BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi
|
|
- Irwan Gunawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori Belanja Modal Belanja modal merupakan pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi (Halim, 2007:101). Menurut peraturan pemerintah No. 25 Tahun 2005 belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal meliputi belanja modal untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan, peralatan, dan asset tak berwujud. Belanja modal merupakan pengeluaran anggaran yang digunakan dalam rangka menambah asset atau kekayaan serta menambah anggaran rutin untuk biaya operasional dan biaya pemeliharaan (Sheila, 2012). Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Pasal 53 ayat 1 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Belanja modal merupakan pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian, pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan. Belanja modal yang diatur dalam pasal 50 huruf c Permendagri No 59 Tahun 2007 tentang perubahan Permendagri Nomor 13/2006 Tentang pengelolaan Keuangan Daerah digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pengadaan asset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan. Salah satu tugas penting dari pemerintah daerah adalah menyediakan dan 13
2 membangun infrastruktur publik melalui alokasi belanja modal pada APBD. Belanja modal merupakan belanja pemerintah daerah yang mempunyai pengaruh penting terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah dan akan memiliki daya ungkit sebagai roda menggerakkan perekomian daerah Menurut Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), belanja modal merupakan pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, serta meningkatkan kapasitas dan kualitas aset. Dalam SAP, belanja modal dapat dikategorikan ke dalam 5 (lima) kategori utama, yaitu : 1. Belanja Modal Tanah Belanja modal tanah adalah pengeluaran yang digunakan untuk pengadaan, pembelian, pembebasan, penyelesaian, balik nama dan sewa tanah, pengosongan, pengurugan, perataan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat, dan pengeluaran lainnya sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dan sampai tanah dimaksud dalam kondisi siap pakai (Kementrian Keuangan Republik Indonesia, 2013). 2. Belanja Modal Peralatan dan Mesin Belanja modal peralatan dan mesin adalah pengeluaran yang digunakan untuk pengadaan, penambahan, penggantian, dan peningkatan kapasitas peralatan dan mesin, serta inventaris kantor yang memberikan manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan, dan sampai peralatan dan mesin dimaksud dalam kondisi siap pakai (Kementrian Keuangan Republik Indonesia, 2013). 14
3 3. Belanja Modal Gedung dan Bangunan Belanja modal gedung dan bangunan adalah pengeluaran yang digunakan untuk pengadaan, penambahan, penggantian, dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan pembangunan gedung dan bangunan yang menambah kapasitas sampai gedung dan bangunan dimaksud dalam kondisi siap pakai (Kementrian Keuangan Republik Indonesia, 2013). 4. Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan Belanja modal jalan, irigasi dan jaringan adalah pengeluaran yang digunakan untuk pengadaan, penambahan, penggantian, peningkatan pembangunan, pembuatan serta perawatan, dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan jalan irigasi dan jaringan yang menambah kapasitas sampai jalan irigasi dan jaringan dimaksud dalam kondisi siap pakai (Kementrian Keuangan Republik Indonesia, 2013). 5. Belanja Modal Fisik Lainnya Belanja modal fisik lainnya adalah pengeluaran yang digunakan untuk belanja modal kontrak sewa beli, pembelian barang-barang kesenian, barang purbakala dan barang untuk museum, hewan ternak dan tanaman, buku-buku, dan jurnal ilmiah (Kementrian Keuangan Republik Indonesia, 2013). 15
4 Secara spesifik sumber pendanaan untuk belanja modal belum ditentukan aturannya, namun seluruh jenis sumber-sumber penerimaan daerah dapat dialokasikan untuk mendanani belanja daerah diantaranya belanja modal. Sumbersumber penerimaan daerah (UU Nomor 33 tahun 2004) yang dapat digunakan sebagai sumber pendanaan belanja daerah berasal dari pendapatan daerah dan pembiayaan daerah. Pendapatan daerah bersumber dari : 1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu : Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil pengelolaan kekayaan daerah, dan lain-lain PAD yang sah. 2. Dana Perimbangan yaitu : Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus. 3. Pendapatan lain-lain yang sah yaitu : Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang tidak terpisahkan, Jasa Giro, Pendapatan bunga, Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap uang asing, komisi, dan potongan, atau bentuk lain dari sebab akibat dari penjualan, pengadaan barang dan jasa yang dilakukan oleh daerah. Sedangkan pembiayaan daerah bersumber dari : Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Daerah (SILPA), Penerimaan Pinjaman Daerah, Dana cadangan daerah, dan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan. Pengalokasian Dana yang bersumber dari pendapatan dan pembiayaan daerah kepada belanja daerah ditentukan oleh kebutuhan daerah itu sendiri. Pada umumnya sumber dana yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah lebih banyak dialokasikan kepada belanja operasional daerah dan sisanya dialokasikan untuk belanja daerah lainnya diantaranya belanja modal. DAU lebih banyak dialokasikan kepada belanja pegawai, dan sisanya dialokasikan kepada belanja- 16
5 belanja daerah diantaranya belanja modal. Belanja modal pada umumnya berasal dari dana bantuan (fund). Dana bantuan pemerintah yang selalu dialokasikan untuk membiayai belanja modal adalah dana alokasi umum dan dana alokasi khusus. Secara keseluruhan jumlah belanja modal yang dialokasikan dalam APBD sekurang-kurangnya 29 persen dari belanja daerah sesuai amanat Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun Pertumbuhan Ekonomi Menurut pandangan para ekonom klasik (Adam Smith, David Ricardo, Thomas Robert Malthus dan John Stuart Mill), maupun para ekonom neoklasik (Robert Sollow dan Trevor Swan), pada dasarnya ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu : (1) jumlah penduduk,(2) jumlah stok barang modal, (3) luas tanah dan kekayaan alam, (4) tingkat teknologi yang digunakan. Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau berkembang apabila tingkat kegiatan ekonominya lebih tinggi dari yang dicapai pada masa sebelumnya. Menurut Prof. Simon Kuznets dalam (Jhingan, 2004:57) mendefinisikan pertumbuhan ekonomi kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barangbarang ekonomi kepada penduduknya. Secara umum pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang (Boediono, 1981:1). Proses kenaikan output per kapita diproksikan dengan Produk Domestik Regional Bruto per Kapita (PDRB) yang didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah 17
6 seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu daerah (Nugroho,2010). Sadono Sukirno berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan perubahan tingkat kegiatan ekonomi yang berlaku dari tahun ke tahun. Sehingga untuk mengetahuinya harus diadakan perbandingan pendapatan nasional dari tahun ke tahun, yang dikenal dengan laju pertumbuhan ekonomi (Sukirno, 2004 :423). Menurut Todaro pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses yang mantap dimana kapasitas produksi dari suatu perekonomian meningkat sepanjang waktu untuk menghasilkan tingkat pendapatan nasional yang semakin besar. Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan dari kegiatan perekonomian dimana hal tersebut berdampak pada jumlah produksi barang dan jasa yang semakin bertambah sehingga kemakmuran masyarakat meningkat. Ukuran pertumbuhan ekonomi diproksikan dengan menggunakan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah dihitung dengan PDRB atas dasar harga konstan 2000 (Prakarsa, 2014) Teori Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai penjelasan mengenai faktorfaktor yang menentukan kenaikan output per kapita dalam jangka panjang (Boediono,1981:2). Pertumbuhan ekonomi akan terjadi apabila ada kencenderungan yang terjadi dari proses internal perekonomian, artinya harus berasal dari kekuatan yang ada di dalam perekonomian itu sendiri. Untuk mengetahui apakah suatu perekonomian mengalami pertumbuhan, harus 18
7 dipertimbangkan PDRB riil satu tahun (PDRBt) dengan PDRB riil tahun sebelumnya (PDRBt-1), atau dapat di formulasikan sebagai berikut (Krisna Dewi,2014). Pertumbuhan Ekonomi (PE) = PDRB t - PDRB t-1 PDRB t-1 x 100%....(2.1) Menurut Todaro dan Smith ( 2003: 92) ada tiga faktor utama yang menpengaruhi pertumbuhan ekonomi,yaitu: 1. Akumulasi Modal yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber daya. Akumulasi modal (capital accumulation) terjadi apabila sebagian pendapatan di tabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan di kemudian hari. Investasi juga harus disertai dengan investasi jalan-jalan raya, penyedian listrik, persedian air bersih, perbaikan sanitasi, fasilitas komunikasi, demi menunjang aktivitas ekonomi produktif. Investasi dalam pembinaan sumber daya manusia dapat meningkatkan kualitas modal manusia sehingga pada akhirnya akan membawa dampak positif terhadap angka produksi. 2. Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja. Pertumbuhan penduduk secara tradisional dianggap salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah jumlah tenaga produktif, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti meningkatkan ukuran potensi pasar domestiknya. 19
8 3. Kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi disebabkan oleh teknologi caracara baru dan cara-cara lama yang diperbaiki dalam melakukan pekerjaanpekerjaan tradisional. Ada tiga klasifikasi kemajuan teknologi, yaitu : 1) Kemajuan teknologi netral (neutral technological progress) terjadi apabila teknologi tersebut mencapai tingkat produksi yang lebih tinggi dengan menggunakan faktor input yang sama. 2) Kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja (labor saving) atau hemat modal (capital saving) yaitu jumlah pekerja yang dibutuhkan semakin sedikit dibutuhkan dalam kegiatan produksi yang lebih tinggi dengan jumlah modal atau input yang sama. 3) Kemajuan teknologi yang meningkatkan modal (capital- augmenting techonolgical progress) terjadi jika penggunaan teknologi tersebut memungkinkan kita memanfaatkan barang modal yang ada secara lebih produktif Teori Pertumbuhan Rostow Model pembangunan atau tahap-tahap pertumbuhan ekonomi yang dicetuskan oleh Rostow dalam bukunya (the stages of economic growth). Menurut Rostow pembangunan ekonomi dapat dibedakan dalam lima tahap yaitu masyarakat tradisional (the traditional society), prasyarat untuk tinggal landas (the preconditions for take-off), tinggal landas (the take-off), menuju kedewasan (the drive to maturity), dan masa konsumsi tinggi (the age of high masscomsumption). setiap Negara didunia dapat digolongkan ke dalam salah satu dari 20
9 kelima tahap pertumbuhan ekonomi (Sukirno,2006:167). Kelima tahapan dari teori pertumbuhan ekonomi Rostow adalah : 1) Masyarakat Tradisional Rostow mengartikan tahap masyarakat tradisional sebagai suatu masyarakat yang strukturnya berkembang di dalam fungsi produksi yang terbatas, yang didasarkan kepada teknologi, ilmu pengetahuan, dan sikap masyarakat yang masih menggunakan cara-cara berproduksi yang relatif primitif dan cara hidup masyarakat yang masih sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dicetuskan oleh cara pemikiran yang tidak rasional (Sukirno, 2006:169). 2) Tahap Prasayarat Tinggal Landas Rostow mendefinisikan tahap ini sebagai suatu masa transisi pada ketika di mana suatu masyarakat telah mempersiapkan dirinya, atau dipersiapkan dari luar, untuk mencapai pertumbuhan yang mempunyai kekuatan untuk terus berkembang (Sukirno, 2006:170). Menurut Rostow pada tahap ini dan sesudahnya pertumbuhan ekonomi akan berlangsung secara dinamis. 3) Tahap Tinggal Landas Tahap tinggal landas adalah suatu tahap yang ditandai adannya pembaharuan-pembaharuan (inventions) dan peningkatan penanaman modal. Adanya tingkat penanaman modal yang makin tinggi akan mengakibatkan bertambahnya tingkat pendapatan nasional dan akan melebihi tingkat pertambahan penduduk. Dengan demikian tingkat 21
10 pendapatan perkapita makin lama makin bertambah besar (Sukirno, 2006:173). 4) Tahap Menuju kedewasan Tahap menuju kedewasaan yang diartikan oleh Rostow sebagai masa di mana masyarakat sudah efektif menggunakan teknologi modern pada sebagian besar faktor produksi dan kekayaan alamnya (Sukirno, 2006:176). 5) Tahap Konsumsi Tinggi Tahap terakhir dalam teori pertumbuhan ekonomi Rostow adalah tahap konsumsi tinggi, yaitu masa di mana perhatian masyarakat lebih menekankan kepada masalah-masalah konsumsi dan kesejahteraan, dan bukan lagi kepada masalah produksi (Sukirno, 2006:177) Teori Pertumbuhan Harrod Domar Teori pertumbuhan Harrod Domar dikembangkan oleh dua orang ahli ekonomi yaitu Evsey Domar (1947) dan R.F. Harrod (1939). Teori ini dikembangkan secara terpisah, tetapi meiliki inti dari teori yang sama. Keduanya melihat pentingnya investasi terhadap pertumbuhan ekonomi, sebab investasi akan meningkatkan stok barang modal, yang memungkinkan peningkatan output.teori Harrod-Domar merupakan perluasan dari analisis Keynes mengenai kegiatan ekonomi secara nasional dan masalah tenaga kerja. Analisis Keynes dianggap kurang lengkap karena tidak menyinggung masalah-masalah ekonomi jangka panjang. Sedangkan teori Harrod-Domar menganalisis syarat-syarat yang diperlukan agar perekonomian bisa tumbuh dan berkembang dalam jangka 22
11 panjang, atau perekonomian yang tumbuh dan berkembang dengan mantap Steady Growth (Sukirno, 2006: 256). Menurut Harrod-Domar pembentukan modal merupakan faktor penting yang menentukan pertumbuhan ekonomi, pembentukan modal dapat di peroleh melalui akumulasi tabungan. Pembentukan modal tidak hanya dipandang sebagai pengeluaran menambah kemampuan suatu perekonomian untuk menghasilkan barang dan jasa, dan juga akan meningkatkan permintaan efektif masyarakat. Jika pada suatu periode tertentu dilakukan sejumlah pembentukan modal, maka pada masa berikutnya perekonomian tersebut akan mempunyai kemampuan lebih besar dalam menghasilkan barang dan jasa (Arsyad,2010: 84). Harrod Domar mengembangkan teorinya berdasarkan beberapa asumsi yaitu: 1. Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment) dan barang-barang modal yang terdiri dalam masyarakat digunakan secara penuh. 2. Perekonomian terdiri dari 2 sektor yaitu rumah tangga dan perusahaan, berarti pemerintah dan perdagangan luar negeri tidak ada. 3. Besarnya tabungan masyarakat adalah proposional dengan besarnya pendapatan nasional berarti fungsi tabungan dimulai dari titik nol. 4. Kecenderungan untuk menabung (marginal propensity to save = MPS) besarnya tetap, demikian juga ratio antar modal- output (capital-output ratio = COR) dan rasio pertambahan modal-output (incremental capitaloutput ratio = ICOR). 23
12 Diasumsikan juga terdapat hubungan ekonomis secara langsung antara besarnya total stok modal (K) dan output total (Y). setiap tambahan neto terhadap stok modal (investasi baru) akan menghasilkan kenaikan output total sesuai dengan rasio modal atau output tersebut (Arsyad, 1999: 66). ΛY s Y k.....(2.2) Persamaan tersebut merupakan bentuk sederhana dari teori pertumbuhan Harrod-Domar. Persamaan tersebut menunjukan tingkat pertumbuhan output (ΔY/Y) ditentukan secara bersama oleh rasio tabungan (s) dan rasio modal-output (COR= K). Secara lebih spesifik, persamaan ini menunjukan bahwa tingkat pertumbuhan output secara positif berhubungan dengan rasio tabungan, sedangkan hubungan antara COR dengan tingkat pertumbuhan output adalah negatif (semakin besar COR, maka semakin rendah pertumbuhan output). Jadi berdasarkan teori Harrod-Domar agar dapat tumbuh perekonomian harus menabung dan menginvestasikan suatu proporsi tertentu dari output totalnya (Arsyad,1999:67) Teori Pertumbuhan Neoklasik (Solow Swan) Teori pertumbuhan pertumbuhan Neoklasik merupakan pengembangan dari model Harrod- Domar yang hanya memfokuskan pada pembentukan modal, sedangkan teori neoklasik ini berkembang sejak tahun 1950-an, ekonom yang menjadi perintis dalam mengembangkan teori ini Robet Solow dan Travor Swan. Menurut Solow dan Swan pertumbuhan ekonomi tergantung pada ketersediaan faktor-faktor produksi yaitu, penduduk, akumulasi modal, dan kemajuan 24
13 teknologi. Dalam teori ini kemajuan teknologi diasumsikan sebagai variabel eksogen. Hubungan antara output, modal dan tenaga kerja dapat ditulis dalam bentuk fungsi sebagai berikut Y = F (K) (2.3) Dari persaman tersebut terlihat bahwa output (Y) fungsi dari adalah fungsi dari capital stock per pekerja. Sesuai dengan fungsi produksi yang berlaku hukum the law of deminishing return, dimana pada titik produksi awal, penambahan kapital per labor akan menambah output per pekerja lebih banyak, tetapi pada titik tertentu penambahan capital stock per pekerja tidak akan menambah output per pekerja dan bahkan akan bisa mengurangi output per pekerja. Teori ini menjelaskan bahwa modal dan jumlah tenaga kerja yang saling beinteraksi (Arsyad,2010:88). Sedangkan fungsi investasi dituliskan sebagai berikut. I = S F (K)...(2.4) Dalam persamaan tersebut, tingkat investasi per pekerja merupakan fungsi capital stock per pekerja. Capital stock sendiri dipengaruhi oleh besarnya investasi dan penyusutan dimana investasi akan menambah capital stock dan penyusutan akan menguranginya. ΔK = I - γ Kt...(2.5) γ adalah porsi penyusutan terhadap capital stock. Tingkat tabungan yang tinggi akan berpengaruh terhadap peningkatan capital stock dan akan meningkatkan pendapatan sehingga memunculkan pertumbuhan ekonomi yang cepat. Tetapi dalam kurun waktu tertentu pertumbuhan ekonomi akan mengalami 25
14 perlambatan jika telah mencapai apa yang disebut steady-state level of capital. Kondisi ini terjadi jika investasi sama dengan penyusutan akumulasi modal. Kemajuan teknologi dalam teori Solow dianggap sebagai faktor eksogen. Dalam perumusan selanjutnya fungsi produksi adalah Y = f (K,L,E)...(2.6) dimana E adalah efisiensi tenaga kerja.y/le dimana LE menunjukkan jumlah tenaga kerja efektif. Teori pertumbuhan Neoklasik dapat diuraikan ke dalam suatu fungsi produksi Cobb Douglas, dimana output merupakan fungsi dari tenaga kerja dan modal. Sedangkan tingkat kemajuan teknologi merupakan variabel eksogen. Asumsi yang digunakan dalam model Solow-Swan adalah skala penegmbalian yang konstan (constant returns to scale), subtitusi antara modal (K) dan tenaga kerja (L) bersifat sempurna, dan adanya produktivitas marginal yang semakin menurun (diminishing marginal productivity) dari tiap inputnya. Analisis Solow berakhir pada jalur keseimbangan (keadaan mantap) yang berangkat dari sembarang rasio modal dan tenaga kerja (Jinghan, 2004 : 275). Teori pertumbuhan Neo-Klasik didasarkan pada fungsi produksi yang telah di kembangkan oleh dua penulis Amerika, yaitu Charles Cobb dan Paul Douglas yang lazim di kenal fungsi poduksi Cobb-Douglas (Sukirno, 2006:266). Fungsi tersebut dapat dituliskan secara berikut : Y t = T t K t a L t b... (2.7) Dimana: Y t = tingkat produksi pada tahun t T t = tingkat teknologi pada tahun t K t = jumlah stok barang modal pada tahun t L t = jumlah tenaga kerja pada tahun t a = pertambahan output yang diciptakan oleh pertambahan satu unit modal. b = pertambahan output yang diciptakan oleh pertambahan satu unit tenaga kerja. 26
15 Nilai T t, a dan b bisa disetimasi secara emperis, tetapi pada umunya nilai a dan b ditentukan besarnya dengan menganggap bahwa a + b = 1, yang berarti bahwa nilainya adalah sama dengan batas produksi dari masing-masing faktor produksi, atau nilai a dan b ditentukan dengan melihat peranan tenaga kerja dan modal t dalam menciptakan output (Arsyad, 1999 : 64) Teori Pertumbuhan Endogen Teori pertumbuhan endogen yang dipelopori oleh Romer (1986) dan Lucas (1988). Bidang kajian yang menarik perhatian Romer adalah pertumbuhan ekonomi memiliki persefektif yang lebih lebih luas dengan memasukan komponen teknologi endogen hasil dari penelitian dan pengembangan (research & development) dan ilmu pengetahunan ke dalam model pertumbuhan ekonomi. Berbeda dengan teori-teori pertumbuhan sebelumnya. Pada teori sebelumnya hanya menekankan pentingnya proses akumulasi modal dalam pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan endogen mengkajikan sebuah teoritis yang lebih luas dalam menganalisis pertumbuhan ekonomi. Teori ini menganalisis faktor-faktor pertumbuhan ekonomi berasal dari dari dalam (endogenous) sistem ekonomi itu sendiri. Kemajuan teknologi dianggap hal yang bersifat endogen, dimana pertumbuhan ekonomi merupakan hasil dari keputusan para pelaku ekonomi berinvestasi dalam bidang ilmu pengetahuan. Pengertian modal dalam teori ini bersifat lebih luas, bukan hanya sekedar modal fisik tetapi juga mencakup modal insani (human capital) (Arsyad, 2010: 91). 27
16 Teori pertumbuhan endogen muncul sebagai kritik terhadap asumsi diminishing marginal returns to capital investment. Menurut teori pertumbuhan ini faktor-faktor utama penyebab terjadinya perbedaan tingkat pendapatan perkapita antar Negara adalah karena adanya mekanisme ahli pengetahuan, kapasitas investasi modal fisikal, modal insani dan infrastruktur. Robet E. Lucas (1988) menekankan pentingnya modal insani dalam pembangunan, Romer juga memandang pertumbuhan ekonomi merupakan hasil yang nyata dari adanya akumulasi dibidang ilmu pengetahuan (Arsyad, 2010: 91). Menurut Romer dalam (Todaro dan Smith, 2009:174), cadangan modal (K) dalam keseluruhan perekonomian secara positif mempengaruhi output pada perusahaan, sehingga terdapat kemungkinan hasil skala produksi yang semakin meningkat (increasing return to scale-irs). Cadangan modal juga meliputi pengetahuan yang dimiliki. Bagian pengetahuan yang terdapat cadangan modal setiap perusahaan secara esensial adalah sebuah barang publik (public good),seperti produktivitas tenaga kerja dalam model solow, yang merembes ke perusahaan lain di dalam perekonomian secara instan. Hasilnya model ini memperlakukan belajar dari pengalaman (earning by doing), belajar dari investasi (earning by investmen). Teori ini menjelaskan tentang bagaimana akumulasi modal tidak mengalami diminishing returnts, namun justru akan mengalami increasing returns dengan adanya investasi dibidang SDM dengan ilmu pengetahuan.romer mengasumsikan teori pertumbuhan endogen mempunyai tiga elemen dasar, yaitu (Arsyad, 2010: 93) : 28
17 1. Adanya perubahan yang bersifat endogen melalui sebuah proses akumulasi pengetahuan. 2. Adanya penciptaan ide-ide baru oleh perusahaan sebagai akibat dari mekanisme luberan pengetahuan (knowledge spillover). 3. Produksi barang-barang konsumsi yang dihasilkan oleh faktor produksi ilmu pengetahuan akan tumbuh tanpa batas. Dalam prakteknya, formula fungsi produksi tersebut seringkali digambarkan oleh fungsi produksi AK, yang di tunjukan oleh persamaan: Y= AK...(2.8) Dimana : Y = total output K = persediaan modal A = teknologi Sedangkan fungsi produksi dalam model pertumbuhan endogen dapat ditunjukkan oleh formula sebagai berikut : Y= F(A, K, L, H)...(2.9) Dimana: Y = output A = perkembangan teknologi K = modal fisik L = tenaga kerja H = akumulasi modal insani Investasi dalam modal fisik dan modal insani (salah satunya mealalui sarana pendidikan) akan meningkatkan produktivitas. Ilmu pengetahuan dan teknologi dinilai mampu meningkatkan produktivitas persatuan input. Dalam 29
18 model pertumbuhan endogen, tabungan dan investasi mampu mendorong pertumbuhan yang berkesinambungan. Model pertumbuhan endogen menurut Romer menjelaskan bahwa tingkat pertumbuhan pendapatan per kapita dalam perekonomian adalah : g n = β / [1- α + β]....(2.10) Dimana: g = output n = pertumbuhan populasi β = perubahan teknologi α = elatisitas output terhadap modal dalam model Solow dengan skala hasil konstan β = 0, maka pertumbuhan pendapatan per kapita akan menjadi nol (tanpa adanya kemajuan teknologi). Romer mengasumsikan bahwa dengan mengumpulkan ketiga faktor produksi termasuk eksternalitas modal, maka β > 0 sehingga g n > 0 dan Y/L (pendapatan per kapita) akan mengalami pertumbuhan. Hal yang menarik dalam model Romer adalah adanya imbasan investasi atau teknologi yang semakin meningkat, sehingga menghilangkan asumsi hasil yang semakin menurun (diminishing marginal product of capital). Dalam model Solow, capital hanya mencakup persediaan pabrik dan peralatan perekonomian sehingga wajar mengasumsikan pengembalian modal yang kian menurun. Investasi dalam modal fisik dan tenaga kerja tidak dapat dilaksanakan sendiri secara penuh oleh investor, sedangkan dalam teori pertumbuhan endogen adanya eksternalitas dapat menciptakan increasing return to scale, sehingga memperbaiki asumsi constant return to scale yang digunakan oleh model neo-klasik (Arsyad, 2010: 95). 30
19 2.1.4 Kesejahteraan Masyarakat Konsep kesejahteraan masyarakat merujuk pada konsep pembangunan kesejahteraan sosial, yakni serangkaian aktivitas yang terencana dan melembaga yang ditujukan untuk meningkatkan standar dan kualitas kehidupan manusia (Suharto,2006). Pengertian kesejahteraan sosial menurut Whithaker dan Federico (1997) merupakan sistem suatu bangsa tentang manfaat barang dan jasa untuk membantu masyarakat guna memperoleh kebutuhan sosial,ekonomi, pendidikan, kesehatan yang penting bagi kelangsungan masyarakat tersebut. Seseorang yang mempunyai kekurangan kemampuan mungkin memiliki kesejahteraan yang rendah, kurangnya kemampuan dapat berarti kurang mampu untuk mencapai fungsi tertentu sehingga kurang sejahtera. Menurut Midgley (1995) model pembangunan sosial pada dasarnya menekankan pentingnya pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan kelompok marjinal, yakni peningkatan taraf hidup masyarakat yang kurang memiliki kemampuan ekonomi secara berkelanjutan, selain itu sebuah pembangunan sosial tidak dapat berarti jika tidak didukung dengan pembangunan lainnya, salah satunya ekonomi, pembangunan sosial tidak dapat berjalan baik tanpa didukung pembangunan ekonomi. Pada tahun 1990, United Nations Development Program (UNDP) mengenalkan formula Human Development Index (HDI) atau disebut pula dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM dapat digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara daerah merupakan negara daerah yang maju, berkembang, atau terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh kebijakan ekonomi terhadap kualitas hidup. IPM dihitung berdasarkan gabungan 31
20 tiga dimensi, yaitu dimensi umur, dimensi manusia terdidik, dan dimensi standar hidup yang layak (Stanton, 2007). Menurut Human Development Report (1995) dalam (Yusuf, 2014), pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi manusia ( a process of enlarging people s choices ) bahwa fokus pembangunan suatu negara adalah penduduk karena penduduk adalah kekayaan nyata suatu negara. Konsep atau definisi pembangunan manusia tersebut pada dasarnya mencakup dimensi pembangunan yang sangat luas. Dalam konsep pembangunan manusia pembangunan seharusnya dianalisis serta dipahami dari sudut manusianya, bukan hanya dari pertumbuhan ekonominya, sejumlah premis penting dalam pembangunan manusia diantaranya : 1. Pembangunan harus mengutamakan penduduk sebagai pusat perhatian. 2. Pembangunan dimaksudkan untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi penduduk, tidak hanya untuk meningkatkan pendapatan mereka, oleh karena itu konsep pembangunan manusia harus terpusat pada penduduk secara keseluruhan, dan bukan hanya pada aspek ekonomi saja. 3. Pembangunan manusia memperhatikan bukan hanya pada upaya meningkatkan kemampuan (kapabilitas) manusia tetapi juga pada upayaupaya memanfaatkan kemampuan manusia tersebut secara optimal. 4. Pembangunan manusia didukung empat pilar pokok, yaitu: produktifitas, pemerataan, kesinambungan, dan pemberdayaan; 1) Produktivitas Penduduk harus dimampukan untuk dapat meningkatkan produktivitas dan berpartisipasi penuh dalam proses penciptaan pendapatan dan nafkah. 32
21 Pembangunan ekonomi, dengan demikian, merupakan himpunan bagian dari model pembangunan manusia (Yusuf, 2014). 2) Pemerataan Penduduk harus memiliki kesempatan atau peluang yang sama untuk mendapatkan akses terhadap semua sumber daya ekonomi dan sosial. Semua hambatan yang memperkecil kesempatan untuk memperoleh akses tersebut harus dihapus, sehingga mereka dapat mengambil manfaat dari kesempatan yang ada dan berpartisipasi dalam kegiatan produktif yang dapat meningkatkan kualitas hidup (Yusuf, 2014). 3) Kesinambungan Akses terhadap sumber daya ekonomi dan sosial harus dipastikan tidak hanya untuk generasi-generasi yang akan datang. Semua sumber daya fisik, manusia, dan lingkungan selalu diperbaharui (Yusuf, 2014). 4) Pemberdayaan Penduduk harus berpartisipasi penuh dalam keputusan dan proses yang akan menentukan (bentuk/arah) kehidupan mereka, serta untuk berpartisipasi dan mengambil manfaat dari proses pembangunan (Yusuf, 2014). 5. Pembangunan manusia menjadi dasar dalam penentuan tujuan pembangunan dan dalam menganalisis pilihan-pilihan untuk mencapainya. 33
22 2.1.5 Indeks Pembangunan Manusia Konsep Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menurut UNDP dan Badan Pusat Statistik (BPS) mengacu pada pengukuran capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup, yaitu : 1. Angka harapan hidup untuk mengukur pencapaian dibidang kesehatan. 2. Angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah untuk mengukur pencapaian di bidang pendidikan. 3. Standar kehidupan layak yang diukur dengan konsumsi per kapita. Tiga komponen HDI dapat di hitung lengkap adalah sebagai berikut (Kuncoro, 2003: 30) : HDI = 1/3 [ X (1) + X (2) + X (3) ] (2.11) dimana : X (1) = Indeks harapan hidup kelahiran. X (2) = Indeks pendidikan = 2/3 ( indeks melek huruf) + 1/3 (indeks ratarata lama sekolah). X (3) = Indeks standar hidup layak. Perhitungan masing-masing indeks dari komponen HDI dengan cara membandingkan perbedaan antara nilai indikator dan penentu nilai minimumnya dengan perbedaan antara indikator maksimum dan minimum, atau secara singkat dapat dituliskan sebagai berikut : Indeks X (i) = [ X (i) X (i) min ]/[X (i) max X (i) min ] (2.12) dimana: X (i) = nilai komponen HDI yang telah dicapai suatu wilayah (i=1,2,3) X (i) max = nilai maksimum komponen HDI sesuai standar UNDP X (i) min = nilai minimum komponen HDI sesuai standar UNDP 34
23 Kisaran anatara nilai minimum dan maksimum untuk indikator yang tercakup sebagai komponen HDI adalah : Harapan hidup kelahiran Tingkat melek huruf Rata-rata lama sekolah : (Standar UNDP) : (Standar UNDP) : 0-15 (Standar UNDP) Konsumsi Per kapita yang disesuaikan : Dengan 3 ukuran pembangunan ini dan merupakan formula yang kompleks terhadap data 160 negara pada tahun 1990, rangking HDI semua Negara di bagi menjadi 3 kelompok yaitu (Kuncoro,2003:31). 1) Negara dengan pembangunan manusia yang rendah (low human development) bila nilai HDI berkisar antara 0,0 hingga 0,50. 2) Negara dengan pembangunan manusia yang menengah (medium human development) bila nilai HDI berkisar antara 0,51 hingga 0,79. 3) Negara dengan pembangunan manusia yang tinggi (high human development) bila nilai HDI berkisarantar 0,80 hingga 1,0. Dapat disimpulkan bahwa negara dengan nilai HDI dibawah 0,51 hingga 0,79 dapat dikatakan bahwa negara tersebut mulai memperhatikan pembangunan manusianya, sedangkan negara dengan nilai HDI 0,8 berarti negara tersebut sangat memperhatikan pembangunan manusianya Hubungan Belanja Modal dengan Pertumbuhan Ekonomi Pengeluaran pemerintah dan pertumbuhan ekonomi memiliki suatu keterkaitan. Hubungan keduanya dapat dilihat dari tujuan utama otonomi daerah yaitu meningkatkan pelayanaan publik. Menurut Rostow dan Mugrave dalam 35
24 (Guritno,1993:170) yang menghubungkan perkembangan pengeluaran pemerintah dengan tahap-tahap pembangunan ekonomi yang dibedakan tahap awal, tahap menengah, dan tahap lanjut. Pada tahap awal terjadinya perkembangan ekonomi, presentase investasi pemerintah terhadap total investasi besar karena pemerintah harus menyediakan fasilitas dan pelayanan seperti pendidikan, kesehatan, transportasi. Kemudian pada tahap menengah terjadinya pembangunan ekonomi, investasi pemerintah masih diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar dapat tinggal landas, namun pada tahap ini peranan investasi swasta sudah semakin besar, Peran pemerintah tetap besar pada tahap menegah. Pada tingkat ekonomi selanjutnya, Rostow mengatakan bahwa aktivitas pemerintah beralih dari penyediaan prasarana ke pengeluaran-pengeluaran untuk aktivitas sosial seperti kesejahteraan hari tua, program pelayanan kesehatan masyarakat, dan di perjelas oleh hukum Wagner dalam perekonomian, apabila pendapatan perkapita meningkat, secara relatif pengeluaran pemerintah pun akan meningkat (Guritno, 1993:171). Pembangunan sarana dan prasarana oleh pemerintah daerah berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi. Bertambahnya infrastruktur dan perbaikannya oleh pemerintah daerah diharapkan akan memacu pertumbuhan ekonomi daerah (Nugroho, 2010). Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2011) dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda, bahwa hasil penelitian yang diperoleh alokasi belanja modal berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian yang dilakukan oleh Chinweoke dan Okeoma Paschal (2014) dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengeluaran Pemerintah memiliki dampak positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Nigeria. Penelitian 36
25 yang dilakukan oleh Aschauer (1989) dengan hasil yang menunjukkan dampak signifikan dari modal publik terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian yang dilakukan oleh Jimmy (2013) menggunakan alat analisis regresi, hasil penelitian menemukan bahwa pengeluaran pemerintah di bidang infrastruktur mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada kabupaten/kota di Provinsi Papua dengan tahun pengamatan Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan Indeks Pembangunan Manusia Menurut Midgley (1995) Menjelaskan bahwa pembangunan sosial merupakan pendekatan pembangunan secara eksplisit berusaha mengintegrasikan proses pembangunan ekonomi dan sosial. Pembangunan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi merupakan syarat bagi tercapainnya pembangunan manusia karena dengan pembangunan ekonomi terjamin peningkatan produktivitas dan peningkatan pendapatan melalui penciptaan kesempatan kerja. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan meningkatkan pendapatan penduduk dan seterusnya taraf hidup, akhirnya menjamin keselamatan sosial masyarakat, meningkatkan tahap kesehatan, keharmonian serta kesejahteraan (Muammil, 2012). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mirza (2012) Pertumbuhan ekonomi mempunyai pengaruh positif dan signifikan pada taraf 5 persen terhadap IPM di Provinsi Jawa Tengah yang berarti pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi maka akan meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia. Penelitian Ramirez (1998) menyebutkan bahwa terdapat hubungan positif antara pertumbuhan ekonomi dengan indeks pembangunan manusia. Penelitian yang 37
26 dilakukan Lugastoro (2013) Hasil estimasi penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap indeks pembangunan manusia kabupaten/kota di Jawa Timur. Penelitian Krisna Dewi (2014) menunjukan pertumbuhan ekonomi secara-parsial berdampak positif dan signifikan terhadap indekswpembangunan manusia kabupaten/kota di Provinsi Bali. Berdasarkan halotersebut menunjukkanpbahwa peningkatan pertumbuhan ekonomi berpengaruheterhadap indeks pembangunan manusia Hubungan Belanja Modal dengan Indeks Pembangunan Manusia Anggaran belanja daerah pada hakekatnya merupakan salah satu alat untuk meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab, dengan demikian APBD harus benar-benar mencerminkan kebutuhan masyarakat dengan memperhatikan potensi keanekaragaman daerah (Halim, 2001:220). Belanja modal sebagai investasi sektor publik, di samping memberikan efek langsung pada peningkatan pendapatan masyarakat melalui implementasi program-program padat karya, juga secara tidak langsung melalui pengembangan aktivitas usaha ekonomi bagi perusahaan. Berdasarkan penelitian terhdahulu yang dilakukan oleh Yusuf (2014) dengan menggunakan metode regresi linear data panel menunjukan bahwa Belanja Modal mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap indeks pembangunan manusia. Penelitian yang dilakukan oleh Oluwatobi (2011) Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara pengeluaran 38
27 pemerintah pada pengembangan sumber daya manusia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sri Kusreni dan Suhab (2009) alokasi belanja modal berhubungan positif dan bepengaruh signifikan terhadap kesejahteraan masyrakat. Artinya setiap peningkatan alokasi belanja modal dalam APBD akan mendorong peningkatan angka IPM sebagai wujud peningkatan kesejahteraan sosial. 2.2 Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara dari pokok permasalahan penelitian yang akan di uji kebenarannya. Berdasarkan pokok permasalahan, tujuan penelitian, tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu maka hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Belanja modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada kabupaten/kota di Provinsi Bali periode Pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap indeks pembangunan manusia pada kabupaten/kota di Provinsi Bali periode Belanja modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap indeks pembangunan manusia pada kabupaten/kota di Provinsi Bali periode Belanja modal berpengaruh secara tidak langsung terhadap indeks pembangunan manusia pada kabupaten/kota di Provinsi Bali melalui mediasi Pertumbuhan Ekonomi periode
BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pembangunan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan teori 2.1.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2.1.1.1 Pengertian APBD Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi dasar dalam pelaksanaan pelayanan
Lebih terperinciBAB II STUDI KEPUSTAKAAN. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang menjadi dasar
BAB II STUDI KEPUSTAKAAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati, studi empiris dari penelitian sebelumnya yang merupakan studi penelitian
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan pendudukyang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan pendudukyang disertai dengan perubahan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. pada satu tahun tertentu saja, melainkan memperlihatkan dan membandingkan
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi mengukur perkembangan ekonomi dari suatu periode ke periode selanjutnya. Pertumbuhan ekonomi tidak dapat dilihat hanya pada satu tahun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pandang yang berbeda oleh para ekonom. Boediono (1999) mengemukakan bahwa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Pengertian pertumbuhan ekonomi sudah banyak dirumuskan dengan sudut pandang yang berbeda oleh para ekonom. Boediono (1999) mengemukakan bahwa pertumbuhan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Definisi infrastruktur dalam kamus besar bahasa Indonesia, dapat diartikan sebagai
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Infrastruktur Definisi infrastruktur dalam kamus besar bahasa Indonesia, dapat diartikan sebagai sarana dan prasarana umum. Sarana secara umum diketahui sebagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati. Teori yang dibahas dalam bab ini terdiri dari pengertian pembangunan ekonomi,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi melalui produktivitas yang tinggi, dan mendatangkan lebih banyak input ke dalam proses produksi.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Keuangan Daerah dan APBD Menurut Mamesah (1995 : 16), keuangan daerah dapat diartikan sebagai semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 KAJIAN PUSTAKA Penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya, penelitianpenelitian tersebut adalah : Darwanto dan Yustikasari (2014) yang meneliti
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Indeks Pembangunan Manusia Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Pembangunan manusia menempatkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Arsyad (1999) dalam Setiyawati (2007) menyatakan bahwa pertumbuhan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi Secara umum pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan ekonomi nasional yang dapat dicapai melalui pembenahan taraf hidup masyarakat, perluasan lapangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keuangan Daerah dan APBD Menurut Mamesah (1995), keuangan daerah dapat diartikan sebagai semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS. Pengertian pertumbuhan ekonomi seringkali dibedakan dengan
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Literatur 2.1.1. Pertumbuhan Ekonomi Daerah Pengertian pertumbuhan ekonomi seringkali dibedakan dengan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi bersangkut-paut dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kesenjangan Ekonomi Antar Wilayah Sjafrizal (2008) menyatakan kesenjangan ekonomi antar wilayah merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan pembangunan
Lebih terperinciPMA Terhadap Pertumbuhan Ekonomi, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Barimbing & Karmini (2015) dengan judul Pengaruh PAD, Tenaga Kerja, dan Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Bali, penelitian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam landasan teori, akan dibahas lebih jauh mengenai Pertumbuhan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Dalam landasan teori, akan dibahas lebih jauh mengenai Ekonomi, Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum. Kemudian, akan menjabarkan penelitian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber pendapatan daerah. DAU dialokasikan berdasarkan presentase tertentu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Umum Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan, DAU adalah salah satu dana perimbangan yang menjadi bagian dari sumber pendapatan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. padahal pertumbuhan dan pembangunan itu berbeda. Menurut sadono sukirno
13 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pertumbuhan Ekonomi Banyak yang menilai bahwa pertumbuhan dan pembangunan ekonomi itu sama, padahal pertumbuhan dan pembangunan itu berbeda. Menurut sadono sukirno pembangunan
Lebih terperincimenguasai tehnologi sehingga dapat meningkatkan produktivitas perekonomian. Unutk
TEORI HUMAN CAPITAL Secara teoritis pembangunan mensyaratkan adanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. SDM ini dapat berperan sebagai faktor produksi tenaga kerja yang dapat menguasai tehnologi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah Menurut Darise ( 2007 : 43 ), Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) adalah pendapatan yang diperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Cita-cita mulia tersebut dapat diwujudkan melalui pelaksanaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Pendapatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang-barang dan jasa-jasa. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu
2.1 Pertumbuhan Ekonomi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Secara umum, pertumbuhan ekonomi didefenisikan sebagai peningkatan kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. keseluruhan usaha-usaha pembangunan meliputi juga usaha-usaha pembangunan
13 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Konsep dan definisi Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi. Salah satu indikator yang sangat penting daam menganalisis
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Salah satu indikator yang sangat penting daam menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi di suatu negara adaah pertumbuhan ekonomi.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. tersebut, listrik mempunyai peran penting dalam proses produksi dalam rangka
BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Firdaus dan Rindang (2009) dalam penelitiannya menggunakan model analisis FEM (Fix Effect Model) dengan hasil penelitian bahwa infrastruktur tenaga
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Berbagai model pertumbuhan ekonomi telah banyak dikemukakan oleh para ahli ekonomi. Teori pertumbuhan yang dikembangkan dimaksudkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik selama periode tertentu. Menurut Sukirno (2000), pertumbuhan ekonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara yang berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. APBN/APBD. Menurut Erlina dan Rasdianto (2013) Belanja Modal adalah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Belanja Modal Belanja Modal merupakan salah satu jenis Belanja Langsung dalam APBN/APBD. Menurut Erlina dan Rasdianto (2013) Belanja Modal adalah pengeluaran
Lebih terperinciII. LANDASAN TEORI. tingkat kegiatan ekonomi yang berlaku dari tahun ketahun. Suatu
16 II. LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Menurut Sukirno (1985), pengertian pertumbuhan ekonomi adalah perubahan tingkat kegiatan ekonomi yang berlaku dari tahun ketahun.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijabarkan beberapa teori yang menjadi landasan analisis penulis mengenai hubungan kedua variabel utama, yaitu Foreign Direct Investment (FDI) dan pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara umum diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan indikator
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang lazim dipergunakan untuk melihat keberhasilan pembangunan. Pertumbuhan ekonomi sangat penting
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Adanya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah serta Undang-
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adanya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah serta Undang- Undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah
Lebih terperinciGusi Bagus Kompiang Putra Setiawan 1 Dewa Nyoman Budiana 2.
E-Jurnal EP Unud, 4 [10] : 1276-1303 ISSN: 2303-0178 PENGARUH BELANJA MODAL TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA MELALUI PERTUMBUHAN EKONOMI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PROVINSI BALI Gusi Bagus Kompiang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, terus melaksanakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, terus melaksanakan pembangunan secara berencana dan bertahap, tanpa mengabaikan usaha pemerataan dan kestabilan. Pembangunan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Agensi (Agency Theory) a. Hubungan Keagenan dalam Penganggaran Sektor Publik Teori keagenan yang menjelaskan hubungan prinsipal dan agen berakar pada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan salah satu instrumen kebijakan yang dipakai sebagai alat untuk
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2.1.1 Pengertian dan unsur-unsur APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada hakekatnya merupakan salah satu instrumen
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah
16 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Ekonomi Pembangunan Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah perekonomian nasional yang kondisi-kondisi ekonomi awalnya kurang lebih bersifat
Lebih terperinciDevelopment) dengan pertumbuhan ekonomi (Economic Growth), diantaranya
BAB IV LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 4.1. Landasan Teori 4.1.1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Para ekonom membedakan antara pembangunan ekonomi (Economic Development) dengan pertumbuhan ekonomi (Economic
Lebih terperinciPENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam
1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan proses multidimensial yang meliputi perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam kelembagaan (institusi)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), pengertian belanja modal
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Belanja Modal Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), pengertian belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang dialami dunia hanya semenjak dua abad
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara ketimpangan dan pertumbuhan ekonomi. pembangunan ekonomi yang terjadi dalam suatu negara adalah pertumbuhan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati. Teori yang dibahas dalam bab ini terdiri dari pengertian pertumbuhan ekonomi,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. baik. Pembangunan ekonomi menurut Todaro dan Smith (2006) adalah suatu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori 2.1.1. Pembangunan Ekonomi Pembangunan dapat dimaknai sebagai sesuatu yang berubah menjadi lebih baik. Pembangunan ekonomi menurut Todaro dan Smith (2006) adalah
Lebih terperinciPENGARUH BELANJA MODAL, PENGANGGURAN DAN PENDUDUK TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN AGAM DAN KABUPATEN PASAMAN
PENGARUH BELANJA MODAL, PENGANGGURAN DAN PENDUDUK TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN AGAM DAN KABUPATEN PASAMAN SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pada Program
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah dibutuhkannya investasi. Investasi merupakan salah satu pendorong untuk mendapatkan pendapatan yang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Menurut Halim (2004 : 67) : Pendapatan Asli Daerah merupakan semua
BAB II LANDASAN TEORI A. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Menurut Halim (2004 : 67) : Pendapatan Asli Daerah merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Pendapatan Asli
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Reformasi tahun 1998 telah membuat perubahan politik dan administrasi, bentuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi merupakan suatu langkah yang telah dilakukan oleh pemerintah, salah satunya pada bidang pemerintahan daerah dan pengelolaan keuangan. Reformasi tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. internasional dikenal adanya tujuan posisi manusia sebagai central dalam
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah objek utama dalam perabadan dunia. Dalam skala internasional dikenal adanya tujuan posisi manusia sebagai central dalam pembangunan dan peradaban,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Gross Domestik
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Gross Domestik Product tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan pertumbuhan ekonomi yang terjadi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fisik/fasilitas fisik (Rustiadi, 2009). Meier dan Stiglitz dalam Kuncoro (2010)
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pembangunan merupakan proses perubahan untuk mengalami kemajuan ke arah yang lebih baik. Pembangunan di berbagai negara berkembang dan di Indonesia seringkali diartikan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
10 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Otonomi Daerah Perkembangan akuntansi sektor publik di Indonesia tumbuh semakin pesat seiring dengan adanya otonomi daerah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. kepentingan manajer (agen) ketika para manajer telah dikontrak oleh pemilik
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Jensen dan Meckling (1976) dalam Wirawan 2014 menjelaskan bahwa teori keagenan melukiskan hubungan antara kepentingan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya yang sudah direncanakan dalam melakukan suatu perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan
Lebih terperinci1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Historis a. Frederich List ( ) 1) Masa berburu dan mengembara 2) Masa beternak dan bertani
Teori pertumbuhan ekonomi adalah teori yang membahas pertumbuhan ekonomi yang dialami oleh negara ditinjau dari dua sudut. Pertama, membahas pertumbuhan ekonomi berdasarkan tahap-tahap tertentu (secara
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS
BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. Dana Perimbangan 2.1.1. Pengertian dan Pembagian Dana Perimbangan 2.1.1.1. Pengertian Dana Perimbangan Dana Perimbangan merupakan sumber pendapatan daerah yang berasal dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi daerah adalah salah satu indikator untuk mengevaluasi perkembangan/kemajuan pembangunan ekonomi di suatu daerah pada periode tertentu (Nuni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya bervariasi antarwilayah, hal ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya bervariasi antarwilayah, hal ini disebabkan oleh potensi sumber daya yang dimiliki daerah berbeda-beda. Todaro dan Smith (2012: 71)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi 2.1.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian DAK diatur dalam Pasal 1 angka 23 Undang-Undang Nomor
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Dana Alokasi Khusus (DAK) Pengertian DAK diatur dalam Pasal 1 angka 23 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Keuangan Pusat
Lebih terperinciBAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik analisis yang
BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan indeks pembangunan manusia juga telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kapasitas fiskal yaitu pendapatan asli daerah (PAD) (Sidik, 2002)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Negara Republik Indonesia merupakan Negara Kesatuan yang menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai bagian tak terpisahkan dari pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya peningkatan kapasitas pemerintahan daerah agar tercipta suatu
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi perekonomian Kota Ambon sepanjang Tahun 2012, turut dipengaruhi oleh kondisi perekenomian
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
13 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Menurut Rostow, pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan masyarakat, yaitu perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengelola sumber daya yang dimiliki secara efisien dan efektif.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengelolaan pemerintah daerah, baik tingkat provinsi maupun tingkat kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya Undang-Undang (UU) No. 22 Tahun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. LANDASAN TEORITIS 2.1.1 Alokasi Anggaran Belanja Modal Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap berwujud yang memberi manfaaat lebih dari satu tahun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan peningkatan kesempatan kerja. Pendekatan pertumbuhan ekonomi banyak
Lebih terperinciBAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Kuncoro (2014), dalam jurnal Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Pengangguran dan Pendidikan terhadap Tingkat Kemiskinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berbagai upaya dirancang dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah semata-sama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan yang diharapkan oleh setiap daerah tidak terkecuali bagi kabupaten/kota yang ada di Provinsi Bali. Berbagai upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan meningkat. Masalah pertumbuhan ekonomi ini dapat dipandang sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi berarti adalah perkembangan kegiatan yang terjadi dalam perekonomian yang mengakibatkan barang dan jasa yang diproduksi dimasyarakat akan
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kultural, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan warga bangsa secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan yang mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat, termasuk aspek sosial, ekonomi, politik dan kultural, dengan tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan dari pembangunan, namun pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan dari pembangunan, namun pada kenyataannya selama ini pembangunan hanya ditunjukan untuk pencapaian tingkat pertumbuhan ekonomi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersama yang diterjemahkan sebagai kesejahteraan hidup. Secara ekonomi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ekonomi dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara memiliki kedudukan dan peranan yang sangat krusial. Berbagai macam teori maupun kebijakan ekonomi di
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi berhubungan dengan proses
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Daerah Salah satu tujuan pembangunan sacara makro adalah meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi berhubungan dengan proses peningkatan produksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembelanjaan. Pengeluaran-pengeluaran untuk membiayai administrasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam setiap perekonomian pemerintah perlu melakukan berbagai jenis pembelanjaan. Pengeluaran-pengeluaran untuk membiayai administrasi pemerintah, membangun dan memperbaiki
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan lembaga publik, diantaranya : Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian pernah dilakukan untuk menganalisis pengaruh keuangan lembaga publik, diantaranya : Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Judul Peneliti
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1 Otonomi Daerah Di dalam pembangunan ekonomi terutama pembangunan di daerah, peranan yang sangat penting dari keuangan daerah adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Prof. Simon Kuznet (1871) mendefinisikan bahwa pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang untuk menyediakan berbagai jenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program pencapaian pembangunan. Dalam skala internasional dikenal tujuan pembangunan milenium (Millenium
Lebih terperinciABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi.
Judul : Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Biaya Infrastruktur, dan Investasi Terhadap Ketimpangan Distribusi Pendapatan Melalui Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Bali Nama : Diah Pradnyadewi
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perubahan yang cukup berfluktuatif. Pada
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan usaha meningkatkan pendapatan
14 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi umumnya merupakan proses yang berkelanjutan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan usaha meningkatkan pendapatan perkapita. Dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang dasar 1945 yang mengamanatkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas provinsi-provinsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan atas pertimbangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mewujudkan pemerataan pembangunan di setiap daerah, maka daerah diberi wewenang untuk mengatur rumah tangganya sendiri hal ini telah diamanatkan dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi lahan memiliki keterkaitan dengan tanah. Menurut Utomo, et al
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan dan Fungsi Utama Lahan Definisi lahan memiliki keterkaitan dengan tanah. Menurut Utomo, et al (1992), lahan memiliki ciri-ciri yang unik dibandingkan sumberdaya lainnya,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Schumpeter dalam Sukirno (2006:251) pembangunan ekonomi
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Konsep Pembangunan Ekonomi Menurut Schumpeter dalam Sukirno (2006:251) pembangunan ekonomi bukan merupakan suatu proses yang bersifat harmonis
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. pembangunan manusia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pada tahun 1990 UNDP (United Nations Development Programme) dalam
BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini diuraikan definisi dan teori pembangunan manusia, pengukuran pembangunan manusia, kajian infrastruktur yang berhubungan dengan pembangunan manusia, dan kajian empiris
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia (IPM), pembangunan manusia didefinisikan sebagai a process
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH UNDP (United Nations Development Programme) melalui Human Development Report tahun 1996 tentang Konsep Indeks Pembangunan Manusia (IPM), pembangunan manusia
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. produksi barang industri dan perkembangan yang menyangkut aspek ekonomi
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan suatu perekonomian di suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi ini
Lebih terperinci