ANALISIS TIMBULNYA ALARM PALSU PADA SISTEM DETEKSI KEBAKARAN DI INSTALASI RADIOMETALURGI
|
|
- Bambang Budiaman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISIS TIMBULNYA ALARM PALSU PADA SISTEM DETEKSI KEBAKARAN DI INSTALASI RADIOMETALURGI Endang Sukesi I, Suliyanto, Muradi Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN Gedung 20 - Kawasan Puspiptek - Serpong ABSTRAK ANALISIS TIMBULNYA ALARM PALSU PADA SISTEM DETEKSI KEBAKARAN DI INSTALASI RADIOMETALURGI. Analisis timbulnya alarm palsu pada sistem deteksi kebakaran di Instalasi Radiometalurgi (IRM), telah dilakukan. Sistem deteksi kebakaran IRM terdiri dari 102 zona, masing-masing terdapat satu atau lebih detektor, yang dioperasikan pada tegangan yang ditetapkan antara 20,4 V - 26,4 V. Sistem deteksi kebakaran IRM tersebut sering timbul bunyi alarm palsu seperti yang terjadi pada zona 1; 13; 41 dan 101, masing-masing terdiri dari rangkaian detektor asap ionisasi yang dipasang di beberapa ruangan. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis, dengan tujuan untuk mengetahui penyebab timbulnya alarm palsu. Metoda yang digunakan adalah melakukan pengukuran tegangan operasi pada zona dimana terjadi alarm palsu, dan zona normal sebagai pembanding. Selanjutnya, diukur jumlah partikulat udara diameter 1 mikron. Disamping itu, diukur juga jumlah partikulat asap diameter 1 mikron, sebagai pembanding tingkat kebersihan udara di dalam ruangan. Pada zona 1; 13; 41 dan 101 dimana sering timbul alarm palsu yang dipasang detektor asap. Sebagai pembanding, dilakukan juga analisis pada zona normal (15 dan 61) yang dipasang detektor asap. Hasil pengukuran tegangan operasi pada zona 1; 13; 41 dan 101, masing masing (22,76 ± 0,05) V; (23,12 ± 0,03) V; (22,92 ± 0,06) V; dan (22,86 ± 0,04) V. Tegangan operasi pada zona normal (15 dan 61), masing-masing (23,95 ± 0,04) V dan (23,93 ± 0,03) V. Tegangan operasi pada zona 15 dan 61 lebih baik daripada zona 1; 13; 41 dan 101. Tingkat kebersihan udara pada zona 1; 13; 41 dan 101, yaitu ISO Class 8 dan 9. Tingkat kebersihan udara pada zona normal (15 dan 61), yaitu ISO Class 7. Tingkat kebersihan udara pada zona 15 dan 61 lebih baik daripada zona 1; 13; 41 dan 101. Debu di dalam ruangan, dapat mengurangi aliran listrik didalam daerah ionisasi, sehingga tegangan operasi dari detektor ionisasi menjadi berkurang. Apabila tegangan operasi detektor ionisasi kurang dari 20,4 V akan menimbulkan bunyi alarm tanda terjadi kebakaran. Dapat disimpulkan bahwa, debu yang masuk ke daerah ionisasi di dalam detektor, dapat menimbulkan alarm palsu. Kata kunci : alarm palsu, detektor asap, tegangan operasi, tingkat kebersihan udara ABSTRACT ANALYSIS OF FALSE ALARM INCIDENCE ON RADIOMETALURGY INSTALLATION FIRE DETECTION SYSTEM. Analysis of false alarm incidence on Radiometalurgy Installation (IRM) fire detection system, has been done. IRM fire detection system consists of 102 zones, each with one or more detectors, which operated at the specified voltage between 20.4 V V. IRM fire detection systems are often arises as a false alarm occurred in zone 1; 13; 41 and 101, each consisting of a series of ionization smoke detectors are installed in several rooms. Therefore, the analysis needs to be done, in order to determine the causes of false alarms. The method used is to measure the operating voltage on the zone where there is a false alarm, and the normal zone for comparison. Furthermore, the measured amount of airborne particulates diameter of 1 micron. In addition, also measured the amount of smoke particulates diameter of 1 micron, as a comparison of the level of cleanliness of the air in the room. In zone 1; 13; 41 and 101 which often arise false alarm installed smoke detectors. For comparison, the analysis was also performed on the normal zone (15 and 61) are mounted smoke detectors. The measurement results of smoke detectors operating voltage in zone 1; 13; 41 and 101, respectively (22.76 ± 0.05); (23.12 ± 0.03) V; (22.92 ± 0.06) V and (22.86 ± 0.04) V. Smoke detectors operating voltage in the normal zone (15 and 61), respectively (23.95 ± 0.04) V and (23.93 ± 0.03) V. Operating voltage in zone 15 and zone 61 is better than 1; 13; 41 and 101. The level of cleanliness of air in zone 1; 13; 41 and 101, the ISO Class 8 and 9. The level of clean air in the normal zone (15 and 61), which is an ISO Class 7. The level of cleanliness of air in zone 15 and zone 61 is better than 1; 13; 41 and 101. Dust in the room, can reduce the flow of electricity within the region STTN-BATAN & PTAPB BATAN 114 Endang Sukesih, dkk
2 ionization, so that the operating voltage of the ionization detector is reduced. If the operating voltage ionization detector less than 20.4 V will cause the alarm to alert the fire. It is concluded that, dust entering the ionization region in the detector, can cause false alarm. Keywords: false alarm, smoke detectors, operating voltage, The level of cleanliness of air PENDAHULUAN Instalasi Radiometalurgi (IRM) merupakan fasilitatas nuklir yang berfungsi untuk kegiatan uji pasca irradiasi dan komponen reaktor lainnya. Dalam kegiatan tersebut digunakan bahan yang dapat menimbulkan potensi bahaya, berupa: radiasi /kontaminasi; bahan beracun maupun kebakaran. Bahaya kebakaran di IRM potensi terjadinya dapat dimana saja bila ada pemicunya seperti bahan yang mudah/dapat terbakar, adanya oksigen dan panas/api yang berlebihan. IRM dilengkapi dengan sistem deteksi kebakaran yang dipasang di dalam laboratorium dan ruangan perkantoran. Perawatan sistem deteksi kebakaran IRM diperlukan, agar sistem beroperasi secara normal. Perawatan dilakukan dengan cara pemeriksaan dan pemeliharaan reguler terhadap sistem deteksi kebakaran tersebut. Detektor yang digunakan di IRM adalah Detektor asap dan Detektor panas dengan tipe sebagai berikut [1] : 1. Nohmi FDS240 (Smoke Detector) 2. Nohmi FDK246 (Smoke Detector) 3. Nohmi FDP219 (Heat Detector) Detektor tersebut dipasang pada setiap ruangan, yang dikoneksikan sesuai dengan zona yang ditentukan. Pada sebagian besar ruangan ditambahkan lampu indikator ruangan di luar ruangan, yang akan menyala jika detektor di dalam ruangan mendeteksi adanya kebakaran. Resistor 10 kω harus terhubung pada akhir dari rangkaian, agar Panel Deteksi Kebakaran (PDK) tidak akan memberikan sinyal gangguan. Detektor kebakaran IRM adalah detektor asap dan detektor panas yang terpasang pada setiap ruang di lantai basement, 1, 2, 3 dan gedung Media Energy Supply (MES). Detektor asap yang terpasang di ruangan laboratorium adalah tipe sensor ionisasi, sedangkan detektor panas terpasang di ruangan perkantoran. Sistem alarm kebakaran IRM terdiri dari 2 PDK, masing-masing terdiri dari 2 controller. Masukan Tegangan dari zona 1-30 diterima oleh controller 1, sedangkan controller 2 dari zona 31-60, controller 3 dari zona dan Controller 4 dari zona Indikasi adanya kebakaran dengan mengirim Tegangan tersebut ke PDK untuk diolah, hasilnya dilaporkan ke Panel Annunciator berupa tampilan (display) yang menunjukan dimana zona terjadinya kebakaran (Gambar 1). Gambar 1. Sistem Deteksi Kebakaran Gedung IRM [1]. Sistem deteksi kebakaran IRM terdiri dari 102 zona, masing-masing terdapat satu atau lebih detektor, yang dioperasikan pada tegangan yang ditetapkan antara 20,4 V - 26,4 V [1]. Sistem deteksi kebakaran IRM tersebut sering timbul bunyi alarm palsu seperti yang terjadi pada zona 1; 13; 41 dan 101, masing-masing terdiri dari rangkaian detektor asap ionisasi yang dipasang di beberapa ruangan. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis, dengan tujuan untuk mengetahui penyebab timbulnya alarm palsu. TEORI Sistem deteksi kebakaran bertujuan untuk mengidentifikasi adanya kebakaran melalui alat pendeteksi, baik secara manual maupun otomatis, pada umumnya terdiri dari: Panel Deteksi Kebakaran dan Detektor kebakaran. PDK berfungsi untuk mengirim Tegangan ke detektor dan memantau Tegangan yang keluar dari detektor. Ada dua macam PDK, yaitu: sistem konvensional dan Endang Sukesih, dkk 115 STTN-BATAN & PTAPB-BATAN
3 addressable (alamat) [2]. Pada sistem konvensional terdapat 1 atau lebih rangkaian detektor (network) di dalam bangunan atau ruang yang dipantau, dimana masing-masing network ditempatkan satu atau lebih alat deteksi. Jika suatu kesalahan terjadi (trouble) hanya menyatakan bahwa network telah gagal beroperasi, tetapi tidak secara rinci menyatakan di mana masalah sedang terjadi. Sedangkan pada sistem alamat (addressable), alat pemicu Alarm seperti detektor atau Manual Call Point diberi suatu identifikasi khusus atau "alamat". Alamat ini selalu diprogram berhubungan dengan memori pada PDK dengan informasi antara lain: jenis alat, penempatannya, dan Alarm diharapkan aktif. Detektor yang paling umum digunakan adalah: detektor panas dan asap. Detektor panas merupakan jenis alat pendeteksian api yang mempunyai tingkat alarm palsu yang paling rendah dari semua pendeteksi otomatis, tetapi paling lambat di dalam merespon adanya kebakaran. Detektor panas dirancang untuk merasakan suatu perubahan suhu yang ditentukan oleh suatu material ketika timbul panas. Suatu detektor asap akan mendeteksi kebakaran jauh lebih cepat dibanding detektor panas. Detektor asap dikenali dari prinsip operasinya, yakni: sensor ionisasi dan fotoelektrik. Detektor asap sensor ionisasi berisi sejumlah kecil bahan radioaktif Americium (Am-241) yang dilekatkan pada suatu lembaran matriks emas di dalam suatu kamar ionisasi. Americium (Am-241) pada detektor asap akan mengionisasikan udara di dalam kamar (chamber) pengindera, memberikan daya konduksi dan suatu aliran arus melalui udara antara dua muatan elektroda, memberi kamar pengindera suatu efek aliran listrik [3]. Apabila partikel asap masuk daerah ionisasi, maka asap tesebut akan mengurangi aliran listrik udara dengan menempelkan diri pada ion, menyebabkan pengurangan gerak ion. Ketika arus listrik kurang dari tingkat yang ditetapkan, maka detektor akan merespon untuk mengaktifkan bunyi alarm (Gambar 2) [3]. Gambar 2. Prinsip Operasi Detektor Asap Tipe Ionisasi [3] Di dalam detektor asap tipe fotoelektrik, suatu sumber cahaya dan sensor cahaya diatur sedemikian rupa, sehingga sumber cahaya tidak akan menumbuk sensor cahaya. Ketika partikel asap masuk alur cahaya, sebagian dari cahaya menyebar dan mengarah ke sensor, yang menyebabkan detektor mengaktifkan alarm (Gambar 3) [3]. Gambar 3. Prinsip Operasi Detektor Asap Tipe Fotoelektrik [3] STTN-BATAN & PTAPB BATAN 116 Endang Sukesih, dkk
4 Konstanta yang merupakan perbandingan antara tegangan dan kuat arus, oleh Ohm dinyatakan sebagai hambatan yang dimiliki oleh penghantar dan diberi simbol R, sebagai berikut [4] : V R I dengan : V : beda potensial/tegangan ujung-ujung penghantar, V I : kuat arur listrik, A R : hambatan penghantar, Ω Hubungan antara tegangan (V) dengan kuat arus listrik (I), sesuai hukum Ohm dapat dinyatakan dengan diagram V I. Oleh karena hubungan antara V dengan I linier, maka diagram V I cendrung berupa garis lurus. Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk membatasi jumlah arus yang mengalir dalam satu jaringan. Resistor bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan karbon. Kalau kita coba lihat suatu modul peralatan elektronik, di situ hampir pasti ada Resistornya. Biasanya Resistor dipakai dalam: 1. Jaringan pembagi tegangan 2. Jaringan pengurang arus (sesuai fungsi dasarnya) 3. Jaringan filter (sebagai penentu frekuensi cut off) 4. Jaringan penguat dengan op-amp (penentu nilai penguatan) 5. Jaringan pembangkit frekuensi (penentu frekuensi resonansi) Tabel 1. Kelas Kebersihan Partikulat Di Udara [6] Ruang bersih adalah ruang yang dipertahankan hampir bebas dari kontaminan seperti: debu atau bakteri, digunakan dalam pekerjaan di laboratorium dan produksi komponen presisi untuk peralatan elektronik. Kelas untuk ruang bersih menurut standar ISO tentang "Klasifikasi kebersihan udara" didasarkan pada rumus [5,6] : Cn = 10 N (0.1 / D) (1) dengan : Cn = jumlah partikulat per meter kubik maksimum yang diizinkan sama dengan atau lebih besar dari ukuran partikulat yang ditentukan, dibulatkan ke seluruh jumlah. N = adalah kelas ISO, yang harus merupakan kelipatan dari 0,1 dan 9 atau kurang. D = adalah ukuran partikulat dalam micrometer/mikron. Ukuran partikulat kontaminan dan biasanya dijelaskan dalam mikron, unit metrik ukuran di mana satu mikron adalah satu per sejuta meter. Ada mikron dalam satu inchi. Mata masih dapat melihat partikulat yang berukuran sekitar 40 mikron. Tingkat kebersihan di laboratorium didefinisikan oleh jumlah partikulat maksimum yang diizinkan dengan ukuran tertentu, per unit volume udara. Tabel 1 menunjukkan kelas kebersihan partikulat udara dan jumlah maksimum yang diizinkan untuk ukuran partikulat partikulat didefinisikan menurut ISO [6]. klasifikasi (N) 0.1 mikron 0.2 mikron Batas konsentrasi maksimum (partikulat/m 3 udara) untuk partikulat sama dengan dan lebih besar dari diameter 0.3 mikron 0.5 mikron 1 mikron 5 mikron ISO class ISO class ISO class ISO class ISO class ISO class ISO class ISO class ISO class Debu merupakan salah satu polutan sebagai partikulat di udara (Particulate Matter) dengan ukuran 1 mikron sampai dengan 100 mikron. Partikulat debu akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang di udara, kemudian dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan. Partikulat ini bervariasi dalam bentuk, ukuran dan komposisi kimia, dan dapat Endang Sukesih, dkk 117 STTN-BATAN & PTAPB-BATAN
5 terdiri dari berbagai bahan seperti logam, jelaga, tanah, dan debu. Coarse particle merupakan debu dari udara ambient yang berukuran lebih besar dari 2,5 mikron dan biasanya terbentuk dari proses mekanik dan permukaan debu yang tersuspensi. Partikulat berdiameter 10 mikron atau kurang dari 10 mikron didefinisikan sebagai PM 10. Partikulat halus yang berdiameter 2,5 mikron atau kurang didefinisikan sebagai PM 2,5 (partikulat debu respirable). Berdasarkan proses terbentuk dan ukurannya, partikulat dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain [7] : 1. uap: merupakan hasil kondensasi, merupakan partikulat yang berbentuk bola. 2. asap: merupakan partikulat karbon yang sangat halus. 3. debu: merupakan bagian dari aerosol, biasanya berwujud padat dan berbentuk irregular berasal dari udara ambient, biasanya terbentuk dari proses mekanik dan permukaan debu yang tersuspensi. TATA KERJA Metoda yang digunakan adalah melakukan pengukuran tegangan operasi pada zona dimana terjadi alarm palsu, dan zona normal sebagai pembanding. Selanjutnya, diukur jumlah partikulat udara diameter 1 mikron pada zona dimana terjadi alarm palsu, dan zona normal sebagai pembanding. Disamping itu, diukur juga jumlah partikulat asap diameter 1 mikron, sebagai pembanding tingkat kebersihan udara di dalam ruangan. Alat yang digunakan adalah Multimeter merek Fluke 179, Alat counter partikulat merek Particle Monitor Instruments model GT 521 (Gambar 4). Gambar 4. Particle Monitor Instruments Model GT 521 Cara kerja Pengukuran tegangan operasi dilakukan pada kotak hubung dimana terdapat zona yang akan dianalisis penyebab terjadinya alarm palsu. Langkah kerja yang dilakukan sebagai berikut: a. tegangan yang keluar dari jaringan (zona) detektor asap diukur pada panel distribusi (FMDF) untuk zona 1, serta kotak hubung 1.L (zona 41 dan 61); 2.L (zona 13 dan 15) dan MES (zona 101). b. setiap pengukuran tegangan dilakukan sebanyak 3 kali, setelah itu hitung reratanya. Pegambilan data untuk pengukuran jumlah partikulat debu di udara dengan diameter 1 mikron. Langkah kerja pemantauan jumlah partikulat dengan GT-521 sebagai berikut : a. batere alat GT-521 diisi (charge) sekitar 15 jam. b. alat GT-521 dihidupkan dengan memasang terlebih dahulu filter HEPA yang tersedia diperangkat alat. Filter HEPA tersebut berfungsi untuk membersihkan udara / partikulat yang berada didalam alat. c. alat GT-521 diatur untuk diameter partikulat 1 mikron dan lama pencuplikan 1 menit, serta besaran satuan partikulat / liter. d. alat GT-521 diatur untuk pengambilan berbatas bawah dan berbatas atas (mode: Difference), kemudian dipasang perangkat ujung pengambilan partikulat. STTN-BATAN & PTAPB BATAN 118 Endang Sukesih, dkk
6 e. pencuplikan udara di titik-titik pengambilan masing-masing sebanyak 3 kali setinggi ± 150 cm. f. data pantauan jumlah partikulat langsung terekam di alat GT-521, kemudian dicatat untuk perhitungan rata-rata dan deviasinya. Disamping itu dilakukan juga pengukuran jumlah partikulat asap dengan diameter 1 mikron dengan cara seperti diatas sebanyak 3 kali, kemudian dihitung juga rata-rata dan deviasinya. HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem deteksi kebakaran IRM terdiri dari 2 PDK, di mana setiap PDK terdiri dari 2 controller. Masukan Tegangan dari zona 1-30 diterima oleh controller 1, sedangkan controller 2 dari zona 31-60, controller 3 dari zona dan controller 4 dari zona Pada zona 1; 13; 41 dan 101 dimana sering timbul alarm palsu, dipasang detektor asap. Sebagai pembanding dilakukan analisis pada zona normal (15 dan 61), yang terpasang detektor asap juga. Detektor asap mendeteksi indikasi adanya kebakaran dengan mengirim Tegangan tersebut ke PDK untuk diolah, hasilnya dilaporkan ke Panel Annunciator berupa tampilan (display) yang menunjukan dimana zona terjadinya kebakaran. Pada akhir setiap jaringan detektor asap (zona) dipasang resistor 10 kω, agar tidak ada keluaran Tegangan yang dikirim ke PDK yang dapat mengakibatkan bunyi alarm. Pada jaringan detektor terbuka, dengan adanya resistor maka arus listrik akan bekerja bolak-balik (memutar). Ketika suatu kontak menutup, maka hambatannya akan berkurang dan alarm berbunyi sebagai isyarat adanya gangguan (trouble). Bahan radioaktif Americium (Am-241) pada detektor asap ionisasi memberi kamar pengindera suatu efek aliran listrik, ketika partikel asap masuk ke daerah ionisasi akan menyebabkan pengurangan arus listrik dari tingkat yang ditetapkan. Akibat adanya pengurangan arus listrik, maka detektor merespon dan mengeluarkan sinyal (keluaran tegangan) kepada PDK untuk membunyikan alarm. Hasil pengukuran Tegangan operasi detektor pada zona 1; 13; 41 dan 101 masing-masing (22,76 ± 0,05) V; (23,12 ± 0,03) V; (22,92 ± 0,06) V dan (22,86 ± 0,04) V. Hasil pengukuran Tegangan operasi detektor pada zona 15 dan 61 masingmasing (23,95 ± 0,04) V dan (23,93 ± 0,03) V. Jumlah partikulat per-m 3 udara berdiameter 1 mikron pada zona timbulnya alarm palsu, sebagai berikut: a. zona 1 (ruang 312; 315; 316 dan 321), yang tertinggi adalah (8948 ± 26).10 3 terdapat di ruang 312, dengan tingkat kebersihan udara ISO Class 8 dan 9. b. zona 13 (ruang 202 dan 302), yang tertinggi adalah (1394 ± 16).10 3 terdapat di ruang 202, dengan tingkat kebersihan udara ISO Class 8 dan 9. c. zona 41 (ruang 121; 137 dan 144), yang tertinggi adalah (4485 ± 25).10 3 terdapat di ruang 144, dengan tingkat kebersihan udara ISO Class 9. d. zona 101 (ruang M02; M06; M09; M10 dan M12), yang tertinggi adalah (6335 ± 24).10 3 terdapat di ruang M12, dengan tingkat kebersihan udara ISO Class 9. Jumlah partikulat per-m 3 udara berdiameter 1 mikron pada zona normal, sebagai berikut: a. zona 15 (ruang 215 dan 216), yang tertinggi adalah (60 ± 12).10 3 terdapat di ruang 216, dengan tingkat kebersihan udara ISO Class 7. b. zona 61 (ruang 122; 126 dan 128), yang tertinggi adalah (63 ± 12).103 terdapat di ruang 128, dengan tingkat kebersihan udara ISO Class 7. Sebagai pembanding, jumlah partikulat perm 3 asap berdiameter 1 µ adalah (15721 ± 98).10 3, dengan tingkat kebersihan udaranya termasuk ISO Class 9. Hasil pengukuran tegangan operasi dan tingkat kebersihan udara pada zona timbulnya alarm palsu, dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil pengukuran tegangan operasi dan tingkat kebersihan udara pada zona normal, dapat dilihat pada Tabel 3. Tingkat kebersihan udara pada zona 1; 13; 41 dan 101 sangat buruk yaitu ISO Class 8 dan 9. Sedangkan Tingkat kebersihan udara pada zona normal (15 dan 61) lebih baik, yaitu ISO Class 7. Tingkat kebersihan udara di dalam ruangan berhubungan dengan Detektor asap yang dipasang. Detektor asap, rentan terhadap adanya debu atau kotoran yang masuk ke dalam daerah ionisasi. Adanya debu di dalam daerah ionisasi dapat mengurangi aliran listrik menyebabkan turunnya tegangan operasi detektor, sehingga dapat menimbulkan alarm palsu. Endang Sukesih, dkk 119 STTN-BATAN & PTAPB-BATAN
7 Tabel 2. Tegangan Operasi Dan Tingkat Kebersihan Udara Zona Timbulnya Alarm Palsu Kode kotak hubung/ zona FMDF /1 2.L / 13 1.L/ 41 MES / 101 Diameter debu 1 µ di udara Ruang Jumlah partikulat per-m 3 Tingkat kebersihan 312 (8948 ± 26).10 3 ISO Class (829 ± 28) ).10 3 ISO Class (716 ± 17).10 3 ISO Class (598 ± 13) ).10 3 ISO Class (1394 ± 16).10 3 ISO Class (423 ± 11).10 3 ISO Class (1554 ± 17).10 3 ISO Class (2102 ± 27).10 3 ISO Class (4485 ± 25).10 3 ISO Class 9 M02 (4399 ± 25).10 3 ISO Class 9 M06 (5904 ± 26).10 3 ISO Class 9 M09 (5534 ± 20).10 3 ISO Class 9 M10 (5039 ± 23).10 3 ISO Class 9 M12 (6335 ± 24).10 3 ISO Class 9 Tegangan operasi detektor, (volt) v 22,76 ± 0,05 23,12 ± 0,03 22,92 ± 0,06 22,86 ± 0,04 Kode kotak hubung/ zona 2.L / 15 1.L / 61 Tabel 3. Tegangan Operasi Dan Tingkat Kebersihan Udara Pada Zona Normal Diameter debu 1 µ di udara Ruang Jumlah partikulat per-m 3 Tingkat kebersihan 215 (58 ± 13).10 3 ISO Class (60 ± 12).10 3 ISO Class (53 ± 10).10 3 ISO Class (61 ± 11).10 3 ISO Class (63 ± 12).10 3 ISO Class 7 Tegangan operasi detektor, (volt) v 23,95 ± 0,04 23,93 ± 0,03 KESIMPULAN Tegangan operasi pada zona 15 dan 61 lebih baik daripada zona 1; 13; 41 dan 101. Tingkat kebersihan udara pada zona 1; 13; 41 dan 101, yaitu ISO Class 8 dan 9. Tingkat kebersihan udara pada zona normal (15 dan 61), yaitu ISO Class 7. Tingkat kebersihan udara pada zona 15 dan 61 lebih baik daripada zona 1; 13; 41 dan 101. Debu di dalam ruangan, dapat mengurangi aliran listrik didalam daerah ionisasi, sehingga tegangan operasi dari detektor ionisasi menjadi berkurang. Apabila tegangan operasi detektor ionisasi kurang dari 20,4 V akan menimbulkan bunyi alarm tanda terjadi kebakaran. Dapat disimpulkan bahwa, debu yang masuk ke daerah ionisasi di dalam detektor, dapat menimbulkan alarm palsu. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih kepada rekan-rekan Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir, yang telah membantu mulai dari persiapan, pelaksanaan kegiatan serta penyusunan makalah ini. DAFTAR PUSTAKA 1. ANONIM, Dokumen perbaikan sistem alarm kebakaran IRM (gedung 20), Budimas Pundinusa PT., Jakarta, ANONIM, NATIONAL FIRE PROTECTION ASSOCIATION, Fire Protection handbook fifteenth edition, Quincy, Massachusetts, third printing, ANONIM, U.S. DEPARTEMENT OF LABOR, Evaluating the workplaceautomatic fire detection systems, ASWAN H., Resistor, ndex.php, Professional in practical electronics, ANONIM, IAEA-TECDOC-1339H, Clean laboratories and clean rooms for analysis of radionuclides and trace elements, IAEA, Vienna, ASWAN H., Resistor, ndex.php, Professional in practical electronics, ANONIM, IAEA-TECDOC-1339H, Clean laboratories and clean rooms for analysis of radionuclides and trace elements, IAEA, Vienna, STTN-BATAN & PTAPB BATAN 120 Endang Sukesih, dkk
8 8. ANONIM, Clean room class limits according ISO Standard 14644, International Organization for Standardization, ISO, Geneva, RUZER, HARLEY (ed), Aerosols handbook: measurement, dosimetry and health effects, CRC press, TANYA JAWAB Pertanyaan : 1. Apa yang dimaksud alarm palsu? 2. Apakah penelitian sudah dilakukan sampai tahap solusi masalah? 3. Bagaimana sistem kerja alat pengukur partikulat ruangan?(aditya Rahmandari) Jawaban 1. Bunyi alarm yang terjadi bukan karena terjadi kebakaran. 2. Setelah penelitian disarankan untuk melakukan perawatan alat secara kontinyu. 3. Alat particle monitor Instrument GT. 521 mengukur jumlah partikulat debu diameter 1 mikron. Endang Sukesih, dkk 121 STTN-BATAN & PTAPB-BATAN
PEMERIKSAAN KONDISI DETEKTOR KEBAKARAN IRM UNTUK MENGETAHUI PENYEBAB TIMBULNYA ALARM PALSU
ISSN 19792409 Pemeriksaan Kondisi Detektor Kebakaran IRM Untuk Mengetahui Penyebab Timbulnya Alarm Palsu (Muradi, dan Suliyanto) PEMERIKSAAN KONDISI DETEKTOR KEBAKARAN IRM UNTUK MENGETAHUI PENYEBAB TIMBULNYA
Lebih terperinciSMOKE DETECTOR. a. Open Loop (Loop Terbuka)
SMOKE DETECTOR Semakin berkembangnya zaman, kemajuan teknologi semakin berkembang pesat pula. Berkembangnya kemajuan teknologi sekarang semakin memberikan kemudahan bagi kita untuk melakukan sesuatu aktifitas
Lebih terperinciPEMANTAUAN KEBERSIHAN UDARA PADA DAERAH PENGOPERASIAN HOTCELL INSTALASI RADIOMETALURGI
PEMANTAUAN KEBERSIHAN UDARA PADA DAERAH PENGOPERASIAN HOTCELL INSTALASI RADIOMETALURGI Suliyanto, Muradi Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN. Kawasan PUSPIPTEK Gedung 20, Serpong - Tangerang Selatan.
Lebih terperinciPEMANTAUAN KEBERSIHAN UDARA PADA DAERAH PENGOPERASIAN INSTALASI SEL PANAS RADIOMETALURGI
Jurnl Forum Nuklir (JFN), Volume 7, Nomor 2, November 2013 PEMANTAUAN KEBERSIHAN UDARA PADA DAERAH PENGOPERASIAN INSTALASI SEL PANAS RADIOMETALURGI Suliyanto dan Muradi Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir
Lebih terperinciIDENTIFIKASI DAN PERBAIKAN KERUSAKAN TERHADAP SISTEM DETEKSI KEBAKARAN DI GEDUNG 65 INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL
No. 11 / Tahun VI. April 2013 ISSN 1979-2409 IDENTIFIKASI DAN PERBAIKAN KERUSAKAN TERHADAP SISTEM DETEKSI KEBAKARAN DI GEDUNG 65 INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL Akhmad Saogi Latif Pusat Teknologi
Lebih terperinciBAB II PIRANTI INPUT DAN OUTPUT. Kebakaran adalah suatu fenomena yang terjadi ketika suatu bahan
BAB II PIRANTI INPUT DAN OUTPUT 2. 1. Pendahuluan Kebakaran adalah suatu fenomena yang terjadi ketika suatu bahan mencapai temperatur kritis dan bereaksi secara kimia dengan oksigen, sehingga dapat menghasilkan
Lebih terperinciPEMANTAUAN KUALITAS UDARA DI DALAM RUANGAN HR-05 INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL
PEMANTAUAN KUALITAS UDARA DI DALAM RUANGAN HR-05 INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL Suliyanto, Endang Sukesi I Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN Kawasan Puspiptek, Serpong, Tangerang ABSTRAK PEMANTAUAN
Lebih terperinciPENGELOLAAN PERALATAN KESELAMATAN UMUM DAN KEDARURATAN NUKLIR IRM PERIODE TAHUN 2009
Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009 ISSN 0854-5561 PENGELOLAAN PERALATAN KESELAMATAN UMUM DAN KEDARURATAN NUKLIR IRM PERIODE TAHUN 2009 Muradi ABSTRAK PENGELOLAAN PERALATAN KESELAMATAN UMUM DAN KEDARUTAN
Lebih terperinciPENGELOLAAN PERALATAN KESELAMATAN UMUM DAN KEDARURATAN NUKLIR DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL( IEBE)
ISSN 0854-5561 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009 PENGELOLAAN PERALATAN KESELAMATAN UMUM DAN KEDARURATAN NUKLIR DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL( IEBE) Area Datam Sugiarto ABSTRAK PENGELOLAAN
Lebih terperinciI Wayan Widiyana, Ade Lili Hermana. PRR-Batan, kawasan Puspiptek Serpong, ABSTRAK ABSTRACT
PERANCANGAN SISTEM MONITORING DAN KENDALI JARAK JAUH BERBASIS SMS (SHORT MESSAGE SERVICE) PADA SISTEM KESELAMATAN DI PUSAT RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA (PRR) I Wayan Widiyana, Ade Lili Hermana PRR-Batan,
Lebih terperinciGambar 2. Diagram Blok Sistem Kontrol Tertutup Ada banyak proses yang harus dilakukan untuk menghasilkan suatu produk sesuai standar, sehingga
SMOKE DETECTOR Semakin berkembangnya zaman, kemajuan teknologi semakin berkembang pesat pula. Berkembangnya kemajuan teknologi sekarang semakin memberikan kemudahan bagi kita untuk melakukan sesuatu aktifitas
Lebih terperinciESSER PENJELASAN TEHNIS TEHNOLOGY FIRE ALARM SYSTEM PERIODE MARET 2013 BANDARA JUANDA SURABAYA. Fire Alarm System
PENJELASAN TEHNIS TEHNOLOGY FIRE ALARM SYSTEM ESSER Fire Alarm System PERIODE MARET 2013 BANDARA JUANDA SURABAYA FIRE ALARM SYSTEM Apa? Seperangkat peralatan yang terdiri dari detector, unit kontrol dan
Lebih terperinciEVALUASI PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS ALPHA DAN BETA DI PERMUKAAN LANTAI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2009
No.05 / Tahun III April 2010 ISSN 1979-2409 EVALUASI PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS ALPHA DAN BETA DI PERMUKAAN LANTAI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2009 ABSTRAK Endang Sukesi, Sudaryati, Budi Prayitno Pusat
Lebih terperinciBAB IV INSTALASI SISTEM DETEKSI KEBAKARAN
BAB IV INSTALASI SISTEM DETEKSI KEBAKARAN 4.1 Uraian Sistem Lokasi sumber kebakaran (alarm zone) ditunjukkan berdasarkan titik lokasinya (letak detector) untuk detektor analog, sedangkan detektor jenis
Lebih terperinciPENENTUAN CLASSROOMS LABORATORIUM DI INSTA- LASI RADIOMETALURGI
318 ISSN 0216-3128 Budi Prayitno PENENTUAN CLASSROOMS LABORATORIUM DI INSTA- LASI RADIOMETALURGI Budi Prayitno Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir ABSTRAK PENENTUAN CLASSROOMS LABORATORIUM DI INSTALASI
Lebih terperinciFIRE ALARM SYSTEM GEDUNG TERMINAL BANDARA. Elektronika Bandara Kualanamu International Airport
FIRE ALARM SYSTEM GEDUNG TERMINAL BANDARA Elektronika Bandara Kualanamu International Airport Definisi Fire Alarm System Fire alarm system adalah suatu system terintegrasi yang didesain dan dibangun untuk
Lebih terperinciEVALUASI PENGARUH POLA ALIR UDARA TERHADAP TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI DAERAH KERJA IRM
No. 12/ Tahun VI. Oktober 2013 ISSN 1979-2409 EVALUASI PENGARUH POLA ALIR UDARA TERHADAP TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI DAERAH KERJA IRM Endang Sukesi I dan Suliyanto Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir -BATAN
Lebih terperinciPENGARUH WAKTU PENGAMBILAN SAMPLING PADA ANALISIS UNSUR RADIOAKTIF DI UDARA DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA
PENGARUH WAKTU PENGAMBILAN SAMPLING PADA ANALISIS UNSUR RADIOAKTIF DI UDARA DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA Noviarty, Iis Haryati, Sudaryati, Susanto Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir-BATAN Kawasan
Lebih terperinciPENGUKURAN RADIOAKTIVITAS ALPHA DAN BETA DI PERMUKAAN LANTAI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2008.
PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS ALPHA DAN BETA DI PERMUKAAN LANTAI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2008. ENDANG SUKESI, BUDI PRAYITNO PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR BATAN Gedung 20 - Kawasan Puspiptek - Serpong
Lebih terperinciPEMBELAJARAN VIII PEMADAMAN KEBAKARAN
PEMBELAJARAN VIII PEMADAMAN KEBAKARAN A) KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR: 1. Menguasai penyebab terjadinya kebakaran. 2. Memahami prinsip pemadaman kebakaran. INDIKATOR: Setelah mempelajari modul Pembelajaran
Lebih terperinciPEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG IEBE TAHUN 2009
ISSN 0854-5561 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009 PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG IEBE TAHUN 2009 Sri Wahyuningsih ABSTRAK PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG IEBE TAHUN 2009. Pemantauan radioaktivitas
Lebih terperinciPENANGANAN LlMBAH RADIOAKTIF PADAT AKTIVITAS RENDAH PASCA PENGGANTIAN HEPA FILTER DI IRM
ISSN 1979-2409 Penanganan Llmbah Radioaktif Padat Aktivitas Rendah Pasca Penggantian Hepa Filter Di IRM (Susanto, Sunardi, Bening Farawan) PENANGANAN LlMBAH RADIOAKTIF PADAT AKTIVITAS RENDAH PASCA PENGGANTIAN
Lebih terperinciPEMANTAUAN KERADIOAKTIFAN UDARA RUANGAN KERJA INSTALASI RADIOMETALURGI SAAT SUPPLY FAN DIMATIKAN
PEMANTAUAN KERADIOAKTIFAN UDARA RUANGAN KERJA INSTALASI RADIOMETALURGI SAAT SUPPLY FAN DIMATIKAN Muradi, Sjafruddin Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN ABSTRAK PEMANTAUAN KERADIOAKTIFAN UDARA RUANGAN
Lebih terperinciPENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF BENTUK PADAT BERAKTIVITAS RENDAH DI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2007
PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF BENTUK PADAT BERAKTIVITAS RENDAH DI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2007 S u n a r d i Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir, BATAN ABSTRAK PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF BENTUK
Lebih terperinciPEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA RUANG KERJA DI IRM TAHUN 2009
PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA RUANG KERJA DI IRM TAHUN 2009 Endang Sukesi Ismojowati, Sudaryati ABSTRAK PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA RUANG KERJA DI IRM TAHUN 2009. Telah dilakukan pemantauan kontaminasi
Lebih terperinciANALISIS SISTEM PERTUKARAN UDARA CLEAN ROOM DI PUSAT RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA-BATAN
ANALISIS SISTEM PERTUKARAN UDARA CLEAN ROOM DI PUSAT RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA-BATAN Muhammad Subhan, Wayan Widiana, dan Mulyono PRR- BATAN, Kawasan Puspiptek Serpong e-mail: m.subhan@batan.go.id ABSTRAK
Lebih terperinciPEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2008
PEMANTAUAN RAIOAKTIVITAS UARA BUANG INSTALASI RAIOMETALURGI TAHUN 2008 Susanto Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN ABSTRAK PEMANTAUAN RAIOAKTIVITAS UARA BUANG INSTALASI RAIOMETALURGI TAHUN 2008. Pemantauan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi sekarang ini, semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi didunia. Ilmu pengetahuan dan teknologi ini dimanfaatkan dan dikembangkan
Lebih terperinciKONDISI GEDUNG WET PAINT PRODUCTION
STANDAR APAR MENURUT NFPA 10/ No. Per 04/Men/1980 Terdapat APAR yang sesuai dengan jenis kebakaran Tedapat label penempatan APAR Penempatan APAR mudah dilihat, mudah diambil, dan mudah digunakan pada saat
Lebih terperinciIonisasi Dan Photoelektrik Smoke Detector
Ionisasi Dan Photoelektrik Smoke Detector Teknologi keamanan saat ini berkembang sangat cepat di dalamnya termasuk teknologi Ionisasi Dan Photoelektrik Smoke Detector fire alarm system, Tingginya permintaan
Lebih terperinciPEMILIHAN JALUR FILTER UDARA SEBELUM KELUAR CEROBONG MENGGUNAKAN INDIKATOR TINGKAT AKTIVITAS RADIONUKLIDA DI KH-IPSB3
PEMILIHAN JALUR FILTER UDARA SEBELUM KELUAR CEROBONG MENGGUNAKAN INDIKATOR TINGKAT AKTIVITAS RADIONUKLIDA DI KH-IPSB3 Adi Wijayanto, L. Kwin Pudjiastuti, Purwantara Pusat Teknologi Limbah Radioaktif BATAN,
Lebih terperinciRANCANG BANGUN PROTEKSI BEBAN BERLEBIH DAN OTOMATISASI LAMPU MENGGUNAKAN SENSOR LDR
RANCANG BANGUN PROTEKSI BEBAN BERLEBIH DAN OTOMATISASI LAMPU MENGGUNAKAN SENSOR LDR TUGAS AKHIR Disusun Oleh: DIANA NUR FITASARI J0D 006 007 PROGRAM STUDI DIPLOMA III INSTRUMENTASI DAN ELEKTRONIKA FAKULTAS
Lebih terperinciPEMANTAUAN PAPARAN RADIASI DAN KONTAMINASI DI DALAM HOTCELL 101 INSTALASI RADIOMETALURGI
PEMANTAUAN PAPARAN RADIASI DAN KONTAMINASI DI DALAM HOTCELL 101 INSTALASI RADIOMETALURGI Suliyanto, Muradi, Endang Sukesi I. Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN Kawasan puspiptek Gedung 20, Serpong
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KERUSAKAN KONVEYOR JALUR -1 DI INSTALASI RADIOMETALURGI
IDENTIFIKASI KERUSAKAN KONVEYOR JALUR -1 DI INSTALASI RADIOMETALURGI Junaedi, Supriyono, Darma Adiantoro, Setia Permana Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN ABSTRAK IDENTIFIKASI KERUSAKAN KONVEYOR
Lebih terperinciPERBAIKAN CRANE-2 HOTCELL 01 DI INSTALASI RADIOMETALURGI
PERBAIKAN CRANE-2 HOTCELL 01 DI INSTALASI RADIOMETALURGI Junaedi, Darma Adiantoro, Saud Maruli Tua Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN Kawasan PUSPIPTEK Tangerang 15314 ABSTRAK PERBAIKAN CRANE HOTCELL
Lebih terperinciVALIDASI DAN KARAKTERISASI FLOW METER E-MAG UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM AKUISISI DATA FASILITAS EKSPERIMEN UNTAI UJI BETA ABSTRAK
VALIDASI DAN KARAKTERISASI FLOW METER E-MAG UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM AKUISISI DATA FASILITAS EKSPERIMEN UNTAI UJI BETA G. Bambang Heru K., Ahmad Abtokhi, Ainur Rosidi Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR...i. SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR...ii. ABSTRAK...iii. PRAKATA...iv. DAFTAR ISI...
DAFTAR ISI Halaman SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR...i SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR....ii ABSTRAK...iii PRAKATA...iv DAFTAR ISI.....vi DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN.....ix DAFTAR GAMBAR....x DAFTAR
Lebih terperinciPENAMBAHAN PENGAMAN MOTOR LISTRIK DENGAN SENSOR SUHU IC LM 135
ISSN 0854 5561 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006 PENAMBAHAN PENGAMAN MOTOR LISTRIK DENGAN SENSOR SUHU IC LM 135 Saud Maruli Tua, Tonny Siahaan, Suhardi, Wagiman ABSTRAK Penambahan Pengaman Motor Listrik
Lebih terperinciKAJIAN KEGAGALAN PENGUKURAN KETINGGIAN AIR SISTEM PENAMPUNGAN LIMBAH CAIR AKTIVITAS RENDAH (KPK01 CL001) DI RSG-GAS
Buletin Pengelolaan Reaktor Nuklir. Vol. 9 No. 2, Oktober 2012: 17-26 KAJIAN KEGAGALAN PENGUKURAN KETINGGIAN AIR SISTEM PENAMPUNGAN LIMBAH CAIR AKTIVITAS RENDAH (KPK01 CL001) DI RSG-GAS ABSTRAK Sukino
Lebih terperinciSISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN
LAMPIRAN II PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)
39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan
Lebih terperinciANALISIS SISTEM KONTROL MOTOR DC SEBAGAI FUNGSI DAYA DAN TEGANGAN TERHADAP KALOR
Akhmad Dzakwan, Analisis Sistem Kontrol ANALISIS SISTEM KONTROL MOTOR DC SEBAGAI FUNGSI DAYA DAN TEGANGAN TERHADAP KALOR (DC MOTOR CONTROL SYSTEMS ANALYSIS AS A FUNCTION OF POWER AND VOLTAGE OF HEAT) Akhmad
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
32 BAB III METODE PENELITIAN Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah minyak sawit (palm oil) dapat digunakan sebagai isolasi cair pengganti minyak trafo, dengan melakukan pengujian
Lebih terperinciBAB IV METODE PENGUJIAN CIGARETTE SMOKE FILTER
BAB IV METODE PENGUJIAN CIGARETTE SMOKE FILTER 4.1 TUJUAN PENGUJIAN Tujuan dari pengujian Cigarette Smoke Filter ialah untuk mengetahui seberapa besar kinerja penyaringan yang dihasilkan dengan membandingkan
Lebih terperinciPENYUSUNAN PROGRAM KESIAPSIAGAAN NUKLIR INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL
PENYUSUNAN PROGRAM KESIAPSIAGAAN NUKLIR INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL Suliyanto, Muradi Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan 15310, Telp (021)
Lebih terperinciPEMANTAUAN DISTRIBUSI PARTIKULAT DAN RADIOAKTIVITAS ALPHA DI UDARA INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL TAHUN 2010.
SEMINAR NASIONAL PEMANTAUAN DISTRIBUSI PARTIKULAT DAN RADIOAKTIVITAS ALPHA DI UDARA INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL TAHUN 2010. Budi Prayitno 1, Suliyanto 2, Sri Wahyuningsih 3 1, 2, 3) Pusat Teknologi
Lebih terperinciPEMROGRAMAN SISTEM AKUISISI DATA PENGUKURAN PADA FASILITAS EKSPERIMEN UNTUK SIMULASI PENDINGINAN CONTAINMENT. G. Bambang Heru, Sagino
PEMROGRAMAN SISTEM AKUISISI DATA PENGUKURAN PADA FASILITAS EKSPERIMEN UNTUK SIMULASI PENDINGINAN CONTAINMENT G. Bambang Heru, Sagino Pusat Teknologi dan Keselamatan Reaktor Nuklir (PTKRN) BATAN ABSTRAK
Lebih terperinciMETODA DAN PENGOLAHAN DATA PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS DI PERMUKAAN LANTAI INSTALASI NUKLIR
Yogyakarta, 6 September 0 METODA DAN PENGOLAHAN DATA PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS DI PERMUKAAN LANTAI INSTALASI NUKLIR Rinaldo, Endang Sukesi, Budi Prayitno Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN, email
Lebih terperinciSISTEM MANAJEMEN DOSIS PADA PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF DENGAN KENDARAAN DARAT
SISTEM MANAJEMEN DOSIS PADA PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF DENGAN KENDARAAN DARAT Suhaedi Muhammad 1 dan Rr. Djarwanti,RPS 2 1 Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi, BATAN Gedung B Lantai 2, Kawasan
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KERUSAKAN BARREL LIFTING DEVICE DAN BARREL DOUBLE LID HOTCELL 001/102 DI IRM
ISSN 1979-2409 Identifikasi Kerusakan Barrel Lifting Device Dan Barrel Double Lid Hotcell 001/102 Di IRM (Junaedi, Darma Adiantoro, Saud Maruli Tua) IDENTIFIKASI KERUSAKAN BARREL LIFTING DEVICE DAN BARREL
Lebih terperinciini merupakan nilai asli yang didapat oleh mikrokontroler tanpa perkalian
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada sistem pringatan dini bahaya banjir, terdapat beberapa pengujian yang telah dilakukan yaitu pengujian terhadap sensor Ultrasonik SRF02, sensor pembaca kecepatan air,
Lebih terperinciDESAIN DAN PERAKITAN ALAT KONTROL TEMPERATUR UNTUK PERALATAN NITRIDASI PLASMA ABSTRAK ABSTRACT
DESAIN DAN PERAKITAN ALAT KONTROL TEMPERATUR UNTUK PERALATAN NITRIDASI PLASMA Rohmad Salam Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir ABSTRAK DESAIN DAN PERAKITAN ALAT KONTROL TEMPERATUR UNTUK PERALATAN NITRIDASI
Lebih terperinciRANCANG BANGUN SISTEM ANTARMUKA RATEMETER DENGAN PRINTER MENGGUNAKAN KOMPUTER DAN MIKROKONTROLER ATMEGA8535
SEMINAR NASIONAL V YOGYAKARTA, 5 NOVEMBER 2009 RANCANG BANGUN SISTEM ANTARMUKA RATEMETER DENGAN PRINTER MENGGUNAKAN KOMPUTER DAN MIKROKONTROLER ATMEGA8535 SUTANTO, TOTO TRIKASJONO, DWINDA RAHMADYA Sekolah
Lebih terperinciRANCANG BANGUN TEGANGAN TINGGI DC DAN PEMBALIK PULSA PADA SISTEM PENCACAH NUKLIR DELAPAN DETEKTOR
SEMINAR NASIONAL V YOGYAKARTA, 5 NOVEMBER 2009 RANCANG BANGUN TEGANGAN TINGGI DC DAN PEMBALIK PULSA PADA SISTEM PENCACAH NUKLIR DELAPAN DETEKTOR NOGROHO TRI SANYOTO, SUDIONO, SAYYID KHUSUMO LELONO Sekolah
Lebih terperinciPEREKAYASAAN SISTEM DETEKSI PERANGKAT SCINTIGRAPHY MENGGUNAKAN PSPMT
PEREKAYASAAN SISTEM DETEKSI PERANGKAT SCINTIGRAPHY MENGGUNAKAN PSPMT Wiranto Budi Santoso 1 dan Leli Yuniarsari 1 1 Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir - Badan Tenaga Nuklir Nasional ABSTRAK PEREKAYASAAN SISTEM
Lebih terperinciOPERASIONAL SISTEM PEMANTAUAN RADIASI SECARA REALTIME DI DAERAH KERJA INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF
OPERASIONAL SISTEM PEMANTAUAN RADIASI SECARA REALTIME DI DAERAH KERJA INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF L.Kwin Pudjiastuti, Adi Wijayanto Pusat Teknologi Limbah Radioaktif BATAN Email : ptlr@batan.go.id
Lebih terperinciUJI FUNGSI ALAT PENGENDALI SUHU TIPE TZ4ST-R4C SEBAGAI PERANGKAT PENGKONDISIAN SINYAL
UJI FUNGSI ALAT PENGENDALI SUHU TIPE TZ4ST-R4C SEBAGAI PERANGKAT PENGKONDISIAN SINYAL Saminto, Untung Margono, Ihwanul Aziz, Sugeng Riyanto - BATAN Yogyakarta ptapb@batan.go.id ABSTRAK UJI FUNGSI PENGENDALI
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN ALAT
BAB III PERANCANGAN ALAT III.1. Diagram Blok Secara garis besar, diagram blok rangkaian pendeteksi kebakaran dapat ditunjukkan pada Gambar III.1 di bawah ini : Alarm Sensor Asap Mikrokontroler ATmega8535
Lebih terperinciSOAL SOAL SEMESTER GASAL KELAS X TITIL MATA DIKLAT : MENGGUNAKAN HASIL PENGUKURAN (011/DK/02) JUMLAH SOAL : 25 SOAL PILIHAN GANDA
SOAL SOAL SEMESTER GASAL KELAS X TITIL MATA DIKLAT : MENGGUNAKAN HASIL PENGUKURAN (011/DK/02) JUMLAH SOAL : 25 SOAL PILIHAN GANDA 5 SOAL MENGISI JAWABAN YANG DENGAN BENAR Halaman 1 dari 8 A. PILIHAN GANDA
Lebih terperinciTUGAS AKHIR PERANCANGAN DELUGE SYSTEM SPRINKLER MENGGUNAKAN SMOKE DETECTOR PADA GEDUNG DIREKTORAT PPNS-ITS. Ricki Paulus Umbora ( )
TUGAS AKHIR PERANCANGAN DELUGE SYSTEM SPRINKLER MENGGUNAKAN SMOKE DETECTOR PADA GEDUNG DIREKTORAT PPNS-ITS Disusun Oleh : Ricki Paulus Umbora ( 6506 040 025 ) PROGRAM STUDI D4 TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN
Lebih terperinciPERHITUNGAN PERKIRAAN KONSENTRASI RADIOAKTIVITAS ALPHA DI DALAM SALURAN PERNAPASAN PADA KONDISI OPERASI NORMAL INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL
PERHITUNGAN PERKIRAAN KONSENTRASI RADIOAKTIVITAS ALPHA DI DALAM SALURAN PERNAPASAN PADA KONDISI OPERASI NORMAL INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL Budi Prayitno 1, Suliyanto 2, Eko Pudjadi 3 1,2 Pusat
Lebih terperincikondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang memadai. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini telah melakukan evaluasi terhadap kondisi jalur evakuasi darurat
Lebih terperinciIII. METODELOGI PENELITIAN. Tempat dan waktu penelitian yang telah dilakukan pada penelitian ini adalah
III. METODELOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat dan waktu penelitian yang telah dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.1.1 Tempat penelitian Penelitian dan pengambilan
Lebih terperinciDISTRIBUSI PARTIKULAT DAN HUBUNGANNYA DENGAN KONTAMINASI ZAT RADIOAKTIF DI UDARA PADA OPERA TlNG AREA SERTA SERVICE AREA INST ALASI RADIOMET ALURGI
Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2005 ISSN 0854-5561 DISTRIBUSI PARTIKULAT DAN HUBUNGANNYA DENGAN KONTAMINASI ZAT RADIOAKTIF DI UDARA PADA OPERA TlNG AREA SERTA SERVICE AREA INST ALASI RADIOMET ALURGI
Lebih terperinciREFUNGSIONALISASI SISTEM PEMANTAU RADIASI BETA AEROSOL DAN ALPHA-BETA AEROSOL RSG-GA
SEMINAR NASIONAL V YOGYAKARTA, 5 NOVEMBER 2009 REFUNGSIONALISASI SISTEM PEMANTAU RADIASI BETA AEROSOL DAN ALPHA-BETA AEROSOL RSG-GA NUGRAHA LUHUR, UNGGUL HARTOYO, YULIUS SUMARNO, SUKINO Pusat Reaktor Serba
Lebih terperinciSISTEM KEAMANAN RUANG MULTI SENSOR ( HARDWARE )
SISTEM KEAMANAN RUANG MULTI SENSOR ( HARDWARE ) LAPORAN AKHIR Disusun Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Pada Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik Telekomunikasi Politeknik
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Dalam penelitian ini terdapat beberapa tahap atau langkah-langkah yang peneliti laksanakan mulai dari proses perancangan model dari sistem hingga hasil
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei 2012. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di Laboratorium Elektronika Dasar
Lebih terperinciSistem pembumian plat Tahanan tubuh manusia Arus melalui tubuh manusia Arus fibrasi
ix DAFTAR ISI JUDUL... i LEMBAR PERSYARATAN GELAR... ii LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS... iii LEMBAR PENGESAHAN... iv UCAPAN TERIMAKASIH... v ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL...
Lebih terperinciSistem Pengaman Rumah Dengan Sensor Pir. Berbasis Mikrokontroler ATmega : Ayudilah Triwahida Npm : : H. Imam Purwanto, S.Kom., MM.
Sistem Pengaman Rumah Dengan Sensor Pir (Passive Infrared) Berbasis Mikrokontroler ATmega 8535 Nama : Ayudilah Triwahida Npm : 21109416 Jurusan Pembimbing : Sistem Komputer : H. Imam Purwanto, S.Kom.,
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA
BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA Dalam bab ini akan dibahas tentang pengujian untuk mengetahui kinerja dari sistem yang dibuat. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kinerja dari sistem dan untuk mengetahui
Lebih terperinciKAJIAN KESELAMATAN PADA PROSES PRODUKSI ELEMEN BAKAR NUKLIR UNTUK REAKTOR RISET
KAJIAN KESELAMATAN PADA PROSES PRODUKSI ELEMEN BAKAR NUKLIR UNTUK REAKTOR RISET Rr.Djarwanti Rahayu Pipin Sudjarwo Pusat Radioisotop Dan Radiofarmaka BATAN, Gedung 11 kawasan Puspiptek Serpong Sekretaris
Lebih terperinciAlat Uji Baterai 12V, 60AH Secara Elektronis
Alat Uji Baterai 12V, 60AH Secara Elektronis Hanny H Tumbelaka, Johannes Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Elektro, Universitas Kristen Petra e-mail: tumbeh@petra.ac.id Abstrak Penelitian ini
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN ALAT
BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dijelaskan mengenai bagaimana perancangan fire alarm sistem yang dapat ditampilkan di web server dengan koneksi Wifi melalui IP Address. Perancangan alat ini
Lebih terperinciPENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DAN B3 DI IRM. Sunardi
PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DAN B3 DI IRM Sunardi ABSTRAK PENGELOLAAN LlMBAH RAOIOAKTIF DAN B3 01 IRM. Telah dilakukan pengelolaan Limbah radioaktif dan B3 di Instalasi Radiometalurgi (IRM). Limbah radioaktif
Lebih terperinciPEMANTAUAN KERADIOAKTIVAN UDARA BUANG DI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2009
ISSN 0854-5561 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009 PEMANTAUAN KERADIOAKTIVAN UDARA BUANG DI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2009 Susanto ABSTRAK PEMANTAUAN KERADIOAKTIVAN UDARA BUANG DI INSTALASI RADIO
Lebih terperinciResistor. Gambar Resistor
Resistor Resistor merupakan komponen dasar elektronika yang digunakan untuk membatasi jumlah arus yang mengalir dalam satu rangkaian. Sesuai dengan namanya resistor bersifat resistif dan umumnya terbuat
Lebih terperinciPENGUKURAN KONSENTRASI RADON DALAM TEMPAT PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF. Untara, M. Cecep CH, Mahmudin, Sudiyati Pusat Teknologi Limbah Radioaktif
PENGUKURAN KONSENTRASI RADON DALAM TEMPAT PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF Untara, M. Cecep CH, Mahmudin, Sudiyati Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK PENGUKURAN KONSENTRASI RADON DALAM TEMPAT PENYIMPANAN
Lebih terperinciPERANCANGAN SISTEM PEMADAM TERINTEGRASI DAN ANALISA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LISTRIK PADA ELECTRICITY BUILDING PLANT DAN SERVER ROOM (PT
ASSALAMMUALAIKUM PERANCANGAN SISTEM PEMADAM TERINTEGRASI DAN ANALISA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LISTRIK PADA ELECTRICITY BUILDING PLANT DAN SERVER ROOM (PT.SCHERING-PLOUGH)) HANA FATMA WT LATAR BELAKANG
Lebih terperinciMITIGASI DAMPAK KEBAKARAN
LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN III.1.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencemaran udara merupakan suatu kondisi dengan kualitas udara yang terkontaminasi oleh zat-zat tertentu, baik yang tidak berbahaya maupun yang membahayakan
Lebih terperinciUJIAN MASUK BERSAMA (UMB) Mata Pelajaran : Fisika Tanggal : 07 Juni 2009 Kode Soal : 120 Daftar konstanta alam sebagai pelengkap soal-soal fisika 2 31 g = 10 ms (kecuali diberitahukan lain); m = 9,1 10
Lebih terperinciPERHITUNGAN NILAI SETTING ALARM ALAT ALPHA BETA AEROSOL MONITOR DI INSTALASI RADIOMETALURGI
YOGYAKARTA, 31OKTOBER 01 PERHITUNGAN NILAI SETTING ALARM ALAT ALPHA BETA AEROSOL MONITOR DI INSTALASI RADIOMETALURGI Suliyanto, Endang Sukesi, Budi Prayitno Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN ABSTRAK
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KERUSAKAN MIKROSKOP OPTIK HOTCELL 107 DI INSTALASI RADIOMETALURGI
IDENTIFIKASI KERUSAKAN MIKROSKOP OPTIK HOTCELL 107 DI INSTALASI RADIOMETALURGI Junaedi, Darma Adiantoro, Setia Permana Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir ABSTRAK IDENTIFIKASI KERUSAKAN MIKROSKOP OPTIK
Lebih terperinciPENGUKURAN RADIASI DAN PENGOLAHAN DATA DI INSTALASI NUKLIR
YOGYAKARTA, - NOVEMBER 007 PENGUKURAN RADIASI DAN PENGOLAHAN DATA DI INSTALASI NUKLIR BUDI PRAYITNO Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir-BATAN Kawasan Puspitek Serpong, Tangerang 530 Banten Telp (0) 756095
Lebih terperinciWIRELESS TELEMETERING KWH METER DIGITAL BERBASIS MIKROKONTROLER ABSTRAK
WIRELESS TELEMETERING KWH METER DIGITAL BERBASIS MIKROKONTROLER Disusun oleh : Andre Yosef M 0722080 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,, Jl.Prof.Drg.Suria Sumantri, MPH no.65, Bandung, Indonesia,
Lebih terperinci1. Bagian Utama Boiler
1. Bagian Utama Boiler Boiler atau ketel uap terdiri dari berbagai komponen yang membentuk satu kesatuan sehingga dapat menjalankan operasinya, diantaranya: 1. Furnace Komponen ini merupakan tempat pembakaran
Lebih terperinciMAKALAH BENGKEL ELEKTRONIKA PENDETEKSI KEBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR SUHU LM355. Oeh:
MAKALAH BENGKEL ELEKTRONIKA PENDETEKSI KEBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR SUHU LM355 Oeh: Fatimah N. H. Kusnanto Mukti W. Edi Prasetyo M0209025 M0209031 M0210019 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN
Lebih terperinciKurikulum 2013 Antiremed Kelas 9 Fisika
Kurikulum 2013 Antiremed Kelas 9 Fisika Listrik Dinamis - Soal Pilihan Ganda Doc. Name: K13AR09FIS0201 Doc. Version : 2015-11 halaman 1 01. Arus listrik yang mengalir di dalam sebuah kawat penghantar disebabkan
Lebih terperinciPENGARUH KUAT ARUS PADA ANALISIS LIMBAH CAIR URANIUM MENGGUNAKAN METODA ELEKTRODEPOSISI
ISSN 1979-2409 PENGARUH KUAT ARUS PADA ANALISIS LIMBAH CAIR URANIUM MENGGUNAKAN METODA ELEKTRODEPOSISI Noviarty, Darma Adiantoro, Endang Sukesi, Sudaryati Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN ABSTRAK
Lebih terperinciBAB III SISTEM PENGUJIAN
BAB III SISTEM PENGUJIAN 3.1 KONDISI BATAS (BOUNDARY CONDITION) Sebelum memulai penelitian, terlebih dahulu ditentukan kondisi batas yang akan digunakan. Diasumsikan kondisi smoke yang mengalir pada gradien
Lebih terperinciINSTALASI DAN PENGUJIAN SISTEM KONTROL TEMPERATUR FURNACE MULTI STEP RAMP/SOAK FUJI PXR 9
INSTALASI DAN PENGUJIAN SISTEM KONTROL TEMPERATUR FURNAE MULTI STEP RAMP/SOAK FUJI PXR 9 Heri Nugraha 1), Marga Asta Jaya Mulya 2) 1) Pusat Penelitian Metalurgi-LIPI, Kawasan Puspiptek Gd. 470, Serpong,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebakaran merupakan bencana yang dapat disebabkan oleh faktor manusia, faktor teknis maupun faktor alam yang tidak dapat diperkirakan kapan terjadinya. Kebakaran yang
Lebih terperinciPERHITUNGAN NILAI SETTING ALARM ALPHA BETA AEROSOL MONITOR DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL
Yogyakarta, 6 September 01 PERHITUNGAN NILAI SETTING ALARM ALPHA BETA AEROSOL MONITOR DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL Budi Prayitno, Muradi, Endang Sukesi Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN,
Lebih terperinciEVALUASI KESELAMATAN RADIASI PENGUNJUNG DI TEMPAT PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH RADIOAKTIF
EVALUASI KESELAMATAN RADIASI PENGUNJUNG DI TEMPAT PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH RADIOAKTIF Pusat Teknologi Limbah Radioaktif BATAN, PUSPIPTEK Serpong, Tangerang Selatan, 15310 E-mail : kwin@batan.go.id
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN SPEED LIMITER Kecepatan tinggi merupakan salah satu faktor utama penyebab kecelakaan lalu-lintas darat. Disisi lain banyak perusahaan otomotif yang saling berlomba
Lebih terperinciBAB X ENERGI DAN DAYA LISTRIK
14 BAB X ENERGI DAN DAYA LISTRIK 1. Bagaimana cara PLN mengitung besarnya tagihan rekening listrik?. Apa perbedaan energi dan daya listrik? 3. Apa yang akan terjadi, jika suatu peralatan listrik dipasang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat terhadap alat-alat yang dapat bekerja secara otomatis dan aman
BAB I PENDAHULUAN Perkembangan teknologi elektronika digital menjadi faktor penting dan tidak dapat terpisahkan dalam usaha untuk peningkatan teknologi serta kesejahteraan setiap masyarakat. Seperti halnya
Lebih terperinciPENGOPERASIAN COOLING WATER SYSTEM UNTUK PENURUNAN TEMPERATUR MEDIA PENDINGIN EVAPORATOR. Ahmad Nurjana Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
PENGOPERASIAN COOLING WATER SYSTEM UNTUK PENURUNAN TEMPERATUR MEDIA PENDINGIN EVAPORATOR ABSTRAK Ahmad Nurjana Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN PENGOPERASIAN COOLING WATER SYTEM UNTUK PENURUNAN
Lebih terperinciDesain Alat Ukur Kekeruhan Air Menggunakan Metode Transmisi Cahaya dengan Lock-In Amplifier
Desain Alat Ukur Kekeruhan Air Menggunakan Metode Transmisi Cahaya dengan Lock-In Amplifier Ade Kurniawati1,a), Rini Puji Astuti1,b) dan Hendro2,c) 1 Magister Pengajaran Fisika, Fakultas Matematika dan
Lebih terperinci