LAPORAN KINERJA BADAN SAR NASIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN KINERJA BADAN SAR NASIONAL"

Transkripsi

1 LAPORAN KINERJA BADAN SAR NASIONAL 1

2 KATA PENGANTAR Badan SAR Nasional merupakan Institusi Pemerintah yang melaksanakan tugas di bidang pencarian dan pertolongan. Badan SAR Nasional mempunyai tugas pokok mencari, menolong dan menyelamatkan jiwa manusia yang hilang atau dikhawatirkan hilang atau menghadapi bahaya dalam musibah pelayaran dan / atau penerbangan, atau bencana dan musibah lainnya. Dalam rangka melaksanakan Ketetapan MPR RI Nomor XI/MPR/1998 Tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN, Undang-undang Nomor 28 tahun 1999, dan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 Tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, serta Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, maka Badan SAR Nasional telah menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan SAR Nasional Tahun Anggaran 2014 sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsinya. Dengan disusunnya Laporan akuntabilitas ini diharapkan dapat mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja Instansi Pemerintah yang baik sebagai salah satu prasyarat terciptanya pemerintahan yang bersih, terpercaya serta akuntabel sehingga tugas pokok dan fungsi dapat berjalan secara efisien, efektif, transparan serta responsif terhadap aspirasi masyarakat dan lingkungan (good governance). Dengan segala kendala yang dihadapi, diharapkan pelaksanaan tugas di masa mendatang dapat berjalan lebih baik lagi sehingga program yang telah disusun dapat terlaksana dengan baik. Jakarta, Februari 2015 Kepala Badan SAR Nasional FHB Soelistyo, S.Sos. Marsekal Madya TNI 2

3 DAFTAR ISI Kata Pengantar... 2 Daftar Isi... 3 Ikhtisar Eksekutif... 4 BAB I PENDAHULUAN. 6 I.1. Gambaran Umum.. 8 I.2. Kelembagaan 8 I.3. Landasan Hukum. 15 I.4. Aspek Strategi 16 I.5. Permasalahan Utama.. 23 BAB II PERENCANAAN KINERJA 25 II.1. Ikhtisar Rencana Strategis (RENSTRA) II.2. Perjanjian Kinerja BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BADAN SAR NASIONAL. 32 III.1. Prosedur Pengumpulan Data III.2. Analisis Capaian Kinerja III.3. Realisasi Anggaran III.4. Capaian Kinerja Sesuai dengan RPJMN dan Renstra Basarnas 111 BAB IV PENUTUP 117 3

4 IKHTISAR EKSEKUTIF Seiring dengan bergulirnya arus reformasi sejak tahun 1998, tuntutan masyarakat makin meningkat terhadap adanya penyelenggaraan pemerintahan yang baik, bersih dan bertanggung jawab serta bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) dalam upaya mewujudkan Good Governance. Salah satu perwujudan Good Governance adalah hasil pelaksanaan tugas yang dapat dipertanggungjawabkan (akuntabel). Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 Tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, serta Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah yang menentukan bahwa setiap Instansi Pemerintah, Eselon I, Eselon II, sampai tingkat Unit kerja mandiri wajib membuat Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah untuk mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, kewenangan pengelolaan sumber daya dan kebijakan, berdasarkan perencanaan strategis yang telah ditetapkan. Badan SAR Nasional sebagai instansi pemerintah bertanggung jawab di bidang Pencarian dan Pertolongan (Search And Rescue) telah melaksanakan tugas pokok dan fungsi sesuai Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2014 tentang Pencarian dan Pertolongan serta Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2007 tentang Badan SAR Nasional. Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Badan SAR Nasional dalam Tahun Anggaran 2014 secara umum telah dapat terlaksana dengan baik. Hal tersebut terlihat pada pencapaian ketiga Indikator Kinerja Utama (IKU) yang melebihi target, yaitu : - Pada Indikator Kinerja Utama (IKU) Response time pada operasi SAR dalam penanganan musibah/ bencana terealisasi response time selama 46 menit dengan capaian kinerja sebesar 148% dari target 1 jam 30 menit. Indikator Kinerja Utama (IKU) ini didukung oleh 2 (dua) sasaran strategis, yaitu : Meningkatnya pelayanan dalam penyelenggaraan operasi SAR dengan indikator kinerja : Rata-rata response time pada penanganan musibah pelayaran (1 jam 4 menit) Rata-rata response time pada penanganan musibah penerbangan (41 menit) Rata-rata response time pada penanganan bencana (31 menit) Rata-rata response time pada penanganan musibah lain-lain (47 menit) Meningkatnya kesiapsiagaan dalam mengantisipasi terjadinya musibah/ bencana Rata-rata waktu tindak awal dalam penyelenggaraan operasi SAR (10 menit) Persentase kecukupan personil siaga rescuer pada Kantor SAR (50,00%) Persentase cakupan wilayah yang mampu dijangkau (103,00%) 4

5 - Pada Indikator Kinerja Utama Persentase keberhasilan evakuasi korban pada operasi SAR terealisasi sebesar 98,62% dengan capaian kinerja sebesar 103,81% dari target 95%. Indikator Kinerja Utama (IKU) ini didukung oleh 1 (satu) sasaran strategis, yaitu : Tercapainya keberhasilan penyelamatan korban dalam penyelenggaraan operasi SAR Persentase jumlah korban terselamatkan dalam penyelenggaraan operasi SAR (94,69%) Persentase jumlah korban yang ditemukan dalam penyelenggaraan operasi SAR (98,62%) - Pada Indikator Kinerja Utama Persentase keterlibatan potensi SAR dalam kegiatan SAR terealisasi sebesar 115,65% dengan capaian kinerja sebesar 165,21% dari target 70%. Indikator Kinerja Utama (IKU) ini didukung oleh 2 (dua) sasaran strategis, yaitu : Meningkatnya peran serta organisasi potensi SAR dalam penyelenggaraan operasi SAR Jumlah keterlibatan personil potensi SAR pada pelaksanaan latihan SAR (1242 orang) Rata-rata persentase keterlibatan potensi SAR dalam penyelenggaraan operasi SAR maritime (94,06%) Rata-rata persentase keterlibatan potensi SAR dalam penyelenggaraan operasi SAR darat (92,42%) Meningkatnya kemampuan organisasi potensi SAR dalam pelaksanaan operasi SAR Persentase organisasi potensi SAR yang memiliki tenaga rescuer bersertifikasi SAR (71,29%) Persentase peningkatan organisasi potensi SAR yang dibina (159,02%). Dilihat dari evaluasi Indikator Kinerja Utama (IKU) dari tiap-tiap pelaksanaan sasaran (sesuai formulir Penetapan Kinerja dan Pengukuran Kinerja) maka tingkat capaian kinerja Badan SAR Nasional secara keseluruhan dapat dikatakan sangat baik (A), dimana rata-rata tingkat capaian sasaran kinerja Badan SAR Nasional terealisasi sebesar 139,14%. Dengan demikian, capaian kinerja Basarnas secara keseluruhan dapat dikatakan baik, sehingga dimasa mendatang kiranya kondisi ini dapat dipertahankan dan bahkan jika mungkin ditingkatkan. 5

6 BAB I PENDAHULUAN I.1. Gambaran Umum Badan SAR Nasional dibentuk sebagai lembaga yang menangani bidang pencarian dan pertolongan pada musibah pelayaran, musibah penerbangan, bencana dan musibah lainnya. Badan SAR Nasional lahir pada tanggal 28 Februari 1972, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 1972 sebagai suatu lembaga yang bernama Badan SAR Indonesia (Basari). Selanjutnya, pada Tahun 2007 Badan SAR Nasional berubah menjadi Lembaga Pemerintah Non-Kementerian (LPNK), berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2007 tentang Badan SAR Nasional. Sesuai dengan Peraturan Presiden tersebut, Badan SAR Nasional bertugas untuk membantu pemerintah dalam tugas-tugas di bidang pencarian dan pertolongan. Keberhasilan tugas pencarian dan pertolongan itu juga sesuai dengan tuntutan dari ICAO (International Civil Aviation Organization) dan IMO (International Maritime Organization) serta Peraturan Pemerintah RI Nomor 36 Tahun 2006 tentang Pencarian dan Pertolongan. Dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya musibah penerbangan, pelayaran maupun musibah lainnya, diperlukan kesiapan di bidang pencarian dan pertolongan (Search and Rescue) baik dari segi sarana/ prasarana, peralatan SAR maupun sumber daya manusia (SDM). Tolok ukur keberhasilan pelayanan SAR terletak pada kecepatan dalam menanggapi musibah yang dapat terlihat dari tindakan awal saat pencarian dan pengerahan unsur-unsur dalam upaya operasi pencarian serta pertolongan di tempat terjadinya musibah. Operasi pencarian dan pertolongan dalam menyelamatkan jiwa manusia merupakan kegiatan spesifik yang memerlukan kecepatan, ketepatan, dan keandalan dari Badan SAR Nasional. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 99 tahun 2007 tentang Badan SAR Nasional, Badan SAR Nasional mempunyai tugas untuk melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pencarian dan pertolongan (search and rescue) yang selanjutnya disebut SAR sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Disamping itu, Badan SAR Nasional memiliki tugas untuk melaksanakan 6

7 pembinaan, pengoordinasian, dan pengendalian potensi SAR dalam pelaksanaan operasi SAR. Dalam rangka meningkatkan rasa aman bagi pengguna jasa transportasi, kegiatan SAR yang cepat dan tepat membutuhkan operasi pencarian dan pertolongan yang andal, khususnya angkutan laut dan udara. Usaha dan kegiatan tersebut di antaranya meliputi kegiatan berikut: mencari, menolong, dan menyelamatkan jiwa manusia yang dikhawatirkan hilang, atau menghadapi bahaya dalam musibah pelayaran dan penerbangan serta musibah lainnya. Operasi SAR dilakukan segera setelah diketahui adanya musibah atau keadaan darurat. Operasi SAR akan dihentikan apabila korban musibah telah berhasil diselamatkan atau tidak ada harapan lagi untuk menyelamatkan korban berdasarkan hasil analisis/evaluasi. Seiring dengan bergulirnya arus reformasi sejak tahun 1998, tuntutan masyarakat makin meningkat terhadap adanya penyelenggaraan pemerintahan yang baik, bersih dan bertanggung jawab serta bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) dalam upaya mewujudkan Good Governance. Salah satu perwujudan Good Governance adalah hasil pelaksanaan tugas yang dapat dipertanggungjawabkan (akuntabel). Hasil pelaksanaan tugas yang akuntabel tersebut antara lain dapat dilihat dari laporan akuntabilitas yang setiap tahun disusun. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 Tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, serta Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah yang menentukan bahwa setiap Instansi Pemerintah, Eselon I, Eselon II, sampai tingkat Unit kerja mandiri wajib membuat Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah untuk mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, kewenangan pengelolaan sumber daya dan kebijakan, berdasarkan perencanaan strategis yang telah ditetapkan. Guna memenuhi ketentuan-ketentuan tersebut di atas, disusunlah Laporan Kinerja Basarnas sebagai salah satu perwujudan tanggung jawab atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Basarnas Tahun Anggaran

8 I.2. Kelembagaan Organisasi SAR pertama di Indonesia diatur dalam Keputusan Presiden nomor 11 tahun 1972 tanggal 28 Februari 1972 tentang Badan SAR Indonesia (BASARI) dengan tupoksi menangani musibah kecelakaan penerbangan dan pelayaran. Basari berkedudukan di bawah Presiden dan bertanggungjawab langsung kepada Presiden serta sebagai pelaksana di lapangan kepada PUSARNAS (Pusat SAR Nasional) yang dipimpin oleh seorang pejabat dari Departemen Perhubungan. Pada Tahun 1980, berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.91/OT.002/Phb-80 dan KM.164/OT.002/Phb-80 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perhubungan, PUSARNAS diubah menjadi Badan SAR Nasional. Perubahan struktur organisasi Badan SAR Nasional mengalami perbaikan pada tahun 1998 berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 80 Tahun 1998 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan SAR Nasional dan KM. 81 Tahun 1998 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor SAR. Pada tahun 2001, struktur organisasi Badan SAR Nasional diubah sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 24 Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perhubungan dan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 79 Tahun 2002 tentang organisasi dan Tata Kerja Kantor SAR. Berdasarkan kajian dan analisis kelembagaan yang mengacu pada perkembangan dan tuntutan tugas yang lebih besar, pada tahun 2007 dilakukan perubahan Kelembagaan dan Organisasi Badan SAR Nasional menjadi Lembaga Pemerintah Non-Departemen (LPND) yang diatur secara resmi sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2007 tentang Badan SAR Nasional. Sebagai LPND, Badan SAR Nasional bertanggungjawab langsung kepada Presiden. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 2009, pada perkembangannya, sebutan LPND berubah menjadi Lembaga Pemerintah Non-Kementerian (LPNK), sehingga Badan SAR Nasional pun berubah menjadi Lembaga Pemerintah Non-Kementerian (LPNK). Sebagai LPNK, Badan SAR Nasional secara bertahap melepaskan diri dari struktur Kementerian Perhubungan. Pada tahun 2009, pembinaan administratif dan teknis pelaporan masih melalui Kementerian Perhubungan. Selanjutnya Badan SAR Nasional bertanggungjawab langsung kepada Presiden mulai tahun

9 a. Kedudukan Kedudukan Badan SAR Nasional sesuai Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2007 tentang Badan SAR Nasional, berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. b. Tugas Pokok Badan SAR Nasional memiliki tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Pencarian dan Pertolongan (Search And Rescue). c. Fungsi Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut diatas, Badan SAR Nasional menyelenggarakan fungsi sebagai berikut : 1) perumusan kebijakan nasional dan kebijakan umum di bidang SAR; 2) perumusan kebijakan teknis di bidang SAR; 3) koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang SAR; 4) pembinaan, pengerahan dan pengendalian potensi SAR; 5) pelaksanaan siaga SAR; 6) pelaksanaan tindak awal dan operasi SAR; 7) pengoordinasian potensi SAR dalam pelaksanaan operasi SAR; 8) pendidikan, pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia di bidang SAR; 9) penelitian dan pengembangan di bidang SAR; 10) pengelolaan data dan informasi dan komunikasi di bidang SAR; 11) pelaksanaan hubungan dan kerja sama di bidang SAR; 12) pengelolaan barang milik/ kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Badan SAR Nasional; 13) penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum; 14) pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Badan SAR Nasional; dan 15) penyampaian laporan, saran dan pertimbangan di bidang SAR. d. Struktur Organisasi Berdasarkan Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor PER.KBSN- 01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan SAR Nasional, struktur organisasi Badan SAR Nasional yang telah diubah dengan Peraturan Kepala 9

10 Badan SAR Nasional Nomor PK.07 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor PER.KBSN-01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan SAR Nasional dan Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor PK.18 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor PER.KBSN-01/2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan SAR Nasional terdiri atas sebagai berikut : 1) Kepala Badan Kepala Badan SAR Nasional ditunjuk langsung oleh Presiden yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggungjawab kepada Presiden. 2) Sekretariat Utama Sekretariat Utama adalah unsur pembantu pimpinan yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Badan SAR Nasional. Sekretariat Utama dipimpin oleh Sekretaris Utama yang terdiri atas tiga Biro yaitu Biro Umum, Biro Perencanaan dan KTLN, serta Biro Hukum dan Kepegawaian. 3) Deputi Bidang Potensi SAR Deputi Bidang Potensi SAR adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi Badan SAR Nasional di bidang potensi SAR yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Badan SAR Nasional. Deputi Bidang Potensi SAR dipimpin oleh deputi yang terdiri atas 2 (dua) direktorat yaitu Direktorat Sarana dan Prasarana serta Direktorat Pendidikan dan Pelatihan, dan Pemasyarakatan SAR. 4) Deputi Bidang Operasi SAR Deputi Bidang Operasi SAR adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi Badan SAR Nasional di bidang operasi SAR yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Badan SAR Nasional. Deputi Bidang Operasi SAR dipimpin oleh deputi yang terdiri atas 2 (dua) Direktorat yaitu Direktorat Operasi dan Latihan serta Direktorat Komunikasi. 10

11 5) Pusat Data dan Informasi Pusat Data dan Informasi adalah unsur penunjang Badan SAR Nasional yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Badan SAR Nasional melalui Sekretaris Utama. Pusat Data dan Informasi dipimpin oleh Kepala. 6) Inspektorat Inspektorat adalah unsur pengawasan yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Badan SAR Nasional melalui Sekretaris Utama. Inspektorat dipimpin oleh Inspektur. 7) Unit Pelaksana Teknis Unit Pelaksana Teknis melaksanakan tugas SAR dan administratif Badan SAR Nasional di daerah, dibentuk Unit Pelaksana Teknis yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Badan SAR Nasional. 11

12 KEPALA BASARNAS SEKRETARIAT UTAMA BIRO UMUM BIRO HUKUM & KEPEGAWAIAN BIRO REN & KTLN DEPUTI BIDANG POTENSI SAR DEPUTI BIDANG OPERASI SAR DIT. SARANA & PRASARANA DIT. BINA KETENAGAAN & PEMASYARAKATAN SAR DIT. OPERASI & LATIHAN DIT. KOMUNIKASI INPEKTORAT PUSDATIN KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL BALAI DIKLAT Gambar 1.1. Struktur Organisasi Basarnas 12

13 KANTOR SAR KELAS A SEKSI OPERASI SAR SUB BAGIAN UMUM SEKSI POTENSI SAR KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL Gambar 1.2. Struktur Organisasi Kantor SAR Kelas A KANTOR SAR KELAS B SUB SEKSI OPERASI SAR URUSAN UMUM SUB SEKSI POTENSI SAR KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL Gambar 1.3. Struktur Organisasi Kantor SAR Kelas B 13

14 Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Pencarian dan Pertolongan, Pemerintah membentuk Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Pencarian dan Pertolongan. Kedudukan Badan pencarian dan Pertolongan (Basarnas) sebagai Lembaga Pemerintah Nonkementerian yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden. Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) bertugas: a. menyusun dan menetapkan norma, standar, prosedur, kriteria, serta persyaratan dan prosedur perizinan dalam penyelenggaraan Pencarian dan Pertolongan; b. memberikan pedoman dan pengarahan dalam penyelenggaraan Pencarian dan Pertolongan; c. menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan Pencarian dan Pertolongan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan; d. melakukan koordinasi dengan instansi terkait; e. menyelenggarakan sistem informasi dan komunikasi; f. menyampaikan informasi penyelenggaraan Pencarian dan Pertolongan kepada masyarakat; g. menyampaikan informasi penyelenggaraan Operasi Pencarian dan pertolongan secara berkala dansetiap saat pada masa penyelenggaraan Operasi Pencarian dan Pertolongan kepada masyarakat; h. melakukan pembinaan, pemantauan, dan evaluasi terhadap penyelenggaraan Pencarian dan Pertolongan; i. melakukan pemasyarakatan Pencarian dan Pertolongan. Dalam UU Nomor 29 Tahun 2014 ini disebutkan bahwa Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) memiliki kewenangan untuk mengerahkan personel dan peralatan yang dibutuhkan dari Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk melaksanakan Operasi Pencarian dan Pertolongan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 14

15 I.3. Landasan Hukum Penyelenggaraan SAR Nasional dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang meliputi: 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2014 tentang Pencarian dan Pertolongan. 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2006 tentang Penerbangan. 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran. 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. 5. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan. 6. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2006 tentang Pencarian dan Pertolongan. 7. Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor PK.08 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor SAR sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor PK.24 Tahun Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor PER.KBSN-01/2008 tentang Organisasi dan Tata Laksana Badan SAR Nasional sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor PK.18 Tahun Keputusan Kepala Badan SAR Nasional No: KEP/103/XII/2002 tentang Standar Kebutuhan Minimal Peralatan SAR pada Kantor SAR, Badan SAR Nasional, International Convention for the Safe of Live at Sea (SOLAS), International Aviation & Maritime Search and Rescue (IAMSAR), ICAO/IMO, Search and Rescue, International Civil Aviation Organization, Annex 12, Tahun UNCLOS-82 yang diratifikasi dengan Peraturan Pemerintah No 37 Tahun 2002, Indonesia diterima dan diakui sebagai negara kepulauan yang memiliki laut pedalaman, namun Indonesia harus menyediakan jalur laut internasional. 15

16 I.4. Aspek Strategis I.4.1. Sarana dan Prasarana Keberhasilan Badan SAR Nasional dalam melaksanakan tugas ditentukan oleh sarana dan prasarana yang dimilikinya. Sarana dan Prasarana bukanlah unsur yang paling utama dalam keberhasilan Operasi SAR namun Operasi SAR tidak akan berhasil maksimal tanpa dukungan sarana dan prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana yang dimaksud meliputi beberapa hal sebagai berikut. 1. Sistem Komunikasi SAR Salah satu fasilitas SAR yang memegang peranan utama dalam pelaksanaan kegiatan SAR adalah sistem komunikasi SAR Nasional. Sistem komunikasi ini tidak lepas dari semua jenis peralatan komunikasi yang digunakan sebagai sarana pertukaran informasi baik berupa voice maupun data dalam kegiatan SAR. Sistem komunikasi yang digelar memiliki beberapa fungsi sebagai berikut. a. Jaringan Penginderaan Dini Komunikasi sebagai sarana penginderaan dini dimaksudkan agar setiap musibah pelayaran penerbangan serta bencana atau musibah lainnya dapat dideteksi sedini mungkin, agar usaha pencarian, pertolongan dan penyelamatan dapat dilaksanakan dengan cepat. Oleh karena itu setiap informasi yang diterima harus memiliki kemampuan dalam hal kecepatan, kebenaran, dan aktualisasinya. Implementasi sistem komunikasi harus mengacu kepada peraturan International Maritime Organization (IMO) dan International Civil Aviation Organization (ICAO) untuk memonitor musibah penerbangan. Hingga saat ini, Badan SAR Nasional memiliki alat deteksi sinyal yang mengindikasikan lokasi musibah yang bernama LUT (Local User Terminal) sebanyak dua buah berupa perangkat stasiun bumi kecil yang mengolah data dari Cospas-Sarsat. 16

17 b. Jaringan Koordinasi Komunikasi sebagai sarana koordinasi, dimaksudkan untuk dapat berkoordinasi dalam mendukung kegiatan operasi SAR baik internal antara kantor pusat Badan SAR Nasional dengan Kantor SAR dan antar Kantor SAR, dan eksternal dengan seluruh potensi SAR dan Rescue Coordination Centers (RCCs) negara tetangga secara cepat dan tepat. c. Jaring Komando dan Pengendalian Jaring ini merupakan sarana komando dan pengendalian untuk mengendalikan unsur-unsur yang terlibat dalam operasi SAR. d. Jaring Pembinaan, Administrasi, dan Logistik Jaring ini digunakan oleh Badan SAR Nasional untuk pembinaan dan administrasi perkantoran. Untuk memaksimalkan fungsi komunikasi SAR, Badan SAR Nasional telah dilengkapi peralatan-peralatan komunikasi seperti berikut. Fixed Line Telecommunication, Radio Communication, AFTN (Aeronautical Fixed Telecommunication Network), SATCOM (Satellite Communication). Koordinasi antarunit SAR selama operasi SAR akan menentukan suksesnya operasi SAR. Keandalan seluruh alat komunikasi mencakup transfer data maupun suara dalam segala kondisi dan cuaca menjadi keharusan. 2. Sarana dan Peralatan SAR Sebagai komponen pendukung keberhasilan pelaksanaan operasi SAR, sarana dan peralatan SAR telah diupayakan untuk selalu tetap mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, baik kualitas maupun kuantitasnya. Secara umum, gambaran kondisi sarana dan prasarana Badan SAR Nasional dapat dijabarkan sebagai berikut: 17

18 a. Sarana SAR Udara Untuk menunjang penyelamatan korban di lautan, Badan SAR Nasional telah memiliki helikopter (rotary wing) BO-105yang berkategori ringan (light type) dan dua buah helikopter dauphinas 365 N3+ yang berkategori menengah (medium range). Kondisi saat ini, cakupan wilayah udara Badan SAR Nasional meliputi Medan, Tanjung Pinang, Jakarta, Surabaya, dan Denpasar. Berikut ini disajikan peta kekuatan sarana SAR Udara Badan SAR Nasional. Gambar 1.4. Wilayah Lokasi Jangkauan Helikopter b. Sarana SAR Laut Untuk menunjang penyelamatan korban di lautan, Badan SAR Nasional telah memiliki Rescue Boat dan Rigid Inflatable Boat. Selain sebagai sarana angkut tim penolong (rescue team) yang akan memberikan pertolongan, sarana laut juga harus memiliki kemampuan mencari dan mengarungi lautan pada berbagai kondisi alam dan cuaca. Berikut ini disajikan peta kekuatan sarana SAR laut Badan SAR Nasional: 18

19 Gambar 1.5. Lokasi Jangkauan Wilayah Rescue Boat c. Sarana SAR Darat Sebagai sarana penunjang operasi pertolongan terhadap musibah dan bencana, secara garis besar sarana SAR darat yang telah dimiliki oleh Badan SAR Nasional mencakup Rescue Truck dan Rescue Car. Dalam rangka mendukung kecepatan mobilisasi tim penolong, kendaraan-kendaraan tersebut telah dilengkapi dengan rescue tool. d. Peralatan SAR (SAR Equipment) Peralatan SAR adalah bagian penting bagi rescuer dalam melaksanakan pertolongan terhadap korban musibah dan atau bencana sehingga dukungan peralatan yang memadai akan membantu proses pertolongan. Kantor-kantor SAR telah dilengkapi dengan peralatan SAR yang disesuaikan dengan lokasi dan kondisi setempat. 19

20 Gambar 1.6. Lokasi Jangkauan Wilayah Rescue Boat60 M 3. Prasarana SAR a. Prasarana Kantor (Gedung) Prasarana fisik gedung dan bangunan adalah penunjang utama yang merupakan awal dari segala aktivitas mulai dari perencanaan, pengoordinasian, sampai evaluasi. Tersedianya gedung yang memadai akan menjadi salah satu unsur pemacu etos kerja sekaligus memberikan kemudahan bagi masyarakat pengguna jasa SAR. 20

21 10 Kansar Lampung Gambar 1.7. Lokasi Kantor SAR b. Gedung Badan SAR Nasional Gedung Kantor Pusat Badan SAR Nasional berlokasi Jl Angkasa B 15 Kemayoran, Jakarta Pusat. c. Gedung Kantor SAR UPT Badan SAR Nasional yang bernama kantor SAR, saat ini berjumlah 33 kantor yang tersebar di seluruh Indonesia. d. Prasarana Hanggar Badan SAR Nasional telah memiliki hanggar untuk penyimpanan NBO-105 yang berlokasi di Lanud Atang Senjaya Bogor yang dibangun pada tahun Selain itu, Badan SAR Nasional juga menggunakan fasilitas yang dimiliki TNI-AL di Lanud AL Juanda untuk penyimpanan NBO-105 di Tanjung Pinang. 21

22 e. Prasarana Labuh Untuk menambatkan Rescue Boat yang dimiliki Badan SAR Nasional, telah dijalin kerjasama antara Badan SAR Nasional dengan berbagai instansi yang memiliki sifat sebagai potensi SAR dan memiliki fasilitas pelabuhan antara lain TNI-AL, ASDP, dan Administrator Pelabuhan agar Rescue Boat dapat berlabuh. I.4.2. Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia merupakan salah satu komponen penting dalam penyelenggaraan kegiatan SAR. Penyediaan dan pengembangan sumber daya manusia di bidang SAR bertujuan untuk mewujudkan sumber daya manusia yang profesional, kompeten, disiplin, bertanggungjawab, dan memiliki integritas. Untuk mencapai tujuan tersebut, Badan SAR Nasional telah melakukan perencanaan sumber daya manusia, pendidikan dan pelatihan, pemeliharaan kompetensi, serta pengawasan, pemantauan, dan evaluasi. SDM yang dimiliki Badan SAR Nasional relatif masih kurang memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya jika dibandingkan dengan luas wilayah cakupan NKRI. a. Kepegawaian SDM yang dimiliki Basranas sampai dengan 30 Januari 2014 adalah sejumlah 2916 orang, sudah termasuk 961 tenaga penolong (rescuer) dan tenaga teknis pusat dan daerah. b. Pendidikan, Pelatihan, dan Pembinaan Dalam rangka meningkatkan kemampuan personil Badan SAR Nasional serta UPT di daerah dan Potensi SAR, telah dilakukan pendidikan dan pelatihan, penyuluhan kepada masyarakat serta pembinaan SDM Potensi SAR. Sejak awal 2013, telah dilaksanakan pembangunan Balai Diklat Badan SAR Nasional untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan pelatihan secara mandiri Badan SAR Nasional. Balai Diklat ini direncanakan mulai dapat digunakan pada awal tahun 2015 dan rampung sepenuhnya pada tahun

23 I.4.3. Aspek Kelembagaan Badan SAR Nasional dalam bidang Kelembagaan adalah kerja sama dengan K/L, instansi, organisasi atau lembaga lain yang sudah berjalan baik, tetapi perlu diperkuat lagi terutama dengan K/L yang berkaitan secara langsung dengan Badan SAR Nasional seperti BNPB, BMKG, MENPAN, BAPPENAS, dll. Kerjasama dengan luar negeri yang sudah terjalin dengan baik merupakan salah satu kekuatan pendukung Badan SAR Nasional. Walaupun demikian, dalam kenyataannya, memang masih perlu ditingkatkan lagi. Kekuatan selanjutnya adalah seluruh program kegiatan berdasarkan Renstra sebelumnya telah terlaksana dengan baik. Status kinerja yang disandang Badan SAR Nasional sekarang ini adalah Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). I.5. Permasalahan Utama Permasalahan yang saat ini sedang dihadapi oleh Basarnas adalah sebagai berikut : a. Penataan kelembagaan Organisasi dan Tata Laksana (Ortala) yang kurang optimal. Dalam kaitan itu kurangnya sumber daya manusia sehingga telah terjadi tumpang tindih dari beberapa unit kerja karena tugas pokok dan fungsi dari masing-masing unit kerja. b. Dana cadangan operasional khusus yang bersifat bencana masih bergantung kepada BNPB sehingga menghambat kinerja terutama dalam bidang operasi yang bersifat bencana. Pelaksanaan operasi SAR terkait penanganan kecelakaan pesawat udara dan kapal laut adalah murni menjadi tanggungan Badan SAR Nasional. c. Sarana dan prasarana telah diupayakan agar mampu memiliki kekuatan yang sangat memadai untuk mendukung operasi SAR, namun sebaran sarananya belum optimal karena penambahan Pos SAR dan Kantor SAR baru setiap tahun. Sarana dan prasarana Badan SAR Nasional juga belum didukung oleh pengawakan yang sesuai dengan kebutuhan. d. Kemampuan sumber daya manusia Badan SAR Nasional sudah diakui internasional. Namun sertifikasi international yang ada belum merata, sehingga timbul kesenjangan antar wilayah kerja Badan SAR Nasional. Kesenjangan yang muncul itu dinilai dari adanya para rescuer yang sudah memiliki sertifikasi internasional dan ada yang belum mendapatkan sertifikasi tetapi sudah dapat 23

24 menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penolong. Kuantitas SDM Badan SAR Nasional cukup besar tetapi tidak memiliki kapasitas yang cukup sebagai rescuer, sehingga potensi lain SAR sebagai tenaga pendukung dalam operasi penyelamatan, terutama dari TNI, masih diperlukan. 24

25 BAB II PERENCANAAN KINERJA Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2007, Basarnas mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan dibidang pencarian dan pertolongan (Search and Rescue) yang selanjutnya disebut SAR sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Disamping itu mempunyai tugas pula melaksanakan pembinaan pengkoordinasian, dan pengendalian potensi SAR dalam kegiatan SAR terhadap orang dan material yang hilang atau dikhawatirkan hilang atau menghadapi bahaya dalam pelayaran dan/atau penerbangan, serta memberikan bantuan SAR dalam bencana dan musibah lainnya sesuai dengan peraturan SAR nasional dan internasional. Peningkatan pelayanan SAR yang dituntut dari Basarnas memerlukan suatu perencanaan yang mempunyai perspektif lebih panjang, karena berbagai masalah yang dihadapi saat ini baik yang menyangkut kelembagaan, sumber daya manusia, sarana/ prasarana dan peralatan, sistem SAR nasional, koordinasi dan penyuluhan serta sosialisasi kepada masyarakat, memerlukan penanganan secara bertahap Dalam rangka membuat arah kebijakan jangka panjang tersebut maka dibuatlah Rencana Strategis Basarnas sebagai dasar acuan dalam pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan pengembangan kelembagaan Basarnas, hukum dan kewenangan, sumber daya manusia, pendidikan dan pelatihan, sarana/ prasarana, penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat, kerjasama nasional dan internasional serta dalam rangka pelayanan jasa pencarian dan pertolongan yang terlaksana secara terpadu dengan program pembangunan nasional, dan bersifat komprehensif dan responsif terhadap perkembangan lingkungan serta berpegang kepada pendekatan kesisteman. 25

26 II.1.Ikhtisar Rencana Strategis (RENSTRA) a. Visi Basarnas mempunyai visi yaitu Berhasilnya pelaksanaan operasi SAR pada setiap waktu dan tempat dengan cepat, andal dan aman. b. Misi Untuk mewujudkan visi tersebut, Basarnas mempunyai misi menyelenggarakan kegiatan operasi SAR yang efektif dan efisien melalui upaya tindak awal yang maksimal serta pengerahan potensi SAR yang didukung oleh sumber daya manusia yang profesional, fasilitas SAR yang memadai, dan prosedur kerja yang mantap dalam mewujudkan visi Basarnas. c. Tujuan dan Sasaran Strategis Dalam rangka mencapai visi dan misi Basarnas seperti yang dikemukakan terdahulu, maka visi dan misi tersebut harus dirumuskan ke dalam bentuk yang lebih terarah dan operasional berupa perumusan tujuan strategis organisasi. Tujuan strategis merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun. Basarnas dapat secara tepat mengetahui apa yang harus dilaksanakan oleh organisasi dalam memenuhi visi dan misinya dengan diformulasikannya tujuan strategis ini dalam mempertimbangkan sumber daya dan kemampuan yang dimiliki. Lebih dari itu, perumusan tujuan strategis ini juga akan memungkinkan Basarnas untuk mengukur sejauh mana visi dan misi organisasi telah dicapai mengingat tujuan strategis dirumuskan berdasarkan visi dan misi organisasi. Oleh karena itu, tujuan strategis Basarnas adalah mendukung terwujudnya penyelenggaraan operasi SAR yang efektif dan efisien melalui upaya tindak awal yang maksimal serta pengerahan potensi SAR yang didukung oleh SDM yang profesional, fasilitas SAR yang memadai dan prosedur kerja yang mantap. Selanjutnya dirumuskan sasaran strategis untuk dapat mengukur pencapaian tujuan dimaksud. Pengukuran keberhasilan ini dilakukan melalui indikator kinerja yang terukur. 26

27 Tabel 2.1. Sasaran Strategis Basarnas No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Sasaran Indikator Kinerja Utama (IKU): Response time pada operasi SAR dalam penanganan musibah/ bencana 1. Meningkatkan pelayanan Rata-rata response time pada dalam penyelenggaraan penanganan musibah pelayaran operasi SAR Rata-rata response time pada penanganan musibah penerbangan Rata-rata response time pada penanganan bencana Rata-rata response time pada penanganan musibah lain-lain 2. Meningkatkan kesiapsiagaan dalam mengantisipasi terjadinya musibah/ bencana Rata-rata waktu tindak awal dalam penyelenggaraan operasi SAR Persentase kecukupan personil siaga rescuer pada Kantor SAR Persentase cakupan wilayah yang mampu dijangkau Indikator Kinerja Utama (IKU): Persentase keberhasilan evakuasi korban pada operasi SAR 3. Meningkatkan keberhasilan penyelamatan korban dalam penyelenggaraan operasi SAR Persentase jumlah korban terselamatkan dalam penyelenggaraan operasi SAR Persentase jumlah korban yang ditemukan dalam penyelenggaraan operasi SAR Indikator Kinerja Utama (IKU): Persentase keterlibatan potensi SAR dalam kegiatan SAR 4. Meningkatkan peran serta Jumlah keterlibatan personil potensi 27

28 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Sasaran organisasi potensi SAR dalam penyelenggaraan operasi SAR 5. Meningkatkan kemampuan organisasi potensi SAR dalam melaksanakan operasi SAR SAR pada pelaksanaan latihan SAR Persentase keterlibatan potensi SAR dalam penyelenggaraan operasi SAR maritim Persentase keterlibatan potensi SAR dalam penyelenggaraan operasi SAR darat Persentase organisasi potensi SAR yang memiliki tenaga rescuer bersertifikasi SAR Persentase peningkatan organisasi potensi SAR yang dibina d. Program Berdasarkan Rencana Strategis Badan SAR Nasional tahun , Basarnas didukung dengan 2 (dua) program generik dan 1 (satu) program teknis sebagai berikut : Program dukungan manajemen pelaksanaan tugas teknis lainnya Basarnas. Program ini menitikberatkan pada terlaksananya kegiatan perencanaan dan program termasuk kerjasama luar negeri, tersusunnya peraturan perundangundangan, terlaksananya pengelolaan administrasi perkantoran, keuangan, data, informasi, serta terlaksananya pengawasan dan pembinaan internal Basarnas. Peningkatan sarana dan prasarana aparatur Basarnas. Program ini lebih menekankan pada pembinaan dan peningkatan sarana dan prasarana aparatur Basarnas dalam mencapai visi dan misi. 28

29 Program pengelolaan pencarian, pertolongan dan penyelamatan. Program ini bertujuan pada pelaksanaan pengelolaan sarana dan prasarana SAR serta pembinaan pengawakan, terselenggaranya diklat SAR, pengelolaan operasi dan Latihan SAR, dan terlaksananya pengelolaan sistem peralatan komunikasi SAR II.2. Perjanjian Kinerja Perjanjian Kinerja merupakan kontrak kerja dalam pelaksanaan tugas yang tertuang dalam Penetapan Kinerja. Penetapan Kinerja pada dasarnya adalah pernyataan komitmen yang mempresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam rentang waktu satu tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber daya yang dikelolanya. Tujuan khusus Penetapan Kinerja adalah untuk meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan kinerja sebagai wujud nyata komitmen antara penerima amanah dan pemberi amanah, sebagai dasar penilaian keberhasilan/ kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran organisasi, menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja, dan sebagai dasar pemberian reward atau penghargaan dan sanksi. Basarnas telah membuat Penetapan Kinerja tahun 2014 secara berjenjang sesuai dengan kedudukan, tugas dan fungsi yang ada. Penetapan Kinerja ini merupakan tolok ukur evaluasi akuntabilitas kinerja pada akhir Tahun Penetapan Kinerja Basarnas Tahun 2014 disusun dengan berdasarkan pada Rencana Kinerja Tahun 2014 yang telah ditetapkan sehingga secara substansial Penetapan Kinerja Tahun 2014 tidak ada perbedaan dengan Rencana Kinerja Tahun Adapun Penetapan Kinerja dapat dilihat pada tabel berikut ini. 29

30 Tabel 2.2. Perjanjian Kinerja Tahun 2014 Basarnas No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Sasaran Target Indikator Kinerja Utama (IKU): Response time pada operasi SAR dalam penanganan musibah/ bencana 1. Meningkatkan pelayanan dalam penyelenggaraan operasi SAR 2. Meningkatkan kesiapsiagaan dalam mengantisipasi terjadinya musibah/ bencana Rata-rata response time pada penanganan musibah pelayaran Rata-rata response time pada penanganan musibah penerbangan Rata-rata response time pada penanganan bencana Rata-rata response time pada penanganan musibah lain-lain Rata-rata waktu tindak awal dalam penyelenggaraan operasi SAR 1 Jam 30 Menit 2 jam 1 jam 1 jam 2 jam 10 menit Persentase kecukupan personil siaga rescuer pada Kantor SAR 100% Persentase cakupan wilayah yang mampu dijangkau 84% Indikator Kinerja Utama (IKU): Persentase keberhasilan evakuasi korban pada operasi SAR 95% 3. Meningkatkan keberhasilan penyelamatan korban dalam penyelenggaraanoperasi SAR Persentase jumlah korban terselamatkan dalam penyelenggaraanoperasi SAR Persentase jumlah korban yang ditemukan dalam penyelenggaraanoperasi SAR 90% 95% Indikator Kinerja Utama (IKU): Persentase keterlibatan potensi SAR dalam kegiatan SAR 70% 4. Meningkatkan peran serta organisasi potensi SAR dalam penyelenggaraanoperasi SAR 5. Meningkatkan kemampuan organisasi Jumlah keterlibatan personil potensi SAR pada pelaksanaan latihan SAR Persentase keterlibatan potensi SAR dalam penyelenggaraanoperasi SAR maritim Persentase keterlibatan potensi SAR dalam penyelenggaraan operasi SAR darat Persentase organisasi potensi SAR yang memiliki tenaga rescuer bersertifikasi SAR 475 orang 90% 90% 50% 30

31 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Sasaran Target potensi SAR dalam melaksanakan operasi SAR Persentase peningkatan organisasi potensi SAR yang dibina Dengan perincian Pagu Anggaran untuk melaksanakan kegiatan pada tahun anggaran 2014 adalah sebagai berikut : 50% Program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Badan SAR Nasional Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur badan SAR Nasional Program pengelolaan pencarian, pertolongan dan penyelamatan Rp ,- Rp ,- Rp ,- Jumlah Total Rp ,- 31

32 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja merupakan langkah strategis dalam menerapkan kinerja yang berorientasi pada hasil (result oriented). Kebijakan pemerintah yang berorientasi pada hasil akan lebih difokuskan pada kepentingan masyarakat pada umumnya. Akuntabilitas kinerja dapat dipertanggungjawabkan apabila disertai dengan adanya informasi mengenai hasil-hasil yang diperoleh. Hasil-hasil yang diperoleh tersebut kinerjanya harus diukur sampai sejauh mana pencapaiannya melalui pengukuran kinerja. Berdasarkan analisa terhadap akuntabilitas kinerja tersebut dapat dijadikan landasan untuk penilaian atas keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan program, kegiatan dan kebijakan sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi dengan memperhatikan rencana kerja dan realisasi kerja dalam program Basarnas Di dalam penilaian pencapaian kinerja Badan SAR Nasional dilakukan pengelompokan kategori, yaitu : Tabel 3.1. Penilaian Pencapaian Kinerja No. Kategori Nilai Angka (%) Interprestasi 1. A Sangat Baik 2. B Baik 3. C Cukup 4. D 0 50 Kurang Secara garis besar capaian kinerja Basarnas dapat dikatakan sangat baik dengan kategori A dan sudah memenuhi target capaian kinerja. Target Kinerja dimaksud dicapai melalui Indikator Kinerja Utama dengan cara perhitungan sebagai berikut. 32

33 III.1. Prosedur Pengumpulan Data Pengukuran Capaian Kinerja Basarnas Tahun 2014 dilakukan dengan cara membandingkan antara Target (rencana) dan Realisasi dari tiap-tiap indikator. Pencatatan dan pengumpulan data diperoleh dari seluruh Unit Kerja di lingkungan Basarnas dari tiap eselon pada Kantor Pusat Basarnas, 13 (tiga belas) Kantor SAR Kelas A, 21 (dua puluh satu) Kantor SAR Kelas B serta 65 (enam puluh lima) Pos SAR yang tersebar di seluruh Indonesia, baik data administratif maupun data teknis. Data-data tersebut kemudian dianalisa dan dievaluasi sehingga didapatkan data realisasi dari indikator yang telah ditetapkan. Adapun prosedur pengumpulan data tersebut sebagaimana pada gambar 3.1. Kantor Pusat Basarnas Sekretariat Utama Deputi Bidang Potensi SAR Deputi Bidang Operasi SAR 34 Kantor SAR 65 Pos SAR PUSAT DATA Proses Analisa & Evaluasi Data Realisasi Tiap-tiap Indikator Gambar 3.1. Prosedur Pengumpulan Data 33

34 III.2. Analisis Capaian Kinerja Pencapaian kinerja Basarnas Tahun 2014 diukur dari 3 (tiga) Indikator Kinerja Utama (Key Performance Indicator) yang diterangkan pada tabel berikut. Tabel 3.2. Indikator Kinerja Utama Basarnas Indikator Kinerja Utama Target Realisasi Capaian Kinerja Response time pada operasi SAR dalam penanganan musibah/ 1 jam 46 menit 148,40% bencana 30 menit Persentase keberhasilan evakuasi korban pada operasi 95% 98,62% 103,81% SAR Persentase keterlibatan potensi SAR dalam kegiatan SAR 70% 115,65% 165,21% Berikut penjelasan masing-masing indikator kinerja utama beserta sasaran strategis dan indikator kinerja sasaran yang mendukungnya. III.2.1. Indikator Kinerja Utama Response time pada operasi SAR dalam penanganan musibah/ bencana (46 menit). - Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun 2014 Capaian dari indikator kinerja utama response time pada operasi SAR dalam penanganan musibah/ bencana pada tahun 2014 adalah sebesar 46,44 menit dari target capaian 1 jam 30 menit, sehingga telah memenuhi target. - Perbandingan realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2014 dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir Apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya maka capaian indikator kinerja utama response time pada operasi SAR dalam 34

35 penanganan musibah/ bencana pada tahun 2014 mengalami kenaikan atau lebih cepat. Perbandingan tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Tabel 3.3. Tabel Perbandingan Indikator Kinerja Utama Response time pada operasi SAR dalam penanganan musibah/ bencana Tahun Target Realisasi Tahun jam 30 menit 3 jam 47 menit Tahun jam 30 menit 1 jam 57 menit Tahun jam 30 menit 1 jam 29 menit Tahun jam 30 menit 48 menit Tahun jam 30 menit 46 menit - Analisis keberhasilan / peningkatan kinerja serta usaha yang telah dilakukan EKSTERNAL Dilaksanakannya Kerjasama Luar Negeri yang mencakup kegiatan kerjasama teknis operasional dan bantuan luar negeri melalui kerjasama secara bilateral, regional maupun multilateral. Adapun kerjasama tersebut meliputi: 1. The 2 nd ASEAN Transport SAR Forum; Dalam rangka menindaklanjuti hasil pertemuan the 1 st ASEAN Transport SAR Forum yang diselenggarakan pada tanggal 5-7 Maret 2013 di Bali, Indonesia, dan sesuai implementasi dari kerangka acuan (TOR) ASEAN Transport SAR Forum (ATSF), Indonesia dalam hal ini Basarnas telah menyelenggarakan the 2 nd ASEAN Transport SAR Forum pada tanggal Maret 2014 di Yogyakarta. ASEAN Transport SAR Forum merupakan tindak lanjut dari pertemuan ASEAN SAR EXPERT Group Meeting yang dilaksanakan di Yangon, Myanmar pada tanggal Oktober 2012 yang diprakarsai oleh Badan SAR Nasional. Hasil pertemuan ASEAN SAR Expert Group Meeting tersebut diperkuat dari hasil 35

36 pertemuan ASEAN Senior Transport Official Meeting (STOM) ke-34, dan ASEAN Transport Ministers (ATM) Meeting ke-18, 2. ASEAN Transport SAR Exercise Planner Meeting Sebagai tindak lanjut dari 2 nd ASEAN Transport SAR Forum guna mempersiapkan penyelenggaraan Command Post Exercise (CPX) dan Table Top Exercise (TTX), Basarnas (Bagian KTLN) telah menyelenggarakan ASEAN Transport SAR Exercise Planner Meeting pada tanggal Juli 2014 di Bogor, Jawa Barat. Pertemuan tersebut dihadiri oleh perwakilan dari Indonesia (Basarnas), Singapura, Thailand, Kamboja dan Australia. Adapun pokok bahasan dalam pertemuan dimaksud adalah sebagai berikut: ASEAN Transport SAR ExercisePlan and Scenario;Controller and Evaluator Handbook;Sesi Akademis; danasean Transport SAR Forum Standard and Operating Procedures. 3. Peningkatan Kapasitas di bidang Urban SAR; Basarnas menyelenggarakan Forum Group Discussion untuk rencana pembentukan forum kerja sama regional ASEAN di bidang Urban SAR, Forum ini merupakan wadah bagi negara-negara anggota ASEAN dalam rangka peningkatan kapasitas nasional tim Urban SAR sesuai dengan standar INSARAG. Pencapaian tersebut dapat dilaksanakan antara lain melalui : a. Perumusan perjanjian kerjasama yang bersifat teknis; b. Penyederhanaan procedure clearance untuk operasi bersama (joint operation); c. Pendidikan dan pelatihan untuk semua personel SAR di ASEAN; d. Melaksanakan latihan bersama (joint exercise) simulasi secara rutin; dan e. Melaksanakan workshop dan seminar. Inisiatif Basarnas tersebut diharapkan dapat mendorong kerjasama ASEAN di bidang kebencanaan yang dikoordinasikan oleh BNPB sebagai national focal point; 36

37 4. Diplomasi pada Sidang Kerjasama Luar Negeri Basarnas berpartisipasi aktif dalam berbagai pertemuan berskala Internasional dan juga menyelenggarakan beberapa pertemuanpertemuan baik tingkat Bilateral, Regional maupun Multilateral. antara lain : a. Pada tanggal Juli 2011, Basarnas telah menyelenggarakan pertemuan InternationalSearch and Rescue Forum-INSARAG Asia Pacific Regional Meeting yang telah menghadirkan sebanyak 150 Orang yang terdiri dari Organisasi Pemerintah, Organisasi Non Pemerintah, serta delegasi Internasional baik dari UN-OCHA maupun perwakilan Badan asing lainnya; b. Pada tanggal 29 Mei-1 Juni 2012, Basarnas telah menyelenggarakan International Search and Rescue Advisory Group (INSARAG) Asia Pacific Regional Earthquake Response Exercise, yang diselenggarakan di Padang-Sumatera Barat. Pertemuan ini merupakan Latihan penanganan gempa bumi INSARAG merupakan salah satu implementasi resolusi Sidang Umum PBB 57/150 mengenai Strengthening the Effectiveness and Coordination of Urban Search and Rescue Assistance, dan bertujuan untuk mempraktekkan INSARAG Guidelines and Methodology, terutama dalam masa tanggap darurat bencana gempa bumi. Selain itu, dalam rangka memberikan pemahaman mengenai prosedur dan mekanisme di dalam INSARAG Guidelines and Methodology, terutama mengenai proses klasifikasi dan sertifikasi internasional IEC, maka diselenggarakan pula Workshop on INSARAG Guidelines and Methodology. Latihan ini menghadirkan peserta dari 26 Negara Asia Pasifik dan 9 organisasi/lembaga internasional, latihan INSARAG dihadiri oleh delegasi dari UN-OCHA, INSARAG Secretariat, Kepala Kantor SAR, dan beberapa instansi 37

38 pemerintah maupun swasta, seperti BNPB, BPBD, Jakarta Rescue, PMI, dll; c. Pada tahun 2013 dan 2014, Basarnas juga telah menyelenggarakan pertemuan tingkat regional ASEAN, yakni ASEAN Transport SAR Forum. Forum ini merupakan forum teknis di bawah sektor transportasi yang bertujuan untuk melahirkan suatu kesepakatan bersama negara-negara anggota ASEAN dalam bidang pelayanan jasa SAR Transportasi. 5. Kerja sama Indonesia-China Dalam kerangka kerja sama bilateral antara Indonesia dengan China di bidang maritim. Berdasarkan hasil pertemuan 9 th Technical Commitee Meeting (TCM) on Maritime Cooperation yang diselenggarakan pada tanggal Januari 2015 di Beijing. Basarnas dengan Ministry of Transportation China, China Academy of Space Technology (CAST) dan China National Space Authority (CNSA) membahas hal-hal sebagai berikut: a. China-Indonesia Joint Table Top Maritime SAR Exercise Ministry of Transportation China akan menyusun rencana dan jadwal pelaksanaan China-Indonesia Joint Table Top Maritime SAR Exercise. Pada bulan April 2015 pihak China akan berkunjung ke Basarnas untuk membahas skenario TTX tersebut dan pada bulan Mei 2015 pihak Indonesia diundang untuk berkunjung ke China untuk kembali membahas skenario. China-Indonesia Joint Table Top Maritime SAR Exercise akan di laksanakan di China pada bulan Agustus b. Indonesia China Maritime Search and Rescue Information System Kedua belah pihak telah membahas proposal China-Indonesia Maritime Search and Rescue Information System (SRIS) dan bertukar informasi terkait hal-hal teknis kerjasama informasi di bidang SAR. Kedua belah pihak lebih lanjut menyepakati untuk membahas finalisasi tentang project SRIS tersebut pada pertemuan 3 rd Maritime Cooperation Committee di China. 38

39 Selain daripada itu, Basarnas juga menjalin kerja sama dengan China dalam kerangka ASEAN-China Maritime Cooperation. Dalam kerangka kerja sama tersebut, Basarnas dengan China Academy of Space Technology (CAST) dan China National Space Authority (CNSA) bermaksud untuk membangun kerja sama di bidang Satellite Information Maritime Application Center (SIMAC) Project 6. Kerja sama Indonesia-Australia Basarnas telah melakukan kerja sama dibidang SAR dengan Australia dalam hal ini Australia Maritime Safety Authority (AMSA) dengan ditandanganinya Arrangement for the Coordination of SAR Services pada tanggal 5 April Kerja sama antara Indonesia dan Australia dalam kerangka Indonesia Transport Safety Assistance Package (ITSAP), Adalah sebuah paket bantuan dari Australia untuk keselamatan transportasi di indonesia yang sudah dilaksanakan sejak tahun 2008 berdasarkan MoU bidang transportasi yang ditandatangani oleh para Menteri Transportasi kedua negara. Proyek ITSAP yang saat ini berjalan berdasarkan MoU bidang transportasi untuk tahun adalah sebagai berikut: a. Exchange officer antara Basarnas dan AMSA dalam rangka mendukung pelaksanaan operasi SAR; b. Peningkatan kemampuan Ship Tracking Information dan system komunikasi satelit. Program ini akan dilaksanakan Jakarta berupa pelatihan kepada pesonel Basarnas terhadap penggunaan Inmarsat-C safety Net services; c. Additional capacity building berupa pelaksanaan latihan SAR; d. Pelaksanaan SAR Exercise Ausindo pada tanggal 21 Mei 2014 di Lombok Nusa Tenggara Barat; e. Demonstration SARMAP System; f. The 3rd Indonesia-Australia SAR Forum; g. English Language Training. 39

40 7. INSARAG Regional Group Asia/Pasific Meeting; Basarnas telah menghadiri pertemuan INSARAG Regional Group Asia/Pasific Meeting yang dilaksanakan pada tanggal September 2014 di Seoul, Korea Selatan. Pertemuan tersebut dihadiri oleh 37 peserta dari 16 negara di kawasan Asia dan Pasifik, Sekretariat INSARAG, Ketua Kelompok Kerja dan perwakilan dari kantor UN-OCHA. Negara-Negara yang hadir diantaranya Korea Selatan (tuan rumah), Indonesia, Australia, Bangladesh, China, Jepang, Nepal, Malaysia, Thailand, Philipina, Singapura, Selandia Baru dan Uni Emirate Arab. Pertemuan INSARAG Regional Asia-Pacific tahun 2014 membahas hal-hal masalah-masalah yang muncul dalam Pertemuan INSARAG Asia-Pasifik tahun 2013 di Singapura serta isu-isu INSARAG global yang meliputi : a. Review terhadap INSARAG Guidelines; b. Review terhadap INSARAG External Classification/Reclasification (IEC/IER); Program pengembangan kapasitas USAR yang sedang berlangsung di negara-negara Asia Pasifik, yaitu Pakistan, Mongolia, Bangladesh, India, Malaysia, Thailand dan Singapura. INTERNAL Beberapa pelatihan Internal yang dilaksanakan oleh Internal BASARNAS antara lain : Latihan operasi SAR Karuna Nisevanam ke-169 Dilaksanakan di: Padang Tanggal 16 s/d 23 Maret 2014 Jumlah peserta adalah 150 orang terdiri dari Kantor Pusat & BSG, Kan SAR Padang, Kantor SAR Medan, Kantor SAR Pekanbaru, Kan SAR Banda Aceh, Kantor Jambi, Kantor SAR Jakarta, Kru Heli, SAR Gurila Padang, Pramuka Padang dan Padang Baywatch 40

41 Latihan operasi SAR Karuna Nisevanam ke-168 Dilaksanakan di: Bengkulu, Tanggal 24 s/d 28 Maret 2014 Jumlah peserta adalah 150 orang terdiri dari Kantor Pusat, Kantor SAR Bengkulu, Kantor SAR Palembang, Kantor SAR Lampung dan Potensi SAR 60 org, Bengkulu 5 org Latihan Operasi SAR Maritime Pollution Exercise (Marpolex) Dilaksanakan di:dumai, Tanggal 17 s/d 20 Juni 2014 Jumlah peserta adalah 180 orang terdiri dari Kantor Pusat, Kru Heli BO, ABK RB Pekanbaru, Kantor SAR Pekanbaru dan Bulsi (Kantor SAR 5 org, Pekanbaru 7 org Latihan Proficiency Awak Kapal Dilaksanakan di:denpasar, Tanggal 16 s/d 19 Juni 2014 Jumlah peserta adalah 175 orang terdiri dari Kantor Pusat, Kru Heli Dauphin, Kru Heli BO, Kru RB Denpasar, Kantor SAR Denpasar dan Balawista8 org Latihan Operasi SAR Australia Indonesia (Ausindo) Dilaksanakan di:mataram, Tanggal 19 s/d 23 Mei 2014 Jumlah peserta adalah 140 orang terdiri dari Kantor Pusat, Perwakilan, Kedubes Australia, Perwakilan AMSA,Kantor SAR Mataram, Kasi Ops Denpasar, Kasi Ops Semarang, Kasi Ops Surabaya, Kasi Ops Lampung, Ops Bandung, Kasubsi Ops Kupang, Ops Merauke, Kasubsi Ops Ambon, Ops Timika, Kru Heli Dauphin Surabaya, ABK KAL TNI AL, ABK Kapal KPLP 12 org Latihan SAR (Indopura) Dilaksanakan di:tanjung Pinang Tanggal 8 s/d 10 Oktober 2014 Pihak Indonesia:Kantor Pusat, Kantor SAR Tanjung Pinang, Instansi militer di Provinsi Riau dan sekitarnya, Kepolisian Daerah Prov. Kepri, Dishub Prov. Kepri, BMKG Tanjung Pinang, PT Angkasa Pura I, Bea Cukai Tanjung Pinang, Imigrasi Tanjung Pinang, Pemerintah 41

42 Prov. Kepri, Potensi SAR Tanjung Pinang, Ormas Tanjung Pinang, SROP Tanjung Pinang Dari Singapur : Civil Aviation Authority of Saingapore (CAAS), National Environment Agency, Republic of Singapore Air Force (RSAF), Republic of Singapore Navy (RSN), Maritime Porth Authority (MPA), Ministry of Defence (MINDEF), Singapore Civil Defence Force (SCDF), Ministry of Health (MOH), Singapore Police Force, Immigration and Check Point Authority (ICA) Jumlah keseluruhan: 150 org Latihan Operasi SAR Indonesia Malaysia (Malindo) Dilaksanakan di:banda AcehTanggal 23 s/d 28 Nov 2014 Pihak Indonesia:Kantor Pusat, Kantor SAR Banda Aceh, TNI Polisi Setempat Aceh, Badan Meteorologi Aceh, Potensi SAR Setempat Pihak Malaysia:Jabatan Penerbangan Awam Malaysia, Tentera Udara di Raja Malaysia, Agensi Penguat Kuasaan Maritim Malaysia Tentera Laut Di Raja Malaysia, Polisi Di Raja Malaysia, Majlis Keselamatan Negara, Tentera Darat Malaysia, Jabatan Meteorologi Malaysia, Pejabat/Ketua Menteri/pihak berkuasa tempatan Jumlah keseluruhan: 130 org - Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya Personil yang saat ini dimilik oleh Basarnas masih belum memenuhi kebutuhan akan personil yang sesungguhnya. Dari 4430 personil yang dibutuhkan, hanya terpenuhi 3044 personil. Sedangkan apabila ditinjau dari sisi ketersediaan peralatan, sarana dan prasarana, Pengadaan sarana dan prasarana kantor pusat dan kantor SAR belum terkoordinasi baik dengan Direktorat Sarana dan Prasarana, terutama 42

43 begitu pula dari sisispesifikasi. Salah satu sarana yang dirasakan kurang antara lain adalah No Sarana Laut Kebutuhan (unit) Kondisi Saat Ini (unit) Kekuranga n (Unit) 1. Rescue Boat Rigid Inflatable Boat Rubber Boat Kurangnya jumlah dan kualifikasi ABK untuk mengawaki rescue boat. Hal ini diantisipasi dengan memberikan pelatihan singkat tentang mesin kapal, perawatan dan penggunaan Rescue Boat FamiliarisasiSaranadanPeralatanSAR yangdiadakandirektoratsaranadanprasaranabe;um seluruhnya diketahui oleh seluruh pegawai kantor SAR, karena itu penyebaran ilmu tersebut dilaksananakan dengan sistem transfer knowlodge diantara pegawai yang sudah mengikuti pelatihan dengan yang belum. - Analisis program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan pencapaian pernyataan kinerja Program pengelolaan pencarian, pertolongan dan penyelamatan Program ini memberikan penekanan kepada pelaksanaan pengelolaan sarana dan prasarana SAR serta pembinaan pengawakan, terselenggaranya diklat SAR, pengelolaan operasi dan Latihan SAR, dan terlaksananya pengelolaan sistem peralatan komunikasi SAR, selain ini program ini juga berisikan antra lain : Pelaksanaan pengendalian operasi SAR Pemeliharaan sarana SAR Pengadaan peralatan SAR Pemeliharaan peralatan SAR komunikasi 43

44 Capaian kinerja response time pada operasi SAR dalam penanganan musibah/ bencana ini berasal dari sasaran strategis sebagai berikut : 1) Meningkatnya pelayanan dalam penyelenggaraan operasi SAR; 2) Meningkatkan kesiapsiagaan dalam mengantisipasi terjadinya musibah/ bencana Penjelasan dari perhitungan sasaran tersebut adalah sebagai berikut: 1) Meningkatnya pelayanan dalam penyelenggaraan operasi SAR. Pencapaian sasaran ini dapat dilihat dari capaian 4 (empat) indikator kinerja sasarannya, sebagai berikut : Tabel 3.4. Indikator Kinerja Sasaran Meningkatnya Pelayanan Dalam Penyelenggaraan Operasi SAR Indikator Kinerja Target Realisasi Rata-rata response time pada penanganan musibah pelayaran Rata-rata response time pada penanganan musibah penerbangan Rata-rata response time pada penanganan bencana Rata-rata response time pada penanganan musibah lain-lain 2 jam 1 jam 4 menit 1 jam 41 menit 1 jam 31 menit 2 jam 47 menit Rata-rataresponse time adalah ukuran seberapa cepat upaya pencarian dan pertolongan pada tindak awal musibah pelayaran, musibah penerbangan, bencana dan musibah lain-lain yang ditentukan berdasarkan diterimanya berita musibah hingga kesiapan personil/sar Rescue Unit (SRU) untuk mobilisasi ke lokasi. Rumus perhitungan dari response time dapat dilihat di bawah ini. Keterangan : T 1 = Waktu Precom-Excom T 2 = Waktu Briefing T 3 = Waktu Persiapan Keberangkatan Tim/ Personil SAR 44

45 Data response time dari musibah yang ditangani Basarnas Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3.5. Data Response Time Tahun 2014 REALISASI CAPAIAN (menit) NO. KANTOR SAR Musibah Musibah Musibah Bencana Pelayaran Penerbangan lain-lain 1. Kantor SAR Banda Aceh 88, ,58 57,32 2. Kantor SAR Medan 162, ,33 103,91 3. Kantor SAR Pekanbaru 93, ,00 36,92 4. Kantor SAR Padang 67, ,83 42,61 5. Kantor SAR Tanjung Pinang 39, ,00 6. Kantor SAR Palembang 80, ,42 7. Kantor SAR Jakarta 11, ,27 76,67 8. Kantor SAR Semarang 46, ,32 67,11 9. Kantor SAR Surabaya 56, ,58 20, Kantor SAR Denpasar 86, ,25 34, Kantor SAR Mataram 96,33 70,00 23,22 53, Kantor SAR Pontianak 34, ,50 33, Kantor SAR Banjarmasin 26, ,00 52, Kantor SAR Balikpapan 14,60 50,00 75,00 52, Kantor SAR Kupang 78, ,00 22, Kantor SAR Makassar 36, ,75 24, Kantor SAR Manado 118,61 20,00 26,25 26, Kantor SAR Kendari 31, , Kantor SAR Ambon 161, , Kantor SAR Sorong 75, , Kantor SAR Timika 62, , Kantor SAR Biak 47, , Kantor SAR Jayapura 30,83 8,50 58,17 25, Kantor SAR Merauke 25, , Kantor SAR Bengkulu 28, ,00 59, Kantor SAR Jambi 41, ,50 32, Kantor SAR Pangkal Pinang 24, ,67 67, Kantor SAR Lampung 75, , Kantor SAR Bandung 75,00 60,00 55,72 82, Kantor SAR Gorontalo 102, ,00 25, Kantor SAR Palu 43, ,67 27, Kantor SAR Ternate 141, ,00 95, Kantor SAR Manokwari 35, ,00 21,00 64,77 41,70 31,61 47,67 RATA - RATA 1 jam 4 menit 41 menit 31 menit 47 menit 45

46 Tabel 3.6. Data Response Time Tahun 2013 NO BULAN PELAYARAN PENERBANGAN BENCANA LAINNYA 1 Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember menit 42 menit 33 menit 51 menit RATA-RATA 1 jam 6 menit 42 menit 33 menit 51 menit Tabel 3.7. Data Response Time Tahun 2012 NO BULAN PELAYARAN PENERBANGAN BENCANA LAINNYA 1 Januari 283,95-18,50 107,62 2 Pebruari 154,30-187,56 109,27 3 Maret 182,27 15,00 45,44 63,72 4 April 175,39 238,00 28,83 85,30 5 Mei 140,61 107,50 51,43 37,71 6 Juni 279,53 15,00 15,00 104,91 7 Juli 141,37-45,00 78,17 8 Agustus 244,97 305,00 174,17 58,09 9 September 453,72 195,00 28,33 88,48 10 Oktober 213,60-55,00 210,32 11 Nopember 181,90 5,00 64,65 63,30 12 Desember 367,02 43,00 48,56 125,05 RATA-RATA 170 menit 67 menit 50 menit 71 menit 2 jam 50 menit 1 jam 7 menit 50 menit 1 jam 11 menit 46

47 Tabel 3.8. Data Response Time Tahun 2011 NO BULAN PELAYARAN PENERBANGAN BENCANA LAIN-LAIN 1 Januari 41, ,5 83,56 2 Pebruari 293, ,33 65,45 3 Maret 129, ,33 29,04 4 April 375, ,5 192,79 5 Mei 289, ,67 98,11 6 Juni 316, ,79 7 Juli 187, ,38 8 Agustus 284, ,72 9 September 169,88 24,67 37, Oktober 162, ,67 139,66 11 November 98, , Desember 240, ,14 105, menit 92 menit 67 menit 92 menit RATA-RATA 3 Jam 35 Menit 1 Jam 32 Menit 1 Jam 7 Menit 1 Jam 32 Menit Berikut penjabaran dari indikator-indikator yang mendukung sasaran meningkatnya pelayanan dalam penyelenggaraan operasi SAR pada tahun a) Response Time pada musibah pelayaran Rata-rata response time pada musibah pelayaran Tahun 2014 adalah 1 jam 4,77 menit dari target sebesar 2 jam, sehingga telah memenuhi target dengan capaian kinerja sebesar 146,02%. Apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya maka rata-rata response time pada musibah pelayaran pada tahun 2014 mengalami kenaikan atau lebih cepat, yaitu dari rata-rata response time selama 5 jam 10 menit pada tahun 2010, 3 jam 35 menit pada tahun 2011, 2 jam 50 menit pada tahun 2012, 1 jam 6 menit pada tahun 2013 menjadi 1 jam 4menit pada tahun

48 Perbandingan tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Response Time Pada Musibah Pelayaran 6:00:00 5:10:00 4:48:00 3:36:00 3:35:00 2:50:00 2:24:00 1:12:00 0:00:00 1:06:00 1:04: Gambar 3.2. Perbandingan Response Time pada Musibah Pelayaran Tabel 3.9. Tabel Perbandingan Response Time pada Musibah Pelayaran Tahun Target Realisasi Tahun jam 5 jam 10 menit Tahun jam 3 jam 35 menit Tahun jam 2 jam 50 menit Tahun jam 1 jam 6 menit Tahun jam 1 jam 4 menit Berikut prosentase jumlah korban terselamatkan pada musibah pelayaran. 150,00% Persentase Jumlah Korban Terselamatkan Pada Musibah Pelayaran 100,00% 83,31% 87,38% 93,39% 93,65% 85,87% 50,00% 0,00%

49 Tabel Perbandingan Response Time dengan Persentase Jumlah Korban Terselamatkan pada Musibah Pelayaran Tahun Target Realisasi Persentase Jumlah Korban Terselamatkan Tahun jam 5 jam 10 menit 83,31% Tahun jam 3 jam 35 menit 87,38% Tahun jam 2 jam 50 menit 93,39% Tahun jam 1 jam 6 menit 93,65% Tahun jam 1 jam 4 menit 85,87% b) Response Time pada musibah penerbangan Rata-rata response time pada musibah penerbangan Tahun 2014 adalah 41 menit dari target 1 jam, sehingga telah memenuhi target. Apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya maka rata-rata response time pada musibah penerbangan pada tahun 2014 mengalami kenaikan atau lebih cepat, yaitu dari rata-rata response time selama 2 jam 05 menit pada tahun 2010, 1 jam 32 menit pada tahun 2011, 1 jam 07 menit pada tahun 2012, 42 menit pada tahun 2013 menjadi 41 menit pada tahun Perbandingan tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Perbandingan tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Response Time Pada Musibah Penerbangan 2:24:00 2:05:00 1:55:12 1:26:24 0:57:36 0:28:48 1:32:00 1:07:00 0:42:00 0:41:00 0:00: Gambar 3.3. Perbandingan Response Time pada Musibah Penerbangan 49

50 Tabel Tabel Perbandingan Response Time pada Musibah Penerbangan Tahun Target Realisasi Tahun jam 2 jam 05 menit Tahun jam 1 jam 32 menit Tahun jam 1 jam 07 menit Tahun jam 42 menit Tahun jam 41 menit Berikut prosentase jumlah korban terselamatkan pada musibah penerbangan. 150,00% Persentase Jumlah Korban Terselamatkan Pada Musibah Penerbangan 100,00% 99,34% 79,19% 92,87% 94,66% 78,46% 50,00% 0,00% Tabel Perbandingan Response Time dengan Persentase Jumlah Korban Terselamatkan pada Musibah Penerbangan Tahun Target Realisasi Persentase Jumlah Korban Terselamatkan Tahun jam 2 jam 05 menit 99,34% Tahun jam 1 jam 32 menit 79,19% Tahun jam 1 jam 07 menit 92,87% Tahun jam 42 menit 94,66% Tahun jam 41 menit 78,46% 50

51 c) Response Time pada bencana Rata-rata response time pada bencana Tahun 2014 adalah 31 menit dari target 1 jam, sehingga telah memenuhi target. Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya maka rata-rata response time pada bencana pada tahun 2014 mengalami kenaikan atau lebih cepat, yaitu dari rata-rata response time selama 1 jam 7 menit pada tahun 2011, 50 menit pada tahun 2012, 33 menit pada tahun 2013 menjadi 31 menit pada tahun Sedangkan pada tahun 2010 ratarata response time pada bencana selama 3 jam 11 menit. Perbandingan tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Response Time Pada Bencana 3:21:36 2:52:48 2:24:00 1:55:12 1:26:24 0:57:36 0:28:48 0:00:00 3:11:00 1:07:00 0:50:00 0:33:00 0:31: Gambar 3.4. Perbandingan Response Time pada Bencana Tabel Tabel Perbandingan Response Time pada Bencana Tahun Target Realisasi Tahun jam 3 jam 11 menit Tahun jam 1 jam 7 menit Tahun jam 50 menit Tahun jam 33 menit Tahun jam 31 menit 51

52 Berikut prosentase jumlah korban terselamatkan pada bencana. 150,00% Persentase Jumlah Korban Terselamatkan Pada Bencana 100,00% 98,39% 99,23% 98,88% 50,00% 44,19% 51,50% 0,00% Tabel Perbandingan Response Time dengan Persentase Jumlah Korban Terselamatkan pada Bencana Tahun Target Realisasi Persentase Jumlah Korban Terselamatkan Tahun jam 3 jam 11 menit 44,19% Tahun jam 1 jam 7 menit 51,50% Tahun jam 50 menit 98,39% Tahun jam 33 menit 99,23% Tahun jam 31 menit 98,88% d) Response Time pada musibah lain-lain Rata-rata response time pada musibah lain-lain Tahun 2014 adalah 47 menit dari target 2 jam, sehingga telah memenuhi target. Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya maka rata-rata response time pada musibah lainnya pada tahun 2014 mengalami kenaikan atau lebih cepat, yaitu dari rata-rata response time selama 1 jam 32 menit pada tahun 2011, 1 jam 11 menit pada tahun 2012, 51 menit pada tahun 2013 menjadi 47 menit pada tahun Sedangkan pada tahun 2010 rata-rata response time pada musibah lainnya selama 4 jam 44 menit. 52

53 Pada musibah lainnya sebagian besar berita yang diterima berasal dari masyarakat sehingga diperlukan konfirmasi ke tempat yang dilaporkan telah terjadi musibah. Konfirmasi tersebut dimaksudkan selain untuk memastikan kebenaran musibah, juga untuk memastikan musibah apa yang terjadi sehingga dapat dijadikan acuan penyiapan personil dan peralatan SAR pada musibah dimaksud. Response Time Pada Musibah Lainnya 6:00:00 4:48:00 4:44:00 3:36:00 2:24:00 1:12:00 1:32:00 1:11:00 0:51:00 0:47:00 0:00: Gambar 3.5. Perbandingan Response Time pada Musibah Lainnya Tabel Tabel Perbandingan Response Time pada Musibah Lainnya Tahun Target Realisasi Tahun jam 4 jam 44 menit Tahun jam 1 jam 32 menit Tahun jam 1 jam 11 menit Tahun jam 51 menit Tahun jam 47 menit Berikut prosentase jumlah korban terselamatkan pada musibah lainnya. 150,00% Persentase Jumlah Korban Terselamatkan Pada Musibah Lainnya 100,00% 50,00% 30,76% 59,22% 80,83% 50,84% 60,65% 0,00%

54 Tabel Perbandingan Response Time dengan Persentase Jumlah Korban Terselamatkan pada Bencana Tahun Target Realisasi Persentase Jumlah Korban Terselamatkan Tahun jam 3 jam 11 menit 30,76% Tahun jam 1 jam 7 menit 59,22% Tahun jam 50 menit 80,83% Tahun jam 33 menit 50,84% Tahun jam 31 menit 60,65% Persentase capaian kinerja rata-rata response time pada penanganan musibah pelayaran, musibah penerbangan, bencana dan musibah lain-lain sudah mencapai target atau lebih dari 100%. Hal tersebut dapat menggambarkan kinerja Basarnas yang semakin baik, Berikut ini adalah data yang menggambarkan semakin cepat response time yang dimiliki Basarnas, semakin banyak jumlah korban yang terselamatkan dan ditemukan. Tabel Tabel Perbandingan Persentase Korban Terselamatkan dan Persentase Korban Ditemukan Tahun Pelayaran Penerbangan Bencana Jenis Musibah Persentase korban terselamatkan Persentase korban ditemukan Tahun ,31% 91,81% Tahun ,38% 95,22% Tahun ,39% 95,21% Tahun ,65% 96,49% Tahun ,87% 92,45% Tahun ,34% 100% Tahun ,19% 100% Tahun ,50% 100% Tahun ,66% 100% Tahun ,46% 93,85% Tahun ,19% 86,17% Tahun ,50% 94,74% Tahun ,18% 99,73% Tahun ,23% 99,93% Tahun ,88% 99,85% 54

55 Musibah Lainnya Jenis Musibah Persentase korban terselamatkan Persentase korban ditemukan Tahun ,76% 91,28% Tahun ,22% 92,66% Tahun ,55% 98,22% Tahun ,84% 92,73% Tahun ,65% 95,98% Dari uraian diatas maka dapat dinyatakan bahwa pencapaian kinerja melalui sasaran strategis Pelayanan dalam Penyelenggaraan Operasi SAR meningkat baik dilihat dari sisi pencapaian target kinerja Tahun Peningkatan kinerja ini terjadi karena adanya sosialisasi yang terus dilakukan oleh Basarnas dan Kantor SAR di daerah dan selalu siap siaga dalam melaksanakan tindak awal yang maksimal serta pengerahan potensi SAR yang didukung oleh sumber daya manusia yang profesional, fasilitas SAR yang memadai, dan prosedur kerja yang mantap. 2) Meningkatnya kesiapsiagaan dalam mengantisipasi terjadinya musibah/ bencana. Pencapaiansasaran ini dapat dilihat dari capaian 3 (tiga) indikator kinerja sasarannya yaitu sebagai berikut : Tabel Indikator Kinerja Sasaran Meningkatnya kesiapsiagaan dalam mengantisipasi terjadinya musibah/ bencana Indikator Kinerja Target Realisasi Rata-rata waktu tindak awal dalam penyelenggaraan operasi SAR Persentase kecukupan personil siaga rescuer pada Kantor SAR Persentase cakupan wilayah yang mampu dijangkau 10 menit 10 menit 100% 50% 84% 103% Untuk mewujudkan keberhasilan dalam penyelenggaraan setiap operasi SAR, maka harus didukung dengan adanya kesiapsiagaan personil dan sarana SAR yang memadai. Siaga SAR adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk 55

56 memonitor, mengawasi, mengantisipasi, dan mengkoordinasikan kegiatan SAR dalam musibah dan bencana. Berikut penjabaran dari indikator-indikator pendukung sasaran strategis meningkatkan kesiapsiagaan dalam mengantisipasi terjadinya musibah/ bencana. a) Rata-rata waktu tindak awal dalam penyelenggaraan operasi SAR Waktu tindak awal dalam penyelenggaraan operasi SAR adalah untuk mengukur seberapa cepat upaya mencari kebenaran informasi musibah/ bencana yang diterima dengan alat komunikasi (dimana tahapan ini disebut preliminary communication extended communication) untuk dapat ditindaklanjuti. Tindak awal pelaksanaan operasi SAR dilakukan apabila laporan berita terjadinya musibah/ bencana berasal dari sumber yang dianggap belum jelas kebenarannya, misalnya adanya signal distress yang diterima oleh satelit atau laporan dari individu/ perusahaan. Tabel Perbandingan rata-rata waktu tindak awal Tahun Target Realisasi menit 21 menit menit 15 menit menit 10 menit menit 10 menit menit 10 menit Rata-rata waktu tindak awal dalam penyelenggaraan operasi SAR pada Tahun 2014 tetap apabila dibandingkan dengan tahun 2012 dan 2013 sedangkan jika dibandingkan dengan rata-rata waktu tindak awal tahun 2011 dan 2010 mengalami kenaikan, yaitu 15 menit pada tahun 2011 dan 21 menit pada Tahun Berikut grafik perbandingan rata-rata tindak awal dalam penyelenggaraan operasi SAR Tahun

57 Rata-rata waktu tindak awal 0:28:48 0:21:36 0:14:24 0:07:12 0:21:00 0:15:00 0:10:00 0:10:00 0:10:00 0:00: Gambar 3.6. Perbandingan Rata-rata Waktu Tindakan Awal b) Persentase kecukupan personil siaga rescuer pada Kantor SAR Kesiapsiagaan yang dilakukan dalam mengantisipasi terjadinya musibah/ bencana dilakukan selama 24 (dua puluh empat) jam yang meliputi siaga rescuer, siaga komunikasi, siaga Awak Buah Kapal (ABK), dan siaga kepala jaga harian (Kajahar). Kecukupan personil siaga terutama siaga rescuer berpengaruh besar pada keberhasilan operasi SAR yang efektif dan efisien. Saat ini pelaksanaan siaga rescuer pada Kantor SAR rata-rata dilaksanakan oleh 6 (enam) personil, sedangkan standar siaga rescuer sebanyak 12 (duabelas) personil hal tersebut dikarenakan masih terbatasnya ketersediaan anggaran siaga rescuer yang ada dalam DIPA Basarnas. Di samping itu jumlah personil siaga masih belum sesuai dengan kebutuhan. Masih kurangnya personil dalam siaga rescuer sangat berpengaruh terhadap kinerja Basarnas khususnya response time dikarenakan apabila terjadi musibah/ bencana, maka masih harus menunggu kelengkapan jumlah rescuer untuk berkumpul karena personil yang melakukan siaga rescuer rata-rata hanya 6 (enam) personil. Untuk mengatasi kekurangan personil rescuer tersebut Basarnas telah mengajukan penambahan tenaga rescuer dari penerimaan pegawai baru pada Tahun Anggaran 2014, namun belum dapat menambah kekurangan personil karena personil rescuer baru belum dapat mulai 57

58 melaksanakan tugas pada tahun Berikut grafik perbandingan persentase kecukupan personil siaga rescuer Tahun PROSENTASE KECUKUPAN PERSONIL SIAGA RESCUER PADA KANTOR SAR 50,00% 50,00% 50,00% 50,00% 50,00% Gambar 3.7. Perbandingan Persentase Kecukupan Personil Siaga Rescuer Pada Kantor SAR c) Persentase cakupan wilayah yang mampu dijangkau Kecepatan dan keberhasilan operasi SAR juga sangat dipengaruhi oleh jumlah sebaran kantor SAR yang berada di seluruh Indonesia, semakin banyak jumlah Kantor SAR maka pelaksanaan operasi SAR akan semakin cepat. Apabila dilihat dari jumlah provinsi maka jumlah kantor SAR yang dirasa masih kurang, karena masih ada beberapa kantor SAR yang memiliki wilayah tanggungjawab 2 (dua) sampai 3 (tiga) provinsi, sehingga masih perlu diadakan penambahan Kantor SAR. Sesuai dengan Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor : PK. 20 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor PK.19 Tahun 2012 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kantor Search And Rescue (SAR), serta Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor : B/3546/M.PAN-RB/9/2014 tanggal 23 September 2014 Perihal : Kriteria Klasifikasi Kantor SAR dan Peningkatan Eselon Kantor SAR, jumlah Kantor SAR dan Pos SAR terdiri atas : - 13 (tiga belas) lokasi Kantor SAR Kelas A; - 21 (dua puluh satu) lokasi Kantor SAR Kelas B; 58

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DEPUTI BIDANG OPERASI SAR BADAN SAR NASIONAL TAHUN 2014 DEPUTI BIDANG OPERASI SAR BADAN SAR NASIONAL

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DEPUTI BIDANG OPERASI SAR BADAN SAR NASIONAL TAHUN 2014 DEPUTI BIDANG OPERASI SAR BADAN SAR NASIONAL Halaman Judul LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DEPUTI BIDANG OPERASI SAR BADAN SAR NASIONAL TAHUN 2014 DEPUTI BIDANG OPERASI SAR BADAN SAR NASIONAL KATA PENGANTAR Badan SAR Nasional merupakan Institusi Pemerintah

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BADAN SAR NASIONAL TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA BADAN SAR NASIONAL TAHUN 2015 LAPORAN KINERJA BADAN SAR NASIONAL TAHUN 2015 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Ikhtisar Eksekutif... iv BAB I PENDAHULUAN. 1 I.1. Gambaran Umum.. 1 I.2. Kelembagaan 3 I.3. Landasan Hukum.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DEPUTI BIDANG POTENSI SAR SUKARTO MARSEKAL MUDA TNI

KATA PENGANTAR DEPUTI BIDANG POTENSI SAR SUKARTO MARSEKAL MUDA TNI KATA PENGANTAR Rencana Strategis instansi pemerintah dalam tataran operasional ditetapkan dalam jangka waktu 5 (lima) tahunan merupakan penjabaran teknis dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 04 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN SAR NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 04 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN SAR NASIONAL KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 04 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL,

Lebih terperinci

KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 6 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA STRATEGIS BADAN SAR NASIONAL TAHUN

KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 6 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA STRATEGIS BADAN SAR NASIONAL TAHUN KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 6 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA STRATEGIS BADAN SAR NASIONAL TAHUN 2015-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Kondisi Umum

BAB I PENDAHULUAN I.1. Kondisi Umum BAB I PENDAHULUAN I.1. Kondisi Umum Bidang kedeputian di lingkungan Badan SAR Nasional (BASARNAS) terbentuk seiring dengan reorganisasi lembaga ini menjadi Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK). Terdapat

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DEPUTI BIDANG POTENSI SAR TAHUN Halaman Judul

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DEPUTI BIDANG POTENSI SAR TAHUN Halaman Judul LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DEPUTI BIDANG POTENSI SAR TAHUN 2013 Halaman Judul BADAN SAR NASIONAL JAKARTA, FEBRUARI 2014 KATA PENGANTAR Perbaikan tata kelola pemerintahan dan manajemen kinerja merupakan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BADAN SAR NASIONAL

RENCANA STRATEGIS BADAN SAR NASIONAL RENCANA STRATEGIS BADAN SAR NASIONAL TAHUN 2010-2014 1 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 02 TAHUN 2010 TANGGAL : 29 JANUARI 2010 RENCANA STRATEGIS BADAN SAR NASIONAL TAHUN 2010-2014

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2007 TENTANG BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2007 TENTANG BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2007 TENTANG BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Indonesia sebagai anggota International

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK.17 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN POS SAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK.17 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN POS SAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK.17 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN POS SAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK 7 TAHUN 2015 TENTANG INSPEKTUR PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PADA KECELAKAAN PESAWAT UDARA BADAN SAR NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK 7 TAHUN 2015 TENTANG INSPEKTUR PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PADA KECELAKAAN PESAWAT UDARA BADAN SAR NASIONAL KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK 7 TAHUN 2015 TENTANG INSPEKTUR PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PADA KECELAKAAN PESAWAT UDARA BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2007 TENTANG BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2007 TENTANG BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN NOMOR 99 TAHUN 2007 TENTANG BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Indonesia sebagai anggota International Maritime Organizaton (IMO) dan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 02 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA STRATEGIS BADAN SAR NASIONAL TAHUN

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 02 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA STRATEGIS BADAN SAR NASIONAL TAHUN KEPALA BADAN NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL NOMOR : PK. 02 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA STRATEGIS BADAN NASIONAL TAHUN 2010 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NASIONAL, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1388,2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BASARNAS. Organisasi. Kantor SAR. Klasifikasi. Kriteria. PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 19 TAHUN 2014 TENTANG KRITERIA KLASIFIKASI ORGANISASI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33 Undang-undang Nomor 15

Lebih terperinci

LAKIP Inspektorat Tahun 2014 KATA PENGANTAR

LAKIP Inspektorat Tahun 2014 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan ridho yang telah diberikan, penyusunan LAKIP Tahun 2014 dapat selesai tepat waktu. Penyusunan LAKIP sebagai

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2015 Direktur Bina Ketenagaan dan Pemasyarakatan SAR. Suprayogi Brigadir Jenderal TNI (MAR)

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2015 Direktur Bina Ketenagaan dan Pemasyarakatan SAR. Suprayogi Brigadir Jenderal TNI (MAR) KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T. yang telah memberikan karunia rahmat taufiq dan hidayahnya sehingga Direktorat Bina Ketenagaan dan Pemasyarakatan SAR dapat menyusun

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 20 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BADAN SAR NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 20 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BADAN SAR NASIONAL KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 20 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT DATA DAN INFORMASI TAHUN 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT DATA DAN INFORMASI TAHUN 2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT DATA DAN INFORMASI TAHUN 2014 BADAN SAR NASIONAL JAKARTA, MARET 2015 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... IKHTISAR EKSEKUTIF... i ii iii BAB I PENDAHULUAN....

Lebih terperinci

Rencana Strategis

Rencana Strategis BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Umum Sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional pada bab XIV salah satu agenda pembangunan nasional

Lebih terperinci

LAKIP DIREKTORAT KOMUNIKASI 2014 KATA PENGANTAR

LAKIP DIREKTORAT KOMUNIKASI 2014 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Badan SAR Nasional berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2007, tentang Badan SAR Nasional mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan dibidang pencarian dan pertolongan ( search

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.186, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESRA. Pencarian. Pertolongan. Badan. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2016 TENTANG BADAN NASIONAL PENCARIAN DAN PERTOLONGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2016 TENTANG BADAN NASIONAL PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2016 TENTANG BADAN NASIONAL PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2016 TENTANG BADAN NASIONAL PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33 Undang-undang Nomor 15

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG TAHUN 2016

KOTA BANDUNG TAHUN 2016 DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN TAHUN 2016 Jalan Sukabumi No. 17 Bandung Telp. (022) 7207113 1 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan Kehadapan Tuhan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 30 TAHUN 2001

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 30 TAHUN 2001 MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 30 TAHUN 2001 TATA CARA PELAKSANAAN SIAGA SEARCH AND RESCUE (SAR) DAN PENGGANTIAN BIAYA OPERASI SEARCH AND RESCUE (SAR)

Lebih terperinci

2017, No Perubahan Ketiga atas Organisasi dan Tata Kerja Badan SAR Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 684); 4. Peratur

2017, No Perubahan Ketiga atas Organisasi dan Tata Kerja Badan SAR Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 684); 4. Peratur BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.293, 2017 BASARNAS. Unit Siaga Pencarian dan Pertolongan. PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK 4 TAHUN 2017 TENTANG UNIT SIAGA PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut di atas, Pusat Data dan Informasi menyelenggarakan fungsi :

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut di atas, Pusat Data dan Informasi menyelenggarakan fungsi : BAB I PENDAHULUAN 1.1. Kondisi Umum Kedudukan Pusat Data dan Informasi sesuai Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor : PER. KBSN-01 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Badan SAR Nasional sebagaimana

Lebih terperinci

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015 BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015 Jl. Angkasa I No. 2 Kemayoran, Jakarta 10720 Phone : (62 21) 65866230, 65866231, Fax : (62

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT OPERASI DAN LATIHAN TAHUN 2014 BADAN SAR NASIONAL

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT OPERASI DAN LATIHAN TAHUN 2014 BADAN SAR NASIONAL Halaman Judul LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT OPERASI DAN LATIHAN TAHUN 2014 BADAN SAR NASIONAL DIREKTORAT OPERASI DAN LATIHAN Kata Pengantar Badan SAR Nasional (Basarnas)

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BADAN SAR NASIONAL KANTOR SAR SEMARANG

RENCANA STRATEGIS BADAN SAR NASIONAL KANTOR SAR SEMARANG RENCANA STRATEGIS BADAN SAR NASIONAL KANTOR SAR SEMARANG 2015-2019 Jl. Bukit Barisan A IV No. 9 Komp Perum Permata Puri Ngaliyan Semarang 50189 INDONESIA Telp. 024-7629192, 7628384/115, Fax. 7629189 Website:

Lebih terperinci

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT 2015 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2014 Nomor : LAP-3/IPT/2/2015 Tanggal :

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NASIONAL PENCARIAN DAN PERTOLONGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NASIONAL PENCARIAN DAN PERTOLONGAN, BADAN NASIONAL PENCARIAN DAN PERTOLONGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN NASIONAL PENCARIAN DAN PERTOLONGAN NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 6

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33 Undang-undang Nomor 15

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK. 01 TAHUN 2014 TENTANG PEMBINAAN POTENSI SAR BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK. 01 TAHUN 2014 TENTANG PEMBINAAN POTENSI SAR BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK. 01 TAHUN 2014 TENTANG PEMBINAAN POTENSI SAR BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL, Menimbang

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG TAHUN 2014

KOTA BANDUNG TAHUN 2014 DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN TAHUN 2014 JALAN SUKABUMI NO 17 BANDUNG Telp. (022) 7207113 1 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan Kehadapan Tuhan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Ringkasan Eksekutif... iii

DAFTAR ISI. Halaman Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Ringkasan Eksekutif... iii BADAN SAR NASIONAL N AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KANTOR SAR KELAS B MERAUKE TAHUN MERAUKE, 20 FEBRUARI 2015 DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar... i Daftar Isi..... ii Ringkasan Eksekutif....

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 18 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 18 TAHUN 2012 TENTANG KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 18 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PER.KBSN.01/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA P USAT DATA DAN INFORMASI TAHUN 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA P USAT DATA DAN INFORMASI TAHUN 2013 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA P USAT DATA DAN INFORMASI TAHUN 2013 BADAN SAR NASIONAL JAKARTA, MARET 2014 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... IKHTISAR EKSEKUTIF... i ii BAB I PENDAHULUAN.... 1 1. Umum... 1 2. Kedudukan,

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamb

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.905, 2016 BASARNAS. Pencarian dan Pertolongan. Pelaksanaan. Pembiayaan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBIAYAAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya Good Governance merupakan prasyarat utama untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara. Dalam rangka itu

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2006 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2006 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2006 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa musibah yang dialami manusia

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepoti

2016, No Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepoti No. 1646, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BASARNAS. SAKIP. Evaluasi. Juklak. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 9 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN EVALUASI ATAS IMPLEMENTASI

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. yang mengalami kecelakaan di perairan Indonesia koordinasi terhadap

BAB V PENUTUP. yang mengalami kecelakaan di perairan Indonesia koordinasi terhadap BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan serta dengan melakukan analisa terhadap hasil penelitian tersebut, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu : 1. Imigran

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Akuntabilias Kinerja Tahun 2013 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 14 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KERJASAMA LUAR NEGERI DI LINGKUNGAN BADAN SAR NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 14 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KERJASAMA LUAR NEGERI DI LINGKUNGAN BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 14 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KERJASAMA LUAR NEGERI DI LINGKUNGAN BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I A. Latar Belakang Tahun 2015 merupakan tahun pertama dalam pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015 2019. Periode ini ditandai dengan fokus pembangunan pada pemantapan

Lebih terperinci

Tahun 2014 LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT UTAMA BADAN SAR NASIONAL

Tahun 2014 LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT UTAMA BADAN SAR NASIONAL Tahun 2014 LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT UTAMA BADAN SAR NASIONAL BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Peningkatan pelayanan SAR yang dituntut dari Badan SAR Nasional (Basarnas) memerlukan suatu perencanaan yang mempunyai

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L No.1236, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKO-KEMARITIMAN. SAKIP. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA DI

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK.08 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR SEARCH AND RESCUE

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK.08 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR SEARCH AND RESCUE KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK.08 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR SEARCH AND RESCUE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL,

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK.07 TAHUN 2010 TENTANG

KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK.07 TAHUN 2010 TENTANG KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK.07 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PER.KBSN-01/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB. I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 29

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, 1 RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.330, 2014 BASARNAS. Standar Kompetensi. Jabatan. Penyususn. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 6 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR KOMPETENSI

Lebih terperinci

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 JAKARTA, FEBRUARI 2016 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA PUSAT DATA DAN INFORMASI TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA PUSAT DATA DAN INFORMASI TAHUN 2015 LAPORAN KINERJA PUSAT DATA DAN INFORMASI TAHUN 2015 BADAN SAR NASIONAL JAKARTA, MARET 2016 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i KATA PENGANTAR... IKHTISAR EKSEKUTIF... ii iii BAB I PENDAHULUAN.... 1 1. Latar Belakang...

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 23 TAHUN 2009 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL,

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 23 TAHUN 2009 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL, PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 23 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN SIAGA SEARCH AND RESCUE (SAR) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL, Menimbang : bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat :

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat : BAB I PENDAHULUAN I.1 KONDISI UMUM ORGANISASI B agian Hukum dibentuk berdasarkan Keputusan Kepala BSN Nomor 965/BSN-I/HK.35/05/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Standardisasi Nasional. Bagian

Lebih terperinci

DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN KOTA BANDUNG KOTA BANDUNG TAHUN 2016

DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN KOTA BANDUNG KOTA BANDUNG TAHUN 2016 DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN TAHUN 2016 Jalan Sukabumi No. 17 Bandung Telp. (022) 7207113 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan Kehadapan Tuhan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2014 tentang Pencarian dan Pertolongan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 267, Tamba

2016, No Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2014 tentang Pencarian dan Pertolongan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 267, Tamba No.904, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BASARNAS. SAKIP. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 4 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN IMPLEMENTASI SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

Lebih terperinci

BUPATI TOBA SAMOSIR PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI TOBA SAMOSIR NOMOR 88 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TOBA SAMOSIR PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI TOBA SAMOSIR NOMOR 88 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN Menimbang BUPATI TOBA SAMOSIR PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI TOBA SAMOSIR NOMOR 88 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Sekretariat Negara

BAB I PENDAHULUAN. B. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Sekretariat Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyusunan Laporan Kinerja Kementerian Sekretariat Negara Tahun 2015 dilaksanakan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 07 TAHUN 2009 TENTANG PENGGANTIAN BIAYA OPERASI SEARCH AND RESCUE (SAR)

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 07 TAHUN 2009 TENTANG PENGGANTIAN BIAYA OPERASI SEARCH AND RESCUE (SAR) PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 07 TAHUN 2009 TENTANG PENGGANTIAN BIAYA OPERASI SEARCH AND RESCUE (SAR) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Kementerian Sekretariat Negara Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN

Laporan Kinerja Kementerian Sekretariat Negara Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyusunan Laporan Kinerja Kementerian Sekretariat Negara Tahun 2016 dilaksanakan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.684, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BASARNAS. Organisasi. Tata Kerja. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 15 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN KEPALA BADAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.380, 2014 PERTAHANAN. Badan Keamanan Laut. Pembentukan. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 178 TAHUN 2014 TENTANG BADAN KEAMANAN LAUT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAHAN PAPARAN. Disampaikan pada : BIMBINGAN TEKNIS AUDIT

BAHAN PAPARAN. Disampaikan pada : BIMBINGAN TEKNIS AUDIT BAHAN PAPARAN Disampaikan pada : BIMBINGAN TEKNIS AUDIT PENGERTIAN ISTILAH 1. Bandar Udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang

Lebih terperinci

1998 Amandments to the International Convention on Maritime Search and Rescue, 1979 (Resolution MCS.70(69)) (Diadopsi pada tanggal 18 Mei 1998)

1998 Amandments to the International Convention on Maritime Search and Rescue, 1979 (Resolution MCS.70(69)) (Diadopsi pada tanggal 18 Mei 1998) 1998 Amandments to the International Convention on Maritime Search and Rescue, 1979 (Resolution MCS.70(69)) (Diadopsi pada tanggal 18 Mei 1998) Adopsi Amandemen untuk Konvensi Internasional tentang Pencarian

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 4 TAHUN 2017 TENTANG UNIT SIAGA PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 4 TAHUN 2017 TENTANG UNIT SIAGA PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 4 TAHUN 2017 TENTANG UNIT SIAGA PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KINERJA TAHUNAN, PENETAPAN KINERJA, RENCANA AKSI, DAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

I N S P E K T O R A T

I N S P E K T O R A T PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU I N S P E K T O R A T Alamat :Jalan Nilam No. 7 Kotabaru Telp. (0518) 21402 Kode Pos 72116 KOTABARU ( LKj) TAHUN 2016 PERANGKAT DAERAH INSPEKTORAT KABUPATEN KOTABARU DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP)

LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) ASISTEN DEPUTI BIDANG MATERI PERSIDANGAN 2014 KATA PENGANTAR Dalam rangka melaksanakan amanah Inpres Nomor 7 Tahun 1999, Asisten Deputi Bidang Materi

Lebih terperinci

BUPATI BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,

BUPATI BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM INTERNAL AUDIT (INTERNAL AUDIT CHARTER) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 15 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR SEARCH AND RESCUE

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 15 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR SEARCH AND RESCUE KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 15 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR SEARCH AND RESCUE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL,

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA

PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA Menimbang

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP-SKPD) TAHUN 2015

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP-SKPD) TAHUN 2015 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP-SKPD) TAHUN 2015 INSPEKTORAT KABUPATEN LABUHANBATU JL. SISINGAMANGARAJA No.062 RANTAUPRAPAT KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN KABUPATEN BOJONEGORO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN KABUPATEN BOJONEGORO Salinan PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN KABUPATEN BOJONEGORO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOJONEGORO, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK 11 TAHUN 2016 TENTANG PELAPORAN HARTA KEKAYAAN PEGAWAI BADAN SAR NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK 11 TAHUN 2016 TENTANG PELAPORAN HARTA KEKAYAAN PEGAWAI BADAN SAR NASIONAL KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK 11 TAHUN 2016 TENTANG PELAPORAN HARTA KEKAYAAN PEGAWAI BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL,

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.491, 2015 KEMENKOMINFO. Akuntabilitas Kinerja. Pemerintah. Sistem. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR: 10 TAHUN 2010

PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR: 10 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR: 10 TAHUN 2010 SABID UAK SADAYU A NG T E N T A N G PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA PARIAMAN KOTA PARIAMAN TAHUN 2010-0

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA BALAI BESAR PULP DAN KERTAS TAHUN ANGGARAN 2015

RENCANA KINERJA BALAI BESAR PULP DAN KERTAS TAHUN ANGGARAN 2015 RENCANA KINERJA BALAI BESAR PULP DAN KERTAS TAHUN ANGGARAN 2015 KATA PENGANTAR R encana Kinerja merupakan dokumen yang berisi target kinerja yang diharapkan oleh suatu unit kerja pada satu tahun tertentu

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

Lebih terperinci

2017, No Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Nege

2017, No Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Nege No.170, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BASARNAS. RESCUER. Standar Kompetensi. PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 2 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR KOMPETENSI RESCUER DI LINGKUNGAN BADAN SAR

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN SAR NASIONAL

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN SAR NASIONAL LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN SAR NASIONAL TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum a. Badan SAR Nasional (Basarnas) dibentuk sebagai lembaga yang bersifat kemanusiaan dalam bidang

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Kerja Keras Kerja Lebih Keras Kerja Lebih Keras Lagi 1

Kata Pengantar. Kerja Keras Kerja Lebih Keras Kerja Lebih Keras Lagi 1 Kata Pengantar Reformasi birokrasi dilingkungan Kementerian Hukum dan HAM pada hakikatnya adalah perubahan besar dalam paradigma dan tata kelola pemerintahan untuk menciptakan birokrasi pemerintah yang

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, - 1 - PERATURAN PRESIDEN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 17 Undang-Undang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1213, 2013 KEMENTERIAN SOSIAL. Kinerja. Rencana Tahunan. Rencana Aksi. LAKIP. Penyusunan. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci