Analisa Media Edisi Februari 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisa Media Edisi Februari 2013"

Transkripsi

1 Angkutan Publik Yang Tak Ramah Perempuan Angkutan umum merupakan transportasi yang masih menjadi andalan masyarakat, terutama bagi kaum menengah ke bawah. Angkutan umum adalah solusi dan alternatif untuk mendukung mobilitas mereka. Keberadaan transportasi ini sangat bermanfaat bagi penggunanya, karena identik dengan tarif yang terjangkau. Angkutan umum seperti mikrolet, bus, kereta, sampai bajai, tetap menjadi primadona. Di tengah maraknya produk kendaraan bermotor yang makin canggih dan beragam, serta trend bahan bakar yang irit, angkutan umum tetap diminati masyarakat menengah ke bawah. Angkutan umum pun dipilih pemerintah sebagai solusi mengatasi kemacetan di kota-kota besar, seperti Jakarta. Jumlah kendaraan pribadi di kota Jakarta misalnya sudah melebihi daya dukung jalan. Akibatnya, keruwetan pun terjadi di mana-mana di jalanan, tak mengenal pagi dan malam, hari dan jam. Walaupun menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat menengah ke bawah, namun angkutan umum belum mampu memberikan layanan maksimal. Angkutan umum masih menyimpan banyak persoalan dalam memberikan solusi bagi masyarakat pemakai. Pengguna angkutan umum belum mendapat jaminan keselamatan dan keamanan ketika mereka menggunakan transportasi publik ini. Dengan dalih mengejar setoran, sopir angkutan umum kerap kebut-kebutan di jalan raya yang sangat membahayakan keselamatan penumpang maupun kendaraan lainnya. Di lain kesempatan, angkutan umum memilih ngetem untuk menunggu penumpang yang membuat kemacetan parah. Pengguna angkutan umum pun tak pernah mendapatkan kepastian kapan mereka tiba tempat tujuan tepat waktu. Terkadang cepat sampai ke tujuan karena sopir ngebut di jalan raya, namun di sisi lain terlambat karena sopir memilih ngetem berjam-jam. Kondisi angkutan umum yang berjubel tanpa pengawasan aparat keamanan juga menjadi masalah lainnya. Dengan kondisi demikian memungkinkan berbagai kejahatan terjadi, seperti pelecehan seksual dan pencopetan. Kejahatan lain yang sering terjadi di angkutan umum yakni penodongan dan penjambretan bahkan marak penculikan dan pemerkosaan di angkutan umum. Dengan banyaknya kejahatan yang terus terjadi membuat pengguna angkutan umum merasa was-was. Ada ketakutan bahwa mereka akan menjadi korban selanjutnya. Namun karena tak ada pilihan, mereka tetap memilih angkutan umum sebagai penunjang aktifitasnya. Kejahatan di angkutan umum tidak hanya terjadi di bis, kereta dan angkot, namun juga di angkutan yang sifatnya eksklusif, seperti taksi. Perempuan menjadi kelompok yang sering menjadi korban kejahatan di angkutan umum. Dalam kondisi angkutan yang sangat berjubel, perempuan kerap menjadi korban pelecehan seksual. Media massa sering memberitakan aksi penculikan dan pemerkosaan yang dilakukan sopir angkutan umum. Bahkan, ada di antara

2 korbannya tidak hanya diperkosa, tetapi juga dibunuh. Ketakutan menjadi korban penculikan dan pemerkosaan itulah yang dialami Anisa Azward (20 th) seorang mahasiswi Fakultas Keperawatan, Universitas Indonesia yang nekad melompat dari angkutan kota yang ia tumpanginya pada 6 Februari 2013 di Jembatan Lima, Tambora, Jakarta Barat. Akibat aksi tersebut, Anisa terbentur aspal jalan dan mengalami luka yang sangat parah. Setelah dirawat selama 4 hari di RSUD Koja, Jakarta Utara, Anisa akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya pada minggu dini hari, 10 Februari Aksi nekat Anisa dilakukan saat ia hendak mengunjungi kerabatnya di kawasan Pademangan, Jakarta Utara, sekitar pukul wib. Anisa berangkat dari Depok sekitar pukul wib dengan naik KRL dan berhenti di stasiun Jakarta Kota. Ia kemudian naik angkot trayek U-10 jurusan Kalipasir-Sunter, angkutan yang biasa ia naiki ke rumah tantenya. Anisa tak sendiri di dalam angkot. Ia bersama belasan penumpang lainnya. Namun di Tanah Pasir, saat ia sendirian dalam kendaraan, Anisa bingung setelah menyadari rute angkot yang ia tumpangi tidak sesuai dengan jalur yang biasanya. Sopir angkot kemudian memberitahu Anisa bahwa dirinya salah naik angkutan umum. Sopir angkot kemudian menawarkan diri untuk mengantar Anisa kembali ke Stasiun Kota. Dalam perjalanan, Anisa panik karena sopir tidak melintasi jalanan saat ia berangkat. Karena panik dan takut menjadi korban kejahatan seksual, Anisa nekad melakukan aksi yang penuh resiko dan harus kehilangan nyawanya. Sederet kasus kejahatan di angkutan umum Ketakutan menjadi korban kejahatan seksual ketika sedang berada di angkutan umum, mungkin tidak hanya dirasakan oleh Anisa, tetapi juga di rasakan perempuanperempuan lainnya. Modusnya pun sangat beraneka dan pelaku selalu kucingkucingan dengan aparat keamanan. Kenekadan Anisa bisa jadi imbas hilangnya rasa aman di ibu kota, seperti Jakarta. Banyak kasus kejahatan di angkutan umum pernah menjadi perhatian publik dan ramai diberitakan media massa. Apa yang dialami JM adalah salah satu kasus. JM merupakan korban pelecehan seksual ketika menggunakan angkutan umum yang eksklusif seperti taksi. Waktu itu, Minggu 1 April 2012, sekitar jam wib, JM pulang dari gereja dengan menumpang taksi Blue Bird. Saat di dalam taksi, JM mengaku bahwa dia seperti dihipnotis dan menurut saja saat diajak berputar-putar oleh sopir taksi dan kemudian dibawa menginap di rumah kos sopir taksi di kawasan Cipayung, Jakarta Timur. Di tempat itulah, JM mengalami pelecehan seksual. Selain kasus yang dialami JM, sebelumnya media juga ramai memberitakan perkosaan di angkutan umum yang menimpa L, seorang Pekerja Rumah Tangga, yang dilakukan sopir angkutan umum jurusan Bumi Serpong Damai (BSD)-Cikokol, Tangerang. Peristiwa itu terjadi pada 30 Januari 2012, saat itu L dijanjikan akan diantar pulang oleh sopir angkot. Namun bukannya diantar pulang, L justru dibawa ke

3 rumah sopir angkot tersebut. Di rumah sopir itulah, perkosaan itu terjadi. Dalam kasus ini, pelakunya tak hanya sopir angkot, tetapi juga dua rekannya. Kasus lainnya dialami RS, pedagang sayur, yang diperkosa oleh sopir angkot M-26 jurusan Kampung Melayu-Bekasi pada 14 Desember Dalam kasus ini, selain diperkosa RS juga menjadi korban perampokan, sebesar Rp. 500 ribu yang sejatinya akan ia gunakan untuk berbelanja sayuran, dirampas pelaku yang berjumlah 4 orang: YBR (17 th), DR (18 th), SD (19 th) dan AI (19 th), mahasiswi yang menjadi kekasih YBR. Perkosaan itu terjadi saat RS hendak berangkat membeli sayur di Pasar Kemiri Muka, Beji, Depok sekitar pukul wib. Seperti biasa, RS selalu naik angkutan yang lewat di depan rumahnya, meskipun bukan kendaraan trayek yang sesuai dengan tujuannya. RS percaya karena di dalam angkot ada perempuan lain. Tapi angkot justru melaju tak sesuai arahnya. Begitu ia tersadar, para pelaku sudah membekapnya. Karena berusaha melawan, RS kemudian dianiaya. Pintu mobil ditutup dan angkot berjalan menuju Jalan Raya Bogor. Musik disetel kencang, saat RS diperkosa oleh pelaku YBR. Sementara pelaku lainnya, menggasak uang belanja sayur milik korban. Setelah puas, kawanan penjahat tersebut membuang RS di kawasan Cikeas, Bogor, Jawa Barat. Sementara di Bogor, Jawa Barat, seorang remaja berusia 15 tahun nyaris menjadi korban perkosaan sopir angkot jurusan Gunung Putri-Cileungsi, pada 24 Januari 2012 sekitar pukul wib. Korban naik angkutan umum saat sudah ada tujuh penumpang di dalamnya. Di tengah perjalanan, satu per satu turun. Tinggal korban dan sopir. Pelaku lantas memegang bagian vital korban sambil mengancamnya. Pelaku lalu menyuruh korban pindah duduk ke belakang. Saat itulah pelaku mencabuli korban. Tapi saat hendak diperkosa, korban sedang datang bulan. Aksi tersebut batal dilakukan. Meskipun demikian, pelaku memuaskan diri mencabuli korban. Pelaku kemudian ditangkap polisi tidak lebih dari 24 jam. Kasus perkosaan lainnya menimpa mahasiswi kebidanan berinisial J, yang mengaku diperkosa dan terdampar di pinggir rel di Stasiun kereta Kabayoran, Jakarta Selatan. Menurut pengakuan J, dia diperkosa lima sopir angkutan pada 20 Januari Karena syok, J juga terpaksa dikirim ke RS Polri untuk menjalani perawatan. Tapi belakangan, polisi mengetahui J membuat laporan palsu. Dan itu diketahui setelah polisi menjemput SU, teman lelaki J, di Kawasan Solo, Jawa Tengah. Menurut SU, apa yang diakui J sama sekali tidak benar. Sebenarnya, SU dan J melakukan hubungan seksual di rumah kos rekan mereka di Ciputat, Jakarta Selatan, dan atas dasar suka sama suka. Kasus perkosaan di angkutan umum yang dialami Livia Pavita Soelistio (20 th), seorang mahasiswi Universitas Binas Nusantara merupakan kasus yang menjadi perhatian masyarakat. Pasalnya, Livia tak hanya diperkosa, tetapi juga dibunuh dan mayatnya dibuang di sebuah kebon di wilayah Cisuak, Tangerang. Peristiwa ini terjadi ketika Livia pulang dari kampusnya pada pertengahan bulan Agustus 2011 yang lalu. Livia menumpang angkutan umum M-24 jurusan Slipi-Kebon Jeruk.

4 Kasus lain adalah apa yang dialami SRS (27 th) yang diperkosa secara bergantian oleh dua sopir tembak angkot D-02 jurusan Lebak Bulus-Pondok Labu. Dalam kejadian tersebut, SRS dipaksa melayani nafsu bejat dua sopir tembak yang masih berusia belasan tahun di dalam angkot yang berputar-putar di jalan Simatupang. Kejadian itu sendiri terjadi pada Kamis, 1 September 2011, sekitar pukul wib. Rasa aman mahal harganya Berkaca dari banyaknya kasus kejahatan di angkutan umum tersebut, tak heran jika banyak orang selalu was-was ketika menggunakan angkutan umum, termasuk apa yang dirasakan Anisa. Hal itu karena hingga saat ini aparat hukum belum memberikan jaminan keamanan dan keselamatan kepada masyarakat ketika menggunakan angkutan umum. Demikian juga pemerintah yang belum mampu menyediakan angkutan umum yang layak dan memadai bagi penggunanya. Rasa aman menjadi hal yang sangat mahal harganya mengingat kejadian tersebut terus belangsung dan tidak ada penanganan yang serius dari aparat penegak hukum. Data yang berhasil dihimpun Polda Metro Jaya tentang kejahatan di Angkutan Umum selama tahun 2012 menjadi bukti bahwa hingga saat ini, pengguna angkutan umum belum memperoleh rasa aman. Berdasarkan catatan Polda Metro Jaya, selama tahun 2012 ada sebanyak 31 kasus kriminal di angkutan umum, yang terdiri dari 11 kasus kejahatan di taksi, 13 kasus kejahatan di angkutan kota, 2 kasus kejahatan di atas truk, 1 kasus kejahatan di bajai dan 4 kasus kejahatan di kereta api. Dari jumlah tersebut, 16 kasus merupakan pelecehan seksual yang dialami oleh kalangan perempuan. Dari data tersebut terlihat bahwa aksi kejahatan seksual di angkutan umum mendominasi kejahatan yang terjadi selama tahun Sementara di taksi, yang merupakan angkutan privat juga sering terjadi kejahatan. Padahal taksi dikelola oleh perusahaan-perusahaan besar yang memiliki data soal taksi dan sopirnya. Selain itu, kasus pelecehan seksual menjadi kasus yang paling banyak terjadi. Hal tersebut memperlihatkan bahwa pelaku kejahatan masih mengincar organ seksual perempuan. Tingginya angka pelecehan seksual di angkutan umum juga memperlihatkan cara pandang masyarakat yang masih menjadikan tubuh perempuan sebagai objek seks. Dengan banyaknya kasus kejahatan tersebut terlihat bahwa angkutan umum tidak pernah menjadi ruang yang aman bagi perempuan, mengingat ketika berada di dalamnya selalu menjadi sasaran empuk pelaku kejahatan. Rasa aman dan nyaman ketika berada di angkutan umum menjadi barang yang mahal untuk didapatkan. Akhirnya terjadi rasa was-was dan ketakutan untuk menjadi korban selanjutnya. Hal tersebut yang dirasakan Anisa akhirnya memutuskan untuk lompat dari angkutan umum dan meninggal dunia. Kasus yang sama juga pernah terjadi pada akhir tahun 2012 lalu. Kejahatan ini terjadi di angkutan umum 06-A jurusan Kampung Melayu-Gandaria. Seorang korban kejahatan memilih melompat dari angkutan umum yang sedang melaju kencang

5 untuk menghindari aksi penodongan. Korban akhirnya meninggal dunia. Sementara dua rekan korban lainnya mengalami luka-luka. Hingga kini, kasus tersebut belum jelas penyelesaiannya. Reaksi semu Pemerintah Daerah Setiap terjadi kejahatan di angkutan umum, pemerintah akan bereaksi cepat. Salah satu contohnya ketika akhir 2011 yang lalu kejahatan di angkutan umum marak terjadi. Maka reaksi pemerintah adalah merazia angkutan umum dan memberlakukan kewajiban menggunakan seragam dan tanda pengenal bagi semua sopir, yang dikeluarkan oleh Dinas Perhubungan DKI. Demikian pula Polda Metro Jaya membentuk tim khusus untuk mengatasi kejahatan di angkutan umum. Waktu itu, Kapolda Metro Jaya, Inspektur Jendral Putut Eko Bayuseo mengatakan bahwa tim akan meningkatkan patroli dan menggelar razia rutin untuk menekan angka kejahatan di angkutan umum. Kapolda mengatakan bahwa tim tersebut berasal dari Resmob. Menurutnya, operasi akan digelar setiap hari. Menurutnya, bahwa tingkat kejahatan di Jakarta sudah berhasil ditekan dengan operasi yang dijalankan selama ini. Kapolda juga mengatakan bahwa jajaran kepolisian selama ini sudah mengamankan berbagai macam tindakan kejahatan baik itu senjata tajam, mainan dan narkoba. Namun reaksi cepat yang dilakukan pemerintah maupun pihak kepolisian, terkait dengan kejahatan di angkutan umum, hanya berlaku sesaat. Lihat misalnya mengenai kebijakan menggunakan seragam bagi sopir angkutan umum, hanya awalawal saja digalakkan, setelah itu Dinas Perhubungan tak pernah lagi mengecek di lapangan apakah sopir angkutan telah menggunakan seragam sesuai dengan kebijakan yang sudah dbuat atau belum. Demikian juga dengan kebijakan harus ada tanda pengenal sopir di dalam angkot, hal itu tak pernah diawasi apakah dilakukan atau tidak. Sehingga sering dengan berbagai alasan sopir yang asli memberikan angkutannya kepada sopir tembak. Padahal saat itulah membuka peluang terjadinya kejahatan di angkutan umum. Baru setelah ada kejahatan di angkutan umum, pihak terkait akan melakukan razia. Demikian dengan patroli yang dilakukan Polda Metro Jaya, setelah dianggap aman, maka hal tersebut tidak dilakukan lagi, padahal saat itulah pelaku kejahatan beraksi. Buruknya layanan angkutan umum Maraknya kejahatan di angkutan umum memperlihatkan buruknya layanan angkutan kota. Ada kewajiban Pemda DKI Jakarta untuk membenahi angkutan umum supaya member rasa aman dan nyaman bagi penumpangnya. Dengan berbagai kejahatan yang terjadi dan rasa tidak aman bagi masyarakat, sudah saatnya Pemda DKI Jakarta memperbaiki mutu layanan angkutan umum yang sangat buruk selama ini. Dinas Perhubungan DKI Jakarta sebagai regulator harus bertanggungjawab terhadap buruknya layanan tersebut. Karena sebagai regulator, Dinas Perhubungan bertindak

6 sebagai pemberi izin trayek. Sudah menjadi rahasia umum, justru izin trayek cenderung diperjualbelikan oleh oknum-oknum di instansi tersebut. Sedangkan pengawasan izin trayek tersebut di lapangan, praktis tidak pernah dilakukan. Sebagai bukti nyata hal tersebut adalah angkutan umum yang ditumpangi Anisa, di mana di dalam kaca angkot tertulis Pademangan, sementara menurut sopir, ia mengangkut penumpang jurusan Tanah Pasir. Padahal sebelumnya, Anisa beberapa kali menggunakan angkutan yang sama dan tidak pernah salah jurusan. Dalam kasus ini, berarti petugas Dinas Perhubungan DKI lalai melakukan pengawasan. Hal tersebut menjadi bukti bahwa izin trakyek memang bisa diperjual-belikan seenaknya. Demikian juga pengabaian aturan-aturan lain seperti yang diamanatkan oleh Undang- Undang. Selama ini banyak penyimpangan dan kecurangan-kecurangan trayek angkutan umum yang terjadi di lapangan. Ada angkot yang beroperasi tak sesuai trayek, menunggu penumpang sembarangan tanpa memikirkan kepentingan penumpang yang ingin cepat sampai ke tujuan, menaikkan atau menurunkan penumpang di tengah jalan hingga balik arah, karena sepi penumpang atau terjebak kemacetan. Bahkan ada yang seenaknya menyuruh penumpang pindah ke angkot lain, karena sopirnya mau istirahat atau balik ke pangkalan atau ke terminal semula. Banyak hal selama ini sangat merugikan masyarakat, sebagai pengguna angkutan umum. Namun tidak ada perbaikan mutu layanan dari dinas terkait, paling tidak untuk menindak angkutan umum yang berlaku merugikan masyarakat, dan jalan tidak sesuai dengan izin trayeknya. Untuk kepentigan pengusaha angkutan, Ketua Umum DPP Organda Indonesia, Eka Sari Lorena Surbakti mengatakan baru-baru ini, pemerintah selaku pemberi izin trayek harus bertangungjawab terhadap perusahaan yang diberikan izin trayek. Antara lain, ada pembinaan agar pemilik izin tetap hidup dan memberikan layanan yang baik bagi penumpang. Dia menilai, bahwa angkutan umum sudah mengalami pembiaran yang cukup lama, sehingga pembenahan harus dilakukan mendasar, bukan sekadar mengancam cabut izin trayek. Menjadi tugas bersama, paling tidak dinas terkait, untuk mencari akar penyebab buruknya layanan angkutan umum. Dengan buruknya layanan angkutan umum yang diberikan, membuka peluang pada tindakan kriminalitas. Sudah banyak kejahatan yang dialami penumpang angkutan umum selama ini, sehingga membuat masyarakat takut untuk menggunakannya. Hal tersebut yang kemudian mendorong masyarakat, terutama kalangan menengah ke atas untuk memiliki kendaraan pribadi sebagai penunjang mobilitasnya. Padahal dalam kehidupan di kota besar, seperti Jakarta, menggunakan kendaraan pribadi pun tidak luput dari aksi kejahatan. Sudah banyak kejahatan dilakukan, terutama di perempatan-perempatan atau tempat sepi, yang korbannya adalah pengguna kendaraan pribadi.

7 Dengan banyaknya masyarakat memiliki kendaraan pribadi, tentu makin memperparah kondisi jalanan ibu kota. Tak heran, jika kemacetan tidak pernah mengenal hari dan jam. Konsumsi bahan bakar semakin tak terbendung karena masing-masing orang membutuhkannya. Meninggalnya Anisa, mahasiswi Fakultas Ilmu Keperawatan UI, menurut Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Sudaryatmo, bukan sekadar dugaan kejahatan di angkutan umum, namun akar masalahnya adalah tidak ada pembinaan dari pemerintah dan pengelolaan angkutan umum tidak pernah beres. Sudah sekian kali ada korban, tetapi tidak ada tindakan tegas dari pemerintah sebagai regulator yang seharusnya melakukan pengawasan terhadap semua pengelola atau operator angkutan umum. Seleksi ketat sopir Salah satu akar kondisi layanan angkutan umum yang buruk ialah perilaku sopir angkutan itu sendiri. Selama ini tidak pernah dilakukan seleksi yang ketat terhadap sopir angkutan umum. Padahal di tangan pengemudi inilah ujung tombak layanan di lapangan. Selain itu, di tangan sopir ini pula keselamatan penumpang dipertaruhkan. Di samping sistem setoran yang perlu diperhatikan, karena ini membuat sopir angkutan berperilaku seenaknya yang terkadang tidak memperhatikan keselamatan penumpang itu sendiri. Perlu ada pengawasan pemerintah dengan memberikan syarat dan sanksi yang mengikat kepada para pemilik angkutan umum. Di samping itu, perlu ada wadah bagi para pemilik angkutan umum seperti koperasi agar mereka tidak hanya menerima setoran dari pengemudinya, tanpa ada tanggungjawab pengawasan layanan yang baik terhadap penumpangnya. Sistem setoran ini sering dipakai sebagai pembenaran para sopir angkutan umum untuk berbuat ugal-ugalan di jalanan. Bagi perusahan angkutan umum, bentuk perhimpunan pengusaha atau koperasi. Mereka dengan enteng bisa melakukan subkontrak pada sopir tembak, yang penting bisa memenuhi setorannya Inilah yang memberi peluang sopir berbuat apa saja, termasuk tindak kriminal. Sekali pun ada kewajiban sopir berpakaian seragam dan pakai kartu pengenal, ini hanya diperlukan sewaktu-waktu ada razia. Akar masalah lainnya ialah penerapan UU No.22 Tahun 2009 yang mewajibkan tiap angkutan umum dikelola badan hukum, bukan perorangan. Organisasi angkutan umum harus memiliki pool sendiri, bengkel dengan standar khusus, dan sopir dengan SIM sesuai aturan. Selain itu, harus mematuhi Keputusan Menteri Perhubungan No 35/2003 yang menetapkan perusahan angkutan umum ikut bertangungjawab atas kerugian yang diakibatkan orang yang dipekerjakan yakni sopirnya. *****

BAB 1 PENDAHULUAN. Transportasi merupakan komponen utama dalam sistem kehidupan, sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Transportasi merupakan komponen utama dalam sistem kehidupan, sistem BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan komponen utama dalam sistem kehidupan, sistem pemerintahan, dan sistem kemasyarakatan. Transportasi juga sebagai dasar untuk pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Jakarta Barat merupakan bagian dari Provinsi DKI Jakarta yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kota Jakarta Barat merupakan bagian dari Provinsi DKI Jakarta yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi DKI Jakarta merupakan wilayah ibukota Negara Indonesia sebagai pusat dari pemerintahan, perdagangan, perindustrian, pendidikan dan kebudayaan. Kota Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angkutan kota adalah salah satu alat transportasi publik yang menyediakan jasa pelayanan angkut penumpang dari satu tempat ke tempat lain yang masih berada dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem setoran pada angkutan umum transportasi massa seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem setoran pada angkutan umum transportasi massa seperti BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem setoran pada angkutan umum transportasi massa seperti angkot/angkutan perkotaan, Bis/Bus, taksi/taxi, Ojek, becak, dan lain sebagainya adalah suatu sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan. 1

BAB I PENDAHULUAN. tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angkutan adalah perpindahan orang dan atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan. 1 Angkutan umum memang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perempuan. Dari catatan Komnas Perempuan, yang dimuat pada harian Kompas

BAB I PENDAHULUAN. perempuan. Dari catatan Komnas Perempuan, yang dimuat pada harian Kompas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindakan kekerasan terhadap wanita adalah fenomena sosial yang sering kali terdengar di telinga masyarakat dan sudah lama terjadi. Baru-baru ini menjadi topik hangat

Lebih terperinci

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II Ada banyak hal yang termasuk kategori pelanggaran lalu lintas yang diatur dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009. Dan sudah seharusnya masyarakat mengetahui jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transportasi. Menurut Morlok (1991) transportasi adalah suatu proses pergerakan atau

BAB I PENDAHULUAN. transportasi. Menurut Morlok (1991) transportasi adalah suatu proses pergerakan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Transportasi telah menjadi kebutuhan dasar bagi manusia, karena semua aktivitas

Lebih terperinci

1 LATAR 3 TEMUAN 7 KETIDAKMAMPUAN

1 LATAR 3 TEMUAN 7 KETIDAKMAMPUAN Daftar isi TERLANGGARNYA HAK PEREMPUAN ATAS RASA AMAN Hasil Pemantauan Hak Perempuan atas Rasa Aman di Transportasi Publik hal : 1 LATAR BELAKANG 3 TEMUAN PEMANTAUAN PEREMPUAN 7 KETIDAKMAMPUAN NEGARA MENJAMIN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PERIZINAN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PERIZINAN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PERIZINAN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pembinaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel. optimalisasi proses pergerakan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel. optimalisasi proses pergerakan tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem tranportasi memiliki satu kesatuan definisi yang terdiri atas sistem, yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor transportasi merupakan salah satu subsektor penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor transportasi merupakan salah satu subsektor penting dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sektor transportasi merupakan salah satu subsektor penting dalam pembangunan ekonomi. Buruknya pembangunan subsektor transportasi akan menghambat roda

Lebih terperinci

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 273 (1) Setiap penyelenggara Jalan yang tidak dengan segera dan patut memperbaiki Jalan yang rusak yang mengakibatkan Kecelakaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nyawa korbannya. Kasus perampasan kendaraan ini diawali dari kota Depok

BAB I PENDAHULUAN. nyawa korbannya. Kasus perampasan kendaraan ini diawali dari kota Depok BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Tahun 2015 diawali dengan merebaknya kasus perampasan secara sadis yang tidak hanya merampas kendaraan bermotor tetapi juga seringkali merenggut nyawa korbannya.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG,

PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, 1 WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : a. bahwa angkutan jalan sebagai salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Manusia sebagai Makhluk Mobile Pada dasarnya manusia memiliki sifat nomaden atau berpindah tempat. Banyak komunitas masyarakat yang suka berpindah-pindah tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia yang sangat banyak hukum di Indonesia harus ditegakkan dengan sebaik mungkin. Hukum di Indonesia

Lebih terperinci

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Lalu lintas adalah gerak kendaraan, orang, dan hewan di jalan;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, saat ini aktivitas kehidupan manusia telah mencapai taraf kemajuan semakin kompleks

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JAKARTA, BOGOR, DEPOK, TANGERANG DAN BEKASI NOMOR : SK.57/AJ.206/BPTJ-2017

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JAKARTA, BOGOR, DEPOK, TANGERANG DAN BEKASI NOMOR : SK.57/AJ.206/BPTJ-2017 KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JAKARTA, BOGOR, DEPOK, TANGERANG DAN BEKASI NOMOR : SK.57/AJ.206/BPTJ-2017 TENTANG PENGOPERASIAN ANGKUTAN ORANG DENGAN MENGGUNAKAN TAKSI JABODETABEK DARI BANDAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan pulang-pergi dengan menggunakan sepeda motor setiap harinya.

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan pulang-pergi dengan menggunakan sepeda motor setiap harinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepeda motor adalah salah satu alat transportasi yang sedang banyak digemari oleh masyarakat di indonesia. Dari tahun ke tahun jumlah pengendara sepeda motor mengalami

Lebih terperinci

Jurnal Kalibrasi Sekolah Tinggi Teknologi Garut Jl. Mayor Syamsu No. 1 Jayaraga Garut Indonesia

Jurnal Kalibrasi Sekolah Tinggi Teknologi Garut Jl. Mayor Syamsu No. 1 Jayaraga Garut Indonesia EFEKTIFITAS PENGGUNAAN FASILITAS JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG (JPO) (STUDI KASUS PADA FASILITAS JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG DI JL. SOEKARNO HATTA BANDUNG) Edy Supriady Koswara 1, Roestaman, 2 Eko Walujodjati

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK. 75/AJ.601/DRJD/2003. Tentang PENYELENGGARAAN POOL DAN AGEN PERUSAHAAN OTOBUS (PO)

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK. 75/AJ.601/DRJD/2003. Tentang PENYELENGGARAAN POOL DAN AGEN PERUSAHAAN OTOBUS (PO) KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK. 75/AJ.601/DRJD/2003 Tentang PENYELENGGARAAN POOL DAN AGEN PERUSAHAAN OTOBUS (PO) DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kajian mengenai rasa takut menjadi korban kejahatan (fear of crime) telah

I. PENDAHULUAN. Kajian mengenai rasa takut menjadi korban kejahatan (fear of crime) telah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kajian mengenai rasa takut menjadi korban kejahatan (fear of crime) telah banyak dilakukan dengan fokus pada beragam jenis kejahatan. Mengenai hal ini Hale dalam (Gadd

Lebih terperinci

BAB 4 KARAKTERISTIK DAN PREFERENSI PENGGUNA POTENSIAL KA BANDARA SOEKARNO-HATTA

BAB 4 KARAKTERISTIK DAN PREFERENSI PENGGUNA POTENSIAL KA BANDARA SOEKARNO-HATTA BAB 4 KARAKTERISTIK DAN PREFERENSI PENGGUNA POTENSIAL KA BANDARA SOEKARNO-HATTA Bab ini berisi analisis mengenai karakteristik dan preferensi pengguna mobil pribadi, taksi, maupun bus DAMRI yang menuju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sektor transportasi merupakan hal yang sangat mutlak dibutuhkan terutama oleh negara yang sedang berkembang. Karena transportasi menjadi nadi perkembangan suatu negara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta, selain sebagai pusat pemerintahan Indonesia, adalah pusat ekonomi dan sumber kehidupan bagi masyarakat di sekitarnya. Perkembangan ekonomi Jakarta menarik

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALEMBANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka efektifitas dan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG IJIN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM DI KABUPATEN MURUNG RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MURUNG

Lebih terperinci

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU BAB IV PENGAMATAN PERILAKU 3.1 Studi Banding Pola Perilaku Pengguna Ruang Publik Berupa Ruang Terbuka Pengamatan terhadap pola perilaku di ruang publik berupa ruang terbuka yang dianggap berhasil dan mewakili

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. transportasi pribadi bagi kehidupan sehari-hari mereka. Transportasi

BAB 1 PENDAHULUAN. transportasi pribadi bagi kehidupan sehari-hari mereka. Transportasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu faktor umum dalam keberlangsungan pembangunan masyarakat Indonesia. Masyarakat era modern saat ini menggunakan moda transportasi umum

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 108 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DENGAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM TIDAK DALAM TRAYEK

Lebih terperinci

-2- Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

-2- Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.494, 2016 KEMENHUB. Angkutan Bermotor. Pencabutan. Orang. Kendaraan PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 32 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 2 TAHUN 2008 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.653/AJ.202/DRJD/2001 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ANGKUTAN SEWA

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.653/AJ.202/DRJD/2001 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ANGKUTAN SEWA KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.653/AJ.202/DRJD/2001 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ANGKUTAN SEWA Direktur Jenderal Perhubungan Darat, Menimbang : a. Bahwa pelayanan angkutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Urbanisasi merupakan fenomena yang dialami oleh kota-kota besar di Indonesia khususnya. Urbanisasi tersebut terjadi karena belum meratanya pertumbuhan wilayah terutama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berdasarkan UU No.2 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan angkutan umum adalah angkutan dengan penggunaan kendaraan dari satu tempat ke tempat

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

KEMUNGKINAN PENERAPAN SISTEM BUY THE SERVICE PADA ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: TRI WURI ANGGOROWATI L2D

KEMUNGKINAN PENERAPAN SISTEM BUY THE SERVICE PADA ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: TRI WURI ANGGOROWATI L2D KEMUNGKINAN PENERAPAN SISTEM BUY THE SERVICE PADA ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: TRI WURI ANGGOROWATI L2D 306 025 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 4 TAHUN 2008 IZIN USAHA ANGKUTAN DAN IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 4 TAHUN 2008 IZIN USAHA ANGKUTAN DAN IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 4 TAHUN 2008 IZIN USAHA ANGKUTAN DAN IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA, Menimbang : a. bahwa untuk menjaga terjaminnya kelangsungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Angkutan umum sebagai salah satu moda transportasi untuk melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Angkutan umum sebagai salah satu moda transportasi untuk melakukan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angkutan umum sebagai salah satu moda transportasi untuk melakukan perjalanan banyak mengalami perubahan dari sisi jumlah tetapi tidak diimbangi dengan kualitas pelayanannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komponen lalu lintas yang sangat penting terutama di perkotaan.

BAB I PENDAHULUAN. komponen lalu lintas yang sangat penting terutama di perkotaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Padatnya pertumbuhan penduduk di perkotaan menambah semakin banyaknya tingkat transportasi yang ada. Transportasi merupakan sektor pendukung dalam setiap aktivitas

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TAWURAN DAN PENGGUNAAN KENDARAAN BERMOTOR BAGI PESERTA DIDIK DI KABUPATEN PURWAKARTA BUPATI PURWAKARTA, Menimbang :

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN TAKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota, terutama di kota besar yang memiliki banyak aktivitas dan banyak penduduk. Selain itu sistem

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2005 T E N T A N G PERIZINAN ANGKUTAN DI KABUPATEN BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pembinaan,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG T E R M I N A L DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjalan beriringan, terlebih di Daerah Istimewa Yogyakarta. Arus perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. berjalan beriringan, terlebih di Daerah Istimewa Yogyakarta. Arus perekonomian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian suatu dan transportasi daerah adalah satu kesatuan yang berjalan beriringan, terlebih di Daerah Istimewa Yogyakarta. Arus perekonomian di daerah-daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 atau 17 tahun dan akhir masa remaja bermula dari 16 atau 17 tahun sampai 18 tahun,

Lebih terperinci

BUPATI BULUNGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PERIZINAN ANGKUTAN

BUPATI BULUNGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PERIZINAN ANGKUTAN SALINAN BUPATI BULUNGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PERIZINAN ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pembinaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu berdasarkan beberapa indikasi, seperti jumlah kelahiran penduduk dan

BAB I PENDAHULUAN. itu berdasarkan beberapa indikasi, seperti jumlah kelahiran penduduk dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tangerang Kota merupakan kota terbesar di Provinsi Banten serta ketiga terbesar di kawasan perkotaan Jabodetabek setelah Jakarta. Sebagai kota penyangga Ibu Kota DKI

Lebih terperinci

[Oleh Ujang Dede Lasmana dari Buku berjudul Survival DiSaat dan Pasca Bencana Edisi 2]

[Oleh Ujang Dede Lasmana dari Buku berjudul Survival DiSaat dan Pasca Bencana Edisi 2] BERADA DI TENGAH-TENGAH AKSI TERORISME i [Oleh Ujang Dede Lasmana dari Buku berjudul Survival DiSaat dan Pasca Bencana Edisi 2] Bukanlah hal yang diduga bila suatu waktu anda tiba-tiba berada di tengah-tengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada era modern seperti sekarang ini, alat transportasi merupakan suatu kebutuhan bagi setiap individu. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendukung perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Armandha Redo Pratama, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Armandha Redo Pratama, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ruang merupakan kajian ilmu geografi yang meliputi seluruh aspek darat, laut maupun udara. Alasan mengapa ruang menjadi kajian dari geografi, karena ruang merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Transportasi menyangkut pergerakan orang dan barang pada hakekatnya telah dikenal

I. PENDAHULUAN. Transportasi menyangkut pergerakan orang dan barang pada hakekatnya telah dikenal I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi menyangkut pergerakan orang dan barang pada hakekatnya telah dikenal secara alamiah semenjak manusia ada di bumi, meskipun pergerakan atau perpindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencakup benda hidup dan benda mati dari satu tempat ke tempat lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. mencakup benda hidup dan benda mati dari satu tempat ke tempat lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi adalah proses memindahkan suatu benda hidup mencakup benda hidup dan benda mati dari satu tempat ke tempat lainnya. Kegiatan transportasi ini membutuhkan

Lebih terperinci

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA SOAL TENTIR UAS ASAS-ASAS HUKUM PIDANA JUMAT, 20 MEI 2016 SOAL KASUS Tasya (17) merupakan seorang mahasiswi baru sebuah universitas di Depok. Setiap hari, ia pergi-pulang dari rumahnya di daerah Jakarta

Lebih terperinci

DALAM DAERAH KABUPATEN BERAU.

DALAM DAERAH KABUPATEN BERAU. LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN : 2005 NOMOR : 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL TRANSPORTASI JALAN DALAM DAERAH KABUPATEN BERAU. DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Marlok (1981), transportasi berarti memindahkan atau. mengangkut sesuatu dari satu tempat ke tempat yang lain.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Marlok (1981), transportasi berarti memindahkan atau. mengangkut sesuatu dari satu tempat ke tempat yang lain. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Arti Transportasi Menurut Warpani (1990), transportasi atau perangkutan adalah kegiatan perpindahan orang dan barang dari satu tempat (asal) ke tempat lain (tujuan) dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Dengan melakukan analisis data ini, maka data sudah dapat dibaca dan berguna dalam

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Dengan melakukan analisis data ini, maka data sudah dapat dibaca dan berguna dalam BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Penyajian Data Penelitian Pada bab ini, setelah semua data terkumpul maka dilakukan analisis data. Dengan melakukan analisis data ini, maka data sudah dapat dibaca dan berguna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2

BAB I PENDAHULUAN. (On-line),  (29 Oktober 2016). 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengaruh era globalisasi di segala bidang kehidupan berbangsa dan bernegara di masa kini tidak dapat terelakkan dan sudah dirasakan akibatnya, hampir di semua negara,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Penerapan konsep noodweer exces dalam kasus penganiayaan atas dasar

BAB V PENUTUP. 1. Penerapan konsep noodweer exces dalam kasus penganiayaan atas dasar BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Bahwa berdasarkan analisis yang diuraikan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Penerapan konsep noodweer exces dalam kasus penganiayaan atas dasar pembelaan

Lebih terperinci

WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN IZIN TRAYEK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN IZIN TRAYEK LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN TAHUN 2007 No. 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Oleh : COCOS NUSI VERA NPM

Oleh : COCOS NUSI VERA NPM MINAT MASYARAKAT DALAM MENGGUNAKAN BUS KOTA DAMRI KHUSUS WANITA DI SURABAYA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah dilakukan analisa data dan pembahasannya, maka dapat diketahui tingkat kesesuaian antara kepentingan dan kepuasan responden, tingkat kesenjangan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan yang berdiri pasti pernah mengalami krisis, entah itu krisis

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan yang berdiri pasti pernah mengalami krisis, entah itu krisis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan yang berdiri pasti pernah mengalami krisis, entah itu krisis yang disebabkan oleh internal maupun eksternal, entah itu krisis yang diakibatkan

Lebih terperinci

HASIL WAWANCARA DENGAN DINAS PERHUBUNGAN

HASIL WAWANCARA DENGAN DINAS PERHUBUNGAN HASIL WAWANCARA DENGAN DINAS PERHUBUNGAN Tanggal : 25-03-2013 : Harwanto 1. Berapa banyak pengaduan kasus pelecehan seksual selama tahun 2012? Jawab: Tidak banyak pengaduan terhadap kasus pelecehan seksual,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DENGAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM TIDAK DALAM TRAYEK

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DENGAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM TIDAK DALAM TRAYEK PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DENGAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM TIDAK DALAM TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Transportasi Massal di Kota Bandung Salah satu kriteria suatu kota dikatakan kota modern adalah tersedianya sarana dan prasarana transportasi yang memadai bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjang kegiatan sehari-hari adalah sektor jasa transportasi. Transportasi

BAB I PENDAHULUAN. menunjang kegiatan sehari-hari adalah sektor jasa transportasi. Transportasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sektor jasa yang memiliki peranan yang cukup vital dalam menunjang kegiatan sehari-hari adalah sektor jasa transportasi. Transportasi merupakan sarana mobilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih dan terus

BAB I PENDAHULUAN. dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih dan terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Status dan kondisi anak Indonesia adalah paradoks. Secara ideal, anak adalah pewaris dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih

Lebih terperinci

SUBDIT PEMBINAAN LINGKUNGAN KAMPUS (PLK)

SUBDIT PEMBINAAN LINGKUNGAN KAMPUS (PLK) SUBDIT PEMBINAAN LINGKUNGAN KAMPUS (PLK) Keamanan & Ketertiban Keselamatan & Green Campus Kesehatan Kerja SUBDIT PEMBINAAN LINGKUNGAN KAMPUS Subdit Pembinaan Lingkungan Kampus (PLK) Dipresentasikan dalam

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 15 SERI E

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 15 SERI E BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 15 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM ANGKUTAN UMUM MASSAL (SAUM) DI KOTA BOGOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN : 2005 NOMOR : 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL TRANSPORTASI JALAN DALAM DAERAH KABUPATEN BERAU. DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Subdit Pembinaan Lingkungan Kampus (PLK)

Subdit Pembinaan Lingkungan Kampus (PLK) Keamanan & Ketertiban Keselamatan & Kesehatan Kerja Green Campus Subdit Pembinaan Lingkungan Kampus (PLK) SUBDIT PEMBINAAN LINGKUNGAN KAMPUS Dipresentasikan dalam PSAU bagi Mahasiswa Baru Agustus 2013

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: UU 22-2009 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 49, 1992 (ADMINISTRASI. PERHUBUNGAN. Kendaraan. Prasarana. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan wanita yang dianggap masih lemah baik secara fisik maupun batin.

BAB I PENDAHULUAN. dan wanita yang dianggap masih lemah baik secara fisik maupun batin. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa ini perlindungan anak dan wanita sangat gencar-gencarnya dilakukan oleh pihak pemerintah maupun lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang fokus memperjuangkan

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP Konsep Bangunan Terhadap Tema.

BAB IV: KONSEP Konsep Bangunan Terhadap Tema. BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Bangunan Terhadap Tema Kawasan Manggarai, menurut rencana pemprov DKI Jakarta akan dijadikan sebagai kawasan perekonomian terpadu dengan berbagai kelengkapan fasilitas. Fasilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sarana dan prasarana pendukung salah satunya adalah sarana

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sarana dan prasarana pendukung salah satunya adalah sarana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi suatu negara atau daerah tidak terlepas dari pengaruh perkembangan sarana dan prasarana pendukung salah satunya adalah sarana transportasi. Transportasi

Lebih terperinci

FOKE-NARA ADJI-RIZA JOKOWI-AHOK HIDAYAT-DIDIK FAISAL-BIEM ALEX-NONO

FOKE-NARA ADJI-RIZA JOKOWI-AHOK HIDAYAT-DIDIK FAISAL-BIEM ALEX-NONO K E M A C E T A N FOKE-NARA ADJI-RIZA JOKOWI-AHOK HIDAYAT-DIDIK FAISAL-BIEM ALEX-NONO arus dibuat program Meneruskan sistem Otoritas transportasi jangka pendek dan Pola Transportasi jakarta (busway dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengembangan suatu wilayah, yaitu memudahkan interaksi antar wilayah yang akan membawa manfaat ekonomi dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bahwa : Tidak ada satupun lembaga kemasyarakatan yang lebih efektif di dalam. secara fisik tetapi juga berpengaruh secara psikologis.

I. PENDAHULUAN. bahwa : Tidak ada satupun lembaga kemasyarakatan yang lebih efektif di dalam. secara fisik tetapi juga berpengaruh secara psikologis. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan bagian masyarakat yang fundamental bagi kehidupan pembentukan kepribadian anak. Hal ini diungkapkan Syarief Muhidin (1981:52) yang mengemukakan

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak ada di Indonesia adalah sepeda motor. Di negara indonesia angka kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. banyak ada di Indonesia adalah sepeda motor. Di negara indonesia angka kepemilikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Di era globalisasi yang serba modern saat ini salah satu produk modern yang banyak ada di Indonesia adalah sepeda motor. Di negara indonesia angka kepemilikan sepeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terlepas dari yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terlepas dari yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terlepas dari yang namanya transportasi, transportasi sudah lama ada dan cukup memiliki peranannya dalam

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tenta

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tenta No.516, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Kendaraan Bermotor Umum Tidak dalam Trayek. Penyelenggaraan Angkutan Orang. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA SALINAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 22 TAHUN 2003 T E N T A N G PEMINDAHAN KENDARAAN BERMOTOR, KERETA TEMPELAN DAN KERETA GANDENGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan publik (Public Service) merupakan segala macam kegiatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan publik (Public Service) merupakan segala macam kegiatan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pelayanan publik (Public Service) merupakan segala macam kegiatan dalam berbagai bentuk pelayanan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar sesuai dengan hak-hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Kemacetan jalan-jalan di DKI Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Kemacetan jalan-jalan di DKI Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemacetan jalan-jalan di DKI Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) merupakan salah satu masalah terbesar pemerintah pusat dan daerah hingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ANGKUTAN UMUM 2.1.1 Komponen Sistem Angkutan Umum Pada sistem angkutan umum, terdapat tiga komponen utama yang mempunyai peran dan kepentingan tertentu dan seringkali saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. PT. Kereta Api Indonesia adalah sebuah perusahaan yang dikelola oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. PT. Kereta Api Indonesia adalah sebuah perusahaan yang dikelola oleh 14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah PT. Kereta Api Indonesia adalah sebuah perusahaan yang dikelola oleh negara yang bergerak di bidang transportasi, khususnya kereta api. Yang disebut kereta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebuah perusahaan kereta api merupakan suatu organisasi yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebuah perusahaan kereta api merupakan suatu organisasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebuah perusahaan kereta api merupakan suatu organisasi yang menyediakan jasa transportasi bagi manusia dan barang. Sejalan dengan pembangunan yang semakin pesat dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan manusia dalam membantu kegiatannya sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. digunakan manusia dalam membantu kegiatannya sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat dilepaskan dengan arus lalu lintas transportasi. Semua kebutuhan dan kegiatan yang dilakukan dalam pekerjaan sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tetapi sebaliknya, bila transportasi tidak ditata dengan baik maka mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Tetapi sebaliknya, bila transportasi tidak ditata dengan baik maka mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam tingkat pertumbuhan suatu wilayah. Wilayah yang mampu menata sarana dan prasarana dengan baik maka daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lalu lintas untuk mempermudah mobilitas masyarakat kota melalui sistem dan. maupun berpindah tempat untuk memenuhi kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN. lalu lintas untuk mempermudah mobilitas masyarakat kota melalui sistem dan. maupun berpindah tempat untuk memenuhi kebutuhannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dan perkembangan sebuah kota harus ditunjang dengan kelancaran lalu lintas untuk mempermudah mobilitas masyarakat kota melalui sistem dan pelayanan transportasi.

Lebih terperinci

BAB III KEJAHATAN PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR. A. Kejahatan Pencurian Dalam Perspektif Hukum Pidana dan Kriminologi

BAB III KEJAHATAN PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR. A. Kejahatan Pencurian Dalam Perspektif Hukum Pidana dan Kriminologi BAB III KEJAHATAN PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR A. Kejahatan Pencurian Dalam Perspektif Hukum Pidana dan Kriminologi Kejahatan yang makin marak terjadi akhir-akhir ini sangatlah bervariasi macam jenis dan

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 32 TAHUN 2017

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 32 TAHUN 2017 SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN TAKSI DAN ANGKUTAN SEWA KHUSUS MENGGUNAKAN APLIKASI BERBASIS

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada skripsi mengenai

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada skripsi mengenai BAB V KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada skripsi mengenai Profil Pengguna Jasa Transportasi Kereta Api Stasiun Rancaekek Kabupaten Bandung sebagai bab akhir dari penulisan skripsi

Lebih terperinci

perbaikan hidup berkeadilan sosial.

perbaikan hidup berkeadilan sosial. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara yang sedang berkembang di kawasan Asia Tenggara, bangsa Indonesia termasuk bangsa yang dikategoikan Negara dunia ketiga. Negara-negara

Lebih terperinci