DAFTAR ISI. Daftar Isi...

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI. Daftar Isi..."

Transkripsi

1

2

3 DAFTAR ISI Daftar Isi... i BAB I Pendahuluan... A. Latar Belakang... I - 1 B. Maksud dan tujuan... I - 4 C. Dasar Hukum Penyusunan... I - 4 D. Hubungan Antar Dokumen... I - 8 E. Sistematika Penulisan... I - 9 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II - 1 A. Aspek Geografi dan Demografi... II - 1 B. Aspek Kesejahteraan Masyarakat... II - 14 C. Aspek Pelayanan Umum... II - 34 D. Aspek Daya Saing Daerah... II BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA III -1 PENDANAAN... A. Kinerja Keuangan Tahun III -1 B. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah Tahun III - 13 C. Kerangka Pendanaan... III - 15 BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS... IV - 1 A. Permasalahan Pembangunan... IV 1 B. Lingkungan Strategis... IV 11 C. Isu Strategis... IV 14 BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN... V 1 A. Visi... V 1 B. Misi... V 3 C. Tujuan dan Sasaran... V 10 BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN... VI - 1 A. Strategi Umum VI 1 B. Strategi dan Arah Kebijakan... VI - 2 BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH... VII 1 BAB INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG VIII - 1 VIII DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN... BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH... IX 1 BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN... X 1 BAB XI PENUTUP... XI 1 ii

4 DAFTAR TABEL Tabel I.1. Penduduk Kabupaten Wonosobo Tahun 2014 Berdasarkan data BPS... I-3 Tabel I.2 Data Penduduk Wonosobo Tahun 2015 Berdasarkan Pencatatan Administratif Kependudukan (Data Bulan Desember2015)... I-4 Tabel I.3 Perkembangan Nilai Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan Kabupaten Wonosobo Tahun dalam jutaan rupiah... I-5 Tabel I.4 Data PDRB dan Statistik Makro Kabupaten Wonosobo... I-5 Tabel IV.B.1.1 Program dan Realisasi Anggaran Urusan Pendidikan IV.B.1.2 Tabel IV.B.1.2 Capaian Kinerja Urusan Pendidikan Berdasarkan IKK Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (EKPPD)... IV.B.1.7 Tabel IV.B.1.3 Capaian Kinerja Urusan Pendidikan Tahun 2015 Berdasarkan Indikator RPJMD IV.B.1.8 Tabel IV.B.1.4 Capaian SPM Bidang Pendidikan Dasar Tahun IV.B.1.8 Tabel IV.B.2.1 Program Alokasi dan Realisasi Anggaran Urusan Kesehatan Tahun IV.B.2.2 Tabel IV.B.2.2 Capaian Kinerja Urusan Kesehatan Berdasarkarkan IKK Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah daerah (EKPPD)... IV.B.2.7 Tabel IV.B.2.3 Capaian Kinerja Urusan Kesehatan Tahun 2015 Berdasarkan Indikator Kinerja RPJMD IV.B.2.8 Tabel IV.B.2.4 Capaian SPM Bidang Kesehatan Tahun IV.B.2.8 Tabel IV.B.3.1 Program Alokasi dan Realisasi Anggaran Urusan Lingkungan Hidup.. IV.B.3.2 Tabel IV.B.3.2 Capaian Kinerja Urusan Lingkungan Hidup Berdasarkan IKK Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (EKPPD)... IV.B.3.6 Tabel IV.B.3.3 Capaian Kinerja Urusan Lingkungan Hidup Tahun 2015 Berdasarkan Indikator RPJMD IV.B.3.7 Tabel IV.B.4.1 Program Alokasi dan Realisasi Anggaran Urusan Pekerjaan Umum Tahun IV.B.4.2 Tabel IV.B.4.2 Capaian Kinerja Urusan Pekerjaan Umum Tahun 2015 Berdasarkan IKK Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah... IV.B.4.13 Tabel IV.B.5.1 Program Alokasi dan Realisasi Anggaran Urusan Penataan Ruang Tahun IV.B.5.1 Tabel IV.B.5.2 Capaian Kinerja Urusan Penataan Ruang Tahun 2015 Indikator Kinerja EKPPD... IV.B.5.2 Tabel IV.B.5.3 Capaian Kinerja Urusan Penataan Ruang Tahun 2015 Berdasarkan IV.B.5.2 Indikator Kinerja RPJMD Tabel IV.B.5.4 Capaian Kinerja Urusan Penataan Ruang Tahun 2015 berdasarkan SPM bidang Penataan Ruang... IV.B.5.3 Tabel IV.B.6.1 Program Alokasi dan Realisasi Anggaran Urusan Perencanaan Pembangunan Tahun IV.B.6.2 Tabel IV.B.6.2 Capaian kinerja Urusan Perencanaan Pembangunan 2015 berdasarkan Indikator Kinerja Kunci (IKK) penyelenggaraan pemerintahan daerah... IV.B.6.10 Tabel IV.B.6.3 Capaian Kinerja Urusan Perencanaan Pembangunan Tahun 2015 berdasarkan indikator RPJMD... IV.B.6.11 iii

5 Tabel IV.B.7.1 Program Alokasi dan Realisasi Anggaran Urusan Perumahan Tahun IV.B Tabel IV.B.7.2 Capaian Kinerja Pembangunan Urusan Perumahan Kabupaten Wonosobo Tahun 2015/SPM Bidang Perumahan Rakyat... IV.B.7.3 Tabel IV.B.8.1 Program Alokasi dan Realisasi Anggaran Urusan Kepemudaan dan Olahraga Tahun IV.B.8.1 Tabel IV.B.8.2 Capaian Kinerja Urusan Pemuda dan Olahraga Tahun 2015 berdasarkan indikator EKPPD... IV.B.8.3 Tabel IV.B.8.3 Capaian Kinerja Urusan Pemuda dan Olahraga Tahun 2014 berdasarkan indikator RPJMD IV.B.8.3 Tabel IV.B.9.1 Program Alokasi dan Realisasi Anggaran Urusan Penanaman Modal Tahun IV.B.9.2 Tabel IV.B.9.2 Capaian Kinerja Urusan Penanaman Modal Tahun 2014 Berdasarkan Indikator Kinerja Kunci (IKK) Penyelenggaraan Pemerintah Daerah... IV.B.9.4 Tabel. IV.B.9.3 Capaian Kinerja Urusan Penanaman Modal Tahun 2015 Berdasarkan Indikator RPJMD IV.B.9.4 Tabel.IV.B.9.4 Rekapitulasi Penanaman Modal per Sektor Tahun IV.B.9.4 Tabel IV.B.10.1 Program Alokasi dan Realisasi Anggaran Urusan Koperasi dan UKM Tahun IV.B.10.1 Tabel IV.B.10.2 Capaian Kinerja Urusan Koperasi dan UMKM Tahun 2015 Berdasarkan Indikator Kinerja Kunci (IKK) Penyelenggaraan Pemerintah Daerah... IV.B.10.5 Tabel IV.B.10.3 Capaian Kinerja Urusan Koperasi dan UMKM Tahun 2015 Berdasarkan Indikator RPJMD IV.B.10.5 Tabel IV.B.10.4 Data Perkembangan Koperasi dan UMKM di Kabupaten Wonosobo... IV.B.10.5 Tabel IV.B.11.1 Program dan Realisasi Anggaran Urusan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil Tahun IV.B.11.2 Tabel IV.B.11.1 Capaian Kinerja Pembangunan Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Wonosobo tahun IV.B.11.4 Tabel IV.B.12.1 Program Alokasi dan Realisasi Anggaran Urusan Ketenagakerjaan Tahun IV.B.12.2 Tabel IV.B.12.2 Capaian Kinerja Urusan Ketenagakerjaan Tahun 2015 Berdasarkan IKK Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah IV.B (EKPPD)... Tabel IV.B.12.3 Capaian Kinerja Urusan Ketenagakerjaan Tahun 2015 Berdasarkan IV.B Indikator RPJMD Tabel IV.B.12.4 Jumlah Pencari Kerja dan Penempatan Tenaga Kerja Kabupaten IV.B Wonosobo Tabel IV.B.12.5 Capaian Kinerja Urusan Ketenagakerjaan Tahun 2015 Berdasarkan Standar Pelayanan Bidang Ketenagakerjaan... IV.B Tabel IV.B.13.1 Program Alokasi dan Realisasi Anggaran Urusan Ketahanan Pangan. IV.B.13.1 Tabel IV.B.13.2 Capaian Kinerja Urusan Ketahanan Pangan Berdasarkan Indikator Kinerja Kunci (IKK) EKPPD... IV.B.13.4 Tabel IV.B.13.3 Data Indikator Kinerja Urusan Ketahanan Pangan Berdasarkan RPJMD IV.B.13.5 Tabel IV.B.14.1 Program Alokasi dan Realisasi Anggaran Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Tahun IV.B.14.2 iv

6 Tabel IV.B.14.2 Data Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak... IV.B.14.5 Tabel IV.B.14.3 Capaian Kinerja Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Berdasarkan IKK Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (EKPPD)... IV.B.14.5 Tabel IV.B.14.4 Capaian Kinerja Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Tahun Berdasarkan Indikator RPJMD IV.B.14.6 Tabel IV.B.15.1 Program Alokasi dan Realisasi Anggaran Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Tahun IV.B.15.2 Tabel IV.B.15.2 Capaian Kinerja Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Berdasarkan IKK Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah IV.B.15.4 Tabel IV.B.15.3 Kinerja Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Berdasarkan RPJMD/RKPD Tahun IV.B.15.5 Tabel IV.B.15.4 Peserta KB Menurut Metode Kontrasepsi Tahun IV.B.15.6 Tabel IV.B.15.5 Capaian SPM Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Tahun IV.B.15.7 Tabel IV.B.16.1 Program Alokasi dan Realisasi Anggaran Urusan Perhubungan Tahun IV.B.16.2 Tabel IV.B.16.2 Capaian Kinerja Urusan Perhubungan Berdasarkan IKK Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (EKPPD)... IV.B.16.4 Tabel IV.B.16.3 Capaian Kinerja Urusan Perhubungan Berdasarkan Indikator RPJMD IV.B.16.4 Tabel IV.B.16.4 Elemen Data Urusan Perhubungan Tahun IV.B.16.4 Tabel IV.B.17.1 Program Alokasi dan Realisasi Anggaran Urusan Komunikasi dan IV.B.17.3 Informatika Tahun Tabel IV.B.17.2 Capaian Kinerja Urusan Komunikasi dan Informatika Tahun 2015 Berdasarkan IKK Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah... IV.B.17.5 Tabel IV.B.17.3 Capaian Kinerja Urusan Komunikasi dan Informatika Tahun 2015 Berdasarkan indikator RPJMD IV.B.17.6 Tabel IV.B.18.1 Rincian Program Alokasi dan Realisasi Anggaran Urusan Pertanahan IV.B.18.1 Tahun Tabel IV.B.18.2 Capaian Kinerja Urusan Pertanahan Tahun 2015 Berdasarkan IKK Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah... IV.B.18.3 Tabel IV.B.19.1 Program Alokasi dan Realisasi Anggaran Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Tahun IV.B.19.2 Tabel IV.B.19.2 Indikator Kinerja Kunci Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri... IV.B.19.7 Tabel IV.B.19.3 Elemen Data EKPOD Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri... IV.B.19.7 Tabel IV.B.19.4 Data Kriminalitas di Kabupaten Wonosobo... IV.B.19.8 Tabel IV.B.19.5 Data Bencana Alam di Kabupaten Wonosobo... IV.B.19.9 Tabel IV.B.20.1 Program Alokasi dan Realisasi Anggaran Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Pengawasan, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian Tahun IV.B.20.2 Tabel IV.B.20.2 Indikator Kinerja Pembangunan Daerah... IV.B Tabel IV.B.20.3 Data Perda yang ditetapkan Tahun IV.B Tabel IV.B.20.4 Daftar Peraturan Bupati yang Ditetapkan Tahun IV.B Tabel IV.B.21.1 Rincian Program dan Realisasi Anggaran Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa IV.B.21.1 v

7 Tabel IV.B.21.2 Capaian Kinerja Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Tahun Berdasarkan IKK Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah... IV.B.21.5 Tabel IV.B.21.3 Capaian Kinerja Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Tahun Berdasarkan RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun IV.B.21.6 Tabel IV.B.22.1 Rincian Program dan Realisasi Anggaran Urusan Sosial... IV.B.22.1 Tabel IV.B.22.2 Capaian Kinerja Urusan Sosial Tahun 2015 Berdasarkan RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun IV.B.22.4 Tabel IV.B.23.1 Program Alokasi dan Realisasi Anggaran urusan Kebudayaan... IV.B.23.2 Tabel IV.B.23.2 Jumlah Lokasi Kegiatan Keanekaragaman dan Tradisi Budaya... IV.B.23.2 Tabel IV.B.23.3 Event Seni dan Budaya IV.B.23.3 Tabel IV.B.23.4 Capaian Kinerja Urusan Kebudayaan Tahun 2014 Berdasarkan IKK Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah... IV.B.23.3 Tabel IV.B.24.1 Program dan Realisasi Anggaran Urusan Statistik Tahun IV.B.24.2 Tabel IV.B.24.2 Capaian Kinerja Urusan Statistik berdasarkan Indikator EKPPD... IV.B.24.3 Tabel IV.B.24.3 Capaian Kinerja Urusan Statistik berdasarkan Indikator RPJMD IV.B Tabel IV.B.25.1 Program dan Realisasi Anggaran Urusan Kearsipan Tahun IV.B.25.1 Tabel IV.B.25.2 Capaian kinerja Urusan Kearsipan tahun 2015 Berdasarkan IKK Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah... IV.B.25.4 Tabel IV.B.25.3 Capaian kinerja Urusan Kearsipan Tahun 2014 berdasarkan Indikator RPJMD IV.B.25.4 Tabel.IV.B.25.4 Jumlah layanan Peminjaman Arsip... IV.B.25.6 Tabel IV.B.25.5 Jumlah Data Akuisisi Arsip... IV.B.25.6 Tabel IV.B.26.1 Program dan Realisasi Anggaran Urusan Perpustakaan Tahun IV.B.26.1 Tabel IV.B.26.2 Capaian Kinerja Urusan Perpustakaan berdasarkan Indikator EKPPD... IV.B.26.4 Tabel IV.B.26.3 Jumlah Perpustakaan di Kabupaten Wonosobo... IV.B.26.4 Tabel IV.B.26.4 Capaian Kinerja Urusan Perpustakaan Berdasarkan Indikator RPJMD IV.B.26.5 Tabel IV.C.1.1 Rincian Program dan Realisasi Anggaran Urusan Perikanan IV.B.27.2 Tabel IV.C.1.2 Capaian Kinerja EKPPD Urusan Perikanan... IV.B.27.2 Tabel IV.C.1.3 Data Indikator Kinerja Urusan Perikanan Berdasarkan RPJMD IV.B.27.3 Tabel IV.C.1.4 Luas Lahan Perikanan Tahun IV.B.27.3 Tabel IV.C.1.5 Produk hasil Perikanan IV.B.27.4 Tabel IV.C.2.1 Program dan Realisasi Anggaran Urusan Pertanian Tahun IV.B.28.1 Tabel IV.C.2.2 Capaian Kinerja Urusan Pertanian tahun 2014 berdasarkan Indikator EKPPD... IV.B.28.5 Tabel IV.C.2.3 Data Indikator Kinerja Urusan Pertanian Berdasarkan RPJMD IV.B.28.5 Tabel IV.C.3.1 Program Alokasi dan Realisasi Anggaran Urusan Kehutanan Tahun IV.B.29.1 Tabel IV.C.3.2 Indikator Kinerja Urusan Kehutanan Berdasarkan IKK EKPPD... IV.B.29.3 Tabel IV.C.3.3 Indikator Kinerja Urusan Kehutanan Berdasarkan Indikator RPJMD IV.B.29.3 vi

8 Tabel IV.C.4.1 Program Alokasi dan Realisasi Anggaran Urusan Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun Tabel IV.C.4.2 Capaian Kinerja Urusan Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2015 Berdasarkan IKK EKPPD Tabel IV.C.4.3 Capaian Kinerja Urusan Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2015 Berdasarkan Indikator RPJMD Tabel IV.C.5.1 Program Alokasi Realisasi Anggaran Urusan Kepariwisataan Tabel IV.C.5.2 Capaian Kinerja Urusan Kepariwisataan Tahun 2015 berdasarkan Indikator Kinerja Kunci (IKK) EKPPD... Tabel IV.C.5.3 Data Indikator Kinerja Urusan Kepariwisataan berdasarkan RPJMD Tabel IV.C.6.1 Program Alokasi dan Realisasi Anggaran Urusan Perindustrian Tahun Tabel IV.C.6.2 Capaian Kinerja Urusan Perindustrian Tahun 2015 berdasarkan Indikator Kinerja Kunci (IKK) EKPPD Tabel IV.C.6.3 Data Capaian Jumlah Unit Usaha, Kapasitas Produksi dan Jumlah Tenaga Kerja Industri Menurut Jenis Industri di Kab Wonosobo... Tabel IV.C.7.1 Program Alokasi dan Realisasi Anggaran Urusan Perdagangan Tahun Tabel IV.C.7.2 Tabel IV.C.8.1 Tabel IV.C.8.2 Tabel V.1 IV.B.30.2 IV.B.30.3 IV.B.30.4 IV.B.31.2 IV.B.31.4 IV.B.31.4 IV.B.32.2 IV.B.32.4 IV.B.32.5 IV.B.33.2 Capaian Kinerja Urusan Perdagangan Tahun 2015 berdasarkan Indikator Kinerja Kunci (IKK) EKPPD... IV.B.33.4 Program Alokasi dan Realisasi Anggaran Urusan Transmigrasi Tahun IV.B.34.1 Capaian Kinerja Urusan Ketransmigrasian berdasarkan Indikator Kinerja Kunci (IKK) EKPPD.... IV.B.34.3 Realisasi dan Dana Swadaya pada Alokasi Dana Desa (ADD) Di Kabupaten WonosoboTahun Anggaran V.6 vii

9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah pada hakekatnya adalah upaya sistematis dan terencana oleh masing-masing maupun seluruh komponen daerah untuk mengubah suatu keadaan yang belum ideal menjadi lebih baik dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang tersedia secara optimal, efisien, efektif dan akuntabel dengan tujuan akhir meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat secara berkelanjutan. Upaya sistematis dan terencana tersebut berisi langkah-langkah strategis, taktis dan praktis sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh daerah. Dalam upaya tersebut, perencanaan pembangunan daerah, baik perencanaan jangka panjang, jangka menengah, maupun tahunan diperlukan terutama untuk memberikan arah dan prioritas bagi pembangunan daerah. Pemerintah daerah dalam menjalankan tugas dan fungsinya memerlukan perencanaan pembangunan jangka panjang, jangka menengah dan tahunan yang substansinya saling berkaitan dan mampu menjadi kerangka acuan dalam pelaksanaan pembangunan daerah. Hal tersebut telah diamanatkan dalam Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan juga dalam Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Perencanaan pembangunan yang disusun secara sinergi oleh semua pemangku kepentingan dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku terutama kedua undang-undang tersebut diharapkan bisa menjadi arah bagi cita-cita pembangunan beserta strategi dan cara pencapaiannya. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima) tahun yang merupakan penjabaran dari visi, misi dan program kepala daerah yang berpedoman kepada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional. RPJMD juga memuat strategi dan arah kebijakan pembangunan, kebijakan umum dan program pembangunan daerah, indikasi rencana program prioritas, serta indikator kinerja daerah. RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun ini merupakan tahap ketiga dari RPJPD (Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah) Kabupaten Wonosobo Tahun Berdasarkan Peraturan Daerah No 1 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Wonosobo , ditetapkan visi pembangunan adalah Wonosobo Asri Dan Bermartabat yang secara harfiah mengandung pengertian bahwa Kabupaten Wonosobo adalah wilayah yang Bab I - RPJMD Kabupaten Wonosobo I- 1

10 ASRI atau Aman, Sehat, Rapi dan Indah, dengan masyarakatnya BERMARTABAT atau Bersama Rakyat, Maju, Adil, Rahayu, Tentram, Agamis, Berbudaya, Amal dan Terpuji. Sementara itu dalam RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun ini visi kepala daerah terpilih yang akan dijabarkan dalam tujuan, sasaran, strategi dan arah kebijakan pembangunan adalah Terwujudnya Wonosobo Bersatu untuk Maju, Mandiri dan Sejahtera untuk Semua. Visi tersebut kemudian juga dijabarkan ke dalam berbagai bentuk program dan kegiatan pembangunan beserta rencana pendanaannya yang akan dilaksanakan dalam 5 (lima) tahun ke depan sebagai respon atas kondisi, kebutuhan dan aspirasi masyarakat Wonosobo. Selain itu RPJMD ini juga disusun dengan mengintegrasikan rencana tata ruang dan rencana pembangunan daerah, yaitu selain memuat program sektoral dan lintas sektoral juga memuat program kewilayahan sehingga pembangunan yang dilaksanakan memperhatikan aspek ruang dan kewilayahan yang diharapkan bisa mengoptimalkan pemerataan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Kabupaten Wonosobo. Dengan memperhatikan muatan dan substansi RPJMD yang bersifat strategis, maka Rencana Strategis (Renstra) SKPD Tahun harus disusun berpedoman pada RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD masing-masing. Demikian juga dengan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) sebagai rencana kerja tahunan juga harus mengacu dan berpedoman pada RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun Dengan berpedoman pada RPJPD Kabupaten Wonosobo Tahun , memperhatikan RPJM Nasional, berbagai isu dan permasalahan strategis, potensi yang dimiliki Kabupaten Wonosobo saat ini, serta evaluasi pelaksanaan pembangunan pada 5 (lima) tahun sebelumnya, penyusunan RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun didasarkan pada beberapa pendekatan berikut ini : 1. Pendekatan Politik. Dengan memandang bahwa visi dan misi kepala daerah terpilih merupakan program dan agenda pembangunan yang ditawarkan secara politik kepada masyarakat dalam kampanye pemilukada, maka visi misi tersebut kemudian dijabarkan dan diterjemahkan secara lebih detil dalam RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun Selain itu dalam proses penyusunan RPJMD ini, para anggota DPRD Kabupaten Wonosobo juga ikut terlibat dengan memberikan masukan, pertimbangan dan pendapatnya secara politik dalam pembahasan Raperda tentang RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun Pendekatan Teknokratik. Pendekatan teknokratik dilakukan dengan menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah serta berdasarkan data-data dan informasi yang relevan dalam penyusunan RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun Selain itu Bab I - RPJMD Kabupaten Wonosobo I- 2

11 kemampuan dan kapasitas para perencana dalam menyusun RPJMD juga diperhatikan karena sangat mempengaruhi kualitas dokumen perencanaan tersebut. 3. Pendekatan Partisipatif (Bottom-Up) Pendekatan partisipatif ini dilakukan dengan melibatkan semua pemangku kepentingan pembangunan (stake holder) dalam proses penyusunan RPJMD sehingga diharapkan kebutuhan dan aspirasi masyarakat lebih banyak terjaring. Selain itu dengan keterlibatan semua elemen masyarakat diharapkan bisa meningkatkan rasa memiliki terhadap proses pembangunan yang akan dilakukan. 4. Pendekatan Atas Bawah (top down) Pendekatan secara top down terutama dilakukan dengan melakukan sinkronisasi prioritas pembangunan dalam dokumen perencanaan lain yang berada di atasnya, yaitu RPJMD Provinsi Jawa Tengah dan juga RPJM Nasional. Dengan sinkronisasi dengan dokumen perencanaan lain tersebut, diharapkan terjadi sinergi antar berbagai program dan kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dengan Pemprov Jawa Tengah dan juga pemerintah pusat. Tahapan dalam proses penyusunan RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun ini meliputi penelaahan dokumen yang relevan, pengolahan data dan analisis sektoral, serta dialog yang melibatkan para pemangku kepentingan pembangunan (stake holder). Proses penyusunan tersebut secara rinci dapat dilihat pada gambar berikut ini : Bab I - RPJMD Kabupaten Wonosobo I- 3

12 B. Maksud dan Tujuan Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Wonosobo Tahun ini dmaksudkan sebagai wadah untuk mengimplementasikan visi dan misi Kepala Daerah terpilih yang disampaikan kepada seluruh masyarakat Wonosobo pada saat kampanye Pemilukada. Selain itu penyusunan RPJMD ini juga merupakan upaya menjaga kesinambungan pembangunan mengingat dokumen RPJMD periode sebelumnya telah habis masa berlakunya. Tujuan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Wonosobo Tahun adalah sebagai arah dan pedoman pelaksanaan pembangunan selama lima tahun ke depan. Dengan demikian RPJMD ini menjadi arah dan pedoman penyusunan Rencana Strategis (Renstra) semua Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) serta arah dan pedoman penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) tiap tahun selama lima tahun ke depan. Selain itu, RPJMD ini juga digunakan untuk mengukur tingkat pencapaian kinerja daerah dan juga kinerja kepala SKPD selama lima tahun ke depan. C. Dasar Hukum Penyusunan Penyusunan RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun didasarkan pada : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kota Kecil dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita (Convention On The Ellimination Of All Forms Of Discrimination Against Women); 3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia, Nomor 4286); 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); Bab I - RPJMD Kabupaten Wonosobo I- 4

13 6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 10. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4868); 11. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038); 12. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 13. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5068); 14. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 15. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 16. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Bab I - RPJMD Kabupaten Wonosobo I- 5

14 Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575); 18. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4576); 19. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 21. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan Dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 22. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663); 23. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664); 24. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Pedoman Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kepada Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693); 25. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 26. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Bab I - RPJMD Kabupaten Wonosobo I- 6

15 Nomor 19 Tahun 2008, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815); 27. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi Dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4697); 28. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4698); 29. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang WilayahNasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 26, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833); 30. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan PenataanRuang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103); 31. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 tentang PercepatanPenanggulangan Kemiskinan; 32. Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan danperluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia ; 33. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan JangkaMenengah Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2015 Nomor 3); 34. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalampembangunan Nasional; 35. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentangrencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah 36. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2014 tentang RencanaPembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah (RPJMD)Tahun ; 37. Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo No 1 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Wonosobo Tahun ; 38. Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo No 2 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonosobo; 39. Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo No 5 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten Wonosobo Tahun Bab I - RPJMD Kabupaten Wonosobo I- 7

16 40. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310); 41. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan,Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 42. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008 Tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Daerah. D. Hubungan Antar Dokumen Pembangunan daerah pada dasarnya untuk meningkatkan dan memeratakan pendapatan masyarakat, kesempatan kerja, perluasan berusaha, meningkatkan akses dan kualitas pelayanan publik dan daya saing daerah. Pembangunan daerah tersebut merupakan perwujudan dari pelaksanaan urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional. Oleh karena itu sesuai dengan kewenangannya, pemerintah daerah menyusun rencana pembangunan daerah sebagi satu kesatuan dari sistem perencanaan pembangunan nasional. Untuk jangka panjang 20 tahun pada tataran nasional sudah ditetapkan Undang-undang No 12 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun Di tingkat Provinsi Jawa Tengah sudah diterbitkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No 3 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Jawa Tengah Tahun Sedangkan ditingkat Kabupaten, sudah diterbitkan Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo No 1 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Wonosobo Tahun Sedangkan untuk jangka menengah 5 (lima) tahunan, pada tataran nasional sudah diterbitkan Undang-undang No 2 tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Di tingkat Provinsi Jawa Tengah sudah terbit Peraturan Darah No 4 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangun Jangka Menengah Provinsi Jawa Tengah Tahun Dokumen perencanaan pembangunan di tingkat nasional dan provinsi tersebut menjadi acuan dalam penyusunan RPJMD Kabupaten Wonosobo Selain itu, dalam penyusunan RPJMD ini juga berpedoman pada RTRW Nasional, RTRW Provinsi Jawa Tengah dan RTRW Kabupaten Wonosobo. Dengan Bab I - RPJMD Kabupaten Wonosobo I- 8

17 demikian penyusunan RPJMD ini memperhatikan aspek ruang dan kewilayahan yaitu menjadi pedoman sekaligus batasan dalam penyusunan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan, sehingga diharapkan pelaksanaan pembangunan dalam lima tahun ke depan berjalan sinergis dengan program dan kegiatan kewilayahan. Hubungan antar dokumen tersebut lebih detil dijelaskan dalam gambar berikut ini : E. Sistematika Penulisan Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Wonosobo ini disusun menurut sistimatika yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundangundangan,yaitu sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Bab pendahuluan ini terdiri dari tentang latar belakang, maksud dan tujuan,landasan hukum penyusunan, hubungan antar dokumen RPJMD dengan dokumen perencanaan lainnya, serta sistematika penulisan. Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah Bab ini berisi tentang gambaran umum kondisi Kabupaten Wonosobo meliputi aspek geografi dan demografi, kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum serta daya saing daerah, terutama yang akan digunakan untuk mendukung analisis dan penggambaran isu strategis, permasalahan pembangunan daerah, visi/misi kepala daerah, dan kebutuhan perumusan strategi dan kebijakan. Bab I - RPJMD Kabupaten Wonosobo I- 9

18 Bab III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan Bab ini menjelaskan tentang kinerja keuangan di masa lalu yang terdiri dari kinerja pelaksanaan APBD dan neraca daerah; kebijakan pengelolaan keuangan masa lalu yang terdiri dari proporsi penggunaan anggaran dan analisis pembiayaan; kerangka pendanaan yang terdiri dari analisis pengeluaran periodik wajib dan mengikat serta prioritas utama, proyeksi data masa lalu, dan penghitungan kerangka pendanaan. Bab IV Analisis Isu-Isu Strategis Bab ini menggambarkan permasalahan pembangunan daerah dan isu-isu strategis dari permasalahan pembangunan daerah dengan memperhatikan dinamika internasional, kebijakan nasional maupun regional, yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan manfaat/pengaruh terhadap Kabupaten Wonosobo. Bab V Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Bab ini menguraikantentang visi dan misi kepala daerah terpilih yang dijabarkan menjadi visi misi pembangunan jangka menengah daerah Kabupaten Wonosobo tahun Selain itui juga dijelaskan tujuan dan sasaran pembangunan daerah untuk menjawab permasalahan dan isu strategis daerah. Bab VI Strategi dan Arah Kebijakan Bab ini menjelaskan tentang strategi dalam pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan daerah, serta arah kebijakan dari setiap strategi terpilih untuk mencapai tujuan dan sasaran RPJMD sebagai suatu perencanaan yang bersifat komperehensif. Pada bagian ini juga diuraikan arah pengembangan wilayah yang terdiri dari konsep, tujuan dan sasaran, serta arah kebijakan dan strategi pengembangan wilayah. Bab VII Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah Bab ini menguraikan hubungan antara kebijakan umum yang berisi arah kebijakan pembangunan daerah berdasarkan strategi yang dipilih dengan target capaian indikator kinerja, yang menjadi acuan penyusunan program pembangunan jangka menengah daerah. Bab VIII Indikasi Rencana Program Prioritas yang Disertai Kebutuhan Pendanaan Bab ini menjelaskanrencana program yang menjadi prioritas pembangunan, dikaitkan dengan urusan pemerintah yang menjadi tanggung jawab masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah. Selain itu ditetapkan pula pencapaian target indikator kinerja program pada akhir periodeperencanaan dibandingkan dengan pencapaian indikator kinerja pada awal periodeperencanaan, disertai kebutuhan pendanaannya. Bab IX Penetapan Indikator Kinerja Daerah Bab ini menguraikan tentang ukuran keberhasilan pencapaian visi danmisi kepala daerah dan wakil kepala daerah pada akhir periode masa jabatan, melalui Bab I - RPJMD Kabupaten Wonosobo I- 10

19 pencapaian indikator sasaran atau indikator makro serta indikator outcome program pembangunan daerahatau indikator capaian yang bersifat mandiri. Bab X Pedoman Transisi dan Kaidah Pelaksanaan Bab ini menjelaskan tentang RPJMD sebagai pedoman penyusunan RKPD danrancangan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (RAPBD) tahun pertama kepemimpinanbupati periode berikutnya, dan kaidah pelaksanaan visi, misi, dan arah kebijakanpembangunan daerah yang telah disusun dalam dokumen RPJMD. Bab XI Penutup Bab ini menjelaskan dengan singkat definisi, fungsi, dan peran dari dokumen RPJMD yang telah ditetapkan Bab I - RPJMD Kabupaten Wonosobo I- 11

20 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH A. Aspek Geografi dan Demografi 1. Karakteristik lokasi dan wilayah a. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Wonosobo merupakan salah satu dari 35 (tiga puluh lima) kabupaten/ kota di Propinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah Ha. Berjarak sekitar 120 km dari Semarang, ibukota Provinsi Jawa Tengah dan sekitar 520 km dari Jakarta, ibukota negara. Kabupaten Wonosobo terbagi dalam 15 Kecamatan, 236 desa dan 29 kelurahan, dengan pembagian seperti tabel berikut : Tabel II.1 Pembagian Wilayah Kabupaten Wonosobo NO KECAMATAN LUAS (Ha) PERSEN (%) DESA KELURAHAN DESA & KELURAHAN 1 Wonosobo , Kertek , Selomerto , Leksono , Garung , Mojotengah , Kejajar , Watumalang , Sapuran , Kalikajar , Kepil , Kaliwiro , Wadaslintang , Sukoharjo , Kalibawang , Total Sumber :Sumber: BPS Kabupaten Wonosobo Batas wilayah Kabupaten Wonosobo adalah sebagai berikut: Sebelah utara Sebelah timur Sebelah selatan Sebelah barat : Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Batang : Kabupaten Temanggung dari Kabupaten Magelang : Kabupaten Purworejo dan Kabupaten Kebumen : Kabupaten Banjamegara dan KabupatenKebumen Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 1

21 Batas wilayah administrasi Kecamatan di Kabupaten Wonosobo dapat dilihat pada Gambar II.1 Gambar II.1 Peta Administrasi Kabupaten Wonosobo Secara astronomis Wonosobo terletak antara 7.43'.13" dan 7.04'.40" garis lintang selatan (LS) serta '.19" dan '.40" garis bujur timur (BT), pada ketinggian dari permukaan laut. Oleh karena itu, Wonosobo berada di tengah wilayah Jawa Tengah, pada jalur utama yang menghubungkan Cilacap - Banjarnegara - Temanggung - Semarang dari Purwokerto - Yogyakarta lewat Secang Magelang. Karena letaknya di persimpangan jalur tersebut, Wonosobo merupakan jalur ekonomi dan jalur pariwisata di Jawa Tengah-DIY. Selain itu, karena berada diantara pusat-pusat pengembangan industri, yaitu Wonosobo, Surakarta dan Cilacap, Wonosobo merupakan hinterland, yang akan diterjemahkan sebagai potensi ekonomi yang dapat menjadi sumber pertumbuhan ekonomi daerah dan kesejahteraan masyarakat. Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 2

22 b. Klimatologi Sebagai daerah beriklim tropis, Wonosobo hanya mengenal dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Sepanjang tahun 2013 terjadi curah hujan yang fluktuatif selama 181 hari dan beragam menurut bulan. Curah hujan tertinggi tercatat pada bulan Desember dengan 589 mm, sengkan terendah terjadi pada bulan September sebesar 1 mm. c. Kondisi Topografi dan Morfologi Topografi wilayah Kabupaten Wonosobo memiliki ciri yang berbukitbukit, terletak pada ketinggian antara 200 sampai m di atas permukaan laut.kelerengan merupakan suatu kemiringan tanah dimana sudut kemiringan dibentuk oleh permukaan tanah dengan bidang horizontal, dan dinyatakan dalam persen. Kabupaten Wonosobo dibagi menjadi 6 wilayah kemiringan, yaitu: a) Wilayah dengan kemiringan antara 0,00-2,00 % seluas 3.702,395 Ha atau 3,76 % dari luas wilayah, banyak dijumpai di Kecamatan Leksono dan Kecamatan Watumalang; b) Wilayah dengan kemiringan antara 2,01-8,00 % seluas ,479 Ha atau 12,24 % dari luas wilayah, terdapat di 11 Kecamatan selain Watumalang dan Leksono; c) Wilayah dengan kemiringan antara 8,01-15,00 % seluas ,247 Ha atau 38,56 % dari seluruh luas wilayah, terdapat di semua kecamatan. d) Wilayah dengan kemiringan antara 15,01-25,00 % seluas ,056 Ha atau 10,44 % dari seluruh luas wilayah, terdapat di semua Kecamatan; e) Wilayah dengan kemiringan antara 25,01-40,00 % seluas ,638 Ha atau 11,12 % dari seluruh luas wilayah, terdapat di Kecamatan garung, Watumalang dan Leksono; f) Wilayah dengan kemiringan diatas 40,00 % seluas ,354 Ha atau 13,88 % dari seluruh luas wilayah, terdapat di Kecamatan Kejajar Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 3

23 Gambar II.2 Peta Kemiringan Lereng Kab.Wonosobo Daerah tersebut merupakan wilayah yang harus dilindungi (dihutankan) agar dapat berfungsi sebagai pelindung hidrologis dan menjaga keseimbangan ekosistim dan lingkungan hidup. Jenis penggunaan saat ini adalah hutan, tegalan, perkebunan. d. Kondisi Geologi Pegunungan di Kabupaten Wonosobo termasuk jenis pegunungan muda dengan lembah yang masih curam. Hal ini disebabkan karena secara geografis, sebagian kecil daerah Wonosobo terletak di batuan prakwater, sedangkan wilayah Wonosobo cukup luas. Keadaan yang demikian menyebabkan sering timbul bencana alam seperti tanah longsor (land slide), gerakan tanah runtuh atau gerakan tanah merayap. Sebagai daerah yang terletak di sekitar gunung api muda, tanah di Wonosobo termasuk subur. Hal ini sangat mendukung pengembangan pertanian, sebagai mata pencaharian utama masyarakat Wonosobo. Komoditi utama pertanian yang dihasilkan adalah teh, tembakau, berbagai jenis sayuran dan kopi. Selain itu, juga cocok untuk pengembangan budidaya Jamur, Carica Papaya dan Asparagus dan beberapa jenis kayu yang merupakan komoditi ekspor non migas serta beberapa jenis tanaman yang merapakan tanaman khas Kabupaten Wonosobo seperti Purwaceng, Gondorukem dan kayu putih. Banyaknya gunung di Wonosobo juga menjadi sumber mata air yang mengalir ke sungai Serayu, Bogowonto, Kali Galuh, Kali Semagung, Kali Sanggrahan dan Luk Ulo. Sungai-sungai ini sebagian telah digunakan untuk Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 4

24 irigasi, pertanian dan air minum. Sungai Serayu yang menambah debit air di telaga Menjer telah dapat dimanfaatkan airnya untuk membangkitkan listrik tenaga air. Yang tidak kalah penting dari Kabupaten Wonosobo adalah potensi wisata Dataran Tinggi Dieng (Dieng Plateau} dengan panas bumi (yang telah dimanfaatkan sebagai PLTU), kawah dan panorama yang indah. Selain itu, juga terdapat candi-candi peninggalan Kerajaan Mataram Hindu. Semuanya itu adalah daya tarik utama bagi wisatawan manca negara maupun domestik untuk berkunjung ke Wonosobo (pemanfaatan panas bumi Dieng). Gambar II.3 Peta Geologi Kabupaten Wonosobo e. Kondisi Fisiografi Secara Fisiografi Wonosobo terletak pada ujung timur Depresi Serayu yang terbentuk oleh proses orogenesa dan epirogenesa, kemudian diikuti oleh kegiatan vulkanisme dan denudasional yang cepat. Di sebelah timur Depresi Serayu dibatasi oleh Gunung Sumbing dan Sindoro yang terbentuk pada jaman Kuarter (±1,8 juta tahun yang lain), rangkaian gunung api tersebut terus berlanjut dan bersambung dengan kompleks gunung api Dieng dan Rogojembangan. Di Kawasan Dieng banyak dijumpai depresi yang terbentuk oleh pusat erupsi vulkanik pada jaman Pleistocene yang kemudian terisi oleh endapan dan sisa tumbuhan. Di samping itu terdapat hulu sungai serayu dengan anak sungai yang berada di bagian selatan, yakni di ujung timur Pegunungan Serayu Selatan yang dibatasi oleh Zone Patahan. Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 5

25 2. Potensi Pengembangan Wilayah a. Kawasan Budidaya Kawasan Budidaya di Jawa Tengah terdiri atas kawasan peruntukan Hutan Produksi, Hutan Rakyat, Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, Pertambangan, Industri, Pariwisata dan Permukiman. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi Kawasan peruntukan hutan produksi meliputi kawasan hutan produksi tetap dan terbatas. Penetapan kawasan hutan produksi ini mengacu pada Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 359/Menhut II/2004 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Wilayah Perairan Provinsi Jawa Tengah. Kawasan hutan produksi tetap di Kabupaten Wonosobo, seluas kurang lebih 6095,53 (enam ribu sembilan puluh lima koma lima puluh tiga) ha, terdapat di Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Kertek, Kecamatan Wonosobo, Kecamatan Leksono, Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Selomerto, Kecamatan Sapuran, Kecamatan Kepil, Kecamatan Kaliwiro, Kecamatan Kalibawang, dan Kecamatan Wadaslintang. Kawasan Hutan Rakyat Kawasan peruntukan hutan rakyat adalah kawasan hutan yang berada pada tanah yang telah dibebani hak atas tanah yang dibuktikan dengan alas titel atau hak atas tanah dan dikelola masyarakat, yang diatasnya didominasi pepohonan dalam satu ekosistem. Di Kabupaten Wonosobo hasil pendataan tahun 2009 seluas ± (sembilan belas ribu seratus delapan puluh lima) hektar, berada di seluruh kecamatan. Kawasan Peruntukan Pertanian Kawasan Peruntukan Pertanian adalah wilayah budidaya pertanian pangan dan hortikultura pada kawasan lahan pertanian basah maupun kering baik berupa lahan beririgasi, dan/ atau lahan tidak beririgasi. Kawasan lahan pertanian basah di Kabupaten Wonosobo sekitar ,01 hektar yang berada di Kecamatan Wadaslintang, Kecamatan Kepil, Kecamatan Sapuran, Kecamatan Kalibawang, Kecamatan Kaliwiro, Kecamatan Leksono, Kecamatan Sukoharjo, Kecamatan Selomerto, Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Kertek, Kecamatan Wonosobo, Kecamatan Watumalang, Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Garung. Kawasan peruntukan pertanian lahan kering di Kabupaten Wonosobo terletak di Kecamatan Wadaslintang, Kecamatan Kepil, Kecamatan Sapuran, Kecamatan Kalibawang, Kecamatan Kaliwiro, Kecamatan Leksono, Kecamatan Sukoharjo, Kecamatan Selomerto, Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Kertek, Kecamatan Wonosobo, Kecamatan Watumalang, Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Garung dan Kecamatan Kejajar. Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 6

26 Kawasan Peruntukan Perkebunan Kawasan ini adalah kawasan yang dapat diperuntukkan bagi tanaman tahunan/ perkebunan sebagai bahan baku industri dalam pengembangan agribisnis dan agroindustri maupun usaha peternakan (baik ternak besar maupun kecil). Terdapat 9 komoditas yang berkembang di Kabupaten Wonosobo, yaitu kelapa sayur, kelapa deres, kopi arabika, kopi, kakao, tembakau, teh, kapulogo, dan cengkeh. Komoditas yang menjadi andalan perkebunan di Kabupaten Wonosobo adalah kelapa deres dan kopi. Kawasan Peruntukan Peternakan Kawasan peternakan adalah kawasan untuk usaha pengembangan peternakan. Secara umum dapat digolongkan dalam 3 kelompok, yaitu ternak besar (sapi, kerbau dan kuda), ternak kecil (kambing, domba dan kelinci), dan aneka unggas (ayam, itik, dan jenis unggas lainnya). Ternak Besar yang meliputi Sapi perah, Kerbau, kuda, dan Ternak Sapi potong tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Wonosobo. Ternak kecil meliputi ternak kambing, domba dan kelinci hampir tersebar di seluruh kecamatan, sedangkan ternak babi. Ternak Unggas meliputi Ternak Itik yang berada di seluruh kecamatan, Ternak Ayam Ras Pedaging yang berda di Kecamatan Kepil, Kecamatan Kertek, Kecamatan Leksono,Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Sapuran, Kecamatan Selomerto, Kecamatan Sukoharjo, Kecamatan Wadaslintang, Kecamatan Watumalang dan Kecamatan Wonosobo. Kawasan Peruntukan Perikanan Kawasan peruntukan perikanan di Kabupaten Wonosobo meliputi perikanan keramba, budidaya kolam air tawar dan perikanan waduk. Kawasan budidaya kolam air tawar berada di seluruh kecamatan. Kawasan peruntukan perikanan keramba terdapat di Kecamatan Wonosobo, Wadaslintang dan Garung. Kawasan peruntukan perikanan waduk dan/atau telaga terdapat di Kecamatan Wadaslintang dan Garung. Kawasan budidaya mina padi berada di pertanian sawah baik irigasi teknis maupun setengah teknis; yang terdapat di Kecamatan Wonosobo, Kertek, Selomerto,Leksono, Mojotengah, Sapuran dan Kecamatan Kepil. Kawasan Peruntukan Pertambangan Pengembangan kawasan peruntukan pertambangan di Kabupaten Wonosobo meliputi eksploitasi Bahan tambang dan pertambangan panas bumi. Eksploitasi bahan tambang berupa mineral logam, bukan logam, batuan dan batubara secara berkelanjutan berlokasi di andesit (Watumalang, Mojotengah, dan Garung), batu belah, batu gamping Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 7

27 (Sukoharjo dan Watumalang), bentonit (Kalibawang), Sirtu (Kertek, Kalikajar, Kaliwiro, dan Wadaslintang), Tanah liat/ lempung (Kaliwiro) dan tras (Watumalang, Mojotengah, Selomerto, Kaliwiro, Wadaslintang, dan Kalibawang). Pertambangan panas bumi terletak di Wilayah Kerja Pertambangan Panas Bumi Dieng di Kecamatan Kejajar. Kawasan Peruntukan Industri Kawasan Peruntukan industri besar dan sedang di Kabupaten Wonosobo terdapat di Kecamatan Kertek, Wonosobo, Selomerto Leksono, Sapuran, Kalikajar dan Kecamatan Kepil. Kawasan Peruntukan industri kecil atau mikro berada di di seluruh kecamatan. Kawasan Peruntukan Pariwisata Pusat pertumbuhan potensial sebagai kawasan pengembangan wisata di Kabupaten Wonosobo yaitu Kecamatan Kejajar, Garung, Wonosobo, Kertek, dan Wadaslintang. Kawasan Peruntukan Permukiman Kawasan pemukiman adalah kawasan yang diperuntukkan bagi pemukiman atau dengan kata lain untuk menampung penduduk yang ada di Kabupaten Wonosobo sebagai tempat hunian dengan fasilitas sosialnya. Lokasi kawasan permukiman terdiri permukiman kota dan permukiman desa. Kawasan permukiman kota mencakup wilayah pengembangan PKW, PKLp dan PPK. Kebijaksanaan pemanfaatan ruangnya didasarkan pada tujuan mengembangkan pengembangan sarana prasarana penunjangnya yang meliputi: penataan ruang kota yang mencakup penyusunan dan peninjauan kembali (evaluasi, revisi) rencana tata ruang kota. perkotaan Wonosobo. Kawasan permukiman perkotaan meliputi perkotaan Kertek, perkotaan Selomerto, perkotaan Mojotengah. perkotaan Kejajar dan perkotaan Sapuran. Kebijaksanaan pemanfaatan ruang Permukiman Pedesaan didasarkan pada tujuan untuk mengembangkan kawasan permukiman yang terkait dengan kegiatan budidaya pertanian yang meliputi pengembangan desa-desa pusat pertumbuhan yang terdapat dan utamanya di wilayah PPL yaitu Kecamatan Kepil, Kecamatan Kaliwiro, Kecamatan Wadaslintang, Kecamatan Leksono, Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Garung, Kecamatan Watumalang, Kecamatan Sukoharjo dan Kecamatan Kalibawang. b. Kawasan Lindung Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 8

28 Kawasan Hutan Lindung Kawasan hutan lindung yang dikelola Negara terletak di Kecamatan Kejajar, Kecamatan Watumalang, Kecamatan Garung, Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Kertek, Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Sapuran, dan Kecamatan Kepil. Kawasan hutan lindung yang dikelola masyarakat terletak di Kecamatan Garung, Kalikajar, Kejajar, Kepil, Mojotengah, Sapuran, Sukoharjo dan Watumalang. Kawasan yang Memberikan Perlindungan bagi Kawasan Bawahannya Kawasan ini merupakan kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawahannya berbentuk kawasan resapan air. Kawasan ini tersebar Kecamatan Kejajar, Mojotengah, Watumalang, Wonosobo, Kertek, Kalikajar, Sapuran dan Kepil.Kawasan perlindungan setempat terdiri dari kawasan sempadan sungai, sempadan pantai, sekitar mata air, dan sekitar danau/waduk/rawa. Kawasan ini meliputi 1) Kawasan Sempadan Sungai: Kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai buatan/kanal/ saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Kawasan ini meiputi Sub DAS Begaluh, Sub DAS Bogowonto, Sub DAS Jali, Sub DAS Medono, Sub DAS Luk Ulo Hulu, Sub DAS Cokroyasan, Sub DAS Meneng dan Sub DAS Serayu 2) Kawasan Sempadan Waduk: Kawasan ini meliputi Waduk Wadaslintang di Kecamatan Wadaslintang, Kawasan Telaga (Telaga Menjer, Telaga Warno, Telaga Pengilon, dan Telaga Cebong) di Kecamatan Kejajar dan Kecamatan Garung dan Kawasan sekitar Bendung Sungai Serayu, Capar, Gintung, Bleber, Kalitulang, Preng, Begaluh, Begaluh Kecil, Bogowonto, Medono dan Cecep Kawasan Lindung Geologi 1) Kawasan Imbuhan Air Kawasan ini merupakan kawasan resapan air yang mampu menambah jumlah air tanah dalam secara alamiah pada cekungan air tanah. Kecamatan Kejajar, Kecamatan Watumalang, Kecamatan Garung, Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Wonosobo, Kecamatan Kertek, Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Sapuran, dan Kecamatan Kepil. 2) Kawasan Sekitar Mata Air Kawasan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air. Terdapat di kawasan sekitar mata sepeti misalnya Silutung, Sewu, Muncar, Mlandi, Mangur, Rancah, Jalaksono, Kajaran, Mbeji, Citrolangu, Prigi, Kayubimo, Gajah, Mangli, Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 9

29 Jogopati, Plodongan, Rogojati, Mudal, Deroduwur, Sumber, Lamuk, Sunten, Brunyahan, Pager Gunung, Banyuwangi, Sibangkong, Gondang, Kidang, Sendang, Siklenteng dan Dadungan Siring, serta mata air lainnya yang ada di Kabupaten Wonosobo (970 mata air). Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya Kawasan lindung ini terdiri dari cagar alam, suaka marga satwa, suaka alam laut dan perairan, kawasan pantai berhutan bakau, taman wisata alam serta kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan, meliputi : 1) Kawasan Cagar Alam Kawasan cagar alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang berlangsung secara alami. Kawasan ini berada di CA Pantodomas (Desa Pacekelan Kecamatan Sapuran) 2) Kawasan taman wisata alam Kawasan taman wisata alam adalah kawasan yang ditunjuk memiliki keadaan yang menarik dan indah baik secara alamiah maupun bantuan manusia. Kawasan ini berada di Kompleks Telaga Pengilon dan Telaga Warno di Kecamatan Kejajar serta Cagar Alam Pantodomas 3) Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan Kawasan yang mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Lokasi kawasan ini berada di Situs Tuk Bimalukar di Desa Dieng (Kecamatan Kejajar), Situs Watu Kelir di Desa Dieng (Kecamatan Kejajar), Situs Ondho Budho di Desa Sikunang (Kecamatan Kejajar), Candi Bogang di Kecamatan Selomerto dan Situs Bongkotan di Kecamatan Kertek. 3. Wilayah Rawan Bencana Sebagian besar wilayah Kabupaten Wonosobo adalah daerah pegunungan. Bagian timur (perbatasan dengan Kabupaten Temanggung) terdapat dua gunung berapi: Gunung Sindoro (3.136 meter) dan Gunung Sumbing (3.371 meter). Daerah utara merupakan bagian dari Dataran Tinggi Dieng, dengan puncaknya Gunung Prahu (2.565 meter). Bentuk lahan vulkanik ini berpengaruh terhadap kondisi geologis, klimatologis, hidrologis dan geografis di Kabupeten Wonosobo yang berpotensimenimbulkan wilayah rawan bencana. Wilayah rawan bencana merupakan wilayah yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana dan dampaknya mengancam atau mengganggu kehidupan masyarakat dan berakibat Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 10

30 timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonosobo Tahun ) Daerah rawan tanah longsor terdapat di Kecamatan Kepil, Kecamatan Sapuran, Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Kejajar, Kecamatan Watumalang, Kecamatan Garung, Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Wonosobo, Kecamatan Kertek, Kecamatan Selomerto, Kecamatan Leksono, Kecamatan Sukoharjo, Kecamatan Kaliwiro, Kecamatan Wadaslintang dan Kecamatan Kalibawang. Gambar 2.4 Peta Rawan Bencana Longsor Kabupaten Wonosobo 2) Daerah rawan angin topan terdapat di Kecamatan Wonosobo, Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Kertek, Kecamatan Sapuran, Kecamatan Kalikajar dan Kecamatan Watumalang. 3) Daerah rawan kebakaran hutan terdapat di kecamatan yang memiliki wilayah hutan 4) Daerah rawan bencana gas beracun terdapat di Kecamatan Kejajar yang ada di Desa Sikunang, Sembungan, Jojogan, Patak, Banteng, Parikesit dan Dieng 5) Daerah rawan bencana gunung api terdiri dari rawan gunungapi di kompleks pegunungan Dieng yang meliputi Kecamatan Kejajar, Watumalang, Garung dan Mojotengah. Kemudian daerah rawan gunungapi Sindoro-Sumbing yang Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 11

31 meliputi hampir seluruh wilayah Kabupaten. Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing yang sebagian besar wilayahnya ada di Kabupaten merupakan gunung tipe C yang bersifat padam, dimana erupsinya tidak diketahui dalam sejarah manusia, namun masih terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan solfatra/fumarola pada tingkat lemah. Meskipun bukan gunung api aktif, kedua gunung ini tetap harus diiwaspadai sewaktu-waktu dapat terjadi peningkatan aktivitas yang boleh jadi akan menimbulkan letusan gunung api. 6) Kawasan rawan bencana banjir di Kecamatan Wonosobo dan Mojotengah. 7) Kawasan rawan angin topan di Kecamatan Wonosobo, Mojotengah, Kertek, Sapuran, Kalikajar, dan Watumalang Gambar II.5 Peta Rawan Bencana Angin Topan Kabupaten Wonosobo 4. Demografi Kondisi dan perkembangan demografi berperan penting dalam perencanaan pembangunan. Penduduk menjadi salah satu modal dalam keberhasilan pembangunan suatu wilayah. Dinamika penduduk yang terdiri dari besaran, komposisi, dan distribusi penduduk berpengaruh besar terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat dan struktur ruang. Dalam proses pembangunan penduduk merupakan target utama yang akan dituju, yakni meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Analisa kependudukan yang menyangkut masalah perubahan keadaan penduduk seperti kelahiran, kematian, jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin, Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 12

32 proyeksi jumlah penduduk dan perkembangan penduduk sangat prnting dalam proses perencanaan pembangunan. Berdasarkan data BPS pada triwulan 1 tahun 2015, penduduk Wonosobo secara de facto berjumlah orang, terdiri dari perempuan (50,70%) dan laki-laki (49,30%). Sedangkan berdasarkan catatan penduduk secara de jure dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, penduduk Wonosobo berjumlah orang, dengan proporsi perempuan (48,65%) dan laki-laki (51,35%). Selisih penduduk antara data de facto dengan data de jure mencerminkan adanya penduduk yang tidak berdomisili di Wonosobo tetapi secara administratif tercatat sebagai penduduk Wonosobo. Berdasarkan Tabel 2.2 jumlah Penduduk Kabupaten Wonosobo cenderung meningkat dengan rata-rata pertumbuhan 0,50%. Lebih detail tentang data demografis Wonosobo bisa dilihat pada tabel-tabel berikut: Tabel II.1 Penduduk Kabupaten Wonosobo Tahun Berdasarkan data BPS(Data Bulan Desember 2015) No. Kecamatan Wadaslintang Kepil Sapuran Kaliwiro Leksono Selomerto Kalikajar Kertek Wonosobo Watumalang Mojotengah Garung Kejajar Sukoharjo Kalibawang Jumlah Sumber: BPS Kabupaten Wonosobo, 2015 Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 13

33 Tabel II.2 Data Penduduk Kabupaten Wonosobo Tahun 2015Berdasarkan Pencatatan Administratif Kependudukan(Data Bulan Desember 2015) No Kecamatan Jumlah berdasarkan pencatatan Desember 2015 Laki-Laki Perempuan Jumlah 1 Wadaslintang Kepil Sapuran Kaliwiro Leksono Selomerto Kalikajar Kertek Wonosobo Watumalang Mojotengah Garung Kejajar Sukoharjo Kalibawang Jumlah Jumlah Total Sumber: Kantor Admindukcapil Kabupaten Wonosobo, 2016 B. Aspek Kesejahteraan Masyarakat 1. Kesejahteraan Dan Pemerataan Ekonomi Setiap daerah pastinya memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Kesejahteraan tidak hanya meningkatkan tetapi juga dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Pemerataan ekonomi menjadi aspek yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan. a. Pertumbuhan PDRB Pertumbuhan ekonomi di berbagai sektor akan memberikan pengaruh yang semakin kompleks dengan makin beragam jenis dan macam kegiatan usaha.informasi yang dapat memberikan gambaran mengenai pembangunan di bidang ekonomi sangat diperlukan untuk menyongsong era globalisasi. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu ukuran tingkat keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi sekaligus diperlukan untuk menyusun perencanaan dan evaluasi pembangunan ekonomi regional. Terdapat 2 (dua) jenis penilaian PDRB yaitu atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan.selain menjadi bahan dalam penyusunan perencanaan, Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 14

34 angka PDRB juga bermanfaat untuk bahan evaluasi hasil-hasil pembangunan yang telah dilaksanakan. Adapun beberapa kegunaan angka PDRB ini antara lain : (1) Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan setiap sektor ekonomi; (2)Untuk mengetahui struktur perekonomian; (3)Untuk mengetahui besarnya PDRB perkapita penduduk sebagai salah satu indikator tingkat kemakmuran/kesejahteraan; (4) Untuk mengetahui tingkat inflasi/deflasi, berdasarkan pertumbuhan harga produsen. Dalam kurun waktu , pertumbuhan PDRB Kabupaten Wonosobo cenderung fluktuatif. Tahun 2011 sebesar 5,37 menurun di tahun 2012 sebesar 4,70 kemudian meningkat di tahun 2013 menjadi 5,25 tetapi di tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 4,16 dan meningkat di tahun 2015 menjadi 5,70. Meskipun berfluktuatif ada kecenderungan meningkat yang mengindikasikan kinerja ekonomi makro di Kabupaten Wonosobo pada tahun tersebut terus membaik. Peningkatan pertumbuhan PDRB Kabupaten Wonosobo lebih didominasi oleh sektor tersier dan sekunder sedangkan sektor primer mengalami penurunan. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Wonosobo dari tahun 2011 hingga 2015 dapat dilihat pada tabel 2.4 Tabel II. 3 Pertumbuhan PDRB Wonosobo Atas Dasar Harga Konstan Tahun Tahun **) Pertumbuhan 5,37 4,70 5,25 4,16 5,70 Sumber: BPS Kabupaten Wonosobo Ket : **) Angka sementara Gambar 2. 6 Grafik Pertumbuhan PDRB Wonosobo ,37 4,7 5,25 4,16 5, Pertumbuhan ekonomi yang lambat disebabkan oleh melemahnya lapangan usaha pertanian kehutanan dan perikanan yang menjadi sektor utama di Kabupaten Wonosobo dan juga sektor industri pengolahan juga belum bisa menunjukkan hasil yang optimal. Apabila dibandingkan dengan kabupaten lain Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 15

35 di wilayah Kedu, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo relatif lebih rendah. Jika dibandingkan di Provinsi Jawa Tengah dan nasional, pertumbuhan ekonomi Kabupten Wonosobo belum mampu memberikan kontribusi yang signifikan bagi aktivitas perekonomian di Jawa Tengah maupun nasional. Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah dan Nasional selama kurun waktu Tahun dapat dilihat pada Gambar 2.7 Gambar 2. 7 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah, Naisonal Tahun ,37 5,3 6,44 6,16 5,34 4,7 5,11 5,74 5,25 5,28 5,21 4,16 5,7 5,44 4, pertumbuhan ekonomi kabupaten pertumbuhan ekonomi provinsi pertumbuhan ekonomi nasional Sumber : BPS Kabupaten Wonosobo, BPS Provinsi Jawa Tengah, BPS Indonesia PDRB ADHB (Atas Dasar Harga Berlaku) PDRB ADHB (Atas Dasar Harga Berlaku) merupakan salah satu indikator ekonomi yang memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai produk barang dan jasa yang diproduksi di suatu wilayah tertentu. Adapun pencapaian PDRB ADHB dengan masing-masing sektor Kabupaten Wonosobo adalah sebagai berikut : Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 16

36 Tabel II.4 Nilai PDRB Kabupaten Wonosobo Tahun Atas Dasar Harga Berlaku (Juta Rupiah) Sumber: BPS Wonosobo, Ket : *) Angka sementara Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat nilai PDRB berdasarkan harga konstan meningkat setiap tahunnnya dari Rp ,5 juta rupiah menjadi Rp ,1 juta rupiah. Pendorong pertumbuhan terbesar ada di sektor tersier yaitu di lapangan usaha informasi dan komunikasi, jasa pendidikan serta jasa kesehatan dan kegiatan sosial yang dalam tahun pertumbuhannya cukup tinggi. PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun Dasar 2010 Tahun 2011 s.d 2015 PDRB ADHK (Atas Dasar Harga Konstan) adalah pertumbuhan riil yang tidak terpengaruh oleh unsur kenaikan harga atau inflasi. Adapun pencapaian PDRB ADHK 2010 dengan masing-masing lapangan usaha Kabupaten Wonosobo adalah sebagai berikut Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 17

37 Tabel II.5 Nilai PDRB Kabupaten Wonosobo Tahun Atas Dasar Harga KonstanTahun Dasar 2010 (Juta Rupiah) Sumber: BPS Wonosobo, Ket : *) Angka sementara Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat nilai PDRB berdasarkan harga konstan meningkat setiap tahunnnya dari Rp ,5 juta rupiah menjadi Rp ,1 juta rupiah. Pendorong pertumbuhan terbesar ada di sektor tersier yaitu di lapangan usaha informasi dan komunikasi, jasa pendidikan serta jasa kesehatan dan kegiatan sosial yang dalam tahun pertumbuhannya cukup tinggi. Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 18

38 Tabel II. 6 Struktur PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (%) Sumber: BPS Wonosobo, Ket : *) Angka sementara Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa sektor pertanian selama tahun 2011 hingga 2015 menempati posisi tertinggi dalam memberikan kontribusi kepada PDRB dengan rata-rata 34,2% disusul lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 16,9% dan industri pengolahan sebesar 16,6%. Meskipun sektor pertanian memberikan kotribusi terbesar bagi perekonomian di Wonosobo, setiap tahunnya kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB mengalami penurunan. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya lahan pertanian menjadi permukiman akibat dampak dari peningkatan jumlah penduduk, sehingga kebutuhan ruang untuk permukiman semakin berkurang atau dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah petani yang beralih ke sektor lain yang lebih menguntungkan seperti sektor bangunan dan jasa. Sedangkan lapangan usaha yang memberikan kontribusi yang semakin meningkat dari tahun ke tahun adalah pertambangan dan penggalian; konatruksi; transportasi dan pergudangan; penyediaan akomodasi dan makan minum; jasa keuangan dan asuransi; jasa perusahaan serta jasa kesehatan dan kegiatan sosial. Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 19

39 Gambar 2.8 Kontribusi Sektor PDRB ADHB Kab Wonosobo Tahun 2015 Lapangan usaha yang kontribusinya terhadap PDRB paling sedikit adalah pengadaan listrik dan gas yaitu sebesar 0,03% disusul jasa perusahaan sebesar 0,22% dan pertambangan dan penggalian sebesar 1,01%. b. Inflasi Inflasi merupakan salah satu indikator penting yang dapat memberikan informasi tentang dinamika perkembangan harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat dan berpengaruh terhadap kemampuan daya beli masyarakat. Perkembangan harga barang dan jasa tersebut menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat daya beli. Tabel II.7 Nilai Inflasi Rata-Rata Tahun 2010 s.d 2015 Inflasi Rata-Rata Provinsi 2,68 4,24 7,99 8,22 2,73 5,17 Wonosobo 2,66 3,84 8,82 8,44 2,71 5,29 Sumber: BPS Wonosobo & BPS Jawa Tengah, 2016 Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 20

40 Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2013 seiring dengan peningkatan inflasi di Jawa Tengah dan juga nasional. Tahun 2013 inflasi Kabupaten Wonosobo mencapai 8,82. Nilai inflasi terendah terjadi pada tahun 2011 yaitu 2,66 dan pada tahun 2012 yaitu sekitar 3,84%. Pada tahun 2013 nilai inflasi Kabupaten Wonosobo meningkat cukup tajam. Kenaikan inflasi ini salah satunya dipengaruhi oleh kenaikan harga bbm, makanan dan minuman jadi, minuman, rokok dan tembakau. Peningkatan inflasi makanan jadi dapat diinterpretasikan sebagai kenaikan harga bahan-bahan makanan, yang termasuk didalamnya adalah beras, daging ayam ras, telur ayam, daging sapi dan bawang merah yang mendorong peningkatan harga makanan jadi. Rokok dan tembakau juga menjadi penyebab tingginya inflasi di Kabupaten Wonosobo. Hal ini menjadi tugas dari pemerintah untuk menetapkan intervensi tentang merokok terutama bagi remaja. c. Indeks Gini Indeks Gini merupakan satu ukuran untuk melihat ketimpangan pendapatan antar penduduk. Semakin mendekati nol maka ketimpangan semakin kecil. Standar penilaian ketimpangan Gini Rasio ditentukan dengan menggunakan kriteria seperti berikut: GR < 0,35 dikategorikan sebagai ketimpangan rendah 0,35<GR<0,5 dikategorikan sebagai ketimpangan sedang(moderat) GR >0,5 dikategorikan sebagai ketimpangan tinggi Secara umum tingkat ketimpangan pendapatan antar penduduk yang terjadi di Kabupaten Wonosobo masih tergolong pada kriteria rendah, atau dengan kata lain pembagian pendapatan yang diterima penduduk cukup merata. Hal ini tergambar dari GR Kabupaten Wonosobo di mana sejak tahun 2010 angka Indeks Gini Kabupaten Wonosobo berada pada kriteria ketimpangan rendah (<0,35) kecuali pada tahun Pada tahun 2012 nilai indeks sebesar 0,38 di mana nilai ini masuk dalam ketimpangan sedang, akan tetapi di tahun 2013 menurun menjadi sebesar 0,34 dalam arti ketimpangan pendapatan antar penduduk kembali rendah atau merata. Pelaksanaan otonomi daerah menjadikan pemerintah daerah lebih terfokus dalam menentukan arah pembangunan yang bermanfaat bagi masyarakat secara keseluruhan. Dapat dikatakan bahwa tujuan pembangunan ekonomi Kabupaten Wonosobo yang telah dan sedang dilaksanakan telah berada pada jalur yang cukup baik. Perkembangan Indeks Gini Wonosobo dapat dilihat pada Gambar 2.10 Tabel II.8 Perkembangan Indeks Gini Wonosobo Tahun Gini RatioWonosobo , ,35 Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 21

41 2012 0, , Sumber: BPS Kabupaten Wonosobo &BPS Jawa Tengah, 2015 d. Pemerataan pendapatan versi bank dunia Kriteria ketimpangan pendapatan versi Bank Dunia didasarkan atas porsi pendapatan yang dinikmati oleh tiga lapisan penduduk. Tabel II.9 PerkembanganIndeks Gini Wonosobo Distribusi Pendapatan Kelompok 40% penduduk termiskin pengeluarannya <12% dari keseluruhan pengeluaran Kelompok 40% penduduk termiskin pengeluarannya 12% sampai 17% dari keseluruhan pengeluaran Pengeluarannya >17% dari keseluruhan pengeluaran Tingkat Ketimpangan atau Kesenjangan Tinggi Sedang Rendah Berdasarkan kriteria Bank Dunia, distribusi pendapatan penduduk Kabupaten Wonosobo tergolong merata pada ketimpangan rendah. Hal tersebut ditunjukkan sebesar 20,09% pendapatan dinikmati oleh 40% masyarakat berpenghasilan rendah, sebesar 36,19% oleh 40% masyarakat berpenghasilan menengah dan sebesar 43,72% oleh 20% masyarakat berpenghasilan tinggi. Data dapat dilihat pada Tabel Tabel II.10 Pemerataan Pendapatan Versi Bank Dunia Tahun Kriteria Bank Dunia 40% I 40% II 20% III ,33 39,40 35, ,71 33,36 47, ,15 29,69 53, ,09 36,19 43,72 Sumber: BPS Kabupaten Wonosobo, 2015 Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 22

42 e. Indeks Ketimpangan Regional Proses pembangunan di Kabupaten Wonosobo ternyata tidak lepas dari adanya ketimpangan kewilayahan. Ketimpangan terjadi salah satunya karena akibat dari kegiatan ekonomi yang belum merata. Secara makro terdapat kesenjangan kewilayahan khususnya antara daerah atas yang dalam hal ini termasuk beberapa kecamatan di dataran tinggi dan daerah bawah yang merupakan kota beserta beberapa kecamatan di daerah datar. Dikotomi ini tentunya menjadi salah satu hal yang harus diselesaikan secara simultan, komprehensif dan berkelanjutan mengingat bahwa potensi kemiskinan dapat timbul akibat adanya kesejangan wilayah tersebut. Ketimpangan pembangunan antar kecamatan yang terjadi di Kabupaten Wonosobo dari tahun dapat dianalisis dengan menggunakan indeks ketimpangan regional yang dinamakan indeks ketimpangan Williamson. Indeks ini dihitung dengan menggunakan komponen utama yaitu PDRB per Kapita serta jumlah penduduk masing-masing kecamatan. Angka indeks ketimpangan Williamson yang semakin kecil atau mendekati nol menunjukan ketimpangan yang semakin kecil atau dengan kata lain semakin merata, dan apabila semakin besar atau semakin jauh dari nol menunjukan ketimpangan yang semakin melebar. Tabel II.11 Indeks Ketimpangan Regional Indeks Ketimpangan Regional ,35 Sumber: BPS Kabupaten Wonosobo, 2015 Dari angka Indeks Williamson diketahui bahwa kondisi kesenjangan antar wilayah di Kabupaten Wonosobo relatif rendah, yang ditunjukkan dengan nilai Indeks Williamson mendekati nol. Namun terjadi peningkatan nilai dari tahun ke tahun sehingga ada kecenderungan bahwa tingkat kesenjangan antar wilayah semakin besar. Perkembangan angka ketimpangan di Kabupaten Wonosobo dari tahun tergolong meningkat dari 0,17 pada tahun 2010 menjadi 0,35 pada tahun Hal ini berarti ketimpangan kewilayahan di Kabupaten Wonosobo dari tahun ke tahun semakin meningkat. Perbedaan potensi antar wilayah akan menyebabkan produktivitas wilayah dalam menghasilkan nilai tambah juga berbeda karena pengaruh kondisi lingkungan serta pemanfaatan potensi yang dimiliki masing-masing wilayah dan kualitas sumber daya manusia yang berbeda.. Proses akumulasi dan mobilisasi sumber-sumber berupa akumulasi modal, ketrampilan tenaga kerja dan sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu daerah merupakan pemicu dalam laju pertumbuhan ekonomi wilayah yang bersangkutan. Sehingga akselerasi perkembangan wilayahpun akan Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 23

43 berbeda. Adanya heterogenitas dan beragam karakteristik suatu wilayah menyebabkan kecenderungan terjadinya konsentrasi aktivitas ekonomi secara parsial dan memunculkan kondisi ketimpangan antar daerah. Semakin meningkatnya kesenjangan antar wilayah dikhawatirkan akan berdampak pada peningkatan kemiskinan daerah. Kondisi ini memerlukan perhatian lebih serius dari pemerintah agar kesenjangan antar wilayah tidak semakin tinggi. f. PDRB Perkapita (Rp ribu) PDRB per kapita dapat dijadikan salah satu indikator guna melihat keberhasilan pembangunan perekonomian di suatu wilayah. Tabel II.12 PRDB Perkapita Tahun Tahun Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan *) Sumber: BPS Wonosobo, Ket : *) Angka sementara Dari tabel dapat dilihat bahwa PDRB perkapita dari tahun 2011 sampai 2015 baik PDRB atas dasar harga berlaku maupun konstan terus mengalami peningkatan. PDRB pada tahun 2011 atas Dasar Harga Berlaku sebesar terus meningkat setiap tahunnya hingga mencapai pada tahun 2015 dengan pertumbuhan rata-rata pertahun 9,2%. Begitu juga dengan PDRB Atas Dasar Harga Konstan, pada tahun 2011 sebesar dan terus meningkat hingga pada tahun 2015 mencapai dengan pertumbuhan rata-rata pertahun 4,4%. 2. Kesejahteraan Sosial Kualitas kehidupan manusia secara individu atau masyarakat secara kelompok tidak hanya didasarkan pada tingkat ekonomi melainkan juga kesehatan dan pendidikan. Dalam subbab ini akan diuraikan analisis kinerja atas fokus kesejahteraan sosial yang dilakukan terhadap indikator yang relevan. Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 24

44 a. Indeks Pembangunan Manusia IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk). IPM juga dapat menentukan peringkat atau level pembangunan suatu wilayah/negara.bagi Indonesia, IPM merupakan data strategis karena selain sebagai ukuran kinerja Pemerintah, IPM juga digunakan sebagai salah satu alokator penentuan Dana Alokasi Umum (DAU). Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu indikator kinerja pembangunan untuk mengukur tiga dimensi pokok pembangunan manusia yang mencerminkan status kemampuan dasar penduduk, yaitu Angka Usia Harapan Hidup (UHH), capaian tingkat pendidikan (Angka Rata-rata Lama Sekolah dan Harapan Lama sekolah (tahun)), serta pengeluaran per kapita guna mengukur akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai standar hidup layak. Tabel. II.13 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia Tahun Uraian Angka Harapan Hidup (tahun) Kabupaten Wonosobo Tahun ,37 70,5 70,63 70,76 70,82 71,02 Harapan Lama Sekolah (tahun) Rata-rata lama sekolah (tahun) 9,96 10,09 10,83 11,03 11,34 11,43 5,81 5,87 5,9 5,92 6,07 6,11 Pengeluaran per kapita disesuaikan (ribu rupiah PPP) IPM 62,5 63,07 64,18 64,57 65,2 65,7 Perkembangan IPM Kabupaten Wonosobo dari tahun 2010 sampai dengan 2015 menunjukkan adanya peningkatan. IPM tahun 2015 sebesar 65,70 meningkat 3,20 point jika dibanding tahun 2010 sebesar 62,50. Mengacu pada klasifikasi UNDP, sepanjang tahun 2010 sampai dengan 2015 IPM Kabupaten Wonosobo termasuk pada kategori sedang (66 IPM < 80). Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 25

45 b. Indeks Pembangunan Gender(IPG) Indeks Pembangunan Gender (IPG) adalah indeks pencapaian kemampuan dasar pembangunan manusia yang sama seperti IPM dengan memperhitungkan ketimpangan gender. Implikasi kebijakan Pengarusutamaan Gender (PUG) berpengaruh terhadap capaian IPG dan IDG. IPG merupakan indeks pencapaian kemampuan dasar pembangunan manusia dalam dimensi yang sama dengan IPM, namun lebih diarahkan untuk mengetahui kesenjangan pembangunan manusia antara laki-laki dan perempuan, terutama pada indikator pembentuk UHH, rata-rata lama sekolah, angka melek huruf, dan sumbangan dalam pendapatan kerja. Tabel. II.14 Perkembangan IPG Tahun Kabupaten Wonosobo JenisKelamin Tahun AngkaHarapanHidup Laki-laki 68,56 68,69 68,83 68,9 Perempuan 72,32 72,45 72,59 72,66 Harapan Lama Sekolah Laki-laki 10,06 10,79 10,97 11,22 Perempuan 10,09 10,83 11,12 11,5 Rata-rata Lama Sekolah Laki-laki 6,27 6,29 6,31 6,32 Perempuan 5,48 5,61 5,63 5,8 Pengeluaran Laki-laki Perempuan IPG 90,04 91,15 91,67 92,51 Sumber : Statistik Makro 2015 IPG Kabupaten Wonosobo terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, pada Tahun 2010 sebesar 54,98meningkat menjadi 58,3 pada Tahun Angka tersebut menunjukkan bahwa masih ada kesenjangan gender di Kabupaten Wonosobo, namun berbagai upaya pemberdayaan perempuan yang dilakukan setiap tahun menghasilkan angka IPG yang terus naik mendekati angka IPM yang merupakan cerminan upaya untuk menghilangkan kesenjangan gender dan mewujudkan adanya kesetaraan gender. Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 26

46 c. Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Indek Pemberdayaan Gender (IDG) merupakan indek yang digunakan untuk mengkaji peranan perempuan dalam pengambilan keputusan dalam bidang politik ekonomi, yang didasarkan pada tiga komponen, yaitu keterwakilan perempuan dalam parlemen, perempuan sebagai tenaga profesional, dan sumbangan pendapatan. Selama tahun angka IDG cenderung naik yang menunjukkan bahwa peranan perempuan dalam pengambilan keputusan di Kabupaten Wonosobo semakin besar dan berarti. Partisipasi pekerja perempuan di lembaga pemerintah cukup tinggi yaitu berkisar antara 48% - 54%, dengan kata lain proporsi perempuan hampir seimbang dengan jumlah laki-laki yang ada di lembaga pemerintah. Hal ini menunjukkan bahwa kesempatan perempuan untuk mengabdikan diri di lembaga pemerintah sangat terbuka dan berimbang. Namun di lain sisi, tingkat partisipasi perempuan dalam lembaga legislatif atau keterwakilan perempuan dalam bidang politik masih rendah atau masih di bawah 30% yaitu pada tahun hanya 3 orang anggota DPRD atau sebesar 6,67% dan pada tahun 2014 hanya 2 orang anggota DPRD atau sebesar 4,44%. Berbagai faktor yang menjadi penyebab rendahnya keterwakilan perempuan di lembaga legislatif terutama adalah karena pandangan masyarakat yang masih kurang yakin dan kurang percaya bahwa perempuan mampu berkarya dan beraktualisasi di bidang politik. Dalam bidang pendidikan, dari data diatas tampak bahwa tingkat partisipasi perempuan di bidang pendidikan selama tahun cukup tinggi jika dilihat dari angka melek huruf perempuan di atas usia 15 tahun, yaitu berkisar antara 93% - 99%. Angka tersebut menunjukkan bahwa hampir semua perempuan usia di atas 15 tahun telah dapat membaca dan menulis, atau dapat dikatakan hampir semua perempuan usia di atas 15 tahun telah memperoleh pendidikan sehingga dapat membaca dan menulis dengan baik. Namun demikian, tingkat partisipasi perempuan di bidang pendidikan juga perlu dilihat dari tingkat pendidikan yang berhasil diraih oleh perempuan. Tabel II.15 Capaian Kinerja Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak No. Indikator 1 Indek Pembangunan Gender (IPG) 2 Indek Pemberdayaan Gender (IDG) Capaian Kinerja ,04 90,04 91,15 91,67 92,51 47, ,66 58,8 45,36 Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 27

47 No. Indikator 3 Jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak 4 % kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak yang ditangani Sumber : Evaluasi Capaian RPJMD Capaian Kinerja , , Data yang diperoleh dari BPS yaitu persentase penduduk 10 tahun ke atas menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan, diperoleh bahwa perempuan usia 10 tahun ke atas persentase tertinggi adalah tamat SD/MI (40% - 44%) disusul dengan tamat SLTP (12% - 14%), sedangkan lulus perguruan tinggi hanya sekitar 3%, sedangkan proporsi antara laki-laki dan perempuan untuk masingmasing kategori tersebut relatif sama, atau perbedaan angkanya kecil (BPS,2014). Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar perempuan hanya lulus SD/MI dan SLTP, sedangkan lulus perguruan tinggi hanya sedikit saja, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara umum tingkat pendidikan perempuan masih rendah. Dalam konteks ketenagakerjaan, tingkat partisipasi angkatan kerja wanita pada umumnya dipengaruhi oleh perubahan dalam struktur ekonomi yang terjadi dalam proses pembangunan. Jika dilihat perkembangannya, partisipasi angkatan kerja perempuan di Kabupaten Wonosobo cenderung menurun. Jika pada tahun 2011 tingkat partisipasi berada di posisi 59,5%, kemudian meningkat menjadi 60,65%, kemudian tahun 2013 dan 2014 menurun dengan nilai 51,56%. Jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak selama tahun mengalami penurunan yang signifikan yaitu sebanyak 374 kasus pada tahun 2011 menjadi 200 kasus pada tahun 2014, hal tersebut merupakan hasil dari berbagai upaya untuk menyerukan dan mengkampanyekan perlindungan terhadap perempuan dan anak. Walaupun mengalami penurunan, namun angka ini tetap menunjukkan bahwa kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak masih cukup tinggi. Kondisi ini selayaknya menjadi perhatian bersama baik pihak Pemkab Wonosobo maupun masyarakat secara umum, dan menjadi alasan kuat untuk lebih menguatkan kembali fungsi dan peran keluarga sebagai benteng pertahanan utama dimana perempuan dan anak-anak tinggal dan tumbuh berkembang. Semua kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak tersebut selama tahun dapat tertangani semua atau 100% dapat ditangani, hanya pada tahun 2010 dan 2011 saja yang tidak sepenuhnya tertangani (89,78% dan Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 28

48 89.84%), hal tersebut merupakan bentuk perhatian yang serius terhadap upaya perlindungan kepada perempuan dan anak oleh Pemkab Wonosobo. Selain itu, tertanganinya semua kasus tersebut juga dipengaruhi oleh dua hal, yaitu tersedianya lembaga dan unit-unit pengaduan korban kekerasan berbasis gender dan anak, dan juga meningkatnya kesadaran dan kepedulian masyarakat serta korban sendiri untuk melapor. d. Kemiskinan Persentase Penduduk Diatas Garis Kemiskinan Perkembangan tingkat kemiskinan di Kabupaten Wonosobo mengalami penurunan pada tahun Tingkat kemiskinan pada tahun 2014 sebesar 21,428 % turun sebesar0,56 % dibandingkan tahun Sebagaimana ditunjukkan pada grafik berikut Gambar II.9 Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Wonosobo Tahun Sumber: LP2KD 2014 Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 29

49 Gambar II.10 Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Wonosobo Tahun Sumber: LP2KD Kab. Wonosobo 2014 Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Wonosobo mengalami penurunan yang cukup signifikan dari jiwa menjadi jiwa pada tahun 2014 dimana inflasi pada tahun yang sama juga mengalami penurunan. Penurunan jumlah penduduk miskin ini juga berimplikasi pada menurunnya persentase penduduk miskin dari 22,08 menjadi 21,42 persen pada tahun Gambar 2.11 Perkembangan Indeks Kedalama Kemiskinan dan Keparahan Kemiskinan Kab. Wonosobo Th ,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 4,52 3,96 4,05 3,91 3,74 1,09 1,25 1,09 1,04 1, P1 P2 Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 30

50 Pada periode tahun , Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan menurun. Indeks Kedalaman dan keparahan Kemiskinan mengalami kenaikan tajam pada tahun Dengan kenaikan sebesar 0,56 indeks kedalaman kemiskinan pada tahun 2011 bergeser naik menjadi 4,52 demikian juga dengan indeks keparahan kemiskinan yang mengalami kenaikan menjadi 1,25 pada tahun Pada periode 2 tahun berikutnya indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan meskipun melambat namun mengalami penurunan menjadi 3,74 untuk indeks kedalaman kemiskinan dan 1,07 untuk indeks keparahan kemiskinan pada tahun Grafik perkembangan Indeks kedalaman kemiskinan yang semakin mendekati nol menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin menyempit, dengan demikian ada peningkatan rata-rata pengeluaran penduduk miskin. Sedangkan penurunan indeks keparahan kemiskinan menunjukkan semakin menyempitnya ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin. e. Ketenagakerjaan Rasio Penduduk Yang Bekerja Rasio penduduk yang bekerja merupakan perbandingan antara jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja dengan angkatan kerja. Rasio ini menggambarkan hubungan antara angkatan kerja dengan kemampuan penyerapan tenaga kerja atau bisa disebut sebagai gambaran permintaan tenaga kerja. Dari Tabel dibawah ini dapat diketahui bahwa terjadi jumlah penduduk yang bekerja dari tahun 2010 hingga 2014 cenderung meningkat, meskipun pada tahun 2011, rasio penduduk yang bekerja menurun drastis, tetapi kembali meningkat pada tahun Data rasio penduduk yang bekerja pada tahun 2014 yang diperoleh dari website resmi Depnakertrans menunjukkan nilai 0,947 atau 94,7% penduduk yang memperoleh pekerjaan sedangkan sisanya masih mencari kerja atau belum mendapatkan pekerjaan. Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 31

51 Tabel II.16 Rasio Penduduk yang Bekerja Tahun Penduduk yang bekerja Angkatan Kerja Rasio Penduduk yang bekerja , , , , ,95 Sumber: BPS Sakernas Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Pengangguran terbuka adalah penduduk yang telah masuk dalam angkatan kerja tetapi tidak memiliki pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha, serta sudah memiliki pekerjaan tetapi belum mulai bekerja. Berdasarkan data BPS tahun 2014 angka pengangguran terbuka Kabupaten Wonosobo 5,40 % masih di bawah angka provinsi (5,68%) dan nasional (5,94%). Gambar II.12 Sumber:LP2KD Kab Wonosobo Tahun 2014 Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 32

52 Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Wonosobo tahun 2014 mengalami penurunan dari tahun 2013, yaitu 5,83 menjadi 5,34 atau mengalami penurunan 0,49%. Meskipun pengangguran menurun, Pemerintah Kabupaten Wonosobo masih harus melakukan intervensi untuk penduduk yang belum memiliki pekerjaan, seperti pelatihan yang berkelanjutan, yang berarti setelah dilatih, peserta tetap harus dipantau. 4. Seni Sosial dan Budaya Strategi pembangunan urusan kepemudaan, olahraga dan kebudayaan diarahkan untuk peningkatan peran pemuda dalam pembangunan; peningkatan sarana dan prasarana olahraga; peningkatan prestasi olahraga; pelestarian seni, budaya serta nilai-nilai budaya lokal serta peningkatan kelembagaan organisasi seni, olahraga dan budaya. a. Budaya Tabel II.17 Capaian Kinerja Urusan Kebudayaan Indikator Kinerja Capaian Kinerja No. Berdasarkan EKPPD Penyelenggaraan festival seni dan budaya 2 Jumlah sarana penyelenggaraan seni dan budaya 3 Benda, Situs dan 52 % 49% 49% 48% 48% Kawasan Cagar Budaya yang dilestarikan Sumber : Evaluasi Capaian RPJMD Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa penyelenggaraan festival seni dan budaya di Kabupaten Wonosobo cenderung fluktuatif, tetapi nilainya hampir sama. Tahun 2011, jumlah penyelenggaraan festifal seni dan budaya sekitar 37 dan meningkat menjadi 39 pada tahun 2012 dan 2013, tetapi menurun pada tahun 2014 menjadi 38. Jumlah sarana penyelenggraan seni dan budaya tergolong meningkat dari enam pada tahun 2011 menjadi sebelas pada tahun Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 33

53 Benda, Situs dan Kawasan Cagar Budaya yang dilestarikan di Kabupaten Wonosobo terus mengalami penurunan.hal ini harus menjadi perhatian bagi pemerintahkabupaten Wonosobo, mengingat cagar budaya sangat penting bagi ilmu pengetahuan dan sebagai bukti sejarah Kabupaten Wonosobo. b. Olahraga Pembangunan di bidang olahraga berkaitan erat dengan kualitas hidup manusia dan masyarakat.oleh karena itu, ketersediaan sarana dan prasarana olah raga yang layak dan memadai menjadi salah satu perhatian penting pemerintah.perkembangan jumlah gedung olahraga per penduduk dan gelanggang/ balai remaja (selain milik swasta) per penduduk selama periode dapat dilihat dalam Tabel Tabel 2.19 Capaian Kinerja Urusan Pemuda dan Olahraga Tahun 2015 Capaian Kinerja Indikator No Jumlah Gelanggang/balai 0, ,002 0,002 0,002 0,002 remaja /1.000 penduduk Jumlah lapangan 1,99 2 1,69 1,99 1,99 1,99 olahraga/1.000 penduduk Sumber : LPPD AMJ : Evaluasi Capaian Tahun Ketiga (2013) RPJMD Berdasarkan tabel di atas, dapat terlihat bahwa dalam kurun waktu 2011 hingga 2014, jumlah gelanggang atau bali remaja per penduduk dan lapangan olahraga/1.000 penduduk tidak mengalami perubahan atau sama C. Aspek Pelayanan Umum Peningkatkan kualitas pelayanan publik yang menuntut efesiensi dan akurasi pelayanan birokrasi yang cepat, murah, dan berorientasi pada kebutuhan serta kepuasan masyarakat menjadi isu utama.dalam penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah memiliki kewenangan mengatur dan mengurus pemerintahan sendiri baik urusan wajib maupun pilihan.hal ini merupakan ruang bagi Pemerintah Daerah untuk merealisasikan peningkatan kualitas pelayanan publik dimaksud. Urusan wajib adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintah daerah yang terkait dengan pelayanan bagi masyarakat, seperti pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup, perhubungan, kependudukan dan sebagainya. Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 34

54 1. Pelayanan Dasar a. Urusan Pendidikan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, tingkat partisipasi sekolah penduduk Kabupaten Wonosobo telah meningkat, baik perempuan maupun laki-laki. Keadaan ini cukup menggembirakan karena partisipasi sekolah memang diharapkan dari tahun ke tahun semakin meningkat. Peningkatan penduduk yang bersekolah selama tahun merupakan keberhasilan Kabupaten Wonosobo dalam upaya memperluas pelayanan pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari tingkat partisipasi sekolah penduduk di Kabupaten Wonosobo yang cenderung semakin meningkat. Selama kurun waktu tersebut, Angka Partisipasi Sekolah (APS) perempuan dan laki-laki usia SD (7-12 tahun) dan usia SLTP (13-15 tahun) relatif sama. Ini menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan di Kabupaten Wonosobo telah mendapat kesempatan yang sama untuk duduk di bangku pendidikan dasar. Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut kelompok umur dan jenis kelamin selama tahun dapat dilihat pada Tabel 2.31 Perbandingan antara kelompok usia penduduk tingkat pendidikan tampak bahwa APS anak usia tingkat pendidikan SD (7-12 tahun) lebih tinggi dibandingkan APS usia SLTP (13-15 tahun). Pada tahun 2014 APS usia 7-12 tahun mencapai 100,00 persen dan APS usia SLTP sebesar 83,42 persen. APS usia penduduk tingkat pendidikan SLTP yang lebih rendah dibanding APS usia SD dapat dipahami karena kondisi geografis wilayah Kabupaten Wonosobo yang berbukit bukit dan sulit ditempuh dan juga jarak rumah ke sekolah tingkat SLTP yang jauh, sehingga belum meliputi seluruh anak usia tahun yang ada. Tabel. II.19 Angka Partisipasi Sekolah menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Kabupaten Kelompok Umur 2012 Wonosobo Tahun LK Pr L + P LK Pr L + P LK Pr L + P LK Pr L + P ,07 99, ,83 86,4 87,47 92,54 89, ,38 42,79 43,66 48,35 46,67 47, ,67 20,63 22,07 23,67* 20,63* 22,07* Angka Melek Huruf Angka Melek Huruf adalah proporsi penduduk berusia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya. Selama periode , capaian angka melek huruf terus mengalami peningkatan. Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 35

55 Tabel II.20 Angka Melek Huruf Kabupaten Wonosobo Tahun Capaian Melek 94,15 90,47 91,16 91,43 92,30 92,55 Huruf Sumber: LPPD AMJ Kab. Wonosobo Angka Melek Huruf (AMH) dari tahun ke tahun belum mencapai nilai 100%. Hal ini menunjukkanmasih ada masyarakat Kabupaten Wonosobo yang buta huruf. Meskipun capaian Melek huruf Kabupaten Wonosobo dari tahun 2011 hingga 2014 terus mengalami peningkatan, tetapi belum memenuhi target. Capaian Tahun 2014 hanya memenuhi target tahun 2011 dan dapat dikatakan jauh dari target tahun Angka Rata-rata Lama Sekolah Angka rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani.lamanya bersekolah merupakan ukuran akumulasi investasi pendidikan individu. Rata-rata lama sekolah Kabupaten Wonosobo masih jauh dari RLS 12 tahun. Pada tahun 2014 ratarata lama sekolah hanya 6,7 tahun meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 6,55 tahun. Banyak faktor yang jadi penyebab dari ketidaktercapaiannya RLS 12 tahun, antara lain persepsi masyarakat tentang pendidikan, yang dianggap belum menjanjikan, serta mahalnya biaya pendidikan juga menjadi kendala selanjutnya. Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 36

56 Gambar II.13 Grafik Rata-rata Lama Sekolah Capaian rata-rata lama sekolah dari tahun 2011 hingga 2015 masih jauh dari target RPJMD , seperti yang tergambar pada Gambar 2.8. Rata- rata lama sekolah penduduk Wonosobo usia 15 tahun keatas hanya 6,11 yang artinya hanya lulus SD atau SMP Sedangkan rata-rata lama belajar disajikan dalam tabel berikut: Tabel II.21 Rata-rata Lama Belajar Kabupaten Wonosobo Tahun Tahun Rata-Rata SD = 6,26 SD =6,28 SD=6,27 SD=6,28 SD=6,20 Lama SMP=3,09 SMP=3,03 SMP=3,01 SMP=3,01 SMP=3 Belajar SMA=3,07 SMA=3,06 SMA=2,95 SMA=2,95 SMA=2,96 Sumber: SIPD Kab Wonosobo Rata-rata lama belajar di Kabupaten Wonosobo pada tahun 2010 hingga 2014 menunjukkan peningkatan. Rata-rata lama belajar SD dari tahun 2010 hingga 2014 cenderung mengalami fluktuasi. Tahun 2010rata-rata lama belajar SD 6,26 tahun, meningkat pada tahun 2011 menjadi 6,28 tahun dan menurunpada tahun 2012, kemudian kembali meningkat pada tahun 2013 dan menurun pada tahun 2014 hingga 6,20 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian siswa SD di Kabupaten Wonosobo belum mampu menyelesaikan pendidikan SD enam tahun atau tingkat mengulang atau tidak naik kelas meningkat. Rata-rata belajar SMP cenderung stabil. Nilai tertinggi Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 37

57 pada tahun 2010 yang mencapai 3,09 tahun kemudian terus menurun hingga tahun 2014 hanya 3 tahun. Angka rata-rata lama belajar SMA/MA/SMK kurang dari 3 tahun pada tahun 2012 hingga Hal banyak siswa SMA/MA/SMK yang putus sekolah. Angka Partisipasi Murni (APM) Jenjang PAUD SMA/K Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase siswa dengan usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang sama. APM berfungsi untuk mengukur proporsi anak yang bersekolah tepat waktu. Tabel II.22 Angka Partisipasi Murni SD, SMP dan SMA Tahun APM Target capaian Capaian 91,21 92,07 92,13 91,44 91,7 95,38 SD Target ,5 93,5 95 SMP SMA Capaian 59,04 66,82 65,48 64,81 70,13 74,89 Target Capaian 32,53 31,59 32,78 34,47 35,65 38,29 Target Sumber: BPS Wonosobo Angka Partisipasi Murni Sekolah Dasar (APM SD) merupakan persentase siswa dengan usia 7-12 tahun yang bersekolah di tingkat SD dibandingkan dengan jumlah penduduk yang berusia 7-12 tahun. Perkembangan APM SD mengalami peningkatan dalam kurun waktu 2010 hingga Tahun 2010 nilai APM SD hanya 91,21 meningkat menjadi 91,7 Gambar II.14 Grafik Angka Partisipasi Murni SD, SMP dan SMA Tahun SD 91,21 92,07 92,13 91,44 91,7 95,38 SMP 59,04 66,82 65,48 64,81 70,13 74,89 SMA 32,53 31,59 32,78 34,47 35,65 38,29 Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 38

58 pada tahun Meskipun nilai APM SD pada tahun 2012 sudah mencapai 92,13, kemudian mengalami penurunan sebesar 0,69% pada tahun Penurunan ini terjadi karena banyak anak usia dibawah 7 tahun yang telah memasuki pendidikan SD dan anak usia diatas 12 tahun yang masih duduk di bangku SD. Tahun 2015, APM SD meningkat menjadi 95,38 dan sudah mencapai target RPJMD Angka Partisipasi Sekolah (APM) SMP merupakan persentase siswa dengan usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang sama. Kelompok usia yang dihitung adalah siswa yang sekolah di tingkat SMP dengan usia tahun di bandingkan dengan kelompok usia tahun secara keseluruhan di Kabupaten Wonosobo. Nilai APM SMP di Kabupaten Wonosobo cenderung mengalami peningkatan. Peningkatan APM pada tahun 2014 sebesar 5,32 dari 64,81% pada tahun 2013 menjadi 70,13% disusul pada tahun 2015 peningkatan APM SMP mencapai 74,89. Peningkatan nilai APM ini dimulai tahun 2012, setelah tahun-tahun sebelumnya cenderung dinamis. Meskipun mengalami peningkatan, APM SMP di Kabupaten Wonosobo masih belum mencapai target RPJMD Angka Partisipasi Murni Sekolah Menengah (SMA, MA dan SMK) merupakan persentase siswa dengan usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk dengan usia yang sama. Jumlah siswa Sekolah Menengah usia tahun yang bersekolah di Kabupaten Wonosobo dibandingkan dengan jumlah penduduk usia secara keseluruhan. Perkembangan APM SLTA mengalami peningkatan sejak tahun 2010, data tahun 2014 menunjukkan nilai APM Kabupaten Wonosobo meningkat 1,18 dari tahun ,47% menjadi 35,65%. APM SMA/MA juga mengalami kenaikan pada tahun 2013 sebesar 34,47% dari tahun sebelumnya 32,78%. Sebagian Besar capaian Angka partisipasi SD, SMP, dan SMA sudah mencapi target RPJMD tahun , hanya saja Angka partisipasi Murni SD/MI/Paket A pada tahun 2013 dan 2014 masih belum memenuhi target. Tahun 2015, APM SMA juga meningkat menjadi 38,29 dan sudah mencapai target RPJMD Angka Partisipasi Kasar (APK) Jenjang PAUD SMA/K o Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD PAUD merupakan upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir hingga usia enam tahun melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 39

59 agar anak memiliki kesiapan untuk memasuki jenjang pendidikan selanjutnya.angka Partisipasi Kasar PAUD di Kabupaten Wonosobo selama kurun waktu mengalami peningkatan dari 25,3% pada Tahun 2011 menjadi 35,49 % pada Tahun Kondisi ini menunjukkan bahwa kesadaran orang tua untuk menyekolahkan anak meningkat, selengkapnya sebagaimana Gambar 2.10 Gambar II.15 Grafik Angka Partisipasi Kasar PAUD usia 0-3 Tahun Kabupaten Wonosobo Tahun , , , , , Target Capain Berdasarkan Gambar 2.7 juga menggambarkan bahwa tidak ada nilai APK yang mencapai target dari tahun 2011 hingga 2015, meskipun setiap tahun APK PAUD mengalami peningkatan. Perbedaan paling besar antara target dan capaian terjadi pada tahun 2015 dengan target 45 tetapi nilai capaian hanya 31,14.Tahun 2015, Angka Partisipasi Kasar PAUD mencapi 35,49, dan belum mencapai target RPJMD tahun Pendidikan Usia Dini (PAUD) di Kabupaten Wonosobo selama kurun waktu usia 4-6 tahun mengalami peningkatan dari 45,11% pada Tahun 2011 menjadi 66,05% pada Tahun Kondisi ini menunjukkan bahwa kesadaran orang tua untuk menyekolahkan anak meningkat selengkapnya sebagaimana tabel di bawah ini. Tabel II.23 APK Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Kabupaten Wonosobo usi 4-6 tahun Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Tahun ,11 47,35 48,52 66,05 68,3 Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 40

60 Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 41

61 o Angka Partisipasi Kasar SD Angka Partisipasi Sekolah Dasar (APK SD) merupakan rasio jumlah siswa yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tersebut. Rasio APK SD Kabupaten Wonosobo dihitung dengan membandingkan antara jumlah siswa SD dengan jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun yang dinyatakan dalam persentase. Perkembangan APK SD Kabupaten Wonosobo selama periode 5 tahun terakhir dapat dilihat pada grafik II.11. Tabel II.24 Angka Partisipasi Kasar SD, SMP, dan SMA Tahun Sekolah Pencapaian SD Capaian Target SMP Capaian Target SMA Capaian Target ,5 60 Gambar II.16 Grafik Angka Partisipasi Kasar Sekolah Dasar Tahun Capaian 105,67 102,11 104,15 103,35 109,39 Target Perkembangan angka partisipasi kasar SD mengalami penurunan pada tahun 2014 sebesar 0,80% menjadi 103,35%. Nilai APK yang menurun menunjukkan penurunan tingkat partisipasi sekolah (tanpa memperhatikan ketepatan usia sekolah pada jenjang pendidikannya). Jika nilai APK lebih dari 100 persen menunjukkan bahwa ada penduduk yang sekolah belum mencukupi umur dan atau melebihi umur yang seharusnya. Salam kurun Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 42

62 waktu 2007 hingga 2014, nilai APK SD lebih dari 100 yang berarti banyak siswa SD yang sekolah belum mencukupi umur dan atau melebihi umur yang seharusnya. Tahun 2015, APK SD meningkat mencapi 109,39, meskipun sudah mencapai target, tetapi harus diwaspadai peningkatan jumlah siswa SD yang belum mencukupi umur atau melebihi umur 12 tahun. o Angka Partisipasi Kasar Sekolah Menengah Pertama Angka Partisipasi Sekolah Menengah Pertama (APK SMP) merupakan rasio jumlah siswa yang sedang sekolah di tingkat pendidikan terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan SMP (12-15 tahun). Tingkat perkembangan APK SMP Kabupaten Wonosobo selama periode tiga tahun terakhir dapat dilihat pada grafik berikut Gambar II.17 Grafik Angka Partisipasi Kasar SMP Tahun Capaian 87,91 86,42 86,13 91,13 95,32 Target Sumber : LKPJ-AMJ Perkembangan APK SMP mengalami peningkatan dari 5,8% tahun 2013 dari 86,13% menjadi 91,13%pada tahun Namun tahun 2013, Angka Partisipasi Kasar SMP mengalami penurunan dari tahun 2012 turun 0,29% menjadi 86,13%. Tahun 2015, APK SMP hanya meningkat menjadi 95,32 atau dengan kata lain belum mencapai target RPJMD Nilai partisipasi kasar SMP kurang dari 100 yang menunjukkan bahwa masih banyak penduduk tahun yang tidak melanjutkan sekolah SMP. Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 43

63 o Angka Partisipasi Kasar Sekolah Menengah (SMA, MA dan SMK) APK Sekolah Menengah merupakan perhitungan rasio jumlah siswa berapapun usianya yang sedang sekolah di tingkat pendidikan Sekolah Menengah (SMA, MA dan SMK) terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan Sekolah Menengah (SMA, MA dan SMK). Tingkat perkembangan APK Sekolah Menengah (SMA, MA dan SMK) di Kabupaten Wonosobo selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada grafik 2.13 Gambar II.18 Grafik APK SMA Tahun Kabupaten Wonosobo Capaian 47,4 45,71 47,79 51,36 54,72 Target ,5 60 Sumber: LPPD AMJ Kab. Wonosobo Angka partisipasi Kasar SMA menunjukkan perkembangan relatif meningkat pada 5 tahun terakhir, meskipun tahun 2012 APK SMA menurun dari 47,4% pada tahun 2011 menjadi 45,71% pada tahun APK SMA kembali naik pada tahun 2013 dan Jika dibandingkan dengan Capaian APK Jawa Tengah, Wonosobo berada jauh tertinggal. Data pada tahun 2012, APK Jawa Tengah sudah mencapai 67%, sedangkan Wonosobo masih berada pada dibawah dengan nilai 45,71 pada tahun Hal ini seharusnya menjadi tugas pemerintah untuk memberikan kesadaran akan pentingnya pendidikan pada masyarakat, terutama orang tua maupun siswa. Capaian APK SMA meskipun fluktuatif tetapi selalu di atas target RPJMD , kecuali pada tahun 2014, capaian APK SMA lebih rendah dibandingkan target RPJMD. Angka Putus Sekolah (APS) SD/MI Angka putus Sekolah Dasar (SD) merupakan siswa SD yang tidak mampu melanjutkan pendidikannya atau putus sekolah atau anak-anak usia sekolah SD yang sudah tidak bersekolah lagi atau yang tidak menamatkan SD. Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 44

64 Perkembangan angka putus Sekolah Dasar di Kabupaten Wonosobo dapat dilihat pada grafik berikut Gambar 2.19 Perkembangan Angka Putus Sekolah Usia 7-12 tahun Kabupaten Wonosobo Tahun Sumber: LPPD AMJ Perkembangan angka putus sekolah usia 7-12 tahun di Kabupaten Wonosobo secara umum cenderung stagnan, terutama pada tahun 2011 hingga 2014 dengan nilai sebesar 0,1. Jika jumlah murid SD , maka 75 siswa SD yang putus sekolah dari tahun 2011 hingga Jika diakumulasikan total jumlah siswa yang putus sekolah dasar 405 orang dari , yang berarti ada 405 penduduk yang belum mempunyai pengetahuan yang cukup untuk kerja di sektor formal, yang akhirnya lapangan kerjaaan mereka di sektor informal dengan penghasilan rendah. Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs Angka Putus Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah siswa SMP yang tidak mampu melanjutkan pendidikannya atau putus sekolah atau anakanak usia sekolah SMP yang sudah tidak bersekolah atau yang tidak menamatkan SMP. Perkembangan angka putus sekolah SMP di Kabupaten Wonosobo dapat dilihat pada gambar II.20 Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 45

65 Gambar II.20 Angka Putus Sekolah SMP Tahun Kab. Wonosobo Sumber : LPPD AMJ : Evaluasi Capaian Tahun Ketiga (2013) RPJMD Angka putus sekolah SMP cenderung menurun dari tahun 2011 hingga Penurunan terbaik terjadi pada tahun 2014 yakni 0,35. Namun meskipun menurun, nilai angka putus sekolah masih tergolong tinggi, sehingga pemerintah Kabupaten Wonosobo masih perlu menggiatkan intervensi untuk pelajar SMP, baik pengadaan buku pelajaran atau beasiswa untuk yang tidak mampu atau yang lain yang bisa mencegah anak putus sekolah. Angka Putus Sekolah (APS) SMA/SMK/MA Angka Putus Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah siswa SMA yang tidak mampu melanjutkan pendidikannya atau putus sekolah atau anak-anak usia sekolah SMA yang sudah tidak bersekolah atau yang tidak menamatkan SMA. Perkembangan angka putus sekolah usia SMA di Kabupaten Wonosobo dapat dilihat pada grafik II.21 Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 46

66 Gambar II.21 Grafik Angka Putus Sekolah SMA Tahun Kab. Wonosobo Sumber : LPPD AMJ : Evaluasi Capaian Tahun Ketiga (2013) RPJMD Perkembangan angka putus sekolah SMA pada tahun 2011 hingga 2014 cenderung mengalami peningkatan, meskipun pada tahun 2011 nilai Angka putus sekolah menurun drastis dari 1,31% pada tahun 2010 menurun menjadi 0,9% pada tahun Namun APS SMA mengalami peningkatan drastis pada tahun 2012 menjadi 1,38%. Tahun-tahun selanjutnya cenderung stagnan dari angka 1,36 hingga 1,39. Capaian Angka Putus Sekolah SMA/SMK/MA selalu lebih tinggi dibandingkan target RPJMD , kecuali pada tahun 2011 dengan target putus sekolah 1,1 dan capaiannya sekitar 0,9. Tidak tercapainya traget putus sekolah memberikan indikasi bahwa pemerintah Kabupaten Wonosobo seyogyanya bekerja sama dengan guru untuk mengidentifikasi penyebab putus pekolah siswa SMA, sehingga target pendidikan 12 tahun terpenuhi untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang lebih baik. Angka Kelulusan (AL) SD/MI, SMP/MTs dan SMA Angka Lulus menunjukkan tingkat kelulusan siswa dalam menyelesaikan pendidikan pada masing-masing jenjang pendidikan. Capaian Angka Lulus pada Tahun mengalami fluktuasi di semua jenjang pendidikan, sebagaimana terlihat pada Tabel II.22 Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 47

67 Gambar II.22 Grafik Angka Kelulusan SD, SMP dan SMA Kab. Wonosobo SD/MI 96,64 106,7 99,26 99,92 97,66 SMP/MTs 96,64 106,7 96,45 99,25 99,98 SMA/MA 102,2 109,1 96,98 99,42 99,92 Sumber : Evaluasi Capaian Tahun Ketiga (2013) RPJMD Angka Kelulusan (AL) SD/MI, SMP dan SMA/SMK/MA mencapai nilai tertinggi pada tahun AL SD pada tahun 2012 mencapai 106,7%, SMP mencapai 106,7 dan AL SMA sekitar 109,1, nilai AL pada semua jenjang kemudian terus menurun hingga pada tahun 2014 AL SD 99,92Al SMP 99,25 dan AL SMA 99,42. Angka Melanjutkan (AM) Persentase siswa lulusan SD/MI dan SMP/MTs yang melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi dalam kurun waktu Tahun cenderung fluktuatif seperti yang terlihat pada tabel berikut Tabel 2.25 Angka Melanjutkan Indikator Kinerja Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs Target Angka Melanjutkan dari SD/MI ke SMP/ MTS Angka Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA Target Angka Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA Sumber : LPPD AMJ Capaian Kinerja ,96 89,78 88,49 91,03 91,4 61, ,66 59,85 61,77 68,96 71, Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 48

68 Berdasarkan tabel 2.20, pada tahun 2010 angka melanjutkan dari SD ke SMP mencapai 94,85, kemudian angka melanjutkan pada tahun 2011 menurun menjadi 88,96%, dan meningkat pada tahun 2012 menjadi 89,78. Namun pada tahun 2013, angka melanjutkan menurun mencapai nilai terandah dalam kurun waktu 2011 hingga 2014, yaitu hanya 88,49. Pada tahun 2014, Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs meningkat mencapai 91,03%. Peningkatan terus berlanjut hingga pada tahun 2015 mencapai 91,4 dan sudah mencapai target RPJMD tahun Hal ini berarti masih ada 8,7% lulusan SD yang tidak menlanjutkan sekolah hingga SMP. Angka Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA pada tahun 2011 hingga 2014 cenderung menurun. Nilai tertinggi pada tahun 2011 yang mencapai 70,66% lulusan SMP yang melanjutkan ke SMA, kemudian menurun drastis pada tahun 2012 hingga mencapai 59,85%, yang berarti 39,15% lulusan SMP tidak melanjutkan sekolah.tahun 2013 dan 2014 Angka Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA terus meningkat hingga tahun 2014 mencapai 68,96. Hal ini berarti 31,04% lulusan SMP tidak melanjutkan sekolah. Meskipun pada tahun 2015, Angka melanjutkan ke SMA/MA sudah meningkat menjadi 71,53, namun angka ini masih jauh dari target RPJMD tahun Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV Kualitas pendidik salah satunya ditunjukkan melalui indikator kualifikasi S1/D4 pendidik. Selama kurun waktu Tahun , persentase pendidik yang memiliki kualifikasi S1/D4 di berbagai jenjang pendidikan mengalami peningkatan hingga pada tahun 2015, guru yang memenuhi kualitas S1/D-IV mencapai 77,71%. sebagaimana tertera pada gambar II.23 Gambar II.23 Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV Tahun ,92 48,74 58,38 66,24 76,17 77, Sumber : LPPD AMJ : Evaluasi Capaian Tahun Ketiga (2013) RPJMD Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 49

69 Kualitas pendidik salah satunya ditunjukkan melalui indikator kualifikasi S1/D4 pendidik. Selama kurun waktu Tahun , persentase pendidik yang memiliki kualifikasi S1/D4 di berbagai jenjang pendidikan mengalami peningkatan. Namun demikian persentase Guru SD/MI/SDLB yang memenuhi yang memenuhi kualifikasi S1/D-IVmasih relatif rendah, bahkan pada tahun 2010, hanya 16,49% guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV, yang berarti ada 83,51% guru belum memenuhi kualifikasi S!/D-IV sebagaimana tertera pada Tabel II.26 Tabel II.27 Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV Berdasarkan Jenjang Sekolah Tingkat Sekolah SD/MI SMP/Ms. Target/Capaian Capaian 16, ,1 53,57 65,9 65,9 Target Capaian 73, ,13 88,16 88,48 88,48 Target SMA/MA Dan Capaian 93,1 94,3 93,97 95,57 95,52 95,52 SMK Target Sumber : Evaluasi Capaian Tahun Ketiga (2013) RPJMD Presentase Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV berdasarkan jenjang sekolah baik SD, SMP dan SMA tidak mencapi target RPJMD Capain guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV SD paling jauh dari target, sebagian besar nilai hanya mencapai nilai 50% dari target yang telah ditentukan pada RPJMD b. Kesehatan Berikut ini diuraikan gambaran umum indikator kinerja dalam aspek kesehatan selama lima tahun terakhir. Angka Usia Harapan Hidup Aspek kesehatan merupakan unsur penting yang berkaitan dengan kapabilitas penduduk. Derajat kesehatan pada dasarnya dapat dilihat dari seberapa lama harapan hidup yang mampu dicapai. Semakin lama harapan hidup yang mampu dicapai merefleksikan semakin tinggi derajat kesehatannya. Angka harapan hidup menunjukkan kualitas kesehatan masyarakat, yaitu mencerminkan lamanya hidup sekaligus hidup sehat suatu masyarakat.dalam kurun waktu Tahun , Usia Harapan Hidup di Wonosobo sebesar 69,8 tahun meningkat menjadi 70,8 tahun. Meningkatnya Usia Harapan Hidup penduduk di Wonosobo disebabkan Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 50

70 semakin tingginya kesadaran masyarakat dalam memperhatikan kesehatannya melalui perilaku hidup bersih dan sehat. Tabel II.27 Angka Harapan Hidup Kab. Wonosobo Tahun Angka Harapan Hidup ,8 70,23 70,48 70,64 70,8 71,02 Sumber : LPPD AMJ : Evaluasi Capaian Tahun Ketiga (2013) RPJMD Gambar II.24 Tabel Angka Harapan Hidup Kab. Wonosobo Tahun , ,8 70,6 70,4 70, ,8 69, Capaian 70,23 70,48 70,64 70,8 71,02 Target 70,1 70,29 70,49 70,73 70,94 Sumber : LPPD AMJ : Evaluasi Capaian Tahun Ketiga (2013) RPJMD Berdasarkan gambar 2.19 capaian Angka harapan hidup selalu lebih tinggi dibandingkan target RPJMD dan diikuti pula dengan peningkatan harapan hidup setiap tahun. Hal ini menunjukkan kinerja pemerintah dalam meningkatkan kualitas kesehatan di Kabupaten Wonosobo. Prosentase Balita Gizi Buruk Prevalensi Balita Gizi Buruk di Kabupaten Wonosobo Tahun mengalami fluktuasi.prosentase balita gizi buruk terendah pada Tahun 2013 sebesar 0,015% (11 Balita) dan tertinggi Tahun 2010 sebesar 0,032% (23 balita). Prevalensi Balita Gizi Buruk di Kabupaten Wonosobo Tahun dapat dilihat pada Tabel II.28. Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 51

71 Tabel II.28 Jumlah Balita Gizi Buruk Tahun Kab. Wonosobo Indikator Capaian Kinerja Jumlah Balita Gizi Buruk Jumlah Balita Prosentase Balita Gizi Buruk Sumber : LPPD AMJ ,032 0,03 % 0,026% 0,0157% 0,020% : Evaluasi Capaian Tahun Ketiga (2013) RPJMD Pada tahun 2010 hingga 2014 prosentase balita gizi buruk mengalami penurunan seiring dengan jumlah balita yang gizi buruk yang juga menurun.penurunan tersebut terjadi karena berbagai upaya telah dilakukan diantaranya melalui pemberian makanan tambahan dan perawatan kepada balita gizi buruk.namun pada tahun 2014, prosentase baliti gizi buruk meningkat seiring dengan bertambahkan jumlah balita gizi buruk. Peningkatan prosentase gizi buruk bisa disebabkan oleh pola asuh ibu terhadap anaknya, faktor ekonomi yang tidak mampu membeli makanan bergizi dan dapat pula disebabkan oleh penyakit balita. Angka Kematian Ibu per kelahiran hidup Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) adalah kematian perempuan pada saat hamil atau melahirkan dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan, tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dan lain sebagainya. Tabel II.29 Angka Kematian Ibu Kab. Wonosobo Tahun Indikator Capaian/ Target Angka Kematian Ibu Capaian 112,72 129,07 84,25 85,38 84,33 Target Sumber : Evaluasi Capaian Tahun Ketiga RPJMD Setelah mengalami peningkatan pada tahun 2012 hingga mencapai 129,07, angka kematian ibu turun secara signifikan pada tahun 2013 menjadi Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 52

72 84,25. Akan tetapi terjadi kenaikkan pada tahun 2014 sebesar 1,34% atau nilai angka kematian Ibu sekitar 85,38 per kelahiran hidup. Penyebab tertinggi kematian ibu antara lain hipertensi, pendarahan, masih rendahnya deteksi dini kehamilan risiko tinggi oleh masyarakat dan masih kurangnya kesiapsiagaan keluarga dalam rujukan persalinan pada kehamilan risiko tinggi. Tahun 2015, angka kematian ibu menurun menjadi 84,33, tetapi masing tergolong tinggi. Kondisi ini menggambarkan derajat kesehatan masyarakat khususnya status kesehatan ibu masih perlu ditingkatkan. Angka Kematian Bayi per kelahiran hidup Angka Kematian Bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun, dinyatakan sebagai angka per Kelahiran Hidup (KH), sebagaimana tercantum dalam tabel II.29. Tabel II.30 Tabel Angka Kematian Bayi Kab. Wonosobo Indikator Capaian/Target Angka Kematian Bayi Capaian 13,23 12,98 13,1 9,55 9,66 Target 14,63 13,42 12, ,8 Sumber : Evaluasi Capaian Tahun Ketiga (2013) RPJMD Capaian AKB dalam kurun waktu lima tahun cenderung menurun dari 15,35 per KH Tahun 2010 menjadi 9,55 per KH pada tahun Namun meningkat pada tahun 2015 hingga mencapi 9,66. Jika tahun 2014 berdasarkan data SIPD ada 9627 bayi di Kabupaten Wonosobo, maka jumlah bayi yang meninggal adalah sekitar 90an bayi.penyebab kematian bayi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu penyebab kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan antara lain kehamilan risiko tinggi, berat badan lahir bayi rendah serta penyakit konginetal dan penyebab kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun, antara lain karena masih rendahnya pemberian ASI eksklusif, penyakit infeksi serta belum optimalnya pola asuh bayi dan balita. Angka Kematian Balita Akaba adalah jumlah anak yang dilahirkan pada tahun tertentu dan meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun, dinyatakan sebagai angka per 1000 kelahiran hidup. Nilai normatif Akaba > 140 sangat tinggi, antara 71 Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 53

73 140 sedang dan < 20 rendah. Perkembangan angka kematian balita dapat dilihat pada grafik berikut Gambar II.25 Angka Kematian Balita Sumber: LP2KD Kab Wonosobo Tahun 2014 Angka kematian balita pada tahun 2011 menurun sebesar 0.59 dan pada tahun 2012 dan 2013 adanya peningkatan walaupun melambat sebesar 0.23 dan 0.04 dan pada tahun 2014 mengalami penurunan yang cukup tajam, melampau batas terendah indeks normatif AKABA yaitu sebesar kurang dari 20. Maka dari itu tingkat kematian balita di Kabupaten Wonosobo tergolong rendah. Prevalensi Kekurangan Gizi (underwight) pada anak balita (persen) Prevalensi Kekurangan Gizi (underwight) pada anak balita di Wonosobo Tahun cenderung mengalami penurunan. Prevalensi Kekurangan Gizi (underwight) pada anak balita di Wonosobo terendah pada Tahun 2014 sebesar 2,29% dan tertinggi Tahun 2010 sebesar 10%. Penyebab balita kurang gizi dipengaruhi oleh pola asuh dan pengetahuan ibu tentang makanan bergizi. Prevalensi Kekurangan Gizi (underwight) pada anak balita di Wonosobo selama Tahun dapat dilihat pada Tabel II.31 Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 54

74 Tabel II.31 Prevalensi Gizi Kurang Kab. Wonosobo Indikator Prevalensi Gizi Kurang 10 6,9 2,35 2,49 2,29 1,74 Sumber : Evaluasi Capaian Tahun Ketiga (2013) RPJMD Prevalensi Stunting (pendek dan sangat pendek) pada anak baduta (bawah 2 tahun) (persen) Permasalahan gizi, khususnya anak stunting merupakan salah satu keadaan kekurangan gizi yang menjadi perhatian utama di dunia terutama di negara-negara berkembang, memberikan dampak lambatnya pertumbuhan anak, daya tahan tubuh yang rendah, kurangnya kecerdasan dan produktifitas yang rendah. Tabel II.32 Prevalensi Stunting Kab. Wonosobo Tahun Stunting % ,86% , % Sumber: Dinas Kesehatan Prevalensi Stunting balita di bawah dua tahun menurun dari 45% pada tahun 2011 menjadi 16% pada tahun Penurunan ini disebabkan oleh kebijakan pemerintah Kabupaten Wonosobo tentang PMT dan kesadaran masyarakat terhadap gizi pada anaknya. Rasio Ketersediaan Sekolah (SD s/d SMA) per penduduk usia pendidikan (SD s/d SMA) Rasio Ketersediaan Sekolah terhadap penduduk usia sekolah adalah indikator untuk mengukur kemampuan jumlah sekolah dalam menampung penduduk usia pendidikan. Rasio ini bisa diartikan jumlah sekolah berdasarkan tingkat pendidikan per jumlah penduduk usia pendidikan. Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 55

75 Tabel II.33 Rasio Ketersediaan Sekolah (SD s/d SMA) per penduduk usia pendidikan (SD s/d SMA) Jenjang Pendidikan SD/MI Jumlah Sekolah Jumlah Penduduk (7-12) Rasio Ketersediaan Sekolah SD per penduduk usia pendidikan SD 1 : : : : : 159 SMP/MTS Jumlah Sekolah Jumlah Penduduk (13-15) Rasio Ketersediaan Sekolah SMP per penduduk usia pendidikan SMP 1 : : : : : 303 SMA/MA/SMK Jumlah Sekolah Jumlah Penduduk (16-18) Rasio Ketersediaan Sekolah SMA per penduduk usia pendidikan SMA 1 : : : : : 129 Sumber : SIPD 2014 (data tabular Pendidikan, Kebudayaan Nasional Pemuda dan Olahraga Kabupaten Wonosobo) Selama kurun waktu rasio ketersediaan sekolah untuk jenjang pendidikan SD/MI mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan jumlah sekolah SD/MI di Kabupaten Wonosobo yang cenderung menurun dan diikuti oleh penurunan jumlah penduduk usia 7-12 tahun. Penurunan jumlah sekolah SD/MI disebabkan oleh program penggabungan sekolah, sedangkan penurunan julah penduduk usia 7-12 dapat mengindikasikan keberhasilan KB. Pada tahun 2014, perbandingan ketersediaan sekolah SD/MI di Kabupaten Wonosobo adalah 1 : 159. Angka ini menunjukkan bahwa 1 sekolah SD/MI menampung 159 siswa. Rasio ideal Ketersediaan Sekolah per penduduk usia sekolah adalah 1:190, sehingga jumlah sekolah SD/ MI di Kabupaten Wonosobo cukup memadai. Rasio ketersediaan sekolah untuk jenjang pendidikan SMP/MTS cenderung mengalami peningkatan. Nilai Tahun 2011, nilai rasio sekitar 1 : 481 kemudian meningkat menjadi 1 : 303 atau dengan kata lain satu sekolah Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 56

76 SMP dan MTS di Kabupaten Wonosobo menampung 303 penduduk usia tahun. Namun demikian kondisi tersebut menunjukkan bahwa jumlah SMP/MTs relatif kurang memadai, karena idealnya mencapai rasio satu sekolah idealnya menampung 190. Rasio ketersediaan sekolah untuk jenjang pendidikan SMA/MA/SMK mengalami peningkatan. Peningkatan ini dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu meningkatnya jumlah sekolah SMA/MA/MK atau tingginya angka putus sekolah pada jenjang SMP/MTs. Rasio Ketersediaan Sekolah SMA per penduduk usia pendidikan SMA pda tahun 2014 adalah 1:129 artinya 1 sekolah menampung 129. Hal ini menggambarkan bahwa jumlah sekolah SMA/MA/SMK di Kabupaten Wonosobo sudah memadai. Rasio Guru / Murid (SD SMA/K) Rasio guru terhadap murid adalah jumlah guru berdasarkan tingkat pendidikan per jumlah murid berdasarkan tingkat pendidikan. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar juga mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu pengajaran. Selama kurun waktu tahun rasio ketersediaan guru di Kabupaten Wonosobo cukup stabil untuk seluruh jenjang pendidikan, baik SD/MI, SMP/MTs. maupun SMA/MA/SMK per jumlah murid mengalami kenaikan. Pada tahun 2014, perbandingan jumlah guru terhadap jumlah murid SD/MI di Kabupaten Wonosobo adalah 1:15. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa 1 guru SD/MI melayani (mengajar) 15 murid SD, sedangkan 1 guru SMP/MTS melayani 14 murid dan 1 guru SMA/MA/SMK melayani 13 murid. Berikut secara lengkap disajikan data mengenai kondisi ketersediaan guru/murid di Kabupaten Wonosobo per jenjang pendidikan selama kurun waktu tahun Tabel II.34 Tabel Rasio Guru dengan Peserta Didik Jenjang Pendidikan Rasio Guru dengan peserta 1:16 1:20 1:16 1:15 1:15 1:15 didik SD/MI Rasio Guru dengan peserta 1:15 1:20 1:15 1:14 1:14 1:14 didik SMP/MTs Rasio Guru dengan peserta didik SMA/SMK/MA 1:12 1:13 1:13 1:13 1:13 1:13 Sumber : LPPD AMJ Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 57

77 c. Urusan Kesehatan Rasio Posyandu Per Satuan Balita Posyandu merupakan wadah peran serta masyarakat untuk menyampaikan dan memperoleh pelayanan kesehatan dasar, diharapkan pula strategi operasional pemeliharaan dan perawatan kesejahteraan ibu dan anak secara dini, dapat dilakukan di setiap posyandu. Terkait dengan hal tersebut perlu dilakukan analisis rasio posyandu terhadap jumlah balita dalam upaya peningkatan fasilitas pelayanan pemenuhan kebutuhan tumbuh kembang anak sejak dalam kandungan, dan agar status gizi maupun derajat kesehatan ibu dan anak dapat dipertahankan dan atau ditingkatkan. Adapun perkembangan rasio jumlah posyandu terhadap balita di Kabupaten Wonosobo dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel II.35 Rasio Posyandu Per Satuan Balita Tahun Jumlah Balita Posyandu Rasio Posyandu Per Satuan Balita , , , , ,0201 Rata-rata 0,0189 Sumber: SIPD (Diolah) Rasio Puskesmas, poliklinik, pustu per satuan penduduk Sarana kesehatan seperti Puskesmas, Poliklinik maupun Puskesmas Pembantu merupakan faktor penting dalam pembangunan kesehatan utamanya berfungsi sebagai pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang tersebar di pelosok. Dengan tersebarnya sarana kesehatan sampai ke pelosok berarti memudahkan jangkauan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Berikut ini disajikan tabel jumlah puskesmas, poliklinik dan puskesmas pembantu di Kabupaten Wonosobo: Tabel II.36 Rasio Puskesmas, poliklinik, pustu per satuan penduduk Jumlah Tahun Jumlah puskesmas, Posyandu Puskesmas Pustu Poliklinik penduduk pustu dan poliklinik Rasio ,002 Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 58

78 Tahun Jumlah Jumlah puskesmas, Posyandu Puskesmas Pustu Poliklinik penduduk pustu dan poliklinik Rasio , , , ,002 Sumber: SIPD (Diolah) Rasio rumah sakit per satuan penduduk Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis professional yang terorganisasi serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kesehatan, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien. Rasio rumah sakit per satuan penduduk di Kabupaten Wonosobo adalah sebagai berikut: Tabel II.37 Rasio rumah sakit per satuan penduduk Tahun Rumah sakit jumlah penduduk Rumah sakit per satuan penduduk , , , , , ,0049 Sumber: SIPD (Diolah) Jumlah rumah sakit di Kabupaten Wonosobo selama periode mengalami kenaikan. Jika pada tahun 2010 tercatat terdapat 3 rumah sakit, maka pada tahun 2015 telah mencapai 4 rumah sakit. Rasio rumah sakit per satuan penduduk di Kabupaten Wonosobo pada tahun 2015 mencapai 0,0049. Pada tahun 2015 dapat dikatakan bahwa 1 rumah sakit melayani penduduk sebanyak penduduk. Rasio dokter per satuan penduduk Indikator rasio dokter per jumlah penduduk menunjukkan tingkat pelayanan yang dapat diberikan oleh dokter dibandingkan julah penduduk yang ada. Apabila dikaitkan dengan standar sistem pelayanan kesehatan terpadu, idealnya satu orang dokter melayani penduduk. Jumlah Dokter Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 59

79 dan Dokter spesialis di Kabupaten Wonosobon belum memenuhi kebutuhan sesuai rasio jumlah penduduk di Kabupaten Wonosobo. Selain itu distribusi dokter spesialis tidak merata serta kualitasnya masih perlu ditingkatkan. Berikut ini disajikan tabel rasio dokter per satuan penduduk. Tabel II.38 Rasio dokter per satuan penduduk Tahun Dokter jumlah penduduk Rasio dokter per satuan penduduk , , , , , ,1785 Sumber: SIPD (Diolah) Rasio tenaga medis per satuan penduduk Tabel II.39 Rasio Tenaga MedisPer Satuan Penduduk Tahun Jumlah Jumlah penduduk Rasio tenaga medis per satuan penduduk , , , , ,0024 Sumber: SIPD (Diolah) Tabel II.40 Capian Indikator Cakupan Kesehatan No. 1 Indikator Kinerja Berdasarkan EKPPD Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani Capaian Kinerja % 107,36% 112,72% 111,87% 100% Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 60

80 No. Indikator Kinerja Capaian Kinerja Cakupan pertolongan 99,77% persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan 98,13% 98,88% 99,53% 99,67% Cakupan Desa/kelurahan 100% Universal Child Immunization 96,23% 98,87% 100,00% 100% (UCI) Cakupan Balita Gizi Buruk 100% 100% 100% 100% 100% mendapat perawatan Cakupan penemuan dan 100% penanganan penderita 100% 100% 100% 100% penyakit TBC BTA Cakupan penemuan dan 100% penanganan penderita penyakit DBD 100% 100% 100% 100% Cakupan pelayanan 1.7% kesehatan rujukan pasien 31,63% 10,72% 31,82% - masyarakat miskin 8 Cakupan kunjungan bayi 100,92% 100,92% 105,79% 96,90% 99,26 % Sumber: Buku LKPJ , Dinas Kesehatan, 2015 (diolah) Untuk perkembangan cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani di Kabupaten Wonosobo selama periode mengalami fluktuasi. Dalam hal ini, komplikasi kebidanan yang dimaksud adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas yang dapat mengancam jiwa ibu dan/atau bayi. Pada tahun 2015 cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani sudah mencapai 100%, Perkembangan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di Kabupaten Wonosobo mengalami perbaikan setiap tahunnya. Jika pada tahun 2011 cakupannya baru mencapai 98,13%, maka pada tahun 2015 sudah mencapai 99,77%. Perkembangan cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) di Kabupaten Wonosobo selama periode telah mencapai 100%. Cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) adalah desa/kelurahan dimana >80% dari jumlah bayi yang ada di desa/kelurahan tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap dalam waktu satu tahun. Untuk kinerja cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan di Kabupaten Wonosobo sudah mencapai tingkat yang optimal, dimana dari Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 61

81 periode 2011 hingga 2014 sudah mencapai 100%. Hal ini menunjukkan bahwa kasus balita gizi buruk sudah tertangani seluruhnya. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA di Kabupaten Wonosobo juga sudah cukup optimal dilakukan, dari periode 2011 hingga 2015 sudah mencapai 100%. Dalam cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD selama ini di Kabupaten Wonosobo telah menunjukkan tingkat yang optimal. Selama periode cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD sudah mencapai 100%. Perkembangan cakupan kunjungan bayi selama lima tahun terakhir mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Cakupan kunjungan bayi di tahun 2011 dan 2012 telah mencapai 100,92% dan kemudian meningkat lagi pada tahun 2013 mencapai 105,79%. Namun mengalami penurunan di tahun 2015 menjadi sebesar 99,26%. TB dan HIV menjadi penyakit menular yang menjadi prioritas program di Kabupaten Wonosobo. Angka Prevalensi TB di Kabupaten Wonosobo Tahun cenderung mengalami penurunan, sedangkan penemuan kasus HIV mengalami peningkatan. Kondisi tersebut menjadi perhatian untuk meningkatkan langkah preventif melalui advokasi, dan pemberian pemahaman bagi masyarakat serta pendampingan bagi Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). Kondisi prevalensi Tb dan HIV yang terdeteksi di Kabupaten Wonosobo dapat dilihat pada Tabel II.41. Tabel 2.41 Prevalensi HIV dan TB Tahun jumlah penduduk kasus TB Kasus HIV Prevalesi TB Prevalensi HIV ,455 0, ,449 0, ,309 0, ,288 0,054 Jumlah Kecamatan Yang memiliki Minimal 1 Puskesmas Terakreditasi Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 62

82 Tabel II.42 Jumlah Kecamatan Yang memiliki Minimal 1 Puskesmas Terakreditasi Tahun Jumlah (Kaliwiro) (Kaliwiro) (Kaliwiro) (Kaliwiro, Wonosobo, Garung, Selomerto) (Kaliwiro, Wonosobo, Garung, Selomerto) Sumber : Dinas Kesehatan Kab Wonosobo Jumlah Kecamatan Yang memiliki Minimal 1 Puskesmas Terakreditasi di Kabupaten Wonosobo meningkan selama 4 tahun terakhir. Tahun 2011 hanya ada satu kecamatan yang memiliki puskesmas terakreditasi, yaitu kecamatan Kaliwiro, tahun 2012 hingga 2013, masih sama. Sedangkan tahun 2015 meningkat menjadi 4 kecamatan, yaitu kecamatan Kaliwiro, Wonosobo, Garung, Selomerto. Peningkatan ini disebabkan oleh faktor manajemen puskesmas, ketersediaan tenaga kesehatan, dan pelayanan puskemas. d. Urusan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Indikator Persentase penduduk berakses air bersih % Panjang Jalan Kabupaten dalam Kondisi Baik Ketersediaan infratruktur yang layak dan memadai merupakan aspek dasar yang diperlukan dalam proses pembangunan. Berikut ini diuraikan hasil kinerja Urusan Pekerjaan Umum dan penataan ruang di Kabupaten Wonosobo selama periode Tabel II.43 Capaian Indikator Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 61,52 Tahun ,23% 76,5% 80,45% 83,58 85,34% 56% 65,25% 66,24% 62,28% 54,12% 57,19% Rasio jaringan irigasi 64,99% 71,05% 70,80% 72,75% 70,49% Rasio Ruang terbuka hijau per satuan luas wilayah ,57 39,4 40,13 Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 63

83 % Luas Irigasi Kabupaten Baik 63,61% 64,99% 71,05% 70,80% 72,75% 70,49 Sumber : LPPD AMJ : Evaluasi Capaian Tahun Ketiga (2013) RPJMD Air adalah unsur yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahkan dapat dipastikan tanpa pengembangan sumber daya air secara konsisten peradaban manusia tidak akan mencapai tingkat yang dinikmati sampai saat ini. Oleh karena itu pengembangan dan pengolahan sum er daya air merupakan dasar perada an manusia alah satu faktor penting penggunaan air dalam kehidupan sehari-hari adalah untuk ke utuhan air minum. Air minum yang layak sangat penting dalam menunjang kehidupan masyarakat, kualitas air minum yang layak ditetapkan harus memenuhi persyaratan fisik, persyaratan kimiawi, persyaratan mikrobiologis. Berdasarkan data akses air minum layak di Kabupaten Wonosobo, persentase air minum layak setiap tahunnya mengalami peningkatan dari tahun 2011 yang hanya 64,23% menjadi 84,61% pada tahun Hal ini berarti, pemerintah Kabupaten Wonosobo masih memiliki tugas untuk meningkatkan kualitas air minum sekitar 15,39% rumah tangga yang belum bisa mengakses air minum layak. Kebutuhan air minum layak Kabupaten Wonosobo semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Permasalahan penyediaan air bersih di Kabupaten Wonosobo saat ini tidak saja hanya mencakup kuantitas tetapi juga kualitas dan kontinuitas Salah satu kebutuhan masyarakat yang sangat krusial adalah tersedianya jalur transportasi berupa jaringan jalan yang baik. Kebutuhan jalan memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah maupun terhadap kondisi sosial budaya kehidupan masyarakat. Infrastruktur jalan yang baik adalah modal sosial masyarakat dalam menjalani roda perekonomian, sehingga pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak mungkin dicapai tanpa ketersediaan infrastruktur jalan yang baik dan memadai. Kebijakan pembangunan yang tidak bertumpu pada pengembangan terhadap kompatibilitas dan optimalisasi potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya fisik (buatan) akan sulit mencapai pembangunan yang berkelanjutan. Ini sering kita alami dengan terjadinya banjir di jalur-jalur utama ekonomi yang disebabkan oleh pembangunan yang kurang memperhatikan kapasitas sumber daya alam sehingga fungsi sistem sungai dan drainase tidak memadai. Ini juga telah kita alami dengan terjadinya bottle neck (jaringan jalan yang menyempit) di berbagai jaringan transportasi yang disebabkan oleh pembangunan yang tidak memperhatikan tata guna lahan sehingga kapasitas sumber daya fisik (buatan) tidak lagi mampu menampung perjalanan barang dan manusia yang dihasilkan oleh tata guna lahan. Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 64

84 Presentase panjang jaringan jalan dalam kondisi baik di Kabupaten Wonosobo cenderung mengalami penurunan tiap tahunnya, yang berarti jalan dui Kabupaten Wonosobo masih berada pada tingkatan yang belum memadai guna mendukung pergerakan orang dan barang. Jika pada tahun 2012 proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik mencapai 66,24% pada tahun 2014 mengalami penurunan menjadi sebesar 54,12%. Ini berarti hampir 1/2 panjang jaringan jalan di Kabupaten Wonosobo dalam kondisi rusak (sedang atau berat). Pada tahun 2015, 57,19% kondisi jalan di Wonosobo kondisinya baik dan sedang dari panjang total di Kabupaten Wonosobo 779,89 km. Salah satu infrastruktur yang sangat diperlukan untuk peningkatan produksi pertanian khususnya produksi beras adalah Jaringan irigasi. Jaringan irigasi diperlukan untuk pengaturan air, mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian dan penggunaannya. Secara operasional jaringan irigasi dibedakan ke dalam tiga kategori yaitu jaringan irigasi primer, sekunder dan tersier. Rasio jaringan irigasi dari tahun 2011 hingga 2013 mengalami fluktuasi. Tahun 2011 rasio jaringan irigasi 64,99% kemudian meningkat menjadi 71,05% pada tahun 2012 dan menurun lagi pada tahun 2013 menjadi 70,80%. Pada tahun 2015, kondisi jaringan irigasi dalam keadaan baik sebanyak 70,49%. Pengendalian dan pemeliharaan kualitas lingkungan tidak terlepas dari penyediaan ruang terbuka hijau. Ruang terbuka hijau (RTH) di Kabupaten Wonosobo selama periode cenderung mengalami peningkatan. Jika pada tahun 2013 persentase RTH berada di tingkat 38,57%, kemudian di Tahun 2015 menjadi 40,13%. Hal ini berarti besaran sudah mencapai kondisi ideal yang dipersyaratkan, yaitu mencapai 30% dari luas wilayah. e. Urusan Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Untuk aspek tempat tinggal, diketahui bahwa rumah tinggal yang bersanitasi di Kabupaten Wonosobo mengalami perkembangan selama periode Pada tahun 2011, rumah tinggal bersanitasi berada di tingkat 33,82% dari total rumah tinggal yang ada. Kemudian di tahun 2014, tingkat capaiannya sudah mencapai 39,92%. Rumah tinggal berakses sanitasi sekurang-kurangnya mempunyai akses untuk memperoleh layanan sanitasi (1) Fasilitas air bersih (2)Pembuangan tinja (3)Pembuangan air limbah (air bekas) (4)Pembuangan sampah. Tabel II.44 Capaian Indikator Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Indikator % Rumah Tangga Bersanitasi 22,22% 24,37% 30,03% 45,02% 47,95% Rumah layak huni 0,76 0,91 0,92 0,79 Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 65

85 Indikator Rumah tangga pengguna air bersih 61,52% 64,23% 76,5% 80,45% 85,34% Lingkungan Permukiman Kumuh 0,25% 0,25% 0,25% 0,87% 0,79% Sumber : LPPD AMJ Walaupun terjadi peningkatan kinerja, namun hal ini menunjukkan bahwa ada 61,08% rumah tinggal di Kabupaten Wonosobo masih belum memenuhi aspek dasar yang dibutuhkan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan ialah melalui bantuan penyediaan MCK dan septic tank komunal terutama di kawasan kampung yang kumuh. Rumah tangga layak huni di kabupaten Wonosobo cenderung meningkat, meskipun peningkatannnya tidak signifikan.tahun 2014, rumah layak huni di Kabupaten Wonosobo 0,73 atau 73%, hal ini berarti 27% rumah di kabupaten Wonosobo tidak layak huni. Solusi yag bisa diterapkan adalah dengan memberikan bantuan stimulan untuk perbaikan rumah tidak layak huni menjadi rumah layak huni dan sehat kepada Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) yang tersebar di Kabupaten Wonosobo. Selain itu pemerintah juga harus memaksimalkan Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS), yakni pemberian stimulan bedah rumah untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) yang memiliki rumah tidak layak huni. Perkembangan cakupan rumah tangga pengguna air bersih di Kabupaten Wonosobo meningkat secara signifikan, bahkan cenderung pada tahun 2014 % rumah tangga pengguna air bersih mencapai 92,46% meningkat drastis dari tahun 2011 yang hanya sekitar 77,42%. Akses air bersih bagi masyarakat Kabupaten Wonosobo hingga kini masih belum dapat memenuhi standar kelayakan secara sepenuhnya dan potensial terancam oleh padatnya permukiman dan perubahan fisik lingkungan. Berdasarkan data dari Dinas Tata Ruang dan Ciptakarya Kabupaten Wonosobo, 0,87% termasuk ke dalam daerah pemukiman kumuh pada tahun Selama tahun 2011 hingga 2013, lingkungan permukiman kumuh stabil pada angka 0,25%, kemudian meningkat drastis. Meluasnya kawasan kumuh berkorelasi dengan meningkatnya jumlah penduduk yang pada Tahun 2014 yang mencapai f. Urusan Ketrentaman, Ketertiban Umum dan Perlindungan Masyarakat Kestabilan kondisi politik dan keamanansangat berpengaruh terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah. Stabilitas politik dan iklim politik yang kondusif akan menciptakan suasana aman, tertib, tentram dan damai guna mewujudkan keberhasilan pelaksanaan tujuan pembangunan untuk mendukung Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 66

86 terselenggaranya pembangunan daerah secara dinamis.capaian kinerja Urusan Kentrentaman, Ketertiban Umum dan Perlindungan Masyarakat di Kabupaten Wonosobo dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel II.45 Indikator Kinerja Kunci Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri No. Indikator Kinerja Kunci Capaian Kinerja (IKK) Kegiatan pembinaan politik daerah Kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas dan OKP 3 Rasio personil Satpol PP terhadap jumlah penduduk 0,52% 0,51% 0,51% 0,51 % 0,51 % 4 Demo/protes thd Perda/Perbup 5 Keberadaan Perda tentang PSK dan PKL (ada) (ada) (ada) (ada) (ada) Sumber : Kantor Kesbangpol&Satpol PP dan Linmas Kab. Wonosobo, 2016 Pembinaan politik daerah terus dilaksanakan baik ditujukan kepada LSM,Ormas dan OKP dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Meskipun dengan jumlah rasio personil Satpol PP per penduduk serta rasio jumlah Linmas per penduduk yang masih dibawah ideal, namun tetap dapat mempertahankan dan meningkatkan kemampuan mendeteksi dini berbagai potensi gangguan kantrantibmas, dan juga semakin menguatkan ketahanan masyarakat terhadap gangguan kantrantibmas. Aksi massa terhadap kebijakan daerah atau demo/protes terhadap Perda, Perbub pada Tahun 2015 bisa ditangani dengan baik. g. Urusan Sosial Konsep pembangunan sosial dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan masyarakat yang memiliki komponen dasar yakni kecukupan (sustenance), jati diri (self-esteem), serta kebebasan (freedom). Target pembangunan sosial diarahkan pada pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Sosial mencakup 2 (dua) komponen penting yaitu Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dan Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS). Jumlah PMKS di Kabupaten Wonosobo yang terdiri dari 23 jenis PMKS yaitu Anak Jalanan, Penderita Sakit Jiwa, Gepeng (Gembel dan Pengemis), Jumlah Penderita HIV/AIDS, Jumlah Pecandu Narkoba, Sarana Rehabilitasi Sosial, Fakir Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 67

87 Miskin, Bayi Terlantar, Anak Terlantar, Lanjut Usia Terlantar, Komunitas Adat Terpencil, Penyandang Tuna, Penyandang Tuna Rungu, Penyandang Tuna Wicara, Penyandang Tuna Wicara-Rungu, Penyandang Tuna Daksa, Penyandang Tuna Grahita, Penyandang Cacat Jiwa, Penyandang Cacat Ganda, Tuna Susila, Bekas Narapidana, Pengidap HIV/AIDS, dan Korban Penyalahgunaan NAPZA. Selama tahun , jumlah anak jalana mengalami penurunan, sedangkan jumalh penderita sakit jiwa, pecandu narkoba, anak terlantar, penyandang tuna netra, pengidap HIV/AIDS, tuna susila dan bekas narapidana cenderung meningkat. Untuk lebih jelasnya berikut gambaran jumlah PMKS di Kabupaten Kabupaten yang tergambar dalam tabel berikut. Penduduk rawan Sosial dan Sarana * Tabel II.46 Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Kab. Wonosobo Tahun Tahun Anak Jalanan Penderita Sakit Jiwa *) *) 47 Gepeng (Gembel dan Pengemis) Jumlah Penderita HIV/AIDS *) Jumlah Pecandu Narkoba *) 57 Sarana Rehabilitasi Sosial 57 *) 73 *) Fakir Miskin Bayi Terlantar Anak Terlantar Lanjut Usia Terlantar Komunitas Adat Terpencil *) *) 4549 Penyandang Tuna Netra Penyandang Tuna Rungu *) 935 *) 935 *) 935 *) Penyandang Tuna Wicara Penyandang Tuna Wicara- Rungu Penyandang Tuna Daksa Penyandang Tuna Grahita Penyandang Cacat Jiwa Penyandang Cacat Ganda Tuna Susila Bekas Narapidana Pengidap HIV/AIDS Korban Penyalahgunaan Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 68

88 Penduduk rawan Sosial Tahun dan Sarana * NAPZA Jumlah Sumber: SIPD Kabupaten Wonosobo Tabel II.47 PMKS yang Memperoleh Bantuan Sosial No. Capaian Kinerja Indikator Kinerja Pembangunan Daerah % PMKS yang memperoleh 1 bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan dasar , % PMKS mandiri % PMKS terlayani jaminan sosial 5, % Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH) yang ditangani % Korban bencana yang mendapat pendampingan Jumlah panti social % Meningkatnya rehabilitasi 7 berbasis masyarakat (RBM) Sumber : Dinas Sosial, ,9 66, Presentase PMKS yang mendapatkan bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan dasar meningkat dalam kurun waktu 2011 hingga Pada tahun 2011, presentase PMKS yang mendapat bantuan hanya 10%, pada tahun 2015 menjadi 42,84%. Hal ini berarti ada 57,16% Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang tidak mendapatkan bantuan. h. Urusan Perhubungan Penyelenggaraan pelayanan perhubungan merupakan aspek strategis yang berdampak lintas sektoral. Kondisi pelayanan perhubungan Kabupaten Wonosobo dapat dilihat dari indikator kinerja sebagai berikut : Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 69

89 Tabel II.48 Capaian Indikator Urusan Perhubungan Kab Wonosobo Tahun Indikator Izin Trayek Perkotaan Izin Trayek Pedesaan Jumlah Uji Kir Angkutan Umum** ). Mobil Penumpang Umum ). Mobil Bus ). Mobil Barang ). Terminal Penumpang* 2 1. Kelas A Kelas B Kelas C Sumber: SIPD Kab. Wonosobo Seluruh angkutan umum yang ada di Kabupaten Wonosobo wajib memiliki izin trayek. Hal ini dimaksudkan untuk penataan, pengaturan dan pengendalian trayek angkutan umum, sehingga ini dapat meminimalisir trayek ilegal yang dilakukan para pengendara angkutan umum. Izin trayek yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten Wonosobo pada tahun 2010 sebanyak 517 izin, yang terdiri izin trayek pedesaan dan perkotaan. Izin trayek perkotaan sebanyak 345 dan izin trayek pedesaan sejumlah 172 izin. Tahun 2014 cenderung menurun dengan jumlah izin trayek yang dikeluarkan pemerintah Kabupaten Wonosobo sebanyak 489. Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 70

90 Gambar 2.26 Perkembangan Izin Trayek Kab. Wonosobo Seluruh angkutan umum yang diimpor di Kabupaten Wonosobo, baik yang dibuat dan/atau dirakit di dalam negeri dan akan dioperasikan di jalan wajib memiliki pengujian agar memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan. Hal ini dimaksudkan menjamin keselamatan penumpang angkutan umum dan menjaga keseimbangan ekosistem lingkungan. Jumlah Uji Kir Angkutan Umum Gambar 2.27 Jumlah Uji Kir Angkutan Umum Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 71

91 Jumlah angkutan umum yang telah melakukan uji kir pada tahun 2010 sebanyak unit kendaraan kemudian meningkat pada tahun-tahun berikutnya hingga mencapai 2790 pada tahun 2012, tetapi kemudian menurun pada tahun 2013 yang hanya mencapai 2169 unit. 2. Urusan Wajib Non Pelayanan Dasar a. Urusan Penanaman Modal Jumlah Nilai Investasi Berskala Nasional (PMDN/PMA) Tabel II.49 Capaian Kinerja Urusan Penanaman Modal Tahun Indikator Kinerja Capaian Kinerja No Pembangunan Daerah 1. Jumlah Investasi Nilai (milyar) Investasi , ,1 191, , ,86 Sumber : LPPD AMJ : Evaluasi Capaian Tahun Ketiga (2013) RPJMD Semakin banyak nilai realisasi investasi PMDN dan PMA maka semakin menggambarkan ketersediaan pelayanan penunjang yang dimililiki daerah berupa ketertarikan investor untuk meningkatkan investasinya di daerah. Dan semakin banyak realisasi proyek maka akan semakin menggambarkan keberhasilan daerah dalam memberi fasilitas penunjang pada investor untuk merealisasikan investasi yang telah direncanakan. Jumlah investasi di Kabupaten Wonosobo pada tahun 2010 sebanyak 811, dengan jumlah investasi sebesar 135 milyar. Jumlah investasi terus meningkat hingga tahun 2014 sebesar dengan nilai investasi 220,45 miliyar. Berdasarkan Tabel 2.49 nilai Investasi tidak selalu mengikuti jumlah investasi. Jumlah investasi tertinggi pada tahun 2014 dengan nilai investasi 220,45 milyar, tetapi nilai investasi tertinggi justru pada tahun 2011 yaitu sebesar 293,20 dengan jumlah investasi b. Urusan Koperasi dan UMKM Peran koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah sangat strategis dalam perekonomian, sehingga perlu menjadi fokus pembangunan ekonomi pada masa mendatang. Koperasi juga memegang peran penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat. Peran koperasi dalam pembangunan perekonomian antara laian sebagai penyedia Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 72

92 lapangan kerja,pencipta pasar baru dan sumber inovasi, serta sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor. Kinerja koperasi dapat diukur dari tingkat keaktifan koperasi, dan tingkat kesehatan koperasi khususnya pada unit Koperasi Simpan Pinjam (KSP). Tingkat keaktifan koperasi dalam kurun waktu cenderung meningkat, dari sebesar 58,1% pada Tahun 2010 menjadi sebesar 61,77% pada Tahun Prosentase jumlah koperasi aktif terhadap jumlah seluruh koperasi mengalami peningkatan dengan rata-rata kenaikan sebesar 1,5%. Meningkatnya presentase koperasi aktiv dipengaruhi oleh keaktifan pengurus dalam melakukan pengelolaan koperasi dan juga meningkatnya jumlah koperasi yang dibentuk karena adanya bantuan yang mengharuskan kelompok membentuk koperasi, sehingga pasca penerimaan bantuan, koperasi tidak lagi aktif dalam mengembangkan usaha koperasi. Perkembangan tingkat keaktifan koperasi dapat dilihat pada Tabel Tabel II.50 Tabel Capaian Indikator Urusan Koperasi dan UMKM Kab. Wonosobo Tahun No. Indikator 1. Jumlah UMKM Capaian Jumlah Koperasi Jumlah Koperasi 222 Aktif Jumlah aset Koperasi (juta) Jumlah asset UMKM 38,521 (juta) 28, Usaha Mikro dan 99,98% 99,98% 98,78% 98,85% 98,78 Kecil Aktif Sumber : LPPD AMJ : Evaluasi Capaian Tahun Ketiga (2013) RPJMD Jumlah usaha mikro dan kecil, ada fluktuasi penurunan prosentase jumlah usaha mikro dan kecil terhadap jumlah seluruh UMKM pada tahun Hal ini dimungkinkan karena pengaruh kenaikan harga BBM dan BBG sedangkan sebagian besar usahanya berskala rumah tangga dengan modal kecil sehingga sangat rentan terhadap kenaikan harga-harga bahan baku di pasaran. Pada Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 73

93 tahun 2014 mulai terjadi lagi peningkatan prosentase jumlah usaha mikro dan kecil sebesar 0,07%. Jumlah asset koperasi meningkat dari tahun 2011 sebesar 560 juta rupiah menjadi juta rupiah pada tahun 2014 dengan rata-rata kenaikan sebesar 180 juta rupiah, sedangkan jumlah asset UMKM meningkat dari tahun 2011 sebesar juta rupiah menjadi juta rupiah pada tahun 2014 dengan rata-rata kenaikan sebesar juta rupiah. Nilai asset koperasi dan UMKM ini telah melampaui target RPJMD c. Urusan Administrasi Kependudukan Dan Catatan Sipil Dengan jumlah penduduk sebanyak pada tahun 2014, maka penyenggaraan pelayanan kependudukan dan catatan sipil menjadi sangat penting untuk dapat dikelola secara baik. Pada tahun 2011 penduduk yang sudah memiliki KTP sebanyak 95,98%, kemudian meningkat pada tahun 2012 dan menurun pada tahun 2014 yang hanya mencapai 85,68%. Nilai ini menurun tajam dari tahun 2013 yang sudah mencapai 98,08%. Gambar 2.28 Presentase Jumlah Pemilik KTP Berbasis NIK Sumber : LPPD AMJ : Evaluasi Capaian Tahun Ketiga (2013) RPJMD Sedangkan untuk kepemilikan akta kelahiran di Kabupaten Wonosobo pada tahun 2010 hanya sekitar 56,84% meningkat hingga pada tahun 2015 sekitar 79,03%, Berikut secara lengkap disajikan data mengenai kepemilikan administrasi kependudukan (KTP, KK, dan Akte Kelahiran) selama kurun waktu tahun Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 74

94 No. Tabel II.51 Tabel Capaian Urusan Administrasi Kependudukan Dan Catatan Sipil Indikator Kinerja Pembangunan Daerah 1 % jumlah pemilik KTP berbasis NIK Kab. Wonosobo Tahun Capaian Kinerja (Tahun) ,23 95,98 99,53 98,08 85, % Jumlah kepemilikan KK 99,58 99,95 98,66 99,71 97, % kepemilikan Akta kelahiran 56,84 60,71 62,04 76,68 71, % penduduk yang teregristrasi 99,95 98,66 99,71 97, (jumlah penduduk yang mempunyai NIK) 5 % Anak Lahir yang membuat Akta Kelahiran 90,84 97,53 99,38 96,65 96, % penduduk meninggal yang membuat Akta Kematian 7 lama pengurusan Akte kelahiran ,7 2,2 14,89 20, hari 14 hari 14 hari 14 hari 10 hari 5 8 lama pengurusan KTP 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari 5 Sumber : LPPD AMJ : Evaluasi Capaian Tahun Ketiga (2013) RPJMD Presentase anak Lahir yang membuat Akta Kelahiran dalam kurun waktu 2010 hingga 2015 mengalami pertumbuhan yang fluktuatif. Tahun 2010, 90,84% naka lahir membuat akta kelahiran kemudian terus meningkat hingga tahun 2015 mencapai 99,58%. d. Urusan Tenaga Kerja Urusan ketenagakerjaan memiliki aspek multidimensi dan lintas sektoral sehingga peranannya menjadi salah satu aspek yang strategis dalam pembangunan daerah. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) selama tahun fluktuatif antara 66%-84,15%, hal tersebut menunjukkan bahwa dari 100 orang penduduk usia kerja, sekitar orang termasuk angkatan kerja. Atau dapat diartikan juga bahwa dari orang penduduk usia kerja, sekitar orang diantaranya aktif secara ekonomi. Dengan demikian sisanya atau sekitar 34%-16% merupakan penduduk usia kerja yang tidak aktif secara ekonomi, baik itu dalam bentuk pengangguran maupun setengah pengangguran. Kondisi ini tentunya menjadi tanggungjawab pemerintah untuk mengupayakan agar semakin banyak penduduk usia kerja yang bisa berpenghasilan atau aktif secara ekonomi sehingga tidak menjadi beban bagi anggota keluarga lainnya. Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 75

95 Gambar 2.29 Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) Sumber : LPPD AMJ : Evaluasi Capaian Tahun Ketiga (2013) RPJMD Tingkat pencari kerja yang mendaftar selama tahun , yang telah ditempatkan sebesar 50%-57%, sedangkan sisanya sekitar 43%-50% masih belum memperoleh pekerjaan, atau masih menjadi pengangguran dan setengah pengangguran. Hal ini tentu juga masih menjadi permasalahan, yaitu jumlah kesempatan dan peluang kerja yang tersedia masih lebih sedikit dibanding jumlah tenaga kerja yang siap untuk mengisinya. Apabila dilihat dari kualitas tenaga kerja, ternyata jumlah tenaga kerja yang telah berpendidikan tinggi, yaitu yang telah mengenyam pendidikan di perguruan tinggi selama tahun hanya sekitar 3,53%, sementara angka terbesar adalah hanya berpendidikan SD sebesar 71,02%. Dengan demikian secara kualitas, para pencari kerja memang masih terbatas pendidikan dan ketrampilannya, sehingga menyulitkan untuk mengisi lapangan kerja yang membutuhkan pendidikan dan ketrampilan tinggi atau berketrampilan khusus. Sementara itu, angka tingkat ketergantungan rasio ketergantungan selama tahun sebesar 36%-51,47% menunjukkan bahwa tanggungan penduduk Kabupaten Wonosobo adalah sebesar 36%-51,47%, yang berarti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif harus menanggung antara penduduk usia non produktif (usia anak-anak dan penduduk usia lanjut), dan angka tersebut termasuk dalam kategori sedang. Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 76

96 No. Indikator Kinerja Kunci (IKK) 1 Tingkat partisipasi angkatan kerja 2 Pencari Kerja yang ditempatkan 3 Kualitas tenaga kerja rasio kelulusan S1, S2, S3 4 Tingkat ketergantungan rasio ketergantungan Tabel II.52 Urusan Tenaga Kerja Kab. Wonosobo Tahun Rumus ( penduduk angkatan kerja)/ ( penduduk usia kerja (15-64)) x 100% ( pekerja yg ditempatkan)/ ( pencari kerja yang mendaftar) x 100% ( lulusan 1 2, 3)/ ( penduduk) x ( penduduk usia<15thusia>64th)/ ( penduduk usia (15-64th) x 100% Sumber : LPPD AMJ Capaian Kinerja % 84, % 69,5 72,73 % % % 57,86% 57,90 % 142, : Evaluasi Capaian Tahun Ketiga (2013) RPJMD Transmigran Swakarsa Tabel II , Jumlah Calon Transmigran yang ditempatkan 50,21% 54,4 4% 134, ,53 % 36% 0,08% 50,49% 51,4 7% 45,43 % 299,2 8 56,76 % Tahun Jumlah calon (KK) Transmigran yang ditempatkan Sumber : LPPD AMJ : Evaluasi Capaian Tahun Ketiga (2013) RPJMD Jumlah calon (KK) transmigran yang ditempatkan dari tahun 2010 hingga 2014 cenderung menurun. Tahun 2010 calon transmigran sudah mencapai 56 kk. Jumlah calon transmigran pada tahun 2011 menurun menjadi 14 keluarga, kemudian meningkat pada tahun 2012 sebanyak 25 kk, kembali Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 77

97 menurun pada tahun 2013 dan terus menurun pada tahun 2015 yang hanya lima kk. Pada tahun 2015 jumlah calon transmigran naik menjadi 7 Kepala Keluarga (KK) dari tahun sebelumnya, yaitu sejumlah 5 KK di tahun 2014, walaupun sebenarnya jumlah peminat yang mendaftar sejumlah 60 KK. Oleh karena itu untuk memberikan gambaran yang obyektif dalam menilai kinerja urusan Ketransmigrasian harus dikaitkan dengan tujuan pembangunan transmigarsi itu sendiri yaitu untuk menanggulangi kemiskinan, akses penduduk untuk memperoleh tempat tinggal yang layak serta fasilitasi dalam mobilitas penduduk. Permasalahan Kemiskinan dan Kesempatan Kerja Kesempatan kerja pada suatu negara merupakan peluang bagi penduduk untuk melaksanakan fungsinya sebaga sumber ekonomi dalam proses produksi untuk mencapai kesejahteraan. Kesempatan kerja adalah jumlah penduduk yang berpartisipasi dalam pembangunan dengan melakukan suatu pekerjaan dan menghasilkan pendapatan. Kesempatan kerja meliputi kesempatan untuk bekerja, kesempatan untuk bekerja sesuai dengan pendidkan dan keterampilan, dan kesempatan untuk mengembangkan diri. Semakin banyak orang yang bekerja berarti semakin luas kesempatan kerja. Kesempatan kerja dibedakan menjadi dua golongan, yaitu : kesempatan kerja permanen dan kesempatan kerja temporer. Banyaknya Pencari Kerja Menurut Kecamatan di Kabupaten Wonosobo pada tahun 2014 dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel II.54 Banyaknya Pencari Kerja Menurut Kecamatan di Kabupaten Wonosobo tahun 2014 No Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) 1 Wadaslintang Kepil Sapuran Kalibawang Kaliwiro Leksono Sukoharjo Selomerto Kalikajar Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 78

98 No Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah 10 Kertek Wonosobo Watumalang Mojotengah Garung Kejajar Jumlah Sumber : Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Wonosobo Sedangkan berdasarkan pendidikannya, pencari kerja dapat dilihat dari tabel berikut ini: Tabel II.55 Pencari Kerja Menurut Pendidikan Di Kabupaten Wonosobo Tahun 2014 Pendidikan SD Sisa Pencari Kerja 2013 Pencari Kerja 2014 Penempata n 2014 Penghapusa n 2014 Sisa Pencari Kerja 2014 (1) (2) (3) (4) (5) (6) SLTP SLTA D1/D2 D3 D4/S1/S2/S3 Jumlah Sumber : Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Wonosobo Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 79

99 Banyaknya TenagaKerja Indonesia Antar Kerja Antar Negara (TKI AKAN) Menurut Kecamatan di Kabupaten Wonosobo, , terlihat dalam tabel berikut ini: Tabel II.56 Banyaknya TenagaKerja Indonesia Antar Kerja Antar Negara (TKI AKAN) Menurut Kecamatan di Kabupaten Wonosobo No Kecamatan (1) (2) (5) (6) (7) (8) (9) 1 Wadaslintang Kepil Sapuran Kalibawang Kaliwiro Leksono Sukoharjo Selomerto Kalikajar Kertek Wonosobo Watumalang Mojotengah Garung Kejajar Jumlah Sumber : Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Wonosobo Sedangkan Banyaknya Pencari Kerja Menurut Lokasi Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) di KabupatenWonosobo, 2014 terlihat dari tabel berikut ini: Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 80

100 Tabel II.57 Banyaknya Pencari Kerja Menurut Lokasi Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) di KabupatenWonosobo Tahun 2014 No Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) 1 Wadaslintang Kepil Sapuran Kalibawang Kaliwiro Leksono Sukoharjo Selomerto Kalikajar Kertek Wonosobo Watumalang Mojotengah Garung Kejajar Jumlah Perkiraan tingkat partisipasi angkatan kerja merupakan persentase rasio perkiraan angkatan kerja terhadap perkiraan penduduk usia kerja. Pada tahun 2014, TPAK Kabupaten Wonosobo sebesar 73,90%. Dengan tingkat pengangguran 5,34. Dengan demikian memang sudah banyak penduduk Kabupaten Wonosobo yang bekerja, namun bila dilihat dari tempat bekerjanya, maka dapat dikatakan bahwa sebagian yang bekerja tidaklah di wilayah Kabupaten Wonosobo. Mereka bekerja melalui Antar Kerja Antar Negara, yaitu sebagai Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 81

101 TKI di luar negeri yang sebagian besar pada sektor non formal dan juga melalui Antar Kerja Antar Daerah, yang sebagian besar ke luar pulau yang bekerja sebagai buruh perkebunan kelapa sawit. Permasalahan Kemiskinan Berdasarkan Jenis Pekerjaan Penduduk usia kerja adalah penduduk yang berusia 15 hingga 65 tahun. Pada usia tersebut mereka dapat melakukan pekerjan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja untuk menghasilkan barang atau jasa dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat. Angkatan kerja adalah penduduk berumur lima belas tahun ke atas yang selama seminggu sebelum pencacahan bekerja atau mempunyai pekerjaan, sementara tidak bekerja, dan mereka tidak bekerja tetapi mencari pekerjaan. Dari keseluruhan angkatan kerja dalam suatu negara tidak semua mendapat kesempatan untuk bekerja sehingga angkatan kerja dikelompokkan menjadi angkatan kerja yang bekerja dan angkatan kerja yang menganggur (pengangguran terbuka). Angkatan Kerja yang bekerja pada tahun 2014 berdasarkan lapangan usaha dan daerahnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel II.58 Angkatan Kerja yang bekerja berdasarkan lapangan usaha dan daerahnya Tahun 2014 Lapangan Usaha Daerah (orang) Perkotaan Perdesaan Total Pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan Pertambangan dan penggalian Industri Pengolahan Listrik, gas dan air Bangunan Perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel Angkutan, pergudangan dan komunikasi Keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah dan jasa perusahaan Jasa kemasyarakatan JUMLAH Sumber: BPS, Survei Angkatan Kerja Nasional Agustus 2014, diolah Pusdatinaker. Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 82

102 Angkatan Kerja yang bekerja pada tahun 2014 berdasarkan lapangan usaha dan jenis kelaminnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel II.59 Angkatan Kerja yang Bekerja Berdasarkan Lapangan Usaha dan Jenis Kelaminnya, Tahun 2014 Golongan Umur Jenis Kelamin (orang) Laki-Laki Perempuan Total Pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan Pertambangan dan penggalian Industri Pengolahan Listrik, gas dan air Bangunan Perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel Angkutan, pergudangan dan komunikasi Keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah dan jasa perusahaan Jasa kemasyarakatan JUMLAH Sumber: BPS, Survei Angkatan Kerja Nasional Agustus 2014, diolah Pusdatinaker. Tabel II.60 Penduduk yang bekerja menurut Lapangan usaha dan status pekerjaannya Status Pekerjaan (Orang) Lapangan Usaha Berusaha sendiri Berusaha dibantu buruh tidak tetap Berusaha dibantu buruh tetap Buruh/ Karyawa n/ Pegawai Pekerja bebas di Pertani an Pekerja bebas di Non Pertani an Pekerja tidak dibayar Total Pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan Pertambangan dan penggalian Industri Pengolahan Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 83

103 Status Pekerjaan (Orang) Lapangan Usaha Berusaha sendiri Berusaha dibantu buruh tidak tetap Berusaha dibantu buruh tetap Buruh/ Karyawa n/ Pegawai Pekerja bebas di Pertani an Pekerja bebas di Non Pertani an Pekerja tidak dibayar Total Listrik, gas dan air Bangunan Perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel Angkutan, pergudangan dan komunikasi Keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah dan jasa perusahaan Jasa kemasyarakatan JUMLAH Dari data yang tersaji di atas, maka bisa dibaca bahwa 54% lebih lapangan usaha adalah pada sektor Pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan e. Urusan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Keluarga merupakan penopang dasar perkembangan individu dalam masyarakat. Semua aspek kehidupan berawal dari keluarga. Unggul dan kuatnya individu dalam masyarakat pada awal selalu ditopang oleh institusi keluarga yang baik. Keluarga yang bahagia dan sejahtera akan membentuk masyarakat Kabupaten Wonosobo yang saling asih, bergotong dan terdorong untuk maju. Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan urusan keluarga berencana dan keluarga sejahtera salah satunya dapat dilihat dari indikator kinerja sebagai berikut : Tabel II.61 Capain Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Kab. Wonosobo Tahun No. 1 2 Indikator Total Fertility Rate (TFR) % KB AktIf Contrasepsi Participatory Rate (CPR) Capaian Kinerja ,35% 2,26% 1,999% 1.87% 1,78% 2,13% 81,41% 81,15% 82,07% 80.98% 80,27% 80,9% Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 84

104 No. 3 Indikator Laju Pertumbuhan Penduduk Capaian Kinerja ,01 0,66 0,15 0,82 1,27 1,27 Sumber : Evaluasi Capaian RPJMD Tujuan Program Keluarga Berencana secara demografi adalah untuk menurunkan angka kelahiran dan secara filosofis adalah untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Jumlah anak dalam keluarga yang dianjurkan oleh Pemerintah adalah 2 (dua) anak lebih baik. Berkaitan dengan hal di atas, dapat diketahui bahwa Total Fertility Rate (TFR) di Kabupaten Wonosobo tahun 2010 adalah 2,35% menurun menjadi 2,13 pada tahun Hal ini berarti jumlah anak dalam keluarga di Kabupaten Wonosobo selama kurun waktu tahun rata-rata berjumlah 2-3 orang anak. Penurunan rata-rata jumlah anak dapat berarti menurunnya rata-rata jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang wanita sampai dengan akhir masa reproduksinya. Laju pertumbuhan Kabupaten Wonosobo dari tahun 2010 hingga 2013 cenderung menurun. Tahun 2010 laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Wonosobo sekitar 1,01 kemudian menurun hingga pada tahun 2013 mencapai 0,82. Penurunan ini salah satunya pengaruh penurunan nilai TFR yang berarti jumlah kelahiran semakin kecil dan sebagai indikator keberhasilan KB. Peningkatan laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2014 dimungkinkan karena faktor migrasi penduduk mengingat TFR tidak naik tapi justru menurun Angka partisipasi KB (CPR) yang selama 4 tahun mengalami fluktuasi dan cenderung turun disebabkan karena pertambahan jumlah peserta KB tidak sebanding dengan pertambahan pasangan usia subur. Menurut teori demografi jika angka TFR turun maka CPR naik, namun kejadian di Kabupaten Wonosobo dengan angka TFR yang naik dan CPR turun disebabkan karena jumlah pengguna KB jangka panjang terus meningkat sehingga angka kegagalan KB menurun. Perkembangan penggunaan metode kontrasepsi peserta KB sebagai berikut: Tabel II.62 Presentase Metode Kontrasepsi Kab. Wonosobo Tahun No. Metode Kontrasepsi 2011 (%) 2012 (%) 2013 (%) 2014 (%) 2015 (%) 1 IUD 10,02 10,15 10,34 10,32 10,38 2 MOW 8,75 8,56 8,37 7,89 7,43 3 MOP 1,39 1,33 1,3 1,35 1,32 4 Kondom 0,89 0,97 0,91 1,05 1,17 Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 85

105 No. Metode Kontrasepsi 2011 (%) 2012 (%) 2013 (%) 2014 (%) 2015 (%) 5 Implant 18,45 19,49 20,95 20,95 21,91 6 Suntik 49,95 49,58 49,46 50,38 49,72 7 Pil 10,55 9,92 8,67 8,07 8,03 Sumber : LPPD AMJ : Evaluasi Capaian Tahun Ketiga (2013) RPJMD Tabel II.63 Data Keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I Kab. Wonosobo Tahun Tahun Jumlah Pra KS Jumlah KS I Jumlah KK % Pra KS dan KS I , , , ,91 Sumber : LPPD AMJ : Evaluasi Capaian Tahun Ketiga (2013) RPJMD Berdasarkan tabel di atas jumlah Pra KS selama kurun waktu 4 tahun terus mengalami penurunan yang cukup signifikan. Pada tahun 2014 jumlah Pra KS sebesar KK dan jumlah Keluarga Sejahtera I (KS I) sebesar KK atau 42.91%. f. Urusan Komunikasi dan Informatika Teknologi informasi dan komunikasi yang saat ini berkembang sangat pesat menuntut kesiapan pengguna dalam hal ini Pemerintah Daerah dalam memberikan layanan informasi yang mutakhir. Selain itu peningkatan kualitas pengawasan dan pengevaluasian oleh publik, salah satunya ditempuh melalui pemanfaatan e-government. Oleh karenanya sasaran utama dari program dan kebijakan di bidang urusan komunikasi dan informatika diarahkan untuk mencapai sasaran terinformasikanya hasil-hasil penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pem angunan kepada masyarakat dan swasta sehingga masyarakat dapat mengetahui, menilai dan memberikan masukan atas jalannya pemerintahan dan pembangunan, baik menyangkut input, ouput, outcome, benefit maupun impact yang dirasakan dari keluarnya suatu kebijakan. Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 86

106 Tabel II.64 Capaian kinerja Urusan Komunikasi dan Informatika Tahun berdasarkan Indikator Kinerja Kunci (IKK) penyelenggaraan pemerintahan daerah Indikator IKK EKPPD Rumus Capaian Kinerja Web site milik pemerintah daerah Pameran/expo Ada / tidak ada Ada ada ada ada ada Menunjukkan Jumlah pameran/expo per tahun Tabel II.65 Capaian kinerja Urusan Komunikasi dan Informatika Tahun Berdasarkan Indikator RPJMD No. Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Capaian Kinerja Tersedianya media informasi publik yang diterbitkan oleh Pemerintah 2 Tersedianya website pemerintah daerah 3 % paket informasi yang terpublikasikan secara langsung maupun melalui media 4 Jumlah SKPD yang memiliki Sistem Informasi Manajemen 5 % Ter-Update-nya atribut data spasial 6 % Jumlah Koneksi WAN ke seluruh Kecamatan 7 % Terpasangnya VOIP di setiap SKPD 2 paket 2 paket 2 paket 14 paket 17 paket Ada (1.019 pengunjung) Sumber: Bagian Komtel Setda, diolah, 2016 Ada (978 pengunjung) ada (10445 pengunjun g) ada (10688 pengunjun g) Ada ( pengunju ng) (2 online 7 offline) 10 (3 online 7 offline) 12 (8 online 4 offline) 16 (16 online) ,50 2,50 2,50 2,50 2,50 Dari tabel capaian kinerja Urusan Komunikasi dan Informasi dapat dilihat pemanfaatan Sistem Informasi mengalami kenaikan, dengan peningkatan pada Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 87

107 jumlah SKPD yang memiliki Sistem Informasi Manajemen yang diharapkan dapat mendukung pelaksanaan tugas menjadi lebih mudah murah dan cepat. Tahun 2013 terjadi kenaikan pengunjung yang signifikan dari 978 pengunjung menjadi pengunjung. Hal ini mengindikasikan bahwa daya minat masyarakat untuk memanfaatkan website resmi Pemkab Wonosobo untuk mencari informasi semakin tinggi. Pada indikator Jumlah SKPD yang memiliki Sistem Informasi Manajemen juga mengalami peningkatan dari angka 5 di awal RPJMD menjadi 12 (8 online 4 offline), peningkatan yang sangat mencolok dari 7 yang offline di tahun 2013 menjadi 8 online di tahun 2014 dikarenakan perluasan jaringan WAN dan peningkatan kesadaran SKPD dalam kebutuhan dan keterbukaan informasi dalam mendukung pelaksanaan tugas dalam upaya peningkatan pelayanan kepada masyarakat. g. Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan di mana masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri. Pemberdayaan masyarakat hanya bisa terjadi apabila warganya ikut berpartisipasi. Suatu usaha hanya berhasil dinilai sebagai "pemberdayaan masyarakat" apabila kelompok komunitas atau masyarakat tersebut menjadi agen pembangunan atau dikenal juga sebagai subyek. Disini subyek merupakan motor penggerak, dan bukan penerima manfaat atau obyek saja. Rukun Waga atau Rukun Tetangga (RW/RT) sebagai ujung tombak pelayanan kepada masyarakat hendaknya didorong untuk lebih berperan dalam penyelenggaraan proses pembangunan mulai dari perencanaan sampai dengan evaluasinya. Selain RT/RW, PKK menjadi aktor lain yang juga perlu mendapat perhatian, Jumlah tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) aktif di Kabupaten Wonosobo selama periode mengalami peningkatan. Jika pada tahun 2011 hanya 3,27% PKK yang aktif, maka di tahun capaian PKK aktif telah mencapai 78,98%. Selama periode , Rata-rata jumlah kelompok binaan lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM) di Kabupaten Wonosobo mengalami penurunan drastis, dari tahun 2011 yang telah mencapai 856, pada tahun 2014 hanya 217 LPM yang aktif sebagaimana terangkup dalam tabel 2.60 Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 88

108 Tabel II.66 Capaian kinerja Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kab. Wonosobo Tahun No. Indikator Jumlah LPM Aktif Jumlah kelompok PKK aktif Jumlah binaan PKK kelompok 281/8591 x 100%=3,2 7% 6.726/ x 100% (74.99%) 6.726/8.969 x 100% = 74.99% 7.084/ x 100% = 78.98% Sumber : Evaluasi Capaian RPJMD 8.731/ x 100% =97,34% 281 h. Urusan Statistik Menurut Pasal 31 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, data adalah keterangan objektif tentang suatu fakta baik dalam bentuk kuantitatif, kualitatif, maupun gambar visual (images) yang diperoleh baik melalui observasi langsung maupun dari yang sudah terkumpul dalam bentuk cetakan atau perangkat penyimpan lainnya. Sedangkan, informasi adalah data yang sudah terolah yang digunakan untuk mendapatkan interpretasi tentang suatu fakta. Data dan informasi yang dihimpun berhubungan dengan potensi dan kondisi daerah dan merupakan bahagian penting demi hasil perencanaan yang baik dan komprehensif. Data dan informasi yang berkualitas harus dijadikan rujukan bagi penentuan kebijakan dan program sasaran yang akan dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Capaian kinerja urusan Statistik tahun dapat dilihat pada beberapa indikator sebagai berikut: Tabel II.67 Capaian Kinerja Urusan Statistik Berdasarkan IKK Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (EKPPD) Capaian kinerja No. Indikator Buku "Kabupaten dalam Ada Ada Ada Ada Ada angka 2. Buku PDRB Ka upaten Ada Ada Ada Ada Ada 3. Buku tatistik Daerah Tidak ada Ada Ada Ada Ada 4. Buku Nilai Tukar Petani Tidak Tidak ada ada Sumber : Bappeda Kab. Wonosobo, 2016 Ada Ada Tidak ada Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 89

109 Tabel II.68 Capaian Kinerja Urusan Statistik berdasarkan Indikator RPJMD Indikator Kinerja Capaian Kinerja No Pembangunan Daerah Tersedianya data ada ada ada Ada Ada statistik daerah 2 % validitas data 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Bappeda Kab. Wonosobo, 2016 i. Urusan Persandian Urusan persandian adalah urusan pemerintahan konkuren yang bersifat wajib bagi seluruh pemerintah daerah di tingkat provinsi, kabupaten, dan kota. Dalam pengaturannya secara jelas diamanatkan bahwa instansi pusat wajib melakukan pembinaan dan pengawasan teknis kepada pemerintah provinsi, selanjutnya pemerintah provinsi melakukan pembinaan dan pengawasan kepada kabupaten/kota di bawahnya. Selama ini di tingkat pusat, Lembaga Sandi Negara sebagai instansi pemerintah yang bertugas di bidang persandian, selama ini sudah secara aktif melakukan pembinaan persandian di lingkup nasional baik untuk pemerintah pusat maupun pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota. Fungsi Persandian untuk pengamanan informasi merupakan tantangan berat karena SDM Persandian yang ada saat ini belum mempunyai kompetensi yang mencukupi untuk mengamankan informasi berbasis IT.Adapun Penjabaran Fungsi Persandian pada Pemerintah Kabupaten Wonosobo diarahkan pada :Tata Kelola Penjaminan Keamanan Informasi Berklasifikasi; Pengelolaan Sumber Daya Persandian; Dukungan Layanan Operasional Persandian untuk Keamanan Informasi; dan Pengawasan Penyelenggaraan Persandian untuk Keamanan Informasi Internal j. Urusan Perencanaan Pelaksanaan perencanaan pembangunan nasional sebagaimana dimaksud dalam undang undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional bahwasanya dalam sistem perencanaan pembangunan nasional dan daerah mengamanatkan adanya partisipasi dan keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan, selain itu mengemban juga dua misi utama di dalamnya. Pertama, terciptanya penyelenggaraan pembangunan di tingkat daerah yang partisipatif. Kedua, Pemerataan pembangunan di seluruh daerah dengan mengoptimalkan kemampuan, prakarsa, kreativitas, inisiasi dan partisipasi masyarakat, serta kemampuan untuk mengurangi dominasi pemerintah dalam melaksanakan pembangunan dengan prinsip-prinsip good governance. Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 90

110 f. Urusan Keuangan Pengelolaan keuangan daerah yang transparan dan akuntabel melalui Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) mendasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Permendagri Nomor 21 Tahun Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dengan mengedepankan prinsip-prinsip berbasis akuntansi, nilai historis, realistis, periodisitas, konsisten, pengungkapan lengkap dan penyajian wajar. Optimalisasi pengelolaan aset daerah dilaksanakan dalam rangka meningkatkan pemanfaatan dan pendayagunaan aset daerah untuk mendukung peningkatan PAD. Untuk itu dilakukan optimalisasi penggunaan dan pemanfaatan aset daerah, up dating data pengadaan dan mutasi, pengamanan aset, penghapusan dan pemindahtanganan Barang Milik Daerah (BMD), inventarisasi BMD, dan peningkatan manajemen aset daerah. No. Tabel II.69 Capaian kinerja Urusan Perencanaan Pembangunan Tahun Berdasarkan Indikator Kinerja Kunci (IKK) Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Indikator Kinerja 1 Tersedianya dokumen perencanaan RPJPD yg telah ditetapkan dgn PERDA Perda RPJP 2 Tersedianya Dokumen Perencanaan : RPJMD yg telah ditetapkan dgn PERDA/PERKADA Capaian Kinerja ada Perda nomor 1 Tahun 2010 tentang RPJP ada Perda no. 1 Tahun 2011 tentang RPJMD Kab Wonosob o Tahun ada Perda nomor 1 Tahun 2010 tentang RPJP Ada Perda no. 1 Tahun 2011 tentang RPJMD Kab Wonosob o Tahun Ada Perda nomor 1 Tahun 2010 tentang RPJP Ada Perda no. 1 Tahun 2011 tentang RPJMD Kab Wonosob o Tahun Ada Perda nomor 1 Tahun 2010 tentang RPJP Ada Perda no. 1 Tahun 2011 tentang RPJMD Kab Wonosob o Tahun Ada Perda nomor 1 Tahun 2010 tentang RPJP Ada Perda no. 1 Tahun 2011 tentang RPJMD Kab Wonosobo Tahun % Ketepatan 100% 100% 100% 100% 100% waktu tahapan Musrenbang RKPD 4 % kesesuaian 85,12% 85,12% 83,69% 1060/ ,29% Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 91

111 No. Indikator Kinerja program RKPD dengan APBD 5 Tersedianya Dokumen Perencanaan : RKPD yg telah ditetapkan dgn PERDA 6 Tersedianya data profil daerah 7 Tersedianya dokumen evaluasi pembangunan 8 Penjabaran Program RPJMD ke dalam RKPD (Jumlah program RKPD tahun berkenaan) / (Jumlah program RPJMD yang harus dilaksanakan tahun berkenaan) x 100 % Capaian Kinerja ada Perbup no. 19 tahun 2011 tentang Rencana Kerja Pemerinta han Daerah Kab. Wonosob o Tahun 2012 Ada Perbup no. 19 tahun 2011 tentang Rencana Kerja Pemerinta han Daerah Kab. Wonosob o Tahun 2012 Ada Perbup No. 12 tahun 2012 tentang Rencana Kerja Pemerinta han Daerah Kab. Wonosob o Tahun 2013 x100%= 63,59 Ada Perbup No.20 tahun 2014 tentang Rencana Kerja Pemerinta han Daerah Kab. Wonosob o Tahun 2015 ada Ada Ada Ada Ada ada Ada Ada Ada Ada x = 76,58% x = 82,91% Sumber: Buku LKPJ , Bappeda, 2015 (diolah) x = 68,50% x = 78,45% Ada Perbup No.51 tahun 2015 tentang Rencana Kerja Pemerintaha n Daerah Kab. Wonosobo Tahun x = 82,87% g. Urusan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia khususnya Sumber Daya Aparatur menjadi prioritas utama sejalan dengan upaya pemerintah untuk mewujudkan Pegawai Negeri Sipil yang profesional. Upaya yang dilakukan antara lain melalui pendidikan dan pelatihan, pembelajaran lansung di tempat bekerja secara informal, guna meningkatkan kompetensi seorang Pegawai Negeri Sipil. Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 92

112 Undang undang Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara menjadi pendorong untuk merealisasikan terwujudnya Sumber Daya Manusia dalam hal ini Sumber Daya Aparatur yang berkualitas, mempunyai Kompetensi di bidangnya, profesional dalam bekerja serta berdaya saing tinggi dalam mengejar kualitas kerja. Sehingga kedepannya pemerintah tidak akan ragu merancang program khususnya sumber daya aparatur yang bermuara pada pemenuhan kebutuhan dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Untuk meningkatkan kompetensi Pegawai Negeri Sipil pastilah perlu pendidikan dan pelatihan baik secara formal maupun informal yang tentunya berkaitan dengan penganggaran, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengevaluasian. Sejauh ini perencanaan terhadap peningkatan kapasitas dan kompetensi pegawai sudah dilakukan antara lain pengadaan CPNS, pengiriman tugas belajar, bintek, kursus, tes kompetensi, pembinaan disiplin, dan sebagainya. h. Urusan Penelitian dan Pengembangan Pada dasarnya penelitian dan pengembangan harus berjalan seiring dan sejalan dengan pembangunan termasuk di tingkat daerah. Hasil-hasil penelitian dan pengembangan, secara valid harus mampu menopang seluruh kerangka pembangunan. Kelitbangan terdiri dari kelitbangan utama dan pendukung dan melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan. Kelitbangan utama di arahkan pada penelitian, pengkajian, pengembangan, perekayasaan, penerapan, pengoperasian, dan evaluasi kebijakan. Sedangkan kelitbangan pendukung dirahkan untuk peningkatan kapasitas kelembagaan; penguatan ketatalaksanaan; peningkatan kapasitas sumberdaya manusia; peningkatan kualitas perencanaan dan evaluasi program; fasilitasi inovasi daerah; pengembangan basis data kelitbangan; penguatan kerjasama kelitbangan; dan pemenuhan sumberdaya organisasi lainnya. i. Urusan Perpustakaan Jumlah Perpustakaan Perpustakaan daerah mempunyai peran sangat strategis dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat, sebagai wahana belajar sepanjang hayat mengembangkan potensi masyarakat agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan nasional, serta merupakan wahana pelestarian kekayaan budaya bangsa, hal ini sesuai dengan apa yang telah diamanatkan oleh Undang-undang Dasar 1945 yaitu sebagai wahana mencerdaskan kehidupan bangsa. Jumlah perpustakaan Kabupaten di Wonosobo dalam kurun waktu 2011 hingga 2015 hanya satu, sedangkan perpustakaan desa mengalami peningkatan. Tahun 2011 jumlah perpustakaan desa hanya 58, sedangkan tahun 2015 meningkat menjadi 85, begitu juga dengan perpustakaan sekolah yang meningkat 197 pada tahun 2011 menjadi 641 pada tahun Hal ini Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 93

113 mengindikasikan semakin banyak sekolah yang sadar akan pentingnya perpustakaan. Tabel II.70 Jumlah Perpustakaan di Kabupaten Wonosobo No. Jenis / Tipe Perpustakaan Kabupaten Perpustakaan Kecamatan Perpustakaan Desa Perpustakaan Kelurahan/Instansi Perpustakaan Sekolah Perpustakaan Rumah Ibadah Perpustakaan Pribadi Rumah Belajar Taman Bacaan Masyarakat Perpustakaan Khusus Jumlah Jumlah Pengunjung Pepustakaan Per Tahun Jumlah kunjungan ke perpustakaan selama 5 tahun di Kabupaten. Jumlah pengunjung pada tahun 2011 mencapai , kemudian menurun drastis pada tahun 2015 yang hanya Hingga saat ini, peran perpustakaan dirasa masih kurang dalam rangka menarik minat baca masyarakat agar mau membaca diperpustakaan. Selain itu, ketersediaan sarana prasarana yang kurang memadai dan letak perpustakaan yang masih relatif jauh dengan tempat tinggal masyarakat juga menjadi salah satu penyebab minimnya pengunjung perpustakaan. Di sisi lain, makin mudahnya akses internet juga menjadi salah satu penyebab makin minimnya pengunjung perpustakaan. Koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah Kabupaten Wonosobo di tahun 2014 mencapai 0,45. Jika dibandingkan dengan tahun 2011, capaian ini mengalami penurunan. Koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah pada tahun 2011 mencapai 0,53. Tabel II.71 Capaian Kinerja Urusan PerpustakaanKab. Wonosobo Tahun No. IKK Berdasarkan EKPPD Capaian Kinerja Koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah / = 0, / = 0, / = 0, / = 0, / =0,45 Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 94

114 No. IKK Berdasarkan EKPPD Capaian Kinerja Pengunjung perpustakaan Sumber : LPPD AMJ : Evaluasi Capaian Tahun Ketiga (2013) RPJMD j. Urusan Kearsipan Dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan, arsip merupakan rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan media sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang dibuat dan diterima oleh lembaga negara, pemerintahan daerah, lembaga pendidikan, perusahaan, organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, dan perseorangan dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Bagi pemerintah daerah, arsip merupakan rekaman informasi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, bukti otentik, sumber informasi, memori kolektif dan bahan pertangungjawaban, sehingga arsip merupakan bagian yang terpenting dalam suatu organisasi pemerintah daerah. Tertib arsip merupakan suatu keharusan bagi pemerintah daerah. Selain sebagai referensi, bukti kegiatan, maupun pilar dalam proses administrasi, arsip juga merupakan bukti akuntabilitas kinerja instansi kepada masyarakat baik dari sisi keberhasilan atau kegagalan misi instansi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Capaian kinerja urusan kearsipan tahun dapat dilihat pada beberapa indikator sebagai berikut: Tabel II.72 Capaian kinerja Urusan Kearsipan Berdasarkan IKK Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (EKPPD) No. Indikator Kinerja Kunci (IKK) Penerapan Pengelolaan arsip secara baku 92,59 % 75,47 % 75,47 % 83,03 % 82,50% 2 Kegiatan peningkatan kualitas SDM pengelola pengarsipan Sumber: Kantor Arsip, Kab. Wonosobo, 2016 Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 95

115 Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa persentase SKPD yang telah menerapkan pengelolaan arsip secara baku mengalami penurunan dari 92,59 persen pada tahun 2011 menjadi 82,50 persen pada tahun Tabel II.73 Capaian kinerja Urusan Kearsipan Tahun No Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Capaian Kinerja Jumlah SKPD yg melaksanakan akuisisi arsip Tersedianya akses arsip/ dokumen elektronik Ada (SIM arsip aktif, dan arsip in aktif) Ada (SIM arsip aktif/ arsip in aktif, dan arsip satis 3 Jumlah tenaga kearsipan yang memiliki sertifikat kearsipan Tersedianya kebijakan pedoman kearsipan Ada 1. Peratura n Bupati No. 36 tahun 2012 tentang Jadwal Retensi Arsip Keuang an 5 Jumlah arsip yang terseleksi 578 boks (7.432 lembar arsip tekstual, 16 buah arsip peta, 612 arsip Ada 1. Peraturan Bupati No.26 tentang Jadwal Retensi Arsip Kepegaw aian 2. Peraturan Bupati No. 30 Tahun 2013 tentang Penyelen ggaraan Kearsipan di Wonosob o 548 boks (7.432 lembar arsip tekstual, 16 buah arsip peta, 612 Ada Ada 2014 bungkus Ada bungk us Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 96

116 No Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Sumber: Kantor Arsip Kab. Wonosobo, 2016 Capaian Kinerja foto, 26 keping arsip video, dan 442 buku) arsip foto, 26 keping arsip video) 2015 No. Peminjam arsip Tabel II.74 Jumlah layanan Peminjaman Arsip Capaian kinerja/frekuensi Instansi Pemerintah Masyarakat Umum Akademisi Jumlah Sumber: Kantor Arsip Kab. Wonosobo, 2016 k. Urusan Kepemudaan dan Olah Raga Pemuda sebagai motor penggerak pembangunan mempunyai peran serta dan arti penting bagi pelaksanaan pembangunan. Pembangunan kepemudaan dan olahraga merupakan salah satu upaya penting dalam peningkatan terhadap kualitas sumber daya manusia yang seutuhnya. Upaya pembangunan kepemudaan dilakukan melalui kegiatan produktif kepemudaan di Wonosobo sejumlah 7 pada Tahun 2012, sedangkan jumlah Organisasi Kepemudaan yang difasilitasi dalam pelatihan kepemimpinan, manajemen dan perencanaan program sebanyak 142 Organisasi Kepemudaan dalam kurun waktu 2011 dan Selain itu, jumlah sarpras olahraga standar nasional selama 4 tahun terahir hanya ada dua. Capaian indikator Jumlah kegiatan produktif kepemudaan, jumlah organisasi kepemudaan dan jumlah sarpras olahraga standar nasional tidak mengalami pengurangan ataupun penambahan pada tahun 2011 hingga Seharusnya pemerintah kabupaten Wonosobo lebih proaktif dalam menggerakkan aktivitas produksi pemuda, hal ini dikarenakan pemuda calon pemimpin masa depan. Perkembangan Kepemudaan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel II.75. Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 97

117 Tabel II.75 Capaian Urusan Kepemudaan dan Olah Raga Kab. Wonosobo Tahun Indikator Kinerja Capaian Kinerja No. Pembangunan Daerah Jumlah kegiatan produktif kepemudaan Jumlah organisasi kepemudaan Jumlah sarpras olahraga 4 2, standar nasional Sumber : LPPD AMJ : Evaluasi Capaian Tahun Ketiga (2013) RPJMD) l. Urusan Lingkungan Hidup Pembangunan berwawasan lingkungan meliputi aspek pengendalian pencemaran lingkungan (air, udara, tanah), perlindungan kawasan lindung dan konservasi. Pengendalian pencemaran lingkungan diprioritaskan pada pengelolaan sampah padat perkotaan, perbaikan akses terhadap sumber air bersih dan pengelolaan air limbah. Perlindungan kawasan konservasi dan memulihkan kembali kawasan-kawasan yang berfungsi lindung. Persoalan pengelolaan sampah di Kabupaten Wonosobo, harus mendapat perhatian khusus. Jumlah sampah yang terangkut di empat tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan dari pada tahun 2011 meningkat menjadi pada tahun 2014, dengan jumlah sampah yang terangkut hanya 8% pada tahun 2011 dan meningkat 9% sampah pada tahun 2014, yang berarti 91% sampah yang belum terangkut, bisa jadi 91% sampah yang tidak terangkut ini dikelola oleh masyarakat sendiri atau dibuang ke sungai, lahan kosong atau di pinggir jalan, perilaku ini yang harus segera diubah. Rasio Tempat Pembuangan Sampah (TPS) per satuan penduduk di Kabupaten Wonosobo selama periode relatif stagnan di angka sekitar 0,15-0,17 TPS/satuan penduduk. Ini menunjukkan bahwa daya tampung TPS (m3) mengalami sedikit peningkatan dibandingkan dengan jumlah penduduk yang ada. Namun peningkatan TPS masih sangat kecil dibandingkan jumlah penduduk yang ada, yang berarti hanya 17% penduduk di Wonosobo yang membuang sampahnya di TPS. Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 98

118 Gambar Warga Membuang Sampah di Sungai Desa Ngadikusuman, Kertek Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan AMDAL di Kabupaten Wonosobo dalam kurun waktu 2011 sampai 2014 cenderung menurun. Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan AMDAL pada tahun 2010 dan 2011 sudah mencapai 100 persen, tetapi pada tahun 2014 hanya 50%. Hal ini berarti jumlah perusahaan wajib AMDAL yang telah diawasi berkurang. Pemerintah kabupaten Wonosobo harus mengawasi perusahaan wajib AMDAL. Penegakan hukum lingkungan dihitung dari hasil pembagian jumlah kasus lingkungan yang diselesaikan Pemda dengan jumlah kasus lingkungan yang ada. Penegakan hukum di Kabupaten Wonosobo dari tahun 2011 hingga 2014 mengalami peningkatan hingga mencapai 100% pada tahun 2012 sampai Peningktan ini menunjukkan jumlah kasus lingkungan yang diselesaikan Pemda sudah 100%. Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 99

119 Tabel II.76 Capaian Urusan Lingkungan HidupKab. Wonosobo Tahun No. 1 Indikator Kinerja Kunci (IKK) EKPPD Persentase penanganan sampah Volume sampah yang ditangani (m3)/ Volume produksi sampah (m3) x 100% Capaian Kinerja (%) / x100% = 8% / x100% = 7,5% / x100% = 8% / x100% = 9% 6,94% Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan AMDAL Jumlah perush wajib AMDAL yg telah diawasi/ Jumlah seluruh perusahaan wajib AMDAL x 100% Rasio tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk Jumlah daya tampung TPS (m3) / Jumlah penduduk x 100% Penegakan hukum lingkungan Jumlah kasus lingkungan yang diselesaikan Pemda/ Jumlah kasus lingkungan yang ada x 100% Sumber : LPPD AMJ /2x100 %= 100% 2/2x100 %= 100% : Evaluasi Capaian Tahun Ketiga (2013) RPJMD 3/4x100%= 75% 2/4x100 %= 50% 0,15 0,16 0,17 0,17 0, /4x 100%=10 0% 4 = 100% Indikator IKK EKPPD Rehabilitasi hutan dan lahan kritis Kerusakan Kawasan Hutan Tabel II.77 Capaian Indikator Urusan Kehutanan Rumus (Luas hutan dan lahan kritis yang direhabilitasi hektar) / (Luas total hutan dan lahan kritis hektar) x 100% (Luas Kerusakan Kawasan Hutan hektar) / (Luas Kawasan Hutan hektar) x 100% Sumber : Evaluasi Capaian RPJMD Capaian Kinerja ,66% 17,06% 24,48% 12,20% 0% 0,40% 0% 0% 12,20 1,2 Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 100

120 Berdasarkan tabel di atas, Rehabilitasi hutan dan lahan kritis mengalami perkembangan secara fluktuatif. Pada tahun 2011 rehabilitasi hutan dan lahan kritis hanya 13% meningkat pada tahun 2012 dan 2013 hingga mencapai 24,48% kemudian menurun hingga 12,20%. Hal ini berarti luas lahan dan lahan kritis yang belum direhabilitasi hanya 87,80%. Hutan dan lahan merupakan aset masa depan atau dengan kata lain titipan anak cucu yangharus dijaga kelestariannya.hutan kritis semestinya segera direhabilitasi, sehingga anak cucu kelak masih bisa menikmati. Selain untuk kepentingan masa depan, hutan kritis yang tidak segera direhabilitasi juga bisa mengancam keberadaan masyarakat sekitar, seperti penurunan produktivitas pertanian yang menjadi andalan masyarakat Wonosobo, atau bahkan dapat menimbulkan bencana alam, seperti longsor atau banjir. Tabel II.78 Capaian Indikator Urusan Energi dan Sumberdaya Mineral Kabupaten Wonosobo Tahun No. Indikator Kinerja 1. Pertambangan tanpa ijin yang ditertibkan 2. Kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB Sumber : Evaluasi Capaian RPJMD Capaian Kinerja ,29% 86,29 86,29% 1,46% 1,02% 0,50% 0,66% 0,62% 0,61% 0,53% Kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB Kabupaten Wonosobo dari tahun 2011 sampai tahun 2015 terus mengalami penurunan. Penurunan tersebut sebagai akibat dari adanya penutupan lokasi penambangan yang sudah dimulai sejak tahun 2009 di Desa Candiyasan Kecamatan Kertek, Desa Andongsili Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Sapuran, Kecamatan Wadaslintang dan Dusun Sigedang Kecamatan Kejajar yang bertujuan untuk menjaga kualitas lingkungan di wilayah tersebut. Upaya untuk mengatasi meningkatnya jumlah pengangguran akibat adanya penutupan penambangan tersebut diantaranya dengan peningkatan kapasitas masyarakat di lokasi tersebut dengan kegiatan diluar sektor pertambangan. m. Urusan Pariwisata Kabupaten Wonosobo merupakan salah satu destinasi wisata unggulan Provinsi Jawa Tengah bahkan Nasional. Perkembangan pariwisata Kabupaten Wonosobo ditopang oleh kondisi geografis dan budaya seperti: wisata alam, sejarah, budaya, heritage, kuliner dan lainnya. Kabupaten Wonosobo saat ini didominasi oleh kegiatan wisata alam, khususnya wisata Dieng Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 101

121 Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB Daerah dari tahun 2011 hingga 2014 cenderung meningkat, meskipun peningkatannya tidak signifikan. Tahun 2011 kontribusi sektor pariwisata hanya 1,08%, meningkat drastis pada tahun 2012 dengan peningkatan 14,81%, tetapi mengalami stagnan pada tahun 2013 dan 2014 yaitu 1,26%. Jumlah kunjungan wisatawan nusantara ke Kabupaten Wonosobo selama periode meningkat tajam. Lonjakan terbesar ada di periode Jika pada tahun 2013 jumlah wisatawan yang tercatat sebanyak wisatawan, di tahun 2014 meningkat menjadi atau mengalami pertumbuhan sebesar 20,3%. Meskipun terjadi kenaikan jumlah wisatawan nusantara pada tahun 2012 hingga 2014, wisatawan manca negara justru menurun setelah meningkat pada tahun 2012, tahun berikutnya justru menurun drastis, dari menjadi pada tahun Hal ini harus menjadi perhatian bagi pemerintah. Salah satu cara meningkatkan fasilitas pariwisata, seperti jalan, penginapan dan sebagainya. Objek wisata juga seharusnya diperhatikan, karena sebagian wisata di Wonosobo merupakan objek wisata alam, maka perawatan objek harus bersifat holistik, dengan mempertimbangkan kelestarian alam melalui intervensi fisik dan juga mempertimbangkan sosial masyarakat. Walaupun Kabupaten Wonosobo sudah menjadi destinasi wisata unggulan, namun terdapat beberapa permasalahan yang dirasakan mengganggu bagi wisatawan sehingga mengurangi kepuasan kunjungan di Kabupaten Wonosobo, diantaranya kualitas jalan yang berlubang, fasilitas di objek wisata seperti toilet,kualitas obejek wisata yang menurun, seperti Objek Wisata Tlaga Warna, dan transportasi antara objek wisata. Tabel II.79 Capaian Urusan Pariwisata Kab. Wonosobo Tahun CAPAIAN INDIKATOR Kontribusi terhadap PDB Daerah Wisatawan Manca ,632 19,089 10,335 7,294 5,059 Negara (orang) Wisatawan Nusantara , , , , ,735 (kunjungan) PAD (Juta Rupiah) 56,05 670,5 1, , , Sumber : Evaluasi Capaian RPJMD Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 102

122 n. Urusan Industri Perkembangan kontribusi sektor industri Kabupaten Wonosobo cenderung mengalami penurunan selama periode Jika pada tahun 2010 sektor industri bisa memberikan kontribusi sebesar 10% terhadap perekonomian Kabupaten Wonosobo, di tahun 2013, kontribusi relatif menurun menjadi 9,92% berdasarkan harga berlaku. Namun kontribusi PDRB pada harga konstan cenderung meningkat dari 10,40 pada tahun 2010 menjadi 10,57 pada tahun Semakin tingginya tingkat persaingan di sektor industri pengolahan, baik secara nasional ataupun global, juga mempengaruhi kinerja industri pengolahan lokal Kabupaten Wonosobo, khususnya yang berorientasi ekspor. Adanya penandatanganan kesepakatan Perdagangan Bebas ASEAN China Free Trade Area (ACFTA) juga memberikan tekanan pada tingkat daya saing industri lokal. Makin meningkatnya serbuan produk-produk yang berasal dari China seperti tekstil, mainan, elektronik, dan lain-lain memberikan tekanan yang cukup signifikan atas kinerja industri pengolahan Kabupaten Wonosobo. Perkembangan industri yang positif ditunjukan oleh perkembangan industri makanan dan minuman. Tahun 2010, jumlah industri makanan hanya berkisar meningkat pada tahun 2014 menjadi Salah satu industri olahan makanan dan minuman yang mengalami peningkatan adalah minuman olahan buah carica, yang merupakan salah satu komoditas buah-buahan yang tidak mudah ditemukan di daerah lain, namun tumbuh subur di Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Wonosobo. Pengolahan carica menjadi makanan khas unggulan daerah Wonosobo yang banyak diincar oleh wisatawan atau sebagai buah tangan masyarakat Wonosobo yang mengunjungi rekan di luar kota. Dengan dukungan sumber daya manusia dan kondisi alam Kabupaten Wonosobo, ke depan industri ini diprediksi akan semakin berkembang. Kabupaten Wonosobo memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi kota wisata. Capaian kinerja pertumbuhan di Kabupaten Wonosobo cenderung mengalami flutuasi. Padatahun 2010 pertumbuhan industri sudah mencapai 4,93% kemudian meningkat menjadi 5% pada tahun Tahun 2013 pertumbuhan industri justru mengalami penurunan drastis menjadi 2,71% yang disebabkan oleh jumlah industri yang muncul lebih sedikit, dan kembali meningkat pada tahun 2014 menjadi 4,99% dan pada tahun. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut. Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 103

123 Tabel II.80 Capaian Indikator Urusan Perindustrian Kab. Wonosobo Tahun Indikator Kontribusi Sektor Industri Terhadap PDRB (%) 12,3 10,37 10,56 16,39 16,32 Pertumbuhan Industri (%) 4,93 4,99 5 2,71 4,99 5,35 Sumber : LPPD AMJ : Evaluasi Capaian Tahun Ketiga (2013) RPJMD o. Urusan Perdagangan Nilai ekspor bersih perdagangan di Kabupaten Wonosobo pada tahun 2014 mencapai $ ,47. Nilai ini mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun Peningkatan nilai ekspor bersih menjadi modal pembangunan ekonomi Kabupaten Wonosobo. Sektor perdagangan (perdagangan, hotel dan restoran) mempunyai kontribusi cukup signifikan terhadap perolehan nilai PDRB Kabupaten Wonosobo terbukti sektor ini berkontribusi kedua paling besar setelah sektor pertanian. Dalam kurun waktu 2010 hingga 2014 kontribusi sektor perdagangan terhadap capaian PDRB Kabupaten Wonosobo relatif stagnan yang berada pada angka 11,35% hingga 12,08%. Puncak tertinggi pada tahun 2014, kontribusi sektor perdagangan (perdagangan, hotel dan restoran) mencapai 12,08%. Tabel II.81 Capaian Indikator Urusan Perdagangan Kab. Wonosobo Tahun No 1 2 Indikator Kinerja Berdasarkan EKPPD Kontribusi Sektor Perdagangan terhadap PDRB. (Jumlah Kontribusi PDRB dari sektor perdagangan) / (Jumlah total PDRB)x100% Ekspor Bersih Perdagangan. Nilai ekspor bersih = nilai ekspor nilai impor Sumber : LPPD AMJ Capaian Kinerja ** 2015** 12,02% 11,35% 11,64% 17,98% 17,73% $ ,00 $ ,00 : Evaluasi Capaian Tahun Ketiga (2013) RPJMD $ ,50 $ ,47 $ Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 104

124 D. Aspek Daya Saing Daerah 1. Kemampuan Ekonomi Daerah a. Angka Konsumsi RT per Kapita Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga per Kapita per tahun selalu meningkat, berdasarkan Harga Konstan Tahun 2010 maka peningkatan Konsumsi Rumah Tangga mulai tahun 2012 hingga 2014 berturut-turut yaitu sejumlah Rp ,00 pada tahun 2012, Rp ,16 pada tahun 2013 dan Rp ,54 pada tahun b. Prosentase Konsumsi Rumah Tangga untuk Non Pangan Prosentase Konsumsi Rumah Tangga untuk Non Pangan atas dasar harga konstan tahun 2010 tiga tahun terakhir cukup fluktuaktif, pada tahun 2012 mencapai 3,93% kemudian meningkat pada tahun 2013 menjadi 8,07% dan sedikit menurun pada tahun 2014 menjadi 7,59%. c. Regulasi Ketahanan Pangan No. 1 2 Tabel II.82 Capaian Indikator Ketahanan Pangan Kab Wonosobo Tahun Indikator Kinerja Berdasarkan EKPPD Ketersediaan Bahan Pangan Utama. (Rata2 jumlah ketersediaan bahan pangan utama per tahun (kg)) / (Jumlah penduduk) x 1000 Produktivitas Padi atau bahan pangan utama lainnya per hektar Sumber : LPPD AMJ : Evaluasi Capaian Tahun Ketiga (2013) RPJMD Capaian Kinerja ,15 120,91 112,47 118,31 5,50 5,43 5,20 4,83 Ketersediaan pangan berfungsi menjamin pasokan untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk dari segi kuantitas, kualitas, keragaman dan keamanannya, dan merupakan prasyarat penting bagi keberlanjutan konsumsi tingkat daerah serta rumah tangga. Sumber ketersediaan pangan berasal dari produksi dalam negeri, pemasokan pangan dan pengelolaan cadangan pangan. Dalam kerangka ketersediaan, secara umum Kabupaten Wonosobo merupakan daerah yang berbasis pertanian yang mempunyai kemampuan produksi yang mampu memenuhi kebutuhan pangan masyarakatnya. Apabila kita melihat capaian kinerja, bahwa ketersediaan bahan pangan utama pada tahun 2011 sampai tahun 2014 menunjukkan nilai yang cenderung menurun dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 sebesar 124,15 dan menurun di tahun 2014 dengan nilai 118,31 atau menurun 4,7%. Hal ini diiringi dengan menurunnya produktivitas padi atau bahan pangan utama yang pada tahun 2011 sebesar 5,50 menurun Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 105

125 menjadi 4,83 di tahun 2014 atau menurun 12,18%. Kondisi ini perlu diwaspadai karena sampai saat ini kebutuhan akan bahan pangan utama terutama beras masih sangat tinggi dibandingkan komoditas lainnya, dan kondisi kebutuhan ini akan semakin meningkat seiiring peningkatan jumlah penduduk yang terus bertambah. Di sisi lain Kabupaten Wonosobo dihadapkan pada kenyataan bahwa kualitas lahan dan air semakin menurun serta adanya alih fungsi lahan yang terus terjadi. Untuk itu upaya yang dilakukan adalah pengembangan sistem produksi, efisiensi usaha pangan, teknologi produksi pangan, sarana prasarana produksi pangan dan mempertahankan serta mengembangkan lahan produktif. Tabel II.83 Capaian Produksi Dalam Negeri Kab. Wonosobo Tahun Jenis Padi (ribu ton) 180,8 167, ,8 154,9 Jagung (ribu ton) 134,13 123,07 117,75 115,1 78,844 Ubi kayu (ribu ton) 146,2 158, ,4 231,6 Daging (ribu ton) 6,44 6,63 7,77 9,7 Ikan (ribu ton) 5,84 7,62 7,63 7,83 Sumber : LPPD AMJ : Evaluasi Capaian Tahun Ketiga (2013) RPJMD Dalam kurun waktu 2011 hingga 2014, pembangunan perikanan budidaya telah menunjukkan peningkatan yang signifikan, dengan meningkatnya volume produksi perikanan budidaya dari kg (2011) menjadi kg (2014) atau mengalami kenaikan rata-rata tiap tahun sebesar 11,32%. Konsumsi ikan juga mengalami kenaikan dari 12,86 (2011) menjadi 13,25 (2014) atau mengalami peningkatan sebesar 3,03 %. Peningkatan konsumsi ikan menunjukan bahwa tingkat kesadaran masyarakat Kabupaten Wonosobo dalam memperoleh asupan protein hewani melalui produk perikanan semakin meningkat. Tabel II.84 Jumlah Konsumsi Ikan Kab. Wonosobo Tahun No. Indikator IKK EKPPD Rumus Capaian Kinerja Produksi perikanan (Jumlah Produksi Ikan (kg)) / (Target Daerah (kg)) x 100% 113,72 % 140,37 % 134,39% 130,24% 2 Konsumsi ikan Sumber : LPPD AMJ Jumlah Konsumsi Ikan/kapital/tahun (kg)) /(Target Daerah (kg)) x 100% : Evaluasi Capaian Tahun Ketiga (2013) RPJMD 101,42 % 101,02 % 101,71 % 101,92 % Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 106

126 Produksi perikanan di Kabupaten wonosobo cenderung fluktuatif. Produksi ikan tertinggi pada tahun 2012 yang mencapai 140,37%, sedangkan produksi ikan terendah pada tahun 2011 yang hanya 113,72%. Pada tahun 2014 produksi ikan di Kabupaten Wonosobo 130,24%. Bila dicermati produksi perikanan dari tahun 2011 hingga 2014 melebihi 100% yang berarti jumlah produksi ikan melebihi target daerah. Konsumsi ikan di Kabupaten Wonosobo dari tahun 2011 hingga 2014 melebihi 100%. Hal ini berarti jumlah konsumsi ikan pada tahun sudah melebihi target daerah. Produktivitas padi atau bahan pangan utama lainnya per hektar Tabel II.85 Produktivitas padi atau bahan pangan utama lainnya per hektar No. Indikator Kinerja Berdasarkan EKPPD Capaian Kinerja Produktivitas padi atau = /30.44 = /30.02 = /28.36 = /30.34 bahan pangan utama (Produksi tanaman padi =5,50 =5,43 =5,28 =5,10 (ton)/luas areal tanaman padi (ha) 2 Kontribusisektor pertanian terhadap PDRB (jumlah kontribusi PDRB dari sektor pertanian/ jumlah total PDRB)x 100% 47,37 47,10% 45,94 44,50% Sumber : LPPD AMJ : Evaluasi Capaian Tahun Ketiga (2013) RPJMD Capaian kinerja urusan pertanian dapat dilihat dari produktivitas padi atau bahan pangan utama, dimana dari tahun ke tahun selama produktivitasnya semakin menurun. Penurunan produktivitas ini terjadi karena menurunnya produksi, adanya curah hujan yang lebih rendah menyebabkan pengisian malai kurang optimal sehingga gabah kurang bernas/berisi serta adanya penurunan produktivitas jagung. Sedangkan bila dilihat dari kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB juga semakin menurun dari tahun ke tahun. Sektor pertanian merupakan kontribusi terbesar dari delapan sektor lainnya. Kontribusi terbesar berasal dari sub sektor tanaman bahan makanan diikuti peternakan, kehutanan, tanaman perkebunan dan perikanan. Untuk meningkatkan kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB dapat dilakukan melalui peningkatan produksi pertanian. Selain itu, kemampuan pengusahaan dan pengelolaan serta penerapan tehnologi yang tepat pada usaha-usaha pertanian perlu dilanjutkan dan ditingkatkan. Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 107

127 2. Fasilitas Wilayah / Infrastruktur a. Urusan Pekerjaan Umun dan Penataan Ruang Ketaatan terhadap RTRW INDIKATOR KINERJA Ketaatan pada RTRW Sumber : LPPD AMJ Tabel II.86 Ketaatan RTRWKab. Wonosobo Tahun : Evaluasi Capaian Tahun Ketiga (2013) RPJMD Capaian Kinerja % 15% 25% 35% Ketaatan terhadap RTRWdari tahun 2011 hingga 2014 cenderung meningkat. Pada thaun 2011 ketaatan pada RTRW hanya 15% meningkat pada tahun 2013 menjadi 25%. Pada tahun 2014 ketaatan pada RTRW mencapai 35% yang berarti 65% wilayah di Wonosobo belum sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah. b. Urusan Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman No. Tabel II.87 Capaian Urusan Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Indikator Kinerja Kab. Wonosobo Tahun Capaian Kinerja % dusun berlistrik 88% 94,76 94,83 99, % rumah tangga yg terlektrifikasi 3. Rasio penyediaan daya listrik terhadap kebutuhan Sumber : LPPD AMJ : Evaluasi Capaian Tahun Ketiga (2013) RPJMD 52,8 53,50 55,30 99,16 99, ,5 Dusun yang berlistrik di Kabupaten Wonosobo sudah mencapai 100%dari total dusun pada tahun Dari tahun 2010 hingga 2014, pesentase dusun yang berlistrik terus meningkat dari 88% menjadi 100%. Sedangkan untuk rumah tangga yang terelektrifikasi dari tahun 2010 hingga 2014 mengalami8 peningkan hingga mencapi 99,16% pada tahun Hal ini berarti masih ada 0,84% rumash tangga yang belum memiliki listrik pada tahun 2014 atau sekitar rumah tangga yang belum memiliki listrik. Rasio Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 108

128 penyediaan daya listrik terhadap kebutuhan di Kabupaten Wonosobo stabil pada tahun 2010 hingga 2013 dengan nilai 109, tetapi munurun drastis pada tahun 2014 dengan nilai 62,5. Penurunan rasio ini berarti terjadi peningkatan kubutuhan listrik dan penurunan cadangan listrik. c. Urusan Pariwisata Jenis, Kelas dan Jumlah Restoran Tabel II.88 Jenis, Kelas dan Jumlah Hotel/Penginapan Hotel Bintang Lima Bintang Empat Bintang Tiga Bintang Dua Bintas Satu Non Bintang Sumber: SIPD 2014 Jumlah hotel di Kabupaten Wonosobo terus mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan menurunnya hotel berbintang karena kurangnya pengunjung hotel, selain itu meningkatnya jumlah homestay sekitar objek wisata Dieng juga menjadi faktor turunnya jumlah hotel non bintang. Pada tahun 2011 jumlah hotel sekitar 32, dengan hotel berbintang empat dan tiga. Namun tahun 2014 menurun drastis menjadi 18, dan tidak ada hotel berbintang empat. d. Urusan Pertanahan Tanah adalah aset masyarakat, aset rakyat, aset bangsa. Manajemen aset tanah sangat penting dirasakan bagi mereka yang berpendapatan sebagai pengusaha dari pada sebagai pegawai atau buruh. Petani adalah pengusaha, sehingga tanah adalah aset yang penting bagi usaha taninya. Begitu pentingnya manajemen aset tanah bagi semua, sehingga pada awalnya UUPA (UU No. 5 Tahun 1960, dalam konsideran) telah mengamanatkan bahwa dengan dibuatnya UUPA pemerintah/negara berkewajiban memimpin penggunaan tanah, dan mengatur hak atas tanah. Hal itu perlu disadari bahwa mengatur penggunaan tanah berpengaruh sekali terhadap pendapatan dan kesejahteraan. Dalam rangka pengamanan serta meningkatkan tertib administrasi pertanahan khususnya yang berkaitan dengan aset Pemerintah Daerah yaitu tanah, saat ini terus diupayakan secara bertahap dan periodik melaksanakan Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 109

129 pensertifikatan tanah menjadi atas nama Pemerintah Kabupaten. Sampai dengan Tahun 2015, dari bidang tanah aset Daerah yang ada, telah bersertifikat sebanyak 43,91%, sedangkan 56,09% belum bersertifikat yang sebagian besar adalah tanah eks bengkok desa yang berubah menjadi kelurahan, tanah yang digunakan untuk sekolah dan tanah jalan. Tabel II.89 Capaian Kinerja EKPPD Urusan Pertanahan Kabupaten Wonosobo Tahun Indikator IKK EKPPD Capaian Kinerja Luas lahan bersertifikat 30,02% 30,12% 30,13% 30,98% 43,91 Penyelesaian Kasus Tanah Negara Penyelesaian Ijin Lokasi Sumber : Bagian Pemerintahan Setda, 2016 Tidak ada kasus Tidak ada kasus Tidak ada kasus 100% e. Urusan Lingkungan Hidup Emisi Gas Rumah Kaca Berdasarkan pengukuran Kualitas Udara Ambien di Kabupaten Wonosobo Tahun 2014 oleh Badan Lingkungan Hidup Kab. Wonosobo menunjukkan bahwa Emisi Gas Rumah Kaca ( CO, TSP, SO 2, NO 2, O 3, Pb, H 2 S dan NH 3 ) tertinggi di lingkungan Terminal Bus Wonosobo, sehingga masih perlu dilakukan upaya untuk dapat mengurangi emisi gas rumah kaca tersebut salah satunya dengan melakukan penanaman tanaman penyerap emisi di sekitar lingkungan terminal bus khususnya dan seluruh pinggir jalan di Kab. Wonosobo pada umumnya dan juga menambah ruang terbuka hijau. Tabel 2.91 Kualitas Udara Ambien di Kabupaten Wonosobo Tahun 2014 No. Parameter Satuan Titik Pemeriksaan Baku Terminal Jl.A.Yani Jl.Depan Mutu Kertek Bus Utara BLH 1. Temperatur o C , ,2 24,6 2. Kec. Angin m/det Arah Angin o Kelembaban %RH ,9 85,3 Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 110

130 No. Parameter Satuan Baku Mutu Kertek Titik Pemeriksaan Terminal Jl.A.Yani Bus Utara Jl.Depan BLH 5. Kebisingan dba ,5 72,6 6. Carbon Monoksida (CO) µg/m Debu (TSP) µg/m Sulfur Dioksida (SO 2) µg/m ,587 0, Nitrogen Dioksida (NO 2 ) µg/m ,942 1, Oksidan (O 3 ) µg/m ,176 0, Timbal (Tb) µg/m 3 2 1,8 2,0 0,069 0, Hidrogen Sulfida(H 2 S) ppm 0,02 0,01 0,0023 0,002 0, Amoniak (NH 3 ) ppm - 0,01 0,01 0,002 0,001 Sumber: Wonosobo Dalam Angka Iklim Berinvestasi a. Kenaikan / Penurunan Nilai Realisasi PMDN Tabel II.91 Kenaikan / Penurunan Nilai Realisasi PMDN No. 1. Indikator Kinerja Kunci (IKK) Kenaikan/ penurunan nilai realisasi PMDN Capaian Kinerja ,81% -23,23% -15,04% 15,29% Sumber : LPPD AMJ : Evaluasi Capaian Tahun Ketiga (2013) RPJMD Dilihat dari kenaikan/penurunan nilai realisasi PMDN dari tahun 2011 sampai dengan 2014 tampak menurun nilai realisasi PMDN pada tahun 2011, 2012 dan Hal ini terjadi karena pengusaha dalam negeri mengetahui kondisi riil, resiko bisnis dan suku bunga yang lebih tinggi dari asing sedangkan bisnis yang digeluti tidak spesifik sehingga untuk prospek jangka panjang kurang bagus. Apabila dilihat dari kurangnya minat pengusaha luar dimungkinkan karena mereka tidak mempunyai lahan atau tempat usaha di Wonosobo, sedangkan harga tanah di Wonosobo yang relatif tinggi sehingga tidak menguntungkan secara bisnis, sementara apabila melalui sewa lahan pemerintah, luas lahan kurang memenuhi syarat. Pada tahun 2014, nilai realisasi PMDN mengalami kenaikan dibanding tahun Hal ini menunjukkan bahwa Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 111

131 masyarakat semakin berminat untuk membuka bisnis baru dan sudah mulai melihat prospek dan peluang pasar yang lebih baik. Hal ini didukung pula dengan kemudahan dalam proses pengurusan ijin usaha yang telah menerapkan Sistem Pelayanan Informasi dan Perijinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE).Peningkatan dan penurunan realisasi investasi secara umum dipengaruhi oleh: (1)faktor internal : regulasi, infrastruktur (ketersediaan kawasan industri, sarana dan prasarana), bahan baku, upah buruh, kemudahan perizinan/pelayanan investasi dan promosi investasi, kualifikasi/kompetensi SDM/tenaga kerja; 2) faktor eksternal : suku bunga kredit investasi, tingkat money policy, nilai tukar, inflasi, stabilitas polhukkam, peluang pasar/usaha, kebijakan nasional dan perekonomian global. Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo II- 112

132 BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN A. Kinerja Keuangan Daerah Tahun Dalam rangka pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang saat ini telah diganti dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, kemudian diikuti dengan Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, maka timbul hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang yang perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah tersebut merupakan subsistem dari pengelolaan keuangan Negara dan merupakan elemen pokok dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Selain kedua Undang-Undang tersebut, terdapat beberapa peraturan perundang-undangan yang menjadi acuan pengelolaan keuangan daerah yaitu Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara serta Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Berdasarkan Pasal 13 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, sebagai rencana keuangan tahunan pemerintah daerah, maka APBD dalam satu tahun anggaran meliputi : a. hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih; b. kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih; dan c. penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Implementasinya dalam struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Daerah. 1. Kinerja Pelaksanaan APBD Pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah Kabupaten Wonosobo tidak terlepas dari kebijakan yang ditempuh, baik dari sisi efektivitas pengelolaan penerimaan yang dijabarkan melalui target APBD dan realisasinya, maupun dilihat dari efisiensi dan efektivitas pengeluaran daerah melalui belanja tidak langsung dan belanja langsung. Secara umum gambaran pengelolaan keuangan Bab III - RPJMD Kabupaten Wonosobo III- 1

133 daerah berkaitan dengan pendapatan dan belanja daerah selama tahun telah menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Pengelolaan keuangan daerah yang telah dilaksanakan dengan baik diharapkan mampu mendorong perkembangan dan pertumbuhan perekonomian daerah. Dalam pelaksanaannya, sumber pembiayaan yang memegang peranan penting dalam keuangan daerah Kabupaten Wonosobo adalah sebagai berikut : 1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Wonosobo, yang pelaksanaannya ditetapkan melalui Peraturan Daerah setiap tahun, 2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Tengah, dan 3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN). Kebijakan umum keuangan daerah yang tergambar dalam pelaksanaan APBD yang merupakan instrument dalam menjamin terciptanya disiplin dalam proses pengambilan keputusan yang terkait dengan kebijakan pendapatan maupun belanja daerah mengacu pada aturan yang melandasinya baik Undang- Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri, Peraturan Daerah maupun Keputusan Kepala Daerah. Dalam rangka mendukung terwujudnya good governance dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, pengelolaan keuangan daerah diselenggarakan secara professional, partisipatif, transparan dan akuntabel sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. a. Pendapatan Daerah Dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah, hal penting yang harus diperhatikan adalah tingkat penerimaan pendapatan daerah. Optimalisasi pengelolaan pendapatan daerah baik pendapatan asli daerah (PAD), Dana perimbangan maupun sumber pendapatan daerah lainnya akan mendukung pengelolaan keuangan daerah. Upaya-upaya dalam rangka peningkatan pendapatan daerah, khususnya PAD telah dilaksanakan melalui berbagai langkah dan strategi. Intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan daerah melalui pajak daerah dan retribusi daerah terus diupayakan. Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah. Oleh karena itu perluasan objek pajak daerah dan retribusi daerah merupakan hal penting dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Kebijakan pajak daerah dan retribusi daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip demokrasi, pemerataan dan keadilan, peran serta masyarakat dan akuntabilitas dengan memperhatikan potensi daerah. Langkah-langkah yang telah ditempuh dalam melakukan intensifikasi pendapatan antara lain : Bab III - RPJMD Kabupaten Wonosobo III- 2

134 1. Melakukan kegiatan penyuluhan terhadap wajib pajak dan wajib retribusi daerah mengenai peraturan yang berlaku dan manfaat yang diharapkan dari peningkatan PAD. 2. Melakukan koordinasi dengan Dinas/Instansi terkait di tingkat pemerintah kabupaten, provinsi dan pemerintah pusat dalam menunjang peningkatan bagi hasil pajak dan bukan pajak. 3. Menyusun dan mengevaluasi regulasi tentang pengelolaan pajak dan retribusi daerah termasuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat. 4. Melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan optimalisasi peningkatan pendapatan daerah. 5. Meningkatkan pelayanan pada masyarakat dengan memberikan penghargaan kepada wajib pajak yang tepat waktu dalam melunasi pajak dan kepala wilayah yang dapat mencapai target penerimaan PBB. Kinerja pengelolaan pendapatan daerah selama kurun waktu disajikan pada tabel berikut ini. Tabel III.1 Rata-rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun Kabupaten Wonosobo Sumber : Bagian Keuangan dan Asset Daerah Setda Kabupaten Wonosobo, ; Bappeda 2016 (data diolah) Ket *) : Data unaudit Dari Tabel III.1 diatas dapat diketahui bahwa pendapatan daerah Kabupaten Wonosobo dari tahun 2011 sampai tahun 2015 terus mengalami kenaikan, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 15,67%. Pendapatan asli daerah mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 29,82%. Besarnya peningkatan pendapatan asli daerah dikarenakan adanya peningkatan yang tinggi pada sektor pajak Bab III - RPJMD Kabupaten Wonosobo III- 3

135 daerah dengan rata-rata pertumbuhan 44,38%. Dana perimbangan mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 9,23%. Sedangka Lain-lain pendapatan yang sah mengalami pertumbuhan sebesar 43,36% dengan kontribusi terbesar berada di pendapatan bantuan keuangan sebesar 131,12%. b. Belanja Daerah Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, belanja diklasifikasikan ke dalam : 1. Belanja Tidak Langsung, yang terdiri dari : a. Belanja Pegawai b. Belanja Bunga c. Belanja Subsidi d. Belanja Hibah e. Belanja Bantuan Sosial f. Belanja Bagi Hasil g. Belanja Bantuan Keuangan h. Belanja Tidak Terduga 2. Belanja Langsung, yang terdiri dari : a. Belanja Pegawai b. Belanja Barang dan Jasa c. Belanja Modal Selama kurun waktu 5 tahun dari tahun 2011 sampai 2015, kebijakan pengelolaan keuangan daerah di bidang belanja daerah diprioritaskan untuk : a. Penaggulangan kemiskinan dan pengangguran. b. Peningkatan kualitas kesehatan dan pendidikan. c. Peningkatan kualitas pelayanan publik. d. Pengembangan kawasan strategis, lingkungan hidup dan sumberdaya alam e. Peningkatan pengelolaan keuangan daerah. f. Peningkatan pendapatan daerah. g. Peningkatan keamanan dan ketertiban. h. Revitalisasi pertanian dan kehutanan. Kinerja pengelolaan belanja daerah Kabupaten Wonosobo dari tahun dapat dilihat pada tabel berikut ini. Bab III - RPJMD Kabupaten Wonosobo III- 4

136 Tabel III.2 Rata-rata Pertumbuhan Belanja Pendapatan Daerah Tahun Kabupaten Wonosobo Sumber : Bagian Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Wonosobo, , Bappeda 2016 (data diolah) Ket *) : Data unaudit Dari tabel III.2 diatas dapat diketahui bahwa belanja daerah terus mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 17,78%, dimana belanja tidak langsung rata-rata tumbuh sebesar 12,11% dan belanja langsung tumbuh sebesar 33,10%. Bila ditinjau dari proporsinya, prosentase rata-rata belanja tidak langsung sebesar 64,56% dari rata-rata total belanja daerah sedangkan untuk belanja langsung sebesar 35,44%. Berarti bahwa belanja daerah sebagian besar masih dipergunakan untuk belanja tidak langsung dimana penggunaan yang paling besar adalah pada belanja pegawai untuk gaji dan tunjangan pegawai negeri, tunjangan dan representasi anggota DPRD serta gaji dan tunjangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Untuk belanja langsung, terjadi peningkatan terus pada belanja pegawai dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 31,46%. Pada belanja barang dan jasa terjadi fluktuasi dalam pengelolaannya. Dari tahun 2011 sampai 2013 mengalami penurunan dan naik kembali pada tahun Belanja modal dari tahun 2011 ke tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 58,20%, tetapi mengalami penurunan 27,06% pada tahun 2013 serta naik kembali 49,14% di tahun 2014 dan menurun di tahun 2015 sebesar 24,88%. Jika dilihat proporsi pada belanja langsung, belanja daerah lebih banyak dipergunakan untuk belanja barang dan jasa. Bab III - RPJMD Kabupaten Wonosobo III- 5

137 c. Pembiayaan Daerah Pembiayaan ditetapkan untuk menutup defisit yang disebabkan oleh lebih besarnya belanja daerah dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh. Penyebab utama terjadinya defisit anggaran adalah adanya kebutuhan pembangunan daerah yang semakin meningkat, namun dari sisi pembiayaan sumber pendapatannya sangat terbatas. Pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. Penerimaan pembiayaan mencakup SILPA tahun anggaransebelumnya, pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman dan penerimaan kembali pemberian pinjaman. Pengeluaran pembiayaan mencakup pembentukan dana cadangan, penyertaan modal pemerintah daerah, pembayaran pokok utang dan pemberian pinjaman. Anggaran pembiayaan netto yang merupakan selisih antara pembiayaan penerimaan dan pembiayaan pengeluaran merupakan anggaran yang dimaksudkan untuk menutup selisih antara anggaran pendapatan daerah dan anggaran belanja daerah. Kinerja pembiayaan daerah dalam kurun waktu tahun dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel III.3 Rata-rata Pertumbuhan Pembiayaan Daerah Tahun Kabupaten Wonosobo Sumber : Bagian Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Wonosobo, ; Bagian Perekonomian dan Ketahanan Pangan Setda Wonosobo, ; Bappeda, 2016 (data diolah) Penerimaan pembiayaan tahun sebagian besar berasal dari SiLPA tahun lalu sedangkan pengeluaran pembiayaan dipergunakan sebagian besar untuk penyertaan modal. Pengeluaran pembiayaan untuk penyertaan modal pada tahun 2012 mengalami penurunan dari tahun 2011, kemudian meningkat kembali pada tahun Bab III - RPJMD Kabupaten Wonosobo III- 6

138 2. Neraca Daerah 2013 dengan rata-rata pertumbuhan pembiayaan dari tahun 2011 sampai 2014 sebesar 45,53%. Berdasarkan realisasi pembiayaan tahun , diketahui bahwa pembiayaan APBD Kabupaten Wonosobo tergantung pada SILPA baik SILPA tahun lalu maupun SILPA tahun berkenaan. Ke depan diharapkan bahwa sumber-sumber pembiayaan dapat dikembangkan melalui penyertaan modal pada BUMD, pembentukan dana cadangan ataupun investasi pada sektor-sektor ekonomi yang menguntungkan, sehingga sumber pembiayaan pembangunan menjadi lebih beragam. Kebijakan pembiayaan daerah ditetapkan untuk menutup defisit anggaran yang disebabkan oleh lebih besarnya belanja daerah dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh. Penyebab utama terjadinya defisit anggaran adalah adanya kebutuhan pembangunan daerah yang semakin meningkat, namun dari sisi sumber pendapatannya sangat terbatas. Untuk itu perlu didorong dan terus dikembangkan upaya-upaya peningkatan investasi daerah, antara lain dengan : 1. Deregulasi peraturan daerah untuk meningkatkan investasi di Kabupaten Wonosobo; 2. Beberapa kebijakan yang 3. Kerjasama pemerintah dengan pihak swasta atau pemerintah lain; 4. Kerjasama antara BUMD dengan pihak swasta; 5. Mendorong investasi masyarakat terutama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan melibatkan peran masyarakat secara luas; 6. Meningkatkan investasi melalui fasilitasi PMA dan PMDN. Perkembangan asset dalam neraca keuangan Kabupaten Wonosobo mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 0,97% dari tahun Aset lancar mengalami pertumbuhan sebesar 47,04%. Pertumbuhan aset lancar disebabkan karena kenaikan kas dari tahun 2012 sampai tahun 2015 dengan ratarata pertumbuhan 67,23%. Piutang daerah mengalami rata-rata pertumbuhan sebesar 27,10% sedangkan persediaan mengalami penurunan sebesar 3,86%. Investasi jangka panjang mengalami pertumbuhan sebesar 23,63%, peningkatan investasi ini didorong oleh peningkatan investasi permanen dari Rp ,- menjadi Rp ,37,- atau naik sebesar 28,05%. Walaupun investasi jangka panjang mengalami pertumbuhan, namun pada investasi non permanen mengalami penurunan dari Rp ,- menjadi Rp 0,- atau dengan pertumbuhan rata-rata menurun sebesar 45,54%. Jumlah aset tetap dalam neraca keuangan Kabupaten Wonosobo dari tahun mengalami penurunan sebesar 4,70%. Penurunan ini disebabkan asset tetap pada komponen konstruksi dalam pengerjaan mengalami penurunan rata-rata pertumbuhan sebesar 45,37%. Bab III - RPJMD Kabupaten Wonosobo III- 7

139 Jumlah dana cadangan meningkat dengan pertumbuhan 106,55%. Komponen pembentuk asset daerah yang meningkat sangat besar adalah pada asset lainnya yaitu dari Rp ,- menjadi Rp ,- dengan pertumbuhan rata-rata 298,67%. Bab III - RPJMD Kabupaten Wonosobo III- 8

140 Tabel III.4 Rata-rata Pertumbuhan Neraca Daerah Kabupaten Wonosobo No. Uraian (Unaudited) Rata-rata Pertumbuhan (%) 1. ASET , , , , , ,58 0,97% 1.1. ASET LANCAR , , , , , ,99 47,04% Kas , , , , , ,00 67,23% Piutang , , , , , ,46 27,10% Persediaan , , , , , ,53-3,86% 1.2. INVESTASI JANGKA PANJANG , , , , , ,37 23,63% Investasi Non Permanen , , , , ,00 0,00-46,54% Investasi Permanen , , , , , ,37 28,05% 1.3 ASET TETAP , , , , , ,22-4,70% Tanah , , , , , ,85 20,91% Peralatan dan Mesin , , , , , ,13 16,58% Gedung dan Bangunan , , , , , ,58 2,98% Jalan, Irigrasi, dan Jaringan , , , , , ,00 6,58% Aset tetap lainya , , , , , ,15 16,64% Konstruksi dalam pengerjaan , , ,00 0, , ,00-45,37% Akumulasi Penyusutan Aset Tetap 0,00 0,00 0,00 0,00 0, ,49 0,00% 1.4 DANA CADANGAN 0,00 0, , , ,00 0,00 106,55% Dana Cadangan 0,00 0, , , ,00 0,00 106,55% 1.5 ASET LAINNYA , , , , , ,00 298,67% Aset Lainnya , , , , , ,00 298,67% JUMLAH ASET DAERAH , , , , , ,58 0,97% Bab III - RPJMD Kabupaten Wonosobo III- 9

141 No. Uraian (Unaudited) Rata-rata Pertumbuhan (%) 2. KEWAJIBAN , , , , , ,83 303,56% 2.1 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK , , , , , ,83 303,56% Kewajiban Jangka Pendek ,00 0,00 0,00 0, , ,83-34,99% Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) , , , , ,00 96,27% Utang Jangka Pendek Lainnya , , , , ,00 205,88% 2.2 HUTANG JANGKA PANJANG 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 JUMLAH KEWAJIBAN , , , , , ,83 303,56% 3. EKUITAS DANA , , , , , ,74 0,92% 3.1 EKUITAS DANA LANCAR , , , , ,87-32,24% Silpa , , , , ,00 52,73% Pendapatan Yg Ditangguhkan , , , , ,00 108,05% Cadangan Piutang , , , , ,00 1,34% Cadangan Persediaan , , , , ,87-24,32% Dana yg Harus Disediakan Utk Pembayaran Utang Jangka Pendek ( ,00) , , , ,00 203,61% 3.2 EKUITAS DANA INVESTASI , , , , , ,51% Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang , , , , ,77-4,76% Diinvestasikan dalam aset tetap , , , , ,00-14,91% Diinvestasikan dalam Aset Lainnya (tdk tmsk Dana Cadangan) , , , , ,00 276,02% Dana yg Hrs disediakan utk Pembayaran Utang Jangka Panjang 0,00 0,00 0,00 0,00 0, EKUITAS DANA DICADANGKAN 0,00 0, , , ,00 106,55% Ekuitas Dana Dicadangkan 0,00 0, , , ,00 106,55% JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA , , , , , ,57 0,97% Sumber : Bagian Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Wonosobo, ; Bappeda, 2016 (data diolah) Bab III - RPJMD Kabupaten Wonosobo III- 10

142 Hutang dalam neraca keuangan Pemerintah Kabupaten Wonosobo mengalami peningkatan dari Rp ,- pada tahun 2010 menjadi Rp ,83,- pada tahun Hutang tersebut menyebabkan Pemerintah Kabupaten Wonosobo mempuyai kewajiban jangka pendek yang juga meningkat. Perkembangan ekuitas dana dalam neraca keuangan Pemerintah Kabupaten Wonosobo mengalami peningkatan sebesar 0,92%. Peningkatan ekuitas dana tersebut berasal dari peningkatan ekuitas dana lancar sebesar 32,24%, penurunan ekuitas dana investasi sebesar 13,51% serta ekuitas dana cadangan sebesar 106,55%. Peningkatan ekuitas dana lancar didorong oleh komponen SiLPA yang meningkat sebesar 52,73%, pendapatan yang ditangguhkan yang meningkat 108,057% dan dana untuk pembayaran utang jangka pendek yang meningkat 203,61%. Pertumbuhan jumlah kewajiban dan ekuitas dana sampai tahun 2015 sebesar 0,97%. Analisis terhadap neraca keuangan daerah dilakukan dengan rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio aktivitas. Untuk neraca keuangan daerah, rasio likuiditas yang digunakan adalah rasio lancar (current ratio) dan quick ratio. Rasio lancar adalah asset lancar dibagi dengan kewajiban jangka pendek, sedangkan quick ratio adalah asset lancar dikurangi persediaan dibagi dengan kewajiban jangka pendek. Rasio Lancar (current ratio) digunakan untuk mengetahui sampai seberapa jauh Pemerintah Kabupaten Wonosobo dapat melunasi hutang jangka pendek. Jika nilai rasio kurang dari 1,5, hal ini menunjukkan bahwa pemerintah akan mengalami kesulitan dalam membayar hutang jangka pendeknya, sedangkan kalau lebih besar maka pemerintah dapat mudah untuk mencairkan asset lancarnya untuk membayar tagihan kewajiban jangka pendeknya. Dari hasil perhitungan, nilai rasio lancar pada tahun 2010 sebesar 40,04846 dan pada tahun 2015 sebesar 82, Nilai tersebut mengindikasikan bahwa Pemerintah Kabupaten Wonosobo tidak mengalami kesulitan dalam mencairkan asset lancarnya untuk membayar seluruh hutang atau kewajiban jangka pendeknya. Dari sisi rasio lancar menunjukkan bahwa neraca keuangan pemerintah Kabupaten Wonosobo sangat baik dan ke depan harus tetap dipertahankan dan ditingkatkan pengelolaan asset lancar terutama yang terkait dengan kewajiban jangka pendek. Quick Ratio yang nilainya lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa asset lancar setelah dikurangi dengan persediaan dapat menutup kewajiban jangka pendeknya.berdasarkan perhitungan diperoleh nilai Quick Ratio sebesar 30,17217 pada tahun 2010 dan 79, pada tahun Nilai tersebut menunjukkan bahwa kemampuan asset lancar setelah dikurangi persediaan mempunyai kemampuan yang cukup kuat untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya. Bab III - RPJMD Kabupaten Wonosobo III- 11

143 Tabel III.5 Analisa Rasio Keuangan Daerah Kabupaten Wonosobo NO Uraian Rasio Lancar (Current Ratio) 40, ,26 579, , , , Rasio Quick (Quick Ratio) 30, , , , , , Rasio Kewajiban terhadap Aset 0, , , , , , Rasio Kewajiban terhadap Ekuitas 0, , , , , , Sumber : Bagian Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Wonosobo, ; Bappeda, 2016 (data diolah) Untuk neraca keuangan daerah, rasio solvabilitas yang digunakan adalah rasio kewajiban terhadap asset dan rasio kewajiban terhadap ekuitas. Rasio kewajiban terhadap asset adalah kewajiban dibagi dengan asset sedangkan rasio kewajiban terhadap ekuitas adalah kewajiban dibagi dengan ekuitas. Rasio kewajiban terhadap asset secara langsung membandingkan kewajiban jangka panjang ditambah kewajiban jangka pendek dibagi dengan asset dikurang kewajiban jangka panjang dan jangka pendek. Semakin kecil nilai rasio maka semakin baik rasio kewajiban terhadap asset. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai rasio sebesar 0, pada tahun 2010 dan 0, pada tahun Nilai tersebut relative kecil karena dibawah angka 0,75 sehingga kemampuan keuangan daerah cukup kuat untuk membayar jika Pemerintah Kabupaten Wonosobo melakukan pinjaman kepada kreditur. Rasio kewajiban terhadap ekuitas secara langsung membandingkan kewajiban jangka pendek dibagi dengan ekuitas. Semakin kecil nilai rasio maka akan semakin baik rasio kewajiban terhadap ekuitas. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai rasio sebesar 0, pada tahun 2010 dan 0, pada tahun Nilai tersebut hampir sama dengan rasio kewajiban terhadap asset. Nilai tersebut relatif kecil karena dibawah angka 0,75 sehingga kemampuan keuangan daerah cukup kuat untuk membayar jika Pemerintah Kabupaten Wonosobo melakukan pinjaman kepada kreditur. Untuk mengukur sampai seberapa jauh aktivitas pemerintah daerah dalam menggunakan dana-dananya secara efektif dan efisien digunakan rasio aktivitas. Rasio ini dapat mengukur efisiensi kegiatan operasional birokrasi pemerintah daerah, karena rasio ini didasarka pada perbandingan antara pendapatan denga pengeluaran pada periode tertentu. Untuk neraca keuangan daerah, rasio aktivitas yang digunakan adalah rasio rata-rata umur piutang dan rasio rata-rata umur persediaan. Rata-rata umur piutang yaitu rasio untuk melihat berapa lama hari yang diperlukan untuk melunasi piutang (merubah piutang menjadi kas). Semakin besar periode rata-rata, semakin besar resiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang dan sebaliknya. Cara perhitungan rata-rata umur piutang adalah 365 Bab III - RPJMD Kabupaten Wonosobo III- 12

144 dibagi perputaran piutang, dimana perputaran piutang sendiri adalah pendapatan daerah dibagi rata-rata piutang pendapatan daerah. Sedangkan rata-rata piutang pendapatan daerah adalah saldo awal piutang ditambah saldo akhir piutang kemudian dibagi 2. Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa rata-rata umur piutang pada tahun 2014 adalah 4,03 hari. Artinya Pemerintah Kabupaten Wonosobo memiliki kemampuan yang sangat baik dalam menagih piutang atau merubah piutang menjadi kas. Rata-rata umur persediaan yaitu rasio untuk melihat berapa lama dana tertanam dalam bentuk persediaan (menggunakan persediaan untuk memberi pelayanan public). Semakin besar periode rata-rata, semakin besar resiko kemungkinan persediaan berada di gudang dan sebaliknya. Cara menghitung rata-rata umur persediaan adalah 365 dibagi perputaran persediaan, dimana perputaran persediaan adalah nilai persediaan yang digunakan dalam satu tahun dibagi rata-rata nilai persediaan. Sedangkan rata-rata nilai persediaan adalah saldo awal persediaan ditambah saldo akhir persediaan lalu hasilnya dibagi 2. Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa pada tahun 2014 ratarata umur persediaan adalah 10,88 hari. Artinya bahwa dana yang tertanam dalam bentuk persediaan hanya bertahan sekitar setengah bulan. B. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah Tahun Proporsi Penggunaan Anggaran Proporsi penggunaan anggaran untuk belanja pemenuhan kebutuhan aparatur terhadap total pengeluaran pemerintah Kabupaten Wonosobo dari tahun dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel III.6 Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Kabupaten Wonosobo No Tahun Total Belanja untuk Pemenuhan Kebutuhan Aparatur (Rp000) Total Pengeluaran (Belanja+Pembiayaan Pengeluaran) (Rp000) Persentase (%) , , , , *) ,66 Sumber : Bagian Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Wonosobo, , Bappeda 2016 (data diolah) Ket *) : Data unaudit Dari tabel 3.6 diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2011 total belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur sebesar Rp ,- atau 53,66% dari total pengeluaran daerah. Tahun 2012 sebesar Rp ,- atau 55,25% dari total pengeluaran daerah, mengalami kenaikan 13,82% dari tahun Bab III - RPJMD Kabupaten Wonosobo III- 13

145 sebelumnya. Tahun 2013 sebesar Rp ,- atau 59,63% dari total pengeluaran daerah dan mengalami kenaikan sebesar 9,07% dari tahun Pada tahun 2014, total belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur sebesar Rp ,- atau 51,48% dari total pengeluaran daerah, mengalami penurunan 7,3% dari tahun Tahun 2015, total belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur sebesar Rp ,- atau 46,66% dari total pengeluaran daerah, mengalami kenaikan sebesar 11,70% dari tahun Selama kurun waktu lima tahun, proporsi total belanja pemenuhan kebutuhan aparatur terhadap total pengeluaran daerah mengalami kenaikan dari tahun 2011 sampai tahun 2013 kemudian mengalami penurunan pada tahun 2014 dan 2015, dengan rata-rata proporsi sebesar 53,32%. Hal ini menunjukkan bahwa belanja daerah masih lebih besar digunakan untuk pengeluaran pemenuhan kebutuhan aparatur dibandingkan untuk peningkatan pelayanan dasar dan daya saing daerah. 2. Analisis Pembiayaan Tabel III.7 Defisit Riil Anggaran Kabupaten Wonosobo Tahun Sumber : Bagian Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Wonosobo, , Bappeda 2016 (data diolah) Ket *) : Data unaudit Tabel III.8 Komposisi Penutup Defisit Riil Anggaran Kabupaten Wonosobo Tahun Proporsi dari Total Defisit Riil (%) No Uraian SiLPA Tahun Anggaran 43,51 305,61 110,59 972,44-315,46 sebelumnya 2. Pencairan Dana Cadangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3. Hasil Penjualan Kekayaan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Daerah Yang Dipisahkan 4. Penerimaan Pinjaman daerah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 5. Penerimaan kembali 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Pemberian Pinjaman daerah 6. Penerimaan Piutang Daerah 0,0014 0,0018 0,0004 0,0017-0,0005 Sumber : Bagian Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Wonosobo, , Bappeda 2016 (data diolah) Ket *) : Data unaudit Bab III - RPJMD Kabupaten Wonosobo III- 14

146 Tabel III.9 Realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Kabupaten Wonosobo Tahun No Uraian Rp % dari SiLPA Rp % dari SiLPA Rp % dari SiLPA 1. Jumlah SiLPA ,98 100, ,83 100, ,82 100,00 2. Pelampauan penerimaan PAD 3. Pelampauan penerimaan dana perimbangan 4. Pelampauan penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah 5. Sisa penghematan belanja atau akibat lainnya 6. Kewajiban kepada pihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan 7. Kegiatan lanjutan Sumber : Bagian Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Wonosobo, , Bappeda 2016 (data diolah) Ket *) : Data unaudit C. Kerangka Pendanaan Menurut Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Pasal 1 ayat 25, kerangka pendanaan adalah program dan kegiatan yang disusun untuk mencapai sasaran hasil pembangunan yang pendanaannya diperoleh dari anggaran pemerintah daerah, sebagai bagian integral dari upaya pembangunan daerah secara utuh. Untuk menentukan kemampuan anggaran Pemerintah Kabupaten Wonosobo 5 (lima) tahun ke depan perlu dihitung perkiraan kemampuan anggaran berdasarkan anggaran tahun sebelumnya dengan asumsi-asumsi yang diperkirakan terjadi. 1. Analisis Pengeluaran Periodik Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Pengeluaran Pemerintah Kabupaten Wonosobo yang wajib dianggarkan serta merupakan prioritas utama, harus ada pada setiap perencanaan penganggaran. Beberapa pengeluaran periodic, wajib dan mengikat serta prioritas utama pada tahun ditampilkan pada tabel berikut ini. Tabel III.10 Belanja dan Pengeluaran Periodik, Wajib dan mengikat serta Prioritas Utama Kabupaten Wonosobo Tahun Bab III - RPJMD Kabupaten Wonosobo III- 15

147 Sumber : Bagian Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Wonosobo, , Bappeda 2016 (data diolah) Ket *) : Data unaudit Pengeluaran wajib dan mengikat dari tahun ke tahun meningkat secara signifikan. Pada tahun 2013 sebesar Rp ,- meningkat 12,94% di tahun 2014 menjadi Rp ,- dan meningkat kembali sebesar 7,55% di tahun 2015 menjadi Rp ,-. Pengeluaran terbesar terdapat pada belanja langsung yaitu berupa gaji PNS dengan pertumbuhan rata-rata 8,74%. 2. Proyeksi Data Masa Lalu Untuk memperkirakan kemampuan anggaran 5 (lima) tahun kedepan, metode sederhana yang dipergunakan adalah fungsi forecast, yaitu menggunakan regresi linear untuk memperkirakan sebuah nilai berdasarkan hubungan 2 (dua) kumpulan data, ditambah asumsi-asumsi yang diperkirakan akan terjadi. a. Proyeksi Pendapatan Tahun Berdasarkan hasil perhitungan, didapat proyeksi pendapatan daerah Kabupaten Wonosobo tahun sebagai berikut: Tabel 3.11 Bab III - RPJMD Kabupaten Wonosobo III- 16

148 Proyeksi Pendapatan Daerah Kabupaten Wonosobo Tahun Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Wonosobo, 2016; Bagian Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Wonosobo, 2016, Bappeda 2016 (data diolah) Pendapatan daerah pada tahun 2016 diperkirakan sebesar Rp ,- dan pada tahun 2021 akan meningkat menjadi Rp ,- dengan asumsi-asumsi : 1. Pendapatan asli daerah mengalami kenaikan setiap tahun antara lain disebabkan : a. Penerapan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah; b. Bertambahnya objek dan wajib pajak dan retribusi; c. Adanya perubahan nilai jual objek pajak (NJOP) pada subjek PBB- P2 dan BPHTB. 2. Terjadi kecenderungan kenaikan dana perimbangan setiap tahun, sepanjang tidak ada perubahan mendasar dari pemerintah pusat, dengan uraian sebgai berikut : a. DAU cenderung meningkat setiap tahun seiring kebijakan kenaikan gaji pegawai; b. DAK cenderung meningkat setiap tahun; Bab III - RPJMD Kabupaten Wonosobo III- 17

149 c. Pemerataan dana bagi hasil pajak/bukan pajak mengalami kenaikan setiap tahun. 3. Sesuai peraturan perundang-undangan, pemerintah daerah dapat menganggarkan defisit. 4. Lain-lain pendapatan daerah yang sah mengalami kenaikan setiap tahun, sepanjang tidak ada perubahan kebijakan mendasar dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. b. Proyeksi Belanja Tahun Untuk menentukan pagu indikatif maka harus dibuat proyeksi atas belanja daerah yang akan dilakukan dalam 5 (lima) tahun mendatang. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Pasal 11, pagu indikatif adalah jumlah dana yang tersedia untuk mendanai program dan kegiatan tahunan yang perhitungannya berdasarkan standard satuan harga yang ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Penghitungan proyeksi untuk anggaran belanja daerah dilakukan dengan metode yang sama dengan proyeksi pendapatan. Tabel III.12 Proyeksi Belanja Kabupaten Wonosobo Tahun Sumber : Bagian Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Wonosobo, 2016, Bappeda 2016 (data diolah) Proyeksi belanja daerah pada tahun 2016 diperkirakan sebesar Rp ,- dan pada tahun 2021 akan meningkat menjadi Rp ,-. Proyeksi anggaran belanja daerah tersebut diatas memperhatikan asumsi-asumsi sebagai berikut : Bab III - RPJMD Kabupaten Wonosobo III- 18

150 1. Kebutuhan belanja pegawai selalu meningkat setiap tahun sebagai akibat dari kenaikan gaji dan penambahan jumlah pegawai; 2. Kebutuhan belanja publik yang semakin meningkat sebagai upaya pencapaian visi dan misi Pemerintah Kabupaten Wonosobo tahun ; 3. Penyesuaian terhadap kenaikan harga (inflasi) dengan kebutuhan belanja. c. Proyeksi Pembiayaan Tahun Untuk memperkirakan penyaluran surplus dan menutup defisit anggaran yang mungkin akan terjadi maka perlu dibuat proyeksi pembiayaan. Proyeksi pembiayaan di masa yang akan datang dari sisi penerimaan menggunakan perkiraan penerimaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran tahun sebelumnya dan dari sisi pengeluaran berupa penyertaan modal dalam rangka pemenuhan kewajiban. Gambaran proyeksi pembiayaan daerah dapat dilihat pada tabel III.13. Tabel III.13 Proyeksi Pembiayaan Kabupaten Wonosobo Tahun Sumber : Bagian Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Wonosobo, 2016, Bappeda 2016 (data diolah) 3. Penghitungan Kerangka Pendanaan Untuk menghitung kerangka pendanaan selama lima tahun ke depan dilakukan penghitungan proyeksi kapasitas riil keuangan daerah yang digunakan untuk mendanai pembangunan daerah, sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut. Bab III - RPJMD Kabupaten Wonosobo III- 19

151 Tabel III.14 Proyeksi Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah untuk Mendanai Pembangunan Daerah Kabupaten Wonosobo Tahun Sumber : Bagian Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Wonosobo, , Bappeda 2016 (data diolah) Berdasarkan tabel tersebut, diperoleh proyeksi kapasitas riil kemampuan keuangan daerah yang akan dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan anggaran belanja daerah baik belanja langsung maupun belanja tidak langsung di luar belanja dan pengeluaran pembiayaan yang wajib, mengikat dan prioritas utama seperti pada tabel berikut. Tabel III.15 Proyeksi Penggunaan Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten Wonosobo Tahun Sumber : Bagian Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Wonosobo, 2016, Bappeda 2016 (data diolah) Bab III - RPJMD Kabupaten Wonosobo III- 20

152 Berdasarkan table III.15 dapat diketahui kapasitas riil kemampuan keuangan daerah yang dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan belanja prioritas I, II dan III sebagaimana table berikut. Tabel III.16 Kerangka Pendanaan Alokasi Prioritas I, II dan III Kabupaten Wonosobo Tahun Sumber : Bagian Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Wonosobo, 2016, Bappeda 2016 (data diolah) Kebutuhan pendanaan untuk prioritas I prosentasenya paling besar disusul prioritas II dan III karena beban kegiatan prioritas I memang paling banyak yaitu meliputi belanja pegawai. Dengan demikian kerangka pendanaan selama lima tahun dapat dilihat pada table berikut. Bab III - RPJMD Kabupaten Wonosobo III- 21

153 Tabel III.17 Proyeksi APBD Kabupaten Wonosobo Tahun Sumber : Bagian Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Wonosobo, 2016, Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Wonosobo, 2016; Bappeda 2016 (data diolah) Berdasarkan kerangka pendanaan tersebut dapat dilaksanakan berbagai program dalam rangka mengatasi berbagai permasalahan dan untuk mencapai target indikator pembangunan Kabupaten Wonosobo selama lima tahun ke depan. Mengingat besarnya permasalahan dan keterbatasan APBD Kabupaten Wonosobo maka diperlukan dukungan sumber dana lainnya baik dari APBN, APBD Provinsi, CSR/PKBL, lembaga donor maupun swadaya masyarakat. Bab III - RPJMD Kabupaten Wonosobo III- 22

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel...

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... ii iv BAB I Pendahuluan... 1 A. Dasar Hukum... 1 B. Gambaran Umum Daerah... 2 1. Kondisi Geografis Daerah... 2 2. Gambaran Umum Demografis... 4 3. Kondisi Ekonomi...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel...

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... ii iv BAB I Pendahuluan... 1 A. Dasar Hukum... 1 B. Gambaran Umum Daerah... 2 1. Kondisi Geografis Daerah... 2 2. Gambaran Umum Demografis... 4 3. Kondisi Ekonomi...

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 2015 PEMERINTAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

Lebih terperinci

D A F T A R I S I Halaman

D A F T A R I S I Halaman D A F T A R I S I Halaman B A B I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan I-2 1.3 Hubungan RPJM dengan Dokumen Perencanaan Lainnya I-3 1.4 Sistematika Penulisan I-7 1.5 Maksud

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN WONOSOBO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G Design by (BAPPEDA) Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Martapura, 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2011-2015 Diperbanyak oleh: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT NOMOR : TAHUN 2016 TANGGAL : 2016 TENTANG : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN SUMBA BARAT TAHUN 2016 2021 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Pati merupakan salah satu dari 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah yang mempunyai posisi strategis, yaitu berada di jalur perekonomian utama Semarang-Surabaya

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016-2021 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, pemerintah daerah memerlukan perencanaan mulai dari perencanaan jangka panjang, jangka menengah hingga perencanaan jangka pendek

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

A. GAMBARAN UMUM KABUPATEN WONOSOBO

A. GAMBARAN UMUM KABUPATEN WONOSOBO BAB I PENDAHULUAN A. GAMBARAN UMUM KABUPATEN WONOSOBO 1. Kondisi Geografi Secara geografis Kabupaten Wonosobo terletak antara 7. 11 dan 7. 36 Lintang Selatan (LS), 109. 43 dan 110. 04 Bujur Timur (BT).

Lebih terperinci

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA.

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, mengamanatkan kepada

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR TAHUN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR TAHUN 2016 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

Lebih terperinci

LAMPIRAN SECURITY DIREKTUR MANAGER PEMASARAN MANAGER HRD SPV KITCHEN GENERAL CASHIER SPV MARKETING RESTO GENERAL MANAGER MANAGER PRODUCTION

LAMPIRAN SECURITY DIREKTUR MANAGER PEMASARAN MANAGER HRD SPV KITCHEN GENERAL CASHIER SPV MARKETING RESTO GENERAL MANAGER MANAGER PRODUCTION LAMPIRAN DIREKTUR WAKIL DIREKTUR GENERAL SEKRETARIS OPERATIONAL ACCOUNTING PRODUCTION RESTO OUTDOORS HRD PEMASARAN SPV OPERATIONAL GENERAL CASHIER SPV PRODUCTION SPV KITCHEN SPV OPERATIONAL MARKETING SPV

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang dilaksanakan terus-menerus untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang sejahtera lahir dan batin. Proses tersebut dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Rancangan Akhir RPJMD Tahun Hal. I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Rancangan Akhir RPJMD Tahun Hal. I LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Provinsi DKI Jakarta merupakan kota dengan banyak peran, yaitu sebagai pusat pemerintahan, pusat kegiatan perekonomian, pusat perdagangan, pusat jasa perbankan dan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM 72 BAB II GAMBARAN UMUM 2. 1 Kabupaten Wonosobo 2.1.1 Letak Geografis Kabupaten Wonosobo yang bersemboyan : Pusakaning Dwi Pujangga Nyawiji dan memiliki Motto: Wonosobo ASRI (Aman, Sehat, Rapi, Indah)

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 PEMERINTAH KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Pagar Alam Tahun 2018 disusun dengan mengacu

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2014-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi

DAFTAR ISI. Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi DAFTAR ISI Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan RPJMD dengan

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2016

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2016 BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN...I.

BAB I PENDAHULUAN...I. DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GRAFIK... x DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN... I. 1 1.1 Latar Belakang... I. 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I. 9 1.3 Hubungan RKPD dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 54 TAHUN 2008 TANGGAL : 12 SEPTEMBER 2008 TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008-2013

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal. I - 1

BAB I PENDAHULUAN. Hal. I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah yang berkelanjutan merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan dalam mendukung pencapaian target kinerja pembangunan daerah. Untuk itu diperlukan

Lebih terperinci

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-nya kegiatan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010-2015 dapat diselesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Purworejo Tahun 2011-2015 telah berakhir pada periode masa kepemimpinan Kepala Daerah Drs. MAHSUN

Lebih terperinci

BAB I 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan Pembangunan Daerah memiliki arti sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan dan menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembangunan. Sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 BAB 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2008 No. 9, 2008-1 - LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PROVINSI KALIMANTAN

Lebih terperinci

Pendahuluan. Latar Belakang

Pendahuluan. Latar Belakang Pendahuluan Latar Belakang Pembangunan daerah Kabupaten Bangkalan yang dilaksanakan dalam kurun waktu Tahun 2008 2013 telah memberikan hasil yang positif dalam berbagai segi kehidupan masyarakat. Namun

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN

RPJMD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN 1 1

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN 1 1 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR ii vi BAB I PENDAHULUAN 1 1 1.1. Latar Belakang 1 1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan 1 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen 1 5 1.4. Sistematika Dokumen RKPD 1 6 1.5. Maksud dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan pembangunan nasional yang bertujuan untuk mendukung

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan pembangunan nasional yang bertujuan untuk mendukung LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KOTABARU NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2016-2021 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang P erencanaan pembangunan

Lebih terperinci

~ 1 ~ BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

~ 1 ~ BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ~ 1 ~ BUPATI BONDOWOSO Rancangan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG (RPJP) DAERAH KABUPATEN PACITAN TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN ACEH SELATAN NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2013-2018 1.1. Latar Belakang Lahirnya Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Grobogan Tahun I 1

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Grobogan Tahun I 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintah Pusat memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk melakukan serangkaian

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i vii xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4 1.3.1 Hubungan RPJMD

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN KABUPATEN KETAPANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN KABUPATEN KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN KABUPATEN KETAPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KETAPANG, Menimbang : a. bahwa sehubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan provinsi yang berada di ujung selatan Pulau Sumatera dan merupakan gerbang utama jalur transportasi dari dan ke Pulau Jawa. Dengan posisi

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2009 LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2008 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan perdesaan sebagai basis utama dan bagian terbesar dalam wilayah Kabupaten Lebak, sangat membutuhkan percepatan pembangunan secara bertahap, proporsional dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2012-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU 2016 Bab I Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... ix PENDAHULUAN I-1

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2011

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2011 SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2011 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pelaksanaan pembangunan daerah yang merupakan kewenangan daerah sesuai dengan urusannya, perlu berlandaskan rencana pembangunan daerah yang disusun berdasarkan kondisi

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Bekasi Tahun Revisi BAB I PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Bekasi Tahun Revisi BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI Nomor : Tanggal : BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan

Lebih terperinci

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BATANG TAHUN

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BATANG TAHUN BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BATANG TAHUN 2012 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR 34 TAHUN 2016

PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR 34 TAHUN 2016 PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 47 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2017 TANGGAL : 20 November 2017 BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2017 TANGGAL : 20 November 2017 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2017 TANGGAL : 20 November 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan pasal 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

IV.C.3 Urusan Pilihan Kehutanan

IV.C.3 Urusan Pilihan Kehutanan 3. URUSAN KEHUTANAN Sumber daya hutan di Kabupaten Wonosobo terdiri dari kawasan hutan negara seluas + 20.300 Ha serta hutan rakyat seluas ± 19.481.581 Ha. Kawasan hutan negara di wilayah Wonosobo secara

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI BALI TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI BALI TAHUN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI BALI TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN - 1 - LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013-2017 ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2012-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 0 TAHUN 204 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 203-208 PEMERINTAH KABUPATEN LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang Balai Pelaksana Teknis Bina Marga atau disingkat menjadi BPT Bina Marga Wilayah Magelang adalah bagian dari Dinas

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN BAB I PENDAHULUAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR : TANGGAL : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014-2019 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Jawa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BINTAN TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BINTAN TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BINTAN TAHUN 20162021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah merupakan suatu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional. Hal ini dimaksudkan agar perencanaan pembangunan daerah senantiasa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TENGAH NOMOR: 3 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN KABUPATEN SUMBA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TENGAH NOMOR: 3 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN KABUPATEN SUMBA TENGAH PERATURAN DAERAH NOMOR: 3 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBA TENGAH, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memantapkan implementasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan bagian dari Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), seperti tercantum dalam Undang- Undang Nomor

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Bab I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Bab I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan daerah sebagai bagian dari pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa penyelenggaraan desentralisasi dilaksanakan dalam bentuk pemberian kewenangan Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN DEMAK TAHUN 2011-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

MEMUTUSKAN : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 88 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

Lebih terperinci

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN REMBANG TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

RKPD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2015

RKPD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2015 i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL ( Dalam Proses Konsultasi ke Gubernur Jateng )

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL ( Dalam Proses Konsultasi ke Gubernur Jateng ) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KENDAL TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL ( Dalam Proses Konsultasi ke

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA BOGOR TAHUN 2010-2014 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN 1-1

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN 1-1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii DAFTAR TABEL iv DAFTAR GAMBAR xi I PENDAHULUAN 1-1 1.1 LATAR BELAKANG 1-2 1.2 DASAR HUKUM PENYUSUNAN 1-3 1.3 HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN 1-5 1.4 SISTEMATIKA PENULISAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010-2015 DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL.... DAFTAR GAMBAR....

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya dibentuk berdasarkan pada Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya nomor 8 tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii vi xi PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 12 ayat (1) dan (2)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 12 ayat (1) dan (2) PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN WAJIB DAN PILIHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

Lebih terperinci

Tabel IV.C.1.1 Rincian Program dan Realisasi Anggaran Urusan Perikanan Tahun 2013

Tabel IV.C.1.1 Rincian Program dan Realisasi Anggaran Urusan Perikanan Tahun 2013 C. URUSAN PILIHAN YANG DILAKSANAKAN 1. URUSAN PERIKANAN Pembangunan pertanian khususnya sektor perikanan merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi, dalam hal ini sektor perikanan adalah sektor

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 01 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN KABUPATEN LUWU TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 01 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH NOMOR 01 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 12

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2013-2018 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

2.25. Jumlah Anak Balita Hidup dan Jumlah Kasus Kematian Balita di 32 KecamatanTahun II-42 Tabel Jumlah kasus kematian ibu hamil,

2.25. Jumlah Anak Balita Hidup dan Jumlah Kasus Kematian Balita di 32 KecamatanTahun II-42 Tabel Jumlah kasus kematian ibu hamil, LAMPRIAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN TAHUN 2014-2019 DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016 2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun merupakan tahap ketiga dari

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun merupakan tahap ketiga dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun 2016-2021 merupakan tahap ketiga dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 9 TAHUN 2008 SERI : D NOMOR : 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAHAN DAERAH

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BAPPEDA KOTA BEKASI TAHUN (PERUBAHAN II)

RENCANA STRATEGIS BAPPEDA KOTA BEKASI TAHUN (PERUBAHAN II) RENCANA STRATEGIS BAPPEDA KOTA BEKASI TAHUN 2013-2018 (PERUBAHAN II) B a d a n P e r e n c a n a a n P e m b a n g u n a n D a e r a h y a n g P r o f e s i o n a l, A n d a l d a n K r e d i b e l Untu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KARIMUN TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KARIMUN TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KARIMUN TAHUN 2011 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARIMUN, Menimbang

Lebih terperinci