Promotif, Vol.1 No.2 Apr 2012 Hal FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBIASAAN MEROKOK SISWA SMK NEGERI 1 TOJO BARAT KABUPATEN TOJO UNA-UNA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Promotif, Vol.1 No.2 Apr 2012 Hal FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBIASAAN MEROKOK SISWA SMK NEGERI 1 TOJO BARAT KABUPATEN TOJO UNA-UNA"

Transkripsi

1 FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBIASAAN MEROKOK SISWA SMK NEGERI 1 TOJO BARAT KABUPATEN TOJO UNA-UNA Sitti Syuaiba Hi.M.Syarif & Andi Bungawati Bagian Promosi Kesehatan FKM Unismuh Palu ABSTRAK Kebiasaan merokok dimulai dari umur yang sangat muda yaitu pada tingkat sekolah dasar, bahkan ada yang mulai pada umur 5-6 tahun. 80% golongan pemula ini akan menjadi perokok tetap. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Faktor-faktor yang berhubungan dengan kebiasaan merokok pada siswa di SMK Negeri 1 Tojo Barat Kabupaten Tojo Una-Una. Jenis penelitian yang digunakan adalah Analitik Observasional dengan pendekatan Cross Sectional Study, Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa SMK Negeri 1 Tojo Barat yang berjumlah 161 siswa. Sampel diambil dengan cara Simple Proporsinal Sampling dengan rumus Slovin, yaitu 62 Siswa. Berdasarkan hasil penelitian dengan nilai p= 0,028 (α < 0.05)artinya ada hubungan yang bermakna antara peran orang tua atau keluarga dengan kebiasaan merokok. Ada hubungan bermakna antara peran teman sebaya dengan kebiasaan merokok pada siswa dengan nilai p = (α < 0.05). Ada hubungan bemakna antara pengaruh iklan dengan kebiasaan merokok dengan nilai p = 0,003 (α < 0.05). Sebaiknya pihak sekolah lebih proaktif dalam memberikan penyuluhan tentang rokok kepada siswa, diharapkan agar peran orang tua dalam membimbing anak agar lebih ekstra karena perubahan zaman dan perkembangan teknologi yang begitu cepat menyebabkan adanya perubahan perilaku remaja, dan diharapkan bagi siswa agar lebih selektif dalam memilih teman bergaul. Daftar pustaka : 26 (2003-) Kata Kunci : kebiasaan merokok, orang tua atau keluarga, teman sebaya, iklan dan Siswa. LATAR BELAKANG Kematian akibat rokok pada tahun 2030 didunia diperkirakan akan meningkat menjadi 10 juta orang di dunia. Di Amerika Serikat menurut American Cancer Society setiap tahun tercatat orang meninggal akibat rokok, setengahnya berumur tahun. Para perokok itu dapat kehilangan tahun masa hidupnya, 95% perokok baru adalah anak-anak dan remaja. World Health Organization (WHO) memperkirakan pada tahun 2020 penyakit yang berkaitan dengan tembakau/rokok akan menjadi masalah kesehatan utama terbesar dan menyebabkan 8,4 juta kematian setiap tahun (WHO, 2006). 113 Kematian akibat rokok dikalangan pria di Negara maju sebanyak 1,6 juta orang. Di Negara berkembang sebesar 1,8 juta orang. Jadi, total pria yang meninggal akibat rokok sebanyak 3,4 juta orang. Sedangkan wanita di Negara maju yang meninggal 0,5 juta orang. Negara berkembang sebanyak 0,3 juta orang (Aditama, 2008). Menurut Menteri Kesehatan (2008), Merokok bagi sebagian masyarakat Indonesia sudah menjadi pola perilaku. Konsumsi tembakau di Indonesia dalam 30 tahun terakhir meningkat dari 33 milyar batang pertahun pada tahun 1970 prevalensi merokok dikalangan orang dewasa meningkat dari 26,9% tahun 1995

2 menjadi 35% pada tahun Pada tahun 2006 The Jakarta Global Youth Survey melaporkan lebih dari sepertiga pelajar (37,3) dilaporkan biasa merokok (Depkes RI, 2007). Berdasarkan data Depertemen Kesehatan RI Indonesia menduduki peringkat keempat jumlah perokok terbanyak di dunia dengan jumlah sekitar 141 juta orang dengan korban 57 ribu perokok meninggal setiap tahun dan sekitar 500 ribu menderita berbagai penyakit. Diperkirakan, konsumsi rokok Indonesia setiap tahun mencapai 199 milliar batang rokok atau berada di urutan ke-4 setelah RRC (1.979 miliar batang), AS (480 miliar), Jepang (230 miliar), serta Rusia (230 miliar). Sebab, jumlah uang yang dibelanjakan penduduk indonesia untuk tembakau atau rokok 2,5 kali lipat dibandingkan biaya yang dikeluarkan untuk pendidikan dan 3,2 kali lipat biaya kesehatan. Sebagai negara anggota WHO, Indonesia telah merespon secara positif tentang pemberian perlindungan kepada masyarakat pada umumnya dan khususnya perlindungan hak asasi masyarakat yang tidak merokok. Peraturan Pemerintah (PP) yang ada saat ini masih sangat ketinggalan dibandingkan dengan negara tetangga seperti Myanmar, Thailand, dan Malaysia yang lebih maju dalam melindungi rakyatnya dari dampak buruk akibat kebiasaan merokok. Indonesia juga cetak rekor baru, yakni jumlah perokok remaja tertinggi di dunia. Sebanyak 13,2 persen dari total keseluruhan remaja di Indonesia adalah perokok aktif. Di negara lain, jumlah perokok remaja tertinggi hanya mencapai 11 persen (Republika, 2005). Jumlah perokok yang meninggal pun cukup signifikan, dari total 1,2 juta orang di kawasan Asia Tenggara yang menggunakan bahan baku tembakau, 25 persen dari Indonesia diantaranya meninggal dunia. Angkat tersebut cukup signifikan mengingat makin banyaknya produsen rokok baru dari luar maupun 113 dalam negeri yang menyerbu pasar di Indonesia. Sulawesi Tengah sendiri prevalensi perokok setiap hari penduduk umur 10 tahun keatas adalah 24,6%. Menurut laporan tahunan data merokok tahun 2009 untuk Provinsi Sulawesi Tengah terjadi perokok. Sementara untuk data jumlah perokok di Kabupaten Tojo Una-Una terdapat 8,7% perokok (Dinkes Sulawesi Tengah, 2009). SMK Negeri 1 Tojo Barat memiliki 161 siswa, dari data Guru BP terdapat 39 siswa yang merokok atau sekitar 24,2% perokok. Hasil data menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok siswa di SMK Negeri 1 Tojo Barat adalah karena peran keluarga, peran teman sebaya dan pengaruh iklan (Data Sekunder SMKN 1 Tojo Barat, ). Mengingat hingga saat ini kebiasaan merokok masih menjadi masalah yang masih belum dapat terselesaikan. Hal inilah yang mendasari penulis sehingga melakukan penelitian untuk mengetahui beberapa faktor yang berhubungan dengan kebiasaan merokok pada siswa di SMK Negeri 1 Tojo Barat kabupaten Tojo Una-Una. BAHAN DAN METODE Rancangan dan Lokasi Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Analitik. Penelitian dilaksanakan di SMK Negeri 1 Tojo Barat Kabupaten Tojo Una-Una pada Bulan April sampai Mei Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa laki-laki di SMK Negeri 1 Tojo Barat Kabupaten Tojo Una-Una, yang berjumlah 161 siswa.. Besar sampel digunakan rumus : n = N 1 + N (d 2 ) Instrumen Penelitian Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan

3 (kuesioner) masing-masing untuk responden dan diolah secara elektronik dengan menggunakan computer dan program SPSS. HASIL Hasil penelitian ini dilakukan dalam bentuk data primer dan data sekunder melalui wawancara langsung terhadap responden dengan menggunakan kuesioner serta data dari guru BP di SMK Negeri 1 Tojo Barat. Adapun karakteristik responden yang diperoleh dari hasil wawancara dari 62 responden sebagian besar pada kelompok umur 17 tahun yaitu sebanyak 26 responden (41,9%) dan sebagian kecil pada kelompok umur 16 tahun yaitu sebanyak 17 responden (27,4%), sementara untuk kelompok 18 tahun berjumlah 19 responden (30,7%). Distribusi Responden Menurut Peran Keluarga, Peran Teman Sebaya dan Pengaruh Iklan Setelah melakukan pengambilan data secara keseluruhan. Kemudian ditetapkan dua kategori berdasarkan peran orang tua atau keluarga yakni berperan dan tidak berperan. Keadaan mengenai distribusi peran orang tua di SMK Negeri 1 Tojo Barat dapat dilihat bahwa peran orang tua sudah cukup, hal ini dibuktikan dengan hasil olahan data diperoleh bahwa jumlah orang tua yang berperan sebanyak 46 responden ( 74,2) dan orang tua yang tidak berperan sebanyak 16 responden (25,8) Hasil wawancara terhadap responden dapat dilihat berdasarkan peran serta teman sebaya terhadap kebiasaan merokok siswa SMK Negeri 1 Tojo Barat berjumlah 40 responden (64,5%), sementara teman sebaya yang tidak berperan sebanyak 22 responden (35,5). Data 62 responden menunjukan bahwa hasil penilaian mengenai pengaruh iklan yang berperan terhadap kebiasaan merokok adalah berjumlah 37 responden (59,7%), dan pengaruh iklan yang tidak berperan sebanyak 25 responden (40.3%). 114 Hubungan antara Peran Orang Tua atau Keluarga dengan Kebiasaan Merokok Hubungan antara peran orang tuan atau keluarga dengan kebiasaan merokok menunjukan bahwa dari 62 responden yang peran orang tua atau keluarga berperan dengan kebiasaan merokok yang tidak biasa sebanyak 29 responden (46,8%), sementara peran keluarga yang berperan dengan kebiasaan merokok yang biasa sebanyak 17 responden (27,4%). Untuk peran orang tua atau keluarga yang tidak berperan dengan kebiasaan meroko yang tidak biasa sebanyak 5 responden (8,1%) dan kebiasaan merokok yang di kategorikan biasa sebanyak 11 responden (17,7%). Berdasarkan hasil uji Chi Square dengan nilai p = 0,028 (α < 0,05) maka Ho pada penelitian ini lebih kecil sehingga Ho ditolak artinya bahwa ada hubungan antara peran orang tua atau keluarga dengan kebiasaan merokok. Uji statistik selanjutnya memberikan hasil nilai OR = 3,753 (CI = 1,114 12,647). Nilai ini menjelaskan bahwa peran orang tua atau keluarga yang di kategorikan tidak berperan akan berpeluang untuk melakukan kebiasaan merokok yang dikategorikan biasa adalah sebesar 3,75 kali lebih besar jika dibandingkan dengan peran orang tua atau keluarga yang di kategorikan berperan. Hubungan antara Peran Teman Sebaya dengan Kebiasaan Merokok Hubungan antara Peran Teman Sebaya dengan Kebiasaan Merokok dari 62 responden yang peran teman sebaya yang berperan dengan kebiasaan merokok yang tidak biasa terdapat 28 responden (45,2%), sementara peran teman sebaya yang berperan dengan kebiasaan merokok yang biasa terdapat 12 responden (19,4%). Untuk peran teman sebaya dengan kebiasaan merokok yang tidak biasa terdapat 6 responden (9,7%) dan kebiasaan

4 merokok yang dikategorikan biasa terdapat 16 responden (25,8%). Berdasarkan hasil uji Chi Square dengan nilai p = 0,001 (α < 0,05) maka Ho pada penelitian ini lebih kecil dari 5% sehingga Ho ditolak artinya bahwa ada hubungan antara peran teman sebaya dengan kebiasaan merokok pada siswa SMK Negeri 1 Tojo Barat Kabupaten Tojo Una-una. Uji statistik selanjutnya memberikan hasil nilai OR = 6,222 (CI = 1,957 19,780). Nilai ini menjelaskan bahwa peran teman sebaya yang tidak berperan akan berpeluang untuk melakukan kebiasaan merokok dengan biasa saja sebesar 6,2 kali lebih besar jika di bandingkan dengan peran teman sebaya yang berperan dengan kebiasaan merokok yang dikategorikan tidak biasa. Hubungan antara Pengaruh Iklan dengan Kebiasaan Merokok Pengaruh iklan rokok yang dikategorikan berperan dengan kebiasaan merokok yang dikategorikan tidak biasa terdapat 26 responden (41,9%) dan yang kebiasan merokok yang dikategorikan terdapat 11 responden (17,7%). Sedangkan pengaruh iklan rokok yang tidak berperan dengan kebiasan merokok yang tidak biasa sejumlah 8 responden (12,9%), sementara pengaruh iklan yang dikategorikan tidak meroko dengan kebiasaan merokok yang dikategorikan biasa terdapat 17 responden (27,4%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,003 (α< 0,05), maka Ho pada penelitian ini lebih kecil dari 5% sehingga Ho pada penelitian ini ditolak artinya, bahwa terdapat hubungan antara pengaruh iklan rokok dengan kebiasaan merokok pada siswa SMK Negeri 1 Tojo Barat Kabupaten Tojo Una-una. Uji statistik selanjutnya memberikan hasil nilai OR= 5,023 (CI = 1,677 15,042). Nilai ini menjelaskan bahwa pengaruh iklan rokok yang dikategorikan tidak berperan akan berpeluang untuk terjadi kebiasaan merokok yang dikategorikan biasa sebesar 5 kali lebih besar jika dibandingkan dengan pengaruh iklan rokok yang di kategorikan berperan. PEMBAHASAN Hubungan antara Peran Orang Tua atau Keluarga dengan Kebiasaan Merokok Merokok adalah kebiasaan yang buruk, karena selain merusak kesehatan juga merusak kepribadian kita. Merokok dimulai saat masa puber yakni besarnya keinginan untuk mencoba segala sesuatu. Merokok merupakan masalah yang belum bisa terselesaikan hingga saat ini. Perilaku merokok ini sudah melanda berbagai kalangan, baik anakanak sampai orang tua, laki-laki maupun perempuan, terlebih pada siswa-siswi SMU. Banyak faktor yang dapat menyebabkan seorang siswa atau anak merokok, sehingga peran orang tua sangat penting dalam pembentukan kepribadian seorang anak. Orang tua adalah oknum yang paling dekat dengan anak-anaknya dan dari orang tua juga seorang anak mendapat pendidikan pertama kali. Peran orang tua yang bertanggung jawab terhadap keselamatan para remaja tentunya tidak membiarkan anaknya terlena dengan fasilitas-fasilitas yang dapat menenggelamkan si anak remaja ke dalam kenakalan remaja, kontrol yang baik dengan selalu memberikan pendidikan moral dan agama yang baik di harapkan akan dapat membimbing si anak remaja ke jalan yang baik pula. Lingkungan keluarga memiliki peran besar dalam membentuk kepribadian anak, karena dalam keluargalah anak yang pertama kali mengenal dunia ini. Anak sering mencontoh perilaku orang tua atau yang dituakan dalam keluarga, dalam kehidupannya sehari-hari, karena memang di dalam keluargalah anak pertama kali mengenal pendidikan. 115

5 Pola asuh dalam keluarga yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik kesehatan, sosial, dan agama yang diberikan merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak untuk menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat. Hasil olahan data dari 62 responden yang dilakukan pada peran orang tua atau keluarga dengan kebiasaan merokok berdasarkan kesimpulan peneliti adalah bahwa masih adanya orang tua yang tidak berperan dengan kebiasan merokok pada siswa SMK negeri 1 Tojo Barat Kabupaten Tojo Una-una, hal ini bisa saja di karenakan kurangnya perhatian akibat kesibukan orang tua dengan pekerjaannya. Untuk itu jika orang tua menginginkan anaknya terhindar dari kebiasaan merokok, maka sudah seharusnya orang tua harus memberikan perhatian ekstra pada anaknya apalagi usia anak yang beranjak dewasa. Berdasarkan hasil penelitian ini peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa peran orang tua yang di kategorikan tidak berperan bisa menyebabkan kebiasaan merokok pada anak. Sebagai pembanding penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yusuf ( 2006), ia mengatakan bahwa dan orang tua dan keluarga sangatlah berpengaruh terhadp kebiasaan merokok pada anak remaja. Dalam bukunya yusuf mengatakan bahwa orang tua adalah contoh dan model bagi remaja. Namun bagi orang tua yang kurang tahu tentang kesehatan, secara tidak langsung mereka telah mengajarkan perilaku atau pola hidup yang kurang sehat. Penelitian yang dilakukan oleh Harlianti, T (2008) menyebutkan bahwa salah satu temuan tentang remaja perokok adalah jika anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya 116 dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia. Remaja yang berasal dari keluarga konservatif yang menekankan nilai-nilai sosial dan agama dengan baik dengan tujuan jangka panjang lebih sulit untuk terlibat dengan rokok / tembakau / obat - obatan dibandingkan dengan keluarga yang permisif dengan penekanan pada falsafah kerjakan urusanmu sendiri-sendiri, dan yang paling kuat pengaruhnya adalah bila orang tua sendiri menjadi figur contoh yaitu sebagai perokok berat, maka anakanaknya akan mungkin sekali untuk mencontohnya. Perilaku merokok lebih banyak di dapati pada mereka yang tinggal dengan satu orang tua (single parent). Remaja akan lebih cepat berperilaku sebagai perokok bila ibu mereka merokok dari pada ayah yang merokok, hal ini lebih terlihat pada remaja putrid. Hubungan antara Peran Teaman Sebaya dengan Kebiasaan Merokok Penelitian mengenai kebiasaan merokok telah banyak dilakukan. Sejalan dengan semakin berkembangnya kesadaran mengenai kesehatan, sejak saat itu, dapat disimpulkan bahwa, merokok adalah faktor yang dapat menyebabkan dan mempercepat kematian. Tidak ada yang memungkiri adanya dampak negatif dari perilaku merokok tetapi perilaku merokok bagi kehidupan manusia merupakan kegiatan yang fenomenal. Artinya, meskipun sudah diketahui akibat negatif merokok tetapi jumlah perokok bukan semakin menurun tetapi semakin meningkat. Kehidupan remaja tidak bisa lepas dari lingkungan, karena remaja sangat membutuhkan interaksi dengan orangorang yang ada disekitarnya yaitu keluarga, tetangga, teman sekolah dan teman bermain, teman bermain biasa disebut dengan istilah teman sebaya, teman sebaya dalam kamus konseling.

6 Teman sebaya berarti teman- teman yang sesuai dan sejenis, perkumpulan atau kelompok pra puberteit yang mempunyai sifat- sifat tertentu dan terdiri dari satu jenis. Pada kelompok bermain ini sangat mempengaruhi perilaku dari remaja, baik perilaku positif maupun negatif seperti halnya perilaku merokok sebab faktor yang paling mempengaruhi merokok adalah pengaruh teman di sekolah atau teman bergaulnya di rumah. Hasil olahan yang dialkuakn terhadap 62 siswa di SMK Negeri 1 Tojo Barat Kabupaten Tojo Una-una berdasarkan kesimpulan peneliti adalah bahwa peran teman sebaya terhadap kebiasaan merokok cukup tinggi, hal ini bisa saja terjadi karena cara bergaul siswa yang tidak memilih-milih mana teman yang bisa di ajak bergaul mana yang tidak. Untuk itu jika siswa tersebut ingin terhindar dari bahaya kebiasaan merokok sudah sepantasnya jika ingin bergaul yang pertama adalah memilih teman yang tidak membawa pribadi kita pada keburukan dengan begitu tentu siswa tersebut dapat terhindar dari kebiasaan merokok. Selanjutnya dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2006) dapat disimpulkan bahwa niat untuk merokok lebih disebabkan oleh faktor dari dalam diri individu yaitu kemampuan untuk mengontrol perilaku merokok dan seberapa sering individu mengalami perasaan negatif dibanding pengaruh lingkungan (teman, orangtua, dan keluarga yang merokok) maupun norma subyektif (sikap permisif dari lingkungan dan motivasi individu untuk mengikutinya). Hampir semua orang mulai merokok dengan alasan yang sedikit sekali kaitannya dengan kenikmatan. Menurut remaja rokok merupakan lambang kedewasaan. Sebagai seorang remaja mereka menggunakan berbagai cara agar terlihat dewasa. Untuk membuktikannya mereka melakukan dengan sadar kebiasaan orang dewasa yakni merokok. 117 Seperti halnya yang diungkapkan oleh Sugeng (dalam Soamole, 2004) bahwa remaja ingin mencoba melakukan apa yang sering dilakukan oleh orang dewasa, dengan sembunyi-sembunyi remaja pria mencoba merokok karena seringkali mereka melihat orang dewasa melakukannya. Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tadi terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87% mempunyai sekurangkurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja non perokok (Al Bachri, 1991 dalam Herlianti, T, 2008). Hubungan antara Pengaruh Iklan dengan Kebiasaan Merokok Perokok merupakan perilaku yang masih banyak dilakukan oleh banyak orang. Remaja yang sedang berkembang masih sangat rentan terhadap pengaruh-pengaruh buruk merokok. Dukungan dari media masa yang sering menampilkan iklan merokok membuat para remaja semakin tertarik untuk mencoba. Penelitian ini untuk mengetahui adakah hubungan antara tayangan iklan rokok terhadap kebiasan merokok pada siswa SMK Negeri 1 Tojo Barat Kabupaten Tojo Una-una. Penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim (2007) mengungkapkan bahwa, selain teman sebaya seperti yang telah dijelaskan di atas, perilaku merokok juga dipengaruhi oleh pengaruh dari terpaan iklan rokok, karena dalam iklan rokok tersebut berisi pesan yang menunjukkan kebersamaan, solidaritas dan kekompakan. Iklan sendiri memiliki pengertian segala bentuk penyajian dan promosi ide, barang atau jasa secara

7 non-personal oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran. Periklanan adalah suatu proses komunikasi massa yang melibatkan sponsor tertentu, yakni si pemasang iklan (pengiklan), yang membayar jasa sebuah media massa atas penyiaran iklannya. Iklan rokok di media massa merupakan media informasi yang memiliki kekuatan visualisasi objek dan kekuatan audio. Iklan memiliki pengaruh persuasif baik secara langsung maupun tidak langsung kepada pemirsa yang melihat iklan tersebut. Iklan rokok bertujuan untuk menyampaikan pesan pada masyarakat yang memberitahukan tentang kenikmatan merokok. Sebagai pembanding penelitian ini semakna dengan penelitian yang dilakukan oleh Mari Juniarti (2001), ia mengatakan bahwa pengaruh iklan dengan kebiasaan merokok sangat berpengaruh hal ini sebagai akibat dari iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut. Dalam upaya prevensi, motivasi untuk menghentikan perilaku merokok penting untuk dipertimbangkan dan dikembangkan. Dengan menumbuhkan motivasi dalam diri remaja berhenti atau tidak mencoba untuk merokok, akan membuat mereka mampu untuk tidak terpengaruh oleh godaan merokok yang datang dari teman, media massa atau kebiasaan keluarga/orangtua. Suatu program kampanye anti merokok buat para remaja yang dilakukan oleh Richard Evans (1999) dapat dijadikan contoh dalam melakukan upaya pencegahan agar remaja tidak merokok, karena ternyata program tersebut membawa hasil yang menggembirakan. Kampanye anti merokok ini dilakukan dengan cara membuat berbagai poster, film dan diskusi-diskusi tentang berbagai aspek 118 yang berhubungan dengan merokok. Lahan yang digunakan untuk kampanye ini adalah sekolah-sekolah, televisi atau radio. Pesan-pesan yang disampaikan meliputi: 1. Meskipun orang tuamu merokok, kamu tidak perlu harus meniru, karena kamu mempunyai akal yang dapat kamu pakai untuk membuat keputusan sendiri. 2. Iklan-iklan merokok sebenarnya menjerumuskan orang. Sebaiknya kamu mulai belajar untuk tidak terpengaruh oleh iklan seperti itu. 3. Kamu tidak harus ikut merokok hanya karena teman-temanmu merokok. Kamu bisa menolak ajakan mereka untuk ikut merokok. 4. Perilaku merokok akan memberikan dampak bagi kesehatan secara jangka pendek maupun jangka panjang yang nantinya akan ditanggung tidak saja oleh diri kamu sendiri tetapi juga akan dapat membebani orang lain (misal: orangtua). Agar remaja dapat memahami pesan-pesan tersebut maka dalam kampanye anti merokok perlu disertai dengan beberapa pelatihan, seperti: 1. Ketrampilan berkomunikasi 2. Kemampuan untuk membuat keputusan sendiri 3. Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan rasa cemas/anxietas 4. Pelatihan untuk berperilaku assertif 5. Kemampuan untuk menghadapi tekanan dari kelompok sebaya, dll Dengan cara-cara diatas remaja akan diajak untuk dapat memiliki kemampuan dan kepercayaan diri dalam menolak berbagai godaan untuk merokok, baik yang datang dari media massa, teman sebaya maupun dari keluarga. Melarang, menghukum, atau pun memaksa remaja untuk tidak merokok hanya akan memberikan dampak yang relatif singkat karena tidak didasari oleh motivasi internal si remaja. Masa remaja adalah suatu bagian dari proses tumbuh kembang yang

8 berkesinambungan, yang merupakan masa peralihan kanak-kanak ke dewasa muda. Pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang cepat dalam aspek fisik, emosi, kognitif dan sosial. Masa ini merupakan masa yang kritis, yaitu saat untuk berjuang melepas ketergantungan kepada orang tua dan berusaha mencapai kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Keberhasilan remaja melalui masa transisi ini dipengaruhi baik oleh faktor individu (biologis, kognitif, dan psikologis) maupun lingkungan (keluarga, teman sebaya, dan masyarakat). Astanti (2005) menyatakan faktorfaktor yang mempengaruhi perilaku merokok remaja SMUN 2 Sukoharjo adalah faktor kepribadian, orang tua, lingkungan, dan iklan. Menurut Surjanto (2005) dalam penelitian Perilaku merokok pelajar SMP Surakarta tahun 2004 menunjukkan kekerapan merokok pelajar SMP di Surakarta sebesar 16%, berdasarkan jenis kelamin kekerapan merokok pelajar laki-laki 30,2% dan perempuan 3,1%. Usia pertama kali merokok di bawah 10 tahun sebesar 36,9%, pelajar paling banyak menghabiskan rokok <1 batang per hari 45,8% dan jumlah rokok yang dihisap 6 batang per hari sebesar 3,13% (Surjanto, 2005). Kesimpulan Berdasarkan hasil pada penelitian ini maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Ada hubungan yang bermakna antara peran orang tua atau keluarga dengan kebiasaan merokok dimana nilai p = 0,028 berarti p < 0,05 dengan nilai OR = 3,753 yang berarti peran orang tua atau keluarga yang dikategorikan tidak berperan akan berpeluang untuk melakukan kebiasan merokok yang di kategorikan biasa sebesar 3,75 kali lebih besar dibanding dengan peran orang tua atau keluarga yamh berperan Ada hubungan yang bermakna antara peran teman sebaya dengan kebiasaan merokok pada siswa SMK Negeri 1 Tojo Barat Kabupaten Tojo Una-una dimana nilai p = 0,001 berarti p < 0,05, dengan hasil nilai OR = 6,222 yang berarti peran teman sebaya yang tidak berperan akan berpeluang untuk melakukan kebiasaan merokok yang di kategorikan biasa sebesar 6,2 kali lebih besar jika di bandingkan dengan peran teman sebaya yang dikategorikan tidak berperan. 3. Ada hubungan yang bermakna antara pengaruh iklan dengan kebiasaan merokok dimana nilai p = 0,003 berarti p < 0,05 dengan nilai OR= 5,023 artinya pengaruh iklan yang dikategorikan tidak berperan akan berpeluang untuk melakukan kebiasaan merokok yang di kategorikan biasa sebesar 3,1 kali lebih besar dibanding dengan pengaruh iklan yang dikategorikan berperan. SARAN Mengingat begitu tingginya angka perokok di Indonesia terutama pada kalangan remaja sehingga menyebabkan tinggi juga angka kematian akibat rokok pada remaja maupun dewasa, maka dapat disarankan sebagai berikut : 1. Pihak Sekolah diharapkan dapat meningkatkan kegiatan positif yang bersifat kelompok sehingga dapat mengalihkan siswa dari kebiasaan merokok. Pihak sekolah perlu mengadakan kerja sama dengan instansi kesehatan untuk meningkatkan upaya promotif dan preventif melalui penyeluhan tentang bahaya rokok. 2. Untuk Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan diharapkan dapat mengadakan seminarseminar dan diskusi interaktif mengenai perkembangan

9 remaja dan masalah kesehatan remaja, khususnya mengenai bahaya kebiasaan merokok pada siswa. 3. Untuk peneliti selanjutnya, dalam penelitian ini tidak diteliti faktor lain yang berhubungan dengan kebiasaan merokok pada siswa seperti: faktor psikologis, dan faktor lingkungan. Untuk itu di perlukan penelitian lanjutan untuk meneliti faktor-faktor tersebut. DAFTAR PUSTAKA Aditama, Y Rokok dan Kesehatan. Universitas Indonesia. Jakarta. Ahmad Remaja Merokok karena Meniru. Diunduh 20 Februari 2011 Anugrah Pengendalian Dampak Produk Tembakau terhadap Kesehatan. Makalah. Fakultas Kesehatan Masyarakat UGM, Yogyakarta. Anwar Sejarah Rokok dan Tembakau. Di unduh tanggal 27 Desember Astianti Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Remaja SMUN 2 Sukoharjo Kabupaten Sukohajo, Skripsi. Fakultas Psikologi UGM. Yogyakarta Bambang Kebiasaan Merokok dan Kemiskinan diindonesia. m. Di unduh tanggal 20 Desember. Bangun Sikap Gejala Bagi Perokok. Bentara Cipta Prima. Jakarta. Depkes RI Lakukan Gaya Hidup Sehat Mulai Sekarang. Promosi Kesehatan. Jakarta. Fitriadi Remaja dan perilaku merokok Di unduh 12 Desember Herlianti, T, Hubungan antara pemenuhan Kasih Sayang Orang Tua dan Pengaruh Teman Sebaya serta Iklan Rokok dengan Tingkah Laku Remaja, Skripsi.fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta. Juanita Kematian Akibat Rokok. Di unduh tanggal 20 Desember Kartono Definisi Keluarga serta Peran Keluarga terhadap Perilaku Merokok Remaja. di unduh tanggal 20 Desember Mangoenprasadjo Gencarnya Iklan Rokok mempengaruhi perilaku merokok remaja. di Unduh 20 Desember Nasution, K Perilaku Merokok pada Remaja, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara, Medan Siswono Setiap menit 8 orang Meninggal Akibat Rokok. Di unduh tanggal 20 Desember Sitepoe Lindungi Remaja dari Bahaya Rokok. di Unduh 20 Desember Surjanto Perilaku Merokok Pelajar SMP Surakarta Tahun 2004, Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat, UGM. Yogyakarta Triratnawati, Fauziah, Terapi Berhenti Merokok (Studi Kasus 3 Perokok Berat) Makalah, Kesehatan, Vol 9, No.1 Juni 2005 hal 1522.DIGILIB.UI Jakarta

10 Vera, F Kebiasaan Merokok Dapat Menurun Pada Anak. Diunduh 20 Februari 2011 Walubi Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Meningkatnya Konsumsi Rokok Pada Remaja di Indonesia. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Sumatra Utara, Medan. Wikipedia Rokok. ok. Di unduh tanggal 14 November Wulandari Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku merokok Siswa SMP Negeri 16 Kelurahan Sudiang Kecematan Biringkana. Skripsi. Fakultas Kedokteran UMI. Makassar Yusuf Hubungan Pola Asuh dan Peran Orang Tua terhadap Perilaku Merokok Remaja di Kelurahan Belopa Kabupaten Luwu. Skripsi. FKM. UMI Makassar Rokok Menyebabkan 5 juta Kasus Kesakitan dan Kematian. Di unduh Tanggal 14 November Rokok dan Kesehatan. Di unduh tanggal 12 Desember Jauhkan Anak Dari Rokok; n/rokok, di unduh14 November 121

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena sudah menjadi masalah nasional dan bahkan internasional. Di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena sudah menjadi masalah nasional dan bahkan internasional. Di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merokok merupakan salah satu masalah yang sulit dipecahkan, karena sudah menjadi masalah nasional dan bahkan internasional. Di Indonesia permasalahan rokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merokok baik laki-laki, perempuan, anak kecil, anak muda, orang tua, status

BAB I PENDAHULUAN. merokok baik laki-laki, perempuan, anak kecil, anak muda, orang tua, status BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang lazim dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dimanapun tempat selalu ditemukan orang merokok baik laki-laki, perempuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa kematian akibat rokok adalah 4 juta jiwa pertahun yang 500.000 diantaranya adalah perempuan. Data Departemen

Lebih terperinci

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SLTP DI KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SLTP DI KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008 BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SLTP DI KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008 Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijasah S1

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA TERHADAP PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA PRIA DI DESA KENTENG KECAMATAN NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2007 SKRIPSI

HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA TERHADAP PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA PRIA DI DESA KENTENG KECAMATAN NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2007 SKRIPSI HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA TERHADAP PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA PRIA DI DESA KENTENG KECAMATAN NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2007 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung CO (Carbon monoksida) yang mengurai kadar oksigen dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung CO (Carbon monoksida) yang mengurai kadar oksigen dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. MEROKOK 1. Pengertian Merokok adalah suatu bahaya untuk jantung kita. Asap rokok mengandung CO (Carbon monoksida) yang mengurai kadar oksigen dalam sel darah merah. Merokok dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi tembakau tertinggi di dunia setelah RRC, Amerika Serikat, Rusia

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi tembakau tertinggi di dunia setelah RRC, Amerika Serikat, Rusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia kini menempati ranking ke-5 sebagai negara dengan jumlah konsumsi tembakau tertinggi di dunia setelah RRC, Amerika Serikat, Rusia dan Jepang (Depkes RI,

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN MEROKOK PADA REMAJA PUTRI DI KELURAHAN JATI KOTA PADANG TAHUN 2010

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN MEROKOK PADA REMAJA PUTRI DI KELURAHAN JATI KOTA PADANG TAHUN 2010 FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN MEROKOK PADA REMAJA PUTRI DI KELURAHAN JATI KOTA PADANG TAHUN 2010 Skripsi Diajukan ke Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Salah satu kebiasaan masyarakat saat ini yang dapat di temui hampir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Salah satu kebiasaan masyarakat saat ini yang dapat di temui hampir 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu kebiasaan masyarakat saat ini yang dapat di temui hampir di setiap kalangan masyarakat adalah perilaku merokok. Rokok tidaklah suatu hal yang baru dan asing

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI-LAKI DI SMA X KABUPATEN KUDUS

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI-LAKI DI SMA X KABUPATEN KUDUS HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI-LAKI DI SMA X KABUPATEN KUDUS Rahmadhiana Febrianika *), Bagoes Widjanarko **), Aditya Kusumawati ***) *)Mahasiswa Peminatan PKIP FKM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Ogawa (dalam Triyanti, 2006) dahulu perilaku merokok disebut sebagai suatu kebiasaan atau ketagihan, tetapi dewasa ini merokok disebut sebagai tobacco

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan pada tahun 2020 penyakit yang berkaitan dengan tembakau/rokok akan menjadi masalah kesehatan utama terbesar dan menyebabkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU Kesehatan No.23/1992). Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak kandungan zat berbahaya di dalam rokok. Bahaya penyakit akibat rokok juga sudah tercantum dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku merokok tampaknya telah menjadi kebiasaan banyak. seperti Indonesia bermunculan rokok-rokok terbaru yang setiap produk

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku merokok tampaknya telah menjadi kebiasaan banyak. seperti Indonesia bermunculan rokok-rokok terbaru yang setiap produk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat. Kemudian ada juga yang menyebutkan bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun itu terus meningkat, baik itu pada laki-laki maupun perempuan. Menurut The

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun itu terus meningkat, baik itu pada laki-laki maupun perempuan. Menurut The BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyalahgunaan tembakau pada dasarnya merupakan penyebab kematian yang dapat dihindari. Namun, kecanduan dalam merokok masih belum bisa lepas dari masyarakat di dunia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (World Health Organization) (2007) adalah 12 sampai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merokok namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok masih

BAB 1 PENDAHULUAN. merokok namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok masih BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Jumlah perokok dari tahun ketahun mengalami peningkatan, baik laki-laki, perempuan. Usia perokok juga bervariasi dari yang dewasa sampai remaja bahkan anak dibawah umur.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORANG TUA, TEMAN SEBAYA DAN IKLAN ROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA LAKI-LAKI MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORANG TUA, TEMAN SEBAYA DAN IKLAN ROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA LAKI-LAKI MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 BOYOLALI GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 011 (695-705) HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORANG TUA, TEMAN SEBAYA DAN IKLAN ROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA LAKI-LAKI MADRASAH ALIYAH NEGERI BOYOLALI Arina Uswatun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak terlupakan karena penuh dengan kegembiraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 70% penduduk Indonesia (Salawati dan Amalia, 2010). Dari analisis data Susenas tahun 2001 diperoleh data umur mulai merokok kurang

BAB I PENDAHULUAN. 70% penduduk Indonesia (Salawati dan Amalia, 2010). Dari analisis data Susenas tahun 2001 diperoleh data umur mulai merokok kurang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok merupakan salah satu fenomena pada orang masa kini, saat ini sudah begitu meluas dan semakin meningkat dari tahun ke tahun disemua kalangan baik laki-laki atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ( perokok aktif ), sedangkan 600 ribu orang lebih meninggal

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ( perokok aktif ), sedangkan 600 ribu orang lebih meninggal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok merupakan salah satu kekhawatiran terbesar yang dihadapi dunia kesehatan karena dapat menyebabkan hampir 6 juta orang meninggal dalam setahun. Lebih dari 5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu kebiasaan buruk yang dilakukan manusia yang telah sejak dulu adalah merokok.merokok merupakan masalah yang utama bagi kesehatan masyarakat di dunia.karena

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku merokok merupakan suatu fenomena yang umum di masyarakat Indonesia. Merokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia merupakan pola perilaku yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dalam kehidupan manusia.remaja mulai memusatkan diri pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dalam kehidupan manusia.remaja mulai memusatkan diri pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa menuju kedewasaan. Masa ini merupakan tarap perkembangan dalam kehidupan manusia.remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan terjadinya 25 penyakit di tubuh manusia. Analisa mendalam tentang aspek sosio ekonomi dari bahaya merokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merokok merupakan kegiatan membakar tembakau kemudian asapnya dihisap. Kecanduan rokok banyak terjadi pada usia remaja. Remaja adalah masa transisi antara masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat didefinisikan sebagai perilaku penggunaan tembakau yang menetap, biasanya lebih

BAB I PENDAHULUAN. dapat didefinisikan sebagai perilaku penggunaan tembakau yang menetap, biasanya lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Triyanti (2006) dahulu perilaku merokok disebut sebagai suatu kebiasaan atau ketagihan, tetapi dewasa ini merokok disebut sebagai tobacco dependency sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. utama kanker di dunia. Survei dari WHO 8,2 juta orang meninggal kerena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. utama kanker di dunia. Survei dari WHO 8,2 juta orang meninggal kerena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah World Health Organization (WHO) menjelaskan rokok menjadi penyebab utama kanker di dunia. Survei dari WHO 8,2 juta orang meninggal kerena penyakit kanker dan

Lebih terperinci

POLA ASUH ORANG TUA PADA REMAJA YANG MEMILIKI PERILAKU MEROKOK DI SMPN I MOJOANYAR JABON MOJOKERTO

POLA ASUH ORANG TUA PADA REMAJA YANG MEMILIKI PERILAKU MEROKOK DI SMPN I MOJOANYAR JABON MOJOKERTO POLA ASUH ORANG TUA PADA REMAJA YANG MEMILIKI PERILAKU MEROKOK DI SMPN I MOJOANYAR JABON MOJOKERTO Sri Sudarsih Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Sehat PPNI Mojokerto Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah rokok pada hakekatnya sekarang sudah menjadi masalah nasional,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah rokok pada hakekatnya sekarang sudah menjadi masalah nasional, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah rokok pada hakekatnya sekarang sudah menjadi masalah nasional, bahkan internasional (Amelia, 2009). Merokok sudah menjadi kebiasaan yang umum dan meluas di masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada remaja biasanya disebabkan dari beberapa faktor

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada remaja biasanya disebabkan dari beberapa faktor BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Stres merupakan bagian yang tidak terhindar dari kehidupan. Stres mempengaruhi kehidupan setiap orang bahkan anak-anak. Kebanyakan stres diusia remaja berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rokok pada remaja yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rokok pada remaja yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku merokok remaja merupakan bentuk perilaku menghisap rokok pada remaja yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari di berbagai tempat umum seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga hal ini masih menjadi permasalahan dalam kesehatan (Haustein &

BAB I PENDAHULUAN. sehingga hal ini masih menjadi permasalahan dalam kesehatan (Haustein & BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Merokok merupakan salah satu kebiasaan negatif manusia yang sudah lama dilakukan. Kebiasaan ini sering kali sulit dihentikan karena adanya efek ketergantungan yang ditimbulkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan. ada dalam diri individu yang bersangkutan ( Sunaryo, 2004 ).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan. ada dalam diri individu yang bersangkutan ( Sunaryo, 2004 ). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi 1. Pengertian Persepsi Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indra, kemudian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran pengetahuan..., Rowella Octaviani, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran pengetahuan..., Rowella Octaviani, FKM UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebiasaan merokok telah lama dikenal oleh masyakarat Indonesia dan dunia dan jumlah perokok semakin terus bertambah dari waktu ke waktu. The Tobacco Atlas 2009 mencatat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rokok adalah salah satu zat adiktif yang apabila digunakan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat. Rokok merupakan hasil olahan tembakau terbungkus,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menganggap merokok sebuah perilaku yang bisa membuat. ditentukan tidak boleh merokok/ kawasan tanpa rokok.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menganggap merokok sebuah perilaku yang bisa membuat. ditentukan tidak boleh merokok/ kawasan tanpa rokok. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan salah satu gaya hidup yang tidak sehat akan tetapi merokok dikalangan masyarakat adalah sebuah hal yang biasa, masyarakat menganggap merokok sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan antara tinggi dan berat badan akibat jaringan lemak di dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan berat badan

Lebih terperinci

berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Program anti tembakau termasuk dalam 10 program unggulan kesehatan.

berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Program anti tembakau termasuk dalam 10 program unggulan kesehatan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebiasaan merokok sudah meluas di hampir semua kelompok masyarakat di Indonesia dan cenderung meningkat. Hal ini memberi makna bahwa masalah merokok telah menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya.

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya. BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular dan penyakit tidak menular masih memiliki angka prevalensi yang harus diperhitungkan. Beban ganda kesehatan menjadi permasalahan kesehatan bagi seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi kini menjadi masalah global karena prevalensi yang terus meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti merokok, obesitas, inaktivitas fisik, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menghisap tembakau merupakan hal kebiasaan telah dikenal sejak lama

BAB I PENDAHULUAN. Menghisap tembakau merupakan hal kebiasaan telah dikenal sejak lama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menghisap tembakau merupakan hal kebiasaan telah dikenal sejak lama dimuka bumi. Sejak dulu bangsa yang dikenal sebagai bangsa penghisap tembakau yaitu bangsa Indian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku merokok tidak mengenal batasan usia mulai dari kalangan remaja,

BAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku merokok tidak mengenal batasan usia mulai dari kalangan remaja, 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perilaku merokok bukanlah hal yang jarang ditemukan dewasa kini, hampir disemua tempat dapat ditemukan fenomena orang dengan perilaku merokok. Perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok di masyarakat kini seolah telah menjadi budaya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok di masyarakat kini seolah telah menjadi budaya. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebiasaan merokok di masyarakat kini seolah telah menjadi budaya. Hal ini ditambah dengan gencarnya iklan-iklan rokok yang mengidentikkan dengan kejantanan, kesegaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muncul pula tingkat kecanduan yang berbeda-beda dan bentuk implementasi

BAB I PENDAHULUAN. muncul pula tingkat kecanduan yang berbeda-beda dan bentuk implementasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebiasaan merokok sangat melekat dalam keseharian banyak orang, muncul pula tingkat kecanduan yang berbeda-beda dan bentuk implementasi yang juga tidak sama, antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1 miliar yang terdiri dari 47% pria, 12% wanita dan 41% anak-anak (Wahyono, 2010). Pada tahun 2030, jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Remaja dalam perkembangannya sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan. Salah satu perilaku tidak sehat oleh remaja yang dipengaruhi oleh lingkungan adalah merokok.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rokok. Masalah rokok tidak hanya merugikan si perokok (perokok aktif)

BAB I PENDAHULUAN. rokok. Masalah rokok tidak hanya merugikan si perokok (perokok aktif) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku merokok sangat merugikan, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang yang ada disekitarnya. Merokok merupakan suatu hal yang tidak asing lagi, bahkan kita sering

Lebih terperinci

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Lusia Salmawati, Rasyika Nurul, Febrina D.: 18-26) 18

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Lusia Salmawati, Rasyika Nurul, Febrina D.: 18-26) 18 HUBUNGAN PERILAKU DENGAN KEBIJAKAN DAN KEBIASAAN MEROKOK SISWA KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 5 PALU TAHUN 2015 Lusia Salmawati 1, Rasyika Nurul 2, Febrina Dwitami 3* 1.Bagian kesehatan dan keselamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu

BAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu mengalami perubahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 68 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden Penelitian Demografi responden penelitian dapat lihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut : Tabel 4.1 Distribusi Umur mahasiswi Universitas Kristen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tembakau pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh bangsa Belanda

BAB 1 PENDAHULUAN. Tembakau pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh bangsa Belanda BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tembakau pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh bangsa Belanda sekitar dua abad yang lalu dan penggunaannya pertama kali oleh masyarakat Indonesia dimulai ketika

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG DI LINGKUNGAN RSUP Dr. KARIADI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG DI LINGKUNGAN RSUP Dr. KARIADI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG DI LINGKUNGAN RSUP Dr. KARIADI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK Studi Kasus di RSUP Dr. Kariadi Semarang JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. koroner, stroke, kanker, penyakit paru kronik dan diabetes militus yang

BAB I PENDAHULUAN. koroner, stroke, kanker, penyakit paru kronik dan diabetes militus yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merokok merupakan salah satu bahaya yang mengancam anak, remaja dan wanita Indonesia. Mengkonsumsi rokok merupakan salah satu faktor risiko terjadinya berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh memperihatinkan, berbagai survey mengindikasikan bahwa praktik seks pranikah di kalangan remaja semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting bagi seluruh dunia sejak satu dekade yang lalu (Mayasari, 2007). Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. yang penting bagi seluruh dunia sejak satu dekade yang lalu (Mayasari, 2007). Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Kesehatan Dunia (WHO) menganggap perilaku merokok telah menjadi masalah yang penting bagi seluruh dunia sejak satu dekade yang lalu (Mayasari, 2007). Salah satu

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIASAAN MEROKOK PADA REMAJA PUTRA DI DUSU PAPAHAN, TASIKMADU, KARANGANYAR. Ana Wigunantiningsih*

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIASAAN MEROKOK PADA REMAJA PUTRA DI DUSU PAPAHAN, TASIKMADU, KARANGANYAR. Ana Wigunantiningsih* FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIASAAN MEROKOK PADA REMAJA PUTRA DI DUSU PAPAHAN, TASIKMADU, KARANGANYAR Ana Wigunantiningsih* *Dosen AKBID Mitra Husada Karanganyar Jl Achmad Yani No.167. Papahan, Tasikmadu,

Lebih terperinci

tinggi tingkat kesehatan, maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan Undang- Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 yang memuat

tinggi tingkat kesehatan, maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan Undang- Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 yang memuat Sehat adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Kepentingan kesegaran jasmani dalam pemeliharaan kesehatan tidak diragukan lagi, semakin tinggi tingkat kesehatan, maka kesegaran jasmani akan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Merokok merupakan kebiasaan buruk yang menjadi masalah seluruh dunia baik Negara maju maupun Negara berkembang. Di negara-negara yang maju kebiasaan merokok telah jauh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 600 ribu kematian dikarenakaan terpapar asap yang ditimbulkan. Hampir 80%

BAB 1 PENDAHULUAN. 600 ribu kematian dikarenakaan terpapar asap yang ditimbulkan. Hampir 80% BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tembakau merupakan salah satu ancaman terbesar masalah kesehatan didunia, bisa menyebabkan kematian sekitar 6 juta penduduk per tahun. Lebih dari 5 juta kematian akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Merokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan. menghisap rokok yang diminati oleh banyak kaum laki-laki.

BAB I PENDAHULUAN. Merokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan. menghisap rokok yang diminati oleh banyak kaum laki-laki. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu. Merokok adalah perilaku menghisap rokok yang diminati oleh banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

BAB I PENDAHULUAN. sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok merupakan kegiatan yang masih banyak dilakukan, walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang menyatakan bahaya merokok. Merokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meskipun terdapat larangan untuk merokok di tempat umum, namun perokok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meskipun terdapat larangan untuk merokok di tempat umum, namun perokok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rokok merupakan zat adiktif yang dapat membahayakan kesehatan individu atau masyarakat yang mengkonsumsinya. Merokok dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari orang terlibat di dalam tindakan membuat keputusan atau decision

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari orang terlibat di dalam tindakan membuat keputusan atau decision BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap hari orang terlibat di dalam tindakan membuat keputusan atau decision making, bahkan mungkin harus dilakukan beberapa kali. Mulai dari masalah-masalah yang sederhana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok sudah menjadi kebudayaan di masyarakat sehingga kegiatan merokok ini dapat kita jumpai di banyak tempat. Padahal sebagian besar masyarakat sudah mengatahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. namun juga dapat menimbulkan kematian (Kementrian Kesehatan. Republik Indonesia, 2011). World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. namun juga dapat menimbulkan kematian (Kementrian Kesehatan. Republik Indonesia, 2011). World Health Organization (WHO) BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Merokok merupakan salah satu masalah di dalam masyarakat yang tidak hanya menyebabkan kerugian dari segi ekonomi dan kesehatan namun juga dapat menimbulkan kematian

Lebih terperinci

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010).

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Epidemi rokok merupakan salah satu epidemi terbesar dari berbagai masalah kesehatan masyarakat di dunia yang pernah dihadapi, membunuh sekitar 6 juta orang setiap tahunnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dampak buruk bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang sekitarnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. dampak buruk bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang sekitarnya. BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat menimbulkan dampak buruk bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang sekitarnya. Bila telah mengalami ketergantungan akan

Lebih terperinci

Hubungan Perilaku Merokok Orang Tua Dan Teman Sebaya Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Di SMK 2 Mei Bandar Lampung. Gede Merta Mertana

Hubungan Perilaku Merokok Orang Tua Dan Teman Sebaya Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Di SMK 2 Mei Bandar Lampung. Gede Merta Mertana Hubungan Perilaku Merokok Orang Tua Dan Teman Sebaya Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Di SMK 2 Mei Bandar Lampung Gede Merta Mertana FAKULTAS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA, 2017 OUTLINE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok merupakan suatu hal yang tabu untuk ditinggalkan meski menimbulkan dampak serius bagi kesehatan. Peneliti sering menjumpai orang merokok di rumah, tempat umum

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara yang perlu dididik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Remaja nantinya diharapkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara yang perlu dididik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Remaja nantinya diharapkan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah generasi penerus bangsa yang dibutuhkan negara dan suatu bentuk investasi negara yang perlu dididik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Remaja nantinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok telah menjadi budaya di berbagai bangsa di

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok telah menjadi budaya di berbagai bangsa di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kebiasaan merokok telah menjadi budaya di berbagai bangsa di seluruh dunia. Sebanyak 47% perokok didunia adalah pria, sedangkan 12% adalah wanita dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. membuktikan secara tuntas bahwa konsumsi rokok dan paparan terhadap asap rokok berbahaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. membuktikan secara tuntas bahwa konsumsi rokok dan paparan terhadap asap rokok berbahaya 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan dapat mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat. Lebih dari 70.000 artikel ilmiah telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan rokok di Indonesia sampai saat ini masih menjadi masalah nasional yang perlu diupayakan penanggulangannya, karena menyangkut berbagai aspek permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terjadi dalam lingkungan kesehatan dunia, termasuk di Indonesia. Tobacco

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terjadi dalam lingkungan kesehatan dunia, termasuk di Indonesia. Tobacco BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku merokok merupakan salah satu masalah kesehatan kompleks yang terjadi dalam lingkungan kesehatan dunia, termasuk di Indonesia. Tobacco Control Support Center

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia, sehingga perlu mendapat perhatian khusus secara global. Hal ini diperjelas dengan diangkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di masa modern ini, merokok merupakan suatu pemandangan yang sangat tidak asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, dan rasa percaya

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN. 34 tahun), lainnya masuk pada kategori dewasa muda (35-65 tahun) (39%) dan hanya

BAB 7 KESIMPULAN. 34 tahun), lainnya masuk pada kategori dewasa muda (35-65 tahun) (39%) dan hanya - 41 - BAB 7 KESIMPULAN 7.1. Kesimpulan Dari hasil pengumpulan, analisis, dan intepretasi data dalam pelaksanaan penelitian mengenai Sikap dan Perilaku Merokok Dosen UI di Depok Tahun 2008, dimana data

Lebih terperinci

PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP DENGAN PERILAKU TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH 1 PONTIANAK ABSTRAK

PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP DENGAN PERILAKU TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH 1 PONTIANAK ABSTRAK ORIGINAL RESEARCH PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP DENGAN PERILAKU TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH 1 PONTIANAK Yenni Lukita 1, Buyung Muttaqin 2 1 Dosen STIK

Lebih terperinci

Keywords: Smoking Habits of Students, Parents, Friends, Ads

Keywords: Smoking Habits of Students, Parents, Friends, Ads FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIASAAN MEROKOK PADA MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT (FKM) UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH BANDA ACEH TAHUN 2016 FACTORS AFFECTING SMOKING HABITS ON FACULTY STUDENTS

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG EFEK ROKOK TERHADAP KESEHATAN DENGAN SIKAP MEROKOK DI SLTP N 2 GROGOL SUKOHAJO SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG EFEK ROKOK TERHADAP KESEHATAN DENGAN SIKAP MEROKOK DI SLTP N 2 GROGOL SUKOHAJO SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG EFEK ROKOK TERHADAP KESEHATAN DENGAN SIKAP MEROKOK DI SLTP N 2 GROGOL SUKOHAJO SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih Gelar Sarjana Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberculosis paru (TB paru) merupakan salah satu penyakit infeksi yang prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health Organitation (WHO, 2012)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana-mana, baik instansi pemerintah, tempat umum, seperti ; pasar, rumah

BAB I PENDAHULUAN. dimana-mana, baik instansi pemerintah, tempat umum, seperti ; pasar, rumah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena merokok dalam kehidupan sehari-hari seringkali ditemui dimana-mana, baik instansi pemerintah, tempat umum, seperti ; pasar, rumah makan, taman rekreasi maupun

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, PAPARAN MEDIA IKLAN DAN PERSEPSI DENGAN TINGKAT PERILAKU MEROKOK SISWA SMK

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, PAPARAN MEDIA IKLAN DAN PERSEPSI DENGAN TINGKAT PERILAKU MEROKOK SISWA SMK Prosiding Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan ISSN 2460-4143 HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, PAPARAN MEDIA IKLAN DAN PERSEPSI DENGAN TINGKAT PERILAKU MEROKOK SISWA SMK Dwi Nurmayunita, Dwi Astuti *),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk merokok, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk merokok, baik secara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Merokok mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak dapat kita pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku merokok merupakan salah satu penyumbang kematian terbesar di dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100 juta kematian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah siswa remaja yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah siswa remaja yang sedang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah siswa remaja yang sedang mengalami masa transisi atau masa peralihan. Dapat dimengerti bahwa akibat yag luas dari masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merokok merupakan salah satu masalah yang sulit dipecahkan bahkan sudah menjadi masalah nasional dan internasional. Hal ini menjadi sulit, karena berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan jumlah perokok yang terus mengalami peningkatan dari tahun ketahun. WHO mencatat jumlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku merokok dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku merokok dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, sangat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku merokok dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, sangat merugikan baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Perilaku merokok saat ini merupakan kebiasaan

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI BERHENTI MEROKOK PADA MAHASISWA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Disusun Oleh: WISNU TRI LAKSONO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dan terjadi perubahan fisik yang cepat menyamai orang dewasa, tetapi emosinya belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Rokok sudah dikenal manusia sejak 1.000 tahun sebelum Masehi. Sejak setengah abad yang lalu telah diketahui bahwa merokok dapat mengganggu kesehatan pada perokok itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2003). Remaja merupakan bagian perkembangan yang penting dan unik,

BAB I PENDAHULUAN. 2003). Remaja merupakan bagian perkembangan yang penting dan unik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah salah satu bagian perkembangan disetiap manusia. masa remaja dimulai saat seorang individu berumur 11-22 tahun (Santrock, 2003). Remaja merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rokok merupakan silinder dari kertas berukuran panjang sekitar 70-120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diantaranya penyakit pada sistem kardiovaskular, penyakit pada sistem

I. PENDAHULUAN. diantaranya penyakit pada sistem kardiovaskular, penyakit pada sistem 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok merupakan suatu masalah di dalam masyarakat yang dapat menimbulkan banyak kerugian baik dari segi sosial ekonomi maupun kesehatan bahkan kematian (Kemenkes RI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remaja awal/early adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle

BAB I PENDAHULUAN. remaja awal/early adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja dalam ilmu psikologis diperkenalkan dengan istilah lain, seperti puberteit, adolescence, dan youth. Dalam bahasa Indonesia sering pula di kaitkan pubertas atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan saat ini dihadapkan pada dua masalah, di satu pihak penyakit penular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang belum banyak tertangani,

Lebih terperinci

PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DAN DUKUNGAN PENERAPANNYA DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DAN DUKUNGAN PENERAPANNYA DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DAN DUKUNGAN PENERAPANNYA DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA OLEH : TRIA FEBRIANI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci