BAB III KONSEP MENUMBUHKAN MINAT MEMBACA KEPADA ANAK SEJAK USIA DINI DAN PERKEMBANGANNYA (MENURUT DWI SUNAR PRASETYONO)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III KONSEP MENUMBUHKAN MINAT MEMBACA KEPADA ANAK SEJAK USIA DINI DAN PERKEMBANGANNYA (MENURUT DWI SUNAR PRASETYONO)"

Transkripsi

1 BAB III KONSEP MENUMBUHKAN MINAT MEMBACA KEPADA ANAK SEJAK USIA DINI DAN PERKEMBANGANNYA (MENURUT DWI SUNAR PRASETYONO) A. Karya-Karya Dwi Sunar Prasetyono Beliau merupakan salah satu pengarang buku yang produktif hal ini ditandai dengan banyaknya buku-buku karya beliau, yaitu antara lain: 1 1. Bank Soal TPA Terkini, buku ini menjelaskan tentang pemahaman Tes Potensi Akademik (TPA) yang dilengkapi dengan soal-soal latihan yang lengkap. 2. Biarkan Anakmu Bermain, berisi tentang seluk-beluk psikologi bermain anak dan bagaimana cara mengarahkan dan merencanakannya 3. Bimbingan Persiapan dan Perawatan Kehamilan, buku ini berisi segala hal yang harus diketahui pasutri dalam menjaga dan merawat kehamilannya, mulai dari minggu pertama hingga menjelang kelahiran. 4. Cerdas Psikotes, Tes Bakat, Tes IQ dan Tes Gamma, berisi tentang selukbeluk psikotes beserta varian materi, metode, dan pendukungnya. 5. Kiat Jitu Menghadapi TPA, berisi tentang kiat-kiat praktis untuk menaklukkan segala masalah yang paling sering dialami oleh para peserta ujian Tes Potensi Akademik (TPA). asetyono

2 36 6. Buku Pintar TOEIC, Buku Pintar TOEIC ini merupakan panduan seuper lengkap, efektif, dan praktis bagi siapa pun yang ingin belajar TOEIC. 7. Cepat Mahir Matematika untuk SD Kelas VI, buku ini merupakan intisari rumus dan soal latihan matematika untuk SD kelas VI. Disusun dengan sistematika yang mudah, bahasan yang terang dan sederhana, dan latihan yang intensif, maka dapat dipastikan anak-anak akan bisa berkembang dengan pesat dalam menguasai mata pelajaran matematika. Itulah beberapa karya-karya beliau dan masih banyak lagi yang penulis tidak mungkin untuk menyebutkan satu persatu diantarnya adalah Hidup Plus! Prinsip Plus!, Buku Majas Lengkap dan 3000 Pribahasa, Buku Pintar Asi Eksklusif, Cara Instan Pintar Lobi dan Negosiasi dan lain sebagainya. B. Menumbuhkan Minat Membaca pada Anak Sejak Usia Dini Membina kebiasaan yang baik bukan hanya penting untuk anak, melainkan juga untuk semua orang. Membina kebiasaan baik tidaklah mudah. Kebiasaan baik ini harus dibina sedini mungkin, sejak kecil. 2 Termasuk membiasakan membaca pada anak sangatlah penting bagi keberhasilan anakanak kelak saat dewasa nantinya. Membaca harus dikenalkan sejak dini pada anak-anak, terutama sebelum masuk sekolah, dikarenakan membaca merupakan ketrampilan yang 2 Yose Rizal Kaswati, Harapan Orang Tua terhadap Anak, (Bandung: CV. Pustaka Karya, 2001), hlm. 179.

3 37 diupayakan, sehingga anak-anak harus dibiasakan dengan aktivitas tersebut. 3 Menumbuhkan minat membaca kepada anak agar menjadi suatu kebiasaan yang positif bukanlah persoalan yang mudah. Perlu beberapa strategi agar anak menjadi gemar membaca, sebagaimana dijelaskan oleh Dwi Sunar Prasetyono bahwa cara menumbuhkan minat membaca pada anak sejak usia dini yaitu: 1. Bermain Sambil Membaca Beliau menjelaskan bahwa memberikan sebuah buku bergambar kepada anak, sangat baik untuk melipatgandakan rentang perhatiannya. Akan tetapi, sudahkan kita memberikan bahan yang dua kali lebih menarik untuknya? Inilah persoalan yang sebenarnya. Seharusnya, kita berpikiran bahwa perhatian anak tergantung pada banyaknya gambar yang diberikan kepadanya. Kita justru lebih percaya bahwa anak tidak mampu memperhatikan gambar dengan lama. Ada satu keinginan dari orang tua yang justru menghambat upaya menumbuhkan minat membaca, yakni menyediakan sejumlah buku yang berkaitan dengan pelajaran di sekolah. Padahal, bagi anak itu sendiri, membaca adalah kegiatan yang tidak ada bedanya dengan mempelajari materi pelajaran di sekolah. Akan tetapi, kita telah mengabaikan sisi lainnya. Membaca juga bisa menjadi kegemaran yang paling menyenangkan. Anak-anak mempunyai alasan tersendiri untuk tidak suka membaca. Mereka menganggap membaca layaknya belajar di sekolah atau anak takut diejek 3 Amal Abdussalam Al-Khalili, Mengembangkan Kreativitas Anak, (Jakarta: Pustaka Al- Kautsar, 2005), hlm. 131.

4 38 sebagai kutu buku oleh teman-temannya. Alasan ini harus segera ditepis dan anak diberi pengertian bahwa membaca merupakan salah satu sarana untuk menambah pengetahuan selain yang diajarkan di sekolah. Sekolah adalah tempat untuk belajar. Tidak semua anak yang berada di sekolah itu belajar dan tidak semua proses belajar terjadi di sekolah. Bermain juga penting bagi si anak untuk belajar bersosialisasi, tetapi menghabiskan waktu dengan membaca lebih penting daripada sekadar bermain. Memang tidak ada seorang anak yang secara khusus ingin belajar membaca kalau dia tidak mengetahui kegunaan membaca. Akan tetapi, semua anak ingin menyerap informasi yang ada di sekeliling mereka. Membaca adalah salah satu cara untuk mendapatkannya. Oleh karena itu, tidak ada cara yang lebih ampuh selain merangsang minat membaca pada anak dengan cara bermain. 4 Jadi jelaslah dalam menumbuhkan minat baca pada anak yang pertama dimulai dari buku bergambar yang dijadikan ajang sebagai permainan sehingga anak akan menyukainya karena selain belajar juga sambil bermain. 2. Menggugah Minat Membaca Minat ditandai dengan rasa suka dan terikat pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruhnya. Artinya, harus ada kerelaan dari seseorang untuk melakukan sesuatu yang disukai. Seseorang yang memiliki minat terhadap subjek tertentu akan cenderung untuk 4 Dwi Sunar Prasetyono, Rahasia Mengajarkan Gemar Membaca pada Anak Sejak Usia Dini, (Yogyakarta: Think, 2008), hlm

5 39 memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut. Minat adalah kecenderungan jiwa (afektif) dan perhatian seseorang terhadap suatu hal, sehingga seseorang menjadi termotivasi dan tumbuh rasa senangnya terhadap hal tersebut. 5 Mendapat perhatian diperlukan lebih dulu jika anak sudah mulai menyadari manfaat membaca buku. Kemudian, dengan adanya komunikasi akan terdapat kesempatan untuk menciptakan minat membaca pada anak dan untuk dipertahankan seterusnya. Menimbulkan keinginan akan berpengaruh baik terhadap proses menuju apresiasi dan sikap. Memperoleh perlakuan terjadi dari tahap percobaan,keputusan,dan kebiasaan yang sulit ditinggalkan. Perlu diketahui bahwa orang tua dan tenaga pendidik tidak hanya berhubungan dengan beberapa anak saja, tetapi meliputi seluruh aspek. Di samping itu, masing-masing anak sebagai sarana utama mempunyai perilaku yang berbeda-beda. Ada anak yang sudah memiliki buku bacaan, tetapi belum berminat, dan sebagainya. Oleh karena itu, kegiatan menumbuhkan minat yang dilakukan oleh orang tua dan tenaga pendidik juga harus dibedakan. 3. Manfaat dan Tujuan Membaca Membaca merupakan proses komunikasi. Di dalam kata membaca terdapat aktivitas atau proses penangkapan dan pemahaman sejumlah pesan (informasi) dalam bentuk tulisan. Jadi, membaca adalah 5 Ibid., hlm

6 40 kegiatan otak untuk mencerna dan memahami serta memaknai simbolsimbol. Aktivitas membaca telah merangsang otak untuk melakukan olah piker memahami makna yang terkandung dalam rangkaian simbol-simbol (tulisan). Semakin sering seseorang membaca maka semakin tertantang sesorang untuk terus berpikir terhadap apa yang mereka telah baca. 6 Membaca buku bukan hanya sekedar membaca, tetapi aktivitas ini mempunyai tujuan, yaitu untuk mendapatkan sejumlah informasi baru. Di balik aktivitas membaca, terdapat tujuan yang lebih spesifik, yakni sebagai kesenangan, meningkatkan pengetahuan, dan untuk dapat melakukan suatu pekerjaan. Berikut ini adalah beberapa penjelasan dari tujuan aktivitas membaca: a. Membaca sebagai suatu kesenangan tidak melibatkan proses pemikiran yang rumit. Aktivitas ini biasanya dilakukan untuk mengisi waktu senggang. Aktivitas yang termasuk dalam kategori ini adalah membaca novel, surat kabar, majalah, atau komik. b. Membaca untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan, seperti membaca buku pelajaran atau buku ilmiah. c. Membaca untuk dapat melakukan suatu pekerjaan atau profesi. Misalnya, membaca buku keterampilan teknis yang praktis atau buku pengetahuan umum (ilmiah populer). Oleh karena itu, orang tua, guru dan pembimbing perlu membentuk kebiasaan membaca pada dirinya sendiri terlebih dahulu, sehingga siswa 6 Ibid., hlm. 57.

7 41 atau anak dapat mengikuti kebiasaan dan kegemaran tersebut. Hal ini berarti keluarga menjadi pengembang utama dari minat membaca pada anak. Guru, orang tua, atau pembimbinga adalah sebagai motivator dari langkah ini. Adanya perpustakaan keluarga akan semakin berdampak positif terhadap timbulnya tradisi membaca ini. Minat membaca akan berkembang dengan baik bila melibatkan berbagai pihak secara bersama-sama, selaras dan tidak berjalan sendirisendiri. Kita akan menjadi naif bila lingkungan di luar rumah terus menerus dijadikan kambing hitam rendahnya minat membaca. Sebaliknya, tugas orang tua akan semakin terasa berat bila lingkungan di luar lebih familiar dengan membaca. Kita tidak mungkin mengurung anak kita terus menerus di kamarnya. Jadi, masing-masing pihak yang terkait harus merasa terpanggil, mempunyai kepentingan untuk turut bertanggung jawab, serta mengambil langkah-langkah kongkret untuk mengembangkannya. Tugas berat yang diemban tenaga pendidik adalah mengajarkan anak didiknya agar mampu membaca dengan baik. Akan tetapi, hal yang lebih penting adalah usaha dengan baik dan anak tetap menjaga dan memelihara kebiasaan membaca ini Permainan Kreatif yang Dapat Merangsang Minat Membaca Pada Anak Menumbuhkan minat membaca pada anak salah satunya adalah dengan menyediakan bahan bacaan. Dorongan, rangsangan, serta sikap 7 Ibid., hlm

8 42 keluarga merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan tugas perkembangan. Selain bahan bacaan yang digunakan sebagai sarana pertumbuhan minat membaca, terdapat beberapa jenis permainan yang dapat merangsang minat membaca pada anak. Tentunya jenis permainan telah mengalami modifikasi yang bertujuan tidak hanya sekedar bermain, tetapi juga dapat memperlancar kemampuan membaca. Beberapa permainan tersebut antara lain: a. Permainan Wisata Permainan wisata merupakan modifikasi dari jenis permainan monopoli. Dalam permainan monopoli, anak dididik untuk bersikap kompetitif, hemat, dan konglomerasi (mengembangkan usaha dengan membeli atau menjual petak-petak yang tersedia). b. Kartu Kuartet Perminan ini hanya bisa dimainkan oleh anak yang bisa membaca. Anak yang tidak bisa membaca sulit untuk diajak bermain permainan ini. Permainan akan lebih menarik bila anak kecil yang belum bisa membaca diajak ikut bermain. Oleh karena itu, perlu dilakukan langkah kreatif untuk memodifikasi jenis permainan ini agar anak usia balita bisa ikut menikmati kegembiraan dalam permainan ini. Misalnya, dengan mengubah motif gambar sesuai dengan imajinatif anak usia balita. c. Permainan Ular Tangga

9 43 Peraminan ini kurang merangsang anak untuk aktif membaca. Kebanyakan permainan ini hanya mengikuti perintah naik (berupa gambar tangga) dan perintah turun (berupa gambar ular) yang tertera pada petak-petak. Bila beberapa petak diberi tulisan atau perintah lain yang harus dibaca, maka permainan ini akan semakin tambah seru. Anak akan merasa lebih gembira mengikuti permainan ini dibandingkan dengan bermain ular tanggal model kuno yang monoton. d. Permainan Ludo Jenis permainan ini kurang menarik dan tidak kreatif karenapemain hanya melangkah untuk mengikuti perintah dari jumlah atau nilai lemparan dadu. Kemampuan berbahasa dalam permainan ini tidak menonjol dan pemain lebih banyak diam. Padahal, bila tujuannya untuk meningkatkan kemampuan bahasa khususnya belajar membaca, makan permainan ini akan semakin bertambah seru bila pada beberapa petak diberi perintah atau petunjuk ke mana si pemain harus melangkah. Misalnya, ada beberapa petak yang member petunjuk agar pemain maju lima atau mundur enam langkah, atau berhenti satu putaran. 8 Berdasarkan penjelasan Dwi Sunar Prasetyono di atas bahwa minat dapat ditumbuhkan dengan beberapa cara yang bisa dilakukan agar anak menjadi terbiasa serta memiliki minat membaca sejak usia dini. 8 Ibid., hlm

10 44 C. Perkembangan Minat Anak Perkembangan adalah perubahan mental yang berlangsung secra bertahap dan dalam waktu tertentu, dari kemampuan yang sederhana menjadi kemampuan yang lebih sulit, misalnya kecerdasan, sikap, tingkah laku, dan sebagainya. 9 Perkembangan sesuai dengan prinsip orthogenetis, yaitu perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai pada keadaan diferensiasi, arikulasi, dan inegrasi meningkat secara bertahap. 10 Secara garis besar pertumbuhan dan perkembangan pada anak dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu: perkembangan intelektual (intellectual development), perkembangan fisik (physical development), perkembangan sosial-emosional (social-emotional development), dan perkembangan kemampuan anak dalam berkomunikasi untuk mengekspresikan keinginannya (language development). 11 Dwi Sunar Prasetyono menjelaskan bahwa perkembangan berlangsung terus menerus sepanjang hidup seseorang. Perkembangan itu berlangsung secara bertahap. Setiap tahap terdiri atas beberapa periode umur tertentu. Dalam setiap periode, perkembangan tertentu akan memunculkan suatu kemampuan tingkah laku tertentu. Setiap Anak yang berada dalam periode perkembangan, akan memperoleh kemampuan bertingkah laku yang sesuai dengan ciri-ciri khas kemampuan bertingkah laku pada periode itu. 9 Imas Kurniasih, Pendidikan Usia Dini, (Edukasia: 2009), hlm Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik), (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2006), hlm Imas Kurniasih, op.cit.,hlm. 14.

11 45 Kemampuan bertingkah laku yang seharusnya dicapai oleh anak pada periode perkembangan tertentu disebut dengan tugas perkembangan. Tugas perkembangan pada masa bayi dan masa awal kanak-kanak tidak sama dengan tugas perkembangan di akhir masa kanak-kanak. Tugas perkembangan pokok pada masa awal kanak-kanak antara lain adalah belajar berbicara, belajar mengembangkan kemampuan motorik, persiapan untuk menerima pengenalan simbol-simbol, dan membaca. Tugas perkembangan masa akhir kanak-kanak antara lain adalah belajar kecakapan fisik yang diperlukan untuk permainan yang umum, membangun sikap yang sesuai dengan tahap pertumbuhan fisik, belajar menyesuaikan diri dengan teman sebaya, mengembangkan ketrampilan dasar untuk menulis, membaca, dan berhitung. 12 Berdasarkan penjelasan di atas maka jelaslah bahwa setiap tugas dan perkembangan anak disesuaikan dengan periode tertentu berdasarkan perkembangan fisik maupun psikis anak-anak yang sedang tumbuh dan berkembang. 1. Perkembangan Minat Membaca pada Anak Dwi Sunar Prasetyo mejelaskan ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan minat membaca anak yang didasarkan pada pendapat Hurlock yaitu sebagai berikut: a. Minat Tumbuh Bersama dengan Perkembangan Fisik dan Mental Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental, minat anak di semua bidang juga ikut tumbuh. Pertumbuhan 12 Dwi Sunar Prasetyono, op.cit., hlm

12 46 dan perkembangan fisik dan mental yang tidak berjalan normal akan mempengaruhi minat anak terhadap sesuatu. Sebaliknya semakin baik pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental seorang anak maka semakin berkmebang pula minat anak. b. Minat Tergantung pada Kesiapan Belajar Kesiapan dan kematan anak, menumbuhkan minat pada anak untuk diajak belajar membaca. c. Minat Tergantung pada Kesempatan Belajar Kesempatan merupakan hal yang krusial dan tidak bisa dikesampingkan bila orang tua menginginkan minat anak berkembang dengan baik. Keluarga sebagai faktor pendukung tumbuh dan berkembangnya minat anak harus memberi kesempatan, memberi perhatian, serta menyediakan sarana dan prasarana. d. Pengaruh Budaya Budaya membaca di tengah keluarga dapat merangsang anak untuk ikut membaca. Dukungan berbagai pihak serta tersedianya sarana dan prasarana turut merangsang perkembangan minat membaca pada anak. Jadi, sebelum budaya membaca itu terbentuk dalam masyarakat, terlebih dahulu ciptakan budaya membaca di tengah keluarga. e. Minat Berkaitan dengan Emosional Minat berkaitan dengan faktor emosi anak. Hal ini berarti asepk afektif dari minat akan menentukan minat. Bila aktivitas membaca

13 47 menimbulkan perasaan senang atau asyik, maka hal ini akan menambah kekuatan minat membaca pad diri seorang anak. 13 Maka berdasarkan tugas dan perkembangan anak maka orang tua mempersiapkan diri untuk mengajarkan anak membaca. Oleh karena itu, sejak lahir, orang tua harus dapat mengajarkan hal-hal yang mengarahkan anak untuk belajar membaca dan memahamkan kepada anak tentang pentingnya membaca. 2. Cara-Cara Menemukan Minat Anak Minat menjadi suatu landasan penting untuk mencapai keberhasilan suatu pekerjaan karena dengan adanya minat seseorang menjadi termotivasi dan tertarik untuk melakukan sesuatu yang disenanginya. 14 Maka sebelum mengetahui minat anak agar bisa menanamkan gemar membaca dalam dirinya perlu menemukan terlebih dahulu adanya minat dalam diri anak. Berkaitan dengan hal ini Dwi Sunar Prasetyono mengatakan ada beberapa cara dalam menemukan minat membaca pada anak untuk mengembangkan menjadi minat membaca yaitu sebagai berikut: 15 a. Mengamati Kesukaan Mengamati apa yang disukai dan tidak disukai pada anak, dapat menggugah atau mengarahkan anak agar mau membaca. Selain memberikan mainan pada anak, orang tua juga harus memberikan Ibid., hlm Elly Damaiwati, Karena Buku Senikmat Susu, (Surakarta: Afra Publishing, 2007), hlm. 15 Dwi Sunar Prasetyono, op.cit., hlm

14 48 buku yang berkaitan dengan mainan tersebut. Pada dasarnya, setiap anak senang bermain-main dengan buku, suka mengamati isi buku, dan suka mengoleksi buku. Hal ini merupakan langkah awal yang baik pada anak untuk mengenal dan menyukai buku. b. Bermain Tanya Jawab Bila anak terus-menerus bertanya pada suatu hal, maka minatnya pada hal tersebut lebih besar daripada minatnya pada hal yang tidak pernah dipertanykan. Orang tua sering merasa jengkel menghadapi serentetan pertanyaan yang diajukan oleh anak. Anak yang berminat membaca, biasanya ingin mengetahui isi buku dengan bertanya pada orang di sekitarnya. Bermin tebak-tebakan adalah salah satu cara yang dapat menumbuhkan minat membaca pada anak. c. Melibatkan Anak pada Setiap Pembicaraan Kita sering menghardik anak kecil ketika ia menyela pembicaraan orang dewasa. Perlakuan ini sering membuat anak menjadi kecewa karena hal yang ingin disampaikan anak tidak mendapat tanggapan. Padahal, bila kita menyadari bahwa hal yang diutarakannya itu akan memberikan petunjuk kepada kita tentang minat dan kekuatan minat seorang anak. Orang tua bisa mengajak anak untuk berdiskusi. Misalnya, ketika anak telah selesai membaca sebuah buku, ajaklah untuk berdiskusi tentang buku yang dibacanya tersebut.

15 49 d. Bahan Bacaan yang Disukai Anak Berikan kebebasan kepada anak untuk memilih bahan bacaan yang disukai. Bila anak membaca buku yang sesuai dengan keinginannya, maka akan menambah minatnya. e. Tindakan Mencoret-Coret Anak kecil suka mecoret-coret untuk menuangkan imajinasi dalam bentuk apa pun secara spontan. Seberapa sering mereka mengulangnya, akan memberi petunjuk tentang minat mereka terhadap sesuatu. Mereka biasanya terobsesi dari apa yang telah dilihat dari sebuah bahan bacaan. Dengan demikian, secara spontan mereka telah mencoret-coret sesuatu yang tidak jauh dari apa yang ada dalam benaknya. f. Keinginan Keinginan yang kuat dengan menunjukkan sesuatu kepada orang tua akan memberi petunjuk bahwa anak berminat terhadap hal tersebut. Anak yang suka membaca biasanya sering mengungkapkan sesuatu dengan buku. Misalnya, anak ingin dibelikan sesuatu yang pernah dilihatnya dalam sebuah buku bacaan anak, seperti mobilmobilan atau boneka. Dapat ditegaskan berdasarkan pendapat Sunar Dwi Prasetyono bahwa minat bisa diketahui sejak dini berdasarkan tanda-tanda yang ada pada diri anak itu sendiri. Maka orang tualah yang berperan penting dalam menemukan tanda-tanda minat dalam diri anak sehingga bisa menentukan bentuk penanaman kebiasaan lewat pendidikan keluarga sejak dini.

16 50 D. Metode Pendidikan Keluarga terhadap Anak dalam Menumbuhkan Minat Membaca Metode adalah suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar tercapai tujuan pengajaran. 16 Metode sangat berpengaruh terhadap hasil dan tujuan yang diharapkan. Termasuk keluarga dalam menerapkan metode untuk pendidikan anaknya harus sesuai dengan kondisi yang ada agar hasilnya dapat maksimal. Keluarga berperan sangat penting dalam mengawal keberhasilan anakanaknya, karena keluargalah lingkungan yang pertama dan utama sebagai tempat tumbuh kembangnya anak. Di samping itu, keluarga juga menjadi sumber munculnya perasaan aman, karena orang-orang yang ada di sekitarnya biasanya mampu memberikan perlindungan secara tulus. 17 Kesukaan atau ketidaksukaan anak pada suatu hal tak dapat dilepaskan dari bagaimana keadaan keluarga dan lingkungan tempat ia berada sehari-hari. 18 Berkaitan dengan pentingnya keluarga maka Dwi Sunar Prasetyono mengatakan bahwa keluarga juga harus mendorong dan merangsang perkembangan berpikir anak dengan cara memberikan kesempatan bagi anak untuk merealisasikan ide-idenya dan menghargai ide-idenya. Selain itu, orang tua dapat memuaskan dorongan keingintahuan anak dengan menyediakan berbagai sarana, seperti bahan bacaan atau alat-alat ketrampilan. 16 H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), hlm Elly Damaiwati, op.cit., hlm Triani Retno, Quantum Reading For Kids, Agar Anak Gila Baca, (Depok: Luxima Metro Media, 2010), hlm. 176.

17 51 Beliau menjelaskan bahwa keluarga sangat penting dalam menanamkan anaknya untuk menyenangi buku adapun caranya adalah sebagai berikut: 1. Menciptakan lingkungan yang menyenangkan. 2. Memperkenalkan bahan bacaan baru yang berkualitas dan sehat. 3. Mengajak anak membaca dengan memilih waktu yang tepat. 4. Memberi kesempatan kepada anak untuk merespon buku, mendiskusikan hasil bacaan, serta memberi bimbingan kepada anak dalam memahami bacaan. Adapun beliau juga berpendapat bahwa metode pendidikan keluarga terhadap anak, secara garis besar memiliki tiga kecenderungan, yaitu: 1. Prinsip Otoriter (authoritarian) Prinsip pengajaran otoriter adalah bahwa orang tua mempunyai hak penuh untuk menentukan segala hal yang menyangkut anaknya. Anak diposisikan sebagai penerima dan anak tidak diberi hak untuk memilah atau menentukan dirinya sendiri. Pendidikan keluarga yang otoriter ini, akan mempengaruhi anak. Anak merasa tidak disukai dalam keluarga, terlbih bagi anak yang kurang cerdas. Jika pendidikan yang diterapkan dalam keluarga terlalu kaku dan cenderung otoriter, maka minat membaca pada anak tidak bisa berkembang baik. Hal ini merupakan kerugian besar bagi pendidikan anak. Meskipun orang tua menekankan atau menuntut anak untuk membaca,

18 52 tidak akan membuahkan hasil yang baik karena dilakukan dengan terpaksa. 2. Prinsip Demokratis (Authoritative) Prinsip demokratis dalam pendidikan keluarga adalah masingmasing pihak mempunyai hak yang sama dan harus dihormati. Sikap orang tua demikian tidak memaksakan atau menuntut sesuatu yang lebih kepada anaknya. Anak yang dibesarkan pada keluarga demokratis biasanya menunjukkan sifat mandiri, kreatif, dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi dalam menyelesaikan setiap pekerjaan atau masalah. Keluarga yang demokratis lebih berhasil dalam mengembangkan minat membaca pada anak. Anak diberi kebebasan untuk memilih bahan bacaan yang disukainya. Orang tua biasanya hanya memberi batasan tentang bahan bacaan yang dipilihnya. Orang tua mengambil posisi sebagai pendorong dan perangsang berkembangnya minat membaca. 3. Prinsip Permisif Pada pendidikan keluarga yang berpola prinsip permisif, orang tua lebih terbuka lagi. Anak diberi kebebasan untuk memilih apa yang diinginkan. Orang tua tidak banyak campur tangan atau menutup mata terhadap apa yang dilakukan anak. Orang tua seakan-akan tidak mempunyai kewajiban utnuk mengontrol anaknya. Sikap permisif orang tua akan memanjakan anak. Hal ini akan membentuk anak menjadi egois dan menuntut perhatian lebih dari orang lain, sehingga penyesuaian anak

19 53 menjadi kurang baik. Anak tidak disukai dalam pergaulan dengan temantemannya. Beliau menegaskan bahwa minat membaca akan tumbuh dan berkembang baik, bila lingkungan keluarga mendukung. Orang tua mempuanyai kewajiban merangsang anak agar bisa membaca. Selain itu, orang tua harus menanamkan kepada anak agar menyenangi aktivitas membaca. Hal lain yang bisa mengundang minat membaca pada anak adalah keterlibatan orang tua secara langsung serta sikap orang tua yang memberi contoh langsung kepada anaknya. Dengan kata lain, ketika orang tua berusaha untuk mengembangkan minat membaca pada anak, maka orang tua hendaknya melakukan aktivitas yang sama, sehingga apa yang dicontohkannya itu bisa menjadi pemicu bagi aktivitas anaknya. Pada akhirnya, akan terbentuk iklim atau suasana bagi berkembangnya minat membaca di keluarga, sehingga budaya membaca dalam keluarga terbentuk. 19 E. Hubungan Antara Pengenalan Buku Sejak Usia Dini dengan Pertumbuhan Minat Baca Anak Pendidik pertama dan utama bagi anak adalah orang tua. Mereka bertanggung jawab penuh atas kemajuan dan perkembangan anak, karena sukses tidaknya anak sangat bergantung pada pengasuhan, perhatian, dan pendidikannya. Kesuksesan anak merupakan cermin atas kesuksesan orang tua 19 Dwi Sunar Prasetyono, loc.cit., hlm

20 54 juga. 20 Maka peran orang tua termasuk keluarga di dalamnya sangatlah penting untuk menentukan dan mengembangkan bakat yang ada di dalam anak termasuk dalam mendidik dan pembelajaran berupa pengenalan buku sejak dini. Keluarga menjadi lingkungan pertama bagi anak untuk berkenalan dengan buku. Peranan kedua orang tua sangat besar dalam menanamkan rasa cinta anak pada buku. Proses ini dapat dimulai sejak usia dini. Meskipun anak belum bisa membaca, tetapi orang tua bisa mengajarkan membaca dan tentunya mencintai buku. Kemampuan dan kemauan membaca serta mencintai buku sangat penting ditanamkan pada anak sejak usia dini. Pada anak usia 2 sampai 3 tahun, keingintahuan anak mengenai segala hal yang ada disekitarnya sangatlah besar. Bila orang tua mendekatkan, mengenalkan, membacakan buku, mengajarkan membaca sejak awal, hal ini dapat merangsang kecerdasan anak. Anak terdorong untuk belajar. Apalagi bila didukung oleh keterlibatan orang tua dengan memberikan suasana yang hangat, tentunya akan membuat kesan yang menyenangkan terhadap buku dan aktivitas membaca. Dengan demikian, pengenalan buku pada anak sendiri mungkin menjadi hal yang sangat penting untuk merangsang kecerdasan anak dan menjadikan buku sebagai sahabat setia yang menyenangkan. Bahkan sebetulnya, anak berumur 2 3 tahun, tetapi orang tua dapat mengenalkan 20 Yose Rizal Kaswati, Harapan Orang Tua terhadap Anak, (Bandung: CV. Pustaka Karya, 2001), hlm. 14.

21 55 lebih awal lagi yakni ketika anak masih bayi bahkan semenjak masih dalam kadungan. 21 Maka pendidikan usia dini sangat penting karena masa usia dini merupakan periode emas bagi perkembangan anak di mana 50% perkembangan kecerdasan terjadi pada tahun 0 4 tahun, 30% berikutnya hingga usia 8 tahun. Periode emas ini sekaligus periode kritis bagi anak di mana perkembangan yang didapatkan pada periode ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan pada periode berikutnya hingga masa dewasanya. 22 Hurlock mengatakan bahwa lima tahun pertama dalam kandungan anak merupakan peletak dasar bagi perkembangan selanjutnya. Anak yang mengalami masa bahagia berarti terpenuhinya segala kebutuhan fisik maupun psikis di awal perkembangannya diramalkan akan dapat melaksanakan tugastugas perkembangan selanjutnya. Piaget juga mengatakan bahwa untuk meningkatkan perkembangan mental anak ke tahap yang lebih tinggi dapat dilakukan dengan memperkaya pengalaman anak terutama pengalaman kongkrit, karena dasar perkembangan mental adalah melalui pengalamanpengalaman aktif dengan menggunakan benda-benda disekitarnya. 23 Berkaitan dengan minat membaca pada anak bahwa kesiapan membaca pada anak ditentutkan oleh faktor lingkungan dan lingkungan yang pertama dan utama adalah lingkungan rumah. Dalam hal ini, orang tualah yang paling banyak berperan. Oleh karena itu, lingkungan rumah dapat 21 Elly Damaiwati, loc.cit., hlm Imas Kurniasih, op.cit., hlm (1 Juni 2011). Diakses, 28 Januari 2012.

22 56 menjadi faktor stimulus bagi kesiapan membaca. Bila orang tua mampu memacu, memberi stimulus, memberi perhatian, melakukan pendekatanpendekatan pada anak, mendukung kemampuan belajarnya sejak dini, maka anak pun akan mempunyai kesiapan membaca sejak usia dini. 24 Maka berdasarkan penjelasan di atas jelaslah bahwa hubungan pengenalan buku sejak usia dini dengan minat membaca anak sangat berkaitan karena dengan mengenalkan buku sejak usia dini akan menjadikan anak minat membaca sampai dewasa. Penanaman sejak usia dini sangat penting dan juga menjadikan modal bagi keberhasilan anak pada masa-masa selanjutnya. 24 Elly Damaiwati, loc.cit., hlm. 55.

BAB IV ANALISIS URGENSI PENGENALAN BUKU SEJAK USIA DINI DALAM MENUMBUHKAN MINAT BACA ANAK

BAB IV ANALISIS URGENSI PENGENALAN BUKU SEJAK USIA DINI DALAM MENUMBUHKAN MINAT BACA ANAK BAB IV ANALISIS URGENSI PENGENALAN BUKU SEJAK USIA DINI DALAM MENUMBUHKAN MINAT BACA ANAK A. Analisis Tentang Pengenalan Buku Pada Anak Membaca bagi sebagian besar anak-anak mungkin menjadi kegiatan yang

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2

PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2 PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Oleh: LILIS SUHARYANI A.520085055

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Sosialisasi Anak Prasekolah 1. Pengertian Sosialisasi Sosialisasi menurut Child (dalam Sylva dan Lunt, 1998) adalah keseluruhan proses yang menuntun seseorang, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kehendak pemberi amanah, yaitu Allah Swt. Setiap orang tua

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kehendak pemberi amanah, yaitu Allah Swt. Setiap orang tua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pandangan Islam, anak adalah amanah yang harus dijaga dan dirawat dengan baik oleh orang tua, yakni perawatan dan penjagaan yang sesuai dengan kehendak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal. Anak memiliki karakteristik yang khas dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. formal, non-formal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. formal, non-formal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitiberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan terbatas dalam belajar (limitless caoacity to learn ) yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan terbatas dalam belajar (limitless caoacity to learn ) yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Hakikat pendidikan anak usia dini, secara alamiah, perkembangan anak berbeda-beda, baik intelegensi, bakat, minat, kreativitas, kematang emosi, kepribadian,

Lebih terperinci

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) 1) Mahasiswa FKIP UMN Al Washliyah dan 2) Dosen Kopertis Wilayah I dpk FKIP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi akan lancar apabila perbendaharaan katanya cukup memadai. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi akan lancar apabila perbendaharaan katanya cukup memadai. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai sarana yang sangat penting dalam berkomunikasi. Komunikasi akan lancar apabila perbendaharaan katanya cukup memadai. Hal ini disebabkan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu TPA, Playgroup dan PAUD sejenis (Posyandu). Pendidikan formal yaitu. Taman Kanak-kanak (TK) maupun Raudhatul Athfal (RA).

BAB I PENDAHULUAN. yaitu TPA, Playgroup dan PAUD sejenis (Posyandu). Pendidikan formal yaitu. Taman Kanak-kanak (TK) maupun Raudhatul Athfal (RA). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia 0-6 tahun. Pendidikan ini dapat dilaksanakan oleh beberapa lembaga pendidikan, antara lain pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang menjelaskan mengenai pengertian perkembangan, pengertian emosi, dan pengertian pendidikan anak usia dini. A. Pengertian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age)

I PENDAHULUAN. Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age) 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age) dalam proses perkembangan anak akan mengalami kemajuan fisik, intelektual dan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu dan sekaligus makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia perlu berkomunikasi dan berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya (IQ), namun juga ditentukan oleh bagaimana seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya (IQ), namun juga ditentukan oleh bagaimana seseorang dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecerdasan seseorang tidak hanya dilihat dari kecerdasan intelektualnya (IQ), namun juga ditentukan oleh bagaimana seseorang dapat mengelola emosionalnya. Kecerdasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial anak. Hurlock (1993: 250) berpendapat bahwa perkembangan sosial

BAB I PENDAHULUAN. sosial anak. Hurlock (1993: 250) berpendapat bahwa perkembangan sosial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah perkembangan (developmental) merupakan bagian dari masalah psikologi. Masalah ini menitik beratkan pada pemahaman dan proses dasar serta dinamika perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan anugerah yang diberikan Tuhan pada setiap umat

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan anugerah yang diberikan Tuhan pada setiap umat BAB I PENDAHULUAN I. A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan anugerah yang diberikan Tuhan pada setiap umat manusia. Setiap anak dilahirkan dengan berbagai kemampuan, bahkan ketika ia dilahirkan. Orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa

BAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah individu yang unik, dimana anak selalu bergerak, memiliki rasa ingin tahu yang kuat, memiliki potensi untuk belajar dan mampu mengekspresikan diri

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memperoleh gelas Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memperoleh gelas Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI MELALUI BERMAIN MELIPAT, MENGGUNTING, MENEMPEL (PTK Kelompok B Semester II di TK Desa Nguter 01 Tahun Ajaran 2010/2011) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI NYANYIAN/LAGU BAGI ANAK USIA DINI

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI NYANYIAN/LAGU BAGI ANAK USIA DINI UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI NYANYIAN/LAGU BAGI ANAK USIA DINI Sebuah Penelitian Tindakan Kelas di TK Aisyiyah I Pandean, Ngemplak Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010 Skripsi Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maslah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maslah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maslah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahu terhadap apa yang dilihat, didengar, mereka seolah-olah tak pernah

BAB I PENDAHULUAN. tahu terhadap apa yang dilihat, didengar, mereka seolah-olah tak pernah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan, karena anak memiliki karakteristik yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa,

Lebih terperinci

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI Asep Ardiyanto PGSD FIP Universitas PGRI Semarang ardiyanto.hernanda@gmail.com Abstrak Bermain bagi anak usia dini adalah sesuatu yang sangat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS POLA BIMBINGAN AGAMA ISLAM ANAK KARYAWAN PT. PISMATEX DI DESA SAPUGARUT

BAB IV ANALISIS POLA BIMBINGAN AGAMA ISLAM ANAK KARYAWAN PT. PISMATEX DI DESA SAPUGARUT BAB IV ANALISIS POLA BIMBINGAN AGAMA ISLAM ANAK KARYAWAN PT. PISMATEX DI DESA SAPUGARUT Pada bab ini, peneliti akan menganalisis kegiatan bimbingan agama Islam anak karyawan PT. Pismatex di desa Sapugarut

Lebih terperinci

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI Rita Eka Izzaty SETUJUKAH BAHWA Setiap anak cerdas Setiap anak manis Setiap anak pintar Setiap anak hebat MENGAPA ANAK SEJAK USIA DINI PENTING UNTUK DIASUH DAN DIDIDIK DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa: kualitas peserta didik, maka harus ditingkatkan untuk menjembatani

BAB I PENDAHULUAN. Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa: kualitas peserta didik, maka harus ditingkatkan untuk menjembatani BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian pendidikan sebagaimana yang tersebut dalam Undangundang Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bangsa. Peningkatan kualitas SDM, jauh lebih mendesak untuk segera

BAB 1 PENDAHULUAN. bangsa. Peningkatan kualitas SDM, jauh lebih mendesak untuk segera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan suatu bangsa. Peningkatan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa anak-anak merupakan masa penting dalam proses perkembangan individu. Lima tahun pertama dari kehidupan seorang anak akan menjadi landasan untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti melewati tahap-tahap perkembangan yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, dan masa dewasa. Namun ada suatu masa dimana individu

Lebih terperinci

UPAYA ORANG TUA DALAM PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK

UPAYA ORANG TUA DALAM PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK Upaya Orang Tua Dalam Pengembangan Kreativitas Anak---Barkah Lestari UPAYA ORANG TUA DALAM PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK Oleh : Barkah Lestari (Staf Pengajar FISE Universitas Negeri Yogyakarta) Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Hal ini berarti bahwa siswa harus belajar sesuatu dari padanya.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Hal ini berarti bahwa siswa harus belajar sesuatu dari padanya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani yang berpangkal dari gerak manusia, serta mengarah pada kepribadian yang bulat dan kreatif dari manusia adalah dasar dari segala pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Erni Nurfauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Erni Nurfauziah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam dimensi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah penentu kehidupan pada masa mendatang. Seperti yang diungkapkan Dr.Gutama (2004) dalam modul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berekspresi dan salah satunya adalah menulis puisi. Puisi dalam Kamus Besar. penataan bunyi, irama, dan makna khusus; sajak.

BAB I PENDAHULUAN. berekspresi dan salah satunya adalah menulis puisi. Puisi dalam Kamus Besar. penataan bunyi, irama, dan makna khusus; sajak. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek, yakni (1) keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, (4) keterampilan menulis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dalam keadaan yang lemah, untuk memenuhi kebutuhannya tentu saja manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya, artinya ia akan tergantung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Remaja merupakan generasi penerus bangsa. Remaja memiliki tugas untuk melaksanakan pembangunan dalam upaya meningkatkan kualitas dari suatu bangsa. Kualitas bangsa dapat diukur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penyesuaian Sosial 2.1.1 Pengertian penyesuaian sosial Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi. Agar

Lebih terperinci

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. LA TAR BELAKANG MASALAH Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, kita memasuki dunia yang berkembang serba cepat sehingga memaksa setiap individu untuk dapat mengikuti perkembangan tersebut. Indonesia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pola Asuh Orang Tua 2.1.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua Menurut Hurlock (1999) orang tua adalah orang dewasa yang membawa anak ke dewasa, terutama dalam masa perkembangan. Tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah UPI Kampus Serang Yeni, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah UPI Kampus Serang Yeni, 2016 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan individu yang unik dan memiliki karakteristik tersendiri yang sesuai dengan tahapan usianya. Masa usia dini merupakan masa keemasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) tanggung jawab, kejujuran, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) tanggung jawab, kejujuran, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KAJIAN TEORI 2.1.1. Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa dapat belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hampir dapat dipastikan bahwa setiap orangtua menginginkan yang terbaik

BAB I PENDAHULUAN. Hampir dapat dipastikan bahwa setiap orangtua menginginkan yang terbaik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hampir dapat dipastikan bahwa setiap orangtua menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya, termasuk dalam hal pendidikan. Orangtua berharap anaknya bisa mendapat

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MELALUI METODE DISCOVERY-INQUIRY PADA SISWA KELAS VII SMP N 5 SUKOHARJO SKRIPSI

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MELALUI METODE DISCOVERY-INQUIRY PADA SISWA KELAS VII SMP N 5 SUKOHARJO SKRIPSI PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MELALUI METODE DISCOVERY-INQUIRY PADA SISWA KELAS VII SMP N 5 SUKOHARJO SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Menyelesaikan Studi Program Strata Satu

Lebih terperinci

STIMULASI TUMBUH KEMBANG ANAK UNTUK MENCAPAI TUMBUH KEMBANG YANG OPTIMAL

STIMULASI TUMBUH KEMBANG ANAK UNTUK MENCAPAI TUMBUH KEMBANG YANG OPTIMAL STIMULASI TUMBUH KEMBANG ANAK UNTUK MENCAPAI TUMBUH KEMBANG YANG OPTIMAL Oleh: dr. Nia Kania, SpA., MKes PENDAHULUAN Memiliki anak dengan tumbuh kembang yang optimal adalah dambaan setiap orang tua. 1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemandirian Anak TK 2.1.1 Pengertian Menurut Padiyana (2007) kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas dorongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 21 tahun dan belum menikah (www.google.com). Menurut UU No. 23 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 21 tahun dan belum menikah (www.google.com). Menurut UU No. 23 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep anak didefinisikan dan dipahami secara bervariasi dan berbeda, sesuai dengan sudut pandang dan kepentingan yang beragam. Menurut UU No. 4 Tahun 1979

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. tertentu guna mencapai suatu tujuan (kebutuhan) 1. meningkatkan kemampuannya setinggi mungkin dalam setiap

BAB II KAJIAN TEORI. tertentu guna mencapai suatu tujuan (kebutuhan) 1. meningkatkan kemampuannya setinggi mungkin dalam setiap BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Motivasi Motivasi adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan kita. Pendidikan merupakan salah satu fasilitas kita sebagai manusia dan pendidik untuk merangsang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Silma Ratna Kemala, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Silma Ratna Kemala, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran sebaiknya dilakukan secara terarah dan secara fakta dalam kegiatan pembelajaran pasti terdapat subjek dan objek yang akan menjadi target pencapaian suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kini telah menjadi suatu kebutuhan. Berbagai literature dan laporan

BAB I PENDAHULUAN. kini telah menjadi suatu kebutuhan. Berbagai literature dan laporan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tidak dapat disangkal bahwa pendidikan musik anak di Indonesia kini telah menjadi suatu kebutuhan. Berbagai literature dan laporan penelitian tentang pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun sebelum

BAB I PENDAHULUAN. yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun sebelum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD ) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun sebelum memasuki pendidikan dasar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara efektif dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhannya. Sekolah merupakan salah satu lembaga yang

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhannya. Sekolah merupakan salah satu lembaga yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang paling mutlak dimiliki oleh semua orang. Pendidikan akan menjadi penentu agar bangsa kita dapat berkembang secara optimal. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk kemajuan pembangunan. Salah satu lembaga pendidikan yang penting adalah perguruan tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena sasarannya adalah peningkatan

Lebih terperinci

Tulisan yang mempunyai pengait kata Alat Permainan edukatif APE kreatif ala TBIF

Tulisan yang mempunyai pengait kata Alat Permainan edukatif APE kreatif ala TBIF Tulisan yang mempunyai pengait kata Alat Permainan edukatif APE kreatif ala TBIF 30/06/2009 Disimpan dalam Uncategorized Tagged Alat Permainan edukatif, barang bekas, kreatif, Mainan, mainan anak Sesungguhnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kematangan Emosi Chaplin (2011) mengartikan kematangan (maturation) sebagai: (1) perkembangan, proses mencapai kemasakan/usia masak, (2) proses perkembangan, yang dianggap berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mella Tania K, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mella Tania K, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran seni khususnya seni tari pada saat ini sudah banyak dipelajari diberbagai lembaga pendidikan formal maupun non formal, seperti sekolah negri atau

Lebih terperinci

PROGRAM PENGEMBANGAN KOMPETENSI SOSIAL UNTUK REMAJA SISWA SMA KELAS AKSELERASI

PROGRAM PENGEMBANGAN KOMPETENSI SOSIAL UNTUK REMAJA SISWA SMA KELAS AKSELERASI PROGRAM PENGEMBANGAN KOMPETENSI SOSIAL UNTUK REMAJA SISWA SMA KELAS AKSELERASI TESIS Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Profesi Psikologi Kekhususan Psikologi Pendidikan Diajukan Oleh

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI METODE SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA (PTK Pada Siswa Kelas X SMA PGRI 1 Karangmalang Sragen) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya adalah metode diskusi. Hasibuan dan Moedjiono (2004:20) mengatakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya adalah metode diskusi. Hasibuan dan Moedjiono (2004:20) mengatakan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Metode Diskusi Dalam pembelajaran ada beberapa metode mengajar yang dapat digunakan salah satunya adalah metode diskusi. Hasibuan dan Moedjiono (2004:20) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Anak merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus dijaga dan dipelihara karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan bagi perkembangan anak. Menurut Gagner dalam Multiple

BAB I PENDAHULUAN. berperan bagi perkembangan anak. Menurut Gagner dalam Multiple BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari berbagai aspek. Salah satu aspek penting dalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga masa dewasa. Perkembangan yang dilalui tersebut merupakan suatu perubahan yang kontinu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang mana merupakan wujud cinta kasih sayang kedua orang tua. Orang tua harus membantu merangsang anak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa dapat belajar lebih santai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adolescence yang berasal dari kata dalam bahasa latin adolescere (kata

BAB I PENDAHULUAN. adolescence yang berasal dari kata dalam bahasa latin adolescere (kata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara psikologis perubahan merupakan situasi yang paling sulit untuk diatasi oleh seseorang, dan ini merupakan ciri khas yang menandai awal masa remaja. Dalam perubahannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Membaca merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan keterampilan dasar terpenting pada manusia yaitu berbahasa. Berbahasa merupakan kemampuan berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh 1.1 Definisi Pengasuhan adalah kegiatan kompleks yang mencakup berbagai tingkah laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh anak (Darling,

Lebih terperinci

Bagaimana Memotivasi Anak Belajar?

Bagaimana Memotivasi Anak Belajar? Image type unknown http://majalahmataair.co.id/upload_article_img/bagaimana memotivasi anak belajar.jpg Bagaimana Memotivasi Anak Belajar? Seberapa sering kita mendengar ucapan Aku benci matematika atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan dan salah satu kebutuhan utama bagi setiap manusia untuk meningkatkan kualitas hidup serta untuk mencapai

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SUASANA KELUARGA DENGAN MINAT BELAJAR PADA REMAJA AWAL

HUBUNGAN ANTARA SUASANA KELUARGA DENGAN MINAT BELAJAR PADA REMAJA AWAL HUBUNGAN ANTARA SUASANA KELUARGA DENGAN MINAT BELAJAR PADA REMAJA AWAL NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : KURNIA ENSI HERARBA UTAMI

Lebih terperinci

Penyusun DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN

Penyusun DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang diberikan-nya sehingga tugas Makalah yang berjudul Peranan Guru TK Dalam Pembelajaran Terpadu ini dapat saya selesaikan.

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Pada bagian ini akan diuraikan secara berturut-turut: simpulan, implikasi, dan saran A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK A. Analisis Aspek-Aspek yang Diteliti Antara Pembelajaran Tutor Sebaya dan Pembelajaran

Lebih terperinci

Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida

Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida Manusia dilahirkan dalam keadaan yang sepenuhnya tidak berdaya dan harus menggantungkan diri pada orang lain. Seorang anak memerlukan waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan upaya pembinaaan dan pengasuhan yang ditujukan kepada anak sejak lahir hingga anak usia 6 tahun, meskipun sesungguhnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usia dini yang merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

BAB I PENDAHULUAN. usia dini yang merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan wahana pendidikan yang sedang digalakkan oleh pemerintah dan sedang menjadi suatu lahan yang sangat menguntungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara berpikir remaja mengarah pada tercapainya integrasi dalam hubungan sosial (Piaget dalam Hurlock, 1980).

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU GAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU GAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM 1 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU GAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM Eka Guswarni Abstrak Kemampuan membaca awal anak masih rendah. Peningkatan kemampuan bahasa

Lebih terperinci

MENJADI ORANGTUA TERBAIK UNTUK ANAK DENGAN METODE PENGASUHAN YANG TEPAT

MENJADI ORANGTUA TERBAIK UNTUK ANAK DENGAN METODE PENGASUHAN YANG TEPAT MENJADI ORANGTUA TERBAIK UNTUK ANAK DENGAN METODE PENGASUHAN YANG TEPAT Dwi Retno Aprilia, Aisyah Program Studi PGPAUD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang Email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan menghambat pembangunan negara yang bersangkutan.

BAB I PENDAHULUAN. akan menghambat pembangunan negara yang bersangkutan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting untuk menjamin kelangsungan hidup suatu bangsa dan negara. Oleh karena itu pendidikan berperan dalam menghasilkan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Keluarga adalah tempat pertama bagi anak belajar mengenai segala hal yang ada dalam kehidupan. Orang tua berperan penting dalam perkembangan anak dan memiliki

Lebih terperinci

PENGARUH METODE KOOPERATIF TIPE CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION) DAN TTW (THINK-TALK-WRITE) DALAM PEMBELAJARAN

PENGARUH METODE KOOPERATIF TIPE CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION) DAN TTW (THINK-TALK-WRITE) DALAM PEMBELAJARAN PENGARUH METODE KOOPERATIF TIPE CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION) DAN TTW (THINK-TALK-WRITE) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI KEAKTIFAN BELAJAR SISWA (Kelas VII Semester

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa usia dini merupakan masa keemasan bagi seorang anak, sering disebut masa Golden Age, biasanya ditandai oleh terjadinya perubahan yang sangat cepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sepanjang hayat (long life learning). Kegiatan membaca

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sepanjang hayat (long life learning). Kegiatan membaca 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca merupakan sarana yang tepat untuk mempromosikan suatu pembelajaran sepanjang hayat (long life learning). Kegiatan membaca menjadi bagian dari kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak pada rentang usia 4-6 tahun merupakan bagian dari tahapan anak usia dini yang memiliki kepekaan dalam menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan melalui

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH GAMBARAN POLA ASUH PENDERITA SKIZOFRENIA Disusun Oleh: Indriani Putri A F 100 040 233 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi sesuai dengan keunikan dan tahap tahap perkembangan yang. dilalui oleh anak usia dini (Saputra, 2005: 11)

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi sesuai dengan keunikan dan tahap tahap perkembangan yang. dilalui oleh anak usia dini (Saputra, 2005: 11) 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar kea rah pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usia emas atau golden age adalah masa yang paling penting dalam proses kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam pendidikan dasar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan untuk anak dalam rentang usia empat sampai dengan enam tahun yang sangat penting untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau usia dini dimana pada masa ini adalah masa penentuan. karakter usia dini yang salah satunya adalah masa berkelompok anakanak

BAB I PENDAHULUAN. atau usia dini dimana pada masa ini adalah masa penentuan. karakter usia dini yang salah satunya adalah masa berkelompok anakanak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain dan berinteraksi dengan orang lain dalam hidupnya. Guna memenuhi kebutuhan tersebut individu dalam berhubungan

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match 2.1.1 Teori Vygotski Karya Vygotski didasarkan pada tiga ide utama : (1) bahwa intelektual berkembang pada saat individu menghadapi

Lebih terperinci