PENGARUH PENGGUNAAN SOLVEN NATRIUM KARBONAT (Na 2 CO 3 ) TERHADAP ABSORPSI CO 2 PADA BIOGAS KOTORAN SAPI DALAM SPRAY COLUMN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PENGGUNAAN SOLVEN NATRIUM KARBONAT (Na 2 CO 3 ) TERHADAP ABSORPSI CO 2 PADA BIOGAS KOTORAN SAPI DALAM SPRAY COLUMN"

Transkripsi

1 PENGARUH PENGGUNAAN SOLVEN NATRIUM KARBONAT (Na 2 CO 3 ) TERHADAP ABSORPSI CO 2 PADA BIOGAS KOTORAN SAPI DALAM SPRAY COLUMN Lia Cundari*, Selpiana*, Chandra Karta Wijaya, Arini Sucia *Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jln. RayaPalembang-PrabumulihKm 32 Inderalaya Ogan Ilir Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi optimum larutan natrium karbonat yang mampu mengasbsorp gas karbon dioksida dalam biogas. Proses absorpsi ini berlangsung dalam spray column absorber dengan konstruksi fiber glass, berdiameter 10 cm dan tinggi 100 cm. Efektivitas kolom ini diuji dengan melangsungkan proses absorpsi didalamnya, yaitu dengan mengontakkan biogas dan pelarut secara countercurrent selama 3 menit. Pelarut yang digunakan adalah larutan natrium karbonat dengan berbagai variasi konsentrasi (15, 20, 25, 30, 35 %berat). Setelah proses absorpsi, gas hasil absorpsi dianalisa menggunakan ORSAT Analyzer dan Gas Chromatography (GC) untuk mengetahui kandungan gas CO 2 di dalamnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa titik optimum tercapai ketika 25%berat larutan natrium karbonat mengabsorp gas CO 2 yaitu sebanyak 27,92%. Hal ini membuktikan bahwa penggunaan larutan penyerap natrium karbonat efektif untuk mengabsorp gas CO 2. Kata kunci: Absorpsi, Natrium Karbonat, Karbon Dioksida, Spray Column Absorber Abstract Biogas was one of alternative energy. One of the highest impurities on biogas was carbon dioxide. This research was conducted to determine the carbon dioxide absorption using sodium carbonate as absorbent. Absorption process occured in spray column absorber, which is construct from fiber glass with 10 cm diameter and 100 cm height. Biogas and absorbent were contacted each other by countercurrent flow for 3 minutes. Sodium carbonate concentration was varied from 15 to 35 %wt. After absorption process, output gas were collected and analized by ORSAT Analyzer and Gas Chromatography (GC). Result of this research showed that absorption with 25%wt sodium carbonate produces the highest carbon dioxide absorption. Measurement of this point was 27,92 percentage of carbon dioxide absorption. This proved that purification biogas with sodium carbonate in spray column was efective to carbon dioxide absorption. Keywords: Absorption, Sodium Carbonate, Carbon dioxide, Spray column absorber Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 20, Desember 2014 Page 52

2 1. PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan kehidupan di berbagai sektor, misalnya sektor rumah tangga, sektor industri baik industri kecil maupun skala yang lebih besar, sektor transportasi, dan lain-lain, membutuhkan energi sebagai penggeraknya. Selama ini kebutuhan akan energi tersebut masih dipenuhi oleh sumber energi yang berasal dari bahan bakar fosil, yang merupakan sumber energi tak terbarukan. Penggunaan yang terus-menerus tersebut menyebabkan semakin berkurangnya bahan bakar fosil tersebut. Hal inilah yang menjadi salah satu pendorong untuk timbulnya energi terbarukan sebagai pengganti bahan bakar fosil. Banyak penelitian yang telah dikembangkan untuk memperoleh energi terbarukan, misalnya biofuel, biomassa, panas bumi, energi air, energi surya, energi pasang surut, energi ombak, dan energi angin. Biogas adalah salah satu contoh energi terbarukan yang berasal dari biomassa. Biogas adalah campuran gas yang dihasilkan bahan-bahan organik akibat adanya aktivitas mikroba dalam kondisi anaerob. Seperti halnya bahan bakar fosil, biogas juga bisa digunakan sebagai bahan bakar kendaraan, bahan bakar rumah tangga, dan pembangkit listrik. Kandungan utama dalam biogas adalah metana dan karbon dioksida. Karbon dioksida merupakan gas hasil pembakaran, sehingga apabila di dalam biogas tersebut terdapat sejumlah besar karbon dioksida tentu saja akan mengganggu proses pembakaran itu sendiri, hal ini menyebabkan panas yang dihasilkan masih rendah sehingga kualitas nyala api biogas masih belum optimum (Mara, 2012). Seperti halnya pada gas alam, gas CO 2 dapat mengurangi efektivitas pembakaran gas alam ketika proses pembakaran. Keberadaan gas CO 2 pada gas alam juga dapat menurunkan jumlah gas sintesis yang terbentuk pada proses reforming. Selain berdampak dalam pembakaran, gas karbon dioksida juga merupakan gas rumah kaca yang mempengaruhi perubahan cuaca sehingga akan berdampak ke lingkungan. Oleh karenanya perlu dikembangkan proses untuk mengurangi atau menyerap kandungan gas CO 2 tersebut. Beberapa cara untuk mengolah karbon dioksida yaitu dengan absorpsi kimia, adsorpsi fisik, adsorpsi kimia, dan pemisahan gas menggunakan membran (Ujjal K Ghosh, 2009). Dalam penelitian ini, peneliti ingin membahas lebih detil mengenai penyerapan gas karbon dioksida dalam biogas tersebut dengan menggunakan suatu pelarut, atau sering disebut juga proses absorpsi. Banyak pelarut yang telah diaplikasikan untuk mengolah gas CO 2, yaitu larutan alkanolamin, potasium hidroksida (KOH), sodium hidroksida (NaOH), potasium karbonat (K 2 CO 3 ), dan sodium karbonat (Na 2 CO 3 ). Biogas Pada umumnya kotoran ternak, dedaunan, dan bahan-bahan organik lainnya belum termanfaatkan secara efisien. Pemanfaatan bahan-bahan tersebut baru sebatas pembuatan pupuk. Dalam pembuatan pupuk tersebut diperlukan waktu pengomposan yang cukup lama. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, waktu pengomposan tersebut dapat dimanfaatkan untuk pembuatan biogas. Dengan perlakuan seperti ini tentu saja bahanbahan yang tadinya tidak terlalu bermanfaat dapat lebih bernilai. Dua keuntungan yang bisa diperoleh adalah mendapatkan biogas dan juga menghasilkan pupuk. Biogas atau disebut juga gas rawa merupakan gas hasil dekomposisi bahan-bahan organik oleh bakteri pada kondisi tanpa udara (anaerob). Bakteri yang berperan dalam pembentukan biogas adalah bakteri metanogenik dan bakteri asidogenetik. Kedua bakteri ini secara alami terdapat di dalam limbah organik. Bakteri metanogenik tidak aktif pada temperatur yang sangat tinggi atau rendah. Temperatur optimumnya adalah 35 o C. Jika temperaturnya turun menjadi 10 o C maka produksi biogas akan berhenti. Produksi yang ideal berada pada daerah mesofilik yaitu antara o C. Untuk mendapatkan biogas diperlukan suatu tanki tertutup tempat terjadinya proses fermentasi, yang disebut juga digester. Dari ketiga tahapan proses diatas, maka kandungan biogas dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Komposisi Biogas (Andhika Prasetya, 2012) No. Senyawa % Berat 1. Metana (CH 4 ) Karbon Dioksida (CO 2 ) Nitrogen (N 2 ) 0 0,3 4. Hidrogen (H 2 ) Oksigen (O 2 ) 0,1 0,5 6. Hidrogen Sulfida (H 2 S) 0 3 Biogas memiliki berat 20% lebih ringan dibandingkan dengan udara dan memiliki nilai panas pembakaran antara kkal/m 3. Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 20, Desember 2014 Page 53

3 Karbon Dioksida (CO 2 ) Karbon dioksida (rumus kimia: CO 2 ) atau zat asam arang adalah sejenis senyawa kimia yang terdiri dari dua atom oksigen yang terikat secara kovalen dengan sebuah atom karbon. CO 2 berbentuk gas pada keadaan temperatur dan tekanan standar dan terdapat di atmosfer bumi. Rata-rata konsentrasi karbon dioksida di atmosfer bumi kira-kira 387 ppm berdasarkan volume walaupun jumlah ini bisa bervariasi tergantung pada lokasi dan waktu. Karbon dioksida adalah gas rumah kaca yang penting karena CO 2 menyerap gelombang inframerah dengan kuat. Karbon dioksida larut dalam air dan secara spontan membentuk H 2 CO 3 (asam karbonat) dalam kesetimbangan dengan CO 2. Konsentrasi relatif antara CO 2, H 2 CO 3, dan HCO 3 (bikarbonat) dan CO 2 3 (karbonat) bergantung pada kondisi ph larutan. Dalam air yang bersifat netral atau sedikit basa (ph > 6,5), bentuk bikarbonat mendominasi (>50%). Dalam air yang bersifat basa kuat (ph > 10,4), bentuk karbonat mendominasi. Bentuk karbonat dan bikarbonat memiliki kelarutan yang sangat baik. Dalam air laut (dengan ph = 8,2-8,5), terdapat 120 mg bikarbonat per liter. Karbon dioksida dihasilkan oleh semua hewan, tumbuh-tumbuhan, fungi, dan mikroorganisme pada proses respirasi dan digunakan oleh tumbuhan pada proses fotosintesis. Oleh karena itu, karbon dioksida merupakan komponen penting dalam siklus karbon. Karbon dioksida juga dihasilkan dari hasil samping pembakaran bahan bakar fosil. Pembakaran dari semua bahan bakar yang mengandung karbon, seperti metana (gas alam), distilat minyak bumi (bensin, diesel, minyak tanah, propana), arang dan kayu akan menghasilkan karbon dioksida. Seperti terlihat pada Tabel 1, dalam biogas terkandung %berat gas CO 2, hal itu tentu saja akan mengganggu proses pembakaran dari biogas, karena karbon dioksida merupakan molekul yang dapat menghambat dan menurunkan laju reaksi pembakaran. Karbon dioksida akan terurai dan bekerja dengan mengganggu rantai reaksi kimia pembakaran (Andhika Prasetya, 2012). Oleh karena itu perlu dilakukan pemurnian biogas yang bertujuan mengurangi kandungan pengotor dalam biogas, terutama gas CO 2. Dalam hal menyerap gas CO 2 dapat digunakan beberapa proses yaitu absorpsi kimia, adsorpsi fisik dan kimia, serta dengan menggunakan membran. Di dalam penelitian ini, gas CO 2 tersebut akan diserap dengan menggunakan suatu pelarut. Proses ini disebut juga dengan absorpsi. Dikarenakan pelarut yang digunakan bereaksi secara kimia dengan gas CO 2, maka proses absorpsi yang terjadi disebut juga absorpsi kimia. Absorpsi Absorpsi dapat dibedakan menajdi dua jenis, yaitu absorpsi fisika dan absorpsi kimia. Absorpsi fisika adalah proses penyerapa gascair yang disebabkan oleh Gaya Van Der Waals (penyebab terjadinya kondensasi untuk membentuk cairan yang ada pada permukaan absorben), contohnya: absorpsi gas H 2 S dengan pelarut air, metanol, atau propilen. Sedangkan absorpsi kimia adalah absorpsi yang terjadi karena adanya reaksi antara zat yang diserap dengan absorben, contohnya: absorpsi gas CO 2 dengan pelarut Na 2 CO 3, NaOH, K 2 CO 3, dan lain-lain. Besar kecilnya absorpsi dipengarui oleh jenis absorben, jenis zat yang akan diabsorp, konsentrasi absorben, luas permukaan, temperatur, dan tekanan. Gas metana murni memiliki nilai kalor 9100 kkal/m 3 pada 15,5 o C dan tekanan 1 atm, sedangkan biogas kkal/m 3. Nilai kalor tersebut dapat ditingkatkan dengan mengurangi pengotor di dalam biogas melalui proses absorpsi. Pemilihan absorben tergantung dari konsentrasi feed gas dan prosentase pemisahan yang diinginkan. Jika konsentrasi impurities pada feed gas tinggi, 10% s/d 50%, absorpsi bisa dilakukan dengan melarutkan impurities dengan liquid yang nonvolatile dan nonreactive. Liquid nonreactive tersebut biasa disebut pelarut fisika (physical solvents). Jika konsentrasi impurities rendah sekitar 1% s/d 10%, akan digunakan liquid yang bereaksi kimia dengan impurities secara cepat, dan reversible. Liquid yang mampu bereaksi dengan impurities tersebut disebut pelarut kimia (chemical solvents). Jika konsentrasi impurities dalam gas masih perlu lebih rendah lagi, maka harus digunakan liquid yang bereaksi secara irreversible, namun cara ini membutuhkan biaya besar dan menghasilkan limbah padat. Pada dunia industri, umumnya metode yang digunakan untuk menangkap atau mereduksi jumlah karbon dioksida adalah proses Chemical Absorption. Dan pelarut yang digunakan dalam absorpsi kebanyakan adalah Monoethanolamine (MEA), methylethanolamine (DEA), methyldiethanolamine (MDEA), Piperazine, dan Kalium Karbonat (K 2 CO 3 ). Dalam penelitian ini proses absorpsi karbon dioksida (CO 2 ) Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 20, Desember 2014 Page 54

4 menggunakan larutan kalium karbonat (K 2 CO 3 ) yang bereaksi secara lambat dengan karbon dioksida, sehingga penambahan asam borat (H 3 BO 3 ) sebagai promotor alternatif untuk menaikkan laju reaksi. Asam borat relatif bersifat lebih ramah lingkungan dan tidak berinteraksi dengan sulfur dioksida dan oksigen yang kemungkinan ada dalam flue gas, dan juga asam borat bisa bersinergi dengan karbonat. Absorbsi gas karbon dioksida yang terjadi dengan larutan natrium karbonat terjadi melalui reaksi kimia berikut: CO 2 + H 2 O H 2 CO 3 (1) H 2 CO 3 + Na 2 CO 3 NaHCO 3 (2) Tahapan reaksi ioniknya adalah sebagai berikut: CO 2 + H 2 O H + + HCO 3 (3) CO 3 = + H + HCO 3 (4) CO 2 + OH HCO 3 (5) CO 3 = + H 2 O HCO 3 + OH (6) Reaksi (3) dan (5) berjalan lambat dan tentunya menjadi penentu laju absorpsi yang terjadi. Dengan penambahan asam borat akan menjadikannya katalis pada reaksi (5) sehingga dapat berlangsung lebih cepat. Pelarut Pelarut yang telah dikembangkan untuk menyerap gas CO 2 adalah larutan alkanolamin atau potasium karbonat panas. Amina primer dan sekunder bereaksi dengan CO 2 membentuk amin karbamat. Larutan amina primer, seperti monoetanolamin, menunjukkan laju absorpsi yang lebih cepat daripada larutan amina sekunder, seperti diethanolamin. Keuntungan penggunaan larutan alkanolamin dibandingkan potasium karbonat adalah laju absorpsi gas CO 2 yang cepat. Tetapi, alkanolamin juga memiliki beberapa kekurangan, yaitu panas absorpsinya tinggi, degradasi oksidatif pada temperatur tinggi, dan korosi. Selain itu, larutan amina juga menyebabkan timbulanya energi desorpsi yang tidak diinginkan dan emisi dari produk yang terdegradasi (Nathalie J.M.C. Penders-van Elk, 2013). Sebaliknya, walaupun larutan potasium karbonat panas memiliki panas absorpsi yang hampir sama dengan absorpsi fisika, harga lebih murah, kapasitas yang lebih besar, lebih stabil, mudah dalam penanganannya, dan relatif mudah diregenerasi, tetapi larutan ini mempunyai laju absorpsi yang lambat. Laju absorpsi gas CO 2 dalam karbonat ini dapat ditingkatkan dengan menambahkan sejumlah aditif, termasuk senyawa amina, enzim carbonic anhydrase, dan katalis hidrasi. Katalis hidrasi yang telah dikembangkan adalah sodium atau potasium arsenit, formaldehid, hypoclorit, telluric acid, germanic acid, arsenious acid, silica acid, chloral hydtare, chloral alchoholate, piperazine, sodium atau potasium borat, lithium silikat, dan lain sebagainya (Ujjal K Ghosh, 2009). Meskipun begitu, kebanyakan promotor adalah senyawa beracun di alam dan beberapa yang lainnya kurang stabil di dalam stripper. Asam borat yang nantinya akan digunakan sebagai promotor dalam penelitian ini adala senyawa yang ramah lingkungan. Natrium Karbonat Natrium karbonat (juga dikenal sebagai washing soda atau soda abu), (Na 2 CO 3 ), adalah garam natrium dari asam karbonat. Bentuk paling umum sebagai heptahidrat kristal, yang mudah effloresces untuk membentuk bubuk putih, monohidrat tersebut. Natrium karbonat di dalam negeri, terkenal untuk penggunaan sehari-hari sebagai pelunak air. Hal ini dapat diekstraksi dari abu macam-macam tanaman. Hal ini secara sintetis diproduksi dalam jumlah besar dari garam dan kapur dalam proses yang dikenal sebagai proses Solvay. Dalam penggunaan domestik, digunakan sebagai pelunak air selama cuci. Na 2 CO 3 bersaing dengan ion magnesium dan kalsium dalam air keras dan mencegah mereka dari ikatan dengan deterjen yang digunakan. Tanpa menggunakan soda cuci, deterjen tambahan diperlukan untuk menyerap magnesium dan ion kalsium. Disebut soda cuci, kristal soda, atau soda sal di bagian deterjen toko, secara efektif menghilangkan noda minyak, lemak, dan alkohol. Natrium karbonat juga digunakan sebagai agen pembersih kerak pada boiler seperti yang ditemukan dalam pot kopi, mesin espresso, dan lain-lain. Dalam kimia, sering digunakan sebagai elektrolit. Hal ini karena elektrolit biasanya garam berbasis, dan natrium karbonat bertindak sebagai konduktor yang sangat baik dalam proses elektrolisis. Selain itu, tidak seperti ion klorida, yang membentuk gas klor, ion karbonat tidak korosif pada anoda. Hal ini juga digunakan sebagai standar utama untuk titrasi asam-basa karena itu padat dan udara-stabil, sehingga mudah untuk menimbang secara akurat. Hal ini juga digunakan untuk mempercepat dekomposisi air dalam elektrolisis. Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 20, Desember 2014 Page 55

5 2. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian eksperimental nyata, yaitu dengan melakukan pengujian langsung pada obyek penelitian untuk mendapatkan data. A. Tempat Penelitian Penelitian akan dilaksanakan di 2 tempat yaitu: 1) Laboratorium Energi Baru dan Terbarukan Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya untuk run proses absorpsi, dan 2) Laboratorium PT PUSRI untuk analisa hasil penelitian. B. Alat Penelitian Prototipe absorber (gambar 1) Erlenmeyer Gelas ukur Neraca Analitik Pipet Tetes ORSAT Gas chromatograph (GC) C. Bahan Penelitian Na 2 CO 3 Aquadest H 3 BO 3 D. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan tiga macam variabel sebagai berikut: Variabel terikat, yaitu variabel yang menjadi tujuan utama dari penelitian. Tujuan utama dari penelitian ini adalah mengurangi kadar gas CO 2, jadi yang menjadi variabel terikatnya adalah kualitas biogas setelah absorpsi. Variabel bebas, yaitu variabel yang mempengaruhi varibael terikat, yakni kondisi yang ditetapkan peneliti. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebasnya adalah variasi komposisi larutan natrium karbonat, yakni 15%;20%;25%; 30%;35% dari jumlah berat total. Variabel terkontrol, yaitu variabel yang dibuat tetap untuk mengontorol jalannya penelitian, yakni waktu penyerapan selama 3 menit untuk sekali run, dan laju alir, temperatur dan tekanan biogas yang mengalir dalam alat absorpsi juga dibuat tetap. E. Prosedur Penelitian Pembuatan Larutan Absorban Buat larutan absorban yang terdiri dari Na 2 CO 3 dan aquadest Persiapan Alat Absorbsi 1. Siapkan kompresor, pompa, serta kolom absorbs yang sudah di pasang spray pada top kolom dan inlet gas pada bottom kolom. 2. Pasang kolom pada rangka yang sudah disiapkan 3. Hubungkan kompresor dengan kolom pada bagian bottom dan pompa dengan kolom bagian top melalui selang yang disiapkan. 4. Hubungkan kompresor dengan penampung biogas 5. Hubungkan pompa pada wadah penampung absorban 6. Siapkan basin penampung cairan outlet kolom pada bagian bottom Gambar 1. Spray Column Absorber Proses Absorbsi 1. Larutan Na 2 CO 3 dipompa dan diumpankan ke dalam kolom melalui bagian atas kolom pada laju alir tertentu hingga keadaan steady tercapai. Flow aliran dinyatakan dengan bukaan penuh valve. 2. Biogas dialirkan hingga kondisi steady dengan bukaan penuh valve. 3. Proses absorbs dilakukan dalam waktu 3 menit F. Analisis Sampel Analisa sampel gas menggunakan ORSAT dan Gas cromatograph (GC) dengan prosedur seperti dalam panduan operasi PT PUSRI. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Prototipe absorber berupa spray column yang telah dirancang tersebut kemudian digunakan untuk memurnikan biogas dari Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 20, Desember 2014 Page 56

6 %mol CO2 %CO2 ter-absorp kandungan gas karbondioksida. Biogas yang diumpankan berupa biogas yang berasal dari kooran sapi yang diambil dari Desa Sukomulyo, Kecamatan Inderalaya Utara, Kabupaten Ogan Ilir. Hasil analisa awal dari sampel biogas tersebut adalah seperti telihat pada tabel 2, analisa dilakukan di Laboratorium Gas PT PUSRI. Tabel 2. Komposisi Biogas Awal Komponen % mol CH 4 55,237 CO 2 39,443 N 2 2,278 O 2 0,007 Gas yang tidak terdefinisi 3,036 Sampel biogas diumpankan ke dalam spray column absorber untuk dikontakkan dengan larutan penyerap (absorben) berupa natrium karbonat (Na 2 CO 3 ) secara countercurrent. Hal ini dimaksudkan untuk memperluas area kontak antara gas dan cairan sehingga jumlah solut yang diserap pun akan semakin meningkat. Variasi larutan Na 2 CO 3 yang digunakan adalah 15, 20, 25, 30, dan 35 %berat. Hasil yang didapat ditunjukkan dengan grafik di gambar 2. Dari gambar 2 tersebut terlihat bahwa dengan penambahan larutan Na 2 CO 3 akan mempengaruhi jumlah gas CO 2. Terbukti bahwa proses absorpsi antara gas CO 2 dan Na 2 CO 3 dapat berlangsung di dalam spray column absorber tersebut. Sebelum proses absorpsi berlangsung jumlah gas CO 2 yang tersedia adalah 39,443 %mol. Dengan penambahan 15, 20, 25, 30, dan 35%berat larutan Na 2 CO 3, jumlah gas CO 2 yang tidak terabsorp secara berurutan adalah 32,143 ; 30,857 ; 28,43 ; 30 ; dan 33,93 %mol. Kondisi optimum dicapai ketika menambahkan 25%berat larutan Na 2 CO 3, dengan %mol gas CO 2 terabsorp sebesar 11, %berat Na2CO3 Sebelum Absorpsi Setelah Absorpsi Gambar 2. Perbandingan %mol CO 2 sebelum dan sesudah proses absorpsi Ketika ditambahkan 30 dan 35% berat larutan Na 2 CO 3 jumlah gas CO 2 yang terabsorp kembali berkurang, ditunjukkan dengan kenaikan grafik. Titik balik ini terjadi karena reaksi yang terjadi antara larutan Na 2 CO 3 dan gas CO 2 adalah reaksi bolak balik (reversible), terlihat dari reaksi kimia yang dipaparkan di bawah ini. Apabila konsentrasi reaktan ditambah maka kesetimbangan bergeser ke arah produk, dapat dilihat denagan grafik yang menurun dari 15, 20, dan 25%berat larutan Na 2 CO 3, tetapi ketika kesetimbangan itu telah tercapai penambahan konsentrasi justru akan mengurangi jumlah produk (jumlah gas CO 2 terabsorp), atau dapat dikatakan larutan telah jenuh, hal ini terlihat dari grafik 30 dan 35% berat larutan Na 2 CO 3 yang kembali menanjak. Reaksi antara gas karbon dioksida dan larutan natrium karbonat adalah sebagai berikut (Ujjal K Ghosh, 2009): CO 2 + H 2 O H 2 CO 3 H 2 CO 3 + Na 2 CO 3 NaHCO 3 Dengan tahapan reaksi ioniknya adalah sebagai berikut: CO 2 + H 2 O CO 3 = + H + CO 2 + OH H + + HCO 3 HCO 3 HCO 3 CO = 3 + H 2 O HCO 3 + OH Secara keseluruhan reaksi tersebut dapat dituliskan sebagai berikut. CO CO2 + H 2 O 2HCO 3 Jika dilihat dari persen penyerapan atau tingkat keberhasilan proses absorpsi tersebut dapat ditunjukkan pada gambar %beratna2co3 Gambar 3. Persentase Penyerapan Gas CO 2 setelah Proses Absorpsi Gambar 3 tersebut menunjukkan bahwa biogas yang dikontakkan dengan 25%berat larutan Na 2 CO 3 selama 3 menit dalam spray column absorber mampu menyerap (mengabsorb) gas CO 2 sebanyak 27,92%. Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 20, Desember 2014 Page 57

7 4. KESIMPULAN DAN SARAN Adapun kesimpulan adalah sebagai berikut; 1. Prototipe hasil perancangan berupa spray column absorber efektif digunakan untuk menyerap gas CO 2 dalam biogas. 2. Kondisi optimum larutan natrium karbonat yang mengabsorb gas CO 2 adalah 25%berat dengan kemampuan penyerapan sebesar 27,92%. Untuk pengembangan keilmuan, Peneliti menyarankan agar ada keberlanjutan proses absorbsi menggunakan spray column absorber ini dengan memvariasikan suhu, laju alir, promotor yang digunakan. DAFTAR PUSTAKA Andhika Prasetya, D. W. (2012). Pengaruh konsentrasi NaOH terhadap kandungan gas CO2 dalam proses purifikasi biogas sistem continue. e-journal Teknik Mesin, Universitas Brawijaya, 1. Cullinane J.T, G. T. (2004). Carbon dioxide absorption with aqueous potassium carbonate promoted by piperazine. Department of Chemical Engineering, University of Texas, Austin. Gary T. Rochelle, M. H. (2005). CO2 cupture by absorption with potassium carbonate. Department of Chemical Engineering, University of Texas, Austin. Hilliard, M. D. (2005). A predictive model for aqueous potassium carbonate/piperazine/ethanolamine for carbon dioxide removal from flue gas. Department of Chemical Engginering, University of Texas, Austin. Hongyi Dang, G. T. (2001). CO2 Absorpstion rate and solubility in monoetahnolamine/piperazine/water. National Conference on Carbon Sequestration. Washington DC. Maeka Puspa, P. A. (2010). Pengaruh Penambahan Asam Borat (H3BO3) terhadap solubilitas Co2 dalam larutan K2CO3. Surabaya: Laboratorium Thermodinamika Teknik Kimia, Institut Teknologi Sepuluh November. Mara, I. M. (2012). Analisi penyerapan gas karbon dioksida (CO2) dengan larutan NaOH terhadap kualitas biogas kotoran sapi. Dinamika Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mataram, 2, Maryam Mahmoudkhani, D. W. (2009). Lowenergy sodium hidroxide recovery for CO2 cupture from atmospheric air - Thermodynamic analysis. International Journal of Greenhouse Gas Control, ELSEVIER. N. Tippayawong, P. T. (2010). Biogas quality upgrade by simultaneous removal of CO2 and H2S in a packed column reactor. Energy, ELSEVIER. Nathalie J.M.C. Penders-van Elk, e. (2013). Kinetics of absorption of carbon dioxide in aqueous amine and carbonate solutions with carbonic anhydrase. International Journal of Greenhouse Gas Control, Sanjay Bishnoi, G. T. (2002). Thermodynamics of piperazine/metyldiethanolamine/water/ca rbon dioxide. Ind. Eng. Chem. Res., Ujjal K Ghosh, S. E. (2009). Absorption of carbon dioxide into aqueous potassium carbonate promoted by boric acid. Energy Procedia, ELSEVIER, Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 20, Desember 2014 Page 58

PENGARUH PENAMBAHAN ASAM BORAT (H 3 BO 3 ) TERHADAP SOLUBILITAS CO 2 DALAM LARUTAN K 2 CO 3 Pembimbing : Dr. Ir. Kuswandi, DEA Ir.

PENGARUH PENAMBAHAN ASAM BORAT (H 3 BO 3 ) TERHADAP SOLUBILITAS CO 2 DALAM LARUTAN K 2 CO 3 Pembimbing : Dr. Ir. Kuswandi, DEA Ir. PENGARUH PENAMBAHAN ASAM BORAT (H 3 BO 3 ) TERHADAP SOLUBILITAS CO 2 DALAM LARUTAN K 2 CO 3 Pembimbing : Dr. Ir. Kuswandi, DEA Ir. Winarsih Oleh : Maeka Dita Puspa S. 2306 100 030 Pritta Aprilia M. 2306

Lebih terperinci

ABSORPSI GAS CO2 BERPROMOTOR MSG DALAM LARUTAN

ABSORPSI GAS CO2 BERPROMOTOR MSG DALAM LARUTAN ABSORPSI GAS CO2 BERPROMOTOR MSG DALAM LARUTAN K2CO3 Erlinda Ningsih 1), Abas Sato 2), Mochammad Alfan Nafiuddin 3), Wisnu Setyo Putranto 4) 1),2),3 )4) Teknik Kimia, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN ASAM BORAT (H 3 BO 3 ) TERHADAP SOLUBILITAS CO 2 DALAM LARUTAN K 2 CO 3

PENGARUH PENAMBAHAN ASAM BORAT (H 3 BO 3 ) TERHADAP SOLUBILITAS CO 2 DALAM LARUTAN K 2 CO 3 PENGARUH PENAMBAHAN ASAM BORAT (H 3 BO 3 ) TERHADAP SOLUBILITAS CO 2 DALAM LARUTAN K 2 CO 3 Maeka Dita Puspa S. 2306 100 030, Pritta Aprilia M. 2306 100 043 Dr.Ir.Kuswandi,DEA, Ir.Winarsih LaboratoriumThermodinamika

Lebih terperinci

Seminar Skripsi LABORATORIUM THERMODINAMIKA JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2011

Seminar Skripsi LABORATORIUM THERMODINAMIKA JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2011 Seminar Skripsi LABORATORIUM THERMODINAMIKA JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2011 Latar Belakang CO 2 mengurangi nilai kalor menimbulkan pembekuan pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Biogas Biogas adalah gas yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan limbah organik, seperti kotoran ternak dan sampah organik oleh bakteri anaerob ( bakteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis energi yang terjadi secara global sekarang disebabkan oleh ketimpangan antara konsumsi dan sumber energi yang tersedia. Sumber energi fosil yang semakin langka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah penduduk. Namun demikian, hal ini tidak diiringi dengan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah penduduk. Namun demikian, hal ini tidak diiringi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi tiap tahunnya semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Namun demikian, hal ini tidak diiringi dengan ketersediaan akan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. energi yang salah satunya bersumber dari biomassa. Salah satu contoh dari. energi terbarukan adalah biogas dari kotoran ternak.

BAB I PENDAHULUAN. energi yang salah satunya bersumber dari biomassa. Salah satu contoh dari. energi terbarukan adalah biogas dari kotoran ternak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi dewasa ini semakin meningkat. Segala aspek kehidupan dengan berkembangnya teknologi membutuhkan energi yang terus-menerus. Energi yang saat ini sering

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Asam Borat (H 3 BO 3 ) pada Larutan Na 2 CO 3 Terhadap Absorbsi CO 2 dalam Biogas Menggunakan Spray Column

Pengaruh Penambahan Asam Borat (H 3 BO 3 ) pada Larutan Na 2 CO 3 Terhadap Absorbsi CO 2 dalam Biogas Menggunakan Spray Column Pengaruh Penambahan Asam Borat (H 3 BO 3 ) pada Larutan Na 2 CO 3 Terhadap Absorbsi CO 2 dalam Biogas Menggunakan Spray Column Lia Cundari*, Selpiana*, Bobby Redian, Achmad Zaidan *Jurusan Teknik Kimia,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI i DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii LEMBAR PERNYATAAN... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi Indonesia yang terus meningkat dan keterbatasan persediaan energi yang tak terbarukan menyebabkan pemanfaatan energi yang tak terbarukan harus diimbangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Absorpsi dan stripper adalah alat yang digunakan untuk memisahkan satu komponen atau lebih dari campurannya menggunakan prinsip perbedaan kelarutan. Solut adalah komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkurangnya cadangan sumber energi dan kelangkaan bahan bakar minyak yang terjadi di Indonesia dewasa ini membutuhkan solusi yang tepat, terbukti dengan dikeluarkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peradaban manusia terus berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Perubahan ini didorong oleh perkembangan pengetahuan manusia, karena dari waktu ke waktu manusia

Lebih terperinci

ABSORPSI CO2 PADA BIOGAS DENGAN LARUTAN METHYLDIETHANOLAMINE (MDEA) MENGGUNAKAN KOLOM BAHAN ISIAN

ABSORPSI CO2 PADA BIOGAS DENGAN LARUTAN METHYLDIETHANOLAMINE (MDEA) MENGGUNAKAN KOLOM BAHAN ISIAN ABSORPSI CO2 PADA BIOGAS DENGAN LARUTAN METHYLDIETHANOLAMINE (MDEA) MENGGUNAKAN KOLOM BAHAN ISIAN Sari Sekar Ningrum 1), Aswati Mindaryani 2), Muslikhin Hidayat 3) 1),2),3 ) Departemen Teknik Kimia, Universitas

Lebih terperinci

Prediksi Solubilitas Gas CO 2 Di Dalam Larutan Potassium Karbonat Dan Amine (DEA, MEA) Menggunakan Model Elektrolit UNIQUAC

Prediksi Solubilitas Gas CO 2 Di Dalam Larutan Potassium Karbonat Dan Amine (DEA, MEA) Menggunakan Model Elektrolit UNIQUAC JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Prediksi Solubilitas Gas CO 2 Di Dalam Larutan Potassium Karbonat Dan Amine (DEA, MEA) Menggunakan Model Elektrolit UNIQUAC

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi beberapa dekade akhir ini mengakibatkan bahan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi beberapa dekade akhir ini mengakibatkan bahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis energi yang terjadi beberapa dekade akhir ini mengakibatkan bahan bakar utama berbasis energi fosil menjadi semakin mahal dan langka. Mengacu pada kebijaksanaan

Lebih terperinci

Jl. Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro No. 1 Bandar Lampung Surel: ABSTRACT

Jl. Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro No. 1 Bandar Lampung Surel: ABSTRACT PENGARUH KONSENTRASI K2CO3 DAN KATALIS H3BO3 DALAM PROSES ABSORPSI GAS CO2 PADA BIOGAS DENGAN MENGGUNAKAN KOLOM GELEMBUNG Sri Ismiyati Damayanti 1), Novianti Diah Anggraeni 1) dan Rangga Aris Munandar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi memiliki peran penting dan tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan manusia. Terlebih, saat ini hampir semua aktivitas manusia sangat tergantung pada energi.

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS

SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS Oleh : Selly Meidiansari 3308.100.076 Dosen Pembimbing : Ir.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan energi merupakan persoalan yang terus berkembang di

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan energi merupakan persoalan yang terus berkembang di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan energi merupakan persoalan yang terus berkembang di dunia. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk dan semakin

Lebih terperinci

PERFORMANSI PURIFIKASI BIOGAS DENGAN KOH BASED ABSORBENT

PERFORMANSI PURIFIKASI BIOGAS DENGAN KOH BASED ABSORBENT PERFORMANSI PURIFIKASI BIOGAS DENGAN KOH BASED ABSORBENT Dadang Hermawan, Nurkholis Hamidi, Mega Nur Sasongko Teknik Mesin Universitas Brawijaya Malang, MT Haryono 17, Malang 5145, Indonesia Phone : +2-341-587710,

Lebih terperinci

MODEL SIMULASI ABSORBSI GAS CO 2 DALAM LARUTAN METHYLDIETHANOLAMINE (MDEA) BERPROMOTOR PIPERAZINE (PZ) DALAM PACKED COLUMN

MODEL SIMULASI ABSORBSI GAS CO 2 DALAM LARUTAN METHYLDIETHANOLAMINE (MDEA) BERPROMOTOR PIPERAZINE (PZ) DALAM PACKED COLUMN Laboratorium Perpindahan Massa dan Panas Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember 1 MODEL SIMULASI ABSORBSI GAS CO 2 DALAM LARUTAN METHYLDIETHANOLAMINE (MDEA)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Kerangka Teori Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan Limbah Cair Industri Tahu Bahan Organik C/N COD BOD Digester Anaerobik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia dengan jumlah produksi pada tahun 2013 yaitu sebesar 27.746.125 ton dengan luas lahan

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi) Proses Pembuatan Biodiesel (Proses TransEsterifikasi) Biodiesel dapat digunakan untuk bahan bakar mesin diesel, yang biasanya menggunakan minyak solar. seperti untuk pembangkit listrik, mesinmesin pabrik

Lebih terperinci

C I N I A. Pengembangan Teknologi Purifikasi Biogas (Kandungan Gas H2S Dan CO2) dengan Mempergunakan Kombinasi Wet Scrubber-Batu Gamping

C I N I A. Pengembangan Teknologi Purifikasi Biogas (Kandungan Gas H2S Dan CO2) dengan Mempergunakan Kombinasi Wet Scrubber-Batu Gamping C I N I A The 2 nd Conference on Innovation and Industrial Applications (CINIA 2016) Pengembangan Teknologi Purifikasi Biogas (Kandungan Gas H2S Dan CO2) dengan Mempergunakan Kombinasi Wet Scrubber-Batu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga dapat menghasilkan data yang akurat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga dapat menghasilkan data yang akurat. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Proses pengujian panas yang dihasilkan dari pembakaran gas HHO diperlukan perencanaan yang cermat dalam perhitungan dan ukuran. Teori-teori yang berhubungan dengan pengujian yang

Lebih terperinci

MODEL ABSORPSI MULTIKOMPONEN GAS ASAM DALAM LARUTAN K 2 CO 3 DENGAN PROMOTOR MDEA PADA PACKED COLUMN

MODEL ABSORPSI MULTIKOMPONEN GAS ASAM DALAM LARUTAN K 2 CO 3 DENGAN PROMOTOR MDEA PADA PACKED COLUMN MODEL ABSORPSI MULTIKOMPONEN GAS ASAM DALAM LARUTAN K 2 CO 3 DENGAN PROMOTOR MDEA PADA PACKED COLUMN NURUL ANGGRAHENY D NRP 2308100505, DESSY WULANSARI NRP 2308100541, Dosen Pembimbing : Prof.Dr.Ir.Ali

Lebih terperinci

1. Ciri-Ciri Reaksi Kimia

1. Ciri-Ciri Reaksi Kimia Apakah yang dimaksud dengan reaksi kimia? Reaksi kimia adalah peristiwa perubahan kimia dari zat-zat yang bereaksi (reaktan) menjadi zat-zat hasil reaksi (produk). Pada reaksi kimia selalu dihasilkan zat-zat

Lebih terperinci

Macam macam mikroba pada biogas

Macam macam mikroba pada biogas Pembuatan Biogas F I T R I A M I L A N D A ( 1 5 0 0 0 2 0 0 3 6 ) A N J U RORO N A I S Y A ( 1 5 0 0 0 2 0 0 3 7 ) D I N D A F E N I D W I P U T R I F E R I ( 1 5 0 0 0 2 0 0 3 9 ) S A L S A B I L L A

Lebih terperinci

Sulfur dan Asam Sulfat

Sulfur dan Asam Sulfat Pengumpulan 1 Rabu, 17 September 2014 Sulfur dan Asam Sulfat Disusun untuk memenuhi Tugas Proses Industri Kimia Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Chandrawati Cahyani, M.S. Ayu Diarahmawati (135061101111016)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Magnesium klorida Salah satu kegunaan yang paling penting dari MgCl 2, selain dalam pembuatan logam magnesium, adalah pembuatan semen magnesium oksiklorida, dimana dibuat melalui

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Oleh Denni Alfiansyah 1031210146-3A JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI MALANG MALANG 2012 PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Air yang digunakan pada proses pengolahan

Lebih terperinci

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK TUJUAN : Mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium hidroksida dan natrium hidroksida Mempelajari perbedaan sifat sabun dan detergen A. Pre-lab

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 PENURUNAN KADAR CO 2 DAN H 2 S PADA BIOGAS DENGAN METODE ADSORPSI MENGGUNAKAN ZEOLIT ALAM Anggreini Fajar PL, Wirakartika M, S.R.Juliastuti, dan Nuniek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perak Nitrat Perak nitrat merupakan senyawa anorganik tidak berwarna, tidak berbau, kristal transparan dengan rumus kimia AgNO 3 dan mudah larut dalam alkohol, aseton dan air.

Lebih terperinci

LEMBARAN SOAL 5. Pilih satu jawaban yang benar!

LEMBARAN SOAL 5. Pilih satu jawaban yang benar! LEMBARAN SOAL 5 Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA ) PETUNJUK UMUM 1. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan 2. Periksa dan bacalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun terakhir, energi menjadi persoalan yang krusial di dunia, dimana peningkatan permintaan akan energi yang berbanding lurus dengan pertumbuhan populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. teknologi sekarang ini. Menurut catatan World Economic Review (2007), sektor

BAB I PENDAHULUAN UKDW. teknologi sekarang ini. Menurut catatan World Economic Review (2007), sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan energi tidak pernah habis bahkan terus meningkat dari waktu ke waktu seiring dengan berkembangnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini.

Lebih terperinci

Jason Mandela's Lab Report

Jason Mandela's Lab Report LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I PERCOBAAN-4 KINETIKA ADSORPSI Disusun Oleh: Nama : Jason Mandela NIM :2014/365675/PA/16132 Partner : - Dwi Ratih Purwaningsih - Krisfian Tata AP - E Devina S - Fajar Sidiq

Lebih terperinci

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013 Sejarah Biogas BIOGAS (1770) Ilmuwan di eropa menemukan gas di rawa-rawa. (1875) Avogadro biogas merupakan produk proses anaerobik atau proses fermentasi. (1884) Pasteur penelitian biogas menggunakan kotoran

Lebih terperinci

POTENSI PEMANFAATAN LIMBAH LAUNDRY RUMAH TANGGA DALAM MEMPRODUKSI GAS HIDROGEN HIDROGEN OKSIDA (HHO) SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

POTENSI PEMANFAATAN LIMBAH LAUNDRY RUMAH TANGGA DALAM MEMPRODUKSI GAS HIDROGEN HIDROGEN OKSIDA (HHO) SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF Aulia Nur Veiny 3308 100 047 Dosen pembimbing: A l i a D a m a y a n t i, S T., M T, P h D POTENSI PEMANFAATAN LIMBAH LAUNDRY RUMAH TANGGA DALAM MEMPRODUKSI GAS HIDROGEN HIDROGEN OKSIDA (HHO) SEBAGAI BAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan.

BAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk mendistribusikan aliran fluida dari suatu tempat ketempat yang lain. Berbagi jenis pipa saat ini sudah beredar

Lebih terperinci

Wardaya College IKATAN KIMIA STOIKIOMETRI TERMOKIMIA CHEMISTRY. Part III. Summer Olympiad Camp Kimia SMA

Wardaya College IKATAN KIMIA STOIKIOMETRI TERMOKIMIA CHEMISTRY. Part III. Summer Olympiad Camp Kimia SMA Part I IKATAN KIMIA CHEMISTRY Summer Olympiad Camp 2017 - Kimia SMA 1. Untuk menggambarkan ikatan yang terjadi dalam suatu molekul kita menggunakan struktur Lewis atau 'dot and cross' (a) Tuliskan formula

Lebih terperinci

Chrisnanda Anggradiar NRP

Chrisnanda Anggradiar NRP RANCANG BANGUN ALAT PRODUKSI BIOGAS DENGAN SUMBER ECENG GONDOK DAN KOTORAN HEWAN Oleh : Chrisnanda Anggradiar NRP. 2106 030 038 Program Studi D3 Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perubahan iklim global akibat efek rumah kaca merupakan permasalahan lingkungan serius yang saat ini sedang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perubahan iklim global akibat efek rumah kaca merupakan permasalahan lingkungan serius yang saat ini sedang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perubahan iklim global akibat efek rumah kaca merupakan permasalahan lingkungan serius yang saat ini sedang dihadapi oleh manusia. Dampak yang ditimbulkan oleh pembakaran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penelitian pembuatan pupuk organik cair ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Limbah Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Secara

Lebih terperinci

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan STOIKIOMETRI Pengertian Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia) Stoikiometri adalah hitungan kimia Hubungan

Lebih terperinci

Uji Pembentukan Biogas dari Sampah Pasar Dengan Penambahan Kotoran Ayam

Uji Pembentukan Biogas dari Sampah Pasar Dengan Penambahan Kotoran Ayam Uji Pembentukan Biogas dari Sampah Pasar Dengan Penambahan Kotoran Ayam Yommi Dewilda, Yenni, Dila Kartika Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Andalas Kampus Unand Limau Manis Padang

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa II. DESKRIPSI PROSES A. Macam - Macam Proses Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa proses sebagai berikut: 1. Proses Calcium Chloride-Sodium Carbonate Double Decomposition

Lebih terperinci

Gambar 4.1. Perbandingan Kuantitas Produk Bio-oil, Gas dan Arang

Gambar 4.1. Perbandingan Kuantitas Produk Bio-oil, Gas dan Arang Persentase hasil BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Persentase Plastik dan Cangkang Sawit Terhadap Kuantitas Produk Pirolisis Kuantitas bio-oil ini menunjukkan seberapa banyak massa arang, massa biooil, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang cepat dan perkembangan industri yang terus meningkat menyebabkan permintaan energi cukup besar. Eksploitasi sumber energi yang paling banyak

Lebih terperinci

Produksi gasbio menggunakan Limbah Sayuran

Produksi gasbio menggunakan Limbah Sayuran Produksi gasbio menggunakan Limbah Sayuran Bintang Rizqi Prasetyo 1), C. Rangkuti 2) 1). Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Trisakti E-mail: iam_tyo11@yahoo.com 2) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Oleh: Dosen Pembimbingh: Gaguk Resbiantoro. Dr. Melania Suweni muntini

Oleh: Dosen Pembimbingh: Gaguk Resbiantoro. Dr. Melania Suweni muntini Dosen Pembimbingh: Dr. Melania Suweni muntini Oleh: Gaguk Resbiantoro JURUSAN FISIKA Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh NopemberSurabaya 2011 PENDAHULUAN Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia dan merupakan kunci utama diberbagai sektor. Semakin hari kebutuhan akan energi mengalami kenaikan seiring dengan

Lebih terperinci

REAKSI KIMIA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

REAKSI KIMIA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI REAKSI KIMIA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI Reaksi Kimia bisa terjadi di manapun di sekitar kita, bukan hanya di laboratorium. Materi berinteraksi untuk membentuk produk baru melalui proses yang disebut reaksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 AREN (Arenga pinnata) Pohon aren (Arenga pinnata) merupakan pohon yang belum banyak dikenal. Banyak bagian yang bisa dimanfaatkan dari pohon ini, misalnya akar untuk obat tradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Natrium Hidroksida atau NaOH, atau terkadang disebut soda api. merupakan senyawa kimia dengan alkali tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Natrium Hidroksida atau NaOH, atau terkadang disebut soda api. merupakan senyawa kimia dengan alkali tinggi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Natrium Hidroksia Natrium Hidroksida atau NaOH, atau terkadang disebut soda api merupakan senyawa kimia dengan alkali tinggi. Sifat-sifat kimia membuatnya ideal

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Awal Bahan Baku Pembuatan Biogas Analisis bahan baku biogas dan analisis bahan campuran yang digunakan pada biogas meliputi P 90 A 10 (90% POME : 10% Aktivator), P 80 A 20

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. ph 5,12 Total Volatile Solids (TVS) 0,425%

HASIL DAN PEMBAHASAN. ph 5,12 Total Volatile Solids (TVS) 0,425% HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Awal Bahan Baku Pembuatan Biogas Sebelum dilakukan pencampuran lebih lanjut dengan aktivator dari feses sapi potong, Palm Oil Mill Effluent (POME) terlebih dahulu dianalisis

Lebih terperinci

Agustin Sukarsono *) Eddy Ernanto **)

Agustin Sukarsono *) Eddy Ernanto **) SISTEM PRODUKSI BIOGAS YANG TERINTEGRASI (Sebuah Aplikasi Teknologi Tepat Guna melalui Pemanfaatan limbah ) Agustin Sukarsono *) Eddy Ernanto **) PENDAHULUAN Krisis bahan bakar di indonesia dewasa ini

Lebih terperinci

BAB IV TERMOKIMIA A. PENGERTIAN KALOR REAKSI

BAB IV TERMOKIMIA A. PENGERTIAN KALOR REAKSI BAB IV TERMOKIMIA A. Standar Kompetensi: Memahami tentang ilmu kimia dan dasar-dasarnya serta mampu menerapkannya dalam kehidupan se-hari-hari terutama yang berhubungan langsung dengan kehidupan. B. Kompetensi

Lebih terperinci

KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( ) R I N I T H E R E S I A ( )

KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( ) R I N I T H E R E S I A ( ) KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( 1 2 2 1 5 0 1 1 3 ) R I N I T H E R E S I A ( 1 2 2 1 5 0 1 1 2 ) Menetukan Sistem Periodik Sifat-Sifat Periodik Unsur Sifat periodik

Lebih terperinci

BIOGAS DARI KOTORAN SAPI

BIOGAS DARI KOTORAN SAPI ENERGI ALTERNATIF TERBARUKAN BIOGAS DARI KOTORAN SAPI Bambang Susilo Retno Damayanti PENDAHULUAN PERMASALAHAN Energi Lingkungan Hidup Pembangunan Pertanian Berkelanjutan PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BIOGAS Dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dimetil Eter Dimetil Eter (DME) adalah senyawa eter yang paling sederhana dengan rumus kimia CH 3 OCH 3. Dikenal juga sebagai methyl ether atau wood ether. Jika DME dioksidasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cadangan potensial/ Potential Reserve. Cadangan Terbukti/ Proven Reserve. Tahun/ Year. Total

BAB I PENDAHULUAN. Cadangan potensial/ Potential Reserve. Cadangan Terbukti/ Proven Reserve. Tahun/ Year. Total BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan komponen yang selalu dibutuhkan manusia dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya karena hampir semua kegiatan manusia bergantung pada ketersediaan energi.

Lebih terperinci

Ketua Tim : Ir. Salundik, M.Si

Ketua Tim : Ir. Salundik, M.Si BIODIGESTER PORTABLE SKALA KELUARGA UNTUK MENGHASILKAN GAS BIO SEBAGAI SUMBER ENERGI Ketua Tim : Ir. Salundik, M.Si DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Pengembangan Teknologi Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sampah Organik Menggunakan Media Pemurnian Batu Kapur, Arang Batok Kelapa, Batu Zeolite Dengan Satu Tabung

Lebih terperinci

1. Isilah Biodata anda dengan lengkap (di lembar Jawaban) Tulis dengan huruf cetak dan jangan disingkat!

1. Isilah Biodata anda dengan lengkap (di lembar Jawaban) Tulis dengan huruf cetak dan jangan disingkat! Petunjuk : 1. Isilah Biodata anda dengan lengkap (di lembar Jawaban) Tulis dengan huruf cetak dan jangan disingkat! 2. Soal Teori ini terdiri dari dua bagian: A. 30 soal pilihan Ganda : 60 poin B. 5 Nomor

Lebih terperinci

Ubah Plastik Jadi Bahan Bakar

Ubah Plastik Jadi Bahan Bakar Ubah Plastik Jadi Bahan Bakar Sampah plastik sangat banyak dijumpai di Indonesia. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah sudah dijejali plastik, bahkan hingga ditimbun dalam tanah. Sampah plastik juga terbawa

Lebih terperinci

Pemurnian Biogas dengan Sistem Pengembunan dan Penyaringan Menggunakan Beberapa Bahan Media

Pemurnian Biogas dengan Sistem Pengembunan dan Penyaringan Menggunakan Beberapa Bahan Media Pemurnian Biogas dengan Sistem Pengembunan dan Penyaringan Menggunakan Beberapa Bahan Media Ginanjar Eko Prayugi*, Sumardi Hadi Sumarlan, Rini Yulianingsih Jurusan Keteknikan Pertanian - Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

ANALISIS MESIN PENGGERAK PEMBANGKIT LISTRIK DENGAN BAHAN BAKAR BIOGAS. Tulus Subagyo 1

ANALISIS MESIN PENGGERAK PEMBANGKIT LISTRIK DENGAN BAHAN BAKAR BIOGAS. Tulus Subagyo 1 ANALISIS MESIN PENGGERAK PEMBANGKIT LISTRIK DENGAN BAHAN BAKAR BIOGAS Tulus Subagyo 1 Abstrak: Pembangkit listrik tenaga biogas Bahan bakar utama dari motor penggerak untuk menggerakkan generator adalah

Lebih terperinci

Secara umum tahapan-tahapan proses pembuatan Amoniak dapat diuraikan sebagai berikut :

Secara umum tahapan-tahapan proses pembuatan Amoniak dapat diuraikan sebagai berikut : PROSES PEMBUATAN AMONIAK ( NH3 ) Amoniak diproduksi dengan mereaksikan gas Hydrogen (H 2) dan Nitrogen (N 2) dengan rasio H 2/N 2 = 3 : 1. Disamping dua komponen tersebut campuran juga berisi inlet dan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Surabaya, 24 Februari Penulis. Asiditas dan Alkalinitas Page 1

KATA PENGANTAR. Surabaya, 24 Februari Penulis. Asiditas dan Alkalinitas Page 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadiran allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayahnya kepada kita, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah Asiditas dan Alkalinitas.

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES. Pembuatan kalsium klorida dihidrat dapat dilakukan dengan beberapa macam proses:

II. DESKRIPSI PROSES. Pembuatan kalsium klorida dihidrat dapat dilakukan dengan beberapa macam proses: II. DESKRIPSI PROSES A. Jenis Proses Pembuatan kalsium klorida dihidrat dapat dilakukan dengan beberapa macam proses: 1. Proses Recovery reaksi samping pembuatan soda ash ( proses solvay ) Proses solvay

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendirian pabrik metanol merupakan hal yang sangat menjanjikan dengan alasan:

BAB I PENDAHULUAN. Pendirian pabrik metanol merupakan hal yang sangat menjanjikan dengan alasan: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Metil alkohol atau yang lebih dikenal dengan sebutan metanol merupakan produk industri hulu petrokimia yang mempunyai rumus molekul CH3OH. Metanol mempunyai berat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Proses pemurnian gas, sumber: Metso Automation. Inc

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Proses pemurnian gas, sumber: Metso Automation. Inc BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengolahan gas alam merupakan proses terpenting pada industri minyak dan gas alam yaitu mengurangi kadar komponen gas asam yang terdiri dari Karbon Dioksida (CO 2 )

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 5. Reaksi Transesterifikasi Minyak Jelantah Persentase konversi metil ester dari minyak jelantah pada sampel MEJ 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH I. Tujuan Praktikan dapat memahami dan menstandarisasi larutan baku sekunder NaOH dengan larutan baku primer H 2 C 2 O 4 2H 2 O II. Dasar Teori Reaksi asam basa

Lebih terperinci

LOGO. Stoikiometri. Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar

LOGO. Stoikiometri. Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar LOGO Stoikiometri Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar Konsep Mol Satuan jumlah zat dalam ilmu kimia disebut mol. 1 mol zat mengandung jumlah partikel yang sama dengan jumlah partikel dalam 12 gram C 12,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biogas Biogas menjadi salah satu alternatif dalam pengolahan limbah, khususnya pada bidang peternakan yang setiap hari menyumbangkan limbah. Limbah peternakan tidak akan

Lebih terperinci

APROKSIMASI PERSAMAAN MAXWELL-BOLZTMANN PADA ENERGI ALTERNATIF

APROKSIMASI PERSAMAAN MAXWELL-BOLZTMANN PADA ENERGI ALTERNATIF APROKSIMASI PERSAMAAN MAXWELL-BOLZTMANN PADA ENERGI ALTERNATIF Heltin Krisnawati, Fitryane Lihawa*, Muhammad Yusuf** Jurusan Fisika, Program Studi S1. Pend. Fisika F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hewani yang sangat dibutuhkan untuk tubuh. Hasil dari usaha peternakan terdiri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hewani yang sangat dibutuhkan untuk tubuh. Hasil dari usaha peternakan terdiri 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Peternakan Usaha peternakan sangat penting peranannya bagi kehidupan manusia karena sebagai penghasil bahan makanan. Produk makanan dari hasil peternakan mempunyai

Lebih terperinci

Kelarutan & Gejala Distribusi

Kelarutan & Gejala Distribusi PRINSIP UMUM Kelarutan & Gejala Distribusi Oleh : Lusia Oktora RKS, S.F.,M.Sc., Apt Larutan jenuh : suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam kesetimbangan dengan fase padat (zat terlarut). Kelarutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang PT Pertamina EP adalah anak perusahaan dari PT Pertamina (PESERO) yang bergerak di bidang eksplorasi, eksploitasi, dan produksi minyak bumi. Salah satu lokasi dari

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Dry ice merupakan karbon dioksida padat yang mempunyai beberapa kegunaan, diantaranya yaitu pengganti es batu sebagai pengawet pada industri perikanan, untuk membersihkan

Lebih terperinci

PERANCANGAN, PEMBUATAN, DAN PENGUJIAN ALAT PEMURNIAN BIOGAS DARI PENGOTOR H2O DENGAN METODE PENGEMBUNAN (KONDENSASI)

PERANCANGAN, PEMBUATAN, DAN PENGUJIAN ALAT PEMURNIAN BIOGAS DARI PENGOTOR H2O DENGAN METODE PENGEMBUNAN (KONDENSASI) PERANCANGAN, PEMBUATAN, DAN PENGUJIAN ALAT PEMURNIAN BIOGAS DARI PENGOTOR H2O DENGAN METODE PENGEMBUNAN (KONDENSASI) Rizky Rachman 1,a, Novi Caroko 1,b, Wahyudi 1,c Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Energi Biogas 2.1.1 Sejarah Biogas Sejarah penemuan proses anaerobik digestion untuk menghasilkan biogas tersebar pertama di benua Eropa dan setelah tahun 1875, dipastikan bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat

I. PENDAHULUAN. aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembuatan mesin pada awalnya bertujuan untuk memberikan kemudahan dalam aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat yang berfungsi untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan zaman, ketergantungan manusia terhadap energi sangat tinggi. Sementara itu, ketersediaan energi fosil yang ada di bumi semakin menipis. Bila hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu kelangkaan dan pencemaran lingkungan pada penggunakan bahan

BAB I PENDAHULUAN. Isu kelangkaan dan pencemaran lingkungan pada penggunakan bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu kelangkaan dan pencemaran lingkungan pada penggunakan bahan bakar fosil telah banyak dilontarkan sebagai pemicu munculnya BBM alternatif sebagai pangganti BBM

Lebih terperinci

ZAHRA NURI NADA YUDHO JATI PRASETYO

ZAHRA NURI NADA YUDHO JATI PRASETYO SKRIPSI TK091383 PEMBUATAN HIDROGEN DARI GLISEROL DENGAN KATALIS KARBON AKTIF DAN Ni/HZSM-5 DENGAN METODE PEMANASAN KONVENSIONAL ZAHRA NURI NADA 2310100031 YUDHO JATI PRASETYO 2310100070 Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

LATIHAN ULANGAN TENGAH SEMESTER 2

LATIHAN ULANGAN TENGAH SEMESTER 2 Pilihlah jawaban yang paling benar LATIHAN ULANGAN TENGAH SEMESTER 2 TATANAMA 1. Nama senyawa berikut ini sesuai dengan rumus kimianya, kecuali. A. NO = nitrogen oksida B. CO 2 = karbon dioksida C. PCl

Lebih terperinci

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3 Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena Oleh : Kelompok 3 Outline Tujuan Prinsip Sifat fisik dan kimia bahan Cara kerja Hasil pengamatan Pembahasan Kesimpulan Tujuan Mensintesis Sikloheksena Menentukan

Lebih terperinci

: Komposisi impurities air permukaan cenderung tidak konstan

: Komposisi impurities air permukaan cenderung tidak konstan AIR Sumber Air 1. Air laut 2. Air tawar a. Air hujan b. Air permukaan Impurities (Pengotor) air permukaan akan sangat tergantung kepada lingkungannya, seperti - Peptisida - Herbisida - Limbah industry

Lebih terperinci

MATERI DAN PERUBAHANNYA. Kimia Kesehatan Kelas X semester 1

MATERI DAN PERUBAHANNYA. Kimia Kesehatan Kelas X semester 1 MATERI DAN PERUBAHANNYA Kimia Kelas X semester 1 SKKD STANDAR KOMPETENSI Memahami konsep penulisan lambang unsur dan persamaan reaksi. KOMPETENSI DASAR Mengelompokkan sifat materi Mengelompokkan perubahan

Lebih terperinci

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas Biogas adalah gas mudah terbakar yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara). Pada umumnya semua jenis bahan organik

Lebih terperinci

PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT

PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT I. Tujuan Percobaan ini yaitu: PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT Adapun tujuan yang ingin dicapai praktikan setelah melakukan percobaan 1. Memisahkan dua garam berdasarkan kelarutannya pada suhu tertentu

Lebih terperinci

besarnya polaritas zeolit alam agar dapat (CO) dan hidrokarbon (HC)?

besarnya polaritas zeolit alam agar dapat (CO) dan hidrokarbon (HC)? OPTIMALISASI SUHU AKTIVASI DAN POLARITAS ZEOLIT ALAM UNTUK MENGURANGI EMISI GAS BUANG SEPEDA MOTOR Drs. Noto Widodo, M.Pd. Bambang Sulistyo, S.Pd., M.Eng Amir Fatah, MPd M.Pd. JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK

Lebih terperinci