BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
|
|
- Suryadi Sudirman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 68 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden Penelitian Demografi responden penelitian dapat lihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut : Tabel 4.1 Distribusi Umur mahasiswi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga (n=357) Variabel Mean SD Minimal Maksimal Umur 19,980 1,50 18 tahun 24 tahun Berdasarkan Tabel 4.1, dapat dilihat bahwa rata-rata umur responden penelitian adalah 19,98 tahun (SD = 1,50). Umur termuda responden penelitian adalah 18 tahun dan tertua 24 tahun. Gambar 4.1 Demografi Responden Penelitian Secara Umum (n=357) JUMLAH tahun tahun 20 tahun tahun 22 tahun tahun 24 tahun Berdasarkan gambar 4.1 dapat dilihat bahwa mayoritas responden penelitian berumur 19 tahun. 68
2 Hasil Penelitian Analisis Univariat Analisis univariat ini digunakan untuk memberikan gambaran tiap variabel secara tersendiri, yaitu gambaran tentang pengaruh orang tua, pengaruh teman, pengaruh iklan, kepribadian dan perilaku merokok mahasiswi di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Pengaruh Orang Tua Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pengaruh Orang Tua Mahasiswi di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga (n=357) Pengaruh orang tua Frekuensi Prosentase (f) (%) Mendukung Tidak mendukung ,1 68,9 Jumlah ,0 Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan pengaruh orang tua dalam kategori tidak mendukung, yaitu sejumlah 246 dari 357 responden (68,9%), Pengaruh Teman Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pengaruh Teman Mahasiswi di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga (n=357) Pengaruh teman Frekuensi Prosentase (f) (%) Mendukung Tidak mendukung ,6 73,4 Jumlah ,0 Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan pengaruh
3 70 teman dalam kategori tidak mendukung, yaitu sejumlah 262 dari 357 responden (73,4%) Pengaruh Iklan Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Iklan Rokok di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga (n=357) Iklan Frekuensi Prosentase (f) (%) Kuat Tidak kuat ,8 69,2 Jumlah ,0 Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa lebih dari tiga perempat responden menyatakan pengaruh iklan rokok dalam kategori tidak kuat, yaitu sejumlah 247 dari 357 responden (69,2%) Kepribadian Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Keperibadian Mahasiswi di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga (n=357) Kepribadian Frekuensi Prosentase (f) (%) Baik Tidak baik ,7 77,3 Jumlah ,0 Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan bahwa lebih dari tiga perempat responden mempunyai kepribadian tidak baik, yaitu sejumlah 276 dari 357 responden (77,3%).
4 Perilaku Merokok Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Perilaku Merokok Mahasiswi di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga (n=357) Perilaku merokok Frekuensi (f) Tidak merokok ,1 Merokok ringan 40 11,2 Merokok sedang 57 16,0 Merokok berat 24 6,7 Jumlah ,0 Prosentase (%) Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai perilaku merokok dalam tidak merokok, yaitu sejumlah 236 dari 357 responden (66,1%) Analisis Bivariat Analisis bivariat ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok mahasiswi di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Untuk menguji pengaruh ini digunakan uji chi square, dimana hasilnya disajikan pada tabel berikut ini Hubungan Pengaruh Orang Tua dengan Perilaku Merokok Data hasil tabulasi silang antara variabel pengaruh orang tua sebagai variabel bebas dan perilaku merokok sebagai variabel terikat. Tabel 4.7 di bawah ini menunjukkan data hasil tabulasi silang hubungan pengaruh orang tua dengan perilaku merokok Mahasiswi di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
5 72 Tabel 4.7 Hubungan Pengaruh Orang Tua dengan Perilaku Merokok Mahasiswi di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga (n=357) Pengaruh orang tua Tidak merokok Merokok ringan Perilaku merokok Merokok sedang Merok ok berat Total X 2 P value f % f % f % f % f % 82 23,0 14 3,9 12 3,4 3 0, ,1 8,309 0,040 Tidak Mendukung Mendukung ,1 26 7, ,6 21 5, ,9 Jumlah , , ,0 24 6, ,0 α = 0,05 Berdasarkan Tabel 4.7 yang menunjukkan hasil analisis hubungan pengaruh orang tua dengan perilaku merokok diperoleh bahwa sebanyak 154 (43,1%) orang tua yang mendukung responden merokok terlihat responden tidak merokok. sementara orang tua yang tidak mendukung hanya 82 responden (23,0%) dengan responden tidak merokok. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value sebesar 0,040 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan pengaruh orang tua dengan perilaku merokok. Hasil analisis chi square diperoleh X 2 sebesar 8,309 artinya ada hubungan pengaruh orang tua dengan perilaku merokok Hubungan Pengaruh Teman dengan Perilaku Merokok Data hasil tabulasi silang antara variabel pengaruh teman sebagai variabel bebas dan perilaku merokok sebagai variabel terikat. Tabel 4.8 di bawah ini menunjukkan data hasil tabulasi silang hubungan pengaruh teman dengan perilaku merokok
6 73 Mahasiswi di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Tabel 4.8 Hubungan Pengaruh Teman dengan Perilaku Merokok Mahasiswi di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga (n=357) Pengaruh teman Tidak merokok Merokok ringan Perilaku merokok Merokok sedang Merok ok berat Total X 2 P value f % f % f % f % f % 69 19,3 14 3,9 10 2,8 2 0, ,6 8,780 0,032 Tidak Mendukung Mendukung ,8 26 7, ,2 22 6, ,4 Jumlah , , ,0 24 6, ,0 α = 0,05 Berdasarkan Tabel 4.8 yang menunjukkan hasil analisis hubungan pengaruh teman dengan perilaku merokok diperoleh bahwa sebanyak 69 responden (19,3%) menyatakan pengaruh teman tidak mendukung perilaku merokok terlihat responden tidak merokok. Sedangkan sebanyak 167 responden (46,8%) menyatakan pengaruh teman yang mendukung perilaku merokok terlihat responden tidak merokok. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value sebesar 0,032 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan pengaruh teman dengan perilaku merokok. Hasil analisis chi square diperoleh nilai X 2 sebesar 8,780 artinya ada hubungan yang signifikan pengaruh teman dengan perilaku merokok Hubungan Iklan dengan Perilaku Merokok Data hasil tabulasi silang antara variabel iklan sebagai variabel bebas dan perilaku merokok sebagai variabel terikat. Tabel 4.9 di bawah ini
7 74 Iklan menunjukkan data hasil tabulasi silang hubungan pengaruh iklan dengan perilaku merokok Mahasiswi di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Tabel 4.9 Hubungan Iklan dengan Perilaku Merokok Mahasiswi di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga (n=357) Tidak merokok Merokok ringan Perilaku merokok Merokok sedang Merok ok berat Total X 2 P value f % f % f % f % f % Tidak kuat 78 21,8 19 5,3 5 1,4 8 2, ,8 18,84 0,000 Kuat ,3 21 5, ,6 16 4, ,2 Jumlah , , ,0 24 6, ,0 α = 0,05 Berdasarkan Tabel 4.9 yang menunjukkan hasil analisis hubungan iklan dengan perilaku merokok diperoleh bahwa sebanyak 78 responden (21,8%) menyatakan iklan dalam kategori tidak kuat terlihat responden tidak merokok. Sedangkan 158 responden (44,3%) menyatakan pengaruh iklan yang kuat terlihat responden tidak merokok. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value sebesar 0,000 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan iklan dengan perilaku merokok. Hasil analisis chi square diperoleh nilai X 2 sebesar 18,84 artinya ada hubungan yang signifikan iklan dengan perilaku merokok Hubungan Kepribadian dengan Perilaku Merokok Data hasil tabulasi silang antara variabel kepribadian sebagai variabel bebas dan perilaku merokok sebagai variabel terikat. Tabel 4.10 di bawah ini menunjukkan data hasil tabulasi silang hubungan kepribadian dengan perilaku merokok
8 75 Mahasiswi di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Tabel 4.10 Hubungan Kepribadian dengan Perilaku Merokok Mahasiswi di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga (n=357) Kepribadian Tidak merokok Merokok ringan Perilaku merokok Merokok sedang Merok ok berat Total X 2 P value f % f % f % f % f % Baik 53 14,8 8 2,2 15 4,2 5 1, ,7 0,647 0,886 Tidak baik ,3 32 9, ,8 19 5, ,3 Jumlah , , ,0 24 6, ,0 α = 0,05 Berdasarkan Tabel 4.10 yang menunjukkan hasil analisis hubungan kepribadian dengan perilaku merokok diperoleh bahwa sebanyak 53 responden (14,8%) mempunyai kepribadian baik terlihat responden tidak merokok. Sedangkan 183 responden (51,3%) mempunyai kepribadian tidak baik terlihat responden tidak merokok. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value sebesar 0,886 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan kepribadian dengan perilaku merokok Analisis Multivariat Tabel 4.11 Hasil analisis regresi logistik ganda pengaruh orang tua, teman. Iklan dan kepribadian terhadap perilaku merokok Koefisien regresi logistik Variabel B P OR (CI 95%) Umur 0,086 0,249 10,67 (0,249-0,225) Pengaruh 0,609 0,023-34,3 (0,023-0,035) orang tua Teman ,134-55,8 (0,134-0,197) Iklan ,421-52,4 (0,421-0,884)
9 76 Analisis regresi logistik ganda pengaruh orang tua, teman, iklan dan kepribadian terhadap perilaku merokok menunjukkan hasil pengaruh orang tua meningkatkan kemungkinan perilaku merokok pada mahasiswi sebanyak 32 kali lipat dibandingkan dengan bila tidak terdapat pengaruh teman (OR 1,839, Cl 95% 1,087 hingga 3,112). Variabel pengaruh teman, iklan dan kepribadian tidak mempengaruhi perilaku merokok pada mahasiswa. 4.3 Pembahasan Analisis Univariat Pengaruh Orang Tua Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan pengaruh orang tua dalam kategori mendukung, yaitu sejumlah 246 dari 357 responden (68,9%). Sedangkan responden yang menyatakan pengaruh orang tua dalam kategori tidak mendukung, yaitu sejumlah 111 dari 357 responden (31,1%). Hal tersebut menunjukkan sebagian besar responden menyatakan pengaruh orang tua dalam kategori mendukung. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anakanaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan pengertian orang tua di atas, tidak terlepas dari pengertian keluarga, karena orang tua merupakan bagian keluarga besar yang sebagian besar telah tergantikan oleh keluarga inti
10 77 yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. Dalam keluarga yang ideal (lengkap) maka ada dua individu yang memainkan peranan penting yaitu peran ayah dan peran ibu (Gunarsa dalam Soekanto, 2004). Orang tua memegang peranan utama dan pertama bagi kepribadian remaja karena mengasuh, membesarkan dan mendidik anak merupakan tugas mulia yang tidak lepas dari berbagai halangan dan tantangan. Dosen di kampus merupakan pendidik yang kedua setelah orang tua di rumah. Mahasiswi merupakan insan yang masih perlu dididik atau diasuh oleh orang yang lebih dewasa dalam hal ini adalah ayah dan ibu. Jika orang tua sebagai pendidik yang pertama dan utama ini tidak berhasil meletakan dasar kepribadian yang baik maka akan sangat berat untuk berharap kampus mampu membentuk mahasiswi mempunyai perilaku yang baik (Gunarsa dalam Soerjono Soekanto, 2004) Pengaruh teman Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden menyatakan pengaruh teman dalam kategori mendukung, yaitu sejumlah 262 dari 357 responden (73,5%), sedangkan responden menyatakan pengaruh teman responden dalam kategori tidak mendukung, yaitu sejumlah 95 dari 357 responden (26,6%). Hal tersebut menunjukkan sebagian besar responden menyatakan pengaruh teman dalam kategori mendukung.
11 78 Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi, Pertama, remaja terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87% mempunyai sekurangkurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja non perokok (Al. Bachri, 2001). Teman pergaulan (sering juga disebut teman bermain) pertama kali didapatkan manusia ketika ia mampu berpergian keluar rumah. Pada awalnya, teman bermain dimaksudkan sebagai kelompok yang bersifat rekreatif, namun dapat pula memberikan pengaruh dalam proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh teman bermain adalah pada masa remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk kepribadian seorang individu (Al. Bachri, 2001). Berbeda dengan proses sosialisasi dalam keluarga yang melibatkan hubungan tidak sederajat (berbeda usia, pengalaman, dan peranan), sosialisasi dalam kelompok bermain dilakukan dengan cara mempelajari pola interaksi dengan orang-orang yang sederajat dengan dirinya. Oleh sebab itu, dalam kelompok bermain, remaja dapat mempelajari peraturan yang mengatur peranan
12 79 orang-orang yang kedudukannya sederajat dan juga mempelajari perilaku yang baik (Al. Bachri, 2001) Iklan Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden menyatakan pengaruh iklan rokok dalam kategori kuat, yaitu sejumlah 247 dari 357 responden (69,2%), sedangkan responden yang menyatakan pengaruh iklan rokok dalam kategori tidak kuat, yaitu sejumlah 110 dari 357 responden (30,8%). Hal tersebut menunjukkan sebagian besar responden menyatakan pengaruh iklan rokok dalam kategori kuat. Menurut Suyanto (2005) periklanan merupakan penggunaan media bayaran oleh seorang penjual untuk mengkomunikasikan informasi persuasif tentang produk (ide, barang, jasa) ataupun organisasi sebagai alat promosi yang kuat. Iklan mempunyai berbagai macam bentuk (industri, konsumen, merek, produk, lokal dan sebagainya) yang dirancang untuk mencapai berbagai macam tujuan (penjualan seketika, pengenalan merek, preferensi dan sebagainya). Televisi adalah media yang sangat berpengaruh dalam hal memberikan informasi dan ilmu. Jika tidak bisa memilah-milah ilmu atau informasi tersebut dengan baik atau tidak memberikan perhatian khusus pada remaja yang sedang menonton maka dampak buruk dari iklan akan terwujud. Selain dampak baik yang dapatkan ternyata dampak buruk pun bisa didapatkan dari
13 80 iklan ini. Iklan rokok yang begitu marak di televisi. Tidak bisa dipungkiri memiliki dampak buruk, terutama pada anak dan remaja. Dengan maraknya iklan rokok yang dilihat oleh remaja khususnya remaja putri akan memberikan rasa keingintahuan untuk mencobanya. Sehingga saat ini sebagian remaja putri pernah mencoba rokok (Suyanto, 2005) Kepribadian Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden mempunyai kepribadian ekstrovert, yaitu sejumlah 276 dari 357 responden (77,3%), sedangkan responden yang mempunyai kepribadian introvert, yaitu sejumlah 81 dari 357 responden (22,7%). Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai kepribadian ekstrovert Remaja merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa serta membebaskan diri dari kebosanan. Remaja yang berisiko tinggi adalah remaja-remaja yang memiliki sifat pemuasaan segera, kurang mampu menunda keinginan, merasa kosong dan mudah bosan, mudah cemas, gelisah, dan depresif. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian dari CASA (Columbian University`s National Center On Addiction and Substance Abuse), remaja perokok memiliki risiko dua kali lipat mengalami gejala-gejala depresi dibandingkan remaja yang tidak merokok. Para perokok aktif pun tampaknya lebih sering mengalami serangan panik dari pada mereka yang tidak merokok. Banyak penelitian yang membuktikan
14 81 bahwa merokok dan depresi merupakan suatu hubungan yang saling berkaitan. Depresi menyebabkan seseorang merokok dan para perokok biasanya memiliki gejala-gejala depresi dan kecemasan (ansietas) (Hidayat, 2007). Setiap interaksi pergaulan yang intens kepada teman akan membawa pengaruh. Karena sifat, sikap, tingkah laku jika bersentuhan dengan pribadi seseorang maka akan memberikan dampak bagi orang tersebut. Perilaku yang buruk biasanya akan lebih cepat menular kepada pembentukan kepribadian seseorang. Ibarat penyakit menular yang akan menjangkiti siapapun yang berada didekatnya (Sunaryo, 2002). Orang-orang dengan tipe kepribadian ekstrovert memiliki ciri-ciri antara lain orientasinya lebih banyak tertuju keluar (lahiriah). Pikiran, perasaan dan tindakan orang-orang dengan tipe kepribadian ekstrovert terutama ditentukan oleh lingkungan sosial maupun non sosial di luar dirinya. Sifatnya positif terhadap masyarakat, cepat beradaptasi dengan lingkungan, tindakan cepat dan tegas, hatinya terbuka, mudah bergaul dan hubungan dengan orang lain lancar (Sunaryo, 2002). Kelemahan orang-orang dengan tipe kepribadian ekstrovert adalah perhatian terhadap dunia luar terlalu kuat yang akan membuatnya tenggelam dalam dunia objektifnya, sehingga akan mengalami kehilangan dirinya atau asing terhadap dunia subjektifnya. Di samping itu, mereka
15 82 cenderung cepat melakukan tindakan tanpa pertimbangan yang matang (Sunaryo, 2002). Orang dengan tipe kepribadian ekstrovert lebih efektif belajar melalui pengalaman yang konkret, kontak dengan dunia luar dan berhubungan dengan orang lain. Mereka akan merasa lebih bersemangat ketika bersama orang lain dan berinterakasi dengan mereka, serta sering dapat mengungkapkan ide terbaik mereka jika dapat mengungkapkannya pada orang lain. Mereka tergantung pada stimulasi dari luar dan interaksi dengan orang lain (Sunaryo, 2002). Mahasiswi dengan tipe kepribadian ekstrovert, mengawali aktivitas merokoknya sebagai aktivitas sosial. Mahasiswi dengan kepribadian ekstrovert biasanya memulai perilaku merokoknya karena konformitas teman sebaya dan melakukannya di tempat-tempat umum yang memungkinkan mereka berada di area pergaulan dengan banyak orang. Dengan intensitas perilaku merokok mereka yang terkadang menghabiskan 1-15 lebih setiap harinya, dengan selang waktu 5 menit sampai 1 jam setelah bangun tidur dipagi hari (Sunaryo, 2002) Perilaku merokok Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden mempunyai perilaku merokok dalam kategori berat, yaitu sejumlah 24 dari 357 responden (6,7%), perilaku merokok dalam kategori sedang, yaitu sejumlah 57 dari 357 responden (16,0%),perilaku merokok dalam kategori ringan, yaitu sejumlah 40 dari 357 responden
16 83 (11,2%),responden tidak merokok, yaitu sejumlah 236 dari 357 responden (66,1%). Hal tersebut menunjukkan sebagian besar responden tidak merokok. Menurut Ogawa dalam Ulhaq (2008), ada tiga indikator fisik yang biasanya muncul pada perokok berupa aktivitas fisik yaitu memegang rokok, menghisap rokok, dan menghembuskan asap rokok. Aktivitas psikologis, merupakan aktivitas yang muncul bersamaan dengan aktivitas fisik. Aktivitas psikologis berupa asosiasi individu terhadap rokok yang dihisap yang dianggap mampu meningkatkan daya konsentrasi, memperlancar kemampuan pemecahan masalah, meredakan ketegangan, meningkatkan kepercayaan diri dan penghalau kesepian Analisis Bivariat Hubungan Pengaruh Orang Tua dengan Perilaku Merokok Hasil analisis data menunjukkan 154 responden (43,1%) menyatakan pengaruh orang tua dalam kategori mendukung akan tetapi responden tidak merokok. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value sebesar 0,040 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan pengaruh orang tua dengan perilaku merokok. Salah satu temuan tentang mahasiswa perokok adalah bahwa anak-anak muda ini berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya.
17 84 Orang tua yang memberikan hukuman fisik yang lebih keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibandingkan anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia (Baer & Corado dalam Atkinson (2006). Mahasiswi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga yang bukan perokok sebagian menyatakan berasal dari rumah tangga yang bahagia dan orang tua yang senantiasa memperhatikan anak. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Musdalifah dan Setijadi (2011), tentang latar belakang pendidikan, stress, orang tua, teman dan iklan dan perilaku merokok. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh orang tua terhadap perilaku merokok pada mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta Hubungan Pengaruh teman dengan Perilaku Merokok Hasil analisis data menunjukkan 167 responden (46,8%) menyatakan pengaruh teman dalam kategori mendukung akan tetapi responden tidak merokok. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value sebesar 0,032 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan pengaruh teman dengan perilaku merokok. Bagi remaja, rokok dan alkohol merupakan lambang kematangan. Hal tersebut disampaikan oleh Hurlock berdasarkan fenomena di Amerika. Tetapi menurut norma yang berlaku di Indonesia lebih memandang bahwa remaja khususnya remaja yang masih berada diusia sekolah melakukan aktivitas
18 85 merokok diidentikan sebagai anak yang nakal (Hurlock, 2002). Hampir semua orang mulai merokok dengan alasan yang sedikit sekali kaitannya dengan kenikmatan. Dalam pikiran remaja, rokok merupakan lambang kedewasaan. Sebagai seorang remaja mereka menggunakan berbagai cara agar terlihat dewasa. Untuk membuktikannya mereka melakukan dengan sadar melakukan kebiasaan orang dewasa yakni merokok. Remaja ingin mencoba melakukan apa yang sering dilakukan oleh orang dewasa, dengan sembunyi-sembunyi remaja pria mencoba merokok karena seringkali mereka melihat orang dewasa melakukannya (Hariyadi, 2007). Sitepoe (2000) menyebutkan bahwa alasan utama menjadi perokok adalah karena ajakan temanteman yang sukar ditolak, selain itu juga, ada juga pelajar pria mengatakan bahwa pria menjadi perokok setelah melihat iklan rokok. Ini berarti bahwa tindakan merokok diawali dari adanya suatu sikap, yaitu kecenderungan seseorang untuk menerima atau menolak, setuju atau tidak setuju terhadap respon yang datang dari luar, dalam hal ini adalah rokok. Orang melihat rokok atau melihat orang lain merokok, kemudian ia berpikiran bisa saja orang tertarik (setuju) atau tidak tertarik (tidak setuju), hal ini akan terjadi pada setiap orang. Orang yang setuju, ada kecenderungan akan melakukannya atau menirunya, bagi yang tidak setuju tentu kencenderungannya akan menghindari. Namun ada kecenderungan lain, yaitu dalam hati ia tidak setuju,
19 86 tetapi kenyataannya ia melakukannya (merokok). Hal ini tentu ada faktor lain yang mempengaruhinya. Di sinilah terjadinya kontradiksi antara sikap dan perbuatan. Mahasiswi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga yang tidak perokok menyatakan temantemannya yang bukan perokok mendukung mereka untuk tidak merokok karena dorongan dari temanteman sehinga mereka semua bukan perokok Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Komalasari dan Helmi (2011), yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh lingkungan teman sebaya terhadap perilaku merokok pada remaja SMU 9 Yogyakarta Hubungan Iklan dengan Perilaku Merokok Hasil analisis data menunjukkan 158 responden (44,3%) menyatakan iklan dalam kategori kuat akan tetapi responden tidak merokok. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value sebesar 0,000 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan iklan dengan perilaku merokok. Menurut Mu tadin (2002), melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat mahasiswa seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut. Gencarnya promosi rokok mengakibatkan sebagian mahasiswi di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga tertarik untuk merokok. Melihat
20 87 iklan di media massa dan televisi bahwa merokok adalah glamour dan budaya manusia modern membuat sebagian dari mereka menjadi perokok Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Ginting (2011) tentang pengaruh iklan terhadap perilaku merokok. Hasil penelitian menujukkan ada pengaruh iklan terhadap perilaku merokok pada mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta Hubungan Kepribadian dengan Perilaku Merokok Hasil analisis data menunjukkan 183 responden (51,3%) mempunyai kepribadian tidak baik akan tetapi tidak merokok. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value sebesar 0,886 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan kepribadian dengan perilaku merokok. Menurut Atkinson (2006), orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. Namun satu sifat kepribadian yang bersifat prediktif pada penggunaan obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial. Orang yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih mudah menjadi pengguna dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang rendah. Mahasiswi di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga sebagian mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu, ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik dan ingin melepaskan diri dari rasa sakit jiwa
21 88 Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Mulyono (2012) tentang dimensi kepribadian big five dengan perilaku merokok. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara dimensi kepribagian big five dengan perilaku merokok pada remaja akhir di wilayah Kelurahan Kebayoran Lama Selatan Analisis Multivariat Hasil analisis regresi logistik ganda pengaruh orang tua, teman, iklan dan kepribadian terhadap perilaku merokok menunjukkan hasil pengaruh orang tua meningkatkan kemungkinan perilaku merokok pada mahasiswi sebanyak 32 kali lipat dibandingkan dengan bila tidak terdapat pengaruh teman (OR 1,839, Cl 95% 1,087 hingga 3,112). Variabel pengaruh teman, iklan dan kepribadian tidak mempengaruhi perilaku merokok pada mahasiswa. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang berada pada ambang dewasa sehingga mereka mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa salah satunya merokok. Mereka menganggap bahwa perilaku tersebut akan memberikan citra seperti yang mereka inginkan yaitu dianggap sebagai orang yang telah dewasa. Faktor penyebab perilaku merokok pada remaja diantaranya pengaruh orang tua dan keluarga. Keluarga yang terbiasa dengan perilaku merokok dan menjadi permisif sehingga sangat berperan untuk menjadikan remaja untuk menjadi perokok. Kebiasaan merokok pada orang tua
22 89 berpengaruh besar pada anak-anaknya yang berusia remaja. Ihal ini disebabkan masa remaja merupakan masa pencarian identitas dan masa dimana individu mulai ingin mencoba-coba sesuatu hal yang baru termasuk merokok. Banyak dari orang tua terkadang tidak menyadari bahwa setiap kepulan asap yang dihembuskan dari rokok yang dihisapnya tidak luput dari perhatian anak. Perilaku meniru merupakan perilaku individu terhadap perilaku dari model yang ditiru yang memanfaatkan proses belajar melalui pengamatan atau proses menirukan tingkah laku orang lain. Salah satu tipe dari perilaku modeling adalah model yang ditiru berada di kehidupan nyata, contohnya orang tua, teman-teman, dan orang-orang yang berada di lingkungan pengamat. Orang tua sebagai panutan bisa menjadi figur yang akan ditiru perilakunya. Tidak hanya perilaku yang baik, tetapi perilaku yang tidak baik pun bisa ditiru oleh remaja. Remaja sekarang ini sudah tidak takut lagi untuk merokok di depan orang tuanya bahkan terkadang orang tua dan anak tersebut mengobrol bersama sambil merokok. Orang tua berbagi rokok yang dibelinya dengan anak remaja mereka, begitu pula sebaliknya. Ini dikarenakan remaja merasa sudah dewasa dan setara dengan orang tuanya sehingga mereka merokok. Perilaku mencontoh yang dilakukan remaja biasanya dilihat dari kesamaan model dengan remaja itu sendiri, seperti kesamaan jenis kelamin. Selain itu bisa juga karena status model yang lebih tinggi dari para remaja.
23 90 Gaya merokok orang tua juga bisa ditiru oleh remaja. Kebiasaan merokok orang tua seperti merokok setelah makan atau merokok ditemani dengan segelas kopi dapat memengaruhi remaja untuk melakukan hal yang sama. Bahkan merk dari rokok orang tua dapat memberikan inspirasi pada anak remaja untuk membeli rokok dengan merk yang sama. Hal ini bisa menimbulkan kecanduan terhadap rokok dan dapat mendorong munculnya berbagai penyakit yang mematikan. Sebagian dari remaja menganggap ayah atau kakak laki-lakinya merokok maka para remaja tidak salah juga untuk merokok yang berarti orang dewasa menjadi tauladan bagi remaja.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Frekuensi Merokok 1. Definisi frekuensi Frekuensi berasal dari bahasa Inggris frequency berarti kekerapan, keseimbangan, keseringan, atau jarangkerap. Smet (1994) mengatakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan. ada dalam diri individu yang bersangkutan ( Sunaryo, 2004 ).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi 1. Pengertian Persepsi Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indra, kemudian
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. yang diamati secara umum atau objektif. Hal tersebut senada dengan pendapat Sarwono (2001)
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perilaku Merokok 2.1.1 Pengertian Perilaku Merokok Chaplin (2001) memberikan pengertian perilaku terbagi menjadi 2: pengertian dalam arti luas dan pengertian sempit. Dalam pengertian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena sudah menjadi masalah nasional dan bahkan internasional. Di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merokok merupakan salah satu masalah yang sulit dipecahkan, karena sudah menjadi masalah nasional dan bahkan internasional. Di Indonesia permasalahan rokok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat didefinisikan sebagai perilaku penggunaan tembakau yang menetap, biasanya lebih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Triyanti (2006) dahulu perilaku merokok disebut sebagai suatu kebiasaan atau ketagihan, tetapi dewasa ini merokok disebut sebagai tobacco dependency sendiri
Lebih terperinciFAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Novi Dewi Saputri 201410104171 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga hal ini masih menjadi permasalahan dalam kesehatan (Haustein &
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Merokok merupakan salah satu kebiasaan negatif manusia yang sudah lama dilakukan. Kebiasaan ini sering kali sulit dihentikan karena adanya efek ketergantungan yang ditimbulkan
Lebih terperinciBAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP
BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Teori Usia Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok: 1. Pengaruh orang tua 2. Pengaruh teman 3. Pengaruh faktor kepribadian 4 Pengaruh iklan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung CO (Carbon monoksida) yang mengurai kadar oksigen dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. MEROKOK 1. Pengertian Merokok adalah suatu bahaya untuk jantung kita. Asap rokok mengandung CO (Carbon monoksida) yang mengurai kadar oksigen dalam sel darah merah. Merokok dapat
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan hasil dan pembahasan penelitian tentang Hubungan Antara Faktor Kondisi Kesehatan dan Kondisi Sosial dengan Kemandirian Lanjut Usia di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rokok pada remaja yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku merokok remaja merupakan bentuk perilaku menghisap rokok pada remaja yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari di berbagai tempat umum seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk merokok, baik secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Merokok mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak dapat kita pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara langsung ( perokok aktif ), sedangkan 600 ribu orang lebih meninggal
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok merupakan salah satu kekhawatiran terbesar yang dihadapi dunia kesehatan karena dapat menyebabkan hampir 6 juta orang meninggal dalam setahun. Lebih dari 5
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Merokok
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1. Pengertian Perilaku Merokok Perilaku merokok adalah sesuatu yang dilakukan seseorang berupa membakar dan menghisapnya serta dapat menimbulkan asap yang dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara sadar untuk melukai dirinya sendiri, karena dengan merokok, berarti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ditinjau dari beberapa sudut pandang perilaku merokok sangatlah negatif karena perilaku tersebut merugikan, baik untuk diri individu itu sendiri maupun bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai
Lebih terperinciFAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN MEROKOK PADA REMAJA PUTRI DI KELURAHAN JATI KOTA PADANG TAHUN 2010
FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN MEROKOK PADA REMAJA PUTRI DI KELURAHAN JATI KOTA PADANG TAHUN 2010 Skripsi Diajukan ke Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dampak buruk bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang sekitarnya.
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat menimbulkan dampak buruk bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang sekitarnya. Bila telah mengalami ketergantungan akan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masa remaja adalah masa tumbuh dan berkembang dimana terjadi perubahan kualitatif secara fisik dan psikis. Masa remaja disebut sebagai masa kritis karena pada masa ini remaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dalam kehidupan manusia.remaja mulai memusatkan diri pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa menuju kedewasaan. Masa ini merupakan tarap perkembangan dalam kehidupan manusia.remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. topik yang menarik untuk dibicarakan. Topik yang menarik mengenai masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sampai dengan pertengahan abad-21, masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Topik yang menarik mengenai masalah seksualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus
16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru dimana secara sosiologis, remaja
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai Hubungan Interaksi Kelompok Teman
V. HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum membahas lebih lanjut mengenai Hubungan Interaksi Kelompok Teman Sebaya Terhadap Perilaku Konsumtif Remaja pada siswa kelas XI SMA Al-Kautsar Bandar Lampung yang menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kini. Jika ditanya mengapa orang merokok, masing-masing pasti memiliki. anak muda, remaja yang melakukan kebiasaan tersebut.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok merupakan salah satu fenomena gaya hidup pada orang masa kini. Jika ditanya mengapa orang merokok, masing-masing pasti memiliki jawaban sendiri. Ada yang merasa
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
56 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan survei analitik menggunakan rancangan Cross Sectional yaitu suatu penelitian
Lebih terperinciPromotif, Vol.1 No.2 Apr 2012 Hal FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBIASAAN MEROKOK SISWA SMK NEGERI 1 TOJO BARAT KABUPATEN TOJO UNA-UNA
FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBIASAAN MEROKOK SISWA SMK NEGERI 1 TOJO BARAT KABUPATEN TOJO UNA-UNA Sitti Syuaiba Hi.M.Syarif & Andi Bungawati Bagian Promosi Kesehatan FKM Unismuh Palu ABSTRAK
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG Rheza Yustar Afif Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soeadarto, SH, Kampus Undip Tembalang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Salah satu kebiasaan masyarakat saat ini yang dapat di temui hampir
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu kebiasaan masyarakat saat ini yang dapat di temui hampir di setiap kalangan masyarakat adalah perilaku merokok. Rokok tidaklah suatu hal yang baru dan asing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Ogawa (dalam Triyanti, 2006) dahulu perilaku merokok disebut sebagai suatu kebiasaan atau ketagihan, tetapi dewasa ini merokok disebut sebagai tobacco
Lebih terperinciLATAR BELAKANG TINJAUAN PUSTAKA METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN KESIMPULAN OLEH: NOVI SETIANINGSIH ( )
LATAR BELAKANG TINJAUAN PUSTAKA METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN KESIMPULAN OLEH: NOVI SETIANINGSIH (10503124) KECADUAN MEROKOK MENUNJUKKAN BAHWA KEBANYAKAN PEROKOK MUDA YANG MULAI DIPENGARUHI OLEH KEBIASAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rista Mardian,2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rokok dan perokok bukan suatu hal yang baru didunia ini, tetapi telah ada sejak lama. Di Indonesia, rokok sudah menjadi barang yang tidak asing dan sangat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh gelar sarjana (Sugiyono, 2013). Skripsi adalah muara dari semua
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Skripsi merupakan salah satu jenis karya ilmiah di perguruan tinggi yang dikerjakan oleh mahasiswa program sarjana (S1), sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitan yang digunakan adalah cross sectional untuk mengetahui pengaruh gaya hidup terhadap perilaku merokok pada mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORANG TUA, TEMAN SEBAYA DAN IKLAN ROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA LAKI-LAKI MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 BOYOLALI
GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 011 (695-705) HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORANG TUA, TEMAN SEBAYA DAN IKLAN ROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA LAKI-LAKI MADRASAH ALIYAH NEGERI BOYOLALI Arina Uswatun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan kenakalan remaja di negara kita beberapa tahun belakangan ini telah memasuki titik kritis. Selain frekuensi dan intensitasnya terus meningkat, kenakalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok merupakan kegiatan yang masih banyak dilakukan, walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang menyatakan bahaya merokok. Merokok
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. karena membunuh 6 juta orang setiap tahunnya (1). Sekitar 21% dari populasi dunia
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan salah satu ancaman terbesar kesehatan masyarakat dunia karena membunuh 6 juta orang setiap tahunnya (1). Sekitar 21% dari populasi dunia yang berumur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anugerah manusia sebagai mahluk sosial, baik secara internal ( sosial untuk
BAB I PENDAHULUAN E. Latar Belakang Masalah Kepribadian merupakan hal penting bagi setiap manusia, karena dari kepribadian itulah setiap perilaku dan aktivitas manusia bisa dinilai, apakah baik atau buruk,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan sering menilai seseorang berdasarkan pakaian, cara bicara, cara berjalan, dan bentuk tubuh. Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam
Lebih terperinciberkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Program anti tembakau termasuk dalam 10 program unggulan kesehatan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebiasaan merokok sudah meluas di hampir semua kelompok masyarakat di Indonesia dan cenderung meningkat. Hal ini memberi makna bahwa masalah merokok telah menjadi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja Remaja menurut bahasa adalah mulai dewasa, sudah sampai umur untuk kawin. Remaja adalah anak yang ada pada masa peralihan di antara masa anakanak dan masa dewasa, di mana
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antara korelatif antara variabel independen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia dituntut untuk mampu mengatasi segala masalah yang timbul sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungan sosial dan harus mampu menampilkan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Sari, dkk (2003) menyebutkan bahwa perilaku merokok adalah aktivitas
7 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Merokok II.1.1 Definisi Merokok Sari, dkk (2003) menyebutkan bahwa perilaku merokok adalah aktivitas menghisap atau menghirup asap rokok dengan menggunakan pipa atau rokok.
Lebih terperinciPOLA ASUH ORANG TUA DAN PERKEMBANGAN SOSIALISASI REMAJA DI SMA NEGERI 15 MEDAN
POLA ASUH ORANG TUA DAN PERKEMBANGAN SOSIALISASI REMAJA DI SMA NEGERI 15 MEDAN Dewi Sartika Panjaitan*, Wardiyah Daulay** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan **Dosen Departemen Keperawatan Jiwa dan Komunitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja disebut sebagai periode peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya apa yang terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013). Tingkah laku yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Merokok masih menjadi kebiasaan banyak orang baik di negara. tinggi. Jumlah perokok di Indonesia sudah pada taraf yang sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Merokok masih menjadi kebiasaan banyak orang baik di negara berkembang maupun di negara maju. Menurut survey Badan Kesehatan Dunia (WHO) (Amalia, 2000) 75%
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.
Lebih terperinciFAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2011
75 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2011 IDENTITAS Nama (Boleh inisial) : Alamat : Kepada Responden Yth: Di tengah kesibukan anda saat ini, perkenankanlah saya mohon bantuan anda untuk
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian
38 HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai pengaruh gaya pengasuhan dan teman sebaya terhadap perilaku konsumsi rokok dan minuman beralkohol remaja SMA di kota Bogor ditujukan untuk mendapatkan gambaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membutuhkan tahapan-tahapan stimulasi yang perlu dilalui dan proses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembentukan kepribadian bukanlah sesuatu yang langsung jadi, namun membutuhkan tahapan-tahapan stimulasi yang perlu dilalui dan proses intemalisasi yang akan menguatkan
Lebih terperinciKeywords: Smoking Habits of Students, Parents, Friends, Ads
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIASAAN MEROKOK PADA MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT (FKM) UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH BANDA ACEH TAHUN 2016 FACTORS AFFECTING SMOKING HABITS ON FACULTY STUDENTS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecemasan merupakan suatu emosi yang paling sering di alami oleh manusia. Kadang-kadang kecemasan sering disebut sebagai bentuk ketakutan dan perasaan gugup yang dialami
Lebih terperinciBAB III KERANGKA PEMIKIRAN
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Perilaku Konsumen Perilaku konsumen adalah tindakan langsung yang terlibat untuk mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan
BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah
Lebih terperinciHubungan Pergaulan Teman Sebaya Terhadap Tindakan Merokok Siswa Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung
The Relation Of Socially With Friends Againts Act Of Smoking Elementary School Students In District Panjang Bandar Lampung Firdaus, E.D., Larasati, TA., Zuraida, R., Sukohar, A. Medical Faculty of Lampung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan kepribadian seseorang maka remaja mempunyai arti yang khusus. Secara psikologis masa remaja adalah usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah
Lebih terperinciPERILAKU ANTISOSIAL REMAJA DI SMA SWASTA RAKSANA MEDAN
PERILAKU ANTISOSIAL REMAJA DI SMA SWASTA RAKSANA MEDAN Dewi S Simanullang* Wardiyah Daulay** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan **Dosen Departemen Jiwa dan Komunitas Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera
Lebih terperinciSKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI BERHENTI MEROKOK PADA MAHASISWA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Disusun Oleh: WISNU TRI LAKSONO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebiasaan merokok di Indonesia sangat memprihatinkan. Gencarnya promosi rokok banyak menarik perhatian masyarakat. Namun bahaya yang dapat ditimbulkan oleh rokok masih
Lebih terperinciDiajukan Oleh: AYU ANGGARWATI F
HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merokok baik laki-laki, perempuan, anak kecil, anak muda, orang tua, status
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang lazim dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dimanapun tempat selalu ditemukan orang merokok baik laki-laki, perempuan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebiasaan merokok sudah meluas di semua kelompok masyarakat di Indonesia. Jumlah perokok cenderung meningkat terutama di kalangan anak dan remaja, yang mungkin
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gambar 4.1 Distribusi Jenis Kelamin Responden. Mahasiswa 34,7% 65,3%
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisa Univariat 4.1.1. Karakteristik responden Gambar 4.1 Distribusi Jenis Kelamin Responden Mahasiswa 65,3% 34,7% Laki-laki Perempuan Jumlah responden mahasiswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rokok pada dasarnya merupakan tumpukan bahan kimia berbahaya. Satu batang rokok asapnya menguraikan sekitar 4000 bahan kimia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku adalah aktifitas nyata dan bisa dilihat dari setiap orang. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya. Rokok pada dasarnya merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi pada remaja biasanya disebabkan dari beberapa faktor
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Stres merupakan bagian yang tidak terhindar dari kehidupan. Stres mempengaruhi kehidupan setiap orang bahkan anak-anak. Kebanyakan stres diusia remaja berkaitan dengan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang Memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan tantangan, bangsa Indonesia dituntut untuk meningkatkan Sumber
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan tantangan, bangsa Indonesia dituntut untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai modal penting untuk membangun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. muncul pula tingkat kecanduan yang berbeda-beda dan bentuk implementasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebiasaan merokok sangat melekat dalam keseharian banyak orang, muncul pula tingkat kecanduan yang berbeda-beda dan bentuk implementasi yang juga tidak sama, antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara. Jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, Southeast Asia Tobacco Control Alliance, dan Komisi Nasional
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku merokok adalah suatu kebiasaan yang setiap hari dapat kita jumpai di berbagai tempat, baik itu di tempat umum, perkantoran, pasar, bahkan lingkungan sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa kematian akibat rokok adalah 4 juta jiwa pertahun yang 500.000 diantaranya adalah perempuan. Data Departemen
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis. Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Hidup Hedonis 1. Pengertian Gaya Hidup Hedonis Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia dalam masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008).
Lebih terperinciSTUDI FENOMENOLOGI: INTENSI MEROKOK PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI. Disusun Guna memenuhi sebagian persyaratan dalam Mencapai derajat (S-1) Psikologi
STUDI FENOMENOLOGI: INTENSI MEROKOK PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI Disusun Guna memenuhi sebagian persyaratan dalam Mencapai derajat (S-1) Psikologi Diajukan Oleh: Rima Imanda Trisnaniar F 100 110 012 Kepada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari, sering kita menemukan perokok di mana-mana, baik di
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada kehidupan sehari-hari, sering kita menemukan perokok di mana-mana, baik di kantor, dipasar, bahkan di rumah tangga sendiri. Aktivitas merokok di kalangan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan kehadiran manusia lain di sekelilingnya untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia membutuhkan kehadiran manusia lain di sekelilingnya untuk menunjukkan pertumbuhan, perkembangan, dan eksistensi kepribadiannya. Obyek sosial ataupun persepsi
Lebih terperinci, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya perilaku seksual pranikah di kalangan generasi muda mulai mengancam masa depan bangsa Indonesia. Banyaknya remaja yang melakukan perilaku seksual pranikah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku merokok tidak mengenal batasan usia mulai dari kalangan remaja,
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perilaku merokok bukanlah hal yang jarang ditemukan dewasa kini, hampir disemua tempat dapat ditemukan fenomena orang dengan perilaku merokok. Perilaku
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. laki-laki dan perempuan. Responden siswa laki-laki sebanyak 37 siswa atau 60 %.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data Diri Responden Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin, terdiri atas responden siswa laki-laki dan perempuan. Responden siswa laki-laki sebanyak 37 siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Merokok merupakan salah satu gaya hidup yang. tidak asing lagi yang berkembang di kehidupan masa kini.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Merokok merupakan salah satu gaya hidup yang tidak asing lagi yang berkembang di kehidupan masa kini. Aditama (2003) mengemukakan bahwa masalah merokok juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Komasari,Dian & Helmi, 2000) perilaku merokok adalah perilaku yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Merokok merupakan hal yang umum di Indonesia. Banyak masyarakat yang sudah mengenal rokok dan melakukan perilaku merokok dari anakanak,remaja dan dewasa. Perilaku merokok
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Peran Orang Tua 2.1.1. Definisi Peran Orang Tua Qiami (2003) menjelaskan bahwa orangtua adalah unsur pokok dalam pendidikan dan memainkan peran penting dan terbesar dalam
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keterdedahan Berita Kriminal di Televisi Keterdedahan berita kriminal di televisi merupakan beragam penerimaan khalayak remaja terhadap siaran berita kriminal di televisi, meliputi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam berperilaku, khususnya dalam perilaku membeli. Perilaku konsumtif merupakan suatu fenomena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis
Lebih terperinciHUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI-LAKI DI SMA X KABUPATEN KUDUS
HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI-LAKI DI SMA X KABUPATEN KUDUS Rahmadhiana Febrianika *), Bagoes Widjanarko **), Aditya Kusumawati ***) *)Mahasiswa Peminatan PKIP FKM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan. Ketika remaja dihadapkan pada lingkungan baru misalnya lingkungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja harus memiliki banyak keterampilan untuk mempersiapkan diri menjadi seseorang yang dewasa terutama keterampilan bersosialisasi dengan lingkungan. Ketika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa tumbuh dan berkembang dimana terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa tumbuh dan berkembang dimana terjadi perubahan kualitatif secara fisik dan psikis. Masa remaja disebut sebagai masa kritis karena pada masa ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena hubungannya dengan perguruan tinggi yang diharapkan dapat menjadi caloncalon intelektual. Mahasiswa
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, PAPARAN MEDIA IKLAN DAN PERSEPSI DENGAN TINGKAT PERILAKU MEROKOK SISWA SMK
Prosiding Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan ISSN 2460-4143 HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, PAPARAN MEDIA IKLAN DAN PERSEPSI DENGAN TINGKAT PERILAKU MEROKOK SISWA SMK Dwi Nurmayunita, Dwi Astuti *),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dalam keadaan yang lemah, untuk memenuhi kebutuhannya tentu saja manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya, artinya ia akan tergantung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu hal yang seringkali menyerang remaja adalah perilaku merokok, yang
BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu hal yang seringkali menyerang remaja adalah perilaku merokok, yang biasanya didapatkan dari lingkungan tempat tinggal, orang tua, ataupun temanteman.
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIASAAN MEROKOK PADA REMAJA PUTRA DI DUSU PAPAHAN, TASIKMADU, KARANGANYAR. Ana Wigunantiningsih*
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIASAAN MEROKOK PADA REMAJA PUTRA DI DUSU PAPAHAN, TASIKMADU, KARANGANYAR Ana Wigunantiningsih* *Dosen AKBID Mitra Husada Karanganyar Jl Achmad Yani No.167. Papahan, Tasikmadu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak terlupakan karena penuh dengan kegembiraan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab IV ini membahas hasil penelitian yaitu analisa univariat. dan bivariat serta diakhiri dengan pembahasan.
51 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab IV ini membahas hasil penelitian yaitu analisa univariat dan bivariat serta diakhiri dengan pembahasan. 4.1. ANALISA UNIVARIAT Penelitian dilakukan di Rumah
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI BANGSAL MELATI RSUD TUGUREJO SEMARANG
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI BANGSAL MELATI RSUD TUGUREJO SEMARANG M. Fatkhul Mubin, Dessy Maria Hanum Staf Pengajar Prodi S1 Keperawatan FIKKES UNIMUS Abstraks
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan antara masa anak dan masa dewasa. Masa ini juga merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah suatu periode transisi dalam fase pertumbuhan dan perkembangan antara masa anak dan masa dewasa. Masa ini juga merupakan periode pencarian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis, psikologis, dan sosiologis. Remaja mengalami kebingungan sehingga berusaha mencari tempat
Lebih terperinciPENGARUH PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DAN DUKUNGAN PENERAPANNYA DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DAN DUKUNGAN PENERAPANNYA DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA OLEH : TRIA FEBRIANI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian A. 1 Perilaku Seks Sebelum Menikah Masalah seksual mungkin sama panjangnya dengan perjalanan hidup manusia, karena kehidupan manusia sendiri tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak kandungan zat berbahaya di dalam rokok. Bahaya penyakit akibat rokok juga sudah tercantum dalam
Lebih terperinci