BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi Bakteri Selulolitik dari Tanah Mangrove

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi Bakteri Selulolitik dari Tanah Mangrove"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi Bakteri Selulolitik dari Tanah Mangrove Bakteri selulolitik diisolasi dari tanah rhizosfer yang merupakan lapisan tanah tempat perakaran tanaman yang sangat kaya akan nutrisi baik berasal dari eksudat akar maupun dari aktivitas organisme dalam tanah (Rao, 1994). Sampel tanah yang di ambil berasal dari 4 rhizosfer tanaman yang berbeda yaitu pada tanah rhizosfer Avicennia germinans, Avicennia officinalis, Excoecaria agallocha dan Hibiscus tilliaceus. Dari hasil isolasi ditemukan koloni bakteri yang diduga merupakan bakteri selulolitik pada ulangan pertama sebanyak 16 isolat, sedangkan pada ulangan kedua ditemukan sebanyak 11 isolat, dan pada ulangan ketiga ditemukan sebanyak 16 isolat. Sehingga dari hasil isolasi pada ulangan pertama, kedua, dan ketiga didapatkan sebanyak 43 isolat bakteri yang diduga merupakan bakteri pendegradasi selulosa. Pada ulangan pertama koloni bakteri tersebut banyak ditemukan pada tanah rhizosfer A. officinalis, yaitu sebanyak 8 isolat. Namun pada ulangan kedua hanya ditemukan 3 isolat.pada ulangan kedua, pada tanah rhizosfer A. germinans, ditemukan koloni bakteri terbanyak dibandingkan pada ulangan pertama dan ketiga yaitu sebanyak 5 isolat. Sedangkan pada ulangan ketiga ditemukan sebanyak 5 isolat yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan isolat yang ditemukan pada ulangan pertama dan kedua. Untuk hasil lebih rinci dapat dilihat pada tabel 4.1.

2 Tabel 4.1Hasil Isolasi Bakteri Selulolitik pada Tanah Mangrove LOKASI 1. Tanah Rhizosfer Avicennia germinans 2. Tanah Rhizofer Avicennia officinalis 3. Tanah Rhizosfer Excoecaria agallocha 4. Tanah Rhizosfer Hibiscus tilliaceus Keterangan : IS 1 C 1 Angka I menunjukkan ulangan kesatu, S 1 menunjukkan sampel tanah kesatu dan C 1 menunjukkan isolat pertama pada media CMC Pengamatan pertumbuhan bakteri selulolitik dari tanah perakaran mangrove dilakukan pada saat hari ke-5 setelah isolasi. Dari hasil isolasi didapatkan isolat bakteri yang kemudian dipindahkan ke dalam media NA untuk stok kultur. Koloni yang ditemukan pada media CMC agar cawan pada tiga kali pengulangan sebagian besar sama yaitu didominasi oleh koloni putih susu, kuning, berpendar dan transparan. Semua isolat tersebut kemudian dipindahkan ke dalam media NA. Kode Isolat Bakteri yang Ditemukan pada Ulangan Ke- I II III IIS 1 C 1 IIIS IIS IS 1 C 1 C 1 C IIIS IIS IS 1 C 1 C 1 C IIIS IIS 1 C 1 C 3 4 IIIS IIS 1 C 1 C 4 5 IS 2 C 1 IS 2 C 2 IS 2 C 3 IS 2 C 4 IS 2 C 5 IS 2 C 6 IS 2 C 7 IS 2 C 8 IS 3 C 1 IS 3 C 2 IS 3 C 3 IS 3 C 4 IS 4 C 1 IS 4 C 2 IIS 2 C 1 IIS 2 C 2 IIS 2 C 3 IIS 3 C 1 IIS 3 C 2 IIS 4 C 1 IIIS 2 C 1 IIIS 2 C 2 IIIS 2 C 3 IIIS 3 C 1 IIIS 3 C 2 IIIS 3 C 3 IIIS 3 C 4 IIIS 4 C 1 IIIS 4 C 2 IIIS 4 C 3 IIIS 4 C 4 IIIS 4 C 5 Jumlah

3 Setelah dilakukan pemurnian dengan memindahkan isolat pada media NA miringkemudian dilakukan uji screening dengan menanam kembali isolat bakteri tersebut kedalam media CMC agar dan ditumbuhkan selama 5 hari. Menurut Wenzel (2002), aktivitas bakteri dalam mendegradasi selulosa dapat diamati setelah pertumbuhan selama jam atau selama 5 hari. Setelah inkubasi selama 5 hari, maka dilakukan uji potensi dalam mendegradasi selulosa yang ada pada media CMC agar yang kemudian ditetesi oleh pewarna Congo red sehingga terlihat adanya zona bening disekitar koloni bakteri selulolitik. Pada hasil uji screening ternyata tidak semua isolat yang diduga merupakan bakteri selulolitik, dapat mendegradasi selulosa. Dari 43 isolat yang ditemukan, hanya 19 isolat yang terbukti mampu mendegradasi selulosa yaitu pada ulangan pertama sebanyak 13 isolat, pada ulangan kedua dan ketiga masingmasing 3 isolat yang menunjukkan hasil positif dengan adanya zona bening (clear zone) saat setelah ditetesi oleh Congo red. Tabel 4.2 menunjukkan isolat yang positif mendegradasi selulosa dan yang tidak.

4 Tabel 4.2 Hasil uji screening isolat bakteri selulolitik Kode isolat IS 1 C 1 - IS 1 C 2 - IS 2 C 1 + IS 2 C 2 + IS 2 C 3 + IS 2 C 4 + IS 2 C 5 + IS 2 C 6 - IS 2 C 7 + IS 2 C 8 + IS 3 C 1 + IS 3 C 2 + IS 3 C 3 + IS 3 C 4 + IS 4 C 1 + IS 4 C 2 + IIS 1 C 1 - IIS 1 C 2 - IIS 1 C 3 - IIS 1 C 4 - IIS 1 C 5 - IIS 2 C 1 + IIS 2 C 2 - IIS 2 C 3 + IIS 3 C 1 + IIS 3 C 2 - IIS 4 C 1 - IIIS 1 C 1 - IIIS 1 C 2 - IIIS 1 C 3 + IIIS 1 C 4 - IIIS 2 C 1 - IIIS 2 C 2 - IIIS 2 C 3 - IIIS 3 C 1 - IIIS 3 C 2 - IIIS 3 C 3 + IIIS 3 C 4 - IIIS 4 C 1 - IIIS 4 C 2 - IIIS 4 C 3 + IIIS 4 C 4 - IIIS 4 C 5 - Hasil uji Keterangan : + : Hasil uji positif (terdapat zona bening (clear zone)) - : Hasil uji negatif (tidak terdapat zona bening (clear zone)) Selulosa sebagai senyawa yang paling banyak di bumi tersusun atas unit glukosa dengan ikatan β-1,4-glukosida. Ikatan β-1,4-glukosida pada serat selulosa dapat dipecah menjadi monomer glukosa oleh selulase yaitu

5 suatu enzim yang terdiri atas tiga tipe enzim utama yaitu endo-1,4-β-glukanase, ekso-1,4-β-glukanase dan 1,4- β-glukosidase (Fikrinda dkk., 2000) Bakteri selulolitik mampu menghasilkan endo-1,4-β-glukanase, ekso-1,4- β-glukanase dan 1,4- β-glukosidase yang bekerja secara sinergis dalam mendegradasi selulosa (Lynd et al., 2002; Badrian and Valášková, 2008 dalam Shukla dan Varma, 2011). Enzim endo-1,4-β-glukanase memecah rantai selulosa secara acak kemudian ekso-1,4-β-glukanase akan menghilangkan glukosa maupun selobiosa dari sisa rantai selulosa yang tidak terdegradasi, dan 1,4-β-glukosidase akan menghidrolisis selobiosa dan molekul selodextrin terlarut lainnya menjadi molekul glukosa (Enari, 1983 dalam Fikrinda dkk., 2000; Bakshi dan Varma, 2008 dalam Shukla dan Varma, 2011). Rantai panjang selulosa yang terdapat di dalam media CMC yang bersifat amorf (tidak beraturan) sangat mudah dipecah oleh bakteri selulolitik (Goto et al., 1992 dalam Fikrinda dkk., 2000), sehingga aktivitas enzim selulase pada substrat CMC merupakan aktivitas enzim endo-1,4-β-glukanase yang bekerja pada rantai dalam CMC menghasilkan oligo-sakarida atau rantai selulosa yang lebih pendek (Meryandini dkk., 2009). Selulosa yang terdapat dalam media CMC pada cawan di sekitar koloni bakteri akan habis digunakan sehingga pada saat pewarnaan dengan Congo redterdapat zona terang karena tidak ada ikatan antara selulosa dan Congo red, sedangkan pada daerahyang masih terdapat selulosa akan berikatan dengan pewarna Congo red dan media akan berwarna merah.

6 Dari 19 isolat yang menunjukkan hasil positif dengan menunjukkan adanya zona bening (clear zone) kemudian dilakukan pengamatan makroskopis dan mikroskopis koloni. Untuk hasil yang lebih rinci dapat dilihat pada tabel 4.3 Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Makroskopis dan Mikroskopis Koloni No Kode isolat Karakter Koloni Karakter Sel Bentuk Warna Tepi Elevasi Bentuk Gram 1. IS 2 C 1 Circular Putih susu Entire Convex Batang Positif 2. IS 2 C 2 Irreguler 3. IS 2 C 3 Irreguler 4. IS 2 C 4 Circular Putih susu Entire Convex Batang Positif 5. IS 2 C 5 Circular Putih susu Entire Convex Batang Positif 6. IS 2 C 7 Irreguler 7. IS 2 C 8 Circular Putih susu Entire Convex Batang Positif 8. IS 3 C 1 Circular Putih susu Entire Convex Batang Positif 9. IS 3 C 2 Circular Putih susu Entire Convex Batang Positif 10. IS 3 C 3 Circular Putih susu Entire Convex Batang Positif 11. IS 3 C 4 Irreguler 12. IS 4 C 1 Circular Kuning Entire Convex Batang Positif 13. IS 4 C 2 Circular Kuning Entire Convex Batang Positif 14. IIS 2 C 1 Circular Putih susu Entire Convex Batang Positif 15. IIS 2 C 3 Irreguler 16. IIS 3 C 1 Circular Kuning Entire Convex Batang Positif 17. IIIS 1 C 3 Circular Putih susu Entire Convex Batang Positif 18. IIIS 3 C 3 Irreguler 19. IIIS 4 C 3 Circular Kuning Entire Convex Batang Positif Berdasarkan tabel morfologi makroskopis dan mikroskopis koloni, isolat IS 2 C 1, IS 2 C 4, IS 2 C 5, IS 2 C 8, IS 3 C 1, IS 3 C 2, IS 3 C 3, IIS 2 C 1, dan IIIS 1 C 3 memiliki karakter morfologi yaitu berbentuk bulat (circular) dengan tepi rata (entire), elevasinya cembung (convex) dan berwarna putih susu serta memiliki bentuk batang dengan

7 Gram positif. IsolatIS 2 C 2, IS 2 C 3, IS 2 C 7, IS 3 C 4, IIS 2 C 3, dan IIIS 3 C 3 juga memiliki kesamaan karakter morfologi yaitu memiliki bentuk yang tidak beraturan (irregular), dengan tepi rata (entire), elevasi datar (flat) dan berwarna transparan serta berpendar, memiliki bentuk batang dengan Gram negatif. Pada isolat IS 4 C 1, IS 4 C 2, IIS 3 C 1, dan IIIS 4 C 3 memiliki kesamaan morfologi yaitu memiliki koloni dengan bentuk bulat (circular), dengan tepi rata (entire), elevasi cembung (convex) berwarna kuning serta memiliki bentuk batang yang tidak beraturan dan Gram positif. 4.2 Identifikasi Bakteri Selulolitik Bakteri pendegradasi selulosa yang berhasil diisolasi dari tanah di kawasan mangrove wonorejo berjumlah 19 isolat yang kemudian dilakukan identifikasi dengan menggunakan uji fisiologis bakteri untuk mengetahui genus dari bakteri yang ditemukan.karakter fisiologis masing-masing bakteri dapat dilihat pada tabel 4.4.

8 Tabel 4.4 Karakteristik fisiologis isolat bakteri selulolitik Karakteristik fisiologis Kode Isolat IS 2C 1 IS 2C 2 IS 2C 3 IS 2C 4 IS 2C 5 IS 2C 7 IS 2C 8 IS 3C 1 IS 3C 2 IS 3C 3 IS 3C 4 IS 4C 1 IS 4C 2 IIS 2C 1 IIS 2C 3 IIS 3C 1 IIIS 1C 3 IIIS 3C 3 IIIS 4C 3 Lysine Ornithine H 2S Glucose Mannitol Xylose ONPG Indole Urease V-P Citrate TDA Gelatin Malonate Inositol Sorbitol Rhamnose Sucrose Lactose Arabinose Adonitol Raffinose Salicine Arginine

9 Berdasarkan tabel karakteristik fisiologis, isolat IS 2 C 1, IS 2 C 4, IS 2 C 5, IS 2 C 8, IS 3 C 1, IS 3 C 2, IS 3 C 3, IIS 2 C 1, dan IIIS 1 C 3 memiliki kesamaan karakter fisiologis yaitu pada uji dekarboksilase asam amino Lysine, dan Arginine menunjukkan hasil positif namun tidak pada Ornithine. H 2 S tidak diproduksi oleh isolat ini, begitu pula pada uji indole isolat ini menunjukkan hasil yang negatif terhadap pembentukan Indole. Pada uji Urease dan uji penggunaan Citrate, isolat ini menunjukkan hasil positif. Pada uji fermentasi karbohidrat, isolat ini hanya mampu menghidrolisis Lactose dan tidak dapat menghidrolisisinositol, Sorbitol, Rhamnose, Sucrose, Arabinose, Adonitol, Raffinose dan Salicin. Isolat ini juga dapat menghidrolisis ONPG, dan Gelatine namun tidak dapat membentuk acetoin pada V-P, menghasilkan enzim Citrase, dan tidak mendeaminasi Tryptophan pada TDA. Dari hasil uji kenampakan morfologi koloni hingga karakter fisiologis bakteri tersebut, maka kelompok isolat tersebut memiliki karakteristik yang sama dengan genus Bacillus berdasarkan kunci determinasi oleh Koneman et al., (1988) yang dapat dilihat pada lampiran 3. Pada isolat IS 4 C 1, IS 4 C 2, IIS 3 C 1, dan IIIS 4 C 3 memiliki kesamaan karakter fisiologis yaitu pada uji dekarboksilase asam amino yang meliputi dekarboksilase Lysine, dan Arginine menunjukkan hasil positif namun tidak pada Ornithine. H 2 S tidak diproduksi oleh isolat ini. Sedangkan pada uji Indole, isolat ini menunjukkan hasil yang negatif. Pada uji Urease, isolat ini menunjukkan hasil positif begitu pula pada uji penggunaan Citrate, yang juga menunjukkan hasil positif. Sedangkan pada uji fermentasi karbohidrat yang meliputi Inositol, Sorbitol, Rhamnose, Sucrose, Lactose, Arabinose, Adonitol, Raffinose dan

10 Salicinemenunjukkan hasil yang negatif. Kelompok isolat ini memiliki kesamaan karakter dengan Genus Cellulomonas berdasarkan kunci determinasi pada penelitian yang dilakukan oleh Stackebrandt et al. (2002) yang dapat dilihat pada lampiran3. Isolat IS 2 C 2, IS 2 C 3, IS 2 C 7, IS 3 C 4, IIS 2 C 3, dan IIIS 3 C 3 juga memiliki kesamaan karakteristik pada uji fisiologis seperti pada uji dekarboksilase asam amino Lysine, dan Arginine menunjukkan hasil positif namun tidak pada asam amino Ornithine. H 2 S tidak diproduksi oleh isolat ini. Sedangkan pada uji Indole, isolat ini menunjukkan hasil yang positif. Pada uji Urease, isolat ini menunjukkan hasil positif begitu pula pada uji penggunaan Citrate. Pada uji fermentasi karbohidrat yang meliputi Inositol, Sorbitol, Rhamnose, Sucrose, Lactose, Arabinose, Adonitol, Raffinose dan Salicine menunjukkan hasil yang negatif. Kelompok isolat ini memiliki kesamaan karakter dengan Genus Pseudomonas berdasarkan kunci determinasi pada Bergey s Manual of Determinative Bacteriology Ninth Edition (2000) yang dapat dilihat pada lampiran 3. Dari hasil isolasi dan identifikasi bakteri selulolitik pada tanah mangrove Wonorejo Surabaya didapatkan 3 genus bakteri selulolitik yaitu Bacillus yang ditemukan pada rhizosfer A. germinans, A. officinalis, dan E. agallocha, Pseudomonas yang ditemukan pada rhizosfer A. officinalis, dan E. agallocha, Cellulomonas yang ditemukan pada rhizosfer E. agallocha dan H. tilliaceus. Menurut Rao (1994), bakteri selulolitik yang dapat ditemukan di dalam tanah antara lain: Bacillus, Bacteriodes, Cellafalcicula, Cellulomonas, Cellvibrio, Clostridium, Chromobacterium, Corynebacterium, Cythopaga, Polyangum, dan

11 Pseudomonas. Namun sampai saat ini belum banyak penelitian yang menyebutkan bakteri-bakteri apa saja yang terdapat di dalam tanah rhizosfer pada mangrove. Keberadaan bakteri selulolitik pada rhizosfer tanaman-tanaman mangrove ini juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan di sekitar tempat tumbuh tanaman tersebut, antara lain kelembapan, ph, suhu, dan salinitas. Kelembapan dan ph merupakan faktor yang mempengaruhi kehidupan bakteri di dalam tanah (Rao, 1994). Meskipun berasal dari lingkungan normal (suhu >4 C - <40 C dan ph >5 - <8.5) mikroba selulolitik ada yang mampu menghasilkan selulase yang dapat beraktivitas pada lingkungan ekstrem dan enzim tersebut dapat digunakan dalam banyak aplikasi bioteknologi (Busto et al., 1995 dalam Fikrinda dkk., 2000). Pada lokasi penelitian ini terukur suhu tanah dalam kisaran o C yang merupakan suhu normal pertumbuhan bakteri. Aktivitas minimum enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri yaitu pada suhu 25 o C sedangkan aktivitas maksimum pada suhu 60 o C (Yin et al., 2010). ph tanah pada lokasi penelitian ini berkisar antara 6,5-8,5 yang merupakan jenis tanah basa. Pada penelitian yang dilakukan oleh Fikrinda dkk. (2000), bakteri penghasil selulase dapat ditemukan pada kisaran ph 4 hingga 11. Seperti pada Bacillus yang memiliki kisaran ph 4,5-11. Tanah di kawasan mangrove Wonorejo Surabaya juga memiliki salinitas antara Menurut Wijiyono (2009), banyaknya bakteri pada kisaran salinitas dan menunjukkan bahwa tiap organisme memiliki toleransi terhadap salinitas dan pada tingkatan salinitas tertentu merupakan lingkungan yang mendukung bakteri untuk tumbuh dan berkembang.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga Lampiran 1 RINGKASAN EKSPLORASI BAKTERI SELULOLITIK DARI TANAH MANGROVE WONOREJO SURABAYA Pramita Putri Reanida, Drs. Agus Supriyanto, M. Kes dan Drs. Salamun, M. Kes. Prodi S-1 Biologi, Departemen Biologi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2010 Juli 2011. Untuk pengambilan sampel tanah dilakukan di kawasan mangrove Wonorejo Surabaya.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Isolasi bakteri pelarut fosfat Dalam penelitian ini, isolasi bakteri pelarut fosfat menggunakan media Pikovskaya. Media Pikovskaya adalah media selektif untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian eksplorasi keberadaan mikroba pelarut fosfat dilaksanakan di ekowisata Mangrove kelurahan Wonorejo, kecamatan Rungkut, kota Surabaya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengukuran Parameter Ekologi Pada Lingkungan Lahan Gambut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengukuran Parameter Ekologi Pada Lingkungan Lahan Gambut BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengukuran Parameter Ekologi Pada Lingkungan Lahan Gambut Pengukuran parameter ekologi pada lahan gambut perlu dilakukan mengingat kondisi lingkungan sangat penting dalam

Lebih terperinci

A. Tabel nilai diameter zona halo isolat bakteri dengan logam Pb, Zn, dan Hg

A. Tabel nilai diameter zona halo isolat bakteri dengan logam Pb, Zn, dan Hg Lampiran 1 Tabel-tabel hasil uji kemampuan isolat bakteri A. Tabel nilai diameter zona halo isolat bakteri dengan logam Pb, Zn, dan Hg Logam Pb Kode isolat Pb (1ppm) Sd Rerata 1 0A2E1 0 0 0 0 0 2 0A1E

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sampah berhubungan erat dengan pencemaran lingkungan yaitu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Sampah berhubungan erat dengan pencemaran lingkungan yaitu sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampah berhubungan erat dengan pencemaran lingkungan yaitu sebagai sumber pencemaran. Permasalahan sampah timbul karena tidak seimbangnya produksi sampah dengan pengolahannya

Lebih terperinci

OLEH : ARDIAN PRASETYA ( ) Dosen Pembimbing Nengah Dwianita Kuswytasari, S.Si., M.Si Kristanti Indah Purwani, S.Si., M.

OLEH : ARDIAN PRASETYA ( ) Dosen Pembimbing Nengah Dwianita Kuswytasari, S.Si., M.Si Kristanti Indah Purwani, S.Si., M. SIDANG TUGAS AKHIR TUGAS AKHIR - SB 1510 Dosen Pembimbing Nengah Dwianita Kuswytasari, S.Si., M.Si Kristanti Indah Purwani, S.Si., M.Si OLEH : ARDIAN PRASETYA (1505 100 047) LATAR BELAKANG Gracillaria

Lebih terperinci

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Isolasi dan identifikasi bakteri penambat nitrogen nonsimbiotik

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Isolasi dan identifikasi bakteri penambat nitrogen nonsimbiotik Tahap I BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Isolasi dan identifikasi bakteri penambat nitrogen nonsimbiotik Hasil pengukuran sampel tanah yang digunakan pada percobaan 1 meliputi ph tanah, kadar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya sebagai tempat pengambilan sampel limbah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. zat kimia lain seperti etanol, aseton, dan asam-asam organik sehingga. memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi (Gunam et al., 2004).

I. PENDAHULUAN. zat kimia lain seperti etanol, aseton, dan asam-asam organik sehingga. memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi (Gunam et al., 2004). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Enzim merupakan senyawa protein yang disintesis di dalam sel secara biokimiawi. Salah satu jenis enzim yang memiliki peranan penting adalah enzim selulase. Enzim selulase

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan pengambilan sampel tanah dilakukan di kecamatan Samarinda

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan pengambilan sampel tanah dilakukan di kecamatan Samarinda BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pelaksanaan pengambilan sampel tanah dilakukan di kecamatan Samarinda Utara provinsi Kalimantan Timur. Sampling dilaksanakan pada bulan Maret 2011,

Lebih terperinci

BAKTERI TANAH SAMPAH PENDEGRADASI PLATIK DALAM KOLOM WINOGRADSKY

BAKTERI TANAH SAMPAH PENDEGRADASI PLATIK DALAM KOLOM WINOGRADSKY SIDANG TUGAS AKHIR SB091358 BAKTERI TANAH SAMPAH PENDEGRADASI PLATIK DALAM KOLOM WINOGRADSKY Dosen Penguji I / Ketua Sidang: Dr. Nurul Jadid, M.Sc DEWI NUR AINIYAH NRP. 1510 100 039 Dosen Penguji II :

Lebih terperinci

ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI AEROB PENDEGRADASI SELULOSA DARI SERASAH DAUN Avicennia

ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI AEROB PENDEGRADASI SELULOSA DARI SERASAH DAUN Avicennia ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI AEROB PENDEGRADASI SELULOSA DARI SERASAH DAUN Avicennia Angga Premana 1505 100 041 Pembimbing: N.D. Kuswytasari, S.Si., M.Si Kristanti Indah Purwani, S.Si., M.Si Latar

Lebih terperinci

No Media Komposisi 1 deman Rogosa Sharpe (MRS) Broth MERCK GaA, Germany

No Media Komposisi 1 deman Rogosa Sharpe (MRS) Broth MERCK GaA, Germany 75 Lampiran 1. Komposisi Media No Media Komposisi 1 deman Rogosa Sharpe (MRS) Broth MERCK GaA, Germany 52,2 g/l Peptone from casein 10,0 Meat extract 8,0 Yeast extract 4,0 D(+) Glucose 20,0 Di-pottasium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian dan Analisis Data Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian deskriptif. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif meliputi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi Bakteri Asam Laktat (BAL) dari Usus Halus Itik Mojosari (Anas plathyrinchos)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi Bakteri Asam Laktat (BAL) dari Usus Halus Itik Mojosari (Anas plathyrinchos) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi Bakteri Asam Laktat (BAL) dari Usus Halus Itik Mojosari (Anas plathyrinchos) Isolasi bakteri asam laktat (BAL) pada usus halus itik Mojosari dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

Identifikasi Rhizobakteri pada Semanggi (Marsilea crenata Presl.) yang Terpapar Logam Berat Timbal (Pb)

Identifikasi Rhizobakteri pada Semanggi (Marsilea crenata Presl.) yang Terpapar Logam Berat Timbal (Pb) ISSN: 2252-3979 http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/lenterabio Identifikasi Rhizobakteri pada Semanggi (Marsilea crenata Presl.) yang Terpapar Logam Berat Timbal (Pb) Syafruddin Arrizal, Fida Rachmadiarti,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Selain dilakukan uji bakteriologis dilakukan juga beberapa uji fisika dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Selain dilakukan uji bakteriologis dilakukan juga beberapa uji fisika dan ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Parameter Fisika dan Kimia Air Sumur Selain dilakukan uji bakteriologis dilakukan juga beberapa uji fisika

Lebih terperinci

Lampiran 1. Ringkasan RINGKASAN

Lampiran 1. Ringkasan RINGKASAN Lampiran 1. Ringkasan RINGKASAN ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keberadaan bakteri penambat nitrogen dan bakteri pelarut fosfat pada sampel tanah gambut di provinsi Kalimantan Timur.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Enzim merupakan suatu biokatalisator yang banyak dimanfaatkan saat ini. Bioteknologi enzim telah banyak digunakan dalam industri. Banyak industri telah mengganti proses

Lebih terperinci

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Data pengukuran kompos limbah pertanian (basah) dan sampah kota. Jerami Padi 10 3,94 60,60. Kulit Pisang 10 2,12 78,80

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Data pengukuran kompos limbah pertanian (basah) dan sampah kota. Jerami Padi 10 3,94 60,60. Kulit Pisang 10 2,12 78,80 BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Percobaan 1 : Penentuan bahan baku pupuk organik Penelitian tahap I bertujuan untuk mendapatkan komposisi bahan baku pupuk organik yang berkualitas dari sampah kota dan limbah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi aplikasi enzim menyebabkan penggunaan enzim dalam industri semakin

BAB I PENDAHULUAN. teknologi aplikasi enzim menyebabkan penggunaan enzim dalam industri semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan dalam bidang teknologi fermentasi, rekayasa genetika, dan teknologi aplikasi enzim menyebabkan penggunaan enzim dalam industri semakin meningkat. Enzim

Lebih terperinci

dilakukan lisis sel untuk memperoleh enzimnya. Kerja enzim ekstraseluler yaitu memecah atau mengurai molekul-molekul kompleks menjadi molekul yang

dilakukan lisis sel untuk memperoleh enzimnya. Kerja enzim ekstraseluler yaitu memecah atau mengurai molekul-molekul kompleks menjadi molekul yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang mempunyai hasil pertanian dan perkebunan yang cukup tinggi. Indonesia merupakan salah satu sumber penghasil selulosa utama

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi Bakteri Endofit dari Akar Tanaman Kentang (Solanum tuberosum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi Bakteri Endofit dari Akar Tanaman Kentang (Solanum tuberosum 42 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi Bakteri Endofit dari Akar Tanaman Kentang (Solanum tuberosum Linn. Cv. Granola). Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan pada bulan Juli sampai September

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Feses kambing merupakan sisa hasil pencernaan hewan yang dikeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. Feses kambing merupakan sisa hasil pencernaan hewan yang dikeluarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Feses kambing merupakan sisa hasil pencernaan hewan yang dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk padatan. Ketersediaan limbah peternakan berupa feses kambing seringkali

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri pertanian seperti PT.GGP (Green Giant Pinaeple) Lampung. menggunakan nanas sebagai komoditas utama dalam produksi.

I. PENDAHULUAN. Industri pertanian seperti PT.GGP (Green Giant Pinaeple) Lampung. menggunakan nanas sebagai komoditas utama dalam produksi. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri pertanian seperti PT.GGP (Green Giant Pinaeple) Lampung menggunakan nanas sebagai komoditas utama dalam produksi. Industri pengolahan nanas tidak hanya menghasilkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. AKTIVITAS KUALITATIF ENZIM KITINOLITIK (INDEKS KITINOLITIK)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. AKTIVITAS KUALITATIF ENZIM KITINOLITIK (INDEKS KITINOLITIK) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. AKTIVITAS KUALITATIF ENZIM KITINOLITIK (INDEKS KITINOLITIK) Peremajaan dan purifikasi terhadap kedelapan kultur koleksi isolat bakteri dilakukan terlebih dahulu sebelum pengujian

Lebih terperinci

Isolasi Bertahap Bakteri Pendegradasi Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit di PT. Erasakti Wira Forestama Muaro Jambi

Isolasi Bertahap Bakteri Pendegradasi Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit di PT. Erasakti Wira Forestama Muaro Jambi Isolasi Bertahap Bakteri Pendegradasi Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit di PT. Erasakti Wira Forestama Muaro Jambi Isolation Gradual Degrading bacteria against Waste of an Empty palm stem in PT. Erasakti

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pemotongan hewan Pacar Keling, Surabaya. dengan waktu pengamatan setiap 4 jam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pemotongan hewan Pacar Keling, Surabaya. dengan waktu pengamatan setiap 4 jam BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian tentang skrining dan uji aktivitas enzim protease bakteri hasil isolasi dari limbah Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Pacar Keling Surabaya menghasilkan data-data sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan energi terus meningkat seiring dengan pertambahan penduduk, peningkatan perekonomian serta keberhasilan pembangunan. Sehubungan dengan hal tersebut dibutuhkan

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Produk pertanian yang melimpah menyediakan limbah hasil pertanian yang melimpah pula. Umumnya limbah hasil pertanian ini masih mengandung sejumlah nutrien,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber karbon dan sumber energi (Hardjo et al., 1994: 15).

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber karbon dan sumber energi (Hardjo et al., 1994: 15). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bakteri selulolitik adalah bakteri yang memiliki kemampuan menguraikan selulosa menjadi monomer glukosa dan menjadikannya sebagai sumber karbon dan sumber energi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Selulosa, lignin dan hemiselulosa yang saling berikatan pada dinding sel tumbuhan (Holtzapple et al., 2003).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Selulosa, lignin dan hemiselulosa yang saling berikatan pada dinding sel tumbuhan (Holtzapple et al., 2003). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lignoselulosa Lignoselulosa merupakan biomassa yang berasal dari tanaman dengan komponen utama lignin, hemiselulosa dan selulosa. Ketersediaannya yang cukup melimpah, terutama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif meliputi karakteristik

Lebih terperinci

ISOLASI DAN SKRINING BAKTERI INDIGENOUS DARI AIR RENDAMAN PELEPAH TANAMAN SALAK (Zalacca edulis, Reinw.) YANG BERPOTENSI SEBAGAI BAKTERI SELULOLITIK

ISOLASI DAN SKRINING BAKTERI INDIGENOUS DARI AIR RENDAMAN PELEPAH TANAMAN SALAK (Zalacca edulis, Reinw.) YANG BERPOTENSI SEBAGAI BAKTERI SELULOLITIK ISOLASI DAN SKRINING BAKTERI INDIGENOUS DARI AIR RENDAMAN PELEPAH TANAMAN SALAK (Zalacca edulis, Reinw.) YANG BERPOTENSI SEBAGAI BAKTERI SELULOLITIK NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Optimalisasi pemanfaatan gulma tanaman pangan sebagai pakan ternak. peternakan. Gulma tanaman pangan mempunyai potensi untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Optimalisasi pemanfaatan gulma tanaman pangan sebagai pakan ternak. peternakan. Gulma tanaman pangan mempunyai potensi untuk dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Optimalisasi pemanfaatan gulma tanaman pangan sebagai pakan ternak merupakan suatu cara untuk menekan biaya produksi dalam pengembangan usaha peternakan. Gulma tanaman

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai dengan Maret 2015. Pengambilan sampel tanah dikawasan hutan Mangrove Desa Srimulyo Kecamatan

Lebih terperinci

PERNYATAAN SKRIPSI...

PERNYATAAN SKRIPSI... DAFTAR ISI PERNYATAAN SKRIPSI... i LEMBAR PENGESAHAN... ii MOTTO... iii PERSEMBAHAN... iv RIWAYAT HIDUP... v ABSTRAK... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. enzim bersifat tahan lingkungan yang mampu melakukan aktifitas pada

BAB I PENDAHULUAN. enzim bersifat tahan lingkungan yang mampu melakukan aktifitas pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Pemanfaatan enzim di dalam bioteknologi semakin menuntut adanya enzim bersifat tahan lingkungan yang mampu melakukan aktifitas pada kondisi ekstrim, salah satunya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. uji, yaitu uji resistensi logam berat, uji TPC (Total Plate Count), dan uji AAS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. uji, yaitu uji resistensi logam berat, uji TPC (Total Plate Count), dan uji AAS BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini, biodegradasi logam berat dilakukan dengan beberapa uji, yaitu uji resistensi logam berat, uji TPC (Total Plate Count), dan uji AAS (Atomic Absorption Spectrofotometer).

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan IPB pada bulan Desember 2009 hingga Februari

Lebih terperinci

POTENSI BAKTERI SELULOLITIK DALAM DEKOMPOSISI JERAMI PADI

POTENSI BAKTERI SELULOLITIK DALAM DEKOMPOSISI JERAMI PADI POTENSI BAKTERI SELULOLITIK DALAM DEKOMPOSISI JERAMI PADI SKRIPSI Oleh Siti Aisyah NIM 041810401015 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS JEMBER 2009 POTENSI BAKTERI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Enzim ini dapat mempercepat proses suatu reaksi tanpa mempengaruhi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Enzim ini dapat mempercepat proses suatu reaksi tanpa mempengaruhi 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Enzim Selulase Sel hidup mensintesis zat yang bersifat sebagai biokatalisator, yaitu enzim. Enzim ini dapat mempercepat proses suatu reaksi tanpa mempengaruhi hasilnya (Mc. Kee,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditumbuhkan dalam substrat. Starter merupakan populasi mikroba dalam jumlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditumbuhkan dalam substrat. Starter merupakan populasi mikroba dalam jumlah 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fermentasi Fermentasi merupakan suatu proses perubahan kimia pada suatu substrat organik melalui aktivitas enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme (Suprihatin, 2010). Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Enzim merupakan protein yang berfungsi sebagai katalisator reaksi-reaksi kimia dalam sistem biologis. Enzim memiliki daya katalitik yang tinggi dan mampu meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai

BAB III METODE PENELITIAN. deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai 17 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian dasar dengan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu penelitian untuk membuat deskripsi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tinjauan Umum Tentang Kawasan Mangrove

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tinjauan Umum Tentang Kawasan Mangrove BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tentang Kawasan Mangrove Kata mangrove berasal dari perpaduan antara bahasa portugis manguedan dari bahasa inggris grove (Karleskint et al., 2006). Ekosistem mangrove

Lebih terperinci

SKRINING BAKTERI SELULOLITIK ASAL TANAH KEBUN PISANG (Musa paradisiaca)

SKRINING BAKTERI SELULOLITIK ASAL TANAH KEBUN PISANG (Musa paradisiaca) Jurnal Biota Vol. 3 No. 1 Edisi Januari 2017 6 SKRINING BAKTERI SELULOLITIK ASAL TANAH KEBUN PISANG (Musa paradisiaca) Meli Astriani Dosen Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,UniversitasMuhammadiyah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu pengekspor buah nanas yang menempati posisi

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu pengekspor buah nanas yang menempati posisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu pengekspor buah nanas yang menempati posisi ketiga dari negara-negara penghasil nanas olahan dan segar setelah negara Thailand dan Philippines.

Lebih terperinci

Uji Kosser Sitrat Hidrolisis Lemak Uji Oksidase dan Katalase Hidrolisis Gelatin Motilitas Hidrolisis Kasein Uji H2S Uji Indol Reduksi Nitrat

Uji Kosser Sitrat Hidrolisis Lemak Uji Oksidase dan Katalase Hidrolisis Gelatin Motilitas Hidrolisis Kasein Uji H2S Uji Indol Reduksi Nitrat 3 aseptik lalu diinkubasi selama 36 jam pada suhu 27 C. Setelah terlihat pertumbuhan bakteri, ditetesi lugol di sekitar biakan dan dibiarkan ±5 menit. Pengamatan dilakukan pada bagian berwarna biru dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Inokulasi Penyebab Busuk Lunak Karakterisasi Bakteri Penyebab Busuk Lunak Uji Gram

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Inokulasi Penyebab Busuk Lunak Karakterisasi Bakteri Penyebab Busuk Lunak Uji Gram HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Inokulasi Penyebab Busuk Lunak Isolasi daun anggrek yang bergejala busuk lunak dihasilkan 9 isolat bakteri. Hasil uji Gram menunjukkan 4 isolat termasuk bakteri Gram positif

Lebih terperinci

Lampiran 1. Diagram Alir. Sterilisasi Permukaan

Lampiran 1. Diagram Alir. Sterilisasi Permukaan 80 Lampiran 1. Diagram Alir Sterilisasi Permukaan Dicuci air mengalir (3 menit) Ditimbang rimpang sebanyak 1 gram Direndam Etanol 75% 10 ml (3 menit) Direndam NaOCl 5,3% 10 ml (3 menit) Direndam Etanol

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai bulan April 2014.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai bulan April 2014. 14 III. METODE PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Pengambilan Sampel Tanah Pengambilan sampel tanah penelitian ini di lakukan di Desa Sri Mulyo Kecamatan Air Saleh Kabupaten banyuasin

Lebih terperinci

DETEKSI KOLONI ENTEROBACTERICEAE PADA SUSU SAPI SEGAR TANPA MELALUI MEDIA SELEKTIF ENTEROBACTERIACEAE ENRICHMENT BROTH

DETEKSI KOLONI ENTEROBACTERICEAE PADA SUSU SAPI SEGAR TANPA MELALUI MEDIA SELEKTIF ENTEROBACTERIACEAE ENRICHMENT BROTH Sidang Tugas Akhir SB 091358 1 DETEKSI KOLONI ENTEROBACTERICEAE PADA SUSU SAPI SEGAR TANPA MELALUI MEDIA SELEKTIF ENTEROBACTERIACEAE ENRICHMENT BROTH Oleh : Ista Ayuh Paramita Dosen Pembimbing : ND Kuswytasari,

Lebih terperinci

Lampiran 1 Identifikasi bakteri dari spora Gigaspora sp. Sel berbentuk. batang, Gram Positif, menghasilkan endospora

Lampiran 1 Identifikasi bakteri dari spora Gigaspora sp. Sel berbentuk. batang, Gram Positif, menghasilkan endospora Lampiran 1 Identifikasi bakteri dari spora Gigaspora sp. Karakter Isolat Makroskopis koloni Mikroskopis sel subtilis entire, umbonate, krem, opaque. Sel berbentuk batang, menghasil kan licheniformis undulate,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi dan Seleksi Mikrob pada A. malaccensis Populasi bakteri dan fungi diketahui dari hasil isolasi dari pohon yang sudah menghasilkan gaharu. Sampel yang diambil merupakan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Danau Kakaban menyimpan berbagai organisme yang langka dan unik. Danau ini terbentuk dari air laut yang terperangkap oleh terumbu karang di sekelilingnya akibat adanya aktivitas

Lebih terperinci

PENAPISAN BAKTERI PROBIOTIK DAN PERANANNYA TERHADAP INFEKSI BUATAN Vibrio harveyi PADA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei)

PENAPISAN BAKTERI PROBIOTIK DAN PERANANNYA TERHADAP INFEKSI BUATAN Vibrio harveyi PADA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) Penapisan Jurnal Akuakultur Bakteri Probiotik Indonesia, 4(2): 181 187 (2005) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai 181 http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id PENAPISAN BAKTERI PROBIOTIK

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Populasi Bakteri Penambat N 2 Populasi Azotobacter pada perakaran tebu transgenik IPB 1 menunjukkan jumlah populasi tertinggi pada perakaran IPB1-51 sebesar 87,8 x 10 4 CFU/gram

Lebih terperinci

Isolasi, Identifikasi dan Uji Potensi Yeast dari Rhizosfer Rhizophora mucronata Wonorejo dalam Mendegradasi Lipid, Selulosa dan Lignin

Isolasi, Identifikasi dan Uji Potensi Yeast dari Rhizosfer Rhizophora mucronata Wonorejo dalam Mendegradasi Lipid, Selulosa dan Lignin TUGAS AKHIR SB091358 Isolasi, Identifikasi dan Uji Potensi Yeast dari Rhizosfer Rhizophora mucronata Wonorejo dalam Mendegradasi Lipid, Selulosa dan Lignin Disusun oleh: NANING WIDIASTUTIK 1509 100 705

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bacillus sp merupakan bakteri berbentuk batang, tergolong bakteri gram positif,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bacillus sp merupakan bakteri berbentuk batang, tergolong bakteri gram positif, 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bacillus sp. Bacillus sp merupakan bakteri berbentuk batang, tergolong bakteri gram positif, motil, menghasilkan spora yang biasanya resisten pada panas, bersifat aerob (beberapa

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH OLEH EGA DELVA A1C FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI OKTOBER 2017

ARTIKEL ILMIAH OLEH EGA DELVA A1C FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI OKTOBER 2017 ARTIKEL ILMIAH ANALISIS KEMAMPUAN BAKTERI DARI LIMBAH TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (TKKS) DALAM MENDEGRADASI SELULOSA SEBAGAI BAHAN PENGAYAAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI TERAPAN OLEH EGA DELVA A1C413043 FAKULTAS

Lebih terperinci

Air Panas. Isolat Murni Bakteri. Isolat Bakteri Selulolitik. Isolat Terpilih Bakteri Selulolitik. Kuantitatif

Air Panas. Isolat Murni Bakteri. Isolat Bakteri Selulolitik. Isolat Terpilih Bakteri Selulolitik. Kuantitatif 75 Lampiran 1. Metode Kerja L.1.1 Bagan kerja Air Panas - Isolasi dan Seleksi Bakteri Pemurnian Bakteri Isolat Murni Bakteri Uji Bakteri Penghasil Selulase Secara Kualitatif Isolat Bakteri Selulolitik

Lebih terperinci

HASIL. Karakteristik, Morfologi dan Fisiologi Bakteri Nitrat Amonifikasi Disimilatif

HASIL. Karakteristik, Morfologi dan Fisiologi Bakteri Nitrat Amonifikasi Disimilatif HASIL Karakteristik, Morfologi dan Fisiologi Bakteri Nitrat Amonifikasi Disimilatif Hasil konfirmasi kemurnian dari keempat isolat dengan metoda cawan gores, morfologi koloninya berbentuk bulat, elevasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ukuran, Biasanya antara 3-50 mm. Kebanyakan kumbang tinja biasanya berwarna dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ukuran, Biasanya antara 3-50 mm. Kebanyakan kumbang tinja biasanya berwarna dasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kumbang Tinja (Dung Beetles) Kumbang tinja adalah kumbang yang menjadikan tinja sebagai makanan dan atau menggunakannya sebagai tempat untuk peletakkan telurnya (Anonimus,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kulit kacang hijau dan pecahan-pecahan tauge kacang hijau (Christiana, 2012). Tauge

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kulit kacang hijau dan pecahan-pecahan tauge kacang hijau (Christiana, 2012). Tauge 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Limbah Tauge Kacang Hijau Limbah tauge kacang hijau merupakan sisa produksi tauge yang terdiri dari kulit kacang hijau dan pecahan-pecahan tauge kacang hijau (Christiana,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pakan sangat penting bagi kesuksesan peternakan unggas karena dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pakan sangat penting bagi kesuksesan peternakan unggas karena dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pakan sangat penting bagi kesuksesan peternakan unggas karena dalam budidaya ternak unggas secara intensif biaya pakan menduduki urutan pertama yaitu mencapai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian digunakan sebagai data untuk mengidentifikasi genus isolat bakteri tanah yang ditemukan, yakni dengan mencocokkan data dengan data genus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman hayati.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman hayati. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati banyak didapatkan di hutan. Hutan yang terdapat di seluruh dunia beragam jenisnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat morfologinya dengan bantuan mikroskop. Bakteri merupakan organisme

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat morfologinya dengan bantuan mikroskop. Bakteri merupakan organisme 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bakteri adalah mikroorganisme prokariot bersel tunggal yang hanya dapat dilihat morfologinya dengan bantuan mikroskop. Bakteri merupakan organisme yang penyebarannya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. enzim selulase dari campuran kapang Trichoderma sp., Gliocladium sp. dan Botrytis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. enzim selulase dari campuran kapang Trichoderma sp., Gliocladium sp. dan Botrytis Aktivitas Enzim Selulase (U/ml) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Suhu terhadap Aktivitas Selulase Berdasarkan penelitian yang dilakukan, data pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim selulase dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak ramah lingkungan dalam bidang industri (Falch, 1991).

BAB I PENDAHULUAN. tidak ramah lingkungan dalam bidang industri (Falch, 1991). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian enzim yang sifatnya efisien, selektif, mengkatalis reaksi tanpa produk samping dan ramah lingkungan meningkat pesat pada akhir dekade ini. Industri enzim

Lebih terperinci

Lampiran 1 Komposisi media pertumbuhan bakteri

Lampiran 1 Komposisi media pertumbuhan bakteri LAMPIRAN 13 14 Lampiran 1 Komposisi media pertumbuhan bakteri No Media Komposisi 1 Media gelatin Sebanyak 150 g gelatin dilarutkan dengan akuades hingga 1000 ml, cek ph 6.7±7.0, lalu disterilisasi dengan

Lebih terperinci

3. HASIL PENELITIAN Acar Kubis Putih (Brassica oleracea)

3. HASIL PENELITIAN Acar Kubis Putih (Brassica oleracea) 3. HASIL PENELITIAN 3.1. Acar Kubis Putih (Brassica oleracea) Bahan utama yang digunakan sebagai substrat untuk proses fermentasi acar ini adalah kubis putih yang berasal dari daerah Getasan, Kopeng (Gambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di daerah Sleman, Yogyakarta banyak sekali petani yang menanam tanaman salak (Zalacca edulis, Reinw.) sebagai komoditas utama perkebunannya. Salak adalah tanaman asli

Lebih terperinci

Uji Potensi Bakteri dan Resistensi terhadap Antibiotik

Uji Potensi Bakteri dan Resistensi terhadap Antibiotik MODUL 7 Uji Potensi Bakteri dan Resistensi terhadap Antibiotik POKOK BAHASAN : 1. Uji Resistensi Bakteri terhadap Antibiotik 2. Uji potensi bakteri sebagai penghasil enzim ekstraseluler (proteolitik, celulase,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. senyawa atau molekul menjadi senyawa atau molekul yang lebih sederhana

II. TINJAUAN PUSTAKA. senyawa atau molekul menjadi senyawa atau molekul yang lebih sederhana II. TINJAUAN PUSTAKA A. Degradasi Degradasi adalah suatu reaksi perubahan kimia atau peruraian suatu senyawa atau molekul menjadi senyawa atau molekul yang lebih sederhana (Yatim, 2007). Misalnya, penguraian

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 29 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik isolat bakteri dari ikan tuna dan cakalang 4.1.1 Morfologi isolat bakteri Secara alamiah, mikroba terdapat dalam bentuk campuran dari berbagai jenis. Untuk

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Sebagian besar bakteri selulolitik berbentuk coccus yang memperlihatkan tipe

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Sebagian besar bakteri selulolitik berbentuk coccus yang memperlihatkan tipe 6 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bakteri Selulolitik Sebagian besar bakteri selulolitik berbentuk coccus yang memperlihatkan tipe struktur dinding sel Gram-positif dan berbentuk bacill yang memperlihatkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. dihasilkan, digunakan untuk sintesis makromolekul seperti asam nukleat, lipid

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. dihasilkan, digunakan untuk sintesis makromolekul seperti asam nukleat, lipid 6 BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Bakteri selulolitik Bakteri selulolitik adalah bakteri yang mampu mendegradasi dan memanfaatkan selulosa sebagai sumber karbon dan energinya. Energi yang

Lebih terperinci

II. METODELOGI PENELITIAN

II. METODELOGI PENELITIAN II. METODELOGI PENELITIAN 2.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian diadakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Pengambilan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai kandungan protein dan kecernaan yang rendah. Limbah pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai kandungan protein dan kecernaan yang rendah. Limbah pertanian II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Limbah Lignoselulosa Peningkatan produk pertanian diikuti pula oleh meningkatnya limbah hasil pertanian seperti jerami, tongkol jagung, batang kedelai, dan kulit pisang. Limbah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selulase merupakan salah satu enzim yang dapat dihasilkan oleh beberapa kelompok hewan yang mengandung bakteri selulolitik, tumbuhan dan beberapa jenis fungi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Enzim selulase termasuk dalam kelas hidrolase (menguraikan suatu zat dengan bantuan air) dan tergolong enzim karbohidrase (menguraikan golongan karbohidrat)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Selulase merupakan enzim yang menghidrolisis ikatan glikosidik -β- 1,4 pada rantai selulosa. Selulase dapat diproduksi oleh fungi, bakteri, protozoa, tumbuhan

Lebih terperinci

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2014

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2014 SKRIPSI KELIMPAHAN BAKTERI SELULOLITIK DI MUARA SUNGAI GUNUNG ANYAR SURABAYA DAN BANCARAN BANGKALAN Oleh : SURABAYA - JAWA TIMUR FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2014 SKRIPSI

Lebih terperinci

Hasil. rumen domba. efektivitas. cairan Aktifitas enzim (UI/ml/menit) , Protease. Enzim

Hasil. rumen domba. efektivitas. cairan Aktifitas enzim (UI/ml/menit) , Protease. Enzim 22 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Efektivitas Cairan Rumen Domba Penelitian Tahap 1 dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui volume enzim cairan rumen domba dan lama waktu inkubasi yang tepat untuk penurunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian diskriptif. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif meliputi karakteristik mikroskopis

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanah Gambut Gambut terbentuk dari timbunan sisa-sisa tanaman yang telah mati, baik yang sudah lapuk maupun belum. Timbunan tersebut terus bertambah karena proses dekomposisi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Kotoran Kambing

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Kotoran Kambing BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Kotoran Kambing Isolasi bakteri dari kotoran kambing, dilakukan dengan menggunakan media umum yaitu Nutrient Agar (NA), sebagai media untuk

Lebih terperinci

Reaksi BIOKIMIA PADA UJI BAKTERIOLOGI. No UJI BIOKIMIA KETERENGAN. 1. Uji fermentasi karbohidrat

Reaksi BIOKIMIA PADA UJI BAKTERIOLOGI. No UJI BIOKIMIA KETERENGAN. 1. Uji fermentasi karbohidrat Reaksi BIKIMIA PADA UJI BAKTERILGI o UJI BIKIMIA KETEREGA 1. Uji fermentasi karbohidrat Uji positif ditandai dengan perubahan warna indikator BTB (brom timol biru) pada media biakan dari biru menjadi kuning.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Reaksi Hipersensitif Bakteri Penghasil Siderofor Asal Cipanas dan Lembang Daerah perakaran tanaman tomat sehat diduga lebih banyak dikolonisasi oleh bakteri yang bermanfaat

Lebih terperinci

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1.3 TUJUAN PENELITIAN 5 Penelitian ini akan memproduksi enzim selulase dari tongkol jagung mengunakan Trichoderma reesei, Aspergillus niger dan campuran keduanya dengan waktu fermentasi yang divariasikan. Proses yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Enzim adalah biokatalisis atau polimer biologis yang dihasilkan oleh tubuh untuk mengkatalisis reaksi kimia dan meningkatkan laju reaksi yang terjadi dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jenis Inokulum Terhadap Kadar Serat Kasar dan Protein Kasar Onggok

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jenis Inokulum Terhadap Kadar Serat Kasar dan Protein Kasar Onggok BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Jenis Inokulum Terhadap Kadar Serat Kasar dan Protein Kasar Onggok Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data kadar serat kasar dan protein

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) merupakan salah satu tanaman yang tersebar hampir di seluruh Indonesia. Jauhari & Tirtoboma (2001) memaparkan bahwa mengkudu

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi 17 BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung dari bulan Januari sampai dengan April 2014.

Lebih terperinci