Pengaruh Nutrisi dan Salinitas terhadap Produktivitas Lipida dari Botryococcus braunii
|
|
- Liani Irawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 Pengaruh Nutrisi dan Salinitas terhadap Produktivitas Lipida dari Botryococcus braunii Elfrida Dina Febriana, Henry Mukti, dan Siti Zullaikah, ST. MT. PhD Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya Mikroorganisme merupakan sumber penghasil minyak paling solutif. Dari berbagai spesies mikroorganisme, penghasil lipid terbanyak dipegang oleh Botryococcus braunii yaitu lipid content mencapai 86% dry mass nya. Beberapa faktor yang diteliti dalam penelitian ini yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi lipid dari Botryococcus braunii ini adalah pengaruh jenis nutrisi dan salinitas. Prosedur penelitian yang dilakukan sebagai berikut : Bibit Botryococcus braunii yang diambil dari Laboratoium BBBPAP Jepara dikultur dalam sebuah photobioreactor bersekat dengan variabel konstan berupa suhu lingkungan ± 29 0 C, Intensitas cahaya ± 5000 lux, rasio gelap : terang 12 : 12, ph ± 7, dan waktu pemanenan 7 hari. Variabel bebasnya nutrisi Walne, dan salinitas menggunakan NaCl sebanyak 12 g/l (10,8 ppt), 15 g/l (14,55 ppt), 30 g/l (27,8 ppt) dan 45 g/l (40,1 ppt), air payau (2,94 ppt) dan air laut (25,4 ppt). Selama masa kultur tersebut, setiap periode 8 jam sekali dilakukan pengukuran konsentrasi sel menggunakan spektrofotometer UV-VIS panjang gelombang 652 nm. Sesudah 7 hari pengulturan, dilakukan proses filtrasi, drying dan ekstraksi dengan metode soxhlet menggunakan pelarut n- hexane untuk mendapatkan senyawa trigliserida sebagai bahan baku biodiesel yang diharapkan. Dan yang terakhir dilakukan analisa GC-MS untuk mengetahui kandungan Trigliserida. Kesimpulan yang didapat bahwa produktivitas lipid paling tinggi didapat pada kondisi operasi intensitas cahaya ± 5000 lux, waktu prakultur lima hari, salinitas 25,4 ppt (air laut) menggunakan nutrisi walne, waktu pengkulturan tujuh hari, dengan lipid yang dihasilkan sebanyak 0,2223 gram Kata kunci : Botryococcus braunii, Hidrokarbon, Biomassa, Salinitas, Media Walne K I. PENDAHULUAN esadaran akan cadangan minyak bumi yang semakin menipis menyebabkan maraknya upaya upaya pengembangan di bidang energi alternatif terbarukan. Salah satu energi alternatif terbarukan yang sudah dikembangkan di Indonesia adalah biodiesel. Biodiesel merupakan senyawa alkil ester yang didapat dari proses transesterifikasi senyawa hidrokarbon yang bisa didapat dari hewan atau tumbuhan. Beberapa penelitian terbaru di berbagai negara [1] menunjukkan bahwa mikroalga mempunyai potensi sebagai bahan baku biodiesel lebih baik jika dibandingkan dengan tumbuhan dikarenakan faktor harga bahan baku relatif lebih murah (pada umumnya, 30% dari total biaya produksi biodiesel adalah biaya bahan baku), optimalisasi luas lahan penanaman dan waktu panen yang singkat [2]. Dari berbagai jenis spesies mikroalga, Botryococcus braunii merupakan spesies mikroalga terbaik dalam hal mensintesis berbagai senyawa hidrokarbon (lipida), yaitu antara 26% - 86% dari berat keringnya [3]. Baik pertumbuhan maupun produktivitas lipida Botryococcus braunii dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut yaitu : nutrisi [1], suhu [2], intensitas cahaya dan lama pencahayaannya [3], salinitas [4], kandungan nitrogen di dalam media tumbuhnya [5] dan pengaruh keberadaan organisme kompetitor dalam kultur [6]. Upaya untuk meningkatkan produktivitas lipida dalam mikroalga, dapat dilakukan dengan cara mengondisikan mikroalga dalam keadaan stress (tekanan) tertentu [7]. Hal ini disebabkan dalam keadaan stress tertentu, mikroalga terstimulasi untuk mensintesis lipida lebih banyak dari keadaan normalnya sebagai bentuk mekanisme mikroalga dalam melakukan perlindungan diri dan adaptasi terhadap kondisi di lingkungan tumbuhnya. Beberapa penelitian yang sudah dilakukan menerapkan nitrogen starvation [8], intensitas cahaya lux [9], suhu penanaman di atas 30 0 C [10] dan lama pencahayaan 24 jam [28] sebagai bentuk stress (tekanan) yang diberikan pada Botryococcus braunii. Indonesia sendiri merupakan negara maritim dengan wilayah perairannya seluas 5,8 juta km 2 dan wilayah daratannya seluas 1,9 juta km 2 sehingga hampir 75 % wilayah Indonesia berupa perairan. Dan luas perairan laut kedaulatannya adalah 3,1 juta km 2 atau 54% dari wilayah perairan total Indonesia. Dengan memanfaatkan potensi wilayah perairan laut Indonesia tersebut, mikroalga Botryococcus braunii dapat menghasilkan lipida yang lebih banyak dibandingkan dengan kelapa sawit dan jarak yang sudah dikembangkan di Indonesia saat ini. Wilayah perairan laut di Indonesia mempunyai salinitas yang sangat beragam. Sehingga penting untuk mengetahui bagaimana pengaruh salinitas yang beragam tersebut terhadap karakteristik pertumbuhan maupun produktivitas lipida Botryococcus braunii. Di Indonesia sendiri sudah dikembangkan pembudidayaan Botryococcus braunii namun hanya dalam skala laboratorium yaitu di Laboratorium BBPBAP (Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau) Jepara. Di laboratorium BBPBAP Jepara dibudidayakan Botryococcus braunii menggunakan jenis nutrisi Walne. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian mengenai bagaimana pengaruh penggunaan nutrisi Walne ini terhadap karakteristik pertumbuhan maupun produktivitas lipida Botryococcus braunii. Oleh karena itu pada penelitian ini dipelajari pengaruh jenis nutrisi dan salinitas terhadap karakteristik pertumbuhan dan produksi lipid dalam tubuh Botryococcus braunii untuk acuan pengembangan produksi biodiesel secara komersial dan
2 2 berkelanjutan dalam menanggulangi krisis energi yang sedang terjadi. II. URAIAN PENELITIAN 1. Tahap Pra Kultur. Tahap ini merupakan tahap pembibitan 2. Tahap Kultur. Tahap kultur ini merupakan tahap penanaman. Media yang digunakan sebagai variabel dalam penelitian ini adalah larutan NaCl dengan konsentrasi 12 g/l, 15 g/l, 30 g/l, 45 g/l, air laut dengan konsentrasi 25,4 ppt dan air payau dengan konsentrasi 2,94 ppt. Komposisi kultur adalah 200 ml bibit Botryococcus braunii dan 800 ml media kultur. Pengulturan dilakukan dalam sebuah kolam fotobioreaktor dengan pencahayaan menggunakan cahaya neon 36 watt dengan intensitas cahaya sebesar 5000 lux selama 12 jam per hari. Kemudian melakukan pengukuran absorbansi untuk memantau pertumbuhan Botryococcus braunii setiap 8 jam menggunakan spektrofotometer UV VIS. 3. Tahap Pemanenan dan Pengeringan. Pada tahap ini, media kultur yang bercampur dengan mikroalga Botryococcus braunii dipisahkan menggunakan centrifuge dengan kecepatan putar 4000 rpm selama 20 menit sampai didapat slurry Botryococcus braunii yang bebas dari kandungan garam. Kemudian proses pengeringan menggunakan oven pada suhu C sampai diperoleh berat konstan. Kemudian melakukan analisa biomassa menggunakan metode gravimetri. Kemudian mikroalga dihaluskan sampai menjadi serbuk mikroalga dan mengemasnya. 4. Tahap Ekstraksi Ekstraksi bertujuan untuk mengambil senyawa hidrokarbon dari biomassa mikroalga. Ekstraksi ini menggunakan metode soxhlet dengan suhu 90 0 C selama 4 jam dengan pelarut n- hexane sebanyak 250 ml. Kemudian dilanjutkan proses destilasi yang bertujuan untuk memisahkan solvent (n-hexane) dan hidrokarbon yang terekstrak. Tahap destilasi ini dilakukan selama 3 jam pada suhu 80 0 C. 5. Tahap Analisa Analisa yang dilakukan dalam penelitian ini ada tiga macam yaitu analisa biomassa menggunakan metode gravimetri, analisa lipid content merupakan rasio antara massa biomass kering mikroalga terhadap massa lipida mikroalga, analisa produktivitas lipida merupakan biomassa dikali lipid content dan analisa GC-MS untuk megetahui komposisi lipida Botryococcus braunii. III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kurva Kalibrasi Absorbansi Hubungan antara derajat absorbansi dengan konsentrasi biomass dalam media kultur dapat diketahui dengan cara membuat kurva kalibrasi berupa garis linear yang menghubungkan antara absorbansi (OD) media kultur dengan konsentrasi biomass (gram/liter) di dalamnya. Untuk membuat kurva kalibrasi absorbansi ini dilakukan proses kalibrasi. Sebuah kultur bibit Botryococcus braunii dengan konsentrasi pekat (indikasi : warna kultur adalah hijau gelap) diencerkan secara bertahap dengan menggunakan pengenceran 50% di setiap tahapnya. Setiap kultur hasil dari tiap tahap pengenceran kemudian diukur derajat absorbansinya dan dikeringkan sampai didapatkan berat kering dari biomass di dalam kultur tersebut. Dari proses kalibrasi ini didapat hubungan matematis antara derajat absorbansi dengan konsentrasi biomass dalam media kultur sesuai grafik berikut : Grafik 4.1 Kurva Kalibrasi Absorbansi Sehingga konsentrasi biomass dalam media kultur dapat diketahui dari besaran absorbansinya dengan menggunakan persamaan kurva kalibrasi absorbansi yaitu y = 0,649 x. B. Produktivitas Lipida Botryococcus braunii Besaran lain yang diamati dalam penelitian ini selain laju pertumbuhan kultur Botryococcus braunii adalah produktivitas lipida Botryococcus braunii pada berbagai kondisi salinitas. Faktor lain yang berpengaruh selain intensitas cahaya dan salinitas media adalah kondisi pra kultur. Kondisi dan proses yang diterapkan sebelum kultur juga mempengaruhi kondisi mikroalga yang akan dikultur nantinya. Pada umumnya, pemilihan kondisi pra kultur yang digunakan didasarkan pada kondisi paling optimum. Hal ini bertujuan agar bibit mikroalga yang akan digunakan untuk dikultur merupakan bibit yang dalam kondisi terbaiknya. Sehingga variabel yang dipilih berkaitan dengan kondisi pra kultur adalah lama waktu pra kultur. Pemilihan lama waktu pra kultur sebagai variabel yang diamati adalah karena keterkaitannya dengan efisiensi waktu untuk pengembangan proses produksi biodiesel dari lipida mikroalga di kemudian hari. Sehingga dalam penelitian ini diamati pengaruh lama waktu pra kultur selain pengaruh salinitas dan nutrisi, terhadap produktivitas lipida Botryococcus braunii selama tujuh hari pengulturan dengan menggunakan intensitas cahaya lux. Berikut adalah hasil produktivitas lipida yang didapat. B.1 Pengaruh Waktu Pra Kultur Pada Produktivitas Lipida Kondisi pengulturan menggunakan intensitas cahaya lux, lama pencahayaan 12 jam per hari, jenis kultur adalah fototropik, waktu pengulturan tujuh hari, jenis nutrisi yang digunakan adalah walne, jenis media adalah larutan NaCl dengan salinitas dan waktu pra kultur yang berbeda. Didapat hasil sebagai berikut :
3 3 Grafik 4.2 : Produktivitas Lipida kultur selama tujuh hari pengulturan dengan menggunakan intensitas cahaya 5000 lux pada berbagai salinitas dan waktu kultur yang berbeda. Grafik 4.4 : Perbandingan Biomass Weight dengan produktivitas lipida dalam kultur, pada intensitas cahaya lux, waktu pra kultur lima hari, lama pencahayaan 12 jam per hari, waktu pengulturan tujuh hari. Pada berbagai salinitas. Grafik 4.3 : Produktivitas Lipida kultur selama tujuh hari pengulturan dengan menggunakan intensitas cahaya 5000 lux pada berbagai salinitas dan waktu kultur yang berbeda. Dari hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan dengan menggunakan waktu pra kultur lima hari diperoleh produktivitas lipid yang lebih tinggi daripada waktu pra kultur 10 hari. Lama waktu pra kultur mempengaruhi tinggi rendahnya konsentrasi biomass awal yang akan dikultur. Semakin cepat waktu pra kultur, semakin rendah konsentrasi biomass yang ada di dalam pra kultur. Sehingga konsentrasi biomass yang digunakan oleh variabel waktu pra kultur lima hari lebih rendah dibandingkan konsentrasi biomass dengan variabel waktu pra kultur 10 hari. Dari grafik di atas, baik media yang menggunakan nutrisi walne maupun tanpa nutrisi walne, juga didapatkan bahwa produktivitas lipida dengan waktu pra kultur lima hari lebih tinggi dibandingkan dengan produktivitas lipida dengan waktu pra kultur 10 hari. Hal ini mendukung pernyataan beberapa referensi di bidang mikroalga yang menyatakan bahwa semakin stress kondisi yang diterapkan pada kultur mikroalga dapat memacu mikroalga untuk memproduksi lipida semakin banyak (produktivitas lipida tinggi). Kondisi stress yang dimaksud disini adalah konsentrasi biomass. Konsentrasi biomass yang lebih rendah dapat menghasilkan produktivitas lipida yang lebih banyak dibandingkan dengan kultur dengan konsentrasi biomass yang tinggi. Hal ini juga terlihat dalam grafik berikut : Grafik 4.5 : Perbandingan Biomass Weight dengan produktivitas lipida dalam kultur, pada intensitas cahaya lux, waktu pra kultur 10 hari, lama pencahayaan 12 jam per hari, waktu pengulturan tujuh hari. Pada berbagai salinitas. Dari kedua grafik di atas, baik untuk pengulturan dengan waktu pra kultur lima hari maupun 10 hari, didapat bahwa besarnya biomass weight dalam kultur berbanding terbalik dengan produktivitas lipidnya. Dengan bertambahnya salinitas media kultur, biomass weight dalam kultur semakin rendah namun produktivitas lipidnya meningkat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa waktu pra kultur yang lebih cepat (indikasi: konsentrasi biomass rendah) dapat menghasilkan produktivitas lipida yang lebih tinggi dibandingkan waktu pra kultur yang lebih lama.
4 4 B.2 Pengaruh Nutrisi Pada Produktivitas Lipida Dalam penelitian ini juga diamati pengaruh nutrisi terhadap produktivitas lipida. Membandingkan bagaimana produktivitas lipida kultur Botryococccus braunii jika menggunakan nutrisi walne dengan tanpa menggunakan nutrisi walne. Hasil yang didapat seperti pada grafik berikut : Grafik 4.8 : Produktivitas lipida dalam kultur dengan nutrisi dan tanpa nutrisi, pada intensitas cahaya lux, waktu pra kultur lima hari, lama pencahayaan 12 jam per hari, waktu pengulturan tujuh hari. Pada media air laut dan air payau. Grafik 4.6 : Produktivitas lipida dalam kultur dengan nutrisi dan tanpa nutrisi, pada intensitas cahaya lux, waktu pra kultur lima hari, lama pencahayaan 12 jam per hari, waktu pengulturan tujuh hari. Pada berbagai salinitas. Grafik 4.9 : Produktivitas lipida dalam kultur dengan nutrisi dan tanpa nutrisi, pada intensitas cahaya lux, waktu pra kultur 10 hari, lama pencahayaan 12 jam per hari, waktu pengulturan tujuh hari. Pada media air laut dan air payau. Grafik 4.7 : Produktivitas lipida dalam kultur dengan nutrisi dan tanpa nutrisi, pada intensitas cahaya lux, waktu pra kultur 10 hari, lama pencahayaan 12 jam per hari, waktu pengulturan tujuh hari. Pada media air laut dan air payau. Nutrisi merupakan sumber mineral yang dibutuhkan oleh mikroalga untuk mendukung proses sintesis lipida dalam tubuhnya. Sehingga tanpa adanya asupan mineral yang cukup dan dibutuhkan untuk proses sintesis lipida, akan menyebabkan produktivitas lipida kultur mikroalga yang dihasilkan dari sintesis lipid oleh Botryococcus braunii tidak dapat berlangsung dengan maksimal. C. Air Laut dan Air Payau Sebagai Media Kultur Penelitian ini juga mengamati bagaimana produktivitas lipida Botryococccus braunii jika dikultur dalam media alami yang diambil langsung dari alam. Media yang digunakan untuk dibandingkan dalam penelitian ini adalah air laut (salinitas 25,4 ppt) dan air payau (salinitas 2,94 ppt). Berikut adalah hasil produktivitas lipid yang didapat : Berdasarkan literatur, Botryococcus braunii hidup secara optimum di perairan payau. Namun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Botryococcus braunii menghasilkan lipid lebih banyak di media air laut. Hal ini terlihat dari produktivitas lipid kultur Botryococcus braunii di dalam media air laut (salinitas 25,4 ppt) lebih tinggi jika dibandingkan dengan di dalam media air payau (salinitas 2,94 ppt). Berikut merupakan hasil penelitian yang didapat dengan menggunakan media air laut dan air payau sebagi media kultur:
5 5 Tabel 4.1 : Hasil Gravimetri Biomassa, Produktivitas lipida dan Lipid Content Kultur Botryococcus braunii menggunakan waktu pra kultur lima hari. No Media Kultur Biomassa (g/l) Produktivitas Lipida (g/l) Lipid Content (Lipid weight / Biomass weight) 1 Payau+Walne 0,4891 0,074 0, Payau+Walne 0,1967 0,0714 0, Payau 0,3515 0,0616 0, Payau 0,2283 0,0566 0, Laut+Walne 1,5437 0,2223 0, Laut+Walne 1,0843 0,1989 0, Laut 1,0716 0,1333 0, Laut 1,0206 0,1971 0,1931 Tabel 4.2 : Hasil Gravimetri Biomassa, Produktivitas lipida dan Lipid Content Kultur Botryococcus braunii menggunakan waktu pra kultur 10 hari. No Media Kultur Biomassa (gram) Produktivitas Lipida (g/l) Lipid Content (Lipid weight / Biomass weight) 1 Payau+Walne 0,8639 0,0884 0, Payau+Walne 0,1625 0,0418 0, Payau 0,2472 0,0351 0, Payau 0,4052 0,0465 0, Laut+Walne 0,8724 0,1115 0, Laut+Walne 0,337 0,0735 0, Laut 0,6632 0,0933 0, Laut 0,529 0,0432 0,0816 Berdasarkan tabel di atas, perbandingan antara biomass weight, lipid weight dan lipid content seperti pada grafik di bawah ini : Grafik 4.11 : Biomassa Produktivitas Lipida Lipid Content kultur Botryococcus braunii, pada intensitas cahaya lux, waktu pra kultur 10 hari, lama pencahayaan 12 jam per hari, waktu pengulturan tujuh hari dengan media air laut dan air payau. Dari hasil pengulturan menggunakan media air laut dan air payau didapati lagi bahwa biomass weight dan produktivitas lipid (Lipid Weight) merupakan besaran yang berbanding terbalik. Jika dibandingkan pada antar salinitas yang digunakan, yaitu air payau dan air laut, dimana biomass weight tinggi didapatkan produktivitas lipidnya rendah. Namun dalam hal ini, pemilihan media yang diambil dari alam secara langsung ini ternyata justru memberikan hasil yang berbeda dengan jika menggunakan larutan NaCl sebagai media. Pada media NaCl, semakin tinggi salinitas, semakin rendah konsentrasi biomass akhir yang didapat dan semakin tinggi produktivitas lipidnya. Namun dalam media alam, didapati bahwa semakin tinggi salinitas (air laut), konsentrasi biomass yang didapat lebih tinggi dari konsentrasi biomass dengan salinitas media rendah (air payau). Dan produktivitas lipid (lipid weight) paling tinggi dihasilkan pada media kultur dengan salinitas tinggi (air laut). Namun didapat bahwa lipid content, yaitu rasio lipid terhadap berat kering mikroalga, adalah lebih tinggi pengulturan dengan salinitas rendah (air payau). Hal ini dapat disebabkan oleh karna jumlah dan komposisi kandungan mineral yang ada di dalam air payau dan air laut merupakan besaran yang tidak diukur dan dikontrol dalam penelitian ini dengan maksud untuk mengetahui bagaimana produktivitas lipid kultur Botryococcus braunii di dalam media alam (air laut dan air payau). Grafik 4.10 : Biomassa Produktivitas Lipida Lipid Content kultur Botryococcus braunii, pada intensitas cahaya lux, waktu pra kultur lima hari, lama pencahayaan 12 jam per hari, waktu pengulturan tujuh hari dengan media air laut dan air payau. IV. KESIMPULAN/RINGKASAN Dari hasil penelitian ini dapat dibuat beberapa kesimpulan, yaitu : 1. Semakin tinggi salinitas media kultur Botryococcus braunii semakin rendah laju pertumbuhan Botryococcus braunii dan semakin tinggi produktivitas lipida dari kultur Botryococcus braunii selama tujuh hari pengulturan. 2. Waktu pra kultur juga mempengaruhi produktivitas lipida kultur Botryococcus braunii. Waktu pra kultur lima hari
6 6 menunjukkan hasil produktivitas lipida yang lebih banyak dibandingkan dengan waktu pra kultur 10 hari. 3. Adanya nutrisi walne sebagai asupan mineral dapat meningkatkan produktivitas lipida dalam kultur Botryococcus braunii. 4. Produktivitas lipida paling tinggi didapat pada kondisi pengulturan dengan intensitas cahaya lux, waktu pra kultur lima hari, media Air Laut (salinitas 25,4 ppt) menggunakan nutrisi walne, waktu pengulturan tujuh hari, yaitu lipida yang dihasilkan sebanyak 0,2223 gram/liter. 5. Lipid Content paling banyak didapat pada kondisi pengulturan dengan intensitas cahaya lux, waktu pra kultur 10 hari, salinitas 45 ppt larutan NaCl menggunakan nutrisi walne, waktu pengulturan tujuh hari, yaitu 58,23% dari berat kering mikroalga Botryococcus braunii UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Tri Widjaja, M.Eng, selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS, dan juga kepada Siti Zullaikah, ST. MT. PhD selaku sponsor dana penelitian ini dan selaku dosen pembimbing penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA [1] D. R. Erricson, Edible Fats and Oils Processing: Basic Principles and Modern Practices : World Conference Proceedings (Book style with paper title and editor), The American Oil Chemists Society (1990) [2] A. Pandey, C. Arroche, S. C. Ricke, C. Dussap, E. Gnansounou, Biofuels (Book style). Academic Press (2011) [3] T. H. Applewhite, Proceedings of the world conference on oilseed (Book style with paper title and editor). The American Oil Chemists Society (1993) [4] H. Dewajani, Potensi Minyak Kapuk Randu (Ceiba Pentandra) sebagai Bahan Baku Biodiesel, Politeknik Negeri Malang (2008). [5] M. E. Borges, Estimation Of The Content Of Fatty Acid Methyl Esters (FAME) In Biodiesel Samples From Dynamic Viscocity Measurements, Chemical Engineering Departement, University of La Laguna, Spain (2010). [6] X. Liu, H. HE, Y. Wang, S. Zhu, X. Piao, Transesterification Of Soybean Oil To Biodiesel Using Cao As A Solid Base Catalyst, State Key Laboratory of Chemical Engineering, Tsinghua University, Beijing, China (2007). [7] W. L. Masterton, C. N. Hurley, E. J. Neth, Chemical Principels and Reactions (Book style), Cengage Learning (2011). [8] F. Ma, M. A. Hanna, Biodiesel Production : A Review, Departement of Food Science and Technology, University of Nebraska, Lincoln:USA (1998). [9] Y. H. Taufiq-Yap, H. V. Lee, M. Z. Hussein, R. Yunus, Calcium Based Mixed Oxide Catalysts For Methanolysis of Jatropha Curcas Oil To Biodiesel. University Putra Malaysia, Selangor, Malaysia (2010). [10] S. Sankaranarayan, C. A. Antonyraj, S. Kannan, Transesterification of edible, non-edible, and used cooking oils for biodiesel production using calcined layered double hydroxides as reusable base catalysts, Centre Salt and Marine Chemicals Research Institute, GB Marg, Bhavenagar, India(2011).
PENGARUH JENIS NUTRISI DAN SALINITAS TERHADAP PRODUKSI LIPID DARI Botryococcus braunii
PENGARUH JENIS NUTRISI DAN SALINITAS TERHADAP PRODUKSI LIPID DARI Botryococcus braunii Oleh: Elfrida Dina Febriana (2307100141) Henry Mukti (2308100120) Dosen Pembimbing: Siti Zullaikah ST,MT,PhD LABOATORIUM
Lebih terperinciII. URAIAN PENELITIAN. A. Tahap Degumming
1 Pembuatan Biodiesel Dari Minyak Biji Kapuk Randu (Ceiba Pentandra) Melalui Proses Transifikasi Dengan Menggunakan CaO Sebagai Katalis Nidya Santoso, Ferdy Pradana,dan Prof. Dr. Ir. H. M. Rachimoellah,
Lebih terperinciPEMBUATAN BIODIESEL TANPA KATALIS DENGAN AIR DAN METHANOL SUBKRITIS
Skripsi TK - 091383 PEMBUATAN BIODIESEL TANPA KATALIS DENGAN AIR DAN METHANOL SUBKRITIS Oleh : SUHADAK NASRULLAH NRP. 2311 105 002 ALFIN BARIK NRP. 2311 105 003 Dosen Pembimbing : Siti Zullaikah, ST. MT.
Lebih terperinciSNTMUT ISBN:
PENAMBAHAN NUTRISI MAGNESIUM DARI MAGNESIUM SULFAT (MgSO 4.7H 2 O) DAN NUTRISI KALSIUM DARI KALSIUM KARBONAT (CaCO 3 ) PADA KULTIVASI TETRASELMIS CHUII UNTUK MENDAPATKAN KANDUNGAN LIPID MAKSIMUM Dora Kurniasih
Lebih terperinciPERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN LIPIDA DARI Botryococcus braunii DALAM MEDIA AIR LAUT
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN LIPIDA DARI Botryococcus braunii DALAM MEDIA AIR LAUT Adelyna Merta Sari, Hesty Eka Mayasari, Rachimoellah,
Lebih terperinciDosen Pembimbing: Dr. Ir. Sri Rachmania Juliastuti, M. Eng. Ir. Nuniek Hendrianie, MT.
Pengaruh Kadar Nitrogen, CO 2, dan Salinitas terhadap Peningkatan Kadar Lipid pada Chlorella vulgaris dan Botryococcus braunii serta Peran Chlorella vulgaris dan Botryococcus braunii dalam Penurunan Kadar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri bahwa cadangan sumber energi fosil dunia sudah semakin menipis. Hal ini dapat berakibat pada krisis energi yang akan menyebabkan terganggunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang harus segera ditanggulangi. Eksploitasi secara terus-menerus terhadap bahan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis energi yang sedang melanda dunia saat ini, merupakan masalah yang harus segera ditanggulangi. Eksploitasi secara terus-menerus terhadap bahan bakar fosil yang
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN PENELITIAN
BAB III RANCANGAN PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh lama pencahayaan terhadap laju pertumbuhan Botryococcus braunii dan pembentukan hidrokarbon. Untuk mencapai
Lebih terperinciPengaruh ph Terhadap Perkembangbiakkan Mikroalga Botryococcus braunii Alami dan Mutannya
Oleh : LOGO Pengaruh ph Terhadap Perkembangbiakkan Mikroalga Botryococcus braunii Alami dan Mutannya Andi Kurniawan 2310100051 Erica Yunita Hutapea 2310100053 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Arief Widjaja,
Lebih terperinciMODIFIKASI PROSES IN SITU ESTERIFIKASI UNTUK PRODUKSI BIODIESEL DARI DEDAK PADI
SEMINAR SKRIPSI MODIFIKASI PROSES IN SITU ESTERIFIKASI UNTUK PRODUKSI BIODIESEL DARI DEDAK PADI Oleh: Arsita Permatasari 2308 100 539 Indah Marita 2308 100 540 Dosen Pembimbing: Prof.Dr.Ir.H.M.Rachimoellah,Dipl.EST
Lebih terperinciJurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2013
TUGAS AKHIR SB 091358 PENGARUH KOMBINASI KONSENTRASI MEDIA EKSTRAK TAUGE (MET) DENGAN PUPUK UREA TERHADAP KADAR PROTEIN Spirulina sp. PADA MEDIA DASAR AIR LAUT Dwi Riesya Amanatin (1509100063) Dosen Pembimbing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebabkan bahan persediaan bahan bakar fosil berkurang. Seiring menipisnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan bahan bakar fosil saat ini semakin meningkat sehingga dapat menyebabkan bahan persediaan bahan bakar fosil berkurang. Seiring menipisnya persediaan bahan
Lebih terperinciIV METODOLOGI PENELITIAN. Bahan penelitian yang akan digunakan adalah S. platensis, pupuk Azolla pinnata,
IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 di Laboratorium Pendidikan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga.
Lebih terperinciBAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,
24 BAB III METODA PENELITIAN A. Alat dan Bahan 1. Alat Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah semua alat gelas yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Laporan Tugas Akhir 2012 Jurusan Teknik Konversi Energi 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis energi yang sedang melanda dunia saat ini merupakan masalah yang harus segera ditanggulangi. Dunia saat ini sedang mengalami ketergantungan yang amat
Lebih terperinciOleh: Nufi Dini Masfufah Ajeng Nina Rizqi
VARIABEL YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI BIODIESEL DARI DEDAK PADI DENGAN METODE IN-SITU DUA TAHAP Oleh: Nufi Dini Masfufah 2306 100 055 Ajeng Nina Rizqi 2306 100 148 Dosen Pembimbing: Siti Zullaikah, ST, MT,
Lebih terperinciPengaruh Konsentrasi Nutrien dan Konsentrasi Bakteri Pada Prosduksi Alga Dalam Sistem Bioreaktor Proses Batch
TUGAS AKHIR RE091324 Ujian Tugas Akhir Pengaruh Konsentrasi Nutrien dan Konsentrasi Bakteri Pada Prosduksi Alga Dalam Sistem Bioreaktor Proses Batch Oleh: Minarti Oktafiani NRP. 3309 100 026 Dosen Pembimbing:
Lebih terperinciPRODUKSI BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL MELALUI REAKSI DUA TAHAP
PRODUKSI BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL MELALUI REAKSI DUA TAHAP Eka Kurniasih Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh-Medan km. 280 Buketrata Lhokseumawe Email: echakurniasih@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Permintaan energi global sedang meningkat sebagai hasil dari prtumbuhan dari populasi, industri serta peningkatan penggunaan alat transportasi [1], Bahan bakar minyak
Lebih terperinciPEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK BIJI ALPUKAT (Persea gratissima) DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI
TUGAS AKHIR RK 1583 PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK BIJI ALPUKAT (Persea gratissima) DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI RISKA PRAWITASARI NRP 2305.100.093 KARTIKA YENI LESTARI NRP 2305.100.094 Dosen Pembimbing
Lebih terperinciSIDANG SEMINAR TUGAS AKHIR
L/O/G/O SIDANG SEMINAR TUGAS AKHIR PEMANFATAAN SABUT KELAPA SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN MEMBRAN UNTUK DESALINASI AIR LAUT The Used of Coconut Husk as Raw Material for The Fabrication of Seawater Membrane
Lebih terperinciLAMPIRAN A DATA PENGAMATAN. 1. Data Pengamatan Ekstraksi dengan Metode Maserasi. Rendemen (%) 1. Volume Pelarut n-heksana (ml)
LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN 1. Data Pengamatan Ekstraksi dengan Metode Maserasi Berat Mikroalga Kering (gr) Volume Pelarut n-heksana Berat minyak (gr) Rendemen (%) 1. 7821 3912 2. 8029 4023 20 120 3. 8431
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode dalam proses elektrokoagulasi larutan yang mengandung pewarna tekstil hitam ini
Lebih terperinciBioremediasi Limbah Cair Tercemar Kromium (Cr) Menggunakan Mixed Culture Bakteri Bacillus subtilis dan Bacillus megaterium.
Bioremediasi Limbah Cair Tercemar Kromium (Cr) Menggunakan Mixed Culture Bakteri Bacillus subtilis dan Bacillus megaterium. Anindita Meitamasari *) dan Ipung Fitri Purwanti Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
Lebih terperinciEKSTRAKSI SENYAWA BIOAKTIV DARI DAUN MORINGA OLEIFERA
EKSTRAKSI SENYAWA BIOAKTIV DARI DAUN MORINGA OLEIFERA Dosen Pembimbing : Siti Zullaikah, ST, MT, PhD. Prof. Dr. Ir. H. M. Rachimoellah Dipl. EST Laboratorium Biomassa dan Konversi Energi Teknik Kimia FTI-ITS
Lebih terperinciJURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: Vol. 7 No. 2 Februari 2015
PENGARUH PROSES EKSTRAKSI BERTEKANAN DALAM PENGAMBILAN LIPID DARI MIKROALGA JENIS NANNOCHLOROPSIS SP. DENGAN PELARUT METANOL Ani Purwanti 1 1 Jurusan Teknik Kimia, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Krisis energi dan lingkungan akhir akhir ini menjadi isu global. Pembakaran BBM menghasilkan pencemaran lingkungan dan CO 2 yang mengakibatkan pemanasan global. Pemanasan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Maret 2015 di Balai Besar
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Maret 2015 di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut Lampung (BBPBL), Laboratorium Pengelolaan Limbah Agroindustri
Lebih terperinci3 METODOLOGI PENELITIAN
3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat yang berasal dari Laboratorium Tugas Akhir dan Laboratorium Kimia Analitik di Program
Lebih terperinciABSTRAK. POTENSI BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica) SEBAGAI BAHAN BAKU ALTERNATIF BIODIESEL
ABSTRAK POTENSI BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica) SEBAGAI BAHAN BAKU ALTERNATIF BIODIESEL Produksi minyak bumi mengalami penurunan berbanding terbalik dengan penggunaannya yang semakin meningkat setiap
Lebih terperinciMODIFIKASI PROSES IN-SITU DUA TAHAP UNTUK PRODUKSI BIODIESEL DARI DEDAK PADI LOGO
MODIFIKASI PROSES IN-SITU DUA TAHAP UNTUK PRODUKSI BIODIESEL DARI DEDAK PADI LOGO LABORATORIUM BIOMASSA DAN KONVERSI ENERGI, JURUSAN TEKNIK KIMIA FTI-ITS OUTLINE 1 2 3 4 5 LATAR BELAKANG Harga BBM meningkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini dunia sedang menghadapi kenyataan bahwa persediaan minyak. bumi sebagai salah satu tulang punggung produksi energi semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini dunia sedang menghadapi kenyataan bahwa persediaan minyak bumi sebagai salah satu tulang punggung produksi energi semakin berkurang. Keadaan ini bisa
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Penyiapan Inokulum dan Optimasi Waktu Inokulasi. a. Peremajaan Biakan Aspergillus flavus galur NTGA7A4UVE10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PERCOBAAN 1. Penyiapan Inokulum dan Optimasi Waktu Inokulasi a. Peremajaan Biakan Aspergillus flavus galur NTGA7A4UVE10 Setelah dilakukan peremajaan pada agar miring
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN
LAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN L1.1 DATA RENDEMEN EKSTRAK Dari hasil percobaan diperoleh data rendemen ekstrak sebagai berikut: Jumlah Tahap Ekstraksi 2 3 Konsentrasi Pelarut (%) 50 70 96 50 70 96 Tabel L1.1
Lebih terperinciPENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN Na 2 CO 3 PADA SINTESIS KATALIS CaOMgO DARI SERBUK KAPUR DAN AKTIVITASNYA PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN
PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN Na 2 CO 3 PADA SINTESIS KATALIS CaOMgO DARI SERBUK KAPUR DAN AKTIVITASNYA PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN DESY TRI KUSUMANINGTYAS (1409 100 060) Dosen Pembimbing
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian dilaksanakan di Laboratorium Riset, dan Laboratorium Kimia Instrumen
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Pengambilan sampel ini dilaksanakan di Pasar modern Kota Gorontalo dan
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN Pengambilan sampel ini dilaksanakan di Pasar modern Kota Gorontalo dan pengujiannya di laksanakan di Labaoratorium Kimia
Lebih terperinciAyu Dina Evelyana Firdausil Jannah
Pengaruh Logam Berat (Cu dan Cd) dan Salinitas Terhadap Peningkatan Kadar Lipid Pada Chlorella vulgaris dan Botryococcus braunii serta Peran Chorella vulgaris dan Botryococcus braunii Dalam Penurunan Kadar
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sebelum Aktivasi
LAMPIRAN 1 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sebelum Aktivasi 35 LAMPIRAN 2 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sesudah Aktivas 36 LAMPIRAN 3 Data XRD Pasir Vulkanik Merapi a. Pasir Vulkanik
Lebih terperinci: Dr. Rr. Sri Poernomo Sari ST., MT.
SKRIPSI/TUGAS AKHIR APLIKASI BAHAN BAKAR BIODIESEL M20 DARI MINYAK JELANTAH DENGAN KATALIS 0,25% NaOH PADA MOTOR DIESEL S-111O Nama : Rifana NPM : 21407013 Jurusan Pembimbing : Teknik Mesin : Dr. Rr. Sri
Lebih terperinciII. METODOLOGI PENELITIAN
1 Perbandingan Antara Metode Hydro-Distillation dan Steam-Hydro Distillation dengan pemanfaatan Microwave Terhadap Jumlah Rendemenserta Mutu Minyak Daun Cengkeh Fatina Anesya Listyoarti, Lidya Linda Nilatari,
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-39
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-39 Perbandingan Antara Metode - dan Steam- dengan pemanfaatan Microwave terhadap Jumlah Rendemenserta Mutu Minyak Daun Cengkeh
Lebih terperinciPROSES PEMBUATAN BIODIESEL MINYAK JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DENGAN TRANSESTERIFIKASI SATU DAN DUA TAHAP. Oleh ARIZA BUDI TUNJUNG SARI F
PROSES PEMBUATAN BIODIESEL MINYAK JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DENGAN TRANSESTERIFIKASI SATU DAN DUA TAHAP Oleh ARIZA BUDI TUNJUNG SARI F34103041 2007 DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai macam habitat akuatik/perairan maupun terestrial/daratan. Keanekaragaan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mikroalga merupakan organisme fotosintetik yang mampu mengubah energi cahaya menjadi energi kimia dalam bentuk biomassa. Mikroalga termasuk organisme yang mempunyai
Lebih terperinciLAMPIRAN A DATA PENGAMATAN
LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN TABEL DATA HASIL PENELITIAN Tabel 1. Perbandingan Persentase Perolehan Rendemen Lipid dari Proses Ekstraksi Metode Soxhlet dan Maserasi Metode Ekstraksi Rendemen Minyak (%) Soxhletasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LAPORAN TESIS BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Beberapa tahun terakhir ini krisis energi merupakan persoalan yang krusial di dunia termasuk Indonesia. Peningkatan penggunaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Beberapa tahun ini produksi minyak bumi selalu mengalami penurunan, sedangkan konsumsi minyak selalu mengalami penaikan. Menurut Pusat Data Energi dan Sumber Daya
Lebih terperinciMENGHITUNG JUMLAH DAN KANDUNGAN KLOROFIL MIKROALGA Nanochloropsis oculata
Laporan Praktikum Cryptogame Kelompk 2 Ke 2 dan 3 MENGHITUNG JUMLAH DAN KANDUNGAN KLOROFIL MIKROALGA Nanochloropsis oculata Dede Fajar 1, Rizal Maulana Hasbi 2, Fani Fitria 3, Ulfia Setiani 4 Dedefajar346@gmail.com
Lebih terperinciPERBANDINGAN PEMBUATAN BIODIESEL DENGAN VARIASI BAHAN BAKU, KATALIS DAN TEKNOLOGI PROSES
PERBANDINGAN PEMBUATAN BIODIESEL DENGAN VARIASI BAHAN BAKU, KATALIS DAN TEKNOLOGI PROSES KARYA TULIS ILMIAH Disusun Oleh: Achmad Hambali NIM: 12 644 024 JURUSAN TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA. berflagel. Selnya berbentuk bola berukuran kecil dengan diameter 4-6 µm.
3 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Nannochloropsis sp Mikroalga adalah tumbuhan tingkat rendah yang memiliki klorofil, yang dapat digunakan untuk melakukan proses fotosintesis. Mikroalga tidak memiliki
Lebih terperinciLAPORAN SKRIPSI PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN KATALIS PADAT BERPROMOTOR GANDA DALAM REAKTOR FIXED BED
LAPORAN SKRIPSI PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN KATALIS PADAT BERPROMOTOR GANDA DALAM REAKTOR FIXED BED Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Achmad Roesyadi, DEA Oleh : M Isa Anshary 2309 106
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - Februari 2015 di Balai Besar
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - Februari 2015 di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung dan Laboratorium Pengelolaan Limbah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium penelitian jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel kulit
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN
LAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN L1.1 DATA RENDEMEN EKSTRAK Jumlah Tahap Ekstraksi 2 3 Dari hasil percobaan diperoleh data rendemen ekstrak sebagai berikut: Konsentrasi Pelarut (%) 50 70 96 50 70 96 Tabel L1.1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan kebutuhan mutlak yang diperlukan dalam kehidupan UKDW
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Energi merupakan kebutuhan mutlak yang diperlukan dalam kehidupan manusia, serta ketersediaannya memberikan pengaruh besar terhadap kemajuan pembangunan Indonesia. Seiring
Lebih terperinciJurnal Bahan Alam Terbarukan
Jurnal Bahan Alam Terbarukan ISSN 2303-0623 SINTESIS BIODIESEL DARI MINYAK MIKROALGA Chlorella vulgaris DENGAN REAKSI TRANSESTERIFIKASI MENGGUNAKAN KATALIS KOH Catur Rini Widyastuti 1,*) dan Ayu Candra
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) F-234
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-234 Perbandingan Metode Steam Distillation dan Steam-Hydro Distillation dengan Microwave Terhadap Jumlah Rendemen serta Mutu
Lebih terperinciTransesterifikasi parsial minyak kelapa sawit dengan EtOH pada pembuatan digliserida sebagai agen pengemulsi
Transesterifikasi parsial minyak kelapa sawit dengan EtOH pada pembuatan digliserida sebagai agen pengemulsi Rita Arbianti *), Tania S. Utami, Heri Hermansyah, Ira S., dan Eki LR. Departemen Teknik Kimia,
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Pakan Uji Pakan yang digunakan adalah pelet kering berbasis sumber protein nabati yang berjenis tenggelam dengan campuran crude enzim dari rumen domba. Pakan uji yang diberikan
Lebih terperinciDosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. H.M. Rachimoellah, Dipl.EST Laboratorium Biomassa dan Konversi Energi
Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. H.M. Rachimoellah, Dipl.EST Laboratorium Biomassa dan Konversi Energi LABORATORIUM BIOMASSA DAN KONVERSI ENERGI JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT
Lebih terperinciJurnal Flywheel, Volume 3, Nomor 1, Juni 2010 ISSN :
PENGARUH PENAMBAHAN KATALIS KALIUM HIDROKSIDA DAN WAKTU PADA PROSES TRANSESTERIFIKASI BIODIESEL MINYAK BIJI KAPUK Harimbi Setyawati, Sanny Andjar Sari, Hetty Nur Handayani Jurusan Teknik Kimia, Institut
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Chlorella sp. tiap perlakuan. Data di analisa menggunakan statistik One Way
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Pengambilan data penelitian diperoleh dari perhitungan kelimpahan sel Chlorella sp. tiap perlakuan. Data di analisa menggunakan statistik One Way Anova
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pertumbuhan Chaetoceros sp. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi parameter kualitas air terkontrol (Lampiran 4). Selama kultur berlangsung suhu
Lebih terperinciPEMBUATAN BIODIESEL SECARA SIMULTAN DARI MINYAK JELANTAH DENGAN MENGUNAKAN CONTINUOUS MICROWAVE BIODISEL REACTOR
PEMBUATAN BIODIESEL SECARA SIMULTAN DARI MINYAK JELANTAH DENGAN MENGUNAKAN CONTINUOUS MICROWAVE BIODISEL REACTOR Galih Prasiwanto 1), Yudi Armansyah 2) 1. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Dalam melakukan kegiatan penelitian diperlukan peralatan laboratorium, bahan serta prosedur penelitian yang akan dilakukan. Tiga hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009 yang bertempat di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Jumlah cadangan minyak bumi dunia semakin menipis. Sampai akhir tahun 2013, cadangan minyak bumi dunia tercatat pada nilai 1687,9 miliar barel. Jika tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat ini pemakaian bahan bakar yang tinggi tidak sebanding dengan ketersediaan sumber bahan bakar fosil yang semakin menipis. Cepat atau lambat cadangan minyak bumi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. konsentrasi limbah cair tapioka (10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 0% atau kontrol)
34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian disusun menggunakan metoda statistika rancangan acak lengkap (RAL) satu faktor, dimana faktor yang diujikan adalah pengaruh konsentrasi
Lebih terperinci1. Dapat mengerti prinsip-prinsip dasar mengenai teknik spektrofotometri (yaitu prinsip dasar
LAPORAN PRAKTIKUM III PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) NAMA PRODI : IKA WARAZTUTY DAN IRA ASTUTI : MAGISTER ILMU BIOMEDIK TGL PRATIKUM : 17 MARET 2015 TUJUAN
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Spirulina sp.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Spirulina sp. Spirulina sp. merupakan mikroalga yang menyebar secara luas, dapat ditemukan di berbagai tipe lingkungan, baik di perairan payau, laut dan tawar. Spirulina
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.
26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penelitian
Lebih terperinci3 METODE PENELITIAN A2B2 (37;11) A2B1 (37;9) A1B2 (33;11) Tepung ikan
17 3 METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Stasiun Lapang Pusat Studi Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (PSIK IPB) Ancol Jakarta Utara pada bulan Juli Oktober
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. menggunakan suatu kolompok eksperimental dengan kondisi perlakuan tertentu
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat eksperimental, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat dengan cara menggunakan
Lebih terperinciPembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa dengan Katalis H 3 PO 4 secara Batch dengan Menggunakan Gelombang Mikro (Microwave)
Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa dengan Katalis H 3 PO 4 secara Batch dengan Menggunakan Gelombang Mikro (Microwave) Dipresentasikan oleh : 1. Jaharani (2310100061) 2. Nasichah (2310100120) Laboratorium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diakibatkan akumulasi emisi karbondioksida (CO 2 ). Kelangkaan bahan bakar fosil
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk dunia di masa mendatang akan menghadapi dua permasalahan yang serius, yaitu kelangkaan bahan bakar fosil dan perubahan iklim global yang diakibatkan akumulasi
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai April 2015
III. METODE PENELITIAN A.Waktu dan Tempat Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai April 2015 di UPT Laboratorium Terpadu dan Sentra Inovasi Teknologi Universitas Lampung. Pengambilan
Lebih terperinciOPTIMASI TRANSESTERIFIKASI BIODIESEL MENGGUNAKAN CAMPURAN MINYAK KELAPA SAWIT DAN MINYAK JARAK DENGAN TEKNIK ULTRASONIK PADA FREKUENSI 28 khz
OPTIMASI TRANSESTERIFIKASI BIODIESEL MENGGUNAKAN CAMPURAN MINYAK KELAPA SAWIT DAN MINYAK JARAK DENGAN TEKNIK ULTRASONIK PADA FREKUENSI 28 khz * Berkah Fajar TK 1,a, Ben Wahyudi H 1,b, Widayat 2,c 1) Jurusan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen
19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2012 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Kegiatan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Rekayasa Bioproses, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. 3.1. DIAGRAM ALIR PENELITIAN berikut ini
Lebih terperinciBab III Bahan dan Metode
Bab III Bahan dan Metode A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah kelapa sawit segar dan buah pascaperebusan (perebusan pada suhu 131 o C, tekanan uap 2 atmosfer, selama 100
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kultivasi Porphyridium cruentum Salah satu faktor lingkungan yang penting dalam kultivasi mikroalga adalah cahaya. Cahaya merupakan faktor utama dalam fotosintesis (Arad dan
Lebih terperinciOPTIMASI RASIO PALM FATTY ACID DESTILATE ( PFAD ) DAN SABUN LOGAM PADA PEMBUATAN PELUMAS PADAT (GREASE ) BIODEGRADABLE
OPTIMASI RASIO PALM FATTY ACID DESTILATE ( PFAD ) DAN SABUN LOGAM PADA PEMBUATAN PELUMAS PADAT (GREASE ) BIODEGRADABLE 1* Sukmawati, 2 Tri Hadi Jatmiko 12 Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental. Pengambilan data penelitian diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketercukupannya, dan sangat nyata mempengaruhi kelangsungan hidup suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan dasar manusia yang tidak dapat dihindari ketercukupannya, dan sangat nyata mempengaruhi kelangsungan hidup suatu bangsa di masa sekarang
Lebih terperinciFIKSASI CO 2 MENGGUNAKAN MIKROALGAE Botryococcus braunii PADA BIOREAKTOR UP LIFT. Kelompok B Pembimbing
TK-40Z2 PENELITIAN Semester I 2007/2008 FIKSASI CO 2 MENGGUNAKAN MIKROALGAE Botryococcus braunii PADA BIOREAKTOR UP LIFT Kelompok B.67.3.38 Ujang Suryana (13004044) Nurhadiati (13004087) Pembimbing Dr.
Lebih terperinciAntioksidan dalam Bakso Rumput Laut Merah Eucheuma cottonii
Antioksidan dalam Bakso Rumput Laut Merah Eucheuma cottonii Dikron Wirada Sirat (1407 100 043) Dosen Pembimbing : Dra. Sukesi, M.Si. CONTENT PENDAHULUAN METODOLOGI HASIL DAN PEMBAHASAN KESIMPULAN Tepung
Lebih terperinciBAB III METODE. 3.1 Lokasi dan Waktu
BAB III METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 - Januari 2017 di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, Bandung. 3.2 Alat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pencemaran air dimana suatu keadaan air tersebut telah mengalami penyimpangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran merupakan penyimpangan dari keadaan normalnya. Misalnya pencemaran air dimana suatu keadaan air tersebut telah mengalami penyimpangan dari keadaan normalnya.
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran
METDE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Sebagian besar sumber bahan bakar yang digunakan saat ini adalah bahan bakar fosil. Persediaan sumber bahan bakar fosil semakin menurun dari waktu ke waktu. Hal ini
Lebih terperinciGun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia
PENGARUH PEMANASAN TERHADAP PROFIL ASAM LEMAK TAK JENUH MINYAK BEKATUL Oleh: Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia Email:
Lebih terperinciVARIASI SUHU DAN WAKTU TRANSESTERIFIKASI PADA SINTESIS BIODIESEL DARI BIJI KAPUK RANDU DENGAN KATALISATOR NaOH DAN RASIO (MINYAK/ METANOL) : 15/1
VARIASI SUHU DAN WAKTU TRANSESTERIFIKASI PADA SINTESIS BIODIESEL DARI BIJI KAPUK RANDU DENGAN KATALISATOR NaOH DAN RASIO (MINYAK/ METANOL) : 15/1 THE VARIATION OF TRANSESTERIFICATION TEMPERATURE AND TIME
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh data mengenai biomassa panen, kepadatan sel, laju pertumbuhan spesifik (LPS), waktu penggandaan (G), kandungan nutrisi,
Lebih terperinciMETODELOGI PENELITIAN
III. METODELOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan baku yang digunakan adalah kelopak kering bunga rosela (Hibiscus sabdariffa L.) yang berasal dari petani di Dramaga dan kayu secang (Caesalpinia
Lebih terperincidimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)
Lampiran 1. Metode analisis proksimat a. Analisis kadar air (SNI 01-2891-1992) Kadar air sampel tapioka dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu
Lebih terperinciSoal Open Ended OSN PERTAMINA 2015 Bidang Kimia. Algae Merupakan Bahan Bakar Terbarukan
Soal Open Ended OSN PERTAMINA 2015 Bidang Kimia Topik 1 Algae Merupakan Bahan Bakar Terbarukan Algae adalah salah satu tanaman yang paling cepat berkembang di dunia, dan dikenal orang merupakan pengotor
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan
13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012,
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012, bertempat di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai Agustus 2013 di Laboratorium Riset dan Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan
Lebih terperinci