BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
|
|
- Doddy Rachman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Adapun beberapa tinjauan pustaka yang berkenaan dengan Analisis Desain Geometrik Bandar Udara Husein Sastranegara dengan menggunakan Perangkat Lunak Microsoft Visual Basic 6.0 Berdasarkan Standar ICAO adalah sebagai berikut : Tabel 2.1. TabelTinjauan Pustaka Judul Penelitian Penyusun Hal-hal yang berkaitan dengan tugas akhir Perencanaan Bandara Baabullah dievaluasi dan Bandar Udara diharapkan dapat menganalisa kebutuhan Babullah Ternate ruang Bandar Udara Babullah sampai tahun rencana agar sesuai dengan kodisi serta potensi lokasi yang ada. Faktor pendukung dalam pengevaluasian serta analisa adalah adanya data-data subjek maupun objek, seperti data perkembangan PDRB, data wisatawan asing yang berkunjung, jumlah penduduk, jumlah operasional pesawat, dan jumlah penumpang datang serta berangkat. Hal ini jelas berpengaruh karena dalam menentukan ramalan akan kebutuhan ruang suatu kawasan harus melihat sisi lain yang mendukung adanya pengembangan tersebut. Data yang dibutuhkan dalam meramalkan permintaan kebutuhan jasa angkutan udara dalam merencanakan suatu fasilitas bandara, yaitu : a. Perkembangan penduduk daerah Ternate. b. Keadaan ekonomi, yaitu perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). c. Data kondisi pertumbuhan pesawat dan penumpang yang datang dan berangkat. Kondisi eksisting bandara, Widya Handayani, Analisis Geometrik Landasan Pacu. 7
2 serta fasilitas dan utilitas. Pada perencanaan ini karakteristik pesawat yang dipakai dalam perhitungan analisis kebutuhan runway kondisi eksisting adalah Focker-100. Dari semua perhitungan yang dilakukan, untuk perencanaan landasan pacu ini diambil yang terbesar yaitu 2228 m. Jadi panjang runway dengan pesawat yang beroperasi F-100 pada kondisi eksisting (1650m) perlu dilakukan penambahan panjang untuk runway Bandar Udara Babullah. Adapun kebutuhan lebar runway didasarkan pada asumsi bahwa lebar runway harus mampu menampung seluruh bentang sayap pesawat (wing span) ditambah dengan kebebasan ujung sayap pesawat (wing tip clearance). Perencanaan Runway, Taxiway, dan Apron BIJB Hanindita Diajeng Sunu dan Jenary Bayu Tetha Dalam perencanaan geometrik suatu bandara diperlukan data perkiraan penumpang domestik, internasional serta data kebutuhan pesawat untuk bandara tersebut. Runway digunakan untuk kegiatan mendaratdan tinggal landas pesawat. Pesawat yang digunakan pun berbeda-beda, dalam BIJB jenis pesawat rencana yang digunakan adalah Boeing Dasar Teori Bandar Udara Berdasarkan Undang-Undang No.1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, definisi bandar udara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya. Dijelaskan juga dalam Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 2001 Pasal 1 ayat 1 tentang Kebandarudaraan, definisi bandar udara adalah lapangan terbang yang digunakan untuk mendarat dan lepas Widya Handayani, Analisis Geometrik Landasan Pacu. 8
3 landas pesawat udara, naik turun penumpang dan / atau kargo dan / atau pos, serta dilengkapi dengan fasilitas keselamatan penerbangan dan sebagai tempat perpindahan antar moda transportasi Klasifikasi Bandar Udara Berdasarkan Perarturan Pemerintah No. 70 Tahun 2001 Pasal 3 tentang Kebandarudaraan disebutkan bahwa bandar udara dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelas, yaitu menurut status, penyelenggaraan dan kegiatannya. Adapun klasifikasi bandar udara dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2. Klasifikasi Bandar Udara Berdasarkan Status, Penyelenggaraan, dan Kegiatan Klasifikasi Berdasarkan Status Penyelenggaraan Kegiatan Penggunaan hirarki fungsi bandar udara umum bandar udara umum pendaratan dan lepas bandar udara yang bandar udara pusat yang diselenggarakan landas pesawat terbuka untuk penyebaran oleh Pemerintah, udara untuk melayani melayani angkutan Pemerintah Propinsi, kepentingan udara ke/dari Pemerintah Kabupaten/Kota atau badan usaha kebandarudaraan angkutan udara luar negeri Jenis Bandara bandar udara khusus bandar udara khusus yang diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan Badan Hukum Indonesia pendaratan dan lepas landas helikopter untuk melayani kepentingan angkutan udar Sumber : Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 70 Tahun 2001 bandar udara yang tidak terbuka untuk melayani angkutan udara ke/dari luar negeri bandar udara bukanpusat penyebaran Fasilitas Bandar Udara Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 48 Tahun 2002 mengenai Penyerahan Penyelenggaraan Bandar Udara Umum, disebutkan didalam suatu bandar udara, secara umum fasilitas yang terdapat di dalam suatu bandar udara akan terbagi menjadi dua kategori utama, yaitu bagian sisi udara (air side) dan sisi darat (land side). Widya Handayani, Analisis Geometrik Landasan Pacu. 9
4 Adapun di baik di dalam fasilitas sisi udara da sisi laut terdapat fasilitas-fasilitas yang menyusun keduanya, yaitu : a. Fasilitas Sisi Udara yang mencakup : i. Landasan Pacu ii. Penguhubung landasan pacu atau taxiway iii. Tempat parkir pesawat atau apron iv. Runway Strip v. Fasilitas pertolongan kecelakaan penerbangan dan pemadam kebakaran b. Fasilitas Sisi Darat, diantaranya adalah sebagai berikut : i. Bangunan terminal penumpang ii. Bangunan terminal kargo iii. Bangunan operasi iv. Menara Pengawas Lalu Lintas Udara v. Jalan masuk vi. Depo pengisian bahan bakar pesawat vii. Bangunan administrasi atau perkantoran viii. Marka dan rambu c. Fasilitas Navigasi d. Fasilitas Komunikasi Baik fasilitas sisi udara, sisi darat, navigasi serta komunikasi tentunya memiliki fungsi masing masing dan penting dalam penyelenggaraan suatu bandar udara. Adapun salah satu fasilitas yang memegang peranan sangat penting dari segenap fasilitas yang terdapat dalam suatu bandar udara adalah landasan pacu yang merupakan bagian dari sisi udara yang difungsikan sebagai tempat dimana pesawat melakukan tinggal landas dan pendaratan. Widya Handayani, Analisis Geometrik Landasan Pacu. 10
5 2.2.4 Landasan Pacu Dijelaskan pada Aerodrome Design Manual Part 1 Runway yang dikeluarkan oleh ICAO bahwa landasan pacu atau runway adalah suatu area berbentuk persegi disuatu lahan lapangan terbang yang dipersiapkan untuk perihal pendaratan dan tinggal landas pesawat. Suatu landasan pacu dalam suatu bandar udara terdiri dari beberapa komponen yang terdapat dalam suatu landasan pacu tersebut, yaitu : a. Bahu landasan pacu Menurut Keputusan Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/161/IX/03, Bahu landasan pacu adalah suatu bidang tertentu sepanjang tepi kiri dan kanan landasan yang berbatasan dengan perkerasan struktural yang dipergunakan sebagai penahan erosi akibat air hujan dan semburan jet, serta melayani peralatan perawatan landasan, dan juga memperkecil resiko kerusakan pada pesawat terbang, bila pesawat tersebut harus keluar landasan. b. Runway Strips Disebutkan dalam Keputusan Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/161/IX/03, Runway Strips adalah suatu bidang persegi panjang yang diratakan bersih tanpa bendabenda yang mengganggu yang mencakup landasan pacu, daerah henti atau stopways. c. Runway End Safety Area (RESA) Keputusan Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/161/IX/03 menyebutkan Runway End Safety Area adalah suatu bidang persegi panjang yang diratakan, bebas dari rintangan yang membentang dari ujung strip landasan dan simetris terhadap perpanjangant garis tengah landasan pacu, yang dipersiapkan guna mengurangi bahaya kerusakan pesawat yang tergelincir keluar dari landasan Widya Handayani, Analisis Geometrik Landasan Pacu. 11
6 pacu serta untuk pergerakan kendaraan pemadam kebakaran. d. Daerah henti atau stopway Dijelaskan juga dalam Keputusan Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/161/IX/03, bahwa daerah henti adalah suatu bidang persegi panjang yang terletak pada ujung landasan yang disediakan sebagai tempat aman untuk berhenti bagi pesawat yang gagal landas. e. Daerah Bebas atau Clearway Berdasarkan Keputusan Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/161/IX/03 disebutkan bahwa daerah bebas adalah suatu bidang persegi panjang yang membentang dari ujung landasan pacu dan simetris terhadap perpanjangan garis tengan landasan pacu. Secara kriteria pertimbangan desain, dijelaskan dalam Aerodrome Airport Planning Manual Part1 yang dikeluarkan oleh ICAO, bahwa pada setiap landasan pacu dalam suatu bandar udara akan memiliki identitas penomoran, dimensi dan struktur yang berbeda beda, tergantung dari hasil perencanaan yang dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa faktor yaitu : a. Kondisi angin b. Topografi lahan c. Besarnya lalu lintas yang terjadi d. Pesawat terbang rencana e. Faktor lain yang dapat mempengaruhi desain Perencanaan yang dilaksanakan atas suatu landasan pacu, salah satunya adalah perencanaan geometrik landasan pacu. Perencanaan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa faktor yang telah disebutkan di atas dengan mengacu kepada standar perencanaan. Widya Handayani, Analisis Geometrik Landasan Pacu. 12
7 Dalam melakukan perencanaan geometrik landasan pacu, salah satu standar baku yang dipergunakan adalah standar yang dikeluarkan oleh ICAO Landasan Pacu Paralel Berdasarkan Airport Planning Manual Part1 yang dikeluarkan oleh ICAO disebutkan bahwa pengembangan suatu sistem konfigurasi landasan pacu dimungkinkan jika tingkat permintaan akan pelayanan transportasi udara meningkat dengan pertimbangan : a. Landasan pacu paralel disediakan jika permintaan atas pelayanan transportasi udara meningkat dari kapasitas eksisting selama kurun waktu lima tahun. b. Landasan pacu paralel disediakan jika bandar udara melayani operasi dengan minimum jumlah pesawat terbang sebanyak c. Landasan pacu paralel disediakan jika terdapat lebih dari satu arah angin dominan. d. Landasan pacu paralel dengan posisi bersilang dan landasan pacu paralel dengan bentuk V-terbuka disediakan jika terjadi peningkatan jumlah operasi pelayanan pesawat seperti landasan pacu paralel pada umumnya dan atas kebutuhan arah angin yang bertiup yang lebih dari satu arah Perencanaan Geometrik Landasan Pacu berdasarkan ICAO Dalam penyelenggaraannya, guna tercapainya fungsi dan pelayanan bandar udara dengan optimum, maka dibutuhkan perencanaan fasilitas fasilitas pada bandar udara secara baik. Adapun salah satunya adalah perencanaan geomterik landasan pacu. Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, landasan pacu pada bandar udara harus direncanakan sedemikian rupa sesuai dengan standar yang berlaku dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang Widya Handayani, Analisis Geometrik Landasan Pacu. 13
8 dapat mempengaruhi perencanaan terkait. Adapun faktor faktor yang dimaksud adalah sebagai berikut : a. Analisis angin Disebutkan pada standar ICAO bahwa analisis angin adalah hal yang mendasar dalam perencanaan landasan pacu. Dimana kondisi angin tersebut didapat dari pengukuran di lapangan terhadap arah angin dominan pada suatu lokasi bandar udara. Landasan pacu harus sedapat mungkin searah dengan arah angin yang paling dominan. Dalam standar ICAO disebutkan setidaknya landasan pacu harus diorientasikan pada arah angin yang tidak lebih kecil dari 95%, dengan kepesatan komponen angin 37 km/jam atau 20 knot pada landasan pacu dengan panjang lebih besar dari 1500 meter. Sedangkan untuk landasan pacu dengan panjang 1200 hingga 1500 meter kepesatan komponen angin yang disyaratkan adalah 24 km/jam atau 13 knot, dan untuk landasan pacu sepanjang kurang dari 1200 meter disyaratkan kepesatan angin sebesar 19 km/jam atau setara dengan 10 knot. Setelah didapatkannya data angin di lapangan, maka data tersebut diplotkan pada mawar angin atau wind rose guna mengetahui arah landasan pacu yang sesuai dan melakukan penomoran pada landasan pacu. Contoh: landasan pacu pacu pada bandar udara Husein Sastranegara, Bandung bernomorkan yang artinya landasan pacu tersebut mengarah pada 110 o sampai 290 o arah mata angin. Adapun contoh mawar angin dapat dilihat pada Gambar 2.1. Widya Handayani, Analisis Geometrik Landasan Pacu. 14
9 Sumber : Airport Planning Manual, ICAO Gambar 2.1. Contoh Mawar Angin b. Pesawat Terbang Rencana Pesawat terbang rencana adalah jenis pesawat paling besar yang beroperasi pada bandar udara terkait, yangmana setiap jenis pesawat terbang rencana memiliki Aerodrome References Code yang sudah standar yang menunjukkan karakteristik dan spesifikasi masing masing pesawat terbang rencana. Karakteristik dan spesifikasi pesawat terbang rencana ini sangat berpengaruh pada perencanaan geometrik landasan pacu, seperti dimensi panjang dan lebar dari landasan pacu tersebut. c. Aerodrome References Code Aerodrome References Code adalah sistem pengkodean jenis pesawat yang digunakan oleh ICAO untuk mempermudah dalam membaca serta memahami spesifikasi pesawat. Dimana dalam pemberian kodenya setiap jenis pesawat akan memiliki satu kode angka dan satu kode huruf sesuai dengan spesifikasi yang dimiliki oleh masing masing jenis pesawat, seperti ARFL atau Aeroplane Reference Field Length yang merupakan panjang yang Widya Handayani, Analisis Geometrik Landasan Pacu. 15
10 dibutuhkan pesawat untuk melakukan pendaratan dan tinggal landas. Setiap kode baik kode huruf maupun angka dalam Aerodrome References Code memiliki pengaruh yang cukup banyak dalam desain geometrik landasan pacu, diantaranya adalah pada perencanaan panjang, lebar dan kemiringan landasan pacu. Tabel lengkap Aerodrome References Code dapat dilihat pada lampiran. d. Lalu lintas penerbangan Lalu lintas penerbangan pada suatu bandar udara akan mempengaruhi jumlah landasan pacu pada suatu bandara. Dijelaskan dalam Airport Planning Manual Part 1 yang dikeluarkan oleh ICAO bahwa jika lalu lintas yang ada pada suatu bandar udara meningkat melebihi kapasitas landasan pacu eksisting, maka diperlukan penambahan landasan pacu untuk melayani seluruh pesawat yang beroperasi pada bandar udara tersebut. e. Lingkungan Kondisi lingkungan bandar udara memiliki pengaruh terhadap perencanaan panjang landasan pacu. Adapun kondisi lingkungan yang dimaksud adalah suhu dan ketinggian di atas muka air laut. Kedua kondisi tersebut erat kaitannya dengan koreksi terhadap panjang landasan pacu. Kelima faktor yang telah disebutkan sebelumnya merupakan faktor- faktor yang berpengaruh dalam proses perencanaan geometrik landasan pacu. Adapun lingkup perencanaan desain geometrik landasan pacu berdasarkan standar ICAO adalah sebagai berikut : Widya Handayani, Analisis Geometrik Landasan Pacu. 16
11 a. Penentuan Pesawat Rencana. b. Penentuan Aerodrome References Code dan spesifikasi dari pesawat rencana. c. Analisis angin atas arah angin dominan. d. Perhitungan suhu standar atmosfer Besarnya suhu standar atmosfer didapatkan berdasarkan elevasi ketinggian tempat yang bersangkutan. Tabel suhu standar atmosfer dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut ini. Tabel 2.3. Tabel Suhu Standar Atmosfer Ketinggian (m) Suhu ( o C) Tekanan (Kg/m 3 ) 0 15,00 1, ,75 1, ,50 1, ,25 1, ,00 1, , , ,75 0, ,98 0., ,23 0, ,47 0, ,72 0, ,96 0,66 Sumber : Aerodrome Design Manual Part 1 Runways, ICAO Berdasarkan tabel di atas, maka dibuatkan suatu grafik persamaan garis lurus antara ketinggian dan suhu standar atmosfer. Adapun grafik tersebut diperlihatkan pada Gambar 2.2 di bawah ini. Widya Handayani, Analisis Geometrik Landasan Pacu. 17
12 Sumber : Data Gambar Widya Handayani Tahun 2013 Gambar 2.2. Grafik Hubungan Ketinggian dan Suhu Standar Atmosfer Dari grafik hubungan ketinggian dan suhu standar atmosfer tersebut didapatkan persamaan garis lurus y = x , sehingga dari persamaan ini dapat dijadikan dasar untuk melakukan perhitungan suhu standar atmosfer untuk setiap ketinggian. e. Perhitungan panjang landasan pacu dengan koreksi terhadap suhu dan elevasi. Dijelaskan pada Aerodrome Design Manual Part 1 Runways yang dikeluarkan oleh ICAO pada tahun 2006 perhitungan panjang landasan pacu dengan koreksi terhadap suhu dan elevasi dapat dilakukan dengan menggunakan rumus berikut : i. Koreksi terhadap Elevasi Fe = (ARFL x 0,07 x (elv/300)) + ARFL.(1) dimana : Fe = Panjang landasan pacu berdasarkan koreksi terhadap elevasi. ARFL = Aeroplane Reference Field Length elv = Elevasi lapangan terbang Widya Handayani, Analisis Geometrik Landasan Pacu. 18
13 ii. Koreksi terhadap Suhu dan Elevasi Ft = (Fe x (T 1 -T 2 ) x 0,01) + Fe... (2) dimana : Ft = Panjang landasan pacu berdasarkan koreksi terhadap suhu dan elevasi. T 1 T 2 = Suhu lapangan terbang = Suhu standar atmosfer pada elevasi atau ketinggian lapangan terbang ( didapatkan dari tabel 2.3) f. Perhitungan Lebar dan kemiringan landasan pacu berdasarkan Aerodrome References Code pesawat rencana yang didapatkan dari Tabel 2.4, Tabel 2.5, dan Tabel 2.6 dibawah ini. Tabel 2.4. Tabel Lebar Landasan Pacu Berdasarkan Aerodrome References Code Kode Kode Huruf Angka A B C D E F 1 18 m 18 m 23 m m 23 m 30 m m 30 m 30 m 45 m m 45 m 45 m 60 m Sumber : Aerodrome Design Manual Part 1 Runways, ICAO Tabel 2.5. Tabel Kemiringan Memanjang Landasan Pacu Berdasarkan Aerodrome References Code Jenis Kemiringan Kode Angka Memanjang 2% 2% 1% 1% Sumber : Aerodrome Design Manual Part 1 Runways, ICAO Widya Handayani, Analisis Geometrik Landasan Pacu. 19
14 Tabel 2.6. Tabel Kemiringan Melintang Landasan Pacu Berdasarkan Aerodrome References Code Jenis Kemiringan Kode Huruf A B C D E F Melintang 2% 2% 1,5% 1,5% 1,5% 1,5% Sumber : Aerodrome Design Manual Part 1 Runways, ICAO g. Perhitungan Bahu landasan pacu dilakukan berdasarkan kode dari pesawat rencana, yaitu untuk kode A,B,C,D,dan E untuk lebar adalah perpanjangan 60 meter dari garis tengah untuk setiap sisinya. Adapun khusus untuk kode huruf F, besarnya perpanjangan adalah 75 meter. Sedangkan untuk panjang bahu landasan sendiri sama dengan panjang landasan pacu. Adapun kemiringan melintang dari bahu landasan pacu adalah 2,5%. h. Perhitungan Runway Strips berdasarkan Aerodrome References Code pesawat rencana, yang meliputi perhitungan panjang, lebar serta kemiringan. Panjang Runway Strips dapat direncanakan berdasarkan kode angka dari pesawat rencana yang ditentukan. Strips harus diperpanjang diluar ujung landasan pacu atau stopway. Adapun besarnya perpanjangan strips yang diperlu dilakukan dapat dilihat pada Tabel 2.7 berikut ini. Tabel 2.7. Tabel Penentuan Perpanjangan Arah Memanjang Strips Berdasarkan Aerodrome References Code Kode Angka Parameter Perpanjangan Strips dari ujung daerah henti 60 m 60 m 60 m 60 m Sumber : Aerodrome Design Manual Part 1 Runways, ICAO Widya Handayani, Analisis Geometrik Landasan Pacu. 20
15 Tidak jauh berbeda dengan penentuan panjang runway strips. Penentuan lebar runway strips pun dilakukan berdasarkan Aerodrome References Code. Lebar runway strips ditentukan dengan melakukan perpanjangan ke arah melintang dengan acuan garis tengah dari landasan pacu. Besarnya perpanjangan lebar ini ditentukan sebagaimana yang tertera pada Tabel 2.8. Tabel 2.8. Tabel Penentuan Lebar Runway Strips Berdasarkan Aerodrome References Code Kode Angka Parameter Perpanjangan lebar Runway Strips (arah 75 m 75 m 150 m 150 m melintang) Sumber : Aerodrome Design Manual Part 1 Runways, ICAO Sama halnya dengan landasan pacu, runway strips pun memiliki kemiringan baik arah melintang maupun memanjang. Besarnya kemiringan ini ditentukan atas dasar Aerodrome References Code dari pesawat rencana. Adapun besarnya kemiringan pada runway strips ditentukan pada Tabel 2.9 berikut ini. Tabel 2.9. Tabel Penentuan Kemiringan Arah Memanjang dan Melintang Runway Strips Berdasarkan Aerodrome References Code Kode Angka Parameter Kemiringan maksimum 3% 3% 2,5% 2,5% arah melintang Kemiringan maksimum 2% 2% 1,75% 1,5% arah memanjang Sumber : Aerodrome Design Manual Part 1 Runways, ICAO Widya Handayani, Analisis Geometrik Landasan Pacu. 21
16 i. Perhitungan Runway End Safety Area ( RESA). Untuk meminimalisir besarnya kecelakaan yang terjadi, maka ICAO menetapkan harus disediakannya area aman pada ujung akhir landasan pacu, yang mana area ini harus mampu melayani seluruh pesawat yang beroperasi pada bandar udara yang bersangkutan. Disebutkan dalam Aerodrome Design Manual Part 1 Runways yang dikeluarkan oleh ICAO, bahwa penetapan panjang RESA adalah perpanjangan dari ujung akhir runway strips dengan besarnya perpanjangan adalah 90 meter dengan lebar sebesar dua kali lebar landasan pacu j. Perhitungan Clearway dan Stopway. Clearway atau daerah bebas disediakan di ujung take off run available (TORA) dengan panjang tidak lebih dari setengah kali panjang TORA, dan lebar merupakan perpanjangan arah melintang sebesar 75 meter dari garis tengah landasan pacu untuk setiap sisinya. Sedangkan daerah henti atau stopway disediakan dengan lebar sama dengan lebar landasan pacu Perangkat Lunak Microsoft Visual Basic 6.0 Perangkat lunak adalah kumpulan dari beberapa perintah yang dijalankan oleh mesin komputer, yang bertujuan untuk membantu mempermudah pekerjaan manusia sesuai dengan lingkup pekerjaannya. Untuk mencapai tujuannya tersebut suatu perangkat lunak akan dirancang menjadi suatu susunan logika, yang kemudian diolah hingga perangkat lunak tersebut dapat dioperasikan dengan baik dan benar. Seiring dengan kemajuan teknologi yang kian meningkat, bahasa pemrograman yang digunakan dalam pembuatan perangkat lunak pun Widya Handayani, Analisis Geometrik Landasan Pacu. 22
17 semakin berkembang, salah satu diantaranya adalah Microsoft Visual Basic 6.0. Pada dasarnya bahasa pemrograman Microsoft Visual Basic adalah bahasa pemrograman yang dikembangkan oleh Microsoft sejak tahun 1991 merupakan salah satu bahasa pemrograman pada komputer yang dapat dirancang untuk melakukan tugas tugas tertentu sesuai dengan kapasitasnya. Sehingga dalam penyusunan tugas akhir ini, proses perencanaan geometrik landasan pacu dapat dibantu kemudahannya jika dibuatkan suatu program perhitungan dalam bentuk perangkat lunak dengan menggunakan bahasa pemrograman Microsoft Visual Basic 6.0. Alasan dari pemilihan bahasa pemrograman Microsoft Visual Basic 6.0 ini tentunya dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh bahasa pemrograman Microsoft Visual Basic 6.0. Microsoft Visual Basic 6.0 mempunyai banyak kelebihan dibandingkan perangkat lunak atau bahasa pemograman lainnya, diantara kelebihan dari Microsoft Visual Basic 6.0 adalah, sebagai berikut : a. Kurva pembelajaran dan pengembangan yang lebih singkat dibandingkan bahasa pemrograman yang lain. b. Cocok digunakan untuk mengembangkan aplikasi atau program. c. Digunakan oleh hampir microsoft office sebagai bahasa macro dan segera akan diikuti oleh yang lainnya. d. Tampilan perangkat lunak dapat didesain sedemikian rupa, sehingga pengguna dapat menggunakan perangkat lunak ini dengan mudah. e. Dapat di-integrasikan dengan internet, baik itu pada sisi client maupun pada sisi server. f. Dapat menjalankan server tersebut dari mesin yang sama atau bahkan dari mesin atau komputer yang lain. Widya Handayani, Analisis Geometrik Landasan Pacu. 23
18 g. Ketika melakukan instalasi program lain yang mendukung penggunaannya dalam Microsoft Visual Basic, maka komponen dari program tersebut bisa di masukkan dalam daftar komponen Microsoft Visual Basic. h. Ketika melakukan kesalahan penulisan kode, secara otomatis membetulkannya. Namun dari segala kelebihan yang dimiliki bahasa pemrograman Microsoft Visual Basic, ada juga kekurangan yang dimiliki oleh Microsoft Visual Basic, diantaranya adalah file Microsoft Visual Basic sering menjadi target serangan virus, dan tidak dapat dilakukan penyimpanan data pada pemrograman ini Analytical Hierarchy Process Disebutkan oleh Syaifullah pada tahun 2010 Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki. hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompokkelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis. AHP sering digunakan sebagai metode pemecahan masalah dibanding dengan metode yang lain karena alasan-alasan sebagai berikut : Widya Handayani, Analisis Geometrik Landasan Pacu. 24
19 Bobot/ Nilai 1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuesi dari kriteria yang dipilih, sampai pada subkriteria yang paling dalam. 2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan. 3. Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan. Layaknya sebuah metode analisis, AHP pun memiliki kelebihan dan kelemahan dalam system analisisnya. Kelebihan-kelebihan analisis ini adalah AHP membuat permasalahan yang luas dan tidak terstruktur menjadi suatu model yang fleksibel dan mudah dipahami, selain itu AHP menyediakan skala pengukuran dan metode untuk mendapatkan prioritas, sedangkan kelemahannya adalah ketergantungan model AHP pada input utamanya. Input utama ini berupa persepsi seorang ahli sehingga dalam hal ini melibatkan subyektifitas sang ahli selain itu juga model menjadi tidak berarti jika ahli tersebut memberikan penilaian yang keliru. Berikut ini adalah standar penilaian AHP. Tabel 2.10 Standar Penilaian untuk Metode Pembobotan Definisi 1 mempunyai tingkat kepentingan yang sama dengan kondisi standar/pembanding 2 Jika ada keraguan antara skala 1 dan 3 3 sedikit lebih penting dibanding dengan kondisi standar/pembanding 4 Jika ada keraguan antara skala 3 dan 5 5 cukup penting dibanding dengan kondisi standar/pembanding 6 Jika ada keraguan antara skala 5 dan 7 7 penting dibanding dengan kondisi standar/pembanding 8 Jika ada keraguan antara skala 7 dan 9 9 sangat penting (ekstrim) dibanding dengan kondisi standar/pembanding Sumber : Analytic Hierarchy Process, 2003(Jennifer McBride) Widya Handayani, Analisis Geometrik Landasan Pacu. 25
BAB III LANDASAN TEORI. A. Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan/ Perancangan Landasan pacu pada Bandar Udara
15 BAB III LANDASAN TEORI A. Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan/ Perancangan Landasan pacu pada Bandar Udara Menurut Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara dengan nomor SKEP/161/IX/03 tanggal 3 September
Lebih terperinciRunway Koreksi Panjang Runway Windrose Runway Strip RESA LDA, TORA, ASDA, TODA Take Off Distance
Pelabuhan Udara Gibraltar Airport Dr. Gito Sugiyanto, S.T., M.T. Desain Fasilitas Sisi Udara Sistem Bandar Udara ARFL dan ARC Runway Koreksi Panjang Runway Windrose Runway Strip RESA LDA, TORA, ASDA, TODA
Lebih terperinciBAB V ANALISA KEBUTUHAN RUANG BANDARA PADA TAHUN RENCANA
57 BAB V ANALISA KEBUTUHAN RUANG BANDARA PADA TAHUN RENCANA 5.1. TINJAUAN UMUM Pada bab sebelumnya telah dibahas evaluasi dan analisis kondisi eksisting Bandara Babullah sesuai dengan tipe pesawat yang
Lebih terperinciPhysical Characteristics of Aerodromes
Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University Physical Characteristics of Aerodromes Nursyamsu Hidayat, Ph.D. 2 Aerodrome Reference Code Digunakan oleh ICAO untuk membaca hubungan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Spesifikasi Bandara Radin Inten II
35 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Spesifikasi Bandara Radin Inten II Bandar Udara Radin Inten II adalah bandara berkelas umum yang penerbangannya hanya domestik. Bandara ini terletak di kecamatan Natar,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PP RI No.70 Tahun 2001 tentang Kebandar udaraan, Pasal 1 Ayat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Bandar Udara Menurut PP RI No.70 Tahun 2001 tentang Kebandar udaraan, Pasal 1 Ayat 1, bandar udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan lepas
Lebih terperinci6.4. Runway End Safety Area (RESA)
b. Dalam jarak 60 m dari garis tengah precision approach runway kategori I, dengan nomor kode 3 atau 4; atau c. Dalam jarak 45 m dari garis tengah dari sebuah precision approach runway kategori I, dengan
Lebih terperinciPerencanaan Sisi Udara Pengembangan Bandara Internasional Juanda Surabaya
Perencanaan Sisi Udara Pengembangan Bandara Internasional Juanda Surabaya oleh : Yoanita Eka Rahayu 3112040611 LATAR BELAKANG Saat ini masyarakat cenderung menginginkan sarana transportasi yang cepat dan
Lebih terperinciDosen Pembimbing. Mahasiswa. Ir. Hera Widyastuti, MT. PhD. Sheellfia Juni Permana TUGAS AKHIR ( RC )
TUGAS AKHIR ( RC09 1380 ) Dosen Pembimbing Ir. Hera Widyastuti, MT. PhD Mahasiswa Sheellfia Juni Permana 3110 106 036 JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. penumpang menunggu. Berikut adalah beberapa bagian penting bandar udara.
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bandar Udara Menurut Horonjeff dan McKelvey (1993), bandar udara adalah tempat pesawat terbang mendarat dan tinggal di landasan, dengan bangunan tempat penumpang menunggu.
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. terbang. Panjang runway utama ditentukan oleh pesawat yang memiliki maximum
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Runway digunakan untuk kegiatan mendarat dan tinggal landas pesawat terbang. Panjang runway utama ditentukan oleh pesawat yang memiliki maximum take off weight terbesar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. strategis sehingga memiliki pengaruh positif dalam berbagai bidang. Moda
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang letaknya sangat strategis sehingga memiliki pengaruh positif dalam berbagai bidang. Moda transportasi udara saat ini
Lebih terperinci( LAPANGAN TERBANG ) : Perencanaan Lapangan Terbang
LESSON - 3 ( LAPANGAN TERBANG ) Materi : Perencanaan Lapangan Terbang Buku Referensi : Perencanaan dan Perancangan Bandar Udara, Jilid 1 dan 2, Horonjeff, R. & McKelvey, FX. Merancang, Merencana Lapangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1986), Bandar Udara adalah. operator pelayanan penerbangan maupun bagi penggunanya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bandar Udara Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1986), Bandar Udara adalah Sebuah fasilitas tempat pesawat terbang dapat lepas landas dan mendarat. Bandar Udara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bandar Udara Menurut Horonjeff dan McKelvey (1993), bandar udara adalah tempat pesawat terbang mendarat dan tinggal di landasan, dengan bangunan tempat penumpang menunggu.
Lebih terperinciPERENCANAAN BANDAR UDARA. Page 1
PERENCANAAN BANDAR UDARA Page 1 SISTEM PENERBANGAN Page 2 Sistem bandar udara terbagi menjadi dua yaitu land side dan air side. Sistem bandar udara dari sisi darat terdiri dari sistem jalan penghubung
Lebih terperinciPerhitungan panjang landasan menurut petunjuk dari. persyaratan yang ditetapkan FAA, dengan pesawat rencana:
BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1. ANALISA PANJANG LANDASAN Perhitungan panjang landasan menurut petunjuk dari advisory circular AC: 150/ 5325-4A dated 1/ 29/ 90, persyaratan yang ditetapkan FAA, dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor:
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konfigurasi Bandar Udara 2.1.1 Definisi Menurut peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: SKEP/161/IX/2003, Bandar udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ditentukan pada Bandar Udara Husein Sastranegara terletak Jalan Pajajaran No.156 Bandung, Propinsi Jawa Barat. Bandara ini berada di
Lebih terperinciBagian 4 P ERENCANAAN P ANJANG L ANDAS P ACU DAN G EOMETRIK LANDING AREA
Bagian 4 P ERENCANAAN P ANJANG L ANDAS P ACU DAN G EOMETRIK LANDING AREA Bab 4 Perencanaan Panjang Landas Pacu dan Geometrik Landing Area 4-2 Tujuan Perkuliahan Materi Bagian 4 Tujuan Instruksional Umum
Lebih terperinciEVALUASI TAHAPAN PENGEMBANGAN FASILITAS SISI UDARA BANDARA TEBELIAN SINTANG
EVALUASI TAHAPAN PENGEMBANGAN FASILITAS SISI UDARA BANDARA TEBELIAN SINTANG Reza Fitriansyah 1) Komala Erwan 2) Said, 2) Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tanjungpura Pontianak Jalan Prof. Dr. Hadari Nawawi
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bandar Udara dan Sistem Lapangan Terbang... Bandar udara Menurut PP RI NO 70 Tahun 00 Tentang Kebandarudaraan Pasal Ayat, bandar udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA I. UMUM Kegiatan penerbangan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Pulau Jawa yang memiliki potensi sumber daya alam dan buatan yang berkualitas, kualitas sumber daya manusia yang
Lebih terperinci2016, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8
No.1031, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. IMB. Bandar Udara. Pemberian dan Persetujuan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 87 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan akan bersifat melanjutkan, meningkatkan dan memperluas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam periode pembangunan nasional jangka panjang, kegiatan pembangunan akan bersifat melanjutkan, meningkatkan dan memperluas pembangunan yang telah dilaksanakan
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : runway, taxiway dan apron I. PENDAHULUAN
ABSTRAK Kabupaten Tana Toraja di dalam tatanan regional dan nasional adalah sebagai wilayah tujuan wisata nasional dan internasional, sehingga pembangunan dan pengembangan sistem transportasi sangat dibutuhkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Perkembangan teknologi di bidang transportasi semakin berkembang. Hal ini dikarenakan banyaknya aktivitas masyarakat dalam melakukan hubun
PERENCANAAN RUNWAY, TAXIWAY DAN APRON UNTUK PESAWAT TIPE B 737-900 ER PADA BANDARA SULTAN BABULLAH TERNATE 1 Herckia Pratama Daniel 2 Jennie Kusumaningrum, ST., MT. Email : 1 herckia_pratama.d@studentsite.gunadarma.ac.id
Lebih terperinciBAB IV EVALUASI DAN ANALISA KONDISI EKSISTING
38 BAB IV EVALUASI DAN ANALISA KONDISI EKSISTING 4.1. Tinjauan Umum Pada bab ini diuraikan tentang kondisi eksisting Bandar Udara Babullah Ternate. Dengan uraian kondisi eksisiting terlebih dahulu yang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Provinsi Jawa Barat (Jabar), dengan wilayah daratan seluas 3.709.528,44 Ha dan jumlah penduduk 35,72 juta jiwa (Sensus Penduduk 2000) memiliki potensi sumber daya alam
Lebih terperinciPA U PESAW PESA AT A T TER
PERENCANAAN PANJANG LANDAS PACU PESAWAT TERBANG Didalam merencanakan panjang landas pacu, dipakai suatu standar yang disebut Aeroplane Reference Field Length (ARFL) Menurut ICAO (International Civil Aviation
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian sebagai pendorong, penggerak kemajuan suatu wilayah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi sangat diperlukan bagi kehidupan manusia untuk memenuhi kebutuhannya, transportasi juga merupakan sarana yang sangat penting dalam memperlancar
Lebih terperinciStandar dan Regulasi terkait Perencanaan, Perancangan, Pembangunan, dan Pengoperasian Bandar Udara Juli 28, 2011
Standar dan Regulasi terkait Perencanaan, Perancangan, Pembangunan, dan Pengoperasian Bandar Udara Juli 28, 2011 Posted by jjwidiasta in Airport Planning and Engineering. Standar dan regulasi terkait dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bandara Internasional Minangkabau yang terletak 23 km dari pusat Kota
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Bandara Internasional Minangkabau yang terletak 23 km dari pusat Kota Padang, yang menempati lahan seluas ± 427 hektare merupakan pintu gerbang utama Provinsi Sumatera
Lebih terperinciPERENCANAAN PENGEMBANGAN BANDAR UDARA (STUDI KASUS: BANDAR UDARA SEPINGGAN BALIKPAPAN)
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.4, Maret 2013 (270275) ISSN: 23376732 PERENCANAAN PENGEMBANGAN BANDAR UDARA (STUDI KASUS: BANDAR UDARA SEPINGGAN BALIKPAPAN) Felicia Geiby Dondokambey A. L. E. Rumayar, M.
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN I. UMUM Bandar udara sebagai satu unsur dalam penyelenggaraan penerbangan memiliki peranan yang sangat
Lebih terperinciPERTEMUAN KE - 1 PENGENALAN
PERTEMUAN KE - 1 PENGENALAN 1. Tujuan Perencanaan Sistem Bandara (Airport System), adalah : a. Untuk memenuhi kebutuhan penerbangan masa kini dan mendatang dalam mengembangkan pola pertumbuhan wilayah
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1331,2014 KEMENHUB. Organisasi. Kantor Unit Penyelenggara. Bandar Udara. Kriteria. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 39 TAHUN 2014 TENTANG KRITERIA
Lebih terperincitanpa persetujuan khusus Ditjen Hubud.
bandar udara Hubud. tanpa persetujuan khusus Ditjen 7.1.3.2. Peralatan dan instalasi yang dibutuhkan untuk tujuan navigasi penerbangan harus mempunyai massa dan ketinggian minimum yang dapat dipraktekkan,
Lebih terperinciPENGARUH LINGKUNGAN LAPANGAN TERBANG PADA PERENCANAAN PANJANG LANDASAN DENGAN STANDAR A.R.F.L. Oleh : Dwi Sri Wiyanti. Abstract
PENGARUH LINGKUNGAN LAPANGAN TERBANG PADA PERENCANAAN PANJANG LANDASAN DENGAN STANDAR A.R.F.L. Oleh : Dwi Sri Wiyanti Abstract In planning a new airport or developing an airport to an internasional airport,
Lebih terperinciBandara Sultan Syarif Kasim II
Bandara Sultan Syarif Kasim II IATA : PKU ICAO : WIBB Province : RIAU Address : Jl. Perhubungan Udara, Kec. Pekanbaru Kota, Kota Pekanbaru, Riau. Telephone : +62 761 674694, 674816, 674826, 674792 Fax
Lebih terperinci1.1. Latar Belakang Masalah 1
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR INTISARI DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN i ii iii - iv v vi - vii viii ix x BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang Masalah
Lebih terperinciBandara Muko-muko. Hajj Airport : Tidak
Bandara Muko-muko IATA ICAO Province Address : MPC : WIPU : BENGKULU : Jl. Sudirman, Kel. Bandar Ratu, Kec. Mukomuko Utara, Kab. Muko Muko, Bengkulu, 38765 Telephone : +62 737 71632 Fax : +62 737 71632
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI 3.1. TINJAUAN UMUM
33 BAB III METODOLOGI 3.1. TINJAUAN UMUM Tahap tahap persiapan yang dilakukan dalam pengumpulan data dan penyusunan Tugas Akhir ini adalah : Membuat flowchart penyusunan Tugas akhir. Membuat proposal penelitian
Lebih terperinci: Jl. Soekarno Hatta, Kel. Eka Jaya, Kec. Jambi Selatan, Kota Jambi, Jambi, Telephone : Fax: Telex : - -
Bandara Sultan Thaha, Jambi IATA ICAO Province Address : DJB : WIPA : JAMBI : Jl. Soekarno Hatta, Kel. Eka Jaya, Kec. Jambi Selatan, Kota Jambi, Jambi, 36139 Telephone : +62 741 572344 Fax: +62 741 572244
Lebih terperinciBandara Sam Ratulangi
Bandara Sam Ratulangi IATA ICAO Province Address : MDC : WAMM : SULAWESI UTARA : JL. AA. Maramis, Kel. Paniki Bawah, Kec. Mapanget, Kota Manado, Sulawesi Utara, 95256 Telephone : +62 (0431) 8111449, 814320
Lebih terperinciBandara Fatmawati Soekarno
Bandara Fatmawati Soekarno IATA : BKS ICAO : WIPL Province : BENGKULU Address : Jl. Raya Padang Kemiling KM.14 Pekan Sabtu, Kel. Pekan Sabtu, Kec. Selebar, Kota Bengkulu, Bengkulu, 38213 Telephone : +62
Lebih terperinciMenimbang : a. bahwa ketentuan mengenai angkutan udara perintis. Penyelenggaraan Angkutan Udara Perintis;
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR :...KP.143..TAHUN. 2016. TENTANG VERIFIKASI OPERASIONAL BANDAR UDARA UNTUK ANGKUTAN UDARA
Lebih terperinci: Jl. Kalimarau, Kel. Teluk Bayur, Kec. Teluk Bayur, Kab. Berau, Kalimantan Timur, 77315
Bandara Kalimarau IATA ICAO Province Address Telephone : 0554-2027471 Fax : 0554-2027472 : BEJ : WALK : KALIMANTAN TIMUR : Jl. Kalimarau, Kel. Teluk Bayur, Kec. Teluk Bayur, Kab. Berau, Kalimantan Timur,
Lebih terperinciBandara Frans Kaisiepo
Bandara Frans Kaisiepo IATA ICAO Province Address : BIK : WABB : PAPUA : Jl. Moh. Yamin, Kel. Mandala, Kec. Biak Kota, Kab. Biak Numfor, Papua, 98111 Telephone : +62 981-22555, 21855 Fax : +62 981-22106
Lebih terperinciBandara Supadio. -
Bandara Supadio IATA : PNK ICAO : WIOO Province : Kalimantan Barat Address : Bandara Supadio, Kel. Rasau Jaya I (Satu), Kec. Rasau Jaya, Kab. Kubu Raya, Kalimantan Barat, 78381 Telephone : +62 560 721560
Lebih terperinci: Jalan Soekarno Hatta (Bukit Jin), Dumai, Riau 28825, Indonesia. Telephone : - Fax : - Telex : - -
Bandara Pinang Kampai IATA : DUM ICAO : WIBD Province : RIAU Address : Jalan Soekarno Hatta (Bukit Jin), Dumai, Riau 28825, Indonesia. Telephone : - Fax : - Telex : - Email : - Sumber: maps.google.com
Lebih terperinciPendahuluan. Bab 1 Pendahuluan
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Provinsi Jawa Barat (Jabar), dengan wilayah daratan seluas 3,709,528.44 Ha dan jumlah penduduk 35.72 juta jiwa (Sensus Penduduk 2000) memiliki potensi sumber daya alam
Lebih terperinciHALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR ANALISA DAN PERENCANAAN LANDSIDE BANDAR UDARA WIRASABA PURBALINGGA. Disusun Oleh :
HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR ANALISA DAN PERENCANAAN LANDSIDE BANDAR UDARA WIRASABA PURBALINGGA Disusun Oleh : MARIA ULFAH NURINA NIM. L2A 301 028 YOGA UTAMA NIM. L2A 301 044 Semarang, Nopember 2007
Lebih terperinciBandara Sultan Hasanuddin
Bandara Sultan Hasanuddin IATA ICAO Province Address : UPG : WAAA : SULAWESI SELATAN : Jl. Bandar Udara Hasanuddin, Kel. Hasanuddin, Kec. Mandai, Kab. Maros, Sulawesi Selatan, 90552 Telephone : +62 (411)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan runway baru yang lokasinya paralel runway eksisting
BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Akibat kondisi kegiatan take - off dan landing pesawat yang begitu padat pada jam - jam sibuk, maka pengelola bandara perlu mempertimbangkan pengembangan fasilitas
Lebih terperinciBandara Aek Godang. Hajj Airport : Tidak
Bandara Aek Godang IATA : AEG ICAO : WIME Province : SUMATERA UTARA Address : Jl. Lintas Sibuhan, KM. 1,5, Kel. Janji Manahan, Kec. Batang Onang, Kab. Padang Lawas Utara, Sumatera Utara, 22762 Telephone
Lebih terperinci: Jl. Garuda Singkep, Kel. Dabo, Kec. Singkep, Kab. Lingga, Kepulauan Riau, Telephone : Fax : Telex : - -
Bandara Dabo IATA ICAO Province Address : SIG : WIDS : KEPULAUAN RIAU : Jl. Garuda Singkep, Kel. Dabo, Kec. Singkep, Kab. Lingga, Kepulauan Riau, 29871 Telephone : +62 776 21273 Fax : +62 776 21273 Telex
Lebih terperinci: Jl. Pipit No. 22, Kel. Sei/Sungai Pinang Dalam, Kec. Samarinda Utara, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, 75117
Bandara Temindung IATA ICAO Province Address Telephone : +62 541 742885 Fax : +62 541 743786 Telex : - Email : - : SRI : WRLS : KALIMANTAN TIMUR : Jl. Pipit No. 22, Kel. Sei/Sungai Pinang Dalam, Kec. Samarinda
Lebih terperinci: KALIMANTAN SELATAN : Jl. Angkasa, Kel. Landasan Ulin Timur, Kec. Landasan Ulin, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan, 70724
Bandara Syamsudin Noor IATA ICAO Province Address Telephone : +62 (0511) 705277 Fax : +62 (0511) 705251 Telex : - Email : - : BDJ : WAOO : KALIMANTAN SELATAN : Jl. Angkasa, Kel. Landasan Ulin Timur, Kec.
Lebih terperinci: Kel. Ranai Kota, Kec. Bunguran Timur, Kab. Natuna, Kepulauan Riau, Telephone : - Fax : - Telex : - -
Bandara Ranai IATA ICAO Province Address : NTX :WION : KEPULAUAN RIAU : Kel. Ranai Kota, Kec. Bunguran Timur, Kab. Natuna, Kepulauan Riau, 29783 Telephone : - Fax : - Telex : - Email : - Sumber: maps.google.com
Lebih terperinciANALISA PENGEMBANGAN RUNWAY END SAFETY AREA (RESA) PADA RUNWAY BANDARA INTERNASIONAL ADISUTJIPTO YOGYAKARTA
ANALISA PENGEMBANGAN RUNWAY END SAFETY AREA (RESA) PADA RUNWAY BANDARA INTERNASIONAL ADISUTJIPTO YOGYAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Strata I Disusun oleh : Rifqi
Lebih terperinciBandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman (Sepinggan)
Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman (Sepinggan) IATA ICAO Province Address : BPN : WALL : KALIMANTAN TIMUR : Jl. Marsma. R. Iswahyudi, Kel. Sepinggan, Kec. Balikpapan Selatan, Kota Balikpapan, Kalimantan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengadakan transportasi udara adalah tersedianya Bandar Udara (Airport)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi udara sangat efektif digunakan untuk membawa penumpang dengan jarak yang jauh dan dapat mempercepat waktu tempuh dibandingkan transportasi darat dan laut.
Lebih terperinciBandara Binaka. Hajj Airport : Tidak
Bandara Binaka IATA ICAO Province Address : GNS : WIMB : SUMATERA UTARA : Jl. Pelabuhan Udara Binaka, KM. 19,5, Kel. Binaka, Kec. Gunungsitoli Idanoi, Kota Gunungsitoli, Sumatera Utara, 22871 Telephone
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Kebandarudaraan. Nasional. Tatanan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM 69 TAHUN 2013 TENTANG TATANAN KEBANDARUDARAAN NASIONAL
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1306, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Pesawat Udara. Rusak. Bandar Udara. Pemindahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM.128 TAHUN 2015 TENTANG PEMINDAHAN PESAWAT
Lebih terperinciTUGAS Topik Khusus Transportasi BANDAR UDARA
BANDAR UDARA Pengertian Bandar Udara Adapun pengertian Bandar udara menurut beberapa sumber adalah sebagai berikut: Menurut International Civil Aviation Organization, bandar udara adalah area tertentu
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN PERANCANGAN
BAB V ANALISIS DAN PERANCANGAN 5.1. Kondisi Eksisting Bandar udara Domine Eduard Osok adalah bandar udara terbesar di daerah Semenanjung Kepala Burung Pulau Papua. Bandara ini dibangun pada tahun 2002
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Bandar Udara
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Bandar Udara Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional, Bandar Udara adalah kawasan di daratan atau perairan dengan
Lebih terperinciBandara Haluoleo. Hajj Airport : Tidak. Operation Hour : 07:00-20:00 WITA. Sumber: maps.google.com
Bandara Haluoleo IATA ICAO Province Address : KDI : WAWW : SULAWESI TENGGARA : Jl. Bandara WMI, Kendari, Kel. Ambaipua, Kec. Ranomeeto, Kab. Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, 93871 Telephone : +62 401-3121980,
Lebih terperinciJurusan Teknik Sipil dan Lingkungan - Universitas Gadjah Mada. Pertemuan Kesembilan TRANSPORTASI UDARA
Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan - Universitas Gadjah Mada Pertemuan Kesembilan TRANSPORTASI UDARA Transportasi udara dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok: 1. Penerbangan domestik 2. Penerbangan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan
Lebih terperinciCode Letter Minimum Clearance
Gambar 6.2-2:Perkerasan yang dibutuhkan untuk melakukan perputaran 180 derajat penuh pesawat udara Code Letter "A" 6.2.4.3. Jika sebuah turn pad untuk pesawat udara tersedia di sembarang titik pada sebuah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Bandar Udara dan Sistem Lapangan Terbang. Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation Organization):
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bandar Udara dan Sistem Lapangan Terbang 2.1.1. Bandar udara Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation Organization): Bandar udara adalah area tertentu di daratan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Dalam diagram alir, proses perencanaan geometrik akan dilakukan seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.1.
BAB III METODOLOGI 3.1 PERENCANAAN GEOMETRIK Urutan langkah pekerjaan dalam perencanaan geometrik adalah: 1. Penentuan arah orientasi runway, yaitu: a. Review arah dan kecepatan angin b. Pembuatan wind
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bandar Udara Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 56 tahun 2015 tentang kegiatan pengusahaan di bandar udara ; 1. kebandarudaraan adalah
Lebih terperinciBandara Silangit. Hajj Airport : Tidak
Bandara Silangit IATA ICAO Province Address : SQT : WIMN : SUMATERA UTARA : Jl. Simp Muara No 1, Kec. Siborong-Borong, Kab. Tapanuli Utara, Sumatera Utara, - Telephone : +62 633 41921, 41920 Fax : (0633)
Lebih terperinciBandara Pasir Pangaraian
Bandara Pasir Pangaraian IATA : PPR ICAO : WIDE Province : RIAU Address : Jl. Diponegoro KM 12 Pasir Pangaraian, Kel. Rambah Samo, Kec. Rambah Samo, Kab. Rokan Hulu, Riau, 28565 Telephone : - Fax: - Telex
Lebih terperinciANALISIS PENINGKATAN LANDASAN PACU (RUNWAY) BANDAR UDARA PINANG KAMPAI-DUMAI
ANALISIS PENINGKATAN LANDASAN PACU (RUNWAY) BANDAR UDARA PINANG KAMPAI-DUMAI Irvan Ramadhan, ST Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Sekolah Tinggi Teknologi Dumai Muhammad Idham, ST, M.Sc Anton Budi Dharma,
Lebih terperinci1. Pertimbangan penentuan lokasi Bandar udara. IZIN PENETAPAN LOKASI BANDAR UDARA Perizinan Direktorat Bandar Udara Dasar Hukum :
1. Pertimbangan penentuan lokasi Bandar udara IZIN PENETAPAN LOKASI BANDAR UDARA Perizinan Direktorat Bandar Udara Dasar Hukum : 1. Undang-Undang nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan; 2. Peraturan Pemerintah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bandar Udara Menurut Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2012 Tentang Pembangunan dan pelestarian lingkungan hidup bandar udara, 1. kebandarudaraan
Lebih terperinciKonsep Dasar Demand Study Masterplan Karakteristik Sarana Prasarana (Fasilitas) Bandara. Sisi Darat Sisi Udara Struktur Perkerasan
Pelabuhan Udara Dr. Gito Sugiyanto, S.T., M.T. Materi Perkuliahan Konsep Dasar Demand Study Masterplan Karakteristik Sarana Prasarana (Fasilitas) Bandara Sisi Darat Sisi Udara Struktur Perkerasan Evaluasi
Lebih terperinciJurnal Penelitian Perhubungan Udara WARTA ARDHIA
Jurnal Penelitian Perhubungan Udara WARTA ARDHIA Perhitungan Panjang Landas Pacu Untuk Operasi Pesawat Udara The Measurement Of Runway Length For Aircraft Operations Yati Nurhayati Peneliti Pusat Penelitian
Lebih terperinciBandara Radin Inten II, Bandar Lampung. Address : Kota Bandar Lampung, Lampung, - Telephone : - Fax : - Telex : - -
Bandara Radin Inten II, Bandar Lampung IATA : TGK ICAO : WICT Province : LAMPUNG Address : Kota Bandar Lampung, Lampung, - Telephone : - Fax : - Telex : - Email : - Sumber: maps.google.com General Info
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No. 697, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Bandar Udara. Ketersediaan Waktu Terbang. Alokasi. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 57 TAHUN 2016 TENTANG
Lebih terperinciGambar 7.2-5: Zona Bebas Obstacle (Obstacle Free Zone)
7.2.2.7. Zona Bebas Obstacle Permukaan inner approach, inner tranisitional dan balked landing, ketiganya mendefinsikan volume ruang udara di sekitar precision approach runway, yang dikenal sebagai zona
Lebih terperinciPeraturan Pemerintah No. 71 Tahun 1996 Tentang : Kebandarudaraan
Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 1996 Tentang : Kebandarudaraan Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 71 TAHUN 1996 (71/1996) Tanggal : 4 DESEMBER 1996 (JAKARTA) Sumber : LN 1996/108; TLN NO.3662
Lebih terperinciICAO (International Civil Aviation Organization)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk menganalisis daerah pendaratan pada bandar udara Adisucipto menggunakan peraturan yang telah ditetapkan oleh ICAO maupun FAA ICAO (International Civil Aviation Organization)
Lebih terperinciVariabel-variabel Pesawat
Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University Impact of Aircraft Characteristics on Airport Design Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Variabel-variabel Pesawat Berat (weight) diperlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kedaulatan yang ditetapkan oleh Undang-Undang. Berdasarkan letak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan berciri nusantara yang disatukan oleh perairan, darat dan udara dengan batas-batas, hak-hak dan kedaulatan yang ditetapkan oleh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bandar Udara Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2012 Tentang Pembangunan dan Pelestarian Lingkungan Hidup Bandar Udara, 1. Kebandarudaraan
Lebih terperinciKriteria penempatan pemancar sinyal ke segala arah berfrekuensi amat tinggi (VHF Omnidirectional Range / VOR)
Standar Nasional Indonesia Kriteria penempatan pemancar sinyal ke segala arah berfrekuensi amat tinggi (VHF Omnidirectional Range / VOR) ICS 30.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. jenis data yang diperlukan untuk menunjang proses penelitian, untuk kemudian diolah
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian dimulai dengan mengumpulkan data-data yang diperlukan, yaitu segala jenis data yang diperlukan untuk menunjang proses penelitian, untuk
Lebih terperinci