BAB II KAJIAN TEORETIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORETIS"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORETIS A. Pengertian Asesmen Asesmen merupakan proses mengumpulkan informasi yang biasanya digunakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan yang nantinya akan dikomunikasikan kepada pihak-pihak terkait oleh asesor (Anonim, 2010). Asesmen menurut Dariyanto (2010:130) adalah suatu proses untuk menyimpulkan hasil pengukuran melalui analisis yang sistematis dengan menggunakan kriteria seperti baik, buruk, cocok tidak cocok sesuai dengan penilaian kriteria masing-masing. Lebih lanjut Robert M Smith (2002) memberikan pemahaman tentang asesmen sebagai suatu penilaian yang komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan yang mana hsil keputusannya dapat digunakan untuk layanan pendidikan yang dibutuhkan anak sebagai dasar untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran. Disamping itu James A. Mc. Lounghlin & Rena B Lewis mendefinisikan asesmen sebagai proses sistematika dalam mengumpulkan data seseorang anak yang berfungsi untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan. Berdasarkan informasi tersebut guru akan dapat menyusun program pembelajaran yang bersifat realitas sesuai dengan kenyataan objektif. Bomstein dan Kazdin (1985) juga memahami asesmen sebagai upaya mengidentifikasi masalah dan menyeleksi target intervensi, memilih dan mendesain program treatmen, mengukur

2 dampak treatmen yang diberikan secara terus menerus, mengevaluasi hasil-hasil umum dan ketepatan dari terapi. Untuk memperkua data di atas, Lidz (2003) juga mendefinisikan asesmen sebagai proses pengumpulan informasi untuk mendapatkan profil psikologis anak yang meliputi gejala dan intensitasnya, kendala-kendala yang dialami kelebihan dan kelemahannya, serta peran penting yang dibutuhkan anak Menurut Salvia dan Yesseldyke seperti dikutip Lerner (1988: 54) asesmen dilakukan untuk lima keperluan yaitu : Penyaringan (screening) Pengalihtanganan (referal) Klasifikasi (classification) Perencanaan Pembelajaran (instructional planning) Pemantauan kemjuan belajar anak (monitoring pupil progress) Menurut Sanjaya (2011:35), aspek-aspek asesmen terdiri dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Aspek ini tentu dapat dilakukan melalui kegiatan input, proses dan output dalam pembelajaran. Dikaitkan dengan kebutuhan guru bahwa penilaian ini dilakukan pada saat menganalisis kebutuhan guru, menilai kinerja guru serta kualitas guru dalam pembelajaran sehingga memperoleh data tentang kebutuhan guru dalam memenuhi beban kerja. B. Tujuan Asesmen Adapun tujuan asesmen adalah untuk melihat kondisi anak saat itu. Dalam rangka menyusun suatu program pembelajaran yang tepat sehingga dapat melakukan 7

3 layanan pembelajaran secara tepat. Adapun tujuan asesmen kebutuhan dilakukan menurut Sumardi & Sunaryo (2006) adalah : 1. Memperoleh data yang relevan, objektif, akurat dan komprehensif tentang kondisi anak saat ini. 2. Mengetahui profil anak secara utuh terutama permasalahan dan hambatan belajar yang dihadapi, potensi yang dimiliki, kebutuhan-kebutuhan khususnya, serta daya dukung lingkungan yang dibutuhkan anak. 3. Menentukan layanan yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi kebutuhankebutuhan khususnya dan memonitor kemampuannya. ( tanggal 1 Desember 2011) Menurut Robb Untuk menyaring dan mengidentifikasi anak Untuk membuat keputusan tentang penempatan anak Untuk merancang individualisasi pendidikan Untuk memonitor kemajuan anak secara individu Untuk mengevaluasi kefektifan program. Menurut Sumardi & Sunaryo (2006) Memperoleh data yang relevan, objektif, akurat dan komprehensif tentang kondisi anak saat ini

4 Mengetahui profil anak secara utuh terutama permasalahan dan hambatan belajar yang dihadapi, potensi yang dimiliki, kebutuhan-kebutuhan khususnya, serta daya dukung lingkungan yang dibutuhkan anak Menentukan layanan yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi kebutuhankebutuhan khususnya dan memonitor kemampuannya. Asesmen merupakan suatu proses terintegrasi untuk menentukan ciri dan tingkat belajar dan perkembangan belajar siswa. Proses ini sangat efektif apabila prinsip-prinsip berikut diperhatikan: 1. Menentukan secara jelas apa yang diases memiliki prioritas dalam proses asesmen. 2. Suatu prosedur asesmen dapat dipilih karena relevansinya terhadap karakteristik atau kinerja yang diukur. 3. Asesmen komprehensif membutuhkan berbagai prosedur. 4. Penggunaan prosedur asesmen murni membutuhkan suatu kesadaran keterbatasannya. Asesmen merupakan suatu makna terakhir, bukan suatu makna terakhir dalam dirinya-sendiri (Linn & Gronlund, 1995: 6-8). C. Sumber Asesmen Ada empat macam sumber asesmen yang dapat digunakan yaitu : interview, tes, observasi dan life record. 1. Interview

5 Interview merupakan dasar dalam asesmen dan merupakan sumber yang sangat luas. Ada beberapa kelebihan interview antara lain: a. Merupakan hal biasa dalam interaksi sosial sehingga memungkinkan untuk mengumpulkan sampel tentang perilaku verbal atau non verbal individu bersamasama. b. Tidak membutuhkan peralatan atau perlengkapan khusus dan dapat dilakukan dimanapun juga. c. Mempunyai tingkat fleksibilitas yang tinggi. Klinisi bebas untuk melakukan inquiry (pendalaman) terhadap topik pembicaraan yang mungkin dapat membantu proses asesmen. Tetapi interview dapat terdistorsi oleh karakteristik dan pertanyaan interviewer, karakteristik klien dan oleh situasi pada saat interview berlangsung. 2. Tes Seperti interview, tes juga memberikan sampel perilaku individu, hanya saja dalam tes stimulus yang direspon klien lebih terstandardisasikan daripada interview. Bentuk tes yang sudah standar tersebut membantu untuk mengurangi bias yang mungkin muncul selama proses asesmen berlangsung. Respon yang diberikan biasanya dapat diubah dalam bentuk skor dan dibuat analisis kuantitatif. Hal itu membantu klinisi untuk memahami klien. Skor yang didapat kemudian diinterpretasi sesuai dengan norma yang ada. 3. Observasi

6 Tujuan observasi adalah untuk mengetahui lebih jauh di luar apa yang dikatakan klien. Banyak yang mempertimbangkan bahwa observasi langsung mempunyai tingkat validitas yang tertinggi dalam asesmen. Hal itu berhubungan dengan kelebihan observasi antara lain: a. Observasi dilakukan secara langsung dan mempunyai kemampuan untuk menghindari permasalahan yang muncul selama interview dan tes seperti masalah memori, jenis respon, motivasi dan bias situasional. b. Relevansinya terhadap perilaku yang menjadi topik utama. Misalnya perilaku agresif anak dapat diobservasi sebagaimana perilaku yang ditunjukkan dalam lingkungan bermain dimana masalah itu telah muncul. c. Observasi dapat mengases perilaku dalam konteks sosialnya. Misalnya untuk memahami seorang pasien yang kelihatan depresi setelah dikunjungi keluarganya, akan lebih bermakna dengan mengamati secara langsung daripada bertanya, Apakah Anda pernah depresi?. d. Dapat mendeskripsikan perilaku secara khusus dan detail. Misalnya untuk mengetahui tingkat gairah seksual seseorang dapat diobservasi dengan banyaknya cairan vagina yang keluar atau observasi melalui bantuan kamera. 4. Life record Asesmen yang dilakukan melalui data-data yang dimiliki seseorang baik berupa ijazah sekolah, arsip pekerjaan, catatan medis, tabungan, buku harian, surat, album foto, catatan kepolisian, penghargaan, dan sebagainya. Banyak hal dapat dipelajari dari life record tersebut. Pendekatan ini tidak meminta klien untuk memberi respon

7 yang lebih banyak seperti melalui interview, tes atau observasi. Selama proses ini, data dapat lebih terhindar dari distorsi memori, jenis respon, motivasi atau faktor situasional. Contohnya, klinisi ingin mendapatkan informasi tentang riwayat pendidikan klien. Data tentang transkrip nilai selama sekolah mungkin dapat lebih memberikan informasi yang akurat. Buku harian yang ditulis selama periode kehidupan seseorang juga dapat memberikan informasi tentang perasaan, harapan, perilaku atau detail suatu situasi yang mana hal itu mungkin terdistorsi karena lupa selama interview. Dengan merangkum informasi yang di dapat tentang pikiran dan tingkah laku klien selama periode kehidupan yang panjang, life records memberikan suatu sarana bagi klinisi untuk memahami klien dengan lebih baik. D. Laporan Asesmen Hasil dari asesmen akan ditulis menjadi sebuah laporan asesmen. Ada tiga kriteria yang harus dipenuhi suatu laporan asesmen menurut Imandala, (Iim. 2009) yaitu : jelas, relevan dengan tujuan dan berguna. 1. Jelas Kriteria pertama yang harus dipenuhi adalah laporan itu harus jelas. Tanpa kriteria ini, relevansi dan kegunaan laporan tidak dapat dievaluasi. Ketidakjelasan laporan psikologis merupakan suatu masalah karena kesalahan interpretasi dapat menyebabkan kesalahan pengambilan keputusan. 2. Relevan dengan tujuan

8 Laporan asesmen harus relevan dengan tujuan yang sudah ditetapkan pada awal asesmen. Jika tujuan awalnya adalah untuk mengklasifikasikan perilaku klien maka informasi yang relevan dengan hal itu harus lebih ditekankan. 3. Berguna Laporan yang ditulis diharapkan dapat memberikan sesuatu informasi tambahan yang penting tentang klien. Kadang terdapat juga laporan yang mempunyai validitas tambahan yang rendah. Misalnya klinisi menyimpulkan bahwa klien mempunyai kecenderungan agresifitas tinggi, tapi data kepolisian mencatat bahwa klien tersebut telah berulang kali ditahan karena kasus kekerasan. Informasi yang diberikan klinisi tidak memberikan suatu hal penting lainnya dari klien. Prosedur Asesmen terdiri dari dua bagian penting, yakni : 1) Asesmen Internal Data dapat dikumpulkan dari sumber-sumber di institusi atau organisasi dengan berbagai makna yang meliputi: a. Menganalisis hasil tes dan penilaian (rating) kinerja siswa. b. Mewawancarai pengajar dan anggota staf lain mengenai observasi dan kesan mereka tentang kompetensi dan sikap siswa. c. Mengadakan pembicaraan dengan lulusan dan karyawan mengenai kesan penilaian mereka tentang makna dan keberhasilan suatu program dan juga tentang kebutuhan mereka yang mungkin dapat dipenuhi lewat pelatihan. d. Memperoleh rekomendasi atau menerima pesanan dari pengelola atau staf lain untuk memulai upaya pelatihan.

9 2) Asesmen Eksternal Dengan menyimak program yang sedang berlangsung di lembaga lain dan menganalisis pengetahuan, keterampilan, dan sikap individu yang dibutuhkan pada kerja dalam suatu asesmen eksternal terinci suatu organisasi untuk melengkapi asesmen internal. Metode yang digunakan mencakup : a. Mewawancarai mereka yang berkecimpung dalam pendidikan dan/atau pelatihan pada organisasi lain, atau para pengelola, pengawas, dan karyawan dalam situasi kerja. b. Menganalis program pembelajaran pada institusi lain atau pada aktivitas di tempat kerja, dan membandingkan keduanya dengan syarat pelatihan lokal dan sasaran pendidikan. Menyebarkan kuesioner untuk menyurvey praktik yang berlangsung saat ini dan mengakui adanya kebutuhan di lapangan (Kemp, 1985: 28). E. Kebutuhan Guru Sekolah Dasar Kebutuhan berasal dari kata dasar butuh yang didefinisikan sebagai hal yang dibutuhkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001). Kebutuhan adalah sesuatu yang diperlukan oleh manusia sehingga dapat mencapai kesejahteraan, bila ada diantara kebutuhan tersebut yang tidak terpenuhi maka manusia akan merasa tidak sejahtera atau kurang sejahtera. Dapat dikatakan bahwa kebutuhan adalah suatu hal yang harus ada, karena tanpa itu hidup kita menjadi tidak sejahtera atau setidaknya kurang sejahtera.

10 Kebutuhan juga diartikan tidak adanya sesuatu atau ada kesenjangan antara apa yang sedang terjadi dan apa yang seharusnya terjadi. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kebutuhan adalah sesuatu yang diperlukan manusia karena adanya kesenjangan atau perbedaan antara apa yang sedang terjadi dan apa yang seharusnya terjadi agar dicapai suatu kesejahteraan. Atau dengan kata lain adanya suatu kesenjangan antara permintaan dengan penyediaan. Pada hakekatnya konsep kebutuhan berkembang pada bidang ekonomi, namun selanjutnya mengalami perkembangan. Banyak bidang lain yang menggunakan konsep kebutuhan. Namun pada intinya sama, pengertian kebutuhan adalah segala sesuatu yang harus dipenuhi untuk menjaga kelangsungan hidup dan meningkatkan kemakmuran atau kesejahteraan sehingga tercapai kepuasan. Kebutuhan tenaga guru seperti yang diungkapkan oleh Fakry Gaffar (1987:77) sebagai berikut : Kebutuhan tenaga guru (teacher demand) adalah tuntutan pemakai jasa professional untuk memberikan pelayanan pendidikan terhadap anak didik pada lembaga pendidikan pemakai jasa guru itu. Konsep kebutuhan tenaga guru, khususnya tenaga guru sekolah dasar dalam pembahasan menggunakan konsep permintaan (demand) dalam dunia ilmu ekonomi. Pada ilmu ekonomi, kebutuhan dikenal dengan permintaan yang mengandung arti adanya hubungan antara barang atau jasa yang para pembeli bersedia membelinya pada setiap harga tertentu, pada pasar tertentu, dan pada saat tertentu atau kadangkadang kebutuhan permintaan digunakan untuk menyatakan jumlah yang diminta pada suatu harga tertentu.

11 Pada bidang pendidikan, didasarkan pada pemikiran beberapa wariabel yang merupakan determinan dalam mempengaruhi kebutuhan tenaga guru sekolah dasar, yaitu : jumlah murid SD; jumlah rombongan belajar di SD; jumlah tenaga guru SD yang ada; jumlah guru SD yang akan pensiun. Oleh karena itu, perencanaan dan pengaturan tenaga guru sekolah dasar hendaknya dilakukan dengan sebaik-baiknya, sehingga tidak akan terjadi kekurangan tenaga guru yang terlalu besar. Untuk tenaga kependidikan, perubahan tenaga guru data pula terjadi karena adanya perubahan yang disebabkan ada guru yang meninggal dunia, meninggalkan pekerjaan, dipecat dan promosi kepala sekolah. F. Syarat-syarat Tenaga Guru Sekolah Dasar Untuk mencapai tujuan lembaga pendidikan yang telah direncanakan, khususnya tenaga guru harus memenuhi persyaratan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang telah ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional melalui surat keputusan nomor : 053/U/2001, tentang Pedoman Standar Pelayanan Minimal Penyelenggara Sekolah Dasar, dinyatakan Persyaratan Guru sebagai berikut : 1). Berpendidikan sekurang-kurangnya SGA/SGP/KPG/SGO/PGA; 2). Sehat jasmani dan rohani; 3). Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; 4). Berbudi pekerti luhur; 5). Memiliki kemampuan dasar dan sikap antara lain: Menguasai kurikulum yang berlaku;

12 Menguasai materi pelajaran; Menguasai metode; Menguasai teknik evaluasi; Memiliki komitmen terhadap tugasnya; Disiplin dalam pengertian yang luas. Dengan demikian, guru merupakan tenaga kependidikan yang tergolong sebagai pendidik, secara yuridis guru disekolah dasar merupakan guru kelas, selain guru kelas terdapat guru pelajaran pendidikan agama dan guru mata pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan. Dalam kondisi normal, jumlah pegawai di sekolah dasar konvensional terdiri atas 6 : 2 : 1:1, yaitu enam orang guru kelas, dua orang guru mata pelajaran (Pendidikan Agama dan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan), satu orang Kepala Sekolah, dan satu orang pesuruh sekolah, walaupun akhir-akhir ini telah bermunculan sekolah dasar swasta yang dikelola secara professional, yang memiliki tenaga kependidikan dalam jumlah yang banyak. Guru sekolah dasar perlu dipersiapkan dengan baik melalui pendidikan guru yang baik, diseleksi dan ditempatkan dengan tepat di seluruh Indonesia. Kualifikasi guru sekolah dasar selalu berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pendidikan, dimulai masa penjajahan, era kemerdekaan sampai era tahun Pada tahun 1989, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan sebuah keputusa, yaitu Kepmedikbud No : 0854/0/1989 tentang Pengadaan Guru Sekolah Dasar. Didalam keputusan tersebut ditegaskan bahwa

13 kualifikasi guru sekolah dasar adalah Diploma II Pendidikan Guru Sekolah Dasar (D- II PGSD). Lahirnya kebijakan tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa lulusan Sekolah Pendidikan Guru (SPG) tidak lagi memenuhi syarat dan tidak sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan kehidupan masyarakat, guru sekolah dasar dipersyaratkan menempuh pendidikan prajabatan miimal D-II PGSD dan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). G. Asesmen Kebutuhan Guru Penggunaan asesmen kebutuhan guru merupakan langkah awal dalam menetapkan kebijakan secara akurat tentang adanya kesenjangan antara guru yang seharusnya dengan guru yang yang ada. Dengan demikian perencana dapat menghitung dan memperkirakan kebutuhan guru pada pendidikan sekolah dasar serta pemerintah dapat menjadikan landasarn penetapan kebijakan apakah perlu dialokasikan penerimaan guru baru atau tidak. Tujuan asesmen kebutuhan pendidikan adalah untuk : (1) memenuhi persyaratan keuangan dari pemerintah dan sekaligus menunjukkan bahwa program yang ditangani akan mapu mengatasi masalah-masalah kritis yang belum terpecahkan, (2) mengetahui tingkat kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan dan kebutuhan-kebutuhan siswa, (3) mencapai suatu konsensus mengenai tujuan untuk perencenaan tingkat lembaga dan antar instansi terkait dalam satu wilayah, (4) mengetahui mana program yang bersifat inovatif dan dapat memecahkan masalah atau memperluas kegiatan belajar dan dapat mendukung berbagai pihak, (5)

14 memperkirakan berbagai kemudahan fasilitas dalam pengembangan kegiatan ekstrakurikuler, (6) perbaikan dan pengembangan pengajaran serta pengefektifak pelaksanaan kurikulum secara efisien, (7) menganalisis kebutuhan informasi dan pelaksanaan program (Iim, 2009). Asesmen kebutuhan guru pada pendidikan diperlukan untuk : (1) mengetahui jumlah dan kebutuhan guru, (2) memperoleh gambaran mengenai tren perkembangan lulusan siswa yang wajib ditampung sebagai upaya pemenuhan dan perencanaan kebutuhan gedung/rombongan belajar, (3) menaksir besarnya angka putus sekolah, (4) menaksir kesenjangan antara daya tampung yang idela dengan daya tampung yang tersedia. H. Proyeksi Kebutuhan Guru Sekolah Dasar Kebutuhan guru sekolah dasar ada lima jenis, yaitu 1) kepala sekolah, 2) guru kelas, 3) guru pendidikan jasmani dan kesehatan, 4) guru agama dan 5) guru bimbingan dan penyuluhan. Untuk menghitung jumlah kebutuhan kepala sekolah sama dengan jumlah sekolahnya. Untuk menghitung jumlah wakil kepala sekolah sekolah dasar juga sama dengan jumlah sekolahnya. Kebutuhan guru kelas sekolah dasar sama dengan jumlah kelas. Jika guru kelas 1 merangkap guru kelas II, maka dihitung dengan rumus : KGK = JKt JKIIt JG Keterangan : KGK : Kebutuhan Guru Kelas

15 JKt JKIIt JG : Jumlah kelas pada tahun t : Jumlah kelas II pada tahun t : Jumlah Guru Kebutuhan guru pendidikan jasmani dan kesehatan, dan guru agama untuk sekolah dasar sama dengan jumlah sekolah. Sedangkan kebutuhan guru BP digunakan rumus : KGBPt = JSt/150 Keterangan : KGBPt : Kebutuhan Guru BP pada tahun t JSt : Jumlah siswa pada tahun t (Usman, 2010;115) Berdasarkan pengalaman melaksanakan proyeksi siswa maka terdapat lima jenis metode dalam menyusun proyeksi siswa, yaitu 1) angka pertumbuhan siswa, 2) angka penyerapan siswa, 3) kohort siswa, 4) masukan-keluaran siswa serta 5) arus siswa. Masing-masing metode memiliki karakteristik, penggunaan, dan rumus yang berbeda. Yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kohort. Menurut istilah aslinya, kohort adalah satu angkatan orang yang akan dilihat hasil atau keluarannya. Dalam pendidikan, yang dimaksud kohort siswa adalah satu angkatan siswa yang bersekolah sampai mereka dapat menamatkan pendidikannya di suatu jenjang pendidikan. Kohort siswa biasanya digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi internal pendidikan, oleh karena itu kohort hanya dapat digunakan untuk jenis sekolah yang memiliki tingkat atau untuk pendidikan jalur sekolah. Kohort siswa merupakan modifikasi dari arus siswa.

16 Data yang diperlukan dalam menyusun proyeksi menggunakan kohort siswa minimal 2 tahun data dan berurutan. Namun, bila memiliki data yang lebih banyak akan menghasilkan parameter dan indikator yang lebih teliti. Untuk menyusun proyeksi siswa SD (sistem 6 tingkat), proyeksi setiap tahunnya dihitung dengan menghitung siswa tingkat I menggunakan ATS dan menggunakan AN di semua tingkat yaitu dari naik ke tingkat II, ke tingkat III, ke tingkat IV, ke tingkat V, dan ke tingkat VI serta AL sehingga diperoleh hasil proyeksi per tingkat dan lulusan sampai tahun yang diinginkan. Oleh karena itu, terdapat dua rumusan yang digunakan, yaitu 1) angka pertumbuhan siswa tingkat I dan 2) angka naik tingkat II, naik tingkat III, dan lulusan. Rumus untuk angka pertumbuhan seperti halnya pada metode pertama sedangkan rumus untuk menghitung naik tingkat adalah: ANIIt+1 = SIIt+1 : SIt x100 Keterangan: ANIIt+1 adalah angka naik tingkat II tahun t SIIt+1 adalah siswa tingkat II tahun t+1 SIt adalah siswa tingkat I tahun t ANIIIt+1 = SIIIt+1 : SIIt x100 Keterangan: ANIIIt+1 adalah angka naik tingkat III tahun t SIIIt+1 adalah siswa tingkat III tahun t+1 SIIt adalah siswa tingkat II tahun t

17 Rumus untuk menghitung angka lulusan adalah: ALt+1 = Lt+1 : SIIIt x100 Keterangan: ALt+1 adalah angka lulusan tahun t+1 Lt+1 adalah lulusan tahun t+1 SIIIt adalah siswa tingkat III tahun t

1.Pengertian Asesmen pendidikan

1.Pengertian Asesmen pendidikan 1.Pengertian Asesmen pendidikan Asesmen merupakan sebuah proses pengumpulan informasi yang terus menerus berlangsung untuk mengukur performansi murid dan proses pembelajaran. Asesmen perkembangan dan belajar

Lebih terperinci

KONSEP DASAR ASESMEN (ASSESSMENT) Latar belakang perlunya asesmen Pengertian asesmen Tujuan asesmen Ruang lingkup asesmen Persyaratan metode asesmen

KONSEP DASAR ASESMEN (ASSESSMENT) Latar belakang perlunya asesmen Pengertian asesmen Tujuan asesmen Ruang lingkup asesmen Persyaratan metode asesmen KONSEP DASAR ASESMEN (ASSESSMENT) Latar belakang perlunya asesmen Pengertian asesmen Tujuan asesmen Ruang lingkup asesmen Persyaratan metode asesmen PENGERTIAN ASESMEN (ASSESSMENT) Menurut WALLACE & LONGLIN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sekumpulan obyek yang lengkap dan jelas serta ingin dipelajari sifat-sifatnya. Dengan

BAB III METODE PENELITIAN. sekumpulan obyek yang lengkap dan jelas serta ingin dipelajari sifat-sifatnya. Dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat atau lokasi penelitian adalah karakteristik tertentu terutama mengenai sekumpulan obyek yang lengkap dan jelas serta ingin dipelajari sifat-sifatnya.

Lebih terperinci

ASESMEN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS. Oleh: Drs. Muhdar Mahmud, M.Pd.

ASESMEN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS. Oleh: Drs. Muhdar Mahmud, M.Pd. ASESMEN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Oleh: Drs. Muhdar Mahmud, M.Pd. KONSEP DASAR ASESMEN (ASSESSMENT) 1. Latar belakang perlunya asesmen 2. Pengertian asesmen 3. Tujuan asesmen 4. Ruang lingkup asesmen 5.

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBINAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH ** Oleh : Nurhayati Djamas

STRATEGI PEMBINAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH ** Oleh : Nurhayati Djamas STRATEGI PEMBINAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH ** Oleh : Nurhayati Djamas Latar Belakang 1. Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional ditetapkan, bahwa pendidikan nasional

Lebih terperinci

PENGERTIAN PSIKODIAGNOSTIKA

PENGERTIAN PSIKODIAGNOSTIKA www.mercubuana.ac.id PENGERTIAN PSIKODIAGNOSTIKA Istilah psikodiagnostika pertama kali digunakan oleh Hermann Rorschach dalam buku terbitannya pada tahun 1921. Buku ini membahas hasil eksperimennya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bersama kalangan swasta bersama-sama telah dan terus berupaya

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bersama kalangan swasta bersama-sama telah dan terus berupaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : bahwa dalam

Lebih terperinci

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi semua orang dan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan sampai kapanpun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. formal atau nonformal. Kedua pendidikan ini jika ditempuh dan dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. formal atau nonformal. Kedua pendidikan ini jika ditempuh dan dilaksanakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kunci untuk mencapai kesejahteraan, tentunya langkah utama harus diawali dengan belajar lebih giat baik melalui pendidikan formal atau

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan nasional memiliki tujuan untuk mencerdaskan dan. memiliki pengetahuan, keterampilan, sehat jasmani dan, rohani,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan nasional memiliki tujuan untuk mencerdaskan dan. memiliki pengetahuan, keterampilan, sehat jasmani dan, rohani, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional memiliki tujuan untuk mencerdaskan dan mengembangkan kehidupan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan,

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan, penggunaan sumberdaya manusia dan sumber daya alam secara efektif untuk mencapai sasaran

Lebih terperinci

Inkonsistensi Penyelenggaraan Pendidikan SMA dan SMK 1 Istanto W. Djatmiko

Inkonsistensi Penyelenggaraan Pendidikan SMA dan SMK 1 Istanto W. Djatmiko INKONSISTENSI PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN Oleh: Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia bertujuan mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta membentuk watak peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan adalah usaha sadar yang sengaja dirancang untuk menciptakan kualitas Sumber Daya Manusia

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

I. STANDAR ISI. hal. 1/61. Instrumen Akreditasi SMP/MTs

I. STANDAR ISI. hal. 1/61. Instrumen Akreditasi SMP/MTs I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP.

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Derap langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman bertaqwa kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang ditekankan pada upaya pengembangan aspek-aspek

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang ditekankan pada upaya pengembangan aspek-aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan pada hakikatnya adalah salah suatu proses pembinaan sumber daya manusia yang ditekankan pada upaya pengembangan aspek-aspek pribadi peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi informasi menyebabkan arus informasi menjadi cepat dan tanpa batas. Hal ini berdampak langsung pada

Lebih terperinci

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP.

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam. hidupnya. Oleh karena itu, semua manusia di bumi pasti sangat

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam. hidupnya. Oleh karena itu, semua manusia di bumi pasti sangat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Adanya pemberian pendidikan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan akademis dan psikologis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Posigadan Kabupaten

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Posigadan Kabupaten BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Keadaan Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Posigadan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Berdasarkan data di Kantor Cabang Dinas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan intervasi yang paling utama bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan intervasi yang paling utama bagi setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan intervasi yang paling utama bagi setiap bangsa. Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan

Lebih terperinci

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd A. PENDAHULUAN Banyak pertanyaan dari mahasiswa tentang, bagaimana menjadi konselor professional? Apa yang harus disiapkan

Lebih terperinci

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

ii KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayahnya, sehingga dunia pendidikan kita telah memiliki Standar Nasional Pendidikan. Standar Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan untuk mengembangkan dan menggali potensi yang dimiliki oleh manusia untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkompeten.

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG BADAN AKREDITASI PROVINSI SEKOLAH/MADRASAH TINGKAT PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG BADAN AKREDITASI PROVINSI SEKOLAH/MADRASAH TINGKAT PROVINSI JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG BADAN AKREDITASI PROVINSI SEKOLAH/MADRASAH TINGKAT PROVINSI JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

STANDAR PENILAIAN BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (BSNP)

STANDAR PENILAIAN BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (BSNP) STANDAR PENILAIAN BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (BSNP) PENGERTIAN PENILAIAN PRINSIP PENILAIAN TEKNIK & INSTRUMEN PENILAIAN MEKANISME & PROSEDUR PENILAIAN PENILAIAN OLEH PENDIDIK PENILAIAN OLEH SATUAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian 3.1.1 Desain Penelitian Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang pelaksanaannya direncanakan dalam dua siklus.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga sebuah kinerja terus menerus serta sebuah usaha pembaharuan yang

BAB I PENDAHULUAN. juga sebuah kinerja terus menerus serta sebuah usaha pembaharuan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bukan saja kebutuhan material masyarakat, melainkan juga sebuah kinerja terus menerus serta sebuah usaha pembaharuan yang membutuhkan penegasan berkesinambungan

Lebih terperinci

PENG ANTAR TEORI ASESMEN*) Oleh: Dra. Herlina, Psi.

PENG ANTAR TEORI ASESMEN*) Oleh: Dra. Herlina, Psi. PENG ANTAR TEORI ASESMEN*) Oleh: Dra. Herlina, Psi. A. Pengertian Asesmen Sebelum melakukan asesmen, perlu dipahami terlebih dahulu pengertian asesmen. Goodwin & Goodwin (Wortham, 2005) mengatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan era keterbukaan bagi negara-negara di dunia. Peluang dan tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan era keterbukaan bagi negara-negara di dunia. Peluang dan tantangan yang digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi dan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), merupakan era keterbukaan bagi negara-negara di dunia. Peluang dan

Lebih terperinci

ABSTRAKSI PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU DI SMA NEGERI KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2004

ABSTRAKSI PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU DI SMA NEGERI KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2004 ABSTRAKSI PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU DI SMA NEGERI KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2004 Oleh SUPARNO NIM: Q100010135 Program Studi: Magister Manajemen Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), lembaga pendidikan harus dapat menciptakan sumber daya manusia yang tanggguh dan berkualitas yaitu

Lebih terperinci

2. KTSP dikembangkan oleh program keahlian dengan melibatkan berbagai pihak sesuai dengan tahapan penyusunan KTSP.

2. KTSP dikembangkan oleh program keahlian dengan melibatkan berbagai pihak sesuai dengan tahapan penyusunan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata dari rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah rendahnya perolehan

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali)

ANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali) ANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali) TESIS Diajukan Kepada Program Pasca Sarjana Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan model utama untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan model utama untuk meningkatkan kualitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan model utama untuk meningkatkan kualitas bangsa, karena dengan pendidikan dapat meningkatkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Peran

Lebih terperinci

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG KRITERIA DAN PERANGKAT AKREDITASI SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembelajaran. Proses Pembelajaran Evaluasi. Gambar 1.1 Hubungan ketiga komponen dalam pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembelajaran. Proses Pembelajaran Evaluasi. Gambar 1.1 Hubungan ketiga komponen dalam pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam proses pendidikan, kegiatan belajar dan mengajar merupakan dua aspek utama demi tercapainya keberhasilan tujuan pembelajaran; dimana keduanya secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN TERAPI OKUPASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN TERAPI OKUPASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN TERAPI OKUPASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan teknologi yang diharapkan, harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemahaman serta dapat berbuat sesuatu dengan apa yang telah dipelajarinya.

BAB I PENDAHULUAN. pemahaman serta dapat berbuat sesuatu dengan apa yang telah dipelajarinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia, sebab dengan belajar manusia akan memperoleh pengetahuan, pengertian, dan pemahaman serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia haruslah memberi landasan dan penguatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia haruslah memberi landasan dan penguatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia haruslah memberi landasan dan penguatan agar peserta didik lebih siap bersaing dalam persaingan global nantinya. Usaha peningkatan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan modal utama dalam pembangunan bangsa Indonesia untuk dapat bertahan di era globalisasi. Peningkatan kualitas sumber

Lebih terperinci

PEMETAAN KOMPETENSI GURU BIMBINGAN KONSELING DI PROVINSI BENGKULU. Oleh: Rita Sinthia, Anni Suprapti dan Mona Ardina.

PEMETAAN KOMPETENSI GURU BIMBINGAN KONSELING DI PROVINSI BENGKULU. Oleh: Rita Sinthia, Anni Suprapti dan Mona Ardina. PEMETAAN KOMPETENSI GURU BIMBINGAN KONSELING DI PROVINSI BENGKULU Oleh: Rita Sinthia, Anni Suprapti dan Mona Ardina Email:sinthia.rita@yahoo.com Dosen Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran, latihan, proses,

Lebih terperinci

STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN

STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 20 TAHUN 2007 TANGGAL 11 JUNI 2007 STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN A. Pengertian 1. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang

Lebih terperinci

PRINSIP PRINSIP KURIKULUM

PRINSIP PRINSIP KURIKULUM PRINSIP PRINSIP KURIKULUM KELOMPOK 4 ARYANTI (0806906) NENI TRIANA (0505058) ROFVINI S. (0800680) ROSSE S. H. (0806913) PENGERTIAN PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM PRINSIP-PRINSIP KURIKULUM MACAM-MACAM SUMBER

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Pengertian Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling

BAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Pengertian Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Pengertian Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling Sesuai dengan hakikat pekerjaan bimbingan dan konseling yang berbeda dari pekerjaan pengajaran, maka sasaran pelayanan bimbingan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Bangsa Indonesia dengan jumlah

I. PENDAHULUAN. baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Bangsa Indonesia dengan jumlah 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan, karena pendidikan memegang peran penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Keberhasilan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi setiap manusia. Tanpa adanya pendidikan seseorang akan sulit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di era globalisasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di era globalisasi yang BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di era globalisasi yang sangat cepat ini mengakibatkan masyarakat sudah terbiasa dengan penggunaan komputer sebagai

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN CTL PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG STRUKTUR DAN FUNGSI BAGIAN PADA TUMBUHAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PENERAPAN PENDEKATAN CTL PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG STRUKTUR DAN FUNGSI BAGIAN PADA TUMBUHAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu upaya untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan tangguh. Dalam Undang undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas

Lebih terperinci

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia PENGEMBANGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU SMK MELALUI KEBIJAKAN SERTIFIKASI Oleh: Louisa Nicolina Kandoli Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas TeknikUNIMA ABSTRAK Guru adalah suatu jabatan professional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. profesionalnya, dan sebaliknya kinerja yang di bawah standar kerja

BAB I PENDAHULUAN. profesionalnya, dan sebaliknya kinerja yang di bawah standar kerja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap profesional ingin menunjukkan bahwa kinerjanya dapat dipertanggungjawabkan. Guru sebagai seorang profesional mempertaruhkan profesi pada kualitas kerjanya.

Lebih terperinci

NUR ENDAH APRILIYANI,

NUR ENDAH APRILIYANI, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fenomena globalisasi membuahkan sumber daya manusia yang menunjukkan banyak perubahan, maka daripada itu dalam menghadapi era globalisasi seperti sekarang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. dapat ditindaklanjuti oleh pihak-pihak terkait dan berkepentingan.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. dapat ditindaklanjuti oleh pihak-pihak terkait dan berkepentingan. 170 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan bagian akhir membahas tentang jawaban pertanyaan penelitian yang dirangkum dalam kesimpulan dan rekomendasi penelitian untuk dapat ditindaklanjuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sikap dan keterampilan peserta didik. Pelaksanaannya bukanlah usaha mudah

BAB I PENDAHULUAN. sikap dan keterampilan peserta didik. Pelaksanaannya bukanlah usaha mudah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar dalam pengembangan pribadi, hasilnya dapat terwujud dalam perubahan tingkah laku, pengetahuan, sikap dan keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membina dan mengantarkan anak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membina dan mengantarkan anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses untuk membina dan mengantarkan anak didik agar dapat menemukan dirinya. Ini artinya pendidikan adalah suatu proses untuk membentuk

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL)

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL) DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL) Pengertian Kompetensi adalah kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia di suatu Negara. Oleh karena itu pemerintah berupaya

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia di suatu Negara. Oleh karena itu pemerintah berupaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu indikator yang menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu Negara. Oleh karena itu pemerintah berupaya meningkatkan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pondasi utama dalam upaya memajukan bangsa. Suatu bangsa dapat dikatakan maju apabila pendidikan di negara tersebut dapat mengelola sumber

Lebih terperinci

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 20 TAHUN 2007 TANGGAL 11 JUNI 2007 STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 20 TAHUN 2007 TANGGAL 11 JUNI 2007 STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 20 TAHUN 2007 TANGGAL 11 JUNI 2007 STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN A. Pengertian 1. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan

Lebih terperinci

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KREATIVITAS SISWA

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KREATIVITAS SISWA A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan nasional adalah suatu proses belajar dan pembelajaran yang terencana sehingga peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

HAKEKAT PENELITIAN PENDIDIKAN

HAKEKAT PENELITIAN PENDIDIKAN 6Pertemuan 1: HAKEKAT PENELITIAN PENDIDIKAN Tujuan : Setelah perkuliahan ini anda diharapkan mampu untuk: Menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan penelitian pendidikan dan memberi dua contoh tentang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Nomor 28 tahun 1990 tentang pendidikan dasar selama 6 tahun. Pendidikan

BAB II LANDASAN TEORI. Nomor 28 tahun 1990 tentang pendidikan dasar selama 6 tahun. Pendidikan BAB II LANDASAN TEORI Dalam penelitian ini diperlukan sebuah kajian mengenai landasan teori yang akan menjadi acuan dalam penelitian. A. Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah Pendidikan dasar di Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.23/MEN/IX/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.23/MEN/IX/2009 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.23/MEN/IX/2009 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KERJA BAGI CALON TENAGA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR. i DAFTAR ISI. ii RANGKUMAN EKSEKUTIF viii TIM PENYUSUN EVALUASI DIRI.. xi

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR. i DAFTAR ISI. ii RANGKUMAN EKSEKUTIF viii TIM PENYUSUN EVALUASI DIRI.. xi DAFTAR ISI KATA PENGANTAR. i DAFTAR ISI. ii RANGKUMAN EKSEKUTIF viii TIM PENYUSUN EVALUASI DIRI.. xi BAB I KOMPONEN A VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, DAN STRATEGI PENCAPAIAN 1 A. VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan dunia pendidikan memberikan pengaruh positif dalam kemajuan suatu negara. Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING Fatmawaty Sekolah Dasar Negeri Hikun Tanjung Tabalong Kalimantan Selatan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupan sebuah bangsa. Seperti halnya kesehatan, pendidikan tidak

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupan sebuah bangsa. Seperti halnya kesehatan, pendidikan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sektor pendidikan merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam proses kehidupan sebuah bangsa. Seperti halnya kesehatan, pendidikan tidak hanya berbicara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan moralitas kehidupan pada potensi yang dimiliki oleh setiap manusia. Suatu pendidikan

Lebih terperinci

Pelita V diusahakan untuk berubah ke laju peningkatan pemerataan rendah tapi

Pelita V diusahakan untuk berubah ke laju peningkatan pemerataan rendah tapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesadaran pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kualitas pendidikan saat ini semakin tinggi, hal ini tentu terkait dengan tantangan abad ke-21 terhadap dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Setiap bangsa dan generasi memiliki dasar dan tujuan pendidikan tertentu. Tentunya dasar

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. yang diperoleh adalah tingkat Kompetensi Pedagogik guru-guru SD Negeri di

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. yang diperoleh adalah tingkat Kompetensi Pedagogik guru-guru SD Negeri di BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan, maka kesimpulan yang diperoleh adalah tingkat Kompetensi Pedagogik guru-guru SD Negeri di Kabupaten

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI KONSELOR

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI KONSELOR SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI KONSELOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting dalam menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting dalam menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan lembaga yang berperan penting dalam menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kualifikasi dan kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Melalui pendidikan, dapat diperoleh hal-hal baru yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Melalui pendidikan, dapat diperoleh hal-hal baru yang dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi setiap manusia. Melalui pendidikan, dapat diperoleh hal-hal baru yang dapat digunakan dalam proses kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai tanggung jawab besar dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk menjamin perkembangan serta kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

BAB I PENDAHULUAN. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dikutip dari https://www.slideshare.net/mobile/suprapto/uu-no-20-tahun- Pendidikan Nasional Bab II pasal 3, menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Dikutip dari https://www.slideshare.net/mobile/suprapto/uu-no-20-tahun- Pendidikan Nasional Bab II pasal 3, menyatakan bahwa : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pengajaran yanng memerlukan keahlian khusus, serta sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan,

Lebih terperinci

PERMASALAHAN PENDIDIKAN. Imam Gunawan

PERMASALAHAN PENDIDIKAN. Imam Gunawan PERMASALAHAN PENDIDIKAN Imam Gunawan JENIS PERMASALAHAN POKOK PENDIDIKAN Permasalahan Pokok Pendidikan Perluasan dan pemerataan pendidikan Efektivitas dan efisiensi pendidikan dan kebudayaan Mutu pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik, psikis dan emosinya dalam suatu lingkungan sosial yang senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. fisik, psikis dan emosinya dalam suatu lingkungan sosial yang senantiasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya pendidikan merupakan proses pengembangan kemampuan peserta didik sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan fisik, psikis dan emosinya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia agar dapat mengembangkan potensi dirinya, antara lain melalui proses

BAB I PENDAHULUAN. manusia agar dapat mengembangkan potensi dirinya, antara lain melalui proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia bagi kehidupan di masa yang akan datang. Pendidikan merupakan usaha manusia agar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1. Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri Kedungwaru yang beralamat di Desa Kedungwaru, Kecamatan Karangsambung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan sebagai suatu wadah dalam menyiapkan generasi bangsa yang mempunyai kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mia Rosalina, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mia Rosalina, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Dasar merupakan jenjang pendidikan yang paling penting keberadaannya karena proses dimulainya seseorang dalam menempuh dunia pendidikan diawali dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk membimbing anak menuju pada pencapaian tujuan ilmu pengetahuan. Proses pendidikan yang diselenggarakan

Lebih terperinci