BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan syaraf tiruan atau dikenal sebagai Artificial Neural Network adalah algoritma yang diaplikasikan ke dalam proses komputasi komputer dengan mengadaptasi dari struktur jaringan syaraf yang terdapat pada tubuh mahluk hidup seperti yang ditunjukkan pada gambar Jaringan syaraf diimplementasikan dan dimodelkan pada jaringan buatan secara matematis. Jaringan syaraf tiruan mengalami proses pembelajaran dalam dua cara yaitu pelatihan terbimbing dan pelatihan mandiri. Pelatihan terbimbing melibatkan target dalam proses pelatihannya contohnya adalah single-layer perceptron, multi-layer perceptron, dan Back Propagation. Sementara pelatihan mandiri tidak melibatkan target dalam sesi pelatihannya, sebagai contoh adalah Self-Organizing Map (SOM). Gambar Struktur Jaringan Syaraf Manusia Sumber : An Introduction to Artifiial Neural Network (Peterson & Rognvaldsson, 1991) Menurut (Peterson & Rognvaldsson, 1991) pada jurnalnya yang berjudul An Introduction to Artificial Neural Network, jaringan syaraf tiruan memiliki tiga lapisan utama yaitu lapisan input, hidden dan output. Ketiga lapisan ini dihubungkan dan setiap data yang berpindah harus melewati jalur yang memiliki nilai bobot. Perhitungan akhir akan menghasilkan nilai pada lapisan output. Secara ringkas jaringan syaraf tiruan memiliki struktur seperti yang ditujukkan pada gambar Pada gambar 2.1.2, w 5

2 6 melambangkan bobot-bobot pada tiap jalur, sementara x melambangkan input layer, h melangkan hidden layer, dan o melambangkan output layer. Gambar Struktur Dasar Jaringan Syaraf Tiruan Sumber : An Introduction to Artifiial Neural Network (Peterson & Rognvaldsson, 1991) Input Layer Input Layer atau lapisan masukan adalah lapisan yang akan menangani seluruh parameter yang akan digunakan. Parameter ini dapat berbentuk bilangan asli ataupun bilangan biner (0 dan 1) dan bipolar (1, 0 dan -1). Lapisan input ini akan mengirimkan nilai menuju lapisan tersembunyi dengan melewati masing-masing bobot untuk diproses lebih lanjut. Lapisan input memiliki node sejumlah dengan parameter yang ditetapkan, jadi masing-masing node akan memuat satu nilai dari parameter yang diwakilinya Hidden Layer Hidden Layer atau layer tersembunyi berfungsi sebagai penambahan operasi logika dalam jaringan syaraf tiruan. Jumlah hidden layer mengakibatkan bertambahnya proses komputasi yan terjadi didalam sistem jaringan namun tidak menjamin meningkatkan kemampuan jaringan dalam melakukan proses pembelajaran Node Masing-masing lapisan (input, hidden dan output) akan memiliki node masing-masing. Jumlah node pada lapisan input akan berbeda dengan jumlah node pada lapisan output. Hal ini dikarenakan jumlah node pada lapisan input akan

3 7 mengikuti jumlah parameter atau fitur yang digunakan. Sementara jumlah node pada lapisan output akan menyesuaikan dengan jumlah keluaran yang diinginkan Output Layer Output Layer merupakan lapisan yang mengeluarkan hasil akhir dari perhitungan dalam jaringan. Lapisan ini mengeluarkan nilai, nilai ini dapat berupa bilangan biner atau bipolar. 2.2 Algoritma Genetika Algoritma genetika merupakan algoritma yang mengaplikasikan proses hokum alam untuk menemukan solusi dari permasalahan optimasi. Algoritma ini mengadaptasi proses yang terjadi di alam yaitu proses seleksi alam. Slogan Yang kuat yang bertahan menjadi algoritma utama dalam algoritma ini. Algoritma genetika akan membuat individu yang memiliki nilai fitness tinggi untuk terus bermutasi dan berkembang biak menjadi individu yang lebih baik. Beberapa item dalam algoritma ini yang perlu dikenal diantaranya diilustrasikan pada gambar Gambar Ilustrasi unsur algoritma Genetika

4 Allele Merupakan isi atau nilai dari setiap gen yang ada pada tiap individu. Allele inilah yang nantinya akan digunakan di dalam proses matematika algoritma genetika. Allele sendiri pada proses pembangkitannya akan memiliki nilai random Gen Merupakan bagian kecil dari suatu individu. Masing-masing gen akan memiliki satu nilai yang disebut allele. Gen akan dimanfaatkan dalam membentuk kromsom baru demi mencapai hasil optimal (meminimalkan atau memaksimalkan). Pada proses cross-over beberapa gen akan ditukarkan posisinya antar individu. Hal ini akan menghasilkan individu baru dengan nilai fitness baru. Pada proses mutasi nilai gen tertentu akan kembali dilakukan pengacakan sehingga menghasilkan individu dengan nilai fitness baru Individu Individu merupakan kumpulan dari gen. Gen dapat berupa bilangan biner ataupun integer dan float. Struktur individu dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar Gambar Struktur individu (b) ketika digunakan struktur jaringan syaraf tiruan dengan dua node input, satu node hidden layer dan satu node output (a). Dalam algoritma genetika, solusi dari permasalahan yang ingin kita optimalisasi didapat dari nilai-nilai yang terdapat di dalam kumpulan gen, dalam hal ini kita sebut individu. Di dalam algoritma genetika pembangkitan individu-individu awal dilakukan dengan mengacak nilai allele, kemudaian dari setiap individu

5 9 memiliki nilai fitness masing-masing dan nilai ini akan menentukan probabilitas masing-masing individu untuk melakukan proses cross-over dengan individu lainnya. Pada akhir suatu generasi akan dipilih satu individu dengan nilai fitness tertinggi untuk ditetapkan sebagai solusi permasalahan Populasi Dalam suatu generasi, terdapat banyak individu yang akan dikenakan proses penghitungan nilai fitness, kemudian proses perkawinan silang atau cross-over, dan proses mutasi. Kumpulan dari individu-individu yang melalui semua proses tersebut secara bersamaan disebut populasi. Dalam satu populasi biasanya akan terdapat lebih dari satu individu. Hal ini tergantung dari angka yang ditetapkan pengguna algoritma untuk menentukan jumlah maksimum populasi yang akan digunakan Generasi Satu generasi dalam proses algoritma genetika menunjukkan satu siklus evolusi dari suatu individu dalam satu populasi. Proses evolusi ini meliputi proses cross-over dan mutasi. Didalam algoritma lainnya satu generasi biasanya disebut sebagai satu iterasi Nilai Fitness Nilai fitness merupakan nilai yang dapat dijadikan tolak ukur bagus atau tidaknya suatu individu. Nilai fitness yang bagus dapat berupa fungsi memaksimumkan atau meminimumkan. Sebagai contoh, populasi dengan nilai fitness yang memiliki tujuan meminimumkan error akan menganggap individu dengan nilai error terendah sebagai individu terbaik. Berbeda dengan populasi yang memaksimalkan nilai akurasi, akan menganggap individu dengan nilai akurasi terbesar sebagai individu terbaik. Nilai fitness dapat secara bebas disesuaikan dengan kebutuhan perancang Seleksi Roulette-Wheel Pada setiap populasi baru, tidak semua individu pada populasi lama dapat bertahan, hanya individu yang lolos dari seleksi yang akan bertahan pada populasi yang baru. Seleksi alam akan disimulasikan dengan mengaplikasikan algoritma seleksi Roulette-Wheel. Algoritma seleksi Roulette-Wheel ini mengaplikasikan cara

6 10 bermain permainan judi Roulette-Wheel di kasino. Dengan membagi roda Roulette sesuai dengan besarnya persentase nilai fitness seperti yang diilustrasikan pada gambar 2.2.3, setelah itu mulai mencari nilai random yang akan menentukan pada bagian individu mana yang akan terkena operasi selanjutnya. Gambar Ilustrasi Roulette-Wheel Sumber : Genetic Algorithm Performance with Different Selection Strategies in Solving TSP (Razali & Geraghty, 2011) Cross-Over Proses Cross-Over merupakan proses perkawinan silang yang terjadi antar individu proses perkawinan silang ini akan menghasilkan 2 (dua) individu baru yang diharapkan memiliki nilai fitness lebih baik dari pada individu induknya. Ilustrasi selengkapnya dapat dilihat pada gambar Gambar Ilustrasi Cross-Over Sumber : An Introduction to Genetic Algorithm (Thede, 2004) Proses Cross-Over dilakukan dengan memilih 20 individu yang dipilih secara acak. Kemudian akan dikawinkan sehingga menghasilkan 20 individu baru. Sebanyak 20 individu baru akan diurutkan dengan 40 individu lama, 20 individu terbawah dianggap tidak bertahan pada seleksi alam. Pada gambar diilustrasikan individu dengan gen bernilai biner akan melakukan proses Cross-Over, sehingga dari dua

7 11 induk (sisi kiri) melalui pertukaran gen (sisi tengah) akan menghasilkan dua individu baru (sisi kanan) Mutasi Proses mutasi merupakan proses mengubah gen pada individu tanpa menukar dengan individu lainnya. Proses mutasi dapat dilakukan dengan dua kemungkinan. Kemungkinan pertama ketika allele dari suatu gen ditentukan adalah bilangan biner, maka proses mutasi akan melakukan operasi flip pada nilai allele tersebut. Jadi ketika awal gen memiliki allele bernilai 1 maka akan dikenakan proses invers sehingga allele memiliki nilai 0 seperti yang diilustrasikam pada gambar Gambar Ilustrasi proses mutasi Sumber : An Introduction to Genetic Algorithm (Thede, 2004) Stopping Condition Stopping Condition atau kriteria untuk terhentinya penciptaan generasi baru ditentukan dari beberapa factor. Umumnya kondisi yang digunakan dalam menghentikan generasi baru adalah dengan menggunakan batasan jumlah generasi maksimum. Disamping sebuah penelitian pada tahun 2012 (Bhandaril, Murthy, & Pal, 2012) mengemukanan bahwa ada satu kriteria baru dalam menentukan Stopping Condition, yaitu menggunakan nilai varian. Bhandaril mengemukakan bahwa nilai varian yang kecil memiliki arti bahwa seluruh individu telah mengalami konvergensi. 2.3 Back Propagation Back Propagation merupakan salah satu algoritma pembelajaran yang digunakan untuk memperoleh bobot optimal dalam struktur jaringan syaraf tiruan. Algoritma Back-propagation atau disebut runut-balik akan mendapatkan bobot optimal dengan cara mempelajari pola dari data pelatihan yang diberikan. Semakin banyak dan bervariasi data yang diberikan akan semakin memperkaya pengetahuan

8 12 dari algoritma ini. Beberapa unsur yang diperlukan dalam algoritma ini adalah inisialisasi bobot awal, fungsi aktifasi, fase runut maju dan fase runut balik Inisialisasi Bobot Awal Inisisalisasi bobot awal dari algoritma ini didapatkan dari proses acak. Proses acak dapat dilakukan dengan benar-benar acak atau dengan menggunakan algoritma acak ngujen-widrow. Algoritma acak ngujen-widrow merupakan algoritma optimasi untuk mendapatkan bobot awal yang optimal, sehingga di dalam proses backpropagation tidak diperlukan iterasi dalam jumlah yang banyak untuk mencapai bobot optimal. Algoritma ngujen-widrow diawali juga dengan proses acak. Setelah itu dilakukan beberapa tahap perhitungan. Perhitungan pertama merupakan perhitungan faktor skala dengan persamaan (1). (1) Dimana adalah faktor skala n adalah jumlah node pada layer input dan p adalah jumlah node pada layer tersembunyi. Selanjutnya adalah perhitungan besaran vektor bobot. Besaran vektor dapat dihitung dengan persamaan (2). (2) Dimana adalah besaran vektor baris i dan kolom j. vij adalaj bobot yang didapat dari proses random awal. Setelah didapatkan besaran vektor bobot maka dapat dihitung bobot awal optimal yang seharusnya digunakan pada jaringan syaraf tiruan. Bobot baru didapatkan dengan persamaan (3)..(3) Proses Runut Maju Proses runut maju merupakan fase dimana algoritma back-propagation menggunakan bobot yang dimiliki untuk melakukan proses penentuan target. Data

9 13 input akan dikalikan dengan bobot yang menghubungkan lapisan input dengan lapisan tersembunyi dan dikenakan fungsi aktifasi sigmoid sehingga menghasilkan keluaran, keluaran ini akan dijadikan input pada lapisan tersembunyi yang nantinya akan dikalikan dengan bobot yang menghubungkan lapisan tersembunyi ke lapisan output. Hasil perkalian ini akan dikenakan fungsi aktifasi sigmoid sehingga akan menghasilkan kelas. Kelas akan menggolongkan data input tadi ke dalam beberapa kelompok sejulah kelas yang telah ditentukan. Bagan aliran dari perhitungan runut maju dapat dilihat pada gambar Gambar Alur Perhitung Proses Runut Maju pada algoritma Back-Propagation Dalam proses perhitungan antara lapisan input dengan lapisan tersembunyi, persamaan (4) akan digunakan secara berurutan dengan persamaan (11) untuk mendapat keluaran pada layer tersembunyi....(4) Persamaan (4) menunjukkan bahwa znet_j merupakan hasil penjumlahan dari bias (v0j) dengan hasil perkalian dari data input (xi) dan bobot yang menghubungkan lapisan input dengan lapisan tersembunyi (vij). znet_j akan dikenakan fungsi aktifasi dengan persamaan (11) untuk dapat mencari nilai keluaran pada lapisan tersembunyi.

10 14 Hal yang sama akan dilakukan pada lapisan tersembunyi dan lapisan output. Persamaan yang digunakan memiliki notasi yang serupa dengan persamaan (4)..(5) Persamaan (5) menunjukkan bahwa ynet_k merupakan hasil penjumlahan dari bias (w0k) dengan hasil perkalian dari keluaran lapisan tersembunyi (zj) dan bobot yang menghubungkan lapisan tersembunyi dengan lapisan output (wjk). ynet_k juga akan dikenakan fungsi aktifasi dengan persamaan (12) untuk dapat mencari nilai keluaran pada lapisan output Proses Runut Balik Setelah proses runut maju selesai dikerjakan maka akan didapatkan target dari hasil keluaran lapisan output. Target yang didapatkan jika tidak tepat akan menimbulkan error atau kesalahan. Kesalahan pada tiap lapisan akan berpengaruh terhadap perubahan bobot yang terjadi dalam jaringan syaraf tiruan. Perubahan bobot antara lapisan tersembunyi dengan lapisan output atau disebut dipengaruhi oleh kesalahan pada lapisan output, pencarian kesalahan dapat dicari melalui persamaan (6). Kesalahan pada lapisan output atau...(6) didapatkan melalui selisih tk dengan yk. Dimana tk adalah target keluaran yang diharapkan, sementara yk adalah keluaran yang dihasilkan oleh sistem pembelajaran. Kemudian besarnya perubahan bobot w dicari melalui persamaan (7). (7) Perubahan bobot ( ) didapatkan dari perkalian learning rate ( ) dengan kesalahan pada lapisan output ( ) degan keluaran pada lapisan tersembunyi (zj). Perubahan bobot antara lapisan input dengan lapisan tersembunyi atau disebut dipengaruhi oleh kesalahan pada lapisan tersembunyi, pencarian kesalahan dapat dilakukan melalui persamaan (8).

11 15. (8). (9) Kemudian besarnya perubahan bobot v dicari melalui persamaan (10)...(10) Dengan xi adalah nilai fitur ke-i dari input data yang diperoleh melalui data pelatihan. Setelah didapatkan besarnya perubahan bobot ( dan ) maka perubahan bobot dilakukan dengan menjumlahkan perubahan bobot dengan bobot lama untuk mendapat bobot baru Fungsi Aktifasi Fungsi aktifasi yang digunakan dalam algoritma pembelajaran back propagation harus memenuhi syarat dapat fiturunkan. Fungsi yang sering digunakan dalam dalam algoritma pembelajaran back propagation adalah fungsi aktifasi sigmoid. Fungsi aktifasi sigmoid yang digunakan pada lapisan tersembunyi adalah fungsi aktifasi pada persaamaan (11)... (11) Sementara fungsi aktifasi pada lapisan output digunakan persamaan (12). (12) RMSE (Root Mean Square Error) RMSE merupakan kesalahan yang dilakukan oleh sistem dalam melakukan pelatihan. Kesalahan dapat dilihat dari selisih mutlak antara target seharusnya (targetk) dengan target yang didapatkan sistem (yk). Selisih ini nantinya akan dibagi sejumlah banyaknya output target (n). Secara matematis RMSE dapat dinyatakan dalam persamaan (13)..(13)

12 Prakiraan Hujan Harian Di kota pariwisata seperti Bali, kapan saja merupakan waktu yang tepat untuk melancong dan menghabiskan waktu bersama keluarga. Hal ini pula yang terlintas di pikiran para wisatawan. Penghasilan terbesar para penyedia lokasi wisata adalah ketika lokasi mereka dikunjungi banyak turis. Lokasi wisata bias saja menjadi sepi pengunjung ketika hujan turun. Apalagi lokasi wisata yang bersifat outdoor. Hal ini yang menyebabkan banyaknya permintaan akan ramalan hujan setiap harinya di BMKG wilayah III. Prakiraan hujan di BMKG Wilayah III sendiri dilakukan oleh 2 forecaster setiap harinya. Prakiraan hujan harian menggunakan data satu hari yang lalu untuk meramal cuaca satu hari kedepan. Prakiraan hujan harian ini mengandalkan pengalaman forecaster dalam membaca pola data curah hujan arah angin dan kelembapan udara serta beberapa unsur cuaca lainnya. Seiring berkembangnya teknologi, peluang teknologi informasi (TI) untuk merambah ke semua bidang sangat besar. Pada bidang meteorologi misalnya dapat diaplikasikan algoritma pengenalan pola seperti jaringan syaraf tiruan sebagai algoritma dalam pembuatan system pendukung keputusan prakiraan hujan harian Unsur Cuaca Banyak hal yang mempengaruhi perubahan cuaca yang terjadi di sekitar kita. Menurut Bayong (Tjasyono, 2004) ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi unsur yang berperan di dalam terjadinya perubahan cuaca sehari-hari yaitu radiasi matahari, daerah darat dan perairan, selang tekanan tinggi dan rendah, massa udara, pegunungan, arus laut dan badai siklonik. Hal-hal tadi akan memberikan pengaruh pada unsur cuaca yaitu pada suhu udara (temperatur), curah hujan (endapan), kelembapan udara (humidity), tekanan udara, serta arah dan kecepatan angin. Bagan pengaruh dari kendali iklim terhadap unsur iklim sehingga menghasilkan jenis cuaca ditunjukkan pada gambar

13 17 Gambar Hubungan Unsur Iklim dengan Kendali Iklim Sumber : Buku Klimatologi (Tjasyono, 2004) Temperatur Temperatur udara atau suhu udara merupakan salah satu unsur cuaca yang mengambil andil besar dalam mempengaruhi perubahan cuaca di permukaan bumi. Namun ada pernyataan (Tjasyono, 2004) yang mengatakan Bahkan ahli meteorologi pun mempertanyakan apa yang dimaksud dengan suhu udara, karena unsur cuaca ini berubah sesuai dengan tempat. Hal ini menyebabkan pengukuran suhu hanya akan mendapatkan nilai rata-rata dari suhu atmosfer. Suhu udara dalam satu hari dapat berubah secara drastis dalam hitungan jam. Sehingga menurut buku Klimatologi (Tjasyono, 2004) untuk mendapatkan suhu udara dalam satu hari dapat menggunakan persamaan untuk mencari rata-rata seperti yang diuraikan pada persamaan (14). T = (14) Suhu udara dikatakan sangat berpengaruh karena suhu udara memicu terjadinya penguapan air di permukaan bumi ke atmosfer. Namun suhu udara bukanlah satu-satunya unsur yang berpengaruh secara mutlak terhadap perubahan cuaca Tekanan Udara Tekanan udara merupakan berat sebuah kolom udara persatuan luas di atas sebuah titik (Tjasyono, 2004). Tekanan udara biasanya berbanding terbalik dengan ketinggian. Semakin tinggi dari permukaan bumi maka tekanan akan semakin rendah dikarenakan udara yang berada di permukaan bumi mendapat tekanan dari massa udara yang ada pada ketinggian yang lebih tinggi. Pada bidang forecasting, jika terjadi perubahan tekanan yang signifikan dalam satu hari maka dipastikan akan turun

14 18 hujan. Tekanan udara juga mengambil peran terhadap perubahan dan kecepatan arah angin Kelembapan Udara Kelembapan udara merupakan perpaduan dari udara kering dan uap air di atmosfer. Menjelamg tengah hari kelembapan secara bertahap akan turun dan akan naik kembali dari sore hingga menjelang pagi hari Arah dan Kecepatan Angin Angin yang berhembus dapat membawa awan mendung bertiup ke suatu daerah dan menyebabkan hujan. Angin terjadi akibat adanya perubahan tekanan yang signifikan pada suatu daerah. Kecepatan angin dipengaruhi oleh seberapa drastis jarak perbedaan tekanan yang terjadi pada suatu daerah. Semakin signifikan perbedaan tekanan pada satu daerah maka kecepatan angin yang berhembus akan semakin kencang. Sebaliknya angin akan tenang apabila di suatu daerah yang luas perbedaan tekanannya mendekati 0. Seperti yang kita ketahui angin bergerak dari tempat bertekanan tinggi ke tempat bertekanan rendah. Namun selain itu arah angin juga dipengaruhi oleh gaya yang dihasilkan oleh perputaran rotasi bumi. Gaya ini disebut gaya Coriolis. Gaya Coriolis akan sangat kuat pada lintang yang tinggi, pada garis ekuator dan sekitarnya gaya Coriolis akan hampir bernilai 0 (tidak berpengaruh). Untuk mengetahui arah dan kecepatan angin pada suatu daerah dapat dihitung dengan mencari angin paduan (resultant wind) yakni membagi angin menjadi dua komponen yaitu komponen timur-barat serta utara-selatan Embun, Kabut dan Perawanan Udara dapat berubah menjadi uap air dalam beberapa bentuk yang berbeda. Uap air dapat terbentuk sebagai embun jika udara berada diatas titik beku dan dibawah titik embun. Udara dapat menjadi embun akibat terkena suhu udara dingin pada malam hari akibat hilangnya radiasi matahari. Uap air juga dapat terbentuk sebagai kabut. Secara struktur kabut dan awan tidak berbeda jauh, perbedaan terjadi dalam proses pembentukan dan lokasi terjadinya (Tjasyono, 2004). Kabut terjadi jika banyak embun yang terbentuk di

15 19 permukaan bumi sehingga menyebabkan adanya butir air yang mengapung di permukaan bumi. Kabut dapat dibedakan berdasarkan efek jarak pandangnya (Tjasyono, 2004), penggolongan kabut dapat dilihat pada tabel Sumber : Klimatologi (Tjasyono, 2004) Tabel Penggolongan kabut berdasarkan jarak pandang Golongan Kabut Padat Kabut Tebal Kabut Kabut Sedang Kabut Tipis Benda tidak terlihat pada jarak 45 m 180 m 450 m 900 m 1800 m Sementara awan merupakan titik air yang terbentuk jika udara menjadi dingin secara adiabatik melalui udara yang naik dan mengembang. Banyaknya awan di langit dapat dihitung dengan menggunakan persen namun pada BMKG dinyatakan dengan perdelapanan. Jadi langit akan dibagi menjadi delapan dan akan dihitung berapa bagian langit yang tertutup awan, semisal langit penuh dengan awan maka akan dinyatakan dengan skala 8/8. Jika langit cerah maka akan dinyatakan dengan skala 0/8.

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation 65 Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation Risty Jayanti Yuniar, Didik Rahadi S. dan Onny Setyawati Abstrak - Kecepatan angin dan curah

Lebih terperinci

Arsitektur Jaringan Salah satu metode pelatihan terawasi pada jaringan syaraf adalah metode Backpropagation, di mana ciri dari metode ini adalah memin

Arsitektur Jaringan Salah satu metode pelatihan terawasi pada jaringan syaraf adalah metode Backpropagation, di mana ciri dari metode ini adalah memin BACK PROPAGATION Arsitektur Jaringan Salah satu metode pelatihan terawasi pada jaringan syaraf adalah metode Backpropagation, di mana ciri dari metode ini adalah meminimalkan error pada output yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perkembangan teknologi yang semakin pesat ini banyak sekali perubahan perkembangan yang telah terjadi untuk membantu kehidupan masyarakat. Dalam perkembangan

Lebih terperinci

ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning

ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning Achmad Basuki Politeknik Elektronika Negeri Surabaya PENS-ITS Surabaya 2003 Algoritma Genetika Algoritma

Lebih terperinci

PELATIHAN FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DENGAN METODE SELEKSI TURNAMEN UNTUK DATA TIME SERIES

PELATIHAN FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DENGAN METODE SELEKSI TURNAMEN UNTUK DATA TIME SERIES JURNAL GAUSSIAN, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 65-72 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PELATIHAN FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DENGAN METODE

Lebih terperinci

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN :

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN : PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH PRODUKSI AIR MINUM MENGGUNAKAN ALGORITMA BACKPROPAGATION (STUDI KASUS : PDAM TIRTA BUKIT SULAP KOTA LUBUKLINGGAU) Robi Yanto STMIK Bina Nusantara

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: A-222

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: A-222 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: 2301-9271 A-222 Implementasi Algoritma Genetika pada Struktur Backpropagation Neural Network untuk Klasifikasi Kanker Payudara Adam Mizza Zamani, Bilqis Amaliah

Lebih terperinci

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Sari Indah Anatta Setiawan SofTech, Tangerang, Indonesia cu.softech@gmail.com Diterima 30 November 2011 Disetujui 14 Desember 2011

Lebih terperinci

POSITRON, Vol. IV, No. 2 (2014), Hal ISSN :

POSITRON, Vol. IV, No. 2 (2014), Hal ISSN : Modifikasi Estimasi Curah Hujan Satelit TRMM Dengan Metode Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik Studi Kasus Stasiun Klimatologi Siantan Fanni Aditya 1)2)*, Joko Sampurno 2), Andi Ihwan 2) 1)BMKG Stasiun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 27 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian Terkait Penelitian terkait yang menggunakan algoritma genetika untuk menemukan solusi dalam menyelesaikan permasalahan penjadwalan kuliah telah banyak dilakukan.

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 27 BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 3.1 Analisis Pada subbab ini akan diuraikan tentang analisis kebutuhan untuk menyelesaikan masalah jalur terpendek yang dirancang dengan menggunakan algoritma

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.6. Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan syaraf tiruan atau neural network merupakan suatu sistem informasi yang mempunyai cara kerja dan karakteristik menyerupai jaringan syaraf pada

Lebih terperinci

Estimasi Suhu Udara Bulanan Kota Pontianak Berdasarkan Metode Jaringan Syaraf Tiruan

Estimasi Suhu Udara Bulanan Kota Pontianak Berdasarkan Metode Jaringan Syaraf Tiruan Estimasi Suhu Udara Bulanan Kota Pontianak Berdasarkan Metode Jaringan Syaraf Tiruan Andi Ihwan 1), Yudha Arman 1) dan Iis Solehati 1) 1) Prodi Fisika FMIPA UNTAN Abstrak Fluktuasi suhu udara berdasarkan

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER PERCEPTRON PADA APLIKASI PRAKIRAAN CUACA

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER PERCEPTRON PADA APLIKASI PRAKIRAAN CUACA Aplikasi Jaringan Syaraf Tiruan Multilayer Perceptron (Joni Riadi dan Nurmahaludin) APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER PERCEPTRON PADA APLIKASI PRAKIRAAN CUACA Joni Riadi (1) dan Nurmahaludin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka (Samuel, Toni & Willi 2005) dalam penelitian yang berjudul Penerapan Algoritma Genetika untuk Traveling Salesman Problem Dengan Menggunakan Metode Order Crossover

Lebih terperinci

ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM

ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM DEFINISI ALGEN adalah algoritma yang memanfaatkan proses seleksi alamiah yang dikenal dengan evolusi Dalam evolusi, individu terus menerus mengalami perubahan gen untuk

Lebih terperinci

lalu menghitung sinyal keluarannya menggunakan fungsi aktivasi,

lalu menghitung sinyal keluarannya menggunakan fungsi aktivasi, LAMPIRAN 15 Lampiran 1 Algoritme Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik Standar Langkah 0: Inisialisasi bobot (bobot awal dengan nilai random yang paling kecil). Langkah 1: Menentukan maksimum epoch, target

Lebih terperinci

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK 2.1 KONSEP DASAR Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teori yang dijadikan acuan untuk menyelesaikan penelitian. Berikut ini teori yang akan digunakan penulis

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Curah Hujan, Levenberg Marquardt, Backpropagation. ABSTRACT

ABSTRAK. Kata Kunci : Curah Hujan, Levenberg Marquardt, Backpropagation. ABSTRACT ABSTRAK Dufan, Ariel. 2016. Prediksi Curah Hujan Dengan Menggunakan Algoritma Levenberg- Marquardt Dan Backpropagation (Studi Kasus : BMKG Kota Tanjungpinang), Skripsi. Tanjungpinang: Jurusan Teknik Informatika,

Lebih terperinci

STUDI ANALISA PELATIHAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN DAN TANPA ALGORITMA GENETIKA

STUDI ANALISA PELATIHAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN DAN TANPA ALGORITMA GENETIKA STUDI ANALISA PELATIHAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN DAN TANPA ALGORITMA GENETIKA (Agustinus N., et al. STUDI ANALISA PELATIHAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN DAN TANPA ALGORITMA GENETIKA Agustinus Noertjahyana

Lebih terperinci

BACK PROPAGATION NETWORK (BPN)

BACK PROPAGATION NETWORK (BPN) BACK PROPAGATION NETWORK (BPN) Arsitektur Jaringan Digunakan untuk meminimalkan error pada output yang dihasilkan oleh jaringan. Menggunakan jaringan multilayer. Arsitektur Jaringan Proses belajar & Pengujian

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN REGRESI LINEAR BERGANDA PADA PRAKIRAAN CUACA

ANALISIS PERBANDINGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN REGRESI LINEAR BERGANDA PADA PRAKIRAAN CUACA ANALISIS PERBANDINGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN REGRESI LINEAR BERGANDA PADA PRAKIRAAN CUACA Nurmahaludin (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Banjarmasin Ringkasan Kebutuhan

Lebih terperinci

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT Havid Syafwan Program Studi Manajemen Informatika, Amik Royal, Kisaran E-mail: havid_syafwan@yahoo.com ABSTRAK:

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Data Yang Digunakan Dalam melakukan penelitian ini, penulis membutuhkan data input dalam proses jaringan saraf tiruan backpropagation. Data tersebut akan digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di negara lain. Di dalam

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di negara lain. Di dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Valuta Asing Valuta asing dapat diartikan sebagai mata uang yang dikeluarkan dan digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di negara lain. Di dalam hukum ekonomi bila terdapat

Lebih terperinci

ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION

ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION Eka Irawan1, M. Zarlis2, Erna Budhiarti Nababan3 Magister Teknik Informatika, Universitas Sumatera

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peringkasan Teks

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peringkasan Teks 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peringkasan Teks Peringkasan teks adalah proses pemampatan teks sumber ke dalam versi lebih pendek namun tetap mempertahankan informasi yang terkandung didalamnya (Barzilay & Elhadad

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Literatur Algoritma genetik merupakan salah satu algoritma yang biasanya digunakan dalam optimalisasi data. Namun penggunaan algoritma genetik dalam melakukan peramalan

Lebih terperinci

BACK PROPAGATION NETWORK (BPN)

BACK PROPAGATION NETWORK (BPN) BACK PROPAGATION NETWORK (BPN) Arsitektur Jaringan Salah satu metode pelatihan terawasi pada jaringan syaraf adalah metode Backpropagation, di mana ciri dari metode ini adalah meminimalkan error pada output

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. harga minyak mentah di Indonesia dari bulan Januari 2007 sampai Juni 2017.

BAB III PEMBAHASAN. harga minyak mentah di Indonesia dari bulan Januari 2007 sampai Juni 2017. BAB III PEMBAHASAN Data yang digunakan dalam bab ini diasumsikan sebagai data perkiraan harga minyak mentah di Indonesia dari bulan Januari 2007 sampai Juni 2017. Dengan demikian dapat disusun model Fuzzy

Lebih terperinci

ALGORITMA GENETIKA. Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning

ALGORITMA GENETIKA. Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning Disusun oleh: Achmad Basuki Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, PENS ITS Surabaya 2003 Algoritma

Lebih terperinci

ANALISIS ALGORITMA INISIALISASI NGUYEN-WIDROW PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

ANALISIS ALGORITMA INISIALISASI NGUYEN-WIDROW PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK ANALISIS ALGORITMA INISIALISASI NGUYEN-WIDROW PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Yudhi Andrian 1, M. Rhifky Wayahdi 2 1 Dosen Teknik Informatika,

Lebih terperinci

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN)

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN) JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN) Marihot TP. Manalu Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budidarma

Lebih terperinci

8. Evaluasi Solusi dan Kriteria Berhenti Perumusan Masalah METODE PENELITIAN Studi Pustaka Pembentukan Data

8. Evaluasi Solusi dan Kriteria Berhenti Perumusan Masalah METODE PENELITIAN  Studi Pustaka Pembentukan Data Gambar 4 Proses Swap Mutation. 8. Evaluasi Solusi dan Kriteria Berhenti Proses evaluasi solusi ini akan mengevaluasi setiap populasi dengan menghitung nilai fitness setiap kromosom sampai terpenuhi kriteria

Lebih terperinci

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Yudhi Andrian 1, Erlinda Ningsih 2 1 Dosen Teknik Informatika, STMIK Potensi Utama 2 Mahasiswa Sistem Informasi, STMIK

Lebih terperinci

Architecture Net, Simple Neural Net

Architecture Net, Simple Neural Net Architecture Net, Simple Neural Net 1 Materi 1. Model Neuron JST 2. Arsitektur JST 3. Jenis Arsitektur JST 4. MsCulloh Pitts 5. Jaringan Hebb 2 Model Neuron JST X1 W1 z n wi xi; i1 y H ( z) Y1 X2 Y2 W2

Lebih terperinci

Neural Network (NN) Keuntungan penggunaan Neural Network : , terdapat tiga jenis neural network Proses Pembelajaran pada Neural Network

Neural Network (NN) Keuntungan penggunaan Neural Network : , terdapat tiga jenis neural network Proses Pembelajaran pada Neural Network Neural Network (NN) adalah suatu prosesor yang melakukan pendistribusian secara besar-besaran, yang memiliki kecenderungan alami untuk menyimpan suatu pengenalan yang pernah dialaminya, dengan kata lain

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ALGORITMA EXHAUSTIVE, ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN HOPFIELD UNTUK PENCARIAN RUTE TERPENDEK

PERBANDINGAN ALGORITMA EXHAUSTIVE, ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN HOPFIELD UNTUK PENCARIAN RUTE TERPENDEK PERBANDINGAN ALGORITMA EXHAUSTIVE, ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN HOPFIELD UNTUK PENCARIAN RUTE TERPENDEK Rudy Adipranata 1) Felicia Soedjianto 2) Wahyudi Tjondro Teknik Informatika,

Lebih terperinci

Jl. Ahmad Yani, Pontianak Telp./Fax.: (0561)

Jl. Ahmad Yani, Pontianak Telp./Fax.: (0561) APLIKASI PENCARIAN RUTE TERPENDEK MENGGUNAKANALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: Pencarian Rute Terpendek untuk Pemadam Kebakaran di Wilayah Kota Pontianak) [1] Putri Yuli Utami, [2] Cucu Suhery, [3] Ilhamsyah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fuzzy Local Binary Pattern (FLBP) Fuzzifikasi pada pendekatan LBP meliputi transformasi variabel input menjadi variabel fuzzy, berdasarkan pada sekumpulan fuzzy rule. Dalam

Lebih terperinci

Rancang Bangun Aplikasi Prediksi Jumlah Penumpang Kereta Api Menggunakan Algoritma Genetika

Rancang Bangun Aplikasi Prediksi Jumlah Penumpang Kereta Api Menggunakan Algoritma Genetika 1 Rancang Bangun Aplikasi Prediksi Jumlah Penumpang Kereta Api Menggunakan Algoritma Genetika Annisti Nurul Fajriyah Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

Lebih terperinci

PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK

PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK Naskah Publikasi disusun oleh Zul Chaedir 05.11.0999 Kepada SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara BAB II DASAR TEORI Landasan teori adalah teori-teori yang relevan dan dapat digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian. Landasan teori ini juga berfungsi sebagai dasar untuk memberi jawaban

Lebih terperinci

Prediksi Curah Hujan Di Kota Pontianak Menggunakan Parameter Cuaca Sebagai Prediktor Pada Skala Bulanan, Dasarian Dan Harian Asri Rachmawati 1)*

Prediksi Curah Hujan Di Kota Pontianak Menggunakan Parameter Cuaca Sebagai Prediktor Pada Skala Bulanan, Dasarian Dan Harian Asri Rachmawati 1)* Prediksi Curah Hujan Di Kota Pontianak Menggunakan Parameter Cuaca Sebagai Prediktor Pada Skala Bulanan, Dasarian Dan Harian Asri Rachmawati 1)* 1)Stasiun Meteorologi Supadio Pontianak Badan Meteorologi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Lingkungan Mengetahui kondisi lingkungan tempat percobaan sangat penting diketahui karena diharapkan faktor-faktor luar yang berpengaruh terhadap percobaan dapat diketahui.

Lebih terperinci

Genetic Algorithme. Perbedaan GA

Genetic Algorithme. Perbedaan GA Genetic Algorithme Algoritma ini bekerja dengan sebuah populasi yang terdiri atas individu-individu (kromosom). Individu dilambangkan dengan sebuah nilai kebugaran (fitness) yang akan digunakan untuk mencari

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Teka-Teki Silang

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Teka-Teki Silang BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Teka-Teki Silang Teka-teki silang atau disingkat TTS adalah suatu permainan yang mengharuskan penggunanya untuk mengisi ruang-ruang kosong dengan huruf-huruf yang membentuk sebuah

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Perusahaan dalam era globalisasi pada saat ini, banyak tumbuh dan berkembang, baik dalam bidang perdagangan, jasa maupun industri manufaktur. Perusahaan

Lebih terperinci

Perbandingan Algoritma Exhaustive, Algoritma Genetika Dan Algoritma Jaringan Syaraf Tiruan Hopfield Untuk Pencarian Rute Terpendek

Perbandingan Algoritma Exhaustive, Algoritma Genetika Dan Algoritma Jaringan Syaraf Tiruan Hopfield Untuk Pencarian Rute Terpendek Perbandingan Algoritma Exhaustive, Algoritma Genetika Dan Algoritma Jaringan Syaraf Tiruan Hopfield Untuk Pencarian Rute Terpendek Rudy Adipranata 1, Felicia Soedjianto 2, Wahyudi Tjondro Teknik Informatika,

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. diperoleh menggunakan algoritma genetika dengan variasi seleksi. A. Model Matematika CVRPTW pada Pendistribusian Raskin di Kota

BAB III PEMBAHASAN. diperoleh menggunakan algoritma genetika dengan variasi seleksi. A. Model Matematika CVRPTW pada Pendistribusian Raskin di Kota BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai model matematika pada pendistribusian raskin di Kota Yogyakarta, penyelesaian model matematika tersebut menggunakan algoritma genetika serta perbandingan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 34 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendahuluan Pengenalan pola (pattern recognition) adalah proses klasifikasi dari suatu objek atau pola menjadi beberapa kategori atau kelas, yang mana bertujuan untuk

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Cara Pengambilan Data

MATERI DAN METODE. Cara Pengambilan Data MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Bagian Ilmu Produksi Ternak Perah, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan selama dua

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dielaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini, sehingga dapat diadikan sebagai landasan berpikir dan akan mempermudah dalam hal pembahasan

Lebih terperinci

POSITRON, Vol. V, No. 1 (2015), Hal ISSN :

POSITRON, Vol. V, No. 1 (2015), Hal ISSN : POSITRON, Vol. V, No. (5), Hal. - 5 ISSN : -97 Prediksi Ketinggian Gelombang Laut Perairan Laut Jawa Bagian Barat Sebelah Utara Jakarta dengan Metode Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik Prada Wellyantama

Lebih terperinci

Prediksi Harga Emas Batang Menggunakan Feed Forward Neural Network Dengan Algoritme Genetika

Prediksi Harga Emas Batang Menggunakan Feed Forward Neural Network Dengan Algoritme Genetika Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 2, No. 8, Agustus 2018, hlm. 2317-2322 http://j-ptiik.ub.ac.id Prediksi Harga Emas Batang Menggunakan Feed Forward Neural

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Forecasting Forecasting (peramalan) adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa yang akan datang. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan data historis dan memproyeksikannya

Lebih terperinci

ALGORITMA GENETIKA PADA PEMROGRAMAN LINEAR DAN NONLINEAR

ALGORITMA GENETIKA PADA PEMROGRAMAN LINEAR DAN NONLINEAR Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 5, No. 03(2016), hal 265 274. ALGORITMA GENETIKA PADA PEMROGRAMAN LINEAR DAN NONLINEAR Abdul Azis, Bayu Prihandono, Ilhamsyah INTISARI Optimasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Pada saat sekarang ini, setiap perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam persaingan dengan perusahaan lainnya, harus bisa membuat semua lini proses bisnis perusahaan tersebut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Algoritma Genetika Algoritma genetika merupakan algoritma pencarian heuristik ysng didasarkan atas mekanisme seleksi alami dan genetika alami (Suyanto, 2014). Adapun konsep dasar

Lebih terperinci

BAB III ALGORITMA MEMETIKA DALAM MEMPREDIKSI KURS VALUTA ASING. Untuk memberikan penjelasan mengenai prediksi valuta asing

BAB III ALGORITMA MEMETIKA DALAM MEMPREDIKSI KURS VALUTA ASING. Untuk memberikan penjelasan mengenai prediksi valuta asing BAB III ALGORITMA MEMETIKA DALAM MEMPREDIKSI KURS VALUTA ASING Untuk memberikan penjelasan mengenai prediksi valuta asing menggunakan algoritma memetika, akan diberikan contoh sebagai berikut. Contoh Misalkan

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian

BAB III. Metode Penelitian BAB III Metode Penelitian 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara umum diagram alir algoritma genetika dalam penelitian ini terlihat pada Gambar 3.1. pada Algoritma genetik memberikan suatu pilihan bagi penentuan

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN : Prediksi Tinggi Signifikan Gelombang Laut Di Sebagian Wilayah Perairan Indonesia Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Metode Propagasi Balik Abraham Isahk Bekalani, Yudha Arman, Muhammad Ishak Jumarang Program

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan dengan Pembelajaran Algoritma Genetika dan Diversitas untuk Deteksi Kelas Penyakit

Jaringan Syaraf Tiruan dengan Pembelajaran Algoritma Genetika dan Diversitas untuk Deteksi Kelas Penyakit Jaringan Syaraf Tiruan dengan Pembelajaran Algoritma Genetika dan Diversitas untuk Deteksi Kelas Penyakit Abidatul Izzah 1), Ratih Kartika Dewi 2) 1)2) Jurusan Teknik Informatika ITS Surabaya Jl. Teknik

Lebih terperinci

1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat akan perkiraan cuaca terutama curah hujan ini menjadi sangat penting untuk merencanakan segala aktifivitas mereka. Curah hujan juga memiliki

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA DALAM PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM WITH PRECEDENCE CONSTRAINTS (TSPPC)

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA DALAM PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM WITH PRECEDENCE CONSTRAINTS (TSPPC) PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA DALAM PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM WITH PRECEDENCE CONSTRAINTS (TSPPC) Yayun Hardianti 1, Purwanto 2 Universitas Negeri Malang E-mail: yayunimoet@gmail.com ABSTRAK:

Lebih terperinci

PENGENALAN KARAKTER ALFANUMERIK MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGARATION

PENGENALAN KARAKTER ALFANUMERIK MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGARATION PENGENALAN KARAKTER ALFANUMERIK MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGARATION Amriana 1 Program Studi D1 Teknik Informatika Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik UNTAD ABSTRAK Jaringan saraf tiruan untuk aplikasi

Lebih terperinci

Optimasi Penjadwalan Ujian Menggunakan Algoritma Genetika

Optimasi Penjadwalan Ujian Menggunakan Algoritma Genetika Optimasi Penjadwalan Ujian Menggunakan Algoritma Genetika Nia Kurnia Mawaddah Wayan Firdaus Mahmudy, (wayanfm@ub.ac.id) Jurusan Matematika, FMIPA Universitas Brawijaya, Malang 65145 Abstrak Penjadwalan

Lebih terperinci

ANALISIS JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH RESERVASI KAMAR HOTEL DENGAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus Hotel Grand Zuri Padang)

ANALISIS JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH RESERVASI KAMAR HOTEL DENGAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus Hotel Grand Zuri Padang) ANALISIS JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH RESERVASI KAMAR HOTEL DENGAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus Hotel Grand Zuri Padang) 1 Musli Yanto, 2 Sarjon Defit, 3 Gunadi Widi Nurcahyo

Lebih terperinci

T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX

T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX Oleh: Intan Widya Kusuma Program Studi Matematika, FMIPA Universitas Negeri yogyakarta

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA DALAM OPTIMASI JALUR PENDISTRIBUSIAN KERAMIK PADA PT. CHANG JUI FANG

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA DALAM OPTIMASI JALUR PENDISTRIBUSIAN KERAMIK PADA PT. CHANG JUI FANG IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA DALAM OPTIMASI JALUR PENDISTRIBUSIAN KERAMIK PADA PT. CHANG JUI FANG Adnan Buyung Nasution 1 1,2 Sistem Infomasi, Tehnik dan Ilmu Komputer, Universitas Potensi Utama 3 Universitas

Lebih terperinci

GENETIKA UNTUK MENENTUKAN RUTE LOPER KORAN DI AGEN SURAT KABAR

GENETIKA UNTUK MENENTUKAN RUTE LOPER KORAN DI AGEN SURAT KABAR MULTI TRAVELING SALESMAN PROBLEM (MTSP) DENGAN ALGORITMA Abstrak GENETIKA UNTUK MENENTUKAN RUTE LOPER KORAN DI AGEN SURAT KABAR Oleh : Fitriana Yuli Saptaningtyas,M.Si. Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA

Lebih terperinci

Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika

Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika Wayan Firdaus Mahmudy (wayanfm@ub.ac.id) Program Studi Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia Abstrak.

Lebih terperinci

Skema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi

Skema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi Besarnya radiasi yang diserap atau dipantulkan, baik oleh permukaan bumi atau awan berubah-ubah tergantung pada ketebalan awan, kandungan uap air, atau jumlah partikel debu Radiasi datang (100%) Radiasi

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI Oleh Nama : Januar Wiguna Nim : 0700717655 PROGRAM GANDA TEKNIK INFORMATIKA DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PUZZLE SUDOKU MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

PENYELESAIAN PUZZLE SUDOKU MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA PENYELESAIAN PUZZLE SUDOKU MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Randy Cahya Wihandika 1, Nur Rosyid Mubtada'i, S.Kom 2, Rizky Yuniar H, S.Kom, M.T 2 Mahasiswa Jurusan Teknik Informatika, Dosen Jurusan Teknik

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENJUALAN OBAT Pada PT. METRO ARTHA PRAKARSA MENERAPKAN METODE BACKPROPAGATION

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENJUALAN OBAT Pada PT. METRO ARTHA PRAKARSA MENERAPKAN METODE BACKPROPAGATION APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENJUALAN OBAT Pada PT. METRO ARTHA PRAKARSA MENERAPKAN METODE BACKPROPAGATION Zulkarnain Mahasiswa Teknik Informatika STMIK Budi Darma Jl. Sisingamangaraja

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pembenihan Ikan. 2.2 Pengaruh Suhu Terhadap Ikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pembenihan Ikan. 2.2 Pengaruh Suhu Terhadap Ikan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembenihan Ikan Pemeliharaan larva atau benih merupakan kegiatan yang paling menentukan keberhasilan suatu pembenihan ikan. Hal ini disebabkan sifat larva yang merupakan stadia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Suara Manusia Menurut Inung Wijayanto (2013), produksi suara manusia memerlukan tiga elemen, yaitu sumber daya, sumber suara dan pemodifikasi suara. Ini adalah dasar dari teori

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN APLIKASI PENJADWALAN KULIAH SEMESTER I MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

PENGEMBANGAN APLIKASI PENJADWALAN KULIAH SEMESTER I MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA PENGEMBANGAN APLIKASI PENJADWALAN KULIAH SEMESTER I MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Bagus Priambodo Program Studi Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer Universitas Mercu Buana e- mail : bagus.priambodo@mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Suara. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu speech recognition dan speaker recognition. Speech recognition adalah proses yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi graf, permasalahan optimasi, model matematika dari objek wisata di Yogyakarta, dan algoritma genetika

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan Penjadwalan adalah penempatan sumber daya (resource) dalam satu waktu. Penjadwalan mata kuliah merupakan persoalan penjadwalan yang umum dan sulit dimana tujuannya

Lebih terperinci

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM MENENTUKAN SPESIFIKASI PC BERDASARKAN KEMAMPUAN FINANSIAL KONSUMEN

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM MENENTUKAN SPESIFIKASI PC BERDASARKAN KEMAMPUAN FINANSIAL KONSUMEN APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM MENENTUKAN SPESIFIKASI PC BERDASARKAN KEMAMPUAN FINANSIAL KONSUMEN Eva Haryanty, S.Kom. ABSTRAK Komputer adalah salah satu peralatan yang pada saat ini banyak pula digunakan

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP)

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP) PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP) Mohamad Subchan STMIK Muhammadiyah Banten e-mail: moh.subhan@gmail.com ABSTRAK: Permasalahan pencarian rute terpendek dapat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Algoritma Genetika Algoritma genetika merupakan metode pencarian yang disesuaikan dengan proses genetika dari organisme-organisme biologi yang berdasarkan pada teori evolusi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1 di bawah ini mengilustrasikan jalur pada TSP kurva terbuka jika jumlah node ada 10:

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1 di bawah ini mengilustrasikan jalur pada TSP kurva terbuka jika jumlah node ada 10: BAB III PERANCANGAN Pada bagian perancangan ini akan dipaparkan mengenai bagaimana mencari solusi pada persoalan pencarian rute terpendek dari n buah node dengan menggunakan algoritma genetika (AG). Dari

Lebih terperinci

PRESENTASI TUGAS AKHIR

PRESENTASI TUGAS AKHIR PRESENTASI TUGAS AKHIR Travelling Salesman Problem menggunakan Algoritma Genetika Via GPS berbasis Android (kata kunci : android,gps,google Maps, Algoritma Genetika, TSP) Penyusun Tugas Akhir : Azmi Baharudin

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK [1] Meishytah Eka Aprilianti, [2] Dedi Triyanto, [3] Ilhamsyah [1] [2] [3] Jurusan Sistem Komputer, Fakultas

Lebih terperinci

Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP)

Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP) JTRISTE, Vol.1, No.2, Oktober 2014, pp. 50~57 ISSN: 2355-3677 Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP) STMIK Handayani Makassar najirah_stmikh@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ALGORITMA PARTICLE SWARM OPTIMIZATION DAN REGRESI PADA PERAMALAN WAKTU BEBAN PUNCAK

PERBANDINGAN ALGORITMA PARTICLE SWARM OPTIMIZATION DAN REGRESI PADA PERAMALAN WAKTU BEBAN PUNCAK Jurnal POROS TEKNIK, Volume 6, No. 2, Desember 2014 : 55-10 PERBANDINGAN ALGORITMA PARTICLE SWARM OPTIMIZATION DAN REGRESI PADA PERAMALAN WAKTU BEBAN PUNCAK Nurmahaludin (1) (1) Staff Pengajar Jurusan

Lebih terperinci

Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation

Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Erlangga, Sukmawati Nur Endah dan Eko Adi Sarwoko Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Erlangga, Sukmawati Nur Endah dan Eko Adi Sarwoko

Lebih terperinci

ANALISIS PENAMBAHAN MOMENTUM PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

ANALISIS PENAMBAHAN MOMENTUM PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Seminar Nasional Informatika 0 ANALISIS PENAMBAHAN MOMENTUM PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Yudhi Andrian, Purwa Hasan Putra Dosen Teknik Informatika,

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK

PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK OLEH ARIF MIFTAHU5R ROHMAN (2200 100 032) Pembimbing: Dr. Ir Djoko Purwanto, M.Eng,

Lebih terperinci

PERANCANGAN PENGATURAN DURASI LAMPU LALU LINTAS ADAPTIF

PERANCANGAN PENGATURAN DURASI LAMPU LALU LINTAS ADAPTIF PERANCANGAN PENGATURAN DURASI LAMPU LALU LINTAS ADAPTIF Rudericus Andika Pramudya, Mahmud Imrona 2, Fhira Nhita 3,2,3 Prodi S Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Telkom rudericusdika@gmail.com,

Lebih terperinci

PENYELESAIAN KNAPSACK PROBLEM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

PENYELESAIAN KNAPSACK PROBLEM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA PENYELESAIAN KNAPSACK PROBLEM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Kartina Diah KW1), Mardhiah Fadhli2), Charly Sutanto3) 1,2) Jurusan Teknik Komputer Politeknik Caltex Riau Pekanbaru Jl. Umban Sari No.1 Rumbai-Pekanbaru-Riau

Lebih terperinci

Penyelesaian Puzzle Sudoku menggunakan Algoritma Genetik

Penyelesaian Puzzle Sudoku menggunakan Algoritma Genetik Penyelesaian Puzzle Sudoku menggunakan Algoritma Genetik Afriyudi 1,Anggoro Suryo Pramudyo 2, M.Akbar 3 1,2 Program Studi Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer. Universitas Bina Darma Palembang. email

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM PENGHITUNGAN PERSENTASE KEBENARAN KLASIFIKASI PADA KLASIFIKASI JURUSAN SISWA DI SMA N 8 SURAKARTA

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM PENGHITUNGAN PERSENTASE KEBENARAN KLASIFIKASI PADA KLASIFIKASI JURUSAN SISWA DI SMA N 8 SURAKARTA APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM PENGHITUNGAN PERSENTASE KEBENARAN KLASIFIKASI PADA KLASIFIKASI JURUSAN SISWA DI SMA N 8 SURAKARTA Pembimbing: Desi Fitria Utami M0103025 Drs. Y. S. Palgunadi, M. Sc

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Syaraf Biologi Otak manusia memiliki struktur yang sangat kompleks dan memiliki kemampuan yang luar biasa. Otak terdiri dari neuron-neuron dan penghubung yang disebut

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tujuan Penelitian

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tujuan Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Fungsi Cobb-Douglas dengan galat aditif merupakan salah satu fungsi produksi yang dapat digunakan untuk menganalisis hubungan antara hasil produksi dan faktor-faktor produksi.

Lebih terperinci

Presentasi Tugas Akhir

Presentasi Tugas Akhir Presentasi Tugas Akhir Bagian terpenting dari CRM adalah memahami kebutuhan dari pelanggan terhadap suatu produk yang ditawarkan para pelaku bisnis. CRM membutuhkan sistem yang dapat memberikan suatu

Lebih terperinci