroba dalam biofertilizer terhadap pertumbuhan kacang tanah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Pengaruh pemberian konsorsium mikroba dalam biofertilizer terhadap pertumbuhan kacang tanah Pada penelitian ini ada 6 perlakuan yaitu P 1 (tanpa perlakuan),

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 7 Gambar 3 Diagram alir identifikasi bakteri Gram Positif Sumber: Bergey dan Breed 1994; Lay 1994 Analisis Data Analisis data dengan menggunakan metode deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi Bakteri

Lebih terperinci

Arsip Meori September 2009 PUPUK HAYATI P

Arsip Meori September 2009 PUPUK HAYATI P PUPUK HAYATI P Program intensifikasi pertanian untuk meningkatkan produksi telah berdampak pada terhadap lingkungan yaitu; residu logam berat dari pestisida, bahan organic menurun populasi mikroorganisme

Lebih terperinci

Penambat Nitrogen di alam ENZIM NITROGENASE. Bakteri Penambat Nitrogen TEKNOLOGI PENAMBATAN GAS N2 UDARA & REKAYASA GENETIK

Penambat Nitrogen di alam ENZIM NITROGENASE. Bakteri Penambat Nitrogen TEKNOLOGI PENAMBATAN GAS N2 UDARA & REKAYASA GENETIK Materi Kuliah Bioteknologi Pertanian Prodi Agroteknologi Pertemuan Ke 13 TEKNOLOGI PENAMBATAN GAS N2 UDARA & REKAYASA GENETIK Penambat Nitrogen di alam Azolla filiculoides Azolla pinnata Ir. Sri Sumarsih,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Fitoplankton adalah alga yang berfungsi sebagai produsen primer, selama

TINJAUAN PUSTAKA. Fitoplankton adalah alga yang berfungsi sebagai produsen primer, selama 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biologi Nannochloropsis sp. Fitoplankton adalah alga yang berfungsi sebagai produsen primer, selama hidupnya tetap dalam bentuk plankton dan merupakan makanan langsung bagi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Selulase merupakan enzim yang menghidrolisis ikatan glikosidik -β- 1,4 pada rantai selulosa. Selulase dapat diproduksi oleh fungi, bakteri, protozoa, tumbuhan

Lebih terperinci

PENAPISAN BAKTERI RIZOSFIR YANG BERPERAN DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN TANAMAN

PENAPISAN BAKTERI RIZOSFIR YANG BERPERAN DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN TANAMAN PENAPISAN BAKTERI RIZOSFIR YANG BERPERAN DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN TANAMAN Oleh : Nama : Egia Riska Fazrin NIM : B1J013048 Rombongan : I Kelompok : 2 Asisten : Tedi Septiadi LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Etanol disebut juga etil alkohol dengan rumus kimia C2H5OH atau

BAB I PENDAHULUAN. Etanol disebut juga etil alkohol dengan rumus kimia C2H5OH atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Etanol disebut juga etil alkohol dengan rumus kimia C2H5OH atau CH3CH2OH dengan titik didihnya 78,4 C. Sementara bioetanol adalah etanol yang diproduksi dari proses

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu pengekspor buah nanas yang menempati posisi

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu pengekspor buah nanas yang menempati posisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu pengekspor buah nanas yang menempati posisi ketiga dari negara-negara penghasil nanas olahan dan segar setelah negara Thailand dan Philippines.

Lebih terperinci

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB 4. METODE PENELITIAN BAB 4. METODE PENELITIAN Pada tahun II penelitian ini dilakukan dua tahap percobaan yaitu: Tahap I: Isolasi dan uji potensi mikrob pengkaya 1. Penambat Nitrogen non-simbiotik dan pemerkaya 2. Pelarut Fosfat,

Lebih terperinci

No. Jenis Bakteri Jumlah Koloni Junlah seluruh

No. Jenis Bakteri Jumlah Koloni Junlah seluruh Lampiran A. Jumlah koloni x 10 7 (CFU/ml) berbagai jenis bakteri tiap ulangan pada serasah daun R. apiculata yang belum mengalami proses dekomposisi (kontrol) No. Jenis Bakteri Jumlah Koloni Junlah seluruh

Lebih terperinci

Pupuk Hayati Wednesday, 26 January :40 - Last Updated Wednesday, 26 January :04

Pupuk Hayati Wednesday, 26 January :40 - Last Updated Wednesday, 26 January :04 PUPUK HAYATI Pupuk hayati adalah mikrobia ke dalam tanah untuk meningkatkan pengambilan hara oleh tanaman dari dalam tanah atau udara. Umumnya digunakan mikrobia yang mampu hidup bersama (simbiosis) dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Unsur fosfat (P) adalah unsur esensial kedua setelah N yang berperan

TINJAUAN PUSTAKA. Unsur fosfat (P) adalah unsur esensial kedua setelah N yang berperan TINJAUAN PUSTAKA Unsur Hara Fosfor (P) Unsur fosfat (P) adalah unsur esensial kedua setelah N yang berperan penting dalam fotosintesis dan perkembangan akar. Ketersediaan fosfat dalam tanah jarang yang

Lebih terperinci