PRINSIP DASAR DIALISIS PERITONEAL AKUT* Dr. Dedi Rachmadi, dr.,spa(k).,m.kes Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK.UNPAD-RS.Dr.Hasan Sadikin Bandung

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PRINSIP DASAR DIALISIS PERITONEAL AKUT* Dr. Dedi Rachmadi, dr.,spa(k).,m.kes Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK.UNPAD-RS.Dr.Hasan Sadikin Bandung"

Transkripsi

1 PRINSIP DASAR DIALISIS PERITONEAL AKUT* Dr. Dedi Rachmadi, dr.,spa(k).,m.kes Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK.UNPAD-RS.Dr.Hasan Sadikin Bandung PENDAHULUAN Dialisis peritoneal pertama kali dirintis oleh Ganter pada tahun 1923 yang memasukkan cairan garam kedalam rongga peritoneum untuk mengobati penderita dengan uremia. Era sebenarnya dari dialisis peritoneal dimulai pada tahun 1959 ketika tersedia kateter dan cairan peritoneal dialisa yang dijual secara komersial. Teknis peritoneal dialisis terus berkembang dan penggunaannya dalam penanggulangan gagal ginjal terus meluas. Hal ini dimungkinkan dengan adanya perusahaan yaang memasarkan cairan dialisa standar yang siap pakai, dispoposble peritoneal dialyse set dengan kateter peritoneal yang mudah dimasukkan ke dalam rongga peritoneum dan juga tersedia kateter yang dapat dipasang dalam jangka waktu lama. 1,2 Meskipun dialisis peritoneal telah berkembang pesat, seperti continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD), continuous cyclic peritoneal dialysis (CCPD) dan lain-lainnya, dialisis peritoneal dengan menggunakan stilet kateter masih berperan penting sebagai cara penanggulangan gagal ginjal akut terutama di rumah sakit perifer yang mempunyai sarana dan sumber daya manusia terbatas. Tehnik ini mempunyai keuntungan utama yaitu, prosedurnya sederhana, dapat dilakukan secara bed side dan tidak memerlukan alat-alat yang canggih. 3 Dialisis peritoneal dilakukan dengan memasukkan cairan yang mengandung glukosa dan garam (cairan dialisat) ke dalam rongga peritoneum. Dengan proses difusi dan ultrafiltrasi material toksik dapat dikeluarkan dari darah kedalam cairan dialisat dalam rongga peritoneum, selanjutnya akan dikeluarkan dari tubuh. Selain untuk menanggulangi gagal ginjal akut, dialisis peritoneal akut dapat juga digunakan pada beberapa keadaan lain yaitu intoksikasi obat-obatan, koma hepatikum dan keracunan lainnya. 1,4-7 FISIOLOGI DIALISIS PERITONEAL Dialisis adalah proses pengeluaran sisa-sisa metabolisme dan kelebihan cairan dari darah melalui membran semipermeabel. Peritoneum merupakan selaput yang berfungsi sebagai membran semipermeabel ternyata dapat berperan dalam proses dialisis, hal ini didasarkan pertimbangan bahwa luas permukaan peritoneum kira-kira sama dengan luas permukaan seluruh kapiler glomerulus. 5 Peritoneum dapat berperan sebagai membran dialisis dengan beberapa alasan,yaitu: 8 a. Zat-zat molekul kecil/kristaloid dapat berdifusi melalui membran semi permeabel dari suatu cairan di satu pihak ke cairan di pihak lain tergantung perbedaan konsentrasi. b. Koloid/molekul protein tidak dapat berdifusi melalui membran semi permeabel. *Dipresentasikan pada Simposium dan Workshop PIKAB VI Banjarmasin 2009

2 c. Ultrafiltrat sebagai hasil proses filtrasi ginjal normal mempunyai komposisi sama dengan plasma kecuali tidak mengandung protein. d. Peritoneum sebagai membran semipermeabel dapat menggantikan fungsi filtrsi glomerulus. e. Fungsi tubulus ginjal dalam resorpsi selektif cairan dan kristaloid dapat digantikan dengan pemberian cairan parenteral. Proses yang terjadi pada dialisis peritoneum adalah sebagai berikut: 1. Difusi Difusi merupakan mekanisme utama untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme pada dialisis peritoneal. Pada proses difusi terjadi pertukaran solut dari dua larutan yang dipisahkan oleh membran semipermeabel, yaitu pertukaran solut yang berada dalam darah kapiler pada peritoneum dan cairan dialisat dalam rongga peritoneum. Secara mikroskopis anatomis membran peritoneum merupakan lapisan heterogen yang berupa jaringan ikat fibrosa elastik yang diliputi oleh sel mesotel, sehingga dalam proses perpindahan air dan solut dari darah ke cairan dialisat dalam rongga peritoneum harus melewati lapisan tahanan, yaitu yaitu lapisan dari selaput darah, endotel pembuluh darah, membrana basalis, jaringan interstitial, mesotel dan selaput dialisat (9,10). Faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi: 2 a. Perbedaan konsentrasi: bila perbedaan konsentrasi mengecil, transport solut tidak terjadi lagi, sehingga untuk kelangsungan proses ini diperlukan perbedaan konsentrasi antara dialisat dan darah harus tetap tinggi. b. Berat molekul: keadaan berat molekul mempengaruhi kecepatan pergerakan ini. Solut dengan berat molekul kecil kecepatan difusinya lebih cepat dibandingkan dengan yang mempunyai berat molekul lebih besar, seperti urea dengan BM 60, lebih cepat difusinya dibandingkan dengan kreatinin yang mempunyai BM 116. c. Tahanan membran: peritonitis akan meningkatkan permeabilitas membran terhadap air dan solut. (3,9). Gambar 1 Proses Difusi

3 2. Ultrafiltrasi Ultrafiltrasi yaitu terjadinya pergerakan zat terlarut dan pelarut melalui membran semipermeabel yang terjadi akibat adanya perbedaan tekanan osmotik atau tekanan hidrostatik. Pada dialisis peritoneal yang paling berperan adalah ultrafiltrasi akibat perbedaan tekanan osmotik. Proses ini terjadi bila konsentrasi larutan di salah satu sisi membran lebih rendah, artinya molekul air lebih banyak dari molekul solut dan sisi lain membran mempunyai konsentrasi larutan lebih tinggi, artinya molekul air lebih sedikit dari molekul solut, maka air akan bergerak dari konsentrasi larutan rendah ke konsentrasi larutan tinggi. Dalam pergerakannya molekul air akan menarik solut kecil melalui membran sehingga akhirnya tercapai keseimbangan. (3,9,10) Gambar 2 Proses Ultrafiltrasi Dalam dialisis peritoneal, proses ini terjadi akibat penambahan glukose ke dalam cairan dialisat berupa dekstrosa 1,5%, atau 2,5%, atau 4,25%. Tekanan osmotik yang disebabkan glukosa ini menyebabkan penarikan air dari darah ke dialisat. Dalam proses ini glukosa dalam dialisat diabsorpsi ke dalam darah. Dalam keadaan kelebihan cairan dipakai cairan dialisat dengan kadar glukosa 4,25% untuk menarik kelebihan cairan tersebut. Derajat penjernihan/klirens suatu zat pada dialisa peritoneal dapat ditentukan dengan rumus (2) : C = D x V P x t C : penjernihan /klirens suatu zat (ml/menit). D : konsentrasi suatu zat dari cairan dialisat yang tlah dikeluarkan (mg/dl). V : volume dialisat (ml). P : konsentrasi zat dalam plasma (mg/dl). t : interval waktu.

4 Dari variable diatas, V dan t dapat diatur untuk menentukan C. dari hasil penelitian didapatkan bahwa bila lama cairan dialisat dalam rongga peritoneum (indwelling) 60 menit, besar difusi urea mencapai 70% dan mencapai 100% dalam 120 menit. Pergerakan transperitoneal dari air Tenaga yang menggerakkan air, melewati membran peritoneum selama dialisa adalah glukosa yang menimbulkan derajat osmotik. Derajat osmotik glukosa dari 1 mosm glukosa menghasilkan derajat hidrostatik sekitar 19 mmhg. Dianggap konsentrasi glukosa plasma adalah 100 mg/dl, maka derajat hidrostatik maksimal untuk ultrafiltrasi yang ditimbulkan oleh glukosa 1,5 % atau 4,25% adalah 1481 mmhg (78 mosm) dan 4391 mmhg (231mOsm). Untuk mengukur kinetik dari pergerakkan air melewati membrane peritoneal dapat dilihat dengan berbagai cara, antara lain dengan cara mengukur volume dialisat setelah beberapa waktu cairan dialisat berada dalam rongga peritoneum. Pada pengukuran cairan dialisat setelah berlangsung 30 menit dari 6 anak yang ditambahkan glukosa 1,5%, 4,24% dan 2,5% didapatkan volume tambahan masing-masing 6%, 16,5% dan 13%. Hasil yang hampir sama diperoleh pada penderita dewasa. (11) Dibawah ini terlihat perubahan volume dialisat intraperitoneal untuk waktu tertentu dan dari konsentrasi glukosa yang berbeda. Gambar 3 Perubahan Volume Intraperitoneal Setelah Pemberian Cairan Dialisat Dengan Berbagai Konsentrasi Glukosa. 2 Ada beberapa faktor yang mempengaruhi transport dari solute air pada peritoneum, antara lain : jumlah volume dialisat; lama dari inflow, dwelling dan outflow;

5 kadar glukosa dari dialisat; temperature dari dialisat, makin tinggi temperature dari dialisat akan meningkatkan klirens peritoneal sampai 30-35%; Proses dialisa berbanding lurus dengan keasaman. Pada ph asam akan mempengaruhi mikrosirkulasi untuk mengadakan dilatasi. Peranan asetat pada cairan dialisat mempengaruhi arteriole (9,11). INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI DIALISIS PERITONEAL Dialisis peritoneal pada anak harus sesegera mungkin dilaksanakan sesuai dengan indikasi tanpa menunggu gejala atau manifestasi lain yang mungkin timbul. Oleh karena pada anak mempunyai kecepatan metabolisme yang lebih tinggi dari dewasa sehingga akan lebih cepat terjadi penumpukan sisa metabolism yang sangat merugikan. Apalagi pada anak dengan oligouri/anuria akan sangat susah untuk memenuhi kebutuhan kalori karena ada keterbatasan dalam pemberian jumlah cairan. Indikasi pada gagal ginjal akut adalah hiperkalemia (serum K > 7,0 meq/l); Asidosis berat; Fluid overload, biasanya dengan hipertensi, payah jantung dan bendungan paru; Azotemia berat (BUN> 150 mg/dl); Gejala Uremia (ensefalopati, perikarditis, perdarahan, intractable vomiting); Hiponatremia, hipokalsemia, dan hiperphosphatemia (berat dan bergejala); Fluid removal untuk nutrisi yang optimal, transfuse. Indikasi lain untuk dialisa adalah pada keracunan zat/obat, antara lain barbiturate, sodium salisilat dan metal alkohol. (9,12,13) Sedangkan kontra indikasi dialisa peritoneal umumnya berhubungan dengan tidak utuhnya rongga peritoneum, misalnya pada bayi dengan omphalocele, gastroschizis, hernia diafragmatika. Pasaca operasi abdomen, adanya shunt ventriculo peritoneal pada anak dengan hidrosefalus bukan merupakan kontraindikasi absolut. (5,12,14) PROSEDUR DIALISIS PERITONEAL Cairan dialisa yang digunakan yaitu cairan standar yang mengandung glukosa 1,5%, komposisi elektrolit yang hamper sama denagn cairan ekstraseluler tubuh, tetapi tidak mengandung kalium. Cairan yang tersedia Perisolution dari Otsuka dengan konsentrasi glukosa 1,5%, Dianeal dari Baxter dengan konsentrasi glukosa 1,5%, 2,5% dan 4,25%. Pada bayi yang mengalami asisdosis metabolic karena akumulasi dari asam laktat endogen, cairan dialisa yang dipakai bukan cairan dialisa standar yang mengandung laktat tapi cairan dialisa yang mengandung bikarbonat sebagai pengganti laktat dan kalsium diberikan secara intravena (15). Kateter yang digunakan: (15) Rigid plastic catheter/polythelene catheter dengan stilet. Jenis ini yang tersedia di Indonesia yaitu buatan Otsuka dan Amecath (Ameco Medical Industries, Egypt). Jenis kateter ini digunakan untuk dialisa peritoneal jam.

6 Tenckhoff catheter dan modifikasinya. Terbuat dari silicon yang bersifat inert. Dapat dipasang untuk waktu yang lama. Untuk dialisa peritoneal akut yang diperkirakan lama dipakai jenis kateter ini. Gambar 4 Jenis Kateter Dialisis Peritoneal Teknik pemasangan kateter rigid: 3,15 1. Persiapan penderita termasuk membersihkan kulit/tindakan antiseptic pada kulit di sekitar yang akan menjadi insersi kateter, pengosongan kandung kencing dan usus, informed consent dan premedikasi dengan sedative ringan (diazepam) 2. Memerlihatkan aspek sterilisasi ruangan, pakaian dan pemakaian masker 3. Memilih tempat insersi, yang paling baik pada garis tengah, 2-3 cm di bawah umbilicus kemudian dilakuakn anestesi okal dengan xylocain 2%/lidokain 2% 4. Buat insisi kulit 2-3 mm, kateter dengan stilet ditusukkan ke dinding abdomen melalui luka insisi kulit dengan dorongan dan pemutaran. Ketika kateter dengan stilet masuk ke dalam rongga peritoneum yang dapat diketahui dengan hilangnya tahanan dan terdengar suara pep. Pada saat itu stilet ditarik perlahan-lahan dan kateter dimasukkan lebih dalam dengan mengarah kea rah pelvis. Seluruh lubang kateter harus berada I dalam rongga peritoneum untuk menghindari infiltrasi cairan dialisa ke dinding abdomen. Ada yang menganjurkan, sebelum kateter dengan stilet dimasukkan ke dalam rongga peritoneum, rongga peritoneum diisi dulu dengan ml/kgbb cairan dialisat sebagai priming dengan menggunakan jarum panjang kecil (intracath). Priming ini untuk menghindarkan tertusuknya organ vital abdomen, usus, atau pembuluh darah besar. 5. Kateter diperiksa alirannya dengan 2-3 kali siklus tanpa dwelling time. Setelah diketahui alirannya lancer, kateter diikat pada kulit dan ditutup dengan kassa steril.

7 Gambar 5 Posisi Rigid Kateter Intra Abdomen 15 Pelaksanaan dialisis peritoneal: (15,16) Cairan dialisat dihangatkan dalam waterbath, suhu sekitar C> Volume cairan dialisa pada awalnya diberikan ml/kgbb, kemudian secara bertahap dinaikkan menjadi ml/kgbb pada bayi dan anak kecil atau menjadi ml/kgbb pada anak yang lebih besar. Heparin unit/l ditambahkan ke dalam cairan dialisa dalam 3 siklus pertama dan diteruskan selama cairan dialisa berwarna merah Cairan dialisa dimasukkan ke dalam rongga peritoneum (inflow) dalam 5-10 menit, lalu dibiarkan selama 30 menit (dwelling), kemudian dikeluarkan dalam menit (outflow). KCl ditambahkan 3-4 meq/l pada cairan dialisa bila kadar K plasma <4 meq/l. Konsentrasi glukosa dalam cairan dialisa (1,5%, 2,5%, 4,25%) dipilih bergantung pada balans cairan. Pada keadaan kelebihan cairan tubuh, digunakan cairan dilaisa dengan konsentrasi glukosa lebih tinggi dari standar (1,5%), dengan maksud untuk menarik kelebihan cairan tersebut. Lamanya dialisa peritoneal jam, jika gagal ginjal masih berlanjut dialisa peritoneal diteruskan 48 jam lagi dengan risiko terjadinya peritonitis menjadi lebih besar. Pengawasan dan pencatatan Tanda-tanda vital dicatat pada akhir setiap siklus sampai keadaan penderita stabil. Pengukuran berat badan selama dialisa dilakukan 2-3 kali dalam sehari. Perhitungan balans cairan sangat penting termasuk cairan yang keluar dari tubuh (muntah, diare) harus diganti. Pemeriksaan hematologis, ureum, kreatinin, elektrolit, glucose, protein sebelum dan selama dialisa untuk evaluasi pengobatan dan mencegah komplikasi. Pemeriksaan jumlah sel dan kultur dari cairan dialisa dilakukan tiap hari.

8 KOMPLIKASI DIALISIS PERITONEAL AKUT (17,18) Komplikasi dialisis peritoneal akut yang paling sering adalah peritonitis, kejadian peritonitis berbanding langsung dengan lamanya dialisis. Diagnosa peritonitis seringkali sulit karena gejala-gejala peradanga peritoneum ditutupi oleh iritasi peritoneum. Kriteria diagnostic peritonitis yaitu bila ditemukan 2 dari 3 keadaan berikut ini. 1. Gejala dan tanda peritonitis seperti sakit didaerah abdomen, nyeri pada penekanan dinding abdomen, dan lain-lain 2. Cairan dialisat yang keruh, menunjukkan lekosit >100/mm3 terutama PMN 3. Ditemukan organisme pada cairan dialisat dengan pewarnaan gram atau kultur. Pemberian antibiotik intra peritoneal untuk pencegahan, ada yang setuju memberikan antibiotic intraperitoneal terus menerus pada cairan dialisat dan yang tidak setuju. Melakukan prosedur yang baik dengan membatasi lamanya dialisa sampai 36 jam merupakan factor yang paling penting dalam usaha untuk mencegah peritonitis. Bila diduga terjadi peritonitis, dilakukan lavage peritoneum dan pemberian antibiotic. Pembilasan heparin 500 U/L untuk mengurangi pembentukan bekuan fibrin dan perlekatan. Dialisis dilanjutkan dengan mempercepat siklus menjadi menit. Perdarahan intraperitoneal pada waktu pemasangan kateter biasanya ringan. Komplikasi lain berupa perforasi alat visceral abdomen, keadaan ini diduga bula tidak ada outflow dialisat atau cairan dialisat yang keluar berbau feses. Keadaan ini dapat dicegah dengan pengosongan kandung kemih dan rectum sebelum pemasangan kateter atau dengan melakukan priming. Nyeri perut terjadi sekitar 75% penderita, dapat terjadi pada saat masuk atau keluar. Nyeri perut pada saat cairan dialisat masuk mungkin disebabkan karena terlalu dinginnya atau terlalu panasnya atau inflow yang terlalu cepat. Sedangkan nyeri perut pada saat cairan keluar, salah satu penyebabnya adalah tertutupnya lumen kateter oleh bekuan darah/fibrin atau letak kateter yang salah. Komplikasi pada system kardiovaskuler berupa hipovolemia akibat penarikan air dan natrium karena pemakaian cairan dialisat yang hipertonik. Payah jantung, edema paru sering terjadi karena balans positif pada penderita dengan kelebihan cairan. Disequilibrium syndrome jarang terjadi, sindroma ini terjadi karena penurunan ureum darah yang terlalu cepat. Hiperglikemia, hipernatremia terjadi karena pemakaian cairan dialisa yang hipertonik. DAFTAR PUSTAKA 1. Drukker W. Peritoneal dialysis: a historical review. Dalam: Maher JF, penyunting. Replacement of renal function by dialysis. Edisi ke-3. Boston. Kluwer Academic Publisher;1989. h Fine RN. Peritoneal dialysis update. The J of Ped.1982;100: Paul TT, Ramprasad KS. Acute peritoneal dialysis using stylet catheter. Practical procedure.1994;5: Segar WE, Gibson RK, Rhamy R. Peritoneal dialysis in infants and small children. Pediatrics.1961;

9 5. Chan JCM, Campbell RA. Peritoneal dialysis in children: A survey of its indications and applications. Clin Ped.1973;12: Zawanda ET. Indication for dialysis. Dalam: Daurgidas JT, Ing TS, penyunting. Handbook of dialysis. Boston. Little Brown and Co;1998. h Evans ED, Greenbaum LA, Elttenger BE. Principles of renal replacement therapy in children, penyunting. Pediatric Clin Nort Am. 1995;42: Odel HM, Ferris DO, Power MH. Peritoneal lavage as an effective means of extrarenal excretion. A clinical appraisal. Am J Med. 1950: Gruskin AB, Baluarte HJ, Dabbagh S. Hemodialysis and peritoneal dialysis. Dalam: Edelmann CM., Bernstein J., penyunting. Pediatric kidney disease. Boston: Little Brown and Co; h Nolph KD. Peritoneal anatomy and transport physiology. Dalam: Maher FJ, penyunting. Replacement of renal function by dialysis: A textbook of dialysis. Edisi ke-3. Boston: Kluwer Academic; h Sorkin MI, Diaz-Buxo JA. Physiology of peritoneal dialysis. Dalam: Daugirdas JT, Todds SI, penyunting. Handbook of dialysis. Edisi ke-2. Boston: Little Brown and Co; h Baliah T. Dialysis. Dalam: Baltimore, Rubin MI, Barrat TM, penyunting. Pediatric nephrology. The Williams & Wilkins Co; h Stewart C, Devarajan P, Kaskel FJ. Renal replacement therapy. Dalam: Pediatric textboox of fluid and electrolytes. William and Wilkins; h Vans Stone JC. Hemodialysis apparatus. Dalam: Daugirdas JT, Ing TS, penyunting. Handbook of dialysis. Boston: Little Brown and Co; h Khanna R, Nolph KD, Oreopoulus DG. The Essentials of peritoneal dialysis. London: Kluwer Academic Publishers Dortdecht Balfe J. Peritoneal dialysis. Dalam: Holliday MA et al, penyunting. Pediatric nephrology. Edisi kedua. London: William & Wilkins; h Oreopoulus DG, Khanna R. Complications of peritoneal dialysis other than peritonitis. Dalam; Nolph KD, penyunting. Peritoneal dialysis. London: Martinus Nijhoff Publishers; h Mion CM. Practical use of peritoneal dialysis. Dalam: Maher FJ, penyunting. Replacement of renal function by dialysis: A text book of dialysis. Edisi ke-3, terbaru dan diperbesar. Boston. Kluwer Academic Publishers; h

Teknik Dialisis Peritoneal Akut*

Teknik Dialisis Peritoneal Akut* Teknik Dialisis Peritoneal Akut* Dedi Rachmadi, dr., SpA(K)/ Dr. Dany Hilmanto, dr., SpA(K) Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK-UNPAD/ RS. Dr. Hasan Sadikin Bandung PENDAHULUAN Dialisis peritoneal adalah suatu

Lebih terperinci

Proses Peritoneal dialisis dan CAPD. Dahlia Lara Sikumalay Putri Ramadhani Tria Wulandari

Proses Peritoneal dialisis dan CAPD. Dahlia Lara Sikumalay Putri Ramadhani Tria Wulandari Proses Peritoneal dialisis dan CAPD Dahlia Lara Sikumalay 13113120012 Putri Ramadhani 1311312008 Tria Wulandari 1311312006 Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2016 Prosedur peritoneal dialisis Definisi

Lebih terperinci

CAIRAN DIALISAT PERITONEAL EXTRANEAL Dengan Icodextrin 7,5% Hanya untuk pemberian intraperitoneal

CAIRAN DIALISAT PERITONEAL EXTRANEAL Dengan Icodextrin 7,5% Hanya untuk pemberian intraperitoneal CAIRAN DIALISAT PERITONEAL EXTRANEAL Dengan Icodextrin 7,5% Hanya untuk pemberian intraperitoneal SELEBARAN BAGI PASIEN Kepada pasien Yth, Mohon dibaca selebaran ini dengan seksama karena berisi informasi

Lebih terperinci

ABSTRAK PERANAN DIALISA PERITONEAL P ADA GAGAL GINJAL

ABSTRAK PERANAN DIALISA PERITONEAL P ADA GAGAL GINJAL ABSTRAK PERANAN DIALISA PERITONEAL P ADA GAGAL GINJAL KRONIK (STUD I PUST AKA) Ronggo Baskoro, 2004. Pembimbing: Aming Tohardi dr., MS., PAK Oialisa peritoneal merupakan salah satu terapi penggantian dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga retroperitonium. Secara anatomi ginjal terletak dibelakang abdomen atas dan di kedua sisi kolumna

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1 1. Perhatikan gambar nefron di bawah ini! SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1 Urin sesungguhnya dihasilkan di bagian nomor... A. B. C. D. 1 2 3 4 E. Kunci Jawaban : D

Lebih terperinci

Pertukaran cairan tubuh sehari-hari (antar kompartemen) Keseimbangan cairan dan elektrolit:

Pertukaran cairan tubuh sehari-hari (antar kompartemen) Keseimbangan cairan dan elektrolit: Keseimbangan cairan dan elektrolit: Pengertian cairan tubuh total (total body water / TBW) Pembagian ruangan cairan tubuh dan volume dalam masing-masing ruangan Perbedaan komposisi elektrolit di intraseluler

Lebih terperinci

Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik

Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik Latar Belakang Masalah Gagal ginjal kronik merupakan keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan irreversibel yang berasal dari

Lebih terperinci

SIMPOSIUM DIALISIS 2015

SIMPOSIUM DIALISIS 2015 PERNEFRI KORWIL JABAR Proceeding WORKSHOP NEFROLOGI INTERVENSI & SIMPOSIUM DIALISIS 2015 Optimalisasi Peranan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal Hipertensi di Bidang Nefrologi Intervensi

Lebih terperinci

Gagal Ginjal Kronis. 1. Apa itu Gagal Ginjal Kronis?

Gagal Ginjal Kronis. 1. Apa itu Gagal Ginjal Kronis? Gagal Ginjal Kronis Banyak penyakit ginjal yang tidak menunjukkan gejala atau tanda-tanda gangguan pada kesehatan. Gagal ginjal mengganggu fungsi normal dari organ-organ tubuh lainnya. Penyakit ini bisa

Lebih terperinci

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun.

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun. DIARE AKUT I. PENGERTIAN Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu. Kematian disebabkan karena dehidrasi. Penyebab terbanyak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital

I. PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan salah satu organ penting dalam tubuh yang berperan dalam mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGARUH HEMODIALISIS TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DM. Elya Hartini *, Idawati Manurung **, Purwati **

PENELITIAN PENGARUH HEMODIALISIS TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DM. Elya Hartini *, Idawati Manurung **, Purwati ** PENELITIAN PENGARUH HEMODIALISIS TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DM Elya Hartini *, Idawati Manurung **, Purwati ** Pasien diabetes yang mengalami gagal ginjal terminal harus menjalani terapi

Lebih terperinci

PELATIHAN NEFROLOGI MEET THE PROFESSOR OF PEDIATRICS. TOPIK: Tata laksana Acute Kidney Injury (AKI)

PELATIHAN NEFROLOGI MEET THE PROFESSOR OF PEDIATRICS. TOPIK: Tata laksana Acute Kidney Injury (AKI) PELATIHAN NEFROLOGI MEET THE PROFESSOR OF PEDIATRICS TOPIK: Tata laksana Acute Kidney Injury (AKI) Pembicara/ Fasilitator: DR. Dr. Dedi Rachmadi, SpA(K), M.Kes Tanggal 15-16 JUNI 2013 Continuing Professional

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN KOMPLIKASI SELAMA DIALISIS DIALYSIS DISEQUILIBRIUM SYNDROME (DDS) Imam Hadi Yuwono PD. IPDI Jawa Tengah

PENATALAKSANAAN KOMPLIKASI SELAMA DIALISIS DIALYSIS DISEQUILIBRIUM SYNDROME (DDS) Imam Hadi Yuwono PD. IPDI Jawa Tengah PENATALAKSANAAN KOMPLIKASI SELAMA DIALISIS DIALYSIS DISEQUILIBRIUM SYNDROME (DDS) Imam Hadi Yuwono PD. IPDI Jawa Tengah imamhadiyuwono@yahoo.com Pendahuluan Pasien dengan keadaan uremia yang tinggi saat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Ginjal kiri letaknya lebih tinggi dari ginjal kanan, berwarna merah keunguan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Ginjal kiri letaknya lebih tinggi dari ginjal kanan, berwarna merah keunguan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ginjal sering disebut buah pinggang. Bentuknya seperti kacang dan letaknya disebelah belakang rongga perut, kanan dan kiri dari tulang punggung. Ginjal kiri letaknya

Lebih terperinci

Fisika dari The Urinary System

Fisika dari The Urinary System Fisika dari The Urinary System oleh dr. Keriahen Bangun Departeman Fisika F.K. USU. An Introduction to the Urinary System Figure 26 1 3 Functions of the Urinary System 1. Excretion: removal of organic

Lebih terperinci

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan Conducted by: Jusuf R. Sofjan,dr,MARS 2/17/2016 1 Tubuh manusia : 60 % ( sebagian besar ) terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah penurunan faal ginjal yang terjadi secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar ureum dan kreatinin yang

Lebih terperinci

M.Nuralamsyah,S.Kep.Ns

M.Nuralamsyah,S.Kep.Ns M.Nuralamsyah,S.Kep.Ns Pendahuluan Ginjal mempertahankan komposisi dan volume cairan supaya tetap konstan Ginjal terletak retroperitoneal Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya menghadap ke

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2 kelompok. Pada kelompok pertama adalah kelompok pasien yang melakukan Hemodialisa 2 kali/minggu,

Lebih terperinci

Author : Liza Novita, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Doctor s Files: (http://www.doctors-filez.

Author : Liza Novita, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Doctor s Files: (http://www.doctors-filez. Author : Liza Novita, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 0 Doctor s Files: (http://www.doctors-filez.tk GLOMERULONEFRITIS AKUT DEFINISI Glomerulonefritis Akut (Glomerulonefritis

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyakit Ginjal Kronik 2.1.1. Definisi dan Etiologi Penyakit ginjal kronik dapat didefinisikan sebagai suatu abnormalitas dari struktur ataupun fungsi ginjal yang berlangsung

Lebih terperinci

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA A. GINJAL SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA Sebagian besar produk sisa metabolisme sel berasal dari perombakan protein, misalnya amonia dan urea. Kedua senyawa tersebut beracun bagi tubuh dan harus dikeluarkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta Unit Gamping. Data dikumpulkan pada bulan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta Unit Gamping. Data dikumpulkan pada bulan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini mengambil data rekam medis yang dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit Gamping. Data dikumpulkan pada bulan Januari 2016, kelompok

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002)

I. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002) 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik / penyakit ginjal tahap akhir (ESRD / End Stage Renal Disease) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh

Lebih terperinci

SIMPOSIUM DIALISIS 2015

SIMPOSIUM DIALISIS 2015 PERNEFRI KORWIL JABAR Proceeding WORKSHOP NEFROLOGI INTERVENSI & SIMPOSIUM DIALISIS 2015 Optimalisasi Peranan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal Hipertensi di Bidang Nefrologi Intervensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (penting untuk mengatur kalsium) serta eritropoitein menimbulkan keadaan yang

BAB I PENDAHULUAN. (penting untuk mengatur kalsium) serta eritropoitein menimbulkan keadaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal adalah organ vital yang berperan sangat penting dalam memepertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur keseimbanagn cairan tubuh, dan nonelektrolit,

Lebih terperinci

Mahasiswa dapat menjelaskan alat ekskresi dan prosesnya dari hasil percobaan

Mahasiswa dapat menjelaskan alat ekskresi dan prosesnya dari hasil percobaan Indikator Pencapaian: MATERI IX SISTEM EKSKRESI Mahasiswa dapat menjelaskan alat ekskresi dan prosesnya dari hasil percobaan Materi Mahluk hidup dalam hidupnya melakukan metabolisme. Metabolisme ini selain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENYAKIT GINJAL KRONIK 2.1.1. Defenisi Penyakit Ginjal Kronik Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan

Lebih terperinci

MAKALAH KOMA HIPERGLIKEMI

MAKALAH KOMA HIPERGLIKEMI MAKALAH KOMA HIPERGLIKEMI OLEH: Vita Wahyuningtias 07.70.0279 Daftar Isi Bab 1 Pendahuluan...1 Bab 2 Tujuan...2 Bab 3 Pembahasan...3 1. Pengertian...3 2. Etiologi...4 3. Patofisiologi...4 4. Gejala dan

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Ginjal Kronik 2.1.1 Definisi Penyakit ginjal kronik merupakan suatu keadaan patologis dengan penyebab yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal secara progresif

Lebih terperinci

Kebutuhan cairan dan elektrolit

Kebutuhan cairan dan elektrolit Kebutuhan cairan dan elektrolit Cairan adalah suatu kebutuhan pokok dan sebagian besar tubuh manusia terdiri dari cairan. Bila tubuh kehilangan cairan dalam jumlah yang besar maka akan terjadi perubahan

Lebih terperinci

1. Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami gangguan hai

1. Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami gangguan hai ASERING JENIS-JENIS CAIRAN INFUS Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteriis akut, demam berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma. Komposisi:

Lebih terperinci

TERAPI DIALYSIS PADA OVERDOSIS DAN KERACUNAN OBAT

TERAPI DIALYSIS PADA OVERDOSIS DAN KERACUNAN OBAT TERAPI DIALYSIS PADA OVERDOSIS DAN KERACUNAN OBAT Ketut Suwitra Division of Nephrology Department of Medicine Faculty of Medicine University of Udayana / Sanglah Central Hospital Denpasar Dosis Terapitik

Lebih terperinci

JENIS GANGGUAN ELEKTROLIT

JENIS GANGGUAN ELEKTROLIT A.HIPERKALEMIA a. pengertian JENIS GANGGUAN ELEKTROLIT Hiperkalemia (kadar kalium darah yang tinggi b. penyebab 1.pemakaian obat tertentu yang menghalangi pembuangan kalium oleh ginjal misalnya spironolakton

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit gagal ginjal adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit gagal ginjal adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit gagal ginjal adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) yang kurang dari 60 ml. Penyakit ginjal kronik

Lebih terperinci

TERAPI CAIRAN MAINTENANCE. RSUD ABDUL AZIS 21 April Partner in Health and Hope

TERAPI CAIRAN MAINTENANCE. RSUD ABDUL AZIS 21 April Partner in Health and Hope TERAPI CAIRAN MAINTENANCE RSUD ABDUL AZIS 21 April 2015 TERAPI CAIRAN TERAPI CAIRAN RESUSITASI RUMATAN Kristaloid Koloid Elektrolit Nutrisi Mengganti Kehilangan Akut Koreksi 1. Kebutuhan normal 2. Dukungan

Lebih terperinci

Gagal Ginjal Akut pada bayi dan anak

Gagal Ginjal Akut pada bayi dan anak Gagal Ginjal Akut pada bayi dan anak Haryson Tondy Winoto, dr,msi.med. Sp.A Bag. IKA UWK ANATOMI & FISIOLOGI GINJAL pada bayi dan anak Nefrogenesis : s/d 35 mg fetal stop Nefron : unit fungsional terkecil

Lebih terperinci

Fungal Peritonitis Pada Pasien Dengan Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis. A Case of Fungal Peritonitis in A Patient on CAPD

Fungal Peritonitis Pada Pasien Dengan Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis. A Case of Fungal Peritonitis in A Patient on CAPD JURNAL KEDOKTERAN YARSI 24 (2) : 142-147 (2016) Fungal Peritonitis Pada Pasien Dengan Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis A Case of Fungal Peritonitis in A Patient on CAPD Tika Adilistya 1, Ina S.

Lebih terperinci

HEMODIALYSIS PADA ANAK. Tatik Dwi Wahyuni, SKep Ns RSUP Dr Sardjito Yogyakarta

HEMODIALYSIS PADA ANAK. Tatik Dwi Wahyuni, SKep Ns RSUP Dr Sardjito Yogyakarta HEMODIALYSIS PADA ANAK Tatik Dwi Wahyuni, SKep Ns RSUP Dr Sardjito Yogyakarta Pendahuluan Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan masalah kesehatan dengan insidensi yang terus meningkat saat ini 1-3 anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh manusia terutama dalam sistem urinaria. Pada manusia, ginjal berfungsi untuk mengatur keseimbangan cairan

Lebih terperinci

3.4 Prinsip Hemodialisa Prinsip mayor/proses hemodialisa

3.4 Prinsip Hemodialisa Prinsip mayor/proses hemodialisa MAKALAH HEMODIALISA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang. Hemodialisa adalah pengobatan bagi orang yang menurun fungsi ginjalnya. Hemodialisa mengambil alih fungsi ginjal untuk membersihkan darah dengan

Lebih terperinci

KEBUTUHAN DASAR CAIRAN & ELEKTROLIT

KEBUTUHAN DASAR CAIRAN & ELEKTROLIT KEBUTUHAN DASAR CAIRAN & ELEKTROLIT Disampaikan pada kuliah KDDK_1_2011 Komposisi cairan tubuh Fungsi cairan tubuh Faktor berpengaruh pada kebutuhan cairan Kebutuhan cairan tubuh Intake dan output cairan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN HEMODIALISA

LAPORAN PENDAHULUAN HEMODIALISA LAPORAN PENDAHULUAN HEMODIALISA A. Pengertian Hemodialisa adalah suatu tindakan untuk memisahkan sampah dan produk hail metabolic esensial (sampah nitrogen dan sampah yang lain) melalui selaput membrane

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. terapi pengganti ginjal (renal replacement therapy) dan hanya menggantikan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. terapi pengganti ginjal (renal replacement therapy) dan hanya menggantikan 8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hemodialisis Hemodialisis adalah suatu usaha untuk memperbaiki kelainan biokimiawi darah yang terjadi akibat terganggunya fungsi ginjal, dilakukan dengan menggunakan mesin

Lebih terperinci

Konsep Pemberian Cairan Infus

Konsep Pemberian Cairan Infus Konsep Pemberian Cairan Infus Cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Ginjal merupakan salah satu organ yang memiliki fungsi penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Ginjal merupakan salah satu organ yang memiliki fungsi penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ginjal merupakan salah satu organ yang memiliki fungsi penting dalam tubuh manusia. Fungsi tersebut diantaranya mengatur konsentrasi garam dalam darah, dan mengatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak pabrik-pabrik yang produk-produk kebutuhan manusia yang. semakin konsumtif. Banyak pabrik yang menggunakan bahan-bahan

BAB I PENDAHULUAN. banyak pabrik-pabrik yang produk-produk kebutuhan manusia yang. semakin konsumtif. Banyak pabrik yang menggunakan bahan-bahan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini telah mampu merubah gaya hidup manusia. Manusia sekarang cenderung menyukai segala sesuatu yang cepat, praktis dan

Lebih terperinci

Sumber air tubuh: 1. Makanan 2. Air minum 3. Air metabolit

Sumber air tubuh: 1. Makanan 2. Air minum 3. Air metabolit IK OlehM Dr.Ir.Morina Riauwaty, IN Biol, MP 13 Dipl. 1 Peranan air dalam tubuh MH Otak: tubuh yang terhidrasi baik akan membuat daya ingat lebih tajam, mood stabil R ULlebih baik dan motivasi Jantung:

Lebih terperinci

GINJAL KEDUDUKAN GINJAL DI BELAKANG DARI KAVUM ABDOMINALIS DI BELAKANG PERITONEUM PADA KEDUA SISI VERTEBRA LUMBALIS III MELEKAT LANGSUNG PADA DINDING

GINJAL KEDUDUKAN GINJAL DI BELAKANG DARI KAVUM ABDOMINALIS DI BELAKANG PERITONEUM PADA KEDUA SISI VERTEBRA LUMBALIS III MELEKAT LANGSUNG PADA DINDING Ginjal dilihat dari depan BAGIAN-BAGIAN SISTEM PERKEMIHAN Sistem urinary adalah sistem organ yang memproduksi, menyimpan, dan mengalirkan urin. Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua ureter,

Lebih terperinci

Definisi fisiologi / ilmu faal Manusia sistem organ organ sel Sistem organ

Definisi fisiologi / ilmu faal Manusia sistem organ organ sel Sistem organ Definisi fisiologi / ilmu faal Manusia sistem organ organ sel Sistem organ Membran sel Membran nukleus Retikulum endoplasma Aparatus golgi Mitokondria lisosom Kurnia Eka Wijayanti 60 % dari berat tubuh

Lebih terperinci

Terapi Pengganti Ginjal. Ledy Martha Aridiana, S.Kep. Ns. M.Kes

Terapi Pengganti Ginjal. Ledy Martha Aridiana, S.Kep. Ns. M.Kes Terapi Pengganti Ginjal Ledy Martha Aridiana, S.Kep. Ns. M.Kes Anatomi dan fisiologi ginjal Ginjal 2 buah : kanan, kiri Letak : retroperitoneal Ukuran : 11x6x3cm Berat : 120-170gr Terdiri dari : cortex

Lebih terperinci

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain Demam berdarah dengue 1. Klinis Gejala klinis harus ada yaitu : a. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlagsung terus menerus selama 2-7 hari b. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kardiovaskular dalam keadaan optimal yaitu dapat menghasilkan aliran

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kardiovaskular dalam keadaan optimal yaitu dapat menghasilkan aliran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tujuan dari terapi cairan perioperatif adalah menyediakan jumlah cairan yang cukup untuk mempertahankan volume intravaskular yang adekuat agar sistem kardiovaskular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengeksresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal

BAB I PENDAHULUAN. mengeksresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan komposisi kimia darah dan lingkungan dalam tubuh dengan mengeksresikan zat terlarut dan air secara selektif.

Lebih terperinci

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru O R G A N P E N Y U S U N S I S T E M E K S K R E S I K U L I T G I N J A L H A T I P A R U - P A R U kulit K ULIT K U L I T A D A L A H O R G A

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah. penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah. penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun sebelumnya. Di Amerika Serikat, kejadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan organ terpenting dalam mempertahankan homeostasis cairan tubuh secara baik. Berbagai fungsi ginjal untuk mempertahankan homeostatic dengan mengatur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal Ginjal merupakan organ ekskresi utama pada manusia. Ginjal mempunyai peran penting dalam mempertahankan kestabilan tubuh. Ginjal memiliki fungsi yaitu mempertahankan keseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau End Stage Renal Desease (ESRD) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau End Stage Renal Desease (ESRD) merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal ginjal kronis atau End Stage Renal Desease (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan

Lebih terperinci

Dr.HM.Bambang Purwanto, dr. SpPD-KGH, FINASIM. Divisi Ginjal & Hipertensi Lab/SMF IPD FK.UNS / RSUD Dr.Moewardi Surakarta

Dr.HM.Bambang Purwanto, dr. SpPD-KGH, FINASIM. Divisi Ginjal & Hipertensi Lab/SMF IPD FK.UNS / RSUD Dr.Moewardi Surakarta Dr.HM.Bambang Purwanto, dr. SpPD-KGH, FINASIM Divisi Ginjal & Hipertensi Lab/SMF IPD FK.UNS / RSUD Dr.Moewardi Surakarta Beberapa keadaan klinis: 1. Hiperkalemi 2. Hiponatremi 3. Asidosis metabolik 4.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pleura visceral yang membungkus paru-paru dan pleura parietal yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pleura visceral yang membungkus paru-paru dan pleura parietal yang 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Cairan Efusi Pleura 1. Anatomi pleura Pleura adalah membran tipis yang terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura visceral yang membungkus paru-paru dan pleura parietal yang melapisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ ekskresi dalam bentuk asalnya atau dalam bentuk metabolit hasil biotransformasi. Ekskresi di sini merupakan hasil

Lebih terperinci

GAGAL GINJAL Zakiah,S.Ked. Kepaniteraan Klinik Interna Program Studi Pendidikan Dokter FKK Universitas Muhammadiyah Jakarta

GAGAL GINJAL Zakiah,S.Ked. Kepaniteraan Klinik Interna Program Studi Pendidikan Dokter FKK Universitas Muhammadiyah Jakarta GAGAL GINJAL Zakiah,S.Ked Kepaniteraan Klinik Interna Program Studi Pendidikan Dokter FKK Universitas Muhammadiyah Jakarta 2010-2011 DEFINISI Gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan

Lebih terperinci

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan F. KEPERAWATAN Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan Kaji TTV, catat perubahan TD (Postural), takikardia, demam. Kaji turgor kulit, pengisian kapiler dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku 1. Perilaku sehari-hari Dalam bahasa Inggris perilaku disebut dengan behavior yang artinya kelakuan, tindak-tanduk jalan. Perilaku juga tediri dari dua kata peri

Lebih terperinci

Connective tissue. Bone 3 % 2 L 4,5 % 3 L. Interstitial Fluid 11,5 % 8 L. Plasma 4,5 % 3 L. Cell water 36 % 25 L. Transceluler water 4,5 % 1 L

Connective tissue. Bone 3 % 2 L 4,5 % 3 L. Interstitial Fluid 11,5 % 8 L. Plasma 4,5 % 3 L. Cell water 36 % 25 L. Transceluler water 4,5 % 1 L Prof. Dr. Burhanuddin Nst, SpPK-KN,FISHKN,FISH Distribusi air dalam Badan Air dalam badan didistribusikan diantara 3 kompartemen utama yaitu : Intraselluler Interstitium Pembuluh Darah Lebih dari setengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia banyak sekali masyarakat yang mengkonsumsi produk

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia banyak sekali masyarakat yang mengkonsumsi produk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia banyak sekali masyarakat yang mengkonsumsi produk minuman sachet, tidak hanya dari kalangan anak-anak tetapi banyak juga remaja bahkan orang tua yang gemar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah yang melalui ginjal, reabsorpsi selektif air, elektrolit dan non elektrolit,

BAB I PENDAHULUAN. darah yang melalui ginjal, reabsorpsi selektif air, elektrolit dan non elektrolit, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan organ vital yang berperan sangat penting dalam mempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur keseimbangan cairan tubuh, elektrolit,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTER! KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 812/MENKES/PER/VII/2010 TENT ANG

PERATURAN MENTER! KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 812/MENKES/PER/VII/2010 TENT ANG PERATURAN MENTER! KESEHATAN NOMOR 812/MENKES/PER/VII/2010 TENT ANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN DIALISIS PADA FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTER! KESEHATAN, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kreatinin Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir metabolisme otot yang dilepaskan dari otot dengan kecepatan yang hampir konstan dan diekskresi dalam

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL TAHUN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL TAHUN ASIDOSIS METABOLIK Disusun oleh: Desi (A101.19.006) Dewi Sekar (A101.19.007) Dina Fitri Astuti (A101.19.008) Ela Kusumawati (A101.19.009) Fatoni Aditya O (A101.19.010) Febriana Ramadhani (A101.19.011)

Lebih terperinci

TRANSPORTASI TRANSMEMBRAN MEMBRAN SEL

TRANSPORTASI TRANSMEMBRAN MEMBRAN SEL 1. Dalam keseharian, seluruh aktifitas biologis, terjadi hubungan antara individu dengan lingkungan 2. Hubungan terjadi dalam bentuk pertukaran zat (cair, padat, gas) 3. Pertukaran zat dari tubuh ke lingkungan,

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA II.1 Anatomi dan Fisiologi Ginjal II.1.1 Anatomi Gambar II-1. Anatomi Ginjal (diunduh dari http://higheredbcs.wiley.com/legacy/college/tortora/) Ginjal merupakan suatu organ

Lebih terperinci

FUNGSI SISTEM GINJAL DALAM HOMEOSTASIS ph

FUNGSI SISTEM GINJAL DALAM HOMEOSTASIS ph FUNGSI SISTEM GINJAL DALAM HOMEOSTASIS ph Dr. MUTIARA INDAH SARI NIP: 132 296 973 2007 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN.......... 1 II. ASAM BASA DEFINISI dan ARTINYA............ 2 III. PENGATURAN KESEIMBANGAN

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP PADA KLIEN DENGAN PERDARAHAN SALURAN CERNA

LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP PADA KLIEN DENGAN PERDARAHAN SALURAN CERNA 1 LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP PADA KLIEN DENGAN PERDARAHAN SALURAN CERNA I Deskripsi Perdarahan pada saluran cerna terutama disebabkan oleh tukak lambung atau gastritis. Perdarahan saluran cerna dibagi menjadi

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Ginjal merupakan salah satu organ utama dalam tubuh manusia yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Ginjal merupakan salah satu organ utama dalam tubuh manusia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Ginjal merupakan salah satu organ utama dalam tubuh manusia yang berfungsi dalam proses penyaringan dan pembersihan darah. Ginjal menjalankan fungsi vital sebagai pengatur

Lebih terperinci

Reabsorpsi dan eksresi cairan, elektrolit dan non-elektrolit (Biokimia) Prof.dr.H.Fadil Oenzil,PhD.,SpGK Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Reabsorpsi dan eksresi cairan, elektrolit dan non-elektrolit (Biokimia) Prof.dr.H.Fadil Oenzil,PhD.,SpGK Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Reabsorpsi dan eksresi cairan, elektrolit dan non-elektrolit (Biokimia) Prof.dr.H.Fadil Oenzil,PhD.,SpGK Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Fungsi homeostatik ginjal Proses penyaringan (filtrasi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan komposisi kimia darah dan lingkungan dalam tubuh dengan mengeksresikan zat terlarut dan air secara selektif.

Lebih terperinci

a) memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun, c) mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan

a) memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun, c) mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan lambat yang biasanya berlangsung beberapa tahun.

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan lambat yang biasanya berlangsung beberapa tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik merupakan perkembangan dari gagal ginjal akut yang progresif dan lambat yang biasanya berlangsung beberapa tahun. Gagal Ginjal Kronik menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan National Kidney Foundation penyakit ginjal kronik adalah kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan dengan kelainan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat-obat yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya aliran urine disebut diuretik. Obat-obat ini merupakan penghambat transpor ion yang menurunkan reabsorpsi natrium

Lebih terperinci

Sistem Ekskresi Manusia

Sistem Ekskresi Manusia Sistem Ekskresi Manusia Sistem ekskresi merupakan sistem dalam tubuh kita yang berfungsi mengeluarkan zatzat yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh dan zat yang keberadaannya dalam tubuh akan mengganggu

Lebih terperinci

LAMPIRAN Asuhan Keperawatan Pada, Mona Martin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

LAMPIRAN Asuhan Keperawatan Pada, Mona Martin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 LAMPIRAN SATUAN ACARA PENYULUHAN DIIT RENDAH PROTEIN PADA PASIEN CKD (CHRONIC KIDNEY DISEASE) Topik Sub Topik : Diit Rendah Protein : Pengertian tentang diit rendah protein, Tujuan diit rendah protein,

Lebih terperinci

MAKALAHN SISTEM PERKEMIHAN CAPD (CONTINUOUS AMBULATORY PERITONEAL DIALYSIS)

MAKALAHN SISTEM PERKEMIHAN CAPD (CONTINUOUS AMBULATORY PERITONEAL DIALYSIS) MAKALAHN SISTEM PERKEMIHAN CAPD (CONTINUOUS AMBULATORY PERITONEAL DIALYSIS) DISUSUN OLEH : KELOMPOK V 1. ABDULLAH TAMIM SAIDU (001 STYC13 ) 2. ARTADRINIA ZIKRUL LAELI (009 STYC 13) 3. DIAN EFITAYANTI (018

Lebih terperinci

RESUSITASI CAIRAN. Ery Leksana SMF/Bagian Anestesi dan Terapi Intensif RSUP Dr Kariadi / FK UNDIP Semarang

RESUSITASI CAIRAN. Ery Leksana SMF/Bagian Anestesi dan Terapi Intensif RSUP Dr Kariadi / FK UNDIP Semarang RESUSITASI CAIRAN Ery Leksana SMF/Bagian Anestesi dan Terapi Intensif RSUP Dr Kariadi / FK UNDIP Semarang SYOK Syok adalah sindroma klinis akibat kegagalan sirkulasi, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

MIKROSIRKULASI. Detty Iryani Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Unand

MIKROSIRKULASI. Detty Iryani Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Unand MIKROSIRKULASI Detty Iryani Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Unand Kompartemen cairan tubuh: Cairan tubuh - total: 60% BB - variasi: umur, sex, obesitas Cairan intrasel: 28 L (40% BB) 75 triliun sel

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan ginjal akut (GnGA), dahulu disebut dengan gagal ginjal akut,

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan ginjal akut (GnGA), dahulu disebut dengan gagal ginjal akut, BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Gangguan Ginjal Akut pada Pasien Kritis Gangguan ginjal akut (GnGA), dahulu disebut dengan gagal ginjal akut, merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan peningkatan kadar

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Selama penelitian bulan Januari 2010 Desember 2010 terdapat 77 neonatus

BAB VI PEMBAHASAN. Selama penelitian bulan Januari 2010 Desember 2010 terdapat 77 neonatus BAB VI PEMBAHASAN Selama penelitian bulan Januari 2010 Desember 2010 terdapat 77 neonatus yang lahir dan dirawat di bangsal NICU dan PBRT RSUP Dr Kariadi yang memenuhi kriteria penelitian dan telah dilakukan

Lebih terperinci

Ema Qurnianingsih, dr., M.Si

Ema Qurnianingsih, dr., M.Si Ema Qurnianingsih, dr., M.Si Pokok Bahasan : PENDAHULUAN - Fungsi Air Dalam Tubuh Manusia - Homeostasis cairan Tubuh - Pengukuran Volume Cairan Tubuh - Faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi Cairan

Lebih terperinci

biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. ORGAN EKSKRESI

biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. ORGAN EKSKRESI 15 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI Pengeluaran zat di dalam tubuh berlangsung melalui defekasi yaitu pengeluaran sisa pencernaan berupa feses. Ekskresi

Lebih terperinci

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN SIFAT KOLIGATIF LARUTAN STANDAR KOMPETENSI 1. Mendeskripsikan sifat-sifat Larutan, metode pengukuran dan terapannya. KOMPETENSI DASAR 1.1 Mendeskripsikan sifat-sifat Larutan, metode pengukuran dan terapannya.

Lebih terperinci

Jumlah nefron yang terbentuk setelah lahir tidak dapat dibentuk lagi sehingga bila ada yang rusak jumlahnya akan menurun. Setelah usia 40 tahun,

Jumlah nefron yang terbentuk setelah lahir tidak dapat dibentuk lagi sehingga bila ada yang rusak jumlahnya akan menurun. Setelah usia 40 tahun, BAB XII FAAL GINJAL Ginjal melakukan banyak fungsi, antara lain faal ekskresi produk sisa metabolik dan bahan kimia asing yang bersifat toksis, regulasi keseimbangan air dan elektrolit, regulasi osmolalitas

Lebih terperinci

PATOFISIOLOGI SINDROM NEFROTIK

PATOFISIOLOGI SINDROM NEFROTIK PATOFISIOLOGI SINDROM NEFROTIK Reaksi antara antigen-antibodi menyebabkan permeabilitas membran basalis glomerulus meningkat dan diiukti kebocoran protein, khususnya akbumin. Akibatnya tubuh kehilangan

Lebih terperinci

KETOASIDOSIS DIABETIK

KETOASIDOSIS DIABETIK KETOASIDOSIS DIABETIK Dr. HAKIMI, SpAK Dr. MELDA DELIANA, SpAK Dr. SISKA MAYASARI LUBIS, SpA DIVISI ENDOKRINOLOGI FK USU/ RS.H. ADAM MALIK MEDAN DEFINISI KAD : SUATU KEDARURATAN MEDIK AKIBAT GANGGUAN METABOLISME

Lebih terperinci

KETOASIDOSIS DIABETIK

KETOASIDOSIS DIABETIK KETOASIDOSIS DIABETIK Dr. HAKIMI, SpAK Dr. MELDA DELIANA, SpAK Dr. SISKA MAYASARI LUBIS, SpA DIVISI ENDOKRINOLOGI FK USU/ RS.H. ADAM MALIK MEDAN DEFINISI KAD : SUATU KEDARURATAN MEDIK AKIBAT GANGGUAN METABOLISME

Lebih terperinci

Gejala Diabetes pada Anak yang Harus Diwaspadai

Gejala Diabetes pada Anak yang Harus Diwaspadai Gejala Diabetes pada Anak yang Harus Diwaspadai Gejala diabetes sering kali tidak terlihat secara jelas di awalnya. Kadang kita baru sadar atau terindikasi diabetes ketika sudah mengalami komplikasi diabetes.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 34 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penapisan fitokimia merupakan suatu metode kimia untuk mengetahui kandungan kimia suatu simplisia, ekstrak ataupun fraksi senyawa metabolit suatu tanaman herbal. Hasil penapisan

Lebih terperinci