JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 2, Nomor 1. Oktober 2011 PROBLEMATIKA MENUJU DOSEN PROFESIONAL
|
|
- Hendri Sugiarto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PROBLEMATIKA MENUJU DOSEN PROFESIONAL Edhy Sutanta Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, IST AKPRIND Yogyakarta Jl. Kalisahak No. 28, Komplek Balapan, Yogyakarta, ABSTRACT Professional lecturer is required by each college. Reality Indonesia lecturer nationally there are 93,272 (53.78) lecturers who can not be certified because they are not yet qualified master's degree. In addition, the budget constraints for further studies, the capacity of the appropriate course of science, and local policies in higher education institutions often still be inhibiting further studies lecturer. These problems must be resolved to avoid greater problems in the Indonesian higher education. And, the problems can be solved only through active cooperation between faculty, university institutions, and government regulations to implement Law number 14 which was released in 2005, about Teachers and Lecturers. Keywords: professional lecturers, higher education, master degree. I. PENDAHULUAN Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (UU nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Bab 1 Pasal 1 ayat 2). Peran, tugas, dan tanggungjawab dosen sangat penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan kualitas manusia Indonesia, meliputi kualitas iman/takwa, akhlak mulia, dan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta mewujudkan masyarakat Indonesia yang maju, adil, makmur, dan beradab. Untuk melaksanakan fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat strategis tersebut, diperlukan dosen yang profesional. Untuk menjadi seorang dosen profesional harus memenuhi kualifikasi akademik meliputi ijazah jenjang pendidikan akademik yang harus dimiliki oleh dosen sesuai dengan jenis, jenjang, dan satuan pendidikan formal di tempat penugasan (UU nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Bab 1 Pasal 9). Kualifikasi akademik dosen dan berbagai aspek unjuk kerja sebagaimana ditetapkan dalam Surat Keputusan Menkowasbangpan Nomor 38 Tahun 1999, merupakan salah satu elemen penentu kewenangan dosen mengajar di suatu jenjang pendidikan. Di samping itu, penguasaan kompetensi dosen juga merupakan persyaratan penentu kewenangan mengajar. Kompetensi tenaga pendidik, khususnya dosen, diartikan sebagai seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diwujudkan oleh dosen dalam melaksanakan tugas profesionalnya. Kompetensi tersebut meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Kompetensi dosen profesional menentukan kualitas pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi sebagaimana yang ditunjukkan dalam kegiatan profesional dosen. Dosen yang kompeten untuk melaksanakan tugasnya secara profesional adalah dosen yang memiliki kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian dan sosial yang diperlukan dalam praktek pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Tulisan ini membahas tentang beberapa problematika yang dihadapi oleh khususnya dosen di bidang ilmu informatika/komputer dalam rangka memenuhi kualifikasi dosen prefosional. Beberapa asumsi akan digunakan untuk menyederhanakan alur pikir dalam pembahasan. II. PEMBAHASAN II.1. Persyaratan Dosen Profesional Menurut UU nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dalam Bab 1, Pasal 47 dinyatakan, bahwa kualifikasi akademik dosen diperoleh melalui pendidikan tinggi program pascasarjana yang terakreditasi sesuai dengan bidang keahlian dengan kualifikasi minimum lulusan program magister untuk program diploma atau program sarjana, dan lulusan program doktor untuk program pascasarjana. Bukti atas profesionalisme dosen tersebut dibuktikan dengan sebuah sertifikat profesional yang akan diberikan setelah memenuhi sejumlah syarat, yaitu (UU nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Bab 1 Pasal 47): 1. Memiliki pengalaman kerja sebagai pendidik pada perguruan tinggi sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun; Volume 2, Nomor 1. 43
2 2. Memiliki jabatan akademik sekurangkurangnya asisten ahli; dan 3. Lulus sertifikasi yang dilakukan oleh perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pengadaan tenaga kependidikan pada perguruan tinggi yang ditetapkan oleh Pemerintah. Selanjutnya, sesuai Panduan Sertifikasi Dosen, khususnya pada Buku I tentang Naskah Akademik yang diterbitkan oleh Ditjen Dikti Depdiknas tahun 2009, secara lebih rinci, persyaratan agar seorang dosen dapat disertifikasi adalah (Ditjen Dikti, 2009): 1. Dosen tetap di perguruan tinggi negeri; 2. Dosen DPK di perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh masyarakat ; 3. Dosen tetap yayasan di perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh masyarakat; 4. Telah bekerja sekurang-kurangnya dua tahun; 5. Memiliki jabatan akademik sekurangkurangnya Asisten Ahli; 6. Memiliki kualifikasi akademik sekurangkurangnya S2 dari Program Studi Pasca Sarjana yang terakreditasi; 7. Mempunyai beban akademik sekurangkurangnya 12 sks per semester dalam dua tahun terakhir di perguruan tinggi di mana ia bekerja sebagai dosen tetap; tugas tambahan dosen sebagai pejabat struktural (di lingkungan perguruan tinggi) diperhitungkan SKS-nya sesuai aturan yang berlaku; dan 8. Bagi dosen non PNS melampirkan surat keterangan inpassing kepangkatan sementara dari Kopertis. Sedangkan dosen yang tidak diperkenankan mengikuti sertifikasi adalah (Ditjen Dikti, 2009): 1. Dosen tetap yayasan yang juga berstatus sebagai guru tetap yayasan dan telah mendapat sertifikat pendidik; 2. Dosen tetap yayasan yang juga memiliki status kepegawaian sebagai PNS atau pegawai tetap di lembaga lain; 3. Dosen tetap yayasan yang berumur lebih dari 65 tahun nol bulan. Kompetensi Dosen Profesional Sesuai Panduan Sertifikasi Dosen, khususnya pada Buku I tentang Naskah Akademik yang diterbitkan oleh Ditjen Dikti Depdiknas tahun 2009, secara lebih rinci, dijelaskan tentang empat jenis kompetensi yang perlu dimiliki oleh dosen untuk mendapatkan sertifikat profesional, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial, serta kompetensi kepribadian. Persyaratan minimal untuk masing-masing kompetensi tersebut sekurang-kurangnya adalah sebagai Volume 2, Nomor berikut (Ditjen Dikti, 2009): 1. Kompetensi Pedagogik, meliputi: a. Kemampuan Merancang Pembelajaran 1). Batasan, yaitu kemampuan tentang proses pengembangan mata kuliah dalam kurikulum, pengembangan bahan ajar, serta perancangan strategi pembelajaran 2). Sub kompetensi, meliputi: a). Menguasai berbagai perkembangan dan isu dalam sistem pendidikan. b). Menguasai strategi pengembangan kreatifitas. c). Menguasai prinsip-prinsip dasar belajar dan d). Mengenal mahasiswa secara mendalam. e). Menguasai beragam pendekatan belajar sesuai dengan karakteristik mahasiswa. f). Menguasai prinsip-prinsip pengembangan kurikulum berbasis kompetensi. g). Mengembangkan mata kuliah dalam kurikulum program studi. h). Mengembangkan bahan ajar dalam berbagai media dan format untuk mata i). kuliah tertentu. j). Merancang strategi pemanfaatan beragam bahan ajar dalam k). Merancang strategi pembelajaran mata kuliah. l). Merancang strategi pembelajaran mata kuliah berbasis ICT. b. Kemampuan Melaksanakan Proses Pembelajaran 1). Batasan, yaitu kemampuan mengenal mahasiswa (karakteristik awal dan latar belakang mahasiswa), ragam teknik dan metode pembelajaran, ragam media dan sumber belajar, serta pengelolaan proses 2). Sub Kompetensi, meliputi: a). Menguasai keterampilan dasar mengajar. b). Melakukan identifikasi karakteristik awal dan latar belakang mahasiswa. c). Menerapkan beragam teknik dan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mahasiswa dan tujuan d). Memanfaatkan beragam media dan sumber belajar dalam e). Melaksanakan proses pembelajaran yang produktif, kreatif, aktif, efektif,
3 Volume 2, Nomor dan menyenangkan. f). Mengelola proses g). Melakukan interaksi yang bermakna dengan mahasiswa. h). Memberi bantuan belajar individual sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. c. Kemampuan Menilai Proses dan Hasil Pembelajaran 1). Batasan, yaitu kemampuan melakukan evaluasi dan refleksi terhadap proses dan hasil belajar dengan menggunakan alat dan proses penilaian yang sahih dan terpercaya,didasarkan pada prinsip, strategi, dan prosedur penilaian yang benar, serta mengacu pada tujuan 2). Sub Kompetensi, meliputi: a). Menguasai standar dan indikator hasil pembelajaran mata kuliah sesuai dengantujuan b). Menguasai prinsip, strategi, dan prosedur penilaian c). Mengembangkan beragam instrumen penilaian proses dan hasil d). Melakukan penilaian proses dan hasil pembelajaran secara berkelanjutan. e). Melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran secara berkelanjutan. f). Memberikan umpan balik terhadap hasil belajar mahasiswa. g). Menganalisis hasil penilaian hasil pembelajaran dan refleksi proses h). Menindaklanjuti hasil penilaian untuk memperbaiki kualitas d. Kemampuan Memanfaatkan Hasil Penelitian untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran 1). Batasan, yaitu kemampuan melakukan penelitian pembelajaran serta penelitian bidang ilmu, mengintegrasikan temuan hasil penelitian untuk peningkatan kualitas pembelajaran dari sisi pengelolaan pembelajaran maupun pembelajaran bidang ilmu. 2). Sub Kompetensi, meliputi: a). Menguasai prinsip, strategi, dan prosedur penelitian pembelajaran (instructional research) dalam berbagai aspek b). Melakukan penelitian pembelajaran berdasarkan permasalahan pembelajaran yang otentik. c). Menganalisis hasil penelitian d). Menindaklanjuti hasil penelitian pembelajaran untuk memperbaiki kualitas 2. Kompetensi Profesional a. Batasan Kompetensi profesional adalah suatu kemampuan yang tumbuh secara terpadu dari pengetahuan yang dimiliki tentang bidang ilmu tertentu, keterampilan menerapkan pengetahuan yang dikuasai maupun sikap positif yang alamiah untuk memajukan, memperbaiki dan mengembangkannya secara berkelanjutan, dan disertai tekad kuat untuk mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pendidik profesional berupaya untuk mewujudkan sikap (aptitude) dan perilaku (behavior) ke arah menghasilkan peserta didik yang mempunyai hasrat, tekad dan kemampuan memajukan profesi yang berdasarkan ilmu dan teknologi. Dengan sikap dan perilaku, dosen melakukan perbaikan yang berkelanjutan, meningkatkan efisiensi secara kreatif melalui upaya peningkatan produktivitas dan optimalisasi pendayagunaan sumber-sumber yang ada di sekitarnya. Melalui kompetensi profesional, dosen secara dinamis mengembangkan wawasan keilmuan, menghasilkan ilmu, seni, dan teknologi berdasarkan penelitian, dan menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat dari hasil penelitian, dan pada akhirnya mengembangkan kebudayaan dan peradaban masyarakatnya sebagai pemangku kepentingan. b. Sub Kompetensi, meliputi: 1). Penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Penguasaan dosen terhadap materi pelajaran dalam bidang ilmu tertentu secara luas diartikan sebagai kemampuan dosen untuk memahami tentang asal usul, perkembangan, hakikat dan tujuan dari ilmu tersebut. Sementara itu, penguasaan yang mendalam berarti kemampuan dosen untuk memahami cara dan menemukan ilmu, teknologi dan atau seni, khususnya tentang bidang ilmu yang diampunya. Dalam hal ini, dosen diharapkan menyadari tentang pentingnya: a). Memiliki pengetahuan yang sangat mendalam tentang bidang ilmunya, dan terus menerus terpacu untuk mencari lebih banyak pengetahuan
4 Volume 2, Nomor yang berkenaan dengan bidang ilmunya. b). Bergabung dan mengukur diri di dalam kelompok atau asosiasi profesi, berpartisipasi aktif di dalamnya, sebagai wahana untuk mengembangkan diri secara profesional. c). Kemampuan menempatkan diri sebagai seseorang yang bertanggungjawab terhadap perkembangan bidang ilmu dan seninya, dan siapmengambil langkah inisiasi untuk pengembangan maupun pemecahan masalah. 2). Kemampuan merancang, melaksanakan, dan menyusun laporan penelitian. Kemampuan ini berkaitan dengan pemahaman dan keterampilan dosen tentang metodologi ilmiah, rancangan penelitian dan atau percobaan, serta kemampuan mengorganisasikan dan menyelenggarakan penelitian bidang ilmu mulai dari perumusan masalah, penyusunan hipotesis, perancangan data dan alat yang akan digunakan, serta metode analisis yang mendasarinya. Selanjutnya dosen mampu menerapkan rancangan, metode dan analisis tersebut dalam melaksanakan penelitian, sehingga tujuan penelitian dapat dicapai. Akhirnya semua itu dapat dituliskan dalam suatu laporan yang sistemik, bahkan dapat dikembangkan sebagai bahan utama dalam menyusun karya ilmiah untuk pertemuan ilmiah dan atau jurnal ilmiah. 3). Kemampuan mengembangkan dan menyebarluaskan inovasi. Dosen mampu mengembangkan hasil penelitian ke dalam bentuk yang dapat diterapkan untuk kepentingan tertentu, misalnya berupa teknik, kiat, dan kebijakan. Seorang dosen seyogyanya mempunyai motivasi untuk menyebarluaskan temuan dan hasil penelitiannya itu. Oleh karena itu kemampuan dalam bidang ilmu, teknologi dan/atau seni yang berdasarkan penelitian seseorang dapat diukur dari kegiatan kesarjanaan dan menunjukkan kemampuan yang berkesinambungan dengan ketertarikan yang nyata terhadap kegiatan akademis dan intelektual. Hal itu nampak dari berbagai karyanya, antara lain, berupa penulis bersama (co-authorship), serta memberi sumbangan yang bermakna dalam hal-hal; kajian dan laporan yang bersifat kependidikan, makalah kajian telaah atau tinjauan (review), menulis buku ajar atau sebagian bab dalam suatu buku ajar, melayani kegiatan penyuntingan (editorial), pendayagunaan media elektronik dalam penyebaran hasil penelitian, surat kepada penyunting majalah ilmiah (journal), menyusun bahan sillabus berdasarkan hasil penelitiannya, serta mengelola pertemuan ilmiah khusus dan laboratorium. 4). Kemampuan merancang, melaksanakan, dan menilai pengabdian kepada masyarakat. Hasil penelitian yang diperoleh lazimnya tak dapat langsung diterapkan, melainkan perlu dikembangkan lagi agar dapat diterapkan di kalangan masyarakat. Untuk itu seorang dosen yang profesional perlu mempunyai kemampuan untuk melakukan pengembangan sebagai bagian kelanjutan dari penelitian. Dalam hal ini, dosen diharapkan memiliki kemampuan melaksanakan rancangan penerapan tersebut baik dalam tingkat percobaan maupun dalam tingkat penyebaran secara masif. Hasil penerapan selanjutnya harus dapat dinilai oleh dosen untuk perbaikan lanjutan maupun sebagai bahan penelitian selanjutnya. Evaluasi dua arah tersebut memainkan peranan penting bagi pengembangan wawasan dan kompetensi dosen yang bersangkutan, serta mendorong terjadinya perbaikan ke arah optimalisasi danefisiensi yang memajukan teknologi masyarakat dan berdampak terhadap perkembangan kebudayaan dan peradaban. 3. Kompetensi Sosial a. Batasan, yaitu kemampuan melakukan hubungan sosial dengan mahasiswa, teman sejawat, karyawan dan masyarakat untuk menunjang pendidikan. b. Sub Kompetensi, meliputi: 1). Kemampuan menghargai keragaman sosial dan konservasi lingkungan. 2). Menyampaikan pendapat dengan runtut, efisien dan jelas. 3). Kemampuan menghargai pendapat
5 orang lain 4). Kemampuan membina suasana kelas. 5). Kemampuan membina suasana kerja. 6). Kemampuan mendorong peran serta masyarakat. 4. Kompetensi Kepribadian a. Batasan, yaitu sejumlah nilai, komitmen, dan etika professional yang mempengaruhi semua bentuk perilaku dosen terhadap mahasiswa, teman sekerja, keluarga dan masyarakat, serta mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa, termasuk pengembangan diri secara professional. b. Sub Kompetensi, meliputi: 1). Empati (empathy), meletakkan sensitifitas dan pemahaman terhadap bagaimana mahasiswa melihat dunianya sebagai hal yang utama dan penting dalam membantu terjadinya proses belajar. 2). Berpandangan positif terhadap orang lain, termasuk nilai dan potensi yang dimiliki, menghormati harga diri dan integritas mahasiswa, disertai dengan adanya harapan yang realistis (positif) terhadap perkembangan dan prestasi mereka. 3). Berpandangan positif terhadap diri sendiri, termasuk nilai dan potensi yang dimiliki, mempunyai harga diri dan integritas diri yang baik, disertai dengan tuntutan dan harapan yang realitis (positif) terhadap diri. 4). Genuine (authenticity), bersikap tidak dibuat-buat, jujur dan terbuka mudah dilihat orang lain. 5). Berorientasi kepada tujuan, senantiasa komit pada tujuan, sikap, dan nilai yang luas, dalam, serta berpusat pada kemanusiaan. Semua perilaku yang tampil berorientasi pada tujuan. Data Dosen Indonesia Mengacu pada data yang dirilis oleh Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti), Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), dalam situs (upload terakhir tanggal 26 Desember 2009), diketahui rekapitulasi data dosen nasional (di seluruh perguruan tinggi resmi di seluruh Indonesia) dalam kategori jenis kelamin (PNS dan non PNS), berdasarkan jenjang jabatan akademik dosen (PNS dan non PNS), dan berdasarkan jenjang pendidikan dosen (PNS dan non PNS). Data statistik dosen nasional tahun 2009, berdasarkan jenjang pendidikannya (status PNS dan non PNS), terdiri atas dosen jenjang pendidikan D-1, D-2, D-3, D-4, Profesi, dan S-1 sebanyak (53,78) dan dosen dengan jenjang pendidikan S-2 dan S-3 sebanyak (46,22) (Tabel 1). Dari Tabel 1, juga dapat diketahui bahwa dosen dengan jenjang pendidikan S-1 menempati rangking tertinggi, yaitu (49,26) (Gambar 1). TABEL 1: DATA DOSEN NASIONAL (PNS DAN NON PNS) BERDASARKAN JENJANG PENDIDIKAN Kategori D-1 D-2 D-3 D-4 Profesi S-1 S-2 S-3 Total PTN Kopertis I Kopertis I I Kopertis I II Kopertis I V Kopertis V Kopertis VI Kopertis VII Kopertis VIII Kopertis I X Kopertis X Kopertis XI Kopertis XII Total Jumlah Sumber: diakses tanggal 26 Desember D-1 D-2 D-3 D-4 Profesi S-1 S-2 S-3 GAMBAR 1: GRAFIK JUMLAH DOSEN NASIONAL (PNS DAN NON PNS) BERDASARKAN JENJANG PENDIDIKAN (Sumber: Diolah sendiri) Volume 2, Nomor 1. 47
6 Khusus dosen berstatus PNS, data statistik dosen nasional berdasarkan jenjang pendidikannya, terdiri atas dosen jenjang pendidikan D-3, D-4, Profesi, dan S-1 sebanyak (34,50) dan dosen dengan jenjang pendidikan S-2 dan S-3 sebanyak (65,50) (Tabel 2). Dari Tabel 2, juga dapat diketahui bahwa dosen dengan jenjang pendidikan S-2 menempati rangking tertinggi, yaitu (52,44) (Gambar 2). TABEL 2: DATA DOSEN NASIONAL PNS BERDASARKAN JENJANG PENDIDIKAN Kategori D- 1 D- 2 D- 3 D-4 Profesi S-1 S-2 S-3 Total PNS PTN PNS DPK Kopertis I PNS DPK Kopertis II PNS DPK Kopertis III PNS DPK Kopertis IV PNS DPK Kopertis V PNS DPK Kopertis VI PNS DPK Kopertis VII PNS DPK Kopertis VIII PNS DPK Kopertis IX PNS DPK Kopertis X PNS DPK Kopertis XI PNS DPK Kopertis XII Total Sumber: diakses tanggal 26 Desember dosen jenjang pendidikan D-1, D-2, D-3, D-4, Profesi, dan S-1 sebanyak (67,09) dan dosen dengan jenjang pendidikan S-2 dan S-3 sebanyak (32,91) (Tabel 3). Dari Tabel 2, juga dapat diketahui bahwa dosen dengan jenjang pendidikan S-1 menempati rangking tertinggi, yaitu (61,29) (Gambar 3). TABEL 3: DATA DOSEN NASIONAL NON PNS BERDASARKAN JENJANG PENDIDIKAN Kategori D- D- D-3 D-4 Profesi S-1 S-2 S-3 Total 1 2 Dosen BHMN Dosen PTS Kopertis I Dosen PTS Kopertis II Dosen PTS Kopertis III Dosen PTS Kopertis IV Dosen PTS Kopertis V Dosen PTS Kopertis VI Dosen PTS Kopertis VII Dosen PTS Kopertis VIII Dosen PTS Kopertis IX Dosen PTS Kopertis X Dosen PTS Kopertis XI Dosen PTS Kopertis XII Total Sumber: diakses tanggal 26 Desember Jumlah GAMBAR 2: GRAFIK JUMLAH DOSEN NASIONAL PNS BERDASARKAN JENJANG PENDIDIKAN (SUMBER: DIOLAH SENDIRI) Khusus dosen berstatus Non PNS, data statistik dosen nasional berdasarkan jenjang pendidikannya, terdiri atas D-1 D-2 D-3 D-4 Profesi S-1 S-2 S Jum lah D-1 D-2 D-3 D-4 Profesi S-1 S-2 S-3 GAMBAR 3: GRAFIK JUMLAH DOSEN NASIONAL NON PNS BERDASARKAN JENJANG PENDIDIKAN (Sumber: Diolah sendiri) 2688 Volume 2, Nomor 1. 48
7 Jika dibandingkan antara dosen nasional PNS dan dosen nasional non PNS, berdasarkan data Tabel 1, Tabel 2, dan Tabel 3, dapat diketahui bahwa jumlah dosen PNS lebih kecil dibandingkan jumlah dosen non PNS. Berdasarkan jenjang pendidikan dosen, jumlah dosen nasional non PNS jenjang pendidikan S-1 jauh lebih besar daripada jumlah dosen PNS jenjang pendidikan S-1 (Tabel 4, Gambar 4). TABEL 4: PERBANDINGAN DATA DOSEN NASIONAL PNS & NON PNS BERDASARKAN JENJANG PENDIDIKAN Katego ri D-1 D-2 D-3 D-4 Profe si S-1 S-2 S-3 Total PNS 0,00 0,00 0,04 0,20 0,80 12,70 20,87 5,20 39, Non PNS 0,00 0,00 1,10 1,53 0,79 36,13 17,85 1,55 58,95 Nasion al Volume 2, Nomor Jumlah (Sumber: Diolah sendiri) D-1 D-2 D-3 D-4 Profesi S-1 S-2 S-3 GAMBAR 4: GRAFIK JUMLAH DOSEN NASIONAL NON PNS BERDASARKAN JENJANG PENDIDIKAN (Sumber: Diolah sendiri) Problem Menuju Dosen Profesional Pemahaman atas ketentuan tersebut di atas, bahwa seseorang adalah dosen profesional jika telah memiliki sertifikat profesional, dan untuk dapat disertifikasi, seorang dosen harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu: 1. Berstatus sebagai dosen tetap pada suatu lembaga pendidikan tinggi resmi (Catatan: perlu ditegaskan di sini bahwa perguruan tinggi yang dimaksud harus resmi, mengingat tidak sedikit lembaga yang menamakan perguruan tinggi, namun sesungguhnya tidak resmi atau ilegal). 2. Telah bekerja sekurang-kurangnya dua tahun. 3. Jabatan akademik sekurang-kurangnya Asisten Ahli. PNS Non PNS 4. Kualifikasi akademik sekurang-kurangnya S2 dari Program Studi Pasca Sarjana terakreditasi. 5. Mempunyai beban akademik sekurangkurangnya 12 sks per semester dalam dua tahun terakhir di perguruan tinggi di mana ia bekerja sebagai dosen tetap (Catatan: tugas tambahan dosen sebagai pejabat struktural di lingkungan perguruan tinggi diperhitungkan SKS-nya sesuai aturan yang berlaku). 6. Memenuhi persyaratan minimal empat jenis kompetensi, yaitu pedagogik, profesional, sosial, serta kepribadian, dan harus mengembangkannya secara berkelanjutan. Pembahasan selanjutnya adalah difokuskan pada upaya memenuhi salah satu persyaratan sertifikasi dosen, yaitu dosen dapat disertifikasi jika memiliki jenjang pendidikan minimal S-2. Untuk menyederhanakan alur logika, beberapa asumsi juga digunakan, yaitu: 1. Masa kerja dosen, jabatan akademik dosen, beban akadmeik dosen, serta persyaratan minimal pada empat jenis kompetensi terpenuhi. 2. Data dosen yang diacu bersumber dari situs resmi yang dikelola oleh Ditjen Dikti, yaitu sehingga bersifat valid dan up to date, dan dosen yang dimaksud merupakan dosen tetap pada lembaga perguruan tinggi yang resmi 3. Setiap dosen mengajar sesuai dengan bidang ilmunya. 4. Target sertifikasi sebagai bukti dosen profesional adalah akhir tahun 2014, sehingga tersisa waktu 4 tahun 5. Rata-rata lama studi lanjut jenjang S-2 adalah 2 tahun dan 4 tahun untuk S Dosen dengan jenjang pendidikan D-1, D-2, D- 3, dan Profesi memiliki tanggungjawab sendiri untuk menyelesaikan studi hingga jenjang S-1 atau D-4. Berikut adalah identifikasi problematika yang muncul terkait dengan fokus pembahasan menuju dosen profesional dengan asumsi-asumsi yang digunakan tersebutdi atas, yaitu: 1. Jumlah dosen dengan jenjang pendidikan S-1 atau lebih rendah masih sangat besar. Berdasarkan data statistik dosen nasional, diketahui bahwa saat ini terdapat sejumlah dosen dengan jenjang pendidikan S-1 atau kurang, terdiri atas dosen PNS dan dosen non PNS. Jumlah ini akan menjadi problem besar, tidak hanya bagi dosen yang bersangkutan, namun juga menjadi problem bagi institusi perguruan tinggi di mana dosen tersebut mengabdikan dirinya, dan
8 tentu juga akan menjadi problem besar bagi pendidikan tinggi di Indonesia. Dalam kondisi yang paling ekstrim, jika dosen tersebut tidak memperoleh solusi untuk mengikuti jenjang pendidikan S-2, maka efeknya mereka tidak bisa disertifikasi. Hal ini berarti mereka tidak akan bisa memperoleh sebutan dosen profesional. Problem ini tentu tidak bisa hanya dibebankan pada individu-individu dosen, perlu campur tangan pihak lembaga perguruan tinggi di mana dosen mengabdikan dirinya (sesuai pasal 71 ayat (2) UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen), dan juga pihak Pemerintah sebagai institusi tertinggi di negara ini yang memperoleh amanat untuk melaksanakan UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Pemerintah memiliki kewajiban untuk membina dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi dosen pada satuan pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau masyarakat (sesuai pasal 71 ayat (1) UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen). 2. Ketersediaan anggaran untuk studi lanjut minim. Ketersediaan anggaran juga menjadi problem bagi upaya menuju dosen profesional. Studi lanjut bagi dosen dengan jenjang pendidikan S-1 atau yang lebih rendah menjadi sangat penting dan harus mendapat perhatian khusus, agar tidak timbul petaka besar bagi pendidikan tinggi di Indonesia. Dalam perhitungan kasar, jika rata-rata kebutuhan biaya studi lanjut S-2 adalah Rp ,-, maka diperlukan dana (bisa diperoleh dari berbagai sumber) lebih dari Rp. 4,6 trilyun hanya untuk memenuhi syarat minimal jenjang pendidikan dosen. Tawaran beasiswa studi lanjut S-2 dan S-3 dari pemerintah dan dari luar negeri juga tidak begtu saja menyelesaikan problem ini. Bukan hal yang mudah untuk mendapatkan peluang beasiswa tersebut. Faktor usia, bidang studi, dan sejumlah faktor lainnya menjadi problem sehingga peluang beasiswa yang ada sulit diperoleh. Anggaran pendidikan dalam APBN tahun 2010, yaitu sebesar Rp 195,6 triliun ( rupanya belum dapat mengatasi problem ini. Sedangkan pemerintah sebenarnya memiliki kewajiban untuk memberikan anggaran untuk meningkatkan profesionalitas dan pengabdian dosen pada satuan pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau masyarakat (sesuai pasal 71 ayat (3) UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen). 3. Kapasitas program studi terbatas. Sekalipun peluang studi lanjut dosen bisa diperoleh dari dalam negeri dan luar negeri, namun peluang ini tidak begitu saja dapat menyelesaikan masalah. Pemilihan sebuah perguruan tinggi untuk studi lanjut bukanlah hal yang mudah. Seorang dosen harus mempertimbangkan banyak hal untuk dapat menentukan apakah akan melanjutkan studi di perguruan tinggi di dalam negeri dan luar negeri. Ketika dosen sudah memutuskan untuk studi di dalam negeri misalnya, maka problem yang dihadapi berikutnya adalah keterbatasan kapasitas program studi yang dituju. Bahasa, keluarga, waktu, dan dana umumnya merupakan faktor yang melemahkan keinginan dosen untuk studi lanjut di luar negeri. 4. Kebijakan lokal di institusi perguruan tinggi yang kurang kondisif. Semakin banyak jumlah dosen yang memiliki jenjang pendidikan S-2 dan S-3, pada gilirannya akan mampu meningkatkan kualitas sebuah program studi di perguruan tinggi. Sekalipun demikian, sebuah institusi perguruan tinggi memiliki kebijakan lokal yang disesuaikan dengan arah dan kebijakan institusi, serta situasi dan kondisi di masing-masing institusi. Di antara kebijakan tersebut, seringkali dapat menimbulkan problem, termasuk kebijakan mengenai studi lanjut dosen, antara lain: a. Kebijakan masa kerja minimal untuk dapat studi lanjut. b. Senioritas dosen untuk menentukan dosen yang berhak studi lanjut. c. Minimnya dukungan anggaran studi lanjut dosen. d. Keharusan mengabdi setelah selesai studi lanjut, dosen yang baru saja menyelesaikan studi lanjut, biasanya tidak bisa langsung melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi sebelum mengabdi dalam jangka waktu tertentu terlebih dahulu. e. Beberapa perguruan tinggi masih menerapkan kebijakan rekrutmen calon dosen dari lulusan jenjang S-1 dengan alasan bisa dibentuk sesuai dengan kebutuhan institusi, baru kemudian diijinkan studi lanjut setelah institusi yakin tentang kinerja dosen yang direkrut. Kebijakan ini dapat menimbulkan problem karena dosen yang direkrut tersebut jelas tidak bisa memenuhi syarat untuk disertifikasi. f. Beberapa perguruan tinggi masih menerapkan kebijakan rekrutmen calon dosen dari lulusan jenjang S-1 dengan Volume 2, Nomor 1. 50
9 alasan meminimalkan anggaran untuk gaji dosen. Kebijakan ini dapat menimbulkan problem bagi perguruan tinggi yang memiliki anggaran dana yang terbatas, karena akhirnya juga harus menyediakan anggaran untuk studi lanjut dosen. KESIMPULAN Dosen profesional sangat dibutuhkan oleh setiap program studi di perguruan tinggi. Keberadaan dosen profesional menjadi penting demi menjamin dan meningkatkan kualitas, dan keberlanjutan penyelenggaraan pendidikan. Kenyataan saat ini menunjukkan bahwa secara nasional (PNS dan non PNS) masih terdapat (53,78) dosen dengan jenjang pendidikan D-1, D-2, D-3, D-4, Profesi, dan S- 1, sehingga tidak bisa disertifikasi. Kondisi ini memerlukan upaya dan perhatian serius dari berbagai pihak untuk mendorong dan mengatasi problem yang mendesak, yaitu harus memiliki jenjang pendidikan minimal S-2 agar dapat disertifikasi. Problem lain yang terkait adalah ketersediaan anggaran untuk studi lanjut yang minim, kapasitas program studi yang sesuai bidang ilmu yang terbatas, dan adanya berbagai kebijakan lokal di institusi perguruan tinggi yang seringkali kurang kondusif untuk studi lanjut dosen. DAFTAR PUSTAKA, 2009, diakses tanggal 26 Desember 2009., 2009, diakses tanggal 26 Desember DEPDIKNAS RI, 2005, UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN. DEPDIKNAS RI, 2007, PERATURAN MENDIKNAS RI NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG SERTIFIKASI DOSEN Depdiknas RI, 2009, Buku I, Naskah Akademik Panduan Sertifikasi Dosen, Jakarta. Volume 2, Nomor 1. 51
PEDOMAN SERTIFIKASI PENDIDIK UNTUK DOSEN TERINTEGRASI (Buku 1)
1 PEDOMAN SERTIFIKASI PENDIDIK UNTUK DOSEN TERINTEGRASI (Buku 1) TIM SERTIFIKASI DOSEN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2012 2 TUJUAN SERDOS 1. Menilai profesionalisme
Lebih terperinciSOSIALISASI SERDOS 2015 TIM SERDOS DIREKTORAT PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI 2015
SOSIALISASI SERDOS 2015 TIM SERDOS DIREKTORAT PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI 2015 MENGAPA PERLU SOSIALISASI?? Berdasarkan fakta empiris penyebab ketidaklulusan
Lebih terperinciPANDUAN P2M STANDAR PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PENGANTAR
PENGANTAR Buku panduan standar pendidik dan tenaga kependidikan ini dibuat dengan maksud dan tujuan untuk memenuhi kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat keahlian dosen, ratio dosen mahasiswa
Lebih terperinciVisi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan.
1. Visi, Misi, Strategi dan Tujuan Universitas Dhyana Pura Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan. Misi Bertolak dari visi tersebut, maka misi universitas adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh dosen dalam melaksanakan tugas keprofesiannya.
Lebih terperinciOleh: Pembantu Rektor II UB
Oleh: Pembantu Rektor II UB 1 Dosen : Pendidik profesional dan ilmuwan * Tugas utama : Mentransformasikan, mengembangkan dan menyebarluaskan IPTEK dan Seni melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan nasional dalam suatu Negara salah satunya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pembangunan nasional dalam suatu Negara salah satunya ditentukan oleh keberhasilan Negara tersebut dalam mengelola pendidikan nasional. Pendidikan
Lebih terperinciSOSI ALI SASI SERTI FI KASI PENDI DI K UNTUK DOSEN
SOSI ALI SASI SERTI FI KASI PENDI DI K UNTUK DOSEN TIM SERDOS DIREKTORAT KARIER DAN KOMPETENSI SDM KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI 2016 MENGAPA PERLU SOSI ALI SASI?? Berdasarkan fakta
Lebih terperinciPendidikan Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul
Pendidikan Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul Panduan Penulisan Rencana Implementasi Daftar Isi Daftar Isi Pendahuluan 1 Latar Belakang 1 Tujuan Error! Bookmark not defined. Kebutuhan dan Penyediaan
Lebih terperinciSERTIFIKASI GURU DAN DOSEN TAHUN 2009: DASAR HUKUM DAN PELAKSANAANNYA 1
SERTIFIKASI GURU DAN DOSEN TAHUN 2009: DASAR HUKUM DAN PELAKSANAANNYA 1 Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. 2 PENDAHULUAN Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-undang RI
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional dalam bidang pendidikan
Lebih terperinciDRAFT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
DRAFT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya
Lebih terperinciBUKU I NASKAH AKADEMIK
BUKU I NASKAH AKADEMIK DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2008 KATA PENGANTAR Sertifikasi dosen adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk dosen. Program ini merupakan
Lebih terperinciBUKU PEDOMAN SERTIFIKASI PENDIDIK UNTUK DOSEN (SERDOS) TERINTEGRASI BUKU 1 NASKAH AKADEMIK
BUKU PEDOMAN SERTIFIKASI PENDIDIK UNTUK DOSEN (SERDOS) TERINTEGRASI BUKU 1 NASKAH AKADEMIK DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2013 i PENGARAH Prof. Dr. Ir. Djoko
Lebih terperinciUNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi terhadap pembangunan dan kemajuan bangsa. Pendidikan merupakan kunci utama sebagai fondasi untuk meningkatkan
Lebih terperinciSIMULASI TENTANG CARA PENGISIAN SKP DOSEN TETAP YAYASAN. KOPERTIS WILAYAH I SUMATERA UTARA 29.d 30 JANUARI 2018
SIMULASI TENTANG CARA PENGISIAN SKP DOSEN TETAP YAYASAN KOPERTIS WILAYAH I SUMATERA UTARA 29.d 30 JANUARI 2018 1 Pendahuluan 2 Pengertian beban kerja adalah kemampuan tubuh pekerja dalam menerima pekerjaan.
Lebih terperinciSistem Pendidikan Nasional
Sistem Pendidikan Nasional Oleh : M.H.B. Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
Lebih terperinciKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
STUDI LANJUT BAGI PNS DOSEN DALAM KAITANNYA DENGAN KENAIKAN JABATAN, KEPANGKATAN, SERTIFIKASI DOSEN DAN EVALUASI BEBAN KERJA DOSEN Oleh : Trisno Zuardi, SH., MM Kepala Bagian Mutasi Dosen KEMENTERIAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciSISTEM MEMORI ORGANISASI SEBAGAI PENDUKUNG PENGELOLAAN BEBAN KERJA DOSEN
SISTEM MEMORI ORGANISASI SEBAGAI PENDUKUNG PENGELOLAAN BEBAN KERJA DOSEN SULARTOPO 1), AGUS WIBOWO 2), PAULUS HARTANTO 3) Sekolah Tinggi Elektronika dan Komputer 1), 2) Sistem Komputer STEKOM Semarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Arti berkualitas disini adalah mereka yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia dewasa ini berkembang tanpa batas karena tuntutan kualitas produk suatu aktivitas dalam era globalisasi semakin tinggi. Termasuk juga dunia pendidikan dituntut
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional dalam bidang pendidikan
Lebih terperinciManual Mutu Sumber Daya Manusia Universitas Sanata Dharma MM.LPM-USD.10
Manual Mutu Sumber Daya Manusia Universitas Sanata Dharma MM.LPM-USD.10 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 3 1.2 Tujuan 3 Halaman BAB 2 PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP
Lebih terperinciGUNA MENGHASILKAN INOVASI UNGGUL
MEWUJUDKAN SDM PTS BERMUTU GUNA MENGHASILKAN INOVASI UNGGUL Oleh Prof. Dr. Ali Ghufron Mukti, Ph.D. (Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti, Kemenristekdikti) Visi Kemenristekdikti Terwujudnya pendidikan
Lebih terperinciPEDOMAN UMUM PEREKRUTAN TENAGA ADMINISTRASI AKADEMIK
PEDOMAN UMUM PEREKRUTAN TENAGA ADMINISTRASI AKADEMIK AKADEMI KEBIDANAN HARAPAN MULYA PONOROGO 2013 i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas karunianya sehingga pedoman Umum Perekrutan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI BAGIAN KE TIGA JENIS PENDIDIKAN TINGGI 1. Pendidikan Akademik 2. Pendidikan Vokasi 3. Pendidikan Profesi Pendidikan Akademik
Lebih terperinciREGULASI DAN IMPLEMENTASI BEBAN KERJA DOSEN DALAM TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI
PENYAMAAN PERSEPSI REGULASI DAN IMPLEMENTASI BEBAN KERJA DOSEN DALAM TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI Materi Satu TIM BKD KEMENTERIAN RISTEK DAN DIKTI DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA IPTEK DAN DIKTI 2017 1 TIM
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2009 TENTANG DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2009 TENTANG DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 47 ayat (3),
Lebih terperinci2013, No Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-U
No.132, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PENDIDIKAN. Kedokteran. Akademik. Profesi. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5434) UNDANG-UNDANG REPUBLIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah pesat mengingat perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi dunia yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut:
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Peranan Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut: Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Setiap bangsa dan generasi memiliki dasar dan tujuan pendidikan tertentu. Tentunya dasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dosen adalah salah satu sumber daya manusia (SDM) yang penting dan sangat berpengaruh terhadap mutu pendidikan pada sebuah perguruan tinggi (PT). Dosen merupakan
Lebih terperinciPEDOMAN UMUM PEMILIHAN TENAGA ADMINISTRASI AKADEMIK BERPRESTASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
02/SKA/DITAK/2010 PEDOMAN UMUM PEMILIHAN TENAGA ADMINISTRASI AKADEMIK BERPRESTASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI DIREKTORAT AKADEMIK 2010 2 KATA PENGANTAR Pedoman
Lebih terperinciPERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PENGELOLA UNIVERSITAS PADJADJARAN
PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PENGELOLA UNIVERSITAS PADJADJARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN, Menimbang
Lebih terperinciPEDOMAN UMUM PEMILIHAN KETUA PROGRAM STUDI BERPRESTASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
01/SKA/DITAK/2010 PEDOMAN UMUM PEMILIHAN KETUA PROGRAM STUDI BERPRESTASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI DIREKTORAT AKADEMIK 2010 2 KATA PENGANTAR Pemilihan Ketua
Lebih terperinciSERTIFIKASI DOSEN DALAM RANGKA PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN TINGGI INDONESIA
SERTIFIKASI DOSEN DALAM RANGKA PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN TINGGI INDONESIA Okezone.com I. PENDAHULUAN Rendahnya daya saing tenaga kerja Indonesia di bursa kerja internasional, terus menjadi perhatian
Lebih terperinciBUPATI AGAM PERATURAN BUPATI AGAM NOMOR 05 TAHUN 2012 T E N T A N G
BUPATI AGAM PERATURAN BUPATI AGAM NOMOR 05 TAHUN 2012 T E N T A N G PELAKSANAAN PEMBERIAN TUGAS BELAJAR, TUGAS BELAJAR MANDIRI DAN IZIN BELAJAR BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN
Lebih terperinciSTANDAR PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
STANDAR PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN Universitas Respati Yogyakarta Jln. Laksda Adi Sucipto KM 6.3 Depok Sleman Yogyakarta Telp : 0274-488 781 ; 489-780 Fax : 0274-489780 B A D A N P E N J A M I N
Lebih terperinciDEVELOPPING OF TEACHERS HP
DEVELOPPING OF TEACHERS PROFESSIONALLITY By R. Gunawan S. Drs., S.E., M.M. M HP 08127922967 Tujuan Pembelajaran 1. Mengetahui pengertian guru, profesional, kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan sebuah upaya untuk. meningkatkan kualitas manusia. Sekolah merupakan salah satu organisasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada hakikatnya merupakan sebuah upaya untuk meningkatkan kualitas manusia. Sekolah merupakan salah satu organisasi untuk mencapai tujuan pembangunan nasional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
Lebih terperinciSasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar
Sasaran dan Pengembangan Sikap Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami Sasaran dan Pengembangan Sikap Indikator: Pengertian Sikap Guru Pengertian Kinerja Guru Sasaran Sikap Guru Pengembangan Sikap Kinerja
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2009 TENTANG DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2009 TENTANG DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 47 ayat (3),
Lebih terperinciREGULASI DAN IMPLEMENTASI ASESMEN BEBAN KERJA DOSEN DALAM TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI
PENYAMAAN PERSEPSI REGULASI DAN IMPLEMENTASI ASESMEN BEBAN KERJA DOSEN DALAM TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI Materi Satu TIM BKD Rev Batam, 6 Des 2017 KEMENTERIAN RISTEK DAN DIKTI DIREKTORAT JENDERAL SUMBER
Lebih terperinciDASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen 3. Per
SERTIFIKASI DOSEN TAHUN 2008 TIM SERTIFIKASI DOSEN DITJEN DIKTI DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan
Lebih terperinciBADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER 1274/K/JF/2010 TENTANG
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER 1274/K/JF/2010 TENTANG PENDIDIKAN, PELATIHAN DAN SERTIFIKASI AUDITOR APARAT PENGAWASAN INTERN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan, penggunaan sumberdaya manusia dan sumber daya alam secara efektif untuk mencapai sasaran
Lebih terperinciDASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional
Lebih terperinciSERTIFIKASI GURU MERUPAKAN PERLINDUNGAN PROFESI. Sugeng Muslimin Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK
SERTIFIKASI GURU MERUPAKAN PERLINDUNGAN PROFESI Sugeng Muslimin 1 1. Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK Profesi guru adalah profesi yang terhormat, tidak semua orang dapat menjadi guru. Untuk menjadi
Lebih terperinciREGULASI DAN IMPLEMENTASI ASESMEN BEBAN KERJA DOSEN DALAM TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI
PENYAMAAN PERSEPSI REGULASI DAN IMPLEMENTASI ASESMEN BEBAN KERJA DOSEN DALAM TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI Materi Satu TIM BKD Rev Batam, 6 Des 2017 KEMENTERIAN RISTEK DAN DIKTI DIREKTORAT JENDERAL SUMBER
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU
SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Lebih terperinciPENINGKATAN PROFESIONALISME DOSEN DI ERA MEA. OLEH: Sri Haryati (FKIP-UNTIDAR)
PENINGKATAN PROFESIONALISME DOSEN DI ERA MEA OLEH: Sri Haryati (FKIP-UNTIDAR) Seminar Semester Genap Sub Unit Korpri di Magelang Tanggal 28 Juli 2016 1 Ringkasan Dalam Abad Ke-21 ini, sumber daya manusia
Lebih terperinciSISTEM PANGKALAN DATA DOSEN GUNA PERHITUNGAN INDEKS PRESTASI DAN BEBAN KERJA DOSEN (Studi Kasus : STIKI Malang)
SISTEM PANGKALAN DATA DOSEN GUNA PERHITUNGAN INDEKS PRESTASI DAN BEBAN KERJA DOSEN (Studi Kasus : STIKI Malang) Sandra Murdianto, Evy Poerbaningtyas,Hendra Suprayogi Program Studi Teknik Informatika, Sekolah
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional dalam bidang pendidikan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2009 TENTANG DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2009 TENTANG DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 47 ayat (3),
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN
SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memenuhi kriteria administratif, yaitu memiliki ijazah yang sesuai dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Guru yang profesional, secara ideal, adalah seorang guru yang telah memenuhi kriteria administratif, yaitu memiliki ijazah yang sesuai dengan ketentuan Undang-undang
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN PEMBERIAN TUGAS BELAJAR, TUGAS BELAJAR MANDIRI DAN IZIN BELAJAR BAGI PEGAWAI
d PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN PEMBERIAN TUGAS BELAJAR, TUGAS BELAJAR MANDIRI DAN IZIN BELAJAR BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR
Lebih terperinciPEDOMAN UMUM PEMILIHAN TENAGA ADMINISTRASI AKADEMIK BERPRESTASI
02/SKA/DITAK/2010 PEDOMAN UMUM PEMILIHAN TENAGA ADMINISTRASI AKADEMIK BERPRESTASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI DIREKTORAT AKADEMIK 2010 1 KATA PENGANTAR Pedoman
Lebih terperinciImplikasi Regulasi Pendidikan Tinggi. Direktorat Kelembagaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Mei 2015
Implikasi Regulasi Pendidikan Tinggi Direktorat Kelembagaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Mei 2015 Agenda Paparan Jati Diri Tujuan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kebijakan Pokok Pembangunan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang berkemampuan, cerdas, dan handal dalam pelaksanaan pembangunan
Lebih terperinciSTANDAR KOMPETENSI DOSEN MKU (MPK-MBB) UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT. Tim Penyusun: Dr. Sarbaini, M.Pd, dkk
STANDAR KOMPETENSI DOSEN MKU (MPK-MBB) UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT Tim Penyusun: Dr. Sarbaini, M.Pd, dkk BANJARMASIN NOPEMBER, 2012 i Perpustakaan Nasional RI: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Standar Kompetensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad 21 ini adalah bagaimana menyiapkan manusia Indonesia yang cerdas, unggul dan berdaya
Lebih terperinciPEDOMAN PENERIMA TANDA KEHORMATAN SATYALENCANA PENDIDIKAN BAGI PENGAWAS SEKOLAH TAHUN 2016
PEDOMAN PENERIMA TANDA KEHORMATAN SATYALENCANA PENDIDIKAN BAGI PENGAWAS SEKOLAH TAHUN 2016 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DIREKTORAT PEMBINAAN TENAGA
Lebih terperinciDesember Sehingga saat ini hanya sekolah-sekolah tertentu saja yang masih menggunakan kurikulum Kurikulum 2013 merupakan kurikulum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia. Pendidikan mempunyai peran penting dalam terciptanya sumber daya manusia yaitu
Lebih terperinciBUKU PEDOMAN SERTIFIKASI PENDIDIK UNTUK DOSEN (SERDOS) TERINTEGRASI BUKU 1 NASKAH AKADEMIK
BUKU PEDOMAN SERTIFIKASI PENDIDIK UNTUK DOSEN (SERDOS) TERINTEGRASI BUKU 1 NASKAH AKADEMIK DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI
Lebih terperinciDASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan
Lebih terperinciPermendiknas No.16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kopetensi Guru
Permendiknas No.16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kopetensi Guru DIREKTORAT PEMBINAAN SMA DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL KUALIFIKASI AKADEMIK
Lebih terperinciBAB III ANALISIS SWOT DAN ASUMSI-ASUMSI
BAB III ANALISIS SWOT DAN ASUMSI-ASUMSI 3.1. Kekuatan 1. STMIK AMIKOM YOGYAKARTA saat ini telah meraih 6 penghargaan dalam bidang penelitian bertaraf internasional, yang dapat meningkatkan reputasi STMIK
Lebih terperinciPanduan Pengusulan Ijin Penyelenggaraan Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) untuk PEMBELAJARAN SEPANJANG HAYAT dalam rangka Penerapan KKNI bidang
Panduan Pengusulan Ijin Penyelenggaraan Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) untuk PEMBELAJARAN SEPANJANG HAYAT dalam rangka Penerapan KKNI bidang Pendidikan Tinggi Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Hampir semua negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperbincangkan, baik dari kalangan praktisi pendidikan, politisi, masyarakat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhir-akhir ini kualitas pendidikan bangsa Indonesia intens diperbincangkan, baik dari kalangan praktisi pendidikan, politisi, masyarakat maupun pihak pengambil
Lebih terperinciDisiapkan oleh Djoko Kustono 1
SOSIALISASI BEBAN KERJA DOSEN DAN EVALUASI PELAKSANAAN TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI OLEH: BAGUS PRIYATNO KOPERTIS WILAYAH VI DASAR HUKUM 1. UU RI Nomor 20 Tahun 2003 ttg Sistem Pendidikan Nasional 2. UU
Lebih terperinciSTANDAR 4. SUMBER DAYA MANUSIA
STANDAR 4. SUMBER DAYA MANUSIA 4.1 Dosen Tetap Dosen tetap dalam borang akreditasi BAN-PT adalah dosen yang diangkat dan ditempatkan sebagai tenaga tetap pada PT yang bersangkutan; termasuk dosen penugasan
Lebih terperinciBUKU PEDOMAN SERTIFIKASI PENDIDIK UNTUK DOSEN (SERDOS) TERINTEGRASI BUKU I NASKAH AKADEMIK
BUKU PEDOMAN SERTIFIKASI PENDIDIK UNTUK DOSEN (SERDOS) TERINTEGRASI BUKU I NASKAH AKADEMIK DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL 2011 PENGARAH Prof. Dr. Supriadi Rustad,
Lebih terperinciPanduan Pengusulan Ijin PENGAKUAN TENAGA AHLI SEBAGAI DOSEN melalui mekanisme REKOGNISI PEMBELAJARAN LAMPAU (RPL)
Panduan Pengusulan Ijin PENGAKUAN TENAGA AHLI SEBAGAI DOSEN melalui mekanisme REKOGNISI PEMBELAJARAN LAMPAU (RPL) DIREKTORAT PEMBELAJARAN DAN KEMAHASISWAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI KEMENTERIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB II KETENTUAN UMUM BAB III DASAR, FUNGSI DAN TUJUAN BAB IV PRINSIP PENYELENGGARAAN PEND KEB BAB V PESERTA DIDIK BAB VI JALUR DAN
TIM POKJA BAB I PENDAHULUAN BAB II KETENTUAN UMUM BAB III DASAR, FUNGSI DAN TUJUAN BAB IV PRINSIP PENYELENGGARAAN PEND KEB BAB V PESERTA DIDIK BAB VI JALUR DAN JENJANG PENDIDIKAN BAB VII STANDAR NASIONAL
Lebih terperinci2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2009 tentang Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 76, Tambahan Lembaran
No.1689, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. DosenUNHAN. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG DOSEN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS PERTAHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciDASAR HUKUM UU RI Nomor 20 Tahun 2003 ttg Sistem Pendidikan Nasional UU Nomor RI 14 Tahun 2005 ttg Guru dan Dosen PP RI
BUKU PEDOMAN BEBAN KERJA DOSEN DAN EVALUASI PELAKSANAAN TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI OLEH: TIM DIREKTORAT KETENAGAAN DITJEN DIKTI DASAR HUKUM 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. UU RI Nomor 20 Tahun 2003 ttg
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI PENGEMBANGAN KARIR DOSEN (SIPKD)
SISTEM INFORMASI PENGEMBANGAN KARIR DOSEN (SIPKD) Oleh Tim SI-PKD Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ditjen Dikti 7/12/2013 1 LATAR BELAKANG Data dosen perlu direkam agar pengembangan karir dosen
Lebih terperinciRegulasi dalam Pengembangan dan Implementasi Kurikulum di Perguruan Tinggi
Regulasi dalam Pengembangan dan Implementasi Kurikulum di Perguruan Tinggi Dr. Ridwan Roy T, SH, SE, Msi Direktorat Jenderal Pembelajaran Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan KEMENTERIAN
Lebih terperinciRapat: 21 Nopember 2012 PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG
Rapat: 21 Nopember 2012 PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENUGASAN DAN PEMBERIAN INSENTIF DOSEN PNS DARI PERGURUAN TINGGI SUMBER KE PTN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
Lebih terperinciBUKU PEDOMANBEBAN KERJA DOSEN DAN EVALUASI PELAKSANAAN TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI
BUKU PEDOMANBEBAN KERJA DOSEN DAN EVALUASI PELAKSANAAN TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI OLEH: TIM DIREKTORAT KETENAGAAN DITJEN DIKTI DASAR HUKUM 1. UU RI Nomor 20 Tahun 2003 ttg Sistem Pendidikan Nasional 2.
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL PERGURUAN TINGGI NEGERI
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL PERGURUAN TINGGI NEGERI KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI 2016 Petunjuk Teknis Pelaksanaan Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri
Lebih terperinciBab III Analisis Masalah III.1 Objek dan Tujuan Analisis III.2 Metode Analisis
36 Bab III Analisis Masalah Pada bab III akan ditetapkan objek analisis, tujuan analisis, dan metode yang digunakan untuk menganalisis objek. Analisis akan dilakukan dengan meninjau kembali sejumlah teori
Lebih terperinciPERUBAHAN LANDASAN KONSEP
KEPMENKOWASBANGPAN NO. 38/KEP/MK.WASPAN/8/1999 ) 1 LANDASAN PERUBAHAN PERUBAHAN LANDASAN HUKUM (10 TAHUN TERAKHIR) UU NO. 20/2003 : SISDIKNAS UU NO.14/2005 : GURU DAN DOSEN UU NO. 12/2012 : DIKTI PERUBAHAN
Lebih terperinciSTANDAR DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
STANDAR DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS NGUDI WALUYO SPMI-UNW SM 01 04 UNGARAN Standar Dosen dan Tenaga Kependidikan Sistem Penjaminan Mutu Internal Universitas
Lebih terperinciBUKU PEDOMAN SERTIFIKASI PENDIDIK UNTUK DOSEN TAHUN 2010 BUKU I NASKAH AKADEMIK
BUKU PEDOMAN SERTIFIKASI PENDIDIK UNTUK DOSEN TAHUN 2010 BUKU I NASKAH AKADEMIK DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2010 PENGARAH Prof. Dr. Muchlas Samani (Direktur Ketenagaan
Lebih terperinciPendidikan adalah proses pengembangan potensi manusia (kognitif, afektif, psikomotorik) secara terintagrasi dan berkelanjutan untuk menghasilkan
1 KONSEP PENDIDIKAN Pendidikan adalah proses pengembangan potensi manusia (kognitif, afektif, psikomotorik) secara terintagrasi dan berkelanjutan untuk menghasilkan perubahan perilaku ke arah yang lebih
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG
BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG NO. 33 2011 SERI. D PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN TUGAS BELAJAR DAN PROGRAM PRIORITAS BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL
Lebih terperinciBAB l PENDAHULUAN. kinerja guru. Dengan adanya setifikasi guru, kinerja guru menjadi lebih baik
BAB l PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sertifikasi guru banyak dibicarakan oleh masyarakat Indonesia saat ini, banyak yang menulis tentang bagaimana pengaruh sertifikasi guru terhadap kinerja guru.
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum dan HAM RI Teks tidak dalam format asli. Kembali LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 67, 2006 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman dan pesatnya teknologi saat ini terutama di bidang teknologi informasi, menjadikan kebutuhan manusia semakin bertambah. Pemenuhan
Lebih terperinci05/PP/DITDIKTENDIK/2013 PEDOMAN UMUM PEMILIHAN PENGELOLA KEUANGAN BERPRESTASI
05/PP/DITDIKTENDIK/2013 PEDOMAN UMUM PEMILIHAN PENGELOLA KEUANGAN BERPRESTASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI DIREKTORAT PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2013
Lebih terperinciBUKU I NASKAH AKADEMIK
BUKU I NASKAH AKADEMIK DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2009 TIM PENYUSUN Prof. Dr. Muchlas Samani (Direktur Ketenagaan Ditjen Dikti) Prof. Dr. Ir. Djoko Kustono. HM.
Lebih terperinciPERATURAN REKTOR UNIVERSITAS HASANUDDIN NOMOR: 32500/UN4.1/OT.10/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA UNIVERSITAS HASANUDDIN
PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS HASANUDDIN NOMOR: 32500/UN4.1/OT.10/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA UNIVERSITAS HASANUDDIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA REKTOR UNIVERSITAS HASANUDDIN Menimbang
Lebih terperinci05/PP/DITDIKTENDIK/2011 PEDOMAN UMUM PEMILIHAN PNGELOLA KEUANGAN BERPRESTASI
05/PP/DITDIKTENDIK/2011 PEDOMAN UMUM PEMILIHAN PNGELOLA KEUANGAN BERPRESTASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI DIREKTORAT PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2011 KATA
Lebih terperinci