Kata-kunci : Metode, pemberian tugas, Thaharah (bersuci).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kata-kunci : Metode, pemberian tugas, Thaharah (bersuci)."

Transkripsi

1 PENINGKATAN KEMAMPUAN PESERTA DIDIK DALAM MELAKUKAN THAHARAH DENGAN METODE PEMBERIAN TUGAS PADA PELAJARAN PAI KELAS VII.2 SMP NEGERI 3 MRANGGEN TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Sofwan Guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 3 Mranggen, Peserta Program Peningkatan Kompetensi dan Wawasan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ditjen Pendidikan Agama Islam, yang diselenggarakan FITK UNSIQ kerjasama dengan Kementrian Agama RI Abstrak Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam bentuk penelitian tindakan kelas (Action Research) yang terdiri atas tiga siklus dengan prosedur (1) persiapan tindakan; (2) implementasi tindakan; (3) pengamatan (observasi); dan (4) analisis refleksi. Melakukan thaharah dilakukan dengan menggunakan tes prestasi dan observasi serta metode dokumentasi untuk memperoleh data sekunder. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VII.2 SMP Negeri 3 Mranggen Tahun Pelajaran 2011/2012 sejumlah 42 peserta didik yang digunakan untuk penelitian tindakan kelas. Analisis data menggunakan metode deskriptif persentase. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik pada (1) siklus pertama sebelum diberi tugas nilai rata-rata 62,98 dan setelah diberi tugas nilainya meningkat menjadi rata-rata 68,88 atau naik 30,96%; (2) siklus kedua sebelum diberi tugas nilai rata-rata 62,98 dan setelah diberi tugas nilainya meningkat menjadi rata-rata 72,52 atau naik 38,10%; (3) siklus ketiga sebelum diberi tugas nilai rata-rata 62,98 dan setelah diberi tugas nilainya meningkat menjadi rata-rata 76,89 atau naik 42,86%. Hasil pengamatan guru terhadap peserta didik selama proses belajar mengajar terjadi peningkatan yang signifikan terutama pada keaktivan peserta didik dalam mengikuti proses kegiatan belajar, kebiasaan membaca buku pelajaran, kebiasaan mengajukan pertanyaan dan menjawab, membuat catatan, serta kebiasaan mengerjakan tugas. Saran yang berkaitan dengan hasil penelitian adalah kepada guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) hendaknya dapat menggunakan metode pemberian tugas dalam proses belajar mengajar, mengingat materi pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) materinya cukup luas dan perlu pembelajaran aplikasi di lapangan. Kata-kunci : Metode, pemberian tugas, Thaharah (bersuci). PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membangun pribadi seseorang, masyarakat, bangsa, dan lingkungan hidup dapat berhasil dengan baik jika melalui proses pembelajaran yang baik. Proses pembelajaran yang baik adalah terciptanya suatu kegiatan agar proses belajar seseorang atau sekelompok orang dapat terjadi. Pada keperluan tersebut seorang guru sedapat mungkin diharapkan mampu menciptakan suatu sistem lingkungan sedemikian rupa sehingga proses kegiatan belajar mengajar dapat tercapai secara efektif dan efisien (Sunaryo,1989:23). Kegiatan belajar mengajar pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) sejak diberlakukan Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ 143

2 Penelitian Tindakan Kelas Kurikulum 2006 yang dikenal dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang berbasis kontekstual, pada kenyataan di lapangan terlihat masih bersifat masih konvensional. terdapat kecenderungan menggiring peserta didik untuk mempelajari teori yang berbelit-belit untuk merangkai materi yang bermuara pada tes kognitif, namun tes tersebut tidak mengukur pencapaian proses. Pada kurikulum Pendidikan Agama Islam tahun 2006 dijelaskan bahwa tujuan pengajaran adalah (1) mengembangkan kemampuan berpikir, inquiri, pemecahan masalah, dan keterampilan yang agamis; (2) membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan; dan (3) meningkatkan kemampuan berkompetisi dan bekerja sama dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun skala internasional. Sistem penilaian yang digunakan seharusnya juga bervariatif yakni penilaian tes yang bersifat kognitif dan penilaian proses yang bersifat afektif dan psikomotorik. Dengan demikian tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di samping mengkaji teori-teori, diharapkan akan lebih memberdayakan atau membangkitkan keaktifan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yang bersifat kontekstual. Rendahnya kemampuan peserta didik dalam melakukan thaharah dapat dimungkinkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah; 1. input kemampuan akademik yang rendah; 2. penggunaan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang tepat; dan 3. lingkungan internal dan eksternal yang kurang mendukung. Hal tersebut menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar bukan semata berdasarkan kemauan guru, tetapi hendaknya didasarkan pada kebutuhan peserta didik dalam proses belajar. Disamping itu perlu juga diperhatikan bahwa semua metode yang digunakan untuk proses belajar mengajar pada hakekatnya adalah baik. Tidak ada satupun metode yang dipandang paling baik dan tepat atau sebaliknya untuk mata pelajaran tertentu termasuk mata pelajaran pendidikan Agama Islam. Dengan demikian kesesuaian metode yang telah direncanakan hendaknya dipahami dengan baik dan dicobakan berulang kali, sehingga diperoleh seperangkat data tentang kelemahan atau kelebihan metode tersebut dan kemudian dapat digunakan sebagai pedoman untuk memodifikasi dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran selanjutnya. Metode pengajaran yang dapat digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar secara umum terdapat beberapa macam yakni, 1. metode ceramah; 2. metode tanya jawab; 3. metode diskusi; 4. metode pemberian tugas; 5. metode karya wisata; 6. metode bermain peran; dan 144 Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012

3 7. metode sosiodrama. Melihat banyaknya metode yang ditawarkan dalam suatu interaksi belajar mengajar, maka guru dapat memilih metode yang paling efektif guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Akhmadi, 1994:25). Disamping itu, dalam memilih metode pembelajaran yang efektif untuk mencapai tujuan, hendaknya memungkinkan peserta didik dapat mencerminkan perilaku yang dirumuskan dalam tujuan, memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengalaminya, serta ada dalam batas-batas kemampuan peserta didik untuk mengerjakannya. B. Rumusan masalah Dari uraian di atas, maka rumusan permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah metode pemberian tugas secara individual dan secara kelompok yang berhubungan dengan proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dapat meningkatan kemampuan Peserta didik terhadap pengetahuan thaharah? 2. Berapa persenkah peningkatan penguasaan peserta didik terhadap pemahaman thaharah setelah diterapkan metode pemberian tugas jika dibandingkan dengan sebelumnya? C. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan Tujuan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah : a. Meningkatkan kemampuan peserta didik untuk pemahaman materi thaharah dengan benar, sehingga tingkat kesalahan dalam pelaksanaan thaharah dihindari b. Mengetahui besaran peningkatan penguasaan peserta didik terhadap pemahaman thaharah setelah diterapkan metode pemberian tugas jika dibandingkan dengan sebelumnya c. Memelihara aktivitas belajar peserta didik dengan segenap potensinya di luar jam pelajaran tatap muka, agar kedalaman dan keluasan bahan pelajaran dapat dikuasai dengan baik. d. Mengatasi kesulitan belajar yang dirasa terlalu sarat sehingga tidak mungkin dapat dicapai jika hanya berdasarkan alokasi waktu yang tersedia saja. Maka dengan pemberian tugas hal tersebut dapat dicapai khususnya bahan pelajaran yang dapat dipelajari oleh peserta didik tanpa melalui jam pelajaran tatap muka. 2. Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan agama Islam. Secara terperinci hasil dari penelitian ini memiliki dua manfaat yakni manfaat secara praktis dan manfaat bagi ilmu pengetahuan. a. Manfaat Praktis 1) Bagi guru Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ 145

4 Penelitian Tindakan Kelas KAJIAN TEORI Dapat meningkatkan keterampilan menyusun strategi atau metode pembelajaran yang bervariasi Dapat memperbaiki sistem pembelajaran di kelas sehingga dapat memberikan layanan yang lebih baik kepada peserta didik. Memberi motivasi kepada guru agar terbiasa melaksanakan penelitian yang bermanfaat bagi perbaikan pembelajaran. 2) Bagi peserta didik Memberikan motivasi kepada peserta didik untuk lebih meningkatkan kemampuan dalam memahami materi thaharah 3) Bagi sekolah Hasil penelitian ini dapat memberi sumbangan pemikiran kepada sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas nilai hasil evaluasi belajar peserta didik b. Manfaat Teoritis 1) Dapat digunakan untuk bahan pertimbangan bagi para peneliti berikutnya yang tertarik meneliti permasalahan yang terkait dengan penelitian ini A. Hakikat Belajar 2) Dapat memberikan informasi intensif dalam mengembangkan teori-teori yang berkaitan dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam. 3) Dapat mendukung perkembangan ilmu pengetahuan khususnya Mata Pelajaran PAI, karena metode pemberian tugas merupakan bagian dari kegiatan belajar mengajar yang memiliki kadar cara belajar peserta didik aktif cukup tinggi Belajar menurut Sudjana (1989:5), adalah proses aktif terjadinya perubahan pada diri individu atau kelompok peserta didik baik berupa pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Menurut Arikunto (1980:19), dalam belajar selalu ada usaha yang berupa latihan sehingga belajar merupakan proses yang ditandai oleh perubahan yang ada pada diri seseorang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang melalui latihan. Para ahli merumuskan pengertian belajar dengan sudut pandang dan pendekatan yang berbeda-beda. Perbedaan beberapa rumusan belajar tersebut dapat dibedakan menjadi dua yaitu pengertian belajar secara umum dan pengertian belajar secara khusus. 1. Hakikat belajar secara umum Secara umum pengertian belajar yang dirumuskan oleh para ahli dengan masing-masing sudut pandang secara umum sehingga dapat menghasilkan 146 Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012

5 rumusan yang bersifat umum. pengertian belajar secara umum antara lain: Beberapa ahli yang merumuskan a. Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar, baik secara aktual maupun secara potensial yang berlaku dalam waktu relatif lama yang terjadi karena berusaha (Sumadi, 1983:29) b. Belajar merupakan suatu tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman. (Shaffer, 1985:18) c. Belajar merupakan suatu proses yaitu suatu organisme yang berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman (Berlinger, 1988:35) d. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang ditimbulkan atau diubah melalui latihan dan pengalaman (Ismanto, 1987:21) e. Belajar merupakan aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pemahaman, pengetahuan keterampilan dan nilai sikap yang bersifat konstan (Winkel, 1989:46) f. Belajar adalah proses secara aktif yang merupakan suatu interaksi terhadap situasi yang ada di sekitar individu (Sudjana, 1989:5) g. Belajar merupakan teknologi yang digunakan untuk menjelaskan proses mencakup perubahan tingkah laku melalui pengalaman (Bropy, 1990:49) 2. Hakikat belajar secara khusus Pengertian belajar secara khusus adalah rumusan pengertian belajar yang didasari dengan pendekatan psikologi. Beberapa aliran psikologi yang digunakan untuk merumuskan definisi belajar secara khusus adalah aliran behavioristik, kognitif, dan humanistik. a. Aliran behavioristik adalah aliran yang melaksanakan penyelidikan tingkah laku manusia berdasarkan kenyataan dan dapat diukur serta dapat disimpulkan. Pengertian belajar di sini lebih menekankan pada perubahan tingkah laku yang dapat diamati karena adanya hubungan stimulus respons (Seifart, 1983:53). b. Aliran kognitif menurut Barliner (1988:71) dijelaskan bahwa tingkah laku seseorang tidak semata-mata oleh stimulus yang datang dari luar dirinya tetapi faktor internal yang merupakan potensi untuk mengenal dan memberi respon terhadap stimulus, shehingga pengertian belajar menurut aliran kognitif adalah menekankan ada unsur pikiran yaitu proses pengorganisasian berpikir. c. Aliran gestalt adalah aliran yang menyatakan bahwa keseluruhan kegiatan internal yang mengatur atau mengorganisasikan sebagiansebagian yang mempergunakan pola struktur yang bermakna internal dalam mempersepsi serta mengorganisasikan stimulus. d. Aliran psikologi humanistik adalah suatu kegiatan untuk memahami sesuatu dengan persepsi dan pandangan yang akan dipelajarinya. Aliran ini sangat menghargai kemampuan seseorang untuk mengembangkan dirinya. Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ 147

6 Penelitian Tindakan Kelas Belajar merupakan suatu kegiatan, dimana seseorang membuat atau menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Tingkah laku yang dimaksud adalah tingkah laku yang positif dalam hubungannya untuk mencapai kesempurnaan hidupnya. Proses perubahan tingkah laku dalam belajar pada umumnya dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor internal dan faktor eksternal. 1. Faktor Internal Faktor internal adalah kondisi yang berpengaruh dalam proses belajar mengajar yang berasal dari dalam diri sendiri, sehingga terjadi perubahan tingkah lakunya. Beberapa hal yang termasuk faktor internal dapat diuaraikan sebagai berikut. a. Faktor kecerdasan (Intelegensia) Faktor kecerdasan seseorang merupakan modal dasar yang sangat penting dalam proses belajar. Semakin tinggi tingkat kecerdasan seseorang di atas rata-rata, maka semakin besar pula kemungkinannya untuk berhasil dalam belajarnya, demikian pula sebaliknya. b. Faktor Bakat (Aptitude) Bakat merupakan pembawaan yang dimiliki seseorang dengan sendirinya. Manusia lahir memiliki bakat masing-masing yang berbeda antara seseorang dengan lainnya. Misalnya seseorang mempunyai bakat dibidang teknologi akan kesulitan bila belajar menari. Seorang peserta didik yang berbakat dibidang sosial akan cenderung tidak menyukai bidang-bidang eksakta, teknologi, dan sebagainya. c. Faktor kecakapan ( Vocational) Kecakapan adalah kemampuan seseorang untuk memahami dengan cepat sekaligus dapat bereaksi melalui tingkah laku dengan tepat dan benar. Semakin tinggi tingkat kecakapan seseorang, akan semakin tinggi pula keberhasilannya dalam belajar. d. Faktor minat Minat disebut pula konsentrasi atau perhatian seseorang terhadap sesuatu hal yang dipandang menarik. Konsentrasi adalah pemusatan tenaga psikis dalam menghadapi tugas-tugas (belajar). Sedangkan perhatian adalah perasaan tertarik pada suatu masalah yang sedang dipelajari. Konsentrasi belajar dipengaruhi oleh perasaan dan perhatian atau minat. Seseorang yang tidak senang menghadapi suatu pelajaran akan tidak berminat untuk mempelajari bidang keilmuan tertentu. Hal ini akan menjadi hambatan untuk mencapai hasil belajarnya dari bidang keilmuan tersebut. 148 Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012

7 e. Faktor motivasi belajar Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri peserta didik yang menimbulkan dorongan untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi ini menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi tercapai tujuan pembelajaran. Motivasi menunjuk pada suatu motif atau dorongan yang sudah diaktualisasikan. f. Faktor kondisi fisik dan mental Kondisi fisik adalah potensi yang menunjukkan kekuatan energi seseorang dan berkaitan dengan daya hidup jasmani. Orang yang tidak memiliki vitalitas tinggi, kondisinya tampak lemah, letih, lesu dan akan kurang bergairah dalam proses belajarnya. Demikian pula ketenangan batin atau stabilitas batin seseorang memberikan sumbangan besar dalam keberhasilan belajarnya. 2. Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah berbagai kondisi di luar individu yang dapat mempengaruhi belajarnya. Beberapa kondisi yang termasuk faktor eksternal adalah. a. Lingkungan Sekolah Lingkungan sekolah merupakan tempat persemaian bagi peserta didik untuk merubah dan menumbuh kembangkan perilakunya. Lokasi sekolah yang baik dan didukung oleh guru-guru yang memiliki kualifikasi yang baik merupakan faktor pendorong mantapnya proses belajar peserta didik. Sebaliknya lingkungan sekolah yang kurang baik, misalnya terlalu dekat dengan jalan raya, pasar, gedung bioskop, akan kurang memberikan iklim yang baik dalam upaya meningkatkan proses belajar peserta didik. Lingkungan sekolah yang tertib merupakan dukungan moral bagi peserta didik untuk dapat belajar lebih tertib pula. b. Lingkungan Keluarga Lingkungan keluarga merupakan tempat dimana peserta didik bertempat tinggal. Keluarga dalam hal ini adalah terdapatnya anggota keluarga yang dapat bertindak sebagai orang tua. Peserta didik yang berasal dari keluarga yang harmonis akan memberikan motivasi belajar yang lebih baik, jika dibandingkan dengan mereka yang berasal dari keluarga yang berantakan. Peserta didik yang kurang mendapatkan perhatian dari orang tuanya mempunyai kecenderungan ingin diperhatikan oleh orang lain atau lingkungannya. Apabila ternyata dari mereka belum memperoleh apa yang Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ 149

8 Penelitian Tindakan Kelas diinginkannya (perhatian) maka ia akan berbuat nekat dan lebih cenderung menunjukkan sikap kebrutalan. c. Lingkungan Masyarakat Peserta didik yang belum memiliki tingkat kedewasaan yang cukup mantap, pengaruh lingkungan sangat mudah merasuk ke dalam jiwanya. Pengaruh itu positif atau negatif akan ditirunya tanpa melalui proses pertimbangan berpikir. Peserta didik yang ditempatkan pada lingkungan yang baik, maka ia akan berkembang sesuai dengan perkembangan fisiknya dalam arti positif. B. Faktor Pendukung Belajar Prestasi belajar atau hasil belajar peserta didik yang maksimal merupakan suatu kebanggaan dan harapan oleh setiap peserta didik, orang tua dan guru. Untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal membutuhkan penunjang belajar yang baik pula. Withering (1982:28) berpendapat bahwa keberhasilan belajar dapat didukung oleh beberapa hal berikut: 1. Situasi belajar Situasi belajar adalah suatu kondisi belajar yang mengajak peserta didik untuk menciptakan suatu keadaan yang dapat mendukung peningkatan prestasi. Beberapa indikator yang dapat mendukung situasi belajar yang baik meliputi; (1) kesehatan lingkungan yang baik; (2) tidak ada gangguan yang mendasar; (3) motivasi diri peserta didik untuk belajar secara pribadi; (4) motivasi belajar secara mandiri. 2. Penguasaan intelektual Setiap individu memiliki kemampuan penguasaan intelektual baik secara kwantitatif maupun kualitatif untuk mendukung keberhasilan belajar. Kemampuan intelektual yang dimiliki setiap individu dapat berupa penguasaan membaca, menulis, menganalisis, memahami makna pendidikan kualitatif yang tinggi, berbahasa yang baik dan benar, menyampaikan pendapat dan menanggapi pendapat orang lain, serta mampu berpikir logis. 3. Pengetahuan Istilah pengetahuan dapat dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata Knowledge dalam taksonomi Bloom. Sekalipun demikian pengetahuan tersebut masih harus difokuskan lebih lanjut menurut kebutuhan karena istilah knowledge menjangkau untuk pengetahuan faktual di samping pengetahuan hapalan atau untuk diingat seperti rumus, batasan, definisi, istilah, pasal dalam undang-undang, nama-nama tokoh, dan nama-nama kota. Dilihat dari segi proses belajar, istilah-istilah tersebut memang perlu dihafal dan diingat agar dapat dikuasainya sebagai dasar bagi pengetahuan atau pemahaman konsep-konsep lainnya. 150 Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012

9 C. Hakikat Prestasi Belajar 1. Pengertian prestasi belajar Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai dalam usaha seseorang untuk mendapatkan kepandaian (Depdikbud, 1995:63). Prestasi belajar jika dihubungkan dengan pertumbuhan hidup manusia yang menuju kearah kedewasaan dan selalu dapat berubah-ubah dapat dikatakan bahwa tingkah laku merupakan hakikat dari prestasi belajar seseorang (Winarno, 1986:14). Tinggi atau rendahnya prestasi belajar peserta didik dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor internal dan faktor eksternal. Kedua hal tersebut dapat membentuk situasi dan kondisi lingkungan belajar yang baik jika dikemas dengan kemampuan yang maksimal dalam menerapkan metode pengajarannya. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Menurut Karo-karo (1975:46) belajar mata pelajaran PAI yang berhubungan dengan thaharah senantiasa dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah dorongan dari dalam diri seseorang yang memiliki rasa ingin tahu. Sedangkan faktor dari luar adalah bahan-bahan yang dipelajari, alat-alat yang tersedia, banyaknya waktu yang tersedia atau yang dibutuhkan, serta cara belajar yang efektif dan efisien. Disamping itu, beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar peserta didik dapat dibedakan menjadi : a. Kondisi fisiologis Kondisi fisiologis meliputi kondisi umum seperti kondisi kesehatan dan kondisi panca indera terutama indera penglihatan dan pendengaran. Kondisi indera tersebut sangat penting artinya untuk mempelajari Pendidikan Agama Islam (PAI) yang sangat membutuhkan indera penglihatan dan pendengaran. Misalnya mempelajari thaharah (bersuci) harus menggunakan indera penglihatan yang cermat. Jika kondisi mata yang sedang sakit akan terganggu dalam proses kegiatan belajar mengajar. Demikian pula jika seseorang yang sedang terganggu dalam indera pendengarannya tentu tidak dapat mendengar apa yang ditugaskan oleh guru. b. Kondisi Psikologis Kondisi psikologis yang mempengaruhi prestasi belajar seseorang dapat dipengaruhi faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor psikologis dari dalam diri seseorang meliputi; (1) kecerdasan; (2) bakat; (3) minat; (4) motivasi dan emosi; serta (5) kemampuan kognitif. Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ 151

10 Penelitian Tindakan Kelas Sedangkan faktor psikologis yang mempengaruhi prestasi belajar berasal dari luar diri peserta didik adalah lingkungan alam dan instrument pembelajaran. 1) Faktor lingkungan Lingkungan hidup terdiri dari lingkungan fisik atau lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya. Lingkungan fisik atau lingkungan alam adalah kondisi alamiah yang dapat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar seperti kondisi suhu udara, cuaca, dan kelembaban udara. Lingkungan sosial adalah lingkungan antar manusia atau antar kelompok mulai dari keluarga, tetangga, kampung, desa, kota, propinsi, negara dan dunia. Misalnya norma, aturan, dan adat istiadat. Sedangkan lingkungan budaya adalah lingkungan yang dipengaruhi oleh hasil ciptaan manusia yang bersifat abstrak dan konkret. Misalnya ide, gagasan, bahasa, perilaku, pakaian, bangunan rumah, radio, audio visual, dan media komunikasi. 2) Faktor instrumen pembelajaran D. Metode Pemberian Tugas Faktor instrumen pembelajaran adalah faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar Geografi antara lain kurikulum, program, sarana dan prasarana serta guru atau tenaga pengajar. Pembagian faktor eksternal dipengaruhi oleh lingkungan sekolah, masyarakat, dan keluarga (Roestijah, 1986:145). Menurut Dhari (1997:75) metode pemberian tugas adalah suatu penyajian bahan pelajaran dengan menugaskan peserta didik untuk melakukan serangkaian kegiatan di luar jam pelajaran tatap muka. Sedangkan Depdikbud (1994:14), dijelaskan bahwa metode pemberian tugas adalah cara mengajar atau menyajikan materi melalui penugasan peserta didik untuk melakukan suatu pekerjaan. Serangkaian kegiatan yang ditugaskan dapat berbentuk; 1. membuat kliping; 2. majalah diding; 3. ikhtisar atau ringkasan dari buku; 4. mengerjakan soal-soal; 5. membuat peta; 6. mencari data statistik dan sebagainya. Pelaksanaan tugas dilakukan secara individu atau kelompok, dengan pemberian tugas dalam diri peserta didik akan tumbuh kreativitas dan kebiasaan untuk melakukan serangkaian latihan dan kegiatan belajar di luar tatap muka di samping memperoleh serangkaian pengetahuan atau keterampilan. Metode pemberian tugas diterapkan dalam bagian kegiatan belajar mengajar bertujuan untuk : 152 Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012

11 1. Memelihara aktivitas belajar peserta didik dengan segenap potensinya di luar jam pelajar tatap muka, agar kedalaman dan keluasan bahan pelajaran dapat dikuasai dengan lebih baik. 2. Mengatasi bahan pelajaran yang dirasa terlalu sarat sehingga tidak mungkin dapat dicapai jika hanya berdasarkan alokasi waktu yang tersedia saja. Maka dengan pemberian tugas hal tersebut dapat dicapai khususnya bahan pelajaran yang dapat dipelajari oleh peserta didik tanpa melalui jam pelajaran tatap muka. 3. Meninjau kembali pelajaran yang sudah diajarkan, untuk latihan dengan tugas dengan mengumpulkan bahan, dan untuk memecahkan suatu masalah. Manfaat atau keunggulan penggunaan metode pemberian tugas dalam bagian kegiatan belajar mengajar adalah dapat : a. Melatih peserta didik melaksanakan serangkaian kegiatan agar menemukan sendiri pengalaman belajarnya dan selanjutnya akan mendorong tumbuhnya sikap tekun, teliti dan kreatif b. Mendorong perkembangan sikap dan kemampuan peserta didik dalam memikirkan dan melakukan sesuatu yang dianggap sulit, tanpa campur tangan pihak lain. c. Mendorong peserta didik untuk menilai sendiri seberapa jauh kelebihan dan kekurangan kemampuannya dalam mengerjakan tugas. Dhari (1997:76) menjelaskan bahwa metode pemberian tugas yang menjadi bagian dari kegiatan belajar mengajar agar memiliki generalisasi yang baik perlu disusun langkah-langkah penggunaannya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa langkah-langkah penggunaan metode pemberian tugas dapat disusun sebagai berikut : 1. Membuat persiapan meliputi : a. Merumuskan tujuan pembelajaran b. Menetapkan topik. Ketika menentukan topik dapat diutamakan topiktopik yang diangkat dari kompetensi dasar yang diperkirakan dapat dipelajari sendiri oleh peserta didik tanpa melalui jam pelajaran tatap muka di kelas c. Menetapkan prosedur penyajian bahan pelajaran untuk mendukung tercapainya kompetensi dasar dengan metode pemberian tugas d. Menetapkan waktu untuk menyelsaikan tugas. 2. Pelaksanaan metode meliputi : a. Menginformasikan kompetensi dasar yang hendak dicapai selama proses pembelajaran b. Menjelaskan topik yang menjadi tugas peserta didik termasuk ruang lingkupnya. c. Menginformasikan prosedur penyelesaian tugas. E. Thaharah Thaharah merupakan syarat wajib bagi seseorang yang akan menunaikan ibadah shalat, sehingga thaharah perlu diajarkan dan dilatihkan kepada anak- Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ 153

12 Penelitian Tindakan Kelas anak sejak usia dini. Ulama fiqih sendiri berpendapat bahwa thaharah adalah salah satu syarat pokok sahnya ibadah. Dalam hal ini Rasulullah Saw, menegaskan: Kunci salat adalah bersuci, salat tanpa wudu tidak diterima, dan kesucian adalah setengah iman. (HR Muslim). 1. Pengertian Thaharah Thaharah secara etimologi artinya bersih. Menurut fuqaha thaharah berarti membersihkan hadas atau menghilangkan najis jasmani seperti darah, air kencing, dan tinja. Seseorang yang terkena hadas ini dilarang untuk menunaikan shalat, dan untuk menyucikannya diwajibkan wudhu, mandi, dan/atau tayammum. Dalam literature Arab, thaharah artinya bersuci. Bersuci berdasarkan hukum Islam termasuk bagian ilmu dan amalan yang sangat penting. Bersuci dari hal-hal yang bersifat bathiniah merupakan upaya membersihkan diri dari noda kemusyrikan, kedengkian, takabur, riya dan berbagai bentuk dosa dan maksiat lainnya, yang dapat dilakukan dengan bertaubat secara sungguh-sungguh, penuh keikhlasan, tawadhu dan mendedikasikan seluruh aktivitas hidupnya hanya kepada Allah SWT. Sementara bersuci dari hal-hal yang bersifat lahir adalah menghilangkan segala kotoran (najis) dan hadas yang melekat pada diri, tempat dan pakaian yang dikenakan oleh seseorang. Dasar diperintahkanya untuk thaharah adalah firman Allah Surat Al Maidah ayat 6, yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian hendak mengerjakan salat, maka basuhlah muka kalian dan tangan kalian sampai dengan siku, dan sapulah kepala kalian, dan (basuh) kaki kalian sampai dengan kedua mata kaki (QS. Al- Maidah : 6). Secara umum, thaharah dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu thaharah lahir dan thaharah batin. a. Thaharah lahir Thaharah lahir adalah bersuci dari najis dan dari hadats terhadap kotoran yang dapat dihilangkan dengan cara berwudu, mandi, atau tayammum. Thaharah terhadap najis dan hadast menggunakan air yang suci terhadap pakaian, badan, dan tempat salat bagi seseorang yang hendak menunaikan salat. b. Thaharah batin Thaharah batin adalah membersihkan jiwa dari pengaruh-pengaruh dosa dan maksiat dengan cara bertobat dengan sebenar-benarnya dari semua dosa dan maksiat, dan membersihkan hati dari kotoran syirik, ragu-ragu, dengki, khianat, sombong, ujub, riya, dan sum'ah dengan ikhlas, yakin, cinta kebaikan, lemah lembut, benar, tawadu, dan mengharapkan keridaan Allah SWT dengan semua niat dan amal saleh. 154 Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012

13 Sarana yang digunakan dalam berthaharah dapat menggunakan dua macam cara yaitu: a. Air mutlak Air mutlak adalah air asli yang tidak tercampuri oleh sesuatu apa pun dari najis, seperti air sumur, air dari mata air, air lembah, air sungai, air salju, dan air laut, berdasarkan dalil-dalil sebagai berikut. Dan Kami turunkan dari langit air yang amat suci. (Al-Furqan: 48). Rasulullah Muhammad SAW. bersabda, Air itu suci, kecuali bila sudah berubah aromanya, rasanya, atau warnanya karena kotoran yang masuk padanya. (HR Al-Baihaqi). b. Tanah yang suci, pasir, batu, atau tanah berair. 2. Najis Rasulullah Muhammad SAW. bersabda, Dijadikan bumi itu sabagai masjid dan suci bagiku. (HR Ahmad:288). Tanah dijadikan sebagai alat thaharah jika tidak ada air, atau tidak bisa menggunakan air karena sakit, dan karena sebab lain. Allah SWT. berfirman, kemudian kalian tidak mendapatkan air, maka bertayammumlah kalian dengan tanah yang suci. (An-Nisa: 43). Rasulullah SAW. bersabda, Sesungguhnya tanah yang baik (bersih) adalah alat bersuci seorang muslim, kendati ia tidak mendapatkan air selama sepuluh tahun. Jika ia mendapatkan air, maka hendaklah ia menyentuhkannya ke kulitnya. (HR Tirmizi:251). Najis adalah sesuatu benda yang keluar dari organ manusia, berupa tinja dan air kencing, atau mazi (lendir yang keluar dari kemaluan karena syahwat), atau wadi (cairan putih yang keluar selepas kencing), air mani, air kencing, dan kotoran hewan yang dagingnya tidak boleh dimakan, darah, nanah, air muntahan yang telah berubah, bangkai dan organ tubuhnya kecuali kulitnya, karena jika disamak kulitnya menjadi suci. Rasulullah SAW. bersabda, Setiap kulit yang sudah disamak, maka menjadi suci. (HR Muslim). Najis berupa kotoran yang wajib dibersihkan oleh setiap muslim, dengan mencuci benda yang terkena. Najis dapat dibedakan menjadi beberapa macam yaitu: 1) Air kencing, tinja manusia, dan hewan yang tidak halal dagingnya dan telah disepakati oleh para ulama. Sedangkan kotoran hewan yang halal dimakan dagingnya, hukumnya najis menurut madzhab Hanafi dan Syafi i; dan suci menurut madzhab Maliki dan Hanbali. 2) Madzyi, yaitu cairan putih lengket yang keluar ketika seseorang sedang berpikir tentang seks dan sejenisnya. 3) Wadi, yaitu air putih yang keluar setelah buang air kecil. Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ 155

14 Penelitian Tindakan Kelas 4) Darah yang mengalir, sedangkan yang sedikit di-ma fu. Menurut madzhab Syafi i darah nyamuk, kutu, dan sejenisnya dima fu jika secara umum dianggap sedikit. 5) Anjing dan babi 6) Muntahan. 7) Bangkai, kecuali mayat manusia, ikan dan belalang, dan hewan yang tidak berdarah mengalir. Najis yang mengenai badan, pakaian manusia, atau benda lainnya wajib dibersihkan. Jika najis tidak terlihat, maka wajib dibersihkan di tempatnya sehingga dugaan kuat najis telah dibersihkan. Demikian pula untuk pembersihan bejana yang pernah dijilat anjing, wajib dibasuh dengan tujuh kali dan salah satunya dengan debu. Sentuhan anjing dengan fisik manusia, tidak membutuhkan pembersihan melebihi cara pembersihan yang biasa. Najis sedikit yang tidak memungkinkan dihindari hukumnya dapat dimaafkan. 3. Wudlu Wudhu adalah thaharah yang wajib dilaksanakan oleh karena hadats kecil, seperti buang air kecil, buang air besar, keluar angin dari dubur (kentut), tidur nyenyak, dan memakan daging onta. Cara berwudhu adalah sebagai berikut: a. Niat wudhu di dalam hati, tanpa diucapkan, karena Nabi Muhammad SAW tidak pernah melafadhkan niat dengan lisan dalam berwudhu, shalat, dan ibadah apapun. Allah SWT mengetahui apa yang ada di dalam hati tanpa pemberitaan kita. b. Membaca Basmallah. c. Membasuh kedua telapak tangan sebamyak 3 (tiga) kali d. Berkumur serta menghirup air ke hidung sebanyak 3 (tiga) kali. e. Membasuh seluruh muka sampai batasan muka dengan telinga dan dari tempat pertumbuhan rambut kepala sampai jenggot bagian bawah sebanyak 3 (tiga) kali. f. Membasuh kedua tangan, dari ujung jari sampai siku-siku. Di awali dengan tangan kanan, kemudian tangan kiri sebanyak 3 (tiga) kali. g. Mengusap kepala, yaitu dengan membasahi tangan kemudian menjalankannya dari kepala bagian depan sampai bagian belakang, kemudian mengembalikannya ( mengembalikan tangan tersebut dari belakang sampai ke depan lagi) sebanyak 1 (satu) kali. h. Mengusap kedua telinga dengan memasukkan jari telunjuk dalam lubang telinga, dan mengusap bagian luar (belakang) dengan jempol sebanyak 3 (tiga) kali. i. Membasuh kedua kaki, yaitu dari ujung jari sampai mata kaki, diawali kaki kanan, kemudian kaki kiri sebanyak 3 (tiga) kali. 156 Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012

15 4. Tayamum Tayammum adalah thaharah (sesuci) yang wajib dilakukan dengan menggunakan tanah (debu) sebagai pengganti wudhu dan mandi bagi orang yang memang tidak memperoleh air atau sedang dalam kondisi berbahaya bila menggunakan air. Cara bertayammum adalah sebagai berikut: Niat bertayammum sebagai pengganti wudhu atau mandi. Kemudian menepukkan kedua telapak tangan pada tanah atau yang berhubungan dengannya seperti tembok, lalu mengusap wajah dan kedua telapak tangannya. Dalam riwayat lain disebutkan dengan lafadz, tayammum itu satu tepukan, untuk wajah dan kedua telapak tangan (HR. Abu Dawud : 327). Dishahihkan pula oleh Al-Albani dalam Irwa'ul Ghalil : 161, bahwa anggota tayammum hanya wajah dan telapak tangan. 5. Mandi Wajib Mandi wajib adalah thaharah (bersuci) yang wajib dilakukan dari hadats besar, seperti janabat dan haidh. Cara melaksanakan mandi wajib adalah sebagai berikut: a. Niat mandi tanpa diucapkan. b. Membaca Basmalah. c. Melaksanakan wudhu dengan sempurna. d. Menciduk air untuk kepala, dan bila sudah merata, maka barulah mengguyurkannya sebanyak 3 (tiga) kali. e. Membasuh seluruh badan. METODE PENELITIAN A. Seting penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan, dengan lokasi penelitian di SMP Negeri 3 Mranggen Kabupaten Demak, dengan subjek penelitian adalah peserta didik kelas VII.2 SMP Negeri 3 Mranggen Tahun Pelajaran 2011/2012. B. Gambaran umum penelitian (siklus tindakan) Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik terhadap pemahaman thaharah dengan menggunakan metode pemberian tugas yang terdiri atas pemberian tugas kelompok dan pemberian tugas individu. Penelitian ini dilaksanakan dengan tiga siklus, tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Sesuai dengan rencana variabel-variabel yang diselidiki masing-masing siklus terdiri atas empat tahap, yaitu : 1. Persiapan Tindakan a. membuat skenario dengan metode pemberian tugas; Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ 157

16 Penelitian Tindakan Kelas b. membuat lembar kerja peserta didik yang berfungsi untuk pedoman peserta didik; c. membuat lembar observasi untuk mengamati keterampilan proses yang dilaksanakan setiap peserta didik pada saat pembelajaran berlangsung; 2. Implementasi Tindakan Pada tahap ini dilaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM) berdasarkan skenario yang telah disusun. Pada setiap konsep, sebagian sub konsep disampaikan melalui penugasan dan presentase hasilnya, namun sebagian yang lain menggunakan metode lainnya yang dipilih. Untuk sub konsep yang pembelajarannya dilengkapi dengan penugasan dan presentase hasil dilaksanakan dengan urutan sebagai berikut : a. Pada waktu jam terjadwal menjelang pemberian tugas peserta didik dibagi menjadi (6) enam kelompok, kepada semua kelompok dibagikan atlas. Kemudian peserta didik diberi kesempatan untuk membaca, bila terdapat hal-hal yang belum dipahami diberi kesempatan untuk bertanya jawab dengan guru, selain itu peserta didik dibimbing cara melakukan thaharah. b. Pada waktu di luar jam pelajaran setiap kelompok menyelesaikan tugas c. Pada waktu jam terjadwal berikutnya melalui diskusi hasil tugas dari salah satu kelompok untuk dibahas di depan kelas, kelompok lain memberi tanggapan terhadap kelompok penyaji sehingga terjadi diskusi, guru berperan sebagai pengarah. d. Berdasarkan hasil diskusi guru membimbing peserta didik untuk memahami thaharah yang telah dipelajari 3. Pemantauan dan Evaluasi Pada tahap ini dilaksanakan pemantauan dan evaluasi terhadap : a. Tingkat keterlaksanaan rencana pembelajaran melalui observasi dan rencana yang dibuat oleh guru. Hal yang dipantau meliputi bagian rencana yang belum dapat dilaksanakan, yang perlu ditambah, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. b. Tingkat pelaksanaan keterampilan proses melalui observasi menggunakan lembar observasi pada saat diskusi, penilaian, pemberian tugas, dan tes tertulis. Observasi dilakukan oleh dua tim (selain guru pengajar), pada setiap pertemuan tatap muka atau jam pelajaran terjadwal dengan mengisi skor pada keterampilan-keterampilan yang teramati pada kelompok atau peserta didik sesuai dengan identitasnya, sedangkan tes tertulis digunakan pada akhir seluruh siklus. 4. Analisis dan Refleksi Hasil yang didapatkan dalam tahap pemantauan dan evaluasi dikumpulkan kemudian dianalisis melalui diskusi. Peneliti berdasarkan hasil analisis dapat merefleksi untuk melihat apakah kegiatan yang dilakukan oleh 158 Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012

17 peserta didik dapat mewujudkan tujuan yang direncanakan. Hasil refleksi yang direncanakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Perolehan Nilai Sebelum Siklus (Kondisi Awal) Sebelum tindakan siklus I dimulai, telah dilaksanakan ulangan harian dengan hasil nilai yang diperoleh peserta didik sebagai berikut: nilai terendah 60, nilai tertinggi 70, nilai rata-rata 62,98, ketuntasan klasikal 57,14%. Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 65,00. Dengan demikian nilai yang diperoleh peserta didik masih relatif rendah dan perlu pemecahan lebih lanjut. Solusi yang digunakan dalam penelitian ini untuk meningkatkan pemahaman peserta didik berdasarkan rendahnya rata-rata nilai hasil evaluasi belajar peserta didik adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dilaksanakan dengan tiga siklus dan masing-masing siklus terdiri atas empat tahap meliputi persiapan tindakan, implementasi tindakan, pemantauan dan evaluasi serta analisis refleksi. B. Deskripsi Data Hasil Penelitian 1. Hasil Siklus Pertama Siklus pertama dilaksanakan dengan standar kompetensi mengidentifikasi informasi macam-macam najis dan cara menyucikannya. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut telah di persiapkan skenario pembelajaran sebagaimana yang terlampir pada daftar lampiran 1. Skenario pembelajaran ini dilaksanakan selama dua jam pelajaran atau 80 menit. a. Persiapan tindakan 1) Menyusun rencana pengajaran untuk standar kompetensi mengidentifikasi macam-macam najis dan cara menyucikannya, tentang najis mukhoffafah (ringan) najis mutawasithoh (sedang), najis mugholadhoh (berat) 2) Membuat alat tes diagnosa evaluasi awal 3) Menyusun lembar observasi untuk mengamati pelaksanaan tugas secara berkelompok 4) Guru menjelaskan materi/kegiatan yang akan disajikan kepada peserta didik 5) Sejumlah peserta didik dibagi menjadi tujuh kelompok dan masing-masing kelompok terdiri atas enam peserta didik. Pemilihan anggota kelompok dibentuk berdasarkan pertimbangan jenis kelamin dan kemampuan belajar, dalam arti setiap kelompok terdiri atas putra dan putri dengan kemampuan yang bervariasi. b. Implementasi tindakan Pada skenario pembelajaran ini setiap kelompok mendapat kesempatan untuk berdiskusi dengan materi hadast kecil dan cara Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ 159

18 Penelitian Tindakan Kelas mensucikannya, tentang hal yang menyebabkan hadast kecil dengan cara wudlu dan tayamum. Setelah diskusi kelompok selesai, masingmasing kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil kerjanya dan kelompok lainnya siap untuk memberikan tanggapan. Pada akhir presentase kelompok, Guru memberikan penekanan terhadap hasil yang diharapkan dan memberikan motivasi kepada peserta didik untuk meningkatkan kemampuan dengan cara memberikan tugas. c. Pemantauan Pelaksanaan Pelaksanaan skenario pembelajaran berdasarkan pemantauan melalui observasi langsung pada proses belajar mengajar sesuai dengan rencana yang dibuat guru, dapat diketahui bahwa sebagian besar kegiatan yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik. Pada saat peserta didik melaksanakan proses diskusi kelompok dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Belum semua peserta didik berperan aktif dalam kegiatan tugas kelompok 2) Kelompok yang mendapat kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerjanya tampak belum terbiasa menyajikan materi diskusi yang diharapkan, sehingga memerlukan waktu persiapan yang cukup lama 3) Aktivitas pada saat penyajian materi oleh kelompok penyaji yang dilanjutkan dengan tanya jawab, masih didominasi oleh peserta didik tertentu dengan penampilan yang masih canggung dan menggunaan bahasa pengantar yang kurang lancar 4) Pada saat proses kegiatan belajar mengajar terdapat beberapa peserta didik yang pasif, bahkan terkesan acuh tak acuh untuk mengikuti proses diskusi. Pada akhir presentase penyajian hasil diskusi, guru menyampaikan tagihan atas pemberian tugas kepada peserta didik saat kegiatan belajar mengajar sebelumnya. Tagihan atas pemberian tugas pada siklus pertama terdapat sebagian besar peserta didik yang mengerjakan dan menyerahkan hasil kerjanya, namun terdapat beberapa peserta didik yang belum melaksanakan. Hasil evaluasi proses belajar mengajar pada siklus pertama dengan diskusi kelompok untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dengan metode pemberian tugas dapat diuraikan sebagai berikut : a. Aktivitas peserta didik yang mengerjakan tugas sebanyak 37 peserta didik dari sejumlah 42 peserta didik atau telah mencapai 88%. Dengan demikian peserta didik yang belum mengerjakan tugas sebanyak 5% b. Peserta didik yang antusias untuk menjawab pertanyaan sesama peserta didik sebanyak 31 peserta didik dari sejumlah 42 peserta didik atau rata-rata 73,81%. Peserta 160 Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012

19 didik yang belum dapat menjawab pertanyaan sesama peserta didik sebanyak 26,19% c. Dari sembilan pertanyaan yang disampaikan oleh guru kepada peserta didik, terdapat 32 peserta didik dari sejumlah 42 peserta didik atau rata-rata 76,19% yang menjawab pertanyaan dari guru. Peserta didik yang belum dapat menjawab pertanyaan dari guru sebanyak 23,81% d. Peserta didik yang berminat mengajukan pertanyaan kepada guru sebanyak 19 peserta didik dari sejumlah 42 peserta didik atau rata-rata 45,24%. Peserta didik yang belum berminat mengajukan pertanyaan kepada guru sebanyak 54,76% e. Berdasarkan buku catatan peserta didik yang disusun pada saat akhir pelajaran, terlihat bahwa peserta didik yang mencatat hal penting sebanyak 32 peserta didik dari sejumlah 42 peserta didik atau rata-rata 76,19%. Sedangkan peserta didik yang tidak mencatat hal penting sebanyak 23,81% f. Aktivitas peserta didik yang berminat mendiskusikan materi pelajaran sebanyak 34 peserta didik dari sejumlah 42 peserta didik atau rata-rata 80,95%. Peserta didik yang belum berminat mendiskusikan materi pelajaran sebanyak 19,05% g. Keterampilan intelektual peserta didik pada siklus pertama berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan deskriptif persentase dapat diuraikan sebagai berikut : h. Peserta didik yang mengumpulkan tugas secara individual sebanyak 37 peserta didik atau sekitar 88,10% dari sejumlah 42 peserta didik. Sedangkan peserta didik yang tidak mengumpulkan tugas individual sejumlah 5 peserta didik atau 11.90%. i. Peserta didik yang mengumpulkan tugas secara kelompok sebanyak 6 kelompok dari sejumlah 7 (tujuh ) kelompok yang ada. Dengan demikian kerja kelompok peserta didik hasil seluruhnya belum menyerahkan kepada guru terdapat satu kelompok. Berdasarkan hasil analisis refleksi peserta didik pada siklus pertama tersebut di atas lebih lanjut dapat diuraikan sebagai berikut : a. Peserta didik masih terbiasa mengikuti proses belajar dengan menggunakan metode ceramah. b. Peserta didik belum terbiasa atau terlatih untuk menerima tugas dalam bentuk membuat peta c. Peserta didik belum terbiasa menerima tugas untuk memroses atau menganalisis data yang dikerjakan secara kelompok ataupun secara individu Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ 161

20 Penelitian Tindakan Kelas d. Hasil Belajar d. Peserta didik yang berinisiatif mengajukan pertanyaan kepada guru jumlahnya masih relatif kecil karena belum terbiasa Hasil belajar peserta didik pada siklus pertama sebelum diberi tugas rata-rata memperoleh nilai sebesar 62,98 dan seluruhnya belum memperoleh ketuntasan belajar minimal secara individual, artinya belum memperoleh nilai 65 keatas. Sedangkan hasil belajar peserta didik setelah diberi tugas rata-rata memperoleh nilai sebesar 68,88. Peserta didik yang sudah tuntas belajar dengan standar ketuntasan minimal dengan memperoleh nilai 65 sejumlah 37 (tujuh) orang peserta didik atau 88,10%, sedangkan selebihnya sebesar 11,90% dari sejumlah peserta didik belum tuntas secara individual berdasarkan standar ketuntasan belajar minimal. Peningkatan nilai rata-rata yang diperoleh peserta didik antara sebelum diberi tugas pada aktivitas siklus pertama ini jika dibandingkan dengan setelah diberi tugas oleh guru terdapat peningkatan 30,96% 2. Hasil Siklus Kedua Siklus kedua dilaksanakan dengan standar kompetensi mengidentifikasi informasi hadast kecil dan cara mensucikannya. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut telah di persiapkan skenario pembelajaran sebagaimana yang terlampir pada daftar lampiran 1. Skenario pembelajaran ini dilaksanakan selama dua jam pelajaran atau 80 menit a. Persiapan tindakan 1) Menyusun rencana pengajaran untuk standar kompetensi mengidentifikasi informasi hala-hal yang menyebabkan hadast kecil dan cara mensucikannya dengan cara wudlu dan tayamum. 2) Membuat alat tes diagnosa evaluasi awal 3) Menyusun lembar observasi untuk mengamati pelaksanaan tugas secara berkelompok 4) Guru menjelaskan materi/kegiatan yang akan disajikan kepada peserta didik 5) Membagi sejumlah peserta didik yang ada menjadi tujuh kelompok dan setiap kelompok anggotanya masing-masing terdiri atas enam peserta didik. Pemilihan anggota kelompok dibentuk berdasarkan pertimbangan jenis kelamin dan kemampuan belajar, dalam arti setiap kelompok terdiri atas putra dan putri dengan kemampuan yang bervariasi. 6) Setiap kelompok mendapat tugas untuk didiskusikan dengan materi : hal-hal yang menyebabkan hadast kecil dan cara mensucikannya dengan wudlu atau tayamum b. Implementasi tindakan 162 Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012

21 Pada skenario pembelajaran ini setiap kelompok mendapat kesempatan untuk berdiskusi dengan materi hal-hal yang menyebabkan hadast kecil dan cara mensucikannya dengan wudlu atau tayamum. Setelah diskusi kelompok selesai, masing-masing kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil kerjanya dan kelompok lainnya siap untuk memberikan tanggapan. Pada akhir presentase kelompok, Guru memberikan penekanan terhadap hasil yang diharapkan dan memberikan motivasi kepada peserta didik untuk meningkatkan kemampuan dengan cara memberikan tugas. c. Pemantauan Pelaksanaan Pelaksanaan skenario pembelajaran berdasarkan pemantauan melalui observasi langsung pada proses belajar mengajar sesuai dengan rencana yang dibuat oleh guru, dapat diketahui bahwa sebagian besar kegiatan yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik. Pada saat peserta didik melaksanakan proses diskusi kelompok dapat berjalan dengan lancar dan berdasarkan pemantauan peneliti dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Semua kelompok dapat melaksanakan tugas, membuat laporan lengkap dan menyajikan materi tentang hal-hal yang menyebabkan hadast kecil dan cara mensucikannya dengan wudlu atau tayamum 2) Kelompok yang mendapat kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerjanya tampak lebih siap untuk menyajikan materi diskusi yang diharapkan, sehingga ketika diminta satu kelompok untuk tampil sebagai penyaji terlihat siap. 3) Aktivitas pada saat penyajian materi oleh kelompok penyaji yang dilanjutkan dengan tanya jawab, masih terlihat didominasi oleh peserta didik tertentu yang memiliki keterampilan berbicara cukup baik dan berpengetahuan lebih luas. 4) Pada saat proses kegiatan belajar mengajar, peserta didik yang pasif mulai berkurang jumlahnya dan mulai memiliki motivasi diri sehingga dapat mengikuti proses diskusi lebih baik. Pada akhir presentase penyajian hasil diskusi, guru menyampaikan tagihan atas pemberian tugas kepada peserta didik saat kegiatan belajar mengajar sebelumnya. Tagihan atas pemberian tugas pada siklus kedua ini terdapat seluruh peserta didik dapat mengerjakan dan menyerahkan hasil kerjanya kepada guru, namun terdapat beberapa peserta didik yang hasil kerjanya belum maksimal. Hasil evaluasi proses belajar mengajar pada siklus kedua dengan diskusi kelompok untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dengan metode pemberian tugas dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Aktivitas peserta didik yang mengerjakan tugas sebanyak 39 peserta didik dari sejumlah 42 peserta didik atau telah mencapai Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ 163

22 Penelitian Tindakan Kelas 92,86%. Dengan demikian peserta didik yang belum mengerjakan tugas sebanyak 7,14% 2) Peserta didik yang antusias untuk menjawab pertanyaan sesama peserta didik sebanyak 37 peserta didik dari sejumlah 42 peserta didik atau rata-rata 88,10%. Peserta didik yang belum dapat menjawab pertanyaan sesama peserta didik sebanyak 11,90% 3) Dari sepuluh pertanyaan yang disampaikan oleh guru kepada peserta didik, terdapat 37 peserta didik dari sejumlah 42 peserta didik atau rata-rata 88,10% yang menjawab pertanyaan dari guru. Peserta didik yang belum dapat menjawab pertanyaan dari guru sebanyak 12,90% 4) Peserta didik yang berminat mengajukan pertanyaan kepada guru sebanyak 26 peserta didik dari sejumlah 42 peserta didik atau rata-rata 61,90%. Peserta didik yang belum berminat mengajukan pertanyaan kepada guru sebanyak 38,10% 5) Berdasarkan buku catatan peserta didik yang disusun pada saat akhir pelajaran, terlihat bahwa peserta didik yang mencatat hal penting sebanyak 36 peserta didik dari sejumlah 42 peserta didik atau rata-rata 85,71%. Sedangkan peserta didik yang tidak mencatat hal penting sebanyak 14,29% 6) Aktivitas peserta didik yang berminat mendiskusikan materi pelajaran sebanyak 39 peserta didik dari sejumlah 42 peserta didik atau rata-rata 92,86%. Peserta didik yang belum berminat mendiskusikan materi pelajaran sebanyak 7,14% 7) Keterampilan intelektual peserta didik pada siklus kedua berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan deskriptif persentase dapat diuraikan sebagai berikut : 8) Peserta didik yang mengumpulkan tugas secara individual sebanyak 40 peserta didik atau sekitar 95,24% dari sejumlah 42 peserta didik. Sedangkan peserta didik yang tidak mengumpulkan tugas individual sejumlah 2 peserta didik atau 4,76%. 9) Pada siklus kedua ini peserta didik yang mengumpulkan tugas secara kelompok sebanyak 6 kelompok dari sejumlah 7 (tujuh) kelompok yang ada. Dengan demikian kerja kelompok peserta didik hasil seluruhnya diserahkan kepada guru. Berdasarkan hasil analisis refleksi aktivitas peserta didik pada siklus kedua tersebut di atas lebih lanjut dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Peserta didik sudah mulai berminat atau terbiasa mengikuti proses belajar dengan menggunakan metode pemberian tugas meskipun belum seluruh peserta didik. 2) Peserta didik sudah mulai terampil atau terlatih untuk menerima tugas dalam bentuk melakukan thaharah 3) Peserta didik sudah mulai mengenal atau menerima tugas untuk memroses atau menganalisis data yang dikerjakan secara kelompok ataupun secara individu yang diberikan oleh guru 164 Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI Nama Siswa : Kelas : MODUL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI Kode Modul : PAI&BP 7/4/2014 Tema : Semua Bersih, Hidup Jadi Nyaman Kelas : VII ( Tujuh ) Waktu : 3 JTM DISUSUN OLEH DEDI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Mekarsari Kecamatan Mekarsari Kabupaten Barito Kuala tahun pelajaran 2012/2013

BAB IV HASIL PENELITIAN. Mekarsari Kecamatan Mekarsari Kabupaten Barito Kuala tahun pelajaran 2012/2013 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Setting Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Mekarsari Kecamatan Mekarsari Kabupaten Barito Kuala tahun pelajaran 2012/2013

Lebih terperinci

Peta Konsep5. Kata Kunci. Hadas dan Najis

Peta Konsep5. Kata Kunci. Hadas dan Najis Peta Konsep5 Hadas dan Najis Pengertian: Pengertian: Dasar hukum: Hadas adalah najis yang bersifat hukmiyah atau najis yang tidak bias dilihat yang menghalangi pelaksanaan salat Najis adalah sebuah benda

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Banjarmasin Utara tahun pelajaran 2008/2009 dengan jumlah siswa sebanyak 32

BAB IV HASIL PENELITIAN. Banjarmasin Utara tahun pelajaran 2008/2009 dengan jumlah siswa sebanyak 32 30 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Setting Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Sungai Miai I Banjarmasin Utara tahun pelajaran 2008/2009 dengan jumlah siswa

Lebih terperinci

MID SEMESTER 1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMP 7 SEMESTA

MID SEMESTER 1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMP 7 SEMESTA SMP SEMESTA Pilihlah a, b, c, atau d pada jawaban yang paling 1. Menyakini dalam hati, mngucapkan dengan lisan dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari adalah arti dari a. Islam c. Ihsan b. Iman d.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran seorang guru sangatlah penting, karena guru bertanggung. jawab mencerdaskan anak didik, guru dengan penuh dedikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Peran seorang guru sangatlah penting, karena guru bertanggung. jawab mencerdaskan anak didik, guru dengan penuh dedikasi dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran seorang guru sangatlah penting, karena guru bertanggung jawab mencerdaskan anak didik, guru dengan penuh dedikasi dan loyalitas berusaha membimbing dan

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PAI MATERI WUDHU MELALUI METODE DEMONSTRASI

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PAI MATERI WUDHU MELALUI METODE DEMONSTRASI PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PAI MATERI WUDHU MELALUI METODE DEMONSTRASI Suwartun GuruSDNGeneng II Margomulyo Bojonegoro Email :suwartun_spdi@gmail.com Abstrak: Keberhasilan siswa dalam belajar dipengaruhi

Lebih terperinci

RANGKUMAN MATERI. Mensucikan Diri

RANGKUMAN MATERI. Mensucikan Diri Standar Kompetensi (Fiqih) Kompetensi Dasar RANGKUMAN MATERI : 5. Memahami ketentuan-ketentuan thaharah (bersuci). : 5.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan wudlu dan tayammum. 1. Menjelaskan pengertian wudlu

Lebih terperinci

Kajian Islam : Tatacara Berwudhu oleh : Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin

Kajian Islam : Tatacara Berwudhu oleh : Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin Kajian Islam : Tatacara Berwudhu oleh : Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin Cara Wudhu : Bismillahirrahmanirrahim. Apabila seorang muslim mau berwudhu, maka hendaknya ia berniat di dalam hatinya,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE DELICAP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PAI TENTANG ASMAUL HUSNAH PADA SISWA KELAS II SDN MANGGISAN 01 JEMBER.

PENGGUNAAN METODE DELICAP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PAI TENTANG ASMAUL HUSNAH PADA SISWA KELAS II SDN MANGGISAN 01 JEMBER. PENGGUNAAN METODE DELICAP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PAI TENTANG ASMAUL HUSNAH PADA SISWA KELAS II SDN MANGGISAN 01 JEMBER Siti Nafisah 40 Abstrak.. Penelitian Tindakan kelas ini penulis buat berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II MEDIA INFORMASI

BAB II MEDIA INFORMASI BAB II MEDIA INFORMASI 2.1 Wudlu a. Wudlu Menurut Al-Qur an (Al-Maidah Ayat 6) Wudlu adalah "...hendak mengerjakan shalat maka basuhlah mukamu, kedua tanganmu sampai siku dan sapulah kepalamu serta basuhlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai warga negara perlu mengembangkan diri untuk dapat hidup di tengah masyarakat, apalagi di perkembangan zaman yang menuntut perubahan dalam berbagai bidang.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 29 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Kondisi Awal. Penelitian ini dilakukan di kelas I MI Miftahul Ulum Curah Keris Kalipang Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang pendidikan sebagai salah satu bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang pendidikan sebagai salah satu bagian dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang pendidikan sebagai salah satu bagian dari pembangunan dan juga berperan penting untuk menjamin kelangsungan hidup suatu bangsa dan negara.

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura Ni Wayan Lasmini SD Negeri 2 Tatura, Palu, Sulawesi Tengah ABSTRAK Permasalahan

Lebih terperinci

KEM TOHARAH ( SUCI ) Oleh Hj Ahmad Junaidi Bin Mohamad Said Guru Al-Quran SMK BATU SEPULUH LEKIR SITIAWAN PERAK

KEM TOHARAH ( SUCI ) Oleh Hj Ahmad Junaidi Bin Mohamad Said Guru Al-Quran SMK BATU SEPULUH LEKIR SITIAWAN PERAK KEM TOHARAH ( SUCI ) Oleh Hj Ahmad Junaidi Bin Mohamad Said Guru Al-Quran SMK BATU SEPULUH LEKIR 32020 SITIAWAN PERAK TAJUK ALAT BERSUCI SUCI DARI NAJIS WUDUK TAYAMMUM SUCI DARI HADAS KECIL DAN BESAR MANDI

Lebih terperinci

SIFAT WUDHU NABI. 2. Kemudian berkumur-kumur (memasukkan air ke mulut lalu memutarnya di dalam dan kemudian membuangnya)

SIFAT WUDHU NABI. 2. Kemudian berkumur-kumur (memasukkan air ke mulut lalu memutarnya di dalam dan kemudian membuangnya) SIFAT WUDHU NABI Apabila seorang muslim mau berwudhu, maka Hendaknya ia berniat di dalam hatinya, kemudian membaca Basmalah, sebab Rasulullah bersabda: ال و ض و ء ل م ن ل ي ذ ك ر اس م الل ه ع ل ي ه "Tidak

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 7, No. 2, April 2017 ISSN 0854-2172 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR SD Negeri Purbasana

Lebih terperinci

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X. Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X. Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah Penerapan Metode Pembelajaran Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Perkalian Bilangan Cacah di Kelas II SDN Inpres 1 Birobuli Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah ABSTRAK

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS Ani Rosidah anirosidah.cjr@gmail.com Universitas Majalengka ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Meningkatan hasil belajar bagi siswa yang kurang mampu dalam memahami mata pelajaran biologi merupakan penelitian tindakan kelas yang direncanakan pelaksanaannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya.

Lebih terperinci

BAB IV. ANALISIS PENERAPAN METODE SIMULASI DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI FIQIH DI MTs RIFA IYAH WONOKERTO KABUPATEN PEKALONGAN

BAB IV. ANALISIS PENERAPAN METODE SIMULASI DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI FIQIH DI MTs RIFA IYAH WONOKERTO KABUPATEN PEKALONGAN 68 BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE SIMULASI DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI FIQIH DI MTs RIFA IYAH WONOKERTO KABUPATEN PEKALONGAN A. Analisis Penerapan Metode Simulasi di MTs Rifa iyah

Lebih terperinci

Bab 4 Belajar Mendirikan Shalat Berlatih Akhlak Mulia Membangun Kesejahteraan Umat

Bab 4 Belajar Mendirikan Shalat Berlatih Akhlak Mulia Membangun Kesejahteraan Umat Bab 4 Belajar Mendirikan Shalat Berlatih Akhlak Mulia Membangun Kesejahteraan Umat Al Qur an merupakan petunjuk dari Allah Swt bagi makhluknya, jin dan manusia, yang harus diikuti sebagai pedoman dalam

Lebih terperinci

SITI ARFAH, S.Pd 1 ABSTRAK

SITI ARFAH, S.Pd 1 ABSTRAK 131 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI PESAWAT SEDERHANA DENGAN MENERAPKAN METODE DEMONTRASI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 5 SIMEULU TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SITI ARFAH, S.Pd 1 Oleh: ABSTRAK

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini memberikan gambaran pada beberapa aspek meliputi

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini memberikan gambaran pada beberapa aspek meliputi IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian ini memberikan gambaran pada beberapa aspek meliputi perencanaan pembelajaran, proses pelaksanaan pembelajaran meliputi kemampuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 25 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Sebelum penelitian dilakukan, dalam kegiatan pembelajaran IPS di Kelas 4 guru masih menggunakan metode pembelajaran tradisional.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen dari ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

Lebih terperinci

PROSIDING Kajian Ilmiah Dosen Sulbar ISBN:

PROSIDING Kajian Ilmiah Dosen Sulbar ISBN: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI OPERASI ALJABAR MELALUI MODEL ACADEMIC CONSTRUCTIVE CONTROVERSY (AC) Masrita 1, Febryanti 2, Muhammad Assaibin 3 Pendidikan Matematika, Universitas Al Asyariah

Lebih terperinci

Neneng Kusmijati Guru Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Purwokerto

Neneng Kusmijati Guru Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Purwokerto PENINGKATAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DI SMP NEGERI 2 PURWOKERTO Neneng Kusmijati Guru Sekolah Menengah Pertama

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Yunius, Siti Nuryanti, dan Yusuf Kendek Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Banjarmasin Timur, subjek penelitian adalah siswa kelas V yang berjumlah 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Banjarmasin Timur, subjek penelitian adalah siswa kelas V yang berjumlah 31 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Setting Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN Sungai Bilu 2 Banjarmasin Timur, subjek penelitian adalah siswa kelas V yang berjumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting dalam mewujudkan suatu negara yang maju, maka dari itu orang-orang yang ada di dalamnya baik pemerintah itu sendiri atau masyarakatnya

Lebih terperinci

PENERAPAN PAKEM DENGAN MEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS I SEMESTER 1 SDN TANGGUL KULON 01 TAHUN PELAJARAN 2009/2010

PENERAPAN PAKEM DENGAN MEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS I SEMESTER 1 SDN TANGGUL KULON 01 TAHUN PELAJARAN 2009/2010 PENERAPAN PAKEM DENGAN MEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS I SEMESTER 1 SDN TANGGUL KULON 01 TAHUN PELAJARAN 2009/2010 Tutik Yuliarni 7 Abstrak. Proses pembelajaran masih

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DATA DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DATA DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DATA DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Hasil penelitian ini menggambarkan tentang pengamatan dan tindakan pembelajaran pra siklus, tindakan pada siklus I yang dilaksanakan pada hari

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN CARA BERWUDHU MELALUI PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DAN SIMULASI DI SEKOLAH DASAR. Sucipto

PENINGKATAN PEMAHAMAN CARA BERWUDHU MELALUI PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DAN SIMULASI DI SEKOLAH DASAR. Sucipto PENINGKATAN PEMAHAMAN CARA BERWUDHU MELALUI PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DAN SIMULASI DI SEKOLAH DASAR Sucipto SDN Sumberrejo 02 Kecamatan Gedangan Kabupaten Malang Email sucipto1966@ymail.com Tersedia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia selalu mengharapkan kebaikan, kehidupan yang layak, dan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia selalu mengharapkan kebaikan, kehidupan yang layak, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap manusia selalu mengharapkan kebaikan, kehidupan yang layak, dan kesehatan yang sempurna. Tidak ada orang di dunia ini yang ingin sakit atau mengidap penyakit.

Lebih terperinci

Oleh: Ani Ratnawati SDN 1 Sumberingin, Karangan, Trenggalek

Oleh: Ani Ratnawati SDN 1 Sumberingin, Karangan, Trenggalek 24 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI SUMBER DAYA ALAM DAN KEGIATAN EKONOMI MELALUI METODE KOOPERATIF JIGSAW PADA SISWA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data Hasil Penelitian 1. Pra siklus Pada tahap pra siklus ini yang dilakukan oleh peneliti berupa pendokumentasian daftar nama, daftar nilai peserta didik, dan

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN METODE KARYA WISATA. Oleh : Bambang Irawan, M.Si* dan Piawati** ABSTRAK

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN METODE KARYA WISATA. Oleh : Bambang Irawan, M.Si* dan Piawati** ABSTRAK UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN METODE KARYA WISATA Oleh : Bambang Irawan, M.Si* dan Piawati** ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) peningkatan aktivitas pembelajaran peserta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai, yaitu perubahan yang menjadi semakin baik setelah melaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum Tentang SMP N 2 Dukuhwaru 1. Sejarah singkat SMP N 2 Dukuhwaru SMP N 2 Dukuhwaru tidak terlepas dari dukungan masyarakat yang dirintis oleh para tokoh masyarakat

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Pembagian Bilangan Cacah melalui Metode Pemberian Tugas di Kelas II SD Inpres 3 Palasa

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Pembagian Bilangan Cacah melalui Metode Pemberian Tugas di Kelas II SD Inpres 3 Palasa Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Pembagian Bilangan Cacah melalui Metode Pemberian Tugas di Kelas II SD Inpres 3 Palasa Rina Oktavianti Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat tercipta jika para guru menguasai beberapa model pembelajaran baik secara

BAB I PENDAHULUAN. dapat tercipta jika para guru menguasai beberapa model pembelajaran baik secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut para guru untuk menyelenggarakan pembelajaran yang bervariasi di kelas. Hal ini dapat tercipta

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV MIS Tompo Melalui Pemanfaatan Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar IPA

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV MIS Tompo Melalui Pemanfaatan Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar IPA Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV MIS Tompo Melalui Pemanfaatan Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar IPA Djelesia, Mestawaty Ahmad, dan MuchlisDjirimu Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan dalam diri seseorang, dengan pendidikan seseorang dapat mengeluarkan kemampuan yang tersimpan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Kondisi Prasiklus Gambaran yang dijadikan pangkal menentukan permasalahan upaya peningkatan hasil belajar IPA di kelas V SD menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana proses pembelajaran agar peserta secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Disiplin Belajar 1. Pengertian Disiplin Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang keberhasilan siswa di kelas maupun di sekolah. Ini bertujuan agar siswa

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KENAMPAKAN PERMUKAAN BUMI MELALUI PEMBUATAN MINIATUR MUKA BUMI PADA SISWA KELAS 3 SD NEGERI SIDOMULYO 03

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KENAMPAKAN PERMUKAAN BUMI MELALUI PEMBUATAN MINIATUR MUKA BUMI PADA SISWA KELAS 3 SD NEGERI SIDOMULYO 03 MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KENAMPAKAN PERMUKAAN BUMI MELALUI PEMBUATAN MINIATUR MUKA BUMI PADA SISWA KELAS 3 SD NEGERI SIDOMULYO 03 Sri Widayati 1 Abstrak. Di kelas 3 SDN Sidomulyo 03 untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah menentukan model atau metode mengajar tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dewasa ini diarahkan untuk peningkatan kualitas belajar,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dewasa ini diarahkan untuk peningkatan kualitas belajar, 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan dewasa ini diarahkan untuk peningkatan kualitas belajar, mengingat kemampuan memahami dari peserta didik di Indonesia hanya berada ditingkat kemampuan

Lebih terperinci

Kata-kata Kunci : Model Numbered Head Together (NHT), Media Manik-manik, Aktifitas, Hasil Belajar, Pembelajaran Matematika, Sekolah Dasar

Kata-kata Kunci : Model Numbered Head Together (NHT), Media Manik-manik, Aktifitas, Hasil Belajar, Pembelajaran Matematika, Sekolah Dasar PENERAPAN METODE NUMBERED HEAD TOGETHER ( NHT ) DENGAN MEDIA MANIK-MANIK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV SDN 2 GUNUNG PUTRI SITUBONDO Oleh Ria Dwi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 23 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Deskripsi Kondisi Awal. Penelitian ini dilakukan di kelas I SD Negeri Kebolampang Kecamatan Winong Kabupaten Pati Tahun Pelajaran

Lebih terperinci

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A -USAHA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERNALAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN BELAJAR SOMATIS, AUDITORI, VISUAL DAN INTELEKTUAL (SAVI) ( PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII SMP N II Wuryantoro)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. dorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masih rendahnya kualitas pendidikan. Hal tersebut disebabkan oleh lemahnya proses pembelajaran.

Lebih terperinci

Agus Purwanto SMP 5 Kudus

Agus Purwanto SMP 5 Kudus Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA dengan Menggunakan Metode Examples Non Examples Di Kelas VIIh SMP 5 Kudus Semester II Tahun Pelajaran 2014 / 2015 Agus Purwanto SMP

Lebih terperinci

Rahasia-Rahasia Wudhu Dari Segi Kesehatan

Rahasia-Rahasia Wudhu Dari Segi Kesehatan Rahasia-Rahasia Wudhu Dari Segi Kesehatan http://amuslimblog.wordpress.com Be Best Generation with Learn Islam ISI Berkumur Memasukan dan mengeluarkan air dari dan ke hidung Membasuh wajah dan kedua telapak

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Di Kelas III SDN No. 2 Sikara Kecamatan Sindue Tobata

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Di Kelas III SDN No. 2 Sikara Kecamatan Sindue Tobata Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Di Kelas III SDN No. 2 Sikara Kecamatan Sindue Tobata Moh. Abdi Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Lebih terperinci

NICO SATYA YUNANDA A54F100019

NICO SATYA YUNANDA A54F100019 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION BERBASIS LINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 SUGIHMANIK KECAMATAN TANGGUNGHARJO KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.. Jenis, Lokasi, Waktu, dan Subyek Penelitian 3... Jenis Penelitian Jenis penelitian yang peneliti gunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dimulai pada tanggal 7 Januari 2013 dan diawali dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dimulai pada tanggal 7 Januari 2013 dan diawali dengan 39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini dimulai pada tanggal 7 Januari 2013 dan diawali dengan observasi, perkenalan, dan wawancara kepada guru kelas III MI. Wawancara

Lebih terperinci

Kata Kunci : Supervisi Akademik, Kompetensi Guru Dalam Mengelola KBM, PAIKEM

Kata Kunci : Supervisi Akademik, Kompetensi Guru Dalam Mengelola KBM, PAIKEM PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM MENGELOLA KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR BERBASIS PAIKEM DI SD NEGERI 2 GROBOGAN, KECAMATAN GROBOGAN, KABUPATEN GROBOGAN SEMESTER I TAHUN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Sidorejo Lor 06. Alamat Jalan Imam Bonjol 24 Salatiga, Kecamatan Sidorejo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. arti formal, yaitu pendidikan yang diterima oleh siswa melalui guru dan biasanya

BAB I PENDAHULUAN. arti formal, yaitu pendidikan yang diterima oleh siswa melalui guru dan biasanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang secara luas dikenal di masyarakat adalah pendidikan dalam arti formal, yaitu pendidikan yang diterima oleh siswa melalui guru dan biasanya dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara guru dengan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 Model Pembelajaran Role Playing (model bermain peran) a Pengertian Role playing atau bermain peran menurut Zaini, dkk (2008:98) adalah suatu aktivitas pembelajaran

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT PADA STANDAR KOMPETENSI PERBAIKAN SISTEM PENGAPIAN SISWA KELAS XI TKR 3 SMK NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN AJARAN

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT PADA STANDAR KOMPETENSI PERBAIKAN SISTEM PENGAPIAN SISWA KELAS XI TKR 3 SMK NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN AJARAN IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT PADA STANDAR KOMPETENSI PERBAIKAN SISTEM PENGAPIAN SISWA KELAS XI TKR 3 SMK NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN AJARAN 2012/2013 Achmad Hasbi Ash Shiddiq. Program studi pendidikan

Lebih terperinci

PENINGKATAN PARTISIPASI DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL SFE PADA SISWA KELAS VIII D SMP N 15 PURWOREJO

PENINGKATAN PARTISIPASI DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL SFE PADA SISWA KELAS VIII D SMP N 15 PURWOREJO PENINGKATAN PARTISIPASI DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL SFE PADA SISWA KELAS VIII D SMP N 15 PURWOREJO Hibati Wafiroh Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat terlepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melaksanakan aktivitas sendiri,

Lebih terperinci

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN : WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN : 2089-8592 PENEREPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII-4 SMP NEGERI 1 PANGKATAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS X AK 2 SMK NEGERI 1 BANYUDONO TAHUN AJARAN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: FARIDA A 210

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya dalam aspek fisik intelektual, emosional, sosial dan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya dalam aspek fisik intelektual, emosional, sosial dan spiritual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki pengaruh yang sangat penting bagi kehidupan siswa di masa depan. Pendidikan dapat mengembangkan berbagai potensi yang di miliki siswa secara

Lebih terperinci

JURNAL OLEH YENI FARIDA The Learning University

JURNAL OLEH YENI FARIDA The Learning University PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS SEJARAH KELAS VII SMP NEGERI 1 MALANG SEMESTER GASAL TAHUN AJARAN 2011/2012 JURNAL OLEH YENI

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Eksperimen dalam Pembelajaran IPA di Kelas V SDN Meselesek

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Eksperimen dalam Pembelajaran IPA di Kelas V SDN Meselesek Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Eksperimen dalam Pembelajaran IPA di Kelas V SDN Meselesek Isna Basonggo, I Made Tangkas, dan Irwan Said Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan keterampilan, sikap dan

Lebih terperinci

2 14 Daftar Bahasan Pengertian Najis Macam-Macam Najis 1. Air Kencing dan Kotoran (Tahi) Manusia 2. Darah Haid 3. Air Kencing dan Kotoran (Tahi) Binatang yang Haram Dimakan. 4. Bangkai 5. Daging Babi 6.

Lebih terperinci

Peningkatan Hasil Belajar Materi Keunggulan Lokasi Indonesia Melalui Pendekatan Problem Based Learning pada Siswa Kelas VII B SMPN 6 Kota Bima

Peningkatan Hasil Belajar Materi Keunggulan Lokasi Indonesia Melalui Pendekatan Problem Based Learning pada Siswa Kelas VII B SMPN 6 Kota Bima Peningkatan Hasil Belajar Materi Keunggulan Lokasi Indonesia Melalui Pendekatan Problem Based Learning pada Siswa Kelas VII B SMPN 6 Kota Bima Sitti Rahmah 1 1 SMPN 6 Kota Bima Email: 1 sittirahmah@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab II kajian pustaka berisi tentang kajian teoriyang menjelaskan tentang pembelajaran,pengertian dari IPA sebagai ilmu pengetahuan yang berisi tentang alam semesta. Hasil belajar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN Deskripsi mengenai hasil penelitian merupakan jawaban atas rumusan masalah yang diungkapkan pada Bab I akan disajikan dalam Bab IV ini. Sebelum hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar dapat

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TGT

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TGT PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TGT (Team Games Tournament) MENGGUNAKAN PUZZLE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIIIE SMP NEGERI 2 NGADIROJO TAHUN PELAJARAN 2010/2011 Skripsi Oleh:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suatu wadah yang disebut sebagai lenbaga pendidikan. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP dan MTs

I. PENDAHULUAN. suatu wadah yang disebut sebagai lenbaga pendidikan. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP dan MTs I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Manusia memerlukan pendidikan untuk menjadi manusia seutuhnya. Di indonesia,

Lebih terperinci

METODE PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN PELAJARAN PKN SISWA KELAS IX-7 SMP NEGERI 8 TEBING TINGGI.

METODE PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN PELAJARAN PKN SISWA KELAS IX-7 SMP NEGERI 8 TEBING TINGGI. METODE PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN PELAJARAN PKN SISWA KELAS IX-7 SMP NEGERI 8 TEBING TINGGI Yendina Saragih Guru SMP Negeri 8 Tebing Tinggi Email: saragihyendina@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Tamanwinangun yang beralamat di Jalan Bocor Nomor 54, Kelurahan Tamanwinangun,

Lebih terperinci

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DENGAN PERMAINAN TEMBAR PADA SISWA KELAS 4 A SDN SEMBORO 01 JEMBER

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DENGAN PERMAINAN TEMBAR PADA SISWA KELAS 4 A SDN SEMBORO 01 JEMBER MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DENGAN PERMAINAN TEMBAR PADA SISWA KELAS 4 A SDN SEMBORO 01 JEMBER Suparmini 31 Abstrak. Hasil belajar IPS siswa kelas 4 A SDN

Lebih terperinci

BAB.I. PENDAHULUAN. landasan moral, dan etika dalam proses pembentukan jati diri bangsa. Pendidikan

BAB.I. PENDAHULUAN. landasan moral, dan etika dalam proses pembentukan jati diri bangsa. Pendidikan BAB.I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan secara historis maupun filosofis telah ikut mewarnai dan menjadi landasan moral, dan etika dalam proses pembentukan jati diri bangsa. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, kita memasuki dunia yang berkembang serba cepat sehingga memaksa setiap individu untuk dapat mengikuti perkembangan tersebut. Indonesia

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAWUNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAWUNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAWUNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 1 SIDOHARJO WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman bertaqwa kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka diperlukan guru yang sangat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi awal Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas 5 SD Negeri 3 Karangwuni pada semester II tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Keterampilan Mengajar Guru 2.1.1 Pengertian Keterampilan Mengajar Guru. Keterampilan adalah kemampuan seseorang dalam mengubah sesuatu hal menjadi lebih bernilai dan memiliki

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian eksperimen ini dilakukan di SMP Muhammadiyah 10 Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan dari tanggal 15 April 2016 sampai dengan 2 Mei

Lebih terperinci