BAB II KAJIAN PUSTAKA
|
|
- Yohanes Pranoto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mutakhir Penelitian mengenai jaringan listrik mikro ini telah banyak dilakukan, namun untuk daerah Bali sendiri belum ada penelitian mengenai jaringan listrik mikro ini. Hasil yang diperoleh dari beberapa penelitian menunjukkan perbedaan wilayah mempengaruhi presentase penggunaan pembangkit listrik terbarukan. Penelitian penelitian tersebut masih terpusat pada pengembangan jaringan jaringan listrik mikro untuk wilayah yang tidak dapat terjangkau oleh jaringan untillity yaitu PLN. Penelitian mengenai jaringan pembangkit terbarukan untuk gedung perkantoran atau lingkungan pendidikan yang membentuk sebuah jaringan listrik mikro masih sangat terbatas. Penelitian dalam skripsi ini akan mendesain suatu jaringan listrik mikro (mikrogrid) dengan memanfaatkan PLTS dan generator set yang terdapat di Jurusan Teknik Elektro Universitas Udayana yang akan dipararelkan dengan jaringan PLN, sehingga dapat meminimalkan penggunaan listrik dari PLN. Rencana penambahan kapasitas PLTD di wilayah Indonesia Timur dan barat memerlukan bahan bakar minyak sebanyak 60,85 juta liter per tahun dengan asumsi harga per liternya sebesar 9500 sehingga anggaran yang harus dikeluarkan hanya untuk membeli bahan bakar sebesar 578 milyar rupiah pertahun. Penelitian ini memberi solusi dengan pembangunan Pembangkit Listrik Hybrid yang dapat digunakan sebagai pengganti PLTD. Pembangkit Listrik Hybrid pada penelitian ini berupa Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu atau Angin (PLTB). Pemasangan PLTS dan PLTB akan menghemat kebutuhan BBM sebesar 15,2 juta liter pertahun atau menghemat biaya bahan bakar sebesar 144 milyar rupiah per tahun dengan asusmsi PLTS dan PLTB menanggung 25% beban yang terpasang dan kualitas ketersediaan pasokan energi listrik yang lebih terjamin (Nurrohim, 2012). Pengujian tanpa beban dan berbeban untuk mengetahui mengenai kinerja PLTS dan PLTB yang memasok jaringan listrik mikro arus searah menunjukkan 6
2 7 PLTS dan PLTB mengalami penurunan tegangan sebesar 9,4% dan 8,4% dari tegangan DC nominal 12V pada saat dibebani 80% dari beban nominal 100W. Hal ini disebabkan adanya impedansi dari baterai sebesar 1,8 ohm. Beban yang terpasang pada jaringan listrik mikro arus searah memperoleh pasokan daya dari PLTS dan PLTB yang masing-masing dilengkapi baterai dengan kapasitas sama 12V, 45Ah. Pada kondisi tanpa beban, PLTS dan PLTB mengisi baterai, sedangkan pada kondisi berbeban, arus yang dihasilkan kedua pembangkit mengalir ke beban, dengan pembagian pasokan daya ke beban tergantung muatan baterai masing-masing. Pembangkit dengan baterai bermuatan besar memasok daya lebih besar dibanding pembangkit dengan baterai bermuatan lebih kecil. Penelitian ini menunjukkan peletakan sel surya 12V,80W kearah timur pada bulan Juni 2010 menghasilkan arus rata rata terbesar yaitu 1,954 A dan mengisi baterai 12V, 45Ah selama 23 jam lebih cepat dibanding kearah lain (Isdawimah, dkk, 2010). Penggunaan Pembangkit Listrik Hybrid memerlukan sebuah skema kontrol yang digunakan untuk mengatur sistem tiga fasa hybrid photofoltaic (PV)-diesel microgrid pada daerah terisolasi tanpa menggunakan penyimpan energi (energy storage) yang bertujuan untuk menjaga daya yang dihasilkan Photovoltaic yang dihubungkan dengan diesel tetap stabil. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan mengkontrol inverter Pulse With Modulation (PWM) yang menghubungkan antara PV dengan sistem. Skema kontrol tersebut diharapkan mampu menghasilkan daya yang baik dengan dimodelkan berdasarkan beragam kondisi. Hasil penelitian ini menunjukkan perbedaan tingkat intensitas cahaya mempengaruhi daya yang dihasilhan oleh PV. Semakin besar tingkat intensitas cahaya matahari (W/m 2 ) maka semakin tinggi nilai daya maksimum yang dihasilkan oleh PV. Pada pengujian PV yang telah dilakukan maka didapatkan hasil yang berbeda antara pengujian dan spesifikasi dari pabrik sebesar %. PV digunakan sebagai pembangkit yang dihubungkan dengan generator, maka biaya operasional dari generator dapat ditekan sehingga lebih menghemat biaya. Baterai sebagai back up dari PV tidak digunakan mengingat biaya untuk pengadaan dan perawatan baterai sendiri mahal. Beban dan radiasi matahari yang
3 8 berubah-ubah dapat mempengaruhi supply daya dari PV ke beban (Pratama, dkk, 2012). Pembuatan model jaringan mikro di pulau St.Martin, Bangladesh yang berkoordinat antara 20 o o 39 LU dan 92 o o 21 BT dengan menggunakan sumber daya PV module, turbin angin, generator set berbahan bakar biogas dan baterai sebagai media penyimpanan dengan melayani 650 unit rumah tangga. HOMER digunakan untuk analisis sensitivitas dampak yang ditimbulkan dari jaringan mikro yang akan dibangun. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan energi terbarukan sebagai sumber daya dapat mengurangi efek rumah kaca dari emisi yang dihasilkan oleh pembangkit listrik konvensional. Sistem jaringan mikro yang dibangun menghasilkan hanya kg CO 2, 32,2 kg CO dan 23,8 kg SO 2 per tahun. Hasil ini lebih kecil dibandingkan emisi dari efek rumah kaca. Sistem ini direncanakan hanya akan menghasilkan CO 2 sebesar kg/tahun yang lebih kecil dari generator set. Biaya energi yang dihasilkan sistem sebesar 35,26 BDT/KWh untuk tahap instalasi dan direncanakan akan menurun sampai berkisar 7,56 BDT/KWh untuk tahun - tahun berikutnya. Sistem ini memberikan kinerja yang lebih baik karena jika PV module atau turbin angin tidak dapat bekerja, masih terdapat generator set yang akan memasok daya (Ruhul, dkk, 2014). Optimal Rural Microgrid Energy Management Using HOMER menjelaskan mengenai perancangan model jaringan mikro yang terdiri dari PV module, subsistem energi angin, mikrohidro, biogas dan baterai sebagai media penyimpanan. Penelitian dilakukan disebuah desa terpencil dengan koordinat 30 o 32 LU dan 76 o 39 BT yang terdiri dari sekitar 400 orang penduduk dan 200 ekor hewan ternak yang terdiri dari sapi, unggas, babi dan lain lain. Penelitian ini bertujuan untuk memaksimalkan output energi dari sumber daya energi didistribusikan (DERs) dengan optimasi menggunakan software HOMER. Hasil simulasi menunjukkan sistem PV module, hidro, biogas dari tanaman menggunakan baterai dan konverter memiliki nilai NPC yang terendah yaitu $ dan harga listriknya sebesar $ 0,108 per KWh. Sistem dengan sumber
4 9 daya energi didistribusikan (DERs) dapat diterapkan dimasyarakat pedesaan dengan biaya yang efektif (Gerry dan Sonia, 2013). Penelitian mengenai jaringan listrik mikro di Indonesia salah satunya dilakukan di Desa Pinolosian yang terletak di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Provinsi Sulawesi Utara, yang memiliki jumlah penduduk mencapai 1165 jiwa dengan konsumsi energi listrik sebesar 1246,572 kwh/hari. Penelitian ini membahas mengenai perencanaan Pembangkit Listrik Hybrid yang terdiri dari PLTS dan Pembangkit Listrik Mikrohidro dengan menggunakan simulasi software HOMER. Hasil dari penelitian ini menunjukkan daya yang dihasilkan PV sebesar kwh/tahun dan daya yang dihasilkan Microhydro sebesar kwh/tahun sehingga jumlah daya yang dihasilkan cukup untuk memenuhi kebutuhan energi listrik di desa Pinolosian sebesar kwh/tahun. Hasil simulasi ini mengacu pada NPC (Net Present Cost), biaya modal awal dan biaya operasional (Kanata dan Buhohang, 2014). Optimum Management And Control Of Smart Microgrid With Renewable DG menjelaskan mengenai pengelolaan dan pengontrolan energi listrik dalam satu atau sekelompok rumah yang membentuk sebuah jaringan mikro berdasarkan manajemen permintaan. Optimalisasi pada penelitian ini dilakukan dengan menerapkan analisis sensitifitas terhadap pengelolaan sumber daya dan unit DG berdasarkan fungsi biaya. Sumber daya seperti PV module, turbin angin dan lain lain dimodelkan dalam software HOMER dan dicari biaya operasi, biaya pergantian dan pemeliharaannya. Penelitian ini menggunakan 3 jenis simulasi berdasarkan sumber daya yang digunakan. Simulasi tersebut antara lain penggunaan jaringan mikro yang tidak terhubung dengan grid. Simulasi ini menggunakan sumber daya dari PV module dan turbin angin. Simulasi kedua merupakan pengembangan dari simulasi pertama, generator set ditambahkan pada sistem. Simulasi ketiga dengan menghubungkan sistem pada simulasi kedua dengan grid. Hasil simulasi menunjukkan pengaruh masing masing sumber daya yang digunakan dalam melayani permintaan energi dan biaya keseluruhan sistem. Kehandalan sistem ini sangat baik meskipun biaya instalasi sistem masih sangat
5 10 tinggi terutama untuk turbin angin, namun untuk beberapa tahun berikutnya akan lebih hemat (Amirkhanloo dan Ghafouri, 2014). 2.2 Jaringan Listrik Mikro Jaringan listrik mikro adalah jaringan listrik dengan kapasitas pasokan daya yang relatif kecil, biasanya hanya 1 MW sehingga jaringan ini hanya bekerja pada tingkat distribusi tegangan menengah dan rendah. Jaringan ini terdiri dari beberapa pembangkit listrik lokal seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB), Pembangkit Listrik Mikrohidro, Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa dan generator diesel/solar. Terdapat 2 jenis sistem jaringan mikro berdasarkan sambungan jaringan listrik ke grid, yaitu (Isdawimah, dkk, 2010) : 1. Sistem jaringan mikro off-grid Jaringan ini tidak terhubung dengan grid. Pasokan daya sistem jaringan ini sepenuhnya bergantung pada kemampuan pembangkit pembangkit dalam menghasilkan daya dan cadangan energi yang tersimpan pada media penyimpanan yang digunakan. Sistem ini banyak digunakan untuk lokasi terpencil yang tidak dapat diakses oleh jaringan listrik milik PLN. 2. Sistem jaringan mikro on-grid Jaringan ini terhubung dengan grid atau jaringan listrik utama seperti jaringan listrik milik PLN seperti gambar 2.1. Kelebihan dari sistem jaringan ini adalah ketika pasokan daya dari pembangkit pembangkit lokal (PLTS atau PLTB) yang digunakan kurang dapat dibantu oleh pasokan daya dari jaringan listrik utama sehingga kontinyuitas daya tetap terjaga sedangkan jika terjadi kelebihan pasokan daya yang dihasilkan oleh pembangkit pembangkit lokal dapat dijual ke jaringan utility. Jaringan mikro terdiri dari beberapa teknologi dasar untuk beroperasi, yaitu (Glover, dkk, 2011) : 1. Distributed Generation Unit Distributed Generation (DG) merupakan sumber pembangkit listrik seperti PV module, turbin angin, biomasa, generator diesel. Unit ini
6 11 didukung dengan alat untuk mengkonversikan energi, hal ini karena kebanyakan dari daya yang dibangkitkan oleh pemabngkit listrik yang digunakan memiliki tegangan/arus DC (direct current) sehingga harus dikonversikan dengan inverter menjadi tegangan/arus AC (alternating current) bila ingin dipararelkan dengan jaringan untillity seperti jaringan PLN. Konverter dapat digunakan jika daya yang dibangkitkan ingin disimpan dimedia penyimpanan seperti baterai karena daya yang dibangkitkan oleh generator diesel berupa tegangan/arus AC sehingga harus dikonversikan menjadi tegangan/arus DC agar dapat disimpan pada media penyimpanan. 2. Distributed Storage Unit Distributed Storage (DS) merupakan media penyimpanan yang diperlukan oleh sebuah jaringan mikro. Fungsi dari distributed storage adalah untuk menjaga kestabilan dan keandalan dari unit distributed generation meskipun terjadi fluktuasi beban, menjaga kontinyuitas pasokan daya listrik ke beban meskipun cuaca mendung (untuk PLTS) atau berkurangnya kecepatan angin (untuk PLTB), mampu memasok daya listrik sementara ketika generator diesel sedang diperbaiki, mampu meredam ketika terjadi lonjakan permintaan listrik, menangani gangguan sesaat. Media penyimpanan ini dapat berupa baterai, aki, superkapasitor. 3. Interconnection Switch Interconnection Switch merupakan sakelar penghubung antar unit pada jaringan mikro dan menghubungkan jaringan mikro dengan jaringan untillity (jaringan PLN). 4. Control System Sistem pengontrolan digunakan untuk menjaga tegangan/arus, frekuensi, amplitudo dan bentuk gelombang dari daya yang dibangkitkan oleh pembangkit listrik sama dengan jaringan untillity dan dalam mempararelkan pembangkit listrik. Sistem pengontrolan akan bekerja sesuai pengaturan yang dilakukan sebelumnya. Sistem pengontrolan berfungsi sebagai salah media pengaman pada jaringan mikro.
7 12 Gambar 2.1 Konsep arsitektur jaringan mikro sumber : CPES, 2010 Gambar 2.1, menunjukkan selain beban dapat memperoleh pasokan listrik dari grid yang lebih besar (national smart grid), melalui konsep jaringan mikro, beban-beban tersebut juga dapat dipasok dari local generation (pembangkit lokal). Pusat pembangkit tidak terpusat lagi namun tersebar, konsep ini selanjunya disebut sebagai distributed generation. Normalnya generator yang terdistribusi berkapasitas lebih kecil dari 50 MW. Generator langsung terhubung ke sistem distribusi pada tegangan 230 V/ 415 V (220/380 V untuk sistem Indonesia). Berbeda dengan sistem kelistrikan konvensional, dimana pembangkit terpusat di suatu tempat dan jauh dari pusat beban dan dibutuhkan transmisi panjang untuk mengrimkan daya dari pusat pembangkit ke pusat-pusat beban, sistem generator terdistribusi ini tidak membutuhkan perencanaan pusat pembangkit yang terpusat. Generator terdistribusi sumber energi dan konsumen berada dekat satu sama lain, sehingga rugi-rugi transmisi dan distribusi menjadi berkurang. Penggunaan jaringan mikro memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan tersebut antara lain : 1. Komunitas dalam grid tersebut dapat mengatur pembangkitan dan pendistribusian dan koneksinya ke untillity grid sebagai suatu entitas tunggal.
8 13 2. Dapat mengisolasi sistemnya dari jaringan listrik secara lebih luas menjadi sebuah sistem yang terpisah (as an island). 3. Mengurangi rugi-rugi jaringan karena lebih banyaknya sistem pembangkitan lokal sehingga mengurangi transmisi daya listrik dan rugi-ruginya. 4. Keseimbangan antara pasokan energi dan permintaan kebutuhan listrik menjadi lebih baik dibandingkan jaringan listrik dalam skala besar. 5. Kepedulian akan pemanfaatan energi menjadi lebih baik Perancangan jaringan mikro Perancangan jaringan mikro memerlukan perencanaan yang baik, untuk mendapatkan kualiltas daya yang baik. Tahapan dalam perancangan jaringan mikro, antara lain (IEEE ) : 1. Mengidentifikasi kebutuhan beban 2. Pengklasifikasian beban 3. Pengklasifikasian sumber daya alam 4. Evaluasi Pembangkitan dengan kebutuhan beban 5. Pengembangan sistem manajemen energi 6. Penentuan peralatan dan spesifikasi Penerapan listrik mikro di Indonesia Penerapan konsep sistem jaringan mikro di Indonesia telah banyak berkembang, terutama untuk daerah daerah di Indonesia yang belum terhubung jaringan listrik milik PLN. Perkembangan ini didominasi di daerah timur Indonesia yang daerahnya berupa pegunungan dan hutan, dimana untuk membangun jaringan listrik PLN masih sangat sulit. Beberapa faktor yang mendukung penerapan jaringan mikro di Indonesia antara lain : 1. Meningkatnya perekonomian di Indonesia menyebabkan meningkatnya kebutuhan terhadap energi listrik. 2. Masih banyak daerah di Indonesia yang belum mendapat pelayanan dari jaringan listrik PLN.
9 14 3. Harga bahan bakar yang semakin mahal dan ketersediaannya yang semakin menipis. 4. Alam Indonesia mendukung untuk penerapan konsep pembangkitan listrik melalui energi terbarukan, seperti: photo voltaic, solar thermal energy, energi pasang surut air laut, energi angin, energi biomass, dll. 5. Lingkungan yang semakin rusak karena ekploitasi sumber bahan bakar fosil seperti batubara. Penerapan jaringan mikro di Indonesia masih terkendala beberapa tantangan. Tantangan tersebut antara lain : 1. Dukungan pemerintah yang kurang dalam mengembangkan sumber energi terbarukan. 2. Masih tingginya biaya untuk penerapan pembangkit dengan energi terbarukan, sehingga pembangunan PLTU masih menjadi pilihan menarik. 3. Masih kurangnya kesadaran masyarakat akan isu emisi CO 2, padahal saat ini terutama di negara maju, berlomba-lomba untuk mengurangi emisi gas buang CO 2 oleh pembangkit yang menggunakan bahan bakar fosil. 2.3 Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Potensi PLTS di Indonesia Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki iklim tropis, sehingga potensi energi mataharinya sangat tinggi. Berdasarkan data penyinaran matahari di Indonesia dapat diklasikfikasikan sebagai berikut, untuk Kawasan Barat Indonesia (KBI) sekitar 4,5 kwh/m 2 /hari dan di Kawasan Timur Indonesia (KTI) sekitar 5,1 kwh/m 2 /hari, sehingga potensi matahari rata rata Indonesia yaitu sebesar 4,8 kwh/m 2 /hari seperti yang ditunjukkan tabel 2.1.
10 15 Tabel 2.1 Intensitas radiasi matahari di Indonesia No Kota Provinsi Radiasi rata-rata (kwh/m²) 1 Banda Aceh Aceh Palembang Sumatera Selatan Menggala Lampung Rawasragi Lampung Jakarta Jakarta Bandung Jawa Barat Lembang Jawa Barat Citius, Tangerang Jawa Barat Darmaga, Bogor Jawa Barat Serpong, Tangerang Jawa Barat Semarang Jawa Tengah Surabaya Jawa Timur Kenteng, Yokyakarta Yokyakarta Denpasar Bali Pontianak Kalimantan Barat Banjarbaru Kalimantan Selatan Banjarmasin Kalimantan Selatan Samarinda Kalimantan Timur Menado Sulawesi Utara Palu Sulawesi Tenggara Kupang Nusa Tenggara Barat Waingapu, Sumba Timur Nusa Tenggara Timur Maumere Nusa Tenggara Timur 5.7 Sumber: Rahardjo, 2008 Potensi ini cukup digunakan sebagai alasan utama dalam pengembangan PLTS di Indonesia. Indonesia tergolong wilayah yang memiliki intensistas penyinaran matahari yang tinggi dan stabil sepanjang tahun, sehingga PV module mendapatkan daya yang optimal. PLN sangat kesulitan dalam membangun jaringan listrik untuk beberapa wilayah di Indonesia karena kontur wilayah Indonesia yang terdiri dari pulau pulau, pegunungan dan hutam rimba yang sangat lebat, sehingga pengembangan PLTS ini sangat cocok untuk mengatasi permasalahan hal tersebut Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) off-grid PLTS tipe ini merupakan sistem PLTS yang tidak terhubung dengan jaringan atau berdiri sendiri (stand alone system). Sistem ini biasanya menggunakan pola pemasangan yang tersebar (distributed) dan kapasitas
11 16 pembangkitannya relatif kecil. Sistem ini menggunakan media penyimpanan seperti baterai untuk menjaga ketersediaan pasokan listrik ketika malam hari maupun ketika intensitas penyinaran matahari menurun. Sistem ini kebanyakan digunakan untuk wilayah yang tidak dapat dijangkau oleh jaringan listrik utama seperti jaringan listrik PLN. Jenis beban listrik yang dicatu seperti penerangan dan beban listrik yang relatif kecil. Sistem ini dapat digunakan untuk keperluan yang lebih luas seperti telekomunikasi, penerangan jalan, stasiun transmisi untuk observasi gempa dan lain-lain. Gambar 2.2 menunjukkan PLTS tipe off-grid (IFC, 2012). Gambar 2.2 PLTS tipe off-grid Sumber : ABB QT10, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) on-grid PLTS tipe ini merupakan sistem PLTS yang terhubung dengan jaringan listrik utama seperti jaringan listrik PLN seperti yang ditunjukkan oleh gambar 2.3.
12 17 Gambar 2.3 PLTS tipe on-grid Sumber : ABB QT10, 2010 Sistem ini dapat menggunakan media penyimpanan seperti baterai dan tanpa menggunakan media penyimpanan. Fungsi baterai pada sistem PLTS on-grid selain sebagai media penyimpanan yang dapat digunakan sebagai pemasok tenaga listrik ketika jaringan mengalami kegagalan untuk periode tertentu, dapat juga digunakan sebagai pemasok tenaga listrik ke jaringan listrik utama yaitu jaringan listrik PLN ketika ada kelebihan daya listrik yang dibangkitkan oleh PLTS. Sistem ini memiliki 2 tipe berdasarkan aplikasinya dilapangan, yaitu (IFC, 2012) : 1. PLTS on-grid tipe terdistribusi PLTS pada sistem ini diaplikasikan sangat dekat dengan beban listrik seperti pemasangan PLTS di atap gedung atau rumah. Setiap gedung atau rumah memiliki PLTS sebagai salah satu sumber listriknya seperti gambar 2.4. Keuntungan dari sistem ini adalah rugi-rugi listrik penyaluran dari PLTS lebih kecil daripada rugi-rugi listrik dari jaringan untillity (jaringan PLN) karena letak PLTS yang berada dekat dengan area konsumen (beban listrik).
13 18 Gambar 2.4 Aplikasi PLTS on-grid tipe terdistribusi dengan pemasangan PV module di atap rumah Sumber : ABB QT10, PLTS on-grid tipe terpusat PLTS pada sistem ini sama seperti pembangkit listrik konvensional yang letak pembangkitnya berada di satu area yang sama. Keuntungan dari sistem ini adalah pengawasan pada sistem lebih baik karena berada dalam satu area dan rugi rugi daya pada pembangkitan lebih kecil daripada sistem tipe distribusi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) hybrid PLTS tipe ini merupakan PLTS yang terhubung dengan pembangkit listrik lain seperti PLTB (Pembangkit Listrik Tenaga Bayu), mikrohidro atau generator set seperti yang ditunjukkan oleh gambar 2.5. Tujuan dari tipe ini adalah untuk meningkatkan kehandalan dari sistem sehingga kontinyuitas dalam pemasokan daya listrik dapat tetap terjaga.
14 19 Gambar 2.5 Contoh PLTS hybrid dengan PLTS dan PLTD sebagai sumber pembangkit Sumber : LEN, Komponen komponen Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Pembangkit listrik tenaga surya pada dasarnya merupakan rangkain PV module yang membentuk suatu PV array, baik terhubung seri maupun pararel. Komponen komponen pembangkit listrik tenaga surya antara lain (ABB QT10, 2010) : 1. Sel Surya Sel surya tersusun dari dua lapisan semikonduktor dengan muatan yang berbeda. Lapisan atas sel surya bermuatan negatif sedangkan lapisan bawahnya bermuatan positif. Silicon adalah bahan semikonduktor yang paling umum digunakan untuk sel surya. Apabila permukaan sel surya dikenai cahaya maka dihasilkan pasangan elektron dan hole. Elektron akan meninggalkan sel surya dan akan mengalir pada rangkaian luar sehingga timbul arus listrik. Arus listrik yang dihasilkan oleh sel surya dapat dimanfaatkan langsung atau disimpan dulu dalam baterai untuk digunakan kemudian. Gambar 2.6 menunjukkan contoh sel surya.
15 20 Gambar. 2.6 Contoh sel surya Sumber : SHARP, Photovoltaic Module Rangkaian dari beberapa sel surya dinamakan PV module (Photovoltaic Module). Hubungan antara sel surya dengan PV module ditunjukkan oleh gambar 2.7. Gambar 2.7 Hubungan sel surya, PV module dan array Sumber : ETAP, 2015 Terdapat 3 jenis PV module berdasarkan jenis dan bentuk sususnan atom atom penyusunnya, yaitu monokrisntal, polikristal dan amorphous. Monokristal merupakan PV module yang paling efisien dengan nilai efesiensi
16 21 sekitar 14% - 17%. Kelemahan dari PV module jenis ini adalah tidak akan berfungsi baik ditempat yang cahaya mataharinya kurang (teduh), sehingga efisiensinya akan turun drastis dalam cuaca berawan serta harganya yang relatif lebih mahal. Pada tabel 2.2 dibawah akan diperlihatkan karakteristik nilai efisiensi, kelebihan dan kekurangan dari berbagai jenis sel surya Tabel 2.2 Karakteristik teknologi sel surya Sumber: ABB QT10, Charger Controller Charger controller adalah perangkat elektronik yang digunakan untuk mengatur pengisian arus searah dari PV module ke baterai dan mengatur penyaluran arus dari baterai ke peralatan listrik (beban). Charger controller mempunyai kemampuan untuk mendeteksi kapasitas baterai. Bila baterai sudah penuh terisi maka secara otomatis pengisian dari PV module berhenti.
17 22 4. Baterai Baterai adalah komponen PLTS yang berfungsi menyimpan energi listrik yang dihasilkan oleh PV module pada siang hari, untuk kemudian dipergunakan pada malam hari dan pada saat cuaca mendung. Baterai yang dipergunakan pada PLTS mengalami proses siklus mengisi (charging) dan mengosongkan (discharging), tergantung pada ada atau tidaknya matahari. Selama ada sinar matahari, PV module akan menghasilkan energi listrik. Apabila energi listrik yang dihasilkan tersebut melebihi kebutuhan bebannya, maka energi listrik tersebut akan segera dipergunakan untuk mengisi baterai. Proses pengisian dan pengosongan disebut satu siklus baterai. 5. Inverter Inverter berfungsi untuk merubah arus dan tegangan listrik DC (direct current) yang dihasilkan PV array menjadi arus dan tegangan listrik AC (alternating current) dengan frekuensi 50Hz/60Hz. Pemilihan inverter yang tepat untuk aplikasi tertentu, tergantung pada kebutuhan beban dan tergantung pada apakah inverter akan menjadi bagian dari sistem yang terhubung ke jaringan listrik atau sistem yang berdiri sendiri Prinsip kerja PLTS Pembangkit Listrik Tenaga Surya adalah suatu teknologi pembangkit yang mengkonversikan energi foton dari surya menjadi energi listrik. Konversi ini terjadi pada PV module yang terdiri dari sel surya. Sel surya merupakan lapisanlapisan tipis dari silicon (Si) murni dan bahan semikondukator lainnya. Bahan tersebut mendapat energi foton, akan mengeksitasi elektron dari ikatan atomnya menjadi elektron yang bergerak bebas dan akhirnya akan mengeluarkan tegangan listrik arus searah. Rangkaian sel sel surya yang biasanya digunakan adalah rangkaian kombinasi seri-pararel, untuk mendapatkan daya keluaran dua kali lebih besar dari daya keluaran sel surya dengan tegangan yang konstan. Setiap modul biasanya terdiri dari unit sel. Pembangunan PLTS menggunakan beberapa rangkaian modul yang disebut susunan modul (array) yang jumlahnya
18 23 disesuaikan dengan luas lahan dan modal yang dimiliki. Semakin banyak array yang terpasang semakin besar daya yang dapat dibangkitkan Energi yang dibangkitkan Terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi besaran daya yang dapat dibangkitkan oleh PV module yaitu intensitas cahaya dan temperature PV module. Besarnya intensitas cahaya matahari per hari yang diterima PV module akan mempengaruhi energi harian yang mampu dibangkitkan PV module per harinya, dengan menggunakan persamaan berikut produksi energi harian PV module dapat diketahui (Utomo,2009) : E modul = P out Ph/hari. (2.1) dimana: E modul = Produksi energi harian PV module (Wh) P out = Daya output PV module (W) Ph/hari = Peak hour per day (Hour) Peak Hour per Day adalah peredaran matahari dalam 1 tahun untuk wilayah Bali yang di rata-ratakan dalam tiap-tiap 3 bulan pada periode edar matahari dari kuartal 1 sampai 4. Karena dalam 1 tahun terjadi 4 kali perubahan peredaran bumi mengelilingi matahari (Mario, 2009). Peak Hour per Day untuk daerah Bali dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut: Tabel 2.3 Peak hour per day rata-rata daerah Bali Kuartal Energi Matahari (MJ/m²) Peak Hour per Day (Hour) Kuartal I 20 5,55 Kuartal II 15 4,16 Kuartal III 20 5,55 Kuartal IV 15 4,16 Rata-rata Peak Hour per Day 4,85 Ph/day Sumber: Mario, 2009
19 24 Komponen semikonduktor seperti diode sensitif terhadap perubahan temperatur, begitu pula dengan sel surya. Secara umum, sebuah PV module dapat beroperasi secara maksimum jika temperatur yang diterimanya tetap normal pada temperatur 25 o C. Kecepatan tiupan angin disekitar lokasi sel surya akan sangat membantu terhadap pendinginan temperatur permukaan sel surya sehingga temperatur dapat terjaga dikisaran 25 o C. Kenaikan temperatur lebih tinggi dari temperatur normal pada PV module akan melemahkan tegangan (Voc) yang dihasilkan. Setiap kenaikan temperatur PV module 1 o C (dari 25 o C) akan mengakibatkan berkurang sekitar 0,5% pada total tenaga (daya) yang dihasilkan. Tidak semua energi matahari yang menyinari PV module dapat dikonversikan 100% menjadi energi listrik. PV module pada kenyataannya hanya mengkonversikan energi matahari kurang dari 20% menjadi energi listrik, sementara sisanya akan terbuang sebagai panas. Hal ini sangat mempengaruhi nilai efesiensi PV module. Efisiensi PV module didefinisikan sebagai irradiance yang diterima oleh permukaan sel surya. Nilai efisiensi ini selalu dihitung pada kondisi standar (irradiance = 1000 W/m 2 ) AM 1,5 dan temperature 25 0 C). Efesiensi PV module dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Diputra. 2008) :. (2.2) dimana: ƞ = Efisiensi PV module P out = Daya keluaran PV module P in = Intensitas radiasi matahari luas area PV module 2.4 Generator Set Generator set merupakan salah satu jenis pembangkit listrik bertenaga diesel atau berbahan bakar solar yang berkapasitas kecil hingga sedang. Generator set biasanya digunakan sebagai pembangkit listrik cadangan yang terdapat pada sisi konsumen seperti lingkungan industri, perkantoran, rumah sakit dan lingkungan yang membutuhkan kestabilan pasokan daya. Generator set terdiri dari 2 bagian
20 25 utama yaitu, motor diesel atau motor bakar sebagai penggerak mula (prime mover) dan generator. Penggerak mula (prime mover) berfungsi sebagai penghasil energi mekanik (prime mover). Energi mekanik ini dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar diesel atau solar sehingga motor ini sering disebut dengan motor diesel atau motor bakar. Bagian generator pada generator set memiliki konstruksi yang sama dengan generator generator lainnya. Terdiri dari 2 bagian utama yaitu rotor dan stator, serta cara kerjanya sama dengan generator generator lainnya yaitu mengubah energi mekanik pada motor diesel atau motor bakar menjadi energi listrik dengan memanfaatkan medan magnet. Ukuran dari generator beragam, sesuai dengan daya listrik yang ingin dibangkitkan seperti pada gambar 2.8 merupakan jenis generator set skala kecil yang biasanya digunakan dilingkungan rumah tanggga maupun rumah took dengan kapasitas daya sekitar 1 KW hingga 6,5 KW dan gambar 2.9 merupakan jenis generator set yang biasanya terdapat pada lingkungan perumahan, perkantoran maupun kegiatan kegiatan yang membutuhkan tambahan daya listrik. Gambar 2.8 Jenis generator set skala kecil Sumber : Honda, 2011
21 26 Gambar 2.9 Jenis generator set yang terdapat di lingkungan perkantoran dan perumahan Sumber : Yamagen, t.t Cara kerja generator set Generator set biasanya digunakan sebagai pembangkit listrik cadangan ketika terjadi pemadaman listrik oleh PLN. Generator set dapat bekerja secara manual maupun otomatis tergantung dari peralatan transfer yang digunakan. Generator set tidak dapat langsung dibebani ketika terjadi pemadaman, hal ini karena generator set membutuhkan beberapa detik hingga siap untuk beroperasi. Generator set juga tidak dapat langsung berhenti beroperasi ketika listrik sudah mengalir kembali, karena generator set membutuhkan waktu untuk cooling down hingga benar benar berhenti beroperasi. Cara kerja dari generator set tidak berbeda dengan cara kerja dari generator generator yang terdapat pada pusat pembangkit listrik yang memiliki ukuran generator yang besar. Motor diesel atau motor bakar pada generator set akan berputar dan menghasilkan energi mekanik. Energi mekanik ini timbul akibat pembakaran bahan bakar diesel / solar yang terjadi didalam ruang pembakaran pada motor. Pembakaran ini mengakibatkan piston pada motor bekerja dan kerja dari piston ini menggerakkan poros dari motor. Poros motor yang terhubung dengan poros generator mengakibatkan poros generator akan ikut berputar. Poros generator
22 27 merupakan bagian rotor dari generator. Putaran rotor ini akan menghasilkan perbedaan fluksi antara bagian rotor dan stator pada generator. Perbedaan fluksi ini menimbulkan arus dan tegangan yang akan akan disalurkan ke jaringan. Beban listrik yang harus dipasok oleh generator set harus sesuai dengan kapasitas dari generator set tersebut. Hal ini karena jika bebannya melebihi dari kapasitas generator set maka generator akan berhenti bekerja dan yang paling parah adalah terjadinya kerusakan pada generator. Syarat syarat yang wajib dilaksanakan untuk mempararelkan generator set dengan jala jala listrik milik PLN dalam keadaan on grid atau mempararelkan generator set dengan generator set lainnya adalah sebagai berikut : 1. Nilai efektif tegangan antar generator set atau jala jala PLN harus sama 2. Frekuensi antar generator set atau jala jala PLN harus sama 3. Urutan fasanya, sudut fasa dan polaritasnya harus sama 2.5 Inverter Inverter merupakan suatu alat yang memiliki fungsi merubah arus listrik searah (direct current) menjadi listrik arus bolak balik (alternating current). Inverter merupakan salah satu bagian penting dalam sebuah jaringan mikro. Hal ini karena peran inverter dalam jaringan mikro adalah sebagai pengkondisi tenaga listrik dan sistem kontrol dari pembangkit listrik yang digunakan dalam jaringan mikro. Pembangkit listrik yang digunakan dalam jaringan mikro seperti PLTS dan PLTB menghasilkan arus listrik searah (direct current) sehingga diperlukan sebuah inverter untuk mengubahnya kedalam bentuk aruh bolak balik (alternating current). Komponen semikonduktor daya yang digunakan dapat berupa SCR, transistor, MOSFET yang beroperasi sebagai sakelar dan pengubah Inverter dapat disebut sebagai inverter catu tegangan (voltage inverter) bila tegangan masukan selalu diatur konstan dan disebut sebagai inverter catu arus (current inverter) bila arus masukan selalu diatur konstan. Inverter dapat disebut pula variable dc linked inverter bila tegangan masukan dapat diatur atau diubah ubah. Pengkonversian tegangan DC menjadi tegangan AC pada inverter lebih banyak menggunakan rangkaian modulasi lebar pulsa atau PWM (Pulse Width
23 28 Modulation). Penggunaan teknik PWM dapat menghasilkan frekuensi yang baik sesuai dengan nilai rms dari bentuk gelombang keluaran pada saat pengaturan.. Terdapat 2 jenis inverter, yaitu inverter satu fasa yang biasanya digunakan pada sistem dengan beban listrik yang relatif kecil dan inverter tiga fasa untuk sistem yang terhubung dengan jaringan untillity (jaringan PLN) seperti yang ditunjukkan gambar 2.10 dan 2.11 (Sujanarko,2010). Gambar 2.10 Rangkaian inverter satu fasa Sumber : ABB QT, 2010 Gambar 2.11 Rangkaian inverter tiga fasa Sumber : Jung, Inverter tiga fasa Jenis inverter tiga fasa yang banyak digunakan adalah jenis inverter jembatan atau bridge inverter seperti gambar 2.11 sebelumnya. Terdapat tiga sisi
24 29 sakelar yaitu sakelar S1 dan S4, S3 dan S6, S5 dan S2. Masing masing sisi sakelar tidak boleh bekerja secara serempak/simultan, karena akan mengakibatkan tejadinya hubungan singkatpada rangkaian. Kondisi on dan off dari kedua sisi sakelar ditentukan dengan teknik modulasi, yaitu membandingkan antara sinyal modulasi (tegangan bolak-balik luaran yang diharapkan) dengan sinyal pembawa dengan bentuk gelombang gigi-gergaji. Inverter harus mampu menghasilkan amplitudo, frekuensi dan tegangan/arus yang sama dengan jaringan PLN sehingga jaringan mikro dapat sinkronisasi dengan jaringan PLN pada saat pengoperasian pararel. Inverter yang menghasilkan karakteristik daya listrik yang tidak sinkron dengan jaringan PLN akan mengakibatkan ketidakstabilan bahkan dapat mengakibatkan kegagalan. Karakteristik inverter untuk jaringan mikro off-grid dan on-grid memiliki perbedaan, yaitu (Setiawan, 2014). : 1. Inverter untuk jaringan mikro off-grid harus mampu mensuplai tegangan AC yang konstan pada variasi dari pembangkit listrik dan tuntutan beban yang dilayani. 2. Inverter untuk jaringan on-grid mampu menghasilkan tegangan yang sama persis dengan tegangan jaringan pada waktu yang sama dan mengoptimalkan keluaran energi yang dibangkitkan oleh pembangkit listrik Konfigurasi inverter terpusat Konfigurasi tipe ini relative murah, karena inverter yang terpasang biasanya hanya satu inverter terpusat untuk string pembangkit tenaga listrik yang dihubungkan secara seri dan pararel. Kelemahan dari konfigurasi ini adalah kurangnya kehandalan sistem ini, karena jika inveter mengalami kerusakan akan mempengaruhi operasi keseluruhan sistem. Contoh dari konfigurasi ini dapat dilihat pada gambar 2.12.
25 30 Gambar 2.12 Konfigurasi inverter terpusat Sumber : PLN, Konfigurasi inverter individual string Konfigurasi rangkaian ini berupa rangkaian seri tunggal dan string, dimana satu inverter untuk satu string. Keuntungan dari konfigurasi ini adalah inverter memiliki kemampuan pelacakan titik daya maksimum atau Maximum Power Point Tracking (MPPT) secara terpisah dari setiap string. Kelemahan dari konfigurasi ini diperlukannya banyak inverter dalam sistem. Contoh dari konfigurasi ini dapat dilihat pada gambar Gambar 2.13 Konfigurasi inverter individual string Sumber : PLN, Konfigurasi inverter multi-string Konfigurasi menggunakan MPPT yang terpisah (menggunakan DC/DC konverter) terhubung ke inverter yang disalurkan ke sistem distribusi. Konfigurasi
26 31 ini memungkinkan untuk mengoptimalkan efesiensi pengoperasian setiap string secara terpisah dan integrasi berbagai orientasi pembangkit untuk memaksimalkan produksi energi. Contoh dari konfigurasi ini dapat dilihat pada gambar Gambar 2.14 Konfigurasi inverter multi-string Sumber : PLN, Konfigurasi inverter modul AC Konfigurasi ini menggunakan inverter dan MPPT yang tersambung pada masing masing pembangkit sehingga masing masing masing pembangkit memiliki inverter dan MPPT sendiri. Keuntungan dari konfigurasi ini terletak pada desainnya uyang fleksibel sehingga mudah untuk menambahkan inverter guna meningkatkan kapasitas pembangkit listrik, produksi energi menjadi meningkat dengan mengurangi kerugian energi dan ketidaksesuain inverter dan meningkatkan keandalan. Kelemahan dari konfiguarsi ini adalah diperlukan biaya tambahan untuk inverter dan pemeliharaan yang relative komplek. Contoh dari konfigurasi ini dapat dilihat pada gambar 2.15.
27 32 Gambar 2.15 Konfigurasi inverter modul AC Sumber : PLN, Automatic Transfer Switch (ATS) Atomatic Main Failure (AMF) Automatic Transfer Switch (ATS) merupakan suatu alat yang digunakan untuk memindahkan secara otomatis distribusi daya listrik dari jaringan listrik PLN ke generator set untuk memasok daya listrik pada suatu jaringan listrik. ATS merupakan pengembangan dari Change Over Switch yang sistem kerjanya masih manual. Penggunaan ATS lebih banyak digunakan ketika jaringan listrik PLN gagal memasok daya listrik atau mengalami pemadaman sehingga generator set digunakan sebagai pemasok daya cadangan untuk menjaga kontinuitas pasokan daya ke beban. ATS akan secara otomatis memindahkan distribusi daya listrik dari generator set ke jaringan listrik PLN, jika jaringan listrik PLN sudah kembali bekerja secara normal. Proses menghidupkan dan mematikan generator set dapat dilakukan secara otomatis dengan menggunakan panel Atomatic Main Failure (AMF) tanpa bantuan operator. Fungsi AMF juga untuk melindungi generator set dari pemakaian yang berlebihan dan perlindungan terhadap tegangan maupun frekuensi generator set apabila melebihi parameter yang digunakan. ATS akan melepas distribusi listrik dari genset ke beban dan selanjutnya AMF akan
28 33 menghentikan kerja generator set. Penggunaan ATS dan AMF dapat membantu kontinuitas pasokan daya ketika jaringan listrik PLN padam. Gambar 2.16 menunjukkan contoh dari panel ATS-AMF. Penggunaan ATS dan AMF memiliki beberapa keuntungan, yaitu sebagai berikut : 1. Waktu yang diperlukan untuk memindahkan distribusi daya listrik dari PLN ke generator set relatif lebih singkat. 2. Proses pemanasan generator set dapat dilakukan secara otomatis sehingga dapat memperpanjang usia kerja dari generator set. 3. Meningkatkan keamanan dan kenyamanan. 4. Mengurangi biaya operasional karena tidak diperlukannya operator atau teknisi dalam mengoperasikan generator set Komponen komponen Automatic Transfer Switch (ATS) Atomatic Main Failure (AMF) 1. Relay Relay merupakan suatu alat yang menggunakan gaya elektromagnetik untuk menutup atau membuka kontak saklar. Relay juga berfungsi sebagai pengaman. 2. Selector Switch Selector Switch merupakan suatu alat yang digunakan untuk memilih.menyambungkan rangkaian sesuai dengan yang ditunjuk oleh tangkai selector. Tipe selector switch yang banyak digunakan yaitu 2 posisi (ON-PFF) dan 3 posisi (ON-OFF-ON). 3. Kontaktor Kontaktor merupakan suatu komponen yang berfungsi sebagai penyambung dan pemutus rangkaian. 4. MCB (Miniatur Circuit Breaker) MCB merupakan sekering yang digunakan sebagai sistem pengaman peralatan listrik dari gangguan arus hubung singkat dan beban lebih.
29 34 5. MCCB (Moulded Case Circuit Breaker) MCCB memiliki peranan yang sama dengan MC yaitu sebagai sakering yang digunakan sebagai pengaman peralatan listrik dari gangguan arus hubung singkat dengan rating arus yang relatif lebih tinggi. 6. Current Transformer (CT) Current Transformer pada ATS-AMF digunakan untuk memperoleh arus pengukuran dan pengamanan yang bekerja pada rating tegangan rendah. Jenis CT yang biasanya digunakan adalah Low Voltage Current. 7. PLC (Programmable Logic Controller) PLC merupakan salah satu sistem kontrol yang biasanya digunakan dalam mengontrol kerja komponen-komponen di dalam ATS sehingga dapat bekerja otomatis. PLC merupakan pengontrol berbasis mikroprosesor yang memanfaatkan memori yang dapat diprogram untuk menyimpan perintahperintah untuk mengontrol suatu peralatan. 2.7 Aturan Penyambungan Pembangkit Listrik Energi Terbarukan ke Sistem Distribusi PLN Salah satu jenis jaringan mikro yang ada adalah jaringan on-grid, yaitu jaringan mikro yang terhubung dengan jaringan untillity seperti jaringan PLN. Terdapat beberapa aturan yang harus diperhatikan untuk menghubungkan jaringan mikro dengan jaringan milik PLN, hal ini karena jaringan mikro yang tidak didesain dan dioperasikan dengan baik, dapat mempengaruhi keselamatan, keandalan dan kualitas daya listrik pada sistem distribusi PLN. Terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu (PLN,2014) : 1. Sinkronisasi Pengoperasian jaringan mikro harus secara pararel dengan sistem distribusi PLN tanpa menyebabkan fluktuasi tegangan di titik sambungan. Toleransi yang diberikan adalah maksimal ± 5% dari tegangan sistem distribusi PLN. Batas parameter untuk sinkronisasi ditunjukkan oleh tabel 2.4.
30 35 Tabel 2.4 Batas Parameter untuk Sinkronisasi Penyambungan Sumber : IEEE B 2. Pengaturan tegangan Toleransi perbedaan tegangan dengan sistem distribusi PLN adalah +5% dan - 10%. Jaringan mikro tidak diperbolehkankan secara aktif ikut mengatur tegangan pada titik sambungan ketika sedang pararel dengan sistem distribusi PLN yang dapat menyebabkan gangguan sehingga tegangan layanan konsumen lain tidak memenuhi toleransi tersebut. 3. Frekuensi Jaringan mikro harus mampu beroperasi dengan output maksimum dalam rentang frekuensi 47,5 sampai 51 Hz, untuk PLTB dan PLTS rentang frekuensinya 49 sampai 51 Hz (SPLN No. D :2012) 4. Faktor daya Setiap generator pada jaringan mikro harus mampu beroperasi dalam rentang faktor daya dari 0,9 leading sampai dengan 0,85 lagging.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaringan listrik memiliki peranan penting dalam penyaluran energi listrik. Energi listrik disalurkan melalui sebuah jaringan interkoneksi dan didistribusi dari unit
Lebih terperinciSTUDI TERHADAP UNJUK KERJA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA 1,9 KW DI UNIVERSITAS UDAYANA BUKIT JIMBARAN
STUDI TERHADAP UNJUK KERJA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA 1,9 KW DI UNIVERSITAS UDAYANA BUKIT JIMBARAN I.W.G.A Anggara 1, I.N.S. Kumara 2, I.A.D Giriantari 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciTeknologi Elektro, Vol. 14, No.2, Juli Desember
Teknologi Elektro, Vol. 14, No.2, Juli Desember 2015 69 PERENCANAAN SISTEM JARINGAN MIKRO (MICROGRID) DENGAN SUPPLY DARI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) DAN GENERATOR SET DI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber energi tenaga angin, sumber energi tenaga air, hingga sumber energi tenaga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, penelitian mengenai sumber energi terbarukan sangat gencar dilakukan. Sumber-sumber energi terbarukan yang banyak dikembangkan antara lain sumber energi tenaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu energi primer yang tidak dapat dilepaskan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Peningkatan jumlah penduduk dan pertumbuhan
Lebih terperinciDESAIN SISTEM HIBRID PHOTOVOLTAIC-BATERAI MENGGUNAKAN BI-DIRECTIONAL SWITCH UNTUK CATU DAYA KELISTRIKAN RUMAH TANGGA 900VA, 220 VOLT, 50 HZ
G.17 DESAIN SISTEM HIBRID PHOTOVOLTAICBATERAI MENGGUNAKAN BIDIRECTIONAL SWITCH UNTUK CATU DAYA KELISTRIKAN RUMAH TANGGA 900VA, 220 VOLT, 50 HZ Soedibyo 1*, Dwiana Hendrawati 2 1 Jurusan Teknik Elektro,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daya yang berpotensi sebagai sumber energi. Potensi sumber daya energi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia secara geografis terletak di daerah tropis yaitu 6 0 LU 11 0 LS dan 95 0 BT 141 0 BT. Indonesia dianugerahi berbagai jenis sumber daya yang berpotensi sebagai
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. alternatif seperti matahari, angin, mikro/minihidro dan biomassa dengan teknologi
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pembangkit Hibrid Sistem pembangkit hibrid adalah kombinasi dari satu atau lebih sumber energi alternatif seperti matahari, angin, mikro/minihidro dan biomassa dengan teknologi
Lebih terperinciDASAR TEORI. Kata kunci: grid connection, hybrid, sistem photovoltaic, gardu induk. I. PENDAHULUAN
PERANCANGAN HYBRID SISTEM PHOTOVOLTAIC DI GARDU INDUK BLIMBING-MALANG Irwan Yulistiono 1, Teguh Utomo, Ir., MT. 2, Unggul Wibawa, Ir., M.Sc. 3 ¹Mahasiswa Teknik Elektro, ² ³Dosen Teknik Elektro, Universitas
Lebih terperinci12/18/2015 ENERGI BARU TERBARUKAN ENERGI BARU TERBARUKAN ENERGI BARU TERBARUKAN
Demi matahari dan cahaya siangnya. (QS Asy Syams :1) Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-nya manzilah-manzilah (tempattempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu
Lebih terperinciANALISIS PEMBANGKIT LISTRIK HIBRIDA (PLH), DIESEL DAN ENERGI TERBARUKAN DI PULAU MANDANGIN, SAMPANG, MADURA MENGGUNAKAN SOFTWARE HOMER
ANALISIS PEMBANGKIT LISTRIK HIBRIDA (PLH), DIESEL DAN ENERGI TERBARUKAN DI PULAU MANDANGIN, SAMPANG, MADURA MENGGUNAKAN SOFTWARE HOMER Sean Yudha Yahya 1, Ir.Soeprapto.,MT 2, Ir.Teguh Utomo.,MT 3 1 Mahasiswa
Lebih terperinciSistem PLTS Off Grid Komunal
PT. REKASURYA PRIMA DAYA Jl. Terusan Jakarta, Komp Ruko Puri Dago no 342 kav.31, Arcamanik, Bandung 022-205-222-79 Sistem PLTS Off Grid Komunal PREPARED FOR: CREATED VALID UNTIL 2 2 mengapa menggunakan
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini sebagian besar pembangkit listrik di dunia masih menggunakan bahan bakar fosil seperti minyak bumi, batu bara dan gas bumi sebagai bahan bakarnya.
Lebih terperinciSistem PLTS OffGrid. TMLEnergy. TMLEnergy Jl Soekarno Hatta no. 541 C, Bandung, Jawa Barat. TMLEnergy. We can make a better world together CREATED
TMLEnergy TMLEnergy Jl Soekarno Hatta no. 541 C, Bandung, Jawa Barat Jl Soekarno Hatta no. W: 541 www.tmlenergy.co.id C, Bandung, Jawa Barat W: www.tmlenergy.co.id E: marketing@tmlenergy.co.id E: marketing@tmlenergy.co.id
Lebih terperinciBAB 2 TEORI DASAR. Gambar 2.1. Komponen dan diagram rangkaian PLTS. Gambar 2.2. Instalasi PLTS berdaya kecil [2]
3 BAB 2 TEORI DASAR 2.1. Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS adalah pembangkit listrik yang menggunakan cahaya matahari, dengan mengubah energi cahaya matahari menjadi energi listrik. Energi listrik yang
Lebih terperinciPOWER SWITCHING PADA AUTOMATIC TRANSFER SWITCH DALAM MENJAGA KEANDALAN POWER SUPPLY YANG DICATU DARI PLN DAN GENSET
POWER SWITCHING PADA AUTOMATIC TRANSFER SWITCH DALAM MENJAGA KEANDALAN POWER SUPPLY YANG DICATU DARI PLN DAN GENSET Wandi Perdana 1, Tohari 2, Sabari 3 D3Teknik Elektro Politeknik Harapan Bersama Jln.
Lebih terperinciAnalisis Performa Modul Solar Cell Dengan Penambahan Reflector Cermin Datar
Analisis Performa Modul Solar Cell Dengan Penambahan Reflector Cermin Datar Made Sucipta1,a*, Faizal Ahmad2,b dan Ketut Astawa3,c 1,2,3 Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Udayana,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Energi listrik adalah energi yang mudah dikonversikan ke dalam bentuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik adalah energi yang mudah dikonversikan ke dalam bentuk energi yang lain. Saat ini kebutuhan energi, khususnya energi listrik terus meningkat dengan pesat,
Lebih terperinciBAB I. bergantung pada energi listrik. Sebagaimana telah diketahui untuk memperoleh energi listrik
BAB I 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebutuhan energi yang hampir tidak dapat dipisahkan lagi dalam kehidupan manusia pada saat ini adalah kebutuhan energi listrik. Banyak masyarakat aktifitasnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. panas yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar menjadi energi mekanik, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam menghasilkan energi listrik, terjadi konversi energi dari energi mekanik menjadi energi listrik melalui suatu alat konversi energi, dalam hal ini disebut dengan
Lebih terperinciMODEL PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN DAN SURYA SKALA KECIL UNTUK DAERAH PERBUKITAN
MODEL PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN DAN SURYA SKALA KECIL UNTUK DAERAH PERBUKITAN Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang Email: isdiyarto@yahoo.co.id Abstrak. Energi terbarukan
Lebih terperinciP R O P O S A L. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), LPG Generator System
P R O P O S A L CV. SURYA SUMUNAR adalah perusahaan swasta yang bergerak dibidang pengadaan dan penjualan energi listrik dengan menggunakan tenaga surya (matahari) sebagai sumber energi utamanya. Kami
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pengembangan energi ini di beberapa negara sudah dilakukan sejak lama.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring perkembangan zaman, ketergantungan manusia terhadap energi sangat tinggi. Sementara itu, ketersediaan sumber energi tak terbaharui (bahan bakar fosil) semakin menipis
Lebih terperinciRooftop Solar PV System
TMLEnergy Jl Soekarno Hatta no. 541 C, Bandung, Jawa Barat W : www.tmlenergy.co.id E : marketing@tmlenergy.co.id T : TMLEnergy We can make a better world together PREPARED FOR: Rooftop Solar PV System
Lebih terperinciJOBSHEET SENSOR CAHAYA (SOLAR CELL)
JOBSHEET SENSOR CAHAYA (SOLAR CELL) A. TUJUAN 1. Merancang sensor sel surya terhadap besaran fisis. 2. Menguji sensor sel surya terhadap besaran fisis. 3. Menganalisis karakteristik sel surya. B. DASAR
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 TEORI DASAR GENSET Genset adalah singkatan dari Generating Set. Secara garis besar Genset adalah sebuah alat /mesin yang di rangkai /di design /digabungkan menjadi satu kesatuan.yaitu
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI DESAIN SISTEM PARALEL ENERGI LISTRIK ANTARA SEL SURYA DAN PLN UNTUK KEBUTUHAN PENERANGAN RUMAH TANGGA
NASKAH PUBLIKASI DESAIN SISTEM PARALEL ENERGI LISTRIK ANTARA SEL SURYA DAN PLN UNTUK KEBUTUHAN PENERANGAN RUMAH TANGGA Diajukan oleh: FERI SETIA PUTRA D 400 100 058 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciPelatihan Sistem PLTS Maret 2015 PELATIHAN SISTEM PLTS INVERTER DAN JARINGAN DISTRIBUSI. Rabu, 25 Maret Oleh: Nelly Malik Lande
PELATIHAN SISTEM PLTS INVERTER DAN JARINGAN DISTRIBUSI Rabu, 25 Maret 2015 Oleh: Nelly Malik Lande POKOK BAHASAN TUJUAN DAN SASARAN PENDAHULUAN PENGERTIAN, PRINSIP KERJA, JENIS-JENIS INVERTER TEKNOLOGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini energi listrik adalah kebutuhan utama bagi semua orang di dunia.
1 BAB I PENDAHULUAN A. PERUMUSAN MASALAH Saat ini energi listrik adalah kebutuhan utama bagi semua orang di dunia. Di setiap negara termasuk di Indonesia, kebutuhan akan energi listrik dipenuhi oleh perusahaan-perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perhatian utama saat ini adalah terus meningkatnya konsumsi energi di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, energi listrik merupakan kebutuhan penting dalam kelangsungan hidup manusia. Masalah di bidang tersebut yang sedang menjadi perhatian utama saat
Lebih terperinciStandby Power System (GENSET- Generating Set)
DTG1I1 Standby Power System (- Generating Set) By Dwi Andi Nurmantris 1. Rectifiers 2. Battery 3. Charge bus 4. Discharge bus 5. Primary Distribution systems 6. Secondary Distribution systems 7. Voltage
Lebih terperinciPerencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Secara Mandiri Untuk Rumah Tinggal
Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Secara Mandiri Untuk Rumah Tinggal Sandro Putra 1) ; Ch. Rangkuti 2) 1), 2) Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Trisakti E-mail: xsandroputra@yahoo.co.id
Lebih terperinciUNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN DAN BIAYA PEMBANGKITAN LISTRIK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA HIBRIDA DI PULAU SEBESI LAMPUNG SELATAN
UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN DAN BIAYA PEMBANGKITAN LISTRIK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA HIBRIDA DI PULAU SEBESI LAMPUNG SELATAN TESIS HERLINA 0706305305 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM MAGISTER
Lebih terperinciMemahami sistem pembangkitan tenaga listrik sesuai dengan sumber energi yang tersedia
Memahami sistem pembangkitan tenaga listrik sesuai dengan sumber energi yang tersedia Memahami konsep penggerak mula (prime mover) dalam sistem pembangkitan tenaga listrik Teknik Pembangkit Listrik 1 st
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI PEMANFAATAN SEL SURYA UNTUK KONSUMEN RUMAH TANGGA DENGAN BEBAN DC SECARA PARALEL TERHADAP LISTRIK PLN
NASKAH PUBLIKASI PEMANFAATAN SEL SURYA UNTUK KONSUMEN RUMAH TANGGA DENGAN BEBAN DC SECARA PARALEL TERHADAP LISTRIK PLN Diajukan Oleh: ABDUR ROZAQ D 400 100 051 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciPERENCANAAN SISTEM JARINGAN MIKRO ( MICROGRID
SKRIPSI PERENCANAAN SISTEM JARINGAN MIKRO (MICROGRID) DENGAN SUPPLY DARI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) DAN GENERATOR SET DI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS UDAYANA I PUTU KRISNA DARMA PUTRA
Lebih terperinciKAJIAN EKONOMIS ENERGI LISTRIK TENAGA SURYA DESA TERTINGGAL TERPENCIL
KAJIAN EKONOMIS ENERGI LISTRIK TENAGA SURYA DESA TERTINGGAL TERPENCIL Oleh Aditya Dewantoro P (1) Hendro Priyatman (2) Universitas Muhammadiyah Pontianak Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Mesin Tel/Fax 0561
Lebih terperinciLatar Belakang dan Permasalahan!
Latar Belakang dan Permasalahan!! Sumber energi terbarukan sangat bergantung pada input yang fluktuatif sehingga perilaku sistem tersebut tidak mudah diprediksi!! Profil output PV dan Load yang jauh berbeda
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. terbarukan hanya sebesar 5.03% dari total penggunaan sumber energi nasional.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi adalah salah satu isu terhangat yang dibahas dunia saat ini. Saat ini sumber energi primer dunia sangat bergantung pada bahan bakar minyak (BBM). Padahal
Lebih terperinciMateri Sesi Info Listrik Tenaga Surya. Politeknik Negeri Malang, Sabtu 12 November 2016 Presenter: Azhar Kamal
Materi Sesi Info Listrik Tenaga Surya Politeknik Negeri Malang, Sabtu 12 November 2016 Presenter: Azhar Kamal Pengantar Presentasi ini dipersiapkan oleh Azhar Kamal untuk acara Sesi Info Listrik Tenaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Potensi Sumber Daya Energi Fosil [1]
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Ketersediaan sumber daya energi tak terbarukan semakin lama semakin menipis. Pada Outlook Energi Indonesia 2014 yang dikeluarkan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan
Lebih terperinciII. Tinjauan Pustaka. A. State of the Art Review
Perbandingan Penggunaan Motor DC Dengan AC Sebagai Penggerak Pompa Air Yang Disuplai Oleh Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Agus Teja Ariawan* Tjok. Indra. P, I. W. Arta. Wijaya. Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari pulau
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari 17.504 pulau (Wikipedia, 2010). Sebagai Negara kepulauan, Indonesia mengalami banyak hambatan dalam pengembangan
Lebih terperinciPenerapan Teknologi Sel Surya dan Turbin Angin Untuk Meningkatkan Efisiensi Energi Listrik di Galangan Kapal
Penerapan Teknologi Sel Surya dan Turbin Angin Untuk Meningkatkan Efisiensi Energi Listrik di Galangan Kapal MIZZA FAHRIZA RAHMAN 4107100082 DOSEN PEMBIMBING Ir. TRIWILASWANDIO WP., M.Sc. 19610914 198701
Lebih terperinciKata Kunci Sistem Hibrida PV-Genset, Sensor Arus, Otomatisasi Pensaklaran, SFC Genset, Zelio Logic Smart Relay.
1 POWER MANAGEMENT CONTROL PADA SISTEM HIBRIDA PV-GENSET MENGGUNAKAN ZELIO LOGIC SMART RELAY Mochamad Azwar Anas¹, Ir. Soeprapto, M.T.², Ir. Unggul Wibawa, M.Sc.³ ¹Mahasiswa Teknik Elektro, ², ³Dosen Teknik
Lebih terperinciBAB III DASAR TEORI 3.1 Penjelasan Umum sistem Kelistrikan
BAB III DASAR TEORI 3.1 Penjelasan Umum sistem Kelistrikan Dengan perkembangan zaman dan teknologi sekarang ini, maka kebutuhan tentang kelistrikan menjadi suatu keharusan, salah satunya unsur menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkantoran, maupun industrisangat bergantung pada listrik. Listrik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Listrik telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat modern. Hampir semua aktivitas manusia, baik di rumah tangga, perkantoran,
Lebih terperinciBAB III PRINSIP KERJA ALAT DAN RANGKAIAN PENDUKUNG
BAB III PRINSIP KERJA ALAT DAN RANGKAIAN PENDUKUNG 3.1 RANGKAIAN SOLAR HOME SISTEM Secara umum sistem pemabangkit daya listrik fotovoltaik dapat dibedakan atas 2 (dua) jenis[2]: a. Sistem langsung, yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi listrik tersebut terus dikembangkan. Kepala Satuan
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Energi merupakan kebutuhan penting bagi manusia, khususnya energi listrik, energi listrik terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah populasi manusia
Lebih terperinciPEMANFAATAN ENERGI MATAHARI MENGGUNAKAN SOLAR CELL SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF UNTUK MENGGERAKKAN KONVEYOR
PEMANFAATAN ENERGI MATAHARI MENGGUNAKAN SOLAR CELL SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF UNTUK MENGGERAKKAN KONVEYOR M. Helmi F. A. P. 1, Epyk Sunarno 2, Endro Wahjono 2 Mahasiswa Teknik Elektro Industri 1, Dosen
Lebih terperinciANALISIS PELUANG PENGHEMATAN EKONOMI SISTEM FOTOVOLTAIK TERHUBUNG JARINGAN LISTRIK PADA KAWASAN PERUMAHAN DI KOTA PANGKAL PINANG
ANALISIS PELUANG PENGHEMATAN EKONOMI SISTEM FOTOVOLTAIK TERHUBUNG JARINGAN LISTRIK PADA KAWASAN PERUMAHAN DI KOTA PANGKAL PINANG Wahri Sunanda, Rika Favoria Gusa Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciSTUDI KELAYAKAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA HIBRIDA DI PULAU PANJANG
http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/gravity ISSN 2442-515x, e-issn 2528-1976 GRAVITY Vol. 3 No. 1 (2017) STUDI KELAYAKAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA HIBRIDA DI PULAU PANJANG Andri Suherman 1*, Widia Tri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan sumber energi tak terbarukan berupa energi fosil yang semakin berkurang merupakan salah satu penyebab terjadinya krisis energi dunia. Fenomena ini juga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mutakhir Sistem hibrida yang memadukan PLTS dengan pembangkit lain saat ini sudah banyak diteliti dan dikembangkan aplikasinya. Berikut adalah tinjauan mutakhir dari
Lebih terperincirenewable energy and technology solutions
renewable energy and technology solutions PT. REKAYASA ENERGI TERBARUKAN Pendahuluan Menjadi perusahaan energi terbarukan terbaik di Indonesia dan dapat memasuki pasar global serta berperan serta membangun
Lebih terperinciAndriani Parastiwi. Kata-kata kunci : Buck converter, Boost converter, Photovoltaic, Fuzzy Logic
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Elektro Terapan 2017 Vol.01 No.01, ISSN: 2581-0049 Andriani Parastiwi a), Ayu Maulidiyah a), Denda Dewatama a) Abstrak:-Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan menjelaskan pengertian energi surya, potensi energi surya di Indonesia, teori tentang panel surya, komponen - komponen utama Pembangkit Listrik
Lebih terperinciRaharjo et al., Perancangan System Hibrid... 1
Raharjo et al., Perancangan System Hibrid... 1 PERANCANGAN SISTEM HIBRID SOLAR CELL - BATERAI PLN MENGGUNAKAN PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLERS (DESIGN OF HYBRID SYSTEM SOLAR CELL - BATERRY - PLN USING PROGRAMMABLE
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT
BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT 4.1. Metodologi Pengujian Alat Dengan mempelajari pokok-pokok perancangan yang sudah di buat, maka diperlukan suatu pengujian terhadap perancangan ini. Pengujian dimaksudkan
Lebih terperinciBAB IV SIMULASI 4.1 Simulasi dengan Homer Software Pembangkit Listrik Solar Panel
BAB IV SIMULASI Pada bab ini simulasi serta analisa dilakukan melihat penghematan yang ada akibat penerapan sistem pembangkit listrik energi matahari untuk rumah penduduk ini. Simulasi dilakukan dengan
Lebih terperinciSISTEM KONVERTER PADA PLTS 1000 Wp SITTING GROUND TEKNIK ELEKTRO-UNDIP
MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK SISTEM KONVERTER PADA PLTS 1000 Wp SITTING GROUND TEKNIK ELEKTRO-UNDIP Novio Mahendra Purnomo (L2F008070) 1, DR. Ir. Joko Windarto,MT. 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan Teknik
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, listrik telah menjadi salah satu kebutuhan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, listrik telah menjadi salah satu kebutuhan utama bagi setiap orang. Ketergantungan masyarakat terhadap listrik menunjukkan trend yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini tenaga listrik merupakan kebutuhan yang sangat esensial bagi masyarakat. Tenaga listrik sudah menjadi kebutuhan utama dalam berbagai lini kehidupan, baik
Lebih terperinciPERNYATAAN ORISINALITAS...
DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... i PRASYARAT GELAR... ii LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS... iii LEMBAR PENGESAHAN... iv UCAPAN TERIMAKASIH... v ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL...
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini meliputi waktu dan tempat penelitian, alat dan bahan, rancangan alat, metode penelitian, dan prosedur penelitian. Pada prosedur penelitian akan dilakukan beberapa
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
21 BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Skenario Pengujian 4.1.1. Skenario Pengujian PLTS Pengujian PLTS dilakukan pada musim hujan bulan Mei Juni 21 menggunakan alat ukur seperti pada tabel 4.1. Pengujian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangkit-pembangkit tenaga listrik yang ada saat ini sebagian besar masih mengandalkan kepada sumber energi yang tidak terbarukan dalam arti untuk mendapatkannya
Lebih terperinciStudi Perencanaan Pembangkit Listrik Hibrida di Pulau Panjang Menggunakan Software HOMER
Studi Perencanaan Pembangkit Listrik Hibrida di Pulau Panjang Menggunakan Software HOMER Ade Irawan, Chairul Saleh, Ibnu Kahfi Bachtiar Jurusan Teknik Elektro, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Kepulauan
Lebih terperinciProf.Dr. Ir. Mochamad Ashari, M.Eng. Vita Lystianingrum B.P, ST., M.Sc.
Sistem MPPT Untuk PV dan Inverter Tiga Fasa yang Terhubung Jala-Jala Menggunakan Voltage-Oriented Control Andi Novian L. 2210 106 027 Dosen Pembimbing : Prof.Dr. Ir. Mochamad Ashari, M.Eng. Vita Lystianingrum
Lebih terperinciDEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKUTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
TUGAS AKHIR OPTIMASI PEMBANGKIT LISTRIK HIBRID (DIESEL- SURYA-ANGIN) DI DESA SI ONOM HUDON 7 KECAMATAN PARLILITAN KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA Diajukan untuk memenuhi persyaratan
Lebih terperinciBAB 3 PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK ENERGI TERBARUKAN DAN MODEL JARINGAN LISTRIK MIKRO ARUS SEARAH
16 BAB 3 PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK ENERGI TERBARUKAN DAN MODEL JARINGAN LISTRIK MIKRO ARUS SEARAH Model jaringan listrik mikro arus searah dirancang menggunakan dua pembangkit energi terbarukan, yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Inverter merupakan suatu rangkaian elektronik yang berfungsi sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inverter merupakan suatu rangkaian elektronik yang berfungsi sebagai pengubah tegangan arus searah menjadi tegangan arus bolak-balik dengan frekuensi tertentu. Tegangan
Lebih terperinciTugas Makalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Tugas Makalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) DI SUSUN OLEH KELOMPOK IV 1. AHMAD 102504014 2. ACHMAD RIFAI 102504005 3. NURSI 102504022 4. RENRA RIANDA H. 102504034 5. MUKHLIS 092504015 JURUSAN
Lebih terperinciPERENCANAAN SISTEM FOTOVOLTAIK BAGI PELANGGAN RUMAH TANGGA DI KOTA PANGKALPINANG
PERENCANAAN SISTEM FOTOVOLTAIK BAGI PELANGGAN RUMAH TANGGA DI KOTA PANGKALPINANG Wahri Sunanda 1, Rika Favoria Gusa 2 Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung 1,2 wahrisunanda@gmail.com
Lebih terperinciPANEL SURYA dan APLIKASINYA
PANEL SURYA dan APLIKASINYA Suplai energi surya dari sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi sebenarnya sangat luar biasa besarnya yaitu mencapai 3 x 10 24 joule pertahun. Jumlah energi sebesar
Lebih terperinciGeneration Of Electricity
Generation Of Electricity Kelompok 10 : Arif Budiman (0906 602 433) Junedi Ramdoner (0806 365 980) Muh. Luqman Adha (0806 366 144) Saut Parulian (0806 366 352) UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
Lebih terperinciANALISIS KARAKTERISTIK ELECTRICAL MODUL PHOTOVOLTAIC UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA SKALA LABORATORIUM
ANALISIS KARAKTERISTIK ELECTRICAL MODUL PHOTOVOLTAIC UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA SKALA LABORATORIUM M Denny Surindra Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Polines Jl.Prof. H. Sudartho, SH, Semarang
Lebih terperincipusat tata surya pusat peredaran sumber energi untuk kehidupan berkelanjutan menghangatkan bumi dan membentuk iklim
Ari Susanti Restu Mulya Dewa 2310100069 2310100116 pusat peredaran pusat tata surya sumber energi untuk kehidupan berkelanjutan menghangatkan bumi dan membentuk iklim Tanpa matahari, tidak akan ada kehidupan
Lebih terperinciANALISIS KINERJA PEMBANGKIT LISTRIK ENERGI TERBARUKAN PADA MODEL JARINGAN LISTRIK MIKRO ARUS SEARAH
POLITEKNOLOGI VOL. 9, NOMOR 2, MEI 2010 ANALISIS KINERJA PEMBANGKIT LISTRIK ENERGI TERBARUKAN PADA MODEL JARINGAN LISTRIK MIKRO ARUS SEARAH a Isdawimah, b Uno Bintang Sudibyo, c Eko Adhi Setiawan a Politeknik
Lebih terperinci1. Pendahuluan. Prosiding SNaPP2014 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN EISSN
Prosiding SNaPP2014 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN 2089-3582 EISSN 2303-2480 STUDI PERENCANAAN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) SKALA RUMAH SEDERHANA DI DAERAH PEDESAAN SEBAGAI PEMBANGKIT
Lebih terperinciBAB II NO BREAK SYSTEM
BAB II NO BREAK SYSTEM 2.1 Definisi Umum Sistem Catu Daya Sistem catu daya adalah suatu kumpulan dari perangkat-perangkat catu daya yang bekerja bersama-sama dalam rangka penyelenggaraan suatu energi listrik
Lebih terperinciBAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,
BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK II.1. Sistem Tenaga Listrik Struktur tenaga listrik atau sistem tenaga listrik sangat besar dan kompleks karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik
Lebih terperinciBAB IV PERAKITAN DAN PENGUJIAN PANEL AUTOMATIC TRANSFER SWITCH (ATS) DAN AUTOMATIC MAIN FAILURE (AMF)
BAB IV PERAKITAN DAN PENGUJIAN PANEL AUTOMATIC TRANSFER SWITCH (ATS) DAN AUTOMATIC MAIN FAILURE (AMF) 4.1 Komponen-komponen Panel ATS dan AMF 4.1.1 Komponen Kontrol Relay Relay adalah alat yang dioperasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki potensi energi yang sangat luas. Tetapi, sampai saat ini masih banyak wilayah terpencil yang belum tersentuh jaringan
Lebih terperinciBAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Dalam system tenaga listrik, daya merupakan jumlah energy listrik yang
BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1 Daya 3.1.1 Daya motor Secara umum, daya adalah energi yang dikeluarkan untuk melakukan usaha. Dalam system tenaga listrik, daya merupakan jumlah energy listrik
Lebih terperinciSTUDI KOMPARASI MPPT ANTARA SOLAR CONTROLLER MPPT M10-20A DENGAN MPPT TIPE INCREMENTAL CONDUCTANCE SEBAGAI CHARGER CONTROLLER LAPORAN TUGAS AKHIR
STUDI KOMPARASI MPPT ANTARA SOLAR CONTROLLER MPPT M10-20A DENGAN MPPT TIPE INCREMENTAL CONDUCTANCE SEBAGAI CHARGER CONTROLLER LAPORAN TUGAS AKHIR Oleh : JUSAK SETIADI PURWANTO 09.50.0029 PROGRAM STUDI
Lebih terperinciPERANCANGAN SISTEM HIBRID PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA DENGAN JALA-JALA LISTRIK PLN UNTUK RUMAH PERKOTAAN
PERANCANGAN SISTEM HIBRID PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA DENGAN JALA-JALA LISTRIK PLN UNTUK RUMAH PERKOTAAN Liem Ek Bien, Ishak Kasim & Wahyu Wibowo* Dosen-Dosen Jurusan Teknik Elektro - Fakultas Teknologi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN ANALISIS
BAB IV HASIL DAN ANALISIS Gambar 4.1 Lokasi PT. Indonesia Power PLTP Kamojang Sumber: Google Map Pada gambar 4.1 merupakan lokasi PT Indonesia Power Unit Pembangkitan dan Jasa Pembangkitan Kamojang terletak
Lebih terperinciUNJUK KERJA PEMBANGKIT ENERGI LISTRIK TENAGA MATAHARI PADA JARINGAN LISTRIK MIKRO ARUS SEARAH Itmi Hidayat Kurniawan 1*, Latiful Hayat 2 1,2
UNJUK KERJA PEMBANGKIT ENERGI LISTRIK TENAGA MATAHARI PADA JARINGAN LISTRIK MIKRO ARUS SEARAH Itmi Hidayat Kurniawan 1*, Latiful Hayat 2 1,2 Prodi Teknik Elekro, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinci2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Listrik Bagian dari sistem tenaga listrik yang paling dekat dengan pelanggan adalah sistem distribusi. Sistem distribusi juga merupakan bagian yang paling
Lebih terperinciPERANCANGAN SISTEM HIBRID PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA DENGAN JALA-JALA LISTRIK PLN UNTUK RUMAH PEDESAAN
PERANCANGAN SISTEM HIBRID PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA DENGAN JALA-JALA LISTRIK PLN UNTUK RUMAH PEDESAAN Ahmad Munawar* Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro - Fakultas Teknik Elektro Universitas Negeri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era saat ini energi baru dan terbarukan mulai mendapat perhatian sejak terjadinya krisis energi dunia yaitu pada tahun 70-an dan salah satu energi itu adalah energi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penting pada kehidupan manusia saat ini. Hampir semua derivasi atau hasil
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak bumi merupakan sumber energi fosil yang memegang peranan penting pada kehidupan manusia saat ini. Hampir semua derivasi atau hasil olahannya dimanfaatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik adalah energi yang tersimpan dalam arus listrik, dimana energi listrik ini di butuhkan peralatan elektronik agak mampu bekerja seperti kegunaannya. Sehingga
Lebih terperincioleh Igib Prasetyaningsari, S.T.
Renewable Energy an Introducing oleh Igib Prasetyaningsari, S.T. Metro, 29 Agustus 2013 Apa itu Energi Terbarukan??? Batubara Angin Biofuel Matahari Sumber Energi Sumber Energi Minyak Bumi Konvensional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi adalah satu kata yang mempunyai makna sangat luas karena tidak ada aktifitas di alam raya ini yang bergerak tanpa energi dan itulah sebabnya kata salah seorang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia masih menghadapi persoalan untuk mencapai target
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia masih menghadapi persoalan untuk mencapai target pembangunan bidang energi terutama pada ketergantungan terhadap energi tidak terbarukan berupa minyak
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING
BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING 2.1 Jenis Gangguan Hubung Singkat Ada beberapa jenis gangguan hubung singkat dalam sistem tenaga listrik antara lain hubung singkat 3 phasa,
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) SEBAGAI CATU DAYA PADA BTS MAKROSEL TELKOMSEL
BAB III PERANCANGAN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) SEBAGAI CATU DAYA PADA BTS MAKROSEL TELKOMSEL 3.1 Survey Lokasi Langkah awal untuk merancang dan membuat Pembangkit Listrik Tenaga Surya
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sebagai Sumber angin telah dimanfaatkan oleh manusaia sejak dahulu, yaitu untuk transportasi, misalnya perahu layar, untuk industri dan pertanian, misalnya kincir angin untuk
Lebih terperinci