ROGRAM KONSELING KARIR TRAIT AND FACTOR UNTUK MEREDUKSI KESULITAN MEMBUAT KEPUTUSAN KARIR PESERTA DIDIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ROGRAM KONSELING KARIR TRAIT AND FACTOR UNTUK MEREDUKSI KESULITAN MEMBUAT KEPUTUSAN KARIR PESERTA DIDIK"

Transkripsi

1 ROGRAM KONSELING KARIR TRAIT AND FACTOR UNTUK MEREDUKSI KESULITAN MEMBUAT KEPUTUSAN KARIR PESERTA DIDIK A. Rasional Membuat keputusan karir adalah bagian penting bagi individu untuk mencapai tujuan keberhasilan dalam berkarir. Proses membuat keputusan karir oleh peserta didik adalah bagian puncak dari perencanaan karir, hal ini sesuai dengan konsep kematangan karir Super (Sharf, 2010: 228). Agar peserta didik terhindar dari kesulitan membuat keputusan karir, hendaknya peserta didik memiliki kesiapan untuk terlibat pada proses membuat keputusan karir, memiliki informasi baik informasi tentang karakteristik diri maupun karakteristik pekerjaan dapat menghindarkan peserta didik dari konflik internal maupun konflik eksternal yang dapat mengakibatkan peserta didik mengalami kesulitan membuat keputusan karir. Ketepatan membuat keputusan karir terkait erat dengan pemahaman diri dan pengenalan lingkungan secara memadai, serta memadukan keduanya secara tepat pula. Untuk itu, peserta didik perlu memiliki keterampilan dalam memahami karateristik diri baik aspek jasmaniah maupun ruhaniah dan keterampilan mengenal lingkungan terutama peluang-peluang pekerjaan yang tersedia, serta keterampilan memadukan keduanya dalam perencanaan karir secara tepat. Kesulitan membuat keputusan karir adalah kesulitan-kesulitan yang muncul pada saat peserta didik mengikuti proses membuat keputusan karir. Menurut Super (Sharf, 1992: 158) pengambilan keputusan karir akan tepat manakala individu memiliki informasi atau pengetahuan tentang dunia kerja secara memadai. Di sini tampak jelas peran penting aktivitas pencarian informasi (information seeking) dalam proses membuat keputusan karir. Kesulitan membuat keputusan karir barkaitan erat dengan kurang kesiapan peserta didik untuk terlibat dalam proses membuat keputusan karir, kurangnya informasi sebagai dasar dalam menentukan pilihan jurusan atau pekerjaan, seperti

2 kurang pengetahuan tentang karakteristik diri, kurang pengetahuan dan kondisikondisi dalam bekerja, persyaratan pendidikan, pandangan terhadap pekerjaan, pendekatan-pendekatan untuk memasuki dunia kerja, dan kesempatan kerja yang dapat mengakibatkan peserta didik merasa informasi yang diterima tidak konseisten sehingga peseta didik menggantungkan pembuatan keputusan kaepada orang lain, dan bahkan membuat keputusan yang tidak sesuai dengan karakteristik dirinya sehingga keputusan yang dibuat oleh peserta didik tidak optimal. Dari hasil penelitian yang dilakukan kepada kelas XI SMA Negeri 3 Bandung tahun ajaran 2013/2014 didapatkan gambaran umum kesulitan membuat keputusan karir sebagai berikut. Sebanyak 71,65 % siswa kelas XI mengalami kesulitan membuat keputusan karir peserta didik berada pada kategori sedang. Sebanyak 13,03 % berada pada kategori tinggi, dan sebanyak 15,33 % berada pada kategori rendah. Data-data tersebut menegaskan siswa kelas XI SMA Negeri 3 Bandung sebagian besar mengalami kesulitan membuat keputusan karir pada kategori sedang menuju tinggi. Hal ini menunjukkan kesulitan membuat keputusan karir sudah menjadi gejala faktual yang ada dalam kehidupan perencanaan karir peserta didik. Dengan demikian fenomena kesulitan membuat keputusan karir peserta didik tidak bisa didiamkan begitu saja. Artinya semakin siswa mengalami kesulitan membuat keputusan karir, maka akan terhambat pula proses pembuatan keputusan karir dalam rangka perencanaan karir peserta didik. Berdasarkan fakta dan gambaran fenomena, diperlukan suatu upaya bantuan untuk peserta didik. Konseling karir merupakan salah satu jenis layanan dalam bimbingan karir yang memiliki fungsi strategis dalam membantu memecahkan permasalahan karir yang dihadapi konseli. Melalui proses konseling karir, diharapkan konseli dapat memutuskan dan mengembangkan rencana karirnya, serta bertanggung jawab atas segala konsekuensi dari keputusannya itu. Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan konseling karir trait and factor untuk mereduksi timgkat kesulitan membuat keputusan karir peserta didik. Trait and factor career counseling merupakan salah satu dari keseluruhan orientasi dalam proses psikologi vocational untuk

3 menggambarkan dan menjelaskan pembuatan keputusan karir berdasarkan kesesuaian antara individu dengan pekerjaan. Pendekatan ini amat dipandang tepat untuk membantu menurunkan tingkat kesulitan membuat keputusan karir peserta didik, asumsi ini didasarkan atas tiga prinsip utama dari pendekatan ini, yakni (1) didasarkan atas keunikan karakteristik psikologis setiap pekerja yang cocok dengan tipe pekerjaan yang sesuai, (2) kelompok pekerja, berbeda pekerjaannya berbeda pula karakteristik psikologis yang dimilikinya, (3) kesepakatan kesesuaian kerja antara karakteristik pekerja dan tuntutan pekerjaan. Secara lebih lengkap Parsons (Sharf, 2010: 28) menjelaskan bahwa dalam memilih pekerjaan peserta didik akan mengandalkan: (1) pemahaman terhadap diri, meliputi attitudes (sikap), abilities (kemampuan), interests (minat), ambitions (ambisi atau impian), resource limitations (keterbatasan sumber daya), dan causes (penyebab). (2) pengetahuan tentang persyaratan dan kondisi keberhasilan, keuntungan dan kerugian, kompensasi, peluang, dan prospek dari pekerjaan, (3) kemampuan mengintegrasikan antara informasi tentang diri dan informasi tentang dunia kerja. Konseling karir trait and factor berguna untuk membantu konseli memahami karakteristik dirinya, karakteristik pekerjaan, serta hubungan antara keduanya, sehingga dalam hal ini konselor berperan membantu konseli untuk memahami karakteristik diri meliputi bakat-bakat yang ada pada dirinya, menelusuri jurusan atau pekerjaan yang diminati, menyampaikan informasi tentang dunia kerja, menyampaikan cara mendapatkan informasi tembahan tentang dunia kerja, dan membantu pesrta didik untuk menentukan pilihan karirnya berdasarkan informasi-informasi tersebut. Sehingga di harapkan tingkat kesulitan pada setiap indikator kesulitan membuat keputusan karir menurun. Keberhasilan individu menekuni karir sepanjang perjalanan hidupnya terkait erat dengan ketepatan membuat keputusan karir. Oleh karena itu, proses membuat keputusan karir perlu dilakukan peserta didik secara konsisten dan sistematis agar keputusan yang dihasilkan bermakna bagi kesuksesan karirnya di masa mendatang.

4 Kesuksesan dan kepuasan dalam berkarir dapat diraih individu manakala karir yang ditekuninya itu sesuai dengan konfigurasi orientasi karakteristik diri dan karakteristik pekerjaan yang cocok. Ini berarti bahwa pencapaian karir itu pada dasarnya merupakan upaya mencari kesesuaian antara karakteristik diri dan karakteristik pekerjaan yang diminati. Untuk mencapai kondisi seperti itu, maka pendekatan konseling karir trait and factor merupakan alternatif yang paling tepat untuk mengintervensi peserta didik dalam menurunkan tingkat kesulitan membuat keputusan karirnya. B. Deskripsi Kebutuhan Berdasarkan hasil penyebaran instrumen pada tahap awal (pre test) terhadap peserta didik kelas XI SMA Negeri 3 Bandung menghasilkan gambaran umum kesulitan membuat keputusan karir yang dialami peserta didik, yakni sebanyak 13,03 % berada pada kategori tinggi, sebanyak 71,65 % siswa mengalami kesulitan membuat keputusan karir pada kategori sedang, dan sebanyak 15,33 % berada pada kategori rendah. Sedangkan gambaran kesulitan membuat keputusan karir pada setiap indikatornya disajiakan pada tabel sebagai berikut: Tabel 1.1 Profile Kesulitan Membuat Keputusan Karir Siswa XI SMA Negeri 3 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 No. Aspek Indikator Persentase 1. kurang kesiapan 1.1 Kurang dorongan untuk terlibat dalam 48,54 % untuk terlibat dalam proses membuat keputusan karir proses membuat 1.2 tidak tegas dalam membuat keputusan karir 50,51 % keputusan karir 1.3 Disfungsional mitos 40,68 % (lack of readiness) 1.4 kurang pengetahuan tentang langkahlangkah membuat keputusan karir 55,80 % 2. kurang informasi 2.1 kurang informasi tentang diri 52,44 % (lack of information) 2.2 kurang informasi tentang alternatif 52,32 % pekerjaan 2.3 kurang informasi tentang cara mendapatkan 55,68 % informasi tambahan

5 3. informasi yang tidak 3.1 Informasi yang tidak di percaya meliputi 49,45 % konsisten informasi tentang preferensi, kapabilitas, dan (inconsistent pilihan pekerjaan yang relevan information) 3.2 Konflik yang bersumber dari dalam diri 57,90 % 3.3 Konflik yang melibatkan orang lain 47,83 % (significant other). Tabel 1.1 menunjukkan tingkatan pencapaian kesulitan membuat keputusan karir yang dialami peserta didik kelas XI SMA Negeri 3 Bandung. Setiap indiktor kesulitan membuat keputusan karir menunjukkan pada kategori sedang menuju tinggi, artinya dari setiap indikator kesulitan tersebut perlu mendapatkan penanganan yang mengarah kepada penurunan tingkat kesulitan pada setiap indikatornya. Dengan prinsip setiap peserta didik membutuhkan dorongan untuk terlibat dalam proses membuat keputusan karir, memiliki ketegasan dalam membuat keputusan karir, terhindar dari disfungsional mitos, memiliki pengetahuan tentang langkah-langkah membuat keputusan karir, memahami karakteristik diri, memiliki informasi tentang alternatif pekerjaan, memiliki informasi tentang cara mendapatkan informasi tambahan, memiliki pemahaman tentang preferensi, kapabilitas, dan pilihan pekerjaan yang relevan, terhindar dari konflik internal dan konflik eksternal. C. Tujuan Secara umum, tujuan program konseling karir trait and factor adalah untuk membantu menurunkan tingkat kesulitan membuat keputusan karir peserta didik berdasarkan konfigurasi orientasi karakteristik diri dan karakteristik pekerjaan yang cocok. Secara khusus, tujuan penerapan model konseling karir trait and factor ini agar konseli memiliki kemampuan sebagai berikut. 1. Memiliki dorongan untuk terlibat dalam proses membuat keputusan karir. 2. Tegas dalam membuat keputusan karir. 3. Terhindar dari disfungsional mitos. 4. Memiliki pengetahuan tentang langkah-langkah membuat keputusan karir. 5. Memahami karakteristik diri. 6. Memiliki informasi tentang alternatif pekerjaan.

6 7. Memiliki informasi tentang cara mendapatkan informasi tambahan. 8. Memiliki pemahaman tentang preferensi, kapabilitas, dan pilihan pekerjaan yang relevan. 9. Terhindar dari konflik internal. 10. Terhindar dari konflik eksternal. D. Asumsi Intervensi Asumsi berikut menjadi acuan pokok dalam merancang program konseling karir trait and factor dalam mereduksi kesulitan membuat keputusan karir peserta didik. 1. Intervensi karir dipahami sebagai hal yang dapat diterapkan sepanjang hayat (Super dalam Jean Guichard, 2003). Proses perkembangan karir dipandang sebagai suatu transisi dalam pengalaman hidup individu, baik yang berkenaan dengan pengalaman sekolah, pekerjaan atau pun pengalaman pribadi yang lainnya. 2. Kesulitan membuat keputusan karir adalah kesulitan-kesulitan yang muncul pada saat peserta didik membuat keputusan karir dalam rangka upaya perancanaan karir. 3. Konseling karir trait and factor sangat mengutamakan pemahaman peserta didik tentang karakteristik diri, karakteristik pekerjaan, dan hubungan antara keduanya, sehingga diharapkan peserta didik terhindar dari kesulitan membuat keputusan karir dan mampu membuat keputusan secara tepat. 4. Model konseling karir trait and factor merupakan suatu upaya kolaboratif antara konselor-konseli. Peran utama konselor adalah memberi perhatian (attending) dengan mengamati dan mendengarkan konseli melalui bahasa verbal dan non-verbal, merespon (responding) isi untuk memperjelas pengalaman penting dan perasaan konseli, serta merespon makna atas isi dan perasaan konseli tersebut, mempersonalisasikan (personalizing) tema umum, pengalaman, implikasi, masalah dan tujuan konseli, dan menginisaiasi (initiating) pembuatan keputusan karir konseli berdasarkan konfigurasi

7 pemahan tentang diri, pemahaman tentang pekerjaan, dan hubungan natara keduanya. E. Prosedur Konseling Karir Trait and Factor Prosedur konseling karir trait and factor dalam mereduksi kesulitan membuat keputusan karir peserta didik adalah sebagai berikut: 1. Tahap pertama: memperoleh pemahaman diri (Gaining Self Understanding). Pada tahap ini konseli diminta untuk mengikuti tes psikologis sebagai langkah asessmen kemampuan, minat, dan bakat-bakat khusus yang dimiliki. Setelah memperoleh gambaran hasil tes, konselor membantu menjelaskan interpretasi dari hasil tes tersebut dalam rangka membantu konseli memahami karakteristik diri. 2. Tahap kedua: memperoleh pengetahuan tentang dunia pekerjaan (Obtaining Knowledge About The World of Work). Pada tahap ini konselor membantu menyampaikan informasi tentang pekerjaan dan pendidikan lanjutan. 3. Tahap ketiga: mengintegrasikan informasi tentang diri dengan dunia kerja (Integrating Information About One s Self and The World of Work). Arah dari tahap akhir ini yaitu bertambahnya kesadaran dan pemahaman konseli tentang dirinya dan tentang dunia kerja sehingga konseli terhindar dari kesulitan membuat keputusan karir dan dapat membuat keputusan karir secara benar. F. Langkah-Langkah Implementasi Program Konseling Trait and Factor Untuk Mereduksi Kesulitan Membuat Keputusan Karir Peserta Didik Langkah-langkah program di implementasikan melalui beberapa langkah sebagai berikut: 1. Asesmen dan Diagnosis (Pre-Test)

8 Asesmen dan diagnosis ditahap awal bertujuan untuk memperoleh data tentang kondisi konseli yang akan ditangani. Pada langkah ini dilakukan kegiatan sebagai berikut. a. Penyebaran instrumen kesulitan membuat keputusan karir peserta didik untuk mengumpulkan informasi mengenai tingkat kesulitan membuat keputusan karir peserta didik kelas XI SMA Negeri 3 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014. b. Penentuan subyek intervensi peserta didik yang mengalami kesulitan membuat kesulitan karir pada kategori tinggi yang kemudian dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen yang diberi perlakuan intervensi dengan program konseling karir trait and factor, dan kelompok kontrol yang hanya diberi perlakuan intervensi dengan program bimbingan dan konseling. c. Melakukan kontrak konseling dengan konseli supaya konseli mampu berkomitmen untuk mengikuti proses konseling dari tahap awal sampai tahap akhir. 2. Proses Konseling Karir Trait and Factor Untuk Mereduksi Kesulitan Membuat Keputusan Karir Setiap sesi intervensi mencakup tahapn yang terdapat dalam pendekatan konseling karir trait and factor, yaitu sebagai berikut: a. Tahap pertama: memperoleh pemahaman diri (Gaining Self Understanding). Pada tahap ini konseli diminta untuk mengikuti tes psikologis sebagai langkah asessmen kemampuan, minat, dan bakat-bakat khusus yang dimiliki. Setelah memperoleh gambaran hasil tes, konselor membantu menjelaskan interpretasi dari hasil tes tersebut dalam rangka membantu konseli memahami karakteristik diri. b. Tahap kedua: memperoleh pengetahuan tentang dunia pekerjaan (Obtaining Knowledge About The World of Work). Pada tahap ini konselor membantu menyampaikan informasi tentang pekerjaan dan pendidikan lanjutan. c. Tahap ketiga: mengintegrasikan informasi tentang diri dengan dunia kerja (Integrating Information About One s Self and The World of Work). Arah dari

9 tahap akhir ini yaitu bertambahnya kesadaran dan pemahaman konseli tentang dirinya dan tentang dunia kerja sehingga konseli terhindar dari kesulitan membuat keputusan karir dan dapat membuat keputusan karir secara benar. 3. Hasil (Post-Test) Konseling Karir Trait and Factor Untuk Mereduksi Kesulitan Membuat Keputusan Karir Hasil atau post-test ditahap akhir bertujuan memperoleh data tentang kondisi konseli setelah mengikuti rangkaian intervensi. Pada langkah ini dilakukan sebagai berikut. a. Penyebaran angket kesulitan membuat keputusan karir peserta didik pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengumpulkan informasi mengenai tingkat kesulitan membuat keputusan karir peserta didik kelas XI SMA Negeri 3 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 setelah dilakukan intervensi. b. Membandingkan hasil post-test kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. G. Sasaran Intervensi Konseli yang menjadi subjek intervensi model konseling karir ini adalah 15 orang peserta didik kelas XI berdasarkan pencapaian skor kesulitan membuat keputusan karir yang tinggi pada peserta didik SMA Negeri 3 Bandung tahun ajaran 2013/2014. H. Struktur dan Isi Intervensi Model konseling karir trait and factor dirancang enam sesi pertemuan untuk semua konseli.

10 Sesi Pertama Sesi pertama, konseli dipandu untuk mengeksplorasi minat, dalam hal ini konseli dibantu untuk mengenali minat setelah lulus sekolah apakah ingin melanjutkan studi atau bekerja, jika melanjutkan studi ke jurusan apa dan universitas apa, jika bekerja ingin memilih pekerjaan dalam bidang apa. Tahap ini merupakan langkah diagnosis atau pengumpulan informasi. Kemudian konseli di pandu untuk mengeksplorasi impian yang dimilki, dan menganalisis keterbatasan sumber daya yang dimiliki, dan menganalisis penyebabnya. Tahap ini adalah tahapan konseptualisasi minat yang mengarahkan konseli menentukan pekerjaan dan pendidikan lanjutan yang diminati. Hasil pada sesi ini adalah minat peserta didik yang terwujud dalam tujuan dan impian tentang universitas dan pekerjaan yang akan dimasuki setelah selesai studi di SMA Negeri 3 Bandung. Sesi Kedua Sesi kedua, konseli diajak untuk memahami karakteristik diri atau modalitas yang dimiliki berdasarkan hasil tes psikologis yang sudah pernah dilaksanakan. Sesi ini sangat penting dalam rangkan membantu konseli memahami dirinya secara utuh. Setelah pada sesi pertama peserta didik menentukan minat universitas dan pekerjaan yang dimasuki setelah lulus dari SMA Negeri 3 Bandung, pada sesi ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan kembali universitas atau pendidikan lanjutan dan pekerjaan yang menjadi tujuannya. Kemudian konselor menjelaskan hasil interpretasi tes psikologis khususnya bakat-bakat yang dimiliki oleh peserta didik tersebut yang menunjang untuk pendidikan lanjutan atau pekerjaan yang diminatinya. Artinya pada tahapan ini konselor memberikan penguatan bakat-bakat yang dibutuhkan untuk berhasil atau sukses didalam pendidikan lanjutan atau pekerjaan. Hasil dari sesi kedua ini peserta didik memahami bakat-bakat yang menunjang untuk pendidikan lanjutan dan pekerjaan yang diminati.

11 Sesi Ketiga Sesi ketiga, sesi ini peserta didik melakukan pencarian informasi tentang karakteristik pendidikan lanjutan dan pekerjaan yang telah diminatinya. Kemudian konselor membantu konseli untuk mendapatkan informasi tantang pendidikan lanjutan dan pekerjaan yang diminati peserta didik, pada sesi ini konselor menjelaskan deskripsi tentang pekerjaan yang diminati oleh konseli, setelah itu konselor menyampaikan proses dan tahapan studi yang harus dilalui sebelum bekerja dalam suatu pekerjaan, meliputi jalur masuk penerimaan di perguruan tinggi, beban studi, metode perkuliahan, menjelaskan kondisi kerja dan peluang pekerjaan atau prospek kerja setelah dinyatakan lulus. Sesi Keempat Sesi ke empat, konselor menganalisis keberhasilan dari proses pencarian informasi yang dilakukan peserta didik, ketika peserta didik mengutarakan keraguannya terhadap minat yang telah ditentukan dan peserta didik mengutarakan kembali minat lain, konselor mersepon dengan menanyakan mengapa kamu tidak yakin pada minat yang kamu ungkapkan sebelumnya dan mengapa kamu berminat pada pekerjaan yang baru kamu ungkapkan. Sesi ini membutuhkan kelihaian konselor dalam merespon dan menganalisis sumber ketidakyankinan atau keraguan yang dialami oleh konseli sehingga sulit untuk membuat keputusan karir. Sesi Kelima Sesi kelima, pada sesi ini konselor membantu konseli untuk meningkatkan kemampuan mengintegrasikan informasi tentang dirinya dan informasi dunia kerja, pada tahap ini konselor mengarahkan konseli pada proses membuat keputusan karir. Langkah pertama ialah konseli merefleksikan masalahnya baik internal maupuan eksternal setelah mendapatkan informasi tentang diri dan pekerjaan, kemudian konselor merespon dengan menerima sikap dan perasaan konseli. Kemudian pada tahap selanjutnya konselor membantu konseli untuk mengnalisis kembali minat, bakat, dan peluang yang dimiliki dan informasi yang

12 telah disampaikan konselor. Selanjutnya konselor mengarahkan konseli untuk menilai kembali apa pilihan yang tepat untuk dirinya pada saat ini dengan mempertimbangkan pengetahuan tentang diri dan pekerjaan. Untuk menutup sesi ini konseli diarahkan untuk mulai memikirkan strategi formulasi untuk mengimplementasikan pilihannya, mulai dari kebiasaan belajar yang harus dimiliki untuk meningkatkan prestasi belajar, memilih tempat, perguruan tinggi, dan jurusan serta pemilihan tempat pelatihan atau magang jika diperlukan. I. Evaluasi dan Indikator Keberhasilan Untuk mengukur hasil keberhasilan intervensi maka perlu dilakukan penilaian terhadap hasil intervensi. Penilaian ini dilakukan baik pada setiap sesi intervensi maupun secara keseluruhan intervensi. Adapun secara rinci indikator keberhasilan pada setiap sesi intervensi dijabarkan sebagai berikut. Sesi Tahap Tahap Intervensi 1 Memperoleh pemahaman (Gaining Understanding) Tabel Indikator Keberhasilan diri Self Perubahan Prilaku 1. Konseli dapat mengidentifikasi karakteristik diri, meliputi minat pekerjaan (cita-cita) dan impiannya dimasa depan, menganalisis kelemahan dan kelebihan yang dimiliki, serta menganalisis penyebabnya. 2. Konseli dapat memahami potensi dan bakat-bakat khusus yang

13 2 Memperoleh pengetahuan tentang dunia pekerjaan (Obtaining Knowledge About The World of Work) 3 Mengintegrasikan informasi tentang diri dengan dunia kerja (Integrating Information About One s Self and The World of Work). dimiliki berdasarkan interpretasi hasil tes psikologi yang dapat menunjang pekerjaan yang diminati. 1. Konseli dapat mengidentifikasi informasi pekerjaan yang diminati, khusunya alternatif perguruan tinggi, pekerjaan, dan peluang atau kesempatan karirnya. 2. Konseli dapat mempelajari tentang preferensi, kapabilitas, dan pilihan pekerjaan yang relevan. 3. Konseli mendapatkan informasi tentang cara mendapatkan informasi tambahan. 1. Konseli memiliki dorongan untuk terlibat dalam membuat keputusan karir 2. Konseli memahami langkahlangkah membuat keputusan karir. 3. Konseli dapat terhindar dari disfungsional mitos. 4. Konseli dapat terhindar dari konflik yang bersumber dari dalam diri (internal). 5. Konseli dapat terhindar dari konflik yang melibatkan orang

14 lain (eksternal). 6. Konseli memiliki ketegasan dlam membuat keputusan karir. J. Pengembangan Tema Materi-materi yang dikembangkan dalam program intervensi ini dikembangkan berdasarkan pendekatan dan tahapan konseling karir trait and factor. Tabel

15 Pengembangan Tema No. Aspek Indikator Topik Tujuan Metode Media Kegiatan Waktu 1. Kurang kesiapan untuk terlibat dalam proses Kurang dorongan untuk membuat keputusan terlibat dalam karir proses membuat keputusan karir Tidak tegas dalam membuat keputusan karir Disfungsional mitos Kurang pengetahuan tentang langkahlangkah membuat keputusan karir

16 2. Kurang informasi Kurang informasi tentang diri Kurang informasi tentang alternatif pekerjaan Kurang informasi tentang cara mendapatkan informasi tambahan 3. Informasi yang tidak konsisten Informasi yang tidak di percaya meliputi informasi tentang

17 preferensi, kapabilitas, dan pilihan pekerjaan yang relevan Konflik yang bersumber dari dalam diri Konflik yang melibatkan orang lain (significant other). K. Pengembangan Satuan Layanan Satuan kegiatan layanan bimbingan dan konseling (SKLBK) dikembangkan berdasarkan deskripsi kebutuhan dan sesi konseling yang akan dilaksanakan. Adapun pengembangan SKLBK sebagai berikut. SATUAN KEGIATAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

18 Pertemuan 1 Bidang Layanan Layanan Responsif Bidang Bimbingan Karir Standar Kompetensi Eksplorasi minat pekerjaan, impian, keterbatasan sumber daya yang dimiliki dan penyebabnya Kompetensi Dasar Peserta didik mampu mengenali minat pekerjaan, impian, dan dapat menganalisis keterbatasan sumber daya yang dimiliki serta menganalisis penyebabnya Indikator 1. Peserta didik memiliki dorongan untuk terlibat dalam proses membuat keputusan karir 2. Peserta didik terhindar dari disfungsional mitos Tujuan Peserta didik siap untuk terlibat dalam proses membuat keputusan karir Materi Media Konseling (Poster) Waktu 1 x 60 menit Metode dan Teknik Brainstroming, work book Alat/Bahan Lembar tugas siswa, Kelas XI (yang mengalami tingkat kesulitan membuat keputusan karir tinggi) Semester Ganjil Eksperientasi Tahap awal (beginning) a. Konselor membuka pertemuan dengan sapaan yang hangat. b. Konselor memimpin pertemuan dengan berdoa. c. Konselor mengkondisikan konseli. d. Konselor mengecek daftar hadir siswa untuk mengetahui yang hadir dan tidak hadir. e. Konselor menjelaskan tujuan dari sesi ini, apa saja yang akan dilakukan, berapa lama durasinya dan peran atau tugas peserta didik dalam sesi ini. (1)

19 Evaluasi Tindak Lanjut Tahap kerja (working) a. Pada sesi ini konselor menampilkan rumpun pekerjaan menggunakan media konseling yakni poster b. Konselor membantu konseli untuk mengeksplorasi pekerjaan apa saja yang ia ketahui. Bagaimana aktivitas kerjanya, berapa gajinya, berapa lama waktu kerjanya, serta pekerjaan apa yang diinginkannya dimasa depan. c. Setelah itu Koselor meminta konseli untuk mengungkapkan impian setelah lulus dari SMA. d. Kemudian konselor mengajak konseli untuk bersama-sama mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan yang dimiliki, dan menganalisis faktor penyebabnya e. Setelah konseli mengungkapkan impian dan cita-cita stelah lulus SMA kemudian mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan serta faktor penyebab. f. Selanjutnya konseli dipandu untuk mengenali mitos-mitos dalam karir yang dapat menjadi faktor penghambat seseorang menentukan pilihan karir. Tahap akhir (termination) Pada tahap akhir ini konselor meminta konseli untuk menetapkan pekerjaan yang diinginkan dan target pencapain dalam hidupnya 1. Apakah konseli mengikuti rangkaian sesi? 2. Apakah konseli dapat memahami materi yang disampaikan? 3. Apakah konseli mengalami perubahan perilaku? Tindak lanjut dilaksanakan pada sesi latihan selanjutnya.

20 SATUAN KEGIATAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING Pertemuan 2 Bidang Layanan Layanan Responsif Bidang Bimbingan Karir Standar Kompetensi Memahami karakteristik diri berdasarkan hasil tes psikologis Kompetensi Dasar Peserta didik mampu memahami gambaran diri berdasarkan hasil inetrpretasi tes psikologis Indikator 1. Peserta didik mampu memahami informasi tentang diri 2. Peserta didik mampu memahami informasi tentang preferensi, kapabilitas, dan pekerjaan yang relevan sesuai dengan dirinya Tujuan Peserta didik paham akan karakteristik dirinya Materi Hasil interpretasi tes psikologis Waktu 1 x 60 menit Metode dan Teknik Brainstroming Alat/Bahan Kertas hasil tes psikologis Kelas XI (yang mengalami tingkat kesulitan membuat keputusan karir tinggi) Semester Ganjil Eksperientasi Tahap awal (beginning) a. Konselor membuka pertemuan dengan sapaan yang hangat. b. Konselor memimpin pertemuan dengan berdoa. c. Konselor mengkondisikan konseli. d. Konselor mengecek daftar hadir siswa untuk mengetahui yang hadir dan tidak hadir. e. Konselor menjelaskan tujuan dari sesi ini, apa saja yang akan (2)

21 Evaluasi Tindak Lanjut dilakukan, berapa lama durasinya dan peran atau tugas peserta didik dalam sesi ini. Tahap kerja (working) a. Pada sesi kedua ini konselor mengeksplorasi pemehaman konseli tentang tes psikologis dan bagaimana memaknai interpretasi hasil tes psikologis. Langkah ini dilakuakan sebagai langkah diagnosis kepercayaan atau ketidak percayaan konseli terkait informasi preferensi diri (trait). b. Setelah itu konselor mulai membantu konseli untuk memahami makna skor intelegensi (IQ) yang di miliki. c. Setelah memahi makna tingkat pencapaian intelegensi, konselor mulai memandu konseli untuk memahami makna skor bakat khusus yang dimiliki. Artinya konselor menjelaskan bakat-bakat yang menunjang untuk pendidikan lanjutan atau pekerjaan sesuai dengan minat konseli. Tahap akhir (termination) Konselor meminta konseli menyimpulkan pemahaman atas dirinya 1. Apakah konseli mengikuti rangkaian sesi? 2. Apakah konseli dapat memahami materi yang disampaikan? 3. Apakah konseli mengalami perubahan perilaku? Tindak lanjut dilaksanakan pada sesi latihan selanjutnya. SATUAN KEGIATAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING (3) Pertemuan 3 Bidang Layanan Layanan Responsif Bidang Bimbingan Karir Standar Kompetensi Memahami alternatif pekerjaan

22 Kompetensi Dasar Indikator Tujuan Materi Waktu Metode dan Teknik Alat/Bahan Kelas Semester Eksperientasi Peserta didik mampu memahami informasi tentang alternatif pekerjaan 1. Peserta didik memiliki informasi karakteristik pekerjaan 2. Peserta didik terhindar dari konflik dalam diri akibat dari kesenjangan antara preferensi, kapabilitas dan pilihan pekerjaan yang revan Peserta didik mampu memahami karakteristik alternatif pekerjaan. Membuat mind map 1 x 45 menit Brainstroming, membuat mind map Alat tulis dan kertas XI (yang mengalami tingkat kesulitan membuat keputusan karir tinggi) Ganjil Tahap awal (beginning) a. Konselor membuka pertemuan dengan sapaan yang hangat. b. Konselor memimpin pertemuan dengan berdoa. c. Konselor mengkondisikan konseli. d. Konselor mengecek daftar hadir siswa untuk mengetahui yang hadir dan tidak hadir. e. Konselor menjelaskan tujuan dari sesi ini, apa saja yang akan dilakukan, berapa lama durasinya dan peran atau tugas peserta didik dalam sesi ini. Tahap kerja (working) a. Pada tahap ini konselor membantu konseli untuk mengeksplorasi informasi tentang pekerjaan yang diminati. Sebagai langkah diagnosis. b. Setelah mengetahui pemahaman dan kebingungan konseli tentang pekerjaan yang diminati. c. Konselor menyampaikan informasi karakterisik pekerjaan yang

23 Evaluasi Tindak Lanjut sesuai dengan minat konseli. Sehingga konseli mendapatkan informasi pekerjaan yang diinginkan d. Setelah itu konseli diminta untuk membuat mind map tentang informasi pekerjaan yang telah didapatkan. Sebagai langkah analisis hasil Tahap akhir (termination) Pada tahap akhir konseli diminta mengungkapkan mind map yang telah dibuatnya 1. Apakah konseli mengikuti rangkaian sesi? 2. Apakah konseli dapat memahami materi yang disampaikan? 3. Apakah konseli mengalami perubahan perilaku? Tindak lanjut dilaksanakan pada sesi latihan selanjutnya. SATUAN KEGIATAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING Pertemuan 4 Bidang Layanan Layanan Responsif Bidang Bimbingan Karir Standar Kompetensi Memahami karakteristik pekerja yang sesuai dengan pekerjaan yang diinginkan Kompetensi Dasar Peserta didik mampu memahami tuntutan yang harus dimiliki oleh pekerja sesuai dengan pekerjaan yang diminati Indikator 1. Siswa mengetahui cara mendapatkan informasi tambahan tentang karakteristik pekerja sesuai pekerjaan yang dinginkan 2. Siswa terhindar dari konflik eksternal yang melibatkan significant other Tujuan Peserta didik mampu memahami karakteristik pekerja yang diminta sesuai pekerjaan yang diinginkan Materi Waktu 1 x 45 menit (4)

24 Metode dan Teknik Alat/Bahan Kelas Semester Eksperientasi Evaluasi Tindak Lanjut Brainstroming Alat tulis dan kertas XI (yang mengalami tingkat kesulitan membuat keputusan karir tinggi) Ganjil Tahap awal (beginning) a. Konselor membuka pertemuan dengan sapaan yang hangat. b. Konselor memimpin pertemuan dengan berdoa. c. Konselor mengkondisikan konseli. d. Konselor mengecek daftar hadir siswa untuk mengetahui yang hadir dan tidak hadir. e. Konselor menjelaskan tujuan dari sesi ini, apa saja yang akan dilakukan, berapa lama durasinya dan peran atau tugas peserta didik dalam sesi ini. Tahap kerja (working) 1. Pada tahap ini konselor mendiagnosis keraguan yang dirasakan konseli tentang pilihannya. 2. Konselor mengarahkan konseli untuk mencari informasi tambahan tentang pekerjaan yang diminati dan memberitahu cara-cara mendapatkan informasi tambahan tentang pekerjaan tersebut. 3. Setelah itu konselor memberikan penguatan berdasarkan dukungan trait atau ciri diri konseli. Tahap akhir (termination) Pada tahap akhir ini konseli diminta untuk menyatakan kesulitan yang dirasakan 1. Apakah konseli mengikuti rangkaian sesi? 2. Apakah konseli dapat memahami materi yang disampaikan? 3. Apakah konseli mengalami perubahan perilaku? Tindak lanjut dilaksanakan pada sesi latihan selanjutnya.

25 SATUAN KEGIATAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING Pertemuan 5 Bidang Layanan Layanan Responsif Bidang Bimbingan Karir Standar Kompetensi Memiliki kemampuan mengintegrasikan antara informasi diri dan pekerjaan Kompetensi Dasar Peserta didik dapat mengintegrasikan antara informasi tentang diri dan pekerjaan Indikator 1. Siswa mengathui langkah-langkah membuat keputusan karir 2. Siswa tegas dalam membuat keputusan karir Tujuan Peserta didik mampu membuat keputusan bardasarkan karakteristik diri dan pekerjaan sebagai bagian dari perancanaan karir dimasa depan Materi Waktu 1 x 60 menit Metode dan Teknik Brainstroming Alat/Bahan Alat tulis dan kertas Kelas XI (yang mengalami tingkat kesulitan membuat keputusan karir tinggi) Semester Ganjil Eksperientasi Tahap awal (beginning) a. Konselor membuka pertemuan dengan sapaan yang hangat. b. Konselor memimpin pertemuan dengan berdoa. c. Konselor mengkondisikan konseli. d. Konselor mengecek daftar hadir siswa untuk mengetahui yang hadir dan tidak hadir. e. Konselor menjelaskan tujuan dari sesi ini, apa saja yang akan (5)

26 Evaluasi Tindak Lanjut dilakukan, berapa lama durasinya dan peran atau tugas peserta didik dalam sesi ini. Tahap kerja (working) 1. konseli merefleksikan masalahnya baik internal maupuan eksternal setelah mendapatkan informasi tentang diri dan pekerjaan, kemudian konselor merespon dengan menerima sikap dan perasaan konseli. 2. Kemudian pada tahap selanjutnya konselor membantu konseli untuk mengnalisis atau membandingkan kembali minat, bakat, dan peluang yang dimiliki dengan informasi yang telah disampaikan konselor. 3. Selanjutnya konselor mengarahkan konseli untuk menilai kembali apa pilihan yang tepat untuk dirinya pada saat ini dengan mempertimbangkan pengetahuan tentang diri dan pekerjaan. 4. Untuk menutup sesi ini konseli diarahkan untuk mulai memikirkan strategi formulasi untuk mengimplementasikan pilihannya, mulai dari kebiasaan belajar yang harus dimiliki untuk meningkatkan prestasi belajar, memilih tempat, perguruan tinggi, dan jurusan serta pemilihan tempat pelatihan atau magang jika diperlukan. Tahap akhir (termination) Tahap akhir ini di tutup dengan pembuatan keputusan karir peserta didik. 1. Apakah konseli mengikuti rangkaian sesi? 2. Apakah konseli dapat memahami materi yang disampaikan? 3. Apakah konseli mengalami perubahan perilaku? Tindak lanjut dilaksanakan pada sesi latihan selanjutnya.

27

28 PENILAIAN VALIDASI PROGRAM KONSELING KARIR TRAIT AND FACTOR UNTUK MEREDUKSI KESULITAN No 1. Rasional Aspek Penilaian Skala Penilaian Keterangan 2. Deskripsi Kebutuhan 3. Tujuan 4. Asumsi Intervensi 5. Prosedur Konseling Karir

29 Trait and Factor 6. Langkah-langkah implementasi program 7. Sasaran intervensi 8. Struktur dan isi intervensi 9. Evaluasi dan indikator keberhasilan 10. Pengembangan SKLBK Keterangan skala penilaian: 1 = Kurang sekali 3 = Cukup 5 = Baik Sekali 2 = Kurang 4 = Baik Catatan:

30 Penimbang Program Bandung, September 2013 Arie Rakhmat Riyadi, M.Pd

31 Nama :... Tanggal Kegiatan :... LEMBAR KEGIATAN I Pekerjaan yang saya inginkan:

32 Masa depan yang saya impikan: Kelebihan Kekurangan Faktor Penyebab

33

2014 EFEKTIVITAS KONSELING KARIR TRAIT AND FACTOR UNTUK MEREDUKSI KESULITAN MEMBUAT KEPUTUSAN KARIR PESERTA DIDIK

2014 EFEKTIVITAS KONSELING KARIR TRAIT AND FACTOR UNTUK MEREDUKSI KESULITAN MEMBUAT KEPUTUSAN KARIR PESERTA DIDIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembuatan keputusan karir dapat mengakibatkan seseorang mengalami gejala depresi (Walker & Gary, 2012). Gejala depresi muncul akibat disfunctional pemikiran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Peelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 3 Bandung yang berlokasi di jalan belitung No. 8 Kota Bandung Jawa Barat. 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang memasuki masa remaja madya yang berusia 15-18 tahun. Masa remaja merupakan suatu periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karier merupakan salah satu komponen paling penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Karier merupakan salah satu komponen paling penting dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Karier merupakan salah satu komponen paling penting dalam kehidupan seorang manusia. Karier juga dapat menjadi penentu kebahagiaan seseorang, sehingga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian. Dalam metode penelitian dijelaskan tentang urutan suatu penelitian yang dilakukan yaitu dengan teknik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karier adalah bagian hidup yang berpengaruh pada kebahagiaan hidup manusia secara keseluruhan. Oleh karenanya ketepatan memilih serta menentukan keputusan karier

Lebih terperinci

MENINGKATKAN MINAT MELANJUTKAN STUDI MELALUI BIMBINGAN KARIR DENGAN PENDEKATAN TRAIT AND FACTOR

MENINGKATKAN MINAT MELANJUTKAN STUDI MELALUI BIMBINGAN KARIR DENGAN PENDEKATAN TRAIT AND FACTOR Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 2, No. 1, Januari 2016 ISSN 2442-9775 MENINGKATKAN MINAT MELANJUTKAN STUDI MELALUI BIMBINGAN KARIR DENGAN PENDEKATAN TRAIT AND FACTOR Sri Sumarsih,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan karir merupakan salah satu aspek yang penting dalam. perkembangan karir individu. Kecakapan dalam mengambil keputusan,

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan karir merupakan salah satu aspek yang penting dalam. perkembangan karir individu. Kecakapan dalam mengambil keputusan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perencanaan karir merupakan salah satu aspek yang penting dalam perkembangan karir individu. Kecakapan dalam mengambil keputusan, merupakan tujuan utama dari perencanaan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 130 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bab ini dipaparkan simpulan, implikasi, dan rekomendasi yang diharapkan menjadi masukan dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling. A. Simpulan

Lebih terperinci

BAB I PE DAHULUA. Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri, dewasa, dan juga

BAB I PE DAHULUA. Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri, dewasa, dan juga BAB I PE DAHULUA 1.1. Latar Belakang Masalah Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri, dewasa, dan juga berprestasi maka setiap siswa diharapkan untuk mempersiapkan diri agar dapat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 125 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan dari penelitian Penggunaan Teknik Assertive Training untuk Mereduksi Kebiasaan Merokok Pada Remaja diperoleh kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat memasuki dunia kerja, demikian halnya dengan pendidikan di SMA. Kurikulum SMA dirancang untuk

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Kemampuan dalam pengambilan keputusan karir, Pelatihan perencanaan karir pendekatan trait-factor. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci : Kemampuan dalam pengambilan keputusan karir, Pelatihan perencanaan karir pendekatan trait-factor. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauhmana efektivitas pelatihan perencanaan karir pendekatan trait-factor dalam meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan dalam memilih jurusan Perguruan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. humanistik untuk meningkatkan kemandirian belajar peserta didik yang dilakukan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. humanistik untuk meningkatkan kemandirian belajar peserta didik yang dilakukan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Penelitian tentang program bimbingan belajar berbasis pendekatan humanistik untuk meningkatkan kemandirian belajar peserta didik yang dilakukan di SMP Negeri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 16 Bandung yang berlokasi di Jl. PH. Mustofa Alasan pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Peneliti menjelaskan mengenai simpulan, implikasi dan rekomendasi. Simpulan merupakan kombinasi dari temuan empiris dan kajian pustaka. Implikasi penelitian merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perencanaan dan pelaksanaan penelitian sesuai metode penelitian. Metode

BAB III METODE PENELITIAN. perencanaan dan pelaksanaan penelitian sesuai metode penelitian. Metode BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian merupakan proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian sesuai metode penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian tentang bimbingan belajar berbasis teknik mind map untuk

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian tentang bimbingan belajar berbasis teknik mind map untuk BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Penelitian tentang bimbingan belajar berbasis teknik mind map untuk meningkatkan daya ingat peserta didik underachiever dengan menggunakan eksperimen kuasi menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia melakukan kegiatan sehari-hari sebagai cara untuk memenuhi kebutuhannya, dimana proses kehidupan manusia terus berjalan dimulai sejak lahir (bayi),

Lebih terperinci

STUDI KASUS PENERAPAN MODEL KONSELING TRAIT AND FACTOR UNTUK MEMBANTU PEMILIHAN JURUSAN PESERTA DIDIK KELAS X MAN DEMAK TAHUN PELAJARAN 2011/2012

STUDI KASUS PENERAPAN MODEL KONSELING TRAIT AND FACTOR UNTUK MEMBANTU PEMILIHAN JURUSAN PESERTA DIDIK KELAS X MAN DEMAK TAHUN PELAJARAN 2011/2012 STUDI KASUS PENERAPAN MODEL KONSELING TRAIT AND FACTOR UNTUK MEMBANTU PEMILIHAN JURUSAN PESERTA DIDIK KELAS X MAN DEMAK TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Oleh TRISNA KUSUMA DEWI NIM 200831013 PROGRAM STUDI BIMBINGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan sepanjang rentang kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh dengan tantangan dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN. UCAPAN TERIMAKASIH.. ABSTRAK.. DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN.

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN. UCAPAN TERIMAKASIH.. ABSTRAK.. DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN. DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN. UCAPAN TERIMAKASIH.. ABSTRAK.. DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN. i ii v vii x xi xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian....

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah. Beberapa diantaranya mungkin merasa sangat bersemangat dengan pekerjaannya dan selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkuliahan. Selama mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. perkuliahan. Selama mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, mahasiswa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jenjang perguruan tinggi merupakan salah satu gerbang menuju dunia kerja untuk para pelajar yang memutuskan melanjutkan pendidikan ke bangku perkuliahan. Selama

Lebih terperinci

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN oleh Rosita E.K., M.Si Konsep dasar dari konseling adalah mengerti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ali dan Asrori (2004) mengemukakan bahwa salah satu tugas perkembangan remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat utamanya tertuju pada pemilihan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ISTRUMEN EVALUASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK PENYELENGGARAAN BIMBINGAN DAN KONSELING

PENGEMBANGAN ISTRUMEN EVALUASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK PENYELENGGARAAN BIMBINGAN DAN KONSELING PENGEMBANGAN ISTRUMEN EVALUASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK PENYELENGGARAAN BIMBINGAN DAN KONSELING Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling Dosen Pengampu:

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah

PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 2, No. 2, Mei 2016 ISSN 2442-9775 PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II. PELATIHAN KETERAMPILAN KONSELING DALAM TEORI DAN PRAKTIK...

BAB II. PELATIHAN KETERAMPILAN KONSELING DALAM TEORI DAN PRAKTIK... DAFTAR ISI Abstrak...i Pernyataan... ii Kata Pengantar... iii Ucapan Terima Kasih... vi Daftar Isi... xi Daftar Tabel... xiii Daftar Gambar... xvi Daftar Bagan... xvii Daftar Lampiran...xviii BAB I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian tentang program bimbingan pribadi sosial dalam

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian tentang program bimbingan pribadi sosial dalam BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Penelitian tentang program bimbingan pribadi sosial dalam mengembangkan cinta altruis peserta didik dengan menggunakan eksperimen kuasi, menghasilkan kesimpulan dan rekomendasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat dilaksanakan melalui proses belajar mengajar yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat dilaksanakan melalui proses belajar mengajar yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dilaksanakan melalui proses belajar mengajar yang dilaksanakan di sekolah, meskipun pada dasarnya proses pendidikan dapat dilaksanakan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhibbu Abivian, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian  Muhibbu Abivian, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi pada saat ini selain menimbulkan kemudahan dalam berinteraksi, juga berdampak pula terhadap perubahan perilaku

Lebih terperinci

Kata Kunci : Layanan Informasi Karir, Pemilihan Karir

Kata Kunci : Layanan Informasi Karir, Pemilihan Karir PENGARUH LAYANAN INFORMASI KARIR TERHADAP PEMILIHAN KARIR (CAREER CHOICE) PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 1 WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 2015-2016 Oleh : Ahmad Roni. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel X (Teknik Konseling Kelompok) Konseling Kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang terpusat pada pemikiran dan perilaku

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR BAGAN... xi DAFTAR GRAFIK...

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR BAGAN... xi DAFTAR GRAFIK... DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR BAGAN... xi DAFTAR GRAFIK... xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian... 1 B.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanaan di SMP Negeri 2 Ambarawa Kabupaten Semarang. Lokasi penelitian tersebut berada di Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia, di

BAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia, di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karir merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia, di mana pun dan kapan pun individu berada. Penelitian Levinson (1985) menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN ORIENTASI KARIER MELALUI LAYANAN INFORMASI PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

UPAYA MENINGKATKAN ORIENTASI KARIER MELALUI LAYANAN INFORMASI PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SOSIAL HORIZON: Jurnal Pendidikan Sosial ISSN 2407-5299 UPAYA MENINGKATKAN ORIENTASI KARIER MELALUI LAYANAN INFORMASI PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING Kamaruzzaman 1, Aliwanto 2, Ema

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK Emilia Roza (Eroza82@yahoo.com) 1 Muswardi Rosra 2 Ranni Rahmayanthi Z 3 ABSTRACT The objective of this research was

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan, Desain dan Teknik Pengumpulan Data. Penelitian dilakukan melalui pendekatan kuantitatif yang dilengkapi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan, Desain dan Teknik Pengumpulan Data. Penelitian dilakukan melalui pendekatan kuantitatif yang dilengkapi BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan, Desain dan Teknik Pengumpulan Data 1. Pendekatan Penelitian Penelitian dilakukan melalui pendekatan kuantitatif yang dilengkapi dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses jangka panjang untuk membuat keputusan-keputusan karir dari

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses jangka panjang untuk membuat keputusan-keputusan karir dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tolbert (dalam Suherman, 2000) mengatakan bahwa perkembangan karir merupakan proses jangka panjang untuk membuat keputusan-keputusan karir dari banyak pilihan, yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. mengembangkan kematangan karir siswa SMA disajikan sebagai berikut.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. mengembangkan kematangan karir siswa SMA disajikan sebagai berikut. BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Kesimpulan tentang program bimbingan dan konseling untuk mengembangkan kematangan karir siswa SMA disajikan sebagai berikut. 1. Kematangan karir siswa kelas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1.1 Gambaran Umum Manajemen Diri dalam Belajar Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 16 Bandung Tahun Ajaran 2014/ 2015 1) Hasil

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian mengenai pelaksanaan layanan bimbingan karir kelas XII di SMK NU 01 Kendal Tahun Ajaran 2014/2015, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kualitas tenaga kerja merupakan faktor utama yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya bahwa kualitas sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam peneltian ini digunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam peneltian ini digunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan 101 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Desain Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Dalam peneltian ini digunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif mengutamakan objektivitas disain

Lebih terperinci

Donald Super mencanangkan suatu pandangan tentang perkembangan karier yang berlingkup sangat luas, karena perkembangan jabatan itu dipandang sebagai

Donald Super mencanangkan suatu pandangan tentang perkembangan karier yang berlingkup sangat luas, karena perkembangan jabatan itu dipandang sebagai Donald Super mencanangkan suatu pandangan tentang perkembangan karier yang berlingkup sangat luas, karena perkembangan jabatan itu dipandang sebagai suatu proses yang mencakup banyak faktor. Faktor tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Berkaitan dengan Pendidikan, Musaheri (2007 : 48) mengungkapkan,

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Berkaitan dengan Pendidikan, Musaheri (2007 : 48) mengungkapkan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan manusia menuju kepribadian mandiri sehingga mampu membangun dirinya dan masyarakat sekitarnya. Berkaitan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 179 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan bab terakhir dalam laporan penelitian, membahas simpulan dan rekomendasi penelitian agar hasil penelitian dapat ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Subjek Penelitian Subjek yang diambil adalah peserta didik kelas XI PM 2 SMK Negeri 1 Salatiga tahun pelajaran 2015/2016. Dalam penelitian ini subjek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Mahasiswa pada umumnya diakhir perkuliahan akan diwajibkan untuk mengerjakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Mahasiswa pada umumnya diakhir perkuliahan akan diwajibkan untuk mengerjakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahasiswa pada umumnya diakhir perkuliahan akan diwajibkan untuk mengerjakan tugas akhir, salah satunya adalah skripsi. Hal tesebut dilakukan untuk memenuhi syarat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Bimbingan Kelompok dengan Teknik Symbolic Modeling a. Bimbingan Kelompok 1) Pengertian Bimbingan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Bimbingan Kelompok dengan Teknik Symbolic Modeling a. Bimbingan Kelompok 1) Pengertian Bimbingan 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Bimbingan Kelompok dengan Teknik Symbolic Modeling a. Bimbingan Kelompok 1) Pengertian Bimbingan Kelompok Bimbingan dan Konseling memiliki layanan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan seseorang. Kualitas kehidupan seseorang dapat ditingkatkan melalui pendidikan. Demikian pentingnya

Lebih terperinci

Keterampilan Konseling. (Attending, Bertanya, Empati, Pemusatan)

Keterampilan Konseling. (Attending, Bertanya, Empati, Pemusatan) Keterampilan Konseling (Attending, Bertanya, Empati, Pemusatan) Pertanyaan : Apa komentar bapak dan ibu terkait dengan tayangan film Babies tadi? Kecenderungan mana yang bapak dan ibu pilih: 1. Bayi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Media internet sebagai sumber belajar efektif dalam meningkatkan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Media internet sebagai sumber belajar efektif dalam meningkatkan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Media internet sebagai sumber belajar efektif dalam meningkatkan motivasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subyek Penelitian Subyek penelitian yang diambil adalah siswa kelas X-BB di SMK Islam Sudirman 1 Ambarawa tahun pelajaran 2011/2012, penulis melakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 50 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini mendeskripsikan hal-hal yang berkaitan dengan hasil penelitian dan pembahasannya. Secara berurutan dipaparkan tentang program bimbingan pribadi sosial

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS LAYANAN KONSELING KARIR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ADAPTASI KARIR MAHASISWA BK FIP UNJ ANGKATAN 2011

EFEKTIVITAS LAYANAN KONSELING KARIR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ADAPTASI KARIR MAHASISWA BK FIP UNJ ANGKATAN 2011 76 Efektivitas Layanan Konseling Karir Untuk Meningkatkan Kemampuan Adaptasi Karir Mahasiswa BK... EFEKTIVITAS LAYANAN KONSELING KARIR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ADAPTASI KARIR MAHASISWA BK FIP UNJ ANGKATAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Secara sederhana dapat diartikan sebagai penelitian tindakan (Action research)

Lebih terperinci

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap manusia adalah unik, dan peserta didik yang memasuki masa remaja harus dapat menyadari hal tersebut. Melalui layanan bimbingan konseling disekolah

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS INFORMASI KARIR DENGAN MEDIA BUKU BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN STUDI LANJUTAN SISWA

EFEKTIVITAS INFORMASI KARIR DENGAN MEDIA BUKU BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN STUDI LANJUTAN SISWA 77 Jurnal Psikologi Jurnal Pendidikan Psikologi Pendidikan & Konselin Vol. & Konseling 1 No. 1 Juni 2015 Volume 1 Nomor 1 Juni 2015. Hal 77-83 ISSN: 2443-2202 EFEKTIVITAS INFORMASI KARIR DENGAN MEDIA BUKU

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Mangkuyudan No.2. Lokasi sekolah berada di jalan Samanhudi No.32 Kelurahan Purwosari,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Subyek Penelitian Subyek penelitian yang diambil adalah siswa kelas XII-BB SMKN 1 Bancak tahun pelajaran 2016/2017, penulis melakukan penelitian di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia pada tingkat satuan menengah atas saat ini di

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia pada tingkat satuan menengah atas saat ini di 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan di Indonesia pada tingkat satuan menengah atas saat ini di desain untuk mengarahkan peserta didik dapat belajar sesuai dengan minat dan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi atau peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak pengalaman yang remaja peroleh dalam memantapkan

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak pengalaman yang remaja peroleh dalam memantapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Konsep diri yang dimiliki remaja akan mengalami perkembangan secara terus menerus. Semakin luas pergaulan remaja dalam mengenal lingkunganya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sri Murni, 2014 Program bimbingan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sri Murni, 2014 Program bimbingan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari Guidance dan Counseling dalam bahasa Inggris. Istilah ini mengandung arti : (1) mengarahkan (to direct),

Lebih terperinci

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DENGAN TEKNIK HOME WORK ASSIGNMENT. Budi Sutrisno dan Heri Saptadi Ismanto

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DENGAN TEKNIK HOME WORK ASSIGNMENT. Budi Sutrisno dan Heri Saptadi Ismanto Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 1, No. 3, September 2015 ISSN 2442-9775 MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DENGAN TEKNIK HOME WORK ASSIGNMENT Budi Sutrisno

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Simpulan merupakan integrasi dari temuan empiris, hasil kajian teoritis, dan perbandingan dengan riset lain yang sejenis. Dari keseluruhan rangkaian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 55 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian didasarkan kepada pendekatan penelitian kualitatif didasari pertimbangan sebagai berikut : a. Penelitian secara spesifik fokus pada proses praktikum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel Tergantung Variabel Bebas : Kohesivitas kelompok : Konseling Kelompok B. Definisi operasional 1. Kohesivitas Kelompok Kohesivitas

Lebih terperinci

Dody Feliks Pandimun Ambarita, Erlinda Simanungkalit, Masta Ginting, Herawaty Bukit, Halimatussakdiah. Surel:

Dody Feliks Pandimun Ambarita, Erlinda Simanungkalit, Masta Ginting, Herawaty Bukit, Halimatussakdiah. Surel: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN MATA KULIAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK PADA MAHASISWA JURUSAN PGSD FIP UNIMED Dody Feliks Pandimun Ambarita, Erlinda Simanungkalit,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ditentukan oleh ketetapan peneliti dalam memilih metodologi penelitiannya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ditentukan oleh ketetapan peneliti dalam memilih metodologi penelitiannya 42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi Penelitian merupakan sesuatu yang sangat penting karena berhasil tidaknya, demikian juga tinggi rendahnya kualitas hasil penelitiannya sangat ditentukan oleh

Lebih terperinci

JURNAL PENELITIAN. Oleh : SOTRIADI NPM:

JURNAL PENELITIAN. Oleh : SOTRIADI NPM: LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MEMINIMALISIR PESERTA DIDIK YANG KURANG BERMINAT DALAM BELAJAR DI KELAS XI SMA NEGERI 2 BAYANG KECAMATAN BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL PENELITIAN Oleh : SOTRIADI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. harus dimulai dari pengertian karir itu sendiri. Karir adalah sebagai suatu

BAB II KAJIAN TEORI. harus dimulai dari pengertian karir itu sendiri. Karir adalah sebagai suatu 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Orientasi Karir 1. Definisi Orientasi Karir Menurut Super (dalam Sukardi, 1989) memahami orientasi karir harus dimulai dari pengertian karir itu sendiri. Karir adalah sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi dan modernisasi, banyak terjadi perubahanperubahan dalam berbagai sisi kehidupan yang mengharuskan setiap manusia tanpa terkecuali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hakekatnya merupakan segala situasi hidup yang mempengaruhi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. hakekatnya merupakan segala situasi hidup yang mempengaruhi perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran yang sangat strategis bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, pembangunan bangsa dan negara. Pendidikan pada hakekatnya merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan, Metode dan Teknik Pengumpulan Data 3.1.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan

Lebih terperinci

GAMBARAN KEMATANGAN KARIR SISWA DI SMK MUSIK PERGURUAN CIKINI

GAMBARAN KEMATANGAN KARIR SISWA DI SMK MUSIK PERGURUAN CIKINI Gambaran Kematangan Karir Siswa di SMK Musik Perguruan Cikini 137 GAMBARAN KEMATANGAN KARIR SISWA DI SMK MUSIK PERGURUAN CIKINI Vika Rusmania 1 Dra. Indira Chanum Chalik, M.Psi. 2 Herdi, M.Pd. 3 Abstrak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen. Penulisan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen. Penulisan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen. Penulisan eksperimen sangat sesuai untuk menguji hipotesis tertentu. Penelitian eksperimen yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Yaitu sumber daya yang dapat bersaing dan. menetapkan keputusan dengan daya nalar yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Yaitu sumber daya yang dapat bersaing dan. menetapkan keputusan dengan daya nalar yang tinggi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi era globalisasi seperti saat ini, bangsa Indonesia dituntut untuk dapat bersaing dengan bangsa lain, dan menghasilkan sumber daya manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. oleh citra diri sebagai insan religius, insan dinamis, insan sosial, dan insan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. oleh citra diri sebagai insan religius, insan dinamis, insan sosial, dan insan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Mahasiswa adalah bagian dari generasi muda yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dan mempunyai identitas diri. Identitas diri mahasiswa terbangun oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa di mana individu banyak mengambil

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa di mana individu banyak mengambil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa di mana individu banyak mengambil keputusan dalam berbagai hal (Santrock, 2002). Menurut Papalia dan Olds (2009:8), masa remaja adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muncul berbagai tantangan dan persoalan serba kompleksitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. muncul berbagai tantangan dan persoalan serba kompleksitasnya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.I Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia hidup di zaman global yang menuntut perubahan sangat pesat, serta muncul berbagai tantangan dan persoalan serba kompleksitasnya. Di bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa Remaja terkadang mereka masih belum memikirkan tentang masa depan mereka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. media globe (bumi yang bulat) yang akan terlihat seluruh daratan, lautan, karier untuk menuju masa depan yang lebih cerah.

I. PENDAHULUAN. media globe (bumi yang bulat) yang akan terlihat seluruh daratan, lautan, karier untuk menuju masa depan yang lebih cerah. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini era globalisasi menuntut kesiapan yang lebih matang dalam segala hal. Istilah global seolah mengajak kita berhadapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumbangsih bagi bangsa Indonesia di masa yang akan datang. Untuk memajukan

BAB I PENDAHULUAN. sumbangsih bagi bangsa Indonesia di masa yang akan datang. Untuk memajukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Penelitian. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Penelitian. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Penelitian 1. Variabel tergantung: Komitmen Organisasi 2. Variabel bebas: Komunikasi Interpersonal B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Komitmen organisasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. (Winkel & Hastuti, 2006: 633) kematangan karir adalah keberhasilan seseorang

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. (Winkel & Hastuti, 2006: 633) kematangan karir adalah keberhasilan seseorang BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 1.1 Kajian Teoritis 1.1.1 Makna Kematangan Karir Kematangan karir merupakan bagian terpenting yang harus dimiliki oleh siswa guna menunjang keberhasilan perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi yang semakin kompetitif seperti saat ini diperlukan sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara sangat bergantung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Mind Map dalam penelitian ini digunakan sebagai tugas yang harus

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Mind Map dalam penelitian ini digunakan sebagai tugas yang harus 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Mind Map dalam penelitian ini digunakan sebagai tugas yang harus dikerjakan siswa sebelum dimulainya PBM. Pembuatan mind map dalam penugasan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri guna memasuki masa dewasa. Remaja memiliki tugas-tugas perkembangan, salah satu tugas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN.. ABSTRAK... KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR TABEL.. DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI... LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN.. ABSTRAK... KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR TABEL.. DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN.. ABSTRAK... KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH.. DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR GRAFIK DAFTAR TABEL.. DAFTAR LAMPIRAN... i ii iv vi viii xi xii xiii xiv BAB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dalam pemilihan karir. Dengan adanya masalahmasalah

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dalam pemilihan karir. Dengan adanya masalahmasalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia sepanjang hayatnya berusaha untuk memperoleh kehidupan yang layak sesuai dengan kodrat dan martabat kemanusiaannya, oleh karena itu manusia berhak mendapat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. ketiga merupakan hasil temuan dalam penelitian ini.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. ketiga merupakan hasil temuan dalam penelitian ini. BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Kesimpulan hasil penelitian dan pengembangan model konseling berbasis penyembuhan spiritual untuk mereduksi kecemaan pada ibu hamil pertama trimester ketiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit

BAB I PENDAHULUAN. lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru dihadapkan pada karakterisktik siswa yang beraneka ragam dalam kegiatan pembelajaran. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajar secara lancar dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian eksperimental-kuasi (quasi-experimental research). Penelitian kuasi eksperimen digunakan

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. masa dewasa, dan ini berarti merupakan masa menuju dunia pekerjaan atau karier

BAB I LATAR BELAKANG. masa dewasa, dan ini berarti merupakan masa menuju dunia pekerjaan atau karier BAB I LATAR BELAKANG A. LATAR BELAKANG MASALAH Masa Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan masa transisi menuju ke masa dewasa, dan ini berarti merupakan masa menuju dunia pekerjaan atau karier yang sebenarnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini dipaparkan mengenai metodologi penelitian yang meliputi lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari hidup manusia dalam menghadapi berbagai masalah untuk pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. dari hidup manusia dalam menghadapi berbagai masalah untuk pemenuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia terlibat dengan banyak hal, dari yang sepele sampai yang kompleks. Pengambilan keputusan merupakan bagian dari hidup manusia dalam

Lebih terperinci