TEL: FAX:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TEL: FAX:"

Transkripsi

1 For more information please contact Japan International Cooperation Agency (JICA) Indonesia Office TEL: FAX: 年 2 月 26 日 Penandatanganan Perjanjian Pinjaman ODA Jepang dengan Republik Indonesia - Kerjasama untuk meningkatkan infrastruktur metropolitan, memperkuat pencegahan bencana, dan mengembangkan sumber daya manusia- Pada Senin, 24 Pebruari 2014, Pemerintah Republik Indonesia dan Japan International Cooperation Agency (JICA) telah menandatangani perjanjian proyek pinjaman untuk pengadaan pinjaman ODA Jepang senilai 62,334 milyar Yen untuk proyek-proyek sebagai berikut. Dalam beberapa tahun terakhir, perekononian Indonesia terus berkembang dan terus tumbuh pada tingkat PDB 6% yang ditopang oleh konsumsi domestik dan investasi swasta. Pada 2013, inflasi yang disebabkan oleh neraca pembayaran internasional memburuk dan depresiasi nilai tukar Rupiah Indonesia menyebabkan melambatnya pertumbuhan ekonomi turun menjadi 5,8% dan diperkirakan akan stabil hingga tengah semester. Namun untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang stabil di Indonesia sangat penting untuk memperbaiki lingkungan investasi melalui pengembangan infrastruktur sebagai dasar kegiatan ekonomi, terutama mengurangi kemacetan lalu lintas yang serius dan meningkatkan pasokan listrik di Kawasan Metropolitan Jakarta yang merupakan pusat perekonomian nasional. Pada Desember 2010, Indonesia dan Jepang telah sepakat untuk bekerja sama dalam membangun "Metropolitan Priority Area for Investment and Industry in Jakarta Metropolitan Area (MPA)" (Kawasan Prioritas Metropolitan bagi Investasi dan Industri di Kawasan Metropolitan Jakarta) yang bertujuan menanggulangi kekurangan infrastruktur dalam Kawasan Metropolitan Jakarta, dan pada bulan Oktober 2012, "MPA Strategic Plan" (Rencana Strategis MPA) telah disetujui di tingkat menteri dari kedua pemerintah. "Di antara ketujuh proyek yang telah ditandatangani perjanjian pinjamannya, JABODETABEK Railway Capacity Enhancement Project (I)" dan "Metropolitan Sanitation Management Investment Program: Sewerage System Development in DKI Jakarta (E/S)" adalah bagian dari dua puluh (20) proyek utama dalam MPA Strategic Plan dan memajukan pembangunan MPA. Indonesia juga mengalami tantangan yang disebabkan oleh bencana, seperti gempa bumi, banjir, tsunami dan tanah longsor. Antara tahun 1980 hingga 2011, tercatat bahwa bencana alam telah menyebabkan kematian sekitar korban dan 21,7 juta orang terkena dampak. Bencana tidak hanya merenggut nyawa tetapi menyebabkan kerusakan yang signifikan pada infrastruktur sosial ekonomi. Karena besarnya kerugian ekonomi, penguatan dan peningkatan pengelolaan bencana seperti manajemen bencana masyarakat, perbaikan ketahanan terhadap gempa, dan

2 manajeman sumber daya air terpadu menjadi isu penting bagi Pemerintah Indonesia. Di sisi lain, tidak hanya pengembangan infrastructure, tetapi juga penguatan sumber daya manusia dari wakil pemerintah yang bertanggung jawab terhadap perencanaan kebijakan untuk melanjutkan pembangunan ekonomi berkelanjutan menjadi isu utama. Berdasarkan keadaan ini, perjanjian-perjanjian pinjaman tersebut ditandatangani untuk mencapai tujuan sebagai berikut. (1) Kerjasama untuk pembangunan infrastruktur urban di Kawasan Metropolitan Jakarta Walaupun pertumbuhan penduduk dan industri penting bagi Kawasan Metropolitan Jakarta sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat, infrastruktur belum sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, Jakarta mengalami kemacetan lalu lintas yang parah, pencemaran air yang serius dan masalah lainnya. "JABODETABEK Railway Capacity Enhancement Project (I)," salah satu proyek pinjaman terkait, bertujuan untuk mendukung mitigasi kepadatan lalu lintas kereta api melalui pengembangan kapasitas angkutan penumpang kereta api di Kawasan Metropolitan Jakarta, dalam rangka melayani penumpang komuter yang meningkat pesat menuju pusat kota. "Metropolitan Sanitation Management Investment Program: Engineering Services for Sewerage System Development in DKI Jakarta bertujuan untuk mendukung peningkatan lingkungan hidup dan sanitasi warga melalui pengembangan fasilitas pengolahan limbah di Propinsi DKI Jakarta di mana tingkat prevalensi sistem pengelolaan air limbah masih tetap di 2%. (2) Memperkuat langkah-langkah pencegahan terhadap bencana alam dan kerjasama untuk rekonstruksi Gunung Merapi di Jawa Tengah, salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia, meletus pada skala besar di Oktober 2010, menyebabkan aliran debris akibat banyaknya akumulasi tanah dan lumpur serta kerugian serius bagi daerah-daerah sekitarnya setiap terjadi genangan di hilir lahar Merapi. "Urgent Disaster Reduction Project for Mount Merapi and Lower Progo River Area II," proyek pinjaman yang disepakati kali ini, bermaksud untuk mendukung pembangunan ekonomi di Kawasan Gunung Merapi yang terletak antara Propinsi 2

3 For more information please contact Japan International Cooperation Agency (JICA) Indonesia Office TEL: FAX: 年 2 月 26 日 Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, yang rusak akibat letusan skala besar pada tahun Proyek ini akan membantu konstruksi fasilitas sabo (pengendalian sedimen), mendukung rehabilitasi kerusakan akibat aliran debris dan mitigasi kemungkinan kerusakan di masa depan. Selain itu, pengetahuan dan informasi mengenai pencegahan bencana gunung berapi di proyek ini dapat dibagi secara luas dan diharapkan memberikan kontribusi pula terhadap pengembangan teknologi sabo di Jepang. (3) Kerjasama bagi pengembangan sumber daya manusia di pemerintahan Pemerintah Indonesia telah menjalankan desentralisasi melalui pengembangan perundang-undangan sejak tahun 1999, yang mendorong setiap pemerintah daerah untuk berperan penting dalam perumusan dan pelaksanaan perencanaan pembangunan nasional. Sementara itu, penguatan sumber daya manusia dengan pengetahuan dan kemampuan khusus di bidang kebijakan public, terutama bagi pemerintah daerah, telah menjadi isu yang diprioritaskan. Professional Human Resource Development (IV), pinjaman ODA yang disepakati kali ini, bermaksud mendukung pengembangan kapasitas pemerintah pusat dan daerah, melalui keikutsertaan staf-stafnya dalam program-program Master atau Ph.D./jangka pendek di bidang kebijakan public dan penguatan kemampuan perencanaan dan pelaksanaan kebijakan mereka.

4 Persyaratan dan Nilai Pinjaman: Nama Proyek Nilai (milyar yen) Suku Bunga Tahunan (%/tahun) Proyek Consulting services Masa Pengem balian (tahun) Grace period (tahun) Procurement (1) Railway Double Tracking on Java South Line Project (IV) (Kroya-Kutoarjo Phase II) (2) Jabodetabek Railway Capacity Enhancement Phase I 16, General untied 16, General untied (3) Rural Settlement Infrastructure and Kabupaten Strategic Area Development ((RISE) II) (4) Metropolitan Sanitation Management Investment Program: Engineering Service for Sewerage System Development in DKI Jakarta (5) Urgent Disaster Reduction Project for Mount Merapi and Lower Progo River Area II (6) Countermeasures for Sediment in Wonogiri Multipurpose Dam Reservoir (II) (7) Professional Human Resources Development (IV) 10, , , , , General untied General untied General untied General untied General untied *(4) mengadopsi kondisi yang diprioritaskan (bidang lingkungan hidup); (5) di bidang rekonstruksi bencana; dan (7) mengadopsi kondisi yang diprioritaskan (bidang pengembangan sumber daya manusia). 4

5 For more information please contact Japan International Cooperation Agency (JICA) Indonesia Office TEL: FAX: 年 2 月 26 日 (1) Railway Double Tracking on Java South Line Project (IV) (Kroya-Kutoarjo Phase II) (a) Latar belakang dan kebutuhan proyek Angka tahunan penumpang untuk kereta api antar kota di pulau Jawa (tidak termasuk Jalur Jabodetabek) telah menunjukkan peningkatan yang stabil pada tingkat kenaikan penumpang rata-rata 8 % dalam 5 tahun terakhir dan jumlah penumpang diperkirakan akan mencapai sekitar 800 juta pada Sistem kereta api utama terdiri dari tiga jalur, Jalur Utara, Jalur Selatan dan Jalur Bandung. Jalur ganda pada koridor Kroya-Kutoarjo, yang ditargetkan proyek ini, akan menjadi pelopor terselesaikannya seluruh jalur Selatan. Koridor ini telah menderita kepadatan parah karena merupakan titik silang Jalur Bandung dan Jalur Selatan sehingga perluasan kapasitas jalur ini dibutuhkan. Kebutuhan transportasi untuk Kroya-Kutoarjo yang merupakan bagian target penanganan dalam lingkup Proyek diperkirakan akan melebihi kapasitasnya pada tahun Oleh karena itu, meningkatkan jumlah transportasi telah menjadi masalah yang mendesak. "Rencana Induk Perkeretaapian Nasional" yang disiapkan oleh Kementerian Perhubungan Indonesia telah memposisikan proyek Jalur ganda Selatan, di mana termasuk bagian target Proyek ini, sebagai salah satu proyek utama dengan prioritas tinggi dan membutuhkan penyelesaian cepat oleh Pemerintah Indonesia. JICA telah memberikan pinjaman lunak untuk pembangunan jalur ganda bagi jaringan kereta api di Jawa, termasuk target Proyek ini dengan jumlah total 19,8 miliar yen untuk Tahun Anggaran Jepang 2006 dan Tahun Anggaran Jepang 2008 sebagai Java South Line Project (III). (b) Tujuan dan ringkasan Proyek Proyek ini bermaksud untuk memperluas kapasitas jalur untuk memenuhi kebutuhan transportasi di masa depan bagi koridor Kroya-Kutoarjo di Jawa Tengah melalui pembangunan jalur ganda, sehingga berkontribusi bagi peningkatan iklim investasi dan pengembangan ekonomi lokal di wilayah tersebut. Pinjaman ini akan dialokasikan untuk pekerjaan jalur ganda (pekerjaan konstruksi sipil, konstruksi rel, pembangunan jembatan, dan fasilitas sinyal komunikasi), jasa konsultasi dan sebagainya. (c) Institusi Pelaksana Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan

6 Alamat: Jl. MedanMerdeka Barat No 8 JakartaPusat TEL: FAX: (d) Jadwal pelaksanaan (direncanakan) (i) Periode Penyelesaian Proyek: Mei 2017 (Proyek dikategorikan selesai bilamana fasilitas terbangun sudah mulai beroperasi) (ii) Pengiriman Surat Undangan pada Konsultan: Detail design review/bidding assistance: terkontrak Pengawasan konstruksi: Januari 2013 (selesai) (iii) Pengumuman pertama penawaran untuk paket pengadaan Proyek melalui penawaran kompetitif internasional: Nama paket pengadaan: Paket Pekerjaan Konstruksi Pengumuman: Januari 2013 (selesai ) (2) Jabodetabek Railway Capacity Enhancement Phase I (a) Latar belakang dan kebutuhan Proyek Jumlah penduduk di Kawasan Metropolitan Jakarta mencapai kurang lebih 2,8 juta pada tahun 2010, meluas ke daerah pinggiran kota Jakarta sekitar 130% dalam 10 tahun terakhir (tingkat kenaikan tahunan sekitar 2,8%). Seiring dengan ini, jumlah penumpang dari daerah pinggiran ke pusat Jakarta dengan cepat meningkat dari sekitar pada tahun 2002 menjadi sekitar pada tahun 2010, dan jumlah mobil yang terdaftar juga telah meningkat dari sekitar pada tahun 2000 menjadi pada tahun Sekitar 98% dari transportasi penumpang/kargo di Kawasan Metropolitan Jakarta bergantung pada transportasi jalan, maka kemacetan lalu lintas yang kronis terjadi dan menyebabkan pencemaran udara yang serius karena asap knalpot dan sebagainya. Di masa mendatang diperkirakan terjadi peningkatan kebutuhan transportasi, di antara isu-isu mendesak yang telah dikonsolidasikan yaitu sistem transportasi perkotaan skala besar baru di Kawasan Metropolitan Jakarta serta memperkuat layanan angkutan umum yang ada, Perkeretaapian Jabodetabek (8 jalur dengan total panjang jarak 166km). (b) Tujuan dan ringkasan Proyek Proyek ini bermaksud untuk mengurangi kemacetan serius di wilayah Jabodetabek melalui peningkatan kapasitas perkeretaapian Jabodetabek, sehingga berkontribusi dalam meningkatkan iklim investasi serta lingkungan perkotaan. 6

7 For more information please contact Japan International Cooperation Agency (JICA) Indonesia Office TEL: FAX: 年 2 月 26 日 Pinjaman ini akan dialokasikan untuk konstruksi dan perluasan depot dan bengkel, jasa konsultasi dan sebagainya. (c) Institusi Pelaksana Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan Alamat: Jl. MedanMerdeka Barat No 8 JakartaPusat TEL: FAX: (d) Jadwal pelaksanaan (direncanakan) (i) Penyelesaian Proyek: Jadwal pelaksanaan (direncanakan) (ii) Periode Penyelesaian Proyek: Pebruari 2020 (Proyek dikategorikan selesai bilamana fasilitas terbangun sudah dapat beroperasi) (iii) Pengiriman Surat Undangan pada Konsultan (Detail desain, dll): Maret 2014 (iv) Pengumuman pertama penawaran untuk paket pengadaan Proyek melalui penawaran kompetitif internasional: Nama paket pengadaan: Konstruksi/Perluasan Depok Depot dan Bengkel Waktu yang dijadwalkan: Oktober 2016 (3) Rural Settlement Infrastructure and Kabupaten Strategic Area Development ((RISE)II) (a) Latar belakang dan kebutuhan Proyek Penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan dan tingkat kemiskinan yang ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia berubah dari 22,5 juta pada 1996 (angka kemiskinan sekitar 11,3%) menjadi 39,3 juta pada tahun 2006 (sekitar 17,8%), akibat dampak dari krisis ekonomi Asia pada tahun 1997 diikuti oleh kenaikan harga beras. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang tinggai baru-baru ini, penduduk miskin dan tingkat kemiskinan pada tahun 2012 pulih ke tingkat yang sama sebelum Krisis Ekonomi Asia yaitu 28,59 juta (sekitar 11,7%). Namun, perbedaan ekonomi dalam negeri yang signifikan menyebabkan 18,08 juta dari 28,59 juta penduduk miskin pada tahun 2012 tinggal di daerah pedesaan. Pembangunan daerah masih tetap sebagai isu penting untuk mendorong pengurangan kemiskinan dan mempersempit kesenjangan ekonomi. Sejak tahun 2006, Pemerintah Indonesia telah menerapkan "Program Nasional

8 Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)" untuk mengintegrasikan proyek pengurangan kemiskinan yang ada dan yang baru dengan pendekatan partisipatif lokal. Proyek PNPM dibiayai oleh anggaran pembangunan tertentu untuk masing-masing kabupaten dan kecamatan. Kegiatan mandiri masyarakat (pembangunan infrastruktur skala kecil, dll) ini harus dipilih dan dilaksanakan berdasarkan proses formulasi rencana pembangunan yang sangat transparan melalui partisipasi warga setempat. Proyek ini dilaksanakan sebagai bagian dari program PNPM. Selain itu, Pemerintah Indonesia saat ini telah merumuskan "Master Plan Percepatan Penanggulangan Kemiskinan/Ekspansi (MP3KI)" tahun 2025, meningkatkan strategi pengurangan kemiskinan setelah 2015 untuk fokus pada perlindungan sosial serta peningkatan mata pencaharian kelompok tidak diuntungkan dan rentan. MP3KI telah menunjukkan bahwa kemiskinan dan kesenjangan antar daerah harus dikaitkan dengan penurunan produktivitas pertanian dan tingkat prevalensi pelayanan sosial. Oleh karena itu, peningkatan produktivitas pertanian dan akses pasar melalui konstruksi dan pengenalan sistem irigasi jalan diperlukan, bersama dengan perbaikan sistem pengairan, kesehatan dan prevalensi pendidikan melalui penguatan infrastruktur sosial. (b) Tujuan dan ringkasan Proyek Proyek ini, yang meliputi daerah-daerah dengan tingkat kemiskinan yang tinggi dari 237 kecamatan di 34 kabupaten dari 9 propinsi, kecuali Jawa dan Bali, akan mengkonsolidasikan infrastruktur dasar, termasuk (i) angkutan/akses terhadap infrastruktur, (ii) infrastruktur sumber air dan sanitasi, (iii) infrastruktur irigasi kecil, (iv) fasilitas terhadap dukungan pasar, (v) fasilitas layanan kesehatan primer, (vi) bangunan sekolah dasar dan menengah, yang harus didasarkan pada kebutuhan warga. Selain itu, akan memperkuat kapasitas perencana dan fasilitator dalam pelaksanaan pembangunan partisipatif lokal. Berdasarkan kegiatan di atas, Proyek ini berencana untuk menciptakan peluang ekonomi bagi kelompok yang tidak diuntungkan yang tinggal di wilayah sasaran dan untuk meningkatkan akses mereka terhadap pelayanan sosial, serta mengembangkan kapasitas administratif dari pemerintah daerah. Upper goal dari Proyek ini adalah untuk berkontribusi dalam mengurangi kemiskinan dan mempersempit kesenjangan berdasarkan pengembangan ekonomi lokal mandiri. Pinjaman ini akan dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur skala kecil dan jasa konsultasi (pelaksanaan dan pengawasan, desain, pengawasan konstruksi, dukungan manajemen pemeliharaan, monitoring/evaluasi, dll). 8

9 For more information please contact Japan International Cooperation Agency (JICA) Indonesia Office TEL: FAX: (c) Institusi Pelaksana Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum Alamat: Jl. Pattimura No.20, Kebayoran Baru, Jakarta TEL: FAX: 年 2 月 26 日 (d) Jadwal pelaksanaan (direncanakan) (i) Periode Penyelesaian Proyek: Desember 2015 (Proyek dikategorikan selesai bilamana fasilitas terbangun selesai) (ii) Pengiriman Surat Undangan pada Konsultan (pengawasan konstruksi): Pebruari 2014 (4) Metropolitan Sanitation Management Investment Program: Engineering Services for Sewerage System Development in DKI Jakarta (E/S) (a) Latar belakang dan kebutuhan Proyek Pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta sangat cepat, seiring dengan meningkatnya populasi dan akumulasi sektor industri, tetapi infrastruktur perkotaan yang terpadu seperti sistem transportasi dan pengelolaan air. Terutama, tingkat prevalensi sistem pengelolaan air limbah masih tetap rendah yakni 2% dan lebih dari 90% dari aliran air limbah rumah tangga yang dibuang tanpa diolah ke wilayah perairan umum (sungai dan laut), mengakibatkan pencemaran air di sungai, laut dan bawah tanah. Selain itu, masalah lingkungan, masalah kesehatan penduduk dan masalah lingkungan air memburuk karena masalah pencemaran air tersebut. Oleh sebab itu pembangunan jaringan perpipaan dan instalasi pengolahan air limbah merupakan masalah yang mendesak. (b) Tujuan dan ringkasan Proyek Pembangunan sistem pengelolaan air limbah di DKI Jakarta bermaksud untuk mempromosikan sistem pengolahan air limbah yang tepat dan memberikan kontribusi untuk meningkatkan kehidupan dan sanitasi penduduk serta konservasi lingkungan hidup, melalui pembangunan, pengelolaan, operasional dan pemeliharaan jaringan saluran pembuangan air limbah dan instalasi pengolahan air limbah. Target proyek ini adalah engineering services, yakni detail design dan tender assistance untuk jaringan saluran pembuangan air limbah dan instalasi pengolahan air limbah pada zona 1 yang terletak di bagian utara Jakarta, yang diharapkan menjadi pelopor dalam pelaksanaan proyek pembangunan sistem pembuangan air limbah.

10 Pinjaman ini akan dialokasikan untuk jasa konsultasi (detail design, tender assistance, dll) dari Proyek (c) Institusi Pelaksana Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum Alamat: Jl. Pattimura No.20, Kebayoran Baru, Jakarta TEL: FAX: (d) Jadwal pelaksanaan (direncanakan) (i) Periode Penyelesaian Proyek: Juni 2017 (Proyek dikategorikan selesai bilamana pinjaman selesai) (ii) Pengiriman Surat Undangan pada Konsultan (detail design, dll): Maret 2014 (direncanakan) (5) Urgent Disaster Reduction Project for Mount Merapi and Lower Progo River Area II (a) Latar belakang dan kebutuhan Proyek Indonesia adalah negara yang ditantang oleh seringnya bencana alam terjadi seperti gempa bumi, banjir, tsunami, tanah longsor, dan sebagainya. Pencegahan bencana bagi negara yang memiliki sekitar 130 gunung berapi sangat penting untuk keselamatan masyarakat dan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, karena bencana gunung berapi sangat berdampak pada kehidupan masyarakat, aset mereka dan infrastruktur sosial dan ekonomi. Gunung Merapi yang terletak di Jawa Tengah, adalah salah satu gunung berapi paling aktif di negeri ini dan meletus pada bulan Oktober 2010 dengan skala yang hanya dapat terjadi dalam 100 tahun. Aliran debris yang terjadi akibat letusan telah menimbun beberapa alur sungai dan merusak fasilitas sabo sehingga pekerjaan rekonstruksi masih terus berlanjut. Ada pula resiko tinggi akibat aliran debris tambahan yang disebabkan oleh genangan sungai yang selanjutnya akan mencapai daerah hilir dan menyebabkan kerusakan yang signifikan karena jumlah bahan berpasir yang tidak stabil masih tersisa di daerah hulu gunung. JICA telah membantu pelaksanaan Proyek Pinjaman ODA sejak 2005 di Gunung Merapi untuk konstruksi fasilitas sedimen seperti bendungan sabo dan cek dam serta instalasi system peringatan dini. Konstruksi ini efektif untuk mengurangi kerusakan di hilir pada saat letusan tahun 2010, dan pekerjaan rekonstruksi fasilitas sabo pun telah dilaksanakan. Selain itu, JICA menugaskan suatu tim tenaga ahli dari Japan Disaster Relief (JDR) pada waktu itu. 10

11 For more information please contact Japan International Cooperation Agency (JICA) Indonesia Office TEL: FAX: (b) Tujuan dan ringkasan Proyek 2014 年 2 月 26 日 Proyek ini bertujuan untuk melindungi Gunung Merapi dan wilayah bawah Sungai Progo yang terletak di Propinsi Jawa Tengah dan DIY terhadap aliran sedimen volkanik yang terjadi dengan besar-besaran dan sering setelah letusan tahun 2010 dengan melaksanakan konstruksi fasilitas sabo, sehingga berkontribusi untuk melindungi nyawa, asset, dan infrastruktur sosial di wilayah tersebut.pinjaman ini akan dialokasikan untuk pembangunan Sand Pocket di Sungai Gendol dan Diversion Channel di Sungai Putih serta jasa konsultasi (detail design, bantuan tender, pengawasan konstruksi, review rencana induk, kampanye public tentang sabo, dsb). (c) Institusi Pelaksana Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum Alamat: Jl. Pattimura No 20, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, TEL: FAX: (d) Jadwal pelaksanaan (direncanakan) (i) Periode Penyelesaian Proyek (direncanakan): September 2017 (Proyek dikategorikan selesai bilamana fasilitas terbangun sudah dapat beroperasi) (ii) Pengiriman Surat Undangan pada Konsultan (detail design, dsb) Pebruari 2014 (direncanakan) (iii) Pengumuman pertama penawaran untuk paket pengadaan mengenai Proyek melalui penawaran kompetitif internasional: Nama paket pengadaan: Putih River (Konstruksi Diversion Channel di Sungai Putih) Waktu pengumuman yang direncanakan: Pebruari 2014 (6) Countermeasure for Sediment in Wonogiri Multipurpose Dam Reservoir (II) (a) Latar belakang dan kebutuhan Proyek Di Indonesia, banjir dan tanah longsor terjadi di banyak tempat setiap tahun, menyebabkan kerusakan sosial dan ekonomi yang serius. Pada musim kemarau, banyak wilayah menderita kekurangan air dan ketidakseimbangan pada kebutuhan air. Bendungan serbaguna Wonogiri adalah waduk terbesar satu-satunya di Sungai Bengawan Solo, yang merupakan sungat terbesar di Pulai Jawa sebagai infrastruktur penting bagi irigasi, pengendalian banjir, sumber air bagi kebutuhan umum, dan pembangkit listrik. Akan tetapi, dalam beberapa tahun terakhir, waduk Wonogiri telah tertimbun oleh sedimen. Penggunaan lahan yang buruk di daerah aliran sungai dan

12 aktifitas pertanian yang berlebihan untuk tanaman tahunan cara-cara yang buruk di tanah tinggi yang sangat rentan erosi dan berlereng curam adalah penyebab utama terjadinya sedimentasi di waduk. Dapat dikatakan bahwa, tanpa adanya tindakan terhadap masalah sedimentasi tersebut, waduk Wonogiri akan, dalam waktu dekat, kehilangan fungsi-fungsinya akibat berkurangnya kapasitas penampungnya. Untuk mengembalikan kapasitas penampung dari waduk ini, tindakan permanen yang mendasar perlu diciptakan dan dilaksanakan. Bendungan serbaguna Wonogiri dibangun oleh pinjaman ODA Jepang pada tahun JICA melaksanakan sebuah proyek hibah untuk menanggulangi langkah-langkah darurat sedimentasi pada tahun Selain itu, studi pembangunan dilakukan mengenai langkah-langkah sedimentasi permanen dari 2004 hingga Berdasarkan studi ini, Countermeasure for Sediment in Wonogiri Multipurpose Dam Reservoir (I) dimulai pada tahun 2009 untuk melakukan pembangunan fasilitas eliminasi pasir dan gerbang eliminasi pasir, pengadaan kapal keruk, dan pelaksanaan konservasi daerah aliran sungai. (b) Tujuan dan ringkasan Proyek Tujuan Proyek ini adalah untuk menjamin kapasitas waduk jangka panjang untuk irigasi, pembangkit listrik, sumber air untuk kebutuhan umum, dan pengendalian banjir di Propinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur melalui pelaksanaan tindakan terhadap sedimentasi dengan konstruksi tanggul penutup dan tanggul overflow di Bendungan Serbaguna Wonogiri dan konservasi daerah aliran sungai, sehingga berkontribusi terhadap pengembangan ekonomi di wilayah tersebut. Pinjaman ini akan dialokasikan untuk pembangunan tanggul penutup dan tanggul overflow, konservasi daerah aliran sungai (pembangunan cek dam termasuk perlindungan terhadap tepi sungai, persiapan lahan seperti terasering, jalur air, dan penanaman, dan pemberdayaan masyarakat tentang konservasi tanah dan air), jasa konsultan (bantuan pengawasan konstruksi dan konservasi daerah aliran sungai). (c) Institusi Pelaksana Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum Alamat: Jl. Pattimura No 20, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, TEL: FAX: (d) Jadwal pelaksanaan (direncanakan) (i) Periode Penyelesaian Proyek (direncanakan): Desember 2017 (Proyek dikategorikan selesai bilamana fasilitas terbangun mulai beroperasi) 12

13 For more information please contact Japan International Cooperation Agency (JICA) Indonesia Office TEL: FAX: 年 2 月 26 日 (ii) Pengiriman Surat Undangan pada Konsultan: Maret 2014 (iii) Pengumuman pertama penawaran untuk paket pengadaan Proyek melalui penawaran kompetitif internasional: Nama paket pengadaan: Konstruksi Tanggul Penutup dan Pekerjaan Tanggul Overflow Waktu pengumuman yang direncanakan: Maret 2014 (7) Professional Human Resources Development Project (IV) (a) Latar belakang dan kebutuhan Proyek Pemerintah Indonesia telah melakukan desentralisasi melalui pengembangan peraturan perundang-undangan sejak tahun 1999, yang mendorong setiap pemerintah daerah untuk memainkan peran penting dalam perumusan dan pelaksanaan rencana pembangunan nasional. Seiring arahan ini, pegawai negeri di pemerintah daerah telah diminta untuk meningkatkan kapasitas pengetahuan dan perencanaan teknis mereka, sementara pegawai negeri di tingkat pusat telah diminta untuk meningkatkan kapasitas mereka dalam melakukan koordinasi dan negosiasi yang lebih baik dengan pemerintah daerah. Sementara itu, jumlah pegawai negeri di pemerintah pusat dan daerah di Indonesia yang telah memperoleh gelar Master atau Ph.D. cukup sedikit. Mengembangkan sumber daya manusia yang mampu bekerja pada tugas-tugas yang lebih menantang dan teknis di masing-masing bidang kebijakan telah menjadi hal yang mendesak. Dalam hal pengembangan sumber daya manusia di bidang pengembangan dan perencanaan/perumusan, Pemerintah Indonesia mengartikulasikan rencana strategisnya dalam "Rencana Pembangunan Nasional Jangka Menengah ( )," kebijakan-kebijakan strateginya sebagai (i) pengembangan kapasitas dari para perencana muda (planners) sebagai ahli yang kompeten dalam perumusan kebijakan dan perencanaan, serta (ii) peningkatan kualitas perencanaan dan perumusan kebijakan di tingkat pusat dan daerah. Proyek ini, yang bertujuan pada pengembangan kapasitas perencana melalui program gelar Master atau Ph.D. / pelatihan jangka pendek, bermaksud memberikan kontribusi pada pembangunan ekonomi dan pembangunan sosial yang demokratis di Indonesia, serta untuk memperkuat hubungan bilateral antara Indonesia dan Jepang. (b) Tujuan dan ringkasan Proyek

14 Proyek ini, menargetkan personil yang terlibat dalam perumusan kebijakan di pemerintah pusat dan daerah di Indonesia, bertujuan untuk memperkuat kapasitas perencanaan dan pelaksanaan di bidang kebijakan publik melalui pelaksanaan program gelar Master atau Ph.D. / program pelatihan jangka pendek di Jepang dan di Indonesia, serta memberikan kontribusi bagi peningkatan kapasitas administrasi di pemerintah pusat dan daerah melalui pengembangan sumber daya manusia dengan pengetahuan yang sangat teknis di bidang-bidang terkait. Pinjaman ini akan dialokasikan untuk studi di Jepang (gelar Master/Ph.D., pelatihan jangka pendek, OJT), studi dalam negeri (gelar Master/Ph.D., pelatihan jangka pendek), dan jasa konsultasi (antara lain untuk koordinasi untuk rencana studi/pelatihan, manajemen perkembangan, bantuan untuk pemilihan universitas dan proses aplikasi, monitoring dan konseling selama studi di Jepang, manajemen pendanaan, dan lainnya). (c) Institusi Pelaksana Pusat Perencana Pembangunan, Pendidikan dan Pelatihan, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Alamat: Jl. Taman Suropati No 2, Jakarta TEL: FAX: (d) Jadwal pelaksanaan (direncanakan) (i) Penyelesaian Proyek: Agustus 2020 (Proyek dikategorikan selesai saat kembalinya lulusan terakhir ke Indonesia.) (ii) Pengiriman Surat Undangan kepada Konsultan: Maret 2014 Untuk informasi lebih lanjut Kantor JICA Indonesia: Ms. Senju Makiko Representative T: (021)

LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH

LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH EDISI SEPTEMBER 2014 Direktorat Pinjaman dan Hibah Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Laporan Pengelolaan Pinjaman dan Hibah Edisi Agustus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Di Indonesia banyak sekali terdapat gunung berapi, baik yang masih aktif maupun yang sudah tidak aktif. Gunung berapi teraktif di Indonesia sekarang ini adalah Gunung

Lebih terperinci

LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH EDISI AGUSTUS 2015

LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH EDISI AGUSTUS 2015 LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH EDISI AGUSTUS 2015 Direktorat Pinjaman dan Hibah Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Direktorat Pinjaman dan Hibah merupakan

Lebih terperinci

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah 2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation antara kinerja pembangunan yang dicapai saat inidengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai

Lebih terperinci

Atasi Laju Penurunan Permukaan Tanah DKI Jakarta, Kementerian PUPR Siapkan Langkah Quick Wins Komprehensif

Atasi Laju Penurunan Permukaan Tanah DKI Jakarta, Kementerian PUPR Siapkan Langkah Quick Wins Komprehensif Rilis PUPR #3 17 Agustus 2017 SP.BIRKOM/VIII/2017/409 Atasi Laju Penurunan Permukaan Tanah DKI Jakarta, Kementerian PUPR Siapkan Langkah Quick Wins Komprehensif Jakarta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG PESERTA JADWAL DAN LOKASI PELAKSANAAN. Lampiran Surat Nomor : Tanggal :

LATAR BELAKANG PESERTA JADWAL DAN LOKASI PELAKSANAAN. Lampiran Surat Nomor : Tanggal : Lampiran Surat Nomor : Tanggal : LATAR BELAKANG Sehubungan dengan pelaksanaan studi Master Plan Program NCICD (National Capital Integrated Coastal Development), salah satu aspek penting yang perlu dilakukan

Lebih terperinci

STUDI RENCANA INDUK TRANSPORTASI TERPADU JABODETABEK (TAHAP 2)

STUDI RENCANA INDUK TRANSPORTASI TERPADU JABODETABEK (TAHAP 2) Japan International Cooperation Agency (JICA) Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Republik Indonesia No. STUDI RENCANA INDUK TRANSPORTASI TERPADU JABODETABEK (TAHAP 2) (The Study on Integrated

Lebih terperinci

xvii Damage, Loss and Preliminary Needs Assessment Ringkasan Eksekutif

xvii Damage, Loss and Preliminary Needs Assessment Ringkasan Eksekutif xvii Ringkasan Eksekutif Pada tanggal 30 September 2009, gempa yang berkekuatan 7.6 mengguncang Propinsi Sumatera Barat. Kerusakan yang terjadi akibat gempa ini tersebar di 13 dari 19 kabupaten/kota dan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif Proyek yang berfokus pada pemulihan masyarakat adalah yang paling awal dijalankan MDF dan pekerjaan di sektor ini kini sudah hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hubungan Indonesia dengan Jepang telah berlangsung cukup lama dimulai dengan hubungan yang buruk pada saat penjajahan Jepang di Indonesia pada periode tahun 1942-1945

Lebih terperinci

TINJAUAN HIDROLOGI DAN SEDIMENTASI DAS KALI BRANTAS HULU 1

TINJAUAN HIDROLOGI DAN SEDIMENTASI DAS KALI BRANTAS HULU 1 TINJAUAN HIDROLOGI DAN SEDIMENTASI DAS KALI BRANTAS HULU 1 Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta I Jl. Surabaya 2 A, Malang Indonesia 65115 Telp. 62-341-551976, Fax. 62-341-551976 http://www.jasatirta1.go.id

Lebih terperinci

Sejarah AusAID di Indonesia

Sejarah AusAID di Indonesia Apakah AusAID Program bantuan pembangunan luar negeri Pemerintah Australia merupakan program yang dibiayai Pemerintah Federal untuk mengurangi tingkat kemiskinan di negaranegara berkembang. Program ini

Lebih terperinci

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan... Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2 Pokok Permasalahan... 2 1.3 Lingkup Pembahasan... 3 1.4 Maksud Dan Tujuan... 3 1.5 Lokasi... 4 1.6 Sistematika Penulisan... 4 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia yang merupakan daerah katulistiwa mempunyai letak geografis pada 8 0 LU dan 11 0 LS, dimana hanya mempunyai dua musim saja yaitu musim hujan dan musim kemarau.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan penelitian dari Nippon Koei (2007), Bendungan Serbaguna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan penelitian dari Nippon Koei (2007), Bendungan Serbaguna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan penelitian dari Nippon Koei (2007), Bendungan Serbaguna Wonogiri merupakan satu - satunya bendungan besar di sungai utama Bengawan Solo yang merupakan sungai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai adalah aliran air di permukaan tanah yang mengalir ke laut. Sungai merupakan torehan di permukaan bumi yang merupakan penampung dan penyalur alamiah aliran air,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat. Daerah Irigasi Jatiluhur dibangun oleh Pemerintah Republik

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat. Daerah Irigasi Jatiluhur dibangun oleh Pemerintah Republik 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Irigasi Jatiluhur terletak di Daerah Aliran Sungai Citarum Provinsi Jawa Barat. Daerah Irigasi Jatiluhur dibangun oleh Pemerintah Republik Indonesia pada tahun

Lebih terperinci

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) Sub Bidang Sumber Daya Air 1. Pengembangan, Pengelolaan, dan Konservasi Sungai, Danau, dan

Lebih terperinci

Laporan Teknis. Jilid II Laporan Utama

Laporan Teknis. Jilid II Laporan Utama JAPAN INTERNATIONAL COOPERATION AGENCY (JICA) KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM DAN PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA REPUBLIK INDONESIA PENELITIAN TENTANG RENCANA PENGEMBANGAN PENYEDIAAN AIR REGIONAL

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Soewarno (1991), proses sedimentasi meliputi proses erosi, transportasi (angkutan), pengendapan (deposition) dan pemadatan (compaction) dari sedimentasi itu sendiri. Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beberapa pulau utama dan ribuan pulau kecil disekelilingnya. Dengan 17.508 pulau, Indonesia menjadi negara

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sasaran Pembangunan Millennium (Millennium Development Goals atau disingkat dalam bahasa Inggris MDGs) adalah delapan tujuan yang diupayakan untuk dicapai pada tahun

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR : 03 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gunung Merapi merupakan salah satu gunung teraktif di dunia, dan bencana Merapi merupakan salah satu permasalahan yang sering terjadi di Indonesia. Bahaya yang diakibatkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Salah satu fungsi pembangunan sabo dam adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Salah satu fungsi pembangunan sabo dam adalah untuk BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Salah satu fungsi pembangunan sabo dam adalah untuk mengendalikan aliran sedimen akibat erupsi gunung api. Daerah aliran sungai bagian hulu di sekitar gunung api aktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia terbukti telah bangkit kembali sejak krisis keuangan global pada tahun 1990an. Pada tahun 2009, sebagai contoh, Indonesia telah mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

Manajemen Pemulihan Infrastruktur Fisik Pasca Bencana

Manajemen Pemulihan Infrastruktur Fisik Pasca Bencana Manajemen Pemulihan Infrastruktur Fisik Pasca Bencana Teuku Faisal Fathani, Ph.D. Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada 1. Pendahuluan Wilayah Indonesia memiliki

Lebih terperinci

18 Desember STRATEGI PEMBANGUNAN METROPOLITAN Sebagai Pusat Kegiatan Global yang Berkelanjutan

18 Desember STRATEGI PEMBANGUNAN METROPOLITAN Sebagai Pusat Kegiatan Global yang Berkelanjutan 18 Desember 2013 STRATEGI PEMBANGUNAN METROPOLITAN Sebagai Pusat Kegiatan Global yang Berkelanjutan Deputi Gubernur Provinsi DKI Jakarta Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup 18 Desember 2013 Peran Jakarta

Lebih terperinci

Penanganan Das Bengawan Solo di Masa Datang Oleh : Ir. Iman Soedradjat,MPM

Penanganan Das Bengawan Solo di Masa Datang Oleh : Ir. Iman Soedradjat,MPM Penanganan Das Bengawan Solo di Masa Datang Oleh : Ir. Iman Soedradjat,MPM DAS Bengawan Solo merupakan salah satu DAS yang memiliki posisi penting di Pulau Jawa serta sumber daya alam bagi kegiatan sosial-ekonomi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

INFRASTRUKTUR AIR MINUM BERKELANJUTAN

INFRASTRUKTUR AIR MINUM BERKELANJUTAN DIREKTORAT PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT Temu Ilmiah Lingkungan, HCD 35 TH PSIL Universitas Indonesia INFRASTRUKTUR

Lebih terperinci

LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH EDISI JULI 2017

LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH EDISI JULI 2017 LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH EDISI JULI 2017 Direktorat Pinjaman dan Hibah Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Direktorat Pinjaman dan Hibah merupakan unit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tersedianya infrastruktur seperti jalan, jembatan, pelabuhan, bendungan dan infrastruktur fisik lainnya menjadi pendorong bagi kegiatan ekonomi, peningkatan kualitas

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2012 SERI E.1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2012 SERI E.1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2012 SERI E.1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan transportasi, khususnya kemacetan, sudah menjadi permasalahan utama di wilayah Jabodetabek. Kemacetan umumnya terjadi ketika jam puncak, yaitu ketika pagi

Lebih terperinci

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 Bidang: Sarana dan Prasarana

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 Bidang: Sarana dan Prasarana MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 Bidang: Sarana dan Prasarana No / Fokus / Kegiatan Rencana Tahun 2010 Prakiraan Rencana Tahun 2011 Prakiraan Maju I SUMBER DAYA AIR I SUMBER DAYA

Lebih terperinci

Pembangunan Infrastruktur Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Aceh

Pembangunan Infrastruktur Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Aceh Rilis PUPR #1 12 Juli 2017 SP.BIRKOM/VII/2017/342 Pembangunan Infrastruktur Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Aceh Jakarta - Salah satu faktor penting mendukung pertumbuhan ekonomi di Provinsi Nanggroe Aceh

Lebih terperinci

NO LD. 23 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI

NO LD. 23 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI I. UMUM 1. Peran sektor pertanian dalam struktur perekonomian nasional sangat strategis dan kegiatan pertanian tidak

Lebih terperinci

Pembangunan Daerah Berbasis Pengelolaan SDA. Nindyantoro

Pembangunan Daerah Berbasis Pengelolaan SDA. Nindyantoro Pembangunan Daerah Berbasis Pengelolaan SDA Nindyantoro Permasalahan sumberdaya di daerah Jawa Barat Rawan Longsor BANDUNG, 24-01-2008 2008 : (PR).- Dalam tahun 2005 terjadi 47 kali musibah tanah longsor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan adalah suatu proses menentukan apa yang ingin dicapai di masa yang akan datang serta menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk mencapainya. Perencanaan

Lebih terperinci

I. Permasalahan yang Dihadapi

I. Permasalahan yang Dihadapi BAB 34 REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DI WILAYAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATRA UTARA, SERTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN PROVINSI JAWA TENGAH I. Permasalahan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

L E G E N D A TELUK BANGKA J A M B I SUMATRA SELATAN B E N G K U L U S A M U D E R A H I N D I A L A M P U N G. Ibukota Propinsi.

L E G E N D A TELUK BANGKA J A M B I SUMATRA SELATAN B E N G K U L U S A M U D E R A H I N D I A L A M P U N G. Ibukota Propinsi. JAPAN INTERNATIONAL COOPERATION AGENCY (JICA) D i r e k t o r a t J e n d e r a l S u m b e r D a y a A i r D e p a r t e m e n P e m u k i m a n d a n P r a s a r a n a W i l a y a h R e p u b l i k I

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Sejarah Program Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan di Indonesia ( )

LAMPIRAN A. Sejarah Program Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan di Indonesia ( ) LAMPIRAN A Sejarah Program Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan di Indonesia (1970-2000) LAMPIRAN A Sejarah Program Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan di Indonesia (1970-2000) Bagian

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen Memorandum Program Sanitasi ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN RAPAT KORDINASI INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT INVESTMENT PROGRAM (ICWRMIP)

LAPORAN KEGIATAN RAPAT KORDINASI INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT INVESTMENT PROGRAM (ICWRMIP) LAPORAN KEGIATAN RAPAT KORDINASI INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT INVESTMENT PROGRAM (ICWRMIP) BANDUNG, 14 JANUARI 2010 DAFTAR ISI 1. RINGKASAN KEGIATAN 1.a. Latar Belakang 1.b Tujuan 1.c.

Lebih terperinci

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan bencana, baik yang disebabkan kejadian alam seperi gempa bumi, tsunami, tanah longsor, letusan

Lebih terperinci

5.2 Pengendalian Penggunaan Lahan dan Pengelolaan Lingkungan Langkah-langkah Pengendalian Penggunaan Lahan untuk Perlindungan Lingkungan

5.2 Pengendalian Penggunaan Lahan dan Pengelolaan Lingkungan Langkah-langkah Pengendalian Penggunaan Lahan untuk Perlindungan Lingkungan Bab 5 5.2 Pengendalian Penggunaan Lahan dan Pengelolaan Lingkungan 5.2.1 Langkah-langkah Pengendalian Penggunaan Lahan untuk Perlindungan Lingkungan Perhatian harus diberikan kepada kendala pengembangan,

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.89, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Pelaksanaan KLHS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.69/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG

Lebih terperinci

PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR

PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR Oke, kali ini aku akan nge-jelasin tentang pengendalian daya rusak air, yang sumber asli dari UU No.7 th. 2004 tentang SUmber Daya Air. Semoga bermanfaat! tinggalkan komentar

Lebih terperinci

RISALAH KESEPAKATAN PEMBAHASAN SIDANG KELOMPOK MUSRENBANG NASIONAL TAHUN 2010

RISALAH KESEPAKATAN PEMBAHASAN SIDANG KELOMPOK MUSRENBANG NASIONAL TAHUN 2010 Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (MUSRENBANGNAS) TAHUN 2010 Jakarta, 28 April-1 Mei 2010 RISALAH KESEPAKATAN PEMBAHASAN SIDANG KELOMPOK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menerus berupaya untuk mensejahterakan rakyatnya. Salah satu hal yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. menerus berupaya untuk mensejahterakan rakyatnya. Salah satu hal yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang berkembang, sehingga terus menerus berupaya untuk mensejahterakan rakyatnya. Salah satu hal yang dapat dilakukan negara guna

Lebih terperinci

Penataan Ruang Berbasis Bencana. Oleh : Harrys Pratama Teguh Minggu, 22 Agustus :48

Penataan Ruang Berbasis Bencana. Oleh : Harrys Pratama Teguh Minggu, 22 Agustus :48 Pewarta-Indonesia, Berbagai bencana yang terjadi akhir-akhir ini merujuk wacana tentang perencanaan tata ruang wilayah berbasis bencana. Bencana yang terjadi secara beruntun di Indonesia yang diakibatkan

Lebih terperinci

MITIGASI BENCANA BENCANA :

MITIGASI BENCANA BENCANA : MITIGASI BENCANA BENCANA : suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1 Jumlah Bencana Terkait Iklim di Seluruh Dunia (ISDR, 2011)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1 Jumlah Bencana Terkait Iklim di Seluruh Dunia (ISDR, 2011) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air di bumi ini sebagian besar terdapat di laut dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), air juga hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir merupakan bencana alam yang paling sering terjadi di dunia. Hal ini juga terjadi di Indonesia, dimana banjir sudah menjadi bencana rutin yang terjadi setiap

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK UCAPAN TERIMA KASIH

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK i UCAPAN TERIMA KASIH ii DAFTAR ISI iii DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR TABEL viii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 2 1.3 Tujuan Penelitian 3 1.4 Manfaat

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang Perlunya Pembaruan Kebijakan Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

1.1. Latar Belakang Perlunya Pembaruan Kebijakan Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Perlunya Pembaruan Kebijakan Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Beberapa hal yang mendasari perlunya pembaruan kebijakan pembangunan air minum dan penyehatan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya Visi Kabupaten Misi Kabupaten Visi Sanitasi Kabupaten Misi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Aceh

Lebih terperinci

LAPORAN REKAPITULASI ANGGARAN T.A2017

LAPORAN REKAPITULASI ANGGARAN T.A2017 LAPORAN REKAPITULASI ANGGARAN T.A217 Halaman : 1 33 33.1 33.1.1 2379 2382 2383 2384 2387 5682 33.1.2 2381 2389 239 33.2 33.2.3 2391 2392 2393 2394 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 2.747.76.255

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP A. UMUM Berbagai kebijakan dan program yang diuraikan di dalam bab ini adalah dalam rangka mendukung pelaksanaan prioritas pembangunan nasional yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bengawan Solo merupakan sungai terbesar di pulau Jawa. Menampung air dari

BAB I PENDAHULUAN. Bengawan Solo merupakan sungai terbesar di pulau Jawa. Menampung air dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bengawan Solo merupakan sungai terbesar di pulau Jawa. Menampung air dari area seluas 16,000 km 2 dan mengalirkannya ke laut Jawa (Jawa Timur) setelah mengalir sepanjang

Lebih terperinci

MIGRASI SEDIMEN AKIBAT PICUAN HUJAN ( KASUS KALI GENDOL GUNUNG MERAPI YOGYAKARTA )

MIGRASI SEDIMEN AKIBAT PICUAN HUJAN ( KASUS KALI GENDOL GUNUNG MERAPI YOGYAKARTA ) 1 MIGRASI SEDIMEN AKIBAT PICUAN HUJAN ( KASUS KALI GENDOL GUNUNG MERAPI YOGYAKARTA ) Tiny Mananoma Mahasiswa S3 Program Studi Teknik Sipil, Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Djoko

Lebih terperinci

PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN

PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1 2 3 4 1 A Pembangunan Perumahan TIDAK SESUAI dengan peruntukkan lahan (pola ruang) Permasalahan PENATAAN RUANG dan PERUMAHAN di Lapangan B Pembangunan Perumahan yang SESUAI dengan peruntukkan lahan,

Lebih terperinci

Intisari Laporan Penelitian Keadilan Sosial di Pesisir

Intisari Laporan Penelitian Keadilan Sosial di Pesisir Intisari Laporan Penelitian Keadilan Sosial di Pesisir Peran Belanda dalam Proyek Pertahanan Pesisir dan Reklamasi April 2017 Laporan lengkap dapat dilihat di: www.bothends.org/ncicd www.somo.nl/ncicd

Lebih terperinci

KERANGKA KEBIJAKAN SEKTOR AIR MINUM PERKOTAAN RINGKASAN EKSEKUTIF

KERANGKA KEBIJAKAN SEKTOR AIR MINUM PERKOTAAN RINGKASAN EKSEKUTIF KERANGKA KEBIJAKAN SEKTOR AIR MINUM PERKOTAAN a. Pada akhir Repelita V tahun 1994, 36% dari penduduk perkotaan Indonesia yang berjumlah 67 juta, jiwa atau 24 juta jiwa, telah mendapatkan sambungan air

Lebih terperinci

LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH

LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH EDISI APRIL 2017 Direktorat dan Hibah Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Direktorat dan Hibah merupakan unit eselon II di

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONALI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONALI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONALI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA JALAN TAMAN SUROPATI NOMOR 2 JAKARTA 10310 TELEPON (021) 31936207, 3905650; FAKSIMILE (021) 3145374

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81/Permentan/OT.140/8/2013 PEDOMAN TEKNIS TATA CARA ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa air minum

Lebih terperinci

11/26/2015. Pengendalian Banjir. 1. Fenomena Banjir

11/26/2015. Pengendalian Banjir. 1. Fenomena Banjir Pengendalian Banjir 1. Fenomena Banjir 1 2 3 4 5 6 7 8 Model koordinasi yang ada belum dapat menjadi jembatan di antara kelembagaan batas wilayah administrasi (kab/kota) dengan batas wilayah sungai/das

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN

PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN UNDP INDONESIA STRATEGI PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN UNDP INDONESIA Agenda Perserikatan Bangsa-Bangsa 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan Indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pengembangan sumber daya air merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang berbagai sektor pembangunan seperti pertanian, industri, penyediaan sumber energi disamping

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

No.18/6/DKEM Jakarta, 22 April 2016 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA KORPORASI NONBANK DI INDONESIA

No.18/6/DKEM Jakarta, 22 April 2016 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA KORPORASI NONBANK DI INDONESIA No.18/6/DKEM Jakarta, 22 April 2016 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA KORPORASI NONBANK DI INDONESIA Perihal: Perubahan Kedua atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 16/24/DKEM tanggal 30 Desember 2014

Lebih terperinci

PREDIKSI KAPASITAS TAMPUNG SEDIMEN KALI GENDOL TERHADAP MATERIAL ERUPSI GUNUNG MERAPI 2006

PREDIKSI KAPASITAS TAMPUNG SEDIMEN KALI GENDOL TERHADAP MATERIAL ERUPSI GUNUNG MERAPI 2006 PREDIKSI KAPASITAS TAMPUNG SEDIMEN KALI GENDOL TERHADAP MATERIAL ERUPSI GUNUNG MERAPI 2006 Tiny Mananoma tmananoma@yahoo.com Mahasiswa S3 - Program Studi Teknik Sipil - Sekolah Pascasarjana - Fakultas

Lebih terperinci

LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH

LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH EDISI NOVEMBER 2016 Direktorat Pinjaman dan Hibah Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Direktorat Pinjaman dan Hibah merupakan

Lebih terperinci